Upload
vukiet
View
213
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
LAPORAN AKHIR
PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
MELALUI PELATIHAN SPIRITUAL TOUR GUIDE
DI KAWASAN PURA MADUWE KARANG
Oleh:
Putu Eka Dambayana Suputra, S.Pd., M.Pd. (Ketua)
NIDN 0014117808
I Made Suta Paramarta, S.Pd.,M.Hum. (Anggota)
NIDN 0031127106
Dibiayai dari Daftar Isian Pelaksanan Anggaran (DIPA)
Universitas Pendidikan Ganesha
Dengan SPK Nomor: 102/UN48.15/LPM/2014 tanggal 13 Februari 2014
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
LEMBAGA PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
TAHUN 2014
KATA PENGANTAR
Om Swastyastu,
Puji Syukur kami panjatkan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas
Asung Kertha Wara Nugraha Beliau sehingga Program dapat diselesaikan dengan
baik dan tepat waktu.
Kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak berikut.
1. Made Somentara S.Pd., selaku Kepala Sekolah SMA Sidhi Karya
Kubutambahan, Desa Kubutambahan, Kecamatan Kubutambahan,
Kabupaten Buleleng, Bali.
2. I Made Suarjana, S.Pd., selaku guru pendamping program pariwisata di
SMA Sidhi Karya Kubutambahan.
3. Mitra peserta pelatihan yakni siswa-siswi kelas XII IPA SMA Sidhi Karya
Kubutambahan tahun ajaran 2014/2015.
4. Pramuwisata lokal di Kawasan Pura Maduwe Karang yang telah bersedia
berbagi informasi tentang keberadaan Pura Maduwe Karang kepada tim
kami.
Dalam kesempatan ini, kami juga menyampaikan penghargaan kepada I
Made Suta Paramarta, S.Pd., M.Hum, dan rekan panitia pelatih dan pendamping
yang telah membantu kelancaran pelaksanaan kegiatan.
Program Pemberdayaan Masyarakat melalui Pelatihan Spiritual Tour
Guide di Kawasan Pura Maduwe Karang merupakan pengabdian kepada
masyarakat Undiksha dalam rangka menunjang wisata spiritual di Kabupaten
Buleleng dan pelestarian agama dan budaya warisan leluhur.
Program ini telah diupayakan sebaik-baiknya. Namun jika masih ada yang
perlu diperbaiki, saran dan masukan yang membangun sangat diperlukan demi
penyempurnaan kegiatan yang serupa di masa yang akan datang. Terima kasih.
Om Santhi, Santhi, Santhi, Om
September 2014
Ketua,
Putu Eka Dambayana S
DAFTAR ISI
JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................ ii
DAFTAR ISI ............................................................................................... iii
I.PENDAHULUAN .................................................................................... 1
II.METODE PELAKSANAAN KEGIATAN…………………………….. 3
III.PEMBAHASAN .................................................................................... 4
IV.SIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
I. PENDAHULUAN
Program pengabdian kepada masyarakat ini merupakan program serupa
yang telah dilaksanakan selama tiga kali di beberapa tempat.
Pada periode pertama di tahun 2010, pelatihan diberikan terkait dengan
Tour Guiding (Pemanduan Wisata) tentang pura-pura umum. Mahasiswa Jurusan
Agama Hindu memperoleh pelatihan guiding dan keterampilan berbahasa Inggris
dalam menjelaskan pura-pura umum. Mereka juga mendiskusikan landasan
filosofis dan emperis yang terkandung dalam memberikan penjelasan terkait
keberadaan masing-masing pura bersama-sama narasumber terkait. Selanjutnya
mereka menterjemahkan penjelasan dimaksud, mengemasnya secara singkat dan
padat, serta melatihkannnya dalam bentuk simulasi (Nitiasih dkk, 2010).
Merespon permintaan mahasiswa dan pihak pengelola STKIP Singaraja,
pada periode ke dua tahun 2011, mahasiswa kembali memperoleh pelatihan
spiritual tour guide dengan tema Upakara/ banten. Pada saat pelatihan,
mahasiswa dan narasumber terkait berdiskusi tentang makna, fungsi, dan tata cara
upakara/ banten sebagai sarana upacara. Mahasiswa juga membuat berbagai jenis
banten yang menjadi dasar upakara yang lebih besar. Setelah itu, mereka
menterjemahkan segala penjelasan tentang upakara dimaksud ke dalam Bahasa
Inggris serta mencoba menjelaskan makna, fungsi, dan tata cara pembuatan
upakara/banten dimaksud pada tahap simulasi (Suputra dkk., 2011).
Tiga bulan setelah pelaksanaan program P2M di STKIP Agama Hindu
Singaraja, mahasiswa asal desa Banyupoh menghubungi salah satu tim kami
secara personal dan mengajukan permintaan untuk mengadakan pelatihan serupa
di desa mereka. Terkait kebermanfaatan yang mereka rasakan setelah pelaksanaan
program P2M dimaksud dan keinginan mahasiswa untuk memberikan
pengetahuan dan keterampilan serupa pada generasi muda yang tergabung di
dalam Sekaha Teruna Teruni desa Banyupoh, maka kami bersama-sama
mahasiswa dan anggota sekeha merancang sebuah program pelatihan dan
pendampingan yang kemudian menjadi program Pengabdian Kepada Masyarakat
ynag kami selenggarakan pada tahun 2013. Kegiatan berlangsung dalam
kaitannya dengan memberdayakan pemuda desa dalam memperkenalkan Pura
Pulaki sebagai tempat wisata spiritual di desa Banyupoh. Kegiatan berlangsung
dengan baik (Suputra dkk., 2013).
Merujuk pada pengalaman pengabdian kepada masyarakat yang telah
dilaksanakan sebelumnya dan menyadari potensi wilayah kabupaten Buleleng
yang berada di desa Kubutambahan, tim kami bersama mitra dari desa
Kubutambahan mencoba mengajukan usulan ini mengingat desa ini memiliki
potensi wisata spiritual dengan adanya Pura Meduwe Karang. Pura ini memiliki
sejarah, fungsi, dan keunikan tersendiri yang selanjutnya dibahas lebih jelas pada
kajian pustaka. Dilihat dari namanya secara umum, pura ini merupakan tempat
memuja Sang Maduwe Karang atau pemilik lahan wilayah yang bersangkutan.
Potensi wisata spiritual di desa Kubutambahan juga didukung oleh potensi
pemuda yang memilki dasar berbahasa asing (Bahasa Inggris) cukup. Namun
mereka belum memiliki keterampilan guiding yang mencukupi. Disamping itu
pula, kemampuan dan keterampilan berbahasa Inggris mereka, khususnya dalam
hal berbicara perlu diasah dan dibina lebih lanjut.
Keberadaan mitra, penting dalam menjaga pelestarian, pemeliharaan,
kebersihan, ketentraman, kenyamanan, dan keamanan lingkungan dan kawasan
pura. Mereka juga merupakan sumber daya manusia yang cukup potensial untuk
diberdayakan sebagai guide lokal tentang pura dan kultur budaya masyarakat
setempat. Mereka juga bisa mewariskan usaha pelestarian kawasan pura kepada
generasi berikutnya. Sehingga usaha pelestarian lingkungan dan kawasan pura
melalui pelatihan Spiritual Tour Guide dapat dilaksanakan secara
berkesinambungan. Jika masyarakat merasakan manfaat besar dari program ini,
mereka akan berusaha untuk melestarikan dan menjaga alam dan kawasan pura
dan segala potensi wisata terkait demi kelangsungan dan peningkatan taraf hidup
kelompok masyarakat mereka dan anak cucu mereka di masa yang akan datang.
Untuk mendukung pengembangan potensi wisata spiritual di daerah ini,
informasi tentang keberadaan pura termasuk asal dan sejarahnya juga perlu
dimantapkan sehingga keakuratan dan kelengkapan informasi terkait dapat
tersampaikan kepada wisatawan (wisatawan domestik dan mancanegara pada
khususnya) secara tepat, singkat, dan padat. Informasi digali dari beberapa
literatur (tertulis dalam bentuk buku dan dalam media elektronik) dan informasi
sahih dari pemuka-pemuka agama setempat.
Berdasarkan hasil penjajagan, secara umum terdapat beberapa
permasalahan yang muncul di lapangan meliputi:
1. Mitra tidak memiliki pengetahuan dan pedoman informasi memadai dan
praktis tentang kawasan yang berpotensi pariwisata di wilayah mereka.
2. Mitra memiliki keterbatasan keterampilan pemandu wisata (guiding)
3. Mitra memiliki keterbatasan keterampilan berbahasa asing aktif dan
komunikatif dalam memberikan informasi kepada para wisman.
4. Pemandu wisata spiritual yang memadai dari segi bobot pengetahuan atau
informasi yang benar dan tepat masih sangat kurang.
II. METODE PELAKSANAAN KEGIATAN
Bentuk aktivitas menggunakan strategi pelatihan dan pendampingan
dengan simulasi (training and simulation = TS). Tahapan-tahapan aktivitas secara
umum yaitu: penyemaian informasi (encoding), pengintegrasian informasi
menjadi suatu pemahaman (decoding), perekaman informasi (storing), pelatihan
informasi melalui simulasi (rehearsal), dan pembelajaran informasi (learning).
Seluruh aktivitas tersebut dirancang bersama-sama dan dilakukan dalam situasi
informal dengan melakukan pelatihan dan pendampingan terhadap pemuda Hindu
desa Kubutambahan, Kecamatan Kubutambahan, Kabupaten Buleleng, Bali.
Mereka berpendidikan setingkat SMA/SMK yang mengenyam pendidikan di
SMA Sidhi Karya Kubutambahan, sebuah sekolah yang mendidik siswa-siswi
untuk menjadi tenaga-tenaga di dalam industri jasa pariwisata.
Dalam kegiatan ini, kami dibantu oleh 5 orang sukarelawan yakni rekan
mahasiswa Jurusan Bahasa Inggris DIII yang memiliki pengetahuan cukup dalam
dunia pariwisata khususnya jasa pemanduan wisata. Mereka bertugas bersama-
sama tutor memberikan penjelasan dalam kegiatan pelatihan serta membantu
administrasi dan pemenuhan kebutuhan program.
Rancangan metode pelaksanaan kegiatan ini disusun berdasarkan
pemetaan permasalahan yang ada di lapangan dan alternatif solusi yang dirancang
bersama-sama pihak sekolah, dalam hal ini kepala sekolah, guru pendamping, dan
mitra peserta pelatihan. Pemetaan permasalahan dan alternatif solusi sebagai
berikut
Tabel 1. Peta Masalah dan Pemecahan
Permasalahan Akar Masalah Pendekatan Pemecahan
Masalah (Solusi)
Tidak mengetahui
informasi dan
keberadaan Pura
Maduwe Karang secara
benar dan tepat
Keterbatasan
pengetahuan (tatwa)
tentang seluk beluk pura
Diberikan informasi
memadai tentang Pura
Maduwe Karang
Kurang keterampilan
berbahasa asing (Bahasa
Inggris) komunikatif
dan fungsional
a. Jarang menggunakan
b. Sedang/ pernah belajar
tetapi tidak
komunikatif dan
fungsional
Pemantapan keterampilan
berbahasa asing (Bahasa
Inggris) komunikatif dan
fungsional
Kurang keterampilan
Guiding yang baik dan
benar
a. Otodidak
b. Tidak pernah belajar
guiding secara khusus
Pembekalan dan
pendampingan
keterampilan guiding
yang baik dan benar
III. PEMBAHASAN
Desa Kubutambahan adalah salah satu desa yang ada di wilayah
kecamatan Kubutambahan dengan batas-batas wilayah sebagai berikut.
Sebelah Utara : laut Bali
Sebelah Timur : Desa Bukti
Sebelah Selatan : Desa Bulian,Desa Bila,Desa Bengkala.
Sebelah Barat : Desa Bungkulan
Luas wilayah desa Kubutambahan yakni 10,36 Km dan terletak sejauh 12
Km sebelah timur kota Singaraja, Letak Desa Kubutambahan dengan ketingian 0-
200 meter diatas permukaan laut, beriklim panas dengan curah hujan antara 26,69
mm-136 mm,dan merupakan daerah pertanian dan berbukit. Sebagian besar
masyarakat bermata pencaharian sebagai petani, nelayan, buruh, dan pedagang.
Sebagian kecil bekerja sebagai PNS, Polisi dan TNI-AD. Sedangkan penghasilan
petani meliputi padi ,palawija dan bawang merah pada lahan basah. Lahan kering
di desa ini menghasilkan jagung, kacang, ketela, kelapa, dan mangga. Ikan ,udang
serta nener adalah hasil perikanan yang terbesar.
Pura Meduwe Karang terletak di Desa Kubutambahan, Kecamatan
Kubutambahan, kira-kira 12 km sebelah timur Kota Singaraja. Pura ini tempat
memohon agar tanaman di tegalan berhasil dan tumbuh dengan baik. Gugusan
tangga mengantarkan pengunjung ke suatu areal luar pura (Jabaan) yang luas yang
di bagian depannya dihiasi patung-patung batu padas, berjumlah 34 buah, yang
diambil dari tokoh-tokoh dan adegan-adegan ceritera Ramayana (http//:
www.wisata-bali.com).
Lingkungan Pura Meduwe Karang adalah salah satu lingkungan Pura di
Bali yang telah dikenal wisatawan mancanegara sebelum Perang Dunia Kedua. Di
Jaman itu wisatawan mancanegara datang ke Bali melalui laut di Pelabuhan
Buleleng. Di tempat ini sambil menunggu angkutan umum para wisatawan
mempergunakan waktu untuk mengunjungi Lingkungan Pura Beji di Desa
Sangsit, Lingkungan Pura Maduwe Karang di Desa Kubutambahan. Lingkungan
Pura ini terdiri dari tiga tingkat yaitu Jaba Pura di luar lingkungan pura atau
Jabaan, Jaba Tengah, dan Jeroan, bagian paling dalam adalah yang paling
disucikan. Dua buah tangga batu menanjak menuju Jaba Pura, yang di bagian
depannya dihiasi patung-patung batu padas tersebut di atas (http//: www.wisata-
bali.com).
Patung yang berdiri di tengah-tengah memperlihatkan Kumbakarna yang
sedang berkelahi dan dikeroyok oleh kera-kera laskar Sang Sugriwa. Yang unik,
pada bagian dinding di sebelah utara terdapat ukiran relief orang naik sepeda yang
roda belakangnya terdapat daun bunga tunjung. Daya tarik lain adalah pahatan
Durga dalam manifestasinya sebagai Rangda, dalam posisi duduk dengan kedua
lututnya terbuka lebar. Tangan kanannya diletakkan di atas kepala seorang anak
kecil yang berdiri di sebelah lututnya, kaki kanannya diletakkan di atas binatang
bertanduk yang sedang berbaring. Pada bagian lain dari dinding lingkungan pura
ini terdapat pahatan seorang penunggang kuda terbang dan pahatan Astimuka.
Tokoh ini dilukiskan sama dengan Sang Hyang Gana (Ganesha), yakni dewa
dengan muka gajah (http//: www.balipost.co.id).
Berdasarkan asal usul sejarah Pura Meduwe Karang, yang bersumber dari
hasil studi dan penelitian sejarah Pura-Pura di Bali tahun 1981/1982 oleh
pemerintah daerah Bali yang bekerjasama dengan Institut Hindhu Dharma (IHD)
Denpasar, Pura Maduwe Karang, di bangun pada abad ke 19 Masehi, tepatnya
pada tahun 1890 oleh para migrasi lokal, yang berasal dari Desa Bulian, sebuah
Desa Bali Kuno, ke lokasi Desa Kubutambahan (http//: www.balipost.co.id).
Sesuai dengan istilah yang dipergunakan , disebut Pura Maduwe Karang
berarti yang memiliki Karang (memiliki lahan, yang berupa tanah tegalan) di Desa
Kubutambahan, permukiman baru migran asal desa Bulian. Sehingga dengan
demikian , Pura Maduwe Karang berstatus dan berkedudukan sebagai Pura perlak
(Pura subak abian) yang diempon , diemong, disungsung dan disiwi oleh krama
Subak Kubutambahan yang asal-usulnya berasal dari imigran petani desa Bulian
(http//: www.wisata-bali.com).
Kelompok sasaran program adalah pemuda Hindu di kawasan Pura
Maduwe Karang yang sedang dan atau telah mengenyam pendidikan di tingkat
SMA/SMK yang masih produktif, berumur 15 s/d 18 tahun. Mereka menjadi
kelompok sasaran karena mereka memiliki dasar kemampuan rata-rata cukup
untuk menerima materi program pelatihan dan pendampingan yang berupa
pengayaan informasi Kawasan Pura Maduwe Karang, keterampilan bahasa
Inggris tingkat dasar/madya, dan keterampilan pemandu wisata. Disamping itu,
mereka juga masih memilki peluang cukup besar untuk mengembangkan karir
pada jasa pariwisata dan pemasaran, dalam hal ini produk wisata spiritual.
Jumlah mitra yang diberdayakan sebanyak 36 orang pemuda-pemudi desa
Kubutambahan yang menjadi siswa-siswi kelas XII IPA di SMA Sidhi Karya
Kubutambahan dengan melibatkan 5 orang rekan mahasiswa Jurusan Bahasa
Inggris DIII Undiksha yang telah memiliki keterampilan Bahasa Inggris dan
pemanduan wisata yang cukup sebagai mitra pendamping.
Tempat pelatihan adalah di gedung kelas SMA Sidhi Karya
Kubutambahan, berjarak 100 meter dari Pura Maduwe Karang.
Oleh karena kendala beban tugas dan admistratif yang dihadapi oleh tim,
pelaksanaan kegiatan di lokasi mitra baru bisa dijalankan pada akhir bulan
Agustus sampai awal September, tepatnya pada hari Sabtu, 30 Agustus 2014, dan
dilanjutkaan dengan pendampingan selama 2 hari pada tanggal 1 dan 3 September
2014. Program pendampingan dilaksanakan untuk memfasilitasi mitra dalam
memahami, melatih, dan merefleksi materi pelatihan yang diberikan oleh tim
sebelumnya. Pada saat pendampingan, antusias mitra peserta pelatihan cukup
tinggi dalam membahas isu-isu terkait praktik jasa pramuwisata dan kendala-
kendala berbahasa asing, Bahasa Inggris. Pelaksanan program berjalan lancar dan
sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Pemetaan kegiatan terangkum dalam
tabel 2.
Tabel 2. Program Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pelatihan Spiritual
Tour Guide di Kawasan Pura Maduwe Karang
Kegiatan Juli Aug Sept Okt Nov Des
Penjajagan / orientasi
pelaksanaan
Persiapan pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan
Menghimpun data
Penyusunan laporan
Penyerahan laporan
Penyelesaian administrasi akhir
Tahap awal kegiatan dilaksanakan oleh tim melalui penjajagan awal ke
lokasi mitra. Konsultasi dan koordinasi juga dilakukan dengan pihak desa
Kubutambahan, khususnya sekretaris desa, dan pihak sekolah, Kepala sekolah,
guru pendamping, dan mitra peserta pelatihan dan pendampingan. Koordinasi
tentang informasi Pura Maduwe Karang juga dilakukan dengan guide lokal dan
pengempon pura guna memperoleh informasi yang tepat dan akurat sebagai bahan
penyusunan materi pelatihan dan pendampingan dimaksud. Informasi tentang
Pura juga diperoleh sebelumnya melalui situs-situs terkait di internet. Persiapan
administrasi dan perencanaan program kegiatan juga dilakukan oleh tim bersama-
sama mitra. Ada beberapa poin yang disepakati pada saat itu yakni:
1. Program didukung sepenuhnya oleh mitra peserta.
2. Program diberikan kepada 36 pemuda desa yang memiliki ketertarikan
dalam bidang usaha jasa pemandu wisata dan mereka yang telah
mengenyam pendidikan SMA/SMK atau yang sederajat.
3. Program dilaksanakan di gedung kelas SMA Sidhi Karya Kubutambahan,
pada hari Sabtu,30 Agustus 2014, pukul 09.00 – 13.00 wita. Dilanjutkan
dengan pendampingan selama 2 hari secara informal pada hari Senin dan
Rabu tanggal 1 dan 3 September 2014 kepada peserta yang masih
memerlukan arahan dan bantuan tim dalam memahami informasi/materi
yang telah disampaikan serta memantapkan latihan yang mereka sedang
jalankan terkait program dimaksud.
Setelah melakukan penjajagan dan koordinasi kepada pihak mitra, tim
merencanakan dan menyusun materi kegiatan. Materi kegiatan meliputi
pengetahuan umum dan praktis tentang aturan dan tata cara pemanduan wisata,
beberapa fungsi dan ekpresi Bahasa Inggris yang sering digunakan di dalam
pemanduan wisata, dan informasi tentang Pura Maduwe Karang. Informasi-
informasi yang terdapat di dalam materi di peroleh dari internet dan referensi-
referensi terkait. Informasi tentang pura juga dimintakan klarifikasi kepada staf
desa, pemangku, serta penegemong pura setempat sehingga diperoleh informasi
dan data yang sahih atau akurat.
Seperti yang tersirat di dalam pendahuluan maupun metode kegiatan di
atas, Bentuk aktivitas menggunakan strategi pelatihan dengan simulasi (training
and simulation = TS). Strategi ini dilakukan agar mitra langsung melatihkan dan
merasakan pengalaman pemanduan secara optimal. Pemberian penjelasan dasar-
dasar pemanduan dan teori terkait serta keterampilan Bahasa Inggris diberikan
sebesar 40%. Sisanya (60%) digunakan untuk latihan, diskusi, dan simulasi.
Tahapan-tahapan aktivitas secara umum yaitu: penyemaian informasi
(encoding), yakni tahap pemantapan pengetahuan konsep tentang keberadaan pura
secara filosofis, empiris, dan geografis. Informasi tentang pura diperoleh dari
beberapa situs di internet dan didiskusikan kebenarannya lebih lanjut dengan
pihak aparat desa, pemandu lokal, pemangku, dan pengempon pura setempat
sehingga diperoleh informasi dan data yang akurat mengenai keberadaan pura.
Informasi ini selanjutnya dijadikan bahan di dalam pelatihan dimaksud.
Pembekalan tentang Pura Maduwe Karang diberikan pada sesi pertama kegiatan
pelatihan.
Informasi akurat tentang Pura Maduwe Karang diberikan secara singkat,
padat, dan jelas kepada mitra peserta selama masa pelatihan. Hal ini sangat
berguna untuk mereka dalam memberikan penjelasan kepada wisatawan yang
ingin mengetahui seluk beluk pura secara detail, benar, dan tepat. Pada awal
kegiatan, para peserta memberikan informasi yang bervariasi tentang Pura
Maduwe Karang kepada tim panitia. Ini menunjukkan bahwa mereka belum
memiliki wawasan dan pengetahuan yang sama tentang keberadaan Pura Maduwe
Karang. Materi terkait keberadaan pura, yang sebelumnya telah mengalami
penyesuaian dan pendalaman berdasarkan informasi pihak desa; pemangku; dan
pangemong pura, kemudian dibagikan kepada setiap peserta.
Selain itu, keterampilan pemanduan dengan bahasa asing, khususnya
Bahasa Inggris dilatihkan dengan memberikan beberapa informasi teoretis dan
praktis tentang jasa pemanduan guna memberikan wawasan tentang aturan dan
tata cara pemanduan yang baik. Pembekalan diawali dengan menayangkan 3 buah
video berisikan pemanduan wisata di Bali yang dilakukan oleh 2 orang asing,
penutur asli Bahasa Inggris, dan 1 orang lokal Bali yang masing-masing berdurasi
7-8 menit. Kemudian peserta diminta untuk menyimak intisari informasi yang
ada di dalam video, termasuk komponen-komponen penting yang perlu
disampaikan ketika memberikan pemanduan wisata tentang tempat, acara, budaya
tertentu. Kesempatan diskusi kemudian dibuka untuk menampung beberapa
pertanyaan peserta pelatihan. Secara umum mereka memahami informasi yang
disampaikan di dalam 3 video yang ditayangkan.
Berdasarkan 3 contoh video yang ditayangkan, secara umum ada tiga hal
yang perlu peserta pelatihan lakukan untuk mampu menjalani profesi sebagai
pemandu wisata yakni memilki informasi lengkap tentang objek wisata, memiliki
keterampilan bahasa yang memadai dan fungsional, dan mampu mengetahui
karakteristik wisman yang dipandu secara tepat yang nantinya berpengaruh pada
jenis dan metode pelayanan yang diberikan kepada mereka.
Informasi tata cara pemanduan wisata ini penting diberikan kepada mitra
karena sebelum menjadi seorang pemandu wisata, mereka seharusnya mengetahui
beberapa tata cara yang baik dan benar untuk menjadi seorang pemandu wisata,
khususnya pengetahuan tentang etika memandu wisatawan. Pembekalan tentang
materi pemandu wisata juga menimbulkan kesadaran peserta pelatihan tentang
peran penting jasa pemandu wisata dalam memberikan informasi yang tepat dan
benar tentang suatu kawasan wisata, memasarkan potensi-potensi wisata yang ada
di daerah mereka selain wisata spiritual, dan menjaga kelestarian dan kesakralan
kawasan wisata terkait karena mereka memperoleh manfaat, khususnya manfaat
ekonomi, dengan menjaga kelestarian situs pura, budaya, maupun potensi-potensi
lainnya. Pembekalan pengetahuan dan informasi terkait telah dapat memberikan
potensi alternatif usaha, jasa pemandu wisata, kepada peserta yang secara umum
diarahkan untuk bekerja sebagai pegawai hotel oleh pihak sekolah.
Informasi praktis tentang beberapa fungsi dan ekpresi Bahasa Inggris yang
sering digunakan dalam berkomunikasi dengan wisman oleh para pemandu wisata
juga diberikan kepada peserta pelatihan. Fungsi dan ekspresi bahasa yang
dilatihkan meliputi: menyapa, memperkenalkan diri, bertanya, menawarkan
bantuan, dan menjelaskan.
Fungsi dan ekspresi bahasa Inggris perlu diberikan karena bahasa adalah
alat utama dalam berkomunikasi (bertanya dan memberikan penjelasan) dengan
wisatawan manca negara selama pemanduan wisata berlangsung. Pada saat awal
pelatihan, pengetahuan dan keterampilan mereka tentang fungsi dan ekspresi
Bahasa Inggris hanya 65%. Pengetahuan ini hanya dimiliki oleh 10 orang peserta,
dan 26 orang menguasai Bahasa Inggris dalam kosakata terkait pariwisata yang
masih terbatas. Pada awal kegiatan secara umum, kelemahan peserta terletak pada
penguasaan kosakata umum dan kosakata terkait pariwisata, ketepatan struktur
bahasa; pengucapan kata dan intonasi, dan kelancaran berbahasa. Hal ini
berimbas pada rasa percaya diri peserta yang masih dirasa sangat kurang. Untuk
itu para instruktur memberikan dorongan dan gambaran tentang pentingnya
menumbuhkan rasa percaya diri didalam menjalankan usaha jasa pramuwisata.
Kegiatan selanjutnya adalah pengintegrasian informasi menjadi suatu
pemahaman (decoding) Pada tahap ini mereka diberikan kesempatan untuk
berdiskusi dengan sesama peserta pelatihan termasuk dengan para instruktur.
Peserta pelatihan diberikan waktu masing-masing 10 menit untuk berdiskusi
tentang 3 kelompok materi yang telah mereka peroleh. Setiap 10 menit kelompok
mereka diwajibkan untuk menjawab pertanyaan dan atau memperagakan/
melatihkan beberapa instruksi langsung tentang materi-materi terkait. Dengan cara
ini, tim mengidentifikasi tingkat pemahaman peserta tentang materi yang telah
disampaikan. Secara umum, pengetahuan dan keterampilan mereka tentang materi
yang diberikan tergolong cukup.
Tahap dilanjutkan dengan perekaman informasi (storing), yakni pemberian
kesempatan kepada mitra untuk merekam informasi yang telah diintegrasikan
selama beberapa waktu tertentu (dalam waktu sekitar 30-40 menit) sesuai dengan
kemampuan mereka dan melatihkan keterampilan guiding dan Bahasa Inggris.
Pada tahap ini mereka di dalam kelompok kecil, didampingi oleh 1 orang
instruktur, secara bergantian bertanya dan menjawab/ menjelaskan informasi
sederhana tentang Pura Maduwe Karang. Kegiatan ini juga memberikan
penguatan atau drilling informasi dan keterampilan berbahasa kepada para
peserta. Semakin sering dan intensif mereka melatihkan ini di dalam kelompok
mereka, semakin baik pembelajaran yang mereka lakukan sehingga semakin kuat
ekspos informasi dan pengalaman yang mereka peroleh dari kegiatan dimaksud.
Pada gilirannya, penguatan informasi dan pengalaman ke dalam memori mereka
semakin kuat. Pada tahap ini, keterampilan peserta untuk melakukan guiding
tergolong cukup. Kemampuan pemberian informasi tentang Pura Maduwe Karang
cukup. Permasalahan yang masih ada meliputi ketidakmampuan peserta dalam
menyampaikan sejarah Pura Maduwe Karang, fungsi, keunikan dan struktur pura.
Sedangkan keterampilan penggunaan Bahasa Inggris peserta juga tergolong
cukup. Permasalahan masih cukup banyak muncul pada penguasaan kosakata,
struktur bahasa, dan pengucapan kata, termasuk kelancaran penggunaan Bahasa
Inggris.
Pelatihan kemudian dilanjutkan dengan simulasi (rehearsal), yakni
pelatihan dan pendampingan terhadap mitra dalam menguji cobakan apa yang
telah mereka terima dan pahami sebelumnya. Mereka diminta untuk bertanya dan
memberikan informasi terkait Pura Maduwe Karang dalam Bahasa Inggris
melalui permainan peran (Role play), sebagian berperan sebagai wisman dan
sisanya berperan sebagai pemandu wisata. Kemudian mereka bertukar peran.
Prosedur pelaksanaanya sama dengan tahap sebelumnya namun mereka diminta
secara berkelompok memperagakan keterampilan guiding di depan lokasi
pelatihan dan ditonton oleh kelompok peserta lainnya. Dengan cara ini, antar
individu dan kelompok dapat berbagi pengetahuan, keterampilan, pengalaman
belajar dan berlatih. Disamping itu, mereka juga dapat melihat kelebihan dan
kekurangan masing-masing individu dan kelompok untuk dijadikan refleksi demi
perbaikan. Pada tahap ini, keterampilan peserta untuk melakukan guiding masih
tergolong cukup dan kemampuan menjelaskan keberadaan Pura Maduwe Karang
cukup. Pada tahap ini, informasi tentang Pura Maduwe Karang sudah bisa
dijelaskan dengan baik. Sementara itu, keterampilan berbahasa Inggris peserta
tergolong cukup baik. Mereka masih bermasalah pada penguasaan kosakata,
struktur bahasa, dan pengucapan kata. Tingkat kelancaran berbahasa Inggris juga
masih perlu dilatih dan ditingkatkan.
Tahap akhir adalah pembelajaran informasi (learning), yakni pemberian
penguatan-penguatan dan konfirmasi terhadap pengetahuan dan keterampilan
yang telah mereka terima dan uji cobakan. Tahap ini dilakukan secara informal
guna menjaga kedekatan tim dengan mitra secara personal dan emosional. Tahap
ini juga merupakan tahap pendampingan yang diberikan guna memantapkan
pengetahuan dan pelatihan mereka. Pada tahap ini mereka diberi masukkan atau
umpan balik terkait dengan beberapa hal yang sudah mereka lakukan dengan baik
dan hal-hal yang masih dianggap perlu diperbaiki di masa yang akan datang.
Pendampingan juga dilakukan untuk sharing dan learning berdasarkan
pengalaman dan permasalahan yang ditemui peserta pelatihan secara nyata di
lapangan. Pendampingan diakui oleh peserta dapat memberikan rasa percaya diri
mereka dalam belajar dan berlatih Spiritual tour Guide.
Penerapan IPTEKS yang ditransfer kepada mitra beranjak dari analisis
situasi tentang potensi Kawasan Pura Maduwe Karang yang merupakan daerah
tujuan wisata spiritual wisatawan, khususnya wisatawan mancanegara. Namun,
mitra memiliki keterbatasan pengetahuan dan keterampilan berbahasa asing,
dalam hal ini Bahasa Inggris guna menunjang peran serta mitra nantinya dalam
industri jasa pramuwisata. IPTEKS yang ditransfer, dalam hal ini, adalah berupa
pengetahuan dan keterampilan Guiding (pemanduan) dan Bahasa Inggris aktif,
komunikatif, dan fungsional, dalam hal ini keterampilan berbicara. Gambaran
IPTEKS yang ditransfer dapat dilihat pada gambar 1.
Gambar 1. Gambaran IPTEKS Program P2M
Secara umum, pengetahuan dan keterampilan Spiritual Tour Guide mitra
tentang Pura Maduwe Karang cukup. Kesan yang diberikan sangat baik. Hal
initerbukti dengan tingginya antusiasme peserta dalam mengikuti kegiatan
pelatihan dilaksanakan. Bantuan dalam penyediaan tempat dan alat pelatihan,
dan berbagai jenis pertanyaan oleh mitra terkait materi dan keterampilan yang
diberikan menunjukkan perhatian mereka yang cukup baik terhadap program yang
dijalankan. Disamping itu pula, kepala sekolah, guru pendamping dan peserta
secara langsung memohon kepada Tim LPM Undiksha untuk memberikan
pelatihan selanjutnya jika melaksanakan program P2M terkait pada tahun-tahun
berikutnya.
Dari paparan di atas, program P2M Undiksha bertajuk Pemberdayaan
Masyarakat Melalui Pelatihan Spiritual Tour Guide di Kawasan Pura Maduwe
Karang telah dilaksanakan dengan baik. Pengetahuan dan keterampilan mitra
dapat ditingkatkan dan materi Spiritual Tour Guide untuk Kawasan Pura Maduwe
Karang telah dibuat guna membantu rekan-rekan mitra yang lain yang tertarik
untuk mendalaminya. Secara umum tanggapan mitra beserta seluruh
Analisis
Situasi
Potensi
Mitra
Peta Potensi Daerah
Keterampilan Sumber
Daya di Jur. Bahasa
Inggris
Kondisi Riil Mitra Penentuan Model
Bantuan
Pemilihan dan Penentuan
Tenaga Pelatih&
Pendamping
PROGRAM : Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pelatihan Spiritual
Tour Guide di Kawasan Pura Maduwe Karang
komponennya sangat bagus dan mengharapkan keberlanjutan pelaksanaan
program di masa yang akan datang.
IV. SIMPULAN DAN SARAN
a. SIMPULAN
Berdasarkan paparan pendahuluan, metode pelaksanaan kegiatan, dan
pembahasan tersebut diatas, simpulan dirangkum sebagai berikut.
1. Program Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pelatihan Spiritual Tour
Guide di Kawasan Pura Maduwe Karang telah memberikan pengalaman
peserta pelatihan dalam memandu wisata spiritual, menggunakan Bahasa
Inggris aktif dan fungsional dalam memandu wisata spiritual, dan
memberikan pengetahuan dan wawasan yang memadai tentang keberadaan
Pura Maduwe Karang,
2. Program Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pelatihan Spiritual Tour
Guide di Kawasan Pura Maduwe Karang telah memberikan keterampilan
pemanduan wisata spiritual peserta pelatihan dengan rata-rata kemampuan
cukup.
3. Kemampuan dan keterampilan peserta pelatihan Program Pemberdayaan
Masyarakat Melalui Pelatihan Spiritual Tour Guide di Kawasan Pura
Maduwe Karang masih perlu ditingkatkan khususnya dalam kemampuan
dan keterampilan pemanduan wisata dan berbahasa Inggris.
b. SARAN
1. Merujuk pada manfaat yang dirasakan peserta terkait Program Pemberdayaan
Masyarakat Melalui Pelatihan Spiritual Tour Guide di Kawasan Pura
Maduwe Karang, program yang sama perlu dilanjutkan guna memantapkan
hasil pelatihan yang telah diperoleh
2. Menyadari hasil program yang tergolong cukup, program perlu dilaksanakan
secara berkesinambungan guna memberikan kesempatan yang lebih banyak
kepada peserta untuk berlatih dan berbagi pengalaman
DAFTAR PUSTAKA
Nitiasih, Putu Kerti, Putu Eka Dambayana Suputra, I Nyoman Adijaya Putra, dan
Ni Nyoman Padmadewi. 2010. Pelatihan “Spiritual Tour Guide” bagi
Mahasiswa Jurusan Agama Hindu STKIP Singaraja. Laporan P2M
Undiksha. Tidak dipublikasikan.
Ole, Adnyana. Pura Maduwe Karang Penjaga Kesuburan Tanah.
http://www.balipost.co.id
Suputra, Putu Eka Dambayana, Putu Kerti Nitiasih, I Nyoman Adijaya Putra, dan
Ni Nyoman Padmadewi. 2011. IbM Spiritual Tour Guide: Pelatihan
“Spiritual Tour Guide” bagi Mahasiswa Jurusan Agama Hindu STKIP
Singaraja. Laporan P2M Undiksha
Suputra, Putu Eka Dambayana, Putu Kerti Nitiasih, I Made Suta Paramarta. 2013.
Pemberdayaan Masyarakat melalui Pelatihan “Spiritual Tour Guide” di
Kawasan Pura Pulaki. Laporan P2M Undiksha
http://www.ehow.com/how_138394_become-tour-guide.html#ixzz1Y4X35H1g
_____. Pura Maduwe Karang, Sebuah Pura dengan Relief Unik.
http://www.wisata-bali.com
MATERI
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
MELALUI PELATIHAN SPIRITUAL TOUR GUIDE
DI KAWASAN PURA MADUWE KARANG
2014
Pramuwisata atau Pemandu Wisata; yaitu seseorang yang bertugas
memberikan bimbingan, penerangan dan petunjuk tentang obyek wisata serta
membantu segala sesuatu yang diperlukan wisatawan.
Guide harus memiliki standar kualifikasi layanan dan kompetensi yang cukup
berupa
o sikap,
o pengetahuan,
o keterampilan teknik,
o bahasa
o kode etik profesi kepariwisataan
(pasal 14 UU 10/Th2009 adalah Usaha Jasa Pramuwisata)
Fungsi terpenting Pemandu Wisata adalah menghubungkan wisatawan
dengan pusat-pusat ikon destinasi dan khazanah budaya lokal.
Seorang Guide adalah
o guru,
o pemimpin,
o informan,
o juru terang,
o wartawan,
o humas,
o pemandu,
o penerjemah,
o pendamping,
o penghibur,
o motivator,
o seniman
o pekerja budaya.
Profesi Tourist Guide juga berperan ikut menjaga daya tarik wisata dari
pelaku kerusakan (fandalisme):
o perbuatan mengubah warna dan bentuk,
o menghilangkan spesies tertentu,
o mencemarkan lingkungan,
o memindahkan, mengambil, menghancurkan, atau memusnahkan
daya tarik wisata sehingga berakibat berkurang atau hilangnya
keunikan, keindahan, dan nilai autentik suatu daya tarik wisata
yang telah ditetapkan oleh Pemerintah.
Tugas Pemandu Wisata dan Pengusaha terkait lain bisa pula dirujuk dalam
UU 10/Thn 2009 Pasal 20, bahwa setiap wisatawan berhak memperoleh:
(a) informasi yang akurat mengenai daya tarik wisata;
(b) pelayanan kepariwisataan sesuai dengan standar.
Hal ini berarti bahwa seorang pemandu wisata memiliki kewajiban untuk
memberikan informasi yang tepat dan akurat kepada wisatawan dan
memperlakukan wisatawan sesuai kaidah-kaidah prosedur pemanduan wisata
yang berlaku. Sehingga wisatawan akan merasa nyaman, aman, dan puas akan
layanan yang diberikan kepadanya.
Seorang Pramuwisata yang Handal:
Jujur.
Sabar ;
Sopan dan beretika;
Kenal budaya sendiri dan wisatawan (untuk menghindari kesalahpahaman)
Dengar, tunjukkan kesenangan, ulangi, beri jawaban singkat dan padat;
Tahan bekerja berjam-jam (dalam memberikan pelayanan kepada
wisatawan);
Kenal tempat/ wilayah tour dan gali informasi sebanyak-banyaknya;
Percaya diri dan tunjukkan pengetahuan serta keahlian anda sewajarnya;
Organisasi dengan baik waktu, tempat/ objek wisata, transportasi,
akomodasi, dan wisatawan;
Atur ritme perjalanan/ kunjungan sehingga wisatawan tidak merasa bosan;
Tidak panik jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.
Fungsi dan Ekpresi Bahasa Inggris
Greeting:
Good morning/ afternoon/ evening/ night
Hai/ Hello
Introducing (self and others)
Get to know each other:
May I have your (full) name?
Can you tell me your name, please?
May I know your name?
What is your name?
My name is ….
This is …..
He/ she is …..
Where are you from?
Nice to meet you (too).
Asking Guest to Spell Name:
Could you spell your name?
How do you spell your name?
Asking Guest Address:
May I have your address, please?
Could I have your (complete) address?
Please tell me your address.
Asking Phone Number:
May I have your phone number, please?
Can you tell us your phone number?
Offering something:
Would you like some …..
Would you like to visit the temple?
Would you like to take a photo?
Explaining
Asking Choices:
Which one will you choose?
What kind of room would you like?
Asking and Informing price/rate:
How much is it?
It costs Rp 150.000,-
It is Rp 150.000,-
Asking Length of Stay:
How long will you stay (here/ there/ in Singaraja)?
(May I know) how long you would stay?
Asking Number of Guest:
How many people will come (here)?
How many guests (will come/ will be with you)?
Asking Special Requests:
Do you have any special requests?
Is there any request
Closing :
Good bye
Thank you. Good bye.
Thank you and see you soon.
Thank you very much. We look forward to seeing you soon.
FOTO-FOTO KEGIATAN PROGRAM P2M UNDIKSHA 2014:
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
MELALUI PELATIHAN SPIRITUAL TOUR GUIDE
DI KAWASAN PURA MADUWE KARANG