90
1 TESIS PEMBERIAN INJEKSI GLUTATION INTRAPERITONEAL MENURUNKAN KADAR MDA PADA TIKUS WISTAR DENGAN PELATIHAN FISIK BERLEBIH ELISABETH SUSANA PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2012

PEMBERIAN INJEKSI GLUTATION INTRAPERITONEAL

  • Upload
    letuyen

  • View
    290

  • Download
    6

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PEMBERIAN INJEKSI GLUTATION INTRAPERITONEAL

1

1

TESIS

PEMBERIAN INJEKSI GLUTATION

INTRAPERITONEAL MENURUNKAN KADAR MDA PADA TIKUS WISTAR DENGAN PELATIHAN FISIK

BERLEBIH

ELISABETH SUSANA

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR

2012

i

i

TESIS

PEMBERIAN INJEKSI GLUTATION

INTRAPERITONEAL MENURUNKAN KADAR MDA PADA TIKUS WISTAR DENGAN PELATIHAN FISIK

BERLEBIH

ELISABETH SUSANA

NIM 0990761010

PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR 2012

ii

ii

PEMBERIAN INJEKSI GLUTATION INTRAPERITONEAL MENURUNKAN KADAR MDA PADA TIKUS WISTAR DENGAN PELATIHAN FISIK

BERLEBIH

Tesis Untuk Memperoleh Gelar Magister Pada Program Magister Program Studi Ilmu Biomedik

Program Pascasarjana Universitas Udayana

ELISABETH SUSANA NIM 0990761010

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR

2012

iii

iii

Lembar Pengesahan

TESIS INI TELAH DISETUJUI

PADA TANGGAL 26 April 2012

Pembimbing I Prof Dr dr J Alex PangkahilaMSc Sp And NIP 19440201 196409 1 001

Pembimbing II Prof dr I Gusti Made Aman SpFK NIP 19410320 196801 1001

Mengetahui

Ketua Program Studi Magister Program Pascasarjana Universitas Udayana

ProfDrdrWimpie I PangkahilaSp AndFAACS NIP 19461213 197107 1001

Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana ProfDrdrAARaka Sudewi SpS(K) NIP 195902151985102001

iv

iv

Tesis ini Telah Diuji Pada

Tanggal 26 April 2012

Panitia Penguji tesis Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana

No 0144UN144HK2012

Tanggal 16 Januari 2012

Ketua Prof Dr dr J Alex PangkahilaMSc Sp And

Anggota

1 ProfdrI Gusti Made Aman SpFK

2 ProfDrdr Wimpie Pangkahila SpAnd FAACS

3 Dr dr Ida Sri Iswari SpMK MKes

4 Profdr N Agus Bagiada SpBIOK

v

v

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena hanya atas berkat

rahmat dan karuniaNya tugas akhir dengan judul ldquoPEMBERIAN GLUTATION

MENURUNKAN KADAR MDA PADA TIKUS WISTAR DENGAN

PELATIHAN FISIK BERLEBIHrdquo ini dapat diselesaikan

Tulisan ini disusun untuk memenuhi persyaratan tugas akhir studi yang

dijalani Penulis untuk memperoleh Gelar Master pada Program Magister Program

Studi Ilmu Kedokteran Biomedik Kekhususan Anti Aging Medicine Program

Pasca Sarjana Universitas Udayana

Selama penyusunan tulisan ini Penulis banyak mendapatkan bimbingan

dan masukan yang berharga dari berbagai pihak Di mana pada kesempatan ini

perkenankanlah Penulis menyampaikan rasa hormat dan ucapan terimakasih yang

sebesar-besarnya kepada

1 Prof Drdr Wimpie Pangkahila SpAnd FAACS selaku Ketua Program

Studi Ilmu Kedokteran Biomedik Kekhususan Anti Aging Medicine

Universitas Udayana dan penguji yang telah memberikan banyak

masukan dan bimbingan kepada penulis selama penyusunan tesis ini

2 ProfDrdr J Alex Pangkahila MSc SpAnd selaku pembimbing I yang

telah banyak memberikan dorongan semangat masukan dan bimbingan

kepada penulis selama penyusunan tesis ini

vi

vi

3 Prof dr I Gusti Made Aman SpFK selaku pembimbing II pembimbing

akademik dan Kepala Laboratory Animal Unit Bagian Farmakologi

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana yang dengan penuh perhatian

memberikan dorongan semangat dan bimbingan kepada penulis selama

mengikuti program magister dan penyusunan tesis ini

4 Prof dr N Agus Bagiada SpBIOK selaku penguji yang dengan sepenuh

hati membimbing dan memberikan masukan kepada penulis selama

penyusunan tesis ini

5 Dr dr Ida Sri Iswari MKes SpMK selaku penguji yang banyak sekali

membimbing dan memberi masukan yang kritis serta pengajaran yang

sangat dirasakan manfaatnya oleh penulis selama penyusunan tesis ini

6 Bapak I Gede Wiranatha selaku staf di Departemen Farmakologi Fakultas

Kedokteran Universitas Udayana yang telah membantu selama melakukan

penelitian di laboratorium Farmakologi FK Universitas Udayana

7 Drs I Ketut Tunas MSi yang telah membantu memberikan masukan dan

saran ilmiah terutama dalam statistik yang sangat berguna bagi penulis

dalam menyusun tesis ini

8 dr I Made Oka Negara beserta staf bagian Ilmu Kedokteran Andrologi

dan Seksologi (dr Pram Ibu Eni Ibu Agnes dan Bapak Edy) serta teman-

teman mahasiswa Program Magister Biomedik kekhususan Anti Aging

Medicine atas doa semangat dan dorongannya

vii

vii

9 Keluarga besar tercinta suami (Berlianto Tjahjadi) anak-anak (Henokh

dan Khezia) dan orang tua atas doa pengertian kasih sayang dan

dorongan serta masukan kepada penulis selama penyusunan tesis ini

10 Juga kepada para dosen pengajar dan rekan-rekan yang tidak dapat saya

sebut satu persatu kiranya Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan

berkat dan rahmatNya

Akhir kata Penulis berharap tulisan tugas akhir ini dapat memberikan

manfaat bagi penulis pribadi dan bagi Program Pendidikan Magister Program

Studi Ilmu Kedokteran Biomedik Kekhususan Anti Aging Medicine Program

Pasca Sarjana Universitas Udayana serta bagi puhak-pihak lain yang

berkepentingan

Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa memberkati kita semua amin

Denpasar April 2012

Elisabeth Susana

viii

viii

ABSTRAK

PEMBERIAN INJEKSI GLUTATION INTRAPERITONEAL MENURUNKAN KADAR MDA PADA TIKUS WISTAR DENGAN

PELATIHAN FISIK BERLEBIH

Menurut Kedokteran Anti Penuaan penuaan dapat diperlakukan seperti suatu penyakit sehingga prosesnya dapat kita atasi bahkan dapat kita lsquoreversersquo atau dirsquokembalikanrsquokan menjadi seperti kondisi saat lsquomudarsquoSetiap saat kita melakukan suatu aktifitas terjadi proses oksidasi di dalam tubuh kitadi mana 2-5 dari oksigen yang kita hirup tereduksi menjadi radikal bebas Hal ini merupakan suatu kondisi fisiologis Produksi tersebut meningkat dalam kondisi seperti terpapar sinar ultraviolet polusi merokok konsumsi alkohol berlebihan stress menyebabkan kerusakan sel terjadi penuaan dini Pelatihan Fisik berlebih menyebabkan radikal bebas meningkat kondisi ini membutuhkan antioksidan yang mampu untuk mengatasi radikal bebas sehingga kerusakan lebih lanjut dapat dicegah Tujuan penelitian untuk mengetahui efektivitas Glutation dalam mengatasi peningkatan radikal bebas yang diakibatkan oleh pelatihan fisik berlebih yang dapat diketahui dari menurunnya kadar MDA Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan pre test-post test control group design yang dilakukan di Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana pada bulan Januari- Maret 2012 Penelitian ini menggunakan sampel 20 ekor tikus putih yang dibagi menjadi 2 kelompokKelompok 1 adalah kelompok kontrol yang diberikan pelatihan fisik berlebih (berenang) dan diberikan suntikan intraperitoneal aquabidesKelompok 2 adalah kelompok perlakuan yang diberikan pelatihan fisik berlebih dan suntikan intraperitoneal Glutation dengan dosis 37mgkg BB hariKedua kelompok diberikan pelatihan fisik berlebih selama 35 hari di mana pelatihan fisik ini dibagi atas 2 yaitu 7 hari pertama hanya diberikan pelatihan fisik berlebih saja 28 hari berikutnya diberikan pelatihan fisik berlebih + perlakuan berupa pemberian injeksi Glutation placebo Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kelompok kontrol terdapat peningkatan kadar MDA dari 518plusmn028mmollt menjadi 552plusmn029mmollt sedangkan pada kelompok perlakuan kadar MDA menurun dari 778plusmn023 mmollt menjadi 444plusmn017 mmollt Berdasarkan uji statistik yang dilakukan terdapat penurunan MDA secara bermakna pada kelompok perlakuan (plt005) Penelitian ini menyimpulkan bahwa pemberian suntikan Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang diberikan pelatihan fisik berlebih Disarankan untuk melakukan penelitian in vivo lanjutan pada beberapa jenis hewan percobaan dan pada manusia

Kata kunci glutation kadar MDA pelatihan fisik berlebih tikus

ix

ix

ABSTRACT

INTRAPERITONEAL ADMINISTRATION OF GLUTATHIONE INJECTION DECREASE MDA LEVEL ON

OVERTRAINING RAT

According to Anti-Aging Medicine aging can be treated as a diseaseageing process can be overcome so that we can even reverse Every time we do an activity a process of oxidation occurs in our bodies 2-5 of the oxygen we consumed is reduced to free radicals This is a physiological condition This production is increased in conditions such ultraviolet rays exposure pollution smoking excessive alcohol consumption stress causing cells damage occurs premature aging Overtraining causes an excess of free radicals this condition requires an antioxidant that is able to overcome free radicals so further damage can be prevented The aim of this study was to determine the effectiveness of Glutathione in dealing with excess free radicals caused by excessive physical training which can be determined from the decreasing levels of MDA

This study was an experimental study with Pre test-Post test control group design conducted at the Department of Pharmacology Faculty of Medicine University of Udayana in January-March 2012 This study used 20 albino rats randomly divided into two groups Group 1 control group was given physical overtraining (swimming) and aquabidest intraperitoneal injections Group 2 was given physical overtraining and Glutathione intraperitoneal injection at a dose of 37mgbwday Both groups were given overtraining for 35 days in which overtraining is divided into two the first 7 days are given only overtraining course the next 28 days are given overtraining + Glutathione injection placebo The results showed that in the control group there were elevated levels of MDA of 518 plusmn 028 mmol l to 552plusmn 029 mmoll while in the treated group there were decreased levels of MDA of 778 plusmn 023 mmol l to 444 plusmn 017 mmoll Based on statistical tests there is a significant decrease in in the treated group (plt005)

This study concluded that administration of intraperitoneal Glutathione injections decreasing levels of MDA in mice given physical overtraining It is recommended to conduct further studies in vivo in several species of experimental animals and in humans Key words Glutathione MDA level physical overtraining rat

x

x

DAFTAR ISI

Sampul Dalam i

Pemberian Gelar ii

Lembar Pengesahan iii

Penetapan Panitia Penguji iv

Ucapan Terima Kasih v

Abstrak viii

Abstract ix

DAFTAR ISI x

DAFTAR TABEL helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip xiv

DAFTAR GAMBARhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip xv

DAFTAR LAMPIRAN helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip xvi

DAFTAR SINGKATAN xvii

BAB I PENDAHULUAN

11 Latar Belakang 1

12 Rumusan Masalah 6

13 Tujuan Penelitian 6

14 ManfaatPenelitian 7

141 Manfaat Keilmuan 7

142 Manfaat Praktis 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA

21 Penuaan 8

xi

xi

211 Teori Wear and Tear 9

212 Teori Radikal Bebas 9

213 Teori Kontrol Genetika 11

214 Teori Neuroendokrin 11

22 Radikal Bebas 12

221 Definisi Radikal Bebas 12

222 Sifat- sifat Radikal Bebas 12

223 Peranan Radikal Bebas Dalam Proses Penuaan 15

23 Stress Oksidatif 15

231 Keadaan Yang Menyebabkan Stress Oksidatif 15

24 Pelatihan Fisik 16

241 Olahraga 16

242 Pelatihan Fisik Berlebih 21

25 Antioksidan 28

26 Glutation sebagai Antioksidan 29

261 Fungsi Glutation 31

262 Suplementasi Glutation 33

263 Glutation Precursor 37

264 Sumber Glutation dari makanan 38

BAB III KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

31 Kerangka Berpikir 40

32 Konsep Penelitian 41

33 Hipotesis Penelitian 42

xii

xii

BAB IV METODE PENELITIAN

41 Rancangan Penelitian 43

42 Tempat dan Waktu Penelitian 44

43 Populasi Sampel 44

431 Populasi 44

432 Kriteria Sampel 45

4321 Kriteria Inklusi 45

4322 Kriteria Drop Out 45

433 Besar Sampel 45

434 Teknik Pengambilan Sampel 46

44 Variabel Penelitian 47

441 Klasifikasi Variabel 4

442 Definisi Operasional Variabel 48

45 Bahan dan Alat Penelitian 49

451 Bahan Penelitian 49

452 Alat Penelitian 49

46 Prosedur Penelitian 50

461 Alur Penelitian 51

462 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium 51

47 Pengolahan dan Analisis Data 52

BAB V HASIL PENELITIAN

51 Uji Normalitas Data 53

52 Uji Homogenitas Antar Kelompok 54

xiii

xiii

53 Kadar MDA 54

531 Uji Komparabilitas 54

532 Analisa Efek Perlakuan 55

533 Analisa Komparasi Sebelum dan Sesudah Perlakuan 57

BAB VI PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian 59

62 Efek Aktifitas Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA 59

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

71 Kesimpulan 63

72 Saran 63

DAFTAR PUSTAKA 64

LAMPIRAN 68

xiv

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 21 Makanan yang mengandung Glutation 39

Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing

Kelompok Sebelum dan Sesudah Perlakuan 54

Tabel 52 Hasil uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA

Sebelum dan Sesudah Perlakuan 54

Tabel 53 Hasil Rerata Kadar MDA antar Kelompok Sebelum

Diberikan Perlakuan 55

Tabel 54 Hasil Rerata Kadar MDA antar Kelompok Sesudah

Diberikan Perlakuan 56

Tabel 55 Analisis Komparasi Kadar MDA antara Sebelum dan

Sesudah Perlakuan helliphelliphelliphellip 57

xv

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 21 Struktur GSH dan GSSG 30

Gambar 22 GSH Redox 31

Gambar 23 Detoksifikasi Lipid Hydoxyperoxides di usus halus 32

Gambar 24 Supply dan Removal Glutation 34

Gambar 31 Kerangka Konsep Kadar MDA pada Tikus yang

diberikan Pelatihan Fisik Berlebih+Placebo dan Pelatihan

Fisik Berlebih+Glutation 41

Gambar 41 Rancangan Penelitian 42

Gambar 42 Bagan Hubungan antar Variabel 47

Gambar 43 Bagan Alur Penelitian 51

Gambar 51 Perubahan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah

Diberikan Perlakuan 57

xvi

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Uji Normalitas Data 68

Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antar Kelompok Kontrol

dan Perlakuan 69

Lampiran 3 Perbandingan Luas Permukaan Tubuh Hewan Percobaan

untuk Konversi Dosis 70

Lampiran 4 Foto Penelitian 71

Foto Glutation (Tationil Teofarma) 71

Lampiran 5 Data Hasil Penelitian 72

xvii

xvii

DAFTAR SINGKATAN

CoQ10 Coenzym Q10

DNA Deoxyribonucleic Acid

GSH Px Glutation Peroksidase

GSH Glutation

GSSG Rx Glutation Reduktase

GSSG Glutation Disulfide

MDA Malondialdehyde

NADH Nicotinamide Adenine Dinucleotide

NADPH Nicotinamide Adenine Dinucleotide Phosphate

O2 Oksigen

RNA Ribonucleic Acid

ROS Reactive Oxygen Species

SOD Super Oxide Dismutase

TBARS Thiobarbituric Acid Reactive Substances

1

BAB I

PENDAHULUAN

11 LATAR BELAKANG

Proses penuaan menurut Kedokteran Anti Penuaan dapat diperlakukan

seperti suatu penyakit dalam arti proses ini dapat diatasi dapat dirsquoreversersquo atau

dirsquokembalikanrsquo menjadi kondisi seperti saat muda Penyakit yang muncul seiring

dengan bertambahnya usia seperti hipertensi diabetes mellitus osteoartritis dan

lain-lain membuat kualitas hidup menurun pada usia lanjut Ilmu Kedokteran

Anti Penuaan memberikan paradigma baru dalam mengatasi proses penuaan Ilmu

ini memberikan solusi untuk mengatasi ketidakmampuan penyakit nyeri

deformitas dan kesedihan di masa tua sehingga kualitas hidup meningkat

Modifikasi gaya hidup dengan cara mengatur pola makan pola tidur pola

olahraga pola hidup manajemen hormon dapat meningkatkan kualitas hidup

Terbentuknya radikal bebas oksigen dalam tubuh sebenarnya merupakan

sesuatu yang fisiologis Oksigen yang kita hirup berperan dalam metabolisme

sebagian kecil (2-5) tereduksi membentuk radikal bebas Radikal bebas oksigen

dikelompokkan dalam senyawa Reactive Oxygen Species (ROS) ROS merupakan

radikal bebas yang berbahaya bagi tubuh (Arief 2010) Bila produksi tersebut

menjadi semakin meningkat dalam kondisi seperti terpapar sinar ultraviolet

polusi merokok konsumsi alkohol dalam jumlah banyak stress menyebabkan

kerusakan pada sel-sel terjadi penuaan

1

2

Teknologi yang berkembang dengan pesatnya memberikan kita banyak

fasilitas kemudahan dalam menjalani hidup kita Akhirnya dalam apapun yang

akan kita perbuat atau lakukan kita selalu dihadapkan pada 2 pilihan mau yang

mudah atau yang sulit Menjamurnya makanan instant fast food yang disebut

juga makanan junk food karena memang tidak kurang kandungan gizi yang kita

perlukan Makanan ini tidak mengandung nilai gizi hanya mementingkan rasa

yang penting enak gurih karena banyak mengandung lemak tinggi karbohidrat

dan cepat saji karena semakin sibuknya manusia Selain itu karena kesibukan

kita menjadi kurang sekali dalam berolahraga selain kesibukan juga sudah lelah

Akibatnya kita menjadi gemuk semakin gemuk semakin malas beraktifitas

semakin mudah lelah yang lama kelamaan menjadi kelelahan kronis depresi

mudah muncul

Gaya hidup manusia yang mempunyai tingkat stress yang tinggi ditambah

kurangnya aktifitas berolahraga meningkatkan resiko timbulnya penyakit jantung

low back pain adult-onset diabetes obesity yang disebut hypokinetic diseases

(Sharkey 2003 ) Meningkatnya insidensi kelebihan berat badan menjadi masalah

kesehatan di seluruh dunia termasuk di Indonesia (Misnadiarly 2007) Kelebihan

berat badan menyebabkan terjadinya penumpukan lemak yang berlebihan dalam

tubuh dan berpotensi memicu banyak penyakit yang mematikan Beberapa

penyakit tersebut dikategorikan sebagai penyakit yang terjadi karena metabolism

yang melambat dan penumpukan lemak sering disebut sebagai Sindroma

Metabolik(hipertensi hiperlipidemia diabetes mellitus) Sebaliknya sebuah gaya

3

hidup yang sehat dan seimbang memainkan peranan yang besar dalam mencegah

banyak penyakit yang berhubungan dengan gaya hidup

Pada sisi lain manusia juga selalu dituntut untuk memiliki tubuh sehat

penampilan yang menarik Masalah muncul pada saat manusia memilih jalan

pintas berolahraga berlebihan (overtraining) diet ketat berlebihan

mengkonsumsi obat-obatan penekan nafsu makan obat-obat pembakar lemak

suplemen secara berlebihan dan tanpa informasi yang benar tanpa pengawasan

dokter dengan tujuan untuk memperoleh tubuh ramping dalam waktu secepatnya

Bukan tubuh sehat yang didapat tetapi malah menjadi sakit yang tidak mustahil

dapat mengarah ke kematian

Tubuh sehat ideal dalam arti tidak mudah sakit mempunyai hidup yang

berkualitas penampilan yang prima dan mempunyai postur tubuh yang

proporsional (Misnadiarly 2007) Gaya hidup yang sehat seimbang adalah kunci

untuk mencapai kesehatan dan bentuk badan yang lebih bagus dan hanya akan

tercapai melalui aktifitas olahraga pengaturan pola makan istirahat yang teratur

dan proporsional

Olahraga yang berlebihan tidak memberikan efek yang baik untuk tubuh

tetapi latihan yang tepat meningkatkan kebugaran aerobik Frekuensi yang lebih

sering durasi yang lebih panjang intensitas yang meningkat meningkatkan

kebugaran fisik Hal yang penting kita harus memperhatikan waktu pemulihan

Apabila tubuh tidak mempunyai cukup waktu untuk pemulihan bukan

meningkatkan kebugaran tetapi malah menimbulkan cedera atau penyakit melalui

supresi sistem kekebalan (Sharkey 2003) Olahraga yang teratur dapat

4

meningkatkan produksi molekul anti oksidan endogen termasuk glutathioneurate

coenzyme Q10 (Cadenas 2002) Dengan meningkatnya kadar antioksidan

endogen maka kadar MDA tubuh akan menurun

Teori Radikal Bebas menjelaskan bahwa radikal bebas merusak sel-sel

tubuh manusia (Goldmanamp Klatz 2003) Pelatihan fisik berlebih menyebabkan

terbentuknya radikal bebas Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara

menarik elektronnya sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan

sampai kematian sel (Suryohudoyo 2000) Pelatihan fisik berlebih menyebabkan

penuaan terjadi lebih cepat

Gaya hidup yang tidak sehat meningkatkan produksi radikal bebas

Beruntung tubuh mempunyai mekanisme pertahanan melawan oksidasi yang

terjadi tersebut Tubuh memproduksi enzim dan molekul khusus yang dapat

menangkap dan melenyapkan radikal bebas (superoksid dismutase katalase

glutation alfa lipoic acid CoQ10) yang disebut juga antioksidan endogen dan

yang berasal dari makanan seperti vitamin C dan E beta karoten polifenol

selenium seng (antioksidan esensial) yang disebut juga antioksidan eksogen

Antioksidan endogen maupun eksogen sangat penting buat tubuh karena

mampu meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan cara menangkap

dan mengeliminirnya Antioksidan eksogen efektif diperlukan untuk mencegah

terjadinya stress oksidatif Antioksidan endogen merupakan mekanisme

pertahanan preventif dengan cara memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal

bebas atau dengan cara menangkapnya (Winarsi 2007)

5

Bila jumlah antioksidan lebih sedikit dibanding jumlah radikal bebas

terjadi gangguan keseimbangan yang disebut redox state (Cadenas 2002) Dalam

kondisi seperti ini semakin banyak molekul normal yang ditarik elektronnya

molekul menjadi tidak stabil molekul ini akan merusak molekul sehat lainnya

sehingga terjadilah penyakit (Winarsi 2007)

Pemberian antioksidan yang cukup dan optimal dapat meningkatkan

kebugaran meningkatkan kemampuan tubuh dalam melakukan pelatihan fisik

menurunkan kadar stress oksidatif dalam tubuh mencegah terjadinya penuaan

dini (Pangkahila 2007) Antioksidan bekerja dengan cara mendonorkan satu

elektronnya ke molekul yang kehilangan elektronnya (radikal bebas) sehingga

membentuk radikal bebas tidak reaktif relatif stabil proses kerusakan sel dapat

dihambat

Ada beberapa macam antioksidan salah satunya adalah Glutation

Glutation merupakan antioksidan endogen yaitu antioksidan yang dapat dibuat

oleh tubuh kita sendiri Glutation juga dikenal sebagai master antioksidan

antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain (Goldman 2003)

Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan

Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik Normalnya sekali suatu

antioksidan memakan radikal bebas antioksidan ini menjadi teroksidasi sendiri

dan menyerang sel yang sehat yang disebut sebagai pro oksidan Glutation

dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang teroksidasi tersebut menjadi

bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali dalam memakan radikal bebas

(Sellman 2009) Sehingga dengan pengertian di atas glutation dapat membantu

6

dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh kita lebih banyak

dibandingkan dengan antioksidan lain

MDA adalah metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas

Kadar MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel

Apabila terdapat antioksidan yang tinggi dalam tubuh maka kadar MDA akan

menurun (Winarsi 2007)

Pelatihan fisik berlebih akan menyebabkan meningkatnya kerusakan

oksidatif Glutation menghambat kerusakan oksidatif Parameter yang digunakan

dalam penelitian ini adalah produk peroksidase lipid yaitu malondialdehid (MDA)

menurut metoda Willis

12 Rumusan Masalah

Apakah pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan

kadar MDA tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

13 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat

menurunkan kadar MDA pada tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

14 Manfaat Penelitian

141 Manfaat Keilmuan

Dapat menambah pengetahuan bahwa olahraga berlebih meningkatkan

MDA pemberian antioksidan Glutation dalam upaya mencegah terjadinya stress

7

oksidatif berkelanjutan yang dapat menjadi salah satu penyebab proses penuaan

penyakit metabolisme dan kemungkinan dapat dipergunakan sebagai dasar untuk

dilakukan penelitian lebih lanjut

142 Manfaat Praktis

Pengetahuan tersebut dapat memberikan manfaat kepada masyarakat luas

untuk lebih bijaksana dalam mengkonsumsi antioksidan dan dalam melakukan

pelatihan fisik

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

21 Penuaan

Penuaan sampai saat ini masih dianggap sebagai sesuatu yang alamiah

terjadi demikian juga penyakit yang muncul pada masa tuaSeseorang yang

berumur 50 tahun dengan penyakit Diabetes Mellitus dipandang sebagai sesuatu

yang umum karena memang sudah tua Sejak tahun 1950 penelitian penyebab

penuaan mulai diteliti faktor-faktor penyebab yang mempengaruhi kualitas hidup

sehingga meskipun usia bertambah tua tetapi tetap berkualitas Beberapa cara

modifikasi gaya hidup terus dilakukan untuk mencapai kualitas hidup yang lebih

baik seperti mengatur pola makan pola tidur pola olahraga pola hidup untuk

mencapai kualitas hidup yang baik di usia lanjutPenelitian memberi kesimpulan

bahwa pemberdayaan diri membudayakan pola hidup sehat dapat meningkatkan

kualitas hidup seseorang (Franklin 2009)

Dewasa ini seiring dengan percepatan perubahan teknologi meningkatnya

persaingan hidup orang berlomba-lomba mengkonsumsi produk dan berbagai

metode yang mengklaim bisa menghambat penuaan atau bersifat Anti Aging Ilmu

Kedokteran Anti Penuaan memberikan paradigma baru dalam menangani proses

penuaan Ilmu Kedokteran Anti Penuaan ini menjanjikan dapat memberikan solusi

untuk mengatasi ketidakmampuan penyakit nyeri deformitas dan kesedihan di

masa tua dengan cara meningkatkan kualitas hidup masa tua (Goldman dan Klatz

8

9

2003) Menurut Pangkahila penuaan bisa dicegah diobati dan bahkan dapat

dikembalikan ke keadaan semula (Pangkahila 2007)

Proses penuaan dapat dijelaskan dalam empat teori utama yang walaupun

tidak dapat menjelaskan dengan lengkap tetapi teori tersebut melengkapi satu

dengan yang lain

211 Teori Wear and Tear

Teori ini diperkenalkan pertama kali oleh Dr August Weisman seorang

ahli biologi dari Jerman pada tahun 1882 Teori ini menyatakan bahwa tubuh dan

sel akan rusak karena penggunaan dan disalahgunakan baik penggunaan secara

alami apalagi penyalahgunaan Kerusakan terjadi dalam sel sampai organ Pada

usia muda kerusakan yang terjadi dapat diatasi dikompensasi karena sistem

perbaikan dan pemeliharan yang masih baik tetapi seiring dengan bertambahnya

umur tubuh mulai kehilangan kemampuan tersebut Teori ini juga meyakini

pemberian suplemen dan merangsang kemampuan tubuh untuk melakukan

perbaikan dan mempertahankan organ tubuh dan sel

212 Teori Radikal Bebas

Teori ini diperkenalkan oleh Dr Denham Harman pada tahun 1956

Radikal Bebas adalah molekul tidak stabil yang sangat reaktif karena mempunyai

elektron tidak berpasangan pada orbit luarnya dapat bereaksi dengan molekul

lain menimbulkan reaksi berantai yang sangat destruktif (Goldman dan Klatz

2003)

10

Radikal Bebas dihasilkan dari pembakaran gula dan lemak yang kita

konsumsi untuk memberikan energi pada tubuh kita Radikal bebas merusak

membran sel kode DNA enzim protein dan akhirnya terjadi kerusakan pada

seluruh organ Kerusakan terjadi mulai dari lahir dan terus berlanjut hingga

meninggal Pada usia muda dampak penggantian sel yang masih berfungsi baik

Seiring dengan usia bertambah akumulasi kerusakan akibat radikal bebas akan

mengganggu metabolisme sel terjadilah mutasi sel yang mengakibatkan

timbulnya kanker dan kematian

Age Spot merupakan salah satu bentuk kerusakan pada membrane sel

yang disebabkan oleh Radikal Bebas Kerusakan membran ini menghasilkan

produk sisa yang dikenal sebagai lipofuscin Jumlah lipofuscin yang tinggi dalam

tubuh memberikan warna gelap pada daerah tertentu yang disebut Age spot

Lipofuscins mengganggu sintesis DNA dan RNA mempengaruhi sintesis protein

(menurunkan energi dan menghambat pembentukan massa otot) merusak enzim

seluler yang diperlukan untuk proses kimia vital dalam tubuh (Goldman dan

Klatz 2003)

Radikal bebas mempengaruhi peroksidasi lipid yang menyebabkan

produksi MDA (malondialdehyde) yang mengikat protein dan menyebabkan

gangguan fungsi biologik protein tersebut Radikal Bebas berkaitan dengan

penyakit usia lanjut seperti aterosklerosis Parkinson penyakit Alzheimer dan

gangguan fungsi kekebalan tubuh (Pangkahila 2007)

11

213 Teori Kontrol Genetika

Teori terfokus pada kode genetik yang ada dalam DNA meskipun seluruh

aspek diwariskan dalam gen tiap individu waktu jam biologis tergantung pada

pola hidup penuaan masing-masing individu Tiap individu memiliki jam biologis

yang telah diatur waktunya Berhentinya jam biologis menandakan proses

penuaan dan meninggal (Goldman dan Klatz 2003)

Ilmu Kedokteran Anti Penuaan melakukan upaya mencegah dan

memperbaiki kerusakan yang terjadiTerapi Gen diharapkan dapat memberikan

solusi dalam menghadapi takdir genetika terhadap beberapa penyakit keturunan

214 Teori Neuroendokrin

Teori yang menyangkut peranan berbagai hormon bagi fungsi organ tubuh

diperkenalkan oleh Vladimir DilmanPhD

Hormon mengatur dan memperbaiki fungsi tubuh Pada usia muda

berbagai hormone masih berfungsi baik dalam mengendalikan berbagai fungsi

organ tubuh Ketika manusia menjadi tua produksi hormon menurun fungsi

tubuh menjadi terganggu Contoh Growth Hormone yang membantu

pembentukan massa otot testosteron dan hormone tiroid akan menurun tajam

pada usia tua Ditandai dengan rasio lemak dan otot yang meningkat Terapi sulih

hormone dapat membantu masalah tersebut dan mengembalikan fungsi hormone

tubuh sehingga memperlambat proses penuaan

12

22 Radikal Bebas

221 Definisi Radikal Bebas

Radikal bebas adalah molekul (kumpulan atom) yang memiliki elektron

yang tidak berpasangan Oksidan adalah senyawa penerima elektron yaitu

senyawa yang dapat menarik elektron Kedua jenis senyawa ini memiliki aktifitas

yang sama dan memberikan akibat yang hampir sama tetapi dengan proses yang

berbeda (Winarsi 2007) Radikal Bebas digolongkan dalam oksidan namun tidak

setiap oksidan adalah radikal bebas (Suryohudoyo 2000)

Sumber oksidan berasal dari

Tubuh sendiri yaitu berasal dari proses fisiologis namun oleh suatu sebab

jumlahnya menjadi banyak

Proses peradangan

Luar tubuh seperti polutan obat-obatan

Radikal bebas lebih berbahaya dibanding senyawa oksidan non radikal

222 Tahapan Terbentuknya Radikal Bebas dan Sifatnya

Tahapan terbentuknya radikal bebas terjadi melalui sederetan mekanisme

reaksi

1 Tahap Inisiasi yaitu tahap yang menyebabkan terbentuknya radikal bebas

Cu

RH + O2 R + H2O

2 Tahap Propagasi yaitu tahap dimana radikal bebas cenderung bertambah

banyak dengan membuat reaksi rantai dengan molekul lipid lain

13

R + O2 RO2

RO2 + RH R + ROOH

3 Tahap Terminasi yaitu apabila terjadi reaksi antara radikal bebas dengan

radikal bebas lain atau antara radikal bebas dengan suatu senyawa pembasmi

radikal bebas (scavenger)

R1 + R2 R 1 R 2

Reduksi oksigen memerlukan pengalihan empat electron (electrotransfer)

Pengalihan ini tidak dapat sekaligus tetapi dalam empat tahapan yang setiap

tahapan hanya melibatkan pengalihan satu elektron Kendala yang mengharuskan

oksigen hanya dapat menerima satu elektron setiap tahap menyebabkan

terjadinya dua hal yaitu kurang reaktifnya oksigen dan terbentuknya senyawa-

senyawa oksigen reaktif seperti O2 (radikal superoksida) H2O2 (hydrogen

peroksida) OOH (radikal peroksil) dan OH (radikal hidroksil)

Radikal Bebas memiliki 2 sifat yaitu

1 Reaktifitas tinggi karena cenderung menarik elektron

2 Mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal

Elektron dari Radikal Bebas berikatan dengan senyawa yang berikatan

kovalen seperti lipid protein dan DNA akan sangat berbahaya karena ikatan

digunakan bersama-sama pada orbit luarnya Dibanding senyawa oksigen reaktif

radikal hidroksil merupakan senyawa yang paling berbahaya karena reaktifitasnya

yang sangat tinggi

Radikal hidroksil dapat merusak 3 jenis senyawa penting yang berfungsi

untuk mempetahankan integritas sel yaitu

14

1 Asam lemak tak jenuh yang merupakan komponen penting fosfolipid

penyusun membran

2 DNA pembawa genetik sel

3 Protein memegang berbagai peran penting seperti enzim reseptor antibodi

sitoskeleton

Dari ketiga senyawa tersebut yang paling rentan adalah senyawa asam

lemak tak jenuh ganda pada membran sel yang mengakibatkan rapuhnya dinding

sel Senyawa oksigen reaktif ini juga merusak dinding bagian dalam pembuluh

darah sehingga mengakibatkan pengendapan koleserol dan menyebabkan

aterosklerosis Apabila senyawa oksigen reaktif ini merusak basa DNA akan

terjadi kekacauan sistem info genetika berlanjut pada pembentukan sel kanker

Jaringan lipid yang rusak memicu munculnya penyakit degeneratif

Fosfolipid glikolipid dan kolesterol merupakan komponen terpenting

membran sel Komponen fosfolipid dan glikolipid mengandung asam lemak tak

jenuh (asam linoleat linolenat arakidonat) sangat rawan terhadap serangan

radikal hidroksil yang dapat menimbulkan reaksi rantai yang dikenal sebagai

Lipid peroxidation

Peroksidase lipid

LH + OH --- H + H2O

Asam lemak Radikal Bebas

L + O2 -- LOO

Radikal peroksilipid

LOO + LH --- L + L OOH dan seterusnya

15

Hasil akhir dari proses ini adalah terputusnya rantai asam lemak menjadi

berbagai senyawa yang bersifat toksik terhadap sel antara lain berbagai macam

aldehid seperti Malondealdehyde (MDA)

223 Peranan Radikal Bebas dalam proses penuaan

Pada usia muda keseimbangan antara radikal bebas dan pertahanan

antioksidan berfungsi dengan baik seiring dengan pertambahan usia

keseimbangan terganggu karena cadangan antioksidan berkurang dan radikal

bebas berlebih (Saxena dan Lan 2006)

Akibat ketidakseimbangan ini terjadi kerusakan oksidatif (Arief 2010)

Kerusakan ini disebabkan oleh radikal bebas dan merusak 3 komponen utama

yang mempertahankan integritas sel seperti fosfolipid (penyusun membrane sel)

DNA (perangkat genetik) protein (enzim reseptor antibodi) (Fouad 2007)

Ketidakseimbangan antara antioksidan dan senyawa oksigen reaktif

menghasilkan stress oksidatif penyebab kanker penuaan aterosklerosis cedera

iskemik peradangan dan penyakit degeneratif (Parkinson Alzheimer)

(Pangkahila 2007)

23 Stress Oksidatif

231 Keadaan yang menyebabkan stress oksidatif

Pada saat jumlah antioksidan tubuh kurang dari yang diperlukan untuk

meredam efek buruk dari radikal bebas keadaan ini disebut Stress oksidatif Bila

terjadi dalam waktu yang lama akan terjadi penumpukan hasil kerusakan

16

oksidatif di dalam sel dan jaringan yang mengakibatkan hilangnya fungsi sel

jaringan dan akhirnya mati Hal ini merupakan penyebab utama proses penuaan

(Bagiada 2001)

Keadaan yang menyebabkan Stress Oksidatif ini salah satunya adalah

pelatihan fisik berat atau berlebih (Hersh 2004) Stress oksidatif dapat

dikendalikan antara lain dengan membiasakan untuk menerapkan pola hidup sehat

dan mengkonsumsi antioksidan diharapkan akan memacu kerja antioksidan

dalam tubuh

MDA merupakan hasil dari proses peroksidasi lipid meningkatnya MDA

menunjukkan adanya suatu kondisi Stress Oksidatif menurunnya MDA

menunjukkan adanya perbaikan dari kondisi Stress tersebut sehingga MDA dapat

dipakai sebagai biomarker Stress oksidatif

24 Pelatihan Fisik

241 Olahraga

Pelatihan fisik atau olahraga merupakan satu kegiatan yang penting bagi

kehidupan manusia Olahraga merupakan alternatif kegiatan yang dapat

meningkatkan derajat kebugaran fisik seseorang apabila dilakukan dengan dosis

takaran yang benar Menurut Sharkey olahraga dapat meningkatkan pengeluaran

energi dan tingkat pengeluaran tersebut berkaitan dengan intensitas dan durasi

aktifitas yang dilakukan (Sharkey 2003) Latihan fisik atau olahraga yang

memperhatikan frekuensi intensitas tipe dan waktu mendukung dalam

mendapatkan hasil yang maksimal dan menurunkan resiko cedera Latihan fisik

17

yang benar memberikan dampak perbaikan pada sistem fungsional paru dan

jantung sehingga terjadi hipertropi otot jantung penurunan detak jantung

istirahat peningkatan stroke volume peningkatan volume darah dan hemoglobin

menambah jumlah pembuluh darah kapiler serta berfungsi dalam proses

pembakaran energi (Fox 1998) Frekuensi latihan yang dianjurkan adalah 3-4x

seminggu dengan intensitas 72-87 dari denyut jantung maksimal (220-umur)

dengan variasi 10 denyut per menitTipe latihan yang dianjurkan adalah

pemanasan 15 menit kombinasi latihan aerobik dan latihan otot dalam waktu 30-

60 menit diakhiri pendinginan 10 menit (Pangkahila 2009)

Sumber energi yang dibutuhkan untuk pelatihan fisik aerobik yang

dominan didapat dari pembakaran simpanan karbohidrat lemak dan sebagian

kecil (5) dari pemecahan simpanan protein yang terdapat di dalam tubuh untuk

menghasilkan ATP (adenosine triphospate) ATP yang terdapat dalam jaringan

otot terbatas kebutuhan ATP dipertahankan oleh creatinin phosphate (CP) dan

glikogen yang tersimpan dalam otot (Hernawati 2009) Terdapat 3 jalur untuk

memberikan ATP tambahan sesuai yang dibutuhkan selama kontraksi otot

meliputi 1 Pemindahan fosfat berenergi tinggi dari kreatinin fosfat ke ADP 2)

Fosforilasi oksidatif (siklus asam sitrat dari sistem transportasi elektron) 3)

glikolisis (Sherwood 2001) Sedangkan pada aktifitas yang bersifat anaerobik

energi diperoleh dari hidrolisis phosphocreatine serta melalui glikolisis glukosa

secara anaerobik Proses ini dapat terjadi tanpa adanya oksigen (O2) Metabolisme

anaerobik ini menghasilkan asam laktat yang apabila terakumulasi dapat

menyebabkan rasa nyeri pada otot menimbulkan stress fisik Hal ini

18

menyebabkan latihan aerobik terasa lebih menyenangkan (Hernawati 2009)

Metabolisme aerobik jauh lebih efisien daripada anaerobik karena menghasilkan

38 molekul ATP per molekul glukosa versus hanya 2 molekul melalui jalur

anaerob

Pelatihan fisik atau olahraga yang teratur selain memberikan manfaat

perbaikan pada mental fisik dan fisiologis juga mempengaruhi hormon tubuh

kita antara lain (Sharkey2003)

1 Growth Hormone

Stimulasi sintesis protein (muscle tone development) dan kekuatan tulang

tendon ligament dan tulang rawan Penurunan penggunaan glukosa dan

peningkatan penggunaan lemak sebagai bahan bakar selama olahraga

Membantu mengurangi lemak tubuh dan mempertahankan glukosa darah pada

level normal sehingga membantu melakukan olahraga selama periode waktu

yang lebih lama Dilepaskannya Growth Hormone oleh kelenjar pituitari di

otak meningkat dengan meningkatnya waktu latihan aerobik

2 Endorphins

Opioid endogen dari kelenjar pituitary yang memblok rasa sakit menurunkan

nafsu makan membuat perasaan senang mengurangi tekanan dan kecemasan

Pada saat olahraga endorfin dalam darah meningkat sampai lima kali selama

aktifitas olahraga lebih dari 30 menit Endorfin membuat kita dapat melakukan

aktifitas latihan menjadi lebih tahan lama

19

3 Testosteron

Hormon yang penting untuk wanita dan pria dalam mempertahankan tonus

volume kekuatan otot meningkatkan angka rata metabolisme basal

menurunkan lemak tubuh dan merasa lebih percaya diri Diproduksi oleh

ovarium pada wanita dan testis pada laki-laki Testosteron pada wanita hanya

sepersepuluh kadar testosteron pada laki-laki Pada wanita testosteron

berperan pada pengaturan libido dan orgasme Produksi pada wanita menurun

saat menjelang menopause sedangkan pada pria pada usia memasuki usia 40

tahun Kadar testosteron darah mulai meningkat setelah 20 menit olahraga

baik pada wanita maupun pria dan tetap tinggi sampai 1-3 jam setelah

olahraga

4 Estrogen

Estrogen secara biologis aktif adalah 17 beta estradiol meningkatkan

pemecahan lemak dari lemak tubuh sehingga dapat digunakan sebagai sumber

tenaga meningkatkan rata-rata metabolisme basal meningkatkan mood

meningkatkan libido Hormon ini disekresi oleh ovarium meningkat saat

olahraga dan tetap meningkat sampai 1-4 jam setelah olahraga

5 Thyroxine (T4)

Hormon yang diproduksi oleh kelenjar tiroid meningkatkan metabolisme

hampir semua sel dalam tubuh Peningkatan metabolisme ini membantu kita

merasa lebih energik dan juga menyimpan kalori penting untuk penurunan

berat badan Kadar tiroksin dalam darah meningkat sekitar 30 selama

20

olahraga dan tetap meningkat sampai beberapa jam sesudahnya Olahraga

yang teratur juga meningkatkan level tiroksin saat istirahat

6 Epinephrine

Hormon yang diproduksi oleh medulla adrenal yang meningkatkan jumlah

darah yang dipompa oleh jantung dan mengarahkan aliran darah ke tempat

yang diharapkan Stimulasi pemecahan glikogen (karbohidrat yang disimpan)

dalam otot yang aktif dan hati untuk digunakan sebagai sumber tenaga

Menstimulasi pemecahan lemak (lemak yang disimpan dalam otot yang aktif)

dan digunakan sebagai sumber tenaga Sejumlah epinefrin yang dilepaskan

berhubungan dengan intensitas dan durasi latihan

7 Insulin adrenalin

Hormon yang penting dalam mengatur gula darah dan asam lemak (lemak)

dan asam amino (protein) dalam sel Sekresi insulin oleh pancreas meningkat

sehubungan dengan respon meningkatnya kadar gula darah dan protein yang

biasa terjadi setelah makan Semakin banyak gula sederhana yang dikonsumsi

semakin tinggi respon insulin Meningkatnya insulin menyebabkan produksi

lemak sehingga insulin sering disebut sebagai hormon lemak atau fat

hormone Pada orang dengan berat badan berlebih terjadi resistensi insulin

sehingga diperlukan insulin dalan jumlah yang lebih besar untuk didapatkan

efek yang sama sehingga didapatkan kadar insulin darah yang lebih tinggi dan

latihan aerobik setiap hari Kadar insulin darah mulai menurun 10 menit saat

olahraga dan terus menurun sekitar 70 menit olahraga Olahraga yang teratur

juga meningkatkan sensitivitas sel terhadap insulin dalam keadaan istirahat

21

8 Glucagon

Hormon yang diproduksi oleh pankreas tugasnya meningkatkan kadar gula

darah Saat gula darah rendah glukagon disekresi dan menyebabkan simpanan

karbohidrat di dalam hati dilepaskan ke aliran darah untuk meningkatkan

kadar gula mencapai kadar normal Glukagon juga menyebabkan

dipecahkannya lemak sehingga dapat digunakan sebagai bahan bakar atau

sumber tenaga Glukagon mulai disekresi pada 30 menit awal olahraga ketika

gula darah mulai menurun

242 Pelatihan Fisik Berlebih

Pelatihan fisik berlebih menimbulkan gangguan pada sistem endokrin

terjadi peningkatan kadar kortisol dan penurunan kadar testosteron (Maffetone

2007) peningkatan ACTH penurunan LH plasma

Sindrom pelatihan fisik berlebih dalam jangka panjang mengakibatkan

terjadinya inflamasi infeksi yang lebih lanjut dapat mempengaruhi kesehatan

secara umum Aktifitas berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena

terjadi peningkatan konsumsi O2 oleh aktifitas otot skeletal Meskipun oksigen

dibutuhkan oksigen juga bersifat toksik yang dapat memicu peningkatan ROS

Pada organ yang tidak mendapat oksigen dan nutrisi yang cukup akan

menimbulkan keadaan iskemik dan kerusakan mikrovaskular Keadaan ini disebut

sebagai Reperfusion Injury yang memicu terjadinya kerusakan jaringan dan

peningkatan Radikal Bebas

22

Pelatihan fisik berlebih meningkatkan terbentuknya Radikal Bebas

(Adiputra 2008) Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh untuk

melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam organ dan

pembuluh darah (Giriwijoyo 2004) Apabila berlebih menyebabkan kerusakan

sel dengan 3 cara (Kumar et al2005 Ebenhardt 2001)

1 Kerusakan DNA mengakibatkan mutasi DNA bahkan kematian sel

2 Peroksidasi lipid membrane sel dan sitosol menyebabkan terjadinya proses

reduksi asam lemak sehingga mengakibatkan kerusakan membran dan organel

sel

3 Modifikasi protein teroksidasi oleh karena cross linking protein

Bila radikal bebas bertemu dengan asam lemak tak jenuh ganda daalam

membrane sel terjadi reaksi peroksidasi lipid membran sel menyebabkan

peningkatan fluiditas membran gangguan integritas membran dan inaktivasi

ikatan membran dengan enzim dan reseptor Tahap akhir dibebaskan aldehyde

seperti malondealdehyde pentane etana conjugated diane yang bersifat merusak

tubuh (Murray et al2000)

Pelatihan fisik berlebih menyebabkan terjadinya peningkatan lekosit atau

lekositosis peningkatan isoprostan dalam urin protein carbonil (73) catalase

(96) glutation peroksidase serta glutation teroksidasi (25) Dapat

disimpulkan pelatihan fisik berlebih merangsang respon biomarker stres oksidatif

(Murray et al 2000) Proses penuaan mengakibatkan penurunan sistem imun

sehingga meningkatkan resiko infeksi Menurut teori aktifitas sedang dapat

menangkal efek proses penuaan yang diakibatkan penurunan sistem imun Studi

23

yang dilakukan Shepard dan Shek menunjukkan bahwa aktifitas sedang dapat

ditoleransi dengan baik oleh individu lanjut usia dan menunjukkan penurunan

stimulasi proliferasi limfosit

Gejala ndash gejala yang dirasakan apabila melakukan pelatihan fisik berlebih

(overtraining) (Maffetone 2007)

1 Sering mengalami kegagalan dalam melakukan latihan yang biasanya kita

lakukan Kondisi fisik menjadi semakin lemah dan semakin lambat terjadi

kemunduran

2 Kehilangan otot dan terjadi penimbunan lemak Latihan fisik berlebih

meyebabkan rasio testosteron kortisol yang seharusnya positif yang berarti

lebih banyak otot dan lebih sedikit lemak menjadi negatif yang berarti cortisol

lebih tinggi dibanding testosteron yang berarti terjadi peningkatan resistensi

insulin dan penimbunan lemak

3 Merasa lemas mudah tersinggung sulit tidur

4 Persendian tulang dan anggota tubuh terasa sakit

Terjadinya DOMS (delayed onset muscle soreness) menunjukkan teknik

latihan yang salah atau postur saat latihan yang tidak tepat DOMS merupakan

respon alami yang akan hilang dalam waktu sehari atau 2 hari tetapi apabila

nyeri berkepanjangan menunjukkan adanya overtraining

5 Sering tiba-tiba jatuh sakit

Latihan fisik berlebih menurunkan sistem imun tubuh kita sehingga menjadi

lebih mudah sakit

24

Latihan fisik berat jangka panjang berkaitan dengan cedera serat

ototKerusakan yang terjadi berhubungan dengan intensitas durasi dan tipe

latihan Ketika cell death terbentuk jaringan nekrotik dibuang oleh sel fagosit

sel satelit teraktivasi menuju ke area yang cedera menjadi myoblast dan

selanjutnya menjadi serat otot Enzim otot yang dilepaskan tidak sepenuhnya

merefleksikan kerusakan struktural yang diperkirakan oleh analisis histologis

Perubahan penanda biologis cedera otot (seperti aktifitas kreatin kinase (CK)

lactate dehydrogenase (LDH) atau konsentrasi malondialdehyde di plasma

(MDA)) sering diperiksa selama overtraining Serum aktivitas CK dan

konsentrasi MDA plasma dapat gagal meningkat saat overtraining perubahan

parameter biokimia hanya merefleksikan otot dengan beban berlebih Setelah

olahraga yang lama pro-inflammatory cytokines diproduksi lokal pada otot

skeletal

Tanda dan gejala fisik latihan fisik berlebih (overtraining)

- Denyut jantung atau nadi yang meningkat saat istirahat

- Tidak toleransi terhadap latihan

- Penampilan yang menurun

- Penurunan berat badan berkurangnya massa otot tidak nafsu makan

- Kelelahan chronic fatigue lethargy

- Nyeri dan kerusakan otot nyeri sendi

- Mudah terserang flu pembengkakan kelenjar getah bening di leher

selangkangan dan ketiak

- Konstipasi atau diare

25

- Gangguan haid gangguan makan gangguan tidur

- Sakit kepala gangguan pencernaan

- Pemulihan yang berlangsung lambat setelah latihan

- Sendi otot tendon terasa kaku dan sakit

Tanda dan gejala psikologis

- Lelah capek kekurangan tenaga

- Insomnia sakit kepala tidak mampu untuk beristirahat

- Depresi gelisah cemas apatis

- Menurunnya kepercayaan diri

- Menurunnya kemampuan untuk berkonsentrasi

- Mudah stress

Efek biokimia dari Latihan Fisik Berlebih

- Meningkatnya serum kortisol dan SHBG

- Menurunnya serum total dan free testosterone rasio testosteron kortisol

- Menurunnya glikogen otot

- Menurunnya serum hemoglobin besi dan ferritin

Faktor yang mempengaruhi terjadinya overtraining

- Jetlag

- Bekerja terlalu keras

- Menstruasi

- Nutrisi gaya hidup yang buruk

- Kurang istirahat

- Terlalu banyak mengkonsumsi alkohol

26

- Kurangnya kemampuan mengatasi stress

Penanganan overtraining atau Latihan Fisik berlebih

- Massage

Massage pada jaringan dalam dapat melepaskan otot yang tegang

mempertahankan keseimbangan sistem muskulo-skeletal Pemijatan atau

massage yang teratur dapat membantu mencegah cedera yang mungkin

terjadi karena overuse

- Menggunakan roller busa

Penggunaan roller busa memungkinkan kita dapat melakukan massage

atau pemijatan sendiri Kita dapat juga memakai yang berbentuk bola atau

bola tenis untuk membantu menghilangkan rasa sakit Pemijatan ini dapat

dilakukan di tungkai lutut hamstring bahu punggung atau otot atau sendi

manapun

- Terapi suhu kontras

Air pancuran hangat dan dingin bergantian menstimulasi tubuh untuk

pulih lebih cepat Otot membawa impuls yang terasa pada kulit bagian

dalam tubuh di mana terjadi stimulasi sistem imun memperbaiki sirkulasi

dan pencernaan mempengaruhi produksi hormon stress meningkatkan

aliran darah mengurangi sensitivitas nyeri

- Pengaturan makanan

Membantu proses pemulihan penting untuk mengkonsumsi makanan

tinggi karbohidrat protein dan lemak sehat seperti Omega 3 omega 6

omega 9 asam lemak esensial Karbohidrat memberikan sumber tenaga

27

pada tubuh dan otak asam lemak esensial membantu mengurangi depresi

memperbaiki pemulihan protein akan membangun kembali otot yang

mengalami overtraining

- Mengkonsumsi vitamin

Ketika terjadi overtraining suplementasi sangat menguntungkan Vitamin

dan suplementasi mineral sebaiknya dikonsumsi pagi hari bersama dengan

makanan untuk penyerapan yang lebih baik

Defisiensi Vitamin yang biasa terjadi

- Vitamin A (Beta-Caroten)

- Vitamin B kompleks vitamin B12

- Vitamin C D E K

- Asam Folat

Defisiensi Mineral yang biasa terjadi

- Calcium

- Chromium

- Copper Iodine Iron

- Magnesium Fosfor

- Potassium

- Sodium

- Sulfur

- Zinc

28

25 Antioksidan

Radikal Bebas merupakan senyawa reaktif yang secara alami diproduksi

oleh tubuh manusia Radikal Bebas memberikan efek positif atau efek negatif

Untuk membatasi efek negatif tersebut dibutuhkan kompleks proteksi ndash sistem

antioksidan Sistem ini terdiri dari enzim antioksidan (katalase glutation

peroksidase superoksid dismutase) dan antioksidan non enzimatik ( vitamin E-

tokoferol vitamin A- retinol vitamin C- asam askorbat) Keseimbangan antara

produksi radikal bebas dan pertahanan antioksidan menunjukkan tingkat stress

oksidatif yang mungkin terlibat dalam proses penuaan dan pada beberapa

patologi (misalnya kanker Parkinson) (Winarsi 2007)

Latihan fisik juga meningkatkan stress oksidatif dan menyebabkan

gangguan homeostasis Latihan memberikan efek positif dan efek negatif

tergantung dari beban latihan spesifikasi latihan dan tingkat basal latihan Stress

oksidatif terlibat dalam terjadinya muscular fatigue dan mengarah ke

overtraining

Definisi antioksidan menurut Cadenas adalah suatu senyawa yang apabila

terdapat dalam jumlah yang lebih banyak dibanding senyawa yang teroksidasi

secara signifikan dapat menunda atau mencegah proses oksidasi senyawa tersebut

(Cadenas 2002) Secara kimia antioksidan adalah senyawa pemberi electron

Secara biologis antioksidan adalah senyawa yang mampu menangkal dan

meredam dampak negative oksidan dalam tubuh Antioksidan mendonorkan satu

elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa oksidan tersebut dapat

dihambat (Winarsi 2007)

29

Penting sekali keseimbangan antara oksidan dan antioksidan karena

berfungsi menjaga integritas dan berfungsinya membrane lipid protein sel dan

asam nukleat Senyawa asam lemak tak jenuh penyusun membrane lipid sangat

sensitive terhadap perubahan keseimbangan antara oksidan dan antioksidan

Menurut mekanisme kerjanya antioksidan dikelompokkan atas 3 yaitu

1 Antioksidan primer SOD katalase glutation peroksidase (GSH-Px)

Bekerja pembentukan senyawa radikal bebas yang telah terbentuk menjadi

molekul yang kurang aktifSedangkan antioksidan primer yang dapat

ditambahkan dari luar seperti glutation asam lipoat SOD melatonin

2 Antioksidan sekunder vitamin E vitamin C beta karoten flavonoid asam

urat albumin (Soewoto 2001)

Merupakan antioksidan eksogenous atau non enzimatis (Winarsi 2007)

Bekerja dengan cara memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal bebas

atau dengan cara menangkapnya

3 Antioksidan tertier meliputi system enzim DNA-repair dan metionin

sulfoksida reduktase Berfungsi dalam perbaikan biomolekuler yang rusak

akibat reaktivitas radikal bebas

26 Glutation sebagai antioksidan

Glutation merupakan tripeptida yang terdiri dari asam amino glutamat

sistein dan glisin (Cadenas 2002)Ikatan glutamat ndash sistein merupakan ikatan

isopeptida antara grup γ-karboksil dari glutamat dan grup α amino dari

sisteinIkatan unik ini membuat gluation tahan terhadap degradasi oleh proteases

30

dan peptidases yang berfungsi pada peralihan proteinMerupakan suatu

antioksidan yang mencegah kerusakan komponen seluler oleh reactive oxygen

species seperti radikal bebas dan peroksidGlutation bukan nutrisi esensial karena

disintesa di dalam tubuh dari asam amino L-sistein L-glutamic acid dan glycine

Gambar 21 Struktur GSH dan GSSG

Glutation terdapat pada sebagian besar sel tubuh tetapi terbanyak terdapat

di dalam hati Grup thiol (SH) dari sistein berfungsi sebagai donor proton dan

bertanggungjawab untuk aktifitas biologis glutation Provisi asam amino ini

merupakan faktor yang terbatas dalam sintesis glutation oleh sel karena sistein

relatif jarang pada makanan Apabila dilepaskan sebagai asam amino bebas

sistein adalah toksik dan secara spontan dikatabolisasi di saluran pencernaan dan

plasma darah

Glutation disintesis dalam 2 tahap

1 Gamma-glutamylcysteine disintesa dari L-glutamate dan sistein melalui enzim

gamma-glutamylcysteine sintetase (glutamate cysteine ligase GCL)

31

2 Glisin ditambahkan pada C-terminal dari gamma-glutamylcysteine melalui

enzim glutation sintetase

261 Fungsi Glutation

Glutation terdapat dalam bentuk tereduksi (GSH) dan teroksidasi (GSSG)

Grup thiol dari sistein mampu memberikan donor elektron ke molekul lain yang

tidak stabil seperti Reactive Oxygen Species (ROS) Pada saat mendonorkan

elektronnya glutation menjadi reaktif dan segera bereaksi dengan glutation reaktif

lainnya membentuk glutation disulfide (GSSG)Reaksi mungkin terjadi apabila

terdapat konsentrasi yang cukup tinggi di sel (sampai 5mm di hati) GSH dapat

terbentuk kembali dari GSSG oleh enzim glutation reduktase Pada sel atau

jaringan yang sehat terdapat lebih 90 dari total simpanan glutation terdapat

dalam bentuk tereduksi (GSH) dan kurang dari 10 dalam bentuk disulfide

(GSSG)

GSH ---- GSSG

Eliminasi ROS Menjaga protein thiols Antioxidant

dalam bentuk reduksi pools

Gambar 22 GSH Redox (Cadenas 2002)

GSH Redox merupakan indikator sentral keseimbangan antara stress

oksidatif dan system antioksidan GSH Redox berkaitan dengan detoksifikasi

Reactive Oxygen Species (ROS) berfungsi dalam mempertahankan tersedianya

antioksidan mempertahankan protein thiol dalam bentuk reduksi Rasio

32

GSHGSSG sering dipakai untuk mengekspresikan keseimbangan redox ini

Peningkatan rasio GSH-GSSG merupakan indikasi adanya Stress Oksidatif

(Goldman 2003)

Glutation mempunyai beberapa fungsi (Winarsih 2007)

- Sebagai antioksidan endogen mayor yang diproduksi oleh sel berpartisipasi

langsung pada netralisasi radikal bebas dan senyawa oksigen reaktif

mempertahankan antioksidan eksogen seperti vitamin C dan E pada bentuk

tereduksi (aktif)

- Pengaturan siklus nitric oxide yang sangat penting untuk kehidupan tetapi

dapat menjadi masalah apabila tidak teregulasi Digunakan untuk reaksi

metabolism dan biokimia seperti sintesis dan perbaikan DNA sintesis protein

sintesis prostaglandin transport asam amino dan aktivasi enzim Tiap sistem

di dalam tubuh kita dapat dipengaruhi oleh sistem glutation khususnya sistem

imun sistem saraf sistem gastrointestinal dan paru

Gambar 23 Detoksifikasi Lipid Hydroxyperoxides di usus halus

33

GSH yang ditransportasikan kedalam lumen digunakan untuk detoksifikasi

peroksid yang terbentuk dari makanan oleh glutation peroksidase (GSH Px)

Proses ini membutuhkan peroksid dan glutation yang tersedia di sel epitel GSSG

yang terbentuk direduksi kembali menjadi GSH oleh GSSG reduktase (GSSG

Rx) menggunakan NADPH sebagai reduktan

262 Suplementasi Glutation

Meningkatkan level GSH melalui suplementasi glutation langsung sulit

Penelitian terakhir menyatakan bahwa secara oral tidak diabsorpsi baik melalui

saluran pencernaan Studi mengenai konsumsi oral akut glutation dengan dosis

sangat besar 3 gram Witschi dan tim menemukan lsquoadalah tidak mungkin

meningkatkan glutation yang bermanfaat secara klinis dengan dosis tunggal 3

gram glutationrsquo

Glutation terdapat pada makanan sehari-hari sampai 150mghari dapat

diabsorpsi melalui intak di usus halus Individu sehat dengan asupan sulfur asam

amino (1-2 gramhari) jumlah GSH mungkin tidak cukup untuk mendapatkan

efek penting secara sistemik Individu dengan asupan sulfur asam amino yang

terbatas suplementasi GSH diperlukan untuk mempertahankan suplai GSH

sistemik dengan memperbaiki keseimbangan sulfur asam amino (Cadenas 2002)

Glutation hanya diabsorpsi di sel epitel oral dan traktus gastrointestinal

dan memberikan keuntungan kesehatan spesifik pada jaringan tersebut(Cadenas

2002)

34

SUPLAI HILANG

Makanan suplemen Degradasi

GSH

Empedu LUMINAL Uptake

Epitel Reaksi Detoksifikasi

Gambar 24 Supply dan Removal Glutation dalam lumen usus halus (Cadenas 2002) Glutation (GSH) disuplai ke dalam lumen intestinal melalui konsumsi oral

empedu dan sekresi epitel intestinal Jumlah yang disuplai dari empedu cukup

untuk mempertahankan jumlah 200microM pada tikus tetapi tidak cukup pada

manusia yang mengalami degradasi di duktus kantung empedu Jumlah yang

dikonsumsi melalui makanan bervariasi dan secara umum kurang dari 200 microM

Jumlah yang diberikan melalui epitel hanya sekitar 10 atau kurang

dibandingkan dengan yang disediakan oleh empedu Hilangnya Glutation karena

degradasi oleh γ-glutamyltranspeptidase dan dipeptidases pada permukaan sel

epitel ditransportasikan ke dalam sel oleh mekanisme sodium-dependent dan

sodium-independent konjugasi dengan elektrofil reaktif dikatalisasi oleh

glutathione-S transferase mucus (Cadenas 2002)

Vitamin D meningkatkan level glutation di otak dan tampaknya sebagai

katalis untuk produksi glutation Sejumlah vitamin D aktif di otak berikatan

dengan seberapa besar vitamin D3 baik melalui suplemen atau dibentuk di kulit

melalui paparan matahariHal ini menyatakan bahwa mengkonsumsi vitamin D

35

dan atau mendapat cukup paparan matahari meningkatkan produksi glutation

(Sellman 2009)

Konsentrasi glutation di plasma dan hati dapat ditingkatkan dengan

mengkonsumsi suplemen tertentu yang disebut GSH precursors N-asetilsistein

atau NAC glutation precursor yang paling memungkinkan Suplemen lain S-

adenosilmetionin (SAMe) dan whey protein juga dapat meningkatkan glutation

dalam sel (Sellman 2009)

NAC tersedia dalam bentuk obat dan sebagai suplemen generik Alpha

lipoic acid juga dapat mempertahankan glutation intraselular Melatonin dapat

menstimulasi enzim yang berkaitan glutation peroksidase dan silimarin ekstrak

dari biji tanaman milk thistle (Silybum marianum) juga mempunyai kemampuan

memperbarui level glutation

Glutation diatur dengan ketat di intraseluler dan dibatasi produksinya oleh

feedback negative inhibisi sintesisnya sendiri melalui enzim gamma-

glutamilsistein sintetase sehingga meminimalisir kemungkinan terjadinya

overdosis Penambahan glutation menggunakan precursor atau glutation intravena

adalah strategi untuk mengatasi defisiensi glutation stress oksidatif tinggi

defisiensi imun

Glutation yang rendah menunjukkan adanya pembuangan dan

keseimbangan negatif nitrogen seperti pada kanker AIDS sepsis trauma

terbakar dan bahkan atlet overtraining Suplementasi glutation dapat

memperbaiki proses ini dan contohnya pada AIDS memberi hasil adanya

perbaikan survival rates Bagimanapun studi mengenai kondisi ini belum dapat

36

membedakan glutation rendah sebagai akibat secara akut (pada pasien sepsis) atau

secara kronis (HIV) meningkatkan stress oksidatif dan peningkatan patologi

sebagai akibat defisiensi yang sudah ada sebelumnya

Skizofrenia dan gangguan bipolar berhubungan dengan glutation yang

rendah Stress oksidatif mungkin salah satu faktor dasar patofisiologi gangguan

bipolar gangguan depresif mayor dan skizofrenia Glutation (GSH) adalah

pemakan radikal bebas mayor di otakTidak adanya GSH meningkatkan

kerentanan sel terhadap stress oksidatif ditandai asetilsistein dapat mengurangi

gejala kedua gangguan tersebut

Glutation merubah level stress oksidatif pada sel yang diisolasi di

laboratorium sehingga dapat mengurangi perkembangan kanker Tes ini tidak

dilakukan pada manusia

Glutamat yang berlebihan di sinaps yang dapat dilepaskan pada kondisi

seperti cedera otak dapat menghambat pengambilan sistein senyawa pembentuk

glutation yang pentingTanpa proteksi dari cedera oksidatif oleh glutation sel-sel

dapat rusak atau mati (Sellman 2009)

Glutation juga mempunyai fungsi lain sebagai berikut (Sellman 2009)

Mencerahkan kulit

Mencegah menghilangkan jerawat dan bekas jerawat

Menghilangkan noda hitam

Anti aging dan anti kerut

Memberi nutrisi kulit

Membantu pemulihan luka

37

Membuat kulit menjadi halus segar dan bersinar

Kondisi kesehatan yang berhubungan dengan defisiensi glutation

Peningkatan proses penuaan

Kesulitan dalam keseimbangan

Gangguan mental

Masalah koordinasi

Gangguan sistem saraf

Akhir-akhir ini dipercaya sebagai penyebab lesi otak

Kanker HIV Katarak Diabetes Mellitus

Jumlah sperma yang rendah

263 Glutation Precursor (Sellman 2009)

Glutation Precursor disebut juga sebagai building-block dari glutation

yaitu N-asetilsistein atau NAC dan whey protein tidak terdenaturasi

Nasetilsistein adalah obat farmasi yang biasa digunakan bertahun-tahun untuk

mengobati overdose asetaminofen Hal ini sangat efektif ketika diberikan dalam

dosis besar di ruang darurat ketika seseorang akan mengalami gagal hati karena

overdosis asetaminofen komposisi aktif dari Tylenol

Efek sampingnya adalah bercak-bercak kemerahan bersin mual

anafilaksis reaksi alergi yang berupa kesulitan bernafas karena bronkospasme

tekanan darah menurun angioedema muntah kram diare Walaupun jarang

kematian pernah dilaporkan karena N-asetilsistein Beberapa orang mendapatkan

rasa dan bau yang tidak dapat diterima karena kandungan sulfur di dalamnya

38

Pengggunaan teratur untuk menaikkan kadar glutation tidak direkomendasikan

untuk anak-anak dan bayi Masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk

menentukan keamanan N-asetilsistein untuk penggunaan jangka panjang

Whey protein tidak terdenaturasi merupakan nutraceutical atau medicinal

foodSenyawa ini memberikan ikatan sistein ke sel-sel di mana glutation dapat

terbentuk di tempat tersebut

Beberapa kondisi yang tidak dapat mengkonsumsi whey protein

- Pasien dengan alergi protein susu

- Pasien dengan diet rendah protein

- Pasien yang sedang menjalani terapi imunosupresif

Efek sampingnya adalah kembung perut kram urtikaria Efek samping

karena overdosis tidak terjadi karena sel hanya membuat sebatas yang dibutuhkan

apabila berlebih kelebihan disimpan di hati dan ginjal sampai suatu saat kalau

dibutuhkan

264 Sumber Glutation dari makanan

Sumber glutation dari makanan yang disarankan adalah asparagus bayam

brokoli bawang putih kale bawang watercress kol Brussel sprout beberapa

bumbu seperti kunyit kayu manis semangka alpukat anggur peach jeruk

walnut granola daging kalkun dan daging ayam keju cottage dan yoghurt

39

Tabel 21 Makanan yang mengandung Glutation (Cadenas2002)

GSH Food Group mg100 g mgsaji Buah segar Apel 33 46 Pisang 41 48 Anggur 79 146 Jeruk 73 106 Semangka 66 283 Sayuran segar Asparagus dimasak 283 263 Alpukat 277 313 Brokoli dimasak 91 78 Wortel mentah 79 59 Tomat 90 109 Daging Hamburger 175 149 Ham rebus 233 13 Ayam digoreng 131 134 Sereal biji-bijian Cornflakes 00 00 Roti whole wheat 12 06 Roti putih 00 00 Nasi putih enriched dimasak 16 21 Produk Susu Susu whole 00 00 Keju Amerika 00 00 Yoghurt plain lowfat 00 00 Es krim 10 lemak 00 00

40

BAB III

KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

31 Kerangka Berpikir

Faktor penyebab penuaan antara lain faktor internal dan faktoreksternal

Faktor internal meliputi radikal bebas glikosilasi metilasi hormon yang

berkurang apoptosis system kekebalan tubuh yang menurun genetik Faktor

eksternal meliputi gaya hidup tidak sehat polusi lingkungan stress kemiskinan

kebiasaan yang salah olahraga berlebihan (overtraining) Berbagai faktor di atas

menyebabkan terjadinya penurunan fungsi tubuh dan terjadilah penuaan

Kerangka konsep penelitian berdasarkan teori bahwa salah satu penyebab

penuaan adalah radikal bebas Bila jumlah radikal bebas melebihi jumlah

antioksidan di dalam tubuh terjadilah stress oksidatif Radikal bebas dapat

merusak membran sel protein DNA dan berakibat fatal bagi kelangsungan hidup

sel jaringan Stress oksidatif yang berlangsung lama akan mengakibatkan

terjadinya penumpukan hasil kerusakan oksidatif di dalam sel dan jaringan

selanjutnya sel dan jaringan tersebut akan kehilangan fungsinya dan akhirnya

mati

Olahraga berlebih meningkatkan stress oksidatif karena terdapat

peningkatan konsumsi O2 oleh aktivitas otot skeletal Oksigen juga dapat bersifat

toksik yang dapat memicu peningkatan Reactive Oxygen Species (ROS)Organ

yang tidak mendapat cukup oksigen dan nutrisi menjadi iskemik dan terjadi

kerusakan mikrovaskular (Reperfusion Injury) memicu peningkatan radikal

40

41

bebas Dengan pemberian antioksidan Glutation yang merupakan antioksidan

master diharapkan dapat mencegah kerusakan lebih lanjut yang diakibatkan oleh

radikal bebas dengan cara melindungi sel dari Reactive Oxygen Species (ROS)

dan dapat dilihat melalui parameter MDA yang mengalami penurunan

32 Konsep Penelitian

Konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Gambar 31 Konsep Kadar MDA pada tikus yang diberikan Pelatihan Fisik Berlebih+ Placebo dan Pelatihan Fisik Berlebih + Glutation

FAKTOR INTERNAL

- Jenis Kelamin

- Usia

- Genetik

- Hormon

- Psikologis

FAKTOR EKSTERNAL

- Makanan

- Cuaca iklim

- Penyakit

- Exercise

GLUTATION

TIKUS

KADAR MDA

42

33 Hipotesis

Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan kadar MDA

tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

43

BAB IV

METODE PENELITIAN

41 Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksterimental dengan rancangan

randomized pre test-post test control group design (Poccock et al 2008)

Subyek terdiri dari 2 kelompok yaitu

1 Kelompok 1 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+ Placebo

2 Kelompok 2 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation

Semua kelompok sebelum perlakuan diberikan pre test (O1 O3) dan

dihitung rerata untuk masing-masing kelompok

Setelah perlakuan semua kelompok diberikan post test (O2 O4) dan

dihitung rerata untuk masing-masing kelompok

Kemudian dihitung perbedaan rerata antara pre test dan post test dari

masing-masing kelompok lalu hasil perbedaan tersebut dibandingkan secara

statistik

Gambar 41 Rancangan Penelitian

P S

43

R R

O1 P1 O2

O3 P2 O4

44

Keterangan

P = populasi

S = sampel

R = random

O1 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah mendapatkan

pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan placebo (pre test)

O2 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah diberikan pelatihan

fisik berlebih setelah diberikan placebo (post test)

O3 = observasi data MDA kelompok perlakuan setelah diberikan

pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan Glutation (pre test)

O4 = observasi data MDA kelompok perlakuan diberikan pelatihan fisik

berlebih setelah diberikan Glutation (post test)

P1 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih+ placebo

P2 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation

42 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran

Universitas Udayana pada bulan Januari ndash Maret 2012 Pemeriksaan MDA darah

tikus dikerjakan di bagian Program Antar Unit Universitas Gajah Mada

Jogyakarta

45

43 Populasi dan Sampel

431 Populasi

Subyek penelitian adalah tikus jantan dewasa galur Wistar yang berusia 2-

25 bulan dan dalam kondisi fisik sehat

432 Kriteria Sampel

4321 Kriteria Inklusi

Kriteria Inklusi yang ditetapkan sebagai sampel adalah sebagai berikut

a Tikus jantan dewasa galur Wistar

b Umur 2-25 bulan

c Berat badan plusmn200 gram

d Sehat

e MDA ge 5mmollt

4322 Kriteria Drop Out

Adalah sampel yang mati pada waktu penelitian

433 Besar Sampel

Besar sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini dihitung berdasarkan

rumus Poccock (2008)

Angka μ1 (5) dan μ2 (12) didapatkan dari penelitian sebelumnya (Ji 1998)

n=

46

= asymp 7

Keterangan

n = jumlah sampel

σ = standar deviasi kelompok perlakuan dengan pemberian

glutation (15)

f ( ) = besarnya didapat dari tabel (Poccock 2008)

μ1 = rerata hasil MDA pada kelompok perlakuan sesudah

pemberian glutatioacuten (5)

μ2 = rerata hasil MDA pada kelompok pre test (12)

Jadi jumlah sampel (n) = 675 dan ditambah 3 ekor tikus untuk masing-

masing kelompok sebagai cadangan Jadi total 20 ekor tikus dengan 10

ekor tikus untuk masing-masing kelompok

434 Teknik Pengambilan Sampel

Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat

sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi diambil secara acak

sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi

2 kelompok yaitu kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+placebo kelompok

dengan pelatihan fisik berlebih + glutation

47

44 Variabel Penelitian

441 Klasifikasi Variabel

Variabel penelitian dibedakan menjadi

1 Variabel Bebas dosis pemberian glutation

2 Variabel Tergantung kadar MDA

3 Variabel Terkendali varian tikus jantan (galur wistar) jenis

kelamin umur berat badan lingkungan

(pencahayaan suhu kelembaban nutrisi

kandang)

Gambar 42 Bagan Hubungan Antar Variabel

VARIABEL BEBAS

- Pelatihan fisik berlebih

- Glutation 37mg kgBBhari

VARIABEL TERGANTUNG

KADAR MDA

VARIABEL TERKENDALI

Varian tikus

Jenis kelamin umur berat badan

Pencahayaan suhu kelembaban nutrisi kandang

Makanan minuman

48

442 Definisi Operasional Variabel

1 Pelatihan fisik berlebih pada tikus adalah pelatihan yang berlebihan

yang diukur berdasarkan kemampuan maksimal berenang tikus pada

ember berdiameter 35 cm dengan kedalaman air 20 cm yang

dilakukan 60 menithari selama 35 hari pada waktu yang sama pada

suhu 32 derajat (Binekada 2002 dan Pepe2011)

2 Glutation yang diberikan adalah Glutation Teofarma injeksi sediaan

600mg 4 ml Dosis pemberian Glutation adalah pemberian sediaan

antioksidan Glutation dalam bentuk suntikan intraperitoneal yang

diberikan 1x sehari dan diberikan 6 jam sebelum pelatihan fisik

berlebih Dosis pemberian Glutation mengacu pada penelitian yang

dilakukan sebelumnya oleh Ji L L yaitu 37mgkgBBhari yang

dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril secara intraperitonial

3 MDA merupakan salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada

membran sel dan merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan

oleh radikal bebas Pengukuran kadar MDA menggunakan metode

Thiobarbituraic Acid Reactive Substances (TBARS) Pembacaan hasil

dengan menggunakan spektrofotometer Satuan MDA dalam mmoll

4 Cahaya suhu dan kelembaban merupakan kondisi lingkungan yang

dialami tikus jantan dewasa Pada penelitian ini kondisi lingkungan

selama percobaan dibuat sama

5 Berat badan tikus adalah berat badan yang ditimbang dengan

timbangan gram

49

6 Umur tikus adalah umur yang ditentukan dengan melihat tanggal

kelahiran yang dicatat pada kandang percobaan

7 Kondisi peneliti yang meliputi kesehatan fisik dan psikis peneliti

Penelitian dilaksanakan saat kondisi peneliti dalam keadaan baik

sehingga pengaruhnya terhadap hasil penelitian dapat diabaikan

45 Bahan dan Alat Penelitian

451 Bahan Penelitian

Glutation injeksi

Tikus jantan

Makanan tikus berupa pellet dan air minum dari air ledeng

Aquades steril

EDTA (Ethylenediamine tetraacetic acid)

Reagensia untuk pengukuran kadar MDA

452 Alat Penelitian

Alat yang dipakai dalam pengambilan data penelitian ini adalah

- Kandang tikus terbuat dari besi yang di dalamnya terdapat sekam dan

botol minuman

- Ember berdiameter 35 cm dan kedalaman air 20 cm

- Stopwatch

- Timbangan

- Spuit injeksi 1 ml

50

- Sarung tangan

- Kapas dan alkohol 70

- Tabung Evendorf

- Mikropipet

- Pipet kapiler

- Sentrifugasi

46 Prosedur Penelitian

1 Tikus jantan dewasa (Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan

berat badan plusmn200gram dilakukan aklimatisasi selama 2 minggu di

tempat penelitian untuk penyesuaian dengan lingkungan

2 Semua sampel tikus diberi perlakuan yang sama yaitu diberikan

pelatihan fisik berlebih dengan cara berenang sampai kelelahan pada

hari ke 7 kedua kelompok tersebut dilakukan pemeriksaan MDA

3 Mulai hari ke 8 ndash 35 sampel tikus yang berjumlah 20 ekor dibagi atas 2

kelompok di mana kelompok 1(kontrol) diberikan pelatihan fisik

berlebih + injeksi aquabidest intraperitoneal enam jam sebelum

perlakuan aktifitas berlebih kelompok ke 2 (perlakuan) diberikan

pelatihan fisik berlebih + injeksi intraperitoneal glutation 37

mgkgBBhari yang sudah dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril

4 Pada hari ke 35 dilakukan pemeriksaan kadar MDA pada masing-

masing tikus setelah bulu tikus kering

51

5 Selama penelitian hewan coba diberikan makanan dan minuman secara

teratur kebersihan dan kenyamanan kandang dijaga

461 Alur Penelitian

TIKUS ADAPTASI 2 MINGGU

PELATIHAN FISIK BERLEBIH 1 MINGGU

MDA

KELOMPOK 1 KELOMPOK 2

PELATIHAN FISIK BERLEBIH PELATIHAN FISIK BERLEBIH

+ AQUABIDEST (28 hari) +GLUTATION 37mgkgBBhari

28 HARI 28 HARI

MDA

Gambar 43 Bagan Alur Penelitian

462 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium

Pemantauan keselamatan tikus jantan (galur Wistar) di laboratorium

(Smith et al1988 Ngatidjan 2006) adalah sebagai berikut

1 Kandang tikus jantan harus cukup kuat tidak mudah rusak teratur dibersihkan

(1x seminggu) mudah dipasang kembali hewan tidak mudah lepas tahan

52

gigitan hewan kelihatan jelas dari luar Alas tempat tidur terbuat dari serbuk

gergaji atau sekam padi agar mudah menyerap air

2 Luas lantai yang memadai untuk tikus jantan dengan berat badan plusmn200 gram

adalah 60cm persegi dan tinggi 20 cm

3 Diciptakan suasana lingkungan yang stabil dan sesuai keperluan fisiologi tikus

jantan di mana kelembaban suhu pertukaran udara yang ekstrim harus

dihindari

4 Hewan coba hendaknya diperlakukan dengan kasih sayang

47 Pengolahan dan Analisis Data

Analisis data yang digunakan adalah

1 Analisis Deskriptif

2 Uji normalitas data dilakukan dengan tes Shapiro-Wilk Distribusi data

normal dengan nilai pgt005

3 Uji homogenitas dilakukan dengan Lavenersquos Test Data dinyatakan

homogen dengan nilai pgt005

4 Karena data berdistribusi normal dan homogen maka untuk uji

komparabilitas dipakai

- Uji t independent untuk membandingkan rerata kadar MDA antar

kelompok

- Uji Paired T- Test untuk membandingkan rerata kadar MDA pre

dan post masing-masing kelompok

- Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau

dinyatakan berbeda bila plt005

53

BAB V

HASIL PENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 20 ekor tikus jantan dewasa

(Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan berat badan plusmn200 gram sebagai

sampelyang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah 10 ekor

yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dankelompok

perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) Dalam penyajian hasil ini diuraikan

uji normalitas data uji homogenitas data uji komparabilitas dan uji efek

perlakuan

51 Uji Normalitas Data

Data Kadar MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan

pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji

Shapiro-Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005)

disajikan pada Tabel 51

53

54

Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing Kelompok Sebelum

dan Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Perlakuan n p Keterangan

Kadar MDA kontrol pre

Kadar MDA perlakuan pre

Kadar MDA kontrol post

Kadar MDA perlakuan post

10

10

10

10

0965

0550

0975

0697

Normal

Normal

Normal

Normal

52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok

Data Kadar MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun

sesudah perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test

Hasilnya menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52

Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA Sebelum dan

Sesudah Perlakuan

Variabel F p Keterangan

Kadar MDA pre

Kadar MDA post

0016

0592

0901

0452

Homogen

Homogen

53 Kadar MDA

531 Uji komparabilitas

Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata kadar MDA

antar kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan

55

glutation Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada

Tabel 53 berikut

Tabel 53

Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata

Kadar MDA

SB T P

Aktivitas berlebih dan

placebo

Aktivitas berlebihdan

glutathion

10

10

518

529

028

029

089 0386

Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok

kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 518028mmoll dan rerata

kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 529029mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 089 dan nilai

p = 0386 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan

berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya tidak berbeda secara

bermakna (p gt 005)

532 Analisis efek perlakuan

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kadar MDA antar

kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation

56

Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54

berikut

Tabel 54 Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata

Kadar MDA

SB T P

Aktivitas berlebih dan

placebo

Aktivitas berlebihdan

glutathion

10

10

778

444

023

017

3672 0001

Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok

kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata

kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 444017mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 3672 dan nilai

p = 0001 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan

berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya berbeda secara

bermakna (p lt 005)

57

Gambar 51 Perbedaan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

533 Analisis Komparasi Sebelum dengan Sesudah Perlakuan

Analisis komparasi diuji berdasarkan rerata kadar MDA antara sebelum

dengan sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation Hasil

analisis kemaknaan dengan uji t-paired disajikan pada Tabel 55 berikut

Tabel 55 Analisis KomparasiKadar MDA antara Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Kelompok Beda Rerata

pre ndash post p Keterangan

Aktivitas berlebih dan placebo

Aktivitas berlebih dan

glutathion

260

085

0001

0001

Meningkat

Menurun

58

Berdasarkan uji t-paired didapatkan bahwa ada penurunan kadar MDA

pada kelompok perlakuan secara bermakna sebesar 085mmoll sedangkan pada

kelompok kontrol mengalami peningkatan secara bermakna sebesar 260mmoll

59

BAB VI

PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian

Untuk menguji efek pemberian glutation terhadap penurunan kadar MDA

maka dilakukan penelitian terhadap 20 ekor tikus jantan dewasa (Galur Wistar)

sebagai sampel yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah

10 ekor yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dan

kelompok perlakuan (pelatihan fisik berlebih dan glutation)

62 Efek Pelatihan Fisik Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA

Hasil penelitian dan analisis data terhadap kadar MDA darah pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji

normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan homogenitas (Levenersquos test) pre-test dan post-

test masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)

Uji perbandingan 1 minggu pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan

injeksi antara kedua kelompok menggunakan uji t-independent Rerata kadar

MDA kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) adalah

518028mmoll dan rerata kelompok pelatihan fisik berlebih dan glutation

adalah 529029mmoll Analisis kemaknaan dengan uji t-independent

menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna kadar MDA darah antara

kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa

kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan injeksi rerata kadar MDAnya tidak

59

60

berbeda secara bermakna

Uji perbandingan setelah pemberian placebo dan glutation antara kedua

kelompok menggunakan t-independent Rerata kadar MDA kelompok kontrol

(aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata kelompok

perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) adalah 444017mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent antara kedua kelompok sesudah diberikan

placebo dan glutation menunjukkan perbedaan kadar MDA secara bermakna

(plt005) Hal ini berarti bahwa kelompok yang diberikan perlakuan berupa

placebo dan glutation 6 jam sebelum diberikan pelatihan fisik berlebih dengan

cara merenangkan selama 60 menit hari selama 35 hari rerata kadar MDA

berbeda secara bermakna Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh

untuk melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam

organ dan pembuluh darah (Giriwijoyo 2004)

Peningkatan kadar MDA sesudah diberikan pelatihan fisik berlebih pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan disebabkan karena pelatihan fisik

berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena terjadi peningkatan konsumsi

oksigen oleh aktifitas otot skeletal Stress oksidatif memicu peningkatan senyawa

oksigen reaktif Pada pelatihan fisik berlebih juga terjadi Reperfusion Injury yang

memicu terjadinya kerusakan jaringan dan peningkatan radikal bebas (Adiputra

2008) Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara menarik elektronnya

sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan sampai kematian sel

(Suryohudoyo 2000)

Pada penelitian ini didapatkan bahwa sesudah diberikan pelatihan fisik

61

berlebih dan placebo terjadi peningkatan kadar MDA sebesar 5024 Kadar

MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel (Winarsi

2007) Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pepe

(2011) bahwa pelatihan fisik berlebih meningkatkan kadar MDA Lebih lanjut

Murray et al (2000) juga menyatakan bahwa pelatihan fisik berlebih merangsang

respon biomarker stres oksidatif Sedangkan pada kelompok perlakuan yang

diberikan aktifitas berlebih dan glutation terjadi penurunan kadar MDA sebesar

1607 Terjadinya penurunan kadar MDA pada kelompok yang diberikan

glutation 6 jam sebelum melakukan pelatihan fisik berlebih disebabkan karena

pemberian antioksidan meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan

cara mendonorkan elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa

oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsi 2007) Glutation merupakan antioksidan

endogen yaitu antioksidan yang dapat disintesa dalam tubuh dari asam amino L-

sistein L-glutamat dan glisin (Cadenas 2002) yang juga sebagai master

antioksidan yaitu antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain

Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan

Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik (Hersh 2004) Glutation

merupakan salah satu antioksidan yang tidak dapat menjadi pro oksidan (Cadenas

2002) Normalnya sekali suatu antioksidan memakan radikal bebas antioksidan

ini menjadi teroksidasi sendiri dan menyerang sel yang sehat yang disebut

sebagai pro oksidan Glutation dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang

teroksidasi tersebut menjadi bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali

dalam memakan radikal bebas (Sellman 2009) Sehingga dengan demikian

62

glutation dapat membantu dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Urso

(2003) bahwa suplementasi antioksidan dapat mengatasi kondisi stress oksidatif

yang terjadi pelatihan fisik berlebih

Uji perbandingan antara data MDA pre dan post masing-masing kelompok

digunakan uji t-paired test Berdasarkan uji ini didapatkan hasil pada kelompok

perlakuan terjadi penurunan kadar MDA secara bermakna sebesar 085 mmollt

sedangkan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan kadar MDA secara

bermakna sebesar 260mmollt Terjadi penurunan kadar MDA pada kelompok

perlakuan menunjukkan pemberian antioksidan Glutation intraperitoneal dosis

37mgkgBBhari dapat mengatasi kondisi stress oksidatif yang terjadi pada

pelatihan fisik berlebih Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh

Urso (2003)

63

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

71 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan sebagai

berikut Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA

tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

72 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah

1 Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja glutation

yang lebih detail

2 Memperhatikan takaran latihan supaya tidak berlebihan yang justru akan

meningkatkan kerusakan sel

3 Perlu dilakukan uji klinis pada manusia

63

64

DAFTAR PUSTAKA

Adiputra N 2008Kesehatan Olah Raga Available from httpwwwbalihesgorgindexphpoption=com Accessed 2011 Oct 5th

Anonim 2011 Glutathione Available at

httpenwikipediaorgwikiGlutathione Accessed 2011 Oct 5th Anonim 2011 Overtraining Available at

httpwwwmarksdailyapplecomovertraining Accessed 2011 Oct5th

Asikin N 2001Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan InKursus Penyegaran dan Pelatihan Radikal bebas dan Antioksidan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta Fakultas Kedokteran UI

Bagiada NA 2001 Proses Penuaan dan Penanggulangannya Denpasar

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hal 22 Banerjee AK Mandal A Chanda D Chahraboti S 2003 Oxidant

Antioxidant and Physical ExerciseAvailable from httpwwwncbinlmnihgovpubmed14619981 accesed 2011 Sept 2nd

Binekada MC 2002 ldquoPelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Konsentrasi dan

Motilitas Spermatozoa Mencitrdquo(tesis) Denpasar Universitas Udayana

Cadenas E Jones PD 2002Bioavailability of Glutathione In Cadenas E

Packer L editorsHandbook of Antioxidants2nd Ed New York Marcel DekkerInc p549-564

Catala A 2006Lipid PeroxidationInt J Biochem Cell Biol 38 1482-1495 Dalle-DonneI Rossi R ColomboR Giustarini D Milzani

A2006Biomarkers of Oxidative Damage in Human Disease Available from httpwwwredorbitcomnewsscience473334biomarkersof oxidative damage in human diseaseindexhtmlaccessed2011 Sept 5th

Fouad T 2007 Free radicals Types Sources and Damaging Reaction

Relations Available from

64

65

wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th

Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th

Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112

Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors

ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their

Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69

Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan

Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th

Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz

R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155

Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester

Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th

Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala

T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200

Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and

Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders

66

Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana

LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia

Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647

Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from

httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit

Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK

Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620

Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji

Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah

Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009

Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan

Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132

Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde

Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521

Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley

Medical Publicationsp 123-141

Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI

Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable

from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer

67

Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole

Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam

Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI

Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam

Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya

Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan

Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47

Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant

Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th

Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan

Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105

68

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965

Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975

Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753

Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

69

Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan

Group Statistics

Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887

Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215

Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260

Perlakuan 10 42500 23348 07383

Independent Samples Test

Levenes Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df

Sig (2-

tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence Interval of the

Difference Lower Upper

Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428

Equal variances not assumed

-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429

Post1

Equal variances assumed 592 452 367

22 18 000 333700 09087 314608 352792

Equal variances not assumed

36722 16855 000 333700 09087 314515 352885

Post2

Equal variances assumed 906 354 264

19 18 000 239500 09066 220454 258546

Equal variances not assumed

26419 16265 000 239500 09066 220307 258693

70

Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis

(Laurence amp Bacharach 1964)

2g mencit 20g tikus 400g marmot

l5Kg kelinci

20Kg kucing

40Kg kera

120Kg anjing

70Kg manusia

20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879

200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560

400 g marmot

008 057 10 225 24 52 102 315

l5Kg kelinci

004 025 044 10 106 24 45 142

20Kg kucing

003 023 042 092 10 22 41 130

40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61

120Kg anjing

0008 006 010 0022 024 052 10 31

70Kg manusia

00026 0018 0031 007 0013 016 032 10

71

Lampiran 4

Foto Penelitian

Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)

72

Lampiran 5

Data Hasil Penelitian

Kelompok Kontrol

Pre test Post test Pre test Post Test

752 647 769 694

779 670 773 664

745 660 803 653

769 643 817 677

783 653

786 684

Kelompok Perlakuan

Pre Test Post test

412 391

436 412

442 425

425 401

453 436

466 442

432 405

456 432

470 453

476 463

Page 2: PEMBERIAN INJEKSI GLUTATION INTRAPERITONEAL

i

i

TESIS

PEMBERIAN INJEKSI GLUTATION

INTRAPERITONEAL MENURUNKAN KADAR MDA PADA TIKUS WISTAR DENGAN PELATIHAN FISIK

BERLEBIH

ELISABETH SUSANA

NIM 0990761010

PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR 2012

ii

ii

PEMBERIAN INJEKSI GLUTATION INTRAPERITONEAL MENURUNKAN KADAR MDA PADA TIKUS WISTAR DENGAN PELATIHAN FISIK

BERLEBIH

Tesis Untuk Memperoleh Gelar Magister Pada Program Magister Program Studi Ilmu Biomedik

Program Pascasarjana Universitas Udayana

ELISABETH SUSANA NIM 0990761010

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR

2012

iii

iii

Lembar Pengesahan

TESIS INI TELAH DISETUJUI

PADA TANGGAL 26 April 2012

Pembimbing I Prof Dr dr J Alex PangkahilaMSc Sp And NIP 19440201 196409 1 001

Pembimbing II Prof dr I Gusti Made Aman SpFK NIP 19410320 196801 1001

Mengetahui

Ketua Program Studi Magister Program Pascasarjana Universitas Udayana

ProfDrdrWimpie I PangkahilaSp AndFAACS NIP 19461213 197107 1001

Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana ProfDrdrAARaka Sudewi SpS(K) NIP 195902151985102001

iv

iv

Tesis ini Telah Diuji Pada

Tanggal 26 April 2012

Panitia Penguji tesis Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana

No 0144UN144HK2012

Tanggal 16 Januari 2012

Ketua Prof Dr dr J Alex PangkahilaMSc Sp And

Anggota

1 ProfdrI Gusti Made Aman SpFK

2 ProfDrdr Wimpie Pangkahila SpAnd FAACS

3 Dr dr Ida Sri Iswari SpMK MKes

4 Profdr N Agus Bagiada SpBIOK

v

v

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena hanya atas berkat

rahmat dan karuniaNya tugas akhir dengan judul ldquoPEMBERIAN GLUTATION

MENURUNKAN KADAR MDA PADA TIKUS WISTAR DENGAN

PELATIHAN FISIK BERLEBIHrdquo ini dapat diselesaikan

Tulisan ini disusun untuk memenuhi persyaratan tugas akhir studi yang

dijalani Penulis untuk memperoleh Gelar Master pada Program Magister Program

Studi Ilmu Kedokteran Biomedik Kekhususan Anti Aging Medicine Program

Pasca Sarjana Universitas Udayana

Selama penyusunan tulisan ini Penulis banyak mendapatkan bimbingan

dan masukan yang berharga dari berbagai pihak Di mana pada kesempatan ini

perkenankanlah Penulis menyampaikan rasa hormat dan ucapan terimakasih yang

sebesar-besarnya kepada

1 Prof Drdr Wimpie Pangkahila SpAnd FAACS selaku Ketua Program

Studi Ilmu Kedokteran Biomedik Kekhususan Anti Aging Medicine

Universitas Udayana dan penguji yang telah memberikan banyak

masukan dan bimbingan kepada penulis selama penyusunan tesis ini

2 ProfDrdr J Alex Pangkahila MSc SpAnd selaku pembimbing I yang

telah banyak memberikan dorongan semangat masukan dan bimbingan

kepada penulis selama penyusunan tesis ini

vi

vi

3 Prof dr I Gusti Made Aman SpFK selaku pembimbing II pembimbing

akademik dan Kepala Laboratory Animal Unit Bagian Farmakologi

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana yang dengan penuh perhatian

memberikan dorongan semangat dan bimbingan kepada penulis selama

mengikuti program magister dan penyusunan tesis ini

4 Prof dr N Agus Bagiada SpBIOK selaku penguji yang dengan sepenuh

hati membimbing dan memberikan masukan kepada penulis selama

penyusunan tesis ini

5 Dr dr Ida Sri Iswari MKes SpMK selaku penguji yang banyak sekali

membimbing dan memberi masukan yang kritis serta pengajaran yang

sangat dirasakan manfaatnya oleh penulis selama penyusunan tesis ini

6 Bapak I Gede Wiranatha selaku staf di Departemen Farmakologi Fakultas

Kedokteran Universitas Udayana yang telah membantu selama melakukan

penelitian di laboratorium Farmakologi FK Universitas Udayana

7 Drs I Ketut Tunas MSi yang telah membantu memberikan masukan dan

saran ilmiah terutama dalam statistik yang sangat berguna bagi penulis

dalam menyusun tesis ini

8 dr I Made Oka Negara beserta staf bagian Ilmu Kedokteran Andrologi

dan Seksologi (dr Pram Ibu Eni Ibu Agnes dan Bapak Edy) serta teman-

teman mahasiswa Program Magister Biomedik kekhususan Anti Aging

Medicine atas doa semangat dan dorongannya

vii

vii

9 Keluarga besar tercinta suami (Berlianto Tjahjadi) anak-anak (Henokh

dan Khezia) dan orang tua atas doa pengertian kasih sayang dan

dorongan serta masukan kepada penulis selama penyusunan tesis ini

10 Juga kepada para dosen pengajar dan rekan-rekan yang tidak dapat saya

sebut satu persatu kiranya Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan

berkat dan rahmatNya

Akhir kata Penulis berharap tulisan tugas akhir ini dapat memberikan

manfaat bagi penulis pribadi dan bagi Program Pendidikan Magister Program

Studi Ilmu Kedokteran Biomedik Kekhususan Anti Aging Medicine Program

Pasca Sarjana Universitas Udayana serta bagi puhak-pihak lain yang

berkepentingan

Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa memberkati kita semua amin

Denpasar April 2012

Elisabeth Susana

viii

viii

ABSTRAK

PEMBERIAN INJEKSI GLUTATION INTRAPERITONEAL MENURUNKAN KADAR MDA PADA TIKUS WISTAR DENGAN

PELATIHAN FISIK BERLEBIH

Menurut Kedokteran Anti Penuaan penuaan dapat diperlakukan seperti suatu penyakit sehingga prosesnya dapat kita atasi bahkan dapat kita lsquoreversersquo atau dirsquokembalikanrsquokan menjadi seperti kondisi saat lsquomudarsquoSetiap saat kita melakukan suatu aktifitas terjadi proses oksidasi di dalam tubuh kitadi mana 2-5 dari oksigen yang kita hirup tereduksi menjadi radikal bebas Hal ini merupakan suatu kondisi fisiologis Produksi tersebut meningkat dalam kondisi seperti terpapar sinar ultraviolet polusi merokok konsumsi alkohol berlebihan stress menyebabkan kerusakan sel terjadi penuaan dini Pelatihan Fisik berlebih menyebabkan radikal bebas meningkat kondisi ini membutuhkan antioksidan yang mampu untuk mengatasi radikal bebas sehingga kerusakan lebih lanjut dapat dicegah Tujuan penelitian untuk mengetahui efektivitas Glutation dalam mengatasi peningkatan radikal bebas yang diakibatkan oleh pelatihan fisik berlebih yang dapat diketahui dari menurunnya kadar MDA Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan pre test-post test control group design yang dilakukan di Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana pada bulan Januari- Maret 2012 Penelitian ini menggunakan sampel 20 ekor tikus putih yang dibagi menjadi 2 kelompokKelompok 1 adalah kelompok kontrol yang diberikan pelatihan fisik berlebih (berenang) dan diberikan suntikan intraperitoneal aquabidesKelompok 2 adalah kelompok perlakuan yang diberikan pelatihan fisik berlebih dan suntikan intraperitoneal Glutation dengan dosis 37mgkg BB hariKedua kelompok diberikan pelatihan fisik berlebih selama 35 hari di mana pelatihan fisik ini dibagi atas 2 yaitu 7 hari pertama hanya diberikan pelatihan fisik berlebih saja 28 hari berikutnya diberikan pelatihan fisik berlebih + perlakuan berupa pemberian injeksi Glutation placebo Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kelompok kontrol terdapat peningkatan kadar MDA dari 518plusmn028mmollt menjadi 552plusmn029mmollt sedangkan pada kelompok perlakuan kadar MDA menurun dari 778plusmn023 mmollt menjadi 444plusmn017 mmollt Berdasarkan uji statistik yang dilakukan terdapat penurunan MDA secara bermakna pada kelompok perlakuan (plt005) Penelitian ini menyimpulkan bahwa pemberian suntikan Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang diberikan pelatihan fisik berlebih Disarankan untuk melakukan penelitian in vivo lanjutan pada beberapa jenis hewan percobaan dan pada manusia

Kata kunci glutation kadar MDA pelatihan fisik berlebih tikus

ix

ix

ABSTRACT

INTRAPERITONEAL ADMINISTRATION OF GLUTATHIONE INJECTION DECREASE MDA LEVEL ON

OVERTRAINING RAT

According to Anti-Aging Medicine aging can be treated as a diseaseageing process can be overcome so that we can even reverse Every time we do an activity a process of oxidation occurs in our bodies 2-5 of the oxygen we consumed is reduced to free radicals This is a physiological condition This production is increased in conditions such ultraviolet rays exposure pollution smoking excessive alcohol consumption stress causing cells damage occurs premature aging Overtraining causes an excess of free radicals this condition requires an antioxidant that is able to overcome free radicals so further damage can be prevented The aim of this study was to determine the effectiveness of Glutathione in dealing with excess free radicals caused by excessive physical training which can be determined from the decreasing levels of MDA

This study was an experimental study with Pre test-Post test control group design conducted at the Department of Pharmacology Faculty of Medicine University of Udayana in January-March 2012 This study used 20 albino rats randomly divided into two groups Group 1 control group was given physical overtraining (swimming) and aquabidest intraperitoneal injections Group 2 was given physical overtraining and Glutathione intraperitoneal injection at a dose of 37mgbwday Both groups were given overtraining for 35 days in which overtraining is divided into two the first 7 days are given only overtraining course the next 28 days are given overtraining + Glutathione injection placebo The results showed that in the control group there were elevated levels of MDA of 518 plusmn 028 mmol l to 552plusmn 029 mmoll while in the treated group there were decreased levels of MDA of 778 plusmn 023 mmol l to 444 plusmn 017 mmoll Based on statistical tests there is a significant decrease in in the treated group (plt005)

This study concluded that administration of intraperitoneal Glutathione injections decreasing levels of MDA in mice given physical overtraining It is recommended to conduct further studies in vivo in several species of experimental animals and in humans Key words Glutathione MDA level physical overtraining rat

x

x

DAFTAR ISI

Sampul Dalam i

Pemberian Gelar ii

Lembar Pengesahan iii

Penetapan Panitia Penguji iv

Ucapan Terima Kasih v

Abstrak viii

Abstract ix

DAFTAR ISI x

DAFTAR TABEL helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip xiv

DAFTAR GAMBARhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip xv

DAFTAR LAMPIRAN helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip xvi

DAFTAR SINGKATAN xvii

BAB I PENDAHULUAN

11 Latar Belakang 1

12 Rumusan Masalah 6

13 Tujuan Penelitian 6

14 ManfaatPenelitian 7

141 Manfaat Keilmuan 7

142 Manfaat Praktis 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA

21 Penuaan 8

xi

xi

211 Teori Wear and Tear 9

212 Teori Radikal Bebas 9

213 Teori Kontrol Genetika 11

214 Teori Neuroendokrin 11

22 Radikal Bebas 12

221 Definisi Radikal Bebas 12

222 Sifat- sifat Radikal Bebas 12

223 Peranan Radikal Bebas Dalam Proses Penuaan 15

23 Stress Oksidatif 15

231 Keadaan Yang Menyebabkan Stress Oksidatif 15

24 Pelatihan Fisik 16

241 Olahraga 16

242 Pelatihan Fisik Berlebih 21

25 Antioksidan 28

26 Glutation sebagai Antioksidan 29

261 Fungsi Glutation 31

262 Suplementasi Glutation 33

263 Glutation Precursor 37

264 Sumber Glutation dari makanan 38

BAB III KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

31 Kerangka Berpikir 40

32 Konsep Penelitian 41

33 Hipotesis Penelitian 42

xii

xii

BAB IV METODE PENELITIAN

41 Rancangan Penelitian 43

42 Tempat dan Waktu Penelitian 44

43 Populasi Sampel 44

431 Populasi 44

432 Kriteria Sampel 45

4321 Kriteria Inklusi 45

4322 Kriteria Drop Out 45

433 Besar Sampel 45

434 Teknik Pengambilan Sampel 46

44 Variabel Penelitian 47

441 Klasifikasi Variabel 4

442 Definisi Operasional Variabel 48

45 Bahan dan Alat Penelitian 49

451 Bahan Penelitian 49

452 Alat Penelitian 49

46 Prosedur Penelitian 50

461 Alur Penelitian 51

462 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium 51

47 Pengolahan dan Analisis Data 52

BAB V HASIL PENELITIAN

51 Uji Normalitas Data 53

52 Uji Homogenitas Antar Kelompok 54

xiii

xiii

53 Kadar MDA 54

531 Uji Komparabilitas 54

532 Analisa Efek Perlakuan 55

533 Analisa Komparasi Sebelum dan Sesudah Perlakuan 57

BAB VI PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian 59

62 Efek Aktifitas Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA 59

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

71 Kesimpulan 63

72 Saran 63

DAFTAR PUSTAKA 64

LAMPIRAN 68

xiv

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 21 Makanan yang mengandung Glutation 39

Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing

Kelompok Sebelum dan Sesudah Perlakuan 54

Tabel 52 Hasil uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA

Sebelum dan Sesudah Perlakuan 54

Tabel 53 Hasil Rerata Kadar MDA antar Kelompok Sebelum

Diberikan Perlakuan 55

Tabel 54 Hasil Rerata Kadar MDA antar Kelompok Sesudah

Diberikan Perlakuan 56

Tabel 55 Analisis Komparasi Kadar MDA antara Sebelum dan

Sesudah Perlakuan helliphelliphelliphellip 57

xv

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 21 Struktur GSH dan GSSG 30

Gambar 22 GSH Redox 31

Gambar 23 Detoksifikasi Lipid Hydoxyperoxides di usus halus 32

Gambar 24 Supply dan Removal Glutation 34

Gambar 31 Kerangka Konsep Kadar MDA pada Tikus yang

diberikan Pelatihan Fisik Berlebih+Placebo dan Pelatihan

Fisik Berlebih+Glutation 41

Gambar 41 Rancangan Penelitian 42

Gambar 42 Bagan Hubungan antar Variabel 47

Gambar 43 Bagan Alur Penelitian 51

Gambar 51 Perubahan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah

Diberikan Perlakuan 57

xvi

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Uji Normalitas Data 68

Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antar Kelompok Kontrol

dan Perlakuan 69

Lampiran 3 Perbandingan Luas Permukaan Tubuh Hewan Percobaan

untuk Konversi Dosis 70

Lampiran 4 Foto Penelitian 71

Foto Glutation (Tationil Teofarma) 71

Lampiran 5 Data Hasil Penelitian 72

xvii

xvii

DAFTAR SINGKATAN

CoQ10 Coenzym Q10

DNA Deoxyribonucleic Acid

GSH Px Glutation Peroksidase

GSH Glutation

GSSG Rx Glutation Reduktase

GSSG Glutation Disulfide

MDA Malondialdehyde

NADH Nicotinamide Adenine Dinucleotide

NADPH Nicotinamide Adenine Dinucleotide Phosphate

O2 Oksigen

RNA Ribonucleic Acid

ROS Reactive Oxygen Species

SOD Super Oxide Dismutase

TBARS Thiobarbituric Acid Reactive Substances

1

BAB I

PENDAHULUAN

11 LATAR BELAKANG

Proses penuaan menurut Kedokteran Anti Penuaan dapat diperlakukan

seperti suatu penyakit dalam arti proses ini dapat diatasi dapat dirsquoreversersquo atau

dirsquokembalikanrsquo menjadi kondisi seperti saat muda Penyakit yang muncul seiring

dengan bertambahnya usia seperti hipertensi diabetes mellitus osteoartritis dan

lain-lain membuat kualitas hidup menurun pada usia lanjut Ilmu Kedokteran

Anti Penuaan memberikan paradigma baru dalam mengatasi proses penuaan Ilmu

ini memberikan solusi untuk mengatasi ketidakmampuan penyakit nyeri

deformitas dan kesedihan di masa tua sehingga kualitas hidup meningkat

Modifikasi gaya hidup dengan cara mengatur pola makan pola tidur pola

olahraga pola hidup manajemen hormon dapat meningkatkan kualitas hidup

Terbentuknya radikal bebas oksigen dalam tubuh sebenarnya merupakan

sesuatu yang fisiologis Oksigen yang kita hirup berperan dalam metabolisme

sebagian kecil (2-5) tereduksi membentuk radikal bebas Radikal bebas oksigen

dikelompokkan dalam senyawa Reactive Oxygen Species (ROS) ROS merupakan

radikal bebas yang berbahaya bagi tubuh (Arief 2010) Bila produksi tersebut

menjadi semakin meningkat dalam kondisi seperti terpapar sinar ultraviolet

polusi merokok konsumsi alkohol dalam jumlah banyak stress menyebabkan

kerusakan pada sel-sel terjadi penuaan

1

2

Teknologi yang berkembang dengan pesatnya memberikan kita banyak

fasilitas kemudahan dalam menjalani hidup kita Akhirnya dalam apapun yang

akan kita perbuat atau lakukan kita selalu dihadapkan pada 2 pilihan mau yang

mudah atau yang sulit Menjamurnya makanan instant fast food yang disebut

juga makanan junk food karena memang tidak kurang kandungan gizi yang kita

perlukan Makanan ini tidak mengandung nilai gizi hanya mementingkan rasa

yang penting enak gurih karena banyak mengandung lemak tinggi karbohidrat

dan cepat saji karena semakin sibuknya manusia Selain itu karena kesibukan

kita menjadi kurang sekali dalam berolahraga selain kesibukan juga sudah lelah

Akibatnya kita menjadi gemuk semakin gemuk semakin malas beraktifitas

semakin mudah lelah yang lama kelamaan menjadi kelelahan kronis depresi

mudah muncul

Gaya hidup manusia yang mempunyai tingkat stress yang tinggi ditambah

kurangnya aktifitas berolahraga meningkatkan resiko timbulnya penyakit jantung

low back pain adult-onset diabetes obesity yang disebut hypokinetic diseases

(Sharkey 2003 ) Meningkatnya insidensi kelebihan berat badan menjadi masalah

kesehatan di seluruh dunia termasuk di Indonesia (Misnadiarly 2007) Kelebihan

berat badan menyebabkan terjadinya penumpukan lemak yang berlebihan dalam

tubuh dan berpotensi memicu banyak penyakit yang mematikan Beberapa

penyakit tersebut dikategorikan sebagai penyakit yang terjadi karena metabolism

yang melambat dan penumpukan lemak sering disebut sebagai Sindroma

Metabolik(hipertensi hiperlipidemia diabetes mellitus) Sebaliknya sebuah gaya

3

hidup yang sehat dan seimbang memainkan peranan yang besar dalam mencegah

banyak penyakit yang berhubungan dengan gaya hidup

Pada sisi lain manusia juga selalu dituntut untuk memiliki tubuh sehat

penampilan yang menarik Masalah muncul pada saat manusia memilih jalan

pintas berolahraga berlebihan (overtraining) diet ketat berlebihan

mengkonsumsi obat-obatan penekan nafsu makan obat-obat pembakar lemak

suplemen secara berlebihan dan tanpa informasi yang benar tanpa pengawasan

dokter dengan tujuan untuk memperoleh tubuh ramping dalam waktu secepatnya

Bukan tubuh sehat yang didapat tetapi malah menjadi sakit yang tidak mustahil

dapat mengarah ke kematian

Tubuh sehat ideal dalam arti tidak mudah sakit mempunyai hidup yang

berkualitas penampilan yang prima dan mempunyai postur tubuh yang

proporsional (Misnadiarly 2007) Gaya hidup yang sehat seimbang adalah kunci

untuk mencapai kesehatan dan bentuk badan yang lebih bagus dan hanya akan

tercapai melalui aktifitas olahraga pengaturan pola makan istirahat yang teratur

dan proporsional

Olahraga yang berlebihan tidak memberikan efek yang baik untuk tubuh

tetapi latihan yang tepat meningkatkan kebugaran aerobik Frekuensi yang lebih

sering durasi yang lebih panjang intensitas yang meningkat meningkatkan

kebugaran fisik Hal yang penting kita harus memperhatikan waktu pemulihan

Apabila tubuh tidak mempunyai cukup waktu untuk pemulihan bukan

meningkatkan kebugaran tetapi malah menimbulkan cedera atau penyakit melalui

supresi sistem kekebalan (Sharkey 2003) Olahraga yang teratur dapat

4

meningkatkan produksi molekul anti oksidan endogen termasuk glutathioneurate

coenzyme Q10 (Cadenas 2002) Dengan meningkatnya kadar antioksidan

endogen maka kadar MDA tubuh akan menurun

Teori Radikal Bebas menjelaskan bahwa radikal bebas merusak sel-sel

tubuh manusia (Goldmanamp Klatz 2003) Pelatihan fisik berlebih menyebabkan

terbentuknya radikal bebas Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara

menarik elektronnya sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan

sampai kematian sel (Suryohudoyo 2000) Pelatihan fisik berlebih menyebabkan

penuaan terjadi lebih cepat

Gaya hidup yang tidak sehat meningkatkan produksi radikal bebas

Beruntung tubuh mempunyai mekanisme pertahanan melawan oksidasi yang

terjadi tersebut Tubuh memproduksi enzim dan molekul khusus yang dapat

menangkap dan melenyapkan radikal bebas (superoksid dismutase katalase

glutation alfa lipoic acid CoQ10) yang disebut juga antioksidan endogen dan

yang berasal dari makanan seperti vitamin C dan E beta karoten polifenol

selenium seng (antioksidan esensial) yang disebut juga antioksidan eksogen

Antioksidan endogen maupun eksogen sangat penting buat tubuh karena

mampu meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan cara menangkap

dan mengeliminirnya Antioksidan eksogen efektif diperlukan untuk mencegah

terjadinya stress oksidatif Antioksidan endogen merupakan mekanisme

pertahanan preventif dengan cara memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal

bebas atau dengan cara menangkapnya (Winarsi 2007)

5

Bila jumlah antioksidan lebih sedikit dibanding jumlah radikal bebas

terjadi gangguan keseimbangan yang disebut redox state (Cadenas 2002) Dalam

kondisi seperti ini semakin banyak molekul normal yang ditarik elektronnya

molekul menjadi tidak stabil molekul ini akan merusak molekul sehat lainnya

sehingga terjadilah penyakit (Winarsi 2007)

Pemberian antioksidan yang cukup dan optimal dapat meningkatkan

kebugaran meningkatkan kemampuan tubuh dalam melakukan pelatihan fisik

menurunkan kadar stress oksidatif dalam tubuh mencegah terjadinya penuaan

dini (Pangkahila 2007) Antioksidan bekerja dengan cara mendonorkan satu

elektronnya ke molekul yang kehilangan elektronnya (radikal bebas) sehingga

membentuk radikal bebas tidak reaktif relatif stabil proses kerusakan sel dapat

dihambat

Ada beberapa macam antioksidan salah satunya adalah Glutation

Glutation merupakan antioksidan endogen yaitu antioksidan yang dapat dibuat

oleh tubuh kita sendiri Glutation juga dikenal sebagai master antioksidan

antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain (Goldman 2003)

Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan

Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik Normalnya sekali suatu

antioksidan memakan radikal bebas antioksidan ini menjadi teroksidasi sendiri

dan menyerang sel yang sehat yang disebut sebagai pro oksidan Glutation

dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang teroksidasi tersebut menjadi

bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali dalam memakan radikal bebas

(Sellman 2009) Sehingga dengan pengertian di atas glutation dapat membantu

6

dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh kita lebih banyak

dibandingkan dengan antioksidan lain

MDA adalah metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas

Kadar MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel

Apabila terdapat antioksidan yang tinggi dalam tubuh maka kadar MDA akan

menurun (Winarsi 2007)

Pelatihan fisik berlebih akan menyebabkan meningkatnya kerusakan

oksidatif Glutation menghambat kerusakan oksidatif Parameter yang digunakan

dalam penelitian ini adalah produk peroksidase lipid yaitu malondialdehid (MDA)

menurut metoda Willis

12 Rumusan Masalah

Apakah pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan

kadar MDA tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

13 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat

menurunkan kadar MDA pada tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

14 Manfaat Penelitian

141 Manfaat Keilmuan

Dapat menambah pengetahuan bahwa olahraga berlebih meningkatkan

MDA pemberian antioksidan Glutation dalam upaya mencegah terjadinya stress

7

oksidatif berkelanjutan yang dapat menjadi salah satu penyebab proses penuaan

penyakit metabolisme dan kemungkinan dapat dipergunakan sebagai dasar untuk

dilakukan penelitian lebih lanjut

142 Manfaat Praktis

Pengetahuan tersebut dapat memberikan manfaat kepada masyarakat luas

untuk lebih bijaksana dalam mengkonsumsi antioksidan dan dalam melakukan

pelatihan fisik

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

21 Penuaan

Penuaan sampai saat ini masih dianggap sebagai sesuatu yang alamiah

terjadi demikian juga penyakit yang muncul pada masa tuaSeseorang yang

berumur 50 tahun dengan penyakit Diabetes Mellitus dipandang sebagai sesuatu

yang umum karena memang sudah tua Sejak tahun 1950 penelitian penyebab

penuaan mulai diteliti faktor-faktor penyebab yang mempengaruhi kualitas hidup

sehingga meskipun usia bertambah tua tetapi tetap berkualitas Beberapa cara

modifikasi gaya hidup terus dilakukan untuk mencapai kualitas hidup yang lebih

baik seperti mengatur pola makan pola tidur pola olahraga pola hidup untuk

mencapai kualitas hidup yang baik di usia lanjutPenelitian memberi kesimpulan

bahwa pemberdayaan diri membudayakan pola hidup sehat dapat meningkatkan

kualitas hidup seseorang (Franklin 2009)

Dewasa ini seiring dengan percepatan perubahan teknologi meningkatnya

persaingan hidup orang berlomba-lomba mengkonsumsi produk dan berbagai

metode yang mengklaim bisa menghambat penuaan atau bersifat Anti Aging Ilmu

Kedokteran Anti Penuaan memberikan paradigma baru dalam menangani proses

penuaan Ilmu Kedokteran Anti Penuaan ini menjanjikan dapat memberikan solusi

untuk mengatasi ketidakmampuan penyakit nyeri deformitas dan kesedihan di

masa tua dengan cara meningkatkan kualitas hidup masa tua (Goldman dan Klatz

8

9

2003) Menurut Pangkahila penuaan bisa dicegah diobati dan bahkan dapat

dikembalikan ke keadaan semula (Pangkahila 2007)

Proses penuaan dapat dijelaskan dalam empat teori utama yang walaupun

tidak dapat menjelaskan dengan lengkap tetapi teori tersebut melengkapi satu

dengan yang lain

211 Teori Wear and Tear

Teori ini diperkenalkan pertama kali oleh Dr August Weisman seorang

ahli biologi dari Jerman pada tahun 1882 Teori ini menyatakan bahwa tubuh dan

sel akan rusak karena penggunaan dan disalahgunakan baik penggunaan secara

alami apalagi penyalahgunaan Kerusakan terjadi dalam sel sampai organ Pada

usia muda kerusakan yang terjadi dapat diatasi dikompensasi karena sistem

perbaikan dan pemeliharan yang masih baik tetapi seiring dengan bertambahnya

umur tubuh mulai kehilangan kemampuan tersebut Teori ini juga meyakini

pemberian suplemen dan merangsang kemampuan tubuh untuk melakukan

perbaikan dan mempertahankan organ tubuh dan sel

212 Teori Radikal Bebas

Teori ini diperkenalkan oleh Dr Denham Harman pada tahun 1956

Radikal Bebas adalah molekul tidak stabil yang sangat reaktif karena mempunyai

elektron tidak berpasangan pada orbit luarnya dapat bereaksi dengan molekul

lain menimbulkan reaksi berantai yang sangat destruktif (Goldman dan Klatz

2003)

10

Radikal Bebas dihasilkan dari pembakaran gula dan lemak yang kita

konsumsi untuk memberikan energi pada tubuh kita Radikal bebas merusak

membran sel kode DNA enzim protein dan akhirnya terjadi kerusakan pada

seluruh organ Kerusakan terjadi mulai dari lahir dan terus berlanjut hingga

meninggal Pada usia muda dampak penggantian sel yang masih berfungsi baik

Seiring dengan usia bertambah akumulasi kerusakan akibat radikal bebas akan

mengganggu metabolisme sel terjadilah mutasi sel yang mengakibatkan

timbulnya kanker dan kematian

Age Spot merupakan salah satu bentuk kerusakan pada membrane sel

yang disebabkan oleh Radikal Bebas Kerusakan membran ini menghasilkan

produk sisa yang dikenal sebagai lipofuscin Jumlah lipofuscin yang tinggi dalam

tubuh memberikan warna gelap pada daerah tertentu yang disebut Age spot

Lipofuscins mengganggu sintesis DNA dan RNA mempengaruhi sintesis protein

(menurunkan energi dan menghambat pembentukan massa otot) merusak enzim

seluler yang diperlukan untuk proses kimia vital dalam tubuh (Goldman dan

Klatz 2003)

Radikal bebas mempengaruhi peroksidasi lipid yang menyebabkan

produksi MDA (malondialdehyde) yang mengikat protein dan menyebabkan

gangguan fungsi biologik protein tersebut Radikal Bebas berkaitan dengan

penyakit usia lanjut seperti aterosklerosis Parkinson penyakit Alzheimer dan

gangguan fungsi kekebalan tubuh (Pangkahila 2007)

11

213 Teori Kontrol Genetika

Teori terfokus pada kode genetik yang ada dalam DNA meskipun seluruh

aspek diwariskan dalam gen tiap individu waktu jam biologis tergantung pada

pola hidup penuaan masing-masing individu Tiap individu memiliki jam biologis

yang telah diatur waktunya Berhentinya jam biologis menandakan proses

penuaan dan meninggal (Goldman dan Klatz 2003)

Ilmu Kedokteran Anti Penuaan melakukan upaya mencegah dan

memperbaiki kerusakan yang terjadiTerapi Gen diharapkan dapat memberikan

solusi dalam menghadapi takdir genetika terhadap beberapa penyakit keturunan

214 Teori Neuroendokrin

Teori yang menyangkut peranan berbagai hormon bagi fungsi organ tubuh

diperkenalkan oleh Vladimir DilmanPhD

Hormon mengatur dan memperbaiki fungsi tubuh Pada usia muda

berbagai hormone masih berfungsi baik dalam mengendalikan berbagai fungsi

organ tubuh Ketika manusia menjadi tua produksi hormon menurun fungsi

tubuh menjadi terganggu Contoh Growth Hormone yang membantu

pembentukan massa otot testosteron dan hormone tiroid akan menurun tajam

pada usia tua Ditandai dengan rasio lemak dan otot yang meningkat Terapi sulih

hormone dapat membantu masalah tersebut dan mengembalikan fungsi hormone

tubuh sehingga memperlambat proses penuaan

12

22 Radikal Bebas

221 Definisi Radikal Bebas

Radikal bebas adalah molekul (kumpulan atom) yang memiliki elektron

yang tidak berpasangan Oksidan adalah senyawa penerima elektron yaitu

senyawa yang dapat menarik elektron Kedua jenis senyawa ini memiliki aktifitas

yang sama dan memberikan akibat yang hampir sama tetapi dengan proses yang

berbeda (Winarsi 2007) Radikal Bebas digolongkan dalam oksidan namun tidak

setiap oksidan adalah radikal bebas (Suryohudoyo 2000)

Sumber oksidan berasal dari

Tubuh sendiri yaitu berasal dari proses fisiologis namun oleh suatu sebab

jumlahnya menjadi banyak

Proses peradangan

Luar tubuh seperti polutan obat-obatan

Radikal bebas lebih berbahaya dibanding senyawa oksidan non radikal

222 Tahapan Terbentuknya Radikal Bebas dan Sifatnya

Tahapan terbentuknya radikal bebas terjadi melalui sederetan mekanisme

reaksi

1 Tahap Inisiasi yaitu tahap yang menyebabkan terbentuknya radikal bebas

Cu

RH + O2 R + H2O

2 Tahap Propagasi yaitu tahap dimana radikal bebas cenderung bertambah

banyak dengan membuat reaksi rantai dengan molekul lipid lain

13

R + O2 RO2

RO2 + RH R + ROOH

3 Tahap Terminasi yaitu apabila terjadi reaksi antara radikal bebas dengan

radikal bebas lain atau antara radikal bebas dengan suatu senyawa pembasmi

radikal bebas (scavenger)

R1 + R2 R 1 R 2

Reduksi oksigen memerlukan pengalihan empat electron (electrotransfer)

Pengalihan ini tidak dapat sekaligus tetapi dalam empat tahapan yang setiap

tahapan hanya melibatkan pengalihan satu elektron Kendala yang mengharuskan

oksigen hanya dapat menerima satu elektron setiap tahap menyebabkan

terjadinya dua hal yaitu kurang reaktifnya oksigen dan terbentuknya senyawa-

senyawa oksigen reaktif seperti O2 (radikal superoksida) H2O2 (hydrogen

peroksida) OOH (radikal peroksil) dan OH (radikal hidroksil)

Radikal Bebas memiliki 2 sifat yaitu

1 Reaktifitas tinggi karena cenderung menarik elektron

2 Mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal

Elektron dari Radikal Bebas berikatan dengan senyawa yang berikatan

kovalen seperti lipid protein dan DNA akan sangat berbahaya karena ikatan

digunakan bersama-sama pada orbit luarnya Dibanding senyawa oksigen reaktif

radikal hidroksil merupakan senyawa yang paling berbahaya karena reaktifitasnya

yang sangat tinggi

Radikal hidroksil dapat merusak 3 jenis senyawa penting yang berfungsi

untuk mempetahankan integritas sel yaitu

14

1 Asam lemak tak jenuh yang merupakan komponen penting fosfolipid

penyusun membran

2 DNA pembawa genetik sel

3 Protein memegang berbagai peran penting seperti enzim reseptor antibodi

sitoskeleton

Dari ketiga senyawa tersebut yang paling rentan adalah senyawa asam

lemak tak jenuh ganda pada membran sel yang mengakibatkan rapuhnya dinding

sel Senyawa oksigen reaktif ini juga merusak dinding bagian dalam pembuluh

darah sehingga mengakibatkan pengendapan koleserol dan menyebabkan

aterosklerosis Apabila senyawa oksigen reaktif ini merusak basa DNA akan

terjadi kekacauan sistem info genetika berlanjut pada pembentukan sel kanker

Jaringan lipid yang rusak memicu munculnya penyakit degeneratif

Fosfolipid glikolipid dan kolesterol merupakan komponen terpenting

membran sel Komponen fosfolipid dan glikolipid mengandung asam lemak tak

jenuh (asam linoleat linolenat arakidonat) sangat rawan terhadap serangan

radikal hidroksil yang dapat menimbulkan reaksi rantai yang dikenal sebagai

Lipid peroxidation

Peroksidase lipid

LH + OH --- H + H2O

Asam lemak Radikal Bebas

L + O2 -- LOO

Radikal peroksilipid

LOO + LH --- L + L OOH dan seterusnya

15

Hasil akhir dari proses ini adalah terputusnya rantai asam lemak menjadi

berbagai senyawa yang bersifat toksik terhadap sel antara lain berbagai macam

aldehid seperti Malondealdehyde (MDA)

223 Peranan Radikal Bebas dalam proses penuaan

Pada usia muda keseimbangan antara radikal bebas dan pertahanan

antioksidan berfungsi dengan baik seiring dengan pertambahan usia

keseimbangan terganggu karena cadangan antioksidan berkurang dan radikal

bebas berlebih (Saxena dan Lan 2006)

Akibat ketidakseimbangan ini terjadi kerusakan oksidatif (Arief 2010)

Kerusakan ini disebabkan oleh radikal bebas dan merusak 3 komponen utama

yang mempertahankan integritas sel seperti fosfolipid (penyusun membrane sel)

DNA (perangkat genetik) protein (enzim reseptor antibodi) (Fouad 2007)

Ketidakseimbangan antara antioksidan dan senyawa oksigen reaktif

menghasilkan stress oksidatif penyebab kanker penuaan aterosklerosis cedera

iskemik peradangan dan penyakit degeneratif (Parkinson Alzheimer)

(Pangkahila 2007)

23 Stress Oksidatif

231 Keadaan yang menyebabkan stress oksidatif

Pada saat jumlah antioksidan tubuh kurang dari yang diperlukan untuk

meredam efek buruk dari radikal bebas keadaan ini disebut Stress oksidatif Bila

terjadi dalam waktu yang lama akan terjadi penumpukan hasil kerusakan

16

oksidatif di dalam sel dan jaringan yang mengakibatkan hilangnya fungsi sel

jaringan dan akhirnya mati Hal ini merupakan penyebab utama proses penuaan

(Bagiada 2001)

Keadaan yang menyebabkan Stress Oksidatif ini salah satunya adalah

pelatihan fisik berat atau berlebih (Hersh 2004) Stress oksidatif dapat

dikendalikan antara lain dengan membiasakan untuk menerapkan pola hidup sehat

dan mengkonsumsi antioksidan diharapkan akan memacu kerja antioksidan

dalam tubuh

MDA merupakan hasil dari proses peroksidasi lipid meningkatnya MDA

menunjukkan adanya suatu kondisi Stress Oksidatif menurunnya MDA

menunjukkan adanya perbaikan dari kondisi Stress tersebut sehingga MDA dapat

dipakai sebagai biomarker Stress oksidatif

24 Pelatihan Fisik

241 Olahraga

Pelatihan fisik atau olahraga merupakan satu kegiatan yang penting bagi

kehidupan manusia Olahraga merupakan alternatif kegiatan yang dapat

meningkatkan derajat kebugaran fisik seseorang apabila dilakukan dengan dosis

takaran yang benar Menurut Sharkey olahraga dapat meningkatkan pengeluaran

energi dan tingkat pengeluaran tersebut berkaitan dengan intensitas dan durasi

aktifitas yang dilakukan (Sharkey 2003) Latihan fisik atau olahraga yang

memperhatikan frekuensi intensitas tipe dan waktu mendukung dalam

mendapatkan hasil yang maksimal dan menurunkan resiko cedera Latihan fisik

17

yang benar memberikan dampak perbaikan pada sistem fungsional paru dan

jantung sehingga terjadi hipertropi otot jantung penurunan detak jantung

istirahat peningkatan stroke volume peningkatan volume darah dan hemoglobin

menambah jumlah pembuluh darah kapiler serta berfungsi dalam proses

pembakaran energi (Fox 1998) Frekuensi latihan yang dianjurkan adalah 3-4x

seminggu dengan intensitas 72-87 dari denyut jantung maksimal (220-umur)

dengan variasi 10 denyut per menitTipe latihan yang dianjurkan adalah

pemanasan 15 menit kombinasi latihan aerobik dan latihan otot dalam waktu 30-

60 menit diakhiri pendinginan 10 menit (Pangkahila 2009)

Sumber energi yang dibutuhkan untuk pelatihan fisik aerobik yang

dominan didapat dari pembakaran simpanan karbohidrat lemak dan sebagian

kecil (5) dari pemecahan simpanan protein yang terdapat di dalam tubuh untuk

menghasilkan ATP (adenosine triphospate) ATP yang terdapat dalam jaringan

otot terbatas kebutuhan ATP dipertahankan oleh creatinin phosphate (CP) dan

glikogen yang tersimpan dalam otot (Hernawati 2009) Terdapat 3 jalur untuk

memberikan ATP tambahan sesuai yang dibutuhkan selama kontraksi otot

meliputi 1 Pemindahan fosfat berenergi tinggi dari kreatinin fosfat ke ADP 2)

Fosforilasi oksidatif (siklus asam sitrat dari sistem transportasi elektron) 3)

glikolisis (Sherwood 2001) Sedangkan pada aktifitas yang bersifat anaerobik

energi diperoleh dari hidrolisis phosphocreatine serta melalui glikolisis glukosa

secara anaerobik Proses ini dapat terjadi tanpa adanya oksigen (O2) Metabolisme

anaerobik ini menghasilkan asam laktat yang apabila terakumulasi dapat

menyebabkan rasa nyeri pada otot menimbulkan stress fisik Hal ini

18

menyebabkan latihan aerobik terasa lebih menyenangkan (Hernawati 2009)

Metabolisme aerobik jauh lebih efisien daripada anaerobik karena menghasilkan

38 molekul ATP per molekul glukosa versus hanya 2 molekul melalui jalur

anaerob

Pelatihan fisik atau olahraga yang teratur selain memberikan manfaat

perbaikan pada mental fisik dan fisiologis juga mempengaruhi hormon tubuh

kita antara lain (Sharkey2003)

1 Growth Hormone

Stimulasi sintesis protein (muscle tone development) dan kekuatan tulang

tendon ligament dan tulang rawan Penurunan penggunaan glukosa dan

peningkatan penggunaan lemak sebagai bahan bakar selama olahraga

Membantu mengurangi lemak tubuh dan mempertahankan glukosa darah pada

level normal sehingga membantu melakukan olahraga selama periode waktu

yang lebih lama Dilepaskannya Growth Hormone oleh kelenjar pituitari di

otak meningkat dengan meningkatnya waktu latihan aerobik

2 Endorphins

Opioid endogen dari kelenjar pituitary yang memblok rasa sakit menurunkan

nafsu makan membuat perasaan senang mengurangi tekanan dan kecemasan

Pada saat olahraga endorfin dalam darah meningkat sampai lima kali selama

aktifitas olahraga lebih dari 30 menit Endorfin membuat kita dapat melakukan

aktifitas latihan menjadi lebih tahan lama

19

3 Testosteron

Hormon yang penting untuk wanita dan pria dalam mempertahankan tonus

volume kekuatan otot meningkatkan angka rata metabolisme basal

menurunkan lemak tubuh dan merasa lebih percaya diri Diproduksi oleh

ovarium pada wanita dan testis pada laki-laki Testosteron pada wanita hanya

sepersepuluh kadar testosteron pada laki-laki Pada wanita testosteron

berperan pada pengaturan libido dan orgasme Produksi pada wanita menurun

saat menjelang menopause sedangkan pada pria pada usia memasuki usia 40

tahun Kadar testosteron darah mulai meningkat setelah 20 menit olahraga

baik pada wanita maupun pria dan tetap tinggi sampai 1-3 jam setelah

olahraga

4 Estrogen

Estrogen secara biologis aktif adalah 17 beta estradiol meningkatkan

pemecahan lemak dari lemak tubuh sehingga dapat digunakan sebagai sumber

tenaga meningkatkan rata-rata metabolisme basal meningkatkan mood

meningkatkan libido Hormon ini disekresi oleh ovarium meningkat saat

olahraga dan tetap meningkat sampai 1-4 jam setelah olahraga

5 Thyroxine (T4)

Hormon yang diproduksi oleh kelenjar tiroid meningkatkan metabolisme

hampir semua sel dalam tubuh Peningkatan metabolisme ini membantu kita

merasa lebih energik dan juga menyimpan kalori penting untuk penurunan

berat badan Kadar tiroksin dalam darah meningkat sekitar 30 selama

20

olahraga dan tetap meningkat sampai beberapa jam sesudahnya Olahraga

yang teratur juga meningkatkan level tiroksin saat istirahat

6 Epinephrine

Hormon yang diproduksi oleh medulla adrenal yang meningkatkan jumlah

darah yang dipompa oleh jantung dan mengarahkan aliran darah ke tempat

yang diharapkan Stimulasi pemecahan glikogen (karbohidrat yang disimpan)

dalam otot yang aktif dan hati untuk digunakan sebagai sumber tenaga

Menstimulasi pemecahan lemak (lemak yang disimpan dalam otot yang aktif)

dan digunakan sebagai sumber tenaga Sejumlah epinefrin yang dilepaskan

berhubungan dengan intensitas dan durasi latihan

7 Insulin adrenalin

Hormon yang penting dalam mengatur gula darah dan asam lemak (lemak)

dan asam amino (protein) dalam sel Sekresi insulin oleh pancreas meningkat

sehubungan dengan respon meningkatnya kadar gula darah dan protein yang

biasa terjadi setelah makan Semakin banyak gula sederhana yang dikonsumsi

semakin tinggi respon insulin Meningkatnya insulin menyebabkan produksi

lemak sehingga insulin sering disebut sebagai hormon lemak atau fat

hormone Pada orang dengan berat badan berlebih terjadi resistensi insulin

sehingga diperlukan insulin dalan jumlah yang lebih besar untuk didapatkan

efek yang sama sehingga didapatkan kadar insulin darah yang lebih tinggi dan

latihan aerobik setiap hari Kadar insulin darah mulai menurun 10 menit saat

olahraga dan terus menurun sekitar 70 menit olahraga Olahraga yang teratur

juga meningkatkan sensitivitas sel terhadap insulin dalam keadaan istirahat

21

8 Glucagon

Hormon yang diproduksi oleh pankreas tugasnya meningkatkan kadar gula

darah Saat gula darah rendah glukagon disekresi dan menyebabkan simpanan

karbohidrat di dalam hati dilepaskan ke aliran darah untuk meningkatkan

kadar gula mencapai kadar normal Glukagon juga menyebabkan

dipecahkannya lemak sehingga dapat digunakan sebagai bahan bakar atau

sumber tenaga Glukagon mulai disekresi pada 30 menit awal olahraga ketika

gula darah mulai menurun

242 Pelatihan Fisik Berlebih

Pelatihan fisik berlebih menimbulkan gangguan pada sistem endokrin

terjadi peningkatan kadar kortisol dan penurunan kadar testosteron (Maffetone

2007) peningkatan ACTH penurunan LH plasma

Sindrom pelatihan fisik berlebih dalam jangka panjang mengakibatkan

terjadinya inflamasi infeksi yang lebih lanjut dapat mempengaruhi kesehatan

secara umum Aktifitas berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena

terjadi peningkatan konsumsi O2 oleh aktifitas otot skeletal Meskipun oksigen

dibutuhkan oksigen juga bersifat toksik yang dapat memicu peningkatan ROS

Pada organ yang tidak mendapat oksigen dan nutrisi yang cukup akan

menimbulkan keadaan iskemik dan kerusakan mikrovaskular Keadaan ini disebut

sebagai Reperfusion Injury yang memicu terjadinya kerusakan jaringan dan

peningkatan Radikal Bebas

22

Pelatihan fisik berlebih meningkatkan terbentuknya Radikal Bebas

(Adiputra 2008) Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh untuk

melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam organ dan

pembuluh darah (Giriwijoyo 2004) Apabila berlebih menyebabkan kerusakan

sel dengan 3 cara (Kumar et al2005 Ebenhardt 2001)

1 Kerusakan DNA mengakibatkan mutasi DNA bahkan kematian sel

2 Peroksidasi lipid membrane sel dan sitosol menyebabkan terjadinya proses

reduksi asam lemak sehingga mengakibatkan kerusakan membran dan organel

sel

3 Modifikasi protein teroksidasi oleh karena cross linking protein

Bila radikal bebas bertemu dengan asam lemak tak jenuh ganda daalam

membrane sel terjadi reaksi peroksidasi lipid membran sel menyebabkan

peningkatan fluiditas membran gangguan integritas membran dan inaktivasi

ikatan membran dengan enzim dan reseptor Tahap akhir dibebaskan aldehyde

seperti malondealdehyde pentane etana conjugated diane yang bersifat merusak

tubuh (Murray et al2000)

Pelatihan fisik berlebih menyebabkan terjadinya peningkatan lekosit atau

lekositosis peningkatan isoprostan dalam urin protein carbonil (73) catalase

(96) glutation peroksidase serta glutation teroksidasi (25) Dapat

disimpulkan pelatihan fisik berlebih merangsang respon biomarker stres oksidatif

(Murray et al 2000) Proses penuaan mengakibatkan penurunan sistem imun

sehingga meningkatkan resiko infeksi Menurut teori aktifitas sedang dapat

menangkal efek proses penuaan yang diakibatkan penurunan sistem imun Studi

23

yang dilakukan Shepard dan Shek menunjukkan bahwa aktifitas sedang dapat

ditoleransi dengan baik oleh individu lanjut usia dan menunjukkan penurunan

stimulasi proliferasi limfosit

Gejala ndash gejala yang dirasakan apabila melakukan pelatihan fisik berlebih

(overtraining) (Maffetone 2007)

1 Sering mengalami kegagalan dalam melakukan latihan yang biasanya kita

lakukan Kondisi fisik menjadi semakin lemah dan semakin lambat terjadi

kemunduran

2 Kehilangan otot dan terjadi penimbunan lemak Latihan fisik berlebih

meyebabkan rasio testosteron kortisol yang seharusnya positif yang berarti

lebih banyak otot dan lebih sedikit lemak menjadi negatif yang berarti cortisol

lebih tinggi dibanding testosteron yang berarti terjadi peningkatan resistensi

insulin dan penimbunan lemak

3 Merasa lemas mudah tersinggung sulit tidur

4 Persendian tulang dan anggota tubuh terasa sakit

Terjadinya DOMS (delayed onset muscle soreness) menunjukkan teknik

latihan yang salah atau postur saat latihan yang tidak tepat DOMS merupakan

respon alami yang akan hilang dalam waktu sehari atau 2 hari tetapi apabila

nyeri berkepanjangan menunjukkan adanya overtraining

5 Sering tiba-tiba jatuh sakit

Latihan fisik berlebih menurunkan sistem imun tubuh kita sehingga menjadi

lebih mudah sakit

24

Latihan fisik berat jangka panjang berkaitan dengan cedera serat

ototKerusakan yang terjadi berhubungan dengan intensitas durasi dan tipe

latihan Ketika cell death terbentuk jaringan nekrotik dibuang oleh sel fagosit

sel satelit teraktivasi menuju ke area yang cedera menjadi myoblast dan

selanjutnya menjadi serat otot Enzim otot yang dilepaskan tidak sepenuhnya

merefleksikan kerusakan struktural yang diperkirakan oleh analisis histologis

Perubahan penanda biologis cedera otot (seperti aktifitas kreatin kinase (CK)

lactate dehydrogenase (LDH) atau konsentrasi malondialdehyde di plasma

(MDA)) sering diperiksa selama overtraining Serum aktivitas CK dan

konsentrasi MDA plasma dapat gagal meningkat saat overtraining perubahan

parameter biokimia hanya merefleksikan otot dengan beban berlebih Setelah

olahraga yang lama pro-inflammatory cytokines diproduksi lokal pada otot

skeletal

Tanda dan gejala fisik latihan fisik berlebih (overtraining)

- Denyut jantung atau nadi yang meningkat saat istirahat

- Tidak toleransi terhadap latihan

- Penampilan yang menurun

- Penurunan berat badan berkurangnya massa otot tidak nafsu makan

- Kelelahan chronic fatigue lethargy

- Nyeri dan kerusakan otot nyeri sendi

- Mudah terserang flu pembengkakan kelenjar getah bening di leher

selangkangan dan ketiak

- Konstipasi atau diare

25

- Gangguan haid gangguan makan gangguan tidur

- Sakit kepala gangguan pencernaan

- Pemulihan yang berlangsung lambat setelah latihan

- Sendi otot tendon terasa kaku dan sakit

Tanda dan gejala psikologis

- Lelah capek kekurangan tenaga

- Insomnia sakit kepala tidak mampu untuk beristirahat

- Depresi gelisah cemas apatis

- Menurunnya kepercayaan diri

- Menurunnya kemampuan untuk berkonsentrasi

- Mudah stress

Efek biokimia dari Latihan Fisik Berlebih

- Meningkatnya serum kortisol dan SHBG

- Menurunnya serum total dan free testosterone rasio testosteron kortisol

- Menurunnya glikogen otot

- Menurunnya serum hemoglobin besi dan ferritin

Faktor yang mempengaruhi terjadinya overtraining

- Jetlag

- Bekerja terlalu keras

- Menstruasi

- Nutrisi gaya hidup yang buruk

- Kurang istirahat

- Terlalu banyak mengkonsumsi alkohol

26

- Kurangnya kemampuan mengatasi stress

Penanganan overtraining atau Latihan Fisik berlebih

- Massage

Massage pada jaringan dalam dapat melepaskan otot yang tegang

mempertahankan keseimbangan sistem muskulo-skeletal Pemijatan atau

massage yang teratur dapat membantu mencegah cedera yang mungkin

terjadi karena overuse

- Menggunakan roller busa

Penggunaan roller busa memungkinkan kita dapat melakukan massage

atau pemijatan sendiri Kita dapat juga memakai yang berbentuk bola atau

bola tenis untuk membantu menghilangkan rasa sakit Pemijatan ini dapat

dilakukan di tungkai lutut hamstring bahu punggung atau otot atau sendi

manapun

- Terapi suhu kontras

Air pancuran hangat dan dingin bergantian menstimulasi tubuh untuk

pulih lebih cepat Otot membawa impuls yang terasa pada kulit bagian

dalam tubuh di mana terjadi stimulasi sistem imun memperbaiki sirkulasi

dan pencernaan mempengaruhi produksi hormon stress meningkatkan

aliran darah mengurangi sensitivitas nyeri

- Pengaturan makanan

Membantu proses pemulihan penting untuk mengkonsumsi makanan

tinggi karbohidrat protein dan lemak sehat seperti Omega 3 omega 6

omega 9 asam lemak esensial Karbohidrat memberikan sumber tenaga

27

pada tubuh dan otak asam lemak esensial membantu mengurangi depresi

memperbaiki pemulihan protein akan membangun kembali otot yang

mengalami overtraining

- Mengkonsumsi vitamin

Ketika terjadi overtraining suplementasi sangat menguntungkan Vitamin

dan suplementasi mineral sebaiknya dikonsumsi pagi hari bersama dengan

makanan untuk penyerapan yang lebih baik

Defisiensi Vitamin yang biasa terjadi

- Vitamin A (Beta-Caroten)

- Vitamin B kompleks vitamin B12

- Vitamin C D E K

- Asam Folat

Defisiensi Mineral yang biasa terjadi

- Calcium

- Chromium

- Copper Iodine Iron

- Magnesium Fosfor

- Potassium

- Sodium

- Sulfur

- Zinc

28

25 Antioksidan

Radikal Bebas merupakan senyawa reaktif yang secara alami diproduksi

oleh tubuh manusia Radikal Bebas memberikan efek positif atau efek negatif

Untuk membatasi efek negatif tersebut dibutuhkan kompleks proteksi ndash sistem

antioksidan Sistem ini terdiri dari enzim antioksidan (katalase glutation

peroksidase superoksid dismutase) dan antioksidan non enzimatik ( vitamin E-

tokoferol vitamin A- retinol vitamin C- asam askorbat) Keseimbangan antara

produksi radikal bebas dan pertahanan antioksidan menunjukkan tingkat stress

oksidatif yang mungkin terlibat dalam proses penuaan dan pada beberapa

patologi (misalnya kanker Parkinson) (Winarsi 2007)

Latihan fisik juga meningkatkan stress oksidatif dan menyebabkan

gangguan homeostasis Latihan memberikan efek positif dan efek negatif

tergantung dari beban latihan spesifikasi latihan dan tingkat basal latihan Stress

oksidatif terlibat dalam terjadinya muscular fatigue dan mengarah ke

overtraining

Definisi antioksidan menurut Cadenas adalah suatu senyawa yang apabila

terdapat dalam jumlah yang lebih banyak dibanding senyawa yang teroksidasi

secara signifikan dapat menunda atau mencegah proses oksidasi senyawa tersebut

(Cadenas 2002) Secara kimia antioksidan adalah senyawa pemberi electron

Secara biologis antioksidan adalah senyawa yang mampu menangkal dan

meredam dampak negative oksidan dalam tubuh Antioksidan mendonorkan satu

elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa oksidan tersebut dapat

dihambat (Winarsi 2007)

29

Penting sekali keseimbangan antara oksidan dan antioksidan karena

berfungsi menjaga integritas dan berfungsinya membrane lipid protein sel dan

asam nukleat Senyawa asam lemak tak jenuh penyusun membrane lipid sangat

sensitive terhadap perubahan keseimbangan antara oksidan dan antioksidan

Menurut mekanisme kerjanya antioksidan dikelompokkan atas 3 yaitu

1 Antioksidan primer SOD katalase glutation peroksidase (GSH-Px)

Bekerja pembentukan senyawa radikal bebas yang telah terbentuk menjadi

molekul yang kurang aktifSedangkan antioksidan primer yang dapat

ditambahkan dari luar seperti glutation asam lipoat SOD melatonin

2 Antioksidan sekunder vitamin E vitamin C beta karoten flavonoid asam

urat albumin (Soewoto 2001)

Merupakan antioksidan eksogenous atau non enzimatis (Winarsi 2007)

Bekerja dengan cara memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal bebas

atau dengan cara menangkapnya

3 Antioksidan tertier meliputi system enzim DNA-repair dan metionin

sulfoksida reduktase Berfungsi dalam perbaikan biomolekuler yang rusak

akibat reaktivitas radikal bebas

26 Glutation sebagai antioksidan

Glutation merupakan tripeptida yang terdiri dari asam amino glutamat

sistein dan glisin (Cadenas 2002)Ikatan glutamat ndash sistein merupakan ikatan

isopeptida antara grup γ-karboksil dari glutamat dan grup α amino dari

sisteinIkatan unik ini membuat gluation tahan terhadap degradasi oleh proteases

30

dan peptidases yang berfungsi pada peralihan proteinMerupakan suatu

antioksidan yang mencegah kerusakan komponen seluler oleh reactive oxygen

species seperti radikal bebas dan peroksidGlutation bukan nutrisi esensial karena

disintesa di dalam tubuh dari asam amino L-sistein L-glutamic acid dan glycine

Gambar 21 Struktur GSH dan GSSG

Glutation terdapat pada sebagian besar sel tubuh tetapi terbanyak terdapat

di dalam hati Grup thiol (SH) dari sistein berfungsi sebagai donor proton dan

bertanggungjawab untuk aktifitas biologis glutation Provisi asam amino ini

merupakan faktor yang terbatas dalam sintesis glutation oleh sel karena sistein

relatif jarang pada makanan Apabila dilepaskan sebagai asam amino bebas

sistein adalah toksik dan secara spontan dikatabolisasi di saluran pencernaan dan

plasma darah

Glutation disintesis dalam 2 tahap

1 Gamma-glutamylcysteine disintesa dari L-glutamate dan sistein melalui enzim

gamma-glutamylcysteine sintetase (glutamate cysteine ligase GCL)

31

2 Glisin ditambahkan pada C-terminal dari gamma-glutamylcysteine melalui

enzim glutation sintetase

261 Fungsi Glutation

Glutation terdapat dalam bentuk tereduksi (GSH) dan teroksidasi (GSSG)

Grup thiol dari sistein mampu memberikan donor elektron ke molekul lain yang

tidak stabil seperti Reactive Oxygen Species (ROS) Pada saat mendonorkan

elektronnya glutation menjadi reaktif dan segera bereaksi dengan glutation reaktif

lainnya membentuk glutation disulfide (GSSG)Reaksi mungkin terjadi apabila

terdapat konsentrasi yang cukup tinggi di sel (sampai 5mm di hati) GSH dapat

terbentuk kembali dari GSSG oleh enzim glutation reduktase Pada sel atau

jaringan yang sehat terdapat lebih 90 dari total simpanan glutation terdapat

dalam bentuk tereduksi (GSH) dan kurang dari 10 dalam bentuk disulfide

(GSSG)

GSH ---- GSSG

Eliminasi ROS Menjaga protein thiols Antioxidant

dalam bentuk reduksi pools

Gambar 22 GSH Redox (Cadenas 2002)

GSH Redox merupakan indikator sentral keseimbangan antara stress

oksidatif dan system antioksidan GSH Redox berkaitan dengan detoksifikasi

Reactive Oxygen Species (ROS) berfungsi dalam mempertahankan tersedianya

antioksidan mempertahankan protein thiol dalam bentuk reduksi Rasio

32

GSHGSSG sering dipakai untuk mengekspresikan keseimbangan redox ini

Peningkatan rasio GSH-GSSG merupakan indikasi adanya Stress Oksidatif

(Goldman 2003)

Glutation mempunyai beberapa fungsi (Winarsih 2007)

- Sebagai antioksidan endogen mayor yang diproduksi oleh sel berpartisipasi

langsung pada netralisasi radikal bebas dan senyawa oksigen reaktif

mempertahankan antioksidan eksogen seperti vitamin C dan E pada bentuk

tereduksi (aktif)

- Pengaturan siklus nitric oxide yang sangat penting untuk kehidupan tetapi

dapat menjadi masalah apabila tidak teregulasi Digunakan untuk reaksi

metabolism dan biokimia seperti sintesis dan perbaikan DNA sintesis protein

sintesis prostaglandin transport asam amino dan aktivasi enzim Tiap sistem

di dalam tubuh kita dapat dipengaruhi oleh sistem glutation khususnya sistem

imun sistem saraf sistem gastrointestinal dan paru

Gambar 23 Detoksifikasi Lipid Hydroxyperoxides di usus halus

33

GSH yang ditransportasikan kedalam lumen digunakan untuk detoksifikasi

peroksid yang terbentuk dari makanan oleh glutation peroksidase (GSH Px)

Proses ini membutuhkan peroksid dan glutation yang tersedia di sel epitel GSSG

yang terbentuk direduksi kembali menjadi GSH oleh GSSG reduktase (GSSG

Rx) menggunakan NADPH sebagai reduktan

262 Suplementasi Glutation

Meningkatkan level GSH melalui suplementasi glutation langsung sulit

Penelitian terakhir menyatakan bahwa secara oral tidak diabsorpsi baik melalui

saluran pencernaan Studi mengenai konsumsi oral akut glutation dengan dosis

sangat besar 3 gram Witschi dan tim menemukan lsquoadalah tidak mungkin

meningkatkan glutation yang bermanfaat secara klinis dengan dosis tunggal 3

gram glutationrsquo

Glutation terdapat pada makanan sehari-hari sampai 150mghari dapat

diabsorpsi melalui intak di usus halus Individu sehat dengan asupan sulfur asam

amino (1-2 gramhari) jumlah GSH mungkin tidak cukup untuk mendapatkan

efek penting secara sistemik Individu dengan asupan sulfur asam amino yang

terbatas suplementasi GSH diperlukan untuk mempertahankan suplai GSH

sistemik dengan memperbaiki keseimbangan sulfur asam amino (Cadenas 2002)

Glutation hanya diabsorpsi di sel epitel oral dan traktus gastrointestinal

dan memberikan keuntungan kesehatan spesifik pada jaringan tersebut(Cadenas

2002)

34

SUPLAI HILANG

Makanan suplemen Degradasi

GSH

Empedu LUMINAL Uptake

Epitel Reaksi Detoksifikasi

Gambar 24 Supply dan Removal Glutation dalam lumen usus halus (Cadenas 2002) Glutation (GSH) disuplai ke dalam lumen intestinal melalui konsumsi oral

empedu dan sekresi epitel intestinal Jumlah yang disuplai dari empedu cukup

untuk mempertahankan jumlah 200microM pada tikus tetapi tidak cukup pada

manusia yang mengalami degradasi di duktus kantung empedu Jumlah yang

dikonsumsi melalui makanan bervariasi dan secara umum kurang dari 200 microM

Jumlah yang diberikan melalui epitel hanya sekitar 10 atau kurang

dibandingkan dengan yang disediakan oleh empedu Hilangnya Glutation karena

degradasi oleh γ-glutamyltranspeptidase dan dipeptidases pada permukaan sel

epitel ditransportasikan ke dalam sel oleh mekanisme sodium-dependent dan

sodium-independent konjugasi dengan elektrofil reaktif dikatalisasi oleh

glutathione-S transferase mucus (Cadenas 2002)

Vitamin D meningkatkan level glutation di otak dan tampaknya sebagai

katalis untuk produksi glutation Sejumlah vitamin D aktif di otak berikatan

dengan seberapa besar vitamin D3 baik melalui suplemen atau dibentuk di kulit

melalui paparan matahariHal ini menyatakan bahwa mengkonsumsi vitamin D

35

dan atau mendapat cukup paparan matahari meningkatkan produksi glutation

(Sellman 2009)

Konsentrasi glutation di plasma dan hati dapat ditingkatkan dengan

mengkonsumsi suplemen tertentu yang disebut GSH precursors N-asetilsistein

atau NAC glutation precursor yang paling memungkinkan Suplemen lain S-

adenosilmetionin (SAMe) dan whey protein juga dapat meningkatkan glutation

dalam sel (Sellman 2009)

NAC tersedia dalam bentuk obat dan sebagai suplemen generik Alpha

lipoic acid juga dapat mempertahankan glutation intraselular Melatonin dapat

menstimulasi enzim yang berkaitan glutation peroksidase dan silimarin ekstrak

dari biji tanaman milk thistle (Silybum marianum) juga mempunyai kemampuan

memperbarui level glutation

Glutation diatur dengan ketat di intraseluler dan dibatasi produksinya oleh

feedback negative inhibisi sintesisnya sendiri melalui enzim gamma-

glutamilsistein sintetase sehingga meminimalisir kemungkinan terjadinya

overdosis Penambahan glutation menggunakan precursor atau glutation intravena

adalah strategi untuk mengatasi defisiensi glutation stress oksidatif tinggi

defisiensi imun

Glutation yang rendah menunjukkan adanya pembuangan dan

keseimbangan negatif nitrogen seperti pada kanker AIDS sepsis trauma

terbakar dan bahkan atlet overtraining Suplementasi glutation dapat

memperbaiki proses ini dan contohnya pada AIDS memberi hasil adanya

perbaikan survival rates Bagimanapun studi mengenai kondisi ini belum dapat

36

membedakan glutation rendah sebagai akibat secara akut (pada pasien sepsis) atau

secara kronis (HIV) meningkatkan stress oksidatif dan peningkatan patologi

sebagai akibat defisiensi yang sudah ada sebelumnya

Skizofrenia dan gangguan bipolar berhubungan dengan glutation yang

rendah Stress oksidatif mungkin salah satu faktor dasar patofisiologi gangguan

bipolar gangguan depresif mayor dan skizofrenia Glutation (GSH) adalah

pemakan radikal bebas mayor di otakTidak adanya GSH meningkatkan

kerentanan sel terhadap stress oksidatif ditandai asetilsistein dapat mengurangi

gejala kedua gangguan tersebut

Glutation merubah level stress oksidatif pada sel yang diisolasi di

laboratorium sehingga dapat mengurangi perkembangan kanker Tes ini tidak

dilakukan pada manusia

Glutamat yang berlebihan di sinaps yang dapat dilepaskan pada kondisi

seperti cedera otak dapat menghambat pengambilan sistein senyawa pembentuk

glutation yang pentingTanpa proteksi dari cedera oksidatif oleh glutation sel-sel

dapat rusak atau mati (Sellman 2009)

Glutation juga mempunyai fungsi lain sebagai berikut (Sellman 2009)

Mencerahkan kulit

Mencegah menghilangkan jerawat dan bekas jerawat

Menghilangkan noda hitam

Anti aging dan anti kerut

Memberi nutrisi kulit

Membantu pemulihan luka

37

Membuat kulit menjadi halus segar dan bersinar

Kondisi kesehatan yang berhubungan dengan defisiensi glutation

Peningkatan proses penuaan

Kesulitan dalam keseimbangan

Gangguan mental

Masalah koordinasi

Gangguan sistem saraf

Akhir-akhir ini dipercaya sebagai penyebab lesi otak

Kanker HIV Katarak Diabetes Mellitus

Jumlah sperma yang rendah

263 Glutation Precursor (Sellman 2009)

Glutation Precursor disebut juga sebagai building-block dari glutation

yaitu N-asetilsistein atau NAC dan whey protein tidak terdenaturasi

Nasetilsistein adalah obat farmasi yang biasa digunakan bertahun-tahun untuk

mengobati overdose asetaminofen Hal ini sangat efektif ketika diberikan dalam

dosis besar di ruang darurat ketika seseorang akan mengalami gagal hati karena

overdosis asetaminofen komposisi aktif dari Tylenol

Efek sampingnya adalah bercak-bercak kemerahan bersin mual

anafilaksis reaksi alergi yang berupa kesulitan bernafas karena bronkospasme

tekanan darah menurun angioedema muntah kram diare Walaupun jarang

kematian pernah dilaporkan karena N-asetilsistein Beberapa orang mendapatkan

rasa dan bau yang tidak dapat diterima karena kandungan sulfur di dalamnya

38

Pengggunaan teratur untuk menaikkan kadar glutation tidak direkomendasikan

untuk anak-anak dan bayi Masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk

menentukan keamanan N-asetilsistein untuk penggunaan jangka panjang

Whey protein tidak terdenaturasi merupakan nutraceutical atau medicinal

foodSenyawa ini memberikan ikatan sistein ke sel-sel di mana glutation dapat

terbentuk di tempat tersebut

Beberapa kondisi yang tidak dapat mengkonsumsi whey protein

- Pasien dengan alergi protein susu

- Pasien dengan diet rendah protein

- Pasien yang sedang menjalani terapi imunosupresif

Efek sampingnya adalah kembung perut kram urtikaria Efek samping

karena overdosis tidak terjadi karena sel hanya membuat sebatas yang dibutuhkan

apabila berlebih kelebihan disimpan di hati dan ginjal sampai suatu saat kalau

dibutuhkan

264 Sumber Glutation dari makanan

Sumber glutation dari makanan yang disarankan adalah asparagus bayam

brokoli bawang putih kale bawang watercress kol Brussel sprout beberapa

bumbu seperti kunyit kayu manis semangka alpukat anggur peach jeruk

walnut granola daging kalkun dan daging ayam keju cottage dan yoghurt

39

Tabel 21 Makanan yang mengandung Glutation (Cadenas2002)

GSH Food Group mg100 g mgsaji Buah segar Apel 33 46 Pisang 41 48 Anggur 79 146 Jeruk 73 106 Semangka 66 283 Sayuran segar Asparagus dimasak 283 263 Alpukat 277 313 Brokoli dimasak 91 78 Wortel mentah 79 59 Tomat 90 109 Daging Hamburger 175 149 Ham rebus 233 13 Ayam digoreng 131 134 Sereal biji-bijian Cornflakes 00 00 Roti whole wheat 12 06 Roti putih 00 00 Nasi putih enriched dimasak 16 21 Produk Susu Susu whole 00 00 Keju Amerika 00 00 Yoghurt plain lowfat 00 00 Es krim 10 lemak 00 00

40

BAB III

KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

31 Kerangka Berpikir

Faktor penyebab penuaan antara lain faktor internal dan faktoreksternal

Faktor internal meliputi radikal bebas glikosilasi metilasi hormon yang

berkurang apoptosis system kekebalan tubuh yang menurun genetik Faktor

eksternal meliputi gaya hidup tidak sehat polusi lingkungan stress kemiskinan

kebiasaan yang salah olahraga berlebihan (overtraining) Berbagai faktor di atas

menyebabkan terjadinya penurunan fungsi tubuh dan terjadilah penuaan

Kerangka konsep penelitian berdasarkan teori bahwa salah satu penyebab

penuaan adalah radikal bebas Bila jumlah radikal bebas melebihi jumlah

antioksidan di dalam tubuh terjadilah stress oksidatif Radikal bebas dapat

merusak membran sel protein DNA dan berakibat fatal bagi kelangsungan hidup

sel jaringan Stress oksidatif yang berlangsung lama akan mengakibatkan

terjadinya penumpukan hasil kerusakan oksidatif di dalam sel dan jaringan

selanjutnya sel dan jaringan tersebut akan kehilangan fungsinya dan akhirnya

mati

Olahraga berlebih meningkatkan stress oksidatif karena terdapat

peningkatan konsumsi O2 oleh aktivitas otot skeletal Oksigen juga dapat bersifat

toksik yang dapat memicu peningkatan Reactive Oxygen Species (ROS)Organ

yang tidak mendapat cukup oksigen dan nutrisi menjadi iskemik dan terjadi

kerusakan mikrovaskular (Reperfusion Injury) memicu peningkatan radikal

40

41

bebas Dengan pemberian antioksidan Glutation yang merupakan antioksidan

master diharapkan dapat mencegah kerusakan lebih lanjut yang diakibatkan oleh

radikal bebas dengan cara melindungi sel dari Reactive Oxygen Species (ROS)

dan dapat dilihat melalui parameter MDA yang mengalami penurunan

32 Konsep Penelitian

Konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Gambar 31 Konsep Kadar MDA pada tikus yang diberikan Pelatihan Fisik Berlebih+ Placebo dan Pelatihan Fisik Berlebih + Glutation

FAKTOR INTERNAL

- Jenis Kelamin

- Usia

- Genetik

- Hormon

- Psikologis

FAKTOR EKSTERNAL

- Makanan

- Cuaca iklim

- Penyakit

- Exercise

GLUTATION

TIKUS

KADAR MDA

42

33 Hipotesis

Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan kadar MDA

tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

43

BAB IV

METODE PENELITIAN

41 Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksterimental dengan rancangan

randomized pre test-post test control group design (Poccock et al 2008)

Subyek terdiri dari 2 kelompok yaitu

1 Kelompok 1 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+ Placebo

2 Kelompok 2 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation

Semua kelompok sebelum perlakuan diberikan pre test (O1 O3) dan

dihitung rerata untuk masing-masing kelompok

Setelah perlakuan semua kelompok diberikan post test (O2 O4) dan

dihitung rerata untuk masing-masing kelompok

Kemudian dihitung perbedaan rerata antara pre test dan post test dari

masing-masing kelompok lalu hasil perbedaan tersebut dibandingkan secara

statistik

Gambar 41 Rancangan Penelitian

P S

43

R R

O1 P1 O2

O3 P2 O4

44

Keterangan

P = populasi

S = sampel

R = random

O1 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah mendapatkan

pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan placebo (pre test)

O2 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah diberikan pelatihan

fisik berlebih setelah diberikan placebo (post test)

O3 = observasi data MDA kelompok perlakuan setelah diberikan

pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan Glutation (pre test)

O4 = observasi data MDA kelompok perlakuan diberikan pelatihan fisik

berlebih setelah diberikan Glutation (post test)

P1 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih+ placebo

P2 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation

42 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran

Universitas Udayana pada bulan Januari ndash Maret 2012 Pemeriksaan MDA darah

tikus dikerjakan di bagian Program Antar Unit Universitas Gajah Mada

Jogyakarta

45

43 Populasi dan Sampel

431 Populasi

Subyek penelitian adalah tikus jantan dewasa galur Wistar yang berusia 2-

25 bulan dan dalam kondisi fisik sehat

432 Kriteria Sampel

4321 Kriteria Inklusi

Kriteria Inklusi yang ditetapkan sebagai sampel adalah sebagai berikut

a Tikus jantan dewasa galur Wistar

b Umur 2-25 bulan

c Berat badan plusmn200 gram

d Sehat

e MDA ge 5mmollt

4322 Kriteria Drop Out

Adalah sampel yang mati pada waktu penelitian

433 Besar Sampel

Besar sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini dihitung berdasarkan

rumus Poccock (2008)

Angka μ1 (5) dan μ2 (12) didapatkan dari penelitian sebelumnya (Ji 1998)

n=

46

= asymp 7

Keterangan

n = jumlah sampel

σ = standar deviasi kelompok perlakuan dengan pemberian

glutation (15)

f ( ) = besarnya didapat dari tabel (Poccock 2008)

μ1 = rerata hasil MDA pada kelompok perlakuan sesudah

pemberian glutatioacuten (5)

μ2 = rerata hasil MDA pada kelompok pre test (12)

Jadi jumlah sampel (n) = 675 dan ditambah 3 ekor tikus untuk masing-

masing kelompok sebagai cadangan Jadi total 20 ekor tikus dengan 10

ekor tikus untuk masing-masing kelompok

434 Teknik Pengambilan Sampel

Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat

sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi diambil secara acak

sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi

2 kelompok yaitu kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+placebo kelompok

dengan pelatihan fisik berlebih + glutation

47

44 Variabel Penelitian

441 Klasifikasi Variabel

Variabel penelitian dibedakan menjadi

1 Variabel Bebas dosis pemberian glutation

2 Variabel Tergantung kadar MDA

3 Variabel Terkendali varian tikus jantan (galur wistar) jenis

kelamin umur berat badan lingkungan

(pencahayaan suhu kelembaban nutrisi

kandang)

Gambar 42 Bagan Hubungan Antar Variabel

VARIABEL BEBAS

- Pelatihan fisik berlebih

- Glutation 37mg kgBBhari

VARIABEL TERGANTUNG

KADAR MDA

VARIABEL TERKENDALI

Varian tikus

Jenis kelamin umur berat badan

Pencahayaan suhu kelembaban nutrisi kandang

Makanan minuman

48

442 Definisi Operasional Variabel

1 Pelatihan fisik berlebih pada tikus adalah pelatihan yang berlebihan

yang diukur berdasarkan kemampuan maksimal berenang tikus pada

ember berdiameter 35 cm dengan kedalaman air 20 cm yang

dilakukan 60 menithari selama 35 hari pada waktu yang sama pada

suhu 32 derajat (Binekada 2002 dan Pepe2011)

2 Glutation yang diberikan adalah Glutation Teofarma injeksi sediaan

600mg 4 ml Dosis pemberian Glutation adalah pemberian sediaan

antioksidan Glutation dalam bentuk suntikan intraperitoneal yang

diberikan 1x sehari dan diberikan 6 jam sebelum pelatihan fisik

berlebih Dosis pemberian Glutation mengacu pada penelitian yang

dilakukan sebelumnya oleh Ji L L yaitu 37mgkgBBhari yang

dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril secara intraperitonial

3 MDA merupakan salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada

membran sel dan merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan

oleh radikal bebas Pengukuran kadar MDA menggunakan metode

Thiobarbituraic Acid Reactive Substances (TBARS) Pembacaan hasil

dengan menggunakan spektrofotometer Satuan MDA dalam mmoll

4 Cahaya suhu dan kelembaban merupakan kondisi lingkungan yang

dialami tikus jantan dewasa Pada penelitian ini kondisi lingkungan

selama percobaan dibuat sama

5 Berat badan tikus adalah berat badan yang ditimbang dengan

timbangan gram

49

6 Umur tikus adalah umur yang ditentukan dengan melihat tanggal

kelahiran yang dicatat pada kandang percobaan

7 Kondisi peneliti yang meliputi kesehatan fisik dan psikis peneliti

Penelitian dilaksanakan saat kondisi peneliti dalam keadaan baik

sehingga pengaruhnya terhadap hasil penelitian dapat diabaikan

45 Bahan dan Alat Penelitian

451 Bahan Penelitian

Glutation injeksi

Tikus jantan

Makanan tikus berupa pellet dan air minum dari air ledeng

Aquades steril

EDTA (Ethylenediamine tetraacetic acid)

Reagensia untuk pengukuran kadar MDA

452 Alat Penelitian

Alat yang dipakai dalam pengambilan data penelitian ini adalah

- Kandang tikus terbuat dari besi yang di dalamnya terdapat sekam dan

botol minuman

- Ember berdiameter 35 cm dan kedalaman air 20 cm

- Stopwatch

- Timbangan

- Spuit injeksi 1 ml

50

- Sarung tangan

- Kapas dan alkohol 70

- Tabung Evendorf

- Mikropipet

- Pipet kapiler

- Sentrifugasi

46 Prosedur Penelitian

1 Tikus jantan dewasa (Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan

berat badan plusmn200gram dilakukan aklimatisasi selama 2 minggu di

tempat penelitian untuk penyesuaian dengan lingkungan

2 Semua sampel tikus diberi perlakuan yang sama yaitu diberikan

pelatihan fisik berlebih dengan cara berenang sampai kelelahan pada

hari ke 7 kedua kelompok tersebut dilakukan pemeriksaan MDA

3 Mulai hari ke 8 ndash 35 sampel tikus yang berjumlah 20 ekor dibagi atas 2

kelompok di mana kelompok 1(kontrol) diberikan pelatihan fisik

berlebih + injeksi aquabidest intraperitoneal enam jam sebelum

perlakuan aktifitas berlebih kelompok ke 2 (perlakuan) diberikan

pelatihan fisik berlebih + injeksi intraperitoneal glutation 37

mgkgBBhari yang sudah dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril

4 Pada hari ke 35 dilakukan pemeriksaan kadar MDA pada masing-

masing tikus setelah bulu tikus kering

51

5 Selama penelitian hewan coba diberikan makanan dan minuman secara

teratur kebersihan dan kenyamanan kandang dijaga

461 Alur Penelitian

TIKUS ADAPTASI 2 MINGGU

PELATIHAN FISIK BERLEBIH 1 MINGGU

MDA

KELOMPOK 1 KELOMPOK 2

PELATIHAN FISIK BERLEBIH PELATIHAN FISIK BERLEBIH

+ AQUABIDEST (28 hari) +GLUTATION 37mgkgBBhari

28 HARI 28 HARI

MDA

Gambar 43 Bagan Alur Penelitian

462 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium

Pemantauan keselamatan tikus jantan (galur Wistar) di laboratorium

(Smith et al1988 Ngatidjan 2006) adalah sebagai berikut

1 Kandang tikus jantan harus cukup kuat tidak mudah rusak teratur dibersihkan

(1x seminggu) mudah dipasang kembali hewan tidak mudah lepas tahan

52

gigitan hewan kelihatan jelas dari luar Alas tempat tidur terbuat dari serbuk

gergaji atau sekam padi agar mudah menyerap air

2 Luas lantai yang memadai untuk tikus jantan dengan berat badan plusmn200 gram

adalah 60cm persegi dan tinggi 20 cm

3 Diciptakan suasana lingkungan yang stabil dan sesuai keperluan fisiologi tikus

jantan di mana kelembaban suhu pertukaran udara yang ekstrim harus

dihindari

4 Hewan coba hendaknya diperlakukan dengan kasih sayang

47 Pengolahan dan Analisis Data

Analisis data yang digunakan adalah

1 Analisis Deskriptif

2 Uji normalitas data dilakukan dengan tes Shapiro-Wilk Distribusi data

normal dengan nilai pgt005

3 Uji homogenitas dilakukan dengan Lavenersquos Test Data dinyatakan

homogen dengan nilai pgt005

4 Karena data berdistribusi normal dan homogen maka untuk uji

komparabilitas dipakai

- Uji t independent untuk membandingkan rerata kadar MDA antar

kelompok

- Uji Paired T- Test untuk membandingkan rerata kadar MDA pre

dan post masing-masing kelompok

- Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau

dinyatakan berbeda bila plt005

53

BAB V

HASIL PENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 20 ekor tikus jantan dewasa

(Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan berat badan plusmn200 gram sebagai

sampelyang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah 10 ekor

yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dankelompok

perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) Dalam penyajian hasil ini diuraikan

uji normalitas data uji homogenitas data uji komparabilitas dan uji efek

perlakuan

51 Uji Normalitas Data

Data Kadar MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan

pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji

Shapiro-Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005)

disajikan pada Tabel 51

53

54

Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing Kelompok Sebelum

dan Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Perlakuan n p Keterangan

Kadar MDA kontrol pre

Kadar MDA perlakuan pre

Kadar MDA kontrol post

Kadar MDA perlakuan post

10

10

10

10

0965

0550

0975

0697

Normal

Normal

Normal

Normal

52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok

Data Kadar MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun

sesudah perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test

Hasilnya menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52

Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA Sebelum dan

Sesudah Perlakuan

Variabel F p Keterangan

Kadar MDA pre

Kadar MDA post

0016

0592

0901

0452

Homogen

Homogen

53 Kadar MDA

531 Uji komparabilitas

Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata kadar MDA

antar kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan

55

glutation Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada

Tabel 53 berikut

Tabel 53

Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata

Kadar MDA

SB T P

Aktivitas berlebih dan

placebo

Aktivitas berlebihdan

glutathion

10

10

518

529

028

029

089 0386

Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok

kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 518028mmoll dan rerata

kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 529029mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 089 dan nilai

p = 0386 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan

berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya tidak berbeda secara

bermakna (p gt 005)

532 Analisis efek perlakuan

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kadar MDA antar

kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation

56

Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54

berikut

Tabel 54 Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata

Kadar MDA

SB T P

Aktivitas berlebih dan

placebo

Aktivitas berlebihdan

glutathion

10

10

778

444

023

017

3672 0001

Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok

kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata

kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 444017mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 3672 dan nilai

p = 0001 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan

berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya berbeda secara

bermakna (p lt 005)

57

Gambar 51 Perbedaan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

533 Analisis Komparasi Sebelum dengan Sesudah Perlakuan

Analisis komparasi diuji berdasarkan rerata kadar MDA antara sebelum

dengan sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation Hasil

analisis kemaknaan dengan uji t-paired disajikan pada Tabel 55 berikut

Tabel 55 Analisis KomparasiKadar MDA antara Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Kelompok Beda Rerata

pre ndash post p Keterangan

Aktivitas berlebih dan placebo

Aktivitas berlebih dan

glutathion

260

085

0001

0001

Meningkat

Menurun

58

Berdasarkan uji t-paired didapatkan bahwa ada penurunan kadar MDA

pada kelompok perlakuan secara bermakna sebesar 085mmoll sedangkan pada

kelompok kontrol mengalami peningkatan secara bermakna sebesar 260mmoll

59

BAB VI

PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian

Untuk menguji efek pemberian glutation terhadap penurunan kadar MDA

maka dilakukan penelitian terhadap 20 ekor tikus jantan dewasa (Galur Wistar)

sebagai sampel yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah

10 ekor yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dan

kelompok perlakuan (pelatihan fisik berlebih dan glutation)

62 Efek Pelatihan Fisik Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA

Hasil penelitian dan analisis data terhadap kadar MDA darah pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji

normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan homogenitas (Levenersquos test) pre-test dan post-

test masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)

Uji perbandingan 1 minggu pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan

injeksi antara kedua kelompok menggunakan uji t-independent Rerata kadar

MDA kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) adalah

518028mmoll dan rerata kelompok pelatihan fisik berlebih dan glutation

adalah 529029mmoll Analisis kemaknaan dengan uji t-independent

menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna kadar MDA darah antara

kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa

kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan injeksi rerata kadar MDAnya tidak

59

60

berbeda secara bermakna

Uji perbandingan setelah pemberian placebo dan glutation antara kedua

kelompok menggunakan t-independent Rerata kadar MDA kelompok kontrol

(aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata kelompok

perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) adalah 444017mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent antara kedua kelompok sesudah diberikan

placebo dan glutation menunjukkan perbedaan kadar MDA secara bermakna

(plt005) Hal ini berarti bahwa kelompok yang diberikan perlakuan berupa

placebo dan glutation 6 jam sebelum diberikan pelatihan fisik berlebih dengan

cara merenangkan selama 60 menit hari selama 35 hari rerata kadar MDA

berbeda secara bermakna Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh

untuk melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam

organ dan pembuluh darah (Giriwijoyo 2004)

Peningkatan kadar MDA sesudah diberikan pelatihan fisik berlebih pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan disebabkan karena pelatihan fisik

berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena terjadi peningkatan konsumsi

oksigen oleh aktifitas otot skeletal Stress oksidatif memicu peningkatan senyawa

oksigen reaktif Pada pelatihan fisik berlebih juga terjadi Reperfusion Injury yang

memicu terjadinya kerusakan jaringan dan peningkatan radikal bebas (Adiputra

2008) Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara menarik elektronnya

sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan sampai kematian sel

(Suryohudoyo 2000)

Pada penelitian ini didapatkan bahwa sesudah diberikan pelatihan fisik

61

berlebih dan placebo terjadi peningkatan kadar MDA sebesar 5024 Kadar

MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel (Winarsi

2007) Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pepe

(2011) bahwa pelatihan fisik berlebih meningkatkan kadar MDA Lebih lanjut

Murray et al (2000) juga menyatakan bahwa pelatihan fisik berlebih merangsang

respon biomarker stres oksidatif Sedangkan pada kelompok perlakuan yang

diberikan aktifitas berlebih dan glutation terjadi penurunan kadar MDA sebesar

1607 Terjadinya penurunan kadar MDA pada kelompok yang diberikan

glutation 6 jam sebelum melakukan pelatihan fisik berlebih disebabkan karena

pemberian antioksidan meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan

cara mendonorkan elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa

oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsi 2007) Glutation merupakan antioksidan

endogen yaitu antioksidan yang dapat disintesa dalam tubuh dari asam amino L-

sistein L-glutamat dan glisin (Cadenas 2002) yang juga sebagai master

antioksidan yaitu antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain

Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan

Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik (Hersh 2004) Glutation

merupakan salah satu antioksidan yang tidak dapat menjadi pro oksidan (Cadenas

2002) Normalnya sekali suatu antioksidan memakan radikal bebas antioksidan

ini menjadi teroksidasi sendiri dan menyerang sel yang sehat yang disebut

sebagai pro oksidan Glutation dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang

teroksidasi tersebut menjadi bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali

dalam memakan radikal bebas (Sellman 2009) Sehingga dengan demikian

62

glutation dapat membantu dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Urso

(2003) bahwa suplementasi antioksidan dapat mengatasi kondisi stress oksidatif

yang terjadi pelatihan fisik berlebih

Uji perbandingan antara data MDA pre dan post masing-masing kelompok

digunakan uji t-paired test Berdasarkan uji ini didapatkan hasil pada kelompok

perlakuan terjadi penurunan kadar MDA secara bermakna sebesar 085 mmollt

sedangkan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan kadar MDA secara

bermakna sebesar 260mmollt Terjadi penurunan kadar MDA pada kelompok

perlakuan menunjukkan pemberian antioksidan Glutation intraperitoneal dosis

37mgkgBBhari dapat mengatasi kondisi stress oksidatif yang terjadi pada

pelatihan fisik berlebih Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh

Urso (2003)

63

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

71 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan sebagai

berikut Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA

tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

72 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah

1 Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja glutation

yang lebih detail

2 Memperhatikan takaran latihan supaya tidak berlebihan yang justru akan

meningkatkan kerusakan sel

3 Perlu dilakukan uji klinis pada manusia

63

64

DAFTAR PUSTAKA

Adiputra N 2008Kesehatan Olah Raga Available from httpwwwbalihesgorgindexphpoption=com Accessed 2011 Oct 5th

Anonim 2011 Glutathione Available at

httpenwikipediaorgwikiGlutathione Accessed 2011 Oct 5th Anonim 2011 Overtraining Available at

httpwwwmarksdailyapplecomovertraining Accessed 2011 Oct5th

Asikin N 2001Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan InKursus Penyegaran dan Pelatihan Radikal bebas dan Antioksidan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta Fakultas Kedokteran UI

Bagiada NA 2001 Proses Penuaan dan Penanggulangannya Denpasar

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hal 22 Banerjee AK Mandal A Chanda D Chahraboti S 2003 Oxidant

Antioxidant and Physical ExerciseAvailable from httpwwwncbinlmnihgovpubmed14619981 accesed 2011 Sept 2nd

Binekada MC 2002 ldquoPelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Konsentrasi dan

Motilitas Spermatozoa Mencitrdquo(tesis) Denpasar Universitas Udayana

Cadenas E Jones PD 2002Bioavailability of Glutathione In Cadenas E

Packer L editorsHandbook of Antioxidants2nd Ed New York Marcel DekkerInc p549-564

Catala A 2006Lipid PeroxidationInt J Biochem Cell Biol 38 1482-1495 Dalle-DonneI Rossi R ColomboR Giustarini D Milzani

A2006Biomarkers of Oxidative Damage in Human Disease Available from httpwwwredorbitcomnewsscience473334biomarkersof oxidative damage in human diseaseindexhtmlaccessed2011 Sept 5th

Fouad T 2007 Free radicals Types Sources and Damaging Reaction

Relations Available from

64

65

wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th

Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th

Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112

Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors

ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their

Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69

Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan

Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th

Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz

R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155

Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester

Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th

Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala

T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200

Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and

Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders

66

Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana

LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia

Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647

Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from

httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit

Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK

Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620

Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji

Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah

Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009

Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan

Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132

Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde

Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521

Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley

Medical Publicationsp 123-141

Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI

Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable

from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer

67

Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole

Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam

Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI

Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam

Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya

Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan

Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47

Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant

Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th

Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan

Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105

68

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965

Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975

Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753

Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

69

Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan

Group Statistics

Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887

Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215

Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260

Perlakuan 10 42500 23348 07383

Independent Samples Test

Levenes Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df

Sig (2-

tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence Interval of the

Difference Lower Upper

Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428

Equal variances not assumed

-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429

Post1

Equal variances assumed 592 452 367

22 18 000 333700 09087 314608 352792

Equal variances not assumed

36722 16855 000 333700 09087 314515 352885

Post2

Equal variances assumed 906 354 264

19 18 000 239500 09066 220454 258546

Equal variances not assumed

26419 16265 000 239500 09066 220307 258693

70

Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis

(Laurence amp Bacharach 1964)

2g mencit 20g tikus 400g marmot

l5Kg kelinci

20Kg kucing

40Kg kera

120Kg anjing

70Kg manusia

20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879

200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560

400 g marmot

008 057 10 225 24 52 102 315

l5Kg kelinci

004 025 044 10 106 24 45 142

20Kg kucing

003 023 042 092 10 22 41 130

40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61

120Kg anjing

0008 006 010 0022 024 052 10 31

70Kg manusia

00026 0018 0031 007 0013 016 032 10

71

Lampiran 4

Foto Penelitian

Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)

72

Lampiran 5

Data Hasil Penelitian

Kelompok Kontrol

Pre test Post test Pre test Post Test

752 647 769 694

779 670 773 664

745 660 803 653

769 643 817 677

783 653

786 684

Kelompok Perlakuan

Pre Test Post test

412 391

436 412

442 425

425 401

453 436

466 442

432 405

456 432

470 453

476 463

Page 3: PEMBERIAN INJEKSI GLUTATION INTRAPERITONEAL

ii

ii

PEMBERIAN INJEKSI GLUTATION INTRAPERITONEAL MENURUNKAN KADAR MDA PADA TIKUS WISTAR DENGAN PELATIHAN FISIK

BERLEBIH

Tesis Untuk Memperoleh Gelar Magister Pada Program Magister Program Studi Ilmu Biomedik

Program Pascasarjana Universitas Udayana

ELISABETH SUSANA NIM 0990761010

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR

2012

iii

iii

Lembar Pengesahan

TESIS INI TELAH DISETUJUI

PADA TANGGAL 26 April 2012

Pembimbing I Prof Dr dr J Alex PangkahilaMSc Sp And NIP 19440201 196409 1 001

Pembimbing II Prof dr I Gusti Made Aman SpFK NIP 19410320 196801 1001

Mengetahui

Ketua Program Studi Magister Program Pascasarjana Universitas Udayana

ProfDrdrWimpie I PangkahilaSp AndFAACS NIP 19461213 197107 1001

Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana ProfDrdrAARaka Sudewi SpS(K) NIP 195902151985102001

iv

iv

Tesis ini Telah Diuji Pada

Tanggal 26 April 2012

Panitia Penguji tesis Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana

No 0144UN144HK2012

Tanggal 16 Januari 2012

Ketua Prof Dr dr J Alex PangkahilaMSc Sp And

Anggota

1 ProfdrI Gusti Made Aman SpFK

2 ProfDrdr Wimpie Pangkahila SpAnd FAACS

3 Dr dr Ida Sri Iswari SpMK MKes

4 Profdr N Agus Bagiada SpBIOK

v

v

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena hanya atas berkat

rahmat dan karuniaNya tugas akhir dengan judul ldquoPEMBERIAN GLUTATION

MENURUNKAN KADAR MDA PADA TIKUS WISTAR DENGAN

PELATIHAN FISIK BERLEBIHrdquo ini dapat diselesaikan

Tulisan ini disusun untuk memenuhi persyaratan tugas akhir studi yang

dijalani Penulis untuk memperoleh Gelar Master pada Program Magister Program

Studi Ilmu Kedokteran Biomedik Kekhususan Anti Aging Medicine Program

Pasca Sarjana Universitas Udayana

Selama penyusunan tulisan ini Penulis banyak mendapatkan bimbingan

dan masukan yang berharga dari berbagai pihak Di mana pada kesempatan ini

perkenankanlah Penulis menyampaikan rasa hormat dan ucapan terimakasih yang

sebesar-besarnya kepada

1 Prof Drdr Wimpie Pangkahila SpAnd FAACS selaku Ketua Program

Studi Ilmu Kedokteran Biomedik Kekhususan Anti Aging Medicine

Universitas Udayana dan penguji yang telah memberikan banyak

masukan dan bimbingan kepada penulis selama penyusunan tesis ini

2 ProfDrdr J Alex Pangkahila MSc SpAnd selaku pembimbing I yang

telah banyak memberikan dorongan semangat masukan dan bimbingan

kepada penulis selama penyusunan tesis ini

vi

vi

3 Prof dr I Gusti Made Aman SpFK selaku pembimbing II pembimbing

akademik dan Kepala Laboratory Animal Unit Bagian Farmakologi

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana yang dengan penuh perhatian

memberikan dorongan semangat dan bimbingan kepada penulis selama

mengikuti program magister dan penyusunan tesis ini

4 Prof dr N Agus Bagiada SpBIOK selaku penguji yang dengan sepenuh

hati membimbing dan memberikan masukan kepada penulis selama

penyusunan tesis ini

5 Dr dr Ida Sri Iswari MKes SpMK selaku penguji yang banyak sekali

membimbing dan memberi masukan yang kritis serta pengajaran yang

sangat dirasakan manfaatnya oleh penulis selama penyusunan tesis ini

6 Bapak I Gede Wiranatha selaku staf di Departemen Farmakologi Fakultas

Kedokteran Universitas Udayana yang telah membantu selama melakukan

penelitian di laboratorium Farmakologi FK Universitas Udayana

7 Drs I Ketut Tunas MSi yang telah membantu memberikan masukan dan

saran ilmiah terutama dalam statistik yang sangat berguna bagi penulis

dalam menyusun tesis ini

8 dr I Made Oka Negara beserta staf bagian Ilmu Kedokteran Andrologi

dan Seksologi (dr Pram Ibu Eni Ibu Agnes dan Bapak Edy) serta teman-

teman mahasiswa Program Magister Biomedik kekhususan Anti Aging

Medicine atas doa semangat dan dorongannya

vii

vii

9 Keluarga besar tercinta suami (Berlianto Tjahjadi) anak-anak (Henokh

dan Khezia) dan orang tua atas doa pengertian kasih sayang dan

dorongan serta masukan kepada penulis selama penyusunan tesis ini

10 Juga kepada para dosen pengajar dan rekan-rekan yang tidak dapat saya

sebut satu persatu kiranya Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan

berkat dan rahmatNya

Akhir kata Penulis berharap tulisan tugas akhir ini dapat memberikan

manfaat bagi penulis pribadi dan bagi Program Pendidikan Magister Program

Studi Ilmu Kedokteran Biomedik Kekhususan Anti Aging Medicine Program

Pasca Sarjana Universitas Udayana serta bagi puhak-pihak lain yang

berkepentingan

Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa memberkati kita semua amin

Denpasar April 2012

Elisabeth Susana

viii

viii

ABSTRAK

PEMBERIAN INJEKSI GLUTATION INTRAPERITONEAL MENURUNKAN KADAR MDA PADA TIKUS WISTAR DENGAN

PELATIHAN FISIK BERLEBIH

Menurut Kedokteran Anti Penuaan penuaan dapat diperlakukan seperti suatu penyakit sehingga prosesnya dapat kita atasi bahkan dapat kita lsquoreversersquo atau dirsquokembalikanrsquokan menjadi seperti kondisi saat lsquomudarsquoSetiap saat kita melakukan suatu aktifitas terjadi proses oksidasi di dalam tubuh kitadi mana 2-5 dari oksigen yang kita hirup tereduksi menjadi radikal bebas Hal ini merupakan suatu kondisi fisiologis Produksi tersebut meningkat dalam kondisi seperti terpapar sinar ultraviolet polusi merokok konsumsi alkohol berlebihan stress menyebabkan kerusakan sel terjadi penuaan dini Pelatihan Fisik berlebih menyebabkan radikal bebas meningkat kondisi ini membutuhkan antioksidan yang mampu untuk mengatasi radikal bebas sehingga kerusakan lebih lanjut dapat dicegah Tujuan penelitian untuk mengetahui efektivitas Glutation dalam mengatasi peningkatan radikal bebas yang diakibatkan oleh pelatihan fisik berlebih yang dapat diketahui dari menurunnya kadar MDA Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan pre test-post test control group design yang dilakukan di Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana pada bulan Januari- Maret 2012 Penelitian ini menggunakan sampel 20 ekor tikus putih yang dibagi menjadi 2 kelompokKelompok 1 adalah kelompok kontrol yang diberikan pelatihan fisik berlebih (berenang) dan diberikan suntikan intraperitoneal aquabidesKelompok 2 adalah kelompok perlakuan yang diberikan pelatihan fisik berlebih dan suntikan intraperitoneal Glutation dengan dosis 37mgkg BB hariKedua kelompok diberikan pelatihan fisik berlebih selama 35 hari di mana pelatihan fisik ini dibagi atas 2 yaitu 7 hari pertama hanya diberikan pelatihan fisik berlebih saja 28 hari berikutnya diberikan pelatihan fisik berlebih + perlakuan berupa pemberian injeksi Glutation placebo Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kelompok kontrol terdapat peningkatan kadar MDA dari 518plusmn028mmollt menjadi 552plusmn029mmollt sedangkan pada kelompok perlakuan kadar MDA menurun dari 778plusmn023 mmollt menjadi 444plusmn017 mmollt Berdasarkan uji statistik yang dilakukan terdapat penurunan MDA secara bermakna pada kelompok perlakuan (plt005) Penelitian ini menyimpulkan bahwa pemberian suntikan Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang diberikan pelatihan fisik berlebih Disarankan untuk melakukan penelitian in vivo lanjutan pada beberapa jenis hewan percobaan dan pada manusia

Kata kunci glutation kadar MDA pelatihan fisik berlebih tikus

ix

ix

ABSTRACT

INTRAPERITONEAL ADMINISTRATION OF GLUTATHIONE INJECTION DECREASE MDA LEVEL ON

OVERTRAINING RAT

According to Anti-Aging Medicine aging can be treated as a diseaseageing process can be overcome so that we can even reverse Every time we do an activity a process of oxidation occurs in our bodies 2-5 of the oxygen we consumed is reduced to free radicals This is a physiological condition This production is increased in conditions such ultraviolet rays exposure pollution smoking excessive alcohol consumption stress causing cells damage occurs premature aging Overtraining causes an excess of free radicals this condition requires an antioxidant that is able to overcome free radicals so further damage can be prevented The aim of this study was to determine the effectiveness of Glutathione in dealing with excess free radicals caused by excessive physical training which can be determined from the decreasing levels of MDA

This study was an experimental study with Pre test-Post test control group design conducted at the Department of Pharmacology Faculty of Medicine University of Udayana in January-March 2012 This study used 20 albino rats randomly divided into two groups Group 1 control group was given physical overtraining (swimming) and aquabidest intraperitoneal injections Group 2 was given physical overtraining and Glutathione intraperitoneal injection at a dose of 37mgbwday Both groups were given overtraining for 35 days in which overtraining is divided into two the first 7 days are given only overtraining course the next 28 days are given overtraining + Glutathione injection placebo The results showed that in the control group there were elevated levels of MDA of 518 plusmn 028 mmol l to 552plusmn 029 mmoll while in the treated group there were decreased levels of MDA of 778 plusmn 023 mmol l to 444 plusmn 017 mmoll Based on statistical tests there is a significant decrease in in the treated group (plt005)

This study concluded that administration of intraperitoneal Glutathione injections decreasing levels of MDA in mice given physical overtraining It is recommended to conduct further studies in vivo in several species of experimental animals and in humans Key words Glutathione MDA level physical overtraining rat

x

x

DAFTAR ISI

Sampul Dalam i

Pemberian Gelar ii

Lembar Pengesahan iii

Penetapan Panitia Penguji iv

Ucapan Terima Kasih v

Abstrak viii

Abstract ix

DAFTAR ISI x

DAFTAR TABEL helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip xiv

DAFTAR GAMBARhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip xv

DAFTAR LAMPIRAN helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip xvi

DAFTAR SINGKATAN xvii

BAB I PENDAHULUAN

11 Latar Belakang 1

12 Rumusan Masalah 6

13 Tujuan Penelitian 6

14 ManfaatPenelitian 7

141 Manfaat Keilmuan 7

142 Manfaat Praktis 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA

21 Penuaan 8

xi

xi

211 Teori Wear and Tear 9

212 Teori Radikal Bebas 9

213 Teori Kontrol Genetika 11

214 Teori Neuroendokrin 11

22 Radikal Bebas 12

221 Definisi Radikal Bebas 12

222 Sifat- sifat Radikal Bebas 12

223 Peranan Radikal Bebas Dalam Proses Penuaan 15

23 Stress Oksidatif 15

231 Keadaan Yang Menyebabkan Stress Oksidatif 15

24 Pelatihan Fisik 16

241 Olahraga 16

242 Pelatihan Fisik Berlebih 21

25 Antioksidan 28

26 Glutation sebagai Antioksidan 29

261 Fungsi Glutation 31

262 Suplementasi Glutation 33

263 Glutation Precursor 37

264 Sumber Glutation dari makanan 38

BAB III KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

31 Kerangka Berpikir 40

32 Konsep Penelitian 41

33 Hipotesis Penelitian 42

xii

xii

BAB IV METODE PENELITIAN

41 Rancangan Penelitian 43

42 Tempat dan Waktu Penelitian 44

43 Populasi Sampel 44

431 Populasi 44

432 Kriteria Sampel 45

4321 Kriteria Inklusi 45

4322 Kriteria Drop Out 45

433 Besar Sampel 45

434 Teknik Pengambilan Sampel 46

44 Variabel Penelitian 47

441 Klasifikasi Variabel 4

442 Definisi Operasional Variabel 48

45 Bahan dan Alat Penelitian 49

451 Bahan Penelitian 49

452 Alat Penelitian 49

46 Prosedur Penelitian 50

461 Alur Penelitian 51

462 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium 51

47 Pengolahan dan Analisis Data 52

BAB V HASIL PENELITIAN

51 Uji Normalitas Data 53

52 Uji Homogenitas Antar Kelompok 54

xiii

xiii

53 Kadar MDA 54

531 Uji Komparabilitas 54

532 Analisa Efek Perlakuan 55

533 Analisa Komparasi Sebelum dan Sesudah Perlakuan 57

BAB VI PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian 59

62 Efek Aktifitas Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA 59

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

71 Kesimpulan 63

72 Saran 63

DAFTAR PUSTAKA 64

LAMPIRAN 68

xiv

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 21 Makanan yang mengandung Glutation 39

Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing

Kelompok Sebelum dan Sesudah Perlakuan 54

Tabel 52 Hasil uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA

Sebelum dan Sesudah Perlakuan 54

Tabel 53 Hasil Rerata Kadar MDA antar Kelompok Sebelum

Diberikan Perlakuan 55

Tabel 54 Hasil Rerata Kadar MDA antar Kelompok Sesudah

Diberikan Perlakuan 56

Tabel 55 Analisis Komparasi Kadar MDA antara Sebelum dan

Sesudah Perlakuan helliphelliphelliphellip 57

xv

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 21 Struktur GSH dan GSSG 30

Gambar 22 GSH Redox 31

Gambar 23 Detoksifikasi Lipid Hydoxyperoxides di usus halus 32

Gambar 24 Supply dan Removal Glutation 34

Gambar 31 Kerangka Konsep Kadar MDA pada Tikus yang

diberikan Pelatihan Fisik Berlebih+Placebo dan Pelatihan

Fisik Berlebih+Glutation 41

Gambar 41 Rancangan Penelitian 42

Gambar 42 Bagan Hubungan antar Variabel 47

Gambar 43 Bagan Alur Penelitian 51

Gambar 51 Perubahan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah

Diberikan Perlakuan 57

xvi

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Uji Normalitas Data 68

Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antar Kelompok Kontrol

dan Perlakuan 69

Lampiran 3 Perbandingan Luas Permukaan Tubuh Hewan Percobaan

untuk Konversi Dosis 70

Lampiran 4 Foto Penelitian 71

Foto Glutation (Tationil Teofarma) 71

Lampiran 5 Data Hasil Penelitian 72

xvii

xvii

DAFTAR SINGKATAN

CoQ10 Coenzym Q10

DNA Deoxyribonucleic Acid

GSH Px Glutation Peroksidase

GSH Glutation

GSSG Rx Glutation Reduktase

GSSG Glutation Disulfide

MDA Malondialdehyde

NADH Nicotinamide Adenine Dinucleotide

NADPH Nicotinamide Adenine Dinucleotide Phosphate

O2 Oksigen

RNA Ribonucleic Acid

ROS Reactive Oxygen Species

SOD Super Oxide Dismutase

TBARS Thiobarbituric Acid Reactive Substances

1

BAB I

PENDAHULUAN

11 LATAR BELAKANG

Proses penuaan menurut Kedokteran Anti Penuaan dapat diperlakukan

seperti suatu penyakit dalam arti proses ini dapat diatasi dapat dirsquoreversersquo atau

dirsquokembalikanrsquo menjadi kondisi seperti saat muda Penyakit yang muncul seiring

dengan bertambahnya usia seperti hipertensi diabetes mellitus osteoartritis dan

lain-lain membuat kualitas hidup menurun pada usia lanjut Ilmu Kedokteran

Anti Penuaan memberikan paradigma baru dalam mengatasi proses penuaan Ilmu

ini memberikan solusi untuk mengatasi ketidakmampuan penyakit nyeri

deformitas dan kesedihan di masa tua sehingga kualitas hidup meningkat

Modifikasi gaya hidup dengan cara mengatur pola makan pola tidur pola

olahraga pola hidup manajemen hormon dapat meningkatkan kualitas hidup

Terbentuknya radikal bebas oksigen dalam tubuh sebenarnya merupakan

sesuatu yang fisiologis Oksigen yang kita hirup berperan dalam metabolisme

sebagian kecil (2-5) tereduksi membentuk radikal bebas Radikal bebas oksigen

dikelompokkan dalam senyawa Reactive Oxygen Species (ROS) ROS merupakan

radikal bebas yang berbahaya bagi tubuh (Arief 2010) Bila produksi tersebut

menjadi semakin meningkat dalam kondisi seperti terpapar sinar ultraviolet

polusi merokok konsumsi alkohol dalam jumlah banyak stress menyebabkan

kerusakan pada sel-sel terjadi penuaan

1

2

Teknologi yang berkembang dengan pesatnya memberikan kita banyak

fasilitas kemudahan dalam menjalani hidup kita Akhirnya dalam apapun yang

akan kita perbuat atau lakukan kita selalu dihadapkan pada 2 pilihan mau yang

mudah atau yang sulit Menjamurnya makanan instant fast food yang disebut

juga makanan junk food karena memang tidak kurang kandungan gizi yang kita

perlukan Makanan ini tidak mengandung nilai gizi hanya mementingkan rasa

yang penting enak gurih karena banyak mengandung lemak tinggi karbohidrat

dan cepat saji karena semakin sibuknya manusia Selain itu karena kesibukan

kita menjadi kurang sekali dalam berolahraga selain kesibukan juga sudah lelah

Akibatnya kita menjadi gemuk semakin gemuk semakin malas beraktifitas

semakin mudah lelah yang lama kelamaan menjadi kelelahan kronis depresi

mudah muncul

Gaya hidup manusia yang mempunyai tingkat stress yang tinggi ditambah

kurangnya aktifitas berolahraga meningkatkan resiko timbulnya penyakit jantung

low back pain adult-onset diabetes obesity yang disebut hypokinetic diseases

(Sharkey 2003 ) Meningkatnya insidensi kelebihan berat badan menjadi masalah

kesehatan di seluruh dunia termasuk di Indonesia (Misnadiarly 2007) Kelebihan

berat badan menyebabkan terjadinya penumpukan lemak yang berlebihan dalam

tubuh dan berpotensi memicu banyak penyakit yang mematikan Beberapa

penyakit tersebut dikategorikan sebagai penyakit yang terjadi karena metabolism

yang melambat dan penumpukan lemak sering disebut sebagai Sindroma

Metabolik(hipertensi hiperlipidemia diabetes mellitus) Sebaliknya sebuah gaya

3

hidup yang sehat dan seimbang memainkan peranan yang besar dalam mencegah

banyak penyakit yang berhubungan dengan gaya hidup

Pada sisi lain manusia juga selalu dituntut untuk memiliki tubuh sehat

penampilan yang menarik Masalah muncul pada saat manusia memilih jalan

pintas berolahraga berlebihan (overtraining) diet ketat berlebihan

mengkonsumsi obat-obatan penekan nafsu makan obat-obat pembakar lemak

suplemen secara berlebihan dan tanpa informasi yang benar tanpa pengawasan

dokter dengan tujuan untuk memperoleh tubuh ramping dalam waktu secepatnya

Bukan tubuh sehat yang didapat tetapi malah menjadi sakit yang tidak mustahil

dapat mengarah ke kematian

Tubuh sehat ideal dalam arti tidak mudah sakit mempunyai hidup yang

berkualitas penampilan yang prima dan mempunyai postur tubuh yang

proporsional (Misnadiarly 2007) Gaya hidup yang sehat seimbang adalah kunci

untuk mencapai kesehatan dan bentuk badan yang lebih bagus dan hanya akan

tercapai melalui aktifitas olahraga pengaturan pola makan istirahat yang teratur

dan proporsional

Olahraga yang berlebihan tidak memberikan efek yang baik untuk tubuh

tetapi latihan yang tepat meningkatkan kebugaran aerobik Frekuensi yang lebih

sering durasi yang lebih panjang intensitas yang meningkat meningkatkan

kebugaran fisik Hal yang penting kita harus memperhatikan waktu pemulihan

Apabila tubuh tidak mempunyai cukup waktu untuk pemulihan bukan

meningkatkan kebugaran tetapi malah menimbulkan cedera atau penyakit melalui

supresi sistem kekebalan (Sharkey 2003) Olahraga yang teratur dapat

4

meningkatkan produksi molekul anti oksidan endogen termasuk glutathioneurate

coenzyme Q10 (Cadenas 2002) Dengan meningkatnya kadar antioksidan

endogen maka kadar MDA tubuh akan menurun

Teori Radikal Bebas menjelaskan bahwa radikal bebas merusak sel-sel

tubuh manusia (Goldmanamp Klatz 2003) Pelatihan fisik berlebih menyebabkan

terbentuknya radikal bebas Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara

menarik elektronnya sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan

sampai kematian sel (Suryohudoyo 2000) Pelatihan fisik berlebih menyebabkan

penuaan terjadi lebih cepat

Gaya hidup yang tidak sehat meningkatkan produksi radikal bebas

Beruntung tubuh mempunyai mekanisme pertahanan melawan oksidasi yang

terjadi tersebut Tubuh memproduksi enzim dan molekul khusus yang dapat

menangkap dan melenyapkan radikal bebas (superoksid dismutase katalase

glutation alfa lipoic acid CoQ10) yang disebut juga antioksidan endogen dan

yang berasal dari makanan seperti vitamin C dan E beta karoten polifenol

selenium seng (antioksidan esensial) yang disebut juga antioksidan eksogen

Antioksidan endogen maupun eksogen sangat penting buat tubuh karena

mampu meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan cara menangkap

dan mengeliminirnya Antioksidan eksogen efektif diperlukan untuk mencegah

terjadinya stress oksidatif Antioksidan endogen merupakan mekanisme

pertahanan preventif dengan cara memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal

bebas atau dengan cara menangkapnya (Winarsi 2007)

5

Bila jumlah antioksidan lebih sedikit dibanding jumlah radikal bebas

terjadi gangguan keseimbangan yang disebut redox state (Cadenas 2002) Dalam

kondisi seperti ini semakin banyak molekul normal yang ditarik elektronnya

molekul menjadi tidak stabil molekul ini akan merusak molekul sehat lainnya

sehingga terjadilah penyakit (Winarsi 2007)

Pemberian antioksidan yang cukup dan optimal dapat meningkatkan

kebugaran meningkatkan kemampuan tubuh dalam melakukan pelatihan fisik

menurunkan kadar stress oksidatif dalam tubuh mencegah terjadinya penuaan

dini (Pangkahila 2007) Antioksidan bekerja dengan cara mendonorkan satu

elektronnya ke molekul yang kehilangan elektronnya (radikal bebas) sehingga

membentuk radikal bebas tidak reaktif relatif stabil proses kerusakan sel dapat

dihambat

Ada beberapa macam antioksidan salah satunya adalah Glutation

Glutation merupakan antioksidan endogen yaitu antioksidan yang dapat dibuat

oleh tubuh kita sendiri Glutation juga dikenal sebagai master antioksidan

antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain (Goldman 2003)

Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan

Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik Normalnya sekali suatu

antioksidan memakan radikal bebas antioksidan ini menjadi teroksidasi sendiri

dan menyerang sel yang sehat yang disebut sebagai pro oksidan Glutation

dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang teroksidasi tersebut menjadi

bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali dalam memakan radikal bebas

(Sellman 2009) Sehingga dengan pengertian di atas glutation dapat membantu

6

dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh kita lebih banyak

dibandingkan dengan antioksidan lain

MDA adalah metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas

Kadar MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel

Apabila terdapat antioksidan yang tinggi dalam tubuh maka kadar MDA akan

menurun (Winarsi 2007)

Pelatihan fisik berlebih akan menyebabkan meningkatnya kerusakan

oksidatif Glutation menghambat kerusakan oksidatif Parameter yang digunakan

dalam penelitian ini adalah produk peroksidase lipid yaitu malondialdehid (MDA)

menurut metoda Willis

12 Rumusan Masalah

Apakah pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan

kadar MDA tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

13 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat

menurunkan kadar MDA pada tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

14 Manfaat Penelitian

141 Manfaat Keilmuan

Dapat menambah pengetahuan bahwa olahraga berlebih meningkatkan

MDA pemberian antioksidan Glutation dalam upaya mencegah terjadinya stress

7

oksidatif berkelanjutan yang dapat menjadi salah satu penyebab proses penuaan

penyakit metabolisme dan kemungkinan dapat dipergunakan sebagai dasar untuk

dilakukan penelitian lebih lanjut

142 Manfaat Praktis

Pengetahuan tersebut dapat memberikan manfaat kepada masyarakat luas

untuk lebih bijaksana dalam mengkonsumsi antioksidan dan dalam melakukan

pelatihan fisik

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

21 Penuaan

Penuaan sampai saat ini masih dianggap sebagai sesuatu yang alamiah

terjadi demikian juga penyakit yang muncul pada masa tuaSeseorang yang

berumur 50 tahun dengan penyakit Diabetes Mellitus dipandang sebagai sesuatu

yang umum karena memang sudah tua Sejak tahun 1950 penelitian penyebab

penuaan mulai diteliti faktor-faktor penyebab yang mempengaruhi kualitas hidup

sehingga meskipun usia bertambah tua tetapi tetap berkualitas Beberapa cara

modifikasi gaya hidup terus dilakukan untuk mencapai kualitas hidup yang lebih

baik seperti mengatur pola makan pola tidur pola olahraga pola hidup untuk

mencapai kualitas hidup yang baik di usia lanjutPenelitian memberi kesimpulan

bahwa pemberdayaan diri membudayakan pola hidup sehat dapat meningkatkan

kualitas hidup seseorang (Franklin 2009)

Dewasa ini seiring dengan percepatan perubahan teknologi meningkatnya

persaingan hidup orang berlomba-lomba mengkonsumsi produk dan berbagai

metode yang mengklaim bisa menghambat penuaan atau bersifat Anti Aging Ilmu

Kedokteran Anti Penuaan memberikan paradigma baru dalam menangani proses

penuaan Ilmu Kedokteran Anti Penuaan ini menjanjikan dapat memberikan solusi

untuk mengatasi ketidakmampuan penyakit nyeri deformitas dan kesedihan di

masa tua dengan cara meningkatkan kualitas hidup masa tua (Goldman dan Klatz

8

9

2003) Menurut Pangkahila penuaan bisa dicegah diobati dan bahkan dapat

dikembalikan ke keadaan semula (Pangkahila 2007)

Proses penuaan dapat dijelaskan dalam empat teori utama yang walaupun

tidak dapat menjelaskan dengan lengkap tetapi teori tersebut melengkapi satu

dengan yang lain

211 Teori Wear and Tear

Teori ini diperkenalkan pertama kali oleh Dr August Weisman seorang

ahli biologi dari Jerman pada tahun 1882 Teori ini menyatakan bahwa tubuh dan

sel akan rusak karena penggunaan dan disalahgunakan baik penggunaan secara

alami apalagi penyalahgunaan Kerusakan terjadi dalam sel sampai organ Pada

usia muda kerusakan yang terjadi dapat diatasi dikompensasi karena sistem

perbaikan dan pemeliharan yang masih baik tetapi seiring dengan bertambahnya

umur tubuh mulai kehilangan kemampuan tersebut Teori ini juga meyakini

pemberian suplemen dan merangsang kemampuan tubuh untuk melakukan

perbaikan dan mempertahankan organ tubuh dan sel

212 Teori Radikal Bebas

Teori ini diperkenalkan oleh Dr Denham Harman pada tahun 1956

Radikal Bebas adalah molekul tidak stabil yang sangat reaktif karena mempunyai

elektron tidak berpasangan pada orbit luarnya dapat bereaksi dengan molekul

lain menimbulkan reaksi berantai yang sangat destruktif (Goldman dan Klatz

2003)

10

Radikal Bebas dihasilkan dari pembakaran gula dan lemak yang kita

konsumsi untuk memberikan energi pada tubuh kita Radikal bebas merusak

membran sel kode DNA enzim protein dan akhirnya terjadi kerusakan pada

seluruh organ Kerusakan terjadi mulai dari lahir dan terus berlanjut hingga

meninggal Pada usia muda dampak penggantian sel yang masih berfungsi baik

Seiring dengan usia bertambah akumulasi kerusakan akibat radikal bebas akan

mengganggu metabolisme sel terjadilah mutasi sel yang mengakibatkan

timbulnya kanker dan kematian

Age Spot merupakan salah satu bentuk kerusakan pada membrane sel

yang disebabkan oleh Radikal Bebas Kerusakan membran ini menghasilkan

produk sisa yang dikenal sebagai lipofuscin Jumlah lipofuscin yang tinggi dalam

tubuh memberikan warna gelap pada daerah tertentu yang disebut Age spot

Lipofuscins mengganggu sintesis DNA dan RNA mempengaruhi sintesis protein

(menurunkan energi dan menghambat pembentukan massa otot) merusak enzim

seluler yang diperlukan untuk proses kimia vital dalam tubuh (Goldman dan

Klatz 2003)

Radikal bebas mempengaruhi peroksidasi lipid yang menyebabkan

produksi MDA (malondialdehyde) yang mengikat protein dan menyebabkan

gangguan fungsi biologik protein tersebut Radikal Bebas berkaitan dengan

penyakit usia lanjut seperti aterosklerosis Parkinson penyakit Alzheimer dan

gangguan fungsi kekebalan tubuh (Pangkahila 2007)

11

213 Teori Kontrol Genetika

Teori terfokus pada kode genetik yang ada dalam DNA meskipun seluruh

aspek diwariskan dalam gen tiap individu waktu jam biologis tergantung pada

pola hidup penuaan masing-masing individu Tiap individu memiliki jam biologis

yang telah diatur waktunya Berhentinya jam biologis menandakan proses

penuaan dan meninggal (Goldman dan Klatz 2003)

Ilmu Kedokteran Anti Penuaan melakukan upaya mencegah dan

memperbaiki kerusakan yang terjadiTerapi Gen diharapkan dapat memberikan

solusi dalam menghadapi takdir genetika terhadap beberapa penyakit keturunan

214 Teori Neuroendokrin

Teori yang menyangkut peranan berbagai hormon bagi fungsi organ tubuh

diperkenalkan oleh Vladimir DilmanPhD

Hormon mengatur dan memperbaiki fungsi tubuh Pada usia muda

berbagai hormone masih berfungsi baik dalam mengendalikan berbagai fungsi

organ tubuh Ketika manusia menjadi tua produksi hormon menurun fungsi

tubuh menjadi terganggu Contoh Growth Hormone yang membantu

pembentukan massa otot testosteron dan hormone tiroid akan menurun tajam

pada usia tua Ditandai dengan rasio lemak dan otot yang meningkat Terapi sulih

hormone dapat membantu masalah tersebut dan mengembalikan fungsi hormone

tubuh sehingga memperlambat proses penuaan

12

22 Radikal Bebas

221 Definisi Radikal Bebas

Radikal bebas adalah molekul (kumpulan atom) yang memiliki elektron

yang tidak berpasangan Oksidan adalah senyawa penerima elektron yaitu

senyawa yang dapat menarik elektron Kedua jenis senyawa ini memiliki aktifitas

yang sama dan memberikan akibat yang hampir sama tetapi dengan proses yang

berbeda (Winarsi 2007) Radikal Bebas digolongkan dalam oksidan namun tidak

setiap oksidan adalah radikal bebas (Suryohudoyo 2000)

Sumber oksidan berasal dari

Tubuh sendiri yaitu berasal dari proses fisiologis namun oleh suatu sebab

jumlahnya menjadi banyak

Proses peradangan

Luar tubuh seperti polutan obat-obatan

Radikal bebas lebih berbahaya dibanding senyawa oksidan non radikal

222 Tahapan Terbentuknya Radikal Bebas dan Sifatnya

Tahapan terbentuknya radikal bebas terjadi melalui sederetan mekanisme

reaksi

1 Tahap Inisiasi yaitu tahap yang menyebabkan terbentuknya radikal bebas

Cu

RH + O2 R + H2O

2 Tahap Propagasi yaitu tahap dimana radikal bebas cenderung bertambah

banyak dengan membuat reaksi rantai dengan molekul lipid lain

13

R + O2 RO2

RO2 + RH R + ROOH

3 Tahap Terminasi yaitu apabila terjadi reaksi antara radikal bebas dengan

radikal bebas lain atau antara radikal bebas dengan suatu senyawa pembasmi

radikal bebas (scavenger)

R1 + R2 R 1 R 2

Reduksi oksigen memerlukan pengalihan empat electron (electrotransfer)

Pengalihan ini tidak dapat sekaligus tetapi dalam empat tahapan yang setiap

tahapan hanya melibatkan pengalihan satu elektron Kendala yang mengharuskan

oksigen hanya dapat menerima satu elektron setiap tahap menyebabkan

terjadinya dua hal yaitu kurang reaktifnya oksigen dan terbentuknya senyawa-

senyawa oksigen reaktif seperti O2 (radikal superoksida) H2O2 (hydrogen

peroksida) OOH (radikal peroksil) dan OH (radikal hidroksil)

Radikal Bebas memiliki 2 sifat yaitu

1 Reaktifitas tinggi karena cenderung menarik elektron

2 Mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal

Elektron dari Radikal Bebas berikatan dengan senyawa yang berikatan

kovalen seperti lipid protein dan DNA akan sangat berbahaya karena ikatan

digunakan bersama-sama pada orbit luarnya Dibanding senyawa oksigen reaktif

radikal hidroksil merupakan senyawa yang paling berbahaya karena reaktifitasnya

yang sangat tinggi

Radikal hidroksil dapat merusak 3 jenis senyawa penting yang berfungsi

untuk mempetahankan integritas sel yaitu

14

1 Asam lemak tak jenuh yang merupakan komponen penting fosfolipid

penyusun membran

2 DNA pembawa genetik sel

3 Protein memegang berbagai peran penting seperti enzim reseptor antibodi

sitoskeleton

Dari ketiga senyawa tersebut yang paling rentan adalah senyawa asam

lemak tak jenuh ganda pada membran sel yang mengakibatkan rapuhnya dinding

sel Senyawa oksigen reaktif ini juga merusak dinding bagian dalam pembuluh

darah sehingga mengakibatkan pengendapan koleserol dan menyebabkan

aterosklerosis Apabila senyawa oksigen reaktif ini merusak basa DNA akan

terjadi kekacauan sistem info genetika berlanjut pada pembentukan sel kanker

Jaringan lipid yang rusak memicu munculnya penyakit degeneratif

Fosfolipid glikolipid dan kolesterol merupakan komponen terpenting

membran sel Komponen fosfolipid dan glikolipid mengandung asam lemak tak

jenuh (asam linoleat linolenat arakidonat) sangat rawan terhadap serangan

radikal hidroksil yang dapat menimbulkan reaksi rantai yang dikenal sebagai

Lipid peroxidation

Peroksidase lipid

LH + OH --- H + H2O

Asam lemak Radikal Bebas

L + O2 -- LOO

Radikal peroksilipid

LOO + LH --- L + L OOH dan seterusnya

15

Hasil akhir dari proses ini adalah terputusnya rantai asam lemak menjadi

berbagai senyawa yang bersifat toksik terhadap sel antara lain berbagai macam

aldehid seperti Malondealdehyde (MDA)

223 Peranan Radikal Bebas dalam proses penuaan

Pada usia muda keseimbangan antara radikal bebas dan pertahanan

antioksidan berfungsi dengan baik seiring dengan pertambahan usia

keseimbangan terganggu karena cadangan antioksidan berkurang dan radikal

bebas berlebih (Saxena dan Lan 2006)

Akibat ketidakseimbangan ini terjadi kerusakan oksidatif (Arief 2010)

Kerusakan ini disebabkan oleh radikal bebas dan merusak 3 komponen utama

yang mempertahankan integritas sel seperti fosfolipid (penyusun membrane sel)

DNA (perangkat genetik) protein (enzim reseptor antibodi) (Fouad 2007)

Ketidakseimbangan antara antioksidan dan senyawa oksigen reaktif

menghasilkan stress oksidatif penyebab kanker penuaan aterosklerosis cedera

iskemik peradangan dan penyakit degeneratif (Parkinson Alzheimer)

(Pangkahila 2007)

23 Stress Oksidatif

231 Keadaan yang menyebabkan stress oksidatif

Pada saat jumlah antioksidan tubuh kurang dari yang diperlukan untuk

meredam efek buruk dari radikal bebas keadaan ini disebut Stress oksidatif Bila

terjadi dalam waktu yang lama akan terjadi penumpukan hasil kerusakan

16

oksidatif di dalam sel dan jaringan yang mengakibatkan hilangnya fungsi sel

jaringan dan akhirnya mati Hal ini merupakan penyebab utama proses penuaan

(Bagiada 2001)

Keadaan yang menyebabkan Stress Oksidatif ini salah satunya adalah

pelatihan fisik berat atau berlebih (Hersh 2004) Stress oksidatif dapat

dikendalikan antara lain dengan membiasakan untuk menerapkan pola hidup sehat

dan mengkonsumsi antioksidan diharapkan akan memacu kerja antioksidan

dalam tubuh

MDA merupakan hasil dari proses peroksidasi lipid meningkatnya MDA

menunjukkan adanya suatu kondisi Stress Oksidatif menurunnya MDA

menunjukkan adanya perbaikan dari kondisi Stress tersebut sehingga MDA dapat

dipakai sebagai biomarker Stress oksidatif

24 Pelatihan Fisik

241 Olahraga

Pelatihan fisik atau olahraga merupakan satu kegiatan yang penting bagi

kehidupan manusia Olahraga merupakan alternatif kegiatan yang dapat

meningkatkan derajat kebugaran fisik seseorang apabila dilakukan dengan dosis

takaran yang benar Menurut Sharkey olahraga dapat meningkatkan pengeluaran

energi dan tingkat pengeluaran tersebut berkaitan dengan intensitas dan durasi

aktifitas yang dilakukan (Sharkey 2003) Latihan fisik atau olahraga yang

memperhatikan frekuensi intensitas tipe dan waktu mendukung dalam

mendapatkan hasil yang maksimal dan menurunkan resiko cedera Latihan fisik

17

yang benar memberikan dampak perbaikan pada sistem fungsional paru dan

jantung sehingga terjadi hipertropi otot jantung penurunan detak jantung

istirahat peningkatan stroke volume peningkatan volume darah dan hemoglobin

menambah jumlah pembuluh darah kapiler serta berfungsi dalam proses

pembakaran energi (Fox 1998) Frekuensi latihan yang dianjurkan adalah 3-4x

seminggu dengan intensitas 72-87 dari denyut jantung maksimal (220-umur)

dengan variasi 10 denyut per menitTipe latihan yang dianjurkan adalah

pemanasan 15 menit kombinasi latihan aerobik dan latihan otot dalam waktu 30-

60 menit diakhiri pendinginan 10 menit (Pangkahila 2009)

Sumber energi yang dibutuhkan untuk pelatihan fisik aerobik yang

dominan didapat dari pembakaran simpanan karbohidrat lemak dan sebagian

kecil (5) dari pemecahan simpanan protein yang terdapat di dalam tubuh untuk

menghasilkan ATP (adenosine triphospate) ATP yang terdapat dalam jaringan

otot terbatas kebutuhan ATP dipertahankan oleh creatinin phosphate (CP) dan

glikogen yang tersimpan dalam otot (Hernawati 2009) Terdapat 3 jalur untuk

memberikan ATP tambahan sesuai yang dibutuhkan selama kontraksi otot

meliputi 1 Pemindahan fosfat berenergi tinggi dari kreatinin fosfat ke ADP 2)

Fosforilasi oksidatif (siklus asam sitrat dari sistem transportasi elektron) 3)

glikolisis (Sherwood 2001) Sedangkan pada aktifitas yang bersifat anaerobik

energi diperoleh dari hidrolisis phosphocreatine serta melalui glikolisis glukosa

secara anaerobik Proses ini dapat terjadi tanpa adanya oksigen (O2) Metabolisme

anaerobik ini menghasilkan asam laktat yang apabila terakumulasi dapat

menyebabkan rasa nyeri pada otot menimbulkan stress fisik Hal ini

18

menyebabkan latihan aerobik terasa lebih menyenangkan (Hernawati 2009)

Metabolisme aerobik jauh lebih efisien daripada anaerobik karena menghasilkan

38 molekul ATP per molekul glukosa versus hanya 2 molekul melalui jalur

anaerob

Pelatihan fisik atau olahraga yang teratur selain memberikan manfaat

perbaikan pada mental fisik dan fisiologis juga mempengaruhi hormon tubuh

kita antara lain (Sharkey2003)

1 Growth Hormone

Stimulasi sintesis protein (muscle tone development) dan kekuatan tulang

tendon ligament dan tulang rawan Penurunan penggunaan glukosa dan

peningkatan penggunaan lemak sebagai bahan bakar selama olahraga

Membantu mengurangi lemak tubuh dan mempertahankan glukosa darah pada

level normal sehingga membantu melakukan olahraga selama periode waktu

yang lebih lama Dilepaskannya Growth Hormone oleh kelenjar pituitari di

otak meningkat dengan meningkatnya waktu latihan aerobik

2 Endorphins

Opioid endogen dari kelenjar pituitary yang memblok rasa sakit menurunkan

nafsu makan membuat perasaan senang mengurangi tekanan dan kecemasan

Pada saat olahraga endorfin dalam darah meningkat sampai lima kali selama

aktifitas olahraga lebih dari 30 menit Endorfin membuat kita dapat melakukan

aktifitas latihan menjadi lebih tahan lama

19

3 Testosteron

Hormon yang penting untuk wanita dan pria dalam mempertahankan tonus

volume kekuatan otot meningkatkan angka rata metabolisme basal

menurunkan lemak tubuh dan merasa lebih percaya diri Diproduksi oleh

ovarium pada wanita dan testis pada laki-laki Testosteron pada wanita hanya

sepersepuluh kadar testosteron pada laki-laki Pada wanita testosteron

berperan pada pengaturan libido dan orgasme Produksi pada wanita menurun

saat menjelang menopause sedangkan pada pria pada usia memasuki usia 40

tahun Kadar testosteron darah mulai meningkat setelah 20 menit olahraga

baik pada wanita maupun pria dan tetap tinggi sampai 1-3 jam setelah

olahraga

4 Estrogen

Estrogen secara biologis aktif adalah 17 beta estradiol meningkatkan

pemecahan lemak dari lemak tubuh sehingga dapat digunakan sebagai sumber

tenaga meningkatkan rata-rata metabolisme basal meningkatkan mood

meningkatkan libido Hormon ini disekresi oleh ovarium meningkat saat

olahraga dan tetap meningkat sampai 1-4 jam setelah olahraga

5 Thyroxine (T4)

Hormon yang diproduksi oleh kelenjar tiroid meningkatkan metabolisme

hampir semua sel dalam tubuh Peningkatan metabolisme ini membantu kita

merasa lebih energik dan juga menyimpan kalori penting untuk penurunan

berat badan Kadar tiroksin dalam darah meningkat sekitar 30 selama

20

olahraga dan tetap meningkat sampai beberapa jam sesudahnya Olahraga

yang teratur juga meningkatkan level tiroksin saat istirahat

6 Epinephrine

Hormon yang diproduksi oleh medulla adrenal yang meningkatkan jumlah

darah yang dipompa oleh jantung dan mengarahkan aliran darah ke tempat

yang diharapkan Stimulasi pemecahan glikogen (karbohidrat yang disimpan)

dalam otot yang aktif dan hati untuk digunakan sebagai sumber tenaga

Menstimulasi pemecahan lemak (lemak yang disimpan dalam otot yang aktif)

dan digunakan sebagai sumber tenaga Sejumlah epinefrin yang dilepaskan

berhubungan dengan intensitas dan durasi latihan

7 Insulin adrenalin

Hormon yang penting dalam mengatur gula darah dan asam lemak (lemak)

dan asam amino (protein) dalam sel Sekresi insulin oleh pancreas meningkat

sehubungan dengan respon meningkatnya kadar gula darah dan protein yang

biasa terjadi setelah makan Semakin banyak gula sederhana yang dikonsumsi

semakin tinggi respon insulin Meningkatnya insulin menyebabkan produksi

lemak sehingga insulin sering disebut sebagai hormon lemak atau fat

hormone Pada orang dengan berat badan berlebih terjadi resistensi insulin

sehingga diperlukan insulin dalan jumlah yang lebih besar untuk didapatkan

efek yang sama sehingga didapatkan kadar insulin darah yang lebih tinggi dan

latihan aerobik setiap hari Kadar insulin darah mulai menurun 10 menit saat

olahraga dan terus menurun sekitar 70 menit olahraga Olahraga yang teratur

juga meningkatkan sensitivitas sel terhadap insulin dalam keadaan istirahat

21

8 Glucagon

Hormon yang diproduksi oleh pankreas tugasnya meningkatkan kadar gula

darah Saat gula darah rendah glukagon disekresi dan menyebabkan simpanan

karbohidrat di dalam hati dilepaskan ke aliran darah untuk meningkatkan

kadar gula mencapai kadar normal Glukagon juga menyebabkan

dipecahkannya lemak sehingga dapat digunakan sebagai bahan bakar atau

sumber tenaga Glukagon mulai disekresi pada 30 menit awal olahraga ketika

gula darah mulai menurun

242 Pelatihan Fisik Berlebih

Pelatihan fisik berlebih menimbulkan gangguan pada sistem endokrin

terjadi peningkatan kadar kortisol dan penurunan kadar testosteron (Maffetone

2007) peningkatan ACTH penurunan LH plasma

Sindrom pelatihan fisik berlebih dalam jangka panjang mengakibatkan

terjadinya inflamasi infeksi yang lebih lanjut dapat mempengaruhi kesehatan

secara umum Aktifitas berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena

terjadi peningkatan konsumsi O2 oleh aktifitas otot skeletal Meskipun oksigen

dibutuhkan oksigen juga bersifat toksik yang dapat memicu peningkatan ROS

Pada organ yang tidak mendapat oksigen dan nutrisi yang cukup akan

menimbulkan keadaan iskemik dan kerusakan mikrovaskular Keadaan ini disebut

sebagai Reperfusion Injury yang memicu terjadinya kerusakan jaringan dan

peningkatan Radikal Bebas

22

Pelatihan fisik berlebih meningkatkan terbentuknya Radikal Bebas

(Adiputra 2008) Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh untuk

melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam organ dan

pembuluh darah (Giriwijoyo 2004) Apabila berlebih menyebabkan kerusakan

sel dengan 3 cara (Kumar et al2005 Ebenhardt 2001)

1 Kerusakan DNA mengakibatkan mutasi DNA bahkan kematian sel

2 Peroksidasi lipid membrane sel dan sitosol menyebabkan terjadinya proses

reduksi asam lemak sehingga mengakibatkan kerusakan membran dan organel

sel

3 Modifikasi protein teroksidasi oleh karena cross linking protein

Bila radikal bebas bertemu dengan asam lemak tak jenuh ganda daalam

membrane sel terjadi reaksi peroksidasi lipid membran sel menyebabkan

peningkatan fluiditas membran gangguan integritas membran dan inaktivasi

ikatan membran dengan enzim dan reseptor Tahap akhir dibebaskan aldehyde

seperti malondealdehyde pentane etana conjugated diane yang bersifat merusak

tubuh (Murray et al2000)

Pelatihan fisik berlebih menyebabkan terjadinya peningkatan lekosit atau

lekositosis peningkatan isoprostan dalam urin protein carbonil (73) catalase

(96) glutation peroksidase serta glutation teroksidasi (25) Dapat

disimpulkan pelatihan fisik berlebih merangsang respon biomarker stres oksidatif

(Murray et al 2000) Proses penuaan mengakibatkan penurunan sistem imun

sehingga meningkatkan resiko infeksi Menurut teori aktifitas sedang dapat

menangkal efek proses penuaan yang diakibatkan penurunan sistem imun Studi

23

yang dilakukan Shepard dan Shek menunjukkan bahwa aktifitas sedang dapat

ditoleransi dengan baik oleh individu lanjut usia dan menunjukkan penurunan

stimulasi proliferasi limfosit

Gejala ndash gejala yang dirasakan apabila melakukan pelatihan fisik berlebih

(overtraining) (Maffetone 2007)

1 Sering mengalami kegagalan dalam melakukan latihan yang biasanya kita

lakukan Kondisi fisik menjadi semakin lemah dan semakin lambat terjadi

kemunduran

2 Kehilangan otot dan terjadi penimbunan lemak Latihan fisik berlebih

meyebabkan rasio testosteron kortisol yang seharusnya positif yang berarti

lebih banyak otot dan lebih sedikit lemak menjadi negatif yang berarti cortisol

lebih tinggi dibanding testosteron yang berarti terjadi peningkatan resistensi

insulin dan penimbunan lemak

3 Merasa lemas mudah tersinggung sulit tidur

4 Persendian tulang dan anggota tubuh terasa sakit

Terjadinya DOMS (delayed onset muscle soreness) menunjukkan teknik

latihan yang salah atau postur saat latihan yang tidak tepat DOMS merupakan

respon alami yang akan hilang dalam waktu sehari atau 2 hari tetapi apabila

nyeri berkepanjangan menunjukkan adanya overtraining

5 Sering tiba-tiba jatuh sakit

Latihan fisik berlebih menurunkan sistem imun tubuh kita sehingga menjadi

lebih mudah sakit

24

Latihan fisik berat jangka panjang berkaitan dengan cedera serat

ototKerusakan yang terjadi berhubungan dengan intensitas durasi dan tipe

latihan Ketika cell death terbentuk jaringan nekrotik dibuang oleh sel fagosit

sel satelit teraktivasi menuju ke area yang cedera menjadi myoblast dan

selanjutnya menjadi serat otot Enzim otot yang dilepaskan tidak sepenuhnya

merefleksikan kerusakan struktural yang diperkirakan oleh analisis histologis

Perubahan penanda biologis cedera otot (seperti aktifitas kreatin kinase (CK)

lactate dehydrogenase (LDH) atau konsentrasi malondialdehyde di plasma

(MDA)) sering diperiksa selama overtraining Serum aktivitas CK dan

konsentrasi MDA plasma dapat gagal meningkat saat overtraining perubahan

parameter biokimia hanya merefleksikan otot dengan beban berlebih Setelah

olahraga yang lama pro-inflammatory cytokines diproduksi lokal pada otot

skeletal

Tanda dan gejala fisik latihan fisik berlebih (overtraining)

- Denyut jantung atau nadi yang meningkat saat istirahat

- Tidak toleransi terhadap latihan

- Penampilan yang menurun

- Penurunan berat badan berkurangnya massa otot tidak nafsu makan

- Kelelahan chronic fatigue lethargy

- Nyeri dan kerusakan otot nyeri sendi

- Mudah terserang flu pembengkakan kelenjar getah bening di leher

selangkangan dan ketiak

- Konstipasi atau diare

25

- Gangguan haid gangguan makan gangguan tidur

- Sakit kepala gangguan pencernaan

- Pemulihan yang berlangsung lambat setelah latihan

- Sendi otot tendon terasa kaku dan sakit

Tanda dan gejala psikologis

- Lelah capek kekurangan tenaga

- Insomnia sakit kepala tidak mampu untuk beristirahat

- Depresi gelisah cemas apatis

- Menurunnya kepercayaan diri

- Menurunnya kemampuan untuk berkonsentrasi

- Mudah stress

Efek biokimia dari Latihan Fisik Berlebih

- Meningkatnya serum kortisol dan SHBG

- Menurunnya serum total dan free testosterone rasio testosteron kortisol

- Menurunnya glikogen otot

- Menurunnya serum hemoglobin besi dan ferritin

Faktor yang mempengaruhi terjadinya overtraining

- Jetlag

- Bekerja terlalu keras

- Menstruasi

- Nutrisi gaya hidup yang buruk

- Kurang istirahat

- Terlalu banyak mengkonsumsi alkohol

26

- Kurangnya kemampuan mengatasi stress

Penanganan overtraining atau Latihan Fisik berlebih

- Massage

Massage pada jaringan dalam dapat melepaskan otot yang tegang

mempertahankan keseimbangan sistem muskulo-skeletal Pemijatan atau

massage yang teratur dapat membantu mencegah cedera yang mungkin

terjadi karena overuse

- Menggunakan roller busa

Penggunaan roller busa memungkinkan kita dapat melakukan massage

atau pemijatan sendiri Kita dapat juga memakai yang berbentuk bola atau

bola tenis untuk membantu menghilangkan rasa sakit Pemijatan ini dapat

dilakukan di tungkai lutut hamstring bahu punggung atau otot atau sendi

manapun

- Terapi suhu kontras

Air pancuran hangat dan dingin bergantian menstimulasi tubuh untuk

pulih lebih cepat Otot membawa impuls yang terasa pada kulit bagian

dalam tubuh di mana terjadi stimulasi sistem imun memperbaiki sirkulasi

dan pencernaan mempengaruhi produksi hormon stress meningkatkan

aliran darah mengurangi sensitivitas nyeri

- Pengaturan makanan

Membantu proses pemulihan penting untuk mengkonsumsi makanan

tinggi karbohidrat protein dan lemak sehat seperti Omega 3 omega 6

omega 9 asam lemak esensial Karbohidrat memberikan sumber tenaga

27

pada tubuh dan otak asam lemak esensial membantu mengurangi depresi

memperbaiki pemulihan protein akan membangun kembali otot yang

mengalami overtraining

- Mengkonsumsi vitamin

Ketika terjadi overtraining suplementasi sangat menguntungkan Vitamin

dan suplementasi mineral sebaiknya dikonsumsi pagi hari bersama dengan

makanan untuk penyerapan yang lebih baik

Defisiensi Vitamin yang biasa terjadi

- Vitamin A (Beta-Caroten)

- Vitamin B kompleks vitamin B12

- Vitamin C D E K

- Asam Folat

Defisiensi Mineral yang biasa terjadi

- Calcium

- Chromium

- Copper Iodine Iron

- Magnesium Fosfor

- Potassium

- Sodium

- Sulfur

- Zinc

28

25 Antioksidan

Radikal Bebas merupakan senyawa reaktif yang secara alami diproduksi

oleh tubuh manusia Radikal Bebas memberikan efek positif atau efek negatif

Untuk membatasi efek negatif tersebut dibutuhkan kompleks proteksi ndash sistem

antioksidan Sistem ini terdiri dari enzim antioksidan (katalase glutation

peroksidase superoksid dismutase) dan antioksidan non enzimatik ( vitamin E-

tokoferol vitamin A- retinol vitamin C- asam askorbat) Keseimbangan antara

produksi radikal bebas dan pertahanan antioksidan menunjukkan tingkat stress

oksidatif yang mungkin terlibat dalam proses penuaan dan pada beberapa

patologi (misalnya kanker Parkinson) (Winarsi 2007)

Latihan fisik juga meningkatkan stress oksidatif dan menyebabkan

gangguan homeostasis Latihan memberikan efek positif dan efek negatif

tergantung dari beban latihan spesifikasi latihan dan tingkat basal latihan Stress

oksidatif terlibat dalam terjadinya muscular fatigue dan mengarah ke

overtraining

Definisi antioksidan menurut Cadenas adalah suatu senyawa yang apabila

terdapat dalam jumlah yang lebih banyak dibanding senyawa yang teroksidasi

secara signifikan dapat menunda atau mencegah proses oksidasi senyawa tersebut

(Cadenas 2002) Secara kimia antioksidan adalah senyawa pemberi electron

Secara biologis antioksidan adalah senyawa yang mampu menangkal dan

meredam dampak negative oksidan dalam tubuh Antioksidan mendonorkan satu

elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa oksidan tersebut dapat

dihambat (Winarsi 2007)

29

Penting sekali keseimbangan antara oksidan dan antioksidan karena

berfungsi menjaga integritas dan berfungsinya membrane lipid protein sel dan

asam nukleat Senyawa asam lemak tak jenuh penyusun membrane lipid sangat

sensitive terhadap perubahan keseimbangan antara oksidan dan antioksidan

Menurut mekanisme kerjanya antioksidan dikelompokkan atas 3 yaitu

1 Antioksidan primer SOD katalase glutation peroksidase (GSH-Px)

Bekerja pembentukan senyawa radikal bebas yang telah terbentuk menjadi

molekul yang kurang aktifSedangkan antioksidan primer yang dapat

ditambahkan dari luar seperti glutation asam lipoat SOD melatonin

2 Antioksidan sekunder vitamin E vitamin C beta karoten flavonoid asam

urat albumin (Soewoto 2001)

Merupakan antioksidan eksogenous atau non enzimatis (Winarsi 2007)

Bekerja dengan cara memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal bebas

atau dengan cara menangkapnya

3 Antioksidan tertier meliputi system enzim DNA-repair dan metionin

sulfoksida reduktase Berfungsi dalam perbaikan biomolekuler yang rusak

akibat reaktivitas radikal bebas

26 Glutation sebagai antioksidan

Glutation merupakan tripeptida yang terdiri dari asam amino glutamat

sistein dan glisin (Cadenas 2002)Ikatan glutamat ndash sistein merupakan ikatan

isopeptida antara grup γ-karboksil dari glutamat dan grup α amino dari

sisteinIkatan unik ini membuat gluation tahan terhadap degradasi oleh proteases

30

dan peptidases yang berfungsi pada peralihan proteinMerupakan suatu

antioksidan yang mencegah kerusakan komponen seluler oleh reactive oxygen

species seperti radikal bebas dan peroksidGlutation bukan nutrisi esensial karena

disintesa di dalam tubuh dari asam amino L-sistein L-glutamic acid dan glycine

Gambar 21 Struktur GSH dan GSSG

Glutation terdapat pada sebagian besar sel tubuh tetapi terbanyak terdapat

di dalam hati Grup thiol (SH) dari sistein berfungsi sebagai donor proton dan

bertanggungjawab untuk aktifitas biologis glutation Provisi asam amino ini

merupakan faktor yang terbatas dalam sintesis glutation oleh sel karena sistein

relatif jarang pada makanan Apabila dilepaskan sebagai asam amino bebas

sistein adalah toksik dan secara spontan dikatabolisasi di saluran pencernaan dan

plasma darah

Glutation disintesis dalam 2 tahap

1 Gamma-glutamylcysteine disintesa dari L-glutamate dan sistein melalui enzim

gamma-glutamylcysteine sintetase (glutamate cysteine ligase GCL)

31

2 Glisin ditambahkan pada C-terminal dari gamma-glutamylcysteine melalui

enzim glutation sintetase

261 Fungsi Glutation

Glutation terdapat dalam bentuk tereduksi (GSH) dan teroksidasi (GSSG)

Grup thiol dari sistein mampu memberikan donor elektron ke molekul lain yang

tidak stabil seperti Reactive Oxygen Species (ROS) Pada saat mendonorkan

elektronnya glutation menjadi reaktif dan segera bereaksi dengan glutation reaktif

lainnya membentuk glutation disulfide (GSSG)Reaksi mungkin terjadi apabila

terdapat konsentrasi yang cukup tinggi di sel (sampai 5mm di hati) GSH dapat

terbentuk kembali dari GSSG oleh enzim glutation reduktase Pada sel atau

jaringan yang sehat terdapat lebih 90 dari total simpanan glutation terdapat

dalam bentuk tereduksi (GSH) dan kurang dari 10 dalam bentuk disulfide

(GSSG)

GSH ---- GSSG

Eliminasi ROS Menjaga protein thiols Antioxidant

dalam bentuk reduksi pools

Gambar 22 GSH Redox (Cadenas 2002)

GSH Redox merupakan indikator sentral keseimbangan antara stress

oksidatif dan system antioksidan GSH Redox berkaitan dengan detoksifikasi

Reactive Oxygen Species (ROS) berfungsi dalam mempertahankan tersedianya

antioksidan mempertahankan protein thiol dalam bentuk reduksi Rasio

32

GSHGSSG sering dipakai untuk mengekspresikan keseimbangan redox ini

Peningkatan rasio GSH-GSSG merupakan indikasi adanya Stress Oksidatif

(Goldman 2003)

Glutation mempunyai beberapa fungsi (Winarsih 2007)

- Sebagai antioksidan endogen mayor yang diproduksi oleh sel berpartisipasi

langsung pada netralisasi radikal bebas dan senyawa oksigen reaktif

mempertahankan antioksidan eksogen seperti vitamin C dan E pada bentuk

tereduksi (aktif)

- Pengaturan siklus nitric oxide yang sangat penting untuk kehidupan tetapi

dapat menjadi masalah apabila tidak teregulasi Digunakan untuk reaksi

metabolism dan biokimia seperti sintesis dan perbaikan DNA sintesis protein

sintesis prostaglandin transport asam amino dan aktivasi enzim Tiap sistem

di dalam tubuh kita dapat dipengaruhi oleh sistem glutation khususnya sistem

imun sistem saraf sistem gastrointestinal dan paru

Gambar 23 Detoksifikasi Lipid Hydroxyperoxides di usus halus

33

GSH yang ditransportasikan kedalam lumen digunakan untuk detoksifikasi

peroksid yang terbentuk dari makanan oleh glutation peroksidase (GSH Px)

Proses ini membutuhkan peroksid dan glutation yang tersedia di sel epitel GSSG

yang terbentuk direduksi kembali menjadi GSH oleh GSSG reduktase (GSSG

Rx) menggunakan NADPH sebagai reduktan

262 Suplementasi Glutation

Meningkatkan level GSH melalui suplementasi glutation langsung sulit

Penelitian terakhir menyatakan bahwa secara oral tidak diabsorpsi baik melalui

saluran pencernaan Studi mengenai konsumsi oral akut glutation dengan dosis

sangat besar 3 gram Witschi dan tim menemukan lsquoadalah tidak mungkin

meningkatkan glutation yang bermanfaat secara klinis dengan dosis tunggal 3

gram glutationrsquo

Glutation terdapat pada makanan sehari-hari sampai 150mghari dapat

diabsorpsi melalui intak di usus halus Individu sehat dengan asupan sulfur asam

amino (1-2 gramhari) jumlah GSH mungkin tidak cukup untuk mendapatkan

efek penting secara sistemik Individu dengan asupan sulfur asam amino yang

terbatas suplementasi GSH diperlukan untuk mempertahankan suplai GSH

sistemik dengan memperbaiki keseimbangan sulfur asam amino (Cadenas 2002)

Glutation hanya diabsorpsi di sel epitel oral dan traktus gastrointestinal

dan memberikan keuntungan kesehatan spesifik pada jaringan tersebut(Cadenas

2002)

34

SUPLAI HILANG

Makanan suplemen Degradasi

GSH

Empedu LUMINAL Uptake

Epitel Reaksi Detoksifikasi

Gambar 24 Supply dan Removal Glutation dalam lumen usus halus (Cadenas 2002) Glutation (GSH) disuplai ke dalam lumen intestinal melalui konsumsi oral

empedu dan sekresi epitel intestinal Jumlah yang disuplai dari empedu cukup

untuk mempertahankan jumlah 200microM pada tikus tetapi tidak cukup pada

manusia yang mengalami degradasi di duktus kantung empedu Jumlah yang

dikonsumsi melalui makanan bervariasi dan secara umum kurang dari 200 microM

Jumlah yang diberikan melalui epitel hanya sekitar 10 atau kurang

dibandingkan dengan yang disediakan oleh empedu Hilangnya Glutation karena

degradasi oleh γ-glutamyltranspeptidase dan dipeptidases pada permukaan sel

epitel ditransportasikan ke dalam sel oleh mekanisme sodium-dependent dan

sodium-independent konjugasi dengan elektrofil reaktif dikatalisasi oleh

glutathione-S transferase mucus (Cadenas 2002)

Vitamin D meningkatkan level glutation di otak dan tampaknya sebagai

katalis untuk produksi glutation Sejumlah vitamin D aktif di otak berikatan

dengan seberapa besar vitamin D3 baik melalui suplemen atau dibentuk di kulit

melalui paparan matahariHal ini menyatakan bahwa mengkonsumsi vitamin D

35

dan atau mendapat cukup paparan matahari meningkatkan produksi glutation

(Sellman 2009)

Konsentrasi glutation di plasma dan hati dapat ditingkatkan dengan

mengkonsumsi suplemen tertentu yang disebut GSH precursors N-asetilsistein

atau NAC glutation precursor yang paling memungkinkan Suplemen lain S-

adenosilmetionin (SAMe) dan whey protein juga dapat meningkatkan glutation

dalam sel (Sellman 2009)

NAC tersedia dalam bentuk obat dan sebagai suplemen generik Alpha

lipoic acid juga dapat mempertahankan glutation intraselular Melatonin dapat

menstimulasi enzim yang berkaitan glutation peroksidase dan silimarin ekstrak

dari biji tanaman milk thistle (Silybum marianum) juga mempunyai kemampuan

memperbarui level glutation

Glutation diatur dengan ketat di intraseluler dan dibatasi produksinya oleh

feedback negative inhibisi sintesisnya sendiri melalui enzim gamma-

glutamilsistein sintetase sehingga meminimalisir kemungkinan terjadinya

overdosis Penambahan glutation menggunakan precursor atau glutation intravena

adalah strategi untuk mengatasi defisiensi glutation stress oksidatif tinggi

defisiensi imun

Glutation yang rendah menunjukkan adanya pembuangan dan

keseimbangan negatif nitrogen seperti pada kanker AIDS sepsis trauma

terbakar dan bahkan atlet overtraining Suplementasi glutation dapat

memperbaiki proses ini dan contohnya pada AIDS memberi hasil adanya

perbaikan survival rates Bagimanapun studi mengenai kondisi ini belum dapat

36

membedakan glutation rendah sebagai akibat secara akut (pada pasien sepsis) atau

secara kronis (HIV) meningkatkan stress oksidatif dan peningkatan patologi

sebagai akibat defisiensi yang sudah ada sebelumnya

Skizofrenia dan gangguan bipolar berhubungan dengan glutation yang

rendah Stress oksidatif mungkin salah satu faktor dasar patofisiologi gangguan

bipolar gangguan depresif mayor dan skizofrenia Glutation (GSH) adalah

pemakan radikal bebas mayor di otakTidak adanya GSH meningkatkan

kerentanan sel terhadap stress oksidatif ditandai asetilsistein dapat mengurangi

gejala kedua gangguan tersebut

Glutation merubah level stress oksidatif pada sel yang diisolasi di

laboratorium sehingga dapat mengurangi perkembangan kanker Tes ini tidak

dilakukan pada manusia

Glutamat yang berlebihan di sinaps yang dapat dilepaskan pada kondisi

seperti cedera otak dapat menghambat pengambilan sistein senyawa pembentuk

glutation yang pentingTanpa proteksi dari cedera oksidatif oleh glutation sel-sel

dapat rusak atau mati (Sellman 2009)

Glutation juga mempunyai fungsi lain sebagai berikut (Sellman 2009)

Mencerahkan kulit

Mencegah menghilangkan jerawat dan bekas jerawat

Menghilangkan noda hitam

Anti aging dan anti kerut

Memberi nutrisi kulit

Membantu pemulihan luka

37

Membuat kulit menjadi halus segar dan bersinar

Kondisi kesehatan yang berhubungan dengan defisiensi glutation

Peningkatan proses penuaan

Kesulitan dalam keseimbangan

Gangguan mental

Masalah koordinasi

Gangguan sistem saraf

Akhir-akhir ini dipercaya sebagai penyebab lesi otak

Kanker HIV Katarak Diabetes Mellitus

Jumlah sperma yang rendah

263 Glutation Precursor (Sellman 2009)

Glutation Precursor disebut juga sebagai building-block dari glutation

yaitu N-asetilsistein atau NAC dan whey protein tidak terdenaturasi

Nasetilsistein adalah obat farmasi yang biasa digunakan bertahun-tahun untuk

mengobati overdose asetaminofen Hal ini sangat efektif ketika diberikan dalam

dosis besar di ruang darurat ketika seseorang akan mengalami gagal hati karena

overdosis asetaminofen komposisi aktif dari Tylenol

Efek sampingnya adalah bercak-bercak kemerahan bersin mual

anafilaksis reaksi alergi yang berupa kesulitan bernafas karena bronkospasme

tekanan darah menurun angioedema muntah kram diare Walaupun jarang

kematian pernah dilaporkan karena N-asetilsistein Beberapa orang mendapatkan

rasa dan bau yang tidak dapat diterima karena kandungan sulfur di dalamnya

38

Pengggunaan teratur untuk menaikkan kadar glutation tidak direkomendasikan

untuk anak-anak dan bayi Masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk

menentukan keamanan N-asetilsistein untuk penggunaan jangka panjang

Whey protein tidak terdenaturasi merupakan nutraceutical atau medicinal

foodSenyawa ini memberikan ikatan sistein ke sel-sel di mana glutation dapat

terbentuk di tempat tersebut

Beberapa kondisi yang tidak dapat mengkonsumsi whey protein

- Pasien dengan alergi protein susu

- Pasien dengan diet rendah protein

- Pasien yang sedang menjalani terapi imunosupresif

Efek sampingnya adalah kembung perut kram urtikaria Efek samping

karena overdosis tidak terjadi karena sel hanya membuat sebatas yang dibutuhkan

apabila berlebih kelebihan disimpan di hati dan ginjal sampai suatu saat kalau

dibutuhkan

264 Sumber Glutation dari makanan

Sumber glutation dari makanan yang disarankan adalah asparagus bayam

brokoli bawang putih kale bawang watercress kol Brussel sprout beberapa

bumbu seperti kunyit kayu manis semangka alpukat anggur peach jeruk

walnut granola daging kalkun dan daging ayam keju cottage dan yoghurt

39

Tabel 21 Makanan yang mengandung Glutation (Cadenas2002)

GSH Food Group mg100 g mgsaji Buah segar Apel 33 46 Pisang 41 48 Anggur 79 146 Jeruk 73 106 Semangka 66 283 Sayuran segar Asparagus dimasak 283 263 Alpukat 277 313 Brokoli dimasak 91 78 Wortel mentah 79 59 Tomat 90 109 Daging Hamburger 175 149 Ham rebus 233 13 Ayam digoreng 131 134 Sereal biji-bijian Cornflakes 00 00 Roti whole wheat 12 06 Roti putih 00 00 Nasi putih enriched dimasak 16 21 Produk Susu Susu whole 00 00 Keju Amerika 00 00 Yoghurt plain lowfat 00 00 Es krim 10 lemak 00 00

40

BAB III

KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

31 Kerangka Berpikir

Faktor penyebab penuaan antara lain faktor internal dan faktoreksternal

Faktor internal meliputi radikal bebas glikosilasi metilasi hormon yang

berkurang apoptosis system kekebalan tubuh yang menurun genetik Faktor

eksternal meliputi gaya hidup tidak sehat polusi lingkungan stress kemiskinan

kebiasaan yang salah olahraga berlebihan (overtraining) Berbagai faktor di atas

menyebabkan terjadinya penurunan fungsi tubuh dan terjadilah penuaan

Kerangka konsep penelitian berdasarkan teori bahwa salah satu penyebab

penuaan adalah radikal bebas Bila jumlah radikal bebas melebihi jumlah

antioksidan di dalam tubuh terjadilah stress oksidatif Radikal bebas dapat

merusak membran sel protein DNA dan berakibat fatal bagi kelangsungan hidup

sel jaringan Stress oksidatif yang berlangsung lama akan mengakibatkan

terjadinya penumpukan hasil kerusakan oksidatif di dalam sel dan jaringan

selanjutnya sel dan jaringan tersebut akan kehilangan fungsinya dan akhirnya

mati

Olahraga berlebih meningkatkan stress oksidatif karena terdapat

peningkatan konsumsi O2 oleh aktivitas otot skeletal Oksigen juga dapat bersifat

toksik yang dapat memicu peningkatan Reactive Oxygen Species (ROS)Organ

yang tidak mendapat cukup oksigen dan nutrisi menjadi iskemik dan terjadi

kerusakan mikrovaskular (Reperfusion Injury) memicu peningkatan radikal

40

41

bebas Dengan pemberian antioksidan Glutation yang merupakan antioksidan

master diharapkan dapat mencegah kerusakan lebih lanjut yang diakibatkan oleh

radikal bebas dengan cara melindungi sel dari Reactive Oxygen Species (ROS)

dan dapat dilihat melalui parameter MDA yang mengalami penurunan

32 Konsep Penelitian

Konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Gambar 31 Konsep Kadar MDA pada tikus yang diberikan Pelatihan Fisik Berlebih+ Placebo dan Pelatihan Fisik Berlebih + Glutation

FAKTOR INTERNAL

- Jenis Kelamin

- Usia

- Genetik

- Hormon

- Psikologis

FAKTOR EKSTERNAL

- Makanan

- Cuaca iklim

- Penyakit

- Exercise

GLUTATION

TIKUS

KADAR MDA

42

33 Hipotesis

Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan kadar MDA

tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

43

BAB IV

METODE PENELITIAN

41 Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksterimental dengan rancangan

randomized pre test-post test control group design (Poccock et al 2008)

Subyek terdiri dari 2 kelompok yaitu

1 Kelompok 1 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+ Placebo

2 Kelompok 2 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation

Semua kelompok sebelum perlakuan diberikan pre test (O1 O3) dan

dihitung rerata untuk masing-masing kelompok

Setelah perlakuan semua kelompok diberikan post test (O2 O4) dan

dihitung rerata untuk masing-masing kelompok

Kemudian dihitung perbedaan rerata antara pre test dan post test dari

masing-masing kelompok lalu hasil perbedaan tersebut dibandingkan secara

statistik

Gambar 41 Rancangan Penelitian

P S

43

R R

O1 P1 O2

O3 P2 O4

44

Keterangan

P = populasi

S = sampel

R = random

O1 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah mendapatkan

pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan placebo (pre test)

O2 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah diberikan pelatihan

fisik berlebih setelah diberikan placebo (post test)

O3 = observasi data MDA kelompok perlakuan setelah diberikan

pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan Glutation (pre test)

O4 = observasi data MDA kelompok perlakuan diberikan pelatihan fisik

berlebih setelah diberikan Glutation (post test)

P1 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih+ placebo

P2 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation

42 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran

Universitas Udayana pada bulan Januari ndash Maret 2012 Pemeriksaan MDA darah

tikus dikerjakan di bagian Program Antar Unit Universitas Gajah Mada

Jogyakarta

45

43 Populasi dan Sampel

431 Populasi

Subyek penelitian adalah tikus jantan dewasa galur Wistar yang berusia 2-

25 bulan dan dalam kondisi fisik sehat

432 Kriteria Sampel

4321 Kriteria Inklusi

Kriteria Inklusi yang ditetapkan sebagai sampel adalah sebagai berikut

a Tikus jantan dewasa galur Wistar

b Umur 2-25 bulan

c Berat badan plusmn200 gram

d Sehat

e MDA ge 5mmollt

4322 Kriteria Drop Out

Adalah sampel yang mati pada waktu penelitian

433 Besar Sampel

Besar sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini dihitung berdasarkan

rumus Poccock (2008)

Angka μ1 (5) dan μ2 (12) didapatkan dari penelitian sebelumnya (Ji 1998)

n=

46

= asymp 7

Keterangan

n = jumlah sampel

σ = standar deviasi kelompok perlakuan dengan pemberian

glutation (15)

f ( ) = besarnya didapat dari tabel (Poccock 2008)

μ1 = rerata hasil MDA pada kelompok perlakuan sesudah

pemberian glutatioacuten (5)

μ2 = rerata hasil MDA pada kelompok pre test (12)

Jadi jumlah sampel (n) = 675 dan ditambah 3 ekor tikus untuk masing-

masing kelompok sebagai cadangan Jadi total 20 ekor tikus dengan 10

ekor tikus untuk masing-masing kelompok

434 Teknik Pengambilan Sampel

Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat

sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi diambil secara acak

sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi

2 kelompok yaitu kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+placebo kelompok

dengan pelatihan fisik berlebih + glutation

47

44 Variabel Penelitian

441 Klasifikasi Variabel

Variabel penelitian dibedakan menjadi

1 Variabel Bebas dosis pemberian glutation

2 Variabel Tergantung kadar MDA

3 Variabel Terkendali varian tikus jantan (galur wistar) jenis

kelamin umur berat badan lingkungan

(pencahayaan suhu kelembaban nutrisi

kandang)

Gambar 42 Bagan Hubungan Antar Variabel

VARIABEL BEBAS

- Pelatihan fisik berlebih

- Glutation 37mg kgBBhari

VARIABEL TERGANTUNG

KADAR MDA

VARIABEL TERKENDALI

Varian tikus

Jenis kelamin umur berat badan

Pencahayaan suhu kelembaban nutrisi kandang

Makanan minuman

48

442 Definisi Operasional Variabel

1 Pelatihan fisik berlebih pada tikus adalah pelatihan yang berlebihan

yang diukur berdasarkan kemampuan maksimal berenang tikus pada

ember berdiameter 35 cm dengan kedalaman air 20 cm yang

dilakukan 60 menithari selama 35 hari pada waktu yang sama pada

suhu 32 derajat (Binekada 2002 dan Pepe2011)

2 Glutation yang diberikan adalah Glutation Teofarma injeksi sediaan

600mg 4 ml Dosis pemberian Glutation adalah pemberian sediaan

antioksidan Glutation dalam bentuk suntikan intraperitoneal yang

diberikan 1x sehari dan diberikan 6 jam sebelum pelatihan fisik

berlebih Dosis pemberian Glutation mengacu pada penelitian yang

dilakukan sebelumnya oleh Ji L L yaitu 37mgkgBBhari yang

dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril secara intraperitonial

3 MDA merupakan salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada

membran sel dan merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan

oleh radikal bebas Pengukuran kadar MDA menggunakan metode

Thiobarbituraic Acid Reactive Substances (TBARS) Pembacaan hasil

dengan menggunakan spektrofotometer Satuan MDA dalam mmoll

4 Cahaya suhu dan kelembaban merupakan kondisi lingkungan yang

dialami tikus jantan dewasa Pada penelitian ini kondisi lingkungan

selama percobaan dibuat sama

5 Berat badan tikus adalah berat badan yang ditimbang dengan

timbangan gram

49

6 Umur tikus adalah umur yang ditentukan dengan melihat tanggal

kelahiran yang dicatat pada kandang percobaan

7 Kondisi peneliti yang meliputi kesehatan fisik dan psikis peneliti

Penelitian dilaksanakan saat kondisi peneliti dalam keadaan baik

sehingga pengaruhnya terhadap hasil penelitian dapat diabaikan

45 Bahan dan Alat Penelitian

451 Bahan Penelitian

Glutation injeksi

Tikus jantan

Makanan tikus berupa pellet dan air minum dari air ledeng

Aquades steril

EDTA (Ethylenediamine tetraacetic acid)

Reagensia untuk pengukuran kadar MDA

452 Alat Penelitian

Alat yang dipakai dalam pengambilan data penelitian ini adalah

- Kandang tikus terbuat dari besi yang di dalamnya terdapat sekam dan

botol minuman

- Ember berdiameter 35 cm dan kedalaman air 20 cm

- Stopwatch

- Timbangan

- Spuit injeksi 1 ml

50

- Sarung tangan

- Kapas dan alkohol 70

- Tabung Evendorf

- Mikropipet

- Pipet kapiler

- Sentrifugasi

46 Prosedur Penelitian

1 Tikus jantan dewasa (Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan

berat badan plusmn200gram dilakukan aklimatisasi selama 2 minggu di

tempat penelitian untuk penyesuaian dengan lingkungan

2 Semua sampel tikus diberi perlakuan yang sama yaitu diberikan

pelatihan fisik berlebih dengan cara berenang sampai kelelahan pada

hari ke 7 kedua kelompok tersebut dilakukan pemeriksaan MDA

3 Mulai hari ke 8 ndash 35 sampel tikus yang berjumlah 20 ekor dibagi atas 2

kelompok di mana kelompok 1(kontrol) diberikan pelatihan fisik

berlebih + injeksi aquabidest intraperitoneal enam jam sebelum

perlakuan aktifitas berlebih kelompok ke 2 (perlakuan) diberikan

pelatihan fisik berlebih + injeksi intraperitoneal glutation 37

mgkgBBhari yang sudah dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril

4 Pada hari ke 35 dilakukan pemeriksaan kadar MDA pada masing-

masing tikus setelah bulu tikus kering

51

5 Selama penelitian hewan coba diberikan makanan dan minuman secara

teratur kebersihan dan kenyamanan kandang dijaga

461 Alur Penelitian

TIKUS ADAPTASI 2 MINGGU

PELATIHAN FISIK BERLEBIH 1 MINGGU

MDA

KELOMPOK 1 KELOMPOK 2

PELATIHAN FISIK BERLEBIH PELATIHAN FISIK BERLEBIH

+ AQUABIDEST (28 hari) +GLUTATION 37mgkgBBhari

28 HARI 28 HARI

MDA

Gambar 43 Bagan Alur Penelitian

462 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium

Pemantauan keselamatan tikus jantan (galur Wistar) di laboratorium

(Smith et al1988 Ngatidjan 2006) adalah sebagai berikut

1 Kandang tikus jantan harus cukup kuat tidak mudah rusak teratur dibersihkan

(1x seminggu) mudah dipasang kembali hewan tidak mudah lepas tahan

52

gigitan hewan kelihatan jelas dari luar Alas tempat tidur terbuat dari serbuk

gergaji atau sekam padi agar mudah menyerap air

2 Luas lantai yang memadai untuk tikus jantan dengan berat badan plusmn200 gram

adalah 60cm persegi dan tinggi 20 cm

3 Diciptakan suasana lingkungan yang stabil dan sesuai keperluan fisiologi tikus

jantan di mana kelembaban suhu pertukaran udara yang ekstrim harus

dihindari

4 Hewan coba hendaknya diperlakukan dengan kasih sayang

47 Pengolahan dan Analisis Data

Analisis data yang digunakan adalah

1 Analisis Deskriptif

2 Uji normalitas data dilakukan dengan tes Shapiro-Wilk Distribusi data

normal dengan nilai pgt005

3 Uji homogenitas dilakukan dengan Lavenersquos Test Data dinyatakan

homogen dengan nilai pgt005

4 Karena data berdistribusi normal dan homogen maka untuk uji

komparabilitas dipakai

- Uji t independent untuk membandingkan rerata kadar MDA antar

kelompok

- Uji Paired T- Test untuk membandingkan rerata kadar MDA pre

dan post masing-masing kelompok

- Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau

dinyatakan berbeda bila plt005

53

BAB V

HASIL PENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 20 ekor tikus jantan dewasa

(Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan berat badan plusmn200 gram sebagai

sampelyang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah 10 ekor

yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dankelompok

perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) Dalam penyajian hasil ini diuraikan

uji normalitas data uji homogenitas data uji komparabilitas dan uji efek

perlakuan

51 Uji Normalitas Data

Data Kadar MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan

pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji

Shapiro-Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005)

disajikan pada Tabel 51

53

54

Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing Kelompok Sebelum

dan Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Perlakuan n p Keterangan

Kadar MDA kontrol pre

Kadar MDA perlakuan pre

Kadar MDA kontrol post

Kadar MDA perlakuan post

10

10

10

10

0965

0550

0975

0697

Normal

Normal

Normal

Normal

52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok

Data Kadar MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun

sesudah perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test

Hasilnya menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52

Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA Sebelum dan

Sesudah Perlakuan

Variabel F p Keterangan

Kadar MDA pre

Kadar MDA post

0016

0592

0901

0452

Homogen

Homogen

53 Kadar MDA

531 Uji komparabilitas

Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata kadar MDA

antar kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan

55

glutation Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada

Tabel 53 berikut

Tabel 53

Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata

Kadar MDA

SB T P

Aktivitas berlebih dan

placebo

Aktivitas berlebihdan

glutathion

10

10

518

529

028

029

089 0386

Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok

kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 518028mmoll dan rerata

kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 529029mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 089 dan nilai

p = 0386 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan

berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya tidak berbeda secara

bermakna (p gt 005)

532 Analisis efek perlakuan

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kadar MDA antar

kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation

56

Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54

berikut

Tabel 54 Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata

Kadar MDA

SB T P

Aktivitas berlebih dan

placebo

Aktivitas berlebihdan

glutathion

10

10

778

444

023

017

3672 0001

Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok

kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata

kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 444017mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 3672 dan nilai

p = 0001 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan

berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya berbeda secara

bermakna (p lt 005)

57

Gambar 51 Perbedaan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

533 Analisis Komparasi Sebelum dengan Sesudah Perlakuan

Analisis komparasi diuji berdasarkan rerata kadar MDA antara sebelum

dengan sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation Hasil

analisis kemaknaan dengan uji t-paired disajikan pada Tabel 55 berikut

Tabel 55 Analisis KomparasiKadar MDA antara Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Kelompok Beda Rerata

pre ndash post p Keterangan

Aktivitas berlebih dan placebo

Aktivitas berlebih dan

glutathion

260

085

0001

0001

Meningkat

Menurun

58

Berdasarkan uji t-paired didapatkan bahwa ada penurunan kadar MDA

pada kelompok perlakuan secara bermakna sebesar 085mmoll sedangkan pada

kelompok kontrol mengalami peningkatan secara bermakna sebesar 260mmoll

59

BAB VI

PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian

Untuk menguji efek pemberian glutation terhadap penurunan kadar MDA

maka dilakukan penelitian terhadap 20 ekor tikus jantan dewasa (Galur Wistar)

sebagai sampel yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah

10 ekor yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dan

kelompok perlakuan (pelatihan fisik berlebih dan glutation)

62 Efek Pelatihan Fisik Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA

Hasil penelitian dan analisis data terhadap kadar MDA darah pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji

normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan homogenitas (Levenersquos test) pre-test dan post-

test masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)

Uji perbandingan 1 minggu pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan

injeksi antara kedua kelompok menggunakan uji t-independent Rerata kadar

MDA kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) adalah

518028mmoll dan rerata kelompok pelatihan fisik berlebih dan glutation

adalah 529029mmoll Analisis kemaknaan dengan uji t-independent

menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna kadar MDA darah antara

kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa

kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan injeksi rerata kadar MDAnya tidak

59

60

berbeda secara bermakna

Uji perbandingan setelah pemberian placebo dan glutation antara kedua

kelompok menggunakan t-independent Rerata kadar MDA kelompok kontrol

(aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata kelompok

perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) adalah 444017mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent antara kedua kelompok sesudah diberikan

placebo dan glutation menunjukkan perbedaan kadar MDA secara bermakna

(plt005) Hal ini berarti bahwa kelompok yang diberikan perlakuan berupa

placebo dan glutation 6 jam sebelum diberikan pelatihan fisik berlebih dengan

cara merenangkan selama 60 menit hari selama 35 hari rerata kadar MDA

berbeda secara bermakna Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh

untuk melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam

organ dan pembuluh darah (Giriwijoyo 2004)

Peningkatan kadar MDA sesudah diberikan pelatihan fisik berlebih pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan disebabkan karena pelatihan fisik

berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena terjadi peningkatan konsumsi

oksigen oleh aktifitas otot skeletal Stress oksidatif memicu peningkatan senyawa

oksigen reaktif Pada pelatihan fisik berlebih juga terjadi Reperfusion Injury yang

memicu terjadinya kerusakan jaringan dan peningkatan radikal bebas (Adiputra

2008) Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara menarik elektronnya

sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan sampai kematian sel

(Suryohudoyo 2000)

Pada penelitian ini didapatkan bahwa sesudah diberikan pelatihan fisik

61

berlebih dan placebo terjadi peningkatan kadar MDA sebesar 5024 Kadar

MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel (Winarsi

2007) Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pepe

(2011) bahwa pelatihan fisik berlebih meningkatkan kadar MDA Lebih lanjut

Murray et al (2000) juga menyatakan bahwa pelatihan fisik berlebih merangsang

respon biomarker stres oksidatif Sedangkan pada kelompok perlakuan yang

diberikan aktifitas berlebih dan glutation terjadi penurunan kadar MDA sebesar

1607 Terjadinya penurunan kadar MDA pada kelompok yang diberikan

glutation 6 jam sebelum melakukan pelatihan fisik berlebih disebabkan karena

pemberian antioksidan meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan

cara mendonorkan elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa

oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsi 2007) Glutation merupakan antioksidan

endogen yaitu antioksidan yang dapat disintesa dalam tubuh dari asam amino L-

sistein L-glutamat dan glisin (Cadenas 2002) yang juga sebagai master

antioksidan yaitu antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain

Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan

Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik (Hersh 2004) Glutation

merupakan salah satu antioksidan yang tidak dapat menjadi pro oksidan (Cadenas

2002) Normalnya sekali suatu antioksidan memakan radikal bebas antioksidan

ini menjadi teroksidasi sendiri dan menyerang sel yang sehat yang disebut

sebagai pro oksidan Glutation dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang

teroksidasi tersebut menjadi bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali

dalam memakan radikal bebas (Sellman 2009) Sehingga dengan demikian

62

glutation dapat membantu dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Urso

(2003) bahwa suplementasi antioksidan dapat mengatasi kondisi stress oksidatif

yang terjadi pelatihan fisik berlebih

Uji perbandingan antara data MDA pre dan post masing-masing kelompok

digunakan uji t-paired test Berdasarkan uji ini didapatkan hasil pada kelompok

perlakuan terjadi penurunan kadar MDA secara bermakna sebesar 085 mmollt

sedangkan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan kadar MDA secara

bermakna sebesar 260mmollt Terjadi penurunan kadar MDA pada kelompok

perlakuan menunjukkan pemberian antioksidan Glutation intraperitoneal dosis

37mgkgBBhari dapat mengatasi kondisi stress oksidatif yang terjadi pada

pelatihan fisik berlebih Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh

Urso (2003)

63

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

71 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan sebagai

berikut Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA

tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

72 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah

1 Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja glutation

yang lebih detail

2 Memperhatikan takaran latihan supaya tidak berlebihan yang justru akan

meningkatkan kerusakan sel

3 Perlu dilakukan uji klinis pada manusia

63

64

DAFTAR PUSTAKA

Adiputra N 2008Kesehatan Olah Raga Available from httpwwwbalihesgorgindexphpoption=com Accessed 2011 Oct 5th

Anonim 2011 Glutathione Available at

httpenwikipediaorgwikiGlutathione Accessed 2011 Oct 5th Anonim 2011 Overtraining Available at

httpwwwmarksdailyapplecomovertraining Accessed 2011 Oct5th

Asikin N 2001Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan InKursus Penyegaran dan Pelatihan Radikal bebas dan Antioksidan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta Fakultas Kedokteran UI

Bagiada NA 2001 Proses Penuaan dan Penanggulangannya Denpasar

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hal 22 Banerjee AK Mandal A Chanda D Chahraboti S 2003 Oxidant

Antioxidant and Physical ExerciseAvailable from httpwwwncbinlmnihgovpubmed14619981 accesed 2011 Sept 2nd

Binekada MC 2002 ldquoPelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Konsentrasi dan

Motilitas Spermatozoa Mencitrdquo(tesis) Denpasar Universitas Udayana

Cadenas E Jones PD 2002Bioavailability of Glutathione In Cadenas E

Packer L editorsHandbook of Antioxidants2nd Ed New York Marcel DekkerInc p549-564

Catala A 2006Lipid PeroxidationInt J Biochem Cell Biol 38 1482-1495 Dalle-DonneI Rossi R ColomboR Giustarini D Milzani

A2006Biomarkers of Oxidative Damage in Human Disease Available from httpwwwredorbitcomnewsscience473334biomarkersof oxidative damage in human diseaseindexhtmlaccessed2011 Sept 5th

Fouad T 2007 Free radicals Types Sources and Damaging Reaction

Relations Available from

64

65

wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th

Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th

Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112

Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors

ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their

Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69

Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan

Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th

Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz

R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155

Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester

Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th

Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala

T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200

Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and

Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders

66

Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana

LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia

Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647

Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from

httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit

Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK

Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620

Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji

Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah

Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009

Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan

Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132

Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde

Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521

Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley

Medical Publicationsp 123-141

Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI

Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable

from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer

67

Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole

Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam

Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI

Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam

Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya

Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan

Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47

Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant

Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th

Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan

Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105

68

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965

Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975

Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753

Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

69

Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan

Group Statistics

Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887

Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215

Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260

Perlakuan 10 42500 23348 07383

Independent Samples Test

Levenes Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df

Sig (2-

tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence Interval of the

Difference Lower Upper

Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428

Equal variances not assumed

-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429

Post1

Equal variances assumed 592 452 367

22 18 000 333700 09087 314608 352792

Equal variances not assumed

36722 16855 000 333700 09087 314515 352885

Post2

Equal variances assumed 906 354 264

19 18 000 239500 09066 220454 258546

Equal variances not assumed

26419 16265 000 239500 09066 220307 258693

70

Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis

(Laurence amp Bacharach 1964)

2g mencit 20g tikus 400g marmot

l5Kg kelinci

20Kg kucing

40Kg kera

120Kg anjing

70Kg manusia

20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879

200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560

400 g marmot

008 057 10 225 24 52 102 315

l5Kg kelinci

004 025 044 10 106 24 45 142

20Kg kucing

003 023 042 092 10 22 41 130

40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61

120Kg anjing

0008 006 010 0022 024 052 10 31

70Kg manusia

00026 0018 0031 007 0013 016 032 10

71

Lampiran 4

Foto Penelitian

Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)

72

Lampiran 5

Data Hasil Penelitian

Kelompok Kontrol

Pre test Post test Pre test Post Test

752 647 769 694

779 670 773 664

745 660 803 653

769 643 817 677

783 653

786 684

Kelompok Perlakuan

Pre Test Post test

412 391

436 412

442 425

425 401

453 436

466 442

432 405

456 432

470 453

476 463

Page 4: PEMBERIAN INJEKSI GLUTATION INTRAPERITONEAL

iii

iii

Lembar Pengesahan

TESIS INI TELAH DISETUJUI

PADA TANGGAL 26 April 2012

Pembimbing I Prof Dr dr J Alex PangkahilaMSc Sp And NIP 19440201 196409 1 001

Pembimbing II Prof dr I Gusti Made Aman SpFK NIP 19410320 196801 1001

Mengetahui

Ketua Program Studi Magister Program Pascasarjana Universitas Udayana

ProfDrdrWimpie I PangkahilaSp AndFAACS NIP 19461213 197107 1001

Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana ProfDrdrAARaka Sudewi SpS(K) NIP 195902151985102001

iv

iv

Tesis ini Telah Diuji Pada

Tanggal 26 April 2012

Panitia Penguji tesis Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana

No 0144UN144HK2012

Tanggal 16 Januari 2012

Ketua Prof Dr dr J Alex PangkahilaMSc Sp And

Anggota

1 ProfdrI Gusti Made Aman SpFK

2 ProfDrdr Wimpie Pangkahila SpAnd FAACS

3 Dr dr Ida Sri Iswari SpMK MKes

4 Profdr N Agus Bagiada SpBIOK

v

v

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena hanya atas berkat

rahmat dan karuniaNya tugas akhir dengan judul ldquoPEMBERIAN GLUTATION

MENURUNKAN KADAR MDA PADA TIKUS WISTAR DENGAN

PELATIHAN FISIK BERLEBIHrdquo ini dapat diselesaikan

Tulisan ini disusun untuk memenuhi persyaratan tugas akhir studi yang

dijalani Penulis untuk memperoleh Gelar Master pada Program Magister Program

Studi Ilmu Kedokteran Biomedik Kekhususan Anti Aging Medicine Program

Pasca Sarjana Universitas Udayana

Selama penyusunan tulisan ini Penulis banyak mendapatkan bimbingan

dan masukan yang berharga dari berbagai pihak Di mana pada kesempatan ini

perkenankanlah Penulis menyampaikan rasa hormat dan ucapan terimakasih yang

sebesar-besarnya kepada

1 Prof Drdr Wimpie Pangkahila SpAnd FAACS selaku Ketua Program

Studi Ilmu Kedokteran Biomedik Kekhususan Anti Aging Medicine

Universitas Udayana dan penguji yang telah memberikan banyak

masukan dan bimbingan kepada penulis selama penyusunan tesis ini

2 ProfDrdr J Alex Pangkahila MSc SpAnd selaku pembimbing I yang

telah banyak memberikan dorongan semangat masukan dan bimbingan

kepada penulis selama penyusunan tesis ini

vi

vi

3 Prof dr I Gusti Made Aman SpFK selaku pembimbing II pembimbing

akademik dan Kepala Laboratory Animal Unit Bagian Farmakologi

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana yang dengan penuh perhatian

memberikan dorongan semangat dan bimbingan kepada penulis selama

mengikuti program magister dan penyusunan tesis ini

4 Prof dr N Agus Bagiada SpBIOK selaku penguji yang dengan sepenuh

hati membimbing dan memberikan masukan kepada penulis selama

penyusunan tesis ini

5 Dr dr Ida Sri Iswari MKes SpMK selaku penguji yang banyak sekali

membimbing dan memberi masukan yang kritis serta pengajaran yang

sangat dirasakan manfaatnya oleh penulis selama penyusunan tesis ini

6 Bapak I Gede Wiranatha selaku staf di Departemen Farmakologi Fakultas

Kedokteran Universitas Udayana yang telah membantu selama melakukan

penelitian di laboratorium Farmakologi FK Universitas Udayana

7 Drs I Ketut Tunas MSi yang telah membantu memberikan masukan dan

saran ilmiah terutama dalam statistik yang sangat berguna bagi penulis

dalam menyusun tesis ini

8 dr I Made Oka Negara beserta staf bagian Ilmu Kedokteran Andrologi

dan Seksologi (dr Pram Ibu Eni Ibu Agnes dan Bapak Edy) serta teman-

teman mahasiswa Program Magister Biomedik kekhususan Anti Aging

Medicine atas doa semangat dan dorongannya

vii

vii

9 Keluarga besar tercinta suami (Berlianto Tjahjadi) anak-anak (Henokh

dan Khezia) dan orang tua atas doa pengertian kasih sayang dan

dorongan serta masukan kepada penulis selama penyusunan tesis ini

10 Juga kepada para dosen pengajar dan rekan-rekan yang tidak dapat saya

sebut satu persatu kiranya Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan

berkat dan rahmatNya

Akhir kata Penulis berharap tulisan tugas akhir ini dapat memberikan

manfaat bagi penulis pribadi dan bagi Program Pendidikan Magister Program

Studi Ilmu Kedokteran Biomedik Kekhususan Anti Aging Medicine Program

Pasca Sarjana Universitas Udayana serta bagi puhak-pihak lain yang

berkepentingan

Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa memberkati kita semua amin

Denpasar April 2012

Elisabeth Susana

viii

viii

ABSTRAK

PEMBERIAN INJEKSI GLUTATION INTRAPERITONEAL MENURUNKAN KADAR MDA PADA TIKUS WISTAR DENGAN

PELATIHAN FISIK BERLEBIH

Menurut Kedokteran Anti Penuaan penuaan dapat diperlakukan seperti suatu penyakit sehingga prosesnya dapat kita atasi bahkan dapat kita lsquoreversersquo atau dirsquokembalikanrsquokan menjadi seperti kondisi saat lsquomudarsquoSetiap saat kita melakukan suatu aktifitas terjadi proses oksidasi di dalam tubuh kitadi mana 2-5 dari oksigen yang kita hirup tereduksi menjadi radikal bebas Hal ini merupakan suatu kondisi fisiologis Produksi tersebut meningkat dalam kondisi seperti terpapar sinar ultraviolet polusi merokok konsumsi alkohol berlebihan stress menyebabkan kerusakan sel terjadi penuaan dini Pelatihan Fisik berlebih menyebabkan radikal bebas meningkat kondisi ini membutuhkan antioksidan yang mampu untuk mengatasi radikal bebas sehingga kerusakan lebih lanjut dapat dicegah Tujuan penelitian untuk mengetahui efektivitas Glutation dalam mengatasi peningkatan radikal bebas yang diakibatkan oleh pelatihan fisik berlebih yang dapat diketahui dari menurunnya kadar MDA Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan pre test-post test control group design yang dilakukan di Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana pada bulan Januari- Maret 2012 Penelitian ini menggunakan sampel 20 ekor tikus putih yang dibagi menjadi 2 kelompokKelompok 1 adalah kelompok kontrol yang diberikan pelatihan fisik berlebih (berenang) dan diberikan suntikan intraperitoneal aquabidesKelompok 2 adalah kelompok perlakuan yang diberikan pelatihan fisik berlebih dan suntikan intraperitoneal Glutation dengan dosis 37mgkg BB hariKedua kelompok diberikan pelatihan fisik berlebih selama 35 hari di mana pelatihan fisik ini dibagi atas 2 yaitu 7 hari pertama hanya diberikan pelatihan fisik berlebih saja 28 hari berikutnya diberikan pelatihan fisik berlebih + perlakuan berupa pemberian injeksi Glutation placebo Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kelompok kontrol terdapat peningkatan kadar MDA dari 518plusmn028mmollt menjadi 552plusmn029mmollt sedangkan pada kelompok perlakuan kadar MDA menurun dari 778plusmn023 mmollt menjadi 444plusmn017 mmollt Berdasarkan uji statistik yang dilakukan terdapat penurunan MDA secara bermakna pada kelompok perlakuan (plt005) Penelitian ini menyimpulkan bahwa pemberian suntikan Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang diberikan pelatihan fisik berlebih Disarankan untuk melakukan penelitian in vivo lanjutan pada beberapa jenis hewan percobaan dan pada manusia

Kata kunci glutation kadar MDA pelatihan fisik berlebih tikus

ix

ix

ABSTRACT

INTRAPERITONEAL ADMINISTRATION OF GLUTATHIONE INJECTION DECREASE MDA LEVEL ON

OVERTRAINING RAT

According to Anti-Aging Medicine aging can be treated as a diseaseageing process can be overcome so that we can even reverse Every time we do an activity a process of oxidation occurs in our bodies 2-5 of the oxygen we consumed is reduced to free radicals This is a physiological condition This production is increased in conditions such ultraviolet rays exposure pollution smoking excessive alcohol consumption stress causing cells damage occurs premature aging Overtraining causes an excess of free radicals this condition requires an antioxidant that is able to overcome free radicals so further damage can be prevented The aim of this study was to determine the effectiveness of Glutathione in dealing with excess free radicals caused by excessive physical training which can be determined from the decreasing levels of MDA

This study was an experimental study with Pre test-Post test control group design conducted at the Department of Pharmacology Faculty of Medicine University of Udayana in January-March 2012 This study used 20 albino rats randomly divided into two groups Group 1 control group was given physical overtraining (swimming) and aquabidest intraperitoneal injections Group 2 was given physical overtraining and Glutathione intraperitoneal injection at a dose of 37mgbwday Both groups were given overtraining for 35 days in which overtraining is divided into two the first 7 days are given only overtraining course the next 28 days are given overtraining + Glutathione injection placebo The results showed that in the control group there were elevated levels of MDA of 518 plusmn 028 mmol l to 552plusmn 029 mmoll while in the treated group there were decreased levels of MDA of 778 plusmn 023 mmol l to 444 plusmn 017 mmoll Based on statistical tests there is a significant decrease in in the treated group (plt005)

This study concluded that administration of intraperitoneal Glutathione injections decreasing levels of MDA in mice given physical overtraining It is recommended to conduct further studies in vivo in several species of experimental animals and in humans Key words Glutathione MDA level physical overtraining rat

x

x

DAFTAR ISI

Sampul Dalam i

Pemberian Gelar ii

Lembar Pengesahan iii

Penetapan Panitia Penguji iv

Ucapan Terima Kasih v

Abstrak viii

Abstract ix

DAFTAR ISI x

DAFTAR TABEL helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip xiv

DAFTAR GAMBARhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip xv

DAFTAR LAMPIRAN helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip xvi

DAFTAR SINGKATAN xvii

BAB I PENDAHULUAN

11 Latar Belakang 1

12 Rumusan Masalah 6

13 Tujuan Penelitian 6

14 ManfaatPenelitian 7

141 Manfaat Keilmuan 7

142 Manfaat Praktis 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA

21 Penuaan 8

xi

xi

211 Teori Wear and Tear 9

212 Teori Radikal Bebas 9

213 Teori Kontrol Genetika 11

214 Teori Neuroendokrin 11

22 Radikal Bebas 12

221 Definisi Radikal Bebas 12

222 Sifat- sifat Radikal Bebas 12

223 Peranan Radikal Bebas Dalam Proses Penuaan 15

23 Stress Oksidatif 15

231 Keadaan Yang Menyebabkan Stress Oksidatif 15

24 Pelatihan Fisik 16

241 Olahraga 16

242 Pelatihan Fisik Berlebih 21

25 Antioksidan 28

26 Glutation sebagai Antioksidan 29

261 Fungsi Glutation 31

262 Suplementasi Glutation 33

263 Glutation Precursor 37

264 Sumber Glutation dari makanan 38

BAB III KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

31 Kerangka Berpikir 40

32 Konsep Penelitian 41

33 Hipotesis Penelitian 42

xii

xii

BAB IV METODE PENELITIAN

41 Rancangan Penelitian 43

42 Tempat dan Waktu Penelitian 44

43 Populasi Sampel 44

431 Populasi 44

432 Kriteria Sampel 45

4321 Kriteria Inklusi 45

4322 Kriteria Drop Out 45

433 Besar Sampel 45

434 Teknik Pengambilan Sampel 46

44 Variabel Penelitian 47

441 Klasifikasi Variabel 4

442 Definisi Operasional Variabel 48

45 Bahan dan Alat Penelitian 49

451 Bahan Penelitian 49

452 Alat Penelitian 49

46 Prosedur Penelitian 50

461 Alur Penelitian 51

462 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium 51

47 Pengolahan dan Analisis Data 52

BAB V HASIL PENELITIAN

51 Uji Normalitas Data 53

52 Uji Homogenitas Antar Kelompok 54

xiii

xiii

53 Kadar MDA 54

531 Uji Komparabilitas 54

532 Analisa Efek Perlakuan 55

533 Analisa Komparasi Sebelum dan Sesudah Perlakuan 57

BAB VI PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian 59

62 Efek Aktifitas Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA 59

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

71 Kesimpulan 63

72 Saran 63

DAFTAR PUSTAKA 64

LAMPIRAN 68

xiv

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 21 Makanan yang mengandung Glutation 39

Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing

Kelompok Sebelum dan Sesudah Perlakuan 54

Tabel 52 Hasil uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA

Sebelum dan Sesudah Perlakuan 54

Tabel 53 Hasil Rerata Kadar MDA antar Kelompok Sebelum

Diberikan Perlakuan 55

Tabel 54 Hasil Rerata Kadar MDA antar Kelompok Sesudah

Diberikan Perlakuan 56

Tabel 55 Analisis Komparasi Kadar MDA antara Sebelum dan

Sesudah Perlakuan helliphelliphelliphellip 57

xv

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 21 Struktur GSH dan GSSG 30

Gambar 22 GSH Redox 31

Gambar 23 Detoksifikasi Lipid Hydoxyperoxides di usus halus 32

Gambar 24 Supply dan Removal Glutation 34

Gambar 31 Kerangka Konsep Kadar MDA pada Tikus yang

diberikan Pelatihan Fisik Berlebih+Placebo dan Pelatihan

Fisik Berlebih+Glutation 41

Gambar 41 Rancangan Penelitian 42

Gambar 42 Bagan Hubungan antar Variabel 47

Gambar 43 Bagan Alur Penelitian 51

Gambar 51 Perubahan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah

Diberikan Perlakuan 57

xvi

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Uji Normalitas Data 68

Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antar Kelompok Kontrol

dan Perlakuan 69

Lampiran 3 Perbandingan Luas Permukaan Tubuh Hewan Percobaan

untuk Konversi Dosis 70

Lampiran 4 Foto Penelitian 71

Foto Glutation (Tationil Teofarma) 71

Lampiran 5 Data Hasil Penelitian 72

xvii

xvii

DAFTAR SINGKATAN

CoQ10 Coenzym Q10

DNA Deoxyribonucleic Acid

GSH Px Glutation Peroksidase

GSH Glutation

GSSG Rx Glutation Reduktase

GSSG Glutation Disulfide

MDA Malondialdehyde

NADH Nicotinamide Adenine Dinucleotide

NADPH Nicotinamide Adenine Dinucleotide Phosphate

O2 Oksigen

RNA Ribonucleic Acid

ROS Reactive Oxygen Species

SOD Super Oxide Dismutase

TBARS Thiobarbituric Acid Reactive Substances

1

BAB I

PENDAHULUAN

11 LATAR BELAKANG

Proses penuaan menurut Kedokteran Anti Penuaan dapat diperlakukan

seperti suatu penyakit dalam arti proses ini dapat diatasi dapat dirsquoreversersquo atau

dirsquokembalikanrsquo menjadi kondisi seperti saat muda Penyakit yang muncul seiring

dengan bertambahnya usia seperti hipertensi diabetes mellitus osteoartritis dan

lain-lain membuat kualitas hidup menurun pada usia lanjut Ilmu Kedokteran

Anti Penuaan memberikan paradigma baru dalam mengatasi proses penuaan Ilmu

ini memberikan solusi untuk mengatasi ketidakmampuan penyakit nyeri

deformitas dan kesedihan di masa tua sehingga kualitas hidup meningkat

Modifikasi gaya hidup dengan cara mengatur pola makan pola tidur pola

olahraga pola hidup manajemen hormon dapat meningkatkan kualitas hidup

Terbentuknya radikal bebas oksigen dalam tubuh sebenarnya merupakan

sesuatu yang fisiologis Oksigen yang kita hirup berperan dalam metabolisme

sebagian kecil (2-5) tereduksi membentuk radikal bebas Radikal bebas oksigen

dikelompokkan dalam senyawa Reactive Oxygen Species (ROS) ROS merupakan

radikal bebas yang berbahaya bagi tubuh (Arief 2010) Bila produksi tersebut

menjadi semakin meningkat dalam kondisi seperti terpapar sinar ultraviolet

polusi merokok konsumsi alkohol dalam jumlah banyak stress menyebabkan

kerusakan pada sel-sel terjadi penuaan

1

2

Teknologi yang berkembang dengan pesatnya memberikan kita banyak

fasilitas kemudahan dalam menjalani hidup kita Akhirnya dalam apapun yang

akan kita perbuat atau lakukan kita selalu dihadapkan pada 2 pilihan mau yang

mudah atau yang sulit Menjamurnya makanan instant fast food yang disebut

juga makanan junk food karena memang tidak kurang kandungan gizi yang kita

perlukan Makanan ini tidak mengandung nilai gizi hanya mementingkan rasa

yang penting enak gurih karena banyak mengandung lemak tinggi karbohidrat

dan cepat saji karena semakin sibuknya manusia Selain itu karena kesibukan

kita menjadi kurang sekali dalam berolahraga selain kesibukan juga sudah lelah

Akibatnya kita menjadi gemuk semakin gemuk semakin malas beraktifitas

semakin mudah lelah yang lama kelamaan menjadi kelelahan kronis depresi

mudah muncul

Gaya hidup manusia yang mempunyai tingkat stress yang tinggi ditambah

kurangnya aktifitas berolahraga meningkatkan resiko timbulnya penyakit jantung

low back pain adult-onset diabetes obesity yang disebut hypokinetic diseases

(Sharkey 2003 ) Meningkatnya insidensi kelebihan berat badan menjadi masalah

kesehatan di seluruh dunia termasuk di Indonesia (Misnadiarly 2007) Kelebihan

berat badan menyebabkan terjadinya penumpukan lemak yang berlebihan dalam

tubuh dan berpotensi memicu banyak penyakit yang mematikan Beberapa

penyakit tersebut dikategorikan sebagai penyakit yang terjadi karena metabolism

yang melambat dan penumpukan lemak sering disebut sebagai Sindroma

Metabolik(hipertensi hiperlipidemia diabetes mellitus) Sebaliknya sebuah gaya

3

hidup yang sehat dan seimbang memainkan peranan yang besar dalam mencegah

banyak penyakit yang berhubungan dengan gaya hidup

Pada sisi lain manusia juga selalu dituntut untuk memiliki tubuh sehat

penampilan yang menarik Masalah muncul pada saat manusia memilih jalan

pintas berolahraga berlebihan (overtraining) diet ketat berlebihan

mengkonsumsi obat-obatan penekan nafsu makan obat-obat pembakar lemak

suplemen secara berlebihan dan tanpa informasi yang benar tanpa pengawasan

dokter dengan tujuan untuk memperoleh tubuh ramping dalam waktu secepatnya

Bukan tubuh sehat yang didapat tetapi malah menjadi sakit yang tidak mustahil

dapat mengarah ke kematian

Tubuh sehat ideal dalam arti tidak mudah sakit mempunyai hidup yang

berkualitas penampilan yang prima dan mempunyai postur tubuh yang

proporsional (Misnadiarly 2007) Gaya hidup yang sehat seimbang adalah kunci

untuk mencapai kesehatan dan bentuk badan yang lebih bagus dan hanya akan

tercapai melalui aktifitas olahraga pengaturan pola makan istirahat yang teratur

dan proporsional

Olahraga yang berlebihan tidak memberikan efek yang baik untuk tubuh

tetapi latihan yang tepat meningkatkan kebugaran aerobik Frekuensi yang lebih

sering durasi yang lebih panjang intensitas yang meningkat meningkatkan

kebugaran fisik Hal yang penting kita harus memperhatikan waktu pemulihan

Apabila tubuh tidak mempunyai cukup waktu untuk pemulihan bukan

meningkatkan kebugaran tetapi malah menimbulkan cedera atau penyakit melalui

supresi sistem kekebalan (Sharkey 2003) Olahraga yang teratur dapat

4

meningkatkan produksi molekul anti oksidan endogen termasuk glutathioneurate

coenzyme Q10 (Cadenas 2002) Dengan meningkatnya kadar antioksidan

endogen maka kadar MDA tubuh akan menurun

Teori Radikal Bebas menjelaskan bahwa radikal bebas merusak sel-sel

tubuh manusia (Goldmanamp Klatz 2003) Pelatihan fisik berlebih menyebabkan

terbentuknya radikal bebas Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara

menarik elektronnya sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan

sampai kematian sel (Suryohudoyo 2000) Pelatihan fisik berlebih menyebabkan

penuaan terjadi lebih cepat

Gaya hidup yang tidak sehat meningkatkan produksi radikal bebas

Beruntung tubuh mempunyai mekanisme pertahanan melawan oksidasi yang

terjadi tersebut Tubuh memproduksi enzim dan molekul khusus yang dapat

menangkap dan melenyapkan radikal bebas (superoksid dismutase katalase

glutation alfa lipoic acid CoQ10) yang disebut juga antioksidan endogen dan

yang berasal dari makanan seperti vitamin C dan E beta karoten polifenol

selenium seng (antioksidan esensial) yang disebut juga antioksidan eksogen

Antioksidan endogen maupun eksogen sangat penting buat tubuh karena

mampu meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan cara menangkap

dan mengeliminirnya Antioksidan eksogen efektif diperlukan untuk mencegah

terjadinya stress oksidatif Antioksidan endogen merupakan mekanisme

pertahanan preventif dengan cara memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal

bebas atau dengan cara menangkapnya (Winarsi 2007)

5

Bila jumlah antioksidan lebih sedikit dibanding jumlah radikal bebas

terjadi gangguan keseimbangan yang disebut redox state (Cadenas 2002) Dalam

kondisi seperti ini semakin banyak molekul normal yang ditarik elektronnya

molekul menjadi tidak stabil molekul ini akan merusak molekul sehat lainnya

sehingga terjadilah penyakit (Winarsi 2007)

Pemberian antioksidan yang cukup dan optimal dapat meningkatkan

kebugaran meningkatkan kemampuan tubuh dalam melakukan pelatihan fisik

menurunkan kadar stress oksidatif dalam tubuh mencegah terjadinya penuaan

dini (Pangkahila 2007) Antioksidan bekerja dengan cara mendonorkan satu

elektronnya ke molekul yang kehilangan elektronnya (radikal bebas) sehingga

membentuk radikal bebas tidak reaktif relatif stabil proses kerusakan sel dapat

dihambat

Ada beberapa macam antioksidan salah satunya adalah Glutation

Glutation merupakan antioksidan endogen yaitu antioksidan yang dapat dibuat

oleh tubuh kita sendiri Glutation juga dikenal sebagai master antioksidan

antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain (Goldman 2003)

Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan

Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik Normalnya sekali suatu

antioksidan memakan radikal bebas antioksidan ini menjadi teroksidasi sendiri

dan menyerang sel yang sehat yang disebut sebagai pro oksidan Glutation

dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang teroksidasi tersebut menjadi

bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali dalam memakan radikal bebas

(Sellman 2009) Sehingga dengan pengertian di atas glutation dapat membantu

6

dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh kita lebih banyak

dibandingkan dengan antioksidan lain

MDA adalah metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas

Kadar MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel

Apabila terdapat antioksidan yang tinggi dalam tubuh maka kadar MDA akan

menurun (Winarsi 2007)

Pelatihan fisik berlebih akan menyebabkan meningkatnya kerusakan

oksidatif Glutation menghambat kerusakan oksidatif Parameter yang digunakan

dalam penelitian ini adalah produk peroksidase lipid yaitu malondialdehid (MDA)

menurut metoda Willis

12 Rumusan Masalah

Apakah pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan

kadar MDA tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

13 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat

menurunkan kadar MDA pada tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

14 Manfaat Penelitian

141 Manfaat Keilmuan

Dapat menambah pengetahuan bahwa olahraga berlebih meningkatkan

MDA pemberian antioksidan Glutation dalam upaya mencegah terjadinya stress

7

oksidatif berkelanjutan yang dapat menjadi salah satu penyebab proses penuaan

penyakit metabolisme dan kemungkinan dapat dipergunakan sebagai dasar untuk

dilakukan penelitian lebih lanjut

142 Manfaat Praktis

Pengetahuan tersebut dapat memberikan manfaat kepada masyarakat luas

untuk lebih bijaksana dalam mengkonsumsi antioksidan dan dalam melakukan

pelatihan fisik

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

21 Penuaan

Penuaan sampai saat ini masih dianggap sebagai sesuatu yang alamiah

terjadi demikian juga penyakit yang muncul pada masa tuaSeseorang yang

berumur 50 tahun dengan penyakit Diabetes Mellitus dipandang sebagai sesuatu

yang umum karena memang sudah tua Sejak tahun 1950 penelitian penyebab

penuaan mulai diteliti faktor-faktor penyebab yang mempengaruhi kualitas hidup

sehingga meskipun usia bertambah tua tetapi tetap berkualitas Beberapa cara

modifikasi gaya hidup terus dilakukan untuk mencapai kualitas hidup yang lebih

baik seperti mengatur pola makan pola tidur pola olahraga pola hidup untuk

mencapai kualitas hidup yang baik di usia lanjutPenelitian memberi kesimpulan

bahwa pemberdayaan diri membudayakan pola hidup sehat dapat meningkatkan

kualitas hidup seseorang (Franklin 2009)

Dewasa ini seiring dengan percepatan perubahan teknologi meningkatnya

persaingan hidup orang berlomba-lomba mengkonsumsi produk dan berbagai

metode yang mengklaim bisa menghambat penuaan atau bersifat Anti Aging Ilmu

Kedokteran Anti Penuaan memberikan paradigma baru dalam menangani proses

penuaan Ilmu Kedokteran Anti Penuaan ini menjanjikan dapat memberikan solusi

untuk mengatasi ketidakmampuan penyakit nyeri deformitas dan kesedihan di

masa tua dengan cara meningkatkan kualitas hidup masa tua (Goldman dan Klatz

8

9

2003) Menurut Pangkahila penuaan bisa dicegah diobati dan bahkan dapat

dikembalikan ke keadaan semula (Pangkahila 2007)

Proses penuaan dapat dijelaskan dalam empat teori utama yang walaupun

tidak dapat menjelaskan dengan lengkap tetapi teori tersebut melengkapi satu

dengan yang lain

211 Teori Wear and Tear

Teori ini diperkenalkan pertama kali oleh Dr August Weisman seorang

ahli biologi dari Jerman pada tahun 1882 Teori ini menyatakan bahwa tubuh dan

sel akan rusak karena penggunaan dan disalahgunakan baik penggunaan secara

alami apalagi penyalahgunaan Kerusakan terjadi dalam sel sampai organ Pada

usia muda kerusakan yang terjadi dapat diatasi dikompensasi karena sistem

perbaikan dan pemeliharan yang masih baik tetapi seiring dengan bertambahnya

umur tubuh mulai kehilangan kemampuan tersebut Teori ini juga meyakini

pemberian suplemen dan merangsang kemampuan tubuh untuk melakukan

perbaikan dan mempertahankan organ tubuh dan sel

212 Teori Radikal Bebas

Teori ini diperkenalkan oleh Dr Denham Harman pada tahun 1956

Radikal Bebas adalah molekul tidak stabil yang sangat reaktif karena mempunyai

elektron tidak berpasangan pada orbit luarnya dapat bereaksi dengan molekul

lain menimbulkan reaksi berantai yang sangat destruktif (Goldman dan Klatz

2003)

10

Radikal Bebas dihasilkan dari pembakaran gula dan lemak yang kita

konsumsi untuk memberikan energi pada tubuh kita Radikal bebas merusak

membran sel kode DNA enzim protein dan akhirnya terjadi kerusakan pada

seluruh organ Kerusakan terjadi mulai dari lahir dan terus berlanjut hingga

meninggal Pada usia muda dampak penggantian sel yang masih berfungsi baik

Seiring dengan usia bertambah akumulasi kerusakan akibat radikal bebas akan

mengganggu metabolisme sel terjadilah mutasi sel yang mengakibatkan

timbulnya kanker dan kematian

Age Spot merupakan salah satu bentuk kerusakan pada membrane sel

yang disebabkan oleh Radikal Bebas Kerusakan membran ini menghasilkan

produk sisa yang dikenal sebagai lipofuscin Jumlah lipofuscin yang tinggi dalam

tubuh memberikan warna gelap pada daerah tertentu yang disebut Age spot

Lipofuscins mengganggu sintesis DNA dan RNA mempengaruhi sintesis protein

(menurunkan energi dan menghambat pembentukan massa otot) merusak enzim

seluler yang diperlukan untuk proses kimia vital dalam tubuh (Goldman dan

Klatz 2003)

Radikal bebas mempengaruhi peroksidasi lipid yang menyebabkan

produksi MDA (malondialdehyde) yang mengikat protein dan menyebabkan

gangguan fungsi biologik protein tersebut Radikal Bebas berkaitan dengan

penyakit usia lanjut seperti aterosklerosis Parkinson penyakit Alzheimer dan

gangguan fungsi kekebalan tubuh (Pangkahila 2007)

11

213 Teori Kontrol Genetika

Teori terfokus pada kode genetik yang ada dalam DNA meskipun seluruh

aspek diwariskan dalam gen tiap individu waktu jam biologis tergantung pada

pola hidup penuaan masing-masing individu Tiap individu memiliki jam biologis

yang telah diatur waktunya Berhentinya jam biologis menandakan proses

penuaan dan meninggal (Goldman dan Klatz 2003)

Ilmu Kedokteran Anti Penuaan melakukan upaya mencegah dan

memperbaiki kerusakan yang terjadiTerapi Gen diharapkan dapat memberikan

solusi dalam menghadapi takdir genetika terhadap beberapa penyakit keturunan

214 Teori Neuroendokrin

Teori yang menyangkut peranan berbagai hormon bagi fungsi organ tubuh

diperkenalkan oleh Vladimir DilmanPhD

Hormon mengatur dan memperbaiki fungsi tubuh Pada usia muda

berbagai hormone masih berfungsi baik dalam mengendalikan berbagai fungsi

organ tubuh Ketika manusia menjadi tua produksi hormon menurun fungsi

tubuh menjadi terganggu Contoh Growth Hormone yang membantu

pembentukan massa otot testosteron dan hormone tiroid akan menurun tajam

pada usia tua Ditandai dengan rasio lemak dan otot yang meningkat Terapi sulih

hormone dapat membantu masalah tersebut dan mengembalikan fungsi hormone

tubuh sehingga memperlambat proses penuaan

12

22 Radikal Bebas

221 Definisi Radikal Bebas

Radikal bebas adalah molekul (kumpulan atom) yang memiliki elektron

yang tidak berpasangan Oksidan adalah senyawa penerima elektron yaitu

senyawa yang dapat menarik elektron Kedua jenis senyawa ini memiliki aktifitas

yang sama dan memberikan akibat yang hampir sama tetapi dengan proses yang

berbeda (Winarsi 2007) Radikal Bebas digolongkan dalam oksidan namun tidak

setiap oksidan adalah radikal bebas (Suryohudoyo 2000)

Sumber oksidan berasal dari

Tubuh sendiri yaitu berasal dari proses fisiologis namun oleh suatu sebab

jumlahnya menjadi banyak

Proses peradangan

Luar tubuh seperti polutan obat-obatan

Radikal bebas lebih berbahaya dibanding senyawa oksidan non radikal

222 Tahapan Terbentuknya Radikal Bebas dan Sifatnya

Tahapan terbentuknya radikal bebas terjadi melalui sederetan mekanisme

reaksi

1 Tahap Inisiasi yaitu tahap yang menyebabkan terbentuknya radikal bebas

Cu

RH + O2 R + H2O

2 Tahap Propagasi yaitu tahap dimana radikal bebas cenderung bertambah

banyak dengan membuat reaksi rantai dengan molekul lipid lain

13

R + O2 RO2

RO2 + RH R + ROOH

3 Tahap Terminasi yaitu apabila terjadi reaksi antara radikal bebas dengan

radikal bebas lain atau antara radikal bebas dengan suatu senyawa pembasmi

radikal bebas (scavenger)

R1 + R2 R 1 R 2

Reduksi oksigen memerlukan pengalihan empat electron (electrotransfer)

Pengalihan ini tidak dapat sekaligus tetapi dalam empat tahapan yang setiap

tahapan hanya melibatkan pengalihan satu elektron Kendala yang mengharuskan

oksigen hanya dapat menerima satu elektron setiap tahap menyebabkan

terjadinya dua hal yaitu kurang reaktifnya oksigen dan terbentuknya senyawa-

senyawa oksigen reaktif seperti O2 (radikal superoksida) H2O2 (hydrogen

peroksida) OOH (radikal peroksil) dan OH (radikal hidroksil)

Radikal Bebas memiliki 2 sifat yaitu

1 Reaktifitas tinggi karena cenderung menarik elektron

2 Mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal

Elektron dari Radikal Bebas berikatan dengan senyawa yang berikatan

kovalen seperti lipid protein dan DNA akan sangat berbahaya karena ikatan

digunakan bersama-sama pada orbit luarnya Dibanding senyawa oksigen reaktif

radikal hidroksil merupakan senyawa yang paling berbahaya karena reaktifitasnya

yang sangat tinggi

Radikal hidroksil dapat merusak 3 jenis senyawa penting yang berfungsi

untuk mempetahankan integritas sel yaitu

14

1 Asam lemak tak jenuh yang merupakan komponen penting fosfolipid

penyusun membran

2 DNA pembawa genetik sel

3 Protein memegang berbagai peran penting seperti enzim reseptor antibodi

sitoskeleton

Dari ketiga senyawa tersebut yang paling rentan adalah senyawa asam

lemak tak jenuh ganda pada membran sel yang mengakibatkan rapuhnya dinding

sel Senyawa oksigen reaktif ini juga merusak dinding bagian dalam pembuluh

darah sehingga mengakibatkan pengendapan koleserol dan menyebabkan

aterosklerosis Apabila senyawa oksigen reaktif ini merusak basa DNA akan

terjadi kekacauan sistem info genetika berlanjut pada pembentukan sel kanker

Jaringan lipid yang rusak memicu munculnya penyakit degeneratif

Fosfolipid glikolipid dan kolesterol merupakan komponen terpenting

membran sel Komponen fosfolipid dan glikolipid mengandung asam lemak tak

jenuh (asam linoleat linolenat arakidonat) sangat rawan terhadap serangan

radikal hidroksil yang dapat menimbulkan reaksi rantai yang dikenal sebagai

Lipid peroxidation

Peroksidase lipid

LH + OH --- H + H2O

Asam lemak Radikal Bebas

L + O2 -- LOO

Radikal peroksilipid

LOO + LH --- L + L OOH dan seterusnya

15

Hasil akhir dari proses ini adalah terputusnya rantai asam lemak menjadi

berbagai senyawa yang bersifat toksik terhadap sel antara lain berbagai macam

aldehid seperti Malondealdehyde (MDA)

223 Peranan Radikal Bebas dalam proses penuaan

Pada usia muda keseimbangan antara radikal bebas dan pertahanan

antioksidan berfungsi dengan baik seiring dengan pertambahan usia

keseimbangan terganggu karena cadangan antioksidan berkurang dan radikal

bebas berlebih (Saxena dan Lan 2006)

Akibat ketidakseimbangan ini terjadi kerusakan oksidatif (Arief 2010)

Kerusakan ini disebabkan oleh radikal bebas dan merusak 3 komponen utama

yang mempertahankan integritas sel seperti fosfolipid (penyusun membrane sel)

DNA (perangkat genetik) protein (enzim reseptor antibodi) (Fouad 2007)

Ketidakseimbangan antara antioksidan dan senyawa oksigen reaktif

menghasilkan stress oksidatif penyebab kanker penuaan aterosklerosis cedera

iskemik peradangan dan penyakit degeneratif (Parkinson Alzheimer)

(Pangkahila 2007)

23 Stress Oksidatif

231 Keadaan yang menyebabkan stress oksidatif

Pada saat jumlah antioksidan tubuh kurang dari yang diperlukan untuk

meredam efek buruk dari radikal bebas keadaan ini disebut Stress oksidatif Bila

terjadi dalam waktu yang lama akan terjadi penumpukan hasil kerusakan

16

oksidatif di dalam sel dan jaringan yang mengakibatkan hilangnya fungsi sel

jaringan dan akhirnya mati Hal ini merupakan penyebab utama proses penuaan

(Bagiada 2001)

Keadaan yang menyebabkan Stress Oksidatif ini salah satunya adalah

pelatihan fisik berat atau berlebih (Hersh 2004) Stress oksidatif dapat

dikendalikan antara lain dengan membiasakan untuk menerapkan pola hidup sehat

dan mengkonsumsi antioksidan diharapkan akan memacu kerja antioksidan

dalam tubuh

MDA merupakan hasil dari proses peroksidasi lipid meningkatnya MDA

menunjukkan adanya suatu kondisi Stress Oksidatif menurunnya MDA

menunjukkan adanya perbaikan dari kondisi Stress tersebut sehingga MDA dapat

dipakai sebagai biomarker Stress oksidatif

24 Pelatihan Fisik

241 Olahraga

Pelatihan fisik atau olahraga merupakan satu kegiatan yang penting bagi

kehidupan manusia Olahraga merupakan alternatif kegiatan yang dapat

meningkatkan derajat kebugaran fisik seseorang apabila dilakukan dengan dosis

takaran yang benar Menurut Sharkey olahraga dapat meningkatkan pengeluaran

energi dan tingkat pengeluaran tersebut berkaitan dengan intensitas dan durasi

aktifitas yang dilakukan (Sharkey 2003) Latihan fisik atau olahraga yang

memperhatikan frekuensi intensitas tipe dan waktu mendukung dalam

mendapatkan hasil yang maksimal dan menurunkan resiko cedera Latihan fisik

17

yang benar memberikan dampak perbaikan pada sistem fungsional paru dan

jantung sehingga terjadi hipertropi otot jantung penurunan detak jantung

istirahat peningkatan stroke volume peningkatan volume darah dan hemoglobin

menambah jumlah pembuluh darah kapiler serta berfungsi dalam proses

pembakaran energi (Fox 1998) Frekuensi latihan yang dianjurkan adalah 3-4x

seminggu dengan intensitas 72-87 dari denyut jantung maksimal (220-umur)

dengan variasi 10 denyut per menitTipe latihan yang dianjurkan adalah

pemanasan 15 menit kombinasi latihan aerobik dan latihan otot dalam waktu 30-

60 menit diakhiri pendinginan 10 menit (Pangkahila 2009)

Sumber energi yang dibutuhkan untuk pelatihan fisik aerobik yang

dominan didapat dari pembakaran simpanan karbohidrat lemak dan sebagian

kecil (5) dari pemecahan simpanan protein yang terdapat di dalam tubuh untuk

menghasilkan ATP (adenosine triphospate) ATP yang terdapat dalam jaringan

otot terbatas kebutuhan ATP dipertahankan oleh creatinin phosphate (CP) dan

glikogen yang tersimpan dalam otot (Hernawati 2009) Terdapat 3 jalur untuk

memberikan ATP tambahan sesuai yang dibutuhkan selama kontraksi otot

meliputi 1 Pemindahan fosfat berenergi tinggi dari kreatinin fosfat ke ADP 2)

Fosforilasi oksidatif (siklus asam sitrat dari sistem transportasi elektron) 3)

glikolisis (Sherwood 2001) Sedangkan pada aktifitas yang bersifat anaerobik

energi diperoleh dari hidrolisis phosphocreatine serta melalui glikolisis glukosa

secara anaerobik Proses ini dapat terjadi tanpa adanya oksigen (O2) Metabolisme

anaerobik ini menghasilkan asam laktat yang apabila terakumulasi dapat

menyebabkan rasa nyeri pada otot menimbulkan stress fisik Hal ini

18

menyebabkan latihan aerobik terasa lebih menyenangkan (Hernawati 2009)

Metabolisme aerobik jauh lebih efisien daripada anaerobik karena menghasilkan

38 molekul ATP per molekul glukosa versus hanya 2 molekul melalui jalur

anaerob

Pelatihan fisik atau olahraga yang teratur selain memberikan manfaat

perbaikan pada mental fisik dan fisiologis juga mempengaruhi hormon tubuh

kita antara lain (Sharkey2003)

1 Growth Hormone

Stimulasi sintesis protein (muscle tone development) dan kekuatan tulang

tendon ligament dan tulang rawan Penurunan penggunaan glukosa dan

peningkatan penggunaan lemak sebagai bahan bakar selama olahraga

Membantu mengurangi lemak tubuh dan mempertahankan glukosa darah pada

level normal sehingga membantu melakukan olahraga selama periode waktu

yang lebih lama Dilepaskannya Growth Hormone oleh kelenjar pituitari di

otak meningkat dengan meningkatnya waktu latihan aerobik

2 Endorphins

Opioid endogen dari kelenjar pituitary yang memblok rasa sakit menurunkan

nafsu makan membuat perasaan senang mengurangi tekanan dan kecemasan

Pada saat olahraga endorfin dalam darah meningkat sampai lima kali selama

aktifitas olahraga lebih dari 30 menit Endorfin membuat kita dapat melakukan

aktifitas latihan menjadi lebih tahan lama

19

3 Testosteron

Hormon yang penting untuk wanita dan pria dalam mempertahankan tonus

volume kekuatan otot meningkatkan angka rata metabolisme basal

menurunkan lemak tubuh dan merasa lebih percaya diri Diproduksi oleh

ovarium pada wanita dan testis pada laki-laki Testosteron pada wanita hanya

sepersepuluh kadar testosteron pada laki-laki Pada wanita testosteron

berperan pada pengaturan libido dan orgasme Produksi pada wanita menurun

saat menjelang menopause sedangkan pada pria pada usia memasuki usia 40

tahun Kadar testosteron darah mulai meningkat setelah 20 menit olahraga

baik pada wanita maupun pria dan tetap tinggi sampai 1-3 jam setelah

olahraga

4 Estrogen

Estrogen secara biologis aktif adalah 17 beta estradiol meningkatkan

pemecahan lemak dari lemak tubuh sehingga dapat digunakan sebagai sumber

tenaga meningkatkan rata-rata metabolisme basal meningkatkan mood

meningkatkan libido Hormon ini disekresi oleh ovarium meningkat saat

olahraga dan tetap meningkat sampai 1-4 jam setelah olahraga

5 Thyroxine (T4)

Hormon yang diproduksi oleh kelenjar tiroid meningkatkan metabolisme

hampir semua sel dalam tubuh Peningkatan metabolisme ini membantu kita

merasa lebih energik dan juga menyimpan kalori penting untuk penurunan

berat badan Kadar tiroksin dalam darah meningkat sekitar 30 selama

20

olahraga dan tetap meningkat sampai beberapa jam sesudahnya Olahraga

yang teratur juga meningkatkan level tiroksin saat istirahat

6 Epinephrine

Hormon yang diproduksi oleh medulla adrenal yang meningkatkan jumlah

darah yang dipompa oleh jantung dan mengarahkan aliran darah ke tempat

yang diharapkan Stimulasi pemecahan glikogen (karbohidrat yang disimpan)

dalam otot yang aktif dan hati untuk digunakan sebagai sumber tenaga

Menstimulasi pemecahan lemak (lemak yang disimpan dalam otot yang aktif)

dan digunakan sebagai sumber tenaga Sejumlah epinefrin yang dilepaskan

berhubungan dengan intensitas dan durasi latihan

7 Insulin adrenalin

Hormon yang penting dalam mengatur gula darah dan asam lemak (lemak)

dan asam amino (protein) dalam sel Sekresi insulin oleh pancreas meningkat

sehubungan dengan respon meningkatnya kadar gula darah dan protein yang

biasa terjadi setelah makan Semakin banyak gula sederhana yang dikonsumsi

semakin tinggi respon insulin Meningkatnya insulin menyebabkan produksi

lemak sehingga insulin sering disebut sebagai hormon lemak atau fat

hormone Pada orang dengan berat badan berlebih terjadi resistensi insulin

sehingga diperlukan insulin dalan jumlah yang lebih besar untuk didapatkan

efek yang sama sehingga didapatkan kadar insulin darah yang lebih tinggi dan

latihan aerobik setiap hari Kadar insulin darah mulai menurun 10 menit saat

olahraga dan terus menurun sekitar 70 menit olahraga Olahraga yang teratur

juga meningkatkan sensitivitas sel terhadap insulin dalam keadaan istirahat

21

8 Glucagon

Hormon yang diproduksi oleh pankreas tugasnya meningkatkan kadar gula

darah Saat gula darah rendah glukagon disekresi dan menyebabkan simpanan

karbohidrat di dalam hati dilepaskan ke aliran darah untuk meningkatkan

kadar gula mencapai kadar normal Glukagon juga menyebabkan

dipecahkannya lemak sehingga dapat digunakan sebagai bahan bakar atau

sumber tenaga Glukagon mulai disekresi pada 30 menit awal olahraga ketika

gula darah mulai menurun

242 Pelatihan Fisik Berlebih

Pelatihan fisik berlebih menimbulkan gangguan pada sistem endokrin

terjadi peningkatan kadar kortisol dan penurunan kadar testosteron (Maffetone

2007) peningkatan ACTH penurunan LH plasma

Sindrom pelatihan fisik berlebih dalam jangka panjang mengakibatkan

terjadinya inflamasi infeksi yang lebih lanjut dapat mempengaruhi kesehatan

secara umum Aktifitas berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena

terjadi peningkatan konsumsi O2 oleh aktifitas otot skeletal Meskipun oksigen

dibutuhkan oksigen juga bersifat toksik yang dapat memicu peningkatan ROS

Pada organ yang tidak mendapat oksigen dan nutrisi yang cukup akan

menimbulkan keadaan iskemik dan kerusakan mikrovaskular Keadaan ini disebut

sebagai Reperfusion Injury yang memicu terjadinya kerusakan jaringan dan

peningkatan Radikal Bebas

22

Pelatihan fisik berlebih meningkatkan terbentuknya Radikal Bebas

(Adiputra 2008) Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh untuk

melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam organ dan

pembuluh darah (Giriwijoyo 2004) Apabila berlebih menyebabkan kerusakan

sel dengan 3 cara (Kumar et al2005 Ebenhardt 2001)

1 Kerusakan DNA mengakibatkan mutasi DNA bahkan kematian sel

2 Peroksidasi lipid membrane sel dan sitosol menyebabkan terjadinya proses

reduksi asam lemak sehingga mengakibatkan kerusakan membran dan organel

sel

3 Modifikasi protein teroksidasi oleh karena cross linking protein

Bila radikal bebas bertemu dengan asam lemak tak jenuh ganda daalam

membrane sel terjadi reaksi peroksidasi lipid membran sel menyebabkan

peningkatan fluiditas membran gangguan integritas membran dan inaktivasi

ikatan membran dengan enzim dan reseptor Tahap akhir dibebaskan aldehyde

seperti malondealdehyde pentane etana conjugated diane yang bersifat merusak

tubuh (Murray et al2000)

Pelatihan fisik berlebih menyebabkan terjadinya peningkatan lekosit atau

lekositosis peningkatan isoprostan dalam urin protein carbonil (73) catalase

(96) glutation peroksidase serta glutation teroksidasi (25) Dapat

disimpulkan pelatihan fisik berlebih merangsang respon biomarker stres oksidatif

(Murray et al 2000) Proses penuaan mengakibatkan penurunan sistem imun

sehingga meningkatkan resiko infeksi Menurut teori aktifitas sedang dapat

menangkal efek proses penuaan yang diakibatkan penurunan sistem imun Studi

23

yang dilakukan Shepard dan Shek menunjukkan bahwa aktifitas sedang dapat

ditoleransi dengan baik oleh individu lanjut usia dan menunjukkan penurunan

stimulasi proliferasi limfosit

Gejala ndash gejala yang dirasakan apabila melakukan pelatihan fisik berlebih

(overtraining) (Maffetone 2007)

1 Sering mengalami kegagalan dalam melakukan latihan yang biasanya kita

lakukan Kondisi fisik menjadi semakin lemah dan semakin lambat terjadi

kemunduran

2 Kehilangan otot dan terjadi penimbunan lemak Latihan fisik berlebih

meyebabkan rasio testosteron kortisol yang seharusnya positif yang berarti

lebih banyak otot dan lebih sedikit lemak menjadi negatif yang berarti cortisol

lebih tinggi dibanding testosteron yang berarti terjadi peningkatan resistensi

insulin dan penimbunan lemak

3 Merasa lemas mudah tersinggung sulit tidur

4 Persendian tulang dan anggota tubuh terasa sakit

Terjadinya DOMS (delayed onset muscle soreness) menunjukkan teknik

latihan yang salah atau postur saat latihan yang tidak tepat DOMS merupakan

respon alami yang akan hilang dalam waktu sehari atau 2 hari tetapi apabila

nyeri berkepanjangan menunjukkan adanya overtraining

5 Sering tiba-tiba jatuh sakit

Latihan fisik berlebih menurunkan sistem imun tubuh kita sehingga menjadi

lebih mudah sakit

24

Latihan fisik berat jangka panjang berkaitan dengan cedera serat

ototKerusakan yang terjadi berhubungan dengan intensitas durasi dan tipe

latihan Ketika cell death terbentuk jaringan nekrotik dibuang oleh sel fagosit

sel satelit teraktivasi menuju ke area yang cedera menjadi myoblast dan

selanjutnya menjadi serat otot Enzim otot yang dilepaskan tidak sepenuhnya

merefleksikan kerusakan struktural yang diperkirakan oleh analisis histologis

Perubahan penanda biologis cedera otot (seperti aktifitas kreatin kinase (CK)

lactate dehydrogenase (LDH) atau konsentrasi malondialdehyde di plasma

(MDA)) sering diperiksa selama overtraining Serum aktivitas CK dan

konsentrasi MDA plasma dapat gagal meningkat saat overtraining perubahan

parameter biokimia hanya merefleksikan otot dengan beban berlebih Setelah

olahraga yang lama pro-inflammatory cytokines diproduksi lokal pada otot

skeletal

Tanda dan gejala fisik latihan fisik berlebih (overtraining)

- Denyut jantung atau nadi yang meningkat saat istirahat

- Tidak toleransi terhadap latihan

- Penampilan yang menurun

- Penurunan berat badan berkurangnya massa otot tidak nafsu makan

- Kelelahan chronic fatigue lethargy

- Nyeri dan kerusakan otot nyeri sendi

- Mudah terserang flu pembengkakan kelenjar getah bening di leher

selangkangan dan ketiak

- Konstipasi atau diare

25

- Gangguan haid gangguan makan gangguan tidur

- Sakit kepala gangguan pencernaan

- Pemulihan yang berlangsung lambat setelah latihan

- Sendi otot tendon terasa kaku dan sakit

Tanda dan gejala psikologis

- Lelah capek kekurangan tenaga

- Insomnia sakit kepala tidak mampu untuk beristirahat

- Depresi gelisah cemas apatis

- Menurunnya kepercayaan diri

- Menurunnya kemampuan untuk berkonsentrasi

- Mudah stress

Efek biokimia dari Latihan Fisik Berlebih

- Meningkatnya serum kortisol dan SHBG

- Menurunnya serum total dan free testosterone rasio testosteron kortisol

- Menurunnya glikogen otot

- Menurunnya serum hemoglobin besi dan ferritin

Faktor yang mempengaruhi terjadinya overtraining

- Jetlag

- Bekerja terlalu keras

- Menstruasi

- Nutrisi gaya hidup yang buruk

- Kurang istirahat

- Terlalu banyak mengkonsumsi alkohol

26

- Kurangnya kemampuan mengatasi stress

Penanganan overtraining atau Latihan Fisik berlebih

- Massage

Massage pada jaringan dalam dapat melepaskan otot yang tegang

mempertahankan keseimbangan sistem muskulo-skeletal Pemijatan atau

massage yang teratur dapat membantu mencegah cedera yang mungkin

terjadi karena overuse

- Menggunakan roller busa

Penggunaan roller busa memungkinkan kita dapat melakukan massage

atau pemijatan sendiri Kita dapat juga memakai yang berbentuk bola atau

bola tenis untuk membantu menghilangkan rasa sakit Pemijatan ini dapat

dilakukan di tungkai lutut hamstring bahu punggung atau otot atau sendi

manapun

- Terapi suhu kontras

Air pancuran hangat dan dingin bergantian menstimulasi tubuh untuk

pulih lebih cepat Otot membawa impuls yang terasa pada kulit bagian

dalam tubuh di mana terjadi stimulasi sistem imun memperbaiki sirkulasi

dan pencernaan mempengaruhi produksi hormon stress meningkatkan

aliran darah mengurangi sensitivitas nyeri

- Pengaturan makanan

Membantu proses pemulihan penting untuk mengkonsumsi makanan

tinggi karbohidrat protein dan lemak sehat seperti Omega 3 omega 6

omega 9 asam lemak esensial Karbohidrat memberikan sumber tenaga

27

pada tubuh dan otak asam lemak esensial membantu mengurangi depresi

memperbaiki pemulihan protein akan membangun kembali otot yang

mengalami overtraining

- Mengkonsumsi vitamin

Ketika terjadi overtraining suplementasi sangat menguntungkan Vitamin

dan suplementasi mineral sebaiknya dikonsumsi pagi hari bersama dengan

makanan untuk penyerapan yang lebih baik

Defisiensi Vitamin yang biasa terjadi

- Vitamin A (Beta-Caroten)

- Vitamin B kompleks vitamin B12

- Vitamin C D E K

- Asam Folat

Defisiensi Mineral yang biasa terjadi

- Calcium

- Chromium

- Copper Iodine Iron

- Magnesium Fosfor

- Potassium

- Sodium

- Sulfur

- Zinc

28

25 Antioksidan

Radikal Bebas merupakan senyawa reaktif yang secara alami diproduksi

oleh tubuh manusia Radikal Bebas memberikan efek positif atau efek negatif

Untuk membatasi efek negatif tersebut dibutuhkan kompleks proteksi ndash sistem

antioksidan Sistem ini terdiri dari enzim antioksidan (katalase glutation

peroksidase superoksid dismutase) dan antioksidan non enzimatik ( vitamin E-

tokoferol vitamin A- retinol vitamin C- asam askorbat) Keseimbangan antara

produksi radikal bebas dan pertahanan antioksidan menunjukkan tingkat stress

oksidatif yang mungkin terlibat dalam proses penuaan dan pada beberapa

patologi (misalnya kanker Parkinson) (Winarsi 2007)

Latihan fisik juga meningkatkan stress oksidatif dan menyebabkan

gangguan homeostasis Latihan memberikan efek positif dan efek negatif

tergantung dari beban latihan spesifikasi latihan dan tingkat basal latihan Stress

oksidatif terlibat dalam terjadinya muscular fatigue dan mengarah ke

overtraining

Definisi antioksidan menurut Cadenas adalah suatu senyawa yang apabila

terdapat dalam jumlah yang lebih banyak dibanding senyawa yang teroksidasi

secara signifikan dapat menunda atau mencegah proses oksidasi senyawa tersebut

(Cadenas 2002) Secara kimia antioksidan adalah senyawa pemberi electron

Secara biologis antioksidan adalah senyawa yang mampu menangkal dan

meredam dampak negative oksidan dalam tubuh Antioksidan mendonorkan satu

elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa oksidan tersebut dapat

dihambat (Winarsi 2007)

29

Penting sekali keseimbangan antara oksidan dan antioksidan karena

berfungsi menjaga integritas dan berfungsinya membrane lipid protein sel dan

asam nukleat Senyawa asam lemak tak jenuh penyusun membrane lipid sangat

sensitive terhadap perubahan keseimbangan antara oksidan dan antioksidan

Menurut mekanisme kerjanya antioksidan dikelompokkan atas 3 yaitu

1 Antioksidan primer SOD katalase glutation peroksidase (GSH-Px)

Bekerja pembentukan senyawa radikal bebas yang telah terbentuk menjadi

molekul yang kurang aktifSedangkan antioksidan primer yang dapat

ditambahkan dari luar seperti glutation asam lipoat SOD melatonin

2 Antioksidan sekunder vitamin E vitamin C beta karoten flavonoid asam

urat albumin (Soewoto 2001)

Merupakan antioksidan eksogenous atau non enzimatis (Winarsi 2007)

Bekerja dengan cara memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal bebas

atau dengan cara menangkapnya

3 Antioksidan tertier meliputi system enzim DNA-repair dan metionin

sulfoksida reduktase Berfungsi dalam perbaikan biomolekuler yang rusak

akibat reaktivitas radikal bebas

26 Glutation sebagai antioksidan

Glutation merupakan tripeptida yang terdiri dari asam amino glutamat

sistein dan glisin (Cadenas 2002)Ikatan glutamat ndash sistein merupakan ikatan

isopeptida antara grup γ-karboksil dari glutamat dan grup α amino dari

sisteinIkatan unik ini membuat gluation tahan terhadap degradasi oleh proteases

30

dan peptidases yang berfungsi pada peralihan proteinMerupakan suatu

antioksidan yang mencegah kerusakan komponen seluler oleh reactive oxygen

species seperti radikal bebas dan peroksidGlutation bukan nutrisi esensial karena

disintesa di dalam tubuh dari asam amino L-sistein L-glutamic acid dan glycine

Gambar 21 Struktur GSH dan GSSG

Glutation terdapat pada sebagian besar sel tubuh tetapi terbanyak terdapat

di dalam hati Grup thiol (SH) dari sistein berfungsi sebagai donor proton dan

bertanggungjawab untuk aktifitas biologis glutation Provisi asam amino ini

merupakan faktor yang terbatas dalam sintesis glutation oleh sel karena sistein

relatif jarang pada makanan Apabila dilepaskan sebagai asam amino bebas

sistein adalah toksik dan secara spontan dikatabolisasi di saluran pencernaan dan

plasma darah

Glutation disintesis dalam 2 tahap

1 Gamma-glutamylcysteine disintesa dari L-glutamate dan sistein melalui enzim

gamma-glutamylcysteine sintetase (glutamate cysteine ligase GCL)

31

2 Glisin ditambahkan pada C-terminal dari gamma-glutamylcysteine melalui

enzim glutation sintetase

261 Fungsi Glutation

Glutation terdapat dalam bentuk tereduksi (GSH) dan teroksidasi (GSSG)

Grup thiol dari sistein mampu memberikan donor elektron ke molekul lain yang

tidak stabil seperti Reactive Oxygen Species (ROS) Pada saat mendonorkan

elektronnya glutation menjadi reaktif dan segera bereaksi dengan glutation reaktif

lainnya membentuk glutation disulfide (GSSG)Reaksi mungkin terjadi apabila

terdapat konsentrasi yang cukup tinggi di sel (sampai 5mm di hati) GSH dapat

terbentuk kembali dari GSSG oleh enzim glutation reduktase Pada sel atau

jaringan yang sehat terdapat lebih 90 dari total simpanan glutation terdapat

dalam bentuk tereduksi (GSH) dan kurang dari 10 dalam bentuk disulfide

(GSSG)

GSH ---- GSSG

Eliminasi ROS Menjaga protein thiols Antioxidant

dalam bentuk reduksi pools

Gambar 22 GSH Redox (Cadenas 2002)

GSH Redox merupakan indikator sentral keseimbangan antara stress

oksidatif dan system antioksidan GSH Redox berkaitan dengan detoksifikasi

Reactive Oxygen Species (ROS) berfungsi dalam mempertahankan tersedianya

antioksidan mempertahankan protein thiol dalam bentuk reduksi Rasio

32

GSHGSSG sering dipakai untuk mengekspresikan keseimbangan redox ini

Peningkatan rasio GSH-GSSG merupakan indikasi adanya Stress Oksidatif

(Goldman 2003)

Glutation mempunyai beberapa fungsi (Winarsih 2007)

- Sebagai antioksidan endogen mayor yang diproduksi oleh sel berpartisipasi

langsung pada netralisasi radikal bebas dan senyawa oksigen reaktif

mempertahankan antioksidan eksogen seperti vitamin C dan E pada bentuk

tereduksi (aktif)

- Pengaturan siklus nitric oxide yang sangat penting untuk kehidupan tetapi

dapat menjadi masalah apabila tidak teregulasi Digunakan untuk reaksi

metabolism dan biokimia seperti sintesis dan perbaikan DNA sintesis protein

sintesis prostaglandin transport asam amino dan aktivasi enzim Tiap sistem

di dalam tubuh kita dapat dipengaruhi oleh sistem glutation khususnya sistem

imun sistem saraf sistem gastrointestinal dan paru

Gambar 23 Detoksifikasi Lipid Hydroxyperoxides di usus halus

33

GSH yang ditransportasikan kedalam lumen digunakan untuk detoksifikasi

peroksid yang terbentuk dari makanan oleh glutation peroksidase (GSH Px)

Proses ini membutuhkan peroksid dan glutation yang tersedia di sel epitel GSSG

yang terbentuk direduksi kembali menjadi GSH oleh GSSG reduktase (GSSG

Rx) menggunakan NADPH sebagai reduktan

262 Suplementasi Glutation

Meningkatkan level GSH melalui suplementasi glutation langsung sulit

Penelitian terakhir menyatakan bahwa secara oral tidak diabsorpsi baik melalui

saluran pencernaan Studi mengenai konsumsi oral akut glutation dengan dosis

sangat besar 3 gram Witschi dan tim menemukan lsquoadalah tidak mungkin

meningkatkan glutation yang bermanfaat secara klinis dengan dosis tunggal 3

gram glutationrsquo

Glutation terdapat pada makanan sehari-hari sampai 150mghari dapat

diabsorpsi melalui intak di usus halus Individu sehat dengan asupan sulfur asam

amino (1-2 gramhari) jumlah GSH mungkin tidak cukup untuk mendapatkan

efek penting secara sistemik Individu dengan asupan sulfur asam amino yang

terbatas suplementasi GSH diperlukan untuk mempertahankan suplai GSH

sistemik dengan memperbaiki keseimbangan sulfur asam amino (Cadenas 2002)

Glutation hanya diabsorpsi di sel epitel oral dan traktus gastrointestinal

dan memberikan keuntungan kesehatan spesifik pada jaringan tersebut(Cadenas

2002)

34

SUPLAI HILANG

Makanan suplemen Degradasi

GSH

Empedu LUMINAL Uptake

Epitel Reaksi Detoksifikasi

Gambar 24 Supply dan Removal Glutation dalam lumen usus halus (Cadenas 2002) Glutation (GSH) disuplai ke dalam lumen intestinal melalui konsumsi oral

empedu dan sekresi epitel intestinal Jumlah yang disuplai dari empedu cukup

untuk mempertahankan jumlah 200microM pada tikus tetapi tidak cukup pada

manusia yang mengalami degradasi di duktus kantung empedu Jumlah yang

dikonsumsi melalui makanan bervariasi dan secara umum kurang dari 200 microM

Jumlah yang diberikan melalui epitel hanya sekitar 10 atau kurang

dibandingkan dengan yang disediakan oleh empedu Hilangnya Glutation karena

degradasi oleh γ-glutamyltranspeptidase dan dipeptidases pada permukaan sel

epitel ditransportasikan ke dalam sel oleh mekanisme sodium-dependent dan

sodium-independent konjugasi dengan elektrofil reaktif dikatalisasi oleh

glutathione-S transferase mucus (Cadenas 2002)

Vitamin D meningkatkan level glutation di otak dan tampaknya sebagai

katalis untuk produksi glutation Sejumlah vitamin D aktif di otak berikatan

dengan seberapa besar vitamin D3 baik melalui suplemen atau dibentuk di kulit

melalui paparan matahariHal ini menyatakan bahwa mengkonsumsi vitamin D

35

dan atau mendapat cukup paparan matahari meningkatkan produksi glutation

(Sellman 2009)

Konsentrasi glutation di plasma dan hati dapat ditingkatkan dengan

mengkonsumsi suplemen tertentu yang disebut GSH precursors N-asetilsistein

atau NAC glutation precursor yang paling memungkinkan Suplemen lain S-

adenosilmetionin (SAMe) dan whey protein juga dapat meningkatkan glutation

dalam sel (Sellman 2009)

NAC tersedia dalam bentuk obat dan sebagai suplemen generik Alpha

lipoic acid juga dapat mempertahankan glutation intraselular Melatonin dapat

menstimulasi enzim yang berkaitan glutation peroksidase dan silimarin ekstrak

dari biji tanaman milk thistle (Silybum marianum) juga mempunyai kemampuan

memperbarui level glutation

Glutation diatur dengan ketat di intraseluler dan dibatasi produksinya oleh

feedback negative inhibisi sintesisnya sendiri melalui enzim gamma-

glutamilsistein sintetase sehingga meminimalisir kemungkinan terjadinya

overdosis Penambahan glutation menggunakan precursor atau glutation intravena

adalah strategi untuk mengatasi defisiensi glutation stress oksidatif tinggi

defisiensi imun

Glutation yang rendah menunjukkan adanya pembuangan dan

keseimbangan negatif nitrogen seperti pada kanker AIDS sepsis trauma

terbakar dan bahkan atlet overtraining Suplementasi glutation dapat

memperbaiki proses ini dan contohnya pada AIDS memberi hasil adanya

perbaikan survival rates Bagimanapun studi mengenai kondisi ini belum dapat

36

membedakan glutation rendah sebagai akibat secara akut (pada pasien sepsis) atau

secara kronis (HIV) meningkatkan stress oksidatif dan peningkatan patologi

sebagai akibat defisiensi yang sudah ada sebelumnya

Skizofrenia dan gangguan bipolar berhubungan dengan glutation yang

rendah Stress oksidatif mungkin salah satu faktor dasar patofisiologi gangguan

bipolar gangguan depresif mayor dan skizofrenia Glutation (GSH) adalah

pemakan radikal bebas mayor di otakTidak adanya GSH meningkatkan

kerentanan sel terhadap stress oksidatif ditandai asetilsistein dapat mengurangi

gejala kedua gangguan tersebut

Glutation merubah level stress oksidatif pada sel yang diisolasi di

laboratorium sehingga dapat mengurangi perkembangan kanker Tes ini tidak

dilakukan pada manusia

Glutamat yang berlebihan di sinaps yang dapat dilepaskan pada kondisi

seperti cedera otak dapat menghambat pengambilan sistein senyawa pembentuk

glutation yang pentingTanpa proteksi dari cedera oksidatif oleh glutation sel-sel

dapat rusak atau mati (Sellman 2009)

Glutation juga mempunyai fungsi lain sebagai berikut (Sellman 2009)

Mencerahkan kulit

Mencegah menghilangkan jerawat dan bekas jerawat

Menghilangkan noda hitam

Anti aging dan anti kerut

Memberi nutrisi kulit

Membantu pemulihan luka

37

Membuat kulit menjadi halus segar dan bersinar

Kondisi kesehatan yang berhubungan dengan defisiensi glutation

Peningkatan proses penuaan

Kesulitan dalam keseimbangan

Gangguan mental

Masalah koordinasi

Gangguan sistem saraf

Akhir-akhir ini dipercaya sebagai penyebab lesi otak

Kanker HIV Katarak Diabetes Mellitus

Jumlah sperma yang rendah

263 Glutation Precursor (Sellman 2009)

Glutation Precursor disebut juga sebagai building-block dari glutation

yaitu N-asetilsistein atau NAC dan whey protein tidak terdenaturasi

Nasetilsistein adalah obat farmasi yang biasa digunakan bertahun-tahun untuk

mengobati overdose asetaminofen Hal ini sangat efektif ketika diberikan dalam

dosis besar di ruang darurat ketika seseorang akan mengalami gagal hati karena

overdosis asetaminofen komposisi aktif dari Tylenol

Efek sampingnya adalah bercak-bercak kemerahan bersin mual

anafilaksis reaksi alergi yang berupa kesulitan bernafas karena bronkospasme

tekanan darah menurun angioedema muntah kram diare Walaupun jarang

kematian pernah dilaporkan karena N-asetilsistein Beberapa orang mendapatkan

rasa dan bau yang tidak dapat diterima karena kandungan sulfur di dalamnya

38

Pengggunaan teratur untuk menaikkan kadar glutation tidak direkomendasikan

untuk anak-anak dan bayi Masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk

menentukan keamanan N-asetilsistein untuk penggunaan jangka panjang

Whey protein tidak terdenaturasi merupakan nutraceutical atau medicinal

foodSenyawa ini memberikan ikatan sistein ke sel-sel di mana glutation dapat

terbentuk di tempat tersebut

Beberapa kondisi yang tidak dapat mengkonsumsi whey protein

- Pasien dengan alergi protein susu

- Pasien dengan diet rendah protein

- Pasien yang sedang menjalani terapi imunosupresif

Efek sampingnya adalah kembung perut kram urtikaria Efek samping

karena overdosis tidak terjadi karena sel hanya membuat sebatas yang dibutuhkan

apabila berlebih kelebihan disimpan di hati dan ginjal sampai suatu saat kalau

dibutuhkan

264 Sumber Glutation dari makanan

Sumber glutation dari makanan yang disarankan adalah asparagus bayam

brokoli bawang putih kale bawang watercress kol Brussel sprout beberapa

bumbu seperti kunyit kayu manis semangka alpukat anggur peach jeruk

walnut granola daging kalkun dan daging ayam keju cottage dan yoghurt

39

Tabel 21 Makanan yang mengandung Glutation (Cadenas2002)

GSH Food Group mg100 g mgsaji Buah segar Apel 33 46 Pisang 41 48 Anggur 79 146 Jeruk 73 106 Semangka 66 283 Sayuran segar Asparagus dimasak 283 263 Alpukat 277 313 Brokoli dimasak 91 78 Wortel mentah 79 59 Tomat 90 109 Daging Hamburger 175 149 Ham rebus 233 13 Ayam digoreng 131 134 Sereal biji-bijian Cornflakes 00 00 Roti whole wheat 12 06 Roti putih 00 00 Nasi putih enriched dimasak 16 21 Produk Susu Susu whole 00 00 Keju Amerika 00 00 Yoghurt plain lowfat 00 00 Es krim 10 lemak 00 00

40

BAB III

KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

31 Kerangka Berpikir

Faktor penyebab penuaan antara lain faktor internal dan faktoreksternal

Faktor internal meliputi radikal bebas glikosilasi metilasi hormon yang

berkurang apoptosis system kekebalan tubuh yang menurun genetik Faktor

eksternal meliputi gaya hidup tidak sehat polusi lingkungan stress kemiskinan

kebiasaan yang salah olahraga berlebihan (overtraining) Berbagai faktor di atas

menyebabkan terjadinya penurunan fungsi tubuh dan terjadilah penuaan

Kerangka konsep penelitian berdasarkan teori bahwa salah satu penyebab

penuaan adalah radikal bebas Bila jumlah radikal bebas melebihi jumlah

antioksidan di dalam tubuh terjadilah stress oksidatif Radikal bebas dapat

merusak membran sel protein DNA dan berakibat fatal bagi kelangsungan hidup

sel jaringan Stress oksidatif yang berlangsung lama akan mengakibatkan

terjadinya penumpukan hasil kerusakan oksidatif di dalam sel dan jaringan

selanjutnya sel dan jaringan tersebut akan kehilangan fungsinya dan akhirnya

mati

Olahraga berlebih meningkatkan stress oksidatif karena terdapat

peningkatan konsumsi O2 oleh aktivitas otot skeletal Oksigen juga dapat bersifat

toksik yang dapat memicu peningkatan Reactive Oxygen Species (ROS)Organ

yang tidak mendapat cukup oksigen dan nutrisi menjadi iskemik dan terjadi

kerusakan mikrovaskular (Reperfusion Injury) memicu peningkatan radikal

40

41

bebas Dengan pemberian antioksidan Glutation yang merupakan antioksidan

master diharapkan dapat mencegah kerusakan lebih lanjut yang diakibatkan oleh

radikal bebas dengan cara melindungi sel dari Reactive Oxygen Species (ROS)

dan dapat dilihat melalui parameter MDA yang mengalami penurunan

32 Konsep Penelitian

Konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Gambar 31 Konsep Kadar MDA pada tikus yang diberikan Pelatihan Fisik Berlebih+ Placebo dan Pelatihan Fisik Berlebih + Glutation

FAKTOR INTERNAL

- Jenis Kelamin

- Usia

- Genetik

- Hormon

- Psikologis

FAKTOR EKSTERNAL

- Makanan

- Cuaca iklim

- Penyakit

- Exercise

GLUTATION

TIKUS

KADAR MDA

42

33 Hipotesis

Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan kadar MDA

tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

43

BAB IV

METODE PENELITIAN

41 Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksterimental dengan rancangan

randomized pre test-post test control group design (Poccock et al 2008)

Subyek terdiri dari 2 kelompok yaitu

1 Kelompok 1 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+ Placebo

2 Kelompok 2 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation

Semua kelompok sebelum perlakuan diberikan pre test (O1 O3) dan

dihitung rerata untuk masing-masing kelompok

Setelah perlakuan semua kelompok diberikan post test (O2 O4) dan

dihitung rerata untuk masing-masing kelompok

Kemudian dihitung perbedaan rerata antara pre test dan post test dari

masing-masing kelompok lalu hasil perbedaan tersebut dibandingkan secara

statistik

Gambar 41 Rancangan Penelitian

P S

43

R R

O1 P1 O2

O3 P2 O4

44

Keterangan

P = populasi

S = sampel

R = random

O1 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah mendapatkan

pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan placebo (pre test)

O2 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah diberikan pelatihan

fisik berlebih setelah diberikan placebo (post test)

O3 = observasi data MDA kelompok perlakuan setelah diberikan

pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan Glutation (pre test)

O4 = observasi data MDA kelompok perlakuan diberikan pelatihan fisik

berlebih setelah diberikan Glutation (post test)

P1 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih+ placebo

P2 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation

42 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran

Universitas Udayana pada bulan Januari ndash Maret 2012 Pemeriksaan MDA darah

tikus dikerjakan di bagian Program Antar Unit Universitas Gajah Mada

Jogyakarta

45

43 Populasi dan Sampel

431 Populasi

Subyek penelitian adalah tikus jantan dewasa galur Wistar yang berusia 2-

25 bulan dan dalam kondisi fisik sehat

432 Kriteria Sampel

4321 Kriteria Inklusi

Kriteria Inklusi yang ditetapkan sebagai sampel adalah sebagai berikut

a Tikus jantan dewasa galur Wistar

b Umur 2-25 bulan

c Berat badan plusmn200 gram

d Sehat

e MDA ge 5mmollt

4322 Kriteria Drop Out

Adalah sampel yang mati pada waktu penelitian

433 Besar Sampel

Besar sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini dihitung berdasarkan

rumus Poccock (2008)

Angka μ1 (5) dan μ2 (12) didapatkan dari penelitian sebelumnya (Ji 1998)

n=

46

= asymp 7

Keterangan

n = jumlah sampel

σ = standar deviasi kelompok perlakuan dengan pemberian

glutation (15)

f ( ) = besarnya didapat dari tabel (Poccock 2008)

μ1 = rerata hasil MDA pada kelompok perlakuan sesudah

pemberian glutatioacuten (5)

μ2 = rerata hasil MDA pada kelompok pre test (12)

Jadi jumlah sampel (n) = 675 dan ditambah 3 ekor tikus untuk masing-

masing kelompok sebagai cadangan Jadi total 20 ekor tikus dengan 10

ekor tikus untuk masing-masing kelompok

434 Teknik Pengambilan Sampel

Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat

sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi diambil secara acak

sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi

2 kelompok yaitu kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+placebo kelompok

dengan pelatihan fisik berlebih + glutation

47

44 Variabel Penelitian

441 Klasifikasi Variabel

Variabel penelitian dibedakan menjadi

1 Variabel Bebas dosis pemberian glutation

2 Variabel Tergantung kadar MDA

3 Variabel Terkendali varian tikus jantan (galur wistar) jenis

kelamin umur berat badan lingkungan

(pencahayaan suhu kelembaban nutrisi

kandang)

Gambar 42 Bagan Hubungan Antar Variabel

VARIABEL BEBAS

- Pelatihan fisik berlebih

- Glutation 37mg kgBBhari

VARIABEL TERGANTUNG

KADAR MDA

VARIABEL TERKENDALI

Varian tikus

Jenis kelamin umur berat badan

Pencahayaan suhu kelembaban nutrisi kandang

Makanan minuman

48

442 Definisi Operasional Variabel

1 Pelatihan fisik berlebih pada tikus adalah pelatihan yang berlebihan

yang diukur berdasarkan kemampuan maksimal berenang tikus pada

ember berdiameter 35 cm dengan kedalaman air 20 cm yang

dilakukan 60 menithari selama 35 hari pada waktu yang sama pada

suhu 32 derajat (Binekada 2002 dan Pepe2011)

2 Glutation yang diberikan adalah Glutation Teofarma injeksi sediaan

600mg 4 ml Dosis pemberian Glutation adalah pemberian sediaan

antioksidan Glutation dalam bentuk suntikan intraperitoneal yang

diberikan 1x sehari dan diberikan 6 jam sebelum pelatihan fisik

berlebih Dosis pemberian Glutation mengacu pada penelitian yang

dilakukan sebelumnya oleh Ji L L yaitu 37mgkgBBhari yang

dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril secara intraperitonial

3 MDA merupakan salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada

membran sel dan merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan

oleh radikal bebas Pengukuran kadar MDA menggunakan metode

Thiobarbituraic Acid Reactive Substances (TBARS) Pembacaan hasil

dengan menggunakan spektrofotometer Satuan MDA dalam mmoll

4 Cahaya suhu dan kelembaban merupakan kondisi lingkungan yang

dialami tikus jantan dewasa Pada penelitian ini kondisi lingkungan

selama percobaan dibuat sama

5 Berat badan tikus adalah berat badan yang ditimbang dengan

timbangan gram

49

6 Umur tikus adalah umur yang ditentukan dengan melihat tanggal

kelahiran yang dicatat pada kandang percobaan

7 Kondisi peneliti yang meliputi kesehatan fisik dan psikis peneliti

Penelitian dilaksanakan saat kondisi peneliti dalam keadaan baik

sehingga pengaruhnya terhadap hasil penelitian dapat diabaikan

45 Bahan dan Alat Penelitian

451 Bahan Penelitian

Glutation injeksi

Tikus jantan

Makanan tikus berupa pellet dan air minum dari air ledeng

Aquades steril

EDTA (Ethylenediamine tetraacetic acid)

Reagensia untuk pengukuran kadar MDA

452 Alat Penelitian

Alat yang dipakai dalam pengambilan data penelitian ini adalah

- Kandang tikus terbuat dari besi yang di dalamnya terdapat sekam dan

botol minuman

- Ember berdiameter 35 cm dan kedalaman air 20 cm

- Stopwatch

- Timbangan

- Spuit injeksi 1 ml

50

- Sarung tangan

- Kapas dan alkohol 70

- Tabung Evendorf

- Mikropipet

- Pipet kapiler

- Sentrifugasi

46 Prosedur Penelitian

1 Tikus jantan dewasa (Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan

berat badan plusmn200gram dilakukan aklimatisasi selama 2 minggu di

tempat penelitian untuk penyesuaian dengan lingkungan

2 Semua sampel tikus diberi perlakuan yang sama yaitu diberikan

pelatihan fisik berlebih dengan cara berenang sampai kelelahan pada

hari ke 7 kedua kelompok tersebut dilakukan pemeriksaan MDA

3 Mulai hari ke 8 ndash 35 sampel tikus yang berjumlah 20 ekor dibagi atas 2

kelompok di mana kelompok 1(kontrol) diberikan pelatihan fisik

berlebih + injeksi aquabidest intraperitoneal enam jam sebelum

perlakuan aktifitas berlebih kelompok ke 2 (perlakuan) diberikan

pelatihan fisik berlebih + injeksi intraperitoneal glutation 37

mgkgBBhari yang sudah dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril

4 Pada hari ke 35 dilakukan pemeriksaan kadar MDA pada masing-

masing tikus setelah bulu tikus kering

51

5 Selama penelitian hewan coba diberikan makanan dan minuman secara

teratur kebersihan dan kenyamanan kandang dijaga

461 Alur Penelitian

TIKUS ADAPTASI 2 MINGGU

PELATIHAN FISIK BERLEBIH 1 MINGGU

MDA

KELOMPOK 1 KELOMPOK 2

PELATIHAN FISIK BERLEBIH PELATIHAN FISIK BERLEBIH

+ AQUABIDEST (28 hari) +GLUTATION 37mgkgBBhari

28 HARI 28 HARI

MDA

Gambar 43 Bagan Alur Penelitian

462 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium

Pemantauan keselamatan tikus jantan (galur Wistar) di laboratorium

(Smith et al1988 Ngatidjan 2006) adalah sebagai berikut

1 Kandang tikus jantan harus cukup kuat tidak mudah rusak teratur dibersihkan

(1x seminggu) mudah dipasang kembali hewan tidak mudah lepas tahan

52

gigitan hewan kelihatan jelas dari luar Alas tempat tidur terbuat dari serbuk

gergaji atau sekam padi agar mudah menyerap air

2 Luas lantai yang memadai untuk tikus jantan dengan berat badan plusmn200 gram

adalah 60cm persegi dan tinggi 20 cm

3 Diciptakan suasana lingkungan yang stabil dan sesuai keperluan fisiologi tikus

jantan di mana kelembaban suhu pertukaran udara yang ekstrim harus

dihindari

4 Hewan coba hendaknya diperlakukan dengan kasih sayang

47 Pengolahan dan Analisis Data

Analisis data yang digunakan adalah

1 Analisis Deskriptif

2 Uji normalitas data dilakukan dengan tes Shapiro-Wilk Distribusi data

normal dengan nilai pgt005

3 Uji homogenitas dilakukan dengan Lavenersquos Test Data dinyatakan

homogen dengan nilai pgt005

4 Karena data berdistribusi normal dan homogen maka untuk uji

komparabilitas dipakai

- Uji t independent untuk membandingkan rerata kadar MDA antar

kelompok

- Uji Paired T- Test untuk membandingkan rerata kadar MDA pre

dan post masing-masing kelompok

- Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau

dinyatakan berbeda bila plt005

53

BAB V

HASIL PENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 20 ekor tikus jantan dewasa

(Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan berat badan plusmn200 gram sebagai

sampelyang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah 10 ekor

yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dankelompok

perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) Dalam penyajian hasil ini diuraikan

uji normalitas data uji homogenitas data uji komparabilitas dan uji efek

perlakuan

51 Uji Normalitas Data

Data Kadar MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan

pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji

Shapiro-Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005)

disajikan pada Tabel 51

53

54

Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing Kelompok Sebelum

dan Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Perlakuan n p Keterangan

Kadar MDA kontrol pre

Kadar MDA perlakuan pre

Kadar MDA kontrol post

Kadar MDA perlakuan post

10

10

10

10

0965

0550

0975

0697

Normal

Normal

Normal

Normal

52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok

Data Kadar MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun

sesudah perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test

Hasilnya menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52

Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA Sebelum dan

Sesudah Perlakuan

Variabel F p Keterangan

Kadar MDA pre

Kadar MDA post

0016

0592

0901

0452

Homogen

Homogen

53 Kadar MDA

531 Uji komparabilitas

Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata kadar MDA

antar kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan

55

glutation Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada

Tabel 53 berikut

Tabel 53

Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata

Kadar MDA

SB T P

Aktivitas berlebih dan

placebo

Aktivitas berlebihdan

glutathion

10

10

518

529

028

029

089 0386

Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok

kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 518028mmoll dan rerata

kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 529029mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 089 dan nilai

p = 0386 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan

berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya tidak berbeda secara

bermakna (p gt 005)

532 Analisis efek perlakuan

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kadar MDA antar

kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation

56

Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54

berikut

Tabel 54 Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata

Kadar MDA

SB T P

Aktivitas berlebih dan

placebo

Aktivitas berlebihdan

glutathion

10

10

778

444

023

017

3672 0001

Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok

kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata

kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 444017mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 3672 dan nilai

p = 0001 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan

berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya berbeda secara

bermakna (p lt 005)

57

Gambar 51 Perbedaan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

533 Analisis Komparasi Sebelum dengan Sesudah Perlakuan

Analisis komparasi diuji berdasarkan rerata kadar MDA antara sebelum

dengan sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation Hasil

analisis kemaknaan dengan uji t-paired disajikan pada Tabel 55 berikut

Tabel 55 Analisis KomparasiKadar MDA antara Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Kelompok Beda Rerata

pre ndash post p Keterangan

Aktivitas berlebih dan placebo

Aktivitas berlebih dan

glutathion

260

085

0001

0001

Meningkat

Menurun

58

Berdasarkan uji t-paired didapatkan bahwa ada penurunan kadar MDA

pada kelompok perlakuan secara bermakna sebesar 085mmoll sedangkan pada

kelompok kontrol mengalami peningkatan secara bermakna sebesar 260mmoll

59

BAB VI

PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian

Untuk menguji efek pemberian glutation terhadap penurunan kadar MDA

maka dilakukan penelitian terhadap 20 ekor tikus jantan dewasa (Galur Wistar)

sebagai sampel yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah

10 ekor yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dan

kelompok perlakuan (pelatihan fisik berlebih dan glutation)

62 Efek Pelatihan Fisik Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA

Hasil penelitian dan analisis data terhadap kadar MDA darah pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji

normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan homogenitas (Levenersquos test) pre-test dan post-

test masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)

Uji perbandingan 1 minggu pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan

injeksi antara kedua kelompok menggunakan uji t-independent Rerata kadar

MDA kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) adalah

518028mmoll dan rerata kelompok pelatihan fisik berlebih dan glutation

adalah 529029mmoll Analisis kemaknaan dengan uji t-independent

menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna kadar MDA darah antara

kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa

kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan injeksi rerata kadar MDAnya tidak

59

60

berbeda secara bermakna

Uji perbandingan setelah pemberian placebo dan glutation antara kedua

kelompok menggunakan t-independent Rerata kadar MDA kelompok kontrol

(aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata kelompok

perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) adalah 444017mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent antara kedua kelompok sesudah diberikan

placebo dan glutation menunjukkan perbedaan kadar MDA secara bermakna

(plt005) Hal ini berarti bahwa kelompok yang diberikan perlakuan berupa

placebo dan glutation 6 jam sebelum diberikan pelatihan fisik berlebih dengan

cara merenangkan selama 60 menit hari selama 35 hari rerata kadar MDA

berbeda secara bermakna Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh

untuk melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam

organ dan pembuluh darah (Giriwijoyo 2004)

Peningkatan kadar MDA sesudah diberikan pelatihan fisik berlebih pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan disebabkan karena pelatihan fisik

berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena terjadi peningkatan konsumsi

oksigen oleh aktifitas otot skeletal Stress oksidatif memicu peningkatan senyawa

oksigen reaktif Pada pelatihan fisik berlebih juga terjadi Reperfusion Injury yang

memicu terjadinya kerusakan jaringan dan peningkatan radikal bebas (Adiputra

2008) Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara menarik elektronnya

sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan sampai kematian sel

(Suryohudoyo 2000)

Pada penelitian ini didapatkan bahwa sesudah diberikan pelatihan fisik

61

berlebih dan placebo terjadi peningkatan kadar MDA sebesar 5024 Kadar

MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel (Winarsi

2007) Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pepe

(2011) bahwa pelatihan fisik berlebih meningkatkan kadar MDA Lebih lanjut

Murray et al (2000) juga menyatakan bahwa pelatihan fisik berlebih merangsang

respon biomarker stres oksidatif Sedangkan pada kelompok perlakuan yang

diberikan aktifitas berlebih dan glutation terjadi penurunan kadar MDA sebesar

1607 Terjadinya penurunan kadar MDA pada kelompok yang diberikan

glutation 6 jam sebelum melakukan pelatihan fisik berlebih disebabkan karena

pemberian antioksidan meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan

cara mendonorkan elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa

oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsi 2007) Glutation merupakan antioksidan

endogen yaitu antioksidan yang dapat disintesa dalam tubuh dari asam amino L-

sistein L-glutamat dan glisin (Cadenas 2002) yang juga sebagai master

antioksidan yaitu antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain

Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan

Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik (Hersh 2004) Glutation

merupakan salah satu antioksidan yang tidak dapat menjadi pro oksidan (Cadenas

2002) Normalnya sekali suatu antioksidan memakan radikal bebas antioksidan

ini menjadi teroksidasi sendiri dan menyerang sel yang sehat yang disebut

sebagai pro oksidan Glutation dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang

teroksidasi tersebut menjadi bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali

dalam memakan radikal bebas (Sellman 2009) Sehingga dengan demikian

62

glutation dapat membantu dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Urso

(2003) bahwa suplementasi antioksidan dapat mengatasi kondisi stress oksidatif

yang terjadi pelatihan fisik berlebih

Uji perbandingan antara data MDA pre dan post masing-masing kelompok

digunakan uji t-paired test Berdasarkan uji ini didapatkan hasil pada kelompok

perlakuan terjadi penurunan kadar MDA secara bermakna sebesar 085 mmollt

sedangkan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan kadar MDA secara

bermakna sebesar 260mmollt Terjadi penurunan kadar MDA pada kelompok

perlakuan menunjukkan pemberian antioksidan Glutation intraperitoneal dosis

37mgkgBBhari dapat mengatasi kondisi stress oksidatif yang terjadi pada

pelatihan fisik berlebih Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh

Urso (2003)

63

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

71 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan sebagai

berikut Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA

tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

72 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah

1 Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja glutation

yang lebih detail

2 Memperhatikan takaran latihan supaya tidak berlebihan yang justru akan

meningkatkan kerusakan sel

3 Perlu dilakukan uji klinis pada manusia

63

64

DAFTAR PUSTAKA

Adiputra N 2008Kesehatan Olah Raga Available from httpwwwbalihesgorgindexphpoption=com Accessed 2011 Oct 5th

Anonim 2011 Glutathione Available at

httpenwikipediaorgwikiGlutathione Accessed 2011 Oct 5th Anonim 2011 Overtraining Available at

httpwwwmarksdailyapplecomovertraining Accessed 2011 Oct5th

Asikin N 2001Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan InKursus Penyegaran dan Pelatihan Radikal bebas dan Antioksidan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta Fakultas Kedokteran UI

Bagiada NA 2001 Proses Penuaan dan Penanggulangannya Denpasar

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hal 22 Banerjee AK Mandal A Chanda D Chahraboti S 2003 Oxidant

Antioxidant and Physical ExerciseAvailable from httpwwwncbinlmnihgovpubmed14619981 accesed 2011 Sept 2nd

Binekada MC 2002 ldquoPelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Konsentrasi dan

Motilitas Spermatozoa Mencitrdquo(tesis) Denpasar Universitas Udayana

Cadenas E Jones PD 2002Bioavailability of Glutathione In Cadenas E

Packer L editorsHandbook of Antioxidants2nd Ed New York Marcel DekkerInc p549-564

Catala A 2006Lipid PeroxidationInt J Biochem Cell Biol 38 1482-1495 Dalle-DonneI Rossi R ColomboR Giustarini D Milzani

A2006Biomarkers of Oxidative Damage in Human Disease Available from httpwwwredorbitcomnewsscience473334biomarkersof oxidative damage in human diseaseindexhtmlaccessed2011 Sept 5th

Fouad T 2007 Free radicals Types Sources and Damaging Reaction

Relations Available from

64

65

wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th

Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th

Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112

Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors

ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their

Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69

Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan

Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th

Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz

R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155

Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester

Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th

Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala

T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200

Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and

Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders

66

Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana

LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia

Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647

Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from

httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit

Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK

Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620

Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji

Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah

Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009

Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan

Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132

Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde

Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521

Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley

Medical Publicationsp 123-141

Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI

Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable

from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer

67

Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole

Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam

Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI

Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam

Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya

Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan

Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47

Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant

Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th

Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan

Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105

68

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965

Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975

Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753

Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

69

Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan

Group Statistics

Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887

Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215

Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260

Perlakuan 10 42500 23348 07383

Independent Samples Test

Levenes Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df

Sig (2-

tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence Interval of the

Difference Lower Upper

Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428

Equal variances not assumed

-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429

Post1

Equal variances assumed 592 452 367

22 18 000 333700 09087 314608 352792

Equal variances not assumed

36722 16855 000 333700 09087 314515 352885

Post2

Equal variances assumed 906 354 264

19 18 000 239500 09066 220454 258546

Equal variances not assumed

26419 16265 000 239500 09066 220307 258693

70

Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis

(Laurence amp Bacharach 1964)

2g mencit 20g tikus 400g marmot

l5Kg kelinci

20Kg kucing

40Kg kera

120Kg anjing

70Kg manusia

20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879

200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560

400 g marmot

008 057 10 225 24 52 102 315

l5Kg kelinci

004 025 044 10 106 24 45 142

20Kg kucing

003 023 042 092 10 22 41 130

40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61

120Kg anjing

0008 006 010 0022 024 052 10 31

70Kg manusia

00026 0018 0031 007 0013 016 032 10

71

Lampiran 4

Foto Penelitian

Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)

72

Lampiran 5

Data Hasil Penelitian

Kelompok Kontrol

Pre test Post test Pre test Post Test

752 647 769 694

779 670 773 664

745 660 803 653

769 643 817 677

783 653

786 684

Kelompok Perlakuan

Pre Test Post test

412 391

436 412

442 425

425 401

453 436

466 442

432 405

456 432

470 453

476 463

Page 5: PEMBERIAN INJEKSI GLUTATION INTRAPERITONEAL

iv

iv

Tesis ini Telah Diuji Pada

Tanggal 26 April 2012

Panitia Penguji tesis Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana

No 0144UN144HK2012

Tanggal 16 Januari 2012

Ketua Prof Dr dr J Alex PangkahilaMSc Sp And

Anggota

1 ProfdrI Gusti Made Aman SpFK

2 ProfDrdr Wimpie Pangkahila SpAnd FAACS

3 Dr dr Ida Sri Iswari SpMK MKes

4 Profdr N Agus Bagiada SpBIOK

v

v

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena hanya atas berkat

rahmat dan karuniaNya tugas akhir dengan judul ldquoPEMBERIAN GLUTATION

MENURUNKAN KADAR MDA PADA TIKUS WISTAR DENGAN

PELATIHAN FISIK BERLEBIHrdquo ini dapat diselesaikan

Tulisan ini disusun untuk memenuhi persyaratan tugas akhir studi yang

dijalani Penulis untuk memperoleh Gelar Master pada Program Magister Program

Studi Ilmu Kedokteran Biomedik Kekhususan Anti Aging Medicine Program

Pasca Sarjana Universitas Udayana

Selama penyusunan tulisan ini Penulis banyak mendapatkan bimbingan

dan masukan yang berharga dari berbagai pihak Di mana pada kesempatan ini

perkenankanlah Penulis menyampaikan rasa hormat dan ucapan terimakasih yang

sebesar-besarnya kepada

1 Prof Drdr Wimpie Pangkahila SpAnd FAACS selaku Ketua Program

Studi Ilmu Kedokteran Biomedik Kekhususan Anti Aging Medicine

Universitas Udayana dan penguji yang telah memberikan banyak

masukan dan bimbingan kepada penulis selama penyusunan tesis ini

2 ProfDrdr J Alex Pangkahila MSc SpAnd selaku pembimbing I yang

telah banyak memberikan dorongan semangat masukan dan bimbingan

kepada penulis selama penyusunan tesis ini

vi

vi

3 Prof dr I Gusti Made Aman SpFK selaku pembimbing II pembimbing

akademik dan Kepala Laboratory Animal Unit Bagian Farmakologi

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana yang dengan penuh perhatian

memberikan dorongan semangat dan bimbingan kepada penulis selama

mengikuti program magister dan penyusunan tesis ini

4 Prof dr N Agus Bagiada SpBIOK selaku penguji yang dengan sepenuh

hati membimbing dan memberikan masukan kepada penulis selama

penyusunan tesis ini

5 Dr dr Ida Sri Iswari MKes SpMK selaku penguji yang banyak sekali

membimbing dan memberi masukan yang kritis serta pengajaran yang

sangat dirasakan manfaatnya oleh penulis selama penyusunan tesis ini

6 Bapak I Gede Wiranatha selaku staf di Departemen Farmakologi Fakultas

Kedokteran Universitas Udayana yang telah membantu selama melakukan

penelitian di laboratorium Farmakologi FK Universitas Udayana

7 Drs I Ketut Tunas MSi yang telah membantu memberikan masukan dan

saran ilmiah terutama dalam statistik yang sangat berguna bagi penulis

dalam menyusun tesis ini

8 dr I Made Oka Negara beserta staf bagian Ilmu Kedokteran Andrologi

dan Seksologi (dr Pram Ibu Eni Ibu Agnes dan Bapak Edy) serta teman-

teman mahasiswa Program Magister Biomedik kekhususan Anti Aging

Medicine atas doa semangat dan dorongannya

vii

vii

9 Keluarga besar tercinta suami (Berlianto Tjahjadi) anak-anak (Henokh

dan Khezia) dan orang tua atas doa pengertian kasih sayang dan

dorongan serta masukan kepada penulis selama penyusunan tesis ini

10 Juga kepada para dosen pengajar dan rekan-rekan yang tidak dapat saya

sebut satu persatu kiranya Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan

berkat dan rahmatNya

Akhir kata Penulis berharap tulisan tugas akhir ini dapat memberikan

manfaat bagi penulis pribadi dan bagi Program Pendidikan Magister Program

Studi Ilmu Kedokteran Biomedik Kekhususan Anti Aging Medicine Program

Pasca Sarjana Universitas Udayana serta bagi puhak-pihak lain yang

berkepentingan

Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa memberkati kita semua amin

Denpasar April 2012

Elisabeth Susana

viii

viii

ABSTRAK

PEMBERIAN INJEKSI GLUTATION INTRAPERITONEAL MENURUNKAN KADAR MDA PADA TIKUS WISTAR DENGAN

PELATIHAN FISIK BERLEBIH

Menurut Kedokteran Anti Penuaan penuaan dapat diperlakukan seperti suatu penyakit sehingga prosesnya dapat kita atasi bahkan dapat kita lsquoreversersquo atau dirsquokembalikanrsquokan menjadi seperti kondisi saat lsquomudarsquoSetiap saat kita melakukan suatu aktifitas terjadi proses oksidasi di dalam tubuh kitadi mana 2-5 dari oksigen yang kita hirup tereduksi menjadi radikal bebas Hal ini merupakan suatu kondisi fisiologis Produksi tersebut meningkat dalam kondisi seperti terpapar sinar ultraviolet polusi merokok konsumsi alkohol berlebihan stress menyebabkan kerusakan sel terjadi penuaan dini Pelatihan Fisik berlebih menyebabkan radikal bebas meningkat kondisi ini membutuhkan antioksidan yang mampu untuk mengatasi radikal bebas sehingga kerusakan lebih lanjut dapat dicegah Tujuan penelitian untuk mengetahui efektivitas Glutation dalam mengatasi peningkatan radikal bebas yang diakibatkan oleh pelatihan fisik berlebih yang dapat diketahui dari menurunnya kadar MDA Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan pre test-post test control group design yang dilakukan di Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana pada bulan Januari- Maret 2012 Penelitian ini menggunakan sampel 20 ekor tikus putih yang dibagi menjadi 2 kelompokKelompok 1 adalah kelompok kontrol yang diberikan pelatihan fisik berlebih (berenang) dan diberikan suntikan intraperitoneal aquabidesKelompok 2 adalah kelompok perlakuan yang diberikan pelatihan fisik berlebih dan suntikan intraperitoneal Glutation dengan dosis 37mgkg BB hariKedua kelompok diberikan pelatihan fisik berlebih selama 35 hari di mana pelatihan fisik ini dibagi atas 2 yaitu 7 hari pertama hanya diberikan pelatihan fisik berlebih saja 28 hari berikutnya diberikan pelatihan fisik berlebih + perlakuan berupa pemberian injeksi Glutation placebo Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kelompok kontrol terdapat peningkatan kadar MDA dari 518plusmn028mmollt menjadi 552plusmn029mmollt sedangkan pada kelompok perlakuan kadar MDA menurun dari 778plusmn023 mmollt menjadi 444plusmn017 mmollt Berdasarkan uji statistik yang dilakukan terdapat penurunan MDA secara bermakna pada kelompok perlakuan (plt005) Penelitian ini menyimpulkan bahwa pemberian suntikan Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang diberikan pelatihan fisik berlebih Disarankan untuk melakukan penelitian in vivo lanjutan pada beberapa jenis hewan percobaan dan pada manusia

Kata kunci glutation kadar MDA pelatihan fisik berlebih tikus

ix

ix

ABSTRACT

INTRAPERITONEAL ADMINISTRATION OF GLUTATHIONE INJECTION DECREASE MDA LEVEL ON

OVERTRAINING RAT

According to Anti-Aging Medicine aging can be treated as a diseaseageing process can be overcome so that we can even reverse Every time we do an activity a process of oxidation occurs in our bodies 2-5 of the oxygen we consumed is reduced to free radicals This is a physiological condition This production is increased in conditions such ultraviolet rays exposure pollution smoking excessive alcohol consumption stress causing cells damage occurs premature aging Overtraining causes an excess of free radicals this condition requires an antioxidant that is able to overcome free radicals so further damage can be prevented The aim of this study was to determine the effectiveness of Glutathione in dealing with excess free radicals caused by excessive physical training which can be determined from the decreasing levels of MDA

This study was an experimental study with Pre test-Post test control group design conducted at the Department of Pharmacology Faculty of Medicine University of Udayana in January-March 2012 This study used 20 albino rats randomly divided into two groups Group 1 control group was given physical overtraining (swimming) and aquabidest intraperitoneal injections Group 2 was given physical overtraining and Glutathione intraperitoneal injection at a dose of 37mgbwday Both groups were given overtraining for 35 days in which overtraining is divided into two the first 7 days are given only overtraining course the next 28 days are given overtraining + Glutathione injection placebo The results showed that in the control group there were elevated levels of MDA of 518 plusmn 028 mmol l to 552plusmn 029 mmoll while in the treated group there were decreased levels of MDA of 778 plusmn 023 mmol l to 444 plusmn 017 mmoll Based on statistical tests there is a significant decrease in in the treated group (plt005)

This study concluded that administration of intraperitoneal Glutathione injections decreasing levels of MDA in mice given physical overtraining It is recommended to conduct further studies in vivo in several species of experimental animals and in humans Key words Glutathione MDA level physical overtraining rat

x

x

DAFTAR ISI

Sampul Dalam i

Pemberian Gelar ii

Lembar Pengesahan iii

Penetapan Panitia Penguji iv

Ucapan Terima Kasih v

Abstrak viii

Abstract ix

DAFTAR ISI x

DAFTAR TABEL helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip xiv

DAFTAR GAMBARhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip xv

DAFTAR LAMPIRAN helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip xvi

DAFTAR SINGKATAN xvii

BAB I PENDAHULUAN

11 Latar Belakang 1

12 Rumusan Masalah 6

13 Tujuan Penelitian 6

14 ManfaatPenelitian 7

141 Manfaat Keilmuan 7

142 Manfaat Praktis 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA

21 Penuaan 8

xi

xi

211 Teori Wear and Tear 9

212 Teori Radikal Bebas 9

213 Teori Kontrol Genetika 11

214 Teori Neuroendokrin 11

22 Radikal Bebas 12

221 Definisi Radikal Bebas 12

222 Sifat- sifat Radikal Bebas 12

223 Peranan Radikal Bebas Dalam Proses Penuaan 15

23 Stress Oksidatif 15

231 Keadaan Yang Menyebabkan Stress Oksidatif 15

24 Pelatihan Fisik 16

241 Olahraga 16

242 Pelatihan Fisik Berlebih 21

25 Antioksidan 28

26 Glutation sebagai Antioksidan 29

261 Fungsi Glutation 31

262 Suplementasi Glutation 33

263 Glutation Precursor 37

264 Sumber Glutation dari makanan 38

BAB III KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

31 Kerangka Berpikir 40

32 Konsep Penelitian 41

33 Hipotesis Penelitian 42

xii

xii

BAB IV METODE PENELITIAN

41 Rancangan Penelitian 43

42 Tempat dan Waktu Penelitian 44

43 Populasi Sampel 44

431 Populasi 44

432 Kriteria Sampel 45

4321 Kriteria Inklusi 45

4322 Kriteria Drop Out 45

433 Besar Sampel 45

434 Teknik Pengambilan Sampel 46

44 Variabel Penelitian 47

441 Klasifikasi Variabel 4

442 Definisi Operasional Variabel 48

45 Bahan dan Alat Penelitian 49

451 Bahan Penelitian 49

452 Alat Penelitian 49

46 Prosedur Penelitian 50

461 Alur Penelitian 51

462 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium 51

47 Pengolahan dan Analisis Data 52

BAB V HASIL PENELITIAN

51 Uji Normalitas Data 53

52 Uji Homogenitas Antar Kelompok 54

xiii

xiii

53 Kadar MDA 54

531 Uji Komparabilitas 54

532 Analisa Efek Perlakuan 55

533 Analisa Komparasi Sebelum dan Sesudah Perlakuan 57

BAB VI PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian 59

62 Efek Aktifitas Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA 59

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

71 Kesimpulan 63

72 Saran 63

DAFTAR PUSTAKA 64

LAMPIRAN 68

xiv

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 21 Makanan yang mengandung Glutation 39

Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing

Kelompok Sebelum dan Sesudah Perlakuan 54

Tabel 52 Hasil uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA

Sebelum dan Sesudah Perlakuan 54

Tabel 53 Hasil Rerata Kadar MDA antar Kelompok Sebelum

Diberikan Perlakuan 55

Tabel 54 Hasil Rerata Kadar MDA antar Kelompok Sesudah

Diberikan Perlakuan 56

Tabel 55 Analisis Komparasi Kadar MDA antara Sebelum dan

Sesudah Perlakuan helliphelliphelliphellip 57

xv

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 21 Struktur GSH dan GSSG 30

Gambar 22 GSH Redox 31

Gambar 23 Detoksifikasi Lipid Hydoxyperoxides di usus halus 32

Gambar 24 Supply dan Removal Glutation 34

Gambar 31 Kerangka Konsep Kadar MDA pada Tikus yang

diberikan Pelatihan Fisik Berlebih+Placebo dan Pelatihan

Fisik Berlebih+Glutation 41

Gambar 41 Rancangan Penelitian 42

Gambar 42 Bagan Hubungan antar Variabel 47

Gambar 43 Bagan Alur Penelitian 51

Gambar 51 Perubahan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah

Diberikan Perlakuan 57

xvi

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Uji Normalitas Data 68

Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antar Kelompok Kontrol

dan Perlakuan 69

Lampiran 3 Perbandingan Luas Permukaan Tubuh Hewan Percobaan

untuk Konversi Dosis 70

Lampiran 4 Foto Penelitian 71

Foto Glutation (Tationil Teofarma) 71

Lampiran 5 Data Hasil Penelitian 72

xvii

xvii

DAFTAR SINGKATAN

CoQ10 Coenzym Q10

DNA Deoxyribonucleic Acid

GSH Px Glutation Peroksidase

GSH Glutation

GSSG Rx Glutation Reduktase

GSSG Glutation Disulfide

MDA Malondialdehyde

NADH Nicotinamide Adenine Dinucleotide

NADPH Nicotinamide Adenine Dinucleotide Phosphate

O2 Oksigen

RNA Ribonucleic Acid

ROS Reactive Oxygen Species

SOD Super Oxide Dismutase

TBARS Thiobarbituric Acid Reactive Substances

1

BAB I

PENDAHULUAN

11 LATAR BELAKANG

Proses penuaan menurut Kedokteran Anti Penuaan dapat diperlakukan

seperti suatu penyakit dalam arti proses ini dapat diatasi dapat dirsquoreversersquo atau

dirsquokembalikanrsquo menjadi kondisi seperti saat muda Penyakit yang muncul seiring

dengan bertambahnya usia seperti hipertensi diabetes mellitus osteoartritis dan

lain-lain membuat kualitas hidup menurun pada usia lanjut Ilmu Kedokteran

Anti Penuaan memberikan paradigma baru dalam mengatasi proses penuaan Ilmu

ini memberikan solusi untuk mengatasi ketidakmampuan penyakit nyeri

deformitas dan kesedihan di masa tua sehingga kualitas hidup meningkat

Modifikasi gaya hidup dengan cara mengatur pola makan pola tidur pola

olahraga pola hidup manajemen hormon dapat meningkatkan kualitas hidup

Terbentuknya radikal bebas oksigen dalam tubuh sebenarnya merupakan

sesuatu yang fisiologis Oksigen yang kita hirup berperan dalam metabolisme

sebagian kecil (2-5) tereduksi membentuk radikal bebas Radikal bebas oksigen

dikelompokkan dalam senyawa Reactive Oxygen Species (ROS) ROS merupakan

radikal bebas yang berbahaya bagi tubuh (Arief 2010) Bila produksi tersebut

menjadi semakin meningkat dalam kondisi seperti terpapar sinar ultraviolet

polusi merokok konsumsi alkohol dalam jumlah banyak stress menyebabkan

kerusakan pada sel-sel terjadi penuaan

1

2

Teknologi yang berkembang dengan pesatnya memberikan kita banyak

fasilitas kemudahan dalam menjalani hidup kita Akhirnya dalam apapun yang

akan kita perbuat atau lakukan kita selalu dihadapkan pada 2 pilihan mau yang

mudah atau yang sulit Menjamurnya makanan instant fast food yang disebut

juga makanan junk food karena memang tidak kurang kandungan gizi yang kita

perlukan Makanan ini tidak mengandung nilai gizi hanya mementingkan rasa

yang penting enak gurih karena banyak mengandung lemak tinggi karbohidrat

dan cepat saji karena semakin sibuknya manusia Selain itu karena kesibukan

kita menjadi kurang sekali dalam berolahraga selain kesibukan juga sudah lelah

Akibatnya kita menjadi gemuk semakin gemuk semakin malas beraktifitas

semakin mudah lelah yang lama kelamaan menjadi kelelahan kronis depresi

mudah muncul

Gaya hidup manusia yang mempunyai tingkat stress yang tinggi ditambah

kurangnya aktifitas berolahraga meningkatkan resiko timbulnya penyakit jantung

low back pain adult-onset diabetes obesity yang disebut hypokinetic diseases

(Sharkey 2003 ) Meningkatnya insidensi kelebihan berat badan menjadi masalah

kesehatan di seluruh dunia termasuk di Indonesia (Misnadiarly 2007) Kelebihan

berat badan menyebabkan terjadinya penumpukan lemak yang berlebihan dalam

tubuh dan berpotensi memicu banyak penyakit yang mematikan Beberapa

penyakit tersebut dikategorikan sebagai penyakit yang terjadi karena metabolism

yang melambat dan penumpukan lemak sering disebut sebagai Sindroma

Metabolik(hipertensi hiperlipidemia diabetes mellitus) Sebaliknya sebuah gaya

3

hidup yang sehat dan seimbang memainkan peranan yang besar dalam mencegah

banyak penyakit yang berhubungan dengan gaya hidup

Pada sisi lain manusia juga selalu dituntut untuk memiliki tubuh sehat

penampilan yang menarik Masalah muncul pada saat manusia memilih jalan

pintas berolahraga berlebihan (overtraining) diet ketat berlebihan

mengkonsumsi obat-obatan penekan nafsu makan obat-obat pembakar lemak

suplemen secara berlebihan dan tanpa informasi yang benar tanpa pengawasan

dokter dengan tujuan untuk memperoleh tubuh ramping dalam waktu secepatnya

Bukan tubuh sehat yang didapat tetapi malah menjadi sakit yang tidak mustahil

dapat mengarah ke kematian

Tubuh sehat ideal dalam arti tidak mudah sakit mempunyai hidup yang

berkualitas penampilan yang prima dan mempunyai postur tubuh yang

proporsional (Misnadiarly 2007) Gaya hidup yang sehat seimbang adalah kunci

untuk mencapai kesehatan dan bentuk badan yang lebih bagus dan hanya akan

tercapai melalui aktifitas olahraga pengaturan pola makan istirahat yang teratur

dan proporsional

Olahraga yang berlebihan tidak memberikan efek yang baik untuk tubuh

tetapi latihan yang tepat meningkatkan kebugaran aerobik Frekuensi yang lebih

sering durasi yang lebih panjang intensitas yang meningkat meningkatkan

kebugaran fisik Hal yang penting kita harus memperhatikan waktu pemulihan

Apabila tubuh tidak mempunyai cukup waktu untuk pemulihan bukan

meningkatkan kebugaran tetapi malah menimbulkan cedera atau penyakit melalui

supresi sistem kekebalan (Sharkey 2003) Olahraga yang teratur dapat

4

meningkatkan produksi molekul anti oksidan endogen termasuk glutathioneurate

coenzyme Q10 (Cadenas 2002) Dengan meningkatnya kadar antioksidan

endogen maka kadar MDA tubuh akan menurun

Teori Radikal Bebas menjelaskan bahwa radikal bebas merusak sel-sel

tubuh manusia (Goldmanamp Klatz 2003) Pelatihan fisik berlebih menyebabkan

terbentuknya radikal bebas Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara

menarik elektronnya sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan

sampai kematian sel (Suryohudoyo 2000) Pelatihan fisik berlebih menyebabkan

penuaan terjadi lebih cepat

Gaya hidup yang tidak sehat meningkatkan produksi radikal bebas

Beruntung tubuh mempunyai mekanisme pertahanan melawan oksidasi yang

terjadi tersebut Tubuh memproduksi enzim dan molekul khusus yang dapat

menangkap dan melenyapkan radikal bebas (superoksid dismutase katalase

glutation alfa lipoic acid CoQ10) yang disebut juga antioksidan endogen dan

yang berasal dari makanan seperti vitamin C dan E beta karoten polifenol

selenium seng (antioksidan esensial) yang disebut juga antioksidan eksogen

Antioksidan endogen maupun eksogen sangat penting buat tubuh karena

mampu meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan cara menangkap

dan mengeliminirnya Antioksidan eksogen efektif diperlukan untuk mencegah

terjadinya stress oksidatif Antioksidan endogen merupakan mekanisme

pertahanan preventif dengan cara memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal

bebas atau dengan cara menangkapnya (Winarsi 2007)

5

Bila jumlah antioksidan lebih sedikit dibanding jumlah radikal bebas

terjadi gangguan keseimbangan yang disebut redox state (Cadenas 2002) Dalam

kondisi seperti ini semakin banyak molekul normal yang ditarik elektronnya

molekul menjadi tidak stabil molekul ini akan merusak molekul sehat lainnya

sehingga terjadilah penyakit (Winarsi 2007)

Pemberian antioksidan yang cukup dan optimal dapat meningkatkan

kebugaran meningkatkan kemampuan tubuh dalam melakukan pelatihan fisik

menurunkan kadar stress oksidatif dalam tubuh mencegah terjadinya penuaan

dini (Pangkahila 2007) Antioksidan bekerja dengan cara mendonorkan satu

elektronnya ke molekul yang kehilangan elektronnya (radikal bebas) sehingga

membentuk radikal bebas tidak reaktif relatif stabil proses kerusakan sel dapat

dihambat

Ada beberapa macam antioksidan salah satunya adalah Glutation

Glutation merupakan antioksidan endogen yaitu antioksidan yang dapat dibuat

oleh tubuh kita sendiri Glutation juga dikenal sebagai master antioksidan

antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain (Goldman 2003)

Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan

Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik Normalnya sekali suatu

antioksidan memakan radikal bebas antioksidan ini menjadi teroksidasi sendiri

dan menyerang sel yang sehat yang disebut sebagai pro oksidan Glutation

dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang teroksidasi tersebut menjadi

bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali dalam memakan radikal bebas

(Sellman 2009) Sehingga dengan pengertian di atas glutation dapat membantu

6

dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh kita lebih banyak

dibandingkan dengan antioksidan lain

MDA adalah metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas

Kadar MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel

Apabila terdapat antioksidan yang tinggi dalam tubuh maka kadar MDA akan

menurun (Winarsi 2007)

Pelatihan fisik berlebih akan menyebabkan meningkatnya kerusakan

oksidatif Glutation menghambat kerusakan oksidatif Parameter yang digunakan

dalam penelitian ini adalah produk peroksidase lipid yaitu malondialdehid (MDA)

menurut metoda Willis

12 Rumusan Masalah

Apakah pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan

kadar MDA tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

13 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat

menurunkan kadar MDA pada tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

14 Manfaat Penelitian

141 Manfaat Keilmuan

Dapat menambah pengetahuan bahwa olahraga berlebih meningkatkan

MDA pemberian antioksidan Glutation dalam upaya mencegah terjadinya stress

7

oksidatif berkelanjutan yang dapat menjadi salah satu penyebab proses penuaan

penyakit metabolisme dan kemungkinan dapat dipergunakan sebagai dasar untuk

dilakukan penelitian lebih lanjut

142 Manfaat Praktis

Pengetahuan tersebut dapat memberikan manfaat kepada masyarakat luas

untuk lebih bijaksana dalam mengkonsumsi antioksidan dan dalam melakukan

pelatihan fisik

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

21 Penuaan

Penuaan sampai saat ini masih dianggap sebagai sesuatu yang alamiah

terjadi demikian juga penyakit yang muncul pada masa tuaSeseorang yang

berumur 50 tahun dengan penyakit Diabetes Mellitus dipandang sebagai sesuatu

yang umum karena memang sudah tua Sejak tahun 1950 penelitian penyebab

penuaan mulai diteliti faktor-faktor penyebab yang mempengaruhi kualitas hidup

sehingga meskipun usia bertambah tua tetapi tetap berkualitas Beberapa cara

modifikasi gaya hidup terus dilakukan untuk mencapai kualitas hidup yang lebih

baik seperti mengatur pola makan pola tidur pola olahraga pola hidup untuk

mencapai kualitas hidup yang baik di usia lanjutPenelitian memberi kesimpulan

bahwa pemberdayaan diri membudayakan pola hidup sehat dapat meningkatkan

kualitas hidup seseorang (Franklin 2009)

Dewasa ini seiring dengan percepatan perubahan teknologi meningkatnya

persaingan hidup orang berlomba-lomba mengkonsumsi produk dan berbagai

metode yang mengklaim bisa menghambat penuaan atau bersifat Anti Aging Ilmu

Kedokteran Anti Penuaan memberikan paradigma baru dalam menangani proses

penuaan Ilmu Kedokteran Anti Penuaan ini menjanjikan dapat memberikan solusi

untuk mengatasi ketidakmampuan penyakit nyeri deformitas dan kesedihan di

masa tua dengan cara meningkatkan kualitas hidup masa tua (Goldman dan Klatz

8

9

2003) Menurut Pangkahila penuaan bisa dicegah diobati dan bahkan dapat

dikembalikan ke keadaan semula (Pangkahila 2007)

Proses penuaan dapat dijelaskan dalam empat teori utama yang walaupun

tidak dapat menjelaskan dengan lengkap tetapi teori tersebut melengkapi satu

dengan yang lain

211 Teori Wear and Tear

Teori ini diperkenalkan pertama kali oleh Dr August Weisman seorang

ahli biologi dari Jerman pada tahun 1882 Teori ini menyatakan bahwa tubuh dan

sel akan rusak karena penggunaan dan disalahgunakan baik penggunaan secara

alami apalagi penyalahgunaan Kerusakan terjadi dalam sel sampai organ Pada

usia muda kerusakan yang terjadi dapat diatasi dikompensasi karena sistem

perbaikan dan pemeliharan yang masih baik tetapi seiring dengan bertambahnya

umur tubuh mulai kehilangan kemampuan tersebut Teori ini juga meyakini

pemberian suplemen dan merangsang kemampuan tubuh untuk melakukan

perbaikan dan mempertahankan organ tubuh dan sel

212 Teori Radikal Bebas

Teori ini diperkenalkan oleh Dr Denham Harman pada tahun 1956

Radikal Bebas adalah molekul tidak stabil yang sangat reaktif karena mempunyai

elektron tidak berpasangan pada orbit luarnya dapat bereaksi dengan molekul

lain menimbulkan reaksi berantai yang sangat destruktif (Goldman dan Klatz

2003)

10

Radikal Bebas dihasilkan dari pembakaran gula dan lemak yang kita

konsumsi untuk memberikan energi pada tubuh kita Radikal bebas merusak

membran sel kode DNA enzim protein dan akhirnya terjadi kerusakan pada

seluruh organ Kerusakan terjadi mulai dari lahir dan terus berlanjut hingga

meninggal Pada usia muda dampak penggantian sel yang masih berfungsi baik

Seiring dengan usia bertambah akumulasi kerusakan akibat radikal bebas akan

mengganggu metabolisme sel terjadilah mutasi sel yang mengakibatkan

timbulnya kanker dan kematian

Age Spot merupakan salah satu bentuk kerusakan pada membrane sel

yang disebabkan oleh Radikal Bebas Kerusakan membran ini menghasilkan

produk sisa yang dikenal sebagai lipofuscin Jumlah lipofuscin yang tinggi dalam

tubuh memberikan warna gelap pada daerah tertentu yang disebut Age spot

Lipofuscins mengganggu sintesis DNA dan RNA mempengaruhi sintesis protein

(menurunkan energi dan menghambat pembentukan massa otot) merusak enzim

seluler yang diperlukan untuk proses kimia vital dalam tubuh (Goldman dan

Klatz 2003)

Radikal bebas mempengaruhi peroksidasi lipid yang menyebabkan

produksi MDA (malondialdehyde) yang mengikat protein dan menyebabkan

gangguan fungsi biologik protein tersebut Radikal Bebas berkaitan dengan

penyakit usia lanjut seperti aterosklerosis Parkinson penyakit Alzheimer dan

gangguan fungsi kekebalan tubuh (Pangkahila 2007)

11

213 Teori Kontrol Genetika

Teori terfokus pada kode genetik yang ada dalam DNA meskipun seluruh

aspek diwariskan dalam gen tiap individu waktu jam biologis tergantung pada

pola hidup penuaan masing-masing individu Tiap individu memiliki jam biologis

yang telah diatur waktunya Berhentinya jam biologis menandakan proses

penuaan dan meninggal (Goldman dan Klatz 2003)

Ilmu Kedokteran Anti Penuaan melakukan upaya mencegah dan

memperbaiki kerusakan yang terjadiTerapi Gen diharapkan dapat memberikan

solusi dalam menghadapi takdir genetika terhadap beberapa penyakit keturunan

214 Teori Neuroendokrin

Teori yang menyangkut peranan berbagai hormon bagi fungsi organ tubuh

diperkenalkan oleh Vladimir DilmanPhD

Hormon mengatur dan memperbaiki fungsi tubuh Pada usia muda

berbagai hormone masih berfungsi baik dalam mengendalikan berbagai fungsi

organ tubuh Ketika manusia menjadi tua produksi hormon menurun fungsi

tubuh menjadi terganggu Contoh Growth Hormone yang membantu

pembentukan massa otot testosteron dan hormone tiroid akan menurun tajam

pada usia tua Ditandai dengan rasio lemak dan otot yang meningkat Terapi sulih

hormone dapat membantu masalah tersebut dan mengembalikan fungsi hormone

tubuh sehingga memperlambat proses penuaan

12

22 Radikal Bebas

221 Definisi Radikal Bebas

Radikal bebas adalah molekul (kumpulan atom) yang memiliki elektron

yang tidak berpasangan Oksidan adalah senyawa penerima elektron yaitu

senyawa yang dapat menarik elektron Kedua jenis senyawa ini memiliki aktifitas

yang sama dan memberikan akibat yang hampir sama tetapi dengan proses yang

berbeda (Winarsi 2007) Radikal Bebas digolongkan dalam oksidan namun tidak

setiap oksidan adalah radikal bebas (Suryohudoyo 2000)

Sumber oksidan berasal dari

Tubuh sendiri yaitu berasal dari proses fisiologis namun oleh suatu sebab

jumlahnya menjadi banyak

Proses peradangan

Luar tubuh seperti polutan obat-obatan

Radikal bebas lebih berbahaya dibanding senyawa oksidan non radikal

222 Tahapan Terbentuknya Radikal Bebas dan Sifatnya

Tahapan terbentuknya radikal bebas terjadi melalui sederetan mekanisme

reaksi

1 Tahap Inisiasi yaitu tahap yang menyebabkan terbentuknya radikal bebas

Cu

RH + O2 R + H2O

2 Tahap Propagasi yaitu tahap dimana radikal bebas cenderung bertambah

banyak dengan membuat reaksi rantai dengan molekul lipid lain

13

R + O2 RO2

RO2 + RH R + ROOH

3 Tahap Terminasi yaitu apabila terjadi reaksi antara radikal bebas dengan

radikal bebas lain atau antara radikal bebas dengan suatu senyawa pembasmi

radikal bebas (scavenger)

R1 + R2 R 1 R 2

Reduksi oksigen memerlukan pengalihan empat electron (electrotransfer)

Pengalihan ini tidak dapat sekaligus tetapi dalam empat tahapan yang setiap

tahapan hanya melibatkan pengalihan satu elektron Kendala yang mengharuskan

oksigen hanya dapat menerima satu elektron setiap tahap menyebabkan

terjadinya dua hal yaitu kurang reaktifnya oksigen dan terbentuknya senyawa-

senyawa oksigen reaktif seperti O2 (radikal superoksida) H2O2 (hydrogen

peroksida) OOH (radikal peroksil) dan OH (radikal hidroksil)

Radikal Bebas memiliki 2 sifat yaitu

1 Reaktifitas tinggi karena cenderung menarik elektron

2 Mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal

Elektron dari Radikal Bebas berikatan dengan senyawa yang berikatan

kovalen seperti lipid protein dan DNA akan sangat berbahaya karena ikatan

digunakan bersama-sama pada orbit luarnya Dibanding senyawa oksigen reaktif

radikal hidroksil merupakan senyawa yang paling berbahaya karena reaktifitasnya

yang sangat tinggi

Radikal hidroksil dapat merusak 3 jenis senyawa penting yang berfungsi

untuk mempetahankan integritas sel yaitu

14

1 Asam lemak tak jenuh yang merupakan komponen penting fosfolipid

penyusun membran

2 DNA pembawa genetik sel

3 Protein memegang berbagai peran penting seperti enzim reseptor antibodi

sitoskeleton

Dari ketiga senyawa tersebut yang paling rentan adalah senyawa asam

lemak tak jenuh ganda pada membran sel yang mengakibatkan rapuhnya dinding

sel Senyawa oksigen reaktif ini juga merusak dinding bagian dalam pembuluh

darah sehingga mengakibatkan pengendapan koleserol dan menyebabkan

aterosklerosis Apabila senyawa oksigen reaktif ini merusak basa DNA akan

terjadi kekacauan sistem info genetika berlanjut pada pembentukan sel kanker

Jaringan lipid yang rusak memicu munculnya penyakit degeneratif

Fosfolipid glikolipid dan kolesterol merupakan komponen terpenting

membran sel Komponen fosfolipid dan glikolipid mengandung asam lemak tak

jenuh (asam linoleat linolenat arakidonat) sangat rawan terhadap serangan

radikal hidroksil yang dapat menimbulkan reaksi rantai yang dikenal sebagai

Lipid peroxidation

Peroksidase lipid

LH + OH --- H + H2O

Asam lemak Radikal Bebas

L + O2 -- LOO

Radikal peroksilipid

LOO + LH --- L + L OOH dan seterusnya

15

Hasil akhir dari proses ini adalah terputusnya rantai asam lemak menjadi

berbagai senyawa yang bersifat toksik terhadap sel antara lain berbagai macam

aldehid seperti Malondealdehyde (MDA)

223 Peranan Radikal Bebas dalam proses penuaan

Pada usia muda keseimbangan antara radikal bebas dan pertahanan

antioksidan berfungsi dengan baik seiring dengan pertambahan usia

keseimbangan terganggu karena cadangan antioksidan berkurang dan radikal

bebas berlebih (Saxena dan Lan 2006)

Akibat ketidakseimbangan ini terjadi kerusakan oksidatif (Arief 2010)

Kerusakan ini disebabkan oleh radikal bebas dan merusak 3 komponen utama

yang mempertahankan integritas sel seperti fosfolipid (penyusun membrane sel)

DNA (perangkat genetik) protein (enzim reseptor antibodi) (Fouad 2007)

Ketidakseimbangan antara antioksidan dan senyawa oksigen reaktif

menghasilkan stress oksidatif penyebab kanker penuaan aterosklerosis cedera

iskemik peradangan dan penyakit degeneratif (Parkinson Alzheimer)

(Pangkahila 2007)

23 Stress Oksidatif

231 Keadaan yang menyebabkan stress oksidatif

Pada saat jumlah antioksidan tubuh kurang dari yang diperlukan untuk

meredam efek buruk dari radikal bebas keadaan ini disebut Stress oksidatif Bila

terjadi dalam waktu yang lama akan terjadi penumpukan hasil kerusakan

16

oksidatif di dalam sel dan jaringan yang mengakibatkan hilangnya fungsi sel

jaringan dan akhirnya mati Hal ini merupakan penyebab utama proses penuaan

(Bagiada 2001)

Keadaan yang menyebabkan Stress Oksidatif ini salah satunya adalah

pelatihan fisik berat atau berlebih (Hersh 2004) Stress oksidatif dapat

dikendalikan antara lain dengan membiasakan untuk menerapkan pola hidup sehat

dan mengkonsumsi antioksidan diharapkan akan memacu kerja antioksidan

dalam tubuh

MDA merupakan hasil dari proses peroksidasi lipid meningkatnya MDA

menunjukkan adanya suatu kondisi Stress Oksidatif menurunnya MDA

menunjukkan adanya perbaikan dari kondisi Stress tersebut sehingga MDA dapat

dipakai sebagai biomarker Stress oksidatif

24 Pelatihan Fisik

241 Olahraga

Pelatihan fisik atau olahraga merupakan satu kegiatan yang penting bagi

kehidupan manusia Olahraga merupakan alternatif kegiatan yang dapat

meningkatkan derajat kebugaran fisik seseorang apabila dilakukan dengan dosis

takaran yang benar Menurut Sharkey olahraga dapat meningkatkan pengeluaran

energi dan tingkat pengeluaran tersebut berkaitan dengan intensitas dan durasi

aktifitas yang dilakukan (Sharkey 2003) Latihan fisik atau olahraga yang

memperhatikan frekuensi intensitas tipe dan waktu mendukung dalam

mendapatkan hasil yang maksimal dan menurunkan resiko cedera Latihan fisik

17

yang benar memberikan dampak perbaikan pada sistem fungsional paru dan

jantung sehingga terjadi hipertropi otot jantung penurunan detak jantung

istirahat peningkatan stroke volume peningkatan volume darah dan hemoglobin

menambah jumlah pembuluh darah kapiler serta berfungsi dalam proses

pembakaran energi (Fox 1998) Frekuensi latihan yang dianjurkan adalah 3-4x

seminggu dengan intensitas 72-87 dari denyut jantung maksimal (220-umur)

dengan variasi 10 denyut per menitTipe latihan yang dianjurkan adalah

pemanasan 15 menit kombinasi latihan aerobik dan latihan otot dalam waktu 30-

60 menit diakhiri pendinginan 10 menit (Pangkahila 2009)

Sumber energi yang dibutuhkan untuk pelatihan fisik aerobik yang

dominan didapat dari pembakaran simpanan karbohidrat lemak dan sebagian

kecil (5) dari pemecahan simpanan protein yang terdapat di dalam tubuh untuk

menghasilkan ATP (adenosine triphospate) ATP yang terdapat dalam jaringan

otot terbatas kebutuhan ATP dipertahankan oleh creatinin phosphate (CP) dan

glikogen yang tersimpan dalam otot (Hernawati 2009) Terdapat 3 jalur untuk

memberikan ATP tambahan sesuai yang dibutuhkan selama kontraksi otot

meliputi 1 Pemindahan fosfat berenergi tinggi dari kreatinin fosfat ke ADP 2)

Fosforilasi oksidatif (siklus asam sitrat dari sistem transportasi elektron) 3)

glikolisis (Sherwood 2001) Sedangkan pada aktifitas yang bersifat anaerobik

energi diperoleh dari hidrolisis phosphocreatine serta melalui glikolisis glukosa

secara anaerobik Proses ini dapat terjadi tanpa adanya oksigen (O2) Metabolisme

anaerobik ini menghasilkan asam laktat yang apabila terakumulasi dapat

menyebabkan rasa nyeri pada otot menimbulkan stress fisik Hal ini

18

menyebabkan latihan aerobik terasa lebih menyenangkan (Hernawati 2009)

Metabolisme aerobik jauh lebih efisien daripada anaerobik karena menghasilkan

38 molekul ATP per molekul glukosa versus hanya 2 molekul melalui jalur

anaerob

Pelatihan fisik atau olahraga yang teratur selain memberikan manfaat

perbaikan pada mental fisik dan fisiologis juga mempengaruhi hormon tubuh

kita antara lain (Sharkey2003)

1 Growth Hormone

Stimulasi sintesis protein (muscle tone development) dan kekuatan tulang

tendon ligament dan tulang rawan Penurunan penggunaan glukosa dan

peningkatan penggunaan lemak sebagai bahan bakar selama olahraga

Membantu mengurangi lemak tubuh dan mempertahankan glukosa darah pada

level normal sehingga membantu melakukan olahraga selama periode waktu

yang lebih lama Dilepaskannya Growth Hormone oleh kelenjar pituitari di

otak meningkat dengan meningkatnya waktu latihan aerobik

2 Endorphins

Opioid endogen dari kelenjar pituitary yang memblok rasa sakit menurunkan

nafsu makan membuat perasaan senang mengurangi tekanan dan kecemasan

Pada saat olahraga endorfin dalam darah meningkat sampai lima kali selama

aktifitas olahraga lebih dari 30 menit Endorfin membuat kita dapat melakukan

aktifitas latihan menjadi lebih tahan lama

19

3 Testosteron

Hormon yang penting untuk wanita dan pria dalam mempertahankan tonus

volume kekuatan otot meningkatkan angka rata metabolisme basal

menurunkan lemak tubuh dan merasa lebih percaya diri Diproduksi oleh

ovarium pada wanita dan testis pada laki-laki Testosteron pada wanita hanya

sepersepuluh kadar testosteron pada laki-laki Pada wanita testosteron

berperan pada pengaturan libido dan orgasme Produksi pada wanita menurun

saat menjelang menopause sedangkan pada pria pada usia memasuki usia 40

tahun Kadar testosteron darah mulai meningkat setelah 20 menit olahraga

baik pada wanita maupun pria dan tetap tinggi sampai 1-3 jam setelah

olahraga

4 Estrogen

Estrogen secara biologis aktif adalah 17 beta estradiol meningkatkan

pemecahan lemak dari lemak tubuh sehingga dapat digunakan sebagai sumber

tenaga meningkatkan rata-rata metabolisme basal meningkatkan mood

meningkatkan libido Hormon ini disekresi oleh ovarium meningkat saat

olahraga dan tetap meningkat sampai 1-4 jam setelah olahraga

5 Thyroxine (T4)

Hormon yang diproduksi oleh kelenjar tiroid meningkatkan metabolisme

hampir semua sel dalam tubuh Peningkatan metabolisme ini membantu kita

merasa lebih energik dan juga menyimpan kalori penting untuk penurunan

berat badan Kadar tiroksin dalam darah meningkat sekitar 30 selama

20

olahraga dan tetap meningkat sampai beberapa jam sesudahnya Olahraga

yang teratur juga meningkatkan level tiroksin saat istirahat

6 Epinephrine

Hormon yang diproduksi oleh medulla adrenal yang meningkatkan jumlah

darah yang dipompa oleh jantung dan mengarahkan aliran darah ke tempat

yang diharapkan Stimulasi pemecahan glikogen (karbohidrat yang disimpan)

dalam otot yang aktif dan hati untuk digunakan sebagai sumber tenaga

Menstimulasi pemecahan lemak (lemak yang disimpan dalam otot yang aktif)

dan digunakan sebagai sumber tenaga Sejumlah epinefrin yang dilepaskan

berhubungan dengan intensitas dan durasi latihan

7 Insulin adrenalin

Hormon yang penting dalam mengatur gula darah dan asam lemak (lemak)

dan asam amino (protein) dalam sel Sekresi insulin oleh pancreas meningkat

sehubungan dengan respon meningkatnya kadar gula darah dan protein yang

biasa terjadi setelah makan Semakin banyak gula sederhana yang dikonsumsi

semakin tinggi respon insulin Meningkatnya insulin menyebabkan produksi

lemak sehingga insulin sering disebut sebagai hormon lemak atau fat

hormone Pada orang dengan berat badan berlebih terjadi resistensi insulin

sehingga diperlukan insulin dalan jumlah yang lebih besar untuk didapatkan

efek yang sama sehingga didapatkan kadar insulin darah yang lebih tinggi dan

latihan aerobik setiap hari Kadar insulin darah mulai menurun 10 menit saat

olahraga dan terus menurun sekitar 70 menit olahraga Olahraga yang teratur

juga meningkatkan sensitivitas sel terhadap insulin dalam keadaan istirahat

21

8 Glucagon

Hormon yang diproduksi oleh pankreas tugasnya meningkatkan kadar gula

darah Saat gula darah rendah glukagon disekresi dan menyebabkan simpanan

karbohidrat di dalam hati dilepaskan ke aliran darah untuk meningkatkan

kadar gula mencapai kadar normal Glukagon juga menyebabkan

dipecahkannya lemak sehingga dapat digunakan sebagai bahan bakar atau

sumber tenaga Glukagon mulai disekresi pada 30 menit awal olahraga ketika

gula darah mulai menurun

242 Pelatihan Fisik Berlebih

Pelatihan fisik berlebih menimbulkan gangguan pada sistem endokrin

terjadi peningkatan kadar kortisol dan penurunan kadar testosteron (Maffetone

2007) peningkatan ACTH penurunan LH plasma

Sindrom pelatihan fisik berlebih dalam jangka panjang mengakibatkan

terjadinya inflamasi infeksi yang lebih lanjut dapat mempengaruhi kesehatan

secara umum Aktifitas berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena

terjadi peningkatan konsumsi O2 oleh aktifitas otot skeletal Meskipun oksigen

dibutuhkan oksigen juga bersifat toksik yang dapat memicu peningkatan ROS

Pada organ yang tidak mendapat oksigen dan nutrisi yang cukup akan

menimbulkan keadaan iskemik dan kerusakan mikrovaskular Keadaan ini disebut

sebagai Reperfusion Injury yang memicu terjadinya kerusakan jaringan dan

peningkatan Radikal Bebas

22

Pelatihan fisik berlebih meningkatkan terbentuknya Radikal Bebas

(Adiputra 2008) Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh untuk

melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam organ dan

pembuluh darah (Giriwijoyo 2004) Apabila berlebih menyebabkan kerusakan

sel dengan 3 cara (Kumar et al2005 Ebenhardt 2001)

1 Kerusakan DNA mengakibatkan mutasi DNA bahkan kematian sel

2 Peroksidasi lipid membrane sel dan sitosol menyebabkan terjadinya proses

reduksi asam lemak sehingga mengakibatkan kerusakan membran dan organel

sel

3 Modifikasi protein teroksidasi oleh karena cross linking protein

Bila radikal bebas bertemu dengan asam lemak tak jenuh ganda daalam

membrane sel terjadi reaksi peroksidasi lipid membran sel menyebabkan

peningkatan fluiditas membran gangguan integritas membran dan inaktivasi

ikatan membran dengan enzim dan reseptor Tahap akhir dibebaskan aldehyde

seperti malondealdehyde pentane etana conjugated diane yang bersifat merusak

tubuh (Murray et al2000)

Pelatihan fisik berlebih menyebabkan terjadinya peningkatan lekosit atau

lekositosis peningkatan isoprostan dalam urin protein carbonil (73) catalase

(96) glutation peroksidase serta glutation teroksidasi (25) Dapat

disimpulkan pelatihan fisik berlebih merangsang respon biomarker stres oksidatif

(Murray et al 2000) Proses penuaan mengakibatkan penurunan sistem imun

sehingga meningkatkan resiko infeksi Menurut teori aktifitas sedang dapat

menangkal efek proses penuaan yang diakibatkan penurunan sistem imun Studi

23

yang dilakukan Shepard dan Shek menunjukkan bahwa aktifitas sedang dapat

ditoleransi dengan baik oleh individu lanjut usia dan menunjukkan penurunan

stimulasi proliferasi limfosit

Gejala ndash gejala yang dirasakan apabila melakukan pelatihan fisik berlebih

(overtraining) (Maffetone 2007)

1 Sering mengalami kegagalan dalam melakukan latihan yang biasanya kita

lakukan Kondisi fisik menjadi semakin lemah dan semakin lambat terjadi

kemunduran

2 Kehilangan otot dan terjadi penimbunan lemak Latihan fisik berlebih

meyebabkan rasio testosteron kortisol yang seharusnya positif yang berarti

lebih banyak otot dan lebih sedikit lemak menjadi negatif yang berarti cortisol

lebih tinggi dibanding testosteron yang berarti terjadi peningkatan resistensi

insulin dan penimbunan lemak

3 Merasa lemas mudah tersinggung sulit tidur

4 Persendian tulang dan anggota tubuh terasa sakit

Terjadinya DOMS (delayed onset muscle soreness) menunjukkan teknik

latihan yang salah atau postur saat latihan yang tidak tepat DOMS merupakan

respon alami yang akan hilang dalam waktu sehari atau 2 hari tetapi apabila

nyeri berkepanjangan menunjukkan adanya overtraining

5 Sering tiba-tiba jatuh sakit

Latihan fisik berlebih menurunkan sistem imun tubuh kita sehingga menjadi

lebih mudah sakit

24

Latihan fisik berat jangka panjang berkaitan dengan cedera serat

ototKerusakan yang terjadi berhubungan dengan intensitas durasi dan tipe

latihan Ketika cell death terbentuk jaringan nekrotik dibuang oleh sel fagosit

sel satelit teraktivasi menuju ke area yang cedera menjadi myoblast dan

selanjutnya menjadi serat otot Enzim otot yang dilepaskan tidak sepenuhnya

merefleksikan kerusakan struktural yang diperkirakan oleh analisis histologis

Perubahan penanda biologis cedera otot (seperti aktifitas kreatin kinase (CK)

lactate dehydrogenase (LDH) atau konsentrasi malondialdehyde di plasma

(MDA)) sering diperiksa selama overtraining Serum aktivitas CK dan

konsentrasi MDA plasma dapat gagal meningkat saat overtraining perubahan

parameter biokimia hanya merefleksikan otot dengan beban berlebih Setelah

olahraga yang lama pro-inflammatory cytokines diproduksi lokal pada otot

skeletal

Tanda dan gejala fisik latihan fisik berlebih (overtraining)

- Denyut jantung atau nadi yang meningkat saat istirahat

- Tidak toleransi terhadap latihan

- Penampilan yang menurun

- Penurunan berat badan berkurangnya massa otot tidak nafsu makan

- Kelelahan chronic fatigue lethargy

- Nyeri dan kerusakan otot nyeri sendi

- Mudah terserang flu pembengkakan kelenjar getah bening di leher

selangkangan dan ketiak

- Konstipasi atau diare

25

- Gangguan haid gangguan makan gangguan tidur

- Sakit kepala gangguan pencernaan

- Pemulihan yang berlangsung lambat setelah latihan

- Sendi otot tendon terasa kaku dan sakit

Tanda dan gejala psikologis

- Lelah capek kekurangan tenaga

- Insomnia sakit kepala tidak mampu untuk beristirahat

- Depresi gelisah cemas apatis

- Menurunnya kepercayaan diri

- Menurunnya kemampuan untuk berkonsentrasi

- Mudah stress

Efek biokimia dari Latihan Fisik Berlebih

- Meningkatnya serum kortisol dan SHBG

- Menurunnya serum total dan free testosterone rasio testosteron kortisol

- Menurunnya glikogen otot

- Menurunnya serum hemoglobin besi dan ferritin

Faktor yang mempengaruhi terjadinya overtraining

- Jetlag

- Bekerja terlalu keras

- Menstruasi

- Nutrisi gaya hidup yang buruk

- Kurang istirahat

- Terlalu banyak mengkonsumsi alkohol

26

- Kurangnya kemampuan mengatasi stress

Penanganan overtraining atau Latihan Fisik berlebih

- Massage

Massage pada jaringan dalam dapat melepaskan otot yang tegang

mempertahankan keseimbangan sistem muskulo-skeletal Pemijatan atau

massage yang teratur dapat membantu mencegah cedera yang mungkin

terjadi karena overuse

- Menggunakan roller busa

Penggunaan roller busa memungkinkan kita dapat melakukan massage

atau pemijatan sendiri Kita dapat juga memakai yang berbentuk bola atau

bola tenis untuk membantu menghilangkan rasa sakit Pemijatan ini dapat

dilakukan di tungkai lutut hamstring bahu punggung atau otot atau sendi

manapun

- Terapi suhu kontras

Air pancuran hangat dan dingin bergantian menstimulasi tubuh untuk

pulih lebih cepat Otot membawa impuls yang terasa pada kulit bagian

dalam tubuh di mana terjadi stimulasi sistem imun memperbaiki sirkulasi

dan pencernaan mempengaruhi produksi hormon stress meningkatkan

aliran darah mengurangi sensitivitas nyeri

- Pengaturan makanan

Membantu proses pemulihan penting untuk mengkonsumsi makanan

tinggi karbohidrat protein dan lemak sehat seperti Omega 3 omega 6

omega 9 asam lemak esensial Karbohidrat memberikan sumber tenaga

27

pada tubuh dan otak asam lemak esensial membantu mengurangi depresi

memperbaiki pemulihan protein akan membangun kembali otot yang

mengalami overtraining

- Mengkonsumsi vitamin

Ketika terjadi overtraining suplementasi sangat menguntungkan Vitamin

dan suplementasi mineral sebaiknya dikonsumsi pagi hari bersama dengan

makanan untuk penyerapan yang lebih baik

Defisiensi Vitamin yang biasa terjadi

- Vitamin A (Beta-Caroten)

- Vitamin B kompleks vitamin B12

- Vitamin C D E K

- Asam Folat

Defisiensi Mineral yang biasa terjadi

- Calcium

- Chromium

- Copper Iodine Iron

- Magnesium Fosfor

- Potassium

- Sodium

- Sulfur

- Zinc

28

25 Antioksidan

Radikal Bebas merupakan senyawa reaktif yang secara alami diproduksi

oleh tubuh manusia Radikal Bebas memberikan efek positif atau efek negatif

Untuk membatasi efek negatif tersebut dibutuhkan kompleks proteksi ndash sistem

antioksidan Sistem ini terdiri dari enzim antioksidan (katalase glutation

peroksidase superoksid dismutase) dan antioksidan non enzimatik ( vitamin E-

tokoferol vitamin A- retinol vitamin C- asam askorbat) Keseimbangan antara

produksi radikal bebas dan pertahanan antioksidan menunjukkan tingkat stress

oksidatif yang mungkin terlibat dalam proses penuaan dan pada beberapa

patologi (misalnya kanker Parkinson) (Winarsi 2007)

Latihan fisik juga meningkatkan stress oksidatif dan menyebabkan

gangguan homeostasis Latihan memberikan efek positif dan efek negatif

tergantung dari beban latihan spesifikasi latihan dan tingkat basal latihan Stress

oksidatif terlibat dalam terjadinya muscular fatigue dan mengarah ke

overtraining

Definisi antioksidan menurut Cadenas adalah suatu senyawa yang apabila

terdapat dalam jumlah yang lebih banyak dibanding senyawa yang teroksidasi

secara signifikan dapat menunda atau mencegah proses oksidasi senyawa tersebut

(Cadenas 2002) Secara kimia antioksidan adalah senyawa pemberi electron

Secara biologis antioksidan adalah senyawa yang mampu menangkal dan

meredam dampak negative oksidan dalam tubuh Antioksidan mendonorkan satu

elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa oksidan tersebut dapat

dihambat (Winarsi 2007)

29

Penting sekali keseimbangan antara oksidan dan antioksidan karena

berfungsi menjaga integritas dan berfungsinya membrane lipid protein sel dan

asam nukleat Senyawa asam lemak tak jenuh penyusun membrane lipid sangat

sensitive terhadap perubahan keseimbangan antara oksidan dan antioksidan

Menurut mekanisme kerjanya antioksidan dikelompokkan atas 3 yaitu

1 Antioksidan primer SOD katalase glutation peroksidase (GSH-Px)

Bekerja pembentukan senyawa radikal bebas yang telah terbentuk menjadi

molekul yang kurang aktifSedangkan antioksidan primer yang dapat

ditambahkan dari luar seperti glutation asam lipoat SOD melatonin

2 Antioksidan sekunder vitamin E vitamin C beta karoten flavonoid asam

urat albumin (Soewoto 2001)

Merupakan antioksidan eksogenous atau non enzimatis (Winarsi 2007)

Bekerja dengan cara memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal bebas

atau dengan cara menangkapnya

3 Antioksidan tertier meliputi system enzim DNA-repair dan metionin

sulfoksida reduktase Berfungsi dalam perbaikan biomolekuler yang rusak

akibat reaktivitas radikal bebas

26 Glutation sebagai antioksidan

Glutation merupakan tripeptida yang terdiri dari asam amino glutamat

sistein dan glisin (Cadenas 2002)Ikatan glutamat ndash sistein merupakan ikatan

isopeptida antara grup γ-karboksil dari glutamat dan grup α amino dari

sisteinIkatan unik ini membuat gluation tahan terhadap degradasi oleh proteases

30

dan peptidases yang berfungsi pada peralihan proteinMerupakan suatu

antioksidan yang mencegah kerusakan komponen seluler oleh reactive oxygen

species seperti radikal bebas dan peroksidGlutation bukan nutrisi esensial karena

disintesa di dalam tubuh dari asam amino L-sistein L-glutamic acid dan glycine

Gambar 21 Struktur GSH dan GSSG

Glutation terdapat pada sebagian besar sel tubuh tetapi terbanyak terdapat

di dalam hati Grup thiol (SH) dari sistein berfungsi sebagai donor proton dan

bertanggungjawab untuk aktifitas biologis glutation Provisi asam amino ini

merupakan faktor yang terbatas dalam sintesis glutation oleh sel karena sistein

relatif jarang pada makanan Apabila dilepaskan sebagai asam amino bebas

sistein adalah toksik dan secara spontan dikatabolisasi di saluran pencernaan dan

plasma darah

Glutation disintesis dalam 2 tahap

1 Gamma-glutamylcysteine disintesa dari L-glutamate dan sistein melalui enzim

gamma-glutamylcysteine sintetase (glutamate cysteine ligase GCL)

31

2 Glisin ditambahkan pada C-terminal dari gamma-glutamylcysteine melalui

enzim glutation sintetase

261 Fungsi Glutation

Glutation terdapat dalam bentuk tereduksi (GSH) dan teroksidasi (GSSG)

Grup thiol dari sistein mampu memberikan donor elektron ke molekul lain yang

tidak stabil seperti Reactive Oxygen Species (ROS) Pada saat mendonorkan

elektronnya glutation menjadi reaktif dan segera bereaksi dengan glutation reaktif

lainnya membentuk glutation disulfide (GSSG)Reaksi mungkin terjadi apabila

terdapat konsentrasi yang cukup tinggi di sel (sampai 5mm di hati) GSH dapat

terbentuk kembali dari GSSG oleh enzim glutation reduktase Pada sel atau

jaringan yang sehat terdapat lebih 90 dari total simpanan glutation terdapat

dalam bentuk tereduksi (GSH) dan kurang dari 10 dalam bentuk disulfide

(GSSG)

GSH ---- GSSG

Eliminasi ROS Menjaga protein thiols Antioxidant

dalam bentuk reduksi pools

Gambar 22 GSH Redox (Cadenas 2002)

GSH Redox merupakan indikator sentral keseimbangan antara stress

oksidatif dan system antioksidan GSH Redox berkaitan dengan detoksifikasi

Reactive Oxygen Species (ROS) berfungsi dalam mempertahankan tersedianya

antioksidan mempertahankan protein thiol dalam bentuk reduksi Rasio

32

GSHGSSG sering dipakai untuk mengekspresikan keseimbangan redox ini

Peningkatan rasio GSH-GSSG merupakan indikasi adanya Stress Oksidatif

(Goldman 2003)

Glutation mempunyai beberapa fungsi (Winarsih 2007)

- Sebagai antioksidan endogen mayor yang diproduksi oleh sel berpartisipasi

langsung pada netralisasi radikal bebas dan senyawa oksigen reaktif

mempertahankan antioksidan eksogen seperti vitamin C dan E pada bentuk

tereduksi (aktif)

- Pengaturan siklus nitric oxide yang sangat penting untuk kehidupan tetapi

dapat menjadi masalah apabila tidak teregulasi Digunakan untuk reaksi

metabolism dan biokimia seperti sintesis dan perbaikan DNA sintesis protein

sintesis prostaglandin transport asam amino dan aktivasi enzim Tiap sistem

di dalam tubuh kita dapat dipengaruhi oleh sistem glutation khususnya sistem

imun sistem saraf sistem gastrointestinal dan paru

Gambar 23 Detoksifikasi Lipid Hydroxyperoxides di usus halus

33

GSH yang ditransportasikan kedalam lumen digunakan untuk detoksifikasi

peroksid yang terbentuk dari makanan oleh glutation peroksidase (GSH Px)

Proses ini membutuhkan peroksid dan glutation yang tersedia di sel epitel GSSG

yang terbentuk direduksi kembali menjadi GSH oleh GSSG reduktase (GSSG

Rx) menggunakan NADPH sebagai reduktan

262 Suplementasi Glutation

Meningkatkan level GSH melalui suplementasi glutation langsung sulit

Penelitian terakhir menyatakan bahwa secara oral tidak diabsorpsi baik melalui

saluran pencernaan Studi mengenai konsumsi oral akut glutation dengan dosis

sangat besar 3 gram Witschi dan tim menemukan lsquoadalah tidak mungkin

meningkatkan glutation yang bermanfaat secara klinis dengan dosis tunggal 3

gram glutationrsquo

Glutation terdapat pada makanan sehari-hari sampai 150mghari dapat

diabsorpsi melalui intak di usus halus Individu sehat dengan asupan sulfur asam

amino (1-2 gramhari) jumlah GSH mungkin tidak cukup untuk mendapatkan

efek penting secara sistemik Individu dengan asupan sulfur asam amino yang

terbatas suplementasi GSH diperlukan untuk mempertahankan suplai GSH

sistemik dengan memperbaiki keseimbangan sulfur asam amino (Cadenas 2002)

Glutation hanya diabsorpsi di sel epitel oral dan traktus gastrointestinal

dan memberikan keuntungan kesehatan spesifik pada jaringan tersebut(Cadenas

2002)

34

SUPLAI HILANG

Makanan suplemen Degradasi

GSH

Empedu LUMINAL Uptake

Epitel Reaksi Detoksifikasi

Gambar 24 Supply dan Removal Glutation dalam lumen usus halus (Cadenas 2002) Glutation (GSH) disuplai ke dalam lumen intestinal melalui konsumsi oral

empedu dan sekresi epitel intestinal Jumlah yang disuplai dari empedu cukup

untuk mempertahankan jumlah 200microM pada tikus tetapi tidak cukup pada

manusia yang mengalami degradasi di duktus kantung empedu Jumlah yang

dikonsumsi melalui makanan bervariasi dan secara umum kurang dari 200 microM

Jumlah yang diberikan melalui epitel hanya sekitar 10 atau kurang

dibandingkan dengan yang disediakan oleh empedu Hilangnya Glutation karena

degradasi oleh γ-glutamyltranspeptidase dan dipeptidases pada permukaan sel

epitel ditransportasikan ke dalam sel oleh mekanisme sodium-dependent dan

sodium-independent konjugasi dengan elektrofil reaktif dikatalisasi oleh

glutathione-S transferase mucus (Cadenas 2002)

Vitamin D meningkatkan level glutation di otak dan tampaknya sebagai

katalis untuk produksi glutation Sejumlah vitamin D aktif di otak berikatan

dengan seberapa besar vitamin D3 baik melalui suplemen atau dibentuk di kulit

melalui paparan matahariHal ini menyatakan bahwa mengkonsumsi vitamin D

35

dan atau mendapat cukup paparan matahari meningkatkan produksi glutation

(Sellman 2009)

Konsentrasi glutation di plasma dan hati dapat ditingkatkan dengan

mengkonsumsi suplemen tertentu yang disebut GSH precursors N-asetilsistein

atau NAC glutation precursor yang paling memungkinkan Suplemen lain S-

adenosilmetionin (SAMe) dan whey protein juga dapat meningkatkan glutation

dalam sel (Sellman 2009)

NAC tersedia dalam bentuk obat dan sebagai suplemen generik Alpha

lipoic acid juga dapat mempertahankan glutation intraselular Melatonin dapat

menstimulasi enzim yang berkaitan glutation peroksidase dan silimarin ekstrak

dari biji tanaman milk thistle (Silybum marianum) juga mempunyai kemampuan

memperbarui level glutation

Glutation diatur dengan ketat di intraseluler dan dibatasi produksinya oleh

feedback negative inhibisi sintesisnya sendiri melalui enzim gamma-

glutamilsistein sintetase sehingga meminimalisir kemungkinan terjadinya

overdosis Penambahan glutation menggunakan precursor atau glutation intravena

adalah strategi untuk mengatasi defisiensi glutation stress oksidatif tinggi

defisiensi imun

Glutation yang rendah menunjukkan adanya pembuangan dan

keseimbangan negatif nitrogen seperti pada kanker AIDS sepsis trauma

terbakar dan bahkan atlet overtraining Suplementasi glutation dapat

memperbaiki proses ini dan contohnya pada AIDS memberi hasil adanya

perbaikan survival rates Bagimanapun studi mengenai kondisi ini belum dapat

36

membedakan glutation rendah sebagai akibat secara akut (pada pasien sepsis) atau

secara kronis (HIV) meningkatkan stress oksidatif dan peningkatan patologi

sebagai akibat defisiensi yang sudah ada sebelumnya

Skizofrenia dan gangguan bipolar berhubungan dengan glutation yang

rendah Stress oksidatif mungkin salah satu faktor dasar patofisiologi gangguan

bipolar gangguan depresif mayor dan skizofrenia Glutation (GSH) adalah

pemakan radikal bebas mayor di otakTidak adanya GSH meningkatkan

kerentanan sel terhadap stress oksidatif ditandai asetilsistein dapat mengurangi

gejala kedua gangguan tersebut

Glutation merubah level stress oksidatif pada sel yang diisolasi di

laboratorium sehingga dapat mengurangi perkembangan kanker Tes ini tidak

dilakukan pada manusia

Glutamat yang berlebihan di sinaps yang dapat dilepaskan pada kondisi

seperti cedera otak dapat menghambat pengambilan sistein senyawa pembentuk

glutation yang pentingTanpa proteksi dari cedera oksidatif oleh glutation sel-sel

dapat rusak atau mati (Sellman 2009)

Glutation juga mempunyai fungsi lain sebagai berikut (Sellman 2009)

Mencerahkan kulit

Mencegah menghilangkan jerawat dan bekas jerawat

Menghilangkan noda hitam

Anti aging dan anti kerut

Memberi nutrisi kulit

Membantu pemulihan luka

37

Membuat kulit menjadi halus segar dan bersinar

Kondisi kesehatan yang berhubungan dengan defisiensi glutation

Peningkatan proses penuaan

Kesulitan dalam keseimbangan

Gangguan mental

Masalah koordinasi

Gangguan sistem saraf

Akhir-akhir ini dipercaya sebagai penyebab lesi otak

Kanker HIV Katarak Diabetes Mellitus

Jumlah sperma yang rendah

263 Glutation Precursor (Sellman 2009)

Glutation Precursor disebut juga sebagai building-block dari glutation

yaitu N-asetilsistein atau NAC dan whey protein tidak terdenaturasi

Nasetilsistein adalah obat farmasi yang biasa digunakan bertahun-tahun untuk

mengobati overdose asetaminofen Hal ini sangat efektif ketika diberikan dalam

dosis besar di ruang darurat ketika seseorang akan mengalami gagal hati karena

overdosis asetaminofen komposisi aktif dari Tylenol

Efek sampingnya adalah bercak-bercak kemerahan bersin mual

anafilaksis reaksi alergi yang berupa kesulitan bernafas karena bronkospasme

tekanan darah menurun angioedema muntah kram diare Walaupun jarang

kematian pernah dilaporkan karena N-asetilsistein Beberapa orang mendapatkan

rasa dan bau yang tidak dapat diterima karena kandungan sulfur di dalamnya

38

Pengggunaan teratur untuk menaikkan kadar glutation tidak direkomendasikan

untuk anak-anak dan bayi Masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk

menentukan keamanan N-asetilsistein untuk penggunaan jangka panjang

Whey protein tidak terdenaturasi merupakan nutraceutical atau medicinal

foodSenyawa ini memberikan ikatan sistein ke sel-sel di mana glutation dapat

terbentuk di tempat tersebut

Beberapa kondisi yang tidak dapat mengkonsumsi whey protein

- Pasien dengan alergi protein susu

- Pasien dengan diet rendah protein

- Pasien yang sedang menjalani terapi imunosupresif

Efek sampingnya adalah kembung perut kram urtikaria Efek samping

karena overdosis tidak terjadi karena sel hanya membuat sebatas yang dibutuhkan

apabila berlebih kelebihan disimpan di hati dan ginjal sampai suatu saat kalau

dibutuhkan

264 Sumber Glutation dari makanan

Sumber glutation dari makanan yang disarankan adalah asparagus bayam

brokoli bawang putih kale bawang watercress kol Brussel sprout beberapa

bumbu seperti kunyit kayu manis semangka alpukat anggur peach jeruk

walnut granola daging kalkun dan daging ayam keju cottage dan yoghurt

39

Tabel 21 Makanan yang mengandung Glutation (Cadenas2002)

GSH Food Group mg100 g mgsaji Buah segar Apel 33 46 Pisang 41 48 Anggur 79 146 Jeruk 73 106 Semangka 66 283 Sayuran segar Asparagus dimasak 283 263 Alpukat 277 313 Brokoli dimasak 91 78 Wortel mentah 79 59 Tomat 90 109 Daging Hamburger 175 149 Ham rebus 233 13 Ayam digoreng 131 134 Sereal biji-bijian Cornflakes 00 00 Roti whole wheat 12 06 Roti putih 00 00 Nasi putih enriched dimasak 16 21 Produk Susu Susu whole 00 00 Keju Amerika 00 00 Yoghurt plain lowfat 00 00 Es krim 10 lemak 00 00

40

BAB III

KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

31 Kerangka Berpikir

Faktor penyebab penuaan antara lain faktor internal dan faktoreksternal

Faktor internal meliputi radikal bebas glikosilasi metilasi hormon yang

berkurang apoptosis system kekebalan tubuh yang menurun genetik Faktor

eksternal meliputi gaya hidup tidak sehat polusi lingkungan stress kemiskinan

kebiasaan yang salah olahraga berlebihan (overtraining) Berbagai faktor di atas

menyebabkan terjadinya penurunan fungsi tubuh dan terjadilah penuaan

Kerangka konsep penelitian berdasarkan teori bahwa salah satu penyebab

penuaan adalah radikal bebas Bila jumlah radikal bebas melebihi jumlah

antioksidan di dalam tubuh terjadilah stress oksidatif Radikal bebas dapat

merusak membran sel protein DNA dan berakibat fatal bagi kelangsungan hidup

sel jaringan Stress oksidatif yang berlangsung lama akan mengakibatkan

terjadinya penumpukan hasil kerusakan oksidatif di dalam sel dan jaringan

selanjutnya sel dan jaringan tersebut akan kehilangan fungsinya dan akhirnya

mati

Olahraga berlebih meningkatkan stress oksidatif karena terdapat

peningkatan konsumsi O2 oleh aktivitas otot skeletal Oksigen juga dapat bersifat

toksik yang dapat memicu peningkatan Reactive Oxygen Species (ROS)Organ

yang tidak mendapat cukup oksigen dan nutrisi menjadi iskemik dan terjadi

kerusakan mikrovaskular (Reperfusion Injury) memicu peningkatan radikal

40

41

bebas Dengan pemberian antioksidan Glutation yang merupakan antioksidan

master diharapkan dapat mencegah kerusakan lebih lanjut yang diakibatkan oleh

radikal bebas dengan cara melindungi sel dari Reactive Oxygen Species (ROS)

dan dapat dilihat melalui parameter MDA yang mengalami penurunan

32 Konsep Penelitian

Konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Gambar 31 Konsep Kadar MDA pada tikus yang diberikan Pelatihan Fisik Berlebih+ Placebo dan Pelatihan Fisik Berlebih + Glutation

FAKTOR INTERNAL

- Jenis Kelamin

- Usia

- Genetik

- Hormon

- Psikologis

FAKTOR EKSTERNAL

- Makanan

- Cuaca iklim

- Penyakit

- Exercise

GLUTATION

TIKUS

KADAR MDA

42

33 Hipotesis

Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan kadar MDA

tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

43

BAB IV

METODE PENELITIAN

41 Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksterimental dengan rancangan

randomized pre test-post test control group design (Poccock et al 2008)

Subyek terdiri dari 2 kelompok yaitu

1 Kelompok 1 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+ Placebo

2 Kelompok 2 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation

Semua kelompok sebelum perlakuan diberikan pre test (O1 O3) dan

dihitung rerata untuk masing-masing kelompok

Setelah perlakuan semua kelompok diberikan post test (O2 O4) dan

dihitung rerata untuk masing-masing kelompok

Kemudian dihitung perbedaan rerata antara pre test dan post test dari

masing-masing kelompok lalu hasil perbedaan tersebut dibandingkan secara

statistik

Gambar 41 Rancangan Penelitian

P S

43

R R

O1 P1 O2

O3 P2 O4

44

Keterangan

P = populasi

S = sampel

R = random

O1 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah mendapatkan

pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan placebo (pre test)

O2 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah diberikan pelatihan

fisik berlebih setelah diberikan placebo (post test)

O3 = observasi data MDA kelompok perlakuan setelah diberikan

pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan Glutation (pre test)

O4 = observasi data MDA kelompok perlakuan diberikan pelatihan fisik

berlebih setelah diberikan Glutation (post test)

P1 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih+ placebo

P2 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation

42 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran

Universitas Udayana pada bulan Januari ndash Maret 2012 Pemeriksaan MDA darah

tikus dikerjakan di bagian Program Antar Unit Universitas Gajah Mada

Jogyakarta

45

43 Populasi dan Sampel

431 Populasi

Subyek penelitian adalah tikus jantan dewasa galur Wistar yang berusia 2-

25 bulan dan dalam kondisi fisik sehat

432 Kriteria Sampel

4321 Kriteria Inklusi

Kriteria Inklusi yang ditetapkan sebagai sampel adalah sebagai berikut

a Tikus jantan dewasa galur Wistar

b Umur 2-25 bulan

c Berat badan plusmn200 gram

d Sehat

e MDA ge 5mmollt

4322 Kriteria Drop Out

Adalah sampel yang mati pada waktu penelitian

433 Besar Sampel

Besar sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini dihitung berdasarkan

rumus Poccock (2008)

Angka μ1 (5) dan μ2 (12) didapatkan dari penelitian sebelumnya (Ji 1998)

n=

46

= asymp 7

Keterangan

n = jumlah sampel

σ = standar deviasi kelompok perlakuan dengan pemberian

glutation (15)

f ( ) = besarnya didapat dari tabel (Poccock 2008)

μ1 = rerata hasil MDA pada kelompok perlakuan sesudah

pemberian glutatioacuten (5)

μ2 = rerata hasil MDA pada kelompok pre test (12)

Jadi jumlah sampel (n) = 675 dan ditambah 3 ekor tikus untuk masing-

masing kelompok sebagai cadangan Jadi total 20 ekor tikus dengan 10

ekor tikus untuk masing-masing kelompok

434 Teknik Pengambilan Sampel

Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat

sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi diambil secara acak

sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi

2 kelompok yaitu kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+placebo kelompok

dengan pelatihan fisik berlebih + glutation

47

44 Variabel Penelitian

441 Klasifikasi Variabel

Variabel penelitian dibedakan menjadi

1 Variabel Bebas dosis pemberian glutation

2 Variabel Tergantung kadar MDA

3 Variabel Terkendali varian tikus jantan (galur wistar) jenis

kelamin umur berat badan lingkungan

(pencahayaan suhu kelembaban nutrisi

kandang)

Gambar 42 Bagan Hubungan Antar Variabel

VARIABEL BEBAS

- Pelatihan fisik berlebih

- Glutation 37mg kgBBhari

VARIABEL TERGANTUNG

KADAR MDA

VARIABEL TERKENDALI

Varian tikus

Jenis kelamin umur berat badan

Pencahayaan suhu kelembaban nutrisi kandang

Makanan minuman

48

442 Definisi Operasional Variabel

1 Pelatihan fisik berlebih pada tikus adalah pelatihan yang berlebihan

yang diukur berdasarkan kemampuan maksimal berenang tikus pada

ember berdiameter 35 cm dengan kedalaman air 20 cm yang

dilakukan 60 menithari selama 35 hari pada waktu yang sama pada

suhu 32 derajat (Binekada 2002 dan Pepe2011)

2 Glutation yang diberikan adalah Glutation Teofarma injeksi sediaan

600mg 4 ml Dosis pemberian Glutation adalah pemberian sediaan

antioksidan Glutation dalam bentuk suntikan intraperitoneal yang

diberikan 1x sehari dan diberikan 6 jam sebelum pelatihan fisik

berlebih Dosis pemberian Glutation mengacu pada penelitian yang

dilakukan sebelumnya oleh Ji L L yaitu 37mgkgBBhari yang

dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril secara intraperitonial

3 MDA merupakan salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada

membran sel dan merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan

oleh radikal bebas Pengukuran kadar MDA menggunakan metode

Thiobarbituraic Acid Reactive Substances (TBARS) Pembacaan hasil

dengan menggunakan spektrofotometer Satuan MDA dalam mmoll

4 Cahaya suhu dan kelembaban merupakan kondisi lingkungan yang

dialami tikus jantan dewasa Pada penelitian ini kondisi lingkungan

selama percobaan dibuat sama

5 Berat badan tikus adalah berat badan yang ditimbang dengan

timbangan gram

49

6 Umur tikus adalah umur yang ditentukan dengan melihat tanggal

kelahiran yang dicatat pada kandang percobaan

7 Kondisi peneliti yang meliputi kesehatan fisik dan psikis peneliti

Penelitian dilaksanakan saat kondisi peneliti dalam keadaan baik

sehingga pengaruhnya terhadap hasil penelitian dapat diabaikan

45 Bahan dan Alat Penelitian

451 Bahan Penelitian

Glutation injeksi

Tikus jantan

Makanan tikus berupa pellet dan air minum dari air ledeng

Aquades steril

EDTA (Ethylenediamine tetraacetic acid)

Reagensia untuk pengukuran kadar MDA

452 Alat Penelitian

Alat yang dipakai dalam pengambilan data penelitian ini adalah

- Kandang tikus terbuat dari besi yang di dalamnya terdapat sekam dan

botol minuman

- Ember berdiameter 35 cm dan kedalaman air 20 cm

- Stopwatch

- Timbangan

- Spuit injeksi 1 ml

50

- Sarung tangan

- Kapas dan alkohol 70

- Tabung Evendorf

- Mikropipet

- Pipet kapiler

- Sentrifugasi

46 Prosedur Penelitian

1 Tikus jantan dewasa (Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan

berat badan plusmn200gram dilakukan aklimatisasi selama 2 minggu di

tempat penelitian untuk penyesuaian dengan lingkungan

2 Semua sampel tikus diberi perlakuan yang sama yaitu diberikan

pelatihan fisik berlebih dengan cara berenang sampai kelelahan pada

hari ke 7 kedua kelompok tersebut dilakukan pemeriksaan MDA

3 Mulai hari ke 8 ndash 35 sampel tikus yang berjumlah 20 ekor dibagi atas 2

kelompok di mana kelompok 1(kontrol) diberikan pelatihan fisik

berlebih + injeksi aquabidest intraperitoneal enam jam sebelum

perlakuan aktifitas berlebih kelompok ke 2 (perlakuan) diberikan

pelatihan fisik berlebih + injeksi intraperitoneal glutation 37

mgkgBBhari yang sudah dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril

4 Pada hari ke 35 dilakukan pemeriksaan kadar MDA pada masing-

masing tikus setelah bulu tikus kering

51

5 Selama penelitian hewan coba diberikan makanan dan minuman secara

teratur kebersihan dan kenyamanan kandang dijaga

461 Alur Penelitian

TIKUS ADAPTASI 2 MINGGU

PELATIHAN FISIK BERLEBIH 1 MINGGU

MDA

KELOMPOK 1 KELOMPOK 2

PELATIHAN FISIK BERLEBIH PELATIHAN FISIK BERLEBIH

+ AQUABIDEST (28 hari) +GLUTATION 37mgkgBBhari

28 HARI 28 HARI

MDA

Gambar 43 Bagan Alur Penelitian

462 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium

Pemantauan keselamatan tikus jantan (galur Wistar) di laboratorium

(Smith et al1988 Ngatidjan 2006) adalah sebagai berikut

1 Kandang tikus jantan harus cukup kuat tidak mudah rusak teratur dibersihkan

(1x seminggu) mudah dipasang kembali hewan tidak mudah lepas tahan

52

gigitan hewan kelihatan jelas dari luar Alas tempat tidur terbuat dari serbuk

gergaji atau sekam padi agar mudah menyerap air

2 Luas lantai yang memadai untuk tikus jantan dengan berat badan plusmn200 gram

adalah 60cm persegi dan tinggi 20 cm

3 Diciptakan suasana lingkungan yang stabil dan sesuai keperluan fisiologi tikus

jantan di mana kelembaban suhu pertukaran udara yang ekstrim harus

dihindari

4 Hewan coba hendaknya diperlakukan dengan kasih sayang

47 Pengolahan dan Analisis Data

Analisis data yang digunakan adalah

1 Analisis Deskriptif

2 Uji normalitas data dilakukan dengan tes Shapiro-Wilk Distribusi data

normal dengan nilai pgt005

3 Uji homogenitas dilakukan dengan Lavenersquos Test Data dinyatakan

homogen dengan nilai pgt005

4 Karena data berdistribusi normal dan homogen maka untuk uji

komparabilitas dipakai

- Uji t independent untuk membandingkan rerata kadar MDA antar

kelompok

- Uji Paired T- Test untuk membandingkan rerata kadar MDA pre

dan post masing-masing kelompok

- Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau

dinyatakan berbeda bila plt005

53

BAB V

HASIL PENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 20 ekor tikus jantan dewasa

(Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan berat badan plusmn200 gram sebagai

sampelyang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah 10 ekor

yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dankelompok

perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) Dalam penyajian hasil ini diuraikan

uji normalitas data uji homogenitas data uji komparabilitas dan uji efek

perlakuan

51 Uji Normalitas Data

Data Kadar MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan

pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji

Shapiro-Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005)

disajikan pada Tabel 51

53

54

Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing Kelompok Sebelum

dan Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Perlakuan n p Keterangan

Kadar MDA kontrol pre

Kadar MDA perlakuan pre

Kadar MDA kontrol post

Kadar MDA perlakuan post

10

10

10

10

0965

0550

0975

0697

Normal

Normal

Normal

Normal

52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok

Data Kadar MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun

sesudah perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test

Hasilnya menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52

Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA Sebelum dan

Sesudah Perlakuan

Variabel F p Keterangan

Kadar MDA pre

Kadar MDA post

0016

0592

0901

0452

Homogen

Homogen

53 Kadar MDA

531 Uji komparabilitas

Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata kadar MDA

antar kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan

55

glutation Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada

Tabel 53 berikut

Tabel 53

Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata

Kadar MDA

SB T P

Aktivitas berlebih dan

placebo

Aktivitas berlebihdan

glutathion

10

10

518

529

028

029

089 0386

Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok

kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 518028mmoll dan rerata

kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 529029mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 089 dan nilai

p = 0386 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan

berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya tidak berbeda secara

bermakna (p gt 005)

532 Analisis efek perlakuan

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kadar MDA antar

kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation

56

Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54

berikut

Tabel 54 Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata

Kadar MDA

SB T P

Aktivitas berlebih dan

placebo

Aktivitas berlebihdan

glutathion

10

10

778

444

023

017

3672 0001

Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok

kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata

kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 444017mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 3672 dan nilai

p = 0001 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan

berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya berbeda secara

bermakna (p lt 005)

57

Gambar 51 Perbedaan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

533 Analisis Komparasi Sebelum dengan Sesudah Perlakuan

Analisis komparasi diuji berdasarkan rerata kadar MDA antara sebelum

dengan sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation Hasil

analisis kemaknaan dengan uji t-paired disajikan pada Tabel 55 berikut

Tabel 55 Analisis KomparasiKadar MDA antara Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Kelompok Beda Rerata

pre ndash post p Keterangan

Aktivitas berlebih dan placebo

Aktivitas berlebih dan

glutathion

260

085

0001

0001

Meningkat

Menurun

58

Berdasarkan uji t-paired didapatkan bahwa ada penurunan kadar MDA

pada kelompok perlakuan secara bermakna sebesar 085mmoll sedangkan pada

kelompok kontrol mengalami peningkatan secara bermakna sebesar 260mmoll

59

BAB VI

PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian

Untuk menguji efek pemberian glutation terhadap penurunan kadar MDA

maka dilakukan penelitian terhadap 20 ekor tikus jantan dewasa (Galur Wistar)

sebagai sampel yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah

10 ekor yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dan

kelompok perlakuan (pelatihan fisik berlebih dan glutation)

62 Efek Pelatihan Fisik Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA

Hasil penelitian dan analisis data terhadap kadar MDA darah pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji

normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan homogenitas (Levenersquos test) pre-test dan post-

test masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)

Uji perbandingan 1 minggu pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan

injeksi antara kedua kelompok menggunakan uji t-independent Rerata kadar

MDA kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) adalah

518028mmoll dan rerata kelompok pelatihan fisik berlebih dan glutation

adalah 529029mmoll Analisis kemaknaan dengan uji t-independent

menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna kadar MDA darah antara

kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa

kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan injeksi rerata kadar MDAnya tidak

59

60

berbeda secara bermakna

Uji perbandingan setelah pemberian placebo dan glutation antara kedua

kelompok menggunakan t-independent Rerata kadar MDA kelompok kontrol

(aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata kelompok

perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) adalah 444017mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent antara kedua kelompok sesudah diberikan

placebo dan glutation menunjukkan perbedaan kadar MDA secara bermakna

(plt005) Hal ini berarti bahwa kelompok yang diberikan perlakuan berupa

placebo dan glutation 6 jam sebelum diberikan pelatihan fisik berlebih dengan

cara merenangkan selama 60 menit hari selama 35 hari rerata kadar MDA

berbeda secara bermakna Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh

untuk melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam

organ dan pembuluh darah (Giriwijoyo 2004)

Peningkatan kadar MDA sesudah diberikan pelatihan fisik berlebih pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan disebabkan karena pelatihan fisik

berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena terjadi peningkatan konsumsi

oksigen oleh aktifitas otot skeletal Stress oksidatif memicu peningkatan senyawa

oksigen reaktif Pada pelatihan fisik berlebih juga terjadi Reperfusion Injury yang

memicu terjadinya kerusakan jaringan dan peningkatan radikal bebas (Adiputra

2008) Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara menarik elektronnya

sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan sampai kematian sel

(Suryohudoyo 2000)

Pada penelitian ini didapatkan bahwa sesudah diberikan pelatihan fisik

61

berlebih dan placebo terjadi peningkatan kadar MDA sebesar 5024 Kadar

MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel (Winarsi

2007) Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pepe

(2011) bahwa pelatihan fisik berlebih meningkatkan kadar MDA Lebih lanjut

Murray et al (2000) juga menyatakan bahwa pelatihan fisik berlebih merangsang

respon biomarker stres oksidatif Sedangkan pada kelompok perlakuan yang

diberikan aktifitas berlebih dan glutation terjadi penurunan kadar MDA sebesar

1607 Terjadinya penurunan kadar MDA pada kelompok yang diberikan

glutation 6 jam sebelum melakukan pelatihan fisik berlebih disebabkan karena

pemberian antioksidan meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan

cara mendonorkan elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa

oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsi 2007) Glutation merupakan antioksidan

endogen yaitu antioksidan yang dapat disintesa dalam tubuh dari asam amino L-

sistein L-glutamat dan glisin (Cadenas 2002) yang juga sebagai master

antioksidan yaitu antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain

Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan

Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik (Hersh 2004) Glutation

merupakan salah satu antioksidan yang tidak dapat menjadi pro oksidan (Cadenas

2002) Normalnya sekali suatu antioksidan memakan radikal bebas antioksidan

ini menjadi teroksidasi sendiri dan menyerang sel yang sehat yang disebut

sebagai pro oksidan Glutation dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang

teroksidasi tersebut menjadi bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali

dalam memakan radikal bebas (Sellman 2009) Sehingga dengan demikian

62

glutation dapat membantu dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Urso

(2003) bahwa suplementasi antioksidan dapat mengatasi kondisi stress oksidatif

yang terjadi pelatihan fisik berlebih

Uji perbandingan antara data MDA pre dan post masing-masing kelompok

digunakan uji t-paired test Berdasarkan uji ini didapatkan hasil pada kelompok

perlakuan terjadi penurunan kadar MDA secara bermakna sebesar 085 mmollt

sedangkan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan kadar MDA secara

bermakna sebesar 260mmollt Terjadi penurunan kadar MDA pada kelompok

perlakuan menunjukkan pemberian antioksidan Glutation intraperitoneal dosis

37mgkgBBhari dapat mengatasi kondisi stress oksidatif yang terjadi pada

pelatihan fisik berlebih Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh

Urso (2003)

63

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

71 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan sebagai

berikut Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA

tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

72 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah

1 Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja glutation

yang lebih detail

2 Memperhatikan takaran latihan supaya tidak berlebihan yang justru akan

meningkatkan kerusakan sel

3 Perlu dilakukan uji klinis pada manusia

63

64

DAFTAR PUSTAKA

Adiputra N 2008Kesehatan Olah Raga Available from httpwwwbalihesgorgindexphpoption=com Accessed 2011 Oct 5th

Anonim 2011 Glutathione Available at

httpenwikipediaorgwikiGlutathione Accessed 2011 Oct 5th Anonim 2011 Overtraining Available at

httpwwwmarksdailyapplecomovertraining Accessed 2011 Oct5th

Asikin N 2001Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan InKursus Penyegaran dan Pelatihan Radikal bebas dan Antioksidan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta Fakultas Kedokteran UI

Bagiada NA 2001 Proses Penuaan dan Penanggulangannya Denpasar

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hal 22 Banerjee AK Mandal A Chanda D Chahraboti S 2003 Oxidant

Antioxidant and Physical ExerciseAvailable from httpwwwncbinlmnihgovpubmed14619981 accesed 2011 Sept 2nd

Binekada MC 2002 ldquoPelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Konsentrasi dan

Motilitas Spermatozoa Mencitrdquo(tesis) Denpasar Universitas Udayana

Cadenas E Jones PD 2002Bioavailability of Glutathione In Cadenas E

Packer L editorsHandbook of Antioxidants2nd Ed New York Marcel DekkerInc p549-564

Catala A 2006Lipid PeroxidationInt J Biochem Cell Biol 38 1482-1495 Dalle-DonneI Rossi R ColomboR Giustarini D Milzani

A2006Biomarkers of Oxidative Damage in Human Disease Available from httpwwwredorbitcomnewsscience473334biomarkersof oxidative damage in human diseaseindexhtmlaccessed2011 Sept 5th

Fouad T 2007 Free radicals Types Sources and Damaging Reaction

Relations Available from

64

65

wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th

Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th

Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112

Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors

ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their

Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69

Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan

Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th

Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz

R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155

Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester

Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th

Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala

T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200

Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and

Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders

66

Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana

LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia

Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647

Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from

httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit

Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK

Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620

Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji

Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah

Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009

Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan

Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132

Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde

Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521

Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley

Medical Publicationsp 123-141

Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI

Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable

from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer

67

Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole

Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam

Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI

Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam

Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya

Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan

Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47

Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant

Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th

Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan

Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105

68

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965

Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975

Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753

Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

69

Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan

Group Statistics

Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887

Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215

Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260

Perlakuan 10 42500 23348 07383

Independent Samples Test

Levenes Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df

Sig (2-

tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence Interval of the

Difference Lower Upper

Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428

Equal variances not assumed

-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429

Post1

Equal variances assumed 592 452 367

22 18 000 333700 09087 314608 352792

Equal variances not assumed

36722 16855 000 333700 09087 314515 352885

Post2

Equal variances assumed 906 354 264

19 18 000 239500 09066 220454 258546

Equal variances not assumed

26419 16265 000 239500 09066 220307 258693

70

Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis

(Laurence amp Bacharach 1964)

2g mencit 20g tikus 400g marmot

l5Kg kelinci

20Kg kucing

40Kg kera

120Kg anjing

70Kg manusia

20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879

200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560

400 g marmot

008 057 10 225 24 52 102 315

l5Kg kelinci

004 025 044 10 106 24 45 142

20Kg kucing

003 023 042 092 10 22 41 130

40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61

120Kg anjing

0008 006 010 0022 024 052 10 31

70Kg manusia

00026 0018 0031 007 0013 016 032 10

71

Lampiran 4

Foto Penelitian

Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)

72

Lampiran 5

Data Hasil Penelitian

Kelompok Kontrol

Pre test Post test Pre test Post Test

752 647 769 694

779 670 773 664

745 660 803 653

769 643 817 677

783 653

786 684

Kelompok Perlakuan

Pre Test Post test

412 391

436 412

442 425

425 401

453 436

466 442

432 405

456 432

470 453

476 463

Page 6: PEMBERIAN INJEKSI GLUTATION INTRAPERITONEAL

v

v

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena hanya atas berkat

rahmat dan karuniaNya tugas akhir dengan judul ldquoPEMBERIAN GLUTATION

MENURUNKAN KADAR MDA PADA TIKUS WISTAR DENGAN

PELATIHAN FISIK BERLEBIHrdquo ini dapat diselesaikan

Tulisan ini disusun untuk memenuhi persyaratan tugas akhir studi yang

dijalani Penulis untuk memperoleh Gelar Master pada Program Magister Program

Studi Ilmu Kedokteran Biomedik Kekhususan Anti Aging Medicine Program

Pasca Sarjana Universitas Udayana

Selama penyusunan tulisan ini Penulis banyak mendapatkan bimbingan

dan masukan yang berharga dari berbagai pihak Di mana pada kesempatan ini

perkenankanlah Penulis menyampaikan rasa hormat dan ucapan terimakasih yang

sebesar-besarnya kepada

1 Prof Drdr Wimpie Pangkahila SpAnd FAACS selaku Ketua Program

Studi Ilmu Kedokteran Biomedik Kekhususan Anti Aging Medicine

Universitas Udayana dan penguji yang telah memberikan banyak

masukan dan bimbingan kepada penulis selama penyusunan tesis ini

2 ProfDrdr J Alex Pangkahila MSc SpAnd selaku pembimbing I yang

telah banyak memberikan dorongan semangat masukan dan bimbingan

kepada penulis selama penyusunan tesis ini

vi

vi

3 Prof dr I Gusti Made Aman SpFK selaku pembimbing II pembimbing

akademik dan Kepala Laboratory Animal Unit Bagian Farmakologi

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana yang dengan penuh perhatian

memberikan dorongan semangat dan bimbingan kepada penulis selama

mengikuti program magister dan penyusunan tesis ini

4 Prof dr N Agus Bagiada SpBIOK selaku penguji yang dengan sepenuh

hati membimbing dan memberikan masukan kepada penulis selama

penyusunan tesis ini

5 Dr dr Ida Sri Iswari MKes SpMK selaku penguji yang banyak sekali

membimbing dan memberi masukan yang kritis serta pengajaran yang

sangat dirasakan manfaatnya oleh penulis selama penyusunan tesis ini

6 Bapak I Gede Wiranatha selaku staf di Departemen Farmakologi Fakultas

Kedokteran Universitas Udayana yang telah membantu selama melakukan

penelitian di laboratorium Farmakologi FK Universitas Udayana

7 Drs I Ketut Tunas MSi yang telah membantu memberikan masukan dan

saran ilmiah terutama dalam statistik yang sangat berguna bagi penulis

dalam menyusun tesis ini

8 dr I Made Oka Negara beserta staf bagian Ilmu Kedokteran Andrologi

dan Seksologi (dr Pram Ibu Eni Ibu Agnes dan Bapak Edy) serta teman-

teman mahasiswa Program Magister Biomedik kekhususan Anti Aging

Medicine atas doa semangat dan dorongannya

vii

vii

9 Keluarga besar tercinta suami (Berlianto Tjahjadi) anak-anak (Henokh

dan Khezia) dan orang tua atas doa pengertian kasih sayang dan

dorongan serta masukan kepada penulis selama penyusunan tesis ini

10 Juga kepada para dosen pengajar dan rekan-rekan yang tidak dapat saya

sebut satu persatu kiranya Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan

berkat dan rahmatNya

Akhir kata Penulis berharap tulisan tugas akhir ini dapat memberikan

manfaat bagi penulis pribadi dan bagi Program Pendidikan Magister Program

Studi Ilmu Kedokteran Biomedik Kekhususan Anti Aging Medicine Program

Pasca Sarjana Universitas Udayana serta bagi puhak-pihak lain yang

berkepentingan

Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa memberkati kita semua amin

Denpasar April 2012

Elisabeth Susana

viii

viii

ABSTRAK

PEMBERIAN INJEKSI GLUTATION INTRAPERITONEAL MENURUNKAN KADAR MDA PADA TIKUS WISTAR DENGAN

PELATIHAN FISIK BERLEBIH

Menurut Kedokteran Anti Penuaan penuaan dapat diperlakukan seperti suatu penyakit sehingga prosesnya dapat kita atasi bahkan dapat kita lsquoreversersquo atau dirsquokembalikanrsquokan menjadi seperti kondisi saat lsquomudarsquoSetiap saat kita melakukan suatu aktifitas terjadi proses oksidasi di dalam tubuh kitadi mana 2-5 dari oksigen yang kita hirup tereduksi menjadi radikal bebas Hal ini merupakan suatu kondisi fisiologis Produksi tersebut meningkat dalam kondisi seperti terpapar sinar ultraviolet polusi merokok konsumsi alkohol berlebihan stress menyebabkan kerusakan sel terjadi penuaan dini Pelatihan Fisik berlebih menyebabkan radikal bebas meningkat kondisi ini membutuhkan antioksidan yang mampu untuk mengatasi radikal bebas sehingga kerusakan lebih lanjut dapat dicegah Tujuan penelitian untuk mengetahui efektivitas Glutation dalam mengatasi peningkatan radikal bebas yang diakibatkan oleh pelatihan fisik berlebih yang dapat diketahui dari menurunnya kadar MDA Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan pre test-post test control group design yang dilakukan di Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana pada bulan Januari- Maret 2012 Penelitian ini menggunakan sampel 20 ekor tikus putih yang dibagi menjadi 2 kelompokKelompok 1 adalah kelompok kontrol yang diberikan pelatihan fisik berlebih (berenang) dan diberikan suntikan intraperitoneal aquabidesKelompok 2 adalah kelompok perlakuan yang diberikan pelatihan fisik berlebih dan suntikan intraperitoneal Glutation dengan dosis 37mgkg BB hariKedua kelompok diberikan pelatihan fisik berlebih selama 35 hari di mana pelatihan fisik ini dibagi atas 2 yaitu 7 hari pertama hanya diberikan pelatihan fisik berlebih saja 28 hari berikutnya diberikan pelatihan fisik berlebih + perlakuan berupa pemberian injeksi Glutation placebo Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kelompok kontrol terdapat peningkatan kadar MDA dari 518plusmn028mmollt menjadi 552plusmn029mmollt sedangkan pada kelompok perlakuan kadar MDA menurun dari 778plusmn023 mmollt menjadi 444plusmn017 mmollt Berdasarkan uji statistik yang dilakukan terdapat penurunan MDA secara bermakna pada kelompok perlakuan (plt005) Penelitian ini menyimpulkan bahwa pemberian suntikan Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang diberikan pelatihan fisik berlebih Disarankan untuk melakukan penelitian in vivo lanjutan pada beberapa jenis hewan percobaan dan pada manusia

Kata kunci glutation kadar MDA pelatihan fisik berlebih tikus

ix

ix

ABSTRACT

INTRAPERITONEAL ADMINISTRATION OF GLUTATHIONE INJECTION DECREASE MDA LEVEL ON

OVERTRAINING RAT

According to Anti-Aging Medicine aging can be treated as a diseaseageing process can be overcome so that we can even reverse Every time we do an activity a process of oxidation occurs in our bodies 2-5 of the oxygen we consumed is reduced to free radicals This is a physiological condition This production is increased in conditions such ultraviolet rays exposure pollution smoking excessive alcohol consumption stress causing cells damage occurs premature aging Overtraining causes an excess of free radicals this condition requires an antioxidant that is able to overcome free radicals so further damage can be prevented The aim of this study was to determine the effectiveness of Glutathione in dealing with excess free radicals caused by excessive physical training which can be determined from the decreasing levels of MDA

This study was an experimental study with Pre test-Post test control group design conducted at the Department of Pharmacology Faculty of Medicine University of Udayana in January-March 2012 This study used 20 albino rats randomly divided into two groups Group 1 control group was given physical overtraining (swimming) and aquabidest intraperitoneal injections Group 2 was given physical overtraining and Glutathione intraperitoneal injection at a dose of 37mgbwday Both groups were given overtraining for 35 days in which overtraining is divided into two the first 7 days are given only overtraining course the next 28 days are given overtraining + Glutathione injection placebo The results showed that in the control group there were elevated levels of MDA of 518 plusmn 028 mmol l to 552plusmn 029 mmoll while in the treated group there were decreased levels of MDA of 778 plusmn 023 mmol l to 444 plusmn 017 mmoll Based on statistical tests there is a significant decrease in in the treated group (plt005)

This study concluded that administration of intraperitoneal Glutathione injections decreasing levels of MDA in mice given physical overtraining It is recommended to conduct further studies in vivo in several species of experimental animals and in humans Key words Glutathione MDA level physical overtraining rat

x

x

DAFTAR ISI

Sampul Dalam i

Pemberian Gelar ii

Lembar Pengesahan iii

Penetapan Panitia Penguji iv

Ucapan Terima Kasih v

Abstrak viii

Abstract ix

DAFTAR ISI x

DAFTAR TABEL helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip xiv

DAFTAR GAMBARhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip xv

DAFTAR LAMPIRAN helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip xvi

DAFTAR SINGKATAN xvii

BAB I PENDAHULUAN

11 Latar Belakang 1

12 Rumusan Masalah 6

13 Tujuan Penelitian 6

14 ManfaatPenelitian 7

141 Manfaat Keilmuan 7

142 Manfaat Praktis 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA

21 Penuaan 8

xi

xi

211 Teori Wear and Tear 9

212 Teori Radikal Bebas 9

213 Teori Kontrol Genetika 11

214 Teori Neuroendokrin 11

22 Radikal Bebas 12

221 Definisi Radikal Bebas 12

222 Sifat- sifat Radikal Bebas 12

223 Peranan Radikal Bebas Dalam Proses Penuaan 15

23 Stress Oksidatif 15

231 Keadaan Yang Menyebabkan Stress Oksidatif 15

24 Pelatihan Fisik 16

241 Olahraga 16

242 Pelatihan Fisik Berlebih 21

25 Antioksidan 28

26 Glutation sebagai Antioksidan 29

261 Fungsi Glutation 31

262 Suplementasi Glutation 33

263 Glutation Precursor 37

264 Sumber Glutation dari makanan 38

BAB III KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

31 Kerangka Berpikir 40

32 Konsep Penelitian 41

33 Hipotesis Penelitian 42

xii

xii

BAB IV METODE PENELITIAN

41 Rancangan Penelitian 43

42 Tempat dan Waktu Penelitian 44

43 Populasi Sampel 44

431 Populasi 44

432 Kriteria Sampel 45

4321 Kriteria Inklusi 45

4322 Kriteria Drop Out 45

433 Besar Sampel 45

434 Teknik Pengambilan Sampel 46

44 Variabel Penelitian 47

441 Klasifikasi Variabel 4

442 Definisi Operasional Variabel 48

45 Bahan dan Alat Penelitian 49

451 Bahan Penelitian 49

452 Alat Penelitian 49

46 Prosedur Penelitian 50

461 Alur Penelitian 51

462 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium 51

47 Pengolahan dan Analisis Data 52

BAB V HASIL PENELITIAN

51 Uji Normalitas Data 53

52 Uji Homogenitas Antar Kelompok 54

xiii

xiii

53 Kadar MDA 54

531 Uji Komparabilitas 54

532 Analisa Efek Perlakuan 55

533 Analisa Komparasi Sebelum dan Sesudah Perlakuan 57

BAB VI PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian 59

62 Efek Aktifitas Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA 59

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

71 Kesimpulan 63

72 Saran 63

DAFTAR PUSTAKA 64

LAMPIRAN 68

xiv

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 21 Makanan yang mengandung Glutation 39

Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing

Kelompok Sebelum dan Sesudah Perlakuan 54

Tabel 52 Hasil uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA

Sebelum dan Sesudah Perlakuan 54

Tabel 53 Hasil Rerata Kadar MDA antar Kelompok Sebelum

Diberikan Perlakuan 55

Tabel 54 Hasil Rerata Kadar MDA antar Kelompok Sesudah

Diberikan Perlakuan 56

Tabel 55 Analisis Komparasi Kadar MDA antara Sebelum dan

Sesudah Perlakuan helliphelliphelliphellip 57

xv

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 21 Struktur GSH dan GSSG 30

Gambar 22 GSH Redox 31

Gambar 23 Detoksifikasi Lipid Hydoxyperoxides di usus halus 32

Gambar 24 Supply dan Removal Glutation 34

Gambar 31 Kerangka Konsep Kadar MDA pada Tikus yang

diberikan Pelatihan Fisik Berlebih+Placebo dan Pelatihan

Fisik Berlebih+Glutation 41

Gambar 41 Rancangan Penelitian 42

Gambar 42 Bagan Hubungan antar Variabel 47

Gambar 43 Bagan Alur Penelitian 51

Gambar 51 Perubahan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah

Diberikan Perlakuan 57

xvi

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Uji Normalitas Data 68

Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antar Kelompok Kontrol

dan Perlakuan 69

Lampiran 3 Perbandingan Luas Permukaan Tubuh Hewan Percobaan

untuk Konversi Dosis 70

Lampiran 4 Foto Penelitian 71

Foto Glutation (Tationil Teofarma) 71

Lampiran 5 Data Hasil Penelitian 72

xvii

xvii

DAFTAR SINGKATAN

CoQ10 Coenzym Q10

DNA Deoxyribonucleic Acid

GSH Px Glutation Peroksidase

GSH Glutation

GSSG Rx Glutation Reduktase

GSSG Glutation Disulfide

MDA Malondialdehyde

NADH Nicotinamide Adenine Dinucleotide

NADPH Nicotinamide Adenine Dinucleotide Phosphate

O2 Oksigen

RNA Ribonucleic Acid

ROS Reactive Oxygen Species

SOD Super Oxide Dismutase

TBARS Thiobarbituric Acid Reactive Substances

1

BAB I

PENDAHULUAN

11 LATAR BELAKANG

Proses penuaan menurut Kedokteran Anti Penuaan dapat diperlakukan

seperti suatu penyakit dalam arti proses ini dapat diatasi dapat dirsquoreversersquo atau

dirsquokembalikanrsquo menjadi kondisi seperti saat muda Penyakit yang muncul seiring

dengan bertambahnya usia seperti hipertensi diabetes mellitus osteoartritis dan

lain-lain membuat kualitas hidup menurun pada usia lanjut Ilmu Kedokteran

Anti Penuaan memberikan paradigma baru dalam mengatasi proses penuaan Ilmu

ini memberikan solusi untuk mengatasi ketidakmampuan penyakit nyeri

deformitas dan kesedihan di masa tua sehingga kualitas hidup meningkat

Modifikasi gaya hidup dengan cara mengatur pola makan pola tidur pola

olahraga pola hidup manajemen hormon dapat meningkatkan kualitas hidup

Terbentuknya radikal bebas oksigen dalam tubuh sebenarnya merupakan

sesuatu yang fisiologis Oksigen yang kita hirup berperan dalam metabolisme

sebagian kecil (2-5) tereduksi membentuk radikal bebas Radikal bebas oksigen

dikelompokkan dalam senyawa Reactive Oxygen Species (ROS) ROS merupakan

radikal bebas yang berbahaya bagi tubuh (Arief 2010) Bila produksi tersebut

menjadi semakin meningkat dalam kondisi seperti terpapar sinar ultraviolet

polusi merokok konsumsi alkohol dalam jumlah banyak stress menyebabkan

kerusakan pada sel-sel terjadi penuaan

1

2

Teknologi yang berkembang dengan pesatnya memberikan kita banyak

fasilitas kemudahan dalam menjalani hidup kita Akhirnya dalam apapun yang

akan kita perbuat atau lakukan kita selalu dihadapkan pada 2 pilihan mau yang

mudah atau yang sulit Menjamurnya makanan instant fast food yang disebut

juga makanan junk food karena memang tidak kurang kandungan gizi yang kita

perlukan Makanan ini tidak mengandung nilai gizi hanya mementingkan rasa

yang penting enak gurih karena banyak mengandung lemak tinggi karbohidrat

dan cepat saji karena semakin sibuknya manusia Selain itu karena kesibukan

kita menjadi kurang sekali dalam berolahraga selain kesibukan juga sudah lelah

Akibatnya kita menjadi gemuk semakin gemuk semakin malas beraktifitas

semakin mudah lelah yang lama kelamaan menjadi kelelahan kronis depresi

mudah muncul

Gaya hidup manusia yang mempunyai tingkat stress yang tinggi ditambah

kurangnya aktifitas berolahraga meningkatkan resiko timbulnya penyakit jantung

low back pain adult-onset diabetes obesity yang disebut hypokinetic diseases

(Sharkey 2003 ) Meningkatnya insidensi kelebihan berat badan menjadi masalah

kesehatan di seluruh dunia termasuk di Indonesia (Misnadiarly 2007) Kelebihan

berat badan menyebabkan terjadinya penumpukan lemak yang berlebihan dalam

tubuh dan berpotensi memicu banyak penyakit yang mematikan Beberapa

penyakit tersebut dikategorikan sebagai penyakit yang terjadi karena metabolism

yang melambat dan penumpukan lemak sering disebut sebagai Sindroma

Metabolik(hipertensi hiperlipidemia diabetes mellitus) Sebaliknya sebuah gaya

3

hidup yang sehat dan seimbang memainkan peranan yang besar dalam mencegah

banyak penyakit yang berhubungan dengan gaya hidup

Pada sisi lain manusia juga selalu dituntut untuk memiliki tubuh sehat

penampilan yang menarik Masalah muncul pada saat manusia memilih jalan

pintas berolahraga berlebihan (overtraining) diet ketat berlebihan

mengkonsumsi obat-obatan penekan nafsu makan obat-obat pembakar lemak

suplemen secara berlebihan dan tanpa informasi yang benar tanpa pengawasan

dokter dengan tujuan untuk memperoleh tubuh ramping dalam waktu secepatnya

Bukan tubuh sehat yang didapat tetapi malah menjadi sakit yang tidak mustahil

dapat mengarah ke kematian

Tubuh sehat ideal dalam arti tidak mudah sakit mempunyai hidup yang

berkualitas penampilan yang prima dan mempunyai postur tubuh yang

proporsional (Misnadiarly 2007) Gaya hidup yang sehat seimbang adalah kunci

untuk mencapai kesehatan dan bentuk badan yang lebih bagus dan hanya akan

tercapai melalui aktifitas olahraga pengaturan pola makan istirahat yang teratur

dan proporsional

Olahraga yang berlebihan tidak memberikan efek yang baik untuk tubuh

tetapi latihan yang tepat meningkatkan kebugaran aerobik Frekuensi yang lebih

sering durasi yang lebih panjang intensitas yang meningkat meningkatkan

kebugaran fisik Hal yang penting kita harus memperhatikan waktu pemulihan

Apabila tubuh tidak mempunyai cukup waktu untuk pemulihan bukan

meningkatkan kebugaran tetapi malah menimbulkan cedera atau penyakit melalui

supresi sistem kekebalan (Sharkey 2003) Olahraga yang teratur dapat

4

meningkatkan produksi molekul anti oksidan endogen termasuk glutathioneurate

coenzyme Q10 (Cadenas 2002) Dengan meningkatnya kadar antioksidan

endogen maka kadar MDA tubuh akan menurun

Teori Radikal Bebas menjelaskan bahwa radikal bebas merusak sel-sel

tubuh manusia (Goldmanamp Klatz 2003) Pelatihan fisik berlebih menyebabkan

terbentuknya radikal bebas Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara

menarik elektronnya sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan

sampai kematian sel (Suryohudoyo 2000) Pelatihan fisik berlebih menyebabkan

penuaan terjadi lebih cepat

Gaya hidup yang tidak sehat meningkatkan produksi radikal bebas

Beruntung tubuh mempunyai mekanisme pertahanan melawan oksidasi yang

terjadi tersebut Tubuh memproduksi enzim dan molekul khusus yang dapat

menangkap dan melenyapkan radikal bebas (superoksid dismutase katalase

glutation alfa lipoic acid CoQ10) yang disebut juga antioksidan endogen dan

yang berasal dari makanan seperti vitamin C dan E beta karoten polifenol

selenium seng (antioksidan esensial) yang disebut juga antioksidan eksogen

Antioksidan endogen maupun eksogen sangat penting buat tubuh karena

mampu meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan cara menangkap

dan mengeliminirnya Antioksidan eksogen efektif diperlukan untuk mencegah

terjadinya stress oksidatif Antioksidan endogen merupakan mekanisme

pertahanan preventif dengan cara memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal

bebas atau dengan cara menangkapnya (Winarsi 2007)

5

Bila jumlah antioksidan lebih sedikit dibanding jumlah radikal bebas

terjadi gangguan keseimbangan yang disebut redox state (Cadenas 2002) Dalam

kondisi seperti ini semakin banyak molekul normal yang ditarik elektronnya

molekul menjadi tidak stabil molekul ini akan merusak molekul sehat lainnya

sehingga terjadilah penyakit (Winarsi 2007)

Pemberian antioksidan yang cukup dan optimal dapat meningkatkan

kebugaran meningkatkan kemampuan tubuh dalam melakukan pelatihan fisik

menurunkan kadar stress oksidatif dalam tubuh mencegah terjadinya penuaan

dini (Pangkahila 2007) Antioksidan bekerja dengan cara mendonorkan satu

elektronnya ke molekul yang kehilangan elektronnya (radikal bebas) sehingga

membentuk radikal bebas tidak reaktif relatif stabil proses kerusakan sel dapat

dihambat

Ada beberapa macam antioksidan salah satunya adalah Glutation

Glutation merupakan antioksidan endogen yaitu antioksidan yang dapat dibuat

oleh tubuh kita sendiri Glutation juga dikenal sebagai master antioksidan

antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain (Goldman 2003)

Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan

Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik Normalnya sekali suatu

antioksidan memakan radikal bebas antioksidan ini menjadi teroksidasi sendiri

dan menyerang sel yang sehat yang disebut sebagai pro oksidan Glutation

dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang teroksidasi tersebut menjadi

bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali dalam memakan radikal bebas

(Sellman 2009) Sehingga dengan pengertian di atas glutation dapat membantu

6

dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh kita lebih banyak

dibandingkan dengan antioksidan lain

MDA adalah metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas

Kadar MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel

Apabila terdapat antioksidan yang tinggi dalam tubuh maka kadar MDA akan

menurun (Winarsi 2007)

Pelatihan fisik berlebih akan menyebabkan meningkatnya kerusakan

oksidatif Glutation menghambat kerusakan oksidatif Parameter yang digunakan

dalam penelitian ini adalah produk peroksidase lipid yaitu malondialdehid (MDA)

menurut metoda Willis

12 Rumusan Masalah

Apakah pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan

kadar MDA tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

13 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat

menurunkan kadar MDA pada tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

14 Manfaat Penelitian

141 Manfaat Keilmuan

Dapat menambah pengetahuan bahwa olahraga berlebih meningkatkan

MDA pemberian antioksidan Glutation dalam upaya mencegah terjadinya stress

7

oksidatif berkelanjutan yang dapat menjadi salah satu penyebab proses penuaan

penyakit metabolisme dan kemungkinan dapat dipergunakan sebagai dasar untuk

dilakukan penelitian lebih lanjut

142 Manfaat Praktis

Pengetahuan tersebut dapat memberikan manfaat kepada masyarakat luas

untuk lebih bijaksana dalam mengkonsumsi antioksidan dan dalam melakukan

pelatihan fisik

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

21 Penuaan

Penuaan sampai saat ini masih dianggap sebagai sesuatu yang alamiah

terjadi demikian juga penyakit yang muncul pada masa tuaSeseorang yang

berumur 50 tahun dengan penyakit Diabetes Mellitus dipandang sebagai sesuatu

yang umum karena memang sudah tua Sejak tahun 1950 penelitian penyebab

penuaan mulai diteliti faktor-faktor penyebab yang mempengaruhi kualitas hidup

sehingga meskipun usia bertambah tua tetapi tetap berkualitas Beberapa cara

modifikasi gaya hidup terus dilakukan untuk mencapai kualitas hidup yang lebih

baik seperti mengatur pola makan pola tidur pola olahraga pola hidup untuk

mencapai kualitas hidup yang baik di usia lanjutPenelitian memberi kesimpulan

bahwa pemberdayaan diri membudayakan pola hidup sehat dapat meningkatkan

kualitas hidup seseorang (Franklin 2009)

Dewasa ini seiring dengan percepatan perubahan teknologi meningkatnya

persaingan hidup orang berlomba-lomba mengkonsumsi produk dan berbagai

metode yang mengklaim bisa menghambat penuaan atau bersifat Anti Aging Ilmu

Kedokteran Anti Penuaan memberikan paradigma baru dalam menangani proses

penuaan Ilmu Kedokteran Anti Penuaan ini menjanjikan dapat memberikan solusi

untuk mengatasi ketidakmampuan penyakit nyeri deformitas dan kesedihan di

masa tua dengan cara meningkatkan kualitas hidup masa tua (Goldman dan Klatz

8

9

2003) Menurut Pangkahila penuaan bisa dicegah diobati dan bahkan dapat

dikembalikan ke keadaan semula (Pangkahila 2007)

Proses penuaan dapat dijelaskan dalam empat teori utama yang walaupun

tidak dapat menjelaskan dengan lengkap tetapi teori tersebut melengkapi satu

dengan yang lain

211 Teori Wear and Tear

Teori ini diperkenalkan pertama kali oleh Dr August Weisman seorang

ahli biologi dari Jerman pada tahun 1882 Teori ini menyatakan bahwa tubuh dan

sel akan rusak karena penggunaan dan disalahgunakan baik penggunaan secara

alami apalagi penyalahgunaan Kerusakan terjadi dalam sel sampai organ Pada

usia muda kerusakan yang terjadi dapat diatasi dikompensasi karena sistem

perbaikan dan pemeliharan yang masih baik tetapi seiring dengan bertambahnya

umur tubuh mulai kehilangan kemampuan tersebut Teori ini juga meyakini

pemberian suplemen dan merangsang kemampuan tubuh untuk melakukan

perbaikan dan mempertahankan organ tubuh dan sel

212 Teori Radikal Bebas

Teori ini diperkenalkan oleh Dr Denham Harman pada tahun 1956

Radikal Bebas adalah molekul tidak stabil yang sangat reaktif karena mempunyai

elektron tidak berpasangan pada orbit luarnya dapat bereaksi dengan molekul

lain menimbulkan reaksi berantai yang sangat destruktif (Goldman dan Klatz

2003)

10

Radikal Bebas dihasilkan dari pembakaran gula dan lemak yang kita

konsumsi untuk memberikan energi pada tubuh kita Radikal bebas merusak

membran sel kode DNA enzim protein dan akhirnya terjadi kerusakan pada

seluruh organ Kerusakan terjadi mulai dari lahir dan terus berlanjut hingga

meninggal Pada usia muda dampak penggantian sel yang masih berfungsi baik

Seiring dengan usia bertambah akumulasi kerusakan akibat radikal bebas akan

mengganggu metabolisme sel terjadilah mutasi sel yang mengakibatkan

timbulnya kanker dan kematian

Age Spot merupakan salah satu bentuk kerusakan pada membrane sel

yang disebabkan oleh Radikal Bebas Kerusakan membran ini menghasilkan

produk sisa yang dikenal sebagai lipofuscin Jumlah lipofuscin yang tinggi dalam

tubuh memberikan warna gelap pada daerah tertentu yang disebut Age spot

Lipofuscins mengganggu sintesis DNA dan RNA mempengaruhi sintesis protein

(menurunkan energi dan menghambat pembentukan massa otot) merusak enzim

seluler yang diperlukan untuk proses kimia vital dalam tubuh (Goldman dan

Klatz 2003)

Radikal bebas mempengaruhi peroksidasi lipid yang menyebabkan

produksi MDA (malondialdehyde) yang mengikat protein dan menyebabkan

gangguan fungsi biologik protein tersebut Radikal Bebas berkaitan dengan

penyakit usia lanjut seperti aterosklerosis Parkinson penyakit Alzheimer dan

gangguan fungsi kekebalan tubuh (Pangkahila 2007)

11

213 Teori Kontrol Genetika

Teori terfokus pada kode genetik yang ada dalam DNA meskipun seluruh

aspek diwariskan dalam gen tiap individu waktu jam biologis tergantung pada

pola hidup penuaan masing-masing individu Tiap individu memiliki jam biologis

yang telah diatur waktunya Berhentinya jam biologis menandakan proses

penuaan dan meninggal (Goldman dan Klatz 2003)

Ilmu Kedokteran Anti Penuaan melakukan upaya mencegah dan

memperbaiki kerusakan yang terjadiTerapi Gen diharapkan dapat memberikan

solusi dalam menghadapi takdir genetika terhadap beberapa penyakit keturunan

214 Teori Neuroendokrin

Teori yang menyangkut peranan berbagai hormon bagi fungsi organ tubuh

diperkenalkan oleh Vladimir DilmanPhD

Hormon mengatur dan memperbaiki fungsi tubuh Pada usia muda

berbagai hormone masih berfungsi baik dalam mengendalikan berbagai fungsi

organ tubuh Ketika manusia menjadi tua produksi hormon menurun fungsi

tubuh menjadi terganggu Contoh Growth Hormone yang membantu

pembentukan massa otot testosteron dan hormone tiroid akan menurun tajam

pada usia tua Ditandai dengan rasio lemak dan otot yang meningkat Terapi sulih

hormone dapat membantu masalah tersebut dan mengembalikan fungsi hormone

tubuh sehingga memperlambat proses penuaan

12

22 Radikal Bebas

221 Definisi Radikal Bebas

Radikal bebas adalah molekul (kumpulan atom) yang memiliki elektron

yang tidak berpasangan Oksidan adalah senyawa penerima elektron yaitu

senyawa yang dapat menarik elektron Kedua jenis senyawa ini memiliki aktifitas

yang sama dan memberikan akibat yang hampir sama tetapi dengan proses yang

berbeda (Winarsi 2007) Radikal Bebas digolongkan dalam oksidan namun tidak

setiap oksidan adalah radikal bebas (Suryohudoyo 2000)

Sumber oksidan berasal dari

Tubuh sendiri yaitu berasal dari proses fisiologis namun oleh suatu sebab

jumlahnya menjadi banyak

Proses peradangan

Luar tubuh seperti polutan obat-obatan

Radikal bebas lebih berbahaya dibanding senyawa oksidan non radikal

222 Tahapan Terbentuknya Radikal Bebas dan Sifatnya

Tahapan terbentuknya radikal bebas terjadi melalui sederetan mekanisme

reaksi

1 Tahap Inisiasi yaitu tahap yang menyebabkan terbentuknya radikal bebas

Cu

RH + O2 R + H2O

2 Tahap Propagasi yaitu tahap dimana radikal bebas cenderung bertambah

banyak dengan membuat reaksi rantai dengan molekul lipid lain

13

R + O2 RO2

RO2 + RH R + ROOH

3 Tahap Terminasi yaitu apabila terjadi reaksi antara radikal bebas dengan

radikal bebas lain atau antara radikal bebas dengan suatu senyawa pembasmi

radikal bebas (scavenger)

R1 + R2 R 1 R 2

Reduksi oksigen memerlukan pengalihan empat electron (electrotransfer)

Pengalihan ini tidak dapat sekaligus tetapi dalam empat tahapan yang setiap

tahapan hanya melibatkan pengalihan satu elektron Kendala yang mengharuskan

oksigen hanya dapat menerima satu elektron setiap tahap menyebabkan

terjadinya dua hal yaitu kurang reaktifnya oksigen dan terbentuknya senyawa-

senyawa oksigen reaktif seperti O2 (radikal superoksida) H2O2 (hydrogen

peroksida) OOH (radikal peroksil) dan OH (radikal hidroksil)

Radikal Bebas memiliki 2 sifat yaitu

1 Reaktifitas tinggi karena cenderung menarik elektron

2 Mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal

Elektron dari Radikal Bebas berikatan dengan senyawa yang berikatan

kovalen seperti lipid protein dan DNA akan sangat berbahaya karena ikatan

digunakan bersama-sama pada orbit luarnya Dibanding senyawa oksigen reaktif

radikal hidroksil merupakan senyawa yang paling berbahaya karena reaktifitasnya

yang sangat tinggi

Radikal hidroksil dapat merusak 3 jenis senyawa penting yang berfungsi

untuk mempetahankan integritas sel yaitu

14

1 Asam lemak tak jenuh yang merupakan komponen penting fosfolipid

penyusun membran

2 DNA pembawa genetik sel

3 Protein memegang berbagai peran penting seperti enzim reseptor antibodi

sitoskeleton

Dari ketiga senyawa tersebut yang paling rentan adalah senyawa asam

lemak tak jenuh ganda pada membran sel yang mengakibatkan rapuhnya dinding

sel Senyawa oksigen reaktif ini juga merusak dinding bagian dalam pembuluh

darah sehingga mengakibatkan pengendapan koleserol dan menyebabkan

aterosklerosis Apabila senyawa oksigen reaktif ini merusak basa DNA akan

terjadi kekacauan sistem info genetika berlanjut pada pembentukan sel kanker

Jaringan lipid yang rusak memicu munculnya penyakit degeneratif

Fosfolipid glikolipid dan kolesterol merupakan komponen terpenting

membran sel Komponen fosfolipid dan glikolipid mengandung asam lemak tak

jenuh (asam linoleat linolenat arakidonat) sangat rawan terhadap serangan

radikal hidroksil yang dapat menimbulkan reaksi rantai yang dikenal sebagai

Lipid peroxidation

Peroksidase lipid

LH + OH --- H + H2O

Asam lemak Radikal Bebas

L + O2 -- LOO

Radikal peroksilipid

LOO + LH --- L + L OOH dan seterusnya

15

Hasil akhir dari proses ini adalah terputusnya rantai asam lemak menjadi

berbagai senyawa yang bersifat toksik terhadap sel antara lain berbagai macam

aldehid seperti Malondealdehyde (MDA)

223 Peranan Radikal Bebas dalam proses penuaan

Pada usia muda keseimbangan antara radikal bebas dan pertahanan

antioksidan berfungsi dengan baik seiring dengan pertambahan usia

keseimbangan terganggu karena cadangan antioksidan berkurang dan radikal

bebas berlebih (Saxena dan Lan 2006)

Akibat ketidakseimbangan ini terjadi kerusakan oksidatif (Arief 2010)

Kerusakan ini disebabkan oleh radikal bebas dan merusak 3 komponen utama

yang mempertahankan integritas sel seperti fosfolipid (penyusun membrane sel)

DNA (perangkat genetik) protein (enzim reseptor antibodi) (Fouad 2007)

Ketidakseimbangan antara antioksidan dan senyawa oksigen reaktif

menghasilkan stress oksidatif penyebab kanker penuaan aterosklerosis cedera

iskemik peradangan dan penyakit degeneratif (Parkinson Alzheimer)

(Pangkahila 2007)

23 Stress Oksidatif

231 Keadaan yang menyebabkan stress oksidatif

Pada saat jumlah antioksidan tubuh kurang dari yang diperlukan untuk

meredam efek buruk dari radikal bebas keadaan ini disebut Stress oksidatif Bila

terjadi dalam waktu yang lama akan terjadi penumpukan hasil kerusakan

16

oksidatif di dalam sel dan jaringan yang mengakibatkan hilangnya fungsi sel

jaringan dan akhirnya mati Hal ini merupakan penyebab utama proses penuaan

(Bagiada 2001)

Keadaan yang menyebabkan Stress Oksidatif ini salah satunya adalah

pelatihan fisik berat atau berlebih (Hersh 2004) Stress oksidatif dapat

dikendalikan antara lain dengan membiasakan untuk menerapkan pola hidup sehat

dan mengkonsumsi antioksidan diharapkan akan memacu kerja antioksidan

dalam tubuh

MDA merupakan hasil dari proses peroksidasi lipid meningkatnya MDA

menunjukkan adanya suatu kondisi Stress Oksidatif menurunnya MDA

menunjukkan adanya perbaikan dari kondisi Stress tersebut sehingga MDA dapat

dipakai sebagai biomarker Stress oksidatif

24 Pelatihan Fisik

241 Olahraga

Pelatihan fisik atau olahraga merupakan satu kegiatan yang penting bagi

kehidupan manusia Olahraga merupakan alternatif kegiatan yang dapat

meningkatkan derajat kebugaran fisik seseorang apabila dilakukan dengan dosis

takaran yang benar Menurut Sharkey olahraga dapat meningkatkan pengeluaran

energi dan tingkat pengeluaran tersebut berkaitan dengan intensitas dan durasi

aktifitas yang dilakukan (Sharkey 2003) Latihan fisik atau olahraga yang

memperhatikan frekuensi intensitas tipe dan waktu mendukung dalam

mendapatkan hasil yang maksimal dan menurunkan resiko cedera Latihan fisik

17

yang benar memberikan dampak perbaikan pada sistem fungsional paru dan

jantung sehingga terjadi hipertropi otot jantung penurunan detak jantung

istirahat peningkatan stroke volume peningkatan volume darah dan hemoglobin

menambah jumlah pembuluh darah kapiler serta berfungsi dalam proses

pembakaran energi (Fox 1998) Frekuensi latihan yang dianjurkan adalah 3-4x

seminggu dengan intensitas 72-87 dari denyut jantung maksimal (220-umur)

dengan variasi 10 denyut per menitTipe latihan yang dianjurkan adalah

pemanasan 15 menit kombinasi latihan aerobik dan latihan otot dalam waktu 30-

60 menit diakhiri pendinginan 10 menit (Pangkahila 2009)

Sumber energi yang dibutuhkan untuk pelatihan fisik aerobik yang

dominan didapat dari pembakaran simpanan karbohidrat lemak dan sebagian

kecil (5) dari pemecahan simpanan protein yang terdapat di dalam tubuh untuk

menghasilkan ATP (adenosine triphospate) ATP yang terdapat dalam jaringan

otot terbatas kebutuhan ATP dipertahankan oleh creatinin phosphate (CP) dan

glikogen yang tersimpan dalam otot (Hernawati 2009) Terdapat 3 jalur untuk

memberikan ATP tambahan sesuai yang dibutuhkan selama kontraksi otot

meliputi 1 Pemindahan fosfat berenergi tinggi dari kreatinin fosfat ke ADP 2)

Fosforilasi oksidatif (siklus asam sitrat dari sistem transportasi elektron) 3)

glikolisis (Sherwood 2001) Sedangkan pada aktifitas yang bersifat anaerobik

energi diperoleh dari hidrolisis phosphocreatine serta melalui glikolisis glukosa

secara anaerobik Proses ini dapat terjadi tanpa adanya oksigen (O2) Metabolisme

anaerobik ini menghasilkan asam laktat yang apabila terakumulasi dapat

menyebabkan rasa nyeri pada otot menimbulkan stress fisik Hal ini

18

menyebabkan latihan aerobik terasa lebih menyenangkan (Hernawati 2009)

Metabolisme aerobik jauh lebih efisien daripada anaerobik karena menghasilkan

38 molekul ATP per molekul glukosa versus hanya 2 molekul melalui jalur

anaerob

Pelatihan fisik atau olahraga yang teratur selain memberikan manfaat

perbaikan pada mental fisik dan fisiologis juga mempengaruhi hormon tubuh

kita antara lain (Sharkey2003)

1 Growth Hormone

Stimulasi sintesis protein (muscle tone development) dan kekuatan tulang

tendon ligament dan tulang rawan Penurunan penggunaan glukosa dan

peningkatan penggunaan lemak sebagai bahan bakar selama olahraga

Membantu mengurangi lemak tubuh dan mempertahankan glukosa darah pada

level normal sehingga membantu melakukan olahraga selama periode waktu

yang lebih lama Dilepaskannya Growth Hormone oleh kelenjar pituitari di

otak meningkat dengan meningkatnya waktu latihan aerobik

2 Endorphins

Opioid endogen dari kelenjar pituitary yang memblok rasa sakit menurunkan

nafsu makan membuat perasaan senang mengurangi tekanan dan kecemasan

Pada saat olahraga endorfin dalam darah meningkat sampai lima kali selama

aktifitas olahraga lebih dari 30 menit Endorfin membuat kita dapat melakukan

aktifitas latihan menjadi lebih tahan lama

19

3 Testosteron

Hormon yang penting untuk wanita dan pria dalam mempertahankan tonus

volume kekuatan otot meningkatkan angka rata metabolisme basal

menurunkan lemak tubuh dan merasa lebih percaya diri Diproduksi oleh

ovarium pada wanita dan testis pada laki-laki Testosteron pada wanita hanya

sepersepuluh kadar testosteron pada laki-laki Pada wanita testosteron

berperan pada pengaturan libido dan orgasme Produksi pada wanita menurun

saat menjelang menopause sedangkan pada pria pada usia memasuki usia 40

tahun Kadar testosteron darah mulai meningkat setelah 20 menit olahraga

baik pada wanita maupun pria dan tetap tinggi sampai 1-3 jam setelah

olahraga

4 Estrogen

Estrogen secara biologis aktif adalah 17 beta estradiol meningkatkan

pemecahan lemak dari lemak tubuh sehingga dapat digunakan sebagai sumber

tenaga meningkatkan rata-rata metabolisme basal meningkatkan mood

meningkatkan libido Hormon ini disekresi oleh ovarium meningkat saat

olahraga dan tetap meningkat sampai 1-4 jam setelah olahraga

5 Thyroxine (T4)

Hormon yang diproduksi oleh kelenjar tiroid meningkatkan metabolisme

hampir semua sel dalam tubuh Peningkatan metabolisme ini membantu kita

merasa lebih energik dan juga menyimpan kalori penting untuk penurunan

berat badan Kadar tiroksin dalam darah meningkat sekitar 30 selama

20

olahraga dan tetap meningkat sampai beberapa jam sesudahnya Olahraga

yang teratur juga meningkatkan level tiroksin saat istirahat

6 Epinephrine

Hormon yang diproduksi oleh medulla adrenal yang meningkatkan jumlah

darah yang dipompa oleh jantung dan mengarahkan aliran darah ke tempat

yang diharapkan Stimulasi pemecahan glikogen (karbohidrat yang disimpan)

dalam otot yang aktif dan hati untuk digunakan sebagai sumber tenaga

Menstimulasi pemecahan lemak (lemak yang disimpan dalam otot yang aktif)

dan digunakan sebagai sumber tenaga Sejumlah epinefrin yang dilepaskan

berhubungan dengan intensitas dan durasi latihan

7 Insulin adrenalin

Hormon yang penting dalam mengatur gula darah dan asam lemak (lemak)

dan asam amino (protein) dalam sel Sekresi insulin oleh pancreas meningkat

sehubungan dengan respon meningkatnya kadar gula darah dan protein yang

biasa terjadi setelah makan Semakin banyak gula sederhana yang dikonsumsi

semakin tinggi respon insulin Meningkatnya insulin menyebabkan produksi

lemak sehingga insulin sering disebut sebagai hormon lemak atau fat

hormone Pada orang dengan berat badan berlebih terjadi resistensi insulin

sehingga diperlukan insulin dalan jumlah yang lebih besar untuk didapatkan

efek yang sama sehingga didapatkan kadar insulin darah yang lebih tinggi dan

latihan aerobik setiap hari Kadar insulin darah mulai menurun 10 menit saat

olahraga dan terus menurun sekitar 70 menit olahraga Olahraga yang teratur

juga meningkatkan sensitivitas sel terhadap insulin dalam keadaan istirahat

21

8 Glucagon

Hormon yang diproduksi oleh pankreas tugasnya meningkatkan kadar gula

darah Saat gula darah rendah glukagon disekresi dan menyebabkan simpanan

karbohidrat di dalam hati dilepaskan ke aliran darah untuk meningkatkan

kadar gula mencapai kadar normal Glukagon juga menyebabkan

dipecahkannya lemak sehingga dapat digunakan sebagai bahan bakar atau

sumber tenaga Glukagon mulai disekresi pada 30 menit awal olahraga ketika

gula darah mulai menurun

242 Pelatihan Fisik Berlebih

Pelatihan fisik berlebih menimbulkan gangguan pada sistem endokrin

terjadi peningkatan kadar kortisol dan penurunan kadar testosteron (Maffetone

2007) peningkatan ACTH penurunan LH plasma

Sindrom pelatihan fisik berlebih dalam jangka panjang mengakibatkan

terjadinya inflamasi infeksi yang lebih lanjut dapat mempengaruhi kesehatan

secara umum Aktifitas berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena

terjadi peningkatan konsumsi O2 oleh aktifitas otot skeletal Meskipun oksigen

dibutuhkan oksigen juga bersifat toksik yang dapat memicu peningkatan ROS

Pada organ yang tidak mendapat oksigen dan nutrisi yang cukup akan

menimbulkan keadaan iskemik dan kerusakan mikrovaskular Keadaan ini disebut

sebagai Reperfusion Injury yang memicu terjadinya kerusakan jaringan dan

peningkatan Radikal Bebas

22

Pelatihan fisik berlebih meningkatkan terbentuknya Radikal Bebas

(Adiputra 2008) Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh untuk

melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam organ dan

pembuluh darah (Giriwijoyo 2004) Apabila berlebih menyebabkan kerusakan

sel dengan 3 cara (Kumar et al2005 Ebenhardt 2001)

1 Kerusakan DNA mengakibatkan mutasi DNA bahkan kematian sel

2 Peroksidasi lipid membrane sel dan sitosol menyebabkan terjadinya proses

reduksi asam lemak sehingga mengakibatkan kerusakan membran dan organel

sel

3 Modifikasi protein teroksidasi oleh karena cross linking protein

Bila radikal bebas bertemu dengan asam lemak tak jenuh ganda daalam

membrane sel terjadi reaksi peroksidasi lipid membran sel menyebabkan

peningkatan fluiditas membran gangguan integritas membran dan inaktivasi

ikatan membran dengan enzim dan reseptor Tahap akhir dibebaskan aldehyde

seperti malondealdehyde pentane etana conjugated diane yang bersifat merusak

tubuh (Murray et al2000)

Pelatihan fisik berlebih menyebabkan terjadinya peningkatan lekosit atau

lekositosis peningkatan isoprostan dalam urin protein carbonil (73) catalase

(96) glutation peroksidase serta glutation teroksidasi (25) Dapat

disimpulkan pelatihan fisik berlebih merangsang respon biomarker stres oksidatif

(Murray et al 2000) Proses penuaan mengakibatkan penurunan sistem imun

sehingga meningkatkan resiko infeksi Menurut teori aktifitas sedang dapat

menangkal efek proses penuaan yang diakibatkan penurunan sistem imun Studi

23

yang dilakukan Shepard dan Shek menunjukkan bahwa aktifitas sedang dapat

ditoleransi dengan baik oleh individu lanjut usia dan menunjukkan penurunan

stimulasi proliferasi limfosit

Gejala ndash gejala yang dirasakan apabila melakukan pelatihan fisik berlebih

(overtraining) (Maffetone 2007)

1 Sering mengalami kegagalan dalam melakukan latihan yang biasanya kita

lakukan Kondisi fisik menjadi semakin lemah dan semakin lambat terjadi

kemunduran

2 Kehilangan otot dan terjadi penimbunan lemak Latihan fisik berlebih

meyebabkan rasio testosteron kortisol yang seharusnya positif yang berarti

lebih banyak otot dan lebih sedikit lemak menjadi negatif yang berarti cortisol

lebih tinggi dibanding testosteron yang berarti terjadi peningkatan resistensi

insulin dan penimbunan lemak

3 Merasa lemas mudah tersinggung sulit tidur

4 Persendian tulang dan anggota tubuh terasa sakit

Terjadinya DOMS (delayed onset muscle soreness) menunjukkan teknik

latihan yang salah atau postur saat latihan yang tidak tepat DOMS merupakan

respon alami yang akan hilang dalam waktu sehari atau 2 hari tetapi apabila

nyeri berkepanjangan menunjukkan adanya overtraining

5 Sering tiba-tiba jatuh sakit

Latihan fisik berlebih menurunkan sistem imun tubuh kita sehingga menjadi

lebih mudah sakit

24

Latihan fisik berat jangka panjang berkaitan dengan cedera serat

ototKerusakan yang terjadi berhubungan dengan intensitas durasi dan tipe

latihan Ketika cell death terbentuk jaringan nekrotik dibuang oleh sel fagosit

sel satelit teraktivasi menuju ke area yang cedera menjadi myoblast dan

selanjutnya menjadi serat otot Enzim otot yang dilepaskan tidak sepenuhnya

merefleksikan kerusakan struktural yang diperkirakan oleh analisis histologis

Perubahan penanda biologis cedera otot (seperti aktifitas kreatin kinase (CK)

lactate dehydrogenase (LDH) atau konsentrasi malondialdehyde di plasma

(MDA)) sering diperiksa selama overtraining Serum aktivitas CK dan

konsentrasi MDA plasma dapat gagal meningkat saat overtraining perubahan

parameter biokimia hanya merefleksikan otot dengan beban berlebih Setelah

olahraga yang lama pro-inflammatory cytokines diproduksi lokal pada otot

skeletal

Tanda dan gejala fisik latihan fisik berlebih (overtraining)

- Denyut jantung atau nadi yang meningkat saat istirahat

- Tidak toleransi terhadap latihan

- Penampilan yang menurun

- Penurunan berat badan berkurangnya massa otot tidak nafsu makan

- Kelelahan chronic fatigue lethargy

- Nyeri dan kerusakan otot nyeri sendi

- Mudah terserang flu pembengkakan kelenjar getah bening di leher

selangkangan dan ketiak

- Konstipasi atau diare

25

- Gangguan haid gangguan makan gangguan tidur

- Sakit kepala gangguan pencernaan

- Pemulihan yang berlangsung lambat setelah latihan

- Sendi otot tendon terasa kaku dan sakit

Tanda dan gejala psikologis

- Lelah capek kekurangan tenaga

- Insomnia sakit kepala tidak mampu untuk beristirahat

- Depresi gelisah cemas apatis

- Menurunnya kepercayaan diri

- Menurunnya kemampuan untuk berkonsentrasi

- Mudah stress

Efek biokimia dari Latihan Fisik Berlebih

- Meningkatnya serum kortisol dan SHBG

- Menurunnya serum total dan free testosterone rasio testosteron kortisol

- Menurunnya glikogen otot

- Menurunnya serum hemoglobin besi dan ferritin

Faktor yang mempengaruhi terjadinya overtraining

- Jetlag

- Bekerja terlalu keras

- Menstruasi

- Nutrisi gaya hidup yang buruk

- Kurang istirahat

- Terlalu banyak mengkonsumsi alkohol

26

- Kurangnya kemampuan mengatasi stress

Penanganan overtraining atau Latihan Fisik berlebih

- Massage

Massage pada jaringan dalam dapat melepaskan otot yang tegang

mempertahankan keseimbangan sistem muskulo-skeletal Pemijatan atau

massage yang teratur dapat membantu mencegah cedera yang mungkin

terjadi karena overuse

- Menggunakan roller busa

Penggunaan roller busa memungkinkan kita dapat melakukan massage

atau pemijatan sendiri Kita dapat juga memakai yang berbentuk bola atau

bola tenis untuk membantu menghilangkan rasa sakit Pemijatan ini dapat

dilakukan di tungkai lutut hamstring bahu punggung atau otot atau sendi

manapun

- Terapi suhu kontras

Air pancuran hangat dan dingin bergantian menstimulasi tubuh untuk

pulih lebih cepat Otot membawa impuls yang terasa pada kulit bagian

dalam tubuh di mana terjadi stimulasi sistem imun memperbaiki sirkulasi

dan pencernaan mempengaruhi produksi hormon stress meningkatkan

aliran darah mengurangi sensitivitas nyeri

- Pengaturan makanan

Membantu proses pemulihan penting untuk mengkonsumsi makanan

tinggi karbohidrat protein dan lemak sehat seperti Omega 3 omega 6

omega 9 asam lemak esensial Karbohidrat memberikan sumber tenaga

27

pada tubuh dan otak asam lemak esensial membantu mengurangi depresi

memperbaiki pemulihan protein akan membangun kembali otot yang

mengalami overtraining

- Mengkonsumsi vitamin

Ketika terjadi overtraining suplementasi sangat menguntungkan Vitamin

dan suplementasi mineral sebaiknya dikonsumsi pagi hari bersama dengan

makanan untuk penyerapan yang lebih baik

Defisiensi Vitamin yang biasa terjadi

- Vitamin A (Beta-Caroten)

- Vitamin B kompleks vitamin B12

- Vitamin C D E K

- Asam Folat

Defisiensi Mineral yang biasa terjadi

- Calcium

- Chromium

- Copper Iodine Iron

- Magnesium Fosfor

- Potassium

- Sodium

- Sulfur

- Zinc

28

25 Antioksidan

Radikal Bebas merupakan senyawa reaktif yang secara alami diproduksi

oleh tubuh manusia Radikal Bebas memberikan efek positif atau efek negatif

Untuk membatasi efek negatif tersebut dibutuhkan kompleks proteksi ndash sistem

antioksidan Sistem ini terdiri dari enzim antioksidan (katalase glutation

peroksidase superoksid dismutase) dan antioksidan non enzimatik ( vitamin E-

tokoferol vitamin A- retinol vitamin C- asam askorbat) Keseimbangan antara

produksi radikal bebas dan pertahanan antioksidan menunjukkan tingkat stress

oksidatif yang mungkin terlibat dalam proses penuaan dan pada beberapa

patologi (misalnya kanker Parkinson) (Winarsi 2007)

Latihan fisik juga meningkatkan stress oksidatif dan menyebabkan

gangguan homeostasis Latihan memberikan efek positif dan efek negatif

tergantung dari beban latihan spesifikasi latihan dan tingkat basal latihan Stress

oksidatif terlibat dalam terjadinya muscular fatigue dan mengarah ke

overtraining

Definisi antioksidan menurut Cadenas adalah suatu senyawa yang apabila

terdapat dalam jumlah yang lebih banyak dibanding senyawa yang teroksidasi

secara signifikan dapat menunda atau mencegah proses oksidasi senyawa tersebut

(Cadenas 2002) Secara kimia antioksidan adalah senyawa pemberi electron

Secara biologis antioksidan adalah senyawa yang mampu menangkal dan

meredam dampak negative oksidan dalam tubuh Antioksidan mendonorkan satu

elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa oksidan tersebut dapat

dihambat (Winarsi 2007)

29

Penting sekali keseimbangan antara oksidan dan antioksidan karena

berfungsi menjaga integritas dan berfungsinya membrane lipid protein sel dan

asam nukleat Senyawa asam lemak tak jenuh penyusun membrane lipid sangat

sensitive terhadap perubahan keseimbangan antara oksidan dan antioksidan

Menurut mekanisme kerjanya antioksidan dikelompokkan atas 3 yaitu

1 Antioksidan primer SOD katalase glutation peroksidase (GSH-Px)

Bekerja pembentukan senyawa radikal bebas yang telah terbentuk menjadi

molekul yang kurang aktifSedangkan antioksidan primer yang dapat

ditambahkan dari luar seperti glutation asam lipoat SOD melatonin

2 Antioksidan sekunder vitamin E vitamin C beta karoten flavonoid asam

urat albumin (Soewoto 2001)

Merupakan antioksidan eksogenous atau non enzimatis (Winarsi 2007)

Bekerja dengan cara memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal bebas

atau dengan cara menangkapnya

3 Antioksidan tertier meliputi system enzim DNA-repair dan metionin

sulfoksida reduktase Berfungsi dalam perbaikan biomolekuler yang rusak

akibat reaktivitas radikal bebas

26 Glutation sebagai antioksidan

Glutation merupakan tripeptida yang terdiri dari asam amino glutamat

sistein dan glisin (Cadenas 2002)Ikatan glutamat ndash sistein merupakan ikatan

isopeptida antara grup γ-karboksil dari glutamat dan grup α amino dari

sisteinIkatan unik ini membuat gluation tahan terhadap degradasi oleh proteases

30

dan peptidases yang berfungsi pada peralihan proteinMerupakan suatu

antioksidan yang mencegah kerusakan komponen seluler oleh reactive oxygen

species seperti radikal bebas dan peroksidGlutation bukan nutrisi esensial karena

disintesa di dalam tubuh dari asam amino L-sistein L-glutamic acid dan glycine

Gambar 21 Struktur GSH dan GSSG

Glutation terdapat pada sebagian besar sel tubuh tetapi terbanyak terdapat

di dalam hati Grup thiol (SH) dari sistein berfungsi sebagai donor proton dan

bertanggungjawab untuk aktifitas biologis glutation Provisi asam amino ini

merupakan faktor yang terbatas dalam sintesis glutation oleh sel karena sistein

relatif jarang pada makanan Apabila dilepaskan sebagai asam amino bebas

sistein adalah toksik dan secara spontan dikatabolisasi di saluran pencernaan dan

plasma darah

Glutation disintesis dalam 2 tahap

1 Gamma-glutamylcysteine disintesa dari L-glutamate dan sistein melalui enzim

gamma-glutamylcysteine sintetase (glutamate cysteine ligase GCL)

31

2 Glisin ditambahkan pada C-terminal dari gamma-glutamylcysteine melalui

enzim glutation sintetase

261 Fungsi Glutation

Glutation terdapat dalam bentuk tereduksi (GSH) dan teroksidasi (GSSG)

Grup thiol dari sistein mampu memberikan donor elektron ke molekul lain yang

tidak stabil seperti Reactive Oxygen Species (ROS) Pada saat mendonorkan

elektronnya glutation menjadi reaktif dan segera bereaksi dengan glutation reaktif

lainnya membentuk glutation disulfide (GSSG)Reaksi mungkin terjadi apabila

terdapat konsentrasi yang cukup tinggi di sel (sampai 5mm di hati) GSH dapat

terbentuk kembali dari GSSG oleh enzim glutation reduktase Pada sel atau

jaringan yang sehat terdapat lebih 90 dari total simpanan glutation terdapat

dalam bentuk tereduksi (GSH) dan kurang dari 10 dalam bentuk disulfide

(GSSG)

GSH ---- GSSG

Eliminasi ROS Menjaga protein thiols Antioxidant

dalam bentuk reduksi pools

Gambar 22 GSH Redox (Cadenas 2002)

GSH Redox merupakan indikator sentral keseimbangan antara stress

oksidatif dan system antioksidan GSH Redox berkaitan dengan detoksifikasi

Reactive Oxygen Species (ROS) berfungsi dalam mempertahankan tersedianya

antioksidan mempertahankan protein thiol dalam bentuk reduksi Rasio

32

GSHGSSG sering dipakai untuk mengekspresikan keseimbangan redox ini

Peningkatan rasio GSH-GSSG merupakan indikasi adanya Stress Oksidatif

(Goldman 2003)

Glutation mempunyai beberapa fungsi (Winarsih 2007)

- Sebagai antioksidan endogen mayor yang diproduksi oleh sel berpartisipasi

langsung pada netralisasi radikal bebas dan senyawa oksigen reaktif

mempertahankan antioksidan eksogen seperti vitamin C dan E pada bentuk

tereduksi (aktif)

- Pengaturan siklus nitric oxide yang sangat penting untuk kehidupan tetapi

dapat menjadi masalah apabila tidak teregulasi Digunakan untuk reaksi

metabolism dan biokimia seperti sintesis dan perbaikan DNA sintesis protein

sintesis prostaglandin transport asam amino dan aktivasi enzim Tiap sistem

di dalam tubuh kita dapat dipengaruhi oleh sistem glutation khususnya sistem

imun sistem saraf sistem gastrointestinal dan paru

Gambar 23 Detoksifikasi Lipid Hydroxyperoxides di usus halus

33

GSH yang ditransportasikan kedalam lumen digunakan untuk detoksifikasi

peroksid yang terbentuk dari makanan oleh glutation peroksidase (GSH Px)

Proses ini membutuhkan peroksid dan glutation yang tersedia di sel epitel GSSG

yang terbentuk direduksi kembali menjadi GSH oleh GSSG reduktase (GSSG

Rx) menggunakan NADPH sebagai reduktan

262 Suplementasi Glutation

Meningkatkan level GSH melalui suplementasi glutation langsung sulit

Penelitian terakhir menyatakan bahwa secara oral tidak diabsorpsi baik melalui

saluran pencernaan Studi mengenai konsumsi oral akut glutation dengan dosis

sangat besar 3 gram Witschi dan tim menemukan lsquoadalah tidak mungkin

meningkatkan glutation yang bermanfaat secara klinis dengan dosis tunggal 3

gram glutationrsquo

Glutation terdapat pada makanan sehari-hari sampai 150mghari dapat

diabsorpsi melalui intak di usus halus Individu sehat dengan asupan sulfur asam

amino (1-2 gramhari) jumlah GSH mungkin tidak cukup untuk mendapatkan

efek penting secara sistemik Individu dengan asupan sulfur asam amino yang

terbatas suplementasi GSH diperlukan untuk mempertahankan suplai GSH

sistemik dengan memperbaiki keseimbangan sulfur asam amino (Cadenas 2002)

Glutation hanya diabsorpsi di sel epitel oral dan traktus gastrointestinal

dan memberikan keuntungan kesehatan spesifik pada jaringan tersebut(Cadenas

2002)

34

SUPLAI HILANG

Makanan suplemen Degradasi

GSH

Empedu LUMINAL Uptake

Epitel Reaksi Detoksifikasi

Gambar 24 Supply dan Removal Glutation dalam lumen usus halus (Cadenas 2002) Glutation (GSH) disuplai ke dalam lumen intestinal melalui konsumsi oral

empedu dan sekresi epitel intestinal Jumlah yang disuplai dari empedu cukup

untuk mempertahankan jumlah 200microM pada tikus tetapi tidak cukup pada

manusia yang mengalami degradasi di duktus kantung empedu Jumlah yang

dikonsumsi melalui makanan bervariasi dan secara umum kurang dari 200 microM

Jumlah yang diberikan melalui epitel hanya sekitar 10 atau kurang

dibandingkan dengan yang disediakan oleh empedu Hilangnya Glutation karena

degradasi oleh γ-glutamyltranspeptidase dan dipeptidases pada permukaan sel

epitel ditransportasikan ke dalam sel oleh mekanisme sodium-dependent dan

sodium-independent konjugasi dengan elektrofil reaktif dikatalisasi oleh

glutathione-S transferase mucus (Cadenas 2002)

Vitamin D meningkatkan level glutation di otak dan tampaknya sebagai

katalis untuk produksi glutation Sejumlah vitamin D aktif di otak berikatan

dengan seberapa besar vitamin D3 baik melalui suplemen atau dibentuk di kulit

melalui paparan matahariHal ini menyatakan bahwa mengkonsumsi vitamin D

35

dan atau mendapat cukup paparan matahari meningkatkan produksi glutation

(Sellman 2009)

Konsentrasi glutation di plasma dan hati dapat ditingkatkan dengan

mengkonsumsi suplemen tertentu yang disebut GSH precursors N-asetilsistein

atau NAC glutation precursor yang paling memungkinkan Suplemen lain S-

adenosilmetionin (SAMe) dan whey protein juga dapat meningkatkan glutation

dalam sel (Sellman 2009)

NAC tersedia dalam bentuk obat dan sebagai suplemen generik Alpha

lipoic acid juga dapat mempertahankan glutation intraselular Melatonin dapat

menstimulasi enzim yang berkaitan glutation peroksidase dan silimarin ekstrak

dari biji tanaman milk thistle (Silybum marianum) juga mempunyai kemampuan

memperbarui level glutation

Glutation diatur dengan ketat di intraseluler dan dibatasi produksinya oleh

feedback negative inhibisi sintesisnya sendiri melalui enzim gamma-

glutamilsistein sintetase sehingga meminimalisir kemungkinan terjadinya

overdosis Penambahan glutation menggunakan precursor atau glutation intravena

adalah strategi untuk mengatasi defisiensi glutation stress oksidatif tinggi

defisiensi imun

Glutation yang rendah menunjukkan adanya pembuangan dan

keseimbangan negatif nitrogen seperti pada kanker AIDS sepsis trauma

terbakar dan bahkan atlet overtraining Suplementasi glutation dapat

memperbaiki proses ini dan contohnya pada AIDS memberi hasil adanya

perbaikan survival rates Bagimanapun studi mengenai kondisi ini belum dapat

36

membedakan glutation rendah sebagai akibat secara akut (pada pasien sepsis) atau

secara kronis (HIV) meningkatkan stress oksidatif dan peningkatan patologi

sebagai akibat defisiensi yang sudah ada sebelumnya

Skizofrenia dan gangguan bipolar berhubungan dengan glutation yang

rendah Stress oksidatif mungkin salah satu faktor dasar patofisiologi gangguan

bipolar gangguan depresif mayor dan skizofrenia Glutation (GSH) adalah

pemakan radikal bebas mayor di otakTidak adanya GSH meningkatkan

kerentanan sel terhadap stress oksidatif ditandai asetilsistein dapat mengurangi

gejala kedua gangguan tersebut

Glutation merubah level stress oksidatif pada sel yang diisolasi di

laboratorium sehingga dapat mengurangi perkembangan kanker Tes ini tidak

dilakukan pada manusia

Glutamat yang berlebihan di sinaps yang dapat dilepaskan pada kondisi

seperti cedera otak dapat menghambat pengambilan sistein senyawa pembentuk

glutation yang pentingTanpa proteksi dari cedera oksidatif oleh glutation sel-sel

dapat rusak atau mati (Sellman 2009)

Glutation juga mempunyai fungsi lain sebagai berikut (Sellman 2009)

Mencerahkan kulit

Mencegah menghilangkan jerawat dan bekas jerawat

Menghilangkan noda hitam

Anti aging dan anti kerut

Memberi nutrisi kulit

Membantu pemulihan luka

37

Membuat kulit menjadi halus segar dan bersinar

Kondisi kesehatan yang berhubungan dengan defisiensi glutation

Peningkatan proses penuaan

Kesulitan dalam keseimbangan

Gangguan mental

Masalah koordinasi

Gangguan sistem saraf

Akhir-akhir ini dipercaya sebagai penyebab lesi otak

Kanker HIV Katarak Diabetes Mellitus

Jumlah sperma yang rendah

263 Glutation Precursor (Sellman 2009)

Glutation Precursor disebut juga sebagai building-block dari glutation

yaitu N-asetilsistein atau NAC dan whey protein tidak terdenaturasi

Nasetilsistein adalah obat farmasi yang biasa digunakan bertahun-tahun untuk

mengobati overdose asetaminofen Hal ini sangat efektif ketika diberikan dalam

dosis besar di ruang darurat ketika seseorang akan mengalami gagal hati karena

overdosis asetaminofen komposisi aktif dari Tylenol

Efek sampingnya adalah bercak-bercak kemerahan bersin mual

anafilaksis reaksi alergi yang berupa kesulitan bernafas karena bronkospasme

tekanan darah menurun angioedema muntah kram diare Walaupun jarang

kematian pernah dilaporkan karena N-asetilsistein Beberapa orang mendapatkan

rasa dan bau yang tidak dapat diterima karena kandungan sulfur di dalamnya

38

Pengggunaan teratur untuk menaikkan kadar glutation tidak direkomendasikan

untuk anak-anak dan bayi Masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk

menentukan keamanan N-asetilsistein untuk penggunaan jangka panjang

Whey protein tidak terdenaturasi merupakan nutraceutical atau medicinal

foodSenyawa ini memberikan ikatan sistein ke sel-sel di mana glutation dapat

terbentuk di tempat tersebut

Beberapa kondisi yang tidak dapat mengkonsumsi whey protein

- Pasien dengan alergi protein susu

- Pasien dengan diet rendah protein

- Pasien yang sedang menjalani terapi imunosupresif

Efek sampingnya adalah kembung perut kram urtikaria Efek samping

karena overdosis tidak terjadi karena sel hanya membuat sebatas yang dibutuhkan

apabila berlebih kelebihan disimpan di hati dan ginjal sampai suatu saat kalau

dibutuhkan

264 Sumber Glutation dari makanan

Sumber glutation dari makanan yang disarankan adalah asparagus bayam

brokoli bawang putih kale bawang watercress kol Brussel sprout beberapa

bumbu seperti kunyit kayu manis semangka alpukat anggur peach jeruk

walnut granola daging kalkun dan daging ayam keju cottage dan yoghurt

39

Tabel 21 Makanan yang mengandung Glutation (Cadenas2002)

GSH Food Group mg100 g mgsaji Buah segar Apel 33 46 Pisang 41 48 Anggur 79 146 Jeruk 73 106 Semangka 66 283 Sayuran segar Asparagus dimasak 283 263 Alpukat 277 313 Brokoli dimasak 91 78 Wortel mentah 79 59 Tomat 90 109 Daging Hamburger 175 149 Ham rebus 233 13 Ayam digoreng 131 134 Sereal biji-bijian Cornflakes 00 00 Roti whole wheat 12 06 Roti putih 00 00 Nasi putih enriched dimasak 16 21 Produk Susu Susu whole 00 00 Keju Amerika 00 00 Yoghurt plain lowfat 00 00 Es krim 10 lemak 00 00

40

BAB III

KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

31 Kerangka Berpikir

Faktor penyebab penuaan antara lain faktor internal dan faktoreksternal

Faktor internal meliputi radikal bebas glikosilasi metilasi hormon yang

berkurang apoptosis system kekebalan tubuh yang menurun genetik Faktor

eksternal meliputi gaya hidup tidak sehat polusi lingkungan stress kemiskinan

kebiasaan yang salah olahraga berlebihan (overtraining) Berbagai faktor di atas

menyebabkan terjadinya penurunan fungsi tubuh dan terjadilah penuaan

Kerangka konsep penelitian berdasarkan teori bahwa salah satu penyebab

penuaan adalah radikal bebas Bila jumlah radikal bebas melebihi jumlah

antioksidan di dalam tubuh terjadilah stress oksidatif Radikal bebas dapat

merusak membran sel protein DNA dan berakibat fatal bagi kelangsungan hidup

sel jaringan Stress oksidatif yang berlangsung lama akan mengakibatkan

terjadinya penumpukan hasil kerusakan oksidatif di dalam sel dan jaringan

selanjutnya sel dan jaringan tersebut akan kehilangan fungsinya dan akhirnya

mati

Olahraga berlebih meningkatkan stress oksidatif karena terdapat

peningkatan konsumsi O2 oleh aktivitas otot skeletal Oksigen juga dapat bersifat

toksik yang dapat memicu peningkatan Reactive Oxygen Species (ROS)Organ

yang tidak mendapat cukup oksigen dan nutrisi menjadi iskemik dan terjadi

kerusakan mikrovaskular (Reperfusion Injury) memicu peningkatan radikal

40

41

bebas Dengan pemberian antioksidan Glutation yang merupakan antioksidan

master diharapkan dapat mencegah kerusakan lebih lanjut yang diakibatkan oleh

radikal bebas dengan cara melindungi sel dari Reactive Oxygen Species (ROS)

dan dapat dilihat melalui parameter MDA yang mengalami penurunan

32 Konsep Penelitian

Konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Gambar 31 Konsep Kadar MDA pada tikus yang diberikan Pelatihan Fisik Berlebih+ Placebo dan Pelatihan Fisik Berlebih + Glutation

FAKTOR INTERNAL

- Jenis Kelamin

- Usia

- Genetik

- Hormon

- Psikologis

FAKTOR EKSTERNAL

- Makanan

- Cuaca iklim

- Penyakit

- Exercise

GLUTATION

TIKUS

KADAR MDA

42

33 Hipotesis

Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan kadar MDA

tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

43

BAB IV

METODE PENELITIAN

41 Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksterimental dengan rancangan

randomized pre test-post test control group design (Poccock et al 2008)

Subyek terdiri dari 2 kelompok yaitu

1 Kelompok 1 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+ Placebo

2 Kelompok 2 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation

Semua kelompok sebelum perlakuan diberikan pre test (O1 O3) dan

dihitung rerata untuk masing-masing kelompok

Setelah perlakuan semua kelompok diberikan post test (O2 O4) dan

dihitung rerata untuk masing-masing kelompok

Kemudian dihitung perbedaan rerata antara pre test dan post test dari

masing-masing kelompok lalu hasil perbedaan tersebut dibandingkan secara

statistik

Gambar 41 Rancangan Penelitian

P S

43

R R

O1 P1 O2

O3 P2 O4

44

Keterangan

P = populasi

S = sampel

R = random

O1 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah mendapatkan

pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan placebo (pre test)

O2 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah diberikan pelatihan

fisik berlebih setelah diberikan placebo (post test)

O3 = observasi data MDA kelompok perlakuan setelah diberikan

pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan Glutation (pre test)

O4 = observasi data MDA kelompok perlakuan diberikan pelatihan fisik

berlebih setelah diberikan Glutation (post test)

P1 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih+ placebo

P2 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation

42 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran

Universitas Udayana pada bulan Januari ndash Maret 2012 Pemeriksaan MDA darah

tikus dikerjakan di bagian Program Antar Unit Universitas Gajah Mada

Jogyakarta

45

43 Populasi dan Sampel

431 Populasi

Subyek penelitian adalah tikus jantan dewasa galur Wistar yang berusia 2-

25 bulan dan dalam kondisi fisik sehat

432 Kriteria Sampel

4321 Kriteria Inklusi

Kriteria Inklusi yang ditetapkan sebagai sampel adalah sebagai berikut

a Tikus jantan dewasa galur Wistar

b Umur 2-25 bulan

c Berat badan plusmn200 gram

d Sehat

e MDA ge 5mmollt

4322 Kriteria Drop Out

Adalah sampel yang mati pada waktu penelitian

433 Besar Sampel

Besar sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini dihitung berdasarkan

rumus Poccock (2008)

Angka μ1 (5) dan μ2 (12) didapatkan dari penelitian sebelumnya (Ji 1998)

n=

46

= asymp 7

Keterangan

n = jumlah sampel

σ = standar deviasi kelompok perlakuan dengan pemberian

glutation (15)

f ( ) = besarnya didapat dari tabel (Poccock 2008)

μ1 = rerata hasil MDA pada kelompok perlakuan sesudah

pemberian glutatioacuten (5)

μ2 = rerata hasil MDA pada kelompok pre test (12)

Jadi jumlah sampel (n) = 675 dan ditambah 3 ekor tikus untuk masing-

masing kelompok sebagai cadangan Jadi total 20 ekor tikus dengan 10

ekor tikus untuk masing-masing kelompok

434 Teknik Pengambilan Sampel

Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat

sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi diambil secara acak

sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi

2 kelompok yaitu kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+placebo kelompok

dengan pelatihan fisik berlebih + glutation

47

44 Variabel Penelitian

441 Klasifikasi Variabel

Variabel penelitian dibedakan menjadi

1 Variabel Bebas dosis pemberian glutation

2 Variabel Tergantung kadar MDA

3 Variabel Terkendali varian tikus jantan (galur wistar) jenis

kelamin umur berat badan lingkungan

(pencahayaan suhu kelembaban nutrisi

kandang)

Gambar 42 Bagan Hubungan Antar Variabel

VARIABEL BEBAS

- Pelatihan fisik berlebih

- Glutation 37mg kgBBhari

VARIABEL TERGANTUNG

KADAR MDA

VARIABEL TERKENDALI

Varian tikus

Jenis kelamin umur berat badan

Pencahayaan suhu kelembaban nutrisi kandang

Makanan minuman

48

442 Definisi Operasional Variabel

1 Pelatihan fisik berlebih pada tikus adalah pelatihan yang berlebihan

yang diukur berdasarkan kemampuan maksimal berenang tikus pada

ember berdiameter 35 cm dengan kedalaman air 20 cm yang

dilakukan 60 menithari selama 35 hari pada waktu yang sama pada

suhu 32 derajat (Binekada 2002 dan Pepe2011)

2 Glutation yang diberikan adalah Glutation Teofarma injeksi sediaan

600mg 4 ml Dosis pemberian Glutation adalah pemberian sediaan

antioksidan Glutation dalam bentuk suntikan intraperitoneal yang

diberikan 1x sehari dan diberikan 6 jam sebelum pelatihan fisik

berlebih Dosis pemberian Glutation mengacu pada penelitian yang

dilakukan sebelumnya oleh Ji L L yaitu 37mgkgBBhari yang

dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril secara intraperitonial

3 MDA merupakan salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada

membran sel dan merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan

oleh radikal bebas Pengukuran kadar MDA menggunakan metode

Thiobarbituraic Acid Reactive Substances (TBARS) Pembacaan hasil

dengan menggunakan spektrofotometer Satuan MDA dalam mmoll

4 Cahaya suhu dan kelembaban merupakan kondisi lingkungan yang

dialami tikus jantan dewasa Pada penelitian ini kondisi lingkungan

selama percobaan dibuat sama

5 Berat badan tikus adalah berat badan yang ditimbang dengan

timbangan gram

49

6 Umur tikus adalah umur yang ditentukan dengan melihat tanggal

kelahiran yang dicatat pada kandang percobaan

7 Kondisi peneliti yang meliputi kesehatan fisik dan psikis peneliti

Penelitian dilaksanakan saat kondisi peneliti dalam keadaan baik

sehingga pengaruhnya terhadap hasil penelitian dapat diabaikan

45 Bahan dan Alat Penelitian

451 Bahan Penelitian

Glutation injeksi

Tikus jantan

Makanan tikus berupa pellet dan air minum dari air ledeng

Aquades steril

EDTA (Ethylenediamine tetraacetic acid)

Reagensia untuk pengukuran kadar MDA

452 Alat Penelitian

Alat yang dipakai dalam pengambilan data penelitian ini adalah

- Kandang tikus terbuat dari besi yang di dalamnya terdapat sekam dan

botol minuman

- Ember berdiameter 35 cm dan kedalaman air 20 cm

- Stopwatch

- Timbangan

- Spuit injeksi 1 ml

50

- Sarung tangan

- Kapas dan alkohol 70

- Tabung Evendorf

- Mikropipet

- Pipet kapiler

- Sentrifugasi

46 Prosedur Penelitian

1 Tikus jantan dewasa (Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan

berat badan plusmn200gram dilakukan aklimatisasi selama 2 minggu di

tempat penelitian untuk penyesuaian dengan lingkungan

2 Semua sampel tikus diberi perlakuan yang sama yaitu diberikan

pelatihan fisik berlebih dengan cara berenang sampai kelelahan pada

hari ke 7 kedua kelompok tersebut dilakukan pemeriksaan MDA

3 Mulai hari ke 8 ndash 35 sampel tikus yang berjumlah 20 ekor dibagi atas 2

kelompok di mana kelompok 1(kontrol) diberikan pelatihan fisik

berlebih + injeksi aquabidest intraperitoneal enam jam sebelum

perlakuan aktifitas berlebih kelompok ke 2 (perlakuan) diberikan

pelatihan fisik berlebih + injeksi intraperitoneal glutation 37

mgkgBBhari yang sudah dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril

4 Pada hari ke 35 dilakukan pemeriksaan kadar MDA pada masing-

masing tikus setelah bulu tikus kering

51

5 Selama penelitian hewan coba diberikan makanan dan minuman secara

teratur kebersihan dan kenyamanan kandang dijaga

461 Alur Penelitian

TIKUS ADAPTASI 2 MINGGU

PELATIHAN FISIK BERLEBIH 1 MINGGU

MDA

KELOMPOK 1 KELOMPOK 2

PELATIHAN FISIK BERLEBIH PELATIHAN FISIK BERLEBIH

+ AQUABIDEST (28 hari) +GLUTATION 37mgkgBBhari

28 HARI 28 HARI

MDA

Gambar 43 Bagan Alur Penelitian

462 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium

Pemantauan keselamatan tikus jantan (galur Wistar) di laboratorium

(Smith et al1988 Ngatidjan 2006) adalah sebagai berikut

1 Kandang tikus jantan harus cukup kuat tidak mudah rusak teratur dibersihkan

(1x seminggu) mudah dipasang kembali hewan tidak mudah lepas tahan

52

gigitan hewan kelihatan jelas dari luar Alas tempat tidur terbuat dari serbuk

gergaji atau sekam padi agar mudah menyerap air

2 Luas lantai yang memadai untuk tikus jantan dengan berat badan plusmn200 gram

adalah 60cm persegi dan tinggi 20 cm

3 Diciptakan suasana lingkungan yang stabil dan sesuai keperluan fisiologi tikus

jantan di mana kelembaban suhu pertukaran udara yang ekstrim harus

dihindari

4 Hewan coba hendaknya diperlakukan dengan kasih sayang

47 Pengolahan dan Analisis Data

Analisis data yang digunakan adalah

1 Analisis Deskriptif

2 Uji normalitas data dilakukan dengan tes Shapiro-Wilk Distribusi data

normal dengan nilai pgt005

3 Uji homogenitas dilakukan dengan Lavenersquos Test Data dinyatakan

homogen dengan nilai pgt005

4 Karena data berdistribusi normal dan homogen maka untuk uji

komparabilitas dipakai

- Uji t independent untuk membandingkan rerata kadar MDA antar

kelompok

- Uji Paired T- Test untuk membandingkan rerata kadar MDA pre

dan post masing-masing kelompok

- Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau

dinyatakan berbeda bila plt005

53

BAB V

HASIL PENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 20 ekor tikus jantan dewasa

(Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan berat badan plusmn200 gram sebagai

sampelyang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah 10 ekor

yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dankelompok

perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) Dalam penyajian hasil ini diuraikan

uji normalitas data uji homogenitas data uji komparabilitas dan uji efek

perlakuan

51 Uji Normalitas Data

Data Kadar MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan

pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji

Shapiro-Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005)

disajikan pada Tabel 51

53

54

Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing Kelompok Sebelum

dan Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Perlakuan n p Keterangan

Kadar MDA kontrol pre

Kadar MDA perlakuan pre

Kadar MDA kontrol post

Kadar MDA perlakuan post

10

10

10

10

0965

0550

0975

0697

Normal

Normal

Normal

Normal

52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok

Data Kadar MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun

sesudah perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test

Hasilnya menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52

Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA Sebelum dan

Sesudah Perlakuan

Variabel F p Keterangan

Kadar MDA pre

Kadar MDA post

0016

0592

0901

0452

Homogen

Homogen

53 Kadar MDA

531 Uji komparabilitas

Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata kadar MDA

antar kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan

55

glutation Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada

Tabel 53 berikut

Tabel 53

Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata

Kadar MDA

SB T P

Aktivitas berlebih dan

placebo

Aktivitas berlebihdan

glutathion

10

10

518

529

028

029

089 0386

Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok

kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 518028mmoll dan rerata

kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 529029mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 089 dan nilai

p = 0386 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan

berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya tidak berbeda secara

bermakna (p gt 005)

532 Analisis efek perlakuan

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kadar MDA antar

kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation

56

Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54

berikut

Tabel 54 Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata

Kadar MDA

SB T P

Aktivitas berlebih dan

placebo

Aktivitas berlebihdan

glutathion

10

10

778

444

023

017

3672 0001

Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok

kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata

kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 444017mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 3672 dan nilai

p = 0001 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan

berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya berbeda secara

bermakna (p lt 005)

57

Gambar 51 Perbedaan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

533 Analisis Komparasi Sebelum dengan Sesudah Perlakuan

Analisis komparasi diuji berdasarkan rerata kadar MDA antara sebelum

dengan sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation Hasil

analisis kemaknaan dengan uji t-paired disajikan pada Tabel 55 berikut

Tabel 55 Analisis KomparasiKadar MDA antara Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Kelompok Beda Rerata

pre ndash post p Keterangan

Aktivitas berlebih dan placebo

Aktivitas berlebih dan

glutathion

260

085

0001

0001

Meningkat

Menurun

58

Berdasarkan uji t-paired didapatkan bahwa ada penurunan kadar MDA

pada kelompok perlakuan secara bermakna sebesar 085mmoll sedangkan pada

kelompok kontrol mengalami peningkatan secara bermakna sebesar 260mmoll

59

BAB VI

PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian

Untuk menguji efek pemberian glutation terhadap penurunan kadar MDA

maka dilakukan penelitian terhadap 20 ekor tikus jantan dewasa (Galur Wistar)

sebagai sampel yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah

10 ekor yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dan

kelompok perlakuan (pelatihan fisik berlebih dan glutation)

62 Efek Pelatihan Fisik Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA

Hasil penelitian dan analisis data terhadap kadar MDA darah pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji

normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan homogenitas (Levenersquos test) pre-test dan post-

test masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)

Uji perbandingan 1 minggu pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan

injeksi antara kedua kelompok menggunakan uji t-independent Rerata kadar

MDA kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) adalah

518028mmoll dan rerata kelompok pelatihan fisik berlebih dan glutation

adalah 529029mmoll Analisis kemaknaan dengan uji t-independent

menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna kadar MDA darah antara

kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa

kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan injeksi rerata kadar MDAnya tidak

59

60

berbeda secara bermakna

Uji perbandingan setelah pemberian placebo dan glutation antara kedua

kelompok menggunakan t-independent Rerata kadar MDA kelompok kontrol

(aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata kelompok

perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) adalah 444017mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent antara kedua kelompok sesudah diberikan

placebo dan glutation menunjukkan perbedaan kadar MDA secara bermakna

(plt005) Hal ini berarti bahwa kelompok yang diberikan perlakuan berupa

placebo dan glutation 6 jam sebelum diberikan pelatihan fisik berlebih dengan

cara merenangkan selama 60 menit hari selama 35 hari rerata kadar MDA

berbeda secara bermakna Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh

untuk melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam

organ dan pembuluh darah (Giriwijoyo 2004)

Peningkatan kadar MDA sesudah diberikan pelatihan fisik berlebih pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan disebabkan karena pelatihan fisik

berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena terjadi peningkatan konsumsi

oksigen oleh aktifitas otot skeletal Stress oksidatif memicu peningkatan senyawa

oksigen reaktif Pada pelatihan fisik berlebih juga terjadi Reperfusion Injury yang

memicu terjadinya kerusakan jaringan dan peningkatan radikal bebas (Adiputra

2008) Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara menarik elektronnya

sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan sampai kematian sel

(Suryohudoyo 2000)

Pada penelitian ini didapatkan bahwa sesudah diberikan pelatihan fisik

61

berlebih dan placebo terjadi peningkatan kadar MDA sebesar 5024 Kadar

MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel (Winarsi

2007) Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pepe

(2011) bahwa pelatihan fisik berlebih meningkatkan kadar MDA Lebih lanjut

Murray et al (2000) juga menyatakan bahwa pelatihan fisik berlebih merangsang

respon biomarker stres oksidatif Sedangkan pada kelompok perlakuan yang

diberikan aktifitas berlebih dan glutation terjadi penurunan kadar MDA sebesar

1607 Terjadinya penurunan kadar MDA pada kelompok yang diberikan

glutation 6 jam sebelum melakukan pelatihan fisik berlebih disebabkan karena

pemberian antioksidan meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan

cara mendonorkan elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa

oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsi 2007) Glutation merupakan antioksidan

endogen yaitu antioksidan yang dapat disintesa dalam tubuh dari asam amino L-

sistein L-glutamat dan glisin (Cadenas 2002) yang juga sebagai master

antioksidan yaitu antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain

Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan

Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik (Hersh 2004) Glutation

merupakan salah satu antioksidan yang tidak dapat menjadi pro oksidan (Cadenas

2002) Normalnya sekali suatu antioksidan memakan radikal bebas antioksidan

ini menjadi teroksidasi sendiri dan menyerang sel yang sehat yang disebut

sebagai pro oksidan Glutation dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang

teroksidasi tersebut menjadi bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali

dalam memakan radikal bebas (Sellman 2009) Sehingga dengan demikian

62

glutation dapat membantu dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Urso

(2003) bahwa suplementasi antioksidan dapat mengatasi kondisi stress oksidatif

yang terjadi pelatihan fisik berlebih

Uji perbandingan antara data MDA pre dan post masing-masing kelompok

digunakan uji t-paired test Berdasarkan uji ini didapatkan hasil pada kelompok

perlakuan terjadi penurunan kadar MDA secara bermakna sebesar 085 mmollt

sedangkan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan kadar MDA secara

bermakna sebesar 260mmollt Terjadi penurunan kadar MDA pada kelompok

perlakuan menunjukkan pemberian antioksidan Glutation intraperitoneal dosis

37mgkgBBhari dapat mengatasi kondisi stress oksidatif yang terjadi pada

pelatihan fisik berlebih Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh

Urso (2003)

63

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

71 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan sebagai

berikut Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA

tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

72 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah

1 Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja glutation

yang lebih detail

2 Memperhatikan takaran latihan supaya tidak berlebihan yang justru akan

meningkatkan kerusakan sel

3 Perlu dilakukan uji klinis pada manusia

63

64

DAFTAR PUSTAKA

Adiputra N 2008Kesehatan Olah Raga Available from httpwwwbalihesgorgindexphpoption=com Accessed 2011 Oct 5th

Anonim 2011 Glutathione Available at

httpenwikipediaorgwikiGlutathione Accessed 2011 Oct 5th Anonim 2011 Overtraining Available at

httpwwwmarksdailyapplecomovertraining Accessed 2011 Oct5th

Asikin N 2001Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan InKursus Penyegaran dan Pelatihan Radikal bebas dan Antioksidan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta Fakultas Kedokteran UI

Bagiada NA 2001 Proses Penuaan dan Penanggulangannya Denpasar

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hal 22 Banerjee AK Mandal A Chanda D Chahraboti S 2003 Oxidant

Antioxidant and Physical ExerciseAvailable from httpwwwncbinlmnihgovpubmed14619981 accesed 2011 Sept 2nd

Binekada MC 2002 ldquoPelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Konsentrasi dan

Motilitas Spermatozoa Mencitrdquo(tesis) Denpasar Universitas Udayana

Cadenas E Jones PD 2002Bioavailability of Glutathione In Cadenas E

Packer L editorsHandbook of Antioxidants2nd Ed New York Marcel DekkerInc p549-564

Catala A 2006Lipid PeroxidationInt J Biochem Cell Biol 38 1482-1495 Dalle-DonneI Rossi R ColomboR Giustarini D Milzani

A2006Biomarkers of Oxidative Damage in Human Disease Available from httpwwwredorbitcomnewsscience473334biomarkersof oxidative damage in human diseaseindexhtmlaccessed2011 Sept 5th

Fouad T 2007 Free radicals Types Sources and Damaging Reaction

Relations Available from

64

65

wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th

Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th

Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112

Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors

ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their

Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69

Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan

Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th

Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz

R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155

Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester

Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th

Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala

T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200

Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and

Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders

66

Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana

LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia

Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647

Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from

httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit

Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK

Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620

Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji

Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah

Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009

Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan

Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132

Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde

Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521

Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley

Medical Publicationsp 123-141

Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI

Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable

from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer

67

Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole

Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam

Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI

Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam

Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya

Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan

Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47

Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant

Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th

Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan

Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105

68

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965

Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975

Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753

Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

69

Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan

Group Statistics

Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887

Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215

Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260

Perlakuan 10 42500 23348 07383

Independent Samples Test

Levenes Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df

Sig (2-

tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence Interval of the

Difference Lower Upper

Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428

Equal variances not assumed

-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429

Post1

Equal variances assumed 592 452 367

22 18 000 333700 09087 314608 352792

Equal variances not assumed

36722 16855 000 333700 09087 314515 352885

Post2

Equal variances assumed 906 354 264

19 18 000 239500 09066 220454 258546

Equal variances not assumed

26419 16265 000 239500 09066 220307 258693

70

Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis

(Laurence amp Bacharach 1964)

2g mencit 20g tikus 400g marmot

l5Kg kelinci

20Kg kucing

40Kg kera

120Kg anjing

70Kg manusia

20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879

200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560

400 g marmot

008 057 10 225 24 52 102 315

l5Kg kelinci

004 025 044 10 106 24 45 142

20Kg kucing

003 023 042 092 10 22 41 130

40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61

120Kg anjing

0008 006 010 0022 024 052 10 31

70Kg manusia

00026 0018 0031 007 0013 016 032 10

71

Lampiran 4

Foto Penelitian

Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)

72

Lampiran 5

Data Hasil Penelitian

Kelompok Kontrol

Pre test Post test Pre test Post Test

752 647 769 694

779 670 773 664

745 660 803 653

769 643 817 677

783 653

786 684

Kelompok Perlakuan

Pre Test Post test

412 391

436 412

442 425

425 401

453 436

466 442

432 405

456 432

470 453

476 463

Page 7: PEMBERIAN INJEKSI GLUTATION INTRAPERITONEAL

vi

vi

3 Prof dr I Gusti Made Aman SpFK selaku pembimbing II pembimbing

akademik dan Kepala Laboratory Animal Unit Bagian Farmakologi

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana yang dengan penuh perhatian

memberikan dorongan semangat dan bimbingan kepada penulis selama

mengikuti program magister dan penyusunan tesis ini

4 Prof dr N Agus Bagiada SpBIOK selaku penguji yang dengan sepenuh

hati membimbing dan memberikan masukan kepada penulis selama

penyusunan tesis ini

5 Dr dr Ida Sri Iswari MKes SpMK selaku penguji yang banyak sekali

membimbing dan memberi masukan yang kritis serta pengajaran yang

sangat dirasakan manfaatnya oleh penulis selama penyusunan tesis ini

6 Bapak I Gede Wiranatha selaku staf di Departemen Farmakologi Fakultas

Kedokteran Universitas Udayana yang telah membantu selama melakukan

penelitian di laboratorium Farmakologi FK Universitas Udayana

7 Drs I Ketut Tunas MSi yang telah membantu memberikan masukan dan

saran ilmiah terutama dalam statistik yang sangat berguna bagi penulis

dalam menyusun tesis ini

8 dr I Made Oka Negara beserta staf bagian Ilmu Kedokteran Andrologi

dan Seksologi (dr Pram Ibu Eni Ibu Agnes dan Bapak Edy) serta teman-

teman mahasiswa Program Magister Biomedik kekhususan Anti Aging

Medicine atas doa semangat dan dorongannya

vii

vii

9 Keluarga besar tercinta suami (Berlianto Tjahjadi) anak-anak (Henokh

dan Khezia) dan orang tua atas doa pengertian kasih sayang dan

dorongan serta masukan kepada penulis selama penyusunan tesis ini

10 Juga kepada para dosen pengajar dan rekan-rekan yang tidak dapat saya

sebut satu persatu kiranya Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan

berkat dan rahmatNya

Akhir kata Penulis berharap tulisan tugas akhir ini dapat memberikan

manfaat bagi penulis pribadi dan bagi Program Pendidikan Magister Program

Studi Ilmu Kedokteran Biomedik Kekhususan Anti Aging Medicine Program

Pasca Sarjana Universitas Udayana serta bagi puhak-pihak lain yang

berkepentingan

Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa memberkati kita semua amin

Denpasar April 2012

Elisabeth Susana

viii

viii

ABSTRAK

PEMBERIAN INJEKSI GLUTATION INTRAPERITONEAL MENURUNKAN KADAR MDA PADA TIKUS WISTAR DENGAN

PELATIHAN FISIK BERLEBIH

Menurut Kedokteran Anti Penuaan penuaan dapat diperlakukan seperti suatu penyakit sehingga prosesnya dapat kita atasi bahkan dapat kita lsquoreversersquo atau dirsquokembalikanrsquokan menjadi seperti kondisi saat lsquomudarsquoSetiap saat kita melakukan suatu aktifitas terjadi proses oksidasi di dalam tubuh kitadi mana 2-5 dari oksigen yang kita hirup tereduksi menjadi radikal bebas Hal ini merupakan suatu kondisi fisiologis Produksi tersebut meningkat dalam kondisi seperti terpapar sinar ultraviolet polusi merokok konsumsi alkohol berlebihan stress menyebabkan kerusakan sel terjadi penuaan dini Pelatihan Fisik berlebih menyebabkan radikal bebas meningkat kondisi ini membutuhkan antioksidan yang mampu untuk mengatasi radikal bebas sehingga kerusakan lebih lanjut dapat dicegah Tujuan penelitian untuk mengetahui efektivitas Glutation dalam mengatasi peningkatan radikal bebas yang diakibatkan oleh pelatihan fisik berlebih yang dapat diketahui dari menurunnya kadar MDA Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan pre test-post test control group design yang dilakukan di Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana pada bulan Januari- Maret 2012 Penelitian ini menggunakan sampel 20 ekor tikus putih yang dibagi menjadi 2 kelompokKelompok 1 adalah kelompok kontrol yang diberikan pelatihan fisik berlebih (berenang) dan diberikan suntikan intraperitoneal aquabidesKelompok 2 adalah kelompok perlakuan yang diberikan pelatihan fisik berlebih dan suntikan intraperitoneal Glutation dengan dosis 37mgkg BB hariKedua kelompok diberikan pelatihan fisik berlebih selama 35 hari di mana pelatihan fisik ini dibagi atas 2 yaitu 7 hari pertama hanya diberikan pelatihan fisik berlebih saja 28 hari berikutnya diberikan pelatihan fisik berlebih + perlakuan berupa pemberian injeksi Glutation placebo Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kelompok kontrol terdapat peningkatan kadar MDA dari 518plusmn028mmollt menjadi 552plusmn029mmollt sedangkan pada kelompok perlakuan kadar MDA menurun dari 778plusmn023 mmollt menjadi 444plusmn017 mmollt Berdasarkan uji statistik yang dilakukan terdapat penurunan MDA secara bermakna pada kelompok perlakuan (plt005) Penelitian ini menyimpulkan bahwa pemberian suntikan Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang diberikan pelatihan fisik berlebih Disarankan untuk melakukan penelitian in vivo lanjutan pada beberapa jenis hewan percobaan dan pada manusia

Kata kunci glutation kadar MDA pelatihan fisik berlebih tikus

ix

ix

ABSTRACT

INTRAPERITONEAL ADMINISTRATION OF GLUTATHIONE INJECTION DECREASE MDA LEVEL ON

OVERTRAINING RAT

According to Anti-Aging Medicine aging can be treated as a diseaseageing process can be overcome so that we can even reverse Every time we do an activity a process of oxidation occurs in our bodies 2-5 of the oxygen we consumed is reduced to free radicals This is a physiological condition This production is increased in conditions such ultraviolet rays exposure pollution smoking excessive alcohol consumption stress causing cells damage occurs premature aging Overtraining causes an excess of free radicals this condition requires an antioxidant that is able to overcome free radicals so further damage can be prevented The aim of this study was to determine the effectiveness of Glutathione in dealing with excess free radicals caused by excessive physical training which can be determined from the decreasing levels of MDA

This study was an experimental study with Pre test-Post test control group design conducted at the Department of Pharmacology Faculty of Medicine University of Udayana in January-March 2012 This study used 20 albino rats randomly divided into two groups Group 1 control group was given physical overtraining (swimming) and aquabidest intraperitoneal injections Group 2 was given physical overtraining and Glutathione intraperitoneal injection at a dose of 37mgbwday Both groups were given overtraining for 35 days in which overtraining is divided into two the first 7 days are given only overtraining course the next 28 days are given overtraining + Glutathione injection placebo The results showed that in the control group there were elevated levels of MDA of 518 plusmn 028 mmol l to 552plusmn 029 mmoll while in the treated group there were decreased levels of MDA of 778 plusmn 023 mmol l to 444 plusmn 017 mmoll Based on statistical tests there is a significant decrease in in the treated group (plt005)

This study concluded that administration of intraperitoneal Glutathione injections decreasing levels of MDA in mice given physical overtraining It is recommended to conduct further studies in vivo in several species of experimental animals and in humans Key words Glutathione MDA level physical overtraining rat

x

x

DAFTAR ISI

Sampul Dalam i

Pemberian Gelar ii

Lembar Pengesahan iii

Penetapan Panitia Penguji iv

Ucapan Terima Kasih v

Abstrak viii

Abstract ix

DAFTAR ISI x

DAFTAR TABEL helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip xiv

DAFTAR GAMBARhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip xv

DAFTAR LAMPIRAN helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip xvi

DAFTAR SINGKATAN xvii

BAB I PENDAHULUAN

11 Latar Belakang 1

12 Rumusan Masalah 6

13 Tujuan Penelitian 6

14 ManfaatPenelitian 7

141 Manfaat Keilmuan 7

142 Manfaat Praktis 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA

21 Penuaan 8

xi

xi

211 Teori Wear and Tear 9

212 Teori Radikal Bebas 9

213 Teori Kontrol Genetika 11

214 Teori Neuroendokrin 11

22 Radikal Bebas 12

221 Definisi Radikal Bebas 12

222 Sifat- sifat Radikal Bebas 12

223 Peranan Radikal Bebas Dalam Proses Penuaan 15

23 Stress Oksidatif 15

231 Keadaan Yang Menyebabkan Stress Oksidatif 15

24 Pelatihan Fisik 16

241 Olahraga 16

242 Pelatihan Fisik Berlebih 21

25 Antioksidan 28

26 Glutation sebagai Antioksidan 29

261 Fungsi Glutation 31

262 Suplementasi Glutation 33

263 Glutation Precursor 37

264 Sumber Glutation dari makanan 38

BAB III KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

31 Kerangka Berpikir 40

32 Konsep Penelitian 41

33 Hipotesis Penelitian 42

xii

xii

BAB IV METODE PENELITIAN

41 Rancangan Penelitian 43

42 Tempat dan Waktu Penelitian 44

43 Populasi Sampel 44

431 Populasi 44

432 Kriteria Sampel 45

4321 Kriteria Inklusi 45

4322 Kriteria Drop Out 45

433 Besar Sampel 45

434 Teknik Pengambilan Sampel 46

44 Variabel Penelitian 47

441 Klasifikasi Variabel 4

442 Definisi Operasional Variabel 48

45 Bahan dan Alat Penelitian 49

451 Bahan Penelitian 49

452 Alat Penelitian 49

46 Prosedur Penelitian 50

461 Alur Penelitian 51

462 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium 51

47 Pengolahan dan Analisis Data 52

BAB V HASIL PENELITIAN

51 Uji Normalitas Data 53

52 Uji Homogenitas Antar Kelompok 54

xiii

xiii

53 Kadar MDA 54

531 Uji Komparabilitas 54

532 Analisa Efek Perlakuan 55

533 Analisa Komparasi Sebelum dan Sesudah Perlakuan 57

BAB VI PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian 59

62 Efek Aktifitas Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA 59

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

71 Kesimpulan 63

72 Saran 63

DAFTAR PUSTAKA 64

LAMPIRAN 68

xiv

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 21 Makanan yang mengandung Glutation 39

Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing

Kelompok Sebelum dan Sesudah Perlakuan 54

Tabel 52 Hasil uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA

Sebelum dan Sesudah Perlakuan 54

Tabel 53 Hasil Rerata Kadar MDA antar Kelompok Sebelum

Diberikan Perlakuan 55

Tabel 54 Hasil Rerata Kadar MDA antar Kelompok Sesudah

Diberikan Perlakuan 56

Tabel 55 Analisis Komparasi Kadar MDA antara Sebelum dan

Sesudah Perlakuan helliphelliphelliphellip 57

xv

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 21 Struktur GSH dan GSSG 30

Gambar 22 GSH Redox 31

Gambar 23 Detoksifikasi Lipid Hydoxyperoxides di usus halus 32

Gambar 24 Supply dan Removal Glutation 34

Gambar 31 Kerangka Konsep Kadar MDA pada Tikus yang

diberikan Pelatihan Fisik Berlebih+Placebo dan Pelatihan

Fisik Berlebih+Glutation 41

Gambar 41 Rancangan Penelitian 42

Gambar 42 Bagan Hubungan antar Variabel 47

Gambar 43 Bagan Alur Penelitian 51

Gambar 51 Perubahan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah

Diberikan Perlakuan 57

xvi

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Uji Normalitas Data 68

Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antar Kelompok Kontrol

dan Perlakuan 69

Lampiran 3 Perbandingan Luas Permukaan Tubuh Hewan Percobaan

untuk Konversi Dosis 70

Lampiran 4 Foto Penelitian 71

Foto Glutation (Tationil Teofarma) 71

Lampiran 5 Data Hasil Penelitian 72

xvii

xvii

DAFTAR SINGKATAN

CoQ10 Coenzym Q10

DNA Deoxyribonucleic Acid

GSH Px Glutation Peroksidase

GSH Glutation

GSSG Rx Glutation Reduktase

GSSG Glutation Disulfide

MDA Malondialdehyde

NADH Nicotinamide Adenine Dinucleotide

NADPH Nicotinamide Adenine Dinucleotide Phosphate

O2 Oksigen

RNA Ribonucleic Acid

ROS Reactive Oxygen Species

SOD Super Oxide Dismutase

TBARS Thiobarbituric Acid Reactive Substances

1

BAB I

PENDAHULUAN

11 LATAR BELAKANG

Proses penuaan menurut Kedokteran Anti Penuaan dapat diperlakukan

seperti suatu penyakit dalam arti proses ini dapat diatasi dapat dirsquoreversersquo atau

dirsquokembalikanrsquo menjadi kondisi seperti saat muda Penyakit yang muncul seiring

dengan bertambahnya usia seperti hipertensi diabetes mellitus osteoartritis dan

lain-lain membuat kualitas hidup menurun pada usia lanjut Ilmu Kedokteran

Anti Penuaan memberikan paradigma baru dalam mengatasi proses penuaan Ilmu

ini memberikan solusi untuk mengatasi ketidakmampuan penyakit nyeri

deformitas dan kesedihan di masa tua sehingga kualitas hidup meningkat

Modifikasi gaya hidup dengan cara mengatur pola makan pola tidur pola

olahraga pola hidup manajemen hormon dapat meningkatkan kualitas hidup

Terbentuknya radikal bebas oksigen dalam tubuh sebenarnya merupakan

sesuatu yang fisiologis Oksigen yang kita hirup berperan dalam metabolisme

sebagian kecil (2-5) tereduksi membentuk radikal bebas Radikal bebas oksigen

dikelompokkan dalam senyawa Reactive Oxygen Species (ROS) ROS merupakan

radikal bebas yang berbahaya bagi tubuh (Arief 2010) Bila produksi tersebut

menjadi semakin meningkat dalam kondisi seperti terpapar sinar ultraviolet

polusi merokok konsumsi alkohol dalam jumlah banyak stress menyebabkan

kerusakan pada sel-sel terjadi penuaan

1

2

Teknologi yang berkembang dengan pesatnya memberikan kita banyak

fasilitas kemudahan dalam menjalani hidup kita Akhirnya dalam apapun yang

akan kita perbuat atau lakukan kita selalu dihadapkan pada 2 pilihan mau yang

mudah atau yang sulit Menjamurnya makanan instant fast food yang disebut

juga makanan junk food karena memang tidak kurang kandungan gizi yang kita

perlukan Makanan ini tidak mengandung nilai gizi hanya mementingkan rasa

yang penting enak gurih karena banyak mengandung lemak tinggi karbohidrat

dan cepat saji karena semakin sibuknya manusia Selain itu karena kesibukan

kita menjadi kurang sekali dalam berolahraga selain kesibukan juga sudah lelah

Akibatnya kita menjadi gemuk semakin gemuk semakin malas beraktifitas

semakin mudah lelah yang lama kelamaan menjadi kelelahan kronis depresi

mudah muncul

Gaya hidup manusia yang mempunyai tingkat stress yang tinggi ditambah

kurangnya aktifitas berolahraga meningkatkan resiko timbulnya penyakit jantung

low back pain adult-onset diabetes obesity yang disebut hypokinetic diseases

(Sharkey 2003 ) Meningkatnya insidensi kelebihan berat badan menjadi masalah

kesehatan di seluruh dunia termasuk di Indonesia (Misnadiarly 2007) Kelebihan

berat badan menyebabkan terjadinya penumpukan lemak yang berlebihan dalam

tubuh dan berpotensi memicu banyak penyakit yang mematikan Beberapa

penyakit tersebut dikategorikan sebagai penyakit yang terjadi karena metabolism

yang melambat dan penumpukan lemak sering disebut sebagai Sindroma

Metabolik(hipertensi hiperlipidemia diabetes mellitus) Sebaliknya sebuah gaya

3

hidup yang sehat dan seimbang memainkan peranan yang besar dalam mencegah

banyak penyakit yang berhubungan dengan gaya hidup

Pada sisi lain manusia juga selalu dituntut untuk memiliki tubuh sehat

penampilan yang menarik Masalah muncul pada saat manusia memilih jalan

pintas berolahraga berlebihan (overtraining) diet ketat berlebihan

mengkonsumsi obat-obatan penekan nafsu makan obat-obat pembakar lemak

suplemen secara berlebihan dan tanpa informasi yang benar tanpa pengawasan

dokter dengan tujuan untuk memperoleh tubuh ramping dalam waktu secepatnya

Bukan tubuh sehat yang didapat tetapi malah menjadi sakit yang tidak mustahil

dapat mengarah ke kematian

Tubuh sehat ideal dalam arti tidak mudah sakit mempunyai hidup yang

berkualitas penampilan yang prima dan mempunyai postur tubuh yang

proporsional (Misnadiarly 2007) Gaya hidup yang sehat seimbang adalah kunci

untuk mencapai kesehatan dan bentuk badan yang lebih bagus dan hanya akan

tercapai melalui aktifitas olahraga pengaturan pola makan istirahat yang teratur

dan proporsional

Olahraga yang berlebihan tidak memberikan efek yang baik untuk tubuh

tetapi latihan yang tepat meningkatkan kebugaran aerobik Frekuensi yang lebih

sering durasi yang lebih panjang intensitas yang meningkat meningkatkan

kebugaran fisik Hal yang penting kita harus memperhatikan waktu pemulihan

Apabila tubuh tidak mempunyai cukup waktu untuk pemulihan bukan

meningkatkan kebugaran tetapi malah menimbulkan cedera atau penyakit melalui

supresi sistem kekebalan (Sharkey 2003) Olahraga yang teratur dapat

4

meningkatkan produksi molekul anti oksidan endogen termasuk glutathioneurate

coenzyme Q10 (Cadenas 2002) Dengan meningkatnya kadar antioksidan

endogen maka kadar MDA tubuh akan menurun

Teori Radikal Bebas menjelaskan bahwa radikal bebas merusak sel-sel

tubuh manusia (Goldmanamp Klatz 2003) Pelatihan fisik berlebih menyebabkan

terbentuknya radikal bebas Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara

menarik elektronnya sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan

sampai kematian sel (Suryohudoyo 2000) Pelatihan fisik berlebih menyebabkan

penuaan terjadi lebih cepat

Gaya hidup yang tidak sehat meningkatkan produksi radikal bebas

Beruntung tubuh mempunyai mekanisme pertahanan melawan oksidasi yang

terjadi tersebut Tubuh memproduksi enzim dan molekul khusus yang dapat

menangkap dan melenyapkan radikal bebas (superoksid dismutase katalase

glutation alfa lipoic acid CoQ10) yang disebut juga antioksidan endogen dan

yang berasal dari makanan seperti vitamin C dan E beta karoten polifenol

selenium seng (antioksidan esensial) yang disebut juga antioksidan eksogen

Antioksidan endogen maupun eksogen sangat penting buat tubuh karena

mampu meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan cara menangkap

dan mengeliminirnya Antioksidan eksogen efektif diperlukan untuk mencegah

terjadinya stress oksidatif Antioksidan endogen merupakan mekanisme

pertahanan preventif dengan cara memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal

bebas atau dengan cara menangkapnya (Winarsi 2007)

5

Bila jumlah antioksidan lebih sedikit dibanding jumlah radikal bebas

terjadi gangguan keseimbangan yang disebut redox state (Cadenas 2002) Dalam

kondisi seperti ini semakin banyak molekul normal yang ditarik elektronnya

molekul menjadi tidak stabil molekul ini akan merusak molekul sehat lainnya

sehingga terjadilah penyakit (Winarsi 2007)

Pemberian antioksidan yang cukup dan optimal dapat meningkatkan

kebugaran meningkatkan kemampuan tubuh dalam melakukan pelatihan fisik

menurunkan kadar stress oksidatif dalam tubuh mencegah terjadinya penuaan

dini (Pangkahila 2007) Antioksidan bekerja dengan cara mendonorkan satu

elektronnya ke molekul yang kehilangan elektronnya (radikal bebas) sehingga

membentuk radikal bebas tidak reaktif relatif stabil proses kerusakan sel dapat

dihambat

Ada beberapa macam antioksidan salah satunya adalah Glutation

Glutation merupakan antioksidan endogen yaitu antioksidan yang dapat dibuat

oleh tubuh kita sendiri Glutation juga dikenal sebagai master antioksidan

antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain (Goldman 2003)

Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan

Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik Normalnya sekali suatu

antioksidan memakan radikal bebas antioksidan ini menjadi teroksidasi sendiri

dan menyerang sel yang sehat yang disebut sebagai pro oksidan Glutation

dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang teroksidasi tersebut menjadi

bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali dalam memakan radikal bebas

(Sellman 2009) Sehingga dengan pengertian di atas glutation dapat membantu

6

dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh kita lebih banyak

dibandingkan dengan antioksidan lain

MDA adalah metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas

Kadar MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel

Apabila terdapat antioksidan yang tinggi dalam tubuh maka kadar MDA akan

menurun (Winarsi 2007)

Pelatihan fisik berlebih akan menyebabkan meningkatnya kerusakan

oksidatif Glutation menghambat kerusakan oksidatif Parameter yang digunakan

dalam penelitian ini adalah produk peroksidase lipid yaitu malondialdehid (MDA)

menurut metoda Willis

12 Rumusan Masalah

Apakah pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan

kadar MDA tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

13 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat

menurunkan kadar MDA pada tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

14 Manfaat Penelitian

141 Manfaat Keilmuan

Dapat menambah pengetahuan bahwa olahraga berlebih meningkatkan

MDA pemberian antioksidan Glutation dalam upaya mencegah terjadinya stress

7

oksidatif berkelanjutan yang dapat menjadi salah satu penyebab proses penuaan

penyakit metabolisme dan kemungkinan dapat dipergunakan sebagai dasar untuk

dilakukan penelitian lebih lanjut

142 Manfaat Praktis

Pengetahuan tersebut dapat memberikan manfaat kepada masyarakat luas

untuk lebih bijaksana dalam mengkonsumsi antioksidan dan dalam melakukan

pelatihan fisik

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

21 Penuaan

Penuaan sampai saat ini masih dianggap sebagai sesuatu yang alamiah

terjadi demikian juga penyakit yang muncul pada masa tuaSeseorang yang

berumur 50 tahun dengan penyakit Diabetes Mellitus dipandang sebagai sesuatu

yang umum karena memang sudah tua Sejak tahun 1950 penelitian penyebab

penuaan mulai diteliti faktor-faktor penyebab yang mempengaruhi kualitas hidup

sehingga meskipun usia bertambah tua tetapi tetap berkualitas Beberapa cara

modifikasi gaya hidup terus dilakukan untuk mencapai kualitas hidup yang lebih

baik seperti mengatur pola makan pola tidur pola olahraga pola hidup untuk

mencapai kualitas hidup yang baik di usia lanjutPenelitian memberi kesimpulan

bahwa pemberdayaan diri membudayakan pola hidup sehat dapat meningkatkan

kualitas hidup seseorang (Franklin 2009)

Dewasa ini seiring dengan percepatan perubahan teknologi meningkatnya

persaingan hidup orang berlomba-lomba mengkonsumsi produk dan berbagai

metode yang mengklaim bisa menghambat penuaan atau bersifat Anti Aging Ilmu

Kedokteran Anti Penuaan memberikan paradigma baru dalam menangani proses

penuaan Ilmu Kedokteran Anti Penuaan ini menjanjikan dapat memberikan solusi

untuk mengatasi ketidakmampuan penyakit nyeri deformitas dan kesedihan di

masa tua dengan cara meningkatkan kualitas hidup masa tua (Goldman dan Klatz

8

9

2003) Menurut Pangkahila penuaan bisa dicegah diobati dan bahkan dapat

dikembalikan ke keadaan semula (Pangkahila 2007)

Proses penuaan dapat dijelaskan dalam empat teori utama yang walaupun

tidak dapat menjelaskan dengan lengkap tetapi teori tersebut melengkapi satu

dengan yang lain

211 Teori Wear and Tear

Teori ini diperkenalkan pertama kali oleh Dr August Weisman seorang

ahli biologi dari Jerman pada tahun 1882 Teori ini menyatakan bahwa tubuh dan

sel akan rusak karena penggunaan dan disalahgunakan baik penggunaan secara

alami apalagi penyalahgunaan Kerusakan terjadi dalam sel sampai organ Pada

usia muda kerusakan yang terjadi dapat diatasi dikompensasi karena sistem

perbaikan dan pemeliharan yang masih baik tetapi seiring dengan bertambahnya

umur tubuh mulai kehilangan kemampuan tersebut Teori ini juga meyakini

pemberian suplemen dan merangsang kemampuan tubuh untuk melakukan

perbaikan dan mempertahankan organ tubuh dan sel

212 Teori Radikal Bebas

Teori ini diperkenalkan oleh Dr Denham Harman pada tahun 1956

Radikal Bebas adalah molekul tidak stabil yang sangat reaktif karena mempunyai

elektron tidak berpasangan pada orbit luarnya dapat bereaksi dengan molekul

lain menimbulkan reaksi berantai yang sangat destruktif (Goldman dan Klatz

2003)

10

Radikal Bebas dihasilkan dari pembakaran gula dan lemak yang kita

konsumsi untuk memberikan energi pada tubuh kita Radikal bebas merusak

membran sel kode DNA enzim protein dan akhirnya terjadi kerusakan pada

seluruh organ Kerusakan terjadi mulai dari lahir dan terus berlanjut hingga

meninggal Pada usia muda dampak penggantian sel yang masih berfungsi baik

Seiring dengan usia bertambah akumulasi kerusakan akibat radikal bebas akan

mengganggu metabolisme sel terjadilah mutasi sel yang mengakibatkan

timbulnya kanker dan kematian

Age Spot merupakan salah satu bentuk kerusakan pada membrane sel

yang disebabkan oleh Radikal Bebas Kerusakan membran ini menghasilkan

produk sisa yang dikenal sebagai lipofuscin Jumlah lipofuscin yang tinggi dalam

tubuh memberikan warna gelap pada daerah tertentu yang disebut Age spot

Lipofuscins mengganggu sintesis DNA dan RNA mempengaruhi sintesis protein

(menurunkan energi dan menghambat pembentukan massa otot) merusak enzim

seluler yang diperlukan untuk proses kimia vital dalam tubuh (Goldman dan

Klatz 2003)

Radikal bebas mempengaruhi peroksidasi lipid yang menyebabkan

produksi MDA (malondialdehyde) yang mengikat protein dan menyebabkan

gangguan fungsi biologik protein tersebut Radikal Bebas berkaitan dengan

penyakit usia lanjut seperti aterosklerosis Parkinson penyakit Alzheimer dan

gangguan fungsi kekebalan tubuh (Pangkahila 2007)

11

213 Teori Kontrol Genetika

Teori terfokus pada kode genetik yang ada dalam DNA meskipun seluruh

aspek diwariskan dalam gen tiap individu waktu jam biologis tergantung pada

pola hidup penuaan masing-masing individu Tiap individu memiliki jam biologis

yang telah diatur waktunya Berhentinya jam biologis menandakan proses

penuaan dan meninggal (Goldman dan Klatz 2003)

Ilmu Kedokteran Anti Penuaan melakukan upaya mencegah dan

memperbaiki kerusakan yang terjadiTerapi Gen diharapkan dapat memberikan

solusi dalam menghadapi takdir genetika terhadap beberapa penyakit keturunan

214 Teori Neuroendokrin

Teori yang menyangkut peranan berbagai hormon bagi fungsi organ tubuh

diperkenalkan oleh Vladimir DilmanPhD

Hormon mengatur dan memperbaiki fungsi tubuh Pada usia muda

berbagai hormone masih berfungsi baik dalam mengendalikan berbagai fungsi

organ tubuh Ketika manusia menjadi tua produksi hormon menurun fungsi

tubuh menjadi terganggu Contoh Growth Hormone yang membantu

pembentukan massa otot testosteron dan hormone tiroid akan menurun tajam

pada usia tua Ditandai dengan rasio lemak dan otot yang meningkat Terapi sulih

hormone dapat membantu masalah tersebut dan mengembalikan fungsi hormone

tubuh sehingga memperlambat proses penuaan

12

22 Radikal Bebas

221 Definisi Radikal Bebas

Radikal bebas adalah molekul (kumpulan atom) yang memiliki elektron

yang tidak berpasangan Oksidan adalah senyawa penerima elektron yaitu

senyawa yang dapat menarik elektron Kedua jenis senyawa ini memiliki aktifitas

yang sama dan memberikan akibat yang hampir sama tetapi dengan proses yang

berbeda (Winarsi 2007) Radikal Bebas digolongkan dalam oksidan namun tidak

setiap oksidan adalah radikal bebas (Suryohudoyo 2000)

Sumber oksidan berasal dari

Tubuh sendiri yaitu berasal dari proses fisiologis namun oleh suatu sebab

jumlahnya menjadi banyak

Proses peradangan

Luar tubuh seperti polutan obat-obatan

Radikal bebas lebih berbahaya dibanding senyawa oksidan non radikal

222 Tahapan Terbentuknya Radikal Bebas dan Sifatnya

Tahapan terbentuknya radikal bebas terjadi melalui sederetan mekanisme

reaksi

1 Tahap Inisiasi yaitu tahap yang menyebabkan terbentuknya radikal bebas

Cu

RH + O2 R + H2O

2 Tahap Propagasi yaitu tahap dimana radikal bebas cenderung bertambah

banyak dengan membuat reaksi rantai dengan molekul lipid lain

13

R + O2 RO2

RO2 + RH R + ROOH

3 Tahap Terminasi yaitu apabila terjadi reaksi antara radikal bebas dengan

radikal bebas lain atau antara radikal bebas dengan suatu senyawa pembasmi

radikal bebas (scavenger)

R1 + R2 R 1 R 2

Reduksi oksigen memerlukan pengalihan empat electron (electrotransfer)

Pengalihan ini tidak dapat sekaligus tetapi dalam empat tahapan yang setiap

tahapan hanya melibatkan pengalihan satu elektron Kendala yang mengharuskan

oksigen hanya dapat menerima satu elektron setiap tahap menyebabkan

terjadinya dua hal yaitu kurang reaktifnya oksigen dan terbentuknya senyawa-

senyawa oksigen reaktif seperti O2 (radikal superoksida) H2O2 (hydrogen

peroksida) OOH (radikal peroksil) dan OH (radikal hidroksil)

Radikal Bebas memiliki 2 sifat yaitu

1 Reaktifitas tinggi karena cenderung menarik elektron

2 Mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal

Elektron dari Radikal Bebas berikatan dengan senyawa yang berikatan

kovalen seperti lipid protein dan DNA akan sangat berbahaya karena ikatan

digunakan bersama-sama pada orbit luarnya Dibanding senyawa oksigen reaktif

radikal hidroksil merupakan senyawa yang paling berbahaya karena reaktifitasnya

yang sangat tinggi

Radikal hidroksil dapat merusak 3 jenis senyawa penting yang berfungsi

untuk mempetahankan integritas sel yaitu

14

1 Asam lemak tak jenuh yang merupakan komponen penting fosfolipid

penyusun membran

2 DNA pembawa genetik sel

3 Protein memegang berbagai peran penting seperti enzim reseptor antibodi

sitoskeleton

Dari ketiga senyawa tersebut yang paling rentan adalah senyawa asam

lemak tak jenuh ganda pada membran sel yang mengakibatkan rapuhnya dinding

sel Senyawa oksigen reaktif ini juga merusak dinding bagian dalam pembuluh

darah sehingga mengakibatkan pengendapan koleserol dan menyebabkan

aterosklerosis Apabila senyawa oksigen reaktif ini merusak basa DNA akan

terjadi kekacauan sistem info genetika berlanjut pada pembentukan sel kanker

Jaringan lipid yang rusak memicu munculnya penyakit degeneratif

Fosfolipid glikolipid dan kolesterol merupakan komponen terpenting

membran sel Komponen fosfolipid dan glikolipid mengandung asam lemak tak

jenuh (asam linoleat linolenat arakidonat) sangat rawan terhadap serangan

radikal hidroksil yang dapat menimbulkan reaksi rantai yang dikenal sebagai

Lipid peroxidation

Peroksidase lipid

LH + OH --- H + H2O

Asam lemak Radikal Bebas

L + O2 -- LOO

Radikal peroksilipid

LOO + LH --- L + L OOH dan seterusnya

15

Hasil akhir dari proses ini adalah terputusnya rantai asam lemak menjadi

berbagai senyawa yang bersifat toksik terhadap sel antara lain berbagai macam

aldehid seperti Malondealdehyde (MDA)

223 Peranan Radikal Bebas dalam proses penuaan

Pada usia muda keseimbangan antara radikal bebas dan pertahanan

antioksidan berfungsi dengan baik seiring dengan pertambahan usia

keseimbangan terganggu karena cadangan antioksidan berkurang dan radikal

bebas berlebih (Saxena dan Lan 2006)

Akibat ketidakseimbangan ini terjadi kerusakan oksidatif (Arief 2010)

Kerusakan ini disebabkan oleh radikal bebas dan merusak 3 komponen utama

yang mempertahankan integritas sel seperti fosfolipid (penyusun membrane sel)

DNA (perangkat genetik) protein (enzim reseptor antibodi) (Fouad 2007)

Ketidakseimbangan antara antioksidan dan senyawa oksigen reaktif

menghasilkan stress oksidatif penyebab kanker penuaan aterosklerosis cedera

iskemik peradangan dan penyakit degeneratif (Parkinson Alzheimer)

(Pangkahila 2007)

23 Stress Oksidatif

231 Keadaan yang menyebabkan stress oksidatif

Pada saat jumlah antioksidan tubuh kurang dari yang diperlukan untuk

meredam efek buruk dari radikal bebas keadaan ini disebut Stress oksidatif Bila

terjadi dalam waktu yang lama akan terjadi penumpukan hasil kerusakan

16

oksidatif di dalam sel dan jaringan yang mengakibatkan hilangnya fungsi sel

jaringan dan akhirnya mati Hal ini merupakan penyebab utama proses penuaan

(Bagiada 2001)

Keadaan yang menyebabkan Stress Oksidatif ini salah satunya adalah

pelatihan fisik berat atau berlebih (Hersh 2004) Stress oksidatif dapat

dikendalikan antara lain dengan membiasakan untuk menerapkan pola hidup sehat

dan mengkonsumsi antioksidan diharapkan akan memacu kerja antioksidan

dalam tubuh

MDA merupakan hasil dari proses peroksidasi lipid meningkatnya MDA

menunjukkan adanya suatu kondisi Stress Oksidatif menurunnya MDA

menunjukkan adanya perbaikan dari kondisi Stress tersebut sehingga MDA dapat

dipakai sebagai biomarker Stress oksidatif

24 Pelatihan Fisik

241 Olahraga

Pelatihan fisik atau olahraga merupakan satu kegiatan yang penting bagi

kehidupan manusia Olahraga merupakan alternatif kegiatan yang dapat

meningkatkan derajat kebugaran fisik seseorang apabila dilakukan dengan dosis

takaran yang benar Menurut Sharkey olahraga dapat meningkatkan pengeluaran

energi dan tingkat pengeluaran tersebut berkaitan dengan intensitas dan durasi

aktifitas yang dilakukan (Sharkey 2003) Latihan fisik atau olahraga yang

memperhatikan frekuensi intensitas tipe dan waktu mendukung dalam

mendapatkan hasil yang maksimal dan menurunkan resiko cedera Latihan fisik

17

yang benar memberikan dampak perbaikan pada sistem fungsional paru dan

jantung sehingga terjadi hipertropi otot jantung penurunan detak jantung

istirahat peningkatan stroke volume peningkatan volume darah dan hemoglobin

menambah jumlah pembuluh darah kapiler serta berfungsi dalam proses

pembakaran energi (Fox 1998) Frekuensi latihan yang dianjurkan adalah 3-4x

seminggu dengan intensitas 72-87 dari denyut jantung maksimal (220-umur)

dengan variasi 10 denyut per menitTipe latihan yang dianjurkan adalah

pemanasan 15 menit kombinasi latihan aerobik dan latihan otot dalam waktu 30-

60 menit diakhiri pendinginan 10 menit (Pangkahila 2009)

Sumber energi yang dibutuhkan untuk pelatihan fisik aerobik yang

dominan didapat dari pembakaran simpanan karbohidrat lemak dan sebagian

kecil (5) dari pemecahan simpanan protein yang terdapat di dalam tubuh untuk

menghasilkan ATP (adenosine triphospate) ATP yang terdapat dalam jaringan

otot terbatas kebutuhan ATP dipertahankan oleh creatinin phosphate (CP) dan

glikogen yang tersimpan dalam otot (Hernawati 2009) Terdapat 3 jalur untuk

memberikan ATP tambahan sesuai yang dibutuhkan selama kontraksi otot

meliputi 1 Pemindahan fosfat berenergi tinggi dari kreatinin fosfat ke ADP 2)

Fosforilasi oksidatif (siklus asam sitrat dari sistem transportasi elektron) 3)

glikolisis (Sherwood 2001) Sedangkan pada aktifitas yang bersifat anaerobik

energi diperoleh dari hidrolisis phosphocreatine serta melalui glikolisis glukosa

secara anaerobik Proses ini dapat terjadi tanpa adanya oksigen (O2) Metabolisme

anaerobik ini menghasilkan asam laktat yang apabila terakumulasi dapat

menyebabkan rasa nyeri pada otot menimbulkan stress fisik Hal ini

18

menyebabkan latihan aerobik terasa lebih menyenangkan (Hernawati 2009)

Metabolisme aerobik jauh lebih efisien daripada anaerobik karena menghasilkan

38 molekul ATP per molekul glukosa versus hanya 2 molekul melalui jalur

anaerob

Pelatihan fisik atau olahraga yang teratur selain memberikan manfaat

perbaikan pada mental fisik dan fisiologis juga mempengaruhi hormon tubuh

kita antara lain (Sharkey2003)

1 Growth Hormone

Stimulasi sintesis protein (muscle tone development) dan kekuatan tulang

tendon ligament dan tulang rawan Penurunan penggunaan glukosa dan

peningkatan penggunaan lemak sebagai bahan bakar selama olahraga

Membantu mengurangi lemak tubuh dan mempertahankan glukosa darah pada

level normal sehingga membantu melakukan olahraga selama periode waktu

yang lebih lama Dilepaskannya Growth Hormone oleh kelenjar pituitari di

otak meningkat dengan meningkatnya waktu latihan aerobik

2 Endorphins

Opioid endogen dari kelenjar pituitary yang memblok rasa sakit menurunkan

nafsu makan membuat perasaan senang mengurangi tekanan dan kecemasan

Pada saat olahraga endorfin dalam darah meningkat sampai lima kali selama

aktifitas olahraga lebih dari 30 menit Endorfin membuat kita dapat melakukan

aktifitas latihan menjadi lebih tahan lama

19

3 Testosteron

Hormon yang penting untuk wanita dan pria dalam mempertahankan tonus

volume kekuatan otot meningkatkan angka rata metabolisme basal

menurunkan lemak tubuh dan merasa lebih percaya diri Diproduksi oleh

ovarium pada wanita dan testis pada laki-laki Testosteron pada wanita hanya

sepersepuluh kadar testosteron pada laki-laki Pada wanita testosteron

berperan pada pengaturan libido dan orgasme Produksi pada wanita menurun

saat menjelang menopause sedangkan pada pria pada usia memasuki usia 40

tahun Kadar testosteron darah mulai meningkat setelah 20 menit olahraga

baik pada wanita maupun pria dan tetap tinggi sampai 1-3 jam setelah

olahraga

4 Estrogen

Estrogen secara biologis aktif adalah 17 beta estradiol meningkatkan

pemecahan lemak dari lemak tubuh sehingga dapat digunakan sebagai sumber

tenaga meningkatkan rata-rata metabolisme basal meningkatkan mood

meningkatkan libido Hormon ini disekresi oleh ovarium meningkat saat

olahraga dan tetap meningkat sampai 1-4 jam setelah olahraga

5 Thyroxine (T4)

Hormon yang diproduksi oleh kelenjar tiroid meningkatkan metabolisme

hampir semua sel dalam tubuh Peningkatan metabolisme ini membantu kita

merasa lebih energik dan juga menyimpan kalori penting untuk penurunan

berat badan Kadar tiroksin dalam darah meningkat sekitar 30 selama

20

olahraga dan tetap meningkat sampai beberapa jam sesudahnya Olahraga

yang teratur juga meningkatkan level tiroksin saat istirahat

6 Epinephrine

Hormon yang diproduksi oleh medulla adrenal yang meningkatkan jumlah

darah yang dipompa oleh jantung dan mengarahkan aliran darah ke tempat

yang diharapkan Stimulasi pemecahan glikogen (karbohidrat yang disimpan)

dalam otot yang aktif dan hati untuk digunakan sebagai sumber tenaga

Menstimulasi pemecahan lemak (lemak yang disimpan dalam otot yang aktif)

dan digunakan sebagai sumber tenaga Sejumlah epinefrin yang dilepaskan

berhubungan dengan intensitas dan durasi latihan

7 Insulin adrenalin

Hormon yang penting dalam mengatur gula darah dan asam lemak (lemak)

dan asam amino (protein) dalam sel Sekresi insulin oleh pancreas meningkat

sehubungan dengan respon meningkatnya kadar gula darah dan protein yang

biasa terjadi setelah makan Semakin banyak gula sederhana yang dikonsumsi

semakin tinggi respon insulin Meningkatnya insulin menyebabkan produksi

lemak sehingga insulin sering disebut sebagai hormon lemak atau fat

hormone Pada orang dengan berat badan berlebih terjadi resistensi insulin

sehingga diperlukan insulin dalan jumlah yang lebih besar untuk didapatkan

efek yang sama sehingga didapatkan kadar insulin darah yang lebih tinggi dan

latihan aerobik setiap hari Kadar insulin darah mulai menurun 10 menit saat

olahraga dan terus menurun sekitar 70 menit olahraga Olahraga yang teratur

juga meningkatkan sensitivitas sel terhadap insulin dalam keadaan istirahat

21

8 Glucagon

Hormon yang diproduksi oleh pankreas tugasnya meningkatkan kadar gula

darah Saat gula darah rendah glukagon disekresi dan menyebabkan simpanan

karbohidrat di dalam hati dilepaskan ke aliran darah untuk meningkatkan

kadar gula mencapai kadar normal Glukagon juga menyebabkan

dipecahkannya lemak sehingga dapat digunakan sebagai bahan bakar atau

sumber tenaga Glukagon mulai disekresi pada 30 menit awal olahraga ketika

gula darah mulai menurun

242 Pelatihan Fisik Berlebih

Pelatihan fisik berlebih menimbulkan gangguan pada sistem endokrin

terjadi peningkatan kadar kortisol dan penurunan kadar testosteron (Maffetone

2007) peningkatan ACTH penurunan LH plasma

Sindrom pelatihan fisik berlebih dalam jangka panjang mengakibatkan

terjadinya inflamasi infeksi yang lebih lanjut dapat mempengaruhi kesehatan

secara umum Aktifitas berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena

terjadi peningkatan konsumsi O2 oleh aktifitas otot skeletal Meskipun oksigen

dibutuhkan oksigen juga bersifat toksik yang dapat memicu peningkatan ROS

Pada organ yang tidak mendapat oksigen dan nutrisi yang cukup akan

menimbulkan keadaan iskemik dan kerusakan mikrovaskular Keadaan ini disebut

sebagai Reperfusion Injury yang memicu terjadinya kerusakan jaringan dan

peningkatan Radikal Bebas

22

Pelatihan fisik berlebih meningkatkan terbentuknya Radikal Bebas

(Adiputra 2008) Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh untuk

melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam organ dan

pembuluh darah (Giriwijoyo 2004) Apabila berlebih menyebabkan kerusakan

sel dengan 3 cara (Kumar et al2005 Ebenhardt 2001)

1 Kerusakan DNA mengakibatkan mutasi DNA bahkan kematian sel

2 Peroksidasi lipid membrane sel dan sitosol menyebabkan terjadinya proses

reduksi asam lemak sehingga mengakibatkan kerusakan membran dan organel

sel

3 Modifikasi protein teroksidasi oleh karena cross linking protein

Bila radikal bebas bertemu dengan asam lemak tak jenuh ganda daalam

membrane sel terjadi reaksi peroksidasi lipid membran sel menyebabkan

peningkatan fluiditas membran gangguan integritas membran dan inaktivasi

ikatan membran dengan enzim dan reseptor Tahap akhir dibebaskan aldehyde

seperti malondealdehyde pentane etana conjugated diane yang bersifat merusak

tubuh (Murray et al2000)

Pelatihan fisik berlebih menyebabkan terjadinya peningkatan lekosit atau

lekositosis peningkatan isoprostan dalam urin protein carbonil (73) catalase

(96) glutation peroksidase serta glutation teroksidasi (25) Dapat

disimpulkan pelatihan fisik berlebih merangsang respon biomarker stres oksidatif

(Murray et al 2000) Proses penuaan mengakibatkan penurunan sistem imun

sehingga meningkatkan resiko infeksi Menurut teori aktifitas sedang dapat

menangkal efek proses penuaan yang diakibatkan penurunan sistem imun Studi

23

yang dilakukan Shepard dan Shek menunjukkan bahwa aktifitas sedang dapat

ditoleransi dengan baik oleh individu lanjut usia dan menunjukkan penurunan

stimulasi proliferasi limfosit

Gejala ndash gejala yang dirasakan apabila melakukan pelatihan fisik berlebih

(overtraining) (Maffetone 2007)

1 Sering mengalami kegagalan dalam melakukan latihan yang biasanya kita

lakukan Kondisi fisik menjadi semakin lemah dan semakin lambat terjadi

kemunduran

2 Kehilangan otot dan terjadi penimbunan lemak Latihan fisik berlebih

meyebabkan rasio testosteron kortisol yang seharusnya positif yang berarti

lebih banyak otot dan lebih sedikit lemak menjadi negatif yang berarti cortisol

lebih tinggi dibanding testosteron yang berarti terjadi peningkatan resistensi

insulin dan penimbunan lemak

3 Merasa lemas mudah tersinggung sulit tidur

4 Persendian tulang dan anggota tubuh terasa sakit

Terjadinya DOMS (delayed onset muscle soreness) menunjukkan teknik

latihan yang salah atau postur saat latihan yang tidak tepat DOMS merupakan

respon alami yang akan hilang dalam waktu sehari atau 2 hari tetapi apabila

nyeri berkepanjangan menunjukkan adanya overtraining

5 Sering tiba-tiba jatuh sakit

Latihan fisik berlebih menurunkan sistem imun tubuh kita sehingga menjadi

lebih mudah sakit

24

Latihan fisik berat jangka panjang berkaitan dengan cedera serat

ototKerusakan yang terjadi berhubungan dengan intensitas durasi dan tipe

latihan Ketika cell death terbentuk jaringan nekrotik dibuang oleh sel fagosit

sel satelit teraktivasi menuju ke area yang cedera menjadi myoblast dan

selanjutnya menjadi serat otot Enzim otot yang dilepaskan tidak sepenuhnya

merefleksikan kerusakan struktural yang diperkirakan oleh analisis histologis

Perubahan penanda biologis cedera otot (seperti aktifitas kreatin kinase (CK)

lactate dehydrogenase (LDH) atau konsentrasi malondialdehyde di plasma

(MDA)) sering diperiksa selama overtraining Serum aktivitas CK dan

konsentrasi MDA plasma dapat gagal meningkat saat overtraining perubahan

parameter biokimia hanya merefleksikan otot dengan beban berlebih Setelah

olahraga yang lama pro-inflammatory cytokines diproduksi lokal pada otot

skeletal

Tanda dan gejala fisik latihan fisik berlebih (overtraining)

- Denyut jantung atau nadi yang meningkat saat istirahat

- Tidak toleransi terhadap latihan

- Penampilan yang menurun

- Penurunan berat badan berkurangnya massa otot tidak nafsu makan

- Kelelahan chronic fatigue lethargy

- Nyeri dan kerusakan otot nyeri sendi

- Mudah terserang flu pembengkakan kelenjar getah bening di leher

selangkangan dan ketiak

- Konstipasi atau diare

25

- Gangguan haid gangguan makan gangguan tidur

- Sakit kepala gangguan pencernaan

- Pemulihan yang berlangsung lambat setelah latihan

- Sendi otot tendon terasa kaku dan sakit

Tanda dan gejala psikologis

- Lelah capek kekurangan tenaga

- Insomnia sakit kepala tidak mampu untuk beristirahat

- Depresi gelisah cemas apatis

- Menurunnya kepercayaan diri

- Menurunnya kemampuan untuk berkonsentrasi

- Mudah stress

Efek biokimia dari Latihan Fisik Berlebih

- Meningkatnya serum kortisol dan SHBG

- Menurunnya serum total dan free testosterone rasio testosteron kortisol

- Menurunnya glikogen otot

- Menurunnya serum hemoglobin besi dan ferritin

Faktor yang mempengaruhi terjadinya overtraining

- Jetlag

- Bekerja terlalu keras

- Menstruasi

- Nutrisi gaya hidup yang buruk

- Kurang istirahat

- Terlalu banyak mengkonsumsi alkohol

26

- Kurangnya kemampuan mengatasi stress

Penanganan overtraining atau Latihan Fisik berlebih

- Massage

Massage pada jaringan dalam dapat melepaskan otot yang tegang

mempertahankan keseimbangan sistem muskulo-skeletal Pemijatan atau

massage yang teratur dapat membantu mencegah cedera yang mungkin

terjadi karena overuse

- Menggunakan roller busa

Penggunaan roller busa memungkinkan kita dapat melakukan massage

atau pemijatan sendiri Kita dapat juga memakai yang berbentuk bola atau

bola tenis untuk membantu menghilangkan rasa sakit Pemijatan ini dapat

dilakukan di tungkai lutut hamstring bahu punggung atau otot atau sendi

manapun

- Terapi suhu kontras

Air pancuran hangat dan dingin bergantian menstimulasi tubuh untuk

pulih lebih cepat Otot membawa impuls yang terasa pada kulit bagian

dalam tubuh di mana terjadi stimulasi sistem imun memperbaiki sirkulasi

dan pencernaan mempengaruhi produksi hormon stress meningkatkan

aliran darah mengurangi sensitivitas nyeri

- Pengaturan makanan

Membantu proses pemulihan penting untuk mengkonsumsi makanan

tinggi karbohidrat protein dan lemak sehat seperti Omega 3 omega 6

omega 9 asam lemak esensial Karbohidrat memberikan sumber tenaga

27

pada tubuh dan otak asam lemak esensial membantu mengurangi depresi

memperbaiki pemulihan protein akan membangun kembali otot yang

mengalami overtraining

- Mengkonsumsi vitamin

Ketika terjadi overtraining suplementasi sangat menguntungkan Vitamin

dan suplementasi mineral sebaiknya dikonsumsi pagi hari bersama dengan

makanan untuk penyerapan yang lebih baik

Defisiensi Vitamin yang biasa terjadi

- Vitamin A (Beta-Caroten)

- Vitamin B kompleks vitamin B12

- Vitamin C D E K

- Asam Folat

Defisiensi Mineral yang biasa terjadi

- Calcium

- Chromium

- Copper Iodine Iron

- Magnesium Fosfor

- Potassium

- Sodium

- Sulfur

- Zinc

28

25 Antioksidan

Radikal Bebas merupakan senyawa reaktif yang secara alami diproduksi

oleh tubuh manusia Radikal Bebas memberikan efek positif atau efek negatif

Untuk membatasi efek negatif tersebut dibutuhkan kompleks proteksi ndash sistem

antioksidan Sistem ini terdiri dari enzim antioksidan (katalase glutation

peroksidase superoksid dismutase) dan antioksidan non enzimatik ( vitamin E-

tokoferol vitamin A- retinol vitamin C- asam askorbat) Keseimbangan antara

produksi radikal bebas dan pertahanan antioksidan menunjukkan tingkat stress

oksidatif yang mungkin terlibat dalam proses penuaan dan pada beberapa

patologi (misalnya kanker Parkinson) (Winarsi 2007)

Latihan fisik juga meningkatkan stress oksidatif dan menyebabkan

gangguan homeostasis Latihan memberikan efek positif dan efek negatif

tergantung dari beban latihan spesifikasi latihan dan tingkat basal latihan Stress

oksidatif terlibat dalam terjadinya muscular fatigue dan mengarah ke

overtraining

Definisi antioksidan menurut Cadenas adalah suatu senyawa yang apabila

terdapat dalam jumlah yang lebih banyak dibanding senyawa yang teroksidasi

secara signifikan dapat menunda atau mencegah proses oksidasi senyawa tersebut

(Cadenas 2002) Secara kimia antioksidan adalah senyawa pemberi electron

Secara biologis antioksidan adalah senyawa yang mampu menangkal dan

meredam dampak negative oksidan dalam tubuh Antioksidan mendonorkan satu

elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa oksidan tersebut dapat

dihambat (Winarsi 2007)

29

Penting sekali keseimbangan antara oksidan dan antioksidan karena

berfungsi menjaga integritas dan berfungsinya membrane lipid protein sel dan

asam nukleat Senyawa asam lemak tak jenuh penyusun membrane lipid sangat

sensitive terhadap perubahan keseimbangan antara oksidan dan antioksidan

Menurut mekanisme kerjanya antioksidan dikelompokkan atas 3 yaitu

1 Antioksidan primer SOD katalase glutation peroksidase (GSH-Px)

Bekerja pembentukan senyawa radikal bebas yang telah terbentuk menjadi

molekul yang kurang aktifSedangkan antioksidan primer yang dapat

ditambahkan dari luar seperti glutation asam lipoat SOD melatonin

2 Antioksidan sekunder vitamin E vitamin C beta karoten flavonoid asam

urat albumin (Soewoto 2001)

Merupakan antioksidan eksogenous atau non enzimatis (Winarsi 2007)

Bekerja dengan cara memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal bebas

atau dengan cara menangkapnya

3 Antioksidan tertier meliputi system enzim DNA-repair dan metionin

sulfoksida reduktase Berfungsi dalam perbaikan biomolekuler yang rusak

akibat reaktivitas radikal bebas

26 Glutation sebagai antioksidan

Glutation merupakan tripeptida yang terdiri dari asam amino glutamat

sistein dan glisin (Cadenas 2002)Ikatan glutamat ndash sistein merupakan ikatan

isopeptida antara grup γ-karboksil dari glutamat dan grup α amino dari

sisteinIkatan unik ini membuat gluation tahan terhadap degradasi oleh proteases

30

dan peptidases yang berfungsi pada peralihan proteinMerupakan suatu

antioksidan yang mencegah kerusakan komponen seluler oleh reactive oxygen

species seperti radikal bebas dan peroksidGlutation bukan nutrisi esensial karena

disintesa di dalam tubuh dari asam amino L-sistein L-glutamic acid dan glycine

Gambar 21 Struktur GSH dan GSSG

Glutation terdapat pada sebagian besar sel tubuh tetapi terbanyak terdapat

di dalam hati Grup thiol (SH) dari sistein berfungsi sebagai donor proton dan

bertanggungjawab untuk aktifitas biologis glutation Provisi asam amino ini

merupakan faktor yang terbatas dalam sintesis glutation oleh sel karena sistein

relatif jarang pada makanan Apabila dilepaskan sebagai asam amino bebas

sistein adalah toksik dan secara spontan dikatabolisasi di saluran pencernaan dan

plasma darah

Glutation disintesis dalam 2 tahap

1 Gamma-glutamylcysteine disintesa dari L-glutamate dan sistein melalui enzim

gamma-glutamylcysteine sintetase (glutamate cysteine ligase GCL)

31

2 Glisin ditambahkan pada C-terminal dari gamma-glutamylcysteine melalui

enzim glutation sintetase

261 Fungsi Glutation

Glutation terdapat dalam bentuk tereduksi (GSH) dan teroksidasi (GSSG)

Grup thiol dari sistein mampu memberikan donor elektron ke molekul lain yang

tidak stabil seperti Reactive Oxygen Species (ROS) Pada saat mendonorkan

elektronnya glutation menjadi reaktif dan segera bereaksi dengan glutation reaktif

lainnya membentuk glutation disulfide (GSSG)Reaksi mungkin terjadi apabila

terdapat konsentrasi yang cukup tinggi di sel (sampai 5mm di hati) GSH dapat

terbentuk kembali dari GSSG oleh enzim glutation reduktase Pada sel atau

jaringan yang sehat terdapat lebih 90 dari total simpanan glutation terdapat

dalam bentuk tereduksi (GSH) dan kurang dari 10 dalam bentuk disulfide

(GSSG)

GSH ---- GSSG

Eliminasi ROS Menjaga protein thiols Antioxidant

dalam bentuk reduksi pools

Gambar 22 GSH Redox (Cadenas 2002)

GSH Redox merupakan indikator sentral keseimbangan antara stress

oksidatif dan system antioksidan GSH Redox berkaitan dengan detoksifikasi

Reactive Oxygen Species (ROS) berfungsi dalam mempertahankan tersedianya

antioksidan mempertahankan protein thiol dalam bentuk reduksi Rasio

32

GSHGSSG sering dipakai untuk mengekspresikan keseimbangan redox ini

Peningkatan rasio GSH-GSSG merupakan indikasi adanya Stress Oksidatif

(Goldman 2003)

Glutation mempunyai beberapa fungsi (Winarsih 2007)

- Sebagai antioksidan endogen mayor yang diproduksi oleh sel berpartisipasi

langsung pada netralisasi radikal bebas dan senyawa oksigen reaktif

mempertahankan antioksidan eksogen seperti vitamin C dan E pada bentuk

tereduksi (aktif)

- Pengaturan siklus nitric oxide yang sangat penting untuk kehidupan tetapi

dapat menjadi masalah apabila tidak teregulasi Digunakan untuk reaksi

metabolism dan biokimia seperti sintesis dan perbaikan DNA sintesis protein

sintesis prostaglandin transport asam amino dan aktivasi enzim Tiap sistem

di dalam tubuh kita dapat dipengaruhi oleh sistem glutation khususnya sistem

imun sistem saraf sistem gastrointestinal dan paru

Gambar 23 Detoksifikasi Lipid Hydroxyperoxides di usus halus

33

GSH yang ditransportasikan kedalam lumen digunakan untuk detoksifikasi

peroksid yang terbentuk dari makanan oleh glutation peroksidase (GSH Px)

Proses ini membutuhkan peroksid dan glutation yang tersedia di sel epitel GSSG

yang terbentuk direduksi kembali menjadi GSH oleh GSSG reduktase (GSSG

Rx) menggunakan NADPH sebagai reduktan

262 Suplementasi Glutation

Meningkatkan level GSH melalui suplementasi glutation langsung sulit

Penelitian terakhir menyatakan bahwa secara oral tidak diabsorpsi baik melalui

saluran pencernaan Studi mengenai konsumsi oral akut glutation dengan dosis

sangat besar 3 gram Witschi dan tim menemukan lsquoadalah tidak mungkin

meningkatkan glutation yang bermanfaat secara klinis dengan dosis tunggal 3

gram glutationrsquo

Glutation terdapat pada makanan sehari-hari sampai 150mghari dapat

diabsorpsi melalui intak di usus halus Individu sehat dengan asupan sulfur asam

amino (1-2 gramhari) jumlah GSH mungkin tidak cukup untuk mendapatkan

efek penting secara sistemik Individu dengan asupan sulfur asam amino yang

terbatas suplementasi GSH diperlukan untuk mempertahankan suplai GSH

sistemik dengan memperbaiki keseimbangan sulfur asam amino (Cadenas 2002)

Glutation hanya diabsorpsi di sel epitel oral dan traktus gastrointestinal

dan memberikan keuntungan kesehatan spesifik pada jaringan tersebut(Cadenas

2002)

34

SUPLAI HILANG

Makanan suplemen Degradasi

GSH

Empedu LUMINAL Uptake

Epitel Reaksi Detoksifikasi

Gambar 24 Supply dan Removal Glutation dalam lumen usus halus (Cadenas 2002) Glutation (GSH) disuplai ke dalam lumen intestinal melalui konsumsi oral

empedu dan sekresi epitel intestinal Jumlah yang disuplai dari empedu cukup

untuk mempertahankan jumlah 200microM pada tikus tetapi tidak cukup pada

manusia yang mengalami degradasi di duktus kantung empedu Jumlah yang

dikonsumsi melalui makanan bervariasi dan secara umum kurang dari 200 microM

Jumlah yang diberikan melalui epitel hanya sekitar 10 atau kurang

dibandingkan dengan yang disediakan oleh empedu Hilangnya Glutation karena

degradasi oleh γ-glutamyltranspeptidase dan dipeptidases pada permukaan sel

epitel ditransportasikan ke dalam sel oleh mekanisme sodium-dependent dan

sodium-independent konjugasi dengan elektrofil reaktif dikatalisasi oleh

glutathione-S transferase mucus (Cadenas 2002)

Vitamin D meningkatkan level glutation di otak dan tampaknya sebagai

katalis untuk produksi glutation Sejumlah vitamin D aktif di otak berikatan

dengan seberapa besar vitamin D3 baik melalui suplemen atau dibentuk di kulit

melalui paparan matahariHal ini menyatakan bahwa mengkonsumsi vitamin D

35

dan atau mendapat cukup paparan matahari meningkatkan produksi glutation

(Sellman 2009)

Konsentrasi glutation di plasma dan hati dapat ditingkatkan dengan

mengkonsumsi suplemen tertentu yang disebut GSH precursors N-asetilsistein

atau NAC glutation precursor yang paling memungkinkan Suplemen lain S-

adenosilmetionin (SAMe) dan whey protein juga dapat meningkatkan glutation

dalam sel (Sellman 2009)

NAC tersedia dalam bentuk obat dan sebagai suplemen generik Alpha

lipoic acid juga dapat mempertahankan glutation intraselular Melatonin dapat

menstimulasi enzim yang berkaitan glutation peroksidase dan silimarin ekstrak

dari biji tanaman milk thistle (Silybum marianum) juga mempunyai kemampuan

memperbarui level glutation

Glutation diatur dengan ketat di intraseluler dan dibatasi produksinya oleh

feedback negative inhibisi sintesisnya sendiri melalui enzim gamma-

glutamilsistein sintetase sehingga meminimalisir kemungkinan terjadinya

overdosis Penambahan glutation menggunakan precursor atau glutation intravena

adalah strategi untuk mengatasi defisiensi glutation stress oksidatif tinggi

defisiensi imun

Glutation yang rendah menunjukkan adanya pembuangan dan

keseimbangan negatif nitrogen seperti pada kanker AIDS sepsis trauma

terbakar dan bahkan atlet overtraining Suplementasi glutation dapat

memperbaiki proses ini dan contohnya pada AIDS memberi hasil adanya

perbaikan survival rates Bagimanapun studi mengenai kondisi ini belum dapat

36

membedakan glutation rendah sebagai akibat secara akut (pada pasien sepsis) atau

secara kronis (HIV) meningkatkan stress oksidatif dan peningkatan patologi

sebagai akibat defisiensi yang sudah ada sebelumnya

Skizofrenia dan gangguan bipolar berhubungan dengan glutation yang

rendah Stress oksidatif mungkin salah satu faktor dasar patofisiologi gangguan

bipolar gangguan depresif mayor dan skizofrenia Glutation (GSH) adalah

pemakan radikal bebas mayor di otakTidak adanya GSH meningkatkan

kerentanan sel terhadap stress oksidatif ditandai asetilsistein dapat mengurangi

gejala kedua gangguan tersebut

Glutation merubah level stress oksidatif pada sel yang diisolasi di

laboratorium sehingga dapat mengurangi perkembangan kanker Tes ini tidak

dilakukan pada manusia

Glutamat yang berlebihan di sinaps yang dapat dilepaskan pada kondisi

seperti cedera otak dapat menghambat pengambilan sistein senyawa pembentuk

glutation yang pentingTanpa proteksi dari cedera oksidatif oleh glutation sel-sel

dapat rusak atau mati (Sellman 2009)

Glutation juga mempunyai fungsi lain sebagai berikut (Sellman 2009)

Mencerahkan kulit

Mencegah menghilangkan jerawat dan bekas jerawat

Menghilangkan noda hitam

Anti aging dan anti kerut

Memberi nutrisi kulit

Membantu pemulihan luka

37

Membuat kulit menjadi halus segar dan bersinar

Kondisi kesehatan yang berhubungan dengan defisiensi glutation

Peningkatan proses penuaan

Kesulitan dalam keseimbangan

Gangguan mental

Masalah koordinasi

Gangguan sistem saraf

Akhir-akhir ini dipercaya sebagai penyebab lesi otak

Kanker HIV Katarak Diabetes Mellitus

Jumlah sperma yang rendah

263 Glutation Precursor (Sellman 2009)

Glutation Precursor disebut juga sebagai building-block dari glutation

yaitu N-asetilsistein atau NAC dan whey protein tidak terdenaturasi

Nasetilsistein adalah obat farmasi yang biasa digunakan bertahun-tahun untuk

mengobati overdose asetaminofen Hal ini sangat efektif ketika diberikan dalam

dosis besar di ruang darurat ketika seseorang akan mengalami gagal hati karena

overdosis asetaminofen komposisi aktif dari Tylenol

Efek sampingnya adalah bercak-bercak kemerahan bersin mual

anafilaksis reaksi alergi yang berupa kesulitan bernafas karena bronkospasme

tekanan darah menurun angioedema muntah kram diare Walaupun jarang

kematian pernah dilaporkan karena N-asetilsistein Beberapa orang mendapatkan

rasa dan bau yang tidak dapat diterima karena kandungan sulfur di dalamnya

38

Pengggunaan teratur untuk menaikkan kadar glutation tidak direkomendasikan

untuk anak-anak dan bayi Masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk

menentukan keamanan N-asetilsistein untuk penggunaan jangka panjang

Whey protein tidak terdenaturasi merupakan nutraceutical atau medicinal

foodSenyawa ini memberikan ikatan sistein ke sel-sel di mana glutation dapat

terbentuk di tempat tersebut

Beberapa kondisi yang tidak dapat mengkonsumsi whey protein

- Pasien dengan alergi protein susu

- Pasien dengan diet rendah protein

- Pasien yang sedang menjalani terapi imunosupresif

Efek sampingnya adalah kembung perut kram urtikaria Efek samping

karena overdosis tidak terjadi karena sel hanya membuat sebatas yang dibutuhkan

apabila berlebih kelebihan disimpan di hati dan ginjal sampai suatu saat kalau

dibutuhkan

264 Sumber Glutation dari makanan

Sumber glutation dari makanan yang disarankan adalah asparagus bayam

brokoli bawang putih kale bawang watercress kol Brussel sprout beberapa

bumbu seperti kunyit kayu manis semangka alpukat anggur peach jeruk

walnut granola daging kalkun dan daging ayam keju cottage dan yoghurt

39

Tabel 21 Makanan yang mengandung Glutation (Cadenas2002)

GSH Food Group mg100 g mgsaji Buah segar Apel 33 46 Pisang 41 48 Anggur 79 146 Jeruk 73 106 Semangka 66 283 Sayuran segar Asparagus dimasak 283 263 Alpukat 277 313 Brokoli dimasak 91 78 Wortel mentah 79 59 Tomat 90 109 Daging Hamburger 175 149 Ham rebus 233 13 Ayam digoreng 131 134 Sereal biji-bijian Cornflakes 00 00 Roti whole wheat 12 06 Roti putih 00 00 Nasi putih enriched dimasak 16 21 Produk Susu Susu whole 00 00 Keju Amerika 00 00 Yoghurt plain lowfat 00 00 Es krim 10 lemak 00 00

40

BAB III

KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

31 Kerangka Berpikir

Faktor penyebab penuaan antara lain faktor internal dan faktoreksternal

Faktor internal meliputi radikal bebas glikosilasi metilasi hormon yang

berkurang apoptosis system kekebalan tubuh yang menurun genetik Faktor

eksternal meliputi gaya hidup tidak sehat polusi lingkungan stress kemiskinan

kebiasaan yang salah olahraga berlebihan (overtraining) Berbagai faktor di atas

menyebabkan terjadinya penurunan fungsi tubuh dan terjadilah penuaan

Kerangka konsep penelitian berdasarkan teori bahwa salah satu penyebab

penuaan adalah radikal bebas Bila jumlah radikal bebas melebihi jumlah

antioksidan di dalam tubuh terjadilah stress oksidatif Radikal bebas dapat

merusak membran sel protein DNA dan berakibat fatal bagi kelangsungan hidup

sel jaringan Stress oksidatif yang berlangsung lama akan mengakibatkan

terjadinya penumpukan hasil kerusakan oksidatif di dalam sel dan jaringan

selanjutnya sel dan jaringan tersebut akan kehilangan fungsinya dan akhirnya

mati

Olahraga berlebih meningkatkan stress oksidatif karena terdapat

peningkatan konsumsi O2 oleh aktivitas otot skeletal Oksigen juga dapat bersifat

toksik yang dapat memicu peningkatan Reactive Oxygen Species (ROS)Organ

yang tidak mendapat cukup oksigen dan nutrisi menjadi iskemik dan terjadi

kerusakan mikrovaskular (Reperfusion Injury) memicu peningkatan radikal

40

41

bebas Dengan pemberian antioksidan Glutation yang merupakan antioksidan

master diharapkan dapat mencegah kerusakan lebih lanjut yang diakibatkan oleh

radikal bebas dengan cara melindungi sel dari Reactive Oxygen Species (ROS)

dan dapat dilihat melalui parameter MDA yang mengalami penurunan

32 Konsep Penelitian

Konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Gambar 31 Konsep Kadar MDA pada tikus yang diberikan Pelatihan Fisik Berlebih+ Placebo dan Pelatihan Fisik Berlebih + Glutation

FAKTOR INTERNAL

- Jenis Kelamin

- Usia

- Genetik

- Hormon

- Psikologis

FAKTOR EKSTERNAL

- Makanan

- Cuaca iklim

- Penyakit

- Exercise

GLUTATION

TIKUS

KADAR MDA

42

33 Hipotesis

Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan kadar MDA

tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

43

BAB IV

METODE PENELITIAN

41 Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksterimental dengan rancangan

randomized pre test-post test control group design (Poccock et al 2008)

Subyek terdiri dari 2 kelompok yaitu

1 Kelompok 1 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+ Placebo

2 Kelompok 2 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation

Semua kelompok sebelum perlakuan diberikan pre test (O1 O3) dan

dihitung rerata untuk masing-masing kelompok

Setelah perlakuan semua kelompok diberikan post test (O2 O4) dan

dihitung rerata untuk masing-masing kelompok

Kemudian dihitung perbedaan rerata antara pre test dan post test dari

masing-masing kelompok lalu hasil perbedaan tersebut dibandingkan secara

statistik

Gambar 41 Rancangan Penelitian

P S

43

R R

O1 P1 O2

O3 P2 O4

44

Keterangan

P = populasi

S = sampel

R = random

O1 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah mendapatkan

pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan placebo (pre test)

O2 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah diberikan pelatihan

fisik berlebih setelah diberikan placebo (post test)

O3 = observasi data MDA kelompok perlakuan setelah diberikan

pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan Glutation (pre test)

O4 = observasi data MDA kelompok perlakuan diberikan pelatihan fisik

berlebih setelah diberikan Glutation (post test)

P1 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih+ placebo

P2 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation

42 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran

Universitas Udayana pada bulan Januari ndash Maret 2012 Pemeriksaan MDA darah

tikus dikerjakan di bagian Program Antar Unit Universitas Gajah Mada

Jogyakarta

45

43 Populasi dan Sampel

431 Populasi

Subyek penelitian adalah tikus jantan dewasa galur Wistar yang berusia 2-

25 bulan dan dalam kondisi fisik sehat

432 Kriteria Sampel

4321 Kriteria Inklusi

Kriteria Inklusi yang ditetapkan sebagai sampel adalah sebagai berikut

a Tikus jantan dewasa galur Wistar

b Umur 2-25 bulan

c Berat badan plusmn200 gram

d Sehat

e MDA ge 5mmollt

4322 Kriteria Drop Out

Adalah sampel yang mati pada waktu penelitian

433 Besar Sampel

Besar sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini dihitung berdasarkan

rumus Poccock (2008)

Angka μ1 (5) dan μ2 (12) didapatkan dari penelitian sebelumnya (Ji 1998)

n=

46

= asymp 7

Keterangan

n = jumlah sampel

σ = standar deviasi kelompok perlakuan dengan pemberian

glutation (15)

f ( ) = besarnya didapat dari tabel (Poccock 2008)

μ1 = rerata hasil MDA pada kelompok perlakuan sesudah

pemberian glutatioacuten (5)

μ2 = rerata hasil MDA pada kelompok pre test (12)

Jadi jumlah sampel (n) = 675 dan ditambah 3 ekor tikus untuk masing-

masing kelompok sebagai cadangan Jadi total 20 ekor tikus dengan 10

ekor tikus untuk masing-masing kelompok

434 Teknik Pengambilan Sampel

Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat

sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi diambil secara acak

sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi

2 kelompok yaitu kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+placebo kelompok

dengan pelatihan fisik berlebih + glutation

47

44 Variabel Penelitian

441 Klasifikasi Variabel

Variabel penelitian dibedakan menjadi

1 Variabel Bebas dosis pemberian glutation

2 Variabel Tergantung kadar MDA

3 Variabel Terkendali varian tikus jantan (galur wistar) jenis

kelamin umur berat badan lingkungan

(pencahayaan suhu kelembaban nutrisi

kandang)

Gambar 42 Bagan Hubungan Antar Variabel

VARIABEL BEBAS

- Pelatihan fisik berlebih

- Glutation 37mg kgBBhari

VARIABEL TERGANTUNG

KADAR MDA

VARIABEL TERKENDALI

Varian tikus

Jenis kelamin umur berat badan

Pencahayaan suhu kelembaban nutrisi kandang

Makanan minuman

48

442 Definisi Operasional Variabel

1 Pelatihan fisik berlebih pada tikus adalah pelatihan yang berlebihan

yang diukur berdasarkan kemampuan maksimal berenang tikus pada

ember berdiameter 35 cm dengan kedalaman air 20 cm yang

dilakukan 60 menithari selama 35 hari pada waktu yang sama pada

suhu 32 derajat (Binekada 2002 dan Pepe2011)

2 Glutation yang diberikan adalah Glutation Teofarma injeksi sediaan

600mg 4 ml Dosis pemberian Glutation adalah pemberian sediaan

antioksidan Glutation dalam bentuk suntikan intraperitoneal yang

diberikan 1x sehari dan diberikan 6 jam sebelum pelatihan fisik

berlebih Dosis pemberian Glutation mengacu pada penelitian yang

dilakukan sebelumnya oleh Ji L L yaitu 37mgkgBBhari yang

dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril secara intraperitonial

3 MDA merupakan salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada

membran sel dan merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan

oleh radikal bebas Pengukuran kadar MDA menggunakan metode

Thiobarbituraic Acid Reactive Substances (TBARS) Pembacaan hasil

dengan menggunakan spektrofotometer Satuan MDA dalam mmoll

4 Cahaya suhu dan kelembaban merupakan kondisi lingkungan yang

dialami tikus jantan dewasa Pada penelitian ini kondisi lingkungan

selama percobaan dibuat sama

5 Berat badan tikus adalah berat badan yang ditimbang dengan

timbangan gram

49

6 Umur tikus adalah umur yang ditentukan dengan melihat tanggal

kelahiran yang dicatat pada kandang percobaan

7 Kondisi peneliti yang meliputi kesehatan fisik dan psikis peneliti

Penelitian dilaksanakan saat kondisi peneliti dalam keadaan baik

sehingga pengaruhnya terhadap hasil penelitian dapat diabaikan

45 Bahan dan Alat Penelitian

451 Bahan Penelitian

Glutation injeksi

Tikus jantan

Makanan tikus berupa pellet dan air minum dari air ledeng

Aquades steril

EDTA (Ethylenediamine tetraacetic acid)

Reagensia untuk pengukuran kadar MDA

452 Alat Penelitian

Alat yang dipakai dalam pengambilan data penelitian ini adalah

- Kandang tikus terbuat dari besi yang di dalamnya terdapat sekam dan

botol minuman

- Ember berdiameter 35 cm dan kedalaman air 20 cm

- Stopwatch

- Timbangan

- Spuit injeksi 1 ml

50

- Sarung tangan

- Kapas dan alkohol 70

- Tabung Evendorf

- Mikropipet

- Pipet kapiler

- Sentrifugasi

46 Prosedur Penelitian

1 Tikus jantan dewasa (Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan

berat badan plusmn200gram dilakukan aklimatisasi selama 2 minggu di

tempat penelitian untuk penyesuaian dengan lingkungan

2 Semua sampel tikus diberi perlakuan yang sama yaitu diberikan

pelatihan fisik berlebih dengan cara berenang sampai kelelahan pada

hari ke 7 kedua kelompok tersebut dilakukan pemeriksaan MDA

3 Mulai hari ke 8 ndash 35 sampel tikus yang berjumlah 20 ekor dibagi atas 2

kelompok di mana kelompok 1(kontrol) diberikan pelatihan fisik

berlebih + injeksi aquabidest intraperitoneal enam jam sebelum

perlakuan aktifitas berlebih kelompok ke 2 (perlakuan) diberikan

pelatihan fisik berlebih + injeksi intraperitoneal glutation 37

mgkgBBhari yang sudah dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril

4 Pada hari ke 35 dilakukan pemeriksaan kadar MDA pada masing-

masing tikus setelah bulu tikus kering

51

5 Selama penelitian hewan coba diberikan makanan dan minuman secara

teratur kebersihan dan kenyamanan kandang dijaga

461 Alur Penelitian

TIKUS ADAPTASI 2 MINGGU

PELATIHAN FISIK BERLEBIH 1 MINGGU

MDA

KELOMPOK 1 KELOMPOK 2

PELATIHAN FISIK BERLEBIH PELATIHAN FISIK BERLEBIH

+ AQUABIDEST (28 hari) +GLUTATION 37mgkgBBhari

28 HARI 28 HARI

MDA

Gambar 43 Bagan Alur Penelitian

462 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium

Pemantauan keselamatan tikus jantan (galur Wistar) di laboratorium

(Smith et al1988 Ngatidjan 2006) adalah sebagai berikut

1 Kandang tikus jantan harus cukup kuat tidak mudah rusak teratur dibersihkan

(1x seminggu) mudah dipasang kembali hewan tidak mudah lepas tahan

52

gigitan hewan kelihatan jelas dari luar Alas tempat tidur terbuat dari serbuk

gergaji atau sekam padi agar mudah menyerap air

2 Luas lantai yang memadai untuk tikus jantan dengan berat badan plusmn200 gram

adalah 60cm persegi dan tinggi 20 cm

3 Diciptakan suasana lingkungan yang stabil dan sesuai keperluan fisiologi tikus

jantan di mana kelembaban suhu pertukaran udara yang ekstrim harus

dihindari

4 Hewan coba hendaknya diperlakukan dengan kasih sayang

47 Pengolahan dan Analisis Data

Analisis data yang digunakan adalah

1 Analisis Deskriptif

2 Uji normalitas data dilakukan dengan tes Shapiro-Wilk Distribusi data

normal dengan nilai pgt005

3 Uji homogenitas dilakukan dengan Lavenersquos Test Data dinyatakan

homogen dengan nilai pgt005

4 Karena data berdistribusi normal dan homogen maka untuk uji

komparabilitas dipakai

- Uji t independent untuk membandingkan rerata kadar MDA antar

kelompok

- Uji Paired T- Test untuk membandingkan rerata kadar MDA pre

dan post masing-masing kelompok

- Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau

dinyatakan berbeda bila plt005

53

BAB V

HASIL PENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 20 ekor tikus jantan dewasa

(Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan berat badan plusmn200 gram sebagai

sampelyang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah 10 ekor

yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dankelompok

perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) Dalam penyajian hasil ini diuraikan

uji normalitas data uji homogenitas data uji komparabilitas dan uji efek

perlakuan

51 Uji Normalitas Data

Data Kadar MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan

pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji

Shapiro-Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005)

disajikan pada Tabel 51

53

54

Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing Kelompok Sebelum

dan Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Perlakuan n p Keterangan

Kadar MDA kontrol pre

Kadar MDA perlakuan pre

Kadar MDA kontrol post

Kadar MDA perlakuan post

10

10

10

10

0965

0550

0975

0697

Normal

Normal

Normal

Normal

52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok

Data Kadar MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun

sesudah perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test

Hasilnya menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52

Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA Sebelum dan

Sesudah Perlakuan

Variabel F p Keterangan

Kadar MDA pre

Kadar MDA post

0016

0592

0901

0452

Homogen

Homogen

53 Kadar MDA

531 Uji komparabilitas

Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata kadar MDA

antar kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan

55

glutation Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada

Tabel 53 berikut

Tabel 53

Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata

Kadar MDA

SB T P

Aktivitas berlebih dan

placebo

Aktivitas berlebihdan

glutathion

10

10

518

529

028

029

089 0386

Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok

kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 518028mmoll dan rerata

kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 529029mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 089 dan nilai

p = 0386 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan

berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya tidak berbeda secara

bermakna (p gt 005)

532 Analisis efek perlakuan

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kadar MDA antar

kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation

56

Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54

berikut

Tabel 54 Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata

Kadar MDA

SB T P

Aktivitas berlebih dan

placebo

Aktivitas berlebihdan

glutathion

10

10

778

444

023

017

3672 0001

Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok

kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata

kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 444017mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 3672 dan nilai

p = 0001 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan

berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya berbeda secara

bermakna (p lt 005)

57

Gambar 51 Perbedaan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

533 Analisis Komparasi Sebelum dengan Sesudah Perlakuan

Analisis komparasi diuji berdasarkan rerata kadar MDA antara sebelum

dengan sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation Hasil

analisis kemaknaan dengan uji t-paired disajikan pada Tabel 55 berikut

Tabel 55 Analisis KomparasiKadar MDA antara Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Kelompok Beda Rerata

pre ndash post p Keterangan

Aktivitas berlebih dan placebo

Aktivitas berlebih dan

glutathion

260

085

0001

0001

Meningkat

Menurun

58

Berdasarkan uji t-paired didapatkan bahwa ada penurunan kadar MDA

pada kelompok perlakuan secara bermakna sebesar 085mmoll sedangkan pada

kelompok kontrol mengalami peningkatan secara bermakna sebesar 260mmoll

59

BAB VI

PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian

Untuk menguji efek pemberian glutation terhadap penurunan kadar MDA

maka dilakukan penelitian terhadap 20 ekor tikus jantan dewasa (Galur Wistar)

sebagai sampel yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah

10 ekor yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dan

kelompok perlakuan (pelatihan fisik berlebih dan glutation)

62 Efek Pelatihan Fisik Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA

Hasil penelitian dan analisis data terhadap kadar MDA darah pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji

normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan homogenitas (Levenersquos test) pre-test dan post-

test masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)

Uji perbandingan 1 minggu pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan

injeksi antara kedua kelompok menggunakan uji t-independent Rerata kadar

MDA kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) adalah

518028mmoll dan rerata kelompok pelatihan fisik berlebih dan glutation

adalah 529029mmoll Analisis kemaknaan dengan uji t-independent

menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna kadar MDA darah antara

kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa

kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan injeksi rerata kadar MDAnya tidak

59

60

berbeda secara bermakna

Uji perbandingan setelah pemberian placebo dan glutation antara kedua

kelompok menggunakan t-independent Rerata kadar MDA kelompok kontrol

(aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata kelompok

perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) adalah 444017mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent antara kedua kelompok sesudah diberikan

placebo dan glutation menunjukkan perbedaan kadar MDA secara bermakna

(plt005) Hal ini berarti bahwa kelompok yang diberikan perlakuan berupa

placebo dan glutation 6 jam sebelum diberikan pelatihan fisik berlebih dengan

cara merenangkan selama 60 menit hari selama 35 hari rerata kadar MDA

berbeda secara bermakna Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh

untuk melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam

organ dan pembuluh darah (Giriwijoyo 2004)

Peningkatan kadar MDA sesudah diberikan pelatihan fisik berlebih pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan disebabkan karena pelatihan fisik

berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena terjadi peningkatan konsumsi

oksigen oleh aktifitas otot skeletal Stress oksidatif memicu peningkatan senyawa

oksigen reaktif Pada pelatihan fisik berlebih juga terjadi Reperfusion Injury yang

memicu terjadinya kerusakan jaringan dan peningkatan radikal bebas (Adiputra

2008) Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara menarik elektronnya

sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan sampai kematian sel

(Suryohudoyo 2000)

Pada penelitian ini didapatkan bahwa sesudah diberikan pelatihan fisik

61

berlebih dan placebo terjadi peningkatan kadar MDA sebesar 5024 Kadar

MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel (Winarsi

2007) Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pepe

(2011) bahwa pelatihan fisik berlebih meningkatkan kadar MDA Lebih lanjut

Murray et al (2000) juga menyatakan bahwa pelatihan fisik berlebih merangsang

respon biomarker stres oksidatif Sedangkan pada kelompok perlakuan yang

diberikan aktifitas berlebih dan glutation terjadi penurunan kadar MDA sebesar

1607 Terjadinya penurunan kadar MDA pada kelompok yang diberikan

glutation 6 jam sebelum melakukan pelatihan fisik berlebih disebabkan karena

pemberian antioksidan meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan

cara mendonorkan elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa

oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsi 2007) Glutation merupakan antioksidan

endogen yaitu antioksidan yang dapat disintesa dalam tubuh dari asam amino L-

sistein L-glutamat dan glisin (Cadenas 2002) yang juga sebagai master

antioksidan yaitu antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain

Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan

Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik (Hersh 2004) Glutation

merupakan salah satu antioksidan yang tidak dapat menjadi pro oksidan (Cadenas

2002) Normalnya sekali suatu antioksidan memakan radikal bebas antioksidan

ini menjadi teroksidasi sendiri dan menyerang sel yang sehat yang disebut

sebagai pro oksidan Glutation dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang

teroksidasi tersebut menjadi bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali

dalam memakan radikal bebas (Sellman 2009) Sehingga dengan demikian

62

glutation dapat membantu dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Urso

(2003) bahwa suplementasi antioksidan dapat mengatasi kondisi stress oksidatif

yang terjadi pelatihan fisik berlebih

Uji perbandingan antara data MDA pre dan post masing-masing kelompok

digunakan uji t-paired test Berdasarkan uji ini didapatkan hasil pada kelompok

perlakuan terjadi penurunan kadar MDA secara bermakna sebesar 085 mmollt

sedangkan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan kadar MDA secara

bermakna sebesar 260mmollt Terjadi penurunan kadar MDA pada kelompok

perlakuan menunjukkan pemberian antioksidan Glutation intraperitoneal dosis

37mgkgBBhari dapat mengatasi kondisi stress oksidatif yang terjadi pada

pelatihan fisik berlebih Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh

Urso (2003)

63

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

71 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan sebagai

berikut Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA

tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

72 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah

1 Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja glutation

yang lebih detail

2 Memperhatikan takaran latihan supaya tidak berlebihan yang justru akan

meningkatkan kerusakan sel

3 Perlu dilakukan uji klinis pada manusia

63

64

DAFTAR PUSTAKA

Adiputra N 2008Kesehatan Olah Raga Available from httpwwwbalihesgorgindexphpoption=com Accessed 2011 Oct 5th

Anonim 2011 Glutathione Available at

httpenwikipediaorgwikiGlutathione Accessed 2011 Oct 5th Anonim 2011 Overtraining Available at

httpwwwmarksdailyapplecomovertraining Accessed 2011 Oct5th

Asikin N 2001Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan InKursus Penyegaran dan Pelatihan Radikal bebas dan Antioksidan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta Fakultas Kedokteran UI

Bagiada NA 2001 Proses Penuaan dan Penanggulangannya Denpasar

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hal 22 Banerjee AK Mandal A Chanda D Chahraboti S 2003 Oxidant

Antioxidant and Physical ExerciseAvailable from httpwwwncbinlmnihgovpubmed14619981 accesed 2011 Sept 2nd

Binekada MC 2002 ldquoPelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Konsentrasi dan

Motilitas Spermatozoa Mencitrdquo(tesis) Denpasar Universitas Udayana

Cadenas E Jones PD 2002Bioavailability of Glutathione In Cadenas E

Packer L editorsHandbook of Antioxidants2nd Ed New York Marcel DekkerInc p549-564

Catala A 2006Lipid PeroxidationInt J Biochem Cell Biol 38 1482-1495 Dalle-DonneI Rossi R ColomboR Giustarini D Milzani

A2006Biomarkers of Oxidative Damage in Human Disease Available from httpwwwredorbitcomnewsscience473334biomarkersof oxidative damage in human diseaseindexhtmlaccessed2011 Sept 5th

Fouad T 2007 Free radicals Types Sources and Damaging Reaction

Relations Available from

64

65

wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th

Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th

Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112

Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors

ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their

Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69

Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan

Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th

Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz

R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155

Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester

Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th

Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala

T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200

Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and

Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders

66

Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana

LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia

Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647

Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from

httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit

Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK

Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620

Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji

Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah

Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009

Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan

Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132

Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde

Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521

Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley

Medical Publicationsp 123-141

Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI

Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable

from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer

67

Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole

Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam

Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI

Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam

Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya

Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan

Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47

Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant

Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th

Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan

Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105

68

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965

Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975

Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753

Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

69

Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan

Group Statistics

Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887

Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215

Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260

Perlakuan 10 42500 23348 07383

Independent Samples Test

Levenes Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df

Sig (2-

tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence Interval of the

Difference Lower Upper

Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428

Equal variances not assumed

-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429

Post1

Equal variances assumed 592 452 367

22 18 000 333700 09087 314608 352792

Equal variances not assumed

36722 16855 000 333700 09087 314515 352885

Post2

Equal variances assumed 906 354 264

19 18 000 239500 09066 220454 258546

Equal variances not assumed

26419 16265 000 239500 09066 220307 258693

70

Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis

(Laurence amp Bacharach 1964)

2g mencit 20g tikus 400g marmot

l5Kg kelinci

20Kg kucing

40Kg kera

120Kg anjing

70Kg manusia

20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879

200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560

400 g marmot

008 057 10 225 24 52 102 315

l5Kg kelinci

004 025 044 10 106 24 45 142

20Kg kucing

003 023 042 092 10 22 41 130

40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61

120Kg anjing

0008 006 010 0022 024 052 10 31

70Kg manusia

00026 0018 0031 007 0013 016 032 10

71

Lampiran 4

Foto Penelitian

Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)

72

Lampiran 5

Data Hasil Penelitian

Kelompok Kontrol

Pre test Post test Pre test Post Test

752 647 769 694

779 670 773 664

745 660 803 653

769 643 817 677

783 653

786 684

Kelompok Perlakuan

Pre Test Post test

412 391

436 412

442 425

425 401

453 436

466 442

432 405

456 432

470 453

476 463

Page 8: PEMBERIAN INJEKSI GLUTATION INTRAPERITONEAL

vii

vii

9 Keluarga besar tercinta suami (Berlianto Tjahjadi) anak-anak (Henokh

dan Khezia) dan orang tua atas doa pengertian kasih sayang dan

dorongan serta masukan kepada penulis selama penyusunan tesis ini

10 Juga kepada para dosen pengajar dan rekan-rekan yang tidak dapat saya

sebut satu persatu kiranya Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan

berkat dan rahmatNya

Akhir kata Penulis berharap tulisan tugas akhir ini dapat memberikan

manfaat bagi penulis pribadi dan bagi Program Pendidikan Magister Program

Studi Ilmu Kedokteran Biomedik Kekhususan Anti Aging Medicine Program

Pasca Sarjana Universitas Udayana serta bagi puhak-pihak lain yang

berkepentingan

Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa memberkati kita semua amin

Denpasar April 2012

Elisabeth Susana

viii

viii

ABSTRAK

PEMBERIAN INJEKSI GLUTATION INTRAPERITONEAL MENURUNKAN KADAR MDA PADA TIKUS WISTAR DENGAN

PELATIHAN FISIK BERLEBIH

Menurut Kedokteran Anti Penuaan penuaan dapat diperlakukan seperti suatu penyakit sehingga prosesnya dapat kita atasi bahkan dapat kita lsquoreversersquo atau dirsquokembalikanrsquokan menjadi seperti kondisi saat lsquomudarsquoSetiap saat kita melakukan suatu aktifitas terjadi proses oksidasi di dalam tubuh kitadi mana 2-5 dari oksigen yang kita hirup tereduksi menjadi radikal bebas Hal ini merupakan suatu kondisi fisiologis Produksi tersebut meningkat dalam kondisi seperti terpapar sinar ultraviolet polusi merokok konsumsi alkohol berlebihan stress menyebabkan kerusakan sel terjadi penuaan dini Pelatihan Fisik berlebih menyebabkan radikal bebas meningkat kondisi ini membutuhkan antioksidan yang mampu untuk mengatasi radikal bebas sehingga kerusakan lebih lanjut dapat dicegah Tujuan penelitian untuk mengetahui efektivitas Glutation dalam mengatasi peningkatan radikal bebas yang diakibatkan oleh pelatihan fisik berlebih yang dapat diketahui dari menurunnya kadar MDA Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan pre test-post test control group design yang dilakukan di Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana pada bulan Januari- Maret 2012 Penelitian ini menggunakan sampel 20 ekor tikus putih yang dibagi menjadi 2 kelompokKelompok 1 adalah kelompok kontrol yang diberikan pelatihan fisik berlebih (berenang) dan diberikan suntikan intraperitoneal aquabidesKelompok 2 adalah kelompok perlakuan yang diberikan pelatihan fisik berlebih dan suntikan intraperitoneal Glutation dengan dosis 37mgkg BB hariKedua kelompok diberikan pelatihan fisik berlebih selama 35 hari di mana pelatihan fisik ini dibagi atas 2 yaitu 7 hari pertama hanya diberikan pelatihan fisik berlebih saja 28 hari berikutnya diberikan pelatihan fisik berlebih + perlakuan berupa pemberian injeksi Glutation placebo Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kelompok kontrol terdapat peningkatan kadar MDA dari 518plusmn028mmollt menjadi 552plusmn029mmollt sedangkan pada kelompok perlakuan kadar MDA menurun dari 778plusmn023 mmollt menjadi 444plusmn017 mmollt Berdasarkan uji statistik yang dilakukan terdapat penurunan MDA secara bermakna pada kelompok perlakuan (plt005) Penelitian ini menyimpulkan bahwa pemberian suntikan Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang diberikan pelatihan fisik berlebih Disarankan untuk melakukan penelitian in vivo lanjutan pada beberapa jenis hewan percobaan dan pada manusia

Kata kunci glutation kadar MDA pelatihan fisik berlebih tikus

ix

ix

ABSTRACT

INTRAPERITONEAL ADMINISTRATION OF GLUTATHIONE INJECTION DECREASE MDA LEVEL ON

OVERTRAINING RAT

According to Anti-Aging Medicine aging can be treated as a diseaseageing process can be overcome so that we can even reverse Every time we do an activity a process of oxidation occurs in our bodies 2-5 of the oxygen we consumed is reduced to free radicals This is a physiological condition This production is increased in conditions such ultraviolet rays exposure pollution smoking excessive alcohol consumption stress causing cells damage occurs premature aging Overtraining causes an excess of free radicals this condition requires an antioxidant that is able to overcome free radicals so further damage can be prevented The aim of this study was to determine the effectiveness of Glutathione in dealing with excess free radicals caused by excessive physical training which can be determined from the decreasing levels of MDA

This study was an experimental study with Pre test-Post test control group design conducted at the Department of Pharmacology Faculty of Medicine University of Udayana in January-March 2012 This study used 20 albino rats randomly divided into two groups Group 1 control group was given physical overtraining (swimming) and aquabidest intraperitoneal injections Group 2 was given physical overtraining and Glutathione intraperitoneal injection at a dose of 37mgbwday Both groups were given overtraining for 35 days in which overtraining is divided into two the first 7 days are given only overtraining course the next 28 days are given overtraining + Glutathione injection placebo The results showed that in the control group there were elevated levels of MDA of 518 plusmn 028 mmol l to 552plusmn 029 mmoll while in the treated group there were decreased levels of MDA of 778 plusmn 023 mmol l to 444 plusmn 017 mmoll Based on statistical tests there is a significant decrease in in the treated group (plt005)

This study concluded that administration of intraperitoneal Glutathione injections decreasing levels of MDA in mice given physical overtraining It is recommended to conduct further studies in vivo in several species of experimental animals and in humans Key words Glutathione MDA level physical overtraining rat

x

x

DAFTAR ISI

Sampul Dalam i

Pemberian Gelar ii

Lembar Pengesahan iii

Penetapan Panitia Penguji iv

Ucapan Terima Kasih v

Abstrak viii

Abstract ix

DAFTAR ISI x

DAFTAR TABEL helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip xiv

DAFTAR GAMBARhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip xv

DAFTAR LAMPIRAN helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip xvi

DAFTAR SINGKATAN xvii

BAB I PENDAHULUAN

11 Latar Belakang 1

12 Rumusan Masalah 6

13 Tujuan Penelitian 6

14 ManfaatPenelitian 7

141 Manfaat Keilmuan 7

142 Manfaat Praktis 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA

21 Penuaan 8

xi

xi

211 Teori Wear and Tear 9

212 Teori Radikal Bebas 9

213 Teori Kontrol Genetika 11

214 Teori Neuroendokrin 11

22 Radikal Bebas 12

221 Definisi Radikal Bebas 12

222 Sifat- sifat Radikal Bebas 12

223 Peranan Radikal Bebas Dalam Proses Penuaan 15

23 Stress Oksidatif 15

231 Keadaan Yang Menyebabkan Stress Oksidatif 15

24 Pelatihan Fisik 16

241 Olahraga 16

242 Pelatihan Fisik Berlebih 21

25 Antioksidan 28

26 Glutation sebagai Antioksidan 29

261 Fungsi Glutation 31

262 Suplementasi Glutation 33

263 Glutation Precursor 37

264 Sumber Glutation dari makanan 38

BAB III KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

31 Kerangka Berpikir 40

32 Konsep Penelitian 41

33 Hipotesis Penelitian 42

xii

xii

BAB IV METODE PENELITIAN

41 Rancangan Penelitian 43

42 Tempat dan Waktu Penelitian 44

43 Populasi Sampel 44

431 Populasi 44

432 Kriteria Sampel 45

4321 Kriteria Inklusi 45

4322 Kriteria Drop Out 45

433 Besar Sampel 45

434 Teknik Pengambilan Sampel 46

44 Variabel Penelitian 47

441 Klasifikasi Variabel 4

442 Definisi Operasional Variabel 48

45 Bahan dan Alat Penelitian 49

451 Bahan Penelitian 49

452 Alat Penelitian 49

46 Prosedur Penelitian 50

461 Alur Penelitian 51

462 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium 51

47 Pengolahan dan Analisis Data 52

BAB V HASIL PENELITIAN

51 Uji Normalitas Data 53

52 Uji Homogenitas Antar Kelompok 54

xiii

xiii

53 Kadar MDA 54

531 Uji Komparabilitas 54

532 Analisa Efek Perlakuan 55

533 Analisa Komparasi Sebelum dan Sesudah Perlakuan 57

BAB VI PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian 59

62 Efek Aktifitas Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA 59

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

71 Kesimpulan 63

72 Saran 63

DAFTAR PUSTAKA 64

LAMPIRAN 68

xiv

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 21 Makanan yang mengandung Glutation 39

Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing

Kelompok Sebelum dan Sesudah Perlakuan 54

Tabel 52 Hasil uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA

Sebelum dan Sesudah Perlakuan 54

Tabel 53 Hasil Rerata Kadar MDA antar Kelompok Sebelum

Diberikan Perlakuan 55

Tabel 54 Hasil Rerata Kadar MDA antar Kelompok Sesudah

Diberikan Perlakuan 56

Tabel 55 Analisis Komparasi Kadar MDA antara Sebelum dan

Sesudah Perlakuan helliphelliphelliphellip 57

xv

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 21 Struktur GSH dan GSSG 30

Gambar 22 GSH Redox 31

Gambar 23 Detoksifikasi Lipid Hydoxyperoxides di usus halus 32

Gambar 24 Supply dan Removal Glutation 34

Gambar 31 Kerangka Konsep Kadar MDA pada Tikus yang

diberikan Pelatihan Fisik Berlebih+Placebo dan Pelatihan

Fisik Berlebih+Glutation 41

Gambar 41 Rancangan Penelitian 42

Gambar 42 Bagan Hubungan antar Variabel 47

Gambar 43 Bagan Alur Penelitian 51

Gambar 51 Perubahan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah

Diberikan Perlakuan 57

xvi

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Uji Normalitas Data 68

Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antar Kelompok Kontrol

dan Perlakuan 69

Lampiran 3 Perbandingan Luas Permukaan Tubuh Hewan Percobaan

untuk Konversi Dosis 70

Lampiran 4 Foto Penelitian 71

Foto Glutation (Tationil Teofarma) 71

Lampiran 5 Data Hasil Penelitian 72

xvii

xvii

DAFTAR SINGKATAN

CoQ10 Coenzym Q10

DNA Deoxyribonucleic Acid

GSH Px Glutation Peroksidase

GSH Glutation

GSSG Rx Glutation Reduktase

GSSG Glutation Disulfide

MDA Malondialdehyde

NADH Nicotinamide Adenine Dinucleotide

NADPH Nicotinamide Adenine Dinucleotide Phosphate

O2 Oksigen

RNA Ribonucleic Acid

ROS Reactive Oxygen Species

SOD Super Oxide Dismutase

TBARS Thiobarbituric Acid Reactive Substances

1

BAB I

PENDAHULUAN

11 LATAR BELAKANG

Proses penuaan menurut Kedokteran Anti Penuaan dapat diperlakukan

seperti suatu penyakit dalam arti proses ini dapat diatasi dapat dirsquoreversersquo atau

dirsquokembalikanrsquo menjadi kondisi seperti saat muda Penyakit yang muncul seiring

dengan bertambahnya usia seperti hipertensi diabetes mellitus osteoartritis dan

lain-lain membuat kualitas hidup menurun pada usia lanjut Ilmu Kedokteran

Anti Penuaan memberikan paradigma baru dalam mengatasi proses penuaan Ilmu

ini memberikan solusi untuk mengatasi ketidakmampuan penyakit nyeri

deformitas dan kesedihan di masa tua sehingga kualitas hidup meningkat

Modifikasi gaya hidup dengan cara mengatur pola makan pola tidur pola

olahraga pola hidup manajemen hormon dapat meningkatkan kualitas hidup

Terbentuknya radikal bebas oksigen dalam tubuh sebenarnya merupakan

sesuatu yang fisiologis Oksigen yang kita hirup berperan dalam metabolisme

sebagian kecil (2-5) tereduksi membentuk radikal bebas Radikal bebas oksigen

dikelompokkan dalam senyawa Reactive Oxygen Species (ROS) ROS merupakan

radikal bebas yang berbahaya bagi tubuh (Arief 2010) Bila produksi tersebut

menjadi semakin meningkat dalam kondisi seperti terpapar sinar ultraviolet

polusi merokok konsumsi alkohol dalam jumlah banyak stress menyebabkan

kerusakan pada sel-sel terjadi penuaan

1

2

Teknologi yang berkembang dengan pesatnya memberikan kita banyak

fasilitas kemudahan dalam menjalani hidup kita Akhirnya dalam apapun yang

akan kita perbuat atau lakukan kita selalu dihadapkan pada 2 pilihan mau yang

mudah atau yang sulit Menjamurnya makanan instant fast food yang disebut

juga makanan junk food karena memang tidak kurang kandungan gizi yang kita

perlukan Makanan ini tidak mengandung nilai gizi hanya mementingkan rasa

yang penting enak gurih karena banyak mengandung lemak tinggi karbohidrat

dan cepat saji karena semakin sibuknya manusia Selain itu karena kesibukan

kita menjadi kurang sekali dalam berolahraga selain kesibukan juga sudah lelah

Akibatnya kita menjadi gemuk semakin gemuk semakin malas beraktifitas

semakin mudah lelah yang lama kelamaan menjadi kelelahan kronis depresi

mudah muncul

Gaya hidup manusia yang mempunyai tingkat stress yang tinggi ditambah

kurangnya aktifitas berolahraga meningkatkan resiko timbulnya penyakit jantung

low back pain adult-onset diabetes obesity yang disebut hypokinetic diseases

(Sharkey 2003 ) Meningkatnya insidensi kelebihan berat badan menjadi masalah

kesehatan di seluruh dunia termasuk di Indonesia (Misnadiarly 2007) Kelebihan

berat badan menyebabkan terjadinya penumpukan lemak yang berlebihan dalam

tubuh dan berpotensi memicu banyak penyakit yang mematikan Beberapa

penyakit tersebut dikategorikan sebagai penyakit yang terjadi karena metabolism

yang melambat dan penumpukan lemak sering disebut sebagai Sindroma

Metabolik(hipertensi hiperlipidemia diabetes mellitus) Sebaliknya sebuah gaya

3

hidup yang sehat dan seimbang memainkan peranan yang besar dalam mencegah

banyak penyakit yang berhubungan dengan gaya hidup

Pada sisi lain manusia juga selalu dituntut untuk memiliki tubuh sehat

penampilan yang menarik Masalah muncul pada saat manusia memilih jalan

pintas berolahraga berlebihan (overtraining) diet ketat berlebihan

mengkonsumsi obat-obatan penekan nafsu makan obat-obat pembakar lemak

suplemen secara berlebihan dan tanpa informasi yang benar tanpa pengawasan

dokter dengan tujuan untuk memperoleh tubuh ramping dalam waktu secepatnya

Bukan tubuh sehat yang didapat tetapi malah menjadi sakit yang tidak mustahil

dapat mengarah ke kematian

Tubuh sehat ideal dalam arti tidak mudah sakit mempunyai hidup yang

berkualitas penampilan yang prima dan mempunyai postur tubuh yang

proporsional (Misnadiarly 2007) Gaya hidup yang sehat seimbang adalah kunci

untuk mencapai kesehatan dan bentuk badan yang lebih bagus dan hanya akan

tercapai melalui aktifitas olahraga pengaturan pola makan istirahat yang teratur

dan proporsional

Olahraga yang berlebihan tidak memberikan efek yang baik untuk tubuh

tetapi latihan yang tepat meningkatkan kebugaran aerobik Frekuensi yang lebih

sering durasi yang lebih panjang intensitas yang meningkat meningkatkan

kebugaran fisik Hal yang penting kita harus memperhatikan waktu pemulihan

Apabila tubuh tidak mempunyai cukup waktu untuk pemulihan bukan

meningkatkan kebugaran tetapi malah menimbulkan cedera atau penyakit melalui

supresi sistem kekebalan (Sharkey 2003) Olahraga yang teratur dapat

4

meningkatkan produksi molekul anti oksidan endogen termasuk glutathioneurate

coenzyme Q10 (Cadenas 2002) Dengan meningkatnya kadar antioksidan

endogen maka kadar MDA tubuh akan menurun

Teori Radikal Bebas menjelaskan bahwa radikal bebas merusak sel-sel

tubuh manusia (Goldmanamp Klatz 2003) Pelatihan fisik berlebih menyebabkan

terbentuknya radikal bebas Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara

menarik elektronnya sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan

sampai kematian sel (Suryohudoyo 2000) Pelatihan fisik berlebih menyebabkan

penuaan terjadi lebih cepat

Gaya hidup yang tidak sehat meningkatkan produksi radikal bebas

Beruntung tubuh mempunyai mekanisme pertahanan melawan oksidasi yang

terjadi tersebut Tubuh memproduksi enzim dan molekul khusus yang dapat

menangkap dan melenyapkan radikal bebas (superoksid dismutase katalase

glutation alfa lipoic acid CoQ10) yang disebut juga antioksidan endogen dan

yang berasal dari makanan seperti vitamin C dan E beta karoten polifenol

selenium seng (antioksidan esensial) yang disebut juga antioksidan eksogen

Antioksidan endogen maupun eksogen sangat penting buat tubuh karena

mampu meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan cara menangkap

dan mengeliminirnya Antioksidan eksogen efektif diperlukan untuk mencegah

terjadinya stress oksidatif Antioksidan endogen merupakan mekanisme

pertahanan preventif dengan cara memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal

bebas atau dengan cara menangkapnya (Winarsi 2007)

5

Bila jumlah antioksidan lebih sedikit dibanding jumlah radikal bebas

terjadi gangguan keseimbangan yang disebut redox state (Cadenas 2002) Dalam

kondisi seperti ini semakin banyak molekul normal yang ditarik elektronnya

molekul menjadi tidak stabil molekul ini akan merusak molekul sehat lainnya

sehingga terjadilah penyakit (Winarsi 2007)

Pemberian antioksidan yang cukup dan optimal dapat meningkatkan

kebugaran meningkatkan kemampuan tubuh dalam melakukan pelatihan fisik

menurunkan kadar stress oksidatif dalam tubuh mencegah terjadinya penuaan

dini (Pangkahila 2007) Antioksidan bekerja dengan cara mendonorkan satu

elektronnya ke molekul yang kehilangan elektronnya (radikal bebas) sehingga

membentuk radikal bebas tidak reaktif relatif stabil proses kerusakan sel dapat

dihambat

Ada beberapa macam antioksidan salah satunya adalah Glutation

Glutation merupakan antioksidan endogen yaitu antioksidan yang dapat dibuat

oleh tubuh kita sendiri Glutation juga dikenal sebagai master antioksidan

antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain (Goldman 2003)

Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan

Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik Normalnya sekali suatu

antioksidan memakan radikal bebas antioksidan ini menjadi teroksidasi sendiri

dan menyerang sel yang sehat yang disebut sebagai pro oksidan Glutation

dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang teroksidasi tersebut menjadi

bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali dalam memakan radikal bebas

(Sellman 2009) Sehingga dengan pengertian di atas glutation dapat membantu

6

dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh kita lebih banyak

dibandingkan dengan antioksidan lain

MDA adalah metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas

Kadar MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel

Apabila terdapat antioksidan yang tinggi dalam tubuh maka kadar MDA akan

menurun (Winarsi 2007)

Pelatihan fisik berlebih akan menyebabkan meningkatnya kerusakan

oksidatif Glutation menghambat kerusakan oksidatif Parameter yang digunakan

dalam penelitian ini adalah produk peroksidase lipid yaitu malondialdehid (MDA)

menurut metoda Willis

12 Rumusan Masalah

Apakah pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan

kadar MDA tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

13 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat

menurunkan kadar MDA pada tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

14 Manfaat Penelitian

141 Manfaat Keilmuan

Dapat menambah pengetahuan bahwa olahraga berlebih meningkatkan

MDA pemberian antioksidan Glutation dalam upaya mencegah terjadinya stress

7

oksidatif berkelanjutan yang dapat menjadi salah satu penyebab proses penuaan

penyakit metabolisme dan kemungkinan dapat dipergunakan sebagai dasar untuk

dilakukan penelitian lebih lanjut

142 Manfaat Praktis

Pengetahuan tersebut dapat memberikan manfaat kepada masyarakat luas

untuk lebih bijaksana dalam mengkonsumsi antioksidan dan dalam melakukan

pelatihan fisik

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

21 Penuaan

Penuaan sampai saat ini masih dianggap sebagai sesuatu yang alamiah

terjadi demikian juga penyakit yang muncul pada masa tuaSeseorang yang

berumur 50 tahun dengan penyakit Diabetes Mellitus dipandang sebagai sesuatu

yang umum karena memang sudah tua Sejak tahun 1950 penelitian penyebab

penuaan mulai diteliti faktor-faktor penyebab yang mempengaruhi kualitas hidup

sehingga meskipun usia bertambah tua tetapi tetap berkualitas Beberapa cara

modifikasi gaya hidup terus dilakukan untuk mencapai kualitas hidup yang lebih

baik seperti mengatur pola makan pola tidur pola olahraga pola hidup untuk

mencapai kualitas hidup yang baik di usia lanjutPenelitian memberi kesimpulan

bahwa pemberdayaan diri membudayakan pola hidup sehat dapat meningkatkan

kualitas hidup seseorang (Franklin 2009)

Dewasa ini seiring dengan percepatan perubahan teknologi meningkatnya

persaingan hidup orang berlomba-lomba mengkonsumsi produk dan berbagai

metode yang mengklaim bisa menghambat penuaan atau bersifat Anti Aging Ilmu

Kedokteran Anti Penuaan memberikan paradigma baru dalam menangani proses

penuaan Ilmu Kedokteran Anti Penuaan ini menjanjikan dapat memberikan solusi

untuk mengatasi ketidakmampuan penyakit nyeri deformitas dan kesedihan di

masa tua dengan cara meningkatkan kualitas hidup masa tua (Goldman dan Klatz

8

9

2003) Menurut Pangkahila penuaan bisa dicegah diobati dan bahkan dapat

dikembalikan ke keadaan semula (Pangkahila 2007)

Proses penuaan dapat dijelaskan dalam empat teori utama yang walaupun

tidak dapat menjelaskan dengan lengkap tetapi teori tersebut melengkapi satu

dengan yang lain

211 Teori Wear and Tear

Teori ini diperkenalkan pertama kali oleh Dr August Weisman seorang

ahli biologi dari Jerman pada tahun 1882 Teori ini menyatakan bahwa tubuh dan

sel akan rusak karena penggunaan dan disalahgunakan baik penggunaan secara

alami apalagi penyalahgunaan Kerusakan terjadi dalam sel sampai organ Pada

usia muda kerusakan yang terjadi dapat diatasi dikompensasi karena sistem

perbaikan dan pemeliharan yang masih baik tetapi seiring dengan bertambahnya

umur tubuh mulai kehilangan kemampuan tersebut Teori ini juga meyakini

pemberian suplemen dan merangsang kemampuan tubuh untuk melakukan

perbaikan dan mempertahankan organ tubuh dan sel

212 Teori Radikal Bebas

Teori ini diperkenalkan oleh Dr Denham Harman pada tahun 1956

Radikal Bebas adalah molekul tidak stabil yang sangat reaktif karena mempunyai

elektron tidak berpasangan pada orbit luarnya dapat bereaksi dengan molekul

lain menimbulkan reaksi berantai yang sangat destruktif (Goldman dan Klatz

2003)

10

Radikal Bebas dihasilkan dari pembakaran gula dan lemak yang kita

konsumsi untuk memberikan energi pada tubuh kita Radikal bebas merusak

membran sel kode DNA enzim protein dan akhirnya terjadi kerusakan pada

seluruh organ Kerusakan terjadi mulai dari lahir dan terus berlanjut hingga

meninggal Pada usia muda dampak penggantian sel yang masih berfungsi baik

Seiring dengan usia bertambah akumulasi kerusakan akibat radikal bebas akan

mengganggu metabolisme sel terjadilah mutasi sel yang mengakibatkan

timbulnya kanker dan kematian

Age Spot merupakan salah satu bentuk kerusakan pada membrane sel

yang disebabkan oleh Radikal Bebas Kerusakan membran ini menghasilkan

produk sisa yang dikenal sebagai lipofuscin Jumlah lipofuscin yang tinggi dalam

tubuh memberikan warna gelap pada daerah tertentu yang disebut Age spot

Lipofuscins mengganggu sintesis DNA dan RNA mempengaruhi sintesis protein

(menurunkan energi dan menghambat pembentukan massa otot) merusak enzim

seluler yang diperlukan untuk proses kimia vital dalam tubuh (Goldman dan

Klatz 2003)

Radikal bebas mempengaruhi peroksidasi lipid yang menyebabkan

produksi MDA (malondialdehyde) yang mengikat protein dan menyebabkan

gangguan fungsi biologik protein tersebut Radikal Bebas berkaitan dengan

penyakit usia lanjut seperti aterosklerosis Parkinson penyakit Alzheimer dan

gangguan fungsi kekebalan tubuh (Pangkahila 2007)

11

213 Teori Kontrol Genetika

Teori terfokus pada kode genetik yang ada dalam DNA meskipun seluruh

aspek diwariskan dalam gen tiap individu waktu jam biologis tergantung pada

pola hidup penuaan masing-masing individu Tiap individu memiliki jam biologis

yang telah diatur waktunya Berhentinya jam biologis menandakan proses

penuaan dan meninggal (Goldman dan Klatz 2003)

Ilmu Kedokteran Anti Penuaan melakukan upaya mencegah dan

memperbaiki kerusakan yang terjadiTerapi Gen diharapkan dapat memberikan

solusi dalam menghadapi takdir genetika terhadap beberapa penyakit keturunan

214 Teori Neuroendokrin

Teori yang menyangkut peranan berbagai hormon bagi fungsi organ tubuh

diperkenalkan oleh Vladimir DilmanPhD

Hormon mengatur dan memperbaiki fungsi tubuh Pada usia muda

berbagai hormone masih berfungsi baik dalam mengendalikan berbagai fungsi

organ tubuh Ketika manusia menjadi tua produksi hormon menurun fungsi

tubuh menjadi terganggu Contoh Growth Hormone yang membantu

pembentukan massa otot testosteron dan hormone tiroid akan menurun tajam

pada usia tua Ditandai dengan rasio lemak dan otot yang meningkat Terapi sulih

hormone dapat membantu masalah tersebut dan mengembalikan fungsi hormone

tubuh sehingga memperlambat proses penuaan

12

22 Radikal Bebas

221 Definisi Radikal Bebas

Radikal bebas adalah molekul (kumpulan atom) yang memiliki elektron

yang tidak berpasangan Oksidan adalah senyawa penerima elektron yaitu

senyawa yang dapat menarik elektron Kedua jenis senyawa ini memiliki aktifitas

yang sama dan memberikan akibat yang hampir sama tetapi dengan proses yang

berbeda (Winarsi 2007) Radikal Bebas digolongkan dalam oksidan namun tidak

setiap oksidan adalah radikal bebas (Suryohudoyo 2000)

Sumber oksidan berasal dari

Tubuh sendiri yaitu berasal dari proses fisiologis namun oleh suatu sebab

jumlahnya menjadi banyak

Proses peradangan

Luar tubuh seperti polutan obat-obatan

Radikal bebas lebih berbahaya dibanding senyawa oksidan non radikal

222 Tahapan Terbentuknya Radikal Bebas dan Sifatnya

Tahapan terbentuknya radikal bebas terjadi melalui sederetan mekanisme

reaksi

1 Tahap Inisiasi yaitu tahap yang menyebabkan terbentuknya radikal bebas

Cu

RH + O2 R + H2O

2 Tahap Propagasi yaitu tahap dimana radikal bebas cenderung bertambah

banyak dengan membuat reaksi rantai dengan molekul lipid lain

13

R + O2 RO2

RO2 + RH R + ROOH

3 Tahap Terminasi yaitu apabila terjadi reaksi antara radikal bebas dengan

radikal bebas lain atau antara radikal bebas dengan suatu senyawa pembasmi

radikal bebas (scavenger)

R1 + R2 R 1 R 2

Reduksi oksigen memerlukan pengalihan empat electron (electrotransfer)

Pengalihan ini tidak dapat sekaligus tetapi dalam empat tahapan yang setiap

tahapan hanya melibatkan pengalihan satu elektron Kendala yang mengharuskan

oksigen hanya dapat menerima satu elektron setiap tahap menyebabkan

terjadinya dua hal yaitu kurang reaktifnya oksigen dan terbentuknya senyawa-

senyawa oksigen reaktif seperti O2 (radikal superoksida) H2O2 (hydrogen

peroksida) OOH (radikal peroksil) dan OH (radikal hidroksil)

Radikal Bebas memiliki 2 sifat yaitu

1 Reaktifitas tinggi karena cenderung menarik elektron

2 Mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal

Elektron dari Radikal Bebas berikatan dengan senyawa yang berikatan

kovalen seperti lipid protein dan DNA akan sangat berbahaya karena ikatan

digunakan bersama-sama pada orbit luarnya Dibanding senyawa oksigen reaktif

radikal hidroksil merupakan senyawa yang paling berbahaya karena reaktifitasnya

yang sangat tinggi

Radikal hidroksil dapat merusak 3 jenis senyawa penting yang berfungsi

untuk mempetahankan integritas sel yaitu

14

1 Asam lemak tak jenuh yang merupakan komponen penting fosfolipid

penyusun membran

2 DNA pembawa genetik sel

3 Protein memegang berbagai peran penting seperti enzim reseptor antibodi

sitoskeleton

Dari ketiga senyawa tersebut yang paling rentan adalah senyawa asam

lemak tak jenuh ganda pada membran sel yang mengakibatkan rapuhnya dinding

sel Senyawa oksigen reaktif ini juga merusak dinding bagian dalam pembuluh

darah sehingga mengakibatkan pengendapan koleserol dan menyebabkan

aterosklerosis Apabila senyawa oksigen reaktif ini merusak basa DNA akan

terjadi kekacauan sistem info genetika berlanjut pada pembentukan sel kanker

Jaringan lipid yang rusak memicu munculnya penyakit degeneratif

Fosfolipid glikolipid dan kolesterol merupakan komponen terpenting

membran sel Komponen fosfolipid dan glikolipid mengandung asam lemak tak

jenuh (asam linoleat linolenat arakidonat) sangat rawan terhadap serangan

radikal hidroksil yang dapat menimbulkan reaksi rantai yang dikenal sebagai

Lipid peroxidation

Peroksidase lipid

LH + OH --- H + H2O

Asam lemak Radikal Bebas

L + O2 -- LOO

Radikal peroksilipid

LOO + LH --- L + L OOH dan seterusnya

15

Hasil akhir dari proses ini adalah terputusnya rantai asam lemak menjadi

berbagai senyawa yang bersifat toksik terhadap sel antara lain berbagai macam

aldehid seperti Malondealdehyde (MDA)

223 Peranan Radikal Bebas dalam proses penuaan

Pada usia muda keseimbangan antara radikal bebas dan pertahanan

antioksidan berfungsi dengan baik seiring dengan pertambahan usia

keseimbangan terganggu karena cadangan antioksidan berkurang dan radikal

bebas berlebih (Saxena dan Lan 2006)

Akibat ketidakseimbangan ini terjadi kerusakan oksidatif (Arief 2010)

Kerusakan ini disebabkan oleh radikal bebas dan merusak 3 komponen utama

yang mempertahankan integritas sel seperti fosfolipid (penyusun membrane sel)

DNA (perangkat genetik) protein (enzim reseptor antibodi) (Fouad 2007)

Ketidakseimbangan antara antioksidan dan senyawa oksigen reaktif

menghasilkan stress oksidatif penyebab kanker penuaan aterosklerosis cedera

iskemik peradangan dan penyakit degeneratif (Parkinson Alzheimer)

(Pangkahila 2007)

23 Stress Oksidatif

231 Keadaan yang menyebabkan stress oksidatif

Pada saat jumlah antioksidan tubuh kurang dari yang diperlukan untuk

meredam efek buruk dari radikal bebas keadaan ini disebut Stress oksidatif Bila

terjadi dalam waktu yang lama akan terjadi penumpukan hasil kerusakan

16

oksidatif di dalam sel dan jaringan yang mengakibatkan hilangnya fungsi sel

jaringan dan akhirnya mati Hal ini merupakan penyebab utama proses penuaan

(Bagiada 2001)

Keadaan yang menyebabkan Stress Oksidatif ini salah satunya adalah

pelatihan fisik berat atau berlebih (Hersh 2004) Stress oksidatif dapat

dikendalikan antara lain dengan membiasakan untuk menerapkan pola hidup sehat

dan mengkonsumsi antioksidan diharapkan akan memacu kerja antioksidan

dalam tubuh

MDA merupakan hasil dari proses peroksidasi lipid meningkatnya MDA

menunjukkan adanya suatu kondisi Stress Oksidatif menurunnya MDA

menunjukkan adanya perbaikan dari kondisi Stress tersebut sehingga MDA dapat

dipakai sebagai biomarker Stress oksidatif

24 Pelatihan Fisik

241 Olahraga

Pelatihan fisik atau olahraga merupakan satu kegiatan yang penting bagi

kehidupan manusia Olahraga merupakan alternatif kegiatan yang dapat

meningkatkan derajat kebugaran fisik seseorang apabila dilakukan dengan dosis

takaran yang benar Menurut Sharkey olahraga dapat meningkatkan pengeluaran

energi dan tingkat pengeluaran tersebut berkaitan dengan intensitas dan durasi

aktifitas yang dilakukan (Sharkey 2003) Latihan fisik atau olahraga yang

memperhatikan frekuensi intensitas tipe dan waktu mendukung dalam

mendapatkan hasil yang maksimal dan menurunkan resiko cedera Latihan fisik

17

yang benar memberikan dampak perbaikan pada sistem fungsional paru dan

jantung sehingga terjadi hipertropi otot jantung penurunan detak jantung

istirahat peningkatan stroke volume peningkatan volume darah dan hemoglobin

menambah jumlah pembuluh darah kapiler serta berfungsi dalam proses

pembakaran energi (Fox 1998) Frekuensi latihan yang dianjurkan adalah 3-4x

seminggu dengan intensitas 72-87 dari denyut jantung maksimal (220-umur)

dengan variasi 10 denyut per menitTipe latihan yang dianjurkan adalah

pemanasan 15 menit kombinasi latihan aerobik dan latihan otot dalam waktu 30-

60 menit diakhiri pendinginan 10 menit (Pangkahila 2009)

Sumber energi yang dibutuhkan untuk pelatihan fisik aerobik yang

dominan didapat dari pembakaran simpanan karbohidrat lemak dan sebagian

kecil (5) dari pemecahan simpanan protein yang terdapat di dalam tubuh untuk

menghasilkan ATP (adenosine triphospate) ATP yang terdapat dalam jaringan

otot terbatas kebutuhan ATP dipertahankan oleh creatinin phosphate (CP) dan

glikogen yang tersimpan dalam otot (Hernawati 2009) Terdapat 3 jalur untuk

memberikan ATP tambahan sesuai yang dibutuhkan selama kontraksi otot

meliputi 1 Pemindahan fosfat berenergi tinggi dari kreatinin fosfat ke ADP 2)

Fosforilasi oksidatif (siklus asam sitrat dari sistem transportasi elektron) 3)

glikolisis (Sherwood 2001) Sedangkan pada aktifitas yang bersifat anaerobik

energi diperoleh dari hidrolisis phosphocreatine serta melalui glikolisis glukosa

secara anaerobik Proses ini dapat terjadi tanpa adanya oksigen (O2) Metabolisme

anaerobik ini menghasilkan asam laktat yang apabila terakumulasi dapat

menyebabkan rasa nyeri pada otot menimbulkan stress fisik Hal ini

18

menyebabkan latihan aerobik terasa lebih menyenangkan (Hernawati 2009)

Metabolisme aerobik jauh lebih efisien daripada anaerobik karena menghasilkan

38 molekul ATP per molekul glukosa versus hanya 2 molekul melalui jalur

anaerob

Pelatihan fisik atau olahraga yang teratur selain memberikan manfaat

perbaikan pada mental fisik dan fisiologis juga mempengaruhi hormon tubuh

kita antara lain (Sharkey2003)

1 Growth Hormone

Stimulasi sintesis protein (muscle tone development) dan kekuatan tulang

tendon ligament dan tulang rawan Penurunan penggunaan glukosa dan

peningkatan penggunaan lemak sebagai bahan bakar selama olahraga

Membantu mengurangi lemak tubuh dan mempertahankan glukosa darah pada

level normal sehingga membantu melakukan olahraga selama periode waktu

yang lebih lama Dilepaskannya Growth Hormone oleh kelenjar pituitari di

otak meningkat dengan meningkatnya waktu latihan aerobik

2 Endorphins

Opioid endogen dari kelenjar pituitary yang memblok rasa sakit menurunkan

nafsu makan membuat perasaan senang mengurangi tekanan dan kecemasan

Pada saat olahraga endorfin dalam darah meningkat sampai lima kali selama

aktifitas olahraga lebih dari 30 menit Endorfin membuat kita dapat melakukan

aktifitas latihan menjadi lebih tahan lama

19

3 Testosteron

Hormon yang penting untuk wanita dan pria dalam mempertahankan tonus

volume kekuatan otot meningkatkan angka rata metabolisme basal

menurunkan lemak tubuh dan merasa lebih percaya diri Diproduksi oleh

ovarium pada wanita dan testis pada laki-laki Testosteron pada wanita hanya

sepersepuluh kadar testosteron pada laki-laki Pada wanita testosteron

berperan pada pengaturan libido dan orgasme Produksi pada wanita menurun

saat menjelang menopause sedangkan pada pria pada usia memasuki usia 40

tahun Kadar testosteron darah mulai meningkat setelah 20 menit olahraga

baik pada wanita maupun pria dan tetap tinggi sampai 1-3 jam setelah

olahraga

4 Estrogen

Estrogen secara biologis aktif adalah 17 beta estradiol meningkatkan

pemecahan lemak dari lemak tubuh sehingga dapat digunakan sebagai sumber

tenaga meningkatkan rata-rata metabolisme basal meningkatkan mood

meningkatkan libido Hormon ini disekresi oleh ovarium meningkat saat

olahraga dan tetap meningkat sampai 1-4 jam setelah olahraga

5 Thyroxine (T4)

Hormon yang diproduksi oleh kelenjar tiroid meningkatkan metabolisme

hampir semua sel dalam tubuh Peningkatan metabolisme ini membantu kita

merasa lebih energik dan juga menyimpan kalori penting untuk penurunan

berat badan Kadar tiroksin dalam darah meningkat sekitar 30 selama

20

olahraga dan tetap meningkat sampai beberapa jam sesudahnya Olahraga

yang teratur juga meningkatkan level tiroksin saat istirahat

6 Epinephrine

Hormon yang diproduksi oleh medulla adrenal yang meningkatkan jumlah

darah yang dipompa oleh jantung dan mengarahkan aliran darah ke tempat

yang diharapkan Stimulasi pemecahan glikogen (karbohidrat yang disimpan)

dalam otot yang aktif dan hati untuk digunakan sebagai sumber tenaga

Menstimulasi pemecahan lemak (lemak yang disimpan dalam otot yang aktif)

dan digunakan sebagai sumber tenaga Sejumlah epinefrin yang dilepaskan

berhubungan dengan intensitas dan durasi latihan

7 Insulin adrenalin

Hormon yang penting dalam mengatur gula darah dan asam lemak (lemak)

dan asam amino (protein) dalam sel Sekresi insulin oleh pancreas meningkat

sehubungan dengan respon meningkatnya kadar gula darah dan protein yang

biasa terjadi setelah makan Semakin banyak gula sederhana yang dikonsumsi

semakin tinggi respon insulin Meningkatnya insulin menyebabkan produksi

lemak sehingga insulin sering disebut sebagai hormon lemak atau fat

hormone Pada orang dengan berat badan berlebih terjadi resistensi insulin

sehingga diperlukan insulin dalan jumlah yang lebih besar untuk didapatkan

efek yang sama sehingga didapatkan kadar insulin darah yang lebih tinggi dan

latihan aerobik setiap hari Kadar insulin darah mulai menurun 10 menit saat

olahraga dan terus menurun sekitar 70 menit olahraga Olahraga yang teratur

juga meningkatkan sensitivitas sel terhadap insulin dalam keadaan istirahat

21

8 Glucagon

Hormon yang diproduksi oleh pankreas tugasnya meningkatkan kadar gula

darah Saat gula darah rendah glukagon disekresi dan menyebabkan simpanan

karbohidrat di dalam hati dilepaskan ke aliran darah untuk meningkatkan

kadar gula mencapai kadar normal Glukagon juga menyebabkan

dipecahkannya lemak sehingga dapat digunakan sebagai bahan bakar atau

sumber tenaga Glukagon mulai disekresi pada 30 menit awal olahraga ketika

gula darah mulai menurun

242 Pelatihan Fisik Berlebih

Pelatihan fisik berlebih menimbulkan gangguan pada sistem endokrin

terjadi peningkatan kadar kortisol dan penurunan kadar testosteron (Maffetone

2007) peningkatan ACTH penurunan LH plasma

Sindrom pelatihan fisik berlebih dalam jangka panjang mengakibatkan

terjadinya inflamasi infeksi yang lebih lanjut dapat mempengaruhi kesehatan

secara umum Aktifitas berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena

terjadi peningkatan konsumsi O2 oleh aktifitas otot skeletal Meskipun oksigen

dibutuhkan oksigen juga bersifat toksik yang dapat memicu peningkatan ROS

Pada organ yang tidak mendapat oksigen dan nutrisi yang cukup akan

menimbulkan keadaan iskemik dan kerusakan mikrovaskular Keadaan ini disebut

sebagai Reperfusion Injury yang memicu terjadinya kerusakan jaringan dan

peningkatan Radikal Bebas

22

Pelatihan fisik berlebih meningkatkan terbentuknya Radikal Bebas

(Adiputra 2008) Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh untuk

melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam organ dan

pembuluh darah (Giriwijoyo 2004) Apabila berlebih menyebabkan kerusakan

sel dengan 3 cara (Kumar et al2005 Ebenhardt 2001)

1 Kerusakan DNA mengakibatkan mutasi DNA bahkan kematian sel

2 Peroksidasi lipid membrane sel dan sitosol menyebabkan terjadinya proses

reduksi asam lemak sehingga mengakibatkan kerusakan membran dan organel

sel

3 Modifikasi protein teroksidasi oleh karena cross linking protein

Bila radikal bebas bertemu dengan asam lemak tak jenuh ganda daalam

membrane sel terjadi reaksi peroksidasi lipid membran sel menyebabkan

peningkatan fluiditas membran gangguan integritas membran dan inaktivasi

ikatan membran dengan enzim dan reseptor Tahap akhir dibebaskan aldehyde

seperti malondealdehyde pentane etana conjugated diane yang bersifat merusak

tubuh (Murray et al2000)

Pelatihan fisik berlebih menyebabkan terjadinya peningkatan lekosit atau

lekositosis peningkatan isoprostan dalam urin protein carbonil (73) catalase

(96) glutation peroksidase serta glutation teroksidasi (25) Dapat

disimpulkan pelatihan fisik berlebih merangsang respon biomarker stres oksidatif

(Murray et al 2000) Proses penuaan mengakibatkan penurunan sistem imun

sehingga meningkatkan resiko infeksi Menurut teori aktifitas sedang dapat

menangkal efek proses penuaan yang diakibatkan penurunan sistem imun Studi

23

yang dilakukan Shepard dan Shek menunjukkan bahwa aktifitas sedang dapat

ditoleransi dengan baik oleh individu lanjut usia dan menunjukkan penurunan

stimulasi proliferasi limfosit

Gejala ndash gejala yang dirasakan apabila melakukan pelatihan fisik berlebih

(overtraining) (Maffetone 2007)

1 Sering mengalami kegagalan dalam melakukan latihan yang biasanya kita

lakukan Kondisi fisik menjadi semakin lemah dan semakin lambat terjadi

kemunduran

2 Kehilangan otot dan terjadi penimbunan lemak Latihan fisik berlebih

meyebabkan rasio testosteron kortisol yang seharusnya positif yang berarti

lebih banyak otot dan lebih sedikit lemak menjadi negatif yang berarti cortisol

lebih tinggi dibanding testosteron yang berarti terjadi peningkatan resistensi

insulin dan penimbunan lemak

3 Merasa lemas mudah tersinggung sulit tidur

4 Persendian tulang dan anggota tubuh terasa sakit

Terjadinya DOMS (delayed onset muscle soreness) menunjukkan teknik

latihan yang salah atau postur saat latihan yang tidak tepat DOMS merupakan

respon alami yang akan hilang dalam waktu sehari atau 2 hari tetapi apabila

nyeri berkepanjangan menunjukkan adanya overtraining

5 Sering tiba-tiba jatuh sakit

Latihan fisik berlebih menurunkan sistem imun tubuh kita sehingga menjadi

lebih mudah sakit

24

Latihan fisik berat jangka panjang berkaitan dengan cedera serat

ototKerusakan yang terjadi berhubungan dengan intensitas durasi dan tipe

latihan Ketika cell death terbentuk jaringan nekrotik dibuang oleh sel fagosit

sel satelit teraktivasi menuju ke area yang cedera menjadi myoblast dan

selanjutnya menjadi serat otot Enzim otot yang dilepaskan tidak sepenuhnya

merefleksikan kerusakan struktural yang diperkirakan oleh analisis histologis

Perubahan penanda biologis cedera otot (seperti aktifitas kreatin kinase (CK)

lactate dehydrogenase (LDH) atau konsentrasi malondialdehyde di plasma

(MDA)) sering diperiksa selama overtraining Serum aktivitas CK dan

konsentrasi MDA plasma dapat gagal meningkat saat overtraining perubahan

parameter biokimia hanya merefleksikan otot dengan beban berlebih Setelah

olahraga yang lama pro-inflammatory cytokines diproduksi lokal pada otot

skeletal

Tanda dan gejala fisik latihan fisik berlebih (overtraining)

- Denyut jantung atau nadi yang meningkat saat istirahat

- Tidak toleransi terhadap latihan

- Penampilan yang menurun

- Penurunan berat badan berkurangnya massa otot tidak nafsu makan

- Kelelahan chronic fatigue lethargy

- Nyeri dan kerusakan otot nyeri sendi

- Mudah terserang flu pembengkakan kelenjar getah bening di leher

selangkangan dan ketiak

- Konstipasi atau diare

25

- Gangguan haid gangguan makan gangguan tidur

- Sakit kepala gangguan pencernaan

- Pemulihan yang berlangsung lambat setelah latihan

- Sendi otot tendon terasa kaku dan sakit

Tanda dan gejala psikologis

- Lelah capek kekurangan tenaga

- Insomnia sakit kepala tidak mampu untuk beristirahat

- Depresi gelisah cemas apatis

- Menurunnya kepercayaan diri

- Menurunnya kemampuan untuk berkonsentrasi

- Mudah stress

Efek biokimia dari Latihan Fisik Berlebih

- Meningkatnya serum kortisol dan SHBG

- Menurunnya serum total dan free testosterone rasio testosteron kortisol

- Menurunnya glikogen otot

- Menurunnya serum hemoglobin besi dan ferritin

Faktor yang mempengaruhi terjadinya overtraining

- Jetlag

- Bekerja terlalu keras

- Menstruasi

- Nutrisi gaya hidup yang buruk

- Kurang istirahat

- Terlalu banyak mengkonsumsi alkohol

26

- Kurangnya kemampuan mengatasi stress

Penanganan overtraining atau Latihan Fisik berlebih

- Massage

Massage pada jaringan dalam dapat melepaskan otot yang tegang

mempertahankan keseimbangan sistem muskulo-skeletal Pemijatan atau

massage yang teratur dapat membantu mencegah cedera yang mungkin

terjadi karena overuse

- Menggunakan roller busa

Penggunaan roller busa memungkinkan kita dapat melakukan massage

atau pemijatan sendiri Kita dapat juga memakai yang berbentuk bola atau

bola tenis untuk membantu menghilangkan rasa sakit Pemijatan ini dapat

dilakukan di tungkai lutut hamstring bahu punggung atau otot atau sendi

manapun

- Terapi suhu kontras

Air pancuran hangat dan dingin bergantian menstimulasi tubuh untuk

pulih lebih cepat Otot membawa impuls yang terasa pada kulit bagian

dalam tubuh di mana terjadi stimulasi sistem imun memperbaiki sirkulasi

dan pencernaan mempengaruhi produksi hormon stress meningkatkan

aliran darah mengurangi sensitivitas nyeri

- Pengaturan makanan

Membantu proses pemulihan penting untuk mengkonsumsi makanan

tinggi karbohidrat protein dan lemak sehat seperti Omega 3 omega 6

omega 9 asam lemak esensial Karbohidrat memberikan sumber tenaga

27

pada tubuh dan otak asam lemak esensial membantu mengurangi depresi

memperbaiki pemulihan protein akan membangun kembali otot yang

mengalami overtraining

- Mengkonsumsi vitamin

Ketika terjadi overtraining suplementasi sangat menguntungkan Vitamin

dan suplementasi mineral sebaiknya dikonsumsi pagi hari bersama dengan

makanan untuk penyerapan yang lebih baik

Defisiensi Vitamin yang biasa terjadi

- Vitamin A (Beta-Caroten)

- Vitamin B kompleks vitamin B12

- Vitamin C D E K

- Asam Folat

Defisiensi Mineral yang biasa terjadi

- Calcium

- Chromium

- Copper Iodine Iron

- Magnesium Fosfor

- Potassium

- Sodium

- Sulfur

- Zinc

28

25 Antioksidan

Radikal Bebas merupakan senyawa reaktif yang secara alami diproduksi

oleh tubuh manusia Radikal Bebas memberikan efek positif atau efek negatif

Untuk membatasi efek negatif tersebut dibutuhkan kompleks proteksi ndash sistem

antioksidan Sistem ini terdiri dari enzim antioksidan (katalase glutation

peroksidase superoksid dismutase) dan antioksidan non enzimatik ( vitamin E-

tokoferol vitamin A- retinol vitamin C- asam askorbat) Keseimbangan antara

produksi radikal bebas dan pertahanan antioksidan menunjukkan tingkat stress

oksidatif yang mungkin terlibat dalam proses penuaan dan pada beberapa

patologi (misalnya kanker Parkinson) (Winarsi 2007)

Latihan fisik juga meningkatkan stress oksidatif dan menyebabkan

gangguan homeostasis Latihan memberikan efek positif dan efek negatif

tergantung dari beban latihan spesifikasi latihan dan tingkat basal latihan Stress

oksidatif terlibat dalam terjadinya muscular fatigue dan mengarah ke

overtraining

Definisi antioksidan menurut Cadenas adalah suatu senyawa yang apabila

terdapat dalam jumlah yang lebih banyak dibanding senyawa yang teroksidasi

secara signifikan dapat menunda atau mencegah proses oksidasi senyawa tersebut

(Cadenas 2002) Secara kimia antioksidan adalah senyawa pemberi electron

Secara biologis antioksidan adalah senyawa yang mampu menangkal dan

meredam dampak negative oksidan dalam tubuh Antioksidan mendonorkan satu

elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa oksidan tersebut dapat

dihambat (Winarsi 2007)

29

Penting sekali keseimbangan antara oksidan dan antioksidan karena

berfungsi menjaga integritas dan berfungsinya membrane lipid protein sel dan

asam nukleat Senyawa asam lemak tak jenuh penyusun membrane lipid sangat

sensitive terhadap perubahan keseimbangan antara oksidan dan antioksidan

Menurut mekanisme kerjanya antioksidan dikelompokkan atas 3 yaitu

1 Antioksidan primer SOD katalase glutation peroksidase (GSH-Px)

Bekerja pembentukan senyawa radikal bebas yang telah terbentuk menjadi

molekul yang kurang aktifSedangkan antioksidan primer yang dapat

ditambahkan dari luar seperti glutation asam lipoat SOD melatonin

2 Antioksidan sekunder vitamin E vitamin C beta karoten flavonoid asam

urat albumin (Soewoto 2001)

Merupakan antioksidan eksogenous atau non enzimatis (Winarsi 2007)

Bekerja dengan cara memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal bebas

atau dengan cara menangkapnya

3 Antioksidan tertier meliputi system enzim DNA-repair dan metionin

sulfoksida reduktase Berfungsi dalam perbaikan biomolekuler yang rusak

akibat reaktivitas radikal bebas

26 Glutation sebagai antioksidan

Glutation merupakan tripeptida yang terdiri dari asam amino glutamat

sistein dan glisin (Cadenas 2002)Ikatan glutamat ndash sistein merupakan ikatan

isopeptida antara grup γ-karboksil dari glutamat dan grup α amino dari

sisteinIkatan unik ini membuat gluation tahan terhadap degradasi oleh proteases

30

dan peptidases yang berfungsi pada peralihan proteinMerupakan suatu

antioksidan yang mencegah kerusakan komponen seluler oleh reactive oxygen

species seperti radikal bebas dan peroksidGlutation bukan nutrisi esensial karena

disintesa di dalam tubuh dari asam amino L-sistein L-glutamic acid dan glycine

Gambar 21 Struktur GSH dan GSSG

Glutation terdapat pada sebagian besar sel tubuh tetapi terbanyak terdapat

di dalam hati Grup thiol (SH) dari sistein berfungsi sebagai donor proton dan

bertanggungjawab untuk aktifitas biologis glutation Provisi asam amino ini

merupakan faktor yang terbatas dalam sintesis glutation oleh sel karena sistein

relatif jarang pada makanan Apabila dilepaskan sebagai asam amino bebas

sistein adalah toksik dan secara spontan dikatabolisasi di saluran pencernaan dan

plasma darah

Glutation disintesis dalam 2 tahap

1 Gamma-glutamylcysteine disintesa dari L-glutamate dan sistein melalui enzim

gamma-glutamylcysteine sintetase (glutamate cysteine ligase GCL)

31

2 Glisin ditambahkan pada C-terminal dari gamma-glutamylcysteine melalui

enzim glutation sintetase

261 Fungsi Glutation

Glutation terdapat dalam bentuk tereduksi (GSH) dan teroksidasi (GSSG)

Grup thiol dari sistein mampu memberikan donor elektron ke molekul lain yang

tidak stabil seperti Reactive Oxygen Species (ROS) Pada saat mendonorkan

elektronnya glutation menjadi reaktif dan segera bereaksi dengan glutation reaktif

lainnya membentuk glutation disulfide (GSSG)Reaksi mungkin terjadi apabila

terdapat konsentrasi yang cukup tinggi di sel (sampai 5mm di hati) GSH dapat

terbentuk kembali dari GSSG oleh enzim glutation reduktase Pada sel atau

jaringan yang sehat terdapat lebih 90 dari total simpanan glutation terdapat

dalam bentuk tereduksi (GSH) dan kurang dari 10 dalam bentuk disulfide

(GSSG)

GSH ---- GSSG

Eliminasi ROS Menjaga protein thiols Antioxidant

dalam bentuk reduksi pools

Gambar 22 GSH Redox (Cadenas 2002)

GSH Redox merupakan indikator sentral keseimbangan antara stress

oksidatif dan system antioksidan GSH Redox berkaitan dengan detoksifikasi

Reactive Oxygen Species (ROS) berfungsi dalam mempertahankan tersedianya

antioksidan mempertahankan protein thiol dalam bentuk reduksi Rasio

32

GSHGSSG sering dipakai untuk mengekspresikan keseimbangan redox ini

Peningkatan rasio GSH-GSSG merupakan indikasi adanya Stress Oksidatif

(Goldman 2003)

Glutation mempunyai beberapa fungsi (Winarsih 2007)

- Sebagai antioksidan endogen mayor yang diproduksi oleh sel berpartisipasi

langsung pada netralisasi radikal bebas dan senyawa oksigen reaktif

mempertahankan antioksidan eksogen seperti vitamin C dan E pada bentuk

tereduksi (aktif)

- Pengaturan siklus nitric oxide yang sangat penting untuk kehidupan tetapi

dapat menjadi masalah apabila tidak teregulasi Digunakan untuk reaksi

metabolism dan biokimia seperti sintesis dan perbaikan DNA sintesis protein

sintesis prostaglandin transport asam amino dan aktivasi enzim Tiap sistem

di dalam tubuh kita dapat dipengaruhi oleh sistem glutation khususnya sistem

imun sistem saraf sistem gastrointestinal dan paru

Gambar 23 Detoksifikasi Lipid Hydroxyperoxides di usus halus

33

GSH yang ditransportasikan kedalam lumen digunakan untuk detoksifikasi

peroksid yang terbentuk dari makanan oleh glutation peroksidase (GSH Px)

Proses ini membutuhkan peroksid dan glutation yang tersedia di sel epitel GSSG

yang terbentuk direduksi kembali menjadi GSH oleh GSSG reduktase (GSSG

Rx) menggunakan NADPH sebagai reduktan

262 Suplementasi Glutation

Meningkatkan level GSH melalui suplementasi glutation langsung sulit

Penelitian terakhir menyatakan bahwa secara oral tidak diabsorpsi baik melalui

saluran pencernaan Studi mengenai konsumsi oral akut glutation dengan dosis

sangat besar 3 gram Witschi dan tim menemukan lsquoadalah tidak mungkin

meningkatkan glutation yang bermanfaat secara klinis dengan dosis tunggal 3

gram glutationrsquo

Glutation terdapat pada makanan sehari-hari sampai 150mghari dapat

diabsorpsi melalui intak di usus halus Individu sehat dengan asupan sulfur asam

amino (1-2 gramhari) jumlah GSH mungkin tidak cukup untuk mendapatkan

efek penting secara sistemik Individu dengan asupan sulfur asam amino yang

terbatas suplementasi GSH diperlukan untuk mempertahankan suplai GSH

sistemik dengan memperbaiki keseimbangan sulfur asam amino (Cadenas 2002)

Glutation hanya diabsorpsi di sel epitel oral dan traktus gastrointestinal

dan memberikan keuntungan kesehatan spesifik pada jaringan tersebut(Cadenas

2002)

34

SUPLAI HILANG

Makanan suplemen Degradasi

GSH

Empedu LUMINAL Uptake

Epitel Reaksi Detoksifikasi

Gambar 24 Supply dan Removal Glutation dalam lumen usus halus (Cadenas 2002) Glutation (GSH) disuplai ke dalam lumen intestinal melalui konsumsi oral

empedu dan sekresi epitel intestinal Jumlah yang disuplai dari empedu cukup

untuk mempertahankan jumlah 200microM pada tikus tetapi tidak cukup pada

manusia yang mengalami degradasi di duktus kantung empedu Jumlah yang

dikonsumsi melalui makanan bervariasi dan secara umum kurang dari 200 microM

Jumlah yang diberikan melalui epitel hanya sekitar 10 atau kurang

dibandingkan dengan yang disediakan oleh empedu Hilangnya Glutation karena

degradasi oleh γ-glutamyltranspeptidase dan dipeptidases pada permukaan sel

epitel ditransportasikan ke dalam sel oleh mekanisme sodium-dependent dan

sodium-independent konjugasi dengan elektrofil reaktif dikatalisasi oleh

glutathione-S transferase mucus (Cadenas 2002)

Vitamin D meningkatkan level glutation di otak dan tampaknya sebagai

katalis untuk produksi glutation Sejumlah vitamin D aktif di otak berikatan

dengan seberapa besar vitamin D3 baik melalui suplemen atau dibentuk di kulit

melalui paparan matahariHal ini menyatakan bahwa mengkonsumsi vitamin D

35

dan atau mendapat cukup paparan matahari meningkatkan produksi glutation

(Sellman 2009)

Konsentrasi glutation di plasma dan hati dapat ditingkatkan dengan

mengkonsumsi suplemen tertentu yang disebut GSH precursors N-asetilsistein

atau NAC glutation precursor yang paling memungkinkan Suplemen lain S-

adenosilmetionin (SAMe) dan whey protein juga dapat meningkatkan glutation

dalam sel (Sellman 2009)

NAC tersedia dalam bentuk obat dan sebagai suplemen generik Alpha

lipoic acid juga dapat mempertahankan glutation intraselular Melatonin dapat

menstimulasi enzim yang berkaitan glutation peroksidase dan silimarin ekstrak

dari biji tanaman milk thistle (Silybum marianum) juga mempunyai kemampuan

memperbarui level glutation

Glutation diatur dengan ketat di intraseluler dan dibatasi produksinya oleh

feedback negative inhibisi sintesisnya sendiri melalui enzim gamma-

glutamilsistein sintetase sehingga meminimalisir kemungkinan terjadinya

overdosis Penambahan glutation menggunakan precursor atau glutation intravena

adalah strategi untuk mengatasi defisiensi glutation stress oksidatif tinggi

defisiensi imun

Glutation yang rendah menunjukkan adanya pembuangan dan

keseimbangan negatif nitrogen seperti pada kanker AIDS sepsis trauma

terbakar dan bahkan atlet overtraining Suplementasi glutation dapat

memperbaiki proses ini dan contohnya pada AIDS memberi hasil adanya

perbaikan survival rates Bagimanapun studi mengenai kondisi ini belum dapat

36

membedakan glutation rendah sebagai akibat secara akut (pada pasien sepsis) atau

secara kronis (HIV) meningkatkan stress oksidatif dan peningkatan patologi

sebagai akibat defisiensi yang sudah ada sebelumnya

Skizofrenia dan gangguan bipolar berhubungan dengan glutation yang

rendah Stress oksidatif mungkin salah satu faktor dasar patofisiologi gangguan

bipolar gangguan depresif mayor dan skizofrenia Glutation (GSH) adalah

pemakan radikal bebas mayor di otakTidak adanya GSH meningkatkan

kerentanan sel terhadap stress oksidatif ditandai asetilsistein dapat mengurangi

gejala kedua gangguan tersebut

Glutation merubah level stress oksidatif pada sel yang diisolasi di

laboratorium sehingga dapat mengurangi perkembangan kanker Tes ini tidak

dilakukan pada manusia

Glutamat yang berlebihan di sinaps yang dapat dilepaskan pada kondisi

seperti cedera otak dapat menghambat pengambilan sistein senyawa pembentuk

glutation yang pentingTanpa proteksi dari cedera oksidatif oleh glutation sel-sel

dapat rusak atau mati (Sellman 2009)

Glutation juga mempunyai fungsi lain sebagai berikut (Sellman 2009)

Mencerahkan kulit

Mencegah menghilangkan jerawat dan bekas jerawat

Menghilangkan noda hitam

Anti aging dan anti kerut

Memberi nutrisi kulit

Membantu pemulihan luka

37

Membuat kulit menjadi halus segar dan bersinar

Kondisi kesehatan yang berhubungan dengan defisiensi glutation

Peningkatan proses penuaan

Kesulitan dalam keseimbangan

Gangguan mental

Masalah koordinasi

Gangguan sistem saraf

Akhir-akhir ini dipercaya sebagai penyebab lesi otak

Kanker HIV Katarak Diabetes Mellitus

Jumlah sperma yang rendah

263 Glutation Precursor (Sellman 2009)

Glutation Precursor disebut juga sebagai building-block dari glutation

yaitu N-asetilsistein atau NAC dan whey protein tidak terdenaturasi

Nasetilsistein adalah obat farmasi yang biasa digunakan bertahun-tahun untuk

mengobati overdose asetaminofen Hal ini sangat efektif ketika diberikan dalam

dosis besar di ruang darurat ketika seseorang akan mengalami gagal hati karena

overdosis asetaminofen komposisi aktif dari Tylenol

Efek sampingnya adalah bercak-bercak kemerahan bersin mual

anafilaksis reaksi alergi yang berupa kesulitan bernafas karena bronkospasme

tekanan darah menurun angioedema muntah kram diare Walaupun jarang

kematian pernah dilaporkan karena N-asetilsistein Beberapa orang mendapatkan

rasa dan bau yang tidak dapat diterima karena kandungan sulfur di dalamnya

38

Pengggunaan teratur untuk menaikkan kadar glutation tidak direkomendasikan

untuk anak-anak dan bayi Masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk

menentukan keamanan N-asetilsistein untuk penggunaan jangka panjang

Whey protein tidak terdenaturasi merupakan nutraceutical atau medicinal

foodSenyawa ini memberikan ikatan sistein ke sel-sel di mana glutation dapat

terbentuk di tempat tersebut

Beberapa kondisi yang tidak dapat mengkonsumsi whey protein

- Pasien dengan alergi protein susu

- Pasien dengan diet rendah protein

- Pasien yang sedang menjalani terapi imunosupresif

Efek sampingnya adalah kembung perut kram urtikaria Efek samping

karena overdosis tidak terjadi karena sel hanya membuat sebatas yang dibutuhkan

apabila berlebih kelebihan disimpan di hati dan ginjal sampai suatu saat kalau

dibutuhkan

264 Sumber Glutation dari makanan

Sumber glutation dari makanan yang disarankan adalah asparagus bayam

brokoli bawang putih kale bawang watercress kol Brussel sprout beberapa

bumbu seperti kunyit kayu manis semangka alpukat anggur peach jeruk

walnut granola daging kalkun dan daging ayam keju cottage dan yoghurt

39

Tabel 21 Makanan yang mengandung Glutation (Cadenas2002)

GSH Food Group mg100 g mgsaji Buah segar Apel 33 46 Pisang 41 48 Anggur 79 146 Jeruk 73 106 Semangka 66 283 Sayuran segar Asparagus dimasak 283 263 Alpukat 277 313 Brokoli dimasak 91 78 Wortel mentah 79 59 Tomat 90 109 Daging Hamburger 175 149 Ham rebus 233 13 Ayam digoreng 131 134 Sereal biji-bijian Cornflakes 00 00 Roti whole wheat 12 06 Roti putih 00 00 Nasi putih enriched dimasak 16 21 Produk Susu Susu whole 00 00 Keju Amerika 00 00 Yoghurt plain lowfat 00 00 Es krim 10 lemak 00 00

40

BAB III

KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

31 Kerangka Berpikir

Faktor penyebab penuaan antara lain faktor internal dan faktoreksternal

Faktor internal meliputi radikal bebas glikosilasi metilasi hormon yang

berkurang apoptosis system kekebalan tubuh yang menurun genetik Faktor

eksternal meliputi gaya hidup tidak sehat polusi lingkungan stress kemiskinan

kebiasaan yang salah olahraga berlebihan (overtraining) Berbagai faktor di atas

menyebabkan terjadinya penurunan fungsi tubuh dan terjadilah penuaan

Kerangka konsep penelitian berdasarkan teori bahwa salah satu penyebab

penuaan adalah radikal bebas Bila jumlah radikal bebas melebihi jumlah

antioksidan di dalam tubuh terjadilah stress oksidatif Radikal bebas dapat

merusak membran sel protein DNA dan berakibat fatal bagi kelangsungan hidup

sel jaringan Stress oksidatif yang berlangsung lama akan mengakibatkan

terjadinya penumpukan hasil kerusakan oksidatif di dalam sel dan jaringan

selanjutnya sel dan jaringan tersebut akan kehilangan fungsinya dan akhirnya

mati

Olahraga berlebih meningkatkan stress oksidatif karena terdapat

peningkatan konsumsi O2 oleh aktivitas otot skeletal Oksigen juga dapat bersifat

toksik yang dapat memicu peningkatan Reactive Oxygen Species (ROS)Organ

yang tidak mendapat cukup oksigen dan nutrisi menjadi iskemik dan terjadi

kerusakan mikrovaskular (Reperfusion Injury) memicu peningkatan radikal

40

41

bebas Dengan pemberian antioksidan Glutation yang merupakan antioksidan

master diharapkan dapat mencegah kerusakan lebih lanjut yang diakibatkan oleh

radikal bebas dengan cara melindungi sel dari Reactive Oxygen Species (ROS)

dan dapat dilihat melalui parameter MDA yang mengalami penurunan

32 Konsep Penelitian

Konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Gambar 31 Konsep Kadar MDA pada tikus yang diberikan Pelatihan Fisik Berlebih+ Placebo dan Pelatihan Fisik Berlebih + Glutation

FAKTOR INTERNAL

- Jenis Kelamin

- Usia

- Genetik

- Hormon

- Psikologis

FAKTOR EKSTERNAL

- Makanan

- Cuaca iklim

- Penyakit

- Exercise

GLUTATION

TIKUS

KADAR MDA

42

33 Hipotesis

Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan kadar MDA

tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

43

BAB IV

METODE PENELITIAN

41 Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksterimental dengan rancangan

randomized pre test-post test control group design (Poccock et al 2008)

Subyek terdiri dari 2 kelompok yaitu

1 Kelompok 1 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+ Placebo

2 Kelompok 2 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation

Semua kelompok sebelum perlakuan diberikan pre test (O1 O3) dan

dihitung rerata untuk masing-masing kelompok

Setelah perlakuan semua kelompok diberikan post test (O2 O4) dan

dihitung rerata untuk masing-masing kelompok

Kemudian dihitung perbedaan rerata antara pre test dan post test dari

masing-masing kelompok lalu hasil perbedaan tersebut dibandingkan secara

statistik

Gambar 41 Rancangan Penelitian

P S

43

R R

O1 P1 O2

O3 P2 O4

44

Keterangan

P = populasi

S = sampel

R = random

O1 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah mendapatkan

pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan placebo (pre test)

O2 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah diberikan pelatihan

fisik berlebih setelah diberikan placebo (post test)

O3 = observasi data MDA kelompok perlakuan setelah diberikan

pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan Glutation (pre test)

O4 = observasi data MDA kelompok perlakuan diberikan pelatihan fisik

berlebih setelah diberikan Glutation (post test)

P1 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih+ placebo

P2 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation

42 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran

Universitas Udayana pada bulan Januari ndash Maret 2012 Pemeriksaan MDA darah

tikus dikerjakan di bagian Program Antar Unit Universitas Gajah Mada

Jogyakarta

45

43 Populasi dan Sampel

431 Populasi

Subyek penelitian adalah tikus jantan dewasa galur Wistar yang berusia 2-

25 bulan dan dalam kondisi fisik sehat

432 Kriteria Sampel

4321 Kriteria Inklusi

Kriteria Inklusi yang ditetapkan sebagai sampel adalah sebagai berikut

a Tikus jantan dewasa galur Wistar

b Umur 2-25 bulan

c Berat badan plusmn200 gram

d Sehat

e MDA ge 5mmollt

4322 Kriteria Drop Out

Adalah sampel yang mati pada waktu penelitian

433 Besar Sampel

Besar sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini dihitung berdasarkan

rumus Poccock (2008)

Angka μ1 (5) dan μ2 (12) didapatkan dari penelitian sebelumnya (Ji 1998)

n=

46

= asymp 7

Keterangan

n = jumlah sampel

σ = standar deviasi kelompok perlakuan dengan pemberian

glutation (15)

f ( ) = besarnya didapat dari tabel (Poccock 2008)

μ1 = rerata hasil MDA pada kelompok perlakuan sesudah

pemberian glutatioacuten (5)

μ2 = rerata hasil MDA pada kelompok pre test (12)

Jadi jumlah sampel (n) = 675 dan ditambah 3 ekor tikus untuk masing-

masing kelompok sebagai cadangan Jadi total 20 ekor tikus dengan 10

ekor tikus untuk masing-masing kelompok

434 Teknik Pengambilan Sampel

Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat

sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi diambil secara acak

sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi

2 kelompok yaitu kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+placebo kelompok

dengan pelatihan fisik berlebih + glutation

47

44 Variabel Penelitian

441 Klasifikasi Variabel

Variabel penelitian dibedakan menjadi

1 Variabel Bebas dosis pemberian glutation

2 Variabel Tergantung kadar MDA

3 Variabel Terkendali varian tikus jantan (galur wistar) jenis

kelamin umur berat badan lingkungan

(pencahayaan suhu kelembaban nutrisi

kandang)

Gambar 42 Bagan Hubungan Antar Variabel

VARIABEL BEBAS

- Pelatihan fisik berlebih

- Glutation 37mg kgBBhari

VARIABEL TERGANTUNG

KADAR MDA

VARIABEL TERKENDALI

Varian tikus

Jenis kelamin umur berat badan

Pencahayaan suhu kelembaban nutrisi kandang

Makanan minuman

48

442 Definisi Operasional Variabel

1 Pelatihan fisik berlebih pada tikus adalah pelatihan yang berlebihan

yang diukur berdasarkan kemampuan maksimal berenang tikus pada

ember berdiameter 35 cm dengan kedalaman air 20 cm yang

dilakukan 60 menithari selama 35 hari pada waktu yang sama pada

suhu 32 derajat (Binekada 2002 dan Pepe2011)

2 Glutation yang diberikan adalah Glutation Teofarma injeksi sediaan

600mg 4 ml Dosis pemberian Glutation adalah pemberian sediaan

antioksidan Glutation dalam bentuk suntikan intraperitoneal yang

diberikan 1x sehari dan diberikan 6 jam sebelum pelatihan fisik

berlebih Dosis pemberian Glutation mengacu pada penelitian yang

dilakukan sebelumnya oleh Ji L L yaitu 37mgkgBBhari yang

dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril secara intraperitonial

3 MDA merupakan salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada

membran sel dan merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan

oleh radikal bebas Pengukuran kadar MDA menggunakan metode

Thiobarbituraic Acid Reactive Substances (TBARS) Pembacaan hasil

dengan menggunakan spektrofotometer Satuan MDA dalam mmoll

4 Cahaya suhu dan kelembaban merupakan kondisi lingkungan yang

dialami tikus jantan dewasa Pada penelitian ini kondisi lingkungan

selama percobaan dibuat sama

5 Berat badan tikus adalah berat badan yang ditimbang dengan

timbangan gram

49

6 Umur tikus adalah umur yang ditentukan dengan melihat tanggal

kelahiran yang dicatat pada kandang percobaan

7 Kondisi peneliti yang meliputi kesehatan fisik dan psikis peneliti

Penelitian dilaksanakan saat kondisi peneliti dalam keadaan baik

sehingga pengaruhnya terhadap hasil penelitian dapat diabaikan

45 Bahan dan Alat Penelitian

451 Bahan Penelitian

Glutation injeksi

Tikus jantan

Makanan tikus berupa pellet dan air minum dari air ledeng

Aquades steril

EDTA (Ethylenediamine tetraacetic acid)

Reagensia untuk pengukuran kadar MDA

452 Alat Penelitian

Alat yang dipakai dalam pengambilan data penelitian ini adalah

- Kandang tikus terbuat dari besi yang di dalamnya terdapat sekam dan

botol minuman

- Ember berdiameter 35 cm dan kedalaman air 20 cm

- Stopwatch

- Timbangan

- Spuit injeksi 1 ml

50

- Sarung tangan

- Kapas dan alkohol 70

- Tabung Evendorf

- Mikropipet

- Pipet kapiler

- Sentrifugasi

46 Prosedur Penelitian

1 Tikus jantan dewasa (Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan

berat badan plusmn200gram dilakukan aklimatisasi selama 2 minggu di

tempat penelitian untuk penyesuaian dengan lingkungan

2 Semua sampel tikus diberi perlakuan yang sama yaitu diberikan

pelatihan fisik berlebih dengan cara berenang sampai kelelahan pada

hari ke 7 kedua kelompok tersebut dilakukan pemeriksaan MDA

3 Mulai hari ke 8 ndash 35 sampel tikus yang berjumlah 20 ekor dibagi atas 2

kelompok di mana kelompok 1(kontrol) diberikan pelatihan fisik

berlebih + injeksi aquabidest intraperitoneal enam jam sebelum

perlakuan aktifitas berlebih kelompok ke 2 (perlakuan) diberikan

pelatihan fisik berlebih + injeksi intraperitoneal glutation 37

mgkgBBhari yang sudah dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril

4 Pada hari ke 35 dilakukan pemeriksaan kadar MDA pada masing-

masing tikus setelah bulu tikus kering

51

5 Selama penelitian hewan coba diberikan makanan dan minuman secara

teratur kebersihan dan kenyamanan kandang dijaga

461 Alur Penelitian

TIKUS ADAPTASI 2 MINGGU

PELATIHAN FISIK BERLEBIH 1 MINGGU

MDA

KELOMPOK 1 KELOMPOK 2

PELATIHAN FISIK BERLEBIH PELATIHAN FISIK BERLEBIH

+ AQUABIDEST (28 hari) +GLUTATION 37mgkgBBhari

28 HARI 28 HARI

MDA

Gambar 43 Bagan Alur Penelitian

462 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium

Pemantauan keselamatan tikus jantan (galur Wistar) di laboratorium

(Smith et al1988 Ngatidjan 2006) adalah sebagai berikut

1 Kandang tikus jantan harus cukup kuat tidak mudah rusak teratur dibersihkan

(1x seminggu) mudah dipasang kembali hewan tidak mudah lepas tahan

52

gigitan hewan kelihatan jelas dari luar Alas tempat tidur terbuat dari serbuk

gergaji atau sekam padi agar mudah menyerap air

2 Luas lantai yang memadai untuk tikus jantan dengan berat badan plusmn200 gram

adalah 60cm persegi dan tinggi 20 cm

3 Diciptakan suasana lingkungan yang stabil dan sesuai keperluan fisiologi tikus

jantan di mana kelembaban suhu pertukaran udara yang ekstrim harus

dihindari

4 Hewan coba hendaknya diperlakukan dengan kasih sayang

47 Pengolahan dan Analisis Data

Analisis data yang digunakan adalah

1 Analisis Deskriptif

2 Uji normalitas data dilakukan dengan tes Shapiro-Wilk Distribusi data

normal dengan nilai pgt005

3 Uji homogenitas dilakukan dengan Lavenersquos Test Data dinyatakan

homogen dengan nilai pgt005

4 Karena data berdistribusi normal dan homogen maka untuk uji

komparabilitas dipakai

- Uji t independent untuk membandingkan rerata kadar MDA antar

kelompok

- Uji Paired T- Test untuk membandingkan rerata kadar MDA pre

dan post masing-masing kelompok

- Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau

dinyatakan berbeda bila plt005

53

BAB V

HASIL PENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 20 ekor tikus jantan dewasa

(Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan berat badan plusmn200 gram sebagai

sampelyang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah 10 ekor

yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dankelompok

perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) Dalam penyajian hasil ini diuraikan

uji normalitas data uji homogenitas data uji komparabilitas dan uji efek

perlakuan

51 Uji Normalitas Data

Data Kadar MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan

pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji

Shapiro-Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005)

disajikan pada Tabel 51

53

54

Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing Kelompok Sebelum

dan Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Perlakuan n p Keterangan

Kadar MDA kontrol pre

Kadar MDA perlakuan pre

Kadar MDA kontrol post

Kadar MDA perlakuan post

10

10

10

10

0965

0550

0975

0697

Normal

Normal

Normal

Normal

52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok

Data Kadar MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun

sesudah perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test

Hasilnya menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52

Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA Sebelum dan

Sesudah Perlakuan

Variabel F p Keterangan

Kadar MDA pre

Kadar MDA post

0016

0592

0901

0452

Homogen

Homogen

53 Kadar MDA

531 Uji komparabilitas

Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata kadar MDA

antar kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan

55

glutation Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada

Tabel 53 berikut

Tabel 53

Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata

Kadar MDA

SB T P

Aktivitas berlebih dan

placebo

Aktivitas berlebihdan

glutathion

10

10

518

529

028

029

089 0386

Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok

kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 518028mmoll dan rerata

kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 529029mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 089 dan nilai

p = 0386 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan

berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya tidak berbeda secara

bermakna (p gt 005)

532 Analisis efek perlakuan

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kadar MDA antar

kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation

56

Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54

berikut

Tabel 54 Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata

Kadar MDA

SB T P

Aktivitas berlebih dan

placebo

Aktivitas berlebihdan

glutathion

10

10

778

444

023

017

3672 0001

Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok

kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata

kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 444017mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 3672 dan nilai

p = 0001 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan

berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya berbeda secara

bermakna (p lt 005)

57

Gambar 51 Perbedaan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

533 Analisis Komparasi Sebelum dengan Sesudah Perlakuan

Analisis komparasi diuji berdasarkan rerata kadar MDA antara sebelum

dengan sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation Hasil

analisis kemaknaan dengan uji t-paired disajikan pada Tabel 55 berikut

Tabel 55 Analisis KomparasiKadar MDA antara Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Kelompok Beda Rerata

pre ndash post p Keterangan

Aktivitas berlebih dan placebo

Aktivitas berlebih dan

glutathion

260

085

0001

0001

Meningkat

Menurun

58

Berdasarkan uji t-paired didapatkan bahwa ada penurunan kadar MDA

pada kelompok perlakuan secara bermakna sebesar 085mmoll sedangkan pada

kelompok kontrol mengalami peningkatan secara bermakna sebesar 260mmoll

59

BAB VI

PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian

Untuk menguji efek pemberian glutation terhadap penurunan kadar MDA

maka dilakukan penelitian terhadap 20 ekor tikus jantan dewasa (Galur Wistar)

sebagai sampel yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah

10 ekor yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dan

kelompok perlakuan (pelatihan fisik berlebih dan glutation)

62 Efek Pelatihan Fisik Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA

Hasil penelitian dan analisis data terhadap kadar MDA darah pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji

normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan homogenitas (Levenersquos test) pre-test dan post-

test masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)

Uji perbandingan 1 minggu pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan

injeksi antara kedua kelompok menggunakan uji t-independent Rerata kadar

MDA kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) adalah

518028mmoll dan rerata kelompok pelatihan fisik berlebih dan glutation

adalah 529029mmoll Analisis kemaknaan dengan uji t-independent

menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna kadar MDA darah antara

kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa

kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan injeksi rerata kadar MDAnya tidak

59

60

berbeda secara bermakna

Uji perbandingan setelah pemberian placebo dan glutation antara kedua

kelompok menggunakan t-independent Rerata kadar MDA kelompok kontrol

(aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata kelompok

perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) adalah 444017mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent antara kedua kelompok sesudah diberikan

placebo dan glutation menunjukkan perbedaan kadar MDA secara bermakna

(plt005) Hal ini berarti bahwa kelompok yang diberikan perlakuan berupa

placebo dan glutation 6 jam sebelum diberikan pelatihan fisik berlebih dengan

cara merenangkan selama 60 menit hari selama 35 hari rerata kadar MDA

berbeda secara bermakna Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh

untuk melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam

organ dan pembuluh darah (Giriwijoyo 2004)

Peningkatan kadar MDA sesudah diberikan pelatihan fisik berlebih pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan disebabkan karena pelatihan fisik

berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena terjadi peningkatan konsumsi

oksigen oleh aktifitas otot skeletal Stress oksidatif memicu peningkatan senyawa

oksigen reaktif Pada pelatihan fisik berlebih juga terjadi Reperfusion Injury yang

memicu terjadinya kerusakan jaringan dan peningkatan radikal bebas (Adiputra

2008) Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara menarik elektronnya

sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan sampai kematian sel

(Suryohudoyo 2000)

Pada penelitian ini didapatkan bahwa sesudah diberikan pelatihan fisik

61

berlebih dan placebo terjadi peningkatan kadar MDA sebesar 5024 Kadar

MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel (Winarsi

2007) Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pepe

(2011) bahwa pelatihan fisik berlebih meningkatkan kadar MDA Lebih lanjut

Murray et al (2000) juga menyatakan bahwa pelatihan fisik berlebih merangsang

respon biomarker stres oksidatif Sedangkan pada kelompok perlakuan yang

diberikan aktifitas berlebih dan glutation terjadi penurunan kadar MDA sebesar

1607 Terjadinya penurunan kadar MDA pada kelompok yang diberikan

glutation 6 jam sebelum melakukan pelatihan fisik berlebih disebabkan karena

pemberian antioksidan meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan

cara mendonorkan elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa

oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsi 2007) Glutation merupakan antioksidan

endogen yaitu antioksidan yang dapat disintesa dalam tubuh dari asam amino L-

sistein L-glutamat dan glisin (Cadenas 2002) yang juga sebagai master

antioksidan yaitu antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain

Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan

Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik (Hersh 2004) Glutation

merupakan salah satu antioksidan yang tidak dapat menjadi pro oksidan (Cadenas

2002) Normalnya sekali suatu antioksidan memakan radikal bebas antioksidan

ini menjadi teroksidasi sendiri dan menyerang sel yang sehat yang disebut

sebagai pro oksidan Glutation dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang

teroksidasi tersebut menjadi bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali

dalam memakan radikal bebas (Sellman 2009) Sehingga dengan demikian

62

glutation dapat membantu dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Urso

(2003) bahwa suplementasi antioksidan dapat mengatasi kondisi stress oksidatif

yang terjadi pelatihan fisik berlebih

Uji perbandingan antara data MDA pre dan post masing-masing kelompok

digunakan uji t-paired test Berdasarkan uji ini didapatkan hasil pada kelompok

perlakuan terjadi penurunan kadar MDA secara bermakna sebesar 085 mmollt

sedangkan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan kadar MDA secara

bermakna sebesar 260mmollt Terjadi penurunan kadar MDA pada kelompok

perlakuan menunjukkan pemberian antioksidan Glutation intraperitoneal dosis

37mgkgBBhari dapat mengatasi kondisi stress oksidatif yang terjadi pada

pelatihan fisik berlebih Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh

Urso (2003)

63

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

71 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan sebagai

berikut Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA

tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

72 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah

1 Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja glutation

yang lebih detail

2 Memperhatikan takaran latihan supaya tidak berlebihan yang justru akan

meningkatkan kerusakan sel

3 Perlu dilakukan uji klinis pada manusia

63

64

DAFTAR PUSTAKA

Adiputra N 2008Kesehatan Olah Raga Available from httpwwwbalihesgorgindexphpoption=com Accessed 2011 Oct 5th

Anonim 2011 Glutathione Available at

httpenwikipediaorgwikiGlutathione Accessed 2011 Oct 5th Anonim 2011 Overtraining Available at

httpwwwmarksdailyapplecomovertraining Accessed 2011 Oct5th

Asikin N 2001Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan InKursus Penyegaran dan Pelatihan Radikal bebas dan Antioksidan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta Fakultas Kedokteran UI

Bagiada NA 2001 Proses Penuaan dan Penanggulangannya Denpasar

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hal 22 Banerjee AK Mandal A Chanda D Chahraboti S 2003 Oxidant

Antioxidant and Physical ExerciseAvailable from httpwwwncbinlmnihgovpubmed14619981 accesed 2011 Sept 2nd

Binekada MC 2002 ldquoPelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Konsentrasi dan

Motilitas Spermatozoa Mencitrdquo(tesis) Denpasar Universitas Udayana

Cadenas E Jones PD 2002Bioavailability of Glutathione In Cadenas E

Packer L editorsHandbook of Antioxidants2nd Ed New York Marcel DekkerInc p549-564

Catala A 2006Lipid PeroxidationInt J Biochem Cell Biol 38 1482-1495 Dalle-DonneI Rossi R ColomboR Giustarini D Milzani

A2006Biomarkers of Oxidative Damage in Human Disease Available from httpwwwredorbitcomnewsscience473334biomarkersof oxidative damage in human diseaseindexhtmlaccessed2011 Sept 5th

Fouad T 2007 Free radicals Types Sources and Damaging Reaction

Relations Available from

64

65

wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th

Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th

Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112

Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors

ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their

Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69

Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan

Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th

Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz

R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155

Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester

Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th

Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala

T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200

Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and

Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders

66

Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana

LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia

Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647

Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from

httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit

Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK

Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620

Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji

Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah

Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009

Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan

Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132

Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde

Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521

Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley

Medical Publicationsp 123-141

Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI

Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable

from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer

67

Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole

Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam

Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI

Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam

Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya

Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan

Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47

Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant

Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th

Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan

Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105

68

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965

Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975

Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753

Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

69

Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan

Group Statistics

Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887

Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215

Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260

Perlakuan 10 42500 23348 07383

Independent Samples Test

Levenes Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df

Sig (2-

tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence Interval of the

Difference Lower Upper

Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428

Equal variances not assumed

-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429

Post1

Equal variances assumed 592 452 367

22 18 000 333700 09087 314608 352792

Equal variances not assumed

36722 16855 000 333700 09087 314515 352885

Post2

Equal variances assumed 906 354 264

19 18 000 239500 09066 220454 258546

Equal variances not assumed

26419 16265 000 239500 09066 220307 258693

70

Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis

(Laurence amp Bacharach 1964)

2g mencit 20g tikus 400g marmot

l5Kg kelinci

20Kg kucing

40Kg kera

120Kg anjing

70Kg manusia

20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879

200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560

400 g marmot

008 057 10 225 24 52 102 315

l5Kg kelinci

004 025 044 10 106 24 45 142

20Kg kucing

003 023 042 092 10 22 41 130

40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61

120Kg anjing

0008 006 010 0022 024 052 10 31

70Kg manusia

00026 0018 0031 007 0013 016 032 10

71

Lampiran 4

Foto Penelitian

Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)

72

Lampiran 5

Data Hasil Penelitian

Kelompok Kontrol

Pre test Post test Pre test Post Test

752 647 769 694

779 670 773 664

745 660 803 653

769 643 817 677

783 653

786 684

Kelompok Perlakuan

Pre Test Post test

412 391

436 412

442 425

425 401

453 436

466 442

432 405

456 432

470 453

476 463

Page 9: PEMBERIAN INJEKSI GLUTATION INTRAPERITONEAL

viii

viii

ABSTRAK

PEMBERIAN INJEKSI GLUTATION INTRAPERITONEAL MENURUNKAN KADAR MDA PADA TIKUS WISTAR DENGAN

PELATIHAN FISIK BERLEBIH

Menurut Kedokteran Anti Penuaan penuaan dapat diperlakukan seperti suatu penyakit sehingga prosesnya dapat kita atasi bahkan dapat kita lsquoreversersquo atau dirsquokembalikanrsquokan menjadi seperti kondisi saat lsquomudarsquoSetiap saat kita melakukan suatu aktifitas terjadi proses oksidasi di dalam tubuh kitadi mana 2-5 dari oksigen yang kita hirup tereduksi menjadi radikal bebas Hal ini merupakan suatu kondisi fisiologis Produksi tersebut meningkat dalam kondisi seperti terpapar sinar ultraviolet polusi merokok konsumsi alkohol berlebihan stress menyebabkan kerusakan sel terjadi penuaan dini Pelatihan Fisik berlebih menyebabkan radikal bebas meningkat kondisi ini membutuhkan antioksidan yang mampu untuk mengatasi radikal bebas sehingga kerusakan lebih lanjut dapat dicegah Tujuan penelitian untuk mengetahui efektivitas Glutation dalam mengatasi peningkatan radikal bebas yang diakibatkan oleh pelatihan fisik berlebih yang dapat diketahui dari menurunnya kadar MDA Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan pre test-post test control group design yang dilakukan di Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana pada bulan Januari- Maret 2012 Penelitian ini menggunakan sampel 20 ekor tikus putih yang dibagi menjadi 2 kelompokKelompok 1 adalah kelompok kontrol yang diberikan pelatihan fisik berlebih (berenang) dan diberikan suntikan intraperitoneal aquabidesKelompok 2 adalah kelompok perlakuan yang diberikan pelatihan fisik berlebih dan suntikan intraperitoneal Glutation dengan dosis 37mgkg BB hariKedua kelompok diberikan pelatihan fisik berlebih selama 35 hari di mana pelatihan fisik ini dibagi atas 2 yaitu 7 hari pertama hanya diberikan pelatihan fisik berlebih saja 28 hari berikutnya diberikan pelatihan fisik berlebih + perlakuan berupa pemberian injeksi Glutation placebo Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kelompok kontrol terdapat peningkatan kadar MDA dari 518plusmn028mmollt menjadi 552plusmn029mmollt sedangkan pada kelompok perlakuan kadar MDA menurun dari 778plusmn023 mmollt menjadi 444plusmn017 mmollt Berdasarkan uji statistik yang dilakukan terdapat penurunan MDA secara bermakna pada kelompok perlakuan (plt005) Penelitian ini menyimpulkan bahwa pemberian suntikan Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang diberikan pelatihan fisik berlebih Disarankan untuk melakukan penelitian in vivo lanjutan pada beberapa jenis hewan percobaan dan pada manusia

Kata kunci glutation kadar MDA pelatihan fisik berlebih tikus

ix

ix

ABSTRACT

INTRAPERITONEAL ADMINISTRATION OF GLUTATHIONE INJECTION DECREASE MDA LEVEL ON

OVERTRAINING RAT

According to Anti-Aging Medicine aging can be treated as a diseaseageing process can be overcome so that we can even reverse Every time we do an activity a process of oxidation occurs in our bodies 2-5 of the oxygen we consumed is reduced to free radicals This is a physiological condition This production is increased in conditions such ultraviolet rays exposure pollution smoking excessive alcohol consumption stress causing cells damage occurs premature aging Overtraining causes an excess of free radicals this condition requires an antioxidant that is able to overcome free radicals so further damage can be prevented The aim of this study was to determine the effectiveness of Glutathione in dealing with excess free radicals caused by excessive physical training which can be determined from the decreasing levels of MDA

This study was an experimental study with Pre test-Post test control group design conducted at the Department of Pharmacology Faculty of Medicine University of Udayana in January-March 2012 This study used 20 albino rats randomly divided into two groups Group 1 control group was given physical overtraining (swimming) and aquabidest intraperitoneal injections Group 2 was given physical overtraining and Glutathione intraperitoneal injection at a dose of 37mgbwday Both groups were given overtraining for 35 days in which overtraining is divided into two the first 7 days are given only overtraining course the next 28 days are given overtraining + Glutathione injection placebo The results showed that in the control group there were elevated levels of MDA of 518 plusmn 028 mmol l to 552plusmn 029 mmoll while in the treated group there were decreased levels of MDA of 778 plusmn 023 mmol l to 444 plusmn 017 mmoll Based on statistical tests there is a significant decrease in in the treated group (plt005)

This study concluded that administration of intraperitoneal Glutathione injections decreasing levels of MDA in mice given physical overtraining It is recommended to conduct further studies in vivo in several species of experimental animals and in humans Key words Glutathione MDA level physical overtraining rat

x

x

DAFTAR ISI

Sampul Dalam i

Pemberian Gelar ii

Lembar Pengesahan iii

Penetapan Panitia Penguji iv

Ucapan Terima Kasih v

Abstrak viii

Abstract ix

DAFTAR ISI x

DAFTAR TABEL helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip xiv

DAFTAR GAMBARhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip xv

DAFTAR LAMPIRAN helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip xvi

DAFTAR SINGKATAN xvii

BAB I PENDAHULUAN

11 Latar Belakang 1

12 Rumusan Masalah 6

13 Tujuan Penelitian 6

14 ManfaatPenelitian 7

141 Manfaat Keilmuan 7

142 Manfaat Praktis 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA

21 Penuaan 8

xi

xi

211 Teori Wear and Tear 9

212 Teori Radikal Bebas 9

213 Teori Kontrol Genetika 11

214 Teori Neuroendokrin 11

22 Radikal Bebas 12

221 Definisi Radikal Bebas 12

222 Sifat- sifat Radikal Bebas 12

223 Peranan Radikal Bebas Dalam Proses Penuaan 15

23 Stress Oksidatif 15

231 Keadaan Yang Menyebabkan Stress Oksidatif 15

24 Pelatihan Fisik 16

241 Olahraga 16

242 Pelatihan Fisik Berlebih 21

25 Antioksidan 28

26 Glutation sebagai Antioksidan 29

261 Fungsi Glutation 31

262 Suplementasi Glutation 33

263 Glutation Precursor 37

264 Sumber Glutation dari makanan 38

BAB III KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

31 Kerangka Berpikir 40

32 Konsep Penelitian 41

33 Hipotesis Penelitian 42

xii

xii

BAB IV METODE PENELITIAN

41 Rancangan Penelitian 43

42 Tempat dan Waktu Penelitian 44

43 Populasi Sampel 44

431 Populasi 44

432 Kriteria Sampel 45

4321 Kriteria Inklusi 45

4322 Kriteria Drop Out 45

433 Besar Sampel 45

434 Teknik Pengambilan Sampel 46

44 Variabel Penelitian 47

441 Klasifikasi Variabel 4

442 Definisi Operasional Variabel 48

45 Bahan dan Alat Penelitian 49

451 Bahan Penelitian 49

452 Alat Penelitian 49

46 Prosedur Penelitian 50

461 Alur Penelitian 51

462 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium 51

47 Pengolahan dan Analisis Data 52

BAB V HASIL PENELITIAN

51 Uji Normalitas Data 53

52 Uji Homogenitas Antar Kelompok 54

xiii

xiii

53 Kadar MDA 54

531 Uji Komparabilitas 54

532 Analisa Efek Perlakuan 55

533 Analisa Komparasi Sebelum dan Sesudah Perlakuan 57

BAB VI PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian 59

62 Efek Aktifitas Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA 59

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

71 Kesimpulan 63

72 Saran 63

DAFTAR PUSTAKA 64

LAMPIRAN 68

xiv

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 21 Makanan yang mengandung Glutation 39

Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing

Kelompok Sebelum dan Sesudah Perlakuan 54

Tabel 52 Hasil uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA

Sebelum dan Sesudah Perlakuan 54

Tabel 53 Hasil Rerata Kadar MDA antar Kelompok Sebelum

Diberikan Perlakuan 55

Tabel 54 Hasil Rerata Kadar MDA antar Kelompok Sesudah

Diberikan Perlakuan 56

Tabel 55 Analisis Komparasi Kadar MDA antara Sebelum dan

Sesudah Perlakuan helliphelliphelliphellip 57

xv

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 21 Struktur GSH dan GSSG 30

Gambar 22 GSH Redox 31

Gambar 23 Detoksifikasi Lipid Hydoxyperoxides di usus halus 32

Gambar 24 Supply dan Removal Glutation 34

Gambar 31 Kerangka Konsep Kadar MDA pada Tikus yang

diberikan Pelatihan Fisik Berlebih+Placebo dan Pelatihan

Fisik Berlebih+Glutation 41

Gambar 41 Rancangan Penelitian 42

Gambar 42 Bagan Hubungan antar Variabel 47

Gambar 43 Bagan Alur Penelitian 51

Gambar 51 Perubahan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah

Diberikan Perlakuan 57

xvi

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Uji Normalitas Data 68

Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antar Kelompok Kontrol

dan Perlakuan 69

Lampiran 3 Perbandingan Luas Permukaan Tubuh Hewan Percobaan

untuk Konversi Dosis 70

Lampiran 4 Foto Penelitian 71

Foto Glutation (Tationil Teofarma) 71

Lampiran 5 Data Hasil Penelitian 72

xvii

xvii

DAFTAR SINGKATAN

CoQ10 Coenzym Q10

DNA Deoxyribonucleic Acid

GSH Px Glutation Peroksidase

GSH Glutation

GSSG Rx Glutation Reduktase

GSSG Glutation Disulfide

MDA Malondialdehyde

NADH Nicotinamide Adenine Dinucleotide

NADPH Nicotinamide Adenine Dinucleotide Phosphate

O2 Oksigen

RNA Ribonucleic Acid

ROS Reactive Oxygen Species

SOD Super Oxide Dismutase

TBARS Thiobarbituric Acid Reactive Substances

1

BAB I

PENDAHULUAN

11 LATAR BELAKANG

Proses penuaan menurut Kedokteran Anti Penuaan dapat diperlakukan

seperti suatu penyakit dalam arti proses ini dapat diatasi dapat dirsquoreversersquo atau

dirsquokembalikanrsquo menjadi kondisi seperti saat muda Penyakit yang muncul seiring

dengan bertambahnya usia seperti hipertensi diabetes mellitus osteoartritis dan

lain-lain membuat kualitas hidup menurun pada usia lanjut Ilmu Kedokteran

Anti Penuaan memberikan paradigma baru dalam mengatasi proses penuaan Ilmu

ini memberikan solusi untuk mengatasi ketidakmampuan penyakit nyeri

deformitas dan kesedihan di masa tua sehingga kualitas hidup meningkat

Modifikasi gaya hidup dengan cara mengatur pola makan pola tidur pola

olahraga pola hidup manajemen hormon dapat meningkatkan kualitas hidup

Terbentuknya radikal bebas oksigen dalam tubuh sebenarnya merupakan

sesuatu yang fisiologis Oksigen yang kita hirup berperan dalam metabolisme

sebagian kecil (2-5) tereduksi membentuk radikal bebas Radikal bebas oksigen

dikelompokkan dalam senyawa Reactive Oxygen Species (ROS) ROS merupakan

radikal bebas yang berbahaya bagi tubuh (Arief 2010) Bila produksi tersebut

menjadi semakin meningkat dalam kondisi seperti terpapar sinar ultraviolet

polusi merokok konsumsi alkohol dalam jumlah banyak stress menyebabkan

kerusakan pada sel-sel terjadi penuaan

1

2

Teknologi yang berkembang dengan pesatnya memberikan kita banyak

fasilitas kemudahan dalam menjalani hidup kita Akhirnya dalam apapun yang

akan kita perbuat atau lakukan kita selalu dihadapkan pada 2 pilihan mau yang

mudah atau yang sulit Menjamurnya makanan instant fast food yang disebut

juga makanan junk food karena memang tidak kurang kandungan gizi yang kita

perlukan Makanan ini tidak mengandung nilai gizi hanya mementingkan rasa

yang penting enak gurih karena banyak mengandung lemak tinggi karbohidrat

dan cepat saji karena semakin sibuknya manusia Selain itu karena kesibukan

kita menjadi kurang sekali dalam berolahraga selain kesibukan juga sudah lelah

Akibatnya kita menjadi gemuk semakin gemuk semakin malas beraktifitas

semakin mudah lelah yang lama kelamaan menjadi kelelahan kronis depresi

mudah muncul

Gaya hidup manusia yang mempunyai tingkat stress yang tinggi ditambah

kurangnya aktifitas berolahraga meningkatkan resiko timbulnya penyakit jantung

low back pain adult-onset diabetes obesity yang disebut hypokinetic diseases

(Sharkey 2003 ) Meningkatnya insidensi kelebihan berat badan menjadi masalah

kesehatan di seluruh dunia termasuk di Indonesia (Misnadiarly 2007) Kelebihan

berat badan menyebabkan terjadinya penumpukan lemak yang berlebihan dalam

tubuh dan berpotensi memicu banyak penyakit yang mematikan Beberapa

penyakit tersebut dikategorikan sebagai penyakit yang terjadi karena metabolism

yang melambat dan penumpukan lemak sering disebut sebagai Sindroma

Metabolik(hipertensi hiperlipidemia diabetes mellitus) Sebaliknya sebuah gaya

3

hidup yang sehat dan seimbang memainkan peranan yang besar dalam mencegah

banyak penyakit yang berhubungan dengan gaya hidup

Pada sisi lain manusia juga selalu dituntut untuk memiliki tubuh sehat

penampilan yang menarik Masalah muncul pada saat manusia memilih jalan

pintas berolahraga berlebihan (overtraining) diet ketat berlebihan

mengkonsumsi obat-obatan penekan nafsu makan obat-obat pembakar lemak

suplemen secara berlebihan dan tanpa informasi yang benar tanpa pengawasan

dokter dengan tujuan untuk memperoleh tubuh ramping dalam waktu secepatnya

Bukan tubuh sehat yang didapat tetapi malah menjadi sakit yang tidak mustahil

dapat mengarah ke kematian

Tubuh sehat ideal dalam arti tidak mudah sakit mempunyai hidup yang

berkualitas penampilan yang prima dan mempunyai postur tubuh yang

proporsional (Misnadiarly 2007) Gaya hidup yang sehat seimbang adalah kunci

untuk mencapai kesehatan dan bentuk badan yang lebih bagus dan hanya akan

tercapai melalui aktifitas olahraga pengaturan pola makan istirahat yang teratur

dan proporsional

Olahraga yang berlebihan tidak memberikan efek yang baik untuk tubuh

tetapi latihan yang tepat meningkatkan kebugaran aerobik Frekuensi yang lebih

sering durasi yang lebih panjang intensitas yang meningkat meningkatkan

kebugaran fisik Hal yang penting kita harus memperhatikan waktu pemulihan

Apabila tubuh tidak mempunyai cukup waktu untuk pemulihan bukan

meningkatkan kebugaran tetapi malah menimbulkan cedera atau penyakit melalui

supresi sistem kekebalan (Sharkey 2003) Olahraga yang teratur dapat

4

meningkatkan produksi molekul anti oksidan endogen termasuk glutathioneurate

coenzyme Q10 (Cadenas 2002) Dengan meningkatnya kadar antioksidan

endogen maka kadar MDA tubuh akan menurun

Teori Radikal Bebas menjelaskan bahwa radikal bebas merusak sel-sel

tubuh manusia (Goldmanamp Klatz 2003) Pelatihan fisik berlebih menyebabkan

terbentuknya radikal bebas Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara

menarik elektronnya sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan

sampai kematian sel (Suryohudoyo 2000) Pelatihan fisik berlebih menyebabkan

penuaan terjadi lebih cepat

Gaya hidup yang tidak sehat meningkatkan produksi radikal bebas

Beruntung tubuh mempunyai mekanisme pertahanan melawan oksidasi yang

terjadi tersebut Tubuh memproduksi enzim dan molekul khusus yang dapat

menangkap dan melenyapkan radikal bebas (superoksid dismutase katalase

glutation alfa lipoic acid CoQ10) yang disebut juga antioksidan endogen dan

yang berasal dari makanan seperti vitamin C dan E beta karoten polifenol

selenium seng (antioksidan esensial) yang disebut juga antioksidan eksogen

Antioksidan endogen maupun eksogen sangat penting buat tubuh karena

mampu meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan cara menangkap

dan mengeliminirnya Antioksidan eksogen efektif diperlukan untuk mencegah

terjadinya stress oksidatif Antioksidan endogen merupakan mekanisme

pertahanan preventif dengan cara memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal

bebas atau dengan cara menangkapnya (Winarsi 2007)

5

Bila jumlah antioksidan lebih sedikit dibanding jumlah radikal bebas

terjadi gangguan keseimbangan yang disebut redox state (Cadenas 2002) Dalam

kondisi seperti ini semakin banyak molekul normal yang ditarik elektronnya

molekul menjadi tidak stabil molekul ini akan merusak molekul sehat lainnya

sehingga terjadilah penyakit (Winarsi 2007)

Pemberian antioksidan yang cukup dan optimal dapat meningkatkan

kebugaran meningkatkan kemampuan tubuh dalam melakukan pelatihan fisik

menurunkan kadar stress oksidatif dalam tubuh mencegah terjadinya penuaan

dini (Pangkahila 2007) Antioksidan bekerja dengan cara mendonorkan satu

elektronnya ke molekul yang kehilangan elektronnya (radikal bebas) sehingga

membentuk radikal bebas tidak reaktif relatif stabil proses kerusakan sel dapat

dihambat

Ada beberapa macam antioksidan salah satunya adalah Glutation

Glutation merupakan antioksidan endogen yaitu antioksidan yang dapat dibuat

oleh tubuh kita sendiri Glutation juga dikenal sebagai master antioksidan

antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain (Goldman 2003)

Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan

Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik Normalnya sekali suatu

antioksidan memakan radikal bebas antioksidan ini menjadi teroksidasi sendiri

dan menyerang sel yang sehat yang disebut sebagai pro oksidan Glutation

dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang teroksidasi tersebut menjadi

bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali dalam memakan radikal bebas

(Sellman 2009) Sehingga dengan pengertian di atas glutation dapat membantu

6

dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh kita lebih banyak

dibandingkan dengan antioksidan lain

MDA adalah metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas

Kadar MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel

Apabila terdapat antioksidan yang tinggi dalam tubuh maka kadar MDA akan

menurun (Winarsi 2007)

Pelatihan fisik berlebih akan menyebabkan meningkatnya kerusakan

oksidatif Glutation menghambat kerusakan oksidatif Parameter yang digunakan

dalam penelitian ini adalah produk peroksidase lipid yaitu malondialdehid (MDA)

menurut metoda Willis

12 Rumusan Masalah

Apakah pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan

kadar MDA tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

13 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat

menurunkan kadar MDA pada tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

14 Manfaat Penelitian

141 Manfaat Keilmuan

Dapat menambah pengetahuan bahwa olahraga berlebih meningkatkan

MDA pemberian antioksidan Glutation dalam upaya mencegah terjadinya stress

7

oksidatif berkelanjutan yang dapat menjadi salah satu penyebab proses penuaan

penyakit metabolisme dan kemungkinan dapat dipergunakan sebagai dasar untuk

dilakukan penelitian lebih lanjut

142 Manfaat Praktis

Pengetahuan tersebut dapat memberikan manfaat kepada masyarakat luas

untuk lebih bijaksana dalam mengkonsumsi antioksidan dan dalam melakukan

pelatihan fisik

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

21 Penuaan

Penuaan sampai saat ini masih dianggap sebagai sesuatu yang alamiah

terjadi demikian juga penyakit yang muncul pada masa tuaSeseorang yang

berumur 50 tahun dengan penyakit Diabetes Mellitus dipandang sebagai sesuatu

yang umum karena memang sudah tua Sejak tahun 1950 penelitian penyebab

penuaan mulai diteliti faktor-faktor penyebab yang mempengaruhi kualitas hidup

sehingga meskipun usia bertambah tua tetapi tetap berkualitas Beberapa cara

modifikasi gaya hidup terus dilakukan untuk mencapai kualitas hidup yang lebih

baik seperti mengatur pola makan pola tidur pola olahraga pola hidup untuk

mencapai kualitas hidup yang baik di usia lanjutPenelitian memberi kesimpulan

bahwa pemberdayaan diri membudayakan pola hidup sehat dapat meningkatkan

kualitas hidup seseorang (Franklin 2009)

Dewasa ini seiring dengan percepatan perubahan teknologi meningkatnya

persaingan hidup orang berlomba-lomba mengkonsumsi produk dan berbagai

metode yang mengklaim bisa menghambat penuaan atau bersifat Anti Aging Ilmu

Kedokteran Anti Penuaan memberikan paradigma baru dalam menangani proses

penuaan Ilmu Kedokteran Anti Penuaan ini menjanjikan dapat memberikan solusi

untuk mengatasi ketidakmampuan penyakit nyeri deformitas dan kesedihan di

masa tua dengan cara meningkatkan kualitas hidup masa tua (Goldman dan Klatz

8

9

2003) Menurut Pangkahila penuaan bisa dicegah diobati dan bahkan dapat

dikembalikan ke keadaan semula (Pangkahila 2007)

Proses penuaan dapat dijelaskan dalam empat teori utama yang walaupun

tidak dapat menjelaskan dengan lengkap tetapi teori tersebut melengkapi satu

dengan yang lain

211 Teori Wear and Tear

Teori ini diperkenalkan pertama kali oleh Dr August Weisman seorang

ahli biologi dari Jerman pada tahun 1882 Teori ini menyatakan bahwa tubuh dan

sel akan rusak karena penggunaan dan disalahgunakan baik penggunaan secara

alami apalagi penyalahgunaan Kerusakan terjadi dalam sel sampai organ Pada

usia muda kerusakan yang terjadi dapat diatasi dikompensasi karena sistem

perbaikan dan pemeliharan yang masih baik tetapi seiring dengan bertambahnya

umur tubuh mulai kehilangan kemampuan tersebut Teori ini juga meyakini

pemberian suplemen dan merangsang kemampuan tubuh untuk melakukan

perbaikan dan mempertahankan organ tubuh dan sel

212 Teori Radikal Bebas

Teori ini diperkenalkan oleh Dr Denham Harman pada tahun 1956

Radikal Bebas adalah molekul tidak stabil yang sangat reaktif karena mempunyai

elektron tidak berpasangan pada orbit luarnya dapat bereaksi dengan molekul

lain menimbulkan reaksi berantai yang sangat destruktif (Goldman dan Klatz

2003)

10

Radikal Bebas dihasilkan dari pembakaran gula dan lemak yang kita

konsumsi untuk memberikan energi pada tubuh kita Radikal bebas merusak

membran sel kode DNA enzim protein dan akhirnya terjadi kerusakan pada

seluruh organ Kerusakan terjadi mulai dari lahir dan terus berlanjut hingga

meninggal Pada usia muda dampak penggantian sel yang masih berfungsi baik

Seiring dengan usia bertambah akumulasi kerusakan akibat radikal bebas akan

mengganggu metabolisme sel terjadilah mutasi sel yang mengakibatkan

timbulnya kanker dan kematian

Age Spot merupakan salah satu bentuk kerusakan pada membrane sel

yang disebabkan oleh Radikal Bebas Kerusakan membran ini menghasilkan

produk sisa yang dikenal sebagai lipofuscin Jumlah lipofuscin yang tinggi dalam

tubuh memberikan warna gelap pada daerah tertentu yang disebut Age spot

Lipofuscins mengganggu sintesis DNA dan RNA mempengaruhi sintesis protein

(menurunkan energi dan menghambat pembentukan massa otot) merusak enzim

seluler yang diperlukan untuk proses kimia vital dalam tubuh (Goldman dan

Klatz 2003)

Radikal bebas mempengaruhi peroksidasi lipid yang menyebabkan

produksi MDA (malondialdehyde) yang mengikat protein dan menyebabkan

gangguan fungsi biologik protein tersebut Radikal Bebas berkaitan dengan

penyakit usia lanjut seperti aterosklerosis Parkinson penyakit Alzheimer dan

gangguan fungsi kekebalan tubuh (Pangkahila 2007)

11

213 Teori Kontrol Genetika

Teori terfokus pada kode genetik yang ada dalam DNA meskipun seluruh

aspek diwariskan dalam gen tiap individu waktu jam biologis tergantung pada

pola hidup penuaan masing-masing individu Tiap individu memiliki jam biologis

yang telah diatur waktunya Berhentinya jam biologis menandakan proses

penuaan dan meninggal (Goldman dan Klatz 2003)

Ilmu Kedokteran Anti Penuaan melakukan upaya mencegah dan

memperbaiki kerusakan yang terjadiTerapi Gen diharapkan dapat memberikan

solusi dalam menghadapi takdir genetika terhadap beberapa penyakit keturunan

214 Teori Neuroendokrin

Teori yang menyangkut peranan berbagai hormon bagi fungsi organ tubuh

diperkenalkan oleh Vladimir DilmanPhD

Hormon mengatur dan memperbaiki fungsi tubuh Pada usia muda

berbagai hormone masih berfungsi baik dalam mengendalikan berbagai fungsi

organ tubuh Ketika manusia menjadi tua produksi hormon menurun fungsi

tubuh menjadi terganggu Contoh Growth Hormone yang membantu

pembentukan massa otot testosteron dan hormone tiroid akan menurun tajam

pada usia tua Ditandai dengan rasio lemak dan otot yang meningkat Terapi sulih

hormone dapat membantu masalah tersebut dan mengembalikan fungsi hormone

tubuh sehingga memperlambat proses penuaan

12

22 Radikal Bebas

221 Definisi Radikal Bebas

Radikal bebas adalah molekul (kumpulan atom) yang memiliki elektron

yang tidak berpasangan Oksidan adalah senyawa penerima elektron yaitu

senyawa yang dapat menarik elektron Kedua jenis senyawa ini memiliki aktifitas

yang sama dan memberikan akibat yang hampir sama tetapi dengan proses yang

berbeda (Winarsi 2007) Radikal Bebas digolongkan dalam oksidan namun tidak

setiap oksidan adalah radikal bebas (Suryohudoyo 2000)

Sumber oksidan berasal dari

Tubuh sendiri yaitu berasal dari proses fisiologis namun oleh suatu sebab

jumlahnya menjadi banyak

Proses peradangan

Luar tubuh seperti polutan obat-obatan

Radikal bebas lebih berbahaya dibanding senyawa oksidan non radikal

222 Tahapan Terbentuknya Radikal Bebas dan Sifatnya

Tahapan terbentuknya radikal bebas terjadi melalui sederetan mekanisme

reaksi

1 Tahap Inisiasi yaitu tahap yang menyebabkan terbentuknya radikal bebas

Cu

RH + O2 R + H2O

2 Tahap Propagasi yaitu tahap dimana radikal bebas cenderung bertambah

banyak dengan membuat reaksi rantai dengan molekul lipid lain

13

R + O2 RO2

RO2 + RH R + ROOH

3 Tahap Terminasi yaitu apabila terjadi reaksi antara radikal bebas dengan

radikal bebas lain atau antara radikal bebas dengan suatu senyawa pembasmi

radikal bebas (scavenger)

R1 + R2 R 1 R 2

Reduksi oksigen memerlukan pengalihan empat electron (electrotransfer)

Pengalihan ini tidak dapat sekaligus tetapi dalam empat tahapan yang setiap

tahapan hanya melibatkan pengalihan satu elektron Kendala yang mengharuskan

oksigen hanya dapat menerima satu elektron setiap tahap menyebabkan

terjadinya dua hal yaitu kurang reaktifnya oksigen dan terbentuknya senyawa-

senyawa oksigen reaktif seperti O2 (radikal superoksida) H2O2 (hydrogen

peroksida) OOH (radikal peroksil) dan OH (radikal hidroksil)

Radikal Bebas memiliki 2 sifat yaitu

1 Reaktifitas tinggi karena cenderung menarik elektron

2 Mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal

Elektron dari Radikal Bebas berikatan dengan senyawa yang berikatan

kovalen seperti lipid protein dan DNA akan sangat berbahaya karena ikatan

digunakan bersama-sama pada orbit luarnya Dibanding senyawa oksigen reaktif

radikal hidroksil merupakan senyawa yang paling berbahaya karena reaktifitasnya

yang sangat tinggi

Radikal hidroksil dapat merusak 3 jenis senyawa penting yang berfungsi

untuk mempetahankan integritas sel yaitu

14

1 Asam lemak tak jenuh yang merupakan komponen penting fosfolipid

penyusun membran

2 DNA pembawa genetik sel

3 Protein memegang berbagai peran penting seperti enzim reseptor antibodi

sitoskeleton

Dari ketiga senyawa tersebut yang paling rentan adalah senyawa asam

lemak tak jenuh ganda pada membran sel yang mengakibatkan rapuhnya dinding

sel Senyawa oksigen reaktif ini juga merusak dinding bagian dalam pembuluh

darah sehingga mengakibatkan pengendapan koleserol dan menyebabkan

aterosklerosis Apabila senyawa oksigen reaktif ini merusak basa DNA akan

terjadi kekacauan sistem info genetika berlanjut pada pembentukan sel kanker

Jaringan lipid yang rusak memicu munculnya penyakit degeneratif

Fosfolipid glikolipid dan kolesterol merupakan komponen terpenting

membran sel Komponen fosfolipid dan glikolipid mengandung asam lemak tak

jenuh (asam linoleat linolenat arakidonat) sangat rawan terhadap serangan

radikal hidroksil yang dapat menimbulkan reaksi rantai yang dikenal sebagai

Lipid peroxidation

Peroksidase lipid

LH + OH --- H + H2O

Asam lemak Radikal Bebas

L + O2 -- LOO

Radikal peroksilipid

LOO + LH --- L + L OOH dan seterusnya

15

Hasil akhir dari proses ini adalah terputusnya rantai asam lemak menjadi

berbagai senyawa yang bersifat toksik terhadap sel antara lain berbagai macam

aldehid seperti Malondealdehyde (MDA)

223 Peranan Radikal Bebas dalam proses penuaan

Pada usia muda keseimbangan antara radikal bebas dan pertahanan

antioksidan berfungsi dengan baik seiring dengan pertambahan usia

keseimbangan terganggu karena cadangan antioksidan berkurang dan radikal

bebas berlebih (Saxena dan Lan 2006)

Akibat ketidakseimbangan ini terjadi kerusakan oksidatif (Arief 2010)

Kerusakan ini disebabkan oleh radikal bebas dan merusak 3 komponen utama

yang mempertahankan integritas sel seperti fosfolipid (penyusun membrane sel)

DNA (perangkat genetik) protein (enzim reseptor antibodi) (Fouad 2007)

Ketidakseimbangan antara antioksidan dan senyawa oksigen reaktif

menghasilkan stress oksidatif penyebab kanker penuaan aterosklerosis cedera

iskemik peradangan dan penyakit degeneratif (Parkinson Alzheimer)

(Pangkahila 2007)

23 Stress Oksidatif

231 Keadaan yang menyebabkan stress oksidatif

Pada saat jumlah antioksidan tubuh kurang dari yang diperlukan untuk

meredam efek buruk dari radikal bebas keadaan ini disebut Stress oksidatif Bila

terjadi dalam waktu yang lama akan terjadi penumpukan hasil kerusakan

16

oksidatif di dalam sel dan jaringan yang mengakibatkan hilangnya fungsi sel

jaringan dan akhirnya mati Hal ini merupakan penyebab utama proses penuaan

(Bagiada 2001)

Keadaan yang menyebabkan Stress Oksidatif ini salah satunya adalah

pelatihan fisik berat atau berlebih (Hersh 2004) Stress oksidatif dapat

dikendalikan antara lain dengan membiasakan untuk menerapkan pola hidup sehat

dan mengkonsumsi antioksidan diharapkan akan memacu kerja antioksidan

dalam tubuh

MDA merupakan hasil dari proses peroksidasi lipid meningkatnya MDA

menunjukkan adanya suatu kondisi Stress Oksidatif menurunnya MDA

menunjukkan adanya perbaikan dari kondisi Stress tersebut sehingga MDA dapat

dipakai sebagai biomarker Stress oksidatif

24 Pelatihan Fisik

241 Olahraga

Pelatihan fisik atau olahraga merupakan satu kegiatan yang penting bagi

kehidupan manusia Olahraga merupakan alternatif kegiatan yang dapat

meningkatkan derajat kebugaran fisik seseorang apabila dilakukan dengan dosis

takaran yang benar Menurut Sharkey olahraga dapat meningkatkan pengeluaran

energi dan tingkat pengeluaran tersebut berkaitan dengan intensitas dan durasi

aktifitas yang dilakukan (Sharkey 2003) Latihan fisik atau olahraga yang

memperhatikan frekuensi intensitas tipe dan waktu mendukung dalam

mendapatkan hasil yang maksimal dan menurunkan resiko cedera Latihan fisik

17

yang benar memberikan dampak perbaikan pada sistem fungsional paru dan

jantung sehingga terjadi hipertropi otot jantung penurunan detak jantung

istirahat peningkatan stroke volume peningkatan volume darah dan hemoglobin

menambah jumlah pembuluh darah kapiler serta berfungsi dalam proses

pembakaran energi (Fox 1998) Frekuensi latihan yang dianjurkan adalah 3-4x

seminggu dengan intensitas 72-87 dari denyut jantung maksimal (220-umur)

dengan variasi 10 denyut per menitTipe latihan yang dianjurkan adalah

pemanasan 15 menit kombinasi latihan aerobik dan latihan otot dalam waktu 30-

60 menit diakhiri pendinginan 10 menit (Pangkahila 2009)

Sumber energi yang dibutuhkan untuk pelatihan fisik aerobik yang

dominan didapat dari pembakaran simpanan karbohidrat lemak dan sebagian

kecil (5) dari pemecahan simpanan protein yang terdapat di dalam tubuh untuk

menghasilkan ATP (adenosine triphospate) ATP yang terdapat dalam jaringan

otot terbatas kebutuhan ATP dipertahankan oleh creatinin phosphate (CP) dan

glikogen yang tersimpan dalam otot (Hernawati 2009) Terdapat 3 jalur untuk

memberikan ATP tambahan sesuai yang dibutuhkan selama kontraksi otot

meliputi 1 Pemindahan fosfat berenergi tinggi dari kreatinin fosfat ke ADP 2)

Fosforilasi oksidatif (siklus asam sitrat dari sistem transportasi elektron) 3)

glikolisis (Sherwood 2001) Sedangkan pada aktifitas yang bersifat anaerobik

energi diperoleh dari hidrolisis phosphocreatine serta melalui glikolisis glukosa

secara anaerobik Proses ini dapat terjadi tanpa adanya oksigen (O2) Metabolisme

anaerobik ini menghasilkan asam laktat yang apabila terakumulasi dapat

menyebabkan rasa nyeri pada otot menimbulkan stress fisik Hal ini

18

menyebabkan latihan aerobik terasa lebih menyenangkan (Hernawati 2009)

Metabolisme aerobik jauh lebih efisien daripada anaerobik karena menghasilkan

38 molekul ATP per molekul glukosa versus hanya 2 molekul melalui jalur

anaerob

Pelatihan fisik atau olahraga yang teratur selain memberikan manfaat

perbaikan pada mental fisik dan fisiologis juga mempengaruhi hormon tubuh

kita antara lain (Sharkey2003)

1 Growth Hormone

Stimulasi sintesis protein (muscle tone development) dan kekuatan tulang

tendon ligament dan tulang rawan Penurunan penggunaan glukosa dan

peningkatan penggunaan lemak sebagai bahan bakar selama olahraga

Membantu mengurangi lemak tubuh dan mempertahankan glukosa darah pada

level normal sehingga membantu melakukan olahraga selama periode waktu

yang lebih lama Dilepaskannya Growth Hormone oleh kelenjar pituitari di

otak meningkat dengan meningkatnya waktu latihan aerobik

2 Endorphins

Opioid endogen dari kelenjar pituitary yang memblok rasa sakit menurunkan

nafsu makan membuat perasaan senang mengurangi tekanan dan kecemasan

Pada saat olahraga endorfin dalam darah meningkat sampai lima kali selama

aktifitas olahraga lebih dari 30 menit Endorfin membuat kita dapat melakukan

aktifitas latihan menjadi lebih tahan lama

19

3 Testosteron

Hormon yang penting untuk wanita dan pria dalam mempertahankan tonus

volume kekuatan otot meningkatkan angka rata metabolisme basal

menurunkan lemak tubuh dan merasa lebih percaya diri Diproduksi oleh

ovarium pada wanita dan testis pada laki-laki Testosteron pada wanita hanya

sepersepuluh kadar testosteron pada laki-laki Pada wanita testosteron

berperan pada pengaturan libido dan orgasme Produksi pada wanita menurun

saat menjelang menopause sedangkan pada pria pada usia memasuki usia 40

tahun Kadar testosteron darah mulai meningkat setelah 20 menit olahraga

baik pada wanita maupun pria dan tetap tinggi sampai 1-3 jam setelah

olahraga

4 Estrogen

Estrogen secara biologis aktif adalah 17 beta estradiol meningkatkan

pemecahan lemak dari lemak tubuh sehingga dapat digunakan sebagai sumber

tenaga meningkatkan rata-rata metabolisme basal meningkatkan mood

meningkatkan libido Hormon ini disekresi oleh ovarium meningkat saat

olahraga dan tetap meningkat sampai 1-4 jam setelah olahraga

5 Thyroxine (T4)

Hormon yang diproduksi oleh kelenjar tiroid meningkatkan metabolisme

hampir semua sel dalam tubuh Peningkatan metabolisme ini membantu kita

merasa lebih energik dan juga menyimpan kalori penting untuk penurunan

berat badan Kadar tiroksin dalam darah meningkat sekitar 30 selama

20

olahraga dan tetap meningkat sampai beberapa jam sesudahnya Olahraga

yang teratur juga meningkatkan level tiroksin saat istirahat

6 Epinephrine

Hormon yang diproduksi oleh medulla adrenal yang meningkatkan jumlah

darah yang dipompa oleh jantung dan mengarahkan aliran darah ke tempat

yang diharapkan Stimulasi pemecahan glikogen (karbohidrat yang disimpan)

dalam otot yang aktif dan hati untuk digunakan sebagai sumber tenaga

Menstimulasi pemecahan lemak (lemak yang disimpan dalam otot yang aktif)

dan digunakan sebagai sumber tenaga Sejumlah epinefrin yang dilepaskan

berhubungan dengan intensitas dan durasi latihan

7 Insulin adrenalin

Hormon yang penting dalam mengatur gula darah dan asam lemak (lemak)

dan asam amino (protein) dalam sel Sekresi insulin oleh pancreas meningkat

sehubungan dengan respon meningkatnya kadar gula darah dan protein yang

biasa terjadi setelah makan Semakin banyak gula sederhana yang dikonsumsi

semakin tinggi respon insulin Meningkatnya insulin menyebabkan produksi

lemak sehingga insulin sering disebut sebagai hormon lemak atau fat

hormone Pada orang dengan berat badan berlebih terjadi resistensi insulin

sehingga diperlukan insulin dalan jumlah yang lebih besar untuk didapatkan

efek yang sama sehingga didapatkan kadar insulin darah yang lebih tinggi dan

latihan aerobik setiap hari Kadar insulin darah mulai menurun 10 menit saat

olahraga dan terus menurun sekitar 70 menit olahraga Olahraga yang teratur

juga meningkatkan sensitivitas sel terhadap insulin dalam keadaan istirahat

21

8 Glucagon

Hormon yang diproduksi oleh pankreas tugasnya meningkatkan kadar gula

darah Saat gula darah rendah glukagon disekresi dan menyebabkan simpanan

karbohidrat di dalam hati dilepaskan ke aliran darah untuk meningkatkan

kadar gula mencapai kadar normal Glukagon juga menyebabkan

dipecahkannya lemak sehingga dapat digunakan sebagai bahan bakar atau

sumber tenaga Glukagon mulai disekresi pada 30 menit awal olahraga ketika

gula darah mulai menurun

242 Pelatihan Fisik Berlebih

Pelatihan fisik berlebih menimbulkan gangguan pada sistem endokrin

terjadi peningkatan kadar kortisol dan penurunan kadar testosteron (Maffetone

2007) peningkatan ACTH penurunan LH plasma

Sindrom pelatihan fisik berlebih dalam jangka panjang mengakibatkan

terjadinya inflamasi infeksi yang lebih lanjut dapat mempengaruhi kesehatan

secara umum Aktifitas berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena

terjadi peningkatan konsumsi O2 oleh aktifitas otot skeletal Meskipun oksigen

dibutuhkan oksigen juga bersifat toksik yang dapat memicu peningkatan ROS

Pada organ yang tidak mendapat oksigen dan nutrisi yang cukup akan

menimbulkan keadaan iskemik dan kerusakan mikrovaskular Keadaan ini disebut

sebagai Reperfusion Injury yang memicu terjadinya kerusakan jaringan dan

peningkatan Radikal Bebas

22

Pelatihan fisik berlebih meningkatkan terbentuknya Radikal Bebas

(Adiputra 2008) Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh untuk

melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam organ dan

pembuluh darah (Giriwijoyo 2004) Apabila berlebih menyebabkan kerusakan

sel dengan 3 cara (Kumar et al2005 Ebenhardt 2001)

1 Kerusakan DNA mengakibatkan mutasi DNA bahkan kematian sel

2 Peroksidasi lipid membrane sel dan sitosol menyebabkan terjadinya proses

reduksi asam lemak sehingga mengakibatkan kerusakan membran dan organel

sel

3 Modifikasi protein teroksidasi oleh karena cross linking protein

Bila radikal bebas bertemu dengan asam lemak tak jenuh ganda daalam

membrane sel terjadi reaksi peroksidasi lipid membran sel menyebabkan

peningkatan fluiditas membran gangguan integritas membran dan inaktivasi

ikatan membran dengan enzim dan reseptor Tahap akhir dibebaskan aldehyde

seperti malondealdehyde pentane etana conjugated diane yang bersifat merusak

tubuh (Murray et al2000)

Pelatihan fisik berlebih menyebabkan terjadinya peningkatan lekosit atau

lekositosis peningkatan isoprostan dalam urin protein carbonil (73) catalase

(96) glutation peroksidase serta glutation teroksidasi (25) Dapat

disimpulkan pelatihan fisik berlebih merangsang respon biomarker stres oksidatif

(Murray et al 2000) Proses penuaan mengakibatkan penurunan sistem imun

sehingga meningkatkan resiko infeksi Menurut teori aktifitas sedang dapat

menangkal efek proses penuaan yang diakibatkan penurunan sistem imun Studi

23

yang dilakukan Shepard dan Shek menunjukkan bahwa aktifitas sedang dapat

ditoleransi dengan baik oleh individu lanjut usia dan menunjukkan penurunan

stimulasi proliferasi limfosit

Gejala ndash gejala yang dirasakan apabila melakukan pelatihan fisik berlebih

(overtraining) (Maffetone 2007)

1 Sering mengalami kegagalan dalam melakukan latihan yang biasanya kita

lakukan Kondisi fisik menjadi semakin lemah dan semakin lambat terjadi

kemunduran

2 Kehilangan otot dan terjadi penimbunan lemak Latihan fisik berlebih

meyebabkan rasio testosteron kortisol yang seharusnya positif yang berarti

lebih banyak otot dan lebih sedikit lemak menjadi negatif yang berarti cortisol

lebih tinggi dibanding testosteron yang berarti terjadi peningkatan resistensi

insulin dan penimbunan lemak

3 Merasa lemas mudah tersinggung sulit tidur

4 Persendian tulang dan anggota tubuh terasa sakit

Terjadinya DOMS (delayed onset muscle soreness) menunjukkan teknik

latihan yang salah atau postur saat latihan yang tidak tepat DOMS merupakan

respon alami yang akan hilang dalam waktu sehari atau 2 hari tetapi apabila

nyeri berkepanjangan menunjukkan adanya overtraining

5 Sering tiba-tiba jatuh sakit

Latihan fisik berlebih menurunkan sistem imun tubuh kita sehingga menjadi

lebih mudah sakit

24

Latihan fisik berat jangka panjang berkaitan dengan cedera serat

ototKerusakan yang terjadi berhubungan dengan intensitas durasi dan tipe

latihan Ketika cell death terbentuk jaringan nekrotik dibuang oleh sel fagosit

sel satelit teraktivasi menuju ke area yang cedera menjadi myoblast dan

selanjutnya menjadi serat otot Enzim otot yang dilepaskan tidak sepenuhnya

merefleksikan kerusakan struktural yang diperkirakan oleh analisis histologis

Perubahan penanda biologis cedera otot (seperti aktifitas kreatin kinase (CK)

lactate dehydrogenase (LDH) atau konsentrasi malondialdehyde di plasma

(MDA)) sering diperiksa selama overtraining Serum aktivitas CK dan

konsentrasi MDA plasma dapat gagal meningkat saat overtraining perubahan

parameter biokimia hanya merefleksikan otot dengan beban berlebih Setelah

olahraga yang lama pro-inflammatory cytokines diproduksi lokal pada otot

skeletal

Tanda dan gejala fisik latihan fisik berlebih (overtraining)

- Denyut jantung atau nadi yang meningkat saat istirahat

- Tidak toleransi terhadap latihan

- Penampilan yang menurun

- Penurunan berat badan berkurangnya massa otot tidak nafsu makan

- Kelelahan chronic fatigue lethargy

- Nyeri dan kerusakan otot nyeri sendi

- Mudah terserang flu pembengkakan kelenjar getah bening di leher

selangkangan dan ketiak

- Konstipasi atau diare

25

- Gangguan haid gangguan makan gangguan tidur

- Sakit kepala gangguan pencernaan

- Pemulihan yang berlangsung lambat setelah latihan

- Sendi otot tendon terasa kaku dan sakit

Tanda dan gejala psikologis

- Lelah capek kekurangan tenaga

- Insomnia sakit kepala tidak mampu untuk beristirahat

- Depresi gelisah cemas apatis

- Menurunnya kepercayaan diri

- Menurunnya kemampuan untuk berkonsentrasi

- Mudah stress

Efek biokimia dari Latihan Fisik Berlebih

- Meningkatnya serum kortisol dan SHBG

- Menurunnya serum total dan free testosterone rasio testosteron kortisol

- Menurunnya glikogen otot

- Menurunnya serum hemoglobin besi dan ferritin

Faktor yang mempengaruhi terjadinya overtraining

- Jetlag

- Bekerja terlalu keras

- Menstruasi

- Nutrisi gaya hidup yang buruk

- Kurang istirahat

- Terlalu banyak mengkonsumsi alkohol

26

- Kurangnya kemampuan mengatasi stress

Penanganan overtraining atau Latihan Fisik berlebih

- Massage

Massage pada jaringan dalam dapat melepaskan otot yang tegang

mempertahankan keseimbangan sistem muskulo-skeletal Pemijatan atau

massage yang teratur dapat membantu mencegah cedera yang mungkin

terjadi karena overuse

- Menggunakan roller busa

Penggunaan roller busa memungkinkan kita dapat melakukan massage

atau pemijatan sendiri Kita dapat juga memakai yang berbentuk bola atau

bola tenis untuk membantu menghilangkan rasa sakit Pemijatan ini dapat

dilakukan di tungkai lutut hamstring bahu punggung atau otot atau sendi

manapun

- Terapi suhu kontras

Air pancuran hangat dan dingin bergantian menstimulasi tubuh untuk

pulih lebih cepat Otot membawa impuls yang terasa pada kulit bagian

dalam tubuh di mana terjadi stimulasi sistem imun memperbaiki sirkulasi

dan pencernaan mempengaruhi produksi hormon stress meningkatkan

aliran darah mengurangi sensitivitas nyeri

- Pengaturan makanan

Membantu proses pemulihan penting untuk mengkonsumsi makanan

tinggi karbohidrat protein dan lemak sehat seperti Omega 3 omega 6

omega 9 asam lemak esensial Karbohidrat memberikan sumber tenaga

27

pada tubuh dan otak asam lemak esensial membantu mengurangi depresi

memperbaiki pemulihan protein akan membangun kembali otot yang

mengalami overtraining

- Mengkonsumsi vitamin

Ketika terjadi overtraining suplementasi sangat menguntungkan Vitamin

dan suplementasi mineral sebaiknya dikonsumsi pagi hari bersama dengan

makanan untuk penyerapan yang lebih baik

Defisiensi Vitamin yang biasa terjadi

- Vitamin A (Beta-Caroten)

- Vitamin B kompleks vitamin B12

- Vitamin C D E K

- Asam Folat

Defisiensi Mineral yang biasa terjadi

- Calcium

- Chromium

- Copper Iodine Iron

- Magnesium Fosfor

- Potassium

- Sodium

- Sulfur

- Zinc

28

25 Antioksidan

Radikal Bebas merupakan senyawa reaktif yang secara alami diproduksi

oleh tubuh manusia Radikal Bebas memberikan efek positif atau efek negatif

Untuk membatasi efek negatif tersebut dibutuhkan kompleks proteksi ndash sistem

antioksidan Sistem ini terdiri dari enzim antioksidan (katalase glutation

peroksidase superoksid dismutase) dan antioksidan non enzimatik ( vitamin E-

tokoferol vitamin A- retinol vitamin C- asam askorbat) Keseimbangan antara

produksi radikal bebas dan pertahanan antioksidan menunjukkan tingkat stress

oksidatif yang mungkin terlibat dalam proses penuaan dan pada beberapa

patologi (misalnya kanker Parkinson) (Winarsi 2007)

Latihan fisik juga meningkatkan stress oksidatif dan menyebabkan

gangguan homeostasis Latihan memberikan efek positif dan efek negatif

tergantung dari beban latihan spesifikasi latihan dan tingkat basal latihan Stress

oksidatif terlibat dalam terjadinya muscular fatigue dan mengarah ke

overtraining

Definisi antioksidan menurut Cadenas adalah suatu senyawa yang apabila

terdapat dalam jumlah yang lebih banyak dibanding senyawa yang teroksidasi

secara signifikan dapat menunda atau mencegah proses oksidasi senyawa tersebut

(Cadenas 2002) Secara kimia antioksidan adalah senyawa pemberi electron

Secara biologis antioksidan adalah senyawa yang mampu menangkal dan

meredam dampak negative oksidan dalam tubuh Antioksidan mendonorkan satu

elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa oksidan tersebut dapat

dihambat (Winarsi 2007)

29

Penting sekali keseimbangan antara oksidan dan antioksidan karena

berfungsi menjaga integritas dan berfungsinya membrane lipid protein sel dan

asam nukleat Senyawa asam lemak tak jenuh penyusun membrane lipid sangat

sensitive terhadap perubahan keseimbangan antara oksidan dan antioksidan

Menurut mekanisme kerjanya antioksidan dikelompokkan atas 3 yaitu

1 Antioksidan primer SOD katalase glutation peroksidase (GSH-Px)

Bekerja pembentukan senyawa radikal bebas yang telah terbentuk menjadi

molekul yang kurang aktifSedangkan antioksidan primer yang dapat

ditambahkan dari luar seperti glutation asam lipoat SOD melatonin

2 Antioksidan sekunder vitamin E vitamin C beta karoten flavonoid asam

urat albumin (Soewoto 2001)

Merupakan antioksidan eksogenous atau non enzimatis (Winarsi 2007)

Bekerja dengan cara memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal bebas

atau dengan cara menangkapnya

3 Antioksidan tertier meliputi system enzim DNA-repair dan metionin

sulfoksida reduktase Berfungsi dalam perbaikan biomolekuler yang rusak

akibat reaktivitas radikal bebas

26 Glutation sebagai antioksidan

Glutation merupakan tripeptida yang terdiri dari asam amino glutamat

sistein dan glisin (Cadenas 2002)Ikatan glutamat ndash sistein merupakan ikatan

isopeptida antara grup γ-karboksil dari glutamat dan grup α amino dari

sisteinIkatan unik ini membuat gluation tahan terhadap degradasi oleh proteases

30

dan peptidases yang berfungsi pada peralihan proteinMerupakan suatu

antioksidan yang mencegah kerusakan komponen seluler oleh reactive oxygen

species seperti radikal bebas dan peroksidGlutation bukan nutrisi esensial karena

disintesa di dalam tubuh dari asam amino L-sistein L-glutamic acid dan glycine

Gambar 21 Struktur GSH dan GSSG

Glutation terdapat pada sebagian besar sel tubuh tetapi terbanyak terdapat

di dalam hati Grup thiol (SH) dari sistein berfungsi sebagai donor proton dan

bertanggungjawab untuk aktifitas biologis glutation Provisi asam amino ini

merupakan faktor yang terbatas dalam sintesis glutation oleh sel karena sistein

relatif jarang pada makanan Apabila dilepaskan sebagai asam amino bebas

sistein adalah toksik dan secara spontan dikatabolisasi di saluran pencernaan dan

plasma darah

Glutation disintesis dalam 2 tahap

1 Gamma-glutamylcysteine disintesa dari L-glutamate dan sistein melalui enzim

gamma-glutamylcysteine sintetase (glutamate cysteine ligase GCL)

31

2 Glisin ditambahkan pada C-terminal dari gamma-glutamylcysteine melalui

enzim glutation sintetase

261 Fungsi Glutation

Glutation terdapat dalam bentuk tereduksi (GSH) dan teroksidasi (GSSG)

Grup thiol dari sistein mampu memberikan donor elektron ke molekul lain yang

tidak stabil seperti Reactive Oxygen Species (ROS) Pada saat mendonorkan

elektronnya glutation menjadi reaktif dan segera bereaksi dengan glutation reaktif

lainnya membentuk glutation disulfide (GSSG)Reaksi mungkin terjadi apabila

terdapat konsentrasi yang cukup tinggi di sel (sampai 5mm di hati) GSH dapat

terbentuk kembali dari GSSG oleh enzim glutation reduktase Pada sel atau

jaringan yang sehat terdapat lebih 90 dari total simpanan glutation terdapat

dalam bentuk tereduksi (GSH) dan kurang dari 10 dalam bentuk disulfide

(GSSG)

GSH ---- GSSG

Eliminasi ROS Menjaga protein thiols Antioxidant

dalam bentuk reduksi pools

Gambar 22 GSH Redox (Cadenas 2002)

GSH Redox merupakan indikator sentral keseimbangan antara stress

oksidatif dan system antioksidan GSH Redox berkaitan dengan detoksifikasi

Reactive Oxygen Species (ROS) berfungsi dalam mempertahankan tersedianya

antioksidan mempertahankan protein thiol dalam bentuk reduksi Rasio

32

GSHGSSG sering dipakai untuk mengekspresikan keseimbangan redox ini

Peningkatan rasio GSH-GSSG merupakan indikasi adanya Stress Oksidatif

(Goldman 2003)

Glutation mempunyai beberapa fungsi (Winarsih 2007)

- Sebagai antioksidan endogen mayor yang diproduksi oleh sel berpartisipasi

langsung pada netralisasi radikal bebas dan senyawa oksigen reaktif

mempertahankan antioksidan eksogen seperti vitamin C dan E pada bentuk

tereduksi (aktif)

- Pengaturan siklus nitric oxide yang sangat penting untuk kehidupan tetapi

dapat menjadi masalah apabila tidak teregulasi Digunakan untuk reaksi

metabolism dan biokimia seperti sintesis dan perbaikan DNA sintesis protein

sintesis prostaglandin transport asam amino dan aktivasi enzim Tiap sistem

di dalam tubuh kita dapat dipengaruhi oleh sistem glutation khususnya sistem

imun sistem saraf sistem gastrointestinal dan paru

Gambar 23 Detoksifikasi Lipid Hydroxyperoxides di usus halus

33

GSH yang ditransportasikan kedalam lumen digunakan untuk detoksifikasi

peroksid yang terbentuk dari makanan oleh glutation peroksidase (GSH Px)

Proses ini membutuhkan peroksid dan glutation yang tersedia di sel epitel GSSG

yang terbentuk direduksi kembali menjadi GSH oleh GSSG reduktase (GSSG

Rx) menggunakan NADPH sebagai reduktan

262 Suplementasi Glutation

Meningkatkan level GSH melalui suplementasi glutation langsung sulit

Penelitian terakhir menyatakan bahwa secara oral tidak diabsorpsi baik melalui

saluran pencernaan Studi mengenai konsumsi oral akut glutation dengan dosis

sangat besar 3 gram Witschi dan tim menemukan lsquoadalah tidak mungkin

meningkatkan glutation yang bermanfaat secara klinis dengan dosis tunggal 3

gram glutationrsquo

Glutation terdapat pada makanan sehari-hari sampai 150mghari dapat

diabsorpsi melalui intak di usus halus Individu sehat dengan asupan sulfur asam

amino (1-2 gramhari) jumlah GSH mungkin tidak cukup untuk mendapatkan

efek penting secara sistemik Individu dengan asupan sulfur asam amino yang

terbatas suplementasi GSH diperlukan untuk mempertahankan suplai GSH

sistemik dengan memperbaiki keseimbangan sulfur asam amino (Cadenas 2002)

Glutation hanya diabsorpsi di sel epitel oral dan traktus gastrointestinal

dan memberikan keuntungan kesehatan spesifik pada jaringan tersebut(Cadenas

2002)

34

SUPLAI HILANG

Makanan suplemen Degradasi

GSH

Empedu LUMINAL Uptake

Epitel Reaksi Detoksifikasi

Gambar 24 Supply dan Removal Glutation dalam lumen usus halus (Cadenas 2002) Glutation (GSH) disuplai ke dalam lumen intestinal melalui konsumsi oral

empedu dan sekresi epitel intestinal Jumlah yang disuplai dari empedu cukup

untuk mempertahankan jumlah 200microM pada tikus tetapi tidak cukup pada

manusia yang mengalami degradasi di duktus kantung empedu Jumlah yang

dikonsumsi melalui makanan bervariasi dan secara umum kurang dari 200 microM

Jumlah yang diberikan melalui epitel hanya sekitar 10 atau kurang

dibandingkan dengan yang disediakan oleh empedu Hilangnya Glutation karena

degradasi oleh γ-glutamyltranspeptidase dan dipeptidases pada permukaan sel

epitel ditransportasikan ke dalam sel oleh mekanisme sodium-dependent dan

sodium-independent konjugasi dengan elektrofil reaktif dikatalisasi oleh

glutathione-S transferase mucus (Cadenas 2002)

Vitamin D meningkatkan level glutation di otak dan tampaknya sebagai

katalis untuk produksi glutation Sejumlah vitamin D aktif di otak berikatan

dengan seberapa besar vitamin D3 baik melalui suplemen atau dibentuk di kulit

melalui paparan matahariHal ini menyatakan bahwa mengkonsumsi vitamin D

35

dan atau mendapat cukup paparan matahari meningkatkan produksi glutation

(Sellman 2009)

Konsentrasi glutation di plasma dan hati dapat ditingkatkan dengan

mengkonsumsi suplemen tertentu yang disebut GSH precursors N-asetilsistein

atau NAC glutation precursor yang paling memungkinkan Suplemen lain S-

adenosilmetionin (SAMe) dan whey protein juga dapat meningkatkan glutation

dalam sel (Sellman 2009)

NAC tersedia dalam bentuk obat dan sebagai suplemen generik Alpha

lipoic acid juga dapat mempertahankan glutation intraselular Melatonin dapat

menstimulasi enzim yang berkaitan glutation peroksidase dan silimarin ekstrak

dari biji tanaman milk thistle (Silybum marianum) juga mempunyai kemampuan

memperbarui level glutation

Glutation diatur dengan ketat di intraseluler dan dibatasi produksinya oleh

feedback negative inhibisi sintesisnya sendiri melalui enzim gamma-

glutamilsistein sintetase sehingga meminimalisir kemungkinan terjadinya

overdosis Penambahan glutation menggunakan precursor atau glutation intravena

adalah strategi untuk mengatasi defisiensi glutation stress oksidatif tinggi

defisiensi imun

Glutation yang rendah menunjukkan adanya pembuangan dan

keseimbangan negatif nitrogen seperti pada kanker AIDS sepsis trauma

terbakar dan bahkan atlet overtraining Suplementasi glutation dapat

memperbaiki proses ini dan contohnya pada AIDS memberi hasil adanya

perbaikan survival rates Bagimanapun studi mengenai kondisi ini belum dapat

36

membedakan glutation rendah sebagai akibat secara akut (pada pasien sepsis) atau

secara kronis (HIV) meningkatkan stress oksidatif dan peningkatan patologi

sebagai akibat defisiensi yang sudah ada sebelumnya

Skizofrenia dan gangguan bipolar berhubungan dengan glutation yang

rendah Stress oksidatif mungkin salah satu faktor dasar patofisiologi gangguan

bipolar gangguan depresif mayor dan skizofrenia Glutation (GSH) adalah

pemakan radikal bebas mayor di otakTidak adanya GSH meningkatkan

kerentanan sel terhadap stress oksidatif ditandai asetilsistein dapat mengurangi

gejala kedua gangguan tersebut

Glutation merubah level stress oksidatif pada sel yang diisolasi di

laboratorium sehingga dapat mengurangi perkembangan kanker Tes ini tidak

dilakukan pada manusia

Glutamat yang berlebihan di sinaps yang dapat dilepaskan pada kondisi

seperti cedera otak dapat menghambat pengambilan sistein senyawa pembentuk

glutation yang pentingTanpa proteksi dari cedera oksidatif oleh glutation sel-sel

dapat rusak atau mati (Sellman 2009)

Glutation juga mempunyai fungsi lain sebagai berikut (Sellman 2009)

Mencerahkan kulit

Mencegah menghilangkan jerawat dan bekas jerawat

Menghilangkan noda hitam

Anti aging dan anti kerut

Memberi nutrisi kulit

Membantu pemulihan luka

37

Membuat kulit menjadi halus segar dan bersinar

Kondisi kesehatan yang berhubungan dengan defisiensi glutation

Peningkatan proses penuaan

Kesulitan dalam keseimbangan

Gangguan mental

Masalah koordinasi

Gangguan sistem saraf

Akhir-akhir ini dipercaya sebagai penyebab lesi otak

Kanker HIV Katarak Diabetes Mellitus

Jumlah sperma yang rendah

263 Glutation Precursor (Sellman 2009)

Glutation Precursor disebut juga sebagai building-block dari glutation

yaitu N-asetilsistein atau NAC dan whey protein tidak terdenaturasi

Nasetilsistein adalah obat farmasi yang biasa digunakan bertahun-tahun untuk

mengobati overdose asetaminofen Hal ini sangat efektif ketika diberikan dalam

dosis besar di ruang darurat ketika seseorang akan mengalami gagal hati karena

overdosis asetaminofen komposisi aktif dari Tylenol

Efek sampingnya adalah bercak-bercak kemerahan bersin mual

anafilaksis reaksi alergi yang berupa kesulitan bernafas karena bronkospasme

tekanan darah menurun angioedema muntah kram diare Walaupun jarang

kematian pernah dilaporkan karena N-asetilsistein Beberapa orang mendapatkan

rasa dan bau yang tidak dapat diterima karena kandungan sulfur di dalamnya

38

Pengggunaan teratur untuk menaikkan kadar glutation tidak direkomendasikan

untuk anak-anak dan bayi Masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk

menentukan keamanan N-asetilsistein untuk penggunaan jangka panjang

Whey protein tidak terdenaturasi merupakan nutraceutical atau medicinal

foodSenyawa ini memberikan ikatan sistein ke sel-sel di mana glutation dapat

terbentuk di tempat tersebut

Beberapa kondisi yang tidak dapat mengkonsumsi whey protein

- Pasien dengan alergi protein susu

- Pasien dengan diet rendah protein

- Pasien yang sedang menjalani terapi imunosupresif

Efek sampingnya adalah kembung perut kram urtikaria Efek samping

karena overdosis tidak terjadi karena sel hanya membuat sebatas yang dibutuhkan

apabila berlebih kelebihan disimpan di hati dan ginjal sampai suatu saat kalau

dibutuhkan

264 Sumber Glutation dari makanan

Sumber glutation dari makanan yang disarankan adalah asparagus bayam

brokoli bawang putih kale bawang watercress kol Brussel sprout beberapa

bumbu seperti kunyit kayu manis semangka alpukat anggur peach jeruk

walnut granola daging kalkun dan daging ayam keju cottage dan yoghurt

39

Tabel 21 Makanan yang mengandung Glutation (Cadenas2002)

GSH Food Group mg100 g mgsaji Buah segar Apel 33 46 Pisang 41 48 Anggur 79 146 Jeruk 73 106 Semangka 66 283 Sayuran segar Asparagus dimasak 283 263 Alpukat 277 313 Brokoli dimasak 91 78 Wortel mentah 79 59 Tomat 90 109 Daging Hamburger 175 149 Ham rebus 233 13 Ayam digoreng 131 134 Sereal biji-bijian Cornflakes 00 00 Roti whole wheat 12 06 Roti putih 00 00 Nasi putih enriched dimasak 16 21 Produk Susu Susu whole 00 00 Keju Amerika 00 00 Yoghurt plain lowfat 00 00 Es krim 10 lemak 00 00

40

BAB III

KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

31 Kerangka Berpikir

Faktor penyebab penuaan antara lain faktor internal dan faktoreksternal

Faktor internal meliputi radikal bebas glikosilasi metilasi hormon yang

berkurang apoptosis system kekebalan tubuh yang menurun genetik Faktor

eksternal meliputi gaya hidup tidak sehat polusi lingkungan stress kemiskinan

kebiasaan yang salah olahraga berlebihan (overtraining) Berbagai faktor di atas

menyebabkan terjadinya penurunan fungsi tubuh dan terjadilah penuaan

Kerangka konsep penelitian berdasarkan teori bahwa salah satu penyebab

penuaan adalah radikal bebas Bila jumlah radikal bebas melebihi jumlah

antioksidan di dalam tubuh terjadilah stress oksidatif Radikal bebas dapat

merusak membran sel protein DNA dan berakibat fatal bagi kelangsungan hidup

sel jaringan Stress oksidatif yang berlangsung lama akan mengakibatkan

terjadinya penumpukan hasil kerusakan oksidatif di dalam sel dan jaringan

selanjutnya sel dan jaringan tersebut akan kehilangan fungsinya dan akhirnya

mati

Olahraga berlebih meningkatkan stress oksidatif karena terdapat

peningkatan konsumsi O2 oleh aktivitas otot skeletal Oksigen juga dapat bersifat

toksik yang dapat memicu peningkatan Reactive Oxygen Species (ROS)Organ

yang tidak mendapat cukup oksigen dan nutrisi menjadi iskemik dan terjadi

kerusakan mikrovaskular (Reperfusion Injury) memicu peningkatan radikal

40

41

bebas Dengan pemberian antioksidan Glutation yang merupakan antioksidan

master diharapkan dapat mencegah kerusakan lebih lanjut yang diakibatkan oleh

radikal bebas dengan cara melindungi sel dari Reactive Oxygen Species (ROS)

dan dapat dilihat melalui parameter MDA yang mengalami penurunan

32 Konsep Penelitian

Konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Gambar 31 Konsep Kadar MDA pada tikus yang diberikan Pelatihan Fisik Berlebih+ Placebo dan Pelatihan Fisik Berlebih + Glutation

FAKTOR INTERNAL

- Jenis Kelamin

- Usia

- Genetik

- Hormon

- Psikologis

FAKTOR EKSTERNAL

- Makanan

- Cuaca iklim

- Penyakit

- Exercise

GLUTATION

TIKUS

KADAR MDA

42

33 Hipotesis

Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan kadar MDA

tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

43

BAB IV

METODE PENELITIAN

41 Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksterimental dengan rancangan

randomized pre test-post test control group design (Poccock et al 2008)

Subyek terdiri dari 2 kelompok yaitu

1 Kelompok 1 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+ Placebo

2 Kelompok 2 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation

Semua kelompok sebelum perlakuan diberikan pre test (O1 O3) dan

dihitung rerata untuk masing-masing kelompok

Setelah perlakuan semua kelompok diberikan post test (O2 O4) dan

dihitung rerata untuk masing-masing kelompok

Kemudian dihitung perbedaan rerata antara pre test dan post test dari

masing-masing kelompok lalu hasil perbedaan tersebut dibandingkan secara

statistik

Gambar 41 Rancangan Penelitian

P S

43

R R

O1 P1 O2

O3 P2 O4

44

Keterangan

P = populasi

S = sampel

R = random

O1 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah mendapatkan

pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan placebo (pre test)

O2 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah diberikan pelatihan

fisik berlebih setelah diberikan placebo (post test)

O3 = observasi data MDA kelompok perlakuan setelah diberikan

pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan Glutation (pre test)

O4 = observasi data MDA kelompok perlakuan diberikan pelatihan fisik

berlebih setelah diberikan Glutation (post test)

P1 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih+ placebo

P2 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation

42 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran

Universitas Udayana pada bulan Januari ndash Maret 2012 Pemeriksaan MDA darah

tikus dikerjakan di bagian Program Antar Unit Universitas Gajah Mada

Jogyakarta

45

43 Populasi dan Sampel

431 Populasi

Subyek penelitian adalah tikus jantan dewasa galur Wistar yang berusia 2-

25 bulan dan dalam kondisi fisik sehat

432 Kriteria Sampel

4321 Kriteria Inklusi

Kriteria Inklusi yang ditetapkan sebagai sampel adalah sebagai berikut

a Tikus jantan dewasa galur Wistar

b Umur 2-25 bulan

c Berat badan plusmn200 gram

d Sehat

e MDA ge 5mmollt

4322 Kriteria Drop Out

Adalah sampel yang mati pada waktu penelitian

433 Besar Sampel

Besar sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini dihitung berdasarkan

rumus Poccock (2008)

Angka μ1 (5) dan μ2 (12) didapatkan dari penelitian sebelumnya (Ji 1998)

n=

46

= asymp 7

Keterangan

n = jumlah sampel

σ = standar deviasi kelompok perlakuan dengan pemberian

glutation (15)

f ( ) = besarnya didapat dari tabel (Poccock 2008)

μ1 = rerata hasil MDA pada kelompok perlakuan sesudah

pemberian glutatioacuten (5)

μ2 = rerata hasil MDA pada kelompok pre test (12)

Jadi jumlah sampel (n) = 675 dan ditambah 3 ekor tikus untuk masing-

masing kelompok sebagai cadangan Jadi total 20 ekor tikus dengan 10

ekor tikus untuk masing-masing kelompok

434 Teknik Pengambilan Sampel

Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat

sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi diambil secara acak

sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi

2 kelompok yaitu kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+placebo kelompok

dengan pelatihan fisik berlebih + glutation

47

44 Variabel Penelitian

441 Klasifikasi Variabel

Variabel penelitian dibedakan menjadi

1 Variabel Bebas dosis pemberian glutation

2 Variabel Tergantung kadar MDA

3 Variabel Terkendali varian tikus jantan (galur wistar) jenis

kelamin umur berat badan lingkungan

(pencahayaan suhu kelembaban nutrisi

kandang)

Gambar 42 Bagan Hubungan Antar Variabel

VARIABEL BEBAS

- Pelatihan fisik berlebih

- Glutation 37mg kgBBhari

VARIABEL TERGANTUNG

KADAR MDA

VARIABEL TERKENDALI

Varian tikus

Jenis kelamin umur berat badan

Pencahayaan suhu kelembaban nutrisi kandang

Makanan minuman

48

442 Definisi Operasional Variabel

1 Pelatihan fisik berlebih pada tikus adalah pelatihan yang berlebihan

yang diukur berdasarkan kemampuan maksimal berenang tikus pada

ember berdiameter 35 cm dengan kedalaman air 20 cm yang

dilakukan 60 menithari selama 35 hari pada waktu yang sama pada

suhu 32 derajat (Binekada 2002 dan Pepe2011)

2 Glutation yang diberikan adalah Glutation Teofarma injeksi sediaan

600mg 4 ml Dosis pemberian Glutation adalah pemberian sediaan

antioksidan Glutation dalam bentuk suntikan intraperitoneal yang

diberikan 1x sehari dan diberikan 6 jam sebelum pelatihan fisik

berlebih Dosis pemberian Glutation mengacu pada penelitian yang

dilakukan sebelumnya oleh Ji L L yaitu 37mgkgBBhari yang

dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril secara intraperitonial

3 MDA merupakan salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada

membran sel dan merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan

oleh radikal bebas Pengukuran kadar MDA menggunakan metode

Thiobarbituraic Acid Reactive Substances (TBARS) Pembacaan hasil

dengan menggunakan spektrofotometer Satuan MDA dalam mmoll

4 Cahaya suhu dan kelembaban merupakan kondisi lingkungan yang

dialami tikus jantan dewasa Pada penelitian ini kondisi lingkungan

selama percobaan dibuat sama

5 Berat badan tikus adalah berat badan yang ditimbang dengan

timbangan gram

49

6 Umur tikus adalah umur yang ditentukan dengan melihat tanggal

kelahiran yang dicatat pada kandang percobaan

7 Kondisi peneliti yang meliputi kesehatan fisik dan psikis peneliti

Penelitian dilaksanakan saat kondisi peneliti dalam keadaan baik

sehingga pengaruhnya terhadap hasil penelitian dapat diabaikan

45 Bahan dan Alat Penelitian

451 Bahan Penelitian

Glutation injeksi

Tikus jantan

Makanan tikus berupa pellet dan air minum dari air ledeng

Aquades steril

EDTA (Ethylenediamine tetraacetic acid)

Reagensia untuk pengukuran kadar MDA

452 Alat Penelitian

Alat yang dipakai dalam pengambilan data penelitian ini adalah

- Kandang tikus terbuat dari besi yang di dalamnya terdapat sekam dan

botol minuman

- Ember berdiameter 35 cm dan kedalaman air 20 cm

- Stopwatch

- Timbangan

- Spuit injeksi 1 ml

50

- Sarung tangan

- Kapas dan alkohol 70

- Tabung Evendorf

- Mikropipet

- Pipet kapiler

- Sentrifugasi

46 Prosedur Penelitian

1 Tikus jantan dewasa (Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan

berat badan plusmn200gram dilakukan aklimatisasi selama 2 minggu di

tempat penelitian untuk penyesuaian dengan lingkungan

2 Semua sampel tikus diberi perlakuan yang sama yaitu diberikan

pelatihan fisik berlebih dengan cara berenang sampai kelelahan pada

hari ke 7 kedua kelompok tersebut dilakukan pemeriksaan MDA

3 Mulai hari ke 8 ndash 35 sampel tikus yang berjumlah 20 ekor dibagi atas 2

kelompok di mana kelompok 1(kontrol) diberikan pelatihan fisik

berlebih + injeksi aquabidest intraperitoneal enam jam sebelum

perlakuan aktifitas berlebih kelompok ke 2 (perlakuan) diberikan

pelatihan fisik berlebih + injeksi intraperitoneal glutation 37

mgkgBBhari yang sudah dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril

4 Pada hari ke 35 dilakukan pemeriksaan kadar MDA pada masing-

masing tikus setelah bulu tikus kering

51

5 Selama penelitian hewan coba diberikan makanan dan minuman secara

teratur kebersihan dan kenyamanan kandang dijaga

461 Alur Penelitian

TIKUS ADAPTASI 2 MINGGU

PELATIHAN FISIK BERLEBIH 1 MINGGU

MDA

KELOMPOK 1 KELOMPOK 2

PELATIHAN FISIK BERLEBIH PELATIHAN FISIK BERLEBIH

+ AQUABIDEST (28 hari) +GLUTATION 37mgkgBBhari

28 HARI 28 HARI

MDA

Gambar 43 Bagan Alur Penelitian

462 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium

Pemantauan keselamatan tikus jantan (galur Wistar) di laboratorium

(Smith et al1988 Ngatidjan 2006) adalah sebagai berikut

1 Kandang tikus jantan harus cukup kuat tidak mudah rusak teratur dibersihkan

(1x seminggu) mudah dipasang kembali hewan tidak mudah lepas tahan

52

gigitan hewan kelihatan jelas dari luar Alas tempat tidur terbuat dari serbuk

gergaji atau sekam padi agar mudah menyerap air

2 Luas lantai yang memadai untuk tikus jantan dengan berat badan plusmn200 gram

adalah 60cm persegi dan tinggi 20 cm

3 Diciptakan suasana lingkungan yang stabil dan sesuai keperluan fisiologi tikus

jantan di mana kelembaban suhu pertukaran udara yang ekstrim harus

dihindari

4 Hewan coba hendaknya diperlakukan dengan kasih sayang

47 Pengolahan dan Analisis Data

Analisis data yang digunakan adalah

1 Analisis Deskriptif

2 Uji normalitas data dilakukan dengan tes Shapiro-Wilk Distribusi data

normal dengan nilai pgt005

3 Uji homogenitas dilakukan dengan Lavenersquos Test Data dinyatakan

homogen dengan nilai pgt005

4 Karena data berdistribusi normal dan homogen maka untuk uji

komparabilitas dipakai

- Uji t independent untuk membandingkan rerata kadar MDA antar

kelompok

- Uji Paired T- Test untuk membandingkan rerata kadar MDA pre

dan post masing-masing kelompok

- Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau

dinyatakan berbeda bila plt005

53

BAB V

HASIL PENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 20 ekor tikus jantan dewasa

(Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan berat badan plusmn200 gram sebagai

sampelyang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah 10 ekor

yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dankelompok

perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) Dalam penyajian hasil ini diuraikan

uji normalitas data uji homogenitas data uji komparabilitas dan uji efek

perlakuan

51 Uji Normalitas Data

Data Kadar MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan

pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji

Shapiro-Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005)

disajikan pada Tabel 51

53

54

Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing Kelompok Sebelum

dan Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Perlakuan n p Keterangan

Kadar MDA kontrol pre

Kadar MDA perlakuan pre

Kadar MDA kontrol post

Kadar MDA perlakuan post

10

10

10

10

0965

0550

0975

0697

Normal

Normal

Normal

Normal

52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok

Data Kadar MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun

sesudah perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test

Hasilnya menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52

Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA Sebelum dan

Sesudah Perlakuan

Variabel F p Keterangan

Kadar MDA pre

Kadar MDA post

0016

0592

0901

0452

Homogen

Homogen

53 Kadar MDA

531 Uji komparabilitas

Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata kadar MDA

antar kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan

55

glutation Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada

Tabel 53 berikut

Tabel 53

Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata

Kadar MDA

SB T P

Aktivitas berlebih dan

placebo

Aktivitas berlebihdan

glutathion

10

10

518

529

028

029

089 0386

Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok

kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 518028mmoll dan rerata

kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 529029mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 089 dan nilai

p = 0386 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan

berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya tidak berbeda secara

bermakna (p gt 005)

532 Analisis efek perlakuan

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kadar MDA antar

kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation

56

Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54

berikut

Tabel 54 Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata

Kadar MDA

SB T P

Aktivitas berlebih dan

placebo

Aktivitas berlebihdan

glutathion

10

10

778

444

023

017

3672 0001

Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok

kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata

kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 444017mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 3672 dan nilai

p = 0001 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan

berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya berbeda secara

bermakna (p lt 005)

57

Gambar 51 Perbedaan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

533 Analisis Komparasi Sebelum dengan Sesudah Perlakuan

Analisis komparasi diuji berdasarkan rerata kadar MDA antara sebelum

dengan sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation Hasil

analisis kemaknaan dengan uji t-paired disajikan pada Tabel 55 berikut

Tabel 55 Analisis KomparasiKadar MDA antara Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Kelompok Beda Rerata

pre ndash post p Keterangan

Aktivitas berlebih dan placebo

Aktivitas berlebih dan

glutathion

260

085

0001

0001

Meningkat

Menurun

58

Berdasarkan uji t-paired didapatkan bahwa ada penurunan kadar MDA

pada kelompok perlakuan secara bermakna sebesar 085mmoll sedangkan pada

kelompok kontrol mengalami peningkatan secara bermakna sebesar 260mmoll

59

BAB VI

PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian

Untuk menguji efek pemberian glutation terhadap penurunan kadar MDA

maka dilakukan penelitian terhadap 20 ekor tikus jantan dewasa (Galur Wistar)

sebagai sampel yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah

10 ekor yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dan

kelompok perlakuan (pelatihan fisik berlebih dan glutation)

62 Efek Pelatihan Fisik Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA

Hasil penelitian dan analisis data terhadap kadar MDA darah pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji

normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan homogenitas (Levenersquos test) pre-test dan post-

test masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)

Uji perbandingan 1 minggu pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan

injeksi antara kedua kelompok menggunakan uji t-independent Rerata kadar

MDA kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) adalah

518028mmoll dan rerata kelompok pelatihan fisik berlebih dan glutation

adalah 529029mmoll Analisis kemaknaan dengan uji t-independent

menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna kadar MDA darah antara

kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa

kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan injeksi rerata kadar MDAnya tidak

59

60

berbeda secara bermakna

Uji perbandingan setelah pemberian placebo dan glutation antara kedua

kelompok menggunakan t-independent Rerata kadar MDA kelompok kontrol

(aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata kelompok

perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) adalah 444017mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent antara kedua kelompok sesudah diberikan

placebo dan glutation menunjukkan perbedaan kadar MDA secara bermakna

(plt005) Hal ini berarti bahwa kelompok yang diberikan perlakuan berupa

placebo dan glutation 6 jam sebelum diberikan pelatihan fisik berlebih dengan

cara merenangkan selama 60 menit hari selama 35 hari rerata kadar MDA

berbeda secara bermakna Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh

untuk melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam

organ dan pembuluh darah (Giriwijoyo 2004)

Peningkatan kadar MDA sesudah diberikan pelatihan fisik berlebih pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan disebabkan karena pelatihan fisik

berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena terjadi peningkatan konsumsi

oksigen oleh aktifitas otot skeletal Stress oksidatif memicu peningkatan senyawa

oksigen reaktif Pada pelatihan fisik berlebih juga terjadi Reperfusion Injury yang

memicu terjadinya kerusakan jaringan dan peningkatan radikal bebas (Adiputra

2008) Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara menarik elektronnya

sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan sampai kematian sel

(Suryohudoyo 2000)

Pada penelitian ini didapatkan bahwa sesudah diberikan pelatihan fisik

61

berlebih dan placebo terjadi peningkatan kadar MDA sebesar 5024 Kadar

MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel (Winarsi

2007) Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pepe

(2011) bahwa pelatihan fisik berlebih meningkatkan kadar MDA Lebih lanjut

Murray et al (2000) juga menyatakan bahwa pelatihan fisik berlebih merangsang

respon biomarker stres oksidatif Sedangkan pada kelompok perlakuan yang

diberikan aktifitas berlebih dan glutation terjadi penurunan kadar MDA sebesar

1607 Terjadinya penurunan kadar MDA pada kelompok yang diberikan

glutation 6 jam sebelum melakukan pelatihan fisik berlebih disebabkan karena

pemberian antioksidan meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan

cara mendonorkan elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa

oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsi 2007) Glutation merupakan antioksidan

endogen yaitu antioksidan yang dapat disintesa dalam tubuh dari asam amino L-

sistein L-glutamat dan glisin (Cadenas 2002) yang juga sebagai master

antioksidan yaitu antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain

Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan

Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik (Hersh 2004) Glutation

merupakan salah satu antioksidan yang tidak dapat menjadi pro oksidan (Cadenas

2002) Normalnya sekali suatu antioksidan memakan radikal bebas antioksidan

ini menjadi teroksidasi sendiri dan menyerang sel yang sehat yang disebut

sebagai pro oksidan Glutation dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang

teroksidasi tersebut menjadi bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali

dalam memakan radikal bebas (Sellman 2009) Sehingga dengan demikian

62

glutation dapat membantu dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Urso

(2003) bahwa suplementasi antioksidan dapat mengatasi kondisi stress oksidatif

yang terjadi pelatihan fisik berlebih

Uji perbandingan antara data MDA pre dan post masing-masing kelompok

digunakan uji t-paired test Berdasarkan uji ini didapatkan hasil pada kelompok

perlakuan terjadi penurunan kadar MDA secara bermakna sebesar 085 mmollt

sedangkan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan kadar MDA secara

bermakna sebesar 260mmollt Terjadi penurunan kadar MDA pada kelompok

perlakuan menunjukkan pemberian antioksidan Glutation intraperitoneal dosis

37mgkgBBhari dapat mengatasi kondisi stress oksidatif yang terjadi pada

pelatihan fisik berlebih Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh

Urso (2003)

63

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

71 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan sebagai

berikut Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA

tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

72 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah

1 Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja glutation

yang lebih detail

2 Memperhatikan takaran latihan supaya tidak berlebihan yang justru akan

meningkatkan kerusakan sel

3 Perlu dilakukan uji klinis pada manusia

63

64

DAFTAR PUSTAKA

Adiputra N 2008Kesehatan Olah Raga Available from httpwwwbalihesgorgindexphpoption=com Accessed 2011 Oct 5th

Anonim 2011 Glutathione Available at

httpenwikipediaorgwikiGlutathione Accessed 2011 Oct 5th Anonim 2011 Overtraining Available at

httpwwwmarksdailyapplecomovertraining Accessed 2011 Oct5th

Asikin N 2001Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan InKursus Penyegaran dan Pelatihan Radikal bebas dan Antioksidan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta Fakultas Kedokteran UI

Bagiada NA 2001 Proses Penuaan dan Penanggulangannya Denpasar

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hal 22 Banerjee AK Mandal A Chanda D Chahraboti S 2003 Oxidant

Antioxidant and Physical ExerciseAvailable from httpwwwncbinlmnihgovpubmed14619981 accesed 2011 Sept 2nd

Binekada MC 2002 ldquoPelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Konsentrasi dan

Motilitas Spermatozoa Mencitrdquo(tesis) Denpasar Universitas Udayana

Cadenas E Jones PD 2002Bioavailability of Glutathione In Cadenas E

Packer L editorsHandbook of Antioxidants2nd Ed New York Marcel DekkerInc p549-564

Catala A 2006Lipid PeroxidationInt J Biochem Cell Biol 38 1482-1495 Dalle-DonneI Rossi R ColomboR Giustarini D Milzani

A2006Biomarkers of Oxidative Damage in Human Disease Available from httpwwwredorbitcomnewsscience473334biomarkersof oxidative damage in human diseaseindexhtmlaccessed2011 Sept 5th

Fouad T 2007 Free radicals Types Sources and Damaging Reaction

Relations Available from

64

65

wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th

Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th

Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112

Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors

ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their

Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69

Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan

Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th

Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz

R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155

Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester

Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th

Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala

T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200

Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and

Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders

66

Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana

LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia

Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647

Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from

httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit

Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK

Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620

Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji

Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah

Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009

Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan

Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132

Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde

Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521

Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley

Medical Publicationsp 123-141

Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI

Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable

from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer

67

Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole

Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam

Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI

Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam

Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya

Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan

Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47

Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant

Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th

Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan

Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105

68

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965

Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975

Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753

Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

69

Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan

Group Statistics

Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887

Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215

Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260

Perlakuan 10 42500 23348 07383

Independent Samples Test

Levenes Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df

Sig (2-

tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence Interval of the

Difference Lower Upper

Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428

Equal variances not assumed

-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429

Post1

Equal variances assumed 592 452 367

22 18 000 333700 09087 314608 352792

Equal variances not assumed

36722 16855 000 333700 09087 314515 352885

Post2

Equal variances assumed 906 354 264

19 18 000 239500 09066 220454 258546

Equal variances not assumed

26419 16265 000 239500 09066 220307 258693

70

Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis

(Laurence amp Bacharach 1964)

2g mencit 20g tikus 400g marmot

l5Kg kelinci

20Kg kucing

40Kg kera

120Kg anjing

70Kg manusia

20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879

200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560

400 g marmot

008 057 10 225 24 52 102 315

l5Kg kelinci

004 025 044 10 106 24 45 142

20Kg kucing

003 023 042 092 10 22 41 130

40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61

120Kg anjing

0008 006 010 0022 024 052 10 31

70Kg manusia

00026 0018 0031 007 0013 016 032 10

71

Lampiran 4

Foto Penelitian

Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)

72

Lampiran 5

Data Hasil Penelitian

Kelompok Kontrol

Pre test Post test Pre test Post Test

752 647 769 694

779 670 773 664

745 660 803 653

769 643 817 677

783 653

786 684

Kelompok Perlakuan

Pre Test Post test

412 391

436 412

442 425

425 401

453 436

466 442

432 405

456 432

470 453

476 463

Page 10: PEMBERIAN INJEKSI GLUTATION INTRAPERITONEAL

ix

ix

ABSTRACT

INTRAPERITONEAL ADMINISTRATION OF GLUTATHIONE INJECTION DECREASE MDA LEVEL ON

OVERTRAINING RAT

According to Anti-Aging Medicine aging can be treated as a diseaseageing process can be overcome so that we can even reverse Every time we do an activity a process of oxidation occurs in our bodies 2-5 of the oxygen we consumed is reduced to free radicals This is a physiological condition This production is increased in conditions such ultraviolet rays exposure pollution smoking excessive alcohol consumption stress causing cells damage occurs premature aging Overtraining causes an excess of free radicals this condition requires an antioxidant that is able to overcome free radicals so further damage can be prevented The aim of this study was to determine the effectiveness of Glutathione in dealing with excess free radicals caused by excessive physical training which can be determined from the decreasing levels of MDA

This study was an experimental study with Pre test-Post test control group design conducted at the Department of Pharmacology Faculty of Medicine University of Udayana in January-March 2012 This study used 20 albino rats randomly divided into two groups Group 1 control group was given physical overtraining (swimming) and aquabidest intraperitoneal injections Group 2 was given physical overtraining and Glutathione intraperitoneal injection at a dose of 37mgbwday Both groups were given overtraining for 35 days in which overtraining is divided into two the first 7 days are given only overtraining course the next 28 days are given overtraining + Glutathione injection placebo The results showed that in the control group there were elevated levels of MDA of 518 plusmn 028 mmol l to 552plusmn 029 mmoll while in the treated group there were decreased levels of MDA of 778 plusmn 023 mmol l to 444 plusmn 017 mmoll Based on statistical tests there is a significant decrease in in the treated group (plt005)

This study concluded that administration of intraperitoneal Glutathione injections decreasing levels of MDA in mice given physical overtraining It is recommended to conduct further studies in vivo in several species of experimental animals and in humans Key words Glutathione MDA level physical overtraining rat

x

x

DAFTAR ISI

Sampul Dalam i

Pemberian Gelar ii

Lembar Pengesahan iii

Penetapan Panitia Penguji iv

Ucapan Terima Kasih v

Abstrak viii

Abstract ix

DAFTAR ISI x

DAFTAR TABEL helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip xiv

DAFTAR GAMBARhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip xv

DAFTAR LAMPIRAN helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip xvi

DAFTAR SINGKATAN xvii

BAB I PENDAHULUAN

11 Latar Belakang 1

12 Rumusan Masalah 6

13 Tujuan Penelitian 6

14 ManfaatPenelitian 7

141 Manfaat Keilmuan 7

142 Manfaat Praktis 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA

21 Penuaan 8

xi

xi

211 Teori Wear and Tear 9

212 Teori Radikal Bebas 9

213 Teori Kontrol Genetika 11

214 Teori Neuroendokrin 11

22 Radikal Bebas 12

221 Definisi Radikal Bebas 12

222 Sifat- sifat Radikal Bebas 12

223 Peranan Radikal Bebas Dalam Proses Penuaan 15

23 Stress Oksidatif 15

231 Keadaan Yang Menyebabkan Stress Oksidatif 15

24 Pelatihan Fisik 16

241 Olahraga 16

242 Pelatihan Fisik Berlebih 21

25 Antioksidan 28

26 Glutation sebagai Antioksidan 29

261 Fungsi Glutation 31

262 Suplementasi Glutation 33

263 Glutation Precursor 37

264 Sumber Glutation dari makanan 38

BAB III KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

31 Kerangka Berpikir 40

32 Konsep Penelitian 41

33 Hipotesis Penelitian 42

xii

xii

BAB IV METODE PENELITIAN

41 Rancangan Penelitian 43

42 Tempat dan Waktu Penelitian 44

43 Populasi Sampel 44

431 Populasi 44

432 Kriteria Sampel 45

4321 Kriteria Inklusi 45

4322 Kriteria Drop Out 45

433 Besar Sampel 45

434 Teknik Pengambilan Sampel 46

44 Variabel Penelitian 47

441 Klasifikasi Variabel 4

442 Definisi Operasional Variabel 48

45 Bahan dan Alat Penelitian 49

451 Bahan Penelitian 49

452 Alat Penelitian 49

46 Prosedur Penelitian 50

461 Alur Penelitian 51

462 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium 51

47 Pengolahan dan Analisis Data 52

BAB V HASIL PENELITIAN

51 Uji Normalitas Data 53

52 Uji Homogenitas Antar Kelompok 54

xiii

xiii

53 Kadar MDA 54

531 Uji Komparabilitas 54

532 Analisa Efek Perlakuan 55

533 Analisa Komparasi Sebelum dan Sesudah Perlakuan 57

BAB VI PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian 59

62 Efek Aktifitas Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA 59

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

71 Kesimpulan 63

72 Saran 63

DAFTAR PUSTAKA 64

LAMPIRAN 68

xiv

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 21 Makanan yang mengandung Glutation 39

Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing

Kelompok Sebelum dan Sesudah Perlakuan 54

Tabel 52 Hasil uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA

Sebelum dan Sesudah Perlakuan 54

Tabel 53 Hasil Rerata Kadar MDA antar Kelompok Sebelum

Diberikan Perlakuan 55

Tabel 54 Hasil Rerata Kadar MDA antar Kelompok Sesudah

Diberikan Perlakuan 56

Tabel 55 Analisis Komparasi Kadar MDA antara Sebelum dan

Sesudah Perlakuan helliphelliphelliphellip 57

xv

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 21 Struktur GSH dan GSSG 30

Gambar 22 GSH Redox 31

Gambar 23 Detoksifikasi Lipid Hydoxyperoxides di usus halus 32

Gambar 24 Supply dan Removal Glutation 34

Gambar 31 Kerangka Konsep Kadar MDA pada Tikus yang

diberikan Pelatihan Fisik Berlebih+Placebo dan Pelatihan

Fisik Berlebih+Glutation 41

Gambar 41 Rancangan Penelitian 42

Gambar 42 Bagan Hubungan antar Variabel 47

Gambar 43 Bagan Alur Penelitian 51

Gambar 51 Perubahan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah

Diberikan Perlakuan 57

xvi

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Uji Normalitas Data 68

Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antar Kelompok Kontrol

dan Perlakuan 69

Lampiran 3 Perbandingan Luas Permukaan Tubuh Hewan Percobaan

untuk Konversi Dosis 70

Lampiran 4 Foto Penelitian 71

Foto Glutation (Tationil Teofarma) 71

Lampiran 5 Data Hasil Penelitian 72

xvii

xvii

DAFTAR SINGKATAN

CoQ10 Coenzym Q10

DNA Deoxyribonucleic Acid

GSH Px Glutation Peroksidase

GSH Glutation

GSSG Rx Glutation Reduktase

GSSG Glutation Disulfide

MDA Malondialdehyde

NADH Nicotinamide Adenine Dinucleotide

NADPH Nicotinamide Adenine Dinucleotide Phosphate

O2 Oksigen

RNA Ribonucleic Acid

ROS Reactive Oxygen Species

SOD Super Oxide Dismutase

TBARS Thiobarbituric Acid Reactive Substances

1

BAB I

PENDAHULUAN

11 LATAR BELAKANG

Proses penuaan menurut Kedokteran Anti Penuaan dapat diperlakukan

seperti suatu penyakit dalam arti proses ini dapat diatasi dapat dirsquoreversersquo atau

dirsquokembalikanrsquo menjadi kondisi seperti saat muda Penyakit yang muncul seiring

dengan bertambahnya usia seperti hipertensi diabetes mellitus osteoartritis dan

lain-lain membuat kualitas hidup menurun pada usia lanjut Ilmu Kedokteran

Anti Penuaan memberikan paradigma baru dalam mengatasi proses penuaan Ilmu

ini memberikan solusi untuk mengatasi ketidakmampuan penyakit nyeri

deformitas dan kesedihan di masa tua sehingga kualitas hidup meningkat

Modifikasi gaya hidup dengan cara mengatur pola makan pola tidur pola

olahraga pola hidup manajemen hormon dapat meningkatkan kualitas hidup

Terbentuknya radikal bebas oksigen dalam tubuh sebenarnya merupakan

sesuatu yang fisiologis Oksigen yang kita hirup berperan dalam metabolisme

sebagian kecil (2-5) tereduksi membentuk radikal bebas Radikal bebas oksigen

dikelompokkan dalam senyawa Reactive Oxygen Species (ROS) ROS merupakan

radikal bebas yang berbahaya bagi tubuh (Arief 2010) Bila produksi tersebut

menjadi semakin meningkat dalam kondisi seperti terpapar sinar ultraviolet

polusi merokok konsumsi alkohol dalam jumlah banyak stress menyebabkan

kerusakan pada sel-sel terjadi penuaan

1

2

Teknologi yang berkembang dengan pesatnya memberikan kita banyak

fasilitas kemudahan dalam menjalani hidup kita Akhirnya dalam apapun yang

akan kita perbuat atau lakukan kita selalu dihadapkan pada 2 pilihan mau yang

mudah atau yang sulit Menjamurnya makanan instant fast food yang disebut

juga makanan junk food karena memang tidak kurang kandungan gizi yang kita

perlukan Makanan ini tidak mengandung nilai gizi hanya mementingkan rasa

yang penting enak gurih karena banyak mengandung lemak tinggi karbohidrat

dan cepat saji karena semakin sibuknya manusia Selain itu karena kesibukan

kita menjadi kurang sekali dalam berolahraga selain kesibukan juga sudah lelah

Akibatnya kita menjadi gemuk semakin gemuk semakin malas beraktifitas

semakin mudah lelah yang lama kelamaan menjadi kelelahan kronis depresi

mudah muncul

Gaya hidup manusia yang mempunyai tingkat stress yang tinggi ditambah

kurangnya aktifitas berolahraga meningkatkan resiko timbulnya penyakit jantung

low back pain adult-onset diabetes obesity yang disebut hypokinetic diseases

(Sharkey 2003 ) Meningkatnya insidensi kelebihan berat badan menjadi masalah

kesehatan di seluruh dunia termasuk di Indonesia (Misnadiarly 2007) Kelebihan

berat badan menyebabkan terjadinya penumpukan lemak yang berlebihan dalam

tubuh dan berpotensi memicu banyak penyakit yang mematikan Beberapa

penyakit tersebut dikategorikan sebagai penyakit yang terjadi karena metabolism

yang melambat dan penumpukan lemak sering disebut sebagai Sindroma

Metabolik(hipertensi hiperlipidemia diabetes mellitus) Sebaliknya sebuah gaya

3

hidup yang sehat dan seimbang memainkan peranan yang besar dalam mencegah

banyak penyakit yang berhubungan dengan gaya hidup

Pada sisi lain manusia juga selalu dituntut untuk memiliki tubuh sehat

penampilan yang menarik Masalah muncul pada saat manusia memilih jalan

pintas berolahraga berlebihan (overtraining) diet ketat berlebihan

mengkonsumsi obat-obatan penekan nafsu makan obat-obat pembakar lemak

suplemen secara berlebihan dan tanpa informasi yang benar tanpa pengawasan

dokter dengan tujuan untuk memperoleh tubuh ramping dalam waktu secepatnya

Bukan tubuh sehat yang didapat tetapi malah menjadi sakit yang tidak mustahil

dapat mengarah ke kematian

Tubuh sehat ideal dalam arti tidak mudah sakit mempunyai hidup yang

berkualitas penampilan yang prima dan mempunyai postur tubuh yang

proporsional (Misnadiarly 2007) Gaya hidup yang sehat seimbang adalah kunci

untuk mencapai kesehatan dan bentuk badan yang lebih bagus dan hanya akan

tercapai melalui aktifitas olahraga pengaturan pola makan istirahat yang teratur

dan proporsional

Olahraga yang berlebihan tidak memberikan efek yang baik untuk tubuh

tetapi latihan yang tepat meningkatkan kebugaran aerobik Frekuensi yang lebih

sering durasi yang lebih panjang intensitas yang meningkat meningkatkan

kebugaran fisik Hal yang penting kita harus memperhatikan waktu pemulihan

Apabila tubuh tidak mempunyai cukup waktu untuk pemulihan bukan

meningkatkan kebugaran tetapi malah menimbulkan cedera atau penyakit melalui

supresi sistem kekebalan (Sharkey 2003) Olahraga yang teratur dapat

4

meningkatkan produksi molekul anti oksidan endogen termasuk glutathioneurate

coenzyme Q10 (Cadenas 2002) Dengan meningkatnya kadar antioksidan

endogen maka kadar MDA tubuh akan menurun

Teori Radikal Bebas menjelaskan bahwa radikal bebas merusak sel-sel

tubuh manusia (Goldmanamp Klatz 2003) Pelatihan fisik berlebih menyebabkan

terbentuknya radikal bebas Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara

menarik elektronnya sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan

sampai kematian sel (Suryohudoyo 2000) Pelatihan fisik berlebih menyebabkan

penuaan terjadi lebih cepat

Gaya hidup yang tidak sehat meningkatkan produksi radikal bebas

Beruntung tubuh mempunyai mekanisme pertahanan melawan oksidasi yang

terjadi tersebut Tubuh memproduksi enzim dan molekul khusus yang dapat

menangkap dan melenyapkan radikal bebas (superoksid dismutase katalase

glutation alfa lipoic acid CoQ10) yang disebut juga antioksidan endogen dan

yang berasal dari makanan seperti vitamin C dan E beta karoten polifenol

selenium seng (antioksidan esensial) yang disebut juga antioksidan eksogen

Antioksidan endogen maupun eksogen sangat penting buat tubuh karena

mampu meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan cara menangkap

dan mengeliminirnya Antioksidan eksogen efektif diperlukan untuk mencegah

terjadinya stress oksidatif Antioksidan endogen merupakan mekanisme

pertahanan preventif dengan cara memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal

bebas atau dengan cara menangkapnya (Winarsi 2007)

5

Bila jumlah antioksidan lebih sedikit dibanding jumlah radikal bebas

terjadi gangguan keseimbangan yang disebut redox state (Cadenas 2002) Dalam

kondisi seperti ini semakin banyak molekul normal yang ditarik elektronnya

molekul menjadi tidak stabil molekul ini akan merusak molekul sehat lainnya

sehingga terjadilah penyakit (Winarsi 2007)

Pemberian antioksidan yang cukup dan optimal dapat meningkatkan

kebugaran meningkatkan kemampuan tubuh dalam melakukan pelatihan fisik

menurunkan kadar stress oksidatif dalam tubuh mencegah terjadinya penuaan

dini (Pangkahila 2007) Antioksidan bekerja dengan cara mendonorkan satu

elektronnya ke molekul yang kehilangan elektronnya (radikal bebas) sehingga

membentuk radikal bebas tidak reaktif relatif stabil proses kerusakan sel dapat

dihambat

Ada beberapa macam antioksidan salah satunya adalah Glutation

Glutation merupakan antioksidan endogen yaitu antioksidan yang dapat dibuat

oleh tubuh kita sendiri Glutation juga dikenal sebagai master antioksidan

antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain (Goldman 2003)

Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan

Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik Normalnya sekali suatu

antioksidan memakan radikal bebas antioksidan ini menjadi teroksidasi sendiri

dan menyerang sel yang sehat yang disebut sebagai pro oksidan Glutation

dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang teroksidasi tersebut menjadi

bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali dalam memakan radikal bebas

(Sellman 2009) Sehingga dengan pengertian di atas glutation dapat membantu

6

dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh kita lebih banyak

dibandingkan dengan antioksidan lain

MDA adalah metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas

Kadar MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel

Apabila terdapat antioksidan yang tinggi dalam tubuh maka kadar MDA akan

menurun (Winarsi 2007)

Pelatihan fisik berlebih akan menyebabkan meningkatnya kerusakan

oksidatif Glutation menghambat kerusakan oksidatif Parameter yang digunakan

dalam penelitian ini adalah produk peroksidase lipid yaitu malondialdehid (MDA)

menurut metoda Willis

12 Rumusan Masalah

Apakah pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan

kadar MDA tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

13 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat

menurunkan kadar MDA pada tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

14 Manfaat Penelitian

141 Manfaat Keilmuan

Dapat menambah pengetahuan bahwa olahraga berlebih meningkatkan

MDA pemberian antioksidan Glutation dalam upaya mencegah terjadinya stress

7

oksidatif berkelanjutan yang dapat menjadi salah satu penyebab proses penuaan

penyakit metabolisme dan kemungkinan dapat dipergunakan sebagai dasar untuk

dilakukan penelitian lebih lanjut

142 Manfaat Praktis

Pengetahuan tersebut dapat memberikan manfaat kepada masyarakat luas

untuk lebih bijaksana dalam mengkonsumsi antioksidan dan dalam melakukan

pelatihan fisik

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

21 Penuaan

Penuaan sampai saat ini masih dianggap sebagai sesuatu yang alamiah

terjadi demikian juga penyakit yang muncul pada masa tuaSeseorang yang

berumur 50 tahun dengan penyakit Diabetes Mellitus dipandang sebagai sesuatu

yang umum karena memang sudah tua Sejak tahun 1950 penelitian penyebab

penuaan mulai diteliti faktor-faktor penyebab yang mempengaruhi kualitas hidup

sehingga meskipun usia bertambah tua tetapi tetap berkualitas Beberapa cara

modifikasi gaya hidup terus dilakukan untuk mencapai kualitas hidup yang lebih

baik seperti mengatur pola makan pola tidur pola olahraga pola hidup untuk

mencapai kualitas hidup yang baik di usia lanjutPenelitian memberi kesimpulan

bahwa pemberdayaan diri membudayakan pola hidup sehat dapat meningkatkan

kualitas hidup seseorang (Franklin 2009)

Dewasa ini seiring dengan percepatan perubahan teknologi meningkatnya

persaingan hidup orang berlomba-lomba mengkonsumsi produk dan berbagai

metode yang mengklaim bisa menghambat penuaan atau bersifat Anti Aging Ilmu

Kedokteran Anti Penuaan memberikan paradigma baru dalam menangani proses

penuaan Ilmu Kedokteran Anti Penuaan ini menjanjikan dapat memberikan solusi

untuk mengatasi ketidakmampuan penyakit nyeri deformitas dan kesedihan di

masa tua dengan cara meningkatkan kualitas hidup masa tua (Goldman dan Klatz

8

9

2003) Menurut Pangkahila penuaan bisa dicegah diobati dan bahkan dapat

dikembalikan ke keadaan semula (Pangkahila 2007)

Proses penuaan dapat dijelaskan dalam empat teori utama yang walaupun

tidak dapat menjelaskan dengan lengkap tetapi teori tersebut melengkapi satu

dengan yang lain

211 Teori Wear and Tear

Teori ini diperkenalkan pertama kali oleh Dr August Weisman seorang

ahli biologi dari Jerman pada tahun 1882 Teori ini menyatakan bahwa tubuh dan

sel akan rusak karena penggunaan dan disalahgunakan baik penggunaan secara

alami apalagi penyalahgunaan Kerusakan terjadi dalam sel sampai organ Pada

usia muda kerusakan yang terjadi dapat diatasi dikompensasi karena sistem

perbaikan dan pemeliharan yang masih baik tetapi seiring dengan bertambahnya

umur tubuh mulai kehilangan kemampuan tersebut Teori ini juga meyakini

pemberian suplemen dan merangsang kemampuan tubuh untuk melakukan

perbaikan dan mempertahankan organ tubuh dan sel

212 Teori Radikal Bebas

Teori ini diperkenalkan oleh Dr Denham Harman pada tahun 1956

Radikal Bebas adalah molekul tidak stabil yang sangat reaktif karena mempunyai

elektron tidak berpasangan pada orbit luarnya dapat bereaksi dengan molekul

lain menimbulkan reaksi berantai yang sangat destruktif (Goldman dan Klatz

2003)

10

Radikal Bebas dihasilkan dari pembakaran gula dan lemak yang kita

konsumsi untuk memberikan energi pada tubuh kita Radikal bebas merusak

membran sel kode DNA enzim protein dan akhirnya terjadi kerusakan pada

seluruh organ Kerusakan terjadi mulai dari lahir dan terus berlanjut hingga

meninggal Pada usia muda dampak penggantian sel yang masih berfungsi baik

Seiring dengan usia bertambah akumulasi kerusakan akibat radikal bebas akan

mengganggu metabolisme sel terjadilah mutasi sel yang mengakibatkan

timbulnya kanker dan kematian

Age Spot merupakan salah satu bentuk kerusakan pada membrane sel

yang disebabkan oleh Radikal Bebas Kerusakan membran ini menghasilkan

produk sisa yang dikenal sebagai lipofuscin Jumlah lipofuscin yang tinggi dalam

tubuh memberikan warna gelap pada daerah tertentu yang disebut Age spot

Lipofuscins mengganggu sintesis DNA dan RNA mempengaruhi sintesis protein

(menurunkan energi dan menghambat pembentukan massa otot) merusak enzim

seluler yang diperlukan untuk proses kimia vital dalam tubuh (Goldman dan

Klatz 2003)

Radikal bebas mempengaruhi peroksidasi lipid yang menyebabkan

produksi MDA (malondialdehyde) yang mengikat protein dan menyebabkan

gangguan fungsi biologik protein tersebut Radikal Bebas berkaitan dengan

penyakit usia lanjut seperti aterosklerosis Parkinson penyakit Alzheimer dan

gangguan fungsi kekebalan tubuh (Pangkahila 2007)

11

213 Teori Kontrol Genetika

Teori terfokus pada kode genetik yang ada dalam DNA meskipun seluruh

aspek diwariskan dalam gen tiap individu waktu jam biologis tergantung pada

pola hidup penuaan masing-masing individu Tiap individu memiliki jam biologis

yang telah diatur waktunya Berhentinya jam biologis menandakan proses

penuaan dan meninggal (Goldman dan Klatz 2003)

Ilmu Kedokteran Anti Penuaan melakukan upaya mencegah dan

memperbaiki kerusakan yang terjadiTerapi Gen diharapkan dapat memberikan

solusi dalam menghadapi takdir genetika terhadap beberapa penyakit keturunan

214 Teori Neuroendokrin

Teori yang menyangkut peranan berbagai hormon bagi fungsi organ tubuh

diperkenalkan oleh Vladimir DilmanPhD

Hormon mengatur dan memperbaiki fungsi tubuh Pada usia muda

berbagai hormone masih berfungsi baik dalam mengendalikan berbagai fungsi

organ tubuh Ketika manusia menjadi tua produksi hormon menurun fungsi

tubuh menjadi terganggu Contoh Growth Hormone yang membantu

pembentukan massa otot testosteron dan hormone tiroid akan menurun tajam

pada usia tua Ditandai dengan rasio lemak dan otot yang meningkat Terapi sulih

hormone dapat membantu masalah tersebut dan mengembalikan fungsi hormone

tubuh sehingga memperlambat proses penuaan

12

22 Radikal Bebas

221 Definisi Radikal Bebas

Radikal bebas adalah molekul (kumpulan atom) yang memiliki elektron

yang tidak berpasangan Oksidan adalah senyawa penerima elektron yaitu

senyawa yang dapat menarik elektron Kedua jenis senyawa ini memiliki aktifitas

yang sama dan memberikan akibat yang hampir sama tetapi dengan proses yang

berbeda (Winarsi 2007) Radikal Bebas digolongkan dalam oksidan namun tidak

setiap oksidan adalah radikal bebas (Suryohudoyo 2000)

Sumber oksidan berasal dari

Tubuh sendiri yaitu berasal dari proses fisiologis namun oleh suatu sebab

jumlahnya menjadi banyak

Proses peradangan

Luar tubuh seperti polutan obat-obatan

Radikal bebas lebih berbahaya dibanding senyawa oksidan non radikal

222 Tahapan Terbentuknya Radikal Bebas dan Sifatnya

Tahapan terbentuknya radikal bebas terjadi melalui sederetan mekanisme

reaksi

1 Tahap Inisiasi yaitu tahap yang menyebabkan terbentuknya radikal bebas

Cu

RH + O2 R + H2O

2 Tahap Propagasi yaitu tahap dimana radikal bebas cenderung bertambah

banyak dengan membuat reaksi rantai dengan molekul lipid lain

13

R + O2 RO2

RO2 + RH R + ROOH

3 Tahap Terminasi yaitu apabila terjadi reaksi antara radikal bebas dengan

radikal bebas lain atau antara radikal bebas dengan suatu senyawa pembasmi

radikal bebas (scavenger)

R1 + R2 R 1 R 2

Reduksi oksigen memerlukan pengalihan empat electron (electrotransfer)

Pengalihan ini tidak dapat sekaligus tetapi dalam empat tahapan yang setiap

tahapan hanya melibatkan pengalihan satu elektron Kendala yang mengharuskan

oksigen hanya dapat menerima satu elektron setiap tahap menyebabkan

terjadinya dua hal yaitu kurang reaktifnya oksigen dan terbentuknya senyawa-

senyawa oksigen reaktif seperti O2 (radikal superoksida) H2O2 (hydrogen

peroksida) OOH (radikal peroksil) dan OH (radikal hidroksil)

Radikal Bebas memiliki 2 sifat yaitu

1 Reaktifitas tinggi karena cenderung menarik elektron

2 Mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal

Elektron dari Radikal Bebas berikatan dengan senyawa yang berikatan

kovalen seperti lipid protein dan DNA akan sangat berbahaya karena ikatan

digunakan bersama-sama pada orbit luarnya Dibanding senyawa oksigen reaktif

radikal hidroksil merupakan senyawa yang paling berbahaya karena reaktifitasnya

yang sangat tinggi

Radikal hidroksil dapat merusak 3 jenis senyawa penting yang berfungsi

untuk mempetahankan integritas sel yaitu

14

1 Asam lemak tak jenuh yang merupakan komponen penting fosfolipid

penyusun membran

2 DNA pembawa genetik sel

3 Protein memegang berbagai peran penting seperti enzim reseptor antibodi

sitoskeleton

Dari ketiga senyawa tersebut yang paling rentan adalah senyawa asam

lemak tak jenuh ganda pada membran sel yang mengakibatkan rapuhnya dinding

sel Senyawa oksigen reaktif ini juga merusak dinding bagian dalam pembuluh

darah sehingga mengakibatkan pengendapan koleserol dan menyebabkan

aterosklerosis Apabila senyawa oksigen reaktif ini merusak basa DNA akan

terjadi kekacauan sistem info genetika berlanjut pada pembentukan sel kanker

Jaringan lipid yang rusak memicu munculnya penyakit degeneratif

Fosfolipid glikolipid dan kolesterol merupakan komponen terpenting

membran sel Komponen fosfolipid dan glikolipid mengandung asam lemak tak

jenuh (asam linoleat linolenat arakidonat) sangat rawan terhadap serangan

radikal hidroksil yang dapat menimbulkan reaksi rantai yang dikenal sebagai

Lipid peroxidation

Peroksidase lipid

LH + OH --- H + H2O

Asam lemak Radikal Bebas

L + O2 -- LOO

Radikal peroksilipid

LOO + LH --- L + L OOH dan seterusnya

15

Hasil akhir dari proses ini adalah terputusnya rantai asam lemak menjadi

berbagai senyawa yang bersifat toksik terhadap sel antara lain berbagai macam

aldehid seperti Malondealdehyde (MDA)

223 Peranan Radikal Bebas dalam proses penuaan

Pada usia muda keseimbangan antara radikal bebas dan pertahanan

antioksidan berfungsi dengan baik seiring dengan pertambahan usia

keseimbangan terganggu karena cadangan antioksidan berkurang dan radikal

bebas berlebih (Saxena dan Lan 2006)

Akibat ketidakseimbangan ini terjadi kerusakan oksidatif (Arief 2010)

Kerusakan ini disebabkan oleh radikal bebas dan merusak 3 komponen utama

yang mempertahankan integritas sel seperti fosfolipid (penyusun membrane sel)

DNA (perangkat genetik) protein (enzim reseptor antibodi) (Fouad 2007)

Ketidakseimbangan antara antioksidan dan senyawa oksigen reaktif

menghasilkan stress oksidatif penyebab kanker penuaan aterosklerosis cedera

iskemik peradangan dan penyakit degeneratif (Parkinson Alzheimer)

(Pangkahila 2007)

23 Stress Oksidatif

231 Keadaan yang menyebabkan stress oksidatif

Pada saat jumlah antioksidan tubuh kurang dari yang diperlukan untuk

meredam efek buruk dari radikal bebas keadaan ini disebut Stress oksidatif Bila

terjadi dalam waktu yang lama akan terjadi penumpukan hasil kerusakan

16

oksidatif di dalam sel dan jaringan yang mengakibatkan hilangnya fungsi sel

jaringan dan akhirnya mati Hal ini merupakan penyebab utama proses penuaan

(Bagiada 2001)

Keadaan yang menyebabkan Stress Oksidatif ini salah satunya adalah

pelatihan fisik berat atau berlebih (Hersh 2004) Stress oksidatif dapat

dikendalikan antara lain dengan membiasakan untuk menerapkan pola hidup sehat

dan mengkonsumsi antioksidan diharapkan akan memacu kerja antioksidan

dalam tubuh

MDA merupakan hasil dari proses peroksidasi lipid meningkatnya MDA

menunjukkan adanya suatu kondisi Stress Oksidatif menurunnya MDA

menunjukkan adanya perbaikan dari kondisi Stress tersebut sehingga MDA dapat

dipakai sebagai biomarker Stress oksidatif

24 Pelatihan Fisik

241 Olahraga

Pelatihan fisik atau olahraga merupakan satu kegiatan yang penting bagi

kehidupan manusia Olahraga merupakan alternatif kegiatan yang dapat

meningkatkan derajat kebugaran fisik seseorang apabila dilakukan dengan dosis

takaran yang benar Menurut Sharkey olahraga dapat meningkatkan pengeluaran

energi dan tingkat pengeluaran tersebut berkaitan dengan intensitas dan durasi

aktifitas yang dilakukan (Sharkey 2003) Latihan fisik atau olahraga yang

memperhatikan frekuensi intensitas tipe dan waktu mendukung dalam

mendapatkan hasil yang maksimal dan menurunkan resiko cedera Latihan fisik

17

yang benar memberikan dampak perbaikan pada sistem fungsional paru dan

jantung sehingga terjadi hipertropi otot jantung penurunan detak jantung

istirahat peningkatan stroke volume peningkatan volume darah dan hemoglobin

menambah jumlah pembuluh darah kapiler serta berfungsi dalam proses

pembakaran energi (Fox 1998) Frekuensi latihan yang dianjurkan adalah 3-4x

seminggu dengan intensitas 72-87 dari denyut jantung maksimal (220-umur)

dengan variasi 10 denyut per menitTipe latihan yang dianjurkan adalah

pemanasan 15 menit kombinasi latihan aerobik dan latihan otot dalam waktu 30-

60 menit diakhiri pendinginan 10 menit (Pangkahila 2009)

Sumber energi yang dibutuhkan untuk pelatihan fisik aerobik yang

dominan didapat dari pembakaran simpanan karbohidrat lemak dan sebagian

kecil (5) dari pemecahan simpanan protein yang terdapat di dalam tubuh untuk

menghasilkan ATP (adenosine triphospate) ATP yang terdapat dalam jaringan

otot terbatas kebutuhan ATP dipertahankan oleh creatinin phosphate (CP) dan

glikogen yang tersimpan dalam otot (Hernawati 2009) Terdapat 3 jalur untuk

memberikan ATP tambahan sesuai yang dibutuhkan selama kontraksi otot

meliputi 1 Pemindahan fosfat berenergi tinggi dari kreatinin fosfat ke ADP 2)

Fosforilasi oksidatif (siklus asam sitrat dari sistem transportasi elektron) 3)

glikolisis (Sherwood 2001) Sedangkan pada aktifitas yang bersifat anaerobik

energi diperoleh dari hidrolisis phosphocreatine serta melalui glikolisis glukosa

secara anaerobik Proses ini dapat terjadi tanpa adanya oksigen (O2) Metabolisme

anaerobik ini menghasilkan asam laktat yang apabila terakumulasi dapat

menyebabkan rasa nyeri pada otot menimbulkan stress fisik Hal ini

18

menyebabkan latihan aerobik terasa lebih menyenangkan (Hernawati 2009)

Metabolisme aerobik jauh lebih efisien daripada anaerobik karena menghasilkan

38 molekul ATP per molekul glukosa versus hanya 2 molekul melalui jalur

anaerob

Pelatihan fisik atau olahraga yang teratur selain memberikan manfaat

perbaikan pada mental fisik dan fisiologis juga mempengaruhi hormon tubuh

kita antara lain (Sharkey2003)

1 Growth Hormone

Stimulasi sintesis protein (muscle tone development) dan kekuatan tulang

tendon ligament dan tulang rawan Penurunan penggunaan glukosa dan

peningkatan penggunaan lemak sebagai bahan bakar selama olahraga

Membantu mengurangi lemak tubuh dan mempertahankan glukosa darah pada

level normal sehingga membantu melakukan olahraga selama periode waktu

yang lebih lama Dilepaskannya Growth Hormone oleh kelenjar pituitari di

otak meningkat dengan meningkatnya waktu latihan aerobik

2 Endorphins

Opioid endogen dari kelenjar pituitary yang memblok rasa sakit menurunkan

nafsu makan membuat perasaan senang mengurangi tekanan dan kecemasan

Pada saat olahraga endorfin dalam darah meningkat sampai lima kali selama

aktifitas olahraga lebih dari 30 menit Endorfin membuat kita dapat melakukan

aktifitas latihan menjadi lebih tahan lama

19

3 Testosteron

Hormon yang penting untuk wanita dan pria dalam mempertahankan tonus

volume kekuatan otot meningkatkan angka rata metabolisme basal

menurunkan lemak tubuh dan merasa lebih percaya diri Diproduksi oleh

ovarium pada wanita dan testis pada laki-laki Testosteron pada wanita hanya

sepersepuluh kadar testosteron pada laki-laki Pada wanita testosteron

berperan pada pengaturan libido dan orgasme Produksi pada wanita menurun

saat menjelang menopause sedangkan pada pria pada usia memasuki usia 40

tahun Kadar testosteron darah mulai meningkat setelah 20 menit olahraga

baik pada wanita maupun pria dan tetap tinggi sampai 1-3 jam setelah

olahraga

4 Estrogen

Estrogen secara biologis aktif adalah 17 beta estradiol meningkatkan

pemecahan lemak dari lemak tubuh sehingga dapat digunakan sebagai sumber

tenaga meningkatkan rata-rata metabolisme basal meningkatkan mood

meningkatkan libido Hormon ini disekresi oleh ovarium meningkat saat

olahraga dan tetap meningkat sampai 1-4 jam setelah olahraga

5 Thyroxine (T4)

Hormon yang diproduksi oleh kelenjar tiroid meningkatkan metabolisme

hampir semua sel dalam tubuh Peningkatan metabolisme ini membantu kita

merasa lebih energik dan juga menyimpan kalori penting untuk penurunan

berat badan Kadar tiroksin dalam darah meningkat sekitar 30 selama

20

olahraga dan tetap meningkat sampai beberapa jam sesudahnya Olahraga

yang teratur juga meningkatkan level tiroksin saat istirahat

6 Epinephrine

Hormon yang diproduksi oleh medulla adrenal yang meningkatkan jumlah

darah yang dipompa oleh jantung dan mengarahkan aliran darah ke tempat

yang diharapkan Stimulasi pemecahan glikogen (karbohidrat yang disimpan)

dalam otot yang aktif dan hati untuk digunakan sebagai sumber tenaga

Menstimulasi pemecahan lemak (lemak yang disimpan dalam otot yang aktif)

dan digunakan sebagai sumber tenaga Sejumlah epinefrin yang dilepaskan

berhubungan dengan intensitas dan durasi latihan

7 Insulin adrenalin

Hormon yang penting dalam mengatur gula darah dan asam lemak (lemak)

dan asam amino (protein) dalam sel Sekresi insulin oleh pancreas meningkat

sehubungan dengan respon meningkatnya kadar gula darah dan protein yang

biasa terjadi setelah makan Semakin banyak gula sederhana yang dikonsumsi

semakin tinggi respon insulin Meningkatnya insulin menyebabkan produksi

lemak sehingga insulin sering disebut sebagai hormon lemak atau fat

hormone Pada orang dengan berat badan berlebih terjadi resistensi insulin

sehingga diperlukan insulin dalan jumlah yang lebih besar untuk didapatkan

efek yang sama sehingga didapatkan kadar insulin darah yang lebih tinggi dan

latihan aerobik setiap hari Kadar insulin darah mulai menurun 10 menit saat

olahraga dan terus menurun sekitar 70 menit olahraga Olahraga yang teratur

juga meningkatkan sensitivitas sel terhadap insulin dalam keadaan istirahat

21

8 Glucagon

Hormon yang diproduksi oleh pankreas tugasnya meningkatkan kadar gula

darah Saat gula darah rendah glukagon disekresi dan menyebabkan simpanan

karbohidrat di dalam hati dilepaskan ke aliran darah untuk meningkatkan

kadar gula mencapai kadar normal Glukagon juga menyebabkan

dipecahkannya lemak sehingga dapat digunakan sebagai bahan bakar atau

sumber tenaga Glukagon mulai disekresi pada 30 menit awal olahraga ketika

gula darah mulai menurun

242 Pelatihan Fisik Berlebih

Pelatihan fisik berlebih menimbulkan gangguan pada sistem endokrin

terjadi peningkatan kadar kortisol dan penurunan kadar testosteron (Maffetone

2007) peningkatan ACTH penurunan LH plasma

Sindrom pelatihan fisik berlebih dalam jangka panjang mengakibatkan

terjadinya inflamasi infeksi yang lebih lanjut dapat mempengaruhi kesehatan

secara umum Aktifitas berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena

terjadi peningkatan konsumsi O2 oleh aktifitas otot skeletal Meskipun oksigen

dibutuhkan oksigen juga bersifat toksik yang dapat memicu peningkatan ROS

Pada organ yang tidak mendapat oksigen dan nutrisi yang cukup akan

menimbulkan keadaan iskemik dan kerusakan mikrovaskular Keadaan ini disebut

sebagai Reperfusion Injury yang memicu terjadinya kerusakan jaringan dan

peningkatan Radikal Bebas

22

Pelatihan fisik berlebih meningkatkan terbentuknya Radikal Bebas

(Adiputra 2008) Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh untuk

melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam organ dan

pembuluh darah (Giriwijoyo 2004) Apabila berlebih menyebabkan kerusakan

sel dengan 3 cara (Kumar et al2005 Ebenhardt 2001)

1 Kerusakan DNA mengakibatkan mutasi DNA bahkan kematian sel

2 Peroksidasi lipid membrane sel dan sitosol menyebabkan terjadinya proses

reduksi asam lemak sehingga mengakibatkan kerusakan membran dan organel

sel

3 Modifikasi protein teroksidasi oleh karena cross linking protein

Bila radikal bebas bertemu dengan asam lemak tak jenuh ganda daalam

membrane sel terjadi reaksi peroksidasi lipid membran sel menyebabkan

peningkatan fluiditas membran gangguan integritas membran dan inaktivasi

ikatan membran dengan enzim dan reseptor Tahap akhir dibebaskan aldehyde

seperti malondealdehyde pentane etana conjugated diane yang bersifat merusak

tubuh (Murray et al2000)

Pelatihan fisik berlebih menyebabkan terjadinya peningkatan lekosit atau

lekositosis peningkatan isoprostan dalam urin protein carbonil (73) catalase

(96) glutation peroksidase serta glutation teroksidasi (25) Dapat

disimpulkan pelatihan fisik berlebih merangsang respon biomarker stres oksidatif

(Murray et al 2000) Proses penuaan mengakibatkan penurunan sistem imun

sehingga meningkatkan resiko infeksi Menurut teori aktifitas sedang dapat

menangkal efek proses penuaan yang diakibatkan penurunan sistem imun Studi

23

yang dilakukan Shepard dan Shek menunjukkan bahwa aktifitas sedang dapat

ditoleransi dengan baik oleh individu lanjut usia dan menunjukkan penurunan

stimulasi proliferasi limfosit

Gejala ndash gejala yang dirasakan apabila melakukan pelatihan fisik berlebih

(overtraining) (Maffetone 2007)

1 Sering mengalami kegagalan dalam melakukan latihan yang biasanya kita

lakukan Kondisi fisik menjadi semakin lemah dan semakin lambat terjadi

kemunduran

2 Kehilangan otot dan terjadi penimbunan lemak Latihan fisik berlebih

meyebabkan rasio testosteron kortisol yang seharusnya positif yang berarti

lebih banyak otot dan lebih sedikit lemak menjadi negatif yang berarti cortisol

lebih tinggi dibanding testosteron yang berarti terjadi peningkatan resistensi

insulin dan penimbunan lemak

3 Merasa lemas mudah tersinggung sulit tidur

4 Persendian tulang dan anggota tubuh terasa sakit

Terjadinya DOMS (delayed onset muscle soreness) menunjukkan teknik

latihan yang salah atau postur saat latihan yang tidak tepat DOMS merupakan

respon alami yang akan hilang dalam waktu sehari atau 2 hari tetapi apabila

nyeri berkepanjangan menunjukkan adanya overtraining

5 Sering tiba-tiba jatuh sakit

Latihan fisik berlebih menurunkan sistem imun tubuh kita sehingga menjadi

lebih mudah sakit

24

Latihan fisik berat jangka panjang berkaitan dengan cedera serat

ototKerusakan yang terjadi berhubungan dengan intensitas durasi dan tipe

latihan Ketika cell death terbentuk jaringan nekrotik dibuang oleh sel fagosit

sel satelit teraktivasi menuju ke area yang cedera menjadi myoblast dan

selanjutnya menjadi serat otot Enzim otot yang dilepaskan tidak sepenuhnya

merefleksikan kerusakan struktural yang diperkirakan oleh analisis histologis

Perubahan penanda biologis cedera otot (seperti aktifitas kreatin kinase (CK)

lactate dehydrogenase (LDH) atau konsentrasi malondialdehyde di plasma

(MDA)) sering diperiksa selama overtraining Serum aktivitas CK dan

konsentrasi MDA plasma dapat gagal meningkat saat overtraining perubahan

parameter biokimia hanya merefleksikan otot dengan beban berlebih Setelah

olahraga yang lama pro-inflammatory cytokines diproduksi lokal pada otot

skeletal

Tanda dan gejala fisik latihan fisik berlebih (overtraining)

- Denyut jantung atau nadi yang meningkat saat istirahat

- Tidak toleransi terhadap latihan

- Penampilan yang menurun

- Penurunan berat badan berkurangnya massa otot tidak nafsu makan

- Kelelahan chronic fatigue lethargy

- Nyeri dan kerusakan otot nyeri sendi

- Mudah terserang flu pembengkakan kelenjar getah bening di leher

selangkangan dan ketiak

- Konstipasi atau diare

25

- Gangguan haid gangguan makan gangguan tidur

- Sakit kepala gangguan pencernaan

- Pemulihan yang berlangsung lambat setelah latihan

- Sendi otot tendon terasa kaku dan sakit

Tanda dan gejala psikologis

- Lelah capek kekurangan tenaga

- Insomnia sakit kepala tidak mampu untuk beristirahat

- Depresi gelisah cemas apatis

- Menurunnya kepercayaan diri

- Menurunnya kemampuan untuk berkonsentrasi

- Mudah stress

Efek biokimia dari Latihan Fisik Berlebih

- Meningkatnya serum kortisol dan SHBG

- Menurunnya serum total dan free testosterone rasio testosteron kortisol

- Menurunnya glikogen otot

- Menurunnya serum hemoglobin besi dan ferritin

Faktor yang mempengaruhi terjadinya overtraining

- Jetlag

- Bekerja terlalu keras

- Menstruasi

- Nutrisi gaya hidup yang buruk

- Kurang istirahat

- Terlalu banyak mengkonsumsi alkohol

26

- Kurangnya kemampuan mengatasi stress

Penanganan overtraining atau Latihan Fisik berlebih

- Massage

Massage pada jaringan dalam dapat melepaskan otot yang tegang

mempertahankan keseimbangan sistem muskulo-skeletal Pemijatan atau

massage yang teratur dapat membantu mencegah cedera yang mungkin

terjadi karena overuse

- Menggunakan roller busa

Penggunaan roller busa memungkinkan kita dapat melakukan massage

atau pemijatan sendiri Kita dapat juga memakai yang berbentuk bola atau

bola tenis untuk membantu menghilangkan rasa sakit Pemijatan ini dapat

dilakukan di tungkai lutut hamstring bahu punggung atau otot atau sendi

manapun

- Terapi suhu kontras

Air pancuran hangat dan dingin bergantian menstimulasi tubuh untuk

pulih lebih cepat Otot membawa impuls yang terasa pada kulit bagian

dalam tubuh di mana terjadi stimulasi sistem imun memperbaiki sirkulasi

dan pencernaan mempengaruhi produksi hormon stress meningkatkan

aliran darah mengurangi sensitivitas nyeri

- Pengaturan makanan

Membantu proses pemulihan penting untuk mengkonsumsi makanan

tinggi karbohidrat protein dan lemak sehat seperti Omega 3 omega 6

omega 9 asam lemak esensial Karbohidrat memberikan sumber tenaga

27

pada tubuh dan otak asam lemak esensial membantu mengurangi depresi

memperbaiki pemulihan protein akan membangun kembali otot yang

mengalami overtraining

- Mengkonsumsi vitamin

Ketika terjadi overtraining suplementasi sangat menguntungkan Vitamin

dan suplementasi mineral sebaiknya dikonsumsi pagi hari bersama dengan

makanan untuk penyerapan yang lebih baik

Defisiensi Vitamin yang biasa terjadi

- Vitamin A (Beta-Caroten)

- Vitamin B kompleks vitamin B12

- Vitamin C D E K

- Asam Folat

Defisiensi Mineral yang biasa terjadi

- Calcium

- Chromium

- Copper Iodine Iron

- Magnesium Fosfor

- Potassium

- Sodium

- Sulfur

- Zinc

28

25 Antioksidan

Radikal Bebas merupakan senyawa reaktif yang secara alami diproduksi

oleh tubuh manusia Radikal Bebas memberikan efek positif atau efek negatif

Untuk membatasi efek negatif tersebut dibutuhkan kompleks proteksi ndash sistem

antioksidan Sistem ini terdiri dari enzim antioksidan (katalase glutation

peroksidase superoksid dismutase) dan antioksidan non enzimatik ( vitamin E-

tokoferol vitamin A- retinol vitamin C- asam askorbat) Keseimbangan antara

produksi radikal bebas dan pertahanan antioksidan menunjukkan tingkat stress

oksidatif yang mungkin terlibat dalam proses penuaan dan pada beberapa

patologi (misalnya kanker Parkinson) (Winarsi 2007)

Latihan fisik juga meningkatkan stress oksidatif dan menyebabkan

gangguan homeostasis Latihan memberikan efek positif dan efek negatif

tergantung dari beban latihan spesifikasi latihan dan tingkat basal latihan Stress

oksidatif terlibat dalam terjadinya muscular fatigue dan mengarah ke

overtraining

Definisi antioksidan menurut Cadenas adalah suatu senyawa yang apabila

terdapat dalam jumlah yang lebih banyak dibanding senyawa yang teroksidasi

secara signifikan dapat menunda atau mencegah proses oksidasi senyawa tersebut

(Cadenas 2002) Secara kimia antioksidan adalah senyawa pemberi electron

Secara biologis antioksidan adalah senyawa yang mampu menangkal dan

meredam dampak negative oksidan dalam tubuh Antioksidan mendonorkan satu

elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa oksidan tersebut dapat

dihambat (Winarsi 2007)

29

Penting sekali keseimbangan antara oksidan dan antioksidan karena

berfungsi menjaga integritas dan berfungsinya membrane lipid protein sel dan

asam nukleat Senyawa asam lemak tak jenuh penyusun membrane lipid sangat

sensitive terhadap perubahan keseimbangan antara oksidan dan antioksidan

Menurut mekanisme kerjanya antioksidan dikelompokkan atas 3 yaitu

1 Antioksidan primer SOD katalase glutation peroksidase (GSH-Px)

Bekerja pembentukan senyawa radikal bebas yang telah terbentuk menjadi

molekul yang kurang aktifSedangkan antioksidan primer yang dapat

ditambahkan dari luar seperti glutation asam lipoat SOD melatonin

2 Antioksidan sekunder vitamin E vitamin C beta karoten flavonoid asam

urat albumin (Soewoto 2001)

Merupakan antioksidan eksogenous atau non enzimatis (Winarsi 2007)

Bekerja dengan cara memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal bebas

atau dengan cara menangkapnya

3 Antioksidan tertier meliputi system enzim DNA-repair dan metionin

sulfoksida reduktase Berfungsi dalam perbaikan biomolekuler yang rusak

akibat reaktivitas radikal bebas

26 Glutation sebagai antioksidan

Glutation merupakan tripeptida yang terdiri dari asam amino glutamat

sistein dan glisin (Cadenas 2002)Ikatan glutamat ndash sistein merupakan ikatan

isopeptida antara grup γ-karboksil dari glutamat dan grup α amino dari

sisteinIkatan unik ini membuat gluation tahan terhadap degradasi oleh proteases

30

dan peptidases yang berfungsi pada peralihan proteinMerupakan suatu

antioksidan yang mencegah kerusakan komponen seluler oleh reactive oxygen

species seperti radikal bebas dan peroksidGlutation bukan nutrisi esensial karena

disintesa di dalam tubuh dari asam amino L-sistein L-glutamic acid dan glycine

Gambar 21 Struktur GSH dan GSSG

Glutation terdapat pada sebagian besar sel tubuh tetapi terbanyak terdapat

di dalam hati Grup thiol (SH) dari sistein berfungsi sebagai donor proton dan

bertanggungjawab untuk aktifitas biologis glutation Provisi asam amino ini

merupakan faktor yang terbatas dalam sintesis glutation oleh sel karena sistein

relatif jarang pada makanan Apabila dilepaskan sebagai asam amino bebas

sistein adalah toksik dan secara spontan dikatabolisasi di saluran pencernaan dan

plasma darah

Glutation disintesis dalam 2 tahap

1 Gamma-glutamylcysteine disintesa dari L-glutamate dan sistein melalui enzim

gamma-glutamylcysteine sintetase (glutamate cysteine ligase GCL)

31

2 Glisin ditambahkan pada C-terminal dari gamma-glutamylcysteine melalui

enzim glutation sintetase

261 Fungsi Glutation

Glutation terdapat dalam bentuk tereduksi (GSH) dan teroksidasi (GSSG)

Grup thiol dari sistein mampu memberikan donor elektron ke molekul lain yang

tidak stabil seperti Reactive Oxygen Species (ROS) Pada saat mendonorkan

elektronnya glutation menjadi reaktif dan segera bereaksi dengan glutation reaktif

lainnya membentuk glutation disulfide (GSSG)Reaksi mungkin terjadi apabila

terdapat konsentrasi yang cukup tinggi di sel (sampai 5mm di hati) GSH dapat

terbentuk kembali dari GSSG oleh enzim glutation reduktase Pada sel atau

jaringan yang sehat terdapat lebih 90 dari total simpanan glutation terdapat

dalam bentuk tereduksi (GSH) dan kurang dari 10 dalam bentuk disulfide

(GSSG)

GSH ---- GSSG

Eliminasi ROS Menjaga protein thiols Antioxidant

dalam bentuk reduksi pools

Gambar 22 GSH Redox (Cadenas 2002)

GSH Redox merupakan indikator sentral keseimbangan antara stress

oksidatif dan system antioksidan GSH Redox berkaitan dengan detoksifikasi

Reactive Oxygen Species (ROS) berfungsi dalam mempertahankan tersedianya

antioksidan mempertahankan protein thiol dalam bentuk reduksi Rasio

32

GSHGSSG sering dipakai untuk mengekspresikan keseimbangan redox ini

Peningkatan rasio GSH-GSSG merupakan indikasi adanya Stress Oksidatif

(Goldman 2003)

Glutation mempunyai beberapa fungsi (Winarsih 2007)

- Sebagai antioksidan endogen mayor yang diproduksi oleh sel berpartisipasi

langsung pada netralisasi radikal bebas dan senyawa oksigen reaktif

mempertahankan antioksidan eksogen seperti vitamin C dan E pada bentuk

tereduksi (aktif)

- Pengaturan siklus nitric oxide yang sangat penting untuk kehidupan tetapi

dapat menjadi masalah apabila tidak teregulasi Digunakan untuk reaksi

metabolism dan biokimia seperti sintesis dan perbaikan DNA sintesis protein

sintesis prostaglandin transport asam amino dan aktivasi enzim Tiap sistem

di dalam tubuh kita dapat dipengaruhi oleh sistem glutation khususnya sistem

imun sistem saraf sistem gastrointestinal dan paru

Gambar 23 Detoksifikasi Lipid Hydroxyperoxides di usus halus

33

GSH yang ditransportasikan kedalam lumen digunakan untuk detoksifikasi

peroksid yang terbentuk dari makanan oleh glutation peroksidase (GSH Px)

Proses ini membutuhkan peroksid dan glutation yang tersedia di sel epitel GSSG

yang terbentuk direduksi kembali menjadi GSH oleh GSSG reduktase (GSSG

Rx) menggunakan NADPH sebagai reduktan

262 Suplementasi Glutation

Meningkatkan level GSH melalui suplementasi glutation langsung sulit

Penelitian terakhir menyatakan bahwa secara oral tidak diabsorpsi baik melalui

saluran pencernaan Studi mengenai konsumsi oral akut glutation dengan dosis

sangat besar 3 gram Witschi dan tim menemukan lsquoadalah tidak mungkin

meningkatkan glutation yang bermanfaat secara klinis dengan dosis tunggal 3

gram glutationrsquo

Glutation terdapat pada makanan sehari-hari sampai 150mghari dapat

diabsorpsi melalui intak di usus halus Individu sehat dengan asupan sulfur asam

amino (1-2 gramhari) jumlah GSH mungkin tidak cukup untuk mendapatkan

efek penting secara sistemik Individu dengan asupan sulfur asam amino yang

terbatas suplementasi GSH diperlukan untuk mempertahankan suplai GSH

sistemik dengan memperbaiki keseimbangan sulfur asam amino (Cadenas 2002)

Glutation hanya diabsorpsi di sel epitel oral dan traktus gastrointestinal

dan memberikan keuntungan kesehatan spesifik pada jaringan tersebut(Cadenas

2002)

34

SUPLAI HILANG

Makanan suplemen Degradasi

GSH

Empedu LUMINAL Uptake

Epitel Reaksi Detoksifikasi

Gambar 24 Supply dan Removal Glutation dalam lumen usus halus (Cadenas 2002) Glutation (GSH) disuplai ke dalam lumen intestinal melalui konsumsi oral

empedu dan sekresi epitel intestinal Jumlah yang disuplai dari empedu cukup

untuk mempertahankan jumlah 200microM pada tikus tetapi tidak cukup pada

manusia yang mengalami degradasi di duktus kantung empedu Jumlah yang

dikonsumsi melalui makanan bervariasi dan secara umum kurang dari 200 microM

Jumlah yang diberikan melalui epitel hanya sekitar 10 atau kurang

dibandingkan dengan yang disediakan oleh empedu Hilangnya Glutation karena

degradasi oleh γ-glutamyltranspeptidase dan dipeptidases pada permukaan sel

epitel ditransportasikan ke dalam sel oleh mekanisme sodium-dependent dan

sodium-independent konjugasi dengan elektrofil reaktif dikatalisasi oleh

glutathione-S transferase mucus (Cadenas 2002)

Vitamin D meningkatkan level glutation di otak dan tampaknya sebagai

katalis untuk produksi glutation Sejumlah vitamin D aktif di otak berikatan

dengan seberapa besar vitamin D3 baik melalui suplemen atau dibentuk di kulit

melalui paparan matahariHal ini menyatakan bahwa mengkonsumsi vitamin D

35

dan atau mendapat cukup paparan matahari meningkatkan produksi glutation

(Sellman 2009)

Konsentrasi glutation di plasma dan hati dapat ditingkatkan dengan

mengkonsumsi suplemen tertentu yang disebut GSH precursors N-asetilsistein

atau NAC glutation precursor yang paling memungkinkan Suplemen lain S-

adenosilmetionin (SAMe) dan whey protein juga dapat meningkatkan glutation

dalam sel (Sellman 2009)

NAC tersedia dalam bentuk obat dan sebagai suplemen generik Alpha

lipoic acid juga dapat mempertahankan glutation intraselular Melatonin dapat

menstimulasi enzim yang berkaitan glutation peroksidase dan silimarin ekstrak

dari biji tanaman milk thistle (Silybum marianum) juga mempunyai kemampuan

memperbarui level glutation

Glutation diatur dengan ketat di intraseluler dan dibatasi produksinya oleh

feedback negative inhibisi sintesisnya sendiri melalui enzim gamma-

glutamilsistein sintetase sehingga meminimalisir kemungkinan terjadinya

overdosis Penambahan glutation menggunakan precursor atau glutation intravena

adalah strategi untuk mengatasi defisiensi glutation stress oksidatif tinggi

defisiensi imun

Glutation yang rendah menunjukkan adanya pembuangan dan

keseimbangan negatif nitrogen seperti pada kanker AIDS sepsis trauma

terbakar dan bahkan atlet overtraining Suplementasi glutation dapat

memperbaiki proses ini dan contohnya pada AIDS memberi hasil adanya

perbaikan survival rates Bagimanapun studi mengenai kondisi ini belum dapat

36

membedakan glutation rendah sebagai akibat secara akut (pada pasien sepsis) atau

secara kronis (HIV) meningkatkan stress oksidatif dan peningkatan patologi

sebagai akibat defisiensi yang sudah ada sebelumnya

Skizofrenia dan gangguan bipolar berhubungan dengan glutation yang

rendah Stress oksidatif mungkin salah satu faktor dasar patofisiologi gangguan

bipolar gangguan depresif mayor dan skizofrenia Glutation (GSH) adalah

pemakan radikal bebas mayor di otakTidak adanya GSH meningkatkan

kerentanan sel terhadap stress oksidatif ditandai asetilsistein dapat mengurangi

gejala kedua gangguan tersebut

Glutation merubah level stress oksidatif pada sel yang diisolasi di

laboratorium sehingga dapat mengurangi perkembangan kanker Tes ini tidak

dilakukan pada manusia

Glutamat yang berlebihan di sinaps yang dapat dilepaskan pada kondisi

seperti cedera otak dapat menghambat pengambilan sistein senyawa pembentuk

glutation yang pentingTanpa proteksi dari cedera oksidatif oleh glutation sel-sel

dapat rusak atau mati (Sellman 2009)

Glutation juga mempunyai fungsi lain sebagai berikut (Sellman 2009)

Mencerahkan kulit

Mencegah menghilangkan jerawat dan bekas jerawat

Menghilangkan noda hitam

Anti aging dan anti kerut

Memberi nutrisi kulit

Membantu pemulihan luka

37

Membuat kulit menjadi halus segar dan bersinar

Kondisi kesehatan yang berhubungan dengan defisiensi glutation

Peningkatan proses penuaan

Kesulitan dalam keseimbangan

Gangguan mental

Masalah koordinasi

Gangguan sistem saraf

Akhir-akhir ini dipercaya sebagai penyebab lesi otak

Kanker HIV Katarak Diabetes Mellitus

Jumlah sperma yang rendah

263 Glutation Precursor (Sellman 2009)

Glutation Precursor disebut juga sebagai building-block dari glutation

yaitu N-asetilsistein atau NAC dan whey protein tidak terdenaturasi

Nasetilsistein adalah obat farmasi yang biasa digunakan bertahun-tahun untuk

mengobati overdose asetaminofen Hal ini sangat efektif ketika diberikan dalam

dosis besar di ruang darurat ketika seseorang akan mengalami gagal hati karena

overdosis asetaminofen komposisi aktif dari Tylenol

Efek sampingnya adalah bercak-bercak kemerahan bersin mual

anafilaksis reaksi alergi yang berupa kesulitan bernafas karena bronkospasme

tekanan darah menurun angioedema muntah kram diare Walaupun jarang

kematian pernah dilaporkan karena N-asetilsistein Beberapa orang mendapatkan

rasa dan bau yang tidak dapat diterima karena kandungan sulfur di dalamnya

38

Pengggunaan teratur untuk menaikkan kadar glutation tidak direkomendasikan

untuk anak-anak dan bayi Masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk

menentukan keamanan N-asetilsistein untuk penggunaan jangka panjang

Whey protein tidak terdenaturasi merupakan nutraceutical atau medicinal

foodSenyawa ini memberikan ikatan sistein ke sel-sel di mana glutation dapat

terbentuk di tempat tersebut

Beberapa kondisi yang tidak dapat mengkonsumsi whey protein

- Pasien dengan alergi protein susu

- Pasien dengan diet rendah protein

- Pasien yang sedang menjalani terapi imunosupresif

Efek sampingnya adalah kembung perut kram urtikaria Efek samping

karena overdosis tidak terjadi karena sel hanya membuat sebatas yang dibutuhkan

apabila berlebih kelebihan disimpan di hati dan ginjal sampai suatu saat kalau

dibutuhkan

264 Sumber Glutation dari makanan

Sumber glutation dari makanan yang disarankan adalah asparagus bayam

brokoli bawang putih kale bawang watercress kol Brussel sprout beberapa

bumbu seperti kunyit kayu manis semangka alpukat anggur peach jeruk

walnut granola daging kalkun dan daging ayam keju cottage dan yoghurt

39

Tabel 21 Makanan yang mengandung Glutation (Cadenas2002)

GSH Food Group mg100 g mgsaji Buah segar Apel 33 46 Pisang 41 48 Anggur 79 146 Jeruk 73 106 Semangka 66 283 Sayuran segar Asparagus dimasak 283 263 Alpukat 277 313 Brokoli dimasak 91 78 Wortel mentah 79 59 Tomat 90 109 Daging Hamburger 175 149 Ham rebus 233 13 Ayam digoreng 131 134 Sereal biji-bijian Cornflakes 00 00 Roti whole wheat 12 06 Roti putih 00 00 Nasi putih enriched dimasak 16 21 Produk Susu Susu whole 00 00 Keju Amerika 00 00 Yoghurt plain lowfat 00 00 Es krim 10 lemak 00 00

40

BAB III

KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

31 Kerangka Berpikir

Faktor penyebab penuaan antara lain faktor internal dan faktoreksternal

Faktor internal meliputi radikal bebas glikosilasi metilasi hormon yang

berkurang apoptosis system kekebalan tubuh yang menurun genetik Faktor

eksternal meliputi gaya hidup tidak sehat polusi lingkungan stress kemiskinan

kebiasaan yang salah olahraga berlebihan (overtraining) Berbagai faktor di atas

menyebabkan terjadinya penurunan fungsi tubuh dan terjadilah penuaan

Kerangka konsep penelitian berdasarkan teori bahwa salah satu penyebab

penuaan adalah radikal bebas Bila jumlah radikal bebas melebihi jumlah

antioksidan di dalam tubuh terjadilah stress oksidatif Radikal bebas dapat

merusak membran sel protein DNA dan berakibat fatal bagi kelangsungan hidup

sel jaringan Stress oksidatif yang berlangsung lama akan mengakibatkan

terjadinya penumpukan hasil kerusakan oksidatif di dalam sel dan jaringan

selanjutnya sel dan jaringan tersebut akan kehilangan fungsinya dan akhirnya

mati

Olahraga berlebih meningkatkan stress oksidatif karena terdapat

peningkatan konsumsi O2 oleh aktivitas otot skeletal Oksigen juga dapat bersifat

toksik yang dapat memicu peningkatan Reactive Oxygen Species (ROS)Organ

yang tidak mendapat cukup oksigen dan nutrisi menjadi iskemik dan terjadi

kerusakan mikrovaskular (Reperfusion Injury) memicu peningkatan radikal

40

41

bebas Dengan pemberian antioksidan Glutation yang merupakan antioksidan

master diharapkan dapat mencegah kerusakan lebih lanjut yang diakibatkan oleh

radikal bebas dengan cara melindungi sel dari Reactive Oxygen Species (ROS)

dan dapat dilihat melalui parameter MDA yang mengalami penurunan

32 Konsep Penelitian

Konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Gambar 31 Konsep Kadar MDA pada tikus yang diberikan Pelatihan Fisik Berlebih+ Placebo dan Pelatihan Fisik Berlebih + Glutation

FAKTOR INTERNAL

- Jenis Kelamin

- Usia

- Genetik

- Hormon

- Psikologis

FAKTOR EKSTERNAL

- Makanan

- Cuaca iklim

- Penyakit

- Exercise

GLUTATION

TIKUS

KADAR MDA

42

33 Hipotesis

Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan kadar MDA

tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

43

BAB IV

METODE PENELITIAN

41 Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksterimental dengan rancangan

randomized pre test-post test control group design (Poccock et al 2008)

Subyek terdiri dari 2 kelompok yaitu

1 Kelompok 1 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+ Placebo

2 Kelompok 2 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation

Semua kelompok sebelum perlakuan diberikan pre test (O1 O3) dan

dihitung rerata untuk masing-masing kelompok

Setelah perlakuan semua kelompok diberikan post test (O2 O4) dan

dihitung rerata untuk masing-masing kelompok

Kemudian dihitung perbedaan rerata antara pre test dan post test dari

masing-masing kelompok lalu hasil perbedaan tersebut dibandingkan secara

statistik

Gambar 41 Rancangan Penelitian

P S

43

R R

O1 P1 O2

O3 P2 O4

44

Keterangan

P = populasi

S = sampel

R = random

O1 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah mendapatkan

pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan placebo (pre test)

O2 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah diberikan pelatihan

fisik berlebih setelah diberikan placebo (post test)

O3 = observasi data MDA kelompok perlakuan setelah diberikan

pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan Glutation (pre test)

O4 = observasi data MDA kelompok perlakuan diberikan pelatihan fisik

berlebih setelah diberikan Glutation (post test)

P1 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih+ placebo

P2 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation

42 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran

Universitas Udayana pada bulan Januari ndash Maret 2012 Pemeriksaan MDA darah

tikus dikerjakan di bagian Program Antar Unit Universitas Gajah Mada

Jogyakarta

45

43 Populasi dan Sampel

431 Populasi

Subyek penelitian adalah tikus jantan dewasa galur Wistar yang berusia 2-

25 bulan dan dalam kondisi fisik sehat

432 Kriteria Sampel

4321 Kriteria Inklusi

Kriteria Inklusi yang ditetapkan sebagai sampel adalah sebagai berikut

a Tikus jantan dewasa galur Wistar

b Umur 2-25 bulan

c Berat badan plusmn200 gram

d Sehat

e MDA ge 5mmollt

4322 Kriteria Drop Out

Adalah sampel yang mati pada waktu penelitian

433 Besar Sampel

Besar sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini dihitung berdasarkan

rumus Poccock (2008)

Angka μ1 (5) dan μ2 (12) didapatkan dari penelitian sebelumnya (Ji 1998)

n=

46

= asymp 7

Keterangan

n = jumlah sampel

σ = standar deviasi kelompok perlakuan dengan pemberian

glutation (15)

f ( ) = besarnya didapat dari tabel (Poccock 2008)

μ1 = rerata hasil MDA pada kelompok perlakuan sesudah

pemberian glutatioacuten (5)

μ2 = rerata hasil MDA pada kelompok pre test (12)

Jadi jumlah sampel (n) = 675 dan ditambah 3 ekor tikus untuk masing-

masing kelompok sebagai cadangan Jadi total 20 ekor tikus dengan 10

ekor tikus untuk masing-masing kelompok

434 Teknik Pengambilan Sampel

Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat

sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi diambil secara acak

sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi

2 kelompok yaitu kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+placebo kelompok

dengan pelatihan fisik berlebih + glutation

47

44 Variabel Penelitian

441 Klasifikasi Variabel

Variabel penelitian dibedakan menjadi

1 Variabel Bebas dosis pemberian glutation

2 Variabel Tergantung kadar MDA

3 Variabel Terkendali varian tikus jantan (galur wistar) jenis

kelamin umur berat badan lingkungan

(pencahayaan suhu kelembaban nutrisi

kandang)

Gambar 42 Bagan Hubungan Antar Variabel

VARIABEL BEBAS

- Pelatihan fisik berlebih

- Glutation 37mg kgBBhari

VARIABEL TERGANTUNG

KADAR MDA

VARIABEL TERKENDALI

Varian tikus

Jenis kelamin umur berat badan

Pencahayaan suhu kelembaban nutrisi kandang

Makanan minuman

48

442 Definisi Operasional Variabel

1 Pelatihan fisik berlebih pada tikus adalah pelatihan yang berlebihan

yang diukur berdasarkan kemampuan maksimal berenang tikus pada

ember berdiameter 35 cm dengan kedalaman air 20 cm yang

dilakukan 60 menithari selama 35 hari pada waktu yang sama pada

suhu 32 derajat (Binekada 2002 dan Pepe2011)

2 Glutation yang diberikan adalah Glutation Teofarma injeksi sediaan

600mg 4 ml Dosis pemberian Glutation adalah pemberian sediaan

antioksidan Glutation dalam bentuk suntikan intraperitoneal yang

diberikan 1x sehari dan diberikan 6 jam sebelum pelatihan fisik

berlebih Dosis pemberian Glutation mengacu pada penelitian yang

dilakukan sebelumnya oleh Ji L L yaitu 37mgkgBBhari yang

dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril secara intraperitonial

3 MDA merupakan salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada

membran sel dan merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan

oleh radikal bebas Pengukuran kadar MDA menggunakan metode

Thiobarbituraic Acid Reactive Substances (TBARS) Pembacaan hasil

dengan menggunakan spektrofotometer Satuan MDA dalam mmoll

4 Cahaya suhu dan kelembaban merupakan kondisi lingkungan yang

dialami tikus jantan dewasa Pada penelitian ini kondisi lingkungan

selama percobaan dibuat sama

5 Berat badan tikus adalah berat badan yang ditimbang dengan

timbangan gram

49

6 Umur tikus adalah umur yang ditentukan dengan melihat tanggal

kelahiran yang dicatat pada kandang percobaan

7 Kondisi peneliti yang meliputi kesehatan fisik dan psikis peneliti

Penelitian dilaksanakan saat kondisi peneliti dalam keadaan baik

sehingga pengaruhnya terhadap hasil penelitian dapat diabaikan

45 Bahan dan Alat Penelitian

451 Bahan Penelitian

Glutation injeksi

Tikus jantan

Makanan tikus berupa pellet dan air minum dari air ledeng

Aquades steril

EDTA (Ethylenediamine tetraacetic acid)

Reagensia untuk pengukuran kadar MDA

452 Alat Penelitian

Alat yang dipakai dalam pengambilan data penelitian ini adalah

- Kandang tikus terbuat dari besi yang di dalamnya terdapat sekam dan

botol minuman

- Ember berdiameter 35 cm dan kedalaman air 20 cm

- Stopwatch

- Timbangan

- Spuit injeksi 1 ml

50

- Sarung tangan

- Kapas dan alkohol 70

- Tabung Evendorf

- Mikropipet

- Pipet kapiler

- Sentrifugasi

46 Prosedur Penelitian

1 Tikus jantan dewasa (Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan

berat badan plusmn200gram dilakukan aklimatisasi selama 2 minggu di

tempat penelitian untuk penyesuaian dengan lingkungan

2 Semua sampel tikus diberi perlakuan yang sama yaitu diberikan

pelatihan fisik berlebih dengan cara berenang sampai kelelahan pada

hari ke 7 kedua kelompok tersebut dilakukan pemeriksaan MDA

3 Mulai hari ke 8 ndash 35 sampel tikus yang berjumlah 20 ekor dibagi atas 2

kelompok di mana kelompok 1(kontrol) diberikan pelatihan fisik

berlebih + injeksi aquabidest intraperitoneal enam jam sebelum

perlakuan aktifitas berlebih kelompok ke 2 (perlakuan) diberikan

pelatihan fisik berlebih + injeksi intraperitoneal glutation 37

mgkgBBhari yang sudah dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril

4 Pada hari ke 35 dilakukan pemeriksaan kadar MDA pada masing-

masing tikus setelah bulu tikus kering

51

5 Selama penelitian hewan coba diberikan makanan dan minuman secara

teratur kebersihan dan kenyamanan kandang dijaga

461 Alur Penelitian

TIKUS ADAPTASI 2 MINGGU

PELATIHAN FISIK BERLEBIH 1 MINGGU

MDA

KELOMPOK 1 KELOMPOK 2

PELATIHAN FISIK BERLEBIH PELATIHAN FISIK BERLEBIH

+ AQUABIDEST (28 hari) +GLUTATION 37mgkgBBhari

28 HARI 28 HARI

MDA

Gambar 43 Bagan Alur Penelitian

462 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium

Pemantauan keselamatan tikus jantan (galur Wistar) di laboratorium

(Smith et al1988 Ngatidjan 2006) adalah sebagai berikut

1 Kandang tikus jantan harus cukup kuat tidak mudah rusak teratur dibersihkan

(1x seminggu) mudah dipasang kembali hewan tidak mudah lepas tahan

52

gigitan hewan kelihatan jelas dari luar Alas tempat tidur terbuat dari serbuk

gergaji atau sekam padi agar mudah menyerap air

2 Luas lantai yang memadai untuk tikus jantan dengan berat badan plusmn200 gram

adalah 60cm persegi dan tinggi 20 cm

3 Diciptakan suasana lingkungan yang stabil dan sesuai keperluan fisiologi tikus

jantan di mana kelembaban suhu pertukaran udara yang ekstrim harus

dihindari

4 Hewan coba hendaknya diperlakukan dengan kasih sayang

47 Pengolahan dan Analisis Data

Analisis data yang digunakan adalah

1 Analisis Deskriptif

2 Uji normalitas data dilakukan dengan tes Shapiro-Wilk Distribusi data

normal dengan nilai pgt005

3 Uji homogenitas dilakukan dengan Lavenersquos Test Data dinyatakan

homogen dengan nilai pgt005

4 Karena data berdistribusi normal dan homogen maka untuk uji

komparabilitas dipakai

- Uji t independent untuk membandingkan rerata kadar MDA antar

kelompok

- Uji Paired T- Test untuk membandingkan rerata kadar MDA pre

dan post masing-masing kelompok

- Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau

dinyatakan berbeda bila plt005

53

BAB V

HASIL PENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 20 ekor tikus jantan dewasa

(Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan berat badan plusmn200 gram sebagai

sampelyang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah 10 ekor

yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dankelompok

perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) Dalam penyajian hasil ini diuraikan

uji normalitas data uji homogenitas data uji komparabilitas dan uji efek

perlakuan

51 Uji Normalitas Data

Data Kadar MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan

pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji

Shapiro-Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005)

disajikan pada Tabel 51

53

54

Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing Kelompok Sebelum

dan Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Perlakuan n p Keterangan

Kadar MDA kontrol pre

Kadar MDA perlakuan pre

Kadar MDA kontrol post

Kadar MDA perlakuan post

10

10

10

10

0965

0550

0975

0697

Normal

Normal

Normal

Normal

52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok

Data Kadar MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun

sesudah perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test

Hasilnya menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52

Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA Sebelum dan

Sesudah Perlakuan

Variabel F p Keterangan

Kadar MDA pre

Kadar MDA post

0016

0592

0901

0452

Homogen

Homogen

53 Kadar MDA

531 Uji komparabilitas

Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata kadar MDA

antar kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan

55

glutation Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada

Tabel 53 berikut

Tabel 53

Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata

Kadar MDA

SB T P

Aktivitas berlebih dan

placebo

Aktivitas berlebihdan

glutathion

10

10

518

529

028

029

089 0386

Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok

kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 518028mmoll dan rerata

kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 529029mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 089 dan nilai

p = 0386 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan

berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya tidak berbeda secara

bermakna (p gt 005)

532 Analisis efek perlakuan

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kadar MDA antar

kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation

56

Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54

berikut

Tabel 54 Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata

Kadar MDA

SB T P

Aktivitas berlebih dan

placebo

Aktivitas berlebihdan

glutathion

10

10

778

444

023

017

3672 0001

Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok

kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata

kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 444017mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 3672 dan nilai

p = 0001 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan

berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya berbeda secara

bermakna (p lt 005)

57

Gambar 51 Perbedaan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

533 Analisis Komparasi Sebelum dengan Sesudah Perlakuan

Analisis komparasi diuji berdasarkan rerata kadar MDA antara sebelum

dengan sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation Hasil

analisis kemaknaan dengan uji t-paired disajikan pada Tabel 55 berikut

Tabel 55 Analisis KomparasiKadar MDA antara Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Kelompok Beda Rerata

pre ndash post p Keterangan

Aktivitas berlebih dan placebo

Aktivitas berlebih dan

glutathion

260

085

0001

0001

Meningkat

Menurun

58

Berdasarkan uji t-paired didapatkan bahwa ada penurunan kadar MDA

pada kelompok perlakuan secara bermakna sebesar 085mmoll sedangkan pada

kelompok kontrol mengalami peningkatan secara bermakna sebesar 260mmoll

59

BAB VI

PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian

Untuk menguji efek pemberian glutation terhadap penurunan kadar MDA

maka dilakukan penelitian terhadap 20 ekor tikus jantan dewasa (Galur Wistar)

sebagai sampel yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah

10 ekor yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dan

kelompok perlakuan (pelatihan fisik berlebih dan glutation)

62 Efek Pelatihan Fisik Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA

Hasil penelitian dan analisis data terhadap kadar MDA darah pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji

normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan homogenitas (Levenersquos test) pre-test dan post-

test masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)

Uji perbandingan 1 minggu pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan

injeksi antara kedua kelompok menggunakan uji t-independent Rerata kadar

MDA kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) adalah

518028mmoll dan rerata kelompok pelatihan fisik berlebih dan glutation

adalah 529029mmoll Analisis kemaknaan dengan uji t-independent

menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna kadar MDA darah antara

kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa

kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan injeksi rerata kadar MDAnya tidak

59

60

berbeda secara bermakna

Uji perbandingan setelah pemberian placebo dan glutation antara kedua

kelompok menggunakan t-independent Rerata kadar MDA kelompok kontrol

(aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata kelompok

perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) adalah 444017mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent antara kedua kelompok sesudah diberikan

placebo dan glutation menunjukkan perbedaan kadar MDA secara bermakna

(plt005) Hal ini berarti bahwa kelompok yang diberikan perlakuan berupa

placebo dan glutation 6 jam sebelum diberikan pelatihan fisik berlebih dengan

cara merenangkan selama 60 menit hari selama 35 hari rerata kadar MDA

berbeda secara bermakna Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh

untuk melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam

organ dan pembuluh darah (Giriwijoyo 2004)

Peningkatan kadar MDA sesudah diberikan pelatihan fisik berlebih pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan disebabkan karena pelatihan fisik

berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena terjadi peningkatan konsumsi

oksigen oleh aktifitas otot skeletal Stress oksidatif memicu peningkatan senyawa

oksigen reaktif Pada pelatihan fisik berlebih juga terjadi Reperfusion Injury yang

memicu terjadinya kerusakan jaringan dan peningkatan radikal bebas (Adiputra

2008) Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara menarik elektronnya

sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan sampai kematian sel

(Suryohudoyo 2000)

Pada penelitian ini didapatkan bahwa sesudah diberikan pelatihan fisik

61

berlebih dan placebo terjadi peningkatan kadar MDA sebesar 5024 Kadar

MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel (Winarsi

2007) Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pepe

(2011) bahwa pelatihan fisik berlebih meningkatkan kadar MDA Lebih lanjut

Murray et al (2000) juga menyatakan bahwa pelatihan fisik berlebih merangsang

respon biomarker stres oksidatif Sedangkan pada kelompok perlakuan yang

diberikan aktifitas berlebih dan glutation terjadi penurunan kadar MDA sebesar

1607 Terjadinya penurunan kadar MDA pada kelompok yang diberikan

glutation 6 jam sebelum melakukan pelatihan fisik berlebih disebabkan karena

pemberian antioksidan meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan

cara mendonorkan elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa

oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsi 2007) Glutation merupakan antioksidan

endogen yaitu antioksidan yang dapat disintesa dalam tubuh dari asam amino L-

sistein L-glutamat dan glisin (Cadenas 2002) yang juga sebagai master

antioksidan yaitu antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain

Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan

Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik (Hersh 2004) Glutation

merupakan salah satu antioksidan yang tidak dapat menjadi pro oksidan (Cadenas

2002) Normalnya sekali suatu antioksidan memakan radikal bebas antioksidan

ini menjadi teroksidasi sendiri dan menyerang sel yang sehat yang disebut

sebagai pro oksidan Glutation dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang

teroksidasi tersebut menjadi bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali

dalam memakan radikal bebas (Sellman 2009) Sehingga dengan demikian

62

glutation dapat membantu dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Urso

(2003) bahwa suplementasi antioksidan dapat mengatasi kondisi stress oksidatif

yang terjadi pelatihan fisik berlebih

Uji perbandingan antara data MDA pre dan post masing-masing kelompok

digunakan uji t-paired test Berdasarkan uji ini didapatkan hasil pada kelompok

perlakuan terjadi penurunan kadar MDA secara bermakna sebesar 085 mmollt

sedangkan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan kadar MDA secara

bermakna sebesar 260mmollt Terjadi penurunan kadar MDA pada kelompok

perlakuan menunjukkan pemberian antioksidan Glutation intraperitoneal dosis

37mgkgBBhari dapat mengatasi kondisi stress oksidatif yang terjadi pada

pelatihan fisik berlebih Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh

Urso (2003)

63

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

71 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan sebagai

berikut Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA

tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

72 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah

1 Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja glutation

yang lebih detail

2 Memperhatikan takaran latihan supaya tidak berlebihan yang justru akan

meningkatkan kerusakan sel

3 Perlu dilakukan uji klinis pada manusia

63

64

DAFTAR PUSTAKA

Adiputra N 2008Kesehatan Olah Raga Available from httpwwwbalihesgorgindexphpoption=com Accessed 2011 Oct 5th

Anonim 2011 Glutathione Available at

httpenwikipediaorgwikiGlutathione Accessed 2011 Oct 5th Anonim 2011 Overtraining Available at

httpwwwmarksdailyapplecomovertraining Accessed 2011 Oct5th

Asikin N 2001Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan InKursus Penyegaran dan Pelatihan Radikal bebas dan Antioksidan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta Fakultas Kedokteran UI

Bagiada NA 2001 Proses Penuaan dan Penanggulangannya Denpasar

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hal 22 Banerjee AK Mandal A Chanda D Chahraboti S 2003 Oxidant

Antioxidant and Physical ExerciseAvailable from httpwwwncbinlmnihgovpubmed14619981 accesed 2011 Sept 2nd

Binekada MC 2002 ldquoPelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Konsentrasi dan

Motilitas Spermatozoa Mencitrdquo(tesis) Denpasar Universitas Udayana

Cadenas E Jones PD 2002Bioavailability of Glutathione In Cadenas E

Packer L editorsHandbook of Antioxidants2nd Ed New York Marcel DekkerInc p549-564

Catala A 2006Lipid PeroxidationInt J Biochem Cell Biol 38 1482-1495 Dalle-DonneI Rossi R ColomboR Giustarini D Milzani

A2006Biomarkers of Oxidative Damage in Human Disease Available from httpwwwredorbitcomnewsscience473334biomarkersof oxidative damage in human diseaseindexhtmlaccessed2011 Sept 5th

Fouad T 2007 Free radicals Types Sources and Damaging Reaction

Relations Available from

64

65

wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th

Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th

Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112

Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors

ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their

Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69

Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan

Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th

Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz

R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155

Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester

Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th

Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala

T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200

Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and

Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders

66

Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana

LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia

Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647

Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from

httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit

Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK

Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620

Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji

Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah

Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009

Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan

Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132

Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde

Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521

Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley

Medical Publicationsp 123-141

Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI

Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable

from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer

67

Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole

Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam

Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI

Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam

Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya

Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan

Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47

Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant

Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th

Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan

Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105

68

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965

Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975

Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753

Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

69

Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan

Group Statistics

Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887

Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215

Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260

Perlakuan 10 42500 23348 07383

Independent Samples Test

Levenes Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df

Sig (2-

tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence Interval of the

Difference Lower Upper

Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428

Equal variances not assumed

-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429

Post1

Equal variances assumed 592 452 367

22 18 000 333700 09087 314608 352792

Equal variances not assumed

36722 16855 000 333700 09087 314515 352885

Post2

Equal variances assumed 906 354 264

19 18 000 239500 09066 220454 258546

Equal variances not assumed

26419 16265 000 239500 09066 220307 258693

70

Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis

(Laurence amp Bacharach 1964)

2g mencit 20g tikus 400g marmot

l5Kg kelinci

20Kg kucing

40Kg kera

120Kg anjing

70Kg manusia

20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879

200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560

400 g marmot

008 057 10 225 24 52 102 315

l5Kg kelinci

004 025 044 10 106 24 45 142

20Kg kucing

003 023 042 092 10 22 41 130

40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61

120Kg anjing

0008 006 010 0022 024 052 10 31

70Kg manusia

00026 0018 0031 007 0013 016 032 10

71

Lampiran 4

Foto Penelitian

Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)

72

Lampiran 5

Data Hasil Penelitian

Kelompok Kontrol

Pre test Post test Pre test Post Test

752 647 769 694

779 670 773 664

745 660 803 653

769 643 817 677

783 653

786 684

Kelompok Perlakuan

Pre Test Post test

412 391

436 412

442 425

425 401

453 436

466 442

432 405

456 432

470 453

476 463

Page 11: PEMBERIAN INJEKSI GLUTATION INTRAPERITONEAL

x

x

DAFTAR ISI

Sampul Dalam i

Pemberian Gelar ii

Lembar Pengesahan iii

Penetapan Panitia Penguji iv

Ucapan Terima Kasih v

Abstrak viii

Abstract ix

DAFTAR ISI x

DAFTAR TABEL helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip xiv

DAFTAR GAMBARhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip xv

DAFTAR LAMPIRAN helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip xvi

DAFTAR SINGKATAN xvii

BAB I PENDAHULUAN

11 Latar Belakang 1

12 Rumusan Masalah 6

13 Tujuan Penelitian 6

14 ManfaatPenelitian 7

141 Manfaat Keilmuan 7

142 Manfaat Praktis 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA

21 Penuaan 8

xi

xi

211 Teori Wear and Tear 9

212 Teori Radikal Bebas 9

213 Teori Kontrol Genetika 11

214 Teori Neuroendokrin 11

22 Radikal Bebas 12

221 Definisi Radikal Bebas 12

222 Sifat- sifat Radikal Bebas 12

223 Peranan Radikal Bebas Dalam Proses Penuaan 15

23 Stress Oksidatif 15

231 Keadaan Yang Menyebabkan Stress Oksidatif 15

24 Pelatihan Fisik 16

241 Olahraga 16

242 Pelatihan Fisik Berlebih 21

25 Antioksidan 28

26 Glutation sebagai Antioksidan 29

261 Fungsi Glutation 31

262 Suplementasi Glutation 33

263 Glutation Precursor 37

264 Sumber Glutation dari makanan 38

BAB III KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

31 Kerangka Berpikir 40

32 Konsep Penelitian 41

33 Hipotesis Penelitian 42

xii

xii

BAB IV METODE PENELITIAN

41 Rancangan Penelitian 43

42 Tempat dan Waktu Penelitian 44

43 Populasi Sampel 44

431 Populasi 44

432 Kriteria Sampel 45

4321 Kriteria Inklusi 45

4322 Kriteria Drop Out 45

433 Besar Sampel 45

434 Teknik Pengambilan Sampel 46

44 Variabel Penelitian 47

441 Klasifikasi Variabel 4

442 Definisi Operasional Variabel 48

45 Bahan dan Alat Penelitian 49

451 Bahan Penelitian 49

452 Alat Penelitian 49

46 Prosedur Penelitian 50

461 Alur Penelitian 51

462 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium 51

47 Pengolahan dan Analisis Data 52

BAB V HASIL PENELITIAN

51 Uji Normalitas Data 53

52 Uji Homogenitas Antar Kelompok 54

xiii

xiii

53 Kadar MDA 54

531 Uji Komparabilitas 54

532 Analisa Efek Perlakuan 55

533 Analisa Komparasi Sebelum dan Sesudah Perlakuan 57

BAB VI PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian 59

62 Efek Aktifitas Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA 59

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

71 Kesimpulan 63

72 Saran 63

DAFTAR PUSTAKA 64

LAMPIRAN 68

xiv

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 21 Makanan yang mengandung Glutation 39

Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing

Kelompok Sebelum dan Sesudah Perlakuan 54

Tabel 52 Hasil uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA

Sebelum dan Sesudah Perlakuan 54

Tabel 53 Hasil Rerata Kadar MDA antar Kelompok Sebelum

Diberikan Perlakuan 55

Tabel 54 Hasil Rerata Kadar MDA antar Kelompok Sesudah

Diberikan Perlakuan 56

Tabel 55 Analisis Komparasi Kadar MDA antara Sebelum dan

Sesudah Perlakuan helliphelliphelliphellip 57

xv

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 21 Struktur GSH dan GSSG 30

Gambar 22 GSH Redox 31

Gambar 23 Detoksifikasi Lipid Hydoxyperoxides di usus halus 32

Gambar 24 Supply dan Removal Glutation 34

Gambar 31 Kerangka Konsep Kadar MDA pada Tikus yang

diberikan Pelatihan Fisik Berlebih+Placebo dan Pelatihan

Fisik Berlebih+Glutation 41

Gambar 41 Rancangan Penelitian 42

Gambar 42 Bagan Hubungan antar Variabel 47

Gambar 43 Bagan Alur Penelitian 51

Gambar 51 Perubahan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah

Diberikan Perlakuan 57

xvi

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Uji Normalitas Data 68

Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antar Kelompok Kontrol

dan Perlakuan 69

Lampiran 3 Perbandingan Luas Permukaan Tubuh Hewan Percobaan

untuk Konversi Dosis 70

Lampiran 4 Foto Penelitian 71

Foto Glutation (Tationil Teofarma) 71

Lampiran 5 Data Hasil Penelitian 72

xvii

xvii

DAFTAR SINGKATAN

CoQ10 Coenzym Q10

DNA Deoxyribonucleic Acid

GSH Px Glutation Peroksidase

GSH Glutation

GSSG Rx Glutation Reduktase

GSSG Glutation Disulfide

MDA Malondialdehyde

NADH Nicotinamide Adenine Dinucleotide

NADPH Nicotinamide Adenine Dinucleotide Phosphate

O2 Oksigen

RNA Ribonucleic Acid

ROS Reactive Oxygen Species

SOD Super Oxide Dismutase

TBARS Thiobarbituric Acid Reactive Substances

1

BAB I

PENDAHULUAN

11 LATAR BELAKANG

Proses penuaan menurut Kedokteran Anti Penuaan dapat diperlakukan

seperti suatu penyakit dalam arti proses ini dapat diatasi dapat dirsquoreversersquo atau

dirsquokembalikanrsquo menjadi kondisi seperti saat muda Penyakit yang muncul seiring

dengan bertambahnya usia seperti hipertensi diabetes mellitus osteoartritis dan

lain-lain membuat kualitas hidup menurun pada usia lanjut Ilmu Kedokteran

Anti Penuaan memberikan paradigma baru dalam mengatasi proses penuaan Ilmu

ini memberikan solusi untuk mengatasi ketidakmampuan penyakit nyeri

deformitas dan kesedihan di masa tua sehingga kualitas hidup meningkat

Modifikasi gaya hidup dengan cara mengatur pola makan pola tidur pola

olahraga pola hidup manajemen hormon dapat meningkatkan kualitas hidup

Terbentuknya radikal bebas oksigen dalam tubuh sebenarnya merupakan

sesuatu yang fisiologis Oksigen yang kita hirup berperan dalam metabolisme

sebagian kecil (2-5) tereduksi membentuk radikal bebas Radikal bebas oksigen

dikelompokkan dalam senyawa Reactive Oxygen Species (ROS) ROS merupakan

radikal bebas yang berbahaya bagi tubuh (Arief 2010) Bila produksi tersebut

menjadi semakin meningkat dalam kondisi seperti terpapar sinar ultraviolet

polusi merokok konsumsi alkohol dalam jumlah banyak stress menyebabkan

kerusakan pada sel-sel terjadi penuaan

1

2

Teknologi yang berkembang dengan pesatnya memberikan kita banyak

fasilitas kemudahan dalam menjalani hidup kita Akhirnya dalam apapun yang

akan kita perbuat atau lakukan kita selalu dihadapkan pada 2 pilihan mau yang

mudah atau yang sulit Menjamurnya makanan instant fast food yang disebut

juga makanan junk food karena memang tidak kurang kandungan gizi yang kita

perlukan Makanan ini tidak mengandung nilai gizi hanya mementingkan rasa

yang penting enak gurih karena banyak mengandung lemak tinggi karbohidrat

dan cepat saji karena semakin sibuknya manusia Selain itu karena kesibukan

kita menjadi kurang sekali dalam berolahraga selain kesibukan juga sudah lelah

Akibatnya kita menjadi gemuk semakin gemuk semakin malas beraktifitas

semakin mudah lelah yang lama kelamaan menjadi kelelahan kronis depresi

mudah muncul

Gaya hidup manusia yang mempunyai tingkat stress yang tinggi ditambah

kurangnya aktifitas berolahraga meningkatkan resiko timbulnya penyakit jantung

low back pain adult-onset diabetes obesity yang disebut hypokinetic diseases

(Sharkey 2003 ) Meningkatnya insidensi kelebihan berat badan menjadi masalah

kesehatan di seluruh dunia termasuk di Indonesia (Misnadiarly 2007) Kelebihan

berat badan menyebabkan terjadinya penumpukan lemak yang berlebihan dalam

tubuh dan berpotensi memicu banyak penyakit yang mematikan Beberapa

penyakit tersebut dikategorikan sebagai penyakit yang terjadi karena metabolism

yang melambat dan penumpukan lemak sering disebut sebagai Sindroma

Metabolik(hipertensi hiperlipidemia diabetes mellitus) Sebaliknya sebuah gaya

3

hidup yang sehat dan seimbang memainkan peranan yang besar dalam mencegah

banyak penyakit yang berhubungan dengan gaya hidup

Pada sisi lain manusia juga selalu dituntut untuk memiliki tubuh sehat

penampilan yang menarik Masalah muncul pada saat manusia memilih jalan

pintas berolahraga berlebihan (overtraining) diet ketat berlebihan

mengkonsumsi obat-obatan penekan nafsu makan obat-obat pembakar lemak

suplemen secara berlebihan dan tanpa informasi yang benar tanpa pengawasan

dokter dengan tujuan untuk memperoleh tubuh ramping dalam waktu secepatnya

Bukan tubuh sehat yang didapat tetapi malah menjadi sakit yang tidak mustahil

dapat mengarah ke kematian

Tubuh sehat ideal dalam arti tidak mudah sakit mempunyai hidup yang

berkualitas penampilan yang prima dan mempunyai postur tubuh yang

proporsional (Misnadiarly 2007) Gaya hidup yang sehat seimbang adalah kunci

untuk mencapai kesehatan dan bentuk badan yang lebih bagus dan hanya akan

tercapai melalui aktifitas olahraga pengaturan pola makan istirahat yang teratur

dan proporsional

Olahraga yang berlebihan tidak memberikan efek yang baik untuk tubuh

tetapi latihan yang tepat meningkatkan kebugaran aerobik Frekuensi yang lebih

sering durasi yang lebih panjang intensitas yang meningkat meningkatkan

kebugaran fisik Hal yang penting kita harus memperhatikan waktu pemulihan

Apabila tubuh tidak mempunyai cukup waktu untuk pemulihan bukan

meningkatkan kebugaran tetapi malah menimbulkan cedera atau penyakit melalui

supresi sistem kekebalan (Sharkey 2003) Olahraga yang teratur dapat

4

meningkatkan produksi molekul anti oksidan endogen termasuk glutathioneurate

coenzyme Q10 (Cadenas 2002) Dengan meningkatnya kadar antioksidan

endogen maka kadar MDA tubuh akan menurun

Teori Radikal Bebas menjelaskan bahwa radikal bebas merusak sel-sel

tubuh manusia (Goldmanamp Klatz 2003) Pelatihan fisik berlebih menyebabkan

terbentuknya radikal bebas Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara

menarik elektronnya sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan

sampai kematian sel (Suryohudoyo 2000) Pelatihan fisik berlebih menyebabkan

penuaan terjadi lebih cepat

Gaya hidup yang tidak sehat meningkatkan produksi radikal bebas

Beruntung tubuh mempunyai mekanisme pertahanan melawan oksidasi yang

terjadi tersebut Tubuh memproduksi enzim dan molekul khusus yang dapat

menangkap dan melenyapkan radikal bebas (superoksid dismutase katalase

glutation alfa lipoic acid CoQ10) yang disebut juga antioksidan endogen dan

yang berasal dari makanan seperti vitamin C dan E beta karoten polifenol

selenium seng (antioksidan esensial) yang disebut juga antioksidan eksogen

Antioksidan endogen maupun eksogen sangat penting buat tubuh karena

mampu meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan cara menangkap

dan mengeliminirnya Antioksidan eksogen efektif diperlukan untuk mencegah

terjadinya stress oksidatif Antioksidan endogen merupakan mekanisme

pertahanan preventif dengan cara memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal

bebas atau dengan cara menangkapnya (Winarsi 2007)

5

Bila jumlah antioksidan lebih sedikit dibanding jumlah radikal bebas

terjadi gangguan keseimbangan yang disebut redox state (Cadenas 2002) Dalam

kondisi seperti ini semakin banyak molekul normal yang ditarik elektronnya

molekul menjadi tidak stabil molekul ini akan merusak molekul sehat lainnya

sehingga terjadilah penyakit (Winarsi 2007)

Pemberian antioksidan yang cukup dan optimal dapat meningkatkan

kebugaran meningkatkan kemampuan tubuh dalam melakukan pelatihan fisik

menurunkan kadar stress oksidatif dalam tubuh mencegah terjadinya penuaan

dini (Pangkahila 2007) Antioksidan bekerja dengan cara mendonorkan satu

elektronnya ke molekul yang kehilangan elektronnya (radikal bebas) sehingga

membentuk radikal bebas tidak reaktif relatif stabil proses kerusakan sel dapat

dihambat

Ada beberapa macam antioksidan salah satunya adalah Glutation

Glutation merupakan antioksidan endogen yaitu antioksidan yang dapat dibuat

oleh tubuh kita sendiri Glutation juga dikenal sebagai master antioksidan

antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain (Goldman 2003)

Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan

Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik Normalnya sekali suatu

antioksidan memakan radikal bebas antioksidan ini menjadi teroksidasi sendiri

dan menyerang sel yang sehat yang disebut sebagai pro oksidan Glutation

dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang teroksidasi tersebut menjadi

bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali dalam memakan radikal bebas

(Sellman 2009) Sehingga dengan pengertian di atas glutation dapat membantu

6

dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh kita lebih banyak

dibandingkan dengan antioksidan lain

MDA adalah metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas

Kadar MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel

Apabila terdapat antioksidan yang tinggi dalam tubuh maka kadar MDA akan

menurun (Winarsi 2007)

Pelatihan fisik berlebih akan menyebabkan meningkatnya kerusakan

oksidatif Glutation menghambat kerusakan oksidatif Parameter yang digunakan

dalam penelitian ini adalah produk peroksidase lipid yaitu malondialdehid (MDA)

menurut metoda Willis

12 Rumusan Masalah

Apakah pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan

kadar MDA tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

13 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat

menurunkan kadar MDA pada tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

14 Manfaat Penelitian

141 Manfaat Keilmuan

Dapat menambah pengetahuan bahwa olahraga berlebih meningkatkan

MDA pemberian antioksidan Glutation dalam upaya mencegah terjadinya stress

7

oksidatif berkelanjutan yang dapat menjadi salah satu penyebab proses penuaan

penyakit metabolisme dan kemungkinan dapat dipergunakan sebagai dasar untuk

dilakukan penelitian lebih lanjut

142 Manfaat Praktis

Pengetahuan tersebut dapat memberikan manfaat kepada masyarakat luas

untuk lebih bijaksana dalam mengkonsumsi antioksidan dan dalam melakukan

pelatihan fisik

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

21 Penuaan

Penuaan sampai saat ini masih dianggap sebagai sesuatu yang alamiah

terjadi demikian juga penyakit yang muncul pada masa tuaSeseorang yang

berumur 50 tahun dengan penyakit Diabetes Mellitus dipandang sebagai sesuatu

yang umum karena memang sudah tua Sejak tahun 1950 penelitian penyebab

penuaan mulai diteliti faktor-faktor penyebab yang mempengaruhi kualitas hidup

sehingga meskipun usia bertambah tua tetapi tetap berkualitas Beberapa cara

modifikasi gaya hidup terus dilakukan untuk mencapai kualitas hidup yang lebih

baik seperti mengatur pola makan pola tidur pola olahraga pola hidup untuk

mencapai kualitas hidup yang baik di usia lanjutPenelitian memberi kesimpulan

bahwa pemberdayaan diri membudayakan pola hidup sehat dapat meningkatkan

kualitas hidup seseorang (Franklin 2009)

Dewasa ini seiring dengan percepatan perubahan teknologi meningkatnya

persaingan hidup orang berlomba-lomba mengkonsumsi produk dan berbagai

metode yang mengklaim bisa menghambat penuaan atau bersifat Anti Aging Ilmu

Kedokteran Anti Penuaan memberikan paradigma baru dalam menangani proses

penuaan Ilmu Kedokteran Anti Penuaan ini menjanjikan dapat memberikan solusi

untuk mengatasi ketidakmampuan penyakit nyeri deformitas dan kesedihan di

masa tua dengan cara meningkatkan kualitas hidup masa tua (Goldman dan Klatz

8

9

2003) Menurut Pangkahila penuaan bisa dicegah diobati dan bahkan dapat

dikembalikan ke keadaan semula (Pangkahila 2007)

Proses penuaan dapat dijelaskan dalam empat teori utama yang walaupun

tidak dapat menjelaskan dengan lengkap tetapi teori tersebut melengkapi satu

dengan yang lain

211 Teori Wear and Tear

Teori ini diperkenalkan pertama kali oleh Dr August Weisman seorang

ahli biologi dari Jerman pada tahun 1882 Teori ini menyatakan bahwa tubuh dan

sel akan rusak karena penggunaan dan disalahgunakan baik penggunaan secara

alami apalagi penyalahgunaan Kerusakan terjadi dalam sel sampai organ Pada

usia muda kerusakan yang terjadi dapat diatasi dikompensasi karena sistem

perbaikan dan pemeliharan yang masih baik tetapi seiring dengan bertambahnya

umur tubuh mulai kehilangan kemampuan tersebut Teori ini juga meyakini

pemberian suplemen dan merangsang kemampuan tubuh untuk melakukan

perbaikan dan mempertahankan organ tubuh dan sel

212 Teori Radikal Bebas

Teori ini diperkenalkan oleh Dr Denham Harman pada tahun 1956

Radikal Bebas adalah molekul tidak stabil yang sangat reaktif karena mempunyai

elektron tidak berpasangan pada orbit luarnya dapat bereaksi dengan molekul

lain menimbulkan reaksi berantai yang sangat destruktif (Goldman dan Klatz

2003)

10

Radikal Bebas dihasilkan dari pembakaran gula dan lemak yang kita

konsumsi untuk memberikan energi pada tubuh kita Radikal bebas merusak

membran sel kode DNA enzim protein dan akhirnya terjadi kerusakan pada

seluruh organ Kerusakan terjadi mulai dari lahir dan terus berlanjut hingga

meninggal Pada usia muda dampak penggantian sel yang masih berfungsi baik

Seiring dengan usia bertambah akumulasi kerusakan akibat radikal bebas akan

mengganggu metabolisme sel terjadilah mutasi sel yang mengakibatkan

timbulnya kanker dan kematian

Age Spot merupakan salah satu bentuk kerusakan pada membrane sel

yang disebabkan oleh Radikal Bebas Kerusakan membran ini menghasilkan

produk sisa yang dikenal sebagai lipofuscin Jumlah lipofuscin yang tinggi dalam

tubuh memberikan warna gelap pada daerah tertentu yang disebut Age spot

Lipofuscins mengganggu sintesis DNA dan RNA mempengaruhi sintesis protein

(menurunkan energi dan menghambat pembentukan massa otot) merusak enzim

seluler yang diperlukan untuk proses kimia vital dalam tubuh (Goldman dan

Klatz 2003)

Radikal bebas mempengaruhi peroksidasi lipid yang menyebabkan

produksi MDA (malondialdehyde) yang mengikat protein dan menyebabkan

gangguan fungsi biologik protein tersebut Radikal Bebas berkaitan dengan

penyakit usia lanjut seperti aterosklerosis Parkinson penyakit Alzheimer dan

gangguan fungsi kekebalan tubuh (Pangkahila 2007)

11

213 Teori Kontrol Genetika

Teori terfokus pada kode genetik yang ada dalam DNA meskipun seluruh

aspek diwariskan dalam gen tiap individu waktu jam biologis tergantung pada

pola hidup penuaan masing-masing individu Tiap individu memiliki jam biologis

yang telah diatur waktunya Berhentinya jam biologis menandakan proses

penuaan dan meninggal (Goldman dan Klatz 2003)

Ilmu Kedokteran Anti Penuaan melakukan upaya mencegah dan

memperbaiki kerusakan yang terjadiTerapi Gen diharapkan dapat memberikan

solusi dalam menghadapi takdir genetika terhadap beberapa penyakit keturunan

214 Teori Neuroendokrin

Teori yang menyangkut peranan berbagai hormon bagi fungsi organ tubuh

diperkenalkan oleh Vladimir DilmanPhD

Hormon mengatur dan memperbaiki fungsi tubuh Pada usia muda

berbagai hormone masih berfungsi baik dalam mengendalikan berbagai fungsi

organ tubuh Ketika manusia menjadi tua produksi hormon menurun fungsi

tubuh menjadi terganggu Contoh Growth Hormone yang membantu

pembentukan massa otot testosteron dan hormone tiroid akan menurun tajam

pada usia tua Ditandai dengan rasio lemak dan otot yang meningkat Terapi sulih

hormone dapat membantu masalah tersebut dan mengembalikan fungsi hormone

tubuh sehingga memperlambat proses penuaan

12

22 Radikal Bebas

221 Definisi Radikal Bebas

Radikal bebas adalah molekul (kumpulan atom) yang memiliki elektron

yang tidak berpasangan Oksidan adalah senyawa penerima elektron yaitu

senyawa yang dapat menarik elektron Kedua jenis senyawa ini memiliki aktifitas

yang sama dan memberikan akibat yang hampir sama tetapi dengan proses yang

berbeda (Winarsi 2007) Radikal Bebas digolongkan dalam oksidan namun tidak

setiap oksidan adalah radikal bebas (Suryohudoyo 2000)

Sumber oksidan berasal dari

Tubuh sendiri yaitu berasal dari proses fisiologis namun oleh suatu sebab

jumlahnya menjadi banyak

Proses peradangan

Luar tubuh seperti polutan obat-obatan

Radikal bebas lebih berbahaya dibanding senyawa oksidan non radikal

222 Tahapan Terbentuknya Radikal Bebas dan Sifatnya

Tahapan terbentuknya radikal bebas terjadi melalui sederetan mekanisme

reaksi

1 Tahap Inisiasi yaitu tahap yang menyebabkan terbentuknya radikal bebas

Cu

RH + O2 R + H2O

2 Tahap Propagasi yaitu tahap dimana radikal bebas cenderung bertambah

banyak dengan membuat reaksi rantai dengan molekul lipid lain

13

R + O2 RO2

RO2 + RH R + ROOH

3 Tahap Terminasi yaitu apabila terjadi reaksi antara radikal bebas dengan

radikal bebas lain atau antara radikal bebas dengan suatu senyawa pembasmi

radikal bebas (scavenger)

R1 + R2 R 1 R 2

Reduksi oksigen memerlukan pengalihan empat electron (electrotransfer)

Pengalihan ini tidak dapat sekaligus tetapi dalam empat tahapan yang setiap

tahapan hanya melibatkan pengalihan satu elektron Kendala yang mengharuskan

oksigen hanya dapat menerima satu elektron setiap tahap menyebabkan

terjadinya dua hal yaitu kurang reaktifnya oksigen dan terbentuknya senyawa-

senyawa oksigen reaktif seperti O2 (radikal superoksida) H2O2 (hydrogen

peroksida) OOH (radikal peroksil) dan OH (radikal hidroksil)

Radikal Bebas memiliki 2 sifat yaitu

1 Reaktifitas tinggi karena cenderung menarik elektron

2 Mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal

Elektron dari Radikal Bebas berikatan dengan senyawa yang berikatan

kovalen seperti lipid protein dan DNA akan sangat berbahaya karena ikatan

digunakan bersama-sama pada orbit luarnya Dibanding senyawa oksigen reaktif

radikal hidroksil merupakan senyawa yang paling berbahaya karena reaktifitasnya

yang sangat tinggi

Radikal hidroksil dapat merusak 3 jenis senyawa penting yang berfungsi

untuk mempetahankan integritas sel yaitu

14

1 Asam lemak tak jenuh yang merupakan komponen penting fosfolipid

penyusun membran

2 DNA pembawa genetik sel

3 Protein memegang berbagai peran penting seperti enzim reseptor antibodi

sitoskeleton

Dari ketiga senyawa tersebut yang paling rentan adalah senyawa asam

lemak tak jenuh ganda pada membran sel yang mengakibatkan rapuhnya dinding

sel Senyawa oksigen reaktif ini juga merusak dinding bagian dalam pembuluh

darah sehingga mengakibatkan pengendapan koleserol dan menyebabkan

aterosklerosis Apabila senyawa oksigen reaktif ini merusak basa DNA akan

terjadi kekacauan sistem info genetika berlanjut pada pembentukan sel kanker

Jaringan lipid yang rusak memicu munculnya penyakit degeneratif

Fosfolipid glikolipid dan kolesterol merupakan komponen terpenting

membran sel Komponen fosfolipid dan glikolipid mengandung asam lemak tak

jenuh (asam linoleat linolenat arakidonat) sangat rawan terhadap serangan

radikal hidroksil yang dapat menimbulkan reaksi rantai yang dikenal sebagai

Lipid peroxidation

Peroksidase lipid

LH + OH --- H + H2O

Asam lemak Radikal Bebas

L + O2 -- LOO

Radikal peroksilipid

LOO + LH --- L + L OOH dan seterusnya

15

Hasil akhir dari proses ini adalah terputusnya rantai asam lemak menjadi

berbagai senyawa yang bersifat toksik terhadap sel antara lain berbagai macam

aldehid seperti Malondealdehyde (MDA)

223 Peranan Radikal Bebas dalam proses penuaan

Pada usia muda keseimbangan antara radikal bebas dan pertahanan

antioksidan berfungsi dengan baik seiring dengan pertambahan usia

keseimbangan terganggu karena cadangan antioksidan berkurang dan radikal

bebas berlebih (Saxena dan Lan 2006)

Akibat ketidakseimbangan ini terjadi kerusakan oksidatif (Arief 2010)

Kerusakan ini disebabkan oleh radikal bebas dan merusak 3 komponen utama

yang mempertahankan integritas sel seperti fosfolipid (penyusun membrane sel)

DNA (perangkat genetik) protein (enzim reseptor antibodi) (Fouad 2007)

Ketidakseimbangan antara antioksidan dan senyawa oksigen reaktif

menghasilkan stress oksidatif penyebab kanker penuaan aterosklerosis cedera

iskemik peradangan dan penyakit degeneratif (Parkinson Alzheimer)

(Pangkahila 2007)

23 Stress Oksidatif

231 Keadaan yang menyebabkan stress oksidatif

Pada saat jumlah antioksidan tubuh kurang dari yang diperlukan untuk

meredam efek buruk dari radikal bebas keadaan ini disebut Stress oksidatif Bila

terjadi dalam waktu yang lama akan terjadi penumpukan hasil kerusakan

16

oksidatif di dalam sel dan jaringan yang mengakibatkan hilangnya fungsi sel

jaringan dan akhirnya mati Hal ini merupakan penyebab utama proses penuaan

(Bagiada 2001)

Keadaan yang menyebabkan Stress Oksidatif ini salah satunya adalah

pelatihan fisik berat atau berlebih (Hersh 2004) Stress oksidatif dapat

dikendalikan antara lain dengan membiasakan untuk menerapkan pola hidup sehat

dan mengkonsumsi antioksidan diharapkan akan memacu kerja antioksidan

dalam tubuh

MDA merupakan hasil dari proses peroksidasi lipid meningkatnya MDA

menunjukkan adanya suatu kondisi Stress Oksidatif menurunnya MDA

menunjukkan adanya perbaikan dari kondisi Stress tersebut sehingga MDA dapat

dipakai sebagai biomarker Stress oksidatif

24 Pelatihan Fisik

241 Olahraga

Pelatihan fisik atau olahraga merupakan satu kegiatan yang penting bagi

kehidupan manusia Olahraga merupakan alternatif kegiatan yang dapat

meningkatkan derajat kebugaran fisik seseorang apabila dilakukan dengan dosis

takaran yang benar Menurut Sharkey olahraga dapat meningkatkan pengeluaran

energi dan tingkat pengeluaran tersebut berkaitan dengan intensitas dan durasi

aktifitas yang dilakukan (Sharkey 2003) Latihan fisik atau olahraga yang

memperhatikan frekuensi intensitas tipe dan waktu mendukung dalam

mendapatkan hasil yang maksimal dan menurunkan resiko cedera Latihan fisik

17

yang benar memberikan dampak perbaikan pada sistem fungsional paru dan

jantung sehingga terjadi hipertropi otot jantung penurunan detak jantung

istirahat peningkatan stroke volume peningkatan volume darah dan hemoglobin

menambah jumlah pembuluh darah kapiler serta berfungsi dalam proses

pembakaran energi (Fox 1998) Frekuensi latihan yang dianjurkan adalah 3-4x

seminggu dengan intensitas 72-87 dari denyut jantung maksimal (220-umur)

dengan variasi 10 denyut per menitTipe latihan yang dianjurkan adalah

pemanasan 15 menit kombinasi latihan aerobik dan latihan otot dalam waktu 30-

60 menit diakhiri pendinginan 10 menit (Pangkahila 2009)

Sumber energi yang dibutuhkan untuk pelatihan fisik aerobik yang

dominan didapat dari pembakaran simpanan karbohidrat lemak dan sebagian

kecil (5) dari pemecahan simpanan protein yang terdapat di dalam tubuh untuk

menghasilkan ATP (adenosine triphospate) ATP yang terdapat dalam jaringan

otot terbatas kebutuhan ATP dipertahankan oleh creatinin phosphate (CP) dan

glikogen yang tersimpan dalam otot (Hernawati 2009) Terdapat 3 jalur untuk

memberikan ATP tambahan sesuai yang dibutuhkan selama kontraksi otot

meliputi 1 Pemindahan fosfat berenergi tinggi dari kreatinin fosfat ke ADP 2)

Fosforilasi oksidatif (siklus asam sitrat dari sistem transportasi elektron) 3)

glikolisis (Sherwood 2001) Sedangkan pada aktifitas yang bersifat anaerobik

energi diperoleh dari hidrolisis phosphocreatine serta melalui glikolisis glukosa

secara anaerobik Proses ini dapat terjadi tanpa adanya oksigen (O2) Metabolisme

anaerobik ini menghasilkan asam laktat yang apabila terakumulasi dapat

menyebabkan rasa nyeri pada otot menimbulkan stress fisik Hal ini

18

menyebabkan latihan aerobik terasa lebih menyenangkan (Hernawati 2009)

Metabolisme aerobik jauh lebih efisien daripada anaerobik karena menghasilkan

38 molekul ATP per molekul glukosa versus hanya 2 molekul melalui jalur

anaerob

Pelatihan fisik atau olahraga yang teratur selain memberikan manfaat

perbaikan pada mental fisik dan fisiologis juga mempengaruhi hormon tubuh

kita antara lain (Sharkey2003)

1 Growth Hormone

Stimulasi sintesis protein (muscle tone development) dan kekuatan tulang

tendon ligament dan tulang rawan Penurunan penggunaan glukosa dan

peningkatan penggunaan lemak sebagai bahan bakar selama olahraga

Membantu mengurangi lemak tubuh dan mempertahankan glukosa darah pada

level normal sehingga membantu melakukan olahraga selama periode waktu

yang lebih lama Dilepaskannya Growth Hormone oleh kelenjar pituitari di

otak meningkat dengan meningkatnya waktu latihan aerobik

2 Endorphins

Opioid endogen dari kelenjar pituitary yang memblok rasa sakit menurunkan

nafsu makan membuat perasaan senang mengurangi tekanan dan kecemasan

Pada saat olahraga endorfin dalam darah meningkat sampai lima kali selama

aktifitas olahraga lebih dari 30 menit Endorfin membuat kita dapat melakukan

aktifitas latihan menjadi lebih tahan lama

19

3 Testosteron

Hormon yang penting untuk wanita dan pria dalam mempertahankan tonus

volume kekuatan otot meningkatkan angka rata metabolisme basal

menurunkan lemak tubuh dan merasa lebih percaya diri Diproduksi oleh

ovarium pada wanita dan testis pada laki-laki Testosteron pada wanita hanya

sepersepuluh kadar testosteron pada laki-laki Pada wanita testosteron

berperan pada pengaturan libido dan orgasme Produksi pada wanita menurun

saat menjelang menopause sedangkan pada pria pada usia memasuki usia 40

tahun Kadar testosteron darah mulai meningkat setelah 20 menit olahraga

baik pada wanita maupun pria dan tetap tinggi sampai 1-3 jam setelah

olahraga

4 Estrogen

Estrogen secara biologis aktif adalah 17 beta estradiol meningkatkan

pemecahan lemak dari lemak tubuh sehingga dapat digunakan sebagai sumber

tenaga meningkatkan rata-rata metabolisme basal meningkatkan mood

meningkatkan libido Hormon ini disekresi oleh ovarium meningkat saat

olahraga dan tetap meningkat sampai 1-4 jam setelah olahraga

5 Thyroxine (T4)

Hormon yang diproduksi oleh kelenjar tiroid meningkatkan metabolisme

hampir semua sel dalam tubuh Peningkatan metabolisme ini membantu kita

merasa lebih energik dan juga menyimpan kalori penting untuk penurunan

berat badan Kadar tiroksin dalam darah meningkat sekitar 30 selama

20

olahraga dan tetap meningkat sampai beberapa jam sesudahnya Olahraga

yang teratur juga meningkatkan level tiroksin saat istirahat

6 Epinephrine

Hormon yang diproduksi oleh medulla adrenal yang meningkatkan jumlah

darah yang dipompa oleh jantung dan mengarahkan aliran darah ke tempat

yang diharapkan Stimulasi pemecahan glikogen (karbohidrat yang disimpan)

dalam otot yang aktif dan hati untuk digunakan sebagai sumber tenaga

Menstimulasi pemecahan lemak (lemak yang disimpan dalam otot yang aktif)

dan digunakan sebagai sumber tenaga Sejumlah epinefrin yang dilepaskan

berhubungan dengan intensitas dan durasi latihan

7 Insulin adrenalin

Hormon yang penting dalam mengatur gula darah dan asam lemak (lemak)

dan asam amino (protein) dalam sel Sekresi insulin oleh pancreas meningkat

sehubungan dengan respon meningkatnya kadar gula darah dan protein yang

biasa terjadi setelah makan Semakin banyak gula sederhana yang dikonsumsi

semakin tinggi respon insulin Meningkatnya insulin menyebabkan produksi

lemak sehingga insulin sering disebut sebagai hormon lemak atau fat

hormone Pada orang dengan berat badan berlebih terjadi resistensi insulin

sehingga diperlukan insulin dalan jumlah yang lebih besar untuk didapatkan

efek yang sama sehingga didapatkan kadar insulin darah yang lebih tinggi dan

latihan aerobik setiap hari Kadar insulin darah mulai menurun 10 menit saat

olahraga dan terus menurun sekitar 70 menit olahraga Olahraga yang teratur

juga meningkatkan sensitivitas sel terhadap insulin dalam keadaan istirahat

21

8 Glucagon

Hormon yang diproduksi oleh pankreas tugasnya meningkatkan kadar gula

darah Saat gula darah rendah glukagon disekresi dan menyebabkan simpanan

karbohidrat di dalam hati dilepaskan ke aliran darah untuk meningkatkan

kadar gula mencapai kadar normal Glukagon juga menyebabkan

dipecahkannya lemak sehingga dapat digunakan sebagai bahan bakar atau

sumber tenaga Glukagon mulai disekresi pada 30 menit awal olahraga ketika

gula darah mulai menurun

242 Pelatihan Fisik Berlebih

Pelatihan fisik berlebih menimbulkan gangguan pada sistem endokrin

terjadi peningkatan kadar kortisol dan penurunan kadar testosteron (Maffetone

2007) peningkatan ACTH penurunan LH plasma

Sindrom pelatihan fisik berlebih dalam jangka panjang mengakibatkan

terjadinya inflamasi infeksi yang lebih lanjut dapat mempengaruhi kesehatan

secara umum Aktifitas berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena

terjadi peningkatan konsumsi O2 oleh aktifitas otot skeletal Meskipun oksigen

dibutuhkan oksigen juga bersifat toksik yang dapat memicu peningkatan ROS

Pada organ yang tidak mendapat oksigen dan nutrisi yang cukup akan

menimbulkan keadaan iskemik dan kerusakan mikrovaskular Keadaan ini disebut

sebagai Reperfusion Injury yang memicu terjadinya kerusakan jaringan dan

peningkatan Radikal Bebas

22

Pelatihan fisik berlebih meningkatkan terbentuknya Radikal Bebas

(Adiputra 2008) Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh untuk

melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam organ dan

pembuluh darah (Giriwijoyo 2004) Apabila berlebih menyebabkan kerusakan

sel dengan 3 cara (Kumar et al2005 Ebenhardt 2001)

1 Kerusakan DNA mengakibatkan mutasi DNA bahkan kematian sel

2 Peroksidasi lipid membrane sel dan sitosol menyebabkan terjadinya proses

reduksi asam lemak sehingga mengakibatkan kerusakan membran dan organel

sel

3 Modifikasi protein teroksidasi oleh karena cross linking protein

Bila radikal bebas bertemu dengan asam lemak tak jenuh ganda daalam

membrane sel terjadi reaksi peroksidasi lipid membran sel menyebabkan

peningkatan fluiditas membran gangguan integritas membran dan inaktivasi

ikatan membran dengan enzim dan reseptor Tahap akhir dibebaskan aldehyde

seperti malondealdehyde pentane etana conjugated diane yang bersifat merusak

tubuh (Murray et al2000)

Pelatihan fisik berlebih menyebabkan terjadinya peningkatan lekosit atau

lekositosis peningkatan isoprostan dalam urin protein carbonil (73) catalase

(96) glutation peroksidase serta glutation teroksidasi (25) Dapat

disimpulkan pelatihan fisik berlebih merangsang respon biomarker stres oksidatif

(Murray et al 2000) Proses penuaan mengakibatkan penurunan sistem imun

sehingga meningkatkan resiko infeksi Menurut teori aktifitas sedang dapat

menangkal efek proses penuaan yang diakibatkan penurunan sistem imun Studi

23

yang dilakukan Shepard dan Shek menunjukkan bahwa aktifitas sedang dapat

ditoleransi dengan baik oleh individu lanjut usia dan menunjukkan penurunan

stimulasi proliferasi limfosit

Gejala ndash gejala yang dirasakan apabila melakukan pelatihan fisik berlebih

(overtraining) (Maffetone 2007)

1 Sering mengalami kegagalan dalam melakukan latihan yang biasanya kita

lakukan Kondisi fisik menjadi semakin lemah dan semakin lambat terjadi

kemunduran

2 Kehilangan otot dan terjadi penimbunan lemak Latihan fisik berlebih

meyebabkan rasio testosteron kortisol yang seharusnya positif yang berarti

lebih banyak otot dan lebih sedikit lemak menjadi negatif yang berarti cortisol

lebih tinggi dibanding testosteron yang berarti terjadi peningkatan resistensi

insulin dan penimbunan lemak

3 Merasa lemas mudah tersinggung sulit tidur

4 Persendian tulang dan anggota tubuh terasa sakit

Terjadinya DOMS (delayed onset muscle soreness) menunjukkan teknik

latihan yang salah atau postur saat latihan yang tidak tepat DOMS merupakan

respon alami yang akan hilang dalam waktu sehari atau 2 hari tetapi apabila

nyeri berkepanjangan menunjukkan adanya overtraining

5 Sering tiba-tiba jatuh sakit

Latihan fisik berlebih menurunkan sistem imun tubuh kita sehingga menjadi

lebih mudah sakit

24

Latihan fisik berat jangka panjang berkaitan dengan cedera serat

ototKerusakan yang terjadi berhubungan dengan intensitas durasi dan tipe

latihan Ketika cell death terbentuk jaringan nekrotik dibuang oleh sel fagosit

sel satelit teraktivasi menuju ke area yang cedera menjadi myoblast dan

selanjutnya menjadi serat otot Enzim otot yang dilepaskan tidak sepenuhnya

merefleksikan kerusakan struktural yang diperkirakan oleh analisis histologis

Perubahan penanda biologis cedera otot (seperti aktifitas kreatin kinase (CK)

lactate dehydrogenase (LDH) atau konsentrasi malondialdehyde di plasma

(MDA)) sering diperiksa selama overtraining Serum aktivitas CK dan

konsentrasi MDA plasma dapat gagal meningkat saat overtraining perubahan

parameter biokimia hanya merefleksikan otot dengan beban berlebih Setelah

olahraga yang lama pro-inflammatory cytokines diproduksi lokal pada otot

skeletal

Tanda dan gejala fisik latihan fisik berlebih (overtraining)

- Denyut jantung atau nadi yang meningkat saat istirahat

- Tidak toleransi terhadap latihan

- Penampilan yang menurun

- Penurunan berat badan berkurangnya massa otot tidak nafsu makan

- Kelelahan chronic fatigue lethargy

- Nyeri dan kerusakan otot nyeri sendi

- Mudah terserang flu pembengkakan kelenjar getah bening di leher

selangkangan dan ketiak

- Konstipasi atau diare

25

- Gangguan haid gangguan makan gangguan tidur

- Sakit kepala gangguan pencernaan

- Pemulihan yang berlangsung lambat setelah latihan

- Sendi otot tendon terasa kaku dan sakit

Tanda dan gejala psikologis

- Lelah capek kekurangan tenaga

- Insomnia sakit kepala tidak mampu untuk beristirahat

- Depresi gelisah cemas apatis

- Menurunnya kepercayaan diri

- Menurunnya kemampuan untuk berkonsentrasi

- Mudah stress

Efek biokimia dari Latihan Fisik Berlebih

- Meningkatnya serum kortisol dan SHBG

- Menurunnya serum total dan free testosterone rasio testosteron kortisol

- Menurunnya glikogen otot

- Menurunnya serum hemoglobin besi dan ferritin

Faktor yang mempengaruhi terjadinya overtraining

- Jetlag

- Bekerja terlalu keras

- Menstruasi

- Nutrisi gaya hidup yang buruk

- Kurang istirahat

- Terlalu banyak mengkonsumsi alkohol

26

- Kurangnya kemampuan mengatasi stress

Penanganan overtraining atau Latihan Fisik berlebih

- Massage

Massage pada jaringan dalam dapat melepaskan otot yang tegang

mempertahankan keseimbangan sistem muskulo-skeletal Pemijatan atau

massage yang teratur dapat membantu mencegah cedera yang mungkin

terjadi karena overuse

- Menggunakan roller busa

Penggunaan roller busa memungkinkan kita dapat melakukan massage

atau pemijatan sendiri Kita dapat juga memakai yang berbentuk bola atau

bola tenis untuk membantu menghilangkan rasa sakit Pemijatan ini dapat

dilakukan di tungkai lutut hamstring bahu punggung atau otot atau sendi

manapun

- Terapi suhu kontras

Air pancuran hangat dan dingin bergantian menstimulasi tubuh untuk

pulih lebih cepat Otot membawa impuls yang terasa pada kulit bagian

dalam tubuh di mana terjadi stimulasi sistem imun memperbaiki sirkulasi

dan pencernaan mempengaruhi produksi hormon stress meningkatkan

aliran darah mengurangi sensitivitas nyeri

- Pengaturan makanan

Membantu proses pemulihan penting untuk mengkonsumsi makanan

tinggi karbohidrat protein dan lemak sehat seperti Omega 3 omega 6

omega 9 asam lemak esensial Karbohidrat memberikan sumber tenaga

27

pada tubuh dan otak asam lemak esensial membantu mengurangi depresi

memperbaiki pemulihan protein akan membangun kembali otot yang

mengalami overtraining

- Mengkonsumsi vitamin

Ketika terjadi overtraining suplementasi sangat menguntungkan Vitamin

dan suplementasi mineral sebaiknya dikonsumsi pagi hari bersama dengan

makanan untuk penyerapan yang lebih baik

Defisiensi Vitamin yang biasa terjadi

- Vitamin A (Beta-Caroten)

- Vitamin B kompleks vitamin B12

- Vitamin C D E K

- Asam Folat

Defisiensi Mineral yang biasa terjadi

- Calcium

- Chromium

- Copper Iodine Iron

- Magnesium Fosfor

- Potassium

- Sodium

- Sulfur

- Zinc

28

25 Antioksidan

Radikal Bebas merupakan senyawa reaktif yang secara alami diproduksi

oleh tubuh manusia Radikal Bebas memberikan efek positif atau efek negatif

Untuk membatasi efek negatif tersebut dibutuhkan kompleks proteksi ndash sistem

antioksidan Sistem ini terdiri dari enzim antioksidan (katalase glutation

peroksidase superoksid dismutase) dan antioksidan non enzimatik ( vitamin E-

tokoferol vitamin A- retinol vitamin C- asam askorbat) Keseimbangan antara

produksi radikal bebas dan pertahanan antioksidan menunjukkan tingkat stress

oksidatif yang mungkin terlibat dalam proses penuaan dan pada beberapa

patologi (misalnya kanker Parkinson) (Winarsi 2007)

Latihan fisik juga meningkatkan stress oksidatif dan menyebabkan

gangguan homeostasis Latihan memberikan efek positif dan efek negatif

tergantung dari beban latihan spesifikasi latihan dan tingkat basal latihan Stress

oksidatif terlibat dalam terjadinya muscular fatigue dan mengarah ke

overtraining

Definisi antioksidan menurut Cadenas adalah suatu senyawa yang apabila

terdapat dalam jumlah yang lebih banyak dibanding senyawa yang teroksidasi

secara signifikan dapat menunda atau mencegah proses oksidasi senyawa tersebut

(Cadenas 2002) Secara kimia antioksidan adalah senyawa pemberi electron

Secara biologis antioksidan adalah senyawa yang mampu menangkal dan

meredam dampak negative oksidan dalam tubuh Antioksidan mendonorkan satu

elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa oksidan tersebut dapat

dihambat (Winarsi 2007)

29

Penting sekali keseimbangan antara oksidan dan antioksidan karena

berfungsi menjaga integritas dan berfungsinya membrane lipid protein sel dan

asam nukleat Senyawa asam lemak tak jenuh penyusun membrane lipid sangat

sensitive terhadap perubahan keseimbangan antara oksidan dan antioksidan

Menurut mekanisme kerjanya antioksidan dikelompokkan atas 3 yaitu

1 Antioksidan primer SOD katalase glutation peroksidase (GSH-Px)

Bekerja pembentukan senyawa radikal bebas yang telah terbentuk menjadi

molekul yang kurang aktifSedangkan antioksidan primer yang dapat

ditambahkan dari luar seperti glutation asam lipoat SOD melatonin

2 Antioksidan sekunder vitamin E vitamin C beta karoten flavonoid asam

urat albumin (Soewoto 2001)

Merupakan antioksidan eksogenous atau non enzimatis (Winarsi 2007)

Bekerja dengan cara memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal bebas

atau dengan cara menangkapnya

3 Antioksidan tertier meliputi system enzim DNA-repair dan metionin

sulfoksida reduktase Berfungsi dalam perbaikan biomolekuler yang rusak

akibat reaktivitas radikal bebas

26 Glutation sebagai antioksidan

Glutation merupakan tripeptida yang terdiri dari asam amino glutamat

sistein dan glisin (Cadenas 2002)Ikatan glutamat ndash sistein merupakan ikatan

isopeptida antara grup γ-karboksil dari glutamat dan grup α amino dari

sisteinIkatan unik ini membuat gluation tahan terhadap degradasi oleh proteases

30

dan peptidases yang berfungsi pada peralihan proteinMerupakan suatu

antioksidan yang mencegah kerusakan komponen seluler oleh reactive oxygen

species seperti radikal bebas dan peroksidGlutation bukan nutrisi esensial karena

disintesa di dalam tubuh dari asam amino L-sistein L-glutamic acid dan glycine

Gambar 21 Struktur GSH dan GSSG

Glutation terdapat pada sebagian besar sel tubuh tetapi terbanyak terdapat

di dalam hati Grup thiol (SH) dari sistein berfungsi sebagai donor proton dan

bertanggungjawab untuk aktifitas biologis glutation Provisi asam amino ini

merupakan faktor yang terbatas dalam sintesis glutation oleh sel karena sistein

relatif jarang pada makanan Apabila dilepaskan sebagai asam amino bebas

sistein adalah toksik dan secara spontan dikatabolisasi di saluran pencernaan dan

plasma darah

Glutation disintesis dalam 2 tahap

1 Gamma-glutamylcysteine disintesa dari L-glutamate dan sistein melalui enzim

gamma-glutamylcysteine sintetase (glutamate cysteine ligase GCL)

31

2 Glisin ditambahkan pada C-terminal dari gamma-glutamylcysteine melalui

enzim glutation sintetase

261 Fungsi Glutation

Glutation terdapat dalam bentuk tereduksi (GSH) dan teroksidasi (GSSG)

Grup thiol dari sistein mampu memberikan donor elektron ke molekul lain yang

tidak stabil seperti Reactive Oxygen Species (ROS) Pada saat mendonorkan

elektronnya glutation menjadi reaktif dan segera bereaksi dengan glutation reaktif

lainnya membentuk glutation disulfide (GSSG)Reaksi mungkin terjadi apabila

terdapat konsentrasi yang cukup tinggi di sel (sampai 5mm di hati) GSH dapat

terbentuk kembali dari GSSG oleh enzim glutation reduktase Pada sel atau

jaringan yang sehat terdapat lebih 90 dari total simpanan glutation terdapat

dalam bentuk tereduksi (GSH) dan kurang dari 10 dalam bentuk disulfide

(GSSG)

GSH ---- GSSG

Eliminasi ROS Menjaga protein thiols Antioxidant

dalam bentuk reduksi pools

Gambar 22 GSH Redox (Cadenas 2002)

GSH Redox merupakan indikator sentral keseimbangan antara stress

oksidatif dan system antioksidan GSH Redox berkaitan dengan detoksifikasi

Reactive Oxygen Species (ROS) berfungsi dalam mempertahankan tersedianya

antioksidan mempertahankan protein thiol dalam bentuk reduksi Rasio

32

GSHGSSG sering dipakai untuk mengekspresikan keseimbangan redox ini

Peningkatan rasio GSH-GSSG merupakan indikasi adanya Stress Oksidatif

(Goldman 2003)

Glutation mempunyai beberapa fungsi (Winarsih 2007)

- Sebagai antioksidan endogen mayor yang diproduksi oleh sel berpartisipasi

langsung pada netralisasi radikal bebas dan senyawa oksigen reaktif

mempertahankan antioksidan eksogen seperti vitamin C dan E pada bentuk

tereduksi (aktif)

- Pengaturan siklus nitric oxide yang sangat penting untuk kehidupan tetapi

dapat menjadi masalah apabila tidak teregulasi Digunakan untuk reaksi

metabolism dan biokimia seperti sintesis dan perbaikan DNA sintesis protein

sintesis prostaglandin transport asam amino dan aktivasi enzim Tiap sistem

di dalam tubuh kita dapat dipengaruhi oleh sistem glutation khususnya sistem

imun sistem saraf sistem gastrointestinal dan paru

Gambar 23 Detoksifikasi Lipid Hydroxyperoxides di usus halus

33

GSH yang ditransportasikan kedalam lumen digunakan untuk detoksifikasi

peroksid yang terbentuk dari makanan oleh glutation peroksidase (GSH Px)

Proses ini membutuhkan peroksid dan glutation yang tersedia di sel epitel GSSG

yang terbentuk direduksi kembali menjadi GSH oleh GSSG reduktase (GSSG

Rx) menggunakan NADPH sebagai reduktan

262 Suplementasi Glutation

Meningkatkan level GSH melalui suplementasi glutation langsung sulit

Penelitian terakhir menyatakan bahwa secara oral tidak diabsorpsi baik melalui

saluran pencernaan Studi mengenai konsumsi oral akut glutation dengan dosis

sangat besar 3 gram Witschi dan tim menemukan lsquoadalah tidak mungkin

meningkatkan glutation yang bermanfaat secara klinis dengan dosis tunggal 3

gram glutationrsquo

Glutation terdapat pada makanan sehari-hari sampai 150mghari dapat

diabsorpsi melalui intak di usus halus Individu sehat dengan asupan sulfur asam

amino (1-2 gramhari) jumlah GSH mungkin tidak cukup untuk mendapatkan

efek penting secara sistemik Individu dengan asupan sulfur asam amino yang

terbatas suplementasi GSH diperlukan untuk mempertahankan suplai GSH

sistemik dengan memperbaiki keseimbangan sulfur asam amino (Cadenas 2002)

Glutation hanya diabsorpsi di sel epitel oral dan traktus gastrointestinal

dan memberikan keuntungan kesehatan spesifik pada jaringan tersebut(Cadenas

2002)

34

SUPLAI HILANG

Makanan suplemen Degradasi

GSH

Empedu LUMINAL Uptake

Epitel Reaksi Detoksifikasi

Gambar 24 Supply dan Removal Glutation dalam lumen usus halus (Cadenas 2002) Glutation (GSH) disuplai ke dalam lumen intestinal melalui konsumsi oral

empedu dan sekresi epitel intestinal Jumlah yang disuplai dari empedu cukup

untuk mempertahankan jumlah 200microM pada tikus tetapi tidak cukup pada

manusia yang mengalami degradasi di duktus kantung empedu Jumlah yang

dikonsumsi melalui makanan bervariasi dan secara umum kurang dari 200 microM

Jumlah yang diberikan melalui epitel hanya sekitar 10 atau kurang

dibandingkan dengan yang disediakan oleh empedu Hilangnya Glutation karena

degradasi oleh γ-glutamyltranspeptidase dan dipeptidases pada permukaan sel

epitel ditransportasikan ke dalam sel oleh mekanisme sodium-dependent dan

sodium-independent konjugasi dengan elektrofil reaktif dikatalisasi oleh

glutathione-S transferase mucus (Cadenas 2002)

Vitamin D meningkatkan level glutation di otak dan tampaknya sebagai

katalis untuk produksi glutation Sejumlah vitamin D aktif di otak berikatan

dengan seberapa besar vitamin D3 baik melalui suplemen atau dibentuk di kulit

melalui paparan matahariHal ini menyatakan bahwa mengkonsumsi vitamin D

35

dan atau mendapat cukup paparan matahari meningkatkan produksi glutation

(Sellman 2009)

Konsentrasi glutation di plasma dan hati dapat ditingkatkan dengan

mengkonsumsi suplemen tertentu yang disebut GSH precursors N-asetilsistein

atau NAC glutation precursor yang paling memungkinkan Suplemen lain S-

adenosilmetionin (SAMe) dan whey protein juga dapat meningkatkan glutation

dalam sel (Sellman 2009)

NAC tersedia dalam bentuk obat dan sebagai suplemen generik Alpha

lipoic acid juga dapat mempertahankan glutation intraselular Melatonin dapat

menstimulasi enzim yang berkaitan glutation peroksidase dan silimarin ekstrak

dari biji tanaman milk thistle (Silybum marianum) juga mempunyai kemampuan

memperbarui level glutation

Glutation diatur dengan ketat di intraseluler dan dibatasi produksinya oleh

feedback negative inhibisi sintesisnya sendiri melalui enzim gamma-

glutamilsistein sintetase sehingga meminimalisir kemungkinan terjadinya

overdosis Penambahan glutation menggunakan precursor atau glutation intravena

adalah strategi untuk mengatasi defisiensi glutation stress oksidatif tinggi

defisiensi imun

Glutation yang rendah menunjukkan adanya pembuangan dan

keseimbangan negatif nitrogen seperti pada kanker AIDS sepsis trauma

terbakar dan bahkan atlet overtraining Suplementasi glutation dapat

memperbaiki proses ini dan contohnya pada AIDS memberi hasil adanya

perbaikan survival rates Bagimanapun studi mengenai kondisi ini belum dapat

36

membedakan glutation rendah sebagai akibat secara akut (pada pasien sepsis) atau

secara kronis (HIV) meningkatkan stress oksidatif dan peningkatan patologi

sebagai akibat defisiensi yang sudah ada sebelumnya

Skizofrenia dan gangguan bipolar berhubungan dengan glutation yang

rendah Stress oksidatif mungkin salah satu faktor dasar patofisiologi gangguan

bipolar gangguan depresif mayor dan skizofrenia Glutation (GSH) adalah

pemakan radikal bebas mayor di otakTidak adanya GSH meningkatkan

kerentanan sel terhadap stress oksidatif ditandai asetilsistein dapat mengurangi

gejala kedua gangguan tersebut

Glutation merubah level stress oksidatif pada sel yang diisolasi di

laboratorium sehingga dapat mengurangi perkembangan kanker Tes ini tidak

dilakukan pada manusia

Glutamat yang berlebihan di sinaps yang dapat dilepaskan pada kondisi

seperti cedera otak dapat menghambat pengambilan sistein senyawa pembentuk

glutation yang pentingTanpa proteksi dari cedera oksidatif oleh glutation sel-sel

dapat rusak atau mati (Sellman 2009)

Glutation juga mempunyai fungsi lain sebagai berikut (Sellman 2009)

Mencerahkan kulit

Mencegah menghilangkan jerawat dan bekas jerawat

Menghilangkan noda hitam

Anti aging dan anti kerut

Memberi nutrisi kulit

Membantu pemulihan luka

37

Membuat kulit menjadi halus segar dan bersinar

Kondisi kesehatan yang berhubungan dengan defisiensi glutation

Peningkatan proses penuaan

Kesulitan dalam keseimbangan

Gangguan mental

Masalah koordinasi

Gangguan sistem saraf

Akhir-akhir ini dipercaya sebagai penyebab lesi otak

Kanker HIV Katarak Diabetes Mellitus

Jumlah sperma yang rendah

263 Glutation Precursor (Sellman 2009)

Glutation Precursor disebut juga sebagai building-block dari glutation

yaitu N-asetilsistein atau NAC dan whey protein tidak terdenaturasi

Nasetilsistein adalah obat farmasi yang biasa digunakan bertahun-tahun untuk

mengobati overdose asetaminofen Hal ini sangat efektif ketika diberikan dalam

dosis besar di ruang darurat ketika seseorang akan mengalami gagal hati karena

overdosis asetaminofen komposisi aktif dari Tylenol

Efek sampingnya adalah bercak-bercak kemerahan bersin mual

anafilaksis reaksi alergi yang berupa kesulitan bernafas karena bronkospasme

tekanan darah menurun angioedema muntah kram diare Walaupun jarang

kematian pernah dilaporkan karena N-asetilsistein Beberapa orang mendapatkan

rasa dan bau yang tidak dapat diterima karena kandungan sulfur di dalamnya

38

Pengggunaan teratur untuk menaikkan kadar glutation tidak direkomendasikan

untuk anak-anak dan bayi Masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk

menentukan keamanan N-asetilsistein untuk penggunaan jangka panjang

Whey protein tidak terdenaturasi merupakan nutraceutical atau medicinal

foodSenyawa ini memberikan ikatan sistein ke sel-sel di mana glutation dapat

terbentuk di tempat tersebut

Beberapa kondisi yang tidak dapat mengkonsumsi whey protein

- Pasien dengan alergi protein susu

- Pasien dengan diet rendah protein

- Pasien yang sedang menjalani terapi imunosupresif

Efek sampingnya adalah kembung perut kram urtikaria Efek samping

karena overdosis tidak terjadi karena sel hanya membuat sebatas yang dibutuhkan

apabila berlebih kelebihan disimpan di hati dan ginjal sampai suatu saat kalau

dibutuhkan

264 Sumber Glutation dari makanan

Sumber glutation dari makanan yang disarankan adalah asparagus bayam

brokoli bawang putih kale bawang watercress kol Brussel sprout beberapa

bumbu seperti kunyit kayu manis semangka alpukat anggur peach jeruk

walnut granola daging kalkun dan daging ayam keju cottage dan yoghurt

39

Tabel 21 Makanan yang mengandung Glutation (Cadenas2002)

GSH Food Group mg100 g mgsaji Buah segar Apel 33 46 Pisang 41 48 Anggur 79 146 Jeruk 73 106 Semangka 66 283 Sayuran segar Asparagus dimasak 283 263 Alpukat 277 313 Brokoli dimasak 91 78 Wortel mentah 79 59 Tomat 90 109 Daging Hamburger 175 149 Ham rebus 233 13 Ayam digoreng 131 134 Sereal biji-bijian Cornflakes 00 00 Roti whole wheat 12 06 Roti putih 00 00 Nasi putih enriched dimasak 16 21 Produk Susu Susu whole 00 00 Keju Amerika 00 00 Yoghurt plain lowfat 00 00 Es krim 10 lemak 00 00

40

BAB III

KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

31 Kerangka Berpikir

Faktor penyebab penuaan antara lain faktor internal dan faktoreksternal

Faktor internal meliputi radikal bebas glikosilasi metilasi hormon yang

berkurang apoptosis system kekebalan tubuh yang menurun genetik Faktor

eksternal meliputi gaya hidup tidak sehat polusi lingkungan stress kemiskinan

kebiasaan yang salah olahraga berlebihan (overtraining) Berbagai faktor di atas

menyebabkan terjadinya penurunan fungsi tubuh dan terjadilah penuaan

Kerangka konsep penelitian berdasarkan teori bahwa salah satu penyebab

penuaan adalah radikal bebas Bila jumlah radikal bebas melebihi jumlah

antioksidan di dalam tubuh terjadilah stress oksidatif Radikal bebas dapat

merusak membran sel protein DNA dan berakibat fatal bagi kelangsungan hidup

sel jaringan Stress oksidatif yang berlangsung lama akan mengakibatkan

terjadinya penumpukan hasil kerusakan oksidatif di dalam sel dan jaringan

selanjutnya sel dan jaringan tersebut akan kehilangan fungsinya dan akhirnya

mati

Olahraga berlebih meningkatkan stress oksidatif karena terdapat

peningkatan konsumsi O2 oleh aktivitas otot skeletal Oksigen juga dapat bersifat

toksik yang dapat memicu peningkatan Reactive Oxygen Species (ROS)Organ

yang tidak mendapat cukup oksigen dan nutrisi menjadi iskemik dan terjadi

kerusakan mikrovaskular (Reperfusion Injury) memicu peningkatan radikal

40

41

bebas Dengan pemberian antioksidan Glutation yang merupakan antioksidan

master diharapkan dapat mencegah kerusakan lebih lanjut yang diakibatkan oleh

radikal bebas dengan cara melindungi sel dari Reactive Oxygen Species (ROS)

dan dapat dilihat melalui parameter MDA yang mengalami penurunan

32 Konsep Penelitian

Konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Gambar 31 Konsep Kadar MDA pada tikus yang diberikan Pelatihan Fisik Berlebih+ Placebo dan Pelatihan Fisik Berlebih + Glutation

FAKTOR INTERNAL

- Jenis Kelamin

- Usia

- Genetik

- Hormon

- Psikologis

FAKTOR EKSTERNAL

- Makanan

- Cuaca iklim

- Penyakit

- Exercise

GLUTATION

TIKUS

KADAR MDA

42

33 Hipotesis

Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan kadar MDA

tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

43

BAB IV

METODE PENELITIAN

41 Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksterimental dengan rancangan

randomized pre test-post test control group design (Poccock et al 2008)

Subyek terdiri dari 2 kelompok yaitu

1 Kelompok 1 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+ Placebo

2 Kelompok 2 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation

Semua kelompok sebelum perlakuan diberikan pre test (O1 O3) dan

dihitung rerata untuk masing-masing kelompok

Setelah perlakuan semua kelompok diberikan post test (O2 O4) dan

dihitung rerata untuk masing-masing kelompok

Kemudian dihitung perbedaan rerata antara pre test dan post test dari

masing-masing kelompok lalu hasil perbedaan tersebut dibandingkan secara

statistik

Gambar 41 Rancangan Penelitian

P S

43

R R

O1 P1 O2

O3 P2 O4

44

Keterangan

P = populasi

S = sampel

R = random

O1 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah mendapatkan

pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan placebo (pre test)

O2 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah diberikan pelatihan

fisik berlebih setelah diberikan placebo (post test)

O3 = observasi data MDA kelompok perlakuan setelah diberikan

pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan Glutation (pre test)

O4 = observasi data MDA kelompok perlakuan diberikan pelatihan fisik

berlebih setelah diberikan Glutation (post test)

P1 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih+ placebo

P2 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation

42 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran

Universitas Udayana pada bulan Januari ndash Maret 2012 Pemeriksaan MDA darah

tikus dikerjakan di bagian Program Antar Unit Universitas Gajah Mada

Jogyakarta

45

43 Populasi dan Sampel

431 Populasi

Subyek penelitian adalah tikus jantan dewasa galur Wistar yang berusia 2-

25 bulan dan dalam kondisi fisik sehat

432 Kriteria Sampel

4321 Kriteria Inklusi

Kriteria Inklusi yang ditetapkan sebagai sampel adalah sebagai berikut

a Tikus jantan dewasa galur Wistar

b Umur 2-25 bulan

c Berat badan plusmn200 gram

d Sehat

e MDA ge 5mmollt

4322 Kriteria Drop Out

Adalah sampel yang mati pada waktu penelitian

433 Besar Sampel

Besar sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini dihitung berdasarkan

rumus Poccock (2008)

Angka μ1 (5) dan μ2 (12) didapatkan dari penelitian sebelumnya (Ji 1998)

n=

46

= asymp 7

Keterangan

n = jumlah sampel

σ = standar deviasi kelompok perlakuan dengan pemberian

glutation (15)

f ( ) = besarnya didapat dari tabel (Poccock 2008)

μ1 = rerata hasil MDA pada kelompok perlakuan sesudah

pemberian glutatioacuten (5)

μ2 = rerata hasil MDA pada kelompok pre test (12)

Jadi jumlah sampel (n) = 675 dan ditambah 3 ekor tikus untuk masing-

masing kelompok sebagai cadangan Jadi total 20 ekor tikus dengan 10

ekor tikus untuk masing-masing kelompok

434 Teknik Pengambilan Sampel

Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat

sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi diambil secara acak

sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi

2 kelompok yaitu kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+placebo kelompok

dengan pelatihan fisik berlebih + glutation

47

44 Variabel Penelitian

441 Klasifikasi Variabel

Variabel penelitian dibedakan menjadi

1 Variabel Bebas dosis pemberian glutation

2 Variabel Tergantung kadar MDA

3 Variabel Terkendali varian tikus jantan (galur wistar) jenis

kelamin umur berat badan lingkungan

(pencahayaan suhu kelembaban nutrisi

kandang)

Gambar 42 Bagan Hubungan Antar Variabel

VARIABEL BEBAS

- Pelatihan fisik berlebih

- Glutation 37mg kgBBhari

VARIABEL TERGANTUNG

KADAR MDA

VARIABEL TERKENDALI

Varian tikus

Jenis kelamin umur berat badan

Pencahayaan suhu kelembaban nutrisi kandang

Makanan minuman

48

442 Definisi Operasional Variabel

1 Pelatihan fisik berlebih pada tikus adalah pelatihan yang berlebihan

yang diukur berdasarkan kemampuan maksimal berenang tikus pada

ember berdiameter 35 cm dengan kedalaman air 20 cm yang

dilakukan 60 menithari selama 35 hari pada waktu yang sama pada

suhu 32 derajat (Binekada 2002 dan Pepe2011)

2 Glutation yang diberikan adalah Glutation Teofarma injeksi sediaan

600mg 4 ml Dosis pemberian Glutation adalah pemberian sediaan

antioksidan Glutation dalam bentuk suntikan intraperitoneal yang

diberikan 1x sehari dan diberikan 6 jam sebelum pelatihan fisik

berlebih Dosis pemberian Glutation mengacu pada penelitian yang

dilakukan sebelumnya oleh Ji L L yaitu 37mgkgBBhari yang

dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril secara intraperitonial

3 MDA merupakan salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada

membran sel dan merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan

oleh radikal bebas Pengukuran kadar MDA menggunakan metode

Thiobarbituraic Acid Reactive Substances (TBARS) Pembacaan hasil

dengan menggunakan spektrofotometer Satuan MDA dalam mmoll

4 Cahaya suhu dan kelembaban merupakan kondisi lingkungan yang

dialami tikus jantan dewasa Pada penelitian ini kondisi lingkungan

selama percobaan dibuat sama

5 Berat badan tikus adalah berat badan yang ditimbang dengan

timbangan gram

49

6 Umur tikus adalah umur yang ditentukan dengan melihat tanggal

kelahiran yang dicatat pada kandang percobaan

7 Kondisi peneliti yang meliputi kesehatan fisik dan psikis peneliti

Penelitian dilaksanakan saat kondisi peneliti dalam keadaan baik

sehingga pengaruhnya terhadap hasil penelitian dapat diabaikan

45 Bahan dan Alat Penelitian

451 Bahan Penelitian

Glutation injeksi

Tikus jantan

Makanan tikus berupa pellet dan air minum dari air ledeng

Aquades steril

EDTA (Ethylenediamine tetraacetic acid)

Reagensia untuk pengukuran kadar MDA

452 Alat Penelitian

Alat yang dipakai dalam pengambilan data penelitian ini adalah

- Kandang tikus terbuat dari besi yang di dalamnya terdapat sekam dan

botol minuman

- Ember berdiameter 35 cm dan kedalaman air 20 cm

- Stopwatch

- Timbangan

- Spuit injeksi 1 ml

50

- Sarung tangan

- Kapas dan alkohol 70

- Tabung Evendorf

- Mikropipet

- Pipet kapiler

- Sentrifugasi

46 Prosedur Penelitian

1 Tikus jantan dewasa (Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan

berat badan plusmn200gram dilakukan aklimatisasi selama 2 minggu di

tempat penelitian untuk penyesuaian dengan lingkungan

2 Semua sampel tikus diberi perlakuan yang sama yaitu diberikan

pelatihan fisik berlebih dengan cara berenang sampai kelelahan pada

hari ke 7 kedua kelompok tersebut dilakukan pemeriksaan MDA

3 Mulai hari ke 8 ndash 35 sampel tikus yang berjumlah 20 ekor dibagi atas 2

kelompok di mana kelompok 1(kontrol) diberikan pelatihan fisik

berlebih + injeksi aquabidest intraperitoneal enam jam sebelum

perlakuan aktifitas berlebih kelompok ke 2 (perlakuan) diberikan

pelatihan fisik berlebih + injeksi intraperitoneal glutation 37

mgkgBBhari yang sudah dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril

4 Pada hari ke 35 dilakukan pemeriksaan kadar MDA pada masing-

masing tikus setelah bulu tikus kering

51

5 Selama penelitian hewan coba diberikan makanan dan minuman secara

teratur kebersihan dan kenyamanan kandang dijaga

461 Alur Penelitian

TIKUS ADAPTASI 2 MINGGU

PELATIHAN FISIK BERLEBIH 1 MINGGU

MDA

KELOMPOK 1 KELOMPOK 2

PELATIHAN FISIK BERLEBIH PELATIHAN FISIK BERLEBIH

+ AQUABIDEST (28 hari) +GLUTATION 37mgkgBBhari

28 HARI 28 HARI

MDA

Gambar 43 Bagan Alur Penelitian

462 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium

Pemantauan keselamatan tikus jantan (galur Wistar) di laboratorium

(Smith et al1988 Ngatidjan 2006) adalah sebagai berikut

1 Kandang tikus jantan harus cukup kuat tidak mudah rusak teratur dibersihkan

(1x seminggu) mudah dipasang kembali hewan tidak mudah lepas tahan

52

gigitan hewan kelihatan jelas dari luar Alas tempat tidur terbuat dari serbuk

gergaji atau sekam padi agar mudah menyerap air

2 Luas lantai yang memadai untuk tikus jantan dengan berat badan plusmn200 gram

adalah 60cm persegi dan tinggi 20 cm

3 Diciptakan suasana lingkungan yang stabil dan sesuai keperluan fisiologi tikus

jantan di mana kelembaban suhu pertukaran udara yang ekstrim harus

dihindari

4 Hewan coba hendaknya diperlakukan dengan kasih sayang

47 Pengolahan dan Analisis Data

Analisis data yang digunakan adalah

1 Analisis Deskriptif

2 Uji normalitas data dilakukan dengan tes Shapiro-Wilk Distribusi data

normal dengan nilai pgt005

3 Uji homogenitas dilakukan dengan Lavenersquos Test Data dinyatakan

homogen dengan nilai pgt005

4 Karena data berdistribusi normal dan homogen maka untuk uji

komparabilitas dipakai

- Uji t independent untuk membandingkan rerata kadar MDA antar

kelompok

- Uji Paired T- Test untuk membandingkan rerata kadar MDA pre

dan post masing-masing kelompok

- Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau

dinyatakan berbeda bila plt005

53

BAB V

HASIL PENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 20 ekor tikus jantan dewasa

(Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan berat badan plusmn200 gram sebagai

sampelyang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah 10 ekor

yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dankelompok

perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) Dalam penyajian hasil ini diuraikan

uji normalitas data uji homogenitas data uji komparabilitas dan uji efek

perlakuan

51 Uji Normalitas Data

Data Kadar MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan

pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji

Shapiro-Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005)

disajikan pada Tabel 51

53

54

Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing Kelompok Sebelum

dan Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Perlakuan n p Keterangan

Kadar MDA kontrol pre

Kadar MDA perlakuan pre

Kadar MDA kontrol post

Kadar MDA perlakuan post

10

10

10

10

0965

0550

0975

0697

Normal

Normal

Normal

Normal

52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok

Data Kadar MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun

sesudah perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test

Hasilnya menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52

Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA Sebelum dan

Sesudah Perlakuan

Variabel F p Keterangan

Kadar MDA pre

Kadar MDA post

0016

0592

0901

0452

Homogen

Homogen

53 Kadar MDA

531 Uji komparabilitas

Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata kadar MDA

antar kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan

55

glutation Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada

Tabel 53 berikut

Tabel 53

Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata

Kadar MDA

SB T P

Aktivitas berlebih dan

placebo

Aktivitas berlebihdan

glutathion

10

10

518

529

028

029

089 0386

Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok

kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 518028mmoll dan rerata

kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 529029mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 089 dan nilai

p = 0386 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan

berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya tidak berbeda secara

bermakna (p gt 005)

532 Analisis efek perlakuan

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kadar MDA antar

kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation

56

Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54

berikut

Tabel 54 Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata

Kadar MDA

SB T P

Aktivitas berlebih dan

placebo

Aktivitas berlebihdan

glutathion

10

10

778

444

023

017

3672 0001

Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok

kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata

kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 444017mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 3672 dan nilai

p = 0001 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan

berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya berbeda secara

bermakna (p lt 005)

57

Gambar 51 Perbedaan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

533 Analisis Komparasi Sebelum dengan Sesudah Perlakuan

Analisis komparasi diuji berdasarkan rerata kadar MDA antara sebelum

dengan sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation Hasil

analisis kemaknaan dengan uji t-paired disajikan pada Tabel 55 berikut

Tabel 55 Analisis KomparasiKadar MDA antara Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Kelompok Beda Rerata

pre ndash post p Keterangan

Aktivitas berlebih dan placebo

Aktivitas berlebih dan

glutathion

260

085

0001

0001

Meningkat

Menurun

58

Berdasarkan uji t-paired didapatkan bahwa ada penurunan kadar MDA

pada kelompok perlakuan secara bermakna sebesar 085mmoll sedangkan pada

kelompok kontrol mengalami peningkatan secara bermakna sebesar 260mmoll

59

BAB VI

PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian

Untuk menguji efek pemberian glutation terhadap penurunan kadar MDA

maka dilakukan penelitian terhadap 20 ekor tikus jantan dewasa (Galur Wistar)

sebagai sampel yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah

10 ekor yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dan

kelompok perlakuan (pelatihan fisik berlebih dan glutation)

62 Efek Pelatihan Fisik Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA

Hasil penelitian dan analisis data terhadap kadar MDA darah pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji

normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan homogenitas (Levenersquos test) pre-test dan post-

test masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)

Uji perbandingan 1 minggu pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan

injeksi antara kedua kelompok menggunakan uji t-independent Rerata kadar

MDA kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) adalah

518028mmoll dan rerata kelompok pelatihan fisik berlebih dan glutation

adalah 529029mmoll Analisis kemaknaan dengan uji t-independent

menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna kadar MDA darah antara

kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa

kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan injeksi rerata kadar MDAnya tidak

59

60

berbeda secara bermakna

Uji perbandingan setelah pemberian placebo dan glutation antara kedua

kelompok menggunakan t-independent Rerata kadar MDA kelompok kontrol

(aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata kelompok

perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) adalah 444017mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent antara kedua kelompok sesudah diberikan

placebo dan glutation menunjukkan perbedaan kadar MDA secara bermakna

(plt005) Hal ini berarti bahwa kelompok yang diberikan perlakuan berupa

placebo dan glutation 6 jam sebelum diberikan pelatihan fisik berlebih dengan

cara merenangkan selama 60 menit hari selama 35 hari rerata kadar MDA

berbeda secara bermakna Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh

untuk melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam

organ dan pembuluh darah (Giriwijoyo 2004)

Peningkatan kadar MDA sesudah diberikan pelatihan fisik berlebih pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan disebabkan karena pelatihan fisik

berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena terjadi peningkatan konsumsi

oksigen oleh aktifitas otot skeletal Stress oksidatif memicu peningkatan senyawa

oksigen reaktif Pada pelatihan fisik berlebih juga terjadi Reperfusion Injury yang

memicu terjadinya kerusakan jaringan dan peningkatan radikal bebas (Adiputra

2008) Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara menarik elektronnya

sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan sampai kematian sel

(Suryohudoyo 2000)

Pada penelitian ini didapatkan bahwa sesudah diberikan pelatihan fisik

61

berlebih dan placebo terjadi peningkatan kadar MDA sebesar 5024 Kadar

MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel (Winarsi

2007) Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pepe

(2011) bahwa pelatihan fisik berlebih meningkatkan kadar MDA Lebih lanjut

Murray et al (2000) juga menyatakan bahwa pelatihan fisik berlebih merangsang

respon biomarker stres oksidatif Sedangkan pada kelompok perlakuan yang

diberikan aktifitas berlebih dan glutation terjadi penurunan kadar MDA sebesar

1607 Terjadinya penurunan kadar MDA pada kelompok yang diberikan

glutation 6 jam sebelum melakukan pelatihan fisik berlebih disebabkan karena

pemberian antioksidan meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan

cara mendonorkan elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa

oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsi 2007) Glutation merupakan antioksidan

endogen yaitu antioksidan yang dapat disintesa dalam tubuh dari asam amino L-

sistein L-glutamat dan glisin (Cadenas 2002) yang juga sebagai master

antioksidan yaitu antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain

Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan

Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik (Hersh 2004) Glutation

merupakan salah satu antioksidan yang tidak dapat menjadi pro oksidan (Cadenas

2002) Normalnya sekali suatu antioksidan memakan radikal bebas antioksidan

ini menjadi teroksidasi sendiri dan menyerang sel yang sehat yang disebut

sebagai pro oksidan Glutation dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang

teroksidasi tersebut menjadi bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali

dalam memakan radikal bebas (Sellman 2009) Sehingga dengan demikian

62

glutation dapat membantu dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Urso

(2003) bahwa suplementasi antioksidan dapat mengatasi kondisi stress oksidatif

yang terjadi pelatihan fisik berlebih

Uji perbandingan antara data MDA pre dan post masing-masing kelompok

digunakan uji t-paired test Berdasarkan uji ini didapatkan hasil pada kelompok

perlakuan terjadi penurunan kadar MDA secara bermakna sebesar 085 mmollt

sedangkan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan kadar MDA secara

bermakna sebesar 260mmollt Terjadi penurunan kadar MDA pada kelompok

perlakuan menunjukkan pemberian antioksidan Glutation intraperitoneal dosis

37mgkgBBhari dapat mengatasi kondisi stress oksidatif yang terjadi pada

pelatihan fisik berlebih Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh

Urso (2003)

63

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

71 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan sebagai

berikut Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA

tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

72 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah

1 Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja glutation

yang lebih detail

2 Memperhatikan takaran latihan supaya tidak berlebihan yang justru akan

meningkatkan kerusakan sel

3 Perlu dilakukan uji klinis pada manusia

63

64

DAFTAR PUSTAKA

Adiputra N 2008Kesehatan Olah Raga Available from httpwwwbalihesgorgindexphpoption=com Accessed 2011 Oct 5th

Anonim 2011 Glutathione Available at

httpenwikipediaorgwikiGlutathione Accessed 2011 Oct 5th Anonim 2011 Overtraining Available at

httpwwwmarksdailyapplecomovertraining Accessed 2011 Oct5th

Asikin N 2001Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan InKursus Penyegaran dan Pelatihan Radikal bebas dan Antioksidan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta Fakultas Kedokteran UI

Bagiada NA 2001 Proses Penuaan dan Penanggulangannya Denpasar

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hal 22 Banerjee AK Mandal A Chanda D Chahraboti S 2003 Oxidant

Antioxidant and Physical ExerciseAvailable from httpwwwncbinlmnihgovpubmed14619981 accesed 2011 Sept 2nd

Binekada MC 2002 ldquoPelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Konsentrasi dan

Motilitas Spermatozoa Mencitrdquo(tesis) Denpasar Universitas Udayana

Cadenas E Jones PD 2002Bioavailability of Glutathione In Cadenas E

Packer L editorsHandbook of Antioxidants2nd Ed New York Marcel DekkerInc p549-564

Catala A 2006Lipid PeroxidationInt J Biochem Cell Biol 38 1482-1495 Dalle-DonneI Rossi R ColomboR Giustarini D Milzani

A2006Biomarkers of Oxidative Damage in Human Disease Available from httpwwwredorbitcomnewsscience473334biomarkersof oxidative damage in human diseaseindexhtmlaccessed2011 Sept 5th

Fouad T 2007 Free radicals Types Sources and Damaging Reaction

Relations Available from

64

65

wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th

Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th

Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112

Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors

ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their

Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69

Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan

Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th

Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz

R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155

Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester

Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th

Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala

T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200

Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and

Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders

66

Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana

LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia

Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647

Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from

httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit

Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK

Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620

Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji

Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah

Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009

Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan

Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132

Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde

Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521

Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley

Medical Publicationsp 123-141

Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI

Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable

from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer

67

Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole

Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam

Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI

Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam

Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya

Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan

Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47

Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant

Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th

Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan

Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105

68

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965

Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975

Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753

Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

69

Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan

Group Statistics

Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887

Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215

Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260

Perlakuan 10 42500 23348 07383

Independent Samples Test

Levenes Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df

Sig (2-

tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence Interval of the

Difference Lower Upper

Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428

Equal variances not assumed

-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429

Post1

Equal variances assumed 592 452 367

22 18 000 333700 09087 314608 352792

Equal variances not assumed

36722 16855 000 333700 09087 314515 352885

Post2

Equal variances assumed 906 354 264

19 18 000 239500 09066 220454 258546

Equal variances not assumed

26419 16265 000 239500 09066 220307 258693

70

Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis

(Laurence amp Bacharach 1964)

2g mencit 20g tikus 400g marmot

l5Kg kelinci

20Kg kucing

40Kg kera

120Kg anjing

70Kg manusia

20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879

200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560

400 g marmot

008 057 10 225 24 52 102 315

l5Kg kelinci

004 025 044 10 106 24 45 142

20Kg kucing

003 023 042 092 10 22 41 130

40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61

120Kg anjing

0008 006 010 0022 024 052 10 31

70Kg manusia

00026 0018 0031 007 0013 016 032 10

71

Lampiran 4

Foto Penelitian

Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)

72

Lampiran 5

Data Hasil Penelitian

Kelompok Kontrol

Pre test Post test Pre test Post Test

752 647 769 694

779 670 773 664

745 660 803 653

769 643 817 677

783 653

786 684

Kelompok Perlakuan

Pre Test Post test

412 391

436 412

442 425

425 401

453 436

466 442

432 405

456 432

470 453

476 463

Page 12: PEMBERIAN INJEKSI GLUTATION INTRAPERITONEAL

xi

xi

211 Teori Wear and Tear 9

212 Teori Radikal Bebas 9

213 Teori Kontrol Genetika 11

214 Teori Neuroendokrin 11

22 Radikal Bebas 12

221 Definisi Radikal Bebas 12

222 Sifat- sifat Radikal Bebas 12

223 Peranan Radikal Bebas Dalam Proses Penuaan 15

23 Stress Oksidatif 15

231 Keadaan Yang Menyebabkan Stress Oksidatif 15

24 Pelatihan Fisik 16

241 Olahraga 16

242 Pelatihan Fisik Berlebih 21

25 Antioksidan 28

26 Glutation sebagai Antioksidan 29

261 Fungsi Glutation 31

262 Suplementasi Glutation 33

263 Glutation Precursor 37

264 Sumber Glutation dari makanan 38

BAB III KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

31 Kerangka Berpikir 40

32 Konsep Penelitian 41

33 Hipotesis Penelitian 42

xii

xii

BAB IV METODE PENELITIAN

41 Rancangan Penelitian 43

42 Tempat dan Waktu Penelitian 44

43 Populasi Sampel 44

431 Populasi 44

432 Kriteria Sampel 45

4321 Kriteria Inklusi 45

4322 Kriteria Drop Out 45

433 Besar Sampel 45

434 Teknik Pengambilan Sampel 46

44 Variabel Penelitian 47

441 Klasifikasi Variabel 4

442 Definisi Operasional Variabel 48

45 Bahan dan Alat Penelitian 49

451 Bahan Penelitian 49

452 Alat Penelitian 49

46 Prosedur Penelitian 50

461 Alur Penelitian 51

462 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium 51

47 Pengolahan dan Analisis Data 52

BAB V HASIL PENELITIAN

51 Uji Normalitas Data 53

52 Uji Homogenitas Antar Kelompok 54

xiii

xiii

53 Kadar MDA 54

531 Uji Komparabilitas 54

532 Analisa Efek Perlakuan 55

533 Analisa Komparasi Sebelum dan Sesudah Perlakuan 57

BAB VI PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian 59

62 Efek Aktifitas Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA 59

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

71 Kesimpulan 63

72 Saran 63

DAFTAR PUSTAKA 64

LAMPIRAN 68

xiv

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 21 Makanan yang mengandung Glutation 39

Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing

Kelompok Sebelum dan Sesudah Perlakuan 54

Tabel 52 Hasil uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA

Sebelum dan Sesudah Perlakuan 54

Tabel 53 Hasil Rerata Kadar MDA antar Kelompok Sebelum

Diberikan Perlakuan 55

Tabel 54 Hasil Rerata Kadar MDA antar Kelompok Sesudah

Diberikan Perlakuan 56

Tabel 55 Analisis Komparasi Kadar MDA antara Sebelum dan

Sesudah Perlakuan helliphelliphelliphellip 57

xv

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 21 Struktur GSH dan GSSG 30

Gambar 22 GSH Redox 31

Gambar 23 Detoksifikasi Lipid Hydoxyperoxides di usus halus 32

Gambar 24 Supply dan Removal Glutation 34

Gambar 31 Kerangka Konsep Kadar MDA pada Tikus yang

diberikan Pelatihan Fisik Berlebih+Placebo dan Pelatihan

Fisik Berlebih+Glutation 41

Gambar 41 Rancangan Penelitian 42

Gambar 42 Bagan Hubungan antar Variabel 47

Gambar 43 Bagan Alur Penelitian 51

Gambar 51 Perubahan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah

Diberikan Perlakuan 57

xvi

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Uji Normalitas Data 68

Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antar Kelompok Kontrol

dan Perlakuan 69

Lampiran 3 Perbandingan Luas Permukaan Tubuh Hewan Percobaan

untuk Konversi Dosis 70

Lampiran 4 Foto Penelitian 71

Foto Glutation (Tationil Teofarma) 71

Lampiran 5 Data Hasil Penelitian 72

xvii

xvii

DAFTAR SINGKATAN

CoQ10 Coenzym Q10

DNA Deoxyribonucleic Acid

GSH Px Glutation Peroksidase

GSH Glutation

GSSG Rx Glutation Reduktase

GSSG Glutation Disulfide

MDA Malondialdehyde

NADH Nicotinamide Adenine Dinucleotide

NADPH Nicotinamide Adenine Dinucleotide Phosphate

O2 Oksigen

RNA Ribonucleic Acid

ROS Reactive Oxygen Species

SOD Super Oxide Dismutase

TBARS Thiobarbituric Acid Reactive Substances

1

BAB I

PENDAHULUAN

11 LATAR BELAKANG

Proses penuaan menurut Kedokteran Anti Penuaan dapat diperlakukan

seperti suatu penyakit dalam arti proses ini dapat diatasi dapat dirsquoreversersquo atau

dirsquokembalikanrsquo menjadi kondisi seperti saat muda Penyakit yang muncul seiring

dengan bertambahnya usia seperti hipertensi diabetes mellitus osteoartritis dan

lain-lain membuat kualitas hidup menurun pada usia lanjut Ilmu Kedokteran

Anti Penuaan memberikan paradigma baru dalam mengatasi proses penuaan Ilmu

ini memberikan solusi untuk mengatasi ketidakmampuan penyakit nyeri

deformitas dan kesedihan di masa tua sehingga kualitas hidup meningkat

Modifikasi gaya hidup dengan cara mengatur pola makan pola tidur pola

olahraga pola hidup manajemen hormon dapat meningkatkan kualitas hidup

Terbentuknya radikal bebas oksigen dalam tubuh sebenarnya merupakan

sesuatu yang fisiologis Oksigen yang kita hirup berperan dalam metabolisme

sebagian kecil (2-5) tereduksi membentuk radikal bebas Radikal bebas oksigen

dikelompokkan dalam senyawa Reactive Oxygen Species (ROS) ROS merupakan

radikal bebas yang berbahaya bagi tubuh (Arief 2010) Bila produksi tersebut

menjadi semakin meningkat dalam kondisi seperti terpapar sinar ultraviolet

polusi merokok konsumsi alkohol dalam jumlah banyak stress menyebabkan

kerusakan pada sel-sel terjadi penuaan

1

2

Teknologi yang berkembang dengan pesatnya memberikan kita banyak

fasilitas kemudahan dalam menjalani hidup kita Akhirnya dalam apapun yang

akan kita perbuat atau lakukan kita selalu dihadapkan pada 2 pilihan mau yang

mudah atau yang sulit Menjamurnya makanan instant fast food yang disebut

juga makanan junk food karena memang tidak kurang kandungan gizi yang kita

perlukan Makanan ini tidak mengandung nilai gizi hanya mementingkan rasa

yang penting enak gurih karena banyak mengandung lemak tinggi karbohidrat

dan cepat saji karena semakin sibuknya manusia Selain itu karena kesibukan

kita menjadi kurang sekali dalam berolahraga selain kesibukan juga sudah lelah

Akibatnya kita menjadi gemuk semakin gemuk semakin malas beraktifitas

semakin mudah lelah yang lama kelamaan menjadi kelelahan kronis depresi

mudah muncul

Gaya hidup manusia yang mempunyai tingkat stress yang tinggi ditambah

kurangnya aktifitas berolahraga meningkatkan resiko timbulnya penyakit jantung

low back pain adult-onset diabetes obesity yang disebut hypokinetic diseases

(Sharkey 2003 ) Meningkatnya insidensi kelebihan berat badan menjadi masalah

kesehatan di seluruh dunia termasuk di Indonesia (Misnadiarly 2007) Kelebihan

berat badan menyebabkan terjadinya penumpukan lemak yang berlebihan dalam

tubuh dan berpotensi memicu banyak penyakit yang mematikan Beberapa

penyakit tersebut dikategorikan sebagai penyakit yang terjadi karena metabolism

yang melambat dan penumpukan lemak sering disebut sebagai Sindroma

Metabolik(hipertensi hiperlipidemia diabetes mellitus) Sebaliknya sebuah gaya

3

hidup yang sehat dan seimbang memainkan peranan yang besar dalam mencegah

banyak penyakit yang berhubungan dengan gaya hidup

Pada sisi lain manusia juga selalu dituntut untuk memiliki tubuh sehat

penampilan yang menarik Masalah muncul pada saat manusia memilih jalan

pintas berolahraga berlebihan (overtraining) diet ketat berlebihan

mengkonsumsi obat-obatan penekan nafsu makan obat-obat pembakar lemak

suplemen secara berlebihan dan tanpa informasi yang benar tanpa pengawasan

dokter dengan tujuan untuk memperoleh tubuh ramping dalam waktu secepatnya

Bukan tubuh sehat yang didapat tetapi malah menjadi sakit yang tidak mustahil

dapat mengarah ke kematian

Tubuh sehat ideal dalam arti tidak mudah sakit mempunyai hidup yang

berkualitas penampilan yang prima dan mempunyai postur tubuh yang

proporsional (Misnadiarly 2007) Gaya hidup yang sehat seimbang adalah kunci

untuk mencapai kesehatan dan bentuk badan yang lebih bagus dan hanya akan

tercapai melalui aktifitas olahraga pengaturan pola makan istirahat yang teratur

dan proporsional

Olahraga yang berlebihan tidak memberikan efek yang baik untuk tubuh

tetapi latihan yang tepat meningkatkan kebugaran aerobik Frekuensi yang lebih

sering durasi yang lebih panjang intensitas yang meningkat meningkatkan

kebugaran fisik Hal yang penting kita harus memperhatikan waktu pemulihan

Apabila tubuh tidak mempunyai cukup waktu untuk pemulihan bukan

meningkatkan kebugaran tetapi malah menimbulkan cedera atau penyakit melalui

supresi sistem kekebalan (Sharkey 2003) Olahraga yang teratur dapat

4

meningkatkan produksi molekul anti oksidan endogen termasuk glutathioneurate

coenzyme Q10 (Cadenas 2002) Dengan meningkatnya kadar antioksidan

endogen maka kadar MDA tubuh akan menurun

Teori Radikal Bebas menjelaskan bahwa radikal bebas merusak sel-sel

tubuh manusia (Goldmanamp Klatz 2003) Pelatihan fisik berlebih menyebabkan

terbentuknya radikal bebas Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara

menarik elektronnya sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan

sampai kematian sel (Suryohudoyo 2000) Pelatihan fisik berlebih menyebabkan

penuaan terjadi lebih cepat

Gaya hidup yang tidak sehat meningkatkan produksi radikal bebas

Beruntung tubuh mempunyai mekanisme pertahanan melawan oksidasi yang

terjadi tersebut Tubuh memproduksi enzim dan molekul khusus yang dapat

menangkap dan melenyapkan radikal bebas (superoksid dismutase katalase

glutation alfa lipoic acid CoQ10) yang disebut juga antioksidan endogen dan

yang berasal dari makanan seperti vitamin C dan E beta karoten polifenol

selenium seng (antioksidan esensial) yang disebut juga antioksidan eksogen

Antioksidan endogen maupun eksogen sangat penting buat tubuh karena

mampu meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan cara menangkap

dan mengeliminirnya Antioksidan eksogen efektif diperlukan untuk mencegah

terjadinya stress oksidatif Antioksidan endogen merupakan mekanisme

pertahanan preventif dengan cara memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal

bebas atau dengan cara menangkapnya (Winarsi 2007)

5

Bila jumlah antioksidan lebih sedikit dibanding jumlah radikal bebas

terjadi gangguan keseimbangan yang disebut redox state (Cadenas 2002) Dalam

kondisi seperti ini semakin banyak molekul normal yang ditarik elektronnya

molekul menjadi tidak stabil molekul ini akan merusak molekul sehat lainnya

sehingga terjadilah penyakit (Winarsi 2007)

Pemberian antioksidan yang cukup dan optimal dapat meningkatkan

kebugaran meningkatkan kemampuan tubuh dalam melakukan pelatihan fisik

menurunkan kadar stress oksidatif dalam tubuh mencegah terjadinya penuaan

dini (Pangkahila 2007) Antioksidan bekerja dengan cara mendonorkan satu

elektronnya ke molekul yang kehilangan elektronnya (radikal bebas) sehingga

membentuk radikal bebas tidak reaktif relatif stabil proses kerusakan sel dapat

dihambat

Ada beberapa macam antioksidan salah satunya adalah Glutation

Glutation merupakan antioksidan endogen yaitu antioksidan yang dapat dibuat

oleh tubuh kita sendiri Glutation juga dikenal sebagai master antioksidan

antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain (Goldman 2003)

Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan

Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik Normalnya sekali suatu

antioksidan memakan radikal bebas antioksidan ini menjadi teroksidasi sendiri

dan menyerang sel yang sehat yang disebut sebagai pro oksidan Glutation

dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang teroksidasi tersebut menjadi

bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali dalam memakan radikal bebas

(Sellman 2009) Sehingga dengan pengertian di atas glutation dapat membantu

6

dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh kita lebih banyak

dibandingkan dengan antioksidan lain

MDA adalah metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas

Kadar MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel

Apabila terdapat antioksidan yang tinggi dalam tubuh maka kadar MDA akan

menurun (Winarsi 2007)

Pelatihan fisik berlebih akan menyebabkan meningkatnya kerusakan

oksidatif Glutation menghambat kerusakan oksidatif Parameter yang digunakan

dalam penelitian ini adalah produk peroksidase lipid yaitu malondialdehid (MDA)

menurut metoda Willis

12 Rumusan Masalah

Apakah pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan

kadar MDA tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

13 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat

menurunkan kadar MDA pada tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

14 Manfaat Penelitian

141 Manfaat Keilmuan

Dapat menambah pengetahuan bahwa olahraga berlebih meningkatkan

MDA pemberian antioksidan Glutation dalam upaya mencegah terjadinya stress

7

oksidatif berkelanjutan yang dapat menjadi salah satu penyebab proses penuaan

penyakit metabolisme dan kemungkinan dapat dipergunakan sebagai dasar untuk

dilakukan penelitian lebih lanjut

142 Manfaat Praktis

Pengetahuan tersebut dapat memberikan manfaat kepada masyarakat luas

untuk lebih bijaksana dalam mengkonsumsi antioksidan dan dalam melakukan

pelatihan fisik

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

21 Penuaan

Penuaan sampai saat ini masih dianggap sebagai sesuatu yang alamiah

terjadi demikian juga penyakit yang muncul pada masa tuaSeseorang yang

berumur 50 tahun dengan penyakit Diabetes Mellitus dipandang sebagai sesuatu

yang umum karena memang sudah tua Sejak tahun 1950 penelitian penyebab

penuaan mulai diteliti faktor-faktor penyebab yang mempengaruhi kualitas hidup

sehingga meskipun usia bertambah tua tetapi tetap berkualitas Beberapa cara

modifikasi gaya hidup terus dilakukan untuk mencapai kualitas hidup yang lebih

baik seperti mengatur pola makan pola tidur pola olahraga pola hidup untuk

mencapai kualitas hidup yang baik di usia lanjutPenelitian memberi kesimpulan

bahwa pemberdayaan diri membudayakan pola hidup sehat dapat meningkatkan

kualitas hidup seseorang (Franklin 2009)

Dewasa ini seiring dengan percepatan perubahan teknologi meningkatnya

persaingan hidup orang berlomba-lomba mengkonsumsi produk dan berbagai

metode yang mengklaim bisa menghambat penuaan atau bersifat Anti Aging Ilmu

Kedokteran Anti Penuaan memberikan paradigma baru dalam menangani proses

penuaan Ilmu Kedokteran Anti Penuaan ini menjanjikan dapat memberikan solusi

untuk mengatasi ketidakmampuan penyakit nyeri deformitas dan kesedihan di

masa tua dengan cara meningkatkan kualitas hidup masa tua (Goldman dan Klatz

8

9

2003) Menurut Pangkahila penuaan bisa dicegah diobati dan bahkan dapat

dikembalikan ke keadaan semula (Pangkahila 2007)

Proses penuaan dapat dijelaskan dalam empat teori utama yang walaupun

tidak dapat menjelaskan dengan lengkap tetapi teori tersebut melengkapi satu

dengan yang lain

211 Teori Wear and Tear

Teori ini diperkenalkan pertama kali oleh Dr August Weisman seorang

ahli biologi dari Jerman pada tahun 1882 Teori ini menyatakan bahwa tubuh dan

sel akan rusak karena penggunaan dan disalahgunakan baik penggunaan secara

alami apalagi penyalahgunaan Kerusakan terjadi dalam sel sampai organ Pada

usia muda kerusakan yang terjadi dapat diatasi dikompensasi karena sistem

perbaikan dan pemeliharan yang masih baik tetapi seiring dengan bertambahnya

umur tubuh mulai kehilangan kemampuan tersebut Teori ini juga meyakini

pemberian suplemen dan merangsang kemampuan tubuh untuk melakukan

perbaikan dan mempertahankan organ tubuh dan sel

212 Teori Radikal Bebas

Teori ini diperkenalkan oleh Dr Denham Harman pada tahun 1956

Radikal Bebas adalah molekul tidak stabil yang sangat reaktif karena mempunyai

elektron tidak berpasangan pada orbit luarnya dapat bereaksi dengan molekul

lain menimbulkan reaksi berantai yang sangat destruktif (Goldman dan Klatz

2003)

10

Radikal Bebas dihasilkan dari pembakaran gula dan lemak yang kita

konsumsi untuk memberikan energi pada tubuh kita Radikal bebas merusak

membran sel kode DNA enzim protein dan akhirnya terjadi kerusakan pada

seluruh organ Kerusakan terjadi mulai dari lahir dan terus berlanjut hingga

meninggal Pada usia muda dampak penggantian sel yang masih berfungsi baik

Seiring dengan usia bertambah akumulasi kerusakan akibat radikal bebas akan

mengganggu metabolisme sel terjadilah mutasi sel yang mengakibatkan

timbulnya kanker dan kematian

Age Spot merupakan salah satu bentuk kerusakan pada membrane sel

yang disebabkan oleh Radikal Bebas Kerusakan membran ini menghasilkan

produk sisa yang dikenal sebagai lipofuscin Jumlah lipofuscin yang tinggi dalam

tubuh memberikan warna gelap pada daerah tertentu yang disebut Age spot

Lipofuscins mengganggu sintesis DNA dan RNA mempengaruhi sintesis protein

(menurunkan energi dan menghambat pembentukan massa otot) merusak enzim

seluler yang diperlukan untuk proses kimia vital dalam tubuh (Goldman dan

Klatz 2003)

Radikal bebas mempengaruhi peroksidasi lipid yang menyebabkan

produksi MDA (malondialdehyde) yang mengikat protein dan menyebabkan

gangguan fungsi biologik protein tersebut Radikal Bebas berkaitan dengan

penyakit usia lanjut seperti aterosklerosis Parkinson penyakit Alzheimer dan

gangguan fungsi kekebalan tubuh (Pangkahila 2007)

11

213 Teori Kontrol Genetika

Teori terfokus pada kode genetik yang ada dalam DNA meskipun seluruh

aspek diwariskan dalam gen tiap individu waktu jam biologis tergantung pada

pola hidup penuaan masing-masing individu Tiap individu memiliki jam biologis

yang telah diatur waktunya Berhentinya jam biologis menandakan proses

penuaan dan meninggal (Goldman dan Klatz 2003)

Ilmu Kedokteran Anti Penuaan melakukan upaya mencegah dan

memperbaiki kerusakan yang terjadiTerapi Gen diharapkan dapat memberikan

solusi dalam menghadapi takdir genetika terhadap beberapa penyakit keturunan

214 Teori Neuroendokrin

Teori yang menyangkut peranan berbagai hormon bagi fungsi organ tubuh

diperkenalkan oleh Vladimir DilmanPhD

Hormon mengatur dan memperbaiki fungsi tubuh Pada usia muda

berbagai hormone masih berfungsi baik dalam mengendalikan berbagai fungsi

organ tubuh Ketika manusia menjadi tua produksi hormon menurun fungsi

tubuh menjadi terganggu Contoh Growth Hormone yang membantu

pembentukan massa otot testosteron dan hormone tiroid akan menurun tajam

pada usia tua Ditandai dengan rasio lemak dan otot yang meningkat Terapi sulih

hormone dapat membantu masalah tersebut dan mengembalikan fungsi hormone

tubuh sehingga memperlambat proses penuaan

12

22 Radikal Bebas

221 Definisi Radikal Bebas

Radikal bebas adalah molekul (kumpulan atom) yang memiliki elektron

yang tidak berpasangan Oksidan adalah senyawa penerima elektron yaitu

senyawa yang dapat menarik elektron Kedua jenis senyawa ini memiliki aktifitas

yang sama dan memberikan akibat yang hampir sama tetapi dengan proses yang

berbeda (Winarsi 2007) Radikal Bebas digolongkan dalam oksidan namun tidak

setiap oksidan adalah radikal bebas (Suryohudoyo 2000)

Sumber oksidan berasal dari

Tubuh sendiri yaitu berasal dari proses fisiologis namun oleh suatu sebab

jumlahnya menjadi banyak

Proses peradangan

Luar tubuh seperti polutan obat-obatan

Radikal bebas lebih berbahaya dibanding senyawa oksidan non radikal

222 Tahapan Terbentuknya Radikal Bebas dan Sifatnya

Tahapan terbentuknya radikal bebas terjadi melalui sederetan mekanisme

reaksi

1 Tahap Inisiasi yaitu tahap yang menyebabkan terbentuknya radikal bebas

Cu

RH + O2 R + H2O

2 Tahap Propagasi yaitu tahap dimana radikal bebas cenderung bertambah

banyak dengan membuat reaksi rantai dengan molekul lipid lain

13

R + O2 RO2

RO2 + RH R + ROOH

3 Tahap Terminasi yaitu apabila terjadi reaksi antara radikal bebas dengan

radikal bebas lain atau antara radikal bebas dengan suatu senyawa pembasmi

radikal bebas (scavenger)

R1 + R2 R 1 R 2

Reduksi oksigen memerlukan pengalihan empat electron (electrotransfer)

Pengalihan ini tidak dapat sekaligus tetapi dalam empat tahapan yang setiap

tahapan hanya melibatkan pengalihan satu elektron Kendala yang mengharuskan

oksigen hanya dapat menerima satu elektron setiap tahap menyebabkan

terjadinya dua hal yaitu kurang reaktifnya oksigen dan terbentuknya senyawa-

senyawa oksigen reaktif seperti O2 (radikal superoksida) H2O2 (hydrogen

peroksida) OOH (radikal peroksil) dan OH (radikal hidroksil)

Radikal Bebas memiliki 2 sifat yaitu

1 Reaktifitas tinggi karena cenderung menarik elektron

2 Mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal

Elektron dari Radikal Bebas berikatan dengan senyawa yang berikatan

kovalen seperti lipid protein dan DNA akan sangat berbahaya karena ikatan

digunakan bersama-sama pada orbit luarnya Dibanding senyawa oksigen reaktif

radikal hidroksil merupakan senyawa yang paling berbahaya karena reaktifitasnya

yang sangat tinggi

Radikal hidroksil dapat merusak 3 jenis senyawa penting yang berfungsi

untuk mempetahankan integritas sel yaitu

14

1 Asam lemak tak jenuh yang merupakan komponen penting fosfolipid

penyusun membran

2 DNA pembawa genetik sel

3 Protein memegang berbagai peran penting seperti enzim reseptor antibodi

sitoskeleton

Dari ketiga senyawa tersebut yang paling rentan adalah senyawa asam

lemak tak jenuh ganda pada membran sel yang mengakibatkan rapuhnya dinding

sel Senyawa oksigen reaktif ini juga merusak dinding bagian dalam pembuluh

darah sehingga mengakibatkan pengendapan koleserol dan menyebabkan

aterosklerosis Apabila senyawa oksigen reaktif ini merusak basa DNA akan

terjadi kekacauan sistem info genetika berlanjut pada pembentukan sel kanker

Jaringan lipid yang rusak memicu munculnya penyakit degeneratif

Fosfolipid glikolipid dan kolesterol merupakan komponen terpenting

membran sel Komponen fosfolipid dan glikolipid mengandung asam lemak tak

jenuh (asam linoleat linolenat arakidonat) sangat rawan terhadap serangan

radikal hidroksil yang dapat menimbulkan reaksi rantai yang dikenal sebagai

Lipid peroxidation

Peroksidase lipid

LH + OH --- H + H2O

Asam lemak Radikal Bebas

L + O2 -- LOO

Radikal peroksilipid

LOO + LH --- L + L OOH dan seterusnya

15

Hasil akhir dari proses ini adalah terputusnya rantai asam lemak menjadi

berbagai senyawa yang bersifat toksik terhadap sel antara lain berbagai macam

aldehid seperti Malondealdehyde (MDA)

223 Peranan Radikal Bebas dalam proses penuaan

Pada usia muda keseimbangan antara radikal bebas dan pertahanan

antioksidan berfungsi dengan baik seiring dengan pertambahan usia

keseimbangan terganggu karena cadangan antioksidan berkurang dan radikal

bebas berlebih (Saxena dan Lan 2006)

Akibat ketidakseimbangan ini terjadi kerusakan oksidatif (Arief 2010)

Kerusakan ini disebabkan oleh radikal bebas dan merusak 3 komponen utama

yang mempertahankan integritas sel seperti fosfolipid (penyusun membrane sel)

DNA (perangkat genetik) protein (enzim reseptor antibodi) (Fouad 2007)

Ketidakseimbangan antara antioksidan dan senyawa oksigen reaktif

menghasilkan stress oksidatif penyebab kanker penuaan aterosklerosis cedera

iskemik peradangan dan penyakit degeneratif (Parkinson Alzheimer)

(Pangkahila 2007)

23 Stress Oksidatif

231 Keadaan yang menyebabkan stress oksidatif

Pada saat jumlah antioksidan tubuh kurang dari yang diperlukan untuk

meredam efek buruk dari radikal bebas keadaan ini disebut Stress oksidatif Bila

terjadi dalam waktu yang lama akan terjadi penumpukan hasil kerusakan

16

oksidatif di dalam sel dan jaringan yang mengakibatkan hilangnya fungsi sel

jaringan dan akhirnya mati Hal ini merupakan penyebab utama proses penuaan

(Bagiada 2001)

Keadaan yang menyebabkan Stress Oksidatif ini salah satunya adalah

pelatihan fisik berat atau berlebih (Hersh 2004) Stress oksidatif dapat

dikendalikan antara lain dengan membiasakan untuk menerapkan pola hidup sehat

dan mengkonsumsi antioksidan diharapkan akan memacu kerja antioksidan

dalam tubuh

MDA merupakan hasil dari proses peroksidasi lipid meningkatnya MDA

menunjukkan adanya suatu kondisi Stress Oksidatif menurunnya MDA

menunjukkan adanya perbaikan dari kondisi Stress tersebut sehingga MDA dapat

dipakai sebagai biomarker Stress oksidatif

24 Pelatihan Fisik

241 Olahraga

Pelatihan fisik atau olahraga merupakan satu kegiatan yang penting bagi

kehidupan manusia Olahraga merupakan alternatif kegiatan yang dapat

meningkatkan derajat kebugaran fisik seseorang apabila dilakukan dengan dosis

takaran yang benar Menurut Sharkey olahraga dapat meningkatkan pengeluaran

energi dan tingkat pengeluaran tersebut berkaitan dengan intensitas dan durasi

aktifitas yang dilakukan (Sharkey 2003) Latihan fisik atau olahraga yang

memperhatikan frekuensi intensitas tipe dan waktu mendukung dalam

mendapatkan hasil yang maksimal dan menurunkan resiko cedera Latihan fisik

17

yang benar memberikan dampak perbaikan pada sistem fungsional paru dan

jantung sehingga terjadi hipertropi otot jantung penurunan detak jantung

istirahat peningkatan stroke volume peningkatan volume darah dan hemoglobin

menambah jumlah pembuluh darah kapiler serta berfungsi dalam proses

pembakaran energi (Fox 1998) Frekuensi latihan yang dianjurkan adalah 3-4x

seminggu dengan intensitas 72-87 dari denyut jantung maksimal (220-umur)

dengan variasi 10 denyut per menitTipe latihan yang dianjurkan adalah

pemanasan 15 menit kombinasi latihan aerobik dan latihan otot dalam waktu 30-

60 menit diakhiri pendinginan 10 menit (Pangkahila 2009)

Sumber energi yang dibutuhkan untuk pelatihan fisik aerobik yang

dominan didapat dari pembakaran simpanan karbohidrat lemak dan sebagian

kecil (5) dari pemecahan simpanan protein yang terdapat di dalam tubuh untuk

menghasilkan ATP (adenosine triphospate) ATP yang terdapat dalam jaringan

otot terbatas kebutuhan ATP dipertahankan oleh creatinin phosphate (CP) dan

glikogen yang tersimpan dalam otot (Hernawati 2009) Terdapat 3 jalur untuk

memberikan ATP tambahan sesuai yang dibutuhkan selama kontraksi otot

meliputi 1 Pemindahan fosfat berenergi tinggi dari kreatinin fosfat ke ADP 2)

Fosforilasi oksidatif (siklus asam sitrat dari sistem transportasi elektron) 3)

glikolisis (Sherwood 2001) Sedangkan pada aktifitas yang bersifat anaerobik

energi diperoleh dari hidrolisis phosphocreatine serta melalui glikolisis glukosa

secara anaerobik Proses ini dapat terjadi tanpa adanya oksigen (O2) Metabolisme

anaerobik ini menghasilkan asam laktat yang apabila terakumulasi dapat

menyebabkan rasa nyeri pada otot menimbulkan stress fisik Hal ini

18

menyebabkan latihan aerobik terasa lebih menyenangkan (Hernawati 2009)

Metabolisme aerobik jauh lebih efisien daripada anaerobik karena menghasilkan

38 molekul ATP per molekul glukosa versus hanya 2 molekul melalui jalur

anaerob

Pelatihan fisik atau olahraga yang teratur selain memberikan manfaat

perbaikan pada mental fisik dan fisiologis juga mempengaruhi hormon tubuh

kita antara lain (Sharkey2003)

1 Growth Hormone

Stimulasi sintesis protein (muscle tone development) dan kekuatan tulang

tendon ligament dan tulang rawan Penurunan penggunaan glukosa dan

peningkatan penggunaan lemak sebagai bahan bakar selama olahraga

Membantu mengurangi lemak tubuh dan mempertahankan glukosa darah pada

level normal sehingga membantu melakukan olahraga selama periode waktu

yang lebih lama Dilepaskannya Growth Hormone oleh kelenjar pituitari di

otak meningkat dengan meningkatnya waktu latihan aerobik

2 Endorphins

Opioid endogen dari kelenjar pituitary yang memblok rasa sakit menurunkan

nafsu makan membuat perasaan senang mengurangi tekanan dan kecemasan

Pada saat olahraga endorfin dalam darah meningkat sampai lima kali selama

aktifitas olahraga lebih dari 30 menit Endorfin membuat kita dapat melakukan

aktifitas latihan menjadi lebih tahan lama

19

3 Testosteron

Hormon yang penting untuk wanita dan pria dalam mempertahankan tonus

volume kekuatan otot meningkatkan angka rata metabolisme basal

menurunkan lemak tubuh dan merasa lebih percaya diri Diproduksi oleh

ovarium pada wanita dan testis pada laki-laki Testosteron pada wanita hanya

sepersepuluh kadar testosteron pada laki-laki Pada wanita testosteron

berperan pada pengaturan libido dan orgasme Produksi pada wanita menurun

saat menjelang menopause sedangkan pada pria pada usia memasuki usia 40

tahun Kadar testosteron darah mulai meningkat setelah 20 menit olahraga

baik pada wanita maupun pria dan tetap tinggi sampai 1-3 jam setelah

olahraga

4 Estrogen

Estrogen secara biologis aktif adalah 17 beta estradiol meningkatkan

pemecahan lemak dari lemak tubuh sehingga dapat digunakan sebagai sumber

tenaga meningkatkan rata-rata metabolisme basal meningkatkan mood

meningkatkan libido Hormon ini disekresi oleh ovarium meningkat saat

olahraga dan tetap meningkat sampai 1-4 jam setelah olahraga

5 Thyroxine (T4)

Hormon yang diproduksi oleh kelenjar tiroid meningkatkan metabolisme

hampir semua sel dalam tubuh Peningkatan metabolisme ini membantu kita

merasa lebih energik dan juga menyimpan kalori penting untuk penurunan

berat badan Kadar tiroksin dalam darah meningkat sekitar 30 selama

20

olahraga dan tetap meningkat sampai beberapa jam sesudahnya Olahraga

yang teratur juga meningkatkan level tiroksin saat istirahat

6 Epinephrine

Hormon yang diproduksi oleh medulla adrenal yang meningkatkan jumlah

darah yang dipompa oleh jantung dan mengarahkan aliran darah ke tempat

yang diharapkan Stimulasi pemecahan glikogen (karbohidrat yang disimpan)

dalam otot yang aktif dan hati untuk digunakan sebagai sumber tenaga

Menstimulasi pemecahan lemak (lemak yang disimpan dalam otot yang aktif)

dan digunakan sebagai sumber tenaga Sejumlah epinefrin yang dilepaskan

berhubungan dengan intensitas dan durasi latihan

7 Insulin adrenalin

Hormon yang penting dalam mengatur gula darah dan asam lemak (lemak)

dan asam amino (protein) dalam sel Sekresi insulin oleh pancreas meningkat

sehubungan dengan respon meningkatnya kadar gula darah dan protein yang

biasa terjadi setelah makan Semakin banyak gula sederhana yang dikonsumsi

semakin tinggi respon insulin Meningkatnya insulin menyebabkan produksi

lemak sehingga insulin sering disebut sebagai hormon lemak atau fat

hormone Pada orang dengan berat badan berlebih terjadi resistensi insulin

sehingga diperlukan insulin dalan jumlah yang lebih besar untuk didapatkan

efek yang sama sehingga didapatkan kadar insulin darah yang lebih tinggi dan

latihan aerobik setiap hari Kadar insulin darah mulai menurun 10 menit saat

olahraga dan terus menurun sekitar 70 menit olahraga Olahraga yang teratur

juga meningkatkan sensitivitas sel terhadap insulin dalam keadaan istirahat

21

8 Glucagon

Hormon yang diproduksi oleh pankreas tugasnya meningkatkan kadar gula

darah Saat gula darah rendah glukagon disekresi dan menyebabkan simpanan

karbohidrat di dalam hati dilepaskan ke aliran darah untuk meningkatkan

kadar gula mencapai kadar normal Glukagon juga menyebabkan

dipecahkannya lemak sehingga dapat digunakan sebagai bahan bakar atau

sumber tenaga Glukagon mulai disekresi pada 30 menit awal olahraga ketika

gula darah mulai menurun

242 Pelatihan Fisik Berlebih

Pelatihan fisik berlebih menimbulkan gangguan pada sistem endokrin

terjadi peningkatan kadar kortisol dan penurunan kadar testosteron (Maffetone

2007) peningkatan ACTH penurunan LH plasma

Sindrom pelatihan fisik berlebih dalam jangka panjang mengakibatkan

terjadinya inflamasi infeksi yang lebih lanjut dapat mempengaruhi kesehatan

secara umum Aktifitas berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena

terjadi peningkatan konsumsi O2 oleh aktifitas otot skeletal Meskipun oksigen

dibutuhkan oksigen juga bersifat toksik yang dapat memicu peningkatan ROS

Pada organ yang tidak mendapat oksigen dan nutrisi yang cukup akan

menimbulkan keadaan iskemik dan kerusakan mikrovaskular Keadaan ini disebut

sebagai Reperfusion Injury yang memicu terjadinya kerusakan jaringan dan

peningkatan Radikal Bebas

22

Pelatihan fisik berlebih meningkatkan terbentuknya Radikal Bebas

(Adiputra 2008) Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh untuk

melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam organ dan

pembuluh darah (Giriwijoyo 2004) Apabila berlebih menyebabkan kerusakan

sel dengan 3 cara (Kumar et al2005 Ebenhardt 2001)

1 Kerusakan DNA mengakibatkan mutasi DNA bahkan kematian sel

2 Peroksidasi lipid membrane sel dan sitosol menyebabkan terjadinya proses

reduksi asam lemak sehingga mengakibatkan kerusakan membran dan organel

sel

3 Modifikasi protein teroksidasi oleh karena cross linking protein

Bila radikal bebas bertemu dengan asam lemak tak jenuh ganda daalam

membrane sel terjadi reaksi peroksidasi lipid membran sel menyebabkan

peningkatan fluiditas membran gangguan integritas membran dan inaktivasi

ikatan membran dengan enzim dan reseptor Tahap akhir dibebaskan aldehyde

seperti malondealdehyde pentane etana conjugated diane yang bersifat merusak

tubuh (Murray et al2000)

Pelatihan fisik berlebih menyebabkan terjadinya peningkatan lekosit atau

lekositosis peningkatan isoprostan dalam urin protein carbonil (73) catalase

(96) glutation peroksidase serta glutation teroksidasi (25) Dapat

disimpulkan pelatihan fisik berlebih merangsang respon biomarker stres oksidatif

(Murray et al 2000) Proses penuaan mengakibatkan penurunan sistem imun

sehingga meningkatkan resiko infeksi Menurut teori aktifitas sedang dapat

menangkal efek proses penuaan yang diakibatkan penurunan sistem imun Studi

23

yang dilakukan Shepard dan Shek menunjukkan bahwa aktifitas sedang dapat

ditoleransi dengan baik oleh individu lanjut usia dan menunjukkan penurunan

stimulasi proliferasi limfosit

Gejala ndash gejala yang dirasakan apabila melakukan pelatihan fisik berlebih

(overtraining) (Maffetone 2007)

1 Sering mengalami kegagalan dalam melakukan latihan yang biasanya kita

lakukan Kondisi fisik menjadi semakin lemah dan semakin lambat terjadi

kemunduran

2 Kehilangan otot dan terjadi penimbunan lemak Latihan fisik berlebih

meyebabkan rasio testosteron kortisol yang seharusnya positif yang berarti

lebih banyak otot dan lebih sedikit lemak menjadi negatif yang berarti cortisol

lebih tinggi dibanding testosteron yang berarti terjadi peningkatan resistensi

insulin dan penimbunan lemak

3 Merasa lemas mudah tersinggung sulit tidur

4 Persendian tulang dan anggota tubuh terasa sakit

Terjadinya DOMS (delayed onset muscle soreness) menunjukkan teknik

latihan yang salah atau postur saat latihan yang tidak tepat DOMS merupakan

respon alami yang akan hilang dalam waktu sehari atau 2 hari tetapi apabila

nyeri berkepanjangan menunjukkan adanya overtraining

5 Sering tiba-tiba jatuh sakit

Latihan fisik berlebih menurunkan sistem imun tubuh kita sehingga menjadi

lebih mudah sakit

24

Latihan fisik berat jangka panjang berkaitan dengan cedera serat

ototKerusakan yang terjadi berhubungan dengan intensitas durasi dan tipe

latihan Ketika cell death terbentuk jaringan nekrotik dibuang oleh sel fagosit

sel satelit teraktivasi menuju ke area yang cedera menjadi myoblast dan

selanjutnya menjadi serat otot Enzim otot yang dilepaskan tidak sepenuhnya

merefleksikan kerusakan struktural yang diperkirakan oleh analisis histologis

Perubahan penanda biologis cedera otot (seperti aktifitas kreatin kinase (CK)

lactate dehydrogenase (LDH) atau konsentrasi malondialdehyde di plasma

(MDA)) sering diperiksa selama overtraining Serum aktivitas CK dan

konsentrasi MDA plasma dapat gagal meningkat saat overtraining perubahan

parameter biokimia hanya merefleksikan otot dengan beban berlebih Setelah

olahraga yang lama pro-inflammatory cytokines diproduksi lokal pada otot

skeletal

Tanda dan gejala fisik latihan fisik berlebih (overtraining)

- Denyut jantung atau nadi yang meningkat saat istirahat

- Tidak toleransi terhadap latihan

- Penampilan yang menurun

- Penurunan berat badan berkurangnya massa otot tidak nafsu makan

- Kelelahan chronic fatigue lethargy

- Nyeri dan kerusakan otot nyeri sendi

- Mudah terserang flu pembengkakan kelenjar getah bening di leher

selangkangan dan ketiak

- Konstipasi atau diare

25

- Gangguan haid gangguan makan gangguan tidur

- Sakit kepala gangguan pencernaan

- Pemulihan yang berlangsung lambat setelah latihan

- Sendi otot tendon terasa kaku dan sakit

Tanda dan gejala psikologis

- Lelah capek kekurangan tenaga

- Insomnia sakit kepala tidak mampu untuk beristirahat

- Depresi gelisah cemas apatis

- Menurunnya kepercayaan diri

- Menurunnya kemampuan untuk berkonsentrasi

- Mudah stress

Efek biokimia dari Latihan Fisik Berlebih

- Meningkatnya serum kortisol dan SHBG

- Menurunnya serum total dan free testosterone rasio testosteron kortisol

- Menurunnya glikogen otot

- Menurunnya serum hemoglobin besi dan ferritin

Faktor yang mempengaruhi terjadinya overtraining

- Jetlag

- Bekerja terlalu keras

- Menstruasi

- Nutrisi gaya hidup yang buruk

- Kurang istirahat

- Terlalu banyak mengkonsumsi alkohol

26

- Kurangnya kemampuan mengatasi stress

Penanganan overtraining atau Latihan Fisik berlebih

- Massage

Massage pada jaringan dalam dapat melepaskan otot yang tegang

mempertahankan keseimbangan sistem muskulo-skeletal Pemijatan atau

massage yang teratur dapat membantu mencegah cedera yang mungkin

terjadi karena overuse

- Menggunakan roller busa

Penggunaan roller busa memungkinkan kita dapat melakukan massage

atau pemijatan sendiri Kita dapat juga memakai yang berbentuk bola atau

bola tenis untuk membantu menghilangkan rasa sakit Pemijatan ini dapat

dilakukan di tungkai lutut hamstring bahu punggung atau otot atau sendi

manapun

- Terapi suhu kontras

Air pancuran hangat dan dingin bergantian menstimulasi tubuh untuk

pulih lebih cepat Otot membawa impuls yang terasa pada kulit bagian

dalam tubuh di mana terjadi stimulasi sistem imun memperbaiki sirkulasi

dan pencernaan mempengaruhi produksi hormon stress meningkatkan

aliran darah mengurangi sensitivitas nyeri

- Pengaturan makanan

Membantu proses pemulihan penting untuk mengkonsumsi makanan

tinggi karbohidrat protein dan lemak sehat seperti Omega 3 omega 6

omega 9 asam lemak esensial Karbohidrat memberikan sumber tenaga

27

pada tubuh dan otak asam lemak esensial membantu mengurangi depresi

memperbaiki pemulihan protein akan membangun kembali otot yang

mengalami overtraining

- Mengkonsumsi vitamin

Ketika terjadi overtraining suplementasi sangat menguntungkan Vitamin

dan suplementasi mineral sebaiknya dikonsumsi pagi hari bersama dengan

makanan untuk penyerapan yang lebih baik

Defisiensi Vitamin yang biasa terjadi

- Vitamin A (Beta-Caroten)

- Vitamin B kompleks vitamin B12

- Vitamin C D E K

- Asam Folat

Defisiensi Mineral yang biasa terjadi

- Calcium

- Chromium

- Copper Iodine Iron

- Magnesium Fosfor

- Potassium

- Sodium

- Sulfur

- Zinc

28

25 Antioksidan

Radikal Bebas merupakan senyawa reaktif yang secara alami diproduksi

oleh tubuh manusia Radikal Bebas memberikan efek positif atau efek negatif

Untuk membatasi efek negatif tersebut dibutuhkan kompleks proteksi ndash sistem

antioksidan Sistem ini terdiri dari enzim antioksidan (katalase glutation

peroksidase superoksid dismutase) dan antioksidan non enzimatik ( vitamin E-

tokoferol vitamin A- retinol vitamin C- asam askorbat) Keseimbangan antara

produksi radikal bebas dan pertahanan antioksidan menunjukkan tingkat stress

oksidatif yang mungkin terlibat dalam proses penuaan dan pada beberapa

patologi (misalnya kanker Parkinson) (Winarsi 2007)

Latihan fisik juga meningkatkan stress oksidatif dan menyebabkan

gangguan homeostasis Latihan memberikan efek positif dan efek negatif

tergantung dari beban latihan spesifikasi latihan dan tingkat basal latihan Stress

oksidatif terlibat dalam terjadinya muscular fatigue dan mengarah ke

overtraining

Definisi antioksidan menurut Cadenas adalah suatu senyawa yang apabila

terdapat dalam jumlah yang lebih banyak dibanding senyawa yang teroksidasi

secara signifikan dapat menunda atau mencegah proses oksidasi senyawa tersebut

(Cadenas 2002) Secara kimia antioksidan adalah senyawa pemberi electron

Secara biologis antioksidan adalah senyawa yang mampu menangkal dan

meredam dampak negative oksidan dalam tubuh Antioksidan mendonorkan satu

elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa oksidan tersebut dapat

dihambat (Winarsi 2007)

29

Penting sekali keseimbangan antara oksidan dan antioksidan karena

berfungsi menjaga integritas dan berfungsinya membrane lipid protein sel dan

asam nukleat Senyawa asam lemak tak jenuh penyusun membrane lipid sangat

sensitive terhadap perubahan keseimbangan antara oksidan dan antioksidan

Menurut mekanisme kerjanya antioksidan dikelompokkan atas 3 yaitu

1 Antioksidan primer SOD katalase glutation peroksidase (GSH-Px)

Bekerja pembentukan senyawa radikal bebas yang telah terbentuk menjadi

molekul yang kurang aktifSedangkan antioksidan primer yang dapat

ditambahkan dari luar seperti glutation asam lipoat SOD melatonin

2 Antioksidan sekunder vitamin E vitamin C beta karoten flavonoid asam

urat albumin (Soewoto 2001)

Merupakan antioksidan eksogenous atau non enzimatis (Winarsi 2007)

Bekerja dengan cara memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal bebas

atau dengan cara menangkapnya

3 Antioksidan tertier meliputi system enzim DNA-repair dan metionin

sulfoksida reduktase Berfungsi dalam perbaikan biomolekuler yang rusak

akibat reaktivitas radikal bebas

26 Glutation sebagai antioksidan

Glutation merupakan tripeptida yang terdiri dari asam amino glutamat

sistein dan glisin (Cadenas 2002)Ikatan glutamat ndash sistein merupakan ikatan

isopeptida antara grup γ-karboksil dari glutamat dan grup α amino dari

sisteinIkatan unik ini membuat gluation tahan terhadap degradasi oleh proteases

30

dan peptidases yang berfungsi pada peralihan proteinMerupakan suatu

antioksidan yang mencegah kerusakan komponen seluler oleh reactive oxygen

species seperti radikal bebas dan peroksidGlutation bukan nutrisi esensial karena

disintesa di dalam tubuh dari asam amino L-sistein L-glutamic acid dan glycine

Gambar 21 Struktur GSH dan GSSG

Glutation terdapat pada sebagian besar sel tubuh tetapi terbanyak terdapat

di dalam hati Grup thiol (SH) dari sistein berfungsi sebagai donor proton dan

bertanggungjawab untuk aktifitas biologis glutation Provisi asam amino ini

merupakan faktor yang terbatas dalam sintesis glutation oleh sel karena sistein

relatif jarang pada makanan Apabila dilepaskan sebagai asam amino bebas

sistein adalah toksik dan secara spontan dikatabolisasi di saluran pencernaan dan

plasma darah

Glutation disintesis dalam 2 tahap

1 Gamma-glutamylcysteine disintesa dari L-glutamate dan sistein melalui enzim

gamma-glutamylcysteine sintetase (glutamate cysteine ligase GCL)

31

2 Glisin ditambahkan pada C-terminal dari gamma-glutamylcysteine melalui

enzim glutation sintetase

261 Fungsi Glutation

Glutation terdapat dalam bentuk tereduksi (GSH) dan teroksidasi (GSSG)

Grup thiol dari sistein mampu memberikan donor elektron ke molekul lain yang

tidak stabil seperti Reactive Oxygen Species (ROS) Pada saat mendonorkan

elektronnya glutation menjadi reaktif dan segera bereaksi dengan glutation reaktif

lainnya membentuk glutation disulfide (GSSG)Reaksi mungkin terjadi apabila

terdapat konsentrasi yang cukup tinggi di sel (sampai 5mm di hati) GSH dapat

terbentuk kembali dari GSSG oleh enzim glutation reduktase Pada sel atau

jaringan yang sehat terdapat lebih 90 dari total simpanan glutation terdapat

dalam bentuk tereduksi (GSH) dan kurang dari 10 dalam bentuk disulfide

(GSSG)

GSH ---- GSSG

Eliminasi ROS Menjaga protein thiols Antioxidant

dalam bentuk reduksi pools

Gambar 22 GSH Redox (Cadenas 2002)

GSH Redox merupakan indikator sentral keseimbangan antara stress

oksidatif dan system antioksidan GSH Redox berkaitan dengan detoksifikasi

Reactive Oxygen Species (ROS) berfungsi dalam mempertahankan tersedianya

antioksidan mempertahankan protein thiol dalam bentuk reduksi Rasio

32

GSHGSSG sering dipakai untuk mengekspresikan keseimbangan redox ini

Peningkatan rasio GSH-GSSG merupakan indikasi adanya Stress Oksidatif

(Goldman 2003)

Glutation mempunyai beberapa fungsi (Winarsih 2007)

- Sebagai antioksidan endogen mayor yang diproduksi oleh sel berpartisipasi

langsung pada netralisasi radikal bebas dan senyawa oksigen reaktif

mempertahankan antioksidan eksogen seperti vitamin C dan E pada bentuk

tereduksi (aktif)

- Pengaturan siklus nitric oxide yang sangat penting untuk kehidupan tetapi

dapat menjadi masalah apabila tidak teregulasi Digunakan untuk reaksi

metabolism dan biokimia seperti sintesis dan perbaikan DNA sintesis protein

sintesis prostaglandin transport asam amino dan aktivasi enzim Tiap sistem

di dalam tubuh kita dapat dipengaruhi oleh sistem glutation khususnya sistem

imun sistem saraf sistem gastrointestinal dan paru

Gambar 23 Detoksifikasi Lipid Hydroxyperoxides di usus halus

33

GSH yang ditransportasikan kedalam lumen digunakan untuk detoksifikasi

peroksid yang terbentuk dari makanan oleh glutation peroksidase (GSH Px)

Proses ini membutuhkan peroksid dan glutation yang tersedia di sel epitel GSSG

yang terbentuk direduksi kembali menjadi GSH oleh GSSG reduktase (GSSG

Rx) menggunakan NADPH sebagai reduktan

262 Suplementasi Glutation

Meningkatkan level GSH melalui suplementasi glutation langsung sulit

Penelitian terakhir menyatakan bahwa secara oral tidak diabsorpsi baik melalui

saluran pencernaan Studi mengenai konsumsi oral akut glutation dengan dosis

sangat besar 3 gram Witschi dan tim menemukan lsquoadalah tidak mungkin

meningkatkan glutation yang bermanfaat secara klinis dengan dosis tunggal 3

gram glutationrsquo

Glutation terdapat pada makanan sehari-hari sampai 150mghari dapat

diabsorpsi melalui intak di usus halus Individu sehat dengan asupan sulfur asam

amino (1-2 gramhari) jumlah GSH mungkin tidak cukup untuk mendapatkan

efek penting secara sistemik Individu dengan asupan sulfur asam amino yang

terbatas suplementasi GSH diperlukan untuk mempertahankan suplai GSH

sistemik dengan memperbaiki keseimbangan sulfur asam amino (Cadenas 2002)

Glutation hanya diabsorpsi di sel epitel oral dan traktus gastrointestinal

dan memberikan keuntungan kesehatan spesifik pada jaringan tersebut(Cadenas

2002)

34

SUPLAI HILANG

Makanan suplemen Degradasi

GSH

Empedu LUMINAL Uptake

Epitel Reaksi Detoksifikasi

Gambar 24 Supply dan Removal Glutation dalam lumen usus halus (Cadenas 2002) Glutation (GSH) disuplai ke dalam lumen intestinal melalui konsumsi oral

empedu dan sekresi epitel intestinal Jumlah yang disuplai dari empedu cukup

untuk mempertahankan jumlah 200microM pada tikus tetapi tidak cukup pada

manusia yang mengalami degradasi di duktus kantung empedu Jumlah yang

dikonsumsi melalui makanan bervariasi dan secara umum kurang dari 200 microM

Jumlah yang diberikan melalui epitel hanya sekitar 10 atau kurang

dibandingkan dengan yang disediakan oleh empedu Hilangnya Glutation karena

degradasi oleh γ-glutamyltranspeptidase dan dipeptidases pada permukaan sel

epitel ditransportasikan ke dalam sel oleh mekanisme sodium-dependent dan

sodium-independent konjugasi dengan elektrofil reaktif dikatalisasi oleh

glutathione-S transferase mucus (Cadenas 2002)

Vitamin D meningkatkan level glutation di otak dan tampaknya sebagai

katalis untuk produksi glutation Sejumlah vitamin D aktif di otak berikatan

dengan seberapa besar vitamin D3 baik melalui suplemen atau dibentuk di kulit

melalui paparan matahariHal ini menyatakan bahwa mengkonsumsi vitamin D

35

dan atau mendapat cukup paparan matahari meningkatkan produksi glutation

(Sellman 2009)

Konsentrasi glutation di plasma dan hati dapat ditingkatkan dengan

mengkonsumsi suplemen tertentu yang disebut GSH precursors N-asetilsistein

atau NAC glutation precursor yang paling memungkinkan Suplemen lain S-

adenosilmetionin (SAMe) dan whey protein juga dapat meningkatkan glutation

dalam sel (Sellman 2009)

NAC tersedia dalam bentuk obat dan sebagai suplemen generik Alpha

lipoic acid juga dapat mempertahankan glutation intraselular Melatonin dapat

menstimulasi enzim yang berkaitan glutation peroksidase dan silimarin ekstrak

dari biji tanaman milk thistle (Silybum marianum) juga mempunyai kemampuan

memperbarui level glutation

Glutation diatur dengan ketat di intraseluler dan dibatasi produksinya oleh

feedback negative inhibisi sintesisnya sendiri melalui enzim gamma-

glutamilsistein sintetase sehingga meminimalisir kemungkinan terjadinya

overdosis Penambahan glutation menggunakan precursor atau glutation intravena

adalah strategi untuk mengatasi defisiensi glutation stress oksidatif tinggi

defisiensi imun

Glutation yang rendah menunjukkan adanya pembuangan dan

keseimbangan negatif nitrogen seperti pada kanker AIDS sepsis trauma

terbakar dan bahkan atlet overtraining Suplementasi glutation dapat

memperbaiki proses ini dan contohnya pada AIDS memberi hasil adanya

perbaikan survival rates Bagimanapun studi mengenai kondisi ini belum dapat

36

membedakan glutation rendah sebagai akibat secara akut (pada pasien sepsis) atau

secara kronis (HIV) meningkatkan stress oksidatif dan peningkatan patologi

sebagai akibat defisiensi yang sudah ada sebelumnya

Skizofrenia dan gangguan bipolar berhubungan dengan glutation yang

rendah Stress oksidatif mungkin salah satu faktor dasar patofisiologi gangguan

bipolar gangguan depresif mayor dan skizofrenia Glutation (GSH) adalah

pemakan radikal bebas mayor di otakTidak adanya GSH meningkatkan

kerentanan sel terhadap stress oksidatif ditandai asetilsistein dapat mengurangi

gejala kedua gangguan tersebut

Glutation merubah level stress oksidatif pada sel yang diisolasi di

laboratorium sehingga dapat mengurangi perkembangan kanker Tes ini tidak

dilakukan pada manusia

Glutamat yang berlebihan di sinaps yang dapat dilepaskan pada kondisi

seperti cedera otak dapat menghambat pengambilan sistein senyawa pembentuk

glutation yang pentingTanpa proteksi dari cedera oksidatif oleh glutation sel-sel

dapat rusak atau mati (Sellman 2009)

Glutation juga mempunyai fungsi lain sebagai berikut (Sellman 2009)

Mencerahkan kulit

Mencegah menghilangkan jerawat dan bekas jerawat

Menghilangkan noda hitam

Anti aging dan anti kerut

Memberi nutrisi kulit

Membantu pemulihan luka

37

Membuat kulit menjadi halus segar dan bersinar

Kondisi kesehatan yang berhubungan dengan defisiensi glutation

Peningkatan proses penuaan

Kesulitan dalam keseimbangan

Gangguan mental

Masalah koordinasi

Gangguan sistem saraf

Akhir-akhir ini dipercaya sebagai penyebab lesi otak

Kanker HIV Katarak Diabetes Mellitus

Jumlah sperma yang rendah

263 Glutation Precursor (Sellman 2009)

Glutation Precursor disebut juga sebagai building-block dari glutation

yaitu N-asetilsistein atau NAC dan whey protein tidak terdenaturasi

Nasetilsistein adalah obat farmasi yang biasa digunakan bertahun-tahun untuk

mengobati overdose asetaminofen Hal ini sangat efektif ketika diberikan dalam

dosis besar di ruang darurat ketika seseorang akan mengalami gagal hati karena

overdosis asetaminofen komposisi aktif dari Tylenol

Efek sampingnya adalah bercak-bercak kemerahan bersin mual

anafilaksis reaksi alergi yang berupa kesulitan bernafas karena bronkospasme

tekanan darah menurun angioedema muntah kram diare Walaupun jarang

kematian pernah dilaporkan karena N-asetilsistein Beberapa orang mendapatkan

rasa dan bau yang tidak dapat diterima karena kandungan sulfur di dalamnya

38

Pengggunaan teratur untuk menaikkan kadar glutation tidak direkomendasikan

untuk anak-anak dan bayi Masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk

menentukan keamanan N-asetilsistein untuk penggunaan jangka panjang

Whey protein tidak terdenaturasi merupakan nutraceutical atau medicinal

foodSenyawa ini memberikan ikatan sistein ke sel-sel di mana glutation dapat

terbentuk di tempat tersebut

Beberapa kondisi yang tidak dapat mengkonsumsi whey protein

- Pasien dengan alergi protein susu

- Pasien dengan diet rendah protein

- Pasien yang sedang menjalani terapi imunosupresif

Efek sampingnya adalah kembung perut kram urtikaria Efek samping

karena overdosis tidak terjadi karena sel hanya membuat sebatas yang dibutuhkan

apabila berlebih kelebihan disimpan di hati dan ginjal sampai suatu saat kalau

dibutuhkan

264 Sumber Glutation dari makanan

Sumber glutation dari makanan yang disarankan adalah asparagus bayam

brokoli bawang putih kale bawang watercress kol Brussel sprout beberapa

bumbu seperti kunyit kayu manis semangka alpukat anggur peach jeruk

walnut granola daging kalkun dan daging ayam keju cottage dan yoghurt

39

Tabel 21 Makanan yang mengandung Glutation (Cadenas2002)

GSH Food Group mg100 g mgsaji Buah segar Apel 33 46 Pisang 41 48 Anggur 79 146 Jeruk 73 106 Semangka 66 283 Sayuran segar Asparagus dimasak 283 263 Alpukat 277 313 Brokoli dimasak 91 78 Wortel mentah 79 59 Tomat 90 109 Daging Hamburger 175 149 Ham rebus 233 13 Ayam digoreng 131 134 Sereal biji-bijian Cornflakes 00 00 Roti whole wheat 12 06 Roti putih 00 00 Nasi putih enriched dimasak 16 21 Produk Susu Susu whole 00 00 Keju Amerika 00 00 Yoghurt plain lowfat 00 00 Es krim 10 lemak 00 00

40

BAB III

KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

31 Kerangka Berpikir

Faktor penyebab penuaan antara lain faktor internal dan faktoreksternal

Faktor internal meliputi radikal bebas glikosilasi metilasi hormon yang

berkurang apoptosis system kekebalan tubuh yang menurun genetik Faktor

eksternal meliputi gaya hidup tidak sehat polusi lingkungan stress kemiskinan

kebiasaan yang salah olahraga berlebihan (overtraining) Berbagai faktor di atas

menyebabkan terjadinya penurunan fungsi tubuh dan terjadilah penuaan

Kerangka konsep penelitian berdasarkan teori bahwa salah satu penyebab

penuaan adalah radikal bebas Bila jumlah radikal bebas melebihi jumlah

antioksidan di dalam tubuh terjadilah stress oksidatif Radikal bebas dapat

merusak membran sel protein DNA dan berakibat fatal bagi kelangsungan hidup

sel jaringan Stress oksidatif yang berlangsung lama akan mengakibatkan

terjadinya penumpukan hasil kerusakan oksidatif di dalam sel dan jaringan

selanjutnya sel dan jaringan tersebut akan kehilangan fungsinya dan akhirnya

mati

Olahraga berlebih meningkatkan stress oksidatif karena terdapat

peningkatan konsumsi O2 oleh aktivitas otot skeletal Oksigen juga dapat bersifat

toksik yang dapat memicu peningkatan Reactive Oxygen Species (ROS)Organ

yang tidak mendapat cukup oksigen dan nutrisi menjadi iskemik dan terjadi

kerusakan mikrovaskular (Reperfusion Injury) memicu peningkatan radikal

40

41

bebas Dengan pemberian antioksidan Glutation yang merupakan antioksidan

master diharapkan dapat mencegah kerusakan lebih lanjut yang diakibatkan oleh

radikal bebas dengan cara melindungi sel dari Reactive Oxygen Species (ROS)

dan dapat dilihat melalui parameter MDA yang mengalami penurunan

32 Konsep Penelitian

Konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Gambar 31 Konsep Kadar MDA pada tikus yang diberikan Pelatihan Fisik Berlebih+ Placebo dan Pelatihan Fisik Berlebih + Glutation

FAKTOR INTERNAL

- Jenis Kelamin

- Usia

- Genetik

- Hormon

- Psikologis

FAKTOR EKSTERNAL

- Makanan

- Cuaca iklim

- Penyakit

- Exercise

GLUTATION

TIKUS

KADAR MDA

42

33 Hipotesis

Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan kadar MDA

tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

43

BAB IV

METODE PENELITIAN

41 Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksterimental dengan rancangan

randomized pre test-post test control group design (Poccock et al 2008)

Subyek terdiri dari 2 kelompok yaitu

1 Kelompok 1 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+ Placebo

2 Kelompok 2 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation

Semua kelompok sebelum perlakuan diberikan pre test (O1 O3) dan

dihitung rerata untuk masing-masing kelompok

Setelah perlakuan semua kelompok diberikan post test (O2 O4) dan

dihitung rerata untuk masing-masing kelompok

Kemudian dihitung perbedaan rerata antara pre test dan post test dari

masing-masing kelompok lalu hasil perbedaan tersebut dibandingkan secara

statistik

Gambar 41 Rancangan Penelitian

P S

43

R R

O1 P1 O2

O3 P2 O4

44

Keterangan

P = populasi

S = sampel

R = random

O1 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah mendapatkan

pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan placebo (pre test)

O2 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah diberikan pelatihan

fisik berlebih setelah diberikan placebo (post test)

O3 = observasi data MDA kelompok perlakuan setelah diberikan

pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan Glutation (pre test)

O4 = observasi data MDA kelompok perlakuan diberikan pelatihan fisik

berlebih setelah diberikan Glutation (post test)

P1 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih+ placebo

P2 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation

42 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran

Universitas Udayana pada bulan Januari ndash Maret 2012 Pemeriksaan MDA darah

tikus dikerjakan di bagian Program Antar Unit Universitas Gajah Mada

Jogyakarta

45

43 Populasi dan Sampel

431 Populasi

Subyek penelitian adalah tikus jantan dewasa galur Wistar yang berusia 2-

25 bulan dan dalam kondisi fisik sehat

432 Kriteria Sampel

4321 Kriteria Inklusi

Kriteria Inklusi yang ditetapkan sebagai sampel adalah sebagai berikut

a Tikus jantan dewasa galur Wistar

b Umur 2-25 bulan

c Berat badan plusmn200 gram

d Sehat

e MDA ge 5mmollt

4322 Kriteria Drop Out

Adalah sampel yang mati pada waktu penelitian

433 Besar Sampel

Besar sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini dihitung berdasarkan

rumus Poccock (2008)

Angka μ1 (5) dan μ2 (12) didapatkan dari penelitian sebelumnya (Ji 1998)

n=

46

= asymp 7

Keterangan

n = jumlah sampel

σ = standar deviasi kelompok perlakuan dengan pemberian

glutation (15)

f ( ) = besarnya didapat dari tabel (Poccock 2008)

μ1 = rerata hasil MDA pada kelompok perlakuan sesudah

pemberian glutatioacuten (5)

μ2 = rerata hasil MDA pada kelompok pre test (12)

Jadi jumlah sampel (n) = 675 dan ditambah 3 ekor tikus untuk masing-

masing kelompok sebagai cadangan Jadi total 20 ekor tikus dengan 10

ekor tikus untuk masing-masing kelompok

434 Teknik Pengambilan Sampel

Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat

sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi diambil secara acak

sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi

2 kelompok yaitu kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+placebo kelompok

dengan pelatihan fisik berlebih + glutation

47

44 Variabel Penelitian

441 Klasifikasi Variabel

Variabel penelitian dibedakan menjadi

1 Variabel Bebas dosis pemberian glutation

2 Variabel Tergantung kadar MDA

3 Variabel Terkendali varian tikus jantan (galur wistar) jenis

kelamin umur berat badan lingkungan

(pencahayaan suhu kelembaban nutrisi

kandang)

Gambar 42 Bagan Hubungan Antar Variabel

VARIABEL BEBAS

- Pelatihan fisik berlebih

- Glutation 37mg kgBBhari

VARIABEL TERGANTUNG

KADAR MDA

VARIABEL TERKENDALI

Varian tikus

Jenis kelamin umur berat badan

Pencahayaan suhu kelembaban nutrisi kandang

Makanan minuman

48

442 Definisi Operasional Variabel

1 Pelatihan fisik berlebih pada tikus adalah pelatihan yang berlebihan

yang diukur berdasarkan kemampuan maksimal berenang tikus pada

ember berdiameter 35 cm dengan kedalaman air 20 cm yang

dilakukan 60 menithari selama 35 hari pada waktu yang sama pada

suhu 32 derajat (Binekada 2002 dan Pepe2011)

2 Glutation yang diberikan adalah Glutation Teofarma injeksi sediaan

600mg 4 ml Dosis pemberian Glutation adalah pemberian sediaan

antioksidan Glutation dalam bentuk suntikan intraperitoneal yang

diberikan 1x sehari dan diberikan 6 jam sebelum pelatihan fisik

berlebih Dosis pemberian Glutation mengacu pada penelitian yang

dilakukan sebelumnya oleh Ji L L yaitu 37mgkgBBhari yang

dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril secara intraperitonial

3 MDA merupakan salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada

membran sel dan merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan

oleh radikal bebas Pengukuran kadar MDA menggunakan metode

Thiobarbituraic Acid Reactive Substances (TBARS) Pembacaan hasil

dengan menggunakan spektrofotometer Satuan MDA dalam mmoll

4 Cahaya suhu dan kelembaban merupakan kondisi lingkungan yang

dialami tikus jantan dewasa Pada penelitian ini kondisi lingkungan

selama percobaan dibuat sama

5 Berat badan tikus adalah berat badan yang ditimbang dengan

timbangan gram

49

6 Umur tikus adalah umur yang ditentukan dengan melihat tanggal

kelahiran yang dicatat pada kandang percobaan

7 Kondisi peneliti yang meliputi kesehatan fisik dan psikis peneliti

Penelitian dilaksanakan saat kondisi peneliti dalam keadaan baik

sehingga pengaruhnya terhadap hasil penelitian dapat diabaikan

45 Bahan dan Alat Penelitian

451 Bahan Penelitian

Glutation injeksi

Tikus jantan

Makanan tikus berupa pellet dan air minum dari air ledeng

Aquades steril

EDTA (Ethylenediamine tetraacetic acid)

Reagensia untuk pengukuran kadar MDA

452 Alat Penelitian

Alat yang dipakai dalam pengambilan data penelitian ini adalah

- Kandang tikus terbuat dari besi yang di dalamnya terdapat sekam dan

botol minuman

- Ember berdiameter 35 cm dan kedalaman air 20 cm

- Stopwatch

- Timbangan

- Spuit injeksi 1 ml

50

- Sarung tangan

- Kapas dan alkohol 70

- Tabung Evendorf

- Mikropipet

- Pipet kapiler

- Sentrifugasi

46 Prosedur Penelitian

1 Tikus jantan dewasa (Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan

berat badan plusmn200gram dilakukan aklimatisasi selama 2 minggu di

tempat penelitian untuk penyesuaian dengan lingkungan

2 Semua sampel tikus diberi perlakuan yang sama yaitu diberikan

pelatihan fisik berlebih dengan cara berenang sampai kelelahan pada

hari ke 7 kedua kelompok tersebut dilakukan pemeriksaan MDA

3 Mulai hari ke 8 ndash 35 sampel tikus yang berjumlah 20 ekor dibagi atas 2

kelompok di mana kelompok 1(kontrol) diberikan pelatihan fisik

berlebih + injeksi aquabidest intraperitoneal enam jam sebelum

perlakuan aktifitas berlebih kelompok ke 2 (perlakuan) diberikan

pelatihan fisik berlebih + injeksi intraperitoneal glutation 37

mgkgBBhari yang sudah dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril

4 Pada hari ke 35 dilakukan pemeriksaan kadar MDA pada masing-

masing tikus setelah bulu tikus kering

51

5 Selama penelitian hewan coba diberikan makanan dan minuman secara

teratur kebersihan dan kenyamanan kandang dijaga

461 Alur Penelitian

TIKUS ADAPTASI 2 MINGGU

PELATIHAN FISIK BERLEBIH 1 MINGGU

MDA

KELOMPOK 1 KELOMPOK 2

PELATIHAN FISIK BERLEBIH PELATIHAN FISIK BERLEBIH

+ AQUABIDEST (28 hari) +GLUTATION 37mgkgBBhari

28 HARI 28 HARI

MDA

Gambar 43 Bagan Alur Penelitian

462 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium

Pemantauan keselamatan tikus jantan (galur Wistar) di laboratorium

(Smith et al1988 Ngatidjan 2006) adalah sebagai berikut

1 Kandang tikus jantan harus cukup kuat tidak mudah rusak teratur dibersihkan

(1x seminggu) mudah dipasang kembali hewan tidak mudah lepas tahan

52

gigitan hewan kelihatan jelas dari luar Alas tempat tidur terbuat dari serbuk

gergaji atau sekam padi agar mudah menyerap air

2 Luas lantai yang memadai untuk tikus jantan dengan berat badan plusmn200 gram

adalah 60cm persegi dan tinggi 20 cm

3 Diciptakan suasana lingkungan yang stabil dan sesuai keperluan fisiologi tikus

jantan di mana kelembaban suhu pertukaran udara yang ekstrim harus

dihindari

4 Hewan coba hendaknya diperlakukan dengan kasih sayang

47 Pengolahan dan Analisis Data

Analisis data yang digunakan adalah

1 Analisis Deskriptif

2 Uji normalitas data dilakukan dengan tes Shapiro-Wilk Distribusi data

normal dengan nilai pgt005

3 Uji homogenitas dilakukan dengan Lavenersquos Test Data dinyatakan

homogen dengan nilai pgt005

4 Karena data berdistribusi normal dan homogen maka untuk uji

komparabilitas dipakai

- Uji t independent untuk membandingkan rerata kadar MDA antar

kelompok

- Uji Paired T- Test untuk membandingkan rerata kadar MDA pre

dan post masing-masing kelompok

- Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau

dinyatakan berbeda bila plt005

53

BAB V

HASIL PENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 20 ekor tikus jantan dewasa

(Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan berat badan plusmn200 gram sebagai

sampelyang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah 10 ekor

yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dankelompok

perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) Dalam penyajian hasil ini diuraikan

uji normalitas data uji homogenitas data uji komparabilitas dan uji efek

perlakuan

51 Uji Normalitas Data

Data Kadar MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan

pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji

Shapiro-Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005)

disajikan pada Tabel 51

53

54

Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing Kelompok Sebelum

dan Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Perlakuan n p Keterangan

Kadar MDA kontrol pre

Kadar MDA perlakuan pre

Kadar MDA kontrol post

Kadar MDA perlakuan post

10

10

10

10

0965

0550

0975

0697

Normal

Normal

Normal

Normal

52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok

Data Kadar MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun

sesudah perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test

Hasilnya menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52

Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA Sebelum dan

Sesudah Perlakuan

Variabel F p Keterangan

Kadar MDA pre

Kadar MDA post

0016

0592

0901

0452

Homogen

Homogen

53 Kadar MDA

531 Uji komparabilitas

Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata kadar MDA

antar kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan

55

glutation Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada

Tabel 53 berikut

Tabel 53

Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata

Kadar MDA

SB T P

Aktivitas berlebih dan

placebo

Aktivitas berlebihdan

glutathion

10

10

518

529

028

029

089 0386

Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok

kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 518028mmoll dan rerata

kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 529029mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 089 dan nilai

p = 0386 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan

berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya tidak berbeda secara

bermakna (p gt 005)

532 Analisis efek perlakuan

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kadar MDA antar

kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation

56

Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54

berikut

Tabel 54 Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata

Kadar MDA

SB T P

Aktivitas berlebih dan

placebo

Aktivitas berlebihdan

glutathion

10

10

778

444

023

017

3672 0001

Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok

kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata

kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 444017mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 3672 dan nilai

p = 0001 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan

berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya berbeda secara

bermakna (p lt 005)

57

Gambar 51 Perbedaan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

533 Analisis Komparasi Sebelum dengan Sesudah Perlakuan

Analisis komparasi diuji berdasarkan rerata kadar MDA antara sebelum

dengan sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation Hasil

analisis kemaknaan dengan uji t-paired disajikan pada Tabel 55 berikut

Tabel 55 Analisis KomparasiKadar MDA antara Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Kelompok Beda Rerata

pre ndash post p Keterangan

Aktivitas berlebih dan placebo

Aktivitas berlebih dan

glutathion

260

085

0001

0001

Meningkat

Menurun

58

Berdasarkan uji t-paired didapatkan bahwa ada penurunan kadar MDA

pada kelompok perlakuan secara bermakna sebesar 085mmoll sedangkan pada

kelompok kontrol mengalami peningkatan secara bermakna sebesar 260mmoll

59

BAB VI

PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian

Untuk menguji efek pemberian glutation terhadap penurunan kadar MDA

maka dilakukan penelitian terhadap 20 ekor tikus jantan dewasa (Galur Wistar)

sebagai sampel yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah

10 ekor yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dan

kelompok perlakuan (pelatihan fisik berlebih dan glutation)

62 Efek Pelatihan Fisik Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA

Hasil penelitian dan analisis data terhadap kadar MDA darah pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji

normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan homogenitas (Levenersquos test) pre-test dan post-

test masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)

Uji perbandingan 1 minggu pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan

injeksi antara kedua kelompok menggunakan uji t-independent Rerata kadar

MDA kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) adalah

518028mmoll dan rerata kelompok pelatihan fisik berlebih dan glutation

adalah 529029mmoll Analisis kemaknaan dengan uji t-independent

menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna kadar MDA darah antara

kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa

kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan injeksi rerata kadar MDAnya tidak

59

60

berbeda secara bermakna

Uji perbandingan setelah pemberian placebo dan glutation antara kedua

kelompok menggunakan t-independent Rerata kadar MDA kelompok kontrol

(aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata kelompok

perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) adalah 444017mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent antara kedua kelompok sesudah diberikan

placebo dan glutation menunjukkan perbedaan kadar MDA secara bermakna

(plt005) Hal ini berarti bahwa kelompok yang diberikan perlakuan berupa

placebo dan glutation 6 jam sebelum diberikan pelatihan fisik berlebih dengan

cara merenangkan selama 60 menit hari selama 35 hari rerata kadar MDA

berbeda secara bermakna Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh

untuk melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam

organ dan pembuluh darah (Giriwijoyo 2004)

Peningkatan kadar MDA sesudah diberikan pelatihan fisik berlebih pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan disebabkan karena pelatihan fisik

berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena terjadi peningkatan konsumsi

oksigen oleh aktifitas otot skeletal Stress oksidatif memicu peningkatan senyawa

oksigen reaktif Pada pelatihan fisik berlebih juga terjadi Reperfusion Injury yang

memicu terjadinya kerusakan jaringan dan peningkatan radikal bebas (Adiputra

2008) Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara menarik elektronnya

sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan sampai kematian sel

(Suryohudoyo 2000)

Pada penelitian ini didapatkan bahwa sesudah diberikan pelatihan fisik

61

berlebih dan placebo terjadi peningkatan kadar MDA sebesar 5024 Kadar

MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel (Winarsi

2007) Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pepe

(2011) bahwa pelatihan fisik berlebih meningkatkan kadar MDA Lebih lanjut

Murray et al (2000) juga menyatakan bahwa pelatihan fisik berlebih merangsang

respon biomarker stres oksidatif Sedangkan pada kelompok perlakuan yang

diberikan aktifitas berlebih dan glutation terjadi penurunan kadar MDA sebesar

1607 Terjadinya penurunan kadar MDA pada kelompok yang diberikan

glutation 6 jam sebelum melakukan pelatihan fisik berlebih disebabkan karena

pemberian antioksidan meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan

cara mendonorkan elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa

oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsi 2007) Glutation merupakan antioksidan

endogen yaitu antioksidan yang dapat disintesa dalam tubuh dari asam amino L-

sistein L-glutamat dan glisin (Cadenas 2002) yang juga sebagai master

antioksidan yaitu antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain

Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan

Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik (Hersh 2004) Glutation

merupakan salah satu antioksidan yang tidak dapat menjadi pro oksidan (Cadenas

2002) Normalnya sekali suatu antioksidan memakan radikal bebas antioksidan

ini menjadi teroksidasi sendiri dan menyerang sel yang sehat yang disebut

sebagai pro oksidan Glutation dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang

teroksidasi tersebut menjadi bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali

dalam memakan radikal bebas (Sellman 2009) Sehingga dengan demikian

62

glutation dapat membantu dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Urso

(2003) bahwa suplementasi antioksidan dapat mengatasi kondisi stress oksidatif

yang terjadi pelatihan fisik berlebih

Uji perbandingan antara data MDA pre dan post masing-masing kelompok

digunakan uji t-paired test Berdasarkan uji ini didapatkan hasil pada kelompok

perlakuan terjadi penurunan kadar MDA secara bermakna sebesar 085 mmollt

sedangkan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan kadar MDA secara

bermakna sebesar 260mmollt Terjadi penurunan kadar MDA pada kelompok

perlakuan menunjukkan pemberian antioksidan Glutation intraperitoneal dosis

37mgkgBBhari dapat mengatasi kondisi stress oksidatif yang terjadi pada

pelatihan fisik berlebih Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh

Urso (2003)

63

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

71 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan sebagai

berikut Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA

tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

72 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah

1 Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja glutation

yang lebih detail

2 Memperhatikan takaran latihan supaya tidak berlebihan yang justru akan

meningkatkan kerusakan sel

3 Perlu dilakukan uji klinis pada manusia

63

64

DAFTAR PUSTAKA

Adiputra N 2008Kesehatan Olah Raga Available from httpwwwbalihesgorgindexphpoption=com Accessed 2011 Oct 5th

Anonim 2011 Glutathione Available at

httpenwikipediaorgwikiGlutathione Accessed 2011 Oct 5th Anonim 2011 Overtraining Available at

httpwwwmarksdailyapplecomovertraining Accessed 2011 Oct5th

Asikin N 2001Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan InKursus Penyegaran dan Pelatihan Radikal bebas dan Antioksidan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta Fakultas Kedokteran UI

Bagiada NA 2001 Proses Penuaan dan Penanggulangannya Denpasar

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hal 22 Banerjee AK Mandal A Chanda D Chahraboti S 2003 Oxidant

Antioxidant and Physical ExerciseAvailable from httpwwwncbinlmnihgovpubmed14619981 accesed 2011 Sept 2nd

Binekada MC 2002 ldquoPelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Konsentrasi dan

Motilitas Spermatozoa Mencitrdquo(tesis) Denpasar Universitas Udayana

Cadenas E Jones PD 2002Bioavailability of Glutathione In Cadenas E

Packer L editorsHandbook of Antioxidants2nd Ed New York Marcel DekkerInc p549-564

Catala A 2006Lipid PeroxidationInt J Biochem Cell Biol 38 1482-1495 Dalle-DonneI Rossi R ColomboR Giustarini D Milzani

A2006Biomarkers of Oxidative Damage in Human Disease Available from httpwwwredorbitcomnewsscience473334biomarkersof oxidative damage in human diseaseindexhtmlaccessed2011 Sept 5th

Fouad T 2007 Free radicals Types Sources and Damaging Reaction

Relations Available from

64

65

wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th

Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th

Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112

Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors

ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their

Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69

Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan

Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th

Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz

R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155

Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester

Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th

Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala

T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200

Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and

Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders

66

Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana

LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia

Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647

Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from

httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit

Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK

Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620

Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji

Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah

Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009

Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan

Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132

Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde

Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521

Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley

Medical Publicationsp 123-141

Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI

Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable

from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer

67

Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole

Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam

Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI

Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam

Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya

Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan

Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47

Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant

Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th

Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan

Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105

68

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965

Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975

Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753

Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

69

Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan

Group Statistics

Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887

Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215

Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260

Perlakuan 10 42500 23348 07383

Independent Samples Test

Levenes Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df

Sig (2-

tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence Interval of the

Difference Lower Upper

Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428

Equal variances not assumed

-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429

Post1

Equal variances assumed 592 452 367

22 18 000 333700 09087 314608 352792

Equal variances not assumed

36722 16855 000 333700 09087 314515 352885

Post2

Equal variances assumed 906 354 264

19 18 000 239500 09066 220454 258546

Equal variances not assumed

26419 16265 000 239500 09066 220307 258693

70

Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis

(Laurence amp Bacharach 1964)

2g mencit 20g tikus 400g marmot

l5Kg kelinci

20Kg kucing

40Kg kera

120Kg anjing

70Kg manusia

20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879

200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560

400 g marmot

008 057 10 225 24 52 102 315

l5Kg kelinci

004 025 044 10 106 24 45 142

20Kg kucing

003 023 042 092 10 22 41 130

40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61

120Kg anjing

0008 006 010 0022 024 052 10 31

70Kg manusia

00026 0018 0031 007 0013 016 032 10

71

Lampiran 4

Foto Penelitian

Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)

72

Lampiran 5

Data Hasil Penelitian

Kelompok Kontrol

Pre test Post test Pre test Post Test

752 647 769 694

779 670 773 664

745 660 803 653

769 643 817 677

783 653

786 684

Kelompok Perlakuan

Pre Test Post test

412 391

436 412

442 425

425 401

453 436

466 442

432 405

456 432

470 453

476 463

Page 13: PEMBERIAN INJEKSI GLUTATION INTRAPERITONEAL

xii

xii

BAB IV METODE PENELITIAN

41 Rancangan Penelitian 43

42 Tempat dan Waktu Penelitian 44

43 Populasi Sampel 44

431 Populasi 44

432 Kriteria Sampel 45

4321 Kriteria Inklusi 45

4322 Kriteria Drop Out 45

433 Besar Sampel 45

434 Teknik Pengambilan Sampel 46

44 Variabel Penelitian 47

441 Klasifikasi Variabel 4

442 Definisi Operasional Variabel 48

45 Bahan dan Alat Penelitian 49

451 Bahan Penelitian 49

452 Alat Penelitian 49

46 Prosedur Penelitian 50

461 Alur Penelitian 51

462 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium 51

47 Pengolahan dan Analisis Data 52

BAB V HASIL PENELITIAN

51 Uji Normalitas Data 53

52 Uji Homogenitas Antar Kelompok 54

xiii

xiii

53 Kadar MDA 54

531 Uji Komparabilitas 54

532 Analisa Efek Perlakuan 55

533 Analisa Komparasi Sebelum dan Sesudah Perlakuan 57

BAB VI PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian 59

62 Efek Aktifitas Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA 59

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

71 Kesimpulan 63

72 Saran 63

DAFTAR PUSTAKA 64

LAMPIRAN 68

xiv

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 21 Makanan yang mengandung Glutation 39

Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing

Kelompok Sebelum dan Sesudah Perlakuan 54

Tabel 52 Hasil uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA

Sebelum dan Sesudah Perlakuan 54

Tabel 53 Hasil Rerata Kadar MDA antar Kelompok Sebelum

Diberikan Perlakuan 55

Tabel 54 Hasil Rerata Kadar MDA antar Kelompok Sesudah

Diberikan Perlakuan 56

Tabel 55 Analisis Komparasi Kadar MDA antara Sebelum dan

Sesudah Perlakuan helliphelliphelliphellip 57

xv

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 21 Struktur GSH dan GSSG 30

Gambar 22 GSH Redox 31

Gambar 23 Detoksifikasi Lipid Hydoxyperoxides di usus halus 32

Gambar 24 Supply dan Removal Glutation 34

Gambar 31 Kerangka Konsep Kadar MDA pada Tikus yang

diberikan Pelatihan Fisik Berlebih+Placebo dan Pelatihan

Fisik Berlebih+Glutation 41

Gambar 41 Rancangan Penelitian 42

Gambar 42 Bagan Hubungan antar Variabel 47

Gambar 43 Bagan Alur Penelitian 51

Gambar 51 Perubahan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah

Diberikan Perlakuan 57

xvi

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Uji Normalitas Data 68

Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antar Kelompok Kontrol

dan Perlakuan 69

Lampiran 3 Perbandingan Luas Permukaan Tubuh Hewan Percobaan

untuk Konversi Dosis 70

Lampiran 4 Foto Penelitian 71

Foto Glutation (Tationil Teofarma) 71

Lampiran 5 Data Hasil Penelitian 72

xvii

xvii

DAFTAR SINGKATAN

CoQ10 Coenzym Q10

DNA Deoxyribonucleic Acid

GSH Px Glutation Peroksidase

GSH Glutation

GSSG Rx Glutation Reduktase

GSSG Glutation Disulfide

MDA Malondialdehyde

NADH Nicotinamide Adenine Dinucleotide

NADPH Nicotinamide Adenine Dinucleotide Phosphate

O2 Oksigen

RNA Ribonucleic Acid

ROS Reactive Oxygen Species

SOD Super Oxide Dismutase

TBARS Thiobarbituric Acid Reactive Substances

1

BAB I

PENDAHULUAN

11 LATAR BELAKANG

Proses penuaan menurut Kedokteran Anti Penuaan dapat diperlakukan

seperti suatu penyakit dalam arti proses ini dapat diatasi dapat dirsquoreversersquo atau

dirsquokembalikanrsquo menjadi kondisi seperti saat muda Penyakit yang muncul seiring

dengan bertambahnya usia seperti hipertensi diabetes mellitus osteoartritis dan

lain-lain membuat kualitas hidup menurun pada usia lanjut Ilmu Kedokteran

Anti Penuaan memberikan paradigma baru dalam mengatasi proses penuaan Ilmu

ini memberikan solusi untuk mengatasi ketidakmampuan penyakit nyeri

deformitas dan kesedihan di masa tua sehingga kualitas hidup meningkat

Modifikasi gaya hidup dengan cara mengatur pola makan pola tidur pola

olahraga pola hidup manajemen hormon dapat meningkatkan kualitas hidup

Terbentuknya radikal bebas oksigen dalam tubuh sebenarnya merupakan

sesuatu yang fisiologis Oksigen yang kita hirup berperan dalam metabolisme

sebagian kecil (2-5) tereduksi membentuk radikal bebas Radikal bebas oksigen

dikelompokkan dalam senyawa Reactive Oxygen Species (ROS) ROS merupakan

radikal bebas yang berbahaya bagi tubuh (Arief 2010) Bila produksi tersebut

menjadi semakin meningkat dalam kondisi seperti terpapar sinar ultraviolet

polusi merokok konsumsi alkohol dalam jumlah banyak stress menyebabkan

kerusakan pada sel-sel terjadi penuaan

1

2

Teknologi yang berkembang dengan pesatnya memberikan kita banyak

fasilitas kemudahan dalam menjalani hidup kita Akhirnya dalam apapun yang

akan kita perbuat atau lakukan kita selalu dihadapkan pada 2 pilihan mau yang

mudah atau yang sulit Menjamurnya makanan instant fast food yang disebut

juga makanan junk food karena memang tidak kurang kandungan gizi yang kita

perlukan Makanan ini tidak mengandung nilai gizi hanya mementingkan rasa

yang penting enak gurih karena banyak mengandung lemak tinggi karbohidrat

dan cepat saji karena semakin sibuknya manusia Selain itu karena kesibukan

kita menjadi kurang sekali dalam berolahraga selain kesibukan juga sudah lelah

Akibatnya kita menjadi gemuk semakin gemuk semakin malas beraktifitas

semakin mudah lelah yang lama kelamaan menjadi kelelahan kronis depresi

mudah muncul

Gaya hidup manusia yang mempunyai tingkat stress yang tinggi ditambah

kurangnya aktifitas berolahraga meningkatkan resiko timbulnya penyakit jantung

low back pain adult-onset diabetes obesity yang disebut hypokinetic diseases

(Sharkey 2003 ) Meningkatnya insidensi kelebihan berat badan menjadi masalah

kesehatan di seluruh dunia termasuk di Indonesia (Misnadiarly 2007) Kelebihan

berat badan menyebabkan terjadinya penumpukan lemak yang berlebihan dalam

tubuh dan berpotensi memicu banyak penyakit yang mematikan Beberapa

penyakit tersebut dikategorikan sebagai penyakit yang terjadi karena metabolism

yang melambat dan penumpukan lemak sering disebut sebagai Sindroma

Metabolik(hipertensi hiperlipidemia diabetes mellitus) Sebaliknya sebuah gaya

3

hidup yang sehat dan seimbang memainkan peranan yang besar dalam mencegah

banyak penyakit yang berhubungan dengan gaya hidup

Pada sisi lain manusia juga selalu dituntut untuk memiliki tubuh sehat

penampilan yang menarik Masalah muncul pada saat manusia memilih jalan

pintas berolahraga berlebihan (overtraining) diet ketat berlebihan

mengkonsumsi obat-obatan penekan nafsu makan obat-obat pembakar lemak

suplemen secara berlebihan dan tanpa informasi yang benar tanpa pengawasan

dokter dengan tujuan untuk memperoleh tubuh ramping dalam waktu secepatnya

Bukan tubuh sehat yang didapat tetapi malah menjadi sakit yang tidak mustahil

dapat mengarah ke kematian

Tubuh sehat ideal dalam arti tidak mudah sakit mempunyai hidup yang

berkualitas penampilan yang prima dan mempunyai postur tubuh yang

proporsional (Misnadiarly 2007) Gaya hidup yang sehat seimbang adalah kunci

untuk mencapai kesehatan dan bentuk badan yang lebih bagus dan hanya akan

tercapai melalui aktifitas olahraga pengaturan pola makan istirahat yang teratur

dan proporsional

Olahraga yang berlebihan tidak memberikan efek yang baik untuk tubuh

tetapi latihan yang tepat meningkatkan kebugaran aerobik Frekuensi yang lebih

sering durasi yang lebih panjang intensitas yang meningkat meningkatkan

kebugaran fisik Hal yang penting kita harus memperhatikan waktu pemulihan

Apabila tubuh tidak mempunyai cukup waktu untuk pemulihan bukan

meningkatkan kebugaran tetapi malah menimbulkan cedera atau penyakit melalui

supresi sistem kekebalan (Sharkey 2003) Olahraga yang teratur dapat

4

meningkatkan produksi molekul anti oksidan endogen termasuk glutathioneurate

coenzyme Q10 (Cadenas 2002) Dengan meningkatnya kadar antioksidan

endogen maka kadar MDA tubuh akan menurun

Teori Radikal Bebas menjelaskan bahwa radikal bebas merusak sel-sel

tubuh manusia (Goldmanamp Klatz 2003) Pelatihan fisik berlebih menyebabkan

terbentuknya radikal bebas Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara

menarik elektronnya sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan

sampai kematian sel (Suryohudoyo 2000) Pelatihan fisik berlebih menyebabkan

penuaan terjadi lebih cepat

Gaya hidup yang tidak sehat meningkatkan produksi radikal bebas

Beruntung tubuh mempunyai mekanisme pertahanan melawan oksidasi yang

terjadi tersebut Tubuh memproduksi enzim dan molekul khusus yang dapat

menangkap dan melenyapkan radikal bebas (superoksid dismutase katalase

glutation alfa lipoic acid CoQ10) yang disebut juga antioksidan endogen dan

yang berasal dari makanan seperti vitamin C dan E beta karoten polifenol

selenium seng (antioksidan esensial) yang disebut juga antioksidan eksogen

Antioksidan endogen maupun eksogen sangat penting buat tubuh karena

mampu meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan cara menangkap

dan mengeliminirnya Antioksidan eksogen efektif diperlukan untuk mencegah

terjadinya stress oksidatif Antioksidan endogen merupakan mekanisme

pertahanan preventif dengan cara memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal

bebas atau dengan cara menangkapnya (Winarsi 2007)

5

Bila jumlah antioksidan lebih sedikit dibanding jumlah radikal bebas

terjadi gangguan keseimbangan yang disebut redox state (Cadenas 2002) Dalam

kondisi seperti ini semakin banyak molekul normal yang ditarik elektronnya

molekul menjadi tidak stabil molekul ini akan merusak molekul sehat lainnya

sehingga terjadilah penyakit (Winarsi 2007)

Pemberian antioksidan yang cukup dan optimal dapat meningkatkan

kebugaran meningkatkan kemampuan tubuh dalam melakukan pelatihan fisik

menurunkan kadar stress oksidatif dalam tubuh mencegah terjadinya penuaan

dini (Pangkahila 2007) Antioksidan bekerja dengan cara mendonorkan satu

elektronnya ke molekul yang kehilangan elektronnya (radikal bebas) sehingga

membentuk radikal bebas tidak reaktif relatif stabil proses kerusakan sel dapat

dihambat

Ada beberapa macam antioksidan salah satunya adalah Glutation

Glutation merupakan antioksidan endogen yaitu antioksidan yang dapat dibuat

oleh tubuh kita sendiri Glutation juga dikenal sebagai master antioksidan

antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain (Goldman 2003)

Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan

Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik Normalnya sekali suatu

antioksidan memakan radikal bebas antioksidan ini menjadi teroksidasi sendiri

dan menyerang sel yang sehat yang disebut sebagai pro oksidan Glutation

dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang teroksidasi tersebut menjadi

bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali dalam memakan radikal bebas

(Sellman 2009) Sehingga dengan pengertian di atas glutation dapat membantu

6

dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh kita lebih banyak

dibandingkan dengan antioksidan lain

MDA adalah metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas

Kadar MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel

Apabila terdapat antioksidan yang tinggi dalam tubuh maka kadar MDA akan

menurun (Winarsi 2007)

Pelatihan fisik berlebih akan menyebabkan meningkatnya kerusakan

oksidatif Glutation menghambat kerusakan oksidatif Parameter yang digunakan

dalam penelitian ini adalah produk peroksidase lipid yaitu malondialdehid (MDA)

menurut metoda Willis

12 Rumusan Masalah

Apakah pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan

kadar MDA tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

13 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat

menurunkan kadar MDA pada tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

14 Manfaat Penelitian

141 Manfaat Keilmuan

Dapat menambah pengetahuan bahwa olahraga berlebih meningkatkan

MDA pemberian antioksidan Glutation dalam upaya mencegah terjadinya stress

7

oksidatif berkelanjutan yang dapat menjadi salah satu penyebab proses penuaan

penyakit metabolisme dan kemungkinan dapat dipergunakan sebagai dasar untuk

dilakukan penelitian lebih lanjut

142 Manfaat Praktis

Pengetahuan tersebut dapat memberikan manfaat kepada masyarakat luas

untuk lebih bijaksana dalam mengkonsumsi antioksidan dan dalam melakukan

pelatihan fisik

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

21 Penuaan

Penuaan sampai saat ini masih dianggap sebagai sesuatu yang alamiah

terjadi demikian juga penyakit yang muncul pada masa tuaSeseorang yang

berumur 50 tahun dengan penyakit Diabetes Mellitus dipandang sebagai sesuatu

yang umum karena memang sudah tua Sejak tahun 1950 penelitian penyebab

penuaan mulai diteliti faktor-faktor penyebab yang mempengaruhi kualitas hidup

sehingga meskipun usia bertambah tua tetapi tetap berkualitas Beberapa cara

modifikasi gaya hidup terus dilakukan untuk mencapai kualitas hidup yang lebih

baik seperti mengatur pola makan pola tidur pola olahraga pola hidup untuk

mencapai kualitas hidup yang baik di usia lanjutPenelitian memberi kesimpulan

bahwa pemberdayaan diri membudayakan pola hidup sehat dapat meningkatkan

kualitas hidup seseorang (Franklin 2009)

Dewasa ini seiring dengan percepatan perubahan teknologi meningkatnya

persaingan hidup orang berlomba-lomba mengkonsumsi produk dan berbagai

metode yang mengklaim bisa menghambat penuaan atau bersifat Anti Aging Ilmu

Kedokteran Anti Penuaan memberikan paradigma baru dalam menangani proses

penuaan Ilmu Kedokteran Anti Penuaan ini menjanjikan dapat memberikan solusi

untuk mengatasi ketidakmampuan penyakit nyeri deformitas dan kesedihan di

masa tua dengan cara meningkatkan kualitas hidup masa tua (Goldman dan Klatz

8

9

2003) Menurut Pangkahila penuaan bisa dicegah diobati dan bahkan dapat

dikembalikan ke keadaan semula (Pangkahila 2007)

Proses penuaan dapat dijelaskan dalam empat teori utama yang walaupun

tidak dapat menjelaskan dengan lengkap tetapi teori tersebut melengkapi satu

dengan yang lain

211 Teori Wear and Tear

Teori ini diperkenalkan pertama kali oleh Dr August Weisman seorang

ahli biologi dari Jerman pada tahun 1882 Teori ini menyatakan bahwa tubuh dan

sel akan rusak karena penggunaan dan disalahgunakan baik penggunaan secara

alami apalagi penyalahgunaan Kerusakan terjadi dalam sel sampai organ Pada

usia muda kerusakan yang terjadi dapat diatasi dikompensasi karena sistem

perbaikan dan pemeliharan yang masih baik tetapi seiring dengan bertambahnya

umur tubuh mulai kehilangan kemampuan tersebut Teori ini juga meyakini

pemberian suplemen dan merangsang kemampuan tubuh untuk melakukan

perbaikan dan mempertahankan organ tubuh dan sel

212 Teori Radikal Bebas

Teori ini diperkenalkan oleh Dr Denham Harman pada tahun 1956

Radikal Bebas adalah molekul tidak stabil yang sangat reaktif karena mempunyai

elektron tidak berpasangan pada orbit luarnya dapat bereaksi dengan molekul

lain menimbulkan reaksi berantai yang sangat destruktif (Goldman dan Klatz

2003)

10

Radikal Bebas dihasilkan dari pembakaran gula dan lemak yang kita

konsumsi untuk memberikan energi pada tubuh kita Radikal bebas merusak

membran sel kode DNA enzim protein dan akhirnya terjadi kerusakan pada

seluruh organ Kerusakan terjadi mulai dari lahir dan terus berlanjut hingga

meninggal Pada usia muda dampak penggantian sel yang masih berfungsi baik

Seiring dengan usia bertambah akumulasi kerusakan akibat radikal bebas akan

mengganggu metabolisme sel terjadilah mutasi sel yang mengakibatkan

timbulnya kanker dan kematian

Age Spot merupakan salah satu bentuk kerusakan pada membrane sel

yang disebabkan oleh Radikal Bebas Kerusakan membran ini menghasilkan

produk sisa yang dikenal sebagai lipofuscin Jumlah lipofuscin yang tinggi dalam

tubuh memberikan warna gelap pada daerah tertentu yang disebut Age spot

Lipofuscins mengganggu sintesis DNA dan RNA mempengaruhi sintesis protein

(menurunkan energi dan menghambat pembentukan massa otot) merusak enzim

seluler yang diperlukan untuk proses kimia vital dalam tubuh (Goldman dan

Klatz 2003)

Radikal bebas mempengaruhi peroksidasi lipid yang menyebabkan

produksi MDA (malondialdehyde) yang mengikat protein dan menyebabkan

gangguan fungsi biologik protein tersebut Radikal Bebas berkaitan dengan

penyakit usia lanjut seperti aterosklerosis Parkinson penyakit Alzheimer dan

gangguan fungsi kekebalan tubuh (Pangkahila 2007)

11

213 Teori Kontrol Genetika

Teori terfokus pada kode genetik yang ada dalam DNA meskipun seluruh

aspek diwariskan dalam gen tiap individu waktu jam biologis tergantung pada

pola hidup penuaan masing-masing individu Tiap individu memiliki jam biologis

yang telah diatur waktunya Berhentinya jam biologis menandakan proses

penuaan dan meninggal (Goldman dan Klatz 2003)

Ilmu Kedokteran Anti Penuaan melakukan upaya mencegah dan

memperbaiki kerusakan yang terjadiTerapi Gen diharapkan dapat memberikan

solusi dalam menghadapi takdir genetika terhadap beberapa penyakit keturunan

214 Teori Neuroendokrin

Teori yang menyangkut peranan berbagai hormon bagi fungsi organ tubuh

diperkenalkan oleh Vladimir DilmanPhD

Hormon mengatur dan memperbaiki fungsi tubuh Pada usia muda

berbagai hormone masih berfungsi baik dalam mengendalikan berbagai fungsi

organ tubuh Ketika manusia menjadi tua produksi hormon menurun fungsi

tubuh menjadi terganggu Contoh Growth Hormone yang membantu

pembentukan massa otot testosteron dan hormone tiroid akan menurun tajam

pada usia tua Ditandai dengan rasio lemak dan otot yang meningkat Terapi sulih

hormone dapat membantu masalah tersebut dan mengembalikan fungsi hormone

tubuh sehingga memperlambat proses penuaan

12

22 Radikal Bebas

221 Definisi Radikal Bebas

Radikal bebas adalah molekul (kumpulan atom) yang memiliki elektron

yang tidak berpasangan Oksidan adalah senyawa penerima elektron yaitu

senyawa yang dapat menarik elektron Kedua jenis senyawa ini memiliki aktifitas

yang sama dan memberikan akibat yang hampir sama tetapi dengan proses yang

berbeda (Winarsi 2007) Radikal Bebas digolongkan dalam oksidan namun tidak

setiap oksidan adalah radikal bebas (Suryohudoyo 2000)

Sumber oksidan berasal dari

Tubuh sendiri yaitu berasal dari proses fisiologis namun oleh suatu sebab

jumlahnya menjadi banyak

Proses peradangan

Luar tubuh seperti polutan obat-obatan

Radikal bebas lebih berbahaya dibanding senyawa oksidan non radikal

222 Tahapan Terbentuknya Radikal Bebas dan Sifatnya

Tahapan terbentuknya radikal bebas terjadi melalui sederetan mekanisme

reaksi

1 Tahap Inisiasi yaitu tahap yang menyebabkan terbentuknya radikal bebas

Cu

RH + O2 R + H2O

2 Tahap Propagasi yaitu tahap dimana radikal bebas cenderung bertambah

banyak dengan membuat reaksi rantai dengan molekul lipid lain

13

R + O2 RO2

RO2 + RH R + ROOH

3 Tahap Terminasi yaitu apabila terjadi reaksi antara radikal bebas dengan

radikal bebas lain atau antara radikal bebas dengan suatu senyawa pembasmi

radikal bebas (scavenger)

R1 + R2 R 1 R 2

Reduksi oksigen memerlukan pengalihan empat electron (electrotransfer)

Pengalihan ini tidak dapat sekaligus tetapi dalam empat tahapan yang setiap

tahapan hanya melibatkan pengalihan satu elektron Kendala yang mengharuskan

oksigen hanya dapat menerima satu elektron setiap tahap menyebabkan

terjadinya dua hal yaitu kurang reaktifnya oksigen dan terbentuknya senyawa-

senyawa oksigen reaktif seperti O2 (radikal superoksida) H2O2 (hydrogen

peroksida) OOH (radikal peroksil) dan OH (radikal hidroksil)

Radikal Bebas memiliki 2 sifat yaitu

1 Reaktifitas tinggi karena cenderung menarik elektron

2 Mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal

Elektron dari Radikal Bebas berikatan dengan senyawa yang berikatan

kovalen seperti lipid protein dan DNA akan sangat berbahaya karena ikatan

digunakan bersama-sama pada orbit luarnya Dibanding senyawa oksigen reaktif

radikal hidroksil merupakan senyawa yang paling berbahaya karena reaktifitasnya

yang sangat tinggi

Radikal hidroksil dapat merusak 3 jenis senyawa penting yang berfungsi

untuk mempetahankan integritas sel yaitu

14

1 Asam lemak tak jenuh yang merupakan komponen penting fosfolipid

penyusun membran

2 DNA pembawa genetik sel

3 Protein memegang berbagai peran penting seperti enzim reseptor antibodi

sitoskeleton

Dari ketiga senyawa tersebut yang paling rentan adalah senyawa asam

lemak tak jenuh ganda pada membran sel yang mengakibatkan rapuhnya dinding

sel Senyawa oksigen reaktif ini juga merusak dinding bagian dalam pembuluh

darah sehingga mengakibatkan pengendapan koleserol dan menyebabkan

aterosklerosis Apabila senyawa oksigen reaktif ini merusak basa DNA akan

terjadi kekacauan sistem info genetika berlanjut pada pembentukan sel kanker

Jaringan lipid yang rusak memicu munculnya penyakit degeneratif

Fosfolipid glikolipid dan kolesterol merupakan komponen terpenting

membran sel Komponen fosfolipid dan glikolipid mengandung asam lemak tak

jenuh (asam linoleat linolenat arakidonat) sangat rawan terhadap serangan

radikal hidroksil yang dapat menimbulkan reaksi rantai yang dikenal sebagai

Lipid peroxidation

Peroksidase lipid

LH + OH --- H + H2O

Asam lemak Radikal Bebas

L + O2 -- LOO

Radikal peroksilipid

LOO + LH --- L + L OOH dan seterusnya

15

Hasil akhir dari proses ini adalah terputusnya rantai asam lemak menjadi

berbagai senyawa yang bersifat toksik terhadap sel antara lain berbagai macam

aldehid seperti Malondealdehyde (MDA)

223 Peranan Radikal Bebas dalam proses penuaan

Pada usia muda keseimbangan antara radikal bebas dan pertahanan

antioksidan berfungsi dengan baik seiring dengan pertambahan usia

keseimbangan terganggu karena cadangan antioksidan berkurang dan radikal

bebas berlebih (Saxena dan Lan 2006)

Akibat ketidakseimbangan ini terjadi kerusakan oksidatif (Arief 2010)

Kerusakan ini disebabkan oleh radikal bebas dan merusak 3 komponen utama

yang mempertahankan integritas sel seperti fosfolipid (penyusun membrane sel)

DNA (perangkat genetik) protein (enzim reseptor antibodi) (Fouad 2007)

Ketidakseimbangan antara antioksidan dan senyawa oksigen reaktif

menghasilkan stress oksidatif penyebab kanker penuaan aterosklerosis cedera

iskemik peradangan dan penyakit degeneratif (Parkinson Alzheimer)

(Pangkahila 2007)

23 Stress Oksidatif

231 Keadaan yang menyebabkan stress oksidatif

Pada saat jumlah antioksidan tubuh kurang dari yang diperlukan untuk

meredam efek buruk dari radikal bebas keadaan ini disebut Stress oksidatif Bila

terjadi dalam waktu yang lama akan terjadi penumpukan hasil kerusakan

16

oksidatif di dalam sel dan jaringan yang mengakibatkan hilangnya fungsi sel

jaringan dan akhirnya mati Hal ini merupakan penyebab utama proses penuaan

(Bagiada 2001)

Keadaan yang menyebabkan Stress Oksidatif ini salah satunya adalah

pelatihan fisik berat atau berlebih (Hersh 2004) Stress oksidatif dapat

dikendalikan antara lain dengan membiasakan untuk menerapkan pola hidup sehat

dan mengkonsumsi antioksidan diharapkan akan memacu kerja antioksidan

dalam tubuh

MDA merupakan hasil dari proses peroksidasi lipid meningkatnya MDA

menunjukkan adanya suatu kondisi Stress Oksidatif menurunnya MDA

menunjukkan adanya perbaikan dari kondisi Stress tersebut sehingga MDA dapat

dipakai sebagai biomarker Stress oksidatif

24 Pelatihan Fisik

241 Olahraga

Pelatihan fisik atau olahraga merupakan satu kegiatan yang penting bagi

kehidupan manusia Olahraga merupakan alternatif kegiatan yang dapat

meningkatkan derajat kebugaran fisik seseorang apabila dilakukan dengan dosis

takaran yang benar Menurut Sharkey olahraga dapat meningkatkan pengeluaran

energi dan tingkat pengeluaran tersebut berkaitan dengan intensitas dan durasi

aktifitas yang dilakukan (Sharkey 2003) Latihan fisik atau olahraga yang

memperhatikan frekuensi intensitas tipe dan waktu mendukung dalam

mendapatkan hasil yang maksimal dan menurunkan resiko cedera Latihan fisik

17

yang benar memberikan dampak perbaikan pada sistem fungsional paru dan

jantung sehingga terjadi hipertropi otot jantung penurunan detak jantung

istirahat peningkatan stroke volume peningkatan volume darah dan hemoglobin

menambah jumlah pembuluh darah kapiler serta berfungsi dalam proses

pembakaran energi (Fox 1998) Frekuensi latihan yang dianjurkan adalah 3-4x

seminggu dengan intensitas 72-87 dari denyut jantung maksimal (220-umur)

dengan variasi 10 denyut per menitTipe latihan yang dianjurkan adalah

pemanasan 15 menit kombinasi latihan aerobik dan latihan otot dalam waktu 30-

60 menit diakhiri pendinginan 10 menit (Pangkahila 2009)

Sumber energi yang dibutuhkan untuk pelatihan fisik aerobik yang

dominan didapat dari pembakaran simpanan karbohidrat lemak dan sebagian

kecil (5) dari pemecahan simpanan protein yang terdapat di dalam tubuh untuk

menghasilkan ATP (adenosine triphospate) ATP yang terdapat dalam jaringan

otot terbatas kebutuhan ATP dipertahankan oleh creatinin phosphate (CP) dan

glikogen yang tersimpan dalam otot (Hernawati 2009) Terdapat 3 jalur untuk

memberikan ATP tambahan sesuai yang dibutuhkan selama kontraksi otot

meliputi 1 Pemindahan fosfat berenergi tinggi dari kreatinin fosfat ke ADP 2)

Fosforilasi oksidatif (siklus asam sitrat dari sistem transportasi elektron) 3)

glikolisis (Sherwood 2001) Sedangkan pada aktifitas yang bersifat anaerobik

energi diperoleh dari hidrolisis phosphocreatine serta melalui glikolisis glukosa

secara anaerobik Proses ini dapat terjadi tanpa adanya oksigen (O2) Metabolisme

anaerobik ini menghasilkan asam laktat yang apabila terakumulasi dapat

menyebabkan rasa nyeri pada otot menimbulkan stress fisik Hal ini

18

menyebabkan latihan aerobik terasa lebih menyenangkan (Hernawati 2009)

Metabolisme aerobik jauh lebih efisien daripada anaerobik karena menghasilkan

38 molekul ATP per molekul glukosa versus hanya 2 molekul melalui jalur

anaerob

Pelatihan fisik atau olahraga yang teratur selain memberikan manfaat

perbaikan pada mental fisik dan fisiologis juga mempengaruhi hormon tubuh

kita antara lain (Sharkey2003)

1 Growth Hormone

Stimulasi sintesis protein (muscle tone development) dan kekuatan tulang

tendon ligament dan tulang rawan Penurunan penggunaan glukosa dan

peningkatan penggunaan lemak sebagai bahan bakar selama olahraga

Membantu mengurangi lemak tubuh dan mempertahankan glukosa darah pada

level normal sehingga membantu melakukan olahraga selama periode waktu

yang lebih lama Dilepaskannya Growth Hormone oleh kelenjar pituitari di

otak meningkat dengan meningkatnya waktu latihan aerobik

2 Endorphins

Opioid endogen dari kelenjar pituitary yang memblok rasa sakit menurunkan

nafsu makan membuat perasaan senang mengurangi tekanan dan kecemasan

Pada saat olahraga endorfin dalam darah meningkat sampai lima kali selama

aktifitas olahraga lebih dari 30 menit Endorfin membuat kita dapat melakukan

aktifitas latihan menjadi lebih tahan lama

19

3 Testosteron

Hormon yang penting untuk wanita dan pria dalam mempertahankan tonus

volume kekuatan otot meningkatkan angka rata metabolisme basal

menurunkan lemak tubuh dan merasa lebih percaya diri Diproduksi oleh

ovarium pada wanita dan testis pada laki-laki Testosteron pada wanita hanya

sepersepuluh kadar testosteron pada laki-laki Pada wanita testosteron

berperan pada pengaturan libido dan orgasme Produksi pada wanita menurun

saat menjelang menopause sedangkan pada pria pada usia memasuki usia 40

tahun Kadar testosteron darah mulai meningkat setelah 20 menit olahraga

baik pada wanita maupun pria dan tetap tinggi sampai 1-3 jam setelah

olahraga

4 Estrogen

Estrogen secara biologis aktif adalah 17 beta estradiol meningkatkan

pemecahan lemak dari lemak tubuh sehingga dapat digunakan sebagai sumber

tenaga meningkatkan rata-rata metabolisme basal meningkatkan mood

meningkatkan libido Hormon ini disekresi oleh ovarium meningkat saat

olahraga dan tetap meningkat sampai 1-4 jam setelah olahraga

5 Thyroxine (T4)

Hormon yang diproduksi oleh kelenjar tiroid meningkatkan metabolisme

hampir semua sel dalam tubuh Peningkatan metabolisme ini membantu kita

merasa lebih energik dan juga menyimpan kalori penting untuk penurunan

berat badan Kadar tiroksin dalam darah meningkat sekitar 30 selama

20

olahraga dan tetap meningkat sampai beberapa jam sesudahnya Olahraga

yang teratur juga meningkatkan level tiroksin saat istirahat

6 Epinephrine

Hormon yang diproduksi oleh medulla adrenal yang meningkatkan jumlah

darah yang dipompa oleh jantung dan mengarahkan aliran darah ke tempat

yang diharapkan Stimulasi pemecahan glikogen (karbohidrat yang disimpan)

dalam otot yang aktif dan hati untuk digunakan sebagai sumber tenaga

Menstimulasi pemecahan lemak (lemak yang disimpan dalam otot yang aktif)

dan digunakan sebagai sumber tenaga Sejumlah epinefrin yang dilepaskan

berhubungan dengan intensitas dan durasi latihan

7 Insulin adrenalin

Hormon yang penting dalam mengatur gula darah dan asam lemak (lemak)

dan asam amino (protein) dalam sel Sekresi insulin oleh pancreas meningkat

sehubungan dengan respon meningkatnya kadar gula darah dan protein yang

biasa terjadi setelah makan Semakin banyak gula sederhana yang dikonsumsi

semakin tinggi respon insulin Meningkatnya insulin menyebabkan produksi

lemak sehingga insulin sering disebut sebagai hormon lemak atau fat

hormone Pada orang dengan berat badan berlebih terjadi resistensi insulin

sehingga diperlukan insulin dalan jumlah yang lebih besar untuk didapatkan

efek yang sama sehingga didapatkan kadar insulin darah yang lebih tinggi dan

latihan aerobik setiap hari Kadar insulin darah mulai menurun 10 menit saat

olahraga dan terus menurun sekitar 70 menit olahraga Olahraga yang teratur

juga meningkatkan sensitivitas sel terhadap insulin dalam keadaan istirahat

21

8 Glucagon

Hormon yang diproduksi oleh pankreas tugasnya meningkatkan kadar gula

darah Saat gula darah rendah glukagon disekresi dan menyebabkan simpanan

karbohidrat di dalam hati dilepaskan ke aliran darah untuk meningkatkan

kadar gula mencapai kadar normal Glukagon juga menyebabkan

dipecahkannya lemak sehingga dapat digunakan sebagai bahan bakar atau

sumber tenaga Glukagon mulai disekresi pada 30 menit awal olahraga ketika

gula darah mulai menurun

242 Pelatihan Fisik Berlebih

Pelatihan fisik berlebih menimbulkan gangguan pada sistem endokrin

terjadi peningkatan kadar kortisol dan penurunan kadar testosteron (Maffetone

2007) peningkatan ACTH penurunan LH plasma

Sindrom pelatihan fisik berlebih dalam jangka panjang mengakibatkan

terjadinya inflamasi infeksi yang lebih lanjut dapat mempengaruhi kesehatan

secara umum Aktifitas berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena

terjadi peningkatan konsumsi O2 oleh aktifitas otot skeletal Meskipun oksigen

dibutuhkan oksigen juga bersifat toksik yang dapat memicu peningkatan ROS

Pada organ yang tidak mendapat oksigen dan nutrisi yang cukup akan

menimbulkan keadaan iskemik dan kerusakan mikrovaskular Keadaan ini disebut

sebagai Reperfusion Injury yang memicu terjadinya kerusakan jaringan dan

peningkatan Radikal Bebas

22

Pelatihan fisik berlebih meningkatkan terbentuknya Radikal Bebas

(Adiputra 2008) Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh untuk

melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam organ dan

pembuluh darah (Giriwijoyo 2004) Apabila berlebih menyebabkan kerusakan

sel dengan 3 cara (Kumar et al2005 Ebenhardt 2001)

1 Kerusakan DNA mengakibatkan mutasi DNA bahkan kematian sel

2 Peroksidasi lipid membrane sel dan sitosol menyebabkan terjadinya proses

reduksi asam lemak sehingga mengakibatkan kerusakan membran dan organel

sel

3 Modifikasi protein teroksidasi oleh karena cross linking protein

Bila radikal bebas bertemu dengan asam lemak tak jenuh ganda daalam

membrane sel terjadi reaksi peroksidasi lipid membran sel menyebabkan

peningkatan fluiditas membran gangguan integritas membran dan inaktivasi

ikatan membran dengan enzim dan reseptor Tahap akhir dibebaskan aldehyde

seperti malondealdehyde pentane etana conjugated diane yang bersifat merusak

tubuh (Murray et al2000)

Pelatihan fisik berlebih menyebabkan terjadinya peningkatan lekosit atau

lekositosis peningkatan isoprostan dalam urin protein carbonil (73) catalase

(96) glutation peroksidase serta glutation teroksidasi (25) Dapat

disimpulkan pelatihan fisik berlebih merangsang respon biomarker stres oksidatif

(Murray et al 2000) Proses penuaan mengakibatkan penurunan sistem imun

sehingga meningkatkan resiko infeksi Menurut teori aktifitas sedang dapat

menangkal efek proses penuaan yang diakibatkan penurunan sistem imun Studi

23

yang dilakukan Shepard dan Shek menunjukkan bahwa aktifitas sedang dapat

ditoleransi dengan baik oleh individu lanjut usia dan menunjukkan penurunan

stimulasi proliferasi limfosit

Gejala ndash gejala yang dirasakan apabila melakukan pelatihan fisik berlebih

(overtraining) (Maffetone 2007)

1 Sering mengalami kegagalan dalam melakukan latihan yang biasanya kita

lakukan Kondisi fisik menjadi semakin lemah dan semakin lambat terjadi

kemunduran

2 Kehilangan otot dan terjadi penimbunan lemak Latihan fisik berlebih

meyebabkan rasio testosteron kortisol yang seharusnya positif yang berarti

lebih banyak otot dan lebih sedikit lemak menjadi negatif yang berarti cortisol

lebih tinggi dibanding testosteron yang berarti terjadi peningkatan resistensi

insulin dan penimbunan lemak

3 Merasa lemas mudah tersinggung sulit tidur

4 Persendian tulang dan anggota tubuh terasa sakit

Terjadinya DOMS (delayed onset muscle soreness) menunjukkan teknik

latihan yang salah atau postur saat latihan yang tidak tepat DOMS merupakan

respon alami yang akan hilang dalam waktu sehari atau 2 hari tetapi apabila

nyeri berkepanjangan menunjukkan adanya overtraining

5 Sering tiba-tiba jatuh sakit

Latihan fisik berlebih menurunkan sistem imun tubuh kita sehingga menjadi

lebih mudah sakit

24

Latihan fisik berat jangka panjang berkaitan dengan cedera serat

ototKerusakan yang terjadi berhubungan dengan intensitas durasi dan tipe

latihan Ketika cell death terbentuk jaringan nekrotik dibuang oleh sel fagosit

sel satelit teraktivasi menuju ke area yang cedera menjadi myoblast dan

selanjutnya menjadi serat otot Enzim otot yang dilepaskan tidak sepenuhnya

merefleksikan kerusakan struktural yang diperkirakan oleh analisis histologis

Perubahan penanda biologis cedera otot (seperti aktifitas kreatin kinase (CK)

lactate dehydrogenase (LDH) atau konsentrasi malondialdehyde di plasma

(MDA)) sering diperiksa selama overtraining Serum aktivitas CK dan

konsentrasi MDA plasma dapat gagal meningkat saat overtraining perubahan

parameter biokimia hanya merefleksikan otot dengan beban berlebih Setelah

olahraga yang lama pro-inflammatory cytokines diproduksi lokal pada otot

skeletal

Tanda dan gejala fisik latihan fisik berlebih (overtraining)

- Denyut jantung atau nadi yang meningkat saat istirahat

- Tidak toleransi terhadap latihan

- Penampilan yang menurun

- Penurunan berat badan berkurangnya massa otot tidak nafsu makan

- Kelelahan chronic fatigue lethargy

- Nyeri dan kerusakan otot nyeri sendi

- Mudah terserang flu pembengkakan kelenjar getah bening di leher

selangkangan dan ketiak

- Konstipasi atau diare

25

- Gangguan haid gangguan makan gangguan tidur

- Sakit kepala gangguan pencernaan

- Pemulihan yang berlangsung lambat setelah latihan

- Sendi otot tendon terasa kaku dan sakit

Tanda dan gejala psikologis

- Lelah capek kekurangan tenaga

- Insomnia sakit kepala tidak mampu untuk beristirahat

- Depresi gelisah cemas apatis

- Menurunnya kepercayaan diri

- Menurunnya kemampuan untuk berkonsentrasi

- Mudah stress

Efek biokimia dari Latihan Fisik Berlebih

- Meningkatnya serum kortisol dan SHBG

- Menurunnya serum total dan free testosterone rasio testosteron kortisol

- Menurunnya glikogen otot

- Menurunnya serum hemoglobin besi dan ferritin

Faktor yang mempengaruhi terjadinya overtraining

- Jetlag

- Bekerja terlalu keras

- Menstruasi

- Nutrisi gaya hidup yang buruk

- Kurang istirahat

- Terlalu banyak mengkonsumsi alkohol

26

- Kurangnya kemampuan mengatasi stress

Penanganan overtraining atau Latihan Fisik berlebih

- Massage

Massage pada jaringan dalam dapat melepaskan otot yang tegang

mempertahankan keseimbangan sistem muskulo-skeletal Pemijatan atau

massage yang teratur dapat membantu mencegah cedera yang mungkin

terjadi karena overuse

- Menggunakan roller busa

Penggunaan roller busa memungkinkan kita dapat melakukan massage

atau pemijatan sendiri Kita dapat juga memakai yang berbentuk bola atau

bola tenis untuk membantu menghilangkan rasa sakit Pemijatan ini dapat

dilakukan di tungkai lutut hamstring bahu punggung atau otot atau sendi

manapun

- Terapi suhu kontras

Air pancuran hangat dan dingin bergantian menstimulasi tubuh untuk

pulih lebih cepat Otot membawa impuls yang terasa pada kulit bagian

dalam tubuh di mana terjadi stimulasi sistem imun memperbaiki sirkulasi

dan pencernaan mempengaruhi produksi hormon stress meningkatkan

aliran darah mengurangi sensitivitas nyeri

- Pengaturan makanan

Membantu proses pemulihan penting untuk mengkonsumsi makanan

tinggi karbohidrat protein dan lemak sehat seperti Omega 3 omega 6

omega 9 asam lemak esensial Karbohidrat memberikan sumber tenaga

27

pada tubuh dan otak asam lemak esensial membantu mengurangi depresi

memperbaiki pemulihan protein akan membangun kembali otot yang

mengalami overtraining

- Mengkonsumsi vitamin

Ketika terjadi overtraining suplementasi sangat menguntungkan Vitamin

dan suplementasi mineral sebaiknya dikonsumsi pagi hari bersama dengan

makanan untuk penyerapan yang lebih baik

Defisiensi Vitamin yang biasa terjadi

- Vitamin A (Beta-Caroten)

- Vitamin B kompleks vitamin B12

- Vitamin C D E K

- Asam Folat

Defisiensi Mineral yang biasa terjadi

- Calcium

- Chromium

- Copper Iodine Iron

- Magnesium Fosfor

- Potassium

- Sodium

- Sulfur

- Zinc

28

25 Antioksidan

Radikal Bebas merupakan senyawa reaktif yang secara alami diproduksi

oleh tubuh manusia Radikal Bebas memberikan efek positif atau efek negatif

Untuk membatasi efek negatif tersebut dibutuhkan kompleks proteksi ndash sistem

antioksidan Sistem ini terdiri dari enzim antioksidan (katalase glutation

peroksidase superoksid dismutase) dan antioksidan non enzimatik ( vitamin E-

tokoferol vitamin A- retinol vitamin C- asam askorbat) Keseimbangan antara

produksi radikal bebas dan pertahanan antioksidan menunjukkan tingkat stress

oksidatif yang mungkin terlibat dalam proses penuaan dan pada beberapa

patologi (misalnya kanker Parkinson) (Winarsi 2007)

Latihan fisik juga meningkatkan stress oksidatif dan menyebabkan

gangguan homeostasis Latihan memberikan efek positif dan efek negatif

tergantung dari beban latihan spesifikasi latihan dan tingkat basal latihan Stress

oksidatif terlibat dalam terjadinya muscular fatigue dan mengarah ke

overtraining

Definisi antioksidan menurut Cadenas adalah suatu senyawa yang apabila

terdapat dalam jumlah yang lebih banyak dibanding senyawa yang teroksidasi

secara signifikan dapat menunda atau mencegah proses oksidasi senyawa tersebut

(Cadenas 2002) Secara kimia antioksidan adalah senyawa pemberi electron

Secara biologis antioksidan adalah senyawa yang mampu menangkal dan

meredam dampak negative oksidan dalam tubuh Antioksidan mendonorkan satu

elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa oksidan tersebut dapat

dihambat (Winarsi 2007)

29

Penting sekali keseimbangan antara oksidan dan antioksidan karena

berfungsi menjaga integritas dan berfungsinya membrane lipid protein sel dan

asam nukleat Senyawa asam lemak tak jenuh penyusun membrane lipid sangat

sensitive terhadap perubahan keseimbangan antara oksidan dan antioksidan

Menurut mekanisme kerjanya antioksidan dikelompokkan atas 3 yaitu

1 Antioksidan primer SOD katalase glutation peroksidase (GSH-Px)

Bekerja pembentukan senyawa radikal bebas yang telah terbentuk menjadi

molekul yang kurang aktifSedangkan antioksidan primer yang dapat

ditambahkan dari luar seperti glutation asam lipoat SOD melatonin

2 Antioksidan sekunder vitamin E vitamin C beta karoten flavonoid asam

urat albumin (Soewoto 2001)

Merupakan antioksidan eksogenous atau non enzimatis (Winarsi 2007)

Bekerja dengan cara memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal bebas

atau dengan cara menangkapnya

3 Antioksidan tertier meliputi system enzim DNA-repair dan metionin

sulfoksida reduktase Berfungsi dalam perbaikan biomolekuler yang rusak

akibat reaktivitas radikal bebas

26 Glutation sebagai antioksidan

Glutation merupakan tripeptida yang terdiri dari asam amino glutamat

sistein dan glisin (Cadenas 2002)Ikatan glutamat ndash sistein merupakan ikatan

isopeptida antara grup γ-karboksil dari glutamat dan grup α amino dari

sisteinIkatan unik ini membuat gluation tahan terhadap degradasi oleh proteases

30

dan peptidases yang berfungsi pada peralihan proteinMerupakan suatu

antioksidan yang mencegah kerusakan komponen seluler oleh reactive oxygen

species seperti radikal bebas dan peroksidGlutation bukan nutrisi esensial karena

disintesa di dalam tubuh dari asam amino L-sistein L-glutamic acid dan glycine

Gambar 21 Struktur GSH dan GSSG

Glutation terdapat pada sebagian besar sel tubuh tetapi terbanyak terdapat

di dalam hati Grup thiol (SH) dari sistein berfungsi sebagai donor proton dan

bertanggungjawab untuk aktifitas biologis glutation Provisi asam amino ini

merupakan faktor yang terbatas dalam sintesis glutation oleh sel karena sistein

relatif jarang pada makanan Apabila dilepaskan sebagai asam amino bebas

sistein adalah toksik dan secara spontan dikatabolisasi di saluran pencernaan dan

plasma darah

Glutation disintesis dalam 2 tahap

1 Gamma-glutamylcysteine disintesa dari L-glutamate dan sistein melalui enzim

gamma-glutamylcysteine sintetase (glutamate cysteine ligase GCL)

31

2 Glisin ditambahkan pada C-terminal dari gamma-glutamylcysteine melalui

enzim glutation sintetase

261 Fungsi Glutation

Glutation terdapat dalam bentuk tereduksi (GSH) dan teroksidasi (GSSG)

Grup thiol dari sistein mampu memberikan donor elektron ke molekul lain yang

tidak stabil seperti Reactive Oxygen Species (ROS) Pada saat mendonorkan

elektronnya glutation menjadi reaktif dan segera bereaksi dengan glutation reaktif

lainnya membentuk glutation disulfide (GSSG)Reaksi mungkin terjadi apabila

terdapat konsentrasi yang cukup tinggi di sel (sampai 5mm di hati) GSH dapat

terbentuk kembali dari GSSG oleh enzim glutation reduktase Pada sel atau

jaringan yang sehat terdapat lebih 90 dari total simpanan glutation terdapat

dalam bentuk tereduksi (GSH) dan kurang dari 10 dalam bentuk disulfide

(GSSG)

GSH ---- GSSG

Eliminasi ROS Menjaga protein thiols Antioxidant

dalam bentuk reduksi pools

Gambar 22 GSH Redox (Cadenas 2002)

GSH Redox merupakan indikator sentral keseimbangan antara stress

oksidatif dan system antioksidan GSH Redox berkaitan dengan detoksifikasi

Reactive Oxygen Species (ROS) berfungsi dalam mempertahankan tersedianya

antioksidan mempertahankan protein thiol dalam bentuk reduksi Rasio

32

GSHGSSG sering dipakai untuk mengekspresikan keseimbangan redox ini

Peningkatan rasio GSH-GSSG merupakan indikasi adanya Stress Oksidatif

(Goldman 2003)

Glutation mempunyai beberapa fungsi (Winarsih 2007)

- Sebagai antioksidan endogen mayor yang diproduksi oleh sel berpartisipasi

langsung pada netralisasi radikal bebas dan senyawa oksigen reaktif

mempertahankan antioksidan eksogen seperti vitamin C dan E pada bentuk

tereduksi (aktif)

- Pengaturan siklus nitric oxide yang sangat penting untuk kehidupan tetapi

dapat menjadi masalah apabila tidak teregulasi Digunakan untuk reaksi

metabolism dan biokimia seperti sintesis dan perbaikan DNA sintesis protein

sintesis prostaglandin transport asam amino dan aktivasi enzim Tiap sistem

di dalam tubuh kita dapat dipengaruhi oleh sistem glutation khususnya sistem

imun sistem saraf sistem gastrointestinal dan paru

Gambar 23 Detoksifikasi Lipid Hydroxyperoxides di usus halus

33

GSH yang ditransportasikan kedalam lumen digunakan untuk detoksifikasi

peroksid yang terbentuk dari makanan oleh glutation peroksidase (GSH Px)

Proses ini membutuhkan peroksid dan glutation yang tersedia di sel epitel GSSG

yang terbentuk direduksi kembali menjadi GSH oleh GSSG reduktase (GSSG

Rx) menggunakan NADPH sebagai reduktan

262 Suplementasi Glutation

Meningkatkan level GSH melalui suplementasi glutation langsung sulit

Penelitian terakhir menyatakan bahwa secara oral tidak diabsorpsi baik melalui

saluran pencernaan Studi mengenai konsumsi oral akut glutation dengan dosis

sangat besar 3 gram Witschi dan tim menemukan lsquoadalah tidak mungkin

meningkatkan glutation yang bermanfaat secara klinis dengan dosis tunggal 3

gram glutationrsquo

Glutation terdapat pada makanan sehari-hari sampai 150mghari dapat

diabsorpsi melalui intak di usus halus Individu sehat dengan asupan sulfur asam

amino (1-2 gramhari) jumlah GSH mungkin tidak cukup untuk mendapatkan

efek penting secara sistemik Individu dengan asupan sulfur asam amino yang

terbatas suplementasi GSH diperlukan untuk mempertahankan suplai GSH

sistemik dengan memperbaiki keseimbangan sulfur asam amino (Cadenas 2002)

Glutation hanya diabsorpsi di sel epitel oral dan traktus gastrointestinal

dan memberikan keuntungan kesehatan spesifik pada jaringan tersebut(Cadenas

2002)

34

SUPLAI HILANG

Makanan suplemen Degradasi

GSH

Empedu LUMINAL Uptake

Epitel Reaksi Detoksifikasi

Gambar 24 Supply dan Removal Glutation dalam lumen usus halus (Cadenas 2002) Glutation (GSH) disuplai ke dalam lumen intestinal melalui konsumsi oral

empedu dan sekresi epitel intestinal Jumlah yang disuplai dari empedu cukup

untuk mempertahankan jumlah 200microM pada tikus tetapi tidak cukup pada

manusia yang mengalami degradasi di duktus kantung empedu Jumlah yang

dikonsumsi melalui makanan bervariasi dan secara umum kurang dari 200 microM

Jumlah yang diberikan melalui epitel hanya sekitar 10 atau kurang

dibandingkan dengan yang disediakan oleh empedu Hilangnya Glutation karena

degradasi oleh γ-glutamyltranspeptidase dan dipeptidases pada permukaan sel

epitel ditransportasikan ke dalam sel oleh mekanisme sodium-dependent dan

sodium-independent konjugasi dengan elektrofil reaktif dikatalisasi oleh

glutathione-S transferase mucus (Cadenas 2002)

Vitamin D meningkatkan level glutation di otak dan tampaknya sebagai

katalis untuk produksi glutation Sejumlah vitamin D aktif di otak berikatan

dengan seberapa besar vitamin D3 baik melalui suplemen atau dibentuk di kulit

melalui paparan matahariHal ini menyatakan bahwa mengkonsumsi vitamin D

35

dan atau mendapat cukup paparan matahari meningkatkan produksi glutation

(Sellman 2009)

Konsentrasi glutation di plasma dan hati dapat ditingkatkan dengan

mengkonsumsi suplemen tertentu yang disebut GSH precursors N-asetilsistein

atau NAC glutation precursor yang paling memungkinkan Suplemen lain S-

adenosilmetionin (SAMe) dan whey protein juga dapat meningkatkan glutation

dalam sel (Sellman 2009)

NAC tersedia dalam bentuk obat dan sebagai suplemen generik Alpha

lipoic acid juga dapat mempertahankan glutation intraselular Melatonin dapat

menstimulasi enzim yang berkaitan glutation peroksidase dan silimarin ekstrak

dari biji tanaman milk thistle (Silybum marianum) juga mempunyai kemampuan

memperbarui level glutation

Glutation diatur dengan ketat di intraseluler dan dibatasi produksinya oleh

feedback negative inhibisi sintesisnya sendiri melalui enzim gamma-

glutamilsistein sintetase sehingga meminimalisir kemungkinan terjadinya

overdosis Penambahan glutation menggunakan precursor atau glutation intravena

adalah strategi untuk mengatasi defisiensi glutation stress oksidatif tinggi

defisiensi imun

Glutation yang rendah menunjukkan adanya pembuangan dan

keseimbangan negatif nitrogen seperti pada kanker AIDS sepsis trauma

terbakar dan bahkan atlet overtraining Suplementasi glutation dapat

memperbaiki proses ini dan contohnya pada AIDS memberi hasil adanya

perbaikan survival rates Bagimanapun studi mengenai kondisi ini belum dapat

36

membedakan glutation rendah sebagai akibat secara akut (pada pasien sepsis) atau

secara kronis (HIV) meningkatkan stress oksidatif dan peningkatan patologi

sebagai akibat defisiensi yang sudah ada sebelumnya

Skizofrenia dan gangguan bipolar berhubungan dengan glutation yang

rendah Stress oksidatif mungkin salah satu faktor dasar patofisiologi gangguan

bipolar gangguan depresif mayor dan skizofrenia Glutation (GSH) adalah

pemakan radikal bebas mayor di otakTidak adanya GSH meningkatkan

kerentanan sel terhadap stress oksidatif ditandai asetilsistein dapat mengurangi

gejala kedua gangguan tersebut

Glutation merubah level stress oksidatif pada sel yang diisolasi di

laboratorium sehingga dapat mengurangi perkembangan kanker Tes ini tidak

dilakukan pada manusia

Glutamat yang berlebihan di sinaps yang dapat dilepaskan pada kondisi

seperti cedera otak dapat menghambat pengambilan sistein senyawa pembentuk

glutation yang pentingTanpa proteksi dari cedera oksidatif oleh glutation sel-sel

dapat rusak atau mati (Sellman 2009)

Glutation juga mempunyai fungsi lain sebagai berikut (Sellman 2009)

Mencerahkan kulit

Mencegah menghilangkan jerawat dan bekas jerawat

Menghilangkan noda hitam

Anti aging dan anti kerut

Memberi nutrisi kulit

Membantu pemulihan luka

37

Membuat kulit menjadi halus segar dan bersinar

Kondisi kesehatan yang berhubungan dengan defisiensi glutation

Peningkatan proses penuaan

Kesulitan dalam keseimbangan

Gangguan mental

Masalah koordinasi

Gangguan sistem saraf

Akhir-akhir ini dipercaya sebagai penyebab lesi otak

Kanker HIV Katarak Diabetes Mellitus

Jumlah sperma yang rendah

263 Glutation Precursor (Sellman 2009)

Glutation Precursor disebut juga sebagai building-block dari glutation

yaitu N-asetilsistein atau NAC dan whey protein tidak terdenaturasi

Nasetilsistein adalah obat farmasi yang biasa digunakan bertahun-tahun untuk

mengobati overdose asetaminofen Hal ini sangat efektif ketika diberikan dalam

dosis besar di ruang darurat ketika seseorang akan mengalami gagal hati karena

overdosis asetaminofen komposisi aktif dari Tylenol

Efek sampingnya adalah bercak-bercak kemerahan bersin mual

anafilaksis reaksi alergi yang berupa kesulitan bernafas karena bronkospasme

tekanan darah menurun angioedema muntah kram diare Walaupun jarang

kematian pernah dilaporkan karena N-asetilsistein Beberapa orang mendapatkan

rasa dan bau yang tidak dapat diterima karena kandungan sulfur di dalamnya

38

Pengggunaan teratur untuk menaikkan kadar glutation tidak direkomendasikan

untuk anak-anak dan bayi Masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk

menentukan keamanan N-asetilsistein untuk penggunaan jangka panjang

Whey protein tidak terdenaturasi merupakan nutraceutical atau medicinal

foodSenyawa ini memberikan ikatan sistein ke sel-sel di mana glutation dapat

terbentuk di tempat tersebut

Beberapa kondisi yang tidak dapat mengkonsumsi whey protein

- Pasien dengan alergi protein susu

- Pasien dengan diet rendah protein

- Pasien yang sedang menjalani terapi imunosupresif

Efek sampingnya adalah kembung perut kram urtikaria Efek samping

karena overdosis tidak terjadi karena sel hanya membuat sebatas yang dibutuhkan

apabila berlebih kelebihan disimpan di hati dan ginjal sampai suatu saat kalau

dibutuhkan

264 Sumber Glutation dari makanan

Sumber glutation dari makanan yang disarankan adalah asparagus bayam

brokoli bawang putih kale bawang watercress kol Brussel sprout beberapa

bumbu seperti kunyit kayu manis semangka alpukat anggur peach jeruk

walnut granola daging kalkun dan daging ayam keju cottage dan yoghurt

39

Tabel 21 Makanan yang mengandung Glutation (Cadenas2002)

GSH Food Group mg100 g mgsaji Buah segar Apel 33 46 Pisang 41 48 Anggur 79 146 Jeruk 73 106 Semangka 66 283 Sayuran segar Asparagus dimasak 283 263 Alpukat 277 313 Brokoli dimasak 91 78 Wortel mentah 79 59 Tomat 90 109 Daging Hamburger 175 149 Ham rebus 233 13 Ayam digoreng 131 134 Sereal biji-bijian Cornflakes 00 00 Roti whole wheat 12 06 Roti putih 00 00 Nasi putih enriched dimasak 16 21 Produk Susu Susu whole 00 00 Keju Amerika 00 00 Yoghurt plain lowfat 00 00 Es krim 10 lemak 00 00

40

BAB III

KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

31 Kerangka Berpikir

Faktor penyebab penuaan antara lain faktor internal dan faktoreksternal

Faktor internal meliputi radikal bebas glikosilasi metilasi hormon yang

berkurang apoptosis system kekebalan tubuh yang menurun genetik Faktor

eksternal meliputi gaya hidup tidak sehat polusi lingkungan stress kemiskinan

kebiasaan yang salah olahraga berlebihan (overtraining) Berbagai faktor di atas

menyebabkan terjadinya penurunan fungsi tubuh dan terjadilah penuaan

Kerangka konsep penelitian berdasarkan teori bahwa salah satu penyebab

penuaan adalah radikal bebas Bila jumlah radikal bebas melebihi jumlah

antioksidan di dalam tubuh terjadilah stress oksidatif Radikal bebas dapat

merusak membran sel protein DNA dan berakibat fatal bagi kelangsungan hidup

sel jaringan Stress oksidatif yang berlangsung lama akan mengakibatkan

terjadinya penumpukan hasil kerusakan oksidatif di dalam sel dan jaringan

selanjutnya sel dan jaringan tersebut akan kehilangan fungsinya dan akhirnya

mati

Olahraga berlebih meningkatkan stress oksidatif karena terdapat

peningkatan konsumsi O2 oleh aktivitas otot skeletal Oksigen juga dapat bersifat

toksik yang dapat memicu peningkatan Reactive Oxygen Species (ROS)Organ

yang tidak mendapat cukup oksigen dan nutrisi menjadi iskemik dan terjadi

kerusakan mikrovaskular (Reperfusion Injury) memicu peningkatan radikal

40

41

bebas Dengan pemberian antioksidan Glutation yang merupakan antioksidan

master diharapkan dapat mencegah kerusakan lebih lanjut yang diakibatkan oleh

radikal bebas dengan cara melindungi sel dari Reactive Oxygen Species (ROS)

dan dapat dilihat melalui parameter MDA yang mengalami penurunan

32 Konsep Penelitian

Konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Gambar 31 Konsep Kadar MDA pada tikus yang diberikan Pelatihan Fisik Berlebih+ Placebo dan Pelatihan Fisik Berlebih + Glutation

FAKTOR INTERNAL

- Jenis Kelamin

- Usia

- Genetik

- Hormon

- Psikologis

FAKTOR EKSTERNAL

- Makanan

- Cuaca iklim

- Penyakit

- Exercise

GLUTATION

TIKUS

KADAR MDA

42

33 Hipotesis

Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan kadar MDA

tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

43

BAB IV

METODE PENELITIAN

41 Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksterimental dengan rancangan

randomized pre test-post test control group design (Poccock et al 2008)

Subyek terdiri dari 2 kelompok yaitu

1 Kelompok 1 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+ Placebo

2 Kelompok 2 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation

Semua kelompok sebelum perlakuan diberikan pre test (O1 O3) dan

dihitung rerata untuk masing-masing kelompok

Setelah perlakuan semua kelompok diberikan post test (O2 O4) dan

dihitung rerata untuk masing-masing kelompok

Kemudian dihitung perbedaan rerata antara pre test dan post test dari

masing-masing kelompok lalu hasil perbedaan tersebut dibandingkan secara

statistik

Gambar 41 Rancangan Penelitian

P S

43

R R

O1 P1 O2

O3 P2 O4

44

Keterangan

P = populasi

S = sampel

R = random

O1 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah mendapatkan

pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan placebo (pre test)

O2 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah diberikan pelatihan

fisik berlebih setelah diberikan placebo (post test)

O3 = observasi data MDA kelompok perlakuan setelah diberikan

pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan Glutation (pre test)

O4 = observasi data MDA kelompok perlakuan diberikan pelatihan fisik

berlebih setelah diberikan Glutation (post test)

P1 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih+ placebo

P2 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation

42 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran

Universitas Udayana pada bulan Januari ndash Maret 2012 Pemeriksaan MDA darah

tikus dikerjakan di bagian Program Antar Unit Universitas Gajah Mada

Jogyakarta

45

43 Populasi dan Sampel

431 Populasi

Subyek penelitian adalah tikus jantan dewasa galur Wistar yang berusia 2-

25 bulan dan dalam kondisi fisik sehat

432 Kriteria Sampel

4321 Kriteria Inklusi

Kriteria Inklusi yang ditetapkan sebagai sampel adalah sebagai berikut

a Tikus jantan dewasa galur Wistar

b Umur 2-25 bulan

c Berat badan plusmn200 gram

d Sehat

e MDA ge 5mmollt

4322 Kriteria Drop Out

Adalah sampel yang mati pada waktu penelitian

433 Besar Sampel

Besar sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini dihitung berdasarkan

rumus Poccock (2008)

Angka μ1 (5) dan μ2 (12) didapatkan dari penelitian sebelumnya (Ji 1998)

n=

46

= asymp 7

Keterangan

n = jumlah sampel

σ = standar deviasi kelompok perlakuan dengan pemberian

glutation (15)

f ( ) = besarnya didapat dari tabel (Poccock 2008)

μ1 = rerata hasil MDA pada kelompok perlakuan sesudah

pemberian glutatioacuten (5)

μ2 = rerata hasil MDA pada kelompok pre test (12)

Jadi jumlah sampel (n) = 675 dan ditambah 3 ekor tikus untuk masing-

masing kelompok sebagai cadangan Jadi total 20 ekor tikus dengan 10

ekor tikus untuk masing-masing kelompok

434 Teknik Pengambilan Sampel

Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat

sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi diambil secara acak

sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi

2 kelompok yaitu kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+placebo kelompok

dengan pelatihan fisik berlebih + glutation

47

44 Variabel Penelitian

441 Klasifikasi Variabel

Variabel penelitian dibedakan menjadi

1 Variabel Bebas dosis pemberian glutation

2 Variabel Tergantung kadar MDA

3 Variabel Terkendali varian tikus jantan (galur wistar) jenis

kelamin umur berat badan lingkungan

(pencahayaan suhu kelembaban nutrisi

kandang)

Gambar 42 Bagan Hubungan Antar Variabel

VARIABEL BEBAS

- Pelatihan fisik berlebih

- Glutation 37mg kgBBhari

VARIABEL TERGANTUNG

KADAR MDA

VARIABEL TERKENDALI

Varian tikus

Jenis kelamin umur berat badan

Pencahayaan suhu kelembaban nutrisi kandang

Makanan minuman

48

442 Definisi Operasional Variabel

1 Pelatihan fisik berlebih pada tikus adalah pelatihan yang berlebihan

yang diukur berdasarkan kemampuan maksimal berenang tikus pada

ember berdiameter 35 cm dengan kedalaman air 20 cm yang

dilakukan 60 menithari selama 35 hari pada waktu yang sama pada

suhu 32 derajat (Binekada 2002 dan Pepe2011)

2 Glutation yang diberikan adalah Glutation Teofarma injeksi sediaan

600mg 4 ml Dosis pemberian Glutation adalah pemberian sediaan

antioksidan Glutation dalam bentuk suntikan intraperitoneal yang

diberikan 1x sehari dan diberikan 6 jam sebelum pelatihan fisik

berlebih Dosis pemberian Glutation mengacu pada penelitian yang

dilakukan sebelumnya oleh Ji L L yaitu 37mgkgBBhari yang

dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril secara intraperitonial

3 MDA merupakan salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada

membran sel dan merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan

oleh radikal bebas Pengukuran kadar MDA menggunakan metode

Thiobarbituraic Acid Reactive Substances (TBARS) Pembacaan hasil

dengan menggunakan spektrofotometer Satuan MDA dalam mmoll

4 Cahaya suhu dan kelembaban merupakan kondisi lingkungan yang

dialami tikus jantan dewasa Pada penelitian ini kondisi lingkungan

selama percobaan dibuat sama

5 Berat badan tikus adalah berat badan yang ditimbang dengan

timbangan gram

49

6 Umur tikus adalah umur yang ditentukan dengan melihat tanggal

kelahiran yang dicatat pada kandang percobaan

7 Kondisi peneliti yang meliputi kesehatan fisik dan psikis peneliti

Penelitian dilaksanakan saat kondisi peneliti dalam keadaan baik

sehingga pengaruhnya terhadap hasil penelitian dapat diabaikan

45 Bahan dan Alat Penelitian

451 Bahan Penelitian

Glutation injeksi

Tikus jantan

Makanan tikus berupa pellet dan air minum dari air ledeng

Aquades steril

EDTA (Ethylenediamine tetraacetic acid)

Reagensia untuk pengukuran kadar MDA

452 Alat Penelitian

Alat yang dipakai dalam pengambilan data penelitian ini adalah

- Kandang tikus terbuat dari besi yang di dalamnya terdapat sekam dan

botol minuman

- Ember berdiameter 35 cm dan kedalaman air 20 cm

- Stopwatch

- Timbangan

- Spuit injeksi 1 ml

50

- Sarung tangan

- Kapas dan alkohol 70

- Tabung Evendorf

- Mikropipet

- Pipet kapiler

- Sentrifugasi

46 Prosedur Penelitian

1 Tikus jantan dewasa (Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan

berat badan plusmn200gram dilakukan aklimatisasi selama 2 minggu di

tempat penelitian untuk penyesuaian dengan lingkungan

2 Semua sampel tikus diberi perlakuan yang sama yaitu diberikan

pelatihan fisik berlebih dengan cara berenang sampai kelelahan pada

hari ke 7 kedua kelompok tersebut dilakukan pemeriksaan MDA

3 Mulai hari ke 8 ndash 35 sampel tikus yang berjumlah 20 ekor dibagi atas 2

kelompok di mana kelompok 1(kontrol) diberikan pelatihan fisik

berlebih + injeksi aquabidest intraperitoneal enam jam sebelum

perlakuan aktifitas berlebih kelompok ke 2 (perlakuan) diberikan

pelatihan fisik berlebih + injeksi intraperitoneal glutation 37

mgkgBBhari yang sudah dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril

4 Pada hari ke 35 dilakukan pemeriksaan kadar MDA pada masing-

masing tikus setelah bulu tikus kering

51

5 Selama penelitian hewan coba diberikan makanan dan minuman secara

teratur kebersihan dan kenyamanan kandang dijaga

461 Alur Penelitian

TIKUS ADAPTASI 2 MINGGU

PELATIHAN FISIK BERLEBIH 1 MINGGU

MDA

KELOMPOK 1 KELOMPOK 2

PELATIHAN FISIK BERLEBIH PELATIHAN FISIK BERLEBIH

+ AQUABIDEST (28 hari) +GLUTATION 37mgkgBBhari

28 HARI 28 HARI

MDA

Gambar 43 Bagan Alur Penelitian

462 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium

Pemantauan keselamatan tikus jantan (galur Wistar) di laboratorium

(Smith et al1988 Ngatidjan 2006) adalah sebagai berikut

1 Kandang tikus jantan harus cukup kuat tidak mudah rusak teratur dibersihkan

(1x seminggu) mudah dipasang kembali hewan tidak mudah lepas tahan

52

gigitan hewan kelihatan jelas dari luar Alas tempat tidur terbuat dari serbuk

gergaji atau sekam padi agar mudah menyerap air

2 Luas lantai yang memadai untuk tikus jantan dengan berat badan plusmn200 gram

adalah 60cm persegi dan tinggi 20 cm

3 Diciptakan suasana lingkungan yang stabil dan sesuai keperluan fisiologi tikus

jantan di mana kelembaban suhu pertukaran udara yang ekstrim harus

dihindari

4 Hewan coba hendaknya diperlakukan dengan kasih sayang

47 Pengolahan dan Analisis Data

Analisis data yang digunakan adalah

1 Analisis Deskriptif

2 Uji normalitas data dilakukan dengan tes Shapiro-Wilk Distribusi data

normal dengan nilai pgt005

3 Uji homogenitas dilakukan dengan Lavenersquos Test Data dinyatakan

homogen dengan nilai pgt005

4 Karena data berdistribusi normal dan homogen maka untuk uji

komparabilitas dipakai

- Uji t independent untuk membandingkan rerata kadar MDA antar

kelompok

- Uji Paired T- Test untuk membandingkan rerata kadar MDA pre

dan post masing-masing kelompok

- Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau

dinyatakan berbeda bila plt005

53

BAB V

HASIL PENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 20 ekor tikus jantan dewasa

(Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan berat badan plusmn200 gram sebagai

sampelyang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah 10 ekor

yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dankelompok

perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) Dalam penyajian hasil ini diuraikan

uji normalitas data uji homogenitas data uji komparabilitas dan uji efek

perlakuan

51 Uji Normalitas Data

Data Kadar MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan

pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji

Shapiro-Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005)

disajikan pada Tabel 51

53

54

Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing Kelompok Sebelum

dan Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Perlakuan n p Keterangan

Kadar MDA kontrol pre

Kadar MDA perlakuan pre

Kadar MDA kontrol post

Kadar MDA perlakuan post

10

10

10

10

0965

0550

0975

0697

Normal

Normal

Normal

Normal

52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok

Data Kadar MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun

sesudah perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test

Hasilnya menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52

Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA Sebelum dan

Sesudah Perlakuan

Variabel F p Keterangan

Kadar MDA pre

Kadar MDA post

0016

0592

0901

0452

Homogen

Homogen

53 Kadar MDA

531 Uji komparabilitas

Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata kadar MDA

antar kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan

55

glutation Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada

Tabel 53 berikut

Tabel 53

Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata

Kadar MDA

SB T P

Aktivitas berlebih dan

placebo

Aktivitas berlebihdan

glutathion

10

10

518

529

028

029

089 0386

Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok

kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 518028mmoll dan rerata

kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 529029mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 089 dan nilai

p = 0386 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan

berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya tidak berbeda secara

bermakna (p gt 005)

532 Analisis efek perlakuan

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kadar MDA antar

kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation

56

Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54

berikut

Tabel 54 Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata

Kadar MDA

SB T P

Aktivitas berlebih dan

placebo

Aktivitas berlebihdan

glutathion

10

10

778

444

023

017

3672 0001

Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok

kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata

kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 444017mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 3672 dan nilai

p = 0001 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan

berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya berbeda secara

bermakna (p lt 005)

57

Gambar 51 Perbedaan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

533 Analisis Komparasi Sebelum dengan Sesudah Perlakuan

Analisis komparasi diuji berdasarkan rerata kadar MDA antara sebelum

dengan sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation Hasil

analisis kemaknaan dengan uji t-paired disajikan pada Tabel 55 berikut

Tabel 55 Analisis KomparasiKadar MDA antara Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Kelompok Beda Rerata

pre ndash post p Keterangan

Aktivitas berlebih dan placebo

Aktivitas berlebih dan

glutathion

260

085

0001

0001

Meningkat

Menurun

58

Berdasarkan uji t-paired didapatkan bahwa ada penurunan kadar MDA

pada kelompok perlakuan secara bermakna sebesar 085mmoll sedangkan pada

kelompok kontrol mengalami peningkatan secara bermakna sebesar 260mmoll

59

BAB VI

PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian

Untuk menguji efek pemberian glutation terhadap penurunan kadar MDA

maka dilakukan penelitian terhadap 20 ekor tikus jantan dewasa (Galur Wistar)

sebagai sampel yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah

10 ekor yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dan

kelompok perlakuan (pelatihan fisik berlebih dan glutation)

62 Efek Pelatihan Fisik Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA

Hasil penelitian dan analisis data terhadap kadar MDA darah pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji

normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan homogenitas (Levenersquos test) pre-test dan post-

test masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)

Uji perbandingan 1 minggu pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan

injeksi antara kedua kelompok menggunakan uji t-independent Rerata kadar

MDA kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) adalah

518028mmoll dan rerata kelompok pelatihan fisik berlebih dan glutation

adalah 529029mmoll Analisis kemaknaan dengan uji t-independent

menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna kadar MDA darah antara

kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa

kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan injeksi rerata kadar MDAnya tidak

59

60

berbeda secara bermakna

Uji perbandingan setelah pemberian placebo dan glutation antara kedua

kelompok menggunakan t-independent Rerata kadar MDA kelompok kontrol

(aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata kelompok

perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) adalah 444017mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent antara kedua kelompok sesudah diberikan

placebo dan glutation menunjukkan perbedaan kadar MDA secara bermakna

(plt005) Hal ini berarti bahwa kelompok yang diberikan perlakuan berupa

placebo dan glutation 6 jam sebelum diberikan pelatihan fisik berlebih dengan

cara merenangkan selama 60 menit hari selama 35 hari rerata kadar MDA

berbeda secara bermakna Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh

untuk melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam

organ dan pembuluh darah (Giriwijoyo 2004)

Peningkatan kadar MDA sesudah diberikan pelatihan fisik berlebih pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan disebabkan karena pelatihan fisik

berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena terjadi peningkatan konsumsi

oksigen oleh aktifitas otot skeletal Stress oksidatif memicu peningkatan senyawa

oksigen reaktif Pada pelatihan fisik berlebih juga terjadi Reperfusion Injury yang

memicu terjadinya kerusakan jaringan dan peningkatan radikal bebas (Adiputra

2008) Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara menarik elektronnya

sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan sampai kematian sel

(Suryohudoyo 2000)

Pada penelitian ini didapatkan bahwa sesudah diberikan pelatihan fisik

61

berlebih dan placebo terjadi peningkatan kadar MDA sebesar 5024 Kadar

MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel (Winarsi

2007) Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pepe

(2011) bahwa pelatihan fisik berlebih meningkatkan kadar MDA Lebih lanjut

Murray et al (2000) juga menyatakan bahwa pelatihan fisik berlebih merangsang

respon biomarker stres oksidatif Sedangkan pada kelompok perlakuan yang

diberikan aktifitas berlebih dan glutation terjadi penurunan kadar MDA sebesar

1607 Terjadinya penurunan kadar MDA pada kelompok yang diberikan

glutation 6 jam sebelum melakukan pelatihan fisik berlebih disebabkan karena

pemberian antioksidan meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan

cara mendonorkan elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa

oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsi 2007) Glutation merupakan antioksidan

endogen yaitu antioksidan yang dapat disintesa dalam tubuh dari asam amino L-

sistein L-glutamat dan glisin (Cadenas 2002) yang juga sebagai master

antioksidan yaitu antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain

Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan

Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik (Hersh 2004) Glutation

merupakan salah satu antioksidan yang tidak dapat menjadi pro oksidan (Cadenas

2002) Normalnya sekali suatu antioksidan memakan radikal bebas antioksidan

ini menjadi teroksidasi sendiri dan menyerang sel yang sehat yang disebut

sebagai pro oksidan Glutation dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang

teroksidasi tersebut menjadi bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali

dalam memakan radikal bebas (Sellman 2009) Sehingga dengan demikian

62

glutation dapat membantu dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Urso

(2003) bahwa suplementasi antioksidan dapat mengatasi kondisi stress oksidatif

yang terjadi pelatihan fisik berlebih

Uji perbandingan antara data MDA pre dan post masing-masing kelompok

digunakan uji t-paired test Berdasarkan uji ini didapatkan hasil pada kelompok

perlakuan terjadi penurunan kadar MDA secara bermakna sebesar 085 mmollt

sedangkan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan kadar MDA secara

bermakna sebesar 260mmollt Terjadi penurunan kadar MDA pada kelompok

perlakuan menunjukkan pemberian antioksidan Glutation intraperitoneal dosis

37mgkgBBhari dapat mengatasi kondisi stress oksidatif yang terjadi pada

pelatihan fisik berlebih Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh

Urso (2003)

63

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

71 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan sebagai

berikut Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA

tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

72 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah

1 Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja glutation

yang lebih detail

2 Memperhatikan takaran latihan supaya tidak berlebihan yang justru akan

meningkatkan kerusakan sel

3 Perlu dilakukan uji klinis pada manusia

63

64

DAFTAR PUSTAKA

Adiputra N 2008Kesehatan Olah Raga Available from httpwwwbalihesgorgindexphpoption=com Accessed 2011 Oct 5th

Anonim 2011 Glutathione Available at

httpenwikipediaorgwikiGlutathione Accessed 2011 Oct 5th Anonim 2011 Overtraining Available at

httpwwwmarksdailyapplecomovertraining Accessed 2011 Oct5th

Asikin N 2001Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan InKursus Penyegaran dan Pelatihan Radikal bebas dan Antioksidan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta Fakultas Kedokteran UI

Bagiada NA 2001 Proses Penuaan dan Penanggulangannya Denpasar

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hal 22 Banerjee AK Mandal A Chanda D Chahraboti S 2003 Oxidant

Antioxidant and Physical ExerciseAvailable from httpwwwncbinlmnihgovpubmed14619981 accesed 2011 Sept 2nd

Binekada MC 2002 ldquoPelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Konsentrasi dan

Motilitas Spermatozoa Mencitrdquo(tesis) Denpasar Universitas Udayana

Cadenas E Jones PD 2002Bioavailability of Glutathione In Cadenas E

Packer L editorsHandbook of Antioxidants2nd Ed New York Marcel DekkerInc p549-564

Catala A 2006Lipid PeroxidationInt J Biochem Cell Biol 38 1482-1495 Dalle-DonneI Rossi R ColomboR Giustarini D Milzani

A2006Biomarkers of Oxidative Damage in Human Disease Available from httpwwwredorbitcomnewsscience473334biomarkersof oxidative damage in human diseaseindexhtmlaccessed2011 Sept 5th

Fouad T 2007 Free radicals Types Sources and Damaging Reaction

Relations Available from

64

65

wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th

Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th

Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112

Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors

ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their

Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69

Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan

Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th

Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz

R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155

Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester

Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th

Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala

T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200

Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and

Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders

66

Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana

LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia

Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647

Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from

httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit

Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK

Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620

Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji

Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah

Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009

Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan

Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132

Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde

Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521

Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley

Medical Publicationsp 123-141

Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI

Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable

from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer

67

Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole

Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam

Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI

Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam

Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya

Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan

Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47

Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant

Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th

Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan

Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105

68

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965

Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975

Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753

Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

69

Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan

Group Statistics

Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887

Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215

Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260

Perlakuan 10 42500 23348 07383

Independent Samples Test

Levenes Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df

Sig (2-

tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence Interval of the

Difference Lower Upper

Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428

Equal variances not assumed

-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429

Post1

Equal variances assumed 592 452 367

22 18 000 333700 09087 314608 352792

Equal variances not assumed

36722 16855 000 333700 09087 314515 352885

Post2

Equal variances assumed 906 354 264

19 18 000 239500 09066 220454 258546

Equal variances not assumed

26419 16265 000 239500 09066 220307 258693

70

Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis

(Laurence amp Bacharach 1964)

2g mencit 20g tikus 400g marmot

l5Kg kelinci

20Kg kucing

40Kg kera

120Kg anjing

70Kg manusia

20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879

200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560

400 g marmot

008 057 10 225 24 52 102 315

l5Kg kelinci

004 025 044 10 106 24 45 142

20Kg kucing

003 023 042 092 10 22 41 130

40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61

120Kg anjing

0008 006 010 0022 024 052 10 31

70Kg manusia

00026 0018 0031 007 0013 016 032 10

71

Lampiran 4

Foto Penelitian

Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)

72

Lampiran 5

Data Hasil Penelitian

Kelompok Kontrol

Pre test Post test Pre test Post Test

752 647 769 694

779 670 773 664

745 660 803 653

769 643 817 677

783 653

786 684

Kelompok Perlakuan

Pre Test Post test

412 391

436 412

442 425

425 401

453 436

466 442

432 405

456 432

470 453

476 463

Page 14: PEMBERIAN INJEKSI GLUTATION INTRAPERITONEAL

xiii

xiii

53 Kadar MDA 54

531 Uji Komparabilitas 54

532 Analisa Efek Perlakuan 55

533 Analisa Komparasi Sebelum dan Sesudah Perlakuan 57

BAB VI PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian 59

62 Efek Aktifitas Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA 59

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

71 Kesimpulan 63

72 Saran 63

DAFTAR PUSTAKA 64

LAMPIRAN 68

xiv

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 21 Makanan yang mengandung Glutation 39

Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing

Kelompok Sebelum dan Sesudah Perlakuan 54

Tabel 52 Hasil uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA

Sebelum dan Sesudah Perlakuan 54

Tabel 53 Hasil Rerata Kadar MDA antar Kelompok Sebelum

Diberikan Perlakuan 55

Tabel 54 Hasil Rerata Kadar MDA antar Kelompok Sesudah

Diberikan Perlakuan 56

Tabel 55 Analisis Komparasi Kadar MDA antara Sebelum dan

Sesudah Perlakuan helliphelliphelliphellip 57

xv

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 21 Struktur GSH dan GSSG 30

Gambar 22 GSH Redox 31

Gambar 23 Detoksifikasi Lipid Hydoxyperoxides di usus halus 32

Gambar 24 Supply dan Removal Glutation 34

Gambar 31 Kerangka Konsep Kadar MDA pada Tikus yang

diberikan Pelatihan Fisik Berlebih+Placebo dan Pelatihan

Fisik Berlebih+Glutation 41

Gambar 41 Rancangan Penelitian 42

Gambar 42 Bagan Hubungan antar Variabel 47

Gambar 43 Bagan Alur Penelitian 51

Gambar 51 Perubahan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah

Diberikan Perlakuan 57

xvi

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Uji Normalitas Data 68

Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antar Kelompok Kontrol

dan Perlakuan 69

Lampiran 3 Perbandingan Luas Permukaan Tubuh Hewan Percobaan

untuk Konversi Dosis 70

Lampiran 4 Foto Penelitian 71

Foto Glutation (Tationil Teofarma) 71

Lampiran 5 Data Hasil Penelitian 72

xvii

xvii

DAFTAR SINGKATAN

CoQ10 Coenzym Q10

DNA Deoxyribonucleic Acid

GSH Px Glutation Peroksidase

GSH Glutation

GSSG Rx Glutation Reduktase

GSSG Glutation Disulfide

MDA Malondialdehyde

NADH Nicotinamide Adenine Dinucleotide

NADPH Nicotinamide Adenine Dinucleotide Phosphate

O2 Oksigen

RNA Ribonucleic Acid

ROS Reactive Oxygen Species

SOD Super Oxide Dismutase

TBARS Thiobarbituric Acid Reactive Substances

1

BAB I

PENDAHULUAN

11 LATAR BELAKANG

Proses penuaan menurut Kedokteran Anti Penuaan dapat diperlakukan

seperti suatu penyakit dalam arti proses ini dapat diatasi dapat dirsquoreversersquo atau

dirsquokembalikanrsquo menjadi kondisi seperti saat muda Penyakit yang muncul seiring

dengan bertambahnya usia seperti hipertensi diabetes mellitus osteoartritis dan

lain-lain membuat kualitas hidup menurun pada usia lanjut Ilmu Kedokteran

Anti Penuaan memberikan paradigma baru dalam mengatasi proses penuaan Ilmu

ini memberikan solusi untuk mengatasi ketidakmampuan penyakit nyeri

deformitas dan kesedihan di masa tua sehingga kualitas hidup meningkat

Modifikasi gaya hidup dengan cara mengatur pola makan pola tidur pola

olahraga pola hidup manajemen hormon dapat meningkatkan kualitas hidup

Terbentuknya radikal bebas oksigen dalam tubuh sebenarnya merupakan

sesuatu yang fisiologis Oksigen yang kita hirup berperan dalam metabolisme

sebagian kecil (2-5) tereduksi membentuk radikal bebas Radikal bebas oksigen

dikelompokkan dalam senyawa Reactive Oxygen Species (ROS) ROS merupakan

radikal bebas yang berbahaya bagi tubuh (Arief 2010) Bila produksi tersebut

menjadi semakin meningkat dalam kondisi seperti terpapar sinar ultraviolet

polusi merokok konsumsi alkohol dalam jumlah banyak stress menyebabkan

kerusakan pada sel-sel terjadi penuaan

1

2

Teknologi yang berkembang dengan pesatnya memberikan kita banyak

fasilitas kemudahan dalam menjalani hidup kita Akhirnya dalam apapun yang

akan kita perbuat atau lakukan kita selalu dihadapkan pada 2 pilihan mau yang

mudah atau yang sulit Menjamurnya makanan instant fast food yang disebut

juga makanan junk food karena memang tidak kurang kandungan gizi yang kita

perlukan Makanan ini tidak mengandung nilai gizi hanya mementingkan rasa

yang penting enak gurih karena banyak mengandung lemak tinggi karbohidrat

dan cepat saji karena semakin sibuknya manusia Selain itu karena kesibukan

kita menjadi kurang sekali dalam berolahraga selain kesibukan juga sudah lelah

Akibatnya kita menjadi gemuk semakin gemuk semakin malas beraktifitas

semakin mudah lelah yang lama kelamaan menjadi kelelahan kronis depresi

mudah muncul

Gaya hidup manusia yang mempunyai tingkat stress yang tinggi ditambah

kurangnya aktifitas berolahraga meningkatkan resiko timbulnya penyakit jantung

low back pain adult-onset diabetes obesity yang disebut hypokinetic diseases

(Sharkey 2003 ) Meningkatnya insidensi kelebihan berat badan menjadi masalah

kesehatan di seluruh dunia termasuk di Indonesia (Misnadiarly 2007) Kelebihan

berat badan menyebabkan terjadinya penumpukan lemak yang berlebihan dalam

tubuh dan berpotensi memicu banyak penyakit yang mematikan Beberapa

penyakit tersebut dikategorikan sebagai penyakit yang terjadi karena metabolism

yang melambat dan penumpukan lemak sering disebut sebagai Sindroma

Metabolik(hipertensi hiperlipidemia diabetes mellitus) Sebaliknya sebuah gaya

3

hidup yang sehat dan seimbang memainkan peranan yang besar dalam mencegah

banyak penyakit yang berhubungan dengan gaya hidup

Pada sisi lain manusia juga selalu dituntut untuk memiliki tubuh sehat

penampilan yang menarik Masalah muncul pada saat manusia memilih jalan

pintas berolahraga berlebihan (overtraining) diet ketat berlebihan

mengkonsumsi obat-obatan penekan nafsu makan obat-obat pembakar lemak

suplemen secara berlebihan dan tanpa informasi yang benar tanpa pengawasan

dokter dengan tujuan untuk memperoleh tubuh ramping dalam waktu secepatnya

Bukan tubuh sehat yang didapat tetapi malah menjadi sakit yang tidak mustahil

dapat mengarah ke kematian

Tubuh sehat ideal dalam arti tidak mudah sakit mempunyai hidup yang

berkualitas penampilan yang prima dan mempunyai postur tubuh yang

proporsional (Misnadiarly 2007) Gaya hidup yang sehat seimbang adalah kunci

untuk mencapai kesehatan dan bentuk badan yang lebih bagus dan hanya akan

tercapai melalui aktifitas olahraga pengaturan pola makan istirahat yang teratur

dan proporsional

Olahraga yang berlebihan tidak memberikan efek yang baik untuk tubuh

tetapi latihan yang tepat meningkatkan kebugaran aerobik Frekuensi yang lebih

sering durasi yang lebih panjang intensitas yang meningkat meningkatkan

kebugaran fisik Hal yang penting kita harus memperhatikan waktu pemulihan

Apabila tubuh tidak mempunyai cukup waktu untuk pemulihan bukan

meningkatkan kebugaran tetapi malah menimbulkan cedera atau penyakit melalui

supresi sistem kekebalan (Sharkey 2003) Olahraga yang teratur dapat

4

meningkatkan produksi molekul anti oksidan endogen termasuk glutathioneurate

coenzyme Q10 (Cadenas 2002) Dengan meningkatnya kadar antioksidan

endogen maka kadar MDA tubuh akan menurun

Teori Radikal Bebas menjelaskan bahwa radikal bebas merusak sel-sel

tubuh manusia (Goldmanamp Klatz 2003) Pelatihan fisik berlebih menyebabkan

terbentuknya radikal bebas Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara

menarik elektronnya sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan

sampai kematian sel (Suryohudoyo 2000) Pelatihan fisik berlebih menyebabkan

penuaan terjadi lebih cepat

Gaya hidup yang tidak sehat meningkatkan produksi radikal bebas

Beruntung tubuh mempunyai mekanisme pertahanan melawan oksidasi yang

terjadi tersebut Tubuh memproduksi enzim dan molekul khusus yang dapat

menangkap dan melenyapkan radikal bebas (superoksid dismutase katalase

glutation alfa lipoic acid CoQ10) yang disebut juga antioksidan endogen dan

yang berasal dari makanan seperti vitamin C dan E beta karoten polifenol

selenium seng (antioksidan esensial) yang disebut juga antioksidan eksogen

Antioksidan endogen maupun eksogen sangat penting buat tubuh karena

mampu meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan cara menangkap

dan mengeliminirnya Antioksidan eksogen efektif diperlukan untuk mencegah

terjadinya stress oksidatif Antioksidan endogen merupakan mekanisme

pertahanan preventif dengan cara memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal

bebas atau dengan cara menangkapnya (Winarsi 2007)

5

Bila jumlah antioksidan lebih sedikit dibanding jumlah radikal bebas

terjadi gangguan keseimbangan yang disebut redox state (Cadenas 2002) Dalam

kondisi seperti ini semakin banyak molekul normal yang ditarik elektronnya

molekul menjadi tidak stabil molekul ini akan merusak molekul sehat lainnya

sehingga terjadilah penyakit (Winarsi 2007)

Pemberian antioksidan yang cukup dan optimal dapat meningkatkan

kebugaran meningkatkan kemampuan tubuh dalam melakukan pelatihan fisik

menurunkan kadar stress oksidatif dalam tubuh mencegah terjadinya penuaan

dini (Pangkahila 2007) Antioksidan bekerja dengan cara mendonorkan satu

elektronnya ke molekul yang kehilangan elektronnya (radikal bebas) sehingga

membentuk radikal bebas tidak reaktif relatif stabil proses kerusakan sel dapat

dihambat

Ada beberapa macam antioksidan salah satunya adalah Glutation

Glutation merupakan antioksidan endogen yaitu antioksidan yang dapat dibuat

oleh tubuh kita sendiri Glutation juga dikenal sebagai master antioksidan

antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain (Goldman 2003)

Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan

Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik Normalnya sekali suatu

antioksidan memakan radikal bebas antioksidan ini menjadi teroksidasi sendiri

dan menyerang sel yang sehat yang disebut sebagai pro oksidan Glutation

dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang teroksidasi tersebut menjadi

bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali dalam memakan radikal bebas

(Sellman 2009) Sehingga dengan pengertian di atas glutation dapat membantu

6

dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh kita lebih banyak

dibandingkan dengan antioksidan lain

MDA adalah metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas

Kadar MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel

Apabila terdapat antioksidan yang tinggi dalam tubuh maka kadar MDA akan

menurun (Winarsi 2007)

Pelatihan fisik berlebih akan menyebabkan meningkatnya kerusakan

oksidatif Glutation menghambat kerusakan oksidatif Parameter yang digunakan

dalam penelitian ini adalah produk peroksidase lipid yaitu malondialdehid (MDA)

menurut metoda Willis

12 Rumusan Masalah

Apakah pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan

kadar MDA tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

13 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat

menurunkan kadar MDA pada tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

14 Manfaat Penelitian

141 Manfaat Keilmuan

Dapat menambah pengetahuan bahwa olahraga berlebih meningkatkan

MDA pemberian antioksidan Glutation dalam upaya mencegah terjadinya stress

7

oksidatif berkelanjutan yang dapat menjadi salah satu penyebab proses penuaan

penyakit metabolisme dan kemungkinan dapat dipergunakan sebagai dasar untuk

dilakukan penelitian lebih lanjut

142 Manfaat Praktis

Pengetahuan tersebut dapat memberikan manfaat kepada masyarakat luas

untuk lebih bijaksana dalam mengkonsumsi antioksidan dan dalam melakukan

pelatihan fisik

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

21 Penuaan

Penuaan sampai saat ini masih dianggap sebagai sesuatu yang alamiah

terjadi demikian juga penyakit yang muncul pada masa tuaSeseorang yang

berumur 50 tahun dengan penyakit Diabetes Mellitus dipandang sebagai sesuatu

yang umum karena memang sudah tua Sejak tahun 1950 penelitian penyebab

penuaan mulai diteliti faktor-faktor penyebab yang mempengaruhi kualitas hidup

sehingga meskipun usia bertambah tua tetapi tetap berkualitas Beberapa cara

modifikasi gaya hidup terus dilakukan untuk mencapai kualitas hidup yang lebih

baik seperti mengatur pola makan pola tidur pola olahraga pola hidup untuk

mencapai kualitas hidup yang baik di usia lanjutPenelitian memberi kesimpulan

bahwa pemberdayaan diri membudayakan pola hidup sehat dapat meningkatkan

kualitas hidup seseorang (Franklin 2009)

Dewasa ini seiring dengan percepatan perubahan teknologi meningkatnya

persaingan hidup orang berlomba-lomba mengkonsumsi produk dan berbagai

metode yang mengklaim bisa menghambat penuaan atau bersifat Anti Aging Ilmu

Kedokteran Anti Penuaan memberikan paradigma baru dalam menangani proses

penuaan Ilmu Kedokteran Anti Penuaan ini menjanjikan dapat memberikan solusi

untuk mengatasi ketidakmampuan penyakit nyeri deformitas dan kesedihan di

masa tua dengan cara meningkatkan kualitas hidup masa tua (Goldman dan Klatz

8

9

2003) Menurut Pangkahila penuaan bisa dicegah diobati dan bahkan dapat

dikembalikan ke keadaan semula (Pangkahila 2007)

Proses penuaan dapat dijelaskan dalam empat teori utama yang walaupun

tidak dapat menjelaskan dengan lengkap tetapi teori tersebut melengkapi satu

dengan yang lain

211 Teori Wear and Tear

Teori ini diperkenalkan pertama kali oleh Dr August Weisman seorang

ahli biologi dari Jerman pada tahun 1882 Teori ini menyatakan bahwa tubuh dan

sel akan rusak karena penggunaan dan disalahgunakan baik penggunaan secara

alami apalagi penyalahgunaan Kerusakan terjadi dalam sel sampai organ Pada

usia muda kerusakan yang terjadi dapat diatasi dikompensasi karena sistem

perbaikan dan pemeliharan yang masih baik tetapi seiring dengan bertambahnya

umur tubuh mulai kehilangan kemampuan tersebut Teori ini juga meyakini

pemberian suplemen dan merangsang kemampuan tubuh untuk melakukan

perbaikan dan mempertahankan organ tubuh dan sel

212 Teori Radikal Bebas

Teori ini diperkenalkan oleh Dr Denham Harman pada tahun 1956

Radikal Bebas adalah molekul tidak stabil yang sangat reaktif karena mempunyai

elektron tidak berpasangan pada orbit luarnya dapat bereaksi dengan molekul

lain menimbulkan reaksi berantai yang sangat destruktif (Goldman dan Klatz

2003)

10

Radikal Bebas dihasilkan dari pembakaran gula dan lemak yang kita

konsumsi untuk memberikan energi pada tubuh kita Radikal bebas merusak

membran sel kode DNA enzim protein dan akhirnya terjadi kerusakan pada

seluruh organ Kerusakan terjadi mulai dari lahir dan terus berlanjut hingga

meninggal Pada usia muda dampak penggantian sel yang masih berfungsi baik

Seiring dengan usia bertambah akumulasi kerusakan akibat radikal bebas akan

mengganggu metabolisme sel terjadilah mutasi sel yang mengakibatkan

timbulnya kanker dan kematian

Age Spot merupakan salah satu bentuk kerusakan pada membrane sel

yang disebabkan oleh Radikal Bebas Kerusakan membran ini menghasilkan

produk sisa yang dikenal sebagai lipofuscin Jumlah lipofuscin yang tinggi dalam

tubuh memberikan warna gelap pada daerah tertentu yang disebut Age spot

Lipofuscins mengganggu sintesis DNA dan RNA mempengaruhi sintesis protein

(menurunkan energi dan menghambat pembentukan massa otot) merusak enzim

seluler yang diperlukan untuk proses kimia vital dalam tubuh (Goldman dan

Klatz 2003)

Radikal bebas mempengaruhi peroksidasi lipid yang menyebabkan

produksi MDA (malondialdehyde) yang mengikat protein dan menyebabkan

gangguan fungsi biologik protein tersebut Radikal Bebas berkaitan dengan

penyakit usia lanjut seperti aterosklerosis Parkinson penyakit Alzheimer dan

gangguan fungsi kekebalan tubuh (Pangkahila 2007)

11

213 Teori Kontrol Genetika

Teori terfokus pada kode genetik yang ada dalam DNA meskipun seluruh

aspek diwariskan dalam gen tiap individu waktu jam biologis tergantung pada

pola hidup penuaan masing-masing individu Tiap individu memiliki jam biologis

yang telah diatur waktunya Berhentinya jam biologis menandakan proses

penuaan dan meninggal (Goldman dan Klatz 2003)

Ilmu Kedokteran Anti Penuaan melakukan upaya mencegah dan

memperbaiki kerusakan yang terjadiTerapi Gen diharapkan dapat memberikan

solusi dalam menghadapi takdir genetika terhadap beberapa penyakit keturunan

214 Teori Neuroendokrin

Teori yang menyangkut peranan berbagai hormon bagi fungsi organ tubuh

diperkenalkan oleh Vladimir DilmanPhD

Hormon mengatur dan memperbaiki fungsi tubuh Pada usia muda

berbagai hormone masih berfungsi baik dalam mengendalikan berbagai fungsi

organ tubuh Ketika manusia menjadi tua produksi hormon menurun fungsi

tubuh menjadi terganggu Contoh Growth Hormone yang membantu

pembentukan massa otot testosteron dan hormone tiroid akan menurun tajam

pada usia tua Ditandai dengan rasio lemak dan otot yang meningkat Terapi sulih

hormone dapat membantu masalah tersebut dan mengembalikan fungsi hormone

tubuh sehingga memperlambat proses penuaan

12

22 Radikal Bebas

221 Definisi Radikal Bebas

Radikal bebas adalah molekul (kumpulan atom) yang memiliki elektron

yang tidak berpasangan Oksidan adalah senyawa penerima elektron yaitu

senyawa yang dapat menarik elektron Kedua jenis senyawa ini memiliki aktifitas

yang sama dan memberikan akibat yang hampir sama tetapi dengan proses yang

berbeda (Winarsi 2007) Radikal Bebas digolongkan dalam oksidan namun tidak

setiap oksidan adalah radikal bebas (Suryohudoyo 2000)

Sumber oksidan berasal dari

Tubuh sendiri yaitu berasal dari proses fisiologis namun oleh suatu sebab

jumlahnya menjadi banyak

Proses peradangan

Luar tubuh seperti polutan obat-obatan

Radikal bebas lebih berbahaya dibanding senyawa oksidan non radikal

222 Tahapan Terbentuknya Radikal Bebas dan Sifatnya

Tahapan terbentuknya radikal bebas terjadi melalui sederetan mekanisme

reaksi

1 Tahap Inisiasi yaitu tahap yang menyebabkan terbentuknya radikal bebas

Cu

RH + O2 R + H2O

2 Tahap Propagasi yaitu tahap dimana radikal bebas cenderung bertambah

banyak dengan membuat reaksi rantai dengan molekul lipid lain

13

R + O2 RO2

RO2 + RH R + ROOH

3 Tahap Terminasi yaitu apabila terjadi reaksi antara radikal bebas dengan

radikal bebas lain atau antara radikal bebas dengan suatu senyawa pembasmi

radikal bebas (scavenger)

R1 + R2 R 1 R 2

Reduksi oksigen memerlukan pengalihan empat electron (electrotransfer)

Pengalihan ini tidak dapat sekaligus tetapi dalam empat tahapan yang setiap

tahapan hanya melibatkan pengalihan satu elektron Kendala yang mengharuskan

oksigen hanya dapat menerima satu elektron setiap tahap menyebabkan

terjadinya dua hal yaitu kurang reaktifnya oksigen dan terbentuknya senyawa-

senyawa oksigen reaktif seperti O2 (radikal superoksida) H2O2 (hydrogen

peroksida) OOH (radikal peroksil) dan OH (radikal hidroksil)

Radikal Bebas memiliki 2 sifat yaitu

1 Reaktifitas tinggi karena cenderung menarik elektron

2 Mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal

Elektron dari Radikal Bebas berikatan dengan senyawa yang berikatan

kovalen seperti lipid protein dan DNA akan sangat berbahaya karena ikatan

digunakan bersama-sama pada orbit luarnya Dibanding senyawa oksigen reaktif

radikal hidroksil merupakan senyawa yang paling berbahaya karena reaktifitasnya

yang sangat tinggi

Radikal hidroksil dapat merusak 3 jenis senyawa penting yang berfungsi

untuk mempetahankan integritas sel yaitu

14

1 Asam lemak tak jenuh yang merupakan komponen penting fosfolipid

penyusun membran

2 DNA pembawa genetik sel

3 Protein memegang berbagai peran penting seperti enzim reseptor antibodi

sitoskeleton

Dari ketiga senyawa tersebut yang paling rentan adalah senyawa asam

lemak tak jenuh ganda pada membran sel yang mengakibatkan rapuhnya dinding

sel Senyawa oksigen reaktif ini juga merusak dinding bagian dalam pembuluh

darah sehingga mengakibatkan pengendapan koleserol dan menyebabkan

aterosklerosis Apabila senyawa oksigen reaktif ini merusak basa DNA akan

terjadi kekacauan sistem info genetika berlanjut pada pembentukan sel kanker

Jaringan lipid yang rusak memicu munculnya penyakit degeneratif

Fosfolipid glikolipid dan kolesterol merupakan komponen terpenting

membran sel Komponen fosfolipid dan glikolipid mengandung asam lemak tak

jenuh (asam linoleat linolenat arakidonat) sangat rawan terhadap serangan

radikal hidroksil yang dapat menimbulkan reaksi rantai yang dikenal sebagai

Lipid peroxidation

Peroksidase lipid

LH + OH --- H + H2O

Asam lemak Radikal Bebas

L + O2 -- LOO

Radikal peroksilipid

LOO + LH --- L + L OOH dan seterusnya

15

Hasil akhir dari proses ini adalah terputusnya rantai asam lemak menjadi

berbagai senyawa yang bersifat toksik terhadap sel antara lain berbagai macam

aldehid seperti Malondealdehyde (MDA)

223 Peranan Radikal Bebas dalam proses penuaan

Pada usia muda keseimbangan antara radikal bebas dan pertahanan

antioksidan berfungsi dengan baik seiring dengan pertambahan usia

keseimbangan terganggu karena cadangan antioksidan berkurang dan radikal

bebas berlebih (Saxena dan Lan 2006)

Akibat ketidakseimbangan ini terjadi kerusakan oksidatif (Arief 2010)

Kerusakan ini disebabkan oleh radikal bebas dan merusak 3 komponen utama

yang mempertahankan integritas sel seperti fosfolipid (penyusun membrane sel)

DNA (perangkat genetik) protein (enzim reseptor antibodi) (Fouad 2007)

Ketidakseimbangan antara antioksidan dan senyawa oksigen reaktif

menghasilkan stress oksidatif penyebab kanker penuaan aterosklerosis cedera

iskemik peradangan dan penyakit degeneratif (Parkinson Alzheimer)

(Pangkahila 2007)

23 Stress Oksidatif

231 Keadaan yang menyebabkan stress oksidatif

Pada saat jumlah antioksidan tubuh kurang dari yang diperlukan untuk

meredam efek buruk dari radikal bebas keadaan ini disebut Stress oksidatif Bila

terjadi dalam waktu yang lama akan terjadi penumpukan hasil kerusakan

16

oksidatif di dalam sel dan jaringan yang mengakibatkan hilangnya fungsi sel

jaringan dan akhirnya mati Hal ini merupakan penyebab utama proses penuaan

(Bagiada 2001)

Keadaan yang menyebabkan Stress Oksidatif ini salah satunya adalah

pelatihan fisik berat atau berlebih (Hersh 2004) Stress oksidatif dapat

dikendalikan antara lain dengan membiasakan untuk menerapkan pola hidup sehat

dan mengkonsumsi antioksidan diharapkan akan memacu kerja antioksidan

dalam tubuh

MDA merupakan hasil dari proses peroksidasi lipid meningkatnya MDA

menunjukkan adanya suatu kondisi Stress Oksidatif menurunnya MDA

menunjukkan adanya perbaikan dari kondisi Stress tersebut sehingga MDA dapat

dipakai sebagai biomarker Stress oksidatif

24 Pelatihan Fisik

241 Olahraga

Pelatihan fisik atau olahraga merupakan satu kegiatan yang penting bagi

kehidupan manusia Olahraga merupakan alternatif kegiatan yang dapat

meningkatkan derajat kebugaran fisik seseorang apabila dilakukan dengan dosis

takaran yang benar Menurut Sharkey olahraga dapat meningkatkan pengeluaran

energi dan tingkat pengeluaran tersebut berkaitan dengan intensitas dan durasi

aktifitas yang dilakukan (Sharkey 2003) Latihan fisik atau olahraga yang

memperhatikan frekuensi intensitas tipe dan waktu mendukung dalam

mendapatkan hasil yang maksimal dan menurunkan resiko cedera Latihan fisik

17

yang benar memberikan dampak perbaikan pada sistem fungsional paru dan

jantung sehingga terjadi hipertropi otot jantung penurunan detak jantung

istirahat peningkatan stroke volume peningkatan volume darah dan hemoglobin

menambah jumlah pembuluh darah kapiler serta berfungsi dalam proses

pembakaran energi (Fox 1998) Frekuensi latihan yang dianjurkan adalah 3-4x

seminggu dengan intensitas 72-87 dari denyut jantung maksimal (220-umur)

dengan variasi 10 denyut per menitTipe latihan yang dianjurkan adalah

pemanasan 15 menit kombinasi latihan aerobik dan latihan otot dalam waktu 30-

60 menit diakhiri pendinginan 10 menit (Pangkahila 2009)

Sumber energi yang dibutuhkan untuk pelatihan fisik aerobik yang

dominan didapat dari pembakaran simpanan karbohidrat lemak dan sebagian

kecil (5) dari pemecahan simpanan protein yang terdapat di dalam tubuh untuk

menghasilkan ATP (adenosine triphospate) ATP yang terdapat dalam jaringan

otot terbatas kebutuhan ATP dipertahankan oleh creatinin phosphate (CP) dan

glikogen yang tersimpan dalam otot (Hernawati 2009) Terdapat 3 jalur untuk

memberikan ATP tambahan sesuai yang dibutuhkan selama kontraksi otot

meliputi 1 Pemindahan fosfat berenergi tinggi dari kreatinin fosfat ke ADP 2)

Fosforilasi oksidatif (siklus asam sitrat dari sistem transportasi elektron) 3)

glikolisis (Sherwood 2001) Sedangkan pada aktifitas yang bersifat anaerobik

energi diperoleh dari hidrolisis phosphocreatine serta melalui glikolisis glukosa

secara anaerobik Proses ini dapat terjadi tanpa adanya oksigen (O2) Metabolisme

anaerobik ini menghasilkan asam laktat yang apabila terakumulasi dapat

menyebabkan rasa nyeri pada otot menimbulkan stress fisik Hal ini

18

menyebabkan latihan aerobik terasa lebih menyenangkan (Hernawati 2009)

Metabolisme aerobik jauh lebih efisien daripada anaerobik karena menghasilkan

38 molekul ATP per molekul glukosa versus hanya 2 molekul melalui jalur

anaerob

Pelatihan fisik atau olahraga yang teratur selain memberikan manfaat

perbaikan pada mental fisik dan fisiologis juga mempengaruhi hormon tubuh

kita antara lain (Sharkey2003)

1 Growth Hormone

Stimulasi sintesis protein (muscle tone development) dan kekuatan tulang

tendon ligament dan tulang rawan Penurunan penggunaan glukosa dan

peningkatan penggunaan lemak sebagai bahan bakar selama olahraga

Membantu mengurangi lemak tubuh dan mempertahankan glukosa darah pada

level normal sehingga membantu melakukan olahraga selama periode waktu

yang lebih lama Dilepaskannya Growth Hormone oleh kelenjar pituitari di

otak meningkat dengan meningkatnya waktu latihan aerobik

2 Endorphins

Opioid endogen dari kelenjar pituitary yang memblok rasa sakit menurunkan

nafsu makan membuat perasaan senang mengurangi tekanan dan kecemasan

Pada saat olahraga endorfin dalam darah meningkat sampai lima kali selama

aktifitas olahraga lebih dari 30 menit Endorfin membuat kita dapat melakukan

aktifitas latihan menjadi lebih tahan lama

19

3 Testosteron

Hormon yang penting untuk wanita dan pria dalam mempertahankan tonus

volume kekuatan otot meningkatkan angka rata metabolisme basal

menurunkan lemak tubuh dan merasa lebih percaya diri Diproduksi oleh

ovarium pada wanita dan testis pada laki-laki Testosteron pada wanita hanya

sepersepuluh kadar testosteron pada laki-laki Pada wanita testosteron

berperan pada pengaturan libido dan orgasme Produksi pada wanita menurun

saat menjelang menopause sedangkan pada pria pada usia memasuki usia 40

tahun Kadar testosteron darah mulai meningkat setelah 20 menit olahraga

baik pada wanita maupun pria dan tetap tinggi sampai 1-3 jam setelah

olahraga

4 Estrogen

Estrogen secara biologis aktif adalah 17 beta estradiol meningkatkan

pemecahan lemak dari lemak tubuh sehingga dapat digunakan sebagai sumber

tenaga meningkatkan rata-rata metabolisme basal meningkatkan mood

meningkatkan libido Hormon ini disekresi oleh ovarium meningkat saat

olahraga dan tetap meningkat sampai 1-4 jam setelah olahraga

5 Thyroxine (T4)

Hormon yang diproduksi oleh kelenjar tiroid meningkatkan metabolisme

hampir semua sel dalam tubuh Peningkatan metabolisme ini membantu kita

merasa lebih energik dan juga menyimpan kalori penting untuk penurunan

berat badan Kadar tiroksin dalam darah meningkat sekitar 30 selama

20

olahraga dan tetap meningkat sampai beberapa jam sesudahnya Olahraga

yang teratur juga meningkatkan level tiroksin saat istirahat

6 Epinephrine

Hormon yang diproduksi oleh medulla adrenal yang meningkatkan jumlah

darah yang dipompa oleh jantung dan mengarahkan aliran darah ke tempat

yang diharapkan Stimulasi pemecahan glikogen (karbohidrat yang disimpan)

dalam otot yang aktif dan hati untuk digunakan sebagai sumber tenaga

Menstimulasi pemecahan lemak (lemak yang disimpan dalam otot yang aktif)

dan digunakan sebagai sumber tenaga Sejumlah epinefrin yang dilepaskan

berhubungan dengan intensitas dan durasi latihan

7 Insulin adrenalin

Hormon yang penting dalam mengatur gula darah dan asam lemak (lemak)

dan asam amino (protein) dalam sel Sekresi insulin oleh pancreas meningkat

sehubungan dengan respon meningkatnya kadar gula darah dan protein yang

biasa terjadi setelah makan Semakin banyak gula sederhana yang dikonsumsi

semakin tinggi respon insulin Meningkatnya insulin menyebabkan produksi

lemak sehingga insulin sering disebut sebagai hormon lemak atau fat

hormone Pada orang dengan berat badan berlebih terjadi resistensi insulin

sehingga diperlukan insulin dalan jumlah yang lebih besar untuk didapatkan

efek yang sama sehingga didapatkan kadar insulin darah yang lebih tinggi dan

latihan aerobik setiap hari Kadar insulin darah mulai menurun 10 menit saat

olahraga dan terus menurun sekitar 70 menit olahraga Olahraga yang teratur

juga meningkatkan sensitivitas sel terhadap insulin dalam keadaan istirahat

21

8 Glucagon

Hormon yang diproduksi oleh pankreas tugasnya meningkatkan kadar gula

darah Saat gula darah rendah glukagon disekresi dan menyebabkan simpanan

karbohidrat di dalam hati dilepaskan ke aliran darah untuk meningkatkan

kadar gula mencapai kadar normal Glukagon juga menyebabkan

dipecahkannya lemak sehingga dapat digunakan sebagai bahan bakar atau

sumber tenaga Glukagon mulai disekresi pada 30 menit awal olahraga ketika

gula darah mulai menurun

242 Pelatihan Fisik Berlebih

Pelatihan fisik berlebih menimbulkan gangguan pada sistem endokrin

terjadi peningkatan kadar kortisol dan penurunan kadar testosteron (Maffetone

2007) peningkatan ACTH penurunan LH plasma

Sindrom pelatihan fisik berlebih dalam jangka panjang mengakibatkan

terjadinya inflamasi infeksi yang lebih lanjut dapat mempengaruhi kesehatan

secara umum Aktifitas berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena

terjadi peningkatan konsumsi O2 oleh aktifitas otot skeletal Meskipun oksigen

dibutuhkan oksigen juga bersifat toksik yang dapat memicu peningkatan ROS

Pada organ yang tidak mendapat oksigen dan nutrisi yang cukup akan

menimbulkan keadaan iskemik dan kerusakan mikrovaskular Keadaan ini disebut

sebagai Reperfusion Injury yang memicu terjadinya kerusakan jaringan dan

peningkatan Radikal Bebas

22

Pelatihan fisik berlebih meningkatkan terbentuknya Radikal Bebas

(Adiputra 2008) Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh untuk

melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam organ dan

pembuluh darah (Giriwijoyo 2004) Apabila berlebih menyebabkan kerusakan

sel dengan 3 cara (Kumar et al2005 Ebenhardt 2001)

1 Kerusakan DNA mengakibatkan mutasi DNA bahkan kematian sel

2 Peroksidasi lipid membrane sel dan sitosol menyebabkan terjadinya proses

reduksi asam lemak sehingga mengakibatkan kerusakan membran dan organel

sel

3 Modifikasi protein teroksidasi oleh karena cross linking protein

Bila radikal bebas bertemu dengan asam lemak tak jenuh ganda daalam

membrane sel terjadi reaksi peroksidasi lipid membran sel menyebabkan

peningkatan fluiditas membran gangguan integritas membran dan inaktivasi

ikatan membran dengan enzim dan reseptor Tahap akhir dibebaskan aldehyde

seperti malondealdehyde pentane etana conjugated diane yang bersifat merusak

tubuh (Murray et al2000)

Pelatihan fisik berlebih menyebabkan terjadinya peningkatan lekosit atau

lekositosis peningkatan isoprostan dalam urin protein carbonil (73) catalase

(96) glutation peroksidase serta glutation teroksidasi (25) Dapat

disimpulkan pelatihan fisik berlebih merangsang respon biomarker stres oksidatif

(Murray et al 2000) Proses penuaan mengakibatkan penurunan sistem imun

sehingga meningkatkan resiko infeksi Menurut teori aktifitas sedang dapat

menangkal efek proses penuaan yang diakibatkan penurunan sistem imun Studi

23

yang dilakukan Shepard dan Shek menunjukkan bahwa aktifitas sedang dapat

ditoleransi dengan baik oleh individu lanjut usia dan menunjukkan penurunan

stimulasi proliferasi limfosit

Gejala ndash gejala yang dirasakan apabila melakukan pelatihan fisik berlebih

(overtraining) (Maffetone 2007)

1 Sering mengalami kegagalan dalam melakukan latihan yang biasanya kita

lakukan Kondisi fisik menjadi semakin lemah dan semakin lambat terjadi

kemunduran

2 Kehilangan otot dan terjadi penimbunan lemak Latihan fisik berlebih

meyebabkan rasio testosteron kortisol yang seharusnya positif yang berarti

lebih banyak otot dan lebih sedikit lemak menjadi negatif yang berarti cortisol

lebih tinggi dibanding testosteron yang berarti terjadi peningkatan resistensi

insulin dan penimbunan lemak

3 Merasa lemas mudah tersinggung sulit tidur

4 Persendian tulang dan anggota tubuh terasa sakit

Terjadinya DOMS (delayed onset muscle soreness) menunjukkan teknik

latihan yang salah atau postur saat latihan yang tidak tepat DOMS merupakan

respon alami yang akan hilang dalam waktu sehari atau 2 hari tetapi apabila

nyeri berkepanjangan menunjukkan adanya overtraining

5 Sering tiba-tiba jatuh sakit

Latihan fisik berlebih menurunkan sistem imun tubuh kita sehingga menjadi

lebih mudah sakit

24

Latihan fisik berat jangka panjang berkaitan dengan cedera serat

ototKerusakan yang terjadi berhubungan dengan intensitas durasi dan tipe

latihan Ketika cell death terbentuk jaringan nekrotik dibuang oleh sel fagosit

sel satelit teraktivasi menuju ke area yang cedera menjadi myoblast dan

selanjutnya menjadi serat otot Enzim otot yang dilepaskan tidak sepenuhnya

merefleksikan kerusakan struktural yang diperkirakan oleh analisis histologis

Perubahan penanda biologis cedera otot (seperti aktifitas kreatin kinase (CK)

lactate dehydrogenase (LDH) atau konsentrasi malondialdehyde di plasma

(MDA)) sering diperiksa selama overtraining Serum aktivitas CK dan

konsentrasi MDA plasma dapat gagal meningkat saat overtraining perubahan

parameter biokimia hanya merefleksikan otot dengan beban berlebih Setelah

olahraga yang lama pro-inflammatory cytokines diproduksi lokal pada otot

skeletal

Tanda dan gejala fisik latihan fisik berlebih (overtraining)

- Denyut jantung atau nadi yang meningkat saat istirahat

- Tidak toleransi terhadap latihan

- Penampilan yang menurun

- Penurunan berat badan berkurangnya massa otot tidak nafsu makan

- Kelelahan chronic fatigue lethargy

- Nyeri dan kerusakan otot nyeri sendi

- Mudah terserang flu pembengkakan kelenjar getah bening di leher

selangkangan dan ketiak

- Konstipasi atau diare

25

- Gangguan haid gangguan makan gangguan tidur

- Sakit kepala gangguan pencernaan

- Pemulihan yang berlangsung lambat setelah latihan

- Sendi otot tendon terasa kaku dan sakit

Tanda dan gejala psikologis

- Lelah capek kekurangan tenaga

- Insomnia sakit kepala tidak mampu untuk beristirahat

- Depresi gelisah cemas apatis

- Menurunnya kepercayaan diri

- Menurunnya kemampuan untuk berkonsentrasi

- Mudah stress

Efek biokimia dari Latihan Fisik Berlebih

- Meningkatnya serum kortisol dan SHBG

- Menurunnya serum total dan free testosterone rasio testosteron kortisol

- Menurunnya glikogen otot

- Menurunnya serum hemoglobin besi dan ferritin

Faktor yang mempengaruhi terjadinya overtraining

- Jetlag

- Bekerja terlalu keras

- Menstruasi

- Nutrisi gaya hidup yang buruk

- Kurang istirahat

- Terlalu banyak mengkonsumsi alkohol

26

- Kurangnya kemampuan mengatasi stress

Penanganan overtraining atau Latihan Fisik berlebih

- Massage

Massage pada jaringan dalam dapat melepaskan otot yang tegang

mempertahankan keseimbangan sistem muskulo-skeletal Pemijatan atau

massage yang teratur dapat membantu mencegah cedera yang mungkin

terjadi karena overuse

- Menggunakan roller busa

Penggunaan roller busa memungkinkan kita dapat melakukan massage

atau pemijatan sendiri Kita dapat juga memakai yang berbentuk bola atau

bola tenis untuk membantu menghilangkan rasa sakit Pemijatan ini dapat

dilakukan di tungkai lutut hamstring bahu punggung atau otot atau sendi

manapun

- Terapi suhu kontras

Air pancuran hangat dan dingin bergantian menstimulasi tubuh untuk

pulih lebih cepat Otot membawa impuls yang terasa pada kulit bagian

dalam tubuh di mana terjadi stimulasi sistem imun memperbaiki sirkulasi

dan pencernaan mempengaruhi produksi hormon stress meningkatkan

aliran darah mengurangi sensitivitas nyeri

- Pengaturan makanan

Membantu proses pemulihan penting untuk mengkonsumsi makanan

tinggi karbohidrat protein dan lemak sehat seperti Omega 3 omega 6

omega 9 asam lemak esensial Karbohidrat memberikan sumber tenaga

27

pada tubuh dan otak asam lemak esensial membantu mengurangi depresi

memperbaiki pemulihan protein akan membangun kembali otot yang

mengalami overtraining

- Mengkonsumsi vitamin

Ketika terjadi overtraining suplementasi sangat menguntungkan Vitamin

dan suplementasi mineral sebaiknya dikonsumsi pagi hari bersama dengan

makanan untuk penyerapan yang lebih baik

Defisiensi Vitamin yang biasa terjadi

- Vitamin A (Beta-Caroten)

- Vitamin B kompleks vitamin B12

- Vitamin C D E K

- Asam Folat

Defisiensi Mineral yang biasa terjadi

- Calcium

- Chromium

- Copper Iodine Iron

- Magnesium Fosfor

- Potassium

- Sodium

- Sulfur

- Zinc

28

25 Antioksidan

Radikal Bebas merupakan senyawa reaktif yang secara alami diproduksi

oleh tubuh manusia Radikal Bebas memberikan efek positif atau efek negatif

Untuk membatasi efek negatif tersebut dibutuhkan kompleks proteksi ndash sistem

antioksidan Sistem ini terdiri dari enzim antioksidan (katalase glutation

peroksidase superoksid dismutase) dan antioksidan non enzimatik ( vitamin E-

tokoferol vitamin A- retinol vitamin C- asam askorbat) Keseimbangan antara

produksi radikal bebas dan pertahanan antioksidan menunjukkan tingkat stress

oksidatif yang mungkin terlibat dalam proses penuaan dan pada beberapa

patologi (misalnya kanker Parkinson) (Winarsi 2007)

Latihan fisik juga meningkatkan stress oksidatif dan menyebabkan

gangguan homeostasis Latihan memberikan efek positif dan efek negatif

tergantung dari beban latihan spesifikasi latihan dan tingkat basal latihan Stress

oksidatif terlibat dalam terjadinya muscular fatigue dan mengarah ke

overtraining

Definisi antioksidan menurut Cadenas adalah suatu senyawa yang apabila

terdapat dalam jumlah yang lebih banyak dibanding senyawa yang teroksidasi

secara signifikan dapat menunda atau mencegah proses oksidasi senyawa tersebut

(Cadenas 2002) Secara kimia antioksidan adalah senyawa pemberi electron

Secara biologis antioksidan adalah senyawa yang mampu menangkal dan

meredam dampak negative oksidan dalam tubuh Antioksidan mendonorkan satu

elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa oksidan tersebut dapat

dihambat (Winarsi 2007)

29

Penting sekali keseimbangan antara oksidan dan antioksidan karena

berfungsi menjaga integritas dan berfungsinya membrane lipid protein sel dan

asam nukleat Senyawa asam lemak tak jenuh penyusun membrane lipid sangat

sensitive terhadap perubahan keseimbangan antara oksidan dan antioksidan

Menurut mekanisme kerjanya antioksidan dikelompokkan atas 3 yaitu

1 Antioksidan primer SOD katalase glutation peroksidase (GSH-Px)

Bekerja pembentukan senyawa radikal bebas yang telah terbentuk menjadi

molekul yang kurang aktifSedangkan antioksidan primer yang dapat

ditambahkan dari luar seperti glutation asam lipoat SOD melatonin

2 Antioksidan sekunder vitamin E vitamin C beta karoten flavonoid asam

urat albumin (Soewoto 2001)

Merupakan antioksidan eksogenous atau non enzimatis (Winarsi 2007)

Bekerja dengan cara memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal bebas

atau dengan cara menangkapnya

3 Antioksidan tertier meliputi system enzim DNA-repair dan metionin

sulfoksida reduktase Berfungsi dalam perbaikan biomolekuler yang rusak

akibat reaktivitas radikal bebas

26 Glutation sebagai antioksidan

Glutation merupakan tripeptida yang terdiri dari asam amino glutamat

sistein dan glisin (Cadenas 2002)Ikatan glutamat ndash sistein merupakan ikatan

isopeptida antara grup γ-karboksil dari glutamat dan grup α amino dari

sisteinIkatan unik ini membuat gluation tahan terhadap degradasi oleh proteases

30

dan peptidases yang berfungsi pada peralihan proteinMerupakan suatu

antioksidan yang mencegah kerusakan komponen seluler oleh reactive oxygen

species seperti radikal bebas dan peroksidGlutation bukan nutrisi esensial karena

disintesa di dalam tubuh dari asam amino L-sistein L-glutamic acid dan glycine

Gambar 21 Struktur GSH dan GSSG

Glutation terdapat pada sebagian besar sel tubuh tetapi terbanyak terdapat

di dalam hati Grup thiol (SH) dari sistein berfungsi sebagai donor proton dan

bertanggungjawab untuk aktifitas biologis glutation Provisi asam amino ini

merupakan faktor yang terbatas dalam sintesis glutation oleh sel karena sistein

relatif jarang pada makanan Apabila dilepaskan sebagai asam amino bebas

sistein adalah toksik dan secara spontan dikatabolisasi di saluran pencernaan dan

plasma darah

Glutation disintesis dalam 2 tahap

1 Gamma-glutamylcysteine disintesa dari L-glutamate dan sistein melalui enzim

gamma-glutamylcysteine sintetase (glutamate cysteine ligase GCL)

31

2 Glisin ditambahkan pada C-terminal dari gamma-glutamylcysteine melalui

enzim glutation sintetase

261 Fungsi Glutation

Glutation terdapat dalam bentuk tereduksi (GSH) dan teroksidasi (GSSG)

Grup thiol dari sistein mampu memberikan donor elektron ke molekul lain yang

tidak stabil seperti Reactive Oxygen Species (ROS) Pada saat mendonorkan

elektronnya glutation menjadi reaktif dan segera bereaksi dengan glutation reaktif

lainnya membentuk glutation disulfide (GSSG)Reaksi mungkin terjadi apabila

terdapat konsentrasi yang cukup tinggi di sel (sampai 5mm di hati) GSH dapat

terbentuk kembali dari GSSG oleh enzim glutation reduktase Pada sel atau

jaringan yang sehat terdapat lebih 90 dari total simpanan glutation terdapat

dalam bentuk tereduksi (GSH) dan kurang dari 10 dalam bentuk disulfide

(GSSG)

GSH ---- GSSG

Eliminasi ROS Menjaga protein thiols Antioxidant

dalam bentuk reduksi pools

Gambar 22 GSH Redox (Cadenas 2002)

GSH Redox merupakan indikator sentral keseimbangan antara stress

oksidatif dan system antioksidan GSH Redox berkaitan dengan detoksifikasi

Reactive Oxygen Species (ROS) berfungsi dalam mempertahankan tersedianya

antioksidan mempertahankan protein thiol dalam bentuk reduksi Rasio

32

GSHGSSG sering dipakai untuk mengekspresikan keseimbangan redox ini

Peningkatan rasio GSH-GSSG merupakan indikasi adanya Stress Oksidatif

(Goldman 2003)

Glutation mempunyai beberapa fungsi (Winarsih 2007)

- Sebagai antioksidan endogen mayor yang diproduksi oleh sel berpartisipasi

langsung pada netralisasi radikal bebas dan senyawa oksigen reaktif

mempertahankan antioksidan eksogen seperti vitamin C dan E pada bentuk

tereduksi (aktif)

- Pengaturan siklus nitric oxide yang sangat penting untuk kehidupan tetapi

dapat menjadi masalah apabila tidak teregulasi Digunakan untuk reaksi

metabolism dan biokimia seperti sintesis dan perbaikan DNA sintesis protein

sintesis prostaglandin transport asam amino dan aktivasi enzim Tiap sistem

di dalam tubuh kita dapat dipengaruhi oleh sistem glutation khususnya sistem

imun sistem saraf sistem gastrointestinal dan paru

Gambar 23 Detoksifikasi Lipid Hydroxyperoxides di usus halus

33

GSH yang ditransportasikan kedalam lumen digunakan untuk detoksifikasi

peroksid yang terbentuk dari makanan oleh glutation peroksidase (GSH Px)

Proses ini membutuhkan peroksid dan glutation yang tersedia di sel epitel GSSG

yang terbentuk direduksi kembali menjadi GSH oleh GSSG reduktase (GSSG

Rx) menggunakan NADPH sebagai reduktan

262 Suplementasi Glutation

Meningkatkan level GSH melalui suplementasi glutation langsung sulit

Penelitian terakhir menyatakan bahwa secara oral tidak diabsorpsi baik melalui

saluran pencernaan Studi mengenai konsumsi oral akut glutation dengan dosis

sangat besar 3 gram Witschi dan tim menemukan lsquoadalah tidak mungkin

meningkatkan glutation yang bermanfaat secara klinis dengan dosis tunggal 3

gram glutationrsquo

Glutation terdapat pada makanan sehari-hari sampai 150mghari dapat

diabsorpsi melalui intak di usus halus Individu sehat dengan asupan sulfur asam

amino (1-2 gramhari) jumlah GSH mungkin tidak cukup untuk mendapatkan

efek penting secara sistemik Individu dengan asupan sulfur asam amino yang

terbatas suplementasi GSH diperlukan untuk mempertahankan suplai GSH

sistemik dengan memperbaiki keseimbangan sulfur asam amino (Cadenas 2002)

Glutation hanya diabsorpsi di sel epitel oral dan traktus gastrointestinal

dan memberikan keuntungan kesehatan spesifik pada jaringan tersebut(Cadenas

2002)

34

SUPLAI HILANG

Makanan suplemen Degradasi

GSH

Empedu LUMINAL Uptake

Epitel Reaksi Detoksifikasi

Gambar 24 Supply dan Removal Glutation dalam lumen usus halus (Cadenas 2002) Glutation (GSH) disuplai ke dalam lumen intestinal melalui konsumsi oral

empedu dan sekresi epitel intestinal Jumlah yang disuplai dari empedu cukup

untuk mempertahankan jumlah 200microM pada tikus tetapi tidak cukup pada

manusia yang mengalami degradasi di duktus kantung empedu Jumlah yang

dikonsumsi melalui makanan bervariasi dan secara umum kurang dari 200 microM

Jumlah yang diberikan melalui epitel hanya sekitar 10 atau kurang

dibandingkan dengan yang disediakan oleh empedu Hilangnya Glutation karena

degradasi oleh γ-glutamyltranspeptidase dan dipeptidases pada permukaan sel

epitel ditransportasikan ke dalam sel oleh mekanisme sodium-dependent dan

sodium-independent konjugasi dengan elektrofil reaktif dikatalisasi oleh

glutathione-S transferase mucus (Cadenas 2002)

Vitamin D meningkatkan level glutation di otak dan tampaknya sebagai

katalis untuk produksi glutation Sejumlah vitamin D aktif di otak berikatan

dengan seberapa besar vitamin D3 baik melalui suplemen atau dibentuk di kulit

melalui paparan matahariHal ini menyatakan bahwa mengkonsumsi vitamin D

35

dan atau mendapat cukup paparan matahari meningkatkan produksi glutation

(Sellman 2009)

Konsentrasi glutation di plasma dan hati dapat ditingkatkan dengan

mengkonsumsi suplemen tertentu yang disebut GSH precursors N-asetilsistein

atau NAC glutation precursor yang paling memungkinkan Suplemen lain S-

adenosilmetionin (SAMe) dan whey protein juga dapat meningkatkan glutation

dalam sel (Sellman 2009)

NAC tersedia dalam bentuk obat dan sebagai suplemen generik Alpha

lipoic acid juga dapat mempertahankan glutation intraselular Melatonin dapat

menstimulasi enzim yang berkaitan glutation peroksidase dan silimarin ekstrak

dari biji tanaman milk thistle (Silybum marianum) juga mempunyai kemampuan

memperbarui level glutation

Glutation diatur dengan ketat di intraseluler dan dibatasi produksinya oleh

feedback negative inhibisi sintesisnya sendiri melalui enzim gamma-

glutamilsistein sintetase sehingga meminimalisir kemungkinan terjadinya

overdosis Penambahan glutation menggunakan precursor atau glutation intravena

adalah strategi untuk mengatasi defisiensi glutation stress oksidatif tinggi

defisiensi imun

Glutation yang rendah menunjukkan adanya pembuangan dan

keseimbangan negatif nitrogen seperti pada kanker AIDS sepsis trauma

terbakar dan bahkan atlet overtraining Suplementasi glutation dapat

memperbaiki proses ini dan contohnya pada AIDS memberi hasil adanya

perbaikan survival rates Bagimanapun studi mengenai kondisi ini belum dapat

36

membedakan glutation rendah sebagai akibat secara akut (pada pasien sepsis) atau

secara kronis (HIV) meningkatkan stress oksidatif dan peningkatan patologi

sebagai akibat defisiensi yang sudah ada sebelumnya

Skizofrenia dan gangguan bipolar berhubungan dengan glutation yang

rendah Stress oksidatif mungkin salah satu faktor dasar patofisiologi gangguan

bipolar gangguan depresif mayor dan skizofrenia Glutation (GSH) adalah

pemakan radikal bebas mayor di otakTidak adanya GSH meningkatkan

kerentanan sel terhadap stress oksidatif ditandai asetilsistein dapat mengurangi

gejala kedua gangguan tersebut

Glutation merubah level stress oksidatif pada sel yang diisolasi di

laboratorium sehingga dapat mengurangi perkembangan kanker Tes ini tidak

dilakukan pada manusia

Glutamat yang berlebihan di sinaps yang dapat dilepaskan pada kondisi

seperti cedera otak dapat menghambat pengambilan sistein senyawa pembentuk

glutation yang pentingTanpa proteksi dari cedera oksidatif oleh glutation sel-sel

dapat rusak atau mati (Sellman 2009)

Glutation juga mempunyai fungsi lain sebagai berikut (Sellman 2009)

Mencerahkan kulit

Mencegah menghilangkan jerawat dan bekas jerawat

Menghilangkan noda hitam

Anti aging dan anti kerut

Memberi nutrisi kulit

Membantu pemulihan luka

37

Membuat kulit menjadi halus segar dan bersinar

Kondisi kesehatan yang berhubungan dengan defisiensi glutation

Peningkatan proses penuaan

Kesulitan dalam keseimbangan

Gangguan mental

Masalah koordinasi

Gangguan sistem saraf

Akhir-akhir ini dipercaya sebagai penyebab lesi otak

Kanker HIV Katarak Diabetes Mellitus

Jumlah sperma yang rendah

263 Glutation Precursor (Sellman 2009)

Glutation Precursor disebut juga sebagai building-block dari glutation

yaitu N-asetilsistein atau NAC dan whey protein tidak terdenaturasi

Nasetilsistein adalah obat farmasi yang biasa digunakan bertahun-tahun untuk

mengobati overdose asetaminofen Hal ini sangat efektif ketika diberikan dalam

dosis besar di ruang darurat ketika seseorang akan mengalami gagal hati karena

overdosis asetaminofen komposisi aktif dari Tylenol

Efek sampingnya adalah bercak-bercak kemerahan bersin mual

anafilaksis reaksi alergi yang berupa kesulitan bernafas karena bronkospasme

tekanan darah menurun angioedema muntah kram diare Walaupun jarang

kematian pernah dilaporkan karena N-asetilsistein Beberapa orang mendapatkan

rasa dan bau yang tidak dapat diterima karena kandungan sulfur di dalamnya

38

Pengggunaan teratur untuk menaikkan kadar glutation tidak direkomendasikan

untuk anak-anak dan bayi Masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk

menentukan keamanan N-asetilsistein untuk penggunaan jangka panjang

Whey protein tidak terdenaturasi merupakan nutraceutical atau medicinal

foodSenyawa ini memberikan ikatan sistein ke sel-sel di mana glutation dapat

terbentuk di tempat tersebut

Beberapa kondisi yang tidak dapat mengkonsumsi whey protein

- Pasien dengan alergi protein susu

- Pasien dengan diet rendah protein

- Pasien yang sedang menjalani terapi imunosupresif

Efek sampingnya adalah kembung perut kram urtikaria Efek samping

karena overdosis tidak terjadi karena sel hanya membuat sebatas yang dibutuhkan

apabila berlebih kelebihan disimpan di hati dan ginjal sampai suatu saat kalau

dibutuhkan

264 Sumber Glutation dari makanan

Sumber glutation dari makanan yang disarankan adalah asparagus bayam

brokoli bawang putih kale bawang watercress kol Brussel sprout beberapa

bumbu seperti kunyit kayu manis semangka alpukat anggur peach jeruk

walnut granola daging kalkun dan daging ayam keju cottage dan yoghurt

39

Tabel 21 Makanan yang mengandung Glutation (Cadenas2002)

GSH Food Group mg100 g mgsaji Buah segar Apel 33 46 Pisang 41 48 Anggur 79 146 Jeruk 73 106 Semangka 66 283 Sayuran segar Asparagus dimasak 283 263 Alpukat 277 313 Brokoli dimasak 91 78 Wortel mentah 79 59 Tomat 90 109 Daging Hamburger 175 149 Ham rebus 233 13 Ayam digoreng 131 134 Sereal biji-bijian Cornflakes 00 00 Roti whole wheat 12 06 Roti putih 00 00 Nasi putih enriched dimasak 16 21 Produk Susu Susu whole 00 00 Keju Amerika 00 00 Yoghurt plain lowfat 00 00 Es krim 10 lemak 00 00

40

BAB III

KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

31 Kerangka Berpikir

Faktor penyebab penuaan antara lain faktor internal dan faktoreksternal

Faktor internal meliputi radikal bebas glikosilasi metilasi hormon yang

berkurang apoptosis system kekebalan tubuh yang menurun genetik Faktor

eksternal meliputi gaya hidup tidak sehat polusi lingkungan stress kemiskinan

kebiasaan yang salah olahraga berlebihan (overtraining) Berbagai faktor di atas

menyebabkan terjadinya penurunan fungsi tubuh dan terjadilah penuaan

Kerangka konsep penelitian berdasarkan teori bahwa salah satu penyebab

penuaan adalah radikal bebas Bila jumlah radikal bebas melebihi jumlah

antioksidan di dalam tubuh terjadilah stress oksidatif Radikal bebas dapat

merusak membran sel protein DNA dan berakibat fatal bagi kelangsungan hidup

sel jaringan Stress oksidatif yang berlangsung lama akan mengakibatkan

terjadinya penumpukan hasil kerusakan oksidatif di dalam sel dan jaringan

selanjutnya sel dan jaringan tersebut akan kehilangan fungsinya dan akhirnya

mati

Olahraga berlebih meningkatkan stress oksidatif karena terdapat

peningkatan konsumsi O2 oleh aktivitas otot skeletal Oksigen juga dapat bersifat

toksik yang dapat memicu peningkatan Reactive Oxygen Species (ROS)Organ

yang tidak mendapat cukup oksigen dan nutrisi menjadi iskemik dan terjadi

kerusakan mikrovaskular (Reperfusion Injury) memicu peningkatan radikal

40

41

bebas Dengan pemberian antioksidan Glutation yang merupakan antioksidan

master diharapkan dapat mencegah kerusakan lebih lanjut yang diakibatkan oleh

radikal bebas dengan cara melindungi sel dari Reactive Oxygen Species (ROS)

dan dapat dilihat melalui parameter MDA yang mengalami penurunan

32 Konsep Penelitian

Konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Gambar 31 Konsep Kadar MDA pada tikus yang diberikan Pelatihan Fisik Berlebih+ Placebo dan Pelatihan Fisik Berlebih + Glutation

FAKTOR INTERNAL

- Jenis Kelamin

- Usia

- Genetik

- Hormon

- Psikologis

FAKTOR EKSTERNAL

- Makanan

- Cuaca iklim

- Penyakit

- Exercise

GLUTATION

TIKUS

KADAR MDA

42

33 Hipotesis

Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan kadar MDA

tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

43

BAB IV

METODE PENELITIAN

41 Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksterimental dengan rancangan

randomized pre test-post test control group design (Poccock et al 2008)

Subyek terdiri dari 2 kelompok yaitu

1 Kelompok 1 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+ Placebo

2 Kelompok 2 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation

Semua kelompok sebelum perlakuan diberikan pre test (O1 O3) dan

dihitung rerata untuk masing-masing kelompok

Setelah perlakuan semua kelompok diberikan post test (O2 O4) dan

dihitung rerata untuk masing-masing kelompok

Kemudian dihitung perbedaan rerata antara pre test dan post test dari

masing-masing kelompok lalu hasil perbedaan tersebut dibandingkan secara

statistik

Gambar 41 Rancangan Penelitian

P S

43

R R

O1 P1 O2

O3 P2 O4

44

Keterangan

P = populasi

S = sampel

R = random

O1 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah mendapatkan

pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan placebo (pre test)

O2 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah diberikan pelatihan

fisik berlebih setelah diberikan placebo (post test)

O3 = observasi data MDA kelompok perlakuan setelah diberikan

pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan Glutation (pre test)

O4 = observasi data MDA kelompok perlakuan diberikan pelatihan fisik

berlebih setelah diberikan Glutation (post test)

P1 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih+ placebo

P2 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation

42 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran

Universitas Udayana pada bulan Januari ndash Maret 2012 Pemeriksaan MDA darah

tikus dikerjakan di bagian Program Antar Unit Universitas Gajah Mada

Jogyakarta

45

43 Populasi dan Sampel

431 Populasi

Subyek penelitian adalah tikus jantan dewasa galur Wistar yang berusia 2-

25 bulan dan dalam kondisi fisik sehat

432 Kriteria Sampel

4321 Kriteria Inklusi

Kriteria Inklusi yang ditetapkan sebagai sampel adalah sebagai berikut

a Tikus jantan dewasa galur Wistar

b Umur 2-25 bulan

c Berat badan plusmn200 gram

d Sehat

e MDA ge 5mmollt

4322 Kriteria Drop Out

Adalah sampel yang mati pada waktu penelitian

433 Besar Sampel

Besar sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini dihitung berdasarkan

rumus Poccock (2008)

Angka μ1 (5) dan μ2 (12) didapatkan dari penelitian sebelumnya (Ji 1998)

n=

46

= asymp 7

Keterangan

n = jumlah sampel

σ = standar deviasi kelompok perlakuan dengan pemberian

glutation (15)

f ( ) = besarnya didapat dari tabel (Poccock 2008)

μ1 = rerata hasil MDA pada kelompok perlakuan sesudah

pemberian glutatioacuten (5)

μ2 = rerata hasil MDA pada kelompok pre test (12)

Jadi jumlah sampel (n) = 675 dan ditambah 3 ekor tikus untuk masing-

masing kelompok sebagai cadangan Jadi total 20 ekor tikus dengan 10

ekor tikus untuk masing-masing kelompok

434 Teknik Pengambilan Sampel

Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat

sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi diambil secara acak

sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi

2 kelompok yaitu kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+placebo kelompok

dengan pelatihan fisik berlebih + glutation

47

44 Variabel Penelitian

441 Klasifikasi Variabel

Variabel penelitian dibedakan menjadi

1 Variabel Bebas dosis pemberian glutation

2 Variabel Tergantung kadar MDA

3 Variabel Terkendali varian tikus jantan (galur wistar) jenis

kelamin umur berat badan lingkungan

(pencahayaan suhu kelembaban nutrisi

kandang)

Gambar 42 Bagan Hubungan Antar Variabel

VARIABEL BEBAS

- Pelatihan fisik berlebih

- Glutation 37mg kgBBhari

VARIABEL TERGANTUNG

KADAR MDA

VARIABEL TERKENDALI

Varian tikus

Jenis kelamin umur berat badan

Pencahayaan suhu kelembaban nutrisi kandang

Makanan minuman

48

442 Definisi Operasional Variabel

1 Pelatihan fisik berlebih pada tikus adalah pelatihan yang berlebihan

yang diukur berdasarkan kemampuan maksimal berenang tikus pada

ember berdiameter 35 cm dengan kedalaman air 20 cm yang

dilakukan 60 menithari selama 35 hari pada waktu yang sama pada

suhu 32 derajat (Binekada 2002 dan Pepe2011)

2 Glutation yang diberikan adalah Glutation Teofarma injeksi sediaan

600mg 4 ml Dosis pemberian Glutation adalah pemberian sediaan

antioksidan Glutation dalam bentuk suntikan intraperitoneal yang

diberikan 1x sehari dan diberikan 6 jam sebelum pelatihan fisik

berlebih Dosis pemberian Glutation mengacu pada penelitian yang

dilakukan sebelumnya oleh Ji L L yaitu 37mgkgBBhari yang

dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril secara intraperitonial

3 MDA merupakan salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada

membran sel dan merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan

oleh radikal bebas Pengukuran kadar MDA menggunakan metode

Thiobarbituraic Acid Reactive Substances (TBARS) Pembacaan hasil

dengan menggunakan spektrofotometer Satuan MDA dalam mmoll

4 Cahaya suhu dan kelembaban merupakan kondisi lingkungan yang

dialami tikus jantan dewasa Pada penelitian ini kondisi lingkungan

selama percobaan dibuat sama

5 Berat badan tikus adalah berat badan yang ditimbang dengan

timbangan gram

49

6 Umur tikus adalah umur yang ditentukan dengan melihat tanggal

kelahiran yang dicatat pada kandang percobaan

7 Kondisi peneliti yang meliputi kesehatan fisik dan psikis peneliti

Penelitian dilaksanakan saat kondisi peneliti dalam keadaan baik

sehingga pengaruhnya terhadap hasil penelitian dapat diabaikan

45 Bahan dan Alat Penelitian

451 Bahan Penelitian

Glutation injeksi

Tikus jantan

Makanan tikus berupa pellet dan air minum dari air ledeng

Aquades steril

EDTA (Ethylenediamine tetraacetic acid)

Reagensia untuk pengukuran kadar MDA

452 Alat Penelitian

Alat yang dipakai dalam pengambilan data penelitian ini adalah

- Kandang tikus terbuat dari besi yang di dalamnya terdapat sekam dan

botol minuman

- Ember berdiameter 35 cm dan kedalaman air 20 cm

- Stopwatch

- Timbangan

- Spuit injeksi 1 ml

50

- Sarung tangan

- Kapas dan alkohol 70

- Tabung Evendorf

- Mikropipet

- Pipet kapiler

- Sentrifugasi

46 Prosedur Penelitian

1 Tikus jantan dewasa (Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan

berat badan plusmn200gram dilakukan aklimatisasi selama 2 minggu di

tempat penelitian untuk penyesuaian dengan lingkungan

2 Semua sampel tikus diberi perlakuan yang sama yaitu diberikan

pelatihan fisik berlebih dengan cara berenang sampai kelelahan pada

hari ke 7 kedua kelompok tersebut dilakukan pemeriksaan MDA

3 Mulai hari ke 8 ndash 35 sampel tikus yang berjumlah 20 ekor dibagi atas 2

kelompok di mana kelompok 1(kontrol) diberikan pelatihan fisik

berlebih + injeksi aquabidest intraperitoneal enam jam sebelum

perlakuan aktifitas berlebih kelompok ke 2 (perlakuan) diberikan

pelatihan fisik berlebih + injeksi intraperitoneal glutation 37

mgkgBBhari yang sudah dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril

4 Pada hari ke 35 dilakukan pemeriksaan kadar MDA pada masing-

masing tikus setelah bulu tikus kering

51

5 Selama penelitian hewan coba diberikan makanan dan minuman secara

teratur kebersihan dan kenyamanan kandang dijaga

461 Alur Penelitian

TIKUS ADAPTASI 2 MINGGU

PELATIHAN FISIK BERLEBIH 1 MINGGU

MDA

KELOMPOK 1 KELOMPOK 2

PELATIHAN FISIK BERLEBIH PELATIHAN FISIK BERLEBIH

+ AQUABIDEST (28 hari) +GLUTATION 37mgkgBBhari

28 HARI 28 HARI

MDA

Gambar 43 Bagan Alur Penelitian

462 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium

Pemantauan keselamatan tikus jantan (galur Wistar) di laboratorium

(Smith et al1988 Ngatidjan 2006) adalah sebagai berikut

1 Kandang tikus jantan harus cukup kuat tidak mudah rusak teratur dibersihkan

(1x seminggu) mudah dipasang kembali hewan tidak mudah lepas tahan

52

gigitan hewan kelihatan jelas dari luar Alas tempat tidur terbuat dari serbuk

gergaji atau sekam padi agar mudah menyerap air

2 Luas lantai yang memadai untuk tikus jantan dengan berat badan plusmn200 gram

adalah 60cm persegi dan tinggi 20 cm

3 Diciptakan suasana lingkungan yang stabil dan sesuai keperluan fisiologi tikus

jantan di mana kelembaban suhu pertukaran udara yang ekstrim harus

dihindari

4 Hewan coba hendaknya diperlakukan dengan kasih sayang

47 Pengolahan dan Analisis Data

Analisis data yang digunakan adalah

1 Analisis Deskriptif

2 Uji normalitas data dilakukan dengan tes Shapiro-Wilk Distribusi data

normal dengan nilai pgt005

3 Uji homogenitas dilakukan dengan Lavenersquos Test Data dinyatakan

homogen dengan nilai pgt005

4 Karena data berdistribusi normal dan homogen maka untuk uji

komparabilitas dipakai

- Uji t independent untuk membandingkan rerata kadar MDA antar

kelompok

- Uji Paired T- Test untuk membandingkan rerata kadar MDA pre

dan post masing-masing kelompok

- Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau

dinyatakan berbeda bila plt005

53

BAB V

HASIL PENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 20 ekor tikus jantan dewasa

(Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan berat badan plusmn200 gram sebagai

sampelyang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah 10 ekor

yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dankelompok

perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) Dalam penyajian hasil ini diuraikan

uji normalitas data uji homogenitas data uji komparabilitas dan uji efek

perlakuan

51 Uji Normalitas Data

Data Kadar MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan

pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji

Shapiro-Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005)

disajikan pada Tabel 51

53

54

Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing Kelompok Sebelum

dan Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Perlakuan n p Keterangan

Kadar MDA kontrol pre

Kadar MDA perlakuan pre

Kadar MDA kontrol post

Kadar MDA perlakuan post

10

10

10

10

0965

0550

0975

0697

Normal

Normal

Normal

Normal

52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok

Data Kadar MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun

sesudah perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test

Hasilnya menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52

Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA Sebelum dan

Sesudah Perlakuan

Variabel F p Keterangan

Kadar MDA pre

Kadar MDA post

0016

0592

0901

0452

Homogen

Homogen

53 Kadar MDA

531 Uji komparabilitas

Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata kadar MDA

antar kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan

55

glutation Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada

Tabel 53 berikut

Tabel 53

Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata

Kadar MDA

SB T P

Aktivitas berlebih dan

placebo

Aktivitas berlebihdan

glutathion

10

10

518

529

028

029

089 0386

Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok

kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 518028mmoll dan rerata

kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 529029mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 089 dan nilai

p = 0386 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan

berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya tidak berbeda secara

bermakna (p gt 005)

532 Analisis efek perlakuan

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kadar MDA antar

kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation

56

Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54

berikut

Tabel 54 Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata

Kadar MDA

SB T P

Aktivitas berlebih dan

placebo

Aktivitas berlebihdan

glutathion

10

10

778

444

023

017

3672 0001

Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok

kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata

kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 444017mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 3672 dan nilai

p = 0001 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan

berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya berbeda secara

bermakna (p lt 005)

57

Gambar 51 Perbedaan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

533 Analisis Komparasi Sebelum dengan Sesudah Perlakuan

Analisis komparasi diuji berdasarkan rerata kadar MDA antara sebelum

dengan sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation Hasil

analisis kemaknaan dengan uji t-paired disajikan pada Tabel 55 berikut

Tabel 55 Analisis KomparasiKadar MDA antara Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Kelompok Beda Rerata

pre ndash post p Keterangan

Aktivitas berlebih dan placebo

Aktivitas berlebih dan

glutathion

260

085

0001

0001

Meningkat

Menurun

58

Berdasarkan uji t-paired didapatkan bahwa ada penurunan kadar MDA

pada kelompok perlakuan secara bermakna sebesar 085mmoll sedangkan pada

kelompok kontrol mengalami peningkatan secara bermakna sebesar 260mmoll

59

BAB VI

PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian

Untuk menguji efek pemberian glutation terhadap penurunan kadar MDA

maka dilakukan penelitian terhadap 20 ekor tikus jantan dewasa (Galur Wistar)

sebagai sampel yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah

10 ekor yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dan

kelompok perlakuan (pelatihan fisik berlebih dan glutation)

62 Efek Pelatihan Fisik Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA

Hasil penelitian dan analisis data terhadap kadar MDA darah pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji

normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan homogenitas (Levenersquos test) pre-test dan post-

test masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)

Uji perbandingan 1 minggu pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan

injeksi antara kedua kelompok menggunakan uji t-independent Rerata kadar

MDA kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) adalah

518028mmoll dan rerata kelompok pelatihan fisik berlebih dan glutation

adalah 529029mmoll Analisis kemaknaan dengan uji t-independent

menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna kadar MDA darah antara

kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa

kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan injeksi rerata kadar MDAnya tidak

59

60

berbeda secara bermakna

Uji perbandingan setelah pemberian placebo dan glutation antara kedua

kelompok menggunakan t-independent Rerata kadar MDA kelompok kontrol

(aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata kelompok

perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) adalah 444017mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent antara kedua kelompok sesudah diberikan

placebo dan glutation menunjukkan perbedaan kadar MDA secara bermakna

(plt005) Hal ini berarti bahwa kelompok yang diberikan perlakuan berupa

placebo dan glutation 6 jam sebelum diberikan pelatihan fisik berlebih dengan

cara merenangkan selama 60 menit hari selama 35 hari rerata kadar MDA

berbeda secara bermakna Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh

untuk melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam

organ dan pembuluh darah (Giriwijoyo 2004)

Peningkatan kadar MDA sesudah diberikan pelatihan fisik berlebih pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan disebabkan karena pelatihan fisik

berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena terjadi peningkatan konsumsi

oksigen oleh aktifitas otot skeletal Stress oksidatif memicu peningkatan senyawa

oksigen reaktif Pada pelatihan fisik berlebih juga terjadi Reperfusion Injury yang

memicu terjadinya kerusakan jaringan dan peningkatan radikal bebas (Adiputra

2008) Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara menarik elektronnya

sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan sampai kematian sel

(Suryohudoyo 2000)

Pada penelitian ini didapatkan bahwa sesudah diberikan pelatihan fisik

61

berlebih dan placebo terjadi peningkatan kadar MDA sebesar 5024 Kadar

MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel (Winarsi

2007) Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pepe

(2011) bahwa pelatihan fisik berlebih meningkatkan kadar MDA Lebih lanjut

Murray et al (2000) juga menyatakan bahwa pelatihan fisik berlebih merangsang

respon biomarker stres oksidatif Sedangkan pada kelompok perlakuan yang

diberikan aktifitas berlebih dan glutation terjadi penurunan kadar MDA sebesar

1607 Terjadinya penurunan kadar MDA pada kelompok yang diberikan

glutation 6 jam sebelum melakukan pelatihan fisik berlebih disebabkan karena

pemberian antioksidan meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan

cara mendonorkan elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa

oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsi 2007) Glutation merupakan antioksidan

endogen yaitu antioksidan yang dapat disintesa dalam tubuh dari asam amino L-

sistein L-glutamat dan glisin (Cadenas 2002) yang juga sebagai master

antioksidan yaitu antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain

Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan

Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik (Hersh 2004) Glutation

merupakan salah satu antioksidan yang tidak dapat menjadi pro oksidan (Cadenas

2002) Normalnya sekali suatu antioksidan memakan radikal bebas antioksidan

ini menjadi teroksidasi sendiri dan menyerang sel yang sehat yang disebut

sebagai pro oksidan Glutation dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang

teroksidasi tersebut menjadi bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali

dalam memakan radikal bebas (Sellman 2009) Sehingga dengan demikian

62

glutation dapat membantu dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Urso

(2003) bahwa suplementasi antioksidan dapat mengatasi kondisi stress oksidatif

yang terjadi pelatihan fisik berlebih

Uji perbandingan antara data MDA pre dan post masing-masing kelompok

digunakan uji t-paired test Berdasarkan uji ini didapatkan hasil pada kelompok

perlakuan terjadi penurunan kadar MDA secara bermakna sebesar 085 mmollt

sedangkan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan kadar MDA secara

bermakna sebesar 260mmollt Terjadi penurunan kadar MDA pada kelompok

perlakuan menunjukkan pemberian antioksidan Glutation intraperitoneal dosis

37mgkgBBhari dapat mengatasi kondisi stress oksidatif yang terjadi pada

pelatihan fisik berlebih Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh

Urso (2003)

63

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

71 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan sebagai

berikut Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA

tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

72 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah

1 Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja glutation

yang lebih detail

2 Memperhatikan takaran latihan supaya tidak berlebihan yang justru akan

meningkatkan kerusakan sel

3 Perlu dilakukan uji klinis pada manusia

63

64

DAFTAR PUSTAKA

Adiputra N 2008Kesehatan Olah Raga Available from httpwwwbalihesgorgindexphpoption=com Accessed 2011 Oct 5th

Anonim 2011 Glutathione Available at

httpenwikipediaorgwikiGlutathione Accessed 2011 Oct 5th Anonim 2011 Overtraining Available at

httpwwwmarksdailyapplecomovertraining Accessed 2011 Oct5th

Asikin N 2001Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan InKursus Penyegaran dan Pelatihan Radikal bebas dan Antioksidan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta Fakultas Kedokteran UI

Bagiada NA 2001 Proses Penuaan dan Penanggulangannya Denpasar

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hal 22 Banerjee AK Mandal A Chanda D Chahraboti S 2003 Oxidant

Antioxidant and Physical ExerciseAvailable from httpwwwncbinlmnihgovpubmed14619981 accesed 2011 Sept 2nd

Binekada MC 2002 ldquoPelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Konsentrasi dan

Motilitas Spermatozoa Mencitrdquo(tesis) Denpasar Universitas Udayana

Cadenas E Jones PD 2002Bioavailability of Glutathione In Cadenas E

Packer L editorsHandbook of Antioxidants2nd Ed New York Marcel DekkerInc p549-564

Catala A 2006Lipid PeroxidationInt J Biochem Cell Biol 38 1482-1495 Dalle-DonneI Rossi R ColomboR Giustarini D Milzani

A2006Biomarkers of Oxidative Damage in Human Disease Available from httpwwwredorbitcomnewsscience473334biomarkersof oxidative damage in human diseaseindexhtmlaccessed2011 Sept 5th

Fouad T 2007 Free radicals Types Sources and Damaging Reaction

Relations Available from

64

65

wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th

Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th

Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112

Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors

ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their

Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69

Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan

Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th

Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz

R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155

Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester

Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th

Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala

T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200

Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and

Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders

66

Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana

LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia

Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647

Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from

httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit

Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK

Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620

Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji

Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah

Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009

Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan

Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132

Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde

Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521

Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley

Medical Publicationsp 123-141

Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI

Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable

from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer

67

Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole

Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam

Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI

Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam

Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya

Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan

Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47

Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant

Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th

Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan

Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105

68

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965

Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975

Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753

Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

69

Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan

Group Statistics

Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887

Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215

Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260

Perlakuan 10 42500 23348 07383

Independent Samples Test

Levenes Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df

Sig (2-

tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence Interval of the

Difference Lower Upper

Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428

Equal variances not assumed

-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429

Post1

Equal variances assumed 592 452 367

22 18 000 333700 09087 314608 352792

Equal variances not assumed

36722 16855 000 333700 09087 314515 352885

Post2

Equal variances assumed 906 354 264

19 18 000 239500 09066 220454 258546

Equal variances not assumed

26419 16265 000 239500 09066 220307 258693

70

Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis

(Laurence amp Bacharach 1964)

2g mencit 20g tikus 400g marmot

l5Kg kelinci

20Kg kucing

40Kg kera

120Kg anjing

70Kg manusia

20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879

200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560

400 g marmot

008 057 10 225 24 52 102 315

l5Kg kelinci

004 025 044 10 106 24 45 142

20Kg kucing

003 023 042 092 10 22 41 130

40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61

120Kg anjing

0008 006 010 0022 024 052 10 31

70Kg manusia

00026 0018 0031 007 0013 016 032 10

71

Lampiran 4

Foto Penelitian

Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)

72

Lampiran 5

Data Hasil Penelitian

Kelompok Kontrol

Pre test Post test Pre test Post Test

752 647 769 694

779 670 773 664

745 660 803 653

769 643 817 677

783 653

786 684

Kelompok Perlakuan

Pre Test Post test

412 391

436 412

442 425

425 401

453 436

466 442

432 405

456 432

470 453

476 463

Page 15: PEMBERIAN INJEKSI GLUTATION INTRAPERITONEAL

xiv

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 21 Makanan yang mengandung Glutation 39

Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing

Kelompok Sebelum dan Sesudah Perlakuan 54

Tabel 52 Hasil uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA

Sebelum dan Sesudah Perlakuan 54

Tabel 53 Hasil Rerata Kadar MDA antar Kelompok Sebelum

Diberikan Perlakuan 55

Tabel 54 Hasil Rerata Kadar MDA antar Kelompok Sesudah

Diberikan Perlakuan 56

Tabel 55 Analisis Komparasi Kadar MDA antara Sebelum dan

Sesudah Perlakuan helliphelliphelliphellip 57

xv

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 21 Struktur GSH dan GSSG 30

Gambar 22 GSH Redox 31

Gambar 23 Detoksifikasi Lipid Hydoxyperoxides di usus halus 32

Gambar 24 Supply dan Removal Glutation 34

Gambar 31 Kerangka Konsep Kadar MDA pada Tikus yang

diberikan Pelatihan Fisik Berlebih+Placebo dan Pelatihan

Fisik Berlebih+Glutation 41

Gambar 41 Rancangan Penelitian 42

Gambar 42 Bagan Hubungan antar Variabel 47

Gambar 43 Bagan Alur Penelitian 51

Gambar 51 Perubahan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah

Diberikan Perlakuan 57

xvi

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Uji Normalitas Data 68

Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antar Kelompok Kontrol

dan Perlakuan 69

Lampiran 3 Perbandingan Luas Permukaan Tubuh Hewan Percobaan

untuk Konversi Dosis 70

Lampiran 4 Foto Penelitian 71

Foto Glutation (Tationil Teofarma) 71

Lampiran 5 Data Hasil Penelitian 72

xvii

xvii

DAFTAR SINGKATAN

CoQ10 Coenzym Q10

DNA Deoxyribonucleic Acid

GSH Px Glutation Peroksidase

GSH Glutation

GSSG Rx Glutation Reduktase

GSSG Glutation Disulfide

MDA Malondialdehyde

NADH Nicotinamide Adenine Dinucleotide

NADPH Nicotinamide Adenine Dinucleotide Phosphate

O2 Oksigen

RNA Ribonucleic Acid

ROS Reactive Oxygen Species

SOD Super Oxide Dismutase

TBARS Thiobarbituric Acid Reactive Substances

1

BAB I

PENDAHULUAN

11 LATAR BELAKANG

Proses penuaan menurut Kedokteran Anti Penuaan dapat diperlakukan

seperti suatu penyakit dalam arti proses ini dapat diatasi dapat dirsquoreversersquo atau

dirsquokembalikanrsquo menjadi kondisi seperti saat muda Penyakit yang muncul seiring

dengan bertambahnya usia seperti hipertensi diabetes mellitus osteoartritis dan

lain-lain membuat kualitas hidup menurun pada usia lanjut Ilmu Kedokteran

Anti Penuaan memberikan paradigma baru dalam mengatasi proses penuaan Ilmu

ini memberikan solusi untuk mengatasi ketidakmampuan penyakit nyeri

deformitas dan kesedihan di masa tua sehingga kualitas hidup meningkat

Modifikasi gaya hidup dengan cara mengatur pola makan pola tidur pola

olahraga pola hidup manajemen hormon dapat meningkatkan kualitas hidup

Terbentuknya radikal bebas oksigen dalam tubuh sebenarnya merupakan

sesuatu yang fisiologis Oksigen yang kita hirup berperan dalam metabolisme

sebagian kecil (2-5) tereduksi membentuk radikal bebas Radikal bebas oksigen

dikelompokkan dalam senyawa Reactive Oxygen Species (ROS) ROS merupakan

radikal bebas yang berbahaya bagi tubuh (Arief 2010) Bila produksi tersebut

menjadi semakin meningkat dalam kondisi seperti terpapar sinar ultraviolet

polusi merokok konsumsi alkohol dalam jumlah banyak stress menyebabkan

kerusakan pada sel-sel terjadi penuaan

1

2

Teknologi yang berkembang dengan pesatnya memberikan kita banyak

fasilitas kemudahan dalam menjalani hidup kita Akhirnya dalam apapun yang

akan kita perbuat atau lakukan kita selalu dihadapkan pada 2 pilihan mau yang

mudah atau yang sulit Menjamurnya makanan instant fast food yang disebut

juga makanan junk food karena memang tidak kurang kandungan gizi yang kita

perlukan Makanan ini tidak mengandung nilai gizi hanya mementingkan rasa

yang penting enak gurih karena banyak mengandung lemak tinggi karbohidrat

dan cepat saji karena semakin sibuknya manusia Selain itu karena kesibukan

kita menjadi kurang sekali dalam berolahraga selain kesibukan juga sudah lelah

Akibatnya kita menjadi gemuk semakin gemuk semakin malas beraktifitas

semakin mudah lelah yang lama kelamaan menjadi kelelahan kronis depresi

mudah muncul

Gaya hidup manusia yang mempunyai tingkat stress yang tinggi ditambah

kurangnya aktifitas berolahraga meningkatkan resiko timbulnya penyakit jantung

low back pain adult-onset diabetes obesity yang disebut hypokinetic diseases

(Sharkey 2003 ) Meningkatnya insidensi kelebihan berat badan menjadi masalah

kesehatan di seluruh dunia termasuk di Indonesia (Misnadiarly 2007) Kelebihan

berat badan menyebabkan terjadinya penumpukan lemak yang berlebihan dalam

tubuh dan berpotensi memicu banyak penyakit yang mematikan Beberapa

penyakit tersebut dikategorikan sebagai penyakit yang terjadi karena metabolism

yang melambat dan penumpukan lemak sering disebut sebagai Sindroma

Metabolik(hipertensi hiperlipidemia diabetes mellitus) Sebaliknya sebuah gaya

3

hidup yang sehat dan seimbang memainkan peranan yang besar dalam mencegah

banyak penyakit yang berhubungan dengan gaya hidup

Pada sisi lain manusia juga selalu dituntut untuk memiliki tubuh sehat

penampilan yang menarik Masalah muncul pada saat manusia memilih jalan

pintas berolahraga berlebihan (overtraining) diet ketat berlebihan

mengkonsumsi obat-obatan penekan nafsu makan obat-obat pembakar lemak

suplemen secara berlebihan dan tanpa informasi yang benar tanpa pengawasan

dokter dengan tujuan untuk memperoleh tubuh ramping dalam waktu secepatnya

Bukan tubuh sehat yang didapat tetapi malah menjadi sakit yang tidak mustahil

dapat mengarah ke kematian

Tubuh sehat ideal dalam arti tidak mudah sakit mempunyai hidup yang

berkualitas penampilan yang prima dan mempunyai postur tubuh yang

proporsional (Misnadiarly 2007) Gaya hidup yang sehat seimbang adalah kunci

untuk mencapai kesehatan dan bentuk badan yang lebih bagus dan hanya akan

tercapai melalui aktifitas olahraga pengaturan pola makan istirahat yang teratur

dan proporsional

Olahraga yang berlebihan tidak memberikan efek yang baik untuk tubuh

tetapi latihan yang tepat meningkatkan kebugaran aerobik Frekuensi yang lebih

sering durasi yang lebih panjang intensitas yang meningkat meningkatkan

kebugaran fisik Hal yang penting kita harus memperhatikan waktu pemulihan

Apabila tubuh tidak mempunyai cukup waktu untuk pemulihan bukan

meningkatkan kebugaran tetapi malah menimbulkan cedera atau penyakit melalui

supresi sistem kekebalan (Sharkey 2003) Olahraga yang teratur dapat

4

meningkatkan produksi molekul anti oksidan endogen termasuk glutathioneurate

coenzyme Q10 (Cadenas 2002) Dengan meningkatnya kadar antioksidan

endogen maka kadar MDA tubuh akan menurun

Teori Radikal Bebas menjelaskan bahwa radikal bebas merusak sel-sel

tubuh manusia (Goldmanamp Klatz 2003) Pelatihan fisik berlebih menyebabkan

terbentuknya radikal bebas Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara

menarik elektronnya sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan

sampai kematian sel (Suryohudoyo 2000) Pelatihan fisik berlebih menyebabkan

penuaan terjadi lebih cepat

Gaya hidup yang tidak sehat meningkatkan produksi radikal bebas

Beruntung tubuh mempunyai mekanisme pertahanan melawan oksidasi yang

terjadi tersebut Tubuh memproduksi enzim dan molekul khusus yang dapat

menangkap dan melenyapkan radikal bebas (superoksid dismutase katalase

glutation alfa lipoic acid CoQ10) yang disebut juga antioksidan endogen dan

yang berasal dari makanan seperti vitamin C dan E beta karoten polifenol

selenium seng (antioksidan esensial) yang disebut juga antioksidan eksogen

Antioksidan endogen maupun eksogen sangat penting buat tubuh karena

mampu meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan cara menangkap

dan mengeliminirnya Antioksidan eksogen efektif diperlukan untuk mencegah

terjadinya stress oksidatif Antioksidan endogen merupakan mekanisme

pertahanan preventif dengan cara memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal

bebas atau dengan cara menangkapnya (Winarsi 2007)

5

Bila jumlah antioksidan lebih sedikit dibanding jumlah radikal bebas

terjadi gangguan keseimbangan yang disebut redox state (Cadenas 2002) Dalam

kondisi seperti ini semakin banyak molekul normal yang ditarik elektronnya

molekul menjadi tidak stabil molekul ini akan merusak molekul sehat lainnya

sehingga terjadilah penyakit (Winarsi 2007)

Pemberian antioksidan yang cukup dan optimal dapat meningkatkan

kebugaran meningkatkan kemampuan tubuh dalam melakukan pelatihan fisik

menurunkan kadar stress oksidatif dalam tubuh mencegah terjadinya penuaan

dini (Pangkahila 2007) Antioksidan bekerja dengan cara mendonorkan satu

elektronnya ke molekul yang kehilangan elektronnya (radikal bebas) sehingga

membentuk radikal bebas tidak reaktif relatif stabil proses kerusakan sel dapat

dihambat

Ada beberapa macam antioksidan salah satunya adalah Glutation

Glutation merupakan antioksidan endogen yaitu antioksidan yang dapat dibuat

oleh tubuh kita sendiri Glutation juga dikenal sebagai master antioksidan

antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain (Goldman 2003)

Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan

Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik Normalnya sekali suatu

antioksidan memakan radikal bebas antioksidan ini menjadi teroksidasi sendiri

dan menyerang sel yang sehat yang disebut sebagai pro oksidan Glutation

dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang teroksidasi tersebut menjadi

bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali dalam memakan radikal bebas

(Sellman 2009) Sehingga dengan pengertian di atas glutation dapat membantu

6

dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh kita lebih banyak

dibandingkan dengan antioksidan lain

MDA adalah metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas

Kadar MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel

Apabila terdapat antioksidan yang tinggi dalam tubuh maka kadar MDA akan

menurun (Winarsi 2007)

Pelatihan fisik berlebih akan menyebabkan meningkatnya kerusakan

oksidatif Glutation menghambat kerusakan oksidatif Parameter yang digunakan

dalam penelitian ini adalah produk peroksidase lipid yaitu malondialdehid (MDA)

menurut metoda Willis

12 Rumusan Masalah

Apakah pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan

kadar MDA tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

13 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat

menurunkan kadar MDA pada tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

14 Manfaat Penelitian

141 Manfaat Keilmuan

Dapat menambah pengetahuan bahwa olahraga berlebih meningkatkan

MDA pemberian antioksidan Glutation dalam upaya mencegah terjadinya stress

7

oksidatif berkelanjutan yang dapat menjadi salah satu penyebab proses penuaan

penyakit metabolisme dan kemungkinan dapat dipergunakan sebagai dasar untuk

dilakukan penelitian lebih lanjut

142 Manfaat Praktis

Pengetahuan tersebut dapat memberikan manfaat kepada masyarakat luas

untuk lebih bijaksana dalam mengkonsumsi antioksidan dan dalam melakukan

pelatihan fisik

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

21 Penuaan

Penuaan sampai saat ini masih dianggap sebagai sesuatu yang alamiah

terjadi demikian juga penyakit yang muncul pada masa tuaSeseorang yang

berumur 50 tahun dengan penyakit Diabetes Mellitus dipandang sebagai sesuatu

yang umum karena memang sudah tua Sejak tahun 1950 penelitian penyebab

penuaan mulai diteliti faktor-faktor penyebab yang mempengaruhi kualitas hidup

sehingga meskipun usia bertambah tua tetapi tetap berkualitas Beberapa cara

modifikasi gaya hidup terus dilakukan untuk mencapai kualitas hidup yang lebih

baik seperti mengatur pola makan pola tidur pola olahraga pola hidup untuk

mencapai kualitas hidup yang baik di usia lanjutPenelitian memberi kesimpulan

bahwa pemberdayaan diri membudayakan pola hidup sehat dapat meningkatkan

kualitas hidup seseorang (Franklin 2009)

Dewasa ini seiring dengan percepatan perubahan teknologi meningkatnya

persaingan hidup orang berlomba-lomba mengkonsumsi produk dan berbagai

metode yang mengklaim bisa menghambat penuaan atau bersifat Anti Aging Ilmu

Kedokteran Anti Penuaan memberikan paradigma baru dalam menangani proses

penuaan Ilmu Kedokteran Anti Penuaan ini menjanjikan dapat memberikan solusi

untuk mengatasi ketidakmampuan penyakit nyeri deformitas dan kesedihan di

masa tua dengan cara meningkatkan kualitas hidup masa tua (Goldman dan Klatz

8

9

2003) Menurut Pangkahila penuaan bisa dicegah diobati dan bahkan dapat

dikembalikan ke keadaan semula (Pangkahila 2007)

Proses penuaan dapat dijelaskan dalam empat teori utama yang walaupun

tidak dapat menjelaskan dengan lengkap tetapi teori tersebut melengkapi satu

dengan yang lain

211 Teori Wear and Tear

Teori ini diperkenalkan pertama kali oleh Dr August Weisman seorang

ahli biologi dari Jerman pada tahun 1882 Teori ini menyatakan bahwa tubuh dan

sel akan rusak karena penggunaan dan disalahgunakan baik penggunaan secara

alami apalagi penyalahgunaan Kerusakan terjadi dalam sel sampai organ Pada

usia muda kerusakan yang terjadi dapat diatasi dikompensasi karena sistem

perbaikan dan pemeliharan yang masih baik tetapi seiring dengan bertambahnya

umur tubuh mulai kehilangan kemampuan tersebut Teori ini juga meyakini

pemberian suplemen dan merangsang kemampuan tubuh untuk melakukan

perbaikan dan mempertahankan organ tubuh dan sel

212 Teori Radikal Bebas

Teori ini diperkenalkan oleh Dr Denham Harman pada tahun 1956

Radikal Bebas adalah molekul tidak stabil yang sangat reaktif karena mempunyai

elektron tidak berpasangan pada orbit luarnya dapat bereaksi dengan molekul

lain menimbulkan reaksi berantai yang sangat destruktif (Goldman dan Klatz

2003)

10

Radikal Bebas dihasilkan dari pembakaran gula dan lemak yang kita

konsumsi untuk memberikan energi pada tubuh kita Radikal bebas merusak

membran sel kode DNA enzim protein dan akhirnya terjadi kerusakan pada

seluruh organ Kerusakan terjadi mulai dari lahir dan terus berlanjut hingga

meninggal Pada usia muda dampak penggantian sel yang masih berfungsi baik

Seiring dengan usia bertambah akumulasi kerusakan akibat radikal bebas akan

mengganggu metabolisme sel terjadilah mutasi sel yang mengakibatkan

timbulnya kanker dan kematian

Age Spot merupakan salah satu bentuk kerusakan pada membrane sel

yang disebabkan oleh Radikal Bebas Kerusakan membran ini menghasilkan

produk sisa yang dikenal sebagai lipofuscin Jumlah lipofuscin yang tinggi dalam

tubuh memberikan warna gelap pada daerah tertentu yang disebut Age spot

Lipofuscins mengganggu sintesis DNA dan RNA mempengaruhi sintesis protein

(menurunkan energi dan menghambat pembentukan massa otot) merusak enzim

seluler yang diperlukan untuk proses kimia vital dalam tubuh (Goldman dan

Klatz 2003)

Radikal bebas mempengaruhi peroksidasi lipid yang menyebabkan

produksi MDA (malondialdehyde) yang mengikat protein dan menyebabkan

gangguan fungsi biologik protein tersebut Radikal Bebas berkaitan dengan

penyakit usia lanjut seperti aterosklerosis Parkinson penyakit Alzheimer dan

gangguan fungsi kekebalan tubuh (Pangkahila 2007)

11

213 Teori Kontrol Genetika

Teori terfokus pada kode genetik yang ada dalam DNA meskipun seluruh

aspek diwariskan dalam gen tiap individu waktu jam biologis tergantung pada

pola hidup penuaan masing-masing individu Tiap individu memiliki jam biologis

yang telah diatur waktunya Berhentinya jam biologis menandakan proses

penuaan dan meninggal (Goldman dan Klatz 2003)

Ilmu Kedokteran Anti Penuaan melakukan upaya mencegah dan

memperbaiki kerusakan yang terjadiTerapi Gen diharapkan dapat memberikan

solusi dalam menghadapi takdir genetika terhadap beberapa penyakit keturunan

214 Teori Neuroendokrin

Teori yang menyangkut peranan berbagai hormon bagi fungsi organ tubuh

diperkenalkan oleh Vladimir DilmanPhD

Hormon mengatur dan memperbaiki fungsi tubuh Pada usia muda

berbagai hormone masih berfungsi baik dalam mengendalikan berbagai fungsi

organ tubuh Ketika manusia menjadi tua produksi hormon menurun fungsi

tubuh menjadi terganggu Contoh Growth Hormone yang membantu

pembentukan massa otot testosteron dan hormone tiroid akan menurun tajam

pada usia tua Ditandai dengan rasio lemak dan otot yang meningkat Terapi sulih

hormone dapat membantu masalah tersebut dan mengembalikan fungsi hormone

tubuh sehingga memperlambat proses penuaan

12

22 Radikal Bebas

221 Definisi Radikal Bebas

Radikal bebas adalah molekul (kumpulan atom) yang memiliki elektron

yang tidak berpasangan Oksidan adalah senyawa penerima elektron yaitu

senyawa yang dapat menarik elektron Kedua jenis senyawa ini memiliki aktifitas

yang sama dan memberikan akibat yang hampir sama tetapi dengan proses yang

berbeda (Winarsi 2007) Radikal Bebas digolongkan dalam oksidan namun tidak

setiap oksidan adalah radikal bebas (Suryohudoyo 2000)

Sumber oksidan berasal dari

Tubuh sendiri yaitu berasal dari proses fisiologis namun oleh suatu sebab

jumlahnya menjadi banyak

Proses peradangan

Luar tubuh seperti polutan obat-obatan

Radikal bebas lebih berbahaya dibanding senyawa oksidan non radikal

222 Tahapan Terbentuknya Radikal Bebas dan Sifatnya

Tahapan terbentuknya radikal bebas terjadi melalui sederetan mekanisme

reaksi

1 Tahap Inisiasi yaitu tahap yang menyebabkan terbentuknya radikal bebas

Cu

RH + O2 R + H2O

2 Tahap Propagasi yaitu tahap dimana radikal bebas cenderung bertambah

banyak dengan membuat reaksi rantai dengan molekul lipid lain

13

R + O2 RO2

RO2 + RH R + ROOH

3 Tahap Terminasi yaitu apabila terjadi reaksi antara radikal bebas dengan

radikal bebas lain atau antara radikal bebas dengan suatu senyawa pembasmi

radikal bebas (scavenger)

R1 + R2 R 1 R 2

Reduksi oksigen memerlukan pengalihan empat electron (electrotransfer)

Pengalihan ini tidak dapat sekaligus tetapi dalam empat tahapan yang setiap

tahapan hanya melibatkan pengalihan satu elektron Kendala yang mengharuskan

oksigen hanya dapat menerima satu elektron setiap tahap menyebabkan

terjadinya dua hal yaitu kurang reaktifnya oksigen dan terbentuknya senyawa-

senyawa oksigen reaktif seperti O2 (radikal superoksida) H2O2 (hydrogen

peroksida) OOH (radikal peroksil) dan OH (radikal hidroksil)

Radikal Bebas memiliki 2 sifat yaitu

1 Reaktifitas tinggi karena cenderung menarik elektron

2 Mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal

Elektron dari Radikal Bebas berikatan dengan senyawa yang berikatan

kovalen seperti lipid protein dan DNA akan sangat berbahaya karena ikatan

digunakan bersama-sama pada orbit luarnya Dibanding senyawa oksigen reaktif

radikal hidroksil merupakan senyawa yang paling berbahaya karena reaktifitasnya

yang sangat tinggi

Radikal hidroksil dapat merusak 3 jenis senyawa penting yang berfungsi

untuk mempetahankan integritas sel yaitu

14

1 Asam lemak tak jenuh yang merupakan komponen penting fosfolipid

penyusun membran

2 DNA pembawa genetik sel

3 Protein memegang berbagai peran penting seperti enzim reseptor antibodi

sitoskeleton

Dari ketiga senyawa tersebut yang paling rentan adalah senyawa asam

lemak tak jenuh ganda pada membran sel yang mengakibatkan rapuhnya dinding

sel Senyawa oksigen reaktif ini juga merusak dinding bagian dalam pembuluh

darah sehingga mengakibatkan pengendapan koleserol dan menyebabkan

aterosklerosis Apabila senyawa oksigen reaktif ini merusak basa DNA akan

terjadi kekacauan sistem info genetika berlanjut pada pembentukan sel kanker

Jaringan lipid yang rusak memicu munculnya penyakit degeneratif

Fosfolipid glikolipid dan kolesterol merupakan komponen terpenting

membran sel Komponen fosfolipid dan glikolipid mengandung asam lemak tak

jenuh (asam linoleat linolenat arakidonat) sangat rawan terhadap serangan

radikal hidroksil yang dapat menimbulkan reaksi rantai yang dikenal sebagai

Lipid peroxidation

Peroksidase lipid

LH + OH --- H + H2O

Asam lemak Radikal Bebas

L + O2 -- LOO

Radikal peroksilipid

LOO + LH --- L + L OOH dan seterusnya

15

Hasil akhir dari proses ini adalah terputusnya rantai asam lemak menjadi

berbagai senyawa yang bersifat toksik terhadap sel antara lain berbagai macam

aldehid seperti Malondealdehyde (MDA)

223 Peranan Radikal Bebas dalam proses penuaan

Pada usia muda keseimbangan antara radikal bebas dan pertahanan

antioksidan berfungsi dengan baik seiring dengan pertambahan usia

keseimbangan terganggu karena cadangan antioksidan berkurang dan radikal

bebas berlebih (Saxena dan Lan 2006)

Akibat ketidakseimbangan ini terjadi kerusakan oksidatif (Arief 2010)

Kerusakan ini disebabkan oleh radikal bebas dan merusak 3 komponen utama

yang mempertahankan integritas sel seperti fosfolipid (penyusun membrane sel)

DNA (perangkat genetik) protein (enzim reseptor antibodi) (Fouad 2007)

Ketidakseimbangan antara antioksidan dan senyawa oksigen reaktif

menghasilkan stress oksidatif penyebab kanker penuaan aterosklerosis cedera

iskemik peradangan dan penyakit degeneratif (Parkinson Alzheimer)

(Pangkahila 2007)

23 Stress Oksidatif

231 Keadaan yang menyebabkan stress oksidatif

Pada saat jumlah antioksidan tubuh kurang dari yang diperlukan untuk

meredam efek buruk dari radikal bebas keadaan ini disebut Stress oksidatif Bila

terjadi dalam waktu yang lama akan terjadi penumpukan hasil kerusakan

16

oksidatif di dalam sel dan jaringan yang mengakibatkan hilangnya fungsi sel

jaringan dan akhirnya mati Hal ini merupakan penyebab utama proses penuaan

(Bagiada 2001)

Keadaan yang menyebabkan Stress Oksidatif ini salah satunya adalah

pelatihan fisik berat atau berlebih (Hersh 2004) Stress oksidatif dapat

dikendalikan antara lain dengan membiasakan untuk menerapkan pola hidup sehat

dan mengkonsumsi antioksidan diharapkan akan memacu kerja antioksidan

dalam tubuh

MDA merupakan hasil dari proses peroksidasi lipid meningkatnya MDA

menunjukkan adanya suatu kondisi Stress Oksidatif menurunnya MDA

menunjukkan adanya perbaikan dari kondisi Stress tersebut sehingga MDA dapat

dipakai sebagai biomarker Stress oksidatif

24 Pelatihan Fisik

241 Olahraga

Pelatihan fisik atau olahraga merupakan satu kegiatan yang penting bagi

kehidupan manusia Olahraga merupakan alternatif kegiatan yang dapat

meningkatkan derajat kebugaran fisik seseorang apabila dilakukan dengan dosis

takaran yang benar Menurut Sharkey olahraga dapat meningkatkan pengeluaran

energi dan tingkat pengeluaran tersebut berkaitan dengan intensitas dan durasi

aktifitas yang dilakukan (Sharkey 2003) Latihan fisik atau olahraga yang

memperhatikan frekuensi intensitas tipe dan waktu mendukung dalam

mendapatkan hasil yang maksimal dan menurunkan resiko cedera Latihan fisik

17

yang benar memberikan dampak perbaikan pada sistem fungsional paru dan

jantung sehingga terjadi hipertropi otot jantung penurunan detak jantung

istirahat peningkatan stroke volume peningkatan volume darah dan hemoglobin

menambah jumlah pembuluh darah kapiler serta berfungsi dalam proses

pembakaran energi (Fox 1998) Frekuensi latihan yang dianjurkan adalah 3-4x

seminggu dengan intensitas 72-87 dari denyut jantung maksimal (220-umur)

dengan variasi 10 denyut per menitTipe latihan yang dianjurkan adalah

pemanasan 15 menit kombinasi latihan aerobik dan latihan otot dalam waktu 30-

60 menit diakhiri pendinginan 10 menit (Pangkahila 2009)

Sumber energi yang dibutuhkan untuk pelatihan fisik aerobik yang

dominan didapat dari pembakaran simpanan karbohidrat lemak dan sebagian

kecil (5) dari pemecahan simpanan protein yang terdapat di dalam tubuh untuk

menghasilkan ATP (adenosine triphospate) ATP yang terdapat dalam jaringan

otot terbatas kebutuhan ATP dipertahankan oleh creatinin phosphate (CP) dan

glikogen yang tersimpan dalam otot (Hernawati 2009) Terdapat 3 jalur untuk

memberikan ATP tambahan sesuai yang dibutuhkan selama kontraksi otot

meliputi 1 Pemindahan fosfat berenergi tinggi dari kreatinin fosfat ke ADP 2)

Fosforilasi oksidatif (siklus asam sitrat dari sistem transportasi elektron) 3)

glikolisis (Sherwood 2001) Sedangkan pada aktifitas yang bersifat anaerobik

energi diperoleh dari hidrolisis phosphocreatine serta melalui glikolisis glukosa

secara anaerobik Proses ini dapat terjadi tanpa adanya oksigen (O2) Metabolisme

anaerobik ini menghasilkan asam laktat yang apabila terakumulasi dapat

menyebabkan rasa nyeri pada otot menimbulkan stress fisik Hal ini

18

menyebabkan latihan aerobik terasa lebih menyenangkan (Hernawati 2009)

Metabolisme aerobik jauh lebih efisien daripada anaerobik karena menghasilkan

38 molekul ATP per molekul glukosa versus hanya 2 molekul melalui jalur

anaerob

Pelatihan fisik atau olahraga yang teratur selain memberikan manfaat

perbaikan pada mental fisik dan fisiologis juga mempengaruhi hormon tubuh

kita antara lain (Sharkey2003)

1 Growth Hormone

Stimulasi sintesis protein (muscle tone development) dan kekuatan tulang

tendon ligament dan tulang rawan Penurunan penggunaan glukosa dan

peningkatan penggunaan lemak sebagai bahan bakar selama olahraga

Membantu mengurangi lemak tubuh dan mempertahankan glukosa darah pada

level normal sehingga membantu melakukan olahraga selama periode waktu

yang lebih lama Dilepaskannya Growth Hormone oleh kelenjar pituitari di

otak meningkat dengan meningkatnya waktu latihan aerobik

2 Endorphins

Opioid endogen dari kelenjar pituitary yang memblok rasa sakit menurunkan

nafsu makan membuat perasaan senang mengurangi tekanan dan kecemasan

Pada saat olahraga endorfin dalam darah meningkat sampai lima kali selama

aktifitas olahraga lebih dari 30 menit Endorfin membuat kita dapat melakukan

aktifitas latihan menjadi lebih tahan lama

19

3 Testosteron

Hormon yang penting untuk wanita dan pria dalam mempertahankan tonus

volume kekuatan otot meningkatkan angka rata metabolisme basal

menurunkan lemak tubuh dan merasa lebih percaya diri Diproduksi oleh

ovarium pada wanita dan testis pada laki-laki Testosteron pada wanita hanya

sepersepuluh kadar testosteron pada laki-laki Pada wanita testosteron

berperan pada pengaturan libido dan orgasme Produksi pada wanita menurun

saat menjelang menopause sedangkan pada pria pada usia memasuki usia 40

tahun Kadar testosteron darah mulai meningkat setelah 20 menit olahraga

baik pada wanita maupun pria dan tetap tinggi sampai 1-3 jam setelah

olahraga

4 Estrogen

Estrogen secara biologis aktif adalah 17 beta estradiol meningkatkan

pemecahan lemak dari lemak tubuh sehingga dapat digunakan sebagai sumber

tenaga meningkatkan rata-rata metabolisme basal meningkatkan mood

meningkatkan libido Hormon ini disekresi oleh ovarium meningkat saat

olahraga dan tetap meningkat sampai 1-4 jam setelah olahraga

5 Thyroxine (T4)

Hormon yang diproduksi oleh kelenjar tiroid meningkatkan metabolisme

hampir semua sel dalam tubuh Peningkatan metabolisme ini membantu kita

merasa lebih energik dan juga menyimpan kalori penting untuk penurunan

berat badan Kadar tiroksin dalam darah meningkat sekitar 30 selama

20

olahraga dan tetap meningkat sampai beberapa jam sesudahnya Olahraga

yang teratur juga meningkatkan level tiroksin saat istirahat

6 Epinephrine

Hormon yang diproduksi oleh medulla adrenal yang meningkatkan jumlah

darah yang dipompa oleh jantung dan mengarahkan aliran darah ke tempat

yang diharapkan Stimulasi pemecahan glikogen (karbohidrat yang disimpan)

dalam otot yang aktif dan hati untuk digunakan sebagai sumber tenaga

Menstimulasi pemecahan lemak (lemak yang disimpan dalam otot yang aktif)

dan digunakan sebagai sumber tenaga Sejumlah epinefrin yang dilepaskan

berhubungan dengan intensitas dan durasi latihan

7 Insulin adrenalin

Hormon yang penting dalam mengatur gula darah dan asam lemak (lemak)

dan asam amino (protein) dalam sel Sekresi insulin oleh pancreas meningkat

sehubungan dengan respon meningkatnya kadar gula darah dan protein yang

biasa terjadi setelah makan Semakin banyak gula sederhana yang dikonsumsi

semakin tinggi respon insulin Meningkatnya insulin menyebabkan produksi

lemak sehingga insulin sering disebut sebagai hormon lemak atau fat

hormone Pada orang dengan berat badan berlebih terjadi resistensi insulin

sehingga diperlukan insulin dalan jumlah yang lebih besar untuk didapatkan

efek yang sama sehingga didapatkan kadar insulin darah yang lebih tinggi dan

latihan aerobik setiap hari Kadar insulin darah mulai menurun 10 menit saat

olahraga dan terus menurun sekitar 70 menit olahraga Olahraga yang teratur

juga meningkatkan sensitivitas sel terhadap insulin dalam keadaan istirahat

21

8 Glucagon

Hormon yang diproduksi oleh pankreas tugasnya meningkatkan kadar gula

darah Saat gula darah rendah glukagon disekresi dan menyebabkan simpanan

karbohidrat di dalam hati dilepaskan ke aliran darah untuk meningkatkan

kadar gula mencapai kadar normal Glukagon juga menyebabkan

dipecahkannya lemak sehingga dapat digunakan sebagai bahan bakar atau

sumber tenaga Glukagon mulai disekresi pada 30 menit awal olahraga ketika

gula darah mulai menurun

242 Pelatihan Fisik Berlebih

Pelatihan fisik berlebih menimbulkan gangguan pada sistem endokrin

terjadi peningkatan kadar kortisol dan penurunan kadar testosteron (Maffetone

2007) peningkatan ACTH penurunan LH plasma

Sindrom pelatihan fisik berlebih dalam jangka panjang mengakibatkan

terjadinya inflamasi infeksi yang lebih lanjut dapat mempengaruhi kesehatan

secara umum Aktifitas berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena

terjadi peningkatan konsumsi O2 oleh aktifitas otot skeletal Meskipun oksigen

dibutuhkan oksigen juga bersifat toksik yang dapat memicu peningkatan ROS

Pada organ yang tidak mendapat oksigen dan nutrisi yang cukup akan

menimbulkan keadaan iskemik dan kerusakan mikrovaskular Keadaan ini disebut

sebagai Reperfusion Injury yang memicu terjadinya kerusakan jaringan dan

peningkatan Radikal Bebas

22

Pelatihan fisik berlebih meningkatkan terbentuknya Radikal Bebas

(Adiputra 2008) Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh untuk

melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam organ dan

pembuluh darah (Giriwijoyo 2004) Apabila berlebih menyebabkan kerusakan

sel dengan 3 cara (Kumar et al2005 Ebenhardt 2001)

1 Kerusakan DNA mengakibatkan mutasi DNA bahkan kematian sel

2 Peroksidasi lipid membrane sel dan sitosol menyebabkan terjadinya proses

reduksi asam lemak sehingga mengakibatkan kerusakan membran dan organel

sel

3 Modifikasi protein teroksidasi oleh karena cross linking protein

Bila radikal bebas bertemu dengan asam lemak tak jenuh ganda daalam

membrane sel terjadi reaksi peroksidasi lipid membran sel menyebabkan

peningkatan fluiditas membran gangguan integritas membran dan inaktivasi

ikatan membran dengan enzim dan reseptor Tahap akhir dibebaskan aldehyde

seperti malondealdehyde pentane etana conjugated diane yang bersifat merusak

tubuh (Murray et al2000)

Pelatihan fisik berlebih menyebabkan terjadinya peningkatan lekosit atau

lekositosis peningkatan isoprostan dalam urin protein carbonil (73) catalase

(96) glutation peroksidase serta glutation teroksidasi (25) Dapat

disimpulkan pelatihan fisik berlebih merangsang respon biomarker stres oksidatif

(Murray et al 2000) Proses penuaan mengakibatkan penurunan sistem imun

sehingga meningkatkan resiko infeksi Menurut teori aktifitas sedang dapat

menangkal efek proses penuaan yang diakibatkan penurunan sistem imun Studi

23

yang dilakukan Shepard dan Shek menunjukkan bahwa aktifitas sedang dapat

ditoleransi dengan baik oleh individu lanjut usia dan menunjukkan penurunan

stimulasi proliferasi limfosit

Gejala ndash gejala yang dirasakan apabila melakukan pelatihan fisik berlebih

(overtraining) (Maffetone 2007)

1 Sering mengalami kegagalan dalam melakukan latihan yang biasanya kita

lakukan Kondisi fisik menjadi semakin lemah dan semakin lambat terjadi

kemunduran

2 Kehilangan otot dan terjadi penimbunan lemak Latihan fisik berlebih

meyebabkan rasio testosteron kortisol yang seharusnya positif yang berarti

lebih banyak otot dan lebih sedikit lemak menjadi negatif yang berarti cortisol

lebih tinggi dibanding testosteron yang berarti terjadi peningkatan resistensi

insulin dan penimbunan lemak

3 Merasa lemas mudah tersinggung sulit tidur

4 Persendian tulang dan anggota tubuh terasa sakit

Terjadinya DOMS (delayed onset muscle soreness) menunjukkan teknik

latihan yang salah atau postur saat latihan yang tidak tepat DOMS merupakan

respon alami yang akan hilang dalam waktu sehari atau 2 hari tetapi apabila

nyeri berkepanjangan menunjukkan adanya overtraining

5 Sering tiba-tiba jatuh sakit

Latihan fisik berlebih menurunkan sistem imun tubuh kita sehingga menjadi

lebih mudah sakit

24

Latihan fisik berat jangka panjang berkaitan dengan cedera serat

ototKerusakan yang terjadi berhubungan dengan intensitas durasi dan tipe

latihan Ketika cell death terbentuk jaringan nekrotik dibuang oleh sel fagosit

sel satelit teraktivasi menuju ke area yang cedera menjadi myoblast dan

selanjutnya menjadi serat otot Enzim otot yang dilepaskan tidak sepenuhnya

merefleksikan kerusakan struktural yang diperkirakan oleh analisis histologis

Perubahan penanda biologis cedera otot (seperti aktifitas kreatin kinase (CK)

lactate dehydrogenase (LDH) atau konsentrasi malondialdehyde di plasma

(MDA)) sering diperiksa selama overtraining Serum aktivitas CK dan

konsentrasi MDA plasma dapat gagal meningkat saat overtraining perubahan

parameter biokimia hanya merefleksikan otot dengan beban berlebih Setelah

olahraga yang lama pro-inflammatory cytokines diproduksi lokal pada otot

skeletal

Tanda dan gejala fisik latihan fisik berlebih (overtraining)

- Denyut jantung atau nadi yang meningkat saat istirahat

- Tidak toleransi terhadap latihan

- Penampilan yang menurun

- Penurunan berat badan berkurangnya massa otot tidak nafsu makan

- Kelelahan chronic fatigue lethargy

- Nyeri dan kerusakan otot nyeri sendi

- Mudah terserang flu pembengkakan kelenjar getah bening di leher

selangkangan dan ketiak

- Konstipasi atau diare

25

- Gangguan haid gangguan makan gangguan tidur

- Sakit kepala gangguan pencernaan

- Pemulihan yang berlangsung lambat setelah latihan

- Sendi otot tendon terasa kaku dan sakit

Tanda dan gejala psikologis

- Lelah capek kekurangan tenaga

- Insomnia sakit kepala tidak mampu untuk beristirahat

- Depresi gelisah cemas apatis

- Menurunnya kepercayaan diri

- Menurunnya kemampuan untuk berkonsentrasi

- Mudah stress

Efek biokimia dari Latihan Fisik Berlebih

- Meningkatnya serum kortisol dan SHBG

- Menurunnya serum total dan free testosterone rasio testosteron kortisol

- Menurunnya glikogen otot

- Menurunnya serum hemoglobin besi dan ferritin

Faktor yang mempengaruhi terjadinya overtraining

- Jetlag

- Bekerja terlalu keras

- Menstruasi

- Nutrisi gaya hidup yang buruk

- Kurang istirahat

- Terlalu banyak mengkonsumsi alkohol

26

- Kurangnya kemampuan mengatasi stress

Penanganan overtraining atau Latihan Fisik berlebih

- Massage

Massage pada jaringan dalam dapat melepaskan otot yang tegang

mempertahankan keseimbangan sistem muskulo-skeletal Pemijatan atau

massage yang teratur dapat membantu mencegah cedera yang mungkin

terjadi karena overuse

- Menggunakan roller busa

Penggunaan roller busa memungkinkan kita dapat melakukan massage

atau pemijatan sendiri Kita dapat juga memakai yang berbentuk bola atau

bola tenis untuk membantu menghilangkan rasa sakit Pemijatan ini dapat

dilakukan di tungkai lutut hamstring bahu punggung atau otot atau sendi

manapun

- Terapi suhu kontras

Air pancuran hangat dan dingin bergantian menstimulasi tubuh untuk

pulih lebih cepat Otot membawa impuls yang terasa pada kulit bagian

dalam tubuh di mana terjadi stimulasi sistem imun memperbaiki sirkulasi

dan pencernaan mempengaruhi produksi hormon stress meningkatkan

aliran darah mengurangi sensitivitas nyeri

- Pengaturan makanan

Membantu proses pemulihan penting untuk mengkonsumsi makanan

tinggi karbohidrat protein dan lemak sehat seperti Omega 3 omega 6

omega 9 asam lemak esensial Karbohidrat memberikan sumber tenaga

27

pada tubuh dan otak asam lemak esensial membantu mengurangi depresi

memperbaiki pemulihan protein akan membangun kembali otot yang

mengalami overtraining

- Mengkonsumsi vitamin

Ketika terjadi overtraining suplementasi sangat menguntungkan Vitamin

dan suplementasi mineral sebaiknya dikonsumsi pagi hari bersama dengan

makanan untuk penyerapan yang lebih baik

Defisiensi Vitamin yang biasa terjadi

- Vitamin A (Beta-Caroten)

- Vitamin B kompleks vitamin B12

- Vitamin C D E K

- Asam Folat

Defisiensi Mineral yang biasa terjadi

- Calcium

- Chromium

- Copper Iodine Iron

- Magnesium Fosfor

- Potassium

- Sodium

- Sulfur

- Zinc

28

25 Antioksidan

Radikal Bebas merupakan senyawa reaktif yang secara alami diproduksi

oleh tubuh manusia Radikal Bebas memberikan efek positif atau efek negatif

Untuk membatasi efek negatif tersebut dibutuhkan kompleks proteksi ndash sistem

antioksidan Sistem ini terdiri dari enzim antioksidan (katalase glutation

peroksidase superoksid dismutase) dan antioksidan non enzimatik ( vitamin E-

tokoferol vitamin A- retinol vitamin C- asam askorbat) Keseimbangan antara

produksi radikal bebas dan pertahanan antioksidan menunjukkan tingkat stress

oksidatif yang mungkin terlibat dalam proses penuaan dan pada beberapa

patologi (misalnya kanker Parkinson) (Winarsi 2007)

Latihan fisik juga meningkatkan stress oksidatif dan menyebabkan

gangguan homeostasis Latihan memberikan efek positif dan efek negatif

tergantung dari beban latihan spesifikasi latihan dan tingkat basal latihan Stress

oksidatif terlibat dalam terjadinya muscular fatigue dan mengarah ke

overtraining

Definisi antioksidan menurut Cadenas adalah suatu senyawa yang apabila

terdapat dalam jumlah yang lebih banyak dibanding senyawa yang teroksidasi

secara signifikan dapat menunda atau mencegah proses oksidasi senyawa tersebut

(Cadenas 2002) Secara kimia antioksidan adalah senyawa pemberi electron

Secara biologis antioksidan adalah senyawa yang mampu menangkal dan

meredam dampak negative oksidan dalam tubuh Antioksidan mendonorkan satu

elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa oksidan tersebut dapat

dihambat (Winarsi 2007)

29

Penting sekali keseimbangan antara oksidan dan antioksidan karena

berfungsi menjaga integritas dan berfungsinya membrane lipid protein sel dan

asam nukleat Senyawa asam lemak tak jenuh penyusun membrane lipid sangat

sensitive terhadap perubahan keseimbangan antara oksidan dan antioksidan

Menurut mekanisme kerjanya antioksidan dikelompokkan atas 3 yaitu

1 Antioksidan primer SOD katalase glutation peroksidase (GSH-Px)

Bekerja pembentukan senyawa radikal bebas yang telah terbentuk menjadi

molekul yang kurang aktifSedangkan antioksidan primer yang dapat

ditambahkan dari luar seperti glutation asam lipoat SOD melatonin

2 Antioksidan sekunder vitamin E vitamin C beta karoten flavonoid asam

urat albumin (Soewoto 2001)

Merupakan antioksidan eksogenous atau non enzimatis (Winarsi 2007)

Bekerja dengan cara memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal bebas

atau dengan cara menangkapnya

3 Antioksidan tertier meliputi system enzim DNA-repair dan metionin

sulfoksida reduktase Berfungsi dalam perbaikan biomolekuler yang rusak

akibat reaktivitas radikal bebas

26 Glutation sebagai antioksidan

Glutation merupakan tripeptida yang terdiri dari asam amino glutamat

sistein dan glisin (Cadenas 2002)Ikatan glutamat ndash sistein merupakan ikatan

isopeptida antara grup γ-karboksil dari glutamat dan grup α amino dari

sisteinIkatan unik ini membuat gluation tahan terhadap degradasi oleh proteases

30

dan peptidases yang berfungsi pada peralihan proteinMerupakan suatu

antioksidan yang mencegah kerusakan komponen seluler oleh reactive oxygen

species seperti radikal bebas dan peroksidGlutation bukan nutrisi esensial karena

disintesa di dalam tubuh dari asam amino L-sistein L-glutamic acid dan glycine

Gambar 21 Struktur GSH dan GSSG

Glutation terdapat pada sebagian besar sel tubuh tetapi terbanyak terdapat

di dalam hati Grup thiol (SH) dari sistein berfungsi sebagai donor proton dan

bertanggungjawab untuk aktifitas biologis glutation Provisi asam amino ini

merupakan faktor yang terbatas dalam sintesis glutation oleh sel karena sistein

relatif jarang pada makanan Apabila dilepaskan sebagai asam amino bebas

sistein adalah toksik dan secara spontan dikatabolisasi di saluran pencernaan dan

plasma darah

Glutation disintesis dalam 2 tahap

1 Gamma-glutamylcysteine disintesa dari L-glutamate dan sistein melalui enzim

gamma-glutamylcysteine sintetase (glutamate cysteine ligase GCL)

31

2 Glisin ditambahkan pada C-terminal dari gamma-glutamylcysteine melalui

enzim glutation sintetase

261 Fungsi Glutation

Glutation terdapat dalam bentuk tereduksi (GSH) dan teroksidasi (GSSG)

Grup thiol dari sistein mampu memberikan donor elektron ke molekul lain yang

tidak stabil seperti Reactive Oxygen Species (ROS) Pada saat mendonorkan

elektronnya glutation menjadi reaktif dan segera bereaksi dengan glutation reaktif

lainnya membentuk glutation disulfide (GSSG)Reaksi mungkin terjadi apabila

terdapat konsentrasi yang cukup tinggi di sel (sampai 5mm di hati) GSH dapat

terbentuk kembali dari GSSG oleh enzim glutation reduktase Pada sel atau

jaringan yang sehat terdapat lebih 90 dari total simpanan glutation terdapat

dalam bentuk tereduksi (GSH) dan kurang dari 10 dalam bentuk disulfide

(GSSG)

GSH ---- GSSG

Eliminasi ROS Menjaga protein thiols Antioxidant

dalam bentuk reduksi pools

Gambar 22 GSH Redox (Cadenas 2002)

GSH Redox merupakan indikator sentral keseimbangan antara stress

oksidatif dan system antioksidan GSH Redox berkaitan dengan detoksifikasi

Reactive Oxygen Species (ROS) berfungsi dalam mempertahankan tersedianya

antioksidan mempertahankan protein thiol dalam bentuk reduksi Rasio

32

GSHGSSG sering dipakai untuk mengekspresikan keseimbangan redox ini

Peningkatan rasio GSH-GSSG merupakan indikasi adanya Stress Oksidatif

(Goldman 2003)

Glutation mempunyai beberapa fungsi (Winarsih 2007)

- Sebagai antioksidan endogen mayor yang diproduksi oleh sel berpartisipasi

langsung pada netralisasi radikal bebas dan senyawa oksigen reaktif

mempertahankan antioksidan eksogen seperti vitamin C dan E pada bentuk

tereduksi (aktif)

- Pengaturan siklus nitric oxide yang sangat penting untuk kehidupan tetapi

dapat menjadi masalah apabila tidak teregulasi Digunakan untuk reaksi

metabolism dan biokimia seperti sintesis dan perbaikan DNA sintesis protein

sintesis prostaglandin transport asam amino dan aktivasi enzim Tiap sistem

di dalam tubuh kita dapat dipengaruhi oleh sistem glutation khususnya sistem

imun sistem saraf sistem gastrointestinal dan paru

Gambar 23 Detoksifikasi Lipid Hydroxyperoxides di usus halus

33

GSH yang ditransportasikan kedalam lumen digunakan untuk detoksifikasi

peroksid yang terbentuk dari makanan oleh glutation peroksidase (GSH Px)

Proses ini membutuhkan peroksid dan glutation yang tersedia di sel epitel GSSG

yang terbentuk direduksi kembali menjadi GSH oleh GSSG reduktase (GSSG

Rx) menggunakan NADPH sebagai reduktan

262 Suplementasi Glutation

Meningkatkan level GSH melalui suplementasi glutation langsung sulit

Penelitian terakhir menyatakan bahwa secara oral tidak diabsorpsi baik melalui

saluran pencernaan Studi mengenai konsumsi oral akut glutation dengan dosis

sangat besar 3 gram Witschi dan tim menemukan lsquoadalah tidak mungkin

meningkatkan glutation yang bermanfaat secara klinis dengan dosis tunggal 3

gram glutationrsquo

Glutation terdapat pada makanan sehari-hari sampai 150mghari dapat

diabsorpsi melalui intak di usus halus Individu sehat dengan asupan sulfur asam

amino (1-2 gramhari) jumlah GSH mungkin tidak cukup untuk mendapatkan

efek penting secara sistemik Individu dengan asupan sulfur asam amino yang

terbatas suplementasi GSH diperlukan untuk mempertahankan suplai GSH

sistemik dengan memperbaiki keseimbangan sulfur asam amino (Cadenas 2002)

Glutation hanya diabsorpsi di sel epitel oral dan traktus gastrointestinal

dan memberikan keuntungan kesehatan spesifik pada jaringan tersebut(Cadenas

2002)

34

SUPLAI HILANG

Makanan suplemen Degradasi

GSH

Empedu LUMINAL Uptake

Epitel Reaksi Detoksifikasi

Gambar 24 Supply dan Removal Glutation dalam lumen usus halus (Cadenas 2002) Glutation (GSH) disuplai ke dalam lumen intestinal melalui konsumsi oral

empedu dan sekresi epitel intestinal Jumlah yang disuplai dari empedu cukup

untuk mempertahankan jumlah 200microM pada tikus tetapi tidak cukup pada

manusia yang mengalami degradasi di duktus kantung empedu Jumlah yang

dikonsumsi melalui makanan bervariasi dan secara umum kurang dari 200 microM

Jumlah yang diberikan melalui epitel hanya sekitar 10 atau kurang

dibandingkan dengan yang disediakan oleh empedu Hilangnya Glutation karena

degradasi oleh γ-glutamyltranspeptidase dan dipeptidases pada permukaan sel

epitel ditransportasikan ke dalam sel oleh mekanisme sodium-dependent dan

sodium-independent konjugasi dengan elektrofil reaktif dikatalisasi oleh

glutathione-S transferase mucus (Cadenas 2002)

Vitamin D meningkatkan level glutation di otak dan tampaknya sebagai

katalis untuk produksi glutation Sejumlah vitamin D aktif di otak berikatan

dengan seberapa besar vitamin D3 baik melalui suplemen atau dibentuk di kulit

melalui paparan matahariHal ini menyatakan bahwa mengkonsumsi vitamin D

35

dan atau mendapat cukup paparan matahari meningkatkan produksi glutation

(Sellman 2009)

Konsentrasi glutation di plasma dan hati dapat ditingkatkan dengan

mengkonsumsi suplemen tertentu yang disebut GSH precursors N-asetilsistein

atau NAC glutation precursor yang paling memungkinkan Suplemen lain S-

adenosilmetionin (SAMe) dan whey protein juga dapat meningkatkan glutation

dalam sel (Sellman 2009)

NAC tersedia dalam bentuk obat dan sebagai suplemen generik Alpha

lipoic acid juga dapat mempertahankan glutation intraselular Melatonin dapat

menstimulasi enzim yang berkaitan glutation peroksidase dan silimarin ekstrak

dari biji tanaman milk thistle (Silybum marianum) juga mempunyai kemampuan

memperbarui level glutation

Glutation diatur dengan ketat di intraseluler dan dibatasi produksinya oleh

feedback negative inhibisi sintesisnya sendiri melalui enzim gamma-

glutamilsistein sintetase sehingga meminimalisir kemungkinan terjadinya

overdosis Penambahan glutation menggunakan precursor atau glutation intravena

adalah strategi untuk mengatasi defisiensi glutation stress oksidatif tinggi

defisiensi imun

Glutation yang rendah menunjukkan adanya pembuangan dan

keseimbangan negatif nitrogen seperti pada kanker AIDS sepsis trauma

terbakar dan bahkan atlet overtraining Suplementasi glutation dapat

memperbaiki proses ini dan contohnya pada AIDS memberi hasil adanya

perbaikan survival rates Bagimanapun studi mengenai kondisi ini belum dapat

36

membedakan glutation rendah sebagai akibat secara akut (pada pasien sepsis) atau

secara kronis (HIV) meningkatkan stress oksidatif dan peningkatan patologi

sebagai akibat defisiensi yang sudah ada sebelumnya

Skizofrenia dan gangguan bipolar berhubungan dengan glutation yang

rendah Stress oksidatif mungkin salah satu faktor dasar patofisiologi gangguan

bipolar gangguan depresif mayor dan skizofrenia Glutation (GSH) adalah

pemakan radikal bebas mayor di otakTidak adanya GSH meningkatkan

kerentanan sel terhadap stress oksidatif ditandai asetilsistein dapat mengurangi

gejala kedua gangguan tersebut

Glutation merubah level stress oksidatif pada sel yang diisolasi di

laboratorium sehingga dapat mengurangi perkembangan kanker Tes ini tidak

dilakukan pada manusia

Glutamat yang berlebihan di sinaps yang dapat dilepaskan pada kondisi

seperti cedera otak dapat menghambat pengambilan sistein senyawa pembentuk

glutation yang pentingTanpa proteksi dari cedera oksidatif oleh glutation sel-sel

dapat rusak atau mati (Sellman 2009)

Glutation juga mempunyai fungsi lain sebagai berikut (Sellman 2009)

Mencerahkan kulit

Mencegah menghilangkan jerawat dan bekas jerawat

Menghilangkan noda hitam

Anti aging dan anti kerut

Memberi nutrisi kulit

Membantu pemulihan luka

37

Membuat kulit menjadi halus segar dan bersinar

Kondisi kesehatan yang berhubungan dengan defisiensi glutation

Peningkatan proses penuaan

Kesulitan dalam keseimbangan

Gangguan mental

Masalah koordinasi

Gangguan sistem saraf

Akhir-akhir ini dipercaya sebagai penyebab lesi otak

Kanker HIV Katarak Diabetes Mellitus

Jumlah sperma yang rendah

263 Glutation Precursor (Sellman 2009)

Glutation Precursor disebut juga sebagai building-block dari glutation

yaitu N-asetilsistein atau NAC dan whey protein tidak terdenaturasi

Nasetilsistein adalah obat farmasi yang biasa digunakan bertahun-tahun untuk

mengobati overdose asetaminofen Hal ini sangat efektif ketika diberikan dalam

dosis besar di ruang darurat ketika seseorang akan mengalami gagal hati karena

overdosis asetaminofen komposisi aktif dari Tylenol

Efek sampingnya adalah bercak-bercak kemerahan bersin mual

anafilaksis reaksi alergi yang berupa kesulitan bernafas karena bronkospasme

tekanan darah menurun angioedema muntah kram diare Walaupun jarang

kematian pernah dilaporkan karena N-asetilsistein Beberapa orang mendapatkan

rasa dan bau yang tidak dapat diterima karena kandungan sulfur di dalamnya

38

Pengggunaan teratur untuk menaikkan kadar glutation tidak direkomendasikan

untuk anak-anak dan bayi Masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk

menentukan keamanan N-asetilsistein untuk penggunaan jangka panjang

Whey protein tidak terdenaturasi merupakan nutraceutical atau medicinal

foodSenyawa ini memberikan ikatan sistein ke sel-sel di mana glutation dapat

terbentuk di tempat tersebut

Beberapa kondisi yang tidak dapat mengkonsumsi whey protein

- Pasien dengan alergi protein susu

- Pasien dengan diet rendah protein

- Pasien yang sedang menjalani terapi imunosupresif

Efek sampingnya adalah kembung perut kram urtikaria Efek samping

karena overdosis tidak terjadi karena sel hanya membuat sebatas yang dibutuhkan

apabila berlebih kelebihan disimpan di hati dan ginjal sampai suatu saat kalau

dibutuhkan

264 Sumber Glutation dari makanan

Sumber glutation dari makanan yang disarankan adalah asparagus bayam

brokoli bawang putih kale bawang watercress kol Brussel sprout beberapa

bumbu seperti kunyit kayu manis semangka alpukat anggur peach jeruk

walnut granola daging kalkun dan daging ayam keju cottage dan yoghurt

39

Tabel 21 Makanan yang mengandung Glutation (Cadenas2002)

GSH Food Group mg100 g mgsaji Buah segar Apel 33 46 Pisang 41 48 Anggur 79 146 Jeruk 73 106 Semangka 66 283 Sayuran segar Asparagus dimasak 283 263 Alpukat 277 313 Brokoli dimasak 91 78 Wortel mentah 79 59 Tomat 90 109 Daging Hamburger 175 149 Ham rebus 233 13 Ayam digoreng 131 134 Sereal biji-bijian Cornflakes 00 00 Roti whole wheat 12 06 Roti putih 00 00 Nasi putih enriched dimasak 16 21 Produk Susu Susu whole 00 00 Keju Amerika 00 00 Yoghurt plain lowfat 00 00 Es krim 10 lemak 00 00

40

BAB III

KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

31 Kerangka Berpikir

Faktor penyebab penuaan antara lain faktor internal dan faktoreksternal

Faktor internal meliputi radikal bebas glikosilasi metilasi hormon yang

berkurang apoptosis system kekebalan tubuh yang menurun genetik Faktor

eksternal meliputi gaya hidup tidak sehat polusi lingkungan stress kemiskinan

kebiasaan yang salah olahraga berlebihan (overtraining) Berbagai faktor di atas

menyebabkan terjadinya penurunan fungsi tubuh dan terjadilah penuaan

Kerangka konsep penelitian berdasarkan teori bahwa salah satu penyebab

penuaan adalah radikal bebas Bila jumlah radikal bebas melebihi jumlah

antioksidan di dalam tubuh terjadilah stress oksidatif Radikal bebas dapat

merusak membran sel protein DNA dan berakibat fatal bagi kelangsungan hidup

sel jaringan Stress oksidatif yang berlangsung lama akan mengakibatkan

terjadinya penumpukan hasil kerusakan oksidatif di dalam sel dan jaringan

selanjutnya sel dan jaringan tersebut akan kehilangan fungsinya dan akhirnya

mati

Olahraga berlebih meningkatkan stress oksidatif karena terdapat

peningkatan konsumsi O2 oleh aktivitas otot skeletal Oksigen juga dapat bersifat

toksik yang dapat memicu peningkatan Reactive Oxygen Species (ROS)Organ

yang tidak mendapat cukup oksigen dan nutrisi menjadi iskemik dan terjadi

kerusakan mikrovaskular (Reperfusion Injury) memicu peningkatan radikal

40

41

bebas Dengan pemberian antioksidan Glutation yang merupakan antioksidan

master diharapkan dapat mencegah kerusakan lebih lanjut yang diakibatkan oleh

radikal bebas dengan cara melindungi sel dari Reactive Oxygen Species (ROS)

dan dapat dilihat melalui parameter MDA yang mengalami penurunan

32 Konsep Penelitian

Konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Gambar 31 Konsep Kadar MDA pada tikus yang diberikan Pelatihan Fisik Berlebih+ Placebo dan Pelatihan Fisik Berlebih + Glutation

FAKTOR INTERNAL

- Jenis Kelamin

- Usia

- Genetik

- Hormon

- Psikologis

FAKTOR EKSTERNAL

- Makanan

- Cuaca iklim

- Penyakit

- Exercise

GLUTATION

TIKUS

KADAR MDA

42

33 Hipotesis

Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan kadar MDA

tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

43

BAB IV

METODE PENELITIAN

41 Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksterimental dengan rancangan

randomized pre test-post test control group design (Poccock et al 2008)

Subyek terdiri dari 2 kelompok yaitu

1 Kelompok 1 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+ Placebo

2 Kelompok 2 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation

Semua kelompok sebelum perlakuan diberikan pre test (O1 O3) dan

dihitung rerata untuk masing-masing kelompok

Setelah perlakuan semua kelompok diberikan post test (O2 O4) dan

dihitung rerata untuk masing-masing kelompok

Kemudian dihitung perbedaan rerata antara pre test dan post test dari

masing-masing kelompok lalu hasil perbedaan tersebut dibandingkan secara

statistik

Gambar 41 Rancangan Penelitian

P S

43

R R

O1 P1 O2

O3 P2 O4

44

Keterangan

P = populasi

S = sampel

R = random

O1 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah mendapatkan

pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan placebo (pre test)

O2 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah diberikan pelatihan

fisik berlebih setelah diberikan placebo (post test)

O3 = observasi data MDA kelompok perlakuan setelah diberikan

pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan Glutation (pre test)

O4 = observasi data MDA kelompok perlakuan diberikan pelatihan fisik

berlebih setelah diberikan Glutation (post test)

P1 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih+ placebo

P2 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation

42 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran

Universitas Udayana pada bulan Januari ndash Maret 2012 Pemeriksaan MDA darah

tikus dikerjakan di bagian Program Antar Unit Universitas Gajah Mada

Jogyakarta

45

43 Populasi dan Sampel

431 Populasi

Subyek penelitian adalah tikus jantan dewasa galur Wistar yang berusia 2-

25 bulan dan dalam kondisi fisik sehat

432 Kriteria Sampel

4321 Kriteria Inklusi

Kriteria Inklusi yang ditetapkan sebagai sampel adalah sebagai berikut

a Tikus jantan dewasa galur Wistar

b Umur 2-25 bulan

c Berat badan plusmn200 gram

d Sehat

e MDA ge 5mmollt

4322 Kriteria Drop Out

Adalah sampel yang mati pada waktu penelitian

433 Besar Sampel

Besar sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini dihitung berdasarkan

rumus Poccock (2008)

Angka μ1 (5) dan μ2 (12) didapatkan dari penelitian sebelumnya (Ji 1998)

n=

46

= asymp 7

Keterangan

n = jumlah sampel

σ = standar deviasi kelompok perlakuan dengan pemberian

glutation (15)

f ( ) = besarnya didapat dari tabel (Poccock 2008)

μ1 = rerata hasil MDA pada kelompok perlakuan sesudah

pemberian glutatioacuten (5)

μ2 = rerata hasil MDA pada kelompok pre test (12)

Jadi jumlah sampel (n) = 675 dan ditambah 3 ekor tikus untuk masing-

masing kelompok sebagai cadangan Jadi total 20 ekor tikus dengan 10

ekor tikus untuk masing-masing kelompok

434 Teknik Pengambilan Sampel

Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat

sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi diambil secara acak

sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi

2 kelompok yaitu kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+placebo kelompok

dengan pelatihan fisik berlebih + glutation

47

44 Variabel Penelitian

441 Klasifikasi Variabel

Variabel penelitian dibedakan menjadi

1 Variabel Bebas dosis pemberian glutation

2 Variabel Tergantung kadar MDA

3 Variabel Terkendali varian tikus jantan (galur wistar) jenis

kelamin umur berat badan lingkungan

(pencahayaan suhu kelembaban nutrisi

kandang)

Gambar 42 Bagan Hubungan Antar Variabel

VARIABEL BEBAS

- Pelatihan fisik berlebih

- Glutation 37mg kgBBhari

VARIABEL TERGANTUNG

KADAR MDA

VARIABEL TERKENDALI

Varian tikus

Jenis kelamin umur berat badan

Pencahayaan suhu kelembaban nutrisi kandang

Makanan minuman

48

442 Definisi Operasional Variabel

1 Pelatihan fisik berlebih pada tikus adalah pelatihan yang berlebihan

yang diukur berdasarkan kemampuan maksimal berenang tikus pada

ember berdiameter 35 cm dengan kedalaman air 20 cm yang

dilakukan 60 menithari selama 35 hari pada waktu yang sama pada

suhu 32 derajat (Binekada 2002 dan Pepe2011)

2 Glutation yang diberikan adalah Glutation Teofarma injeksi sediaan

600mg 4 ml Dosis pemberian Glutation adalah pemberian sediaan

antioksidan Glutation dalam bentuk suntikan intraperitoneal yang

diberikan 1x sehari dan diberikan 6 jam sebelum pelatihan fisik

berlebih Dosis pemberian Glutation mengacu pada penelitian yang

dilakukan sebelumnya oleh Ji L L yaitu 37mgkgBBhari yang

dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril secara intraperitonial

3 MDA merupakan salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada

membran sel dan merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan

oleh radikal bebas Pengukuran kadar MDA menggunakan metode

Thiobarbituraic Acid Reactive Substances (TBARS) Pembacaan hasil

dengan menggunakan spektrofotometer Satuan MDA dalam mmoll

4 Cahaya suhu dan kelembaban merupakan kondisi lingkungan yang

dialami tikus jantan dewasa Pada penelitian ini kondisi lingkungan

selama percobaan dibuat sama

5 Berat badan tikus adalah berat badan yang ditimbang dengan

timbangan gram

49

6 Umur tikus adalah umur yang ditentukan dengan melihat tanggal

kelahiran yang dicatat pada kandang percobaan

7 Kondisi peneliti yang meliputi kesehatan fisik dan psikis peneliti

Penelitian dilaksanakan saat kondisi peneliti dalam keadaan baik

sehingga pengaruhnya terhadap hasil penelitian dapat diabaikan

45 Bahan dan Alat Penelitian

451 Bahan Penelitian

Glutation injeksi

Tikus jantan

Makanan tikus berupa pellet dan air minum dari air ledeng

Aquades steril

EDTA (Ethylenediamine tetraacetic acid)

Reagensia untuk pengukuran kadar MDA

452 Alat Penelitian

Alat yang dipakai dalam pengambilan data penelitian ini adalah

- Kandang tikus terbuat dari besi yang di dalamnya terdapat sekam dan

botol minuman

- Ember berdiameter 35 cm dan kedalaman air 20 cm

- Stopwatch

- Timbangan

- Spuit injeksi 1 ml

50

- Sarung tangan

- Kapas dan alkohol 70

- Tabung Evendorf

- Mikropipet

- Pipet kapiler

- Sentrifugasi

46 Prosedur Penelitian

1 Tikus jantan dewasa (Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan

berat badan plusmn200gram dilakukan aklimatisasi selama 2 minggu di

tempat penelitian untuk penyesuaian dengan lingkungan

2 Semua sampel tikus diberi perlakuan yang sama yaitu diberikan

pelatihan fisik berlebih dengan cara berenang sampai kelelahan pada

hari ke 7 kedua kelompok tersebut dilakukan pemeriksaan MDA

3 Mulai hari ke 8 ndash 35 sampel tikus yang berjumlah 20 ekor dibagi atas 2

kelompok di mana kelompok 1(kontrol) diberikan pelatihan fisik

berlebih + injeksi aquabidest intraperitoneal enam jam sebelum

perlakuan aktifitas berlebih kelompok ke 2 (perlakuan) diberikan

pelatihan fisik berlebih + injeksi intraperitoneal glutation 37

mgkgBBhari yang sudah dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril

4 Pada hari ke 35 dilakukan pemeriksaan kadar MDA pada masing-

masing tikus setelah bulu tikus kering

51

5 Selama penelitian hewan coba diberikan makanan dan minuman secara

teratur kebersihan dan kenyamanan kandang dijaga

461 Alur Penelitian

TIKUS ADAPTASI 2 MINGGU

PELATIHAN FISIK BERLEBIH 1 MINGGU

MDA

KELOMPOK 1 KELOMPOK 2

PELATIHAN FISIK BERLEBIH PELATIHAN FISIK BERLEBIH

+ AQUABIDEST (28 hari) +GLUTATION 37mgkgBBhari

28 HARI 28 HARI

MDA

Gambar 43 Bagan Alur Penelitian

462 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium

Pemantauan keselamatan tikus jantan (galur Wistar) di laboratorium

(Smith et al1988 Ngatidjan 2006) adalah sebagai berikut

1 Kandang tikus jantan harus cukup kuat tidak mudah rusak teratur dibersihkan

(1x seminggu) mudah dipasang kembali hewan tidak mudah lepas tahan

52

gigitan hewan kelihatan jelas dari luar Alas tempat tidur terbuat dari serbuk

gergaji atau sekam padi agar mudah menyerap air

2 Luas lantai yang memadai untuk tikus jantan dengan berat badan plusmn200 gram

adalah 60cm persegi dan tinggi 20 cm

3 Diciptakan suasana lingkungan yang stabil dan sesuai keperluan fisiologi tikus

jantan di mana kelembaban suhu pertukaran udara yang ekstrim harus

dihindari

4 Hewan coba hendaknya diperlakukan dengan kasih sayang

47 Pengolahan dan Analisis Data

Analisis data yang digunakan adalah

1 Analisis Deskriptif

2 Uji normalitas data dilakukan dengan tes Shapiro-Wilk Distribusi data

normal dengan nilai pgt005

3 Uji homogenitas dilakukan dengan Lavenersquos Test Data dinyatakan

homogen dengan nilai pgt005

4 Karena data berdistribusi normal dan homogen maka untuk uji

komparabilitas dipakai

- Uji t independent untuk membandingkan rerata kadar MDA antar

kelompok

- Uji Paired T- Test untuk membandingkan rerata kadar MDA pre

dan post masing-masing kelompok

- Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau

dinyatakan berbeda bila plt005

53

BAB V

HASIL PENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 20 ekor tikus jantan dewasa

(Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan berat badan plusmn200 gram sebagai

sampelyang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah 10 ekor

yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dankelompok

perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) Dalam penyajian hasil ini diuraikan

uji normalitas data uji homogenitas data uji komparabilitas dan uji efek

perlakuan

51 Uji Normalitas Data

Data Kadar MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan

pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji

Shapiro-Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005)

disajikan pada Tabel 51

53

54

Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing Kelompok Sebelum

dan Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Perlakuan n p Keterangan

Kadar MDA kontrol pre

Kadar MDA perlakuan pre

Kadar MDA kontrol post

Kadar MDA perlakuan post

10

10

10

10

0965

0550

0975

0697

Normal

Normal

Normal

Normal

52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok

Data Kadar MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun

sesudah perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test

Hasilnya menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52

Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA Sebelum dan

Sesudah Perlakuan

Variabel F p Keterangan

Kadar MDA pre

Kadar MDA post

0016

0592

0901

0452

Homogen

Homogen

53 Kadar MDA

531 Uji komparabilitas

Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata kadar MDA

antar kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan

55

glutation Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada

Tabel 53 berikut

Tabel 53

Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata

Kadar MDA

SB T P

Aktivitas berlebih dan

placebo

Aktivitas berlebihdan

glutathion

10

10

518

529

028

029

089 0386

Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok

kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 518028mmoll dan rerata

kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 529029mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 089 dan nilai

p = 0386 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan

berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya tidak berbeda secara

bermakna (p gt 005)

532 Analisis efek perlakuan

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kadar MDA antar

kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation

56

Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54

berikut

Tabel 54 Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata

Kadar MDA

SB T P

Aktivitas berlebih dan

placebo

Aktivitas berlebihdan

glutathion

10

10

778

444

023

017

3672 0001

Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok

kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata

kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 444017mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 3672 dan nilai

p = 0001 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan

berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya berbeda secara

bermakna (p lt 005)

57

Gambar 51 Perbedaan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

533 Analisis Komparasi Sebelum dengan Sesudah Perlakuan

Analisis komparasi diuji berdasarkan rerata kadar MDA antara sebelum

dengan sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation Hasil

analisis kemaknaan dengan uji t-paired disajikan pada Tabel 55 berikut

Tabel 55 Analisis KomparasiKadar MDA antara Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Kelompok Beda Rerata

pre ndash post p Keterangan

Aktivitas berlebih dan placebo

Aktivitas berlebih dan

glutathion

260

085

0001

0001

Meningkat

Menurun

58

Berdasarkan uji t-paired didapatkan bahwa ada penurunan kadar MDA

pada kelompok perlakuan secara bermakna sebesar 085mmoll sedangkan pada

kelompok kontrol mengalami peningkatan secara bermakna sebesar 260mmoll

59

BAB VI

PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian

Untuk menguji efek pemberian glutation terhadap penurunan kadar MDA

maka dilakukan penelitian terhadap 20 ekor tikus jantan dewasa (Galur Wistar)

sebagai sampel yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah

10 ekor yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dan

kelompok perlakuan (pelatihan fisik berlebih dan glutation)

62 Efek Pelatihan Fisik Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA

Hasil penelitian dan analisis data terhadap kadar MDA darah pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji

normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan homogenitas (Levenersquos test) pre-test dan post-

test masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)

Uji perbandingan 1 minggu pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan

injeksi antara kedua kelompok menggunakan uji t-independent Rerata kadar

MDA kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) adalah

518028mmoll dan rerata kelompok pelatihan fisik berlebih dan glutation

adalah 529029mmoll Analisis kemaknaan dengan uji t-independent

menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna kadar MDA darah antara

kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa

kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan injeksi rerata kadar MDAnya tidak

59

60

berbeda secara bermakna

Uji perbandingan setelah pemberian placebo dan glutation antara kedua

kelompok menggunakan t-independent Rerata kadar MDA kelompok kontrol

(aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata kelompok

perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) adalah 444017mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent antara kedua kelompok sesudah diberikan

placebo dan glutation menunjukkan perbedaan kadar MDA secara bermakna

(plt005) Hal ini berarti bahwa kelompok yang diberikan perlakuan berupa

placebo dan glutation 6 jam sebelum diberikan pelatihan fisik berlebih dengan

cara merenangkan selama 60 menit hari selama 35 hari rerata kadar MDA

berbeda secara bermakna Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh

untuk melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam

organ dan pembuluh darah (Giriwijoyo 2004)

Peningkatan kadar MDA sesudah diberikan pelatihan fisik berlebih pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan disebabkan karena pelatihan fisik

berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena terjadi peningkatan konsumsi

oksigen oleh aktifitas otot skeletal Stress oksidatif memicu peningkatan senyawa

oksigen reaktif Pada pelatihan fisik berlebih juga terjadi Reperfusion Injury yang

memicu terjadinya kerusakan jaringan dan peningkatan radikal bebas (Adiputra

2008) Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara menarik elektronnya

sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan sampai kematian sel

(Suryohudoyo 2000)

Pada penelitian ini didapatkan bahwa sesudah diberikan pelatihan fisik

61

berlebih dan placebo terjadi peningkatan kadar MDA sebesar 5024 Kadar

MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel (Winarsi

2007) Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pepe

(2011) bahwa pelatihan fisik berlebih meningkatkan kadar MDA Lebih lanjut

Murray et al (2000) juga menyatakan bahwa pelatihan fisik berlebih merangsang

respon biomarker stres oksidatif Sedangkan pada kelompok perlakuan yang

diberikan aktifitas berlebih dan glutation terjadi penurunan kadar MDA sebesar

1607 Terjadinya penurunan kadar MDA pada kelompok yang diberikan

glutation 6 jam sebelum melakukan pelatihan fisik berlebih disebabkan karena

pemberian antioksidan meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan

cara mendonorkan elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa

oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsi 2007) Glutation merupakan antioksidan

endogen yaitu antioksidan yang dapat disintesa dalam tubuh dari asam amino L-

sistein L-glutamat dan glisin (Cadenas 2002) yang juga sebagai master

antioksidan yaitu antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain

Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan

Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik (Hersh 2004) Glutation

merupakan salah satu antioksidan yang tidak dapat menjadi pro oksidan (Cadenas

2002) Normalnya sekali suatu antioksidan memakan radikal bebas antioksidan

ini menjadi teroksidasi sendiri dan menyerang sel yang sehat yang disebut

sebagai pro oksidan Glutation dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang

teroksidasi tersebut menjadi bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali

dalam memakan radikal bebas (Sellman 2009) Sehingga dengan demikian

62

glutation dapat membantu dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Urso

(2003) bahwa suplementasi antioksidan dapat mengatasi kondisi stress oksidatif

yang terjadi pelatihan fisik berlebih

Uji perbandingan antara data MDA pre dan post masing-masing kelompok

digunakan uji t-paired test Berdasarkan uji ini didapatkan hasil pada kelompok

perlakuan terjadi penurunan kadar MDA secara bermakna sebesar 085 mmollt

sedangkan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan kadar MDA secara

bermakna sebesar 260mmollt Terjadi penurunan kadar MDA pada kelompok

perlakuan menunjukkan pemberian antioksidan Glutation intraperitoneal dosis

37mgkgBBhari dapat mengatasi kondisi stress oksidatif yang terjadi pada

pelatihan fisik berlebih Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh

Urso (2003)

63

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

71 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan sebagai

berikut Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA

tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

72 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah

1 Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja glutation

yang lebih detail

2 Memperhatikan takaran latihan supaya tidak berlebihan yang justru akan

meningkatkan kerusakan sel

3 Perlu dilakukan uji klinis pada manusia

63

64

DAFTAR PUSTAKA

Adiputra N 2008Kesehatan Olah Raga Available from httpwwwbalihesgorgindexphpoption=com Accessed 2011 Oct 5th

Anonim 2011 Glutathione Available at

httpenwikipediaorgwikiGlutathione Accessed 2011 Oct 5th Anonim 2011 Overtraining Available at

httpwwwmarksdailyapplecomovertraining Accessed 2011 Oct5th

Asikin N 2001Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan InKursus Penyegaran dan Pelatihan Radikal bebas dan Antioksidan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta Fakultas Kedokteran UI

Bagiada NA 2001 Proses Penuaan dan Penanggulangannya Denpasar

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hal 22 Banerjee AK Mandal A Chanda D Chahraboti S 2003 Oxidant

Antioxidant and Physical ExerciseAvailable from httpwwwncbinlmnihgovpubmed14619981 accesed 2011 Sept 2nd

Binekada MC 2002 ldquoPelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Konsentrasi dan

Motilitas Spermatozoa Mencitrdquo(tesis) Denpasar Universitas Udayana

Cadenas E Jones PD 2002Bioavailability of Glutathione In Cadenas E

Packer L editorsHandbook of Antioxidants2nd Ed New York Marcel DekkerInc p549-564

Catala A 2006Lipid PeroxidationInt J Biochem Cell Biol 38 1482-1495 Dalle-DonneI Rossi R ColomboR Giustarini D Milzani

A2006Biomarkers of Oxidative Damage in Human Disease Available from httpwwwredorbitcomnewsscience473334biomarkersof oxidative damage in human diseaseindexhtmlaccessed2011 Sept 5th

Fouad T 2007 Free radicals Types Sources and Damaging Reaction

Relations Available from

64

65

wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th

Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th

Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112

Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors

ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their

Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69

Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan

Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th

Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz

R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155

Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester

Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th

Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala

T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200

Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and

Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders

66

Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana

LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia

Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647

Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from

httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit

Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK

Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620

Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji

Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah

Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009

Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan

Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132

Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde

Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521

Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley

Medical Publicationsp 123-141

Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI

Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable

from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer

67

Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole

Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam

Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI

Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam

Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya

Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan

Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47

Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant

Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th

Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan

Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105

68

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965

Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975

Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753

Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

69

Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan

Group Statistics

Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887

Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215

Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260

Perlakuan 10 42500 23348 07383

Independent Samples Test

Levenes Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df

Sig (2-

tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence Interval of the

Difference Lower Upper

Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428

Equal variances not assumed

-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429

Post1

Equal variances assumed 592 452 367

22 18 000 333700 09087 314608 352792

Equal variances not assumed

36722 16855 000 333700 09087 314515 352885

Post2

Equal variances assumed 906 354 264

19 18 000 239500 09066 220454 258546

Equal variances not assumed

26419 16265 000 239500 09066 220307 258693

70

Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis

(Laurence amp Bacharach 1964)

2g mencit 20g tikus 400g marmot

l5Kg kelinci

20Kg kucing

40Kg kera

120Kg anjing

70Kg manusia

20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879

200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560

400 g marmot

008 057 10 225 24 52 102 315

l5Kg kelinci

004 025 044 10 106 24 45 142

20Kg kucing

003 023 042 092 10 22 41 130

40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61

120Kg anjing

0008 006 010 0022 024 052 10 31

70Kg manusia

00026 0018 0031 007 0013 016 032 10

71

Lampiran 4

Foto Penelitian

Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)

72

Lampiran 5

Data Hasil Penelitian

Kelompok Kontrol

Pre test Post test Pre test Post Test

752 647 769 694

779 670 773 664

745 660 803 653

769 643 817 677

783 653

786 684

Kelompok Perlakuan

Pre Test Post test

412 391

436 412

442 425

425 401

453 436

466 442

432 405

456 432

470 453

476 463

Page 16: PEMBERIAN INJEKSI GLUTATION INTRAPERITONEAL

xv

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 21 Struktur GSH dan GSSG 30

Gambar 22 GSH Redox 31

Gambar 23 Detoksifikasi Lipid Hydoxyperoxides di usus halus 32

Gambar 24 Supply dan Removal Glutation 34

Gambar 31 Kerangka Konsep Kadar MDA pada Tikus yang

diberikan Pelatihan Fisik Berlebih+Placebo dan Pelatihan

Fisik Berlebih+Glutation 41

Gambar 41 Rancangan Penelitian 42

Gambar 42 Bagan Hubungan antar Variabel 47

Gambar 43 Bagan Alur Penelitian 51

Gambar 51 Perubahan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah

Diberikan Perlakuan 57

xvi

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Uji Normalitas Data 68

Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antar Kelompok Kontrol

dan Perlakuan 69

Lampiran 3 Perbandingan Luas Permukaan Tubuh Hewan Percobaan

untuk Konversi Dosis 70

Lampiran 4 Foto Penelitian 71

Foto Glutation (Tationil Teofarma) 71

Lampiran 5 Data Hasil Penelitian 72

xvii

xvii

DAFTAR SINGKATAN

CoQ10 Coenzym Q10

DNA Deoxyribonucleic Acid

GSH Px Glutation Peroksidase

GSH Glutation

GSSG Rx Glutation Reduktase

GSSG Glutation Disulfide

MDA Malondialdehyde

NADH Nicotinamide Adenine Dinucleotide

NADPH Nicotinamide Adenine Dinucleotide Phosphate

O2 Oksigen

RNA Ribonucleic Acid

ROS Reactive Oxygen Species

SOD Super Oxide Dismutase

TBARS Thiobarbituric Acid Reactive Substances

1

BAB I

PENDAHULUAN

11 LATAR BELAKANG

Proses penuaan menurut Kedokteran Anti Penuaan dapat diperlakukan

seperti suatu penyakit dalam arti proses ini dapat diatasi dapat dirsquoreversersquo atau

dirsquokembalikanrsquo menjadi kondisi seperti saat muda Penyakit yang muncul seiring

dengan bertambahnya usia seperti hipertensi diabetes mellitus osteoartritis dan

lain-lain membuat kualitas hidup menurun pada usia lanjut Ilmu Kedokteran

Anti Penuaan memberikan paradigma baru dalam mengatasi proses penuaan Ilmu

ini memberikan solusi untuk mengatasi ketidakmampuan penyakit nyeri

deformitas dan kesedihan di masa tua sehingga kualitas hidup meningkat

Modifikasi gaya hidup dengan cara mengatur pola makan pola tidur pola

olahraga pola hidup manajemen hormon dapat meningkatkan kualitas hidup

Terbentuknya radikal bebas oksigen dalam tubuh sebenarnya merupakan

sesuatu yang fisiologis Oksigen yang kita hirup berperan dalam metabolisme

sebagian kecil (2-5) tereduksi membentuk radikal bebas Radikal bebas oksigen

dikelompokkan dalam senyawa Reactive Oxygen Species (ROS) ROS merupakan

radikal bebas yang berbahaya bagi tubuh (Arief 2010) Bila produksi tersebut

menjadi semakin meningkat dalam kondisi seperti terpapar sinar ultraviolet

polusi merokok konsumsi alkohol dalam jumlah banyak stress menyebabkan

kerusakan pada sel-sel terjadi penuaan

1

2

Teknologi yang berkembang dengan pesatnya memberikan kita banyak

fasilitas kemudahan dalam menjalani hidup kita Akhirnya dalam apapun yang

akan kita perbuat atau lakukan kita selalu dihadapkan pada 2 pilihan mau yang

mudah atau yang sulit Menjamurnya makanan instant fast food yang disebut

juga makanan junk food karena memang tidak kurang kandungan gizi yang kita

perlukan Makanan ini tidak mengandung nilai gizi hanya mementingkan rasa

yang penting enak gurih karena banyak mengandung lemak tinggi karbohidrat

dan cepat saji karena semakin sibuknya manusia Selain itu karena kesibukan

kita menjadi kurang sekali dalam berolahraga selain kesibukan juga sudah lelah

Akibatnya kita menjadi gemuk semakin gemuk semakin malas beraktifitas

semakin mudah lelah yang lama kelamaan menjadi kelelahan kronis depresi

mudah muncul

Gaya hidup manusia yang mempunyai tingkat stress yang tinggi ditambah

kurangnya aktifitas berolahraga meningkatkan resiko timbulnya penyakit jantung

low back pain adult-onset diabetes obesity yang disebut hypokinetic diseases

(Sharkey 2003 ) Meningkatnya insidensi kelebihan berat badan menjadi masalah

kesehatan di seluruh dunia termasuk di Indonesia (Misnadiarly 2007) Kelebihan

berat badan menyebabkan terjadinya penumpukan lemak yang berlebihan dalam

tubuh dan berpotensi memicu banyak penyakit yang mematikan Beberapa

penyakit tersebut dikategorikan sebagai penyakit yang terjadi karena metabolism

yang melambat dan penumpukan lemak sering disebut sebagai Sindroma

Metabolik(hipertensi hiperlipidemia diabetes mellitus) Sebaliknya sebuah gaya

3

hidup yang sehat dan seimbang memainkan peranan yang besar dalam mencegah

banyak penyakit yang berhubungan dengan gaya hidup

Pada sisi lain manusia juga selalu dituntut untuk memiliki tubuh sehat

penampilan yang menarik Masalah muncul pada saat manusia memilih jalan

pintas berolahraga berlebihan (overtraining) diet ketat berlebihan

mengkonsumsi obat-obatan penekan nafsu makan obat-obat pembakar lemak

suplemen secara berlebihan dan tanpa informasi yang benar tanpa pengawasan

dokter dengan tujuan untuk memperoleh tubuh ramping dalam waktu secepatnya

Bukan tubuh sehat yang didapat tetapi malah menjadi sakit yang tidak mustahil

dapat mengarah ke kematian

Tubuh sehat ideal dalam arti tidak mudah sakit mempunyai hidup yang

berkualitas penampilan yang prima dan mempunyai postur tubuh yang

proporsional (Misnadiarly 2007) Gaya hidup yang sehat seimbang adalah kunci

untuk mencapai kesehatan dan bentuk badan yang lebih bagus dan hanya akan

tercapai melalui aktifitas olahraga pengaturan pola makan istirahat yang teratur

dan proporsional

Olahraga yang berlebihan tidak memberikan efek yang baik untuk tubuh

tetapi latihan yang tepat meningkatkan kebugaran aerobik Frekuensi yang lebih

sering durasi yang lebih panjang intensitas yang meningkat meningkatkan

kebugaran fisik Hal yang penting kita harus memperhatikan waktu pemulihan

Apabila tubuh tidak mempunyai cukup waktu untuk pemulihan bukan

meningkatkan kebugaran tetapi malah menimbulkan cedera atau penyakit melalui

supresi sistem kekebalan (Sharkey 2003) Olahraga yang teratur dapat

4

meningkatkan produksi molekul anti oksidan endogen termasuk glutathioneurate

coenzyme Q10 (Cadenas 2002) Dengan meningkatnya kadar antioksidan

endogen maka kadar MDA tubuh akan menurun

Teori Radikal Bebas menjelaskan bahwa radikal bebas merusak sel-sel

tubuh manusia (Goldmanamp Klatz 2003) Pelatihan fisik berlebih menyebabkan

terbentuknya radikal bebas Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara

menarik elektronnya sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan

sampai kematian sel (Suryohudoyo 2000) Pelatihan fisik berlebih menyebabkan

penuaan terjadi lebih cepat

Gaya hidup yang tidak sehat meningkatkan produksi radikal bebas

Beruntung tubuh mempunyai mekanisme pertahanan melawan oksidasi yang

terjadi tersebut Tubuh memproduksi enzim dan molekul khusus yang dapat

menangkap dan melenyapkan radikal bebas (superoksid dismutase katalase

glutation alfa lipoic acid CoQ10) yang disebut juga antioksidan endogen dan

yang berasal dari makanan seperti vitamin C dan E beta karoten polifenol

selenium seng (antioksidan esensial) yang disebut juga antioksidan eksogen

Antioksidan endogen maupun eksogen sangat penting buat tubuh karena

mampu meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan cara menangkap

dan mengeliminirnya Antioksidan eksogen efektif diperlukan untuk mencegah

terjadinya stress oksidatif Antioksidan endogen merupakan mekanisme

pertahanan preventif dengan cara memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal

bebas atau dengan cara menangkapnya (Winarsi 2007)

5

Bila jumlah antioksidan lebih sedikit dibanding jumlah radikal bebas

terjadi gangguan keseimbangan yang disebut redox state (Cadenas 2002) Dalam

kondisi seperti ini semakin banyak molekul normal yang ditarik elektronnya

molekul menjadi tidak stabil molekul ini akan merusak molekul sehat lainnya

sehingga terjadilah penyakit (Winarsi 2007)

Pemberian antioksidan yang cukup dan optimal dapat meningkatkan

kebugaran meningkatkan kemampuan tubuh dalam melakukan pelatihan fisik

menurunkan kadar stress oksidatif dalam tubuh mencegah terjadinya penuaan

dini (Pangkahila 2007) Antioksidan bekerja dengan cara mendonorkan satu

elektronnya ke molekul yang kehilangan elektronnya (radikal bebas) sehingga

membentuk radikal bebas tidak reaktif relatif stabil proses kerusakan sel dapat

dihambat

Ada beberapa macam antioksidan salah satunya adalah Glutation

Glutation merupakan antioksidan endogen yaitu antioksidan yang dapat dibuat

oleh tubuh kita sendiri Glutation juga dikenal sebagai master antioksidan

antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain (Goldman 2003)

Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan

Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik Normalnya sekali suatu

antioksidan memakan radikal bebas antioksidan ini menjadi teroksidasi sendiri

dan menyerang sel yang sehat yang disebut sebagai pro oksidan Glutation

dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang teroksidasi tersebut menjadi

bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali dalam memakan radikal bebas

(Sellman 2009) Sehingga dengan pengertian di atas glutation dapat membantu

6

dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh kita lebih banyak

dibandingkan dengan antioksidan lain

MDA adalah metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas

Kadar MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel

Apabila terdapat antioksidan yang tinggi dalam tubuh maka kadar MDA akan

menurun (Winarsi 2007)

Pelatihan fisik berlebih akan menyebabkan meningkatnya kerusakan

oksidatif Glutation menghambat kerusakan oksidatif Parameter yang digunakan

dalam penelitian ini adalah produk peroksidase lipid yaitu malondialdehid (MDA)

menurut metoda Willis

12 Rumusan Masalah

Apakah pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan

kadar MDA tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

13 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat

menurunkan kadar MDA pada tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

14 Manfaat Penelitian

141 Manfaat Keilmuan

Dapat menambah pengetahuan bahwa olahraga berlebih meningkatkan

MDA pemberian antioksidan Glutation dalam upaya mencegah terjadinya stress

7

oksidatif berkelanjutan yang dapat menjadi salah satu penyebab proses penuaan

penyakit metabolisme dan kemungkinan dapat dipergunakan sebagai dasar untuk

dilakukan penelitian lebih lanjut

142 Manfaat Praktis

Pengetahuan tersebut dapat memberikan manfaat kepada masyarakat luas

untuk lebih bijaksana dalam mengkonsumsi antioksidan dan dalam melakukan

pelatihan fisik

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

21 Penuaan

Penuaan sampai saat ini masih dianggap sebagai sesuatu yang alamiah

terjadi demikian juga penyakit yang muncul pada masa tuaSeseorang yang

berumur 50 tahun dengan penyakit Diabetes Mellitus dipandang sebagai sesuatu

yang umum karena memang sudah tua Sejak tahun 1950 penelitian penyebab

penuaan mulai diteliti faktor-faktor penyebab yang mempengaruhi kualitas hidup

sehingga meskipun usia bertambah tua tetapi tetap berkualitas Beberapa cara

modifikasi gaya hidup terus dilakukan untuk mencapai kualitas hidup yang lebih

baik seperti mengatur pola makan pola tidur pola olahraga pola hidup untuk

mencapai kualitas hidup yang baik di usia lanjutPenelitian memberi kesimpulan

bahwa pemberdayaan diri membudayakan pola hidup sehat dapat meningkatkan

kualitas hidup seseorang (Franklin 2009)

Dewasa ini seiring dengan percepatan perubahan teknologi meningkatnya

persaingan hidup orang berlomba-lomba mengkonsumsi produk dan berbagai

metode yang mengklaim bisa menghambat penuaan atau bersifat Anti Aging Ilmu

Kedokteran Anti Penuaan memberikan paradigma baru dalam menangani proses

penuaan Ilmu Kedokteran Anti Penuaan ini menjanjikan dapat memberikan solusi

untuk mengatasi ketidakmampuan penyakit nyeri deformitas dan kesedihan di

masa tua dengan cara meningkatkan kualitas hidup masa tua (Goldman dan Klatz

8

9

2003) Menurut Pangkahila penuaan bisa dicegah diobati dan bahkan dapat

dikembalikan ke keadaan semula (Pangkahila 2007)

Proses penuaan dapat dijelaskan dalam empat teori utama yang walaupun

tidak dapat menjelaskan dengan lengkap tetapi teori tersebut melengkapi satu

dengan yang lain

211 Teori Wear and Tear

Teori ini diperkenalkan pertama kali oleh Dr August Weisman seorang

ahli biologi dari Jerman pada tahun 1882 Teori ini menyatakan bahwa tubuh dan

sel akan rusak karena penggunaan dan disalahgunakan baik penggunaan secara

alami apalagi penyalahgunaan Kerusakan terjadi dalam sel sampai organ Pada

usia muda kerusakan yang terjadi dapat diatasi dikompensasi karena sistem

perbaikan dan pemeliharan yang masih baik tetapi seiring dengan bertambahnya

umur tubuh mulai kehilangan kemampuan tersebut Teori ini juga meyakini

pemberian suplemen dan merangsang kemampuan tubuh untuk melakukan

perbaikan dan mempertahankan organ tubuh dan sel

212 Teori Radikal Bebas

Teori ini diperkenalkan oleh Dr Denham Harman pada tahun 1956

Radikal Bebas adalah molekul tidak stabil yang sangat reaktif karena mempunyai

elektron tidak berpasangan pada orbit luarnya dapat bereaksi dengan molekul

lain menimbulkan reaksi berantai yang sangat destruktif (Goldman dan Klatz

2003)

10

Radikal Bebas dihasilkan dari pembakaran gula dan lemak yang kita

konsumsi untuk memberikan energi pada tubuh kita Radikal bebas merusak

membran sel kode DNA enzim protein dan akhirnya terjadi kerusakan pada

seluruh organ Kerusakan terjadi mulai dari lahir dan terus berlanjut hingga

meninggal Pada usia muda dampak penggantian sel yang masih berfungsi baik

Seiring dengan usia bertambah akumulasi kerusakan akibat radikal bebas akan

mengganggu metabolisme sel terjadilah mutasi sel yang mengakibatkan

timbulnya kanker dan kematian

Age Spot merupakan salah satu bentuk kerusakan pada membrane sel

yang disebabkan oleh Radikal Bebas Kerusakan membran ini menghasilkan

produk sisa yang dikenal sebagai lipofuscin Jumlah lipofuscin yang tinggi dalam

tubuh memberikan warna gelap pada daerah tertentu yang disebut Age spot

Lipofuscins mengganggu sintesis DNA dan RNA mempengaruhi sintesis protein

(menurunkan energi dan menghambat pembentukan massa otot) merusak enzim

seluler yang diperlukan untuk proses kimia vital dalam tubuh (Goldman dan

Klatz 2003)

Radikal bebas mempengaruhi peroksidasi lipid yang menyebabkan

produksi MDA (malondialdehyde) yang mengikat protein dan menyebabkan

gangguan fungsi biologik protein tersebut Radikal Bebas berkaitan dengan

penyakit usia lanjut seperti aterosklerosis Parkinson penyakit Alzheimer dan

gangguan fungsi kekebalan tubuh (Pangkahila 2007)

11

213 Teori Kontrol Genetika

Teori terfokus pada kode genetik yang ada dalam DNA meskipun seluruh

aspek diwariskan dalam gen tiap individu waktu jam biologis tergantung pada

pola hidup penuaan masing-masing individu Tiap individu memiliki jam biologis

yang telah diatur waktunya Berhentinya jam biologis menandakan proses

penuaan dan meninggal (Goldman dan Klatz 2003)

Ilmu Kedokteran Anti Penuaan melakukan upaya mencegah dan

memperbaiki kerusakan yang terjadiTerapi Gen diharapkan dapat memberikan

solusi dalam menghadapi takdir genetika terhadap beberapa penyakit keturunan

214 Teori Neuroendokrin

Teori yang menyangkut peranan berbagai hormon bagi fungsi organ tubuh

diperkenalkan oleh Vladimir DilmanPhD

Hormon mengatur dan memperbaiki fungsi tubuh Pada usia muda

berbagai hormone masih berfungsi baik dalam mengendalikan berbagai fungsi

organ tubuh Ketika manusia menjadi tua produksi hormon menurun fungsi

tubuh menjadi terganggu Contoh Growth Hormone yang membantu

pembentukan massa otot testosteron dan hormone tiroid akan menurun tajam

pada usia tua Ditandai dengan rasio lemak dan otot yang meningkat Terapi sulih

hormone dapat membantu masalah tersebut dan mengembalikan fungsi hormone

tubuh sehingga memperlambat proses penuaan

12

22 Radikal Bebas

221 Definisi Radikal Bebas

Radikal bebas adalah molekul (kumpulan atom) yang memiliki elektron

yang tidak berpasangan Oksidan adalah senyawa penerima elektron yaitu

senyawa yang dapat menarik elektron Kedua jenis senyawa ini memiliki aktifitas

yang sama dan memberikan akibat yang hampir sama tetapi dengan proses yang

berbeda (Winarsi 2007) Radikal Bebas digolongkan dalam oksidan namun tidak

setiap oksidan adalah radikal bebas (Suryohudoyo 2000)

Sumber oksidan berasal dari

Tubuh sendiri yaitu berasal dari proses fisiologis namun oleh suatu sebab

jumlahnya menjadi banyak

Proses peradangan

Luar tubuh seperti polutan obat-obatan

Radikal bebas lebih berbahaya dibanding senyawa oksidan non radikal

222 Tahapan Terbentuknya Radikal Bebas dan Sifatnya

Tahapan terbentuknya radikal bebas terjadi melalui sederetan mekanisme

reaksi

1 Tahap Inisiasi yaitu tahap yang menyebabkan terbentuknya radikal bebas

Cu

RH + O2 R + H2O

2 Tahap Propagasi yaitu tahap dimana radikal bebas cenderung bertambah

banyak dengan membuat reaksi rantai dengan molekul lipid lain

13

R + O2 RO2

RO2 + RH R + ROOH

3 Tahap Terminasi yaitu apabila terjadi reaksi antara radikal bebas dengan

radikal bebas lain atau antara radikal bebas dengan suatu senyawa pembasmi

radikal bebas (scavenger)

R1 + R2 R 1 R 2

Reduksi oksigen memerlukan pengalihan empat electron (electrotransfer)

Pengalihan ini tidak dapat sekaligus tetapi dalam empat tahapan yang setiap

tahapan hanya melibatkan pengalihan satu elektron Kendala yang mengharuskan

oksigen hanya dapat menerima satu elektron setiap tahap menyebabkan

terjadinya dua hal yaitu kurang reaktifnya oksigen dan terbentuknya senyawa-

senyawa oksigen reaktif seperti O2 (radikal superoksida) H2O2 (hydrogen

peroksida) OOH (radikal peroksil) dan OH (radikal hidroksil)

Radikal Bebas memiliki 2 sifat yaitu

1 Reaktifitas tinggi karena cenderung menarik elektron

2 Mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal

Elektron dari Radikal Bebas berikatan dengan senyawa yang berikatan

kovalen seperti lipid protein dan DNA akan sangat berbahaya karena ikatan

digunakan bersama-sama pada orbit luarnya Dibanding senyawa oksigen reaktif

radikal hidroksil merupakan senyawa yang paling berbahaya karena reaktifitasnya

yang sangat tinggi

Radikal hidroksil dapat merusak 3 jenis senyawa penting yang berfungsi

untuk mempetahankan integritas sel yaitu

14

1 Asam lemak tak jenuh yang merupakan komponen penting fosfolipid

penyusun membran

2 DNA pembawa genetik sel

3 Protein memegang berbagai peran penting seperti enzim reseptor antibodi

sitoskeleton

Dari ketiga senyawa tersebut yang paling rentan adalah senyawa asam

lemak tak jenuh ganda pada membran sel yang mengakibatkan rapuhnya dinding

sel Senyawa oksigen reaktif ini juga merusak dinding bagian dalam pembuluh

darah sehingga mengakibatkan pengendapan koleserol dan menyebabkan

aterosklerosis Apabila senyawa oksigen reaktif ini merusak basa DNA akan

terjadi kekacauan sistem info genetika berlanjut pada pembentukan sel kanker

Jaringan lipid yang rusak memicu munculnya penyakit degeneratif

Fosfolipid glikolipid dan kolesterol merupakan komponen terpenting

membran sel Komponen fosfolipid dan glikolipid mengandung asam lemak tak

jenuh (asam linoleat linolenat arakidonat) sangat rawan terhadap serangan

radikal hidroksil yang dapat menimbulkan reaksi rantai yang dikenal sebagai

Lipid peroxidation

Peroksidase lipid

LH + OH --- H + H2O

Asam lemak Radikal Bebas

L + O2 -- LOO

Radikal peroksilipid

LOO + LH --- L + L OOH dan seterusnya

15

Hasil akhir dari proses ini adalah terputusnya rantai asam lemak menjadi

berbagai senyawa yang bersifat toksik terhadap sel antara lain berbagai macam

aldehid seperti Malondealdehyde (MDA)

223 Peranan Radikal Bebas dalam proses penuaan

Pada usia muda keseimbangan antara radikal bebas dan pertahanan

antioksidan berfungsi dengan baik seiring dengan pertambahan usia

keseimbangan terganggu karena cadangan antioksidan berkurang dan radikal

bebas berlebih (Saxena dan Lan 2006)

Akibat ketidakseimbangan ini terjadi kerusakan oksidatif (Arief 2010)

Kerusakan ini disebabkan oleh radikal bebas dan merusak 3 komponen utama

yang mempertahankan integritas sel seperti fosfolipid (penyusun membrane sel)

DNA (perangkat genetik) protein (enzim reseptor antibodi) (Fouad 2007)

Ketidakseimbangan antara antioksidan dan senyawa oksigen reaktif

menghasilkan stress oksidatif penyebab kanker penuaan aterosklerosis cedera

iskemik peradangan dan penyakit degeneratif (Parkinson Alzheimer)

(Pangkahila 2007)

23 Stress Oksidatif

231 Keadaan yang menyebabkan stress oksidatif

Pada saat jumlah antioksidan tubuh kurang dari yang diperlukan untuk

meredam efek buruk dari radikal bebas keadaan ini disebut Stress oksidatif Bila

terjadi dalam waktu yang lama akan terjadi penumpukan hasil kerusakan

16

oksidatif di dalam sel dan jaringan yang mengakibatkan hilangnya fungsi sel

jaringan dan akhirnya mati Hal ini merupakan penyebab utama proses penuaan

(Bagiada 2001)

Keadaan yang menyebabkan Stress Oksidatif ini salah satunya adalah

pelatihan fisik berat atau berlebih (Hersh 2004) Stress oksidatif dapat

dikendalikan antara lain dengan membiasakan untuk menerapkan pola hidup sehat

dan mengkonsumsi antioksidan diharapkan akan memacu kerja antioksidan

dalam tubuh

MDA merupakan hasil dari proses peroksidasi lipid meningkatnya MDA

menunjukkan adanya suatu kondisi Stress Oksidatif menurunnya MDA

menunjukkan adanya perbaikan dari kondisi Stress tersebut sehingga MDA dapat

dipakai sebagai biomarker Stress oksidatif

24 Pelatihan Fisik

241 Olahraga

Pelatihan fisik atau olahraga merupakan satu kegiatan yang penting bagi

kehidupan manusia Olahraga merupakan alternatif kegiatan yang dapat

meningkatkan derajat kebugaran fisik seseorang apabila dilakukan dengan dosis

takaran yang benar Menurut Sharkey olahraga dapat meningkatkan pengeluaran

energi dan tingkat pengeluaran tersebut berkaitan dengan intensitas dan durasi

aktifitas yang dilakukan (Sharkey 2003) Latihan fisik atau olahraga yang

memperhatikan frekuensi intensitas tipe dan waktu mendukung dalam

mendapatkan hasil yang maksimal dan menurunkan resiko cedera Latihan fisik

17

yang benar memberikan dampak perbaikan pada sistem fungsional paru dan

jantung sehingga terjadi hipertropi otot jantung penurunan detak jantung

istirahat peningkatan stroke volume peningkatan volume darah dan hemoglobin

menambah jumlah pembuluh darah kapiler serta berfungsi dalam proses

pembakaran energi (Fox 1998) Frekuensi latihan yang dianjurkan adalah 3-4x

seminggu dengan intensitas 72-87 dari denyut jantung maksimal (220-umur)

dengan variasi 10 denyut per menitTipe latihan yang dianjurkan adalah

pemanasan 15 menit kombinasi latihan aerobik dan latihan otot dalam waktu 30-

60 menit diakhiri pendinginan 10 menit (Pangkahila 2009)

Sumber energi yang dibutuhkan untuk pelatihan fisik aerobik yang

dominan didapat dari pembakaran simpanan karbohidrat lemak dan sebagian

kecil (5) dari pemecahan simpanan protein yang terdapat di dalam tubuh untuk

menghasilkan ATP (adenosine triphospate) ATP yang terdapat dalam jaringan

otot terbatas kebutuhan ATP dipertahankan oleh creatinin phosphate (CP) dan

glikogen yang tersimpan dalam otot (Hernawati 2009) Terdapat 3 jalur untuk

memberikan ATP tambahan sesuai yang dibutuhkan selama kontraksi otot

meliputi 1 Pemindahan fosfat berenergi tinggi dari kreatinin fosfat ke ADP 2)

Fosforilasi oksidatif (siklus asam sitrat dari sistem transportasi elektron) 3)

glikolisis (Sherwood 2001) Sedangkan pada aktifitas yang bersifat anaerobik

energi diperoleh dari hidrolisis phosphocreatine serta melalui glikolisis glukosa

secara anaerobik Proses ini dapat terjadi tanpa adanya oksigen (O2) Metabolisme

anaerobik ini menghasilkan asam laktat yang apabila terakumulasi dapat

menyebabkan rasa nyeri pada otot menimbulkan stress fisik Hal ini

18

menyebabkan latihan aerobik terasa lebih menyenangkan (Hernawati 2009)

Metabolisme aerobik jauh lebih efisien daripada anaerobik karena menghasilkan

38 molekul ATP per molekul glukosa versus hanya 2 molekul melalui jalur

anaerob

Pelatihan fisik atau olahraga yang teratur selain memberikan manfaat

perbaikan pada mental fisik dan fisiologis juga mempengaruhi hormon tubuh

kita antara lain (Sharkey2003)

1 Growth Hormone

Stimulasi sintesis protein (muscle tone development) dan kekuatan tulang

tendon ligament dan tulang rawan Penurunan penggunaan glukosa dan

peningkatan penggunaan lemak sebagai bahan bakar selama olahraga

Membantu mengurangi lemak tubuh dan mempertahankan glukosa darah pada

level normal sehingga membantu melakukan olahraga selama periode waktu

yang lebih lama Dilepaskannya Growth Hormone oleh kelenjar pituitari di

otak meningkat dengan meningkatnya waktu latihan aerobik

2 Endorphins

Opioid endogen dari kelenjar pituitary yang memblok rasa sakit menurunkan

nafsu makan membuat perasaan senang mengurangi tekanan dan kecemasan

Pada saat olahraga endorfin dalam darah meningkat sampai lima kali selama

aktifitas olahraga lebih dari 30 menit Endorfin membuat kita dapat melakukan

aktifitas latihan menjadi lebih tahan lama

19

3 Testosteron

Hormon yang penting untuk wanita dan pria dalam mempertahankan tonus

volume kekuatan otot meningkatkan angka rata metabolisme basal

menurunkan lemak tubuh dan merasa lebih percaya diri Diproduksi oleh

ovarium pada wanita dan testis pada laki-laki Testosteron pada wanita hanya

sepersepuluh kadar testosteron pada laki-laki Pada wanita testosteron

berperan pada pengaturan libido dan orgasme Produksi pada wanita menurun

saat menjelang menopause sedangkan pada pria pada usia memasuki usia 40

tahun Kadar testosteron darah mulai meningkat setelah 20 menit olahraga

baik pada wanita maupun pria dan tetap tinggi sampai 1-3 jam setelah

olahraga

4 Estrogen

Estrogen secara biologis aktif adalah 17 beta estradiol meningkatkan

pemecahan lemak dari lemak tubuh sehingga dapat digunakan sebagai sumber

tenaga meningkatkan rata-rata metabolisme basal meningkatkan mood

meningkatkan libido Hormon ini disekresi oleh ovarium meningkat saat

olahraga dan tetap meningkat sampai 1-4 jam setelah olahraga

5 Thyroxine (T4)

Hormon yang diproduksi oleh kelenjar tiroid meningkatkan metabolisme

hampir semua sel dalam tubuh Peningkatan metabolisme ini membantu kita

merasa lebih energik dan juga menyimpan kalori penting untuk penurunan

berat badan Kadar tiroksin dalam darah meningkat sekitar 30 selama

20

olahraga dan tetap meningkat sampai beberapa jam sesudahnya Olahraga

yang teratur juga meningkatkan level tiroksin saat istirahat

6 Epinephrine

Hormon yang diproduksi oleh medulla adrenal yang meningkatkan jumlah

darah yang dipompa oleh jantung dan mengarahkan aliran darah ke tempat

yang diharapkan Stimulasi pemecahan glikogen (karbohidrat yang disimpan)

dalam otot yang aktif dan hati untuk digunakan sebagai sumber tenaga

Menstimulasi pemecahan lemak (lemak yang disimpan dalam otot yang aktif)

dan digunakan sebagai sumber tenaga Sejumlah epinefrin yang dilepaskan

berhubungan dengan intensitas dan durasi latihan

7 Insulin adrenalin

Hormon yang penting dalam mengatur gula darah dan asam lemak (lemak)

dan asam amino (protein) dalam sel Sekresi insulin oleh pancreas meningkat

sehubungan dengan respon meningkatnya kadar gula darah dan protein yang

biasa terjadi setelah makan Semakin banyak gula sederhana yang dikonsumsi

semakin tinggi respon insulin Meningkatnya insulin menyebabkan produksi

lemak sehingga insulin sering disebut sebagai hormon lemak atau fat

hormone Pada orang dengan berat badan berlebih terjadi resistensi insulin

sehingga diperlukan insulin dalan jumlah yang lebih besar untuk didapatkan

efek yang sama sehingga didapatkan kadar insulin darah yang lebih tinggi dan

latihan aerobik setiap hari Kadar insulin darah mulai menurun 10 menit saat

olahraga dan terus menurun sekitar 70 menit olahraga Olahraga yang teratur

juga meningkatkan sensitivitas sel terhadap insulin dalam keadaan istirahat

21

8 Glucagon

Hormon yang diproduksi oleh pankreas tugasnya meningkatkan kadar gula

darah Saat gula darah rendah glukagon disekresi dan menyebabkan simpanan

karbohidrat di dalam hati dilepaskan ke aliran darah untuk meningkatkan

kadar gula mencapai kadar normal Glukagon juga menyebabkan

dipecahkannya lemak sehingga dapat digunakan sebagai bahan bakar atau

sumber tenaga Glukagon mulai disekresi pada 30 menit awal olahraga ketika

gula darah mulai menurun

242 Pelatihan Fisik Berlebih

Pelatihan fisik berlebih menimbulkan gangguan pada sistem endokrin

terjadi peningkatan kadar kortisol dan penurunan kadar testosteron (Maffetone

2007) peningkatan ACTH penurunan LH plasma

Sindrom pelatihan fisik berlebih dalam jangka panjang mengakibatkan

terjadinya inflamasi infeksi yang lebih lanjut dapat mempengaruhi kesehatan

secara umum Aktifitas berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena

terjadi peningkatan konsumsi O2 oleh aktifitas otot skeletal Meskipun oksigen

dibutuhkan oksigen juga bersifat toksik yang dapat memicu peningkatan ROS

Pada organ yang tidak mendapat oksigen dan nutrisi yang cukup akan

menimbulkan keadaan iskemik dan kerusakan mikrovaskular Keadaan ini disebut

sebagai Reperfusion Injury yang memicu terjadinya kerusakan jaringan dan

peningkatan Radikal Bebas

22

Pelatihan fisik berlebih meningkatkan terbentuknya Radikal Bebas

(Adiputra 2008) Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh untuk

melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam organ dan

pembuluh darah (Giriwijoyo 2004) Apabila berlebih menyebabkan kerusakan

sel dengan 3 cara (Kumar et al2005 Ebenhardt 2001)

1 Kerusakan DNA mengakibatkan mutasi DNA bahkan kematian sel

2 Peroksidasi lipid membrane sel dan sitosol menyebabkan terjadinya proses

reduksi asam lemak sehingga mengakibatkan kerusakan membran dan organel

sel

3 Modifikasi protein teroksidasi oleh karena cross linking protein

Bila radikal bebas bertemu dengan asam lemak tak jenuh ganda daalam

membrane sel terjadi reaksi peroksidasi lipid membran sel menyebabkan

peningkatan fluiditas membran gangguan integritas membran dan inaktivasi

ikatan membran dengan enzim dan reseptor Tahap akhir dibebaskan aldehyde

seperti malondealdehyde pentane etana conjugated diane yang bersifat merusak

tubuh (Murray et al2000)

Pelatihan fisik berlebih menyebabkan terjadinya peningkatan lekosit atau

lekositosis peningkatan isoprostan dalam urin protein carbonil (73) catalase

(96) glutation peroksidase serta glutation teroksidasi (25) Dapat

disimpulkan pelatihan fisik berlebih merangsang respon biomarker stres oksidatif

(Murray et al 2000) Proses penuaan mengakibatkan penurunan sistem imun

sehingga meningkatkan resiko infeksi Menurut teori aktifitas sedang dapat

menangkal efek proses penuaan yang diakibatkan penurunan sistem imun Studi

23

yang dilakukan Shepard dan Shek menunjukkan bahwa aktifitas sedang dapat

ditoleransi dengan baik oleh individu lanjut usia dan menunjukkan penurunan

stimulasi proliferasi limfosit

Gejala ndash gejala yang dirasakan apabila melakukan pelatihan fisik berlebih

(overtraining) (Maffetone 2007)

1 Sering mengalami kegagalan dalam melakukan latihan yang biasanya kita

lakukan Kondisi fisik menjadi semakin lemah dan semakin lambat terjadi

kemunduran

2 Kehilangan otot dan terjadi penimbunan lemak Latihan fisik berlebih

meyebabkan rasio testosteron kortisol yang seharusnya positif yang berarti

lebih banyak otot dan lebih sedikit lemak menjadi negatif yang berarti cortisol

lebih tinggi dibanding testosteron yang berarti terjadi peningkatan resistensi

insulin dan penimbunan lemak

3 Merasa lemas mudah tersinggung sulit tidur

4 Persendian tulang dan anggota tubuh terasa sakit

Terjadinya DOMS (delayed onset muscle soreness) menunjukkan teknik

latihan yang salah atau postur saat latihan yang tidak tepat DOMS merupakan

respon alami yang akan hilang dalam waktu sehari atau 2 hari tetapi apabila

nyeri berkepanjangan menunjukkan adanya overtraining

5 Sering tiba-tiba jatuh sakit

Latihan fisik berlebih menurunkan sistem imun tubuh kita sehingga menjadi

lebih mudah sakit

24

Latihan fisik berat jangka panjang berkaitan dengan cedera serat

ototKerusakan yang terjadi berhubungan dengan intensitas durasi dan tipe

latihan Ketika cell death terbentuk jaringan nekrotik dibuang oleh sel fagosit

sel satelit teraktivasi menuju ke area yang cedera menjadi myoblast dan

selanjutnya menjadi serat otot Enzim otot yang dilepaskan tidak sepenuhnya

merefleksikan kerusakan struktural yang diperkirakan oleh analisis histologis

Perubahan penanda biologis cedera otot (seperti aktifitas kreatin kinase (CK)

lactate dehydrogenase (LDH) atau konsentrasi malondialdehyde di plasma

(MDA)) sering diperiksa selama overtraining Serum aktivitas CK dan

konsentrasi MDA plasma dapat gagal meningkat saat overtraining perubahan

parameter biokimia hanya merefleksikan otot dengan beban berlebih Setelah

olahraga yang lama pro-inflammatory cytokines diproduksi lokal pada otot

skeletal

Tanda dan gejala fisik latihan fisik berlebih (overtraining)

- Denyut jantung atau nadi yang meningkat saat istirahat

- Tidak toleransi terhadap latihan

- Penampilan yang menurun

- Penurunan berat badan berkurangnya massa otot tidak nafsu makan

- Kelelahan chronic fatigue lethargy

- Nyeri dan kerusakan otot nyeri sendi

- Mudah terserang flu pembengkakan kelenjar getah bening di leher

selangkangan dan ketiak

- Konstipasi atau diare

25

- Gangguan haid gangguan makan gangguan tidur

- Sakit kepala gangguan pencernaan

- Pemulihan yang berlangsung lambat setelah latihan

- Sendi otot tendon terasa kaku dan sakit

Tanda dan gejala psikologis

- Lelah capek kekurangan tenaga

- Insomnia sakit kepala tidak mampu untuk beristirahat

- Depresi gelisah cemas apatis

- Menurunnya kepercayaan diri

- Menurunnya kemampuan untuk berkonsentrasi

- Mudah stress

Efek biokimia dari Latihan Fisik Berlebih

- Meningkatnya serum kortisol dan SHBG

- Menurunnya serum total dan free testosterone rasio testosteron kortisol

- Menurunnya glikogen otot

- Menurunnya serum hemoglobin besi dan ferritin

Faktor yang mempengaruhi terjadinya overtraining

- Jetlag

- Bekerja terlalu keras

- Menstruasi

- Nutrisi gaya hidup yang buruk

- Kurang istirahat

- Terlalu banyak mengkonsumsi alkohol

26

- Kurangnya kemampuan mengatasi stress

Penanganan overtraining atau Latihan Fisik berlebih

- Massage

Massage pada jaringan dalam dapat melepaskan otot yang tegang

mempertahankan keseimbangan sistem muskulo-skeletal Pemijatan atau

massage yang teratur dapat membantu mencegah cedera yang mungkin

terjadi karena overuse

- Menggunakan roller busa

Penggunaan roller busa memungkinkan kita dapat melakukan massage

atau pemijatan sendiri Kita dapat juga memakai yang berbentuk bola atau

bola tenis untuk membantu menghilangkan rasa sakit Pemijatan ini dapat

dilakukan di tungkai lutut hamstring bahu punggung atau otot atau sendi

manapun

- Terapi suhu kontras

Air pancuran hangat dan dingin bergantian menstimulasi tubuh untuk

pulih lebih cepat Otot membawa impuls yang terasa pada kulit bagian

dalam tubuh di mana terjadi stimulasi sistem imun memperbaiki sirkulasi

dan pencernaan mempengaruhi produksi hormon stress meningkatkan

aliran darah mengurangi sensitivitas nyeri

- Pengaturan makanan

Membantu proses pemulihan penting untuk mengkonsumsi makanan

tinggi karbohidrat protein dan lemak sehat seperti Omega 3 omega 6

omega 9 asam lemak esensial Karbohidrat memberikan sumber tenaga

27

pada tubuh dan otak asam lemak esensial membantu mengurangi depresi

memperbaiki pemulihan protein akan membangun kembali otot yang

mengalami overtraining

- Mengkonsumsi vitamin

Ketika terjadi overtraining suplementasi sangat menguntungkan Vitamin

dan suplementasi mineral sebaiknya dikonsumsi pagi hari bersama dengan

makanan untuk penyerapan yang lebih baik

Defisiensi Vitamin yang biasa terjadi

- Vitamin A (Beta-Caroten)

- Vitamin B kompleks vitamin B12

- Vitamin C D E K

- Asam Folat

Defisiensi Mineral yang biasa terjadi

- Calcium

- Chromium

- Copper Iodine Iron

- Magnesium Fosfor

- Potassium

- Sodium

- Sulfur

- Zinc

28

25 Antioksidan

Radikal Bebas merupakan senyawa reaktif yang secara alami diproduksi

oleh tubuh manusia Radikal Bebas memberikan efek positif atau efek negatif

Untuk membatasi efek negatif tersebut dibutuhkan kompleks proteksi ndash sistem

antioksidan Sistem ini terdiri dari enzim antioksidan (katalase glutation

peroksidase superoksid dismutase) dan antioksidan non enzimatik ( vitamin E-

tokoferol vitamin A- retinol vitamin C- asam askorbat) Keseimbangan antara

produksi radikal bebas dan pertahanan antioksidan menunjukkan tingkat stress

oksidatif yang mungkin terlibat dalam proses penuaan dan pada beberapa

patologi (misalnya kanker Parkinson) (Winarsi 2007)

Latihan fisik juga meningkatkan stress oksidatif dan menyebabkan

gangguan homeostasis Latihan memberikan efek positif dan efek negatif

tergantung dari beban latihan spesifikasi latihan dan tingkat basal latihan Stress

oksidatif terlibat dalam terjadinya muscular fatigue dan mengarah ke

overtraining

Definisi antioksidan menurut Cadenas adalah suatu senyawa yang apabila

terdapat dalam jumlah yang lebih banyak dibanding senyawa yang teroksidasi

secara signifikan dapat menunda atau mencegah proses oksidasi senyawa tersebut

(Cadenas 2002) Secara kimia antioksidan adalah senyawa pemberi electron

Secara biologis antioksidan adalah senyawa yang mampu menangkal dan

meredam dampak negative oksidan dalam tubuh Antioksidan mendonorkan satu

elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa oksidan tersebut dapat

dihambat (Winarsi 2007)

29

Penting sekali keseimbangan antara oksidan dan antioksidan karena

berfungsi menjaga integritas dan berfungsinya membrane lipid protein sel dan

asam nukleat Senyawa asam lemak tak jenuh penyusun membrane lipid sangat

sensitive terhadap perubahan keseimbangan antara oksidan dan antioksidan

Menurut mekanisme kerjanya antioksidan dikelompokkan atas 3 yaitu

1 Antioksidan primer SOD katalase glutation peroksidase (GSH-Px)

Bekerja pembentukan senyawa radikal bebas yang telah terbentuk menjadi

molekul yang kurang aktifSedangkan antioksidan primer yang dapat

ditambahkan dari luar seperti glutation asam lipoat SOD melatonin

2 Antioksidan sekunder vitamin E vitamin C beta karoten flavonoid asam

urat albumin (Soewoto 2001)

Merupakan antioksidan eksogenous atau non enzimatis (Winarsi 2007)

Bekerja dengan cara memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal bebas

atau dengan cara menangkapnya

3 Antioksidan tertier meliputi system enzim DNA-repair dan metionin

sulfoksida reduktase Berfungsi dalam perbaikan biomolekuler yang rusak

akibat reaktivitas radikal bebas

26 Glutation sebagai antioksidan

Glutation merupakan tripeptida yang terdiri dari asam amino glutamat

sistein dan glisin (Cadenas 2002)Ikatan glutamat ndash sistein merupakan ikatan

isopeptida antara grup γ-karboksil dari glutamat dan grup α amino dari

sisteinIkatan unik ini membuat gluation tahan terhadap degradasi oleh proteases

30

dan peptidases yang berfungsi pada peralihan proteinMerupakan suatu

antioksidan yang mencegah kerusakan komponen seluler oleh reactive oxygen

species seperti radikal bebas dan peroksidGlutation bukan nutrisi esensial karena

disintesa di dalam tubuh dari asam amino L-sistein L-glutamic acid dan glycine

Gambar 21 Struktur GSH dan GSSG

Glutation terdapat pada sebagian besar sel tubuh tetapi terbanyak terdapat

di dalam hati Grup thiol (SH) dari sistein berfungsi sebagai donor proton dan

bertanggungjawab untuk aktifitas biologis glutation Provisi asam amino ini

merupakan faktor yang terbatas dalam sintesis glutation oleh sel karena sistein

relatif jarang pada makanan Apabila dilepaskan sebagai asam amino bebas

sistein adalah toksik dan secara spontan dikatabolisasi di saluran pencernaan dan

plasma darah

Glutation disintesis dalam 2 tahap

1 Gamma-glutamylcysteine disintesa dari L-glutamate dan sistein melalui enzim

gamma-glutamylcysteine sintetase (glutamate cysteine ligase GCL)

31

2 Glisin ditambahkan pada C-terminal dari gamma-glutamylcysteine melalui

enzim glutation sintetase

261 Fungsi Glutation

Glutation terdapat dalam bentuk tereduksi (GSH) dan teroksidasi (GSSG)

Grup thiol dari sistein mampu memberikan donor elektron ke molekul lain yang

tidak stabil seperti Reactive Oxygen Species (ROS) Pada saat mendonorkan

elektronnya glutation menjadi reaktif dan segera bereaksi dengan glutation reaktif

lainnya membentuk glutation disulfide (GSSG)Reaksi mungkin terjadi apabila

terdapat konsentrasi yang cukup tinggi di sel (sampai 5mm di hati) GSH dapat

terbentuk kembali dari GSSG oleh enzim glutation reduktase Pada sel atau

jaringan yang sehat terdapat lebih 90 dari total simpanan glutation terdapat

dalam bentuk tereduksi (GSH) dan kurang dari 10 dalam bentuk disulfide

(GSSG)

GSH ---- GSSG

Eliminasi ROS Menjaga protein thiols Antioxidant

dalam bentuk reduksi pools

Gambar 22 GSH Redox (Cadenas 2002)

GSH Redox merupakan indikator sentral keseimbangan antara stress

oksidatif dan system antioksidan GSH Redox berkaitan dengan detoksifikasi

Reactive Oxygen Species (ROS) berfungsi dalam mempertahankan tersedianya

antioksidan mempertahankan protein thiol dalam bentuk reduksi Rasio

32

GSHGSSG sering dipakai untuk mengekspresikan keseimbangan redox ini

Peningkatan rasio GSH-GSSG merupakan indikasi adanya Stress Oksidatif

(Goldman 2003)

Glutation mempunyai beberapa fungsi (Winarsih 2007)

- Sebagai antioksidan endogen mayor yang diproduksi oleh sel berpartisipasi

langsung pada netralisasi radikal bebas dan senyawa oksigen reaktif

mempertahankan antioksidan eksogen seperti vitamin C dan E pada bentuk

tereduksi (aktif)

- Pengaturan siklus nitric oxide yang sangat penting untuk kehidupan tetapi

dapat menjadi masalah apabila tidak teregulasi Digunakan untuk reaksi

metabolism dan biokimia seperti sintesis dan perbaikan DNA sintesis protein

sintesis prostaglandin transport asam amino dan aktivasi enzim Tiap sistem

di dalam tubuh kita dapat dipengaruhi oleh sistem glutation khususnya sistem

imun sistem saraf sistem gastrointestinal dan paru

Gambar 23 Detoksifikasi Lipid Hydroxyperoxides di usus halus

33

GSH yang ditransportasikan kedalam lumen digunakan untuk detoksifikasi

peroksid yang terbentuk dari makanan oleh glutation peroksidase (GSH Px)

Proses ini membutuhkan peroksid dan glutation yang tersedia di sel epitel GSSG

yang terbentuk direduksi kembali menjadi GSH oleh GSSG reduktase (GSSG

Rx) menggunakan NADPH sebagai reduktan

262 Suplementasi Glutation

Meningkatkan level GSH melalui suplementasi glutation langsung sulit

Penelitian terakhir menyatakan bahwa secara oral tidak diabsorpsi baik melalui

saluran pencernaan Studi mengenai konsumsi oral akut glutation dengan dosis

sangat besar 3 gram Witschi dan tim menemukan lsquoadalah tidak mungkin

meningkatkan glutation yang bermanfaat secara klinis dengan dosis tunggal 3

gram glutationrsquo

Glutation terdapat pada makanan sehari-hari sampai 150mghari dapat

diabsorpsi melalui intak di usus halus Individu sehat dengan asupan sulfur asam

amino (1-2 gramhari) jumlah GSH mungkin tidak cukup untuk mendapatkan

efek penting secara sistemik Individu dengan asupan sulfur asam amino yang

terbatas suplementasi GSH diperlukan untuk mempertahankan suplai GSH

sistemik dengan memperbaiki keseimbangan sulfur asam amino (Cadenas 2002)

Glutation hanya diabsorpsi di sel epitel oral dan traktus gastrointestinal

dan memberikan keuntungan kesehatan spesifik pada jaringan tersebut(Cadenas

2002)

34

SUPLAI HILANG

Makanan suplemen Degradasi

GSH

Empedu LUMINAL Uptake

Epitel Reaksi Detoksifikasi

Gambar 24 Supply dan Removal Glutation dalam lumen usus halus (Cadenas 2002) Glutation (GSH) disuplai ke dalam lumen intestinal melalui konsumsi oral

empedu dan sekresi epitel intestinal Jumlah yang disuplai dari empedu cukup

untuk mempertahankan jumlah 200microM pada tikus tetapi tidak cukup pada

manusia yang mengalami degradasi di duktus kantung empedu Jumlah yang

dikonsumsi melalui makanan bervariasi dan secara umum kurang dari 200 microM

Jumlah yang diberikan melalui epitel hanya sekitar 10 atau kurang

dibandingkan dengan yang disediakan oleh empedu Hilangnya Glutation karena

degradasi oleh γ-glutamyltranspeptidase dan dipeptidases pada permukaan sel

epitel ditransportasikan ke dalam sel oleh mekanisme sodium-dependent dan

sodium-independent konjugasi dengan elektrofil reaktif dikatalisasi oleh

glutathione-S transferase mucus (Cadenas 2002)

Vitamin D meningkatkan level glutation di otak dan tampaknya sebagai

katalis untuk produksi glutation Sejumlah vitamin D aktif di otak berikatan

dengan seberapa besar vitamin D3 baik melalui suplemen atau dibentuk di kulit

melalui paparan matahariHal ini menyatakan bahwa mengkonsumsi vitamin D

35

dan atau mendapat cukup paparan matahari meningkatkan produksi glutation

(Sellman 2009)

Konsentrasi glutation di plasma dan hati dapat ditingkatkan dengan

mengkonsumsi suplemen tertentu yang disebut GSH precursors N-asetilsistein

atau NAC glutation precursor yang paling memungkinkan Suplemen lain S-

adenosilmetionin (SAMe) dan whey protein juga dapat meningkatkan glutation

dalam sel (Sellman 2009)

NAC tersedia dalam bentuk obat dan sebagai suplemen generik Alpha

lipoic acid juga dapat mempertahankan glutation intraselular Melatonin dapat

menstimulasi enzim yang berkaitan glutation peroksidase dan silimarin ekstrak

dari biji tanaman milk thistle (Silybum marianum) juga mempunyai kemampuan

memperbarui level glutation

Glutation diatur dengan ketat di intraseluler dan dibatasi produksinya oleh

feedback negative inhibisi sintesisnya sendiri melalui enzim gamma-

glutamilsistein sintetase sehingga meminimalisir kemungkinan terjadinya

overdosis Penambahan glutation menggunakan precursor atau glutation intravena

adalah strategi untuk mengatasi defisiensi glutation stress oksidatif tinggi

defisiensi imun

Glutation yang rendah menunjukkan adanya pembuangan dan

keseimbangan negatif nitrogen seperti pada kanker AIDS sepsis trauma

terbakar dan bahkan atlet overtraining Suplementasi glutation dapat

memperbaiki proses ini dan contohnya pada AIDS memberi hasil adanya

perbaikan survival rates Bagimanapun studi mengenai kondisi ini belum dapat

36

membedakan glutation rendah sebagai akibat secara akut (pada pasien sepsis) atau

secara kronis (HIV) meningkatkan stress oksidatif dan peningkatan patologi

sebagai akibat defisiensi yang sudah ada sebelumnya

Skizofrenia dan gangguan bipolar berhubungan dengan glutation yang

rendah Stress oksidatif mungkin salah satu faktor dasar patofisiologi gangguan

bipolar gangguan depresif mayor dan skizofrenia Glutation (GSH) adalah

pemakan radikal bebas mayor di otakTidak adanya GSH meningkatkan

kerentanan sel terhadap stress oksidatif ditandai asetilsistein dapat mengurangi

gejala kedua gangguan tersebut

Glutation merubah level stress oksidatif pada sel yang diisolasi di

laboratorium sehingga dapat mengurangi perkembangan kanker Tes ini tidak

dilakukan pada manusia

Glutamat yang berlebihan di sinaps yang dapat dilepaskan pada kondisi

seperti cedera otak dapat menghambat pengambilan sistein senyawa pembentuk

glutation yang pentingTanpa proteksi dari cedera oksidatif oleh glutation sel-sel

dapat rusak atau mati (Sellman 2009)

Glutation juga mempunyai fungsi lain sebagai berikut (Sellman 2009)

Mencerahkan kulit

Mencegah menghilangkan jerawat dan bekas jerawat

Menghilangkan noda hitam

Anti aging dan anti kerut

Memberi nutrisi kulit

Membantu pemulihan luka

37

Membuat kulit menjadi halus segar dan bersinar

Kondisi kesehatan yang berhubungan dengan defisiensi glutation

Peningkatan proses penuaan

Kesulitan dalam keseimbangan

Gangguan mental

Masalah koordinasi

Gangguan sistem saraf

Akhir-akhir ini dipercaya sebagai penyebab lesi otak

Kanker HIV Katarak Diabetes Mellitus

Jumlah sperma yang rendah

263 Glutation Precursor (Sellman 2009)

Glutation Precursor disebut juga sebagai building-block dari glutation

yaitu N-asetilsistein atau NAC dan whey protein tidak terdenaturasi

Nasetilsistein adalah obat farmasi yang biasa digunakan bertahun-tahun untuk

mengobati overdose asetaminofen Hal ini sangat efektif ketika diberikan dalam

dosis besar di ruang darurat ketika seseorang akan mengalami gagal hati karena

overdosis asetaminofen komposisi aktif dari Tylenol

Efek sampingnya adalah bercak-bercak kemerahan bersin mual

anafilaksis reaksi alergi yang berupa kesulitan bernafas karena bronkospasme

tekanan darah menurun angioedema muntah kram diare Walaupun jarang

kematian pernah dilaporkan karena N-asetilsistein Beberapa orang mendapatkan

rasa dan bau yang tidak dapat diterima karena kandungan sulfur di dalamnya

38

Pengggunaan teratur untuk menaikkan kadar glutation tidak direkomendasikan

untuk anak-anak dan bayi Masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk

menentukan keamanan N-asetilsistein untuk penggunaan jangka panjang

Whey protein tidak terdenaturasi merupakan nutraceutical atau medicinal

foodSenyawa ini memberikan ikatan sistein ke sel-sel di mana glutation dapat

terbentuk di tempat tersebut

Beberapa kondisi yang tidak dapat mengkonsumsi whey protein

- Pasien dengan alergi protein susu

- Pasien dengan diet rendah protein

- Pasien yang sedang menjalani terapi imunosupresif

Efek sampingnya adalah kembung perut kram urtikaria Efek samping

karena overdosis tidak terjadi karena sel hanya membuat sebatas yang dibutuhkan

apabila berlebih kelebihan disimpan di hati dan ginjal sampai suatu saat kalau

dibutuhkan

264 Sumber Glutation dari makanan

Sumber glutation dari makanan yang disarankan adalah asparagus bayam

brokoli bawang putih kale bawang watercress kol Brussel sprout beberapa

bumbu seperti kunyit kayu manis semangka alpukat anggur peach jeruk

walnut granola daging kalkun dan daging ayam keju cottage dan yoghurt

39

Tabel 21 Makanan yang mengandung Glutation (Cadenas2002)

GSH Food Group mg100 g mgsaji Buah segar Apel 33 46 Pisang 41 48 Anggur 79 146 Jeruk 73 106 Semangka 66 283 Sayuran segar Asparagus dimasak 283 263 Alpukat 277 313 Brokoli dimasak 91 78 Wortel mentah 79 59 Tomat 90 109 Daging Hamburger 175 149 Ham rebus 233 13 Ayam digoreng 131 134 Sereal biji-bijian Cornflakes 00 00 Roti whole wheat 12 06 Roti putih 00 00 Nasi putih enriched dimasak 16 21 Produk Susu Susu whole 00 00 Keju Amerika 00 00 Yoghurt plain lowfat 00 00 Es krim 10 lemak 00 00

40

BAB III

KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

31 Kerangka Berpikir

Faktor penyebab penuaan antara lain faktor internal dan faktoreksternal

Faktor internal meliputi radikal bebas glikosilasi metilasi hormon yang

berkurang apoptosis system kekebalan tubuh yang menurun genetik Faktor

eksternal meliputi gaya hidup tidak sehat polusi lingkungan stress kemiskinan

kebiasaan yang salah olahraga berlebihan (overtraining) Berbagai faktor di atas

menyebabkan terjadinya penurunan fungsi tubuh dan terjadilah penuaan

Kerangka konsep penelitian berdasarkan teori bahwa salah satu penyebab

penuaan adalah radikal bebas Bila jumlah radikal bebas melebihi jumlah

antioksidan di dalam tubuh terjadilah stress oksidatif Radikal bebas dapat

merusak membran sel protein DNA dan berakibat fatal bagi kelangsungan hidup

sel jaringan Stress oksidatif yang berlangsung lama akan mengakibatkan

terjadinya penumpukan hasil kerusakan oksidatif di dalam sel dan jaringan

selanjutnya sel dan jaringan tersebut akan kehilangan fungsinya dan akhirnya

mati

Olahraga berlebih meningkatkan stress oksidatif karena terdapat

peningkatan konsumsi O2 oleh aktivitas otot skeletal Oksigen juga dapat bersifat

toksik yang dapat memicu peningkatan Reactive Oxygen Species (ROS)Organ

yang tidak mendapat cukup oksigen dan nutrisi menjadi iskemik dan terjadi

kerusakan mikrovaskular (Reperfusion Injury) memicu peningkatan radikal

40

41

bebas Dengan pemberian antioksidan Glutation yang merupakan antioksidan

master diharapkan dapat mencegah kerusakan lebih lanjut yang diakibatkan oleh

radikal bebas dengan cara melindungi sel dari Reactive Oxygen Species (ROS)

dan dapat dilihat melalui parameter MDA yang mengalami penurunan

32 Konsep Penelitian

Konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Gambar 31 Konsep Kadar MDA pada tikus yang diberikan Pelatihan Fisik Berlebih+ Placebo dan Pelatihan Fisik Berlebih + Glutation

FAKTOR INTERNAL

- Jenis Kelamin

- Usia

- Genetik

- Hormon

- Psikologis

FAKTOR EKSTERNAL

- Makanan

- Cuaca iklim

- Penyakit

- Exercise

GLUTATION

TIKUS

KADAR MDA

42

33 Hipotesis

Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan kadar MDA

tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

43

BAB IV

METODE PENELITIAN

41 Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksterimental dengan rancangan

randomized pre test-post test control group design (Poccock et al 2008)

Subyek terdiri dari 2 kelompok yaitu

1 Kelompok 1 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+ Placebo

2 Kelompok 2 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation

Semua kelompok sebelum perlakuan diberikan pre test (O1 O3) dan

dihitung rerata untuk masing-masing kelompok

Setelah perlakuan semua kelompok diberikan post test (O2 O4) dan

dihitung rerata untuk masing-masing kelompok

Kemudian dihitung perbedaan rerata antara pre test dan post test dari

masing-masing kelompok lalu hasil perbedaan tersebut dibandingkan secara

statistik

Gambar 41 Rancangan Penelitian

P S

43

R R

O1 P1 O2

O3 P2 O4

44

Keterangan

P = populasi

S = sampel

R = random

O1 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah mendapatkan

pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan placebo (pre test)

O2 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah diberikan pelatihan

fisik berlebih setelah diberikan placebo (post test)

O3 = observasi data MDA kelompok perlakuan setelah diberikan

pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan Glutation (pre test)

O4 = observasi data MDA kelompok perlakuan diberikan pelatihan fisik

berlebih setelah diberikan Glutation (post test)

P1 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih+ placebo

P2 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation

42 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran

Universitas Udayana pada bulan Januari ndash Maret 2012 Pemeriksaan MDA darah

tikus dikerjakan di bagian Program Antar Unit Universitas Gajah Mada

Jogyakarta

45

43 Populasi dan Sampel

431 Populasi

Subyek penelitian adalah tikus jantan dewasa galur Wistar yang berusia 2-

25 bulan dan dalam kondisi fisik sehat

432 Kriteria Sampel

4321 Kriteria Inklusi

Kriteria Inklusi yang ditetapkan sebagai sampel adalah sebagai berikut

a Tikus jantan dewasa galur Wistar

b Umur 2-25 bulan

c Berat badan plusmn200 gram

d Sehat

e MDA ge 5mmollt

4322 Kriteria Drop Out

Adalah sampel yang mati pada waktu penelitian

433 Besar Sampel

Besar sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini dihitung berdasarkan

rumus Poccock (2008)

Angka μ1 (5) dan μ2 (12) didapatkan dari penelitian sebelumnya (Ji 1998)

n=

46

= asymp 7

Keterangan

n = jumlah sampel

σ = standar deviasi kelompok perlakuan dengan pemberian

glutation (15)

f ( ) = besarnya didapat dari tabel (Poccock 2008)

μ1 = rerata hasil MDA pada kelompok perlakuan sesudah

pemberian glutatioacuten (5)

μ2 = rerata hasil MDA pada kelompok pre test (12)

Jadi jumlah sampel (n) = 675 dan ditambah 3 ekor tikus untuk masing-

masing kelompok sebagai cadangan Jadi total 20 ekor tikus dengan 10

ekor tikus untuk masing-masing kelompok

434 Teknik Pengambilan Sampel

Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat

sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi diambil secara acak

sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi

2 kelompok yaitu kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+placebo kelompok

dengan pelatihan fisik berlebih + glutation

47

44 Variabel Penelitian

441 Klasifikasi Variabel

Variabel penelitian dibedakan menjadi

1 Variabel Bebas dosis pemberian glutation

2 Variabel Tergantung kadar MDA

3 Variabel Terkendali varian tikus jantan (galur wistar) jenis

kelamin umur berat badan lingkungan

(pencahayaan suhu kelembaban nutrisi

kandang)

Gambar 42 Bagan Hubungan Antar Variabel

VARIABEL BEBAS

- Pelatihan fisik berlebih

- Glutation 37mg kgBBhari

VARIABEL TERGANTUNG

KADAR MDA

VARIABEL TERKENDALI

Varian tikus

Jenis kelamin umur berat badan

Pencahayaan suhu kelembaban nutrisi kandang

Makanan minuman

48

442 Definisi Operasional Variabel

1 Pelatihan fisik berlebih pada tikus adalah pelatihan yang berlebihan

yang diukur berdasarkan kemampuan maksimal berenang tikus pada

ember berdiameter 35 cm dengan kedalaman air 20 cm yang

dilakukan 60 menithari selama 35 hari pada waktu yang sama pada

suhu 32 derajat (Binekada 2002 dan Pepe2011)

2 Glutation yang diberikan adalah Glutation Teofarma injeksi sediaan

600mg 4 ml Dosis pemberian Glutation adalah pemberian sediaan

antioksidan Glutation dalam bentuk suntikan intraperitoneal yang

diberikan 1x sehari dan diberikan 6 jam sebelum pelatihan fisik

berlebih Dosis pemberian Glutation mengacu pada penelitian yang

dilakukan sebelumnya oleh Ji L L yaitu 37mgkgBBhari yang

dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril secara intraperitonial

3 MDA merupakan salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada

membran sel dan merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan

oleh radikal bebas Pengukuran kadar MDA menggunakan metode

Thiobarbituraic Acid Reactive Substances (TBARS) Pembacaan hasil

dengan menggunakan spektrofotometer Satuan MDA dalam mmoll

4 Cahaya suhu dan kelembaban merupakan kondisi lingkungan yang

dialami tikus jantan dewasa Pada penelitian ini kondisi lingkungan

selama percobaan dibuat sama

5 Berat badan tikus adalah berat badan yang ditimbang dengan

timbangan gram

49

6 Umur tikus adalah umur yang ditentukan dengan melihat tanggal

kelahiran yang dicatat pada kandang percobaan

7 Kondisi peneliti yang meliputi kesehatan fisik dan psikis peneliti

Penelitian dilaksanakan saat kondisi peneliti dalam keadaan baik

sehingga pengaruhnya terhadap hasil penelitian dapat diabaikan

45 Bahan dan Alat Penelitian

451 Bahan Penelitian

Glutation injeksi

Tikus jantan

Makanan tikus berupa pellet dan air minum dari air ledeng

Aquades steril

EDTA (Ethylenediamine tetraacetic acid)

Reagensia untuk pengukuran kadar MDA

452 Alat Penelitian

Alat yang dipakai dalam pengambilan data penelitian ini adalah

- Kandang tikus terbuat dari besi yang di dalamnya terdapat sekam dan

botol minuman

- Ember berdiameter 35 cm dan kedalaman air 20 cm

- Stopwatch

- Timbangan

- Spuit injeksi 1 ml

50

- Sarung tangan

- Kapas dan alkohol 70

- Tabung Evendorf

- Mikropipet

- Pipet kapiler

- Sentrifugasi

46 Prosedur Penelitian

1 Tikus jantan dewasa (Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan

berat badan plusmn200gram dilakukan aklimatisasi selama 2 minggu di

tempat penelitian untuk penyesuaian dengan lingkungan

2 Semua sampel tikus diberi perlakuan yang sama yaitu diberikan

pelatihan fisik berlebih dengan cara berenang sampai kelelahan pada

hari ke 7 kedua kelompok tersebut dilakukan pemeriksaan MDA

3 Mulai hari ke 8 ndash 35 sampel tikus yang berjumlah 20 ekor dibagi atas 2

kelompok di mana kelompok 1(kontrol) diberikan pelatihan fisik

berlebih + injeksi aquabidest intraperitoneal enam jam sebelum

perlakuan aktifitas berlebih kelompok ke 2 (perlakuan) diberikan

pelatihan fisik berlebih + injeksi intraperitoneal glutation 37

mgkgBBhari yang sudah dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril

4 Pada hari ke 35 dilakukan pemeriksaan kadar MDA pada masing-

masing tikus setelah bulu tikus kering

51

5 Selama penelitian hewan coba diberikan makanan dan minuman secara

teratur kebersihan dan kenyamanan kandang dijaga

461 Alur Penelitian

TIKUS ADAPTASI 2 MINGGU

PELATIHAN FISIK BERLEBIH 1 MINGGU

MDA

KELOMPOK 1 KELOMPOK 2

PELATIHAN FISIK BERLEBIH PELATIHAN FISIK BERLEBIH

+ AQUABIDEST (28 hari) +GLUTATION 37mgkgBBhari

28 HARI 28 HARI

MDA

Gambar 43 Bagan Alur Penelitian

462 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium

Pemantauan keselamatan tikus jantan (galur Wistar) di laboratorium

(Smith et al1988 Ngatidjan 2006) adalah sebagai berikut

1 Kandang tikus jantan harus cukup kuat tidak mudah rusak teratur dibersihkan

(1x seminggu) mudah dipasang kembali hewan tidak mudah lepas tahan

52

gigitan hewan kelihatan jelas dari luar Alas tempat tidur terbuat dari serbuk

gergaji atau sekam padi agar mudah menyerap air

2 Luas lantai yang memadai untuk tikus jantan dengan berat badan plusmn200 gram

adalah 60cm persegi dan tinggi 20 cm

3 Diciptakan suasana lingkungan yang stabil dan sesuai keperluan fisiologi tikus

jantan di mana kelembaban suhu pertukaran udara yang ekstrim harus

dihindari

4 Hewan coba hendaknya diperlakukan dengan kasih sayang

47 Pengolahan dan Analisis Data

Analisis data yang digunakan adalah

1 Analisis Deskriptif

2 Uji normalitas data dilakukan dengan tes Shapiro-Wilk Distribusi data

normal dengan nilai pgt005

3 Uji homogenitas dilakukan dengan Lavenersquos Test Data dinyatakan

homogen dengan nilai pgt005

4 Karena data berdistribusi normal dan homogen maka untuk uji

komparabilitas dipakai

- Uji t independent untuk membandingkan rerata kadar MDA antar

kelompok

- Uji Paired T- Test untuk membandingkan rerata kadar MDA pre

dan post masing-masing kelompok

- Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau

dinyatakan berbeda bila plt005

53

BAB V

HASIL PENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 20 ekor tikus jantan dewasa

(Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan berat badan plusmn200 gram sebagai

sampelyang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah 10 ekor

yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dankelompok

perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) Dalam penyajian hasil ini diuraikan

uji normalitas data uji homogenitas data uji komparabilitas dan uji efek

perlakuan

51 Uji Normalitas Data

Data Kadar MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan

pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji

Shapiro-Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005)

disajikan pada Tabel 51

53

54

Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing Kelompok Sebelum

dan Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Perlakuan n p Keterangan

Kadar MDA kontrol pre

Kadar MDA perlakuan pre

Kadar MDA kontrol post

Kadar MDA perlakuan post

10

10

10

10

0965

0550

0975

0697

Normal

Normal

Normal

Normal

52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok

Data Kadar MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun

sesudah perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test

Hasilnya menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52

Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA Sebelum dan

Sesudah Perlakuan

Variabel F p Keterangan

Kadar MDA pre

Kadar MDA post

0016

0592

0901

0452

Homogen

Homogen

53 Kadar MDA

531 Uji komparabilitas

Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata kadar MDA

antar kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan

55

glutation Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada

Tabel 53 berikut

Tabel 53

Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata

Kadar MDA

SB T P

Aktivitas berlebih dan

placebo

Aktivitas berlebihdan

glutathion

10

10

518

529

028

029

089 0386

Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok

kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 518028mmoll dan rerata

kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 529029mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 089 dan nilai

p = 0386 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan

berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya tidak berbeda secara

bermakna (p gt 005)

532 Analisis efek perlakuan

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kadar MDA antar

kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation

56

Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54

berikut

Tabel 54 Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata

Kadar MDA

SB T P

Aktivitas berlebih dan

placebo

Aktivitas berlebihdan

glutathion

10

10

778

444

023

017

3672 0001

Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok

kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata

kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 444017mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 3672 dan nilai

p = 0001 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan

berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya berbeda secara

bermakna (p lt 005)

57

Gambar 51 Perbedaan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

533 Analisis Komparasi Sebelum dengan Sesudah Perlakuan

Analisis komparasi diuji berdasarkan rerata kadar MDA antara sebelum

dengan sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation Hasil

analisis kemaknaan dengan uji t-paired disajikan pada Tabel 55 berikut

Tabel 55 Analisis KomparasiKadar MDA antara Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Kelompok Beda Rerata

pre ndash post p Keterangan

Aktivitas berlebih dan placebo

Aktivitas berlebih dan

glutathion

260

085

0001

0001

Meningkat

Menurun

58

Berdasarkan uji t-paired didapatkan bahwa ada penurunan kadar MDA

pada kelompok perlakuan secara bermakna sebesar 085mmoll sedangkan pada

kelompok kontrol mengalami peningkatan secara bermakna sebesar 260mmoll

59

BAB VI

PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian

Untuk menguji efek pemberian glutation terhadap penurunan kadar MDA

maka dilakukan penelitian terhadap 20 ekor tikus jantan dewasa (Galur Wistar)

sebagai sampel yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah

10 ekor yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dan

kelompok perlakuan (pelatihan fisik berlebih dan glutation)

62 Efek Pelatihan Fisik Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA

Hasil penelitian dan analisis data terhadap kadar MDA darah pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji

normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan homogenitas (Levenersquos test) pre-test dan post-

test masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)

Uji perbandingan 1 minggu pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan

injeksi antara kedua kelompok menggunakan uji t-independent Rerata kadar

MDA kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) adalah

518028mmoll dan rerata kelompok pelatihan fisik berlebih dan glutation

adalah 529029mmoll Analisis kemaknaan dengan uji t-independent

menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna kadar MDA darah antara

kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa

kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan injeksi rerata kadar MDAnya tidak

59

60

berbeda secara bermakna

Uji perbandingan setelah pemberian placebo dan glutation antara kedua

kelompok menggunakan t-independent Rerata kadar MDA kelompok kontrol

(aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata kelompok

perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) adalah 444017mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent antara kedua kelompok sesudah diberikan

placebo dan glutation menunjukkan perbedaan kadar MDA secara bermakna

(plt005) Hal ini berarti bahwa kelompok yang diberikan perlakuan berupa

placebo dan glutation 6 jam sebelum diberikan pelatihan fisik berlebih dengan

cara merenangkan selama 60 menit hari selama 35 hari rerata kadar MDA

berbeda secara bermakna Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh

untuk melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam

organ dan pembuluh darah (Giriwijoyo 2004)

Peningkatan kadar MDA sesudah diberikan pelatihan fisik berlebih pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan disebabkan karena pelatihan fisik

berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena terjadi peningkatan konsumsi

oksigen oleh aktifitas otot skeletal Stress oksidatif memicu peningkatan senyawa

oksigen reaktif Pada pelatihan fisik berlebih juga terjadi Reperfusion Injury yang

memicu terjadinya kerusakan jaringan dan peningkatan radikal bebas (Adiputra

2008) Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara menarik elektronnya

sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan sampai kematian sel

(Suryohudoyo 2000)

Pada penelitian ini didapatkan bahwa sesudah diberikan pelatihan fisik

61

berlebih dan placebo terjadi peningkatan kadar MDA sebesar 5024 Kadar

MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel (Winarsi

2007) Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pepe

(2011) bahwa pelatihan fisik berlebih meningkatkan kadar MDA Lebih lanjut

Murray et al (2000) juga menyatakan bahwa pelatihan fisik berlebih merangsang

respon biomarker stres oksidatif Sedangkan pada kelompok perlakuan yang

diberikan aktifitas berlebih dan glutation terjadi penurunan kadar MDA sebesar

1607 Terjadinya penurunan kadar MDA pada kelompok yang diberikan

glutation 6 jam sebelum melakukan pelatihan fisik berlebih disebabkan karena

pemberian antioksidan meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan

cara mendonorkan elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa

oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsi 2007) Glutation merupakan antioksidan

endogen yaitu antioksidan yang dapat disintesa dalam tubuh dari asam amino L-

sistein L-glutamat dan glisin (Cadenas 2002) yang juga sebagai master

antioksidan yaitu antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain

Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan

Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik (Hersh 2004) Glutation

merupakan salah satu antioksidan yang tidak dapat menjadi pro oksidan (Cadenas

2002) Normalnya sekali suatu antioksidan memakan radikal bebas antioksidan

ini menjadi teroksidasi sendiri dan menyerang sel yang sehat yang disebut

sebagai pro oksidan Glutation dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang

teroksidasi tersebut menjadi bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali

dalam memakan radikal bebas (Sellman 2009) Sehingga dengan demikian

62

glutation dapat membantu dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Urso

(2003) bahwa suplementasi antioksidan dapat mengatasi kondisi stress oksidatif

yang terjadi pelatihan fisik berlebih

Uji perbandingan antara data MDA pre dan post masing-masing kelompok

digunakan uji t-paired test Berdasarkan uji ini didapatkan hasil pada kelompok

perlakuan terjadi penurunan kadar MDA secara bermakna sebesar 085 mmollt

sedangkan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan kadar MDA secara

bermakna sebesar 260mmollt Terjadi penurunan kadar MDA pada kelompok

perlakuan menunjukkan pemberian antioksidan Glutation intraperitoneal dosis

37mgkgBBhari dapat mengatasi kondisi stress oksidatif yang terjadi pada

pelatihan fisik berlebih Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh

Urso (2003)

63

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

71 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan sebagai

berikut Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA

tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

72 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah

1 Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja glutation

yang lebih detail

2 Memperhatikan takaran latihan supaya tidak berlebihan yang justru akan

meningkatkan kerusakan sel

3 Perlu dilakukan uji klinis pada manusia

63

64

DAFTAR PUSTAKA

Adiputra N 2008Kesehatan Olah Raga Available from httpwwwbalihesgorgindexphpoption=com Accessed 2011 Oct 5th

Anonim 2011 Glutathione Available at

httpenwikipediaorgwikiGlutathione Accessed 2011 Oct 5th Anonim 2011 Overtraining Available at

httpwwwmarksdailyapplecomovertraining Accessed 2011 Oct5th

Asikin N 2001Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan InKursus Penyegaran dan Pelatihan Radikal bebas dan Antioksidan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta Fakultas Kedokteran UI

Bagiada NA 2001 Proses Penuaan dan Penanggulangannya Denpasar

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hal 22 Banerjee AK Mandal A Chanda D Chahraboti S 2003 Oxidant

Antioxidant and Physical ExerciseAvailable from httpwwwncbinlmnihgovpubmed14619981 accesed 2011 Sept 2nd

Binekada MC 2002 ldquoPelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Konsentrasi dan

Motilitas Spermatozoa Mencitrdquo(tesis) Denpasar Universitas Udayana

Cadenas E Jones PD 2002Bioavailability of Glutathione In Cadenas E

Packer L editorsHandbook of Antioxidants2nd Ed New York Marcel DekkerInc p549-564

Catala A 2006Lipid PeroxidationInt J Biochem Cell Biol 38 1482-1495 Dalle-DonneI Rossi R ColomboR Giustarini D Milzani

A2006Biomarkers of Oxidative Damage in Human Disease Available from httpwwwredorbitcomnewsscience473334biomarkersof oxidative damage in human diseaseindexhtmlaccessed2011 Sept 5th

Fouad T 2007 Free radicals Types Sources and Damaging Reaction

Relations Available from

64

65

wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th

Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th

Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112

Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors

ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their

Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69

Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan

Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th

Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz

R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155

Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester

Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th

Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala

T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200

Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and

Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders

66

Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana

LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia

Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647

Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from

httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit

Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK

Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620

Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji

Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah

Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009

Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan

Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132

Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde

Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521

Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley

Medical Publicationsp 123-141

Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI

Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable

from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer

67

Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole

Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam

Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI

Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam

Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya

Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan

Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47

Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant

Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th

Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan

Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105

68

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965

Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975

Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753

Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

69

Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan

Group Statistics

Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887

Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215

Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260

Perlakuan 10 42500 23348 07383

Independent Samples Test

Levenes Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df

Sig (2-

tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence Interval of the

Difference Lower Upper

Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428

Equal variances not assumed

-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429

Post1

Equal variances assumed 592 452 367

22 18 000 333700 09087 314608 352792

Equal variances not assumed

36722 16855 000 333700 09087 314515 352885

Post2

Equal variances assumed 906 354 264

19 18 000 239500 09066 220454 258546

Equal variances not assumed

26419 16265 000 239500 09066 220307 258693

70

Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis

(Laurence amp Bacharach 1964)

2g mencit 20g tikus 400g marmot

l5Kg kelinci

20Kg kucing

40Kg kera

120Kg anjing

70Kg manusia

20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879

200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560

400 g marmot

008 057 10 225 24 52 102 315

l5Kg kelinci

004 025 044 10 106 24 45 142

20Kg kucing

003 023 042 092 10 22 41 130

40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61

120Kg anjing

0008 006 010 0022 024 052 10 31

70Kg manusia

00026 0018 0031 007 0013 016 032 10

71

Lampiran 4

Foto Penelitian

Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)

72

Lampiran 5

Data Hasil Penelitian

Kelompok Kontrol

Pre test Post test Pre test Post Test

752 647 769 694

779 670 773 664

745 660 803 653

769 643 817 677

783 653

786 684

Kelompok Perlakuan

Pre Test Post test

412 391

436 412

442 425

425 401

453 436

466 442

432 405

456 432

470 453

476 463

Page 17: PEMBERIAN INJEKSI GLUTATION INTRAPERITONEAL

xvi

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Uji Normalitas Data 68

Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antar Kelompok Kontrol

dan Perlakuan 69

Lampiran 3 Perbandingan Luas Permukaan Tubuh Hewan Percobaan

untuk Konversi Dosis 70

Lampiran 4 Foto Penelitian 71

Foto Glutation (Tationil Teofarma) 71

Lampiran 5 Data Hasil Penelitian 72

xvii

xvii

DAFTAR SINGKATAN

CoQ10 Coenzym Q10

DNA Deoxyribonucleic Acid

GSH Px Glutation Peroksidase

GSH Glutation

GSSG Rx Glutation Reduktase

GSSG Glutation Disulfide

MDA Malondialdehyde

NADH Nicotinamide Adenine Dinucleotide

NADPH Nicotinamide Adenine Dinucleotide Phosphate

O2 Oksigen

RNA Ribonucleic Acid

ROS Reactive Oxygen Species

SOD Super Oxide Dismutase

TBARS Thiobarbituric Acid Reactive Substances

1

BAB I

PENDAHULUAN

11 LATAR BELAKANG

Proses penuaan menurut Kedokteran Anti Penuaan dapat diperlakukan

seperti suatu penyakit dalam arti proses ini dapat diatasi dapat dirsquoreversersquo atau

dirsquokembalikanrsquo menjadi kondisi seperti saat muda Penyakit yang muncul seiring

dengan bertambahnya usia seperti hipertensi diabetes mellitus osteoartritis dan

lain-lain membuat kualitas hidup menurun pada usia lanjut Ilmu Kedokteran

Anti Penuaan memberikan paradigma baru dalam mengatasi proses penuaan Ilmu

ini memberikan solusi untuk mengatasi ketidakmampuan penyakit nyeri

deformitas dan kesedihan di masa tua sehingga kualitas hidup meningkat

Modifikasi gaya hidup dengan cara mengatur pola makan pola tidur pola

olahraga pola hidup manajemen hormon dapat meningkatkan kualitas hidup

Terbentuknya radikal bebas oksigen dalam tubuh sebenarnya merupakan

sesuatu yang fisiologis Oksigen yang kita hirup berperan dalam metabolisme

sebagian kecil (2-5) tereduksi membentuk radikal bebas Radikal bebas oksigen

dikelompokkan dalam senyawa Reactive Oxygen Species (ROS) ROS merupakan

radikal bebas yang berbahaya bagi tubuh (Arief 2010) Bila produksi tersebut

menjadi semakin meningkat dalam kondisi seperti terpapar sinar ultraviolet

polusi merokok konsumsi alkohol dalam jumlah banyak stress menyebabkan

kerusakan pada sel-sel terjadi penuaan

1

2

Teknologi yang berkembang dengan pesatnya memberikan kita banyak

fasilitas kemudahan dalam menjalani hidup kita Akhirnya dalam apapun yang

akan kita perbuat atau lakukan kita selalu dihadapkan pada 2 pilihan mau yang

mudah atau yang sulit Menjamurnya makanan instant fast food yang disebut

juga makanan junk food karena memang tidak kurang kandungan gizi yang kita

perlukan Makanan ini tidak mengandung nilai gizi hanya mementingkan rasa

yang penting enak gurih karena banyak mengandung lemak tinggi karbohidrat

dan cepat saji karena semakin sibuknya manusia Selain itu karena kesibukan

kita menjadi kurang sekali dalam berolahraga selain kesibukan juga sudah lelah

Akibatnya kita menjadi gemuk semakin gemuk semakin malas beraktifitas

semakin mudah lelah yang lama kelamaan menjadi kelelahan kronis depresi

mudah muncul

Gaya hidup manusia yang mempunyai tingkat stress yang tinggi ditambah

kurangnya aktifitas berolahraga meningkatkan resiko timbulnya penyakit jantung

low back pain adult-onset diabetes obesity yang disebut hypokinetic diseases

(Sharkey 2003 ) Meningkatnya insidensi kelebihan berat badan menjadi masalah

kesehatan di seluruh dunia termasuk di Indonesia (Misnadiarly 2007) Kelebihan

berat badan menyebabkan terjadinya penumpukan lemak yang berlebihan dalam

tubuh dan berpotensi memicu banyak penyakit yang mematikan Beberapa

penyakit tersebut dikategorikan sebagai penyakit yang terjadi karena metabolism

yang melambat dan penumpukan lemak sering disebut sebagai Sindroma

Metabolik(hipertensi hiperlipidemia diabetes mellitus) Sebaliknya sebuah gaya

3

hidup yang sehat dan seimbang memainkan peranan yang besar dalam mencegah

banyak penyakit yang berhubungan dengan gaya hidup

Pada sisi lain manusia juga selalu dituntut untuk memiliki tubuh sehat

penampilan yang menarik Masalah muncul pada saat manusia memilih jalan

pintas berolahraga berlebihan (overtraining) diet ketat berlebihan

mengkonsumsi obat-obatan penekan nafsu makan obat-obat pembakar lemak

suplemen secara berlebihan dan tanpa informasi yang benar tanpa pengawasan

dokter dengan tujuan untuk memperoleh tubuh ramping dalam waktu secepatnya

Bukan tubuh sehat yang didapat tetapi malah menjadi sakit yang tidak mustahil

dapat mengarah ke kematian

Tubuh sehat ideal dalam arti tidak mudah sakit mempunyai hidup yang

berkualitas penampilan yang prima dan mempunyai postur tubuh yang

proporsional (Misnadiarly 2007) Gaya hidup yang sehat seimbang adalah kunci

untuk mencapai kesehatan dan bentuk badan yang lebih bagus dan hanya akan

tercapai melalui aktifitas olahraga pengaturan pola makan istirahat yang teratur

dan proporsional

Olahraga yang berlebihan tidak memberikan efek yang baik untuk tubuh

tetapi latihan yang tepat meningkatkan kebugaran aerobik Frekuensi yang lebih

sering durasi yang lebih panjang intensitas yang meningkat meningkatkan

kebugaran fisik Hal yang penting kita harus memperhatikan waktu pemulihan

Apabila tubuh tidak mempunyai cukup waktu untuk pemulihan bukan

meningkatkan kebugaran tetapi malah menimbulkan cedera atau penyakit melalui

supresi sistem kekebalan (Sharkey 2003) Olahraga yang teratur dapat

4

meningkatkan produksi molekul anti oksidan endogen termasuk glutathioneurate

coenzyme Q10 (Cadenas 2002) Dengan meningkatnya kadar antioksidan

endogen maka kadar MDA tubuh akan menurun

Teori Radikal Bebas menjelaskan bahwa radikal bebas merusak sel-sel

tubuh manusia (Goldmanamp Klatz 2003) Pelatihan fisik berlebih menyebabkan

terbentuknya radikal bebas Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara

menarik elektronnya sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan

sampai kematian sel (Suryohudoyo 2000) Pelatihan fisik berlebih menyebabkan

penuaan terjadi lebih cepat

Gaya hidup yang tidak sehat meningkatkan produksi radikal bebas

Beruntung tubuh mempunyai mekanisme pertahanan melawan oksidasi yang

terjadi tersebut Tubuh memproduksi enzim dan molekul khusus yang dapat

menangkap dan melenyapkan radikal bebas (superoksid dismutase katalase

glutation alfa lipoic acid CoQ10) yang disebut juga antioksidan endogen dan

yang berasal dari makanan seperti vitamin C dan E beta karoten polifenol

selenium seng (antioksidan esensial) yang disebut juga antioksidan eksogen

Antioksidan endogen maupun eksogen sangat penting buat tubuh karena

mampu meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan cara menangkap

dan mengeliminirnya Antioksidan eksogen efektif diperlukan untuk mencegah

terjadinya stress oksidatif Antioksidan endogen merupakan mekanisme

pertahanan preventif dengan cara memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal

bebas atau dengan cara menangkapnya (Winarsi 2007)

5

Bila jumlah antioksidan lebih sedikit dibanding jumlah radikal bebas

terjadi gangguan keseimbangan yang disebut redox state (Cadenas 2002) Dalam

kondisi seperti ini semakin banyak molekul normal yang ditarik elektronnya

molekul menjadi tidak stabil molekul ini akan merusak molekul sehat lainnya

sehingga terjadilah penyakit (Winarsi 2007)

Pemberian antioksidan yang cukup dan optimal dapat meningkatkan

kebugaran meningkatkan kemampuan tubuh dalam melakukan pelatihan fisik

menurunkan kadar stress oksidatif dalam tubuh mencegah terjadinya penuaan

dini (Pangkahila 2007) Antioksidan bekerja dengan cara mendonorkan satu

elektronnya ke molekul yang kehilangan elektronnya (radikal bebas) sehingga

membentuk radikal bebas tidak reaktif relatif stabil proses kerusakan sel dapat

dihambat

Ada beberapa macam antioksidan salah satunya adalah Glutation

Glutation merupakan antioksidan endogen yaitu antioksidan yang dapat dibuat

oleh tubuh kita sendiri Glutation juga dikenal sebagai master antioksidan

antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain (Goldman 2003)

Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan

Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik Normalnya sekali suatu

antioksidan memakan radikal bebas antioksidan ini menjadi teroksidasi sendiri

dan menyerang sel yang sehat yang disebut sebagai pro oksidan Glutation

dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang teroksidasi tersebut menjadi

bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali dalam memakan radikal bebas

(Sellman 2009) Sehingga dengan pengertian di atas glutation dapat membantu

6

dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh kita lebih banyak

dibandingkan dengan antioksidan lain

MDA adalah metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas

Kadar MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel

Apabila terdapat antioksidan yang tinggi dalam tubuh maka kadar MDA akan

menurun (Winarsi 2007)

Pelatihan fisik berlebih akan menyebabkan meningkatnya kerusakan

oksidatif Glutation menghambat kerusakan oksidatif Parameter yang digunakan

dalam penelitian ini adalah produk peroksidase lipid yaitu malondialdehid (MDA)

menurut metoda Willis

12 Rumusan Masalah

Apakah pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan

kadar MDA tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

13 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat

menurunkan kadar MDA pada tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

14 Manfaat Penelitian

141 Manfaat Keilmuan

Dapat menambah pengetahuan bahwa olahraga berlebih meningkatkan

MDA pemberian antioksidan Glutation dalam upaya mencegah terjadinya stress

7

oksidatif berkelanjutan yang dapat menjadi salah satu penyebab proses penuaan

penyakit metabolisme dan kemungkinan dapat dipergunakan sebagai dasar untuk

dilakukan penelitian lebih lanjut

142 Manfaat Praktis

Pengetahuan tersebut dapat memberikan manfaat kepada masyarakat luas

untuk lebih bijaksana dalam mengkonsumsi antioksidan dan dalam melakukan

pelatihan fisik

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

21 Penuaan

Penuaan sampai saat ini masih dianggap sebagai sesuatu yang alamiah

terjadi demikian juga penyakit yang muncul pada masa tuaSeseorang yang

berumur 50 tahun dengan penyakit Diabetes Mellitus dipandang sebagai sesuatu

yang umum karena memang sudah tua Sejak tahun 1950 penelitian penyebab

penuaan mulai diteliti faktor-faktor penyebab yang mempengaruhi kualitas hidup

sehingga meskipun usia bertambah tua tetapi tetap berkualitas Beberapa cara

modifikasi gaya hidup terus dilakukan untuk mencapai kualitas hidup yang lebih

baik seperti mengatur pola makan pola tidur pola olahraga pola hidup untuk

mencapai kualitas hidup yang baik di usia lanjutPenelitian memberi kesimpulan

bahwa pemberdayaan diri membudayakan pola hidup sehat dapat meningkatkan

kualitas hidup seseorang (Franklin 2009)

Dewasa ini seiring dengan percepatan perubahan teknologi meningkatnya

persaingan hidup orang berlomba-lomba mengkonsumsi produk dan berbagai

metode yang mengklaim bisa menghambat penuaan atau bersifat Anti Aging Ilmu

Kedokteran Anti Penuaan memberikan paradigma baru dalam menangani proses

penuaan Ilmu Kedokteran Anti Penuaan ini menjanjikan dapat memberikan solusi

untuk mengatasi ketidakmampuan penyakit nyeri deformitas dan kesedihan di

masa tua dengan cara meningkatkan kualitas hidup masa tua (Goldman dan Klatz

8

9

2003) Menurut Pangkahila penuaan bisa dicegah diobati dan bahkan dapat

dikembalikan ke keadaan semula (Pangkahila 2007)

Proses penuaan dapat dijelaskan dalam empat teori utama yang walaupun

tidak dapat menjelaskan dengan lengkap tetapi teori tersebut melengkapi satu

dengan yang lain

211 Teori Wear and Tear

Teori ini diperkenalkan pertama kali oleh Dr August Weisman seorang

ahli biologi dari Jerman pada tahun 1882 Teori ini menyatakan bahwa tubuh dan

sel akan rusak karena penggunaan dan disalahgunakan baik penggunaan secara

alami apalagi penyalahgunaan Kerusakan terjadi dalam sel sampai organ Pada

usia muda kerusakan yang terjadi dapat diatasi dikompensasi karena sistem

perbaikan dan pemeliharan yang masih baik tetapi seiring dengan bertambahnya

umur tubuh mulai kehilangan kemampuan tersebut Teori ini juga meyakini

pemberian suplemen dan merangsang kemampuan tubuh untuk melakukan

perbaikan dan mempertahankan organ tubuh dan sel

212 Teori Radikal Bebas

Teori ini diperkenalkan oleh Dr Denham Harman pada tahun 1956

Radikal Bebas adalah molekul tidak stabil yang sangat reaktif karena mempunyai

elektron tidak berpasangan pada orbit luarnya dapat bereaksi dengan molekul

lain menimbulkan reaksi berantai yang sangat destruktif (Goldman dan Klatz

2003)

10

Radikal Bebas dihasilkan dari pembakaran gula dan lemak yang kita

konsumsi untuk memberikan energi pada tubuh kita Radikal bebas merusak

membran sel kode DNA enzim protein dan akhirnya terjadi kerusakan pada

seluruh organ Kerusakan terjadi mulai dari lahir dan terus berlanjut hingga

meninggal Pada usia muda dampak penggantian sel yang masih berfungsi baik

Seiring dengan usia bertambah akumulasi kerusakan akibat radikal bebas akan

mengganggu metabolisme sel terjadilah mutasi sel yang mengakibatkan

timbulnya kanker dan kematian

Age Spot merupakan salah satu bentuk kerusakan pada membrane sel

yang disebabkan oleh Radikal Bebas Kerusakan membran ini menghasilkan

produk sisa yang dikenal sebagai lipofuscin Jumlah lipofuscin yang tinggi dalam

tubuh memberikan warna gelap pada daerah tertentu yang disebut Age spot

Lipofuscins mengganggu sintesis DNA dan RNA mempengaruhi sintesis protein

(menurunkan energi dan menghambat pembentukan massa otot) merusak enzim

seluler yang diperlukan untuk proses kimia vital dalam tubuh (Goldman dan

Klatz 2003)

Radikal bebas mempengaruhi peroksidasi lipid yang menyebabkan

produksi MDA (malondialdehyde) yang mengikat protein dan menyebabkan

gangguan fungsi biologik protein tersebut Radikal Bebas berkaitan dengan

penyakit usia lanjut seperti aterosklerosis Parkinson penyakit Alzheimer dan

gangguan fungsi kekebalan tubuh (Pangkahila 2007)

11

213 Teori Kontrol Genetika

Teori terfokus pada kode genetik yang ada dalam DNA meskipun seluruh

aspek diwariskan dalam gen tiap individu waktu jam biologis tergantung pada

pola hidup penuaan masing-masing individu Tiap individu memiliki jam biologis

yang telah diatur waktunya Berhentinya jam biologis menandakan proses

penuaan dan meninggal (Goldman dan Klatz 2003)

Ilmu Kedokteran Anti Penuaan melakukan upaya mencegah dan

memperbaiki kerusakan yang terjadiTerapi Gen diharapkan dapat memberikan

solusi dalam menghadapi takdir genetika terhadap beberapa penyakit keturunan

214 Teori Neuroendokrin

Teori yang menyangkut peranan berbagai hormon bagi fungsi organ tubuh

diperkenalkan oleh Vladimir DilmanPhD

Hormon mengatur dan memperbaiki fungsi tubuh Pada usia muda

berbagai hormone masih berfungsi baik dalam mengendalikan berbagai fungsi

organ tubuh Ketika manusia menjadi tua produksi hormon menurun fungsi

tubuh menjadi terganggu Contoh Growth Hormone yang membantu

pembentukan massa otot testosteron dan hormone tiroid akan menurun tajam

pada usia tua Ditandai dengan rasio lemak dan otot yang meningkat Terapi sulih

hormone dapat membantu masalah tersebut dan mengembalikan fungsi hormone

tubuh sehingga memperlambat proses penuaan

12

22 Radikal Bebas

221 Definisi Radikal Bebas

Radikal bebas adalah molekul (kumpulan atom) yang memiliki elektron

yang tidak berpasangan Oksidan adalah senyawa penerima elektron yaitu

senyawa yang dapat menarik elektron Kedua jenis senyawa ini memiliki aktifitas

yang sama dan memberikan akibat yang hampir sama tetapi dengan proses yang

berbeda (Winarsi 2007) Radikal Bebas digolongkan dalam oksidan namun tidak

setiap oksidan adalah radikal bebas (Suryohudoyo 2000)

Sumber oksidan berasal dari

Tubuh sendiri yaitu berasal dari proses fisiologis namun oleh suatu sebab

jumlahnya menjadi banyak

Proses peradangan

Luar tubuh seperti polutan obat-obatan

Radikal bebas lebih berbahaya dibanding senyawa oksidan non radikal

222 Tahapan Terbentuknya Radikal Bebas dan Sifatnya

Tahapan terbentuknya radikal bebas terjadi melalui sederetan mekanisme

reaksi

1 Tahap Inisiasi yaitu tahap yang menyebabkan terbentuknya radikal bebas

Cu

RH + O2 R + H2O

2 Tahap Propagasi yaitu tahap dimana radikal bebas cenderung bertambah

banyak dengan membuat reaksi rantai dengan molekul lipid lain

13

R + O2 RO2

RO2 + RH R + ROOH

3 Tahap Terminasi yaitu apabila terjadi reaksi antara radikal bebas dengan

radikal bebas lain atau antara radikal bebas dengan suatu senyawa pembasmi

radikal bebas (scavenger)

R1 + R2 R 1 R 2

Reduksi oksigen memerlukan pengalihan empat electron (electrotransfer)

Pengalihan ini tidak dapat sekaligus tetapi dalam empat tahapan yang setiap

tahapan hanya melibatkan pengalihan satu elektron Kendala yang mengharuskan

oksigen hanya dapat menerima satu elektron setiap tahap menyebabkan

terjadinya dua hal yaitu kurang reaktifnya oksigen dan terbentuknya senyawa-

senyawa oksigen reaktif seperti O2 (radikal superoksida) H2O2 (hydrogen

peroksida) OOH (radikal peroksil) dan OH (radikal hidroksil)

Radikal Bebas memiliki 2 sifat yaitu

1 Reaktifitas tinggi karena cenderung menarik elektron

2 Mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal

Elektron dari Radikal Bebas berikatan dengan senyawa yang berikatan

kovalen seperti lipid protein dan DNA akan sangat berbahaya karena ikatan

digunakan bersama-sama pada orbit luarnya Dibanding senyawa oksigen reaktif

radikal hidroksil merupakan senyawa yang paling berbahaya karena reaktifitasnya

yang sangat tinggi

Radikal hidroksil dapat merusak 3 jenis senyawa penting yang berfungsi

untuk mempetahankan integritas sel yaitu

14

1 Asam lemak tak jenuh yang merupakan komponen penting fosfolipid

penyusun membran

2 DNA pembawa genetik sel

3 Protein memegang berbagai peran penting seperti enzim reseptor antibodi

sitoskeleton

Dari ketiga senyawa tersebut yang paling rentan adalah senyawa asam

lemak tak jenuh ganda pada membran sel yang mengakibatkan rapuhnya dinding

sel Senyawa oksigen reaktif ini juga merusak dinding bagian dalam pembuluh

darah sehingga mengakibatkan pengendapan koleserol dan menyebabkan

aterosklerosis Apabila senyawa oksigen reaktif ini merusak basa DNA akan

terjadi kekacauan sistem info genetika berlanjut pada pembentukan sel kanker

Jaringan lipid yang rusak memicu munculnya penyakit degeneratif

Fosfolipid glikolipid dan kolesterol merupakan komponen terpenting

membran sel Komponen fosfolipid dan glikolipid mengandung asam lemak tak

jenuh (asam linoleat linolenat arakidonat) sangat rawan terhadap serangan

radikal hidroksil yang dapat menimbulkan reaksi rantai yang dikenal sebagai

Lipid peroxidation

Peroksidase lipid

LH + OH --- H + H2O

Asam lemak Radikal Bebas

L + O2 -- LOO

Radikal peroksilipid

LOO + LH --- L + L OOH dan seterusnya

15

Hasil akhir dari proses ini adalah terputusnya rantai asam lemak menjadi

berbagai senyawa yang bersifat toksik terhadap sel antara lain berbagai macam

aldehid seperti Malondealdehyde (MDA)

223 Peranan Radikal Bebas dalam proses penuaan

Pada usia muda keseimbangan antara radikal bebas dan pertahanan

antioksidan berfungsi dengan baik seiring dengan pertambahan usia

keseimbangan terganggu karena cadangan antioksidan berkurang dan radikal

bebas berlebih (Saxena dan Lan 2006)

Akibat ketidakseimbangan ini terjadi kerusakan oksidatif (Arief 2010)

Kerusakan ini disebabkan oleh radikal bebas dan merusak 3 komponen utama

yang mempertahankan integritas sel seperti fosfolipid (penyusun membrane sel)

DNA (perangkat genetik) protein (enzim reseptor antibodi) (Fouad 2007)

Ketidakseimbangan antara antioksidan dan senyawa oksigen reaktif

menghasilkan stress oksidatif penyebab kanker penuaan aterosklerosis cedera

iskemik peradangan dan penyakit degeneratif (Parkinson Alzheimer)

(Pangkahila 2007)

23 Stress Oksidatif

231 Keadaan yang menyebabkan stress oksidatif

Pada saat jumlah antioksidan tubuh kurang dari yang diperlukan untuk

meredam efek buruk dari radikal bebas keadaan ini disebut Stress oksidatif Bila

terjadi dalam waktu yang lama akan terjadi penumpukan hasil kerusakan

16

oksidatif di dalam sel dan jaringan yang mengakibatkan hilangnya fungsi sel

jaringan dan akhirnya mati Hal ini merupakan penyebab utama proses penuaan

(Bagiada 2001)

Keadaan yang menyebabkan Stress Oksidatif ini salah satunya adalah

pelatihan fisik berat atau berlebih (Hersh 2004) Stress oksidatif dapat

dikendalikan antara lain dengan membiasakan untuk menerapkan pola hidup sehat

dan mengkonsumsi antioksidan diharapkan akan memacu kerja antioksidan

dalam tubuh

MDA merupakan hasil dari proses peroksidasi lipid meningkatnya MDA

menunjukkan adanya suatu kondisi Stress Oksidatif menurunnya MDA

menunjukkan adanya perbaikan dari kondisi Stress tersebut sehingga MDA dapat

dipakai sebagai biomarker Stress oksidatif

24 Pelatihan Fisik

241 Olahraga

Pelatihan fisik atau olahraga merupakan satu kegiatan yang penting bagi

kehidupan manusia Olahraga merupakan alternatif kegiatan yang dapat

meningkatkan derajat kebugaran fisik seseorang apabila dilakukan dengan dosis

takaran yang benar Menurut Sharkey olahraga dapat meningkatkan pengeluaran

energi dan tingkat pengeluaran tersebut berkaitan dengan intensitas dan durasi

aktifitas yang dilakukan (Sharkey 2003) Latihan fisik atau olahraga yang

memperhatikan frekuensi intensitas tipe dan waktu mendukung dalam

mendapatkan hasil yang maksimal dan menurunkan resiko cedera Latihan fisik

17

yang benar memberikan dampak perbaikan pada sistem fungsional paru dan

jantung sehingga terjadi hipertropi otot jantung penurunan detak jantung

istirahat peningkatan stroke volume peningkatan volume darah dan hemoglobin

menambah jumlah pembuluh darah kapiler serta berfungsi dalam proses

pembakaran energi (Fox 1998) Frekuensi latihan yang dianjurkan adalah 3-4x

seminggu dengan intensitas 72-87 dari denyut jantung maksimal (220-umur)

dengan variasi 10 denyut per menitTipe latihan yang dianjurkan adalah

pemanasan 15 menit kombinasi latihan aerobik dan latihan otot dalam waktu 30-

60 menit diakhiri pendinginan 10 menit (Pangkahila 2009)

Sumber energi yang dibutuhkan untuk pelatihan fisik aerobik yang

dominan didapat dari pembakaran simpanan karbohidrat lemak dan sebagian

kecil (5) dari pemecahan simpanan protein yang terdapat di dalam tubuh untuk

menghasilkan ATP (adenosine triphospate) ATP yang terdapat dalam jaringan

otot terbatas kebutuhan ATP dipertahankan oleh creatinin phosphate (CP) dan

glikogen yang tersimpan dalam otot (Hernawati 2009) Terdapat 3 jalur untuk

memberikan ATP tambahan sesuai yang dibutuhkan selama kontraksi otot

meliputi 1 Pemindahan fosfat berenergi tinggi dari kreatinin fosfat ke ADP 2)

Fosforilasi oksidatif (siklus asam sitrat dari sistem transportasi elektron) 3)

glikolisis (Sherwood 2001) Sedangkan pada aktifitas yang bersifat anaerobik

energi diperoleh dari hidrolisis phosphocreatine serta melalui glikolisis glukosa

secara anaerobik Proses ini dapat terjadi tanpa adanya oksigen (O2) Metabolisme

anaerobik ini menghasilkan asam laktat yang apabila terakumulasi dapat

menyebabkan rasa nyeri pada otot menimbulkan stress fisik Hal ini

18

menyebabkan latihan aerobik terasa lebih menyenangkan (Hernawati 2009)

Metabolisme aerobik jauh lebih efisien daripada anaerobik karena menghasilkan

38 molekul ATP per molekul glukosa versus hanya 2 molekul melalui jalur

anaerob

Pelatihan fisik atau olahraga yang teratur selain memberikan manfaat

perbaikan pada mental fisik dan fisiologis juga mempengaruhi hormon tubuh

kita antara lain (Sharkey2003)

1 Growth Hormone

Stimulasi sintesis protein (muscle tone development) dan kekuatan tulang

tendon ligament dan tulang rawan Penurunan penggunaan glukosa dan

peningkatan penggunaan lemak sebagai bahan bakar selama olahraga

Membantu mengurangi lemak tubuh dan mempertahankan glukosa darah pada

level normal sehingga membantu melakukan olahraga selama periode waktu

yang lebih lama Dilepaskannya Growth Hormone oleh kelenjar pituitari di

otak meningkat dengan meningkatnya waktu latihan aerobik

2 Endorphins

Opioid endogen dari kelenjar pituitary yang memblok rasa sakit menurunkan

nafsu makan membuat perasaan senang mengurangi tekanan dan kecemasan

Pada saat olahraga endorfin dalam darah meningkat sampai lima kali selama

aktifitas olahraga lebih dari 30 menit Endorfin membuat kita dapat melakukan

aktifitas latihan menjadi lebih tahan lama

19

3 Testosteron

Hormon yang penting untuk wanita dan pria dalam mempertahankan tonus

volume kekuatan otot meningkatkan angka rata metabolisme basal

menurunkan lemak tubuh dan merasa lebih percaya diri Diproduksi oleh

ovarium pada wanita dan testis pada laki-laki Testosteron pada wanita hanya

sepersepuluh kadar testosteron pada laki-laki Pada wanita testosteron

berperan pada pengaturan libido dan orgasme Produksi pada wanita menurun

saat menjelang menopause sedangkan pada pria pada usia memasuki usia 40

tahun Kadar testosteron darah mulai meningkat setelah 20 menit olahraga

baik pada wanita maupun pria dan tetap tinggi sampai 1-3 jam setelah

olahraga

4 Estrogen

Estrogen secara biologis aktif adalah 17 beta estradiol meningkatkan

pemecahan lemak dari lemak tubuh sehingga dapat digunakan sebagai sumber

tenaga meningkatkan rata-rata metabolisme basal meningkatkan mood

meningkatkan libido Hormon ini disekresi oleh ovarium meningkat saat

olahraga dan tetap meningkat sampai 1-4 jam setelah olahraga

5 Thyroxine (T4)

Hormon yang diproduksi oleh kelenjar tiroid meningkatkan metabolisme

hampir semua sel dalam tubuh Peningkatan metabolisme ini membantu kita

merasa lebih energik dan juga menyimpan kalori penting untuk penurunan

berat badan Kadar tiroksin dalam darah meningkat sekitar 30 selama

20

olahraga dan tetap meningkat sampai beberapa jam sesudahnya Olahraga

yang teratur juga meningkatkan level tiroksin saat istirahat

6 Epinephrine

Hormon yang diproduksi oleh medulla adrenal yang meningkatkan jumlah

darah yang dipompa oleh jantung dan mengarahkan aliran darah ke tempat

yang diharapkan Stimulasi pemecahan glikogen (karbohidrat yang disimpan)

dalam otot yang aktif dan hati untuk digunakan sebagai sumber tenaga

Menstimulasi pemecahan lemak (lemak yang disimpan dalam otot yang aktif)

dan digunakan sebagai sumber tenaga Sejumlah epinefrin yang dilepaskan

berhubungan dengan intensitas dan durasi latihan

7 Insulin adrenalin

Hormon yang penting dalam mengatur gula darah dan asam lemak (lemak)

dan asam amino (protein) dalam sel Sekresi insulin oleh pancreas meningkat

sehubungan dengan respon meningkatnya kadar gula darah dan protein yang

biasa terjadi setelah makan Semakin banyak gula sederhana yang dikonsumsi

semakin tinggi respon insulin Meningkatnya insulin menyebabkan produksi

lemak sehingga insulin sering disebut sebagai hormon lemak atau fat

hormone Pada orang dengan berat badan berlebih terjadi resistensi insulin

sehingga diperlukan insulin dalan jumlah yang lebih besar untuk didapatkan

efek yang sama sehingga didapatkan kadar insulin darah yang lebih tinggi dan

latihan aerobik setiap hari Kadar insulin darah mulai menurun 10 menit saat

olahraga dan terus menurun sekitar 70 menit olahraga Olahraga yang teratur

juga meningkatkan sensitivitas sel terhadap insulin dalam keadaan istirahat

21

8 Glucagon

Hormon yang diproduksi oleh pankreas tugasnya meningkatkan kadar gula

darah Saat gula darah rendah glukagon disekresi dan menyebabkan simpanan

karbohidrat di dalam hati dilepaskan ke aliran darah untuk meningkatkan

kadar gula mencapai kadar normal Glukagon juga menyebabkan

dipecahkannya lemak sehingga dapat digunakan sebagai bahan bakar atau

sumber tenaga Glukagon mulai disekresi pada 30 menit awal olahraga ketika

gula darah mulai menurun

242 Pelatihan Fisik Berlebih

Pelatihan fisik berlebih menimbulkan gangguan pada sistem endokrin

terjadi peningkatan kadar kortisol dan penurunan kadar testosteron (Maffetone

2007) peningkatan ACTH penurunan LH plasma

Sindrom pelatihan fisik berlebih dalam jangka panjang mengakibatkan

terjadinya inflamasi infeksi yang lebih lanjut dapat mempengaruhi kesehatan

secara umum Aktifitas berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena

terjadi peningkatan konsumsi O2 oleh aktifitas otot skeletal Meskipun oksigen

dibutuhkan oksigen juga bersifat toksik yang dapat memicu peningkatan ROS

Pada organ yang tidak mendapat oksigen dan nutrisi yang cukup akan

menimbulkan keadaan iskemik dan kerusakan mikrovaskular Keadaan ini disebut

sebagai Reperfusion Injury yang memicu terjadinya kerusakan jaringan dan

peningkatan Radikal Bebas

22

Pelatihan fisik berlebih meningkatkan terbentuknya Radikal Bebas

(Adiputra 2008) Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh untuk

melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam organ dan

pembuluh darah (Giriwijoyo 2004) Apabila berlebih menyebabkan kerusakan

sel dengan 3 cara (Kumar et al2005 Ebenhardt 2001)

1 Kerusakan DNA mengakibatkan mutasi DNA bahkan kematian sel

2 Peroksidasi lipid membrane sel dan sitosol menyebabkan terjadinya proses

reduksi asam lemak sehingga mengakibatkan kerusakan membran dan organel

sel

3 Modifikasi protein teroksidasi oleh karena cross linking protein

Bila radikal bebas bertemu dengan asam lemak tak jenuh ganda daalam

membrane sel terjadi reaksi peroksidasi lipid membran sel menyebabkan

peningkatan fluiditas membran gangguan integritas membran dan inaktivasi

ikatan membran dengan enzim dan reseptor Tahap akhir dibebaskan aldehyde

seperti malondealdehyde pentane etana conjugated diane yang bersifat merusak

tubuh (Murray et al2000)

Pelatihan fisik berlebih menyebabkan terjadinya peningkatan lekosit atau

lekositosis peningkatan isoprostan dalam urin protein carbonil (73) catalase

(96) glutation peroksidase serta glutation teroksidasi (25) Dapat

disimpulkan pelatihan fisik berlebih merangsang respon biomarker stres oksidatif

(Murray et al 2000) Proses penuaan mengakibatkan penurunan sistem imun

sehingga meningkatkan resiko infeksi Menurut teori aktifitas sedang dapat

menangkal efek proses penuaan yang diakibatkan penurunan sistem imun Studi

23

yang dilakukan Shepard dan Shek menunjukkan bahwa aktifitas sedang dapat

ditoleransi dengan baik oleh individu lanjut usia dan menunjukkan penurunan

stimulasi proliferasi limfosit

Gejala ndash gejala yang dirasakan apabila melakukan pelatihan fisik berlebih

(overtraining) (Maffetone 2007)

1 Sering mengalami kegagalan dalam melakukan latihan yang biasanya kita

lakukan Kondisi fisik menjadi semakin lemah dan semakin lambat terjadi

kemunduran

2 Kehilangan otot dan terjadi penimbunan lemak Latihan fisik berlebih

meyebabkan rasio testosteron kortisol yang seharusnya positif yang berarti

lebih banyak otot dan lebih sedikit lemak menjadi negatif yang berarti cortisol

lebih tinggi dibanding testosteron yang berarti terjadi peningkatan resistensi

insulin dan penimbunan lemak

3 Merasa lemas mudah tersinggung sulit tidur

4 Persendian tulang dan anggota tubuh terasa sakit

Terjadinya DOMS (delayed onset muscle soreness) menunjukkan teknik

latihan yang salah atau postur saat latihan yang tidak tepat DOMS merupakan

respon alami yang akan hilang dalam waktu sehari atau 2 hari tetapi apabila

nyeri berkepanjangan menunjukkan adanya overtraining

5 Sering tiba-tiba jatuh sakit

Latihan fisik berlebih menurunkan sistem imun tubuh kita sehingga menjadi

lebih mudah sakit

24

Latihan fisik berat jangka panjang berkaitan dengan cedera serat

ototKerusakan yang terjadi berhubungan dengan intensitas durasi dan tipe

latihan Ketika cell death terbentuk jaringan nekrotik dibuang oleh sel fagosit

sel satelit teraktivasi menuju ke area yang cedera menjadi myoblast dan

selanjutnya menjadi serat otot Enzim otot yang dilepaskan tidak sepenuhnya

merefleksikan kerusakan struktural yang diperkirakan oleh analisis histologis

Perubahan penanda biologis cedera otot (seperti aktifitas kreatin kinase (CK)

lactate dehydrogenase (LDH) atau konsentrasi malondialdehyde di plasma

(MDA)) sering diperiksa selama overtraining Serum aktivitas CK dan

konsentrasi MDA plasma dapat gagal meningkat saat overtraining perubahan

parameter biokimia hanya merefleksikan otot dengan beban berlebih Setelah

olahraga yang lama pro-inflammatory cytokines diproduksi lokal pada otot

skeletal

Tanda dan gejala fisik latihan fisik berlebih (overtraining)

- Denyut jantung atau nadi yang meningkat saat istirahat

- Tidak toleransi terhadap latihan

- Penampilan yang menurun

- Penurunan berat badan berkurangnya massa otot tidak nafsu makan

- Kelelahan chronic fatigue lethargy

- Nyeri dan kerusakan otot nyeri sendi

- Mudah terserang flu pembengkakan kelenjar getah bening di leher

selangkangan dan ketiak

- Konstipasi atau diare

25

- Gangguan haid gangguan makan gangguan tidur

- Sakit kepala gangguan pencernaan

- Pemulihan yang berlangsung lambat setelah latihan

- Sendi otot tendon terasa kaku dan sakit

Tanda dan gejala psikologis

- Lelah capek kekurangan tenaga

- Insomnia sakit kepala tidak mampu untuk beristirahat

- Depresi gelisah cemas apatis

- Menurunnya kepercayaan diri

- Menurunnya kemampuan untuk berkonsentrasi

- Mudah stress

Efek biokimia dari Latihan Fisik Berlebih

- Meningkatnya serum kortisol dan SHBG

- Menurunnya serum total dan free testosterone rasio testosteron kortisol

- Menurunnya glikogen otot

- Menurunnya serum hemoglobin besi dan ferritin

Faktor yang mempengaruhi terjadinya overtraining

- Jetlag

- Bekerja terlalu keras

- Menstruasi

- Nutrisi gaya hidup yang buruk

- Kurang istirahat

- Terlalu banyak mengkonsumsi alkohol

26

- Kurangnya kemampuan mengatasi stress

Penanganan overtraining atau Latihan Fisik berlebih

- Massage

Massage pada jaringan dalam dapat melepaskan otot yang tegang

mempertahankan keseimbangan sistem muskulo-skeletal Pemijatan atau

massage yang teratur dapat membantu mencegah cedera yang mungkin

terjadi karena overuse

- Menggunakan roller busa

Penggunaan roller busa memungkinkan kita dapat melakukan massage

atau pemijatan sendiri Kita dapat juga memakai yang berbentuk bola atau

bola tenis untuk membantu menghilangkan rasa sakit Pemijatan ini dapat

dilakukan di tungkai lutut hamstring bahu punggung atau otot atau sendi

manapun

- Terapi suhu kontras

Air pancuran hangat dan dingin bergantian menstimulasi tubuh untuk

pulih lebih cepat Otot membawa impuls yang terasa pada kulit bagian

dalam tubuh di mana terjadi stimulasi sistem imun memperbaiki sirkulasi

dan pencernaan mempengaruhi produksi hormon stress meningkatkan

aliran darah mengurangi sensitivitas nyeri

- Pengaturan makanan

Membantu proses pemulihan penting untuk mengkonsumsi makanan

tinggi karbohidrat protein dan lemak sehat seperti Omega 3 omega 6

omega 9 asam lemak esensial Karbohidrat memberikan sumber tenaga

27

pada tubuh dan otak asam lemak esensial membantu mengurangi depresi

memperbaiki pemulihan protein akan membangun kembali otot yang

mengalami overtraining

- Mengkonsumsi vitamin

Ketika terjadi overtraining suplementasi sangat menguntungkan Vitamin

dan suplementasi mineral sebaiknya dikonsumsi pagi hari bersama dengan

makanan untuk penyerapan yang lebih baik

Defisiensi Vitamin yang biasa terjadi

- Vitamin A (Beta-Caroten)

- Vitamin B kompleks vitamin B12

- Vitamin C D E K

- Asam Folat

Defisiensi Mineral yang biasa terjadi

- Calcium

- Chromium

- Copper Iodine Iron

- Magnesium Fosfor

- Potassium

- Sodium

- Sulfur

- Zinc

28

25 Antioksidan

Radikal Bebas merupakan senyawa reaktif yang secara alami diproduksi

oleh tubuh manusia Radikal Bebas memberikan efek positif atau efek negatif

Untuk membatasi efek negatif tersebut dibutuhkan kompleks proteksi ndash sistem

antioksidan Sistem ini terdiri dari enzim antioksidan (katalase glutation

peroksidase superoksid dismutase) dan antioksidan non enzimatik ( vitamin E-

tokoferol vitamin A- retinol vitamin C- asam askorbat) Keseimbangan antara

produksi radikal bebas dan pertahanan antioksidan menunjukkan tingkat stress

oksidatif yang mungkin terlibat dalam proses penuaan dan pada beberapa

patologi (misalnya kanker Parkinson) (Winarsi 2007)

Latihan fisik juga meningkatkan stress oksidatif dan menyebabkan

gangguan homeostasis Latihan memberikan efek positif dan efek negatif

tergantung dari beban latihan spesifikasi latihan dan tingkat basal latihan Stress

oksidatif terlibat dalam terjadinya muscular fatigue dan mengarah ke

overtraining

Definisi antioksidan menurut Cadenas adalah suatu senyawa yang apabila

terdapat dalam jumlah yang lebih banyak dibanding senyawa yang teroksidasi

secara signifikan dapat menunda atau mencegah proses oksidasi senyawa tersebut

(Cadenas 2002) Secara kimia antioksidan adalah senyawa pemberi electron

Secara biologis antioksidan adalah senyawa yang mampu menangkal dan

meredam dampak negative oksidan dalam tubuh Antioksidan mendonorkan satu

elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa oksidan tersebut dapat

dihambat (Winarsi 2007)

29

Penting sekali keseimbangan antara oksidan dan antioksidan karena

berfungsi menjaga integritas dan berfungsinya membrane lipid protein sel dan

asam nukleat Senyawa asam lemak tak jenuh penyusun membrane lipid sangat

sensitive terhadap perubahan keseimbangan antara oksidan dan antioksidan

Menurut mekanisme kerjanya antioksidan dikelompokkan atas 3 yaitu

1 Antioksidan primer SOD katalase glutation peroksidase (GSH-Px)

Bekerja pembentukan senyawa radikal bebas yang telah terbentuk menjadi

molekul yang kurang aktifSedangkan antioksidan primer yang dapat

ditambahkan dari luar seperti glutation asam lipoat SOD melatonin

2 Antioksidan sekunder vitamin E vitamin C beta karoten flavonoid asam

urat albumin (Soewoto 2001)

Merupakan antioksidan eksogenous atau non enzimatis (Winarsi 2007)

Bekerja dengan cara memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal bebas

atau dengan cara menangkapnya

3 Antioksidan tertier meliputi system enzim DNA-repair dan metionin

sulfoksida reduktase Berfungsi dalam perbaikan biomolekuler yang rusak

akibat reaktivitas radikal bebas

26 Glutation sebagai antioksidan

Glutation merupakan tripeptida yang terdiri dari asam amino glutamat

sistein dan glisin (Cadenas 2002)Ikatan glutamat ndash sistein merupakan ikatan

isopeptida antara grup γ-karboksil dari glutamat dan grup α amino dari

sisteinIkatan unik ini membuat gluation tahan terhadap degradasi oleh proteases

30

dan peptidases yang berfungsi pada peralihan proteinMerupakan suatu

antioksidan yang mencegah kerusakan komponen seluler oleh reactive oxygen

species seperti radikal bebas dan peroksidGlutation bukan nutrisi esensial karena

disintesa di dalam tubuh dari asam amino L-sistein L-glutamic acid dan glycine

Gambar 21 Struktur GSH dan GSSG

Glutation terdapat pada sebagian besar sel tubuh tetapi terbanyak terdapat

di dalam hati Grup thiol (SH) dari sistein berfungsi sebagai donor proton dan

bertanggungjawab untuk aktifitas biologis glutation Provisi asam amino ini

merupakan faktor yang terbatas dalam sintesis glutation oleh sel karena sistein

relatif jarang pada makanan Apabila dilepaskan sebagai asam amino bebas

sistein adalah toksik dan secara spontan dikatabolisasi di saluran pencernaan dan

plasma darah

Glutation disintesis dalam 2 tahap

1 Gamma-glutamylcysteine disintesa dari L-glutamate dan sistein melalui enzim

gamma-glutamylcysteine sintetase (glutamate cysteine ligase GCL)

31

2 Glisin ditambahkan pada C-terminal dari gamma-glutamylcysteine melalui

enzim glutation sintetase

261 Fungsi Glutation

Glutation terdapat dalam bentuk tereduksi (GSH) dan teroksidasi (GSSG)

Grup thiol dari sistein mampu memberikan donor elektron ke molekul lain yang

tidak stabil seperti Reactive Oxygen Species (ROS) Pada saat mendonorkan

elektronnya glutation menjadi reaktif dan segera bereaksi dengan glutation reaktif

lainnya membentuk glutation disulfide (GSSG)Reaksi mungkin terjadi apabila

terdapat konsentrasi yang cukup tinggi di sel (sampai 5mm di hati) GSH dapat

terbentuk kembali dari GSSG oleh enzim glutation reduktase Pada sel atau

jaringan yang sehat terdapat lebih 90 dari total simpanan glutation terdapat

dalam bentuk tereduksi (GSH) dan kurang dari 10 dalam bentuk disulfide

(GSSG)

GSH ---- GSSG

Eliminasi ROS Menjaga protein thiols Antioxidant

dalam bentuk reduksi pools

Gambar 22 GSH Redox (Cadenas 2002)

GSH Redox merupakan indikator sentral keseimbangan antara stress

oksidatif dan system antioksidan GSH Redox berkaitan dengan detoksifikasi

Reactive Oxygen Species (ROS) berfungsi dalam mempertahankan tersedianya

antioksidan mempertahankan protein thiol dalam bentuk reduksi Rasio

32

GSHGSSG sering dipakai untuk mengekspresikan keseimbangan redox ini

Peningkatan rasio GSH-GSSG merupakan indikasi adanya Stress Oksidatif

(Goldman 2003)

Glutation mempunyai beberapa fungsi (Winarsih 2007)

- Sebagai antioksidan endogen mayor yang diproduksi oleh sel berpartisipasi

langsung pada netralisasi radikal bebas dan senyawa oksigen reaktif

mempertahankan antioksidan eksogen seperti vitamin C dan E pada bentuk

tereduksi (aktif)

- Pengaturan siklus nitric oxide yang sangat penting untuk kehidupan tetapi

dapat menjadi masalah apabila tidak teregulasi Digunakan untuk reaksi

metabolism dan biokimia seperti sintesis dan perbaikan DNA sintesis protein

sintesis prostaglandin transport asam amino dan aktivasi enzim Tiap sistem

di dalam tubuh kita dapat dipengaruhi oleh sistem glutation khususnya sistem

imun sistem saraf sistem gastrointestinal dan paru

Gambar 23 Detoksifikasi Lipid Hydroxyperoxides di usus halus

33

GSH yang ditransportasikan kedalam lumen digunakan untuk detoksifikasi

peroksid yang terbentuk dari makanan oleh glutation peroksidase (GSH Px)

Proses ini membutuhkan peroksid dan glutation yang tersedia di sel epitel GSSG

yang terbentuk direduksi kembali menjadi GSH oleh GSSG reduktase (GSSG

Rx) menggunakan NADPH sebagai reduktan

262 Suplementasi Glutation

Meningkatkan level GSH melalui suplementasi glutation langsung sulit

Penelitian terakhir menyatakan bahwa secara oral tidak diabsorpsi baik melalui

saluran pencernaan Studi mengenai konsumsi oral akut glutation dengan dosis

sangat besar 3 gram Witschi dan tim menemukan lsquoadalah tidak mungkin

meningkatkan glutation yang bermanfaat secara klinis dengan dosis tunggal 3

gram glutationrsquo

Glutation terdapat pada makanan sehari-hari sampai 150mghari dapat

diabsorpsi melalui intak di usus halus Individu sehat dengan asupan sulfur asam

amino (1-2 gramhari) jumlah GSH mungkin tidak cukup untuk mendapatkan

efek penting secara sistemik Individu dengan asupan sulfur asam amino yang

terbatas suplementasi GSH diperlukan untuk mempertahankan suplai GSH

sistemik dengan memperbaiki keseimbangan sulfur asam amino (Cadenas 2002)

Glutation hanya diabsorpsi di sel epitel oral dan traktus gastrointestinal

dan memberikan keuntungan kesehatan spesifik pada jaringan tersebut(Cadenas

2002)

34

SUPLAI HILANG

Makanan suplemen Degradasi

GSH

Empedu LUMINAL Uptake

Epitel Reaksi Detoksifikasi

Gambar 24 Supply dan Removal Glutation dalam lumen usus halus (Cadenas 2002) Glutation (GSH) disuplai ke dalam lumen intestinal melalui konsumsi oral

empedu dan sekresi epitel intestinal Jumlah yang disuplai dari empedu cukup

untuk mempertahankan jumlah 200microM pada tikus tetapi tidak cukup pada

manusia yang mengalami degradasi di duktus kantung empedu Jumlah yang

dikonsumsi melalui makanan bervariasi dan secara umum kurang dari 200 microM

Jumlah yang diberikan melalui epitel hanya sekitar 10 atau kurang

dibandingkan dengan yang disediakan oleh empedu Hilangnya Glutation karena

degradasi oleh γ-glutamyltranspeptidase dan dipeptidases pada permukaan sel

epitel ditransportasikan ke dalam sel oleh mekanisme sodium-dependent dan

sodium-independent konjugasi dengan elektrofil reaktif dikatalisasi oleh

glutathione-S transferase mucus (Cadenas 2002)

Vitamin D meningkatkan level glutation di otak dan tampaknya sebagai

katalis untuk produksi glutation Sejumlah vitamin D aktif di otak berikatan

dengan seberapa besar vitamin D3 baik melalui suplemen atau dibentuk di kulit

melalui paparan matahariHal ini menyatakan bahwa mengkonsumsi vitamin D

35

dan atau mendapat cukup paparan matahari meningkatkan produksi glutation

(Sellman 2009)

Konsentrasi glutation di plasma dan hati dapat ditingkatkan dengan

mengkonsumsi suplemen tertentu yang disebut GSH precursors N-asetilsistein

atau NAC glutation precursor yang paling memungkinkan Suplemen lain S-

adenosilmetionin (SAMe) dan whey protein juga dapat meningkatkan glutation

dalam sel (Sellman 2009)

NAC tersedia dalam bentuk obat dan sebagai suplemen generik Alpha

lipoic acid juga dapat mempertahankan glutation intraselular Melatonin dapat

menstimulasi enzim yang berkaitan glutation peroksidase dan silimarin ekstrak

dari biji tanaman milk thistle (Silybum marianum) juga mempunyai kemampuan

memperbarui level glutation

Glutation diatur dengan ketat di intraseluler dan dibatasi produksinya oleh

feedback negative inhibisi sintesisnya sendiri melalui enzim gamma-

glutamilsistein sintetase sehingga meminimalisir kemungkinan terjadinya

overdosis Penambahan glutation menggunakan precursor atau glutation intravena

adalah strategi untuk mengatasi defisiensi glutation stress oksidatif tinggi

defisiensi imun

Glutation yang rendah menunjukkan adanya pembuangan dan

keseimbangan negatif nitrogen seperti pada kanker AIDS sepsis trauma

terbakar dan bahkan atlet overtraining Suplementasi glutation dapat

memperbaiki proses ini dan contohnya pada AIDS memberi hasil adanya

perbaikan survival rates Bagimanapun studi mengenai kondisi ini belum dapat

36

membedakan glutation rendah sebagai akibat secara akut (pada pasien sepsis) atau

secara kronis (HIV) meningkatkan stress oksidatif dan peningkatan patologi

sebagai akibat defisiensi yang sudah ada sebelumnya

Skizofrenia dan gangguan bipolar berhubungan dengan glutation yang

rendah Stress oksidatif mungkin salah satu faktor dasar patofisiologi gangguan

bipolar gangguan depresif mayor dan skizofrenia Glutation (GSH) adalah

pemakan radikal bebas mayor di otakTidak adanya GSH meningkatkan

kerentanan sel terhadap stress oksidatif ditandai asetilsistein dapat mengurangi

gejala kedua gangguan tersebut

Glutation merubah level stress oksidatif pada sel yang diisolasi di

laboratorium sehingga dapat mengurangi perkembangan kanker Tes ini tidak

dilakukan pada manusia

Glutamat yang berlebihan di sinaps yang dapat dilepaskan pada kondisi

seperti cedera otak dapat menghambat pengambilan sistein senyawa pembentuk

glutation yang pentingTanpa proteksi dari cedera oksidatif oleh glutation sel-sel

dapat rusak atau mati (Sellman 2009)

Glutation juga mempunyai fungsi lain sebagai berikut (Sellman 2009)

Mencerahkan kulit

Mencegah menghilangkan jerawat dan bekas jerawat

Menghilangkan noda hitam

Anti aging dan anti kerut

Memberi nutrisi kulit

Membantu pemulihan luka

37

Membuat kulit menjadi halus segar dan bersinar

Kondisi kesehatan yang berhubungan dengan defisiensi glutation

Peningkatan proses penuaan

Kesulitan dalam keseimbangan

Gangguan mental

Masalah koordinasi

Gangguan sistem saraf

Akhir-akhir ini dipercaya sebagai penyebab lesi otak

Kanker HIV Katarak Diabetes Mellitus

Jumlah sperma yang rendah

263 Glutation Precursor (Sellman 2009)

Glutation Precursor disebut juga sebagai building-block dari glutation

yaitu N-asetilsistein atau NAC dan whey protein tidak terdenaturasi

Nasetilsistein adalah obat farmasi yang biasa digunakan bertahun-tahun untuk

mengobati overdose asetaminofen Hal ini sangat efektif ketika diberikan dalam

dosis besar di ruang darurat ketika seseorang akan mengalami gagal hati karena

overdosis asetaminofen komposisi aktif dari Tylenol

Efek sampingnya adalah bercak-bercak kemerahan bersin mual

anafilaksis reaksi alergi yang berupa kesulitan bernafas karena bronkospasme

tekanan darah menurun angioedema muntah kram diare Walaupun jarang

kematian pernah dilaporkan karena N-asetilsistein Beberapa orang mendapatkan

rasa dan bau yang tidak dapat diterima karena kandungan sulfur di dalamnya

38

Pengggunaan teratur untuk menaikkan kadar glutation tidak direkomendasikan

untuk anak-anak dan bayi Masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk

menentukan keamanan N-asetilsistein untuk penggunaan jangka panjang

Whey protein tidak terdenaturasi merupakan nutraceutical atau medicinal

foodSenyawa ini memberikan ikatan sistein ke sel-sel di mana glutation dapat

terbentuk di tempat tersebut

Beberapa kondisi yang tidak dapat mengkonsumsi whey protein

- Pasien dengan alergi protein susu

- Pasien dengan diet rendah protein

- Pasien yang sedang menjalani terapi imunosupresif

Efek sampingnya adalah kembung perut kram urtikaria Efek samping

karena overdosis tidak terjadi karena sel hanya membuat sebatas yang dibutuhkan

apabila berlebih kelebihan disimpan di hati dan ginjal sampai suatu saat kalau

dibutuhkan

264 Sumber Glutation dari makanan

Sumber glutation dari makanan yang disarankan adalah asparagus bayam

brokoli bawang putih kale bawang watercress kol Brussel sprout beberapa

bumbu seperti kunyit kayu manis semangka alpukat anggur peach jeruk

walnut granola daging kalkun dan daging ayam keju cottage dan yoghurt

39

Tabel 21 Makanan yang mengandung Glutation (Cadenas2002)

GSH Food Group mg100 g mgsaji Buah segar Apel 33 46 Pisang 41 48 Anggur 79 146 Jeruk 73 106 Semangka 66 283 Sayuran segar Asparagus dimasak 283 263 Alpukat 277 313 Brokoli dimasak 91 78 Wortel mentah 79 59 Tomat 90 109 Daging Hamburger 175 149 Ham rebus 233 13 Ayam digoreng 131 134 Sereal biji-bijian Cornflakes 00 00 Roti whole wheat 12 06 Roti putih 00 00 Nasi putih enriched dimasak 16 21 Produk Susu Susu whole 00 00 Keju Amerika 00 00 Yoghurt plain lowfat 00 00 Es krim 10 lemak 00 00

40

BAB III

KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

31 Kerangka Berpikir

Faktor penyebab penuaan antara lain faktor internal dan faktoreksternal

Faktor internal meliputi radikal bebas glikosilasi metilasi hormon yang

berkurang apoptosis system kekebalan tubuh yang menurun genetik Faktor

eksternal meliputi gaya hidup tidak sehat polusi lingkungan stress kemiskinan

kebiasaan yang salah olahraga berlebihan (overtraining) Berbagai faktor di atas

menyebabkan terjadinya penurunan fungsi tubuh dan terjadilah penuaan

Kerangka konsep penelitian berdasarkan teori bahwa salah satu penyebab

penuaan adalah radikal bebas Bila jumlah radikal bebas melebihi jumlah

antioksidan di dalam tubuh terjadilah stress oksidatif Radikal bebas dapat

merusak membran sel protein DNA dan berakibat fatal bagi kelangsungan hidup

sel jaringan Stress oksidatif yang berlangsung lama akan mengakibatkan

terjadinya penumpukan hasil kerusakan oksidatif di dalam sel dan jaringan

selanjutnya sel dan jaringan tersebut akan kehilangan fungsinya dan akhirnya

mati

Olahraga berlebih meningkatkan stress oksidatif karena terdapat

peningkatan konsumsi O2 oleh aktivitas otot skeletal Oksigen juga dapat bersifat

toksik yang dapat memicu peningkatan Reactive Oxygen Species (ROS)Organ

yang tidak mendapat cukup oksigen dan nutrisi menjadi iskemik dan terjadi

kerusakan mikrovaskular (Reperfusion Injury) memicu peningkatan radikal

40

41

bebas Dengan pemberian antioksidan Glutation yang merupakan antioksidan

master diharapkan dapat mencegah kerusakan lebih lanjut yang diakibatkan oleh

radikal bebas dengan cara melindungi sel dari Reactive Oxygen Species (ROS)

dan dapat dilihat melalui parameter MDA yang mengalami penurunan

32 Konsep Penelitian

Konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Gambar 31 Konsep Kadar MDA pada tikus yang diberikan Pelatihan Fisik Berlebih+ Placebo dan Pelatihan Fisik Berlebih + Glutation

FAKTOR INTERNAL

- Jenis Kelamin

- Usia

- Genetik

- Hormon

- Psikologis

FAKTOR EKSTERNAL

- Makanan

- Cuaca iklim

- Penyakit

- Exercise

GLUTATION

TIKUS

KADAR MDA

42

33 Hipotesis

Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan kadar MDA

tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

43

BAB IV

METODE PENELITIAN

41 Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksterimental dengan rancangan

randomized pre test-post test control group design (Poccock et al 2008)

Subyek terdiri dari 2 kelompok yaitu

1 Kelompok 1 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+ Placebo

2 Kelompok 2 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation

Semua kelompok sebelum perlakuan diberikan pre test (O1 O3) dan

dihitung rerata untuk masing-masing kelompok

Setelah perlakuan semua kelompok diberikan post test (O2 O4) dan

dihitung rerata untuk masing-masing kelompok

Kemudian dihitung perbedaan rerata antara pre test dan post test dari

masing-masing kelompok lalu hasil perbedaan tersebut dibandingkan secara

statistik

Gambar 41 Rancangan Penelitian

P S

43

R R

O1 P1 O2

O3 P2 O4

44

Keterangan

P = populasi

S = sampel

R = random

O1 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah mendapatkan

pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan placebo (pre test)

O2 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah diberikan pelatihan

fisik berlebih setelah diberikan placebo (post test)

O3 = observasi data MDA kelompok perlakuan setelah diberikan

pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan Glutation (pre test)

O4 = observasi data MDA kelompok perlakuan diberikan pelatihan fisik

berlebih setelah diberikan Glutation (post test)

P1 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih+ placebo

P2 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation

42 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran

Universitas Udayana pada bulan Januari ndash Maret 2012 Pemeriksaan MDA darah

tikus dikerjakan di bagian Program Antar Unit Universitas Gajah Mada

Jogyakarta

45

43 Populasi dan Sampel

431 Populasi

Subyek penelitian adalah tikus jantan dewasa galur Wistar yang berusia 2-

25 bulan dan dalam kondisi fisik sehat

432 Kriteria Sampel

4321 Kriteria Inklusi

Kriteria Inklusi yang ditetapkan sebagai sampel adalah sebagai berikut

a Tikus jantan dewasa galur Wistar

b Umur 2-25 bulan

c Berat badan plusmn200 gram

d Sehat

e MDA ge 5mmollt

4322 Kriteria Drop Out

Adalah sampel yang mati pada waktu penelitian

433 Besar Sampel

Besar sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini dihitung berdasarkan

rumus Poccock (2008)

Angka μ1 (5) dan μ2 (12) didapatkan dari penelitian sebelumnya (Ji 1998)

n=

46

= asymp 7

Keterangan

n = jumlah sampel

σ = standar deviasi kelompok perlakuan dengan pemberian

glutation (15)

f ( ) = besarnya didapat dari tabel (Poccock 2008)

μ1 = rerata hasil MDA pada kelompok perlakuan sesudah

pemberian glutatioacuten (5)

μ2 = rerata hasil MDA pada kelompok pre test (12)

Jadi jumlah sampel (n) = 675 dan ditambah 3 ekor tikus untuk masing-

masing kelompok sebagai cadangan Jadi total 20 ekor tikus dengan 10

ekor tikus untuk masing-masing kelompok

434 Teknik Pengambilan Sampel

Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat

sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi diambil secara acak

sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi

2 kelompok yaitu kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+placebo kelompok

dengan pelatihan fisik berlebih + glutation

47

44 Variabel Penelitian

441 Klasifikasi Variabel

Variabel penelitian dibedakan menjadi

1 Variabel Bebas dosis pemberian glutation

2 Variabel Tergantung kadar MDA

3 Variabel Terkendali varian tikus jantan (galur wistar) jenis

kelamin umur berat badan lingkungan

(pencahayaan suhu kelembaban nutrisi

kandang)

Gambar 42 Bagan Hubungan Antar Variabel

VARIABEL BEBAS

- Pelatihan fisik berlebih

- Glutation 37mg kgBBhari

VARIABEL TERGANTUNG

KADAR MDA

VARIABEL TERKENDALI

Varian tikus

Jenis kelamin umur berat badan

Pencahayaan suhu kelembaban nutrisi kandang

Makanan minuman

48

442 Definisi Operasional Variabel

1 Pelatihan fisik berlebih pada tikus adalah pelatihan yang berlebihan

yang diukur berdasarkan kemampuan maksimal berenang tikus pada

ember berdiameter 35 cm dengan kedalaman air 20 cm yang

dilakukan 60 menithari selama 35 hari pada waktu yang sama pada

suhu 32 derajat (Binekada 2002 dan Pepe2011)

2 Glutation yang diberikan adalah Glutation Teofarma injeksi sediaan

600mg 4 ml Dosis pemberian Glutation adalah pemberian sediaan

antioksidan Glutation dalam bentuk suntikan intraperitoneal yang

diberikan 1x sehari dan diberikan 6 jam sebelum pelatihan fisik

berlebih Dosis pemberian Glutation mengacu pada penelitian yang

dilakukan sebelumnya oleh Ji L L yaitu 37mgkgBBhari yang

dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril secara intraperitonial

3 MDA merupakan salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada

membran sel dan merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan

oleh radikal bebas Pengukuran kadar MDA menggunakan metode

Thiobarbituraic Acid Reactive Substances (TBARS) Pembacaan hasil

dengan menggunakan spektrofotometer Satuan MDA dalam mmoll

4 Cahaya suhu dan kelembaban merupakan kondisi lingkungan yang

dialami tikus jantan dewasa Pada penelitian ini kondisi lingkungan

selama percobaan dibuat sama

5 Berat badan tikus adalah berat badan yang ditimbang dengan

timbangan gram

49

6 Umur tikus adalah umur yang ditentukan dengan melihat tanggal

kelahiran yang dicatat pada kandang percobaan

7 Kondisi peneliti yang meliputi kesehatan fisik dan psikis peneliti

Penelitian dilaksanakan saat kondisi peneliti dalam keadaan baik

sehingga pengaruhnya terhadap hasil penelitian dapat diabaikan

45 Bahan dan Alat Penelitian

451 Bahan Penelitian

Glutation injeksi

Tikus jantan

Makanan tikus berupa pellet dan air minum dari air ledeng

Aquades steril

EDTA (Ethylenediamine tetraacetic acid)

Reagensia untuk pengukuran kadar MDA

452 Alat Penelitian

Alat yang dipakai dalam pengambilan data penelitian ini adalah

- Kandang tikus terbuat dari besi yang di dalamnya terdapat sekam dan

botol minuman

- Ember berdiameter 35 cm dan kedalaman air 20 cm

- Stopwatch

- Timbangan

- Spuit injeksi 1 ml

50

- Sarung tangan

- Kapas dan alkohol 70

- Tabung Evendorf

- Mikropipet

- Pipet kapiler

- Sentrifugasi

46 Prosedur Penelitian

1 Tikus jantan dewasa (Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan

berat badan plusmn200gram dilakukan aklimatisasi selama 2 minggu di

tempat penelitian untuk penyesuaian dengan lingkungan

2 Semua sampel tikus diberi perlakuan yang sama yaitu diberikan

pelatihan fisik berlebih dengan cara berenang sampai kelelahan pada

hari ke 7 kedua kelompok tersebut dilakukan pemeriksaan MDA

3 Mulai hari ke 8 ndash 35 sampel tikus yang berjumlah 20 ekor dibagi atas 2

kelompok di mana kelompok 1(kontrol) diberikan pelatihan fisik

berlebih + injeksi aquabidest intraperitoneal enam jam sebelum

perlakuan aktifitas berlebih kelompok ke 2 (perlakuan) diberikan

pelatihan fisik berlebih + injeksi intraperitoneal glutation 37

mgkgBBhari yang sudah dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril

4 Pada hari ke 35 dilakukan pemeriksaan kadar MDA pada masing-

masing tikus setelah bulu tikus kering

51

5 Selama penelitian hewan coba diberikan makanan dan minuman secara

teratur kebersihan dan kenyamanan kandang dijaga

461 Alur Penelitian

TIKUS ADAPTASI 2 MINGGU

PELATIHAN FISIK BERLEBIH 1 MINGGU

MDA

KELOMPOK 1 KELOMPOK 2

PELATIHAN FISIK BERLEBIH PELATIHAN FISIK BERLEBIH

+ AQUABIDEST (28 hari) +GLUTATION 37mgkgBBhari

28 HARI 28 HARI

MDA

Gambar 43 Bagan Alur Penelitian

462 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium

Pemantauan keselamatan tikus jantan (galur Wistar) di laboratorium

(Smith et al1988 Ngatidjan 2006) adalah sebagai berikut

1 Kandang tikus jantan harus cukup kuat tidak mudah rusak teratur dibersihkan

(1x seminggu) mudah dipasang kembali hewan tidak mudah lepas tahan

52

gigitan hewan kelihatan jelas dari luar Alas tempat tidur terbuat dari serbuk

gergaji atau sekam padi agar mudah menyerap air

2 Luas lantai yang memadai untuk tikus jantan dengan berat badan plusmn200 gram

adalah 60cm persegi dan tinggi 20 cm

3 Diciptakan suasana lingkungan yang stabil dan sesuai keperluan fisiologi tikus

jantan di mana kelembaban suhu pertukaran udara yang ekstrim harus

dihindari

4 Hewan coba hendaknya diperlakukan dengan kasih sayang

47 Pengolahan dan Analisis Data

Analisis data yang digunakan adalah

1 Analisis Deskriptif

2 Uji normalitas data dilakukan dengan tes Shapiro-Wilk Distribusi data

normal dengan nilai pgt005

3 Uji homogenitas dilakukan dengan Lavenersquos Test Data dinyatakan

homogen dengan nilai pgt005

4 Karena data berdistribusi normal dan homogen maka untuk uji

komparabilitas dipakai

- Uji t independent untuk membandingkan rerata kadar MDA antar

kelompok

- Uji Paired T- Test untuk membandingkan rerata kadar MDA pre

dan post masing-masing kelompok

- Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau

dinyatakan berbeda bila plt005

53

BAB V

HASIL PENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 20 ekor tikus jantan dewasa

(Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan berat badan plusmn200 gram sebagai

sampelyang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah 10 ekor

yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dankelompok

perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) Dalam penyajian hasil ini diuraikan

uji normalitas data uji homogenitas data uji komparabilitas dan uji efek

perlakuan

51 Uji Normalitas Data

Data Kadar MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan

pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji

Shapiro-Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005)

disajikan pada Tabel 51

53

54

Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing Kelompok Sebelum

dan Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Perlakuan n p Keterangan

Kadar MDA kontrol pre

Kadar MDA perlakuan pre

Kadar MDA kontrol post

Kadar MDA perlakuan post

10

10

10

10

0965

0550

0975

0697

Normal

Normal

Normal

Normal

52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok

Data Kadar MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun

sesudah perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test

Hasilnya menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52

Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA Sebelum dan

Sesudah Perlakuan

Variabel F p Keterangan

Kadar MDA pre

Kadar MDA post

0016

0592

0901

0452

Homogen

Homogen

53 Kadar MDA

531 Uji komparabilitas

Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata kadar MDA

antar kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan

55

glutation Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada

Tabel 53 berikut

Tabel 53

Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata

Kadar MDA

SB T P

Aktivitas berlebih dan

placebo

Aktivitas berlebihdan

glutathion

10

10

518

529

028

029

089 0386

Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok

kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 518028mmoll dan rerata

kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 529029mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 089 dan nilai

p = 0386 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan

berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya tidak berbeda secara

bermakna (p gt 005)

532 Analisis efek perlakuan

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kadar MDA antar

kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation

56

Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54

berikut

Tabel 54 Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata

Kadar MDA

SB T P

Aktivitas berlebih dan

placebo

Aktivitas berlebihdan

glutathion

10

10

778

444

023

017

3672 0001

Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok

kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata

kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 444017mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 3672 dan nilai

p = 0001 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan

berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya berbeda secara

bermakna (p lt 005)

57

Gambar 51 Perbedaan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

533 Analisis Komparasi Sebelum dengan Sesudah Perlakuan

Analisis komparasi diuji berdasarkan rerata kadar MDA antara sebelum

dengan sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation Hasil

analisis kemaknaan dengan uji t-paired disajikan pada Tabel 55 berikut

Tabel 55 Analisis KomparasiKadar MDA antara Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Kelompok Beda Rerata

pre ndash post p Keterangan

Aktivitas berlebih dan placebo

Aktivitas berlebih dan

glutathion

260

085

0001

0001

Meningkat

Menurun

58

Berdasarkan uji t-paired didapatkan bahwa ada penurunan kadar MDA

pada kelompok perlakuan secara bermakna sebesar 085mmoll sedangkan pada

kelompok kontrol mengalami peningkatan secara bermakna sebesar 260mmoll

59

BAB VI

PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian

Untuk menguji efek pemberian glutation terhadap penurunan kadar MDA

maka dilakukan penelitian terhadap 20 ekor tikus jantan dewasa (Galur Wistar)

sebagai sampel yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah

10 ekor yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dan

kelompok perlakuan (pelatihan fisik berlebih dan glutation)

62 Efek Pelatihan Fisik Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA

Hasil penelitian dan analisis data terhadap kadar MDA darah pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji

normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan homogenitas (Levenersquos test) pre-test dan post-

test masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)

Uji perbandingan 1 minggu pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan

injeksi antara kedua kelompok menggunakan uji t-independent Rerata kadar

MDA kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) adalah

518028mmoll dan rerata kelompok pelatihan fisik berlebih dan glutation

adalah 529029mmoll Analisis kemaknaan dengan uji t-independent

menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna kadar MDA darah antara

kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa

kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan injeksi rerata kadar MDAnya tidak

59

60

berbeda secara bermakna

Uji perbandingan setelah pemberian placebo dan glutation antara kedua

kelompok menggunakan t-independent Rerata kadar MDA kelompok kontrol

(aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata kelompok

perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) adalah 444017mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent antara kedua kelompok sesudah diberikan

placebo dan glutation menunjukkan perbedaan kadar MDA secara bermakna

(plt005) Hal ini berarti bahwa kelompok yang diberikan perlakuan berupa

placebo dan glutation 6 jam sebelum diberikan pelatihan fisik berlebih dengan

cara merenangkan selama 60 menit hari selama 35 hari rerata kadar MDA

berbeda secara bermakna Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh

untuk melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam

organ dan pembuluh darah (Giriwijoyo 2004)

Peningkatan kadar MDA sesudah diberikan pelatihan fisik berlebih pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan disebabkan karena pelatihan fisik

berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena terjadi peningkatan konsumsi

oksigen oleh aktifitas otot skeletal Stress oksidatif memicu peningkatan senyawa

oksigen reaktif Pada pelatihan fisik berlebih juga terjadi Reperfusion Injury yang

memicu terjadinya kerusakan jaringan dan peningkatan radikal bebas (Adiputra

2008) Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara menarik elektronnya

sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan sampai kematian sel

(Suryohudoyo 2000)

Pada penelitian ini didapatkan bahwa sesudah diberikan pelatihan fisik

61

berlebih dan placebo terjadi peningkatan kadar MDA sebesar 5024 Kadar

MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel (Winarsi

2007) Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pepe

(2011) bahwa pelatihan fisik berlebih meningkatkan kadar MDA Lebih lanjut

Murray et al (2000) juga menyatakan bahwa pelatihan fisik berlebih merangsang

respon biomarker stres oksidatif Sedangkan pada kelompok perlakuan yang

diberikan aktifitas berlebih dan glutation terjadi penurunan kadar MDA sebesar

1607 Terjadinya penurunan kadar MDA pada kelompok yang diberikan

glutation 6 jam sebelum melakukan pelatihan fisik berlebih disebabkan karena

pemberian antioksidan meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan

cara mendonorkan elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa

oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsi 2007) Glutation merupakan antioksidan

endogen yaitu antioksidan yang dapat disintesa dalam tubuh dari asam amino L-

sistein L-glutamat dan glisin (Cadenas 2002) yang juga sebagai master

antioksidan yaitu antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain

Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan

Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik (Hersh 2004) Glutation

merupakan salah satu antioksidan yang tidak dapat menjadi pro oksidan (Cadenas

2002) Normalnya sekali suatu antioksidan memakan radikal bebas antioksidan

ini menjadi teroksidasi sendiri dan menyerang sel yang sehat yang disebut

sebagai pro oksidan Glutation dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang

teroksidasi tersebut menjadi bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali

dalam memakan radikal bebas (Sellman 2009) Sehingga dengan demikian

62

glutation dapat membantu dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Urso

(2003) bahwa suplementasi antioksidan dapat mengatasi kondisi stress oksidatif

yang terjadi pelatihan fisik berlebih

Uji perbandingan antara data MDA pre dan post masing-masing kelompok

digunakan uji t-paired test Berdasarkan uji ini didapatkan hasil pada kelompok

perlakuan terjadi penurunan kadar MDA secara bermakna sebesar 085 mmollt

sedangkan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan kadar MDA secara

bermakna sebesar 260mmollt Terjadi penurunan kadar MDA pada kelompok

perlakuan menunjukkan pemberian antioksidan Glutation intraperitoneal dosis

37mgkgBBhari dapat mengatasi kondisi stress oksidatif yang terjadi pada

pelatihan fisik berlebih Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh

Urso (2003)

63

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

71 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan sebagai

berikut Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA

tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

72 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah

1 Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja glutation

yang lebih detail

2 Memperhatikan takaran latihan supaya tidak berlebihan yang justru akan

meningkatkan kerusakan sel

3 Perlu dilakukan uji klinis pada manusia

63

64

DAFTAR PUSTAKA

Adiputra N 2008Kesehatan Olah Raga Available from httpwwwbalihesgorgindexphpoption=com Accessed 2011 Oct 5th

Anonim 2011 Glutathione Available at

httpenwikipediaorgwikiGlutathione Accessed 2011 Oct 5th Anonim 2011 Overtraining Available at

httpwwwmarksdailyapplecomovertraining Accessed 2011 Oct5th

Asikin N 2001Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan InKursus Penyegaran dan Pelatihan Radikal bebas dan Antioksidan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta Fakultas Kedokteran UI

Bagiada NA 2001 Proses Penuaan dan Penanggulangannya Denpasar

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hal 22 Banerjee AK Mandal A Chanda D Chahraboti S 2003 Oxidant

Antioxidant and Physical ExerciseAvailable from httpwwwncbinlmnihgovpubmed14619981 accesed 2011 Sept 2nd

Binekada MC 2002 ldquoPelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Konsentrasi dan

Motilitas Spermatozoa Mencitrdquo(tesis) Denpasar Universitas Udayana

Cadenas E Jones PD 2002Bioavailability of Glutathione In Cadenas E

Packer L editorsHandbook of Antioxidants2nd Ed New York Marcel DekkerInc p549-564

Catala A 2006Lipid PeroxidationInt J Biochem Cell Biol 38 1482-1495 Dalle-DonneI Rossi R ColomboR Giustarini D Milzani

A2006Biomarkers of Oxidative Damage in Human Disease Available from httpwwwredorbitcomnewsscience473334biomarkersof oxidative damage in human diseaseindexhtmlaccessed2011 Sept 5th

Fouad T 2007 Free radicals Types Sources and Damaging Reaction

Relations Available from

64

65

wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th

Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th

Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112

Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors

ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their

Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69

Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan

Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th

Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz

R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155

Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester

Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th

Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala

T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200

Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and

Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders

66

Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana

LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia

Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647

Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from

httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit

Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK

Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620

Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji

Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah

Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009

Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan

Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132

Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde

Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521

Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley

Medical Publicationsp 123-141

Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI

Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable

from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer

67

Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole

Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam

Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI

Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam

Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya

Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan

Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47

Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant

Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th

Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan

Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105

68

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965

Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975

Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753

Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

69

Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan

Group Statistics

Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887

Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215

Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260

Perlakuan 10 42500 23348 07383

Independent Samples Test

Levenes Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df

Sig (2-

tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence Interval of the

Difference Lower Upper

Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428

Equal variances not assumed

-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429

Post1

Equal variances assumed 592 452 367

22 18 000 333700 09087 314608 352792

Equal variances not assumed

36722 16855 000 333700 09087 314515 352885

Post2

Equal variances assumed 906 354 264

19 18 000 239500 09066 220454 258546

Equal variances not assumed

26419 16265 000 239500 09066 220307 258693

70

Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis

(Laurence amp Bacharach 1964)

2g mencit 20g tikus 400g marmot

l5Kg kelinci

20Kg kucing

40Kg kera

120Kg anjing

70Kg manusia

20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879

200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560

400 g marmot

008 057 10 225 24 52 102 315

l5Kg kelinci

004 025 044 10 106 24 45 142

20Kg kucing

003 023 042 092 10 22 41 130

40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61

120Kg anjing

0008 006 010 0022 024 052 10 31

70Kg manusia

00026 0018 0031 007 0013 016 032 10

71

Lampiran 4

Foto Penelitian

Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)

72

Lampiran 5

Data Hasil Penelitian

Kelompok Kontrol

Pre test Post test Pre test Post Test

752 647 769 694

779 670 773 664

745 660 803 653

769 643 817 677

783 653

786 684

Kelompok Perlakuan

Pre Test Post test

412 391

436 412

442 425

425 401

453 436

466 442

432 405

456 432

470 453

476 463

Page 18: PEMBERIAN INJEKSI GLUTATION INTRAPERITONEAL

xvii

xvii

DAFTAR SINGKATAN

CoQ10 Coenzym Q10

DNA Deoxyribonucleic Acid

GSH Px Glutation Peroksidase

GSH Glutation

GSSG Rx Glutation Reduktase

GSSG Glutation Disulfide

MDA Malondialdehyde

NADH Nicotinamide Adenine Dinucleotide

NADPH Nicotinamide Adenine Dinucleotide Phosphate

O2 Oksigen

RNA Ribonucleic Acid

ROS Reactive Oxygen Species

SOD Super Oxide Dismutase

TBARS Thiobarbituric Acid Reactive Substances

1

BAB I

PENDAHULUAN

11 LATAR BELAKANG

Proses penuaan menurut Kedokteran Anti Penuaan dapat diperlakukan

seperti suatu penyakit dalam arti proses ini dapat diatasi dapat dirsquoreversersquo atau

dirsquokembalikanrsquo menjadi kondisi seperti saat muda Penyakit yang muncul seiring

dengan bertambahnya usia seperti hipertensi diabetes mellitus osteoartritis dan

lain-lain membuat kualitas hidup menurun pada usia lanjut Ilmu Kedokteran

Anti Penuaan memberikan paradigma baru dalam mengatasi proses penuaan Ilmu

ini memberikan solusi untuk mengatasi ketidakmampuan penyakit nyeri

deformitas dan kesedihan di masa tua sehingga kualitas hidup meningkat

Modifikasi gaya hidup dengan cara mengatur pola makan pola tidur pola

olahraga pola hidup manajemen hormon dapat meningkatkan kualitas hidup

Terbentuknya radikal bebas oksigen dalam tubuh sebenarnya merupakan

sesuatu yang fisiologis Oksigen yang kita hirup berperan dalam metabolisme

sebagian kecil (2-5) tereduksi membentuk radikal bebas Radikal bebas oksigen

dikelompokkan dalam senyawa Reactive Oxygen Species (ROS) ROS merupakan

radikal bebas yang berbahaya bagi tubuh (Arief 2010) Bila produksi tersebut

menjadi semakin meningkat dalam kondisi seperti terpapar sinar ultraviolet

polusi merokok konsumsi alkohol dalam jumlah banyak stress menyebabkan

kerusakan pada sel-sel terjadi penuaan

1

2

Teknologi yang berkembang dengan pesatnya memberikan kita banyak

fasilitas kemudahan dalam menjalani hidup kita Akhirnya dalam apapun yang

akan kita perbuat atau lakukan kita selalu dihadapkan pada 2 pilihan mau yang

mudah atau yang sulit Menjamurnya makanan instant fast food yang disebut

juga makanan junk food karena memang tidak kurang kandungan gizi yang kita

perlukan Makanan ini tidak mengandung nilai gizi hanya mementingkan rasa

yang penting enak gurih karena banyak mengandung lemak tinggi karbohidrat

dan cepat saji karena semakin sibuknya manusia Selain itu karena kesibukan

kita menjadi kurang sekali dalam berolahraga selain kesibukan juga sudah lelah

Akibatnya kita menjadi gemuk semakin gemuk semakin malas beraktifitas

semakin mudah lelah yang lama kelamaan menjadi kelelahan kronis depresi

mudah muncul

Gaya hidup manusia yang mempunyai tingkat stress yang tinggi ditambah

kurangnya aktifitas berolahraga meningkatkan resiko timbulnya penyakit jantung

low back pain adult-onset diabetes obesity yang disebut hypokinetic diseases

(Sharkey 2003 ) Meningkatnya insidensi kelebihan berat badan menjadi masalah

kesehatan di seluruh dunia termasuk di Indonesia (Misnadiarly 2007) Kelebihan

berat badan menyebabkan terjadinya penumpukan lemak yang berlebihan dalam

tubuh dan berpotensi memicu banyak penyakit yang mematikan Beberapa

penyakit tersebut dikategorikan sebagai penyakit yang terjadi karena metabolism

yang melambat dan penumpukan lemak sering disebut sebagai Sindroma

Metabolik(hipertensi hiperlipidemia diabetes mellitus) Sebaliknya sebuah gaya

3

hidup yang sehat dan seimbang memainkan peranan yang besar dalam mencegah

banyak penyakit yang berhubungan dengan gaya hidup

Pada sisi lain manusia juga selalu dituntut untuk memiliki tubuh sehat

penampilan yang menarik Masalah muncul pada saat manusia memilih jalan

pintas berolahraga berlebihan (overtraining) diet ketat berlebihan

mengkonsumsi obat-obatan penekan nafsu makan obat-obat pembakar lemak

suplemen secara berlebihan dan tanpa informasi yang benar tanpa pengawasan

dokter dengan tujuan untuk memperoleh tubuh ramping dalam waktu secepatnya

Bukan tubuh sehat yang didapat tetapi malah menjadi sakit yang tidak mustahil

dapat mengarah ke kematian

Tubuh sehat ideal dalam arti tidak mudah sakit mempunyai hidup yang

berkualitas penampilan yang prima dan mempunyai postur tubuh yang

proporsional (Misnadiarly 2007) Gaya hidup yang sehat seimbang adalah kunci

untuk mencapai kesehatan dan bentuk badan yang lebih bagus dan hanya akan

tercapai melalui aktifitas olahraga pengaturan pola makan istirahat yang teratur

dan proporsional

Olahraga yang berlebihan tidak memberikan efek yang baik untuk tubuh

tetapi latihan yang tepat meningkatkan kebugaran aerobik Frekuensi yang lebih

sering durasi yang lebih panjang intensitas yang meningkat meningkatkan

kebugaran fisik Hal yang penting kita harus memperhatikan waktu pemulihan

Apabila tubuh tidak mempunyai cukup waktu untuk pemulihan bukan

meningkatkan kebugaran tetapi malah menimbulkan cedera atau penyakit melalui

supresi sistem kekebalan (Sharkey 2003) Olahraga yang teratur dapat

4

meningkatkan produksi molekul anti oksidan endogen termasuk glutathioneurate

coenzyme Q10 (Cadenas 2002) Dengan meningkatnya kadar antioksidan

endogen maka kadar MDA tubuh akan menurun

Teori Radikal Bebas menjelaskan bahwa radikal bebas merusak sel-sel

tubuh manusia (Goldmanamp Klatz 2003) Pelatihan fisik berlebih menyebabkan

terbentuknya radikal bebas Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara

menarik elektronnya sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan

sampai kematian sel (Suryohudoyo 2000) Pelatihan fisik berlebih menyebabkan

penuaan terjadi lebih cepat

Gaya hidup yang tidak sehat meningkatkan produksi radikal bebas

Beruntung tubuh mempunyai mekanisme pertahanan melawan oksidasi yang

terjadi tersebut Tubuh memproduksi enzim dan molekul khusus yang dapat

menangkap dan melenyapkan radikal bebas (superoksid dismutase katalase

glutation alfa lipoic acid CoQ10) yang disebut juga antioksidan endogen dan

yang berasal dari makanan seperti vitamin C dan E beta karoten polifenol

selenium seng (antioksidan esensial) yang disebut juga antioksidan eksogen

Antioksidan endogen maupun eksogen sangat penting buat tubuh karena

mampu meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan cara menangkap

dan mengeliminirnya Antioksidan eksogen efektif diperlukan untuk mencegah

terjadinya stress oksidatif Antioksidan endogen merupakan mekanisme

pertahanan preventif dengan cara memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal

bebas atau dengan cara menangkapnya (Winarsi 2007)

5

Bila jumlah antioksidan lebih sedikit dibanding jumlah radikal bebas

terjadi gangguan keseimbangan yang disebut redox state (Cadenas 2002) Dalam

kondisi seperti ini semakin banyak molekul normal yang ditarik elektronnya

molekul menjadi tidak stabil molekul ini akan merusak molekul sehat lainnya

sehingga terjadilah penyakit (Winarsi 2007)

Pemberian antioksidan yang cukup dan optimal dapat meningkatkan

kebugaran meningkatkan kemampuan tubuh dalam melakukan pelatihan fisik

menurunkan kadar stress oksidatif dalam tubuh mencegah terjadinya penuaan

dini (Pangkahila 2007) Antioksidan bekerja dengan cara mendonorkan satu

elektronnya ke molekul yang kehilangan elektronnya (radikal bebas) sehingga

membentuk radikal bebas tidak reaktif relatif stabil proses kerusakan sel dapat

dihambat

Ada beberapa macam antioksidan salah satunya adalah Glutation

Glutation merupakan antioksidan endogen yaitu antioksidan yang dapat dibuat

oleh tubuh kita sendiri Glutation juga dikenal sebagai master antioksidan

antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain (Goldman 2003)

Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan

Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik Normalnya sekali suatu

antioksidan memakan radikal bebas antioksidan ini menjadi teroksidasi sendiri

dan menyerang sel yang sehat yang disebut sebagai pro oksidan Glutation

dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang teroksidasi tersebut menjadi

bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali dalam memakan radikal bebas

(Sellman 2009) Sehingga dengan pengertian di atas glutation dapat membantu

6

dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh kita lebih banyak

dibandingkan dengan antioksidan lain

MDA adalah metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas

Kadar MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel

Apabila terdapat antioksidan yang tinggi dalam tubuh maka kadar MDA akan

menurun (Winarsi 2007)

Pelatihan fisik berlebih akan menyebabkan meningkatnya kerusakan

oksidatif Glutation menghambat kerusakan oksidatif Parameter yang digunakan

dalam penelitian ini adalah produk peroksidase lipid yaitu malondialdehid (MDA)

menurut metoda Willis

12 Rumusan Masalah

Apakah pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan

kadar MDA tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

13 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat

menurunkan kadar MDA pada tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

14 Manfaat Penelitian

141 Manfaat Keilmuan

Dapat menambah pengetahuan bahwa olahraga berlebih meningkatkan

MDA pemberian antioksidan Glutation dalam upaya mencegah terjadinya stress

7

oksidatif berkelanjutan yang dapat menjadi salah satu penyebab proses penuaan

penyakit metabolisme dan kemungkinan dapat dipergunakan sebagai dasar untuk

dilakukan penelitian lebih lanjut

142 Manfaat Praktis

Pengetahuan tersebut dapat memberikan manfaat kepada masyarakat luas

untuk lebih bijaksana dalam mengkonsumsi antioksidan dan dalam melakukan

pelatihan fisik

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

21 Penuaan

Penuaan sampai saat ini masih dianggap sebagai sesuatu yang alamiah

terjadi demikian juga penyakit yang muncul pada masa tuaSeseorang yang

berumur 50 tahun dengan penyakit Diabetes Mellitus dipandang sebagai sesuatu

yang umum karena memang sudah tua Sejak tahun 1950 penelitian penyebab

penuaan mulai diteliti faktor-faktor penyebab yang mempengaruhi kualitas hidup

sehingga meskipun usia bertambah tua tetapi tetap berkualitas Beberapa cara

modifikasi gaya hidup terus dilakukan untuk mencapai kualitas hidup yang lebih

baik seperti mengatur pola makan pola tidur pola olahraga pola hidup untuk

mencapai kualitas hidup yang baik di usia lanjutPenelitian memberi kesimpulan

bahwa pemberdayaan diri membudayakan pola hidup sehat dapat meningkatkan

kualitas hidup seseorang (Franklin 2009)

Dewasa ini seiring dengan percepatan perubahan teknologi meningkatnya

persaingan hidup orang berlomba-lomba mengkonsumsi produk dan berbagai

metode yang mengklaim bisa menghambat penuaan atau bersifat Anti Aging Ilmu

Kedokteran Anti Penuaan memberikan paradigma baru dalam menangani proses

penuaan Ilmu Kedokteran Anti Penuaan ini menjanjikan dapat memberikan solusi

untuk mengatasi ketidakmampuan penyakit nyeri deformitas dan kesedihan di

masa tua dengan cara meningkatkan kualitas hidup masa tua (Goldman dan Klatz

8

9

2003) Menurut Pangkahila penuaan bisa dicegah diobati dan bahkan dapat

dikembalikan ke keadaan semula (Pangkahila 2007)

Proses penuaan dapat dijelaskan dalam empat teori utama yang walaupun

tidak dapat menjelaskan dengan lengkap tetapi teori tersebut melengkapi satu

dengan yang lain

211 Teori Wear and Tear

Teori ini diperkenalkan pertama kali oleh Dr August Weisman seorang

ahli biologi dari Jerman pada tahun 1882 Teori ini menyatakan bahwa tubuh dan

sel akan rusak karena penggunaan dan disalahgunakan baik penggunaan secara

alami apalagi penyalahgunaan Kerusakan terjadi dalam sel sampai organ Pada

usia muda kerusakan yang terjadi dapat diatasi dikompensasi karena sistem

perbaikan dan pemeliharan yang masih baik tetapi seiring dengan bertambahnya

umur tubuh mulai kehilangan kemampuan tersebut Teori ini juga meyakini

pemberian suplemen dan merangsang kemampuan tubuh untuk melakukan

perbaikan dan mempertahankan organ tubuh dan sel

212 Teori Radikal Bebas

Teori ini diperkenalkan oleh Dr Denham Harman pada tahun 1956

Radikal Bebas adalah molekul tidak stabil yang sangat reaktif karena mempunyai

elektron tidak berpasangan pada orbit luarnya dapat bereaksi dengan molekul

lain menimbulkan reaksi berantai yang sangat destruktif (Goldman dan Klatz

2003)

10

Radikal Bebas dihasilkan dari pembakaran gula dan lemak yang kita

konsumsi untuk memberikan energi pada tubuh kita Radikal bebas merusak

membran sel kode DNA enzim protein dan akhirnya terjadi kerusakan pada

seluruh organ Kerusakan terjadi mulai dari lahir dan terus berlanjut hingga

meninggal Pada usia muda dampak penggantian sel yang masih berfungsi baik

Seiring dengan usia bertambah akumulasi kerusakan akibat radikal bebas akan

mengganggu metabolisme sel terjadilah mutasi sel yang mengakibatkan

timbulnya kanker dan kematian

Age Spot merupakan salah satu bentuk kerusakan pada membrane sel

yang disebabkan oleh Radikal Bebas Kerusakan membran ini menghasilkan

produk sisa yang dikenal sebagai lipofuscin Jumlah lipofuscin yang tinggi dalam

tubuh memberikan warna gelap pada daerah tertentu yang disebut Age spot

Lipofuscins mengganggu sintesis DNA dan RNA mempengaruhi sintesis protein

(menurunkan energi dan menghambat pembentukan massa otot) merusak enzim

seluler yang diperlukan untuk proses kimia vital dalam tubuh (Goldman dan

Klatz 2003)

Radikal bebas mempengaruhi peroksidasi lipid yang menyebabkan

produksi MDA (malondialdehyde) yang mengikat protein dan menyebabkan

gangguan fungsi biologik protein tersebut Radikal Bebas berkaitan dengan

penyakit usia lanjut seperti aterosklerosis Parkinson penyakit Alzheimer dan

gangguan fungsi kekebalan tubuh (Pangkahila 2007)

11

213 Teori Kontrol Genetika

Teori terfokus pada kode genetik yang ada dalam DNA meskipun seluruh

aspek diwariskan dalam gen tiap individu waktu jam biologis tergantung pada

pola hidup penuaan masing-masing individu Tiap individu memiliki jam biologis

yang telah diatur waktunya Berhentinya jam biologis menandakan proses

penuaan dan meninggal (Goldman dan Klatz 2003)

Ilmu Kedokteran Anti Penuaan melakukan upaya mencegah dan

memperbaiki kerusakan yang terjadiTerapi Gen diharapkan dapat memberikan

solusi dalam menghadapi takdir genetika terhadap beberapa penyakit keturunan

214 Teori Neuroendokrin

Teori yang menyangkut peranan berbagai hormon bagi fungsi organ tubuh

diperkenalkan oleh Vladimir DilmanPhD

Hormon mengatur dan memperbaiki fungsi tubuh Pada usia muda

berbagai hormone masih berfungsi baik dalam mengendalikan berbagai fungsi

organ tubuh Ketika manusia menjadi tua produksi hormon menurun fungsi

tubuh menjadi terganggu Contoh Growth Hormone yang membantu

pembentukan massa otot testosteron dan hormone tiroid akan menurun tajam

pada usia tua Ditandai dengan rasio lemak dan otot yang meningkat Terapi sulih

hormone dapat membantu masalah tersebut dan mengembalikan fungsi hormone

tubuh sehingga memperlambat proses penuaan

12

22 Radikal Bebas

221 Definisi Radikal Bebas

Radikal bebas adalah molekul (kumpulan atom) yang memiliki elektron

yang tidak berpasangan Oksidan adalah senyawa penerima elektron yaitu

senyawa yang dapat menarik elektron Kedua jenis senyawa ini memiliki aktifitas

yang sama dan memberikan akibat yang hampir sama tetapi dengan proses yang

berbeda (Winarsi 2007) Radikal Bebas digolongkan dalam oksidan namun tidak

setiap oksidan adalah radikal bebas (Suryohudoyo 2000)

Sumber oksidan berasal dari

Tubuh sendiri yaitu berasal dari proses fisiologis namun oleh suatu sebab

jumlahnya menjadi banyak

Proses peradangan

Luar tubuh seperti polutan obat-obatan

Radikal bebas lebih berbahaya dibanding senyawa oksidan non radikal

222 Tahapan Terbentuknya Radikal Bebas dan Sifatnya

Tahapan terbentuknya radikal bebas terjadi melalui sederetan mekanisme

reaksi

1 Tahap Inisiasi yaitu tahap yang menyebabkan terbentuknya radikal bebas

Cu

RH + O2 R + H2O

2 Tahap Propagasi yaitu tahap dimana radikal bebas cenderung bertambah

banyak dengan membuat reaksi rantai dengan molekul lipid lain

13

R + O2 RO2

RO2 + RH R + ROOH

3 Tahap Terminasi yaitu apabila terjadi reaksi antara radikal bebas dengan

radikal bebas lain atau antara radikal bebas dengan suatu senyawa pembasmi

radikal bebas (scavenger)

R1 + R2 R 1 R 2

Reduksi oksigen memerlukan pengalihan empat electron (electrotransfer)

Pengalihan ini tidak dapat sekaligus tetapi dalam empat tahapan yang setiap

tahapan hanya melibatkan pengalihan satu elektron Kendala yang mengharuskan

oksigen hanya dapat menerima satu elektron setiap tahap menyebabkan

terjadinya dua hal yaitu kurang reaktifnya oksigen dan terbentuknya senyawa-

senyawa oksigen reaktif seperti O2 (radikal superoksida) H2O2 (hydrogen

peroksida) OOH (radikal peroksil) dan OH (radikal hidroksil)

Radikal Bebas memiliki 2 sifat yaitu

1 Reaktifitas tinggi karena cenderung menarik elektron

2 Mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal

Elektron dari Radikal Bebas berikatan dengan senyawa yang berikatan

kovalen seperti lipid protein dan DNA akan sangat berbahaya karena ikatan

digunakan bersama-sama pada orbit luarnya Dibanding senyawa oksigen reaktif

radikal hidroksil merupakan senyawa yang paling berbahaya karena reaktifitasnya

yang sangat tinggi

Radikal hidroksil dapat merusak 3 jenis senyawa penting yang berfungsi

untuk mempetahankan integritas sel yaitu

14

1 Asam lemak tak jenuh yang merupakan komponen penting fosfolipid

penyusun membran

2 DNA pembawa genetik sel

3 Protein memegang berbagai peran penting seperti enzim reseptor antibodi

sitoskeleton

Dari ketiga senyawa tersebut yang paling rentan adalah senyawa asam

lemak tak jenuh ganda pada membran sel yang mengakibatkan rapuhnya dinding

sel Senyawa oksigen reaktif ini juga merusak dinding bagian dalam pembuluh

darah sehingga mengakibatkan pengendapan koleserol dan menyebabkan

aterosklerosis Apabila senyawa oksigen reaktif ini merusak basa DNA akan

terjadi kekacauan sistem info genetika berlanjut pada pembentukan sel kanker

Jaringan lipid yang rusak memicu munculnya penyakit degeneratif

Fosfolipid glikolipid dan kolesterol merupakan komponen terpenting

membran sel Komponen fosfolipid dan glikolipid mengandung asam lemak tak

jenuh (asam linoleat linolenat arakidonat) sangat rawan terhadap serangan

radikal hidroksil yang dapat menimbulkan reaksi rantai yang dikenal sebagai

Lipid peroxidation

Peroksidase lipid

LH + OH --- H + H2O

Asam lemak Radikal Bebas

L + O2 -- LOO

Radikal peroksilipid

LOO + LH --- L + L OOH dan seterusnya

15

Hasil akhir dari proses ini adalah terputusnya rantai asam lemak menjadi

berbagai senyawa yang bersifat toksik terhadap sel antara lain berbagai macam

aldehid seperti Malondealdehyde (MDA)

223 Peranan Radikal Bebas dalam proses penuaan

Pada usia muda keseimbangan antara radikal bebas dan pertahanan

antioksidan berfungsi dengan baik seiring dengan pertambahan usia

keseimbangan terganggu karena cadangan antioksidan berkurang dan radikal

bebas berlebih (Saxena dan Lan 2006)

Akibat ketidakseimbangan ini terjadi kerusakan oksidatif (Arief 2010)

Kerusakan ini disebabkan oleh radikal bebas dan merusak 3 komponen utama

yang mempertahankan integritas sel seperti fosfolipid (penyusun membrane sel)

DNA (perangkat genetik) protein (enzim reseptor antibodi) (Fouad 2007)

Ketidakseimbangan antara antioksidan dan senyawa oksigen reaktif

menghasilkan stress oksidatif penyebab kanker penuaan aterosklerosis cedera

iskemik peradangan dan penyakit degeneratif (Parkinson Alzheimer)

(Pangkahila 2007)

23 Stress Oksidatif

231 Keadaan yang menyebabkan stress oksidatif

Pada saat jumlah antioksidan tubuh kurang dari yang diperlukan untuk

meredam efek buruk dari radikal bebas keadaan ini disebut Stress oksidatif Bila

terjadi dalam waktu yang lama akan terjadi penumpukan hasil kerusakan

16

oksidatif di dalam sel dan jaringan yang mengakibatkan hilangnya fungsi sel

jaringan dan akhirnya mati Hal ini merupakan penyebab utama proses penuaan

(Bagiada 2001)

Keadaan yang menyebabkan Stress Oksidatif ini salah satunya adalah

pelatihan fisik berat atau berlebih (Hersh 2004) Stress oksidatif dapat

dikendalikan antara lain dengan membiasakan untuk menerapkan pola hidup sehat

dan mengkonsumsi antioksidan diharapkan akan memacu kerja antioksidan

dalam tubuh

MDA merupakan hasil dari proses peroksidasi lipid meningkatnya MDA

menunjukkan adanya suatu kondisi Stress Oksidatif menurunnya MDA

menunjukkan adanya perbaikan dari kondisi Stress tersebut sehingga MDA dapat

dipakai sebagai biomarker Stress oksidatif

24 Pelatihan Fisik

241 Olahraga

Pelatihan fisik atau olahraga merupakan satu kegiatan yang penting bagi

kehidupan manusia Olahraga merupakan alternatif kegiatan yang dapat

meningkatkan derajat kebugaran fisik seseorang apabila dilakukan dengan dosis

takaran yang benar Menurut Sharkey olahraga dapat meningkatkan pengeluaran

energi dan tingkat pengeluaran tersebut berkaitan dengan intensitas dan durasi

aktifitas yang dilakukan (Sharkey 2003) Latihan fisik atau olahraga yang

memperhatikan frekuensi intensitas tipe dan waktu mendukung dalam

mendapatkan hasil yang maksimal dan menurunkan resiko cedera Latihan fisik

17

yang benar memberikan dampak perbaikan pada sistem fungsional paru dan

jantung sehingga terjadi hipertropi otot jantung penurunan detak jantung

istirahat peningkatan stroke volume peningkatan volume darah dan hemoglobin

menambah jumlah pembuluh darah kapiler serta berfungsi dalam proses

pembakaran energi (Fox 1998) Frekuensi latihan yang dianjurkan adalah 3-4x

seminggu dengan intensitas 72-87 dari denyut jantung maksimal (220-umur)

dengan variasi 10 denyut per menitTipe latihan yang dianjurkan adalah

pemanasan 15 menit kombinasi latihan aerobik dan latihan otot dalam waktu 30-

60 menit diakhiri pendinginan 10 menit (Pangkahila 2009)

Sumber energi yang dibutuhkan untuk pelatihan fisik aerobik yang

dominan didapat dari pembakaran simpanan karbohidrat lemak dan sebagian

kecil (5) dari pemecahan simpanan protein yang terdapat di dalam tubuh untuk

menghasilkan ATP (adenosine triphospate) ATP yang terdapat dalam jaringan

otot terbatas kebutuhan ATP dipertahankan oleh creatinin phosphate (CP) dan

glikogen yang tersimpan dalam otot (Hernawati 2009) Terdapat 3 jalur untuk

memberikan ATP tambahan sesuai yang dibutuhkan selama kontraksi otot

meliputi 1 Pemindahan fosfat berenergi tinggi dari kreatinin fosfat ke ADP 2)

Fosforilasi oksidatif (siklus asam sitrat dari sistem transportasi elektron) 3)

glikolisis (Sherwood 2001) Sedangkan pada aktifitas yang bersifat anaerobik

energi diperoleh dari hidrolisis phosphocreatine serta melalui glikolisis glukosa

secara anaerobik Proses ini dapat terjadi tanpa adanya oksigen (O2) Metabolisme

anaerobik ini menghasilkan asam laktat yang apabila terakumulasi dapat

menyebabkan rasa nyeri pada otot menimbulkan stress fisik Hal ini

18

menyebabkan latihan aerobik terasa lebih menyenangkan (Hernawati 2009)

Metabolisme aerobik jauh lebih efisien daripada anaerobik karena menghasilkan

38 molekul ATP per molekul glukosa versus hanya 2 molekul melalui jalur

anaerob

Pelatihan fisik atau olahraga yang teratur selain memberikan manfaat

perbaikan pada mental fisik dan fisiologis juga mempengaruhi hormon tubuh

kita antara lain (Sharkey2003)

1 Growth Hormone

Stimulasi sintesis protein (muscle tone development) dan kekuatan tulang

tendon ligament dan tulang rawan Penurunan penggunaan glukosa dan

peningkatan penggunaan lemak sebagai bahan bakar selama olahraga

Membantu mengurangi lemak tubuh dan mempertahankan glukosa darah pada

level normal sehingga membantu melakukan olahraga selama periode waktu

yang lebih lama Dilepaskannya Growth Hormone oleh kelenjar pituitari di

otak meningkat dengan meningkatnya waktu latihan aerobik

2 Endorphins

Opioid endogen dari kelenjar pituitary yang memblok rasa sakit menurunkan

nafsu makan membuat perasaan senang mengurangi tekanan dan kecemasan

Pada saat olahraga endorfin dalam darah meningkat sampai lima kali selama

aktifitas olahraga lebih dari 30 menit Endorfin membuat kita dapat melakukan

aktifitas latihan menjadi lebih tahan lama

19

3 Testosteron

Hormon yang penting untuk wanita dan pria dalam mempertahankan tonus

volume kekuatan otot meningkatkan angka rata metabolisme basal

menurunkan lemak tubuh dan merasa lebih percaya diri Diproduksi oleh

ovarium pada wanita dan testis pada laki-laki Testosteron pada wanita hanya

sepersepuluh kadar testosteron pada laki-laki Pada wanita testosteron

berperan pada pengaturan libido dan orgasme Produksi pada wanita menurun

saat menjelang menopause sedangkan pada pria pada usia memasuki usia 40

tahun Kadar testosteron darah mulai meningkat setelah 20 menit olahraga

baik pada wanita maupun pria dan tetap tinggi sampai 1-3 jam setelah

olahraga

4 Estrogen

Estrogen secara biologis aktif adalah 17 beta estradiol meningkatkan

pemecahan lemak dari lemak tubuh sehingga dapat digunakan sebagai sumber

tenaga meningkatkan rata-rata metabolisme basal meningkatkan mood

meningkatkan libido Hormon ini disekresi oleh ovarium meningkat saat

olahraga dan tetap meningkat sampai 1-4 jam setelah olahraga

5 Thyroxine (T4)

Hormon yang diproduksi oleh kelenjar tiroid meningkatkan metabolisme

hampir semua sel dalam tubuh Peningkatan metabolisme ini membantu kita

merasa lebih energik dan juga menyimpan kalori penting untuk penurunan

berat badan Kadar tiroksin dalam darah meningkat sekitar 30 selama

20

olahraga dan tetap meningkat sampai beberapa jam sesudahnya Olahraga

yang teratur juga meningkatkan level tiroksin saat istirahat

6 Epinephrine

Hormon yang diproduksi oleh medulla adrenal yang meningkatkan jumlah

darah yang dipompa oleh jantung dan mengarahkan aliran darah ke tempat

yang diharapkan Stimulasi pemecahan glikogen (karbohidrat yang disimpan)

dalam otot yang aktif dan hati untuk digunakan sebagai sumber tenaga

Menstimulasi pemecahan lemak (lemak yang disimpan dalam otot yang aktif)

dan digunakan sebagai sumber tenaga Sejumlah epinefrin yang dilepaskan

berhubungan dengan intensitas dan durasi latihan

7 Insulin adrenalin

Hormon yang penting dalam mengatur gula darah dan asam lemak (lemak)

dan asam amino (protein) dalam sel Sekresi insulin oleh pancreas meningkat

sehubungan dengan respon meningkatnya kadar gula darah dan protein yang

biasa terjadi setelah makan Semakin banyak gula sederhana yang dikonsumsi

semakin tinggi respon insulin Meningkatnya insulin menyebabkan produksi

lemak sehingga insulin sering disebut sebagai hormon lemak atau fat

hormone Pada orang dengan berat badan berlebih terjadi resistensi insulin

sehingga diperlukan insulin dalan jumlah yang lebih besar untuk didapatkan

efek yang sama sehingga didapatkan kadar insulin darah yang lebih tinggi dan

latihan aerobik setiap hari Kadar insulin darah mulai menurun 10 menit saat

olahraga dan terus menurun sekitar 70 menit olahraga Olahraga yang teratur

juga meningkatkan sensitivitas sel terhadap insulin dalam keadaan istirahat

21

8 Glucagon

Hormon yang diproduksi oleh pankreas tugasnya meningkatkan kadar gula

darah Saat gula darah rendah glukagon disekresi dan menyebabkan simpanan

karbohidrat di dalam hati dilepaskan ke aliran darah untuk meningkatkan

kadar gula mencapai kadar normal Glukagon juga menyebabkan

dipecahkannya lemak sehingga dapat digunakan sebagai bahan bakar atau

sumber tenaga Glukagon mulai disekresi pada 30 menit awal olahraga ketika

gula darah mulai menurun

242 Pelatihan Fisik Berlebih

Pelatihan fisik berlebih menimbulkan gangguan pada sistem endokrin

terjadi peningkatan kadar kortisol dan penurunan kadar testosteron (Maffetone

2007) peningkatan ACTH penurunan LH plasma

Sindrom pelatihan fisik berlebih dalam jangka panjang mengakibatkan

terjadinya inflamasi infeksi yang lebih lanjut dapat mempengaruhi kesehatan

secara umum Aktifitas berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena

terjadi peningkatan konsumsi O2 oleh aktifitas otot skeletal Meskipun oksigen

dibutuhkan oksigen juga bersifat toksik yang dapat memicu peningkatan ROS

Pada organ yang tidak mendapat oksigen dan nutrisi yang cukup akan

menimbulkan keadaan iskemik dan kerusakan mikrovaskular Keadaan ini disebut

sebagai Reperfusion Injury yang memicu terjadinya kerusakan jaringan dan

peningkatan Radikal Bebas

22

Pelatihan fisik berlebih meningkatkan terbentuknya Radikal Bebas

(Adiputra 2008) Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh untuk

melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam organ dan

pembuluh darah (Giriwijoyo 2004) Apabila berlebih menyebabkan kerusakan

sel dengan 3 cara (Kumar et al2005 Ebenhardt 2001)

1 Kerusakan DNA mengakibatkan mutasi DNA bahkan kematian sel

2 Peroksidasi lipid membrane sel dan sitosol menyebabkan terjadinya proses

reduksi asam lemak sehingga mengakibatkan kerusakan membran dan organel

sel

3 Modifikasi protein teroksidasi oleh karena cross linking protein

Bila radikal bebas bertemu dengan asam lemak tak jenuh ganda daalam

membrane sel terjadi reaksi peroksidasi lipid membran sel menyebabkan

peningkatan fluiditas membran gangguan integritas membran dan inaktivasi

ikatan membran dengan enzim dan reseptor Tahap akhir dibebaskan aldehyde

seperti malondealdehyde pentane etana conjugated diane yang bersifat merusak

tubuh (Murray et al2000)

Pelatihan fisik berlebih menyebabkan terjadinya peningkatan lekosit atau

lekositosis peningkatan isoprostan dalam urin protein carbonil (73) catalase

(96) glutation peroksidase serta glutation teroksidasi (25) Dapat

disimpulkan pelatihan fisik berlebih merangsang respon biomarker stres oksidatif

(Murray et al 2000) Proses penuaan mengakibatkan penurunan sistem imun

sehingga meningkatkan resiko infeksi Menurut teori aktifitas sedang dapat

menangkal efek proses penuaan yang diakibatkan penurunan sistem imun Studi

23

yang dilakukan Shepard dan Shek menunjukkan bahwa aktifitas sedang dapat

ditoleransi dengan baik oleh individu lanjut usia dan menunjukkan penurunan

stimulasi proliferasi limfosit

Gejala ndash gejala yang dirasakan apabila melakukan pelatihan fisik berlebih

(overtraining) (Maffetone 2007)

1 Sering mengalami kegagalan dalam melakukan latihan yang biasanya kita

lakukan Kondisi fisik menjadi semakin lemah dan semakin lambat terjadi

kemunduran

2 Kehilangan otot dan terjadi penimbunan lemak Latihan fisik berlebih

meyebabkan rasio testosteron kortisol yang seharusnya positif yang berarti

lebih banyak otot dan lebih sedikit lemak menjadi negatif yang berarti cortisol

lebih tinggi dibanding testosteron yang berarti terjadi peningkatan resistensi

insulin dan penimbunan lemak

3 Merasa lemas mudah tersinggung sulit tidur

4 Persendian tulang dan anggota tubuh terasa sakit

Terjadinya DOMS (delayed onset muscle soreness) menunjukkan teknik

latihan yang salah atau postur saat latihan yang tidak tepat DOMS merupakan

respon alami yang akan hilang dalam waktu sehari atau 2 hari tetapi apabila

nyeri berkepanjangan menunjukkan adanya overtraining

5 Sering tiba-tiba jatuh sakit

Latihan fisik berlebih menurunkan sistem imun tubuh kita sehingga menjadi

lebih mudah sakit

24

Latihan fisik berat jangka panjang berkaitan dengan cedera serat

ototKerusakan yang terjadi berhubungan dengan intensitas durasi dan tipe

latihan Ketika cell death terbentuk jaringan nekrotik dibuang oleh sel fagosit

sel satelit teraktivasi menuju ke area yang cedera menjadi myoblast dan

selanjutnya menjadi serat otot Enzim otot yang dilepaskan tidak sepenuhnya

merefleksikan kerusakan struktural yang diperkirakan oleh analisis histologis

Perubahan penanda biologis cedera otot (seperti aktifitas kreatin kinase (CK)

lactate dehydrogenase (LDH) atau konsentrasi malondialdehyde di plasma

(MDA)) sering diperiksa selama overtraining Serum aktivitas CK dan

konsentrasi MDA plasma dapat gagal meningkat saat overtraining perubahan

parameter biokimia hanya merefleksikan otot dengan beban berlebih Setelah

olahraga yang lama pro-inflammatory cytokines diproduksi lokal pada otot

skeletal

Tanda dan gejala fisik latihan fisik berlebih (overtraining)

- Denyut jantung atau nadi yang meningkat saat istirahat

- Tidak toleransi terhadap latihan

- Penampilan yang menurun

- Penurunan berat badan berkurangnya massa otot tidak nafsu makan

- Kelelahan chronic fatigue lethargy

- Nyeri dan kerusakan otot nyeri sendi

- Mudah terserang flu pembengkakan kelenjar getah bening di leher

selangkangan dan ketiak

- Konstipasi atau diare

25

- Gangguan haid gangguan makan gangguan tidur

- Sakit kepala gangguan pencernaan

- Pemulihan yang berlangsung lambat setelah latihan

- Sendi otot tendon terasa kaku dan sakit

Tanda dan gejala psikologis

- Lelah capek kekurangan tenaga

- Insomnia sakit kepala tidak mampu untuk beristirahat

- Depresi gelisah cemas apatis

- Menurunnya kepercayaan diri

- Menurunnya kemampuan untuk berkonsentrasi

- Mudah stress

Efek biokimia dari Latihan Fisik Berlebih

- Meningkatnya serum kortisol dan SHBG

- Menurunnya serum total dan free testosterone rasio testosteron kortisol

- Menurunnya glikogen otot

- Menurunnya serum hemoglobin besi dan ferritin

Faktor yang mempengaruhi terjadinya overtraining

- Jetlag

- Bekerja terlalu keras

- Menstruasi

- Nutrisi gaya hidup yang buruk

- Kurang istirahat

- Terlalu banyak mengkonsumsi alkohol

26

- Kurangnya kemampuan mengatasi stress

Penanganan overtraining atau Latihan Fisik berlebih

- Massage

Massage pada jaringan dalam dapat melepaskan otot yang tegang

mempertahankan keseimbangan sistem muskulo-skeletal Pemijatan atau

massage yang teratur dapat membantu mencegah cedera yang mungkin

terjadi karena overuse

- Menggunakan roller busa

Penggunaan roller busa memungkinkan kita dapat melakukan massage

atau pemijatan sendiri Kita dapat juga memakai yang berbentuk bola atau

bola tenis untuk membantu menghilangkan rasa sakit Pemijatan ini dapat

dilakukan di tungkai lutut hamstring bahu punggung atau otot atau sendi

manapun

- Terapi suhu kontras

Air pancuran hangat dan dingin bergantian menstimulasi tubuh untuk

pulih lebih cepat Otot membawa impuls yang terasa pada kulit bagian

dalam tubuh di mana terjadi stimulasi sistem imun memperbaiki sirkulasi

dan pencernaan mempengaruhi produksi hormon stress meningkatkan

aliran darah mengurangi sensitivitas nyeri

- Pengaturan makanan

Membantu proses pemulihan penting untuk mengkonsumsi makanan

tinggi karbohidrat protein dan lemak sehat seperti Omega 3 omega 6

omega 9 asam lemak esensial Karbohidrat memberikan sumber tenaga

27

pada tubuh dan otak asam lemak esensial membantu mengurangi depresi

memperbaiki pemulihan protein akan membangun kembali otot yang

mengalami overtraining

- Mengkonsumsi vitamin

Ketika terjadi overtraining suplementasi sangat menguntungkan Vitamin

dan suplementasi mineral sebaiknya dikonsumsi pagi hari bersama dengan

makanan untuk penyerapan yang lebih baik

Defisiensi Vitamin yang biasa terjadi

- Vitamin A (Beta-Caroten)

- Vitamin B kompleks vitamin B12

- Vitamin C D E K

- Asam Folat

Defisiensi Mineral yang biasa terjadi

- Calcium

- Chromium

- Copper Iodine Iron

- Magnesium Fosfor

- Potassium

- Sodium

- Sulfur

- Zinc

28

25 Antioksidan

Radikal Bebas merupakan senyawa reaktif yang secara alami diproduksi

oleh tubuh manusia Radikal Bebas memberikan efek positif atau efek negatif

Untuk membatasi efek negatif tersebut dibutuhkan kompleks proteksi ndash sistem

antioksidan Sistem ini terdiri dari enzim antioksidan (katalase glutation

peroksidase superoksid dismutase) dan antioksidan non enzimatik ( vitamin E-

tokoferol vitamin A- retinol vitamin C- asam askorbat) Keseimbangan antara

produksi radikal bebas dan pertahanan antioksidan menunjukkan tingkat stress

oksidatif yang mungkin terlibat dalam proses penuaan dan pada beberapa

patologi (misalnya kanker Parkinson) (Winarsi 2007)

Latihan fisik juga meningkatkan stress oksidatif dan menyebabkan

gangguan homeostasis Latihan memberikan efek positif dan efek negatif

tergantung dari beban latihan spesifikasi latihan dan tingkat basal latihan Stress

oksidatif terlibat dalam terjadinya muscular fatigue dan mengarah ke

overtraining

Definisi antioksidan menurut Cadenas adalah suatu senyawa yang apabila

terdapat dalam jumlah yang lebih banyak dibanding senyawa yang teroksidasi

secara signifikan dapat menunda atau mencegah proses oksidasi senyawa tersebut

(Cadenas 2002) Secara kimia antioksidan adalah senyawa pemberi electron

Secara biologis antioksidan adalah senyawa yang mampu menangkal dan

meredam dampak negative oksidan dalam tubuh Antioksidan mendonorkan satu

elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa oksidan tersebut dapat

dihambat (Winarsi 2007)

29

Penting sekali keseimbangan antara oksidan dan antioksidan karena

berfungsi menjaga integritas dan berfungsinya membrane lipid protein sel dan

asam nukleat Senyawa asam lemak tak jenuh penyusun membrane lipid sangat

sensitive terhadap perubahan keseimbangan antara oksidan dan antioksidan

Menurut mekanisme kerjanya antioksidan dikelompokkan atas 3 yaitu

1 Antioksidan primer SOD katalase glutation peroksidase (GSH-Px)

Bekerja pembentukan senyawa radikal bebas yang telah terbentuk menjadi

molekul yang kurang aktifSedangkan antioksidan primer yang dapat

ditambahkan dari luar seperti glutation asam lipoat SOD melatonin

2 Antioksidan sekunder vitamin E vitamin C beta karoten flavonoid asam

urat albumin (Soewoto 2001)

Merupakan antioksidan eksogenous atau non enzimatis (Winarsi 2007)

Bekerja dengan cara memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal bebas

atau dengan cara menangkapnya

3 Antioksidan tertier meliputi system enzim DNA-repair dan metionin

sulfoksida reduktase Berfungsi dalam perbaikan biomolekuler yang rusak

akibat reaktivitas radikal bebas

26 Glutation sebagai antioksidan

Glutation merupakan tripeptida yang terdiri dari asam amino glutamat

sistein dan glisin (Cadenas 2002)Ikatan glutamat ndash sistein merupakan ikatan

isopeptida antara grup γ-karboksil dari glutamat dan grup α amino dari

sisteinIkatan unik ini membuat gluation tahan terhadap degradasi oleh proteases

30

dan peptidases yang berfungsi pada peralihan proteinMerupakan suatu

antioksidan yang mencegah kerusakan komponen seluler oleh reactive oxygen

species seperti radikal bebas dan peroksidGlutation bukan nutrisi esensial karena

disintesa di dalam tubuh dari asam amino L-sistein L-glutamic acid dan glycine

Gambar 21 Struktur GSH dan GSSG

Glutation terdapat pada sebagian besar sel tubuh tetapi terbanyak terdapat

di dalam hati Grup thiol (SH) dari sistein berfungsi sebagai donor proton dan

bertanggungjawab untuk aktifitas biologis glutation Provisi asam amino ini

merupakan faktor yang terbatas dalam sintesis glutation oleh sel karena sistein

relatif jarang pada makanan Apabila dilepaskan sebagai asam amino bebas

sistein adalah toksik dan secara spontan dikatabolisasi di saluran pencernaan dan

plasma darah

Glutation disintesis dalam 2 tahap

1 Gamma-glutamylcysteine disintesa dari L-glutamate dan sistein melalui enzim

gamma-glutamylcysteine sintetase (glutamate cysteine ligase GCL)

31

2 Glisin ditambahkan pada C-terminal dari gamma-glutamylcysteine melalui

enzim glutation sintetase

261 Fungsi Glutation

Glutation terdapat dalam bentuk tereduksi (GSH) dan teroksidasi (GSSG)

Grup thiol dari sistein mampu memberikan donor elektron ke molekul lain yang

tidak stabil seperti Reactive Oxygen Species (ROS) Pada saat mendonorkan

elektronnya glutation menjadi reaktif dan segera bereaksi dengan glutation reaktif

lainnya membentuk glutation disulfide (GSSG)Reaksi mungkin terjadi apabila

terdapat konsentrasi yang cukup tinggi di sel (sampai 5mm di hati) GSH dapat

terbentuk kembali dari GSSG oleh enzim glutation reduktase Pada sel atau

jaringan yang sehat terdapat lebih 90 dari total simpanan glutation terdapat

dalam bentuk tereduksi (GSH) dan kurang dari 10 dalam bentuk disulfide

(GSSG)

GSH ---- GSSG

Eliminasi ROS Menjaga protein thiols Antioxidant

dalam bentuk reduksi pools

Gambar 22 GSH Redox (Cadenas 2002)

GSH Redox merupakan indikator sentral keseimbangan antara stress

oksidatif dan system antioksidan GSH Redox berkaitan dengan detoksifikasi

Reactive Oxygen Species (ROS) berfungsi dalam mempertahankan tersedianya

antioksidan mempertahankan protein thiol dalam bentuk reduksi Rasio

32

GSHGSSG sering dipakai untuk mengekspresikan keseimbangan redox ini

Peningkatan rasio GSH-GSSG merupakan indikasi adanya Stress Oksidatif

(Goldman 2003)

Glutation mempunyai beberapa fungsi (Winarsih 2007)

- Sebagai antioksidan endogen mayor yang diproduksi oleh sel berpartisipasi

langsung pada netralisasi radikal bebas dan senyawa oksigen reaktif

mempertahankan antioksidan eksogen seperti vitamin C dan E pada bentuk

tereduksi (aktif)

- Pengaturan siklus nitric oxide yang sangat penting untuk kehidupan tetapi

dapat menjadi masalah apabila tidak teregulasi Digunakan untuk reaksi

metabolism dan biokimia seperti sintesis dan perbaikan DNA sintesis protein

sintesis prostaglandin transport asam amino dan aktivasi enzim Tiap sistem

di dalam tubuh kita dapat dipengaruhi oleh sistem glutation khususnya sistem

imun sistem saraf sistem gastrointestinal dan paru

Gambar 23 Detoksifikasi Lipid Hydroxyperoxides di usus halus

33

GSH yang ditransportasikan kedalam lumen digunakan untuk detoksifikasi

peroksid yang terbentuk dari makanan oleh glutation peroksidase (GSH Px)

Proses ini membutuhkan peroksid dan glutation yang tersedia di sel epitel GSSG

yang terbentuk direduksi kembali menjadi GSH oleh GSSG reduktase (GSSG

Rx) menggunakan NADPH sebagai reduktan

262 Suplementasi Glutation

Meningkatkan level GSH melalui suplementasi glutation langsung sulit

Penelitian terakhir menyatakan bahwa secara oral tidak diabsorpsi baik melalui

saluran pencernaan Studi mengenai konsumsi oral akut glutation dengan dosis

sangat besar 3 gram Witschi dan tim menemukan lsquoadalah tidak mungkin

meningkatkan glutation yang bermanfaat secara klinis dengan dosis tunggal 3

gram glutationrsquo

Glutation terdapat pada makanan sehari-hari sampai 150mghari dapat

diabsorpsi melalui intak di usus halus Individu sehat dengan asupan sulfur asam

amino (1-2 gramhari) jumlah GSH mungkin tidak cukup untuk mendapatkan

efek penting secara sistemik Individu dengan asupan sulfur asam amino yang

terbatas suplementasi GSH diperlukan untuk mempertahankan suplai GSH

sistemik dengan memperbaiki keseimbangan sulfur asam amino (Cadenas 2002)

Glutation hanya diabsorpsi di sel epitel oral dan traktus gastrointestinal

dan memberikan keuntungan kesehatan spesifik pada jaringan tersebut(Cadenas

2002)

34

SUPLAI HILANG

Makanan suplemen Degradasi

GSH

Empedu LUMINAL Uptake

Epitel Reaksi Detoksifikasi

Gambar 24 Supply dan Removal Glutation dalam lumen usus halus (Cadenas 2002) Glutation (GSH) disuplai ke dalam lumen intestinal melalui konsumsi oral

empedu dan sekresi epitel intestinal Jumlah yang disuplai dari empedu cukup

untuk mempertahankan jumlah 200microM pada tikus tetapi tidak cukup pada

manusia yang mengalami degradasi di duktus kantung empedu Jumlah yang

dikonsumsi melalui makanan bervariasi dan secara umum kurang dari 200 microM

Jumlah yang diberikan melalui epitel hanya sekitar 10 atau kurang

dibandingkan dengan yang disediakan oleh empedu Hilangnya Glutation karena

degradasi oleh γ-glutamyltranspeptidase dan dipeptidases pada permukaan sel

epitel ditransportasikan ke dalam sel oleh mekanisme sodium-dependent dan

sodium-independent konjugasi dengan elektrofil reaktif dikatalisasi oleh

glutathione-S transferase mucus (Cadenas 2002)

Vitamin D meningkatkan level glutation di otak dan tampaknya sebagai

katalis untuk produksi glutation Sejumlah vitamin D aktif di otak berikatan

dengan seberapa besar vitamin D3 baik melalui suplemen atau dibentuk di kulit

melalui paparan matahariHal ini menyatakan bahwa mengkonsumsi vitamin D

35

dan atau mendapat cukup paparan matahari meningkatkan produksi glutation

(Sellman 2009)

Konsentrasi glutation di plasma dan hati dapat ditingkatkan dengan

mengkonsumsi suplemen tertentu yang disebut GSH precursors N-asetilsistein

atau NAC glutation precursor yang paling memungkinkan Suplemen lain S-

adenosilmetionin (SAMe) dan whey protein juga dapat meningkatkan glutation

dalam sel (Sellman 2009)

NAC tersedia dalam bentuk obat dan sebagai suplemen generik Alpha

lipoic acid juga dapat mempertahankan glutation intraselular Melatonin dapat

menstimulasi enzim yang berkaitan glutation peroksidase dan silimarin ekstrak

dari biji tanaman milk thistle (Silybum marianum) juga mempunyai kemampuan

memperbarui level glutation

Glutation diatur dengan ketat di intraseluler dan dibatasi produksinya oleh

feedback negative inhibisi sintesisnya sendiri melalui enzim gamma-

glutamilsistein sintetase sehingga meminimalisir kemungkinan terjadinya

overdosis Penambahan glutation menggunakan precursor atau glutation intravena

adalah strategi untuk mengatasi defisiensi glutation stress oksidatif tinggi

defisiensi imun

Glutation yang rendah menunjukkan adanya pembuangan dan

keseimbangan negatif nitrogen seperti pada kanker AIDS sepsis trauma

terbakar dan bahkan atlet overtraining Suplementasi glutation dapat

memperbaiki proses ini dan contohnya pada AIDS memberi hasil adanya

perbaikan survival rates Bagimanapun studi mengenai kondisi ini belum dapat

36

membedakan glutation rendah sebagai akibat secara akut (pada pasien sepsis) atau

secara kronis (HIV) meningkatkan stress oksidatif dan peningkatan patologi

sebagai akibat defisiensi yang sudah ada sebelumnya

Skizofrenia dan gangguan bipolar berhubungan dengan glutation yang

rendah Stress oksidatif mungkin salah satu faktor dasar patofisiologi gangguan

bipolar gangguan depresif mayor dan skizofrenia Glutation (GSH) adalah

pemakan radikal bebas mayor di otakTidak adanya GSH meningkatkan

kerentanan sel terhadap stress oksidatif ditandai asetilsistein dapat mengurangi

gejala kedua gangguan tersebut

Glutation merubah level stress oksidatif pada sel yang diisolasi di

laboratorium sehingga dapat mengurangi perkembangan kanker Tes ini tidak

dilakukan pada manusia

Glutamat yang berlebihan di sinaps yang dapat dilepaskan pada kondisi

seperti cedera otak dapat menghambat pengambilan sistein senyawa pembentuk

glutation yang pentingTanpa proteksi dari cedera oksidatif oleh glutation sel-sel

dapat rusak atau mati (Sellman 2009)

Glutation juga mempunyai fungsi lain sebagai berikut (Sellman 2009)

Mencerahkan kulit

Mencegah menghilangkan jerawat dan bekas jerawat

Menghilangkan noda hitam

Anti aging dan anti kerut

Memberi nutrisi kulit

Membantu pemulihan luka

37

Membuat kulit menjadi halus segar dan bersinar

Kondisi kesehatan yang berhubungan dengan defisiensi glutation

Peningkatan proses penuaan

Kesulitan dalam keseimbangan

Gangguan mental

Masalah koordinasi

Gangguan sistem saraf

Akhir-akhir ini dipercaya sebagai penyebab lesi otak

Kanker HIV Katarak Diabetes Mellitus

Jumlah sperma yang rendah

263 Glutation Precursor (Sellman 2009)

Glutation Precursor disebut juga sebagai building-block dari glutation

yaitu N-asetilsistein atau NAC dan whey protein tidak terdenaturasi

Nasetilsistein adalah obat farmasi yang biasa digunakan bertahun-tahun untuk

mengobati overdose asetaminofen Hal ini sangat efektif ketika diberikan dalam

dosis besar di ruang darurat ketika seseorang akan mengalami gagal hati karena

overdosis asetaminofen komposisi aktif dari Tylenol

Efek sampingnya adalah bercak-bercak kemerahan bersin mual

anafilaksis reaksi alergi yang berupa kesulitan bernafas karena bronkospasme

tekanan darah menurun angioedema muntah kram diare Walaupun jarang

kematian pernah dilaporkan karena N-asetilsistein Beberapa orang mendapatkan

rasa dan bau yang tidak dapat diterima karena kandungan sulfur di dalamnya

38

Pengggunaan teratur untuk menaikkan kadar glutation tidak direkomendasikan

untuk anak-anak dan bayi Masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk

menentukan keamanan N-asetilsistein untuk penggunaan jangka panjang

Whey protein tidak terdenaturasi merupakan nutraceutical atau medicinal

foodSenyawa ini memberikan ikatan sistein ke sel-sel di mana glutation dapat

terbentuk di tempat tersebut

Beberapa kondisi yang tidak dapat mengkonsumsi whey protein

- Pasien dengan alergi protein susu

- Pasien dengan diet rendah protein

- Pasien yang sedang menjalani terapi imunosupresif

Efek sampingnya adalah kembung perut kram urtikaria Efek samping

karena overdosis tidak terjadi karena sel hanya membuat sebatas yang dibutuhkan

apabila berlebih kelebihan disimpan di hati dan ginjal sampai suatu saat kalau

dibutuhkan

264 Sumber Glutation dari makanan

Sumber glutation dari makanan yang disarankan adalah asparagus bayam

brokoli bawang putih kale bawang watercress kol Brussel sprout beberapa

bumbu seperti kunyit kayu manis semangka alpukat anggur peach jeruk

walnut granola daging kalkun dan daging ayam keju cottage dan yoghurt

39

Tabel 21 Makanan yang mengandung Glutation (Cadenas2002)

GSH Food Group mg100 g mgsaji Buah segar Apel 33 46 Pisang 41 48 Anggur 79 146 Jeruk 73 106 Semangka 66 283 Sayuran segar Asparagus dimasak 283 263 Alpukat 277 313 Brokoli dimasak 91 78 Wortel mentah 79 59 Tomat 90 109 Daging Hamburger 175 149 Ham rebus 233 13 Ayam digoreng 131 134 Sereal biji-bijian Cornflakes 00 00 Roti whole wheat 12 06 Roti putih 00 00 Nasi putih enriched dimasak 16 21 Produk Susu Susu whole 00 00 Keju Amerika 00 00 Yoghurt plain lowfat 00 00 Es krim 10 lemak 00 00

40

BAB III

KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

31 Kerangka Berpikir

Faktor penyebab penuaan antara lain faktor internal dan faktoreksternal

Faktor internal meliputi radikal bebas glikosilasi metilasi hormon yang

berkurang apoptosis system kekebalan tubuh yang menurun genetik Faktor

eksternal meliputi gaya hidup tidak sehat polusi lingkungan stress kemiskinan

kebiasaan yang salah olahraga berlebihan (overtraining) Berbagai faktor di atas

menyebabkan terjadinya penurunan fungsi tubuh dan terjadilah penuaan

Kerangka konsep penelitian berdasarkan teori bahwa salah satu penyebab

penuaan adalah radikal bebas Bila jumlah radikal bebas melebihi jumlah

antioksidan di dalam tubuh terjadilah stress oksidatif Radikal bebas dapat

merusak membran sel protein DNA dan berakibat fatal bagi kelangsungan hidup

sel jaringan Stress oksidatif yang berlangsung lama akan mengakibatkan

terjadinya penumpukan hasil kerusakan oksidatif di dalam sel dan jaringan

selanjutnya sel dan jaringan tersebut akan kehilangan fungsinya dan akhirnya

mati

Olahraga berlebih meningkatkan stress oksidatif karena terdapat

peningkatan konsumsi O2 oleh aktivitas otot skeletal Oksigen juga dapat bersifat

toksik yang dapat memicu peningkatan Reactive Oxygen Species (ROS)Organ

yang tidak mendapat cukup oksigen dan nutrisi menjadi iskemik dan terjadi

kerusakan mikrovaskular (Reperfusion Injury) memicu peningkatan radikal

40

41

bebas Dengan pemberian antioksidan Glutation yang merupakan antioksidan

master diharapkan dapat mencegah kerusakan lebih lanjut yang diakibatkan oleh

radikal bebas dengan cara melindungi sel dari Reactive Oxygen Species (ROS)

dan dapat dilihat melalui parameter MDA yang mengalami penurunan

32 Konsep Penelitian

Konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Gambar 31 Konsep Kadar MDA pada tikus yang diberikan Pelatihan Fisik Berlebih+ Placebo dan Pelatihan Fisik Berlebih + Glutation

FAKTOR INTERNAL

- Jenis Kelamin

- Usia

- Genetik

- Hormon

- Psikologis

FAKTOR EKSTERNAL

- Makanan

- Cuaca iklim

- Penyakit

- Exercise

GLUTATION

TIKUS

KADAR MDA

42

33 Hipotesis

Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan kadar MDA

tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

43

BAB IV

METODE PENELITIAN

41 Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksterimental dengan rancangan

randomized pre test-post test control group design (Poccock et al 2008)

Subyek terdiri dari 2 kelompok yaitu

1 Kelompok 1 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+ Placebo

2 Kelompok 2 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation

Semua kelompok sebelum perlakuan diberikan pre test (O1 O3) dan

dihitung rerata untuk masing-masing kelompok

Setelah perlakuan semua kelompok diberikan post test (O2 O4) dan

dihitung rerata untuk masing-masing kelompok

Kemudian dihitung perbedaan rerata antara pre test dan post test dari

masing-masing kelompok lalu hasil perbedaan tersebut dibandingkan secara

statistik

Gambar 41 Rancangan Penelitian

P S

43

R R

O1 P1 O2

O3 P2 O4

44

Keterangan

P = populasi

S = sampel

R = random

O1 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah mendapatkan

pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan placebo (pre test)

O2 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah diberikan pelatihan

fisik berlebih setelah diberikan placebo (post test)

O3 = observasi data MDA kelompok perlakuan setelah diberikan

pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan Glutation (pre test)

O4 = observasi data MDA kelompok perlakuan diberikan pelatihan fisik

berlebih setelah diberikan Glutation (post test)

P1 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih+ placebo

P2 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation

42 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran

Universitas Udayana pada bulan Januari ndash Maret 2012 Pemeriksaan MDA darah

tikus dikerjakan di bagian Program Antar Unit Universitas Gajah Mada

Jogyakarta

45

43 Populasi dan Sampel

431 Populasi

Subyek penelitian adalah tikus jantan dewasa galur Wistar yang berusia 2-

25 bulan dan dalam kondisi fisik sehat

432 Kriteria Sampel

4321 Kriteria Inklusi

Kriteria Inklusi yang ditetapkan sebagai sampel adalah sebagai berikut

a Tikus jantan dewasa galur Wistar

b Umur 2-25 bulan

c Berat badan plusmn200 gram

d Sehat

e MDA ge 5mmollt

4322 Kriteria Drop Out

Adalah sampel yang mati pada waktu penelitian

433 Besar Sampel

Besar sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini dihitung berdasarkan

rumus Poccock (2008)

Angka μ1 (5) dan μ2 (12) didapatkan dari penelitian sebelumnya (Ji 1998)

n=

46

= asymp 7

Keterangan

n = jumlah sampel

σ = standar deviasi kelompok perlakuan dengan pemberian

glutation (15)

f ( ) = besarnya didapat dari tabel (Poccock 2008)

μ1 = rerata hasil MDA pada kelompok perlakuan sesudah

pemberian glutatioacuten (5)

μ2 = rerata hasil MDA pada kelompok pre test (12)

Jadi jumlah sampel (n) = 675 dan ditambah 3 ekor tikus untuk masing-

masing kelompok sebagai cadangan Jadi total 20 ekor tikus dengan 10

ekor tikus untuk masing-masing kelompok

434 Teknik Pengambilan Sampel

Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat

sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi diambil secara acak

sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi

2 kelompok yaitu kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+placebo kelompok

dengan pelatihan fisik berlebih + glutation

47

44 Variabel Penelitian

441 Klasifikasi Variabel

Variabel penelitian dibedakan menjadi

1 Variabel Bebas dosis pemberian glutation

2 Variabel Tergantung kadar MDA

3 Variabel Terkendali varian tikus jantan (galur wistar) jenis

kelamin umur berat badan lingkungan

(pencahayaan suhu kelembaban nutrisi

kandang)

Gambar 42 Bagan Hubungan Antar Variabel

VARIABEL BEBAS

- Pelatihan fisik berlebih

- Glutation 37mg kgBBhari

VARIABEL TERGANTUNG

KADAR MDA

VARIABEL TERKENDALI

Varian tikus

Jenis kelamin umur berat badan

Pencahayaan suhu kelembaban nutrisi kandang

Makanan minuman

48

442 Definisi Operasional Variabel

1 Pelatihan fisik berlebih pada tikus adalah pelatihan yang berlebihan

yang diukur berdasarkan kemampuan maksimal berenang tikus pada

ember berdiameter 35 cm dengan kedalaman air 20 cm yang

dilakukan 60 menithari selama 35 hari pada waktu yang sama pada

suhu 32 derajat (Binekada 2002 dan Pepe2011)

2 Glutation yang diberikan adalah Glutation Teofarma injeksi sediaan

600mg 4 ml Dosis pemberian Glutation adalah pemberian sediaan

antioksidan Glutation dalam bentuk suntikan intraperitoneal yang

diberikan 1x sehari dan diberikan 6 jam sebelum pelatihan fisik

berlebih Dosis pemberian Glutation mengacu pada penelitian yang

dilakukan sebelumnya oleh Ji L L yaitu 37mgkgBBhari yang

dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril secara intraperitonial

3 MDA merupakan salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada

membran sel dan merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan

oleh radikal bebas Pengukuran kadar MDA menggunakan metode

Thiobarbituraic Acid Reactive Substances (TBARS) Pembacaan hasil

dengan menggunakan spektrofotometer Satuan MDA dalam mmoll

4 Cahaya suhu dan kelembaban merupakan kondisi lingkungan yang

dialami tikus jantan dewasa Pada penelitian ini kondisi lingkungan

selama percobaan dibuat sama

5 Berat badan tikus adalah berat badan yang ditimbang dengan

timbangan gram

49

6 Umur tikus adalah umur yang ditentukan dengan melihat tanggal

kelahiran yang dicatat pada kandang percobaan

7 Kondisi peneliti yang meliputi kesehatan fisik dan psikis peneliti

Penelitian dilaksanakan saat kondisi peneliti dalam keadaan baik

sehingga pengaruhnya terhadap hasil penelitian dapat diabaikan

45 Bahan dan Alat Penelitian

451 Bahan Penelitian

Glutation injeksi

Tikus jantan

Makanan tikus berupa pellet dan air minum dari air ledeng

Aquades steril

EDTA (Ethylenediamine tetraacetic acid)

Reagensia untuk pengukuran kadar MDA

452 Alat Penelitian

Alat yang dipakai dalam pengambilan data penelitian ini adalah

- Kandang tikus terbuat dari besi yang di dalamnya terdapat sekam dan

botol minuman

- Ember berdiameter 35 cm dan kedalaman air 20 cm

- Stopwatch

- Timbangan

- Spuit injeksi 1 ml

50

- Sarung tangan

- Kapas dan alkohol 70

- Tabung Evendorf

- Mikropipet

- Pipet kapiler

- Sentrifugasi

46 Prosedur Penelitian

1 Tikus jantan dewasa (Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan

berat badan plusmn200gram dilakukan aklimatisasi selama 2 minggu di

tempat penelitian untuk penyesuaian dengan lingkungan

2 Semua sampel tikus diberi perlakuan yang sama yaitu diberikan

pelatihan fisik berlebih dengan cara berenang sampai kelelahan pada

hari ke 7 kedua kelompok tersebut dilakukan pemeriksaan MDA

3 Mulai hari ke 8 ndash 35 sampel tikus yang berjumlah 20 ekor dibagi atas 2

kelompok di mana kelompok 1(kontrol) diberikan pelatihan fisik

berlebih + injeksi aquabidest intraperitoneal enam jam sebelum

perlakuan aktifitas berlebih kelompok ke 2 (perlakuan) diberikan

pelatihan fisik berlebih + injeksi intraperitoneal glutation 37

mgkgBBhari yang sudah dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril

4 Pada hari ke 35 dilakukan pemeriksaan kadar MDA pada masing-

masing tikus setelah bulu tikus kering

51

5 Selama penelitian hewan coba diberikan makanan dan minuman secara

teratur kebersihan dan kenyamanan kandang dijaga

461 Alur Penelitian

TIKUS ADAPTASI 2 MINGGU

PELATIHAN FISIK BERLEBIH 1 MINGGU

MDA

KELOMPOK 1 KELOMPOK 2

PELATIHAN FISIK BERLEBIH PELATIHAN FISIK BERLEBIH

+ AQUABIDEST (28 hari) +GLUTATION 37mgkgBBhari

28 HARI 28 HARI

MDA

Gambar 43 Bagan Alur Penelitian

462 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium

Pemantauan keselamatan tikus jantan (galur Wistar) di laboratorium

(Smith et al1988 Ngatidjan 2006) adalah sebagai berikut

1 Kandang tikus jantan harus cukup kuat tidak mudah rusak teratur dibersihkan

(1x seminggu) mudah dipasang kembali hewan tidak mudah lepas tahan

52

gigitan hewan kelihatan jelas dari luar Alas tempat tidur terbuat dari serbuk

gergaji atau sekam padi agar mudah menyerap air

2 Luas lantai yang memadai untuk tikus jantan dengan berat badan plusmn200 gram

adalah 60cm persegi dan tinggi 20 cm

3 Diciptakan suasana lingkungan yang stabil dan sesuai keperluan fisiologi tikus

jantan di mana kelembaban suhu pertukaran udara yang ekstrim harus

dihindari

4 Hewan coba hendaknya diperlakukan dengan kasih sayang

47 Pengolahan dan Analisis Data

Analisis data yang digunakan adalah

1 Analisis Deskriptif

2 Uji normalitas data dilakukan dengan tes Shapiro-Wilk Distribusi data

normal dengan nilai pgt005

3 Uji homogenitas dilakukan dengan Lavenersquos Test Data dinyatakan

homogen dengan nilai pgt005

4 Karena data berdistribusi normal dan homogen maka untuk uji

komparabilitas dipakai

- Uji t independent untuk membandingkan rerata kadar MDA antar

kelompok

- Uji Paired T- Test untuk membandingkan rerata kadar MDA pre

dan post masing-masing kelompok

- Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau

dinyatakan berbeda bila plt005

53

BAB V

HASIL PENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 20 ekor tikus jantan dewasa

(Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan berat badan plusmn200 gram sebagai

sampelyang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah 10 ekor

yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dankelompok

perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) Dalam penyajian hasil ini diuraikan

uji normalitas data uji homogenitas data uji komparabilitas dan uji efek

perlakuan

51 Uji Normalitas Data

Data Kadar MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan

pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji

Shapiro-Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005)

disajikan pada Tabel 51

53

54

Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing Kelompok Sebelum

dan Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Perlakuan n p Keterangan

Kadar MDA kontrol pre

Kadar MDA perlakuan pre

Kadar MDA kontrol post

Kadar MDA perlakuan post

10

10

10

10

0965

0550

0975

0697

Normal

Normal

Normal

Normal

52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok

Data Kadar MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun

sesudah perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test

Hasilnya menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52

Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA Sebelum dan

Sesudah Perlakuan

Variabel F p Keterangan

Kadar MDA pre

Kadar MDA post

0016

0592

0901

0452

Homogen

Homogen

53 Kadar MDA

531 Uji komparabilitas

Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata kadar MDA

antar kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan

55

glutation Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada

Tabel 53 berikut

Tabel 53

Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata

Kadar MDA

SB T P

Aktivitas berlebih dan

placebo

Aktivitas berlebihdan

glutathion

10

10

518

529

028

029

089 0386

Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok

kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 518028mmoll dan rerata

kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 529029mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 089 dan nilai

p = 0386 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan

berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya tidak berbeda secara

bermakna (p gt 005)

532 Analisis efek perlakuan

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kadar MDA antar

kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation

56

Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54

berikut

Tabel 54 Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata

Kadar MDA

SB T P

Aktivitas berlebih dan

placebo

Aktivitas berlebihdan

glutathion

10

10

778

444

023

017

3672 0001

Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok

kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata

kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 444017mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 3672 dan nilai

p = 0001 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan

berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya berbeda secara

bermakna (p lt 005)

57

Gambar 51 Perbedaan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

533 Analisis Komparasi Sebelum dengan Sesudah Perlakuan

Analisis komparasi diuji berdasarkan rerata kadar MDA antara sebelum

dengan sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation Hasil

analisis kemaknaan dengan uji t-paired disajikan pada Tabel 55 berikut

Tabel 55 Analisis KomparasiKadar MDA antara Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Kelompok Beda Rerata

pre ndash post p Keterangan

Aktivitas berlebih dan placebo

Aktivitas berlebih dan

glutathion

260

085

0001

0001

Meningkat

Menurun

58

Berdasarkan uji t-paired didapatkan bahwa ada penurunan kadar MDA

pada kelompok perlakuan secara bermakna sebesar 085mmoll sedangkan pada

kelompok kontrol mengalami peningkatan secara bermakna sebesar 260mmoll

59

BAB VI

PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian

Untuk menguji efek pemberian glutation terhadap penurunan kadar MDA

maka dilakukan penelitian terhadap 20 ekor tikus jantan dewasa (Galur Wistar)

sebagai sampel yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah

10 ekor yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dan

kelompok perlakuan (pelatihan fisik berlebih dan glutation)

62 Efek Pelatihan Fisik Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA

Hasil penelitian dan analisis data terhadap kadar MDA darah pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji

normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan homogenitas (Levenersquos test) pre-test dan post-

test masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)

Uji perbandingan 1 minggu pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan

injeksi antara kedua kelompok menggunakan uji t-independent Rerata kadar

MDA kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) adalah

518028mmoll dan rerata kelompok pelatihan fisik berlebih dan glutation

adalah 529029mmoll Analisis kemaknaan dengan uji t-independent

menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna kadar MDA darah antara

kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa

kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan injeksi rerata kadar MDAnya tidak

59

60

berbeda secara bermakna

Uji perbandingan setelah pemberian placebo dan glutation antara kedua

kelompok menggunakan t-independent Rerata kadar MDA kelompok kontrol

(aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata kelompok

perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) adalah 444017mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent antara kedua kelompok sesudah diberikan

placebo dan glutation menunjukkan perbedaan kadar MDA secara bermakna

(plt005) Hal ini berarti bahwa kelompok yang diberikan perlakuan berupa

placebo dan glutation 6 jam sebelum diberikan pelatihan fisik berlebih dengan

cara merenangkan selama 60 menit hari selama 35 hari rerata kadar MDA

berbeda secara bermakna Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh

untuk melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam

organ dan pembuluh darah (Giriwijoyo 2004)

Peningkatan kadar MDA sesudah diberikan pelatihan fisik berlebih pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan disebabkan karena pelatihan fisik

berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena terjadi peningkatan konsumsi

oksigen oleh aktifitas otot skeletal Stress oksidatif memicu peningkatan senyawa

oksigen reaktif Pada pelatihan fisik berlebih juga terjadi Reperfusion Injury yang

memicu terjadinya kerusakan jaringan dan peningkatan radikal bebas (Adiputra

2008) Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara menarik elektronnya

sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan sampai kematian sel

(Suryohudoyo 2000)

Pada penelitian ini didapatkan bahwa sesudah diberikan pelatihan fisik

61

berlebih dan placebo terjadi peningkatan kadar MDA sebesar 5024 Kadar

MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel (Winarsi

2007) Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pepe

(2011) bahwa pelatihan fisik berlebih meningkatkan kadar MDA Lebih lanjut

Murray et al (2000) juga menyatakan bahwa pelatihan fisik berlebih merangsang

respon biomarker stres oksidatif Sedangkan pada kelompok perlakuan yang

diberikan aktifitas berlebih dan glutation terjadi penurunan kadar MDA sebesar

1607 Terjadinya penurunan kadar MDA pada kelompok yang diberikan

glutation 6 jam sebelum melakukan pelatihan fisik berlebih disebabkan karena

pemberian antioksidan meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan

cara mendonorkan elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa

oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsi 2007) Glutation merupakan antioksidan

endogen yaitu antioksidan yang dapat disintesa dalam tubuh dari asam amino L-

sistein L-glutamat dan glisin (Cadenas 2002) yang juga sebagai master

antioksidan yaitu antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain

Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan

Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik (Hersh 2004) Glutation

merupakan salah satu antioksidan yang tidak dapat menjadi pro oksidan (Cadenas

2002) Normalnya sekali suatu antioksidan memakan radikal bebas antioksidan

ini menjadi teroksidasi sendiri dan menyerang sel yang sehat yang disebut

sebagai pro oksidan Glutation dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang

teroksidasi tersebut menjadi bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali

dalam memakan radikal bebas (Sellman 2009) Sehingga dengan demikian

62

glutation dapat membantu dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Urso

(2003) bahwa suplementasi antioksidan dapat mengatasi kondisi stress oksidatif

yang terjadi pelatihan fisik berlebih

Uji perbandingan antara data MDA pre dan post masing-masing kelompok

digunakan uji t-paired test Berdasarkan uji ini didapatkan hasil pada kelompok

perlakuan terjadi penurunan kadar MDA secara bermakna sebesar 085 mmollt

sedangkan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan kadar MDA secara

bermakna sebesar 260mmollt Terjadi penurunan kadar MDA pada kelompok

perlakuan menunjukkan pemberian antioksidan Glutation intraperitoneal dosis

37mgkgBBhari dapat mengatasi kondisi stress oksidatif yang terjadi pada

pelatihan fisik berlebih Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh

Urso (2003)

63

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

71 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan sebagai

berikut Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA

tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

72 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah

1 Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja glutation

yang lebih detail

2 Memperhatikan takaran latihan supaya tidak berlebihan yang justru akan

meningkatkan kerusakan sel

3 Perlu dilakukan uji klinis pada manusia

63

64

DAFTAR PUSTAKA

Adiputra N 2008Kesehatan Olah Raga Available from httpwwwbalihesgorgindexphpoption=com Accessed 2011 Oct 5th

Anonim 2011 Glutathione Available at

httpenwikipediaorgwikiGlutathione Accessed 2011 Oct 5th Anonim 2011 Overtraining Available at

httpwwwmarksdailyapplecomovertraining Accessed 2011 Oct5th

Asikin N 2001Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan InKursus Penyegaran dan Pelatihan Radikal bebas dan Antioksidan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta Fakultas Kedokteran UI

Bagiada NA 2001 Proses Penuaan dan Penanggulangannya Denpasar

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hal 22 Banerjee AK Mandal A Chanda D Chahraboti S 2003 Oxidant

Antioxidant and Physical ExerciseAvailable from httpwwwncbinlmnihgovpubmed14619981 accesed 2011 Sept 2nd

Binekada MC 2002 ldquoPelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Konsentrasi dan

Motilitas Spermatozoa Mencitrdquo(tesis) Denpasar Universitas Udayana

Cadenas E Jones PD 2002Bioavailability of Glutathione In Cadenas E

Packer L editorsHandbook of Antioxidants2nd Ed New York Marcel DekkerInc p549-564

Catala A 2006Lipid PeroxidationInt J Biochem Cell Biol 38 1482-1495 Dalle-DonneI Rossi R ColomboR Giustarini D Milzani

A2006Biomarkers of Oxidative Damage in Human Disease Available from httpwwwredorbitcomnewsscience473334biomarkersof oxidative damage in human diseaseindexhtmlaccessed2011 Sept 5th

Fouad T 2007 Free radicals Types Sources and Damaging Reaction

Relations Available from

64

65

wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th

Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th

Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112

Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors

ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their

Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69

Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan

Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th

Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz

R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155

Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester

Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th

Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala

T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200

Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and

Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders

66

Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana

LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia

Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647

Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from

httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit

Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK

Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620

Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji

Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah

Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009

Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan

Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132

Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde

Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521

Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley

Medical Publicationsp 123-141

Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI

Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable

from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer

67

Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole

Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam

Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI

Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam

Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya

Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan

Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47

Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant

Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th

Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan

Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105

68

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965

Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975

Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753

Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

69

Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan

Group Statistics

Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887

Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215

Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260

Perlakuan 10 42500 23348 07383

Independent Samples Test

Levenes Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df

Sig (2-

tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence Interval of the

Difference Lower Upper

Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428

Equal variances not assumed

-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429

Post1

Equal variances assumed 592 452 367

22 18 000 333700 09087 314608 352792

Equal variances not assumed

36722 16855 000 333700 09087 314515 352885

Post2

Equal variances assumed 906 354 264

19 18 000 239500 09066 220454 258546

Equal variances not assumed

26419 16265 000 239500 09066 220307 258693

70

Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis

(Laurence amp Bacharach 1964)

2g mencit 20g tikus 400g marmot

l5Kg kelinci

20Kg kucing

40Kg kera

120Kg anjing

70Kg manusia

20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879

200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560

400 g marmot

008 057 10 225 24 52 102 315

l5Kg kelinci

004 025 044 10 106 24 45 142

20Kg kucing

003 023 042 092 10 22 41 130

40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61

120Kg anjing

0008 006 010 0022 024 052 10 31

70Kg manusia

00026 0018 0031 007 0013 016 032 10

71

Lampiran 4

Foto Penelitian

Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)

72

Lampiran 5

Data Hasil Penelitian

Kelompok Kontrol

Pre test Post test Pre test Post Test

752 647 769 694

779 670 773 664

745 660 803 653

769 643 817 677

783 653

786 684

Kelompok Perlakuan

Pre Test Post test

412 391

436 412

442 425

425 401

453 436

466 442

432 405

456 432

470 453

476 463

Page 19: PEMBERIAN INJEKSI GLUTATION INTRAPERITONEAL

1

BAB I

PENDAHULUAN

11 LATAR BELAKANG

Proses penuaan menurut Kedokteran Anti Penuaan dapat diperlakukan

seperti suatu penyakit dalam arti proses ini dapat diatasi dapat dirsquoreversersquo atau

dirsquokembalikanrsquo menjadi kondisi seperti saat muda Penyakit yang muncul seiring

dengan bertambahnya usia seperti hipertensi diabetes mellitus osteoartritis dan

lain-lain membuat kualitas hidup menurun pada usia lanjut Ilmu Kedokteran

Anti Penuaan memberikan paradigma baru dalam mengatasi proses penuaan Ilmu

ini memberikan solusi untuk mengatasi ketidakmampuan penyakit nyeri

deformitas dan kesedihan di masa tua sehingga kualitas hidup meningkat

Modifikasi gaya hidup dengan cara mengatur pola makan pola tidur pola

olahraga pola hidup manajemen hormon dapat meningkatkan kualitas hidup

Terbentuknya radikal bebas oksigen dalam tubuh sebenarnya merupakan

sesuatu yang fisiologis Oksigen yang kita hirup berperan dalam metabolisme

sebagian kecil (2-5) tereduksi membentuk radikal bebas Radikal bebas oksigen

dikelompokkan dalam senyawa Reactive Oxygen Species (ROS) ROS merupakan

radikal bebas yang berbahaya bagi tubuh (Arief 2010) Bila produksi tersebut

menjadi semakin meningkat dalam kondisi seperti terpapar sinar ultraviolet

polusi merokok konsumsi alkohol dalam jumlah banyak stress menyebabkan

kerusakan pada sel-sel terjadi penuaan

1

2

Teknologi yang berkembang dengan pesatnya memberikan kita banyak

fasilitas kemudahan dalam menjalani hidup kita Akhirnya dalam apapun yang

akan kita perbuat atau lakukan kita selalu dihadapkan pada 2 pilihan mau yang

mudah atau yang sulit Menjamurnya makanan instant fast food yang disebut

juga makanan junk food karena memang tidak kurang kandungan gizi yang kita

perlukan Makanan ini tidak mengandung nilai gizi hanya mementingkan rasa

yang penting enak gurih karena banyak mengandung lemak tinggi karbohidrat

dan cepat saji karena semakin sibuknya manusia Selain itu karena kesibukan

kita menjadi kurang sekali dalam berolahraga selain kesibukan juga sudah lelah

Akibatnya kita menjadi gemuk semakin gemuk semakin malas beraktifitas

semakin mudah lelah yang lama kelamaan menjadi kelelahan kronis depresi

mudah muncul

Gaya hidup manusia yang mempunyai tingkat stress yang tinggi ditambah

kurangnya aktifitas berolahraga meningkatkan resiko timbulnya penyakit jantung

low back pain adult-onset diabetes obesity yang disebut hypokinetic diseases

(Sharkey 2003 ) Meningkatnya insidensi kelebihan berat badan menjadi masalah

kesehatan di seluruh dunia termasuk di Indonesia (Misnadiarly 2007) Kelebihan

berat badan menyebabkan terjadinya penumpukan lemak yang berlebihan dalam

tubuh dan berpotensi memicu banyak penyakit yang mematikan Beberapa

penyakit tersebut dikategorikan sebagai penyakit yang terjadi karena metabolism

yang melambat dan penumpukan lemak sering disebut sebagai Sindroma

Metabolik(hipertensi hiperlipidemia diabetes mellitus) Sebaliknya sebuah gaya

3

hidup yang sehat dan seimbang memainkan peranan yang besar dalam mencegah

banyak penyakit yang berhubungan dengan gaya hidup

Pada sisi lain manusia juga selalu dituntut untuk memiliki tubuh sehat

penampilan yang menarik Masalah muncul pada saat manusia memilih jalan

pintas berolahraga berlebihan (overtraining) diet ketat berlebihan

mengkonsumsi obat-obatan penekan nafsu makan obat-obat pembakar lemak

suplemen secara berlebihan dan tanpa informasi yang benar tanpa pengawasan

dokter dengan tujuan untuk memperoleh tubuh ramping dalam waktu secepatnya

Bukan tubuh sehat yang didapat tetapi malah menjadi sakit yang tidak mustahil

dapat mengarah ke kematian

Tubuh sehat ideal dalam arti tidak mudah sakit mempunyai hidup yang

berkualitas penampilan yang prima dan mempunyai postur tubuh yang

proporsional (Misnadiarly 2007) Gaya hidup yang sehat seimbang adalah kunci

untuk mencapai kesehatan dan bentuk badan yang lebih bagus dan hanya akan

tercapai melalui aktifitas olahraga pengaturan pola makan istirahat yang teratur

dan proporsional

Olahraga yang berlebihan tidak memberikan efek yang baik untuk tubuh

tetapi latihan yang tepat meningkatkan kebugaran aerobik Frekuensi yang lebih

sering durasi yang lebih panjang intensitas yang meningkat meningkatkan

kebugaran fisik Hal yang penting kita harus memperhatikan waktu pemulihan

Apabila tubuh tidak mempunyai cukup waktu untuk pemulihan bukan

meningkatkan kebugaran tetapi malah menimbulkan cedera atau penyakit melalui

supresi sistem kekebalan (Sharkey 2003) Olahraga yang teratur dapat

4

meningkatkan produksi molekul anti oksidan endogen termasuk glutathioneurate

coenzyme Q10 (Cadenas 2002) Dengan meningkatnya kadar antioksidan

endogen maka kadar MDA tubuh akan menurun

Teori Radikal Bebas menjelaskan bahwa radikal bebas merusak sel-sel

tubuh manusia (Goldmanamp Klatz 2003) Pelatihan fisik berlebih menyebabkan

terbentuknya radikal bebas Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara

menarik elektronnya sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan

sampai kematian sel (Suryohudoyo 2000) Pelatihan fisik berlebih menyebabkan

penuaan terjadi lebih cepat

Gaya hidup yang tidak sehat meningkatkan produksi radikal bebas

Beruntung tubuh mempunyai mekanisme pertahanan melawan oksidasi yang

terjadi tersebut Tubuh memproduksi enzim dan molekul khusus yang dapat

menangkap dan melenyapkan radikal bebas (superoksid dismutase katalase

glutation alfa lipoic acid CoQ10) yang disebut juga antioksidan endogen dan

yang berasal dari makanan seperti vitamin C dan E beta karoten polifenol

selenium seng (antioksidan esensial) yang disebut juga antioksidan eksogen

Antioksidan endogen maupun eksogen sangat penting buat tubuh karena

mampu meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan cara menangkap

dan mengeliminirnya Antioksidan eksogen efektif diperlukan untuk mencegah

terjadinya stress oksidatif Antioksidan endogen merupakan mekanisme

pertahanan preventif dengan cara memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal

bebas atau dengan cara menangkapnya (Winarsi 2007)

5

Bila jumlah antioksidan lebih sedikit dibanding jumlah radikal bebas

terjadi gangguan keseimbangan yang disebut redox state (Cadenas 2002) Dalam

kondisi seperti ini semakin banyak molekul normal yang ditarik elektronnya

molekul menjadi tidak stabil molekul ini akan merusak molekul sehat lainnya

sehingga terjadilah penyakit (Winarsi 2007)

Pemberian antioksidan yang cukup dan optimal dapat meningkatkan

kebugaran meningkatkan kemampuan tubuh dalam melakukan pelatihan fisik

menurunkan kadar stress oksidatif dalam tubuh mencegah terjadinya penuaan

dini (Pangkahila 2007) Antioksidan bekerja dengan cara mendonorkan satu

elektronnya ke molekul yang kehilangan elektronnya (radikal bebas) sehingga

membentuk radikal bebas tidak reaktif relatif stabil proses kerusakan sel dapat

dihambat

Ada beberapa macam antioksidan salah satunya adalah Glutation

Glutation merupakan antioksidan endogen yaitu antioksidan yang dapat dibuat

oleh tubuh kita sendiri Glutation juga dikenal sebagai master antioksidan

antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain (Goldman 2003)

Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan

Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik Normalnya sekali suatu

antioksidan memakan radikal bebas antioksidan ini menjadi teroksidasi sendiri

dan menyerang sel yang sehat yang disebut sebagai pro oksidan Glutation

dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang teroksidasi tersebut menjadi

bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali dalam memakan radikal bebas

(Sellman 2009) Sehingga dengan pengertian di atas glutation dapat membantu

6

dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh kita lebih banyak

dibandingkan dengan antioksidan lain

MDA adalah metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas

Kadar MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel

Apabila terdapat antioksidan yang tinggi dalam tubuh maka kadar MDA akan

menurun (Winarsi 2007)

Pelatihan fisik berlebih akan menyebabkan meningkatnya kerusakan

oksidatif Glutation menghambat kerusakan oksidatif Parameter yang digunakan

dalam penelitian ini adalah produk peroksidase lipid yaitu malondialdehid (MDA)

menurut metoda Willis

12 Rumusan Masalah

Apakah pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan

kadar MDA tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

13 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat

menurunkan kadar MDA pada tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

14 Manfaat Penelitian

141 Manfaat Keilmuan

Dapat menambah pengetahuan bahwa olahraga berlebih meningkatkan

MDA pemberian antioksidan Glutation dalam upaya mencegah terjadinya stress

7

oksidatif berkelanjutan yang dapat menjadi salah satu penyebab proses penuaan

penyakit metabolisme dan kemungkinan dapat dipergunakan sebagai dasar untuk

dilakukan penelitian lebih lanjut

142 Manfaat Praktis

Pengetahuan tersebut dapat memberikan manfaat kepada masyarakat luas

untuk lebih bijaksana dalam mengkonsumsi antioksidan dan dalam melakukan

pelatihan fisik

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

21 Penuaan

Penuaan sampai saat ini masih dianggap sebagai sesuatu yang alamiah

terjadi demikian juga penyakit yang muncul pada masa tuaSeseorang yang

berumur 50 tahun dengan penyakit Diabetes Mellitus dipandang sebagai sesuatu

yang umum karena memang sudah tua Sejak tahun 1950 penelitian penyebab

penuaan mulai diteliti faktor-faktor penyebab yang mempengaruhi kualitas hidup

sehingga meskipun usia bertambah tua tetapi tetap berkualitas Beberapa cara

modifikasi gaya hidup terus dilakukan untuk mencapai kualitas hidup yang lebih

baik seperti mengatur pola makan pola tidur pola olahraga pola hidup untuk

mencapai kualitas hidup yang baik di usia lanjutPenelitian memberi kesimpulan

bahwa pemberdayaan diri membudayakan pola hidup sehat dapat meningkatkan

kualitas hidup seseorang (Franklin 2009)

Dewasa ini seiring dengan percepatan perubahan teknologi meningkatnya

persaingan hidup orang berlomba-lomba mengkonsumsi produk dan berbagai

metode yang mengklaim bisa menghambat penuaan atau bersifat Anti Aging Ilmu

Kedokteran Anti Penuaan memberikan paradigma baru dalam menangani proses

penuaan Ilmu Kedokteran Anti Penuaan ini menjanjikan dapat memberikan solusi

untuk mengatasi ketidakmampuan penyakit nyeri deformitas dan kesedihan di

masa tua dengan cara meningkatkan kualitas hidup masa tua (Goldman dan Klatz

8

9

2003) Menurut Pangkahila penuaan bisa dicegah diobati dan bahkan dapat

dikembalikan ke keadaan semula (Pangkahila 2007)

Proses penuaan dapat dijelaskan dalam empat teori utama yang walaupun

tidak dapat menjelaskan dengan lengkap tetapi teori tersebut melengkapi satu

dengan yang lain

211 Teori Wear and Tear

Teori ini diperkenalkan pertama kali oleh Dr August Weisman seorang

ahli biologi dari Jerman pada tahun 1882 Teori ini menyatakan bahwa tubuh dan

sel akan rusak karena penggunaan dan disalahgunakan baik penggunaan secara

alami apalagi penyalahgunaan Kerusakan terjadi dalam sel sampai organ Pada

usia muda kerusakan yang terjadi dapat diatasi dikompensasi karena sistem

perbaikan dan pemeliharan yang masih baik tetapi seiring dengan bertambahnya

umur tubuh mulai kehilangan kemampuan tersebut Teori ini juga meyakini

pemberian suplemen dan merangsang kemampuan tubuh untuk melakukan

perbaikan dan mempertahankan organ tubuh dan sel

212 Teori Radikal Bebas

Teori ini diperkenalkan oleh Dr Denham Harman pada tahun 1956

Radikal Bebas adalah molekul tidak stabil yang sangat reaktif karena mempunyai

elektron tidak berpasangan pada orbit luarnya dapat bereaksi dengan molekul

lain menimbulkan reaksi berantai yang sangat destruktif (Goldman dan Klatz

2003)

10

Radikal Bebas dihasilkan dari pembakaran gula dan lemak yang kita

konsumsi untuk memberikan energi pada tubuh kita Radikal bebas merusak

membran sel kode DNA enzim protein dan akhirnya terjadi kerusakan pada

seluruh organ Kerusakan terjadi mulai dari lahir dan terus berlanjut hingga

meninggal Pada usia muda dampak penggantian sel yang masih berfungsi baik

Seiring dengan usia bertambah akumulasi kerusakan akibat radikal bebas akan

mengganggu metabolisme sel terjadilah mutasi sel yang mengakibatkan

timbulnya kanker dan kematian

Age Spot merupakan salah satu bentuk kerusakan pada membrane sel

yang disebabkan oleh Radikal Bebas Kerusakan membran ini menghasilkan

produk sisa yang dikenal sebagai lipofuscin Jumlah lipofuscin yang tinggi dalam

tubuh memberikan warna gelap pada daerah tertentu yang disebut Age spot

Lipofuscins mengganggu sintesis DNA dan RNA mempengaruhi sintesis protein

(menurunkan energi dan menghambat pembentukan massa otot) merusak enzim

seluler yang diperlukan untuk proses kimia vital dalam tubuh (Goldman dan

Klatz 2003)

Radikal bebas mempengaruhi peroksidasi lipid yang menyebabkan

produksi MDA (malondialdehyde) yang mengikat protein dan menyebabkan

gangguan fungsi biologik protein tersebut Radikal Bebas berkaitan dengan

penyakit usia lanjut seperti aterosklerosis Parkinson penyakit Alzheimer dan

gangguan fungsi kekebalan tubuh (Pangkahila 2007)

11

213 Teori Kontrol Genetika

Teori terfokus pada kode genetik yang ada dalam DNA meskipun seluruh

aspek diwariskan dalam gen tiap individu waktu jam biologis tergantung pada

pola hidup penuaan masing-masing individu Tiap individu memiliki jam biologis

yang telah diatur waktunya Berhentinya jam biologis menandakan proses

penuaan dan meninggal (Goldman dan Klatz 2003)

Ilmu Kedokteran Anti Penuaan melakukan upaya mencegah dan

memperbaiki kerusakan yang terjadiTerapi Gen diharapkan dapat memberikan

solusi dalam menghadapi takdir genetika terhadap beberapa penyakit keturunan

214 Teori Neuroendokrin

Teori yang menyangkut peranan berbagai hormon bagi fungsi organ tubuh

diperkenalkan oleh Vladimir DilmanPhD

Hormon mengatur dan memperbaiki fungsi tubuh Pada usia muda

berbagai hormone masih berfungsi baik dalam mengendalikan berbagai fungsi

organ tubuh Ketika manusia menjadi tua produksi hormon menurun fungsi

tubuh menjadi terganggu Contoh Growth Hormone yang membantu

pembentukan massa otot testosteron dan hormone tiroid akan menurun tajam

pada usia tua Ditandai dengan rasio lemak dan otot yang meningkat Terapi sulih

hormone dapat membantu masalah tersebut dan mengembalikan fungsi hormone

tubuh sehingga memperlambat proses penuaan

12

22 Radikal Bebas

221 Definisi Radikal Bebas

Radikal bebas adalah molekul (kumpulan atom) yang memiliki elektron

yang tidak berpasangan Oksidan adalah senyawa penerima elektron yaitu

senyawa yang dapat menarik elektron Kedua jenis senyawa ini memiliki aktifitas

yang sama dan memberikan akibat yang hampir sama tetapi dengan proses yang

berbeda (Winarsi 2007) Radikal Bebas digolongkan dalam oksidan namun tidak

setiap oksidan adalah radikal bebas (Suryohudoyo 2000)

Sumber oksidan berasal dari

Tubuh sendiri yaitu berasal dari proses fisiologis namun oleh suatu sebab

jumlahnya menjadi banyak

Proses peradangan

Luar tubuh seperti polutan obat-obatan

Radikal bebas lebih berbahaya dibanding senyawa oksidan non radikal

222 Tahapan Terbentuknya Radikal Bebas dan Sifatnya

Tahapan terbentuknya radikal bebas terjadi melalui sederetan mekanisme

reaksi

1 Tahap Inisiasi yaitu tahap yang menyebabkan terbentuknya radikal bebas

Cu

RH + O2 R + H2O

2 Tahap Propagasi yaitu tahap dimana radikal bebas cenderung bertambah

banyak dengan membuat reaksi rantai dengan molekul lipid lain

13

R + O2 RO2

RO2 + RH R + ROOH

3 Tahap Terminasi yaitu apabila terjadi reaksi antara radikal bebas dengan

radikal bebas lain atau antara radikal bebas dengan suatu senyawa pembasmi

radikal bebas (scavenger)

R1 + R2 R 1 R 2

Reduksi oksigen memerlukan pengalihan empat electron (electrotransfer)

Pengalihan ini tidak dapat sekaligus tetapi dalam empat tahapan yang setiap

tahapan hanya melibatkan pengalihan satu elektron Kendala yang mengharuskan

oksigen hanya dapat menerima satu elektron setiap tahap menyebabkan

terjadinya dua hal yaitu kurang reaktifnya oksigen dan terbentuknya senyawa-

senyawa oksigen reaktif seperti O2 (radikal superoksida) H2O2 (hydrogen

peroksida) OOH (radikal peroksil) dan OH (radikal hidroksil)

Radikal Bebas memiliki 2 sifat yaitu

1 Reaktifitas tinggi karena cenderung menarik elektron

2 Mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal

Elektron dari Radikal Bebas berikatan dengan senyawa yang berikatan

kovalen seperti lipid protein dan DNA akan sangat berbahaya karena ikatan

digunakan bersama-sama pada orbit luarnya Dibanding senyawa oksigen reaktif

radikal hidroksil merupakan senyawa yang paling berbahaya karena reaktifitasnya

yang sangat tinggi

Radikal hidroksil dapat merusak 3 jenis senyawa penting yang berfungsi

untuk mempetahankan integritas sel yaitu

14

1 Asam lemak tak jenuh yang merupakan komponen penting fosfolipid

penyusun membran

2 DNA pembawa genetik sel

3 Protein memegang berbagai peran penting seperti enzim reseptor antibodi

sitoskeleton

Dari ketiga senyawa tersebut yang paling rentan adalah senyawa asam

lemak tak jenuh ganda pada membran sel yang mengakibatkan rapuhnya dinding

sel Senyawa oksigen reaktif ini juga merusak dinding bagian dalam pembuluh

darah sehingga mengakibatkan pengendapan koleserol dan menyebabkan

aterosklerosis Apabila senyawa oksigen reaktif ini merusak basa DNA akan

terjadi kekacauan sistem info genetika berlanjut pada pembentukan sel kanker

Jaringan lipid yang rusak memicu munculnya penyakit degeneratif

Fosfolipid glikolipid dan kolesterol merupakan komponen terpenting

membran sel Komponen fosfolipid dan glikolipid mengandung asam lemak tak

jenuh (asam linoleat linolenat arakidonat) sangat rawan terhadap serangan

radikal hidroksil yang dapat menimbulkan reaksi rantai yang dikenal sebagai

Lipid peroxidation

Peroksidase lipid

LH + OH --- H + H2O

Asam lemak Radikal Bebas

L + O2 -- LOO

Radikal peroksilipid

LOO + LH --- L + L OOH dan seterusnya

15

Hasil akhir dari proses ini adalah terputusnya rantai asam lemak menjadi

berbagai senyawa yang bersifat toksik terhadap sel antara lain berbagai macam

aldehid seperti Malondealdehyde (MDA)

223 Peranan Radikal Bebas dalam proses penuaan

Pada usia muda keseimbangan antara radikal bebas dan pertahanan

antioksidan berfungsi dengan baik seiring dengan pertambahan usia

keseimbangan terganggu karena cadangan antioksidan berkurang dan radikal

bebas berlebih (Saxena dan Lan 2006)

Akibat ketidakseimbangan ini terjadi kerusakan oksidatif (Arief 2010)

Kerusakan ini disebabkan oleh radikal bebas dan merusak 3 komponen utama

yang mempertahankan integritas sel seperti fosfolipid (penyusun membrane sel)

DNA (perangkat genetik) protein (enzim reseptor antibodi) (Fouad 2007)

Ketidakseimbangan antara antioksidan dan senyawa oksigen reaktif

menghasilkan stress oksidatif penyebab kanker penuaan aterosklerosis cedera

iskemik peradangan dan penyakit degeneratif (Parkinson Alzheimer)

(Pangkahila 2007)

23 Stress Oksidatif

231 Keadaan yang menyebabkan stress oksidatif

Pada saat jumlah antioksidan tubuh kurang dari yang diperlukan untuk

meredam efek buruk dari radikal bebas keadaan ini disebut Stress oksidatif Bila

terjadi dalam waktu yang lama akan terjadi penumpukan hasil kerusakan

16

oksidatif di dalam sel dan jaringan yang mengakibatkan hilangnya fungsi sel

jaringan dan akhirnya mati Hal ini merupakan penyebab utama proses penuaan

(Bagiada 2001)

Keadaan yang menyebabkan Stress Oksidatif ini salah satunya adalah

pelatihan fisik berat atau berlebih (Hersh 2004) Stress oksidatif dapat

dikendalikan antara lain dengan membiasakan untuk menerapkan pola hidup sehat

dan mengkonsumsi antioksidan diharapkan akan memacu kerja antioksidan

dalam tubuh

MDA merupakan hasil dari proses peroksidasi lipid meningkatnya MDA

menunjukkan adanya suatu kondisi Stress Oksidatif menurunnya MDA

menunjukkan adanya perbaikan dari kondisi Stress tersebut sehingga MDA dapat

dipakai sebagai biomarker Stress oksidatif

24 Pelatihan Fisik

241 Olahraga

Pelatihan fisik atau olahraga merupakan satu kegiatan yang penting bagi

kehidupan manusia Olahraga merupakan alternatif kegiatan yang dapat

meningkatkan derajat kebugaran fisik seseorang apabila dilakukan dengan dosis

takaran yang benar Menurut Sharkey olahraga dapat meningkatkan pengeluaran

energi dan tingkat pengeluaran tersebut berkaitan dengan intensitas dan durasi

aktifitas yang dilakukan (Sharkey 2003) Latihan fisik atau olahraga yang

memperhatikan frekuensi intensitas tipe dan waktu mendukung dalam

mendapatkan hasil yang maksimal dan menurunkan resiko cedera Latihan fisik

17

yang benar memberikan dampak perbaikan pada sistem fungsional paru dan

jantung sehingga terjadi hipertropi otot jantung penurunan detak jantung

istirahat peningkatan stroke volume peningkatan volume darah dan hemoglobin

menambah jumlah pembuluh darah kapiler serta berfungsi dalam proses

pembakaran energi (Fox 1998) Frekuensi latihan yang dianjurkan adalah 3-4x

seminggu dengan intensitas 72-87 dari denyut jantung maksimal (220-umur)

dengan variasi 10 denyut per menitTipe latihan yang dianjurkan adalah

pemanasan 15 menit kombinasi latihan aerobik dan latihan otot dalam waktu 30-

60 menit diakhiri pendinginan 10 menit (Pangkahila 2009)

Sumber energi yang dibutuhkan untuk pelatihan fisik aerobik yang

dominan didapat dari pembakaran simpanan karbohidrat lemak dan sebagian

kecil (5) dari pemecahan simpanan protein yang terdapat di dalam tubuh untuk

menghasilkan ATP (adenosine triphospate) ATP yang terdapat dalam jaringan

otot terbatas kebutuhan ATP dipertahankan oleh creatinin phosphate (CP) dan

glikogen yang tersimpan dalam otot (Hernawati 2009) Terdapat 3 jalur untuk

memberikan ATP tambahan sesuai yang dibutuhkan selama kontraksi otot

meliputi 1 Pemindahan fosfat berenergi tinggi dari kreatinin fosfat ke ADP 2)

Fosforilasi oksidatif (siklus asam sitrat dari sistem transportasi elektron) 3)

glikolisis (Sherwood 2001) Sedangkan pada aktifitas yang bersifat anaerobik

energi diperoleh dari hidrolisis phosphocreatine serta melalui glikolisis glukosa

secara anaerobik Proses ini dapat terjadi tanpa adanya oksigen (O2) Metabolisme

anaerobik ini menghasilkan asam laktat yang apabila terakumulasi dapat

menyebabkan rasa nyeri pada otot menimbulkan stress fisik Hal ini

18

menyebabkan latihan aerobik terasa lebih menyenangkan (Hernawati 2009)

Metabolisme aerobik jauh lebih efisien daripada anaerobik karena menghasilkan

38 molekul ATP per molekul glukosa versus hanya 2 molekul melalui jalur

anaerob

Pelatihan fisik atau olahraga yang teratur selain memberikan manfaat

perbaikan pada mental fisik dan fisiologis juga mempengaruhi hormon tubuh

kita antara lain (Sharkey2003)

1 Growth Hormone

Stimulasi sintesis protein (muscle tone development) dan kekuatan tulang

tendon ligament dan tulang rawan Penurunan penggunaan glukosa dan

peningkatan penggunaan lemak sebagai bahan bakar selama olahraga

Membantu mengurangi lemak tubuh dan mempertahankan glukosa darah pada

level normal sehingga membantu melakukan olahraga selama periode waktu

yang lebih lama Dilepaskannya Growth Hormone oleh kelenjar pituitari di

otak meningkat dengan meningkatnya waktu latihan aerobik

2 Endorphins

Opioid endogen dari kelenjar pituitary yang memblok rasa sakit menurunkan

nafsu makan membuat perasaan senang mengurangi tekanan dan kecemasan

Pada saat olahraga endorfin dalam darah meningkat sampai lima kali selama

aktifitas olahraga lebih dari 30 menit Endorfin membuat kita dapat melakukan

aktifitas latihan menjadi lebih tahan lama

19

3 Testosteron

Hormon yang penting untuk wanita dan pria dalam mempertahankan tonus

volume kekuatan otot meningkatkan angka rata metabolisme basal

menurunkan lemak tubuh dan merasa lebih percaya diri Diproduksi oleh

ovarium pada wanita dan testis pada laki-laki Testosteron pada wanita hanya

sepersepuluh kadar testosteron pada laki-laki Pada wanita testosteron

berperan pada pengaturan libido dan orgasme Produksi pada wanita menurun

saat menjelang menopause sedangkan pada pria pada usia memasuki usia 40

tahun Kadar testosteron darah mulai meningkat setelah 20 menit olahraga

baik pada wanita maupun pria dan tetap tinggi sampai 1-3 jam setelah

olahraga

4 Estrogen

Estrogen secara biologis aktif adalah 17 beta estradiol meningkatkan

pemecahan lemak dari lemak tubuh sehingga dapat digunakan sebagai sumber

tenaga meningkatkan rata-rata metabolisme basal meningkatkan mood

meningkatkan libido Hormon ini disekresi oleh ovarium meningkat saat

olahraga dan tetap meningkat sampai 1-4 jam setelah olahraga

5 Thyroxine (T4)

Hormon yang diproduksi oleh kelenjar tiroid meningkatkan metabolisme

hampir semua sel dalam tubuh Peningkatan metabolisme ini membantu kita

merasa lebih energik dan juga menyimpan kalori penting untuk penurunan

berat badan Kadar tiroksin dalam darah meningkat sekitar 30 selama

20

olahraga dan tetap meningkat sampai beberapa jam sesudahnya Olahraga

yang teratur juga meningkatkan level tiroksin saat istirahat

6 Epinephrine

Hormon yang diproduksi oleh medulla adrenal yang meningkatkan jumlah

darah yang dipompa oleh jantung dan mengarahkan aliran darah ke tempat

yang diharapkan Stimulasi pemecahan glikogen (karbohidrat yang disimpan)

dalam otot yang aktif dan hati untuk digunakan sebagai sumber tenaga

Menstimulasi pemecahan lemak (lemak yang disimpan dalam otot yang aktif)

dan digunakan sebagai sumber tenaga Sejumlah epinefrin yang dilepaskan

berhubungan dengan intensitas dan durasi latihan

7 Insulin adrenalin

Hormon yang penting dalam mengatur gula darah dan asam lemak (lemak)

dan asam amino (protein) dalam sel Sekresi insulin oleh pancreas meningkat

sehubungan dengan respon meningkatnya kadar gula darah dan protein yang

biasa terjadi setelah makan Semakin banyak gula sederhana yang dikonsumsi

semakin tinggi respon insulin Meningkatnya insulin menyebabkan produksi

lemak sehingga insulin sering disebut sebagai hormon lemak atau fat

hormone Pada orang dengan berat badan berlebih terjadi resistensi insulin

sehingga diperlukan insulin dalan jumlah yang lebih besar untuk didapatkan

efek yang sama sehingga didapatkan kadar insulin darah yang lebih tinggi dan

latihan aerobik setiap hari Kadar insulin darah mulai menurun 10 menit saat

olahraga dan terus menurun sekitar 70 menit olahraga Olahraga yang teratur

juga meningkatkan sensitivitas sel terhadap insulin dalam keadaan istirahat

21

8 Glucagon

Hormon yang diproduksi oleh pankreas tugasnya meningkatkan kadar gula

darah Saat gula darah rendah glukagon disekresi dan menyebabkan simpanan

karbohidrat di dalam hati dilepaskan ke aliran darah untuk meningkatkan

kadar gula mencapai kadar normal Glukagon juga menyebabkan

dipecahkannya lemak sehingga dapat digunakan sebagai bahan bakar atau

sumber tenaga Glukagon mulai disekresi pada 30 menit awal olahraga ketika

gula darah mulai menurun

242 Pelatihan Fisik Berlebih

Pelatihan fisik berlebih menimbulkan gangguan pada sistem endokrin

terjadi peningkatan kadar kortisol dan penurunan kadar testosteron (Maffetone

2007) peningkatan ACTH penurunan LH plasma

Sindrom pelatihan fisik berlebih dalam jangka panjang mengakibatkan

terjadinya inflamasi infeksi yang lebih lanjut dapat mempengaruhi kesehatan

secara umum Aktifitas berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena

terjadi peningkatan konsumsi O2 oleh aktifitas otot skeletal Meskipun oksigen

dibutuhkan oksigen juga bersifat toksik yang dapat memicu peningkatan ROS

Pada organ yang tidak mendapat oksigen dan nutrisi yang cukup akan

menimbulkan keadaan iskemik dan kerusakan mikrovaskular Keadaan ini disebut

sebagai Reperfusion Injury yang memicu terjadinya kerusakan jaringan dan

peningkatan Radikal Bebas

22

Pelatihan fisik berlebih meningkatkan terbentuknya Radikal Bebas

(Adiputra 2008) Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh untuk

melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam organ dan

pembuluh darah (Giriwijoyo 2004) Apabila berlebih menyebabkan kerusakan

sel dengan 3 cara (Kumar et al2005 Ebenhardt 2001)

1 Kerusakan DNA mengakibatkan mutasi DNA bahkan kematian sel

2 Peroksidasi lipid membrane sel dan sitosol menyebabkan terjadinya proses

reduksi asam lemak sehingga mengakibatkan kerusakan membran dan organel

sel

3 Modifikasi protein teroksidasi oleh karena cross linking protein

Bila radikal bebas bertemu dengan asam lemak tak jenuh ganda daalam

membrane sel terjadi reaksi peroksidasi lipid membran sel menyebabkan

peningkatan fluiditas membran gangguan integritas membran dan inaktivasi

ikatan membran dengan enzim dan reseptor Tahap akhir dibebaskan aldehyde

seperti malondealdehyde pentane etana conjugated diane yang bersifat merusak

tubuh (Murray et al2000)

Pelatihan fisik berlebih menyebabkan terjadinya peningkatan lekosit atau

lekositosis peningkatan isoprostan dalam urin protein carbonil (73) catalase

(96) glutation peroksidase serta glutation teroksidasi (25) Dapat

disimpulkan pelatihan fisik berlebih merangsang respon biomarker stres oksidatif

(Murray et al 2000) Proses penuaan mengakibatkan penurunan sistem imun

sehingga meningkatkan resiko infeksi Menurut teori aktifitas sedang dapat

menangkal efek proses penuaan yang diakibatkan penurunan sistem imun Studi

23

yang dilakukan Shepard dan Shek menunjukkan bahwa aktifitas sedang dapat

ditoleransi dengan baik oleh individu lanjut usia dan menunjukkan penurunan

stimulasi proliferasi limfosit

Gejala ndash gejala yang dirasakan apabila melakukan pelatihan fisik berlebih

(overtraining) (Maffetone 2007)

1 Sering mengalami kegagalan dalam melakukan latihan yang biasanya kita

lakukan Kondisi fisik menjadi semakin lemah dan semakin lambat terjadi

kemunduran

2 Kehilangan otot dan terjadi penimbunan lemak Latihan fisik berlebih

meyebabkan rasio testosteron kortisol yang seharusnya positif yang berarti

lebih banyak otot dan lebih sedikit lemak menjadi negatif yang berarti cortisol

lebih tinggi dibanding testosteron yang berarti terjadi peningkatan resistensi

insulin dan penimbunan lemak

3 Merasa lemas mudah tersinggung sulit tidur

4 Persendian tulang dan anggota tubuh terasa sakit

Terjadinya DOMS (delayed onset muscle soreness) menunjukkan teknik

latihan yang salah atau postur saat latihan yang tidak tepat DOMS merupakan

respon alami yang akan hilang dalam waktu sehari atau 2 hari tetapi apabila

nyeri berkepanjangan menunjukkan adanya overtraining

5 Sering tiba-tiba jatuh sakit

Latihan fisik berlebih menurunkan sistem imun tubuh kita sehingga menjadi

lebih mudah sakit

24

Latihan fisik berat jangka panjang berkaitan dengan cedera serat

ototKerusakan yang terjadi berhubungan dengan intensitas durasi dan tipe

latihan Ketika cell death terbentuk jaringan nekrotik dibuang oleh sel fagosit

sel satelit teraktivasi menuju ke area yang cedera menjadi myoblast dan

selanjutnya menjadi serat otot Enzim otot yang dilepaskan tidak sepenuhnya

merefleksikan kerusakan struktural yang diperkirakan oleh analisis histologis

Perubahan penanda biologis cedera otot (seperti aktifitas kreatin kinase (CK)

lactate dehydrogenase (LDH) atau konsentrasi malondialdehyde di plasma

(MDA)) sering diperiksa selama overtraining Serum aktivitas CK dan

konsentrasi MDA plasma dapat gagal meningkat saat overtraining perubahan

parameter biokimia hanya merefleksikan otot dengan beban berlebih Setelah

olahraga yang lama pro-inflammatory cytokines diproduksi lokal pada otot

skeletal

Tanda dan gejala fisik latihan fisik berlebih (overtraining)

- Denyut jantung atau nadi yang meningkat saat istirahat

- Tidak toleransi terhadap latihan

- Penampilan yang menurun

- Penurunan berat badan berkurangnya massa otot tidak nafsu makan

- Kelelahan chronic fatigue lethargy

- Nyeri dan kerusakan otot nyeri sendi

- Mudah terserang flu pembengkakan kelenjar getah bening di leher

selangkangan dan ketiak

- Konstipasi atau diare

25

- Gangguan haid gangguan makan gangguan tidur

- Sakit kepala gangguan pencernaan

- Pemulihan yang berlangsung lambat setelah latihan

- Sendi otot tendon terasa kaku dan sakit

Tanda dan gejala psikologis

- Lelah capek kekurangan tenaga

- Insomnia sakit kepala tidak mampu untuk beristirahat

- Depresi gelisah cemas apatis

- Menurunnya kepercayaan diri

- Menurunnya kemampuan untuk berkonsentrasi

- Mudah stress

Efek biokimia dari Latihan Fisik Berlebih

- Meningkatnya serum kortisol dan SHBG

- Menurunnya serum total dan free testosterone rasio testosteron kortisol

- Menurunnya glikogen otot

- Menurunnya serum hemoglobin besi dan ferritin

Faktor yang mempengaruhi terjadinya overtraining

- Jetlag

- Bekerja terlalu keras

- Menstruasi

- Nutrisi gaya hidup yang buruk

- Kurang istirahat

- Terlalu banyak mengkonsumsi alkohol

26

- Kurangnya kemampuan mengatasi stress

Penanganan overtraining atau Latihan Fisik berlebih

- Massage

Massage pada jaringan dalam dapat melepaskan otot yang tegang

mempertahankan keseimbangan sistem muskulo-skeletal Pemijatan atau

massage yang teratur dapat membantu mencegah cedera yang mungkin

terjadi karena overuse

- Menggunakan roller busa

Penggunaan roller busa memungkinkan kita dapat melakukan massage

atau pemijatan sendiri Kita dapat juga memakai yang berbentuk bola atau

bola tenis untuk membantu menghilangkan rasa sakit Pemijatan ini dapat

dilakukan di tungkai lutut hamstring bahu punggung atau otot atau sendi

manapun

- Terapi suhu kontras

Air pancuran hangat dan dingin bergantian menstimulasi tubuh untuk

pulih lebih cepat Otot membawa impuls yang terasa pada kulit bagian

dalam tubuh di mana terjadi stimulasi sistem imun memperbaiki sirkulasi

dan pencernaan mempengaruhi produksi hormon stress meningkatkan

aliran darah mengurangi sensitivitas nyeri

- Pengaturan makanan

Membantu proses pemulihan penting untuk mengkonsumsi makanan

tinggi karbohidrat protein dan lemak sehat seperti Omega 3 omega 6

omega 9 asam lemak esensial Karbohidrat memberikan sumber tenaga

27

pada tubuh dan otak asam lemak esensial membantu mengurangi depresi

memperbaiki pemulihan protein akan membangun kembali otot yang

mengalami overtraining

- Mengkonsumsi vitamin

Ketika terjadi overtraining suplementasi sangat menguntungkan Vitamin

dan suplementasi mineral sebaiknya dikonsumsi pagi hari bersama dengan

makanan untuk penyerapan yang lebih baik

Defisiensi Vitamin yang biasa terjadi

- Vitamin A (Beta-Caroten)

- Vitamin B kompleks vitamin B12

- Vitamin C D E K

- Asam Folat

Defisiensi Mineral yang biasa terjadi

- Calcium

- Chromium

- Copper Iodine Iron

- Magnesium Fosfor

- Potassium

- Sodium

- Sulfur

- Zinc

28

25 Antioksidan

Radikal Bebas merupakan senyawa reaktif yang secara alami diproduksi

oleh tubuh manusia Radikal Bebas memberikan efek positif atau efek negatif

Untuk membatasi efek negatif tersebut dibutuhkan kompleks proteksi ndash sistem

antioksidan Sistem ini terdiri dari enzim antioksidan (katalase glutation

peroksidase superoksid dismutase) dan antioksidan non enzimatik ( vitamin E-

tokoferol vitamin A- retinol vitamin C- asam askorbat) Keseimbangan antara

produksi radikal bebas dan pertahanan antioksidan menunjukkan tingkat stress

oksidatif yang mungkin terlibat dalam proses penuaan dan pada beberapa

patologi (misalnya kanker Parkinson) (Winarsi 2007)

Latihan fisik juga meningkatkan stress oksidatif dan menyebabkan

gangguan homeostasis Latihan memberikan efek positif dan efek negatif

tergantung dari beban latihan spesifikasi latihan dan tingkat basal latihan Stress

oksidatif terlibat dalam terjadinya muscular fatigue dan mengarah ke

overtraining

Definisi antioksidan menurut Cadenas adalah suatu senyawa yang apabila

terdapat dalam jumlah yang lebih banyak dibanding senyawa yang teroksidasi

secara signifikan dapat menunda atau mencegah proses oksidasi senyawa tersebut

(Cadenas 2002) Secara kimia antioksidan adalah senyawa pemberi electron

Secara biologis antioksidan adalah senyawa yang mampu menangkal dan

meredam dampak negative oksidan dalam tubuh Antioksidan mendonorkan satu

elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa oksidan tersebut dapat

dihambat (Winarsi 2007)

29

Penting sekali keseimbangan antara oksidan dan antioksidan karena

berfungsi menjaga integritas dan berfungsinya membrane lipid protein sel dan

asam nukleat Senyawa asam lemak tak jenuh penyusun membrane lipid sangat

sensitive terhadap perubahan keseimbangan antara oksidan dan antioksidan

Menurut mekanisme kerjanya antioksidan dikelompokkan atas 3 yaitu

1 Antioksidan primer SOD katalase glutation peroksidase (GSH-Px)

Bekerja pembentukan senyawa radikal bebas yang telah terbentuk menjadi

molekul yang kurang aktifSedangkan antioksidan primer yang dapat

ditambahkan dari luar seperti glutation asam lipoat SOD melatonin

2 Antioksidan sekunder vitamin E vitamin C beta karoten flavonoid asam

urat albumin (Soewoto 2001)

Merupakan antioksidan eksogenous atau non enzimatis (Winarsi 2007)

Bekerja dengan cara memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal bebas

atau dengan cara menangkapnya

3 Antioksidan tertier meliputi system enzim DNA-repair dan metionin

sulfoksida reduktase Berfungsi dalam perbaikan biomolekuler yang rusak

akibat reaktivitas radikal bebas

26 Glutation sebagai antioksidan

Glutation merupakan tripeptida yang terdiri dari asam amino glutamat

sistein dan glisin (Cadenas 2002)Ikatan glutamat ndash sistein merupakan ikatan

isopeptida antara grup γ-karboksil dari glutamat dan grup α amino dari

sisteinIkatan unik ini membuat gluation tahan terhadap degradasi oleh proteases

30

dan peptidases yang berfungsi pada peralihan proteinMerupakan suatu

antioksidan yang mencegah kerusakan komponen seluler oleh reactive oxygen

species seperti radikal bebas dan peroksidGlutation bukan nutrisi esensial karena

disintesa di dalam tubuh dari asam amino L-sistein L-glutamic acid dan glycine

Gambar 21 Struktur GSH dan GSSG

Glutation terdapat pada sebagian besar sel tubuh tetapi terbanyak terdapat

di dalam hati Grup thiol (SH) dari sistein berfungsi sebagai donor proton dan

bertanggungjawab untuk aktifitas biologis glutation Provisi asam amino ini

merupakan faktor yang terbatas dalam sintesis glutation oleh sel karena sistein

relatif jarang pada makanan Apabila dilepaskan sebagai asam amino bebas

sistein adalah toksik dan secara spontan dikatabolisasi di saluran pencernaan dan

plasma darah

Glutation disintesis dalam 2 tahap

1 Gamma-glutamylcysteine disintesa dari L-glutamate dan sistein melalui enzim

gamma-glutamylcysteine sintetase (glutamate cysteine ligase GCL)

31

2 Glisin ditambahkan pada C-terminal dari gamma-glutamylcysteine melalui

enzim glutation sintetase

261 Fungsi Glutation

Glutation terdapat dalam bentuk tereduksi (GSH) dan teroksidasi (GSSG)

Grup thiol dari sistein mampu memberikan donor elektron ke molekul lain yang

tidak stabil seperti Reactive Oxygen Species (ROS) Pada saat mendonorkan

elektronnya glutation menjadi reaktif dan segera bereaksi dengan glutation reaktif

lainnya membentuk glutation disulfide (GSSG)Reaksi mungkin terjadi apabila

terdapat konsentrasi yang cukup tinggi di sel (sampai 5mm di hati) GSH dapat

terbentuk kembali dari GSSG oleh enzim glutation reduktase Pada sel atau

jaringan yang sehat terdapat lebih 90 dari total simpanan glutation terdapat

dalam bentuk tereduksi (GSH) dan kurang dari 10 dalam bentuk disulfide

(GSSG)

GSH ---- GSSG

Eliminasi ROS Menjaga protein thiols Antioxidant

dalam bentuk reduksi pools

Gambar 22 GSH Redox (Cadenas 2002)

GSH Redox merupakan indikator sentral keseimbangan antara stress

oksidatif dan system antioksidan GSH Redox berkaitan dengan detoksifikasi

Reactive Oxygen Species (ROS) berfungsi dalam mempertahankan tersedianya

antioksidan mempertahankan protein thiol dalam bentuk reduksi Rasio

32

GSHGSSG sering dipakai untuk mengekspresikan keseimbangan redox ini

Peningkatan rasio GSH-GSSG merupakan indikasi adanya Stress Oksidatif

(Goldman 2003)

Glutation mempunyai beberapa fungsi (Winarsih 2007)

- Sebagai antioksidan endogen mayor yang diproduksi oleh sel berpartisipasi

langsung pada netralisasi radikal bebas dan senyawa oksigen reaktif

mempertahankan antioksidan eksogen seperti vitamin C dan E pada bentuk

tereduksi (aktif)

- Pengaturan siklus nitric oxide yang sangat penting untuk kehidupan tetapi

dapat menjadi masalah apabila tidak teregulasi Digunakan untuk reaksi

metabolism dan biokimia seperti sintesis dan perbaikan DNA sintesis protein

sintesis prostaglandin transport asam amino dan aktivasi enzim Tiap sistem

di dalam tubuh kita dapat dipengaruhi oleh sistem glutation khususnya sistem

imun sistem saraf sistem gastrointestinal dan paru

Gambar 23 Detoksifikasi Lipid Hydroxyperoxides di usus halus

33

GSH yang ditransportasikan kedalam lumen digunakan untuk detoksifikasi

peroksid yang terbentuk dari makanan oleh glutation peroksidase (GSH Px)

Proses ini membutuhkan peroksid dan glutation yang tersedia di sel epitel GSSG

yang terbentuk direduksi kembali menjadi GSH oleh GSSG reduktase (GSSG

Rx) menggunakan NADPH sebagai reduktan

262 Suplementasi Glutation

Meningkatkan level GSH melalui suplementasi glutation langsung sulit

Penelitian terakhir menyatakan bahwa secara oral tidak diabsorpsi baik melalui

saluran pencernaan Studi mengenai konsumsi oral akut glutation dengan dosis

sangat besar 3 gram Witschi dan tim menemukan lsquoadalah tidak mungkin

meningkatkan glutation yang bermanfaat secara klinis dengan dosis tunggal 3

gram glutationrsquo

Glutation terdapat pada makanan sehari-hari sampai 150mghari dapat

diabsorpsi melalui intak di usus halus Individu sehat dengan asupan sulfur asam

amino (1-2 gramhari) jumlah GSH mungkin tidak cukup untuk mendapatkan

efek penting secara sistemik Individu dengan asupan sulfur asam amino yang

terbatas suplementasi GSH diperlukan untuk mempertahankan suplai GSH

sistemik dengan memperbaiki keseimbangan sulfur asam amino (Cadenas 2002)

Glutation hanya diabsorpsi di sel epitel oral dan traktus gastrointestinal

dan memberikan keuntungan kesehatan spesifik pada jaringan tersebut(Cadenas

2002)

34

SUPLAI HILANG

Makanan suplemen Degradasi

GSH

Empedu LUMINAL Uptake

Epitel Reaksi Detoksifikasi

Gambar 24 Supply dan Removal Glutation dalam lumen usus halus (Cadenas 2002) Glutation (GSH) disuplai ke dalam lumen intestinal melalui konsumsi oral

empedu dan sekresi epitel intestinal Jumlah yang disuplai dari empedu cukup

untuk mempertahankan jumlah 200microM pada tikus tetapi tidak cukup pada

manusia yang mengalami degradasi di duktus kantung empedu Jumlah yang

dikonsumsi melalui makanan bervariasi dan secara umum kurang dari 200 microM

Jumlah yang diberikan melalui epitel hanya sekitar 10 atau kurang

dibandingkan dengan yang disediakan oleh empedu Hilangnya Glutation karena

degradasi oleh γ-glutamyltranspeptidase dan dipeptidases pada permukaan sel

epitel ditransportasikan ke dalam sel oleh mekanisme sodium-dependent dan

sodium-independent konjugasi dengan elektrofil reaktif dikatalisasi oleh

glutathione-S transferase mucus (Cadenas 2002)

Vitamin D meningkatkan level glutation di otak dan tampaknya sebagai

katalis untuk produksi glutation Sejumlah vitamin D aktif di otak berikatan

dengan seberapa besar vitamin D3 baik melalui suplemen atau dibentuk di kulit

melalui paparan matahariHal ini menyatakan bahwa mengkonsumsi vitamin D

35

dan atau mendapat cukup paparan matahari meningkatkan produksi glutation

(Sellman 2009)

Konsentrasi glutation di plasma dan hati dapat ditingkatkan dengan

mengkonsumsi suplemen tertentu yang disebut GSH precursors N-asetilsistein

atau NAC glutation precursor yang paling memungkinkan Suplemen lain S-

adenosilmetionin (SAMe) dan whey protein juga dapat meningkatkan glutation

dalam sel (Sellman 2009)

NAC tersedia dalam bentuk obat dan sebagai suplemen generik Alpha

lipoic acid juga dapat mempertahankan glutation intraselular Melatonin dapat

menstimulasi enzim yang berkaitan glutation peroksidase dan silimarin ekstrak

dari biji tanaman milk thistle (Silybum marianum) juga mempunyai kemampuan

memperbarui level glutation

Glutation diatur dengan ketat di intraseluler dan dibatasi produksinya oleh

feedback negative inhibisi sintesisnya sendiri melalui enzim gamma-

glutamilsistein sintetase sehingga meminimalisir kemungkinan terjadinya

overdosis Penambahan glutation menggunakan precursor atau glutation intravena

adalah strategi untuk mengatasi defisiensi glutation stress oksidatif tinggi

defisiensi imun

Glutation yang rendah menunjukkan adanya pembuangan dan

keseimbangan negatif nitrogen seperti pada kanker AIDS sepsis trauma

terbakar dan bahkan atlet overtraining Suplementasi glutation dapat

memperbaiki proses ini dan contohnya pada AIDS memberi hasil adanya

perbaikan survival rates Bagimanapun studi mengenai kondisi ini belum dapat

36

membedakan glutation rendah sebagai akibat secara akut (pada pasien sepsis) atau

secara kronis (HIV) meningkatkan stress oksidatif dan peningkatan patologi

sebagai akibat defisiensi yang sudah ada sebelumnya

Skizofrenia dan gangguan bipolar berhubungan dengan glutation yang

rendah Stress oksidatif mungkin salah satu faktor dasar patofisiologi gangguan

bipolar gangguan depresif mayor dan skizofrenia Glutation (GSH) adalah

pemakan radikal bebas mayor di otakTidak adanya GSH meningkatkan

kerentanan sel terhadap stress oksidatif ditandai asetilsistein dapat mengurangi

gejala kedua gangguan tersebut

Glutation merubah level stress oksidatif pada sel yang diisolasi di

laboratorium sehingga dapat mengurangi perkembangan kanker Tes ini tidak

dilakukan pada manusia

Glutamat yang berlebihan di sinaps yang dapat dilepaskan pada kondisi

seperti cedera otak dapat menghambat pengambilan sistein senyawa pembentuk

glutation yang pentingTanpa proteksi dari cedera oksidatif oleh glutation sel-sel

dapat rusak atau mati (Sellman 2009)

Glutation juga mempunyai fungsi lain sebagai berikut (Sellman 2009)

Mencerahkan kulit

Mencegah menghilangkan jerawat dan bekas jerawat

Menghilangkan noda hitam

Anti aging dan anti kerut

Memberi nutrisi kulit

Membantu pemulihan luka

37

Membuat kulit menjadi halus segar dan bersinar

Kondisi kesehatan yang berhubungan dengan defisiensi glutation

Peningkatan proses penuaan

Kesulitan dalam keseimbangan

Gangguan mental

Masalah koordinasi

Gangguan sistem saraf

Akhir-akhir ini dipercaya sebagai penyebab lesi otak

Kanker HIV Katarak Diabetes Mellitus

Jumlah sperma yang rendah

263 Glutation Precursor (Sellman 2009)

Glutation Precursor disebut juga sebagai building-block dari glutation

yaitu N-asetilsistein atau NAC dan whey protein tidak terdenaturasi

Nasetilsistein adalah obat farmasi yang biasa digunakan bertahun-tahun untuk

mengobati overdose asetaminofen Hal ini sangat efektif ketika diberikan dalam

dosis besar di ruang darurat ketika seseorang akan mengalami gagal hati karena

overdosis asetaminofen komposisi aktif dari Tylenol

Efek sampingnya adalah bercak-bercak kemerahan bersin mual

anafilaksis reaksi alergi yang berupa kesulitan bernafas karena bronkospasme

tekanan darah menurun angioedema muntah kram diare Walaupun jarang

kematian pernah dilaporkan karena N-asetilsistein Beberapa orang mendapatkan

rasa dan bau yang tidak dapat diterima karena kandungan sulfur di dalamnya

38

Pengggunaan teratur untuk menaikkan kadar glutation tidak direkomendasikan

untuk anak-anak dan bayi Masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk

menentukan keamanan N-asetilsistein untuk penggunaan jangka panjang

Whey protein tidak terdenaturasi merupakan nutraceutical atau medicinal

foodSenyawa ini memberikan ikatan sistein ke sel-sel di mana glutation dapat

terbentuk di tempat tersebut

Beberapa kondisi yang tidak dapat mengkonsumsi whey protein

- Pasien dengan alergi protein susu

- Pasien dengan diet rendah protein

- Pasien yang sedang menjalani terapi imunosupresif

Efek sampingnya adalah kembung perut kram urtikaria Efek samping

karena overdosis tidak terjadi karena sel hanya membuat sebatas yang dibutuhkan

apabila berlebih kelebihan disimpan di hati dan ginjal sampai suatu saat kalau

dibutuhkan

264 Sumber Glutation dari makanan

Sumber glutation dari makanan yang disarankan adalah asparagus bayam

brokoli bawang putih kale bawang watercress kol Brussel sprout beberapa

bumbu seperti kunyit kayu manis semangka alpukat anggur peach jeruk

walnut granola daging kalkun dan daging ayam keju cottage dan yoghurt

39

Tabel 21 Makanan yang mengandung Glutation (Cadenas2002)

GSH Food Group mg100 g mgsaji Buah segar Apel 33 46 Pisang 41 48 Anggur 79 146 Jeruk 73 106 Semangka 66 283 Sayuran segar Asparagus dimasak 283 263 Alpukat 277 313 Brokoli dimasak 91 78 Wortel mentah 79 59 Tomat 90 109 Daging Hamburger 175 149 Ham rebus 233 13 Ayam digoreng 131 134 Sereal biji-bijian Cornflakes 00 00 Roti whole wheat 12 06 Roti putih 00 00 Nasi putih enriched dimasak 16 21 Produk Susu Susu whole 00 00 Keju Amerika 00 00 Yoghurt plain lowfat 00 00 Es krim 10 lemak 00 00

40

BAB III

KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

31 Kerangka Berpikir

Faktor penyebab penuaan antara lain faktor internal dan faktoreksternal

Faktor internal meliputi radikal bebas glikosilasi metilasi hormon yang

berkurang apoptosis system kekebalan tubuh yang menurun genetik Faktor

eksternal meliputi gaya hidup tidak sehat polusi lingkungan stress kemiskinan

kebiasaan yang salah olahraga berlebihan (overtraining) Berbagai faktor di atas

menyebabkan terjadinya penurunan fungsi tubuh dan terjadilah penuaan

Kerangka konsep penelitian berdasarkan teori bahwa salah satu penyebab

penuaan adalah radikal bebas Bila jumlah radikal bebas melebihi jumlah

antioksidan di dalam tubuh terjadilah stress oksidatif Radikal bebas dapat

merusak membran sel protein DNA dan berakibat fatal bagi kelangsungan hidup

sel jaringan Stress oksidatif yang berlangsung lama akan mengakibatkan

terjadinya penumpukan hasil kerusakan oksidatif di dalam sel dan jaringan

selanjutnya sel dan jaringan tersebut akan kehilangan fungsinya dan akhirnya

mati

Olahraga berlebih meningkatkan stress oksidatif karena terdapat

peningkatan konsumsi O2 oleh aktivitas otot skeletal Oksigen juga dapat bersifat

toksik yang dapat memicu peningkatan Reactive Oxygen Species (ROS)Organ

yang tidak mendapat cukup oksigen dan nutrisi menjadi iskemik dan terjadi

kerusakan mikrovaskular (Reperfusion Injury) memicu peningkatan radikal

40

41

bebas Dengan pemberian antioksidan Glutation yang merupakan antioksidan

master diharapkan dapat mencegah kerusakan lebih lanjut yang diakibatkan oleh

radikal bebas dengan cara melindungi sel dari Reactive Oxygen Species (ROS)

dan dapat dilihat melalui parameter MDA yang mengalami penurunan

32 Konsep Penelitian

Konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Gambar 31 Konsep Kadar MDA pada tikus yang diberikan Pelatihan Fisik Berlebih+ Placebo dan Pelatihan Fisik Berlebih + Glutation

FAKTOR INTERNAL

- Jenis Kelamin

- Usia

- Genetik

- Hormon

- Psikologis

FAKTOR EKSTERNAL

- Makanan

- Cuaca iklim

- Penyakit

- Exercise

GLUTATION

TIKUS

KADAR MDA

42

33 Hipotesis

Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan kadar MDA

tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

43

BAB IV

METODE PENELITIAN

41 Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksterimental dengan rancangan

randomized pre test-post test control group design (Poccock et al 2008)

Subyek terdiri dari 2 kelompok yaitu

1 Kelompok 1 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+ Placebo

2 Kelompok 2 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation

Semua kelompok sebelum perlakuan diberikan pre test (O1 O3) dan

dihitung rerata untuk masing-masing kelompok

Setelah perlakuan semua kelompok diberikan post test (O2 O4) dan

dihitung rerata untuk masing-masing kelompok

Kemudian dihitung perbedaan rerata antara pre test dan post test dari

masing-masing kelompok lalu hasil perbedaan tersebut dibandingkan secara

statistik

Gambar 41 Rancangan Penelitian

P S

43

R R

O1 P1 O2

O3 P2 O4

44

Keterangan

P = populasi

S = sampel

R = random

O1 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah mendapatkan

pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan placebo (pre test)

O2 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah diberikan pelatihan

fisik berlebih setelah diberikan placebo (post test)

O3 = observasi data MDA kelompok perlakuan setelah diberikan

pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan Glutation (pre test)

O4 = observasi data MDA kelompok perlakuan diberikan pelatihan fisik

berlebih setelah diberikan Glutation (post test)

P1 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih+ placebo

P2 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation

42 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran

Universitas Udayana pada bulan Januari ndash Maret 2012 Pemeriksaan MDA darah

tikus dikerjakan di bagian Program Antar Unit Universitas Gajah Mada

Jogyakarta

45

43 Populasi dan Sampel

431 Populasi

Subyek penelitian adalah tikus jantan dewasa galur Wistar yang berusia 2-

25 bulan dan dalam kondisi fisik sehat

432 Kriteria Sampel

4321 Kriteria Inklusi

Kriteria Inklusi yang ditetapkan sebagai sampel adalah sebagai berikut

a Tikus jantan dewasa galur Wistar

b Umur 2-25 bulan

c Berat badan plusmn200 gram

d Sehat

e MDA ge 5mmollt

4322 Kriteria Drop Out

Adalah sampel yang mati pada waktu penelitian

433 Besar Sampel

Besar sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini dihitung berdasarkan

rumus Poccock (2008)

Angka μ1 (5) dan μ2 (12) didapatkan dari penelitian sebelumnya (Ji 1998)

n=

46

= asymp 7

Keterangan

n = jumlah sampel

σ = standar deviasi kelompok perlakuan dengan pemberian

glutation (15)

f ( ) = besarnya didapat dari tabel (Poccock 2008)

μ1 = rerata hasil MDA pada kelompok perlakuan sesudah

pemberian glutatioacuten (5)

μ2 = rerata hasil MDA pada kelompok pre test (12)

Jadi jumlah sampel (n) = 675 dan ditambah 3 ekor tikus untuk masing-

masing kelompok sebagai cadangan Jadi total 20 ekor tikus dengan 10

ekor tikus untuk masing-masing kelompok

434 Teknik Pengambilan Sampel

Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat

sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi diambil secara acak

sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi

2 kelompok yaitu kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+placebo kelompok

dengan pelatihan fisik berlebih + glutation

47

44 Variabel Penelitian

441 Klasifikasi Variabel

Variabel penelitian dibedakan menjadi

1 Variabel Bebas dosis pemberian glutation

2 Variabel Tergantung kadar MDA

3 Variabel Terkendali varian tikus jantan (galur wistar) jenis

kelamin umur berat badan lingkungan

(pencahayaan suhu kelembaban nutrisi

kandang)

Gambar 42 Bagan Hubungan Antar Variabel

VARIABEL BEBAS

- Pelatihan fisik berlebih

- Glutation 37mg kgBBhari

VARIABEL TERGANTUNG

KADAR MDA

VARIABEL TERKENDALI

Varian tikus

Jenis kelamin umur berat badan

Pencahayaan suhu kelembaban nutrisi kandang

Makanan minuman

48

442 Definisi Operasional Variabel

1 Pelatihan fisik berlebih pada tikus adalah pelatihan yang berlebihan

yang diukur berdasarkan kemampuan maksimal berenang tikus pada

ember berdiameter 35 cm dengan kedalaman air 20 cm yang

dilakukan 60 menithari selama 35 hari pada waktu yang sama pada

suhu 32 derajat (Binekada 2002 dan Pepe2011)

2 Glutation yang diberikan adalah Glutation Teofarma injeksi sediaan

600mg 4 ml Dosis pemberian Glutation adalah pemberian sediaan

antioksidan Glutation dalam bentuk suntikan intraperitoneal yang

diberikan 1x sehari dan diberikan 6 jam sebelum pelatihan fisik

berlebih Dosis pemberian Glutation mengacu pada penelitian yang

dilakukan sebelumnya oleh Ji L L yaitu 37mgkgBBhari yang

dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril secara intraperitonial

3 MDA merupakan salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada

membran sel dan merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan

oleh radikal bebas Pengukuran kadar MDA menggunakan metode

Thiobarbituraic Acid Reactive Substances (TBARS) Pembacaan hasil

dengan menggunakan spektrofotometer Satuan MDA dalam mmoll

4 Cahaya suhu dan kelembaban merupakan kondisi lingkungan yang

dialami tikus jantan dewasa Pada penelitian ini kondisi lingkungan

selama percobaan dibuat sama

5 Berat badan tikus adalah berat badan yang ditimbang dengan

timbangan gram

49

6 Umur tikus adalah umur yang ditentukan dengan melihat tanggal

kelahiran yang dicatat pada kandang percobaan

7 Kondisi peneliti yang meliputi kesehatan fisik dan psikis peneliti

Penelitian dilaksanakan saat kondisi peneliti dalam keadaan baik

sehingga pengaruhnya terhadap hasil penelitian dapat diabaikan

45 Bahan dan Alat Penelitian

451 Bahan Penelitian

Glutation injeksi

Tikus jantan

Makanan tikus berupa pellet dan air minum dari air ledeng

Aquades steril

EDTA (Ethylenediamine tetraacetic acid)

Reagensia untuk pengukuran kadar MDA

452 Alat Penelitian

Alat yang dipakai dalam pengambilan data penelitian ini adalah

- Kandang tikus terbuat dari besi yang di dalamnya terdapat sekam dan

botol minuman

- Ember berdiameter 35 cm dan kedalaman air 20 cm

- Stopwatch

- Timbangan

- Spuit injeksi 1 ml

50

- Sarung tangan

- Kapas dan alkohol 70

- Tabung Evendorf

- Mikropipet

- Pipet kapiler

- Sentrifugasi

46 Prosedur Penelitian

1 Tikus jantan dewasa (Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan

berat badan plusmn200gram dilakukan aklimatisasi selama 2 minggu di

tempat penelitian untuk penyesuaian dengan lingkungan

2 Semua sampel tikus diberi perlakuan yang sama yaitu diberikan

pelatihan fisik berlebih dengan cara berenang sampai kelelahan pada

hari ke 7 kedua kelompok tersebut dilakukan pemeriksaan MDA

3 Mulai hari ke 8 ndash 35 sampel tikus yang berjumlah 20 ekor dibagi atas 2

kelompok di mana kelompok 1(kontrol) diberikan pelatihan fisik

berlebih + injeksi aquabidest intraperitoneal enam jam sebelum

perlakuan aktifitas berlebih kelompok ke 2 (perlakuan) diberikan

pelatihan fisik berlebih + injeksi intraperitoneal glutation 37

mgkgBBhari yang sudah dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril

4 Pada hari ke 35 dilakukan pemeriksaan kadar MDA pada masing-

masing tikus setelah bulu tikus kering

51

5 Selama penelitian hewan coba diberikan makanan dan minuman secara

teratur kebersihan dan kenyamanan kandang dijaga

461 Alur Penelitian

TIKUS ADAPTASI 2 MINGGU

PELATIHAN FISIK BERLEBIH 1 MINGGU

MDA

KELOMPOK 1 KELOMPOK 2

PELATIHAN FISIK BERLEBIH PELATIHAN FISIK BERLEBIH

+ AQUABIDEST (28 hari) +GLUTATION 37mgkgBBhari

28 HARI 28 HARI

MDA

Gambar 43 Bagan Alur Penelitian

462 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium

Pemantauan keselamatan tikus jantan (galur Wistar) di laboratorium

(Smith et al1988 Ngatidjan 2006) adalah sebagai berikut

1 Kandang tikus jantan harus cukup kuat tidak mudah rusak teratur dibersihkan

(1x seminggu) mudah dipasang kembali hewan tidak mudah lepas tahan

52

gigitan hewan kelihatan jelas dari luar Alas tempat tidur terbuat dari serbuk

gergaji atau sekam padi agar mudah menyerap air

2 Luas lantai yang memadai untuk tikus jantan dengan berat badan plusmn200 gram

adalah 60cm persegi dan tinggi 20 cm

3 Diciptakan suasana lingkungan yang stabil dan sesuai keperluan fisiologi tikus

jantan di mana kelembaban suhu pertukaran udara yang ekstrim harus

dihindari

4 Hewan coba hendaknya diperlakukan dengan kasih sayang

47 Pengolahan dan Analisis Data

Analisis data yang digunakan adalah

1 Analisis Deskriptif

2 Uji normalitas data dilakukan dengan tes Shapiro-Wilk Distribusi data

normal dengan nilai pgt005

3 Uji homogenitas dilakukan dengan Lavenersquos Test Data dinyatakan

homogen dengan nilai pgt005

4 Karena data berdistribusi normal dan homogen maka untuk uji

komparabilitas dipakai

- Uji t independent untuk membandingkan rerata kadar MDA antar

kelompok

- Uji Paired T- Test untuk membandingkan rerata kadar MDA pre

dan post masing-masing kelompok

- Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau

dinyatakan berbeda bila plt005

53

BAB V

HASIL PENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 20 ekor tikus jantan dewasa

(Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan berat badan plusmn200 gram sebagai

sampelyang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah 10 ekor

yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dankelompok

perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) Dalam penyajian hasil ini diuraikan

uji normalitas data uji homogenitas data uji komparabilitas dan uji efek

perlakuan

51 Uji Normalitas Data

Data Kadar MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan

pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji

Shapiro-Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005)

disajikan pada Tabel 51

53

54

Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing Kelompok Sebelum

dan Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Perlakuan n p Keterangan

Kadar MDA kontrol pre

Kadar MDA perlakuan pre

Kadar MDA kontrol post

Kadar MDA perlakuan post

10

10

10

10

0965

0550

0975

0697

Normal

Normal

Normal

Normal

52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok

Data Kadar MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun

sesudah perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test

Hasilnya menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52

Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA Sebelum dan

Sesudah Perlakuan

Variabel F p Keterangan

Kadar MDA pre

Kadar MDA post

0016

0592

0901

0452

Homogen

Homogen

53 Kadar MDA

531 Uji komparabilitas

Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata kadar MDA

antar kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan

55

glutation Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada

Tabel 53 berikut

Tabel 53

Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata

Kadar MDA

SB T P

Aktivitas berlebih dan

placebo

Aktivitas berlebihdan

glutathion

10

10

518

529

028

029

089 0386

Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok

kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 518028mmoll dan rerata

kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 529029mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 089 dan nilai

p = 0386 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan

berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya tidak berbeda secara

bermakna (p gt 005)

532 Analisis efek perlakuan

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kadar MDA antar

kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation

56

Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54

berikut

Tabel 54 Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata

Kadar MDA

SB T P

Aktivitas berlebih dan

placebo

Aktivitas berlebihdan

glutathion

10

10

778

444

023

017

3672 0001

Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok

kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata

kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 444017mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 3672 dan nilai

p = 0001 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan

berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya berbeda secara

bermakna (p lt 005)

57

Gambar 51 Perbedaan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

533 Analisis Komparasi Sebelum dengan Sesudah Perlakuan

Analisis komparasi diuji berdasarkan rerata kadar MDA antara sebelum

dengan sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation Hasil

analisis kemaknaan dengan uji t-paired disajikan pada Tabel 55 berikut

Tabel 55 Analisis KomparasiKadar MDA antara Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Kelompok Beda Rerata

pre ndash post p Keterangan

Aktivitas berlebih dan placebo

Aktivitas berlebih dan

glutathion

260

085

0001

0001

Meningkat

Menurun

58

Berdasarkan uji t-paired didapatkan bahwa ada penurunan kadar MDA

pada kelompok perlakuan secara bermakna sebesar 085mmoll sedangkan pada

kelompok kontrol mengalami peningkatan secara bermakna sebesar 260mmoll

59

BAB VI

PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian

Untuk menguji efek pemberian glutation terhadap penurunan kadar MDA

maka dilakukan penelitian terhadap 20 ekor tikus jantan dewasa (Galur Wistar)

sebagai sampel yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah

10 ekor yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dan

kelompok perlakuan (pelatihan fisik berlebih dan glutation)

62 Efek Pelatihan Fisik Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA

Hasil penelitian dan analisis data terhadap kadar MDA darah pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji

normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan homogenitas (Levenersquos test) pre-test dan post-

test masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)

Uji perbandingan 1 minggu pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan

injeksi antara kedua kelompok menggunakan uji t-independent Rerata kadar

MDA kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) adalah

518028mmoll dan rerata kelompok pelatihan fisik berlebih dan glutation

adalah 529029mmoll Analisis kemaknaan dengan uji t-independent

menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna kadar MDA darah antara

kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa

kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan injeksi rerata kadar MDAnya tidak

59

60

berbeda secara bermakna

Uji perbandingan setelah pemberian placebo dan glutation antara kedua

kelompok menggunakan t-independent Rerata kadar MDA kelompok kontrol

(aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata kelompok

perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) adalah 444017mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent antara kedua kelompok sesudah diberikan

placebo dan glutation menunjukkan perbedaan kadar MDA secara bermakna

(plt005) Hal ini berarti bahwa kelompok yang diberikan perlakuan berupa

placebo dan glutation 6 jam sebelum diberikan pelatihan fisik berlebih dengan

cara merenangkan selama 60 menit hari selama 35 hari rerata kadar MDA

berbeda secara bermakna Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh

untuk melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam

organ dan pembuluh darah (Giriwijoyo 2004)

Peningkatan kadar MDA sesudah diberikan pelatihan fisik berlebih pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan disebabkan karena pelatihan fisik

berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena terjadi peningkatan konsumsi

oksigen oleh aktifitas otot skeletal Stress oksidatif memicu peningkatan senyawa

oksigen reaktif Pada pelatihan fisik berlebih juga terjadi Reperfusion Injury yang

memicu terjadinya kerusakan jaringan dan peningkatan radikal bebas (Adiputra

2008) Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara menarik elektronnya

sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan sampai kematian sel

(Suryohudoyo 2000)

Pada penelitian ini didapatkan bahwa sesudah diberikan pelatihan fisik

61

berlebih dan placebo terjadi peningkatan kadar MDA sebesar 5024 Kadar

MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel (Winarsi

2007) Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pepe

(2011) bahwa pelatihan fisik berlebih meningkatkan kadar MDA Lebih lanjut

Murray et al (2000) juga menyatakan bahwa pelatihan fisik berlebih merangsang

respon biomarker stres oksidatif Sedangkan pada kelompok perlakuan yang

diberikan aktifitas berlebih dan glutation terjadi penurunan kadar MDA sebesar

1607 Terjadinya penurunan kadar MDA pada kelompok yang diberikan

glutation 6 jam sebelum melakukan pelatihan fisik berlebih disebabkan karena

pemberian antioksidan meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan

cara mendonorkan elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa

oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsi 2007) Glutation merupakan antioksidan

endogen yaitu antioksidan yang dapat disintesa dalam tubuh dari asam amino L-

sistein L-glutamat dan glisin (Cadenas 2002) yang juga sebagai master

antioksidan yaitu antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain

Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan

Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik (Hersh 2004) Glutation

merupakan salah satu antioksidan yang tidak dapat menjadi pro oksidan (Cadenas

2002) Normalnya sekali suatu antioksidan memakan radikal bebas antioksidan

ini menjadi teroksidasi sendiri dan menyerang sel yang sehat yang disebut

sebagai pro oksidan Glutation dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang

teroksidasi tersebut menjadi bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali

dalam memakan radikal bebas (Sellman 2009) Sehingga dengan demikian

62

glutation dapat membantu dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Urso

(2003) bahwa suplementasi antioksidan dapat mengatasi kondisi stress oksidatif

yang terjadi pelatihan fisik berlebih

Uji perbandingan antara data MDA pre dan post masing-masing kelompok

digunakan uji t-paired test Berdasarkan uji ini didapatkan hasil pada kelompok

perlakuan terjadi penurunan kadar MDA secara bermakna sebesar 085 mmollt

sedangkan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan kadar MDA secara

bermakna sebesar 260mmollt Terjadi penurunan kadar MDA pada kelompok

perlakuan menunjukkan pemberian antioksidan Glutation intraperitoneal dosis

37mgkgBBhari dapat mengatasi kondisi stress oksidatif yang terjadi pada

pelatihan fisik berlebih Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh

Urso (2003)

63

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

71 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan sebagai

berikut Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA

tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

72 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah

1 Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja glutation

yang lebih detail

2 Memperhatikan takaran latihan supaya tidak berlebihan yang justru akan

meningkatkan kerusakan sel

3 Perlu dilakukan uji klinis pada manusia

63

64

DAFTAR PUSTAKA

Adiputra N 2008Kesehatan Olah Raga Available from httpwwwbalihesgorgindexphpoption=com Accessed 2011 Oct 5th

Anonim 2011 Glutathione Available at

httpenwikipediaorgwikiGlutathione Accessed 2011 Oct 5th Anonim 2011 Overtraining Available at

httpwwwmarksdailyapplecomovertraining Accessed 2011 Oct5th

Asikin N 2001Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan InKursus Penyegaran dan Pelatihan Radikal bebas dan Antioksidan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta Fakultas Kedokteran UI

Bagiada NA 2001 Proses Penuaan dan Penanggulangannya Denpasar

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hal 22 Banerjee AK Mandal A Chanda D Chahraboti S 2003 Oxidant

Antioxidant and Physical ExerciseAvailable from httpwwwncbinlmnihgovpubmed14619981 accesed 2011 Sept 2nd

Binekada MC 2002 ldquoPelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Konsentrasi dan

Motilitas Spermatozoa Mencitrdquo(tesis) Denpasar Universitas Udayana

Cadenas E Jones PD 2002Bioavailability of Glutathione In Cadenas E

Packer L editorsHandbook of Antioxidants2nd Ed New York Marcel DekkerInc p549-564

Catala A 2006Lipid PeroxidationInt J Biochem Cell Biol 38 1482-1495 Dalle-DonneI Rossi R ColomboR Giustarini D Milzani

A2006Biomarkers of Oxidative Damage in Human Disease Available from httpwwwredorbitcomnewsscience473334biomarkersof oxidative damage in human diseaseindexhtmlaccessed2011 Sept 5th

Fouad T 2007 Free radicals Types Sources and Damaging Reaction

Relations Available from

64

65

wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th

Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th

Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112

Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors

ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their

Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69

Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan

Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th

Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz

R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155

Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester

Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th

Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala

T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200

Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and

Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders

66

Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana

LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia

Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647

Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from

httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit

Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK

Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620

Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji

Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah

Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009

Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan

Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132

Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde

Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521

Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley

Medical Publicationsp 123-141

Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI

Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable

from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer

67

Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole

Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam

Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI

Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam

Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya

Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan

Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47

Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant

Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th

Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan

Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105

68

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965

Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975

Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753

Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

69

Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan

Group Statistics

Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887

Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215

Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260

Perlakuan 10 42500 23348 07383

Independent Samples Test

Levenes Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df

Sig (2-

tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence Interval of the

Difference Lower Upper

Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428

Equal variances not assumed

-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429

Post1

Equal variances assumed 592 452 367

22 18 000 333700 09087 314608 352792

Equal variances not assumed

36722 16855 000 333700 09087 314515 352885

Post2

Equal variances assumed 906 354 264

19 18 000 239500 09066 220454 258546

Equal variances not assumed

26419 16265 000 239500 09066 220307 258693

70

Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis

(Laurence amp Bacharach 1964)

2g mencit 20g tikus 400g marmot

l5Kg kelinci

20Kg kucing

40Kg kera

120Kg anjing

70Kg manusia

20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879

200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560

400 g marmot

008 057 10 225 24 52 102 315

l5Kg kelinci

004 025 044 10 106 24 45 142

20Kg kucing

003 023 042 092 10 22 41 130

40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61

120Kg anjing

0008 006 010 0022 024 052 10 31

70Kg manusia

00026 0018 0031 007 0013 016 032 10

71

Lampiran 4

Foto Penelitian

Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)

72

Lampiran 5

Data Hasil Penelitian

Kelompok Kontrol

Pre test Post test Pre test Post Test

752 647 769 694

779 670 773 664

745 660 803 653

769 643 817 677

783 653

786 684

Kelompok Perlakuan

Pre Test Post test

412 391

436 412

442 425

425 401

453 436

466 442

432 405

456 432

470 453

476 463

Page 20: PEMBERIAN INJEKSI GLUTATION INTRAPERITONEAL

2

Teknologi yang berkembang dengan pesatnya memberikan kita banyak

fasilitas kemudahan dalam menjalani hidup kita Akhirnya dalam apapun yang

akan kita perbuat atau lakukan kita selalu dihadapkan pada 2 pilihan mau yang

mudah atau yang sulit Menjamurnya makanan instant fast food yang disebut

juga makanan junk food karena memang tidak kurang kandungan gizi yang kita

perlukan Makanan ini tidak mengandung nilai gizi hanya mementingkan rasa

yang penting enak gurih karena banyak mengandung lemak tinggi karbohidrat

dan cepat saji karena semakin sibuknya manusia Selain itu karena kesibukan

kita menjadi kurang sekali dalam berolahraga selain kesibukan juga sudah lelah

Akibatnya kita menjadi gemuk semakin gemuk semakin malas beraktifitas

semakin mudah lelah yang lama kelamaan menjadi kelelahan kronis depresi

mudah muncul

Gaya hidup manusia yang mempunyai tingkat stress yang tinggi ditambah

kurangnya aktifitas berolahraga meningkatkan resiko timbulnya penyakit jantung

low back pain adult-onset diabetes obesity yang disebut hypokinetic diseases

(Sharkey 2003 ) Meningkatnya insidensi kelebihan berat badan menjadi masalah

kesehatan di seluruh dunia termasuk di Indonesia (Misnadiarly 2007) Kelebihan

berat badan menyebabkan terjadinya penumpukan lemak yang berlebihan dalam

tubuh dan berpotensi memicu banyak penyakit yang mematikan Beberapa

penyakit tersebut dikategorikan sebagai penyakit yang terjadi karena metabolism

yang melambat dan penumpukan lemak sering disebut sebagai Sindroma

Metabolik(hipertensi hiperlipidemia diabetes mellitus) Sebaliknya sebuah gaya

3

hidup yang sehat dan seimbang memainkan peranan yang besar dalam mencegah

banyak penyakit yang berhubungan dengan gaya hidup

Pada sisi lain manusia juga selalu dituntut untuk memiliki tubuh sehat

penampilan yang menarik Masalah muncul pada saat manusia memilih jalan

pintas berolahraga berlebihan (overtraining) diet ketat berlebihan

mengkonsumsi obat-obatan penekan nafsu makan obat-obat pembakar lemak

suplemen secara berlebihan dan tanpa informasi yang benar tanpa pengawasan

dokter dengan tujuan untuk memperoleh tubuh ramping dalam waktu secepatnya

Bukan tubuh sehat yang didapat tetapi malah menjadi sakit yang tidak mustahil

dapat mengarah ke kematian

Tubuh sehat ideal dalam arti tidak mudah sakit mempunyai hidup yang

berkualitas penampilan yang prima dan mempunyai postur tubuh yang

proporsional (Misnadiarly 2007) Gaya hidup yang sehat seimbang adalah kunci

untuk mencapai kesehatan dan bentuk badan yang lebih bagus dan hanya akan

tercapai melalui aktifitas olahraga pengaturan pola makan istirahat yang teratur

dan proporsional

Olahraga yang berlebihan tidak memberikan efek yang baik untuk tubuh

tetapi latihan yang tepat meningkatkan kebugaran aerobik Frekuensi yang lebih

sering durasi yang lebih panjang intensitas yang meningkat meningkatkan

kebugaran fisik Hal yang penting kita harus memperhatikan waktu pemulihan

Apabila tubuh tidak mempunyai cukup waktu untuk pemulihan bukan

meningkatkan kebugaran tetapi malah menimbulkan cedera atau penyakit melalui

supresi sistem kekebalan (Sharkey 2003) Olahraga yang teratur dapat

4

meningkatkan produksi molekul anti oksidan endogen termasuk glutathioneurate

coenzyme Q10 (Cadenas 2002) Dengan meningkatnya kadar antioksidan

endogen maka kadar MDA tubuh akan menurun

Teori Radikal Bebas menjelaskan bahwa radikal bebas merusak sel-sel

tubuh manusia (Goldmanamp Klatz 2003) Pelatihan fisik berlebih menyebabkan

terbentuknya radikal bebas Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara

menarik elektronnya sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan

sampai kematian sel (Suryohudoyo 2000) Pelatihan fisik berlebih menyebabkan

penuaan terjadi lebih cepat

Gaya hidup yang tidak sehat meningkatkan produksi radikal bebas

Beruntung tubuh mempunyai mekanisme pertahanan melawan oksidasi yang

terjadi tersebut Tubuh memproduksi enzim dan molekul khusus yang dapat

menangkap dan melenyapkan radikal bebas (superoksid dismutase katalase

glutation alfa lipoic acid CoQ10) yang disebut juga antioksidan endogen dan

yang berasal dari makanan seperti vitamin C dan E beta karoten polifenol

selenium seng (antioksidan esensial) yang disebut juga antioksidan eksogen

Antioksidan endogen maupun eksogen sangat penting buat tubuh karena

mampu meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan cara menangkap

dan mengeliminirnya Antioksidan eksogen efektif diperlukan untuk mencegah

terjadinya stress oksidatif Antioksidan endogen merupakan mekanisme

pertahanan preventif dengan cara memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal

bebas atau dengan cara menangkapnya (Winarsi 2007)

5

Bila jumlah antioksidan lebih sedikit dibanding jumlah radikal bebas

terjadi gangguan keseimbangan yang disebut redox state (Cadenas 2002) Dalam

kondisi seperti ini semakin banyak molekul normal yang ditarik elektronnya

molekul menjadi tidak stabil molekul ini akan merusak molekul sehat lainnya

sehingga terjadilah penyakit (Winarsi 2007)

Pemberian antioksidan yang cukup dan optimal dapat meningkatkan

kebugaran meningkatkan kemampuan tubuh dalam melakukan pelatihan fisik

menurunkan kadar stress oksidatif dalam tubuh mencegah terjadinya penuaan

dini (Pangkahila 2007) Antioksidan bekerja dengan cara mendonorkan satu

elektronnya ke molekul yang kehilangan elektronnya (radikal bebas) sehingga

membentuk radikal bebas tidak reaktif relatif stabil proses kerusakan sel dapat

dihambat

Ada beberapa macam antioksidan salah satunya adalah Glutation

Glutation merupakan antioksidan endogen yaitu antioksidan yang dapat dibuat

oleh tubuh kita sendiri Glutation juga dikenal sebagai master antioksidan

antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain (Goldman 2003)

Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan

Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik Normalnya sekali suatu

antioksidan memakan radikal bebas antioksidan ini menjadi teroksidasi sendiri

dan menyerang sel yang sehat yang disebut sebagai pro oksidan Glutation

dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang teroksidasi tersebut menjadi

bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali dalam memakan radikal bebas

(Sellman 2009) Sehingga dengan pengertian di atas glutation dapat membantu

6

dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh kita lebih banyak

dibandingkan dengan antioksidan lain

MDA adalah metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas

Kadar MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel

Apabila terdapat antioksidan yang tinggi dalam tubuh maka kadar MDA akan

menurun (Winarsi 2007)

Pelatihan fisik berlebih akan menyebabkan meningkatnya kerusakan

oksidatif Glutation menghambat kerusakan oksidatif Parameter yang digunakan

dalam penelitian ini adalah produk peroksidase lipid yaitu malondialdehid (MDA)

menurut metoda Willis

12 Rumusan Masalah

Apakah pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan

kadar MDA tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

13 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat

menurunkan kadar MDA pada tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

14 Manfaat Penelitian

141 Manfaat Keilmuan

Dapat menambah pengetahuan bahwa olahraga berlebih meningkatkan

MDA pemberian antioksidan Glutation dalam upaya mencegah terjadinya stress

7

oksidatif berkelanjutan yang dapat menjadi salah satu penyebab proses penuaan

penyakit metabolisme dan kemungkinan dapat dipergunakan sebagai dasar untuk

dilakukan penelitian lebih lanjut

142 Manfaat Praktis

Pengetahuan tersebut dapat memberikan manfaat kepada masyarakat luas

untuk lebih bijaksana dalam mengkonsumsi antioksidan dan dalam melakukan

pelatihan fisik

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

21 Penuaan

Penuaan sampai saat ini masih dianggap sebagai sesuatu yang alamiah

terjadi demikian juga penyakit yang muncul pada masa tuaSeseorang yang

berumur 50 tahun dengan penyakit Diabetes Mellitus dipandang sebagai sesuatu

yang umum karena memang sudah tua Sejak tahun 1950 penelitian penyebab

penuaan mulai diteliti faktor-faktor penyebab yang mempengaruhi kualitas hidup

sehingga meskipun usia bertambah tua tetapi tetap berkualitas Beberapa cara

modifikasi gaya hidup terus dilakukan untuk mencapai kualitas hidup yang lebih

baik seperti mengatur pola makan pola tidur pola olahraga pola hidup untuk

mencapai kualitas hidup yang baik di usia lanjutPenelitian memberi kesimpulan

bahwa pemberdayaan diri membudayakan pola hidup sehat dapat meningkatkan

kualitas hidup seseorang (Franklin 2009)

Dewasa ini seiring dengan percepatan perubahan teknologi meningkatnya

persaingan hidup orang berlomba-lomba mengkonsumsi produk dan berbagai

metode yang mengklaim bisa menghambat penuaan atau bersifat Anti Aging Ilmu

Kedokteran Anti Penuaan memberikan paradigma baru dalam menangani proses

penuaan Ilmu Kedokteran Anti Penuaan ini menjanjikan dapat memberikan solusi

untuk mengatasi ketidakmampuan penyakit nyeri deformitas dan kesedihan di

masa tua dengan cara meningkatkan kualitas hidup masa tua (Goldman dan Klatz

8

9

2003) Menurut Pangkahila penuaan bisa dicegah diobati dan bahkan dapat

dikembalikan ke keadaan semula (Pangkahila 2007)

Proses penuaan dapat dijelaskan dalam empat teori utama yang walaupun

tidak dapat menjelaskan dengan lengkap tetapi teori tersebut melengkapi satu

dengan yang lain

211 Teori Wear and Tear

Teori ini diperkenalkan pertama kali oleh Dr August Weisman seorang

ahli biologi dari Jerman pada tahun 1882 Teori ini menyatakan bahwa tubuh dan

sel akan rusak karena penggunaan dan disalahgunakan baik penggunaan secara

alami apalagi penyalahgunaan Kerusakan terjadi dalam sel sampai organ Pada

usia muda kerusakan yang terjadi dapat diatasi dikompensasi karena sistem

perbaikan dan pemeliharan yang masih baik tetapi seiring dengan bertambahnya

umur tubuh mulai kehilangan kemampuan tersebut Teori ini juga meyakini

pemberian suplemen dan merangsang kemampuan tubuh untuk melakukan

perbaikan dan mempertahankan organ tubuh dan sel

212 Teori Radikal Bebas

Teori ini diperkenalkan oleh Dr Denham Harman pada tahun 1956

Radikal Bebas adalah molekul tidak stabil yang sangat reaktif karena mempunyai

elektron tidak berpasangan pada orbit luarnya dapat bereaksi dengan molekul

lain menimbulkan reaksi berantai yang sangat destruktif (Goldman dan Klatz

2003)

10

Radikal Bebas dihasilkan dari pembakaran gula dan lemak yang kita

konsumsi untuk memberikan energi pada tubuh kita Radikal bebas merusak

membran sel kode DNA enzim protein dan akhirnya terjadi kerusakan pada

seluruh organ Kerusakan terjadi mulai dari lahir dan terus berlanjut hingga

meninggal Pada usia muda dampak penggantian sel yang masih berfungsi baik

Seiring dengan usia bertambah akumulasi kerusakan akibat radikal bebas akan

mengganggu metabolisme sel terjadilah mutasi sel yang mengakibatkan

timbulnya kanker dan kematian

Age Spot merupakan salah satu bentuk kerusakan pada membrane sel

yang disebabkan oleh Radikal Bebas Kerusakan membran ini menghasilkan

produk sisa yang dikenal sebagai lipofuscin Jumlah lipofuscin yang tinggi dalam

tubuh memberikan warna gelap pada daerah tertentu yang disebut Age spot

Lipofuscins mengganggu sintesis DNA dan RNA mempengaruhi sintesis protein

(menurunkan energi dan menghambat pembentukan massa otot) merusak enzim

seluler yang diperlukan untuk proses kimia vital dalam tubuh (Goldman dan

Klatz 2003)

Radikal bebas mempengaruhi peroksidasi lipid yang menyebabkan

produksi MDA (malondialdehyde) yang mengikat protein dan menyebabkan

gangguan fungsi biologik protein tersebut Radikal Bebas berkaitan dengan

penyakit usia lanjut seperti aterosklerosis Parkinson penyakit Alzheimer dan

gangguan fungsi kekebalan tubuh (Pangkahila 2007)

11

213 Teori Kontrol Genetika

Teori terfokus pada kode genetik yang ada dalam DNA meskipun seluruh

aspek diwariskan dalam gen tiap individu waktu jam biologis tergantung pada

pola hidup penuaan masing-masing individu Tiap individu memiliki jam biologis

yang telah diatur waktunya Berhentinya jam biologis menandakan proses

penuaan dan meninggal (Goldman dan Klatz 2003)

Ilmu Kedokteran Anti Penuaan melakukan upaya mencegah dan

memperbaiki kerusakan yang terjadiTerapi Gen diharapkan dapat memberikan

solusi dalam menghadapi takdir genetika terhadap beberapa penyakit keturunan

214 Teori Neuroendokrin

Teori yang menyangkut peranan berbagai hormon bagi fungsi organ tubuh

diperkenalkan oleh Vladimir DilmanPhD

Hormon mengatur dan memperbaiki fungsi tubuh Pada usia muda

berbagai hormone masih berfungsi baik dalam mengendalikan berbagai fungsi

organ tubuh Ketika manusia menjadi tua produksi hormon menurun fungsi

tubuh menjadi terganggu Contoh Growth Hormone yang membantu

pembentukan massa otot testosteron dan hormone tiroid akan menurun tajam

pada usia tua Ditandai dengan rasio lemak dan otot yang meningkat Terapi sulih

hormone dapat membantu masalah tersebut dan mengembalikan fungsi hormone

tubuh sehingga memperlambat proses penuaan

12

22 Radikal Bebas

221 Definisi Radikal Bebas

Radikal bebas adalah molekul (kumpulan atom) yang memiliki elektron

yang tidak berpasangan Oksidan adalah senyawa penerima elektron yaitu

senyawa yang dapat menarik elektron Kedua jenis senyawa ini memiliki aktifitas

yang sama dan memberikan akibat yang hampir sama tetapi dengan proses yang

berbeda (Winarsi 2007) Radikal Bebas digolongkan dalam oksidan namun tidak

setiap oksidan adalah radikal bebas (Suryohudoyo 2000)

Sumber oksidan berasal dari

Tubuh sendiri yaitu berasal dari proses fisiologis namun oleh suatu sebab

jumlahnya menjadi banyak

Proses peradangan

Luar tubuh seperti polutan obat-obatan

Radikal bebas lebih berbahaya dibanding senyawa oksidan non radikal

222 Tahapan Terbentuknya Radikal Bebas dan Sifatnya

Tahapan terbentuknya radikal bebas terjadi melalui sederetan mekanisme

reaksi

1 Tahap Inisiasi yaitu tahap yang menyebabkan terbentuknya radikal bebas

Cu

RH + O2 R + H2O

2 Tahap Propagasi yaitu tahap dimana radikal bebas cenderung bertambah

banyak dengan membuat reaksi rantai dengan molekul lipid lain

13

R + O2 RO2

RO2 + RH R + ROOH

3 Tahap Terminasi yaitu apabila terjadi reaksi antara radikal bebas dengan

radikal bebas lain atau antara radikal bebas dengan suatu senyawa pembasmi

radikal bebas (scavenger)

R1 + R2 R 1 R 2

Reduksi oksigen memerlukan pengalihan empat electron (electrotransfer)

Pengalihan ini tidak dapat sekaligus tetapi dalam empat tahapan yang setiap

tahapan hanya melibatkan pengalihan satu elektron Kendala yang mengharuskan

oksigen hanya dapat menerima satu elektron setiap tahap menyebabkan

terjadinya dua hal yaitu kurang reaktifnya oksigen dan terbentuknya senyawa-

senyawa oksigen reaktif seperti O2 (radikal superoksida) H2O2 (hydrogen

peroksida) OOH (radikal peroksil) dan OH (radikal hidroksil)

Radikal Bebas memiliki 2 sifat yaitu

1 Reaktifitas tinggi karena cenderung menarik elektron

2 Mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal

Elektron dari Radikal Bebas berikatan dengan senyawa yang berikatan

kovalen seperti lipid protein dan DNA akan sangat berbahaya karena ikatan

digunakan bersama-sama pada orbit luarnya Dibanding senyawa oksigen reaktif

radikal hidroksil merupakan senyawa yang paling berbahaya karena reaktifitasnya

yang sangat tinggi

Radikal hidroksil dapat merusak 3 jenis senyawa penting yang berfungsi

untuk mempetahankan integritas sel yaitu

14

1 Asam lemak tak jenuh yang merupakan komponen penting fosfolipid

penyusun membran

2 DNA pembawa genetik sel

3 Protein memegang berbagai peran penting seperti enzim reseptor antibodi

sitoskeleton

Dari ketiga senyawa tersebut yang paling rentan adalah senyawa asam

lemak tak jenuh ganda pada membran sel yang mengakibatkan rapuhnya dinding

sel Senyawa oksigen reaktif ini juga merusak dinding bagian dalam pembuluh

darah sehingga mengakibatkan pengendapan koleserol dan menyebabkan

aterosklerosis Apabila senyawa oksigen reaktif ini merusak basa DNA akan

terjadi kekacauan sistem info genetika berlanjut pada pembentukan sel kanker

Jaringan lipid yang rusak memicu munculnya penyakit degeneratif

Fosfolipid glikolipid dan kolesterol merupakan komponen terpenting

membran sel Komponen fosfolipid dan glikolipid mengandung asam lemak tak

jenuh (asam linoleat linolenat arakidonat) sangat rawan terhadap serangan

radikal hidroksil yang dapat menimbulkan reaksi rantai yang dikenal sebagai

Lipid peroxidation

Peroksidase lipid

LH + OH --- H + H2O

Asam lemak Radikal Bebas

L + O2 -- LOO

Radikal peroksilipid

LOO + LH --- L + L OOH dan seterusnya

15

Hasil akhir dari proses ini adalah terputusnya rantai asam lemak menjadi

berbagai senyawa yang bersifat toksik terhadap sel antara lain berbagai macam

aldehid seperti Malondealdehyde (MDA)

223 Peranan Radikal Bebas dalam proses penuaan

Pada usia muda keseimbangan antara radikal bebas dan pertahanan

antioksidan berfungsi dengan baik seiring dengan pertambahan usia

keseimbangan terganggu karena cadangan antioksidan berkurang dan radikal

bebas berlebih (Saxena dan Lan 2006)

Akibat ketidakseimbangan ini terjadi kerusakan oksidatif (Arief 2010)

Kerusakan ini disebabkan oleh radikal bebas dan merusak 3 komponen utama

yang mempertahankan integritas sel seperti fosfolipid (penyusun membrane sel)

DNA (perangkat genetik) protein (enzim reseptor antibodi) (Fouad 2007)

Ketidakseimbangan antara antioksidan dan senyawa oksigen reaktif

menghasilkan stress oksidatif penyebab kanker penuaan aterosklerosis cedera

iskemik peradangan dan penyakit degeneratif (Parkinson Alzheimer)

(Pangkahila 2007)

23 Stress Oksidatif

231 Keadaan yang menyebabkan stress oksidatif

Pada saat jumlah antioksidan tubuh kurang dari yang diperlukan untuk

meredam efek buruk dari radikal bebas keadaan ini disebut Stress oksidatif Bila

terjadi dalam waktu yang lama akan terjadi penumpukan hasil kerusakan

16

oksidatif di dalam sel dan jaringan yang mengakibatkan hilangnya fungsi sel

jaringan dan akhirnya mati Hal ini merupakan penyebab utama proses penuaan

(Bagiada 2001)

Keadaan yang menyebabkan Stress Oksidatif ini salah satunya adalah

pelatihan fisik berat atau berlebih (Hersh 2004) Stress oksidatif dapat

dikendalikan antara lain dengan membiasakan untuk menerapkan pola hidup sehat

dan mengkonsumsi antioksidan diharapkan akan memacu kerja antioksidan

dalam tubuh

MDA merupakan hasil dari proses peroksidasi lipid meningkatnya MDA

menunjukkan adanya suatu kondisi Stress Oksidatif menurunnya MDA

menunjukkan adanya perbaikan dari kondisi Stress tersebut sehingga MDA dapat

dipakai sebagai biomarker Stress oksidatif

24 Pelatihan Fisik

241 Olahraga

Pelatihan fisik atau olahraga merupakan satu kegiatan yang penting bagi

kehidupan manusia Olahraga merupakan alternatif kegiatan yang dapat

meningkatkan derajat kebugaran fisik seseorang apabila dilakukan dengan dosis

takaran yang benar Menurut Sharkey olahraga dapat meningkatkan pengeluaran

energi dan tingkat pengeluaran tersebut berkaitan dengan intensitas dan durasi

aktifitas yang dilakukan (Sharkey 2003) Latihan fisik atau olahraga yang

memperhatikan frekuensi intensitas tipe dan waktu mendukung dalam

mendapatkan hasil yang maksimal dan menurunkan resiko cedera Latihan fisik

17

yang benar memberikan dampak perbaikan pada sistem fungsional paru dan

jantung sehingga terjadi hipertropi otot jantung penurunan detak jantung

istirahat peningkatan stroke volume peningkatan volume darah dan hemoglobin

menambah jumlah pembuluh darah kapiler serta berfungsi dalam proses

pembakaran energi (Fox 1998) Frekuensi latihan yang dianjurkan adalah 3-4x

seminggu dengan intensitas 72-87 dari denyut jantung maksimal (220-umur)

dengan variasi 10 denyut per menitTipe latihan yang dianjurkan adalah

pemanasan 15 menit kombinasi latihan aerobik dan latihan otot dalam waktu 30-

60 menit diakhiri pendinginan 10 menit (Pangkahila 2009)

Sumber energi yang dibutuhkan untuk pelatihan fisik aerobik yang

dominan didapat dari pembakaran simpanan karbohidrat lemak dan sebagian

kecil (5) dari pemecahan simpanan protein yang terdapat di dalam tubuh untuk

menghasilkan ATP (adenosine triphospate) ATP yang terdapat dalam jaringan

otot terbatas kebutuhan ATP dipertahankan oleh creatinin phosphate (CP) dan

glikogen yang tersimpan dalam otot (Hernawati 2009) Terdapat 3 jalur untuk

memberikan ATP tambahan sesuai yang dibutuhkan selama kontraksi otot

meliputi 1 Pemindahan fosfat berenergi tinggi dari kreatinin fosfat ke ADP 2)

Fosforilasi oksidatif (siklus asam sitrat dari sistem transportasi elektron) 3)

glikolisis (Sherwood 2001) Sedangkan pada aktifitas yang bersifat anaerobik

energi diperoleh dari hidrolisis phosphocreatine serta melalui glikolisis glukosa

secara anaerobik Proses ini dapat terjadi tanpa adanya oksigen (O2) Metabolisme

anaerobik ini menghasilkan asam laktat yang apabila terakumulasi dapat

menyebabkan rasa nyeri pada otot menimbulkan stress fisik Hal ini

18

menyebabkan latihan aerobik terasa lebih menyenangkan (Hernawati 2009)

Metabolisme aerobik jauh lebih efisien daripada anaerobik karena menghasilkan

38 molekul ATP per molekul glukosa versus hanya 2 molekul melalui jalur

anaerob

Pelatihan fisik atau olahraga yang teratur selain memberikan manfaat

perbaikan pada mental fisik dan fisiologis juga mempengaruhi hormon tubuh

kita antara lain (Sharkey2003)

1 Growth Hormone

Stimulasi sintesis protein (muscle tone development) dan kekuatan tulang

tendon ligament dan tulang rawan Penurunan penggunaan glukosa dan

peningkatan penggunaan lemak sebagai bahan bakar selama olahraga

Membantu mengurangi lemak tubuh dan mempertahankan glukosa darah pada

level normal sehingga membantu melakukan olahraga selama periode waktu

yang lebih lama Dilepaskannya Growth Hormone oleh kelenjar pituitari di

otak meningkat dengan meningkatnya waktu latihan aerobik

2 Endorphins

Opioid endogen dari kelenjar pituitary yang memblok rasa sakit menurunkan

nafsu makan membuat perasaan senang mengurangi tekanan dan kecemasan

Pada saat olahraga endorfin dalam darah meningkat sampai lima kali selama

aktifitas olahraga lebih dari 30 menit Endorfin membuat kita dapat melakukan

aktifitas latihan menjadi lebih tahan lama

19

3 Testosteron

Hormon yang penting untuk wanita dan pria dalam mempertahankan tonus

volume kekuatan otot meningkatkan angka rata metabolisme basal

menurunkan lemak tubuh dan merasa lebih percaya diri Diproduksi oleh

ovarium pada wanita dan testis pada laki-laki Testosteron pada wanita hanya

sepersepuluh kadar testosteron pada laki-laki Pada wanita testosteron

berperan pada pengaturan libido dan orgasme Produksi pada wanita menurun

saat menjelang menopause sedangkan pada pria pada usia memasuki usia 40

tahun Kadar testosteron darah mulai meningkat setelah 20 menit olahraga

baik pada wanita maupun pria dan tetap tinggi sampai 1-3 jam setelah

olahraga

4 Estrogen

Estrogen secara biologis aktif adalah 17 beta estradiol meningkatkan

pemecahan lemak dari lemak tubuh sehingga dapat digunakan sebagai sumber

tenaga meningkatkan rata-rata metabolisme basal meningkatkan mood

meningkatkan libido Hormon ini disekresi oleh ovarium meningkat saat

olahraga dan tetap meningkat sampai 1-4 jam setelah olahraga

5 Thyroxine (T4)

Hormon yang diproduksi oleh kelenjar tiroid meningkatkan metabolisme

hampir semua sel dalam tubuh Peningkatan metabolisme ini membantu kita

merasa lebih energik dan juga menyimpan kalori penting untuk penurunan

berat badan Kadar tiroksin dalam darah meningkat sekitar 30 selama

20

olahraga dan tetap meningkat sampai beberapa jam sesudahnya Olahraga

yang teratur juga meningkatkan level tiroksin saat istirahat

6 Epinephrine

Hormon yang diproduksi oleh medulla adrenal yang meningkatkan jumlah

darah yang dipompa oleh jantung dan mengarahkan aliran darah ke tempat

yang diharapkan Stimulasi pemecahan glikogen (karbohidrat yang disimpan)

dalam otot yang aktif dan hati untuk digunakan sebagai sumber tenaga

Menstimulasi pemecahan lemak (lemak yang disimpan dalam otot yang aktif)

dan digunakan sebagai sumber tenaga Sejumlah epinefrin yang dilepaskan

berhubungan dengan intensitas dan durasi latihan

7 Insulin adrenalin

Hormon yang penting dalam mengatur gula darah dan asam lemak (lemak)

dan asam amino (protein) dalam sel Sekresi insulin oleh pancreas meningkat

sehubungan dengan respon meningkatnya kadar gula darah dan protein yang

biasa terjadi setelah makan Semakin banyak gula sederhana yang dikonsumsi

semakin tinggi respon insulin Meningkatnya insulin menyebabkan produksi

lemak sehingga insulin sering disebut sebagai hormon lemak atau fat

hormone Pada orang dengan berat badan berlebih terjadi resistensi insulin

sehingga diperlukan insulin dalan jumlah yang lebih besar untuk didapatkan

efek yang sama sehingga didapatkan kadar insulin darah yang lebih tinggi dan

latihan aerobik setiap hari Kadar insulin darah mulai menurun 10 menit saat

olahraga dan terus menurun sekitar 70 menit olahraga Olahraga yang teratur

juga meningkatkan sensitivitas sel terhadap insulin dalam keadaan istirahat

21

8 Glucagon

Hormon yang diproduksi oleh pankreas tugasnya meningkatkan kadar gula

darah Saat gula darah rendah glukagon disekresi dan menyebabkan simpanan

karbohidrat di dalam hati dilepaskan ke aliran darah untuk meningkatkan

kadar gula mencapai kadar normal Glukagon juga menyebabkan

dipecahkannya lemak sehingga dapat digunakan sebagai bahan bakar atau

sumber tenaga Glukagon mulai disekresi pada 30 menit awal olahraga ketika

gula darah mulai menurun

242 Pelatihan Fisik Berlebih

Pelatihan fisik berlebih menimbulkan gangguan pada sistem endokrin

terjadi peningkatan kadar kortisol dan penurunan kadar testosteron (Maffetone

2007) peningkatan ACTH penurunan LH plasma

Sindrom pelatihan fisik berlebih dalam jangka panjang mengakibatkan

terjadinya inflamasi infeksi yang lebih lanjut dapat mempengaruhi kesehatan

secara umum Aktifitas berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena

terjadi peningkatan konsumsi O2 oleh aktifitas otot skeletal Meskipun oksigen

dibutuhkan oksigen juga bersifat toksik yang dapat memicu peningkatan ROS

Pada organ yang tidak mendapat oksigen dan nutrisi yang cukup akan

menimbulkan keadaan iskemik dan kerusakan mikrovaskular Keadaan ini disebut

sebagai Reperfusion Injury yang memicu terjadinya kerusakan jaringan dan

peningkatan Radikal Bebas

22

Pelatihan fisik berlebih meningkatkan terbentuknya Radikal Bebas

(Adiputra 2008) Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh untuk

melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam organ dan

pembuluh darah (Giriwijoyo 2004) Apabila berlebih menyebabkan kerusakan

sel dengan 3 cara (Kumar et al2005 Ebenhardt 2001)

1 Kerusakan DNA mengakibatkan mutasi DNA bahkan kematian sel

2 Peroksidasi lipid membrane sel dan sitosol menyebabkan terjadinya proses

reduksi asam lemak sehingga mengakibatkan kerusakan membran dan organel

sel

3 Modifikasi protein teroksidasi oleh karena cross linking protein

Bila radikal bebas bertemu dengan asam lemak tak jenuh ganda daalam

membrane sel terjadi reaksi peroksidasi lipid membran sel menyebabkan

peningkatan fluiditas membran gangguan integritas membran dan inaktivasi

ikatan membran dengan enzim dan reseptor Tahap akhir dibebaskan aldehyde

seperti malondealdehyde pentane etana conjugated diane yang bersifat merusak

tubuh (Murray et al2000)

Pelatihan fisik berlebih menyebabkan terjadinya peningkatan lekosit atau

lekositosis peningkatan isoprostan dalam urin protein carbonil (73) catalase

(96) glutation peroksidase serta glutation teroksidasi (25) Dapat

disimpulkan pelatihan fisik berlebih merangsang respon biomarker stres oksidatif

(Murray et al 2000) Proses penuaan mengakibatkan penurunan sistem imun

sehingga meningkatkan resiko infeksi Menurut teori aktifitas sedang dapat

menangkal efek proses penuaan yang diakibatkan penurunan sistem imun Studi

23

yang dilakukan Shepard dan Shek menunjukkan bahwa aktifitas sedang dapat

ditoleransi dengan baik oleh individu lanjut usia dan menunjukkan penurunan

stimulasi proliferasi limfosit

Gejala ndash gejala yang dirasakan apabila melakukan pelatihan fisik berlebih

(overtraining) (Maffetone 2007)

1 Sering mengalami kegagalan dalam melakukan latihan yang biasanya kita

lakukan Kondisi fisik menjadi semakin lemah dan semakin lambat terjadi

kemunduran

2 Kehilangan otot dan terjadi penimbunan lemak Latihan fisik berlebih

meyebabkan rasio testosteron kortisol yang seharusnya positif yang berarti

lebih banyak otot dan lebih sedikit lemak menjadi negatif yang berarti cortisol

lebih tinggi dibanding testosteron yang berarti terjadi peningkatan resistensi

insulin dan penimbunan lemak

3 Merasa lemas mudah tersinggung sulit tidur

4 Persendian tulang dan anggota tubuh terasa sakit

Terjadinya DOMS (delayed onset muscle soreness) menunjukkan teknik

latihan yang salah atau postur saat latihan yang tidak tepat DOMS merupakan

respon alami yang akan hilang dalam waktu sehari atau 2 hari tetapi apabila

nyeri berkepanjangan menunjukkan adanya overtraining

5 Sering tiba-tiba jatuh sakit

Latihan fisik berlebih menurunkan sistem imun tubuh kita sehingga menjadi

lebih mudah sakit

24

Latihan fisik berat jangka panjang berkaitan dengan cedera serat

ototKerusakan yang terjadi berhubungan dengan intensitas durasi dan tipe

latihan Ketika cell death terbentuk jaringan nekrotik dibuang oleh sel fagosit

sel satelit teraktivasi menuju ke area yang cedera menjadi myoblast dan

selanjutnya menjadi serat otot Enzim otot yang dilepaskan tidak sepenuhnya

merefleksikan kerusakan struktural yang diperkirakan oleh analisis histologis

Perubahan penanda biologis cedera otot (seperti aktifitas kreatin kinase (CK)

lactate dehydrogenase (LDH) atau konsentrasi malondialdehyde di plasma

(MDA)) sering diperiksa selama overtraining Serum aktivitas CK dan

konsentrasi MDA plasma dapat gagal meningkat saat overtraining perubahan

parameter biokimia hanya merefleksikan otot dengan beban berlebih Setelah

olahraga yang lama pro-inflammatory cytokines diproduksi lokal pada otot

skeletal

Tanda dan gejala fisik latihan fisik berlebih (overtraining)

- Denyut jantung atau nadi yang meningkat saat istirahat

- Tidak toleransi terhadap latihan

- Penampilan yang menurun

- Penurunan berat badan berkurangnya massa otot tidak nafsu makan

- Kelelahan chronic fatigue lethargy

- Nyeri dan kerusakan otot nyeri sendi

- Mudah terserang flu pembengkakan kelenjar getah bening di leher

selangkangan dan ketiak

- Konstipasi atau diare

25

- Gangguan haid gangguan makan gangguan tidur

- Sakit kepala gangguan pencernaan

- Pemulihan yang berlangsung lambat setelah latihan

- Sendi otot tendon terasa kaku dan sakit

Tanda dan gejala psikologis

- Lelah capek kekurangan tenaga

- Insomnia sakit kepala tidak mampu untuk beristirahat

- Depresi gelisah cemas apatis

- Menurunnya kepercayaan diri

- Menurunnya kemampuan untuk berkonsentrasi

- Mudah stress

Efek biokimia dari Latihan Fisik Berlebih

- Meningkatnya serum kortisol dan SHBG

- Menurunnya serum total dan free testosterone rasio testosteron kortisol

- Menurunnya glikogen otot

- Menurunnya serum hemoglobin besi dan ferritin

Faktor yang mempengaruhi terjadinya overtraining

- Jetlag

- Bekerja terlalu keras

- Menstruasi

- Nutrisi gaya hidup yang buruk

- Kurang istirahat

- Terlalu banyak mengkonsumsi alkohol

26

- Kurangnya kemampuan mengatasi stress

Penanganan overtraining atau Latihan Fisik berlebih

- Massage

Massage pada jaringan dalam dapat melepaskan otot yang tegang

mempertahankan keseimbangan sistem muskulo-skeletal Pemijatan atau

massage yang teratur dapat membantu mencegah cedera yang mungkin

terjadi karena overuse

- Menggunakan roller busa

Penggunaan roller busa memungkinkan kita dapat melakukan massage

atau pemijatan sendiri Kita dapat juga memakai yang berbentuk bola atau

bola tenis untuk membantu menghilangkan rasa sakit Pemijatan ini dapat

dilakukan di tungkai lutut hamstring bahu punggung atau otot atau sendi

manapun

- Terapi suhu kontras

Air pancuran hangat dan dingin bergantian menstimulasi tubuh untuk

pulih lebih cepat Otot membawa impuls yang terasa pada kulit bagian

dalam tubuh di mana terjadi stimulasi sistem imun memperbaiki sirkulasi

dan pencernaan mempengaruhi produksi hormon stress meningkatkan

aliran darah mengurangi sensitivitas nyeri

- Pengaturan makanan

Membantu proses pemulihan penting untuk mengkonsumsi makanan

tinggi karbohidrat protein dan lemak sehat seperti Omega 3 omega 6

omega 9 asam lemak esensial Karbohidrat memberikan sumber tenaga

27

pada tubuh dan otak asam lemak esensial membantu mengurangi depresi

memperbaiki pemulihan protein akan membangun kembali otot yang

mengalami overtraining

- Mengkonsumsi vitamin

Ketika terjadi overtraining suplementasi sangat menguntungkan Vitamin

dan suplementasi mineral sebaiknya dikonsumsi pagi hari bersama dengan

makanan untuk penyerapan yang lebih baik

Defisiensi Vitamin yang biasa terjadi

- Vitamin A (Beta-Caroten)

- Vitamin B kompleks vitamin B12

- Vitamin C D E K

- Asam Folat

Defisiensi Mineral yang biasa terjadi

- Calcium

- Chromium

- Copper Iodine Iron

- Magnesium Fosfor

- Potassium

- Sodium

- Sulfur

- Zinc

28

25 Antioksidan

Radikal Bebas merupakan senyawa reaktif yang secara alami diproduksi

oleh tubuh manusia Radikal Bebas memberikan efek positif atau efek negatif

Untuk membatasi efek negatif tersebut dibutuhkan kompleks proteksi ndash sistem

antioksidan Sistem ini terdiri dari enzim antioksidan (katalase glutation

peroksidase superoksid dismutase) dan antioksidan non enzimatik ( vitamin E-

tokoferol vitamin A- retinol vitamin C- asam askorbat) Keseimbangan antara

produksi radikal bebas dan pertahanan antioksidan menunjukkan tingkat stress

oksidatif yang mungkin terlibat dalam proses penuaan dan pada beberapa

patologi (misalnya kanker Parkinson) (Winarsi 2007)

Latihan fisik juga meningkatkan stress oksidatif dan menyebabkan

gangguan homeostasis Latihan memberikan efek positif dan efek negatif

tergantung dari beban latihan spesifikasi latihan dan tingkat basal latihan Stress

oksidatif terlibat dalam terjadinya muscular fatigue dan mengarah ke

overtraining

Definisi antioksidan menurut Cadenas adalah suatu senyawa yang apabila

terdapat dalam jumlah yang lebih banyak dibanding senyawa yang teroksidasi

secara signifikan dapat menunda atau mencegah proses oksidasi senyawa tersebut

(Cadenas 2002) Secara kimia antioksidan adalah senyawa pemberi electron

Secara biologis antioksidan adalah senyawa yang mampu menangkal dan

meredam dampak negative oksidan dalam tubuh Antioksidan mendonorkan satu

elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa oksidan tersebut dapat

dihambat (Winarsi 2007)

29

Penting sekali keseimbangan antara oksidan dan antioksidan karena

berfungsi menjaga integritas dan berfungsinya membrane lipid protein sel dan

asam nukleat Senyawa asam lemak tak jenuh penyusun membrane lipid sangat

sensitive terhadap perubahan keseimbangan antara oksidan dan antioksidan

Menurut mekanisme kerjanya antioksidan dikelompokkan atas 3 yaitu

1 Antioksidan primer SOD katalase glutation peroksidase (GSH-Px)

Bekerja pembentukan senyawa radikal bebas yang telah terbentuk menjadi

molekul yang kurang aktifSedangkan antioksidan primer yang dapat

ditambahkan dari luar seperti glutation asam lipoat SOD melatonin

2 Antioksidan sekunder vitamin E vitamin C beta karoten flavonoid asam

urat albumin (Soewoto 2001)

Merupakan antioksidan eksogenous atau non enzimatis (Winarsi 2007)

Bekerja dengan cara memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal bebas

atau dengan cara menangkapnya

3 Antioksidan tertier meliputi system enzim DNA-repair dan metionin

sulfoksida reduktase Berfungsi dalam perbaikan biomolekuler yang rusak

akibat reaktivitas radikal bebas

26 Glutation sebagai antioksidan

Glutation merupakan tripeptida yang terdiri dari asam amino glutamat

sistein dan glisin (Cadenas 2002)Ikatan glutamat ndash sistein merupakan ikatan

isopeptida antara grup γ-karboksil dari glutamat dan grup α amino dari

sisteinIkatan unik ini membuat gluation tahan terhadap degradasi oleh proteases

30

dan peptidases yang berfungsi pada peralihan proteinMerupakan suatu

antioksidan yang mencegah kerusakan komponen seluler oleh reactive oxygen

species seperti radikal bebas dan peroksidGlutation bukan nutrisi esensial karena

disintesa di dalam tubuh dari asam amino L-sistein L-glutamic acid dan glycine

Gambar 21 Struktur GSH dan GSSG

Glutation terdapat pada sebagian besar sel tubuh tetapi terbanyak terdapat

di dalam hati Grup thiol (SH) dari sistein berfungsi sebagai donor proton dan

bertanggungjawab untuk aktifitas biologis glutation Provisi asam amino ini

merupakan faktor yang terbatas dalam sintesis glutation oleh sel karena sistein

relatif jarang pada makanan Apabila dilepaskan sebagai asam amino bebas

sistein adalah toksik dan secara spontan dikatabolisasi di saluran pencernaan dan

plasma darah

Glutation disintesis dalam 2 tahap

1 Gamma-glutamylcysteine disintesa dari L-glutamate dan sistein melalui enzim

gamma-glutamylcysteine sintetase (glutamate cysteine ligase GCL)

31

2 Glisin ditambahkan pada C-terminal dari gamma-glutamylcysteine melalui

enzim glutation sintetase

261 Fungsi Glutation

Glutation terdapat dalam bentuk tereduksi (GSH) dan teroksidasi (GSSG)

Grup thiol dari sistein mampu memberikan donor elektron ke molekul lain yang

tidak stabil seperti Reactive Oxygen Species (ROS) Pada saat mendonorkan

elektronnya glutation menjadi reaktif dan segera bereaksi dengan glutation reaktif

lainnya membentuk glutation disulfide (GSSG)Reaksi mungkin terjadi apabila

terdapat konsentrasi yang cukup tinggi di sel (sampai 5mm di hati) GSH dapat

terbentuk kembali dari GSSG oleh enzim glutation reduktase Pada sel atau

jaringan yang sehat terdapat lebih 90 dari total simpanan glutation terdapat

dalam bentuk tereduksi (GSH) dan kurang dari 10 dalam bentuk disulfide

(GSSG)

GSH ---- GSSG

Eliminasi ROS Menjaga protein thiols Antioxidant

dalam bentuk reduksi pools

Gambar 22 GSH Redox (Cadenas 2002)

GSH Redox merupakan indikator sentral keseimbangan antara stress

oksidatif dan system antioksidan GSH Redox berkaitan dengan detoksifikasi

Reactive Oxygen Species (ROS) berfungsi dalam mempertahankan tersedianya

antioksidan mempertahankan protein thiol dalam bentuk reduksi Rasio

32

GSHGSSG sering dipakai untuk mengekspresikan keseimbangan redox ini

Peningkatan rasio GSH-GSSG merupakan indikasi adanya Stress Oksidatif

(Goldman 2003)

Glutation mempunyai beberapa fungsi (Winarsih 2007)

- Sebagai antioksidan endogen mayor yang diproduksi oleh sel berpartisipasi

langsung pada netralisasi radikal bebas dan senyawa oksigen reaktif

mempertahankan antioksidan eksogen seperti vitamin C dan E pada bentuk

tereduksi (aktif)

- Pengaturan siklus nitric oxide yang sangat penting untuk kehidupan tetapi

dapat menjadi masalah apabila tidak teregulasi Digunakan untuk reaksi

metabolism dan biokimia seperti sintesis dan perbaikan DNA sintesis protein

sintesis prostaglandin transport asam amino dan aktivasi enzim Tiap sistem

di dalam tubuh kita dapat dipengaruhi oleh sistem glutation khususnya sistem

imun sistem saraf sistem gastrointestinal dan paru

Gambar 23 Detoksifikasi Lipid Hydroxyperoxides di usus halus

33

GSH yang ditransportasikan kedalam lumen digunakan untuk detoksifikasi

peroksid yang terbentuk dari makanan oleh glutation peroksidase (GSH Px)

Proses ini membutuhkan peroksid dan glutation yang tersedia di sel epitel GSSG

yang terbentuk direduksi kembali menjadi GSH oleh GSSG reduktase (GSSG

Rx) menggunakan NADPH sebagai reduktan

262 Suplementasi Glutation

Meningkatkan level GSH melalui suplementasi glutation langsung sulit

Penelitian terakhir menyatakan bahwa secara oral tidak diabsorpsi baik melalui

saluran pencernaan Studi mengenai konsumsi oral akut glutation dengan dosis

sangat besar 3 gram Witschi dan tim menemukan lsquoadalah tidak mungkin

meningkatkan glutation yang bermanfaat secara klinis dengan dosis tunggal 3

gram glutationrsquo

Glutation terdapat pada makanan sehari-hari sampai 150mghari dapat

diabsorpsi melalui intak di usus halus Individu sehat dengan asupan sulfur asam

amino (1-2 gramhari) jumlah GSH mungkin tidak cukup untuk mendapatkan

efek penting secara sistemik Individu dengan asupan sulfur asam amino yang

terbatas suplementasi GSH diperlukan untuk mempertahankan suplai GSH

sistemik dengan memperbaiki keseimbangan sulfur asam amino (Cadenas 2002)

Glutation hanya diabsorpsi di sel epitel oral dan traktus gastrointestinal

dan memberikan keuntungan kesehatan spesifik pada jaringan tersebut(Cadenas

2002)

34

SUPLAI HILANG

Makanan suplemen Degradasi

GSH

Empedu LUMINAL Uptake

Epitel Reaksi Detoksifikasi

Gambar 24 Supply dan Removal Glutation dalam lumen usus halus (Cadenas 2002) Glutation (GSH) disuplai ke dalam lumen intestinal melalui konsumsi oral

empedu dan sekresi epitel intestinal Jumlah yang disuplai dari empedu cukup

untuk mempertahankan jumlah 200microM pada tikus tetapi tidak cukup pada

manusia yang mengalami degradasi di duktus kantung empedu Jumlah yang

dikonsumsi melalui makanan bervariasi dan secara umum kurang dari 200 microM

Jumlah yang diberikan melalui epitel hanya sekitar 10 atau kurang

dibandingkan dengan yang disediakan oleh empedu Hilangnya Glutation karena

degradasi oleh γ-glutamyltranspeptidase dan dipeptidases pada permukaan sel

epitel ditransportasikan ke dalam sel oleh mekanisme sodium-dependent dan

sodium-independent konjugasi dengan elektrofil reaktif dikatalisasi oleh

glutathione-S transferase mucus (Cadenas 2002)

Vitamin D meningkatkan level glutation di otak dan tampaknya sebagai

katalis untuk produksi glutation Sejumlah vitamin D aktif di otak berikatan

dengan seberapa besar vitamin D3 baik melalui suplemen atau dibentuk di kulit

melalui paparan matahariHal ini menyatakan bahwa mengkonsumsi vitamin D

35

dan atau mendapat cukup paparan matahari meningkatkan produksi glutation

(Sellman 2009)

Konsentrasi glutation di plasma dan hati dapat ditingkatkan dengan

mengkonsumsi suplemen tertentu yang disebut GSH precursors N-asetilsistein

atau NAC glutation precursor yang paling memungkinkan Suplemen lain S-

adenosilmetionin (SAMe) dan whey protein juga dapat meningkatkan glutation

dalam sel (Sellman 2009)

NAC tersedia dalam bentuk obat dan sebagai suplemen generik Alpha

lipoic acid juga dapat mempertahankan glutation intraselular Melatonin dapat

menstimulasi enzim yang berkaitan glutation peroksidase dan silimarin ekstrak

dari biji tanaman milk thistle (Silybum marianum) juga mempunyai kemampuan

memperbarui level glutation

Glutation diatur dengan ketat di intraseluler dan dibatasi produksinya oleh

feedback negative inhibisi sintesisnya sendiri melalui enzim gamma-

glutamilsistein sintetase sehingga meminimalisir kemungkinan terjadinya

overdosis Penambahan glutation menggunakan precursor atau glutation intravena

adalah strategi untuk mengatasi defisiensi glutation stress oksidatif tinggi

defisiensi imun

Glutation yang rendah menunjukkan adanya pembuangan dan

keseimbangan negatif nitrogen seperti pada kanker AIDS sepsis trauma

terbakar dan bahkan atlet overtraining Suplementasi glutation dapat

memperbaiki proses ini dan contohnya pada AIDS memberi hasil adanya

perbaikan survival rates Bagimanapun studi mengenai kondisi ini belum dapat

36

membedakan glutation rendah sebagai akibat secara akut (pada pasien sepsis) atau

secara kronis (HIV) meningkatkan stress oksidatif dan peningkatan patologi

sebagai akibat defisiensi yang sudah ada sebelumnya

Skizofrenia dan gangguan bipolar berhubungan dengan glutation yang

rendah Stress oksidatif mungkin salah satu faktor dasar patofisiologi gangguan

bipolar gangguan depresif mayor dan skizofrenia Glutation (GSH) adalah

pemakan radikal bebas mayor di otakTidak adanya GSH meningkatkan

kerentanan sel terhadap stress oksidatif ditandai asetilsistein dapat mengurangi

gejala kedua gangguan tersebut

Glutation merubah level stress oksidatif pada sel yang diisolasi di

laboratorium sehingga dapat mengurangi perkembangan kanker Tes ini tidak

dilakukan pada manusia

Glutamat yang berlebihan di sinaps yang dapat dilepaskan pada kondisi

seperti cedera otak dapat menghambat pengambilan sistein senyawa pembentuk

glutation yang pentingTanpa proteksi dari cedera oksidatif oleh glutation sel-sel

dapat rusak atau mati (Sellman 2009)

Glutation juga mempunyai fungsi lain sebagai berikut (Sellman 2009)

Mencerahkan kulit

Mencegah menghilangkan jerawat dan bekas jerawat

Menghilangkan noda hitam

Anti aging dan anti kerut

Memberi nutrisi kulit

Membantu pemulihan luka

37

Membuat kulit menjadi halus segar dan bersinar

Kondisi kesehatan yang berhubungan dengan defisiensi glutation

Peningkatan proses penuaan

Kesulitan dalam keseimbangan

Gangguan mental

Masalah koordinasi

Gangguan sistem saraf

Akhir-akhir ini dipercaya sebagai penyebab lesi otak

Kanker HIV Katarak Diabetes Mellitus

Jumlah sperma yang rendah

263 Glutation Precursor (Sellman 2009)

Glutation Precursor disebut juga sebagai building-block dari glutation

yaitu N-asetilsistein atau NAC dan whey protein tidak terdenaturasi

Nasetilsistein adalah obat farmasi yang biasa digunakan bertahun-tahun untuk

mengobati overdose asetaminofen Hal ini sangat efektif ketika diberikan dalam

dosis besar di ruang darurat ketika seseorang akan mengalami gagal hati karena

overdosis asetaminofen komposisi aktif dari Tylenol

Efek sampingnya adalah bercak-bercak kemerahan bersin mual

anafilaksis reaksi alergi yang berupa kesulitan bernafas karena bronkospasme

tekanan darah menurun angioedema muntah kram diare Walaupun jarang

kematian pernah dilaporkan karena N-asetilsistein Beberapa orang mendapatkan

rasa dan bau yang tidak dapat diterima karena kandungan sulfur di dalamnya

38

Pengggunaan teratur untuk menaikkan kadar glutation tidak direkomendasikan

untuk anak-anak dan bayi Masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk

menentukan keamanan N-asetilsistein untuk penggunaan jangka panjang

Whey protein tidak terdenaturasi merupakan nutraceutical atau medicinal

foodSenyawa ini memberikan ikatan sistein ke sel-sel di mana glutation dapat

terbentuk di tempat tersebut

Beberapa kondisi yang tidak dapat mengkonsumsi whey protein

- Pasien dengan alergi protein susu

- Pasien dengan diet rendah protein

- Pasien yang sedang menjalani terapi imunosupresif

Efek sampingnya adalah kembung perut kram urtikaria Efek samping

karena overdosis tidak terjadi karena sel hanya membuat sebatas yang dibutuhkan

apabila berlebih kelebihan disimpan di hati dan ginjal sampai suatu saat kalau

dibutuhkan

264 Sumber Glutation dari makanan

Sumber glutation dari makanan yang disarankan adalah asparagus bayam

brokoli bawang putih kale bawang watercress kol Brussel sprout beberapa

bumbu seperti kunyit kayu manis semangka alpukat anggur peach jeruk

walnut granola daging kalkun dan daging ayam keju cottage dan yoghurt

39

Tabel 21 Makanan yang mengandung Glutation (Cadenas2002)

GSH Food Group mg100 g mgsaji Buah segar Apel 33 46 Pisang 41 48 Anggur 79 146 Jeruk 73 106 Semangka 66 283 Sayuran segar Asparagus dimasak 283 263 Alpukat 277 313 Brokoli dimasak 91 78 Wortel mentah 79 59 Tomat 90 109 Daging Hamburger 175 149 Ham rebus 233 13 Ayam digoreng 131 134 Sereal biji-bijian Cornflakes 00 00 Roti whole wheat 12 06 Roti putih 00 00 Nasi putih enriched dimasak 16 21 Produk Susu Susu whole 00 00 Keju Amerika 00 00 Yoghurt plain lowfat 00 00 Es krim 10 lemak 00 00

40

BAB III

KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

31 Kerangka Berpikir

Faktor penyebab penuaan antara lain faktor internal dan faktoreksternal

Faktor internal meliputi radikal bebas glikosilasi metilasi hormon yang

berkurang apoptosis system kekebalan tubuh yang menurun genetik Faktor

eksternal meliputi gaya hidup tidak sehat polusi lingkungan stress kemiskinan

kebiasaan yang salah olahraga berlebihan (overtraining) Berbagai faktor di atas

menyebabkan terjadinya penurunan fungsi tubuh dan terjadilah penuaan

Kerangka konsep penelitian berdasarkan teori bahwa salah satu penyebab

penuaan adalah radikal bebas Bila jumlah radikal bebas melebihi jumlah

antioksidan di dalam tubuh terjadilah stress oksidatif Radikal bebas dapat

merusak membran sel protein DNA dan berakibat fatal bagi kelangsungan hidup

sel jaringan Stress oksidatif yang berlangsung lama akan mengakibatkan

terjadinya penumpukan hasil kerusakan oksidatif di dalam sel dan jaringan

selanjutnya sel dan jaringan tersebut akan kehilangan fungsinya dan akhirnya

mati

Olahraga berlebih meningkatkan stress oksidatif karena terdapat

peningkatan konsumsi O2 oleh aktivitas otot skeletal Oksigen juga dapat bersifat

toksik yang dapat memicu peningkatan Reactive Oxygen Species (ROS)Organ

yang tidak mendapat cukup oksigen dan nutrisi menjadi iskemik dan terjadi

kerusakan mikrovaskular (Reperfusion Injury) memicu peningkatan radikal

40

41

bebas Dengan pemberian antioksidan Glutation yang merupakan antioksidan

master diharapkan dapat mencegah kerusakan lebih lanjut yang diakibatkan oleh

radikal bebas dengan cara melindungi sel dari Reactive Oxygen Species (ROS)

dan dapat dilihat melalui parameter MDA yang mengalami penurunan

32 Konsep Penelitian

Konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Gambar 31 Konsep Kadar MDA pada tikus yang diberikan Pelatihan Fisik Berlebih+ Placebo dan Pelatihan Fisik Berlebih + Glutation

FAKTOR INTERNAL

- Jenis Kelamin

- Usia

- Genetik

- Hormon

- Psikologis

FAKTOR EKSTERNAL

- Makanan

- Cuaca iklim

- Penyakit

- Exercise

GLUTATION

TIKUS

KADAR MDA

42

33 Hipotesis

Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan kadar MDA

tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

43

BAB IV

METODE PENELITIAN

41 Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksterimental dengan rancangan

randomized pre test-post test control group design (Poccock et al 2008)

Subyek terdiri dari 2 kelompok yaitu

1 Kelompok 1 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+ Placebo

2 Kelompok 2 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation

Semua kelompok sebelum perlakuan diberikan pre test (O1 O3) dan

dihitung rerata untuk masing-masing kelompok

Setelah perlakuan semua kelompok diberikan post test (O2 O4) dan

dihitung rerata untuk masing-masing kelompok

Kemudian dihitung perbedaan rerata antara pre test dan post test dari

masing-masing kelompok lalu hasil perbedaan tersebut dibandingkan secara

statistik

Gambar 41 Rancangan Penelitian

P S

43

R R

O1 P1 O2

O3 P2 O4

44

Keterangan

P = populasi

S = sampel

R = random

O1 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah mendapatkan

pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan placebo (pre test)

O2 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah diberikan pelatihan

fisik berlebih setelah diberikan placebo (post test)

O3 = observasi data MDA kelompok perlakuan setelah diberikan

pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan Glutation (pre test)

O4 = observasi data MDA kelompok perlakuan diberikan pelatihan fisik

berlebih setelah diberikan Glutation (post test)

P1 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih+ placebo

P2 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation

42 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran

Universitas Udayana pada bulan Januari ndash Maret 2012 Pemeriksaan MDA darah

tikus dikerjakan di bagian Program Antar Unit Universitas Gajah Mada

Jogyakarta

45

43 Populasi dan Sampel

431 Populasi

Subyek penelitian adalah tikus jantan dewasa galur Wistar yang berusia 2-

25 bulan dan dalam kondisi fisik sehat

432 Kriteria Sampel

4321 Kriteria Inklusi

Kriteria Inklusi yang ditetapkan sebagai sampel adalah sebagai berikut

a Tikus jantan dewasa galur Wistar

b Umur 2-25 bulan

c Berat badan plusmn200 gram

d Sehat

e MDA ge 5mmollt

4322 Kriteria Drop Out

Adalah sampel yang mati pada waktu penelitian

433 Besar Sampel

Besar sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini dihitung berdasarkan

rumus Poccock (2008)

Angka μ1 (5) dan μ2 (12) didapatkan dari penelitian sebelumnya (Ji 1998)

n=

46

= asymp 7

Keterangan

n = jumlah sampel

σ = standar deviasi kelompok perlakuan dengan pemberian

glutation (15)

f ( ) = besarnya didapat dari tabel (Poccock 2008)

μ1 = rerata hasil MDA pada kelompok perlakuan sesudah

pemberian glutatioacuten (5)

μ2 = rerata hasil MDA pada kelompok pre test (12)

Jadi jumlah sampel (n) = 675 dan ditambah 3 ekor tikus untuk masing-

masing kelompok sebagai cadangan Jadi total 20 ekor tikus dengan 10

ekor tikus untuk masing-masing kelompok

434 Teknik Pengambilan Sampel

Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat

sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi diambil secara acak

sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi

2 kelompok yaitu kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+placebo kelompok

dengan pelatihan fisik berlebih + glutation

47

44 Variabel Penelitian

441 Klasifikasi Variabel

Variabel penelitian dibedakan menjadi

1 Variabel Bebas dosis pemberian glutation

2 Variabel Tergantung kadar MDA

3 Variabel Terkendali varian tikus jantan (galur wistar) jenis

kelamin umur berat badan lingkungan

(pencahayaan suhu kelembaban nutrisi

kandang)

Gambar 42 Bagan Hubungan Antar Variabel

VARIABEL BEBAS

- Pelatihan fisik berlebih

- Glutation 37mg kgBBhari

VARIABEL TERGANTUNG

KADAR MDA

VARIABEL TERKENDALI

Varian tikus

Jenis kelamin umur berat badan

Pencahayaan suhu kelembaban nutrisi kandang

Makanan minuman

48

442 Definisi Operasional Variabel

1 Pelatihan fisik berlebih pada tikus adalah pelatihan yang berlebihan

yang diukur berdasarkan kemampuan maksimal berenang tikus pada

ember berdiameter 35 cm dengan kedalaman air 20 cm yang

dilakukan 60 menithari selama 35 hari pada waktu yang sama pada

suhu 32 derajat (Binekada 2002 dan Pepe2011)

2 Glutation yang diberikan adalah Glutation Teofarma injeksi sediaan

600mg 4 ml Dosis pemberian Glutation adalah pemberian sediaan

antioksidan Glutation dalam bentuk suntikan intraperitoneal yang

diberikan 1x sehari dan diberikan 6 jam sebelum pelatihan fisik

berlebih Dosis pemberian Glutation mengacu pada penelitian yang

dilakukan sebelumnya oleh Ji L L yaitu 37mgkgBBhari yang

dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril secara intraperitonial

3 MDA merupakan salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada

membran sel dan merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan

oleh radikal bebas Pengukuran kadar MDA menggunakan metode

Thiobarbituraic Acid Reactive Substances (TBARS) Pembacaan hasil

dengan menggunakan spektrofotometer Satuan MDA dalam mmoll

4 Cahaya suhu dan kelembaban merupakan kondisi lingkungan yang

dialami tikus jantan dewasa Pada penelitian ini kondisi lingkungan

selama percobaan dibuat sama

5 Berat badan tikus adalah berat badan yang ditimbang dengan

timbangan gram

49

6 Umur tikus adalah umur yang ditentukan dengan melihat tanggal

kelahiran yang dicatat pada kandang percobaan

7 Kondisi peneliti yang meliputi kesehatan fisik dan psikis peneliti

Penelitian dilaksanakan saat kondisi peneliti dalam keadaan baik

sehingga pengaruhnya terhadap hasil penelitian dapat diabaikan

45 Bahan dan Alat Penelitian

451 Bahan Penelitian

Glutation injeksi

Tikus jantan

Makanan tikus berupa pellet dan air minum dari air ledeng

Aquades steril

EDTA (Ethylenediamine tetraacetic acid)

Reagensia untuk pengukuran kadar MDA

452 Alat Penelitian

Alat yang dipakai dalam pengambilan data penelitian ini adalah

- Kandang tikus terbuat dari besi yang di dalamnya terdapat sekam dan

botol minuman

- Ember berdiameter 35 cm dan kedalaman air 20 cm

- Stopwatch

- Timbangan

- Spuit injeksi 1 ml

50

- Sarung tangan

- Kapas dan alkohol 70

- Tabung Evendorf

- Mikropipet

- Pipet kapiler

- Sentrifugasi

46 Prosedur Penelitian

1 Tikus jantan dewasa (Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan

berat badan plusmn200gram dilakukan aklimatisasi selama 2 minggu di

tempat penelitian untuk penyesuaian dengan lingkungan

2 Semua sampel tikus diberi perlakuan yang sama yaitu diberikan

pelatihan fisik berlebih dengan cara berenang sampai kelelahan pada

hari ke 7 kedua kelompok tersebut dilakukan pemeriksaan MDA

3 Mulai hari ke 8 ndash 35 sampel tikus yang berjumlah 20 ekor dibagi atas 2

kelompok di mana kelompok 1(kontrol) diberikan pelatihan fisik

berlebih + injeksi aquabidest intraperitoneal enam jam sebelum

perlakuan aktifitas berlebih kelompok ke 2 (perlakuan) diberikan

pelatihan fisik berlebih + injeksi intraperitoneal glutation 37

mgkgBBhari yang sudah dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril

4 Pada hari ke 35 dilakukan pemeriksaan kadar MDA pada masing-

masing tikus setelah bulu tikus kering

51

5 Selama penelitian hewan coba diberikan makanan dan minuman secara

teratur kebersihan dan kenyamanan kandang dijaga

461 Alur Penelitian

TIKUS ADAPTASI 2 MINGGU

PELATIHAN FISIK BERLEBIH 1 MINGGU

MDA

KELOMPOK 1 KELOMPOK 2

PELATIHAN FISIK BERLEBIH PELATIHAN FISIK BERLEBIH

+ AQUABIDEST (28 hari) +GLUTATION 37mgkgBBhari

28 HARI 28 HARI

MDA

Gambar 43 Bagan Alur Penelitian

462 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium

Pemantauan keselamatan tikus jantan (galur Wistar) di laboratorium

(Smith et al1988 Ngatidjan 2006) adalah sebagai berikut

1 Kandang tikus jantan harus cukup kuat tidak mudah rusak teratur dibersihkan

(1x seminggu) mudah dipasang kembali hewan tidak mudah lepas tahan

52

gigitan hewan kelihatan jelas dari luar Alas tempat tidur terbuat dari serbuk

gergaji atau sekam padi agar mudah menyerap air

2 Luas lantai yang memadai untuk tikus jantan dengan berat badan plusmn200 gram

adalah 60cm persegi dan tinggi 20 cm

3 Diciptakan suasana lingkungan yang stabil dan sesuai keperluan fisiologi tikus

jantan di mana kelembaban suhu pertukaran udara yang ekstrim harus

dihindari

4 Hewan coba hendaknya diperlakukan dengan kasih sayang

47 Pengolahan dan Analisis Data

Analisis data yang digunakan adalah

1 Analisis Deskriptif

2 Uji normalitas data dilakukan dengan tes Shapiro-Wilk Distribusi data

normal dengan nilai pgt005

3 Uji homogenitas dilakukan dengan Lavenersquos Test Data dinyatakan

homogen dengan nilai pgt005

4 Karena data berdistribusi normal dan homogen maka untuk uji

komparabilitas dipakai

- Uji t independent untuk membandingkan rerata kadar MDA antar

kelompok

- Uji Paired T- Test untuk membandingkan rerata kadar MDA pre

dan post masing-masing kelompok

- Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau

dinyatakan berbeda bila plt005

53

BAB V

HASIL PENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 20 ekor tikus jantan dewasa

(Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan berat badan plusmn200 gram sebagai

sampelyang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah 10 ekor

yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dankelompok

perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) Dalam penyajian hasil ini diuraikan

uji normalitas data uji homogenitas data uji komparabilitas dan uji efek

perlakuan

51 Uji Normalitas Data

Data Kadar MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan

pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji

Shapiro-Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005)

disajikan pada Tabel 51

53

54

Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing Kelompok Sebelum

dan Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Perlakuan n p Keterangan

Kadar MDA kontrol pre

Kadar MDA perlakuan pre

Kadar MDA kontrol post

Kadar MDA perlakuan post

10

10

10

10

0965

0550

0975

0697

Normal

Normal

Normal

Normal

52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok

Data Kadar MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun

sesudah perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test

Hasilnya menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52

Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA Sebelum dan

Sesudah Perlakuan

Variabel F p Keterangan

Kadar MDA pre

Kadar MDA post

0016

0592

0901

0452

Homogen

Homogen

53 Kadar MDA

531 Uji komparabilitas

Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata kadar MDA

antar kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan

55

glutation Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada

Tabel 53 berikut

Tabel 53

Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata

Kadar MDA

SB T P

Aktivitas berlebih dan

placebo

Aktivitas berlebihdan

glutathion

10

10

518

529

028

029

089 0386

Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok

kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 518028mmoll dan rerata

kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 529029mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 089 dan nilai

p = 0386 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan

berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya tidak berbeda secara

bermakna (p gt 005)

532 Analisis efek perlakuan

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kadar MDA antar

kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation

56

Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54

berikut

Tabel 54 Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata

Kadar MDA

SB T P

Aktivitas berlebih dan

placebo

Aktivitas berlebihdan

glutathion

10

10

778

444

023

017

3672 0001

Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok

kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata

kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 444017mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 3672 dan nilai

p = 0001 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan

berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya berbeda secara

bermakna (p lt 005)

57

Gambar 51 Perbedaan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

533 Analisis Komparasi Sebelum dengan Sesudah Perlakuan

Analisis komparasi diuji berdasarkan rerata kadar MDA antara sebelum

dengan sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation Hasil

analisis kemaknaan dengan uji t-paired disajikan pada Tabel 55 berikut

Tabel 55 Analisis KomparasiKadar MDA antara Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Kelompok Beda Rerata

pre ndash post p Keterangan

Aktivitas berlebih dan placebo

Aktivitas berlebih dan

glutathion

260

085

0001

0001

Meningkat

Menurun

58

Berdasarkan uji t-paired didapatkan bahwa ada penurunan kadar MDA

pada kelompok perlakuan secara bermakna sebesar 085mmoll sedangkan pada

kelompok kontrol mengalami peningkatan secara bermakna sebesar 260mmoll

59

BAB VI

PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian

Untuk menguji efek pemberian glutation terhadap penurunan kadar MDA

maka dilakukan penelitian terhadap 20 ekor tikus jantan dewasa (Galur Wistar)

sebagai sampel yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah

10 ekor yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dan

kelompok perlakuan (pelatihan fisik berlebih dan glutation)

62 Efek Pelatihan Fisik Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA

Hasil penelitian dan analisis data terhadap kadar MDA darah pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji

normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan homogenitas (Levenersquos test) pre-test dan post-

test masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)

Uji perbandingan 1 minggu pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan

injeksi antara kedua kelompok menggunakan uji t-independent Rerata kadar

MDA kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) adalah

518028mmoll dan rerata kelompok pelatihan fisik berlebih dan glutation

adalah 529029mmoll Analisis kemaknaan dengan uji t-independent

menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna kadar MDA darah antara

kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa

kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan injeksi rerata kadar MDAnya tidak

59

60

berbeda secara bermakna

Uji perbandingan setelah pemberian placebo dan glutation antara kedua

kelompok menggunakan t-independent Rerata kadar MDA kelompok kontrol

(aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata kelompok

perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) adalah 444017mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent antara kedua kelompok sesudah diberikan

placebo dan glutation menunjukkan perbedaan kadar MDA secara bermakna

(plt005) Hal ini berarti bahwa kelompok yang diberikan perlakuan berupa

placebo dan glutation 6 jam sebelum diberikan pelatihan fisik berlebih dengan

cara merenangkan selama 60 menit hari selama 35 hari rerata kadar MDA

berbeda secara bermakna Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh

untuk melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam

organ dan pembuluh darah (Giriwijoyo 2004)

Peningkatan kadar MDA sesudah diberikan pelatihan fisik berlebih pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan disebabkan karena pelatihan fisik

berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena terjadi peningkatan konsumsi

oksigen oleh aktifitas otot skeletal Stress oksidatif memicu peningkatan senyawa

oksigen reaktif Pada pelatihan fisik berlebih juga terjadi Reperfusion Injury yang

memicu terjadinya kerusakan jaringan dan peningkatan radikal bebas (Adiputra

2008) Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara menarik elektronnya

sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan sampai kematian sel

(Suryohudoyo 2000)

Pada penelitian ini didapatkan bahwa sesudah diberikan pelatihan fisik

61

berlebih dan placebo terjadi peningkatan kadar MDA sebesar 5024 Kadar

MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel (Winarsi

2007) Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pepe

(2011) bahwa pelatihan fisik berlebih meningkatkan kadar MDA Lebih lanjut

Murray et al (2000) juga menyatakan bahwa pelatihan fisik berlebih merangsang

respon biomarker stres oksidatif Sedangkan pada kelompok perlakuan yang

diberikan aktifitas berlebih dan glutation terjadi penurunan kadar MDA sebesar

1607 Terjadinya penurunan kadar MDA pada kelompok yang diberikan

glutation 6 jam sebelum melakukan pelatihan fisik berlebih disebabkan karena

pemberian antioksidan meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan

cara mendonorkan elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa

oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsi 2007) Glutation merupakan antioksidan

endogen yaitu antioksidan yang dapat disintesa dalam tubuh dari asam amino L-

sistein L-glutamat dan glisin (Cadenas 2002) yang juga sebagai master

antioksidan yaitu antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain

Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan

Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik (Hersh 2004) Glutation

merupakan salah satu antioksidan yang tidak dapat menjadi pro oksidan (Cadenas

2002) Normalnya sekali suatu antioksidan memakan radikal bebas antioksidan

ini menjadi teroksidasi sendiri dan menyerang sel yang sehat yang disebut

sebagai pro oksidan Glutation dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang

teroksidasi tersebut menjadi bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali

dalam memakan radikal bebas (Sellman 2009) Sehingga dengan demikian

62

glutation dapat membantu dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Urso

(2003) bahwa suplementasi antioksidan dapat mengatasi kondisi stress oksidatif

yang terjadi pelatihan fisik berlebih

Uji perbandingan antara data MDA pre dan post masing-masing kelompok

digunakan uji t-paired test Berdasarkan uji ini didapatkan hasil pada kelompok

perlakuan terjadi penurunan kadar MDA secara bermakna sebesar 085 mmollt

sedangkan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan kadar MDA secara

bermakna sebesar 260mmollt Terjadi penurunan kadar MDA pada kelompok

perlakuan menunjukkan pemberian antioksidan Glutation intraperitoneal dosis

37mgkgBBhari dapat mengatasi kondisi stress oksidatif yang terjadi pada

pelatihan fisik berlebih Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh

Urso (2003)

63

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

71 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan sebagai

berikut Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA

tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

72 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah

1 Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja glutation

yang lebih detail

2 Memperhatikan takaran latihan supaya tidak berlebihan yang justru akan

meningkatkan kerusakan sel

3 Perlu dilakukan uji klinis pada manusia

63

64

DAFTAR PUSTAKA

Adiputra N 2008Kesehatan Olah Raga Available from httpwwwbalihesgorgindexphpoption=com Accessed 2011 Oct 5th

Anonim 2011 Glutathione Available at

httpenwikipediaorgwikiGlutathione Accessed 2011 Oct 5th Anonim 2011 Overtraining Available at

httpwwwmarksdailyapplecomovertraining Accessed 2011 Oct5th

Asikin N 2001Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan InKursus Penyegaran dan Pelatihan Radikal bebas dan Antioksidan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta Fakultas Kedokteran UI

Bagiada NA 2001 Proses Penuaan dan Penanggulangannya Denpasar

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hal 22 Banerjee AK Mandal A Chanda D Chahraboti S 2003 Oxidant

Antioxidant and Physical ExerciseAvailable from httpwwwncbinlmnihgovpubmed14619981 accesed 2011 Sept 2nd

Binekada MC 2002 ldquoPelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Konsentrasi dan

Motilitas Spermatozoa Mencitrdquo(tesis) Denpasar Universitas Udayana

Cadenas E Jones PD 2002Bioavailability of Glutathione In Cadenas E

Packer L editorsHandbook of Antioxidants2nd Ed New York Marcel DekkerInc p549-564

Catala A 2006Lipid PeroxidationInt J Biochem Cell Biol 38 1482-1495 Dalle-DonneI Rossi R ColomboR Giustarini D Milzani

A2006Biomarkers of Oxidative Damage in Human Disease Available from httpwwwredorbitcomnewsscience473334biomarkersof oxidative damage in human diseaseindexhtmlaccessed2011 Sept 5th

Fouad T 2007 Free radicals Types Sources and Damaging Reaction

Relations Available from

64

65

wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th

Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th

Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112

Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors

ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their

Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69

Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan

Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th

Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz

R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155

Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester

Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th

Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala

T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200

Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and

Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders

66

Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana

LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia

Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647

Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from

httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit

Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK

Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620

Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji

Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah

Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009

Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan

Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132

Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde

Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521

Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley

Medical Publicationsp 123-141

Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI

Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable

from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer

67

Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole

Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam

Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI

Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam

Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya

Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan

Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47

Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant

Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th

Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan

Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105

68

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965

Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975

Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753

Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

69

Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan

Group Statistics

Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887

Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215

Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260

Perlakuan 10 42500 23348 07383

Independent Samples Test

Levenes Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df

Sig (2-

tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence Interval of the

Difference Lower Upper

Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428

Equal variances not assumed

-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429

Post1

Equal variances assumed 592 452 367

22 18 000 333700 09087 314608 352792

Equal variances not assumed

36722 16855 000 333700 09087 314515 352885

Post2

Equal variances assumed 906 354 264

19 18 000 239500 09066 220454 258546

Equal variances not assumed

26419 16265 000 239500 09066 220307 258693

70

Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis

(Laurence amp Bacharach 1964)

2g mencit 20g tikus 400g marmot

l5Kg kelinci

20Kg kucing

40Kg kera

120Kg anjing

70Kg manusia

20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879

200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560

400 g marmot

008 057 10 225 24 52 102 315

l5Kg kelinci

004 025 044 10 106 24 45 142

20Kg kucing

003 023 042 092 10 22 41 130

40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61

120Kg anjing

0008 006 010 0022 024 052 10 31

70Kg manusia

00026 0018 0031 007 0013 016 032 10

71

Lampiran 4

Foto Penelitian

Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)

72

Lampiran 5

Data Hasil Penelitian

Kelompok Kontrol

Pre test Post test Pre test Post Test

752 647 769 694

779 670 773 664

745 660 803 653

769 643 817 677

783 653

786 684

Kelompok Perlakuan

Pre Test Post test

412 391

436 412

442 425

425 401

453 436

466 442

432 405

456 432

470 453

476 463

Page 21: PEMBERIAN INJEKSI GLUTATION INTRAPERITONEAL

3

hidup yang sehat dan seimbang memainkan peranan yang besar dalam mencegah

banyak penyakit yang berhubungan dengan gaya hidup

Pada sisi lain manusia juga selalu dituntut untuk memiliki tubuh sehat

penampilan yang menarik Masalah muncul pada saat manusia memilih jalan

pintas berolahraga berlebihan (overtraining) diet ketat berlebihan

mengkonsumsi obat-obatan penekan nafsu makan obat-obat pembakar lemak

suplemen secara berlebihan dan tanpa informasi yang benar tanpa pengawasan

dokter dengan tujuan untuk memperoleh tubuh ramping dalam waktu secepatnya

Bukan tubuh sehat yang didapat tetapi malah menjadi sakit yang tidak mustahil

dapat mengarah ke kematian

Tubuh sehat ideal dalam arti tidak mudah sakit mempunyai hidup yang

berkualitas penampilan yang prima dan mempunyai postur tubuh yang

proporsional (Misnadiarly 2007) Gaya hidup yang sehat seimbang adalah kunci

untuk mencapai kesehatan dan bentuk badan yang lebih bagus dan hanya akan

tercapai melalui aktifitas olahraga pengaturan pola makan istirahat yang teratur

dan proporsional

Olahraga yang berlebihan tidak memberikan efek yang baik untuk tubuh

tetapi latihan yang tepat meningkatkan kebugaran aerobik Frekuensi yang lebih

sering durasi yang lebih panjang intensitas yang meningkat meningkatkan

kebugaran fisik Hal yang penting kita harus memperhatikan waktu pemulihan

Apabila tubuh tidak mempunyai cukup waktu untuk pemulihan bukan

meningkatkan kebugaran tetapi malah menimbulkan cedera atau penyakit melalui

supresi sistem kekebalan (Sharkey 2003) Olahraga yang teratur dapat

4

meningkatkan produksi molekul anti oksidan endogen termasuk glutathioneurate

coenzyme Q10 (Cadenas 2002) Dengan meningkatnya kadar antioksidan

endogen maka kadar MDA tubuh akan menurun

Teori Radikal Bebas menjelaskan bahwa radikal bebas merusak sel-sel

tubuh manusia (Goldmanamp Klatz 2003) Pelatihan fisik berlebih menyebabkan

terbentuknya radikal bebas Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara

menarik elektronnya sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan

sampai kematian sel (Suryohudoyo 2000) Pelatihan fisik berlebih menyebabkan

penuaan terjadi lebih cepat

Gaya hidup yang tidak sehat meningkatkan produksi radikal bebas

Beruntung tubuh mempunyai mekanisme pertahanan melawan oksidasi yang

terjadi tersebut Tubuh memproduksi enzim dan molekul khusus yang dapat

menangkap dan melenyapkan radikal bebas (superoksid dismutase katalase

glutation alfa lipoic acid CoQ10) yang disebut juga antioksidan endogen dan

yang berasal dari makanan seperti vitamin C dan E beta karoten polifenol

selenium seng (antioksidan esensial) yang disebut juga antioksidan eksogen

Antioksidan endogen maupun eksogen sangat penting buat tubuh karena

mampu meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan cara menangkap

dan mengeliminirnya Antioksidan eksogen efektif diperlukan untuk mencegah

terjadinya stress oksidatif Antioksidan endogen merupakan mekanisme

pertahanan preventif dengan cara memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal

bebas atau dengan cara menangkapnya (Winarsi 2007)

5

Bila jumlah antioksidan lebih sedikit dibanding jumlah radikal bebas

terjadi gangguan keseimbangan yang disebut redox state (Cadenas 2002) Dalam

kondisi seperti ini semakin banyak molekul normal yang ditarik elektronnya

molekul menjadi tidak stabil molekul ini akan merusak molekul sehat lainnya

sehingga terjadilah penyakit (Winarsi 2007)

Pemberian antioksidan yang cukup dan optimal dapat meningkatkan

kebugaran meningkatkan kemampuan tubuh dalam melakukan pelatihan fisik

menurunkan kadar stress oksidatif dalam tubuh mencegah terjadinya penuaan

dini (Pangkahila 2007) Antioksidan bekerja dengan cara mendonorkan satu

elektronnya ke molekul yang kehilangan elektronnya (radikal bebas) sehingga

membentuk radikal bebas tidak reaktif relatif stabil proses kerusakan sel dapat

dihambat

Ada beberapa macam antioksidan salah satunya adalah Glutation

Glutation merupakan antioksidan endogen yaitu antioksidan yang dapat dibuat

oleh tubuh kita sendiri Glutation juga dikenal sebagai master antioksidan

antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain (Goldman 2003)

Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan

Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik Normalnya sekali suatu

antioksidan memakan radikal bebas antioksidan ini menjadi teroksidasi sendiri

dan menyerang sel yang sehat yang disebut sebagai pro oksidan Glutation

dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang teroksidasi tersebut menjadi

bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali dalam memakan radikal bebas

(Sellman 2009) Sehingga dengan pengertian di atas glutation dapat membantu

6

dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh kita lebih banyak

dibandingkan dengan antioksidan lain

MDA adalah metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas

Kadar MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel

Apabila terdapat antioksidan yang tinggi dalam tubuh maka kadar MDA akan

menurun (Winarsi 2007)

Pelatihan fisik berlebih akan menyebabkan meningkatnya kerusakan

oksidatif Glutation menghambat kerusakan oksidatif Parameter yang digunakan

dalam penelitian ini adalah produk peroksidase lipid yaitu malondialdehid (MDA)

menurut metoda Willis

12 Rumusan Masalah

Apakah pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan

kadar MDA tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

13 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat

menurunkan kadar MDA pada tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

14 Manfaat Penelitian

141 Manfaat Keilmuan

Dapat menambah pengetahuan bahwa olahraga berlebih meningkatkan

MDA pemberian antioksidan Glutation dalam upaya mencegah terjadinya stress

7

oksidatif berkelanjutan yang dapat menjadi salah satu penyebab proses penuaan

penyakit metabolisme dan kemungkinan dapat dipergunakan sebagai dasar untuk

dilakukan penelitian lebih lanjut

142 Manfaat Praktis

Pengetahuan tersebut dapat memberikan manfaat kepada masyarakat luas

untuk lebih bijaksana dalam mengkonsumsi antioksidan dan dalam melakukan

pelatihan fisik

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

21 Penuaan

Penuaan sampai saat ini masih dianggap sebagai sesuatu yang alamiah

terjadi demikian juga penyakit yang muncul pada masa tuaSeseorang yang

berumur 50 tahun dengan penyakit Diabetes Mellitus dipandang sebagai sesuatu

yang umum karena memang sudah tua Sejak tahun 1950 penelitian penyebab

penuaan mulai diteliti faktor-faktor penyebab yang mempengaruhi kualitas hidup

sehingga meskipun usia bertambah tua tetapi tetap berkualitas Beberapa cara

modifikasi gaya hidup terus dilakukan untuk mencapai kualitas hidup yang lebih

baik seperti mengatur pola makan pola tidur pola olahraga pola hidup untuk

mencapai kualitas hidup yang baik di usia lanjutPenelitian memberi kesimpulan

bahwa pemberdayaan diri membudayakan pola hidup sehat dapat meningkatkan

kualitas hidup seseorang (Franklin 2009)

Dewasa ini seiring dengan percepatan perubahan teknologi meningkatnya

persaingan hidup orang berlomba-lomba mengkonsumsi produk dan berbagai

metode yang mengklaim bisa menghambat penuaan atau bersifat Anti Aging Ilmu

Kedokteran Anti Penuaan memberikan paradigma baru dalam menangani proses

penuaan Ilmu Kedokteran Anti Penuaan ini menjanjikan dapat memberikan solusi

untuk mengatasi ketidakmampuan penyakit nyeri deformitas dan kesedihan di

masa tua dengan cara meningkatkan kualitas hidup masa tua (Goldman dan Klatz

8

9

2003) Menurut Pangkahila penuaan bisa dicegah diobati dan bahkan dapat

dikembalikan ke keadaan semula (Pangkahila 2007)

Proses penuaan dapat dijelaskan dalam empat teori utama yang walaupun

tidak dapat menjelaskan dengan lengkap tetapi teori tersebut melengkapi satu

dengan yang lain

211 Teori Wear and Tear

Teori ini diperkenalkan pertama kali oleh Dr August Weisman seorang

ahli biologi dari Jerman pada tahun 1882 Teori ini menyatakan bahwa tubuh dan

sel akan rusak karena penggunaan dan disalahgunakan baik penggunaan secara

alami apalagi penyalahgunaan Kerusakan terjadi dalam sel sampai organ Pada

usia muda kerusakan yang terjadi dapat diatasi dikompensasi karena sistem

perbaikan dan pemeliharan yang masih baik tetapi seiring dengan bertambahnya

umur tubuh mulai kehilangan kemampuan tersebut Teori ini juga meyakini

pemberian suplemen dan merangsang kemampuan tubuh untuk melakukan

perbaikan dan mempertahankan organ tubuh dan sel

212 Teori Radikal Bebas

Teori ini diperkenalkan oleh Dr Denham Harman pada tahun 1956

Radikal Bebas adalah molekul tidak stabil yang sangat reaktif karena mempunyai

elektron tidak berpasangan pada orbit luarnya dapat bereaksi dengan molekul

lain menimbulkan reaksi berantai yang sangat destruktif (Goldman dan Klatz

2003)

10

Radikal Bebas dihasilkan dari pembakaran gula dan lemak yang kita

konsumsi untuk memberikan energi pada tubuh kita Radikal bebas merusak

membran sel kode DNA enzim protein dan akhirnya terjadi kerusakan pada

seluruh organ Kerusakan terjadi mulai dari lahir dan terus berlanjut hingga

meninggal Pada usia muda dampak penggantian sel yang masih berfungsi baik

Seiring dengan usia bertambah akumulasi kerusakan akibat radikal bebas akan

mengganggu metabolisme sel terjadilah mutasi sel yang mengakibatkan

timbulnya kanker dan kematian

Age Spot merupakan salah satu bentuk kerusakan pada membrane sel

yang disebabkan oleh Radikal Bebas Kerusakan membran ini menghasilkan

produk sisa yang dikenal sebagai lipofuscin Jumlah lipofuscin yang tinggi dalam

tubuh memberikan warna gelap pada daerah tertentu yang disebut Age spot

Lipofuscins mengganggu sintesis DNA dan RNA mempengaruhi sintesis protein

(menurunkan energi dan menghambat pembentukan massa otot) merusak enzim

seluler yang diperlukan untuk proses kimia vital dalam tubuh (Goldman dan

Klatz 2003)

Radikal bebas mempengaruhi peroksidasi lipid yang menyebabkan

produksi MDA (malondialdehyde) yang mengikat protein dan menyebabkan

gangguan fungsi biologik protein tersebut Radikal Bebas berkaitan dengan

penyakit usia lanjut seperti aterosklerosis Parkinson penyakit Alzheimer dan

gangguan fungsi kekebalan tubuh (Pangkahila 2007)

11

213 Teori Kontrol Genetika

Teori terfokus pada kode genetik yang ada dalam DNA meskipun seluruh

aspek diwariskan dalam gen tiap individu waktu jam biologis tergantung pada

pola hidup penuaan masing-masing individu Tiap individu memiliki jam biologis

yang telah diatur waktunya Berhentinya jam biologis menandakan proses

penuaan dan meninggal (Goldman dan Klatz 2003)

Ilmu Kedokteran Anti Penuaan melakukan upaya mencegah dan

memperbaiki kerusakan yang terjadiTerapi Gen diharapkan dapat memberikan

solusi dalam menghadapi takdir genetika terhadap beberapa penyakit keturunan

214 Teori Neuroendokrin

Teori yang menyangkut peranan berbagai hormon bagi fungsi organ tubuh

diperkenalkan oleh Vladimir DilmanPhD

Hormon mengatur dan memperbaiki fungsi tubuh Pada usia muda

berbagai hormone masih berfungsi baik dalam mengendalikan berbagai fungsi

organ tubuh Ketika manusia menjadi tua produksi hormon menurun fungsi

tubuh menjadi terganggu Contoh Growth Hormone yang membantu

pembentukan massa otot testosteron dan hormone tiroid akan menurun tajam

pada usia tua Ditandai dengan rasio lemak dan otot yang meningkat Terapi sulih

hormone dapat membantu masalah tersebut dan mengembalikan fungsi hormone

tubuh sehingga memperlambat proses penuaan

12

22 Radikal Bebas

221 Definisi Radikal Bebas

Radikal bebas adalah molekul (kumpulan atom) yang memiliki elektron

yang tidak berpasangan Oksidan adalah senyawa penerima elektron yaitu

senyawa yang dapat menarik elektron Kedua jenis senyawa ini memiliki aktifitas

yang sama dan memberikan akibat yang hampir sama tetapi dengan proses yang

berbeda (Winarsi 2007) Radikal Bebas digolongkan dalam oksidan namun tidak

setiap oksidan adalah radikal bebas (Suryohudoyo 2000)

Sumber oksidan berasal dari

Tubuh sendiri yaitu berasal dari proses fisiologis namun oleh suatu sebab

jumlahnya menjadi banyak

Proses peradangan

Luar tubuh seperti polutan obat-obatan

Radikal bebas lebih berbahaya dibanding senyawa oksidan non radikal

222 Tahapan Terbentuknya Radikal Bebas dan Sifatnya

Tahapan terbentuknya radikal bebas terjadi melalui sederetan mekanisme

reaksi

1 Tahap Inisiasi yaitu tahap yang menyebabkan terbentuknya radikal bebas

Cu

RH + O2 R + H2O

2 Tahap Propagasi yaitu tahap dimana radikal bebas cenderung bertambah

banyak dengan membuat reaksi rantai dengan molekul lipid lain

13

R + O2 RO2

RO2 + RH R + ROOH

3 Tahap Terminasi yaitu apabila terjadi reaksi antara radikal bebas dengan

radikal bebas lain atau antara radikal bebas dengan suatu senyawa pembasmi

radikal bebas (scavenger)

R1 + R2 R 1 R 2

Reduksi oksigen memerlukan pengalihan empat electron (electrotransfer)

Pengalihan ini tidak dapat sekaligus tetapi dalam empat tahapan yang setiap

tahapan hanya melibatkan pengalihan satu elektron Kendala yang mengharuskan

oksigen hanya dapat menerima satu elektron setiap tahap menyebabkan

terjadinya dua hal yaitu kurang reaktifnya oksigen dan terbentuknya senyawa-

senyawa oksigen reaktif seperti O2 (radikal superoksida) H2O2 (hydrogen

peroksida) OOH (radikal peroksil) dan OH (radikal hidroksil)

Radikal Bebas memiliki 2 sifat yaitu

1 Reaktifitas tinggi karena cenderung menarik elektron

2 Mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal

Elektron dari Radikal Bebas berikatan dengan senyawa yang berikatan

kovalen seperti lipid protein dan DNA akan sangat berbahaya karena ikatan

digunakan bersama-sama pada orbit luarnya Dibanding senyawa oksigen reaktif

radikal hidroksil merupakan senyawa yang paling berbahaya karena reaktifitasnya

yang sangat tinggi

Radikal hidroksil dapat merusak 3 jenis senyawa penting yang berfungsi

untuk mempetahankan integritas sel yaitu

14

1 Asam lemak tak jenuh yang merupakan komponen penting fosfolipid

penyusun membran

2 DNA pembawa genetik sel

3 Protein memegang berbagai peran penting seperti enzim reseptor antibodi

sitoskeleton

Dari ketiga senyawa tersebut yang paling rentan adalah senyawa asam

lemak tak jenuh ganda pada membran sel yang mengakibatkan rapuhnya dinding

sel Senyawa oksigen reaktif ini juga merusak dinding bagian dalam pembuluh

darah sehingga mengakibatkan pengendapan koleserol dan menyebabkan

aterosklerosis Apabila senyawa oksigen reaktif ini merusak basa DNA akan

terjadi kekacauan sistem info genetika berlanjut pada pembentukan sel kanker

Jaringan lipid yang rusak memicu munculnya penyakit degeneratif

Fosfolipid glikolipid dan kolesterol merupakan komponen terpenting

membran sel Komponen fosfolipid dan glikolipid mengandung asam lemak tak

jenuh (asam linoleat linolenat arakidonat) sangat rawan terhadap serangan

radikal hidroksil yang dapat menimbulkan reaksi rantai yang dikenal sebagai

Lipid peroxidation

Peroksidase lipid

LH + OH --- H + H2O

Asam lemak Radikal Bebas

L + O2 -- LOO

Radikal peroksilipid

LOO + LH --- L + L OOH dan seterusnya

15

Hasil akhir dari proses ini adalah terputusnya rantai asam lemak menjadi

berbagai senyawa yang bersifat toksik terhadap sel antara lain berbagai macam

aldehid seperti Malondealdehyde (MDA)

223 Peranan Radikal Bebas dalam proses penuaan

Pada usia muda keseimbangan antara radikal bebas dan pertahanan

antioksidan berfungsi dengan baik seiring dengan pertambahan usia

keseimbangan terganggu karena cadangan antioksidan berkurang dan radikal

bebas berlebih (Saxena dan Lan 2006)

Akibat ketidakseimbangan ini terjadi kerusakan oksidatif (Arief 2010)

Kerusakan ini disebabkan oleh radikal bebas dan merusak 3 komponen utama

yang mempertahankan integritas sel seperti fosfolipid (penyusun membrane sel)

DNA (perangkat genetik) protein (enzim reseptor antibodi) (Fouad 2007)

Ketidakseimbangan antara antioksidan dan senyawa oksigen reaktif

menghasilkan stress oksidatif penyebab kanker penuaan aterosklerosis cedera

iskemik peradangan dan penyakit degeneratif (Parkinson Alzheimer)

(Pangkahila 2007)

23 Stress Oksidatif

231 Keadaan yang menyebabkan stress oksidatif

Pada saat jumlah antioksidan tubuh kurang dari yang diperlukan untuk

meredam efek buruk dari radikal bebas keadaan ini disebut Stress oksidatif Bila

terjadi dalam waktu yang lama akan terjadi penumpukan hasil kerusakan

16

oksidatif di dalam sel dan jaringan yang mengakibatkan hilangnya fungsi sel

jaringan dan akhirnya mati Hal ini merupakan penyebab utama proses penuaan

(Bagiada 2001)

Keadaan yang menyebabkan Stress Oksidatif ini salah satunya adalah

pelatihan fisik berat atau berlebih (Hersh 2004) Stress oksidatif dapat

dikendalikan antara lain dengan membiasakan untuk menerapkan pola hidup sehat

dan mengkonsumsi antioksidan diharapkan akan memacu kerja antioksidan

dalam tubuh

MDA merupakan hasil dari proses peroksidasi lipid meningkatnya MDA

menunjukkan adanya suatu kondisi Stress Oksidatif menurunnya MDA

menunjukkan adanya perbaikan dari kondisi Stress tersebut sehingga MDA dapat

dipakai sebagai biomarker Stress oksidatif

24 Pelatihan Fisik

241 Olahraga

Pelatihan fisik atau olahraga merupakan satu kegiatan yang penting bagi

kehidupan manusia Olahraga merupakan alternatif kegiatan yang dapat

meningkatkan derajat kebugaran fisik seseorang apabila dilakukan dengan dosis

takaran yang benar Menurut Sharkey olahraga dapat meningkatkan pengeluaran

energi dan tingkat pengeluaran tersebut berkaitan dengan intensitas dan durasi

aktifitas yang dilakukan (Sharkey 2003) Latihan fisik atau olahraga yang

memperhatikan frekuensi intensitas tipe dan waktu mendukung dalam

mendapatkan hasil yang maksimal dan menurunkan resiko cedera Latihan fisik

17

yang benar memberikan dampak perbaikan pada sistem fungsional paru dan

jantung sehingga terjadi hipertropi otot jantung penurunan detak jantung

istirahat peningkatan stroke volume peningkatan volume darah dan hemoglobin

menambah jumlah pembuluh darah kapiler serta berfungsi dalam proses

pembakaran energi (Fox 1998) Frekuensi latihan yang dianjurkan adalah 3-4x

seminggu dengan intensitas 72-87 dari denyut jantung maksimal (220-umur)

dengan variasi 10 denyut per menitTipe latihan yang dianjurkan adalah

pemanasan 15 menit kombinasi latihan aerobik dan latihan otot dalam waktu 30-

60 menit diakhiri pendinginan 10 menit (Pangkahila 2009)

Sumber energi yang dibutuhkan untuk pelatihan fisik aerobik yang

dominan didapat dari pembakaran simpanan karbohidrat lemak dan sebagian

kecil (5) dari pemecahan simpanan protein yang terdapat di dalam tubuh untuk

menghasilkan ATP (adenosine triphospate) ATP yang terdapat dalam jaringan

otot terbatas kebutuhan ATP dipertahankan oleh creatinin phosphate (CP) dan

glikogen yang tersimpan dalam otot (Hernawati 2009) Terdapat 3 jalur untuk

memberikan ATP tambahan sesuai yang dibutuhkan selama kontraksi otot

meliputi 1 Pemindahan fosfat berenergi tinggi dari kreatinin fosfat ke ADP 2)

Fosforilasi oksidatif (siklus asam sitrat dari sistem transportasi elektron) 3)

glikolisis (Sherwood 2001) Sedangkan pada aktifitas yang bersifat anaerobik

energi diperoleh dari hidrolisis phosphocreatine serta melalui glikolisis glukosa

secara anaerobik Proses ini dapat terjadi tanpa adanya oksigen (O2) Metabolisme

anaerobik ini menghasilkan asam laktat yang apabila terakumulasi dapat

menyebabkan rasa nyeri pada otot menimbulkan stress fisik Hal ini

18

menyebabkan latihan aerobik terasa lebih menyenangkan (Hernawati 2009)

Metabolisme aerobik jauh lebih efisien daripada anaerobik karena menghasilkan

38 molekul ATP per molekul glukosa versus hanya 2 molekul melalui jalur

anaerob

Pelatihan fisik atau olahraga yang teratur selain memberikan manfaat

perbaikan pada mental fisik dan fisiologis juga mempengaruhi hormon tubuh

kita antara lain (Sharkey2003)

1 Growth Hormone

Stimulasi sintesis protein (muscle tone development) dan kekuatan tulang

tendon ligament dan tulang rawan Penurunan penggunaan glukosa dan

peningkatan penggunaan lemak sebagai bahan bakar selama olahraga

Membantu mengurangi lemak tubuh dan mempertahankan glukosa darah pada

level normal sehingga membantu melakukan olahraga selama periode waktu

yang lebih lama Dilepaskannya Growth Hormone oleh kelenjar pituitari di

otak meningkat dengan meningkatnya waktu latihan aerobik

2 Endorphins

Opioid endogen dari kelenjar pituitary yang memblok rasa sakit menurunkan

nafsu makan membuat perasaan senang mengurangi tekanan dan kecemasan

Pada saat olahraga endorfin dalam darah meningkat sampai lima kali selama

aktifitas olahraga lebih dari 30 menit Endorfin membuat kita dapat melakukan

aktifitas latihan menjadi lebih tahan lama

19

3 Testosteron

Hormon yang penting untuk wanita dan pria dalam mempertahankan tonus

volume kekuatan otot meningkatkan angka rata metabolisme basal

menurunkan lemak tubuh dan merasa lebih percaya diri Diproduksi oleh

ovarium pada wanita dan testis pada laki-laki Testosteron pada wanita hanya

sepersepuluh kadar testosteron pada laki-laki Pada wanita testosteron

berperan pada pengaturan libido dan orgasme Produksi pada wanita menurun

saat menjelang menopause sedangkan pada pria pada usia memasuki usia 40

tahun Kadar testosteron darah mulai meningkat setelah 20 menit olahraga

baik pada wanita maupun pria dan tetap tinggi sampai 1-3 jam setelah

olahraga

4 Estrogen

Estrogen secara biologis aktif adalah 17 beta estradiol meningkatkan

pemecahan lemak dari lemak tubuh sehingga dapat digunakan sebagai sumber

tenaga meningkatkan rata-rata metabolisme basal meningkatkan mood

meningkatkan libido Hormon ini disekresi oleh ovarium meningkat saat

olahraga dan tetap meningkat sampai 1-4 jam setelah olahraga

5 Thyroxine (T4)

Hormon yang diproduksi oleh kelenjar tiroid meningkatkan metabolisme

hampir semua sel dalam tubuh Peningkatan metabolisme ini membantu kita

merasa lebih energik dan juga menyimpan kalori penting untuk penurunan

berat badan Kadar tiroksin dalam darah meningkat sekitar 30 selama

20

olahraga dan tetap meningkat sampai beberapa jam sesudahnya Olahraga

yang teratur juga meningkatkan level tiroksin saat istirahat

6 Epinephrine

Hormon yang diproduksi oleh medulla adrenal yang meningkatkan jumlah

darah yang dipompa oleh jantung dan mengarahkan aliran darah ke tempat

yang diharapkan Stimulasi pemecahan glikogen (karbohidrat yang disimpan)

dalam otot yang aktif dan hati untuk digunakan sebagai sumber tenaga

Menstimulasi pemecahan lemak (lemak yang disimpan dalam otot yang aktif)

dan digunakan sebagai sumber tenaga Sejumlah epinefrin yang dilepaskan

berhubungan dengan intensitas dan durasi latihan

7 Insulin adrenalin

Hormon yang penting dalam mengatur gula darah dan asam lemak (lemak)

dan asam amino (protein) dalam sel Sekresi insulin oleh pancreas meningkat

sehubungan dengan respon meningkatnya kadar gula darah dan protein yang

biasa terjadi setelah makan Semakin banyak gula sederhana yang dikonsumsi

semakin tinggi respon insulin Meningkatnya insulin menyebabkan produksi

lemak sehingga insulin sering disebut sebagai hormon lemak atau fat

hormone Pada orang dengan berat badan berlebih terjadi resistensi insulin

sehingga diperlukan insulin dalan jumlah yang lebih besar untuk didapatkan

efek yang sama sehingga didapatkan kadar insulin darah yang lebih tinggi dan

latihan aerobik setiap hari Kadar insulin darah mulai menurun 10 menit saat

olahraga dan terus menurun sekitar 70 menit olahraga Olahraga yang teratur

juga meningkatkan sensitivitas sel terhadap insulin dalam keadaan istirahat

21

8 Glucagon

Hormon yang diproduksi oleh pankreas tugasnya meningkatkan kadar gula

darah Saat gula darah rendah glukagon disekresi dan menyebabkan simpanan

karbohidrat di dalam hati dilepaskan ke aliran darah untuk meningkatkan

kadar gula mencapai kadar normal Glukagon juga menyebabkan

dipecahkannya lemak sehingga dapat digunakan sebagai bahan bakar atau

sumber tenaga Glukagon mulai disekresi pada 30 menit awal olahraga ketika

gula darah mulai menurun

242 Pelatihan Fisik Berlebih

Pelatihan fisik berlebih menimbulkan gangguan pada sistem endokrin

terjadi peningkatan kadar kortisol dan penurunan kadar testosteron (Maffetone

2007) peningkatan ACTH penurunan LH plasma

Sindrom pelatihan fisik berlebih dalam jangka panjang mengakibatkan

terjadinya inflamasi infeksi yang lebih lanjut dapat mempengaruhi kesehatan

secara umum Aktifitas berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena

terjadi peningkatan konsumsi O2 oleh aktifitas otot skeletal Meskipun oksigen

dibutuhkan oksigen juga bersifat toksik yang dapat memicu peningkatan ROS

Pada organ yang tidak mendapat oksigen dan nutrisi yang cukup akan

menimbulkan keadaan iskemik dan kerusakan mikrovaskular Keadaan ini disebut

sebagai Reperfusion Injury yang memicu terjadinya kerusakan jaringan dan

peningkatan Radikal Bebas

22

Pelatihan fisik berlebih meningkatkan terbentuknya Radikal Bebas

(Adiputra 2008) Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh untuk

melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam organ dan

pembuluh darah (Giriwijoyo 2004) Apabila berlebih menyebabkan kerusakan

sel dengan 3 cara (Kumar et al2005 Ebenhardt 2001)

1 Kerusakan DNA mengakibatkan mutasi DNA bahkan kematian sel

2 Peroksidasi lipid membrane sel dan sitosol menyebabkan terjadinya proses

reduksi asam lemak sehingga mengakibatkan kerusakan membran dan organel

sel

3 Modifikasi protein teroksidasi oleh karena cross linking protein

Bila radikal bebas bertemu dengan asam lemak tak jenuh ganda daalam

membrane sel terjadi reaksi peroksidasi lipid membran sel menyebabkan

peningkatan fluiditas membran gangguan integritas membran dan inaktivasi

ikatan membran dengan enzim dan reseptor Tahap akhir dibebaskan aldehyde

seperti malondealdehyde pentane etana conjugated diane yang bersifat merusak

tubuh (Murray et al2000)

Pelatihan fisik berlebih menyebabkan terjadinya peningkatan lekosit atau

lekositosis peningkatan isoprostan dalam urin protein carbonil (73) catalase

(96) glutation peroksidase serta glutation teroksidasi (25) Dapat

disimpulkan pelatihan fisik berlebih merangsang respon biomarker stres oksidatif

(Murray et al 2000) Proses penuaan mengakibatkan penurunan sistem imun

sehingga meningkatkan resiko infeksi Menurut teori aktifitas sedang dapat

menangkal efek proses penuaan yang diakibatkan penurunan sistem imun Studi

23

yang dilakukan Shepard dan Shek menunjukkan bahwa aktifitas sedang dapat

ditoleransi dengan baik oleh individu lanjut usia dan menunjukkan penurunan

stimulasi proliferasi limfosit

Gejala ndash gejala yang dirasakan apabila melakukan pelatihan fisik berlebih

(overtraining) (Maffetone 2007)

1 Sering mengalami kegagalan dalam melakukan latihan yang biasanya kita

lakukan Kondisi fisik menjadi semakin lemah dan semakin lambat terjadi

kemunduran

2 Kehilangan otot dan terjadi penimbunan lemak Latihan fisik berlebih

meyebabkan rasio testosteron kortisol yang seharusnya positif yang berarti

lebih banyak otot dan lebih sedikit lemak menjadi negatif yang berarti cortisol

lebih tinggi dibanding testosteron yang berarti terjadi peningkatan resistensi

insulin dan penimbunan lemak

3 Merasa lemas mudah tersinggung sulit tidur

4 Persendian tulang dan anggota tubuh terasa sakit

Terjadinya DOMS (delayed onset muscle soreness) menunjukkan teknik

latihan yang salah atau postur saat latihan yang tidak tepat DOMS merupakan

respon alami yang akan hilang dalam waktu sehari atau 2 hari tetapi apabila

nyeri berkepanjangan menunjukkan adanya overtraining

5 Sering tiba-tiba jatuh sakit

Latihan fisik berlebih menurunkan sistem imun tubuh kita sehingga menjadi

lebih mudah sakit

24

Latihan fisik berat jangka panjang berkaitan dengan cedera serat

ototKerusakan yang terjadi berhubungan dengan intensitas durasi dan tipe

latihan Ketika cell death terbentuk jaringan nekrotik dibuang oleh sel fagosit

sel satelit teraktivasi menuju ke area yang cedera menjadi myoblast dan

selanjutnya menjadi serat otot Enzim otot yang dilepaskan tidak sepenuhnya

merefleksikan kerusakan struktural yang diperkirakan oleh analisis histologis

Perubahan penanda biologis cedera otot (seperti aktifitas kreatin kinase (CK)

lactate dehydrogenase (LDH) atau konsentrasi malondialdehyde di plasma

(MDA)) sering diperiksa selama overtraining Serum aktivitas CK dan

konsentrasi MDA plasma dapat gagal meningkat saat overtraining perubahan

parameter biokimia hanya merefleksikan otot dengan beban berlebih Setelah

olahraga yang lama pro-inflammatory cytokines diproduksi lokal pada otot

skeletal

Tanda dan gejala fisik latihan fisik berlebih (overtraining)

- Denyut jantung atau nadi yang meningkat saat istirahat

- Tidak toleransi terhadap latihan

- Penampilan yang menurun

- Penurunan berat badan berkurangnya massa otot tidak nafsu makan

- Kelelahan chronic fatigue lethargy

- Nyeri dan kerusakan otot nyeri sendi

- Mudah terserang flu pembengkakan kelenjar getah bening di leher

selangkangan dan ketiak

- Konstipasi atau diare

25

- Gangguan haid gangguan makan gangguan tidur

- Sakit kepala gangguan pencernaan

- Pemulihan yang berlangsung lambat setelah latihan

- Sendi otot tendon terasa kaku dan sakit

Tanda dan gejala psikologis

- Lelah capek kekurangan tenaga

- Insomnia sakit kepala tidak mampu untuk beristirahat

- Depresi gelisah cemas apatis

- Menurunnya kepercayaan diri

- Menurunnya kemampuan untuk berkonsentrasi

- Mudah stress

Efek biokimia dari Latihan Fisik Berlebih

- Meningkatnya serum kortisol dan SHBG

- Menurunnya serum total dan free testosterone rasio testosteron kortisol

- Menurunnya glikogen otot

- Menurunnya serum hemoglobin besi dan ferritin

Faktor yang mempengaruhi terjadinya overtraining

- Jetlag

- Bekerja terlalu keras

- Menstruasi

- Nutrisi gaya hidup yang buruk

- Kurang istirahat

- Terlalu banyak mengkonsumsi alkohol

26

- Kurangnya kemampuan mengatasi stress

Penanganan overtraining atau Latihan Fisik berlebih

- Massage

Massage pada jaringan dalam dapat melepaskan otot yang tegang

mempertahankan keseimbangan sistem muskulo-skeletal Pemijatan atau

massage yang teratur dapat membantu mencegah cedera yang mungkin

terjadi karena overuse

- Menggunakan roller busa

Penggunaan roller busa memungkinkan kita dapat melakukan massage

atau pemijatan sendiri Kita dapat juga memakai yang berbentuk bola atau

bola tenis untuk membantu menghilangkan rasa sakit Pemijatan ini dapat

dilakukan di tungkai lutut hamstring bahu punggung atau otot atau sendi

manapun

- Terapi suhu kontras

Air pancuran hangat dan dingin bergantian menstimulasi tubuh untuk

pulih lebih cepat Otot membawa impuls yang terasa pada kulit bagian

dalam tubuh di mana terjadi stimulasi sistem imun memperbaiki sirkulasi

dan pencernaan mempengaruhi produksi hormon stress meningkatkan

aliran darah mengurangi sensitivitas nyeri

- Pengaturan makanan

Membantu proses pemulihan penting untuk mengkonsumsi makanan

tinggi karbohidrat protein dan lemak sehat seperti Omega 3 omega 6

omega 9 asam lemak esensial Karbohidrat memberikan sumber tenaga

27

pada tubuh dan otak asam lemak esensial membantu mengurangi depresi

memperbaiki pemulihan protein akan membangun kembali otot yang

mengalami overtraining

- Mengkonsumsi vitamin

Ketika terjadi overtraining suplementasi sangat menguntungkan Vitamin

dan suplementasi mineral sebaiknya dikonsumsi pagi hari bersama dengan

makanan untuk penyerapan yang lebih baik

Defisiensi Vitamin yang biasa terjadi

- Vitamin A (Beta-Caroten)

- Vitamin B kompleks vitamin B12

- Vitamin C D E K

- Asam Folat

Defisiensi Mineral yang biasa terjadi

- Calcium

- Chromium

- Copper Iodine Iron

- Magnesium Fosfor

- Potassium

- Sodium

- Sulfur

- Zinc

28

25 Antioksidan

Radikal Bebas merupakan senyawa reaktif yang secara alami diproduksi

oleh tubuh manusia Radikal Bebas memberikan efek positif atau efek negatif

Untuk membatasi efek negatif tersebut dibutuhkan kompleks proteksi ndash sistem

antioksidan Sistem ini terdiri dari enzim antioksidan (katalase glutation

peroksidase superoksid dismutase) dan antioksidan non enzimatik ( vitamin E-

tokoferol vitamin A- retinol vitamin C- asam askorbat) Keseimbangan antara

produksi radikal bebas dan pertahanan antioksidan menunjukkan tingkat stress

oksidatif yang mungkin terlibat dalam proses penuaan dan pada beberapa

patologi (misalnya kanker Parkinson) (Winarsi 2007)

Latihan fisik juga meningkatkan stress oksidatif dan menyebabkan

gangguan homeostasis Latihan memberikan efek positif dan efek negatif

tergantung dari beban latihan spesifikasi latihan dan tingkat basal latihan Stress

oksidatif terlibat dalam terjadinya muscular fatigue dan mengarah ke

overtraining

Definisi antioksidan menurut Cadenas adalah suatu senyawa yang apabila

terdapat dalam jumlah yang lebih banyak dibanding senyawa yang teroksidasi

secara signifikan dapat menunda atau mencegah proses oksidasi senyawa tersebut

(Cadenas 2002) Secara kimia antioksidan adalah senyawa pemberi electron

Secara biologis antioksidan adalah senyawa yang mampu menangkal dan

meredam dampak negative oksidan dalam tubuh Antioksidan mendonorkan satu

elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa oksidan tersebut dapat

dihambat (Winarsi 2007)

29

Penting sekali keseimbangan antara oksidan dan antioksidan karena

berfungsi menjaga integritas dan berfungsinya membrane lipid protein sel dan

asam nukleat Senyawa asam lemak tak jenuh penyusun membrane lipid sangat

sensitive terhadap perubahan keseimbangan antara oksidan dan antioksidan

Menurut mekanisme kerjanya antioksidan dikelompokkan atas 3 yaitu

1 Antioksidan primer SOD katalase glutation peroksidase (GSH-Px)

Bekerja pembentukan senyawa radikal bebas yang telah terbentuk menjadi

molekul yang kurang aktifSedangkan antioksidan primer yang dapat

ditambahkan dari luar seperti glutation asam lipoat SOD melatonin

2 Antioksidan sekunder vitamin E vitamin C beta karoten flavonoid asam

urat albumin (Soewoto 2001)

Merupakan antioksidan eksogenous atau non enzimatis (Winarsi 2007)

Bekerja dengan cara memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal bebas

atau dengan cara menangkapnya

3 Antioksidan tertier meliputi system enzim DNA-repair dan metionin

sulfoksida reduktase Berfungsi dalam perbaikan biomolekuler yang rusak

akibat reaktivitas radikal bebas

26 Glutation sebagai antioksidan

Glutation merupakan tripeptida yang terdiri dari asam amino glutamat

sistein dan glisin (Cadenas 2002)Ikatan glutamat ndash sistein merupakan ikatan

isopeptida antara grup γ-karboksil dari glutamat dan grup α amino dari

sisteinIkatan unik ini membuat gluation tahan terhadap degradasi oleh proteases

30

dan peptidases yang berfungsi pada peralihan proteinMerupakan suatu

antioksidan yang mencegah kerusakan komponen seluler oleh reactive oxygen

species seperti radikal bebas dan peroksidGlutation bukan nutrisi esensial karena

disintesa di dalam tubuh dari asam amino L-sistein L-glutamic acid dan glycine

Gambar 21 Struktur GSH dan GSSG

Glutation terdapat pada sebagian besar sel tubuh tetapi terbanyak terdapat

di dalam hati Grup thiol (SH) dari sistein berfungsi sebagai donor proton dan

bertanggungjawab untuk aktifitas biologis glutation Provisi asam amino ini

merupakan faktor yang terbatas dalam sintesis glutation oleh sel karena sistein

relatif jarang pada makanan Apabila dilepaskan sebagai asam amino bebas

sistein adalah toksik dan secara spontan dikatabolisasi di saluran pencernaan dan

plasma darah

Glutation disintesis dalam 2 tahap

1 Gamma-glutamylcysteine disintesa dari L-glutamate dan sistein melalui enzim

gamma-glutamylcysteine sintetase (glutamate cysteine ligase GCL)

31

2 Glisin ditambahkan pada C-terminal dari gamma-glutamylcysteine melalui

enzim glutation sintetase

261 Fungsi Glutation

Glutation terdapat dalam bentuk tereduksi (GSH) dan teroksidasi (GSSG)

Grup thiol dari sistein mampu memberikan donor elektron ke molekul lain yang

tidak stabil seperti Reactive Oxygen Species (ROS) Pada saat mendonorkan

elektronnya glutation menjadi reaktif dan segera bereaksi dengan glutation reaktif

lainnya membentuk glutation disulfide (GSSG)Reaksi mungkin terjadi apabila

terdapat konsentrasi yang cukup tinggi di sel (sampai 5mm di hati) GSH dapat

terbentuk kembali dari GSSG oleh enzim glutation reduktase Pada sel atau

jaringan yang sehat terdapat lebih 90 dari total simpanan glutation terdapat

dalam bentuk tereduksi (GSH) dan kurang dari 10 dalam bentuk disulfide

(GSSG)

GSH ---- GSSG

Eliminasi ROS Menjaga protein thiols Antioxidant

dalam bentuk reduksi pools

Gambar 22 GSH Redox (Cadenas 2002)

GSH Redox merupakan indikator sentral keseimbangan antara stress

oksidatif dan system antioksidan GSH Redox berkaitan dengan detoksifikasi

Reactive Oxygen Species (ROS) berfungsi dalam mempertahankan tersedianya

antioksidan mempertahankan protein thiol dalam bentuk reduksi Rasio

32

GSHGSSG sering dipakai untuk mengekspresikan keseimbangan redox ini

Peningkatan rasio GSH-GSSG merupakan indikasi adanya Stress Oksidatif

(Goldman 2003)

Glutation mempunyai beberapa fungsi (Winarsih 2007)

- Sebagai antioksidan endogen mayor yang diproduksi oleh sel berpartisipasi

langsung pada netralisasi radikal bebas dan senyawa oksigen reaktif

mempertahankan antioksidan eksogen seperti vitamin C dan E pada bentuk

tereduksi (aktif)

- Pengaturan siklus nitric oxide yang sangat penting untuk kehidupan tetapi

dapat menjadi masalah apabila tidak teregulasi Digunakan untuk reaksi

metabolism dan biokimia seperti sintesis dan perbaikan DNA sintesis protein

sintesis prostaglandin transport asam amino dan aktivasi enzim Tiap sistem

di dalam tubuh kita dapat dipengaruhi oleh sistem glutation khususnya sistem

imun sistem saraf sistem gastrointestinal dan paru

Gambar 23 Detoksifikasi Lipid Hydroxyperoxides di usus halus

33

GSH yang ditransportasikan kedalam lumen digunakan untuk detoksifikasi

peroksid yang terbentuk dari makanan oleh glutation peroksidase (GSH Px)

Proses ini membutuhkan peroksid dan glutation yang tersedia di sel epitel GSSG

yang terbentuk direduksi kembali menjadi GSH oleh GSSG reduktase (GSSG

Rx) menggunakan NADPH sebagai reduktan

262 Suplementasi Glutation

Meningkatkan level GSH melalui suplementasi glutation langsung sulit

Penelitian terakhir menyatakan bahwa secara oral tidak diabsorpsi baik melalui

saluran pencernaan Studi mengenai konsumsi oral akut glutation dengan dosis

sangat besar 3 gram Witschi dan tim menemukan lsquoadalah tidak mungkin

meningkatkan glutation yang bermanfaat secara klinis dengan dosis tunggal 3

gram glutationrsquo

Glutation terdapat pada makanan sehari-hari sampai 150mghari dapat

diabsorpsi melalui intak di usus halus Individu sehat dengan asupan sulfur asam

amino (1-2 gramhari) jumlah GSH mungkin tidak cukup untuk mendapatkan

efek penting secara sistemik Individu dengan asupan sulfur asam amino yang

terbatas suplementasi GSH diperlukan untuk mempertahankan suplai GSH

sistemik dengan memperbaiki keseimbangan sulfur asam amino (Cadenas 2002)

Glutation hanya diabsorpsi di sel epitel oral dan traktus gastrointestinal

dan memberikan keuntungan kesehatan spesifik pada jaringan tersebut(Cadenas

2002)

34

SUPLAI HILANG

Makanan suplemen Degradasi

GSH

Empedu LUMINAL Uptake

Epitel Reaksi Detoksifikasi

Gambar 24 Supply dan Removal Glutation dalam lumen usus halus (Cadenas 2002) Glutation (GSH) disuplai ke dalam lumen intestinal melalui konsumsi oral

empedu dan sekresi epitel intestinal Jumlah yang disuplai dari empedu cukup

untuk mempertahankan jumlah 200microM pada tikus tetapi tidak cukup pada

manusia yang mengalami degradasi di duktus kantung empedu Jumlah yang

dikonsumsi melalui makanan bervariasi dan secara umum kurang dari 200 microM

Jumlah yang diberikan melalui epitel hanya sekitar 10 atau kurang

dibandingkan dengan yang disediakan oleh empedu Hilangnya Glutation karena

degradasi oleh γ-glutamyltranspeptidase dan dipeptidases pada permukaan sel

epitel ditransportasikan ke dalam sel oleh mekanisme sodium-dependent dan

sodium-independent konjugasi dengan elektrofil reaktif dikatalisasi oleh

glutathione-S transferase mucus (Cadenas 2002)

Vitamin D meningkatkan level glutation di otak dan tampaknya sebagai

katalis untuk produksi glutation Sejumlah vitamin D aktif di otak berikatan

dengan seberapa besar vitamin D3 baik melalui suplemen atau dibentuk di kulit

melalui paparan matahariHal ini menyatakan bahwa mengkonsumsi vitamin D

35

dan atau mendapat cukup paparan matahari meningkatkan produksi glutation

(Sellman 2009)

Konsentrasi glutation di plasma dan hati dapat ditingkatkan dengan

mengkonsumsi suplemen tertentu yang disebut GSH precursors N-asetilsistein

atau NAC glutation precursor yang paling memungkinkan Suplemen lain S-

adenosilmetionin (SAMe) dan whey protein juga dapat meningkatkan glutation

dalam sel (Sellman 2009)

NAC tersedia dalam bentuk obat dan sebagai suplemen generik Alpha

lipoic acid juga dapat mempertahankan glutation intraselular Melatonin dapat

menstimulasi enzim yang berkaitan glutation peroksidase dan silimarin ekstrak

dari biji tanaman milk thistle (Silybum marianum) juga mempunyai kemampuan

memperbarui level glutation

Glutation diatur dengan ketat di intraseluler dan dibatasi produksinya oleh

feedback negative inhibisi sintesisnya sendiri melalui enzim gamma-

glutamilsistein sintetase sehingga meminimalisir kemungkinan terjadinya

overdosis Penambahan glutation menggunakan precursor atau glutation intravena

adalah strategi untuk mengatasi defisiensi glutation stress oksidatif tinggi

defisiensi imun

Glutation yang rendah menunjukkan adanya pembuangan dan

keseimbangan negatif nitrogen seperti pada kanker AIDS sepsis trauma

terbakar dan bahkan atlet overtraining Suplementasi glutation dapat

memperbaiki proses ini dan contohnya pada AIDS memberi hasil adanya

perbaikan survival rates Bagimanapun studi mengenai kondisi ini belum dapat

36

membedakan glutation rendah sebagai akibat secara akut (pada pasien sepsis) atau

secara kronis (HIV) meningkatkan stress oksidatif dan peningkatan patologi

sebagai akibat defisiensi yang sudah ada sebelumnya

Skizofrenia dan gangguan bipolar berhubungan dengan glutation yang

rendah Stress oksidatif mungkin salah satu faktor dasar patofisiologi gangguan

bipolar gangguan depresif mayor dan skizofrenia Glutation (GSH) adalah

pemakan radikal bebas mayor di otakTidak adanya GSH meningkatkan

kerentanan sel terhadap stress oksidatif ditandai asetilsistein dapat mengurangi

gejala kedua gangguan tersebut

Glutation merubah level stress oksidatif pada sel yang diisolasi di

laboratorium sehingga dapat mengurangi perkembangan kanker Tes ini tidak

dilakukan pada manusia

Glutamat yang berlebihan di sinaps yang dapat dilepaskan pada kondisi

seperti cedera otak dapat menghambat pengambilan sistein senyawa pembentuk

glutation yang pentingTanpa proteksi dari cedera oksidatif oleh glutation sel-sel

dapat rusak atau mati (Sellman 2009)

Glutation juga mempunyai fungsi lain sebagai berikut (Sellman 2009)

Mencerahkan kulit

Mencegah menghilangkan jerawat dan bekas jerawat

Menghilangkan noda hitam

Anti aging dan anti kerut

Memberi nutrisi kulit

Membantu pemulihan luka

37

Membuat kulit menjadi halus segar dan bersinar

Kondisi kesehatan yang berhubungan dengan defisiensi glutation

Peningkatan proses penuaan

Kesulitan dalam keseimbangan

Gangguan mental

Masalah koordinasi

Gangguan sistem saraf

Akhir-akhir ini dipercaya sebagai penyebab lesi otak

Kanker HIV Katarak Diabetes Mellitus

Jumlah sperma yang rendah

263 Glutation Precursor (Sellman 2009)

Glutation Precursor disebut juga sebagai building-block dari glutation

yaitu N-asetilsistein atau NAC dan whey protein tidak terdenaturasi

Nasetilsistein adalah obat farmasi yang biasa digunakan bertahun-tahun untuk

mengobati overdose asetaminofen Hal ini sangat efektif ketika diberikan dalam

dosis besar di ruang darurat ketika seseorang akan mengalami gagal hati karena

overdosis asetaminofen komposisi aktif dari Tylenol

Efek sampingnya adalah bercak-bercak kemerahan bersin mual

anafilaksis reaksi alergi yang berupa kesulitan bernafas karena bronkospasme

tekanan darah menurun angioedema muntah kram diare Walaupun jarang

kematian pernah dilaporkan karena N-asetilsistein Beberapa orang mendapatkan

rasa dan bau yang tidak dapat diterima karena kandungan sulfur di dalamnya

38

Pengggunaan teratur untuk menaikkan kadar glutation tidak direkomendasikan

untuk anak-anak dan bayi Masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk

menentukan keamanan N-asetilsistein untuk penggunaan jangka panjang

Whey protein tidak terdenaturasi merupakan nutraceutical atau medicinal

foodSenyawa ini memberikan ikatan sistein ke sel-sel di mana glutation dapat

terbentuk di tempat tersebut

Beberapa kondisi yang tidak dapat mengkonsumsi whey protein

- Pasien dengan alergi protein susu

- Pasien dengan diet rendah protein

- Pasien yang sedang menjalani terapi imunosupresif

Efek sampingnya adalah kembung perut kram urtikaria Efek samping

karena overdosis tidak terjadi karena sel hanya membuat sebatas yang dibutuhkan

apabila berlebih kelebihan disimpan di hati dan ginjal sampai suatu saat kalau

dibutuhkan

264 Sumber Glutation dari makanan

Sumber glutation dari makanan yang disarankan adalah asparagus bayam

brokoli bawang putih kale bawang watercress kol Brussel sprout beberapa

bumbu seperti kunyit kayu manis semangka alpukat anggur peach jeruk

walnut granola daging kalkun dan daging ayam keju cottage dan yoghurt

39

Tabel 21 Makanan yang mengandung Glutation (Cadenas2002)

GSH Food Group mg100 g mgsaji Buah segar Apel 33 46 Pisang 41 48 Anggur 79 146 Jeruk 73 106 Semangka 66 283 Sayuran segar Asparagus dimasak 283 263 Alpukat 277 313 Brokoli dimasak 91 78 Wortel mentah 79 59 Tomat 90 109 Daging Hamburger 175 149 Ham rebus 233 13 Ayam digoreng 131 134 Sereal biji-bijian Cornflakes 00 00 Roti whole wheat 12 06 Roti putih 00 00 Nasi putih enriched dimasak 16 21 Produk Susu Susu whole 00 00 Keju Amerika 00 00 Yoghurt plain lowfat 00 00 Es krim 10 lemak 00 00

40

BAB III

KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

31 Kerangka Berpikir

Faktor penyebab penuaan antara lain faktor internal dan faktoreksternal

Faktor internal meliputi radikal bebas glikosilasi metilasi hormon yang

berkurang apoptosis system kekebalan tubuh yang menurun genetik Faktor

eksternal meliputi gaya hidup tidak sehat polusi lingkungan stress kemiskinan

kebiasaan yang salah olahraga berlebihan (overtraining) Berbagai faktor di atas

menyebabkan terjadinya penurunan fungsi tubuh dan terjadilah penuaan

Kerangka konsep penelitian berdasarkan teori bahwa salah satu penyebab

penuaan adalah radikal bebas Bila jumlah radikal bebas melebihi jumlah

antioksidan di dalam tubuh terjadilah stress oksidatif Radikal bebas dapat

merusak membran sel protein DNA dan berakibat fatal bagi kelangsungan hidup

sel jaringan Stress oksidatif yang berlangsung lama akan mengakibatkan

terjadinya penumpukan hasil kerusakan oksidatif di dalam sel dan jaringan

selanjutnya sel dan jaringan tersebut akan kehilangan fungsinya dan akhirnya

mati

Olahraga berlebih meningkatkan stress oksidatif karena terdapat

peningkatan konsumsi O2 oleh aktivitas otot skeletal Oksigen juga dapat bersifat

toksik yang dapat memicu peningkatan Reactive Oxygen Species (ROS)Organ

yang tidak mendapat cukup oksigen dan nutrisi menjadi iskemik dan terjadi

kerusakan mikrovaskular (Reperfusion Injury) memicu peningkatan radikal

40

41

bebas Dengan pemberian antioksidan Glutation yang merupakan antioksidan

master diharapkan dapat mencegah kerusakan lebih lanjut yang diakibatkan oleh

radikal bebas dengan cara melindungi sel dari Reactive Oxygen Species (ROS)

dan dapat dilihat melalui parameter MDA yang mengalami penurunan

32 Konsep Penelitian

Konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Gambar 31 Konsep Kadar MDA pada tikus yang diberikan Pelatihan Fisik Berlebih+ Placebo dan Pelatihan Fisik Berlebih + Glutation

FAKTOR INTERNAL

- Jenis Kelamin

- Usia

- Genetik

- Hormon

- Psikologis

FAKTOR EKSTERNAL

- Makanan

- Cuaca iklim

- Penyakit

- Exercise

GLUTATION

TIKUS

KADAR MDA

42

33 Hipotesis

Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan kadar MDA

tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

43

BAB IV

METODE PENELITIAN

41 Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksterimental dengan rancangan

randomized pre test-post test control group design (Poccock et al 2008)

Subyek terdiri dari 2 kelompok yaitu

1 Kelompok 1 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+ Placebo

2 Kelompok 2 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation

Semua kelompok sebelum perlakuan diberikan pre test (O1 O3) dan

dihitung rerata untuk masing-masing kelompok

Setelah perlakuan semua kelompok diberikan post test (O2 O4) dan

dihitung rerata untuk masing-masing kelompok

Kemudian dihitung perbedaan rerata antara pre test dan post test dari

masing-masing kelompok lalu hasil perbedaan tersebut dibandingkan secara

statistik

Gambar 41 Rancangan Penelitian

P S

43

R R

O1 P1 O2

O3 P2 O4

44

Keterangan

P = populasi

S = sampel

R = random

O1 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah mendapatkan

pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan placebo (pre test)

O2 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah diberikan pelatihan

fisik berlebih setelah diberikan placebo (post test)

O3 = observasi data MDA kelompok perlakuan setelah diberikan

pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan Glutation (pre test)

O4 = observasi data MDA kelompok perlakuan diberikan pelatihan fisik

berlebih setelah diberikan Glutation (post test)

P1 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih+ placebo

P2 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation

42 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran

Universitas Udayana pada bulan Januari ndash Maret 2012 Pemeriksaan MDA darah

tikus dikerjakan di bagian Program Antar Unit Universitas Gajah Mada

Jogyakarta

45

43 Populasi dan Sampel

431 Populasi

Subyek penelitian adalah tikus jantan dewasa galur Wistar yang berusia 2-

25 bulan dan dalam kondisi fisik sehat

432 Kriteria Sampel

4321 Kriteria Inklusi

Kriteria Inklusi yang ditetapkan sebagai sampel adalah sebagai berikut

a Tikus jantan dewasa galur Wistar

b Umur 2-25 bulan

c Berat badan plusmn200 gram

d Sehat

e MDA ge 5mmollt

4322 Kriteria Drop Out

Adalah sampel yang mati pada waktu penelitian

433 Besar Sampel

Besar sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini dihitung berdasarkan

rumus Poccock (2008)

Angka μ1 (5) dan μ2 (12) didapatkan dari penelitian sebelumnya (Ji 1998)

n=

46

= asymp 7

Keterangan

n = jumlah sampel

σ = standar deviasi kelompok perlakuan dengan pemberian

glutation (15)

f ( ) = besarnya didapat dari tabel (Poccock 2008)

μ1 = rerata hasil MDA pada kelompok perlakuan sesudah

pemberian glutatioacuten (5)

μ2 = rerata hasil MDA pada kelompok pre test (12)

Jadi jumlah sampel (n) = 675 dan ditambah 3 ekor tikus untuk masing-

masing kelompok sebagai cadangan Jadi total 20 ekor tikus dengan 10

ekor tikus untuk masing-masing kelompok

434 Teknik Pengambilan Sampel

Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat

sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi diambil secara acak

sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi

2 kelompok yaitu kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+placebo kelompok

dengan pelatihan fisik berlebih + glutation

47

44 Variabel Penelitian

441 Klasifikasi Variabel

Variabel penelitian dibedakan menjadi

1 Variabel Bebas dosis pemberian glutation

2 Variabel Tergantung kadar MDA

3 Variabel Terkendali varian tikus jantan (galur wistar) jenis

kelamin umur berat badan lingkungan

(pencahayaan suhu kelembaban nutrisi

kandang)

Gambar 42 Bagan Hubungan Antar Variabel

VARIABEL BEBAS

- Pelatihan fisik berlebih

- Glutation 37mg kgBBhari

VARIABEL TERGANTUNG

KADAR MDA

VARIABEL TERKENDALI

Varian tikus

Jenis kelamin umur berat badan

Pencahayaan suhu kelembaban nutrisi kandang

Makanan minuman

48

442 Definisi Operasional Variabel

1 Pelatihan fisik berlebih pada tikus adalah pelatihan yang berlebihan

yang diukur berdasarkan kemampuan maksimal berenang tikus pada

ember berdiameter 35 cm dengan kedalaman air 20 cm yang

dilakukan 60 menithari selama 35 hari pada waktu yang sama pada

suhu 32 derajat (Binekada 2002 dan Pepe2011)

2 Glutation yang diberikan adalah Glutation Teofarma injeksi sediaan

600mg 4 ml Dosis pemberian Glutation adalah pemberian sediaan

antioksidan Glutation dalam bentuk suntikan intraperitoneal yang

diberikan 1x sehari dan diberikan 6 jam sebelum pelatihan fisik

berlebih Dosis pemberian Glutation mengacu pada penelitian yang

dilakukan sebelumnya oleh Ji L L yaitu 37mgkgBBhari yang

dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril secara intraperitonial

3 MDA merupakan salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada

membran sel dan merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan

oleh radikal bebas Pengukuran kadar MDA menggunakan metode

Thiobarbituraic Acid Reactive Substances (TBARS) Pembacaan hasil

dengan menggunakan spektrofotometer Satuan MDA dalam mmoll

4 Cahaya suhu dan kelembaban merupakan kondisi lingkungan yang

dialami tikus jantan dewasa Pada penelitian ini kondisi lingkungan

selama percobaan dibuat sama

5 Berat badan tikus adalah berat badan yang ditimbang dengan

timbangan gram

49

6 Umur tikus adalah umur yang ditentukan dengan melihat tanggal

kelahiran yang dicatat pada kandang percobaan

7 Kondisi peneliti yang meliputi kesehatan fisik dan psikis peneliti

Penelitian dilaksanakan saat kondisi peneliti dalam keadaan baik

sehingga pengaruhnya terhadap hasil penelitian dapat diabaikan

45 Bahan dan Alat Penelitian

451 Bahan Penelitian

Glutation injeksi

Tikus jantan

Makanan tikus berupa pellet dan air minum dari air ledeng

Aquades steril

EDTA (Ethylenediamine tetraacetic acid)

Reagensia untuk pengukuran kadar MDA

452 Alat Penelitian

Alat yang dipakai dalam pengambilan data penelitian ini adalah

- Kandang tikus terbuat dari besi yang di dalamnya terdapat sekam dan

botol minuman

- Ember berdiameter 35 cm dan kedalaman air 20 cm

- Stopwatch

- Timbangan

- Spuit injeksi 1 ml

50

- Sarung tangan

- Kapas dan alkohol 70

- Tabung Evendorf

- Mikropipet

- Pipet kapiler

- Sentrifugasi

46 Prosedur Penelitian

1 Tikus jantan dewasa (Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan

berat badan plusmn200gram dilakukan aklimatisasi selama 2 minggu di

tempat penelitian untuk penyesuaian dengan lingkungan

2 Semua sampel tikus diberi perlakuan yang sama yaitu diberikan

pelatihan fisik berlebih dengan cara berenang sampai kelelahan pada

hari ke 7 kedua kelompok tersebut dilakukan pemeriksaan MDA

3 Mulai hari ke 8 ndash 35 sampel tikus yang berjumlah 20 ekor dibagi atas 2

kelompok di mana kelompok 1(kontrol) diberikan pelatihan fisik

berlebih + injeksi aquabidest intraperitoneal enam jam sebelum

perlakuan aktifitas berlebih kelompok ke 2 (perlakuan) diberikan

pelatihan fisik berlebih + injeksi intraperitoneal glutation 37

mgkgBBhari yang sudah dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril

4 Pada hari ke 35 dilakukan pemeriksaan kadar MDA pada masing-

masing tikus setelah bulu tikus kering

51

5 Selama penelitian hewan coba diberikan makanan dan minuman secara

teratur kebersihan dan kenyamanan kandang dijaga

461 Alur Penelitian

TIKUS ADAPTASI 2 MINGGU

PELATIHAN FISIK BERLEBIH 1 MINGGU

MDA

KELOMPOK 1 KELOMPOK 2

PELATIHAN FISIK BERLEBIH PELATIHAN FISIK BERLEBIH

+ AQUABIDEST (28 hari) +GLUTATION 37mgkgBBhari

28 HARI 28 HARI

MDA

Gambar 43 Bagan Alur Penelitian

462 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium

Pemantauan keselamatan tikus jantan (galur Wistar) di laboratorium

(Smith et al1988 Ngatidjan 2006) adalah sebagai berikut

1 Kandang tikus jantan harus cukup kuat tidak mudah rusak teratur dibersihkan

(1x seminggu) mudah dipasang kembali hewan tidak mudah lepas tahan

52

gigitan hewan kelihatan jelas dari luar Alas tempat tidur terbuat dari serbuk

gergaji atau sekam padi agar mudah menyerap air

2 Luas lantai yang memadai untuk tikus jantan dengan berat badan plusmn200 gram

adalah 60cm persegi dan tinggi 20 cm

3 Diciptakan suasana lingkungan yang stabil dan sesuai keperluan fisiologi tikus

jantan di mana kelembaban suhu pertukaran udara yang ekstrim harus

dihindari

4 Hewan coba hendaknya diperlakukan dengan kasih sayang

47 Pengolahan dan Analisis Data

Analisis data yang digunakan adalah

1 Analisis Deskriptif

2 Uji normalitas data dilakukan dengan tes Shapiro-Wilk Distribusi data

normal dengan nilai pgt005

3 Uji homogenitas dilakukan dengan Lavenersquos Test Data dinyatakan

homogen dengan nilai pgt005

4 Karena data berdistribusi normal dan homogen maka untuk uji

komparabilitas dipakai

- Uji t independent untuk membandingkan rerata kadar MDA antar

kelompok

- Uji Paired T- Test untuk membandingkan rerata kadar MDA pre

dan post masing-masing kelompok

- Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau

dinyatakan berbeda bila plt005

53

BAB V

HASIL PENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 20 ekor tikus jantan dewasa

(Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan berat badan plusmn200 gram sebagai

sampelyang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah 10 ekor

yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dankelompok

perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) Dalam penyajian hasil ini diuraikan

uji normalitas data uji homogenitas data uji komparabilitas dan uji efek

perlakuan

51 Uji Normalitas Data

Data Kadar MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan

pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji

Shapiro-Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005)

disajikan pada Tabel 51

53

54

Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing Kelompok Sebelum

dan Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Perlakuan n p Keterangan

Kadar MDA kontrol pre

Kadar MDA perlakuan pre

Kadar MDA kontrol post

Kadar MDA perlakuan post

10

10

10

10

0965

0550

0975

0697

Normal

Normal

Normal

Normal

52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok

Data Kadar MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun

sesudah perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test

Hasilnya menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52

Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA Sebelum dan

Sesudah Perlakuan

Variabel F p Keterangan

Kadar MDA pre

Kadar MDA post

0016

0592

0901

0452

Homogen

Homogen

53 Kadar MDA

531 Uji komparabilitas

Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata kadar MDA

antar kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan

55

glutation Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada

Tabel 53 berikut

Tabel 53

Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata

Kadar MDA

SB T P

Aktivitas berlebih dan

placebo

Aktivitas berlebihdan

glutathion

10

10

518

529

028

029

089 0386

Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok

kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 518028mmoll dan rerata

kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 529029mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 089 dan nilai

p = 0386 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan

berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya tidak berbeda secara

bermakna (p gt 005)

532 Analisis efek perlakuan

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kadar MDA antar

kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation

56

Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54

berikut

Tabel 54 Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata

Kadar MDA

SB T P

Aktivitas berlebih dan

placebo

Aktivitas berlebihdan

glutathion

10

10

778

444

023

017

3672 0001

Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok

kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata

kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 444017mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 3672 dan nilai

p = 0001 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan

berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya berbeda secara

bermakna (p lt 005)

57

Gambar 51 Perbedaan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

533 Analisis Komparasi Sebelum dengan Sesudah Perlakuan

Analisis komparasi diuji berdasarkan rerata kadar MDA antara sebelum

dengan sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation Hasil

analisis kemaknaan dengan uji t-paired disajikan pada Tabel 55 berikut

Tabel 55 Analisis KomparasiKadar MDA antara Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Kelompok Beda Rerata

pre ndash post p Keterangan

Aktivitas berlebih dan placebo

Aktivitas berlebih dan

glutathion

260

085

0001

0001

Meningkat

Menurun

58

Berdasarkan uji t-paired didapatkan bahwa ada penurunan kadar MDA

pada kelompok perlakuan secara bermakna sebesar 085mmoll sedangkan pada

kelompok kontrol mengalami peningkatan secara bermakna sebesar 260mmoll

59

BAB VI

PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian

Untuk menguji efek pemberian glutation terhadap penurunan kadar MDA

maka dilakukan penelitian terhadap 20 ekor tikus jantan dewasa (Galur Wistar)

sebagai sampel yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah

10 ekor yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dan

kelompok perlakuan (pelatihan fisik berlebih dan glutation)

62 Efek Pelatihan Fisik Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA

Hasil penelitian dan analisis data terhadap kadar MDA darah pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji

normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan homogenitas (Levenersquos test) pre-test dan post-

test masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)

Uji perbandingan 1 minggu pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan

injeksi antara kedua kelompok menggunakan uji t-independent Rerata kadar

MDA kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) adalah

518028mmoll dan rerata kelompok pelatihan fisik berlebih dan glutation

adalah 529029mmoll Analisis kemaknaan dengan uji t-independent

menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna kadar MDA darah antara

kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa

kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan injeksi rerata kadar MDAnya tidak

59

60

berbeda secara bermakna

Uji perbandingan setelah pemberian placebo dan glutation antara kedua

kelompok menggunakan t-independent Rerata kadar MDA kelompok kontrol

(aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata kelompok

perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) adalah 444017mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent antara kedua kelompok sesudah diberikan

placebo dan glutation menunjukkan perbedaan kadar MDA secara bermakna

(plt005) Hal ini berarti bahwa kelompok yang diberikan perlakuan berupa

placebo dan glutation 6 jam sebelum diberikan pelatihan fisik berlebih dengan

cara merenangkan selama 60 menit hari selama 35 hari rerata kadar MDA

berbeda secara bermakna Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh

untuk melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam

organ dan pembuluh darah (Giriwijoyo 2004)

Peningkatan kadar MDA sesudah diberikan pelatihan fisik berlebih pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan disebabkan karena pelatihan fisik

berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena terjadi peningkatan konsumsi

oksigen oleh aktifitas otot skeletal Stress oksidatif memicu peningkatan senyawa

oksigen reaktif Pada pelatihan fisik berlebih juga terjadi Reperfusion Injury yang

memicu terjadinya kerusakan jaringan dan peningkatan radikal bebas (Adiputra

2008) Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara menarik elektronnya

sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan sampai kematian sel

(Suryohudoyo 2000)

Pada penelitian ini didapatkan bahwa sesudah diberikan pelatihan fisik

61

berlebih dan placebo terjadi peningkatan kadar MDA sebesar 5024 Kadar

MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel (Winarsi

2007) Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pepe

(2011) bahwa pelatihan fisik berlebih meningkatkan kadar MDA Lebih lanjut

Murray et al (2000) juga menyatakan bahwa pelatihan fisik berlebih merangsang

respon biomarker stres oksidatif Sedangkan pada kelompok perlakuan yang

diberikan aktifitas berlebih dan glutation terjadi penurunan kadar MDA sebesar

1607 Terjadinya penurunan kadar MDA pada kelompok yang diberikan

glutation 6 jam sebelum melakukan pelatihan fisik berlebih disebabkan karena

pemberian antioksidan meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan

cara mendonorkan elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa

oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsi 2007) Glutation merupakan antioksidan

endogen yaitu antioksidan yang dapat disintesa dalam tubuh dari asam amino L-

sistein L-glutamat dan glisin (Cadenas 2002) yang juga sebagai master

antioksidan yaitu antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain

Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan

Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik (Hersh 2004) Glutation

merupakan salah satu antioksidan yang tidak dapat menjadi pro oksidan (Cadenas

2002) Normalnya sekali suatu antioksidan memakan radikal bebas antioksidan

ini menjadi teroksidasi sendiri dan menyerang sel yang sehat yang disebut

sebagai pro oksidan Glutation dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang

teroksidasi tersebut menjadi bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali

dalam memakan radikal bebas (Sellman 2009) Sehingga dengan demikian

62

glutation dapat membantu dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Urso

(2003) bahwa suplementasi antioksidan dapat mengatasi kondisi stress oksidatif

yang terjadi pelatihan fisik berlebih

Uji perbandingan antara data MDA pre dan post masing-masing kelompok

digunakan uji t-paired test Berdasarkan uji ini didapatkan hasil pada kelompok

perlakuan terjadi penurunan kadar MDA secara bermakna sebesar 085 mmollt

sedangkan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan kadar MDA secara

bermakna sebesar 260mmollt Terjadi penurunan kadar MDA pada kelompok

perlakuan menunjukkan pemberian antioksidan Glutation intraperitoneal dosis

37mgkgBBhari dapat mengatasi kondisi stress oksidatif yang terjadi pada

pelatihan fisik berlebih Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh

Urso (2003)

63

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

71 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan sebagai

berikut Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA

tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

72 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah

1 Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja glutation

yang lebih detail

2 Memperhatikan takaran latihan supaya tidak berlebihan yang justru akan

meningkatkan kerusakan sel

3 Perlu dilakukan uji klinis pada manusia

63

64

DAFTAR PUSTAKA

Adiputra N 2008Kesehatan Olah Raga Available from httpwwwbalihesgorgindexphpoption=com Accessed 2011 Oct 5th

Anonim 2011 Glutathione Available at

httpenwikipediaorgwikiGlutathione Accessed 2011 Oct 5th Anonim 2011 Overtraining Available at

httpwwwmarksdailyapplecomovertraining Accessed 2011 Oct5th

Asikin N 2001Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan InKursus Penyegaran dan Pelatihan Radikal bebas dan Antioksidan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta Fakultas Kedokteran UI

Bagiada NA 2001 Proses Penuaan dan Penanggulangannya Denpasar

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hal 22 Banerjee AK Mandal A Chanda D Chahraboti S 2003 Oxidant

Antioxidant and Physical ExerciseAvailable from httpwwwncbinlmnihgovpubmed14619981 accesed 2011 Sept 2nd

Binekada MC 2002 ldquoPelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Konsentrasi dan

Motilitas Spermatozoa Mencitrdquo(tesis) Denpasar Universitas Udayana

Cadenas E Jones PD 2002Bioavailability of Glutathione In Cadenas E

Packer L editorsHandbook of Antioxidants2nd Ed New York Marcel DekkerInc p549-564

Catala A 2006Lipid PeroxidationInt J Biochem Cell Biol 38 1482-1495 Dalle-DonneI Rossi R ColomboR Giustarini D Milzani

A2006Biomarkers of Oxidative Damage in Human Disease Available from httpwwwredorbitcomnewsscience473334biomarkersof oxidative damage in human diseaseindexhtmlaccessed2011 Sept 5th

Fouad T 2007 Free radicals Types Sources and Damaging Reaction

Relations Available from

64

65

wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th

Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th

Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112

Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors

ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their

Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69

Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan

Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th

Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz

R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155

Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester

Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th

Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala

T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200

Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and

Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders

66

Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana

LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia

Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647

Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from

httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit

Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK

Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620

Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji

Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah

Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009

Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan

Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132

Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde

Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521

Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley

Medical Publicationsp 123-141

Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI

Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable

from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer

67

Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole

Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam

Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI

Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam

Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya

Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan

Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47

Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant

Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th

Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan

Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105

68

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965

Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975

Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753

Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

69

Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan

Group Statistics

Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887

Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215

Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260

Perlakuan 10 42500 23348 07383

Independent Samples Test

Levenes Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df

Sig (2-

tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence Interval of the

Difference Lower Upper

Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428

Equal variances not assumed

-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429

Post1

Equal variances assumed 592 452 367

22 18 000 333700 09087 314608 352792

Equal variances not assumed

36722 16855 000 333700 09087 314515 352885

Post2

Equal variances assumed 906 354 264

19 18 000 239500 09066 220454 258546

Equal variances not assumed

26419 16265 000 239500 09066 220307 258693

70

Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis

(Laurence amp Bacharach 1964)

2g mencit 20g tikus 400g marmot

l5Kg kelinci

20Kg kucing

40Kg kera

120Kg anjing

70Kg manusia

20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879

200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560

400 g marmot

008 057 10 225 24 52 102 315

l5Kg kelinci

004 025 044 10 106 24 45 142

20Kg kucing

003 023 042 092 10 22 41 130

40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61

120Kg anjing

0008 006 010 0022 024 052 10 31

70Kg manusia

00026 0018 0031 007 0013 016 032 10

71

Lampiran 4

Foto Penelitian

Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)

72

Lampiran 5

Data Hasil Penelitian

Kelompok Kontrol

Pre test Post test Pre test Post Test

752 647 769 694

779 670 773 664

745 660 803 653

769 643 817 677

783 653

786 684

Kelompok Perlakuan

Pre Test Post test

412 391

436 412

442 425

425 401

453 436

466 442

432 405

456 432

470 453

476 463

Page 22: PEMBERIAN INJEKSI GLUTATION INTRAPERITONEAL

4

meningkatkan produksi molekul anti oksidan endogen termasuk glutathioneurate

coenzyme Q10 (Cadenas 2002) Dengan meningkatnya kadar antioksidan

endogen maka kadar MDA tubuh akan menurun

Teori Radikal Bebas menjelaskan bahwa radikal bebas merusak sel-sel

tubuh manusia (Goldmanamp Klatz 2003) Pelatihan fisik berlebih menyebabkan

terbentuknya radikal bebas Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara

menarik elektronnya sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan

sampai kematian sel (Suryohudoyo 2000) Pelatihan fisik berlebih menyebabkan

penuaan terjadi lebih cepat

Gaya hidup yang tidak sehat meningkatkan produksi radikal bebas

Beruntung tubuh mempunyai mekanisme pertahanan melawan oksidasi yang

terjadi tersebut Tubuh memproduksi enzim dan molekul khusus yang dapat

menangkap dan melenyapkan radikal bebas (superoksid dismutase katalase

glutation alfa lipoic acid CoQ10) yang disebut juga antioksidan endogen dan

yang berasal dari makanan seperti vitamin C dan E beta karoten polifenol

selenium seng (antioksidan esensial) yang disebut juga antioksidan eksogen

Antioksidan endogen maupun eksogen sangat penting buat tubuh karena

mampu meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan cara menangkap

dan mengeliminirnya Antioksidan eksogen efektif diperlukan untuk mencegah

terjadinya stress oksidatif Antioksidan endogen merupakan mekanisme

pertahanan preventif dengan cara memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal

bebas atau dengan cara menangkapnya (Winarsi 2007)

5

Bila jumlah antioksidan lebih sedikit dibanding jumlah radikal bebas

terjadi gangguan keseimbangan yang disebut redox state (Cadenas 2002) Dalam

kondisi seperti ini semakin banyak molekul normal yang ditarik elektronnya

molekul menjadi tidak stabil molekul ini akan merusak molekul sehat lainnya

sehingga terjadilah penyakit (Winarsi 2007)

Pemberian antioksidan yang cukup dan optimal dapat meningkatkan

kebugaran meningkatkan kemampuan tubuh dalam melakukan pelatihan fisik

menurunkan kadar stress oksidatif dalam tubuh mencegah terjadinya penuaan

dini (Pangkahila 2007) Antioksidan bekerja dengan cara mendonorkan satu

elektronnya ke molekul yang kehilangan elektronnya (radikal bebas) sehingga

membentuk radikal bebas tidak reaktif relatif stabil proses kerusakan sel dapat

dihambat

Ada beberapa macam antioksidan salah satunya adalah Glutation

Glutation merupakan antioksidan endogen yaitu antioksidan yang dapat dibuat

oleh tubuh kita sendiri Glutation juga dikenal sebagai master antioksidan

antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain (Goldman 2003)

Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan

Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik Normalnya sekali suatu

antioksidan memakan radikal bebas antioksidan ini menjadi teroksidasi sendiri

dan menyerang sel yang sehat yang disebut sebagai pro oksidan Glutation

dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang teroksidasi tersebut menjadi

bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali dalam memakan radikal bebas

(Sellman 2009) Sehingga dengan pengertian di atas glutation dapat membantu

6

dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh kita lebih banyak

dibandingkan dengan antioksidan lain

MDA adalah metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas

Kadar MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel

Apabila terdapat antioksidan yang tinggi dalam tubuh maka kadar MDA akan

menurun (Winarsi 2007)

Pelatihan fisik berlebih akan menyebabkan meningkatnya kerusakan

oksidatif Glutation menghambat kerusakan oksidatif Parameter yang digunakan

dalam penelitian ini adalah produk peroksidase lipid yaitu malondialdehid (MDA)

menurut metoda Willis

12 Rumusan Masalah

Apakah pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan

kadar MDA tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

13 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat

menurunkan kadar MDA pada tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

14 Manfaat Penelitian

141 Manfaat Keilmuan

Dapat menambah pengetahuan bahwa olahraga berlebih meningkatkan

MDA pemberian antioksidan Glutation dalam upaya mencegah terjadinya stress

7

oksidatif berkelanjutan yang dapat menjadi salah satu penyebab proses penuaan

penyakit metabolisme dan kemungkinan dapat dipergunakan sebagai dasar untuk

dilakukan penelitian lebih lanjut

142 Manfaat Praktis

Pengetahuan tersebut dapat memberikan manfaat kepada masyarakat luas

untuk lebih bijaksana dalam mengkonsumsi antioksidan dan dalam melakukan

pelatihan fisik

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

21 Penuaan

Penuaan sampai saat ini masih dianggap sebagai sesuatu yang alamiah

terjadi demikian juga penyakit yang muncul pada masa tuaSeseorang yang

berumur 50 tahun dengan penyakit Diabetes Mellitus dipandang sebagai sesuatu

yang umum karena memang sudah tua Sejak tahun 1950 penelitian penyebab

penuaan mulai diteliti faktor-faktor penyebab yang mempengaruhi kualitas hidup

sehingga meskipun usia bertambah tua tetapi tetap berkualitas Beberapa cara

modifikasi gaya hidup terus dilakukan untuk mencapai kualitas hidup yang lebih

baik seperti mengatur pola makan pola tidur pola olahraga pola hidup untuk

mencapai kualitas hidup yang baik di usia lanjutPenelitian memberi kesimpulan

bahwa pemberdayaan diri membudayakan pola hidup sehat dapat meningkatkan

kualitas hidup seseorang (Franklin 2009)

Dewasa ini seiring dengan percepatan perubahan teknologi meningkatnya

persaingan hidup orang berlomba-lomba mengkonsumsi produk dan berbagai

metode yang mengklaim bisa menghambat penuaan atau bersifat Anti Aging Ilmu

Kedokteran Anti Penuaan memberikan paradigma baru dalam menangani proses

penuaan Ilmu Kedokteran Anti Penuaan ini menjanjikan dapat memberikan solusi

untuk mengatasi ketidakmampuan penyakit nyeri deformitas dan kesedihan di

masa tua dengan cara meningkatkan kualitas hidup masa tua (Goldman dan Klatz

8

9

2003) Menurut Pangkahila penuaan bisa dicegah diobati dan bahkan dapat

dikembalikan ke keadaan semula (Pangkahila 2007)

Proses penuaan dapat dijelaskan dalam empat teori utama yang walaupun

tidak dapat menjelaskan dengan lengkap tetapi teori tersebut melengkapi satu

dengan yang lain

211 Teori Wear and Tear

Teori ini diperkenalkan pertama kali oleh Dr August Weisman seorang

ahli biologi dari Jerman pada tahun 1882 Teori ini menyatakan bahwa tubuh dan

sel akan rusak karena penggunaan dan disalahgunakan baik penggunaan secara

alami apalagi penyalahgunaan Kerusakan terjadi dalam sel sampai organ Pada

usia muda kerusakan yang terjadi dapat diatasi dikompensasi karena sistem

perbaikan dan pemeliharan yang masih baik tetapi seiring dengan bertambahnya

umur tubuh mulai kehilangan kemampuan tersebut Teori ini juga meyakini

pemberian suplemen dan merangsang kemampuan tubuh untuk melakukan

perbaikan dan mempertahankan organ tubuh dan sel

212 Teori Radikal Bebas

Teori ini diperkenalkan oleh Dr Denham Harman pada tahun 1956

Radikal Bebas adalah molekul tidak stabil yang sangat reaktif karena mempunyai

elektron tidak berpasangan pada orbit luarnya dapat bereaksi dengan molekul

lain menimbulkan reaksi berantai yang sangat destruktif (Goldman dan Klatz

2003)

10

Radikal Bebas dihasilkan dari pembakaran gula dan lemak yang kita

konsumsi untuk memberikan energi pada tubuh kita Radikal bebas merusak

membran sel kode DNA enzim protein dan akhirnya terjadi kerusakan pada

seluruh organ Kerusakan terjadi mulai dari lahir dan terus berlanjut hingga

meninggal Pada usia muda dampak penggantian sel yang masih berfungsi baik

Seiring dengan usia bertambah akumulasi kerusakan akibat radikal bebas akan

mengganggu metabolisme sel terjadilah mutasi sel yang mengakibatkan

timbulnya kanker dan kematian

Age Spot merupakan salah satu bentuk kerusakan pada membrane sel

yang disebabkan oleh Radikal Bebas Kerusakan membran ini menghasilkan

produk sisa yang dikenal sebagai lipofuscin Jumlah lipofuscin yang tinggi dalam

tubuh memberikan warna gelap pada daerah tertentu yang disebut Age spot

Lipofuscins mengganggu sintesis DNA dan RNA mempengaruhi sintesis protein

(menurunkan energi dan menghambat pembentukan massa otot) merusak enzim

seluler yang diperlukan untuk proses kimia vital dalam tubuh (Goldman dan

Klatz 2003)

Radikal bebas mempengaruhi peroksidasi lipid yang menyebabkan

produksi MDA (malondialdehyde) yang mengikat protein dan menyebabkan

gangguan fungsi biologik protein tersebut Radikal Bebas berkaitan dengan

penyakit usia lanjut seperti aterosklerosis Parkinson penyakit Alzheimer dan

gangguan fungsi kekebalan tubuh (Pangkahila 2007)

11

213 Teori Kontrol Genetika

Teori terfokus pada kode genetik yang ada dalam DNA meskipun seluruh

aspek diwariskan dalam gen tiap individu waktu jam biologis tergantung pada

pola hidup penuaan masing-masing individu Tiap individu memiliki jam biologis

yang telah diatur waktunya Berhentinya jam biologis menandakan proses

penuaan dan meninggal (Goldman dan Klatz 2003)

Ilmu Kedokteran Anti Penuaan melakukan upaya mencegah dan

memperbaiki kerusakan yang terjadiTerapi Gen diharapkan dapat memberikan

solusi dalam menghadapi takdir genetika terhadap beberapa penyakit keturunan

214 Teori Neuroendokrin

Teori yang menyangkut peranan berbagai hormon bagi fungsi organ tubuh

diperkenalkan oleh Vladimir DilmanPhD

Hormon mengatur dan memperbaiki fungsi tubuh Pada usia muda

berbagai hormone masih berfungsi baik dalam mengendalikan berbagai fungsi

organ tubuh Ketika manusia menjadi tua produksi hormon menurun fungsi

tubuh menjadi terganggu Contoh Growth Hormone yang membantu

pembentukan massa otot testosteron dan hormone tiroid akan menurun tajam

pada usia tua Ditandai dengan rasio lemak dan otot yang meningkat Terapi sulih

hormone dapat membantu masalah tersebut dan mengembalikan fungsi hormone

tubuh sehingga memperlambat proses penuaan

12

22 Radikal Bebas

221 Definisi Radikal Bebas

Radikal bebas adalah molekul (kumpulan atom) yang memiliki elektron

yang tidak berpasangan Oksidan adalah senyawa penerima elektron yaitu

senyawa yang dapat menarik elektron Kedua jenis senyawa ini memiliki aktifitas

yang sama dan memberikan akibat yang hampir sama tetapi dengan proses yang

berbeda (Winarsi 2007) Radikal Bebas digolongkan dalam oksidan namun tidak

setiap oksidan adalah radikal bebas (Suryohudoyo 2000)

Sumber oksidan berasal dari

Tubuh sendiri yaitu berasal dari proses fisiologis namun oleh suatu sebab

jumlahnya menjadi banyak

Proses peradangan

Luar tubuh seperti polutan obat-obatan

Radikal bebas lebih berbahaya dibanding senyawa oksidan non radikal

222 Tahapan Terbentuknya Radikal Bebas dan Sifatnya

Tahapan terbentuknya radikal bebas terjadi melalui sederetan mekanisme

reaksi

1 Tahap Inisiasi yaitu tahap yang menyebabkan terbentuknya radikal bebas

Cu

RH + O2 R + H2O

2 Tahap Propagasi yaitu tahap dimana radikal bebas cenderung bertambah

banyak dengan membuat reaksi rantai dengan molekul lipid lain

13

R + O2 RO2

RO2 + RH R + ROOH

3 Tahap Terminasi yaitu apabila terjadi reaksi antara radikal bebas dengan

radikal bebas lain atau antara radikal bebas dengan suatu senyawa pembasmi

radikal bebas (scavenger)

R1 + R2 R 1 R 2

Reduksi oksigen memerlukan pengalihan empat electron (electrotransfer)

Pengalihan ini tidak dapat sekaligus tetapi dalam empat tahapan yang setiap

tahapan hanya melibatkan pengalihan satu elektron Kendala yang mengharuskan

oksigen hanya dapat menerima satu elektron setiap tahap menyebabkan

terjadinya dua hal yaitu kurang reaktifnya oksigen dan terbentuknya senyawa-

senyawa oksigen reaktif seperti O2 (radikal superoksida) H2O2 (hydrogen

peroksida) OOH (radikal peroksil) dan OH (radikal hidroksil)

Radikal Bebas memiliki 2 sifat yaitu

1 Reaktifitas tinggi karena cenderung menarik elektron

2 Mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal

Elektron dari Radikal Bebas berikatan dengan senyawa yang berikatan

kovalen seperti lipid protein dan DNA akan sangat berbahaya karena ikatan

digunakan bersama-sama pada orbit luarnya Dibanding senyawa oksigen reaktif

radikal hidroksil merupakan senyawa yang paling berbahaya karena reaktifitasnya

yang sangat tinggi

Radikal hidroksil dapat merusak 3 jenis senyawa penting yang berfungsi

untuk mempetahankan integritas sel yaitu

14

1 Asam lemak tak jenuh yang merupakan komponen penting fosfolipid

penyusun membran

2 DNA pembawa genetik sel

3 Protein memegang berbagai peran penting seperti enzim reseptor antibodi

sitoskeleton

Dari ketiga senyawa tersebut yang paling rentan adalah senyawa asam

lemak tak jenuh ganda pada membran sel yang mengakibatkan rapuhnya dinding

sel Senyawa oksigen reaktif ini juga merusak dinding bagian dalam pembuluh

darah sehingga mengakibatkan pengendapan koleserol dan menyebabkan

aterosklerosis Apabila senyawa oksigen reaktif ini merusak basa DNA akan

terjadi kekacauan sistem info genetika berlanjut pada pembentukan sel kanker

Jaringan lipid yang rusak memicu munculnya penyakit degeneratif

Fosfolipid glikolipid dan kolesterol merupakan komponen terpenting

membran sel Komponen fosfolipid dan glikolipid mengandung asam lemak tak

jenuh (asam linoleat linolenat arakidonat) sangat rawan terhadap serangan

radikal hidroksil yang dapat menimbulkan reaksi rantai yang dikenal sebagai

Lipid peroxidation

Peroksidase lipid

LH + OH --- H + H2O

Asam lemak Radikal Bebas

L + O2 -- LOO

Radikal peroksilipid

LOO + LH --- L + L OOH dan seterusnya

15

Hasil akhir dari proses ini adalah terputusnya rantai asam lemak menjadi

berbagai senyawa yang bersifat toksik terhadap sel antara lain berbagai macam

aldehid seperti Malondealdehyde (MDA)

223 Peranan Radikal Bebas dalam proses penuaan

Pada usia muda keseimbangan antara radikal bebas dan pertahanan

antioksidan berfungsi dengan baik seiring dengan pertambahan usia

keseimbangan terganggu karena cadangan antioksidan berkurang dan radikal

bebas berlebih (Saxena dan Lan 2006)

Akibat ketidakseimbangan ini terjadi kerusakan oksidatif (Arief 2010)

Kerusakan ini disebabkan oleh radikal bebas dan merusak 3 komponen utama

yang mempertahankan integritas sel seperti fosfolipid (penyusun membrane sel)

DNA (perangkat genetik) protein (enzim reseptor antibodi) (Fouad 2007)

Ketidakseimbangan antara antioksidan dan senyawa oksigen reaktif

menghasilkan stress oksidatif penyebab kanker penuaan aterosklerosis cedera

iskemik peradangan dan penyakit degeneratif (Parkinson Alzheimer)

(Pangkahila 2007)

23 Stress Oksidatif

231 Keadaan yang menyebabkan stress oksidatif

Pada saat jumlah antioksidan tubuh kurang dari yang diperlukan untuk

meredam efek buruk dari radikal bebas keadaan ini disebut Stress oksidatif Bila

terjadi dalam waktu yang lama akan terjadi penumpukan hasil kerusakan

16

oksidatif di dalam sel dan jaringan yang mengakibatkan hilangnya fungsi sel

jaringan dan akhirnya mati Hal ini merupakan penyebab utama proses penuaan

(Bagiada 2001)

Keadaan yang menyebabkan Stress Oksidatif ini salah satunya adalah

pelatihan fisik berat atau berlebih (Hersh 2004) Stress oksidatif dapat

dikendalikan antara lain dengan membiasakan untuk menerapkan pola hidup sehat

dan mengkonsumsi antioksidan diharapkan akan memacu kerja antioksidan

dalam tubuh

MDA merupakan hasil dari proses peroksidasi lipid meningkatnya MDA

menunjukkan adanya suatu kondisi Stress Oksidatif menurunnya MDA

menunjukkan adanya perbaikan dari kondisi Stress tersebut sehingga MDA dapat

dipakai sebagai biomarker Stress oksidatif

24 Pelatihan Fisik

241 Olahraga

Pelatihan fisik atau olahraga merupakan satu kegiatan yang penting bagi

kehidupan manusia Olahraga merupakan alternatif kegiatan yang dapat

meningkatkan derajat kebugaran fisik seseorang apabila dilakukan dengan dosis

takaran yang benar Menurut Sharkey olahraga dapat meningkatkan pengeluaran

energi dan tingkat pengeluaran tersebut berkaitan dengan intensitas dan durasi

aktifitas yang dilakukan (Sharkey 2003) Latihan fisik atau olahraga yang

memperhatikan frekuensi intensitas tipe dan waktu mendukung dalam

mendapatkan hasil yang maksimal dan menurunkan resiko cedera Latihan fisik

17

yang benar memberikan dampak perbaikan pada sistem fungsional paru dan

jantung sehingga terjadi hipertropi otot jantung penurunan detak jantung

istirahat peningkatan stroke volume peningkatan volume darah dan hemoglobin

menambah jumlah pembuluh darah kapiler serta berfungsi dalam proses

pembakaran energi (Fox 1998) Frekuensi latihan yang dianjurkan adalah 3-4x

seminggu dengan intensitas 72-87 dari denyut jantung maksimal (220-umur)

dengan variasi 10 denyut per menitTipe latihan yang dianjurkan adalah

pemanasan 15 menit kombinasi latihan aerobik dan latihan otot dalam waktu 30-

60 menit diakhiri pendinginan 10 menit (Pangkahila 2009)

Sumber energi yang dibutuhkan untuk pelatihan fisik aerobik yang

dominan didapat dari pembakaran simpanan karbohidrat lemak dan sebagian

kecil (5) dari pemecahan simpanan protein yang terdapat di dalam tubuh untuk

menghasilkan ATP (adenosine triphospate) ATP yang terdapat dalam jaringan

otot terbatas kebutuhan ATP dipertahankan oleh creatinin phosphate (CP) dan

glikogen yang tersimpan dalam otot (Hernawati 2009) Terdapat 3 jalur untuk

memberikan ATP tambahan sesuai yang dibutuhkan selama kontraksi otot

meliputi 1 Pemindahan fosfat berenergi tinggi dari kreatinin fosfat ke ADP 2)

Fosforilasi oksidatif (siklus asam sitrat dari sistem transportasi elektron) 3)

glikolisis (Sherwood 2001) Sedangkan pada aktifitas yang bersifat anaerobik

energi diperoleh dari hidrolisis phosphocreatine serta melalui glikolisis glukosa

secara anaerobik Proses ini dapat terjadi tanpa adanya oksigen (O2) Metabolisme

anaerobik ini menghasilkan asam laktat yang apabila terakumulasi dapat

menyebabkan rasa nyeri pada otot menimbulkan stress fisik Hal ini

18

menyebabkan latihan aerobik terasa lebih menyenangkan (Hernawati 2009)

Metabolisme aerobik jauh lebih efisien daripada anaerobik karena menghasilkan

38 molekul ATP per molekul glukosa versus hanya 2 molekul melalui jalur

anaerob

Pelatihan fisik atau olahraga yang teratur selain memberikan manfaat

perbaikan pada mental fisik dan fisiologis juga mempengaruhi hormon tubuh

kita antara lain (Sharkey2003)

1 Growth Hormone

Stimulasi sintesis protein (muscle tone development) dan kekuatan tulang

tendon ligament dan tulang rawan Penurunan penggunaan glukosa dan

peningkatan penggunaan lemak sebagai bahan bakar selama olahraga

Membantu mengurangi lemak tubuh dan mempertahankan glukosa darah pada

level normal sehingga membantu melakukan olahraga selama periode waktu

yang lebih lama Dilepaskannya Growth Hormone oleh kelenjar pituitari di

otak meningkat dengan meningkatnya waktu latihan aerobik

2 Endorphins

Opioid endogen dari kelenjar pituitary yang memblok rasa sakit menurunkan

nafsu makan membuat perasaan senang mengurangi tekanan dan kecemasan

Pada saat olahraga endorfin dalam darah meningkat sampai lima kali selama

aktifitas olahraga lebih dari 30 menit Endorfin membuat kita dapat melakukan

aktifitas latihan menjadi lebih tahan lama

19

3 Testosteron

Hormon yang penting untuk wanita dan pria dalam mempertahankan tonus

volume kekuatan otot meningkatkan angka rata metabolisme basal

menurunkan lemak tubuh dan merasa lebih percaya diri Diproduksi oleh

ovarium pada wanita dan testis pada laki-laki Testosteron pada wanita hanya

sepersepuluh kadar testosteron pada laki-laki Pada wanita testosteron

berperan pada pengaturan libido dan orgasme Produksi pada wanita menurun

saat menjelang menopause sedangkan pada pria pada usia memasuki usia 40

tahun Kadar testosteron darah mulai meningkat setelah 20 menit olahraga

baik pada wanita maupun pria dan tetap tinggi sampai 1-3 jam setelah

olahraga

4 Estrogen

Estrogen secara biologis aktif adalah 17 beta estradiol meningkatkan

pemecahan lemak dari lemak tubuh sehingga dapat digunakan sebagai sumber

tenaga meningkatkan rata-rata metabolisme basal meningkatkan mood

meningkatkan libido Hormon ini disekresi oleh ovarium meningkat saat

olahraga dan tetap meningkat sampai 1-4 jam setelah olahraga

5 Thyroxine (T4)

Hormon yang diproduksi oleh kelenjar tiroid meningkatkan metabolisme

hampir semua sel dalam tubuh Peningkatan metabolisme ini membantu kita

merasa lebih energik dan juga menyimpan kalori penting untuk penurunan

berat badan Kadar tiroksin dalam darah meningkat sekitar 30 selama

20

olahraga dan tetap meningkat sampai beberapa jam sesudahnya Olahraga

yang teratur juga meningkatkan level tiroksin saat istirahat

6 Epinephrine

Hormon yang diproduksi oleh medulla adrenal yang meningkatkan jumlah

darah yang dipompa oleh jantung dan mengarahkan aliran darah ke tempat

yang diharapkan Stimulasi pemecahan glikogen (karbohidrat yang disimpan)

dalam otot yang aktif dan hati untuk digunakan sebagai sumber tenaga

Menstimulasi pemecahan lemak (lemak yang disimpan dalam otot yang aktif)

dan digunakan sebagai sumber tenaga Sejumlah epinefrin yang dilepaskan

berhubungan dengan intensitas dan durasi latihan

7 Insulin adrenalin

Hormon yang penting dalam mengatur gula darah dan asam lemak (lemak)

dan asam amino (protein) dalam sel Sekresi insulin oleh pancreas meningkat

sehubungan dengan respon meningkatnya kadar gula darah dan protein yang

biasa terjadi setelah makan Semakin banyak gula sederhana yang dikonsumsi

semakin tinggi respon insulin Meningkatnya insulin menyebabkan produksi

lemak sehingga insulin sering disebut sebagai hormon lemak atau fat

hormone Pada orang dengan berat badan berlebih terjadi resistensi insulin

sehingga diperlukan insulin dalan jumlah yang lebih besar untuk didapatkan

efek yang sama sehingga didapatkan kadar insulin darah yang lebih tinggi dan

latihan aerobik setiap hari Kadar insulin darah mulai menurun 10 menit saat

olahraga dan terus menurun sekitar 70 menit olahraga Olahraga yang teratur

juga meningkatkan sensitivitas sel terhadap insulin dalam keadaan istirahat

21

8 Glucagon

Hormon yang diproduksi oleh pankreas tugasnya meningkatkan kadar gula

darah Saat gula darah rendah glukagon disekresi dan menyebabkan simpanan

karbohidrat di dalam hati dilepaskan ke aliran darah untuk meningkatkan

kadar gula mencapai kadar normal Glukagon juga menyebabkan

dipecahkannya lemak sehingga dapat digunakan sebagai bahan bakar atau

sumber tenaga Glukagon mulai disekresi pada 30 menit awal olahraga ketika

gula darah mulai menurun

242 Pelatihan Fisik Berlebih

Pelatihan fisik berlebih menimbulkan gangguan pada sistem endokrin

terjadi peningkatan kadar kortisol dan penurunan kadar testosteron (Maffetone

2007) peningkatan ACTH penurunan LH plasma

Sindrom pelatihan fisik berlebih dalam jangka panjang mengakibatkan

terjadinya inflamasi infeksi yang lebih lanjut dapat mempengaruhi kesehatan

secara umum Aktifitas berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena

terjadi peningkatan konsumsi O2 oleh aktifitas otot skeletal Meskipun oksigen

dibutuhkan oksigen juga bersifat toksik yang dapat memicu peningkatan ROS

Pada organ yang tidak mendapat oksigen dan nutrisi yang cukup akan

menimbulkan keadaan iskemik dan kerusakan mikrovaskular Keadaan ini disebut

sebagai Reperfusion Injury yang memicu terjadinya kerusakan jaringan dan

peningkatan Radikal Bebas

22

Pelatihan fisik berlebih meningkatkan terbentuknya Radikal Bebas

(Adiputra 2008) Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh untuk

melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam organ dan

pembuluh darah (Giriwijoyo 2004) Apabila berlebih menyebabkan kerusakan

sel dengan 3 cara (Kumar et al2005 Ebenhardt 2001)

1 Kerusakan DNA mengakibatkan mutasi DNA bahkan kematian sel

2 Peroksidasi lipid membrane sel dan sitosol menyebabkan terjadinya proses

reduksi asam lemak sehingga mengakibatkan kerusakan membran dan organel

sel

3 Modifikasi protein teroksidasi oleh karena cross linking protein

Bila radikal bebas bertemu dengan asam lemak tak jenuh ganda daalam

membrane sel terjadi reaksi peroksidasi lipid membran sel menyebabkan

peningkatan fluiditas membran gangguan integritas membran dan inaktivasi

ikatan membran dengan enzim dan reseptor Tahap akhir dibebaskan aldehyde

seperti malondealdehyde pentane etana conjugated diane yang bersifat merusak

tubuh (Murray et al2000)

Pelatihan fisik berlebih menyebabkan terjadinya peningkatan lekosit atau

lekositosis peningkatan isoprostan dalam urin protein carbonil (73) catalase

(96) glutation peroksidase serta glutation teroksidasi (25) Dapat

disimpulkan pelatihan fisik berlebih merangsang respon biomarker stres oksidatif

(Murray et al 2000) Proses penuaan mengakibatkan penurunan sistem imun

sehingga meningkatkan resiko infeksi Menurut teori aktifitas sedang dapat

menangkal efek proses penuaan yang diakibatkan penurunan sistem imun Studi

23

yang dilakukan Shepard dan Shek menunjukkan bahwa aktifitas sedang dapat

ditoleransi dengan baik oleh individu lanjut usia dan menunjukkan penurunan

stimulasi proliferasi limfosit

Gejala ndash gejala yang dirasakan apabila melakukan pelatihan fisik berlebih

(overtraining) (Maffetone 2007)

1 Sering mengalami kegagalan dalam melakukan latihan yang biasanya kita

lakukan Kondisi fisik menjadi semakin lemah dan semakin lambat terjadi

kemunduran

2 Kehilangan otot dan terjadi penimbunan lemak Latihan fisik berlebih

meyebabkan rasio testosteron kortisol yang seharusnya positif yang berarti

lebih banyak otot dan lebih sedikit lemak menjadi negatif yang berarti cortisol

lebih tinggi dibanding testosteron yang berarti terjadi peningkatan resistensi

insulin dan penimbunan lemak

3 Merasa lemas mudah tersinggung sulit tidur

4 Persendian tulang dan anggota tubuh terasa sakit

Terjadinya DOMS (delayed onset muscle soreness) menunjukkan teknik

latihan yang salah atau postur saat latihan yang tidak tepat DOMS merupakan

respon alami yang akan hilang dalam waktu sehari atau 2 hari tetapi apabila

nyeri berkepanjangan menunjukkan adanya overtraining

5 Sering tiba-tiba jatuh sakit

Latihan fisik berlebih menurunkan sistem imun tubuh kita sehingga menjadi

lebih mudah sakit

24

Latihan fisik berat jangka panjang berkaitan dengan cedera serat

ototKerusakan yang terjadi berhubungan dengan intensitas durasi dan tipe

latihan Ketika cell death terbentuk jaringan nekrotik dibuang oleh sel fagosit

sel satelit teraktivasi menuju ke area yang cedera menjadi myoblast dan

selanjutnya menjadi serat otot Enzim otot yang dilepaskan tidak sepenuhnya

merefleksikan kerusakan struktural yang diperkirakan oleh analisis histologis

Perubahan penanda biologis cedera otot (seperti aktifitas kreatin kinase (CK)

lactate dehydrogenase (LDH) atau konsentrasi malondialdehyde di plasma

(MDA)) sering diperiksa selama overtraining Serum aktivitas CK dan

konsentrasi MDA plasma dapat gagal meningkat saat overtraining perubahan

parameter biokimia hanya merefleksikan otot dengan beban berlebih Setelah

olahraga yang lama pro-inflammatory cytokines diproduksi lokal pada otot

skeletal

Tanda dan gejala fisik latihan fisik berlebih (overtraining)

- Denyut jantung atau nadi yang meningkat saat istirahat

- Tidak toleransi terhadap latihan

- Penampilan yang menurun

- Penurunan berat badan berkurangnya massa otot tidak nafsu makan

- Kelelahan chronic fatigue lethargy

- Nyeri dan kerusakan otot nyeri sendi

- Mudah terserang flu pembengkakan kelenjar getah bening di leher

selangkangan dan ketiak

- Konstipasi atau diare

25

- Gangguan haid gangguan makan gangguan tidur

- Sakit kepala gangguan pencernaan

- Pemulihan yang berlangsung lambat setelah latihan

- Sendi otot tendon terasa kaku dan sakit

Tanda dan gejala psikologis

- Lelah capek kekurangan tenaga

- Insomnia sakit kepala tidak mampu untuk beristirahat

- Depresi gelisah cemas apatis

- Menurunnya kepercayaan diri

- Menurunnya kemampuan untuk berkonsentrasi

- Mudah stress

Efek biokimia dari Latihan Fisik Berlebih

- Meningkatnya serum kortisol dan SHBG

- Menurunnya serum total dan free testosterone rasio testosteron kortisol

- Menurunnya glikogen otot

- Menurunnya serum hemoglobin besi dan ferritin

Faktor yang mempengaruhi terjadinya overtraining

- Jetlag

- Bekerja terlalu keras

- Menstruasi

- Nutrisi gaya hidup yang buruk

- Kurang istirahat

- Terlalu banyak mengkonsumsi alkohol

26

- Kurangnya kemampuan mengatasi stress

Penanganan overtraining atau Latihan Fisik berlebih

- Massage

Massage pada jaringan dalam dapat melepaskan otot yang tegang

mempertahankan keseimbangan sistem muskulo-skeletal Pemijatan atau

massage yang teratur dapat membantu mencegah cedera yang mungkin

terjadi karena overuse

- Menggunakan roller busa

Penggunaan roller busa memungkinkan kita dapat melakukan massage

atau pemijatan sendiri Kita dapat juga memakai yang berbentuk bola atau

bola tenis untuk membantu menghilangkan rasa sakit Pemijatan ini dapat

dilakukan di tungkai lutut hamstring bahu punggung atau otot atau sendi

manapun

- Terapi suhu kontras

Air pancuran hangat dan dingin bergantian menstimulasi tubuh untuk

pulih lebih cepat Otot membawa impuls yang terasa pada kulit bagian

dalam tubuh di mana terjadi stimulasi sistem imun memperbaiki sirkulasi

dan pencernaan mempengaruhi produksi hormon stress meningkatkan

aliran darah mengurangi sensitivitas nyeri

- Pengaturan makanan

Membantu proses pemulihan penting untuk mengkonsumsi makanan

tinggi karbohidrat protein dan lemak sehat seperti Omega 3 omega 6

omega 9 asam lemak esensial Karbohidrat memberikan sumber tenaga

27

pada tubuh dan otak asam lemak esensial membantu mengurangi depresi

memperbaiki pemulihan protein akan membangun kembali otot yang

mengalami overtraining

- Mengkonsumsi vitamin

Ketika terjadi overtraining suplementasi sangat menguntungkan Vitamin

dan suplementasi mineral sebaiknya dikonsumsi pagi hari bersama dengan

makanan untuk penyerapan yang lebih baik

Defisiensi Vitamin yang biasa terjadi

- Vitamin A (Beta-Caroten)

- Vitamin B kompleks vitamin B12

- Vitamin C D E K

- Asam Folat

Defisiensi Mineral yang biasa terjadi

- Calcium

- Chromium

- Copper Iodine Iron

- Magnesium Fosfor

- Potassium

- Sodium

- Sulfur

- Zinc

28

25 Antioksidan

Radikal Bebas merupakan senyawa reaktif yang secara alami diproduksi

oleh tubuh manusia Radikal Bebas memberikan efek positif atau efek negatif

Untuk membatasi efek negatif tersebut dibutuhkan kompleks proteksi ndash sistem

antioksidan Sistem ini terdiri dari enzim antioksidan (katalase glutation

peroksidase superoksid dismutase) dan antioksidan non enzimatik ( vitamin E-

tokoferol vitamin A- retinol vitamin C- asam askorbat) Keseimbangan antara

produksi radikal bebas dan pertahanan antioksidan menunjukkan tingkat stress

oksidatif yang mungkin terlibat dalam proses penuaan dan pada beberapa

patologi (misalnya kanker Parkinson) (Winarsi 2007)

Latihan fisik juga meningkatkan stress oksidatif dan menyebabkan

gangguan homeostasis Latihan memberikan efek positif dan efek negatif

tergantung dari beban latihan spesifikasi latihan dan tingkat basal latihan Stress

oksidatif terlibat dalam terjadinya muscular fatigue dan mengarah ke

overtraining

Definisi antioksidan menurut Cadenas adalah suatu senyawa yang apabila

terdapat dalam jumlah yang lebih banyak dibanding senyawa yang teroksidasi

secara signifikan dapat menunda atau mencegah proses oksidasi senyawa tersebut

(Cadenas 2002) Secara kimia antioksidan adalah senyawa pemberi electron

Secara biologis antioksidan adalah senyawa yang mampu menangkal dan

meredam dampak negative oksidan dalam tubuh Antioksidan mendonorkan satu

elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa oksidan tersebut dapat

dihambat (Winarsi 2007)

29

Penting sekali keseimbangan antara oksidan dan antioksidan karena

berfungsi menjaga integritas dan berfungsinya membrane lipid protein sel dan

asam nukleat Senyawa asam lemak tak jenuh penyusun membrane lipid sangat

sensitive terhadap perubahan keseimbangan antara oksidan dan antioksidan

Menurut mekanisme kerjanya antioksidan dikelompokkan atas 3 yaitu

1 Antioksidan primer SOD katalase glutation peroksidase (GSH-Px)

Bekerja pembentukan senyawa radikal bebas yang telah terbentuk menjadi

molekul yang kurang aktifSedangkan antioksidan primer yang dapat

ditambahkan dari luar seperti glutation asam lipoat SOD melatonin

2 Antioksidan sekunder vitamin E vitamin C beta karoten flavonoid asam

urat albumin (Soewoto 2001)

Merupakan antioksidan eksogenous atau non enzimatis (Winarsi 2007)

Bekerja dengan cara memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal bebas

atau dengan cara menangkapnya

3 Antioksidan tertier meliputi system enzim DNA-repair dan metionin

sulfoksida reduktase Berfungsi dalam perbaikan biomolekuler yang rusak

akibat reaktivitas radikal bebas

26 Glutation sebagai antioksidan

Glutation merupakan tripeptida yang terdiri dari asam amino glutamat

sistein dan glisin (Cadenas 2002)Ikatan glutamat ndash sistein merupakan ikatan

isopeptida antara grup γ-karboksil dari glutamat dan grup α amino dari

sisteinIkatan unik ini membuat gluation tahan terhadap degradasi oleh proteases

30

dan peptidases yang berfungsi pada peralihan proteinMerupakan suatu

antioksidan yang mencegah kerusakan komponen seluler oleh reactive oxygen

species seperti radikal bebas dan peroksidGlutation bukan nutrisi esensial karena

disintesa di dalam tubuh dari asam amino L-sistein L-glutamic acid dan glycine

Gambar 21 Struktur GSH dan GSSG

Glutation terdapat pada sebagian besar sel tubuh tetapi terbanyak terdapat

di dalam hati Grup thiol (SH) dari sistein berfungsi sebagai donor proton dan

bertanggungjawab untuk aktifitas biologis glutation Provisi asam amino ini

merupakan faktor yang terbatas dalam sintesis glutation oleh sel karena sistein

relatif jarang pada makanan Apabila dilepaskan sebagai asam amino bebas

sistein adalah toksik dan secara spontan dikatabolisasi di saluran pencernaan dan

plasma darah

Glutation disintesis dalam 2 tahap

1 Gamma-glutamylcysteine disintesa dari L-glutamate dan sistein melalui enzim

gamma-glutamylcysteine sintetase (glutamate cysteine ligase GCL)

31

2 Glisin ditambahkan pada C-terminal dari gamma-glutamylcysteine melalui

enzim glutation sintetase

261 Fungsi Glutation

Glutation terdapat dalam bentuk tereduksi (GSH) dan teroksidasi (GSSG)

Grup thiol dari sistein mampu memberikan donor elektron ke molekul lain yang

tidak stabil seperti Reactive Oxygen Species (ROS) Pada saat mendonorkan

elektronnya glutation menjadi reaktif dan segera bereaksi dengan glutation reaktif

lainnya membentuk glutation disulfide (GSSG)Reaksi mungkin terjadi apabila

terdapat konsentrasi yang cukup tinggi di sel (sampai 5mm di hati) GSH dapat

terbentuk kembali dari GSSG oleh enzim glutation reduktase Pada sel atau

jaringan yang sehat terdapat lebih 90 dari total simpanan glutation terdapat

dalam bentuk tereduksi (GSH) dan kurang dari 10 dalam bentuk disulfide

(GSSG)

GSH ---- GSSG

Eliminasi ROS Menjaga protein thiols Antioxidant

dalam bentuk reduksi pools

Gambar 22 GSH Redox (Cadenas 2002)

GSH Redox merupakan indikator sentral keseimbangan antara stress

oksidatif dan system antioksidan GSH Redox berkaitan dengan detoksifikasi

Reactive Oxygen Species (ROS) berfungsi dalam mempertahankan tersedianya

antioksidan mempertahankan protein thiol dalam bentuk reduksi Rasio

32

GSHGSSG sering dipakai untuk mengekspresikan keseimbangan redox ini

Peningkatan rasio GSH-GSSG merupakan indikasi adanya Stress Oksidatif

(Goldman 2003)

Glutation mempunyai beberapa fungsi (Winarsih 2007)

- Sebagai antioksidan endogen mayor yang diproduksi oleh sel berpartisipasi

langsung pada netralisasi radikal bebas dan senyawa oksigen reaktif

mempertahankan antioksidan eksogen seperti vitamin C dan E pada bentuk

tereduksi (aktif)

- Pengaturan siklus nitric oxide yang sangat penting untuk kehidupan tetapi

dapat menjadi masalah apabila tidak teregulasi Digunakan untuk reaksi

metabolism dan biokimia seperti sintesis dan perbaikan DNA sintesis protein

sintesis prostaglandin transport asam amino dan aktivasi enzim Tiap sistem

di dalam tubuh kita dapat dipengaruhi oleh sistem glutation khususnya sistem

imun sistem saraf sistem gastrointestinal dan paru

Gambar 23 Detoksifikasi Lipid Hydroxyperoxides di usus halus

33

GSH yang ditransportasikan kedalam lumen digunakan untuk detoksifikasi

peroksid yang terbentuk dari makanan oleh glutation peroksidase (GSH Px)

Proses ini membutuhkan peroksid dan glutation yang tersedia di sel epitel GSSG

yang terbentuk direduksi kembali menjadi GSH oleh GSSG reduktase (GSSG

Rx) menggunakan NADPH sebagai reduktan

262 Suplementasi Glutation

Meningkatkan level GSH melalui suplementasi glutation langsung sulit

Penelitian terakhir menyatakan bahwa secara oral tidak diabsorpsi baik melalui

saluran pencernaan Studi mengenai konsumsi oral akut glutation dengan dosis

sangat besar 3 gram Witschi dan tim menemukan lsquoadalah tidak mungkin

meningkatkan glutation yang bermanfaat secara klinis dengan dosis tunggal 3

gram glutationrsquo

Glutation terdapat pada makanan sehari-hari sampai 150mghari dapat

diabsorpsi melalui intak di usus halus Individu sehat dengan asupan sulfur asam

amino (1-2 gramhari) jumlah GSH mungkin tidak cukup untuk mendapatkan

efek penting secara sistemik Individu dengan asupan sulfur asam amino yang

terbatas suplementasi GSH diperlukan untuk mempertahankan suplai GSH

sistemik dengan memperbaiki keseimbangan sulfur asam amino (Cadenas 2002)

Glutation hanya diabsorpsi di sel epitel oral dan traktus gastrointestinal

dan memberikan keuntungan kesehatan spesifik pada jaringan tersebut(Cadenas

2002)

34

SUPLAI HILANG

Makanan suplemen Degradasi

GSH

Empedu LUMINAL Uptake

Epitel Reaksi Detoksifikasi

Gambar 24 Supply dan Removal Glutation dalam lumen usus halus (Cadenas 2002) Glutation (GSH) disuplai ke dalam lumen intestinal melalui konsumsi oral

empedu dan sekresi epitel intestinal Jumlah yang disuplai dari empedu cukup

untuk mempertahankan jumlah 200microM pada tikus tetapi tidak cukup pada

manusia yang mengalami degradasi di duktus kantung empedu Jumlah yang

dikonsumsi melalui makanan bervariasi dan secara umum kurang dari 200 microM

Jumlah yang diberikan melalui epitel hanya sekitar 10 atau kurang

dibandingkan dengan yang disediakan oleh empedu Hilangnya Glutation karena

degradasi oleh γ-glutamyltranspeptidase dan dipeptidases pada permukaan sel

epitel ditransportasikan ke dalam sel oleh mekanisme sodium-dependent dan

sodium-independent konjugasi dengan elektrofil reaktif dikatalisasi oleh

glutathione-S transferase mucus (Cadenas 2002)

Vitamin D meningkatkan level glutation di otak dan tampaknya sebagai

katalis untuk produksi glutation Sejumlah vitamin D aktif di otak berikatan

dengan seberapa besar vitamin D3 baik melalui suplemen atau dibentuk di kulit

melalui paparan matahariHal ini menyatakan bahwa mengkonsumsi vitamin D

35

dan atau mendapat cukup paparan matahari meningkatkan produksi glutation

(Sellman 2009)

Konsentrasi glutation di plasma dan hati dapat ditingkatkan dengan

mengkonsumsi suplemen tertentu yang disebut GSH precursors N-asetilsistein

atau NAC glutation precursor yang paling memungkinkan Suplemen lain S-

adenosilmetionin (SAMe) dan whey protein juga dapat meningkatkan glutation

dalam sel (Sellman 2009)

NAC tersedia dalam bentuk obat dan sebagai suplemen generik Alpha

lipoic acid juga dapat mempertahankan glutation intraselular Melatonin dapat

menstimulasi enzim yang berkaitan glutation peroksidase dan silimarin ekstrak

dari biji tanaman milk thistle (Silybum marianum) juga mempunyai kemampuan

memperbarui level glutation

Glutation diatur dengan ketat di intraseluler dan dibatasi produksinya oleh

feedback negative inhibisi sintesisnya sendiri melalui enzim gamma-

glutamilsistein sintetase sehingga meminimalisir kemungkinan terjadinya

overdosis Penambahan glutation menggunakan precursor atau glutation intravena

adalah strategi untuk mengatasi defisiensi glutation stress oksidatif tinggi

defisiensi imun

Glutation yang rendah menunjukkan adanya pembuangan dan

keseimbangan negatif nitrogen seperti pada kanker AIDS sepsis trauma

terbakar dan bahkan atlet overtraining Suplementasi glutation dapat

memperbaiki proses ini dan contohnya pada AIDS memberi hasil adanya

perbaikan survival rates Bagimanapun studi mengenai kondisi ini belum dapat

36

membedakan glutation rendah sebagai akibat secara akut (pada pasien sepsis) atau

secara kronis (HIV) meningkatkan stress oksidatif dan peningkatan patologi

sebagai akibat defisiensi yang sudah ada sebelumnya

Skizofrenia dan gangguan bipolar berhubungan dengan glutation yang

rendah Stress oksidatif mungkin salah satu faktor dasar patofisiologi gangguan

bipolar gangguan depresif mayor dan skizofrenia Glutation (GSH) adalah

pemakan radikal bebas mayor di otakTidak adanya GSH meningkatkan

kerentanan sel terhadap stress oksidatif ditandai asetilsistein dapat mengurangi

gejala kedua gangguan tersebut

Glutation merubah level stress oksidatif pada sel yang diisolasi di

laboratorium sehingga dapat mengurangi perkembangan kanker Tes ini tidak

dilakukan pada manusia

Glutamat yang berlebihan di sinaps yang dapat dilepaskan pada kondisi

seperti cedera otak dapat menghambat pengambilan sistein senyawa pembentuk

glutation yang pentingTanpa proteksi dari cedera oksidatif oleh glutation sel-sel

dapat rusak atau mati (Sellman 2009)

Glutation juga mempunyai fungsi lain sebagai berikut (Sellman 2009)

Mencerahkan kulit

Mencegah menghilangkan jerawat dan bekas jerawat

Menghilangkan noda hitam

Anti aging dan anti kerut

Memberi nutrisi kulit

Membantu pemulihan luka

37

Membuat kulit menjadi halus segar dan bersinar

Kondisi kesehatan yang berhubungan dengan defisiensi glutation

Peningkatan proses penuaan

Kesulitan dalam keseimbangan

Gangguan mental

Masalah koordinasi

Gangguan sistem saraf

Akhir-akhir ini dipercaya sebagai penyebab lesi otak

Kanker HIV Katarak Diabetes Mellitus

Jumlah sperma yang rendah

263 Glutation Precursor (Sellman 2009)

Glutation Precursor disebut juga sebagai building-block dari glutation

yaitu N-asetilsistein atau NAC dan whey protein tidak terdenaturasi

Nasetilsistein adalah obat farmasi yang biasa digunakan bertahun-tahun untuk

mengobati overdose asetaminofen Hal ini sangat efektif ketika diberikan dalam

dosis besar di ruang darurat ketika seseorang akan mengalami gagal hati karena

overdosis asetaminofen komposisi aktif dari Tylenol

Efek sampingnya adalah bercak-bercak kemerahan bersin mual

anafilaksis reaksi alergi yang berupa kesulitan bernafas karena bronkospasme

tekanan darah menurun angioedema muntah kram diare Walaupun jarang

kematian pernah dilaporkan karena N-asetilsistein Beberapa orang mendapatkan

rasa dan bau yang tidak dapat diterima karena kandungan sulfur di dalamnya

38

Pengggunaan teratur untuk menaikkan kadar glutation tidak direkomendasikan

untuk anak-anak dan bayi Masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk

menentukan keamanan N-asetilsistein untuk penggunaan jangka panjang

Whey protein tidak terdenaturasi merupakan nutraceutical atau medicinal

foodSenyawa ini memberikan ikatan sistein ke sel-sel di mana glutation dapat

terbentuk di tempat tersebut

Beberapa kondisi yang tidak dapat mengkonsumsi whey protein

- Pasien dengan alergi protein susu

- Pasien dengan diet rendah protein

- Pasien yang sedang menjalani terapi imunosupresif

Efek sampingnya adalah kembung perut kram urtikaria Efek samping

karena overdosis tidak terjadi karena sel hanya membuat sebatas yang dibutuhkan

apabila berlebih kelebihan disimpan di hati dan ginjal sampai suatu saat kalau

dibutuhkan

264 Sumber Glutation dari makanan

Sumber glutation dari makanan yang disarankan adalah asparagus bayam

brokoli bawang putih kale bawang watercress kol Brussel sprout beberapa

bumbu seperti kunyit kayu manis semangka alpukat anggur peach jeruk

walnut granola daging kalkun dan daging ayam keju cottage dan yoghurt

39

Tabel 21 Makanan yang mengandung Glutation (Cadenas2002)

GSH Food Group mg100 g mgsaji Buah segar Apel 33 46 Pisang 41 48 Anggur 79 146 Jeruk 73 106 Semangka 66 283 Sayuran segar Asparagus dimasak 283 263 Alpukat 277 313 Brokoli dimasak 91 78 Wortel mentah 79 59 Tomat 90 109 Daging Hamburger 175 149 Ham rebus 233 13 Ayam digoreng 131 134 Sereal biji-bijian Cornflakes 00 00 Roti whole wheat 12 06 Roti putih 00 00 Nasi putih enriched dimasak 16 21 Produk Susu Susu whole 00 00 Keju Amerika 00 00 Yoghurt plain lowfat 00 00 Es krim 10 lemak 00 00

40

BAB III

KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

31 Kerangka Berpikir

Faktor penyebab penuaan antara lain faktor internal dan faktoreksternal

Faktor internal meliputi radikal bebas glikosilasi metilasi hormon yang

berkurang apoptosis system kekebalan tubuh yang menurun genetik Faktor

eksternal meliputi gaya hidup tidak sehat polusi lingkungan stress kemiskinan

kebiasaan yang salah olahraga berlebihan (overtraining) Berbagai faktor di atas

menyebabkan terjadinya penurunan fungsi tubuh dan terjadilah penuaan

Kerangka konsep penelitian berdasarkan teori bahwa salah satu penyebab

penuaan adalah radikal bebas Bila jumlah radikal bebas melebihi jumlah

antioksidan di dalam tubuh terjadilah stress oksidatif Radikal bebas dapat

merusak membran sel protein DNA dan berakibat fatal bagi kelangsungan hidup

sel jaringan Stress oksidatif yang berlangsung lama akan mengakibatkan

terjadinya penumpukan hasil kerusakan oksidatif di dalam sel dan jaringan

selanjutnya sel dan jaringan tersebut akan kehilangan fungsinya dan akhirnya

mati

Olahraga berlebih meningkatkan stress oksidatif karena terdapat

peningkatan konsumsi O2 oleh aktivitas otot skeletal Oksigen juga dapat bersifat

toksik yang dapat memicu peningkatan Reactive Oxygen Species (ROS)Organ

yang tidak mendapat cukup oksigen dan nutrisi menjadi iskemik dan terjadi

kerusakan mikrovaskular (Reperfusion Injury) memicu peningkatan radikal

40

41

bebas Dengan pemberian antioksidan Glutation yang merupakan antioksidan

master diharapkan dapat mencegah kerusakan lebih lanjut yang diakibatkan oleh

radikal bebas dengan cara melindungi sel dari Reactive Oxygen Species (ROS)

dan dapat dilihat melalui parameter MDA yang mengalami penurunan

32 Konsep Penelitian

Konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Gambar 31 Konsep Kadar MDA pada tikus yang diberikan Pelatihan Fisik Berlebih+ Placebo dan Pelatihan Fisik Berlebih + Glutation

FAKTOR INTERNAL

- Jenis Kelamin

- Usia

- Genetik

- Hormon

- Psikologis

FAKTOR EKSTERNAL

- Makanan

- Cuaca iklim

- Penyakit

- Exercise

GLUTATION

TIKUS

KADAR MDA

42

33 Hipotesis

Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan kadar MDA

tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

43

BAB IV

METODE PENELITIAN

41 Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksterimental dengan rancangan

randomized pre test-post test control group design (Poccock et al 2008)

Subyek terdiri dari 2 kelompok yaitu

1 Kelompok 1 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+ Placebo

2 Kelompok 2 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation

Semua kelompok sebelum perlakuan diberikan pre test (O1 O3) dan

dihitung rerata untuk masing-masing kelompok

Setelah perlakuan semua kelompok diberikan post test (O2 O4) dan

dihitung rerata untuk masing-masing kelompok

Kemudian dihitung perbedaan rerata antara pre test dan post test dari

masing-masing kelompok lalu hasil perbedaan tersebut dibandingkan secara

statistik

Gambar 41 Rancangan Penelitian

P S

43

R R

O1 P1 O2

O3 P2 O4

44

Keterangan

P = populasi

S = sampel

R = random

O1 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah mendapatkan

pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan placebo (pre test)

O2 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah diberikan pelatihan

fisik berlebih setelah diberikan placebo (post test)

O3 = observasi data MDA kelompok perlakuan setelah diberikan

pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan Glutation (pre test)

O4 = observasi data MDA kelompok perlakuan diberikan pelatihan fisik

berlebih setelah diberikan Glutation (post test)

P1 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih+ placebo

P2 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation

42 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran

Universitas Udayana pada bulan Januari ndash Maret 2012 Pemeriksaan MDA darah

tikus dikerjakan di bagian Program Antar Unit Universitas Gajah Mada

Jogyakarta

45

43 Populasi dan Sampel

431 Populasi

Subyek penelitian adalah tikus jantan dewasa galur Wistar yang berusia 2-

25 bulan dan dalam kondisi fisik sehat

432 Kriteria Sampel

4321 Kriteria Inklusi

Kriteria Inklusi yang ditetapkan sebagai sampel adalah sebagai berikut

a Tikus jantan dewasa galur Wistar

b Umur 2-25 bulan

c Berat badan plusmn200 gram

d Sehat

e MDA ge 5mmollt

4322 Kriteria Drop Out

Adalah sampel yang mati pada waktu penelitian

433 Besar Sampel

Besar sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini dihitung berdasarkan

rumus Poccock (2008)

Angka μ1 (5) dan μ2 (12) didapatkan dari penelitian sebelumnya (Ji 1998)

n=

46

= asymp 7

Keterangan

n = jumlah sampel

σ = standar deviasi kelompok perlakuan dengan pemberian

glutation (15)

f ( ) = besarnya didapat dari tabel (Poccock 2008)

μ1 = rerata hasil MDA pada kelompok perlakuan sesudah

pemberian glutatioacuten (5)

μ2 = rerata hasil MDA pada kelompok pre test (12)

Jadi jumlah sampel (n) = 675 dan ditambah 3 ekor tikus untuk masing-

masing kelompok sebagai cadangan Jadi total 20 ekor tikus dengan 10

ekor tikus untuk masing-masing kelompok

434 Teknik Pengambilan Sampel

Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat

sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi diambil secara acak

sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi

2 kelompok yaitu kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+placebo kelompok

dengan pelatihan fisik berlebih + glutation

47

44 Variabel Penelitian

441 Klasifikasi Variabel

Variabel penelitian dibedakan menjadi

1 Variabel Bebas dosis pemberian glutation

2 Variabel Tergantung kadar MDA

3 Variabel Terkendali varian tikus jantan (galur wistar) jenis

kelamin umur berat badan lingkungan

(pencahayaan suhu kelembaban nutrisi

kandang)

Gambar 42 Bagan Hubungan Antar Variabel

VARIABEL BEBAS

- Pelatihan fisik berlebih

- Glutation 37mg kgBBhari

VARIABEL TERGANTUNG

KADAR MDA

VARIABEL TERKENDALI

Varian tikus

Jenis kelamin umur berat badan

Pencahayaan suhu kelembaban nutrisi kandang

Makanan minuman

48

442 Definisi Operasional Variabel

1 Pelatihan fisik berlebih pada tikus adalah pelatihan yang berlebihan

yang diukur berdasarkan kemampuan maksimal berenang tikus pada

ember berdiameter 35 cm dengan kedalaman air 20 cm yang

dilakukan 60 menithari selama 35 hari pada waktu yang sama pada

suhu 32 derajat (Binekada 2002 dan Pepe2011)

2 Glutation yang diberikan adalah Glutation Teofarma injeksi sediaan

600mg 4 ml Dosis pemberian Glutation adalah pemberian sediaan

antioksidan Glutation dalam bentuk suntikan intraperitoneal yang

diberikan 1x sehari dan diberikan 6 jam sebelum pelatihan fisik

berlebih Dosis pemberian Glutation mengacu pada penelitian yang

dilakukan sebelumnya oleh Ji L L yaitu 37mgkgBBhari yang

dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril secara intraperitonial

3 MDA merupakan salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada

membran sel dan merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan

oleh radikal bebas Pengukuran kadar MDA menggunakan metode

Thiobarbituraic Acid Reactive Substances (TBARS) Pembacaan hasil

dengan menggunakan spektrofotometer Satuan MDA dalam mmoll

4 Cahaya suhu dan kelembaban merupakan kondisi lingkungan yang

dialami tikus jantan dewasa Pada penelitian ini kondisi lingkungan

selama percobaan dibuat sama

5 Berat badan tikus adalah berat badan yang ditimbang dengan

timbangan gram

49

6 Umur tikus adalah umur yang ditentukan dengan melihat tanggal

kelahiran yang dicatat pada kandang percobaan

7 Kondisi peneliti yang meliputi kesehatan fisik dan psikis peneliti

Penelitian dilaksanakan saat kondisi peneliti dalam keadaan baik

sehingga pengaruhnya terhadap hasil penelitian dapat diabaikan

45 Bahan dan Alat Penelitian

451 Bahan Penelitian

Glutation injeksi

Tikus jantan

Makanan tikus berupa pellet dan air minum dari air ledeng

Aquades steril

EDTA (Ethylenediamine tetraacetic acid)

Reagensia untuk pengukuran kadar MDA

452 Alat Penelitian

Alat yang dipakai dalam pengambilan data penelitian ini adalah

- Kandang tikus terbuat dari besi yang di dalamnya terdapat sekam dan

botol minuman

- Ember berdiameter 35 cm dan kedalaman air 20 cm

- Stopwatch

- Timbangan

- Spuit injeksi 1 ml

50

- Sarung tangan

- Kapas dan alkohol 70

- Tabung Evendorf

- Mikropipet

- Pipet kapiler

- Sentrifugasi

46 Prosedur Penelitian

1 Tikus jantan dewasa (Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan

berat badan plusmn200gram dilakukan aklimatisasi selama 2 minggu di

tempat penelitian untuk penyesuaian dengan lingkungan

2 Semua sampel tikus diberi perlakuan yang sama yaitu diberikan

pelatihan fisik berlebih dengan cara berenang sampai kelelahan pada

hari ke 7 kedua kelompok tersebut dilakukan pemeriksaan MDA

3 Mulai hari ke 8 ndash 35 sampel tikus yang berjumlah 20 ekor dibagi atas 2

kelompok di mana kelompok 1(kontrol) diberikan pelatihan fisik

berlebih + injeksi aquabidest intraperitoneal enam jam sebelum

perlakuan aktifitas berlebih kelompok ke 2 (perlakuan) diberikan

pelatihan fisik berlebih + injeksi intraperitoneal glutation 37

mgkgBBhari yang sudah dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril

4 Pada hari ke 35 dilakukan pemeriksaan kadar MDA pada masing-

masing tikus setelah bulu tikus kering

51

5 Selama penelitian hewan coba diberikan makanan dan minuman secara

teratur kebersihan dan kenyamanan kandang dijaga

461 Alur Penelitian

TIKUS ADAPTASI 2 MINGGU

PELATIHAN FISIK BERLEBIH 1 MINGGU

MDA

KELOMPOK 1 KELOMPOK 2

PELATIHAN FISIK BERLEBIH PELATIHAN FISIK BERLEBIH

+ AQUABIDEST (28 hari) +GLUTATION 37mgkgBBhari

28 HARI 28 HARI

MDA

Gambar 43 Bagan Alur Penelitian

462 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium

Pemantauan keselamatan tikus jantan (galur Wistar) di laboratorium

(Smith et al1988 Ngatidjan 2006) adalah sebagai berikut

1 Kandang tikus jantan harus cukup kuat tidak mudah rusak teratur dibersihkan

(1x seminggu) mudah dipasang kembali hewan tidak mudah lepas tahan

52

gigitan hewan kelihatan jelas dari luar Alas tempat tidur terbuat dari serbuk

gergaji atau sekam padi agar mudah menyerap air

2 Luas lantai yang memadai untuk tikus jantan dengan berat badan plusmn200 gram

adalah 60cm persegi dan tinggi 20 cm

3 Diciptakan suasana lingkungan yang stabil dan sesuai keperluan fisiologi tikus

jantan di mana kelembaban suhu pertukaran udara yang ekstrim harus

dihindari

4 Hewan coba hendaknya diperlakukan dengan kasih sayang

47 Pengolahan dan Analisis Data

Analisis data yang digunakan adalah

1 Analisis Deskriptif

2 Uji normalitas data dilakukan dengan tes Shapiro-Wilk Distribusi data

normal dengan nilai pgt005

3 Uji homogenitas dilakukan dengan Lavenersquos Test Data dinyatakan

homogen dengan nilai pgt005

4 Karena data berdistribusi normal dan homogen maka untuk uji

komparabilitas dipakai

- Uji t independent untuk membandingkan rerata kadar MDA antar

kelompok

- Uji Paired T- Test untuk membandingkan rerata kadar MDA pre

dan post masing-masing kelompok

- Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau

dinyatakan berbeda bila plt005

53

BAB V

HASIL PENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 20 ekor tikus jantan dewasa

(Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan berat badan plusmn200 gram sebagai

sampelyang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah 10 ekor

yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dankelompok

perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) Dalam penyajian hasil ini diuraikan

uji normalitas data uji homogenitas data uji komparabilitas dan uji efek

perlakuan

51 Uji Normalitas Data

Data Kadar MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan

pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji

Shapiro-Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005)

disajikan pada Tabel 51

53

54

Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing Kelompok Sebelum

dan Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Perlakuan n p Keterangan

Kadar MDA kontrol pre

Kadar MDA perlakuan pre

Kadar MDA kontrol post

Kadar MDA perlakuan post

10

10

10

10

0965

0550

0975

0697

Normal

Normal

Normal

Normal

52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok

Data Kadar MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun

sesudah perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test

Hasilnya menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52

Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA Sebelum dan

Sesudah Perlakuan

Variabel F p Keterangan

Kadar MDA pre

Kadar MDA post

0016

0592

0901

0452

Homogen

Homogen

53 Kadar MDA

531 Uji komparabilitas

Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata kadar MDA

antar kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan

55

glutation Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada

Tabel 53 berikut

Tabel 53

Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata

Kadar MDA

SB T P

Aktivitas berlebih dan

placebo

Aktivitas berlebihdan

glutathion

10

10

518

529

028

029

089 0386

Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok

kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 518028mmoll dan rerata

kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 529029mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 089 dan nilai

p = 0386 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan

berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya tidak berbeda secara

bermakna (p gt 005)

532 Analisis efek perlakuan

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kadar MDA antar

kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation

56

Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54

berikut

Tabel 54 Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata

Kadar MDA

SB T P

Aktivitas berlebih dan

placebo

Aktivitas berlebihdan

glutathion

10

10

778

444

023

017

3672 0001

Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok

kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata

kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 444017mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 3672 dan nilai

p = 0001 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan

berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya berbeda secara

bermakna (p lt 005)

57

Gambar 51 Perbedaan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

533 Analisis Komparasi Sebelum dengan Sesudah Perlakuan

Analisis komparasi diuji berdasarkan rerata kadar MDA antara sebelum

dengan sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation Hasil

analisis kemaknaan dengan uji t-paired disajikan pada Tabel 55 berikut

Tabel 55 Analisis KomparasiKadar MDA antara Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Kelompok Beda Rerata

pre ndash post p Keterangan

Aktivitas berlebih dan placebo

Aktivitas berlebih dan

glutathion

260

085

0001

0001

Meningkat

Menurun

58

Berdasarkan uji t-paired didapatkan bahwa ada penurunan kadar MDA

pada kelompok perlakuan secara bermakna sebesar 085mmoll sedangkan pada

kelompok kontrol mengalami peningkatan secara bermakna sebesar 260mmoll

59

BAB VI

PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian

Untuk menguji efek pemberian glutation terhadap penurunan kadar MDA

maka dilakukan penelitian terhadap 20 ekor tikus jantan dewasa (Galur Wistar)

sebagai sampel yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah

10 ekor yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dan

kelompok perlakuan (pelatihan fisik berlebih dan glutation)

62 Efek Pelatihan Fisik Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA

Hasil penelitian dan analisis data terhadap kadar MDA darah pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji

normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan homogenitas (Levenersquos test) pre-test dan post-

test masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)

Uji perbandingan 1 minggu pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan

injeksi antara kedua kelompok menggunakan uji t-independent Rerata kadar

MDA kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) adalah

518028mmoll dan rerata kelompok pelatihan fisik berlebih dan glutation

adalah 529029mmoll Analisis kemaknaan dengan uji t-independent

menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna kadar MDA darah antara

kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa

kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan injeksi rerata kadar MDAnya tidak

59

60

berbeda secara bermakna

Uji perbandingan setelah pemberian placebo dan glutation antara kedua

kelompok menggunakan t-independent Rerata kadar MDA kelompok kontrol

(aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata kelompok

perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) adalah 444017mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent antara kedua kelompok sesudah diberikan

placebo dan glutation menunjukkan perbedaan kadar MDA secara bermakna

(plt005) Hal ini berarti bahwa kelompok yang diberikan perlakuan berupa

placebo dan glutation 6 jam sebelum diberikan pelatihan fisik berlebih dengan

cara merenangkan selama 60 menit hari selama 35 hari rerata kadar MDA

berbeda secara bermakna Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh

untuk melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam

organ dan pembuluh darah (Giriwijoyo 2004)

Peningkatan kadar MDA sesudah diberikan pelatihan fisik berlebih pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan disebabkan karena pelatihan fisik

berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena terjadi peningkatan konsumsi

oksigen oleh aktifitas otot skeletal Stress oksidatif memicu peningkatan senyawa

oksigen reaktif Pada pelatihan fisik berlebih juga terjadi Reperfusion Injury yang

memicu terjadinya kerusakan jaringan dan peningkatan radikal bebas (Adiputra

2008) Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara menarik elektronnya

sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan sampai kematian sel

(Suryohudoyo 2000)

Pada penelitian ini didapatkan bahwa sesudah diberikan pelatihan fisik

61

berlebih dan placebo terjadi peningkatan kadar MDA sebesar 5024 Kadar

MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel (Winarsi

2007) Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pepe

(2011) bahwa pelatihan fisik berlebih meningkatkan kadar MDA Lebih lanjut

Murray et al (2000) juga menyatakan bahwa pelatihan fisik berlebih merangsang

respon biomarker stres oksidatif Sedangkan pada kelompok perlakuan yang

diberikan aktifitas berlebih dan glutation terjadi penurunan kadar MDA sebesar

1607 Terjadinya penurunan kadar MDA pada kelompok yang diberikan

glutation 6 jam sebelum melakukan pelatihan fisik berlebih disebabkan karena

pemberian antioksidan meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan

cara mendonorkan elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa

oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsi 2007) Glutation merupakan antioksidan

endogen yaitu antioksidan yang dapat disintesa dalam tubuh dari asam amino L-

sistein L-glutamat dan glisin (Cadenas 2002) yang juga sebagai master

antioksidan yaitu antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain

Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan

Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik (Hersh 2004) Glutation

merupakan salah satu antioksidan yang tidak dapat menjadi pro oksidan (Cadenas

2002) Normalnya sekali suatu antioksidan memakan radikal bebas antioksidan

ini menjadi teroksidasi sendiri dan menyerang sel yang sehat yang disebut

sebagai pro oksidan Glutation dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang

teroksidasi tersebut menjadi bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali

dalam memakan radikal bebas (Sellman 2009) Sehingga dengan demikian

62

glutation dapat membantu dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Urso

(2003) bahwa suplementasi antioksidan dapat mengatasi kondisi stress oksidatif

yang terjadi pelatihan fisik berlebih

Uji perbandingan antara data MDA pre dan post masing-masing kelompok

digunakan uji t-paired test Berdasarkan uji ini didapatkan hasil pada kelompok

perlakuan terjadi penurunan kadar MDA secara bermakna sebesar 085 mmollt

sedangkan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan kadar MDA secara

bermakna sebesar 260mmollt Terjadi penurunan kadar MDA pada kelompok

perlakuan menunjukkan pemberian antioksidan Glutation intraperitoneal dosis

37mgkgBBhari dapat mengatasi kondisi stress oksidatif yang terjadi pada

pelatihan fisik berlebih Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh

Urso (2003)

63

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

71 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan sebagai

berikut Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA

tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

72 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah

1 Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja glutation

yang lebih detail

2 Memperhatikan takaran latihan supaya tidak berlebihan yang justru akan

meningkatkan kerusakan sel

3 Perlu dilakukan uji klinis pada manusia

63

64

DAFTAR PUSTAKA

Adiputra N 2008Kesehatan Olah Raga Available from httpwwwbalihesgorgindexphpoption=com Accessed 2011 Oct 5th

Anonim 2011 Glutathione Available at

httpenwikipediaorgwikiGlutathione Accessed 2011 Oct 5th Anonim 2011 Overtraining Available at

httpwwwmarksdailyapplecomovertraining Accessed 2011 Oct5th

Asikin N 2001Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan InKursus Penyegaran dan Pelatihan Radikal bebas dan Antioksidan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta Fakultas Kedokteran UI

Bagiada NA 2001 Proses Penuaan dan Penanggulangannya Denpasar

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hal 22 Banerjee AK Mandal A Chanda D Chahraboti S 2003 Oxidant

Antioxidant and Physical ExerciseAvailable from httpwwwncbinlmnihgovpubmed14619981 accesed 2011 Sept 2nd

Binekada MC 2002 ldquoPelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Konsentrasi dan

Motilitas Spermatozoa Mencitrdquo(tesis) Denpasar Universitas Udayana

Cadenas E Jones PD 2002Bioavailability of Glutathione In Cadenas E

Packer L editorsHandbook of Antioxidants2nd Ed New York Marcel DekkerInc p549-564

Catala A 2006Lipid PeroxidationInt J Biochem Cell Biol 38 1482-1495 Dalle-DonneI Rossi R ColomboR Giustarini D Milzani

A2006Biomarkers of Oxidative Damage in Human Disease Available from httpwwwredorbitcomnewsscience473334biomarkersof oxidative damage in human diseaseindexhtmlaccessed2011 Sept 5th

Fouad T 2007 Free radicals Types Sources and Damaging Reaction

Relations Available from

64

65

wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th

Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th

Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112

Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors

ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their

Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69

Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan

Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th

Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz

R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155

Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester

Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th

Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala

T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200

Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and

Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders

66

Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana

LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia

Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647

Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from

httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit

Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK

Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620

Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji

Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah

Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009

Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan

Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132

Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde

Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521

Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley

Medical Publicationsp 123-141

Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI

Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable

from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer

67

Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole

Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam

Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI

Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam

Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya

Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan

Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47

Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant

Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th

Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan

Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105

68

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965

Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975

Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753

Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

69

Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan

Group Statistics

Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887

Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215

Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260

Perlakuan 10 42500 23348 07383

Independent Samples Test

Levenes Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df

Sig (2-

tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence Interval of the

Difference Lower Upper

Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428

Equal variances not assumed

-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429

Post1

Equal variances assumed 592 452 367

22 18 000 333700 09087 314608 352792

Equal variances not assumed

36722 16855 000 333700 09087 314515 352885

Post2

Equal variances assumed 906 354 264

19 18 000 239500 09066 220454 258546

Equal variances not assumed

26419 16265 000 239500 09066 220307 258693

70

Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis

(Laurence amp Bacharach 1964)

2g mencit 20g tikus 400g marmot

l5Kg kelinci

20Kg kucing

40Kg kera

120Kg anjing

70Kg manusia

20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879

200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560

400 g marmot

008 057 10 225 24 52 102 315

l5Kg kelinci

004 025 044 10 106 24 45 142

20Kg kucing

003 023 042 092 10 22 41 130

40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61

120Kg anjing

0008 006 010 0022 024 052 10 31

70Kg manusia

00026 0018 0031 007 0013 016 032 10

71

Lampiran 4

Foto Penelitian

Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)

72

Lampiran 5

Data Hasil Penelitian

Kelompok Kontrol

Pre test Post test Pre test Post Test

752 647 769 694

779 670 773 664

745 660 803 653

769 643 817 677

783 653

786 684

Kelompok Perlakuan

Pre Test Post test

412 391

436 412

442 425

425 401

453 436

466 442

432 405

456 432

470 453

476 463

Page 23: PEMBERIAN INJEKSI GLUTATION INTRAPERITONEAL

5

Bila jumlah antioksidan lebih sedikit dibanding jumlah radikal bebas

terjadi gangguan keseimbangan yang disebut redox state (Cadenas 2002) Dalam

kondisi seperti ini semakin banyak molekul normal yang ditarik elektronnya

molekul menjadi tidak stabil molekul ini akan merusak molekul sehat lainnya

sehingga terjadilah penyakit (Winarsi 2007)

Pemberian antioksidan yang cukup dan optimal dapat meningkatkan

kebugaran meningkatkan kemampuan tubuh dalam melakukan pelatihan fisik

menurunkan kadar stress oksidatif dalam tubuh mencegah terjadinya penuaan

dini (Pangkahila 2007) Antioksidan bekerja dengan cara mendonorkan satu

elektronnya ke molekul yang kehilangan elektronnya (radikal bebas) sehingga

membentuk radikal bebas tidak reaktif relatif stabil proses kerusakan sel dapat

dihambat

Ada beberapa macam antioksidan salah satunya adalah Glutation

Glutation merupakan antioksidan endogen yaitu antioksidan yang dapat dibuat

oleh tubuh kita sendiri Glutation juga dikenal sebagai master antioksidan

antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain (Goldman 2003)

Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan

Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik Normalnya sekali suatu

antioksidan memakan radikal bebas antioksidan ini menjadi teroksidasi sendiri

dan menyerang sel yang sehat yang disebut sebagai pro oksidan Glutation

dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang teroksidasi tersebut menjadi

bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali dalam memakan radikal bebas

(Sellman 2009) Sehingga dengan pengertian di atas glutation dapat membantu

6

dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh kita lebih banyak

dibandingkan dengan antioksidan lain

MDA adalah metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas

Kadar MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel

Apabila terdapat antioksidan yang tinggi dalam tubuh maka kadar MDA akan

menurun (Winarsi 2007)

Pelatihan fisik berlebih akan menyebabkan meningkatnya kerusakan

oksidatif Glutation menghambat kerusakan oksidatif Parameter yang digunakan

dalam penelitian ini adalah produk peroksidase lipid yaitu malondialdehid (MDA)

menurut metoda Willis

12 Rumusan Masalah

Apakah pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan

kadar MDA tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

13 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat

menurunkan kadar MDA pada tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

14 Manfaat Penelitian

141 Manfaat Keilmuan

Dapat menambah pengetahuan bahwa olahraga berlebih meningkatkan

MDA pemberian antioksidan Glutation dalam upaya mencegah terjadinya stress

7

oksidatif berkelanjutan yang dapat menjadi salah satu penyebab proses penuaan

penyakit metabolisme dan kemungkinan dapat dipergunakan sebagai dasar untuk

dilakukan penelitian lebih lanjut

142 Manfaat Praktis

Pengetahuan tersebut dapat memberikan manfaat kepada masyarakat luas

untuk lebih bijaksana dalam mengkonsumsi antioksidan dan dalam melakukan

pelatihan fisik

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

21 Penuaan

Penuaan sampai saat ini masih dianggap sebagai sesuatu yang alamiah

terjadi demikian juga penyakit yang muncul pada masa tuaSeseorang yang

berumur 50 tahun dengan penyakit Diabetes Mellitus dipandang sebagai sesuatu

yang umum karena memang sudah tua Sejak tahun 1950 penelitian penyebab

penuaan mulai diteliti faktor-faktor penyebab yang mempengaruhi kualitas hidup

sehingga meskipun usia bertambah tua tetapi tetap berkualitas Beberapa cara

modifikasi gaya hidup terus dilakukan untuk mencapai kualitas hidup yang lebih

baik seperti mengatur pola makan pola tidur pola olahraga pola hidup untuk

mencapai kualitas hidup yang baik di usia lanjutPenelitian memberi kesimpulan

bahwa pemberdayaan diri membudayakan pola hidup sehat dapat meningkatkan

kualitas hidup seseorang (Franklin 2009)

Dewasa ini seiring dengan percepatan perubahan teknologi meningkatnya

persaingan hidup orang berlomba-lomba mengkonsumsi produk dan berbagai

metode yang mengklaim bisa menghambat penuaan atau bersifat Anti Aging Ilmu

Kedokteran Anti Penuaan memberikan paradigma baru dalam menangani proses

penuaan Ilmu Kedokteran Anti Penuaan ini menjanjikan dapat memberikan solusi

untuk mengatasi ketidakmampuan penyakit nyeri deformitas dan kesedihan di

masa tua dengan cara meningkatkan kualitas hidup masa tua (Goldman dan Klatz

8

9

2003) Menurut Pangkahila penuaan bisa dicegah diobati dan bahkan dapat

dikembalikan ke keadaan semula (Pangkahila 2007)

Proses penuaan dapat dijelaskan dalam empat teori utama yang walaupun

tidak dapat menjelaskan dengan lengkap tetapi teori tersebut melengkapi satu

dengan yang lain

211 Teori Wear and Tear

Teori ini diperkenalkan pertama kali oleh Dr August Weisman seorang

ahli biologi dari Jerman pada tahun 1882 Teori ini menyatakan bahwa tubuh dan

sel akan rusak karena penggunaan dan disalahgunakan baik penggunaan secara

alami apalagi penyalahgunaan Kerusakan terjadi dalam sel sampai organ Pada

usia muda kerusakan yang terjadi dapat diatasi dikompensasi karena sistem

perbaikan dan pemeliharan yang masih baik tetapi seiring dengan bertambahnya

umur tubuh mulai kehilangan kemampuan tersebut Teori ini juga meyakini

pemberian suplemen dan merangsang kemampuan tubuh untuk melakukan

perbaikan dan mempertahankan organ tubuh dan sel

212 Teori Radikal Bebas

Teori ini diperkenalkan oleh Dr Denham Harman pada tahun 1956

Radikal Bebas adalah molekul tidak stabil yang sangat reaktif karena mempunyai

elektron tidak berpasangan pada orbit luarnya dapat bereaksi dengan molekul

lain menimbulkan reaksi berantai yang sangat destruktif (Goldman dan Klatz

2003)

10

Radikal Bebas dihasilkan dari pembakaran gula dan lemak yang kita

konsumsi untuk memberikan energi pada tubuh kita Radikal bebas merusak

membran sel kode DNA enzim protein dan akhirnya terjadi kerusakan pada

seluruh organ Kerusakan terjadi mulai dari lahir dan terus berlanjut hingga

meninggal Pada usia muda dampak penggantian sel yang masih berfungsi baik

Seiring dengan usia bertambah akumulasi kerusakan akibat radikal bebas akan

mengganggu metabolisme sel terjadilah mutasi sel yang mengakibatkan

timbulnya kanker dan kematian

Age Spot merupakan salah satu bentuk kerusakan pada membrane sel

yang disebabkan oleh Radikal Bebas Kerusakan membran ini menghasilkan

produk sisa yang dikenal sebagai lipofuscin Jumlah lipofuscin yang tinggi dalam

tubuh memberikan warna gelap pada daerah tertentu yang disebut Age spot

Lipofuscins mengganggu sintesis DNA dan RNA mempengaruhi sintesis protein

(menurunkan energi dan menghambat pembentukan massa otot) merusak enzim

seluler yang diperlukan untuk proses kimia vital dalam tubuh (Goldman dan

Klatz 2003)

Radikal bebas mempengaruhi peroksidasi lipid yang menyebabkan

produksi MDA (malondialdehyde) yang mengikat protein dan menyebabkan

gangguan fungsi biologik protein tersebut Radikal Bebas berkaitan dengan

penyakit usia lanjut seperti aterosklerosis Parkinson penyakit Alzheimer dan

gangguan fungsi kekebalan tubuh (Pangkahila 2007)

11

213 Teori Kontrol Genetika

Teori terfokus pada kode genetik yang ada dalam DNA meskipun seluruh

aspek diwariskan dalam gen tiap individu waktu jam biologis tergantung pada

pola hidup penuaan masing-masing individu Tiap individu memiliki jam biologis

yang telah diatur waktunya Berhentinya jam biologis menandakan proses

penuaan dan meninggal (Goldman dan Klatz 2003)

Ilmu Kedokteran Anti Penuaan melakukan upaya mencegah dan

memperbaiki kerusakan yang terjadiTerapi Gen diharapkan dapat memberikan

solusi dalam menghadapi takdir genetika terhadap beberapa penyakit keturunan

214 Teori Neuroendokrin

Teori yang menyangkut peranan berbagai hormon bagi fungsi organ tubuh

diperkenalkan oleh Vladimir DilmanPhD

Hormon mengatur dan memperbaiki fungsi tubuh Pada usia muda

berbagai hormone masih berfungsi baik dalam mengendalikan berbagai fungsi

organ tubuh Ketika manusia menjadi tua produksi hormon menurun fungsi

tubuh menjadi terganggu Contoh Growth Hormone yang membantu

pembentukan massa otot testosteron dan hormone tiroid akan menurun tajam

pada usia tua Ditandai dengan rasio lemak dan otot yang meningkat Terapi sulih

hormone dapat membantu masalah tersebut dan mengembalikan fungsi hormone

tubuh sehingga memperlambat proses penuaan

12

22 Radikal Bebas

221 Definisi Radikal Bebas

Radikal bebas adalah molekul (kumpulan atom) yang memiliki elektron

yang tidak berpasangan Oksidan adalah senyawa penerima elektron yaitu

senyawa yang dapat menarik elektron Kedua jenis senyawa ini memiliki aktifitas

yang sama dan memberikan akibat yang hampir sama tetapi dengan proses yang

berbeda (Winarsi 2007) Radikal Bebas digolongkan dalam oksidan namun tidak

setiap oksidan adalah radikal bebas (Suryohudoyo 2000)

Sumber oksidan berasal dari

Tubuh sendiri yaitu berasal dari proses fisiologis namun oleh suatu sebab

jumlahnya menjadi banyak

Proses peradangan

Luar tubuh seperti polutan obat-obatan

Radikal bebas lebih berbahaya dibanding senyawa oksidan non radikal

222 Tahapan Terbentuknya Radikal Bebas dan Sifatnya

Tahapan terbentuknya radikal bebas terjadi melalui sederetan mekanisme

reaksi

1 Tahap Inisiasi yaitu tahap yang menyebabkan terbentuknya radikal bebas

Cu

RH + O2 R + H2O

2 Tahap Propagasi yaitu tahap dimana radikal bebas cenderung bertambah

banyak dengan membuat reaksi rantai dengan molekul lipid lain

13

R + O2 RO2

RO2 + RH R + ROOH

3 Tahap Terminasi yaitu apabila terjadi reaksi antara radikal bebas dengan

radikal bebas lain atau antara radikal bebas dengan suatu senyawa pembasmi

radikal bebas (scavenger)

R1 + R2 R 1 R 2

Reduksi oksigen memerlukan pengalihan empat electron (electrotransfer)

Pengalihan ini tidak dapat sekaligus tetapi dalam empat tahapan yang setiap

tahapan hanya melibatkan pengalihan satu elektron Kendala yang mengharuskan

oksigen hanya dapat menerima satu elektron setiap tahap menyebabkan

terjadinya dua hal yaitu kurang reaktifnya oksigen dan terbentuknya senyawa-

senyawa oksigen reaktif seperti O2 (radikal superoksida) H2O2 (hydrogen

peroksida) OOH (radikal peroksil) dan OH (radikal hidroksil)

Radikal Bebas memiliki 2 sifat yaitu

1 Reaktifitas tinggi karena cenderung menarik elektron

2 Mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal

Elektron dari Radikal Bebas berikatan dengan senyawa yang berikatan

kovalen seperti lipid protein dan DNA akan sangat berbahaya karena ikatan

digunakan bersama-sama pada orbit luarnya Dibanding senyawa oksigen reaktif

radikal hidroksil merupakan senyawa yang paling berbahaya karena reaktifitasnya

yang sangat tinggi

Radikal hidroksil dapat merusak 3 jenis senyawa penting yang berfungsi

untuk mempetahankan integritas sel yaitu

14

1 Asam lemak tak jenuh yang merupakan komponen penting fosfolipid

penyusun membran

2 DNA pembawa genetik sel

3 Protein memegang berbagai peran penting seperti enzim reseptor antibodi

sitoskeleton

Dari ketiga senyawa tersebut yang paling rentan adalah senyawa asam

lemak tak jenuh ganda pada membran sel yang mengakibatkan rapuhnya dinding

sel Senyawa oksigen reaktif ini juga merusak dinding bagian dalam pembuluh

darah sehingga mengakibatkan pengendapan koleserol dan menyebabkan

aterosklerosis Apabila senyawa oksigen reaktif ini merusak basa DNA akan

terjadi kekacauan sistem info genetika berlanjut pada pembentukan sel kanker

Jaringan lipid yang rusak memicu munculnya penyakit degeneratif

Fosfolipid glikolipid dan kolesterol merupakan komponen terpenting

membran sel Komponen fosfolipid dan glikolipid mengandung asam lemak tak

jenuh (asam linoleat linolenat arakidonat) sangat rawan terhadap serangan

radikal hidroksil yang dapat menimbulkan reaksi rantai yang dikenal sebagai

Lipid peroxidation

Peroksidase lipid

LH + OH --- H + H2O

Asam lemak Radikal Bebas

L + O2 -- LOO

Radikal peroksilipid

LOO + LH --- L + L OOH dan seterusnya

15

Hasil akhir dari proses ini adalah terputusnya rantai asam lemak menjadi

berbagai senyawa yang bersifat toksik terhadap sel antara lain berbagai macam

aldehid seperti Malondealdehyde (MDA)

223 Peranan Radikal Bebas dalam proses penuaan

Pada usia muda keseimbangan antara radikal bebas dan pertahanan

antioksidan berfungsi dengan baik seiring dengan pertambahan usia

keseimbangan terganggu karena cadangan antioksidan berkurang dan radikal

bebas berlebih (Saxena dan Lan 2006)

Akibat ketidakseimbangan ini terjadi kerusakan oksidatif (Arief 2010)

Kerusakan ini disebabkan oleh radikal bebas dan merusak 3 komponen utama

yang mempertahankan integritas sel seperti fosfolipid (penyusun membrane sel)

DNA (perangkat genetik) protein (enzim reseptor antibodi) (Fouad 2007)

Ketidakseimbangan antara antioksidan dan senyawa oksigen reaktif

menghasilkan stress oksidatif penyebab kanker penuaan aterosklerosis cedera

iskemik peradangan dan penyakit degeneratif (Parkinson Alzheimer)

(Pangkahila 2007)

23 Stress Oksidatif

231 Keadaan yang menyebabkan stress oksidatif

Pada saat jumlah antioksidan tubuh kurang dari yang diperlukan untuk

meredam efek buruk dari radikal bebas keadaan ini disebut Stress oksidatif Bila

terjadi dalam waktu yang lama akan terjadi penumpukan hasil kerusakan

16

oksidatif di dalam sel dan jaringan yang mengakibatkan hilangnya fungsi sel

jaringan dan akhirnya mati Hal ini merupakan penyebab utama proses penuaan

(Bagiada 2001)

Keadaan yang menyebabkan Stress Oksidatif ini salah satunya adalah

pelatihan fisik berat atau berlebih (Hersh 2004) Stress oksidatif dapat

dikendalikan antara lain dengan membiasakan untuk menerapkan pola hidup sehat

dan mengkonsumsi antioksidan diharapkan akan memacu kerja antioksidan

dalam tubuh

MDA merupakan hasil dari proses peroksidasi lipid meningkatnya MDA

menunjukkan adanya suatu kondisi Stress Oksidatif menurunnya MDA

menunjukkan adanya perbaikan dari kondisi Stress tersebut sehingga MDA dapat

dipakai sebagai biomarker Stress oksidatif

24 Pelatihan Fisik

241 Olahraga

Pelatihan fisik atau olahraga merupakan satu kegiatan yang penting bagi

kehidupan manusia Olahraga merupakan alternatif kegiatan yang dapat

meningkatkan derajat kebugaran fisik seseorang apabila dilakukan dengan dosis

takaran yang benar Menurut Sharkey olahraga dapat meningkatkan pengeluaran

energi dan tingkat pengeluaran tersebut berkaitan dengan intensitas dan durasi

aktifitas yang dilakukan (Sharkey 2003) Latihan fisik atau olahraga yang

memperhatikan frekuensi intensitas tipe dan waktu mendukung dalam

mendapatkan hasil yang maksimal dan menurunkan resiko cedera Latihan fisik

17

yang benar memberikan dampak perbaikan pada sistem fungsional paru dan

jantung sehingga terjadi hipertropi otot jantung penurunan detak jantung

istirahat peningkatan stroke volume peningkatan volume darah dan hemoglobin

menambah jumlah pembuluh darah kapiler serta berfungsi dalam proses

pembakaran energi (Fox 1998) Frekuensi latihan yang dianjurkan adalah 3-4x

seminggu dengan intensitas 72-87 dari denyut jantung maksimal (220-umur)

dengan variasi 10 denyut per menitTipe latihan yang dianjurkan adalah

pemanasan 15 menit kombinasi latihan aerobik dan latihan otot dalam waktu 30-

60 menit diakhiri pendinginan 10 menit (Pangkahila 2009)

Sumber energi yang dibutuhkan untuk pelatihan fisik aerobik yang

dominan didapat dari pembakaran simpanan karbohidrat lemak dan sebagian

kecil (5) dari pemecahan simpanan protein yang terdapat di dalam tubuh untuk

menghasilkan ATP (adenosine triphospate) ATP yang terdapat dalam jaringan

otot terbatas kebutuhan ATP dipertahankan oleh creatinin phosphate (CP) dan

glikogen yang tersimpan dalam otot (Hernawati 2009) Terdapat 3 jalur untuk

memberikan ATP tambahan sesuai yang dibutuhkan selama kontraksi otot

meliputi 1 Pemindahan fosfat berenergi tinggi dari kreatinin fosfat ke ADP 2)

Fosforilasi oksidatif (siklus asam sitrat dari sistem transportasi elektron) 3)

glikolisis (Sherwood 2001) Sedangkan pada aktifitas yang bersifat anaerobik

energi diperoleh dari hidrolisis phosphocreatine serta melalui glikolisis glukosa

secara anaerobik Proses ini dapat terjadi tanpa adanya oksigen (O2) Metabolisme

anaerobik ini menghasilkan asam laktat yang apabila terakumulasi dapat

menyebabkan rasa nyeri pada otot menimbulkan stress fisik Hal ini

18

menyebabkan latihan aerobik terasa lebih menyenangkan (Hernawati 2009)

Metabolisme aerobik jauh lebih efisien daripada anaerobik karena menghasilkan

38 molekul ATP per molekul glukosa versus hanya 2 molekul melalui jalur

anaerob

Pelatihan fisik atau olahraga yang teratur selain memberikan manfaat

perbaikan pada mental fisik dan fisiologis juga mempengaruhi hormon tubuh

kita antara lain (Sharkey2003)

1 Growth Hormone

Stimulasi sintesis protein (muscle tone development) dan kekuatan tulang

tendon ligament dan tulang rawan Penurunan penggunaan glukosa dan

peningkatan penggunaan lemak sebagai bahan bakar selama olahraga

Membantu mengurangi lemak tubuh dan mempertahankan glukosa darah pada

level normal sehingga membantu melakukan olahraga selama periode waktu

yang lebih lama Dilepaskannya Growth Hormone oleh kelenjar pituitari di

otak meningkat dengan meningkatnya waktu latihan aerobik

2 Endorphins

Opioid endogen dari kelenjar pituitary yang memblok rasa sakit menurunkan

nafsu makan membuat perasaan senang mengurangi tekanan dan kecemasan

Pada saat olahraga endorfin dalam darah meningkat sampai lima kali selama

aktifitas olahraga lebih dari 30 menit Endorfin membuat kita dapat melakukan

aktifitas latihan menjadi lebih tahan lama

19

3 Testosteron

Hormon yang penting untuk wanita dan pria dalam mempertahankan tonus

volume kekuatan otot meningkatkan angka rata metabolisme basal

menurunkan lemak tubuh dan merasa lebih percaya diri Diproduksi oleh

ovarium pada wanita dan testis pada laki-laki Testosteron pada wanita hanya

sepersepuluh kadar testosteron pada laki-laki Pada wanita testosteron

berperan pada pengaturan libido dan orgasme Produksi pada wanita menurun

saat menjelang menopause sedangkan pada pria pada usia memasuki usia 40

tahun Kadar testosteron darah mulai meningkat setelah 20 menit olahraga

baik pada wanita maupun pria dan tetap tinggi sampai 1-3 jam setelah

olahraga

4 Estrogen

Estrogen secara biologis aktif adalah 17 beta estradiol meningkatkan

pemecahan lemak dari lemak tubuh sehingga dapat digunakan sebagai sumber

tenaga meningkatkan rata-rata metabolisme basal meningkatkan mood

meningkatkan libido Hormon ini disekresi oleh ovarium meningkat saat

olahraga dan tetap meningkat sampai 1-4 jam setelah olahraga

5 Thyroxine (T4)

Hormon yang diproduksi oleh kelenjar tiroid meningkatkan metabolisme

hampir semua sel dalam tubuh Peningkatan metabolisme ini membantu kita

merasa lebih energik dan juga menyimpan kalori penting untuk penurunan

berat badan Kadar tiroksin dalam darah meningkat sekitar 30 selama

20

olahraga dan tetap meningkat sampai beberapa jam sesudahnya Olahraga

yang teratur juga meningkatkan level tiroksin saat istirahat

6 Epinephrine

Hormon yang diproduksi oleh medulla adrenal yang meningkatkan jumlah

darah yang dipompa oleh jantung dan mengarahkan aliran darah ke tempat

yang diharapkan Stimulasi pemecahan glikogen (karbohidrat yang disimpan)

dalam otot yang aktif dan hati untuk digunakan sebagai sumber tenaga

Menstimulasi pemecahan lemak (lemak yang disimpan dalam otot yang aktif)

dan digunakan sebagai sumber tenaga Sejumlah epinefrin yang dilepaskan

berhubungan dengan intensitas dan durasi latihan

7 Insulin adrenalin

Hormon yang penting dalam mengatur gula darah dan asam lemak (lemak)

dan asam amino (protein) dalam sel Sekresi insulin oleh pancreas meningkat

sehubungan dengan respon meningkatnya kadar gula darah dan protein yang

biasa terjadi setelah makan Semakin banyak gula sederhana yang dikonsumsi

semakin tinggi respon insulin Meningkatnya insulin menyebabkan produksi

lemak sehingga insulin sering disebut sebagai hormon lemak atau fat

hormone Pada orang dengan berat badan berlebih terjadi resistensi insulin

sehingga diperlukan insulin dalan jumlah yang lebih besar untuk didapatkan

efek yang sama sehingga didapatkan kadar insulin darah yang lebih tinggi dan

latihan aerobik setiap hari Kadar insulin darah mulai menurun 10 menit saat

olahraga dan terus menurun sekitar 70 menit olahraga Olahraga yang teratur

juga meningkatkan sensitivitas sel terhadap insulin dalam keadaan istirahat

21

8 Glucagon

Hormon yang diproduksi oleh pankreas tugasnya meningkatkan kadar gula

darah Saat gula darah rendah glukagon disekresi dan menyebabkan simpanan

karbohidrat di dalam hati dilepaskan ke aliran darah untuk meningkatkan

kadar gula mencapai kadar normal Glukagon juga menyebabkan

dipecahkannya lemak sehingga dapat digunakan sebagai bahan bakar atau

sumber tenaga Glukagon mulai disekresi pada 30 menit awal olahraga ketika

gula darah mulai menurun

242 Pelatihan Fisik Berlebih

Pelatihan fisik berlebih menimbulkan gangguan pada sistem endokrin

terjadi peningkatan kadar kortisol dan penurunan kadar testosteron (Maffetone

2007) peningkatan ACTH penurunan LH plasma

Sindrom pelatihan fisik berlebih dalam jangka panjang mengakibatkan

terjadinya inflamasi infeksi yang lebih lanjut dapat mempengaruhi kesehatan

secara umum Aktifitas berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena

terjadi peningkatan konsumsi O2 oleh aktifitas otot skeletal Meskipun oksigen

dibutuhkan oksigen juga bersifat toksik yang dapat memicu peningkatan ROS

Pada organ yang tidak mendapat oksigen dan nutrisi yang cukup akan

menimbulkan keadaan iskemik dan kerusakan mikrovaskular Keadaan ini disebut

sebagai Reperfusion Injury yang memicu terjadinya kerusakan jaringan dan

peningkatan Radikal Bebas

22

Pelatihan fisik berlebih meningkatkan terbentuknya Radikal Bebas

(Adiputra 2008) Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh untuk

melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam organ dan

pembuluh darah (Giriwijoyo 2004) Apabila berlebih menyebabkan kerusakan

sel dengan 3 cara (Kumar et al2005 Ebenhardt 2001)

1 Kerusakan DNA mengakibatkan mutasi DNA bahkan kematian sel

2 Peroksidasi lipid membrane sel dan sitosol menyebabkan terjadinya proses

reduksi asam lemak sehingga mengakibatkan kerusakan membran dan organel

sel

3 Modifikasi protein teroksidasi oleh karena cross linking protein

Bila radikal bebas bertemu dengan asam lemak tak jenuh ganda daalam

membrane sel terjadi reaksi peroksidasi lipid membran sel menyebabkan

peningkatan fluiditas membran gangguan integritas membran dan inaktivasi

ikatan membran dengan enzim dan reseptor Tahap akhir dibebaskan aldehyde

seperti malondealdehyde pentane etana conjugated diane yang bersifat merusak

tubuh (Murray et al2000)

Pelatihan fisik berlebih menyebabkan terjadinya peningkatan lekosit atau

lekositosis peningkatan isoprostan dalam urin protein carbonil (73) catalase

(96) glutation peroksidase serta glutation teroksidasi (25) Dapat

disimpulkan pelatihan fisik berlebih merangsang respon biomarker stres oksidatif

(Murray et al 2000) Proses penuaan mengakibatkan penurunan sistem imun

sehingga meningkatkan resiko infeksi Menurut teori aktifitas sedang dapat

menangkal efek proses penuaan yang diakibatkan penurunan sistem imun Studi

23

yang dilakukan Shepard dan Shek menunjukkan bahwa aktifitas sedang dapat

ditoleransi dengan baik oleh individu lanjut usia dan menunjukkan penurunan

stimulasi proliferasi limfosit

Gejala ndash gejala yang dirasakan apabila melakukan pelatihan fisik berlebih

(overtraining) (Maffetone 2007)

1 Sering mengalami kegagalan dalam melakukan latihan yang biasanya kita

lakukan Kondisi fisik menjadi semakin lemah dan semakin lambat terjadi

kemunduran

2 Kehilangan otot dan terjadi penimbunan lemak Latihan fisik berlebih

meyebabkan rasio testosteron kortisol yang seharusnya positif yang berarti

lebih banyak otot dan lebih sedikit lemak menjadi negatif yang berarti cortisol

lebih tinggi dibanding testosteron yang berarti terjadi peningkatan resistensi

insulin dan penimbunan lemak

3 Merasa lemas mudah tersinggung sulit tidur

4 Persendian tulang dan anggota tubuh terasa sakit

Terjadinya DOMS (delayed onset muscle soreness) menunjukkan teknik

latihan yang salah atau postur saat latihan yang tidak tepat DOMS merupakan

respon alami yang akan hilang dalam waktu sehari atau 2 hari tetapi apabila

nyeri berkepanjangan menunjukkan adanya overtraining

5 Sering tiba-tiba jatuh sakit

Latihan fisik berlebih menurunkan sistem imun tubuh kita sehingga menjadi

lebih mudah sakit

24

Latihan fisik berat jangka panjang berkaitan dengan cedera serat

ototKerusakan yang terjadi berhubungan dengan intensitas durasi dan tipe

latihan Ketika cell death terbentuk jaringan nekrotik dibuang oleh sel fagosit

sel satelit teraktivasi menuju ke area yang cedera menjadi myoblast dan

selanjutnya menjadi serat otot Enzim otot yang dilepaskan tidak sepenuhnya

merefleksikan kerusakan struktural yang diperkirakan oleh analisis histologis

Perubahan penanda biologis cedera otot (seperti aktifitas kreatin kinase (CK)

lactate dehydrogenase (LDH) atau konsentrasi malondialdehyde di plasma

(MDA)) sering diperiksa selama overtraining Serum aktivitas CK dan

konsentrasi MDA plasma dapat gagal meningkat saat overtraining perubahan

parameter biokimia hanya merefleksikan otot dengan beban berlebih Setelah

olahraga yang lama pro-inflammatory cytokines diproduksi lokal pada otot

skeletal

Tanda dan gejala fisik latihan fisik berlebih (overtraining)

- Denyut jantung atau nadi yang meningkat saat istirahat

- Tidak toleransi terhadap latihan

- Penampilan yang menurun

- Penurunan berat badan berkurangnya massa otot tidak nafsu makan

- Kelelahan chronic fatigue lethargy

- Nyeri dan kerusakan otot nyeri sendi

- Mudah terserang flu pembengkakan kelenjar getah bening di leher

selangkangan dan ketiak

- Konstipasi atau diare

25

- Gangguan haid gangguan makan gangguan tidur

- Sakit kepala gangguan pencernaan

- Pemulihan yang berlangsung lambat setelah latihan

- Sendi otot tendon terasa kaku dan sakit

Tanda dan gejala psikologis

- Lelah capek kekurangan tenaga

- Insomnia sakit kepala tidak mampu untuk beristirahat

- Depresi gelisah cemas apatis

- Menurunnya kepercayaan diri

- Menurunnya kemampuan untuk berkonsentrasi

- Mudah stress

Efek biokimia dari Latihan Fisik Berlebih

- Meningkatnya serum kortisol dan SHBG

- Menurunnya serum total dan free testosterone rasio testosteron kortisol

- Menurunnya glikogen otot

- Menurunnya serum hemoglobin besi dan ferritin

Faktor yang mempengaruhi terjadinya overtraining

- Jetlag

- Bekerja terlalu keras

- Menstruasi

- Nutrisi gaya hidup yang buruk

- Kurang istirahat

- Terlalu banyak mengkonsumsi alkohol

26

- Kurangnya kemampuan mengatasi stress

Penanganan overtraining atau Latihan Fisik berlebih

- Massage

Massage pada jaringan dalam dapat melepaskan otot yang tegang

mempertahankan keseimbangan sistem muskulo-skeletal Pemijatan atau

massage yang teratur dapat membantu mencegah cedera yang mungkin

terjadi karena overuse

- Menggunakan roller busa

Penggunaan roller busa memungkinkan kita dapat melakukan massage

atau pemijatan sendiri Kita dapat juga memakai yang berbentuk bola atau

bola tenis untuk membantu menghilangkan rasa sakit Pemijatan ini dapat

dilakukan di tungkai lutut hamstring bahu punggung atau otot atau sendi

manapun

- Terapi suhu kontras

Air pancuran hangat dan dingin bergantian menstimulasi tubuh untuk

pulih lebih cepat Otot membawa impuls yang terasa pada kulit bagian

dalam tubuh di mana terjadi stimulasi sistem imun memperbaiki sirkulasi

dan pencernaan mempengaruhi produksi hormon stress meningkatkan

aliran darah mengurangi sensitivitas nyeri

- Pengaturan makanan

Membantu proses pemulihan penting untuk mengkonsumsi makanan

tinggi karbohidrat protein dan lemak sehat seperti Omega 3 omega 6

omega 9 asam lemak esensial Karbohidrat memberikan sumber tenaga

27

pada tubuh dan otak asam lemak esensial membantu mengurangi depresi

memperbaiki pemulihan protein akan membangun kembali otot yang

mengalami overtraining

- Mengkonsumsi vitamin

Ketika terjadi overtraining suplementasi sangat menguntungkan Vitamin

dan suplementasi mineral sebaiknya dikonsumsi pagi hari bersama dengan

makanan untuk penyerapan yang lebih baik

Defisiensi Vitamin yang biasa terjadi

- Vitamin A (Beta-Caroten)

- Vitamin B kompleks vitamin B12

- Vitamin C D E K

- Asam Folat

Defisiensi Mineral yang biasa terjadi

- Calcium

- Chromium

- Copper Iodine Iron

- Magnesium Fosfor

- Potassium

- Sodium

- Sulfur

- Zinc

28

25 Antioksidan

Radikal Bebas merupakan senyawa reaktif yang secara alami diproduksi

oleh tubuh manusia Radikal Bebas memberikan efek positif atau efek negatif

Untuk membatasi efek negatif tersebut dibutuhkan kompleks proteksi ndash sistem

antioksidan Sistem ini terdiri dari enzim antioksidan (katalase glutation

peroksidase superoksid dismutase) dan antioksidan non enzimatik ( vitamin E-

tokoferol vitamin A- retinol vitamin C- asam askorbat) Keseimbangan antara

produksi radikal bebas dan pertahanan antioksidan menunjukkan tingkat stress

oksidatif yang mungkin terlibat dalam proses penuaan dan pada beberapa

patologi (misalnya kanker Parkinson) (Winarsi 2007)

Latihan fisik juga meningkatkan stress oksidatif dan menyebabkan

gangguan homeostasis Latihan memberikan efek positif dan efek negatif

tergantung dari beban latihan spesifikasi latihan dan tingkat basal latihan Stress

oksidatif terlibat dalam terjadinya muscular fatigue dan mengarah ke

overtraining

Definisi antioksidan menurut Cadenas adalah suatu senyawa yang apabila

terdapat dalam jumlah yang lebih banyak dibanding senyawa yang teroksidasi

secara signifikan dapat menunda atau mencegah proses oksidasi senyawa tersebut

(Cadenas 2002) Secara kimia antioksidan adalah senyawa pemberi electron

Secara biologis antioksidan adalah senyawa yang mampu menangkal dan

meredam dampak negative oksidan dalam tubuh Antioksidan mendonorkan satu

elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa oksidan tersebut dapat

dihambat (Winarsi 2007)

29

Penting sekali keseimbangan antara oksidan dan antioksidan karena

berfungsi menjaga integritas dan berfungsinya membrane lipid protein sel dan

asam nukleat Senyawa asam lemak tak jenuh penyusun membrane lipid sangat

sensitive terhadap perubahan keseimbangan antara oksidan dan antioksidan

Menurut mekanisme kerjanya antioksidan dikelompokkan atas 3 yaitu

1 Antioksidan primer SOD katalase glutation peroksidase (GSH-Px)

Bekerja pembentukan senyawa radikal bebas yang telah terbentuk menjadi

molekul yang kurang aktifSedangkan antioksidan primer yang dapat

ditambahkan dari luar seperti glutation asam lipoat SOD melatonin

2 Antioksidan sekunder vitamin E vitamin C beta karoten flavonoid asam

urat albumin (Soewoto 2001)

Merupakan antioksidan eksogenous atau non enzimatis (Winarsi 2007)

Bekerja dengan cara memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal bebas

atau dengan cara menangkapnya

3 Antioksidan tertier meliputi system enzim DNA-repair dan metionin

sulfoksida reduktase Berfungsi dalam perbaikan biomolekuler yang rusak

akibat reaktivitas radikal bebas

26 Glutation sebagai antioksidan

Glutation merupakan tripeptida yang terdiri dari asam amino glutamat

sistein dan glisin (Cadenas 2002)Ikatan glutamat ndash sistein merupakan ikatan

isopeptida antara grup γ-karboksil dari glutamat dan grup α amino dari

sisteinIkatan unik ini membuat gluation tahan terhadap degradasi oleh proteases

30

dan peptidases yang berfungsi pada peralihan proteinMerupakan suatu

antioksidan yang mencegah kerusakan komponen seluler oleh reactive oxygen

species seperti radikal bebas dan peroksidGlutation bukan nutrisi esensial karena

disintesa di dalam tubuh dari asam amino L-sistein L-glutamic acid dan glycine

Gambar 21 Struktur GSH dan GSSG

Glutation terdapat pada sebagian besar sel tubuh tetapi terbanyak terdapat

di dalam hati Grup thiol (SH) dari sistein berfungsi sebagai donor proton dan

bertanggungjawab untuk aktifitas biologis glutation Provisi asam amino ini

merupakan faktor yang terbatas dalam sintesis glutation oleh sel karena sistein

relatif jarang pada makanan Apabila dilepaskan sebagai asam amino bebas

sistein adalah toksik dan secara spontan dikatabolisasi di saluran pencernaan dan

plasma darah

Glutation disintesis dalam 2 tahap

1 Gamma-glutamylcysteine disintesa dari L-glutamate dan sistein melalui enzim

gamma-glutamylcysteine sintetase (glutamate cysteine ligase GCL)

31

2 Glisin ditambahkan pada C-terminal dari gamma-glutamylcysteine melalui

enzim glutation sintetase

261 Fungsi Glutation

Glutation terdapat dalam bentuk tereduksi (GSH) dan teroksidasi (GSSG)

Grup thiol dari sistein mampu memberikan donor elektron ke molekul lain yang

tidak stabil seperti Reactive Oxygen Species (ROS) Pada saat mendonorkan

elektronnya glutation menjadi reaktif dan segera bereaksi dengan glutation reaktif

lainnya membentuk glutation disulfide (GSSG)Reaksi mungkin terjadi apabila

terdapat konsentrasi yang cukup tinggi di sel (sampai 5mm di hati) GSH dapat

terbentuk kembali dari GSSG oleh enzim glutation reduktase Pada sel atau

jaringan yang sehat terdapat lebih 90 dari total simpanan glutation terdapat

dalam bentuk tereduksi (GSH) dan kurang dari 10 dalam bentuk disulfide

(GSSG)

GSH ---- GSSG

Eliminasi ROS Menjaga protein thiols Antioxidant

dalam bentuk reduksi pools

Gambar 22 GSH Redox (Cadenas 2002)

GSH Redox merupakan indikator sentral keseimbangan antara stress

oksidatif dan system antioksidan GSH Redox berkaitan dengan detoksifikasi

Reactive Oxygen Species (ROS) berfungsi dalam mempertahankan tersedianya

antioksidan mempertahankan protein thiol dalam bentuk reduksi Rasio

32

GSHGSSG sering dipakai untuk mengekspresikan keseimbangan redox ini

Peningkatan rasio GSH-GSSG merupakan indikasi adanya Stress Oksidatif

(Goldman 2003)

Glutation mempunyai beberapa fungsi (Winarsih 2007)

- Sebagai antioksidan endogen mayor yang diproduksi oleh sel berpartisipasi

langsung pada netralisasi radikal bebas dan senyawa oksigen reaktif

mempertahankan antioksidan eksogen seperti vitamin C dan E pada bentuk

tereduksi (aktif)

- Pengaturan siklus nitric oxide yang sangat penting untuk kehidupan tetapi

dapat menjadi masalah apabila tidak teregulasi Digunakan untuk reaksi

metabolism dan biokimia seperti sintesis dan perbaikan DNA sintesis protein

sintesis prostaglandin transport asam amino dan aktivasi enzim Tiap sistem

di dalam tubuh kita dapat dipengaruhi oleh sistem glutation khususnya sistem

imun sistem saraf sistem gastrointestinal dan paru

Gambar 23 Detoksifikasi Lipid Hydroxyperoxides di usus halus

33

GSH yang ditransportasikan kedalam lumen digunakan untuk detoksifikasi

peroksid yang terbentuk dari makanan oleh glutation peroksidase (GSH Px)

Proses ini membutuhkan peroksid dan glutation yang tersedia di sel epitel GSSG

yang terbentuk direduksi kembali menjadi GSH oleh GSSG reduktase (GSSG

Rx) menggunakan NADPH sebagai reduktan

262 Suplementasi Glutation

Meningkatkan level GSH melalui suplementasi glutation langsung sulit

Penelitian terakhir menyatakan bahwa secara oral tidak diabsorpsi baik melalui

saluran pencernaan Studi mengenai konsumsi oral akut glutation dengan dosis

sangat besar 3 gram Witschi dan tim menemukan lsquoadalah tidak mungkin

meningkatkan glutation yang bermanfaat secara klinis dengan dosis tunggal 3

gram glutationrsquo

Glutation terdapat pada makanan sehari-hari sampai 150mghari dapat

diabsorpsi melalui intak di usus halus Individu sehat dengan asupan sulfur asam

amino (1-2 gramhari) jumlah GSH mungkin tidak cukup untuk mendapatkan

efek penting secara sistemik Individu dengan asupan sulfur asam amino yang

terbatas suplementasi GSH diperlukan untuk mempertahankan suplai GSH

sistemik dengan memperbaiki keseimbangan sulfur asam amino (Cadenas 2002)

Glutation hanya diabsorpsi di sel epitel oral dan traktus gastrointestinal

dan memberikan keuntungan kesehatan spesifik pada jaringan tersebut(Cadenas

2002)

34

SUPLAI HILANG

Makanan suplemen Degradasi

GSH

Empedu LUMINAL Uptake

Epitel Reaksi Detoksifikasi

Gambar 24 Supply dan Removal Glutation dalam lumen usus halus (Cadenas 2002) Glutation (GSH) disuplai ke dalam lumen intestinal melalui konsumsi oral

empedu dan sekresi epitel intestinal Jumlah yang disuplai dari empedu cukup

untuk mempertahankan jumlah 200microM pada tikus tetapi tidak cukup pada

manusia yang mengalami degradasi di duktus kantung empedu Jumlah yang

dikonsumsi melalui makanan bervariasi dan secara umum kurang dari 200 microM

Jumlah yang diberikan melalui epitel hanya sekitar 10 atau kurang

dibandingkan dengan yang disediakan oleh empedu Hilangnya Glutation karena

degradasi oleh γ-glutamyltranspeptidase dan dipeptidases pada permukaan sel

epitel ditransportasikan ke dalam sel oleh mekanisme sodium-dependent dan

sodium-independent konjugasi dengan elektrofil reaktif dikatalisasi oleh

glutathione-S transferase mucus (Cadenas 2002)

Vitamin D meningkatkan level glutation di otak dan tampaknya sebagai

katalis untuk produksi glutation Sejumlah vitamin D aktif di otak berikatan

dengan seberapa besar vitamin D3 baik melalui suplemen atau dibentuk di kulit

melalui paparan matahariHal ini menyatakan bahwa mengkonsumsi vitamin D

35

dan atau mendapat cukup paparan matahari meningkatkan produksi glutation

(Sellman 2009)

Konsentrasi glutation di plasma dan hati dapat ditingkatkan dengan

mengkonsumsi suplemen tertentu yang disebut GSH precursors N-asetilsistein

atau NAC glutation precursor yang paling memungkinkan Suplemen lain S-

adenosilmetionin (SAMe) dan whey protein juga dapat meningkatkan glutation

dalam sel (Sellman 2009)

NAC tersedia dalam bentuk obat dan sebagai suplemen generik Alpha

lipoic acid juga dapat mempertahankan glutation intraselular Melatonin dapat

menstimulasi enzim yang berkaitan glutation peroksidase dan silimarin ekstrak

dari biji tanaman milk thistle (Silybum marianum) juga mempunyai kemampuan

memperbarui level glutation

Glutation diatur dengan ketat di intraseluler dan dibatasi produksinya oleh

feedback negative inhibisi sintesisnya sendiri melalui enzim gamma-

glutamilsistein sintetase sehingga meminimalisir kemungkinan terjadinya

overdosis Penambahan glutation menggunakan precursor atau glutation intravena

adalah strategi untuk mengatasi defisiensi glutation stress oksidatif tinggi

defisiensi imun

Glutation yang rendah menunjukkan adanya pembuangan dan

keseimbangan negatif nitrogen seperti pada kanker AIDS sepsis trauma

terbakar dan bahkan atlet overtraining Suplementasi glutation dapat

memperbaiki proses ini dan contohnya pada AIDS memberi hasil adanya

perbaikan survival rates Bagimanapun studi mengenai kondisi ini belum dapat

36

membedakan glutation rendah sebagai akibat secara akut (pada pasien sepsis) atau

secara kronis (HIV) meningkatkan stress oksidatif dan peningkatan patologi

sebagai akibat defisiensi yang sudah ada sebelumnya

Skizofrenia dan gangguan bipolar berhubungan dengan glutation yang

rendah Stress oksidatif mungkin salah satu faktor dasar patofisiologi gangguan

bipolar gangguan depresif mayor dan skizofrenia Glutation (GSH) adalah

pemakan radikal bebas mayor di otakTidak adanya GSH meningkatkan

kerentanan sel terhadap stress oksidatif ditandai asetilsistein dapat mengurangi

gejala kedua gangguan tersebut

Glutation merubah level stress oksidatif pada sel yang diisolasi di

laboratorium sehingga dapat mengurangi perkembangan kanker Tes ini tidak

dilakukan pada manusia

Glutamat yang berlebihan di sinaps yang dapat dilepaskan pada kondisi

seperti cedera otak dapat menghambat pengambilan sistein senyawa pembentuk

glutation yang pentingTanpa proteksi dari cedera oksidatif oleh glutation sel-sel

dapat rusak atau mati (Sellman 2009)

Glutation juga mempunyai fungsi lain sebagai berikut (Sellman 2009)

Mencerahkan kulit

Mencegah menghilangkan jerawat dan bekas jerawat

Menghilangkan noda hitam

Anti aging dan anti kerut

Memberi nutrisi kulit

Membantu pemulihan luka

37

Membuat kulit menjadi halus segar dan bersinar

Kondisi kesehatan yang berhubungan dengan defisiensi glutation

Peningkatan proses penuaan

Kesulitan dalam keseimbangan

Gangguan mental

Masalah koordinasi

Gangguan sistem saraf

Akhir-akhir ini dipercaya sebagai penyebab lesi otak

Kanker HIV Katarak Diabetes Mellitus

Jumlah sperma yang rendah

263 Glutation Precursor (Sellman 2009)

Glutation Precursor disebut juga sebagai building-block dari glutation

yaitu N-asetilsistein atau NAC dan whey protein tidak terdenaturasi

Nasetilsistein adalah obat farmasi yang biasa digunakan bertahun-tahun untuk

mengobati overdose asetaminofen Hal ini sangat efektif ketika diberikan dalam

dosis besar di ruang darurat ketika seseorang akan mengalami gagal hati karena

overdosis asetaminofen komposisi aktif dari Tylenol

Efek sampingnya adalah bercak-bercak kemerahan bersin mual

anafilaksis reaksi alergi yang berupa kesulitan bernafas karena bronkospasme

tekanan darah menurun angioedema muntah kram diare Walaupun jarang

kematian pernah dilaporkan karena N-asetilsistein Beberapa orang mendapatkan

rasa dan bau yang tidak dapat diterima karena kandungan sulfur di dalamnya

38

Pengggunaan teratur untuk menaikkan kadar glutation tidak direkomendasikan

untuk anak-anak dan bayi Masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk

menentukan keamanan N-asetilsistein untuk penggunaan jangka panjang

Whey protein tidak terdenaturasi merupakan nutraceutical atau medicinal

foodSenyawa ini memberikan ikatan sistein ke sel-sel di mana glutation dapat

terbentuk di tempat tersebut

Beberapa kondisi yang tidak dapat mengkonsumsi whey protein

- Pasien dengan alergi protein susu

- Pasien dengan diet rendah protein

- Pasien yang sedang menjalani terapi imunosupresif

Efek sampingnya adalah kembung perut kram urtikaria Efek samping

karena overdosis tidak terjadi karena sel hanya membuat sebatas yang dibutuhkan

apabila berlebih kelebihan disimpan di hati dan ginjal sampai suatu saat kalau

dibutuhkan

264 Sumber Glutation dari makanan

Sumber glutation dari makanan yang disarankan adalah asparagus bayam

brokoli bawang putih kale bawang watercress kol Brussel sprout beberapa

bumbu seperti kunyit kayu manis semangka alpukat anggur peach jeruk

walnut granola daging kalkun dan daging ayam keju cottage dan yoghurt

39

Tabel 21 Makanan yang mengandung Glutation (Cadenas2002)

GSH Food Group mg100 g mgsaji Buah segar Apel 33 46 Pisang 41 48 Anggur 79 146 Jeruk 73 106 Semangka 66 283 Sayuran segar Asparagus dimasak 283 263 Alpukat 277 313 Brokoli dimasak 91 78 Wortel mentah 79 59 Tomat 90 109 Daging Hamburger 175 149 Ham rebus 233 13 Ayam digoreng 131 134 Sereal biji-bijian Cornflakes 00 00 Roti whole wheat 12 06 Roti putih 00 00 Nasi putih enriched dimasak 16 21 Produk Susu Susu whole 00 00 Keju Amerika 00 00 Yoghurt plain lowfat 00 00 Es krim 10 lemak 00 00

40

BAB III

KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

31 Kerangka Berpikir

Faktor penyebab penuaan antara lain faktor internal dan faktoreksternal

Faktor internal meliputi radikal bebas glikosilasi metilasi hormon yang

berkurang apoptosis system kekebalan tubuh yang menurun genetik Faktor

eksternal meliputi gaya hidup tidak sehat polusi lingkungan stress kemiskinan

kebiasaan yang salah olahraga berlebihan (overtraining) Berbagai faktor di atas

menyebabkan terjadinya penurunan fungsi tubuh dan terjadilah penuaan

Kerangka konsep penelitian berdasarkan teori bahwa salah satu penyebab

penuaan adalah radikal bebas Bila jumlah radikal bebas melebihi jumlah

antioksidan di dalam tubuh terjadilah stress oksidatif Radikal bebas dapat

merusak membran sel protein DNA dan berakibat fatal bagi kelangsungan hidup

sel jaringan Stress oksidatif yang berlangsung lama akan mengakibatkan

terjadinya penumpukan hasil kerusakan oksidatif di dalam sel dan jaringan

selanjutnya sel dan jaringan tersebut akan kehilangan fungsinya dan akhirnya

mati

Olahraga berlebih meningkatkan stress oksidatif karena terdapat

peningkatan konsumsi O2 oleh aktivitas otot skeletal Oksigen juga dapat bersifat

toksik yang dapat memicu peningkatan Reactive Oxygen Species (ROS)Organ

yang tidak mendapat cukup oksigen dan nutrisi menjadi iskemik dan terjadi

kerusakan mikrovaskular (Reperfusion Injury) memicu peningkatan radikal

40

41

bebas Dengan pemberian antioksidan Glutation yang merupakan antioksidan

master diharapkan dapat mencegah kerusakan lebih lanjut yang diakibatkan oleh

radikal bebas dengan cara melindungi sel dari Reactive Oxygen Species (ROS)

dan dapat dilihat melalui parameter MDA yang mengalami penurunan

32 Konsep Penelitian

Konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Gambar 31 Konsep Kadar MDA pada tikus yang diberikan Pelatihan Fisik Berlebih+ Placebo dan Pelatihan Fisik Berlebih + Glutation

FAKTOR INTERNAL

- Jenis Kelamin

- Usia

- Genetik

- Hormon

- Psikologis

FAKTOR EKSTERNAL

- Makanan

- Cuaca iklim

- Penyakit

- Exercise

GLUTATION

TIKUS

KADAR MDA

42

33 Hipotesis

Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan kadar MDA

tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

43

BAB IV

METODE PENELITIAN

41 Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksterimental dengan rancangan

randomized pre test-post test control group design (Poccock et al 2008)

Subyek terdiri dari 2 kelompok yaitu

1 Kelompok 1 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+ Placebo

2 Kelompok 2 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation

Semua kelompok sebelum perlakuan diberikan pre test (O1 O3) dan

dihitung rerata untuk masing-masing kelompok

Setelah perlakuan semua kelompok diberikan post test (O2 O4) dan

dihitung rerata untuk masing-masing kelompok

Kemudian dihitung perbedaan rerata antara pre test dan post test dari

masing-masing kelompok lalu hasil perbedaan tersebut dibandingkan secara

statistik

Gambar 41 Rancangan Penelitian

P S

43

R R

O1 P1 O2

O3 P2 O4

44

Keterangan

P = populasi

S = sampel

R = random

O1 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah mendapatkan

pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan placebo (pre test)

O2 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah diberikan pelatihan

fisik berlebih setelah diberikan placebo (post test)

O3 = observasi data MDA kelompok perlakuan setelah diberikan

pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan Glutation (pre test)

O4 = observasi data MDA kelompok perlakuan diberikan pelatihan fisik

berlebih setelah diberikan Glutation (post test)

P1 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih+ placebo

P2 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation

42 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran

Universitas Udayana pada bulan Januari ndash Maret 2012 Pemeriksaan MDA darah

tikus dikerjakan di bagian Program Antar Unit Universitas Gajah Mada

Jogyakarta

45

43 Populasi dan Sampel

431 Populasi

Subyek penelitian adalah tikus jantan dewasa galur Wistar yang berusia 2-

25 bulan dan dalam kondisi fisik sehat

432 Kriteria Sampel

4321 Kriteria Inklusi

Kriteria Inklusi yang ditetapkan sebagai sampel adalah sebagai berikut

a Tikus jantan dewasa galur Wistar

b Umur 2-25 bulan

c Berat badan plusmn200 gram

d Sehat

e MDA ge 5mmollt

4322 Kriteria Drop Out

Adalah sampel yang mati pada waktu penelitian

433 Besar Sampel

Besar sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini dihitung berdasarkan

rumus Poccock (2008)

Angka μ1 (5) dan μ2 (12) didapatkan dari penelitian sebelumnya (Ji 1998)

n=

46

= asymp 7

Keterangan

n = jumlah sampel

σ = standar deviasi kelompok perlakuan dengan pemberian

glutation (15)

f ( ) = besarnya didapat dari tabel (Poccock 2008)

μ1 = rerata hasil MDA pada kelompok perlakuan sesudah

pemberian glutatioacuten (5)

μ2 = rerata hasil MDA pada kelompok pre test (12)

Jadi jumlah sampel (n) = 675 dan ditambah 3 ekor tikus untuk masing-

masing kelompok sebagai cadangan Jadi total 20 ekor tikus dengan 10

ekor tikus untuk masing-masing kelompok

434 Teknik Pengambilan Sampel

Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat

sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi diambil secara acak

sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi

2 kelompok yaitu kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+placebo kelompok

dengan pelatihan fisik berlebih + glutation

47

44 Variabel Penelitian

441 Klasifikasi Variabel

Variabel penelitian dibedakan menjadi

1 Variabel Bebas dosis pemberian glutation

2 Variabel Tergantung kadar MDA

3 Variabel Terkendali varian tikus jantan (galur wistar) jenis

kelamin umur berat badan lingkungan

(pencahayaan suhu kelembaban nutrisi

kandang)

Gambar 42 Bagan Hubungan Antar Variabel

VARIABEL BEBAS

- Pelatihan fisik berlebih

- Glutation 37mg kgBBhari

VARIABEL TERGANTUNG

KADAR MDA

VARIABEL TERKENDALI

Varian tikus

Jenis kelamin umur berat badan

Pencahayaan suhu kelembaban nutrisi kandang

Makanan minuman

48

442 Definisi Operasional Variabel

1 Pelatihan fisik berlebih pada tikus adalah pelatihan yang berlebihan

yang diukur berdasarkan kemampuan maksimal berenang tikus pada

ember berdiameter 35 cm dengan kedalaman air 20 cm yang

dilakukan 60 menithari selama 35 hari pada waktu yang sama pada

suhu 32 derajat (Binekada 2002 dan Pepe2011)

2 Glutation yang diberikan adalah Glutation Teofarma injeksi sediaan

600mg 4 ml Dosis pemberian Glutation adalah pemberian sediaan

antioksidan Glutation dalam bentuk suntikan intraperitoneal yang

diberikan 1x sehari dan diberikan 6 jam sebelum pelatihan fisik

berlebih Dosis pemberian Glutation mengacu pada penelitian yang

dilakukan sebelumnya oleh Ji L L yaitu 37mgkgBBhari yang

dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril secara intraperitonial

3 MDA merupakan salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada

membran sel dan merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan

oleh radikal bebas Pengukuran kadar MDA menggunakan metode

Thiobarbituraic Acid Reactive Substances (TBARS) Pembacaan hasil

dengan menggunakan spektrofotometer Satuan MDA dalam mmoll

4 Cahaya suhu dan kelembaban merupakan kondisi lingkungan yang

dialami tikus jantan dewasa Pada penelitian ini kondisi lingkungan

selama percobaan dibuat sama

5 Berat badan tikus adalah berat badan yang ditimbang dengan

timbangan gram

49

6 Umur tikus adalah umur yang ditentukan dengan melihat tanggal

kelahiran yang dicatat pada kandang percobaan

7 Kondisi peneliti yang meliputi kesehatan fisik dan psikis peneliti

Penelitian dilaksanakan saat kondisi peneliti dalam keadaan baik

sehingga pengaruhnya terhadap hasil penelitian dapat diabaikan

45 Bahan dan Alat Penelitian

451 Bahan Penelitian

Glutation injeksi

Tikus jantan

Makanan tikus berupa pellet dan air minum dari air ledeng

Aquades steril

EDTA (Ethylenediamine tetraacetic acid)

Reagensia untuk pengukuran kadar MDA

452 Alat Penelitian

Alat yang dipakai dalam pengambilan data penelitian ini adalah

- Kandang tikus terbuat dari besi yang di dalamnya terdapat sekam dan

botol minuman

- Ember berdiameter 35 cm dan kedalaman air 20 cm

- Stopwatch

- Timbangan

- Spuit injeksi 1 ml

50

- Sarung tangan

- Kapas dan alkohol 70

- Tabung Evendorf

- Mikropipet

- Pipet kapiler

- Sentrifugasi

46 Prosedur Penelitian

1 Tikus jantan dewasa (Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan

berat badan plusmn200gram dilakukan aklimatisasi selama 2 minggu di

tempat penelitian untuk penyesuaian dengan lingkungan

2 Semua sampel tikus diberi perlakuan yang sama yaitu diberikan

pelatihan fisik berlebih dengan cara berenang sampai kelelahan pada

hari ke 7 kedua kelompok tersebut dilakukan pemeriksaan MDA

3 Mulai hari ke 8 ndash 35 sampel tikus yang berjumlah 20 ekor dibagi atas 2

kelompok di mana kelompok 1(kontrol) diberikan pelatihan fisik

berlebih + injeksi aquabidest intraperitoneal enam jam sebelum

perlakuan aktifitas berlebih kelompok ke 2 (perlakuan) diberikan

pelatihan fisik berlebih + injeksi intraperitoneal glutation 37

mgkgBBhari yang sudah dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril

4 Pada hari ke 35 dilakukan pemeriksaan kadar MDA pada masing-

masing tikus setelah bulu tikus kering

51

5 Selama penelitian hewan coba diberikan makanan dan minuman secara

teratur kebersihan dan kenyamanan kandang dijaga

461 Alur Penelitian

TIKUS ADAPTASI 2 MINGGU

PELATIHAN FISIK BERLEBIH 1 MINGGU

MDA

KELOMPOK 1 KELOMPOK 2

PELATIHAN FISIK BERLEBIH PELATIHAN FISIK BERLEBIH

+ AQUABIDEST (28 hari) +GLUTATION 37mgkgBBhari

28 HARI 28 HARI

MDA

Gambar 43 Bagan Alur Penelitian

462 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium

Pemantauan keselamatan tikus jantan (galur Wistar) di laboratorium

(Smith et al1988 Ngatidjan 2006) adalah sebagai berikut

1 Kandang tikus jantan harus cukup kuat tidak mudah rusak teratur dibersihkan

(1x seminggu) mudah dipasang kembali hewan tidak mudah lepas tahan

52

gigitan hewan kelihatan jelas dari luar Alas tempat tidur terbuat dari serbuk

gergaji atau sekam padi agar mudah menyerap air

2 Luas lantai yang memadai untuk tikus jantan dengan berat badan plusmn200 gram

adalah 60cm persegi dan tinggi 20 cm

3 Diciptakan suasana lingkungan yang stabil dan sesuai keperluan fisiologi tikus

jantan di mana kelembaban suhu pertukaran udara yang ekstrim harus

dihindari

4 Hewan coba hendaknya diperlakukan dengan kasih sayang

47 Pengolahan dan Analisis Data

Analisis data yang digunakan adalah

1 Analisis Deskriptif

2 Uji normalitas data dilakukan dengan tes Shapiro-Wilk Distribusi data

normal dengan nilai pgt005

3 Uji homogenitas dilakukan dengan Lavenersquos Test Data dinyatakan

homogen dengan nilai pgt005

4 Karena data berdistribusi normal dan homogen maka untuk uji

komparabilitas dipakai

- Uji t independent untuk membandingkan rerata kadar MDA antar

kelompok

- Uji Paired T- Test untuk membandingkan rerata kadar MDA pre

dan post masing-masing kelompok

- Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau

dinyatakan berbeda bila plt005

53

BAB V

HASIL PENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 20 ekor tikus jantan dewasa

(Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan berat badan plusmn200 gram sebagai

sampelyang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah 10 ekor

yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dankelompok

perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) Dalam penyajian hasil ini diuraikan

uji normalitas data uji homogenitas data uji komparabilitas dan uji efek

perlakuan

51 Uji Normalitas Data

Data Kadar MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan

pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji

Shapiro-Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005)

disajikan pada Tabel 51

53

54

Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing Kelompok Sebelum

dan Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Perlakuan n p Keterangan

Kadar MDA kontrol pre

Kadar MDA perlakuan pre

Kadar MDA kontrol post

Kadar MDA perlakuan post

10

10

10

10

0965

0550

0975

0697

Normal

Normal

Normal

Normal

52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok

Data Kadar MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun

sesudah perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test

Hasilnya menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52

Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA Sebelum dan

Sesudah Perlakuan

Variabel F p Keterangan

Kadar MDA pre

Kadar MDA post

0016

0592

0901

0452

Homogen

Homogen

53 Kadar MDA

531 Uji komparabilitas

Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata kadar MDA

antar kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan

55

glutation Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada

Tabel 53 berikut

Tabel 53

Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata

Kadar MDA

SB T P

Aktivitas berlebih dan

placebo

Aktivitas berlebihdan

glutathion

10

10

518

529

028

029

089 0386

Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok

kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 518028mmoll dan rerata

kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 529029mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 089 dan nilai

p = 0386 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan

berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya tidak berbeda secara

bermakna (p gt 005)

532 Analisis efek perlakuan

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kadar MDA antar

kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation

56

Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54

berikut

Tabel 54 Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata

Kadar MDA

SB T P

Aktivitas berlebih dan

placebo

Aktivitas berlebihdan

glutathion

10

10

778

444

023

017

3672 0001

Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok

kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata

kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 444017mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 3672 dan nilai

p = 0001 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan

berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya berbeda secara

bermakna (p lt 005)

57

Gambar 51 Perbedaan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

533 Analisis Komparasi Sebelum dengan Sesudah Perlakuan

Analisis komparasi diuji berdasarkan rerata kadar MDA antara sebelum

dengan sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation Hasil

analisis kemaknaan dengan uji t-paired disajikan pada Tabel 55 berikut

Tabel 55 Analisis KomparasiKadar MDA antara Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Kelompok Beda Rerata

pre ndash post p Keterangan

Aktivitas berlebih dan placebo

Aktivitas berlebih dan

glutathion

260

085

0001

0001

Meningkat

Menurun

58

Berdasarkan uji t-paired didapatkan bahwa ada penurunan kadar MDA

pada kelompok perlakuan secara bermakna sebesar 085mmoll sedangkan pada

kelompok kontrol mengalami peningkatan secara bermakna sebesar 260mmoll

59

BAB VI

PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian

Untuk menguji efek pemberian glutation terhadap penurunan kadar MDA

maka dilakukan penelitian terhadap 20 ekor tikus jantan dewasa (Galur Wistar)

sebagai sampel yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah

10 ekor yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dan

kelompok perlakuan (pelatihan fisik berlebih dan glutation)

62 Efek Pelatihan Fisik Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA

Hasil penelitian dan analisis data terhadap kadar MDA darah pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji

normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan homogenitas (Levenersquos test) pre-test dan post-

test masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)

Uji perbandingan 1 minggu pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan

injeksi antara kedua kelompok menggunakan uji t-independent Rerata kadar

MDA kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) adalah

518028mmoll dan rerata kelompok pelatihan fisik berlebih dan glutation

adalah 529029mmoll Analisis kemaknaan dengan uji t-independent

menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna kadar MDA darah antara

kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa

kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan injeksi rerata kadar MDAnya tidak

59

60

berbeda secara bermakna

Uji perbandingan setelah pemberian placebo dan glutation antara kedua

kelompok menggunakan t-independent Rerata kadar MDA kelompok kontrol

(aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata kelompok

perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) adalah 444017mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent antara kedua kelompok sesudah diberikan

placebo dan glutation menunjukkan perbedaan kadar MDA secara bermakna

(plt005) Hal ini berarti bahwa kelompok yang diberikan perlakuan berupa

placebo dan glutation 6 jam sebelum diberikan pelatihan fisik berlebih dengan

cara merenangkan selama 60 menit hari selama 35 hari rerata kadar MDA

berbeda secara bermakna Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh

untuk melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam

organ dan pembuluh darah (Giriwijoyo 2004)

Peningkatan kadar MDA sesudah diberikan pelatihan fisik berlebih pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan disebabkan karena pelatihan fisik

berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena terjadi peningkatan konsumsi

oksigen oleh aktifitas otot skeletal Stress oksidatif memicu peningkatan senyawa

oksigen reaktif Pada pelatihan fisik berlebih juga terjadi Reperfusion Injury yang

memicu terjadinya kerusakan jaringan dan peningkatan radikal bebas (Adiputra

2008) Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara menarik elektronnya

sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan sampai kematian sel

(Suryohudoyo 2000)

Pada penelitian ini didapatkan bahwa sesudah diberikan pelatihan fisik

61

berlebih dan placebo terjadi peningkatan kadar MDA sebesar 5024 Kadar

MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel (Winarsi

2007) Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pepe

(2011) bahwa pelatihan fisik berlebih meningkatkan kadar MDA Lebih lanjut

Murray et al (2000) juga menyatakan bahwa pelatihan fisik berlebih merangsang

respon biomarker stres oksidatif Sedangkan pada kelompok perlakuan yang

diberikan aktifitas berlebih dan glutation terjadi penurunan kadar MDA sebesar

1607 Terjadinya penurunan kadar MDA pada kelompok yang diberikan

glutation 6 jam sebelum melakukan pelatihan fisik berlebih disebabkan karena

pemberian antioksidan meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan

cara mendonorkan elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa

oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsi 2007) Glutation merupakan antioksidan

endogen yaitu antioksidan yang dapat disintesa dalam tubuh dari asam amino L-

sistein L-glutamat dan glisin (Cadenas 2002) yang juga sebagai master

antioksidan yaitu antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain

Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan

Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik (Hersh 2004) Glutation

merupakan salah satu antioksidan yang tidak dapat menjadi pro oksidan (Cadenas

2002) Normalnya sekali suatu antioksidan memakan radikal bebas antioksidan

ini menjadi teroksidasi sendiri dan menyerang sel yang sehat yang disebut

sebagai pro oksidan Glutation dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang

teroksidasi tersebut menjadi bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali

dalam memakan radikal bebas (Sellman 2009) Sehingga dengan demikian

62

glutation dapat membantu dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Urso

(2003) bahwa suplementasi antioksidan dapat mengatasi kondisi stress oksidatif

yang terjadi pelatihan fisik berlebih

Uji perbandingan antara data MDA pre dan post masing-masing kelompok

digunakan uji t-paired test Berdasarkan uji ini didapatkan hasil pada kelompok

perlakuan terjadi penurunan kadar MDA secara bermakna sebesar 085 mmollt

sedangkan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan kadar MDA secara

bermakna sebesar 260mmollt Terjadi penurunan kadar MDA pada kelompok

perlakuan menunjukkan pemberian antioksidan Glutation intraperitoneal dosis

37mgkgBBhari dapat mengatasi kondisi stress oksidatif yang terjadi pada

pelatihan fisik berlebih Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh

Urso (2003)

63

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

71 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan sebagai

berikut Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA

tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

72 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah

1 Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja glutation

yang lebih detail

2 Memperhatikan takaran latihan supaya tidak berlebihan yang justru akan

meningkatkan kerusakan sel

3 Perlu dilakukan uji klinis pada manusia

63

64

DAFTAR PUSTAKA

Adiputra N 2008Kesehatan Olah Raga Available from httpwwwbalihesgorgindexphpoption=com Accessed 2011 Oct 5th

Anonim 2011 Glutathione Available at

httpenwikipediaorgwikiGlutathione Accessed 2011 Oct 5th Anonim 2011 Overtraining Available at

httpwwwmarksdailyapplecomovertraining Accessed 2011 Oct5th

Asikin N 2001Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan InKursus Penyegaran dan Pelatihan Radikal bebas dan Antioksidan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta Fakultas Kedokteran UI

Bagiada NA 2001 Proses Penuaan dan Penanggulangannya Denpasar

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hal 22 Banerjee AK Mandal A Chanda D Chahraboti S 2003 Oxidant

Antioxidant and Physical ExerciseAvailable from httpwwwncbinlmnihgovpubmed14619981 accesed 2011 Sept 2nd

Binekada MC 2002 ldquoPelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Konsentrasi dan

Motilitas Spermatozoa Mencitrdquo(tesis) Denpasar Universitas Udayana

Cadenas E Jones PD 2002Bioavailability of Glutathione In Cadenas E

Packer L editorsHandbook of Antioxidants2nd Ed New York Marcel DekkerInc p549-564

Catala A 2006Lipid PeroxidationInt J Biochem Cell Biol 38 1482-1495 Dalle-DonneI Rossi R ColomboR Giustarini D Milzani

A2006Biomarkers of Oxidative Damage in Human Disease Available from httpwwwredorbitcomnewsscience473334biomarkersof oxidative damage in human diseaseindexhtmlaccessed2011 Sept 5th

Fouad T 2007 Free radicals Types Sources and Damaging Reaction

Relations Available from

64

65

wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th

Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th

Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112

Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors

ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their

Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69

Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan

Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th

Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz

R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155

Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester

Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th

Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala

T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200

Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and

Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders

66

Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana

LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia

Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647

Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from

httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit

Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK

Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620

Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji

Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah

Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009

Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan

Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132

Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde

Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521

Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley

Medical Publicationsp 123-141

Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI

Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable

from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer

67

Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole

Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam

Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI

Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam

Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya

Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan

Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47

Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant

Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th

Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan

Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105

68

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965

Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975

Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753

Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

69

Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan

Group Statistics

Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887

Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215

Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260

Perlakuan 10 42500 23348 07383

Independent Samples Test

Levenes Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df

Sig (2-

tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence Interval of the

Difference Lower Upper

Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428

Equal variances not assumed

-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429

Post1

Equal variances assumed 592 452 367

22 18 000 333700 09087 314608 352792

Equal variances not assumed

36722 16855 000 333700 09087 314515 352885

Post2

Equal variances assumed 906 354 264

19 18 000 239500 09066 220454 258546

Equal variances not assumed

26419 16265 000 239500 09066 220307 258693

70

Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis

(Laurence amp Bacharach 1964)

2g mencit 20g tikus 400g marmot

l5Kg kelinci

20Kg kucing

40Kg kera

120Kg anjing

70Kg manusia

20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879

200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560

400 g marmot

008 057 10 225 24 52 102 315

l5Kg kelinci

004 025 044 10 106 24 45 142

20Kg kucing

003 023 042 092 10 22 41 130

40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61

120Kg anjing

0008 006 010 0022 024 052 10 31

70Kg manusia

00026 0018 0031 007 0013 016 032 10

71

Lampiran 4

Foto Penelitian

Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)

72

Lampiran 5

Data Hasil Penelitian

Kelompok Kontrol

Pre test Post test Pre test Post Test

752 647 769 694

779 670 773 664

745 660 803 653

769 643 817 677

783 653

786 684

Kelompok Perlakuan

Pre Test Post test

412 391

436 412

442 425

425 401

453 436

466 442

432 405

456 432

470 453

476 463

Page 24: PEMBERIAN INJEKSI GLUTATION INTRAPERITONEAL

6

dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh kita lebih banyak

dibandingkan dengan antioksidan lain

MDA adalah metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas

Kadar MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel

Apabila terdapat antioksidan yang tinggi dalam tubuh maka kadar MDA akan

menurun (Winarsi 2007)

Pelatihan fisik berlebih akan menyebabkan meningkatnya kerusakan

oksidatif Glutation menghambat kerusakan oksidatif Parameter yang digunakan

dalam penelitian ini adalah produk peroksidase lipid yaitu malondialdehid (MDA)

menurut metoda Willis

12 Rumusan Masalah

Apakah pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan

kadar MDA tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

13 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat

menurunkan kadar MDA pada tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

14 Manfaat Penelitian

141 Manfaat Keilmuan

Dapat menambah pengetahuan bahwa olahraga berlebih meningkatkan

MDA pemberian antioksidan Glutation dalam upaya mencegah terjadinya stress

7

oksidatif berkelanjutan yang dapat menjadi salah satu penyebab proses penuaan

penyakit metabolisme dan kemungkinan dapat dipergunakan sebagai dasar untuk

dilakukan penelitian lebih lanjut

142 Manfaat Praktis

Pengetahuan tersebut dapat memberikan manfaat kepada masyarakat luas

untuk lebih bijaksana dalam mengkonsumsi antioksidan dan dalam melakukan

pelatihan fisik

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

21 Penuaan

Penuaan sampai saat ini masih dianggap sebagai sesuatu yang alamiah

terjadi demikian juga penyakit yang muncul pada masa tuaSeseorang yang

berumur 50 tahun dengan penyakit Diabetes Mellitus dipandang sebagai sesuatu

yang umum karena memang sudah tua Sejak tahun 1950 penelitian penyebab

penuaan mulai diteliti faktor-faktor penyebab yang mempengaruhi kualitas hidup

sehingga meskipun usia bertambah tua tetapi tetap berkualitas Beberapa cara

modifikasi gaya hidup terus dilakukan untuk mencapai kualitas hidup yang lebih

baik seperti mengatur pola makan pola tidur pola olahraga pola hidup untuk

mencapai kualitas hidup yang baik di usia lanjutPenelitian memberi kesimpulan

bahwa pemberdayaan diri membudayakan pola hidup sehat dapat meningkatkan

kualitas hidup seseorang (Franklin 2009)

Dewasa ini seiring dengan percepatan perubahan teknologi meningkatnya

persaingan hidup orang berlomba-lomba mengkonsumsi produk dan berbagai

metode yang mengklaim bisa menghambat penuaan atau bersifat Anti Aging Ilmu

Kedokteran Anti Penuaan memberikan paradigma baru dalam menangani proses

penuaan Ilmu Kedokteran Anti Penuaan ini menjanjikan dapat memberikan solusi

untuk mengatasi ketidakmampuan penyakit nyeri deformitas dan kesedihan di

masa tua dengan cara meningkatkan kualitas hidup masa tua (Goldman dan Klatz

8

9

2003) Menurut Pangkahila penuaan bisa dicegah diobati dan bahkan dapat

dikembalikan ke keadaan semula (Pangkahila 2007)

Proses penuaan dapat dijelaskan dalam empat teori utama yang walaupun

tidak dapat menjelaskan dengan lengkap tetapi teori tersebut melengkapi satu

dengan yang lain

211 Teori Wear and Tear

Teori ini diperkenalkan pertama kali oleh Dr August Weisman seorang

ahli biologi dari Jerman pada tahun 1882 Teori ini menyatakan bahwa tubuh dan

sel akan rusak karena penggunaan dan disalahgunakan baik penggunaan secara

alami apalagi penyalahgunaan Kerusakan terjadi dalam sel sampai organ Pada

usia muda kerusakan yang terjadi dapat diatasi dikompensasi karena sistem

perbaikan dan pemeliharan yang masih baik tetapi seiring dengan bertambahnya

umur tubuh mulai kehilangan kemampuan tersebut Teori ini juga meyakini

pemberian suplemen dan merangsang kemampuan tubuh untuk melakukan

perbaikan dan mempertahankan organ tubuh dan sel

212 Teori Radikal Bebas

Teori ini diperkenalkan oleh Dr Denham Harman pada tahun 1956

Radikal Bebas adalah molekul tidak stabil yang sangat reaktif karena mempunyai

elektron tidak berpasangan pada orbit luarnya dapat bereaksi dengan molekul

lain menimbulkan reaksi berantai yang sangat destruktif (Goldman dan Klatz

2003)

10

Radikal Bebas dihasilkan dari pembakaran gula dan lemak yang kita

konsumsi untuk memberikan energi pada tubuh kita Radikal bebas merusak

membran sel kode DNA enzim protein dan akhirnya terjadi kerusakan pada

seluruh organ Kerusakan terjadi mulai dari lahir dan terus berlanjut hingga

meninggal Pada usia muda dampak penggantian sel yang masih berfungsi baik

Seiring dengan usia bertambah akumulasi kerusakan akibat radikal bebas akan

mengganggu metabolisme sel terjadilah mutasi sel yang mengakibatkan

timbulnya kanker dan kematian

Age Spot merupakan salah satu bentuk kerusakan pada membrane sel

yang disebabkan oleh Radikal Bebas Kerusakan membran ini menghasilkan

produk sisa yang dikenal sebagai lipofuscin Jumlah lipofuscin yang tinggi dalam

tubuh memberikan warna gelap pada daerah tertentu yang disebut Age spot

Lipofuscins mengganggu sintesis DNA dan RNA mempengaruhi sintesis protein

(menurunkan energi dan menghambat pembentukan massa otot) merusak enzim

seluler yang diperlukan untuk proses kimia vital dalam tubuh (Goldman dan

Klatz 2003)

Radikal bebas mempengaruhi peroksidasi lipid yang menyebabkan

produksi MDA (malondialdehyde) yang mengikat protein dan menyebabkan

gangguan fungsi biologik protein tersebut Radikal Bebas berkaitan dengan

penyakit usia lanjut seperti aterosklerosis Parkinson penyakit Alzheimer dan

gangguan fungsi kekebalan tubuh (Pangkahila 2007)

11

213 Teori Kontrol Genetika

Teori terfokus pada kode genetik yang ada dalam DNA meskipun seluruh

aspek diwariskan dalam gen tiap individu waktu jam biologis tergantung pada

pola hidup penuaan masing-masing individu Tiap individu memiliki jam biologis

yang telah diatur waktunya Berhentinya jam biologis menandakan proses

penuaan dan meninggal (Goldman dan Klatz 2003)

Ilmu Kedokteran Anti Penuaan melakukan upaya mencegah dan

memperbaiki kerusakan yang terjadiTerapi Gen diharapkan dapat memberikan

solusi dalam menghadapi takdir genetika terhadap beberapa penyakit keturunan

214 Teori Neuroendokrin

Teori yang menyangkut peranan berbagai hormon bagi fungsi organ tubuh

diperkenalkan oleh Vladimir DilmanPhD

Hormon mengatur dan memperbaiki fungsi tubuh Pada usia muda

berbagai hormone masih berfungsi baik dalam mengendalikan berbagai fungsi

organ tubuh Ketika manusia menjadi tua produksi hormon menurun fungsi

tubuh menjadi terganggu Contoh Growth Hormone yang membantu

pembentukan massa otot testosteron dan hormone tiroid akan menurun tajam

pada usia tua Ditandai dengan rasio lemak dan otot yang meningkat Terapi sulih

hormone dapat membantu masalah tersebut dan mengembalikan fungsi hormone

tubuh sehingga memperlambat proses penuaan

12

22 Radikal Bebas

221 Definisi Radikal Bebas

Radikal bebas adalah molekul (kumpulan atom) yang memiliki elektron

yang tidak berpasangan Oksidan adalah senyawa penerima elektron yaitu

senyawa yang dapat menarik elektron Kedua jenis senyawa ini memiliki aktifitas

yang sama dan memberikan akibat yang hampir sama tetapi dengan proses yang

berbeda (Winarsi 2007) Radikal Bebas digolongkan dalam oksidan namun tidak

setiap oksidan adalah radikal bebas (Suryohudoyo 2000)

Sumber oksidan berasal dari

Tubuh sendiri yaitu berasal dari proses fisiologis namun oleh suatu sebab

jumlahnya menjadi banyak

Proses peradangan

Luar tubuh seperti polutan obat-obatan

Radikal bebas lebih berbahaya dibanding senyawa oksidan non radikal

222 Tahapan Terbentuknya Radikal Bebas dan Sifatnya

Tahapan terbentuknya radikal bebas terjadi melalui sederetan mekanisme

reaksi

1 Tahap Inisiasi yaitu tahap yang menyebabkan terbentuknya radikal bebas

Cu

RH + O2 R + H2O

2 Tahap Propagasi yaitu tahap dimana radikal bebas cenderung bertambah

banyak dengan membuat reaksi rantai dengan molekul lipid lain

13

R + O2 RO2

RO2 + RH R + ROOH

3 Tahap Terminasi yaitu apabila terjadi reaksi antara radikal bebas dengan

radikal bebas lain atau antara radikal bebas dengan suatu senyawa pembasmi

radikal bebas (scavenger)

R1 + R2 R 1 R 2

Reduksi oksigen memerlukan pengalihan empat electron (electrotransfer)

Pengalihan ini tidak dapat sekaligus tetapi dalam empat tahapan yang setiap

tahapan hanya melibatkan pengalihan satu elektron Kendala yang mengharuskan

oksigen hanya dapat menerima satu elektron setiap tahap menyebabkan

terjadinya dua hal yaitu kurang reaktifnya oksigen dan terbentuknya senyawa-

senyawa oksigen reaktif seperti O2 (radikal superoksida) H2O2 (hydrogen

peroksida) OOH (radikal peroksil) dan OH (radikal hidroksil)

Radikal Bebas memiliki 2 sifat yaitu

1 Reaktifitas tinggi karena cenderung menarik elektron

2 Mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal

Elektron dari Radikal Bebas berikatan dengan senyawa yang berikatan

kovalen seperti lipid protein dan DNA akan sangat berbahaya karena ikatan

digunakan bersama-sama pada orbit luarnya Dibanding senyawa oksigen reaktif

radikal hidroksil merupakan senyawa yang paling berbahaya karena reaktifitasnya

yang sangat tinggi

Radikal hidroksil dapat merusak 3 jenis senyawa penting yang berfungsi

untuk mempetahankan integritas sel yaitu

14

1 Asam lemak tak jenuh yang merupakan komponen penting fosfolipid

penyusun membran

2 DNA pembawa genetik sel

3 Protein memegang berbagai peran penting seperti enzim reseptor antibodi

sitoskeleton

Dari ketiga senyawa tersebut yang paling rentan adalah senyawa asam

lemak tak jenuh ganda pada membran sel yang mengakibatkan rapuhnya dinding

sel Senyawa oksigen reaktif ini juga merusak dinding bagian dalam pembuluh

darah sehingga mengakibatkan pengendapan koleserol dan menyebabkan

aterosklerosis Apabila senyawa oksigen reaktif ini merusak basa DNA akan

terjadi kekacauan sistem info genetika berlanjut pada pembentukan sel kanker

Jaringan lipid yang rusak memicu munculnya penyakit degeneratif

Fosfolipid glikolipid dan kolesterol merupakan komponen terpenting

membran sel Komponen fosfolipid dan glikolipid mengandung asam lemak tak

jenuh (asam linoleat linolenat arakidonat) sangat rawan terhadap serangan

radikal hidroksil yang dapat menimbulkan reaksi rantai yang dikenal sebagai

Lipid peroxidation

Peroksidase lipid

LH + OH --- H + H2O

Asam lemak Radikal Bebas

L + O2 -- LOO

Radikal peroksilipid

LOO + LH --- L + L OOH dan seterusnya

15

Hasil akhir dari proses ini adalah terputusnya rantai asam lemak menjadi

berbagai senyawa yang bersifat toksik terhadap sel antara lain berbagai macam

aldehid seperti Malondealdehyde (MDA)

223 Peranan Radikal Bebas dalam proses penuaan

Pada usia muda keseimbangan antara radikal bebas dan pertahanan

antioksidan berfungsi dengan baik seiring dengan pertambahan usia

keseimbangan terganggu karena cadangan antioksidan berkurang dan radikal

bebas berlebih (Saxena dan Lan 2006)

Akibat ketidakseimbangan ini terjadi kerusakan oksidatif (Arief 2010)

Kerusakan ini disebabkan oleh radikal bebas dan merusak 3 komponen utama

yang mempertahankan integritas sel seperti fosfolipid (penyusun membrane sel)

DNA (perangkat genetik) protein (enzim reseptor antibodi) (Fouad 2007)

Ketidakseimbangan antara antioksidan dan senyawa oksigen reaktif

menghasilkan stress oksidatif penyebab kanker penuaan aterosklerosis cedera

iskemik peradangan dan penyakit degeneratif (Parkinson Alzheimer)

(Pangkahila 2007)

23 Stress Oksidatif

231 Keadaan yang menyebabkan stress oksidatif

Pada saat jumlah antioksidan tubuh kurang dari yang diperlukan untuk

meredam efek buruk dari radikal bebas keadaan ini disebut Stress oksidatif Bila

terjadi dalam waktu yang lama akan terjadi penumpukan hasil kerusakan

16

oksidatif di dalam sel dan jaringan yang mengakibatkan hilangnya fungsi sel

jaringan dan akhirnya mati Hal ini merupakan penyebab utama proses penuaan

(Bagiada 2001)

Keadaan yang menyebabkan Stress Oksidatif ini salah satunya adalah

pelatihan fisik berat atau berlebih (Hersh 2004) Stress oksidatif dapat

dikendalikan antara lain dengan membiasakan untuk menerapkan pola hidup sehat

dan mengkonsumsi antioksidan diharapkan akan memacu kerja antioksidan

dalam tubuh

MDA merupakan hasil dari proses peroksidasi lipid meningkatnya MDA

menunjukkan adanya suatu kondisi Stress Oksidatif menurunnya MDA

menunjukkan adanya perbaikan dari kondisi Stress tersebut sehingga MDA dapat

dipakai sebagai biomarker Stress oksidatif

24 Pelatihan Fisik

241 Olahraga

Pelatihan fisik atau olahraga merupakan satu kegiatan yang penting bagi

kehidupan manusia Olahraga merupakan alternatif kegiatan yang dapat

meningkatkan derajat kebugaran fisik seseorang apabila dilakukan dengan dosis

takaran yang benar Menurut Sharkey olahraga dapat meningkatkan pengeluaran

energi dan tingkat pengeluaran tersebut berkaitan dengan intensitas dan durasi

aktifitas yang dilakukan (Sharkey 2003) Latihan fisik atau olahraga yang

memperhatikan frekuensi intensitas tipe dan waktu mendukung dalam

mendapatkan hasil yang maksimal dan menurunkan resiko cedera Latihan fisik

17

yang benar memberikan dampak perbaikan pada sistem fungsional paru dan

jantung sehingga terjadi hipertropi otot jantung penurunan detak jantung

istirahat peningkatan stroke volume peningkatan volume darah dan hemoglobin

menambah jumlah pembuluh darah kapiler serta berfungsi dalam proses

pembakaran energi (Fox 1998) Frekuensi latihan yang dianjurkan adalah 3-4x

seminggu dengan intensitas 72-87 dari denyut jantung maksimal (220-umur)

dengan variasi 10 denyut per menitTipe latihan yang dianjurkan adalah

pemanasan 15 menit kombinasi latihan aerobik dan latihan otot dalam waktu 30-

60 menit diakhiri pendinginan 10 menit (Pangkahila 2009)

Sumber energi yang dibutuhkan untuk pelatihan fisik aerobik yang

dominan didapat dari pembakaran simpanan karbohidrat lemak dan sebagian

kecil (5) dari pemecahan simpanan protein yang terdapat di dalam tubuh untuk

menghasilkan ATP (adenosine triphospate) ATP yang terdapat dalam jaringan

otot terbatas kebutuhan ATP dipertahankan oleh creatinin phosphate (CP) dan

glikogen yang tersimpan dalam otot (Hernawati 2009) Terdapat 3 jalur untuk

memberikan ATP tambahan sesuai yang dibutuhkan selama kontraksi otot

meliputi 1 Pemindahan fosfat berenergi tinggi dari kreatinin fosfat ke ADP 2)

Fosforilasi oksidatif (siklus asam sitrat dari sistem transportasi elektron) 3)

glikolisis (Sherwood 2001) Sedangkan pada aktifitas yang bersifat anaerobik

energi diperoleh dari hidrolisis phosphocreatine serta melalui glikolisis glukosa

secara anaerobik Proses ini dapat terjadi tanpa adanya oksigen (O2) Metabolisme

anaerobik ini menghasilkan asam laktat yang apabila terakumulasi dapat

menyebabkan rasa nyeri pada otot menimbulkan stress fisik Hal ini

18

menyebabkan latihan aerobik terasa lebih menyenangkan (Hernawati 2009)

Metabolisme aerobik jauh lebih efisien daripada anaerobik karena menghasilkan

38 molekul ATP per molekul glukosa versus hanya 2 molekul melalui jalur

anaerob

Pelatihan fisik atau olahraga yang teratur selain memberikan manfaat

perbaikan pada mental fisik dan fisiologis juga mempengaruhi hormon tubuh

kita antara lain (Sharkey2003)

1 Growth Hormone

Stimulasi sintesis protein (muscle tone development) dan kekuatan tulang

tendon ligament dan tulang rawan Penurunan penggunaan glukosa dan

peningkatan penggunaan lemak sebagai bahan bakar selama olahraga

Membantu mengurangi lemak tubuh dan mempertahankan glukosa darah pada

level normal sehingga membantu melakukan olahraga selama periode waktu

yang lebih lama Dilepaskannya Growth Hormone oleh kelenjar pituitari di

otak meningkat dengan meningkatnya waktu latihan aerobik

2 Endorphins

Opioid endogen dari kelenjar pituitary yang memblok rasa sakit menurunkan

nafsu makan membuat perasaan senang mengurangi tekanan dan kecemasan

Pada saat olahraga endorfin dalam darah meningkat sampai lima kali selama

aktifitas olahraga lebih dari 30 menit Endorfin membuat kita dapat melakukan

aktifitas latihan menjadi lebih tahan lama

19

3 Testosteron

Hormon yang penting untuk wanita dan pria dalam mempertahankan tonus

volume kekuatan otot meningkatkan angka rata metabolisme basal

menurunkan lemak tubuh dan merasa lebih percaya diri Diproduksi oleh

ovarium pada wanita dan testis pada laki-laki Testosteron pada wanita hanya

sepersepuluh kadar testosteron pada laki-laki Pada wanita testosteron

berperan pada pengaturan libido dan orgasme Produksi pada wanita menurun

saat menjelang menopause sedangkan pada pria pada usia memasuki usia 40

tahun Kadar testosteron darah mulai meningkat setelah 20 menit olahraga

baik pada wanita maupun pria dan tetap tinggi sampai 1-3 jam setelah

olahraga

4 Estrogen

Estrogen secara biologis aktif adalah 17 beta estradiol meningkatkan

pemecahan lemak dari lemak tubuh sehingga dapat digunakan sebagai sumber

tenaga meningkatkan rata-rata metabolisme basal meningkatkan mood

meningkatkan libido Hormon ini disekresi oleh ovarium meningkat saat

olahraga dan tetap meningkat sampai 1-4 jam setelah olahraga

5 Thyroxine (T4)

Hormon yang diproduksi oleh kelenjar tiroid meningkatkan metabolisme

hampir semua sel dalam tubuh Peningkatan metabolisme ini membantu kita

merasa lebih energik dan juga menyimpan kalori penting untuk penurunan

berat badan Kadar tiroksin dalam darah meningkat sekitar 30 selama

20

olahraga dan tetap meningkat sampai beberapa jam sesudahnya Olahraga

yang teratur juga meningkatkan level tiroksin saat istirahat

6 Epinephrine

Hormon yang diproduksi oleh medulla adrenal yang meningkatkan jumlah

darah yang dipompa oleh jantung dan mengarahkan aliran darah ke tempat

yang diharapkan Stimulasi pemecahan glikogen (karbohidrat yang disimpan)

dalam otot yang aktif dan hati untuk digunakan sebagai sumber tenaga

Menstimulasi pemecahan lemak (lemak yang disimpan dalam otot yang aktif)

dan digunakan sebagai sumber tenaga Sejumlah epinefrin yang dilepaskan

berhubungan dengan intensitas dan durasi latihan

7 Insulin adrenalin

Hormon yang penting dalam mengatur gula darah dan asam lemak (lemak)

dan asam amino (protein) dalam sel Sekresi insulin oleh pancreas meningkat

sehubungan dengan respon meningkatnya kadar gula darah dan protein yang

biasa terjadi setelah makan Semakin banyak gula sederhana yang dikonsumsi

semakin tinggi respon insulin Meningkatnya insulin menyebabkan produksi

lemak sehingga insulin sering disebut sebagai hormon lemak atau fat

hormone Pada orang dengan berat badan berlebih terjadi resistensi insulin

sehingga diperlukan insulin dalan jumlah yang lebih besar untuk didapatkan

efek yang sama sehingga didapatkan kadar insulin darah yang lebih tinggi dan

latihan aerobik setiap hari Kadar insulin darah mulai menurun 10 menit saat

olahraga dan terus menurun sekitar 70 menit olahraga Olahraga yang teratur

juga meningkatkan sensitivitas sel terhadap insulin dalam keadaan istirahat

21

8 Glucagon

Hormon yang diproduksi oleh pankreas tugasnya meningkatkan kadar gula

darah Saat gula darah rendah glukagon disekresi dan menyebabkan simpanan

karbohidrat di dalam hati dilepaskan ke aliran darah untuk meningkatkan

kadar gula mencapai kadar normal Glukagon juga menyebabkan

dipecahkannya lemak sehingga dapat digunakan sebagai bahan bakar atau

sumber tenaga Glukagon mulai disekresi pada 30 menit awal olahraga ketika

gula darah mulai menurun

242 Pelatihan Fisik Berlebih

Pelatihan fisik berlebih menimbulkan gangguan pada sistem endokrin

terjadi peningkatan kadar kortisol dan penurunan kadar testosteron (Maffetone

2007) peningkatan ACTH penurunan LH plasma

Sindrom pelatihan fisik berlebih dalam jangka panjang mengakibatkan

terjadinya inflamasi infeksi yang lebih lanjut dapat mempengaruhi kesehatan

secara umum Aktifitas berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena

terjadi peningkatan konsumsi O2 oleh aktifitas otot skeletal Meskipun oksigen

dibutuhkan oksigen juga bersifat toksik yang dapat memicu peningkatan ROS

Pada organ yang tidak mendapat oksigen dan nutrisi yang cukup akan

menimbulkan keadaan iskemik dan kerusakan mikrovaskular Keadaan ini disebut

sebagai Reperfusion Injury yang memicu terjadinya kerusakan jaringan dan

peningkatan Radikal Bebas

22

Pelatihan fisik berlebih meningkatkan terbentuknya Radikal Bebas

(Adiputra 2008) Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh untuk

melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam organ dan

pembuluh darah (Giriwijoyo 2004) Apabila berlebih menyebabkan kerusakan

sel dengan 3 cara (Kumar et al2005 Ebenhardt 2001)

1 Kerusakan DNA mengakibatkan mutasi DNA bahkan kematian sel

2 Peroksidasi lipid membrane sel dan sitosol menyebabkan terjadinya proses

reduksi asam lemak sehingga mengakibatkan kerusakan membran dan organel

sel

3 Modifikasi protein teroksidasi oleh karena cross linking protein

Bila radikal bebas bertemu dengan asam lemak tak jenuh ganda daalam

membrane sel terjadi reaksi peroksidasi lipid membran sel menyebabkan

peningkatan fluiditas membran gangguan integritas membran dan inaktivasi

ikatan membran dengan enzim dan reseptor Tahap akhir dibebaskan aldehyde

seperti malondealdehyde pentane etana conjugated diane yang bersifat merusak

tubuh (Murray et al2000)

Pelatihan fisik berlebih menyebabkan terjadinya peningkatan lekosit atau

lekositosis peningkatan isoprostan dalam urin protein carbonil (73) catalase

(96) glutation peroksidase serta glutation teroksidasi (25) Dapat

disimpulkan pelatihan fisik berlebih merangsang respon biomarker stres oksidatif

(Murray et al 2000) Proses penuaan mengakibatkan penurunan sistem imun

sehingga meningkatkan resiko infeksi Menurut teori aktifitas sedang dapat

menangkal efek proses penuaan yang diakibatkan penurunan sistem imun Studi

23

yang dilakukan Shepard dan Shek menunjukkan bahwa aktifitas sedang dapat

ditoleransi dengan baik oleh individu lanjut usia dan menunjukkan penurunan

stimulasi proliferasi limfosit

Gejala ndash gejala yang dirasakan apabila melakukan pelatihan fisik berlebih

(overtraining) (Maffetone 2007)

1 Sering mengalami kegagalan dalam melakukan latihan yang biasanya kita

lakukan Kondisi fisik menjadi semakin lemah dan semakin lambat terjadi

kemunduran

2 Kehilangan otot dan terjadi penimbunan lemak Latihan fisik berlebih

meyebabkan rasio testosteron kortisol yang seharusnya positif yang berarti

lebih banyak otot dan lebih sedikit lemak menjadi negatif yang berarti cortisol

lebih tinggi dibanding testosteron yang berarti terjadi peningkatan resistensi

insulin dan penimbunan lemak

3 Merasa lemas mudah tersinggung sulit tidur

4 Persendian tulang dan anggota tubuh terasa sakit

Terjadinya DOMS (delayed onset muscle soreness) menunjukkan teknik

latihan yang salah atau postur saat latihan yang tidak tepat DOMS merupakan

respon alami yang akan hilang dalam waktu sehari atau 2 hari tetapi apabila

nyeri berkepanjangan menunjukkan adanya overtraining

5 Sering tiba-tiba jatuh sakit

Latihan fisik berlebih menurunkan sistem imun tubuh kita sehingga menjadi

lebih mudah sakit

24

Latihan fisik berat jangka panjang berkaitan dengan cedera serat

ototKerusakan yang terjadi berhubungan dengan intensitas durasi dan tipe

latihan Ketika cell death terbentuk jaringan nekrotik dibuang oleh sel fagosit

sel satelit teraktivasi menuju ke area yang cedera menjadi myoblast dan

selanjutnya menjadi serat otot Enzim otot yang dilepaskan tidak sepenuhnya

merefleksikan kerusakan struktural yang diperkirakan oleh analisis histologis

Perubahan penanda biologis cedera otot (seperti aktifitas kreatin kinase (CK)

lactate dehydrogenase (LDH) atau konsentrasi malondialdehyde di plasma

(MDA)) sering diperiksa selama overtraining Serum aktivitas CK dan

konsentrasi MDA plasma dapat gagal meningkat saat overtraining perubahan

parameter biokimia hanya merefleksikan otot dengan beban berlebih Setelah

olahraga yang lama pro-inflammatory cytokines diproduksi lokal pada otot

skeletal

Tanda dan gejala fisik latihan fisik berlebih (overtraining)

- Denyut jantung atau nadi yang meningkat saat istirahat

- Tidak toleransi terhadap latihan

- Penampilan yang menurun

- Penurunan berat badan berkurangnya massa otot tidak nafsu makan

- Kelelahan chronic fatigue lethargy

- Nyeri dan kerusakan otot nyeri sendi

- Mudah terserang flu pembengkakan kelenjar getah bening di leher

selangkangan dan ketiak

- Konstipasi atau diare

25

- Gangguan haid gangguan makan gangguan tidur

- Sakit kepala gangguan pencernaan

- Pemulihan yang berlangsung lambat setelah latihan

- Sendi otot tendon terasa kaku dan sakit

Tanda dan gejala psikologis

- Lelah capek kekurangan tenaga

- Insomnia sakit kepala tidak mampu untuk beristirahat

- Depresi gelisah cemas apatis

- Menurunnya kepercayaan diri

- Menurunnya kemampuan untuk berkonsentrasi

- Mudah stress

Efek biokimia dari Latihan Fisik Berlebih

- Meningkatnya serum kortisol dan SHBG

- Menurunnya serum total dan free testosterone rasio testosteron kortisol

- Menurunnya glikogen otot

- Menurunnya serum hemoglobin besi dan ferritin

Faktor yang mempengaruhi terjadinya overtraining

- Jetlag

- Bekerja terlalu keras

- Menstruasi

- Nutrisi gaya hidup yang buruk

- Kurang istirahat

- Terlalu banyak mengkonsumsi alkohol

26

- Kurangnya kemampuan mengatasi stress

Penanganan overtraining atau Latihan Fisik berlebih

- Massage

Massage pada jaringan dalam dapat melepaskan otot yang tegang

mempertahankan keseimbangan sistem muskulo-skeletal Pemijatan atau

massage yang teratur dapat membantu mencegah cedera yang mungkin

terjadi karena overuse

- Menggunakan roller busa

Penggunaan roller busa memungkinkan kita dapat melakukan massage

atau pemijatan sendiri Kita dapat juga memakai yang berbentuk bola atau

bola tenis untuk membantu menghilangkan rasa sakit Pemijatan ini dapat

dilakukan di tungkai lutut hamstring bahu punggung atau otot atau sendi

manapun

- Terapi suhu kontras

Air pancuran hangat dan dingin bergantian menstimulasi tubuh untuk

pulih lebih cepat Otot membawa impuls yang terasa pada kulit bagian

dalam tubuh di mana terjadi stimulasi sistem imun memperbaiki sirkulasi

dan pencernaan mempengaruhi produksi hormon stress meningkatkan

aliran darah mengurangi sensitivitas nyeri

- Pengaturan makanan

Membantu proses pemulihan penting untuk mengkonsumsi makanan

tinggi karbohidrat protein dan lemak sehat seperti Omega 3 omega 6

omega 9 asam lemak esensial Karbohidrat memberikan sumber tenaga

27

pada tubuh dan otak asam lemak esensial membantu mengurangi depresi

memperbaiki pemulihan protein akan membangun kembali otot yang

mengalami overtraining

- Mengkonsumsi vitamin

Ketika terjadi overtraining suplementasi sangat menguntungkan Vitamin

dan suplementasi mineral sebaiknya dikonsumsi pagi hari bersama dengan

makanan untuk penyerapan yang lebih baik

Defisiensi Vitamin yang biasa terjadi

- Vitamin A (Beta-Caroten)

- Vitamin B kompleks vitamin B12

- Vitamin C D E K

- Asam Folat

Defisiensi Mineral yang biasa terjadi

- Calcium

- Chromium

- Copper Iodine Iron

- Magnesium Fosfor

- Potassium

- Sodium

- Sulfur

- Zinc

28

25 Antioksidan

Radikal Bebas merupakan senyawa reaktif yang secara alami diproduksi

oleh tubuh manusia Radikal Bebas memberikan efek positif atau efek negatif

Untuk membatasi efek negatif tersebut dibutuhkan kompleks proteksi ndash sistem

antioksidan Sistem ini terdiri dari enzim antioksidan (katalase glutation

peroksidase superoksid dismutase) dan antioksidan non enzimatik ( vitamin E-

tokoferol vitamin A- retinol vitamin C- asam askorbat) Keseimbangan antara

produksi radikal bebas dan pertahanan antioksidan menunjukkan tingkat stress

oksidatif yang mungkin terlibat dalam proses penuaan dan pada beberapa

patologi (misalnya kanker Parkinson) (Winarsi 2007)

Latihan fisik juga meningkatkan stress oksidatif dan menyebabkan

gangguan homeostasis Latihan memberikan efek positif dan efek negatif

tergantung dari beban latihan spesifikasi latihan dan tingkat basal latihan Stress

oksidatif terlibat dalam terjadinya muscular fatigue dan mengarah ke

overtraining

Definisi antioksidan menurut Cadenas adalah suatu senyawa yang apabila

terdapat dalam jumlah yang lebih banyak dibanding senyawa yang teroksidasi

secara signifikan dapat menunda atau mencegah proses oksidasi senyawa tersebut

(Cadenas 2002) Secara kimia antioksidan adalah senyawa pemberi electron

Secara biologis antioksidan adalah senyawa yang mampu menangkal dan

meredam dampak negative oksidan dalam tubuh Antioksidan mendonorkan satu

elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa oksidan tersebut dapat

dihambat (Winarsi 2007)

29

Penting sekali keseimbangan antara oksidan dan antioksidan karena

berfungsi menjaga integritas dan berfungsinya membrane lipid protein sel dan

asam nukleat Senyawa asam lemak tak jenuh penyusun membrane lipid sangat

sensitive terhadap perubahan keseimbangan antara oksidan dan antioksidan

Menurut mekanisme kerjanya antioksidan dikelompokkan atas 3 yaitu

1 Antioksidan primer SOD katalase glutation peroksidase (GSH-Px)

Bekerja pembentukan senyawa radikal bebas yang telah terbentuk menjadi

molekul yang kurang aktifSedangkan antioksidan primer yang dapat

ditambahkan dari luar seperti glutation asam lipoat SOD melatonin

2 Antioksidan sekunder vitamin E vitamin C beta karoten flavonoid asam

urat albumin (Soewoto 2001)

Merupakan antioksidan eksogenous atau non enzimatis (Winarsi 2007)

Bekerja dengan cara memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal bebas

atau dengan cara menangkapnya

3 Antioksidan tertier meliputi system enzim DNA-repair dan metionin

sulfoksida reduktase Berfungsi dalam perbaikan biomolekuler yang rusak

akibat reaktivitas radikal bebas

26 Glutation sebagai antioksidan

Glutation merupakan tripeptida yang terdiri dari asam amino glutamat

sistein dan glisin (Cadenas 2002)Ikatan glutamat ndash sistein merupakan ikatan

isopeptida antara grup γ-karboksil dari glutamat dan grup α amino dari

sisteinIkatan unik ini membuat gluation tahan terhadap degradasi oleh proteases

30

dan peptidases yang berfungsi pada peralihan proteinMerupakan suatu

antioksidan yang mencegah kerusakan komponen seluler oleh reactive oxygen

species seperti radikal bebas dan peroksidGlutation bukan nutrisi esensial karena

disintesa di dalam tubuh dari asam amino L-sistein L-glutamic acid dan glycine

Gambar 21 Struktur GSH dan GSSG

Glutation terdapat pada sebagian besar sel tubuh tetapi terbanyak terdapat

di dalam hati Grup thiol (SH) dari sistein berfungsi sebagai donor proton dan

bertanggungjawab untuk aktifitas biologis glutation Provisi asam amino ini

merupakan faktor yang terbatas dalam sintesis glutation oleh sel karena sistein

relatif jarang pada makanan Apabila dilepaskan sebagai asam amino bebas

sistein adalah toksik dan secara spontan dikatabolisasi di saluran pencernaan dan

plasma darah

Glutation disintesis dalam 2 tahap

1 Gamma-glutamylcysteine disintesa dari L-glutamate dan sistein melalui enzim

gamma-glutamylcysteine sintetase (glutamate cysteine ligase GCL)

31

2 Glisin ditambahkan pada C-terminal dari gamma-glutamylcysteine melalui

enzim glutation sintetase

261 Fungsi Glutation

Glutation terdapat dalam bentuk tereduksi (GSH) dan teroksidasi (GSSG)

Grup thiol dari sistein mampu memberikan donor elektron ke molekul lain yang

tidak stabil seperti Reactive Oxygen Species (ROS) Pada saat mendonorkan

elektronnya glutation menjadi reaktif dan segera bereaksi dengan glutation reaktif

lainnya membentuk glutation disulfide (GSSG)Reaksi mungkin terjadi apabila

terdapat konsentrasi yang cukup tinggi di sel (sampai 5mm di hati) GSH dapat

terbentuk kembali dari GSSG oleh enzim glutation reduktase Pada sel atau

jaringan yang sehat terdapat lebih 90 dari total simpanan glutation terdapat

dalam bentuk tereduksi (GSH) dan kurang dari 10 dalam bentuk disulfide

(GSSG)

GSH ---- GSSG

Eliminasi ROS Menjaga protein thiols Antioxidant

dalam bentuk reduksi pools

Gambar 22 GSH Redox (Cadenas 2002)

GSH Redox merupakan indikator sentral keseimbangan antara stress

oksidatif dan system antioksidan GSH Redox berkaitan dengan detoksifikasi

Reactive Oxygen Species (ROS) berfungsi dalam mempertahankan tersedianya

antioksidan mempertahankan protein thiol dalam bentuk reduksi Rasio

32

GSHGSSG sering dipakai untuk mengekspresikan keseimbangan redox ini

Peningkatan rasio GSH-GSSG merupakan indikasi adanya Stress Oksidatif

(Goldman 2003)

Glutation mempunyai beberapa fungsi (Winarsih 2007)

- Sebagai antioksidan endogen mayor yang diproduksi oleh sel berpartisipasi

langsung pada netralisasi radikal bebas dan senyawa oksigen reaktif

mempertahankan antioksidan eksogen seperti vitamin C dan E pada bentuk

tereduksi (aktif)

- Pengaturan siklus nitric oxide yang sangat penting untuk kehidupan tetapi

dapat menjadi masalah apabila tidak teregulasi Digunakan untuk reaksi

metabolism dan biokimia seperti sintesis dan perbaikan DNA sintesis protein

sintesis prostaglandin transport asam amino dan aktivasi enzim Tiap sistem

di dalam tubuh kita dapat dipengaruhi oleh sistem glutation khususnya sistem

imun sistem saraf sistem gastrointestinal dan paru

Gambar 23 Detoksifikasi Lipid Hydroxyperoxides di usus halus

33

GSH yang ditransportasikan kedalam lumen digunakan untuk detoksifikasi

peroksid yang terbentuk dari makanan oleh glutation peroksidase (GSH Px)

Proses ini membutuhkan peroksid dan glutation yang tersedia di sel epitel GSSG

yang terbentuk direduksi kembali menjadi GSH oleh GSSG reduktase (GSSG

Rx) menggunakan NADPH sebagai reduktan

262 Suplementasi Glutation

Meningkatkan level GSH melalui suplementasi glutation langsung sulit

Penelitian terakhir menyatakan bahwa secara oral tidak diabsorpsi baik melalui

saluran pencernaan Studi mengenai konsumsi oral akut glutation dengan dosis

sangat besar 3 gram Witschi dan tim menemukan lsquoadalah tidak mungkin

meningkatkan glutation yang bermanfaat secara klinis dengan dosis tunggal 3

gram glutationrsquo

Glutation terdapat pada makanan sehari-hari sampai 150mghari dapat

diabsorpsi melalui intak di usus halus Individu sehat dengan asupan sulfur asam

amino (1-2 gramhari) jumlah GSH mungkin tidak cukup untuk mendapatkan

efek penting secara sistemik Individu dengan asupan sulfur asam amino yang

terbatas suplementasi GSH diperlukan untuk mempertahankan suplai GSH

sistemik dengan memperbaiki keseimbangan sulfur asam amino (Cadenas 2002)

Glutation hanya diabsorpsi di sel epitel oral dan traktus gastrointestinal

dan memberikan keuntungan kesehatan spesifik pada jaringan tersebut(Cadenas

2002)

34

SUPLAI HILANG

Makanan suplemen Degradasi

GSH

Empedu LUMINAL Uptake

Epitel Reaksi Detoksifikasi

Gambar 24 Supply dan Removal Glutation dalam lumen usus halus (Cadenas 2002) Glutation (GSH) disuplai ke dalam lumen intestinal melalui konsumsi oral

empedu dan sekresi epitel intestinal Jumlah yang disuplai dari empedu cukup

untuk mempertahankan jumlah 200microM pada tikus tetapi tidak cukup pada

manusia yang mengalami degradasi di duktus kantung empedu Jumlah yang

dikonsumsi melalui makanan bervariasi dan secara umum kurang dari 200 microM

Jumlah yang diberikan melalui epitel hanya sekitar 10 atau kurang

dibandingkan dengan yang disediakan oleh empedu Hilangnya Glutation karena

degradasi oleh γ-glutamyltranspeptidase dan dipeptidases pada permukaan sel

epitel ditransportasikan ke dalam sel oleh mekanisme sodium-dependent dan

sodium-independent konjugasi dengan elektrofil reaktif dikatalisasi oleh

glutathione-S transferase mucus (Cadenas 2002)

Vitamin D meningkatkan level glutation di otak dan tampaknya sebagai

katalis untuk produksi glutation Sejumlah vitamin D aktif di otak berikatan

dengan seberapa besar vitamin D3 baik melalui suplemen atau dibentuk di kulit

melalui paparan matahariHal ini menyatakan bahwa mengkonsumsi vitamin D

35

dan atau mendapat cukup paparan matahari meningkatkan produksi glutation

(Sellman 2009)

Konsentrasi glutation di plasma dan hati dapat ditingkatkan dengan

mengkonsumsi suplemen tertentu yang disebut GSH precursors N-asetilsistein

atau NAC glutation precursor yang paling memungkinkan Suplemen lain S-

adenosilmetionin (SAMe) dan whey protein juga dapat meningkatkan glutation

dalam sel (Sellman 2009)

NAC tersedia dalam bentuk obat dan sebagai suplemen generik Alpha

lipoic acid juga dapat mempertahankan glutation intraselular Melatonin dapat

menstimulasi enzim yang berkaitan glutation peroksidase dan silimarin ekstrak

dari biji tanaman milk thistle (Silybum marianum) juga mempunyai kemampuan

memperbarui level glutation

Glutation diatur dengan ketat di intraseluler dan dibatasi produksinya oleh

feedback negative inhibisi sintesisnya sendiri melalui enzim gamma-

glutamilsistein sintetase sehingga meminimalisir kemungkinan terjadinya

overdosis Penambahan glutation menggunakan precursor atau glutation intravena

adalah strategi untuk mengatasi defisiensi glutation stress oksidatif tinggi

defisiensi imun

Glutation yang rendah menunjukkan adanya pembuangan dan

keseimbangan negatif nitrogen seperti pada kanker AIDS sepsis trauma

terbakar dan bahkan atlet overtraining Suplementasi glutation dapat

memperbaiki proses ini dan contohnya pada AIDS memberi hasil adanya

perbaikan survival rates Bagimanapun studi mengenai kondisi ini belum dapat

36

membedakan glutation rendah sebagai akibat secara akut (pada pasien sepsis) atau

secara kronis (HIV) meningkatkan stress oksidatif dan peningkatan patologi

sebagai akibat defisiensi yang sudah ada sebelumnya

Skizofrenia dan gangguan bipolar berhubungan dengan glutation yang

rendah Stress oksidatif mungkin salah satu faktor dasar patofisiologi gangguan

bipolar gangguan depresif mayor dan skizofrenia Glutation (GSH) adalah

pemakan radikal bebas mayor di otakTidak adanya GSH meningkatkan

kerentanan sel terhadap stress oksidatif ditandai asetilsistein dapat mengurangi

gejala kedua gangguan tersebut

Glutation merubah level stress oksidatif pada sel yang diisolasi di

laboratorium sehingga dapat mengurangi perkembangan kanker Tes ini tidak

dilakukan pada manusia

Glutamat yang berlebihan di sinaps yang dapat dilepaskan pada kondisi

seperti cedera otak dapat menghambat pengambilan sistein senyawa pembentuk

glutation yang pentingTanpa proteksi dari cedera oksidatif oleh glutation sel-sel

dapat rusak atau mati (Sellman 2009)

Glutation juga mempunyai fungsi lain sebagai berikut (Sellman 2009)

Mencerahkan kulit

Mencegah menghilangkan jerawat dan bekas jerawat

Menghilangkan noda hitam

Anti aging dan anti kerut

Memberi nutrisi kulit

Membantu pemulihan luka

37

Membuat kulit menjadi halus segar dan bersinar

Kondisi kesehatan yang berhubungan dengan defisiensi glutation

Peningkatan proses penuaan

Kesulitan dalam keseimbangan

Gangguan mental

Masalah koordinasi

Gangguan sistem saraf

Akhir-akhir ini dipercaya sebagai penyebab lesi otak

Kanker HIV Katarak Diabetes Mellitus

Jumlah sperma yang rendah

263 Glutation Precursor (Sellman 2009)

Glutation Precursor disebut juga sebagai building-block dari glutation

yaitu N-asetilsistein atau NAC dan whey protein tidak terdenaturasi

Nasetilsistein adalah obat farmasi yang biasa digunakan bertahun-tahun untuk

mengobati overdose asetaminofen Hal ini sangat efektif ketika diberikan dalam

dosis besar di ruang darurat ketika seseorang akan mengalami gagal hati karena

overdosis asetaminofen komposisi aktif dari Tylenol

Efek sampingnya adalah bercak-bercak kemerahan bersin mual

anafilaksis reaksi alergi yang berupa kesulitan bernafas karena bronkospasme

tekanan darah menurun angioedema muntah kram diare Walaupun jarang

kematian pernah dilaporkan karena N-asetilsistein Beberapa orang mendapatkan

rasa dan bau yang tidak dapat diterima karena kandungan sulfur di dalamnya

38

Pengggunaan teratur untuk menaikkan kadar glutation tidak direkomendasikan

untuk anak-anak dan bayi Masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk

menentukan keamanan N-asetilsistein untuk penggunaan jangka panjang

Whey protein tidak terdenaturasi merupakan nutraceutical atau medicinal

foodSenyawa ini memberikan ikatan sistein ke sel-sel di mana glutation dapat

terbentuk di tempat tersebut

Beberapa kondisi yang tidak dapat mengkonsumsi whey protein

- Pasien dengan alergi protein susu

- Pasien dengan diet rendah protein

- Pasien yang sedang menjalani terapi imunosupresif

Efek sampingnya adalah kembung perut kram urtikaria Efek samping

karena overdosis tidak terjadi karena sel hanya membuat sebatas yang dibutuhkan

apabila berlebih kelebihan disimpan di hati dan ginjal sampai suatu saat kalau

dibutuhkan

264 Sumber Glutation dari makanan

Sumber glutation dari makanan yang disarankan adalah asparagus bayam

brokoli bawang putih kale bawang watercress kol Brussel sprout beberapa

bumbu seperti kunyit kayu manis semangka alpukat anggur peach jeruk

walnut granola daging kalkun dan daging ayam keju cottage dan yoghurt

39

Tabel 21 Makanan yang mengandung Glutation (Cadenas2002)

GSH Food Group mg100 g mgsaji Buah segar Apel 33 46 Pisang 41 48 Anggur 79 146 Jeruk 73 106 Semangka 66 283 Sayuran segar Asparagus dimasak 283 263 Alpukat 277 313 Brokoli dimasak 91 78 Wortel mentah 79 59 Tomat 90 109 Daging Hamburger 175 149 Ham rebus 233 13 Ayam digoreng 131 134 Sereal biji-bijian Cornflakes 00 00 Roti whole wheat 12 06 Roti putih 00 00 Nasi putih enriched dimasak 16 21 Produk Susu Susu whole 00 00 Keju Amerika 00 00 Yoghurt plain lowfat 00 00 Es krim 10 lemak 00 00

40

BAB III

KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

31 Kerangka Berpikir

Faktor penyebab penuaan antara lain faktor internal dan faktoreksternal

Faktor internal meliputi radikal bebas glikosilasi metilasi hormon yang

berkurang apoptosis system kekebalan tubuh yang menurun genetik Faktor

eksternal meliputi gaya hidup tidak sehat polusi lingkungan stress kemiskinan

kebiasaan yang salah olahraga berlebihan (overtraining) Berbagai faktor di atas

menyebabkan terjadinya penurunan fungsi tubuh dan terjadilah penuaan

Kerangka konsep penelitian berdasarkan teori bahwa salah satu penyebab

penuaan adalah radikal bebas Bila jumlah radikal bebas melebihi jumlah

antioksidan di dalam tubuh terjadilah stress oksidatif Radikal bebas dapat

merusak membran sel protein DNA dan berakibat fatal bagi kelangsungan hidup

sel jaringan Stress oksidatif yang berlangsung lama akan mengakibatkan

terjadinya penumpukan hasil kerusakan oksidatif di dalam sel dan jaringan

selanjutnya sel dan jaringan tersebut akan kehilangan fungsinya dan akhirnya

mati

Olahraga berlebih meningkatkan stress oksidatif karena terdapat

peningkatan konsumsi O2 oleh aktivitas otot skeletal Oksigen juga dapat bersifat

toksik yang dapat memicu peningkatan Reactive Oxygen Species (ROS)Organ

yang tidak mendapat cukup oksigen dan nutrisi menjadi iskemik dan terjadi

kerusakan mikrovaskular (Reperfusion Injury) memicu peningkatan radikal

40

41

bebas Dengan pemberian antioksidan Glutation yang merupakan antioksidan

master diharapkan dapat mencegah kerusakan lebih lanjut yang diakibatkan oleh

radikal bebas dengan cara melindungi sel dari Reactive Oxygen Species (ROS)

dan dapat dilihat melalui parameter MDA yang mengalami penurunan

32 Konsep Penelitian

Konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Gambar 31 Konsep Kadar MDA pada tikus yang diberikan Pelatihan Fisik Berlebih+ Placebo dan Pelatihan Fisik Berlebih + Glutation

FAKTOR INTERNAL

- Jenis Kelamin

- Usia

- Genetik

- Hormon

- Psikologis

FAKTOR EKSTERNAL

- Makanan

- Cuaca iklim

- Penyakit

- Exercise

GLUTATION

TIKUS

KADAR MDA

42

33 Hipotesis

Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan kadar MDA

tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

43

BAB IV

METODE PENELITIAN

41 Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksterimental dengan rancangan

randomized pre test-post test control group design (Poccock et al 2008)

Subyek terdiri dari 2 kelompok yaitu

1 Kelompok 1 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+ Placebo

2 Kelompok 2 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation

Semua kelompok sebelum perlakuan diberikan pre test (O1 O3) dan

dihitung rerata untuk masing-masing kelompok

Setelah perlakuan semua kelompok diberikan post test (O2 O4) dan

dihitung rerata untuk masing-masing kelompok

Kemudian dihitung perbedaan rerata antara pre test dan post test dari

masing-masing kelompok lalu hasil perbedaan tersebut dibandingkan secara

statistik

Gambar 41 Rancangan Penelitian

P S

43

R R

O1 P1 O2

O3 P2 O4

44

Keterangan

P = populasi

S = sampel

R = random

O1 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah mendapatkan

pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan placebo (pre test)

O2 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah diberikan pelatihan

fisik berlebih setelah diberikan placebo (post test)

O3 = observasi data MDA kelompok perlakuan setelah diberikan

pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan Glutation (pre test)

O4 = observasi data MDA kelompok perlakuan diberikan pelatihan fisik

berlebih setelah diberikan Glutation (post test)

P1 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih+ placebo

P2 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation

42 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran

Universitas Udayana pada bulan Januari ndash Maret 2012 Pemeriksaan MDA darah

tikus dikerjakan di bagian Program Antar Unit Universitas Gajah Mada

Jogyakarta

45

43 Populasi dan Sampel

431 Populasi

Subyek penelitian adalah tikus jantan dewasa galur Wistar yang berusia 2-

25 bulan dan dalam kondisi fisik sehat

432 Kriteria Sampel

4321 Kriteria Inklusi

Kriteria Inklusi yang ditetapkan sebagai sampel adalah sebagai berikut

a Tikus jantan dewasa galur Wistar

b Umur 2-25 bulan

c Berat badan plusmn200 gram

d Sehat

e MDA ge 5mmollt

4322 Kriteria Drop Out

Adalah sampel yang mati pada waktu penelitian

433 Besar Sampel

Besar sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini dihitung berdasarkan

rumus Poccock (2008)

Angka μ1 (5) dan μ2 (12) didapatkan dari penelitian sebelumnya (Ji 1998)

n=

46

= asymp 7

Keterangan

n = jumlah sampel

σ = standar deviasi kelompok perlakuan dengan pemberian

glutation (15)

f ( ) = besarnya didapat dari tabel (Poccock 2008)

μ1 = rerata hasil MDA pada kelompok perlakuan sesudah

pemberian glutatioacuten (5)

μ2 = rerata hasil MDA pada kelompok pre test (12)

Jadi jumlah sampel (n) = 675 dan ditambah 3 ekor tikus untuk masing-

masing kelompok sebagai cadangan Jadi total 20 ekor tikus dengan 10

ekor tikus untuk masing-masing kelompok

434 Teknik Pengambilan Sampel

Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat

sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi diambil secara acak

sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi

2 kelompok yaitu kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+placebo kelompok

dengan pelatihan fisik berlebih + glutation

47

44 Variabel Penelitian

441 Klasifikasi Variabel

Variabel penelitian dibedakan menjadi

1 Variabel Bebas dosis pemberian glutation

2 Variabel Tergantung kadar MDA

3 Variabel Terkendali varian tikus jantan (galur wistar) jenis

kelamin umur berat badan lingkungan

(pencahayaan suhu kelembaban nutrisi

kandang)

Gambar 42 Bagan Hubungan Antar Variabel

VARIABEL BEBAS

- Pelatihan fisik berlebih

- Glutation 37mg kgBBhari

VARIABEL TERGANTUNG

KADAR MDA

VARIABEL TERKENDALI

Varian tikus

Jenis kelamin umur berat badan

Pencahayaan suhu kelembaban nutrisi kandang

Makanan minuman

48

442 Definisi Operasional Variabel

1 Pelatihan fisik berlebih pada tikus adalah pelatihan yang berlebihan

yang diukur berdasarkan kemampuan maksimal berenang tikus pada

ember berdiameter 35 cm dengan kedalaman air 20 cm yang

dilakukan 60 menithari selama 35 hari pada waktu yang sama pada

suhu 32 derajat (Binekada 2002 dan Pepe2011)

2 Glutation yang diberikan adalah Glutation Teofarma injeksi sediaan

600mg 4 ml Dosis pemberian Glutation adalah pemberian sediaan

antioksidan Glutation dalam bentuk suntikan intraperitoneal yang

diberikan 1x sehari dan diberikan 6 jam sebelum pelatihan fisik

berlebih Dosis pemberian Glutation mengacu pada penelitian yang

dilakukan sebelumnya oleh Ji L L yaitu 37mgkgBBhari yang

dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril secara intraperitonial

3 MDA merupakan salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada

membran sel dan merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan

oleh radikal bebas Pengukuran kadar MDA menggunakan metode

Thiobarbituraic Acid Reactive Substances (TBARS) Pembacaan hasil

dengan menggunakan spektrofotometer Satuan MDA dalam mmoll

4 Cahaya suhu dan kelembaban merupakan kondisi lingkungan yang

dialami tikus jantan dewasa Pada penelitian ini kondisi lingkungan

selama percobaan dibuat sama

5 Berat badan tikus adalah berat badan yang ditimbang dengan

timbangan gram

49

6 Umur tikus adalah umur yang ditentukan dengan melihat tanggal

kelahiran yang dicatat pada kandang percobaan

7 Kondisi peneliti yang meliputi kesehatan fisik dan psikis peneliti

Penelitian dilaksanakan saat kondisi peneliti dalam keadaan baik

sehingga pengaruhnya terhadap hasil penelitian dapat diabaikan

45 Bahan dan Alat Penelitian

451 Bahan Penelitian

Glutation injeksi

Tikus jantan

Makanan tikus berupa pellet dan air minum dari air ledeng

Aquades steril

EDTA (Ethylenediamine tetraacetic acid)

Reagensia untuk pengukuran kadar MDA

452 Alat Penelitian

Alat yang dipakai dalam pengambilan data penelitian ini adalah

- Kandang tikus terbuat dari besi yang di dalamnya terdapat sekam dan

botol minuman

- Ember berdiameter 35 cm dan kedalaman air 20 cm

- Stopwatch

- Timbangan

- Spuit injeksi 1 ml

50

- Sarung tangan

- Kapas dan alkohol 70

- Tabung Evendorf

- Mikropipet

- Pipet kapiler

- Sentrifugasi

46 Prosedur Penelitian

1 Tikus jantan dewasa (Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan

berat badan plusmn200gram dilakukan aklimatisasi selama 2 minggu di

tempat penelitian untuk penyesuaian dengan lingkungan

2 Semua sampel tikus diberi perlakuan yang sama yaitu diberikan

pelatihan fisik berlebih dengan cara berenang sampai kelelahan pada

hari ke 7 kedua kelompok tersebut dilakukan pemeriksaan MDA

3 Mulai hari ke 8 ndash 35 sampel tikus yang berjumlah 20 ekor dibagi atas 2

kelompok di mana kelompok 1(kontrol) diberikan pelatihan fisik

berlebih + injeksi aquabidest intraperitoneal enam jam sebelum

perlakuan aktifitas berlebih kelompok ke 2 (perlakuan) diberikan

pelatihan fisik berlebih + injeksi intraperitoneal glutation 37

mgkgBBhari yang sudah dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril

4 Pada hari ke 35 dilakukan pemeriksaan kadar MDA pada masing-

masing tikus setelah bulu tikus kering

51

5 Selama penelitian hewan coba diberikan makanan dan minuman secara

teratur kebersihan dan kenyamanan kandang dijaga

461 Alur Penelitian

TIKUS ADAPTASI 2 MINGGU

PELATIHAN FISIK BERLEBIH 1 MINGGU

MDA

KELOMPOK 1 KELOMPOK 2

PELATIHAN FISIK BERLEBIH PELATIHAN FISIK BERLEBIH

+ AQUABIDEST (28 hari) +GLUTATION 37mgkgBBhari

28 HARI 28 HARI

MDA

Gambar 43 Bagan Alur Penelitian

462 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium

Pemantauan keselamatan tikus jantan (galur Wistar) di laboratorium

(Smith et al1988 Ngatidjan 2006) adalah sebagai berikut

1 Kandang tikus jantan harus cukup kuat tidak mudah rusak teratur dibersihkan

(1x seminggu) mudah dipasang kembali hewan tidak mudah lepas tahan

52

gigitan hewan kelihatan jelas dari luar Alas tempat tidur terbuat dari serbuk

gergaji atau sekam padi agar mudah menyerap air

2 Luas lantai yang memadai untuk tikus jantan dengan berat badan plusmn200 gram

adalah 60cm persegi dan tinggi 20 cm

3 Diciptakan suasana lingkungan yang stabil dan sesuai keperluan fisiologi tikus

jantan di mana kelembaban suhu pertukaran udara yang ekstrim harus

dihindari

4 Hewan coba hendaknya diperlakukan dengan kasih sayang

47 Pengolahan dan Analisis Data

Analisis data yang digunakan adalah

1 Analisis Deskriptif

2 Uji normalitas data dilakukan dengan tes Shapiro-Wilk Distribusi data

normal dengan nilai pgt005

3 Uji homogenitas dilakukan dengan Lavenersquos Test Data dinyatakan

homogen dengan nilai pgt005

4 Karena data berdistribusi normal dan homogen maka untuk uji

komparabilitas dipakai

- Uji t independent untuk membandingkan rerata kadar MDA antar

kelompok

- Uji Paired T- Test untuk membandingkan rerata kadar MDA pre

dan post masing-masing kelompok

- Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau

dinyatakan berbeda bila plt005

53

BAB V

HASIL PENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 20 ekor tikus jantan dewasa

(Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan berat badan plusmn200 gram sebagai

sampelyang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah 10 ekor

yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dankelompok

perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) Dalam penyajian hasil ini diuraikan

uji normalitas data uji homogenitas data uji komparabilitas dan uji efek

perlakuan

51 Uji Normalitas Data

Data Kadar MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan

pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji

Shapiro-Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005)

disajikan pada Tabel 51

53

54

Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing Kelompok Sebelum

dan Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Perlakuan n p Keterangan

Kadar MDA kontrol pre

Kadar MDA perlakuan pre

Kadar MDA kontrol post

Kadar MDA perlakuan post

10

10

10

10

0965

0550

0975

0697

Normal

Normal

Normal

Normal

52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok

Data Kadar MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun

sesudah perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test

Hasilnya menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52

Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA Sebelum dan

Sesudah Perlakuan

Variabel F p Keterangan

Kadar MDA pre

Kadar MDA post

0016

0592

0901

0452

Homogen

Homogen

53 Kadar MDA

531 Uji komparabilitas

Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata kadar MDA

antar kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan

55

glutation Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada

Tabel 53 berikut

Tabel 53

Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata

Kadar MDA

SB T P

Aktivitas berlebih dan

placebo

Aktivitas berlebihdan

glutathion

10

10

518

529

028

029

089 0386

Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok

kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 518028mmoll dan rerata

kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 529029mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 089 dan nilai

p = 0386 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan

berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya tidak berbeda secara

bermakna (p gt 005)

532 Analisis efek perlakuan

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kadar MDA antar

kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation

56

Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54

berikut

Tabel 54 Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata

Kadar MDA

SB T P

Aktivitas berlebih dan

placebo

Aktivitas berlebihdan

glutathion

10

10

778

444

023

017

3672 0001

Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok

kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata

kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 444017mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 3672 dan nilai

p = 0001 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan

berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya berbeda secara

bermakna (p lt 005)

57

Gambar 51 Perbedaan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

533 Analisis Komparasi Sebelum dengan Sesudah Perlakuan

Analisis komparasi diuji berdasarkan rerata kadar MDA antara sebelum

dengan sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation Hasil

analisis kemaknaan dengan uji t-paired disajikan pada Tabel 55 berikut

Tabel 55 Analisis KomparasiKadar MDA antara Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Kelompok Beda Rerata

pre ndash post p Keterangan

Aktivitas berlebih dan placebo

Aktivitas berlebih dan

glutathion

260

085

0001

0001

Meningkat

Menurun

58

Berdasarkan uji t-paired didapatkan bahwa ada penurunan kadar MDA

pada kelompok perlakuan secara bermakna sebesar 085mmoll sedangkan pada

kelompok kontrol mengalami peningkatan secara bermakna sebesar 260mmoll

59

BAB VI

PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian

Untuk menguji efek pemberian glutation terhadap penurunan kadar MDA

maka dilakukan penelitian terhadap 20 ekor tikus jantan dewasa (Galur Wistar)

sebagai sampel yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah

10 ekor yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dan

kelompok perlakuan (pelatihan fisik berlebih dan glutation)

62 Efek Pelatihan Fisik Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA

Hasil penelitian dan analisis data terhadap kadar MDA darah pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji

normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan homogenitas (Levenersquos test) pre-test dan post-

test masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)

Uji perbandingan 1 minggu pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan

injeksi antara kedua kelompok menggunakan uji t-independent Rerata kadar

MDA kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) adalah

518028mmoll dan rerata kelompok pelatihan fisik berlebih dan glutation

adalah 529029mmoll Analisis kemaknaan dengan uji t-independent

menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna kadar MDA darah antara

kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa

kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan injeksi rerata kadar MDAnya tidak

59

60

berbeda secara bermakna

Uji perbandingan setelah pemberian placebo dan glutation antara kedua

kelompok menggunakan t-independent Rerata kadar MDA kelompok kontrol

(aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata kelompok

perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) adalah 444017mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent antara kedua kelompok sesudah diberikan

placebo dan glutation menunjukkan perbedaan kadar MDA secara bermakna

(plt005) Hal ini berarti bahwa kelompok yang diberikan perlakuan berupa

placebo dan glutation 6 jam sebelum diberikan pelatihan fisik berlebih dengan

cara merenangkan selama 60 menit hari selama 35 hari rerata kadar MDA

berbeda secara bermakna Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh

untuk melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam

organ dan pembuluh darah (Giriwijoyo 2004)

Peningkatan kadar MDA sesudah diberikan pelatihan fisik berlebih pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan disebabkan karena pelatihan fisik

berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena terjadi peningkatan konsumsi

oksigen oleh aktifitas otot skeletal Stress oksidatif memicu peningkatan senyawa

oksigen reaktif Pada pelatihan fisik berlebih juga terjadi Reperfusion Injury yang

memicu terjadinya kerusakan jaringan dan peningkatan radikal bebas (Adiputra

2008) Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara menarik elektronnya

sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan sampai kematian sel

(Suryohudoyo 2000)

Pada penelitian ini didapatkan bahwa sesudah diberikan pelatihan fisik

61

berlebih dan placebo terjadi peningkatan kadar MDA sebesar 5024 Kadar

MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel (Winarsi

2007) Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pepe

(2011) bahwa pelatihan fisik berlebih meningkatkan kadar MDA Lebih lanjut

Murray et al (2000) juga menyatakan bahwa pelatihan fisik berlebih merangsang

respon biomarker stres oksidatif Sedangkan pada kelompok perlakuan yang

diberikan aktifitas berlebih dan glutation terjadi penurunan kadar MDA sebesar

1607 Terjadinya penurunan kadar MDA pada kelompok yang diberikan

glutation 6 jam sebelum melakukan pelatihan fisik berlebih disebabkan karena

pemberian antioksidan meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan

cara mendonorkan elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa

oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsi 2007) Glutation merupakan antioksidan

endogen yaitu antioksidan yang dapat disintesa dalam tubuh dari asam amino L-

sistein L-glutamat dan glisin (Cadenas 2002) yang juga sebagai master

antioksidan yaitu antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain

Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan

Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik (Hersh 2004) Glutation

merupakan salah satu antioksidan yang tidak dapat menjadi pro oksidan (Cadenas

2002) Normalnya sekali suatu antioksidan memakan radikal bebas antioksidan

ini menjadi teroksidasi sendiri dan menyerang sel yang sehat yang disebut

sebagai pro oksidan Glutation dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang

teroksidasi tersebut menjadi bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali

dalam memakan radikal bebas (Sellman 2009) Sehingga dengan demikian

62

glutation dapat membantu dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Urso

(2003) bahwa suplementasi antioksidan dapat mengatasi kondisi stress oksidatif

yang terjadi pelatihan fisik berlebih

Uji perbandingan antara data MDA pre dan post masing-masing kelompok

digunakan uji t-paired test Berdasarkan uji ini didapatkan hasil pada kelompok

perlakuan terjadi penurunan kadar MDA secara bermakna sebesar 085 mmollt

sedangkan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan kadar MDA secara

bermakna sebesar 260mmollt Terjadi penurunan kadar MDA pada kelompok

perlakuan menunjukkan pemberian antioksidan Glutation intraperitoneal dosis

37mgkgBBhari dapat mengatasi kondisi stress oksidatif yang terjadi pada

pelatihan fisik berlebih Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh

Urso (2003)

63

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

71 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan sebagai

berikut Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA

tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

72 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah

1 Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja glutation

yang lebih detail

2 Memperhatikan takaran latihan supaya tidak berlebihan yang justru akan

meningkatkan kerusakan sel

3 Perlu dilakukan uji klinis pada manusia

63

64

DAFTAR PUSTAKA

Adiputra N 2008Kesehatan Olah Raga Available from httpwwwbalihesgorgindexphpoption=com Accessed 2011 Oct 5th

Anonim 2011 Glutathione Available at

httpenwikipediaorgwikiGlutathione Accessed 2011 Oct 5th Anonim 2011 Overtraining Available at

httpwwwmarksdailyapplecomovertraining Accessed 2011 Oct5th

Asikin N 2001Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan InKursus Penyegaran dan Pelatihan Radikal bebas dan Antioksidan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta Fakultas Kedokteran UI

Bagiada NA 2001 Proses Penuaan dan Penanggulangannya Denpasar

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hal 22 Banerjee AK Mandal A Chanda D Chahraboti S 2003 Oxidant

Antioxidant and Physical ExerciseAvailable from httpwwwncbinlmnihgovpubmed14619981 accesed 2011 Sept 2nd

Binekada MC 2002 ldquoPelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Konsentrasi dan

Motilitas Spermatozoa Mencitrdquo(tesis) Denpasar Universitas Udayana

Cadenas E Jones PD 2002Bioavailability of Glutathione In Cadenas E

Packer L editorsHandbook of Antioxidants2nd Ed New York Marcel DekkerInc p549-564

Catala A 2006Lipid PeroxidationInt J Biochem Cell Biol 38 1482-1495 Dalle-DonneI Rossi R ColomboR Giustarini D Milzani

A2006Biomarkers of Oxidative Damage in Human Disease Available from httpwwwredorbitcomnewsscience473334biomarkersof oxidative damage in human diseaseindexhtmlaccessed2011 Sept 5th

Fouad T 2007 Free radicals Types Sources and Damaging Reaction

Relations Available from

64

65

wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th

Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th

Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112

Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors

ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their

Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69

Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan

Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th

Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz

R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155

Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester

Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th

Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala

T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200

Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and

Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders

66

Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana

LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia

Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647

Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from

httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit

Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK

Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620

Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji

Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah

Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009

Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan

Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132

Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde

Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521

Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley

Medical Publicationsp 123-141

Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI

Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable

from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer

67

Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole

Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam

Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI

Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam

Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya

Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan

Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47

Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant

Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th

Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan

Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105

68

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965

Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975

Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753

Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

69

Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan

Group Statistics

Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887

Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215

Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260

Perlakuan 10 42500 23348 07383

Independent Samples Test

Levenes Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df

Sig (2-

tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence Interval of the

Difference Lower Upper

Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428

Equal variances not assumed

-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429

Post1

Equal variances assumed 592 452 367

22 18 000 333700 09087 314608 352792

Equal variances not assumed

36722 16855 000 333700 09087 314515 352885

Post2

Equal variances assumed 906 354 264

19 18 000 239500 09066 220454 258546

Equal variances not assumed

26419 16265 000 239500 09066 220307 258693

70

Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis

(Laurence amp Bacharach 1964)

2g mencit 20g tikus 400g marmot

l5Kg kelinci

20Kg kucing

40Kg kera

120Kg anjing

70Kg manusia

20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879

200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560

400 g marmot

008 057 10 225 24 52 102 315

l5Kg kelinci

004 025 044 10 106 24 45 142

20Kg kucing

003 023 042 092 10 22 41 130

40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61

120Kg anjing

0008 006 010 0022 024 052 10 31

70Kg manusia

00026 0018 0031 007 0013 016 032 10

71

Lampiran 4

Foto Penelitian

Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)

72

Lampiran 5

Data Hasil Penelitian

Kelompok Kontrol

Pre test Post test Pre test Post Test

752 647 769 694

779 670 773 664

745 660 803 653

769 643 817 677

783 653

786 684

Kelompok Perlakuan

Pre Test Post test

412 391

436 412

442 425

425 401

453 436

466 442

432 405

456 432

470 453

476 463

Page 25: PEMBERIAN INJEKSI GLUTATION INTRAPERITONEAL

7

oksidatif berkelanjutan yang dapat menjadi salah satu penyebab proses penuaan

penyakit metabolisme dan kemungkinan dapat dipergunakan sebagai dasar untuk

dilakukan penelitian lebih lanjut

142 Manfaat Praktis

Pengetahuan tersebut dapat memberikan manfaat kepada masyarakat luas

untuk lebih bijaksana dalam mengkonsumsi antioksidan dan dalam melakukan

pelatihan fisik

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

21 Penuaan

Penuaan sampai saat ini masih dianggap sebagai sesuatu yang alamiah

terjadi demikian juga penyakit yang muncul pada masa tuaSeseorang yang

berumur 50 tahun dengan penyakit Diabetes Mellitus dipandang sebagai sesuatu

yang umum karena memang sudah tua Sejak tahun 1950 penelitian penyebab

penuaan mulai diteliti faktor-faktor penyebab yang mempengaruhi kualitas hidup

sehingga meskipun usia bertambah tua tetapi tetap berkualitas Beberapa cara

modifikasi gaya hidup terus dilakukan untuk mencapai kualitas hidup yang lebih

baik seperti mengatur pola makan pola tidur pola olahraga pola hidup untuk

mencapai kualitas hidup yang baik di usia lanjutPenelitian memberi kesimpulan

bahwa pemberdayaan diri membudayakan pola hidup sehat dapat meningkatkan

kualitas hidup seseorang (Franklin 2009)

Dewasa ini seiring dengan percepatan perubahan teknologi meningkatnya

persaingan hidup orang berlomba-lomba mengkonsumsi produk dan berbagai

metode yang mengklaim bisa menghambat penuaan atau bersifat Anti Aging Ilmu

Kedokteran Anti Penuaan memberikan paradigma baru dalam menangani proses

penuaan Ilmu Kedokteran Anti Penuaan ini menjanjikan dapat memberikan solusi

untuk mengatasi ketidakmampuan penyakit nyeri deformitas dan kesedihan di

masa tua dengan cara meningkatkan kualitas hidup masa tua (Goldman dan Klatz

8

9

2003) Menurut Pangkahila penuaan bisa dicegah diobati dan bahkan dapat

dikembalikan ke keadaan semula (Pangkahila 2007)

Proses penuaan dapat dijelaskan dalam empat teori utama yang walaupun

tidak dapat menjelaskan dengan lengkap tetapi teori tersebut melengkapi satu

dengan yang lain

211 Teori Wear and Tear

Teori ini diperkenalkan pertama kali oleh Dr August Weisman seorang

ahli biologi dari Jerman pada tahun 1882 Teori ini menyatakan bahwa tubuh dan

sel akan rusak karena penggunaan dan disalahgunakan baik penggunaan secara

alami apalagi penyalahgunaan Kerusakan terjadi dalam sel sampai organ Pada

usia muda kerusakan yang terjadi dapat diatasi dikompensasi karena sistem

perbaikan dan pemeliharan yang masih baik tetapi seiring dengan bertambahnya

umur tubuh mulai kehilangan kemampuan tersebut Teori ini juga meyakini

pemberian suplemen dan merangsang kemampuan tubuh untuk melakukan

perbaikan dan mempertahankan organ tubuh dan sel

212 Teori Radikal Bebas

Teori ini diperkenalkan oleh Dr Denham Harman pada tahun 1956

Radikal Bebas adalah molekul tidak stabil yang sangat reaktif karena mempunyai

elektron tidak berpasangan pada orbit luarnya dapat bereaksi dengan molekul

lain menimbulkan reaksi berantai yang sangat destruktif (Goldman dan Klatz

2003)

10

Radikal Bebas dihasilkan dari pembakaran gula dan lemak yang kita

konsumsi untuk memberikan energi pada tubuh kita Radikal bebas merusak

membran sel kode DNA enzim protein dan akhirnya terjadi kerusakan pada

seluruh organ Kerusakan terjadi mulai dari lahir dan terus berlanjut hingga

meninggal Pada usia muda dampak penggantian sel yang masih berfungsi baik

Seiring dengan usia bertambah akumulasi kerusakan akibat radikal bebas akan

mengganggu metabolisme sel terjadilah mutasi sel yang mengakibatkan

timbulnya kanker dan kematian

Age Spot merupakan salah satu bentuk kerusakan pada membrane sel

yang disebabkan oleh Radikal Bebas Kerusakan membran ini menghasilkan

produk sisa yang dikenal sebagai lipofuscin Jumlah lipofuscin yang tinggi dalam

tubuh memberikan warna gelap pada daerah tertentu yang disebut Age spot

Lipofuscins mengganggu sintesis DNA dan RNA mempengaruhi sintesis protein

(menurunkan energi dan menghambat pembentukan massa otot) merusak enzim

seluler yang diperlukan untuk proses kimia vital dalam tubuh (Goldman dan

Klatz 2003)

Radikal bebas mempengaruhi peroksidasi lipid yang menyebabkan

produksi MDA (malondialdehyde) yang mengikat protein dan menyebabkan

gangguan fungsi biologik protein tersebut Radikal Bebas berkaitan dengan

penyakit usia lanjut seperti aterosklerosis Parkinson penyakit Alzheimer dan

gangguan fungsi kekebalan tubuh (Pangkahila 2007)

11

213 Teori Kontrol Genetika

Teori terfokus pada kode genetik yang ada dalam DNA meskipun seluruh

aspek diwariskan dalam gen tiap individu waktu jam biologis tergantung pada

pola hidup penuaan masing-masing individu Tiap individu memiliki jam biologis

yang telah diatur waktunya Berhentinya jam biologis menandakan proses

penuaan dan meninggal (Goldman dan Klatz 2003)

Ilmu Kedokteran Anti Penuaan melakukan upaya mencegah dan

memperbaiki kerusakan yang terjadiTerapi Gen diharapkan dapat memberikan

solusi dalam menghadapi takdir genetika terhadap beberapa penyakit keturunan

214 Teori Neuroendokrin

Teori yang menyangkut peranan berbagai hormon bagi fungsi organ tubuh

diperkenalkan oleh Vladimir DilmanPhD

Hormon mengatur dan memperbaiki fungsi tubuh Pada usia muda

berbagai hormone masih berfungsi baik dalam mengendalikan berbagai fungsi

organ tubuh Ketika manusia menjadi tua produksi hormon menurun fungsi

tubuh menjadi terganggu Contoh Growth Hormone yang membantu

pembentukan massa otot testosteron dan hormone tiroid akan menurun tajam

pada usia tua Ditandai dengan rasio lemak dan otot yang meningkat Terapi sulih

hormone dapat membantu masalah tersebut dan mengembalikan fungsi hormone

tubuh sehingga memperlambat proses penuaan

12

22 Radikal Bebas

221 Definisi Radikal Bebas

Radikal bebas adalah molekul (kumpulan atom) yang memiliki elektron

yang tidak berpasangan Oksidan adalah senyawa penerima elektron yaitu

senyawa yang dapat menarik elektron Kedua jenis senyawa ini memiliki aktifitas

yang sama dan memberikan akibat yang hampir sama tetapi dengan proses yang

berbeda (Winarsi 2007) Radikal Bebas digolongkan dalam oksidan namun tidak

setiap oksidan adalah radikal bebas (Suryohudoyo 2000)

Sumber oksidan berasal dari

Tubuh sendiri yaitu berasal dari proses fisiologis namun oleh suatu sebab

jumlahnya menjadi banyak

Proses peradangan

Luar tubuh seperti polutan obat-obatan

Radikal bebas lebih berbahaya dibanding senyawa oksidan non radikal

222 Tahapan Terbentuknya Radikal Bebas dan Sifatnya

Tahapan terbentuknya radikal bebas terjadi melalui sederetan mekanisme

reaksi

1 Tahap Inisiasi yaitu tahap yang menyebabkan terbentuknya radikal bebas

Cu

RH + O2 R + H2O

2 Tahap Propagasi yaitu tahap dimana radikal bebas cenderung bertambah

banyak dengan membuat reaksi rantai dengan molekul lipid lain

13

R + O2 RO2

RO2 + RH R + ROOH

3 Tahap Terminasi yaitu apabila terjadi reaksi antara radikal bebas dengan

radikal bebas lain atau antara radikal bebas dengan suatu senyawa pembasmi

radikal bebas (scavenger)

R1 + R2 R 1 R 2

Reduksi oksigen memerlukan pengalihan empat electron (electrotransfer)

Pengalihan ini tidak dapat sekaligus tetapi dalam empat tahapan yang setiap

tahapan hanya melibatkan pengalihan satu elektron Kendala yang mengharuskan

oksigen hanya dapat menerima satu elektron setiap tahap menyebabkan

terjadinya dua hal yaitu kurang reaktifnya oksigen dan terbentuknya senyawa-

senyawa oksigen reaktif seperti O2 (radikal superoksida) H2O2 (hydrogen

peroksida) OOH (radikal peroksil) dan OH (radikal hidroksil)

Radikal Bebas memiliki 2 sifat yaitu

1 Reaktifitas tinggi karena cenderung menarik elektron

2 Mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal

Elektron dari Radikal Bebas berikatan dengan senyawa yang berikatan

kovalen seperti lipid protein dan DNA akan sangat berbahaya karena ikatan

digunakan bersama-sama pada orbit luarnya Dibanding senyawa oksigen reaktif

radikal hidroksil merupakan senyawa yang paling berbahaya karena reaktifitasnya

yang sangat tinggi

Radikal hidroksil dapat merusak 3 jenis senyawa penting yang berfungsi

untuk mempetahankan integritas sel yaitu

14

1 Asam lemak tak jenuh yang merupakan komponen penting fosfolipid

penyusun membran

2 DNA pembawa genetik sel

3 Protein memegang berbagai peran penting seperti enzim reseptor antibodi

sitoskeleton

Dari ketiga senyawa tersebut yang paling rentan adalah senyawa asam

lemak tak jenuh ganda pada membran sel yang mengakibatkan rapuhnya dinding

sel Senyawa oksigen reaktif ini juga merusak dinding bagian dalam pembuluh

darah sehingga mengakibatkan pengendapan koleserol dan menyebabkan

aterosklerosis Apabila senyawa oksigen reaktif ini merusak basa DNA akan

terjadi kekacauan sistem info genetika berlanjut pada pembentukan sel kanker

Jaringan lipid yang rusak memicu munculnya penyakit degeneratif

Fosfolipid glikolipid dan kolesterol merupakan komponen terpenting

membran sel Komponen fosfolipid dan glikolipid mengandung asam lemak tak

jenuh (asam linoleat linolenat arakidonat) sangat rawan terhadap serangan

radikal hidroksil yang dapat menimbulkan reaksi rantai yang dikenal sebagai

Lipid peroxidation

Peroksidase lipid

LH + OH --- H + H2O

Asam lemak Radikal Bebas

L + O2 -- LOO

Radikal peroksilipid

LOO + LH --- L + L OOH dan seterusnya

15

Hasil akhir dari proses ini adalah terputusnya rantai asam lemak menjadi

berbagai senyawa yang bersifat toksik terhadap sel antara lain berbagai macam

aldehid seperti Malondealdehyde (MDA)

223 Peranan Radikal Bebas dalam proses penuaan

Pada usia muda keseimbangan antara radikal bebas dan pertahanan

antioksidan berfungsi dengan baik seiring dengan pertambahan usia

keseimbangan terganggu karena cadangan antioksidan berkurang dan radikal

bebas berlebih (Saxena dan Lan 2006)

Akibat ketidakseimbangan ini terjadi kerusakan oksidatif (Arief 2010)

Kerusakan ini disebabkan oleh radikal bebas dan merusak 3 komponen utama

yang mempertahankan integritas sel seperti fosfolipid (penyusun membrane sel)

DNA (perangkat genetik) protein (enzim reseptor antibodi) (Fouad 2007)

Ketidakseimbangan antara antioksidan dan senyawa oksigen reaktif

menghasilkan stress oksidatif penyebab kanker penuaan aterosklerosis cedera

iskemik peradangan dan penyakit degeneratif (Parkinson Alzheimer)

(Pangkahila 2007)

23 Stress Oksidatif

231 Keadaan yang menyebabkan stress oksidatif

Pada saat jumlah antioksidan tubuh kurang dari yang diperlukan untuk

meredam efek buruk dari radikal bebas keadaan ini disebut Stress oksidatif Bila

terjadi dalam waktu yang lama akan terjadi penumpukan hasil kerusakan

16

oksidatif di dalam sel dan jaringan yang mengakibatkan hilangnya fungsi sel

jaringan dan akhirnya mati Hal ini merupakan penyebab utama proses penuaan

(Bagiada 2001)

Keadaan yang menyebabkan Stress Oksidatif ini salah satunya adalah

pelatihan fisik berat atau berlebih (Hersh 2004) Stress oksidatif dapat

dikendalikan antara lain dengan membiasakan untuk menerapkan pola hidup sehat

dan mengkonsumsi antioksidan diharapkan akan memacu kerja antioksidan

dalam tubuh

MDA merupakan hasil dari proses peroksidasi lipid meningkatnya MDA

menunjukkan adanya suatu kondisi Stress Oksidatif menurunnya MDA

menunjukkan adanya perbaikan dari kondisi Stress tersebut sehingga MDA dapat

dipakai sebagai biomarker Stress oksidatif

24 Pelatihan Fisik

241 Olahraga

Pelatihan fisik atau olahraga merupakan satu kegiatan yang penting bagi

kehidupan manusia Olahraga merupakan alternatif kegiatan yang dapat

meningkatkan derajat kebugaran fisik seseorang apabila dilakukan dengan dosis

takaran yang benar Menurut Sharkey olahraga dapat meningkatkan pengeluaran

energi dan tingkat pengeluaran tersebut berkaitan dengan intensitas dan durasi

aktifitas yang dilakukan (Sharkey 2003) Latihan fisik atau olahraga yang

memperhatikan frekuensi intensitas tipe dan waktu mendukung dalam

mendapatkan hasil yang maksimal dan menurunkan resiko cedera Latihan fisik

17

yang benar memberikan dampak perbaikan pada sistem fungsional paru dan

jantung sehingga terjadi hipertropi otot jantung penurunan detak jantung

istirahat peningkatan stroke volume peningkatan volume darah dan hemoglobin

menambah jumlah pembuluh darah kapiler serta berfungsi dalam proses

pembakaran energi (Fox 1998) Frekuensi latihan yang dianjurkan adalah 3-4x

seminggu dengan intensitas 72-87 dari denyut jantung maksimal (220-umur)

dengan variasi 10 denyut per menitTipe latihan yang dianjurkan adalah

pemanasan 15 menit kombinasi latihan aerobik dan latihan otot dalam waktu 30-

60 menit diakhiri pendinginan 10 menit (Pangkahila 2009)

Sumber energi yang dibutuhkan untuk pelatihan fisik aerobik yang

dominan didapat dari pembakaran simpanan karbohidrat lemak dan sebagian

kecil (5) dari pemecahan simpanan protein yang terdapat di dalam tubuh untuk

menghasilkan ATP (adenosine triphospate) ATP yang terdapat dalam jaringan

otot terbatas kebutuhan ATP dipertahankan oleh creatinin phosphate (CP) dan

glikogen yang tersimpan dalam otot (Hernawati 2009) Terdapat 3 jalur untuk

memberikan ATP tambahan sesuai yang dibutuhkan selama kontraksi otot

meliputi 1 Pemindahan fosfat berenergi tinggi dari kreatinin fosfat ke ADP 2)

Fosforilasi oksidatif (siklus asam sitrat dari sistem transportasi elektron) 3)

glikolisis (Sherwood 2001) Sedangkan pada aktifitas yang bersifat anaerobik

energi diperoleh dari hidrolisis phosphocreatine serta melalui glikolisis glukosa

secara anaerobik Proses ini dapat terjadi tanpa adanya oksigen (O2) Metabolisme

anaerobik ini menghasilkan asam laktat yang apabila terakumulasi dapat

menyebabkan rasa nyeri pada otot menimbulkan stress fisik Hal ini

18

menyebabkan latihan aerobik terasa lebih menyenangkan (Hernawati 2009)

Metabolisme aerobik jauh lebih efisien daripada anaerobik karena menghasilkan

38 molekul ATP per molekul glukosa versus hanya 2 molekul melalui jalur

anaerob

Pelatihan fisik atau olahraga yang teratur selain memberikan manfaat

perbaikan pada mental fisik dan fisiologis juga mempengaruhi hormon tubuh

kita antara lain (Sharkey2003)

1 Growth Hormone

Stimulasi sintesis protein (muscle tone development) dan kekuatan tulang

tendon ligament dan tulang rawan Penurunan penggunaan glukosa dan

peningkatan penggunaan lemak sebagai bahan bakar selama olahraga

Membantu mengurangi lemak tubuh dan mempertahankan glukosa darah pada

level normal sehingga membantu melakukan olahraga selama periode waktu

yang lebih lama Dilepaskannya Growth Hormone oleh kelenjar pituitari di

otak meningkat dengan meningkatnya waktu latihan aerobik

2 Endorphins

Opioid endogen dari kelenjar pituitary yang memblok rasa sakit menurunkan

nafsu makan membuat perasaan senang mengurangi tekanan dan kecemasan

Pada saat olahraga endorfin dalam darah meningkat sampai lima kali selama

aktifitas olahraga lebih dari 30 menit Endorfin membuat kita dapat melakukan

aktifitas latihan menjadi lebih tahan lama

19

3 Testosteron

Hormon yang penting untuk wanita dan pria dalam mempertahankan tonus

volume kekuatan otot meningkatkan angka rata metabolisme basal

menurunkan lemak tubuh dan merasa lebih percaya diri Diproduksi oleh

ovarium pada wanita dan testis pada laki-laki Testosteron pada wanita hanya

sepersepuluh kadar testosteron pada laki-laki Pada wanita testosteron

berperan pada pengaturan libido dan orgasme Produksi pada wanita menurun

saat menjelang menopause sedangkan pada pria pada usia memasuki usia 40

tahun Kadar testosteron darah mulai meningkat setelah 20 menit olahraga

baik pada wanita maupun pria dan tetap tinggi sampai 1-3 jam setelah

olahraga

4 Estrogen

Estrogen secara biologis aktif adalah 17 beta estradiol meningkatkan

pemecahan lemak dari lemak tubuh sehingga dapat digunakan sebagai sumber

tenaga meningkatkan rata-rata metabolisme basal meningkatkan mood

meningkatkan libido Hormon ini disekresi oleh ovarium meningkat saat

olahraga dan tetap meningkat sampai 1-4 jam setelah olahraga

5 Thyroxine (T4)

Hormon yang diproduksi oleh kelenjar tiroid meningkatkan metabolisme

hampir semua sel dalam tubuh Peningkatan metabolisme ini membantu kita

merasa lebih energik dan juga menyimpan kalori penting untuk penurunan

berat badan Kadar tiroksin dalam darah meningkat sekitar 30 selama

20

olahraga dan tetap meningkat sampai beberapa jam sesudahnya Olahraga

yang teratur juga meningkatkan level tiroksin saat istirahat

6 Epinephrine

Hormon yang diproduksi oleh medulla adrenal yang meningkatkan jumlah

darah yang dipompa oleh jantung dan mengarahkan aliran darah ke tempat

yang diharapkan Stimulasi pemecahan glikogen (karbohidrat yang disimpan)

dalam otot yang aktif dan hati untuk digunakan sebagai sumber tenaga

Menstimulasi pemecahan lemak (lemak yang disimpan dalam otot yang aktif)

dan digunakan sebagai sumber tenaga Sejumlah epinefrin yang dilepaskan

berhubungan dengan intensitas dan durasi latihan

7 Insulin adrenalin

Hormon yang penting dalam mengatur gula darah dan asam lemak (lemak)

dan asam amino (protein) dalam sel Sekresi insulin oleh pancreas meningkat

sehubungan dengan respon meningkatnya kadar gula darah dan protein yang

biasa terjadi setelah makan Semakin banyak gula sederhana yang dikonsumsi

semakin tinggi respon insulin Meningkatnya insulin menyebabkan produksi

lemak sehingga insulin sering disebut sebagai hormon lemak atau fat

hormone Pada orang dengan berat badan berlebih terjadi resistensi insulin

sehingga diperlukan insulin dalan jumlah yang lebih besar untuk didapatkan

efek yang sama sehingga didapatkan kadar insulin darah yang lebih tinggi dan

latihan aerobik setiap hari Kadar insulin darah mulai menurun 10 menit saat

olahraga dan terus menurun sekitar 70 menit olahraga Olahraga yang teratur

juga meningkatkan sensitivitas sel terhadap insulin dalam keadaan istirahat

21

8 Glucagon

Hormon yang diproduksi oleh pankreas tugasnya meningkatkan kadar gula

darah Saat gula darah rendah glukagon disekresi dan menyebabkan simpanan

karbohidrat di dalam hati dilepaskan ke aliran darah untuk meningkatkan

kadar gula mencapai kadar normal Glukagon juga menyebabkan

dipecahkannya lemak sehingga dapat digunakan sebagai bahan bakar atau

sumber tenaga Glukagon mulai disekresi pada 30 menit awal olahraga ketika

gula darah mulai menurun

242 Pelatihan Fisik Berlebih

Pelatihan fisik berlebih menimbulkan gangguan pada sistem endokrin

terjadi peningkatan kadar kortisol dan penurunan kadar testosteron (Maffetone

2007) peningkatan ACTH penurunan LH plasma

Sindrom pelatihan fisik berlebih dalam jangka panjang mengakibatkan

terjadinya inflamasi infeksi yang lebih lanjut dapat mempengaruhi kesehatan

secara umum Aktifitas berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena

terjadi peningkatan konsumsi O2 oleh aktifitas otot skeletal Meskipun oksigen

dibutuhkan oksigen juga bersifat toksik yang dapat memicu peningkatan ROS

Pada organ yang tidak mendapat oksigen dan nutrisi yang cukup akan

menimbulkan keadaan iskemik dan kerusakan mikrovaskular Keadaan ini disebut

sebagai Reperfusion Injury yang memicu terjadinya kerusakan jaringan dan

peningkatan Radikal Bebas

22

Pelatihan fisik berlebih meningkatkan terbentuknya Radikal Bebas

(Adiputra 2008) Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh untuk

melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam organ dan

pembuluh darah (Giriwijoyo 2004) Apabila berlebih menyebabkan kerusakan

sel dengan 3 cara (Kumar et al2005 Ebenhardt 2001)

1 Kerusakan DNA mengakibatkan mutasi DNA bahkan kematian sel

2 Peroksidasi lipid membrane sel dan sitosol menyebabkan terjadinya proses

reduksi asam lemak sehingga mengakibatkan kerusakan membran dan organel

sel

3 Modifikasi protein teroksidasi oleh karena cross linking protein

Bila radikal bebas bertemu dengan asam lemak tak jenuh ganda daalam

membrane sel terjadi reaksi peroksidasi lipid membran sel menyebabkan

peningkatan fluiditas membran gangguan integritas membran dan inaktivasi

ikatan membran dengan enzim dan reseptor Tahap akhir dibebaskan aldehyde

seperti malondealdehyde pentane etana conjugated diane yang bersifat merusak

tubuh (Murray et al2000)

Pelatihan fisik berlebih menyebabkan terjadinya peningkatan lekosit atau

lekositosis peningkatan isoprostan dalam urin protein carbonil (73) catalase

(96) glutation peroksidase serta glutation teroksidasi (25) Dapat

disimpulkan pelatihan fisik berlebih merangsang respon biomarker stres oksidatif

(Murray et al 2000) Proses penuaan mengakibatkan penurunan sistem imun

sehingga meningkatkan resiko infeksi Menurut teori aktifitas sedang dapat

menangkal efek proses penuaan yang diakibatkan penurunan sistem imun Studi

23

yang dilakukan Shepard dan Shek menunjukkan bahwa aktifitas sedang dapat

ditoleransi dengan baik oleh individu lanjut usia dan menunjukkan penurunan

stimulasi proliferasi limfosit

Gejala ndash gejala yang dirasakan apabila melakukan pelatihan fisik berlebih

(overtraining) (Maffetone 2007)

1 Sering mengalami kegagalan dalam melakukan latihan yang biasanya kita

lakukan Kondisi fisik menjadi semakin lemah dan semakin lambat terjadi

kemunduran

2 Kehilangan otot dan terjadi penimbunan lemak Latihan fisik berlebih

meyebabkan rasio testosteron kortisol yang seharusnya positif yang berarti

lebih banyak otot dan lebih sedikit lemak menjadi negatif yang berarti cortisol

lebih tinggi dibanding testosteron yang berarti terjadi peningkatan resistensi

insulin dan penimbunan lemak

3 Merasa lemas mudah tersinggung sulit tidur

4 Persendian tulang dan anggota tubuh terasa sakit

Terjadinya DOMS (delayed onset muscle soreness) menunjukkan teknik

latihan yang salah atau postur saat latihan yang tidak tepat DOMS merupakan

respon alami yang akan hilang dalam waktu sehari atau 2 hari tetapi apabila

nyeri berkepanjangan menunjukkan adanya overtraining

5 Sering tiba-tiba jatuh sakit

Latihan fisik berlebih menurunkan sistem imun tubuh kita sehingga menjadi

lebih mudah sakit

24

Latihan fisik berat jangka panjang berkaitan dengan cedera serat

ototKerusakan yang terjadi berhubungan dengan intensitas durasi dan tipe

latihan Ketika cell death terbentuk jaringan nekrotik dibuang oleh sel fagosit

sel satelit teraktivasi menuju ke area yang cedera menjadi myoblast dan

selanjutnya menjadi serat otot Enzim otot yang dilepaskan tidak sepenuhnya

merefleksikan kerusakan struktural yang diperkirakan oleh analisis histologis

Perubahan penanda biologis cedera otot (seperti aktifitas kreatin kinase (CK)

lactate dehydrogenase (LDH) atau konsentrasi malondialdehyde di plasma

(MDA)) sering diperiksa selama overtraining Serum aktivitas CK dan

konsentrasi MDA plasma dapat gagal meningkat saat overtraining perubahan

parameter biokimia hanya merefleksikan otot dengan beban berlebih Setelah

olahraga yang lama pro-inflammatory cytokines diproduksi lokal pada otot

skeletal

Tanda dan gejala fisik latihan fisik berlebih (overtraining)

- Denyut jantung atau nadi yang meningkat saat istirahat

- Tidak toleransi terhadap latihan

- Penampilan yang menurun

- Penurunan berat badan berkurangnya massa otot tidak nafsu makan

- Kelelahan chronic fatigue lethargy

- Nyeri dan kerusakan otot nyeri sendi

- Mudah terserang flu pembengkakan kelenjar getah bening di leher

selangkangan dan ketiak

- Konstipasi atau diare

25

- Gangguan haid gangguan makan gangguan tidur

- Sakit kepala gangguan pencernaan

- Pemulihan yang berlangsung lambat setelah latihan

- Sendi otot tendon terasa kaku dan sakit

Tanda dan gejala psikologis

- Lelah capek kekurangan tenaga

- Insomnia sakit kepala tidak mampu untuk beristirahat

- Depresi gelisah cemas apatis

- Menurunnya kepercayaan diri

- Menurunnya kemampuan untuk berkonsentrasi

- Mudah stress

Efek biokimia dari Latihan Fisik Berlebih

- Meningkatnya serum kortisol dan SHBG

- Menurunnya serum total dan free testosterone rasio testosteron kortisol

- Menurunnya glikogen otot

- Menurunnya serum hemoglobin besi dan ferritin

Faktor yang mempengaruhi terjadinya overtraining

- Jetlag

- Bekerja terlalu keras

- Menstruasi

- Nutrisi gaya hidup yang buruk

- Kurang istirahat

- Terlalu banyak mengkonsumsi alkohol

26

- Kurangnya kemampuan mengatasi stress

Penanganan overtraining atau Latihan Fisik berlebih

- Massage

Massage pada jaringan dalam dapat melepaskan otot yang tegang

mempertahankan keseimbangan sistem muskulo-skeletal Pemijatan atau

massage yang teratur dapat membantu mencegah cedera yang mungkin

terjadi karena overuse

- Menggunakan roller busa

Penggunaan roller busa memungkinkan kita dapat melakukan massage

atau pemijatan sendiri Kita dapat juga memakai yang berbentuk bola atau

bola tenis untuk membantu menghilangkan rasa sakit Pemijatan ini dapat

dilakukan di tungkai lutut hamstring bahu punggung atau otot atau sendi

manapun

- Terapi suhu kontras

Air pancuran hangat dan dingin bergantian menstimulasi tubuh untuk

pulih lebih cepat Otot membawa impuls yang terasa pada kulit bagian

dalam tubuh di mana terjadi stimulasi sistem imun memperbaiki sirkulasi

dan pencernaan mempengaruhi produksi hormon stress meningkatkan

aliran darah mengurangi sensitivitas nyeri

- Pengaturan makanan

Membantu proses pemulihan penting untuk mengkonsumsi makanan

tinggi karbohidrat protein dan lemak sehat seperti Omega 3 omega 6

omega 9 asam lemak esensial Karbohidrat memberikan sumber tenaga

27

pada tubuh dan otak asam lemak esensial membantu mengurangi depresi

memperbaiki pemulihan protein akan membangun kembali otot yang

mengalami overtraining

- Mengkonsumsi vitamin

Ketika terjadi overtraining suplementasi sangat menguntungkan Vitamin

dan suplementasi mineral sebaiknya dikonsumsi pagi hari bersama dengan

makanan untuk penyerapan yang lebih baik

Defisiensi Vitamin yang biasa terjadi

- Vitamin A (Beta-Caroten)

- Vitamin B kompleks vitamin B12

- Vitamin C D E K

- Asam Folat

Defisiensi Mineral yang biasa terjadi

- Calcium

- Chromium

- Copper Iodine Iron

- Magnesium Fosfor

- Potassium

- Sodium

- Sulfur

- Zinc

28

25 Antioksidan

Radikal Bebas merupakan senyawa reaktif yang secara alami diproduksi

oleh tubuh manusia Radikal Bebas memberikan efek positif atau efek negatif

Untuk membatasi efek negatif tersebut dibutuhkan kompleks proteksi ndash sistem

antioksidan Sistem ini terdiri dari enzim antioksidan (katalase glutation

peroksidase superoksid dismutase) dan antioksidan non enzimatik ( vitamin E-

tokoferol vitamin A- retinol vitamin C- asam askorbat) Keseimbangan antara

produksi radikal bebas dan pertahanan antioksidan menunjukkan tingkat stress

oksidatif yang mungkin terlibat dalam proses penuaan dan pada beberapa

patologi (misalnya kanker Parkinson) (Winarsi 2007)

Latihan fisik juga meningkatkan stress oksidatif dan menyebabkan

gangguan homeostasis Latihan memberikan efek positif dan efek negatif

tergantung dari beban latihan spesifikasi latihan dan tingkat basal latihan Stress

oksidatif terlibat dalam terjadinya muscular fatigue dan mengarah ke

overtraining

Definisi antioksidan menurut Cadenas adalah suatu senyawa yang apabila

terdapat dalam jumlah yang lebih banyak dibanding senyawa yang teroksidasi

secara signifikan dapat menunda atau mencegah proses oksidasi senyawa tersebut

(Cadenas 2002) Secara kimia antioksidan adalah senyawa pemberi electron

Secara biologis antioksidan adalah senyawa yang mampu menangkal dan

meredam dampak negative oksidan dalam tubuh Antioksidan mendonorkan satu

elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa oksidan tersebut dapat

dihambat (Winarsi 2007)

29

Penting sekali keseimbangan antara oksidan dan antioksidan karena

berfungsi menjaga integritas dan berfungsinya membrane lipid protein sel dan

asam nukleat Senyawa asam lemak tak jenuh penyusun membrane lipid sangat

sensitive terhadap perubahan keseimbangan antara oksidan dan antioksidan

Menurut mekanisme kerjanya antioksidan dikelompokkan atas 3 yaitu

1 Antioksidan primer SOD katalase glutation peroksidase (GSH-Px)

Bekerja pembentukan senyawa radikal bebas yang telah terbentuk menjadi

molekul yang kurang aktifSedangkan antioksidan primer yang dapat

ditambahkan dari luar seperti glutation asam lipoat SOD melatonin

2 Antioksidan sekunder vitamin E vitamin C beta karoten flavonoid asam

urat albumin (Soewoto 2001)

Merupakan antioksidan eksogenous atau non enzimatis (Winarsi 2007)

Bekerja dengan cara memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal bebas

atau dengan cara menangkapnya

3 Antioksidan tertier meliputi system enzim DNA-repair dan metionin

sulfoksida reduktase Berfungsi dalam perbaikan biomolekuler yang rusak

akibat reaktivitas radikal bebas

26 Glutation sebagai antioksidan

Glutation merupakan tripeptida yang terdiri dari asam amino glutamat

sistein dan glisin (Cadenas 2002)Ikatan glutamat ndash sistein merupakan ikatan

isopeptida antara grup γ-karboksil dari glutamat dan grup α amino dari

sisteinIkatan unik ini membuat gluation tahan terhadap degradasi oleh proteases

30

dan peptidases yang berfungsi pada peralihan proteinMerupakan suatu

antioksidan yang mencegah kerusakan komponen seluler oleh reactive oxygen

species seperti radikal bebas dan peroksidGlutation bukan nutrisi esensial karena

disintesa di dalam tubuh dari asam amino L-sistein L-glutamic acid dan glycine

Gambar 21 Struktur GSH dan GSSG

Glutation terdapat pada sebagian besar sel tubuh tetapi terbanyak terdapat

di dalam hati Grup thiol (SH) dari sistein berfungsi sebagai donor proton dan

bertanggungjawab untuk aktifitas biologis glutation Provisi asam amino ini

merupakan faktor yang terbatas dalam sintesis glutation oleh sel karena sistein

relatif jarang pada makanan Apabila dilepaskan sebagai asam amino bebas

sistein adalah toksik dan secara spontan dikatabolisasi di saluran pencernaan dan

plasma darah

Glutation disintesis dalam 2 tahap

1 Gamma-glutamylcysteine disintesa dari L-glutamate dan sistein melalui enzim

gamma-glutamylcysteine sintetase (glutamate cysteine ligase GCL)

31

2 Glisin ditambahkan pada C-terminal dari gamma-glutamylcysteine melalui

enzim glutation sintetase

261 Fungsi Glutation

Glutation terdapat dalam bentuk tereduksi (GSH) dan teroksidasi (GSSG)

Grup thiol dari sistein mampu memberikan donor elektron ke molekul lain yang

tidak stabil seperti Reactive Oxygen Species (ROS) Pada saat mendonorkan

elektronnya glutation menjadi reaktif dan segera bereaksi dengan glutation reaktif

lainnya membentuk glutation disulfide (GSSG)Reaksi mungkin terjadi apabila

terdapat konsentrasi yang cukup tinggi di sel (sampai 5mm di hati) GSH dapat

terbentuk kembali dari GSSG oleh enzim glutation reduktase Pada sel atau

jaringan yang sehat terdapat lebih 90 dari total simpanan glutation terdapat

dalam bentuk tereduksi (GSH) dan kurang dari 10 dalam bentuk disulfide

(GSSG)

GSH ---- GSSG

Eliminasi ROS Menjaga protein thiols Antioxidant

dalam bentuk reduksi pools

Gambar 22 GSH Redox (Cadenas 2002)

GSH Redox merupakan indikator sentral keseimbangan antara stress

oksidatif dan system antioksidan GSH Redox berkaitan dengan detoksifikasi

Reactive Oxygen Species (ROS) berfungsi dalam mempertahankan tersedianya

antioksidan mempertahankan protein thiol dalam bentuk reduksi Rasio

32

GSHGSSG sering dipakai untuk mengekspresikan keseimbangan redox ini

Peningkatan rasio GSH-GSSG merupakan indikasi adanya Stress Oksidatif

(Goldman 2003)

Glutation mempunyai beberapa fungsi (Winarsih 2007)

- Sebagai antioksidan endogen mayor yang diproduksi oleh sel berpartisipasi

langsung pada netralisasi radikal bebas dan senyawa oksigen reaktif

mempertahankan antioksidan eksogen seperti vitamin C dan E pada bentuk

tereduksi (aktif)

- Pengaturan siklus nitric oxide yang sangat penting untuk kehidupan tetapi

dapat menjadi masalah apabila tidak teregulasi Digunakan untuk reaksi

metabolism dan biokimia seperti sintesis dan perbaikan DNA sintesis protein

sintesis prostaglandin transport asam amino dan aktivasi enzim Tiap sistem

di dalam tubuh kita dapat dipengaruhi oleh sistem glutation khususnya sistem

imun sistem saraf sistem gastrointestinal dan paru

Gambar 23 Detoksifikasi Lipid Hydroxyperoxides di usus halus

33

GSH yang ditransportasikan kedalam lumen digunakan untuk detoksifikasi

peroksid yang terbentuk dari makanan oleh glutation peroksidase (GSH Px)

Proses ini membutuhkan peroksid dan glutation yang tersedia di sel epitel GSSG

yang terbentuk direduksi kembali menjadi GSH oleh GSSG reduktase (GSSG

Rx) menggunakan NADPH sebagai reduktan

262 Suplementasi Glutation

Meningkatkan level GSH melalui suplementasi glutation langsung sulit

Penelitian terakhir menyatakan bahwa secara oral tidak diabsorpsi baik melalui

saluran pencernaan Studi mengenai konsumsi oral akut glutation dengan dosis

sangat besar 3 gram Witschi dan tim menemukan lsquoadalah tidak mungkin

meningkatkan glutation yang bermanfaat secara klinis dengan dosis tunggal 3

gram glutationrsquo

Glutation terdapat pada makanan sehari-hari sampai 150mghari dapat

diabsorpsi melalui intak di usus halus Individu sehat dengan asupan sulfur asam

amino (1-2 gramhari) jumlah GSH mungkin tidak cukup untuk mendapatkan

efek penting secara sistemik Individu dengan asupan sulfur asam amino yang

terbatas suplementasi GSH diperlukan untuk mempertahankan suplai GSH

sistemik dengan memperbaiki keseimbangan sulfur asam amino (Cadenas 2002)

Glutation hanya diabsorpsi di sel epitel oral dan traktus gastrointestinal

dan memberikan keuntungan kesehatan spesifik pada jaringan tersebut(Cadenas

2002)

34

SUPLAI HILANG

Makanan suplemen Degradasi

GSH

Empedu LUMINAL Uptake

Epitel Reaksi Detoksifikasi

Gambar 24 Supply dan Removal Glutation dalam lumen usus halus (Cadenas 2002) Glutation (GSH) disuplai ke dalam lumen intestinal melalui konsumsi oral

empedu dan sekresi epitel intestinal Jumlah yang disuplai dari empedu cukup

untuk mempertahankan jumlah 200microM pada tikus tetapi tidak cukup pada

manusia yang mengalami degradasi di duktus kantung empedu Jumlah yang

dikonsumsi melalui makanan bervariasi dan secara umum kurang dari 200 microM

Jumlah yang diberikan melalui epitel hanya sekitar 10 atau kurang

dibandingkan dengan yang disediakan oleh empedu Hilangnya Glutation karena

degradasi oleh γ-glutamyltranspeptidase dan dipeptidases pada permukaan sel

epitel ditransportasikan ke dalam sel oleh mekanisme sodium-dependent dan

sodium-independent konjugasi dengan elektrofil reaktif dikatalisasi oleh

glutathione-S transferase mucus (Cadenas 2002)

Vitamin D meningkatkan level glutation di otak dan tampaknya sebagai

katalis untuk produksi glutation Sejumlah vitamin D aktif di otak berikatan

dengan seberapa besar vitamin D3 baik melalui suplemen atau dibentuk di kulit

melalui paparan matahariHal ini menyatakan bahwa mengkonsumsi vitamin D

35

dan atau mendapat cukup paparan matahari meningkatkan produksi glutation

(Sellman 2009)

Konsentrasi glutation di plasma dan hati dapat ditingkatkan dengan

mengkonsumsi suplemen tertentu yang disebut GSH precursors N-asetilsistein

atau NAC glutation precursor yang paling memungkinkan Suplemen lain S-

adenosilmetionin (SAMe) dan whey protein juga dapat meningkatkan glutation

dalam sel (Sellman 2009)

NAC tersedia dalam bentuk obat dan sebagai suplemen generik Alpha

lipoic acid juga dapat mempertahankan glutation intraselular Melatonin dapat

menstimulasi enzim yang berkaitan glutation peroksidase dan silimarin ekstrak

dari biji tanaman milk thistle (Silybum marianum) juga mempunyai kemampuan

memperbarui level glutation

Glutation diatur dengan ketat di intraseluler dan dibatasi produksinya oleh

feedback negative inhibisi sintesisnya sendiri melalui enzim gamma-

glutamilsistein sintetase sehingga meminimalisir kemungkinan terjadinya

overdosis Penambahan glutation menggunakan precursor atau glutation intravena

adalah strategi untuk mengatasi defisiensi glutation stress oksidatif tinggi

defisiensi imun

Glutation yang rendah menunjukkan adanya pembuangan dan

keseimbangan negatif nitrogen seperti pada kanker AIDS sepsis trauma

terbakar dan bahkan atlet overtraining Suplementasi glutation dapat

memperbaiki proses ini dan contohnya pada AIDS memberi hasil adanya

perbaikan survival rates Bagimanapun studi mengenai kondisi ini belum dapat

36

membedakan glutation rendah sebagai akibat secara akut (pada pasien sepsis) atau

secara kronis (HIV) meningkatkan stress oksidatif dan peningkatan patologi

sebagai akibat defisiensi yang sudah ada sebelumnya

Skizofrenia dan gangguan bipolar berhubungan dengan glutation yang

rendah Stress oksidatif mungkin salah satu faktor dasar patofisiologi gangguan

bipolar gangguan depresif mayor dan skizofrenia Glutation (GSH) adalah

pemakan radikal bebas mayor di otakTidak adanya GSH meningkatkan

kerentanan sel terhadap stress oksidatif ditandai asetilsistein dapat mengurangi

gejala kedua gangguan tersebut

Glutation merubah level stress oksidatif pada sel yang diisolasi di

laboratorium sehingga dapat mengurangi perkembangan kanker Tes ini tidak

dilakukan pada manusia

Glutamat yang berlebihan di sinaps yang dapat dilepaskan pada kondisi

seperti cedera otak dapat menghambat pengambilan sistein senyawa pembentuk

glutation yang pentingTanpa proteksi dari cedera oksidatif oleh glutation sel-sel

dapat rusak atau mati (Sellman 2009)

Glutation juga mempunyai fungsi lain sebagai berikut (Sellman 2009)

Mencerahkan kulit

Mencegah menghilangkan jerawat dan bekas jerawat

Menghilangkan noda hitam

Anti aging dan anti kerut

Memberi nutrisi kulit

Membantu pemulihan luka

37

Membuat kulit menjadi halus segar dan bersinar

Kondisi kesehatan yang berhubungan dengan defisiensi glutation

Peningkatan proses penuaan

Kesulitan dalam keseimbangan

Gangguan mental

Masalah koordinasi

Gangguan sistem saraf

Akhir-akhir ini dipercaya sebagai penyebab lesi otak

Kanker HIV Katarak Diabetes Mellitus

Jumlah sperma yang rendah

263 Glutation Precursor (Sellman 2009)

Glutation Precursor disebut juga sebagai building-block dari glutation

yaitu N-asetilsistein atau NAC dan whey protein tidak terdenaturasi

Nasetilsistein adalah obat farmasi yang biasa digunakan bertahun-tahun untuk

mengobati overdose asetaminofen Hal ini sangat efektif ketika diberikan dalam

dosis besar di ruang darurat ketika seseorang akan mengalami gagal hati karena

overdosis asetaminofen komposisi aktif dari Tylenol

Efek sampingnya adalah bercak-bercak kemerahan bersin mual

anafilaksis reaksi alergi yang berupa kesulitan bernafas karena bronkospasme

tekanan darah menurun angioedema muntah kram diare Walaupun jarang

kematian pernah dilaporkan karena N-asetilsistein Beberapa orang mendapatkan

rasa dan bau yang tidak dapat diterima karena kandungan sulfur di dalamnya

38

Pengggunaan teratur untuk menaikkan kadar glutation tidak direkomendasikan

untuk anak-anak dan bayi Masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk

menentukan keamanan N-asetilsistein untuk penggunaan jangka panjang

Whey protein tidak terdenaturasi merupakan nutraceutical atau medicinal

foodSenyawa ini memberikan ikatan sistein ke sel-sel di mana glutation dapat

terbentuk di tempat tersebut

Beberapa kondisi yang tidak dapat mengkonsumsi whey protein

- Pasien dengan alergi protein susu

- Pasien dengan diet rendah protein

- Pasien yang sedang menjalani terapi imunosupresif

Efek sampingnya adalah kembung perut kram urtikaria Efek samping

karena overdosis tidak terjadi karena sel hanya membuat sebatas yang dibutuhkan

apabila berlebih kelebihan disimpan di hati dan ginjal sampai suatu saat kalau

dibutuhkan

264 Sumber Glutation dari makanan

Sumber glutation dari makanan yang disarankan adalah asparagus bayam

brokoli bawang putih kale bawang watercress kol Brussel sprout beberapa

bumbu seperti kunyit kayu manis semangka alpukat anggur peach jeruk

walnut granola daging kalkun dan daging ayam keju cottage dan yoghurt

39

Tabel 21 Makanan yang mengandung Glutation (Cadenas2002)

GSH Food Group mg100 g mgsaji Buah segar Apel 33 46 Pisang 41 48 Anggur 79 146 Jeruk 73 106 Semangka 66 283 Sayuran segar Asparagus dimasak 283 263 Alpukat 277 313 Brokoli dimasak 91 78 Wortel mentah 79 59 Tomat 90 109 Daging Hamburger 175 149 Ham rebus 233 13 Ayam digoreng 131 134 Sereal biji-bijian Cornflakes 00 00 Roti whole wheat 12 06 Roti putih 00 00 Nasi putih enriched dimasak 16 21 Produk Susu Susu whole 00 00 Keju Amerika 00 00 Yoghurt plain lowfat 00 00 Es krim 10 lemak 00 00

40

BAB III

KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

31 Kerangka Berpikir

Faktor penyebab penuaan antara lain faktor internal dan faktoreksternal

Faktor internal meliputi radikal bebas glikosilasi metilasi hormon yang

berkurang apoptosis system kekebalan tubuh yang menurun genetik Faktor

eksternal meliputi gaya hidup tidak sehat polusi lingkungan stress kemiskinan

kebiasaan yang salah olahraga berlebihan (overtraining) Berbagai faktor di atas

menyebabkan terjadinya penurunan fungsi tubuh dan terjadilah penuaan

Kerangka konsep penelitian berdasarkan teori bahwa salah satu penyebab

penuaan adalah radikal bebas Bila jumlah radikal bebas melebihi jumlah

antioksidan di dalam tubuh terjadilah stress oksidatif Radikal bebas dapat

merusak membran sel protein DNA dan berakibat fatal bagi kelangsungan hidup

sel jaringan Stress oksidatif yang berlangsung lama akan mengakibatkan

terjadinya penumpukan hasil kerusakan oksidatif di dalam sel dan jaringan

selanjutnya sel dan jaringan tersebut akan kehilangan fungsinya dan akhirnya

mati

Olahraga berlebih meningkatkan stress oksidatif karena terdapat

peningkatan konsumsi O2 oleh aktivitas otot skeletal Oksigen juga dapat bersifat

toksik yang dapat memicu peningkatan Reactive Oxygen Species (ROS)Organ

yang tidak mendapat cukup oksigen dan nutrisi menjadi iskemik dan terjadi

kerusakan mikrovaskular (Reperfusion Injury) memicu peningkatan radikal

40

41

bebas Dengan pemberian antioksidan Glutation yang merupakan antioksidan

master diharapkan dapat mencegah kerusakan lebih lanjut yang diakibatkan oleh

radikal bebas dengan cara melindungi sel dari Reactive Oxygen Species (ROS)

dan dapat dilihat melalui parameter MDA yang mengalami penurunan

32 Konsep Penelitian

Konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Gambar 31 Konsep Kadar MDA pada tikus yang diberikan Pelatihan Fisik Berlebih+ Placebo dan Pelatihan Fisik Berlebih + Glutation

FAKTOR INTERNAL

- Jenis Kelamin

- Usia

- Genetik

- Hormon

- Psikologis

FAKTOR EKSTERNAL

- Makanan

- Cuaca iklim

- Penyakit

- Exercise

GLUTATION

TIKUS

KADAR MDA

42

33 Hipotesis

Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan kadar MDA

tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

43

BAB IV

METODE PENELITIAN

41 Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksterimental dengan rancangan

randomized pre test-post test control group design (Poccock et al 2008)

Subyek terdiri dari 2 kelompok yaitu

1 Kelompok 1 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+ Placebo

2 Kelompok 2 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation

Semua kelompok sebelum perlakuan diberikan pre test (O1 O3) dan

dihitung rerata untuk masing-masing kelompok

Setelah perlakuan semua kelompok diberikan post test (O2 O4) dan

dihitung rerata untuk masing-masing kelompok

Kemudian dihitung perbedaan rerata antara pre test dan post test dari

masing-masing kelompok lalu hasil perbedaan tersebut dibandingkan secara

statistik

Gambar 41 Rancangan Penelitian

P S

43

R R

O1 P1 O2

O3 P2 O4

44

Keterangan

P = populasi

S = sampel

R = random

O1 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah mendapatkan

pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan placebo (pre test)

O2 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah diberikan pelatihan

fisik berlebih setelah diberikan placebo (post test)

O3 = observasi data MDA kelompok perlakuan setelah diberikan

pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan Glutation (pre test)

O4 = observasi data MDA kelompok perlakuan diberikan pelatihan fisik

berlebih setelah diberikan Glutation (post test)

P1 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih+ placebo

P2 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation

42 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran

Universitas Udayana pada bulan Januari ndash Maret 2012 Pemeriksaan MDA darah

tikus dikerjakan di bagian Program Antar Unit Universitas Gajah Mada

Jogyakarta

45

43 Populasi dan Sampel

431 Populasi

Subyek penelitian adalah tikus jantan dewasa galur Wistar yang berusia 2-

25 bulan dan dalam kondisi fisik sehat

432 Kriteria Sampel

4321 Kriteria Inklusi

Kriteria Inklusi yang ditetapkan sebagai sampel adalah sebagai berikut

a Tikus jantan dewasa galur Wistar

b Umur 2-25 bulan

c Berat badan plusmn200 gram

d Sehat

e MDA ge 5mmollt

4322 Kriteria Drop Out

Adalah sampel yang mati pada waktu penelitian

433 Besar Sampel

Besar sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini dihitung berdasarkan

rumus Poccock (2008)

Angka μ1 (5) dan μ2 (12) didapatkan dari penelitian sebelumnya (Ji 1998)

n=

46

= asymp 7

Keterangan

n = jumlah sampel

σ = standar deviasi kelompok perlakuan dengan pemberian

glutation (15)

f ( ) = besarnya didapat dari tabel (Poccock 2008)

μ1 = rerata hasil MDA pada kelompok perlakuan sesudah

pemberian glutatioacuten (5)

μ2 = rerata hasil MDA pada kelompok pre test (12)

Jadi jumlah sampel (n) = 675 dan ditambah 3 ekor tikus untuk masing-

masing kelompok sebagai cadangan Jadi total 20 ekor tikus dengan 10

ekor tikus untuk masing-masing kelompok

434 Teknik Pengambilan Sampel

Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat

sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi diambil secara acak

sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi

2 kelompok yaitu kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+placebo kelompok

dengan pelatihan fisik berlebih + glutation

47

44 Variabel Penelitian

441 Klasifikasi Variabel

Variabel penelitian dibedakan menjadi

1 Variabel Bebas dosis pemberian glutation

2 Variabel Tergantung kadar MDA

3 Variabel Terkendali varian tikus jantan (galur wistar) jenis

kelamin umur berat badan lingkungan

(pencahayaan suhu kelembaban nutrisi

kandang)

Gambar 42 Bagan Hubungan Antar Variabel

VARIABEL BEBAS

- Pelatihan fisik berlebih

- Glutation 37mg kgBBhari

VARIABEL TERGANTUNG

KADAR MDA

VARIABEL TERKENDALI

Varian tikus

Jenis kelamin umur berat badan

Pencahayaan suhu kelembaban nutrisi kandang

Makanan minuman

48

442 Definisi Operasional Variabel

1 Pelatihan fisik berlebih pada tikus adalah pelatihan yang berlebihan

yang diukur berdasarkan kemampuan maksimal berenang tikus pada

ember berdiameter 35 cm dengan kedalaman air 20 cm yang

dilakukan 60 menithari selama 35 hari pada waktu yang sama pada

suhu 32 derajat (Binekada 2002 dan Pepe2011)

2 Glutation yang diberikan adalah Glutation Teofarma injeksi sediaan

600mg 4 ml Dosis pemberian Glutation adalah pemberian sediaan

antioksidan Glutation dalam bentuk suntikan intraperitoneal yang

diberikan 1x sehari dan diberikan 6 jam sebelum pelatihan fisik

berlebih Dosis pemberian Glutation mengacu pada penelitian yang

dilakukan sebelumnya oleh Ji L L yaitu 37mgkgBBhari yang

dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril secara intraperitonial

3 MDA merupakan salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada

membran sel dan merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan

oleh radikal bebas Pengukuran kadar MDA menggunakan metode

Thiobarbituraic Acid Reactive Substances (TBARS) Pembacaan hasil

dengan menggunakan spektrofotometer Satuan MDA dalam mmoll

4 Cahaya suhu dan kelembaban merupakan kondisi lingkungan yang

dialami tikus jantan dewasa Pada penelitian ini kondisi lingkungan

selama percobaan dibuat sama

5 Berat badan tikus adalah berat badan yang ditimbang dengan

timbangan gram

49

6 Umur tikus adalah umur yang ditentukan dengan melihat tanggal

kelahiran yang dicatat pada kandang percobaan

7 Kondisi peneliti yang meliputi kesehatan fisik dan psikis peneliti

Penelitian dilaksanakan saat kondisi peneliti dalam keadaan baik

sehingga pengaruhnya terhadap hasil penelitian dapat diabaikan

45 Bahan dan Alat Penelitian

451 Bahan Penelitian

Glutation injeksi

Tikus jantan

Makanan tikus berupa pellet dan air minum dari air ledeng

Aquades steril

EDTA (Ethylenediamine tetraacetic acid)

Reagensia untuk pengukuran kadar MDA

452 Alat Penelitian

Alat yang dipakai dalam pengambilan data penelitian ini adalah

- Kandang tikus terbuat dari besi yang di dalamnya terdapat sekam dan

botol minuman

- Ember berdiameter 35 cm dan kedalaman air 20 cm

- Stopwatch

- Timbangan

- Spuit injeksi 1 ml

50

- Sarung tangan

- Kapas dan alkohol 70

- Tabung Evendorf

- Mikropipet

- Pipet kapiler

- Sentrifugasi

46 Prosedur Penelitian

1 Tikus jantan dewasa (Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan

berat badan plusmn200gram dilakukan aklimatisasi selama 2 minggu di

tempat penelitian untuk penyesuaian dengan lingkungan

2 Semua sampel tikus diberi perlakuan yang sama yaitu diberikan

pelatihan fisik berlebih dengan cara berenang sampai kelelahan pada

hari ke 7 kedua kelompok tersebut dilakukan pemeriksaan MDA

3 Mulai hari ke 8 ndash 35 sampel tikus yang berjumlah 20 ekor dibagi atas 2

kelompok di mana kelompok 1(kontrol) diberikan pelatihan fisik

berlebih + injeksi aquabidest intraperitoneal enam jam sebelum

perlakuan aktifitas berlebih kelompok ke 2 (perlakuan) diberikan

pelatihan fisik berlebih + injeksi intraperitoneal glutation 37

mgkgBBhari yang sudah dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril

4 Pada hari ke 35 dilakukan pemeriksaan kadar MDA pada masing-

masing tikus setelah bulu tikus kering

51

5 Selama penelitian hewan coba diberikan makanan dan minuman secara

teratur kebersihan dan kenyamanan kandang dijaga

461 Alur Penelitian

TIKUS ADAPTASI 2 MINGGU

PELATIHAN FISIK BERLEBIH 1 MINGGU

MDA

KELOMPOK 1 KELOMPOK 2

PELATIHAN FISIK BERLEBIH PELATIHAN FISIK BERLEBIH

+ AQUABIDEST (28 hari) +GLUTATION 37mgkgBBhari

28 HARI 28 HARI

MDA

Gambar 43 Bagan Alur Penelitian

462 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium

Pemantauan keselamatan tikus jantan (galur Wistar) di laboratorium

(Smith et al1988 Ngatidjan 2006) adalah sebagai berikut

1 Kandang tikus jantan harus cukup kuat tidak mudah rusak teratur dibersihkan

(1x seminggu) mudah dipasang kembali hewan tidak mudah lepas tahan

52

gigitan hewan kelihatan jelas dari luar Alas tempat tidur terbuat dari serbuk

gergaji atau sekam padi agar mudah menyerap air

2 Luas lantai yang memadai untuk tikus jantan dengan berat badan plusmn200 gram

adalah 60cm persegi dan tinggi 20 cm

3 Diciptakan suasana lingkungan yang stabil dan sesuai keperluan fisiologi tikus

jantan di mana kelembaban suhu pertukaran udara yang ekstrim harus

dihindari

4 Hewan coba hendaknya diperlakukan dengan kasih sayang

47 Pengolahan dan Analisis Data

Analisis data yang digunakan adalah

1 Analisis Deskriptif

2 Uji normalitas data dilakukan dengan tes Shapiro-Wilk Distribusi data

normal dengan nilai pgt005

3 Uji homogenitas dilakukan dengan Lavenersquos Test Data dinyatakan

homogen dengan nilai pgt005

4 Karena data berdistribusi normal dan homogen maka untuk uji

komparabilitas dipakai

- Uji t independent untuk membandingkan rerata kadar MDA antar

kelompok

- Uji Paired T- Test untuk membandingkan rerata kadar MDA pre

dan post masing-masing kelompok

- Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau

dinyatakan berbeda bila plt005

53

BAB V

HASIL PENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 20 ekor tikus jantan dewasa

(Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan berat badan plusmn200 gram sebagai

sampelyang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah 10 ekor

yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dankelompok

perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) Dalam penyajian hasil ini diuraikan

uji normalitas data uji homogenitas data uji komparabilitas dan uji efek

perlakuan

51 Uji Normalitas Data

Data Kadar MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan

pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji

Shapiro-Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005)

disajikan pada Tabel 51

53

54

Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing Kelompok Sebelum

dan Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Perlakuan n p Keterangan

Kadar MDA kontrol pre

Kadar MDA perlakuan pre

Kadar MDA kontrol post

Kadar MDA perlakuan post

10

10

10

10

0965

0550

0975

0697

Normal

Normal

Normal

Normal

52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok

Data Kadar MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun

sesudah perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test

Hasilnya menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52

Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA Sebelum dan

Sesudah Perlakuan

Variabel F p Keterangan

Kadar MDA pre

Kadar MDA post

0016

0592

0901

0452

Homogen

Homogen

53 Kadar MDA

531 Uji komparabilitas

Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata kadar MDA

antar kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan

55

glutation Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada

Tabel 53 berikut

Tabel 53

Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata

Kadar MDA

SB T P

Aktivitas berlebih dan

placebo

Aktivitas berlebihdan

glutathion

10

10

518

529

028

029

089 0386

Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok

kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 518028mmoll dan rerata

kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 529029mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 089 dan nilai

p = 0386 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan

berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya tidak berbeda secara

bermakna (p gt 005)

532 Analisis efek perlakuan

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kadar MDA antar

kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation

56

Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54

berikut

Tabel 54 Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata

Kadar MDA

SB T P

Aktivitas berlebih dan

placebo

Aktivitas berlebihdan

glutathion

10

10

778

444

023

017

3672 0001

Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok

kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata

kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 444017mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 3672 dan nilai

p = 0001 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan

berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya berbeda secara

bermakna (p lt 005)

57

Gambar 51 Perbedaan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

533 Analisis Komparasi Sebelum dengan Sesudah Perlakuan

Analisis komparasi diuji berdasarkan rerata kadar MDA antara sebelum

dengan sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation Hasil

analisis kemaknaan dengan uji t-paired disajikan pada Tabel 55 berikut

Tabel 55 Analisis KomparasiKadar MDA antara Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Kelompok Beda Rerata

pre ndash post p Keterangan

Aktivitas berlebih dan placebo

Aktivitas berlebih dan

glutathion

260

085

0001

0001

Meningkat

Menurun

58

Berdasarkan uji t-paired didapatkan bahwa ada penurunan kadar MDA

pada kelompok perlakuan secara bermakna sebesar 085mmoll sedangkan pada

kelompok kontrol mengalami peningkatan secara bermakna sebesar 260mmoll

59

BAB VI

PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian

Untuk menguji efek pemberian glutation terhadap penurunan kadar MDA

maka dilakukan penelitian terhadap 20 ekor tikus jantan dewasa (Galur Wistar)

sebagai sampel yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah

10 ekor yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dan

kelompok perlakuan (pelatihan fisik berlebih dan glutation)

62 Efek Pelatihan Fisik Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA

Hasil penelitian dan analisis data terhadap kadar MDA darah pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji

normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan homogenitas (Levenersquos test) pre-test dan post-

test masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)

Uji perbandingan 1 minggu pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan

injeksi antara kedua kelompok menggunakan uji t-independent Rerata kadar

MDA kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) adalah

518028mmoll dan rerata kelompok pelatihan fisik berlebih dan glutation

adalah 529029mmoll Analisis kemaknaan dengan uji t-independent

menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna kadar MDA darah antara

kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa

kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan injeksi rerata kadar MDAnya tidak

59

60

berbeda secara bermakna

Uji perbandingan setelah pemberian placebo dan glutation antara kedua

kelompok menggunakan t-independent Rerata kadar MDA kelompok kontrol

(aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata kelompok

perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) adalah 444017mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent antara kedua kelompok sesudah diberikan

placebo dan glutation menunjukkan perbedaan kadar MDA secara bermakna

(plt005) Hal ini berarti bahwa kelompok yang diberikan perlakuan berupa

placebo dan glutation 6 jam sebelum diberikan pelatihan fisik berlebih dengan

cara merenangkan selama 60 menit hari selama 35 hari rerata kadar MDA

berbeda secara bermakna Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh

untuk melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam

organ dan pembuluh darah (Giriwijoyo 2004)

Peningkatan kadar MDA sesudah diberikan pelatihan fisik berlebih pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan disebabkan karena pelatihan fisik

berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena terjadi peningkatan konsumsi

oksigen oleh aktifitas otot skeletal Stress oksidatif memicu peningkatan senyawa

oksigen reaktif Pada pelatihan fisik berlebih juga terjadi Reperfusion Injury yang

memicu terjadinya kerusakan jaringan dan peningkatan radikal bebas (Adiputra

2008) Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara menarik elektronnya

sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan sampai kematian sel

(Suryohudoyo 2000)

Pada penelitian ini didapatkan bahwa sesudah diberikan pelatihan fisik

61

berlebih dan placebo terjadi peningkatan kadar MDA sebesar 5024 Kadar

MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel (Winarsi

2007) Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pepe

(2011) bahwa pelatihan fisik berlebih meningkatkan kadar MDA Lebih lanjut

Murray et al (2000) juga menyatakan bahwa pelatihan fisik berlebih merangsang

respon biomarker stres oksidatif Sedangkan pada kelompok perlakuan yang

diberikan aktifitas berlebih dan glutation terjadi penurunan kadar MDA sebesar

1607 Terjadinya penurunan kadar MDA pada kelompok yang diberikan

glutation 6 jam sebelum melakukan pelatihan fisik berlebih disebabkan karena

pemberian antioksidan meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan

cara mendonorkan elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa

oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsi 2007) Glutation merupakan antioksidan

endogen yaitu antioksidan yang dapat disintesa dalam tubuh dari asam amino L-

sistein L-glutamat dan glisin (Cadenas 2002) yang juga sebagai master

antioksidan yaitu antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain

Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan

Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik (Hersh 2004) Glutation

merupakan salah satu antioksidan yang tidak dapat menjadi pro oksidan (Cadenas

2002) Normalnya sekali suatu antioksidan memakan radikal bebas antioksidan

ini menjadi teroksidasi sendiri dan menyerang sel yang sehat yang disebut

sebagai pro oksidan Glutation dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang

teroksidasi tersebut menjadi bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali

dalam memakan radikal bebas (Sellman 2009) Sehingga dengan demikian

62

glutation dapat membantu dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Urso

(2003) bahwa suplementasi antioksidan dapat mengatasi kondisi stress oksidatif

yang terjadi pelatihan fisik berlebih

Uji perbandingan antara data MDA pre dan post masing-masing kelompok

digunakan uji t-paired test Berdasarkan uji ini didapatkan hasil pada kelompok

perlakuan terjadi penurunan kadar MDA secara bermakna sebesar 085 mmollt

sedangkan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan kadar MDA secara

bermakna sebesar 260mmollt Terjadi penurunan kadar MDA pada kelompok

perlakuan menunjukkan pemberian antioksidan Glutation intraperitoneal dosis

37mgkgBBhari dapat mengatasi kondisi stress oksidatif yang terjadi pada

pelatihan fisik berlebih Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh

Urso (2003)

63

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

71 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan sebagai

berikut Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA

tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

72 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah

1 Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja glutation

yang lebih detail

2 Memperhatikan takaran latihan supaya tidak berlebihan yang justru akan

meningkatkan kerusakan sel

3 Perlu dilakukan uji klinis pada manusia

63

64

DAFTAR PUSTAKA

Adiputra N 2008Kesehatan Olah Raga Available from httpwwwbalihesgorgindexphpoption=com Accessed 2011 Oct 5th

Anonim 2011 Glutathione Available at

httpenwikipediaorgwikiGlutathione Accessed 2011 Oct 5th Anonim 2011 Overtraining Available at

httpwwwmarksdailyapplecomovertraining Accessed 2011 Oct5th

Asikin N 2001Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan InKursus Penyegaran dan Pelatihan Radikal bebas dan Antioksidan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta Fakultas Kedokteran UI

Bagiada NA 2001 Proses Penuaan dan Penanggulangannya Denpasar

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hal 22 Banerjee AK Mandal A Chanda D Chahraboti S 2003 Oxidant

Antioxidant and Physical ExerciseAvailable from httpwwwncbinlmnihgovpubmed14619981 accesed 2011 Sept 2nd

Binekada MC 2002 ldquoPelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Konsentrasi dan

Motilitas Spermatozoa Mencitrdquo(tesis) Denpasar Universitas Udayana

Cadenas E Jones PD 2002Bioavailability of Glutathione In Cadenas E

Packer L editorsHandbook of Antioxidants2nd Ed New York Marcel DekkerInc p549-564

Catala A 2006Lipid PeroxidationInt J Biochem Cell Biol 38 1482-1495 Dalle-DonneI Rossi R ColomboR Giustarini D Milzani

A2006Biomarkers of Oxidative Damage in Human Disease Available from httpwwwredorbitcomnewsscience473334biomarkersof oxidative damage in human diseaseindexhtmlaccessed2011 Sept 5th

Fouad T 2007 Free radicals Types Sources and Damaging Reaction

Relations Available from

64

65

wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th

Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th

Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112

Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors

ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their

Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69

Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan

Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th

Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz

R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155

Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester

Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th

Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala

T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200

Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and

Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders

66

Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana

LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia

Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647

Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from

httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit

Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK

Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620

Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji

Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah

Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009

Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan

Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132

Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde

Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521

Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley

Medical Publicationsp 123-141

Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI

Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable

from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer

67

Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole

Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam

Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI

Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam

Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya

Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan

Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47

Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant

Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th

Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan

Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105

68

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965

Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975

Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753

Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

69

Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan

Group Statistics

Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887

Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215

Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260

Perlakuan 10 42500 23348 07383

Independent Samples Test

Levenes Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df

Sig (2-

tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence Interval of the

Difference Lower Upper

Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428

Equal variances not assumed

-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429

Post1

Equal variances assumed 592 452 367

22 18 000 333700 09087 314608 352792

Equal variances not assumed

36722 16855 000 333700 09087 314515 352885

Post2

Equal variances assumed 906 354 264

19 18 000 239500 09066 220454 258546

Equal variances not assumed

26419 16265 000 239500 09066 220307 258693

70

Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis

(Laurence amp Bacharach 1964)

2g mencit 20g tikus 400g marmot

l5Kg kelinci

20Kg kucing

40Kg kera

120Kg anjing

70Kg manusia

20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879

200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560

400 g marmot

008 057 10 225 24 52 102 315

l5Kg kelinci

004 025 044 10 106 24 45 142

20Kg kucing

003 023 042 092 10 22 41 130

40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61

120Kg anjing

0008 006 010 0022 024 052 10 31

70Kg manusia

00026 0018 0031 007 0013 016 032 10

71

Lampiran 4

Foto Penelitian

Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)

72

Lampiran 5

Data Hasil Penelitian

Kelompok Kontrol

Pre test Post test Pre test Post Test

752 647 769 694

779 670 773 664

745 660 803 653

769 643 817 677

783 653

786 684

Kelompok Perlakuan

Pre Test Post test

412 391

436 412

442 425

425 401

453 436

466 442

432 405

456 432

470 453

476 463

Page 26: PEMBERIAN INJEKSI GLUTATION INTRAPERITONEAL

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

21 Penuaan

Penuaan sampai saat ini masih dianggap sebagai sesuatu yang alamiah

terjadi demikian juga penyakit yang muncul pada masa tuaSeseorang yang

berumur 50 tahun dengan penyakit Diabetes Mellitus dipandang sebagai sesuatu

yang umum karena memang sudah tua Sejak tahun 1950 penelitian penyebab

penuaan mulai diteliti faktor-faktor penyebab yang mempengaruhi kualitas hidup

sehingga meskipun usia bertambah tua tetapi tetap berkualitas Beberapa cara

modifikasi gaya hidup terus dilakukan untuk mencapai kualitas hidup yang lebih

baik seperti mengatur pola makan pola tidur pola olahraga pola hidup untuk

mencapai kualitas hidup yang baik di usia lanjutPenelitian memberi kesimpulan

bahwa pemberdayaan diri membudayakan pola hidup sehat dapat meningkatkan

kualitas hidup seseorang (Franklin 2009)

Dewasa ini seiring dengan percepatan perubahan teknologi meningkatnya

persaingan hidup orang berlomba-lomba mengkonsumsi produk dan berbagai

metode yang mengklaim bisa menghambat penuaan atau bersifat Anti Aging Ilmu

Kedokteran Anti Penuaan memberikan paradigma baru dalam menangani proses

penuaan Ilmu Kedokteran Anti Penuaan ini menjanjikan dapat memberikan solusi

untuk mengatasi ketidakmampuan penyakit nyeri deformitas dan kesedihan di

masa tua dengan cara meningkatkan kualitas hidup masa tua (Goldman dan Klatz

8

9

2003) Menurut Pangkahila penuaan bisa dicegah diobati dan bahkan dapat

dikembalikan ke keadaan semula (Pangkahila 2007)

Proses penuaan dapat dijelaskan dalam empat teori utama yang walaupun

tidak dapat menjelaskan dengan lengkap tetapi teori tersebut melengkapi satu

dengan yang lain

211 Teori Wear and Tear

Teori ini diperkenalkan pertama kali oleh Dr August Weisman seorang

ahli biologi dari Jerman pada tahun 1882 Teori ini menyatakan bahwa tubuh dan

sel akan rusak karena penggunaan dan disalahgunakan baik penggunaan secara

alami apalagi penyalahgunaan Kerusakan terjadi dalam sel sampai organ Pada

usia muda kerusakan yang terjadi dapat diatasi dikompensasi karena sistem

perbaikan dan pemeliharan yang masih baik tetapi seiring dengan bertambahnya

umur tubuh mulai kehilangan kemampuan tersebut Teori ini juga meyakini

pemberian suplemen dan merangsang kemampuan tubuh untuk melakukan

perbaikan dan mempertahankan organ tubuh dan sel

212 Teori Radikal Bebas

Teori ini diperkenalkan oleh Dr Denham Harman pada tahun 1956

Radikal Bebas adalah molekul tidak stabil yang sangat reaktif karena mempunyai

elektron tidak berpasangan pada orbit luarnya dapat bereaksi dengan molekul

lain menimbulkan reaksi berantai yang sangat destruktif (Goldman dan Klatz

2003)

10

Radikal Bebas dihasilkan dari pembakaran gula dan lemak yang kita

konsumsi untuk memberikan energi pada tubuh kita Radikal bebas merusak

membran sel kode DNA enzim protein dan akhirnya terjadi kerusakan pada

seluruh organ Kerusakan terjadi mulai dari lahir dan terus berlanjut hingga

meninggal Pada usia muda dampak penggantian sel yang masih berfungsi baik

Seiring dengan usia bertambah akumulasi kerusakan akibat radikal bebas akan

mengganggu metabolisme sel terjadilah mutasi sel yang mengakibatkan

timbulnya kanker dan kematian

Age Spot merupakan salah satu bentuk kerusakan pada membrane sel

yang disebabkan oleh Radikal Bebas Kerusakan membran ini menghasilkan

produk sisa yang dikenal sebagai lipofuscin Jumlah lipofuscin yang tinggi dalam

tubuh memberikan warna gelap pada daerah tertentu yang disebut Age spot

Lipofuscins mengganggu sintesis DNA dan RNA mempengaruhi sintesis protein

(menurunkan energi dan menghambat pembentukan massa otot) merusak enzim

seluler yang diperlukan untuk proses kimia vital dalam tubuh (Goldman dan

Klatz 2003)

Radikal bebas mempengaruhi peroksidasi lipid yang menyebabkan

produksi MDA (malondialdehyde) yang mengikat protein dan menyebabkan

gangguan fungsi biologik protein tersebut Radikal Bebas berkaitan dengan

penyakit usia lanjut seperti aterosklerosis Parkinson penyakit Alzheimer dan

gangguan fungsi kekebalan tubuh (Pangkahila 2007)

11

213 Teori Kontrol Genetika

Teori terfokus pada kode genetik yang ada dalam DNA meskipun seluruh

aspek diwariskan dalam gen tiap individu waktu jam biologis tergantung pada

pola hidup penuaan masing-masing individu Tiap individu memiliki jam biologis

yang telah diatur waktunya Berhentinya jam biologis menandakan proses

penuaan dan meninggal (Goldman dan Klatz 2003)

Ilmu Kedokteran Anti Penuaan melakukan upaya mencegah dan

memperbaiki kerusakan yang terjadiTerapi Gen diharapkan dapat memberikan

solusi dalam menghadapi takdir genetika terhadap beberapa penyakit keturunan

214 Teori Neuroendokrin

Teori yang menyangkut peranan berbagai hormon bagi fungsi organ tubuh

diperkenalkan oleh Vladimir DilmanPhD

Hormon mengatur dan memperbaiki fungsi tubuh Pada usia muda

berbagai hormone masih berfungsi baik dalam mengendalikan berbagai fungsi

organ tubuh Ketika manusia menjadi tua produksi hormon menurun fungsi

tubuh menjadi terganggu Contoh Growth Hormone yang membantu

pembentukan massa otot testosteron dan hormone tiroid akan menurun tajam

pada usia tua Ditandai dengan rasio lemak dan otot yang meningkat Terapi sulih

hormone dapat membantu masalah tersebut dan mengembalikan fungsi hormone

tubuh sehingga memperlambat proses penuaan

12

22 Radikal Bebas

221 Definisi Radikal Bebas

Radikal bebas adalah molekul (kumpulan atom) yang memiliki elektron

yang tidak berpasangan Oksidan adalah senyawa penerima elektron yaitu

senyawa yang dapat menarik elektron Kedua jenis senyawa ini memiliki aktifitas

yang sama dan memberikan akibat yang hampir sama tetapi dengan proses yang

berbeda (Winarsi 2007) Radikal Bebas digolongkan dalam oksidan namun tidak

setiap oksidan adalah radikal bebas (Suryohudoyo 2000)

Sumber oksidan berasal dari

Tubuh sendiri yaitu berasal dari proses fisiologis namun oleh suatu sebab

jumlahnya menjadi banyak

Proses peradangan

Luar tubuh seperti polutan obat-obatan

Radikal bebas lebih berbahaya dibanding senyawa oksidan non radikal

222 Tahapan Terbentuknya Radikal Bebas dan Sifatnya

Tahapan terbentuknya radikal bebas terjadi melalui sederetan mekanisme

reaksi

1 Tahap Inisiasi yaitu tahap yang menyebabkan terbentuknya radikal bebas

Cu

RH + O2 R + H2O

2 Tahap Propagasi yaitu tahap dimana radikal bebas cenderung bertambah

banyak dengan membuat reaksi rantai dengan molekul lipid lain

13

R + O2 RO2

RO2 + RH R + ROOH

3 Tahap Terminasi yaitu apabila terjadi reaksi antara radikal bebas dengan

radikal bebas lain atau antara radikal bebas dengan suatu senyawa pembasmi

radikal bebas (scavenger)

R1 + R2 R 1 R 2

Reduksi oksigen memerlukan pengalihan empat electron (electrotransfer)

Pengalihan ini tidak dapat sekaligus tetapi dalam empat tahapan yang setiap

tahapan hanya melibatkan pengalihan satu elektron Kendala yang mengharuskan

oksigen hanya dapat menerima satu elektron setiap tahap menyebabkan

terjadinya dua hal yaitu kurang reaktifnya oksigen dan terbentuknya senyawa-

senyawa oksigen reaktif seperti O2 (radikal superoksida) H2O2 (hydrogen

peroksida) OOH (radikal peroksil) dan OH (radikal hidroksil)

Radikal Bebas memiliki 2 sifat yaitu

1 Reaktifitas tinggi karena cenderung menarik elektron

2 Mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal

Elektron dari Radikal Bebas berikatan dengan senyawa yang berikatan

kovalen seperti lipid protein dan DNA akan sangat berbahaya karena ikatan

digunakan bersama-sama pada orbit luarnya Dibanding senyawa oksigen reaktif

radikal hidroksil merupakan senyawa yang paling berbahaya karena reaktifitasnya

yang sangat tinggi

Radikal hidroksil dapat merusak 3 jenis senyawa penting yang berfungsi

untuk mempetahankan integritas sel yaitu

14

1 Asam lemak tak jenuh yang merupakan komponen penting fosfolipid

penyusun membran

2 DNA pembawa genetik sel

3 Protein memegang berbagai peran penting seperti enzim reseptor antibodi

sitoskeleton

Dari ketiga senyawa tersebut yang paling rentan adalah senyawa asam

lemak tak jenuh ganda pada membran sel yang mengakibatkan rapuhnya dinding

sel Senyawa oksigen reaktif ini juga merusak dinding bagian dalam pembuluh

darah sehingga mengakibatkan pengendapan koleserol dan menyebabkan

aterosklerosis Apabila senyawa oksigen reaktif ini merusak basa DNA akan

terjadi kekacauan sistem info genetika berlanjut pada pembentukan sel kanker

Jaringan lipid yang rusak memicu munculnya penyakit degeneratif

Fosfolipid glikolipid dan kolesterol merupakan komponen terpenting

membran sel Komponen fosfolipid dan glikolipid mengandung asam lemak tak

jenuh (asam linoleat linolenat arakidonat) sangat rawan terhadap serangan

radikal hidroksil yang dapat menimbulkan reaksi rantai yang dikenal sebagai

Lipid peroxidation

Peroksidase lipid

LH + OH --- H + H2O

Asam lemak Radikal Bebas

L + O2 -- LOO

Radikal peroksilipid

LOO + LH --- L + L OOH dan seterusnya

15

Hasil akhir dari proses ini adalah terputusnya rantai asam lemak menjadi

berbagai senyawa yang bersifat toksik terhadap sel antara lain berbagai macam

aldehid seperti Malondealdehyde (MDA)

223 Peranan Radikal Bebas dalam proses penuaan

Pada usia muda keseimbangan antara radikal bebas dan pertahanan

antioksidan berfungsi dengan baik seiring dengan pertambahan usia

keseimbangan terganggu karena cadangan antioksidan berkurang dan radikal

bebas berlebih (Saxena dan Lan 2006)

Akibat ketidakseimbangan ini terjadi kerusakan oksidatif (Arief 2010)

Kerusakan ini disebabkan oleh radikal bebas dan merusak 3 komponen utama

yang mempertahankan integritas sel seperti fosfolipid (penyusun membrane sel)

DNA (perangkat genetik) protein (enzim reseptor antibodi) (Fouad 2007)

Ketidakseimbangan antara antioksidan dan senyawa oksigen reaktif

menghasilkan stress oksidatif penyebab kanker penuaan aterosklerosis cedera

iskemik peradangan dan penyakit degeneratif (Parkinson Alzheimer)

(Pangkahila 2007)

23 Stress Oksidatif

231 Keadaan yang menyebabkan stress oksidatif

Pada saat jumlah antioksidan tubuh kurang dari yang diperlukan untuk

meredam efek buruk dari radikal bebas keadaan ini disebut Stress oksidatif Bila

terjadi dalam waktu yang lama akan terjadi penumpukan hasil kerusakan

16

oksidatif di dalam sel dan jaringan yang mengakibatkan hilangnya fungsi sel

jaringan dan akhirnya mati Hal ini merupakan penyebab utama proses penuaan

(Bagiada 2001)

Keadaan yang menyebabkan Stress Oksidatif ini salah satunya adalah

pelatihan fisik berat atau berlebih (Hersh 2004) Stress oksidatif dapat

dikendalikan antara lain dengan membiasakan untuk menerapkan pola hidup sehat

dan mengkonsumsi antioksidan diharapkan akan memacu kerja antioksidan

dalam tubuh

MDA merupakan hasil dari proses peroksidasi lipid meningkatnya MDA

menunjukkan adanya suatu kondisi Stress Oksidatif menurunnya MDA

menunjukkan adanya perbaikan dari kondisi Stress tersebut sehingga MDA dapat

dipakai sebagai biomarker Stress oksidatif

24 Pelatihan Fisik

241 Olahraga

Pelatihan fisik atau olahraga merupakan satu kegiatan yang penting bagi

kehidupan manusia Olahraga merupakan alternatif kegiatan yang dapat

meningkatkan derajat kebugaran fisik seseorang apabila dilakukan dengan dosis

takaran yang benar Menurut Sharkey olahraga dapat meningkatkan pengeluaran

energi dan tingkat pengeluaran tersebut berkaitan dengan intensitas dan durasi

aktifitas yang dilakukan (Sharkey 2003) Latihan fisik atau olahraga yang

memperhatikan frekuensi intensitas tipe dan waktu mendukung dalam

mendapatkan hasil yang maksimal dan menurunkan resiko cedera Latihan fisik

17

yang benar memberikan dampak perbaikan pada sistem fungsional paru dan

jantung sehingga terjadi hipertropi otot jantung penurunan detak jantung

istirahat peningkatan stroke volume peningkatan volume darah dan hemoglobin

menambah jumlah pembuluh darah kapiler serta berfungsi dalam proses

pembakaran energi (Fox 1998) Frekuensi latihan yang dianjurkan adalah 3-4x

seminggu dengan intensitas 72-87 dari denyut jantung maksimal (220-umur)

dengan variasi 10 denyut per menitTipe latihan yang dianjurkan adalah

pemanasan 15 menit kombinasi latihan aerobik dan latihan otot dalam waktu 30-

60 menit diakhiri pendinginan 10 menit (Pangkahila 2009)

Sumber energi yang dibutuhkan untuk pelatihan fisik aerobik yang

dominan didapat dari pembakaran simpanan karbohidrat lemak dan sebagian

kecil (5) dari pemecahan simpanan protein yang terdapat di dalam tubuh untuk

menghasilkan ATP (adenosine triphospate) ATP yang terdapat dalam jaringan

otot terbatas kebutuhan ATP dipertahankan oleh creatinin phosphate (CP) dan

glikogen yang tersimpan dalam otot (Hernawati 2009) Terdapat 3 jalur untuk

memberikan ATP tambahan sesuai yang dibutuhkan selama kontraksi otot

meliputi 1 Pemindahan fosfat berenergi tinggi dari kreatinin fosfat ke ADP 2)

Fosforilasi oksidatif (siklus asam sitrat dari sistem transportasi elektron) 3)

glikolisis (Sherwood 2001) Sedangkan pada aktifitas yang bersifat anaerobik

energi diperoleh dari hidrolisis phosphocreatine serta melalui glikolisis glukosa

secara anaerobik Proses ini dapat terjadi tanpa adanya oksigen (O2) Metabolisme

anaerobik ini menghasilkan asam laktat yang apabila terakumulasi dapat

menyebabkan rasa nyeri pada otot menimbulkan stress fisik Hal ini

18

menyebabkan latihan aerobik terasa lebih menyenangkan (Hernawati 2009)

Metabolisme aerobik jauh lebih efisien daripada anaerobik karena menghasilkan

38 molekul ATP per molekul glukosa versus hanya 2 molekul melalui jalur

anaerob

Pelatihan fisik atau olahraga yang teratur selain memberikan manfaat

perbaikan pada mental fisik dan fisiologis juga mempengaruhi hormon tubuh

kita antara lain (Sharkey2003)

1 Growth Hormone

Stimulasi sintesis protein (muscle tone development) dan kekuatan tulang

tendon ligament dan tulang rawan Penurunan penggunaan glukosa dan

peningkatan penggunaan lemak sebagai bahan bakar selama olahraga

Membantu mengurangi lemak tubuh dan mempertahankan glukosa darah pada

level normal sehingga membantu melakukan olahraga selama periode waktu

yang lebih lama Dilepaskannya Growth Hormone oleh kelenjar pituitari di

otak meningkat dengan meningkatnya waktu latihan aerobik

2 Endorphins

Opioid endogen dari kelenjar pituitary yang memblok rasa sakit menurunkan

nafsu makan membuat perasaan senang mengurangi tekanan dan kecemasan

Pada saat olahraga endorfin dalam darah meningkat sampai lima kali selama

aktifitas olahraga lebih dari 30 menit Endorfin membuat kita dapat melakukan

aktifitas latihan menjadi lebih tahan lama

19

3 Testosteron

Hormon yang penting untuk wanita dan pria dalam mempertahankan tonus

volume kekuatan otot meningkatkan angka rata metabolisme basal

menurunkan lemak tubuh dan merasa lebih percaya diri Diproduksi oleh

ovarium pada wanita dan testis pada laki-laki Testosteron pada wanita hanya

sepersepuluh kadar testosteron pada laki-laki Pada wanita testosteron

berperan pada pengaturan libido dan orgasme Produksi pada wanita menurun

saat menjelang menopause sedangkan pada pria pada usia memasuki usia 40

tahun Kadar testosteron darah mulai meningkat setelah 20 menit olahraga

baik pada wanita maupun pria dan tetap tinggi sampai 1-3 jam setelah

olahraga

4 Estrogen

Estrogen secara biologis aktif adalah 17 beta estradiol meningkatkan

pemecahan lemak dari lemak tubuh sehingga dapat digunakan sebagai sumber

tenaga meningkatkan rata-rata metabolisme basal meningkatkan mood

meningkatkan libido Hormon ini disekresi oleh ovarium meningkat saat

olahraga dan tetap meningkat sampai 1-4 jam setelah olahraga

5 Thyroxine (T4)

Hormon yang diproduksi oleh kelenjar tiroid meningkatkan metabolisme

hampir semua sel dalam tubuh Peningkatan metabolisme ini membantu kita

merasa lebih energik dan juga menyimpan kalori penting untuk penurunan

berat badan Kadar tiroksin dalam darah meningkat sekitar 30 selama

20

olahraga dan tetap meningkat sampai beberapa jam sesudahnya Olahraga

yang teratur juga meningkatkan level tiroksin saat istirahat

6 Epinephrine

Hormon yang diproduksi oleh medulla adrenal yang meningkatkan jumlah

darah yang dipompa oleh jantung dan mengarahkan aliran darah ke tempat

yang diharapkan Stimulasi pemecahan glikogen (karbohidrat yang disimpan)

dalam otot yang aktif dan hati untuk digunakan sebagai sumber tenaga

Menstimulasi pemecahan lemak (lemak yang disimpan dalam otot yang aktif)

dan digunakan sebagai sumber tenaga Sejumlah epinefrin yang dilepaskan

berhubungan dengan intensitas dan durasi latihan

7 Insulin adrenalin

Hormon yang penting dalam mengatur gula darah dan asam lemak (lemak)

dan asam amino (protein) dalam sel Sekresi insulin oleh pancreas meningkat

sehubungan dengan respon meningkatnya kadar gula darah dan protein yang

biasa terjadi setelah makan Semakin banyak gula sederhana yang dikonsumsi

semakin tinggi respon insulin Meningkatnya insulin menyebabkan produksi

lemak sehingga insulin sering disebut sebagai hormon lemak atau fat

hormone Pada orang dengan berat badan berlebih terjadi resistensi insulin

sehingga diperlukan insulin dalan jumlah yang lebih besar untuk didapatkan

efek yang sama sehingga didapatkan kadar insulin darah yang lebih tinggi dan

latihan aerobik setiap hari Kadar insulin darah mulai menurun 10 menit saat

olahraga dan terus menurun sekitar 70 menit olahraga Olahraga yang teratur

juga meningkatkan sensitivitas sel terhadap insulin dalam keadaan istirahat

21

8 Glucagon

Hormon yang diproduksi oleh pankreas tugasnya meningkatkan kadar gula

darah Saat gula darah rendah glukagon disekresi dan menyebabkan simpanan

karbohidrat di dalam hati dilepaskan ke aliran darah untuk meningkatkan

kadar gula mencapai kadar normal Glukagon juga menyebabkan

dipecahkannya lemak sehingga dapat digunakan sebagai bahan bakar atau

sumber tenaga Glukagon mulai disekresi pada 30 menit awal olahraga ketika

gula darah mulai menurun

242 Pelatihan Fisik Berlebih

Pelatihan fisik berlebih menimbulkan gangguan pada sistem endokrin

terjadi peningkatan kadar kortisol dan penurunan kadar testosteron (Maffetone

2007) peningkatan ACTH penurunan LH plasma

Sindrom pelatihan fisik berlebih dalam jangka panjang mengakibatkan

terjadinya inflamasi infeksi yang lebih lanjut dapat mempengaruhi kesehatan

secara umum Aktifitas berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena

terjadi peningkatan konsumsi O2 oleh aktifitas otot skeletal Meskipun oksigen

dibutuhkan oksigen juga bersifat toksik yang dapat memicu peningkatan ROS

Pada organ yang tidak mendapat oksigen dan nutrisi yang cukup akan

menimbulkan keadaan iskemik dan kerusakan mikrovaskular Keadaan ini disebut

sebagai Reperfusion Injury yang memicu terjadinya kerusakan jaringan dan

peningkatan Radikal Bebas

22

Pelatihan fisik berlebih meningkatkan terbentuknya Radikal Bebas

(Adiputra 2008) Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh untuk

melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam organ dan

pembuluh darah (Giriwijoyo 2004) Apabila berlebih menyebabkan kerusakan

sel dengan 3 cara (Kumar et al2005 Ebenhardt 2001)

1 Kerusakan DNA mengakibatkan mutasi DNA bahkan kematian sel

2 Peroksidasi lipid membrane sel dan sitosol menyebabkan terjadinya proses

reduksi asam lemak sehingga mengakibatkan kerusakan membran dan organel

sel

3 Modifikasi protein teroksidasi oleh karena cross linking protein

Bila radikal bebas bertemu dengan asam lemak tak jenuh ganda daalam

membrane sel terjadi reaksi peroksidasi lipid membran sel menyebabkan

peningkatan fluiditas membran gangguan integritas membran dan inaktivasi

ikatan membran dengan enzim dan reseptor Tahap akhir dibebaskan aldehyde

seperti malondealdehyde pentane etana conjugated diane yang bersifat merusak

tubuh (Murray et al2000)

Pelatihan fisik berlebih menyebabkan terjadinya peningkatan lekosit atau

lekositosis peningkatan isoprostan dalam urin protein carbonil (73) catalase

(96) glutation peroksidase serta glutation teroksidasi (25) Dapat

disimpulkan pelatihan fisik berlebih merangsang respon biomarker stres oksidatif

(Murray et al 2000) Proses penuaan mengakibatkan penurunan sistem imun

sehingga meningkatkan resiko infeksi Menurut teori aktifitas sedang dapat

menangkal efek proses penuaan yang diakibatkan penurunan sistem imun Studi

23

yang dilakukan Shepard dan Shek menunjukkan bahwa aktifitas sedang dapat

ditoleransi dengan baik oleh individu lanjut usia dan menunjukkan penurunan

stimulasi proliferasi limfosit

Gejala ndash gejala yang dirasakan apabila melakukan pelatihan fisik berlebih

(overtraining) (Maffetone 2007)

1 Sering mengalami kegagalan dalam melakukan latihan yang biasanya kita

lakukan Kondisi fisik menjadi semakin lemah dan semakin lambat terjadi

kemunduran

2 Kehilangan otot dan terjadi penimbunan lemak Latihan fisik berlebih

meyebabkan rasio testosteron kortisol yang seharusnya positif yang berarti

lebih banyak otot dan lebih sedikit lemak menjadi negatif yang berarti cortisol

lebih tinggi dibanding testosteron yang berarti terjadi peningkatan resistensi

insulin dan penimbunan lemak

3 Merasa lemas mudah tersinggung sulit tidur

4 Persendian tulang dan anggota tubuh terasa sakit

Terjadinya DOMS (delayed onset muscle soreness) menunjukkan teknik

latihan yang salah atau postur saat latihan yang tidak tepat DOMS merupakan

respon alami yang akan hilang dalam waktu sehari atau 2 hari tetapi apabila

nyeri berkepanjangan menunjukkan adanya overtraining

5 Sering tiba-tiba jatuh sakit

Latihan fisik berlebih menurunkan sistem imun tubuh kita sehingga menjadi

lebih mudah sakit

24

Latihan fisik berat jangka panjang berkaitan dengan cedera serat

ototKerusakan yang terjadi berhubungan dengan intensitas durasi dan tipe

latihan Ketika cell death terbentuk jaringan nekrotik dibuang oleh sel fagosit

sel satelit teraktivasi menuju ke area yang cedera menjadi myoblast dan

selanjutnya menjadi serat otot Enzim otot yang dilepaskan tidak sepenuhnya

merefleksikan kerusakan struktural yang diperkirakan oleh analisis histologis

Perubahan penanda biologis cedera otot (seperti aktifitas kreatin kinase (CK)

lactate dehydrogenase (LDH) atau konsentrasi malondialdehyde di plasma

(MDA)) sering diperiksa selama overtraining Serum aktivitas CK dan

konsentrasi MDA plasma dapat gagal meningkat saat overtraining perubahan

parameter biokimia hanya merefleksikan otot dengan beban berlebih Setelah

olahraga yang lama pro-inflammatory cytokines diproduksi lokal pada otot

skeletal

Tanda dan gejala fisik latihan fisik berlebih (overtraining)

- Denyut jantung atau nadi yang meningkat saat istirahat

- Tidak toleransi terhadap latihan

- Penampilan yang menurun

- Penurunan berat badan berkurangnya massa otot tidak nafsu makan

- Kelelahan chronic fatigue lethargy

- Nyeri dan kerusakan otot nyeri sendi

- Mudah terserang flu pembengkakan kelenjar getah bening di leher

selangkangan dan ketiak

- Konstipasi atau diare

25

- Gangguan haid gangguan makan gangguan tidur

- Sakit kepala gangguan pencernaan

- Pemulihan yang berlangsung lambat setelah latihan

- Sendi otot tendon terasa kaku dan sakit

Tanda dan gejala psikologis

- Lelah capek kekurangan tenaga

- Insomnia sakit kepala tidak mampu untuk beristirahat

- Depresi gelisah cemas apatis

- Menurunnya kepercayaan diri

- Menurunnya kemampuan untuk berkonsentrasi

- Mudah stress

Efek biokimia dari Latihan Fisik Berlebih

- Meningkatnya serum kortisol dan SHBG

- Menurunnya serum total dan free testosterone rasio testosteron kortisol

- Menurunnya glikogen otot

- Menurunnya serum hemoglobin besi dan ferritin

Faktor yang mempengaruhi terjadinya overtraining

- Jetlag

- Bekerja terlalu keras

- Menstruasi

- Nutrisi gaya hidup yang buruk

- Kurang istirahat

- Terlalu banyak mengkonsumsi alkohol

26

- Kurangnya kemampuan mengatasi stress

Penanganan overtraining atau Latihan Fisik berlebih

- Massage

Massage pada jaringan dalam dapat melepaskan otot yang tegang

mempertahankan keseimbangan sistem muskulo-skeletal Pemijatan atau

massage yang teratur dapat membantu mencegah cedera yang mungkin

terjadi karena overuse

- Menggunakan roller busa

Penggunaan roller busa memungkinkan kita dapat melakukan massage

atau pemijatan sendiri Kita dapat juga memakai yang berbentuk bola atau

bola tenis untuk membantu menghilangkan rasa sakit Pemijatan ini dapat

dilakukan di tungkai lutut hamstring bahu punggung atau otot atau sendi

manapun

- Terapi suhu kontras

Air pancuran hangat dan dingin bergantian menstimulasi tubuh untuk

pulih lebih cepat Otot membawa impuls yang terasa pada kulit bagian

dalam tubuh di mana terjadi stimulasi sistem imun memperbaiki sirkulasi

dan pencernaan mempengaruhi produksi hormon stress meningkatkan

aliran darah mengurangi sensitivitas nyeri

- Pengaturan makanan

Membantu proses pemulihan penting untuk mengkonsumsi makanan

tinggi karbohidrat protein dan lemak sehat seperti Omega 3 omega 6

omega 9 asam lemak esensial Karbohidrat memberikan sumber tenaga

27

pada tubuh dan otak asam lemak esensial membantu mengurangi depresi

memperbaiki pemulihan protein akan membangun kembali otot yang

mengalami overtraining

- Mengkonsumsi vitamin

Ketika terjadi overtraining suplementasi sangat menguntungkan Vitamin

dan suplementasi mineral sebaiknya dikonsumsi pagi hari bersama dengan

makanan untuk penyerapan yang lebih baik

Defisiensi Vitamin yang biasa terjadi

- Vitamin A (Beta-Caroten)

- Vitamin B kompleks vitamin B12

- Vitamin C D E K

- Asam Folat

Defisiensi Mineral yang biasa terjadi

- Calcium

- Chromium

- Copper Iodine Iron

- Magnesium Fosfor

- Potassium

- Sodium

- Sulfur

- Zinc

28

25 Antioksidan

Radikal Bebas merupakan senyawa reaktif yang secara alami diproduksi

oleh tubuh manusia Radikal Bebas memberikan efek positif atau efek negatif

Untuk membatasi efek negatif tersebut dibutuhkan kompleks proteksi ndash sistem

antioksidan Sistem ini terdiri dari enzim antioksidan (katalase glutation

peroksidase superoksid dismutase) dan antioksidan non enzimatik ( vitamin E-

tokoferol vitamin A- retinol vitamin C- asam askorbat) Keseimbangan antara

produksi radikal bebas dan pertahanan antioksidan menunjukkan tingkat stress

oksidatif yang mungkin terlibat dalam proses penuaan dan pada beberapa

patologi (misalnya kanker Parkinson) (Winarsi 2007)

Latihan fisik juga meningkatkan stress oksidatif dan menyebabkan

gangguan homeostasis Latihan memberikan efek positif dan efek negatif

tergantung dari beban latihan spesifikasi latihan dan tingkat basal latihan Stress

oksidatif terlibat dalam terjadinya muscular fatigue dan mengarah ke

overtraining

Definisi antioksidan menurut Cadenas adalah suatu senyawa yang apabila

terdapat dalam jumlah yang lebih banyak dibanding senyawa yang teroksidasi

secara signifikan dapat menunda atau mencegah proses oksidasi senyawa tersebut

(Cadenas 2002) Secara kimia antioksidan adalah senyawa pemberi electron

Secara biologis antioksidan adalah senyawa yang mampu menangkal dan

meredam dampak negative oksidan dalam tubuh Antioksidan mendonorkan satu

elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa oksidan tersebut dapat

dihambat (Winarsi 2007)

29

Penting sekali keseimbangan antara oksidan dan antioksidan karena

berfungsi menjaga integritas dan berfungsinya membrane lipid protein sel dan

asam nukleat Senyawa asam lemak tak jenuh penyusun membrane lipid sangat

sensitive terhadap perubahan keseimbangan antara oksidan dan antioksidan

Menurut mekanisme kerjanya antioksidan dikelompokkan atas 3 yaitu

1 Antioksidan primer SOD katalase glutation peroksidase (GSH-Px)

Bekerja pembentukan senyawa radikal bebas yang telah terbentuk menjadi

molekul yang kurang aktifSedangkan antioksidan primer yang dapat

ditambahkan dari luar seperti glutation asam lipoat SOD melatonin

2 Antioksidan sekunder vitamin E vitamin C beta karoten flavonoid asam

urat albumin (Soewoto 2001)

Merupakan antioksidan eksogenous atau non enzimatis (Winarsi 2007)

Bekerja dengan cara memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal bebas

atau dengan cara menangkapnya

3 Antioksidan tertier meliputi system enzim DNA-repair dan metionin

sulfoksida reduktase Berfungsi dalam perbaikan biomolekuler yang rusak

akibat reaktivitas radikal bebas

26 Glutation sebagai antioksidan

Glutation merupakan tripeptida yang terdiri dari asam amino glutamat

sistein dan glisin (Cadenas 2002)Ikatan glutamat ndash sistein merupakan ikatan

isopeptida antara grup γ-karboksil dari glutamat dan grup α amino dari

sisteinIkatan unik ini membuat gluation tahan terhadap degradasi oleh proteases

30

dan peptidases yang berfungsi pada peralihan proteinMerupakan suatu

antioksidan yang mencegah kerusakan komponen seluler oleh reactive oxygen

species seperti radikal bebas dan peroksidGlutation bukan nutrisi esensial karena

disintesa di dalam tubuh dari asam amino L-sistein L-glutamic acid dan glycine

Gambar 21 Struktur GSH dan GSSG

Glutation terdapat pada sebagian besar sel tubuh tetapi terbanyak terdapat

di dalam hati Grup thiol (SH) dari sistein berfungsi sebagai donor proton dan

bertanggungjawab untuk aktifitas biologis glutation Provisi asam amino ini

merupakan faktor yang terbatas dalam sintesis glutation oleh sel karena sistein

relatif jarang pada makanan Apabila dilepaskan sebagai asam amino bebas

sistein adalah toksik dan secara spontan dikatabolisasi di saluran pencernaan dan

plasma darah

Glutation disintesis dalam 2 tahap

1 Gamma-glutamylcysteine disintesa dari L-glutamate dan sistein melalui enzim

gamma-glutamylcysteine sintetase (glutamate cysteine ligase GCL)

31

2 Glisin ditambahkan pada C-terminal dari gamma-glutamylcysteine melalui

enzim glutation sintetase

261 Fungsi Glutation

Glutation terdapat dalam bentuk tereduksi (GSH) dan teroksidasi (GSSG)

Grup thiol dari sistein mampu memberikan donor elektron ke molekul lain yang

tidak stabil seperti Reactive Oxygen Species (ROS) Pada saat mendonorkan

elektronnya glutation menjadi reaktif dan segera bereaksi dengan glutation reaktif

lainnya membentuk glutation disulfide (GSSG)Reaksi mungkin terjadi apabila

terdapat konsentrasi yang cukup tinggi di sel (sampai 5mm di hati) GSH dapat

terbentuk kembali dari GSSG oleh enzim glutation reduktase Pada sel atau

jaringan yang sehat terdapat lebih 90 dari total simpanan glutation terdapat

dalam bentuk tereduksi (GSH) dan kurang dari 10 dalam bentuk disulfide

(GSSG)

GSH ---- GSSG

Eliminasi ROS Menjaga protein thiols Antioxidant

dalam bentuk reduksi pools

Gambar 22 GSH Redox (Cadenas 2002)

GSH Redox merupakan indikator sentral keseimbangan antara stress

oksidatif dan system antioksidan GSH Redox berkaitan dengan detoksifikasi

Reactive Oxygen Species (ROS) berfungsi dalam mempertahankan tersedianya

antioksidan mempertahankan protein thiol dalam bentuk reduksi Rasio

32

GSHGSSG sering dipakai untuk mengekspresikan keseimbangan redox ini

Peningkatan rasio GSH-GSSG merupakan indikasi adanya Stress Oksidatif

(Goldman 2003)

Glutation mempunyai beberapa fungsi (Winarsih 2007)

- Sebagai antioksidan endogen mayor yang diproduksi oleh sel berpartisipasi

langsung pada netralisasi radikal bebas dan senyawa oksigen reaktif

mempertahankan antioksidan eksogen seperti vitamin C dan E pada bentuk

tereduksi (aktif)

- Pengaturan siklus nitric oxide yang sangat penting untuk kehidupan tetapi

dapat menjadi masalah apabila tidak teregulasi Digunakan untuk reaksi

metabolism dan biokimia seperti sintesis dan perbaikan DNA sintesis protein

sintesis prostaglandin transport asam amino dan aktivasi enzim Tiap sistem

di dalam tubuh kita dapat dipengaruhi oleh sistem glutation khususnya sistem

imun sistem saraf sistem gastrointestinal dan paru

Gambar 23 Detoksifikasi Lipid Hydroxyperoxides di usus halus

33

GSH yang ditransportasikan kedalam lumen digunakan untuk detoksifikasi

peroksid yang terbentuk dari makanan oleh glutation peroksidase (GSH Px)

Proses ini membutuhkan peroksid dan glutation yang tersedia di sel epitel GSSG

yang terbentuk direduksi kembali menjadi GSH oleh GSSG reduktase (GSSG

Rx) menggunakan NADPH sebagai reduktan

262 Suplementasi Glutation

Meningkatkan level GSH melalui suplementasi glutation langsung sulit

Penelitian terakhir menyatakan bahwa secara oral tidak diabsorpsi baik melalui

saluran pencernaan Studi mengenai konsumsi oral akut glutation dengan dosis

sangat besar 3 gram Witschi dan tim menemukan lsquoadalah tidak mungkin

meningkatkan glutation yang bermanfaat secara klinis dengan dosis tunggal 3

gram glutationrsquo

Glutation terdapat pada makanan sehari-hari sampai 150mghari dapat

diabsorpsi melalui intak di usus halus Individu sehat dengan asupan sulfur asam

amino (1-2 gramhari) jumlah GSH mungkin tidak cukup untuk mendapatkan

efek penting secara sistemik Individu dengan asupan sulfur asam amino yang

terbatas suplementasi GSH diperlukan untuk mempertahankan suplai GSH

sistemik dengan memperbaiki keseimbangan sulfur asam amino (Cadenas 2002)

Glutation hanya diabsorpsi di sel epitel oral dan traktus gastrointestinal

dan memberikan keuntungan kesehatan spesifik pada jaringan tersebut(Cadenas

2002)

34

SUPLAI HILANG

Makanan suplemen Degradasi

GSH

Empedu LUMINAL Uptake

Epitel Reaksi Detoksifikasi

Gambar 24 Supply dan Removal Glutation dalam lumen usus halus (Cadenas 2002) Glutation (GSH) disuplai ke dalam lumen intestinal melalui konsumsi oral

empedu dan sekresi epitel intestinal Jumlah yang disuplai dari empedu cukup

untuk mempertahankan jumlah 200microM pada tikus tetapi tidak cukup pada

manusia yang mengalami degradasi di duktus kantung empedu Jumlah yang

dikonsumsi melalui makanan bervariasi dan secara umum kurang dari 200 microM

Jumlah yang diberikan melalui epitel hanya sekitar 10 atau kurang

dibandingkan dengan yang disediakan oleh empedu Hilangnya Glutation karena

degradasi oleh γ-glutamyltranspeptidase dan dipeptidases pada permukaan sel

epitel ditransportasikan ke dalam sel oleh mekanisme sodium-dependent dan

sodium-independent konjugasi dengan elektrofil reaktif dikatalisasi oleh

glutathione-S transferase mucus (Cadenas 2002)

Vitamin D meningkatkan level glutation di otak dan tampaknya sebagai

katalis untuk produksi glutation Sejumlah vitamin D aktif di otak berikatan

dengan seberapa besar vitamin D3 baik melalui suplemen atau dibentuk di kulit

melalui paparan matahariHal ini menyatakan bahwa mengkonsumsi vitamin D

35

dan atau mendapat cukup paparan matahari meningkatkan produksi glutation

(Sellman 2009)

Konsentrasi glutation di plasma dan hati dapat ditingkatkan dengan

mengkonsumsi suplemen tertentu yang disebut GSH precursors N-asetilsistein

atau NAC glutation precursor yang paling memungkinkan Suplemen lain S-

adenosilmetionin (SAMe) dan whey protein juga dapat meningkatkan glutation

dalam sel (Sellman 2009)

NAC tersedia dalam bentuk obat dan sebagai suplemen generik Alpha

lipoic acid juga dapat mempertahankan glutation intraselular Melatonin dapat

menstimulasi enzim yang berkaitan glutation peroksidase dan silimarin ekstrak

dari biji tanaman milk thistle (Silybum marianum) juga mempunyai kemampuan

memperbarui level glutation

Glutation diatur dengan ketat di intraseluler dan dibatasi produksinya oleh

feedback negative inhibisi sintesisnya sendiri melalui enzim gamma-

glutamilsistein sintetase sehingga meminimalisir kemungkinan terjadinya

overdosis Penambahan glutation menggunakan precursor atau glutation intravena

adalah strategi untuk mengatasi defisiensi glutation stress oksidatif tinggi

defisiensi imun

Glutation yang rendah menunjukkan adanya pembuangan dan

keseimbangan negatif nitrogen seperti pada kanker AIDS sepsis trauma

terbakar dan bahkan atlet overtraining Suplementasi glutation dapat

memperbaiki proses ini dan contohnya pada AIDS memberi hasil adanya

perbaikan survival rates Bagimanapun studi mengenai kondisi ini belum dapat

36

membedakan glutation rendah sebagai akibat secara akut (pada pasien sepsis) atau

secara kronis (HIV) meningkatkan stress oksidatif dan peningkatan patologi

sebagai akibat defisiensi yang sudah ada sebelumnya

Skizofrenia dan gangguan bipolar berhubungan dengan glutation yang

rendah Stress oksidatif mungkin salah satu faktor dasar patofisiologi gangguan

bipolar gangguan depresif mayor dan skizofrenia Glutation (GSH) adalah

pemakan radikal bebas mayor di otakTidak adanya GSH meningkatkan

kerentanan sel terhadap stress oksidatif ditandai asetilsistein dapat mengurangi

gejala kedua gangguan tersebut

Glutation merubah level stress oksidatif pada sel yang diisolasi di

laboratorium sehingga dapat mengurangi perkembangan kanker Tes ini tidak

dilakukan pada manusia

Glutamat yang berlebihan di sinaps yang dapat dilepaskan pada kondisi

seperti cedera otak dapat menghambat pengambilan sistein senyawa pembentuk

glutation yang pentingTanpa proteksi dari cedera oksidatif oleh glutation sel-sel

dapat rusak atau mati (Sellman 2009)

Glutation juga mempunyai fungsi lain sebagai berikut (Sellman 2009)

Mencerahkan kulit

Mencegah menghilangkan jerawat dan bekas jerawat

Menghilangkan noda hitam

Anti aging dan anti kerut

Memberi nutrisi kulit

Membantu pemulihan luka

37

Membuat kulit menjadi halus segar dan bersinar

Kondisi kesehatan yang berhubungan dengan defisiensi glutation

Peningkatan proses penuaan

Kesulitan dalam keseimbangan

Gangguan mental

Masalah koordinasi

Gangguan sistem saraf

Akhir-akhir ini dipercaya sebagai penyebab lesi otak

Kanker HIV Katarak Diabetes Mellitus

Jumlah sperma yang rendah

263 Glutation Precursor (Sellman 2009)

Glutation Precursor disebut juga sebagai building-block dari glutation

yaitu N-asetilsistein atau NAC dan whey protein tidak terdenaturasi

Nasetilsistein adalah obat farmasi yang biasa digunakan bertahun-tahun untuk

mengobati overdose asetaminofen Hal ini sangat efektif ketika diberikan dalam

dosis besar di ruang darurat ketika seseorang akan mengalami gagal hati karena

overdosis asetaminofen komposisi aktif dari Tylenol

Efek sampingnya adalah bercak-bercak kemerahan bersin mual

anafilaksis reaksi alergi yang berupa kesulitan bernafas karena bronkospasme

tekanan darah menurun angioedema muntah kram diare Walaupun jarang

kematian pernah dilaporkan karena N-asetilsistein Beberapa orang mendapatkan

rasa dan bau yang tidak dapat diterima karena kandungan sulfur di dalamnya

38

Pengggunaan teratur untuk menaikkan kadar glutation tidak direkomendasikan

untuk anak-anak dan bayi Masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk

menentukan keamanan N-asetilsistein untuk penggunaan jangka panjang

Whey protein tidak terdenaturasi merupakan nutraceutical atau medicinal

foodSenyawa ini memberikan ikatan sistein ke sel-sel di mana glutation dapat

terbentuk di tempat tersebut

Beberapa kondisi yang tidak dapat mengkonsumsi whey protein

- Pasien dengan alergi protein susu

- Pasien dengan diet rendah protein

- Pasien yang sedang menjalani terapi imunosupresif

Efek sampingnya adalah kembung perut kram urtikaria Efek samping

karena overdosis tidak terjadi karena sel hanya membuat sebatas yang dibutuhkan

apabila berlebih kelebihan disimpan di hati dan ginjal sampai suatu saat kalau

dibutuhkan

264 Sumber Glutation dari makanan

Sumber glutation dari makanan yang disarankan adalah asparagus bayam

brokoli bawang putih kale bawang watercress kol Brussel sprout beberapa

bumbu seperti kunyit kayu manis semangka alpukat anggur peach jeruk

walnut granola daging kalkun dan daging ayam keju cottage dan yoghurt

39

Tabel 21 Makanan yang mengandung Glutation (Cadenas2002)

GSH Food Group mg100 g mgsaji Buah segar Apel 33 46 Pisang 41 48 Anggur 79 146 Jeruk 73 106 Semangka 66 283 Sayuran segar Asparagus dimasak 283 263 Alpukat 277 313 Brokoli dimasak 91 78 Wortel mentah 79 59 Tomat 90 109 Daging Hamburger 175 149 Ham rebus 233 13 Ayam digoreng 131 134 Sereal biji-bijian Cornflakes 00 00 Roti whole wheat 12 06 Roti putih 00 00 Nasi putih enriched dimasak 16 21 Produk Susu Susu whole 00 00 Keju Amerika 00 00 Yoghurt plain lowfat 00 00 Es krim 10 lemak 00 00

40

BAB III

KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

31 Kerangka Berpikir

Faktor penyebab penuaan antara lain faktor internal dan faktoreksternal

Faktor internal meliputi radikal bebas glikosilasi metilasi hormon yang

berkurang apoptosis system kekebalan tubuh yang menurun genetik Faktor

eksternal meliputi gaya hidup tidak sehat polusi lingkungan stress kemiskinan

kebiasaan yang salah olahraga berlebihan (overtraining) Berbagai faktor di atas

menyebabkan terjadinya penurunan fungsi tubuh dan terjadilah penuaan

Kerangka konsep penelitian berdasarkan teori bahwa salah satu penyebab

penuaan adalah radikal bebas Bila jumlah radikal bebas melebihi jumlah

antioksidan di dalam tubuh terjadilah stress oksidatif Radikal bebas dapat

merusak membran sel protein DNA dan berakibat fatal bagi kelangsungan hidup

sel jaringan Stress oksidatif yang berlangsung lama akan mengakibatkan

terjadinya penumpukan hasil kerusakan oksidatif di dalam sel dan jaringan

selanjutnya sel dan jaringan tersebut akan kehilangan fungsinya dan akhirnya

mati

Olahraga berlebih meningkatkan stress oksidatif karena terdapat

peningkatan konsumsi O2 oleh aktivitas otot skeletal Oksigen juga dapat bersifat

toksik yang dapat memicu peningkatan Reactive Oxygen Species (ROS)Organ

yang tidak mendapat cukup oksigen dan nutrisi menjadi iskemik dan terjadi

kerusakan mikrovaskular (Reperfusion Injury) memicu peningkatan radikal

40

41

bebas Dengan pemberian antioksidan Glutation yang merupakan antioksidan

master diharapkan dapat mencegah kerusakan lebih lanjut yang diakibatkan oleh

radikal bebas dengan cara melindungi sel dari Reactive Oxygen Species (ROS)

dan dapat dilihat melalui parameter MDA yang mengalami penurunan

32 Konsep Penelitian

Konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Gambar 31 Konsep Kadar MDA pada tikus yang diberikan Pelatihan Fisik Berlebih+ Placebo dan Pelatihan Fisik Berlebih + Glutation

FAKTOR INTERNAL

- Jenis Kelamin

- Usia

- Genetik

- Hormon

- Psikologis

FAKTOR EKSTERNAL

- Makanan

- Cuaca iklim

- Penyakit

- Exercise

GLUTATION

TIKUS

KADAR MDA

42

33 Hipotesis

Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan kadar MDA

tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

43

BAB IV

METODE PENELITIAN

41 Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksterimental dengan rancangan

randomized pre test-post test control group design (Poccock et al 2008)

Subyek terdiri dari 2 kelompok yaitu

1 Kelompok 1 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+ Placebo

2 Kelompok 2 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation

Semua kelompok sebelum perlakuan diberikan pre test (O1 O3) dan

dihitung rerata untuk masing-masing kelompok

Setelah perlakuan semua kelompok diberikan post test (O2 O4) dan

dihitung rerata untuk masing-masing kelompok

Kemudian dihitung perbedaan rerata antara pre test dan post test dari

masing-masing kelompok lalu hasil perbedaan tersebut dibandingkan secara

statistik

Gambar 41 Rancangan Penelitian

P S

43

R R

O1 P1 O2

O3 P2 O4

44

Keterangan

P = populasi

S = sampel

R = random

O1 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah mendapatkan

pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan placebo (pre test)

O2 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah diberikan pelatihan

fisik berlebih setelah diberikan placebo (post test)

O3 = observasi data MDA kelompok perlakuan setelah diberikan

pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan Glutation (pre test)

O4 = observasi data MDA kelompok perlakuan diberikan pelatihan fisik

berlebih setelah diberikan Glutation (post test)

P1 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih+ placebo

P2 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation

42 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran

Universitas Udayana pada bulan Januari ndash Maret 2012 Pemeriksaan MDA darah

tikus dikerjakan di bagian Program Antar Unit Universitas Gajah Mada

Jogyakarta

45

43 Populasi dan Sampel

431 Populasi

Subyek penelitian adalah tikus jantan dewasa galur Wistar yang berusia 2-

25 bulan dan dalam kondisi fisik sehat

432 Kriteria Sampel

4321 Kriteria Inklusi

Kriteria Inklusi yang ditetapkan sebagai sampel adalah sebagai berikut

a Tikus jantan dewasa galur Wistar

b Umur 2-25 bulan

c Berat badan plusmn200 gram

d Sehat

e MDA ge 5mmollt

4322 Kriteria Drop Out

Adalah sampel yang mati pada waktu penelitian

433 Besar Sampel

Besar sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini dihitung berdasarkan

rumus Poccock (2008)

Angka μ1 (5) dan μ2 (12) didapatkan dari penelitian sebelumnya (Ji 1998)

n=

46

= asymp 7

Keterangan

n = jumlah sampel

σ = standar deviasi kelompok perlakuan dengan pemberian

glutation (15)

f ( ) = besarnya didapat dari tabel (Poccock 2008)

μ1 = rerata hasil MDA pada kelompok perlakuan sesudah

pemberian glutatioacuten (5)

μ2 = rerata hasil MDA pada kelompok pre test (12)

Jadi jumlah sampel (n) = 675 dan ditambah 3 ekor tikus untuk masing-

masing kelompok sebagai cadangan Jadi total 20 ekor tikus dengan 10

ekor tikus untuk masing-masing kelompok

434 Teknik Pengambilan Sampel

Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat

sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi diambil secara acak

sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi

2 kelompok yaitu kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+placebo kelompok

dengan pelatihan fisik berlebih + glutation

47

44 Variabel Penelitian

441 Klasifikasi Variabel

Variabel penelitian dibedakan menjadi

1 Variabel Bebas dosis pemberian glutation

2 Variabel Tergantung kadar MDA

3 Variabel Terkendali varian tikus jantan (galur wistar) jenis

kelamin umur berat badan lingkungan

(pencahayaan suhu kelembaban nutrisi

kandang)

Gambar 42 Bagan Hubungan Antar Variabel

VARIABEL BEBAS

- Pelatihan fisik berlebih

- Glutation 37mg kgBBhari

VARIABEL TERGANTUNG

KADAR MDA

VARIABEL TERKENDALI

Varian tikus

Jenis kelamin umur berat badan

Pencahayaan suhu kelembaban nutrisi kandang

Makanan minuman

48

442 Definisi Operasional Variabel

1 Pelatihan fisik berlebih pada tikus adalah pelatihan yang berlebihan

yang diukur berdasarkan kemampuan maksimal berenang tikus pada

ember berdiameter 35 cm dengan kedalaman air 20 cm yang

dilakukan 60 menithari selama 35 hari pada waktu yang sama pada

suhu 32 derajat (Binekada 2002 dan Pepe2011)

2 Glutation yang diberikan adalah Glutation Teofarma injeksi sediaan

600mg 4 ml Dosis pemberian Glutation adalah pemberian sediaan

antioksidan Glutation dalam bentuk suntikan intraperitoneal yang

diberikan 1x sehari dan diberikan 6 jam sebelum pelatihan fisik

berlebih Dosis pemberian Glutation mengacu pada penelitian yang

dilakukan sebelumnya oleh Ji L L yaitu 37mgkgBBhari yang

dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril secara intraperitonial

3 MDA merupakan salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada

membran sel dan merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan

oleh radikal bebas Pengukuran kadar MDA menggunakan metode

Thiobarbituraic Acid Reactive Substances (TBARS) Pembacaan hasil

dengan menggunakan spektrofotometer Satuan MDA dalam mmoll

4 Cahaya suhu dan kelembaban merupakan kondisi lingkungan yang

dialami tikus jantan dewasa Pada penelitian ini kondisi lingkungan

selama percobaan dibuat sama

5 Berat badan tikus adalah berat badan yang ditimbang dengan

timbangan gram

49

6 Umur tikus adalah umur yang ditentukan dengan melihat tanggal

kelahiran yang dicatat pada kandang percobaan

7 Kondisi peneliti yang meliputi kesehatan fisik dan psikis peneliti

Penelitian dilaksanakan saat kondisi peneliti dalam keadaan baik

sehingga pengaruhnya terhadap hasil penelitian dapat diabaikan

45 Bahan dan Alat Penelitian

451 Bahan Penelitian

Glutation injeksi

Tikus jantan

Makanan tikus berupa pellet dan air minum dari air ledeng

Aquades steril

EDTA (Ethylenediamine tetraacetic acid)

Reagensia untuk pengukuran kadar MDA

452 Alat Penelitian

Alat yang dipakai dalam pengambilan data penelitian ini adalah

- Kandang tikus terbuat dari besi yang di dalamnya terdapat sekam dan

botol minuman

- Ember berdiameter 35 cm dan kedalaman air 20 cm

- Stopwatch

- Timbangan

- Spuit injeksi 1 ml

50

- Sarung tangan

- Kapas dan alkohol 70

- Tabung Evendorf

- Mikropipet

- Pipet kapiler

- Sentrifugasi

46 Prosedur Penelitian

1 Tikus jantan dewasa (Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan

berat badan plusmn200gram dilakukan aklimatisasi selama 2 minggu di

tempat penelitian untuk penyesuaian dengan lingkungan

2 Semua sampel tikus diberi perlakuan yang sama yaitu diberikan

pelatihan fisik berlebih dengan cara berenang sampai kelelahan pada

hari ke 7 kedua kelompok tersebut dilakukan pemeriksaan MDA

3 Mulai hari ke 8 ndash 35 sampel tikus yang berjumlah 20 ekor dibagi atas 2

kelompok di mana kelompok 1(kontrol) diberikan pelatihan fisik

berlebih + injeksi aquabidest intraperitoneal enam jam sebelum

perlakuan aktifitas berlebih kelompok ke 2 (perlakuan) diberikan

pelatihan fisik berlebih + injeksi intraperitoneal glutation 37

mgkgBBhari yang sudah dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril

4 Pada hari ke 35 dilakukan pemeriksaan kadar MDA pada masing-

masing tikus setelah bulu tikus kering

51

5 Selama penelitian hewan coba diberikan makanan dan minuman secara

teratur kebersihan dan kenyamanan kandang dijaga

461 Alur Penelitian

TIKUS ADAPTASI 2 MINGGU

PELATIHAN FISIK BERLEBIH 1 MINGGU

MDA

KELOMPOK 1 KELOMPOK 2

PELATIHAN FISIK BERLEBIH PELATIHAN FISIK BERLEBIH

+ AQUABIDEST (28 hari) +GLUTATION 37mgkgBBhari

28 HARI 28 HARI

MDA

Gambar 43 Bagan Alur Penelitian

462 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium

Pemantauan keselamatan tikus jantan (galur Wistar) di laboratorium

(Smith et al1988 Ngatidjan 2006) adalah sebagai berikut

1 Kandang tikus jantan harus cukup kuat tidak mudah rusak teratur dibersihkan

(1x seminggu) mudah dipasang kembali hewan tidak mudah lepas tahan

52

gigitan hewan kelihatan jelas dari luar Alas tempat tidur terbuat dari serbuk

gergaji atau sekam padi agar mudah menyerap air

2 Luas lantai yang memadai untuk tikus jantan dengan berat badan plusmn200 gram

adalah 60cm persegi dan tinggi 20 cm

3 Diciptakan suasana lingkungan yang stabil dan sesuai keperluan fisiologi tikus

jantan di mana kelembaban suhu pertukaran udara yang ekstrim harus

dihindari

4 Hewan coba hendaknya diperlakukan dengan kasih sayang

47 Pengolahan dan Analisis Data

Analisis data yang digunakan adalah

1 Analisis Deskriptif

2 Uji normalitas data dilakukan dengan tes Shapiro-Wilk Distribusi data

normal dengan nilai pgt005

3 Uji homogenitas dilakukan dengan Lavenersquos Test Data dinyatakan

homogen dengan nilai pgt005

4 Karena data berdistribusi normal dan homogen maka untuk uji

komparabilitas dipakai

- Uji t independent untuk membandingkan rerata kadar MDA antar

kelompok

- Uji Paired T- Test untuk membandingkan rerata kadar MDA pre

dan post masing-masing kelompok

- Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau

dinyatakan berbeda bila plt005

53

BAB V

HASIL PENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 20 ekor tikus jantan dewasa

(Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan berat badan plusmn200 gram sebagai

sampelyang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah 10 ekor

yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dankelompok

perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) Dalam penyajian hasil ini diuraikan

uji normalitas data uji homogenitas data uji komparabilitas dan uji efek

perlakuan

51 Uji Normalitas Data

Data Kadar MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan

pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji

Shapiro-Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005)

disajikan pada Tabel 51

53

54

Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing Kelompok Sebelum

dan Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Perlakuan n p Keterangan

Kadar MDA kontrol pre

Kadar MDA perlakuan pre

Kadar MDA kontrol post

Kadar MDA perlakuan post

10

10

10

10

0965

0550

0975

0697

Normal

Normal

Normal

Normal

52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok

Data Kadar MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun

sesudah perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test

Hasilnya menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52

Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA Sebelum dan

Sesudah Perlakuan

Variabel F p Keterangan

Kadar MDA pre

Kadar MDA post

0016

0592

0901

0452

Homogen

Homogen

53 Kadar MDA

531 Uji komparabilitas

Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata kadar MDA

antar kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan

55

glutation Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada

Tabel 53 berikut

Tabel 53

Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata

Kadar MDA

SB T P

Aktivitas berlebih dan

placebo

Aktivitas berlebihdan

glutathion

10

10

518

529

028

029

089 0386

Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok

kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 518028mmoll dan rerata

kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 529029mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 089 dan nilai

p = 0386 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan

berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya tidak berbeda secara

bermakna (p gt 005)

532 Analisis efek perlakuan

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kadar MDA antar

kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation

56

Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54

berikut

Tabel 54 Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata

Kadar MDA

SB T P

Aktivitas berlebih dan

placebo

Aktivitas berlebihdan

glutathion

10

10

778

444

023

017

3672 0001

Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok

kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata

kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 444017mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 3672 dan nilai

p = 0001 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan

berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya berbeda secara

bermakna (p lt 005)

57

Gambar 51 Perbedaan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

533 Analisis Komparasi Sebelum dengan Sesudah Perlakuan

Analisis komparasi diuji berdasarkan rerata kadar MDA antara sebelum

dengan sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation Hasil

analisis kemaknaan dengan uji t-paired disajikan pada Tabel 55 berikut

Tabel 55 Analisis KomparasiKadar MDA antara Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Kelompok Beda Rerata

pre ndash post p Keterangan

Aktivitas berlebih dan placebo

Aktivitas berlebih dan

glutathion

260

085

0001

0001

Meningkat

Menurun

58

Berdasarkan uji t-paired didapatkan bahwa ada penurunan kadar MDA

pada kelompok perlakuan secara bermakna sebesar 085mmoll sedangkan pada

kelompok kontrol mengalami peningkatan secara bermakna sebesar 260mmoll

59

BAB VI

PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian

Untuk menguji efek pemberian glutation terhadap penurunan kadar MDA

maka dilakukan penelitian terhadap 20 ekor tikus jantan dewasa (Galur Wistar)

sebagai sampel yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah

10 ekor yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dan

kelompok perlakuan (pelatihan fisik berlebih dan glutation)

62 Efek Pelatihan Fisik Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA

Hasil penelitian dan analisis data terhadap kadar MDA darah pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji

normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan homogenitas (Levenersquos test) pre-test dan post-

test masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)

Uji perbandingan 1 minggu pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan

injeksi antara kedua kelompok menggunakan uji t-independent Rerata kadar

MDA kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) adalah

518028mmoll dan rerata kelompok pelatihan fisik berlebih dan glutation

adalah 529029mmoll Analisis kemaknaan dengan uji t-independent

menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna kadar MDA darah antara

kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa

kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan injeksi rerata kadar MDAnya tidak

59

60

berbeda secara bermakna

Uji perbandingan setelah pemberian placebo dan glutation antara kedua

kelompok menggunakan t-independent Rerata kadar MDA kelompok kontrol

(aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata kelompok

perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) adalah 444017mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent antara kedua kelompok sesudah diberikan

placebo dan glutation menunjukkan perbedaan kadar MDA secara bermakna

(plt005) Hal ini berarti bahwa kelompok yang diberikan perlakuan berupa

placebo dan glutation 6 jam sebelum diberikan pelatihan fisik berlebih dengan

cara merenangkan selama 60 menit hari selama 35 hari rerata kadar MDA

berbeda secara bermakna Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh

untuk melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam

organ dan pembuluh darah (Giriwijoyo 2004)

Peningkatan kadar MDA sesudah diberikan pelatihan fisik berlebih pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan disebabkan karena pelatihan fisik

berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena terjadi peningkatan konsumsi

oksigen oleh aktifitas otot skeletal Stress oksidatif memicu peningkatan senyawa

oksigen reaktif Pada pelatihan fisik berlebih juga terjadi Reperfusion Injury yang

memicu terjadinya kerusakan jaringan dan peningkatan radikal bebas (Adiputra

2008) Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara menarik elektronnya

sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan sampai kematian sel

(Suryohudoyo 2000)

Pada penelitian ini didapatkan bahwa sesudah diberikan pelatihan fisik

61

berlebih dan placebo terjadi peningkatan kadar MDA sebesar 5024 Kadar

MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel (Winarsi

2007) Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pepe

(2011) bahwa pelatihan fisik berlebih meningkatkan kadar MDA Lebih lanjut

Murray et al (2000) juga menyatakan bahwa pelatihan fisik berlebih merangsang

respon biomarker stres oksidatif Sedangkan pada kelompok perlakuan yang

diberikan aktifitas berlebih dan glutation terjadi penurunan kadar MDA sebesar

1607 Terjadinya penurunan kadar MDA pada kelompok yang diberikan

glutation 6 jam sebelum melakukan pelatihan fisik berlebih disebabkan karena

pemberian antioksidan meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan

cara mendonorkan elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa

oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsi 2007) Glutation merupakan antioksidan

endogen yaitu antioksidan yang dapat disintesa dalam tubuh dari asam amino L-

sistein L-glutamat dan glisin (Cadenas 2002) yang juga sebagai master

antioksidan yaitu antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain

Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan

Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik (Hersh 2004) Glutation

merupakan salah satu antioksidan yang tidak dapat menjadi pro oksidan (Cadenas

2002) Normalnya sekali suatu antioksidan memakan radikal bebas antioksidan

ini menjadi teroksidasi sendiri dan menyerang sel yang sehat yang disebut

sebagai pro oksidan Glutation dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang

teroksidasi tersebut menjadi bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali

dalam memakan radikal bebas (Sellman 2009) Sehingga dengan demikian

62

glutation dapat membantu dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Urso

(2003) bahwa suplementasi antioksidan dapat mengatasi kondisi stress oksidatif

yang terjadi pelatihan fisik berlebih

Uji perbandingan antara data MDA pre dan post masing-masing kelompok

digunakan uji t-paired test Berdasarkan uji ini didapatkan hasil pada kelompok

perlakuan terjadi penurunan kadar MDA secara bermakna sebesar 085 mmollt

sedangkan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan kadar MDA secara

bermakna sebesar 260mmollt Terjadi penurunan kadar MDA pada kelompok

perlakuan menunjukkan pemberian antioksidan Glutation intraperitoneal dosis

37mgkgBBhari dapat mengatasi kondisi stress oksidatif yang terjadi pada

pelatihan fisik berlebih Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh

Urso (2003)

63

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

71 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan sebagai

berikut Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA

tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

72 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah

1 Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja glutation

yang lebih detail

2 Memperhatikan takaran latihan supaya tidak berlebihan yang justru akan

meningkatkan kerusakan sel

3 Perlu dilakukan uji klinis pada manusia

63

64

DAFTAR PUSTAKA

Adiputra N 2008Kesehatan Olah Raga Available from httpwwwbalihesgorgindexphpoption=com Accessed 2011 Oct 5th

Anonim 2011 Glutathione Available at

httpenwikipediaorgwikiGlutathione Accessed 2011 Oct 5th Anonim 2011 Overtraining Available at

httpwwwmarksdailyapplecomovertraining Accessed 2011 Oct5th

Asikin N 2001Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan InKursus Penyegaran dan Pelatihan Radikal bebas dan Antioksidan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta Fakultas Kedokteran UI

Bagiada NA 2001 Proses Penuaan dan Penanggulangannya Denpasar

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hal 22 Banerjee AK Mandal A Chanda D Chahraboti S 2003 Oxidant

Antioxidant and Physical ExerciseAvailable from httpwwwncbinlmnihgovpubmed14619981 accesed 2011 Sept 2nd

Binekada MC 2002 ldquoPelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Konsentrasi dan

Motilitas Spermatozoa Mencitrdquo(tesis) Denpasar Universitas Udayana

Cadenas E Jones PD 2002Bioavailability of Glutathione In Cadenas E

Packer L editorsHandbook of Antioxidants2nd Ed New York Marcel DekkerInc p549-564

Catala A 2006Lipid PeroxidationInt J Biochem Cell Biol 38 1482-1495 Dalle-DonneI Rossi R ColomboR Giustarini D Milzani

A2006Biomarkers of Oxidative Damage in Human Disease Available from httpwwwredorbitcomnewsscience473334biomarkersof oxidative damage in human diseaseindexhtmlaccessed2011 Sept 5th

Fouad T 2007 Free radicals Types Sources and Damaging Reaction

Relations Available from

64

65

wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th

Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th

Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112

Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors

ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their

Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69

Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan

Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th

Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz

R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155

Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester

Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th

Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala

T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200

Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and

Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders

66

Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana

LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia

Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647

Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from

httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit

Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK

Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620

Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji

Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah

Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009

Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan

Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132

Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde

Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521

Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley

Medical Publicationsp 123-141

Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI

Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable

from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer

67

Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole

Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam

Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI

Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam

Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya

Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan

Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47

Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant

Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th

Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan

Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105

68

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965

Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975

Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753

Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

69

Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan

Group Statistics

Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887

Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215

Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260

Perlakuan 10 42500 23348 07383

Independent Samples Test

Levenes Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df

Sig (2-

tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence Interval of the

Difference Lower Upper

Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428

Equal variances not assumed

-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429

Post1

Equal variances assumed 592 452 367

22 18 000 333700 09087 314608 352792

Equal variances not assumed

36722 16855 000 333700 09087 314515 352885

Post2

Equal variances assumed 906 354 264

19 18 000 239500 09066 220454 258546

Equal variances not assumed

26419 16265 000 239500 09066 220307 258693

70

Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis

(Laurence amp Bacharach 1964)

2g mencit 20g tikus 400g marmot

l5Kg kelinci

20Kg kucing

40Kg kera

120Kg anjing

70Kg manusia

20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879

200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560

400 g marmot

008 057 10 225 24 52 102 315

l5Kg kelinci

004 025 044 10 106 24 45 142

20Kg kucing

003 023 042 092 10 22 41 130

40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61

120Kg anjing

0008 006 010 0022 024 052 10 31

70Kg manusia

00026 0018 0031 007 0013 016 032 10

71

Lampiran 4

Foto Penelitian

Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)

72

Lampiran 5

Data Hasil Penelitian

Kelompok Kontrol

Pre test Post test Pre test Post Test

752 647 769 694

779 670 773 664

745 660 803 653

769 643 817 677

783 653

786 684

Kelompok Perlakuan

Pre Test Post test

412 391

436 412

442 425

425 401

453 436

466 442

432 405

456 432

470 453

476 463

Page 27: PEMBERIAN INJEKSI GLUTATION INTRAPERITONEAL

9

2003) Menurut Pangkahila penuaan bisa dicegah diobati dan bahkan dapat

dikembalikan ke keadaan semula (Pangkahila 2007)

Proses penuaan dapat dijelaskan dalam empat teori utama yang walaupun

tidak dapat menjelaskan dengan lengkap tetapi teori tersebut melengkapi satu

dengan yang lain

211 Teori Wear and Tear

Teori ini diperkenalkan pertama kali oleh Dr August Weisman seorang

ahli biologi dari Jerman pada tahun 1882 Teori ini menyatakan bahwa tubuh dan

sel akan rusak karena penggunaan dan disalahgunakan baik penggunaan secara

alami apalagi penyalahgunaan Kerusakan terjadi dalam sel sampai organ Pada

usia muda kerusakan yang terjadi dapat diatasi dikompensasi karena sistem

perbaikan dan pemeliharan yang masih baik tetapi seiring dengan bertambahnya

umur tubuh mulai kehilangan kemampuan tersebut Teori ini juga meyakini

pemberian suplemen dan merangsang kemampuan tubuh untuk melakukan

perbaikan dan mempertahankan organ tubuh dan sel

212 Teori Radikal Bebas

Teori ini diperkenalkan oleh Dr Denham Harman pada tahun 1956

Radikal Bebas adalah molekul tidak stabil yang sangat reaktif karena mempunyai

elektron tidak berpasangan pada orbit luarnya dapat bereaksi dengan molekul

lain menimbulkan reaksi berantai yang sangat destruktif (Goldman dan Klatz

2003)

10

Radikal Bebas dihasilkan dari pembakaran gula dan lemak yang kita

konsumsi untuk memberikan energi pada tubuh kita Radikal bebas merusak

membran sel kode DNA enzim protein dan akhirnya terjadi kerusakan pada

seluruh organ Kerusakan terjadi mulai dari lahir dan terus berlanjut hingga

meninggal Pada usia muda dampak penggantian sel yang masih berfungsi baik

Seiring dengan usia bertambah akumulasi kerusakan akibat radikal bebas akan

mengganggu metabolisme sel terjadilah mutasi sel yang mengakibatkan

timbulnya kanker dan kematian

Age Spot merupakan salah satu bentuk kerusakan pada membrane sel

yang disebabkan oleh Radikal Bebas Kerusakan membran ini menghasilkan

produk sisa yang dikenal sebagai lipofuscin Jumlah lipofuscin yang tinggi dalam

tubuh memberikan warna gelap pada daerah tertentu yang disebut Age spot

Lipofuscins mengganggu sintesis DNA dan RNA mempengaruhi sintesis protein

(menurunkan energi dan menghambat pembentukan massa otot) merusak enzim

seluler yang diperlukan untuk proses kimia vital dalam tubuh (Goldman dan

Klatz 2003)

Radikal bebas mempengaruhi peroksidasi lipid yang menyebabkan

produksi MDA (malondialdehyde) yang mengikat protein dan menyebabkan

gangguan fungsi biologik protein tersebut Radikal Bebas berkaitan dengan

penyakit usia lanjut seperti aterosklerosis Parkinson penyakit Alzheimer dan

gangguan fungsi kekebalan tubuh (Pangkahila 2007)

11

213 Teori Kontrol Genetika

Teori terfokus pada kode genetik yang ada dalam DNA meskipun seluruh

aspek diwariskan dalam gen tiap individu waktu jam biologis tergantung pada

pola hidup penuaan masing-masing individu Tiap individu memiliki jam biologis

yang telah diatur waktunya Berhentinya jam biologis menandakan proses

penuaan dan meninggal (Goldman dan Klatz 2003)

Ilmu Kedokteran Anti Penuaan melakukan upaya mencegah dan

memperbaiki kerusakan yang terjadiTerapi Gen diharapkan dapat memberikan

solusi dalam menghadapi takdir genetika terhadap beberapa penyakit keturunan

214 Teori Neuroendokrin

Teori yang menyangkut peranan berbagai hormon bagi fungsi organ tubuh

diperkenalkan oleh Vladimir DilmanPhD

Hormon mengatur dan memperbaiki fungsi tubuh Pada usia muda

berbagai hormone masih berfungsi baik dalam mengendalikan berbagai fungsi

organ tubuh Ketika manusia menjadi tua produksi hormon menurun fungsi

tubuh menjadi terganggu Contoh Growth Hormone yang membantu

pembentukan massa otot testosteron dan hormone tiroid akan menurun tajam

pada usia tua Ditandai dengan rasio lemak dan otot yang meningkat Terapi sulih

hormone dapat membantu masalah tersebut dan mengembalikan fungsi hormone

tubuh sehingga memperlambat proses penuaan

12

22 Radikal Bebas

221 Definisi Radikal Bebas

Radikal bebas adalah molekul (kumpulan atom) yang memiliki elektron

yang tidak berpasangan Oksidan adalah senyawa penerima elektron yaitu

senyawa yang dapat menarik elektron Kedua jenis senyawa ini memiliki aktifitas

yang sama dan memberikan akibat yang hampir sama tetapi dengan proses yang

berbeda (Winarsi 2007) Radikal Bebas digolongkan dalam oksidan namun tidak

setiap oksidan adalah radikal bebas (Suryohudoyo 2000)

Sumber oksidan berasal dari

Tubuh sendiri yaitu berasal dari proses fisiologis namun oleh suatu sebab

jumlahnya menjadi banyak

Proses peradangan

Luar tubuh seperti polutan obat-obatan

Radikal bebas lebih berbahaya dibanding senyawa oksidan non radikal

222 Tahapan Terbentuknya Radikal Bebas dan Sifatnya

Tahapan terbentuknya radikal bebas terjadi melalui sederetan mekanisme

reaksi

1 Tahap Inisiasi yaitu tahap yang menyebabkan terbentuknya radikal bebas

Cu

RH + O2 R + H2O

2 Tahap Propagasi yaitu tahap dimana radikal bebas cenderung bertambah

banyak dengan membuat reaksi rantai dengan molekul lipid lain

13

R + O2 RO2

RO2 + RH R + ROOH

3 Tahap Terminasi yaitu apabila terjadi reaksi antara radikal bebas dengan

radikal bebas lain atau antara radikal bebas dengan suatu senyawa pembasmi

radikal bebas (scavenger)

R1 + R2 R 1 R 2

Reduksi oksigen memerlukan pengalihan empat electron (electrotransfer)

Pengalihan ini tidak dapat sekaligus tetapi dalam empat tahapan yang setiap

tahapan hanya melibatkan pengalihan satu elektron Kendala yang mengharuskan

oksigen hanya dapat menerima satu elektron setiap tahap menyebabkan

terjadinya dua hal yaitu kurang reaktifnya oksigen dan terbentuknya senyawa-

senyawa oksigen reaktif seperti O2 (radikal superoksida) H2O2 (hydrogen

peroksida) OOH (radikal peroksil) dan OH (radikal hidroksil)

Radikal Bebas memiliki 2 sifat yaitu

1 Reaktifitas tinggi karena cenderung menarik elektron

2 Mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal

Elektron dari Radikal Bebas berikatan dengan senyawa yang berikatan

kovalen seperti lipid protein dan DNA akan sangat berbahaya karena ikatan

digunakan bersama-sama pada orbit luarnya Dibanding senyawa oksigen reaktif

radikal hidroksil merupakan senyawa yang paling berbahaya karena reaktifitasnya

yang sangat tinggi

Radikal hidroksil dapat merusak 3 jenis senyawa penting yang berfungsi

untuk mempetahankan integritas sel yaitu

14

1 Asam lemak tak jenuh yang merupakan komponen penting fosfolipid

penyusun membran

2 DNA pembawa genetik sel

3 Protein memegang berbagai peran penting seperti enzim reseptor antibodi

sitoskeleton

Dari ketiga senyawa tersebut yang paling rentan adalah senyawa asam

lemak tak jenuh ganda pada membran sel yang mengakibatkan rapuhnya dinding

sel Senyawa oksigen reaktif ini juga merusak dinding bagian dalam pembuluh

darah sehingga mengakibatkan pengendapan koleserol dan menyebabkan

aterosklerosis Apabila senyawa oksigen reaktif ini merusak basa DNA akan

terjadi kekacauan sistem info genetika berlanjut pada pembentukan sel kanker

Jaringan lipid yang rusak memicu munculnya penyakit degeneratif

Fosfolipid glikolipid dan kolesterol merupakan komponen terpenting

membran sel Komponen fosfolipid dan glikolipid mengandung asam lemak tak

jenuh (asam linoleat linolenat arakidonat) sangat rawan terhadap serangan

radikal hidroksil yang dapat menimbulkan reaksi rantai yang dikenal sebagai

Lipid peroxidation

Peroksidase lipid

LH + OH --- H + H2O

Asam lemak Radikal Bebas

L + O2 -- LOO

Radikal peroksilipid

LOO + LH --- L + L OOH dan seterusnya

15

Hasil akhir dari proses ini adalah terputusnya rantai asam lemak menjadi

berbagai senyawa yang bersifat toksik terhadap sel antara lain berbagai macam

aldehid seperti Malondealdehyde (MDA)

223 Peranan Radikal Bebas dalam proses penuaan

Pada usia muda keseimbangan antara radikal bebas dan pertahanan

antioksidan berfungsi dengan baik seiring dengan pertambahan usia

keseimbangan terganggu karena cadangan antioksidan berkurang dan radikal

bebas berlebih (Saxena dan Lan 2006)

Akibat ketidakseimbangan ini terjadi kerusakan oksidatif (Arief 2010)

Kerusakan ini disebabkan oleh radikal bebas dan merusak 3 komponen utama

yang mempertahankan integritas sel seperti fosfolipid (penyusun membrane sel)

DNA (perangkat genetik) protein (enzim reseptor antibodi) (Fouad 2007)

Ketidakseimbangan antara antioksidan dan senyawa oksigen reaktif

menghasilkan stress oksidatif penyebab kanker penuaan aterosklerosis cedera

iskemik peradangan dan penyakit degeneratif (Parkinson Alzheimer)

(Pangkahila 2007)

23 Stress Oksidatif

231 Keadaan yang menyebabkan stress oksidatif

Pada saat jumlah antioksidan tubuh kurang dari yang diperlukan untuk

meredam efek buruk dari radikal bebas keadaan ini disebut Stress oksidatif Bila

terjadi dalam waktu yang lama akan terjadi penumpukan hasil kerusakan

16

oksidatif di dalam sel dan jaringan yang mengakibatkan hilangnya fungsi sel

jaringan dan akhirnya mati Hal ini merupakan penyebab utama proses penuaan

(Bagiada 2001)

Keadaan yang menyebabkan Stress Oksidatif ini salah satunya adalah

pelatihan fisik berat atau berlebih (Hersh 2004) Stress oksidatif dapat

dikendalikan antara lain dengan membiasakan untuk menerapkan pola hidup sehat

dan mengkonsumsi antioksidan diharapkan akan memacu kerja antioksidan

dalam tubuh

MDA merupakan hasil dari proses peroksidasi lipid meningkatnya MDA

menunjukkan adanya suatu kondisi Stress Oksidatif menurunnya MDA

menunjukkan adanya perbaikan dari kondisi Stress tersebut sehingga MDA dapat

dipakai sebagai biomarker Stress oksidatif

24 Pelatihan Fisik

241 Olahraga

Pelatihan fisik atau olahraga merupakan satu kegiatan yang penting bagi

kehidupan manusia Olahraga merupakan alternatif kegiatan yang dapat

meningkatkan derajat kebugaran fisik seseorang apabila dilakukan dengan dosis

takaran yang benar Menurut Sharkey olahraga dapat meningkatkan pengeluaran

energi dan tingkat pengeluaran tersebut berkaitan dengan intensitas dan durasi

aktifitas yang dilakukan (Sharkey 2003) Latihan fisik atau olahraga yang

memperhatikan frekuensi intensitas tipe dan waktu mendukung dalam

mendapatkan hasil yang maksimal dan menurunkan resiko cedera Latihan fisik

17

yang benar memberikan dampak perbaikan pada sistem fungsional paru dan

jantung sehingga terjadi hipertropi otot jantung penurunan detak jantung

istirahat peningkatan stroke volume peningkatan volume darah dan hemoglobin

menambah jumlah pembuluh darah kapiler serta berfungsi dalam proses

pembakaran energi (Fox 1998) Frekuensi latihan yang dianjurkan adalah 3-4x

seminggu dengan intensitas 72-87 dari denyut jantung maksimal (220-umur)

dengan variasi 10 denyut per menitTipe latihan yang dianjurkan adalah

pemanasan 15 menit kombinasi latihan aerobik dan latihan otot dalam waktu 30-

60 menit diakhiri pendinginan 10 menit (Pangkahila 2009)

Sumber energi yang dibutuhkan untuk pelatihan fisik aerobik yang

dominan didapat dari pembakaran simpanan karbohidrat lemak dan sebagian

kecil (5) dari pemecahan simpanan protein yang terdapat di dalam tubuh untuk

menghasilkan ATP (adenosine triphospate) ATP yang terdapat dalam jaringan

otot terbatas kebutuhan ATP dipertahankan oleh creatinin phosphate (CP) dan

glikogen yang tersimpan dalam otot (Hernawati 2009) Terdapat 3 jalur untuk

memberikan ATP tambahan sesuai yang dibutuhkan selama kontraksi otot

meliputi 1 Pemindahan fosfat berenergi tinggi dari kreatinin fosfat ke ADP 2)

Fosforilasi oksidatif (siklus asam sitrat dari sistem transportasi elektron) 3)

glikolisis (Sherwood 2001) Sedangkan pada aktifitas yang bersifat anaerobik

energi diperoleh dari hidrolisis phosphocreatine serta melalui glikolisis glukosa

secara anaerobik Proses ini dapat terjadi tanpa adanya oksigen (O2) Metabolisme

anaerobik ini menghasilkan asam laktat yang apabila terakumulasi dapat

menyebabkan rasa nyeri pada otot menimbulkan stress fisik Hal ini

18

menyebabkan latihan aerobik terasa lebih menyenangkan (Hernawati 2009)

Metabolisme aerobik jauh lebih efisien daripada anaerobik karena menghasilkan

38 molekul ATP per molekul glukosa versus hanya 2 molekul melalui jalur

anaerob

Pelatihan fisik atau olahraga yang teratur selain memberikan manfaat

perbaikan pada mental fisik dan fisiologis juga mempengaruhi hormon tubuh

kita antara lain (Sharkey2003)

1 Growth Hormone

Stimulasi sintesis protein (muscle tone development) dan kekuatan tulang

tendon ligament dan tulang rawan Penurunan penggunaan glukosa dan

peningkatan penggunaan lemak sebagai bahan bakar selama olahraga

Membantu mengurangi lemak tubuh dan mempertahankan glukosa darah pada

level normal sehingga membantu melakukan olahraga selama periode waktu

yang lebih lama Dilepaskannya Growth Hormone oleh kelenjar pituitari di

otak meningkat dengan meningkatnya waktu latihan aerobik

2 Endorphins

Opioid endogen dari kelenjar pituitary yang memblok rasa sakit menurunkan

nafsu makan membuat perasaan senang mengurangi tekanan dan kecemasan

Pada saat olahraga endorfin dalam darah meningkat sampai lima kali selama

aktifitas olahraga lebih dari 30 menit Endorfin membuat kita dapat melakukan

aktifitas latihan menjadi lebih tahan lama

19

3 Testosteron

Hormon yang penting untuk wanita dan pria dalam mempertahankan tonus

volume kekuatan otot meningkatkan angka rata metabolisme basal

menurunkan lemak tubuh dan merasa lebih percaya diri Diproduksi oleh

ovarium pada wanita dan testis pada laki-laki Testosteron pada wanita hanya

sepersepuluh kadar testosteron pada laki-laki Pada wanita testosteron

berperan pada pengaturan libido dan orgasme Produksi pada wanita menurun

saat menjelang menopause sedangkan pada pria pada usia memasuki usia 40

tahun Kadar testosteron darah mulai meningkat setelah 20 menit olahraga

baik pada wanita maupun pria dan tetap tinggi sampai 1-3 jam setelah

olahraga

4 Estrogen

Estrogen secara biologis aktif adalah 17 beta estradiol meningkatkan

pemecahan lemak dari lemak tubuh sehingga dapat digunakan sebagai sumber

tenaga meningkatkan rata-rata metabolisme basal meningkatkan mood

meningkatkan libido Hormon ini disekresi oleh ovarium meningkat saat

olahraga dan tetap meningkat sampai 1-4 jam setelah olahraga

5 Thyroxine (T4)

Hormon yang diproduksi oleh kelenjar tiroid meningkatkan metabolisme

hampir semua sel dalam tubuh Peningkatan metabolisme ini membantu kita

merasa lebih energik dan juga menyimpan kalori penting untuk penurunan

berat badan Kadar tiroksin dalam darah meningkat sekitar 30 selama

20

olahraga dan tetap meningkat sampai beberapa jam sesudahnya Olahraga

yang teratur juga meningkatkan level tiroksin saat istirahat

6 Epinephrine

Hormon yang diproduksi oleh medulla adrenal yang meningkatkan jumlah

darah yang dipompa oleh jantung dan mengarahkan aliran darah ke tempat

yang diharapkan Stimulasi pemecahan glikogen (karbohidrat yang disimpan)

dalam otot yang aktif dan hati untuk digunakan sebagai sumber tenaga

Menstimulasi pemecahan lemak (lemak yang disimpan dalam otot yang aktif)

dan digunakan sebagai sumber tenaga Sejumlah epinefrin yang dilepaskan

berhubungan dengan intensitas dan durasi latihan

7 Insulin adrenalin

Hormon yang penting dalam mengatur gula darah dan asam lemak (lemak)

dan asam amino (protein) dalam sel Sekresi insulin oleh pancreas meningkat

sehubungan dengan respon meningkatnya kadar gula darah dan protein yang

biasa terjadi setelah makan Semakin banyak gula sederhana yang dikonsumsi

semakin tinggi respon insulin Meningkatnya insulin menyebabkan produksi

lemak sehingga insulin sering disebut sebagai hormon lemak atau fat

hormone Pada orang dengan berat badan berlebih terjadi resistensi insulin

sehingga diperlukan insulin dalan jumlah yang lebih besar untuk didapatkan

efek yang sama sehingga didapatkan kadar insulin darah yang lebih tinggi dan

latihan aerobik setiap hari Kadar insulin darah mulai menurun 10 menit saat

olahraga dan terus menurun sekitar 70 menit olahraga Olahraga yang teratur

juga meningkatkan sensitivitas sel terhadap insulin dalam keadaan istirahat

21

8 Glucagon

Hormon yang diproduksi oleh pankreas tugasnya meningkatkan kadar gula

darah Saat gula darah rendah glukagon disekresi dan menyebabkan simpanan

karbohidrat di dalam hati dilepaskan ke aliran darah untuk meningkatkan

kadar gula mencapai kadar normal Glukagon juga menyebabkan

dipecahkannya lemak sehingga dapat digunakan sebagai bahan bakar atau

sumber tenaga Glukagon mulai disekresi pada 30 menit awal olahraga ketika

gula darah mulai menurun

242 Pelatihan Fisik Berlebih

Pelatihan fisik berlebih menimbulkan gangguan pada sistem endokrin

terjadi peningkatan kadar kortisol dan penurunan kadar testosteron (Maffetone

2007) peningkatan ACTH penurunan LH plasma

Sindrom pelatihan fisik berlebih dalam jangka panjang mengakibatkan

terjadinya inflamasi infeksi yang lebih lanjut dapat mempengaruhi kesehatan

secara umum Aktifitas berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena

terjadi peningkatan konsumsi O2 oleh aktifitas otot skeletal Meskipun oksigen

dibutuhkan oksigen juga bersifat toksik yang dapat memicu peningkatan ROS

Pada organ yang tidak mendapat oksigen dan nutrisi yang cukup akan

menimbulkan keadaan iskemik dan kerusakan mikrovaskular Keadaan ini disebut

sebagai Reperfusion Injury yang memicu terjadinya kerusakan jaringan dan

peningkatan Radikal Bebas

22

Pelatihan fisik berlebih meningkatkan terbentuknya Radikal Bebas

(Adiputra 2008) Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh untuk

melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam organ dan

pembuluh darah (Giriwijoyo 2004) Apabila berlebih menyebabkan kerusakan

sel dengan 3 cara (Kumar et al2005 Ebenhardt 2001)

1 Kerusakan DNA mengakibatkan mutasi DNA bahkan kematian sel

2 Peroksidasi lipid membrane sel dan sitosol menyebabkan terjadinya proses

reduksi asam lemak sehingga mengakibatkan kerusakan membran dan organel

sel

3 Modifikasi protein teroksidasi oleh karena cross linking protein

Bila radikal bebas bertemu dengan asam lemak tak jenuh ganda daalam

membrane sel terjadi reaksi peroksidasi lipid membran sel menyebabkan

peningkatan fluiditas membran gangguan integritas membran dan inaktivasi

ikatan membran dengan enzim dan reseptor Tahap akhir dibebaskan aldehyde

seperti malondealdehyde pentane etana conjugated diane yang bersifat merusak

tubuh (Murray et al2000)

Pelatihan fisik berlebih menyebabkan terjadinya peningkatan lekosit atau

lekositosis peningkatan isoprostan dalam urin protein carbonil (73) catalase

(96) glutation peroksidase serta glutation teroksidasi (25) Dapat

disimpulkan pelatihan fisik berlebih merangsang respon biomarker stres oksidatif

(Murray et al 2000) Proses penuaan mengakibatkan penurunan sistem imun

sehingga meningkatkan resiko infeksi Menurut teori aktifitas sedang dapat

menangkal efek proses penuaan yang diakibatkan penurunan sistem imun Studi

23

yang dilakukan Shepard dan Shek menunjukkan bahwa aktifitas sedang dapat

ditoleransi dengan baik oleh individu lanjut usia dan menunjukkan penurunan

stimulasi proliferasi limfosit

Gejala ndash gejala yang dirasakan apabila melakukan pelatihan fisik berlebih

(overtraining) (Maffetone 2007)

1 Sering mengalami kegagalan dalam melakukan latihan yang biasanya kita

lakukan Kondisi fisik menjadi semakin lemah dan semakin lambat terjadi

kemunduran

2 Kehilangan otot dan terjadi penimbunan lemak Latihan fisik berlebih

meyebabkan rasio testosteron kortisol yang seharusnya positif yang berarti

lebih banyak otot dan lebih sedikit lemak menjadi negatif yang berarti cortisol

lebih tinggi dibanding testosteron yang berarti terjadi peningkatan resistensi

insulin dan penimbunan lemak

3 Merasa lemas mudah tersinggung sulit tidur

4 Persendian tulang dan anggota tubuh terasa sakit

Terjadinya DOMS (delayed onset muscle soreness) menunjukkan teknik

latihan yang salah atau postur saat latihan yang tidak tepat DOMS merupakan

respon alami yang akan hilang dalam waktu sehari atau 2 hari tetapi apabila

nyeri berkepanjangan menunjukkan adanya overtraining

5 Sering tiba-tiba jatuh sakit

Latihan fisik berlebih menurunkan sistem imun tubuh kita sehingga menjadi

lebih mudah sakit

24

Latihan fisik berat jangka panjang berkaitan dengan cedera serat

ototKerusakan yang terjadi berhubungan dengan intensitas durasi dan tipe

latihan Ketika cell death terbentuk jaringan nekrotik dibuang oleh sel fagosit

sel satelit teraktivasi menuju ke area yang cedera menjadi myoblast dan

selanjutnya menjadi serat otot Enzim otot yang dilepaskan tidak sepenuhnya

merefleksikan kerusakan struktural yang diperkirakan oleh analisis histologis

Perubahan penanda biologis cedera otot (seperti aktifitas kreatin kinase (CK)

lactate dehydrogenase (LDH) atau konsentrasi malondialdehyde di plasma

(MDA)) sering diperiksa selama overtraining Serum aktivitas CK dan

konsentrasi MDA plasma dapat gagal meningkat saat overtraining perubahan

parameter biokimia hanya merefleksikan otot dengan beban berlebih Setelah

olahraga yang lama pro-inflammatory cytokines diproduksi lokal pada otot

skeletal

Tanda dan gejala fisik latihan fisik berlebih (overtraining)

- Denyut jantung atau nadi yang meningkat saat istirahat

- Tidak toleransi terhadap latihan

- Penampilan yang menurun

- Penurunan berat badan berkurangnya massa otot tidak nafsu makan

- Kelelahan chronic fatigue lethargy

- Nyeri dan kerusakan otot nyeri sendi

- Mudah terserang flu pembengkakan kelenjar getah bening di leher

selangkangan dan ketiak

- Konstipasi atau diare

25

- Gangguan haid gangguan makan gangguan tidur

- Sakit kepala gangguan pencernaan

- Pemulihan yang berlangsung lambat setelah latihan

- Sendi otot tendon terasa kaku dan sakit

Tanda dan gejala psikologis

- Lelah capek kekurangan tenaga

- Insomnia sakit kepala tidak mampu untuk beristirahat

- Depresi gelisah cemas apatis

- Menurunnya kepercayaan diri

- Menurunnya kemampuan untuk berkonsentrasi

- Mudah stress

Efek biokimia dari Latihan Fisik Berlebih

- Meningkatnya serum kortisol dan SHBG

- Menurunnya serum total dan free testosterone rasio testosteron kortisol

- Menurunnya glikogen otot

- Menurunnya serum hemoglobin besi dan ferritin

Faktor yang mempengaruhi terjadinya overtraining

- Jetlag

- Bekerja terlalu keras

- Menstruasi

- Nutrisi gaya hidup yang buruk

- Kurang istirahat

- Terlalu banyak mengkonsumsi alkohol

26

- Kurangnya kemampuan mengatasi stress

Penanganan overtraining atau Latihan Fisik berlebih

- Massage

Massage pada jaringan dalam dapat melepaskan otot yang tegang

mempertahankan keseimbangan sistem muskulo-skeletal Pemijatan atau

massage yang teratur dapat membantu mencegah cedera yang mungkin

terjadi karena overuse

- Menggunakan roller busa

Penggunaan roller busa memungkinkan kita dapat melakukan massage

atau pemijatan sendiri Kita dapat juga memakai yang berbentuk bola atau

bola tenis untuk membantu menghilangkan rasa sakit Pemijatan ini dapat

dilakukan di tungkai lutut hamstring bahu punggung atau otot atau sendi

manapun

- Terapi suhu kontras

Air pancuran hangat dan dingin bergantian menstimulasi tubuh untuk

pulih lebih cepat Otot membawa impuls yang terasa pada kulit bagian

dalam tubuh di mana terjadi stimulasi sistem imun memperbaiki sirkulasi

dan pencernaan mempengaruhi produksi hormon stress meningkatkan

aliran darah mengurangi sensitivitas nyeri

- Pengaturan makanan

Membantu proses pemulihan penting untuk mengkonsumsi makanan

tinggi karbohidrat protein dan lemak sehat seperti Omega 3 omega 6

omega 9 asam lemak esensial Karbohidrat memberikan sumber tenaga

27

pada tubuh dan otak asam lemak esensial membantu mengurangi depresi

memperbaiki pemulihan protein akan membangun kembali otot yang

mengalami overtraining

- Mengkonsumsi vitamin

Ketika terjadi overtraining suplementasi sangat menguntungkan Vitamin

dan suplementasi mineral sebaiknya dikonsumsi pagi hari bersama dengan

makanan untuk penyerapan yang lebih baik

Defisiensi Vitamin yang biasa terjadi

- Vitamin A (Beta-Caroten)

- Vitamin B kompleks vitamin B12

- Vitamin C D E K

- Asam Folat

Defisiensi Mineral yang biasa terjadi

- Calcium

- Chromium

- Copper Iodine Iron

- Magnesium Fosfor

- Potassium

- Sodium

- Sulfur

- Zinc

28

25 Antioksidan

Radikal Bebas merupakan senyawa reaktif yang secara alami diproduksi

oleh tubuh manusia Radikal Bebas memberikan efek positif atau efek negatif

Untuk membatasi efek negatif tersebut dibutuhkan kompleks proteksi ndash sistem

antioksidan Sistem ini terdiri dari enzim antioksidan (katalase glutation

peroksidase superoksid dismutase) dan antioksidan non enzimatik ( vitamin E-

tokoferol vitamin A- retinol vitamin C- asam askorbat) Keseimbangan antara

produksi radikal bebas dan pertahanan antioksidan menunjukkan tingkat stress

oksidatif yang mungkin terlibat dalam proses penuaan dan pada beberapa

patologi (misalnya kanker Parkinson) (Winarsi 2007)

Latihan fisik juga meningkatkan stress oksidatif dan menyebabkan

gangguan homeostasis Latihan memberikan efek positif dan efek negatif

tergantung dari beban latihan spesifikasi latihan dan tingkat basal latihan Stress

oksidatif terlibat dalam terjadinya muscular fatigue dan mengarah ke

overtraining

Definisi antioksidan menurut Cadenas adalah suatu senyawa yang apabila

terdapat dalam jumlah yang lebih banyak dibanding senyawa yang teroksidasi

secara signifikan dapat menunda atau mencegah proses oksidasi senyawa tersebut

(Cadenas 2002) Secara kimia antioksidan adalah senyawa pemberi electron

Secara biologis antioksidan adalah senyawa yang mampu menangkal dan

meredam dampak negative oksidan dalam tubuh Antioksidan mendonorkan satu

elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa oksidan tersebut dapat

dihambat (Winarsi 2007)

29

Penting sekali keseimbangan antara oksidan dan antioksidan karena

berfungsi menjaga integritas dan berfungsinya membrane lipid protein sel dan

asam nukleat Senyawa asam lemak tak jenuh penyusun membrane lipid sangat

sensitive terhadap perubahan keseimbangan antara oksidan dan antioksidan

Menurut mekanisme kerjanya antioksidan dikelompokkan atas 3 yaitu

1 Antioksidan primer SOD katalase glutation peroksidase (GSH-Px)

Bekerja pembentukan senyawa radikal bebas yang telah terbentuk menjadi

molekul yang kurang aktifSedangkan antioksidan primer yang dapat

ditambahkan dari luar seperti glutation asam lipoat SOD melatonin

2 Antioksidan sekunder vitamin E vitamin C beta karoten flavonoid asam

urat albumin (Soewoto 2001)

Merupakan antioksidan eksogenous atau non enzimatis (Winarsi 2007)

Bekerja dengan cara memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal bebas

atau dengan cara menangkapnya

3 Antioksidan tertier meliputi system enzim DNA-repair dan metionin

sulfoksida reduktase Berfungsi dalam perbaikan biomolekuler yang rusak

akibat reaktivitas radikal bebas

26 Glutation sebagai antioksidan

Glutation merupakan tripeptida yang terdiri dari asam amino glutamat

sistein dan glisin (Cadenas 2002)Ikatan glutamat ndash sistein merupakan ikatan

isopeptida antara grup γ-karboksil dari glutamat dan grup α amino dari

sisteinIkatan unik ini membuat gluation tahan terhadap degradasi oleh proteases

30

dan peptidases yang berfungsi pada peralihan proteinMerupakan suatu

antioksidan yang mencegah kerusakan komponen seluler oleh reactive oxygen

species seperti radikal bebas dan peroksidGlutation bukan nutrisi esensial karena

disintesa di dalam tubuh dari asam amino L-sistein L-glutamic acid dan glycine

Gambar 21 Struktur GSH dan GSSG

Glutation terdapat pada sebagian besar sel tubuh tetapi terbanyak terdapat

di dalam hati Grup thiol (SH) dari sistein berfungsi sebagai donor proton dan

bertanggungjawab untuk aktifitas biologis glutation Provisi asam amino ini

merupakan faktor yang terbatas dalam sintesis glutation oleh sel karena sistein

relatif jarang pada makanan Apabila dilepaskan sebagai asam amino bebas

sistein adalah toksik dan secara spontan dikatabolisasi di saluran pencernaan dan

plasma darah

Glutation disintesis dalam 2 tahap

1 Gamma-glutamylcysteine disintesa dari L-glutamate dan sistein melalui enzim

gamma-glutamylcysteine sintetase (glutamate cysteine ligase GCL)

31

2 Glisin ditambahkan pada C-terminal dari gamma-glutamylcysteine melalui

enzim glutation sintetase

261 Fungsi Glutation

Glutation terdapat dalam bentuk tereduksi (GSH) dan teroksidasi (GSSG)

Grup thiol dari sistein mampu memberikan donor elektron ke molekul lain yang

tidak stabil seperti Reactive Oxygen Species (ROS) Pada saat mendonorkan

elektronnya glutation menjadi reaktif dan segera bereaksi dengan glutation reaktif

lainnya membentuk glutation disulfide (GSSG)Reaksi mungkin terjadi apabila

terdapat konsentrasi yang cukup tinggi di sel (sampai 5mm di hati) GSH dapat

terbentuk kembali dari GSSG oleh enzim glutation reduktase Pada sel atau

jaringan yang sehat terdapat lebih 90 dari total simpanan glutation terdapat

dalam bentuk tereduksi (GSH) dan kurang dari 10 dalam bentuk disulfide

(GSSG)

GSH ---- GSSG

Eliminasi ROS Menjaga protein thiols Antioxidant

dalam bentuk reduksi pools

Gambar 22 GSH Redox (Cadenas 2002)

GSH Redox merupakan indikator sentral keseimbangan antara stress

oksidatif dan system antioksidan GSH Redox berkaitan dengan detoksifikasi

Reactive Oxygen Species (ROS) berfungsi dalam mempertahankan tersedianya

antioksidan mempertahankan protein thiol dalam bentuk reduksi Rasio

32

GSHGSSG sering dipakai untuk mengekspresikan keseimbangan redox ini

Peningkatan rasio GSH-GSSG merupakan indikasi adanya Stress Oksidatif

(Goldman 2003)

Glutation mempunyai beberapa fungsi (Winarsih 2007)

- Sebagai antioksidan endogen mayor yang diproduksi oleh sel berpartisipasi

langsung pada netralisasi radikal bebas dan senyawa oksigen reaktif

mempertahankan antioksidan eksogen seperti vitamin C dan E pada bentuk

tereduksi (aktif)

- Pengaturan siklus nitric oxide yang sangat penting untuk kehidupan tetapi

dapat menjadi masalah apabila tidak teregulasi Digunakan untuk reaksi

metabolism dan biokimia seperti sintesis dan perbaikan DNA sintesis protein

sintesis prostaglandin transport asam amino dan aktivasi enzim Tiap sistem

di dalam tubuh kita dapat dipengaruhi oleh sistem glutation khususnya sistem

imun sistem saraf sistem gastrointestinal dan paru

Gambar 23 Detoksifikasi Lipid Hydroxyperoxides di usus halus

33

GSH yang ditransportasikan kedalam lumen digunakan untuk detoksifikasi

peroksid yang terbentuk dari makanan oleh glutation peroksidase (GSH Px)

Proses ini membutuhkan peroksid dan glutation yang tersedia di sel epitel GSSG

yang terbentuk direduksi kembali menjadi GSH oleh GSSG reduktase (GSSG

Rx) menggunakan NADPH sebagai reduktan

262 Suplementasi Glutation

Meningkatkan level GSH melalui suplementasi glutation langsung sulit

Penelitian terakhir menyatakan bahwa secara oral tidak diabsorpsi baik melalui

saluran pencernaan Studi mengenai konsumsi oral akut glutation dengan dosis

sangat besar 3 gram Witschi dan tim menemukan lsquoadalah tidak mungkin

meningkatkan glutation yang bermanfaat secara klinis dengan dosis tunggal 3

gram glutationrsquo

Glutation terdapat pada makanan sehari-hari sampai 150mghari dapat

diabsorpsi melalui intak di usus halus Individu sehat dengan asupan sulfur asam

amino (1-2 gramhari) jumlah GSH mungkin tidak cukup untuk mendapatkan

efek penting secara sistemik Individu dengan asupan sulfur asam amino yang

terbatas suplementasi GSH diperlukan untuk mempertahankan suplai GSH

sistemik dengan memperbaiki keseimbangan sulfur asam amino (Cadenas 2002)

Glutation hanya diabsorpsi di sel epitel oral dan traktus gastrointestinal

dan memberikan keuntungan kesehatan spesifik pada jaringan tersebut(Cadenas

2002)

34

SUPLAI HILANG

Makanan suplemen Degradasi

GSH

Empedu LUMINAL Uptake

Epitel Reaksi Detoksifikasi

Gambar 24 Supply dan Removal Glutation dalam lumen usus halus (Cadenas 2002) Glutation (GSH) disuplai ke dalam lumen intestinal melalui konsumsi oral

empedu dan sekresi epitel intestinal Jumlah yang disuplai dari empedu cukup

untuk mempertahankan jumlah 200microM pada tikus tetapi tidak cukup pada

manusia yang mengalami degradasi di duktus kantung empedu Jumlah yang

dikonsumsi melalui makanan bervariasi dan secara umum kurang dari 200 microM

Jumlah yang diberikan melalui epitel hanya sekitar 10 atau kurang

dibandingkan dengan yang disediakan oleh empedu Hilangnya Glutation karena

degradasi oleh γ-glutamyltranspeptidase dan dipeptidases pada permukaan sel

epitel ditransportasikan ke dalam sel oleh mekanisme sodium-dependent dan

sodium-independent konjugasi dengan elektrofil reaktif dikatalisasi oleh

glutathione-S transferase mucus (Cadenas 2002)

Vitamin D meningkatkan level glutation di otak dan tampaknya sebagai

katalis untuk produksi glutation Sejumlah vitamin D aktif di otak berikatan

dengan seberapa besar vitamin D3 baik melalui suplemen atau dibentuk di kulit

melalui paparan matahariHal ini menyatakan bahwa mengkonsumsi vitamin D

35

dan atau mendapat cukup paparan matahari meningkatkan produksi glutation

(Sellman 2009)

Konsentrasi glutation di plasma dan hati dapat ditingkatkan dengan

mengkonsumsi suplemen tertentu yang disebut GSH precursors N-asetilsistein

atau NAC glutation precursor yang paling memungkinkan Suplemen lain S-

adenosilmetionin (SAMe) dan whey protein juga dapat meningkatkan glutation

dalam sel (Sellman 2009)

NAC tersedia dalam bentuk obat dan sebagai suplemen generik Alpha

lipoic acid juga dapat mempertahankan glutation intraselular Melatonin dapat

menstimulasi enzim yang berkaitan glutation peroksidase dan silimarin ekstrak

dari biji tanaman milk thistle (Silybum marianum) juga mempunyai kemampuan

memperbarui level glutation

Glutation diatur dengan ketat di intraseluler dan dibatasi produksinya oleh

feedback negative inhibisi sintesisnya sendiri melalui enzim gamma-

glutamilsistein sintetase sehingga meminimalisir kemungkinan terjadinya

overdosis Penambahan glutation menggunakan precursor atau glutation intravena

adalah strategi untuk mengatasi defisiensi glutation stress oksidatif tinggi

defisiensi imun

Glutation yang rendah menunjukkan adanya pembuangan dan

keseimbangan negatif nitrogen seperti pada kanker AIDS sepsis trauma

terbakar dan bahkan atlet overtraining Suplementasi glutation dapat

memperbaiki proses ini dan contohnya pada AIDS memberi hasil adanya

perbaikan survival rates Bagimanapun studi mengenai kondisi ini belum dapat

36

membedakan glutation rendah sebagai akibat secara akut (pada pasien sepsis) atau

secara kronis (HIV) meningkatkan stress oksidatif dan peningkatan patologi

sebagai akibat defisiensi yang sudah ada sebelumnya

Skizofrenia dan gangguan bipolar berhubungan dengan glutation yang

rendah Stress oksidatif mungkin salah satu faktor dasar patofisiologi gangguan

bipolar gangguan depresif mayor dan skizofrenia Glutation (GSH) adalah

pemakan radikal bebas mayor di otakTidak adanya GSH meningkatkan

kerentanan sel terhadap stress oksidatif ditandai asetilsistein dapat mengurangi

gejala kedua gangguan tersebut

Glutation merubah level stress oksidatif pada sel yang diisolasi di

laboratorium sehingga dapat mengurangi perkembangan kanker Tes ini tidak

dilakukan pada manusia

Glutamat yang berlebihan di sinaps yang dapat dilepaskan pada kondisi

seperti cedera otak dapat menghambat pengambilan sistein senyawa pembentuk

glutation yang pentingTanpa proteksi dari cedera oksidatif oleh glutation sel-sel

dapat rusak atau mati (Sellman 2009)

Glutation juga mempunyai fungsi lain sebagai berikut (Sellman 2009)

Mencerahkan kulit

Mencegah menghilangkan jerawat dan bekas jerawat

Menghilangkan noda hitam

Anti aging dan anti kerut

Memberi nutrisi kulit

Membantu pemulihan luka

37

Membuat kulit menjadi halus segar dan bersinar

Kondisi kesehatan yang berhubungan dengan defisiensi glutation

Peningkatan proses penuaan

Kesulitan dalam keseimbangan

Gangguan mental

Masalah koordinasi

Gangguan sistem saraf

Akhir-akhir ini dipercaya sebagai penyebab lesi otak

Kanker HIV Katarak Diabetes Mellitus

Jumlah sperma yang rendah

263 Glutation Precursor (Sellman 2009)

Glutation Precursor disebut juga sebagai building-block dari glutation

yaitu N-asetilsistein atau NAC dan whey protein tidak terdenaturasi

Nasetilsistein adalah obat farmasi yang biasa digunakan bertahun-tahun untuk

mengobati overdose asetaminofen Hal ini sangat efektif ketika diberikan dalam

dosis besar di ruang darurat ketika seseorang akan mengalami gagal hati karena

overdosis asetaminofen komposisi aktif dari Tylenol

Efek sampingnya adalah bercak-bercak kemerahan bersin mual

anafilaksis reaksi alergi yang berupa kesulitan bernafas karena bronkospasme

tekanan darah menurun angioedema muntah kram diare Walaupun jarang

kematian pernah dilaporkan karena N-asetilsistein Beberapa orang mendapatkan

rasa dan bau yang tidak dapat diterima karena kandungan sulfur di dalamnya

38

Pengggunaan teratur untuk menaikkan kadar glutation tidak direkomendasikan

untuk anak-anak dan bayi Masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk

menentukan keamanan N-asetilsistein untuk penggunaan jangka panjang

Whey protein tidak terdenaturasi merupakan nutraceutical atau medicinal

foodSenyawa ini memberikan ikatan sistein ke sel-sel di mana glutation dapat

terbentuk di tempat tersebut

Beberapa kondisi yang tidak dapat mengkonsumsi whey protein

- Pasien dengan alergi protein susu

- Pasien dengan diet rendah protein

- Pasien yang sedang menjalani terapi imunosupresif

Efek sampingnya adalah kembung perut kram urtikaria Efek samping

karena overdosis tidak terjadi karena sel hanya membuat sebatas yang dibutuhkan

apabila berlebih kelebihan disimpan di hati dan ginjal sampai suatu saat kalau

dibutuhkan

264 Sumber Glutation dari makanan

Sumber glutation dari makanan yang disarankan adalah asparagus bayam

brokoli bawang putih kale bawang watercress kol Brussel sprout beberapa

bumbu seperti kunyit kayu manis semangka alpukat anggur peach jeruk

walnut granola daging kalkun dan daging ayam keju cottage dan yoghurt

39

Tabel 21 Makanan yang mengandung Glutation (Cadenas2002)

GSH Food Group mg100 g mgsaji Buah segar Apel 33 46 Pisang 41 48 Anggur 79 146 Jeruk 73 106 Semangka 66 283 Sayuran segar Asparagus dimasak 283 263 Alpukat 277 313 Brokoli dimasak 91 78 Wortel mentah 79 59 Tomat 90 109 Daging Hamburger 175 149 Ham rebus 233 13 Ayam digoreng 131 134 Sereal biji-bijian Cornflakes 00 00 Roti whole wheat 12 06 Roti putih 00 00 Nasi putih enriched dimasak 16 21 Produk Susu Susu whole 00 00 Keju Amerika 00 00 Yoghurt plain lowfat 00 00 Es krim 10 lemak 00 00

40

BAB III

KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

31 Kerangka Berpikir

Faktor penyebab penuaan antara lain faktor internal dan faktoreksternal

Faktor internal meliputi radikal bebas glikosilasi metilasi hormon yang

berkurang apoptosis system kekebalan tubuh yang menurun genetik Faktor

eksternal meliputi gaya hidup tidak sehat polusi lingkungan stress kemiskinan

kebiasaan yang salah olahraga berlebihan (overtraining) Berbagai faktor di atas

menyebabkan terjadinya penurunan fungsi tubuh dan terjadilah penuaan

Kerangka konsep penelitian berdasarkan teori bahwa salah satu penyebab

penuaan adalah radikal bebas Bila jumlah radikal bebas melebihi jumlah

antioksidan di dalam tubuh terjadilah stress oksidatif Radikal bebas dapat

merusak membran sel protein DNA dan berakibat fatal bagi kelangsungan hidup

sel jaringan Stress oksidatif yang berlangsung lama akan mengakibatkan

terjadinya penumpukan hasil kerusakan oksidatif di dalam sel dan jaringan

selanjutnya sel dan jaringan tersebut akan kehilangan fungsinya dan akhirnya

mati

Olahraga berlebih meningkatkan stress oksidatif karena terdapat

peningkatan konsumsi O2 oleh aktivitas otot skeletal Oksigen juga dapat bersifat

toksik yang dapat memicu peningkatan Reactive Oxygen Species (ROS)Organ

yang tidak mendapat cukup oksigen dan nutrisi menjadi iskemik dan terjadi

kerusakan mikrovaskular (Reperfusion Injury) memicu peningkatan radikal

40

41

bebas Dengan pemberian antioksidan Glutation yang merupakan antioksidan

master diharapkan dapat mencegah kerusakan lebih lanjut yang diakibatkan oleh

radikal bebas dengan cara melindungi sel dari Reactive Oxygen Species (ROS)

dan dapat dilihat melalui parameter MDA yang mengalami penurunan

32 Konsep Penelitian

Konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Gambar 31 Konsep Kadar MDA pada tikus yang diberikan Pelatihan Fisik Berlebih+ Placebo dan Pelatihan Fisik Berlebih + Glutation

FAKTOR INTERNAL

- Jenis Kelamin

- Usia

- Genetik

- Hormon

- Psikologis

FAKTOR EKSTERNAL

- Makanan

- Cuaca iklim

- Penyakit

- Exercise

GLUTATION

TIKUS

KADAR MDA

42

33 Hipotesis

Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan kadar MDA

tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

43

BAB IV

METODE PENELITIAN

41 Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksterimental dengan rancangan

randomized pre test-post test control group design (Poccock et al 2008)

Subyek terdiri dari 2 kelompok yaitu

1 Kelompok 1 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+ Placebo

2 Kelompok 2 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation

Semua kelompok sebelum perlakuan diberikan pre test (O1 O3) dan

dihitung rerata untuk masing-masing kelompok

Setelah perlakuan semua kelompok diberikan post test (O2 O4) dan

dihitung rerata untuk masing-masing kelompok

Kemudian dihitung perbedaan rerata antara pre test dan post test dari

masing-masing kelompok lalu hasil perbedaan tersebut dibandingkan secara

statistik

Gambar 41 Rancangan Penelitian

P S

43

R R

O1 P1 O2

O3 P2 O4

44

Keterangan

P = populasi

S = sampel

R = random

O1 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah mendapatkan

pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan placebo (pre test)

O2 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah diberikan pelatihan

fisik berlebih setelah diberikan placebo (post test)

O3 = observasi data MDA kelompok perlakuan setelah diberikan

pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan Glutation (pre test)

O4 = observasi data MDA kelompok perlakuan diberikan pelatihan fisik

berlebih setelah diberikan Glutation (post test)

P1 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih+ placebo

P2 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation

42 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran

Universitas Udayana pada bulan Januari ndash Maret 2012 Pemeriksaan MDA darah

tikus dikerjakan di bagian Program Antar Unit Universitas Gajah Mada

Jogyakarta

45

43 Populasi dan Sampel

431 Populasi

Subyek penelitian adalah tikus jantan dewasa galur Wistar yang berusia 2-

25 bulan dan dalam kondisi fisik sehat

432 Kriteria Sampel

4321 Kriteria Inklusi

Kriteria Inklusi yang ditetapkan sebagai sampel adalah sebagai berikut

a Tikus jantan dewasa galur Wistar

b Umur 2-25 bulan

c Berat badan plusmn200 gram

d Sehat

e MDA ge 5mmollt

4322 Kriteria Drop Out

Adalah sampel yang mati pada waktu penelitian

433 Besar Sampel

Besar sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini dihitung berdasarkan

rumus Poccock (2008)

Angka μ1 (5) dan μ2 (12) didapatkan dari penelitian sebelumnya (Ji 1998)

n=

46

= asymp 7

Keterangan

n = jumlah sampel

σ = standar deviasi kelompok perlakuan dengan pemberian

glutation (15)

f ( ) = besarnya didapat dari tabel (Poccock 2008)

μ1 = rerata hasil MDA pada kelompok perlakuan sesudah

pemberian glutatioacuten (5)

μ2 = rerata hasil MDA pada kelompok pre test (12)

Jadi jumlah sampel (n) = 675 dan ditambah 3 ekor tikus untuk masing-

masing kelompok sebagai cadangan Jadi total 20 ekor tikus dengan 10

ekor tikus untuk masing-masing kelompok

434 Teknik Pengambilan Sampel

Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat

sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi diambil secara acak

sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi

2 kelompok yaitu kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+placebo kelompok

dengan pelatihan fisik berlebih + glutation

47

44 Variabel Penelitian

441 Klasifikasi Variabel

Variabel penelitian dibedakan menjadi

1 Variabel Bebas dosis pemberian glutation

2 Variabel Tergantung kadar MDA

3 Variabel Terkendali varian tikus jantan (galur wistar) jenis

kelamin umur berat badan lingkungan

(pencahayaan suhu kelembaban nutrisi

kandang)

Gambar 42 Bagan Hubungan Antar Variabel

VARIABEL BEBAS

- Pelatihan fisik berlebih

- Glutation 37mg kgBBhari

VARIABEL TERGANTUNG

KADAR MDA

VARIABEL TERKENDALI

Varian tikus

Jenis kelamin umur berat badan

Pencahayaan suhu kelembaban nutrisi kandang

Makanan minuman

48

442 Definisi Operasional Variabel

1 Pelatihan fisik berlebih pada tikus adalah pelatihan yang berlebihan

yang diukur berdasarkan kemampuan maksimal berenang tikus pada

ember berdiameter 35 cm dengan kedalaman air 20 cm yang

dilakukan 60 menithari selama 35 hari pada waktu yang sama pada

suhu 32 derajat (Binekada 2002 dan Pepe2011)

2 Glutation yang diberikan adalah Glutation Teofarma injeksi sediaan

600mg 4 ml Dosis pemberian Glutation adalah pemberian sediaan

antioksidan Glutation dalam bentuk suntikan intraperitoneal yang

diberikan 1x sehari dan diberikan 6 jam sebelum pelatihan fisik

berlebih Dosis pemberian Glutation mengacu pada penelitian yang

dilakukan sebelumnya oleh Ji L L yaitu 37mgkgBBhari yang

dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril secara intraperitonial

3 MDA merupakan salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada

membran sel dan merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan

oleh radikal bebas Pengukuran kadar MDA menggunakan metode

Thiobarbituraic Acid Reactive Substances (TBARS) Pembacaan hasil

dengan menggunakan spektrofotometer Satuan MDA dalam mmoll

4 Cahaya suhu dan kelembaban merupakan kondisi lingkungan yang

dialami tikus jantan dewasa Pada penelitian ini kondisi lingkungan

selama percobaan dibuat sama

5 Berat badan tikus adalah berat badan yang ditimbang dengan

timbangan gram

49

6 Umur tikus adalah umur yang ditentukan dengan melihat tanggal

kelahiran yang dicatat pada kandang percobaan

7 Kondisi peneliti yang meliputi kesehatan fisik dan psikis peneliti

Penelitian dilaksanakan saat kondisi peneliti dalam keadaan baik

sehingga pengaruhnya terhadap hasil penelitian dapat diabaikan

45 Bahan dan Alat Penelitian

451 Bahan Penelitian

Glutation injeksi

Tikus jantan

Makanan tikus berupa pellet dan air minum dari air ledeng

Aquades steril

EDTA (Ethylenediamine tetraacetic acid)

Reagensia untuk pengukuran kadar MDA

452 Alat Penelitian

Alat yang dipakai dalam pengambilan data penelitian ini adalah

- Kandang tikus terbuat dari besi yang di dalamnya terdapat sekam dan

botol minuman

- Ember berdiameter 35 cm dan kedalaman air 20 cm

- Stopwatch

- Timbangan

- Spuit injeksi 1 ml

50

- Sarung tangan

- Kapas dan alkohol 70

- Tabung Evendorf

- Mikropipet

- Pipet kapiler

- Sentrifugasi

46 Prosedur Penelitian

1 Tikus jantan dewasa (Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan

berat badan plusmn200gram dilakukan aklimatisasi selama 2 minggu di

tempat penelitian untuk penyesuaian dengan lingkungan

2 Semua sampel tikus diberi perlakuan yang sama yaitu diberikan

pelatihan fisik berlebih dengan cara berenang sampai kelelahan pada

hari ke 7 kedua kelompok tersebut dilakukan pemeriksaan MDA

3 Mulai hari ke 8 ndash 35 sampel tikus yang berjumlah 20 ekor dibagi atas 2

kelompok di mana kelompok 1(kontrol) diberikan pelatihan fisik

berlebih + injeksi aquabidest intraperitoneal enam jam sebelum

perlakuan aktifitas berlebih kelompok ke 2 (perlakuan) diberikan

pelatihan fisik berlebih + injeksi intraperitoneal glutation 37

mgkgBBhari yang sudah dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril

4 Pada hari ke 35 dilakukan pemeriksaan kadar MDA pada masing-

masing tikus setelah bulu tikus kering

51

5 Selama penelitian hewan coba diberikan makanan dan minuman secara

teratur kebersihan dan kenyamanan kandang dijaga

461 Alur Penelitian

TIKUS ADAPTASI 2 MINGGU

PELATIHAN FISIK BERLEBIH 1 MINGGU

MDA

KELOMPOK 1 KELOMPOK 2

PELATIHAN FISIK BERLEBIH PELATIHAN FISIK BERLEBIH

+ AQUABIDEST (28 hari) +GLUTATION 37mgkgBBhari

28 HARI 28 HARI

MDA

Gambar 43 Bagan Alur Penelitian

462 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium

Pemantauan keselamatan tikus jantan (galur Wistar) di laboratorium

(Smith et al1988 Ngatidjan 2006) adalah sebagai berikut

1 Kandang tikus jantan harus cukup kuat tidak mudah rusak teratur dibersihkan

(1x seminggu) mudah dipasang kembali hewan tidak mudah lepas tahan

52

gigitan hewan kelihatan jelas dari luar Alas tempat tidur terbuat dari serbuk

gergaji atau sekam padi agar mudah menyerap air

2 Luas lantai yang memadai untuk tikus jantan dengan berat badan plusmn200 gram

adalah 60cm persegi dan tinggi 20 cm

3 Diciptakan suasana lingkungan yang stabil dan sesuai keperluan fisiologi tikus

jantan di mana kelembaban suhu pertukaran udara yang ekstrim harus

dihindari

4 Hewan coba hendaknya diperlakukan dengan kasih sayang

47 Pengolahan dan Analisis Data

Analisis data yang digunakan adalah

1 Analisis Deskriptif

2 Uji normalitas data dilakukan dengan tes Shapiro-Wilk Distribusi data

normal dengan nilai pgt005

3 Uji homogenitas dilakukan dengan Lavenersquos Test Data dinyatakan

homogen dengan nilai pgt005

4 Karena data berdistribusi normal dan homogen maka untuk uji

komparabilitas dipakai

- Uji t independent untuk membandingkan rerata kadar MDA antar

kelompok

- Uji Paired T- Test untuk membandingkan rerata kadar MDA pre

dan post masing-masing kelompok

- Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau

dinyatakan berbeda bila plt005

53

BAB V

HASIL PENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 20 ekor tikus jantan dewasa

(Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan berat badan plusmn200 gram sebagai

sampelyang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah 10 ekor

yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dankelompok

perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) Dalam penyajian hasil ini diuraikan

uji normalitas data uji homogenitas data uji komparabilitas dan uji efek

perlakuan

51 Uji Normalitas Data

Data Kadar MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan

pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji

Shapiro-Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005)

disajikan pada Tabel 51

53

54

Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing Kelompok Sebelum

dan Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Perlakuan n p Keterangan

Kadar MDA kontrol pre

Kadar MDA perlakuan pre

Kadar MDA kontrol post

Kadar MDA perlakuan post

10

10

10

10

0965

0550

0975

0697

Normal

Normal

Normal

Normal

52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok

Data Kadar MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun

sesudah perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test

Hasilnya menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52

Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA Sebelum dan

Sesudah Perlakuan

Variabel F p Keterangan

Kadar MDA pre

Kadar MDA post

0016

0592

0901

0452

Homogen

Homogen

53 Kadar MDA

531 Uji komparabilitas

Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata kadar MDA

antar kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan

55

glutation Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada

Tabel 53 berikut

Tabel 53

Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata

Kadar MDA

SB T P

Aktivitas berlebih dan

placebo

Aktivitas berlebihdan

glutathion

10

10

518

529

028

029

089 0386

Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok

kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 518028mmoll dan rerata

kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 529029mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 089 dan nilai

p = 0386 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan

berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya tidak berbeda secara

bermakna (p gt 005)

532 Analisis efek perlakuan

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kadar MDA antar

kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation

56

Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54

berikut

Tabel 54 Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata

Kadar MDA

SB T P

Aktivitas berlebih dan

placebo

Aktivitas berlebihdan

glutathion

10

10

778

444

023

017

3672 0001

Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok

kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata

kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 444017mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 3672 dan nilai

p = 0001 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan

berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya berbeda secara

bermakna (p lt 005)

57

Gambar 51 Perbedaan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

533 Analisis Komparasi Sebelum dengan Sesudah Perlakuan

Analisis komparasi diuji berdasarkan rerata kadar MDA antara sebelum

dengan sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation Hasil

analisis kemaknaan dengan uji t-paired disajikan pada Tabel 55 berikut

Tabel 55 Analisis KomparasiKadar MDA antara Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Kelompok Beda Rerata

pre ndash post p Keterangan

Aktivitas berlebih dan placebo

Aktivitas berlebih dan

glutathion

260

085

0001

0001

Meningkat

Menurun

58

Berdasarkan uji t-paired didapatkan bahwa ada penurunan kadar MDA

pada kelompok perlakuan secara bermakna sebesar 085mmoll sedangkan pada

kelompok kontrol mengalami peningkatan secara bermakna sebesar 260mmoll

59

BAB VI

PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian

Untuk menguji efek pemberian glutation terhadap penurunan kadar MDA

maka dilakukan penelitian terhadap 20 ekor tikus jantan dewasa (Galur Wistar)

sebagai sampel yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah

10 ekor yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dan

kelompok perlakuan (pelatihan fisik berlebih dan glutation)

62 Efek Pelatihan Fisik Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA

Hasil penelitian dan analisis data terhadap kadar MDA darah pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji

normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan homogenitas (Levenersquos test) pre-test dan post-

test masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)

Uji perbandingan 1 minggu pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan

injeksi antara kedua kelompok menggunakan uji t-independent Rerata kadar

MDA kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) adalah

518028mmoll dan rerata kelompok pelatihan fisik berlebih dan glutation

adalah 529029mmoll Analisis kemaknaan dengan uji t-independent

menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna kadar MDA darah antara

kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa

kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan injeksi rerata kadar MDAnya tidak

59

60

berbeda secara bermakna

Uji perbandingan setelah pemberian placebo dan glutation antara kedua

kelompok menggunakan t-independent Rerata kadar MDA kelompok kontrol

(aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata kelompok

perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) adalah 444017mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent antara kedua kelompok sesudah diberikan

placebo dan glutation menunjukkan perbedaan kadar MDA secara bermakna

(plt005) Hal ini berarti bahwa kelompok yang diberikan perlakuan berupa

placebo dan glutation 6 jam sebelum diberikan pelatihan fisik berlebih dengan

cara merenangkan selama 60 menit hari selama 35 hari rerata kadar MDA

berbeda secara bermakna Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh

untuk melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam

organ dan pembuluh darah (Giriwijoyo 2004)

Peningkatan kadar MDA sesudah diberikan pelatihan fisik berlebih pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan disebabkan karena pelatihan fisik

berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena terjadi peningkatan konsumsi

oksigen oleh aktifitas otot skeletal Stress oksidatif memicu peningkatan senyawa

oksigen reaktif Pada pelatihan fisik berlebih juga terjadi Reperfusion Injury yang

memicu terjadinya kerusakan jaringan dan peningkatan radikal bebas (Adiputra

2008) Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara menarik elektronnya

sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan sampai kematian sel

(Suryohudoyo 2000)

Pada penelitian ini didapatkan bahwa sesudah diberikan pelatihan fisik

61

berlebih dan placebo terjadi peningkatan kadar MDA sebesar 5024 Kadar

MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel (Winarsi

2007) Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pepe

(2011) bahwa pelatihan fisik berlebih meningkatkan kadar MDA Lebih lanjut

Murray et al (2000) juga menyatakan bahwa pelatihan fisik berlebih merangsang

respon biomarker stres oksidatif Sedangkan pada kelompok perlakuan yang

diberikan aktifitas berlebih dan glutation terjadi penurunan kadar MDA sebesar

1607 Terjadinya penurunan kadar MDA pada kelompok yang diberikan

glutation 6 jam sebelum melakukan pelatihan fisik berlebih disebabkan karena

pemberian antioksidan meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan

cara mendonorkan elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa

oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsi 2007) Glutation merupakan antioksidan

endogen yaitu antioksidan yang dapat disintesa dalam tubuh dari asam amino L-

sistein L-glutamat dan glisin (Cadenas 2002) yang juga sebagai master

antioksidan yaitu antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain

Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan

Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik (Hersh 2004) Glutation

merupakan salah satu antioksidan yang tidak dapat menjadi pro oksidan (Cadenas

2002) Normalnya sekali suatu antioksidan memakan radikal bebas antioksidan

ini menjadi teroksidasi sendiri dan menyerang sel yang sehat yang disebut

sebagai pro oksidan Glutation dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang

teroksidasi tersebut menjadi bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali

dalam memakan radikal bebas (Sellman 2009) Sehingga dengan demikian

62

glutation dapat membantu dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Urso

(2003) bahwa suplementasi antioksidan dapat mengatasi kondisi stress oksidatif

yang terjadi pelatihan fisik berlebih

Uji perbandingan antara data MDA pre dan post masing-masing kelompok

digunakan uji t-paired test Berdasarkan uji ini didapatkan hasil pada kelompok

perlakuan terjadi penurunan kadar MDA secara bermakna sebesar 085 mmollt

sedangkan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan kadar MDA secara

bermakna sebesar 260mmollt Terjadi penurunan kadar MDA pada kelompok

perlakuan menunjukkan pemberian antioksidan Glutation intraperitoneal dosis

37mgkgBBhari dapat mengatasi kondisi stress oksidatif yang terjadi pada

pelatihan fisik berlebih Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh

Urso (2003)

63

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

71 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan sebagai

berikut Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA

tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

72 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah

1 Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja glutation

yang lebih detail

2 Memperhatikan takaran latihan supaya tidak berlebihan yang justru akan

meningkatkan kerusakan sel

3 Perlu dilakukan uji klinis pada manusia

63

64

DAFTAR PUSTAKA

Adiputra N 2008Kesehatan Olah Raga Available from httpwwwbalihesgorgindexphpoption=com Accessed 2011 Oct 5th

Anonim 2011 Glutathione Available at

httpenwikipediaorgwikiGlutathione Accessed 2011 Oct 5th Anonim 2011 Overtraining Available at

httpwwwmarksdailyapplecomovertraining Accessed 2011 Oct5th

Asikin N 2001Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan InKursus Penyegaran dan Pelatihan Radikal bebas dan Antioksidan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta Fakultas Kedokteran UI

Bagiada NA 2001 Proses Penuaan dan Penanggulangannya Denpasar

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hal 22 Banerjee AK Mandal A Chanda D Chahraboti S 2003 Oxidant

Antioxidant and Physical ExerciseAvailable from httpwwwncbinlmnihgovpubmed14619981 accesed 2011 Sept 2nd

Binekada MC 2002 ldquoPelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Konsentrasi dan

Motilitas Spermatozoa Mencitrdquo(tesis) Denpasar Universitas Udayana

Cadenas E Jones PD 2002Bioavailability of Glutathione In Cadenas E

Packer L editorsHandbook of Antioxidants2nd Ed New York Marcel DekkerInc p549-564

Catala A 2006Lipid PeroxidationInt J Biochem Cell Biol 38 1482-1495 Dalle-DonneI Rossi R ColomboR Giustarini D Milzani

A2006Biomarkers of Oxidative Damage in Human Disease Available from httpwwwredorbitcomnewsscience473334biomarkersof oxidative damage in human diseaseindexhtmlaccessed2011 Sept 5th

Fouad T 2007 Free radicals Types Sources and Damaging Reaction

Relations Available from

64

65

wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th

Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th

Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112

Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors

ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their

Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69

Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan

Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th

Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz

R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155

Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester

Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th

Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala

T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200

Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and

Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders

66

Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana

LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia

Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647

Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from

httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit

Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK

Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620

Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji

Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah

Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009

Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan

Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132

Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde

Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521

Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley

Medical Publicationsp 123-141

Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI

Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable

from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer

67

Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole

Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam

Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI

Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam

Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya

Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan

Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47

Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant

Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th

Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan

Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105

68

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965

Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975

Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753

Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

69

Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan

Group Statistics

Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887

Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215

Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260

Perlakuan 10 42500 23348 07383

Independent Samples Test

Levenes Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df

Sig (2-

tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence Interval of the

Difference Lower Upper

Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428

Equal variances not assumed

-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429

Post1

Equal variances assumed 592 452 367

22 18 000 333700 09087 314608 352792

Equal variances not assumed

36722 16855 000 333700 09087 314515 352885

Post2

Equal variances assumed 906 354 264

19 18 000 239500 09066 220454 258546

Equal variances not assumed

26419 16265 000 239500 09066 220307 258693

70

Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis

(Laurence amp Bacharach 1964)

2g mencit 20g tikus 400g marmot

l5Kg kelinci

20Kg kucing

40Kg kera

120Kg anjing

70Kg manusia

20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879

200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560

400 g marmot

008 057 10 225 24 52 102 315

l5Kg kelinci

004 025 044 10 106 24 45 142

20Kg kucing

003 023 042 092 10 22 41 130

40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61

120Kg anjing

0008 006 010 0022 024 052 10 31

70Kg manusia

00026 0018 0031 007 0013 016 032 10

71

Lampiran 4

Foto Penelitian

Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)

72

Lampiran 5

Data Hasil Penelitian

Kelompok Kontrol

Pre test Post test Pre test Post Test

752 647 769 694

779 670 773 664

745 660 803 653

769 643 817 677

783 653

786 684

Kelompok Perlakuan

Pre Test Post test

412 391

436 412

442 425

425 401

453 436

466 442

432 405

456 432

470 453

476 463

Page 28: PEMBERIAN INJEKSI GLUTATION INTRAPERITONEAL

10

Radikal Bebas dihasilkan dari pembakaran gula dan lemak yang kita

konsumsi untuk memberikan energi pada tubuh kita Radikal bebas merusak

membran sel kode DNA enzim protein dan akhirnya terjadi kerusakan pada

seluruh organ Kerusakan terjadi mulai dari lahir dan terus berlanjut hingga

meninggal Pada usia muda dampak penggantian sel yang masih berfungsi baik

Seiring dengan usia bertambah akumulasi kerusakan akibat radikal bebas akan

mengganggu metabolisme sel terjadilah mutasi sel yang mengakibatkan

timbulnya kanker dan kematian

Age Spot merupakan salah satu bentuk kerusakan pada membrane sel

yang disebabkan oleh Radikal Bebas Kerusakan membran ini menghasilkan

produk sisa yang dikenal sebagai lipofuscin Jumlah lipofuscin yang tinggi dalam

tubuh memberikan warna gelap pada daerah tertentu yang disebut Age spot

Lipofuscins mengganggu sintesis DNA dan RNA mempengaruhi sintesis protein

(menurunkan energi dan menghambat pembentukan massa otot) merusak enzim

seluler yang diperlukan untuk proses kimia vital dalam tubuh (Goldman dan

Klatz 2003)

Radikal bebas mempengaruhi peroksidasi lipid yang menyebabkan

produksi MDA (malondialdehyde) yang mengikat protein dan menyebabkan

gangguan fungsi biologik protein tersebut Radikal Bebas berkaitan dengan

penyakit usia lanjut seperti aterosklerosis Parkinson penyakit Alzheimer dan

gangguan fungsi kekebalan tubuh (Pangkahila 2007)

11

213 Teori Kontrol Genetika

Teori terfokus pada kode genetik yang ada dalam DNA meskipun seluruh

aspek diwariskan dalam gen tiap individu waktu jam biologis tergantung pada

pola hidup penuaan masing-masing individu Tiap individu memiliki jam biologis

yang telah diatur waktunya Berhentinya jam biologis menandakan proses

penuaan dan meninggal (Goldman dan Klatz 2003)

Ilmu Kedokteran Anti Penuaan melakukan upaya mencegah dan

memperbaiki kerusakan yang terjadiTerapi Gen diharapkan dapat memberikan

solusi dalam menghadapi takdir genetika terhadap beberapa penyakit keturunan

214 Teori Neuroendokrin

Teori yang menyangkut peranan berbagai hormon bagi fungsi organ tubuh

diperkenalkan oleh Vladimir DilmanPhD

Hormon mengatur dan memperbaiki fungsi tubuh Pada usia muda

berbagai hormone masih berfungsi baik dalam mengendalikan berbagai fungsi

organ tubuh Ketika manusia menjadi tua produksi hormon menurun fungsi

tubuh menjadi terganggu Contoh Growth Hormone yang membantu

pembentukan massa otot testosteron dan hormone tiroid akan menurun tajam

pada usia tua Ditandai dengan rasio lemak dan otot yang meningkat Terapi sulih

hormone dapat membantu masalah tersebut dan mengembalikan fungsi hormone

tubuh sehingga memperlambat proses penuaan

12

22 Radikal Bebas

221 Definisi Radikal Bebas

Radikal bebas adalah molekul (kumpulan atom) yang memiliki elektron

yang tidak berpasangan Oksidan adalah senyawa penerima elektron yaitu

senyawa yang dapat menarik elektron Kedua jenis senyawa ini memiliki aktifitas

yang sama dan memberikan akibat yang hampir sama tetapi dengan proses yang

berbeda (Winarsi 2007) Radikal Bebas digolongkan dalam oksidan namun tidak

setiap oksidan adalah radikal bebas (Suryohudoyo 2000)

Sumber oksidan berasal dari

Tubuh sendiri yaitu berasal dari proses fisiologis namun oleh suatu sebab

jumlahnya menjadi banyak

Proses peradangan

Luar tubuh seperti polutan obat-obatan

Radikal bebas lebih berbahaya dibanding senyawa oksidan non radikal

222 Tahapan Terbentuknya Radikal Bebas dan Sifatnya

Tahapan terbentuknya radikal bebas terjadi melalui sederetan mekanisme

reaksi

1 Tahap Inisiasi yaitu tahap yang menyebabkan terbentuknya radikal bebas

Cu

RH + O2 R + H2O

2 Tahap Propagasi yaitu tahap dimana radikal bebas cenderung bertambah

banyak dengan membuat reaksi rantai dengan molekul lipid lain

13

R + O2 RO2

RO2 + RH R + ROOH

3 Tahap Terminasi yaitu apabila terjadi reaksi antara radikal bebas dengan

radikal bebas lain atau antara radikal bebas dengan suatu senyawa pembasmi

radikal bebas (scavenger)

R1 + R2 R 1 R 2

Reduksi oksigen memerlukan pengalihan empat electron (electrotransfer)

Pengalihan ini tidak dapat sekaligus tetapi dalam empat tahapan yang setiap

tahapan hanya melibatkan pengalihan satu elektron Kendala yang mengharuskan

oksigen hanya dapat menerima satu elektron setiap tahap menyebabkan

terjadinya dua hal yaitu kurang reaktifnya oksigen dan terbentuknya senyawa-

senyawa oksigen reaktif seperti O2 (radikal superoksida) H2O2 (hydrogen

peroksida) OOH (radikal peroksil) dan OH (radikal hidroksil)

Radikal Bebas memiliki 2 sifat yaitu

1 Reaktifitas tinggi karena cenderung menarik elektron

2 Mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal

Elektron dari Radikal Bebas berikatan dengan senyawa yang berikatan

kovalen seperti lipid protein dan DNA akan sangat berbahaya karena ikatan

digunakan bersama-sama pada orbit luarnya Dibanding senyawa oksigen reaktif

radikal hidroksil merupakan senyawa yang paling berbahaya karena reaktifitasnya

yang sangat tinggi

Radikal hidroksil dapat merusak 3 jenis senyawa penting yang berfungsi

untuk mempetahankan integritas sel yaitu

14

1 Asam lemak tak jenuh yang merupakan komponen penting fosfolipid

penyusun membran

2 DNA pembawa genetik sel

3 Protein memegang berbagai peran penting seperti enzim reseptor antibodi

sitoskeleton

Dari ketiga senyawa tersebut yang paling rentan adalah senyawa asam

lemak tak jenuh ganda pada membran sel yang mengakibatkan rapuhnya dinding

sel Senyawa oksigen reaktif ini juga merusak dinding bagian dalam pembuluh

darah sehingga mengakibatkan pengendapan koleserol dan menyebabkan

aterosklerosis Apabila senyawa oksigen reaktif ini merusak basa DNA akan

terjadi kekacauan sistem info genetika berlanjut pada pembentukan sel kanker

Jaringan lipid yang rusak memicu munculnya penyakit degeneratif

Fosfolipid glikolipid dan kolesterol merupakan komponen terpenting

membran sel Komponen fosfolipid dan glikolipid mengandung asam lemak tak

jenuh (asam linoleat linolenat arakidonat) sangat rawan terhadap serangan

radikal hidroksil yang dapat menimbulkan reaksi rantai yang dikenal sebagai

Lipid peroxidation

Peroksidase lipid

LH + OH --- H + H2O

Asam lemak Radikal Bebas

L + O2 -- LOO

Radikal peroksilipid

LOO + LH --- L + L OOH dan seterusnya

15

Hasil akhir dari proses ini adalah terputusnya rantai asam lemak menjadi

berbagai senyawa yang bersifat toksik terhadap sel antara lain berbagai macam

aldehid seperti Malondealdehyde (MDA)

223 Peranan Radikal Bebas dalam proses penuaan

Pada usia muda keseimbangan antara radikal bebas dan pertahanan

antioksidan berfungsi dengan baik seiring dengan pertambahan usia

keseimbangan terganggu karena cadangan antioksidan berkurang dan radikal

bebas berlebih (Saxena dan Lan 2006)

Akibat ketidakseimbangan ini terjadi kerusakan oksidatif (Arief 2010)

Kerusakan ini disebabkan oleh radikal bebas dan merusak 3 komponen utama

yang mempertahankan integritas sel seperti fosfolipid (penyusun membrane sel)

DNA (perangkat genetik) protein (enzim reseptor antibodi) (Fouad 2007)

Ketidakseimbangan antara antioksidan dan senyawa oksigen reaktif

menghasilkan stress oksidatif penyebab kanker penuaan aterosklerosis cedera

iskemik peradangan dan penyakit degeneratif (Parkinson Alzheimer)

(Pangkahila 2007)

23 Stress Oksidatif

231 Keadaan yang menyebabkan stress oksidatif

Pada saat jumlah antioksidan tubuh kurang dari yang diperlukan untuk

meredam efek buruk dari radikal bebas keadaan ini disebut Stress oksidatif Bila

terjadi dalam waktu yang lama akan terjadi penumpukan hasil kerusakan

16

oksidatif di dalam sel dan jaringan yang mengakibatkan hilangnya fungsi sel

jaringan dan akhirnya mati Hal ini merupakan penyebab utama proses penuaan

(Bagiada 2001)

Keadaan yang menyebabkan Stress Oksidatif ini salah satunya adalah

pelatihan fisik berat atau berlebih (Hersh 2004) Stress oksidatif dapat

dikendalikan antara lain dengan membiasakan untuk menerapkan pola hidup sehat

dan mengkonsumsi antioksidan diharapkan akan memacu kerja antioksidan

dalam tubuh

MDA merupakan hasil dari proses peroksidasi lipid meningkatnya MDA

menunjukkan adanya suatu kondisi Stress Oksidatif menurunnya MDA

menunjukkan adanya perbaikan dari kondisi Stress tersebut sehingga MDA dapat

dipakai sebagai biomarker Stress oksidatif

24 Pelatihan Fisik

241 Olahraga

Pelatihan fisik atau olahraga merupakan satu kegiatan yang penting bagi

kehidupan manusia Olahraga merupakan alternatif kegiatan yang dapat

meningkatkan derajat kebugaran fisik seseorang apabila dilakukan dengan dosis

takaran yang benar Menurut Sharkey olahraga dapat meningkatkan pengeluaran

energi dan tingkat pengeluaran tersebut berkaitan dengan intensitas dan durasi

aktifitas yang dilakukan (Sharkey 2003) Latihan fisik atau olahraga yang

memperhatikan frekuensi intensitas tipe dan waktu mendukung dalam

mendapatkan hasil yang maksimal dan menurunkan resiko cedera Latihan fisik

17

yang benar memberikan dampak perbaikan pada sistem fungsional paru dan

jantung sehingga terjadi hipertropi otot jantung penurunan detak jantung

istirahat peningkatan stroke volume peningkatan volume darah dan hemoglobin

menambah jumlah pembuluh darah kapiler serta berfungsi dalam proses

pembakaran energi (Fox 1998) Frekuensi latihan yang dianjurkan adalah 3-4x

seminggu dengan intensitas 72-87 dari denyut jantung maksimal (220-umur)

dengan variasi 10 denyut per menitTipe latihan yang dianjurkan adalah

pemanasan 15 menit kombinasi latihan aerobik dan latihan otot dalam waktu 30-

60 menit diakhiri pendinginan 10 menit (Pangkahila 2009)

Sumber energi yang dibutuhkan untuk pelatihan fisik aerobik yang

dominan didapat dari pembakaran simpanan karbohidrat lemak dan sebagian

kecil (5) dari pemecahan simpanan protein yang terdapat di dalam tubuh untuk

menghasilkan ATP (adenosine triphospate) ATP yang terdapat dalam jaringan

otot terbatas kebutuhan ATP dipertahankan oleh creatinin phosphate (CP) dan

glikogen yang tersimpan dalam otot (Hernawati 2009) Terdapat 3 jalur untuk

memberikan ATP tambahan sesuai yang dibutuhkan selama kontraksi otot

meliputi 1 Pemindahan fosfat berenergi tinggi dari kreatinin fosfat ke ADP 2)

Fosforilasi oksidatif (siklus asam sitrat dari sistem transportasi elektron) 3)

glikolisis (Sherwood 2001) Sedangkan pada aktifitas yang bersifat anaerobik

energi diperoleh dari hidrolisis phosphocreatine serta melalui glikolisis glukosa

secara anaerobik Proses ini dapat terjadi tanpa adanya oksigen (O2) Metabolisme

anaerobik ini menghasilkan asam laktat yang apabila terakumulasi dapat

menyebabkan rasa nyeri pada otot menimbulkan stress fisik Hal ini

18

menyebabkan latihan aerobik terasa lebih menyenangkan (Hernawati 2009)

Metabolisme aerobik jauh lebih efisien daripada anaerobik karena menghasilkan

38 molekul ATP per molekul glukosa versus hanya 2 molekul melalui jalur

anaerob

Pelatihan fisik atau olahraga yang teratur selain memberikan manfaat

perbaikan pada mental fisik dan fisiologis juga mempengaruhi hormon tubuh

kita antara lain (Sharkey2003)

1 Growth Hormone

Stimulasi sintesis protein (muscle tone development) dan kekuatan tulang

tendon ligament dan tulang rawan Penurunan penggunaan glukosa dan

peningkatan penggunaan lemak sebagai bahan bakar selama olahraga

Membantu mengurangi lemak tubuh dan mempertahankan glukosa darah pada

level normal sehingga membantu melakukan olahraga selama periode waktu

yang lebih lama Dilepaskannya Growth Hormone oleh kelenjar pituitari di

otak meningkat dengan meningkatnya waktu latihan aerobik

2 Endorphins

Opioid endogen dari kelenjar pituitary yang memblok rasa sakit menurunkan

nafsu makan membuat perasaan senang mengurangi tekanan dan kecemasan

Pada saat olahraga endorfin dalam darah meningkat sampai lima kali selama

aktifitas olahraga lebih dari 30 menit Endorfin membuat kita dapat melakukan

aktifitas latihan menjadi lebih tahan lama

19

3 Testosteron

Hormon yang penting untuk wanita dan pria dalam mempertahankan tonus

volume kekuatan otot meningkatkan angka rata metabolisme basal

menurunkan lemak tubuh dan merasa lebih percaya diri Diproduksi oleh

ovarium pada wanita dan testis pada laki-laki Testosteron pada wanita hanya

sepersepuluh kadar testosteron pada laki-laki Pada wanita testosteron

berperan pada pengaturan libido dan orgasme Produksi pada wanita menurun

saat menjelang menopause sedangkan pada pria pada usia memasuki usia 40

tahun Kadar testosteron darah mulai meningkat setelah 20 menit olahraga

baik pada wanita maupun pria dan tetap tinggi sampai 1-3 jam setelah

olahraga

4 Estrogen

Estrogen secara biologis aktif adalah 17 beta estradiol meningkatkan

pemecahan lemak dari lemak tubuh sehingga dapat digunakan sebagai sumber

tenaga meningkatkan rata-rata metabolisme basal meningkatkan mood

meningkatkan libido Hormon ini disekresi oleh ovarium meningkat saat

olahraga dan tetap meningkat sampai 1-4 jam setelah olahraga

5 Thyroxine (T4)

Hormon yang diproduksi oleh kelenjar tiroid meningkatkan metabolisme

hampir semua sel dalam tubuh Peningkatan metabolisme ini membantu kita

merasa lebih energik dan juga menyimpan kalori penting untuk penurunan

berat badan Kadar tiroksin dalam darah meningkat sekitar 30 selama

20

olahraga dan tetap meningkat sampai beberapa jam sesudahnya Olahraga

yang teratur juga meningkatkan level tiroksin saat istirahat

6 Epinephrine

Hormon yang diproduksi oleh medulla adrenal yang meningkatkan jumlah

darah yang dipompa oleh jantung dan mengarahkan aliran darah ke tempat

yang diharapkan Stimulasi pemecahan glikogen (karbohidrat yang disimpan)

dalam otot yang aktif dan hati untuk digunakan sebagai sumber tenaga

Menstimulasi pemecahan lemak (lemak yang disimpan dalam otot yang aktif)

dan digunakan sebagai sumber tenaga Sejumlah epinefrin yang dilepaskan

berhubungan dengan intensitas dan durasi latihan

7 Insulin adrenalin

Hormon yang penting dalam mengatur gula darah dan asam lemak (lemak)

dan asam amino (protein) dalam sel Sekresi insulin oleh pancreas meningkat

sehubungan dengan respon meningkatnya kadar gula darah dan protein yang

biasa terjadi setelah makan Semakin banyak gula sederhana yang dikonsumsi

semakin tinggi respon insulin Meningkatnya insulin menyebabkan produksi

lemak sehingga insulin sering disebut sebagai hormon lemak atau fat

hormone Pada orang dengan berat badan berlebih terjadi resistensi insulin

sehingga diperlukan insulin dalan jumlah yang lebih besar untuk didapatkan

efek yang sama sehingga didapatkan kadar insulin darah yang lebih tinggi dan

latihan aerobik setiap hari Kadar insulin darah mulai menurun 10 menit saat

olahraga dan terus menurun sekitar 70 menit olahraga Olahraga yang teratur

juga meningkatkan sensitivitas sel terhadap insulin dalam keadaan istirahat

21

8 Glucagon

Hormon yang diproduksi oleh pankreas tugasnya meningkatkan kadar gula

darah Saat gula darah rendah glukagon disekresi dan menyebabkan simpanan

karbohidrat di dalam hati dilepaskan ke aliran darah untuk meningkatkan

kadar gula mencapai kadar normal Glukagon juga menyebabkan

dipecahkannya lemak sehingga dapat digunakan sebagai bahan bakar atau

sumber tenaga Glukagon mulai disekresi pada 30 menit awal olahraga ketika

gula darah mulai menurun

242 Pelatihan Fisik Berlebih

Pelatihan fisik berlebih menimbulkan gangguan pada sistem endokrin

terjadi peningkatan kadar kortisol dan penurunan kadar testosteron (Maffetone

2007) peningkatan ACTH penurunan LH plasma

Sindrom pelatihan fisik berlebih dalam jangka panjang mengakibatkan

terjadinya inflamasi infeksi yang lebih lanjut dapat mempengaruhi kesehatan

secara umum Aktifitas berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena

terjadi peningkatan konsumsi O2 oleh aktifitas otot skeletal Meskipun oksigen

dibutuhkan oksigen juga bersifat toksik yang dapat memicu peningkatan ROS

Pada organ yang tidak mendapat oksigen dan nutrisi yang cukup akan

menimbulkan keadaan iskemik dan kerusakan mikrovaskular Keadaan ini disebut

sebagai Reperfusion Injury yang memicu terjadinya kerusakan jaringan dan

peningkatan Radikal Bebas

22

Pelatihan fisik berlebih meningkatkan terbentuknya Radikal Bebas

(Adiputra 2008) Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh untuk

melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam organ dan

pembuluh darah (Giriwijoyo 2004) Apabila berlebih menyebabkan kerusakan

sel dengan 3 cara (Kumar et al2005 Ebenhardt 2001)

1 Kerusakan DNA mengakibatkan mutasi DNA bahkan kematian sel

2 Peroksidasi lipid membrane sel dan sitosol menyebabkan terjadinya proses

reduksi asam lemak sehingga mengakibatkan kerusakan membran dan organel

sel

3 Modifikasi protein teroksidasi oleh karena cross linking protein

Bila radikal bebas bertemu dengan asam lemak tak jenuh ganda daalam

membrane sel terjadi reaksi peroksidasi lipid membran sel menyebabkan

peningkatan fluiditas membran gangguan integritas membran dan inaktivasi

ikatan membran dengan enzim dan reseptor Tahap akhir dibebaskan aldehyde

seperti malondealdehyde pentane etana conjugated diane yang bersifat merusak

tubuh (Murray et al2000)

Pelatihan fisik berlebih menyebabkan terjadinya peningkatan lekosit atau

lekositosis peningkatan isoprostan dalam urin protein carbonil (73) catalase

(96) glutation peroksidase serta glutation teroksidasi (25) Dapat

disimpulkan pelatihan fisik berlebih merangsang respon biomarker stres oksidatif

(Murray et al 2000) Proses penuaan mengakibatkan penurunan sistem imun

sehingga meningkatkan resiko infeksi Menurut teori aktifitas sedang dapat

menangkal efek proses penuaan yang diakibatkan penurunan sistem imun Studi

23

yang dilakukan Shepard dan Shek menunjukkan bahwa aktifitas sedang dapat

ditoleransi dengan baik oleh individu lanjut usia dan menunjukkan penurunan

stimulasi proliferasi limfosit

Gejala ndash gejala yang dirasakan apabila melakukan pelatihan fisik berlebih

(overtraining) (Maffetone 2007)

1 Sering mengalami kegagalan dalam melakukan latihan yang biasanya kita

lakukan Kondisi fisik menjadi semakin lemah dan semakin lambat terjadi

kemunduran

2 Kehilangan otot dan terjadi penimbunan lemak Latihan fisik berlebih

meyebabkan rasio testosteron kortisol yang seharusnya positif yang berarti

lebih banyak otot dan lebih sedikit lemak menjadi negatif yang berarti cortisol

lebih tinggi dibanding testosteron yang berarti terjadi peningkatan resistensi

insulin dan penimbunan lemak

3 Merasa lemas mudah tersinggung sulit tidur

4 Persendian tulang dan anggota tubuh terasa sakit

Terjadinya DOMS (delayed onset muscle soreness) menunjukkan teknik

latihan yang salah atau postur saat latihan yang tidak tepat DOMS merupakan

respon alami yang akan hilang dalam waktu sehari atau 2 hari tetapi apabila

nyeri berkepanjangan menunjukkan adanya overtraining

5 Sering tiba-tiba jatuh sakit

Latihan fisik berlebih menurunkan sistem imun tubuh kita sehingga menjadi

lebih mudah sakit

24

Latihan fisik berat jangka panjang berkaitan dengan cedera serat

ototKerusakan yang terjadi berhubungan dengan intensitas durasi dan tipe

latihan Ketika cell death terbentuk jaringan nekrotik dibuang oleh sel fagosit

sel satelit teraktivasi menuju ke area yang cedera menjadi myoblast dan

selanjutnya menjadi serat otot Enzim otot yang dilepaskan tidak sepenuhnya

merefleksikan kerusakan struktural yang diperkirakan oleh analisis histologis

Perubahan penanda biologis cedera otot (seperti aktifitas kreatin kinase (CK)

lactate dehydrogenase (LDH) atau konsentrasi malondialdehyde di plasma

(MDA)) sering diperiksa selama overtraining Serum aktivitas CK dan

konsentrasi MDA plasma dapat gagal meningkat saat overtraining perubahan

parameter biokimia hanya merefleksikan otot dengan beban berlebih Setelah

olahraga yang lama pro-inflammatory cytokines diproduksi lokal pada otot

skeletal

Tanda dan gejala fisik latihan fisik berlebih (overtraining)

- Denyut jantung atau nadi yang meningkat saat istirahat

- Tidak toleransi terhadap latihan

- Penampilan yang menurun

- Penurunan berat badan berkurangnya massa otot tidak nafsu makan

- Kelelahan chronic fatigue lethargy

- Nyeri dan kerusakan otot nyeri sendi

- Mudah terserang flu pembengkakan kelenjar getah bening di leher

selangkangan dan ketiak

- Konstipasi atau diare

25

- Gangguan haid gangguan makan gangguan tidur

- Sakit kepala gangguan pencernaan

- Pemulihan yang berlangsung lambat setelah latihan

- Sendi otot tendon terasa kaku dan sakit

Tanda dan gejala psikologis

- Lelah capek kekurangan tenaga

- Insomnia sakit kepala tidak mampu untuk beristirahat

- Depresi gelisah cemas apatis

- Menurunnya kepercayaan diri

- Menurunnya kemampuan untuk berkonsentrasi

- Mudah stress

Efek biokimia dari Latihan Fisik Berlebih

- Meningkatnya serum kortisol dan SHBG

- Menurunnya serum total dan free testosterone rasio testosteron kortisol

- Menurunnya glikogen otot

- Menurunnya serum hemoglobin besi dan ferritin

Faktor yang mempengaruhi terjadinya overtraining

- Jetlag

- Bekerja terlalu keras

- Menstruasi

- Nutrisi gaya hidup yang buruk

- Kurang istirahat

- Terlalu banyak mengkonsumsi alkohol

26

- Kurangnya kemampuan mengatasi stress

Penanganan overtraining atau Latihan Fisik berlebih

- Massage

Massage pada jaringan dalam dapat melepaskan otot yang tegang

mempertahankan keseimbangan sistem muskulo-skeletal Pemijatan atau

massage yang teratur dapat membantu mencegah cedera yang mungkin

terjadi karena overuse

- Menggunakan roller busa

Penggunaan roller busa memungkinkan kita dapat melakukan massage

atau pemijatan sendiri Kita dapat juga memakai yang berbentuk bola atau

bola tenis untuk membantu menghilangkan rasa sakit Pemijatan ini dapat

dilakukan di tungkai lutut hamstring bahu punggung atau otot atau sendi

manapun

- Terapi suhu kontras

Air pancuran hangat dan dingin bergantian menstimulasi tubuh untuk

pulih lebih cepat Otot membawa impuls yang terasa pada kulit bagian

dalam tubuh di mana terjadi stimulasi sistem imun memperbaiki sirkulasi

dan pencernaan mempengaruhi produksi hormon stress meningkatkan

aliran darah mengurangi sensitivitas nyeri

- Pengaturan makanan

Membantu proses pemulihan penting untuk mengkonsumsi makanan

tinggi karbohidrat protein dan lemak sehat seperti Omega 3 omega 6

omega 9 asam lemak esensial Karbohidrat memberikan sumber tenaga

27

pada tubuh dan otak asam lemak esensial membantu mengurangi depresi

memperbaiki pemulihan protein akan membangun kembali otot yang

mengalami overtraining

- Mengkonsumsi vitamin

Ketika terjadi overtraining suplementasi sangat menguntungkan Vitamin

dan suplementasi mineral sebaiknya dikonsumsi pagi hari bersama dengan

makanan untuk penyerapan yang lebih baik

Defisiensi Vitamin yang biasa terjadi

- Vitamin A (Beta-Caroten)

- Vitamin B kompleks vitamin B12

- Vitamin C D E K

- Asam Folat

Defisiensi Mineral yang biasa terjadi

- Calcium

- Chromium

- Copper Iodine Iron

- Magnesium Fosfor

- Potassium

- Sodium

- Sulfur

- Zinc

28

25 Antioksidan

Radikal Bebas merupakan senyawa reaktif yang secara alami diproduksi

oleh tubuh manusia Radikal Bebas memberikan efek positif atau efek negatif

Untuk membatasi efek negatif tersebut dibutuhkan kompleks proteksi ndash sistem

antioksidan Sistem ini terdiri dari enzim antioksidan (katalase glutation

peroksidase superoksid dismutase) dan antioksidan non enzimatik ( vitamin E-

tokoferol vitamin A- retinol vitamin C- asam askorbat) Keseimbangan antara

produksi radikal bebas dan pertahanan antioksidan menunjukkan tingkat stress

oksidatif yang mungkin terlibat dalam proses penuaan dan pada beberapa

patologi (misalnya kanker Parkinson) (Winarsi 2007)

Latihan fisik juga meningkatkan stress oksidatif dan menyebabkan

gangguan homeostasis Latihan memberikan efek positif dan efek negatif

tergantung dari beban latihan spesifikasi latihan dan tingkat basal latihan Stress

oksidatif terlibat dalam terjadinya muscular fatigue dan mengarah ke

overtraining

Definisi antioksidan menurut Cadenas adalah suatu senyawa yang apabila

terdapat dalam jumlah yang lebih banyak dibanding senyawa yang teroksidasi

secara signifikan dapat menunda atau mencegah proses oksidasi senyawa tersebut

(Cadenas 2002) Secara kimia antioksidan adalah senyawa pemberi electron

Secara biologis antioksidan adalah senyawa yang mampu menangkal dan

meredam dampak negative oksidan dalam tubuh Antioksidan mendonorkan satu

elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa oksidan tersebut dapat

dihambat (Winarsi 2007)

29

Penting sekali keseimbangan antara oksidan dan antioksidan karena

berfungsi menjaga integritas dan berfungsinya membrane lipid protein sel dan

asam nukleat Senyawa asam lemak tak jenuh penyusun membrane lipid sangat

sensitive terhadap perubahan keseimbangan antara oksidan dan antioksidan

Menurut mekanisme kerjanya antioksidan dikelompokkan atas 3 yaitu

1 Antioksidan primer SOD katalase glutation peroksidase (GSH-Px)

Bekerja pembentukan senyawa radikal bebas yang telah terbentuk menjadi

molekul yang kurang aktifSedangkan antioksidan primer yang dapat

ditambahkan dari luar seperti glutation asam lipoat SOD melatonin

2 Antioksidan sekunder vitamin E vitamin C beta karoten flavonoid asam

urat albumin (Soewoto 2001)

Merupakan antioksidan eksogenous atau non enzimatis (Winarsi 2007)

Bekerja dengan cara memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal bebas

atau dengan cara menangkapnya

3 Antioksidan tertier meliputi system enzim DNA-repair dan metionin

sulfoksida reduktase Berfungsi dalam perbaikan biomolekuler yang rusak

akibat reaktivitas radikal bebas

26 Glutation sebagai antioksidan

Glutation merupakan tripeptida yang terdiri dari asam amino glutamat

sistein dan glisin (Cadenas 2002)Ikatan glutamat ndash sistein merupakan ikatan

isopeptida antara grup γ-karboksil dari glutamat dan grup α amino dari

sisteinIkatan unik ini membuat gluation tahan terhadap degradasi oleh proteases

30

dan peptidases yang berfungsi pada peralihan proteinMerupakan suatu

antioksidan yang mencegah kerusakan komponen seluler oleh reactive oxygen

species seperti radikal bebas dan peroksidGlutation bukan nutrisi esensial karena

disintesa di dalam tubuh dari asam amino L-sistein L-glutamic acid dan glycine

Gambar 21 Struktur GSH dan GSSG

Glutation terdapat pada sebagian besar sel tubuh tetapi terbanyak terdapat

di dalam hati Grup thiol (SH) dari sistein berfungsi sebagai donor proton dan

bertanggungjawab untuk aktifitas biologis glutation Provisi asam amino ini

merupakan faktor yang terbatas dalam sintesis glutation oleh sel karena sistein

relatif jarang pada makanan Apabila dilepaskan sebagai asam amino bebas

sistein adalah toksik dan secara spontan dikatabolisasi di saluran pencernaan dan

plasma darah

Glutation disintesis dalam 2 tahap

1 Gamma-glutamylcysteine disintesa dari L-glutamate dan sistein melalui enzim

gamma-glutamylcysteine sintetase (glutamate cysteine ligase GCL)

31

2 Glisin ditambahkan pada C-terminal dari gamma-glutamylcysteine melalui

enzim glutation sintetase

261 Fungsi Glutation

Glutation terdapat dalam bentuk tereduksi (GSH) dan teroksidasi (GSSG)

Grup thiol dari sistein mampu memberikan donor elektron ke molekul lain yang

tidak stabil seperti Reactive Oxygen Species (ROS) Pada saat mendonorkan

elektronnya glutation menjadi reaktif dan segera bereaksi dengan glutation reaktif

lainnya membentuk glutation disulfide (GSSG)Reaksi mungkin terjadi apabila

terdapat konsentrasi yang cukup tinggi di sel (sampai 5mm di hati) GSH dapat

terbentuk kembali dari GSSG oleh enzim glutation reduktase Pada sel atau

jaringan yang sehat terdapat lebih 90 dari total simpanan glutation terdapat

dalam bentuk tereduksi (GSH) dan kurang dari 10 dalam bentuk disulfide

(GSSG)

GSH ---- GSSG

Eliminasi ROS Menjaga protein thiols Antioxidant

dalam bentuk reduksi pools

Gambar 22 GSH Redox (Cadenas 2002)

GSH Redox merupakan indikator sentral keseimbangan antara stress

oksidatif dan system antioksidan GSH Redox berkaitan dengan detoksifikasi

Reactive Oxygen Species (ROS) berfungsi dalam mempertahankan tersedianya

antioksidan mempertahankan protein thiol dalam bentuk reduksi Rasio

32

GSHGSSG sering dipakai untuk mengekspresikan keseimbangan redox ini

Peningkatan rasio GSH-GSSG merupakan indikasi adanya Stress Oksidatif

(Goldman 2003)

Glutation mempunyai beberapa fungsi (Winarsih 2007)

- Sebagai antioksidan endogen mayor yang diproduksi oleh sel berpartisipasi

langsung pada netralisasi radikal bebas dan senyawa oksigen reaktif

mempertahankan antioksidan eksogen seperti vitamin C dan E pada bentuk

tereduksi (aktif)

- Pengaturan siklus nitric oxide yang sangat penting untuk kehidupan tetapi

dapat menjadi masalah apabila tidak teregulasi Digunakan untuk reaksi

metabolism dan biokimia seperti sintesis dan perbaikan DNA sintesis protein

sintesis prostaglandin transport asam amino dan aktivasi enzim Tiap sistem

di dalam tubuh kita dapat dipengaruhi oleh sistem glutation khususnya sistem

imun sistem saraf sistem gastrointestinal dan paru

Gambar 23 Detoksifikasi Lipid Hydroxyperoxides di usus halus

33

GSH yang ditransportasikan kedalam lumen digunakan untuk detoksifikasi

peroksid yang terbentuk dari makanan oleh glutation peroksidase (GSH Px)

Proses ini membutuhkan peroksid dan glutation yang tersedia di sel epitel GSSG

yang terbentuk direduksi kembali menjadi GSH oleh GSSG reduktase (GSSG

Rx) menggunakan NADPH sebagai reduktan

262 Suplementasi Glutation

Meningkatkan level GSH melalui suplementasi glutation langsung sulit

Penelitian terakhir menyatakan bahwa secara oral tidak diabsorpsi baik melalui

saluran pencernaan Studi mengenai konsumsi oral akut glutation dengan dosis

sangat besar 3 gram Witschi dan tim menemukan lsquoadalah tidak mungkin

meningkatkan glutation yang bermanfaat secara klinis dengan dosis tunggal 3

gram glutationrsquo

Glutation terdapat pada makanan sehari-hari sampai 150mghari dapat

diabsorpsi melalui intak di usus halus Individu sehat dengan asupan sulfur asam

amino (1-2 gramhari) jumlah GSH mungkin tidak cukup untuk mendapatkan

efek penting secara sistemik Individu dengan asupan sulfur asam amino yang

terbatas suplementasi GSH diperlukan untuk mempertahankan suplai GSH

sistemik dengan memperbaiki keseimbangan sulfur asam amino (Cadenas 2002)

Glutation hanya diabsorpsi di sel epitel oral dan traktus gastrointestinal

dan memberikan keuntungan kesehatan spesifik pada jaringan tersebut(Cadenas

2002)

34

SUPLAI HILANG

Makanan suplemen Degradasi

GSH

Empedu LUMINAL Uptake

Epitel Reaksi Detoksifikasi

Gambar 24 Supply dan Removal Glutation dalam lumen usus halus (Cadenas 2002) Glutation (GSH) disuplai ke dalam lumen intestinal melalui konsumsi oral

empedu dan sekresi epitel intestinal Jumlah yang disuplai dari empedu cukup

untuk mempertahankan jumlah 200microM pada tikus tetapi tidak cukup pada

manusia yang mengalami degradasi di duktus kantung empedu Jumlah yang

dikonsumsi melalui makanan bervariasi dan secara umum kurang dari 200 microM

Jumlah yang diberikan melalui epitel hanya sekitar 10 atau kurang

dibandingkan dengan yang disediakan oleh empedu Hilangnya Glutation karena

degradasi oleh γ-glutamyltranspeptidase dan dipeptidases pada permukaan sel

epitel ditransportasikan ke dalam sel oleh mekanisme sodium-dependent dan

sodium-independent konjugasi dengan elektrofil reaktif dikatalisasi oleh

glutathione-S transferase mucus (Cadenas 2002)

Vitamin D meningkatkan level glutation di otak dan tampaknya sebagai

katalis untuk produksi glutation Sejumlah vitamin D aktif di otak berikatan

dengan seberapa besar vitamin D3 baik melalui suplemen atau dibentuk di kulit

melalui paparan matahariHal ini menyatakan bahwa mengkonsumsi vitamin D

35

dan atau mendapat cukup paparan matahari meningkatkan produksi glutation

(Sellman 2009)

Konsentrasi glutation di plasma dan hati dapat ditingkatkan dengan

mengkonsumsi suplemen tertentu yang disebut GSH precursors N-asetilsistein

atau NAC glutation precursor yang paling memungkinkan Suplemen lain S-

adenosilmetionin (SAMe) dan whey protein juga dapat meningkatkan glutation

dalam sel (Sellman 2009)

NAC tersedia dalam bentuk obat dan sebagai suplemen generik Alpha

lipoic acid juga dapat mempertahankan glutation intraselular Melatonin dapat

menstimulasi enzim yang berkaitan glutation peroksidase dan silimarin ekstrak

dari biji tanaman milk thistle (Silybum marianum) juga mempunyai kemampuan

memperbarui level glutation

Glutation diatur dengan ketat di intraseluler dan dibatasi produksinya oleh

feedback negative inhibisi sintesisnya sendiri melalui enzim gamma-

glutamilsistein sintetase sehingga meminimalisir kemungkinan terjadinya

overdosis Penambahan glutation menggunakan precursor atau glutation intravena

adalah strategi untuk mengatasi defisiensi glutation stress oksidatif tinggi

defisiensi imun

Glutation yang rendah menunjukkan adanya pembuangan dan

keseimbangan negatif nitrogen seperti pada kanker AIDS sepsis trauma

terbakar dan bahkan atlet overtraining Suplementasi glutation dapat

memperbaiki proses ini dan contohnya pada AIDS memberi hasil adanya

perbaikan survival rates Bagimanapun studi mengenai kondisi ini belum dapat

36

membedakan glutation rendah sebagai akibat secara akut (pada pasien sepsis) atau

secara kronis (HIV) meningkatkan stress oksidatif dan peningkatan patologi

sebagai akibat defisiensi yang sudah ada sebelumnya

Skizofrenia dan gangguan bipolar berhubungan dengan glutation yang

rendah Stress oksidatif mungkin salah satu faktor dasar patofisiologi gangguan

bipolar gangguan depresif mayor dan skizofrenia Glutation (GSH) adalah

pemakan radikal bebas mayor di otakTidak adanya GSH meningkatkan

kerentanan sel terhadap stress oksidatif ditandai asetilsistein dapat mengurangi

gejala kedua gangguan tersebut

Glutation merubah level stress oksidatif pada sel yang diisolasi di

laboratorium sehingga dapat mengurangi perkembangan kanker Tes ini tidak

dilakukan pada manusia

Glutamat yang berlebihan di sinaps yang dapat dilepaskan pada kondisi

seperti cedera otak dapat menghambat pengambilan sistein senyawa pembentuk

glutation yang pentingTanpa proteksi dari cedera oksidatif oleh glutation sel-sel

dapat rusak atau mati (Sellman 2009)

Glutation juga mempunyai fungsi lain sebagai berikut (Sellman 2009)

Mencerahkan kulit

Mencegah menghilangkan jerawat dan bekas jerawat

Menghilangkan noda hitam

Anti aging dan anti kerut

Memberi nutrisi kulit

Membantu pemulihan luka

37

Membuat kulit menjadi halus segar dan bersinar

Kondisi kesehatan yang berhubungan dengan defisiensi glutation

Peningkatan proses penuaan

Kesulitan dalam keseimbangan

Gangguan mental

Masalah koordinasi

Gangguan sistem saraf

Akhir-akhir ini dipercaya sebagai penyebab lesi otak

Kanker HIV Katarak Diabetes Mellitus

Jumlah sperma yang rendah

263 Glutation Precursor (Sellman 2009)

Glutation Precursor disebut juga sebagai building-block dari glutation

yaitu N-asetilsistein atau NAC dan whey protein tidak terdenaturasi

Nasetilsistein adalah obat farmasi yang biasa digunakan bertahun-tahun untuk

mengobati overdose asetaminofen Hal ini sangat efektif ketika diberikan dalam

dosis besar di ruang darurat ketika seseorang akan mengalami gagal hati karena

overdosis asetaminofen komposisi aktif dari Tylenol

Efek sampingnya adalah bercak-bercak kemerahan bersin mual

anafilaksis reaksi alergi yang berupa kesulitan bernafas karena bronkospasme

tekanan darah menurun angioedema muntah kram diare Walaupun jarang

kematian pernah dilaporkan karena N-asetilsistein Beberapa orang mendapatkan

rasa dan bau yang tidak dapat diterima karena kandungan sulfur di dalamnya

38

Pengggunaan teratur untuk menaikkan kadar glutation tidak direkomendasikan

untuk anak-anak dan bayi Masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk

menentukan keamanan N-asetilsistein untuk penggunaan jangka panjang

Whey protein tidak terdenaturasi merupakan nutraceutical atau medicinal

foodSenyawa ini memberikan ikatan sistein ke sel-sel di mana glutation dapat

terbentuk di tempat tersebut

Beberapa kondisi yang tidak dapat mengkonsumsi whey protein

- Pasien dengan alergi protein susu

- Pasien dengan diet rendah protein

- Pasien yang sedang menjalani terapi imunosupresif

Efek sampingnya adalah kembung perut kram urtikaria Efek samping

karena overdosis tidak terjadi karena sel hanya membuat sebatas yang dibutuhkan

apabila berlebih kelebihan disimpan di hati dan ginjal sampai suatu saat kalau

dibutuhkan

264 Sumber Glutation dari makanan

Sumber glutation dari makanan yang disarankan adalah asparagus bayam

brokoli bawang putih kale bawang watercress kol Brussel sprout beberapa

bumbu seperti kunyit kayu manis semangka alpukat anggur peach jeruk

walnut granola daging kalkun dan daging ayam keju cottage dan yoghurt

39

Tabel 21 Makanan yang mengandung Glutation (Cadenas2002)

GSH Food Group mg100 g mgsaji Buah segar Apel 33 46 Pisang 41 48 Anggur 79 146 Jeruk 73 106 Semangka 66 283 Sayuran segar Asparagus dimasak 283 263 Alpukat 277 313 Brokoli dimasak 91 78 Wortel mentah 79 59 Tomat 90 109 Daging Hamburger 175 149 Ham rebus 233 13 Ayam digoreng 131 134 Sereal biji-bijian Cornflakes 00 00 Roti whole wheat 12 06 Roti putih 00 00 Nasi putih enriched dimasak 16 21 Produk Susu Susu whole 00 00 Keju Amerika 00 00 Yoghurt plain lowfat 00 00 Es krim 10 lemak 00 00

40

BAB III

KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

31 Kerangka Berpikir

Faktor penyebab penuaan antara lain faktor internal dan faktoreksternal

Faktor internal meliputi radikal bebas glikosilasi metilasi hormon yang

berkurang apoptosis system kekebalan tubuh yang menurun genetik Faktor

eksternal meliputi gaya hidup tidak sehat polusi lingkungan stress kemiskinan

kebiasaan yang salah olahraga berlebihan (overtraining) Berbagai faktor di atas

menyebabkan terjadinya penurunan fungsi tubuh dan terjadilah penuaan

Kerangka konsep penelitian berdasarkan teori bahwa salah satu penyebab

penuaan adalah radikal bebas Bila jumlah radikal bebas melebihi jumlah

antioksidan di dalam tubuh terjadilah stress oksidatif Radikal bebas dapat

merusak membran sel protein DNA dan berakibat fatal bagi kelangsungan hidup

sel jaringan Stress oksidatif yang berlangsung lama akan mengakibatkan

terjadinya penumpukan hasil kerusakan oksidatif di dalam sel dan jaringan

selanjutnya sel dan jaringan tersebut akan kehilangan fungsinya dan akhirnya

mati

Olahraga berlebih meningkatkan stress oksidatif karena terdapat

peningkatan konsumsi O2 oleh aktivitas otot skeletal Oksigen juga dapat bersifat

toksik yang dapat memicu peningkatan Reactive Oxygen Species (ROS)Organ

yang tidak mendapat cukup oksigen dan nutrisi menjadi iskemik dan terjadi

kerusakan mikrovaskular (Reperfusion Injury) memicu peningkatan radikal

40

41

bebas Dengan pemberian antioksidan Glutation yang merupakan antioksidan

master diharapkan dapat mencegah kerusakan lebih lanjut yang diakibatkan oleh

radikal bebas dengan cara melindungi sel dari Reactive Oxygen Species (ROS)

dan dapat dilihat melalui parameter MDA yang mengalami penurunan

32 Konsep Penelitian

Konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Gambar 31 Konsep Kadar MDA pada tikus yang diberikan Pelatihan Fisik Berlebih+ Placebo dan Pelatihan Fisik Berlebih + Glutation

FAKTOR INTERNAL

- Jenis Kelamin

- Usia

- Genetik

- Hormon

- Psikologis

FAKTOR EKSTERNAL

- Makanan

- Cuaca iklim

- Penyakit

- Exercise

GLUTATION

TIKUS

KADAR MDA

42

33 Hipotesis

Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan kadar MDA

tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

43

BAB IV

METODE PENELITIAN

41 Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksterimental dengan rancangan

randomized pre test-post test control group design (Poccock et al 2008)

Subyek terdiri dari 2 kelompok yaitu

1 Kelompok 1 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+ Placebo

2 Kelompok 2 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation

Semua kelompok sebelum perlakuan diberikan pre test (O1 O3) dan

dihitung rerata untuk masing-masing kelompok

Setelah perlakuan semua kelompok diberikan post test (O2 O4) dan

dihitung rerata untuk masing-masing kelompok

Kemudian dihitung perbedaan rerata antara pre test dan post test dari

masing-masing kelompok lalu hasil perbedaan tersebut dibandingkan secara

statistik

Gambar 41 Rancangan Penelitian

P S

43

R R

O1 P1 O2

O3 P2 O4

44

Keterangan

P = populasi

S = sampel

R = random

O1 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah mendapatkan

pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan placebo (pre test)

O2 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah diberikan pelatihan

fisik berlebih setelah diberikan placebo (post test)

O3 = observasi data MDA kelompok perlakuan setelah diberikan

pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan Glutation (pre test)

O4 = observasi data MDA kelompok perlakuan diberikan pelatihan fisik

berlebih setelah diberikan Glutation (post test)

P1 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih+ placebo

P2 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation

42 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran

Universitas Udayana pada bulan Januari ndash Maret 2012 Pemeriksaan MDA darah

tikus dikerjakan di bagian Program Antar Unit Universitas Gajah Mada

Jogyakarta

45

43 Populasi dan Sampel

431 Populasi

Subyek penelitian adalah tikus jantan dewasa galur Wistar yang berusia 2-

25 bulan dan dalam kondisi fisik sehat

432 Kriteria Sampel

4321 Kriteria Inklusi

Kriteria Inklusi yang ditetapkan sebagai sampel adalah sebagai berikut

a Tikus jantan dewasa galur Wistar

b Umur 2-25 bulan

c Berat badan plusmn200 gram

d Sehat

e MDA ge 5mmollt

4322 Kriteria Drop Out

Adalah sampel yang mati pada waktu penelitian

433 Besar Sampel

Besar sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini dihitung berdasarkan

rumus Poccock (2008)

Angka μ1 (5) dan μ2 (12) didapatkan dari penelitian sebelumnya (Ji 1998)

n=

46

= asymp 7

Keterangan

n = jumlah sampel

σ = standar deviasi kelompok perlakuan dengan pemberian

glutation (15)

f ( ) = besarnya didapat dari tabel (Poccock 2008)

μ1 = rerata hasil MDA pada kelompok perlakuan sesudah

pemberian glutatioacuten (5)

μ2 = rerata hasil MDA pada kelompok pre test (12)

Jadi jumlah sampel (n) = 675 dan ditambah 3 ekor tikus untuk masing-

masing kelompok sebagai cadangan Jadi total 20 ekor tikus dengan 10

ekor tikus untuk masing-masing kelompok

434 Teknik Pengambilan Sampel

Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat

sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi diambil secara acak

sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi

2 kelompok yaitu kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+placebo kelompok

dengan pelatihan fisik berlebih + glutation

47

44 Variabel Penelitian

441 Klasifikasi Variabel

Variabel penelitian dibedakan menjadi

1 Variabel Bebas dosis pemberian glutation

2 Variabel Tergantung kadar MDA

3 Variabel Terkendali varian tikus jantan (galur wistar) jenis

kelamin umur berat badan lingkungan

(pencahayaan suhu kelembaban nutrisi

kandang)

Gambar 42 Bagan Hubungan Antar Variabel

VARIABEL BEBAS

- Pelatihan fisik berlebih

- Glutation 37mg kgBBhari

VARIABEL TERGANTUNG

KADAR MDA

VARIABEL TERKENDALI

Varian tikus

Jenis kelamin umur berat badan

Pencahayaan suhu kelembaban nutrisi kandang

Makanan minuman

48

442 Definisi Operasional Variabel

1 Pelatihan fisik berlebih pada tikus adalah pelatihan yang berlebihan

yang diukur berdasarkan kemampuan maksimal berenang tikus pada

ember berdiameter 35 cm dengan kedalaman air 20 cm yang

dilakukan 60 menithari selama 35 hari pada waktu yang sama pada

suhu 32 derajat (Binekada 2002 dan Pepe2011)

2 Glutation yang diberikan adalah Glutation Teofarma injeksi sediaan

600mg 4 ml Dosis pemberian Glutation adalah pemberian sediaan

antioksidan Glutation dalam bentuk suntikan intraperitoneal yang

diberikan 1x sehari dan diberikan 6 jam sebelum pelatihan fisik

berlebih Dosis pemberian Glutation mengacu pada penelitian yang

dilakukan sebelumnya oleh Ji L L yaitu 37mgkgBBhari yang

dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril secara intraperitonial

3 MDA merupakan salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada

membran sel dan merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan

oleh radikal bebas Pengukuran kadar MDA menggunakan metode

Thiobarbituraic Acid Reactive Substances (TBARS) Pembacaan hasil

dengan menggunakan spektrofotometer Satuan MDA dalam mmoll

4 Cahaya suhu dan kelembaban merupakan kondisi lingkungan yang

dialami tikus jantan dewasa Pada penelitian ini kondisi lingkungan

selama percobaan dibuat sama

5 Berat badan tikus adalah berat badan yang ditimbang dengan

timbangan gram

49

6 Umur tikus adalah umur yang ditentukan dengan melihat tanggal

kelahiran yang dicatat pada kandang percobaan

7 Kondisi peneliti yang meliputi kesehatan fisik dan psikis peneliti

Penelitian dilaksanakan saat kondisi peneliti dalam keadaan baik

sehingga pengaruhnya terhadap hasil penelitian dapat diabaikan

45 Bahan dan Alat Penelitian

451 Bahan Penelitian

Glutation injeksi

Tikus jantan

Makanan tikus berupa pellet dan air minum dari air ledeng

Aquades steril

EDTA (Ethylenediamine tetraacetic acid)

Reagensia untuk pengukuran kadar MDA

452 Alat Penelitian

Alat yang dipakai dalam pengambilan data penelitian ini adalah

- Kandang tikus terbuat dari besi yang di dalamnya terdapat sekam dan

botol minuman

- Ember berdiameter 35 cm dan kedalaman air 20 cm

- Stopwatch

- Timbangan

- Spuit injeksi 1 ml

50

- Sarung tangan

- Kapas dan alkohol 70

- Tabung Evendorf

- Mikropipet

- Pipet kapiler

- Sentrifugasi

46 Prosedur Penelitian

1 Tikus jantan dewasa (Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan

berat badan plusmn200gram dilakukan aklimatisasi selama 2 minggu di

tempat penelitian untuk penyesuaian dengan lingkungan

2 Semua sampel tikus diberi perlakuan yang sama yaitu diberikan

pelatihan fisik berlebih dengan cara berenang sampai kelelahan pada

hari ke 7 kedua kelompok tersebut dilakukan pemeriksaan MDA

3 Mulai hari ke 8 ndash 35 sampel tikus yang berjumlah 20 ekor dibagi atas 2

kelompok di mana kelompok 1(kontrol) diberikan pelatihan fisik

berlebih + injeksi aquabidest intraperitoneal enam jam sebelum

perlakuan aktifitas berlebih kelompok ke 2 (perlakuan) diberikan

pelatihan fisik berlebih + injeksi intraperitoneal glutation 37

mgkgBBhari yang sudah dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril

4 Pada hari ke 35 dilakukan pemeriksaan kadar MDA pada masing-

masing tikus setelah bulu tikus kering

51

5 Selama penelitian hewan coba diberikan makanan dan minuman secara

teratur kebersihan dan kenyamanan kandang dijaga

461 Alur Penelitian

TIKUS ADAPTASI 2 MINGGU

PELATIHAN FISIK BERLEBIH 1 MINGGU

MDA

KELOMPOK 1 KELOMPOK 2

PELATIHAN FISIK BERLEBIH PELATIHAN FISIK BERLEBIH

+ AQUABIDEST (28 hari) +GLUTATION 37mgkgBBhari

28 HARI 28 HARI

MDA

Gambar 43 Bagan Alur Penelitian

462 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium

Pemantauan keselamatan tikus jantan (galur Wistar) di laboratorium

(Smith et al1988 Ngatidjan 2006) adalah sebagai berikut

1 Kandang tikus jantan harus cukup kuat tidak mudah rusak teratur dibersihkan

(1x seminggu) mudah dipasang kembali hewan tidak mudah lepas tahan

52

gigitan hewan kelihatan jelas dari luar Alas tempat tidur terbuat dari serbuk

gergaji atau sekam padi agar mudah menyerap air

2 Luas lantai yang memadai untuk tikus jantan dengan berat badan plusmn200 gram

adalah 60cm persegi dan tinggi 20 cm

3 Diciptakan suasana lingkungan yang stabil dan sesuai keperluan fisiologi tikus

jantan di mana kelembaban suhu pertukaran udara yang ekstrim harus

dihindari

4 Hewan coba hendaknya diperlakukan dengan kasih sayang

47 Pengolahan dan Analisis Data

Analisis data yang digunakan adalah

1 Analisis Deskriptif

2 Uji normalitas data dilakukan dengan tes Shapiro-Wilk Distribusi data

normal dengan nilai pgt005

3 Uji homogenitas dilakukan dengan Lavenersquos Test Data dinyatakan

homogen dengan nilai pgt005

4 Karena data berdistribusi normal dan homogen maka untuk uji

komparabilitas dipakai

- Uji t independent untuk membandingkan rerata kadar MDA antar

kelompok

- Uji Paired T- Test untuk membandingkan rerata kadar MDA pre

dan post masing-masing kelompok

- Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau

dinyatakan berbeda bila plt005

53

BAB V

HASIL PENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 20 ekor tikus jantan dewasa

(Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan berat badan plusmn200 gram sebagai

sampelyang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah 10 ekor

yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dankelompok

perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) Dalam penyajian hasil ini diuraikan

uji normalitas data uji homogenitas data uji komparabilitas dan uji efek

perlakuan

51 Uji Normalitas Data

Data Kadar MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan

pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji

Shapiro-Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005)

disajikan pada Tabel 51

53

54

Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing Kelompok Sebelum

dan Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Perlakuan n p Keterangan

Kadar MDA kontrol pre

Kadar MDA perlakuan pre

Kadar MDA kontrol post

Kadar MDA perlakuan post

10

10

10

10

0965

0550

0975

0697

Normal

Normal

Normal

Normal

52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok

Data Kadar MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun

sesudah perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test

Hasilnya menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52

Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA Sebelum dan

Sesudah Perlakuan

Variabel F p Keterangan

Kadar MDA pre

Kadar MDA post

0016

0592

0901

0452

Homogen

Homogen

53 Kadar MDA

531 Uji komparabilitas

Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata kadar MDA

antar kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan

55

glutation Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada

Tabel 53 berikut

Tabel 53

Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata

Kadar MDA

SB T P

Aktivitas berlebih dan

placebo

Aktivitas berlebihdan

glutathion

10

10

518

529

028

029

089 0386

Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok

kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 518028mmoll dan rerata

kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 529029mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 089 dan nilai

p = 0386 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan

berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya tidak berbeda secara

bermakna (p gt 005)

532 Analisis efek perlakuan

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kadar MDA antar

kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation

56

Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54

berikut

Tabel 54 Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata

Kadar MDA

SB T P

Aktivitas berlebih dan

placebo

Aktivitas berlebihdan

glutathion

10

10

778

444

023

017

3672 0001

Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok

kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata

kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 444017mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 3672 dan nilai

p = 0001 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan

berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya berbeda secara

bermakna (p lt 005)

57

Gambar 51 Perbedaan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

533 Analisis Komparasi Sebelum dengan Sesudah Perlakuan

Analisis komparasi diuji berdasarkan rerata kadar MDA antara sebelum

dengan sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation Hasil

analisis kemaknaan dengan uji t-paired disajikan pada Tabel 55 berikut

Tabel 55 Analisis KomparasiKadar MDA antara Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Kelompok Beda Rerata

pre ndash post p Keterangan

Aktivitas berlebih dan placebo

Aktivitas berlebih dan

glutathion

260

085

0001

0001

Meningkat

Menurun

58

Berdasarkan uji t-paired didapatkan bahwa ada penurunan kadar MDA

pada kelompok perlakuan secara bermakna sebesar 085mmoll sedangkan pada

kelompok kontrol mengalami peningkatan secara bermakna sebesar 260mmoll

59

BAB VI

PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian

Untuk menguji efek pemberian glutation terhadap penurunan kadar MDA

maka dilakukan penelitian terhadap 20 ekor tikus jantan dewasa (Galur Wistar)

sebagai sampel yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah

10 ekor yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dan

kelompok perlakuan (pelatihan fisik berlebih dan glutation)

62 Efek Pelatihan Fisik Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA

Hasil penelitian dan analisis data terhadap kadar MDA darah pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji

normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan homogenitas (Levenersquos test) pre-test dan post-

test masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)

Uji perbandingan 1 minggu pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan

injeksi antara kedua kelompok menggunakan uji t-independent Rerata kadar

MDA kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) adalah

518028mmoll dan rerata kelompok pelatihan fisik berlebih dan glutation

adalah 529029mmoll Analisis kemaknaan dengan uji t-independent

menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna kadar MDA darah antara

kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa

kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan injeksi rerata kadar MDAnya tidak

59

60

berbeda secara bermakna

Uji perbandingan setelah pemberian placebo dan glutation antara kedua

kelompok menggunakan t-independent Rerata kadar MDA kelompok kontrol

(aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata kelompok

perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) adalah 444017mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent antara kedua kelompok sesudah diberikan

placebo dan glutation menunjukkan perbedaan kadar MDA secara bermakna

(plt005) Hal ini berarti bahwa kelompok yang diberikan perlakuan berupa

placebo dan glutation 6 jam sebelum diberikan pelatihan fisik berlebih dengan

cara merenangkan selama 60 menit hari selama 35 hari rerata kadar MDA

berbeda secara bermakna Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh

untuk melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam

organ dan pembuluh darah (Giriwijoyo 2004)

Peningkatan kadar MDA sesudah diberikan pelatihan fisik berlebih pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan disebabkan karena pelatihan fisik

berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena terjadi peningkatan konsumsi

oksigen oleh aktifitas otot skeletal Stress oksidatif memicu peningkatan senyawa

oksigen reaktif Pada pelatihan fisik berlebih juga terjadi Reperfusion Injury yang

memicu terjadinya kerusakan jaringan dan peningkatan radikal bebas (Adiputra

2008) Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara menarik elektronnya

sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan sampai kematian sel

(Suryohudoyo 2000)

Pada penelitian ini didapatkan bahwa sesudah diberikan pelatihan fisik

61

berlebih dan placebo terjadi peningkatan kadar MDA sebesar 5024 Kadar

MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel (Winarsi

2007) Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pepe

(2011) bahwa pelatihan fisik berlebih meningkatkan kadar MDA Lebih lanjut

Murray et al (2000) juga menyatakan bahwa pelatihan fisik berlebih merangsang

respon biomarker stres oksidatif Sedangkan pada kelompok perlakuan yang

diberikan aktifitas berlebih dan glutation terjadi penurunan kadar MDA sebesar

1607 Terjadinya penurunan kadar MDA pada kelompok yang diberikan

glutation 6 jam sebelum melakukan pelatihan fisik berlebih disebabkan karena

pemberian antioksidan meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan

cara mendonorkan elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa

oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsi 2007) Glutation merupakan antioksidan

endogen yaitu antioksidan yang dapat disintesa dalam tubuh dari asam amino L-

sistein L-glutamat dan glisin (Cadenas 2002) yang juga sebagai master

antioksidan yaitu antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain

Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan

Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik (Hersh 2004) Glutation

merupakan salah satu antioksidan yang tidak dapat menjadi pro oksidan (Cadenas

2002) Normalnya sekali suatu antioksidan memakan radikal bebas antioksidan

ini menjadi teroksidasi sendiri dan menyerang sel yang sehat yang disebut

sebagai pro oksidan Glutation dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang

teroksidasi tersebut menjadi bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali

dalam memakan radikal bebas (Sellman 2009) Sehingga dengan demikian

62

glutation dapat membantu dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Urso

(2003) bahwa suplementasi antioksidan dapat mengatasi kondisi stress oksidatif

yang terjadi pelatihan fisik berlebih

Uji perbandingan antara data MDA pre dan post masing-masing kelompok

digunakan uji t-paired test Berdasarkan uji ini didapatkan hasil pada kelompok

perlakuan terjadi penurunan kadar MDA secara bermakna sebesar 085 mmollt

sedangkan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan kadar MDA secara

bermakna sebesar 260mmollt Terjadi penurunan kadar MDA pada kelompok

perlakuan menunjukkan pemberian antioksidan Glutation intraperitoneal dosis

37mgkgBBhari dapat mengatasi kondisi stress oksidatif yang terjadi pada

pelatihan fisik berlebih Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh

Urso (2003)

63

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

71 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan sebagai

berikut Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA

tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

72 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah

1 Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja glutation

yang lebih detail

2 Memperhatikan takaran latihan supaya tidak berlebihan yang justru akan

meningkatkan kerusakan sel

3 Perlu dilakukan uji klinis pada manusia

63

64

DAFTAR PUSTAKA

Adiputra N 2008Kesehatan Olah Raga Available from httpwwwbalihesgorgindexphpoption=com Accessed 2011 Oct 5th

Anonim 2011 Glutathione Available at

httpenwikipediaorgwikiGlutathione Accessed 2011 Oct 5th Anonim 2011 Overtraining Available at

httpwwwmarksdailyapplecomovertraining Accessed 2011 Oct5th

Asikin N 2001Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan InKursus Penyegaran dan Pelatihan Radikal bebas dan Antioksidan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta Fakultas Kedokteran UI

Bagiada NA 2001 Proses Penuaan dan Penanggulangannya Denpasar

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hal 22 Banerjee AK Mandal A Chanda D Chahraboti S 2003 Oxidant

Antioxidant and Physical ExerciseAvailable from httpwwwncbinlmnihgovpubmed14619981 accesed 2011 Sept 2nd

Binekada MC 2002 ldquoPelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Konsentrasi dan

Motilitas Spermatozoa Mencitrdquo(tesis) Denpasar Universitas Udayana

Cadenas E Jones PD 2002Bioavailability of Glutathione In Cadenas E

Packer L editorsHandbook of Antioxidants2nd Ed New York Marcel DekkerInc p549-564

Catala A 2006Lipid PeroxidationInt J Biochem Cell Biol 38 1482-1495 Dalle-DonneI Rossi R ColomboR Giustarini D Milzani

A2006Biomarkers of Oxidative Damage in Human Disease Available from httpwwwredorbitcomnewsscience473334biomarkersof oxidative damage in human diseaseindexhtmlaccessed2011 Sept 5th

Fouad T 2007 Free radicals Types Sources and Damaging Reaction

Relations Available from

64

65

wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th

Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th

Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112

Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors

ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their

Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69

Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan

Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th

Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz

R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155

Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester

Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th

Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala

T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200

Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and

Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders

66

Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana

LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia

Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647

Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from

httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit

Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK

Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620

Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji

Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah

Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009

Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan

Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132

Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde

Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521

Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley

Medical Publicationsp 123-141

Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI

Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable

from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer

67

Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole

Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam

Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI

Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam

Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya

Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan

Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47

Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant

Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th

Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan

Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105

68

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965

Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975

Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753

Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

69

Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan

Group Statistics

Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887

Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215

Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260

Perlakuan 10 42500 23348 07383

Independent Samples Test

Levenes Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df

Sig (2-

tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence Interval of the

Difference Lower Upper

Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428

Equal variances not assumed

-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429

Post1

Equal variances assumed 592 452 367

22 18 000 333700 09087 314608 352792

Equal variances not assumed

36722 16855 000 333700 09087 314515 352885

Post2

Equal variances assumed 906 354 264

19 18 000 239500 09066 220454 258546

Equal variances not assumed

26419 16265 000 239500 09066 220307 258693

70

Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis

(Laurence amp Bacharach 1964)

2g mencit 20g tikus 400g marmot

l5Kg kelinci

20Kg kucing

40Kg kera

120Kg anjing

70Kg manusia

20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879

200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560

400 g marmot

008 057 10 225 24 52 102 315

l5Kg kelinci

004 025 044 10 106 24 45 142

20Kg kucing

003 023 042 092 10 22 41 130

40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61

120Kg anjing

0008 006 010 0022 024 052 10 31

70Kg manusia

00026 0018 0031 007 0013 016 032 10

71

Lampiran 4

Foto Penelitian

Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)

72

Lampiran 5

Data Hasil Penelitian

Kelompok Kontrol

Pre test Post test Pre test Post Test

752 647 769 694

779 670 773 664

745 660 803 653

769 643 817 677

783 653

786 684

Kelompok Perlakuan

Pre Test Post test

412 391

436 412

442 425

425 401

453 436

466 442

432 405

456 432

470 453

476 463

Page 29: PEMBERIAN INJEKSI GLUTATION INTRAPERITONEAL

11

213 Teori Kontrol Genetika

Teori terfokus pada kode genetik yang ada dalam DNA meskipun seluruh

aspek diwariskan dalam gen tiap individu waktu jam biologis tergantung pada

pola hidup penuaan masing-masing individu Tiap individu memiliki jam biologis

yang telah diatur waktunya Berhentinya jam biologis menandakan proses

penuaan dan meninggal (Goldman dan Klatz 2003)

Ilmu Kedokteran Anti Penuaan melakukan upaya mencegah dan

memperbaiki kerusakan yang terjadiTerapi Gen diharapkan dapat memberikan

solusi dalam menghadapi takdir genetika terhadap beberapa penyakit keturunan

214 Teori Neuroendokrin

Teori yang menyangkut peranan berbagai hormon bagi fungsi organ tubuh

diperkenalkan oleh Vladimir DilmanPhD

Hormon mengatur dan memperbaiki fungsi tubuh Pada usia muda

berbagai hormone masih berfungsi baik dalam mengendalikan berbagai fungsi

organ tubuh Ketika manusia menjadi tua produksi hormon menurun fungsi

tubuh menjadi terganggu Contoh Growth Hormone yang membantu

pembentukan massa otot testosteron dan hormone tiroid akan menurun tajam

pada usia tua Ditandai dengan rasio lemak dan otot yang meningkat Terapi sulih

hormone dapat membantu masalah tersebut dan mengembalikan fungsi hormone

tubuh sehingga memperlambat proses penuaan

12

22 Radikal Bebas

221 Definisi Radikal Bebas

Radikal bebas adalah molekul (kumpulan atom) yang memiliki elektron

yang tidak berpasangan Oksidan adalah senyawa penerima elektron yaitu

senyawa yang dapat menarik elektron Kedua jenis senyawa ini memiliki aktifitas

yang sama dan memberikan akibat yang hampir sama tetapi dengan proses yang

berbeda (Winarsi 2007) Radikal Bebas digolongkan dalam oksidan namun tidak

setiap oksidan adalah radikal bebas (Suryohudoyo 2000)

Sumber oksidan berasal dari

Tubuh sendiri yaitu berasal dari proses fisiologis namun oleh suatu sebab

jumlahnya menjadi banyak

Proses peradangan

Luar tubuh seperti polutan obat-obatan

Radikal bebas lebih berbahaya dibanding senyawa oksidan non radikal

222 Tahapan Terbentuknya Radikal Bebas dan Sifatnya

Tahapan terbentuknya radikal bebas terjadi melalui sederetan mekanisme

reaksi

1 Tahap Inisiasi yaitu tahap yang menyebabkan terbentuknya radikal bebas

Cu

RH + O2 R + H2O

2 Tahap Propagasi yaitu tahap dimana radikal bebas cenderung bertambah

banyak dengan membuat reaksi rantai dengan molekul lipid lain

13

R + O2 RO2

RO2 + RH R + ROOH

3 Tahap Terminasi yaitu apabila terjadi reaksi antara radikal bebas dengan

radikal bebas lain atau antara radikal bebas dengan suatu senyawa pembasmi

radikal bebas (scavenger)

R1 + R2 R 1 R 2

Reduksi oksigen memerlukan pengalihan empat electron (electrotransfer)

Pengalihan ini tidak dapat sekaligus tetapi dalam empat tahapan yang setiap

tahapan hanya melibatkan pengalihan satu elektron Kendala yang mengharuskan

oksigen hanya dapat menerima satu elektron setiap tahap menyebabkan

terjadinya dua hal yaitu kurang reaktifnya oksigen dan terbentuknya senyawa-

senyawa oksigen reaktif seperti O2 (radikal superoksida) H2O2 (hydrogen

peroksida) OOH (radikal peroksil) dan OH (radikal hidroksil)

Radikal Bebas memiliki 2 sifat yaitu

1 Reaktifitas tinggi karena cenderung menarik elektron

2 Mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal

Elektron dari Radikal Bebas berikatan dengan senyawa yang berikatan

kovalen seperti lipid protein dan DNA akan sangat berbahaya karena ikatan

digunakan bersama-sama pada orbit luarnya Dibanding senyawa oksigen reaktif

radikal hidroksil merupakan senyawa yang paling berbahaya karena reaktifitasnya

yang sangat tinggi

Radikal hidroksil dapat merusak 3 jenis senyawa penting yang berfungsi

untuk mempetahankan integritas sel yaitu

14

1 Asam lemak tak jenuh yang merupakan komponen penting fosfolipid

penyusun membran

2 DNA pembawa genetik sel

3 Protein memegang berbagai peran penting seperti enzim reseptor antibodi

sitoskeleton

Dari ketiga senyawa tersebut yang paling rentan adalah senyawa asam

lemak tak jenuh ganda pada membran sel yang mengakibatkan rapuhnya dinding

sel Senyawa oksigen reaktif ini juga merusak dinding bagian dalam pembuluh

darah sehingga mengakibatkan pengendapan koleserol dan menyebabkan

aterosklerosis Apabila senyawa oksigen reaktif ini merusak basa DNA akan

terjadi kekacauan sistem info genetika berlanjut pada pembentukan sel kanker

Jaringan lipid yang rusak memicu munculnya penyakit degeneratif

Fosfolipid glikolipid dan kolesterol merupakan komponen terpenting

membran sel Komponen fosfolipid dan glikolipid mengandung asam lemak tak

jenuh (asam linoleat linolenat arakidonat) sangat rawan terhadap serangan

radikal hidroksil yang dapat menimbulkan reaksi rantai yang dikenal sebagai

Lipid peroxidation

Peroksidase lipid

LH + OH --- H + H2O

Asam lemak Radikal Bebas

L + O2 -- LOO

Radikal peroksilipid

LOO + LH --- L + L OOH dan seterusnya

15

Hasil akhir dari proses ini adalah terputusnya rantai asam lemak menjadi

berbagai senyawa yang bersifat toksik terhadap sel antara lain berbagai macam

aldehid seperti Malondealdehyde (MDA)

223 Peranan Radikal Bebas dalam proses penuaan

Pada usia muda keseimbangan antara radikal bebas dan pertahanan

antioksidan berfungsi dengan baik seiring dengan pertambahan usia

keseimbangan terganggu karena cadangan antioksidan berkurang dan radikal

bebas berlebih (Saxena dan Lan 2006)

Akibat ketidakseimbangan ini terjadi kerusakan oksidatif (Arief 2010)

Kerusakan ini disebabkan oleh radikal bebas dan merusak 3 komponen utama

yang mempertahankan integritas sel seperti fosfolipid (penyusun membrane sel)

DNA (perangkat genetik) protein (enzim reseptor antibodi) (Fouad 2007)

Ketidakseimbangan antara antioksidan dan senyawa oksigen reaktif

menghasilkan stress oksidatif penyebab kanker penuaan aterosklerosis cedera

iskemik peradangan dan penyakit degeneratif (Parkinson Alzheimer)

(Pangkahila 2007)

23 Stress Oksidatif

231 Keadaan yang menyebabkan stress oksidatif

Pada saat jumlah antioksidan tubuh kurang dari yang diperlukan untuk

meredam efek buruk dari radikal bebas keadaan ini disebut Stress oksidatif Bila

terjadi dalam waktu yang lama akan terjadi penumpukan hasil kerusakan

16

oksidatif di dalam sel dan jaringan yang mengakibatkan hilangnya fungsi sel

jaringan dan akhirnya mati Hal ini merupakan penyebab utama proses penuaan

(Bagiada 2001)

Keadaan yang menyebabkan Stress Oksidatif ini salah satunya adalah

pelatihan fisik berat atau berlebih (Hersh 2004) Stress oksidatif dapat

dikendalikan antara lain dengan membiasakan untuk menerapkan pola hidup sehat

dan mengkonsumsi antioksidan diharapkan akan memacu kerja antioksidan

dalam tubuh

MDA merupakan hasil dari proses peroksidasi lipid meningkatnya MDA

menunjukkan adanya suatu kondisi Stress Oksidatif menurunnya MDA

menunjukkan adanya perbaikan dari kondisi Stress tersebut sehingga MDA dapat

dipakai sebagai biomarker Stress oksidatif

24 Pelatihan Fisik

241 Olahraga

Pelatihan fisik atau olahraga merupakan satu kegiatan yang penting bagi

kehidupan manusia Olahraga merupakan alternatif kegiatan yang dapat

meningkatkan derajat kebugaran fisik seseorang apabila dilakukan dengan dosis

takaran yang benar Menurut Sharkey olahraga dapat meningkatkan pengeluaran

energi dan tingkat pengeluaran tersebut berkaitan dengan intensitas dan durasi

aktifitas yang dilakukan (Sharkey 2003) Latihan fisik atau olahraga yang

memperhatikan frekuensi intensitas tipe dan waktu mendukung dalam

mendapatkan hasil yang maksimal dan menurunkan resiko cedera Latihan fisik

17

yang benar memberikan dampak perbaikan pada sistem fungsional paru dan

jantung sehingga terjadi hipertropi otot jantung penurunan detak jantung

istirahat peningkatan stroke volume peningkatan volume darah dan hemoglobin

menambah jumlah pembuluh darah kapiler serta berfungsi dalam proses

pembakaran energi (Fox 1998) Frekuensi latihan yang dianjurkan adalah 3-4x

seminggu dengan intensitas 72-87 dari denyut jantung maksimal (220-umur)

dengan variasi 10 denyut per menitTipe latihan yang dianjurkan adalah

pemanasan 15 menit kombinasi latihan aerobik dan latihan otot dalam waktu 30-

60 menit diakhiri pendinginan 10 menit (Pangkahila 2009)

Sumber energi yang dibutuhkan untuk pelatihan fisik aerobik yang

dominan didapat dari pembakaran simpanan karbohidrat lemak dan sebagian

kecil (5) dari pemecahan simpanan protein yang terdapat di dalam tubuh untuk

menghasilkan ATP (adenosine triphospate) ATP yang terdapat dalam jaringan

otot terbatas kebutuhan ATP dipertahankan oleh creatinin phosphate (CP) dan

glikogen yang tersimpan dalam otot (Hernawati 2009) Terdapat 3 jalur untuk

memberikan ATP tambahan sesuai yang dibutuhkan selama kontraksi otot

meliputi 1 Pemindahan fosfat berenergi tinggi dari kreatinin fosfat ke ADP 2)

Fosforilasi oksidatif (siklus asam sitrat dari sistem transportasi elektron) 3)

glikolisis (Sherwood 2001) Sedangkan pada aktifitas yang bersifat anaerobik

energi diperoleh dari hidrolisis phosphocreatine serta melalui glikolisis glukosa

secara anaerobik Proses ini dapat terjadi tanpa adanya oksigen (O2) Metabolisme

anaerobik ini menghasilkan asam laktat yang apabila terakumulasi dapat

menyebabkan rasa nyeri pada otot menimbulkan stress fisik Hal ini

18

menyebabkan latihan aerobik terasa lebih menyenangkan (Hernawati 2009)

Metabolisme aerobik jauh lebih efisien daripada anaerobik karena menghasilkan

38 molekul ATP per molekul glukosa versus hanya 2 molekul melalui jalur

anaerob

Pelatihan fisik atau olahraga yang teratur selain memberikan manfaat

perbaikan pada mental fisik dan fisiologis juga mempengaruhi hormon tubuh

kita antara lain (Sharkey2003)

1 Growth Hormone

Stimulasi sintesis protein (muscle tone development) dan kekuatan tulang

tendon ligament dan tulang rawan Penurunan penggunaan glukosa dan

peningkatan penggunaan lemak sebagai bahan bakar selama olahraga

Membantu mengurangi lemak tubuh dan mempertahankan glukosa darah pada

level normal sehingga membantu melakukan olahraga selama periode waktu

yang lebih lama Dilepaskannya Growth Hormone oleh kelenjar pituitari di

otak meningkat dengan meningkatnya waktu latihan aerobik

2 Endorphins

Opioid endogen dari kelenjar pituitary yang memblok rasa sakit menurunkan

nafsu makan membuat perasaan senang mengurangi tekanan dan kecemasan

Pada saat olahraga endorfin dalam darah meningkat sampai lima kali selama

aktifitas olahraga lebih dari 30 menit Endorfin membuat kita dapat melakukan

aktifitas latihan menjadi lebih tahan lama

19

3 Testosteron

Hormon yang penting untuk wanita dan pria dalam mempertahankan tonus

volume kekuatan otot meningkatkan angka rata metabolisme basal

menurunkan lemak tubuh dan merasa lebih percaya diri Diproduksi oleh

ovarium pada wanita dan testis pada laki-laki Testosteron pada wanita hanya

sepersepuluh kadar testosteron pada laki-laki Pada wanita testosteron

berperan pada pengaturan libido dan orgasme Produksi pada wanita menurun

saat menjelang menopause sedangkan pada pria pada usia memasuki usia 40

tahun Kadar testosteron darah mulai meningkat setelah 20 menit olahraga

baik pada wanita maupun pria dan tetap tinggi sampai 1-3 jam setelah

olahraga

4 Estrogen

Estrogen secara biologis aktif adalah 17 beta estradiol meningkatkan

pemecahan lemak dari lemak tubuh sehingga dapat digunakan sebagai sumber

tenaga meningkatkan rata-rata metabolisme basal meningkatkan mood

meningkatkan libido Hormon ini disekresi oleh ovarium meningkat saat

olahraga dan tetap meningkat sampai 1-4 jam setelah olahraga

5 Thyroxine (T4)

Hormon yang diproduksi oleh kelenjar tiroid meningkatkan metabolisme

hampir semua sel dalam tubuh Peningkatan metabolisme ini membantu kita

merasa lebih energik dan juga menyimpan kalori penting untuk penurunan

berat badan Kadar tiroksin dalam darah meningkat sekitar 30 selama

20

olahraga dan tetap meningkat sampai beberapa jam sesudahnya Olahraga

yang teratur juga meningkatkan level tiroksin saat istirahat

6 Epinephrine

Hormon yang diproduksi oleh medulla adrenal yang meningkatkan jumlah

darah yang dipompa oleh jantung dan mengarahkan aliran darah ke tempat

yang diharapkan Stimulasi pemecahan glikogen (karbohidrat yang disimpan)

dalam otot yang aktif dan hati untuk digunakan sebagai sumber tenaga

Menstimulasi pemecahan lemak (lemak yang disimpan dalam otot yang aktif)

dan digunakan sebagai sumber tenaga Sejumlah epinefrin yang dilepaskan

berhubungan dengan intensitas dan durasi latihan

7 Insulin adrenalin

Hormon yang penting dalam mengatur gula darah dan asam lemak (lemak)

dan asam amino (protein) dalam sel Sekresi insulin oleh pancreas meningkat

sehubungan dengan respon meningkatnya kadar gula darah dan protein yang

biasa terjadi setelah makan Semakin banyak gula sederhana yang dikonsumsi

semakin tinggi respon insulin Meningkatnya insulin menyebabkan produksi

lemak sehingga insulin sering disebut sebagai hormon lemak atau fat

hormone Pada orang dengan berat badan berlebih terjadi resistensi insulin

sehingga diperlukan insulin dalan jumlah yang lebih besar untuk didapatkan

efek yang sama sehingga didapatkan kadar insulin darah yang lebih tinggi dan

latihan aerobik setiap hari Kadar insulin darah mulai menurun 10 menit saat

olahraga dan terus menurun sekitar 70 menit olahraga Olahraga yang teratur

juga meningkatkan sensitivitas sel terhadap insulin dalam keadaan istirahat

21

8 Glucagon

Hormon yang diproduksi oleh pankreas tugasnya meningkatkan kadar gula

darah Saat gula darah rendah glukagon disekresi dan menyebabkan simpanan

karbohidrat di dalam hati dilepaskan ke aliran darah untuk meningkatkan

kadar gula mencapai kadar normal Glukagon juga menyebabkan

dipecahkannya lemak sehingga dapat digunakan sebagai bahan bakar atau

sumber tenaga Glukagon mulai disekresi pada 30 menit awal olahraga ketika

gula darah mulai menurun

242 Pelatihan Fisik Berlebih

Pelatihan fisik berlebih menimbulkan gangguan pada sistem endokrin

terjadi peningkatan kadar kortisol dan penurunan kadar testosteron (Maffetone

2007) peningkatan ACTH penurunan LH plasma

Sindrom pelatihan fisik berlebih dalam jangka panjang mengakibatkan

terjadinya inflamasi infeksi yang lebih lanjut dapat mempengaruhi kesehatan

secara umum Aktifitas berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena

terjadi peningkatan konsumsi O2 oleh aktifitas otot skeletal Meskipun oksigen

dibutuhkan oksigen juga bersifat toksik yang dapat memicu peningkatan ROS

Pada organ yang tidak mendapat oksigen dan nutrisi yang cukup akan

menimbulkan keadaan iskemik dan kerusakan mikrovaskular Keadaan ini disebut

sebagai Reperfusion Injury yang memicu terjadinya kerusakan jaringan dan

peningkatan Radikal Bebas

22

Pelatihan fisik berlebih meningkatkan terbentuknya Radikal Bebas

(Adiputra 2008) Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh untuk

melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam organ dan

pembuluh darah (Giriwijoyo 2004) Apabila berlebih menyebabkan kerusakan

sel dengan 3 cara (Kumar et al2005 Ebenhardt 2001)

1 Kerusakan DNA mengakibatkan mutasi DNA bahkan kematian sel

2 Peroksidasi lipid membrane sel dan sitosol menyebabkan terjadinya proses

reduksi asam lemak sehingga mengakibatkan kerusakan membran dan organel

sel

3 Modifikasi protein teroksidasi oleh karena cross linking protein

Bila radikal bebas bertemu dengan asam lemak tak jenuh ganda daalam

membrane sel terjadi reaksi peroksidasi lipid membran sel menyebabkan

peningkatan fluiditas membran gangguan integritas membran dan inaktivasi

ikatan membran dengan enzim dan reseptor Tahap akhir dibebaskan aldehyde

seperti malondealdehyde pentane etana conjugated diane yang bersifat merusak

tubuh (Murray et al2000)

Pelatihan fisik berlebih menyebabkan terjadinya peningkatan lekosit atau

lekositosis peningkatan isoprostan dalam urin protein carbonil (73) catalase

(96) glutation peroksidase serta glutation teroksidasi (25) Dapat

disimpulkan pelatihan fisik berlebih merangsang respon biomarker stres oksidatif

(Murray et al 2000) Proses penuaan mengakibatkan penurunan sistem imun

sehingga meningkatkan resiko infeksi Menurut teori aktifitas sedang dapat

menangkal efek proses penuaan yang diakibatkan penurunan sistem imun Studi

23

yang dilakukan Shepard dan Shek menunjukkan bahwa aktifitas sedang dapat

ditoleransi dengan baik oleh individu lanjut usia dan menunjukkan penurunan

stimulasi proliferasi limfosit

Gejala ndash gejala yang dirasakan apabila melakukan pelatihan fisik berlebih

(overtraining) (Maffetone 2007)

1 Sering mengalami kegagalan dalam melakukan latihan yang biasanya kita

lakukan Kondisi fisik menjadi semakin lemah dan semakin lambat terjadi

kemunduran

2 Kehilangan otot dan terjadi penimbunan lemak Latihan fisik berlebih

meyebabkan rasio testosteron kortisol yang seharusnya positif yang berarti

lebih banyak otot dan lebih sedikit lemak menjadi negatif yang berarti cortisol

lebih tinggi dibanding testosteron yang berarti terjadi peningkatan resistensi

insulin dan penimbunan lemak

3 Merasa lemas mudah tersinggung sulit tidur

4 Persendian tulang dan anggota tubuh terasa sakit

Terjadinya DOMS (delayed onset muscle soreness) menunjukkan teknik

latihan yang salah atau postur saat latihan yang tidak tepat DOMS merupakan

respon alami yang akan hilang dalam waktu sehari atau 2 hari tetapi apabila

nyeri berkepanjangan menunjukkan adanya overtraining

5 Sering tiba-tiba jatuh sakit

Latihan fisik berlebih menurunkan sistem imun tubuh kita sehingga menjadi

lebih mudah sakit

24

Latihan fisik berat jangka panjang berkaitan dengan cedera serat

ototKerusakan yang terjadi berhubungan dengan intensitas durasi dan tipe

latihan Ketika cell death terbentuk jaringan nekrotik dibuang oleh sel fagosit

sel satelit teraktivasi menuju ke area yang cedera menjadi myoblast dan

selanjutnya menjadi serat otot Enzim otot yang dilepaskan tidak sepenuhnya

merefleksikan kerusakan struktural yang diperkirakan oleh analisis histologis

Perubahan penanda biologis cedera otot (seperti aktifitas kreatin kinase (CK)

lactate dehydrogenase (LDH) atau konsentrasi malondialdehyde di plasma

(MDA)) sering diperiksa selama overtraining Serum aktivitas CK dan

konsentrasi MDA plasma dapat gagal meningkat saat overtraining perubahan

parameter biokimia hanya merefleksikan otot dengan beban berlebih Setelah

olahraga yang lama pro-inflammatory cytokines diproduksi lokal pada otot

skeletal

Tanda dan gejala fisik latihan fisik berlebih (overtraining)

- Denyut jantung atau nadi yang meningkat saat istirahat

- Tidak toleransi terhadap latihan

- Penampilan yang menurun

- Penurunan berat badan berkurangnya massa otot tidak nafsu makan

- Kelelahan chronic fatigue lethargy

- Nyeri dan kerusakan otot nyeri sendi

- Mudah terserang flu pembengkakan kelenjar getah bening di leher

selangkangan dan ketiak

- Konstipasi atau diare

25

- Gangguan haid gangguan makan gangguan tidur

- Sakit kepala gangguan pencernaan

- Pemulihan yang berlangsung lambat setelah latihan

- Sendi otot tendon terasa kaku dan sakit

Tanda dan gejala psikologis

- Lelah capek kekurangan tenaga

- Insomnia sakit kepala tidak mampu untuk beristirahat

- Depresi gelisah cemas apatis

- Menurunnya kepercayaan diri

- Menurunnya kemampuan untuk berkonsentrasi

- Mudah stress

Efek biokimia dari Latihan Fisik Berlebih

- Meningkatnya serum kortisol dan SHBG

- Menurunnya serum total dan free testosterone rasio testosteron kortisol

- Menurunnya glikogen otot

- Menurunnya serum hemoglobin besi dan ferritin

Faktor yang mempengaruhi terjadinya overtraining

- Jetlag

- Bekerja terlalu keras

- Menstruasi

- Nutrisi gaya hidup yang buruk

- Kurang istirahat

- Terlalu banyak mengkonsumsi alkohol

26

- Kurangnya kemampuan mengatasi stress

Penanganan overtraining atau Latihan Fisik berlebih

- Massage

Massage pada jaringan dalam dapat melepaskan otot yang tegang

mempertahankan keseimbangan sistem muskulo-skeletal Pemijatan atau

massage yang teratur dapat membantu mencegah cedera yang mungkin

terjadi karena overuse

- Menggunakan roller busa

Penggunaan roller busa memungkinkan kita dapat melakukan massage

atau pemijatan sendiri Kita dapat juga memakai yang berbentuk bola atau

bola tenis untuk membantu menghilangkan rasa sakit Pemijatan ini dapat

dilakukan di tungkai lutut hamstring bahu punggung atau otot atau sendi

manapun

- Terapi suhu kontras

Air pancuran hangat dan dingin bergantian menstimulasi tubuh untuk

pulih lebih cepat Otot membawa impuls yang terasa pada kulit bagian

dalam tubuh di mana terjadi stimulasi sistem imun memperbaiki sirkulasi

dan pencernaan mempengaruhi produksi hormon stress meningkatkan

aliran darah mengurangi sensitivitas nyeri

- Pengaturan makanan

Membantu proses pemulihan penting untuk mengkonsumsi makanan

tinggi karbohidrat protein dan lemak sehat seperti Omega 3 omega 6

omega 9 asam lemak esensial Karbohidrat memberikan sumber tenaga

27

pada tubuh dan otak asam lemak esensial membantu mengurangi depresi

memperbaiki pemulihan protein akan membangun kembali otot yang

mengalami overtraining

- Mengkonsumsi vitamin

Ketika terjadi overtraining suplementasi sangat menguntungkan Vitamin

dan suplementasi mineral sebaiknya dikonsumsi pagi hari bersama dengan

makanan untuk penyerapan yang lebih baik

Defisiensi Vitamin yang biasa terjadi

- Vitamin A (Beta-Caroten)

- Vitamin B kompleks vitamin B12

- Vitamin C D E K

- Asam Folat

Defisiensi Mineral yang biasa terjadi

- Calcium

- Chromium

- Copper Iodine Iron

- Magnesium Fosfor

- Potassium

- Sodium

- Sulfur

- Zinc

28

25 Antioksidan

Radikal Bebas merupakan senyawa reaktif yang secara alami diproduksi

oleh tubuh manusia Radikal Bebas memberikan efek positif atau efek negatif

Untuk membatasi efek negatif tersebut dibutuhkan kompleks proteksi ndash sistem

antioksidan Sistem ini terdiri dari enzim antioksidan (katalase glutation

peroksidase superoksid dismutase) dan antioksidan non enzimatik ( vitamin E-

tokoferol vitamin A- retinol vitamin C- asam askorbat) Keseimbangan antara

produksi radikal bebas dan pertahanan antioksidan menunjukkan tingkat stress

oksidatif yang mungkin terlibat dalam proses penuaan dan pada beberapa

patologi (misalnya kanker Parkinson) (Winarsi 2007)

Latihan fisik juga meningkatkan stress oksidatif dan menyebabkan

gangguan homeostasis Latihan memberikan efek positif dan efek negatif

tergantung dari beban latihan spesifikasi latihan dan tingkat basal latihan Stress

oksidatif terlibat dalam terjadinya muscular fatigue dan mengarah ke

overtraining

Definisi antioksidan menurut Cadenas adalah suatu senyawa yang apabila

terdapat dalam jumlah yang lebih banyak dibanding senyawa yang teroksidasi

secara signifikan dapat menunda atau mencegah proses oksidasi senyawa tersebut

(Cadenas 2002) Secara kimia antioksidan adalah senyawa pemberi electron

Secara biologis antioksidan adalah senyawa yang mampu menangkal dan

meredam dampak negative oksidan dalam tubuh Antioksidan mendonorkan satu

elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa oksidan tersebut dapat

dihambat (Winarsi 2007)

29

Penting sekali keseimbangan antara oksidan dan antioksidan karena

berfungsi menjaga integritas dan berfungsinya membrane lipid protein sel dan

asam nukleat Senyawa asam lemak tak jenuh penyusun membrane lipid sangat

sensitive terhadap perubahan keseimbangan antara oksidan dan antioksidan

Menurut mekanisme kerjanya antioksidan dikelompokkan atas 3 yaitu

1 Antioksidan primer SOD katalase glutation peroksidase (GSH-Px)

Bekerja pembentukan senyawa radikal bebas yang telah terbentuk menjadi

molekul yang kurang aktifSedangkan antioksidan primer yang dapat

ditambahkan dari luar seperti glutation asam lipoat SOD melatonin

2 Antioksidan sekunder vitamin E vitamin C beta karoten flavonoid asam

urat albumin (Soewoto 2001)

Merupakan antioksidan eksogenous atau non enzimatis (Winarsi 2007)

Bekerja dengan cara memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal bebas

atau dengan cara menangkapnya

3 Antioksidan tertier meliputi system enzim DNA-repair dan metionin

sulfoksida reduktase Berfungsi dalam perbaikan biomolekuler yang rusak

akibat reaktivitas radikal bebas

26 Glutation sebagai antioksidan

Glutation merupakan tripeptida yang terdiri dari asam amino glutamat

sistein dan glisin (Cadenas 2002)Ikatan glutamat ndash sistein merupakan ikatan

isopeptida antara grup γ-karboksil dari glutamat dan grup α amino dari

sisteinIkatan unik ini membuat gluation tahan terhadap degradasi oleh proteases

30

dan peptidases yang berfungsi pada peralihan proteinMerupakan suatu

antioksidan yang mencegah kerusakan komponen seluler oleh reactive oxygen

species seperti radikal bebas dan peroksidGlutation bukan nutrisi esensial karena

disintesa di dalam tubuh dari asam amino L-sistein L-glutamic acid dan glycine

Gambar 21 Struktur GSH dan GSSG

Glutation terdapat pada sebagian besar sel tubuh tetapi terbanyak terdapat

di dalam hati Grup thiol (SH) dari sistein berfungsi sebagai donor proton dan

bertanggungjawab untuk aktifitas biologis glutation Provisi asam amino ini

merupakan faktor yang terbatas dalam sintesis glutation oleh sel karena sistein

relatif jarang pada makanan Apabila dilepaskan sebagai asam amino bebas

sistein adalah toksik dan secara spontan dikatabolisasi di saluran pencernaan dan

plasma darah

Glutation disintesis dalam 2 tahap

1 Gamma-glutamylcysteine disintesa dari L-glutamate dan sistein melalui enzim

gamma-glutamylcysteine sintetase (glutamate cysteine ligase GCL)

31

2 Glisin ditambahkan pada C-terminal dari gamma-glutamylcysteine melalui

enzim glutation sintetase

261 Fungsi Glutation

Glutation terdapat dalam bentuk tereduksi (GSH) dan teroksidasi (GSSG)

Grup thiol dari sistein mampu memberikan donor elektron ke molekul lain yang

tidak stabil seperti Reactive Oxygen Species (ROS) Pada saat mendonorkan

elektronnya glutation menjadi reaktif dan segera bereaksi dengan glutation reaktif

lainnya membentuk glutation disulfide (GSSG)Reaksi mungkin terjadi apabila

terdapat konsentrasi yang cukup tinggi di sel (sampai 5mm di hati) GSH dapat

terbentuk kembali dari GSSG oleh enzim glutation reduktase Pada sel atau

jaringan yang sehat terdapat lebih 90 dari total simpanan glutation terdapat

dalam bentuk tereduksi (GSH) dan kurang dari 10 dalam bentuk disulfide

(GSSG)

GSH ---- GSSG

Eliminasi ROS Menjaga protein thiols Antioxidant

dalam bentuk reduksi pools

Gambar 22 GSH Redox (Cadenas 2002)

GSH Redox merupakan indikator sentral keseimbangan antara stress

oksidatif dan system antioksidan GSH Redox berkaitan dengan detoksifikasi

Reactive Oxygen Species (ROS) berfungsi dalam mempertahankan tersedianya

antioksidan mempertahankan protein thiol dalam bentuk reduksi Rasio

32

GSHGSSG sering dipakai untuk mengekspresikan keseimbangan redox ini

Peningkatan rasio GSH-GSSG merupakan indikasi adanya Stress Oksidatif

(Goldman 2003)

Glutation mempunyai beberapa fungsi (Winarsih 2007)

- Sebagai antioksidan endogen mayor yang diproduksi oleh sel berpartisipasi

langsung pada netralisasi radikal bebas dan senyawa oksigen reaktif

mempertahankan antioksidan eksogen seperti vitamin C dan E pada bentuk

tereduksi (aktif)

- Pengaturan siklus nitric oxide yang sangat penting untuk kehidupan tetapi

dapat menjadi masalah apabila tidak teregulasi Digunakan untuk reaksi

metabolism dan biokimia seperti sintesis dan perbaikan DNA sintesis protein

sintesis prostaglandin transport asam amino dan aktivasi enzim Tiap sistem

di dalam tubuh kita dapat dipengaruhi oleh sistem glutation khususnya sistem

imun sistem saraf sistem gastrointestinal dan paru

Gambar 23 Detoksifikasi Lipid Hydroxyperoxides di usus halus

33

GSH yang ditransportasikan kedalam lumen digunakan untuk detoksifikasi

peroksid yang terbentuk dari makanan oleh glutation peroksidase (GSH Px)

Proses ini membutuhkan peroksid dan glutation yang tersedia di sel epitel GSSG

yang terbentuk direduksi kembali menjadi GSH oleh GSSG reduktase (GSSG

Rx) menggunakan NADPH sebagai reduktan

262 Suplementasi Glutation

Meningkatkan level GSH melalui suplementasi glutation langsung sulit

Penelitian terakhir menyatakan bahwa secara oral tidak diabsorpsi baik melalui

saluran pencernaan Studi mengenai konsumsi oral akut glutation dengan dosis

sangat besar 3 gram Witschi dan tim menemukan lsquoadalah tidak mungkin

meningkatkan glutation yang bermanfaat secara klinis dengan dosis tunggal 3

gram glutationrsquo

Glutation terdapat pada makanan sehari-hari sampai 150mghari dapat

diabsorpsi melalui intak di usus halus Individu sehat dengan asupan sulfur asam

amino (1-2 gramhari) jumlah GSH mungkin tidak cukup untuk mendapatkan

efek penting secara sistemik Individu dengan asupan sulfur asam amino yang

terbatas suplementasi GSH diperlukan untuk mempertahankan suplai GSH

sistemik dengan memperbaiki keseimbangan sulfur asam amino (Cadenas 2002)

Glutation hanya diabsorpsi di sel epitel oral dan traktus gastrointestinal

dan memberikan keuntungan kesehatan spesifik pada jaringan tersebut(Cadenas

2002)

34

SUPLAI HILANG

Makanan suplemen Degradasi

GSH

Empedu LUMINAL Uptake

Epitel Reaksi Detoksifikasi

Gambar 24 Supply dan Removal Glutation dalam lumen usus halus (Cadenas 2002) Glutation (GSH) disuplai ke dalam lumen intestinal melalui konsumsi oral

empedu dan sekresi epitel intestinal Jumlah yang disuplai dari empedu cukup

untuk mempertahankan jumlah 200microM pada tikus tetapi tidak cukup pada

manusia yang mengalami degradasi di duktus kantung empedu Jumlah yang

dikonsumsi melalui makanan bervariasi dan secara umum kurang dari 200 microM

Jumlah yang diberikan melalui epitel hanya sekitar 10 atau kurang

dibandingkan dengan yang disediakan oleh empedu Hilangnya Glutation karena

degradasi oleh γ-glutamyltranspeptidase dan dipeptidases pada permukaan sel

epitel ditransportasikan ke dalam sel oleh mekanisme sodium-dependent dan

sodium-independent konjugasi dengan elektrofil reaktif dikatalisasi oleh

glutathione-S transferase mucus (Cadenas 2002)

Vitamin D meningkatkan level glutation di otak dan tampaknya sebagai

katalis untuk produksi glutation Sejumlah vitamin D aktif di otak berikatan

dengan seberapa besar vitamin D3 baik melalui suplemen atau dibentuk di kulit

melalui paparan matahariHal ini menyatakan bahwa mengkonsumsi vitamin D

35

dan atau mendapat cukup paparan matahari meningkatkan produksi glutation

(Sellman 2009)

Konsentrasi glutation di plasma dan hati dapat ditingkatkan dengan

mengkonsumsi suplemen tertentu yang disebut GSH precursors N-asetilsistein

atau NAC glutation precursor yang paling memungkinkan Suplemen lain S-

adenosilmetionin (SAMe) dan whey protein juga dapat meningkatkan glutation

dalam sel (Sellman 2009)

NAC tersedia dalam bentuk obat dan sebagai suplemen generik Alpha

lipoic acid juga dapat mempertahankan glutation intraselular Melatonin dapat

menstimulasi enzim yang berkaitan glutation peroksidase dan silimarin ekstrak

dari biji tanaman milk thistle (Silybum marianum) juga mempunyai kemampuan

memperbarui level glutation

Glutation diatur dengan ketat di intraseluler dan dibatasi produksinya oleh

feedback negative inhibisi sintesisnya sendiri melalui enzim gamma-

glutamilsistein sintetase sehingga meminimalisir kemungkinan terjadinya

overdosis Penambahan glutation menggunakan precursor atau glutation intravena

adalah strategi untuk mengatasi defisiensi glutation stress oksidatif tinggi

defisiensi imun

Glutation yang rendah menunjukkan adanya pembuangan dan

keseimbangan negatif nitrogen seperti pada kanker AIDS sepsis trauma

terbakar dan bahkan atlet overtraining Suplementasi glutation dapat

memperbaiki proses ini dan contohnya pada AIDS memberi hasil adanya

perbaikan survival rates Bagimanapun studi mengenai kondisi ini belum dapat

36

membedakan glutation rendah sebagai akibat secara akut (pada pasien sepsis) atau

secara kronis (HIV) meningkatkan stress oksidatif dan peningkatan patologi

sebagai akibat defisiensi yang sudah ada sebelumnya

Skizofrenia dan gangguan bipolar berhubungan dengan glutation yang

rendah Stress oksidatif mungkin salah satu faktor dasar patofisiologi gangguan

bipolar gangguan depresif mayor dan skizofrenia Glutation (GSH) adalah

pemakan radikal bebas mayor di otakTidak adanya GSH meningkatkan

kerentanan sel terhadap stress oksidatif ditandai asetilsistein dapat mengurangi

gejala kedua gangguan tersebut

Glutation merubah level stress oksidatif pada sel yang diisolasi di

laboratorium sehingga dapat mengurangi perkembangan kanker Tes ini tidak

dilakukan pada manusia

Glutamat yang berlebihan di sinaps yang dapat dilepaskan pada kondisi

seperti cedera otak dapat menghambat pengambilan sistein senyawa pembentuk

glutation yang pentingTanpa proteksi dari cedera oksidatif oleh glutation sel-sel

dapat rusak atau mati (Sellman 2009)

Glutation juga mempunyai fungsi lain sebagai berikut (Sellman 2009)

Mencerahkan kulit

Mencegah menghilangkan jerawat dan bekas jerawat

Menghilangkan noda hitam

Anti aging dan anti kerut

Memberi nutrisi kulit

Membantu pemulihan luka

37

Membuat kulit menjadi halus segar dan bersinar

Kondisi kesehatan yang berhubungan dengan defisiensi glutation

Peningkatan proses penuaan

Kesulitan dalam keseimbangan

Gangguan mental

Masalah koordinasi

Gangguan sistem saraf

Akhir-akhir ini dipercaya sebagai penyebab lesi otak

Kanker HIV Katarak Diabetes Mellitus

Jumlah sperma yang rendah

263 Glutation Precursor (Sellman 2009)

Glutation Precursor disebut juga sebagai building-block dari glutation

yaitu N-asetilsistein atau NAC dan whey protein tidak terdenaturasi

Nasetilsistein adalah obat farmasi yang biasa digunakan bertahun-tahun untuk

mengobati overdose asetaminofen Hal ini sangat efektif ketika diberikan dalam

dosis besar di ruang darurat ketika seseorang akan mengalami gagal hati karena

overdosis asetaminofen komposisi aktif dari Tylenol

Efek sampingnya adalah bercak-bercak kemerahan bersin mual

anafilaksis reaksi alergi yang berupa kesulitan bernafas karena bronkospasme

tekanan darah menurun angioedema muntah kram diare Walaupun jarang

kematian pernah dilaporkan karena N-asetilsistein Beberapa orang mendapatkan

rasa dan bau yang tidak dapat diterima karena kandungan sulfur di dalamnya

38

Pengggunaan teratur untuk menaikkan kadar glutation tidak direkomendasikan

untuk anak-anak dan bayi Masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk

menentukan keamanan N-asetilsistein untuk penggunaan jangka panjang

Whey protein tidak terdenaturasi merupakan nutraceutical atau medicinal

foodSenyawa ini memberikan ikatan sistein ke sel-sel di mana glutation dapat

terbentuk di tempat tersebut

Beberapa kondisi yang tidak dapat mengkonsumsi whey protein

- Pasien dengan alergi protein susu

- Pasien dengan diet rendah protein

- Pasien yang sedang menjalani terapi imunosupresif

Efek sampingnya adalah kembung perut kram urtikaria Efek samping

karena overdosis tidak terjadi karena sel hanya membuat sebatas yang dibutuhkan

apabila berlebih kelebihan disimpan di hati dan ginjal sampai suatu saat kalau

dibutuhkan

264 Sumber Glutation dari makanan

Sumber glutation dari makanan yang disarankan adalah asparagus bayam

brokoli bawang putih kale bawang watercress kol Brussel sprout beberapa

bumbu seperti kunyit kayu manis semangka alpukat anggur peach jeruk

walnut granola daging kalkun dan daging ayam keju cottage dan yoghurt

39

Tabel 21 Makanan yang mengandung Glutation (Cadenas2002)

GSH Food Group mg100 g mgsaji Buah segar Apel 33 46 Pisang 41 48 Anggur 79 146 Jeruk 73 106 Semangka 66 283 Sayuran segar Asparagus dimasak 283 263 Alpukat 277 313 Brokoli dimasak 91 78 Wortel mentah 79 59 Tomat 90 109 Daging Hamburger 175 149 Ham rebus 233 13 Ayam digoreng 131 134 Sereal biji-bijian Cornflakes 00 00 Roti whole wheat 12 06 Roti putih 00 00 Nasi putih enriched dimasak 16 21 Produk Susu Susu whole 00 00 Keju Amerika 00 00 Yoghurt plain lowfat 00 00 Es krim 10 lemak 00 00

40

BAB III

KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

31 Kerangka Berpikir

Faktor penyebab penuaan antara lain faktor internal dan faktoreksternal

Faktor internal meliputi radikal bebas glikosilasi metilasi hormon yang

berkurang apoptosis system kekebalan tubuh yang menurun genetik Faktor

eksternal meliputi gaya hidup tidak sehat polusi lingkungan stress kemiskinan

kebiasaan yang salah olahraga berlebihan (overtraining) Berbagai faktor di atas

menyebabkan terjadinya penurunan fungsi tubuh dan terjadilah penuaan

Kerangka konsep penelitian berdasarkan teori bahwa salah satu penyebab

penuaan adalah radikal bebas Bila jumlah radikal bebas melebihi jumlah

antioksidan di dalam tubuh terjadilah stress oksidatif Radikal bebas dapat

merusak membran sel protein DNA dan berakibat fatal bagi kelangsungan hidup

sel jaringan Stress oksidatif yang berlangsung lama akan mengakibatkan

terjadinya penumpukan hasil kerusakan oksidatif di dalam sel dan jaringan

selanjutnya sel dan jaringan tersebut akan kehilangan fungsinya dan akhirnya

mati

Olahraga berlebih meningkatkan stress oksidatif karena terdapat

peningkatan konsumsi O2 oleh aktivitas otot skeletal Oksigen juga dapat bersifat

toksik yang dapat memicu peningkatan Reactive Oxygen Species (ROS)Organ

yang tidak mendapat cukup oksigen dan nutrisi menjadi iskemik dan terjadi

kerusakan mikrovaskular (Reperfusion Injury) memicu peningkatan radikal

40

41

bebas Dengan pemberian antioksidan Glutation yang merupakan antioksidan

master diharapkan dapat mencegah kerusakan lebih lanjut yang diakibatkan oleh

radikal bebas dengan cara melindungi sel dari Reactive Oxygen Species (ROS)

dan dapat dilihat melalui parameter MDA yang mengalami penurunan

32 Konsep Penelitian

Konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Gambar 31 Konsep Kadar MDA pada tikus yang diberikan Pelatihan Fisik Berlebih+ Placebo dan Pelatihan Fisik Berlebih + Glutation

FAKTOR INTERNAL

- Jenis Kelamin

- Usia

- Genetik

- Hormon

- Psikologis

FAKTOR EKSTERNAL

- Makanan

- Cuaca iklim

- Penyakit

- Exercise

GLUTATION

TIKUS

KADAR MDA

42

33 Hipotesis

Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan kadar MDA

tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

43

BAB IV

METODE PENELITIAN

41 Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksterimental dengan rancangan

randomized pre test-post test control group design (Poccock et al 2008)

Subyek terdiri dari 2 kelompok yaitu

1 Kelompok 1 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+ Placebo

2 Kelompok 2 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation

Semua kelompok sebelum perlakuan diberikan pre test (O1 O3) dan

dihitung rerata untuk masing-masing kelompok

Setelah perlakuan semua kelompok diberikan post test (O2 O4) dan

dihitung rerata untuk masing-masing kelompok

Kemudian dihitung perbedaan rerata antara pre test dan post test dari

masing-masing kelompok lalu hasil perbedaan tersebut dibandingkan secara

statistik

Gambar 41 Rancangan Penelitian

P S

43

R R

O1 P1 O2

O3 P2 O4

44

Keterangan

P = populasi

S = sampel

R = random

O1 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah mendapatkan

pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan placebo (pre test)

O2 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah diberikan pelatihan

fisik berlebih setelah diberikan placebo (post test)

O3 = observasi data MDA kelompok perlakuan setelah diberikan

pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan Glutation (pre test)

O4 = observasi data MDA kelompok perlakuan diberikan pelatihan fisik

berlebih setelah diberikan Glutation (post test)

P1 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih+ placebo

P2 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation

42 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran

Universitas Udayana pada bulan Januari ndash Maret 2012 Pemeriksaan MDA darah

tikus dikerjakan di bagian Program Antar Unit Universitas Gajah Mada

Jogyakarta

45

43 Populasi dan Sampel

431 Populasi

Subyek penelitian adalah tikus jantan dewasa galur Wistar yang berusia 2-

25 bulan dan dalam kondisi fisik sehat

432 Kriteria Sampel

4321 Kriteria Inklusi

Kriteria Inklusi yang ditetapkan sebagai sampel adalah sebagai berikut

a Tikus jantan dewasa galur Wistar

b Umur 2-25 bulan

c Berat badan plusmn200 gram

d Sehat

e MDA ge 5mmollt

4322 Kriteria Drop Out

Adalah sampel yang mati pada waktu penelitian

433 Besar Sampel

Besar sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini dihitung berdasarkan

rumus Poccock (2008)

Angka μ1 (5) dan μ2 (12) didapatkan dari penelitian sebelumnya (Ji 1998)

n=

46

= asymp 7

Keterangan

n = jumlah sampel

σ = standar deviasi kelompok perlakuan dengan pemberian

glutation (15)

f ( ) = besarnya didapat dari tabel (Poccock 2008)

μ1 = rerata hasil MDA pada kelompok perlakuan sesudah

pemberian glutatioacuten (5)

μ2 = rerata hasil MDA pada kelompok pre test (12)

Jadi jumlah sampel (n) = 675 dan ditambah 3 ekor tikus untuk masing-

masing kelompok sebagai cadangan Jadi total 20 ekor tikus dengan 10

ekor tikus untuk masing-masing kelompok

434 Teknik Pengambilan Sampel

Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat

sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi diambil secara acak

sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi

2 kelompok yaitu kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+placebo kelompok

dengan pelatihan fisik berlebih + glutation

47

44 Variabel Penelitian

441 Klasifikasi Variabel

Variabel penelitian dibedakan menjadi

1 Variabel Bebas dosis pemberian glutation

2 Variabel Tergantung kadar MDA

3 Variabel Terkendali varian tikus jantan (galur wistar) jenis

kelamin umur berat badan lingkungan

(pencahayaan suhu kelembaban nutrisi

kandang)

Gambar 42 Bagan Hubungan Antar Variabel

VARIABEL BEBAS

- Pelatihan fisik berlebih

- Glutation 37mg kgBBhari

VARIABEL TERGANTUNG

KADAR MDA

VARIABEL TERKENDALI

Varian tikus

Jenis kelamin umur berat badan

Pencahayaan suhu kelembaban nutrisi kandang

Makanan minuman

48

442 Definisi Operasional Variabel

1 Pelatihan fisik berlebih pada tikus adalah pelatihan yang berlebihan

yang diukur berdasarkan kemampuan maksimal berenang tikus pada

ember berdiameter 35 cm dengan kedalaman air 20 cm yang

dilakukan 60 menithari selama 35 hari pada waktu yang sama pada

suhu 32 derajat (Binekada 2002 dan Pepe2011)

2 Glutation yang diberikan adalah Glutation Teofarma injeksi sediaan

600mg 4 ml Dosis pemberian Glutation adalah pemberian sediaan

antioksidan Glutation dalam bentuk suntikan intraperitoneal yang

diberikan 1x sehari dan diberikan 6 jam sebelum pelatihan fisik

berlebih Dosis pemberian Glutation mengacu pada penelitian yang

dilakukan sebelumnya oleh Ji L L yaitu 37mgkgBBhari yang

dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril secara intraperitonial

3 MDA merupakan salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada

membran sel dan merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan

oleh radikal bebas Pengukuran kadar MDA menggunakan metode

Thiobarbituraic Acid Reactive Substances (TBARS) Pembacaan hasil

dengan menggunakan spektrofotometer Satuan MDA dalam mmoll

4 Cahaya suhu dan kelembaban merupakan kondisi lingkungan yang

dialami tikus jantan dewasa Pada penelitian ini kondisi lingkungan

selama percobaan dibuat sama

5 Berat badan tikus adalah berat badan yang ditimbang dengan

timbangan gram

49

6 Umur tikus adalah umur yang ditentukan dengan melihat tanggal

kelahiran yang dicatat pada kandang percobaan

7 Kondisi peneliti yang meliputi kesehatan fisik dan psikis peneliti

Penelitian dilaksanakan saat kondisi peneliti dalam keadaan baik

sehingga pengaruhnya terhadap hasil penelitian dapat diabaikan

45 Bahan dan Alat Penelitian

451 Bahan Penelitian

Glutation injeksi

Tikus jantan

Makanan tikus berupa pellet dan air minum dari air ledeng

Aquades steril

EDTA (Ethylenediamine tetraacetic acid)

Reagensia untuk pengukuran kadar MDA

452 Alat Penelitian

Alat yang dipakai dalam pengambilan data penelitian ini adalah

- Kandang tikus terbuat dari besi yang di dalamnya terdapat sekam dan

botol minuman

- Ember berdiameter 35 cm dan kedalaman air 20 cm

- Stopwatch

- Timbangan

- Spuit injeksi 1 ml

50

- Sarung tangan

- Kapas dan alkohol 70

- Tabung Evendorf

- Mikropipet

- Pipet kapiler

- Sentrifugasi

46 Prosedur Penelitian

1 Tikus jantan dewasa (Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan

berat badan plusmn200gram dilakukan aklimatisasi selama 2 minggu di

tempat penelitian untuk penyesuaian dengan lingkungan

2 Semua sampel tikus diberi perlakuan yang sama yaitu diberikan

pelatihan fisik berlebih dengan cara berenang sampai kelelahan pada

hari ke 7 kedua kelompok tersebut dilakukan pemeriksaan MDA

3 Mulai hari ke 8 ndash 35 sampel tikus yang berjumlah 20 ekor dibagi atas 2

kelompok di mana kelompok 1(kontrol) diberikan pelatihan fisik

berlebih + injeksi aquabidest intraperitoneal enam jam sebelum

perlakuan aktifitas berlebih kelompok ke 2 (perlakuan) diberikan

pelatihan fisik berlebih + injeksi intraperitoneal glutation 37

mgkgBBhari yang sudah dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril

4 Pada hari ke 35 dilakukan pemeriksaan kadar MDA pada masing-

masing tikus setelah bulu tikus kering

51

5 Selama penelitian hewan coba diberikan makanan dan minuman secara

teratur kebersihan dan kenyamanan kandang dijaga

461 Alur Penelitian

TIKUS ADAPTASI 2 MINGGU

PELATIHAN FISIK BERLEBIH 1 MINGGU

MDA

KELOMPOK 1 KELOMPOK 2

PELATIHAN FISIK BERLEBIH PELATIHAN FISIK BERLEBIH

+ AQUABIDEST (28 hari) +GLUTATION 37mgkgBBhari

28 HARI 28 HARI

MDA

Gambar 43 Bagan Alur Penelitian

462 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium

Pemantauan keselamatan tikus jantan (galur Wistar) di laboratorium

(Smith et al1988 Ngatidjan 2006) adalah sebagai berikut

1 Kandang tikus jantan harus cukup kuat tidak mudah rusak teratur dibersihkan

(1x seminggu) mudah dipasang kembali hewan tidak mudah lepas tahan

52

gigitan hewan kelihatan jelas dari luar Alas tempat tidur terbuat dari serbuk

gergaji atau sekam padi agar mudah menyerap air

2 Luas lantai yang memadai untuk tikus jantan dengan berat badan plusmn200 gram

adalah 60cm persegi dan tinggi 20 cm

3 Diciptakan suasana lingkungan yang stabil dan sesuai keperluan fisiologi tikus

jantan di mana kelembaban suhu pertukaran udara yang ekstrim harus

dihindari

4 Hewan coba hendaknya diperlakukan dengan kasih sayang

47 Pengolahan dan Analisis Data

Analisis data yang digunakan adalah

1 Analisis Deskriptif

2 Uji normalitas data dilakukan dengan tes Shapiro-Wilk Distribusi data

normal dengan nilai pgt005

3 Uji homogenitas dilakukan dengan Lavenersquos Test Data dinyatakan

homogen dengan nilai pgt005

4 Karena data berdistribusi normal dan homogen maka untuk uji

komparabilitas dipakai

- Uji t independent untuk membandingkan rerata kadar MDA antar

kelompok

- Uji Paired T- Test untuk membandingkan rerata kadar MDA pre

dan post masing-masing kelompok

- Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau

dinyatakan berbeda bila plt005

53

BAB V

HASIL PENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 20 ekor tikus jantan dewasa

(Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan berat badan plusmn200 gram sebagai

sampelyang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah 10 ekor

yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dankelompok

perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) Dalam penyajian hasil ini diuraikan

uji normalitas data uji homogenitas data uji komparabilitas dan uji efek

perlakuan

51 Uji Normalitas Data

Data Kadar MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan

pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji

Shapiro-Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005)

disajikan pada Tabel 51

53

54

Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing Kelompok Sebelum

dan Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Perlakuan n p Keterangan

Kadar MDA kontrol pre

Kadar MDA perlakuan pre

Kadar MDA kontrol post

Kadar MDA perlakuan post

10

10

10

10

0965

0550

0975

0697

Normal

Normal

Normal

Normal

52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok

Data Kadar MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun

sesudah perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test

Hasilnya menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52

Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA Sebelum dan

Sesudah Perlakuan

Variabel F p Keterangan

Kadar MDA pre

Kadar MDA post

0016

0592

0901

0452

Homogen

Homogen

53 Kadar MDA

531 Uji komparabilitas

Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata kadar MDA

antar kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan

55

glutation Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada

Tabel 53 berikut

Tabel 53

Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata

Kadar MDA

SB T P

Aktivitas berlebih dan

placebo

Aktivitas berlebihdan

glutathion

10

10

518

529

028

029

089 0386

Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok

kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 518028mmoll dan rerata

kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 529029mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 089 dan nilai

p = 0386 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan

berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya tidak berbeda secara

bermakna (p gt 005)

532 Analisis efek perlakuan

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kadar MDA antar

kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation

56

Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54

berikut

Tabel 54 Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata

Kadar MDA

SB T P

Aktivitas berlebih dan

placebo

Aktivitas berlebihdan

glutathion

10

10

778

444

023

017

3672 0001

Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok

kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata

kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 444017mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 3672 dan nilai

p = 0001 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan

berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya berbeda secara

bermakna (p lt 005)

57

Gambar 51 Perbedaan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

533 Analisis Komparasi Sebelum dengan Sesudah Perlakuan

Analisis komparasi diuji berdasarkan rerata kadar MDA antara sebelum

dengan sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation Hasil

analisis kemaknaan dengan uji t-paired disajikan pada Tabel 55 berikut

Tabel 55 Analisis KomparasiKadar MDA antara Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Kelompok Beda Rerata

pre ndash post p Keterangan

Aktivitas berlebih dan placebo

Aktivitas berlebih dan

glutathion

260

085

0001

0001

Meningkat

Menurun

58

Berdasarkan uji t-paired didapatkan bahwa ada penurunan kadar MDA

pada kelompok perlakuan secara bermakna sebesar 085mmoll sedangkan pada

kelompok kontrol mengalami peningkatan secara bermakna sebesar 260mmoll

59

BAB VI

PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian

Untuk menguji efek pemberian glutation terhadap penurunan kadar MDA

maka dilakukan penelitian terhadap 20 ekor tikus jantan dewasa (Galur Wistar)

sebagai sampel yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah

10 ekor yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dan

kelompok perlakuan (pelatihan fisik berlebih dan glutation)

62 Efek Pelatihan Fisik Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA

Hasil penelitian dan analisis data terhadap kadar MDA darah pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji

normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan homogenitas (Levenersquos test) pre-test dan post-

test masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)

Uji perbandingan 1 minggu pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan

injeksi antara kedua kelompok menggunakan uji t-independent Rerata kadar

MDA kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) adalah

518028mmoll dan rerata kelompok pelatihan fisik berlebih dan glutation

adalah 529029mmoll Analisis kemaknaan dengan uji t-independent

menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna kadar MDA darah antara

kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa

kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan injeksi rerata kadar MDAnya tidak

59

60

berbeda secara bermakna

Uji perbandingan setelah pemberian placebo dan glutation antara kedua

kelompok menggunakan t-independent Rerata kadar MDA kelompok kontrol

(aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata kelompok

perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) adalah 444017mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent antara kedua kelompok sesudah diberikan

placebo dan glutation menunjukkan perbedaan kadar MDA secara bermakna

(plt005) Hal ini berarti bahwa kelompok yang diberikan perlakuan berupa

placebo dan glutation 6 jam sebelum diberikan pelatihan fisik berlebih dengan

cara merenangkan selama 60 menit hari selama 35 hari rerata kadar MDA

berbeda secara bermakna Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh

untuk melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam

organ dan pembuluh darah (Giriwijoyo 2004)

Peningkatan kadar MDA sesudah diberikan pelatihan fisik berlebih pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan disebabkan karena pelatihan fisik

berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena terjadi peningkatan konsumsi

oksigen oleh aktifitas otot skeletal Stress oksidatif memicu peningkatan senyawa

oksigen reaktif Pada pelatihan fisik berlebih juga terjadi Reperfusion Injury yang

memicu terjadinya kerusakan jaringan dan peningkatan radikal bebas (Adiputra

2008) Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara menarik elektronnya

sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan sampai kematian sel

(Suryohudoyo 2000)

Pada penelitian ini didapatkan bahwa sesudah diberikan pelatihan fisik

61

berlebih dan placebo terjadi peningkatan kadar MDA sebesar 5024 Kadar

MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel (Winarsi

2007) Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pepe

(2011) bahwa pelatihan fisik berlebih meningkatkan kadar MDA Lebih lanjut

Murray et al (2000) juga menyatakan bahwa pelatihan fisik berlebih merangsang

respon biomarker stres oksidatif Sedangkan pada kelompok perlakuan yang

diberikan aktifitas berlebih dan glutation terjadi penurunan kadar MDA sebesar

1607 Terjadinya penurunan kadar MDA pada kelompok yang diberikan

glutation 6 jam sebelum melakukan pelatihan fisik berlebih disebabkan karena

pemberian antioksidan meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan

cara mendonorkan elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa

oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsi 2007) Glutation merupakan antioksidan

endogen yaitu antioksidan yang dapat disintesa dalam tubuh dari asam amino L-

sistein L-glutamat dan glisin (Cadenas 2002) yang juga sebagai master

antioksidan yaitu antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain

Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan

Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik (Hersh 2004) Glutation

merupakan salah satu antioksidan yang tidak dapat menjadi pro oksidan (Cadenas

2002) Normalnya sekali suatu antioksidan memakan radikal bebas antioksidan

ini menjadi teroksidasi sendiri dan menyerang sel yang sehat yang disebut

sebagai pro oksidan Glutation dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang

teroksidasi tersebut menjadi bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali

dalam memakan radikal bebas (Sellman 2009) Sehingga dengan demikian

62

glutation dapat membantu dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Urso

(2003) bahwa suplementasi antioksidan dapat mengatasi kondisi stress oksidatif

yang terjadi pelatihan fisik berlebih

Uji perbandingan antara data MDA pre dan post masing-masing kelompok

digunakan uji t-paired test Berdasarkan uji ini didapatkan hasil pada kelompok

perlakuan terjadi penurunan kadar MDA secara bermakna sebesar 085 mmollt

sedangkan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan kadar MDA secara

bermakna sebesar 260mmollt Terjadi penurunan kadar MDA pada kelompok

perlakuan menunjukkan pemberian antioksidan Glutation intraperitoneal dosis

37mgkgBBhari dapat mengatasi kondisi stress oksidatif yang terjadi pada

pelatihan fisik berlebih Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh

Urso (2003)

63

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

71 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan sebagai

berikut Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA

tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

72 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah

1 Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja glutation

yang lebih detail

2 Memperhatikan takaran latihan supaya tidak berlebihan yang justru akan

meningkatkan kerusakan sel

3 Perlu dilakukan uji klinis pada manusia

63

64

DAFTAR PUSTAKA

Adiputra N 2008Kesehatan Olah Raga Available from httpwwwbalihesgorgindexphpoption=com Accessed 2011 Oct 5th

Anonim 2011 Glutathione Available at

httpenwikipediaorgwikiGlutathione Accessed 2011 Oct 5th Anonim 2011 Overtraining Available at

httpwwwmarksdailyapplecomovertraining Accessed 2011 Oct5th

Asikin N 2001Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan InKursus Penyegaran dan Pelatihan Radikal bebas dan Antioksidan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta Fakultas Kedokteran UI

Bagiada NA 2001 Proses Penuaan dan Penanggulangannya Denpasar

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hal 22 Banerjee AK Mandal A Chanda D Chahraboti S 2003 Oxidant

Antioxidant and Physical ExerciseAvailable from httpwwwncbinlmnihgovpubmed14619981 accesed 2011 Sept 2nd

Binekada MC 2002 ldquoPelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Konsentrasi dan

Motilitas Spermatozoa Mencitrdquo(tesis) Denpasar Universitas Udayana

Cadenas E Jones PD 2002Bioavailability of Glutathione In Cadenas E

Packer L editorsHandbook of Antioxidants2nd Ed New York Marcel DekkerInc p549-564

Catala A 2006Lipid PeroxidationInt J Biochem Cell Biol 38 1482-1495 Dalle-DonneI Rossi R ColomboR Giustarini D Milzani

A2006Biomarkers of Oxidative Damage in Human Disease Available from httpwwwredorbitcomnewsscience473334biomarkersof oxidative damage in human diseaseindexhtmlaccessed2011 Sept 5th

Fouad T 2007 Free radicals Types Sources and Damaging Reaction

Relations Available from

64

65

wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th

Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th

Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112

Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors

ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their

Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69

Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan

Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th

Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz

R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155

Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester

Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th

Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala

T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200

Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and

Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders

66

Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana

LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia

Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647

Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from

httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit

Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK

Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620

Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji

Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah

Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009

Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan

Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132

Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde

Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521

Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley

Medical Publicationsp 123-141

Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI

Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable

from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer

67

Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole

Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam

Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI

Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam

Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya

Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan

Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47

Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant

Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th

Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan

Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105

68

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965

Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975

Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753

Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

69

Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan

Group Statistics

Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887

Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215

Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260

Perlakuan 10 42500 23348 07383

Independent Samples Test

Levenes Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df

Sig (2-

tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence Interval of the

Difference Lower Upper

Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428

Equal variances not assumed

-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429

Post1

Equal variances assumed 592 452 367

22 18 000 333700 09087 314608 352792

Equal variances not assumed

36722 16855 000 333700 09087 314515 352885

Post2

Equal variances assumed 906 354 264

19 18 000 239500 09066 220454 258546

Equal variances not assumed

26419 16265 000 239500 09066 220307 258693

70

Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis

(Laurence amp Bacharach 1964)

2g mencit 20g tikus 400g marmot

l5Kg kelinci

20Kg kucing

40Kg kera

120Kg anjing

70Kg manusia

20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879

200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560

400 g marmot

008 057 10 225 24 52 102 315

l5Kg kelinci

004 025 044 10 106 24 45 142

20Kg kucing

003 023 042 092 10 22 41 130

40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61

120Kg anjing

0008 006 010 0022 024 052 10 31

70Kg manusia

00026 0018 0031 007 0013 016 032 10

71

Lampiran 4

Foto Penelitian

Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)

72

Lampiran 5

Data Hasil Penelitian

Kelompok Kontrol

Pre test Post test Pre test Post Test

752 647 769 694

779 670 773 664

745 660 803 653

769 643 817 677

783 653

786 684

Kelompok Perlakuan

Pre Test Post test

412 391

436 412

442 425

425 401

453 436

466 442

432 405

456 432

470 453

476 463

Page 30: PEMBERIAN INJEKSI GLUTATION INTRAPERITONEAL

12

22 Radikal Bebas

221 Definisi Radikal Bebas

Radikal bebas adalah molekul (kumpulan atom) yang memiliki elektron

yang tidak berpasangan Oksidan adalah senyawa penerima elektron yaitu

senyawa yang dapat menarik elektron Kedua jenis senyawa ini memiliki aktifitas

yang sama dan memberikan akibat yang hampir sama tetapi dengan proses yang

berbeda (Winarsi 2007) Radikal Bebas digolongkan dalam oksidan namun tidak

setiap oksidan adalah radikal bebas (Suryohudoyo 2000)

Sumber oksidan berasal dari

Tubuh sendiri yaitu berasal dari proses fisiologis namun oleh suatu sebab

jumlahnya menjadi banyak

Proses peradangan

Luar tubuh seperti polutan obat-obatan

Radikal bebas lebih berbahaya dibanding senyawa oksidan non radikal

222 Tahapan Terbentuknya Radikal Bebas dan Sifatnya

Tahapan terbentuknya radikal bebas terjadi melalui sederetan mekanisme

reaksi

1 Tahap Inisiasi yaitu tahap yang menyebabkan terbentuknya radikal bebas

Cu

RH + O2 R + H2O

2 Tahap Propagasi yaitu tahap dimana radikal bebas cenderung bertambah

banyak dengan membuat reaksi rantai dengan molekul lipid lain

13

R + O2 RO2

RO2 + RH R + ROOH

3 Tahap Terminasi yaitu apabila terjadi reaksi antara radikal bebas dengan

radikal bebas lain atau antara radikal bebas dengan suatu senyawa pembasmi

radikal bebas (scavenger)

R1 + R2 R 1 R 2

Reduksi oksigen memerlukan pengalihan empat electron (electrotransfer)

Pengalihan ini tidak dapat sekaligus tetapi dalam empat tahapan yang setiap

tahapan hanya melibatkan pengalihan satu elektron Kendala yang mengharuskan

oksigen hanya dapat menerima satu elektron setiap tahap menyebabkan

terjadinya dua hal yaitu kurang reaktifnya oksigen dan terbentuknya senyawa-

senyawa oksigen reaktif seperti O2 (radikal superoksida) H2O2 (hydrogen

peroksida) OOH (radikal peroksil) dan OH (radikal hidroksil)

Radikal Bebas memiliki 2 sifat yaitu

1 Reaktifitas tinggi karena cenderung menarik elektron

2 Mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal

Elektron dari Radikal Bebas berikatan dengan senyawa yang berikatan

kovalen seperti lipid protein dan DNA akan sangat berbahaya karena ikatan

digunakan bersama-sama pada orbit luarnya Dibanding senyawa oksigen reaktif

radikal hidroksil merupakan senyawa yang paling berbahaya karena reaktifitasnya

yang sangat tinggi

Radikal hidroksil dapat merusak 3 jenis senyawa penting yang berfungsi

untuk mempetahankan integritas sel yaitu

14

1 Asam lemak tak jenuh yang merupakan komponen penting fosfolipid

penyusun membran

2 DNA pembawa genetik sel

3 Protein memegang berbagai peran penting seperti enzim reseptor antibodi

sitoskeleton

Dari ketiga senyawa tersebut yang paling rentan adalah senyawa asam

lemak tak jenuh ganda pada membran sel yang mengakibatkan rapuhnya dinding

sel Senyawa oksigen reaktif ini juga merusak dinding bagian dalam pembuluh

darah sehingga mengakibatkan pengendapan koleserol dan menyebabkan

aterosklerosis Apabila senyawa oksigen reaktif ini merusak basa DNA akan

terjadi kekacauan sistem info genetika berlanjut pada pembentukan sel kanker

Jaringan lipid yang rusak memicu munculnya penyakit degeneratif

Fosfolipid glikolipid dan kolesterol merupakan komponen terpenting

membran sel Komponen fosfolipid dan glikolipid mengandung asam lemak tak

jenuh (asam linoleat linolenat arakidonat) sangat rawan terhadap serangan

radikal hidroksil yang dapat menimbulkan reaksi rantai yang dikenal sebagai

Lipid peroxidation

Peroksidase lipid

LH + OH --- H + H2O

Asam lemak Radikal Bebas

L + O2 -- LOO

Radikal peroksilipid

LOO + LH --- L + L OOH dan seterusnya

15

Hasil akhir dari proses ini adalah terputusnya rantai asam lemak menjadi

berbagai senyawa yang bersifat toksik terhadap sel antara lain berbagai macam

aldehid seperti Malondealdehyde (MDA)

223 Peranan Radikal Bebas dalam proses penuaan

Pada usia muda keseimbangan antara radikal bebas dan pertahanan

antioksidan berfungsi dengan baik seiring dengan pertambahan usia

keseimbangan terganggu karena cadangan antioksidan berkurang dan radikal

bebas berlebih (Saxena dan Lan 2006)

Akibat ketidakseimbangan ini terjadi kerusakan oksidatif (Arief 2010)

Kerusakan ini disebabkan oleh radikal bebas dan merusak 3 komponen utama

yang mempertahankan integritas sel seperti fosfolipid (penyusun membrane sel)

DNA (perangkat genetik) protein (enzim reseptor antibodi) (Fouad 2007)

Ketidakseimbangan antara antioksidan dan senyawa oksigen reaktif

menghasilkan stress oksidatif penyebab kanker penuaan aterosklerosis cedera

iskemik peradangan dan penyakit degeneratif (Parkinson Alzheimer)

(Pangkahila 2007)

23 Stress Oksidatif

231 Keadaan yang menyebabkan stress oksidatif

Pada saat jumlah antioksidan tubuh kurang dari yang diperlukan untuk

meredam efek buruk dari radikal bebas keadaan ini disebut Stress oksidatif Bila

terjadi dalam waktu yang lama akan terjadi penumpukan hasil kerusakan

16

oksidatif di dalam sel dan jaringan yang mengakibatkan hilangnya fungsi sel

jaringan dan akhirnya mati Hal ini merupakan penyebab utama proses penuaan

(Bagiada 2001)

Keadaan yang menyebabkan Stress Oksidatif ini salah satunya adalah

pelatihan fisik berat atau berlebih (Hersh 2004) Stress oksidatif dapat

dikendalikan antara lain dengan membiasakan untuk menerapkan pola hidup sehat

dan mengkonsumsi antioksidan diharapkan akan memacu kerja antioksidan

dalam tubuh

MDA merupakan hasil dari proses peroksidasi lipid meningkatnya MDA

menunjukkan adanya suatu kondisi Stress Oksidatif menurunnya MDA

menunjukkan adanya perbaikan dari kondisi Stress tersebut sehingga MDA dapat

dipakai sebagai biomarker Stress oksidatif

24 Pelatihan Fisik

241 Olahraga

Pelatihan fisik atau olahraga merupakan satu kegiatan yang penting bagi

kehidupan manusia Olahraga merupakan alternatif kegiatan yang dapat

meningkatkan derajat kebugaran fisik seseorang apabila dilakukan dengan dosis

takaran yang benar Menurut Sharkey olahraga dapat meningkatkan pengeluaran

energi dan tingkat pengeluaran tersebut berkaitan dengan intensitas dan durasi

aktifitas yang dilakukan (Sharkey 2003) Latihan fisik atau olahraga yang

memperhatikan frekuensi intensitas tipe dan waktu mendukung dalam

mendapatkan hasil yang maksimal dan menurunkan resiko cedera Latihan fisik

17

yang benar memberikan dampak perbaikan pada sistem fungsional paru dan

jantung sehingga terjadi hipertropi otot jantung penurunan detak jantung

istirahat peningkatan stroke volume peningkatan volume darah dan hemoglobin

menambah jumlah pembuluh darah kapiler serta berfungsi dalam proses

pembakaran energi (Fox 1998) Frekuensi latihan yang dianjurkan adalah 3-4x

seminggu dengan intensitas 72-87 dari denyut jantung maksimal (220-umur)

dengan variasi 10 denyut per menitTipe latihan yang dianjurkan adalah

pemanasan 15 menit kombinasi latihan aerobik dan latihan otot dalam waktu 30-

60 menit diakhiri pendinginan 10 menit (Pangkahila 2009)

Sumber energi yang dibutuhkan untuk pelatihan fisik aerobik yang

dominan didapat dari pembakaran simpanan karbohidrat lemak dan sebagian

kecil (5) dari pemecahan simpanan protein yang terdapat di dalam tubuh untuk

menghasilkan ATP (adenosine triphospate) ATP yang terdapat dalam jaringan

otot terbatas kebutuhan ATP dipertahankan oleh creatinin phosphate (CP) dan

glikogen yang tersimpan dalam otot (Hernawati 2009) Terdapat 3 jalur untuk

memberikan ATP tambahan sesuai yang dibutuhkan selama kontraksi otot

meliputi 1 Pemindahan fosfat berenergi tinggi dari kreatinin fosfat ke ADP 2)

Fosforilasi oksidatif (siklus asam sitrat dari sistem transportasi elektron) 3)

glikolisis (Sherwood 2001) Sedangkan pada aktifitas yang bersifat anaerobik

energi diperoleh dari hidrolisis phosphocreatine serta melalui glikolisis glukosa

secara anaerobik Proses ini dapat terjadi tanpa adanya oksigen (O2) Metabolisme

anaerobik ini menghasilkan asam laktat yang apabila terakumulasi dapat

menyebabkan rasa nyeri pada otot menimbulkan stress fisik Hal ini

18

menyebabkan latihan aerobik terasa lebih menyenangkan (Hernawati 2009)

Metabolisme aerobik jauh lebih efisien daripada anaerobik karena menghasilkan

38 molekul ATP per molekul glukosa versus hanya 2 molekul melalui jalur

anaerob

Pelatihan fisik atau olahraga yang teratur selain memberikan manfaat

perbaikan pada mental fisik dan fisiologis juga mempengaruhi hormon tubuh

kita antara lain (Sharkey2003)

1 Growth Hormone

Stimulasi sintesis protein (muscle tone development) dan kekuatan tulang

tendon ligament dan tulang rawan Penurunan penggunaan glukosa dan

peningkatan penggunaan lemak sebagai bahan bakar selama olahraga

Membantu mengurangi lemak tubuh dan mempertahankan glukosa darah pada

level normal sehingga membantu melakukan olahraga selama periode waktu

yang lebih lama Dilepaskannya Growth Hormone oleh kelenjar pituitari di

otak meningkat dengan meningkatnya waktu latihan aerobik

2 Endorphins

Opioid endogen dari kelenjar pituitary yang memblok rasa sakit menurunkan

nafsu makan membuat perasaan senang mengurangi tekanan dan kecemasan

Pada saat olahraga endorfin dalam darah meningkat sampai lima kali selama

aktifitas olahraga lebih dari 30 menit Endorfin membuat kita dapat melakukan

aktifitas latihan menjadi lebih tahan lama

19

3 Testosteron

Hormon yang penting untuk wanita dan pria dalam mempertahankan tonus

volume kekuatan otot meningkatkan angka rata metabolisme basal

menurunkan lemak tubuh dan merasa lebih percaya diri Diproduksi oleh

ovarium pada wanita dan testis pada laki-laki Testosteron pada wanita hanya

sepersepuluh kadar testosteron pada laki-laki Pada wanita testosteron

berperan pada pengaturan libido dan orgasme Produksi pada wanita menurun

saat menjelang menopause sedangkan pada pria pada usia memasuki usia 40

tahun Kadar testosteron darah mulai meningkat setelah 20 menit olahraga

baik pada wanita maupun pria dan tetap tinggi sampai 1-3 jam setelah

olahraga

4 Estrogen

Estrogen secara biologis aktif adalah 17 beta estradiol meningkatkan

pemecahan lemak dari lemak tubuh sehingga dapat digunakan sebagai sumber

tenaga meningkatkan rata-rata metabolisme basal meningkatkan mood

meningkatkan libido Hormon ini disekresi oleh ovarium meningkat saat

olahraga dan tetap meningkat sampai 1-4 jam setelah olahraga

5 Thyroxine (T4)

Hormon yang diproduksi oleh kelenjar tiroid meningkatkan metabolisme

hampir semua sel dalam tubuh Peningkatan metabolisme ini membantu kita

merasa lebih energik dan juga menyimpan kalori penting untuk penurunan

berat badan Kadar tiroksin dalam darah meningkat sekitar 30 selama

20

olahraga dan tetap meningkat sampai beberapa jam sesudahnya Olahraga

yang teratur juga meningkatkan level tiroksin saat istirahat

6 Epinephrine

Hormon yang diproduksi oleh medulla adrenal yang meningkatkan jumlah

darah yang dipompa oleh jantung dan mengarahkan aliran darah ke tempat

yang diharapkan Stimulasi pemecahan glikogen (karbohidrat yang disimpan)

dalam otot yang aktif dan hati untuk digunakan sebagai sumber tenaga

Menstimulasi pemecahan lemak (lemak yang disimpan dalam otot yang aktif)

dan digunakan sebagai sumber tenaga Sejumlah epinefrin yang dilepaskan

berhubungan dengan intensitas dan durasi latihan

7 Insulin adrenalin

Hormon yang penting dalam mengatur gula darah dan asam lemak (lemak)

dan asam amino (protein) dalam sel Sekresi insulin oleh pancreas meningkat

sehubungan dengan respon meningkatnya kadar gula darah dan protein yang

biasa terjadi setelah makan Semakin banyak gula sederhana yang dikonsumsi

semakin tinggi respon insulin Meningkatnya insulin menyebabkan produksi

lemak sehingga insulin sering disebut sebagai hormon lemak atau fat

hormone Pada orang dengan berat badan berlebih terjadi resistensi insulin

sehingga diperlukan insulin dalan jumlah yang lebih besar untuk didapatkan

efek yang sama sehingga didapatkan kadar insulin darah yang lebih tinggi dan

latihan aerobik setiap hari Kadar insulin darah mulai menurun 10 menit saat

olahraga dan terus menurun sekitar 70 menit olahraga Olahraga yang teratur

juga meningkatkan sensitivitas sel terhadap insulin dalam keadaan istirahat

21

8 Glucagon

Hormon yang diproduksi oleh pankreas tugasnya meningkatkan kadar gula

darah Saat gula darah rendah glukagon disekresi dan menyebabkan simpanan

karbohidrat di dalam hati dilepaskan ke aliran darah untuk meningkatkan

kadar gula mencapai kadar normal Glukagon juga menyebabkan

dipecahkannya lemak sehingga dapat digunakan sebagai bahan bakar atau

sumber tenaga Glukagon mulai disekresi pada 30 menit awal olahraga ketika

gula darah mulai menurun

242 Pelatihan Fisik Berlebih

Pelatihan fisik berlebih menimbulkan gangguan pada sistem endokrin

terjadi peningkatan kadar kortisol dan penurunan kadar testosteron (Maffetone

2007) peningkatan ACTH penurunan LH plasma

Sindrom pelatihan fisik berlebih dalam jangka panjang mengakibatkan

terjadinya inflamasi infeksi yang lebih lanjut dapat mempengaruhi kesehatan

secara umum Aktifitas berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena

terjadi peningkatan konsumsi O2 oleh aktifitas otot skeletal Meskipun oksigen

dibutuhkan oksigen juga bersifat toksik yang dapat memicu peningkatan ROS

Pada organ yang tidak mendapat oksigen dan nutrisi yang cukup akan

menimbulkan keadaan iskemik dan kerusakan mikrovaskular Keadaan ini disebut

sebagai Reperfusion Injury yang memicu terjadinya kerusakan jaringan dan

peningkatan Radikal Bebas

22

Pelatihan fisik berlebih meningkatkan terbentuknya Radikal Bebas

(Adiputra 2008) Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh untuk

melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam organ dan

pembuluh darah (Giriwijoyo 2004) Apabila berlebih menyebabkan kerusakan

sel dengan 3 cara (Kumar et al2005 Ebenhardt 2001)

1 Kerusakan DNA mengakibatkan mutasi DNA bahkan kematian sel

2 Peroksidasi lipid membrane sel dan sitosol menyebabkan terjadinya proses

reduksi asam lemak sehingga mengakibatkan kerusakan membran dan organel

sel

3 Modifikasi protein teroksidasi oleh karena cross linking protein

Bila radikal bebas bertemu dengan asam lemak tak jenuh ganda daalam

membrane sel terjadi reaksi peroksidasi lipid membran sel menyebabkan

peningkatan fluiditas membran gangguan integritas membran dan inaktivasi

ikatan membran dengan enzim dan reseptor Tahap akhir dibebaskan aldehyde

seperti malondealdehyde pentane etana conjugated diane yang bersifat merusak

tubuh (Murray et al2000)

Pelatihan fisik berlebih menyebabkan terjadinya peningkatan lekosit atau

lekositosis peningkatan isoprostan dalam urin protein carbonil (73) catalase

(96) glutation peroksidase serta glutation teroksidasi (25) Dapat

disimpulkan pelatihan fisik berlebih merangsang respon biomarker stres oksidatif

(Murray et al 2000) Proses penuaan mengakibatkan penurunan sistem imun

sehingga meningkatkan resiko infeksi Menurut teori aktifitas sedang dapat

menangkal efek proses penuaan yang diakibatkan penurunan sistem imun Studi

23

yang dilakukan Shepard dan Shek menunjukkan bahwa aktifitas sedang dapat

ditoleransi dengan baik oleh individu lanjut usia dan menunjukkan penurunan

stimulasi proliferasi limfosit

Gejala ndash gejala yang dirasakan apabila melakukan pelatihan fisik berlebih

(overtraining) (Maffetone 2007)

1 Sering mengalami kegagalan dalam melakukan latihan yang biasanya kita

lakukan Kondisi fisik menjadi semakin lemah dan semakin lambat terjadi

kemunduran

2 Kehilangan otot dan terjadi penimbunan lemak Latihan fisik berlebih

meyebabkan rasio testosteron kortisol yang seharusnya positif yang berarti

lebih banyak otot dan lebih sedikit lemak menjadi negatif yang berarti cortisol

lebih tinggi dibanding testosteron yang berarti terjadi peningkatan resistensi

insulin dan penimbunan lemak

3 Merasa lemas mudah tersinggung sulit tidur

4 Persendian tulang dan anggota tubuh terasa sakit

Terjadinya DOMS (delayed onset muscle soreness) menunjukkan teknik

latihan yang salah atau postur saat latihan yang tidak tepat DOMS merupakan

respon alami yang akan hilang dalam waktu sehari atau 2 hari tetapi apabila

nyeri berkepanjangan menunjukkan adanya overtraining

5 Sering tiba-tiba jatuh sakit

Latihan fisik berlebih menurunkan sistem imun tubuh kita sehingga menjadi

lebih mudah sakit

24

Latihan fisik berat jangka panjang berkaitan dengan cedera serat

ototKerusakan yang terjadi berhubungan dengan intensitas durasi dan tipe

latihan Ketika cell death terbentuk jaringan nekrotik dibuang oleh sel fagosit

sel satelit teraktivasi menuju ke area yang cedera menjadi myoblast dan

selanjutnya menjadi serat otot Enzim otot yang dilepaskan tidak sepenuhnya

merefleksikan kerusakan struktural yang diperkirakan oleh analisis histologis

Perubahan penanda biologis cedera otot (seperti aktifitas kreatin kinase (CK)

lactate dehydrogenase (LDH) atau konsentrasi malondialdehyde di plasma

(MDA)) sering diperiksa selama overtraining Serum aktivitas CK dan

konsentrasi MDA plasma dapat gagal meningkat saat overtraining perubahan

parameter biokimia hanya merefleksikan otot dengan beban berlebih Setelah

olahraga yang lama pro-inflammatory cytokines diproduksi lokal pada otot

skeletal

Tanda dan gejala fisik latihan fisik berlebih (overtraining)

- Denyut jantung atau nadi yang meningkat saat istirahat

- Tidak toleransi terhadap latihan

- Penampilan yang menurun

- Penurunan berat badan berkurangnya massa otot tidak nafsu makan

- Kelelahan chronic fatigue lethargy

- Nyeri dan kerusakan otot nyeri sendi

- Mudah terserang flu pembengkakan kelenjar getah bening di leher

selangkangan dan ketiak

- Konstipasi atau diare

25

- Gangguan haid gangguan makan gangguan tidur

- Sakit kepala gangguan pencernaan

- Pemulihan yang berlangsung lambat setelah latihan

- Sendi otot tendon terasa kaku dan sakit

Tanda dan gejala psikologis

- Lelah capek kekurangan tenaga

- Insomnia sakit kepala tidak mampu untuk beristirahat

- Depresi gelisah cemas apatis

- Menurunnya kepercayaan diri

- Menurunnya kemampuan untuk berkonsentrasi

- Mudah stress

Efek biokimia dari Latihan Fisik Berlebih

- Meningkatnya serum kortisol dan SHBG

- Menurunnya serum total dan free testosterone rasio testosteron kortisol

- Menurunnya glikogen otot

- Menurunnya serum hemoglobin besi dan ferritin

Faktor yang mempengaruhi terjadinya overtraining

- Jetlag

- Bekerja terlalu keras

- Menstruasi

- Nutrisi gaya hidup yang buruk

- Kurang istirahat

- Terlalu banyak mengkonsumsi alkohol

26

- Kurangnya kemampuan mengatasi stress

Penanganan overtraining atau Latihan Fisik berlebih

- Massage

Massage pada jaringan dalam dapat melepaskan otot yang tegang

mempertahankan keseimbangan sistem muskulo-skeletal Pemijatan atau

massage yang teratur dapat membantu mencegah cedera yang mungkin

terjadi karena overuse

- Menggunakan roller busa

Penggunaan roller busa memungkinkan kita dapat melakukan massage

atau pemijatan sendiri Kita dapat juga memakai yang berbentuk bola atau

bola tenis untuk membantu menghilangkan rasa sakit Pemijatan ini dapat

dilakukan di tungkai lutut hamstring bahu punggung atau otot atau sendi

manapun

- Terapi suhu kontras

Air pancuran hangat dan dingin bergantian menstimulasi tubuh untuk

pulih lebih cepat Otot membawa impuls yang terasa pada kulit bagian

dalam tubuh di mana terjadi stimulasi sistem imun memperbaiki sirkulasi

dan pencernaan mempengaruhi produksi hormon stress meningkatkan

aliran darah mengurangi sensitivitas nyeri

- Pengaturan makanan

Membantu proses pemulihan penting untuk mengkonsumsi makanan

tinggi karbohidrat protein dan lemak sehat seperti Omega 3 omega 6

omega 9 asam lemak esensial Karbohidrat memberikan sumber tenaga

27

pada tubuh dan otak asam lemak esensial membantu mengurangi depresi

memperbaiki pemulihan protein akan membangun kembali otot yang

mengalami overtraining

- Mengkonsumsi vitamin

Ketika terjadi overtraining suplementasi sangat menguntungkan Vitamin

dan suplementasi mineral sebaiknya dikonsumsi pagi hari bersama dengan

makanan untuk penyerapan yang lebih baik

Defisiensi Vitamin yang biasa terjadi

- Vitamin A (Beta-Caroten)

- Vitamin B kompleks vitamin B12

- Vitamin C D E K

- Asam Folat

Defisiensi Mineral yang biasa terjadi

- Calcium

- Chromium

- Copper Iodine Iron

- Magnesium Fosfor

- Potassium

- Sodium

- Sulfur

- Zinc

28

25 Antioksidan

Radikal Bebas merupakan senyawa reaktif yang secara alami diproduksi

oleh tubuh manusia Radikal Bebas memberikan efek positif atau efek negatif

Untuk membatasi efek negatif tersebut dibutuhkan kompleks proteksi ndash sistem

antioksidan Sistem ini terdiri dari enzim antioksidan (katalase glutation

peroksidase superoksid dismutase) dan antioksidan non enzimatik ( vitamin E-

tokoferol vitamin A- retinol vitamin C- asam askorbat) Keseimbangan antara

produksi radikal bebas dan pertahanan antioksidan menunjukkan tingkat stress

oksidatif yang mungkin terlibat dalam proses penuaan dan pada beberapa

patologi (misalnya kanker Parkinson) (Winarsi 2007)

Latihan fisik juga meningkatkan stress oksidatif dan menyebabkan

gangguan homeostasis Latihan memberikan efek positif dan efek negatif

tergantung dari beban latihan spesifikasi latihan dan tingkat basal latihan Stress

oksidatif terlibat dalam terjadinya muscular fatigue dan mengarah ke

overtraining

Definisi antioksidan menurut Cadenas adalah suatu senyawa yang apabila

terdapat dalam jumlah yang lebih banyak dibanding senyawa yang teroksidasi

secara signifikan dapat menunda atau mencegah proses oksidasi senyawa tersebut

(Cadenas 2002) Secara kimia antioksidan adalah senyawa pemberi electron

Secara biologis antioksidan adalah senyawa yang mampu menangkal dan

meredam dampak negative oksidan dalam tubuh Antioksidan mendonorkan satu

elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa oksidan tersebut dapat

dihambat (Winarsi 2007)

29

Penting sekali keseimbangan antara oksidan dan antioksidan karena

berfungsi menjaga integritas dan berfungsinya membrane lipid protein sel dan

asam nukleat Senyawa asam lemak tak jenuh penyusun membrane lipid sangat

sensitive terhadap perubahan keseimbangan antara oksidan dan antioksidan

Menurut mekanisme kerjanya antioksidan dikelompokkan atas 3 yaitu

1 Antioksidan primer SOD katalase glutation peroksidase (GSH-Px)

Bekerja pembentukan senyawa radikal bebas yang telah terbentuk menjadi

molekul yang kurang aktifSedangkan antioksidan primer yang dapat

ditambahkan dari luar seperti glutation asam lipoat SOD melatonin

2 Antioksidan sekunder vitamin E vitamin C beta karoten flavonoid asam

urat albumin (Soewoto 2001)

Merupakan antioksidan eksogenous atau non enzimatis (Winarsi 2007)

Bekerja dengan cara memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal bebas

atau dengan cara menangkapnya

3 Antioksidan tertier meliputi system enzim DNA-repair dan metionin

sulfoksida reduktase Berfungsi dalam perbaikan biomolekuler yang rusak

akibat reaktivitas radikal bebas

26 Glutation sebagai antioksidan

Glutation merupakan tripeptida yang terdiri dari asam amino glutamat

sistein dan glisin (Cadenas 2002)Ikatan glutamat ndash sistein merupakan ikatan

isopeptida antara grup γ-karboksil dari glutamat dan grup α amino dari

sisteinIkatan unik ini membuat gluation tahan terhadap degradasi oleh proteases

30

dan peptidases yang berfungsi pada peralihan proteinMerupakan suatu

antioksidan yang mencegah kerusakan komponen seluler oleh reactive oxygen

species seperti radikal bebas dan peroksidGlutation bukan nutrisi esensial karena

disintesa di dalam tubuh dari asam amino L-sistein L-glutamic acid dan glycine

Gambar 21 Struktur GSH dan GSSG

Glutation terdapat pada sebagian besar sel tubuh tetapi terbanyak terdapat

di dalam hati Grup thiol (SH) dari sistein berfungsi sebagai donor proton dan

bertanggungjawab untuk aktifitas biologis glutation Provisi asam amino ini

merupakan faktor yang terbatas dalam sintesis glutation oleh sel karena sistein

relatif jarang pada makanan Apabila dilepaskan sebagai asam amino bebas

sistein adalah toksik dan secara spontan dikatabolisasi di saluran pencernaan dan

plasma darah

Glutation disintesis dalam 2 tahap

1 Gamma-glutamylcysteine disintesa dari L-glutamate dan sistein melalui enzim

gamma-glutamylcysteine sintetase (glutamate cysteine ligase GCL)

31

2 Glisin ditambahkan pada C-terminal dari gamma-glutamylcysteine melalui

enzim glutation sintetase

261 Fungsi Glutation

Glutation terdapat dalam bentuk tereduksi (GSH) dan teroksidasi (GSSG)

Grup thiol dari sistein mampu memberikan donor elektron ke molekul lain yang

tidak stabil seperti Reactive Oxygen Species (ROS) Pada saat mendonorkan

elektronnya glutation menjadi reaktif dan segera bereaksi dengan glutation reaktif

lainnya membentuk glutation disulfide (GSSG)Reaksi mungkin terjadi apabila

terdapat konsentrasi yang cukup tinggi di sel (sampai 5mm di hati) GSH dapat

terbentuk kembali dari GSSG oleh enzim glutation reduktase Pada sel atau

jaringan yang sehat terdapat lebih 90 dari total simpanan glutation terdapat

dalam bentuk tereduksi (GSH) dan kurang dari 10 dalam bentuk disulfide

(GSSG)

GSH ---- GSSG

Eliminasi ROS Menjaga protein thiols Antioxidant

dalam bentuk reduksi pools

Gambar 22 GSH Redox (Cadenas 2002)

GSH Redox merupakan indikator sentral keseimbangan antara stress

oksidatif dan system antioksidan GSH Redox berkaitan dengan detoksifikasi

Reactive Oxygen Species (ROS) berfungsi dalam mempertahankan tersedianya

antioksidan mempertahankan protein thiol dalam bentuk reduksi Rasio

32

GSHGSSG sering dipakai untuk mengekspresikan keseimbangan redox ini

Peningkatan rasio GSH-GSSG merupakan indikasi adanya Stress Oksidatif

(Goldman 2003)

Glutation mempunyai beberapa fungsi (Winarsih 2007)

- Sebagai antioksidan endogen mayor yang diproduksi oleh sel berpartisipasi

langsung pada netralisasi radikal bebas dan senyawa oksigen reaktif

mempertahankan antioksidan eksogen seperti vitamin C dan E pada bentuk

tereduksi (aktif)

- Pengaturan siklus nitric oxide yang sangat penting untuk kehidupan tetapi

dapat menjadi masalah apabila tidak teregulasi Digunakan untuk reaksi

metabolism dan biokimia seperti sintesis dan perbaikan DNA sintesis protein

sintesis prostaglandin transport asam amino dan aktivasi enzim Tiap sistem

di dalam tubuh kita dapat dipengaruhi oleh sistem glutation khususnya sistem

imun sistem saraf sistem gastrointestinal dan paru

Gambar 23 Detoksifikasi Lipid Hydroxyperoxides di usus halus

33

GSH yang ditransportasikan kedalam lumen digunakan untuk detoksifikasi

peroksid yang terbentuk dari makanan oleh glutation peroksidase (GSH Px)

Proses ini membutuhkan peroksid dan glutation yang tersedia di sel epitel GSSG

yang terbentuk direduksi kembali menjadi GSH oleh GSSG reduktase (GSSG

Rx) menggunakan NADPH sebagai reduktan

262 Suplementasi Glutation

Meningkatkan level GSH melalui suplementasi glutation langsung sulit

Penelitian terakhir menyatakan bahwa secara oral tidak diabsorpsi baik melalui

saluran pencernaan Studi mengenai konsumsi oral akut glutation dengan dosis

sangat besar 3 gram Witschi dan tim menemukan lsquoadalah tidak mungkin

meningkatkan glutation yang bermanfaat secara klinis dengan dosis tunggal 3

gram glutationrsquo

Glutation terdapat pada makanan sehari-hari sampai 150mghari dapat

diabsorpsi melalui intak di usus halus Individu sehat dengan asupan sulfur asam

amino (1-2 gramhari) jumlah GSH mungkin tidak cukup untuk mendapatkan

efek penting secara sistemik Individu dengan asupan sulfur asam amino yang

terbatas suplementasi GSH diperlukan untuk mempertahankan suplai GSH

sistemik dengan memperbaiki keseimbangan sulfur asam amino (Cadenas 2002)

Glutation hanya diabsorpsi di sel epitel oral dan traktus gastrointestinal

dan memberikan keuntungan kesehatan spesifik pada jaringan tersebut(Cadenas

2002)

34

SUPLAI HILANG

Makanan suplemen Degradasi

GSH

Empedu LUMINAL Uptake

Epitel Reaksi Detoksifikasi

Gambar 24 Supply dan Removal Glutation dalam lumen usus halus (Cadenas 2002) Glutation (GSH) disuplai ke dalam lumen intestinal melalui konsumsi oral

empedu dan sekresi epitel intestinal Jumlah yang disuplai dari empedu cukup

untuk mempertahankan jumlah 200microM pada tikus tetapi tidak cukup pada

manusia yang mengalami degradasi di duktus kantung empedu Jumlah yang

dikonsumsi melalui makanan bervariasi dan secara umum kurang dari 200 microM

Jumlah yang diberikan melalui epitel hanya sekitar 10 atau kurang

dibandingkan dengan yang disediakan oleh empedu Hilangnya Glutation karena

degradasi oleh γ-glutamyltranspeptidase dan dipeptidases pada permukaan sel

epitel ditransportasikan ke dalam sel oleh mekanisme sodium-dependent dan

sodium-independent konjugasi dengan elektrofil reaktif dikatalisasi oleh

glutathione-S transferase mucus (Cadenas 2002)

Vitamin D meningkatkan level glutation di otak dan tampaknya sebagai

katalis untuk produksi glutation Sejumlah vitamin D aktif di otak berikatan

dengan seberapa besar vitamin D3 baik melalui suplemen atau dibentuk di kulit

melalui paparan matahariHal ini menyatakan bahwa mengkonsumsi vitamin D

35

dan atau mendapat cukup paparan matahari meningkatkan produksi glutation

(Sellman 2009)

Konsentrasi glutation di plasma dan hati dapat ditingkatkan dengan

mengkonsumsi suplemen tertentu yang disebut GSH precursors N-asetilsistein

atau NAC glutation precursor yang paling memungkinkan Suplemen lain S-

adenosilmetionin (SAMe) dan whey protein juga dapat meningkatkan glutation

dalam sel (Sellman 2009)

NAC tersedia dalam bentuk obat dan sebagai suplemen generik Alpha

lipoic acid juga dapat mempertahankan glutation intraselular Melatonin dapat

menstimulasi enzim yang berkaitan glutation peroksidase dan silimarin ekstrak

dari biji tanaman milk thistle (Silybum marianum) juga mempunyai kemampuan

memperbarui level glutation

Glutation diatur dengan ketat di intraseluler dan dibatasi produksinya oleh

feedback negative inhibisi sintesisnya sendiri melalui enzim gamma-

glutamilsistein sintetase sehingga meminimalisir kemungkinan terjadinya

overdosis Penambahan glutation menggunakan precursor atau glutation intravena

adalah strategi untuk mengatasi defisiensi glutation stress oksidatif tinggi

defisiensi imun

Glutation yang rendah menunjukkan adanya pembuangan dan

keseimbangan negatif nitrogen seperti pada kanker AIDS sepsis trauma

terbakar dan bahkan atlet overtraining Suplementasi glutation dapat

memperbaiki proses ini dan contohnya pada AIDS memberi hasil adanya

perbaikan survival rates Bagimanapun studi mengenai kondisi ini belum dapat

36

membedakan glutation rendah sebagai akibat secara akut (pada pasien sepsis) atau

secara kronis (HIV) meningkatkan stress oksidatif dan peningkatan patologi

sebagai akibat defisiensi yang sudah ada sebelumnya

Skizofrenia dan gangguan bipolar berhubungan dengan glutation yang

rendah Stress oksidatif mungkin salah satu faktor dasar patofisiologi gangguan

bipolar gangguan depresif mayor dan skizofrenia Glutation (GSH) adalah

pemakan radikal bebas mayor di otakTidak adanya GSH meningkatkan

kerentanan sel terhadap stress oksidatif ditandai asetilsistein dapat mengurangi

gejala kedua gangguan tersebut

Glutation merubah level stress oksidatif pada sel yang diisolasi di

laboratorium sehingga dapat mengurangi perkembangan kanker Tes ini tidak

dilakukan pada manusia

Glutamat yang berlebihan di sinaps yang dapat dilepaskan pada kondisi

seperti cedera otak dapat menghambat pengambilan sistein senyawa pembentuk

glutation yang pentingTanpa proteksi dari cedera oksidatif oleh glutation sel-sel

dapat rusak atau mati (Sellman 2009)

Glutation juga mempunyai fungsi lain sebagai berikut (Sellman 2009)

Mencerahkan kulit

Mencegah menghilangkan jerawat dan bekas jerawat

Menghilangkan noda hitam

Anti aging dan anti kerut

Memberi nutrisi kulit

Membantu pemulihan luka

37

Membuat kulit menjadi halus segar dan bersinar

Kondisi kesehatan yang berhubungan dengan defisiensi glutation

Peningkatan proses penuaan

Kesulitan dalam keseimbangan

Gangguan mental

Masalah koordinasi

Gangguan sistem saraf

Akhir-akhir ini dipercaya sebagai penyebab lesi otak

Kanker HIV Katarak Diabetes Mellitus

Jumlah sperma yang rendah

263 Glutation Precursor (Sellman 2009)

Glutation Precursor disebut juga sebagai building-block dari glutation

yaitu N-asetilsistein atau NAC dan whey protein tidak terdenaturasi

Nasetilsistein adalah obat farmasi yang biasa digunakan bertahun-tahun untuk

mengobati overdose asetaminofen Hal ini sangat efektif ketika diberikan dalam

dosis besar di ruang darurat ketika seseorang akan mengalami gagal hati karena

overdosis asetaminofen komposisi aktif dari Tylenol

Efek sampingnya adalah bercak-bercak kemerahan bersin mual

anafilaksis reaksi alergi yang berupa kesulitan bernafas karena bronkospasme

tekanan darah menurun angioedema muntah kram diare Walaupun jarang

kematian pernah dilaporkan karena N-asetilsistein Beberapa orang mendapatkan

rasa dan bau yang tidak dapat diterima karena kandungan sulfur di dalamnya

38

Pengggunaan teratur untuk menaikkan kadar glutation tidak direkomendasikan

untuk anak-anak dan bayi Masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk

menentukan keamanan N-asetilsistein untuk penggunaan jangka panjang

Whey protein tidak terdenaturasi merupakan nutraceutical atau medicinal

foodSenyawa ini memberikan ikatan sistein ke sel-sel di mana glutation dapat

terbentuk di tempat tersebut

Beberapa kondisi yang tidak dapat mengkonsumsi whey protein

- Pasien dengan alergi protein susu

- Pasien dengan diet rendah protein

- Pasien yang sedang menjalani terapi imunosupresif

Efek sampingnya adalah kembung perut kram urtikaria Efek samping

karena overdosis tidak terjadi karena sel hanya membuat sebatas yang dibutuhkan

apabila berlebih kelebihan disimpan di hati dan ginjal sampai suatu saat kalau

dibutuhkan

264 Sumber Glutation dari makanan

Sumber glutation dari makanan yang disarankan adalah asparagus bayam

brokoli bawang putih kale bawang watercress kol Brussel sprout beberapa

bumbu seperti kunyit kayu manis semangka alpukat anggur peach jeruk

walnut granola daging kalkun dan daging ayam keju cottage dan yoghurt

39

Tabel 21 Makanan yang mengandung Glutation (Cadenas2002)

GSH Food Group mg100 g mgsaji Buah segar Apel 33 46 Pisang 41 48 Anggur 79 146 Jeruk 73 106 Semangka 66 283 Sayuran segar Asparagus dimasak 283 263 Alpukat 277 313 Brokoli dimasak 91 78 Wortel mentah 79 59 Tomat 90 109 Daging Hamburger 175 149 Ham rebus 233 13 Ayam digoreng 131 134 Sereal biji-bijian Cornflakes 00 00 Roti whole wheat 12 06 Roti putih 00 00 Nasi putih enriched dimasak 16 21 Produk Susu Susu whole 00 00 Keju Amerika 00 00 Yoghurt plain lowfat 00 00 Es krim 10 lemak 00 00

40

BAB III

KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

31 Kerangka Berpikir

Faktor penyebab penuaan antara lain faktor internal dan faktoreksternal

Faktor internal meliputi radikal bebas glikosilasi metilasi hormon yang

berkurang apoptosis system kekebalan tubuh yang menurun genetik Faktor

eksternal meliputi gaya hidup tidak sehat polusi lingkungan stress kemiskinan

kebiasaan yang salah olahraga berlebihan (overtraining) Berbagai faktor di atas

menyebabkan terjadinya penurunan fungsi tubuh dan terjadilah penuaan

Kerangka konsep penelitian berdasarkan teori bahwa salah satu penyebab

penuaan adalah radikal bebas Bila jumlah radikal bebas melebihi jumlah

antioksidan di dalam tubuh terjadilah stress oksidatif Radikal bebas dapat

merusak membran sel protein DNA dan berakibat fatal bagi kelangsungan hidup

sel jaringan Stress oksidatif yang berlangsung lama akan mengakibatkan

terjadinya penumpukan hasil kerusakan oksidatif di dalam sel dan jaringan

selanjutnya sel dan jaringan tersebut akan kehilangan fungsinya dan akhirnya

mati

Olahraga berlebih meningkatkan stress oksidatif karena terdapat

peningkatan konsumsi O2 oleh aktivitas otot skeletal Oksigen juga dapat bersifat

toksik yang dapat memicu peningkatan Reactive Oxygen Species (ROS)Organ

yang tidak mendapat cukup oksigen dan nutrisi menjadi iskemik dan terjadi

kerusakan mikrovaskular (Reperfusion Injury) memicu peningkatan radikal

40

41

bebas Dengan pemberian antioksidan Glutation yang merupakan antioksidan

master diharapkan dapat mencegah kerusakan lebih lanjut yang diakibatkan oleh

radikal bebas dengan cara melindungi sel dari Reactive Oxygen Species (ROS)

dan dapat dilihat melalui parameter MDA yang mengalami penurunan

32 Konsep Penelitian

Konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Gambar 31 Konsep Kadar MDA pada tikus yang diberikan Pelatihan Fisik Berlebih+ Placebo dan Pelatihan Fisik Berlebih + Glutation

FAKTOR INTERNAL

- Jenis Kelamin

- Usia

- Genetik

- Hormon

- Psikologis

FAKTOR EKSTERNAL

- Makanan

- Cuaca iklim

- Penyakit

- Exercise

GLUTATION

TIKUS

KADAR MDA

42

33 Hipotesis

Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan kadar MDA

tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

43

BAB IV

METODE PENELITIAN

41 Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksterimental dengan rancangan

randomized pre test-post test control group design (Poccock et al 2008)

Subyek terdiri dari 2 kelompok yaitu

1 Kelompok 1 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+ Placebo

2 Kelompok 2 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation

Semua kelompok sebelum perlakuan diberikan pre test (O1 O3) dan

dihitung rerata untuk masing-masing kelompok

Setelah perlakuan semua kelompok diberikan post test (O2 O4) dan

dihitung rerata untuk masing-masing kelompok

Kemudian dihitung perbedaan rerata antara pre test dan post test dari

masing-masing kelompok lalu hasil perbedaan tersebut dibandingkan secara

statistik

Gambar 41 Rancangan Penelitian

P S

43

R R

O1 P1 O2

O3 P2 O4

44

Keterangan

P = populasi

S = sampel

R = random

O1 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah mendapatkan

pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan placebo (pre test)

O2 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah diberikan pelatihan

fisik berlebih setelah diberikan placebo (post test)

O3 = observasi data MDA kelompok perlakuan setelah diberikan

pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan Glutation (pre test)

O4 = observasi data MDA kelompok perlakuan diberikan pelatihan fisik

berlebih setelah diberikan Glutation (post test)

P1 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih+ placebo

P2 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation

42 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran

Universitas Udayana pada bulan Januari ndash Maret 2012 Pemeriksaan MDA darah

tikus dikerjakan di bagian Program Antar Unit Universitas Gajah Mada

Jogyakarta

45

43 Populasi dan Sampel

431 Populasi

Subyek penelitian adalah tikus jantan dewasa galur Wistar yang berusia 2-

25 bulan dan dalam kondisi fisik sehat

432 Kriteria Sampel

4321 Kriteria Inklusi

Kriteria Inklusi yang ditetapkan sebagai sampel adalah sebagai berikut

a Tikus jantan dewasa galur Wistar

b Umur 2-25 bulan

c Berat badan plusmn200 gram

d Sehat

e MDA ge 5mmollt

4322 Kriteria Drop Out

Adalah sampel yang mati pada waktu penelitian

433 Besar Sampel

Besar sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini dihitung berdasarkan

rumus Poccock (2008)

Angka μ1 (5) dan μ2 (12) didapatkan dari penelitian sebelumnya (Ji 1998)

n=

46

= asymp 7

Keterangan

n = jumlah sampel

σ = standar deviasi kelompok perlakuan dengan pemberian

glutation (15)

f ( ) = besarnya didapat dari tabel (Poccock 2008)

μ1 = rerata hasil MDA pada kelompok perlakuan sesudah

pemberian glutatioacuten (5)

μ2 = rerata hasil MDA pada kelompok pre test (12)

Jadi jumlah sampel (n) = 675 dan ditambah 3 ekor tikus untuk masing-

masing kelompok sebagai cadangan Jadi total 20 ekor tikus dengan 10

ekor tikus untuk masing-masing kelompok

434 Teknik Pengambilan Sampel

Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat

sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi diambil secara acak

sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi

2 kelompok yaitu kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+placebo kelompok

dengan pelatihan fisik berlebih + glutation

47

44 Variabel Penelitian

441 Klasifikasi Variabel

Variabel penelitian dibedakan menjadi

1 Variabel Bebas dosis pemberian glutation

2 Variabel Tergantung kadar MDA

3 Variabel Terkendali varian tikus jantan (galur wistar) jenis

kelamin umur berat badan lingkungan

(pencahayaan suhu kelembaban nutrisi

kandang)

Gambar 42 Bagan Hubungan Antar Variabel

VARIABEL BEBAS

- Pelatihan fisik berlebih

- Glutation 37mg kgBBhari

VARIABEL TERGANTUNG

KADAR MDA

VARIABEL TERKENDALI

Varian tikus

Jenis kelamin umur berat badan

Pencahayaan suhu kelembaban nutrisi kandang

Makanan minuman

48

442 Definisi Operasional Variabel

1 Pelatihan fisik berlebih pada tikus adalah pelatihan yang berlebihan

yang diukur berdasarkan kemampuan maksimal berenang tikus pada

ember berdiameter 35 cm dengan kedalaman air 20 cm yang

dilakukan 60 menithari selama 35 hari pada waktu yang sama pada

suhu 32 derajat (Binekada 2002 dan Pepe2011)

2 Glutation yang diberikan adalah Glutation Teofarma injeksi sediaan

600mg 4 ml Dosis pemberian Glutation adalah pemberian sediaan

antioksidan Glutation dalam bentuk suntikan intraperitoneal yang

diberikan 1x sehari dan diberikan 6 jam sebelum pelatihan fisik

berlebih Dosis pemberian Glutation mengacu pada penelitian yang

dilakukan sebelumnya oleh Ji L L yaitu 37mgkgBBhari yang

dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril secara intraperitonial

3 MDA merupakan salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada

membran sel dan merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan

oleh radikal bebas Pengukuran kadar MDA menggunakan metode

Thiobarbituraic Acid Reactive Substances (TBARS) Pembacaan hasil

dengan menggunakan spektrofotometer Satuan MDA dalam mmoll

4 Cahaya suhu dan kelembaban merupakan kondisi lingkungan yang

dialami tikus jantan dewasa Pada penelitian ini kondisi lingkungan

selama percobaan dibuat sama

5 Berat badan tikus adalah berat badan yang ditimbang dengan

timbangan gram

49

6 Umur tikus adalah umur yang ditentukan dengan melihat tanggal

kelahiran yang dicatat pada kandang percobaan

7 Kondisi peneliti yang meliputi kesehatan fisik dan psikis peneliti

Penelitian dilaksanakan saat kondisi peneliti dalam keadaan baik

sehingga pengaruhnya terhadap hasil penelitian dapat diabaikan

45 Bahan dan Alat Penelitian

451 Bahan Penelitian

Glutation injeksi

Tikus jantan

Makanan tikus berupa pellet dan air minum dari air ledeng

Aquades steril

EDTA (Ethylenediamine tetraacetic acid)

Reagensia untuk pengukuran kadar MDA

452 Alat Penelitian

Alat yang dipakai dalam pengambilan data penelitian ini adalah

- Kandang tikus terbuat dari besi yang di dalamnya terdapat sekam dan

botol minuman

- Ember berdiameter 35 cm dan kedalaman air 20 cm

- Stopwatch

- Timbangan

- Spuit injeksi 1 ml

50

- Sarung tangan

- Kapas dan alkohol 70

- Tabung Evendorf

- Mikropipet

- Pipet kapiler

- Sentrifugasi

46 Prosedur Penelitian

1 Tikus jantan dewasa (Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan

berat badan plusmn200gram dilakukan aklimatisasi selama 2 minggu di

tempat penelitian untuk penyesuaian dengan lingkungan

2 Semua sampel tikus diberi perlakuan yang sama yaitu diberikan

pelatihan fisik berlebih dengan cara berenang sampai kelelahan pada

hari ke 7 kedua kelompok tersebut dilakukan pemeriksaan MDA

3 Mulai hari ke 8 ndash 35 sampel tikus yang berjumlah 20 ekor dibagi atas 2

kelompok di mana kelompok 1(kontrol) diberikan pelatihan fisik

berlebih + injeksi aquabidest intraperitoneal enam jam sebelum

perlakuan aktifitas berlebih kelompok ke 2 (perlakuan) diberikan

pelatihan fisik berlebih + injeksi intraperitoneal glutation 37

mgkgBBhari yang sudah dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril

4 Pada hari ke 35 dilakukan pemeriksaan kadar MDA pada masing-

masing tikus setelah bulu tikus kering

51

5 Selama penelitian hewan coba diberikan makanan dan minuman secara

teratur kebersihan dan kenyamanan kandang dijaga

461 Alur Penelitian

TIKUS ADAPTASI 2 MINGGU

PELATIHAN FISIK BERLEBIH 1 MINGGU

MDA

KELOMPOK 1 KELOMPOK 2

PELATIHAN FISIK BERLEBIH PELATIHAN FISIK BERLEBIH

+ AQUABIDEST (28 hari) +GLUTATION 37mgkgBBhari

28 HARI 28 HARI

MDA

Gambar 43 Bagan Alur Penelitian

462 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium

Pemantauan keselamatan tikus jantan (galur Wistar) di laboratorium

(Smith et al1988 Ngatidjan 2006) adalah sebagai berikut

1 Kandang tikus jantan harus cukup kuat tidak mudah rusak teratur dibersihkan

(1x seminggu) mudah dipasang kembali hewan tidak mudah lepas tahan

52

gigitan hewan kelihatan jelas dari luar Alas tempat tidur terbuat dari serbuk

gergaji atau sekam padi agar mudah menyerap air

2 Luas lantai yang memadai untuk tikus jantan dengan berat badan plusmn200 gram

adalah 60cm persegi dan tinggi 20 cm

3 Diciptakan suasana lingkungan yang stabil dan sesuai keperluan fisiologi tikus

jantan di mana kelembaban suhu pertukaran udara yang ekstrim harus

dihindari

4 Hewan coba hendaknya diperlakukan dengan kasih sayang

47 Pengolahan dan Analisis Data

Analisis data yang digunakan adalah

1 Analisis Deskriptif

2 Uji normalitas data dilakukan dengan tes Shapiro-Wilk Distribusi data

normal dengan nilai pgt005

3 Uji homogenitas dilakukan dengan Lavenersquos Test Data dinyatakan

homogen dengan nilai pgt005

4 Karena data berdistribusi normal dan homogen maka untuk uji

komparabilitas dipakai

- Uji t independent untuk membandingkan rerata kadar MDA antar

kelompok

- Uji Paired T- Test untuk membandingkan rerata kadar MDA pre

dan post masing-masing kelompok

- Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau

dinyatakan berbeda bila plt005

53

BAB V

HASIL PENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 20 ekor tikus jantan dewasa

(Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan berat badan plusmn200 gram sebagai

sampelyang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah 10 ekor

yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dankelompok

perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) Dalam penyajian hasil ini diuraikan

uji normalitas data uji homogenitas data uji komparabilitas dan uji efek

perlakuan

51 Uji Normalitas Data

Data Kadar MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan

pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji

Shapiro-Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005)

disajikan pada Tabel 51

53

54

Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing Kelompok Sebelum

dan Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Perlakuan n p Keterangan

Kadar MDA kontrol pre

Kadar MDA perlakuan pre

Kadar MDA kontrol post

Kadar MDA perlakuan post

10

10

10

10

0965

0550

0975

0697

Normal

Normal

Normal

Normal

52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok

Data Kadar MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun

sesudah perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test

Hasilnya menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52

Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA Sebelum dan

Sesudah Perlakuan

Variabel F p Keterangan

Kadar MDA pre

Kadar MDA post

0016

0592

0901

0452

Homogen

Homogen

53 Kadar MDA

531 Uji komparabilitas

Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata kadar MDA

antar kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan

55

glutation Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada

Tabel 53 berikut

Tabel 53

Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata

Kadar MDA

SB T P

Aktivitas berlebih dan

placebo

Aktivitas berlebihdan

glutathion

10

10

518

529

028

029

089 0386

Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok

kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 518028mmoll dan rerata

kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 529029mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 089 dan nilai

p = 0386 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan

berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya tidak berbeda secara

bermakna (p gt 005)

532 Analisis efek perlakuan

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kadar MDA antar

kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation

56

Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54

berikut

Tabel 54 Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata

Kadar MDA

SB T P

Aktivitas berlebih dan

placebo

Aktivitas berlebihdan

glutathion

10

10

778

444

023

017

3672 0001

Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok

kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata

kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 444017mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 3672 dan nilai

p = 0001 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan

berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya berbeda secara

bermakna (p lt 005)

57

Gambar 51 Perbedaan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

533 Analisis Komparasi Sebelum dengan Sesudah Perlakuan

Analisis komparasi diuji berdasarkan rerata kadar MDA antara sebelum

dengan sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation Hasil

analisis kemaknaan dengan uji t-paired disajikan pada Tabel 55 berikut

Tabel 55 Analisis KomparasiKadar MDA antara Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Kelompok Beda Rerata

pre ndash post p Keterangan

Aktivitas berlebih dan placebo

Aktivitas berlebih dan

glutathion

260

085

0001

0001

Meningkat

Menurun

58

Berdasarkan uji t-paired didapatkan bahwa ada penurunan kadar MDA

pada kelompok perlakuan secara bermakna sebesar 085mmoll sedangkan pada

kelompok kontrol mengalami peningkatan secara bermakna sebesar 260mmoll

59

BAB VI

PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian

Untuk menguji efek pemberian glutation terhadap penurunan kadar MDA

maka dilakukan penelitian terhadap 20 ekor tikus jantan dewasa (Galur Wistar)

sebagai sampel yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah

10 ekor yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dan

kelompok perlakuan (pelatihan fisik berlebih dan glutation)

62 Efek Pelatihan Fisik Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA

Hasil penelitian dan analisis data terhadap kadar MDA darah pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji

normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan homogenitas (Levenersquos test) pre-test dan post-

test masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)

Uji perbandingan 1 minggu pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan

injeksi antara kedua kelompok menggunakan uji t-independent Rerata kadar

MDA kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) adalah

518028mmoll dan rerata kelompok pelatihan fisik berlebih dan glutation

adalah 529029mmoll Analisis kemaknaan dengan uji t-independent

menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna kadar MDA darah antara

kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa

kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan injeksi rerata kadar MDAnya tidak

59

60

berbeda secara bermakna

Uji perbandingan setelah pemberian placebo dan glutation antara kedua

kelompok menggunakan t-independent Rerata kadar MDA kelompok kontrol

(aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata kelompok

perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) adalah 444017mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent antara kedua kelompok sesudah diberikan

placebo dan glutation menunjukkan perbedaan kadar MDA secara bermakna

(plt005) Hal ini berarti bahwa kelompok yang diberikan perlakuan berupa

placebo dan glutation 6 jam sebelum diberikan pelatihan fisik berlebih dengan

cara merenangkan selama 60 menit hari selama 35 hari rerata kadar MDA

berbeda secara bermakna Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh

untuk melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam

organ dan pembuluh darah (Giriwijoyo 2004)

Peningkatan kadar MDA sesudah diberikan pelatihan fisik berlebih pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan disebabkan karena pelatihan fisik

berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena terjadi peningkatan konsumsi

oksigen oleh aktifitas otot skeletal Stress oksidatif memicu peningkatan senyawa

oksigen reaktif Pada pelatihan fisik berlebih juga terjadi Reperfusion Injury yang

memicu terjadinya kerusakan jaringan dan peningkatan radikal bebas (Adiputra

2008) Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara menarik elektronnya

sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan sampai kematian sel

(Suryohudoyo 2000)

Pada penelitian ini didapatkan bahwa sesudah diberikan pelatihan fisik

61

berlebih dan placebo terjadi peningkatan kadar MDA sebesar 5024 Kadar

MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel (Winarsi

2007) Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pepe

(2011) bahwa pelatihan fisik berlebih meningkatkan kadar MDA Lebih lanjut

Murray et al (2000) juga menyatakan bahwa pelatihan fisik berlebih merangsang

respon biomarker stres oksidatif Sedangkan pada kelompok perlakuan yang

diberikan aktifitas berlebih dan glutation terjadi penurunan kadar MDA sebesar

1607 Terjadinya penurunan kadar MDA pada kelompok yang diberikan

glutation 6 jam sebelum melakukan pelatihan fisik berlebih disebabkan karena

pemberian antioksidan meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan

cara mendonorkan elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa

oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsi 2007) Glutation merupakan antioksidan

endogen yaitu antioksidan yang dapat disintesa dalam tubuh dari asam amino L-

sistein L-glutamat dan glisin (Cadenas 2002) yang juga sebagai master

antioksidan yaitu antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain

Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan

Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik (Hersh 2004) Glutation

merupakan salah satu antioksidan yang tidak dapat menjadi pro oksidan (Cadenas

2002) Normalnya sekali suatu antioksidan memakan radikal bebas antioksidan

ini menjadi teroksidasi sendiri dan menyerang sel yang sehat yang disebut

sebagai pro oksidan Glutation dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang

teroksidasi tersebut menjadi bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali

dalam memakan radikal bebas (Sellman 2009) Sehingga dengan demikian

62

glutation dapat membantu dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Urso

(2003) bahwa suplementasi antioksidan dapat mengatasi kondisi stress oksidatif

yang terjadi pelatihan fisik berlebih

Uji perbandingan antara data MDA pre dan post masing-masing kelompok

digunakan uji t-paired test Berdasarkan uji ini didapatkan hasil pada kelompok

perlakuan terjadi penurunan kadar MDA secara bermakna sebesar 085 mmollt

sedangkan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan kadar MDA secara

bermakna sebesar 260mmollt Terjadi penurunan kadar MDA pada kelompok

perlakuan menunjukkan pemberian antioksidan Glutation intraperitoneal dosis

37mgkgBBhari dapat mengatasi kondisi stress oksidatif yang terjadi pada

pelatihan fisik berlebih Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh

Urso (2003)

63

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

71 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan sebagai

berikut Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA

tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

72 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah

1 Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja glutation

yang lebih detail

2 Memperhatikan takaran latihan supaya tidak berlebihan yang justru akan

meningkatkan kerusakan sel

3 Perlu dilakukan uji klinis pada manusia

63

64

DAFTAR PUSTAKA

Adiputra N 2008Kesehatan Olah Raga Available from httpwwwbalihesgorgindexphpoption=com Accessed 2011 Oct 5th

Anonim 2011 Glutathione Available at

httpenwikipediaorgwikiGlutathione Accessed 2011 Oct 5th Anonim 2011 Overtraining Available at

httpwwwmarksdailyapplecomovertraining Accessed 2011 Oct5th

Asikin N 2001Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan InKursus Penyegaran dan Pelatihan Radikal bebas dan Antioksidan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta Fakultas Kedokteran UI

Bagiada NA 2001 Proses Penuaan dan Penanggulangannya Denpasar

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hal 22 Banerjee AK Mandal A Chanda D Chahraboti S 2003 Oxidant

Antioxidant and Physical ExerciseAvailable from httpwwwncbinlmnihgovpubmed14619981 accesed 2011 Sept 2nd

Binekada MC 2002 ldquoPelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Konsentrasi dan

Motilitas Spermatozoa Mencitrdquo(tesis) Denpasar Universitas Udayana

Cadenas E Jones PD 2002Bioavailability of Glutathione In Cadenas E

Packer L editorsHandbook of Antioxidants2nd Ed New York Marcel DekkerInc p549-564

Catala A 2006Lipid PeroxidationInt J Biochem Cell Biol 38 1482-1495 Dalle-DonneI Rossi R ColomboR Giustarini D Milzani

A2006Biomarkers of Oxidative Damage in Human Disease Available from httpwwwredorbitcomnewsscience473334biomarkersof oxidative damage in human diseaseindexhtmlaccessed2011 Sept 5th

Fouad T 2007 Free radicals Types Sources and Damaging Reaction

Relations Available from

64

65

wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th

Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th

Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112

Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors

ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their

Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69

Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan

Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th

Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz

R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155

Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester

Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th

Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala

T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200

Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and

Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders

66

Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana

LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia

Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647

Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from

httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit

Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK

Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620

Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji

Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah

Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009

Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan

Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132

Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde

Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521

Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley

Medical Publicationsp 123-141

Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI

Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable

from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer

67

Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole

Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam

Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI

Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam

Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya

Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan

Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47

Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant

Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th

Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan

Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105

68

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965

Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975

Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753

Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

69

Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan

Group Statistics

Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887

Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215

Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260

Perlakuan 10 42500 23348 07383

Independent Samples Test

Levenes Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df

Sig (2-

tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence Interval of the

Difference Lower Upper

Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428

Equal variances not assumed

-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429

Post1

Equal variances assumed 592 452 367

22 18 000 333700 09087 314608 352792

Equal variances not assumed

36722 16855 000 333700 09087 314515 352885

Post2

Equal variances assumed 906 354 264

19 18 000 239500 09066 220454 258546

Equal variances not assumed

26419 16265 000 239500 09066 220307 258693

70

Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis

(Laurence amp Bacharach 1964)

2g mencit 20g tikus 400g marmot

l5Kg kelinci

20Kg kucing

40Kg kera

120Kg anjing

70Kg manusia

20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879

200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560

400 g marmot

008 057 10 225 24 52 102 315

l5Kg kelinci

004 025 044 10 106 24 45 142

20Kg kucing

003 023 042 092 10 22 41 130

40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61

120Kg anjing

0008 006 010 0022 024 052 10 31

70Kg manusia

00026 0018 0031 007 0013 016 032 10

71

Lampiran 4

Foto Penelitian

Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)

72

Lampiran 5

Data Hasil Penelitian

Kelompok Kontrol

Pre test Post test Pre test Post Test

752 647 769 694

779 670 773 664

745 660 803 653

769 643 817 677

783 653

786 684

Kelompok Perlakuan

Pre Test Post test

412 391

436 412

442 425

425 401

453 436

466 442

432 405

456 432

470 453

476 463

Page 31: PEMBERIAN INJEKSI GLUTATION INTRAPERITONEAL

13

R + O2 RO2

RO2 + RH R + ROOH

3 Tahap Terminasi yaitu apabila terjadi reaksi antara radikal bebas dengan

radikal bebas lain atau antara radikal bebas dengan suatu senyawa pembasmi

radikal bebas (scavenger)

R1 + R2 R 1 R 2

Reduksi oksigen memerlukan pengalihan empat electron (electrotransfer)

Pengalihan ini tidak dapat sekaligus tetapi dalam empat tahapan yang setiap

tahapan hanya melibatkan pengalihan satu elektron Kendala yang mengharuskan

oksigen hanya dapat menerima satu elektron setiap tahap menyebabkan

terjadinya dua hal yaitu kurang reaktifnya oksigen dan terbentuknya senyawa-

senyawa oksigen reaktif seperti O2 (radikal superoksida) H2O2 (hydrogen

peroksida) OOH (radikal peroksil) dan OH (radikal hidroksil)

Radikal Bebas memiliki 2 sifat yaitu

1 Reaktifitas tinggi karena cenderung menarik elektron

2 Mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal

Elektron dari Radikal Bebas berikatan dengan senyawa yang berikatan

kovalen seperti lipid protein dan DNA akan sangat berbahaya karena ikatan

digunakan bersama-sama pada orbit luarnya Dibanding senyawa oksigen reaktif

radikal hidroksil merupakan senyawa yang paling berbahaya karena reaktifitasnya

yang sangat tinggi

Radikal hidroksil dapat merusak 3 jenis senyawa penting yang berfungsi

untuk mempetahankan integritas sel yaitu

14

1 Asam lemak tak jenuh yang merupakan komponen penting fosfolipid

penyusun membran

2 DNA pembawa genetik sel

3 Protein memegang berbagai peran penting seperti enzim reseptor antibodi

sitoskeleton

Dari ketiga senyawa tersebut yang paling rentan adalah senyawa asam

lemak tak jenuh ganda pada membran sel yang mengakibatkan rapuhnya dinding

sel Senyawa oksigen reaktif ini juga merusak dinding bagian dalam pembuluh

darah sehingga mengakibatkan pengendapan koleserol dan menyebabkan

aterosklerosis Apabila senyawa oksigen reaktif ini merusak basa DNA akan

terjadi kekacauan sistem info genetika berlanjut pada pembentukan sel kanker

Jaringan lipid yang rusak memicu munculnya penyakit degeneratif

Fosfolipid glikolipid dan kolesterol merupakan komponen terpenting

membran sel Komponen fosfolipid dan glikolipid mengandung asam lemak tak

jenuh (asam linoleat linolenat arakidonat) sangat rawan terhadap serangan

radikal hidroksil yang dapat menimbulkan reaksi rantai yang dikenal sebagai

Lipid peroxidation

Peroksidase lipid

LH + OH --- H + H2O

Asam lemak Radikal Bebas

L + O2 -- LOO

Radikal peroksilipid

LOO + LH --- L + L OOH dan seterusnya

15

Hasil akhir dari proses ini adalah terputusnya rantai asam lemak menjadi

berbagai senyawa yang bersifat toksik terhadap sel antara lain berbagai macam

aldehid seperti Malondealdehyde (MDA)

223 Peranan Radikal Bebas dalam proses penuaan

Pada usia muda keseimbangan antara radikal bebas dan pertahanan

antioksidan berfungsi dengan baik seiring dengan pertambahan usia

keseimbangan terganggu karena cadangan antioksidan berkurang dan radikal

bebas berlebih (Saxena dan Lan 2006)

Akibat ketidakseimbangan ini terjadi kerusakan oksidatif (Arief 2010)

Kerusakan ini disebabkan oleh radikal bebas dan merusak 3 komponen utama

yang mempertahankan integritas sel seperti fosfolipid (penyusun membrane sel)

DNA (perangkat genetik) protein (enzim reseptor antibodi) (Fouad 2007)

Ketidakseimbangan antara antioksidan dan senyawa oksigen reaktif

menghasilkan stress oksidatif penyebab kanker penuaan aterosklerosis cedera

iskemik peradangan dan penyakit degeneratif (Parkinson Alzheimer)

(Pangkahila 2007)

23 Stress Oksidatif

231 Keadaan yang menyebabkan stress oksidatif

Pada saat jumlah antioksidan tubuh kurang dari yang diperlukan untuk

meredam efek buruk dari radikal bebas keadaan ini disebut Stress oksidatif Bila

terjadi dalam waktu yang lama akan terjadi penumpukan hasil kerusakan

16

oksidatif di dalam sel dan jaringan yang mengakibatkan hilangnya fungsi sel

jaringan dan akhirnya mati Hal ini merupakan penyebab utama proses penuaan

(Bagiada 2001)

Keadaan yang menyebabkan Stress Oksidatif ini salah satunya adalah

pelatihan fisik berat atau berlebih (Hersh 2004) Stress oksidatif dapat

dikendalikan antara lain dengan membiasakan untuk menerapkan pola hidup sehat

dan mengkonsumsi antioksidan diharapkan akan memacu kerja antioksidan

dalam tubuh

MDA merupakan hasil dari proses peroksidasi lipid meningkatnya MDA

menunjukkan adanya suatu kondisi Stress Oksidatif menurunnya MDA

menunjukkan adanya perbaikan dari kondisi Stress tersebut sehingga MDA dapat

dipakai sebagai biomarker Stress oksidatif

24 Pelatihan Fisik

241 Olahraga

Pelatihan fisik atau olahraga merupakan satu kegiatan yang penting bagi

kehidupan manusia Olahraga merupakan alternatif kegiatan yang dapat

meningkatkan derajat kebugaran fisik seseorang apabila dilakukan dengan dosis

takaran yang benar Menurut Sharkey olahraga dapat meningkatkan pengeluaran

energi dan tingkat pengeluaran tersebut berkaitan dengan intensitas dan durasi

aktifitas yang dilakukan (Sharkey 2003) Latihan fisik atau olahraga yang

memperhatikan frekuensi intensitas tipe dan waktu mendukung dalam

mendapatkan hasil yang maksimal dan menurunkan resiko cedera Latihan fisik

17

yang benar memberikan dampak perbaikan pada sistem fungsional paru dan

jantung sehingga terjadi hipertropi otot jantung penurunan detak jantung

istirahat peningkatan stroke volume peningkatan volume darah dan hemoglobin

menambah jumlah pembuluh darah kapiler serta berfungsi dalam proses

pembakaran energi (Fox 1998) Frekuensi latihan yang dianjurkan adalah 3-4x

seminggu dengan intensitas 72-87 dari denyut jantung maksimal (220-umur)

dengan variasi 10 denyut per menitTipe latihan yang dianjurkan adalah

pemanasan 15 menit kombinasi latihan aerobik dan latihan otot dalam waktu 30-

60 menit diakhiri pendinginan 10 menit (Pangkahila 2009)

Sumber energi yang dibutuhkan untuk pelatihan fisik aerobik yang

dominan didapat dari pembakaran simpanan karbohidrat lemak dan sebagian

kecil (5) dari pemecahan simpanan protein yang terdapat di dalam tubuh untuk

menghasilkan ATP (adenosine triphospate) ATP yang terdapat dalam jaringan

otot terbatas kebutuhan ATP dipertahankan oleh creatinin phosphate (CP) dan

glikogen yang tersimpan dalam otot (Hernawati 2009) Terdapat 3 jalur untuk

memberikan ATP tambahan sesuai yang dibutuhkan selama kontraksi otot

meliputi 1 Pemindahan fosfat berenergi tinggi dari kreatinin fosfat ke ADP 2)

Fosforilasi oksidatif (siklus asam sitrat dari sistem transportasi elektron) 3)

glikolisis (Sherwood 2001) Sedangkan pada aktifitas yang bersifat anaerobik

energi diperoleh dari hidrolisis phosphocreatine serta melalui glikolisis glukosa

secara anaerobik Proses ini dapat terjadi tanpa adanya oksigen (O2) Metabolisme

anaerobik ini menghasilkan asam laktat yang apabila terakumulasi dapat

menyebabkan rasa nyeri pada otot menimbulkan stress fisik Hal ini

18

menyebabkan latihan aerobik terasa lebih menyenangkan (Hernawati 2009)

Metabolisme aerobik jauh lebih efisien daripada anaerobik karena menghasilkan

38 molekul ATP per molekul glukosa versus hanya 2 molekul melalui jalur

anaerob

Pelatihan fisik atau olahraga yang teratur selain memberikan manfaat

perbaikan pada mental fisik dan fisiologis juga mempengaruhi hormon tubuh

kita antara lain (Sharkey2003)

1 Growth Hormone

Stimulasi sintesis protein (muscle tone development) dan kekuatan tulang

tendon ligament dan tulang rawan Penurunan penggunaan glukosa dan

peningkatan penggunaan lemak sebagai bahan bakar selama olahraga

Membantu mengurangi lemak tubuh dan mempertahankan glukosa darah pada

level normal sehingga membantu melakukan olahraga selama periode waktu

yang lebih lama Dilepaskannya Growth Hormone oleh kelenjar pituitari di

otak meningkat dengan meningkatnya waktu latihan aerobik

2 Endorphins

Opioid endogen dari kelenjar pituitary yang memblok rasa sakit menurunkan

nafsu makan membuat perasaan senang mengurangi tekanan dan kecemasan

Pada saat olahraga endorfin dalam darah meningkat sampai lima kali selama

aktifitas olahraga lebih dari 30 menit Endorfin membuat kita dapat melakukan

aktifitas latihan menjadi lebih tahan lama

19

3 Testosteron

Hormon yang penting untuk wanita dan pria dalam mempertahankan tonus

volume kekuatan otot meningkatkan angka rata metabolisme basal

menurunkan lemak tubuh dan merasa lebih percaya diri Diproduksi oleh

ovarium pada wanita dan testis pada laki-laki Testosteron pada wanita hanya

sepersepuluh kadar testosteron pada laki-laki Pada wanita testosteron

berperan pada pengaturan libido dan orgasme Produksi pada wanita menurun

saat menjelang menopause sedangkan pada pria pada usia memasuki usia 40

tahun Kadar testosteron darah mulai meningkat setelah 20 menit olahraga

baik pada wanita maupun pria dan tetap tinggi sampai 1-3 jam setelah

olahraga

4 Estrogen

Estrogen secara biologis aktif adalah 17 beta estradiol meningkatkan

pemecahan lemak dari lemak tubuh sehingga dapat digunakan sebagai sumber

tenaga meningkatkan rata-rata metabolisme basal meningkatkan mood

meningkatkan libido Hormon ini disekresi oleh ovarium meningkat saat

olahraga dan tetap meningkat sampai 1-4 jam setelah olahraga

5 Thyroxine (T4)

Hormon yang diproduksi oleh kelenjar tiroid meningkatkan metabolisme

hampir semua sel dalam tubuh Peningkatan metabolisme ini membantu kita

merasa lebih energik dan juga menyimpan kalori penting untuk penurunan

berat badan Kadar tiroksin dalam darah meningkat sekitar 30 selama

20

olahraga dan tetap meningkat sampai beberapa jam sesudahnya Olahraga

yang teratur juga meningkatkan level tiroksin saat istirahat

6 Epinephrine

Hormon yang diproduksi oleh medulla adrenal yang meningkatkan jumlah

darah yang dipompa oleh jantung dan mengarahkan aliran darah ke tempat

yang diharapkan Stimulasi pemecahan glikogen (karbohidrat yang disimpan)

dalam otot yang aktif dan hati untuk digunakan sebagai sumber tenaga

Menstimulasi pemecahan lemak (lemak yang disimpan dalam otot yang aktif)

dan digunakan sebagai sumber tenaga Sejumlah epinefrin yang dilepaskan

berhubungan dengan intensitas dan durasi latihan

7 Insulin adrenalin

Hormon yang penting dalam mengatur gula darah dan asam lemak (lemak)

dan asam amino (protein) dalam sel Sekresi insulin oleh pancreas meningkat

sehubungan dengan respon meningkatnya kadar gula darah dan protein yang

biasa terjadi setelah makan Semakin banyak gula sederhana yang dikonsumsi

semakin tinggi respon insulin Meningkatnya insulin menyebabkan produksi

lemak sehingga insulin sering disebut sebagai hormon lemak atau fat

hormone Pada orang dengan berat badan berlebih terjadi resistensi insulin

sehingga diperlukan insulin dalan jumlah yang lebih besar untuk didapatkan

efek yang sama sehingga didapatkan kadar insulin darah yang lebih tinggi dan

latihan aerobik setiap hari Kadar insulin darah mulai menurun 10 menit saat

olahraga dan terus menurun sekitar 70 menit olahraga Olahraga yang teratur

juga meningkatkan sensitivitas sel terhadap insulin dalam keadaan istirahat

21

8 Glucagon

Hormon yang diproduksi oleh pankreas tugasnya meningkatkan kadar gula

darah Saat gula darah rendah glukagon disekresi dan menyebabkan simpanan

karbohidrat di dalam hati dilepaskan ke aliran darah untuk meningkatkan

kadar gula mencapai kadar normal Glukagon juga menyebabkan

dipecahkannya lemak sehingga dapat digunakan sebagai bahan bakar atau

sumber tenaga Glukagon mulai disekresi pada 30 menit awal olahraga ketika

gula darah mulai menurun

242 Pelatihan Fisik Berlebih

Pelatihan fisik berlebih menimbulkan gangguan pada sistem endokrin

terjadi peningkatan kadar kortisol dan penurunan kadar testosteron (Maffetone

2007) peningkatan ACTH penurunan LH plasma

Sindrom pelatihan fisik berlebih dalam jangka panjang mengakibatkan

terjadinya inflamasi infeksi yang lebih lanjut dapat mempengaruhi kesehatan

secara umum Aktifitas berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena

terjadi peningkatan konsumsi O2 oleh aktifitas otot skeletal Meskipun oksigen

dibutuhkan oksigen juga bersifat toksik yang dapat memicu peningkatan ROS

Pada organ yang tidak mendapat oksigen dan nutrisi yang cukup akan

menimbulkan keadaan iskemik dan kerusakan mikrovaskular Keadaan ini disebut

sebagai Reperfusion Injury yang memicu terjadinya kerusakan jaringan dan

peningkatan Radikal Bebas

22

Pelatihan fisik berlebih meningkatkan terbentuknya Radikal Bebas

(Adiputra 2008) Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh untuk

melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam organ dan

pembuluh darah (Giriwijoyo 2004) Apabila berlebih menyebabkan kerusakan

sel dengan 3 cara (Kumar et al2005 Ebenhardt 2001)

1 Kerusakan DNA mengakibatkan mutasi DNA bahkan kematian sel

2 Peroksidasi lipid membrane sel dan sitosol menyebabkan terjadinya proses

reduksi asam lemak sehingga mengakibatkan kerusakan membran dan organel

sel

3 Modifikasi protein teroksidasi oleh karena cross linking protein

Bila radikal bebas bertemu dengan asam lemak tak jenuh ganda daalam

membrane sel terjadi reaksi peroksidasi lipid membran sel menyebabkan

peningkatan fluiditas membran gangguan integritas membran dan inaktivasi

ikatan membran dengan enzim dan reseptor Tahap akhir dibebaskan aldehyde

seperti malondealdehyde pentane etana conjugated diane yang bersifat merusak

tubuh (Murray et al2000)

Pelatihan fisik berlebih menyebabkan terjadinya peningkatan lekosit atau

lekositosis peningkatan isoprostan dalam urin protein carbonil (73) catalase

(96) glutation peroksidase serta glutation teroksidasi (25) Dapat

disimpulkan pelatihan fisik berlebih merangsang respon biomarker stres oksidatif

(Murray et al 2000) Proses penuaan mengakibatkan penurunan sistem imun

sehingga meningkatkan resiko infeksi Menurut teori aktifitas sedang dapat

menangkal efek proses penuaan yang diakibatkan penurunan sistem imun Studi

23

yang dilakukan Shepard dan Shek menunjukkan bahwa aktifitas sedang dapat

ditoleransi dengan baik oleh individu lanjut usia dan menunjukkan penurunan

stimulasi proliferasi limfosit

Gejala ndash gejala yang dirasakan apabila melakukan pelatihan fisik berlebih

(overtraining) (Maffetone 2007)

1 Sering mengalami kegagalan dalam melakukan latihan yang biasanya kita

lakukan Kondisi fisik menjadi semakin lemah dan semakin lambat terjadi

kemunduran

2 Kehilangan otot dan terjadi penimbunan lemak Latihan fisik berlebih

meyebabkan rasio testosteron kortisol yang seharusnya positif yang berarti

lebih banyak otot dan lebih sedikit lemak menjadi negatif yang berarti cortisol

lebih tinggi dibanding testosteron yang berarti terjadi peningkatan resistensi

insulin dan penimbunan lemak

3 Merasa lemas mudah tersinggung sulit tidur

4 Persendian tulang dan anggota tubuh terasa sakit

Terjadinya DOMS (delayed onset muscle soreness) menunjukkan teknik

latihan yang salah atau postur saat latihan yang tidak tepat DOMS merupakan

respon alami yang akan hilang dalam waktu sehari atau 2 hari tetapi apabila

nyeri berkepanjangan menunjukkan adanya overtraining

5 Sering tiba-tiba jatuh sakit

Latihan fisik berlebih menurunkan sistem imun tubuh kita sehingga menjadi

lebih mudah sakit

24

Latihan fisik berat jangka panjang berkaitan dengan cedera serat

ototKerusakan yang terjadi berhubungan dengan intensitas durasi dan tipe

latihan Ketika cell death terbentuk jaringan nekrotik dibuang oleh sel fagosit

sel satelit teraktivasi menuju ke area yang cedera menjadi myoblast dan

selanjutnya menjadi serat otot Enzim otot yang dilepaskan tidak sepenuhnya

merefleksikan kerusakan struktural yang diperkirakan oleh analisis histologis

Perubahan penanda biologis cedera otot (seperti aktifitas kreatin kinase (CK)

lactate dehydrogenase (LDH) atau konsentrasi malondialdehyde di plasma

(MDA)) sering diperiksa selama overtraining Serum aktivitas CK dan

konsentrasi MDA plasma dapat gagal meningkat saat overtraining perubahan

parameter biokimia hanya merefleksikan otot dengan beban berlebih Setelah

olahraga yang lama pro-inflammatory cytokines diproduksi lokal pada otot

skeletal

Tanda dan gejala fisik latihan fisik berlebih (overtraining)

- Denyut jantung atau nadi yang meningkat saat istirahat

- Tidak toleransi terhadap latihan

- Penampilan yang menurun

- Penurunan berat badan berkurangnya massa otot tidak nafsu makan

- Kelelahan chronic fatigue lethargy

- Nyeri dan kerusakan otot nyeri sendi

- Mudah terserang flu pembengkakan kelenjar getah bening di leher

selangkangan dan ketiak

- Konstipasi atau diare

25

- Gangguan haid gangguan makan gangguan tidur

- Sakit kepala gangguan pencernaan

- Pemulihan yang berlangsung lambat setelah latihan

- Sendi otot tendon terasa kaku dan sakit

Tanda dan gejala psikologis

- Lelah capek kekurangan tenaga

- Insomnia sakit kepala tidak mampu untuk beristirahat

- Depresi gelisah cemas apatis

- Menurunnya kepercayaan diri

- Menurunnya kemampuan untuk berkonsentrasi

- Mudah stress

Efek biokimia dari Latihan Fisik Berlebih

- Meningkatnya serum kortisol dan SHBG

- Menurunnya serum total dan free testosterone rasio testosteron kortisol

- Menurunnya glikogen otot

- Menurunnya serum hemoglobin besi dan ferritin

Faktor yang mempengaruhi terjadinya overtraining

- Jetlag

- Bekerja terlalu keras

- Menstruasi

- Nutrisi gaya hidup yang buruk

- Kurang istirahat

- Terlalu banyak mengkonsumsi alkohol

26

- Kurangnya kemampuan mengatasi stress

Penanganan overtraining atau Latihan Fisik berlebih

- Massage

Massage pada jaringan dalam dapat melepaskan otot yang tegang

mempertahankan keseimbangan sistem muskulo-skeletal Pemijatan atau

massage yang teratur dapat membantu mencegah cedera yang mungkin

terjadi karena overuse

- Menggunakan roller busa

Penggunaan roller busa memungkinkan kita dapat melakukan massage

atau pemijatan sendiri Kita dapat juga memakai yang berbentuk bola atau

bola tenis untuk membantu menghilangkan rasa sakit Pemijatan ini dapat

dilakukan di tungkai lutut hamstring bahu punggung atau otot atau sendi

manapun

- Terapi suhu kontras

Air pancuran hangat dan dingin bergantian menstimulasi tubuh untuk

pulih lebih cepat Otot membawa impuls yang terasa pada kulit bagian

dalam tubuh di mana terjadi stimulasi sistem imun memperbaiki sirkulasi

dan pencernaan mempengaruhi produksi hormon stress meningkatkan

aliran darah mengurangi sensitivitas nyeri

- Pengaturan makanan

Membantu proses pemulihan penting untuk mengkonsumsi makanan

tinggi karbohidrat protein dan lemak sehat seperti Omega 3 omega 6

omega 9 asam lemak esensial Karbohidrat memberikan sumber tenaga

27

pada tubuh dan otak asam lemak esensial membantu mengurangi depresi

memperbaiki pemulihan protein akan membangun kembali otot yang

mengalami overtraining

- Mengkonsumsi vitamin

Ketika terjadi overtraining suplementasi sangat menguntungkan Vitamin

dan suplementasi mineral sebaiknya dikonsumsi pagi hari bersama dengan

makanan untuk penyerapan yang lebih baik

Defisiensi Vitamin yang biasa terjadi

- Vitamin A (Beta-Caroten)

- Vitamin B kompleks vitamin B12

- Vitamin C D E K

- Asam Folat

Defisiensi Mineral yang biasa terjadi

- Calcium

- Chromium

- Copper Iodine Iron

- Magnesium Fosfor

- Potassium

- Sodium

- Sulfur

- Zinc

28

25 Antioksidan

Radikal Bebas merupakan senyawa reaktif yang secara alami diproduksi

oleh tubuh manusia Radikal Bebas memberikan efek positif atau efek negatif

Untuk membatasi efek negatif tersebut dibutuhkan kompleks proteksi ndash sistem

antioksidan Sistem ini terdiri dari enzim antioksidan (katalase glutation

peroksidase superoksid dismutase) dan antioksidan non enzimatik ( vitamin E-

tokoferol vitamin A- retinol vitamin C- asam askorbat) Keseimbangan antara

produksi radikal bebas dan pertahanan antioksidan menunjukkan tingkat stress

oksidatif yang mungkin terlibat dalam proses penuaan dan pada beberapa

patologi (misalnya kanker Parkinson) (Winarsi 2007)

Latihan fisik juga meningkatkan stress oksidatif dan menyebabkan

gangguan homeostasis Latihan memberikan efek positif dan efek negatif

tergantung dari beban latihan spesifikasi latihan dan tingkat basal latihan Stress

oksidatif terlibat dalam terjadinya muscular fatigue dan mengarah ke

overtraining

Definisi antioksidan menurut Cadenas adalah suatu senyawa yang apabila

terdapat dalam jumlah yang lebih banyak dibanding senyawa yang teroksidasi

secara signifikan dapat menunda atau mencegah proses oksidasi senyawa tersebut

(Cadenas 2002) Secara kimia antioksidan adalah senyawa pemberi electron

Secara biologis antioksidan adalah senyawa yang mampu menangkal dan

meredam dampak negative oksidan dalam tubuh Antioksidan mendonorkan satu

elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa oksidan tersebut dapat

dihambat (Winarsi 2007)

29

Penting sekali keseimbangan antara oksidan dan antioksidan karena

berfungsi menjaga integritas dan berfungsinya membrane lipid protein sel dan

asam nukleat Senyawa asam lemak tak jenuh penyusun membrane lipid sangat

sensitive terhadap perubahan keseimbangan antara oksidan dan antioksidan

Menurut mekanisme kerjanya antioksidan dikelompokkan atas 3 yaitu

1 Antioksidan primer SOD katalase glutation peroksidase (GSH-Px)

Bekerja pembentukan senyawa radikal bebas yang telah terbentuk menjadi

molekul yang kurang aktifSedangkan antioksidan primer yang dapat

ditambahkan dari luar seperti glutation asam lipoat SOD melatonin

2 Antioksidan sekunder vitamin E vitamin C beta karoten flavonoid asam

urat albumin (Soewoto 2001)

Merupakan antioksidan eksogenous atau non enzimatis (Winarsi 2007)

Bekerja dengan cara memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal bebas

atau dengan cara menangkapnya

3 Antioksidan tertier meliputi system enzim DNA-repair dan metionin

sulfoksida reduktase Berfungsi dalam perbaikan biomolekuler yang rusak

akibat reaktivitas radikal bebas

26 Glutation sebagai antioksidan

Glutation merupakan tripeptida yang terdiri dari asam amino glutamat

sistein dan glisin (Cadenas 2002)Ikatan glutamat ndash sistein merupakan ikatan

isopeptida antara grup γ-karboksil dari glutamat dan grup α amino dari

sisteinIkatan unik ini membuat gluation tahan terhadap degradasi oleh proteases

30

dan peptidases yang berfungsi pada peralihan proteinMerupakan suatu

antioksidan yang mencegah kerusakan komponen seluler oleh reactive oxygen

species seperti radikal bebas dan peroksidGlutation bukan nutrisi esensial karena

disintesa di dalam tubuh dari asam amino L-sistein L-glutamic acid dan glycine

Gambar 21 Struktur GSH dan GSSG

Glutation terdapat pada sebagian besar sel tubuh tetapi terbanyak terdapat

di dalam hati Grup thiol (SH) dari sistein berfungsi sebagai donor proton dan

bertanggungjawab untuk aktifitas biologis glutation Provisi asam amino ini

merupakan faktor yang terbatas dalam sintesis glutation oleh sel karena sistein

relatif jarang pada makanan Apabila dilepaskan sebagai asam amino bebas

sistein adalah toksik dan secara spontan dikatabolisasi di saluran pencernaan dan

plasma darah

Glutation disintesis dalam 2 tahap

1 Gamma-glutamylcysteine disintesa dari L-glutamate dan sistein melalui enzim

gamma-glutamylcysteine sintetase (glutamate cysteine ligase GCL)

31

2 Glisin ditambahkan pada C-terminal dari gamma-glutamylcysteine melalui

enzim glutation sintetase

261 Fungsi Glutation

Glutation terdapat dalam bentuk tereduksi (GSH) dan teroksidasi (GSSG)

Grup thiol dari sistein mampu memberikan donor elektron ke molekul lain yang

tidak stabil seperti Reactive Oxygen Species (ROS) Pada saat mendonorkan

elektronnya glutation menjadi reaktif dan segera bereaksi dengan glutation reaktif

lainnya membentuk glutation disulfide (GSSG)Reaksi mungkin terjadi apabila

terdapat konsentrasi yang cukup tinggi di sel (sampai 5mm di hati) GSH dapat

terbentuk kembali dari GSSG oleh enzim glutation reduktase Pada sel atau

jaringan yang sehat terdapat lebih 90 dari total simpanan glutation terdapat

dalam bentuk tereduksi (GSH) dan kurang dari 10 dalam bentuk disulfide

(GSSG)

GSH ---- GSSG

Eliminasi ROS Menjaga protein thiols Antioxidant

dalam bentuk reduksi pools

Gambar 22 GSH Redox (Cadenas 2002)

GSH Redox merupakan indikator sentral keseimbangan antara stress

oksidatif dan system antioksidan GSH Redox berkaitan dengan detoksifikasi

Reactive Oxygen Species (ROS) berfungsi dalam mempertahankan tersedianya

antioksidan mempertahankan protein thiol dalam bentuk reduksi Rasio

32

GSHGSSG sering dipakai untuk mengekspresikan keseimbangan redox ini

Peningkatan rasio GSH-GSSG merupakan indikasi adanya Stress Oksidatif

(Goldman 2003)

Glutation mempunyai beberapa fungsi (Winarsih 2007)

- Sebagai antioksidan endogen mayor yang diproduksi oleh sel berpartisipasi

langsung pada netralisasi radikal bebas dan senyawa oksigen reaktif

mempertahankan antioksidan eksogen seperti vitamin C dan E pada bentuk

tereduksi (aktif)

- Pengaturan siklus nitric oxide yang sangat penting untuk kehidupan tetapi

dapat menjadi masalah apabila tidak teregulasi Digunakan untuk reaksi

metabolism dan biokimia seperti sintesis dan perbaikan DNA sintesis protein

sintesis prostaglandin transport asam amino dan aktivasi enzim Tiap sistem

di dalam tubuh kita dapat dipengaruhi oleh sistem glutation khususnya sistem

imun sistem saraf sistem gastrointestinal dan paru

Gambar 23 Detoksifikasi Lipid Hydroxyperoxides di usus halus

33

GSH yang ditransportasikan kedalam lumen digunakan untuk detoksifikasi

peroksid yang terbentuk dari makanan oleh glutation peroksidase (GSH Px)

Proses ini membutuhkan peroksid dan glutation yang tersedia di sel epitel GSSG

yang terbentuk direduksi kembali menjadi GSH oleh GSSG reduktase (GSSG

Rx) menggunakan NADPH sebagai reduktan

262 Suplementasi Glutation

Meningkatkan level GSH melalui suplementasi glutation langsung sulit

Penelitian terakhir menyatakan bahwa secara oral tidak diabsorpsi baik melalui

saluran pencernaan Studi mengenai konsumsi oral akut glutation dengan dosis

sangat besar 3 gram Witschi dan tim menemukan lsquoadalah tidak mungkin

meningkatkan glutation yang bermanfaat secara klinis dengan dosis tunggal 3

gram glutationrsquo

Glutation terdapat pada makanan sehari-hari sampai 150mghari dapat

diabsorpsi melalui intak di usus halus Individu sehat dengan asupan sulfur asam

amino (1-2 gramhari) jumlah GSH mungkin tidak cukup untuk mendapatkan

efek penting secara sistemik Individu dengan asupan sulfur asam amino yang

terbatas suplementasi GSH diperlukan untuk mempertahankan suplai GSH

sistemik dengan memperbaiki keseimbangan sulfur asam amino (Cadenas 2002)

Glutation hanya diabsorpsi di sel epitel oral dan traktus gastrointestinal

dan memberikan keuntungan kesehatan spesifik pada jaringan tersebut(Cadenas

2002)

34

SUPLAI HILANG

Makanan suplemen Degradasi

GSH

Empedu LUMINAL Uptake

Epitel Reaksi Detoksifikasi

Gambar 24 Supply dan Removal Glutation dalam lumen usus halus (Cadenas 2002) Glutation (GSH) disuplai ke dalam lumen intestinal melalui konsumsi oral

empedu dan sekresi epitel intestinal Jumlah yang disuplai dari empedu cukup

untuk mempertahankan jumlah 200microM pada tikus tetapi tidak cukup pada

manusia yang mengalami degradasi di duktus kantung empedu Jumlah yang

dikonsumsi melalui makanan bervariasi dan secara umum kurang dari 200 microM

Jumlah yang diberikan melalui epitel hanya sekitar 10 atau kurang

dibandingkan dengan yang disediakan oleh empedu Hilangnya Glutation karena

degradasi oleh γ-glutamyltranspeptidase dan dipeptidases pada permukaan sel

epitel ditransportasikan ke dalam sel oleh mekanisme sodium-dependent dan

sodium-independent konjugasi dengan elektrofil reaktif dikatalisasi oleh

glutathione-S transferase mucus (Cadenas 2002)

Vitamin D meningkatkan level glutation di otak dan tampaknya sebagai

katalis untuk produksi glutation Sejumlah vitamin D aktif di otak berikatan

dengan seberapa besar vitamin D3 baik melalui suplemen atau dibentuk di kulit

melalui paparan matahariHal ini menyatakan bahwa mengkonsumsi vitamin D

35

dan atau mendapat cukup paparan matahari meningkatkan produksi glutation

(Sellman 2009)

Konsentrasi glutation di plasma dan hati dapat ditingkatkan dengan

mengkonsumsi suplemen tertentu yang disebut GSH precursors N-asetilsistein

atau NAC glutation precursor yang paling memungkinkan Suplemen lain S-

adenosilmetionin (SAMe) dan whey protein juga dapat meningkatkan glutation

dalam sel (Sellman 2009)

NAC tersedia dalam bentuk obat dan sebagai suplemen generik Alpha

lipoic acid juga dapat mempertahankan glutation intraselular Melatonin dapat

menstimulasi enzim yang berkaitan glutation peroksidase dan silimarin ekstrak

dari biji tanaman milk thistle (Silybum marianum) juga mempunyai kemampuan

memperbarui level glutation

Glutation diatur dengan ketat di intraseluler dan dibatasi produksinya oleh

feedback negative inhibisi sintesisnya sendiri melalui enzim gamma-

glutamilsistein sintetase sehingga meminimalisir kemungkinan terjadinya

overdosis Penambahan glutation menggunakan precursor atau glutation intravena

adalah strategi untuk mengatasi defisiensi glutation stress oksidatif tinggi

defisiensi imun

Glutation yang rendah menunjukkan adanya pembuangan dan

keseimbangan negatif nitrogen seperti pada kanker AIDS sepsis trauma

terbakar dan bahkan atlet overtraining Suplementasi glutation dapat

memperbaiki proses ini dan contohnya pada AIDS memberi hasil adanya

perbaikan survival rates Bagimanapun studi mengenai kondisi ini belum dapat

36

membedakan glutation rendah sebagai akibat secara akut (pada pasien sepsis) atau

secara kronis (HIV) meningkatkan stress oksidatif dan peningkatan patologi

sebagai akibat defisiensi yang sudah ada sebelumnya

Skizofrenia dan gangguan bipolar berhubungan dengan glutation yang

rendah Stress oksidatif mungkin salah satu faktor dasar patofisiologi gangguan

bipolar gangguan depresif mayor dan skizofrenia Glutation (GSH) adalah

pemakan radikal bebas mayor di otakTidak adanya GSH meningkatkan

kerentanan sel terhadap stress oksidatif ditandai asetilsistein dapat mengurangi

gejala kedua gangguan tersebut

Glutation merubah level stress oksidatif pada sel yang diisolasi di

laboratorium sehingga dapat mengurangi perkembangan kanker Tes ini tidak

dilakukan pada manusia

Glutamat yang berlebihan di sinaps yang dapat dilepaskan pada kondisi

seperti cedera otak dapat menghambat pengambilan sistein senyawa pembentuk

glutation yang pentingTanpa proteksi dari cedera oksidatif oleh glutation sel-sel

dapat rusak atau mati (Sellman 2009)

Glutation juga mempunyai fungsi lain sebagai berikut (Sellman 2009)

Mencerahkan kulit

Mencegah menghilangkan jerawat dan bekas jerawat

Menghilangkan noda hitam

Anti aging dan anti kerut

Memberi nutrisi kulit

Membantu pemulihan luka

37

Membuat kulit menjadi halus segar dan bersinar

Kondisi kesehatan yang berhubungan dengan defisiensi glutation

Peningkatan proses penuaan

Kesulitan dalam keseimbangan

Gangguan mental

Masalah koordinasi

Gangguan sistem saraf

Akhir-akhir ini dipercaya sebagai penyebab lesi otak

Kanker HIV Katarak Diabetes Mellitus

Jumlah sperma yang rendah

263 Glutation Precursor (Sellman 2009)

Glutation Precursor disebut juga sebagai building-block dari glutation

yaitu N-asetilsistein atau NAC dan whey protein tidak terdenaturasi

Nasetilsistein adalah obat farmasi yang biasa digunakan bertahun-tahun untuk

mengobati overdose asetaminofen Hal ini sangat efektif ketika diberikan dalam

dosis besar di ruang darurat ketika seseorang akan mengalami gagal hati karena

overdosis asetaminofen komposisi aktif dari Tylenol

Efek sampingnya adalah bercak-bercak kemerahan bersin mual

anafilaksis reaksi alergi yang berupa kesulitan bernafas karena bronkospasme

tekanan darah menurun angioedema muntah kram diare Walaupun jarang

kematian pernah dilaporkan karena N-asetilsistein Beberapa orang mendapatkan

rasa dan bau yang tidak dapat diterima karena kandungan sulfur di dalamnya

38

Pengggunaan teratur untuk menaikkan kadar glutation tidak direkomendasikan

untuk anak-anak dan bayi Masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk

menentukan keamanan N-asetilsistein untuk penggunaan jangka panjang

Whey protein tidak terdenaturasi merupakan nutraceutical atau medicinal

foodSenyawa ini memberikan ikatan sistein ke sel-sel di mana glutation dapat

terbentuk di tempat tersebut

Beberapa kondisi yang tidak dapat mengkonsumsi whey protein

- Pasien dengan alergi protein susu

- Pasien dengan diet rendah protein

- Pasien yang sedang menjalani terapi imunosupresif

Efek sampingnya adalah kembung perut kram urtikaria Efek samping

karena overdosis tidak terjadi karena sel hanya membuat sebatas yang dibutuhkan

apabila berlebih kelebihan disimpan di hati dan ginjal sampai suatu saat kalau

dibutuhkan

264 Sumber Glutation dari makanan

Sumber glutation dari makanan yang disarankan adalah asparagus bayam

brokoli bawang putih kale bawang watercress kol Brussel sprout beberapa

bumbu seperti kunyit kayu manis semangka alpukat anggur peach jeruk

walnut granola daging kalkun dan daging ayam keju cottage dan yoghurt

39

Tabel 21 Makanan yang mengandung Glutation (Cadenas2002)

GSH Food Group mg100 g mgsaji Buah segar Apel 33 46 Pisang 41 48 Anggur 79 146 Jeruk 73 106 Semangka 66 283 Sayuran segar Asparagus dimasak 283 263 Alpukat 277 313 Brokoli dimasak 91 78 Wortel mentah 79 59 Tomat 90 109 Daging Hamburger 175 149 Ham rebus 233 13 Ayam digoreng 131 134 Sereal biji-bijian Cornflakes 00 00 Roti whole wheat 12 06 Roti putih 00 00 Nasi putih enriched dimasak 16 21 Produk Susu Susu whole 00 00 Keju Amerika 00 00 Yoghurt plain lowfat 00 00 Es krim 10 lemak 00 00

40

BAB III

KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

31 Kerangka Berpikir

Faktor penyebab penuaan antara lain faktor internal dan faktoreksternal

Faktor internal meliputi radikal bebas glikosilasi metilasi hormon yang

berkurang apoptosis system kekebalan tubuh yang menurun genetik Faktor

eksternal meliputi gaya hidup tidak sehat polusi lingkungan stress kemiskinan

kebiasaan yang salah olahraga berlebihan (overtraining) Berbagai faktor di atas

menyebabkan terjadinya penurunan fungsi tubuh dan terjadilah penuaan

Kerangka konsep penelitian berdasarkan teori bahwa salah satu penyebab

penuaan adalah radikal bebas Bila jumlah radikal bebas melebihi jumlah

antioksidan di dalam tubuh terjadilah stress oksidatif Radikal bebas dapat

merusak membran sel protein DNA dan berakibat fatal bagi kelangsungan hidup

sel jaringan Stress oksidatif yang berlangsung lama akan mengakibatkan

terjadinya penumpukan hasil kerusakan oksidatif di dalam sel dan jaringan

selanjutnya sel dan jaringan tersebut akan kehilangan fungsinya dan akhirnya

mati

Olahraga berlebih meningkatkan stress oksidatif karena terdapat

peningkatan konsumsi O2 oleh aktivitas otot skeletal Oksigen juga dapat bersifat

toksik yang dapat memicu peningkatan Reactive Oxygen Species (ROS)Organ

yang tidak mendapat cukup oksigen dan nutrisi menjadi iskemik dan terjadi

kerusakan mikrovaskular (Reperfusion Injury) memicu peningkatan radikal

40

41

bebas Dengan pemberian antioksidan Glutation yang merupakan antioksidan

master diharapkan dapat mencegah kerusakan lebih lanjut yang diakibatkan oleh

radikal bebas dengan cara melindungi sel dari Reactive Oxygen Species (ROS)

dan dapat dilihat melalui parameter MDA yang mengalami penurunan

32 Konsep Penelitian

Konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Gambar 31 Konsep Kadar MDA pada tikus yang diberikan Pelatihan Fisik Berlebih+ Placebo dan Pelatihan Fisik Berlebih + Glutation

FAKTOR INTERNAL

- Jenis Kelamin

- Usia

- Genetik

- Hormon

- Psikologis

FAKTOR EKSTERNAL

- Makanan

- Cuaca iklim

- Penyakit

- Exercise

GLUTATION

TIKUS

KADAR MDA

42

33 Hipotesis

Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan kadar MDA

tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

43

BAB IV

METODE PENELITIAN

41 Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksterimental dengan rancangan

randomized pre test-post test control group design (Poccock et al 2008)

Subyek terdiri dari 2 kelompok yaitu

1 Kelompok 1 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+ Placebo

2 Kelompok 2 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation

Semua kelompok sebelum perlakuan diberikan pre test (O1 O3) dan

dihitung rerata untuk masing-masing kelompok

Setelah perlakuan semua kelompok diberikan post test (O2 O4) dan

dihitung rerata untuk masing-masing kelompok

Kemudian dihitung perbedaan rerata antara pre test dan post test dari

masing-masing kelompok lalu hasil perbedaan tersebut dibandingkan secara

statistik

Gambar 41 Rancangan Penelitian

P S

43

R R

O1 P1 O2

O3 P2 O4

44

Keterangan

P = populasi

S = sampel

R = random

O1 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah mendapatkan

pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan placebo (pre test)

O2 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah diberikan pelatihan

fisik berlebih setelah diberikan placebo (post test)

O3 = observasi data MDA kelompok perlakuan setelah diberikan

pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan Glutation (pre test)

O4 = observasi data MDA kelompok perlakuan diberikan pelatihan fisik

berlebih setelah diberikan Glutation (post test)

P1 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih+ placebo

P2 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation

42 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran

Universitas Udayana pada bulan Januari ndash Maret 2012 Pemeriksaan MDA darah

tikus dikerjakan di bagian Program Antar Unit Universitas Gajah Mada

Jogyakarta

45

43 Populasi dan Sampel

431 Populasi

Subyek penelitian adalah tikus jantan dewasa galur Wistar yang berusia 2-

25 bulan dan dalam kondisi fisik sehat

432 Kriteria Sampel

4321 Kriteria Inklusi

Kriteria Inklusi yang ditetapkan sebagai sampel adalah sebagai berikut

a Tikus jantan dewasa galur Wistar

b Umur 2-25 bulan

c Berat badan plusmn200 gram

d Sehat

e MDA ge 5mmollt

4322 Kriteria Drop Out

Adalah sampel yang mati pada waktu penelitian

433 Besar Sampel

Besar sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini dihitung berdasarkan

rumus Poccock (2008)

Angka μ1 (5) dan μ2 (12) didapatkan dari penelitian sebelumnya (Ji 1998)

n=

46

= asymp 7

Keterangan

n = jumlah sampel

σ = standar deviasi kelompok perlakuan dengan pemberian

glutation (15)

f ( ) = besarnya didapat dari tabel (Poccock 2008)

μ1 = rerata hasil MDA pada kelompok perlakuan sesudah

pemberian glutatioacuten (5)

μ2 = rerata hasil MDA pada kelompok pre test (12)

Jadi jumlah sampel (n) = 675 dan ditambah 3 ekor tikus untuk masing-

masing kelompok sebagai cadangan Jadi total 20 ekor tikus dengan 10

ekor tikus untuk masing-masing kelompok

434 Teknik Pengambilan Sampel

Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat

sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi diambil secara acak

sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi

2 kelompok yaitu kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+placebo kelompok

dengan pelatihan fisik berlebih + glutation

47

44 Variabel Penelitian

441 Klasifikasi Variabel

Variabel penelitian dibedakan menjadi

1 Variabel Bebas dosis pemberian glutation

2 Variabel Tergantung kadar MDA

3 Variabel Terkendali varian tikus jantan (galur wistar) jenis

kelamin umur berat badan lingkungan

(pencahayaan suhu kelembaban nutrisi

kandang)

Gambar 42 Bagan Hubungan Antar Variabel

VARIABEL BEBAS

- Pelatihan fisik berlebih

- Glutation 37mg kgBBhari

VARIABEL TERGANTUNG

KADAR MDA

VARIABEL TERKENDALI

Varian tikus

Jenis kelamin umur berat badan

Pencahayaan suhu kelembaban nutrisi kandang

Makanan minuman

48

442 Definisi Operasional Variabel

1 Pelatihan fisik berlebih pada tikus adalah pelatihan yang berlebihan

yang diukur berdasarkan kemampuan maksimal berenang tikus pada

ember berdiameter 35 cm dengan kedalaman air 20 cm yang

dilakukan 60 menithari selama 35 hari pada waktu yang sama pada

suhu 32 derajat (Binekada 2002 dan Pepe2011)

2 Glutation yang diberikan adalah Glutation Teofarma injeksi sediaan

600mg 4 ml Dosis pemberian Glutation adalah pemberian sediaan

antioksidan Glutation dalam bentuk suntikan intraperitoneal yang

diberikan 1x sehari dan diberikan 6 jam sebelum pelatihan fisik

berlebih Dosis pemberian Glutation mengacu pada penelitian yang

dilakukan sebelumnya oleh Ji L L yaitu 37mgkgBBhari yang

dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril secara intraperitonial

3 MDA merupakan salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada

membran sel dan merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan

oleh radikal bebas Pengukuran kadar MDA menggunakan metode

Thiobarbituraic Acid Reactive Substances (TBARS) Pembacaan hasil

dengan menggunakan spektrofotometer Satuan MDA dalam mmoll

4 Cahaya suhu dan kelembaban merupakan kondisi lingkungan yang

dialami tikus jantan dewasa Pada penelitian ini kondisi lingkungan

selama percobaan dibuat sama

5 Berat badan tikus adalah berat badan yang ditimbang dengan

timbangan gram

49

6 Umur tikus adalah umur yang ditentukan dengan melihat tanggal

kelahiran yang dicatat pada kandang percobaan

7 Kondisi peneliti yang meliputi kesehatan fisik dan psikis peneliti

Penelitian dilaksanakan saat kondisi peneliti dalam keadaan baik

sehingga pengaruhnya terhadap hasil penelitian dapat diabaikan

45 Bahan dan Alat Penelitian

451 Bahan Penelitian

Glutation injeksi

Tikus jantan

Makanan tikus berupa pellet dan air minum dari air ledeng

Aquades steril

EDTA (Ethylenediamine tetraacetic acid)

Reagensia untuk pengukuran kadar MDA

452 Alat Penelitian

Alat yang dipakai dalam pengambilan data penelitian ini adalah

- Kandang tikus terbuat dari besi yang di dalamnya terdapat sekam dan

botol minuman

- Ember berdiameter 35 cm dan kedalaman air 20 cm

- Stopwatch

- Timbangan

- Spuit injeksi 1 ml

50

- Sarung tangan

- Kapas dan alkohol 70

- Tabung Evendorf

- Mikropipet

- Pipet kapiler

- Sentrifugasi

46 Prosedur Penelitian

1 Tikus jantan dewasa (Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan

berat badan plusmn200gram dilakukan aklimatisasi selama 2 minggu di

tempat penelitian untuk penyesuaian dengan lingkungan

2 Semua sampel tikus diberi perlakuan yang sama yaitu diberikan

pelatihan fisik berlebih dengan cara berenang sampai kelelahan pada

hari ke 7 kedua kelompok tersebut dilakukan pemeriksaan MDA

3 Mulai hari ke 8 ndash 35 sampel tikus yang berjumlah 20 ekor dibagi atas 2

kelompok di mana kelompok 1(kontrol) diberikan pelatihan fisik

berlebih + injeksi aquabidest intraperitoneal enam jam sebelum

perlakuan aktifitas berlebih kelompok ke 2 (perlakuan) diberikan

pelatihan fisik berlebih + injeksi intraperitoneal glutation 37

mgkgBBhari yang sudah dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril

4 Pada hari ke 35 dilakukan pemeriksaan kadar MDA pada masing-

masing tikus setelah bulu tikus kering

51

5 Selama penelitian hewan coba diberikan makanan dan minuman secara

teratur kebersihan dan kenyamanan kandang dijaga

461 Alur Penelitian

TIKUS ADAPTASI 2 MINGGU

PELATIHAN FISIK BERLEBIH 1 MINGGU

MDA

KELOMPOK 1 KELOMPOK 2

PELATIHAN FISIK BERLEBIH PELATIHAN FISIK BERLEBIH

+ AQUABIDEST (28 hari) +GLUTATION 37mgkgBBhari

28 HARI 28 HARI

MDA

Gambar 43 Bagan Alur Penelitian

462 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium

Pemantauan keselamatan tikus jantan (galur Wistar) di laboratorium

(Smith et al1988 Ngatidjan 2006) adalah sebagai berikut

1 Kandang tikus jantan harus cukup kuat tidak mudah rusak teratur dibersihkan

(1x seminggu) mudah dipasang kembali hewan tidak mudah lepas tahan

52

gigitan hewan kelihatan jelas dari luar Alas tempat tidur terbuat dari serbuk

gergaji atau sekam padi agar mudah menyerap air

2 Luas lantai yang memadai untuk tikus jantan dengan berat badan plusmn200 gram

adalah 60cm persegi dan tinggi 20 cm

3 Diciptakan suasana lingkungan yang stabil dan sesuai keperluan fisiologi tikus

jantan di mana kelembaban suhu pertukaran udara yang ekstrim harus

dihindari

4 Hewan coba hendaknya diperlakukan dengan kasih sayang

47 Pengolahan dan Analisis Data

Analisis data yang digunakan adalah

1 Analisis Deskriptif

2 Uji normalitas data dilakukan dengan tes Shapiro-Wilk Distribusi data

normal dengan nilai pgt005

3 Uji homogenitas dilakukan dengan Lavenersquos Test Data dinyatakan

homogen dengan nilai pgt005

4 Karena data berdistribusi normal dan homogen maka untuk uji

komparabilitas dipakai

- Uji t independent untuk membandingkan rerata kadar MDA antar

kelompok

- Uji Paired T- Test untuk membandingkan rerata kadar MDA pre

dan post masing-masing kelompok

- Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau

dinyatakan berbeda bila plt005

53

BAB V

HASIL PENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 20 ekor tikus jantan dewasa

(Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan berat badan plusmn200 gram sebagai

sampelyang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah 10 ekor

yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dankelompok

perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) Dalam penyajian hasil ini diuraikan

uji normalitas data uji homogenitas data uji komparabilitas dan uji efek

perlakuan

51 Uji Normalitas Data

Data Kadar MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan

pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji

Shapiro-Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005)

disajikan pada Tabel 51

53

54

Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing Kelompok Sebelum

dan Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Perlakuan n p Keterangan

Kadar MDA kontrol pre

Kadar MDA perlakuan pre

Kadar MDA kontrol post

Kadar MDA perlakuan post

10

10

10

10

0965

0550

0975

0697

Normal

Normal

Normal

Normal

52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok

Data Kadar MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun

sesudah perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test

Hasilnya menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52

Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA Sebelum dan

Sesudah Perlakuan

Variabel F p Keterangan

Kadar MDA pre

Kadar MDA post

0016

0592

0901

0452

Homogen

Homogen

53 Kadar MDA

531 Uji komparabilitas

Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata kadar MDA

antar kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan

55

glutation Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada

Tabel 53 berikut

Tabel 53

Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata

Kadar MDA

SB T P

Aktivitas berlebih dan

placebo

Aktivitas berlebihdan

glutathion

10

10

518

529

028

029

089 0386

Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok

kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 518028mmoll dan rerata

kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 529029mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 089 dan nilai

p = 0386 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan

berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya tidak berbeda secara

bermakna (p gt 005)

532 Analisis efek perlakuan

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kadar MDA antar

kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation

56

Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54

berikut

Tabel 54 Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata

Kadar MDA

SB T P

Aktivitas berlebih dan

placebo

Aktivitas berlebihdan

glutathion

10

10

778

444

023

017

3672 0001

Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok

kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata

kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 444017mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 3672 dan nilai

p = 0001 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan

berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya berbeda secara

bermakna (p lt 005)

57

Gambar 51 Perbedaan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

533 Analisis Komparasi Sebelum dengan Sesudah Perlakuan

Analisis komparasi diuji berdasarkan rerata kadar MDA antara sebelum

dengan sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation Hasil

analisis kemaknaan dengan uji t-paired disajikan pada Tabel 55 berikut

Tabel 55 Analisis KomparasiKadar MDA antara Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Kelompok Beda Rerata

pre ndash post p Keterangan

Aktivitas berlebih dan placebo

Aktivitas berlebih dan

glutathion

260

085

0001

0001

Meningkat

Menurun

58

Berdasarkan uji t-paired didapatkan bahwa ada penurunan kadar MDA

pada kelompok perlakuan secara bermakna sebesar 085mmoll sedangkan pada

kelompok kontrol mengalami peningkatan secara bermakna sebesar 260mmoll

59

BAB VI

PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian

Untuk menguji efek pemberian glutation terhadap penurunan kadar MDA

maka dilakukan penelitian terhadap 20 ekor tikus jantan dewasa (Galur Wistar)

sebagai sampel yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah

10 ekor yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dan

kelompok perlakuan (pelatihan fisik berlebih dan glutation)

62 Efek Pelatihan Fisik Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA

Hasil penelitian dan analisis data terhadap kadar MDA darah pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji

normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan homogenitas (Levenersquos test) pre-test dan post-

test masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)

Uji perbandingan 1 minggu pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan

injeksi antara kedua kelompok menggunakan uji t-independent Rerata kadar

MDA kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) adalah

518028mmoll dan rerata kelompok pelatihan fisik berlebih dan glutation

adalah 529029mmoll Analisis kemaknaan dengan uji t-independent

menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna kadar MDA darah antara

kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa

kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan injeksi rerata kadar MDAnya tidak

59

60

berbeda secara bermakna

Uji perbandingan setelah pemberian placebo dan glutation antara kedua

kelompok menggunakan t-independent Rerata kadar MDA kelompok kontrol

(aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata kelompok

perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) adalah 444017mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent antara kedua kelompok sesudah diberikan

placebo dan glutation menunjukkan perbedaan kadar MDA secara bermakna

(plt005) Hal ini berarti bahwa kelompok yang diberikan perlakuan berupa

placebo dan glutation 6 jam sebelum diberikan pelatihan fisik berlebih dengan

cara merenangkan selama 60 menit hari selama 35 hari rerata kadar MDA

berbeda secara bermakna Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh

untuk melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam

organ dan pembuluh darah (Giriwijoyo 2004)

Peningkatan kadar MDA sesudah diberikan pelatihan fisik berlebih pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan disebabkan karena pelatihan fisik

berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena terjadi peningkatan konsumsi

oksigen oleh aktifitas otot skeletal Stress oksidatif memicu peningkatan senyawa

oksigen reaktif Pada pelatihan fisik berlebih juga terjadi Reperfusion Injury yang

memicu terjadinya kerusakan jaringan dan peningkatan radikal bebas (Adiputra

2008) Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara menarik elektronnya

sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan sampai kematian sel

(Suryohudoyo 2000)

Pada penelitian ini didapatkan bahwa sesudah diberikan pelatihan fisik

61

berlebih dan placebo terjadi peningkatan kadar MDA sebesar 5024 Kadar

MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel (Winarsi

2007) Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pepe

(2011) bahwa pelatihan fisik berlebih meningkatkan kadar MDA Lebih lanjut

Murray et al (2000) juga menyatakan bahwa pelatihan fisik berlebih merangsang

respon biomarker stres oksidatif Sedangkan pada kelompok perlakuan yang

diberikan aktifitas berlebih dan glutation terjadi penurunan kadar MDA sebesar

1607 Terjadinya penurunan kadar MDA pada kelompok yang diberikan

glutation 6 jam sebelum melakukan pelatihan fisik berlebih disebabkan karena

pemberian antioksidan meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan

cara mendonorkan elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa

oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsi 2007) Glutation merupakan antioksidan

endogen yaitu antioksidan yang dapat disintesa dalam tubuh dari asam amino L-

sistein L-glutamat dan glisin (Cadenas 2002) yang juga sebagai master

antioksidan yaitu antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain

Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan

Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik (Hersh 2004) Glutation

merupakan salah satu antioksidan yang tidak dapat menjadi pro oksidan (Cadenas

2002) Normalnya sekali suatu antioksidan memakan radikal bebas antioksidan

ini menjadi teroksidasi sendiri dan menyerang sel yang sehat yang disebut

sebagai pro oksidan Glutation dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang

teroksidasi tersebut menjadi bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali

dalam memakan radikal bebas (Sellman 2009) Sehingga dengan demikian

62

glutation dapat membantu dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Urso

(2003) bahwa suplementasi antioksidan dapat mengatasi kondisi stress oksidatif

yang terjadi pelatihan fisik berlebih

Uji perbandingan antara data MDA pre dan post masing-masing kelompok

digunakan uji t-paired test Berdasarkan uji ini didapatkan hasil pada kelompok

perlakuan terjadi penurunan kadar MDA secara bermakna sebesar 085 mmollt

sedangkan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan kadar MDA secara

bermakna sebesar 260mmollt Terjadi penurunan kadar MDA pada kelompok

perlakuan menunjukkan pemberian antioksidan Glutation intraperitoneal dosis

37mgkgBBhari dapat mengatasi kondisi stress oksidatif yang terjadi pada

pelatihan fisik berlebih Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh

Urso (2003)

63

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

71 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan sebagai

berikut Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA

tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

72 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah

1 Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja glutation

yang lebih detail

2 Memperhatikan takaran latihan supaya tidak berlebihan yang justru akan

meningkatkan kerusakan sel

3 Perlu dilakukan uji klinis pada manusia

63

64

DAFTAR PUSTAKA

Adiputra N 2008Kesehatan Olah Raga Available from httpwwwbalihesgorgindexphpoption=com Accessed 2011 Oct 5th

Anonim 2011 Glutathione Available at

httpenwikipediaorgwikiGlutathione Accessed 2011 Oct 5th Anonim 2011 Overtraining Available at

httpwwwmarksdailyapplecomovertraining Accessed 2011 Oct5th

Asikin N 2001Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan InKursus Penyegaran dan Pelatihan Radikal bebas dan Antioksidan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta Fakultas Kedokteran UI

Bagiada NA 2001 Proses Penuaan dan Penanggulangannya Denpasar

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hal 22 Banerjee AK Mandal A Chanda D Chahraboti S 2003 Oxidant

Antioxidant and Physical ExerciseAvailable from httpwwwncbinlmnihgovpubmed14619981 accesed 2011 Sept 2nd

Binekada MC 2002 ldquoPelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Konsentrasi dan

Motilitas Spermatozoa Mencitrdquo(tesis) Denpasar Universitas Udayana

Cadenas E Jones PD 2002Bioavailability of Glutathione In Cadenas E

Packer L editorsHandbook of Antioxidants2nd Ed New York Marcel DekkerInc p549-564

Catala A 2006Lipid PeroxidationInt J Biochem Cell Biol 38 1482-1495 Dalle-DonneI Rossi R ColomboR Giustarini D Milzani

A2006Biomarkers of Oxidative Damage in Human Disease Available from httpwwwredorbitcomnewsscience473334biomarkersof oxidative damage in human diseaseindexhtmlaccessed2011 Sept 5th

Fouad T 2007 Free radicals Types Sources and Damaging Reaction

Relations Available from

64

65

wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th

Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th

Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112

Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors

ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their

Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69

Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan

Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th

Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz

R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155

Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester

Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th

Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala

T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200

Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and

Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders

66

Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana

LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia

Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647

Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from

httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit

Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK

Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620

Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji

Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah

Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009

Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan

Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132

Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde

Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521

Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley

Medical Publicationsp 123-141

Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI

Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable

from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer

67

Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole

Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam

Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI

Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam

Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya

Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan

Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47

Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant

Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th

Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan

Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105

68

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965

Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975

Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753

Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

69

Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan

Group Statistics

Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887

Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215

Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260

Perlakuan 10 42500 23348 07383

Independent Samples Test

Levenes Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df

Sig (2-

tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence Interval of the

Difference Lower Upper

Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428

Equal variances not assumed

-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429

Post1

Equal variances assumed 592 452 367

22 18 000 333700 09087 314608 352792

Equal variances not assumed

36722 16855 000 333700 09087 314515 352885

Post2

Equal variances assumed 906 354 264

19 18 000 239500 09066 220454 258546

Equal variances not assumed

26419 16265 000 239500 09066 220307 258693

70

Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis

(Laurence amp Bacharach 1964)

2g mencit 20g tikus 400g marmot

l5Kg kelinci

20Kg kucing

40Kg kera

120Kg anjing

70Kg manusia

20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879

200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560

400 g marmot

008 057 10 225 24 52 102 315

l5Kg kelinci

004 025 044 10 106 24 45 142

20Kg kucing

003 023 042 092 10 22 41 130

40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61

120Kg anjing

0008 006 010 0022 024 052 10 31

70Kg manusia

00026 0018 0031 007 0013 016 032 10

71

Lampiran 4

Foto Penelitian

Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)

72

Lampiran 5

Data Hasil Penelitian

Kelompok Kontrol

Pre test Post test Pre test Post Test

752 647 769 694

779 670 773 664

745 660 803 653

769 643 817 677

783 653

786 684

Kelompok Perlakuan

Pre Test Post test

412 391

436 412

442 425

425 401

453 436

466 442

432 405

456 432

470 453

476 463

Page 32: PEMBERIAN INJEKSI GLUTATION INTRAPERITONEAL

14

1 Asam lemak tak jenuh yang merupakan komponen penting fosfolipid

penyusun membran

2 DNA pembawa genetik sel

3 Protein memegang berbagai peran penting seperti enzim reseptor antibodi

sitoskeleton

Dari ketiga senyawa tersebut yang paling rentan adalah senyawa asam

lemak tak jenuh ganda pada membran sel yang mengakibatkan rapuhnya dinding

sel Senyawa oksigen reaktif ini juga merusak dinding bagian dalam pembuluh

darah sehingga mengakibatkan pengendapan koleserol dan menyebabkan

aterosklerosis Apabila senyawa oksigen reaktif ini merusak basa DNA akan

terjadi kekacauan sistem info genetika berlanjut pada pembentukan sel kanker

Jaringan lipid yang rusak memicu munculnya penyakit degeneratif

Fosfolipid glikolipid dan kolesterol merupakan komponen terpenting

membran sel Komponen fosfolipid dan glikolipid mengandung asam lemak tak

jenuh (asam linoleat linolenat arakidonat) sangat rawan terhadap serangan

radikal hidroksil yang dapat menimbulkan reaksi rantai yang dikenal sebagai

Lipid peroxidation

Peroksidase lipid

LH + OH --- H + H2O

Asam lemak Radikal Bebas

L + O2 -- LOO

Radikal peroksilipid

LOO + LH --- L + L OOH dan seterusnya

15

Hasil akhir dari proses ini adalah terputusnya rantai asam lemak menjadi

berbagai senyawa yang bersifat toksik terhadap sel antara lain berbagai macam

aldehid seperti Malondealdehyde (MDA)

223 Peranan Radikal Bebas dalam proses penuaan

Pada usia muda keseimbangan antara radikal bebas dan pertahanan

antioksidan berfungsi dengan baik seiring dengan pertambahan usia

keseimbangan terganggu karena cadangan antioksidan berkurang dan radikal

bebas berlebih (Saxena dan Lan 2006)

Akibat ketidakseimbangan ini terjadi kerusakan oksidatif (Arief 2010)

Kerusakan ini disebabkan oleh radikal bebas dan merusak 3 komponen utama

yang mempertahankan integritas sel seperti fosfolipid (penyusun membrane sel)

DNA (perangkat genetik) protein (enzim reseptor antibodi) (Fouad 2007)

Ketidakseimbangan antara antioksidan dan senyawa oksigen reaktif

menghasilkan stress oksidatif penyebab kanker penuaan aterosklerosis cedera

iskemik peradangan dan penyakit degeneratif (Parkinson Alzheimer)

(Pangkahila 2007)

23 Stress Oksidatif

231 Keadaan yang menyebabkan stress oksidatif

Pada saat jumlah antioksidan tubuh kurang dari yang diperlukan untuk

meredam efek buruk dari radikal bebas keadaan ini disebut Stress oksidatif Bila

terjadi dalam waktu yang lama akan terjadi penumpukan hasil kerusakan

16

oksidatif di dalam sel dan jaringan yang mengakibatkan hilangnya fungsi sel

jaringan dan akhirnya mati Hal ini merupakan penyebab utama proses penuaan

(Bagiada 2001)

Keadaan yang menyebabkan Stress Oksidatif ini salah satunya adalah

pelatihan fisik berat atau berlebih (Hersh 2004) Stress oksidatif dapat

dikendalikan antara lain dengan membiasakan untuk menerapkan pola hidup sehat

dan mengkonsumsi antioksidan diharapkan akan memacu kerja antioksidan

dalam tubuh

MDA merupakan hasil dari proses peroksidasi lipid meningkatnya MDA

menunjukkan adanya suatu kondisi Stress Oksidatif menurunnya MDA

menunjukkan adanya perbaikan dari kondisi Stress tersebut sehingga MDA dapat

dipakai sebagai biomarker Stress oksidatif

24 Pelatihan Fisik

241 Olahraga

Pelatihan fisik atau olahraga merupakan satu kegiatan yang penting bagi

kehidupan manusia Olahraga merupakan alternatif kegiatan yang dapat

meningkatkan derajat kebugaran fisik seseorang apabila dilakukan dengan dosis

takaran yang benar Menurut Sharkey olahraga dapat meningkatkan pengeluaran

energi dan tingkat pengeluaran tersebut berkaitan dengan intensitas dan durasi

aktifitas yang dilakukan (Sharkey 2003) Latihan fisik atau olahraga yang

memperhatikan frekuensi intensitas tipe dan waktu mendukung dalam

mendapatkan hasil yang maksimal dan menurunkan resiko cedera Latihan fisik

17

yang benar memberikan dampak perbaikan pada sistem fungsional paru dan

jantung sehingga terjadi hipertropi otot jantung penurunan detak jantung

istirahat peningkatan stroke volume peningkatan volume darah dan hemoglobin

menambah jumlah pembuluh darah kapiler serta berfungsi dalam proses

pembakaran energi (Fox 1998) Frekuensi latihan yang dianjurkan adalah 3-4x

seminggu dengan intensitas 72-87 dari denyut jantung maksimal (220-umur)

dengan variasi 10 denyut per menitTipe latihan yang dianjurkan adalah

pemanasan 15 menit kombinasi latihan aerobik dan latihan otot dalam waktu 30-

60 menit diakhiri pendinginan 10 menit (Pangkahila 2009)

Sumber energi yang dibutuhkan untuk pelatihan fisik aerobik yang

dominan didapat dari pembakaran simpanan karbohidrat lemak dan sebagian

kecil (5) dari pemecahan simpanan protein yang terdapat di dalam tubuh untuk

menghasilkan ATP (adenosine triphospate) ATP yang terdapat dalam jaringan

otot terbatas kebutuhan ATP dipertahankan oleh creatinin phosphate (CP) dan

glikogen yang tersimpan dalam otot (Hernawati 2009) Terdapat 3 jalur untuk

memberikan ATP tambahan sesuai yang dibutuhkan selama kontraksi otot

meliputi 1 Pemindahan fosfat berenergi tinggi dari kreatinin fosfat ke ADP 2)

Fosforilasi oksidatif (siklus asam sitrat dari sistem transportasi elektron) 3)

glikolisis (Sherwood 2001) Sedangkan pada aktifitas yang bersifat anaerobik

energi diperoleh dari hidrolisis phosphocreatine serta melalui glikolisis glukosa

secara anaerobik Proses ini dapat terjadi tanpa adanya oksigen (O2) Metabolisme

anaerobik ini menghasilkan asam laktat yang apabila terakumulasi dapat

menyebabkan rasa nyeri pada otot menimbulkan stress fisik Hal ini

18

menyebabkan latihan aerobik terasa lebih menyenangkan (Hernawati 2009)

Metabolisme aerobik jauh lebih efisien daripada anaerobik karena menghasilkan

38 molekul ATP per molekul glukosa versus hanya 2 molekul melalui jalur

anaerob

Pelatihan fisik atau olahraga yang teratur selain memberikan manfaat

perbaikan pada mental fisik dan fisiologis juga mempengaruhi hormon tubuh

kita antara lain (Sharkey2003)

1 Growth Hormone

Stimulasi sintesis protein (muscle tone development) dan kekuatan tulang

tendon ligament dan tulang rawan Penurunan penggunaan glukosa dan

peningkatan penggunaan lemak sebagai bahan bakar selama olahraga

Membantu mengurangi lemak tubuh dan mempertahankan glukosa darah pada

level normal sehingga membantu melakukan olahraga selama periode waktu

yang lebih lama Dilepaskannya Growth Hormone oleh kelenjar pituitari di

otak meningkat dengan meningkatnya waktu latihan aerobik

2 Endorphins

Opioid endogen dari kelenjar pituitary yang memblok rasa sakit menurunkan

nafsu makan membuat perasaan senang mengurangi tekanan dan kecemasan

Pada saat olahraga endorfin dalam darah meningkat sampai lima kali selama

aktifitas olahraga lebih dari 30 menit Endorfin membuat kita dapat melakukan

aktifitas latihan menjadi lebih tahan lama

19

3 Testosteron

Hormon yang penting untuk wanita dan pria dalam mempertahankan tonus

volume kekuatan otot meningkatkan angka rata metabolisme basal

menurunkan lemak tubuh dan merasa lebih percaya diri Diproduksi oleh

ovarium pada wanita dan testis pada laki-laki Testosteron pada wanita hanya

sepersepuluh kadar testosteron pada laki-laki Pada wanita testosteron

berperan pada pengaturan libido dan orgasme Produksi pada wanita menurun

saat menjelang menopause sedangkan pada pria pada usia memasuki usia 40

tahun Kadar testosteron darah mulai meningkat setelah 20 menit olahraga

baik pada wanita maupun pria dan tetap tinggi sampai 1-3 jam setelah

olahraga

4 Estrogen

Estrogen secara biologis aktif adalah 17 beta estradiol meningkatkan

pemecahan lemak dari lemak tubuh sehingga dapat digunakan sebagai sumber

tenaga meningkatkan rata-rata metabolisme basal meningkatkan mood

meningkatkan libido Hormon ini disekresi oleh ovarium meningkat saat

olahraga dan tetap meningkat sampai 1-4 jam setelah olahraga

5 Thyroxine (T4)

Hormon yang diproduksi oleh kelenjar tiroid meningkatkan metabolisme

hampir semua sel dalam tubuh Peningkatan metabolisme ini membantu kita

merasa lebih energik dan juga menyimpan kalori penting untuk penurunan

berat badan Kadar tiroksin dalam darah meningkat sekitar 30 selama

20

olahraga dan tetap meningkat sampai beberapa jam sesudahnya Olahraga

yang teratur juga meningkatkan level tiroksin saat istirahat

6 Epinephrine

Hormon yang diproduksi oleh medulla adrenal yang meningkatkan jumlah

darah yang dipompa oleh jantung dan mengarahkan aliran darah ke tempat

yang diharapkan Stimulasi pemecahan glikogen (karbohidrat yang disimpan)

dalam otot yang aktif dan hati untuk digunakan sebagai sumber tenaga

Menstimulasi pemecahan lemak (lemak yang disimpan dalam otot yang aktif)

dan digunakan sebagai sumber tenaga Sejumlah epinefrin yang dilepaskan

berhubungan dengan intensitas dan durasi latihan

7 Insulin adrenalin

Hormon yang penting dalam mengatur gula darah dan asam lemak (lemak)

dan asam amino (protein) dalam sel Sekresi insulin oleh pancreas meningkat

sehubungan dengan respon meningkatnya kadar gula darah dan protein yang

biasa terjadi setelah makan Semakin banyak gula sederhana yang dikonsumsi

semakin tinggi respon insulin Meningkatnya insulin menyebabkan produksi

lemak sehingga insulin sering disebut sebagai hormon lemak atau fat

hormone Pada orang dengan berat badan berlebih terjadi resistensi insulin

sehingga diperlukan insulin dalan jumlah yang lebih besar untuk didapatkan

efek yang sama sehingga didapatkan kadar insulin darah yang lebih tinggi dan

latihan aerobik setiap hari Kadar insulin darah mulai menurun 10 menit saat

olahraga dan terus menurun sekitar 70 menit olahraga Olahraga yang teratur

juga meningkatkan sensitivitas sel terhadap insulin dalam keadaan istirahat

21

8 Glucagon

Hormon yang diproduksi oleh pankreas tugasnya meningkatkan kadar gula

darah Saat gula darah rendah glukagon disekresi dan menyebabkan simpanan

karbohidrat di dalam hati dilepaskan ke aliran darah untuk meningkatkan

kadar gula mencapai kadar normal Glukagon juga menyebabkan

dipecahkannya lemak sehingga dapat digunakan sebagai bahan bakar atau

sumber tenaga Glukagon mulai disekresi pada 30 menit awal olahraga ketika

gula darah mulai menurun

242 Pelatihan Fisik Berlebih

Pelatihan fisik berlebih menimbulkan gangguan pada sistem endokrin

terjadi peningkatan kadar kortisol dan penurunan kadar testosteron (Maffetone

2007) peningkatan ACTH penurunan LH plasma

Sindrom pelatihan fisik berlebih dalam jangka panjang mengakibatkan

terjadinya inflamasi infeksi yang lebih lanjut dapat mempengaruhi kesehatan

secara umum Aktifitas berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena

terjadi peningkatan konsumsi O2 oleh aktifitas otot skeletal Meskipun oksigen

dibutuhkan oksigen juga bersifat toksik yang dapat memicu peningkatan ROS

Pada organ yang tidak mendapat oksigen dan nutrisi yang cukup akan

menimbulkan keadaan iskemik dan kerusakan mikrovaskular Keadaan ini disebut

sebagai Reperfusion Injury yang memicu terjadinya kerusakan jaringan dan

peningkatan Radikal Bebas

22

Pelatihan fisik berlebih meningkatkan terbentuknya Radikal Bebas

(Adiputra 2008) Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh untuk

melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam organ dan

pembuluh darah (Giriwijoyo 2004) Apabila berlebih menyebabkan kerusakan

sel dengan 3 cara (Kumar et al2005 Ebenhardt 2001)

1 Kerusakan DNA mengakibatkan mutasi DNA bahkan kematian sel

2 Peroksidasi lipid membrane sel dan sitosol menyebabkan terjadinya proses

reduksi asam lemak sehingga mengakibatkan kerusakan membran dan organel

sel

3 Modifikasi protein teroksidasi oleh karena cross linking protein

Bila radikal bebas bertemu dengan asam lemak tak jenuh ganda daalam

membrane sel terjadi reaksi peroksidasi lipid membran sel menyebabkan

peningkatan fluiditas membran gangguan integritas membran dan inaktivasi

ikatan membran dengan enzim dan reseptor Tahap akhir dibebaskan aldehyde

seperti malondealdehyde pentane etana conjugated diane yang bersifat merusak

tubuh (Murray et al2000)

Pelatihan fisik berlebih menyebabkan terjadinya peningkatan lekosit atau

lekositosis peningkatan isoprostan dalam urin protein carbonil (73) catalase

(96) glutation peroksidase serta glutation teroksidasi (25) Dapat

disimpulkan pelatihan fisik berlebih merangsang respon biomarker stres oksidatif

(Murray et al 2000) Proses penuaan mengakibatkan penurunan sistem imun

sehingga meningkatkan resiko infeksi Menurut teori aktifitas sedang dapat

menangkal efek proses penuaan yang diakibatkan penurunan sistem imun Studi

23

yang dilakukan Shepard dan Shek menunjukkan bahwa aktifitas sedang dapat

ditoleransi dengan baik oleh individu lanjut usia dan menunjukkan penurunan

stimulasi proliferasi limfosit

Gejala ndash gejala yang dirasakan apabila melakukan pelatihan fisik berlebih

(overtraining) (Maffetone 2007)

1 Sering mengalami kegagalan dalam melakukan latihan yang biasanya kita

lakukan Kondisi fisik menjadi semakin lemah dan semakin lambat terjadi

kemunduran

2 Kehilangan otot dan terjadi penimbunan lemak Latihan fisik berlebih

meyebabkan rasio testosteron kortisol yang seharusnya positif yang berarti

lebih banyak otot dan lebih sedikit lemak menjadi negatif yang berarti cortisol

lebih tinggi dibanding testosteron yang berarti terjadi peningkatan resistensi

insulin dan penimbunan lemak

3 Merasa lemas mudah tersinggung sulit tidur

4 Persendian tulang dan anggota tubuh terasa sakit

Terjadinya DOMS (delayed onset muscle soreness) menunjukkan teknik

latihan yang salah atau postur saat latihan yang tidak tepat DOMS merupakan

respon alami yang akan hilang dalam waktu sehari atau 2 hari tetapi apabila

nyeri berkepanjangan menunjukkan adanya overtraining

5 Sering tiba-tiba jatuh sakit

Latihan fisik berlebih menurunkan sistem imun tubuh kita sehingga menjadi

lebih mudah sakit

24

Latihan fisik berat jangka panjang berkaitan dengan cedera serat

ototKerusakan yang terjadi berhubungan dengan intensitas durasi dan tipe

latihan Ketika cell death terbentuk jaringan nekrotik dibuang oleh sel fagosit

sel satelit teraktivasi menuju ke area yang cedera menjadi myoblast dan

selanjutnya menjadi serat otot Enzim otot yang dilepaskan tidak sepenuhnya

merefleksikan kerusakan struktural yang diperkirakan oleh analisis histologis

Perubahan penanda biologis cedera otot (seperti aktifitas kreatin kinase (CK)

lactate dehydrogenase (LDH) atau konsentrasi malondialdehyde di plasma

(MDA)) sering diperiksa selama overtraining Serum aktivitas CK dan

konsentrasi MDA plasma dapat gagal meningkat saat overtraining perubahan

parameter biokimia hanya merefleksikan otot dengan beban berlebih Setelah

olahraga yang lama pro-inflammatory cytokines diproduksi lokal pada otot

skeletal

Tanda dan gejala fisik latihan fisik berlebih (overtraining)

- Denyut jantung atau nadi yang meningkat saat istirahat

- Tidak toleransi terhadap latihan

- Penampilan yang menurun

- Penurunan berat badan berkurangnya massa otot tidak nafsu makan

- Kelelahan chronic fatigue lethargy

- Nyeri dan kerusakan otot nyeri sendi

- Mudah terserang flu pembengkakan kelenjar getah bening di leher

selangkangan dan ketiak

- Konstipasi atau diare

25

- Gangguan haid gangguan makan gangguan tidur

- Sakit kepala gangguan pencernaan

- Pemulihan yang berlangsung lambat setelah latihan

- Sendi otot tendon terasa kaku dan sakit

Tanda dan gejala psikologis

- Lelah capek kekurangan tenaga

- Insomnia sakit kepala tidak mampu untuk beristirahat

- Depresi gelisah cemas apatis

- Menurunnya kepercayaan diri

- Menurunnya kemampuan untuk berkonsentrasi

- Mudah stress

Efek biokimia dari Latihan Fisik Berlebih

- Meningkatnya serum kortisol dan SHBG

- Menurunnya serum total dan free testosterone rasio testosteron kortisol

- Menurunnya glikogen otot

- Menurunnya serum hemoglobin besi dan ferritin

Faktor yang mempengaruhi terjadinya overtraining

- Jetlag

- Bekerja terlalu keras

- Menstruasi

- Nutrisi gaya hidup yang buruk

- Kurang istirahat

- Terlalu banyak mengkonsumsi alkohol

26

- Kurangnya kemampuan mengatasi stress

Penanganan overtraining atau Latihan Fisik berlebih

- Massage

Massage pada jaringan dalam dapat melepaskan otot yang tegang

mempertahankan keseimbangan sistem muskulo-skeletal Pemijatan atau

massage yang teratur dapat membantu mencegah cedera yang mungkin

terjadi karena overuse

- Menggunakan roller busa

Penggunaan roller busa memungkinkan kita dapat melakukan massage

atau pemijatan sendiri Kita dapat juga memakai yang berbentuk bola atau

bola tenis untuk membantu menghilangkan rasa sakit Pemijatan ini dapat

dilakukan di tungkai lutut hamstring bahu punggung atau otot atau sendi

manapun

- Terapi suhu kontras

Air pancuran hangat dan dingin bergantian menstimulasi tubuh untuk

pulih lebih cepat Otot membawa impuls yang terasa pada kulit bagian

dalam tubuh di mana terjadi stimulasi sistem imun memperbaiki sirkulasi

dan pencernaan mempengaruhi produksi hormon stress meningkatkan

aliran darah mengurangi sensitivitas nyeri

- Pengaturan makanan

Membantu proses pemulihan penting untuk mengkonsumsi makanan

tinggi karbohidrat protein dan lemak sehat seperti Omega 3 omega 6

omega 9 asam lemak esensial Karbohidrat memberikan sumber tenaga

27

pada tubuh dan otak asam lemak esensial membantu mengurangi depresi

memperbaiki pemulihan protein akan membangun kembali otot yang

mengalami overtraining

- Mengkonsumsi vitamin

Ketika terjadi overtraining suplementasi sangat menguntungkan Vitamin

dan suplementasi mineral sebaiknya dikonsumsi pagi hari bersama dengan

makanan untuk penyerapan yang lebih baik

Defisiensi Vitamin yang biasa terjadi

- Vitamin A (Beta-Caroten)

- Vitamin B kompleks vitamin B12

- Vitamin C D E K

- Asam Folat

Defisiensi Mineral yang biasa terjadi

- Calcium

- Chromium

- Copper Iodine Iron

- Magnesium Fosfor

- Potassium

- Sodium

- Sulfur

- Zinc

28

25 Antioksidan

Radikal Bebas merupakan senyawa reaktif yang secara alami diproduksi

oleh tubuh manusia Radikal Bebas memberikan efek positif atau efek negatif

Untuk membatasi efek negatif tersebut dibutuhkan kompleks proteksi ndash sistem

antioksidan Sistem ini terdiri dari enzim antioksidan (katalase glutation

peroksidase superoksid dismutase) dan antioksidan non enzimatik ( vitamin E-

tokoferol vitamin A- retinol vitamin C- asam askorbat) Keseimbangan antara

produksi radikal bebas dan pertahanan antioksidan menunjukkan tingkat stress

oksidatif yang mungkin terlibat dalam proses penuaan dan pada beberapa

patologi (misalnya kanker Parkinson) (Winarsi 2007)

Latihan fisik juga meningkatkan stress oksidatif dan menyebabkan

gangguan homeostasis Latihan memberikan efek positif dan efek negatif

tergantung dari beban latihan spesifikasi latihan dan tingkat basal latihan Stress

oksidatif terlibat dalam terjadinya muscular fatigue dan mengarah ke

overtraining

Definisi antioksidan menurut Cadenas adalah suatu senyawa yang apabila

terdapat dalam jumlah yang lebih banyak dibanding senyawa yang teroksidasi

secara signifikan dapat menunda atau mencegah proses oksidasi senyawa tersebut

(Cadenas 2002) Secara kimia antioksidan adalah senyawa pemberi electron

Secara biologis antioksidan adalah senyawa yang mampu menangkal dan

meredam dampak negative oksidan dalam tubuh Antioksidan mendonorkan satu

elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa oksidan tersebut dapat

dihambat (Winarsi 2007)

29

Penting sekali keseimbangan antara oksidan dan antioksidan karena

berfungsi menjaga integritas dan berfungsinya membrane lipid protein sel dan

asam nukleat Senyawa asam lemak tak jenuh penyusun membrane lipid sangat

sensitive terhadap perubahan keseimbangan antara oksidan dan antioksidan

Menurut mekanisme kerjanya antioksidan dikelompokkan atas 3 yaitu

1 Antioksidan primer SOD katalase glutation peroksidase (GSH-Px)

Bekerja pembentukan senyawa radikal bebas yang telah terbentuk menjadi

molekul yang kurang aktifSedangkan antioksidan primer yang dapat

ditambahkan dari luar seperti glutation asam lipoat SOD melatonin

2 Antioksidan sekunder vitamin E vitamin C beta karoten flavonoid asam

urat albumin (Soewoto 2001)

Merupakan antioksidan eksogenous atau non enzimatis (Winarsi 2007)

Bekerja dengan cara memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal bebas

atau dengan cara menangkapnya

3 Antioksidan tertier meliputi system enzim DNA-repair dan metionin

sulfoksida reduktase Berfungsi dalam perbaikan biomolekuler yang rusak

akibat reaktivitas radikal bebas

26 Glutation sebagai antioksidan

Glutation merupakan tripeptida yang terdiri dari asam amino glutamat

sistein dan glisin (Cadenas 2002)Ikatan glutamat ndash sistein merupakan ikatan

isopeptida antara grup γ-karboksil dari glutamat dan grup α amino dari

sisteinIkatan unik ini membuat gluation tahan terhadap degradasi oleh proteases

30

dan peptidases yang berfungsi pada peralihan proteinMerupakan suatu

antioksidan yang mencegah kerusakan komponen seluler oleh reactive oxygen

species seperti radikal bebas dan peroksidGlutation bukan nutrisi esensial karena

disintesa di dalam tubuh dari asam amino L-sistein L-glutamic acid dan glycine

Gambar 21 Struktur GSH dan GSSG

Glutation terdapat pada sebagian besar sel tubuh tetapi terbanyak terdapat

di dalam hati Grup thiol (SH) dari sistein berfungsi sebagai donor proton dan

bertanggungjawab untuk aktifitas biologis glutation Provisi asam amino ini

merupakan faktor yang terbatas dalam sintesis glutation oleh sel karena sistein

relatif jarang pada makanan Apabila dilepaskan sebagai asam amino bebas

sistein adalah toksik dan secara spontan dikatabolisasi di saluran pencernaan dan

plasma darah

Glutation disintesis dalam 2 tahap

1 Gamma-glutamylcysteine disintesa dari L-glutamate dan sistein melalui enzim

gamma-glutamylcysteine sintetase (glutamate cysteine ligase GCL)

31

2 Glisin ditambahkan pada C-terminal dari gamma-glutamylcysteine melalui

enzim glutation sintetase

261 Fungsi Glutation

Glutation terdapat dalam bentuk tereduksi (GSH) dan teroksidasi (GSSG)

Grup thiol dari sistein mampu memberikan donor elektron ke molekul lain yang

tidak stabil seperti Reactive Oxygen Species (ROS) Pada saat mendonorkan

elektronnya glutation menjadi reaktif dan segera bereaksi dengan glutation reaktif

lainnya membentuk glutation disulfide (GSSG)Reaksi mungkin terjadi apabila

terdapat konsentrasi yang cukup tinggi di sel (sampai 5mm di hati) GSH dapat

terbentuk kembali dari GSSG oleh enzim glutation reduktase Pada sel atau

jaringan yang sehat terdapat lebih 90 dari total simpanan glutation terdapat

dalam bentuk tereduksi (GSH) dan kurang dari 10 dalam bentuk disulfide

(GSSG)

GSH ---- GSSG

Eliminasi ROS Menjaga protein thiols Antioxidant

dalam bentuk reduksi pools

Gambar 22 GSH Redox (Cadenas 2002)

GSH Redox merupakan indikator sentral keseimbangan antara stress

oksidatif dan system antioksidan GSH Redox berkaitan dengan detoksifikasi

Reactive Oxygen Species (ROS) berfungsi dalam mempertahankan tersedianya

antioksidan mempertahankan protein thiol dalam bentuk reduksi Rasio

32

GSHGSSG sering dipakai untuk mengekspresikan keseimbangan redox ini

Peningkatan rasio GSH-GSSG merupakan indikasi adanya Stress Oksidatif

(Goldman 2003)

Glutation mempunyai beberapa fungsi (Winarsih 2007)

- Sebagai antioksidan endogen mayor yang diproduksi oleh sel berpartisipasi

langsung pada netralisasi radikal bebas dan senyawa oksigen reaktif

mempertahankan antioksidan eksogen seperti vitamin C dan E pada bentuk

tereduksi (aktif)

- Pengaturan siklus nitric oxide yang sangat penting untuk kehidupan tetapi

dapat menjadi masalah apabila tidak teregulasi Digunakan untuk reaksi

metabolism dan biokimia seperti sintesis dan perbaikan DNA sintesis protein

sintesis prostaglandin transport asam amino dan aktivasi enzim Tiap sistem

di dalam tubuh kita dapat dipengaruhi oleh sistem glutation khususnya sistem

imun sistem saraf sistem gastrointestinal dan paru

Gambar 23 Detoksifikasi Lipid Hydroxyperoxides di usus halus

33

GSH yang ditransportasikan kedalam lumen digunakan untuk detoksifikasi

peroksid yang terbentuk dari makanan oleh glutation peroksidase (GSH Px)

Proses ini membutuhkan peroksid dan glutation yang tersedia di sel epitel GSSG

yang terbentuk direduksi kembali menjadi GSH oleh GSSG reduktase (GSSG

Rx) menggunakan NADPH sebagai reduktan

262 Suplementasi Glutation

Meningkatkan level GSH melalui suplementasi glutation langsung sulit

Penelitian terakhir menyatakan bahwa secara oral tidak diabsorpsi baik melalui

saluran pencernaan Studi mengenai konsumsi oral akut glutation dengan dosis

sangat besar 3 gram Witschi dan tim menemukan lsquoadalah tidak mungkin

meningkatkan glutation yang bermanfaat secara klinis dengan dosis tunggal 3

gram glutationrsquo

Glutation terdapat pada makanan sehari-hari sampai 150mghari dapat

diabsorpsi melalui intak di usus halus Individu sehat dengan asupan sulfur asam

amino (1-2 gramhari) jumlah GSH mungkin tidak cukup untuk mendapatkan

efek penting secara sistemik Individu dengan asupan sulfur asam amino yang

terbatas suplementasi GSH diperlukan untuk mempertahankan suplai GSH

sistemik dengan memperbaiki keseimbangan sulfur asam amino (Cadenas 2002)

Glutation hanya diabsorpsi di sel epitel oral dan traktus gastrointestinal

dan memberikan keuntungan kesehatan spesifik pada jaringan tersebut(Cadenas

2002)

34

SUPLAI HILANG

Makanan suplemen Degradasi

GSH

Empedu LUMINAL Uptake

Epitel Reaksi Detoksifikasi

Gambar 24 Supply dan Removal Glutation dalam lumen usus halus (Cadenas 2002) Glutation (GSH) disuplai ke dalam lumen intestinal melalui konsumsi oral

empedu dan sekresi epitel intestinal Jumlah yang disuplai dari empedu cukup

untuk mempertahankan jumlah 200microM pada tikus tetapi tidak cukup pada

manusia yang mengalami degradasi di duktus kantung empedu Jumlah yang

dikonsumsi melalui makanan bervariasi dan secara umum kurang dari 200 microM

Jumlah yang diberikan melalui epitel hanya sekitar 10 atau kurang

dibandingkan dengan yang disediakan oleh empedu Hilangnya Glutation karena

degradasi oleh γ-glutamyltranspeptidase dan dipeptidases pada permukaan sel

epitel ditransportasikan ke dalam sel oleh mekanisme sodium-dependent dan

sodium-independent konjugasi dengan elektrofil reaktif dikatalisasi oleh

glutathione-S transferase mucus (Cadenas 2002)

Vitamin D meningkatkan level glutation di otak dan tampaknya sebagai

katalis untuk produksi glutation Sejumlah vitamin D aktif di otak berikatan

dengan seberapa besar vitamin D3 baik melalui suplemen atau dibentuk di kulit

melalui paparan matahariHal ini menyatakan bahwa mengkonsumsi vitamin D

35

dan atau mendapat cukup paparan matahari meningkatkan produksi glutation

(Sellman 2009)

Konsentrasi glutation di plasma dan hati dapat ditingkatkan dengan

mengkonsumsi suplemen tertentu yang disebut GSH precursors N-asetilsistein

atau NAC glutation precursor yang paling memungkinkan Suplemen lain S-

adenosilmetionin (SAMe) dan whey protein juga dapat meningkatkan glutation

dalam sel (Sellman 2009)

NAC tersedia dalam bentuk obat dan sebagai suplemen generik Alpha

lipoic acid juga dapat mempertahankan glutation intraselular Melatonin dapat

menstimulasi enzim yang berkaitan glutation peroksidase dan silimarin ekstrak

dari biji tanaman milk thistle (Silybum marianum) juga mempunyai kemampuan

memperbarui level glutation

Glutation diatur dengan ketat di intraseluler dan dibatasi produksinya oleh

feedback negative inhibisi sintesisnya sendiri melalui enzim gamma-

glutamilsistein sintetase sehingga meminimalisir kemungkinan terjadinya

overdosis Penambahan glutation menggunakan precursor atau glutation intravena

adalah strategi untuk mengatasi defisiensi glutation stress oksidatif tinggi

defisiensi imun

Glutation yang rendah menunjukkan adanya pembuangan dan

keseimbangan negatif nitrogen seperti pada kanker AIDS sepsis trauma

terbakar dan bahkan atlet overtraining Suplementasi glutation dapat

memperbaiki proses ini dan contohnya pada AIDS memberi hasil adanya

perbaikan survival rates Bagimanapun studi mengenai kondisi ini belum dapat

36

membedakan glutation rendah sebagai akibat secara akut (pada pasien sepsis) atau

secara kronis (HIV) meningkatkan stress oksidatif dan peningkatan patologi

sebagai akibat defisiensi yang sudah ada sebelumnya

Skizofrenia dan gangguan bipolar berhubungan dengan glutation yang

rendah Stress oksidatif mungkin salah satu faktor dasar patofisiologi gangguan

bipolar gangguan depresif mayor dan skizofrenia Glutation (GSH) adalah

pemakan radikal bebas mayor di otakTidak adanya GSH meningkatkan

kerentanan sel terhadap stress oksidatif ditandai asetilsistein dapat mengurangi

gejala kedua gangguan tersebut

Glutation merubah level stress oksidatif pada sel yang diisolasi di

laboratorium sehingga dapat mengurangi perkembangan kanker Tes ini tidak

dilakukan pada manusia

Glutamat yang berlebihan di sinaps yang dapat dilepaskan pada kondisi

seperti cedera otak dapat menghambat pengambilan sistein senyawa pembentuk

glutation yang pentingTanpa proteksi dari cedera oksidatif oleh glutation sel-sel

dapat rusak atau mati (Sellman 2009)

Glutation juga mempunyai fungsi lain sebagai berikut (Sellman 2009)

Mencerahkan kulit

Mencegah menghilangkan jerawat dan bekas jerawat

Menghilangkan noda hitam

Anti aging dan anti kerut

Memberi nutrisi kulit

Membantu pemulihan luka

37

Membuat kulit menjadi halus segar dan bersinar

Kondisi kesehatan yang berhubungan dengan defisiensi glutation

Peningkatan proses penuaan

Kesulitan dalam keseimbangan

Gangguan mental

Masalah koordinasi

Gangguan sistem saraf

Akhir-akhir ini dipercaya sebagai penyebab lesi otak

Kanker HIV Katarak Diabetes Mellitus

Jumlah sperma yang rendah

263 Glutation Precursor (Sellman 2009)

Glutation Precursor disebut juga sebagai building-block dari glutation

yaitu N-asetilsistein atau NAC dan whey protein tidak terdenaturasi

Nasetilsistein adalah obat farmasi yang biasa digunakan bertahun-tahun untuk

mengobati overdose asetaminofen Hal ini sangat efektif ketika diberikan dalam

dosis besar di ruang darurat ketika seseorang akan mengalami gagal hati karena

overdosis asetaminofen komposisi aktif dari Tylenol

Efek sampingnya adalah bercak-bercak kemerahan bersin mual

anafilaksis reaksi alergi yang berupa kesulitan bernafas karena bronkospasme

tekanan darah menurun angioedema muntah kram diare Walaupun jarang

kematian pernah dilaporkan karena N-asetilsistein Beberapa orang mendapatkan

rasa dan bau yang tidak dapat diterima karena kandungan sulfur di dalamnya

38

Pengggunaan teratur untuk menaikkan kadar glutation tidak direkomendasikan

untuk anak-anak dan bayi Masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk

menentukan keamanan N-asetilsistein untuk penggunaan jangka panjang

Whey protein tidak terdenaturasi merupakan nutraceutical atau medicinal

foodSenyawa ini memberikan ikatan sistein ke sel-sel di mana glutation dapat

terbentuk di tempat tersebut

Beberapa kondisi yang tidak dapat mengkonsumsi whey protein

- Pasien dengan alergi protein susu

- Pasien dengan diet rendah protein

- Pasien yang sedang menjalani terapi imunosupresif

Efek sampingnya adalah kembung perut kram urtikaria Efek samping

karena overdosis tidak terjadi karena sel hanya membuat sebatas yang dibutuhkan

apabila berlebih kelebihan disimpan di hati dan ginjal sampai suatu saat kalau

dibutuhkan

264 Sumber Glutation dari makanan

Sumber glutation dari makanan yang disarankan adalah asparagus bayam

brokoli bawang putih kale bawang watercress kol Brussel sprout beberapa

bumbu seperti kunyit kayu manis semangka alpukat anggur peach jeruk

walnut granola daging kalkun dan daging ayam keju cottage dan yoghurt

39

Tabel 21 Makanan yang mengandung Glutation (Cadenas2002)

GSH Food Group mg100 g mgsaji Buah segar Apel 33 46 Pisang 41 48 Anggur 79 146 Jeruk 73 106 Semangka 66 283 Sayuran segar Asparagus dimasak 283 263 Alpukat 277 313 Brokoli dimasak 91 78 Wortel mentah 79 59 Tomat 90 109 Daging Hamburger 175 149 Ham rebus 233 13 Ayam digoreng 131 134 Sereal biji-bijian Cornflakes 00 00 Roti whole wheat 12 06 Roti putih 00 00 Nasi putih enriched dimasak 16 21 Produk Susu Susu whole 00 00 Keju Amerika 00 00 Yoghurt plain lowfat 00 00 Es krim 10 lemak 00 00

40

BAB III

KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

31 Kerangka Berpikir

Faktor penyebab penuaan antara lain faktor internal dan faktoreksternal

Faktor internal meliputi radikal bebas glikosilasi metilasi hormon yang

berkurang apoptosis system kekebalan tubuh yang menurun genetik Faktor

eksternal meliputi gaya hidup tidak sehat polusi lingkungan stress kemiskinan

kebiasaan yang salah olahraga berlebihan (overtraining) Berbagai faktor di atas

menyebabkan terjadinya penurunan fungsi tubuh dan terjadilah penuaan

Kerangka konsep penelitian berdasarkan teori bahwa salah satu penyebab

penuaan adalah radikal bebas Bila jumlah radikal bebas melebihi jumlah

antioksidan di dalam tubuh terjadilah stress oksidatif Radikal bebas dapat

merusak membran sel protein DNA dan berakibat fatal bagi kelangsungan hidup

sel jaringan Stress oksidatif yang berlangsung lama akan mengakibatkan

terjadinya penumpukan hasil kerusakan oksidatif di dalam sel dan jaringan

selanjutnya sel dan jaringan tersebut akan kehilangan fungsinya dan akhirnya

mati

Olahraga berlebih meningkatkan stress oksidatif karena terdapat

peningkatan konsumsi O2 oleh aktivitas otot skeletal Oksigen juga dapat bersifat

toksik yang dapat memicu peningkatan Reactive Oxygen Species (ROS)Organ

yang tidak mendapat cukup oksigen dan nutrisi menjadi iskemik dan terjadi

kerusakan mikrovaskular (Reperfusion Injury) memicu peningkatan radikal

40

41

bebas Dengan pemberian antioksidan Glutation yang merupakan antioksidan

master diharapkan dapat mencegah kerusakan lebih lanjut yang diakibatkan oleh

radikal bebas dengan cara melindungi sel dari Reactive Oxygen Species (ROS)

dan dapat dilihat melalui parameter MDA yang mengalami penurunan

32 Konsep Penelitian

Konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Gambar 31 Konsep Kadar MDA pada tikus yang diberikan Pelatihan Fisik Berlebih+ Placebo dan Pelatihan Fisik Berlebih + Glutation

FAKTOR INTERNAL

- Jenis Kelamin

- Usia

- Genetik

- Hormon

- Psikologis

FAKTOR EKSTERNAL

- Makanan

- Cuaca iklim

- Penyakit

- Exercise

GLUTATION

TIKUS

KADAR MDA

42

33 Hipotesis

Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan kadar MDA

tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

43

BAB IV

METODE PENELITIAN

41 Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksterimental dengan rancangan

randomized pre test-post test control group design (Poccock et al 2008)

Subyek terdiri dari 2 kelompok yaitu

1 Kelompok 1 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+ Placebo

2 Kelompok 2 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation

Semua kelompok sebelum perlakuan diberikan pre test (O1 O3) dan

dihitung rerata untuk masing-masing kelompok

Setelah perlakuan semua kelompok diberikan post test (O2 O4) dan

dihitung rerata untuk masing-masing kelompok

Kemudian dihitung perbedaan rerata antara pre test dan post test dari

masing-masing kelompok lalu hasil perbedaan tersebut dibandingkan secara

statistik

Gambar 41 Rancangan Penelitian

P S

43

R R

O1 P1 O2

O3 P2 O4

44

Keterangan

P = populasi

S = sampel

R = random

O1 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah mendapatkan

pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan placebo (pre test)

O2 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah diberikan pelatihan

fisik berlebih setelah diberikan placebo (post test)

O3 = observasi data MDA kelompok perlakuan setelah diberikan

pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan Glutation (pre test)

O4 = observasi data MDA kelompok perlakuan diberikan pelatihan fisik

berlebih setelah diberikan Glutation (post test)

P1 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih+ placebo

P2 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation

42 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran

Universitas Udayana pada bulan Januari ndash Maret 2012 Pemeriksaan MDA darah

tikus dikerjakan di bagian Program Antar Unit Universitas Gajah Mada

Jogyakarta

45

43 Populasi dan Sampel

431 Populasi

Subyek penelitian adalah tikus jantan dewasa galur Wistar yang berusia 2-

25 bulan dan dalam kondisi fisik sehat

432 Kriteria Sampel

4321 Kriteria Inklusi

Kriteria Inklusi yang ditetapkan sebagai sampel adalah sebagai berikut

a Tikus jantan dewasa galur Wistar

b Umur 2-25 bulan

c Berat badan plusmn200 gram

d Sehat

e MDA ge 5mmollt

4322 Kriteria Drop Out

Adalah sampel yang mati pada waktu penelitian

433 Besar Sampel

Besar sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini dihitung berdasarkan

rumus Poccock (2008)

Angka μ1 (5) dan μ2 (12) didapatkan dari penelitian sebelumnya (Ji 1998)

n=

46

= asymp 7

Keterangan

n = jumlah sampel

σ = standar deviasi kelompok perlakuan dengan pemberian

glutation (15)

f ( ) = besarnya didapat dari tabel (Poccock 2008)

μ1 = rerata hasil MDA pada kelompok perlakuan sesudah

pemberian glutatioacuten (5)

μ2 = rerata hasil MDA pada kelompok pre test (12)

Jadi jumlah sampel (n) = 675 dan ditambah 3 ekor tikus untuk masing-

masing kelompok sebagai cadangan Jadi total 20 ekor tikus dengan 10

ekor tikus untuk masing-masing kelompok

434 Teknik Pengambilan Sampel

Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat

sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi diambil secara acak

sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi

2 kelompok yaitu kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+placebo kelompok

dengan pelatihan fisik berlebih + glutation

47

44 Variabel Penelitian

441 Klasifikasi Variabel

Variabel penelitian dibedakan menjadi

1 Variabel Bebas dosis pemberian glutation

2 Variabel Tergantung kadar MDA

3 Variabel Terkendali varian tikus jantan (galur wistar) jenis

kelamin umur berat badan lingkungan

(pencahayaan suhu kelembaban nutrisi

kandang)

Gambar 42 Bagan Hubungan Antar Variabel

VARIABEL BEBAS

- Pelatihan fisik berlebih

- Glutation 37mg kgBBhari

VARIABEL TERGANTUNG

KADAR MDA

VARIABEL TERKENDALI

Varian tikus

Jenis kelamin umur berat badan

Pencahayaan suhu kelembaban nutrisi kandang

Makanan minuman

48

442 Definisi Operasional Variabel

1 Pelatihan fisik berlebih pada tikus adalah pelatihan yang berlebihan

yang diukur berdasarkan kemampuan maksimal berenang tikus pada

ember berdiameter 35 cm dengan kedalaman air 20 cm yang

dilakukan 60 menithari selama 35 hari pada waktu yang sama pada

suhu 32 derajat (Binekada 2002 dan Pepe2011)

2 Glutation yang diberikan adalah Glutation Teofarma injeksi sediaan

600mg 4 ml Dosis pemberian Glutation adalah pemberian sediaan

antioksidan Glutation dalam bentuk suntikan intraperitoneal yang

diberikan 1x sehari dan diberikan 6 jam sebelum pelatihan fisik

berlebih Dosis pemberian Glutation mengacu pada penelitian yang

dilakukan sebelumnya oleh Ji L L yaitu 37mgkgBBhari yang

dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril secara intraperitonial

3 MDA merupakan salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada

membran sel dan merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan

oleh radikal bebas Pengukuran kadar MDA menggunakan metode

Thiobarbituraic Acid Reactive Substances (TBARS) Pembacaan hasil

dengan menggunakan spektrofotometer Satuan MDA dalam mmoll

4 Cahaya suhu dan kelembaban merupakan kondisi lingkungan yang

dialami tikus jantan dewasa Pada penelitian ini kondisi lingkungan

selama percobaan dibuat sama

5 Berat badan tikus adalah berat badan yang ditimbang dengan

timbangan gram

49

6 Umur tikus adalah umur yang ditentukan dengan melihat tanggal

kelahiran yang dicatat pada kandang percobaan

7 Kondisi peneliti yang meliputi kesehatan fisik dan psikis peneliti

Penelitian dilaksanakan saat kondisi peneliti dalam keadaan baik

sehingga pengaruhnya terhadap hasil penelitian dapat diabaikan

45 Bahan dan Alat Penelitian

451 Bahan Penelitian

Glutation injeksi

Tikus jantan

Makanan tikus berupa pellet dan air minum dari air ledeng

Aquades steril

EDTA (Ethylenediamine tetraacetic acid)

Reagensia untuk pengukuran kadar MDA

452 Alat Penelitian

Alat yang dipakai dalam pengambilan data penelitian ini adalah

- Kandang tikus terbuat dari besi yang di dalamnya terdapat sekam dan

botol minuman

- Ember berdiameter 35 cm dan kedalaman air 20 cm

- Stopwatch

- Timbangan

- Spuit injeksi 1 ml

50

- Sarung tangan

- Kapas dan alkohol 70

- Tabung Evendorf

- Mikropipet

- Pipet kapiler

- Sentrifugasi

46 Prosedur Penelitian

1 Tikus jantan dewasa (Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan

berat badan plusmn200gram dilakukan aklimatisasi selama 2 minggu di

tempat penelitian untuk penyesuaian dengan lingkungan

2 Semua sampel tikus diberi perlakuan yang sama yaitu diberikan

pelatihan fisik berlebih dengan cara berenang sampai kelelahan pada

hari ke 7 kedua kelompok tersebut dilakukan pemeriksaan MDA

3 Mulai hari ke 8 ndash 35 sampel tikus yang berjumlah 20 ekor dibagi atas 2

kelompok di mana kelompok 1(kontrol) diberikan pelatihan fisik

berlebih + injeksi aquabidest intraperitoneal enam jam sebelum

perlakuan aktifitas berlebih kelompok ke 2 (perlakuan) diberikan

pelatihan fisik berlebih + injeksi intraperitoneal glutation 37

mgkgBBhari yang sudah dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril

4 Pada hari ke 35 dilakukan pemeriksaan kadar MDA pada masing-

masing tikus setelah bulu tikus kering

51

5 Selama penelitian hewan coba diberikan makanan dan minuman secara

teratur kebersihan dan kenyamanan kandang dijaga

461 Alur Penelitian

TIKUS ADAPTASI 2 MINGGU

PELATIHAN FISIK BERLEBIH 1 MINGGU

MDA

KELOMPOK 1 KELOMPOK 2

PELATIHAN FISIK BERLEBIH PELATIHAN FISIK BERLEBIH

+ AQUABIDEST (28 hari) +GLUTATION 37mgkgBBhari

28 HARI 28 HARI

MDA

Gambar 43 Bagan Alur Penelitian

462 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium

Pemantauan keselamatan tikus jantan (galur Wistar) di laboratorium

(Smith et al1988 Ngatidjan 2006) adalah sebagai berikut

1 Kandang tikus jantan harus cukup kuat tidak mudah rusak teratur dibersihkan

(1x seminggu) mudah dipasang kembali hewan tidak mudah lepas tahan

52

gigitan hewan kelihatan jelas dari luar Alas tempat tidur terbuat dari serbuk

gergaji atau sekam padi agar mudah menyerap air

2 Luas lantai yang memadai untuk tikus jantan dengan berat badan plusmn200 gram

adalah 60cm persegi dan tinggi 20 cm

3 Diciptakan suasana lingkungan yang stabil dan sesuai keperluan fisiologi tikus

jantan di mana kelembaban suhu pertukaran udara yang ekstrim harus

dihindari

4 Hewan coba hendaknya diperlakukan dengan kasih sayang

47 Pengolahan dan Analisis Data

Analisis data yang digunakan adalah

1 Analisis Deskriptif

2 Uji normalitas data dilakukan dengan tes Shapiro-Wilk Distribusi data

normal dengan nilai pgt005

3 Uji homogenitas dilakukan dengan Lavenersquos Test Data dinyatakan

homogen dengan nilai pgt005

4 Karena data berdistribusi normal dan homogen maka untuk uji

komparabilitas dipakai

- Uji t independent untuk membandingkan rerata kadar MDA antar

kelompok

- Uji Paired T- Test untuk membandingkan rerata kadar MDA pre

dan post masing-masing kelompok

- Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau

dinyatakan berbeda bila plt005

53

BAB V

HASIL PENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 20 ekor tikus jantan dewasa

(Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan berat badan plusmn200 gram sebagai

sampelyang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah 10 ekor

yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dankelompok

perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) Dalam penyajian hasil ini diuraikan

uji normalitas data uji homogenitas data uji komparabilitas dan uji efek

perlakuan

51 Uji Normalitas Data

Data Kadar MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan

pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji

Shapiro-Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005)

disajikan pada Tabel 51

53

54

Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing Kelompok Sebelum

dan Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Perlakuan n p Keterangan

Kadar MDA kontrol pre

Kadar MDA perlakuan pre

Kadar MDA kontrol post

Kadar MDA perlakuan post

10

10

10

10

0965

0550

0975

0697

Normal

Normal

Normal

Normal

52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok

Data Kadar MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun

sesudah perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test

Hasilnya menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52

Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA Sebelum dan

Sesudah Perlakuan

Variabel F p Keterangan

Kadar MDA pre

Kadar MDA post

0016

0592

0901

0452

Homogen

Homogen

53 Kadar MDA

531 Uji komparabilitas

Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata kadar MDA

antar kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan

55

glutation Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada

Tabel 53 berikut

Tabel 53

Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata

Kadar MDA

SB T P

Aktivitas berlebih dan

placebo

Aktivitas berlebihdan

glutathion

10

10

518

529

028

029

089 0386

Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok

kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 518028mmoll dan rerata

kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 529029mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 089 dan nilai

p = 0386 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan

berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya tidak berbeda secara

bermakna (p gt 005)

532 Analisis efek perlakuan

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kadar MDA antar

kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation

56

Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54

berikut

Tabel 54 Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata

Kadar MDA

SB T P

Aktivitas berlebih dan

placebo

Aktivitas berlebihdan

glutathion

10

10

778

444

023

017

3672 0001

Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok

kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata

kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 444017mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 3672 dan nilai

p = 0001 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan

berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya berbeda secara

bermakna (p lt 005)

57

Gambar 51 Perbedaan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

533 Analisis Komparasi Sebelum dengan Sesudah Perlakuan

Analisis komparasi diuji berdasarkan rerata kadar MDA antara sebelum

dengan sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation Hasil

analisis kemaknaan dengan uji t-paired disajikan pada Tabel 55 berikut

Tabel 55 Analisis KomparasiKadar MDA antara Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Kelompok Beda Rerata

pre ndash post p Keterangan

Aktivitas berlebih dan placebo

Aktivitas berlebih dan

glutathion

260

085

0001

0001

Meningkat

Menurun

58

Berdasarkan uji t-paired didapatkan bahwa ada penurunan kadar MDA

pada kelompok perlakuan secara bermakna sebesar 085mmoll sedangkan pada

kelompok kontrol mengalami peningkatan secara bermakna sebesar 260mmoll

59

BAB VI

PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian

Untuk menguji efek pemberian glutation terhadap penurunan kadar MDA

maka dilakukan penelitian terhadap 20 ekor tikus jantan dewasa (Galur Wistar)

sebagai sampel yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah

10 ekor yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dan

kelompok perlakuan (pelatihan fisik berlebih dan glutation)

62 Efek Pelatihan Fisik Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA

Hasil penelitian dan analisis data terhadap kadar MDA darah pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji

normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan homogenitas (Levenersquos test) pre-test dan post-

test masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)

Uji perbandingan 1 minggu pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan

injeksi antara kedua kelompok menggunakan uji t-independent Rerata kadar

MDA kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) adalah

518028mmoll dan rerata kelompok pelatihan fisik berlebih dan glutation

adalah 529029mmoll Analisis kemaknaan dengan uji t-independent

menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna kadar MDA darah antara

kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa

kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan injeksi rerata kadar MDAnya tidak

59

60

berbeda secara bermakna

Uji perbandingan setelah pemberian placebo dan glutation antara kedua

kelompok menggunakan t-independent Rerata kadar MDA kelompok kontrol

(aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata kelompok

perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) adalah 444017mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent antara kedua kelompok sesudah diberikan

placebo dan glutation menunjukkan perbedaan kadar MDA secara bermakna

(plt005) Hal ini berarti bahwa kelompok yang diberikan perlakuan berupa

placebo dan glutation 6 jam sebelum diberikan pelatihan fisik berlebih dengan

cara merenangkan selama 60 menit hari selama 35 hari rerata kadar MDA

berbeda secara bermakna Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh

untuk melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam

organ dan pembuluh darah (Giriwijoyo 2004)

Peningkatan kadar MDA sesudah diberikan pelatihan fisik berlebih pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan disebabkan karena pelatihan fisik

berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena terjadi peningkatan konsumsi

oksigen oleh aktifitas otot skeletal Stress oksidatif memicu peningkatan senyawa

oksigen reaktif Pada pelatihan fisik berlebih juga terjadi Reperfusion Injury yang

memicu terjadinya kerusakan jaringan dan peningkatan radikal bebas (Adiputra

2008) Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara menarik elektronnya

sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan sampai kematian sel

(Suryohudoyo 2000)

Pada penelitian ini didapatkan bahwa sesudah diberikan pelatihan fisik

61

berlebih dan placebo terjadi peningkatan kadar MDA sebesar 5024 Kadar

MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel (Winarsi

2007) Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pepe

(2011) bahwa pelatihan fisik berlebih meningkatkan kadar MDA Lebih lanjut

Murray et al (2000) juga menyatakan bahwa pelatihan fisik berlebih merangsang

respon biomarker stres oksidatif Sedangkan pada kelompok perlakuan yang

diberikan aktifitas berlebih dan glutation terjadi penurunan kadar MDA sebesar

1607 Terjadinya penurunan kadar MDA pada kelompok yang diberikan

glutation 6 jam sebelum melakukan pelatihan fisik berlebih disebabkan karena

pemberian antioksidan meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan

cara mendonorkan elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa

oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsi 2007) Glutation merupakan antioksidan

endogen yaitu antioksidan yang dapat disintesa dalam tubuh dari asam amino L-

sistein L-glutamat dan glisin (Cadenas 2002) yang juga sebagai master

antioksidan yaitu antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain

Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan

Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik (Hersh 2004) Glutation

merupakan salah satu antioksidan yang tidak dapat menjadi pro oksidan (Cadenas

2002) Normalnya sekali suatu antioksidan memakan radikal bebas antioksidan

ini menjadi teroksidasi sendiri dan menyerang sel yang sehat yang disebut

sebagai pro oksidan Glutation dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang

teroksidasi tersebut menjadi bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali

dalam memakan radikal bebas (Sellman 2009) Sehingga dengan demikian

62

glutation dapat membantu dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Urso

(2003) bahwa suplementasi antioksidan dapat mengatasi kondisi stress oksidatif

yang terjadi pelatihan fisik berlebih

Uji perbandingan antara data MDA pre dan post masing-masing kelompok

digunakan uji t-paired test Berdasarkan uji ini didapatkan hasil pada kelompok

perlakuan terjadi penurunan kadar MDA secara bermakna sebesar 085 mmollt

sedangkan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan kadar MDA secara

bermakna sebesar 260mmollt Terjadi penurunan kadar MDA pada kelompok

perlakuan menunjukkan pemberian antioksidan Glutation intraperitoneal dosis

37mgkgBBhari dapat mengatasi kondisi stress oksidatif yang terjadi pada

pelatihan fisik berlebih Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh

Urso (2003)

63

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

71 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan sebagai

berikut Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA

tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

72 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah

1 Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja glutation

yang lebih detail

2 Memperhatikan takaran latihan supaya tidak berlebihan yang justru akan

meningkatkan kerusakan sel

3 Perlu dilakukan uji klinis pada manusia

63

64

DAFTAR PUSTAKA

Adiputra N 2008Kesehatan Olah Raga Available from httpwwwbalihesgorgindexphpoption=com Accessed 2011 Oct 5th

Anonim 2011 Glutathione Available at

httpenwikipediaorgwikiGlutathione Accessed 2011 Oct 5th Anonim 2011 Overtraining Available at

httpwwwmarksdailyapplecomovertraining Accessed 2011 Oct5th

Asikin N 2001Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan InKursus Penyegaran dan Pelatihan Radikal bebas dan Antioksidan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta Fakultas Kedokteran UI

Bagiada NA 2001 Proses Penuaan dan Penanggulangannya Denpasar

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hal 22 Banerjee AK Mandal A Chanda D Chahraboti S 2003 Oxidant

Antioxidant and Physical ExerciseAvailable from httpwwwncbinlmnihgovpubmed14619981 accesed 2011 Sept 2nd

Binekada MC 2002 ldquoPelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Konsentrasi dan

Motilitas Spermatozoa Mencitrdquo(tesis) Denpasar Universitas Udayana

Cadenas E Jones PD 2002Bioavailability of Glutathione In Cadenas E

Packer L editorsHandbook of Antioxidants2nd Ed New York Marcel DekkerInc p549-564

Catala A 2006Lipid PeroxidationInt J Biochem Cell Biol 38 1482-1495 Dalle-DonneI Rossi R ColomboR Giustarini D Milzani

A2006Biomarkers of Oxidative Damage in Human Disease Available from httpwwwredorbitcomnewsscience473334biomarkersof oxidative damage in human diseaseindexhtmlaccessed2011 Sept 5th

Fouad T 2007 Free radicals Types Sources and Damaging Reaction

Relations Available from

64

65

wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th

Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th

Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112

Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors

ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their

Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69

Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan

Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th

Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz

R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155

Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester

Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th

Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala

T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200

Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and

Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders

66

Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana

LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia

Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647

Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from

httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit

Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK

Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620

Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji

Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah

Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009

Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan

Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132

Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde

Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521

Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley

Medical Publicationsp 123-141

Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI

Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable

from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer

67

Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole

Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam

Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI

Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam

Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya

Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan

Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47

Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant

Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th

Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan

Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105

68

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965

Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975

Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753

Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

69

Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan

Group Statistics

Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887

Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215

Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260

Perlakuan 10 42500 23348 07383

Independent Samples Test

Levenes Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df

Sig (2-

tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence Interval of the

Difference Lower Upper

Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428

Equal variances not assumed

-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429

Post1

Equal variances assumed 592 452 367

22 18 000 333700 09087 314608 352792

Equal variances not assumed

36722 16855 000 333700 09087 314515 352885

Post2

Equal variances assumed 906 354 264

19 18 000 239500 09066 220454 258546

Equal variances not assumed

26419 16265 000 239500 09066 220307 258693

70

Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis

(Laurence amp Bacharach 1964)

2g mencit 20g tikus 400g marmot

l5Kg kelinci

20Kg kucing

40Kg kera

120Kg anjing

70Kg manusia

20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879

200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560

400 g marmot

008 057 10 225 24 52 102 315

l5Kg kelinci

004 025 044 10 106 24 45 142

20Kg kucing

003 023 042 092 10 22 41 130

40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61

120Kg anjing

0008 006 010 0022 024 052 10 31

70Kg manusia

00026 0018 0031 007 0013 016 032 10

71

Lampiran 4

Foto Penelitian

Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)

72

Lampiran 5

Data Hasil Penelitian

Kelompok Kontrol

Pre test Post test Pre test Post Test

752 647 769 694

779 670 773 664

745 660 803 653

769 643 817 677

783 653

786 684

Kelompok Perlakuan

Pre Test Post test

412 391

436 412

442 425

425 401

453 436

466 442

432 405

456 432

470 453

476 463

Page 33: PEMBERIAN INJEKSI GLUTATION INTRAPERITONEAL

15

Hasil akhir dari proses ini adalah terputusnya rantai asam lemak menjadi

berbagai senyawa yang bersifat toksik terhadap sel antara lain berbagai macam

aldehid seperti Malondealdehyde (MDA)

223 Peranan Radikal Bebas dalam proses penuaan

Pada usia muda keseimbangan antara radikal bebas dan pertahanan

antioksidan berfungsi dengan baik seiring dengan pertambahan usia

keseimbangan terganggu karena cadangan antioksidan berkurang dan radikal

bebas berlebih (Saxena dan Lan 2006)

Akibat ketidakseimbangan ini terjadi kerusakan oksidatif (Arief 2010)

Kerusakan ini disebabkan oleh radikal bebas dan merusak 3 komponen utama

yang mempertahankan integritas sel seperti fosfolipid (penyusun membrane sel)

DNA (perangkat genetik) protein (enzim reseptor antibodi) (Fouad 2007)

Ketidakseimbangan antara antioksidan dan senyawa oksigen reaktif

menghasilkan stress oksidatif penyebab kanker penuaan aterosklerosis cedera

iskemik peradangan dan penyakit degeneratif (Parkinson Alzheimer)

(Pangkahila 2007)

23 Stress Oksidatif

231 Keadaan yang menyebabkan stress oksidatif

Pada saat jumlah antioksidan tubuh kurang dari yang diperlukan untuk

meredam efek buruk dari radikal bebas keadaan ini disebut Stress oksidatif Bila

terjadi dalam waktu yang lama akan terjadi penumpukan hasil kerusakan

16

oksidatif di dalam sel dan jaringan yang mengakibatkan hilangnya fungsi sel

jaringan dan akhirnya mati Hal ini merupakan penyebab utama proses penuaan

(Bagiada 2001)

Keadaan yang menyebabkan Stress Oksidatif ini salah satunya adalah

pelatihan fisik berat atau berlebih (Hersh 2004) Stress oksidatif dapat

dikendalikan antara lain dengan membiasakan untuk menerapkan pola hidup sehat

dan mengkonsumsi antioksidan diharapkan akan memacu kerja antioksidan

dalam tubuh

MDA merupakan hasil dari proses peroksidasi lipid meningkatnya MDA

menunjukkan adanya suatu kondisi Stress Oksidatif menurunnya MDA

menunjukkan adanya perbaikan dari kondisi Stress tersebut sehingga MDA dapat

dipakai sebagai biomarker Stress oksidatif

24 Pelatihan Fisik

241 Olahraga

Pelatihan fisik atau olahraga merupakan satu kegiatan yang penting bagi

kehidupan manusia Olahraga merupakan alternatif kegiatan yang dapat

meningkatkan derajat kebugaran fisik seseorang apabila dilakukan dengan dosis

takaran yang benar Menurut Sharkey olahraga dapat meningkatkan pengeluaran

energi dan tingkat pengeluaran tersebut berkaitan dengan intensitas dan durasi

aktifitas yang dilakukan (Sharkey 2003) Latihan fisik atau olahraga yang

memperhatikan frekuensi intensitas tipe dan waktu mendukung dalam

mendapatkan hasil yang maksimal dan menurunkan resiko cedera Latihan fisik

17

yang benar memberikan dampak perbaikan pada sistem fungsional paru dan

jantung sehingga terjadi hipertropi otot jantung penurunan detak jantung

istirahat peningkatan stroke volume peningkatan volume darah dan hemoglobin

menambah jumlah pembuluh darah kapiler serta berfungsi dalam proses

pembakaran energi (Fox 1998) Frekuensi latihan yang dianjurkan adalah 3-4x

seminggu dengan intensitas 72-87 dari denyut jantung maksimal (220-umur)

dengan variasi 10 denyut per menitTipe latihan yang dianjurkan adalah

pemanasan 15 menit kombinasi latihan aerobik dan latihan otot dalam waktu 30-

60 menit diakhiri pendinginan 10 menit (Pangkahila 2009)

Sumber energi yang dibutuhkan untuk pelatihan fisik aerobik yang

dominan didapat dari pembakaran simpanan karbohidrat lemak dan sebagian

kecil (5) dari pemecahan simpanan protein yang terdapat di dalam tubuh untuk

menghasilkan ATP (adenosine triphospate) ATP yang terdapat dalam jaringan

otot terbatas kebutuhan ATP dipertahankan oleh creatinin phosphate (CP) dan

glikogen yang tersimpan dalam otot (Hernawati 2009) Terdapat 3 jalur untuk

memberikan ATP tambahan sesuai yang dibutuhkan selama kontraksi otot

meliputi 1 Pemindahan fosfat berenergi tinggi dari kreatinin fosfat ke ADP 2)

Fosforilasi oksidatif (siklus asam sitrat dari sistem transportasi elektron) 3)

glikolisis (Sherwood 2001) Sedangkan pada aktifitas yang bersifat anaerobik

energi diperoleh dari hidrolisis phosphocreatine serta melalui glikolisis glukosa

secara anaerobik Proses ini dapat terjadi tanpa adanya oksigen (O2) Metabolisme

anaerobik ini menghasilkan asam laktat yang apabila terakumulasi dapat

menyebabkan rasa nyeri pada otot menimbulkan stress fisik Hal ini

18

menyebabkan latihan aerobik terasa lebih menyenangkan (Hernawati 2009)

Metabolisme aerobik jauh lebih efisien daripada anaerobik karena menghasilkan

38 molekul ATP per molekul glukosa versus hanya 2 molekul melalui jalur

anaerob

Pelatihan fisik atau olahraga yang teratur selain memberikan manfaat

perbaikan pada mental fisik dan fisiologis juga mempengaruhi hormon tubuh

kita antara lain (Sharkey2003)

1 Growth Hormone

Stimulasi sintesis protein (muscle tone development) dan kekuatan tulang

tendon ligament dan tulang rawan Penurunan penggunaan glukosa dan

peningkatan penggunaan lemak sebagai bahan bakar selama olahraga

Membantu mengurangi lemak tubuh dan mempertahankan glukosa darah pada

level normal sehingga membantu melakukan olahraga selama periode waktu

yang lebih lama Dilepaskannya Growth Hormone oleh kelenjar pituitari di

otak meningkat dengan meningkatnya waktu latihan aerobik

2 Endorphins

Opioid endogen dari kelenjar pituitary yang memblok rasa sakit menurunkan

nafsu makan membuat perasaan senang mengurangi tekanan dan kecemasan

Pada saat olahraga endorfin dalam darah meningkat sampai lima kali selama

aktifitas olahraga lebih dari 30 menit Endorfin membuat kita dapat melakukan

aktifitas latihan menjadi lebih tahan lama

19

3 Testosteron

Hormon yang penting untuk wanita dan pria dalam mempertahankan tonus

volume kekuatan otot meningkatkan angka rata metabolisme basal

menurunkan lemak tubuh dan merasa lebih percaya diri Diproduksi oleh

ovarium pada wanita dan testis pada laki-laki Testosteron pada wanita hanya

sepersepuluh kadar testosteron pada laki-laki Pada wanita testosteron

berperan pada pengaturan libido dan orgasme Produksi pada wanita menurun

saat menjelang menopause sedangkan pada pria pada usia memasuki usia 40

tahun Kadar testosteron darah mulai meningkat setelah 20 menit olahraga

baik pada wanita maupun pria dan tetap tinggi sampai 1-3 jam setelah

olahraga

4 Estrogen

Estrogen secara biologis aktif adalah 17 beta estradiol meningkatkan

pemecahan lemak dari lemak tubuh sehingga dapat digunakan sebagai sumber

tenaga meningkatkan rata-rata metabolisme basal meningkatkan mood

meningkatkan libido Hormon ini disekresi oleh ovarium meningkat saat

olahraga dan tetap meningkat sampai 1-4 jam setelah olahraga

5 Thyroxine (T4)

Hormon yang diproduksi oleh kelenjar tiroid meningkatkan metabolisme

hampir semua sel dalam tubuh Peningkatan metabolisme ini membantu kita

merasa lebih energik dan juga menyimpan kalori penting untuk penurunan

berat badan Kadar tiroksin dalam darah meningkat sekitar 30 selama

20

olahraga dan tetap meningkat sampai beberapa jam sesudahnya Olahraga

yang teratur juga meningkatkan level tiroksin saat istirahat

6 Epinephrine

Hormon yang diproduksi oleh medulla adrenal yang meningkatkan jumlah

darah yang dipompa oleh jantung dan mengarahkan aliran darah ke tempat

yang diharapkan Stimulasi pemecahan glikogen (karbohidrat yang disimpan)

dalam otot yang aktif dan hati untuk digunakan sebagai sumber tenaga

Menstimulasi pemecahan lemak (lemak yang disimpan dalam otot yang aktif)

dan digunakan sebagai sumber tenaga Sejumlah epinefrin yang dilepaskan

berhubungan dengan intensitas dan durasi latihan

7 Insulin adrenalin

Hormon yang penting dalam mengatur gula darah dan asam lemak (lemak)

dan asam amino (protein) dalam sel Sekresi insulin oleh pancreas meningkat

sehubungan dengan respon meningkatnya kadar gula darah dan protein yang

biasa terjadi setelah makan Semakin banyak gula sederhana yang dikonsumsi

semakin tinggi respon insulin Meningkatnya insulin menyebabkan produksi

lemak sehingga insulin sering disebut sebagai hormon lemak atau fat

hormone Pada orang dengan berat badan berlebih terjadi resistensi insulin

sehingga diperlukan insulin dalan jumlah yang lebih besar untuk didapatkan

efek yang sama sehingga didapatkan kadar insulin darah yang lebih tinggi dan

latihan aerobik setiap hari Kadar insulin darah mulai menurun 10 menit saat

olahraga dan terus menurun sekitar 70 menit olahraga Olahraga yang teratur

juga meningkatkan sensitivitas sel terhadap insulin dalam keadaan istirahat

21

8 Glucagon

Hormon yang diproduksi oleh pankreas tugasnya meningkatkan kadar gula

darah Saat gula darah rendah glukagon disekresi dan menyebabkan simpanan

karbohidrat di dalam hati dilepaskan ke aliran darah untuk meningkatkan

kadar gula mencapai kadar normal Glukagon juga menyebabkan

dipecahkannya lemak sehingga dapat digunakan sebagai bahan bakar atau

sumber tenaga Glukagon mulai disekresi pada 30 menit awal olahraga ketika

gula darah mulai menurun

242 Pelatihan Fisik Berlebih

Pelatihan fisik berlebih menimbulkan gangguan pada sistem endokrin

terjadi peningkatan kadar kortisol dan penurunan kadar testosteron (Maffetone

2007) peningkatan ACTH penurunan LH plasma

Sindrom pelatihan fisik berlebih dalam jangka panjang mengakibatkan

terjadinya inflamasi infeksi yang lebih lanjut dapat mempengaruhi kesehatan

secara umum Aktifitas berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena

terjadi peningkatan konsumsi O2 oleh aktifitas otot skeletal Meskipun oksigen

dibutuhkan oksigen juga bersifat toksik yang dapat memicu peningkatan ROS

Pada organ yang tidak mendapat oksigen dan nutrisi yang cukup akan

menimbulkan keadaan iskemik dan kerusakan mikrovaskular Keadaan ini disebut

sebagai Reperfusion Injury yang memicu terjadinya kerusakan jaringan dan

peningkatan Radikal Bebas

22

Pelatihan fisik berlebih meningkatkan terbentuknya Radikal Bebas

(Adiputra 2008) Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh untuk

melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam organ dan

pembuluh darah (Giriwijoyo 2004) Apabila berlebih menyebabkan kerusakan

sel dengan 3 cara (Kumar et al2005 Ebenhardt 2001)

1 Kerusakan DNA mengakibatkan mutasi DNA bahkan kematian sel

2 Peroksidasi lipid membrane sel dan sitosol menyebabkan terjadinya proses

reduksi asam lemak sehingga mengakibatkan kerusakan membran dan organel

sel

3 Modifikasi protein teroksidasi oleh karena cross linking protein

Bila radikal bebas bertemu dengan asam lemak tak jenuh ganda daalam

membrane sel terjadi reaksi peroksidasi lipid membran sel menyebabkan

peningkatan fluiditas membran gangguan integritas membran dan inaktivasi

ikatan membran dengan enzim dan reseptor Tahap akhir dibebaskan aldehyde

seperti malondealdehyde pentane etana conjugated diane yang bersifat merusak

tubuh (Murray et al2000)

Pelatihan fisik berlebih menyebabkan terjadinya peningkatan lekosit atau

lekositosis peningkatan isoprostan dalam urin protein carbonil (73) catalase

(96) glutation peroksidase serta glutation teroksidasi (25) Dapat

disimpulkan pelatihan fisik berlebih merangsang respon biomarker stres oksidatif

(Murray et al 2000) Proses penuaan mengakibatkan penurunan sistem imun

sehingga meningkatkan resiko infeksi Menurut teori aktifitas sedang dapat

menangkal efek proses penuaan yang diakibatkan penurunan sistem imun Studi

23

yang dilakukan Shepard dan Shek menunjukkan bahwa aktifitas sedang dapat

ditoleransi dengan baik oleh individu lanjut usia dan menunjukkan penurunan

stimulasi proliferasi limfosit

Gejala ndash gejala yang dirasakan apabila melakukan pelatihan fisik berlebih

(overtraining) (Maffetone 2007)

1 Sering mengalami kegagalan dalam melakukan latihan yang biasanya kita

lakukan Kondisi fisik menjadi semakin lemah dan semakin lambat terjadi

kemunduran

2 Kehilangan otot dan terjadi penimbunan lemak Latihan fisik berlebih

meyebabkan rasio testosteron kortisol yang seharusnya positif yang berarti

lebih banyak otot dan lebih sedikit lemak menjadi negatif yang berarti cortisol

lebih tinggi dibanding testosteron yang berarti terjadi peningkatan resistensi

insulin dan penimbunan lemak

3 Merasa lemas mudah tersinggung sulit tidur

4 Persendian tulang dan anggota tubuh terasa sakit

Terjadinya DOMS (delayed onset muscle soreness) menunjukkan teknik

latihan yang salah atau postur saat latihan yang tidak tepat DOMS merupakan

respon alami yang akan hilang dalam waktu sehari atau 2 hari tetapi apabila

nyeri berkepanjangan menunjukkan adanya overtraining

5 Sering tiba-tiba jatuh sakit

Latihan fisik berlebih menurunkan sistem imun tubuh kita sehingga menjadi

lebih mudah sakit

24

Latihan fisik berat jangka panjang berkaitan dengan cedera serat

ototKerusakan yang terjadi berhubungan dengan intensitas durasi dan tipe

latihan Ketika cell death terbentuk jaringan nekrotik dibuang oleh sel fagosit

sel satelit teraktivasi menuju ke area yang cedera menjadi myoblast dan

selanjutnya menjadi serat otot Enzim otot yang dilepaskan tidak sepenuhnya

merefleksikan kerusakan struktural yang diperkirakan oleh analisis histologis

Perubahan penanda biologis cedera otot (seperti aktifitas kreatin kinase (CK)

lactate dehydrogenase (LDH) atau konsentrasi malondialdehyde di plasma

(MDA)) sering diperiksa selama overtraining Serum aktivitas CK dan

konsentrasi MDA plasma dapat gagal meningkat saat overtraining perubahan

parameter biokimia hanya merefleksikan otot dengan beban berlebih Setelah

olahraga yang lama pro-inflammatory cytokines diproduksi lokal pada otot

skeletal

Tanda dan gejala fisik latihan fisik berlebih (overtraining)

- Denyut jantung atau nadi yang meningkat saat istirahat

- Tidak toleransi terhadap latihan

- Penampilan yang menurun

- Penurunan berat badan berkurangnya massa otot tidak nafsu makan

- Kelelahan chronic fatigue lethargy

- Nyeri dan kerusakan otot nyeri sendi

- Mudah terserang flu pembengkakan kelenjar getah bening di leher

selangkangan dan ketiak

- Konstipasi atau diare

25

- Gangguan haid gangguan makan gangguan tidur

- Sakit kepala gangguan pencernaan

- Pemulihan yang berlangsung lambat setelah latihan

- Sendi otot tendon terasa kaku dan sakit

Tanda dan gejala psikologis

- Lelah capek kekurangan tenaga

- Insomnia sakit kepala tidak mampu untuk beristirahat

- Depresi gelisah cemas apatis

- Menurunnya kepercayaan diri

- Menurunnya kemampuan untuk berkonsentrasi

- Mudah stress

Efek biokimia dari Latihan Fisik Berlebih

- Meningkatnya serum kortisol dan SHBG

- Menurunnya serum total dan free testosterone rasio testosteron kortisol

- Menurunnya glikogen otot

- Menurunnya serum hemoglobin besi dan ferritin

Faktor yang mempengaruhi terjadinya overtraining

- Jetlag

- Bekerja terlalu keras

- Menstruasi

- Nutrisi gaya hidup yang buruk

- Kurang istirahat

- Terlalu banyak mengkonsumsi alkohol

26

- Kurangnya kemampuan mengatasi stress

Penanganan overtraining atau Latihan Fisik berlebih

- Massage

Massage pada jaringan dalam dapat melepaskan otot yang tegang

mempertahankan keseimbangan sistem muskulo-skeletal Pemijatan atau

massage yang teratur dapat membantu mencegah cedera yang mungkin

terjadi karena overuse

- Menggunakan roller busa

Penggunaan roller busa memungkinkan kita dapat melakukan massage

atau pemijatan sendiri Kita dapat juga memakai yang berbentuk bola atau

bola tenis untuk membantu menghilangkan rasa sakit Pemijatan ini dapat

dilakukan di tungkai lutut hamstring bahu punggung atau otot atau sendi

manapun

- Terapi suhu kontras

Air pancuran hangat dan dingin bergantian menstimulasi tubuh untuk

pulih lebih cepat Otot membawa impuls yang terasa pada kulit bagian

dalam tubuh di mana terjadi stimulasi sistem imun memperbaiki sirkulasi

dan pencernaan mempengaruhi produksi hormon stress meningkatkan

aliran darah mengurangi sensitivitas nyeri

- Pengaturan makanan

Membantu proses pemulihan penting untuk mengkonsumsi makanan

tinggi karbohidrat protein dan lemak sehat seperti Omega 3 omega 6

omega 9 asam lemak esensial Karbohidrat memberikan sumber tenaga

27

pada tubuh dan otak asam lemak esensial membantu mengurangi depresi

memperbaiki pemulihan protein akan membangun kembali otot yang

mengalami overtraining

- Mengkonsumsi vitamin

Ketika terjadi overtraining suplementasi sangat menguntungkan Vitamin

dan suplementasi mineral sebaiknya dikonsumsi pagi hari bersama dengan

makanan untuk penyerapan yang lebih baik

Defisiensi Vitamin yang biasa terjadi

- Vitamin A (Beta-Caroten)

- Vitamin B kompleks vitamin B12

- Vitamin C D E K

- Asam Folat

Defisiensi Mineral yang biasa terjadi

- Calcium

- Chromium

- Copper Iodine Iron

- Magnesium Fosfor

- Potassium

- Sodium

- Sulfur

- Zinc

28

25 Antioksidan

Radikal Bebas merupakan senyawa reaktif yang secara alami diproduksi

oleh tubuh manusia Radikal Bebas memberikan efek positif atau efek negatif

Untuk membatasi efek negatif tersebut dibutuhkan kompleks proteksi ndash sistem

antioksidan Sistem ini terdiri dari enzim antioksidan (katalase glutation

peroksidase superoksid dismutase) dan antioksidan non enzimatik ( vitamin E-

tokoferol vitamin A- retinol vitamin C- asam askorbat) Keseimbangan antara

produksi radikal bebas dan pertahanan antioksidan menunjukkan tingkat stress

oksidatif yang mungkin terlibat dalam proses penuaan dan pada beberapa

patologi (misalnya kanker Parkinson) (Winarsi 2007)

Latihan fisik juga meningkatkan stress oksidatif dan menyebabkan

gangguan homeostasis Latihan memberikan efek positif dan efek negatif

tergantung dari beban latihan spesifikasi latihan dan tingkat basal latihan Stress

oksidatif terlibat dalam terjadinya muscular fatigue dan mengarah ke

overtraining

Definisi antioksidan menurut Cadenas adalah suatu senyawa yang apabila

terdapat dalam jumlah yang lebih banyak dibanding senyawa yang teroksidasi

secara signifikan dapat menunda atau mencegah proses oksidasi senyawa tersebut

(Cadenas 2002) Secara kimia antioksidan adalah senyawa pemberi electron

Secara biologis antioksidan adalah senyawa yang mampu menangkal dan

meredam dampak negative oksidan dalam tubuh Antioksidan mendonorkan satu

elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa oksidan tersebut dapat

dihambat (Winarsi 2007)

29

Penting sekali keseimbangan antara oksidan dan antioksidan karena

berfungsi menjaga integritas dan berfungsinya membrane lipid protein sel dan

asam nukleat Senyawa asam lemak tak jenuh penyusun membrane lipid sangat

sensitive terhadap perubahan keseimbangan antara oksidan dan antioksidan

Menurut mekanisme kerjanya antioksidan dikelompokkan atas 3 yaitu

1 Antioksidan primer SOD katalase glutation peroksidase (GSH-Px)

Bekerja pembentukan senyawa radikal bebas yang telah terbentuk menjadi

molekul yang kurang aktifSedangkan antioksidan primer yang dapat

ditambahkan dari luar seperti glutation asam lipoat SOD melatonin

2 Antioksidan sekunder vitamin E vitamin C beta karoten flavonoid asam

urat albumin (Soewoto 2001)

Merupakan antioksidan eksogenous atau non enzimatis (Winarsi 2007)

Bekerja dengan cara memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal bebas

atau dengan cara menangkapnya

3 Antioksidan tertier meliputi system enzim DNA-repair dan metionin

sulfoksida reduktase Berfungsi dalam perbaikan biomolekuler yang rusak

akibat reaktivitas radikal bebas

26 Glutation sebagai antioksidan

Glutation merupakan tripeptida yang terdiri dari asam amino glutamat

sistein dan glisin (Cadenas 2002)Ikatan glutamat ndash sistein merupakan ikatan

isopeptida antara grup γ-karboksil dari glutamat dan grup α amino dari

sisteinIkatan unik ini membuat gluation tahan terhadap degradasi oleh proteases

30

dan peptidases yang berfungsi pada peralihan proteinMerupakan suatu

antioksidan yang mencegah kerusakan komponen seluler oleh reactive oxygen

species seperti radikal bebas dan peroksidGlutation bukan nutrisi esensial karena

disintesa di dalam tubuh dari asam amino L-sistein L-glutamic acid dan glycine

Gambar 21 Struktur GSH dan GSSG

Glutation terdapat pada sebagian besar sel tubuh tetapi terbanyak terdapat

di dalam hati Grup thiol (SH) dari sistein berfungsi sebagai donor proton dan

bertanggungjawab untuk aktifitas biologis glutation Provisi asam amino ini

merupakan faktor yang terbatas dalam sintesis glutation oleh sel karena sistein

relatif jarang pada makanan Apabila dilepaskan sebagai asam amino bebas

sistein adalah toksik dan secara spontan dikatabolisasi di saluran pencernaan dan

plasma darah

Glutation disintesis dalam 2 tahap

1 Gamma-glutamylcysteine disintesa dari L-glutamate dan sistein melalui enzim

gamma-glutamylcysteine sintetase (glutamate cysteine ligase GCL)

31

2 Glisin ditambahkan pada C-terminal dari gamma-glutamylcysteine melalui

enzim glutation sintetase

261 Fungsi Glutation

Glutation terdapat dalam bentuk tereduksi (GSH) dan teroksidasi (GSSG)

Grup thiol dari sistein mampu memberikan donor elektron ke molekul lain yang

tidak stabil seperti Reactive Oxygen Species (ROS) Pada saat mendonorkan

elektronnya glutation menjadi reaktif dan segera bereaksi dengan glutation reaktif

lainnya membentuk glutation disulfide (GSSG)Reaksi mungkin terjadi apabila

terdapat konsentrasi yang cukup tinggi di sel (sampai 5mm di hati) GSH dapat

terbentuk kembali dari GSSG oleh enzim glutation reduktase Pada sel atau

jaringan yang sehat terdapat lebih 90 dari total simpanan glutation terdapat

dalam bentuk tereduksi (GSH) dan kurang dari 10 dalam bentuk disulfide

(GSSG)

GSH ---- GSSG

Eliminasi ROS Menjaga protein thiols Antioxidant

dalam bentuk reduksi pools

Gambar 22 GSH Redox (Cadenas 2002)

GSH Redox merupakan indikator sentral keseimbangan antara stress

oksidatif dan system antioksidan GSH Redox berkaitan dengan detoksifikasi

Reactive Oxygen Species (ROS) berfungsi dalam mempertahankan tersedianya

antioksidan mempertahankan protein thiol dalam bentuk reduksi Rasio

32

GSHGSSG sering dipakai untuk mengekspresikan keseimbangan redox ini

Peningkatan rasio GSH-GSSG merupakan indikasi adanya Stress Oksidatif

(Goldman 2003)

Glutation mempunyai beberapa fungsi (Winarsih 2007)

- Sebagai antioksidan endogen mayor yang diproduksi oleh sel berpartisipasi

langsung pada netralisasi radikal bebas dan senyawa oksigen reaktif

mempertahankan antioksidan eksogen seperti vitamin C dan E pada bentuk

tereduksi (aktif)

- Pengaturan siklus nitric oxide yang sangat penting untuk kehidupan tetapi

dapat menjadi masalah apabila tidak teregulasi Digunakan untuk reaksi

metabolism dan biokimia seperti sintesis dan perbaikan DNA sintesis protein

sintesis prostaglandin transport asam amino dan aktivasi enzim Tiap sistem

di dalam tubuh kita dapat dipengaruhi oleh sistem glutation khususnya sistem

imun sistem saraf sistem gastrointestinal dan paru

Gambar 23 Detoksifikasi Lipid Hydroxyperoxides di usus halus

33

GSH yang ditransportasikan kedalam lumen digunakan untuk detoksifikasi

peroksid yang terbentuk dari makanan oleh glutation peroksidase (GSH Px)

Proses ini membutuhkan peroksid dan glutation yang tersedia di sel epitel GSSG

yang terbentuk direduksi kembali menjadi GSH oleh GSSG reduktase (GSSG

Rx) menggunakan NADPH sebagai reduktan

262 Suplementasi Glutation

Meningkatkan level GSH melalui suplementasi glutation langsung sulit

Penelitian terakhir menyatakan bahwa secara oral tidak diabsorpsi baik melalui

saluran pencernaan Studi mengenai konsumsi oral akut glutation dengan dosis

sangat besar 3 gram Witschi dan tim menemukan lsquoadalah tidak mungkin

meningkatkan glutation yang bermanfaat secara klinis dengan dosis tunggal 3

gram glutationrsquo

Glutation terdapat pada makanan sehari-hari sampai 150mghari dapat

diabsorpsi melalui intak di usus halus Individu sehat dengan asupan sulfur asam

amino (1-2 gramhari) jumlah GSH mungkin tidak cukup untuk mendapatkan

efek penting secara sistemik Individu dengan asupan sulfur asam amino yang

terbatas suplementasi GSH diperlukan untuk mempertahankan suplai GSH

sistemik dengan memperbaiki keseimbangan sulfur asam amino (Cadenas 2002)

Glutation hanya diabsorpsi di sel epitel oral dan traktus gastrointestinal

dan memberikan keuntungan kesehatan spesifik pada jaringan tersebut(Cadenas

2002)

34

SUPLAI HILANG

Makanan suplemen Degradasi

GSH

Empedu LUMINAL Uptake

Epitel Reaksi Detoksifikasi

Gambar 24 Supply dan Removal Glutation dalam lumen usus halus (Cadenas 2002) Glutation (GSH) disuplai ke dalam lumen intestinal melalui konsumsi oral

empedu dan sekresi epitel intestinal Jumlah yang disuplai dari empedu cukup

untuk mempertahankan jumlah 200microM pada tikus tetapi tidak cukup pada

manusia yang mengalami degradasi di duktus kantung empedu Jumlah yang

dikonsumsi melalui makanan bervariasi dan secara umum kurang dari 200 microM

Jumlah yang diberikan melalui epitel hanya sekitar 10 atau kurang

dibandingkan dengan yang disediakan oleh empedu Hilangnya Glutation karena

degradasi oleh γ-glutamyltranspeptidase dan dipeptidases pada permukaan sel

epitel ditransportasikan ke dalam sel oleh mekanisme sodium-dependent dan

sodium-independent konjugasi dengan elektrofil reaktif dikatalisasi oleh

glutathione-S transferase mucus (Cadenas 2002)

Vitamin D meningkatkan level glutation di otak dan tampaknya sebagai

katalis untuk produksi glutation Sejumlah vitamin D aktif di otak berikatan

dengan seberapa besar vitamin D3 baik melalui suplemen atau dibentuk di kulit

melalui paparan matahariHal ini menyatakan bahwa mengkonsumsi vitamin D

35

dan atau mendapat cukup paparan matahari meningkatkan produksi glutation

(Sellman 2009)

Konsentrasi glutation di plasma dan hati dapat ditingkatkan dengan

mengkonsumsi suplemen tertentu yang disebut GSH precursors N-asetilsistein

atau NAC glutation precursor yang paling memungkinkan Suplemen lain S-

adenosilmetionin (SAMe) dan whey protein juga dapat meningkatkan glutation

dalam sel (Sellman 2009)

NAC tersedia dalam bentuk obat dan sebagai suplemen generik Alpha

lipoic acid juga dapat mempertahankan glutation intraselular Melatonin dapat

menstimulasi enzim yang berkaitan glutation peroksidase dan silimarin ekstrak

dari biji tanaman milk thistle (Silybum marianum) juga mempunyai kemampuan

memperbarui level glutation

Glutation diatur dengan ketat di intraseluler dan dibatasi produksinya oleh

feedback negative inhibisi sintesisnya sendiri melalui enzim gamma-

glutamilsistein sintetase sehingga meminimalisir kemungkinan terjadinya

overdosis Penambahan glutation menggunakan precursor atau glutation intravena

adalah strategi untuk mengatasi defisiensi glutation stress oksidatif tinggi

defisiensi imun

Glutation yang rendah menunjukkan adanya pembuangan dan

keseimbangan negatif nitrogen seperti pada kanker AIDS sepsis trauma

terbakar dan bahkan atlet overtraining Suplementasi glutation dapat

memperbaiki proses ini dan contohnya pada AIDS memberi hasil adanya

perbaikan survival rates Bagimanapun studi mengenai kondisi ini belum dapat

36

membedakan glutation rendah sebagai akibat secara akut (pada pasien sepsis) atau

secara kronis (HIV) meningkatkan stress oksidatif dan peningkatan patologi

sebagai akibat defisiensi yang sudah ada sebelumnya

Skizofrenia dan gangguan bipolar berhubungan dengan glutation yang

rendah Stress oksidatif mungkin salah satu faktor dasar patofisiologi gangguan

bipolar gangguan depresif mayor dan skizofrenia Glutation (GSH) adalah

pemakan radikal bebas mayor di otakTidak adanya GSH meningkatkan

kerentanan sel terhadap stress oksidatif ditandai asetilsistein dapat mengurangi

gejala kedua gangguan tersebut

Glutation merubah level stress oksidatif pada sel yang diisolasi di

laboratorium sehingga dapat mengurangi perkembangan kanker Tes ini tidak

dilakukan pada manusia

Glutamat yang berlebihan di sinaps yang dapat dilepaskan pada kondisi

seperti cedera otak dapat menghambat pengambilan sistein senyawa pembentuk

glutation yang pentingTanpa proteksi dari cedera oksidatif oleh glutation sel-sel

dapat rusak atau mati (Sellman 2009)

Glutation juga mempunyai fungsi lain sebagai berikut (Sellman 2009)

Mencerahkan kulit

Mencegah menghilangkan jerawat dan bekas jerawat

Menghilangkan noda hitam

Anti aging dan anti kerut

Memberi nutrisi kulit

Membantu pemulihan luka

37

Membuat kulit menjadi halus segar dan bersinar

Kondisi kesehatan yang berhubungan dengan defisiensi glutation

Peningkatan proses penuaan

Kesulitan dalam keseimbangan

Gangguan mental

Masalah koordinasi

Gangguan sistem saraf

Akhir-akhir ini dipercaya sebagai penyebab lesi otak

Kanker HIV Katarak Diabetes Mellitus

Jumlah sperma yang rendah

263 Glutation Precursor (Sellman 2009)

Glutation Precursor disebut juga sebagai building-block dari glutation

yaitu N-asetilsistein atau NAC dan whey protein tidak terdenaturasi

Nasetilsistein adalah obat farmasi yang biasa digunakan bertahun-tahun untuk

mengobati overdose asetaminofen Hal ini sangat efektif ketika diberikan dalam

dosis besar di ruang darurat ketika seseorang akan mengalami gagal hati karena

overdosis asetaminofen komposisi aktif dari Tylenol

Efek sampingnya adalah bercak-bercak kemerahan bersin mual

anafilaksis reaksi alergi yang berupa kesulitan bernafas karena bronkospasme

tekanan darah menurun angioedema muntah kram diare Walaupun jarang

kematian pernah dilaporkan karena N-asetilsistein Beberapa orang mendapatkan

rasa dan bau yang tidak dapat diterima karena kandungan sulfur di dalamnya

38

Pengggunaan teratur untuk menaikkan kadar glutation tidak direkomendasikan

untuk anak-anak dan bayi Masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk

menentukan keamanan N-asetilsistein untuk penggunaan jangka panjang

Whey protein tidak terdenaturasi merupakan nutraceutical atau medicinal

foodSenyawa ini memberikan ikatan sistein ke sel-sel di mana glutation dapat

terbentuk di tempat tersebut

Beberapa kondisi yang tidak dapat mengkonsumsi whey protein

- Pasien dengan alergi protein susu

- Pasien dengan diet rendah protein

- Pasien yang sedang menjalani terapi imunosupresif

Efek sampingnya adalah kembung perut kram urtikaria Efek samping

karena overdosis tidak terjadi karena sel hanya membuat sebatas yang dibutuhkan

apabila berlebih kelebihan disimpan di hati dan ginjal sampai suatu saat kalau

dibutuhkan

264 Sumber Glutation dari makanan

Sumber glutation dari makanan yang disarankan adalah asparagus bayam

brokoli bawang putih kale bawang watercress kol Brussel sprout beberapa

bumbu seperti kunyit kayu manis semangka alpukat anggur peach jeruk

walnut granola daging kalkun dan daging ayam keju cottage dan yoghurt

39

Tabel 21 Makanan yang mengandung Glutation (Cadenas2002)

GSH Food Group mg100 g mgsaji Buah segar Apel 33 46 Pisang 41 48 Anggur 79 146 Jeruk 73 106 Semangka 66 283 Sayuran segar Asparagus dimasak 283 263 Alpukat 277 313 Brokoli dimasak 91 78 Wortel mentah 79 59 Tomat 90 109 Daging Hamburger 175 149 Ham rebus 233 13 Ayam digoreng 131 134 Sereal biji-bijian Cornflakes 00 00 Roti whole wheat 12 06 Roti putih 00 00 Nasi putih enriched dimasak 16 21 Produk Susu Susu whole 00 00 Keju Amerika 00 00 Yoghurt plain lowfat 00 00 Es krim 10 lemak 00 00

40

BAB III

KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

31 Kerangka Berpikir

Faktor penyebab penuaan antara lain faktor internal dan faktoreksternal

Faktor internal meliputi radikal bebas glikosilasi metilasi hormon yang

berkurang apoptosis system kekebalan tubuh yang menurun genetik Faktor

eksternal meliputi gaya hidup tidak sehat polusi lingkungan stress kemiskinan

kebiasaan yang salah olahraga berlebihan (overtraining) Berbagai faktor di atas

menyebabkan terjadinya penurunan fungsi tubuh dan terjadilah penuaan

Kerangka konsep penelitian berdasarkan teori bahwa salah satu penyebab

penuaan adalah radikal bebas Bila jumlah radikal bebas melebihi jumlah

antioksidan di dalam tubuh terjadilah stress oksidatif Radikal bebas dapat

merusak membran sel protein DNA dan berakibat fatal bagi kelangsungan hidup

sel jaringan Stress oksidatif yang berlangsung lama akan mengakibatkan

terjadinya penumpukan hasil kerusakan oksidatif di dalam sel dan jaringan

selanjutnya sel dan jaringan tersebut akan kehilangan fungsinya dan akhirnya

mati

Olahraga berlebih meningkatkan stress oksidatif karena terdapat

peningkatan konsumsi O2 oleh aktivitas otot skeletal Oksigen juga dapat bersifat

toksik yang dapat memicu peningkatan Reactive Oxygen Species (ROS)Organ

yang tidak mendapat cukup oksigen dan nutrisi menjadi iskemik dan terjadi

kerusakan mikrovaskular (Reperfusion Injury) memicu peningkatan radikal

40

41

bebas Dengan pemberian antioksidan Glutation yang merupakan antioksidan

master diharapkan dapat mencegah kerusakan lebih lanjut yang diakibatkan oleh

radikal bebas dengan cara melindungi sel dari Reactive Oxygen Species (ROS)

dan dapat dilihat melalui parameter MDA yang mengalami penurunan

32 Konsep Penelitian

Konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Gambar 31 Konsep Kadar MDA pada tikus yang diberikan Pelatihan Fisik Berlebih+ Placebo dan Pelatihan Fisik Berlebih + Glutation

FAKTOR INTERNAL

- Jenis Kelamin

- Usia

- Genetik

- Hormon

- Psikologis

FAKTOR EKSTERNAL

- Makanan

- Cuaca iklim

- Penyakit

- Exercise

GLUTATION

TIKUS

KADAR MDA

42

33 Hipotesis

Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan kadar MDA

tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

43

BAB IV

METODE PENELITIAN

41 Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksterimental dengan rancangan

randomized pre test-post test control group design (Poccock et al 2008)

Subyek terdiri dari 2 kelompok yaitu

1 Kelompok 1 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+ Placebo

2 Kelompok 2 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation

Semua kelompok sebelum perlakuan diberikan pre test (O1 O3) dan

dihitung rerata untuk masing-masing kelompok

Setelah perlakuan semua kelompok diberikan post test (O2 O4) dan

dihitung rerata untuk masing-masing kelompok

Kemudian dihitung perbedaan rerata antara pre test dan post test dari

masing-masing kelompok lalu hasil perbedaan tersebut dibandingkan secara

statistik

Gambar 41 Rancangan Penelitian

P S

43

R R

O1 P1 O2

O3 P2 O4

44

Keterangan

P = populasi

S = sampel

R = random

O1 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah mendapatkan

pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan placebo (pre test)

O2 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah diberikan pelatihan

fisik berlebih setelah diberikan placebo (post test)

O3 = observasi data MDA kelompok perlakuan setelah diberikan

pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan Glutation (pre test)

O4 = observasi data MDA kelompok perlakuan diberikan pelatihan fisik

berlebih setelah diberikan Glutation (post test)

P1 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih+ placebo

P2 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation

42 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran

Universitas Udayana pada bulan Januari ndash Maret 2012 Pemeriksaan MDA darah

tikus dikerjakan di bagian Program Antar Unit Universitas Gajah Mada

Jogyakarta

45

43 Populasi dan Sampel

431 Populasi

Subyek penelitian adalah tikus jantan dewasa galur Wistar yang berusia 2-

25 bulan dan dalam kondisi fisik sehat

432 Kriteria Sampel

4321 Kriteria Inklusi

Kriteria Inklusi yang ditetapkan sebagai sampel adalah sebagai berikut

a Tikus jantan dewasa galur Wistar

b Umur 2-25 bulan

c Berat badan plusmn200 gram

d Sehat

e MDA ge 5mmollt

4322 Kriteria Drop Out

Adalah sampel yang mati pada waktu penelitian

433 Besar Sampel

Besar sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini dihitung berdasarkan

rumus Poccock (2008)

Angka μ1 (5) dan μ2 (12) didapatkan dari penelitian sebelumnya (Ji 1998)

n=

46

= asymp 7

Keterangan

n = jumlah sampel

σ = standar deviasi kelompok perlakuan dengan pemberian

glutation (15)

f ( ) = besarnya didapat dari tabel (Poccock 2008)

μ1 = rerata hasil MDA pada kelompok perlakuan sesudah

pemberian glutatioacuten (5)

μ2 = rerata hasil MDA pada kelompok pre test (12)

Jadi jumlah sampel (n) = 675 dan ditambah 3 ekor tikus untuk masing-

masing kelompok sebagai cadangan Jadi total 20 ekor tikus dengan 10

ekor tikus untuk masing-masing kelompok

434 Teknik Pengambilan Sampel

Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat

sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi diambil secara acak

sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi

2 kelompok yaitu kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+placebo kelompok

dengan pelatihan fisik berlebih + glutation

47

44 Variabel Penelitian

441 Klasifikasi Variabel

Variabel penelitian dibedakan menjadi

1 Variabel Bebas dosis pemberian glutation

2 Variabel Tergantung kadar MDA

3 Variabel Terkendali varian tikus jantan (galur wistar) jenis

kelamin umur berat badan lingkungan

(pencahayaan suhu kelembaban nutrisi

kandang)

Gambar 42 Bagan Hubungan Antar Variabel

VARIABEL BEBAS

- Pelatihan fisik berlebih

- Glutation 37mg kgBBhari

VARIABEL TERGANTUNG

KADAR MDA

VARIABEL TERKENDALI

Varian tikus

Jenis kelamin umur berat badan

Pencahayaan suhu kelembaban nutrisi kandang

Makanan minuman

48

442 Definisi Operasional Variabel

1 Pelatihan fisik berlebih pada tikus adalah pelatihan yang berlebihan

yang diukur berdasarkan kemampuan maksimal berenang tikus pada

ember berdiameter 35 cm dengan kedalaman air 20 cm yang

dilakukan 60 menithari selama 35 hari pada waktu yang sama pada

suhu 32 derajat (Binekada 2002 dan Pepe2011)

2 Glutation yang diberikan adalah Glutation Teofarma injeksi sediaan

600mg 4 ml Dosis pemberian Glutation adalah pemberian sediaan

antioksidan Glutation dalam bentuk suntikan intraperitoneal yang

diberikan 1x sehari dan diberikan 6 jam sebelum pelatihan fisik

berlebih Dosis pemberian Glutation mengacu pada penelitian yang

dilakukan sebelumnya oleh Ji L L yaitu 37mgkgBBhari yang

dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril secara intraperitonial

3 MDA merupakan salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada

membran sel dan merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan

oleh radikal bebas Pengukuran kadar MDA menggunakan metode

Thiobarbituraic Acid Reactive Substances (TBARS) Pembacaan hasil

dengan menggunakan spektrofotometer Satuan MDA dalam mmoll

4 Cahaya suhu dan kelembaban merupakan kondisi lingkungan yang

dialami tikus jantan dewasa Pada penelitian ini kondisi lingkungan

selama percobaan dibuat sama

5 Berat badan tikus adalah berat badan yang ditimbang dengan

timbangan gram

49

6 Umur tikus adalah umur yang ditentukan dengan melihat tanggal

kelahiran yang dicatat pada kandang percobaan

7 Kondisi peneliti yang meliputi kesehatan fisik dan psikis peneliti

Penelitian dilaksanakan saat kondisi peneliti dalam keadaan baik

sehingga pengaruhnya terhadap hasil penelitian dapat diabaikan

45 Bahan dan Alat Penelitian

451 Bahan Penelitian

Glutation injeksi

Tikus jantan

Makanan tikus berupa pellet dan air minum dari air ledeng

Aquades steril

EDTA (Ethylenediamine tetraacetic acid)

Reagensia untuk pengukuran kadar MDA

452 Alat Penelitian

Alat yang dipakai dalam pengambilan data penelitian ini adalah

- Kandang tikus terbuat dari besi yang di dalamnya terdapat sekam dan

botol minuman

- Ember berdiameter 35 cm dan kedalaman air 20 cm

- Stopwatch

- Timbangan

- Spuit injeksi 1 ml

50

- Sarung tangan

- Kapas dan alkohol 70

- Tabung Evendorf

- Mikropipet

- Pipet kapiler

- Sentrifugasi

46 Prosedur Penelitian

1 Tikus jantan dewasa (Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan

berat badan plusmn200gram dilakukan aklimatisasi selama 2 minggu di

tempat penelitian untuk penyesuaian dengan lingkungan

2 Semua sampel tikus diberi perlakuan yang sama yaitu diberikan

pelatihan fisik berlebih dengan cara berenang sampai kelelahan pada

hari ke 7 kedua kelompok tersebut dilakukan pemeriksaan MDA

3 Mulai hari ke 8 ndash 35 sampel tikus yang berjumlah 20 ekor dibagi atas 2

kelompok di mana kelompok 1(kontrol) diberikan pelatihan fisik

berlebih + injeksi aquabidest intraperitoneal enam jam sebelum

perlakuan aktifitas berlebih kelompok ke 2 (perlakuan) diberikan

pelatihan fisik berlebih + injeksi intraperitoneal glutation 37

mgkgBBhari yang sudah dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril

4 Pada hari ke 35 dilakukan pemeriksaan kadar MDA pada masing-

masing tikus setelah bulu tikus kering

51

5 Selama penelitian hewan coba diberikan makanan dan minuman secara

teratur kebersihan dan kenyamanan kandang dijaga

461 Alur Penelitian

TIKUS ADAPTASI 2 MINGGU

PELATIHAN FISIK BERLEBIH 1 MINGGU

MDA

KELOMPOK 1 KELOMPOK 2

PELATIHAN FISIK BERLEBIH PELATIHAN FISIK BERLEBIH

+ AQUABIDEST (28 hari) +GLUTATION 37mgkgBBhari

28 HARI 28 HARI

MDA

Gambar 43 Bagan Alur Penelitian

462 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium

Pemantauan keselamatan tikus jantan (galur Wistar) di laboratorium

(Smith et al1988 Ngatidjan 2006) adalah sebagai berikut

1 Kandang tikus jantan harus cukup kuat tidak mudah rusak teratur dibersihkan

(1x seminggu) mudah dipasang kembali hewan tidak mudah lepas tahan

52

gigitan hewan kelihatan jelas dari luar Alas tempat tidur terbuat dari serbuk

gergaji atau sekam padi agar mudah menyerap air

2 Luas lantai yang memadai untuk tikus jantan dengan berat badan plusmn200 gram

adalah 60cm persegi dan tinggi 20 cm

3 Diciptakan suasana lingkungan yang stabil dan sesuai keperluan fisiologi tikus

jantan di mana kelembaban suhu pertukaran udara yang ekstrim harus

dihindari

4 Hewan coba hendaknya diperlakukan dengan kasih sayang

47 Pengolahan dan Analisis Data

Analisis data yang digunakan adalah

1 Analisis Deskriptif

2 Uji normalitas data dilakukan dengan tes Shapiro-Wilk Distribusi data

normal dengan nilai pgt005

3 Uji homogenitas dilakukan dengan Lavenersquos Test Data dinyatakan

homogen dengan nilai pgt005

4 Karena data berdistribusi normal dan homogen maka untuk uji

komparabilitas dipakai

- Uji t independent untuk membandingkan rerata kadar MDA antar

kelompok

- Uji Paired T- Test untuk membandingkan rerata kadar MDA pre

dan post masing-masing kelompok

- Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau

dinyatakan berbeda bila plt005

53

BAB V

HASIL PENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 20 ekor tikus jantan dewasa

(Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan berat badan plusmn200 gram sebagai

sampelyang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah 10 ekor

yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dankelompok

perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) Dalam penyajian hasil ini diuraikan

uji normalitas data uji homogenitas data uji komparabilitas dan uji efek

perlakuan

51 Uji Normalitas Data

Data Kadar MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan

pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji

Shapiro-Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005)

disajikan pada Tabel 51

53

54

Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing Kelompok Sebelum

dan Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Perlakuan n p Keterangan

Kadar MDA kontrol pre

Kadar MDA perlakuan pre

Kadar MDA kontrol post

Kadar MDA perlakuan post

10

10

10

10

0965

0550

0975

0697

Normal

Normal

Normal

Normal

52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok

Data Kadar MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun

sesudah perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test

Hasilnya menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52

Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA Sebelum dan

Sesudah Perlakuan

Variabel F p Keterangan

Kadar MDA pre

Kadar MDA post

0016

0592

0901

0452

Homogen

Homogen

53 Kadar MDA

531 Uji komparabilitas

Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata kadar MDA

antar kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan

55

glutation Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada

Tabel 53 berikut

Tabel 53

Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata

Kadar MDA

SB T P

Aktivitas berlebih dan

placebo

Aktivitas berlebihdan

glutathion

10

10

518

529

028

029

089 0386

Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok

kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 518028mmoll dan rerata

kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 529029mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 089 dan nilai

p = 0386 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan

berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya tidak berbeda secara

bermakna (p gt 005)

532 Analisis efek perlakuan

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kadar MDA antar

kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation

56

Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54

berikut

Tabel 54 Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata

Kadar MDA

SB T P

Aktivitas berlebih dan

placebo

Aktivitas berlebihdan

glutathion

10

10

778

444

023

017

3672 0001

Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok

kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata

kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 444017mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 3672 dan nilai

p = 0001 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan

berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya berbeda secara

bermakna (p lt 005)

57

Gambar 51 Perbedaan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

533 Analisis Komparasi Sebelum dengan Sesudah Perlakuan

Analisis komparasi diuji berdasarkan rerata kadar MDA antara sebelum

dengan sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation Hasil

analisis kemaknaan dengan uji t-paired disajikan pada Tabel 55 berikut

Tabel 55 Analisis KomparasiKadar MDA antara Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Kelompok Beda Rerata

pre ndash post p Keterangan

Aktivitas berlebih dan placebo

Aktivitas berlebih dan

glutathion

260

085

0001

0001

Meningkat

Menurun

58

Berdasarkan uji t-paired didapatkan bahwa ada penurunan kadar MDA

pada kelompok perlakuan secara bermakna sebesar 085mmoll sedangkan pada

kelompok kontrol mengalami peningkatan secara bermakna sebesar 260mmoll

59

BAB VI

PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian

Untuk menguji efek pemberian glutation terhadap penurunan kadar MDA

maka dilakukan penelitian terhadap 20 ekor tikus jantan dewasa (Galur Wistar)

sebagai sampel yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah

10 ekor yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dan

kelompok perlakuan (pelatihan fisik berlebih dan glutation)

62 Efek Pelatihan Fisik Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA

Hasil penelitian dan analisis data terhadap kadar MDA darah pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji

normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan homogenitas (Levenersquos test) pre-test dan post-

test masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)

Uji perbandingan 1 minggu pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan

injeksi antara kedua kelompok menggunakan uji t-independent Rerata kadar

MDA kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) adalah

518028mmoll dan rerata kelompok pelatihan fisik berlebih dan glutation

adalah 529029mmoll Analisis kemaknaan dengan uji t-independent

menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna kadar MDA darah antara

kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa

kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan injeksi rerata kadar MDAnya tidak

59

60

berbeda secara bermakna

Uji perbandingan setelah pemberian placebo dan glutation antara kedua

kelompok menggunakan t-independent Rerata kadar MDA kelompok kontrol

(aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata kelompok

perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) adalah 444017mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent antara kedua kelompok sesudah diberikan

placebo dan glutation menunjukkan perbedaan kadar MDA secara bermakna

(plt005) Hal ini berarti bahwa kelompok yang diberikan perlakuan berupa

placebo dan glutation 6 jam sebelum diberikan pelatihan fisik berlebih dengan

cara merenangkan selama 60 menit hari selama 35 hari rerata kadar MDA

berbeda secara bermakna Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh

untuk melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam

organ dan pembuluh darah (Giriwijoyo 2004)

Peningkatan kadar MDA sesudah diberikan pelatihan fisik berlebih pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan disebabkan karena pelatihan fisik

berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena terjadi peningkatan konsumsi

oksigen oleh aktifitas otot skeletal Stress oksidatif memicu peningkatan senyawa

oksigen reaktif Pada pelatihan fisik berlebih juga terjadi Reperfusion Injury yang

memicu terjadinya kerusakan jaringan dan peningkatan radikal bebas (Adiputra

2008) Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara menarik elektronnya

sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan sampai kematian sel

(Suryohudoyo 2000)

Pada penelitian ini didapatkan bahwa sesudah diberikan pelatihan fisik

61

berlebih dan placebo terjadi peningkatan kadar MDA sebesar 5024 Kadar

MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel (Winarsi

2007) Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pepe

(2011) bahwa pelatihan fisik berlebih meningkatkan kadar MDA Lebih lanjut

Murray et al (2000) juga menyatakan bahwa pelatihan fisik berlebih merangsang

respon biomarker stres oksidatif Sedangkan pada kelompok perlakuan yang

diberikan aktifitas berlebih dan glutation terjadi penurunan kadar MDA sebesar

1607 Terjadinya penurunan kadar MDA pada kelompok yang diberikan

glutation 6 jam sebelum melakukan pelatihan fisik berlebih disebabkan karena

pemberian antioksidan meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan

cara mendonorkan elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa

oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsi 2007) Glutation merupakan antioksidan

endogen yaitu antioksidan yang dapat disintesa dalam tubuh dari asam amino L-

sistein L-glutamat dan glisin (Cadenas 2002) yang juga sebagai master

antioksidan yaitu antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain

Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan

Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik (Hersh 2004) Glutation

merupakan salah satu antioksidan yang tidak dapat menjadi pro oksidan (Cadenas

2002) Normalnya sekali suatu antioksidan memakan radikal bebas antioksidan

ini menjadi teroksidasi sendiri dan menyerang sel yang sehat yang disebut

sebagai pro oksidan Glutation dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang

teroksidasi tersebut menjadi bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali

dalam memakan radikal bebas (Sellman 2009) Sehingga dengan demikian

62

glutation dapat membantu dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Urso

(2003) bahwa suplementasi antioksidan dapat mengatasi kondisi stress oksidatif

yang terjadi pelatihan fisik berlebih

Uji perbandingan antara data MDA pre dan post masing-masing kelompok

digunakan uji t-paired test Berdasarkan uji ini didapatkan hasil pada kelompok

perlakuan terjadi penurunan kadar MDA secara bermakna sebesar 085 mmollt

sedangkan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan kadar MDA secara

bermakna sebesar 260mmollt Terjadi penurunan kadar MDA pada kelompok

perlakuan menunjukkan pemberian antioksidan Glutation intraperitoneal dosis

37mgkgBBhari dapat mengatasi kondisi stress oksidatif yang terjadi pada

pelatihan fisik berlebih Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh

Urso (2003)

63

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

71 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan sebagai

berikut Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA

tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

72 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah

1 Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja glutation

yang lebih detail

2 Memperhatikan takaran latihan supaya tidak berlebihan yang justru akan

meningkatkan kerusakan sel

3 Perlu dilakukan uji klinis pada manusia

63

64

DAFTAR PUSTAKA

Adiputra N 2008Kesehatan Olah Raga Available from httpwwwbalihesgorgindexphpoption=com Accessed 2011 Oct 5th

Anonim 2011 Glutathione Available at

httpenwikipediaorgwikiGlutathione Accessed 2011 Oct 5th Anonim 2011 Overtraining Available at

httpwwwmarksdailyapplecomovertraining Accessed 2011 Oct5th

Asikin N 2001Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan InKursus Penyegaran dan Pelatihan Radikal bebas dan Antioksidan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta Fakultas Kedokteran UI

Bagiada NA 2001 Proses Penuaan dan Penanggulangannya Denpasar

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hal 22 Banerjee AK Mandal A Chanda D Chahraboti S 2003 Oxidant

Antioxidant and Physical ExerciseAvailable from httpwwwncbinlmnihgovpubmed14619981 accesed 2011 Sept 2nd

Binekada MC 2002 ldquoPelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Konsentrasi dan

Motilitas Spermatozoa Mencitrdquo(tesis) Denpasar Universitas Udayana

Cadenas E Jones PD 2002Bioavailability of Glutathione In Cadenas E

Packer L editorsHandbook of Antioxidants2nd Ed New York Marcel DekkerInc p549-564

Catala A 2006Lipid PeroxidationInt J Biochem Cell Biol 38 1482-1495 Dalle-DonneI Rossi R ColomboR Giustarini D Milzani

A2006Biomarkers of Oxidative Damage in Human Disease Available from httpwwwredorbitcomnewsscience473334biomarkersof oxidative damage in human diseaseindexhtmlaccessed2011 Sept 5th

Fouad T 2007 Free radicals Types Sources and Damaging Reaction

Relations Available from

64

65

wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th

Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th

Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112

Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors

ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their

Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69

Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan

Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th

Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz

R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155

Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester

Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th

Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala

T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200

Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and

Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders

66

Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana

LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia

Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647

Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from

httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit

Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK

Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620

Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji

Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah

Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009

Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan

Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132

Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde

Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521

Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley

Medical Publicationsp 123-141

Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI

Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable

from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer

67

Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole

Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam

Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI

Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam

Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya

Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan

Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47

Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant

Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th

Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan

Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105

68

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965

Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975

Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753

Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

69

Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan

Group Statistics

Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887

Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215

Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260

Perlakuan 10 42500 23348 07383

Independent Samples Test

Levenes Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df

Sig (2-

tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence Interval of the

Difference Lower Upper

Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428

Equal variances not assumed

-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429

Post1

Equal variances assumed 592 452 367

22 18 000 333700 09087 314608 352792

Equal variances not assumed

36722 16855 000 333700 09087 314515 352885

Post2

Equal variances assumed 906 354 264

19 18 000 239500 09066 220454 258546

Equal variances not assumed

26419 16265 000 239500 09066 220307 258693

70

Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis

(Laurence amp Bacharach 1964)

2g mencit 20g tikus 400g marmot

l5Kg kelinci

20Kg kucing

40Kg kera

120Kg anjing

70Kg manusia

20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879

200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560

400 g marmot

008 057 10 225 24 52 102 315

l5Kg kelinci

004 025 044 10 106 24 45 142

20Kg kucing

003 023 042 092 10 22 41 130

40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61

120Kg anjing

0008 006 010 0022 024 052 10 31

70Kg manusia

00026 0018 0031 007 0013 016 032 10

71

Lampiran 4

Foto Penelitian

Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)

72

Lampiran 5

Data Hasil Penelitian

Kelompok Kontrol

Pre test Post test Pre test Post Test

752 647 769 694

779 670 773 664

745 660 803 653

769 643 817 677

783 653

786 684

Kelompok Perlakuan

Pre Test Post test

412 391

436 412

442 425

425 401

453 436

466 442

432 405

456 432

470 453

476 463

Page 34: PEMBERIAN INJEKSI GLUTATION INTRAPERITONEAL

16

oksidatif di dalam sel dan jaringan yang mengakibatkan hilangnya fungsi sel

jaringan dan akhirnya mati Hal ini merupakan penyebab utama proses penuaan

(Bagiada 2001)

Keadaan yang menyebabkan Stress Oksidatif ini salah satunya adalah

pelatihan fisik berat atau berlebih (Hersh 2004) Stress oksidatif dapat

dikendalikan antara lain dengan membiasakan untuk menerapkan pola hidup sehat

dan mengkonsumsi antioksidan diharapkan akan memacu kerja antioksidan

dalam tubuh

MDA merupakan hasil dari proses peroksidasi lipid meningkatnya MDA

menunjukkan adanya suatu kondisi Stress Oksidatif menurunnya MDA

menunjukkan adanya perbaikan dari kondisi Stress tersebut sehingga MDA dapat

dipakai sebagai biomarker Stress oksidatif

24 Pelatihan Fisik

241 Olahraga

Pelatihan fisik atau olahraga merupakan satu kegiatan yang penting bagi

kehidupan manusia Olahraga merupakan alternatif kegiatan yang dapat

meningkatkan derajat kebugaran fisik seseorang apabila dilakukan dengan dosis

takaran yang benar Menurut Sharkey olahraga dapat meningkatkan pengeluaran

energi dan tingkat pengeluaran tersebut berkaitan dengan intensitas dan durasi

aktifitas yang dilakukan (Sharkey 2003) Latihan fisik atau olahraga yang

memperhatikan frekuensi intensitas tipe dan waktu mendukung dalam

mendapatkan hasil yang maksimal dan menurunkan resiko cedera Latihan fisik

17

yang benar memberikan dampak perbaikan pada sistem fungsional paru dan

jantung sehingga terjadi hipertropi otot jantung penurunan detak jantung

istirahat peningkatan stroke volume peningkatan volume darah dan hemoglobin

menambah jumlah pembuluh darah kapiler serta berfungsi dalam proses

pembakaran energi (Fox 1998) Frekuensi latihan yang dianjurkan adalah 3-4x

seminggu dengan intensitas 72-87 dari denyut jantung maksimal (220-umur)

dengan variasi 10 denyut per menitTipe latihan yang dianjurkan adalah

pemanasan 15 menit kombinasi latihan aerobik dan latihan otot dalam waktu 30-

60 menit diakhiri pendinginan 10 menit (Pangkahila 2009)

Sumber energi yang dibutuhkan untuk pelatihan fisik aerobik yang

dominan didapat dari pembakaran simpanan karbohidrat lemak dan sebagian

kecil (5) dari pemecahan simpanan protein yang terdapat di dalam tubuh untuk

menghasilkan ATP (adenosine triphospate) ATP yang terdapat dalam jaringan

otot terbatas kebutuhan ATP dipertahankan oleh creatinin phosphate (CP) dan

glikogen yang tersimpan dalam otot (Hernawati 2009) Terdapat 3 jalur untuk

memberikan ATP tambahan sesuai yang dibutuhkan selama kontraksi otot

meliputi 1 Pemindahan fosfat berenergi tinggi dari kreatinin fosfat ke ADP 2)

Fosforilasi oksidatif (siklus asam sitrat dari sistem transportasi elektron) 3)

glikolisis (Sherwood 2001) Sedangkan pada aktifitas yang bersifat anaerobik

energi diperoleh dari hidrolisis phosphocreatine serta melalui glikolisis glukosa

secara anaerobik Proses ini dapat terjadi tanpa adanya oksigen (O2) Metabolisme

anaerobik ini menghasilkan asam laktat yang apabila terakumulasi dapat

menyebabkan rasa nyeri pada otot menimbulkan stress fisik Hal ini

18

menyebabkan latihan aerobik terasa lebih menyenangkan (Hernawati 2009)

Metabolisme aerobik jauh lebih efisien daripada anaerobik karena menghasilkan

38 molekul ATP per molekul glukosa versus hanya 2 molekul melalui jalur

anaerob

Pelatihan fisik atau olahraga yang teratur selain memberikan manfaat

perbaikan pada mental fisik dan fisiologis juga mempengaruhi hormon tubuh

kita antara lain (Sharkey2003)

1 Growth Hormone

Stimulasi sintesis protein (muscle tone development) dan kekuatan tulang

tendon ligament dan tulang rawan Penurunan penggunaan glukosa dan

peningkatan penggunaan lemak sebagai bahan bakar selama olahraga

Membantu mengurangi lemak tubuh dan mempertahankan glukosa darah pada

level normal sehingga membantu melakukan olahraga selama periode waktu

yang lebih lama Dilepaskannya Growth Hormone oleh kelenjar pituitari di

otak meningkat dengan meningkatnya waktu latihan aerobik

2 Endorphins

Opioid endogen dari kelenjar pituitary yang memblok rasa sakit menurunkan

nafsu makan membuat perasaan senang mengurangi tekanan dan kecemasan

Pada saat olahraga endorfin dalam darah meningkat sampai lima kali selama

aktifitas olahraga lebih dari 30 menit Endorfin membuat kita dapat melakukan

aktifitas latihan menjadi lebih tahan lama

19

3 Testosteron

Hormon yang penting untuk wanita dan pria dalam mempertahankan tonus

volume kekuatan otot meningkatkan angka rata metabolisme basal

menurunkan lemak tubuh dan merasa lebih percaya diri Diproduksi oleh

ovarium pada wanita dan testis pada laki-laki Testosteron pada wanita hanya

sepersepuluh kadar testosteron pada laki-laki Pada wanita testosteron

berperan pada pengaturan libido dan orgasme Produksi pada wanita menurun

saat menjelang menopause sedangkan pada pria pada usia memasuki usia 40

tahun Kadar testosteron darah mulai meningkat setelah 20 menit olahraga

baik pada wanita maupun pria dan tetap tinggi sampai 1-3 jam setelah

olahraga

4 Estrogen

Estrogen secara biologis aktif adalah 17 beta estradiol meningkatkan

pemecahan lemak dari lemak tubuh sehingga dapat digunakan sebagai sumber

tenaga meningkatkan rata-rata metabolisme basal meningkatkan mood

meningkatkan libido Hormon ini disekresi oleh ovarium meningkat saat

olahraga dan tetap meningkat sampai 1-4 jam setelah olahraga

5 Thyroxine (T4)

Hormon yang diproduksi oleh kelenjar tiroid meningkatkan metabolisme

hampir semua sel dalam tubuh Peningkatan metabolisme ini membantu kita

merasa lebih energik dan juga menyimpan kalori penting untuk penurunan

berat badan Kadar tiroksin dalam darah meningkat sekitar 30 selama

20

olahraga dan tetap meningkat sampai beberapa jam sesudahnya Olahraga

yang teratur juga meningkatkan level tiroksin saat istirahat

6 Epinephrine

Hormon yang diproduksi oleh medulla adrenal yang meningkatkan jumlah

darah yang dipompa oleh jantung dan mengarahkan aliran darah ke tempat

yang diharapkan Stimulasi pemecahan glikogen (karbohidrat yang disimpan)

dalam otot yang aktif dan hati untuk digunakan sebagai sumber tenaga

Menstimulasi pemecahan lemak (lemak yang disimpan dalam otot yang aktif)

dan digunakan sebagai sumber tenaga Sejumlah epinefrin yang dilepaskan

berhubungan dengan intensitas dan durasi latihan

7 Insulin adrenalin

Hormon yang penting dalam mengatur gula darah dan asam lemak (lemak)

dan asam amino (protein) dalam sel Sekresi insulin oleh pancreas meningkat

sehubungan dengan respon meningkatnya kadar gula darah dan protein yang

biasa terjadi setelah makan Semakin banyak gula sederhana yang dikonsumsi

semakin tinggi respon insulin Meningkatnya insulin menyebabkan produksi

lemak sehingga insulin sering disebut sebagai hormon lemak atau fat

hormone Pada orang dengan berat badan berlebih terjadi resistensi insulin

sehingga diperlukan insulin dalan jumlah yang lebih besar untuk didapatkan

efek yang sama sehingga didapatkan kadar insulin darah yang lebih tinggi dan

latihan aerobik setiap hari Kadar insulin darah mulai menurun 10 menit saat

olahraga dan terus menurun sekitar 70 menit olahraga Olahraga yang teratur

juga meningkatkan sensitivitas sel terhadap insulin dalam keadaan istirahat

21

8 Glucagon

Hormon yang diproduksi oleh pankreas tugasnya meningkatkan kadar gula

darah Saat gula darah rendah glukagon disekresi dan menyebabkan simpanan

karbohidrat di dalam hati dilepaskan ke aliran darah untuk meningkatkan

kadar gula mencapai kadar normal Glukagon juga menyebabkan

dipecahkannya lemak sehingga dapat digunakan sebagai bahan bakar atau

sumber tenaga Glukagon mulai disekresi pada 30 menit awal olahraga ketika

gula darah mulai menurun

242 Pelatihan Fisik Berlebih

Pelatihan fisik berlebih menimbulkan gangguan pada sistem endokrin

terjadi peningkatan kadar kortisol dan penurunan kadar testosteron (Maffetone

2007) peningkatan ACTH penurunan LH plasma

Sindrom pelatihan fisik berlebih dalam jangka panjang mengakibatkan

terjadinya inflamasi infeksi yang lebih lanjut dapat mempengaruhi kesehatan

secara umum Aktifitas berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena

terjadi peningkatan konsumsi O2 oleh aktifitas otot skeletal Meskipun oksigen

dibutuhkan oksigen juga bersifat toksik yang dapat memicu peningkatan ROS

Pada organ yang tidak mendapat oksigen dan nutrisi yang cukup akan

menimbulkan keadaan iskemik dan kerusakan mikrovaskular Keadaan ini disebut

sebagai Reperfusion Injury yang memicu terjadinya kerusakan jaringan dan

peningkatan Radikal Bebas

22

Pelatihan fisik berlebih meningkatkan terbentuknya Radikal Bebas

(Adiputra 2008) Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh untuk

melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam organ dan

pembuluh darah (Giriwijoyo 2004) Apabila berlebih menyebabkan kerusakan

sel dengan 3 cara (Kumar et al2005 Ebenhardt 2001)

1 Kerusakan DNA mengakibatkan mutasi DNA bahkan kematian sel

2 Peroksidasi lipid membrane sel dan sitosol menyebabkan terjadinya proses

reduksi asam lemak sehingga mengakibatkan kerusakan membran dan organel

sel

3 Modifikasi protein teroksidasi oleh karena cross linking protein

Bila radikal bebas bertemu dengan asam lemak tak jenuh ganda daalam

membrane sel terjadi reaksi peroksidasi lipid membran sel menyebabkan

peningkatan fluiditas membran gangguan integritas membran dan inaktivasi

ikatan membran dengan enzim dan reseptor Tahap akhir dibebaskan aldehyde

seperti malondealdehyde pentane etana conjugated diane yang bersifat merusak

tubuh (Murray et al2000)

Pelatihan fisik berlebih menyebabkan terjadinya peningkatan lekosit atau

lekositosis peningkatan isoprostan dalam urin protein carbonil (73) catalase

(96) glutation peroksidase serta glutation teroksidasi (25) Dapat

disimpulkan pelatihan fisik berlebih merangsang respon biomarker stres oksidatif

(Murray et al 2000) Proses penuaan mengakibatkan penurunan sistem imun

sehingga meningkatkan resiko infeksi Menurut teori aktifitas sedang dapat

menangkal efek proses penuaan yang diakibatkan penurunan sistem imun Studi

23

yang dilakukan Shepard dan Shek menunjukkan bahwa aktifitas sedang dapat

ditoleransi dengan baik oleh individu lanjut usia dan menunjukkan penurunan

stimulasi proliferasi limfosit

Gejala ndash gejala yang dirasakan apabila melakukan pelatihan fisik berlebih

(overtraining) (Maffetone 2007)

1 Sering mengalami kegagalan dalam melakukan latihan yang biasanya kita

lakukan Kondisi fisik menjadi semakin lemah dan semakin lambat terjadi

kemunduran

2 Kehilangan otot dan terjadi penimbunan lemak Latihan fisik berlebih

meyebabkan rasio testosteron kortisol yang seharusnya positif yang berarti

lebih banyak otot dan lebih sedikit lemak menjadi negatif yang berarti cortisol

lebih tinggi dibanding testosteron yang berarti terjadi peningkatan resistensi

insulin dan penimbunan lemak

3 Merasa lemas mudah tersinggung sulit tidur

4 Persendian tulang dan anggota tubuh terasa sakit

Terjadinya DOMS (delayed onset muscle soreness) menunjukkan teknik

latihan yang salah atau postur saat latihan yang tidak tepat DOMS merupakan

respon alami yang akan hilang dalam waktu sehari atau 2 hari tetapi apabila

nyeri berkepanjangan menunjukkan adanya overtraining

5 Sering tiba-tiba jatuh sakit

Latihan fisik berlebih menurunkan sistem imun tubuh kita sehingga menjadi

lebih mudah sakit

24

Latihan fisik berat jangka panjang berkaitan dengan cedera serat

ototKerusakan yang terjadi berhubungan dengan intensitas durasi dan tipe

latihan Ketika cell death terbentuk jaringan nekrotik dibuang oleh sel fagosit

sel satelit teraktivasi menuju ke area yang cedera menjadi myoblast dan

selanjutnya menjadi serat otot Enzim otot yang dilepaskan tidak sepenuhnya

merefleksikan kerusakan struktural yang diperkirakan oleh analisis histologis

Perubahan penanda biologis cedera otot (seperti aktifitas kreatin kinase (CK)

lactate dehydrogenase (LDH) atau konsentrasi malondialdehyde di plasma

(MDA)) sering diperiksa selama overtraining Serum aktivitas CK dan

konsentrasi MDA plasma dapat gagal meningkat saat overtraining perubahan

parameter biokimia hanya merefleksikan otot dengan beban berlebih Setelah

olahraga yang lama pro-inflammatory cytokines diproduksi lokal pada otot

skeletal

Tanda dan gejala fisik latihan fisik berlebih (overtraining)

- Denyut jantung atau nadi yang meningkat saat istirahat

- Tidak toleransi terhadap latihan

- Penampilan yang menurun

- Penurunan berat badan berkurangnya massa otot tidak nafsu makan

- Kelelahan chronic fatigue lethargy

- Nyeri dan kerusakan otot nyeri sendi

- Mudah terserang flu pembengkakan kelenjar getah bening di leher

selangkangan dan ketiak

- Konstipasi atau diare

25

- Gangguan haid gangguan makan gangguan tidur

- Sakit kepala gangguan pencernaan

- Pemulihan yang berlangsung lambat setelah latihan

- Sendi otot tendon terasa kaku dan sakit

Tanda dan gejala psikologis

- Lelah capek kekurangan tenaga

- Insomnia sakit kepala tidak mampu untuk beristirahat

- Depresi gelisah cemas apatis

- Menurunnya kepercayaan diri

- Menurunnya kemampuan untuk berkonsentrasi

- Mudah stress

Efek biokimia dari Latihan Fisik Berlebih

- Meningkatnya serum kortisol dan SHBG

- Menurunnya serum total dan free testosterone rasio testosteron kortisol

- Menurunnya glikogen otot

- Menurunnya serum hemoglobin besi dan ferritin

Faktor yang mempengaruhi terjadinya overtraining

- Jetlag

- Bekerja terlalu keras

- Menstruasi

- Nutrisi gaya hidup yang buruk

- Kurang istirahat

- Terlalu banyak mengkonsumsi alkohol

26

- Kurangnya kemampuan mengatasi stress

Penanganan overtraining atau Latihan Fisik berlebih

- Massage

Massage pada jaringan dalam dapat melepaskan otot yang tegang

mempertahankan keseimbangan sistem muskulo-skeletal Pemijatan atau

massage yang teratur dapat membantu mencegah cedera yang mungkin

terjadi karena overuse

- Menggunakan roller busa

Penggunaan roller busa memungkinkan kita dapat melakukan massage

atau pemijatan sendiri Kita dapat juga memakai yang berbentuk bola atau

bola tenis untuk membantu menghilangkan rasa sakit Pemijatan ini dapat

dilakukan di tungkai lutut hamstring bahu punggung atau otot atau sendi

manapun

- Terapi suhu kontras

Air pancuran hangat dan dingin bergantian menstimulasi tubuh untuk

pulih lebih cepat Otot membawa impuls yang terasa pada kulit bagian

dalam tubuh di mana terjadi stimulasi sistem imun memperbaiki sirkulasi

dan pencernaan mempengaruhi produksi hormon stress meningkatkan

aliran darah mengurangi sensitivitas nyeri

- Pengaturan makanan

Membantu proses pemulihan penting untuk mengkonsumsi makanan

tinggi karbohidrat protein dan lemak sehat seperti Omega 3 omega 6

omega 9 asam lemak esensial Karbohidrat memberikan sumber tenaga

27

pada tubuh dan otak asam lemak esensial membantu mengurangi depresi

memperbaiki pemulihan protein akan membangun kembali otot yang

mengalami overtraining

- Mengkonsumsi vitamin

Ketika terjadi overtraining suplementasi sangat menguntungkan Vitamin

dan suplementasi mineral sebaiknya dikonsumsi pagi hari bersama dengan

makanan untuk penyerapan yang lebih baik

Defisiensi Vitamin yang biasa terjadi

- Vitamin A (Beta-Caroten)

- Vitamin B kompleks vitamin B12

- Vitamin C D E K

- Asam Folat

Defisiensi Mineral yang biasa terjadi

- Calcium

- Chromium

- Copper Iodine Iron

- Magnesium Fosfor

- Potassium

- Sodium

- Sulfur

- Zinc

28

25 Antioksidan

Radikal Bebas merupakan senyawa reaktif yang secara alami diproduksi

oleh tubuh manusia Radikal Bebas memberikan efek positif atau efek negatif

Untuk membatasi efek negatif tersebut dibutuhkan kompleks proteksi ndash sistem

antioksidan Sistem ini terdiri dari enzim antioksidan (katalase glutation

peroksidase superoksid dismutase) dan antioksidan non enzimatik ( vitamin E-

tokoferol vitamin A- retinol vitamin C- asam askorbat) Keseimbangan antara

produksi radikal bebas dan pertahanan antioksidan menunjukkan tingkat stress

oksidatif yang mungkin terlibat dalam proses penuaan dan pada beberapa

patologi (misalnya kanker Parkinson) (Winarsi 2007)

Latihan fisik juga meningkatkan stress oksidatif dan menyebabkan

gangguan homeostasis Latihan memberikan efek positif dan efek negatif

tergantung dari beban latihan spesifikasi latihan dan tingkat basal latihan Stress

oksidatif terlibat dalam terjadinya muscular fatigue dan mengarah ke

overtraining

Definisi antioksidan menurut Cadenas adalah suatu senyawa yang apabila

terdapat dalam jumlah yang lebih banyak dibanding senyawa yang teroksidasi

secara signifikan dapat menunda atau mencegah proses oksidasi senyawa tersebut

(Cadenas 2002) Secara kimia antioksidan adalah senyawa pemberi electron

Secara biologis antioksidan adalah senyawa yang mampu menangkal dan

meredam dampak negative oksidan dalam tubuh Antioksidan mendonorkan satu

elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa oksidan tersebut dapat

dihambat (Winarsi 2007)

29

Penting sekali keseimbangan antara oksidan dan antioksidan karena

berfungsi menjaga integritas dan berfungsinya membrane lipid protein sel dan

asam nukleat Senyawa asam lemak tak jenuh penyusun membrane lipid sangat

sensitive terhadap perubahan keseimbangan antara oksidan dan antioksidan

Menurut mekanisme kerjanya antioksidan dikelompokkan atas 3 yaitu

1 Antioksidan primer SOD katalase glutation peroksidase (GSH-Px)

Bekerja pembentukan senyawa radikal bebas yang telah terbentuk menjadi

molekul yang kurang aktifSedangkan antioksidan primer yang dapat

ditambahkan dari luar seperti glutation asam lipoat SOD melatonin

2 Antioksidan sekunder vitamin E vitamin C beta karoten flavonoid asam

urat albumin (Soewoto 2001)

Merupakan antioksidan eksogenous atau non enzimatis (Winarsi 2007)

Bekerja dengan cara memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal bebas

atau dengan cara menangkapnya

3 Antioksidan tertier meliputi system enzim DNA-repair dan metionin

sulfoksida reduktase Berfungsi dalam perbaikan biomolekuler yang rusak

akibat reaktivitas radikal bebas

26 Glutation sebagai antioksidan

Glutation merupakan tripeptida yang terdiri dari asam amino glutamat

sistein dan glisin (Cadenas 2002)Ikatan glutamat ndash sistein merupakan ikatan

isopeptida antara grup γ-karboksil dari glutamat dan grup α amino dari

sisteinIkatan unik ini membuat gluation tahan terhadap degradasi oleh proteases

30

dan peptidases yang berfungsi pada peralihan proteinMerupakan suatu

antioksidan yang mencegah kerusakan komponen seluler oleh reactive oxygen

species seperti radikal bebas dan peroksidGlutation bukan nutrisi esensial karena

disintesa di dalam tubuh dari asam amino L-sistein L-glutamic acid dan glycine

Gambar 21 Struktur GSH dan GSSG

Glutation terdapat pada sebagian besar sel tubuh tetapi terbanyak terdapat

di dalam hati Grup thiol (SH) dari sistein berfungsi sebagai donor proton dan

bertanggungjawab untuk aktifitas biologis glutation Provisi asam amino ini

merupakan faktor yang terbatas dalam sintesis glutation oleh sel karena sistein

relatif jarang pada makanan Apabila dilepaskan sebagai asam amino bebas

sistein adalah toksik dan secara spontan dikatabolisasi di saluran pencernaan dan

plasma darah

Glutation disintesis dalam 2 tahap

1 Gamma-glutamylcysteine disintesa dari L-glutamate dan sistein melalui enzim

gamma-glutamylcysteine sintetase (glutamate cysteine ligase GCL)

31

2 Glisin ditambahkan pada C-terminal dari gamma-glutamylcysteine melalui

enzim glutation sintetase

261 Fungsi Glutation

Glutation terdapat dalam bentuk tereduksi (GSH) dan teroksidasi (GSSG)

Grup thiol dari sistein mampu memberikan donor elektron ke molekul lain yang

tidak stabil seperti Reactive Oxygen Species (ROS) Pada saat mendonorkan

elektronnya glutation menjadi reaktif dan segera bereaksi dengan glutation reaktif

lainnya membentuk glutation disulfide (GSSG)Reaksi mungkin terjadi apabila

terdapat konsentrasi yang cukup tinggi di sel (sampai 5mm di hati) GSH dapat

terbentuk kembali dari GSSG oleh enzim glutation reduktase Pada sel atau

jaringan yang sehat terdapat lebih 90 dari total simpanan glutation terdapat

dalam bentuk tereduksi (GSH) dan kurang dari 10 dalam bentuk disulfide

(GSSG)

GSH ---- GSSG

Eliminasi ROS Menjaga protein thiols Antioxidant

dalam bentuk reduksi pools

Gambar 22 GSH Redox (Cadenas 2002)

GSH Redox merupakan indikator sentral keseimbangan antara stress

oksidatif dan system antioksidan GSH Redox berkaitan dengan detoksifikasi

Reactive Oxygen Species (ROS) berfungsi dalam mempertahankan tersedianya

antioksidan mempertahankan protein thiol dalam bentuk reduksi Rasio

32

GSHGSSG sering dipakai untuk mengekspresikan keseimbangan redox ini

Peningkatan rasio GSH-GSSG merupakan indikasi adanya Stress Oksidatif

(Goldman 2003)

Glutation mempunyai beberapa fungsi (Winarsih 2007)

- Sebagai antioksidan endogen mayor yang diproduksi oleh sel berpartisipasi

langsung pada netralisasi radikal bebas dan senyawa oksigen reaktif

mempertahankan antioksidan eksogen seperti vitamin C dan E pada bentuk

tereduksi (aktif)

- Pengaturan siklus nitric oxide yang sangat penting untuk kehidupan tetapi

dapat menjadi masalah apabila tidak teregulasi Digunakan untuk reaksi

metabolism dan biokimia seperti sintesis dan perbaikan DNA sintesis protein

sintesis prostaglandin transport asam amino dan aktivasi enzim Tiap sistem

di dalam tubuh kita dapat dipengaruhi oleh sistem glutation khususnya sistem

imun sistem saraf sistem gastrointestinal dan paru

Gambar 23 Detoksifikasi Lipid Hydroxyperoxides di usus halus

33

GSH yang ditransportasikan kedalam lumen digunakan untuk detoksifikasi

peroksid yang terbentuk dari makanan oleh glutation peroksidase (GSH Px)

Proses ini membutuhkan peroksid dan glutation yang tersedia di sel epitel GSSG

yang terbentuk direduksi kembali menjadi GSH oleh GSSG reduktase (GSSG

Rx) menggunakan NADPH sebagai reduktan

262 Suplementasi Glutation

Meningkatkan level GSH melalui suplementasi glutation langsung sulit

Penelitian terakhir menyatakan bahwa secara oral tidak diabsorpsi baik melalui

saluran pencernaan Studi mengenai konsumsi oral akut glutation dengan dosis

sangat besar 3 gram Witschi dan tim menemukan lsquoadalah tidak mungkin

meningkatkan glutation yang bermanfaat secara klinis dengan dosis tunggal 3

gram glutationrsquo

Glutation terdapat pada makanan sehari-hari sampai 150mghari dapat

diabsorpsi melalui intak di usus halus Individu sehat dengan asupan sulfur asam

amino (1-2 gramhari) jumlah GSH mungkin tidak cukup untuk mendapatkan

efek penting secara sistemik Individu dengan asupan sulfur asam amino yang

terbatas suplementasi GSH diperlukan untuk mempertahankan suplai GSH

sistemik dengan memperbaiki keseimbangan sulfur asam amino (Cadenas 2002)

Glutation hanya diabsorpsi di sel epitel oral dan traktus gastrointestinal

dan memberikan keuntungan kesehatan spesifik pada jaringan tersebut(Cadenas

2002)

34

SUPLAI HILANG

Makanan suplemen Degradasi

GSH

Empedu LUMINAL Uptake

Epitel Reaksi Detoksifikasi

Gambar 24 Supply dan Removal Glutation dalam lumen usus halus (Cadenas 2002) Glutation (GSH) disuplai ke dalam lumen intestinal melalui konsumsi oral

empedu dan sekresi epitel intestinal Jumlah yang disuplai dari empedu cukup

untuk mempertahankan jumlah 200microM pada tikus tetapi tidak cukup pada

manusia yang mengalami degradasi di duktus kantung empedu Jumlah yang

dikonsumsi melalui makanan bervariasi dan secara umum kurang dari 200 microM

Jumlah yang diberikan melalui epitel hanya sekitar 10 atau kurang

dibandingkan dengan yang disediakan oleh empedu Hilangnya Glutation karena

degradasi oleh γ-glutamyltranspeptidase dan dipeptidases pada permukaan sel

epitel ditransportasikan ke dalam sel oleh mekanisme sodium-dependent dan

sodium-independent konjugasi dengan elektrofil reaktif dikatalisasi oleh

glutathione-S transferase mucus (Cadenas 2002)

Vitamin D meningkatkan level glutation di otak dan tampaknya sebagai

katalis untuk produksi glutation Sejumlah vitamin D aktif di otak berikatan

dengan seberapa besar vitamin D3 baik melalui suplemen atau dibentuk di kulit

melalui paparan matahariHal ini menyatakan bahwa mengkonsumsi vitamin D

35

dan atau mendapat cukup paparan matahari meningkatkan produksi glutation

(Sellman 2009)

Konsentrasi glutation di plasma dan hati dapat ditingkatkan dengan

mengkonsumsi suplemen tertentu yang disebut GSH precursors N-asetilsistein

atau NAC glutation precursor yang paling memungkinkan Suplemen lain S-

adenosilmetionin (SAMe) dan whey protein juga dapat meningkatkan glutation

dalam sel (Sellman 2009)

NAC tersedia dalam bentuk obat dan sebagai suplemen generik Alpha

lipoic acid juga dapat mempertahankan glutation intraselular Melatonin dapat

menstimulasi enzim yang berkaitan glutation peroksidase dan silimarin ekstrak

dari biji tanaman milk thistle (Silybum marianum) juga mempunyai kemampuan

memperbarui level glutation

Glutation diatur dengan ketat di intraseluler dan dibatasi produksinya oleh

feedback negative inhibisi sintesisnya sendiri melalui enzim gamma-

glutamilsistein sintetase sehingga meminimalisir kemungkinan terjadinya

overdosis Penambahan glutation menggunakan precursor atau glutation intravena

adalah strategi untuk mengatasi defisiensi glutation stress oksidatif tinggi

defisiensi imun

Glutation yang rendah menunjukkan adanya pembuangan dan

keseimbangan negatif nitrogen seperti pada kanker AIDS sepsis trauma

terbakar dan bahkan atlet overtraining Suplementasi glutation dapat

memperbaiki proses ini dan contohnya pada AIDS memberi hasil adanya

perbaikan survival rates Bagimanapun studi mengenai kondisi ini belum dapat

36

membedakan glutation rendah sebagai akibat secara akut (pada pasien sepsis) atau

secara kronis (HIV) meningkatkan stress oksidatif dan peningkatan patologi

sebagai akibat defisiensi yang sudah ada sebelumnya

Skizofrenia dan gangguan bipolar berhubungan dengan glutation yang

rendah Stress oksidatif mungkin salah satu faktor dasar patofisiologi gangguan

bipolar gangguan depresif mayor dan skizofrenia Glutation (GSH) adalah

pemakan radikal bebas mayor di otakTidak adanya GSH meningkatkan

kerentanan sel terhadap stress oksidatif ditandai asetilsistein dapat mengurangi

gejala kedua gangguan tersebut

Glutation merubah level stress oksidatif pada sel yang diisolasi di

laboratorium sehingga dapat mengurangi perkembangan kanker Tes ini tidak

dilakukan pada manusia

Glutamat yang berlebihan di sinaps yang dapat dilepaskan pada kondisi

seperti cedera otak dapat menghambat pengambilan sistein senyawa pembentuk

glutation yang pentingTanpa proteksi dari cedera oksidatif oleh glutation sel-sel

dapat rusak atau mati (Sellman 2009)

Glutation juga mempunyai fungsi lain sebagai berikut (Sellman 2009)

Mencerahkan kulit

Mencegah menghilangkan jerawat dan bekas jerawat

Menghilangkan noda hitam

Anti aging dan anti kerut

Memberi nutrisi kulit

Membantu pemulihan luka

37

Membuat kulit menjadi halus segar dan bersinar

Kondisi kesehatan yang berhubungan dengan defisiensi glutation

Peningkatan proses penuaan

Kesulitan dalam keseimbangan

Gangguan mental

Masalah koordinasi

Gangguan sistem saraf

Akhir-akhir ini dipercaya sebagai penyebab lesi otak

Kanker HIV Katarak Diabetes Mellitus

Jumlah sperma yang rendah

263 Glutation Precursor (Sellman 2009)

Glutation Precursor disebut juga sebagai building-block dari glutation

yaitu N-asetilsistein atau NAC dan whey protein tidak terdenaturasi

Nasetilsistein adalah obat farmasi yang biasa digunakan bertahun-tahun untuk

mengobati overdose asetaminofen Hal ini sangat efektif ketika diberikan dalam

dosis besar di ruang darurat ketika seseorang akan mengalami gagal hati karena

overdosis asetaminofen komposisi aktif dari Tylenol

Efek sampingnya adalah bercak-bercak kemerahan bersin mual

anafilaksis reaksi alergi yang berupa kesulitan bernafas karena bronkospasme

tekanan darah menurun angioedema muntah kram diare Walaupun jarang

kematian pernah dilaporkan karena N-asetilsistein Beberapa orang mendapatkan

rasa dan bau yang tidak dapat diterima karena kandungan sulfur di dalamnya

38

Pengggunaan teratur untuk menaikkan kadar glutation tidak direkomendasikan

untuk anak-anak dan bayi Masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk

menentukan keamanan N-asetilsistein untuk penggunaan jangka panjang

Whey protein tidak terdenaturasi merupakan nutraceutical atau medicinal

foodSenyawa ini memberikan ikatan sistein ke sel-sel di mana glutation dapat

terbentuk di tempat tersebut

Beberapa kondisi yang tidak dapat mengkonsumsi whey protein

- Pasien dengan alergi protein susu

- Pasien dengan diet rendah protein

- Pasien yang sedang menjalani terapi imunosupresif

Efek sampingnya adalah kembung perut kram urtikaria Efek samping

karena overdosis tidak terjadi karena sel hanya membuat sebatas yang dibutuhkan

apabila berlebih kelebihan disimpan di hati dan ginjal sampai suatu saat kalau

dibutuhkan

264 Sumber Glutation dari makanan

Sumber glutation dari makanan yang disarankan adalah asparagus bayam

brokoli bawang putih kale bawang watercress kol Brussel sprout beberapa

bumbu seperti kunyit kayu manis semangka alpukat anggur peach jeruk

walnut granola daging kalkun dan daging ayam keju cottage dan yoghurt

39

Tabel 21 Makanan yang mengandung Glutation (Cadenas2002)

GSH Food Group mg100 g mgsaji Buah segar Apel 33 46 Pisang 41 48 Anggur 79 146 Jeruk 73 106 Semangka 66 283 Sayuran segar Asparagus dimasak 283 263 Alpukat 277 313 Brokoli dimasak 91 78 Wortel mentah 79 59 Tomat 90 109 Daging Hamburger 175 149 Ham rebus 233 13 Ayam digoreng 131 134 Sereal biji-bijian Cornflakes 00 00 Roti whole wheat 12 06 Roti putih 00 00 Nasi putih enriched dimasak 16 21 Produk Susu Susu whole 00 00 Keju Amerika 00 00 Yoghurt plain lowfat 00 00 Es krim 10 lemak 00 00

40

BAB III

KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

31 Kerangka Berpikir

Faktor penyebab penuaan antara lain faktor internal dan faktoreksternal

Faktor internal meliputi radikal bebas glikosilasi metilasi hormon yang

berkurang apoptosis system kekebalan tubuh yang menurun genetik Faktor

eksternal meliputi gaya hidup tidak sehat polusi lingkungan stress kemiskinan

kebiasaan yang salah olahraga berlebihan (overtraining) Berbagai faktor di atas

menyebabkan terjadinya penurunan fungsi tubuh dan terjadilah penuaan

Kerangka konsep penelitian berdasarkan teori bahwa salah satu penyebab

penuaan adalah radikal bebas Bila jumlah radikal bebas melebihi jumlah

antioksidan di dalam tubuh terjadilah stress oksidatif Radikal bebas dapat

merusak membran sel protein DNA dan berakibat fatal bagi kelangsungan hidup

sel jaringan Stress oksidatif yang berlangsung lama akan mengakibatkan

terjadinya penumpukan hasil kerusakan oksidatif di dalam sel dan jaringan

selanjutnya sel dan jaringan tersebut akan kehilangan fungsinya dan akhirnya

mati

Olahraga berlebih meningkatkan stress oksidatif karena terdapat

peningkatan konsumsi O2 oleh aktivitas otot skeletal Oksigen juga dapat bersifat

toksik yang dapat memicu peningkatan Reactive Oxygen Species (ROS)Organ

yang tidak mendapat cukup oksigen dan nutrisi menjadi iskemik dan terjadi

kerusakan mikrovaskular (Reperfusion Injury) memicu peningkatan radikal

40

41

bebas Dengan pemberian antioksidan Glutation yang merupakan antioksidan

master diharapkan dapat mencegah kerusakan lebih lanjut yang diakibatkan oleh

radikal bebas dengan cara melindungi sel dari Reactive Oxygen Species (ROS)

dan dapat dilihat melalui parameter MDA yang mengalami penurunan

32 Konsep Penelitian

Konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Gambar 31 Konsep Kadar MDA pada tikus yang diberikan Pelatihan Fisik Berlebih+ Placebo dan Pelatihan Fisik Berlebih + Glutation

FAKTOR INTERNAL

- Jenis Kelamin

- Usia

- Genetik

- Hormon

- Psikologis

FAKTOR EKSTERNAL

- Makanan

- Cuaca iklim

- Penyakit

- Exercise

GLUTATION

TIKUS

KADAR MDA

42

33 Hipotesis

Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan kadar MDA

tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

43

BAB IV

METODE PENELITIAN

41 Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksterimental dengan rancangan

randomized pre test-post test control group design (Poccock et al 2008)

Subyek terdiri dari 2 kelompok yaitu

1 Kelompok 1 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+ Placebo

2 Kelompok 2 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation

Semua kelompok sebelum perlakuan diberikan pre test (O1 O3) dan

dihitung rerata untuk masing-masing kelompok

Setelah perlakuan semua kelompok diberikan post test (O2 O4) dan

dihitung rerata untuk masing-masing kelompok

Kemudian dihitung perbedaan rerata antara pre test dan post test dari

masing-masing kelompok lalu hasil perbedaan tersebut dibandingkan secara

statistik

Gambar 41 Rancangan Penelitian

P S

43

R R

O1 P1 O2

O3 P2 O4

44

Keterangan

P = populasi

S = sampel

R = random

O1 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah mendapatkan

pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan placebo (pre test)

O2 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah diberikan pelatihan

fisik berlebih setelah diberikan placebo (post test)

O3 = observasi data MDA kelompok perlakuan setelah diberikan

pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan Glutation (pre test)

O4 = observasi data MDA kelompok perlakuan diberikan pelatihan fisik

berlebih setelah diberikan Glutation (post test)

P1 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih+ placebo

P2 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation

42 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran

Universitas Udayana pada bulan Januari ndash Maret 2012 Pemeriksaan MDA darah

tikus dikerjakan di bagian Program Antar Unit Universitas Gajah Mada

Jogyakarta

45

43 Populasi dan Sampel

431 Populasi

Subyek penelitian adalah tikus jantan dewasa galur Wistar yang berusia 2-

25 bulan dan dalam kondisi fisik sehat

432 Kriteria Sampel

4321 Kriteria Inklusi

Kriteria Inklusi yang ditetapkan sebagai sampel adalah sebagai berikut

a Tikus jantan dewasa galur Wistar

b Umur 2-25 bulan

c Berat badan plusmn200 gram

d Sehat

e MDA ge 5mmollt

4322 Kriteria Drop Out

Adalah sampel yang mati pada waktu penelitian

433 Besar Sampel

Besar sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini dihitung berdasarkan

rumus Poccock (2008)

Angka μ1 (5) dan μ2 (12) didapatkan dari penelitian sebelumnya (Ji 1998)

n=

46

= asymp 7

Keterangan

n = jumlah sampel

σ = standar deviasi kelompok perlakuan dengan pemberian

glutation (15)

f ( ) = besarnya didapat dari tabel (Poccock 2008)

μ1 = rerata hasil MDA pada kelompok perlakuan sesudah

pemberian glutatioacuten (5)

μ2 = rerata hasil MDA pada kelompok pre test (12)

Jadi jumlah sampel (n) = 675 dan ditambah 3 ekor tikus untuk masing-

masing kelompok sebagai cadangan Jadi total 20 ekor tikus dengan 10

ekor tikus untuk masing-masing kelompok

434 Teknik Pengambilan Sampel

Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat

sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi diambil secara acak

sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi

2 kelompok yaitu kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+placebo kelompok

dengan pelatihan fisik berlebih + glutation

47

44 Variabel Penelitian

441 Klasifikasi Variabel

Variabel penelitian dibedakan menjadi

1 Variabel Bebas dosis pemberian glutation

2 Variabel Tergantung kadar MDA

3 Variabel Terkendali varian tikus jantan (galur wistar) jenis

kelamin umur berat badan lingkungan

(pencahayaan suhu kelembaban nutrisi

kandang)

Gambar 42 Bagan Hubungan Antar Variabel

VARIABEL BEBAS

- Pelatihan fisik berlebih

- Glutation 37mg kgBBhari

VARIABEL TERGANTUNG

KADAR MDA

VARIABEL TERKENDALI

Varian tikus

Jenis kelamin umur berat badan

Pencahayaan suhu kelembaban nutrisi kandang

Makanan minuman

48

442 Definisi Operasional Variabel

1 Pelatihan fisik berlebih pada tikus adalah pelatihan yang berlebihan

yang diukur berdasarkan kemampuan maksimal berenang tikus pada

ember berdiameter 35 cm dengan kedalaman air 20 cm yang

dilakukan 60 menithari selama 35 hari pada waktu yang sama pada

suhu 32 derajat (Binekada 2002 dan Pepe2011)

2 Glutation yang diberikan adalah Glutation Teofarma injeksi sediaan

600mg 4 ml Dosis pemberian Glutation adalah pemberian sediaan

antioksidan Glutation dalam bentuk suntikan intraperitoneal yang

diberikan 1x sehari dan diberikan 6 jam sebelum pelatihan fisik

berlebih Dosis pemberian Glutation mengacu pada penelitian yang

dilakukan sebelumnya oleh Ji L L yaitu 37mgkgBBhari yang

dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril secara intraperitonial

3 MDA merupakan salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada

membran sel dan merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan

oleh radikal bebas Pengukuran kadar MDA menggunakan metode

Thiobarbituraic Acid Reactive Substances (TBARS) Pembacaan hasil

dengan menggunakan spektrofotometer Satuan MDA dalam mmoll

4 Cahaya suhu dan kelembaban merupakan kondisi lingkungan yang

dialami tikus jantan dewasa Pada penelitian ini kondisi lingkungan

selama percobaan dibuat sama

5 Berat badan tikus adalah berat badan yang ditimbang dengan

timbangan gram

49

6 Umur tikus adalah umur yang ditentukan dengan melihat tanggal

kelahiran yang dicatat pada kandang percobaan

7 Kondisi peneliti yang meliputi kesehatan fisik dan psikis peneliti

Penelitian dilaksanakan saat kondisi peneliti dalam keadaan baik

sehingga pengaruhnya terhadap hasil penelitian dapat diabaikan

45 Bahan dan Alat Penelitian

451 Bahan Penelitian

Glutation injeksi

Tikus jantan

Makanan tikus berupa pellet dan air minum dari air ledeng

Aquades steril

EDTA (Ethylenediamine tetraacetic acid)

Reagensia untuk pengukuran kadar MDA

452 Alat Penelitian

Alat yang dipakai dalam pengambilan data penelitian ini adalah

- Kandang tikus terbuat dari besi yang di dalamnya terdapat sekam dan

botol minuman

- Ember berdiameter 35 cm dan kedalaman air 20 cm

- Stopwatch

- Timbangan

- Spuit injeksi 1 ml

50

- Sarung tangan

- Kapas dan alkohol 70

- Tabung Evendorf

- Mikropipet

- Pipet kapiler

- Sentrifugasi

46 Prosedur Penelitian

1 Tikus jantan dewasa (Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan

berat badan plusmn200gram dilakukan aklimatisasi selama 2 minggu di

tempat penelitian untuk penyesuaian dengan lingkungan

2 Semua sampel tikus diberi perlakuan yang sama yaitu diberikan

pelatihan fisik berlebih dengan cara berenang sampai kelelahan pada

hari ke 7 kedua kelompok tersebut dilakukan pemeriksaan MDA

3 Mulai hari ke 8 ndash 35 sampel tikus yang berjumlah 20 ekor dibagi atas 2

kelompok di mana kelompok 1(kontrol) diberikan pelatihan fisik

berlebih + injeksi aquabidest intraperitoneal enam jam sebelum

perlakuan aktifitas berlebih kelompok ke 2 (perlakuan) diberikan

pelatihan fisik berlebih + injeksi intraperitoneal glutation 37

mgkgBBhari yang sudah dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril

4 Pada hari ke 35 dilakukan pemeriksaan kadar MDA pada masing-

masing tikus setelah bulu tikus kering

51

5 Selama penelitian hewan coba diberikan makanan dan minuman secara

teratur kebersihan dan kenyamanan kandang dijaga

461 Alur Penelitian

TIKUS ADAPTASI 2 MINGGU

PELATIHAN FISIK BERLEBIH 1 MINGGU

MDA

KELOMPOK 1 KELOMPOK 2

PELATIHAN FISIK BERLEBIH PELATIHAN FISIK BERLEBIH

+ AQUABIDEST (28 hari) +GLUTATION 37mgkgBBhari

28 HARI 28 HARI

MDA

Gambar 43 Bagan Alur Penelitian

462 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium

Pemantauan keselamatan tikus jantan (galur Wistar) di laboratorium

(Smith et al1988 Ngatidjan 2006) adalah sebagai berikut

1 Kandang tikus jantan harus cukup kuat tidak mudah rusak teratur dibersihkan

(1x seminggu) mudah dipasang kembali hewan tidak mudah lepas tahan

52

gigitan hewan kelihatan jelas dari luar Alas tempat tidur terbuat dari serbuk

gergaji atau sekam padi agar mudah menyerap air

2 Luas lantai yang memadai untuk tikus jantan dengan berat badan plusmn200 gram

adalah 60cm persegi dan tinggi 20 cm

3 Diciptakan suasana lingkungan yang stabil dan sesuai keperluan fisiologi tikus

jantan di mana kelembaban suhu pertukaran udara yang ekstrim harus

dihindari

4 Hewan coba hendaknya diperlakukan dengan kasih sayang

47 Pengolahan dan Analisis Data

Analisis data yang digunakan adalah

1 Analisis Deskriptif

2 Uji normalitas data dilakukan dengan tes Shapiro-Wilk Distribusi data

normal dengan nilai pgt005

3 Uji homogenitas dilakukan dengan Lavenersquos Test Data dinyatakan

homogen dengan nilai pgt005

4 Karena data berdistribusi normal dan homogen maka untuk uji

komparabilitas dipakai

- Uji t independent untuk membandingkan rerata kadar MDA antar

kelompok

- Uji Paired T- Test untuk membandingkan rerata kadar MDA pre

dan post masing-masing kelompok

- Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau

dinyatakan berbeda bila plt005

53

BAB V

HASIL PENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 20 ekor tikus jantan dewasa

(Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan berat badan plusmn200 gram sebagai

sampelyang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah 10 ekor

yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dankelompok

perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) Dalam penyajian hasil ini diuraikan

uji normalitas data uji homogenitas data uji komparabilitas dan uji efek

perlakuan

51 Uji Normalitas Data

Data Kadar MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan

pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji

Shapiro-Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005)

disajikan pada Tabel 51

53

54

Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing Kelompok Sebelum

dan Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Perlakuan n p Keterangan

Kadar MDA kontrol pre

Kadar MDA perlakuan pre

Kadar MDA kontrol post

Kadar MDA perlakuan post

10

10

10

10

0965

0550

0975

0697

Normal

Normal

Normal

Normal

52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok

Data Kadar MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun

sesudah perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test

Hasilnya menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52

Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA Sebelum dan

Sesudah Perlakuan

Variabel F p Keterangan

Kadar MDA pre

Kadar MDA post

0016

0592

0901

0452

Homogen

Homogen

53 Kadar MDA

531 Uji komparabilitas

Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata kadar MDA

antar kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan

55

glutation Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada

Tabel 53 berikut

Tabel 53

Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata

Kadar MDA

SB T P

Aktivitas berlebih dan

placebo

Aktivitas berlebihdan

glutathion

10

10

518

529

028

029

089 0386

Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok

kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 518028mmoll dan rerata

kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 529029mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 089 dan nilai

p = 0386 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan

berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya tidak berbeda secara

bermakna (p gt 005)

532 Analisis efek perlakuan

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kadar MDA antar

kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation

56

Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54

berikut

Tabel 54 Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata

Kadar MDA

SB T P

Aktivitas berlebih dan

placebo

Aktivitas berlebihdan

glutathion

10

10

778

444

023

017

3672 0001

Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok

kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata

kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 444017mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 3672 dan nilai

p = 0001 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan

berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya berbeda secara

bermakna (p lt 005)

57

Gambar 51 Perbedaan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

533 Analisis Komparasi Sebelum dengan Sesudah Perlakuan

Analisis komparasi diuji berdasarkan rerata kadar MDA antara sebelum

dengan sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation Hasil

analisis kemaknaan dengan uji t-paired disajikan pada Tabel 55 berikut

Tabel 55 Analisis KomparasiKadar MDA antara Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Kelompok Beda Rerata

pre ndash post p Keterangan

Aktivitas berlebih dan placebo

Aktivitas berlebih dan

glutathion

260

085

0001

0001

Meningkat

Menurun

58

Berdasarkan uji t-paired didapatkan bahwa ada penurunan kadar MDA

pada kelompok perlakuan secara bermakna sebesar 085mmoll sedangkan pada

kelompok kontrol mengalami peningkatan secara bermakna sebesar 260mmoll

59

BAB VI

PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian

Untuk menguji efek pemberian glutation terhadap penurunan kadar MDA

maka dilakukan penelitian terhadap 20 ekor tikus jantan dewasa (Galur Wistar)

sebagai sampel yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah

10 ekor yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dan

kelompok perlakuan (pelatihan fisik berlebih dan glutation)

62 Efek Pelatihan Fisik Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA

Hasil penelitian dan analisis data terhadap kadar MDA darah pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji

normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan homogenitas (Levenersquos test) pre-test dan post-

test masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)

Uji perbandingan 1 minggu pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan

injeksi antara kedua kelompok menggunakan uji t-independent Rerata kadar

MDA kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) adalah

518028mmoll dan rerata kelompok pelatihan fisik berlebih dan glutation

adalah 529029mmoll Analisis kemaknaan dengan uji t-independent

menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna kadar MDA darah antara

kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa

kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan injeksi rerata kadar MDAnya tidak

59

60

berbeda secara bermakna

Uji perbandingan setelah pemberian placebo dan glutation antara kedua

kelompok menggunakan t-independent Rerata kadar MDA kelompok kontrol

(aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata kelompok

perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) adalah 444017mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent antara kedua kelompok sesudah diberikan

placebo dan glutation menunjukkan perbedaan kadar MDA secara bermakna

(plt005) Hal ini berarti bahwa kelompok yang diberikan perlakuan berupa

placebo dan glutation 6 jam sebelum diberikan pelatihan fisik berlebih dengan

cara merenangkan selama 60 menit hari selama 35 hari rerata kadar MDA

berbeda secara bermakna Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh

untuk melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam

organ dan pembuluh darah (Giriwijoyo 2004)

Peningkatan kadar MDA sesudah diberikan pelatihan fisik berlebih pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan disebabkan karena pelatihan fisik

berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena terjadi peningkatan konsumsi

oksigen oleh aktifitas otot skeletal Stress oksidatif memicu peningkatan senyawa

oksigen reaktif Pada pelatihan fisik berlebih juga terjadi Reperfusion Injury yang

memicu terjadinya kerusakan jaringan dan peningkatan radikal bebas (Adiputra

2008) Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara menarik elektronnya

sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan sampai kematian sel

(Suryohudoyo 2000)

Pada penelitian ini didapatkan bahwa sesudah diberikan pelatihan fisik

61

berlebih dan placebo terjadi peningkatan kadar MDA sebesar 5024 Kadar

MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel (Winarsi

2007) Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pepe

(2011) bahwa pelatihan fisik berlebih meningkatkan kadar MDA Lebih lanjut

Murray et al (2000) juga menyatakan bahwa pelatihan fisik berlebih merangsang

respon biomarker stres oksidatif Sedangkan pada kelompok perlakuan yang

diberikan aktifitas berlebih dan glutation terjadi penurunan kadar MDA sebesar

1607 Terjadinya penurunan kadar MDA pada kelompok yang diberikan

glutation 6 jam sebelum melakukan pelatihan fisik berlebih disebabkan karena

pemberian antioksidan meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan

cara mendonorkan elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa

oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsi 2007) Glutation merupakan antioksidan

endogen yaitu antioksidan yang dapat disintesa dalam tubuh dari asam amino L-

sistein L-glutamat dan glisin (Cadenas 2002) yang juga sebagai master

antioksidan yaitu antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain

Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan

Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik (Hersh 2004) Glutation

merupakan salah satu antioksidan yang tidak dapat menjadi pro oksidan (Cadenas

2002) Normalnya sekali suatu antioksidan memakan radikal bebas antioksidan

ini menjadi teroksidasi sendiri dan menyerang sel yang sehat yang disebut

sebagai pro oksidan Glutation dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang

teroksidasi tersebut menjadi bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali

dalam memakan radikal bebas (Sellman 2009) Sehingga dengan demikian

62

glutation dapat membantu dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Urso

(2003) bahwa suplementasi antioksidan dapat mengatasi kondisi stress oksidatif

yang terjadi pelatihan fisik berlebih

Uji perbandingan antara data MDA pre dan post masing-masing kelompok

digunakan uji t-paired test Berdasarkan uji ini didapatkan hasil pada kelompok

perlakuan terjadi penurunan kadar MDA secara bermakna sebesar 085 mmollt

sedangkan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan kadar MDA secara

bermakna sebesar 260mmollt Terjadi penurunan kadar MDA pada kelompok

perlakuan menunjukkan pemberian antioksidan Glutation intraperitoneal dosis

37mgkgBBhari dapat mengatasi kondisi stress oksidatif yang terjadi pada

pelatihan fisik berlebih Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh

Urso (2003)

63

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

71 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan sebagai

berikut Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA

tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

72 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah

1 Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja glutation

yang lebih detail

2 Memperhatikan takaran latihan supaya tidak berlebihan yang justru akan

meningkatkan kerusakan sel

3 Perlu dilakukan uji klinis pada manusia

63

64

DAFTAR PUSTAKA

Adiputra N 2008Kesehatan Olah Raga Available from httpwwwbalihesgorgindexphpoption=com Accessed 2011 Oct 5th

Anonim 2011 Glutathione Available at

httpenwikipediaorgwikiGlutathione Accessed 2011 Oct 5th Anonim 2011 Overtraining Available at

httpwwwmarksdailyapplecomovertraining Accessed 2011 Oct5th

Asikin N 2001Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan InKursus Penyegaran dan Pelatihan Radikal bebas dan Antioksidan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta Fakultas Kedokteran UI

Bagiada NA 2001 Proses Penuaan dan Penanggulangannya Denpasar

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hal 22 Banerjee AK Mandal A Chanda D Chahraboti S 2003 Oxidant

Antioxidant and Physical ExerciseAvailable from httpwwwncbinlmnihgovpubmed14619981 accesed 2011 Sept 2nd

Binekada MC 2002 ldquoPelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Konsentrasi dan

Motilitas Spermatozoa Mencitrdquo(tesis) Denpasar Universitas Udayana

Cadenas E Jones PD 2002Bioavailability of Glutathione In Cadenas E

Packer L editorsHandbook of Antioxidants2nd Ed New York Marcel DekkerInc p549-564

Catala A 2006Lipid PeroxidationInt J Biochem Cell Biol 38 1482-1495 Dalle-DonneI Rossi R ColomboR Giustarini D Milzani

A2006Biomarkers of Oxidative Damage in Human Disease Available from httpwwwredorbitcomnewsscience473334biomarkersof oxidative damage in human diseaseindexhtmlaccessed2011 Sept 5th

Fouad T 2007 Free radicals Types Sources and Damaging Reaction

Relations Available from

64

65

wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th

Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th

Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112

Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors

ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their

Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69

Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan

Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th

Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz

R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155

Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester

Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th

Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala

T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200

Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and

Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders

66

Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana

LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia

Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647

Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from

httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit

Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK

Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620

Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji

Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah

Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009

Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan

Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132

Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde

Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521

Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley

Medical Publicationsp 123-141

Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI

Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable

from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer

67

Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole

Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam

Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI

Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam

Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya

Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan

Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47

Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant

Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th

Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan

Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105

68

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965

Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975

Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753

Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

69

Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan

Group Statistics

Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887

Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215

Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260

Perlakuan 10 42500 23348 07383

Independent Samples Test

Levenes Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df

Sig (2-

tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence Interval of the

Difference Lower Upper

Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428

Equal variances not assumed

-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429

Post1

Equal variances assumed 592 452 367

22 18 000 333700 09087 314608 352792

Equal variances not assumed

36722 16855 000 333700 09087 314515 352885

Post2

Equal variances assumed 906 354 264

19 18 000 239500 09066 220454 258546

Equal variances not assumed

26419 16265 000 239500 09066 220307 258693

70

Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis

(Laurence amp Bacharach 1964)

2g mencit 20g tikus 400g marmot

l5Kg kelinci

20Kg kucing

40Kg kera

120Kg anjing

70Kg manusia

20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879

200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560

400 g marmot

008 057 10 225 24 52 102 315

l5Kg kelinci

004 025 044 10 106 24 45 142

20Kg kucing

003 023 042 092 10 22 41 130

40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61

120Kg anjing

0008 006 010 0022 024 052 10 31

70Kg manusia

00026 0018 0031 007 0013 016 032 10

71

Lampiran 4

Foto Penelitian

Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)

72

Lampiran 5

Data Hasil Penelitian

Kelompok Kontrol

Pre test Post test Pre test Post Test

752 647 769 694

779 670 773 664

745 660 803 653

769 643 817 677

783 653

786 684

Kelompok Perlakuan

Pre Test Post test

412 391

436 412

442 425

425 401

453 436

466 442

432 405

456 432

470 453

476 463

Page 35: PEMBERIAN INJEKSI GLUTATION INTRAPERITONEAL

17

yang benar memberikan dampak perbaikan pada sistem fungsional paru dan

jantung sehingga terjadi hipertropi otot jantung penurunan detak jantung

istirahat peningkatan stroke volume peningkatan volume darah dan hemoglobin

menambah jumlah pembuluh darah kapiler serta berfungsi dalam proses

pembakaran energi (Fox 1998) Frekuensi latihan yang dianjurkan adalah 3-4x

seminggu dengan intensitas 72-87 dari denyut jantung maksimal (220-umur)

dengan variasi 10 denyut per menitTipe latihan yang dianjurkan adalah

pemanasan 15 menit kombinasi latihan aerobik dan latihan otot dalam waktu 30-

60 menit diakhiri pendinginan 10 menit (Pangkahila 2009)

Sumber energi yang dibutuhkan untuk pelatihan fisik aerobik yang

dominan didapat dari pembakaran simpanan karbohidrat lemak dan sebagian

kecil (5) dari pemecahan simpanan protein yang terdapat di dalam tubuh untuk

menghasilkan ATP (adenosine triphospate) ATP yang terdapat dalam jaringan

otot terbatas kebutuhan ATP dipertahankan oleh creatinin phosphate (CP) dan

glikogen yang tersimpan dalam otot (Hernawati 2009) Terdapat 3 jalur untuk

memberikan ATP tambahan sesuai yang dibutuhkan selama kontraksi otot

meliputi 1 Pemindahan fosfat berenergi tinggi dari kreatinin fosfat ke ADP 2)

Fosforilasi oksidatif (siklus asam sitrat dari sistem transportasi elektron) 3)

glikolisis (Sherwood 2001) Sedangkan pada aktifitas yang bersifat anaerobik

energi diperoleh dari hidrolisis phosphocreatine serta melalui glikolisis glukosa

secara anaerobik Proses ini dapat terjadi tanpa adanya oksigen (O2) Metabolisme

anaerobik ini menghasilkan asam laktat yang apabila terakumulasi dapat

menyebabkan rasa nyeri pada otot menimbulkan stress fisik Hal ini

18

menyebabkan latihan aerobik terasa lebih menyenangkan (Hernawati 2009)

Metabolisme aerobik jauh lebih efisien daripada anaerobik karena menghasilkan

38 molekul ATP per molekul glukosa versus hanya 2 molekul melalui jalur

anaerob

Pelatihan fisik atau olahraga yang teratur selain memberikan manfaat

perbaikan pada mental fisik dan fisiologis juga mempengaruhi hormon tubuh

kita antara lain (Sharkey2003)

1 Growth Hormone

Stimulasi sintesis protein (muscle tone development) dan kekuatan tulang

tendon ligament dan tulang rawan Penurunan penggunaan glukosa dan

peningkatan penggunaan lemak sebagai bahan bakar selama olahraga

Membantu mengurangi lemak tubuh dan mempertahankan glukosa darah pada

level normal sehingga membantu melakukan olahraga selama periode waktu

yang lebih lama Dilepaskannya Growth Hormone oleh kelenjar pituitari di

otak meningkat dengan meningkatnya waktu latihan aerobik

2 Endorphins

Opioid endogen dari kelenjar pituitary yang memblok rasa sakit menurunkan

nafsu makan membuat perasaan senang mengurangi tekanan dan kecemasan

Pada saat olahraga endorfin dalam darah meningkat sampai lima kali selama

aktifitas olahraga lebih dari 30 menit Endorfin membuat kita dapat melakukan

aktifitas latihan menjadi lebih tahan lama

19

3 Testosteron

Hormon yang penting untuk wanita dan pria dalam mempertahankan tonus

volume kekuatan otot meningkatkan angka rata metabolisme basal

menurunkan lemak tubuh dan merasa lebih percaya diri Diproduksi oleh

ovarium pada wanita dan testis pada laki-laki Testosteron pada wanita hanya

sepersepuluh kadar testosteron pada laki-laki Pada wanita testosteron

berperan pada pengaturan libido dan orgasme Produksi pada wanita menurun

saat menjelang menopause sedangkan pada pria pada usia memasuki usia 40

tahun Kadar testosteron darah mulai meningkat setelah 20 menit olahraga

baik pada wanita maupun pria dan tetap tinggi sampai 1-3 jam setelah

olahraga

4 Estrogen

Estrogen secara biologis aktif adalah 17 beta estradiol meningkatkan

pemecahan lemak dari lemak tubuh sehingga dapat digunakan sebagai sumber

tenaga meningkatkan rata-rata metabolisme basal meningkatkan mood

meningkatkan libido Hormon ini disekresi oleh ovarium meningkat saat

olahraga dan tetap meningkat sampai 1-4 jam setelah olahraga

5 Thyroxine (T4)

Hormon yang diproduksi oleh kelenjar tiroid meningkatkan metabolisme

hampir semua sel dalam tubuh Peningkatan metabolisme ini membantu kita

merasa lebih energik dan juga menyimpan kalori penting untuk penurunan

berat badan Kadar tiroksin dalam darah meningkat sekitar 30 selama

20

olahraga dan tetap meningkat sampai beberapa jam sesudahnya Olahraga

yang teratur juga meningkatkan level tiroksin saat istirahat

6 Epinephrine

Hormon yang diproduksi oleh medulla adrenal yang meningkatkan jumlah

darah yang dipompa oleh jantung dan mengarahkan aliran darah ke tempat

yang diharapkan Stimulasi pemecahan glikogen (karbohidrat yang disimpan)

dalam otot yang aktif dan hati untuk digunakan sebagai sumber tenaga

Menstimulasi pemecahan lemak (lemak yang disimpan dalam otot yang aktif)

dan digunakan sebagai sumber tenaga Sejumlah epinefrin yang dilepaskan

berhubungan dengan intensitas dan durasi latihan

7 Insulin adrenalin

Hormon yang penting dalam mengatur gula darah dan asam lemak (lemak)

dan asam amino (protein) dalam sel Sekresi insulin oleh pancreas meningkat

sehubungan dengan respon meningkatnya kadar gula darah dan protein yang

biasa terjadi setelah makan Semakin banyak gula sederhana yang dikonsumsi

semakin tinggi respon insulin Meningkatnya insulin menyebabkan produksi

lemak sehingga insulin sering disebut sebagai hormon lemak atau fat

hormone Pada orang dengan berat badan berlebih terjadi resistensi insulin

sehingga diperlukan insulin dalan jumlah yang lebih besar untuk didapatkan

efek yang sama sehingga didapatkan kadar insulin darah yang lebih tinggi dan

latihan aerobik setiap hari Kadar insulin darah mulai menurun 10 menit saat

olahraga dan terus menurun sekitar 70 menit olahraga Olahraga yang teratur

juga meningkatkan sensitivitas sel terhadap insulin dalam keadaan istirahat

21

8 Glucagon

Hormon yang diproduksi oleh pankreas tugasnya meningkatkan kadar gula

darah Saat gula darah rendah glukagon disekresi dan menyebabkan simpanan

karbohidrat di dalam hati dilepaskan ke aliran darah untuk meningkatkan

kadar gula mencapai kadar normal Glukagon juga menyebabkan

dipecahkannya lemak sehingga dapat digunakan sebagai bahan bakar atau

sumber tenaga Glukagon mulai disekresi pada 30 menit awal olahraga ketika

gula darah mulai menurun

242 Pelatihan Fisik Berlebih

Pelatihan fisik berlebih menimbulkan gangguan pada sistem endokrin

terjadi peningkatan kadar kortisol dan penurunan kadar testosteron (Maffetone

2007) peningkatan ACTH penurunan LH plasma

Sindrom pelatihan fisik berlebih dalam jangka panjang mengakibatkan

terjadinya inflamasi infeksi yang lebih lanjut dapat mempengaruhi kesehatan

secara umum Aktifitas berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena

terjadi peningkatan konsumsi O2 oleh aktifitas otot skeletal Meskipun oksigen

dibutuhkan oksigen juga bersifat toksik yang dapat memicu peningkatan ROS

Pada organ yang tidak mendapat oksigen dan nutrisi yang cukup akan

menimbulkan keadaan iskemik dan kerusakan mikrovaskular Keadaan ini disebut

sebagai Reperfusion Injury yang memicu terjadinya kerusakan jaringan dan

peningkatan Radikal Bebas

22

Pelatihan fisik berlebih meningkatkan terbentuknya Radikal Bebas

(Adiputra 2008) Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh untuk

melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam organ dan

pembuluh darah (Giriwijoyo 2004) Apabila berlebih menyebabkan kerusakan

sel dengan 3 cara (Kumar et al2005 Ebenhardt 2001)

1 Kerusakan DNA mengakibatkan mutasi DNA bahkan kematian sel

2 Peroksidasi lipid membrane sel dan sitosol menyebabkan terjadinya proses

reduksi asam lemak sehingga mengakibatkan kerusakan membran dan organel

sel

3 Modifikasi protein teroksidasi oleh karena cross linking protein

Bila radikal bebas bertemu dengan asam lemak tak jenuh ganda daalam

membrane sel terjadi reaksi peroksidasi lipid membran sel menyebabkan

peningkatan fluiditas membran gangguan integritas membran dan inaktivasi

ikatan membran dengan enzim dan reseptor Tahap akhir dibebaskan aldehyde

seperti malondealdehyde pentane etana conjugated diane yang bersifat merusak

tubuh (Murray et al2000)

Pelatihan fisik berlebih menyebabkan terjadinya peningkatan lekosit atau

lekositosis peningkatan isoprostan dalam urin protein carbonil (73) catalase

(96) glutation peroksidase serta glutation teroksidasi (25) Dapat

disimpulkan pelatihan fisik berlebih merangsang respon biomarker stres oksidatif

(Murray et al 2000) Proses penuaan mengakibatkan penurunan sistem imun

sehingga meningkatkan resiko infeksi Menurut teori aktifitas sedang dapat

menangkal efek proses penuaan yang diakibatkan penurunan sistem imun Studi

23

yang dilakukan Shepard dan Shek menunjukkan bahwa aktifitas sedang dapat

ditoleransi dengan baik oleh individu lanjut usia dan menunjukkan penurunan

stimulasi proliferasi limfosit

Gejala ndash gejala yang dirasakan apabila melakukan pelatihan fisik berlebih

(overtraining) (Maffetone 2007)

1 Sering mengalami kegagalan dalam melakukan latihan yang biasanya kita

lakukan Kondisi fisik menjadi semakin lemah dan semakin lambat terjadi

kemunduran

2 Kehilangan otot dan terjadi penimbunan lemak Latihan fisik berlebih

meyebabkan rasio testosteron kortisol yang seharusnya positif yang berarti

lebih banyak otot dan lebih sedikit lemak menjadi negatif yang berarti cortisol

lebih tinggi dibanding testosteron yang berarti terjadi peningkatan resistensi

insulin dan penimbunan lemak

3 Merasa lemas mudah tersinggung sulit tidur

4 Persendian tulang dan anggota tubuh terasa sakit

Terjadinya DOMS (delayed onset muscle soreness) menunjukkan teknik

latihan yang salah atau postur saat latihan yang tidak tepat DOMS merupakan

respon alami yang akan hilang dalam waktu sehari atau 2 hari tetapi apabila

nyeri berkepanjangan menunjukkan adanya overtraining

5 Sering tiba-tiba jatuh sakit

Latihan fisik berlebih menurunkan sistem imun tubuh kita sehingga menjadi

lebih mudah sakit

24

Latihan fisik berat jangka panjang berkaitan dengan cedera serat

ototKerusakan yang terjadi berhubungan dengan intensitas durasi dan tipe

latihan Ketika cell death terbentuk jaringan nekrotik dibuang oleh sel fagosit

sel satelit teraktivasi menuju ke area yang cedera menjadi myoblast dan

selanjutnya menjadi serat otot Enzim otot yang dilepaskan tidak sepenuhnya

merefleksikan kerusakan struktural yang diperkirakan oleh analisis histologis

Perubahan penanda biologis cedera otot (seperti aktifitas kreatin kinase (CK)

lactate dehydrogenase (LDH) atau konsentrasi malondialdehyde di plasma

(MDA)) sering diperiksa selama overtraining Serum aktivitas CK dan

konsentrasi MDA plasma dapat gagal meningkat saat overtraining perubahan

parameter biokimia hanya merefleksikan otot dengan beban berlebih Setelah

olahraga yang lama pro-inflammatory cytokines diproduksi lokal pada otot

skeletal

Tanda dan gejala fisik latihan fisik berlebih (overtraining)

- Denyut jantung atau nadi yang meningkat saat istirahat

- Tidak toleransi terhadap latihan

- Penampilan yang menurun

- Penurunan berat badan berkurangnya massa otot tidak nafsu makan

- Kelelahan chronic fatigue lethargy

- Nyeri dan kerusakan otot nyeri sendi

- Mudah terserang flu pembengkakan kelenjar getah bening di leher

selangkangan dan ketiak

- Konstipasi atau diare

25

- Gangguan haid gangguan makan gangguan tidur

- Sakit kepala gangguan pencernaan

- Pemulihan yang berlangsung lambat setelah latihan

- Sendi otot tendon terasa kaku dan sakit

Tanda dan gejala psikologis

- Lelah capek kekurangan tenaga

- Insomnia sakit kepala tidak mampu untuk beristirahat

- Depresi gelisah cemas apatis

- Menurunnya kepercayaan diri

- Menurunnya kemampuan untuk berkonsentrasi

- Mudah stress

Efek biokimia dari Latihan Fisik Berlebih

- Meningkatnya serum kortisol dan SHBG

- Menurunnya serum total dan free testosterone rasio testosteron kortisol

- Menurunnya glikogen otot

- Menurunnya serum hemoglobin besi dan ferritin

Faktor yang mempengaruhi terjadinya overtraining

- Jetlag

- Bekerja terlalu keras

- Menstruasi

- Nutrisi gaya hidup yang buruk

- Kurang istirahat

- Terlalu banyak mengkonsumsi alkohol

26

- Kurangnya kemampuan mengatasi stress

Penanganan overtraining atau Latihan Fisik berlebih

- Massage

Massage pada jaringan dalam dapat melepaskan otot yang tegang

mempertahankan keseimbangan sistem muskulo-skeletal Pemijatan atau

massage yang teratur dapat membantu mencegah cedera yang mungkin

terjadi karena overuse

- Menggunakan roller busa

Penggunaan roller busa memungkinkan kita dapat melakukan massage

atau pemijatan sendiri Kita dapat juga memakai yang berbentuk bola atau

bola tenis untuk membantu menghilangkan rasa sakit Pemijatan ini dapat

dilakukan di tungkai lutut hamstring bahu punggung atau otot atau sendi

manapun

- Terapi suhu kontras

Air pancuran hangat dan dingin bergantian menstimulasi tubuh untuk

pulih lebih cepat Otot membawa impuls yang terasa pada kulit bagian

dalam tubuh di mana terjadi stimulasi sistem imun memperbaiki sirkulasi

dan pencernaan mempengaruhi produksi hormon stress meningkatkan

aliran darah mengurangi sensitivitas nyeri

- Pengaturan makanan

Membantu proses pemulihan penting untuk mengkonsumsi makanan

tinggi karbohidrat protein dan lemak sehat seperti Omega 3 omega 6

omega 9 asam lemak esensial Karbohidrat memberikan sumber tenaga

27

pada tubuh dan otak asam lemak esensial membantu mengurangi depresi

memperbaiki pemulihan protein akan membangun kembali otot yang

mengalami overtraining

- Mengkonsumsi vitamin

Ketika terjadi overtraining suplementasi sangat menguntungkan Vitamin

dan suplementasi mineral sebaiknya dikonsumsi pagi hari bersama dengan

makanan untuk penyerapan yang lebih baik

Defisiensi Vitamin yang biasa terjadi

- Vitamin A (Beta-Caroten)

- Vitamin B kompleks vitamin B12

- Vitamin C D E K

- Asam Folat

Defisiensi Mineral yang biasa terjadi

- Calcium

- Chromium

- Copper Iodine Iron

- Magnesium Fosfor

- Potassium

- Sodium

- Sulfur

- Zinc

28

25 Antioksidan

Radikal Bebas merupakan senyawa reaktif yang secara alami diproduksi

oleh tubuh manusia Radikal Bebas memberikan efek positif atau efek negatif

Untuk membatasi efek negatif tersebut dibutuhkan kompleks proteksi ndash sistem

antioksidan Sistem ini terdiri dari enzim antioksidan (katalase glutation

peroksidase superoksid dismutase) dan antioksidan non enzimatik ( vitamin E-

tokoferol vitamin A- retinol vitamin C- asam askorbat) Keseimbangan antara

produksi radikal bebas dan pertahanan antioksidan menunjukkan tingkat stress

oksidatif yang mungkin terlibat dalam proses penuaan dan pada beberapa

patologi (misalnya kanker Parkinson) (Winarsi 2007)

Latihan fisik juga meningkatkan stress oksidatif dan menyebabkan

gangguan homeostasis Latihan memberikan efek positif dan efek negatif

tergantung dari beban latihan spesifikasi latihan dan tingkat basal latihan Stress

oksidatif terlibat dalam terjadinya muscular fatigue dan mengarah ke

overtraining

Definisi antioksidan menurut Cadenas adalah suatu senyawa yang apabila

terdapat dalam jumlah yang lebih banyak dibanding senyawa yang teroksidasi

secara signifikan dapat menunda atau mencegah proses oksidasi senyawa tersebut

(Cadenas 2002) Secara kimia antioksidan adalah senyawa pemberi electron

Secara biologis antioksidan adalah senyawa yang mampu menangkal dan

meredam dampak negative oksidan dalam tubuh Antioksidan mendonorkan satu

elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa oksidan tersebut dapat

dihambat (Winarsi 2007)

29

Penting sekali keseimbangan antara oksidan dan antioksidan karena

berfungsi menjaga integritas dan berfungsinya membrane lipid protein sel dan

asam nukleat Senyawa asam lemak tak jenuh penyusun membrane lipid sangat

sensitive terhadap perubahan keseimbangan antara oksidan dan antioksidan

Menurut mekanisme kerjanya antioksidan dikelompokkan atas 3 yaitu

1 Antioksidan primer SOD katalase glutation peroksidase (GSH-Px)

Bekerja pembentukan senyawa radikal bebas yang telah terbentuk menjadi

molekul yang kurang aktifSedangkan antioksidan primer yang dapat

ditambahkan dari luar seperti glutation asam lipoat SOD melatonin

2 Antioksidan sekunder vitamin E vitamin C beta karoten flavonoid asam

urat albumin (Soewoto 2001)

Merupakan antioksidan eksogenous atau non enzimatis (Winarsi 2007)

Bekerja dengan cara memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal bebas

atau dengan cara menangkapnya

3 Antioksidan tertier meliputi system enzim DNA-repair dan metionin

sulfoksida reduktase Berfungsi dalam perbaikan biomolekuler yang rusak

akibat reaktivitas radikal bebas

26 Glutation sebagai antioksidan

Glutation merupakan tripeptida yang terdiri dari asam amino glutamat

sistein dan glisin (Cadenas 2002)Ikatan glutamat ndash sistein merupakan ikatan

isopeptida antara grup γ-karboksil dari glutamat dan grup α amino dari

sisteinIkatan unik ini membuat gluation tahan terhadap degradasi oleh proteases

30

dan peptidases yang berfungsi pada peralihan proteinMerupakan suatu

antioksidan yang mencegah kerusakan komponen seluler oleh reactive oxygen

species seperti radikal bebas dan peroksidGlutation bukan nutrisi esensial karena

disintesa di dalam tubuh dari asam amino L-sistein L-glutamic acid dan glycine

Gambar 21 Struktur GSH dan GSSG

Glutation terdapat pada sebagian besar sel tubuh tetapi terbanyak terdapat

di dalam hati Grup thiol (SH) dari sistein berfungsi sebagai donor proton dan

bertanggungjawab untuk aktifitas biologis glutation Provisi asam amino ini

merupakan faktor yang terbatas dalam sintesis glutation oleh sel karena sistein

relatif jarang pada makanan Apabila dilepaskan sebagai asam amino bebas

sistein adalah toksik dan secara spontan dikatabolisasi di saluran pencernaan dan

plasma darah

Glutation disintesis dalam 2 tahap

1 Gamma-glutamylcysteine disintesa dari L-glutamate dan sistein melalui enzim

gamma-glutamylcysteine sintetase (glutamate cysteine ligase GCL)

31

2 Glisin ditambahkan pada C-terminal dari gamma-glutamylcysteine melalui

enzim glutation sintetase

261 Fungsi Glutation

Glutation terdapat dalam bentuk tereduksi (GSH) dan teroksidasi (GSSG)

Grup thiol dari sistein mampu memberikan donor elektron ke molekul lain yang

tidak stabil seperti Reactive Oxygen Species (ROS) Pada saat mendonorkan

elektronnya glutation menjadi reaktif dan segera bereaksi dengan glutation reaktif

lainnya membentuk glutation disulfide (GSSG)Reaksi mungkin terjadi apabila

terdapat konsentrasi yang cukup tinggi di sel (sampai 5mm di hati) GSH dapat

terbentuk kembali dari GSSG oleh enzim glutation reduktase Pada sel atau

jaringan yang sehat terdapat lebih 90 dari total simpanan glutation terdapat

dalam bentuk tereduksi (GSH) dan kurang dari 10 dalam bentuk disulfide

(GSSG)

GSH ---- GSSG

Eliminasi ROS Menjaga protein thiols Antioxidant

dalam bentuk reduksi pools

Gambar 22 GSH Redox (Cadenas 2002)

GSH Redox merupakan indikator sentral keseimbangan antara stress

oksidatif dan system antioksidan GSH Redox berkaitan dengan detoksifikasi

Reactive Oxygen Species (ROS) berfungsi dalam mempertahankan tersedianya

antioksidan mempertahankan protein thiol dalam bentuk reduksi Rasio

32

GSHGSSG sering dipakai untuk mengekspresikan keseimbangan redox ini

Peningkatan rasio GSH-GSSG merupakan indikasi adanya Stress Oksidatif

(Goldman 2003)

Glutation mempunyai beberapa fungsi (Winarsih 2007)

- Sebagai antioksidan endogen mayor yang diproduksi oleh sel berpartisipasi

langsung pada netralisasi radikal bebas dan senyawa oksigen reaktif

mempertahankan antioksidan eksogen seperti vitamin C dan E pada bentuk

tereduksi (aktif)

- Pengaturan siklus nitric oxide yang sangat penting untuk kehidupan tetapi

dapat menjadi masalah apabila tidak teregulasi Digunakan untuk reaksi

metabolism dan biokimia seperti sintesis dan perbaikan DNA sintesis protein

sintesis prostaglandin transport asam amino dan aktivasi enzim Tiap sistem

di dalam tubuh kita dapat dipengaruhi oleh sistem glutation khususnya sistem

imun sistem saraf sistem gastrointestinal dan paru

Gambar 23 Detoksifikasi Lipid Hydroxyperoxides di usus halus

33

GSH yang ditransportasikan kedalam lumen digunakan untuk detoksifikasi

peroksid yang terbentuk dari makanan oleh glutation peroksidase (GSH Px)

Proses ini membutuhkan peroksid dan glutation yang tersedia di sel epitel GSSG

yang terbentuk direduksi kembali menjadi GSH oleh GSSG reduktase (GSSG

Rx) menggunakan NADPH sebagai reduktan

262 Suplementasi Glutation

Meningkatkan level GSH melalui suplementasi glutation langsung sulit

Penelitian terakhir menyatakan bahwa secara oral tidak diabsorpsi baik melalui

saluran pencernaan Studi mengenai konsumsi oral akut glutation dengan dosis

sangat besar 3 gram Witschi dan tim menemukan lsquoadalah tidak mungkin

meningkatkan glutation yang bermanfaat secara klinis dengan dosis tunggal 3

gram glutationrsquo

Glutation terdapat pada makanan sehari-hari sampai 150mghari dapat

diabsorpsi melalui intak di usus halus Individu sehat dengan asupan sulfur asam

amino (1-2 gramhari) jumlah GSH mungkin tidak cukup untuk mendapatkan

efek penting secara sistemik Individu dengan asupan sulfur asam amino yang

terbatas suplementasi GSH diperlukan untuk mempertahankan suplai GSH

sistemik dengan memperbaiki keseimbangan sulfur asam amino (Cadenas 2002)

Glutation hanya diabsorpsi di sel epitel oral dan traktus gastrointestinal

dan memberikan keuntungan kesehatan spesifik pada jaringan tersebut(Cadenas

2002)

34

SUPLAI HILANG

Makanan suplemen Degradasi

GSH

Empedu LUMINAL Uptake

Epitel Reaksi Detoksifikasi

Gambar 24 Supply dan Removal Glutation dalam lumen usus halus (Cadenas 2002) Glutation (GSH) disuplai ke dalam lumen intestinal melalui konsumsi oral

empedu dan sekresi epitel intestinal Jumlah yang disuplai dari empedu cukup

untuk mempertahankan jumlah 200microM pada tikus tetapi tidak cukup pada

manusia yang mengalami degradasi di duktus kantung empedu Jumlah yang

dikonsumsi melalui makanan bervariasi dan secara umum kurang dari 200 microM

Jumlah yang diberikan melalui epitel hanya sekitar 10 atau kurang

dibandingkan dengan yang disediakan oleh empedu Hilangnya Glutation karena

degradasi oleh γ-glutamyltranspeptidase dan dipeptidases pada permukaan sel

epitel ditransportasikan ke dalam sel oleh mekanisme sodium-dependent dan

sodium-independent konjugasi dengan elektrofil reaktif dikatalisasi oleh

glutathione-S transferase mucus (Cadenas 2002)

Vitamin D meningkatkan level glutation di otak dan tampaknya sebagai

katalis untuk produksi glutation Sejumlah vitamin D aktif di otak berikatan

dengan seberapa besar vitamin D3 baik melalui suplemen atau dibentuk di kulit

melalui paparan matahariHal ini menyatakan bahwa mengkonsumsi vitamin D

35

dan atau mendapat cukup paparan matahari meningkatkan produksi glutation

(Sellman 2009)

Konsentrasi glutation di plasma dan hati dapat ditingkatkan dengan

mengkonsumsi suplemen tertentu yang disebut GSH precursors N-asetilsistein

atau NAC glutation precursor yang paling memungkinkan Suplemen lain S-

adenosilmetionin (SAMe) dan whey protein juga dapat meningkatkan glutation

dalam sel (Sellman 2009)

NAC tersedia dalam bentuk obat dan sebagai suplemen generik Alpha

lipoic acid juga dapat mempertahankan glutation intraselular Melatonin dapat

menstimulasi enzim yang berkaitan glutation peroksidase dan silimarin ekstrak

dari biji tanaman milk thistle (Silybum marianum) juga mempunyai kemampuan

memperbarui level glutation

Glutation diatur dengan ketat di intraseluler dan dibatasi produksinya oleh

feedback negative inhibisi sintesisnya sendiri melalui enzim gamma-

glutamilsistein sintetase sehingga meminimalisir kemungkinan terjadinya

overdosis Penambahan glutation menggunakan precursor atau glutation intravena

adalah strategi untuk mengatasi defisiensi glutation stress oksidatif tinggi

defisiensi imun

Glutation yang rendah menunjukkan adanya pembuangan dan

keseimbangan negatif nitrogen seperti pada kanker AIDS sepsis trauma

terbakar dan bahkan atlet overtraining Suplementasi glutation dapat

memperbaiki proses ini dan contohnya pada AIDS memberi hasil adanya

perbaikan survival rates Bagimanapun studi mengenai kondisi ini belum dapat

36

membedakan glutation rendah sebagai akibat secara akut (pada pasien sepsis) atau

secara kronis (HIV) meningkatkan stress oksidatif dan peningkatan patologi

sebagai akibat defisiensi yang sudah ada sebelumnya

Skizofrenia dan gangguan bipolar berhubungan dengan glutation yang

rendah Stress oksidatif mungkin salah satu faktor dasar patofisiologi gangguan

bipolar gangguan depresif mayor dan skizofrenia Glutation (GSH) adalah

pemakan radikal bebas mayor di otakTidak adanya GSH meningkatkan

kerentanan sel terhadap stress oksidatif ditandai asetilsistein dapat mengurangi

gejala kedua gangguan tersebut

Glutation merubah level stress oksidatif pada sel yang diisolasi di

laboratorium sehingga dapat mengurangi perkembangan kanker Tes ini tidak

dilakukan pada manusia

Glutamat yang berlebihan di sinaps yang dapat dilepaskan pada kondisi

seperti cedera otak dapat menghambat pengambilan sistein senyawa pembentuk

glutation yang pentingTanpa proteksi dari cedera oksidatif oleh glutation sel-sel

dapat rusak atau mati (Sellman 2009)

Glutation juga mempunyai fungsi lain sebagai berikut (Sellman 2009)

Mencerahkan kulit

Mencegah menghilangkan jerawat dan bekas jerawat

Menghilangkan noda hitam

Anti aging dan anti kerut

Memberi nutrisi kulit

Membantu pemulihan luka

37

Membuat kulit menjadi halus segar dan bersinar

Kondisi kesehatan yang berhubungan dengan defisiensi glutation

Peningkatan proses penuaan

Kesulitan dalam keseimbangan

Gangguan mental

Masalah koordinasi

Gangguan sistem saraf

Akhir-akhir ini dipercaya sebagai penyebab lesi otak

Kanker HIV Katarak Diabetes Mellitus

Jumlah sperma yang rendah

263 Glutation Precursor (Sellman 2009)

Glutation Precursor disebut juga sebagai building-block dari glutation

yaitu N-asetilsistein atau NAC dan whey protein tidak terdenaturasi

Nasetilsistein adalah obat farmasi yang biasa digunakan bertahun-tahun untuk

mengobati overdose asetaminofen Hal ini sangat efektif ketika diberikan dalam

dosis besar di ruang darurat ketika seseorang akan mengalami gagal hati karena

overdosis asetaminofen komposisi aktif dari Tylenol

Efek sampingnya adalah bercak-bercak kemerahan bersin mual

anafilaksis reaksi alergi yang berupa kesulitan bernafas karena bronkospasme

tekanan darah menurun angioedema muntah kram diare Walaupun jarang

kematian pernah dilaporkan karena N-asetilsistein Beberapa orang mendapatkan

rasa dan bau yang tidak dapat diterima karena kandungan sulfur di dalamnya

38

Pengggunaan teratur untuk menaikkan kadar glutation tidak direkomendasikan

untuk anak-anak dan bayi Masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk

menentukan keamanan N-asetilsistein untuk penggunaan jangka panjang

Whey protein tidak terdenaturasi merupakan nutraceutical atau medicinal

foodSenyawa ini memberikan ikatan sistein ke sel-sel di mana glutation dapat

terbentuk di tempat tersebut

Beberapa kondisi yang tidak dapat mengkonsumsi whey protein

- Pasien dengan alergi protein susu

- Pasien dengan diet rendah protein

- Pasien yang sedang menjalani terapi imunosupresif

Efek sampingnya adalah kembung perut kram urtikaria Efek samping

karena overdosis tidak terjadi karena sel hanya membuat sebatas yang dibutuhkan

apabila berlebih kelebihan disimpan di hati dan ginjal sampai suatu saat kalau

dibutuhkan

264 Sumber Glutation dari makanan

Sumber glutation dari makanan yang disarankan adalah asparagus bayam

brokoli bawang putih kale bawang watercress kol Brussel sprout beberapa

bumbu seperti kunyit kayu manis semangka alpukat anggur peach jeruk

walnut granola daging kalkun dan daging ayam keju cottage dan yoghurt

39

Tabel 21 Makanan yang mengandung Glutation (Cadenas2002)

GSH Food Group mg100 g mgsaji Buah segar Apel 33 46 Pisang 41 48 Anggur 79 146 Jeruk 73 106 Semangka 66 283 Sayuran segar Asparagus dimasak 283 263 Alpukat 277 313 Brokoli dimasak 91 78 Wortel mentah 79 59 Tomat 90 109 Daging Hamburger 175 149 Ham rebus 233 13 Ayam digoreng 131 134 Sereal biji-bijian Cornflakes 00 00 Roti whole wheat 12 06 Roti putih 00 00 Nasi putih enriched dimasak 16 21 Produk Susu Susu whole 00 00 Keju Amerika 00 00 Yoghurt plain lowfat 00 00 Es krim 10 lemak 00 00

40

BAB III

KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

31 Kerangka Berpikir

Faktor penyebab penuaan antara lain faktor internal dan faktoreksternal

Faktor internal meliputi radikal bebas glikosilasi metilasi hormon yang

berkurang apoptosis system kekebalan tubuh yang menurun genetik Faktor

eksternal meliputi gaya hidup tidak sehat polusi lingkungan stress kemiskinan

kebiasaan yang salah olahraga berlebihan (overtraining) Berbagai faktor di atas

menyebabkan terjadinya penurunan fungsi tubuh dan terjadilah penuaan

Kerangka konsep penelitian berdasarkan teori bahwa salah satu penyebab

penuaan adalah radikal bebas Bila jumlah radikal bebas melebihi jumlah

antioksidan di dalam tubuh terjadilah stress oksidatif Radikal bebas dapat

merusak membran sel protein DNA dan berakibat fatal bagi kelangsungan hidup

sel jaringan Stress oksidatif yang berlangsung lama akan mengakibatkan

terjadinya penumpukan hasil kerusakan oksidatif di dalam sel dan jaringan

selanjutnya sel dan jaringan tersebut akan kehilangan fungsinya dan akhirnya

mati

Olahraga berlebih meningkatkan stress oksidatif karena terdapat

peningkatan konsumsi O2 oleh aktivitas otot skeletal Oksigen juga dapat bersifat

toksik yang dapat memicu peningkatan Reactive Oxygen Species (ROS)Organ

yang tidak mendapat cukup oksigen dan nutrisi menjadi iskemik dan terjadi

kerusakan mikrovaskular (Reperfusion Injury) memicu peningkatan radikal

40

41

bebas Dengan pemberian antioksidan Glutation yang merupakan antioksidan

master diharapkan dapat mencegah kerusakan lebih lanjut yang diakibatkan oleh

radikal bebas dengan cara melindungi sel dari Reactive Oxygen Species (ROS)

dan dapat dilihat melalui parameter MDA yang mengalami penurunan

32 Konsep Penelitian

Konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Gambar 31 Konsep Kadar MDA pada tikus yang diberikan Pelatihan Fisik Berlebih+ Placebo dan Pelatihan Fisik Berlebih + Glutation

FAKTOR INTERNAL

- Jenis Kelamin

- Usia

- Genetik

- Hormon

- Psikologis

FAKTOR EKSTERNAL

- Makanan

- Cuaca iklim

- Penyakit

- Exercise

GLUTATION

TIKUS

KADAR MDA

42

33 Hipotesis

Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan kadar MDA

tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

43

BAB IV

METODE PENELITIAN

41 Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksterimental dengan rancangan

randomized pre test-post test control group design (Poccock et al 2008)

Subyek terdiri dari 2 kelompok yaitu

1 Kelompok 1 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+ Placebo

2 Kelompok 2 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation

Semua kelompok sebelum perlakuan diberikan pre test (O1 O3) dan

dihitung rerata untuk masing-masing kelompok

Setelah perlakuan semua kelompok diberikan post test (O2 O4) dan

dihitung rerata untuk masing-masing kelompok

Kemudian dihitung perbedaan rerata antara pre test dan post test dari

masing-masing kelompok lalu hasil perbedaan tersebut dibandingkan secara

statistik

Gambar 41 Rancangan Penelitian

P S

43

R R

O1 P1 O2

O3 P2 O4

44

Keterangan

P = populasi

S = sampel

R = random

O1 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah mendapatkan

pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan placebo (pre test)

O2 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah diberikan pelatihan

fisik berlebih setelah diberikan placebo (post test)

O3 = observasi data MDA kelompok perlakuan setelah diberikan

pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan Glutation (pre test)

O4 = observasi data MDA kelompok perlakuan diberikan pelatihan fisik

berlebih setelah diberikan Glutation (post test)

P1 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih+ placebo

P2 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation

42 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran

Universitas Udayana pada bulan Januari ndash Maret 2012 Pemeriksaan MDA darah

tikus dikerjakan di bagian Program Antar Unit Universitas Gajah Mada

Jogyakarta

45

43 Populasi dan Sampel

431 Populasi

Subyek penelitian adalah tikus jantan dewasa galur Wistar yang berusia 2-

25 bulan dan dalam kondisi fisik sehat

432 Kriteria Sampel

4321 Kriteria Inklusi

Kriteria Inklusi yang ditetapkan sebagai sampel adalah sebagai berikut

a Tikus jantan dewasa galur Wistar

b Umur 2-25 bulan

c Berat badan plusmn200 gram

d Sehat

e MDA ge 5mmollt

4322 Kriteria Drop Out

Adalah sampel yang mati pada waktu penelitian

433 Besar Sampel

Besar sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini dihitung berdasarkan

rumus Poccock (2008)

Angka μ1 (5) dan μ2 (12) didapatkan dari penelitian sebelumnya (Ji 1998)

n=

46

= asymp 7

Keterangan

n = jumlah sampel

σ = standar deviasi kelompok perlakuan dengan pemberian

glutation (15)

f ( ) = besarnya didapat dari tabel (Poccock 2008)

μ1 = rerata hasil MDA pada kelompok perlakuan sesudah

pemberian glutatioacuten (5)

μ2 = rerata hasil MDA pada kelompok pre test (12)

Jadi jumlah sampel (n) = 675 dan ditambah 3 ekor tikus untuk masing-

masing kelompok sebagai cadangan Jadi total 20 ekor tikus dengan 10

ekor tikus untuk masing-masing kelompok

434 Teknik Pengambilan Sampel

Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat

sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi diambil secara acak

sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi

2 kelompok yaitu kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+placebo kelompok

dengan pelatihan fisik berlebih + glutation

47

44 Variabel Penelitian

441 Klasifikasi Variabel

Variabel penelitian dibedakan menjadi

1 Variabel Bebas dosis pemberian glutation

2 Variabel Tergantung kadar MDA

3 Variabel Terkendali varian tikus jantan (galur wistar) jenis

kelamin umur berat badan lingkungan

(pencahayaan suhu kelembaban nutrisi

kandang)

Gambar 42 Bagan Hubungan Antar Variabel

VARIABEL BEBAS

- Pelatihan fisik berlebih

- Glutation 37mg kgBBhari

VARIABEL TERGANTUNG

KADAR MDA

VARIABEL TERKENDALI

Varian tikus

Jenis kelamin umur berat badan

Pencahayaan suhu kelembaban nutrisi kandang

Makanan minuman

48

442 Definisi Operasional Variabel

1 Pelatihan fisik berlebih pada tikus adalah pelatihan yang berlebihan

yang diukur berdasarkan kemampuan maksimal berenang tikus pada

ember berdiameter 35 cm dengan kedalaman air 20 cm yang

dilakukan 60 menithari selama 35 hari pada waktu yang sama pada

suhu 32 derajat (Binekada 2002 dan Pepe2011)

2 Glutation yang diberikan adalah Glutation Teofarma injeksi sediaan

600mg 4 ml Dosis pemberian Glutation adalah pemberian sediaan

antioksidan Glutation dalam bentuk suntikan intraperitoneal yang

diberikan 1x sehari dan diberikan 6 jam sebelum pelatihan fisik

berlebih Dosis pemberian Glutation mengacu pada penelitian yang

dilakukan sebelumnya oleh Ji L L yaitu 37mgkgBBhari yang

dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril secara intraperitonial

3 MDA merupakan salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada

membran sel dan merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan

oleh radikal bebas Pengukuran kadar MDA menggunakan metode

Thiobarbituraic Acid Reactive Substances (TBARS) Pembacaan hasil

dengan menggunakan spektrofotometer Satuan MDA dalam mmoll

4 Cahaya suhu dan kelembaban merupakan kondisi lingkungan yang

dialami tikus jantan dewasa Pada penelitian ini kondisi lingkungan

selama percobaan dibuat sama

5 Berat badan tikus adalah berat badan yang ditimbang dengan

timbangan gram

49

6 Umur tikus adalah umur yang ditentukan dengan melihat tanggal

kelahiran yang dicatat pada kandang percobaan

7 Kondisi peneliti yang meliputi kesehatan fisik dan psikis peneliti

Penelitian dilaksanakan saat kondisi peneliti dalam keadaan baik

sehingga pengaruhnya terhadap hasil penelitian dapat diabaikan

45 Bahan dan Alat Penelitian

451 Bahan Penelitian

Glutation injeksi

Tikus jantan

Makanan tikus berupa pellet dan air minum dari air ledeng

Aquades steril

EDTA (Ethylenediamine tetraacetic acid)

Reagensia untuk pengukuran kadar MDA

452 Alat Penelitian

Alat yang dipakai dalam pengambilan data penelitian ini adalah

- Kandang tikus terbuat dari besi yang di dalamnya terdapat sekam dan

botol minuman

- Ember berdiameter 35 cm dan kedalaman air 20 cm

- Stopwatch

- Timbangan

- Spuit injeksi 1 ml

50

- Sarung tangan

- Kapas dan alkohol 70

- Tabung Evendorf

- Mikropipet

- Pipet kapiler

- Sentrifugasi

46 Prosedur Penelitian

1 Tikus jantan dewasa (Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan

berat badan plusmn200gram dilakukan aklimatisasi selama 2 minggu di

tempat penelitian untuk penyesuaian dengan lingkungan

2 Semua sampel tikus diberi perlakuan yang sama yaitu diberikan

pelatihan fisik berlebih dengan cara berenang sampai kelelahan pada

hari ke 7 kedua kelompok tersebut dilakukan pemeriksaan MDA

3 Mulai hari ke 8 ndash 35 sampel tikus yang berjumlah 20 ekor dibagi atas 2

kelompok di mana kelompok 1(kontrol) diberikan pelatihan fisik

berlebih + injeksi aquabidest intraperitoneal enam jam sebelum

perlakuan aktifitas berlebih kelompok ke 2 (perlakuan) diberikan

pelatihan fisik berlebih + injeksi intraperitoneal glutation 37

mgkgBBhari yang sudah dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril

4 Pada hari ke 35 dilakukan pemeriksaan kadar MDA pada masing-

masing tikus setelah bulu tikus kering

51

5 Selama penelitian hewan coba diberikan makanan dan minuman secara

teratur kebersihan dan kenyamanan kandang dijaga

461 Alur Penelitian

TIKUS ADAPTASI 2 MINGGU

PELATIHAN FISIK BERLEBIH 1 MINGGU

MDA

KELOMPOK 1 KELOMPOK 2

PELATIHAN FISIK BERLEBIH PELATIHAN FISIK BERLEBIH

+ AQUABIDEST (28 hari) +GLUTATION 37mgkgBBhari

28 HARI 28 HARI

MDA

Gambar 43 Bagan Alur Penelitian

462 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium

Pemantauan keselamatan tikus jantan (galur Wistar) di laboratorium

(Smith et al1988 Ngatidjan 2006) adalah sebagai berikut

1 Kandang tikus jantan harus cukup kuat tidak mudah rusak teratur dibersihkan

(1x seminggu) mudah dipasang kembali hewan tidak mudah lepas tahan

52

gigitan hewan kelihatan jelas dari luar Alas tempat tidur terbuat dari serbuk

gergaji atau sekam padi agar mudah menyerap air

2 Luas lantai yang memadai untuk tikus jantan dengan berat badan plusmn200 gram

adalah 60cm persegi dan tinggi 20 cm

3 Diciptakan suasana lingkungan yang stabil dan sesuai keperluan fisiologi tikus

jantan di mana kelembaban suhu pertukaran udara yang ekstrim harus

dihindari

4 Hewan coba hendaknya diperlakukan dengan kasih sayang

47 Pengolahan dan Analisis Data

Analisis data yang digunakan adalah

1 Analisis Deskriptif

2 Uji normalitas data dilakukan dengan tes Shapiro-Wilk Distribusi data

normal dengan nilai pgt005

3 Uji homogenitas dilakukan dengan Lavenersquos Test Data dinyatakan

homogen dengan nilai pgt005

4 Karena data berdistribusi normal dan homogen maka untuk uji

komparabilitas dipakai

- Uji t independent untuk membandingkan rerata kadar MDA antar

kelompok

- Uji Paired T- Test untuk membandingkan rerata kadar MDA pre

dan post masing-masing kelompok

- Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau

dinyatakan berbeda bila plt005

53

BAB V

HASIL PENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 20 ekor tikus jantan dewasa

(Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan berat badan plusmn200 gram sebagai

sampelyang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah 10 ekor

yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dankelompok

perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) Dalam penyajian hasil ini diuraikan

uji normalitas data uji homogenitas data uji komparabilitas dan uji efek

perlakuan

51 Uji Normalitas Data

Data Kadar MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan

pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji

Shapiro-Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005)

disajikan pada Tabel 51

53

54

Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing Kelompok Sebelum

dan Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Perlakuan n p Keterangan

Kadar MDA kontrol pre

Kadar MDA perlakuan pre

Kadar MDA kontrol post

Kadar MDA perlakuan post

10

10

10

10

0965

0550

0975

0697

Normal

Normal

Normal

Normal

52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok

Data Kadar MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun

sesudah perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test

Hasilnya menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52

Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA Sebelum dan

Sesudah Perlakuan

Variabel F p Keterangan

Kadar MDA pre

Kadar MDA post

0016

0592

0901

0452

Homogen

Homogen

53 Kadar MDA

531 Uji komparabilitas

Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata kadar MDA

antar kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan

55

glutation Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada

Tabel 53 berikut

Tabel 53

Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata

Kadar MDA

SB T P

Aktivitas berlebih dan

placebo

Aktivitas berlebihdan

glutathion

10

10

518

529

028

029

089 0386

Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok

kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 518028mmoll dan rerata

kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 529029mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 089 dan nilai

p = 0386 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan

berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya tidak berbeda secara

bermakna (p gt 005)

532 Analisis efek perlakuan

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kadar MDA antar

kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation

56

Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54

berikut

Tabel 54 Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata

Kadar MDA

SB T P

Aktivitas berlebih dan

placebo

Aktivitas berlebihdan

glutathion

10

10

778

444

023

017

3672 0001

Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok

kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata

kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 444017mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 3672 dan nilai

p = 0001 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan

berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya berbeda secara

bermakna (p lt 005)

57

Gambar 51 Perbedaan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

533 Analisis Komparasi Sebelum dengan Sesudah Perlakuan

Analisis komparasi diuji berdasarkan rerata kadar MDA antara sebelum

dengan sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation Hasil

analisis kemaknaan dengan uji t-paired disajikan pada Tabel 55 berikut

Tabel 55 Analisis KomparasiKadar MDA antara Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Kelompok Beda Rerata

pre ndash post p Keterangan

Aktivitas berlebih dan placebo

Aktivitas berlebih dan

glutathion

260

085

0001

0001

Meningkat

Menurun

58

Berdasarkan uji t-paired didapatkan bahwa ada penurunan kadar MDA

pada kelompok perlakuan secara bermakna sebesar 085mmoll sedangkan pada

kelompok kontrol mengalami peningkatan secara bermakna sebesar 260mmoll

59

BAB VI

PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian

Untuk menguji efek pemberian glutation terhadap penurunan kadar MDA

maka dilakukan penelitian terhadap 20 ekor tikus jantan dewasa (Galur Wistar)

sebagai sampel yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah

10 ekor yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dan

kelompok perlakuan (pelatihan fisik berlebih dan glutation)

62 Efek Pelatihan Fisik Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA

Hasil penelitian dan analisis data terhadap kadar MDA darah pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji

normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan homogenitas (Levenersquos test) pre-test dan post-

test masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)

Uji perbandingan 1 minggu pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan

injeksi antara kedua kelompok menggunakan uji t-independent Rerata kadar

MDA kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) adalah

518028mmoll dan rerata kelompok pelatihan fisik berlebih dan glutation

adalah 529029mmoll Analisis kemaknaan dengan uji t-independent

menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna kadar MDA darah antara

kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa

kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan injeksi rerata kadar MDAnya tidak

59

60

berbeda secara bermakna

Uji perbandingan setelah pemberian placebo dan glutation antara kedua

kelompok menggunakan t-independent Rerata kadar MDA kelompok kontrol

(aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata kelompok

perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) adalah 444017mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent antara kedua kelompok sesudah diberikan

placebo dan glutation menunjukkan perbedaan kadar MDA secara bermakna

(plt005) Hal ini berarti bahwa kelompok yang diberikan perlakuan berupa

placebo dan glutation 6 jam sebelum diberikan pelatihan fisik berlebih dengan

cara merenangkan selama 60 menit hari selama 35 hari rerata kadar MDA

berbeda secara bermakna Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh

untuk melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam

organ dan pembuluh darah (Giriwijoyo 2004)

Peningkatan kadar MDA sesudah diberikan pelatihan fisik berlebih pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan disebabkan karena pelatihan fisik

berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena terjadi peningkatan konsumsi

oksigen oleh aktifitas otot skeletal Stress oksidatif memicu peningkatan senyawa

oksigen reaktif Pada pelatihan fisik berlebih juga terjadi Reperfusion Injury yang

memicu terjadinya kerusakan jaringan dan peningkatan radikal bebas (Adiputra

2008) Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara menarik elektronnya

sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan sampai kematian sel

(Suryohudoyo 2000)

Pada penelitian ini didapatkan bahwa sesudah diberikan pelatihan fisik

61

berlebih dan placebo terjadi peningkatan kadar MDA sebesar 5024 Kadar

MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel (Winarsi

2007) Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pepe

(2011) bahwa pelatihan fisik berlebih meningkatkan kadar MDA Lebih lanjut

Murray et al (2000) juga menyatakan bahwa pelatihan fisik berlebih merangsang

respon biomarker stres oksidatif Sedangkan pada kelompok perlakuan yang

diberikan aktifitas berlebih dan glutation terjadi penurunan kadar MDA sebesar

1607 Terjadinya penurunan kadar MDA pada kelompok yang diberikan

glutation 6 jam sebelum melakukan pelatihan fisik berlebih disebabkan karena

pemberian antioksidan meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan

cara mendonorkan elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa

oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsi 2007) Glutation merupakan antioksidan

endogen yaitu antioksidan yang dapat disintesa dalam tubuh dari asam amino L-

sistein L-glutamat dan glisin (Cadenas 2002) yang juga sebagai master

antioksidan yaitu antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain

Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan

Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik (Hersh 2004) Glutation

merupakan salah satu antioksidan yang tidak dapat menjadi pro oksidan (Cadenas

2002) Normalnya sekali suatu antioksidan memakan radikal bebas antioksidan

ini menjadi teroksidasi sendiri dan menyerang sel yang sehat yang disebut

sebagai pro oksidan Glutation dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang

teroksidasi tersebut menjadi bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali

dalam memakan radikal bebas (Sellman 2009) Sehingga dengan demikian

62

glutation dapat membantu dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Urso

(2003) bahwa suplementasi antioksidan dapat mengatasi kondisi stress oksidatif

yang terjadi pelatihan fisik berlebih

Uji perbandingan antara data MDA pre dan post masing-masing kelompok

digunakan uji t-paired test Berdasarkan uji ini didapatkan hasil pada kelompok

perlakuan terjadi penurunan kadar MDA secara bermakna sebesar 085 mmollt

sedangkan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan kadar MDA secara

bermakna sebesar 260mmollt Terjadi penurunan kadar MDA pada kelompok

perlakuan menunjukkan pemberian antioksidan Glutation intraperitoneal dosis

37mgkgBBhari dapat mengatasi kondisi stress oksidatif yang terjadi pada

pelatihan fisik berlebih Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh

Urso (2003)

63

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

71 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan sebagai

berikut Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA

tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

72 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah

1 Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja glutation

yang lebih detail

2 Memperhatikan takaran latihan supaya tidak berlebihan yang justru akan

meningkatkan kerusakan sel

3 Perlu dilakukan uji klinis pada manusia

63

64

DAFTAR PUSTAKA

Adiputra N 2008Kesehatan Olah Raga Available from httpwwwbalihesgorgindexphpoption=com Accessed 2011 Oct 5th

Anonim 2011 Glutathione Available at

httpenwikipediaorgwikiGlutathione Accessed 2011 Oct 5th Anonim 2011 Overtraining Available at

httpwwwmarksdailyapplecomovertraining Accessed 2011 Oct5th

Asikin N 2001Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan InKursus Penyegaran dan Pelatihan Radikal bebas dan Antioksidan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta Fakultas Kedokteran UI

Bagiada NA 2001 Proses Penuaan dan Penanggulangannya Denpasar

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hal 22 Banerjee AK Mandal A Chanda D Chahraboti S 2003 Oxidant

Antioxidant and Physical ExerciseAvailable from httpwwwncbinlmnihgovpubmed14619981 accesed 2011 Sept 2nd

Binekada MC 2002 ldquoPelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Konsentrasi dan

Motilitas Spermatozoa Mencitrdquo(tesis) Denpasar Universitas Udayana

Cadenas E Jones PD 2002Bioavailability of Glutathione In Cadenas E

Packer L editorsHandbook of Antioxidants2nd Ed New York Marcel DekkerInc p549-564

Catala A 2006Lipid PeroxidationInt J Biochem Cell Biol 38 1482-1495 Dalle-DonneI Rossi R ColomboR Giustarini D Milzani

A2006Biomarkers of Oxidative Damage in Human Disease Available from httpwwwredorbitcomnewsscience473334biomarkersof oxidative damage in human diseaseindexhtmlaccessed2011 Sept 5th

Fouad T 2007 Free radicals Types Sources and Damaging Reaction

Relations Available from

64

65

wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th

Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th

Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112

Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors

ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their

Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69

Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan

Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th

Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz

R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155

Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester

Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th

Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala

T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200

Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and

Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders

66

Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana

LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia

Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647

Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from

httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit

Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK

Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620

Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji

Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah

Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009

Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan

Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132

Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde

Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521

Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley

Medical Publicationsp 123-141

Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI

Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable

from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer

67

Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole

Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam

Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI

Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam

Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya

Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan

Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47

Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant

Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th

Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan

Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105

68

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965

Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975

Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753

Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

69

Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan

Group Statistics

Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887

Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215

Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260

Perlakuan 10 42500 23348 07383

Independent Samples Test

Levenes Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df

Sig (2-

tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence Interval of the

Difference Lower Upper

Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428

Equal variances not assumed

-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429

Post1

Equal variances assumed 592 452 367

22 18 000 333700 09087 314608 352792

Equal variances not assumed

36722 16855 000 333700 09087 314515 352885

Post2

Equal variances assumed 906 354 264

19 18 000 239500 09066 220454 258546

Equal variances not assumed

26419 16265 000 239500 09066 220307 258693

70

Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis

(Laurence amp Bacharach 1964)

2g mencit 20g tikus 400g marmot

l5Kg kelinci

20Kg kucing

40Kg kera

120Kg anjing

70Kg manusia

20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879

200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560

400 g marmot

008 057 10 225 24 52 102 315

l5Kg kelinci

004 025 044 10 106 24 45 142

20Kg kucing

003 023 042 092 10 22 41 130

40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61

120Kg anjing

0008 006 010 0022 024 052 10 31

70Kg manusia

00026 0018 0031 007 0013 016 032 10

71

Lampiran 4

Foto Penelitian

Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)

72

Lampiran 5

Data Hasil Penelitian

Kelompok Kontrol

Pre test Post test Pre test Post Test

752 647 769 694

779 670 773 664

745 660 803 653

769 643 817 677

783 653

786 684

Kelompok Perlakuan

Pre Test Post test

412 391

436 412

442 425

425 401

453 436

466 442

432 405

456 432

470 453

476 463

Page 36: PEMBERIAN INJEKSI GLUTATION INTRAPERITONEAL

18

menyebabkan latihan aerobik terasa lebih menyenangkan (Hernawati 2009)

Metabolisme aerobik jauh lebih efisien daripada anaerobik karena menghasilkan

38 molekul ATP per molekul glukosa versus hanya 2 molekul melalui jalur

anaerob

Pelatihan fisik atau olahraga yang teratur selain memberikan manfaat

perbaikan pada mental fisik dan fisiologis juga mempengaruhi hormon tubuh

kita antara lain (Sharkey2003)

1 Growth Hormone

Stimulasi sintesis protein (muscle tone development) dan kekuatan tulang

tendon ligament dan tulang rawan Penurunan penggunaan glukosa dan

peningkatan penggunaan lemak sebagai bahan bakar selama olahraga

Membantu mengurangi lemak tubuh dan mempertahankan glukosa darah pada

level normal sehingga membantu melakukan olahraga selama periode waktu

yang lebih lama Dilepaskannya Growth Hormone oleh kelenjar pituitari di

otak meningkat dengan meningkatnya waktu latihan aerobik

2 Endorphins

Opioid endogen dari kelenjar pituitary yang memblok rasa sakit menurunkan

nafsu makan membuat perasaan senang mengurangi tekanan dan kecemasan

Pada saat olahraga endorfin dalam darah meningkat sampai lima kali selama

aktifitas olahraga lebih dari 30 menit Endorfin membuat kita dapat melakukan

aktifitas latihan menjadi lebih tahan lama

19

3 Testosteron

Hormon yang penting untuk wanita dan pria dalam mempertahankan tonus

volume kekuatan otot meningkatkan angka rata metabolisme basal

menurunkan lemak tubuh dan merasa lebih percaya diri Diproduksi oleh

ovarium pada wanita dan testis pada laki-laki Testosteron pada wanita hanya

sepersepuluh kadar testosteron pada laki-laki Pada wanita testosteron

berperan pada pengaturan libido dan orgasme Produksi pada wanita menurun

saat menjelang menopause sedangkan pada pria pada usia memasuki usia 40

tahun Kadar testosteron darah mulai meningkat setelah 20 menit olahraga

baik pada wanita maupun pria dan tetap tinggi sampai 1-3 jam setelah

olahraga

4 Estrogen

Estrogen secara biologis aktif adalah 17 beta estradiol meningkatkan

pemecahan lemak dari lemak tubuh sehingga dapat digunakan sebagai sumber

tenaga meningkatkan rata-rata metabolisme basal meningkatkan mood

meningkatkan libido Hormon ini disekresi oleh ovarium meningkat saat

olahraga dan tetap meningkat sampai 1-4 jam setelah olahraga

5 Thyroxine (T4)

Hormon yang diproduksi oleh kelenjar tiroid meningkatkan metabolisme

hampir semua sel dalam tubuh Peningkatan metabolisme ini membantu kita

merasa lebih energik dan juga menyimpan kalori penting untuk penurunan

berat badan Kadar tiroksin dalam darah meningkat sekitar 30 selama

20

olahraga dan tetap meningkat sampai beberapa jam sesudahnya Olahraga

yang teratur juga meningkatkan level tiroksin saat istirahat

6 Epinephrine

Hormon yang diproduksi oleh medulla adrenal yang meningkatkan jumlah

darah yang dipompa oleh jantung dan mengarahkan aliran darah ke tempat

yang diharapkan Stimulasi pemecahan glikogen (karbohidrat yang disimpan)

dalam otot yang aktif dan hati untuk digunakan sebagai sumber tenaga

Menstimulasi pemecahan lemak (lemak yang disimpan dalam otot yang aktif)

dan digunakan sebagai sumber tenaga Sejumlah epinefrin yang dilepaskan

berhubungan dengan intensitas dan durasi latihan

7 Insulin adrenalin

Hormon yang penting dalam mengatur gula darah dan asam lemak (lemak)

dan asam amino (protein) dalam sel Sekresi insulin oleh pancreas meningkat

sehubungan dengan respon meningkatnya kadar gula darah dan protein yang

biasa terjadi setelah makan Semakin banyak gula sederhana yang dikonsumsi

semakin tinggi respon insulin Meningkatnya insulin menyebabkan produksi

lemak sehingga insulin sering disebut sebagai hormon lemak atau fat

hormone Pada orang dengan berat badan berlebih terjadi resistensi insulin

sehingga diperlukan insulin dalan jumlah yang lebih besar untuk didapatkan

efek yang sama sehingga didapatkan kadar insulin darah yang lebih tinggi dan

latihan aerobik setiap hari Kadar insulin darah mulai menurun 10 menit saat

olahraga dan terus menurun sekitar 70 menit olahraga Olahraga yang teratur

juga meningkatkan sensitivitas sel terhadap insulin dalam keadaan istirahat

21

8 Glucagon

Hormon yang diproduksi oleh pankreas tugasnya meningkatkan kadar gula

darah Saat gula darah rendah glukagon disekresi dan menyebabkan simpanan

karbohidrat di dalam hati dilepaskan ke aliran darah untuk meningkatkan

kadar gula mencapai kadar normal Glukagon juga menyebabkan

dipecahkannya lemak sehingga dapat digunakan sebagai bahan bakar atau

sumber tenaga Glukagon mulai disekresi pada 30 menit awal olahraga ketika

gula darah mulai menurun

242 Pelatihan Fisik Berlebih

Pelatihan fisik berlebih menimbulkan gangguan pada sistem endokrin

terjadi peningkatan kadar kortisol dan penurunan kadar testosteron (Maffetone

2007) peningkatan ACTH penurunan LH plasma

Sindrom pelatihan fisik berlebih dalam jangka panjang mengakibatkan

terjadinya inflamasi infeksi yang lebih lanjut dapat mempengaruhi kesehatan

secara umum Aktifitas berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena

terjadi peningkatan konsumsi O2 oleh aktifitas otot skeletal Meskipun oksigen

dibutuhkan oksigen juga bersifat toksik yang dapat memicu peningkatan ROS

Pada organ yang tidak mendapat oksigen dan nutrisi yang cukup akan

menimbulkan keadaan iskemik dan kerusakan mikrovaskular Keadaan ini disebut

sebagai Reperfusion Injury yang memicu terjadinya kerusakan jaringan dan

peningkatan Radikal Bebas

22

Pelatihan fisik berlebih meningkatkan terbentuknya Radikal Bebas

(Adiputra 2008) Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh untuk

melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam organ dan

pembuluh darah (Giriwijoyo 2004) Apabila berlebih menyebabkan kerusakan

sel dengan 3 cara (Kumar et al2005 Ebenhardt 2001)

1 Kerusakan DNA mengakibatkan mutasi DNA bahkan kematian sel

2 Peroksidasi lipid membrane sel dan sitosol menyebabkan terjadinya proses

reduksi asam lemak sehingga mengakibatkan kerusakan membran dan organel

sel

3 Modifikasi protein teroksidasi oleh karena cross linking protein

Bila radikal bebas bertemu dengan asam lemak tak jenuh ganda daalam

membrane sel terjadi reaksi peroksidasi lipid membran sel menyebabkan

peningkatan fluiditas membran gangguan integritas membran dan inaktivasi

ikatan membran dengan enzim dan reseptor Tahap akhir dibebaskan aldehyde

seperti malondealdehyde pentane etana conjugated diane yang bersifat merusak

tubuh (Murray et al2000)

Pelatihan fisik berlebih menyebabkan terjadinya peningkatan lekosit atau

lekositosis peningkatan isoprostan dalam urin protein carbonil (73) catalase

(96) glutation peroksidase serta glutation teroksidasi (25) Dapat

disimpulkan pelatihan fisik berlebih merangsang respon biomarker stres oksidatif

(Murray et al 2000) Proses penuaan mengakibatkan penurunan sistem imun

sehingga meningkatkan resiko infeksi Menurut teori aktifitas sedang dapat

menangkal efek proses penuaan yang diakibatkan penurunan sistem imun Studi

23

yang dilakukan Shepard dan Shek menunjukkan bahwa aktifitas sedang dapat

ditoleransi dengan baik oleh individu lanjut usia dan menunjukkan penurunan

stimulasi proliferasi limfosit

Gejala ndash gejala yang dirasakan apabila melakukan pelatihan fisik berlebih

(overtraining) (Maffetone 2007)

1 Sering mengalami kegagalan dalam melakukan latihan yang biasanya kita

lakukan Kondisi fisik menjadi semakin lemah dan semakin lambat terjadi

kemunduran

2 Kehilangan otot dan terjadi penimbunan lemak Latihan fisik berlebih

meyebabkan rasio testosteron kortisol yang seharusnya positif yang berarti

lebih banyak otot dan lebih sedikit lemak menjadi negatif yang berarti cortisol

lebih tinggi dibanding testosteron yang berarti terjadi peningkatan resistensi

insulin dan penimbunan lemak

3 Merasa lemas mudah tersinggung sulit tidur

4 Persendian tulang dan anggota tubuh terasa sakit

Terjadinya DOMS (delayed onset muscle soreness) menunjukkan teknik

latihan yang salah atau postur saat latihan yang tidak tepat DOMS merupakan

respon alami yang akan hilang dalam waktu sehari atau 2 hari tetapi apabila

nyeri berkepanjangan menunjukkan adanya overtraining

5 Sering tiba-tiba jatuh sakit

Latihan fisik berlebih menurunkan sistem imun tubuh kita sehingga menjadi

lebih mudah sakit

24

Latihan fisik berat jangka panjang berkaitan dengan cedera serat

ototKerusakan yang terjadi berhubungan dengan intensitas durasi dan tipe

latihan Ketika cell death terbentuk jaringan nekrotik dibuang oleh sel fagosit

sel satelit teraktivasi menuju ke area yang cedera menjadi myoblast dan

selanjutnya menjadi serat otot Enzim otot yang dilepaskan tidak sepenuhnya

merefleksikan kerusakan struktural yang diperkirakan oleh analisis histologis

Perubahan penanda biologis cedera otot (seperti aktifitas kreatin kinase (CK)

lactate dehydrogenase (LDH) atau konsentrasi malondialdehyde di plasma

(MDA)) sering diperiksa selama overtraining Serum aktivitas CK dan

konsentrasi MDA plasma dapat gagal meningkat saat overtraining perubahan

parameter biokimia hanya merefleksikan otot dengan beban berlebih Setelah

olahraga yang lama pro-inflammatory cytokines diproduksi lokal pada otot

skeletal

Tanda dan gejala fisik latihan fisik berlebih (overtraining)

- Denyut jantung atau nadi yang meningkat saat istirahat

- Tidak toleransi terhadap latihan

- Penampilan yang menurun

- Penurunan berat badan berkurangnya massa otot tidak nafsu makan

- Kelelahan chronic fatigue lethargy

- Nyeri dan kerusakan otot nyeri sendi

- Mudah terserang flu pembengkakan kelenjar getah bening di leher

selangkangan dan ketiak

- Konstipasi atau diare

25

- Gangguan haid gangguan makan gangguan tidur

- Sakit kepala gangguan pencernaan

- Pemulihan yang berlangsung lambat setelah latihan

- Sendi otot tendon terasa kaku dan sakit

Tanda dan gejala psikologis

- Lelah capek kekurangan tenaga

- Insomnia sakit kepala tidak mampu untuk beristirahat

- Depresi gelisah cemas apatis

- Menurunnya kepercayaan diri

- Menurunnya kemampuan untuk berkonsentrasi

- Mudah stress

Efek biokimia dari Latihan Fisik Berlebih

- Meningkatnya serum kortisol dan SHBG

- Menurunnya serum total dan free testosterone rasio testosteron kortisol

- Menurunnya glikogen otot

- Menurunnya serum hemoglobin besi dan ferritin

Faktor yang mempengaruhi terjadinya overtraining

- Jetlag

- Bekerja terlalu keras

- Menstruasi

- Nutrisi gaya hidup yang buruk

- Kurang istirahat

- Terlalu banyak mengkonsumsi alkohol

26

- Kurangnya kemampuan mengatasi stress

Penanganan overtraining atau Latihan Fisik berlebih

- Massage

Massage pada jaringan dalam dapat melepaskan otot yang tegang

mempertahankan keseimbangan sistem muskulo-skeletal Pemijatan atau

massage yang teratur dapat membantu mencegah cedera yang mungkin

terjadi karena overuse

- Menggunakan roller busa

Penggunaan roller busa memungkinkan kita dapat melakukan massage

atau pemijatan sendiri Kita dapat juga memakai yang berbentuk bola atau

bola tenis untuk membantu menghilangkan rasa sakit Pemijatan ini dapat

dilakukan di tungkai lutut hamstring bahu punggung atau otot atau sendi

manapun

- Terapi suhu kontras

Air pancuran hangat dan dingin bergantian menstimulasi tubuh untuk

pulih lebih cepat Otot membawa impuls yang terasa pada kulit bagian

dalam tubuh di mana terjadi stimulasi sistem imun memperbaiki sirkulasi

dan pencernaan mempengaruhi produksi hormon stress meningkatkan

aliran darah mengurangi sensitivitas nyeri

- Pengaturan makanan

Membantu proses pemulihan penting untuk mengkonsumsi makanan

tinggi karbohidrat protein dan lemak sehat seperti Omega 3 omega 6

omega 9 asam lemak esensial Karbohidrat memberikan sumber tenaga

27

pada tubuh dan otak asam lemak esensial membantu mengurangi depresi

memperbaiki pemulihan protein akan membangun kembali otot yang

mengalami overtraining

- Mengkonsumsi vitamin

Ketika terjadi overtraining suplementasi sangat menguntungkan Vitamin

dan suplementasi mineral sebaiknya dikonsumsi pagi hari bersama dengan

makanan untuk penyerapan yang lebih baik

Defisiensi Vitamin yang biasa terjadi

- Vitamin A (Beta-Caroten)

- Vitamin B kompleks vitamin B12

- Vitamin C D E K

- Asam Folat

Defisiensi Mineral yang biasa terjadi

- Calcium

- Chromium

- Copper Iodine Iron

- Magnesium Fosfor

- Potassium

- Sodium

- Sulfur

- Zinc

28

25 Antioksidan

Radikal Bebas merupakan senyawa reaktif yang secara alami diproduksi

oleh tubuh manusia Radikal Bebas memberikan efek positif atau efek negatif

Untuk membatasi efek negatif tersebut dibutuhkan kompleks proteksi ndash sistem

antioksidan Sistem ini terdiri dari enzim antioksidan (katalase glutation

peroksidase superoksid dismutase) dan antioksidan non enzimatik ( vitamin E-

tokoferol vitamin A- retinol vitamin C- asam askorbat) Keseimbangan antara

produksi radikal bebas dan pertahanan antioksidan menunjukkan tingkat stress

oksidatif yang mungkin terlibat dalam proses penuaan dan pada beberapa

patologi (misalnya kanker Parkinson) (Winarsi 2007)

Latihan fisik juga meningkatkan stress oksidatif dan menyebabkan

gangguan homeostasis Latihan memberikan efek positif dan efek negatif

tergantung dari beban latihan spesifikasi latihan dan tingkat basal latihan Stress

oksidatif terlibat dalam terjadinya muscular fatigue dan mengarah ke

overtraining

Definisi antioksidan menurut Cadenas adalah suatu senyawa yang apabila

terdapat dalam jumlah yang lebih banyak dibanding senyawa yang teroksidasi

secara signifikan dapat menunda atau mencegah proses oksidasi senyawa tersebut

(Cadenas 2002) Secara kimia antioksidan adalah senyawa pemberi electron

Secara biologis antioksidan adalah senyawa yang mampu menangkal dan

meredam dampak negative oksidan dalam tubuh Antioksidan mendonorkan satu

elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa oksidan tersebut dapat

dihambat (Winarsi 2007)

29

Penting sekali keseimbangan antara oksidan dan antioksidan karena

berfungsi menjaga integritas dan berfungsinya membrane lipid protein sel dan

asam nukleat Senyawa asam lemak tak jenuh penyusun membrane lipid sangat

sensitive terhadap perubahan keseimbangan antara oksidan dan antioksidan

Menurut mekanisme kerjanya antioksidan dikelompokkan atas 3 yaitu

1 Antioksidan primer SOD katalase glutation peroksidase (GSH-Px)

Bekerja pembentukan senyawa radikal bebas yang telah terbentuk menjadi

molekul yang kurang aktifSedangkan antioksidan primer yang dapat

ditambahkan dari luar seperti glutation asam lipoat SOD melatonin

2 Antioksidan sekunder vitamin E vitamin C beta karoten flavonoid asam

urat albumin (Soewoto 2001)

Merupakan antioksidan eksogenous atau non enzimatis (Winarsi 2007)

Bekerja dengan cara memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal bebas

atau dengan cara menangkapnya

3 Antioksidan tertier meliputi system enzim DNA-repair dan metionin

sulfoksida reduktase Berfungsi dalam perbaikan biomolekuler yang rusak

akibat reaktivitas radikal bebas

26 Glutation sebagai antioksidan

Glutation merupakan tripeptida yang terdiri dari asam amino glutamat

sistein dan glisin (Cadenas 2002)Ikatan glutamat ndash sistein merupakan ikatan

isopeptida antara grup γ-karboksil dari glutamat dan grup α amino dari

sisteinIkatan unik ini membuat gluation tahan terhadap degradasi oleh proteases

30

dan peptidases yang berfungsi pada peralihan proteinMerupakan suatu

antioksidan yang mencegah kerusakan komponen seluler oleh reactive oxygen

species seperti radikal bebas dan peroksidGlutation bukan nutrisi esensial karena

disintesa di dalam tubuh dari asam amino L-sistein L-glutamic acid dan glycine

Gambar 21 Struktur GSH dan GSSG

Glutation terdapat pada sebagian besar sel tubuh tetapi terbanyak terdapat

di dalam hati Grup thiol (SH) dari sistein berfungsi sebagai donor proton dan

bertanggungjawab untuk aktifitas biologis glutation Provisi asam amino ini

merupakan faktor yang terbatas dalam sintesis glutation oleh sel karena sistein

relatif jarang pada makanan Apabila dilepaskan sebagai asam amino bebas

sistein adalah toksik dan secara spontan dikatabolisasi di saluran pencernaan dan

plasma darah

Glutation disintesis dalam 2 tahap

1 Gamma-glutamylcysteine disintesa dari L-glutamate dan sistein melalui enzim

gamma-glutamylcysteine sintetase (glutamate cysteine ligase GCL)

31

2 Glisin ditambahkan pada C-terminal dari gamma-glutamylcysteine melalui

enzim glutation sintetase

261 Fungsi Glutation

Glutation terdapat dalam bentuk tereduksi (GSH) dan teroksidasi (GSSG)

Grup thiol dari sistein mampu memberikan donor elektron ke molekul lain yang

tidak stabil seperti Reactive Oxygen Species (ROS) Pada saat mendonorkan

elektronnya glutation menjadi reaktif dan segera bereaksi dengan glutation reaktif

lainnya membentuk glutation disulfide (GSSG)Reaksi mungkin terjadi apabila

terdapat konsentrasi yang cukup tinggi di sel (sampai 5mm di hati) GSH dapat

terbentuk kembali dari GSSG oleh enzim glutation reduktase Pada sel atau

jaringan yang sehat terdapat lebih 90 dari total simpanan glutation terdapat

dalam bentuk tereduksi (GSH) dan kurang dari 10 dalam bentuk disulfide

(GSSG)

GSH ---- GSSG

Eliminasi ROS Menjaga protein thiols Antioxidant

dalam bentuk reduksi pools

Gambar 22 GSH Redox (Cadenas 2002)

GSH Redox merupakan indikator sentral keseimbangan antara stress

oksidatif dan system antioksidan GSH Redox berkaitan dengan detoksifikasi

Reactive Oxygen Species (ROS) berfungsi dalam mempertahankan tersedianya

antioksidan mempertahankan protein thiol dalam bentuk reduksi Rasio

32

GSHGSSG sering dipakai untuk mengekspresikan keseimbangan redox ini

Peningkatan rasio GSH-GSSG merupakan indikasi adanya Stress Oksidatif

(Goldman 2003)

Glutation mempunyai beberapa fungsi (Winarsih 2007)

- Sebagai antioksidan endogen mayor yang diproduksi oleh sel berpartisipasi

langsung pada netralisasi radikal bebas dan senyawa oksigen reaktif

mempertahankan antioksidan eksogen seperti vitamin C dan E pada bentuk

tereduksi (aktif)

- Pengaturan siklus nitric oxide yang sangat penting untuk kehidupan tetapi

dapat menjadi masalah apabila tidak teregulasi Digunakan untuk reaksi

metabolism dan biokimia seperti sintesis dan perbaikan DNA sintesis protein

sintesis prostaglandin transport asam amino dan aktivasi enzim Tiap sistem

di dalam tubuh kita dapat dipengaruhi oleh sistem glutation khususnya sistem

imun sistem saraf sistem gastrointestinal dan paru

Gambar 23 Detoksifikasi Lipid Hydroxyperoxides di usus halus

33

GSH yang ditransportasikan kedalam lumen digunakan untuk detoksifikasi

peroksid yang terbentuk dari makanan oleh glutation peroksidase (GSH Px)

Proses ini membutuhkan peroksid dan glutation yang tersedia di sel epitel GSSG

yang terbentuk direduksi kembali menjadi GSH oleh GSSG reduktase (GSSG

Rx) menggunakan NADPH sebagai reduktan

262 Suplementasi Glutation

Meningkatkan level GSH melalui suplementasi glutation langsung sulit

Penelitian terakhir menyatakan bahwa secara oral tidak diabsorpsi baik melalui

saluran pencernaan Studi mengenai konsumsi oral akut glutation dengan dosis

sangat besar 3 gram Witschi dan tim menemukan lsquoadalah tidak mungkin

meningkatkan glutation yang bermanfaat secara klinis dengan dosis tunggal 3

gram glutationrsquo

Glutation terdapat pada makanan sehari-hari sampai 150mghari dapat

diabsorpsi melalui intak di usus halus Individu sehat dengan asupan sulfur asam

amino (1-2 gramhari) jumlah GSH mungkin tidak cukup untuk mendapatkan

efek penting secara sistemik Individu dengan asupan sulfur asam amino yang

terbatas suplementasi GSH diperlukan untuk mempertahankan suplai GSH

sistemik dengan memperbaiki keseimbangan sulfur asam amino (Cadenas 2002)

Glutation hanya diabsorpsi di sel epitel oral dan traktus gastrointestinal

dan memberikan keuntungan kesehatan spesifik pada jaringan tersebut(Cadenas

2002)

34

SUPLAI HILANG

Makanan suplemen Degradasi

GSH

Empedu LUMINAL Uptake

Epitel Reaksi Detoksifikasi

Gambar 24 Supply dan Removal Glutation dalam lumen usus halus (Cadenas 2002) Glutation (GSH) disuplai ke dalam lumen intestinal melalui konsumsi oral

empedu dan sekresi epitel intestinal Jumlah yang disuplai dari empedu cukup

untuk mempertahankan jumlah 200microM pada tikus tetapi tidak cukup pada

manusia yang mengalami degradasi di duktus kantung empedu Jumlah yang

dikonsumsi melalui makanan bervariasi dan secara umum kurang dari 200 microM

Jumlah yang diberikan melalui epitel hanya sekitar 10 atau kurang

dibandingkan dengan yang disediakan oleh empedu Hilangnya Glutation karena

degradasi oleh γ-glutamyltranspeptidase dan dipeptidases pada permukaan sel

epitel ditransportasikan ke dalam sel oleh mekanisme sodium-dependent dan

sodium-independent konjugasi dengan elektrofil reaktif dikatalisasi oleh

glutathione-S transferase mucus (Cadenas 2002)

Vitamin D meningkatkan level glutation di otak dan tampaknya sebagai

katalis untuk produksi glutation Sejumlah vitamin D aktif di otak berikatan

dengan seberapa besar vitamin D3 baik melalui suplemen atau dibentuk di kulit

melalui paparan matahariHal ini menyatakan bahwa mengkonsumsi vitamin D

35

dan atau mendapat cukup paparan matahari meningkatkan produksi glutation

(Sellman 2009)

Konsentrasi glutation di plasma dan hati dapat ditingkatkan dengan

mengkonsumsi suplemen tertentu yang disebut GSH precursors N-asetilsistein

atau NAC glutation precursor yang paling memungkinkan Suplemen lain S-

adenosilmetionin (SAMe) dan whey protein juga dapat meningkatkan glutation

dalam sel (Sellman 2009)

NAC tersedia dalam bentuk obat dan sebagai suplemen generik Alpha

lipoic acid juga dapat mempertahankan glutation intraselular Melatonin dapat

menstimulasi enzim yang berkaitan glutation peroksidase dan silimarin ekstrak

dari biji tanaman milk thistle (Silybum marianum) juga mempunyai kemampuan

memperbarui level glutation

Glutation diatur dengan ketat di intraseluler dan dibatasi produksinya oleh

feedback negative inhibisi sintesisnya sendiri melalui enzim gamma-

glutamilsistein sintetase sehingga meminimalisir kemungkinan terjadinya

overdosis Penambahan glutation menggunakan precursor atau glutation intravena

adalah strategi untuk mengatasi defisiensi glutation stress oksidatif tinggi

defisiensi imun

Glutation yang rendah menunjukkan adanya pembuangan dan

keseimbangan negatif nitrogen seperti pada kanker AIDS sepsis trauma

terbakar dan bahkan atlet overtraining Suplementasi glutation dapat

memperbaiki proses ini dan contohnya pada AIDS memberi hasil adanya

perbaikan survival rates Bagimanapun studi mengenai kondisi ini belum dapat

36

membedakan glutation rendah sebagai akibat secara akut (pada pasien sepsis) atau

secara kronis (HIV) meningkatkan stress oksidatif dan peningkatan patologi

sebagai akibat defisiensi yang sudah ada sebelumnya

Skizofrenia dan gangguan bipolar berhubungan dengan glutation yang

rendah Stress oksidatif mungkin salah satu faktor dasar patofisiologi gangguan

bipolar gangguan depresif mayor dan skizofrenia Glutation (GSH) adalah

pemakan radikal bebas mayor di otakTidak adanya GSH meningkatkan

kerentanan sel terhadap stress oksidatif ditandai asetilsistein dapat mengurangi

gejala kedua gangguan tersebut

Glutation merubah level stress oksidatif pada sel yang diisolasi di

laboratorium sehingga dapat mengurangi perkembangan kanker Tes ini tidak

dilakukan pada manusia

Glutamat yang berlebihan di sinaps yang dapat dilepaskan pada kondisi

seperti cedera otak dapat menghambat pengambilan sistein senyawa pembentuk

glutation yang pentingTanpa proteksi dari cedera oksidatif oleh glutation sel-sel

dapat rusak atau mati (Sellman 2009)

Glutation juga mempunyai fungsi lain sebagai berikut (Sellman 2009)

Mencerahkan kulit

Mencegah menghilangkan jerawat dan bekas jerawat

Menghilangkan noda hitam

Anti aging dan anti kerut

Memberi nutrisi kulit

Membantu pemulihan luka

37

Membuat kulit menjadi halus segar dan bersinar

Kondisi kesehatan yang berhubungan dengan defisiensi glutation

Peningkatan proses penuaan

Kesulitan dalam keseimbangan

Gangguan mental

Masalah koordinasi

Gangguan sistem saraf

Akhir-akhir ini dipercaya sebagai penyebab lesi otak

Kanker HIV Katarak Diabetes Mellitus

Jumlah sperma yang rendah

263 Glutation Precursor (Sellman 2009)

Glutation Precursor disebut juga sebagai building-block dari glutation

yaitu N-asetilsistein atau NAC dan whey protein tidak terdenaturasi

Nasetilsistein adalah obat farmasi yang biasa digunakan bertahun-tahun untuk

mengobati overdose asetaminofen Hal ini sangat efektif ketika diberikan dalam

dosis besar di ruang darurat ketika seseorang akan mengalami gagal hati karena

overdosis asetaminofen komposisi aktif dari Tylenol

Efek sampingnya adalah bercak-bercak kemerahan bersin mual

anafilaksis reaksi alergi yang berupa kesulitan bernafas karena bronkospasme

tekanan darah menurun angioedema muntah kram diare Walaupun jarang

kematian pernah dilaporkan karena N-asetilsistein Beberapa orang mendapatkan

rasa dan bau yang tidak dapat diterima karena kandungan sulfur di dalamnya

38

Pengggunaan teratur untuk menaikkan kadar glutation tidak direkomendasikan

untuk anak-anak dan bayi Masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk

menentukan keamanan N-asetilsistein untuk penggunaan jangka panjang

Whey protein tidak terdenaturasi merupakan nutraceutical atau medicinal

foodSenyawa ini memberikan ikatan sistein ke sel-sel di mana glutation dapat

terbentuk di tempat tersebut

Beberapa kondisi yang tidak dapat mengkonsumsi whey protein

- Pasien dengan alergi protein susu

- Pasien dengan diet rendah protein

- Pasien yang sedang menjalani terapi imunosupresif

Efek sampingnya adalah kembung perut kram urtikaria Efek samping

karena overdosis tidak terjadi karena sel hanya membuat sebatas yang dibutuhkan

apabila berlebih kelebihan disimpan di hati dan ginjal sampai suatu saat kalau

dibutuhkan

264 Sumber Glutation dari makanan

Sumber glutation dari makanan yang disarankan adalah asparagus bayam

brokoli bawang putih kale bawang watercress kol Brussel sprout beberapa

bumbu seperti kunyit kayu manis semangka alpukat anggur peach jeruk

walnut granola daging kalkun dan daging ayam keju cottage dan yoghurt

39

Tabel 21 Makanan yang mengandung Glutation (Cadenas2002)

GSH Food Group mg100 g mgsaji Buah segar Apel 33 46 Pisang 41 48 Anggur 79 146 Jeruk 73 106 Semangka 66 283 Sayuran segar Asparagus dimasak 283 263 Alpukat 277 313 Brokoli dimasak 91 78 Wortel mentah 79 59 Tomat 90 109 Daging Hamburger 175 149 Ham rebus 233 13 Ayam digoreng 131 134 Sereal biji-bijian Cornflakes 00 00 Roti whole wheat 12 06 Roti putih 00 00 Nasi putih enriched dimasak 16 21 Produk Susu Susu whole 00 00 Keju Amerika 00 00 Yoghurt plain lowfat 00 00 Es krim 10 lemak 00 00

40

BAB III

KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

31 Kerangka Berpikir

Faktor penyebab penuaan antara lain faktor internal dan faktoreksternal

Faktor internal meliputi radikal bebas glikosilasi metilasi hormon yang

berkurang apoptosis system kekebalan tubuh yang menurun genetik Faktor

eksternal meliputi gaya hidup tidak sehat polusi lingkungan stress kemiskinan

kebiasaan yang salah olahraga berlebihan (overtraining) Berbagai faktor di atas

menyebabkan terjadinya penurunan fungsi tubuh dan terjadilah penuaan

Kerangka konsep penelitian berdasarkan teori bahwa salah satu penyebab

penuaan adalah radikal bebas Bila jumlah radikal bebas melebihi jumlah

antioksidan di dalam tubuh terjadilah stress oksidatif Radikal bebas dapat

merusak membran sel protein DNA dan berakibat fatal bagi kelangsungan hidup

sel jaringan Stress oksidatif yang berlangsung lama akan mengakibatkan

terjadinya penumpukan hasil kerusakan oksidatif di dalam sel dan jaringan

selanjutnya sel dan jaringan tersebut akan kehilangan fungsinya dan akhirnya

mati

Olahraga berlebih meningkatkan stress oksidatif karena terdapat

peningkatan konsumsi O2 oleh aktivitas otot skeletal Oksigen juga dapat bersifat

toksik yang dapat memicu peningkatan Reactive Oxygen Species (ROS)Organ

yang tidak mendapat cukup oksigen dan nutrisi menjadi iskemik dan terjadi

kerusakan mikrovaskular (Reperfusion Injury) memicu peningkatan radikal

40

41

bebas Dengan pemberian antioksidan Glutation yang merupakan antioksidan

master diharapkan dapat mencegah kerusakan lebih lanjut yang diakibatkan oleh

radikal bebas dengan cara melindungi sel dari Reactive Oxygen Species (ROS)

dan dapat dilihat melalui parameter MDA yang mengalami penurunan

32 Konsep Penelitian

Konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Gambar 31 Konsep Kadar MDA pada tikus yang diberikan Pelatihan Fisik Berlebih+ Placebo dan Pelatihan Fisik Berlebih + Glutation

FAKTOR INTERNAL

- Jenis Kelamin

- Usia

- Genetik

- Hormon

- Psikologis

FAKTOR EKSTERNAL

- Makanan

- Cuaca iklim

- Penyakit

- Exercise

GLUTATION

TIKUS

KADAR MDA

42

33 Hipotesis

Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan kadar MDA

tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

43

BAB IV

METODE PENELITIAN

41 Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksterimental dengan rancangan

randomized pre test-post test control group design (Poccock et al 2008)

Subyek terdiri dari 2 kelompok yaitu

1 Kelompok 1 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+ Placebo

2 Kelompok 2 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation

Semua kelompok sebelum perlakuan diberikan pre test (O1 O3) dan

dihitung rerata untuk masing-masing kelompok

Setelah perlakuan semua kelompok diberikan post test (O2 O4) dan

dihitung rerata untuk masing-masing kelompok

Kemudian dihitung perbedaan rerata antara pre test dan post test dari

masing-masing kelompok lalu hasil perbedaan tersebut dibandingkan secara

statistik

Gambar 41 Rancangan Penelitian

P S

43

R R

O1 P1 O2

O3 P2 O4

44

Keterangan

P = populasi

S = sampel

R = random

O1 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah mendapatkan

pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan placebo (pre test)

O2 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah diberikan pelatihan

fisik berlebih setelah diberikan placebo (post test)

O3 = observasi data MDA kelompok perlakuan setelah diberikan

pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan Glutation (pre test)

O4 = observasi data MDA kelompok perlakuan diberikan pelatihan fisik

berlebih setelah diberikan Glutation (post test)

P1 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih+ placebo

P2 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation

42 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran

Universitas Udayana pada bulan Januari ndash Maret 2012 Pemeriksaan MDA darah

tikus dikerjakan di bagian Program Antar Unit Universitas Gajah Mada

Jogyakarta

45

43 Populasi dan Sampel

431 Populasi

Subyek penelitian adalah tikus jantan dewasa galur Wistar yang berusia 2-

25 bulan dan dalam kondisi fisik sehat

432 Kriteria Sampel

4321 Kriteria Inklusi

Kriteria Inklusi yang ditetapkan sebagai sampel adalah sebagai berikut

a Tikus jantan dewasa galur Wistar

b Umur 2-25 bulan

c Berat badan plusmn200 gram

d Sehat

e MDA ge 5mmollt

4322 Kriteria Drop Out

Adalah sampel yang mati pada waktu penelitian

433 Besar Sampel

Besar sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini dihitung berdasarkan

rumus Poccock (2008)

Angka μ1 (5) dan μ2 (12) didapatkan dari penelitian sebelumnya (Ji 1998)

n=

46

= asymp 7

Keterangan

n = jumlah sampel

σ = standar deviasi kelompok perlakuan dengan pemberian

glutation (15)

f ( ) = besarnya didapat dari tabel (Poccock 2008)

μ1 = rerata hasil MDA pada kelompok perlakuan sesudah

pemberian glutatioacuten (5)

μ2 = rerata hasil MDA pada kelompok pre test (12)

Jadi jumlah sampel (n) = 675 dan ditambah 3 ekor tikus untuk masing-

masing kelompok sebagai cadangan Jadi total 20 ekor tikus dengan 10

ekor tikus untuk masing-masing kelompok

434 Teknik Pengambilan Sampel

Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat

sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi diambil secara acak

sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi

2 kelompok yaitu kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+placebo kelompok

dengan pelatihan fisik berlebih + glutation

47

44 Variabel Penelitian

441 Klasifikasi Variabel

Variabel penelitian dibedakan menjadi

1 Variabel Bebas dosis pemberian glutation

2 Variabel Tergantung kadar MDA

3 Variabel Terkendali varian tikus jantan (galur wistar) jenis

kelamin umur berat badan lingkungan

(pencahayaan suhu kelembaban nutrisi

kandang)

Gambar 42 Bagan Hubungan Antar Variabel

VARIABEL BEBAS

- Pelatihan fisik berlebih

- Glutation 37mg kgBBhari

VARIABEL TERGANTUNG

KADAR MDA

VARIABEL TERKENDALI

Varian tikus

Jenis kelamin umur berat badan

Pencahayaan suhu kelembaban nutrisi kandang

Makanan minuman

48

442 Definisi Operasional Variabel

1 Pelatihan fisik berlebih pada tikus adalah pelatihan yang berlebihan

yang diukur berdasarkan kemampuan maksimal berenang tikus pada

ember berdiameter 35 cm dengan kedalaman air 20 cm yang

dilakukan 60 menithari selama 35 hari pada waktu yang sama pada

suhu 32 derajat (Binekada 2002 dan Pepe2011)

2 Glutation yang diberikan adalah Glutation Teofarma injeksi sediaan

600mg 4 ml Dosis pemberian Glutation adalah pemberian sediaan

antioksidan Glutation dalam bentuk suntikan intraperitoneal yang

diberikan 1x sehari dan diberikan 6 jam sebelum pelatihan fisik

berlebih Dosis pemberian Glutation mengacu pada penelitian yang

dilakukan sebelumnya oleh Ji L L yaitu 37mgkgBBhari yang

dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril secara intraperitonial

3 MDA merupakan salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada

membran sel dan merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan

oleh radikal bebas Pengukuran kadar MDA menggunakan metode

Thiobarbituraic Acid Reactive Substances (TBARS) Pembacaan hasil

dengan menggunakan spektrofotometer Satuan MDA dalam mmoll

4 Cahaya suhu dan kelembaban merupakan kondisi lingkungan yang

dialami tikus jantan dewasa Pada penelitian ini kondisi lingkungan

selama percobaan dibuat sama

5 Berat badan tikus adalah berat badan yang ditimbang dengan

timbangan gram

49

6 Umur tikus adalah umur yang ditentukan dengan melihat tanggal

kelahiran yang dicatat pada kandang percobaan

7 Kondisi peneliti yang meliputi kesehatan fisik dan psikis peneliti

Penelitian dilaksanakan saat kondisi peneliti dalam keadaan baik

sehingga pengaruhnya terhadap hasil penelitian dapat diabaikan

45 Bahan dan Alat Penelitian

451 Bahan Penelitian

Glutation injeksi

Tikus jantan

Makanan tikus berupa pellet dan air minum dari air ledeng

Aquades steril

EDTA (Ethylenediamine tetraacetic acid)

Reagensia untuk pengukuran kadar MDA

452 Alat Penelitian

Alat yang dipakai dalam pengambilan data penelitian ini adalah

- Kandang tikus terbuat dari besi yang di dalamnya terdapat sekam dan

botol minuman

- Ember berdiameter 35 cm dan kedalaman air 20 cm

- Stopwatch

- Timbangan

- Spuit injeksi 1 ml

50

- Sarung tangan

- Kapas dan alkohol 70

- Tabung Evendorf

- Mikropipet

- Pipet kapiler

- Sentrifugasi

46 Prosedur Penelitian

1 Tikus jantan dewasa (Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan

berat badan plusmn200gram dilakukan aklimatisasi selama 2 minggu di

tempat penelitian untuk penyesuaian dengan lingkungan

2 Semua sampel tikus diberi perlakuan yang sama yaitu diberikan

pelatihan fisik berlebih dengan cara berenang sampai kelelahan pada

hari ke 7 kedua kelompok tersebut dilakukan pemeriksaan MDA

3 Mulai hari ke 8 ndash 35 sampel tikus yang berjumlah 20 ekor dibagi atas 2

kelompok di mana kelompok 1(kontrol) diberikan pelatihan fisik

berlebih + injeksi aquabidest intraperitoneal enam jam sebelum

perlakuan aktifitas berlebih kelompok ke 2 (perlakuan) diberikan

pelatihan fisik berlebih + injeksi intraperitoneal glutation 37

mgkgBBhari yang sudah dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril

4 Pada hari ke 35 dilakukan pemeriksaan kadar MDA pada masing-

masing tikus setelah bulu tikus kering

51

5 Selama penelitian hewan coba diberikan makanan dan minuman secara

teratur kebersihan dan kenyamanan kandang dijaga

461 Alur Penelitian

TIKUS ADAPTASI 2 MINGGU

PELATIHAN FISIK BERLEBIH 1 MINGGU

MDA

KELOMPOK 1 KELOMPOK 2

PELATIHAN FISIK BERLEBIH PELATIHAN FISIK BERLEBIH

+ AQUABIDEST (28 hari) +GLUTATION 37mgkgBBhari

28 HARI 28 HARI

MDA

Gambar 43 Bagan Alur Penelitian

462 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium

Pemantauan keselamatan tikus jantan (galur Wistar) di laboratorium

(Smith et al1988 Ngatidjan 2006) adalah sebagai berikut

1 Kandang tikus jantan harus cukup kuat tidak mudah rusak teratur dibersihkan

(1x seminggu) mudah dipasang kembali hewan tidak mudah lepas tahan

52

gigitan hewan kelihatan jelas dari luar Alas tempat tidur terbuat dari serbuk

gergaji atau sekam padi agar mudah menyerap air

2 Luas lantai yang memadai untuk tikus jantan dengan berat badan plusmn200 gram

adalah 60cm persegi dan tinggi 20 cm

3 Diciptakan suasana lingkungan yang stabil dan sesuai keperluan fisiologi tikus

jantan di mana kelembaban suhu pertukaran udara yang ekstrim harus

dihindari

4 Hewan coba hendaknya diperlakukan dengan kasih sayang

47 Pengolahan dan Analisis Data

Analisis data yang digunakan adalah

1 Analisis Deskriptif

2 Uji normalitas data dilakukan dengan tes Shapiro-Wilk Distribusi data

normal dengan nilai pgt005

3 Uji homogenitas dilakukan dengan Lavenersquos Test Data dinyatakan

homogen dengan nilai pgt005

4 Karena data berdistribusi normal dan homogen maka untuk uji

komparabilitas dipakai

- Uji t independent untuk membandingkan rerata kadar MDA antar

kelompok

- Uji Paired T- Test untuk membandingkan rerata kadar MDA pre

dan post masing-masing kelompok

- Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau

dinyatakan berbeda bila plt005

53

BAB V

HASIL PENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 20 ekor tikus jantan dewasa

(Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan berat badan plusmn200 gram sebagai

sampelyang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah 10 ekor

yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dankelompok

perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) Dalam penyajian hasil ini diuraikan

uji normalitas data uji homogenitas data uji komparabilitas dan uji efek

perlakuan

51 Uji Normalitas Data

Data Kadar MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan

pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji

Shapiro-Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005)

disajikan pada Tabel 51

53

54

Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing Kelompok Sebelum

dan Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Perlakuan n p Keterangan

Kadar MDA kontrol pre

Kadar MDA perlakuan pre

Kadar MDA kontrol post

Kadar MDA perlakuan post

10

10

10

10

0965

0550

0975

0697

Normal

Normal

Normal

Normal

52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok

Data Kadar MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun

sesudah perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test

Hasilnya menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52

Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA Sebelum dan

Sesudah Perlakuan

Variabel F p Keterangan

Kadar MDA pre

Kadar MDA post

0016

0592

0901

0452

Homogen

Homogen

53 Kadar MDA

531 Uji komparabilitas

Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata kadar MDA

antar kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan

55

glutation Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada

Tabel 53 berikut

Tabel 53

Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata

Kadar MDA

SB T P

Aktivitas berlebih dan

placebo

Aktivitas berlebihdan

glutathion

10

10

518

529

028

029

089 0386

Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok

kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 518028mmoll dan rerata

kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 529029mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 089 dan nilai

p = 0386 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan

berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya tidak berbeda secara

bermakna (p gt 005)

532 Analisis efek perlakuan

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kadar MDA antar

kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation

56

Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54

berikut

Tabel 54 Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata

Kadar MDA

SB T P

Aktivitas berlebih dan

placebo

Aktivitas berlebihdan

glutathion

10

10

778

444

023

017

3672 0001

Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok

kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata

kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 444017mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 3672 dan nilai

p = 0001 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan

berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya berbeda secara

bermakna (p lt 005)

57

Gambar 51 Perbedaan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

533 Analisis Komparasi Sebelum dengan Sesudah Perlakuan

Analisis komparasi diuji berdasarkan rerata kadar MDA antara sebelum

dengan sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation Hasil

analisis kemaknaan dengan uji t-paired disajikan pada Tabel 55 berikut

Tabel 55 Analisis KomparasiKadar MDA antara Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Kelompok Beda Rerata

pre ndash post p Keterangan

Aktivitas berlebih dan placebo

Aktivitas berlebih dan

glutathion

260

085

0001

0001

Meningkat

Menurun

58

Berdasarkan uji t-paired didapatkan bahwa ada penurunan kadar MDA

pada kelompok perlakuan secara bermakna sebesar 085mmoll sedangkan pada

kelompok kontrol mengalami peningkatan secara bermakna sebesar 260mmoll

59

BAB VI

PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian

Untuk menguji efek pemberian glutation terhadap penurunan kadar MDA

maka dilakukan penelitian terhadap 20 ekor tikus jantan dewasa (Galur Wistar)

sebagai sampel yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah

10 ekor yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dan

kelompok perlakuan (pelatihan fisik berlebih dan glutation)

62 Efek Pelatihan Fisik Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA

Hasil penelitian dan analisis data terhadap kadar MDA darah pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji

normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan homogenitas (Levenersquos test) pre-test dan post-

test masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)

Uji perbandingan 1 minggu pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan

injeksi antara kedua kelompok menggunakan uji t-independent Rerata kadar

MDA kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) adalah

518028mmoll dan rerata kelompok pelatihan fisik berlebih dan glutation

adalah 529029mmoll Analisis kemaknaan dengan uji t-independent

menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna kadar MDA darah antara

kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa

kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan injeksi rerata kadar MDAnya tidak

59

60

berbeda secara bermakna

Uji perbandingan setelah pemberian placebo dan glutation antara kedua

kelompok menggunakan t-independent Rerata kadar MDA kelompok kontrol

(aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata kelompok

perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) adalah 444017mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent antara kedua kelompok sesudah diberikan

placebo dan glutation menunjukkan perbedaan kadar MDA secara bermakna

(plt005) Hal ini berarti bahwa kelompok yang diberikan perlakuan berupa

placebo dan glutation 6 jam sebelum diberikan pelatihan fisik berlebih dengan

cara merenangkan selama 60 menit hari selama 35 hari rerata kadar MDA

berbeda secara bermakna Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh

untuk melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam

organ dan pembuluh darah (Giriwijoyo 2004)

Peningkatan kadar MDA sesudah diberikan pelatihan fisik berlebih pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan disebabkan karena pelatihan fisik

berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena terjadi peningkatan konsumsi

oksigen oleh aktifitas otot skeletal Stress oksidatif memicu peningkatan senyawa

oksigen reaktif Pada pelatihan fisik berlebih juga terjadi Reperfusion Injury yang

memicu terjadinya kerusakan jaringan dan peningkatan radikal bebas (Adiputra

2008) Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara menarik elektronnya

sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan sampai kematian sel

(Suryohudoyo 2000)

Pada penelitian ini didapatkan bahwa sesudah diberikan pelatihan fisik

61

berlebih dan placebo terjadi peningkatan kadar MDA sebesar 5024 Kadar

MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel (Winarsi

2007) Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pepe

(2011) bahwa pelatihan fisik berlebih meningkatkan kadar MDA Lebih lanjut

Murray et al (2000) juga menyatakan bahwa pelatihan fisik berlebih merangsang

respon biomarker stres oksidatif Sedangkan pada kelompok perlakuan yang

diberikan aktifitas berlebih dan glutation terjadi penurunan kadar MDA sebesar

1607 Terjadinya penurunan kadar MDA pada kelompok yang diberikan

glutation 6 jam sebelum melakukan pelatihan fisik berlebih disebabkan karena

pemberian antioksidan meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan

cara mendonorkan elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa

oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsi 2007) Glutation merupakan antioksidan

endogen yaitu antioksidan yang dapat disintesa dalam tubuh dari asam amino L-

sistein L-glutamat dan glisin (Cadenas 2002) yang juga sebagai master

antioksidan yaitu antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain

Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan

Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik (Hersh 2004) Glutation

merupakan salah satu antioksidan yang tidak dapat menjadi pro oksidan (Cadenas

2002) Normalnya sekali suatu antioksidan memakan radikal bebas antioksidan

ini menjadi teroksidasi sendiri dan menyerang sel yang sehat yang disebut

sebagai pro oksidan Glutation dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang

teroksidasi tersebut menjadi bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali

dalam memakan radikal bebas (Sellman 2009) Sehingga dengan demikian

62

glutation dapat membantu dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Urso

(2003) bahwa suplementasi antioksidan dapat mengatasi kondisi stress oksidatif

yang terjadi pelatihan fisik berlebih

Uji perbandingan antara data MDA pre dan post masing-masing kelompok

digunakan uji t-paired test Berdasarkan uji ini didapatkan hasil pada kelompok

perlakuan terjadi penurunan kadar MDA secara bermakna sebesar 085 mmollt

sedangkan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan kadar MDA secara

bermakna sebesar 260mmollt Terjadi penurunan kadar MDA pada kelompok

perlakuan menunjukkan pemberian antioksidan Glutation intraperitoneal dosis

37mgkgBBhari dapat mengatasi kondisi stress oksidatif yang terjadi pada

pelatihan fisik berlebih Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh

Urso (2003)

63

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

71 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan sebagai

berikut Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA

tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

72 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah

1 Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja glutation

yang lebih detail

2 Memperhatikan takaran latihan supaya tidak berlebihan yang justru akan

meningkatkan kerusakan sel

3 Perlu dilakukan uji klinis pada manusia

63

64

DAFTAR PUSTAKA

Adiputra N 2008Kesehatan Olah Raga Available from httpwwwbalihesgorgindexphpoption=com Accessed 2011 Oct 5th

Anonim 2011 Glutathione Available at

httpenwikipediaorgwikiGlutathione Accessed 2011 Oct 5th Anonim 2011 Overtraining Available at

httpwwwmarksdailyapplecomovertraining Accessed 2011 Oct5th

Asikin N 2001Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan InKursus Penyegaran dan Pelatihan Radikal bebas dan Antioksidan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta Fakultas Kedokteran UI

Bagiada NA 2001 Proses Penuaan dan Penanggulangannya Denpasar

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hal 22 Banerjee AK Mandal A Chanda D Chahraboti S 2003 Oxidant

Antioxidant and Physical ExerciseAvailable from httpwwwncbinlmnihgovpubmed14619981 accesed 2011 Sept 2nd

Binekada MC 2002 ldquoPelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Konsentrasi dan

Motilitas Spermatozoa Mencitrdquo(tesis) Denpasar Universitas Udayana

Cadenas E Jones PD 2002Bioavailability of Glutathione In Cadenas E

Packer L editorsHandbook of Antioxidants2nd Ed New York Marcel DekkerInc p549-564

Catala A 2006Lipid PeroxidationInt J Biochem Cell Biol 38 1482-1495 Dalle-DonneI Rossi R ColomboR Giustarini D Milzani

A2006Biomarkers of Oxidative Damage in Human Disease Available from httpwwwredorbitcomnewsscience473334biomarkersof oxidative damage in human diseaseindexhtmlaccessed2011 Sept 5th

Fouad T 2007 Free radicals Types Sources and Damaging Reaction

Relations Available from

64

65

wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th

Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th

Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112

Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors

ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their

Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69

Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan

Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th

Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz

R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155

Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester

Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th

Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala

T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200

Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and

Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders

66

Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana

LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia

Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647

Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from

httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit

Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK

Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620

Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji

Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah

Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009

Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan

Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132

Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde

Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521

Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley

Medical Publicationsp 123-141

Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI

Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable

from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer

67

Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole

Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam

Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI

Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam

Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya

Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan

Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47

Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant

Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th

Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan

Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105

68

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965

Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975

Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753

Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

69

Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan

Group Statistics

Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887

Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215

Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260

Perlakuan 10 42500 23348 07383

Independent Samples Test

Levenes Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df

Sig (2-

tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence Interval of the

Difference Lower Upper

Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428

Equal variances not assumed

-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429

Post1

Equal variances assumed 592 452 367

22 18 000 333700 09087 314608 352792

Equal variances not assumed

36722 16855 000 333700 09087 314515 352885

Post2

Equal variances assumed 906 354 264

19 18 000 239500 09066 220454 258546

Equal variances not assumed

26419 16265 000 239500 09066 220307 258693

70

Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis

(Laurence amp Bacharach 1964)

2g mencit 20g tikus 400g marmot

l5Kg kelinci

20Kg kucing

40Kg kera

120Kg anjing

70Kg manusia

20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879

200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560

400 g marmot

008 057 10 225 24 52 102 315

l5Kg kelinci

004 025 044 10 106 24 45 142

20Kg kucing

003 023 042 092 10 22 41 130

40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61

120Kg anjing

0008 006 010 0022 024 052 10 31

70Kg manusia

00026 0018 0031 007 0013 016 032 10

71

Lampiran 4

Foto Penelitian

Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)

72

Lampiran 5

Data Hasil Penelitian

Kelompok Kontrol

Pre test Post test Pre test Post Test

752 647 769 694

779 670 773 664

745 660 803 653

769 643 817 677

783 653

786 684

Kelompok Perlakuan

Pre Test Post test

412 391

436 412

442 425

425 401

453 436

466 442

432 405

456 432

470 453

476 463

Page 37: PEMBERIAN INJEKSI GLUTATION INTRAPERITONEAL

19

3 Testosteron

Hormon yang penting untuk wanita dan pria dalam mempertahankan tonus

volume kekuatan otot meningkatkan angka rata metabolisme basal

menurunkan lemak tubuh dan merasa lebih percaya diri Diproduksi oleh

ovarium pada wanita dan testis pada laki-laki Testosteron pada wanita hanya

sepersepuluh kadar testosteron pada laki-laki Pada wanita testosteron

berperan pada pengaturan libido dan orgasme Produksi pada wanita menurun

saat menjelang menopause sedangkan pada pria pada usia memasuki usia 40

tahun Kadar testosteron darah mulai meningkat setelah 20 menit olahraga

baik pada wanita maupun pria dan tetap tinggi sampai 1-3 jam setelah

olahraga

4 Estrogen

Estrogen secara biologis aktif adalah 17 beta estradiol meningkatkan

pemecahan lemak dari lemak tubuh sehingga dapat digunakan sebagai sumber

tenaga meningkatkan rata-rata metabolisme basal meningkatkan mood

meningkatkan libido Hormon ini disekresi oleh ovarium meningkat saat

olahraga dan tetap meningkat sampai 1-4 jam setelah olahraga

5 Thyroxine (T4)

Hormon yang diproduksi oleh kelenjar tiroid meningkatkan metabolisme

hampir semua sel dalam tubuh Peningkatan metabolisme ini membantu kita

merasa lebih energik dan juga menyimpan kalori penting untuk penurunan

berat badan Kadar tiroksin dalam darah meningkat sekitar 30 selama

20

olahraga dan tetap meningkat sampai beberapa jam sesudahnya Olahraga

yang teratur juga meningkatkan level tiroksin saat istirahat

6 Epinephrine

Hormon yang diproduksi oleh medulla adrenal yang meningkatkan jumlah

darah yang dipompa oleh jantung dan mengarahkan aliran darah ke tempat

yang diharapkan Stimulasi pemecahan glikogen (karbohidrat yang disimpan)

dalam otot yang aktif dan hati untuk digunakan sebagai sumber tenaga

Menstimulasi pemecahan lemak (lemak yang disimpan dalam otot yang aktif)

dan digunakan sebagai sumber tenaga Sejumlah epinefrin yang dilepaskan

berhubungan dengan intensitas dan durasi latihan

7 Insulin adrenalin

Hormon yang penting dalam mengatur gula darah dan asam lemak (lemak)

dan asam amino (protein) dalam sel Sekresi insulin oleh pancreas meningkat

sehubungan dengan respon meningkatnya kadar gula darah dan protein yang

biasa terjadi setelah makan Semakin banyak gula sederhana yang dikonsumsi

semakin tinggi respon insulin Meningkatnya insulin menyebabkan produksi

lemak sehingga insulin sering disebut sebagai hormon lemak atau fat

hormone Pada orang dengan berat badan berlebih terjadi resistensi insulin

sehingga diperlukan insulin dalan jumlah yang lebih besar untuk didapatkan

efek yang sama sehingga didapatkan kadar insulin darah yang lebih tinggi dan

latihan aerobik setiap hari Kadar insulin darah mulai menurun 10 menit saat

olahraga dan terus menurun sekitar 70 menit olahraga Olahraga yang teratur

juga meningkatkan sensitivitas sel terhadap insulin dalam keadaan istirahat

21

8 Glucagon

Hormon yang diproduksi oleh pankreas tugasnya meningkatkan kadar gula

darah Saat gula darah rendah glukagon disekresi dan menyebabkan simpanan

karbohidrat di dalam hati dilepaskan ke aliran darah untuk meningkatkan

kadar gula mencapai kadar normal Glukagon juga menyebabkan

dipecahkannya lemak sehingga dapat digunakan sebagai bahan bakar atau

sumber tenaga Glukagon mulai disekresi pada 30 menit awal olahraga ketika

gula darah mulai menurun

242 Pelatihan Fisik Berlebih

Pelatihan fisik berlebih menimbulkan gangguan pada sistem endokrin

terjadi peningkatan kadar kortisol dan penurunan kadar testosteron (Maffetone

2007) peningkatan ACTH penurunan LH plasma

Sindrom pelatihan fisik berlebih dalam jangka panjang mengakibatkan

terjadinya inflamasi infeksi yang lebih lanjut dapat mempengaruhi kesehatan

secara umum Aktifitas berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena

terjadi peningkatan konsumsi O2 oleh aktifitas otot skeletal Meskipun oksigen

dibutuhkan oksigen juga bersifat toksik yang dapat memicu peningkatan ROS

Pada organ yang tidak mendapat oksigen dan nutrisi yang cukup akan

menimbulkan keadaan iskemik dan kerusakan mikrovaskular Keadaan ini disebut

sebagai Reperfusion Injury yang memicu terjadinya kerusakan jaringan dan

peningkatan Radikal Bebas

22

Pelatihan fisik berlebih meningkatkan terbentuknya Radikal Bebas

(Adiputra 2008) Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh untuk

melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam organ dan

pembuluh darah (Giriwijoyo 2004) Apabila berlebih menyebabkan kerusakan

sel dengan 3 cara (Kumar et al2005 Ebenhardt 2001)

1 Kerusakan DNA mengakibatkan mutasi DNA bahkan kematian sel

2 Peroksidasi lipid membrane sel dan sitosol menyebabkan terjadinya proses

reduksi asam lemak sehingga mengakibatkan kerusakan membran dan organel

sel

3 Modifikasi protein teroksidasi oleh karena cross linking protein

Bila radikal bebas bertemu dengan asam lemak tak jenuh ganda daalam

membrane sel terjadi reaksi peroksidasi lipid membran sel menyebabkan

peningkatan fluiditas membran gangguan integritas membran dan inaktivasi

ikatan membran dengan enzim dan reseptor Tahap akhir dibebaskan aldehyde

seperti malondealdehyde pentane etana conjugated diane yang bersifat merusak

tubuh (Murray et al2000)

Pelatihan fisik berlebih menyebabkan terjadinya peningkatan lekosit atau

lekositosis peningkatan isoprostan dalam urin protein carbonil (73) catalase

(96) glutation peroksidase serta glutation teroksidasi (25) Dapat

disimpulkan pelatihan fisik berlebih merangsang respon biomarker stres oksidatif

(Murray et al 2000) Proses penuaan mengakibatkan penurunan sistem imun

sehingga meningkatkan resiko infeksi Menurut teori aktifitas sedang dapat

menangkal efek proses penuaan yang diakibatkan penurunan sistem imun Studi

23

yang dilakukan Shepard dan Shek menunjukkan bahwa aktifitas sedang dapat

ditoleransi dengan baik oleh individu lanjut usia dan menunjukkan penurunan

stimulasi proliferasi limfosit

Gejala ndash gejala yang dirasakan apabila melakukan pelatihan fisik berlebih

(overtraining) (Maffetone 2007)

1 Sering mengalami kegagalan dalam melakukan latihan yang biasanya kita

lakukan Kondisi fisik menjadi semakin lemah dan semakin lambat terjadi

kemunduran

2 Kehilangan otot dan terjadi penimbunan lemak Latihan fisik berlebih

meyebabkan rasio testosteron kortisol yang seharusnya positif yang berarti

lebih banyak otot dan lebih sedikit lemak menjadi negatif yang berarti cortisol

lebih tinggi dibanding testosteron yang berarti terjadi peningkatan resistensi

insulin dan penimbunan lemak

3 Merasa lemas mudah tersinggung sulit tidur

4 Persendian tulang dan anggota tubuh terasa sakit

Terjadinya DOMS (delayed onset muscle soreness) menunjukkan teknik

latihan yang salah atau postur saat latihan yang tidak tepat DOMS merupakan

respon alami yang akan hilang dalam waktu sehari atau 2 hari tetapi apabila

nyeri berkepanjangan menunjukkan adanya overtraining

5 Sering tiba-tiba jatuh sakit

Latihan fisik berlebih menurunkan sistem imun tubuh kita sehingga menjadi

lebih mudah sakit

24

Latihan fisik berat jangka panjang berkaitan dengan cedera serat

ototKerusakan yang terjadi berhubungan dengan intensitas durasi dan tipe

latihan Ketika cell death terbentuk jaringan nekrotik dibuang oleh sel fagosit

sel satelit teraktivasi menuju ke area yang cedera menjadi myoblast dan

selanjutnya menjadi serat otot Enzim otot yang dilepaskan tidak sepenuhnya

merefleksikan kerusakan struktural yang diperkirakan oleh analisis histologis

Perubahan penanda biologis cedera otot (seperti aktifitas kreatin kinase (CK)

lactate dehydrogenase (LDH) atau konsentrasi malondialdehyde di plasma

(MDA)) sering diperiksa selama overtraining Serum aktivitas CK dan

konsentrasi MDA plasma dapat gagal meningkat saat overtraining perubahan

parameter biokimia hanya merefleksikan otot dengan beban berlebih Setelah

olahraga yang lama pro-inflammatory cytokines diproduksi lokal pada otot

skeletal

Tanda dan gejala fisik latihan fisik berlebih (overtraining)

- Denyut jantung atau nadi yang meningkat saat istirahat

- Tidak toleransi terhadap latihan

- Penampilan yang menurun

- Penurunan berat badan berkurangnya massa otot tidak nafsu makan

- Kelelahan chronic fatigue lethargy

- Nyeri dan kerusakan otot nyeri sendi

- Mudah terserang flu pembengkakan kelenjar getah bening di leher

selangkangan dan ketiak

- Konstipasi atau diare

25

- Gangguan haid gangguan makan gangguan tidur

- Sakit kepala gangguan pencernaan

- Pemulihan yang berlangsung lambat setelah latihan

- Sendi otot tendon terasa kaku dan sakit

Tanda dan gejala psikologis

- Lelah capek kekurangan tenaga

- Insomnia sakit kepala tidak mampu untuk beristirahat

- Depresi gelisah cemas apatis

- Menurunnya kepercayaan diri

- Menurunnya kemampuan untuk berkonsentrasi

- Mudah stress

Efek biokimia dari Latihan Fisik Berlebih

- Meningkatnya serum kortisol dan SHBG

- Menurunnya serum total dan free testosterone rasio testosteron kortisol

- Menurunnya glikogen otot

- Menurunnya serum hemoglobin besi dan ferritin

Faktor yang mempengaruhi terjadinya overtraining

- Jetlag

- Bekerja terlalu keras

- Menstruasi

- Nutrisi gaya hidup yang buruk

- Kurang istirahat

- Terlalu banyak mengkonsumsi alkohol

26

- Kurangnya kemampuan mengatasi stress

Penanganan overtraining atau Latihan Fisik berlebih

- Massage

Massage pada jaringan dalam dapat melepaskan otot yang tegang

mempertahankan keseimbangan sistem muskulo-skeletal Pemijatan atau

massage yang teratur dapat membantu mencegah cedera yang mungkin

terjadi karena overuse

- Menggunakan roller busa

Penggunaan roller busa memungkinkan kita dapat melakukan massage

atau pemijatan sendiri Kita dapat juga memakai yang berbentuk bola atau

bola tenis untuk membantu menghilangkan rasa sakit Pemijatan ini dapat

dilakukan di tungkai lutut hamstring bahu punggung atau otot atau sendi

manapun

- Terapi suhu kontras

Air pancuran hangat dan dingin bergantian menstimulasi tubuh untuk

pulih lebih cepat Otot membawa impuls yang terasa pada kulit bagian

dalam tubuh di mana terjadi stimulasi sistem imun memperbaiki sirkulasi

dan pencernaan mempengaruhi produksi hormon stress meningkatkan

aliran darah mengurangi sensitivitas nyeri

- Pengaturan makanan

Membantu proses pemulihan penting untuk mengkonsumsi makanan

tinggi karbohidrat protein dan lemak sehat seperti Omega 3 omega 6

omega 9 asam lemak esensial Karbohidrat memberikan sumber tenaga

27

pada tubuh dan otak asam lemak esensial membantu mengurangi depresi

memperbaiki pemulihan protein akan membangun kembali otot yang

mengalami overtraining

- Mengkonsumsi vitamin

Ketika terjadi overtraining suplementasi sangat menguntungkan Vitamin

dan suplementasi mineral sebaiknya dikonsumsi pagi hari bersama dengan

makanan untuk penyerapan yang lebih baik

Defisiensi Vitamin yang biasa terjadi

- Vitamin A (Beta-Caroten)

- Vitamin B kompleks vitamin B12

- Vitamin C D E K

- Asam Folat

Defisiensi Mineral yang biasa terjadi

- Calcium

- Chromium

- Copper Iodine Iron

- Magnesium Fosfor

- Potassium

- Sodium

- Sulfur

- Zinc

28

25 Antioksidan

Radikal Bebas merupakan senyawa reaktif yang secara alami diproduksi

oleh tubuh manusia Radikal Bebas memberikan efek positif atau efek negatif

Untuk membatasi efek negatif tersebut dibutuhkan kompleks proteksi ndash sistem

antioksidan Sistem ini terdiri dari enzim antioksidan (katalase glutation

peroksidase superoksid dismutase) dan antioksidan non enzimatik ( vitamin E-

tokoferol vitamin A- retinol vitamin C- asam askorbat) Keseimbangan antara

produksi radikal bebas dan pertahanan antioksidan menunjukkan tingkat stress

oksidatif yang mungkin terlibat dalam proses penuaan dan pada beberapa

patologi (misalnya kanker Parkinson) (Winarsi 2007)

Latihan fisik juga meningkatkan stress oksidatif dan menyebabkan

gangguan homeostasis Latihan memberikan efek positif dan efek negatif

tergantung dari beban latihan spesifikasi latihan dan tingkat basal latihan Stress

oksidatif terlibat dalam terjadinya muscular fatigue dan mengarah ke

overtraining

Definisi antioksidan menurut Cadenas adalah suatu senyawa yang apabila

terdapat dalam jumlah yang lebih banyak dibanding senyawa yang teroksidasi

secara signifikan dapat menunda atau mencegah proses oksidasi senyawa tersebut

(Cadenas 2002) Secara kimia antioksidan adalah senyawa pemberi electron

Secara biologis antioksidan adalah senyawa yang mampu menangkal dan

meredam dampak negative oksidan dalam tubuh Antioksidan mendonorkan satu

elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa oksidan tersebut dapat

dihambat (Winarsi 2007)

29

Penting sekali keseimbangan antara oksidan dan antioksidan karena

berfungsi menjaga integritas dan berfungsinya membrane lipid protein sel dan

asam nukleat Senyawa asam lemak tak jenuh penyusun membrane lipid sangat

sensitive terhadap perubahan keseimbangan antara oksidan dan antioksidan

Menurut mekanisme kerjanya antioksidan dikelompokkan atas 3 yaitu

1 Antioksidan primer SOD katalase glutation peroksidase (GSH-Px)

Bekerja pembentukan senyawa radikal bebas yang telah terbentuk menjadi

molekul yang kurang aktifSedangkan antioksidan primer yang dapat

ditambahkan dari luar seperti glutation asam lipoat SOD melatonin

2 Antioksidan sekunder vitamin E vitamin C beta karoten flavonoid asam

urat albumin (Soewoto 2001)

Merupakan antioksidan eksogenous atau non enzimatis (Winarsi 2007)

Bekerja dengan cara memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal bebas

atau dengan cara menangkapnya

3 Antioksidan tertier meliputi system enzim DNA-repair dan metionin

sulfoksida reduktase Berfungsi dalam perbaikan biomolekuler yang rusak

akibat reaktivitas radikal bebas

26 Glutation sebagai antioksidan

Glutation merupakan tripeptida yang terdiri dari asam amino glutamat

sistein dan glisin (Cadenas 2002)Ikatan glutamat ndash sistein merupakan ikatan

isopeptida antara grup γ-karboksil dari glutamat dan grup α amino dari

sisteinIkatan unik ini membuat gluation tahan terhadap degradasi oleh proteases

30

dan peptidases yang berfungsi pada peralihan proteinMerupakan suatu

antioksidan yang mencegah kerusakan komponen seluler oleh reactive oxygen

species seperti radikal bebas dan peroksidGlutation bukan nutrisi esensial karena

disintesa di dalam tubuh dari asam amino L-sistein L-glutamic acid dan glycine

Gambar 21 Struktur GSH dan GSSG

Glutation terdapat pada sebagian besar sel tubuh tetapi terbanyak terdapat

di dalam hati Grup thiol (SH) dari sistein berfungsi sebagai donor proton dan

bertanggungjawab untuk aktifitas biologis glutation Provisi asam amino ini

merupakan faktor yang terbatas dalam sintesis glutation oleh sel karena sistein

relatif jarang pada makanan Apabila dilepaskan sebagai asam amino bebas

sistein adalah toksik dan secara spontan dikatabolisasi di saluran pencernaan dan

plasma darah

Glutation disintesis dalam 2 tahap

1 Gamma-glutamylcysteine disintesa dari L-glutamate dan sistein melalui enzim

gamma-glutamylcysteine sintetase (glutamate cysteine ligase GCL)

31

2 Glisin ditambahkan pada C-terminal dari gamma-glutamylcysteine melalui

enzim glutation sintetase

261 Fungsi Glutation

Glutation terdapat dalam bentuk tereduksi (GSH) dan teroksidasi (GSSG)

Grup thiol dari sistein mampu memberikan donor elektron ke molekul lain yang

tidak stabil seperti Reactive Oxygen Species (ROS) Pada saat mendonorkan

elektronnya glutation menjadi reaktif dan segera bereaksi dengan glutation reaktif

lainnya membentuk glutation disulfide (GSSG)Reaksi mungkin terjadi apabila

terdapat konsentrasi yang cukup tinggi di sel (sampai 5mm di hati) GSH dapat

terbentuk kembali dari GSSG oleh enzim glutation reduktase Pada sel atau

jaringan yang sehat terdapat lebih 90 dari total simpanan glutation terdapat

dalam bentuk tereduksi (GSH) dan kurang dari 10 dalam bentuk disulfide

(GSSG)

GSH ---- GSSG

Eliminasi ROS Menjaga protein thiols Antioxidant

dalam bentuk reduksi pools

Gambar 22 GSH Redox (Cadenas 2002)

GSH Redox merupakan indikator sentral keseimbangan antara stress

oksidatif dan system antioksidan GSH Redox berkaitan dengan detoksifikasi

Reactive Oxygen Species (ROS) berfungsi dalam mempertahankan tersedianya

antioksidan mempertahankan protein thiol dalam bentuk reduksi Rasio

32

GSHGSSG sering dipakai untuk mengekspresikan keseimbangan redox ini

Peningkatan rasio GSH-GSSG merupakan indikasi adanya Stress Oksidatif

(Goldman 2003)

Glutation mempunyai beberapa fungsi (Winarsih 2007)

- Sebagai antioksidan endogen mayor yang diproduksi oleh sel berpartisipasi

langsung pada netralisasi radikal bebas dan senyawa oksigen reaktif

mempertahankan antioksidan eksogen seperti vitamin C dan E pada bentuk

tereduksi (aktif)

- Pengaturan siklus nitric oxide yang sangat penting untuk kehidupan tetapi

dapat menjadi masalah apabila tidak teregulasi Digunakan untuk reaksi

metabolism dan biokimia seperti sintesis dan perbaikan DNA sintesis protein

sintesis prostaglandin transport asam amino dan aktivasi enzim Tiap sistem

di dalam tubuh kita dapat dipengaruhi oleh sistem glutation khususnya sistem

imun sistem saraf sistem gastrointestinal dan paru

Gambar 23 Detoksifikasi Lipid Hydroxyperoxides di usus halus

33

GSH yang ditransportasikan kedalam lumen digunakan untuk detoksifikasi

peroksid yang terbentuk dari makanan oleh glutation peroksidase (GSH Px)

Proses ini membutuhkan peroksid dan glutation yang tersedia di sel epitel GSSG

yang terbentuk direduksi kembali menjadi GSH oleh GSSG reduktase (GSSG

Rx) menggunakan NADPH sebagai reduktan

262 Suplementasi Glutation

Meningkatkan level GSH melalui suplementasi glutation langsung sulit

Penelitian terakhir menyatakan bahwa secara oral tidak diabsorpsi baik melalui

saluran pencernaan Studi mengenai konsumsi oral akut glutation dengan dosis

sangat besar 3 gram Witschi dan tim menemukan lsquoadalah tidak mungkin

meningkatkan glutation yang bermanfaat secara klinis dengan dosis tunggal 3

gram glutationrsquo

Glutation terdapat pada makanan sehari-hari sampai 150mghari dapat

diabsorpsi melalui intak di usus halus Individu sehat dengan asupan sulfur asam

amino (1-2 gramhari) jumlah GSH mungkin tidak cukup untuk mendapatkan

efek penting secara sistemik Individu dengan asupan sulfur asam amino yang

terbatas suplementasi GSH diperlukan untuk mempertahankan suplai GSH

sistemik dengan memperbaiki keseimbangan sulfur asam amino (Cadenas 2002)

Glutation hanya diabsorpsi di sel epitel oral dan traktus gastrointestinal

dan memberikan keuntungan kesehatan spesifik pada jaringan tersebut(Cadenas

2002)

34

SUPLAI HILANG

Makanan suplemen Degradasi

GSH

Empedu LUMINAL Uptake

Epitel Reaksi Detoksifikasi

Gambar 24 Supply dan Removal Glutation dalam lumen usus halus (Cadenas 2002) Glutation (GSH) disuplai ke dalam lumen intestinal melalui konsumsi oral

empedu dan sekresi epitel intestinal Jumlah yang disuplai dari empedu cukup

untuk mempertahankan jumlah 200microM pada tikus tetapi tidak cukup pada

manusia yang mengalami degradasi di duktus kantung empedu Jumlah yang

dikonsumsi melalui makanan bervariasi dan secara umum kurang dari 200 microM

Jumlah yang diberikan melalui epitel hanya sekitar 10 atau kurang

dibandingkan dengan yang disediakan oleh empedu Hilangnya Glutation karena

degradasi oleh γ-glutamyltranspeptidase dan dipeptidases pada permukaan sel

epitel ditransportasikan ke dalam sel oleh mekanisme sodium-dependent dan

sodium-independent konjugasi dengan elektrofil reaktif dikatalisasi oleh

glutathione-S transferase mucus (Cadenas 2002)

Vitamin D meningkatkan level glutation di otak dan tampaknya sebagai

katalis untuk produksi glutation Sejumlah vitamin D aktif di otak berikatan

dengan seberapa besar vitamin D3 baik melalui suplemen atau dibentuk di kulit

melalui paparan matahariHal ini menyatakan bahwa mengkonsumsi vitamin D

35

dan atau mendapat cukup paparan matahari meningkatkan produksi glutation

(Sellman 2009)

Konsentrasi glutation di plasma dan hati dapat ditingkatkan dengan

mengkonsumsi suplemen tertentu yang disebut GSH precursors N-asetilsistein

atau NAC glutation precursor yang paling memungkinkan Suplemen lain S-

adenosilmetionin (SAMe) dan whey protein juga dapat meningkatkan glutation

dalam sel (Sellman 2009)

NAC tersedia dalam bentuk obat dan sebagai suplemen generik Alpha

lipoic acid juga dapat mempertahankan glutation intraselular Melatonin dapat

menstimulasi enzim yang berkaitan glutation peroksidase dan silimarin ekstrak

dari biji tanaman milk thistle (Silybum marianum) juga mempunyai kemampuan

memperbarui level glutation

Glutation diatur dengan ketat di intraseluler dan dibatasi produksinya oleh

feedback negative inhibisi sintesisnya sendiri melalui enzim gamma-

glutamilsistein sintetase sehingga meminimalisir kemungkinan terjadinya

overdosis Penambahan glutation menggunakan precursor atau glutation intravena

adalah strategi untuk mengatasi defisiensi glutation stress oksidatif tinggi

defisiensi imun

Glutation yang rendah menunjukkan adanya pembuangan dan

keseimbangan negatif nitrogen seperti pada kanker AIDS sepsis trauma

terbakar dan bahkan atlet overtraining Suplementasi glutation dapat

memperbaiki proses ini dan contohnya pada AIDS memberi hasil adanya

perbaikan survival rates Bagimanapun studi mengenai kondisi ini belum dapat

36

membedakan glutation rendah sebagai akibat secara akut (pada pasien sepsis) atau

secara kronis (HIV) meningkatkan stress oksidatif dan peningkatan patologi

sebagai akibat defisiensi yang sudah ada sebelumnya

Skizofrenia dan gangguan bipolar berhubungan dengan glutation yang

rendah Stress oksidatif mungkin salah satu faktor dasar patofisiologi gangguan

bipolar gangguan depresif mayor dan skizofrenia Glutation (GSH) adalah

pemakan radikal bebas mayor di otakTidak adanya GSH meningkatkan

kerentanan sel terhadap stress oksidatif ditandai asetilsistein dapat mengurangi

gejala kedua gangguan tersebut

Glutation merubah level stress oksidatif pada sel yang diisolasi di

laboratorium sehingga dapat mengurangi perkembangan kanker Tes ini tidak

dilakukan pada manusia

Glutamat yang berlebihan di sinaps yang dapat dilepaskan pada kondisi

seperti cedera otak dapat menghambat pengambilan sistein senyawa pembentuk

glutation yang pentingTanpa proteksi dari cedera oksidatif oleh glutation sel-sel

dapat rusak atau mati (Sellman 2009)

Glutation juga mempunyai fungsi lain sebagai berikut (Sellman 2009)

Mencerahkan kulit

Mencegah menghilangkan jerawat dan bekas jerawat

Menghilangkan noda hitam

Anti aging dan anti kerut

Memberi nutrisi kulit

Membantu pemulihan luka

37

Membuat kulit menjadi halus segar dan bersinar

Kondisi kesehatan yang berhubungan dengan defisiensi glutation

Peningkatan proses penuaan

Kesulitan dalam keseimbangan

Gangguan mental

Masalah koordinasi

Gangguan sistem saraf

Akhir-akhir ini dipercaya sebagai penyebab lesi otak

Kanker HIV Katarak Diabetes Mellitus

Jumlah sperma yang rendah

263 Glutation Precursor (Sellman 2009)

Glutation Precursor disebut juga sebagai building-block dari glutation

yaitu N-asetilsistein atau NAC dan whey protein tidak terdenaturasi

Nasetilsistein adalah obat farmasi yang biasa digunakan bertahun-tahun untuk

mengobati overdose asetaminofen Hal ini sangat efektif ketika diberikan dalam

dosis besar di ruang darurat ketika seseorang akan mengalami gagal hati karena

overdosis asetaminofen komposisi aktif dari Tylenol

Efek sampingnya adalah bercak-bercak kemerahan bersin mual

anafilaksis reaksi alergi yang berupa kesulitan bernafas karena bronkospasme

tekanan darah menurun angioedema muntah kram diare Walaupun jarang

kematian pernah dilaporkan karena N-asetilsistein Beberapa orang mendapatkan

rasa dan bau yang tidak dapat diterima karena kandungan sulfur di dalamnya

38

Pengggunaan teratur untuk menaikkan kadar glutation tidak direkomendasikan

untuk anak-anak dan bayi Masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk

menentukan keamanan N-asetilsistein untuk penggunaan jangka panjang

Whey protein tidak terdenaturasi merupakan nutraceutical atau medicinal

foodSenyawa ini memberikan ikatan sistein ke sel-sel di mana glutation dapat

terbentuk di tempat tersebut

Beberapa kondisi yang tidak dapat mengkonsumsi whey protein

- Pasien dengan alergi protein susu

- Pasien dengan diet rendah protein

- Pasien yang sedang menjalani terapi imunosupresif

Efek sampingnya adalah kembung perut kram urtikaria Efek samping

karena overdosis tidak terjadi karena sel hanya membuat sebatas yang dibutuhkan

apabila berlebih kelebihan disimpan di hati dan ginjal sampai suatu saat kalau

dibutuhkan

264 Sumber Glutation dari makanan

Sumber glutation dari makanan yang disarankan adalah asparagus bayam

brokoli bawang putih kale bawang watercress kol Brussel sprout beberapa

bumbu seperti kunyit kayu manis semangka alpukat anggur peach jeruk

walnut granola daging kalkun dan daging ayam keju cottage dan yoghurt

39

Tabel 21 Makanan yang mengandung Glutation (Cadenas2002)

GSH Food Group mg100 g mgsaji Buah segar Apel 33 46 Pisang 41 48 Anggur 79 146 Jeruk 73 106 Semangka 66 283 Sayuran segar Asparagus dimasak 283 263 Alpukat 277 313 Brokoli dimasak 91 78 Wortel mentah 79 59 Tomat 90 109 Daging Hamburger 175 149 Ham rebus 233 13 Ayam digoreng 131 134 Sereal biji-bijian Cornflakes 00 00 Roti whole wheat 12 06 Roti putih 00 00 Nasi putih enriched dimasak 16 21 Produk Susu Susu whole 00 00 Keju Amerika 00 00 Yoghurt plain lowfat 00 00 Es krim 10 lemak 00 00

40

BAB III

KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

31 Kerangka Berpikir

Faktor penyebab penuaan antara lain faktor internal dan faktoreksternal

Faktor internal meliputi radikal bebas glikosilasi metilasi hormon yang

berkurang apoptosis system kekebalan tubuh yang menurun genetik Faktor

eksternal meliputi gaya hidup tidak sehat polusi lingkungan stress kemiskinan

kebiasaan yang salah olahraga berlebihan (overtraining) Berbagai faktor di atas

menyebabkan terjadinya penurunan fungsi tubuh dan terjadilah penuaan

Kerangka konsep penelitian berdasarkan teori bahwa salah satu penyebab

penuaan adalah radikal bebas Bila jumlah radikal bebas melebihi jumlah

antioksidan di dalam tubuh terjadilah stress oksidatif Radikal bebas dapat

merusak membran sel protein DNA dan berakibat fatal bagi kelangsungan hidup

sel jaringan Stress oksidatif yang berlangsung lama akan mengakibatkan

terjadinya penumpukan hasil kerusakan oksidatif di dalam sel dan jaringan

selanjutnya sel dan jaringan tersebut akan kehilangan fungsinya dan akhirnya

mati

Olahraga berlebih meningkatkan stress oksidatif karena terdapat

peningkatan konsumsi O2 oleh aktivitas otot skeletal Oksigen juga dapat bersifat

toksik yang dapat memicu peningkatan Reactive Oxygen Species (ROS)Organ

yang tidak mendapat cukup oksigen dan nutrisi menjadi iskemik dan terjadi

kerusakan mikrovaskular (Reperfusion Injury) memicu peningkatan radikal

40

41

bebas Dengan pemberian antioksidan Glutation yang merupakan antioksidan

master diharapkan dapat mencegah kerusakan lebih lanjut yang diakibatkan oleh

radikal bebas dengan cara melindungi sel dari Reactive Oxygen Species (ROS)

dan dapat dilihat melalui parameter MDA yang mengalami penurunan

32 Konsep Penelitian

Konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Gambar 31 Konsep Kadar MDA pada tikus yang diberikan Pelatihan Fisik Berlebih+ Placebo dan Pelatihan Fisik Berlebih + Glutation

FAKTOR INTERNAL

- Jenis Kelamin

- Usia

- Genetik

- Hormon

- Psikologis

FAKTOR EKSTERNAL

- Makanan

- Cuaca iklim

- Penyakit

- Exercise

GLUTATION

TIKUS

KADAR MDA

42

33 Hipotesis

Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan kadar MDA

tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

43

BAB IV

METODE PENELITIAN

41 Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksterimental dengan rancangan

randomized pre test-post test control group design (Poccock et al 2008)

Subyek terdiri dari 2 kelompok yaitu

1 Kelompok 1 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+ Placebo

2 Kelompok 2 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation

Semua kelompok sebelum perlakuan diberikan pre test (O1 O3) dan

dihitung rerata untuk masing-masing kelompok

Setelah perlakuan semua kelompok diberikan post test (O2 O4) dan

dihitung rerata untuk masing-masing kelompok

Kemudian dihitung perbedaan rerata antara pre test dan post test dari

masing-masing kelompok lalu hasil perbedaan tersebut dibandingkan secara

statistik

Gambar 41 Rancangan Penelitian

P S

43

R R

O1 P1 O2

O3 P2 O4

44

Keterangan

P = populasi

S = sampel

R = random

O1 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah mendapatkan

pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan placebo (pre test)

O2 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah diberikan pelatihan

fisik berlebih setelah diberikan placebo (post test)

O3 = observasi data MDA kelompok perlakuan setelah diberikan

pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan Glutation (pre test)

O4 = observasi data MDA kelompok perlakuan diberikan pelatihan fisik

berlebih setelah diberikan Glutation (post test)

P1 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih+ placebo

P2 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation

42 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran

Universitas Udayana pada bulan Januari ndash Maret 2012 Pemeriksaan MDA darah

tikus dikerjakan di bagian Program Antar Unit Universitas Gajah Mada

Jogyakarta

45

43 Populasi dan Sampel

431 Populasi

Subyek penelitian adalah tikus jantan dewasa galur Wistar yang berusia 2-

25 bulan dan dalam kondisi fisik sehat

432 Kriteria Sampel

4321 Kriteria Inklusi

Kriteria Inklusi yang ditetapkan sebagai sampel adalah sebagai berikut

a Tikus jantan dewasa galur Wistar

b Umur 2-25 bulan

c Berat badan plusmn200 gram

d Sehat

e MDA ge 5mmollt

4322 Kriteria Drop Out

Adalah sampel yang mati pada waktu penelitian

433 Besar Sampel

Besar sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini dihitung berdasarkan

rumus Poccock (2008)

Angka μ1 (5) dan μ2 (12) didapatkan dari penelitian sebelumnya (Ji 1998)

n=

46

= asymp 7

Keterangan

n = jumlah sampel

σ = standar deviasi kelompok perlakuan dengan pemberian

glutation (15)

f ( ) = besarnya didapat dari tabel (Poccock 2008)

μ1 = rerata hasil MDA pada kelompok perlakuan sesudah

pemberian glutatioacuten (5)

μ2 = rerata hasil MDA pada kelompok pre test (12)

Jadi jumlah sampel (n) = 675 dan ditambah 3 ekor tikus untuk masing-

masing kelompok sebagai cadangan Jadi total 20 ekor tikus dengan 10

ekor tikus untuk masing-masing kelompok

434 Teknik Pengambilan Sampel

Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat

sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi diambil secara acak

sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi

2 kelompok yaitu kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+placebo kelompok

dengan pelatihan fisik berlebih + glutation

47

44 Variabel Penelitian

441 Klasifikasi Variabel

Variabel penelitian dibedakan menjadi

1 Variabel Bebas dosis pemberian glutation

2 Variabel Tergantung kadar MDA

3 Variabel Terkendali varian tikus jantan (galur wistar) jenis

kelamin umur berat badan lingkungan

(pencahayaan suhu kelembaban nutrisi

kandang)

Gambar 42 Bagan Hubungan Antar Variabel

VARIABEL BEBAS

- Pelatihan fisik berlebih

- Glutation 37mg kgBBhari

VARIABEL TERGANTUNG

KADAR MDA

VARIABEL TERKENDALI

Varian tikus

Jenis kelamin umur berat badan

Pencahayaan suhu kelembaban nutrisi kandang

Makanan minuman

48

442 Definisi Operasional Variabel

1 Pelatihan fisik berlebih pada tikus adalah pelatihan yang berlebihan

yang diukur berdasarkan kemampuan maksimal berenang tikus pada

ember berdiameter 35 cm dengan kedalaman air 20 cm yang

dilakukan 60 menithari selama 35 hari pada waktu yang sama pada

suhu 32 derajat (Binekada 2002 dan Pepe2011)

2 Glutation yang diberikan adalah Glutation Teofarma injeksi sediaan

600mg 4 ml Dosis pemberian Glutation adalah pemberian sediaan

antioksidan Glutation dalam bentuk suntikan intraperitoneal yang

diberikan 1x sehari dan diberikan 6 jam sebelum pelatihan fisik

berlebih Dosis pemberian Glutation mengacu pada penelitian yang

dilakukan sebelumnya oleh Ji L L yaitu 37mgkgBBhari yang

dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril secara intraperitonial

3 MDA merupakan salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada

membran sel dan merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan

oleh radikal bebas Pengukuran kadar MDA menggunakan metode

Thiobarbituraic Acid Reactive Substances (TBARS) Pembacaan hasil

dengan menggunakan spektrofotometer Satuan MDA dalam mmoll

4 Cahaya suhu dan kelembaban merupakan kondisi lingkungan yang

dialami tikus jantan dewasa Pada penelitian ini kondisi lingkungan

selama percobaan dibuat sama

5 Berat badan tikus adalah berat badan yang ditimbang dengan

timbangan gram

49

6 Umur tikus adalah umur yang ditentukan dengan melihat tanggal

kelahiran yang dicatat pada kandang percobaan

7 Kondisi peneliti yang meliputi kesehatan fisik dan psikis peneliti

Penelitian dilaksanakan saat kondisi peneliti dalam keadaan baik

sehingga pengaruhnya terhadap hasil penelitian dapat diabaikan

45 Bahan dan Alat Penelitian

451 Bahan Penelitian

Glutation injeksi

Tikus jantan

Makanan tikus berupa pellet dan air minum dari air ledeng

Aquades steril

EDTA (Ethylenediamine tetraacetic acid)

Reagensia untuk pengukuran kadar MDA

452 Alat Penelitian

Alat yang dipakai dalam pengambilan data penelitian ini adalah

- Kandang tikus terbuat dari besi yang di dalamnya terdapat sekam dan

botol minuman

- Ember berdiameter 35 cm dan kedalaman air 20 cm

- Stopwatch

- Timbangan

- Spuit injeksi 1 ml

50

- Sarung tangan

- Kapas dan alkohol 70

- Tabung Evendorf

- Mikropipet

- Pipet kapiler

- Sentrifugasi

46 Prosedur Penelitian

1 Tikus jantan dewasa (Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan

berat badan plusmn200gram dilakukan aklimatisasi selama 2 minggu di

tempat penelitian untuk penyesuaian dengan lingkungan

2 Semua sampel tikus diberi perlakuan yang sama yaitu diberikan

pelatihan fisik berlebih dengan cara berenang sampai kelelahan pada

hari ke 7 kedua kelompok tersebut dilakukan pemeriksaan MDA

3 Mulai hari ke 8 ndash 35 sampel tikus yang berjumlah 20 ekor dibagi atas 2

kelompok di mana kelompok 1(kontrol) diberikan pelatihan fisik

berlebih + injeksi aquabidest intraperitoneal enam jam sebelum

perlakuan aktifitas berlebih kelompok ke 2 (perlakuan) diberikan

pelatihan fisik berlebih + injeksi intraperitoneal glutation 37

mgkgBBhari yang sudah dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril

4 Pada hari ke 35 dilakukan pemeriksaan kadar MDA pada masing-

masing tikus setelah bulu tikus kering

51

5 Selama penelitian hewan coba diberikan makanan dan minuman secara

teratur kebersihan dan kenyamanan kandang dijaga

461 Alur Penelitian

TIKUS ADAPTASI 2 MINGGU

PELATIHAN FISIK BERLEBIH 1 MINGGU

MDA

KELOMPOK 1 KELOMPOK 2

PELATIHAN FISIK BERLEBIH PELATIHAN FISIK BERLEBIH

+ AQUABIDEST (28 hari) +GLUTATION 37mgkgBBhari

28 HARI 28 HARI

MDA

Gambar 43 Bagan Alur Penelitian

462 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium

Pemantauan keselamatan tikus jantan (galur Wistar) di laboratorium

(Smith et al1988 Ngatidjan 2006) adalah sebagai berikut

1 Kandang tikus jantan harus cukup kuat tidak mudah rusak teratur dibersihkan

(1x seminggu) mudah dipasang kembali hewan tidak mudah lepas tahan

52

gigitan hewan kelihatan jelas dari luar Alas tempat tidur terbuat dari serbuk

gergaji atau sekam padi agar mudah menyerap air

2 Luas lantai yang memadai untuk tikus jantan dengan berat badan plusmn200 gram

adalah 60cm persegi dan tinggi 20 cm

3 Diciptakan suasana lingkungan yang stabil dan sesuai keperluan fisiologi tikus

jantan di mana kelembaban suhu pertukaran udara yang ekstrim harus

dihindari

4 Hewan coba hendaknya diperlakukan dengan kasih sayang

47 Pengolahan dan Analisis Data

Analisis data yang digunakan adalah

1 Analisis Deskriptif

2 Uji normalitas data dilakukan dengan tes Shapiro-Wilk Distribusi data

normal dengan nilai pgt005

3 Uji homogenitas dilakukan dengan Lavenersquos Test Data dinyatakan

homogen dengan nilai pgt005

4 Karena data berdistribusi normal dan homogen maka untuk uji

komparabilitas dipakai

- Uji t independent untuk membandingkan rerata kadar MDA antar

kelompok

- Uji Paired T- Test untuk membandingkan rerata kadar MDA pre

dan post masing-masing kelompok

- Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau

dinyatakan berbeda bila plt005

53

BAB V

HASIL PENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 20 ekor tikus jantan dewasa

(Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan berat badan plusmn200 gram sebagai

sampelyang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah 10 ekor

yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dankelompok

perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) Dalam penyajian hasil ini diuraikan

uji normalitas data uji homogenitas data uji komparabilitas dan uji efek

perlakuan

51 Uji Normalitas Data

Data Kadar MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan

pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji

Shapiro-Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005)

disajikan pada Tabel 51

53

54

Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing Kelompok Sebelum

dan Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Perlakuan n p Keterangan

Kadar MDA kontrol pre

Kadar MDA perlakuan pre

Kadar MDA kontrol post

Kadar MDA perlakuan post

10

10

10

10

0965

0550

0975

0697

Normal

Normal

Normal

Normal

52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok

Data Kadar MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun

sesudah perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test

Hasilnya menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52

Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA Sebelum dan

Sesudah Perlakuan

Variabel F p Keterangan

Kadar MDA pre

Kadar MDA post

0016

0592

0901

0452

Homogen

Homogen

53 Kadar MDA

531 Uji komparabilitas

Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata kadar MDA

antar kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan

55

glutation Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada

Tabel 53 berikut

Tabel 53

Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata

Kadar MDA

SB T P

Aktivitas berlebih dan

placebo

Aktivitas berlebihdan

glutathion

10

10

518

529

028

029

089 0386

Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok

kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 518028mmoll dan rerata

kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 529029mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 089 dan nilai

p = 0386 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan

berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya tidak berbeda secara

bermakna (p gt 005)

532 Analisis efek perlakuan

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kadar MDA antar

kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation

56

Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54

berikut

Tabel 54 Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata

Kadar MDA

SB T P

Aktivitas berlebih dan

placebo

Aktivitas berlebihdan

glutathion

10

10

778

444

023

017

3672 0001

Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok

kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata

kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 444017mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 3672 dan nilai

p = 0001 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan

berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya berbeda secara

bermakna (p lt 005)

57

Gambar 51 Perbedaan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

533 Analisis Komparasi Sebelum dengan Sesudah Perlakuan

Analisis komparasi diuji berdasarkan rerata kadar MDA antara sebelum

dengan sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation Hasil

analisis kemaknaan dengan uji t-paired disajikan pada Tabel 55 berikut

Tabel 55 Analisis KomparasiKadar MDA antara Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Kelompok Beda Rerata

pre ndash post p Keterangan

Aktivitas berlebih dan placebo

Aktivitas berlebih dan

glutathion

260

085

0001

0001

Meningkat

Menurun

58

Berdasarkan uji t-paired didapatkan bahwa ada penurunan kadar MDA

pada kelompok perlakuan secara bermakna sebesar 085mmoll sedangkan pada

kelompok kontrol mengalami peningkatan secara bermakna sebesar 260mmoll

59

BAB VI

PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian

Untuk menguji efek pemberian glutation terhadap penurunan kadar MDA

maka dilakukan penelitian terhadap 20 ekor tikus jantan dewasa (Galur Wistar)

sebagai sampel yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah

10 ekor yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dan

kelompok perlakuan (pelatihan fisik berlebih dan glutation)

62 Efek Pelatihan Fisik Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA

Hasil penelitian dan analisis data terhadap kadar MDA darah pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji

normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan homogenitas (Levenersquos test) pre-test dan post-

test masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)

Uji perbandingan 1 minggu pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan

injeksi antara kedua kelompok menggunakan uji t-independent Rerata kadar

MDA kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) adalah

518028mmoll dan rerata kelompok pelatihan fisik berlebih dan glutation

adalah 529029mmoll Analisis kemaknaan dengan uji t-independent

menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna kadar MDA darah antara

kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa

kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan injeksi rerata kadar MDAnya tidak

59

60

berbeda secara bermakna

Uji perbandingan setelah pemberian placebo dan glutation antara kedua

kelompok menggunakan t-independent Rerata kadar MDA kelompok kontrol

(aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata kelompok

perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) adalah 444017mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent antara kedua kelompok sesudah diberikan

placebo dan glutation menunjukkan perbedaan kadar MDA secara bermakna

(plt005) Hal ini berarti bahwa kelompok yang diberikan perlakuan berupa

placebo dan glutation 6 jam sebelum diberikan pelatihan fisik berlebih dengan

cara merenangkan selama 60 menit hari selama 35 hari rerata kadar MDA

berbeda secara bermakna Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh

untuk melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam

organ dan pembuluh darah (Giriwijoyo 2004)

Peningkatan kadar MDA sesudah diberikan pelatihan fisik berlebih pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan disebabkan karena pelatihan fisik

berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena terjadi peningkatan konsumsi

oksigen oleh aktifitas otot skeletal Stress oksidatif memicu peningkatan senyawa

oksigen reaktif Pada pelatihan fisik berlebih juga terjadi Reperfusion Injury yang

memicu terjadinya kerusakan jaringan dan peningkatan radikal bebas (Adiputra

2008) Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara menarik elektronnya

sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan sampai kematian sel

(Suryohudoyo 2000)

Pada penelitian ini didapatkan bahwa sesudah diberikan pelatihan fisik

61

berlebih dan placebo terjadi peningkatan kadar MDA sebesar 5024 Kadar

MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel (Winarsi

2007) Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pepe

(2011) bahwa pelatihan fisik berlebih meningkatkan kadar MDA Lebih lanjut

Murray et al (2000) juga menyatakan bahwa pelatihan fisik berlebih merangsang

respon biomarker stres oksidatif Sedangkan pada kelompok perlakuan yang

diberikan aktifitas berlebih dan glutation terjadi penurunan kadar MDA sebesar

1607 Terjadinya penurunan kadar MDA pada kelompok yang diberikan

glutation 6 jam sebelum melakukan pelatihan fisik berlebih disebabkan karena

pemberian antioksidan meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan

cara mendonorkan elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa

oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsi 2007) Glutation merupakan antioksidan

endogen yaitu antioksidan yang dapat disintesa dalam tubuh dari asam amino L-

sistein L-glutamat dan glisin (Cadenas 2002) yang juga sebagai master

antioksidan yaitu antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain

Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan

Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik (Hersh 2004) Glutation

merupakan salah satu antioksidan yang tidak dapat menjadi pro oksidan (Cadenas

2002) Normalnya sekali suatu antioksidan memakan radikal bebas antioksidan

ini menjadi teroksidasi sendiri dan menyerang sel yang sehat yang disebut

sebagai pro oksidan Glutation dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang

teroksidasi tersebut menjadi bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali

dalam memakan radikal bebas (Sellman 2009) Sehingga dengan demikian

62

glutation dapat membantu dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Urso

(2003) bahwa suplementasi antioksidan dapat mengatasi kondisi stress oksidatif

yang terjadi pelatihan fisik berlebih

Uji perbandingan antara data MDA pre dan post masing-masing kelompok

digunakan uji t-paired test Berdasarkan uji ini didapatkan hasil pada kelompok

perlakuan terjadi penurunan kadar MDA secara bermakna sebesar 085 mmollt

sedangkan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan kadar MDA secara

bermakna sebesar 260mmollt Terjadi penurunan kadar MDA pada kelompok

perlakuan menunjukkan pemberian antioksidan Glutation intraperitoneal dosis

37mgkgBBhari dapat mengatasi kondisi stress oksidatif yang terjadi pada

pelatihan fisik berlebih Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh

Urso (2003)

63

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

71 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan sebagai

berikut Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA

tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

72 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah

1 Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja glutation

yang lebih detail

2 Memperhatikan takaran latihan supaya tidak berlebihan yang justru akan

meningkatkan kerusakan sel

3 Perlu dilakukan uji klinis pada manusia

63

64

DAFTAR PUSTAKA

Adiputra N 2008Kesehatan Olah Raga Available from httpwwwbalihesgorgindexphpoption=com Accessed 2011 Oct 5th

Anonim 2011 Glutathione Available at

httpenwikipediaorgwikiGlutathione Accessed 2011 Oct 5th Anonim 2011 Overtraining Available at

httpwwwmarksdailyapplecomovertraining Accessed 2011 Oct5th

Asikin N 2001Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan InKursus Penyegaran dan Pelatihan Radikal bebas dan Antioksidan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta Fakultas Kedokteran UI

Bagiada NA 2001 Proses Penuaan dan Penanggulangannya Denpasar

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hal 22 Banerjee AK Mandal A Chanda D Chahraboti S 2003 Oxidant

Antioxidant and Physical ExerciseAvailable from httpwwwncbinlmnihgovpubmed14619981 accesed 2011 Sept 2nd

Binekada MC 2002 ldquoPelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Konsentrasi dan

Motilitas Spermatozoa Mencitrdquo(tesis) Denpasar Universitas Udayana

Cadenas E Jones PD 2002Bioavailability of Glutathione In Cadenas E

Packer L editorsHandbook of Antioxidants2nd Ed New York Marcel DekkerInc p549-564

Catala A 2006Lipid PeroxidationInt J Biochem Cell Biol 38 1482-1495 Dalle-DonneI Rossi R ColomboR Giustarini D Milzani

A2006Biomarkers of Oxidative Damage in Human Disease Available from httpwwwredorbitcomnewsscience473334biomarkersof oxidative damage in human diseaseindexhtmlaccessed2011 Sept 5th

Fouad T 2007 Free radicals Types Sources and Damaging Reaction

Relations Available from

64

65

wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th

Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th

Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112

Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors

ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their

Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69

Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan

Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th

Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz

R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155

Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester

Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th

Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala

T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200

Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and

Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders

66

Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana

LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia

Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647

Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from

httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit

Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK

Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620

Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji

Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah

Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009

Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan

Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132

Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde

Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521

Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley

Medical Publicationsp 123-141

Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI

Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable

from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer

67

Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole

Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam

Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI

Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam

Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya

Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan

Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47

Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant

Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th

Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan

Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105

68

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965

Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975

Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753

Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

69

Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan

Group Statistics

Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887

Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215

Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260

Perlakuan 10 42500 23348 07383

Independent Samples Test

Levenes Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df

Sig (2-

tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence Interval of the

Difference Lower Upper

Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428

Equal variances not assumed

-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429

Post1

Equal variances assumed 592 452 367

22 18 000 333700 09087 314608 352792

Equal variances not assumed

36722 16855 000 333700 09087 314515 352885

Post2

Equal variances assumed 906 354 264

19 18 000 239500 09066 220454 258546

Equal variances not assumed

26419 16265 000 239500 09066 220307 258693

70

Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis

(Laurence amp Bacharach 1964)

2g mencit 20g tikus 400g marmot

l5Kg kelinci

20Kg kucing

40Kg kera

120Kg anjing

70Kg manusia

20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879

200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560

400 g marmot

008 057 10 225 24 52 102 315

l5Kg kelinci

004 025 044 10 106 24 45 142

20Kg kucing

003 023 042 092 10 22 41 130

40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61

120Kg anjing

0008 006 010 0022 024 052 10 31

70Kg manusia

00026 0018 0031 007 0013 016 032 10

71

Lampiran 4

Foto Penelitian

Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)

72

Lampiran 5

Data Hasil Penelitian

Kelompok Kontrol

Pre test Post test Pre test Post Test

752 647 769 694

779 670 773 664

745 660 803 653

769 643 817 677

783 653

786 684

Kelompok Perlakuan

Pre Test Post test

412 391

436 412

442 425

425 401

453 436

466 442

432 405

456 432

470 453

476 463

Page 38: PEMBERIAN INJEKSI GLUTATION INTRAPERITONEAL

20

olahraga dan tetap meningkat sampai beberapa jam sesudahnya Olahraga

yang teratur juga meningkatkan level tiroksin saat istirahat

6 Epinephrine

Hormon yang diproduksi oleh medulla adrenal yang meningkatkan jumlah

darah yang dipompa oleh jantung dan mengarahkan aliran darah ke tempat

yang diharapkan Stimulasi pemecahan glikogen (karbohidrat yang disimpan)

dalam otot yang aktif dan hati untuk digunakan sebagai sumber tenaga

Menstimulasi pemecahan lemak (lemak yang disimpan dalam otot yang aktif)

dan digunakan sebagai sumber tenaga Sejumlah epinefrin yang dilepaskan

berhubungan dengan intensitas dan durasi latihan

7 Insulin adrenalin

Hormon yang penting dalam mengatur gula darah dan asam lemak (lemak)

dan asam amino (protein) dalam sel Sekresi insulin oleh pancreas meningkat

sehubungan dengan respon meningkatnya kadar gula darah dan protein yang

biasa terjadi setelah makan Semakin banyak gula sederhana yang dikonsumsi

semakin tinggi respon insulin Meningkatnya insulin menyebabkan produksi

lemak sehingga insulin sering disebut sebagai hormon lemak atau fat

hormone Pada orang dengan berat badan berlebih terjadi resistensi insulin

sehingga diperlukan insulin dalan jumlah yang lebih besar untuk didapatkan

efek yang sama sehingga didapatkan kadar insulin darah yang lebih tinggi dan

latihan aerobik setiap hari Kadar insulin darah mulai menurun 10 menit saat

olahraga dan terus menurun sekitar 70 menit olahraga Olahraga yang teratur

juga meningkatkan sensitivitas sel terhadap insulin dalam keadaan istirahat

21

8 Glucagon

Hormon yang diproduksi oleh pankreas tugasnya meningkatkan kadar gula

darah Saat gula darah rendah glukagon disekresi dan menyebabkan simpanan

karbohidrat di dalam hati dilepaskan ke aliran darah untuk meningkatkan

kadar gula mencapai kadar normal Glukagon juga menyebabkan

dipecahkannya lemak sehingga dapat digunakan sebagai bahan bakar atau

sumber tenaga Glukagon mulai disekresi pada 30 menit awal olahraga ketika

gula darah mulai menurun

242 Pelatihan Fisik Berlebih

Pelatihan fisik berlebih menimbulkan gangguan pada sistem endokrin

terjadi peningkatan kadar kortisol dan penurunan kadar testosteron (Maffetone

2007) peningkatan ACTH penurunan LH plasma

Sindrom pelatihan fisik berlebih dalam jangka panjang mengakibatkan

terjadinya inflamasi infeksi yang lebih lanjut dapat mempengaruhi kesehatan

secara umum Aktifitas berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena

terjadi peningkatan konsumsi O2 oleh aktifitas otot skeletal Meskipun oksigen

dibutuhkan oksigen juga bersifat toksik yang dapat memicu peningkatan ROS

Pada organ yang tidak mendapat oksigen dan nutrisi yang cukup akan

menimbulkan keadaan iskemik dan kerusakan mikrovaskular Keadaan ini disebut

sebagai Reperfusion Injury yang memicu terjadinya kerusakan jaringan dan

peningkatan Radikal Bebas

22

Pelatihan fisik berlebih meningkatkan terbentuknya Radikal Bebas

(Adiputra 2008) Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh untuk

melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam organ dan

pembuluh darah (Giriwijoyo 2004) Apabila berlebih menyebabkan kerusakan

sel dengan 3 cara (Kumar et al2005 Ebenhardt 2001)

1 Kerusakan DNA mengakibatkan mutasi DNA bahkan kematian sel

2 Peroksidasi lipid membrane sel dan sitosol menyebabkan terjadinya proses

reduksi asam lemak sehingga mengakibatkan kerusakan membran dan organel

sel

3 Modifikasi protein teroksidasi oleh karena cross linking protein

Bila radikal bebas bertemu dengan asam lemak tak jenuh ganda daalam

membrane sel terjadi reaksi peroksidasi lipid membran sel menyebabkan

peningkatan fluiditas membran gangguan integritas membran dan inaktivasi

ikatan membran dengan enzim dan reseptor Tahap akhir dibebaskan aldehyde

seperti malondealdehyde pentane etana conjugated diane yang bersifat merusak

tubuh (Murray et al2000)

Pelatihan fisik berlebih menyebabkan terjadinya peningkatan lekosit atau

lekositosis peningkatan isoprostan dalam urin protein carbonil (73) catalase

(96) glutation peroksidase serta glutation teroksidasi (25) Dapat

disimpulkan pelatihan fisik berlebih merangsang respon biomarker stres oksidatif

(Murray et al 2000) Proses penuaan mengakibatkan penurunan sistem imun

sehingga meningkatkan resiko infeksi Menurut teori aktifitas sedang dapat

menangkal efek proses penuaan yang diakibatkan penurunan sistem imun Studi

23

yang dilakukan Shepard dan Shek menunjukkan bahwa aktifitas sedang dapat

ditoleransi dengan baik oleh individu lanjut usia dan menunjukkan penurunan

stimulasi proliferasi limfosit

Gejala ndash gejala yang dirasakan apabila melakukan pelatihan fisik berlebih

(overtraining) (Maffetone 2007)

1 Sering mengalami kegagalan dalam melakukan latihan yang biasanya kita

lakukan Kondisi fisik menjadi semakin lemah dan semakin lambat terjadi

kemunduran

2 Kehilangan otot dan terjadi penimbunan lemak Latihan fisik berlebih

meyebabkan rasio testosteron kortisol yang seharusnya positif yang berarti

lebih banyak otot dan lebih sedikit lemak menjadi negatif yang berarti cortisol

lebih tinggi dibanding testosteron yang berarti terjadi peningkatan resistensi

insulin dan penimbunan lemak

3 Merasa lemas mudah tersinggung sulit tidur

4 Persendian tulang dan anggota tubuh terasa sakit

Terjadinya DOMS (delayed onset muscle soreness) menunjukkan teknik

latihan yang salah atau postur saat latihan yang tidak tepat DOMS merupakan

respon alami yang akan hilang dalam waktu sehari atau 2 hari tetapi apabila

nyeri berkepanjangan menunjukkan adanya overtraining

5 Sering tiba-tiba jatuh sakit

Latihan fisik berlebih menurunkan sistem imun tubuh kita sehingga menjadi

lebih mudah sakit

24

Latihan fisik berat jangka panjang berkaitan dengan cedera serat

ototKerusakan yang terjadi berhubungan dengan intensitas durasi dan tipe

latihan Ketika cell death terbentuk jaringan nekrotik dibuang oleh sel fagosit

sel satelit teraktivasi menuju ke area yang cedera menjadi myoblast dan

selanjutnya menjadi serat otot Enzim otot yang dilepaskan tidak sepenuhnya

merefleksikan kerusakan struktural yang diperkirakan oleh analisis histologis

Perubahan penanda biologis cedera otot (seperti aktifitas kreatin kinase (CK)

lactate dehydrogenase (LDH) atau konsentrasi malondialdehyde di plasma

(MDA)) sering diperiksa selama overtraining Serum aktivitas CK dan

konsentrasi MDA plasma dapat gagal meningkat saat overtraining perubahan

parameter biokimia hanya merefleksikan otot dengan beban berlebih Setelah

olahraga yang lama pro-inflammatory cytokines diproduksi lokal pada otot

skeletal

Tanda dan gejala fisik latihan fisik berlebih (overtraining)

- Denyut jantung atau nadi yang meningkat saat istirahat

- Tidak toleransi terhadap latihan

- Penampilan yang menurun

- Penurunan berat badan berkurangnya massa otot tidak nafsu makan

- Kelelahan chronic fatigue lethargy

- Nyeri dan kerusakan otot nyeri sendi

- Mudah terserang flu pembengkakan kelenjar getah bening di leher

selangkangan dan ketiak

- Konstipasi atau diare

25

- Gangguan haid gangguan makan gangguan tidur

- Sakit kepala gangguan pencernaan

- Pemulihan yang berlangsung lambat setelah latihan

- Sendi otot tendon terasa kaku dan sakit

Tanda dan gejala psikologis

- Lelah capek kekurangan tenaga

- Insomnia sakit kepala tidak mampu untuk beristirahat

- Depresi gelisah cemas apatis

- Menurunnya kepercayaan diri

- Menurunnya kemampuan untuk berkonsentrasi

- Mudah stress

Efek biokimia dari Latihan Fisik Berlebih

- Meningkatnya serum kortisol dan SHBG

- Menurunnya serum total dan free testosterone rasio testosteron kortisol

- Menurunnya glikogen otot

- Menurunnya serum hemoglobin besi dan ferritin

Faktor yang mempengaruhi terjadinya overtraining

- Jetlag

- Bekerja terlalu keras

- Menstruasi

- Nutrisi gaya hidup yang buruk

- Kurang istirahat

- Terlalu banyak mengkonsumsi alkohol

26

- Kurangnya kemampuan mengatasi stress

Penanganan overtraining atau Latihan Fisik berlebih

- Massage

Massage pada jaringan dalam dapat melepaskan otot yang tegang

mempertahankan keseimbangan sistem muskulo-skeletal Pemijatan atau

massage yang teratur dapat membantu mencegah cedera yang mungkin

terjadi karena overuse

- Menggunakan roller busa

Penggunaan roller busa memungkinkan kita dapat melakukan massage

atau pemijatan sendiri Kita dapat juga memakai yang berbentuk bola atau

bola tenis untuk membantu menghilangkan rasa sakit Pemijatan ini dapat

dilakukan di tungkai lutut hamstring bahu punggung atau otot atau sendi

manapun

- Terapi suhu kontras

Air pancuran hangat dan dingin bergantian menstimulasi tubuh untuk

pulih lebih cepat Otot membawa impuls yang terasa pada kulit bagian

dalam tubuh di mana terjadi stimulasi sistem imun memperbaiki sirkulasi

dan pencernaan mempengaruhi produksi hormon stress meningkatkan

aliran darah mengurangi sensitivitas nyeri

- Pengaturan makanan

Membantu proses pemulihan penting untuk mengkonsumsi makanan

tinggi karbohidrat protein dan lemak sehat seperti Omega 3 omega 6

omega 9 asam lemak esensial Karbohidrat memberikan sumber tenaga

27

pada tubuh dan otak asam lemak esensial membantu mengurangi depresi

memperbaiki pemulihan protein akan membangun kembali otot yang

mengalami overtraining

- Mengkonsumsi vitamin

Ketika terjadi overtraining suplementasi sangat menguntungkan Vitamin

dan suplementasi mineral sebaiknya dikonsumsi pagi hari bersama dengan

makanan untuk penyerapan yang lebih baik

Defisiensi Vitamin yang biasa terjadi

- Vitamin A (Beta-Caroten)

- Vitamin B kompleks vitamin B12

- Vitamin C D E K

- Asam Folat

Defisiensi Mineral yang biasa terjadi

- Calcium

- Chromium

- Copper Iodine Iron

- Magnesium Fosfor

- Potassium

- Sodium

- Sulfur

- Zinc

28

25 Antioksidan

Radikal Bebas merupakan senyawa reaktif yang secara alami diproduksi

oleh tubuh manusia Radikal Bebas memberikan efek positif atau efek negatif

Untuk membatasi efek negatif tersebut dibutuhkan kompleks proteksi ndash sistem

antioksidan Sistem ini terdiri dari enzim antioksidan (katalase glutation

peroksidase superoksid dismutase) dan antioksidan non enzimatik ( vitamin E-

tokoferol vitamin A- retinol vitamin C- asam askorbat) Keseimbangan antara

produksi radikal bebas dan pertahanan antioksidan menunjukkan tingkat stress

oksidatif yang mungkin terlibat dalam proses penuaan dan pada beberapa

patologi (misalnya kanker Parkinson) (Winarsi 2007)

Latihan fisik juga meningkatkan stress oksidatif dan menyebabkan

gangguan homeostasis Latihan memberikan efek positif dan efek negatif

tergantung dari beban latihan spesifikasi latihan dan tingkat basal latihan Stress

oksidatif terlibat dalam terjadinya muscular fatigue dan mengarah ke

overtraining

Definisi antioksidan menurut Cadenas adalah suatu senyawa yang apabila

terdapat dalam jumlah yang lebih banyak dibanding senyawa yang teroksidasi

secara signifikan dapat menunda atau mencegah proses oksidasi senyawa tersebut

(Cadenas 2002) Secara kimia antioksidan adalah senyawa pemberi electron

Secara biologis antioksidan adalah senyawa yang mampu menangkal dan

meredam dampak negative oksidan dalam tubuh Antioksidan mendonorkan satu

elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa oksidan tersebut dapat

dihambat (Winarsi 2007)

29

Penting sekali keseimbangan antara oksidan dan antioksidan karena

berfungsi menjaga integritas dan berfungsinya membrane lipid protein sel dan

asam nukleat Senyawa asam lemak tak jenuh penyusun membrane lipid sangat

sensitive terhadap perubahan keseimbangan antara oksidan dan antioksidan

Menurut mekanisme kerjanya antioksidan dikelompokkan atas 3 yaitu

1 Antioksidan primer SOD katalase glutation peroksidase (GSH-Px)

Bekerja pembentukan senyawa radikal bebas yang telah terbentuk menjadi

molekul yang kurang aktifSedangkan antioksidan primer yang dapat

ditambahkan dari luar seperti glutation asam lipoat SOD melatonin

2 Antioksidan sekunder vitamin E vitamin C beta karoten flavonoid asam

urat albumin (Soewoto 2001)

Merupakan antioksidan eksogenous atau non enzimatis (Winarsi 2007)

Bekerja dengan cara memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal bebas

atau dengan cara menangkapnya

3 Antioksidan tertier meliputi system enzim DNA-repair dan metionin

sulfoksida reduktase Berfungsi dalam perbaikan biomolekuler yang rusak

akibat reaktivitas radikal bebas

26 Glutation sebagai antioksidan

Glutation merupakan tripeptida yang terdiri dari asam amino glutamat

sistein dan glisin (Cadenas 2002)Ikatan glutamat ndash sistein merupakan ikatan

isopeptida antara grup γ-karboksil dari glutamat dan grup α amino dari

sisteinIkatan unik ini membuat gluation tahan terhadap degradasi oleh proteases

30

dan peptidases yang berfungsi pada peralihan proteinMerupakan suatu

antioksidan yang mencegah kerusakan komponen seluler oleh reactive oxygen

species seperti radikal bebas dan peroksidGlutation bukan nutrisi esensial karena

disintesa di dalam tubuh dari asam amino L-sistein L-glutamic acid dan glycine

Gambar 21 Struktur GSH dan GSSG

Glutation terdapat pada sebagian besar sel tubuh tetapi terbanyak terdapat

di dalam hati Grup thiol (SH) dari sistein berfungsi sebagai donor proton dan

bertanggungjawab untuk aktifitas biologis glutation Provisi asam amino ini

merupakan faktor yang terbatas dalam sintesis glutation oleh sel karena sistein

relatif jarang pada makanan Apabila dilepaskan sebagai asam amino bebas

sistein adalah toksik dan secara spontan dikatabolisasi di saluran pencernaan dan

plasma darah

Glutation disintesis dalam 2 tahap

1 Gamma-glutamylcysteine disintesa dari L-glutamate dan sistein melalui enzim

gamma-glutamylcysteine sintetase (glutamate cysteine ligase GCL)

31

2 Glisin ditambahkan pada C-terminal dari gamma-glutamylcysteine melalui

enzim glutation sintetase

261 Fungsi Glutation

Glutation terdapat dalam bentuk tereduksi (GSH) dan teroksidasi (GSSG)

Grup thiol dari sistein mampu memberikan donor elektron ke molekul lain yang

tidak stabil seperti Reactive Oxygen Species (ROS) Pada saat mendonorkan

elektronnya glutation menjadi reaktif dan segera bereaksi dengan glutation reaktif

lainnya membentuk glutation disulfide (GSSG)Reaksi mungkin terjadi apabila

terdapat konsentrasi yang cukup tinggi di sel (sampai 5mm di hati) GSH dapat

terbentuk kembali dari GSSG oleh enzim glutation reduktase Pada sel atau

jaringan yang sehat terdapat lebih 90 dari total simpanan glutation terdapat

dalam bentuk tereduksi (GSH) dan kurang dari 10 dalam bentuk disulfide

(GSSG)

GSH ---- GSSG

Eliminasi ROS Menjaga protein thiols Antioxidant

dalam bentuk reduksi pools

Gambar 22 GSH Redox (Cadenas 2002)

GSH Redox merupakan indikator sentral keseimbangan antara stress

oksidatif dan system antioksidan GSH Redox berkaitan dengan detoksifikasi

Reactive Oxygen Species (ROS) berfungsi dalam mempertahankan tersedianya

antioksidan mempertahankan protein thiol dalam bentuk reduksi Rasio

32

GSHGSSG sering dipakai untuk mengekspresikan keseimbangan redox ini

Peningkatan rasio GSH-GSSG merupakan indikasi adanya Stress Oksidatif

(Goldman 2003)

Glutation mempunyai beberapa fungsi (Winarsih 2007)

- Sebagai antioksidan endogen mayor yang diproduksi oleh sel berpartisipasi

langsung pada netralisasi radikal bebas dan senyawa oksigen reaktif

mempertahankan antioksidan eksogen seperti vitamin C dan E pada bentuk

tereduksi (aktif)

- Pengaturan siklus nitric oxide yang sangat penting untuk kehidupan tetapi

dapat menjadi masalah apabila tidak teregulasi Digunakan untuk reaksi

metabolism dan biokimia seperti sintesis dan perbaikan DNA sintesis protein

sintesis prostaglandin transport asam amino dan aktivasi enzim Tiap sistem

di dalam tubuh kita dapat dipengaruhi oleh sistem glutation khususnya sistem

imun sistem saraf sistem gastrointestinal dan paru

Gambar 23 Detoksifikasi Lipid Hydroxyperoxides di usus halus

33

GSH yang ditransportasikan kedalam lumen digunakan untuk detoksifikasi

peroksid yang terbentuk dari makanan oleh glutation peroksidase (GSH Px)

Proses ini membutuhkan peroksid dan glutation yang tersedia di sel epitel GSSG

yang terbentuk direduksi kembali menjadi GSH oleh GSSG reduktase (GSSG

Rx) menggunakan NADPH sebagai reduktan

262 Suplementasi Glutation

Meningkatkan level GSH melalui suplementasi glutation langsung sulit

Penelitian terakhir menyatakan bahwa secara oral tidak diabsorpsi baik melalui

saluran pencernaan Studi mengenai konsumsi oral akut glutation dengan dosis

sangat besar 3 gram Witschi dan tim menemukan lsquoadalah tidak mungkin

meningkatkan glutation yang bermanfaat secara klinis dengan dosis tunggal 3

gram glutationrsquo

Glutation terdapat pada makanan sehari-hari sampai 150mghari dapat

diabsorpsi melalui intak di usus halus Individu sehat dengan asupan sulfur asam

amino (1-2 gramhari) jumlah GSH mungkin tidak cukup untuk mendapatkan

efek penting secara sistemik Individu dengan asupan sulfur asam amino yang

terbatas suplementasi GSH diperlukan untuk mempertahankan suplai GSH

sistemik dengan memperbaiki keseimbangan sulfur asam amino (Cadenas 2002)

Glutation hanya diabsorpsi di sel epitel oral dan traktus gastrointestinal

dan memberikan keuntungan kesehatan spesifik pada jaringan tersebut(Cadenas

2002)

34

SUPLAI HILANG

Makanan suplemen Degradasi

GSH

Empedu LUMINAL Uptake

Epitel Reaksi Detoksifikasi

Gambar 24 Supply dan Removal Glutation dalam lumen usus halus (Cadenas 2002) Glutation (GSH) disuplai ke dalam lumen intestinal melalui konsumsi oral

empedu dan sekresi epitel intestinal Jumlah yang disuplai dari empedu cukup

untuk mempertahankan jumlah 200microM pada tikus tetapi tidak cukup pada

manusia yang mengalami degradasi di duktus kantung empedu Jumlah yang

dikonsumsi melalui makanan bervariasi dan secara umum kurang dari 200 microM

Jumlah yang diberikan melalui epitel hanya sekitar 10 atau kurang

dibandingkan dengan yang disediakan oleh empedu Hilangnya Glutation karena

degradasi oleh γ-glutamyltranspeptidase dan dipeptidases pada permukaan sel

epitel ditransportasikan ke dalam sel oleh mekanisme sodium-dependent dan

sodium-independent konjugasi dengan elektrofil reaktif dikatalisasi oleh

glutathione-S transferase mucus (Cadenas 2002)

Vitamin D meningkatkan level glutation di otak dan tampaknya sebagai

katalis untuk produksi glutation Sejumlah vitamin D aktif di otak berikatan

dengan seberapa besar vitamin D3 baik melalui suplemen atau dibentuk di kulit

melalui paparan matahariHal ini menyatakan bahwa mengkonsumsi vitamin D

35

dan atau mendapat cukup paparan matahari meningkatkan produksi glutation

(Sellman 2009)

Konsentrasi glutation di plasma dan hati dapat ditingkatkan dengan

mengkonsumsi suplemen tertentu yang disebut GSH precursors N-asetilsistein

atau NAC glutation precursor yang paling memungkinkan Suplemen lain S-

adenosilmetionin (SAMe) dan whey protein juga dapat meningkatkan glutation

dalam sel (Sellman 2009)

NAC tersedia dalam bentuk obat dan sebagai suplemen generik Alpha

lipoic acid juga dapat mempertahankan glutation intraselular Melatonin dapat

menstimulasi enzim yang berkaitan glutation peroksidase dan silimarin ekstrak

dari biji tanaman milk thistle (Silybum marianum) juga mempunyai kemampuan

memperbarui level glutation

Glutation diatur dengan ketat di intraseluler dan dibatasi produksinya oleh

feedback negative inhibisi sintesisnya sendiri melalui enzim gamma-

glutamilsistein sintetase sehingga meminimalisir kemungkinan terjadinya

overdosis Penambahan glutation menggunakan precursor atau glutation intravena

adalah strategi untuk mengatasi defisiensi glutation stress oksidatif tinggi

defisiensi imun

Glutation yang rendah menunjukkan adanya pembuangan dan

keseimbangan negatif nitrogen seperti pada kanker AIDS sepsis trauma

terbakar dan bahkan atlet overtraining Suplementasi glutation dapat

memperbaiki proses ini dan contohnya pada AIDS memberi hasil adanya

perbaikan survival rates Bagimanapun studi mengenai kondisi ini belum dapat

36

membedakan glutation rendah sebagai akibat secara akut (pada pasien sepsis) atau

secara kronis (HIV) meningkatkan stress oksidatif dan peningkatan patologi

sebagai akibat defisiensi yang sudah ada sebelumnya

Skizofrenia dan gangguan bipolar berhubungan dengan glutation yang

rendah Stress oksidatif mungkin salah satu faktor dasar patofisiologi gangguan

bipolar gangguan depresif mayor dan skizofrenia Glutation (GSH) adalah

pemakan radikal bebas mayor di otakTidak adanya GSH meningkatkan

kerentanan sel terhadap stress oksidatif ditandai asetilsistein dapat mengurangi

gejala kedua gangguan tersebut

Glutation merubah level stress oksidatif pada sel yang diisolasi di

laboratorium sehingga dapat mengurangi perkembangan kanker Tes ini tidak

dilakukan pada manusia

Glutamat yang berlebihan di sinaps yang dapat dilepaskan pada kondisi

seperti cedera otak dapat menghambat pengambilan sistein senyawa pembentuk

glutation yang pentingTanpa proteksi dari cedera oksidatif oleh glutation sel-sel

dapat rusak atau mati (Sellman 2009)

Glutation juga mempunyai fungsi lain sebagai berikut (Sellman 2009)

Mencerahkan kulit

Mencegah menghilangkan jerawat dan bekas jerawat

Menghilangkan noda hitam

Anti aging dan anti kerut

Memberi nutrisi kulit

Membantu pemulihan luka

37

Membuat kulit menjadi halus segar dan bersinar

Kondisi kesehatan yang berhubungan dengan defisiensi glutation

Peningkatan proses penuaan

Kesulitan dalam keseimbangan

Gangguan mental

Masalah koordinasi

Gangguan sistem saraf

Akhir-akhir ini dipercaya sebagai penyebab lesi otak

Kanker HIV Katarak Diabetes Mellitus

Jumlah sperma yang rendah

263 Glutation Precursor (Sellman 2009)

Glutation Precursor disebut juga sebagai building-block dari glutation

yaitu N-asetilsistein atau NAC dan whey protein tidak terdenaturasi

Nasetilsistein adalah obat farmasi yang biasa digunakan bertahun-tahun untuk

mengobati overdose asetaminofen Hal ini sangat efektif ketika diberikan dalam

dosis besar di ruang darurat ketika seseorang akan mengalami gagal hati karena

overdosis asetaminofen komposisi aktif dari Tylenol

Efek sampingnya adalah bercak-bercak kemerahan bersin mual

anafilaksis reaksi alergi yang berupa kesulitan bernafas karena bronkospasme

tekanan darah menurun angioedema muntah kram diare Walaupun jarang

kematian pernah dilaporkan karena N-asetilsistein Beberapa orang mendapatkan

rasa dan bau yang tidak dapat diterima karena kandungan sulfur di dalamnya

38

Pengggunaan teratur untuk menaikkan kadar glutation tidak direkomendasikan

untuk anak-anak dan bayi Masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk

menentukan keamanan N-asetilsistein untuk penggunaan jangka panjang

Whey protein tidak terdenaturasi merupakan nutraceutical atau medicinal

foodSenyawa ini memberikan ikatan sistein ke sel-sel di mana glutation dapat

terbentuk di tempat tersebut

Beberapa kondisi yang tidak dapat mengkonsumsi whey protein

- Pasien dengan alergi protein susu

- Pasien dengan diet rendah protein

- Pasien yang sedang menjalani terapi imunosupresif

Efek sampingnya adalah kembung perut kram urtikaria Efek samping

karena overdosis tidak terjadi karena sel hanya membuat sebatas yang dibutuhkan

apabila berlebih kelebihan disimpan di hati dan ginjal sampai suatu saat kalau

dibutuhkan

264 Sumber Glutation dari makanan

Sumber glutation dari makanan yang disarankan adalah asparagus bayam

brokoli bawang putih kale bawang watercress kol Brussel sprout beberapa

bumbu seperti kunyit kayu manis semangka alpukat anggur peach jeruk

walnut granola daging kalkun dan daging ayam keju cottage dan yoghurt

39

Tabel 21 Makanan yang mengandung Glutation (Cadenas2002)

GSH Food Group mg100 g mgsaji Buah segar Apel 33 46 Pisang 41 48 Anggur 79 146 Jeruk 73 106 Semangka 66 283 Sayuran segar Asparagus dimasak 283 263 Alpukat 277 313 Brokoli dimasak 91 78 Wortel mentah 79 59 Tomat 90 109 Daging Hamburger 175 149 Ham rebus 233 13 Ayam digoreng 131 134 Sereal biji-bijian Cornflakes 00 00 Roti whole wheat 12 06 Roti putih 00 00 Nasi putih enriched dimasak 16 21 Produk Susu Susu whole 00 00 Keju Amerika 00 00 Yoghurt plain lowfat 00 00 Es krim 10 lemak 00 00

40

BAB III

KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

31 Kerangka Berpikir

Faktor penyebab penuaan antara lain faktor internal dan faktoreksternal

Faktor internal meliputi radikal bebas glikosilasi metilasi hormon yang

berkurang apoptosis system kekebalan tubuh yang menurun genetik Faktor

eksternal meliputi gaya hidup tidak sehat polusi lingkungan stress kemiskinan

kebiasaan yang salah olahraga berlebihan (overtraining) Berbagai faktor di atas

menyebabkan terjadinya penurunan fungsi tubuh dan terjadilah penuaan

Kerangka konsep penelitian berdasarkan teori bahwa salah satu penyebab

penuaan adalah radikal bebas Bila jumlah radikal bebas melebihi jumlah

antioksidan di dalam tubuh terjadilah stress oksidatif Radikal bebas dapat

merusak membran sel protein DNA dan berakibat fatal bagi kelangsungan hidup

sel jaringan Stress oksidatif yang berlangsung lama akan mengakibatkan

terjadinya penumpukan hasil kerusakan oksidatif di dalam sel dan jaringan

selanjutnya sel dan jaringan tersebut akan kehilangan fungsinya dan akhirnya

mati

Olahraga berlebih meningkatkan stress oksidatif karena terdapat

peningkatan konsumsi O2 oleh aktivitas otot skeletal Oksigen juga dapat bersifat

toksik yang dapat memicu peningkatan Reactive Oxygen Species (ROS)Organ

yang tidak mendapat cukup oksigen dan nutrisi menjadi iskemik dan terjadi

kerusakan mikrovaskular (Reperfusion Injury) memicu peningkatan radikal

40

41

bebas Dengan pemberian antioksidan Glutation yang merupakan antioksidan

master diharapkan dapat mencegah kerusakan lebih lanjut yang diakibatkan oleh

radikal bebas dengan cara melindungi sel dari Reactive Oxygen Species (ROS)

dan dapat dilihat melalui parameter MDA yang mengalami penurunan

32 Konsep Penelitian

Konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Gambar 31 Konsep Kadar MDA pada tikus yang diberikan Pelatihan Fisik Berlebih+ Placebo dan Pelatihan Fisik Berlebih + Glutation

FAKTOR INTERNAL

- Jenis Kelamin

- Usia

- Genetik

- Hormon

- Psikologis

FAKTOR EKSTERNAL

- Makanan

- Cuaca iklim

- Penyakit

- Exercise

GLUTATION

TIKUS

KADAR MDA

42

33 Hipotesis

Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan kadar MDA

tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

43

BAB IV

METODE PENELITIAN

41 Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksterimental dengan rancangan

randomized pre test-post test control group design (Poccock et al 2008)

Subyek terdiri dari 2 kelompok yaitu

1 Kelompok 1 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+ Placebo

2 Kelompok 2 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation

Semua kelompok sebelum perlakuan diberikan pre test (O1 O3) dan

dihitung rerata untuk masing-masing kelompok

Setelah perlakuan semua kelompok diberikan post test (O2 O4) dan

dihitung rerata untuk masing-masing kelompok

Kemudian dihitung perbedaan rerata antara pre test dan post test dari

masing-masing kelompok lalu hasil perbedaan tersebut dibandingkan secara

statistik

Gambar 41 Rancangan Penelitian

P S

43

R R

O1 P1 O2

O3 P2 O4

44

Keterangan

P = populasi

S = sampel

R = random

O1 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah mendapatkan

pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan placebo (pre test)

O2 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah diberikan pelatihan

fisik berlebih setelah diberikan placebo (post test)

O3 = observasi data MDA kelompok perlakuan setelah diberikan

pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan Glutation (pre test)

O4 = observasi data MDA kelompok perlakuan diberikan pelatihan fisik

berlebih setelah diberikan Glutation (post test)

P1 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih+ placebo

P2 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation

42 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran

Universitas Udayana pada bulan Januari ndash Maret 2012 Pemeriksaan MDA darah

tikus dikerjakan di bagian Program Antar Unit Universitas Gajah Mada

Jogyakarta

45

43 Populasi dan Sampel

431 Populasi

Subyek penelitian adalah tikus jantan dewasa galur Wistar yang berusia 2-

25 bulan dan dalam kondisi fisik sehat

432 Kriteria Sampel

4321 Kriteria Inklusi

Kriteria Inklusi yang ditetapkan sebagai sampel adalah sebagai berikut

a Tikus jantan dewasa galur Wistar

b Umur 2-25 bulan

c Berat badan plusmn200 gram

d Sehat

e MDA ge 5mmollt

4322 Kriteria Drop Out

Adalah sampel yang mati pada waktu penelitian

433 Besar Sampel

Besar sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini dihitung berdasarkan

rumus Poccock (2008)

Angka μ1 (5) dan μ2 (12) didapatkan dari penelitian sebelumnya (Ji 1998)

n=

46

= asymp 7

Keterangan

n = jumlah sampel

σ = standar deviasi kelompok perlakuan dengan pemberian

glutation (15)

f ( ) = besarnya didapat dari tabel (Poccock 2008)

μ1 = rerata hasil MDA pada kelompok perlakuan sesudah

pemberian glutatioacuten (5)

μ2 = rerata hasil MDA pada kelompok pre test (12)

Jadi jumlah sampel (n) = 675 dan ditambah 3 ekor tikus untuk masing-

masing kelompok sebagai cadangan Jadi total 20 ekor tikus dengan 10

ekor tikus untuk masing-masing kelompok

434 Teknik Pengambilan Sampel

Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat

sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi diambil secara acak

sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi

2 kelompok yaitu kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+placebo kelompok

dengan pelatihan fisik berlebih + glutation

47

44 Variabel Penelitian

441 Klasifikasi Variabel

Variabel penelitian dibedakan menjadi

1 Variabel Bebas dosis pemberian glutation

2 Variabel Tergantung kadar MDA

3 Variabel Terkendali varian tikus jantan (galur wistar) jenis

kelamin umur berat badan lingkungan

(pencahayaan suhu kelembaban nutrisi

kandang)

Gambar 42 Bagan Hubungan Antar Variabel

VARIABEL BEBAS

- Pelatihan fisik berlebih

- Glutation 37mg kgBBhari

VARIABEL TERGANTUNG

KADAR MDA

VARIABEL TERKENDALI

Varian tikus

Jenis kelamin umur berat badan

Pencahayaan suhu kelembaban nutrisi kandang

Makanan minuman

48

442 Definisi Operasional Variabel

1 Pelatihan fisik berlebih pada tikus adalah pelatihan yang berlebihan

yang diukur berdasarkan kemampuan maksimal berenang tikus pada

ember berdiameter 35 cm dengan kedalaman air 20 cm yang

dilakukan 60 menithari selama 35 hari pada waktu yang sama pada

suhu 32 derajat (Binekada 2002 dan Pepe2011)

2 Glutation yang diberikan adalah Glutation Teofarma injeksi sediaan

600mg 4 ml Dosis pemberian Glutation adalah pemberian sediaan

antioksidan Glutation dalam bentuk suntikan intraperitoneal yang

diberikan 1x sehari dan diberikan 6 jam sebelum pelatihan fisik

berlebih Dosis pemberian Glutation mengacu pada penelitian yang

dilakukan sebelumnya oleh Ji L L yaitu 37mgkgBBhari yang

dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril secara intraperitonial

3 MDA merupakan salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada

membran sel dan merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan

oleh radikal bebas Pengukuran kadar MDA menggunakan metode

Thiobarbituraic Acid Reactive Substances (TBARS) Pembacaan hasil

dengan menggunakan spektrofotometer Satuan MDA dalam mmoll

4 Cahaya suhu dan kelembaban merupakan kondisi lingkungan yang

dialami tikus jantan dewasa Pada penelitian ini kondisi lingkungan

selama percobaan dibuat sama

5 Berat badan tikus adalah berat badan yang ditimbang dengan

timbangan gram

49

6 Umur tikus adalah umur yang ditentukan dengan melihat tanggal

kelahiran yang dicatat pada kandang percobaan

7 Kondisi peneliti yang meliputi kesehatan fisik dan psikis peneliti

Penelitian dilaksanakan saat kondisi peneliti dalam keadaan baik

sehingga pengaruhnya terhadap hasil penelitian dapat diabaikan

45 Bahan dan Alat Penelitian

451 Bahan Penelitian

Glutation injeksi

Tikus jantan

Makanan tikus berupa pellet dan air minum dari air ledeng

Aquades steril

EDTA (Ethylenediamine tetraacetic acid)

Reagensia untuk pengukuran kadar MDA

452 Alat Penelitian

Alat yang dipakai dalam pengambilan data penelitian ini adalah

- Kandang tikus terbuat dari besi yang di dalamnya terdapat sekam dan

botol minuman

- Ember berdiameter 35 cm dan kedalaman air 20 cm

- Stopwatch

- Timbangan

- Spuit injeksi 1 ml

50

- Sarung tangan

- Kapas dan alkohol 70

- Tabung Evendorf

- Mikropipet

- Pipet kapiler

- Sentrifugasi

46 Prosedur Penelitian

1 Tikus jantan dewasa (Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan

berat badan plusmn200gram dilakukan aklimatisasi selama 2 minggu di

tempat penelitian untuk penyesuaian dengan lingkungan

2 Semua sampel tikus diberi perlakuan yang sama yaitu diberikan

pelatihan fisik berlebih dengan cara berenang sampai kelelahan pada

hari ke 7 kedua kelompok tersebut dilakukan pemeriksaan MDA

3 Mulai hari ke 8 ndash 35 sampel tikus yang berjumlah 20 ekor dibagi atas 2

kelompok di mana kelompok 1(kontrol) diberikan pelatihan fisik

berlebih + injeksi aquabidest intraperitoneal enam jam sebelum

perlakuan aktifitas berlebih kelompok ke 2 (perlakuan) diberikan

pelatihan fisik berlebih + injeksi intraperitoneal glutation 37

mgkgBBhari yang sudah dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril

4 Pada hari ke 35 dilakukan pemeriksaan kadar MDA pada masing-

masing tikus setelah bulu tikus kering

51

5 Selama penelitian hewan coba diberikan makanan dan minuman secara

teratur kebersihan dan kenyamanan kandang dijaga

461 Alur Penelitian

TIKUS ADAPTASI 2 MINGGU

PELATIHAN FISIK BERLEBIH 1 MINGGU

MDA

KELOMPOK 1 KELOMPOK 2

PELATIHAN FISIK BERLEBIH PELATIHAN FISIK BERLEBIH

+ AQUABIDEST (28 hari) +GLUTATION 37mgkgBBhari

28 HARI 28 HARI

MDA

Gambar 43 Bagan Alur Penelitian

462 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium

Pemantauan keselamatan tikus jantan (galur Wistar) di laboratorium

(Smith et al1988 Ngatidjan 2006) adalah sebagai berikut

1 Kandang tikus jantan harus cukup kuat tidak mudah rusak teratur dibersihkan

(1x seminggu) mudah dipasang kembali hewan tidak mudah lepas tahan

52

gigitan hewan kelihatan jelas dari luar Alas tempat tidur terbuat dari serbuk

gergaji atau sekam padi agar mudah menyerap air

2 Luas lantai yang memadai untuk tikus jantan dengan berat badan plusmn200 gram

adalah 60cm persegi dan tinggi 20 cm

3 Diciptakan suasana lingkungan yang stabil dan sesuai keperluan fisiologi tikus

jantan di mana kelembaban suhu pertukaran udara yang ekstrim harus

dihindari

4 Hewan coba hendaknya diperlakukan dengan kasih sayang

47 Pengolahan dan Analisis Data

Analisis data yang digunakan adalah

1 Analisis Deskriptif

2 Uji normalitas data dilakukan dengan tes Shapiro-Wilk Distribusi data

normal dengan nilai pgt005

3 Uji homogenitas dilakukan dengan Lavenersquos Test Data dinyatakan

homogen dengan nilai pgt005

4 Karena data berdistribusi normal dan homogen maka untuk uji

komparabilitas dipakai

- Uji t independent untuk membandingkan rerata kadar MDA antar

kelompok

- Uji Paired T- Test untuk membandingkan rerata kadar MDA pre

dan post masing-masing kelompok

- Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau

dinyatakan berbeda bila plt005

53

BAB V

HASIL PENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 20 ekor tikus jantan dewasa

(Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan berat badan plusmn200 gram sebagai

sampelyang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah 10 ekor

yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dankelompok

perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) Dalam penyajian hasil ini diuraikan

uji normalitas data uji homogenitas data uji komparabilitas dan uji efek

perlakuan

51 Uji Normalitas Data

Data Kadar MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan

pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji

Shapiro-Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005)

disajikan pada Tabel 51

53

54

Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing Kelompok Sebelum

dan Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Perlakuan n p Keterangan

Kadar MDA kontrol pre

Kadar MDA perlakuan pre

Kadar MDA kontrol post

Kadar MDA perlakuan post

10

10

10

10

0965

0550

0975

0697

Normal

Normal

Normal

Normal

52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok

Data Kadar MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun

sesudah perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test

Hasilnya menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52

Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA Sebelum dan

Sesudah Perlakuan

Variabel F p Keterangan

Kadar MDA pre

Kadar MDA post

0016

0592

0901

0452

Homogen

Homogen

53 Kadar MDA

531 Uji komparabilitas

Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata kadar MDA

antar kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan

55

glutation Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada

Tabel 53 berikut

Tabel 53

Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata

Kadar MDA

SB T P

Aktivitas berlebih dan

placebo

Aktivitas berlebihdan

glutathion

10

10

518

529

028

029

089 0386

Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok

kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 518028mmoll dan rerata

kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 529029mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 089 dan nilai

p = 0386 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan

berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya tidak berbeda secara

bermakna (p gt 005)

532 Analisis efek perlakuan

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kadar MDA antar

kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation

56

Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54

berikut

Tabel 54 Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata

Kadar MDA

SB T P

Aktivitas berlebih dan

placebo

Aktivitas berlebihdan

glutathion

10

10

778

444

023

017

3672 0001

Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok

kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata

kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 444017mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 3672 dan nilai

p = 0001 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan

berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya berbeda secara

bermakna (p lt 005)

57

Gambar 51 Perbedaan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

533 Analisis Komparasi Sebelum dengan Sesudah Perlakuan

Analisis komparasi diuji berdasarkan rerata kadar MDA antara sebelum

dengan sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation Hasil

analisis kemaknaan dengan uji t-paired disajikan pada Tabel 55 berikut

Tabel 55 Analisis KomparasiKadar MDA antara Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Kelompok Beda Rerata

pre ndash post p Keterangan

Aktivitas berlebih dan placebo

Aktivitas berlebih dan

glutathion

260

085

0001

0001

Meningkat

Menurun

58

Berdasarkan uji t-paired didapatkan bahwa ada penurunan kadar MDA

pada kelompok perlakuan secara bermakna sebesar 085mmoll sedangkan pada

kelompok kontrol mengalami peningkatan secara bermakna sebesar 260mmoll

59

BAB VI

PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian

Untuk menguji efek pemberian glutation terhadap penurunan kadar MDA

maka dilakukan penelitian terhadap 20 ekor tikus jantan dewasa (Galur Wistar)

sebagai sampel yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah

10 ekor yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dan

kelompok perlakuan (pelatihan fisik berlebih dan glutation)

62 Efek Pelatihan Fisik Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA

Hasil penelitian dan analisis data terhadap kadar MDA darah pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji

normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan homogenitas (Levenersquos test) pre-test dan post-

test masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)

Uji perbandingan 1 minggu pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan

injeksi antara kedua kelompok menggunakan uji t-independent Rerata kadar

MDA kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) adalah

518028mmoll dan rerata kelompok pelatihan fisik berlebih dan glutation

adalah 529029mmoll Analisis kemaknaan dengan uji t-independent

menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna kadar MDA darah antara

kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa

kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan injeksi rerata kadar MDAnya tidak

59

60

berbeda secara bermakna

Uji perbandingan setelah pemberian placebo dan glutation antara kedua

kelompok menggunakan t-independent Rerata kadar MDA kelompok kontrol

(aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata kelompok

perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) adalah 444017mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent antara kedua kelompok sesudah diberikan

placebo dan glutation menunjukkan perbedaan kadar MDA secara bermakna

(plt005) Hal ini berarti bahwa kelompok yang diberikan perlakuan berupa

placebo dan glutation 6 jam sebelum diberikan pelatihan fisik berlebih dengan

cara merenangkan selama 60 menit hari selama 35 hari rerata kadar MDA

berbeda secara bermakna Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh

untuk melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam

organ dan pembuluh darah (Giriwijoyo 2004)

Peningkatan kadar MDA sesudah diberikan pelatihan fisik berlebih pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan disebabkan karena pelatihan fisik

berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena terjadi peningkatan konsumsi

oksigen oleh aktifitas otot skeletal Stress oksidatif memicu peningkatan senyawa

oksigen reaktif Pada pelatihan fisik berlebih juga terjadi Reperfusion Injury yang

memicu terjadinya kerusakan jaringan dan peningkatan radikal bebas (Adiputra

2008) Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara menarik elektronnya

sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan sampai kematian sel

(Suryohudoyo 2000)

Pada penelitian ini didapatkan bahwa sesudah diberikan pelatihan fisik

61

berlebih dan placebo terjadi peningkatan kadar MDA sebesar 5024 Kadar

MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel (Winarsi

2007) Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pepe

(2011) bahwa pelatihan fisik berlebih meningkatkan kadar MDA Lebih lanjut

Murray et al (2000) juga menyatakan bahwa pelatihan fisik berlebih merangsang

respon biomarker stres oksidatif Sedangkan pada kelompok perlakuan yang

diberikan aktifitas berlebih dan glutation terjadi penurunan kadar MDA sebesar

1607 Terjadinya penurunan kadar MDA pada kelompok yang diberikan

glutation 6 jam sebelum melakukan pelatihan fisik berlebih disebabkan karena

pemberian antioksidan meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan

cara mendonorkan elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa

oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsi 2007) Glutation merupakan antioksidan

endogen yaitu antioksidan yang dapat disintesa dalam tubuh dari asam amino L-

sistein L-glutamat dan glisin (Cadenas 2002) yang juga sebagai master

antioksidan yaitu antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain

Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan

Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik (Hersh 2004) Glutation

merupakan salah satu antioksidan yang tidak dapat menjadi pro oksidan (Cadenas

2002) Normalnya sekali suatu antioksidan memakan radikal bebas antioksidan

ini menjadi teroksidasi sendiri dan menyerang sel yang sehat yang disebut

sebagai pro oksidan Glutation dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang

teroksidasi tersebut menjadi bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali

dalam memakan radikal bebas (Sellman 2009) Sehingga dengan demikian

62

glutation dapat membantu dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Urso

(2003) bahwa suplementasi antioksidan dapat mengatasi kondisi stress oksidatif

yang terjadi pelatihan fisik berlebih

Uji perbandingan antara data MDA pre dan post masing-masing kelompok

digunakan uji t-paired test Berdasarkan uji ini didapatkan hasil pada kelompok

perlakuan terjadi penurunan kadar MDA secara bermakna sebesar 085 mmollt

sedangkan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan kadar MDA secara

bermakna sebesar 260mmollt Terjadi penurunan kadar MDA pada kelompok

perlakuan menunjukkan pemberian antioksidan Glutation intraperitoneal dosis

37mgkgBBhari dapat mengatasi kondisi stress oksidatif yang terjadi pada

pelatihan fisik berlebih Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh

Urso (2003)

63

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

71 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan sebagai

berikut Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA

tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

72 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah

1 Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja glutation

yang lebih detail

2 Memperhatikan takaran latihan supaya tidak berlebihan yang justru akan

meningkatkan kerusakan sel

3 Perlu dilakukan uji klinis pada manusia

63

64

DAFTAR PUSTAKA

Adiputra N 2008Kesehatan Olah Raga Available from httpwwwbalihesgorgindexphpoption=com Accessed 2011 Oct 5th

Anonim 2011 Glutathione Available at

httpenwikipediaorgwikiGlutathione Accessed 2011 Oct 5th Anonim 2011 Overtraining Available at

httpwwwmarksdailyapplecomovertraining Accessed 2011 Oct5th

Asikin N 2001Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan InKursus Penyegaran dan Pelatihan Radikal bebas dan Antioksidan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta Fakultas Kedokteran UI

Bagiada NA 2001 Proses Penuaan dan Penanggulangannya Denpasar

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hal 22 Banerjee AK Mandal A Chanda D Chahraboti S 2003 Oxidant

Antioxidant and Physical ExerciseAvailable from httpwwwncbinlmnihgovpubmed14619981 accesed 2011 Sept 2nd

Binekada MC 2002 ldquoPelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Konsentrasi dan

Motilitas Spermatozoa Mencitrdquo(tesis) Denpasar Universitas Udayana

Cadenas E Jones PD 2002Bioavailability of Glutathione In Cadenas E

Packer L editorsHandbook of Antioxidants2nd Ed New York Marcel DekkerInc p549-564

Catala A 2006Lipid PeroxidationInt J Biochem Cell Biol 38 1482-1495 Dalle-DonneI Rossi R ColomboR Giustarini D Milzani

A2006Biomarkers of Oxidative Damage in Human Disease Available from httpwwwredorbitcomnewsscience473334biomarkersof oxidative damage in human diseaseindexhtmlaccessed2011 Sept 5th

Fouad T 2007 Free radicals Types Sources and Damaging Reaction

Relations Available from

64

65

wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th

Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th

Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112

Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors

ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their

Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69

Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan

Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th

Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz

R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155

Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester

Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th

Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala

T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200

Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and

Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders

66

Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana

LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia

Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647

Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from

httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit

Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK

Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620

Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji

Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah

Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009

Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan

Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132

Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde

Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521

Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley

Medical Publicationsp 123-141

Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI

Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable

from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer

67

Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole

Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam

Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI

Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam

Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya

Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan

Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47

Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant

Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th

Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan

Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105

68

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965

Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975

Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753

Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

69

Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan

Group Statistics

Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887

Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215

Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260

Perlakuan 10 42500 23348 07383

Independent Samples Test

Levenes Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df

Sig (2-

tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence Interval of the

Difference Lower Upper

Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428

Equal variances not assumed

-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429

Post1

Equal variances assumed 592 452 367

22 18 000 333700 09087 314608 352792

Equal variances not assumed

36722 16855 000 333700 09087 314515 352885

Post2

Equal variances assumed 906 354 264

19 18 000 239500 09066 220454 258546

Equal variances not assumed

26419 16265 000 239500 09066 220307 258693

70

Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis

(Laurence amp Bacharach 1964)

2g mencit 20g tikus 400g marmot

l5Kg kelinci

20Kg kucing

40Kg kera

120Kg anjing

70Kg manusia

20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879

200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560

400 g marmot

008 057 10 225 24 52 102 315

l5Kg kelinci

004 025 044 10 106 24 45 142

20Kg kucing

003 023 042 092 10 22 41 130

40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61

120Kg anjing

0008 006 010 0022 024 052 10 31

70Kg manusia

00026 0018 0031 007 0013 016 032 10

71

Lampiran 4

Foto Penelitian

Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)

72

Lampiran 5

Data Hasil Penelitian

Kelompok Kontrol

Pre test Post test Pre test Post Test

752 647 769 694

779 670 773 664

745 660 803 653

769 643 817 677

783 653

786 684

Kelompok Perlakuan

Pre Test Post test

412 391

436 412

442 425

425 401

453 436

466 442

432 405

456 432

470 453

476 463

Page 39: PEMBERIAN INJEKSI GLUTATION INTRAPERITONEAL

21

8 Glucagon

Hormon yang diproduksi oleh pankreas tugasnya meningkatkan kadar gula

darah Saat gula darah rendah glukagon disekresi dan menyebabkan simpanan

karbohidrat di dalam hati dilepaskan ke aliran darah untuk meningkatkan

kadar gula mencapai kadar normal Glukagon juga menyebabkan

dipecahkannya lemak sehingga dapat digunakan sebagai bahan bakar atau

sumber tenaga Glukagon mulai disekresi pada 30 menit awal olahraga ketika

gula darah mulai menurun

242 Pelatihan Fisik Berlebih

Pelatihan fisik berlebih menimbulkan gangguan pada sistem endokrin

terjadi peningkatan kadar kortisol dan penurunan kadar testosteron (Maffetone

2007) peningkatan ACTH penurunan LH plasma

Sindrom pelatihan fisik berlebih dalam jangka panjang mengakibatkan

terjadinya inflamasi infeksi yang lebih lanjut dapat mempengaruhi kesehatan

secara umum Aktifitas berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena

terjadi peningkatan konsumsi O2 oleh aktifitas otot skeletal Meskipun oksigen

dibutuhkan oksigen juga bersifat toksik yang dapat memicu peningkatan ROS

Pada organ yang tidak mendapat oksigen dan nutrisi yang cukup akan

menimbulkan keadaan iskemik dan kerusakan mikrovaskular Keadaan ini disebut

sebagai Reperfusion Injury yang memicu terjadinya kerusakan jaringan dan

peningkatan Radikal Bebas

22

Pelatihan fisik berlebih meningkatkan terbentuknya Radikal Bebas

(Adiputra 2008) Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh untuk

melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam organ dan

pembuluh darah (Giriwijoyo 2004) Apabila berlebih menyebabkan kerusakan

sel dengan 3 cara (Kumar et al2005 Ebenhardt 2001)

1 Kerusakan DNA mengakibatkan mutasi DNA bahkan kematian sel

2 Peroksidasi lipid membrane sel dan sitosol menyebabkan terjadinya proses

reduksi asam lemak sehingga mengakibatkan kerusakan membran dan organel

sel

3 Modifikasi protein teroksidasi oleh karena cross linking protein

Bila radikal bebas bertemu dengan asam lemak tak jenuh ganda daalam

membrane sel terjadi reaksi peroksidasi lipid membran sel menyebabkan

peningkatan fluiditas membran gangguan integritas membran dan inaktivasi

ikatan membran dengan enzim dan reseptor Tahap akhir dibebaskan aldehyde

seperti malondealdehyde pentane etana conjugated diane yang bersifat merusak

tubuh (Murray et al2000)

Pelatihan fisik berlebih menyebabkan terjadinya peningkatan lekosit atau

lekositosis peningkatan isoprostan dalam urin protein carbonil (73) catalase

(96) glutation peroksidase serta glutation teroksidasi (25) Dapat

disimpulkan pelatihan fisik berlebih merangsang respon biomarker stres oksidatif

(Murray et al 2000) Proses penuaan mengakibatkan penurunan sistem imun

sehingga meningkatkan resiko infeksi Menurut teori aktifitas sedang dapat

menangkal efek proses penuaan yang diakibatkan penurunan sistem imun Studi

23

yang dilakukan Shepard dan Shek menunjukkan bahwa aktifitas sedang dapat

ditoleransi dengan baik oleh individu lanjut usia dan menunjukkan penurunan

stimulasi proliferasi limfosit

Gejala ndash gejala yang dirasakan apabila melakukan pelatihan fisik berlebih

(overtraining) (Maffetone 2007)

1 Sering mengalami kegagalan dalam melakukan latihan yang biasanya kita

lakukan Kondisi fisik menjadi semakin lemah dan semakin lambat terjadi

kemunduran

2 Kehilangan otot dan terjadi penimbunan lemak Latihan fisik berlebih

meyebabkan rasio testosteron kortisol yang seharusnya positif yang berarti

lebih banyak otot dan lebih sedikit lemak menjadi negatif yang berarti cortisol

lebih tinggi dibanding testosteron yang berarti terjadi peningkatan resistensi

insulin dan penimbunan lemak

3 Merasa lemas mudah tersinggung sulit tidur

4 Persendian tulang dan anggota tubuh terasa sakit

Terjadinya DOMS (delayed onset muscle soreness) menunjukkan teknik

latihan yang salah atau postur saat latihan yang tidak tepat DOMS merupakan

respon alami yang akan hilang dalam waktu sehari atau 2 hari tetapi apabila

nyeri berkepanjangan menunjukkan adanya overtraining

5 Sering tiba-tiba jatuh sakit

Latihan fisik berlebih menurunkan sistem imun tubuh kita sehingga menjadi

lebih mudah sakit

24

Latihan fisik berat jangka panjang berkaitan dengan cedera serat

ototKerusakan yang terjadi berhubungan dengan intensitas durasi dan tipe

latihan Ketika cell death terbentuk jaringan nekrotik dibuang oleh sel fagosit

sel satelit teraktivasi menuju ke area yang cedera menjadi myoblast dan

selanjutnya menjadi serat otot Enzim otot yang dilepaskan tidak sepenuhnya

merefleksikan kerusakan struktural yang diperkirakan oleh analisis histologis

Perubahan penanda biologis cedera otot (seperti aktifitas kreatin kinase (CK)

lactate dehydrogenase (LDH) atau konsentrasi malondialdehyde di plasma

(MDA)) sering diperiksa selama overtraining Serum aktivitas CK dan

konsentrasi MDA plasma dapat gagal meningkat saat overtraining perubahan

parameter biokimia hanya merefleksikan otot dengan beban berlebih Setelah

olahraga yang lama pro-inflammatory cytokines diproduksi lokal pada otot

skeletal

Tanda dan gejala fisik latihan fisik berlebih (overtraining)

- Denyut jantung atau nadi yang meningkat saat istirahat

- Tidak toleransi terhadap latihan

- Penampilan yang menurun

- Penurunan berat badan berkurangnya massa otot tidak nafsu makan

- Kelelahan chronic fatigue lethargy

- Nyeri dan kerusakan otot nyeri sendi

- Mudah terserang flu pembengkakan kelenjar getah bening di leher

selangkangan dan ketiak

- Konstipasi atau diare

25

- Gangguan haid gangguan makan gangguan tidur

- Sakit kepala gangguan pencernaan

- Pemulihan yang berlangsung lambat setelah latihan

- Sendi otot tendon terasa kaku dan sakit

Tanda dan gejala psikologis

- Lelah capek kekurangan tenaga

- Insomnia sakit kepala tidak mampu untuk beristirahat

- Depresi gelisah cemas apatis

- Menurunnya kepercayaan diri

- Menurunnya kemampuan untuk berkonsentrasi

- Mudah stress

Efek biokimia dari Latihan Fisik Berlebih

- Meningkatnya serum kortisol dan SHBG

- Menurunnya serum total dan free testosterone rasio testosteron kortisol

- Menurunnya glikogen otot

- Menurunnya serum hemoglobin besi dan ferritin

Faktor yang mempengaruhi terjadinya overtraining

- Jetlag

- Bekerja terlalu keras

- Menstruasi

- Nutrisi gaya hidup yang buruk

- Kurang istirahat

- Terlalu banyak mengkonsumsi alkohol

26

- Kurangnya kemampuan mengatasi stress

Penanganan overtraining atau Latihan Fisik berlebih

- Massage

Massage pada jaringan dalam dapat melepaskan otot yang tegang

mempertahankan keseimbangan sistem muskulo-skeletal Pemijatan atau

massage yang teratur dapat membantu mencegah cedera yang mungkin

terjadi karena overuse

- Menggunakan roller busa

Penggunaan roller busa memungkinkan kita dapat melakukan massage

atau pemijatan sendiri Kita dapat juga memakai yang berbentuk bola atau

bola tenis untuk membantu menghilangkan rasa sakit Pemijatan ini dapat

dilakukan di tungkai lutut hamstring bahu punggung atau otot atau sendi

manapun

- Terapi suhu kontras

Air pancuran hangat dan dingin bergantian menstimulasi tubuh untuk

pulih lebih cepat Otot membawa impuls yang terasa pada kulit bagian

dalam tubuh di mana terjadi stimulasi sistem imun memperbaiki sirkulasi

dan pencernaan mempengaruhi produksi hormon stress meningkatkan

aliran darah mengurangi sensitivitas nyeri

- Pengaturan makanan

Membantu proses pemulihan penting untuk mengkonsumsi makanan

tinggi karbohidrat protein dan lemak sehat seperti Omega 3 omega 6

omega 9 asam lemak esensial Karbohidrat memberikan sumber tenaga

27

pada tubuh dan otak asam lemak esensial membantu mengurangi depresi

memperbaiki pemulihan protein akan membangun kembali otot yang

mengalami overtraining

- Mengkonsumsi vitamin

Ketika terjadi overtraining suplementasi sangat menguntungkan Vitamin

dan suplementasi mineral sebaiknya dikonsumsi pagi hari bersama dengan

makanan untuk penyerapan yang lebih baik

Defisiensi Vitamin yang biasa terjadi

- Vitamin A (Beta-Caroten)

- Vitamin B kompleks vitamin B12

- Vitamin C D E K

- Asam Folat

Defisiensi Mineral yang biasa terjadi

- Calcium

- Chromium

- Copper Iodine Iron

- Magnesium Fosfor

- Potassium

- Sodium

- Sulfur

- Zinc

28

25 Antioksidan

Radikal Bebas merupakan senyawa reaktif yang secara alami diproduksi

oleh tubuh manusia Radikal Bebas memberikan efek positif atau efek negatif

Untuk membatasi efek negatif tersebut dibutuhkan kompleks proteksi ndash sistem

antioksidan Sistem ini terdiri dari enzim antioksidan (katalase glutation

peroksidase superoksid dismutase) dan antioksidan non enzimatik ( vitamin E-

tokoferol vitamin A- retinol vitamin C- asam askorbat) Keseimbangan antara

produksi radikal bebas dan pertahanan antioksidan menunjukkan tingkat stress

oksidatif yang mungkin terlibat dalam proses penuaan dan pada beberapa

patologi (misalnya kanker Parkinson) (Winarsi 2007)

Latihan fisik juga meningkatkan stress oksidatif dan menyebabkan

gangguan homeostasis Latihan memberikan efek positif dan efek negatif

tergantung dari beban latihan spesifikasi latihan dan tingkat basal latihan Stress

oksidatif terlibat dalam terjadinya muscular fatigue dan mengarah ke

overtraining

Definisi antioksidan menurut Cadenas adalah suatu senyawa yang apabila

terdapat dalam jumlah yang lebih banyak dibanding senyawa yang teroksidasi

secara signifikan dapat menunda atau mencegah proses oksidasi senyawa tersebut

(Cadenas 2002) Secara kimia antioksidan adalah senyawa pemberi electron

Secara biologis antioksidan adalah senyawa yang mampu menangkal dan

meredam dampak negative oksidan dalam tubuh Antioksidan mendonorkan satu

elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa oksidan tersebut dapat

dihambat (Winarsi 2007)

29

Penting sekali keseimbangan antara oksidan dan antioksidan karena

berfungsi menjaga integritas dan berfungsinya membrane lipid protein sel dan

asam nukleat Senyawa asam lemak tak jenuh penyusun membrane lipid sangat

sensitive terhadap perubahan keseimbangan antara oksidan dan antioksidan

Menurut mekanisme kerjanya antioksidan dikelompokkan atas 3 yaitu

1 Antioksidan primer SOD katalase glutation peroksidase (GSH-Px)

Bekerja pembentukan senyawa radikal bebas yang telah terbentuk menjadi

molekul yang kurang aktifSedangkan antioksidan primer yang dapat

ditambahkan dari luar seperti glutation asam lipoat SOD melatonin

2 Antioksidan sekunder vitamin E vitamin C beta karoten flavonoid asam

urat albumin (Soewoto 2001)

Merupakan antioksidan eksogenous atau non enzimatis (Winarsi 2007)

Bekerja dengan cara memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal bebas

atau dengan cara menangkapnya

3 Antioksidan tertier meliputi system enzim DNA-repair dan metionin

sulfoksida reduktase Berfungsi dalam perbaikan biomolekuler yang rusak

akibat reaktivitas radikal bebas

26 Glutation sebagai antioksidan

Glutation merupakan tripeptida yang terdiri dari asam amino glutamat

sistein dan glisin (Cadenas 2002)Ikatan glutamat ndash sistein merupakan ikatan

isopeptida antara grup γ-karboksil dari glutamat dan grup α amino dari

sisteinIkatan unik ini membuat gluation tahan terhadap degradasi oleh proteases

30

dan peptidases yang berfungsi pada peralihan proteinMerupakan suatu

antioksidan yang mencegah kerusakan komponen seluler oleh reactive oxygen

species seperti radikal bebas dan peroksidGlutation bukan nutrisi esensial karena

disintesa di dalam tubuh dari asam amino L-sistein L-glutamic acid dan glycine

Gambar 21 Struktur GSH dan GSSG

Glutation terdapat pada sebagian besar sel tubuh tetapi terbanyak terdapat

di dalam hati Grup thiol (SH) dari sistein berfungsi sebagai donor proton dan

bertanggungjawab untuk aktifitas biologis glutation Provisi asam amino ini

merupakan faktor yang terbatas dalam sintesis glutation oleh sel karena sistein

relatif jarang pada makanan Apabila dilepaskan sebagai asam amino bebas

sistein adalah toksik dan secara spontan dikatabolisasi di saluran pencernaan dan

plasma darah

Glutation disintesis dalam 2 tahap

1 Gamma-glutamylcysteine disintesa dari L-glutamate dan sistein melalui enzim

gamma-glutamylcysteine sintetase (glutamate cysteine ligase GCL)

31

2 Glisin ditambahkan pada C-terminal dari gamma-glutamylcysteine melalui

enzim glutation sintetase

261 Fungsi Glutation

Glutation terdapat dalam bentuk tereduksi (GSH) dan teroksidasi (GSSG)

Grup thiol dari sistein mampu memberikan donor elektron ke molekul lain yang

tidak stabil seperti Reactive Oxygen Species (ROS) Pada saat mendonorkan

elektronnya glutation menjadi reaktif dan segera bereaksi dengan glutation reaktif

lainnya membentuk glutation disulfide (GSSG)Reaksi mungkin terjadi apabila

terdapat konsentrasi yang cukup tinggi di sel (sampai 5mm di hati) GSH dapat

terbentuk kembali dari GSSG oleh enzim glutation reduktase Pada sel atau

jaringan yang sehat terdapat lebih 90 dari total simpanan glutation terdapat

dalam bentuk tereduksi (GSH) dan kurang dari 10 dalam bentuk disulfide

(GSSG)

GSH ---- GSSG

Eliminasi ROS Menjaga protein thiols Antioxidant

dalam bentuk reduksi pools

Gambar 22 GSH Redox (Cadenas 2002)

GSH Redox merupakan indikator sentral keseimbangan antara stress

oksidatif dan system antioksidan GSH Redox berkaitan dengan detoksifikasi

Reactive Oxygen Species (ROS) berfungsi dalam mempertahankan tersedianya

antioksidan mempertahankan protein thiol dalam bentuk reduksi Rasio

32

GSHGSSG sering dipakai untuk mengekspresikan keseimbangan redox ini

Peningkatan rasio GSH-GSSG merupakan indikasi adanya Stress Oksidatif

(Goldman 2003)

Glutation mempunyai beberapa fungsi (Winarsih 2007)

- Sebagai antioksidan endogen mayor yang diproduksi oleh sel berpartisipasi

langsung pada netralisasi radikal bebas dan senyawa oksigen reaktif

mempertahankan antioksidan eksogen seperti vitamin C dan E pada bentuk

tereduksi (aktif)

- Pengaturan siklus nitric oxide yang sangat penting untuk kehidupan tetapi

dapat menjadi masalah apabila tidak teregulasi Digunakan untuk reaksi

metabolism dan biokimia seperti sintesis dan perbaikan DNA sintesis protein

sintesis prostaglandin transport asam amino dan aktivasi enzim Tiap sistem

di dalam tubuh kita dapat dipengaruhi oleh sistem glutation khususnya sistem

imun sistem saraf sistem gastrointestinal dan paru

Gambar 23 Detoksifikasi Lipid Hydroxyperoxides di usus halus

33

GSH yang ditransportasikan kedalam lumen digunakan untuk detoksifikasi

peroksid yang terbentuk dari makanan oleh glutation peroksidase (GSH Px)

Proses ini membutuhkan peroksid dan glutation yang tersedia di sel epitel GSSG

yang terbentuk direduksi kembali menjadi GSH oleh GSSG reduktase (GSSG

Rx) menggunakan NADPH sebagai reduktan

262 Suplementasi Glutation

Meningkatkan level GSH melalui suplementasi glutation langsung sulit

Penelitian terakhir menyatakan bahwa secara oral tidak diabsorpsi baik melalui

saluran pencernaan Studi mengenai konsumsi oral akut glutation dengan dosis

sangat besar 3 gram Witschi dan tim menemukan lsquoadalah tidak mungkin

meningkatkan glutation yang bermanfaat secara klinis dengan dosis tunggal 3

gram glutationrsquo

Glutation terdapat pada makanan sehari-hari sampai 150mghari dapat

diabsorpsi melalui intak di usus halus Individu sehat dengan asupan sulfur asam

amino (1-2 gramhari) jumlah GSH mungkin tidak cukup untuk mendapatkan

efek penting secara sistemik Individu dengan asupan sulfur asam amino yang

terbatas suplementasi GSH diperlukan untuk mempertahankan suplai GSH

sistemik dengan memperbaiki keseimbangan sulfur asam amino (Cadenas 2002)

Glutation hanya diabsorpsi di sel epitel oral dan traktus gastrointestinal

dan memberikan keuntungan kesehatan spesifik pada jaringan tersebut(Cadenas

2002)

34

SUPLAI HILANG

Makanan suplemen Degradasi

GSH

Empedu LUMINAL Uptake

Epitel Reaksi Detoksifikasi

Gambar 24 Supply dan Removal Glutation dalam lumen usus halus (Cadenas 2002) Glutation (GSH) disuplai ke dalam lumen intestinal melalui konsumsi oral

empedu dan sekresi epitel intestinal Jumlah yang disuplai dari empedu cukup

untuk mempertahankan jumlah 200microM pada tikus tetapi tidak cukup pada

manusia yang mengalami degradasi di duktus kantung empedu Jumlah yang

dikonsumsi melalui makanan bervariasi dan secara umum kurang dari 200 microM

Jumlah yang diberikan melalui epitel hanya sekitar 10 atau kurang

dibandingkan dengan yang disediakan oleh empedu Hilangnya Glutation karena

degradasi oleh γ-glutamyltranspeptidase dan dipeptidases pada permukaan sel

epitel ditransportasikan ke dalam sel oleh mekanisme sodium-dependent dan

sodium-independent konjugasi dengan elektrofil reaktif dikatalisasi oleh

glutathione-S transferase mucus (Cadenas 2002)

Vitamin D meningkatkan level glutation di otak dan tampaknya sebagai

katalis untuk produksi glutation Sejumlah vitamin D aktif di otak berikatan

dengan seberapa besar vitamin D3 baik melalui suplemen atau dibentuk di kulit

melalui paparan matahariHal ini menyatakan bahwa mengkonsumsi vitamin D

35

dan atau mendapat cukup paparan matahari meningkatkan produksi glutation

(Sellman 2009)

Konsentrasi glutation di plasma dan hati dapat ditingkatkan dengan

mengkonsumsi suplemen tertentu yang disebut GSH precursors N-asetilsistein

atau NAC glutation precursor yang paling memungkinkan Suplemen lain S-

adenosilmetionin (SAMe) dan whey protein juga dapat meningkatkan glutation

dalam sel (Sellman 2009)

NAC tersedia dalam bentuk obat dan sebagai suplemen generik Alpha

lipoic acid juga dapat mempertahankan glutation intraselular Melatonin dapat

menstimulasi enzim yang berkaitan glutation peroksidase dan silimarin ekstrak

dari biji tanaman milk thistle (Silybum marianum) juga mempunyai kemampuan

memperbarui level glutation

Glutation diatur dengan ketat di intraseluler dan dibatasi produksinya oleh

feedback negative inhibisi sintesisnya sendiri melalui enzim gamma-

glutamilsistein sintetase sehingga meminimalisir kemungkinan terjadinya

overdosis Penambahan glutation menggunakan precursor atau glutation intravena

adalah strategi untuk mengatasi defisiensi glutation stress oksidatif tinggi

defisiensi imun

Glutation yang rendah menunjukkan adanya pembuangan dan

keseimbangan negatif nitrogen seperti pada kanker AIDS sepsis trauma

terbakar dan bahkan atlet overtraining Suplementasi glutation dapat

memperbaiki proses ini dan contohnya pada AIDS memberi hasil adanya

perbaikan survival rates Bagimanapun studi mengenai kondisi ini belum dapat

36

membedakan glutation rendah sebagai akibat secara akut (pada pasien sepsis) atau

secara kronis (HIV) meningkatkan stress oksidatif dan peningkatan patologi

sebagai akibat defisiensi yang sudah ada sebelumnya

Skizofrenia dan gangguan bipolar berhubungan dengan glutation yang

rendah Stress oksidatif mungkin salah satu faktor dasar patofisiologi gangguan

bipolar gangguan depresif mayor dan skizofrenia Glutation (GSH) adalah

pemakan radikal bebas mayor di otakTidak adanya GSH meningkatkan

kerentanan sel terhadap stress oksidatif ditandai asetilsistein dapat mengurangi

gejala kedua gangguan tersebut

Glutation merubah level stress oksidatif pada sel yang diisolasi di

laboratorium sehingga dapat mengurangi perkembangan kanker Tes ini tidak

dilakukan pada manusia

Glutamat yang berlebihan di sinaps yang dapat dilepaskan pada kondisi

seperti cedera otak dapat menghambat pengambilan sistein senyawa pembentuk

glutation yang pentingTanpa proteksi dari cedera oksidatif oleh glutation sel-sel

dapat rusak atau mati (Sellman 2009)

Glutation juga mempunyai fungsi lain sebagai berikut (Sellman 2009)

Mencerahkan kulit

Mencegah menghilangkan jerawat dan bekas jerawat

Menghilangkan noda hitam

Anti aging dan anti kerut

Memberi nutrisi kulit

Membantu pemulihan luka

37

Membuat kulit menjadi halus segar dan bersinar

Kondisi kesehatan yang berhubungan dengan defisiensi glutation

Peningkatan proses penuaan

Kesulitan dalam keseimbangan

Gangguan mental

Masalah koordinasi

Gangguan sistem saraf

Akhir-akhir ini dipercaya sebagai penyebab lesi otak

Kanker HIV Katarak Diabetes Mellitus

Jumlah sperma yang rendah

263 Glutation Precursor (Sellman 2009)

Glutation Precursor disebut juga sebagai building-block dari glutation

yaitu N-asetilsistein atau NAC dan whey protein tidak terdenaturasi

Nasetilsistein adalah obat farmasi yang biasa digunakan bertahun-tahun untuk

mengobati overdose asetaminofen Hal ini sangat efektif ketika diberikan dalam

dosis besar di ruang darurat ketika seseorang akan mengalami gagal hati karena

overdosis asetaminofen komposisi aktif dari Tylenol

Efek sampingnya adalah bercak-bercak kemerahan bersin mual

anafilaksis reaksi alergi yang berupa kesulitan bernafas karena bronkospasme

tekanan darah menurun angioedema muntah kram diare Walaupun jarang

kematian pernah dilaporkan karena N-asetilsistein Beberapa orang mendapatkan

rasa dan bau yang tidak dapat diterima karena kandungan sulfur di dalamnya

38

Pengggunaan teratur untuk menaikkan kadar glutation tidak direkomendasikan

untuk anak-anak dan bayi Masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk

menentukan keamanan N-asetilsistein untuk penggunaan jangka panjang

Whey protein tidak terdenaturasi merupakan nutraceutical atau medicinal

foodSenyawa ini memberikan ikatan sistein ke sel-sel di mana glutation dapat

terbentuk di tempat tersebut

Beberapa kondisi yang tidak dapat mengkonsumsi whey protein

- Pasien dengan alergi protein susu

- Pasien dengan diet rendah protein

- Pasien yang sedang menjalani terapi imunosupresif

Efek sampingnya adalah kembung perut kram urtikaria Efek samping

karena overdosis tidak terjadi karena sel hanya membuat sebatas yang dibutuhkan

apabila berlebih kelebihan disimpan di hati dan ginjal sampai suatu saat kalau

dibutuhkan

264 Sumber Glutation dari makanan

Sumber glutation dari makanan yang disarankan adalah asparagus bayam

brokoli bawang putih kale bawang watercress kol Brussel sprout beberapa

bumbu seperti kunyit kayu manis semangka alpukat anggur peach jeruk

walnut granola daging kalkun dan daging ayam keju cottage dan yoghurt

39

Tabel 21 Makanan yang mengandung Glutation (Cadenas2002)

GSH Food Group mg100 g mgsaji Buah segar Apel 33 46 Pisang 41 48 Anggur 79 146 Jeruk 73 106 Semangka 66 283 Sayuran segar Asparagus dimasak 283 263 Alpukat 277 313 Brokoli dimasak 91 78 Wortel mentah 79 59 Tomat 90 109 Daging Hamburger 175 149 Ham rebus 233 13 Ayam digoreng 131 134 Sereal biji-bijian Cornflakes 00 00 Roti whole wheat 12 06 Roti putih 00 00 Nasi putih enriched dimasak 16 21 Produk Susu Susu whole 00 00 Keju Amerika 00 00 Yoghurt plain lowfat 00 00 Es krim 10 lemak 00 00

40

BAB III

KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

31 Kerangka Berpikir

Faktor penyebab penuaan antara lain faktor internal dan faktoreksternal

Faktor internal meliputi radikal bebas glikosilasi metilasi hormon yang

berkurang apoptosis system kekebalan tubuh yang menurun genetik Faktor

eksternal meliputi gaya hidup tidak sehat polusi lingkungan stress kemiskinan

kebiasaan yang salah olahraga berlebihan (overtraining) Berbagai faktor di atas

menyebabkan terjadinya penurunan fungsi tubuh dan terjadilah penuaan

Kerangka konsep penelitian berdasarkan teori bahwa salah satu penyebab

penuaan adalah radikal bebas Bila jumlah radikal bebas melebihi jumlah

antioksidan di dalam tubuh terjadilah stress oksidatif Radikal bebas dapat

merusak membran sel protein DNA dan berakibat fatal bagi kelangsungan hidup

sel jaringan Stress oksidatif yang berlangsung lama akan mengakibatkan

terjadinya penumpukan hasil kerusakan oksidatif di dalam sel dan jaringan

selanjutnya sel dan jaringan tersebut akan kehilangan fungsinya dan akhirnya

mati

Olahraga berlebih meningkatkan stress oksidatif karena terdapat

peningkatan konsumsi O2 oleh aktivitas otot skeletal Oksigen juga dapat bersifat

toksik yang dapat memicu peningkatan Reactive Oxygen Species (ROS)Organ

yang tidak mendapat cukup oksigen dan nutrisi menjadi iskemik dan terjadi

kerusakan mikrovaskular (Reperfusion Injury) memicu peningkatan radikal

40

41

bebas Dengan pemberian antioksidan Glutation yang merupakan antioksidan

master diharapkan dapat mencegah kerusakan lebih lanjut yang diakibatkan oleh

radikal bebas dengan cara melindungi sel dari Reactive Oxygen Species (ROS)

dan dapat dilihat melalui parameter MDA yang mengalami penurunan

32 Konsep Penelitian

Konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Gambar 31 Konsep Kadar MDA pada tikus yang diberikan Pelatihan Fisik Berlebih+ Placebo dan Pelatihan Fisik Berlebih + Glutation

FAKTOR INTERNAL

- Jenis Kelamin

- Usia

- Genetik

- Hormon

- Psikologis

FAKTOR EKSTERNAL

- Makanan

- Cuaca iklim

- Penyakit

- Exercise

GLUTATION

TIKUS

KADAR MDA

42

33 Hipotesis

Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan kadar MDA

tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

43

BAB IV

METODE PENELITIAN

41 Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksterimental dengan rancangan

randomized pre test-post test control group design (Poccock et al 2008)

Subyek terdiri dari 2 kelompok yaitu

1 Kelompok 1 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+ Placebo

2 Kelompok 2 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation

Semua kelompok sebelum perlakuan diberikan pre test (O1 O3) dan

dihitung rerata untuk masing-masing kelompok

Setelah perlakuan semua kelompok diberikan post test (O2 O4) dan

dihitung rerata untuk masing-masing kelompok

Kemudian dihitung perbedaan rerata antara pre test dan post test dari

masing-masing kelompok lalu hasil perbedaan tersebut dibandingkan secara

statistik

Gambar 41 Rancangan Penelitian

P S

43

R R

O1 P1 O2

O3 P2 O4

44

Keterangan

P = populasi

S = sampel

R = random

O1 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah mendapatkan

pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan placebo (pre test)

O2 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah diberikan pelatihan

fisik berlebih setelah diberikan placebo (post test)

O3 = observasi data MDA kelompok perlakuan setelah diberikan

pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan Glutation (pre test)

O4 = observasi data MDA kelompok perlakuan diberikan pelatihan fisik

berlebih setelah diberikan Glutation (post test)

P1 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih+ placebo

P2 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation

42 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran

Universitas Udayana pada bulan Januari ndash Maret 2012 Pemeriksaan MDA darah

tikus dikerjakan di bagian Program Antar Unit Universitas Gajah Mada

Jogyakarta

45

43 Populasi dan Sampel

431 Populasi

Subyek penelitian adalah tikus jantan dewasa galur Wistar yang berusia 2-

25 bulan dan dalam kondisi fisik sehat

432 Kriteria Sampel

4321 Kriteria Inklusi

Kriteria Inklusi yang ditetapkan sebagai sampel adalah sebagai berikut

a Tikus jantan dewasa galur Wistar

b Umur 2-25 bulan

c Berat badan plusmn200 gram

d Sehat

e MDA ge 5mmollt

4322 Kriteria Drop Out

Adalah sampel yang mati pada waktu penelitian

433 Besar Sampel

Besar sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini dihitung berdasarkan

rumus Poccock (2008)

Angka μ1 (5) dan μ2 (12) didapatkan dari penelitian sebelumnya (Ji 1998)

n=

46

= asymp 7

Keterangan

n = jumlah sampel

σ = standar deviasi kelompok perlakuan dengan pemberian

glutation (15)

f ( ) = besarnya didapat dari tabel (Poccock 2008)

μ1 = rerata hasil MDA pada kelompok perlakuan sesudah

pemberian glutatioacuten (5)

μ2 = rerata hasil MDA pada kelompok pre test (12)

Jadi jumlah sampel (n) = 675 dan ditambah 3 ekor tikus untuk masing-

masing kelompok sebagai cadangan Jadi total 20 ekor tikus dengan 10

ekor tikus untuk masing-masing kelompok

434 Teknik Pengambilan Sampel

Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat

sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi diambil secara acak

sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi

2 kelompok yaitu kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+placebo kelompok

dengan pelatihan fisik berlebih + glutation

47

44 Variabel Penelitian

441 Klasifikasi Variabel

Variabel penelitian dibedakan menjadi

1 Variabel Bebas dosis pemberian glutation

2 Variabel Tergantung kadar MDA

3 Variabel Terkendali varian tikus jantan (galur wistar) jenis

kelamin umur berat badan lingkungan

(pencahayaan suhu kelembaban nutrisi

kandang)

Gambar 42 Bagan Hubungan Antar Variabel

VARIABEL BEBAS

- Pelatihan fisik berlebih

- Glutation 37mg kgBBhari

VARIABEL TERGANTUNG

KADAR MDA

VARIABEL TERKENDALI

Varian tikus

Jenis kelamin umur berat badan

Pencahayaan suhu kelembaban nutrisi kandang

Makanan minuman

48

442 Definisi Operasional Variabel

1 Pelatihan fisik berlebih pada tikus adalah pelatihan yang berlebihan

yang diukur berdasarkan kemampuan maksimal berenang tikus pada

ember berdiameter 35 cm dengan kedalaman air 20 cm yang

dilakukan 60 menithari selama 35 hari pada waktu yang sama pada

suhu 32 derajat (Binekada 2002 dan Pepe2011)

2 Glutation yang diberikan adalah Glutation Teofarma injeksi sediaan

600mg 4 ml Dosis pemberian Glutation adalah pemberian sediaan

antioksidan Glutation dalam bentuk suntikan intraperitoneal yang

diberikan 1x sehari dan diberikan 6 jam sebelum pelatihan fisik

berlebih Dosis pemberian Glutation mengacu pada penelitian yang

dilakukan sebelumnya oleh Ji L L yaitu 37mgkgBBhari yang

dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril secara intraperitonial

3 MDA merupakan salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada

membran sel dan merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan

oleh radikal bebas Pengukuran kadar MDA menggunakan metode

Thiobarbituraic Acid Reactive Substances (TBARS) Pembacaan hasil

dengan menggunakan spektrofotometer Satuan MDA dalam mmoll

4 Cahaya suhu dan kelembaban merupakan kondisi lingkungan yang

dialami tikus jantan dewasa Pada penelitian ini kondisi lingkungan

selama percobaan dibuat sama

5 Berat badan tikus adalah berat badan yang ditimbang dengan

timbangan gram

49

6 Umur tikus adalah umur yang ditentukan dengan melihat tanggal

kelahiran yang dicatat pada kandang percobaan

7 Kondisi peneliti yang meliputi kesehatan fisik dan psikis peneliti

Penelitian dilaksanakan saat kondisi peneliti dalam keadaan baik

sehingga pengaruhnya terhadap hasil penelitian dapat diabaikan

45 Bahan dan Alat Penelitian

451 Bahan Penelitian

Glutation injeksi

Tikus jantan

Makanan tikus berupa pellet dan air minum dari air ledeng

Aquades steril

EDTA (Ethylenediamine tetraacetic acid)

Reagensia untuk pengukuran kadar MDA

452 Alat Penelitian

Alat yang dipakai dalam pengambilan data penelitian ini adalah

- Kandang tikus terbuat dari besi yang di dalamnya terdapat sekam dan

botol minuman

- Ember berdiameter 35 cm dan kedalaman air 20 cm

- Stopwatch

- Timbangan

- Spuit injeksi 1 ml

50

- Sarung tangan

- Kapas dan alkohol 70

- Tabung Evendorf

- Mikropipet

- Pipet kapiler

- Sentrifugasi

46 Prosedur Penelitian

1 Tikus jantan dewasa (Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan

berat badan plusmn200gram dilakukan aklimatisasi selama 2 minggu di

tempat penelitian untuk penyesuaian dengan lingkungan

2 Semua sampel tikus diberi perlakuan yang sama yaitu diberikan

pelatihan fisik berlebih dengan cara berenang sampai kelelahan pada

hari ke 7 kedua kelompok tersebut dilakukan pemeriksaan MDA

3 Mulai hari ke 8 ndash 35 sampel tikus yang berjumlah 20 ekor dibagi atas 2

kelompok di mana kelompok 1(kontrol) diberikan pelatihan fisik

berlebih + injeksi aquabidest intraperitoneal enam jam sebelum

perlakuan aktifitas berlebih kelompok ke 2 (perlakuan) diberikan

pelatihan fisik berlebih + injeksi intraperitoneal glutation 37

mgkgBBhari yang sudah dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril

4 Pada hari ke 35 dilakukan pemeriksaan kadar MDA pada masing-

masing tikus setelah bulu tikus kering

51

5 Selama penelitian hewan coba diberikan makanan dan minuman secara

teratur kebersihan dan kenyamanan kandang dijaga

461 Alur Penelitian

TIKUS ADAPTASI 2 MINGGU

PELATIHAN FISIK BERLEBIH 1 MINGGU

MDA

KELOMPOK 1 KELOMPOK 2

PELATIHAN FISIK BERLEBIH PELATIHAN FISIK BERLEBIH

+ AQUABIDEST (28 hari) +GLUTATION 37mgkgBBhari

28 HARI 28 HARI

MDA

Gambar 43 Bagan Alur Penelitian

462 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium

Pemantauan keselamatan tikus jantan (galur Wistar) di laboratorium

(Smith et al1988 Ngatidjan 2006) adalah sebagai berikut

1 Kandang tikus jantan harus cukup kuat tidak mudah rusak teratur dibersihkan

(1x seminggu) mudah dipasang kembali hewan tidak mudah lepas tahan

52

gigitan hewan kelihatan jelas dari luar Alas tempat tidur terbuat dari serbuk

gergaji atau sekam padi agar mudah menyerap air

2 Luas lantai yang memadai untuk tikus jantan dengan berat badan plusmn200 gram

adalah 60cm persegi dan tinggi 20 cm

3 Diciptakan suasana lingkungan yang stabil dan sesuai keperluan fisiologi tikus

jantan di mana kelembaban suhu pertukaran udara yang ekstrim harus

dihindari

4 Hewan coba hendaknya diperlakukan dengan kasih sayang

47 Pengolahan dan Analisis Data

Analisis data yang digunakan adalah

1 Analisis Deskriptif

2 Uji normalitas data dilakukan dengan tes Shapiro-Wilk Distribusi data

normal dengan nilai pgt005

3 Uji homogenitas dilakukan dengan Lavenersquos Test Data dinyatakan

homogen dengan nilai pgt005

4 Karena data berdistribusi normal dan homogen maka untuk uji

komparabilitas dipakai

- Uji t independent untuk membandingkan rerata kadar MDA antar

kelompok

- Uji Paired T- Test untuk membandingkan rerata kadar MDA pre

dan post masing-masing kelompok

- Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau

dinyatakan berbeda bila plt005

53

BAB V

HASIL PENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 20 ekor tikus jantan dewasa

(Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan berat badan plusmn200 gram sebagai

sampelyang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah 10 ekor

yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dankelompok

perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) Dalam penyajian hasil ini diuraikan

uji normalitas data uji homogenitas data uji komparabilitas dan uji efek

perlakuan

51 Uji Normalitas Data

Data Kadar MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan

pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji

Shapiro-Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005)

disajikan pada Tabel 51

53

54

Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing Kelompok Sebelum

dan Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Perlakuan n p Keterangan

Kadar MDA kontrol pre

Kadar MDA perlakuan pre

Kadar MDA kontrol post

Kadar MDA perlakuan post

10

10

10

10

0965

0550

0975

0697

Normal

Normal

Normal

Normal

52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok

Data Kadar MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun

sesudah perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test

Hasilnya menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52

Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA Sebelum dan

Sesudah Perlakuan

Variabel F p Keterangan

Kadar MDA pre

Kadar MDA post

0016

0592

0901

0452

Homogen

Homogen

53 Kadar MDA

531 Uji komparabilitas

Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata kadar MDA

antar kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan

55

glutation Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada

Tabel 53 berikut

Tabel 53

Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata

Kadar MDA

SB T P

Aktivitas berlebih dan

placebo

Aktivitas berlebihdan

glutathion

10

10

518

529

028

029

089 0386

Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok

kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 518028mmoll dan rerata

kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 529029mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 089 dan nilai

p = 0386 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan

berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya tidak berbeda secara

bermakna (p gt 005)

532 Analisis efek perlakuan

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kadar MDA antar

kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation

56

Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54

berikut

Tabel 54 Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata

Kadar MDA

SB T P

Aktivitas berlebih dan

placebo

Aktivitas berlebihdan

glutathion

10

10

778

444

023

017

3672 0001

Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok

kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata

kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 444017mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 3672 dan nilai

p = 0001 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan

berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya berbeda secara

bermakna (p lt 005)

57

Gambar 51 Perbedaan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

533 Analisis Komparasi Sebelum dengan Sesudah Perlakuan

Analisis komparasi diuji berdasarkan rerata kadar MDA antara sebelum

dengan sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation Hasil

analisis kemaknaan dengan uji t-paired disajikan pada Tabel 55 berikut

Tabel 55 Analisis KomparasiKadar MDA antara Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Kelompok Beda Rerata

pre ndash post p Keterangan

Aktivitas berlebih dan placebo

Aktivitas berlebih dan

glutathion

260

085

0001

0001

Meningkat

Menurun

58

Berdasarkan uji t-paired didapatkan bahwa ada penurunan kadar MDA

pada kelompok perlakuan secara bermakna sebesar 085mmoll sedangkan pada

kelompok kontrol mengalami peningkatan secara bermakna sebesar 260mmoll

59

BAB VI

PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian

Untuk menguji efek pemberian glutation terhadap penurunan kadar MDA

maka dilakukan penelitian terhadap 20 ekor tikus jantan dewasa (Galur Wistar)

sebagai sampel yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah

10 ekor yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dan

kelompok perlakuan (pelatihan fisik berlebih dan glutation)

62 Efek Pelatihan Fisik Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA

Hasil penelitian dan analisis data terhadap kadar MDA darah pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji

normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan homogenitas (Levenersquos test) pre-test dan post-

test masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)

Uji perbandingan 1 minggu pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan

injeksi antara kedua kelompok menggunakan uji t-independent Rerata kadar

MDA kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) adalah

518028mmoll dan rerata kelompok pelatihan fisik berlebih dan glutation

adalah 529029mmoll Analisis kemaknaan dengan uji t-independent

menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna kadar MDA darah antara

kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa

kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan injeksi rerata kadar MDAnya tidak

59

60

berbeda secara bermakna

Uji perbandingan setelah pemberian placebo dan glutation antara kedua

kelompok menggunakan t-independent Rerata kadar MDA kelompok kontrol

(aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata kelompok

perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) adalah 444017mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent antara kedua kelompok sesudah diberikan

placebo dan glutation menunjukkan perbedaan kadar MDA secara bermakna

(plt005) Hal ini berarti bahwa kelompok yang diberikan perlakuan berupa

placebo dan glutation 6 jam sebelum diberikan pelatihan fisik berlebih dengan

cara merenangkan selama 60 menit hari selama 35 hari rerata kadar MDA

berbeda secara bermakna Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh

untuk melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam

organ dan pembuluh darah (Giriwijoyo 2004)

Peningkatan kadar MDA sesudah diberikan pelatihan fisik berlebih pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan disebabkan karena pelatihan fisik

berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena terjadi peningkatan konsumsi

oksigen oleh aktifitas otot skeletal Stress oksidatif memicu peningkatan senyawa

oksigen reaktif Pada pelatihan fisik berlebih juga terjadi Reperfusion Injury yang

memicu terjadinya kerusakan jaringan dan peningkatan radikal bebas (Adiputra

2008) Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara menarik elektronnya

sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan sampai kematian sel

(Suryohudoyo 2000)

Pada penelitian ini didapatkan bahwa sesudah diberikan pelatihan fisik

61

berlebih dan placebo terjadi peningkatan kadar MDA sebesar 5024 Kadar

MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel (Winarsi

2007) Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pepe

(2011) bahwa pelatihan fisik berlebih meningkatkan kadar MDA Lebih lanjut

Murray et al (2000) juga menyatakan bahwa pelatihan fisik berlebih merangsang

respon biomarker stres oksidatif Sedangkan pada kelompok perlakuan yang

diberikan aktifitas berlebih dan glutation terjadi penurunan kadar MDA sebesar

1607 Terjadinya penurunan kadar MDA pada kelompok yang diberikan

glutation 6 jam sebelum melakukan pelatihan fisik berlebih disebabkan karena

pemberian antioksidan meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan

cara mendonorkan elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa

oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsi 2007) Glutation merupakan antioksidan

endogen yaitu antioksidan yang dapat disintesa dalam tubuh dari asam amino L-

sistein L-glutamat dan glisin (Cadenas 2002) yang juga sebagai master

antioksidan yaitu antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain

Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan

Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik (Hersh 2004) Glutation

merupakan salah satu antioksidan yang tidak dapat menjadi pro oksidan (Cadenas

2002) Normalnya sekali suatu antioksidan memakan radikal bebas antioksidan

ini menjadi teroksidasi sendiri dan menyerang sel yang sehat yang disebut

sebagai pro oksidan Glutation dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang

teroksidasi tersebut menjadi bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali

dalam memakan radikal bebas (Sellman 2009) Sehingga dengan demikian

62

glutation dapat membantu dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Urso

(2003) bahwa suplementasi antioksidan dapat mengatasi kondisi stress oksidatif

yang terjadi pelatihan fisik berlebih

Uji perbandingan antara data MDA pre dan post masing-masing kelompok

digunakan uji t-paired test Berdasarkan uji ini didapatkan hasil pada kelompok

perlakuan terjadi penurunan kadar MDA secara bermakna sebesar 085 mmollt

sedangkan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan kadar MDA secara

bermakna sebesar 260mmollt Terjadi penurunan kadar MDA pada kelompok

perlakuan menunjukkan pemberian antioksidan Glutation intraperitoneal dosis

37mgkgBBhari dapat mengatasi kondisi stress oksidatif yang terjadi pada

pelatihan fisik berlebih Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh

Urso (2003)

63

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

71 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan sebagai

berikut Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA

tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

72 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah

1 Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja glutation

yang lebih detail

2 Memperhatikan takaran latihan supaya tidak berlebihan yang justru akan

meningkatkan kerusakan sel

3 Perlu dilakukan uji klinis pada manusia

63

64

DAFTAR PUSTAKA

Adiputra N 2008Kesehatan Olah Raga Available from httpwwwbalihesgorgindexphpoption=com Accessed 2011 Oct 5th

Anonim 2011 Glutathione Available at

httpenwikipediaorgwikiGlutathione Accessed 2011 Oct 5th Anonim 2011 Overtraining Available at

httpwwwmarksdailyapplecomovertraining Accessed 2011 Oct5th

Asikin N 2001Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan InKursus Penyegaran dan Pelatihan Radikal bebas dan Antioksidan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta Fakultas Kedokteran UI

Bagiada NA 2001 Proses Penuaan dan Penanggulangannya Denpasar

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hal 22 Banerjee AK Mandal A Chanda D Chahraboti S 2003 Oxidant

Antioxidant and Physical ExerciseAvailable from httpwwwncbinlmnihgovpubmed14619981 accesed 2011 Sept 2nd

Binekada MC 2002 ldquoPelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Konsentrasi dan

Motilitas Spermatozoa Mencitrdquo(tesis) Denpasar Universitas Udayana

Cadenas E Jones PD 2002Bioavailability of Glutathione In Cadenas E

Packer L editorsHandbook of Antioxidants2nd Ed New York Marcel DekkerInc p549-564

Catala A 2006Lipid PeroxidationInt J Biochem Cell Biol 38 1482-1495 Dalle-DonneI Rossi R ColomboR Giustarini D Milzani

A2006Biomarkers of Oxidative Damage in Human Disease Available from httpwwwredorbitcomnewsscience473334biomarkersof oxidative damage in human diseaseindexhtmlaccessed2011 Sept 5th

Fouad T 2007 Free radicals Types Sources and Damaging Reaction

Relations Available from

64

65

wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th

Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th

Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112

Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors

ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their

Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69

Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan

Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th

Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz

R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155

Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester

Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th

Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala

T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200

Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and

Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders

66

Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana

LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia

Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647

Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from

httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit

Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK

Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620

Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji

Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah

Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009

Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan

Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132

Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde

Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521

Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley

Medical Publicationsp 123-141

Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI

Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable

from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer

67

Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole

Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam

Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI

Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam

Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya

Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan

Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47

Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant

Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th

Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan

Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105

68

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965

Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975

Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753

Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

69

Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan

Group Statistics

Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887

Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215

Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260

Perlakuan 10 42500 23348 07383

Independent Samples Test

Levenes Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df

Sig (2-

tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence Interval of the

Difference Lower Upper

Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428

Equal variances not assumed

-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429

Post1

Equal variances assumed 592 452 367

22 18 000 333700 09087 314608 352792

Equal variances not assumed

36722 16855 000 333700 09087 314515 352885

Post2

Equal variances assumed 906 354 264

19 18 000 239500 09066 220454 258546

Equal variances not assumed

26419 16265 000 239500 09066 220307 258693

70

Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis

(Laurence amp Bacharach 1964)

2g mencit 20g tikus 400g marmot

l5Kg kelinci

20Kg kucing

40Kg kera

120Kg anjing

70Kg manusia

20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879

200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560

400 g marmot

008 057 10 225 24 52 102 315

l5Kg kelinci

004 025 044 10 106 24 45 142

20Kg kucing

003 023 042 092 10 22 41 130

40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61

120Kg anjing

0008 006 010 0022 024 052 10 31

70Kg manusia

00026 0018 0031 007 0013 016 032 10

71

Lampiran 4

Foto Penelitian

Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)

72

Lampiran 5

Data Hasil Penelitian

Kelompok Kontrol

Pre test Post test Pre test Post Test

752 647 769 694

779 670 773 664

745 660 803 653

769 643 817 677

783 653

786 684

Kelompok Perlakuan

Pre Test Post test

412 391

436 412

442 425

425 401

453 436

466 442

432 405

456 432

470 453

476 463

Page 40: PEMBERIAN INJEKSI GLUTATION INTRAPERITONEAL

22

Pelatihan fisik berlebih meningkatkan terbentuknya Radikal Bebas

(Adiputra 2008) Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh untuk

melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam organ dan

pembuluh darah (Giriwijoyo 2004) Apabila berlebih menyebabkan kerusakan

sel dengan 3 cara (Kumar et al2005 Ebenhardt 2001)

1 Kerusakan DNA mengakibatkan mutasi DNA bahkan kematian sel

2 Peroksidasi lipid membrane sel dan sitosol menyebabkan terjadinya proses

reduksi asam lemak sehingga mengakibatkan kerusakan membran dan organel

sel

3 Modifikasi protein teroksidasi oleh karena cross linking protein

Bila radikal bebas bertemu dengan asam lemak tak jenuh ganda daalam

membrane sel terjadi reaksi peroksidasi lipid membran sel menyebabkan

peningkatan fluiditas membran gangguan integritas membran dan inaktivasi

ikatan membran dengan enzim dan reseptor Tahap akhir dibebaskan aldehyde

seperti malondealdehyde pentane etana conjugated diane yang bersifat merusak

tubuh (Murray et al2000)

Pelatihan fisik berlebih menyebabkan terjadinya peningkatan lekosit atau

lekositosis peningkatan isoprostan dalam urin protein carbonil (73) catalase

(96) glutation peroksidase serta glutation teroksidasi (25) Dapat

disimpulkan pelatihan fisik berlebih merangsang respon biomarker stres oksidatif

(Murray et al 2000) Proses penuaan mengakibatkan penurunan sistem imun

sehingga meningkatkan resiko infeksi Menurut teori aktifitas sedang dapat

menangkal efek proses penuaan yang diakibatkan penurunan sistem imun Studi

23

yang dilakukan Shepard dan Shek menunjukkan bahwa aktifitas sedang dapat

ditoleransi dengan baik oleh individu lanjut usia dan menunjukkan penurunan

stimulasi proliferasi limfosit

Gejala ndash gejala yang dirasakan apabila melakukan pelatihan fisik berlebih

(overtraining) (Maffetone 2007)

1 Sering mengalami kegagalan dalam melakukan latihan yang biasanya kita

lakukan Kondisi fisik menjadi semakin lemah dan semakin lambat terjadi

kemunduran

2 Kehilangan otot dan terjadi penimbunan lemak Latihan fisik berlebih

meyebabkan rasio testosteron kortisol yang seharusnya positif yang berarti

lebih banyak otot dan lebih sedikit lemak menjadi negatif yang berarti cortisol

lebih tinggi dibanding testosteron yang berarti terjadi peningkatan resistensi

insulin dan penimbunan lemak

3 Merasa lemas mudah tersinggung sulit tidur

4 Persendian tulang dan anggota tubuh terasa sakit

Terjadinya DOMS (delayed onset muscle soreness) menunjukkan teknik

latihan yang salah atau postur saat latihan yang tidak tepat DOMS merupakan

respon alami yang akan hilang dalam waktu sehari atau 2 hari tetapi apabila

nyeri berkepanjangan menunjukkan adanya overtraining

5 Sering tiba-tiba jatuh sakit

Latihan fisik berlebih menurunkan sistem imun tubuh kita sehingga menjadi

lebih mudah sakit

24

Latihan fisik berat jangka panjang berkaitan dengan cedera serat

ototKerusakan yang terjadi berhubungan dengan intensitas durasi dan tipe

latihan Ketika cell death terbentuk jaringan nekrotik dibuang oleh sel fagosit

sel satelit teraktivasi menuju ke area yang cedera menjadi myoblast dan

selanjutnya menjadi serat otot Enzim otot yang dilepaskan tidak sepenuhnya

merefleksikan kerusakan struktural yang diperkirakan oleh analisis histologis

Perubahan penanda biologis cedera otot (seperti aktifitas kreatin kinase (CK)

lactate dehydrogenase (LDH) atau konsentrasi malondialdehyde di plasma

(MDA)) sering diperiksa selama overtraining Serum aktivitas CK dan

konsentrasi MDA plasma dapat gagal meningkat saat overtraining perubahan

parameter biokimia hanya merefleksikan otot dengan beban berlebih Setelah

olahraga yang lama pro-inflammatory cytokines diproduksi lokal pada otot

skeletal

Tanda dan gejala fisik latihan fisik berlebih (overtraining)

- Denyut jantung atau nadi yang meningkat saat istirahat

- Tidak toleransi terhadap latihan

- Penampilan yang menurun

- Penurunan berat badan berkurangnya massa otot tidak nafsu makan

- Kelelahan chronic fatigue lethargy

- Nyeri dan kerusakan otot nyeri sendi

- Mudah terserang flu pembengkakan kelenjar getah bening di leher

selangkangan dan ketiak

- Konstipasi atau diare

25

- Gangguan haid gangguan makan gangguan tidur

- Sakit kepala gangguan pencernaan

- Pemulihan yang berlangsung lambat setelah latihan

- Sendi otot tendon terasa kaku dan sakit

Tanda dan gejala psikologis

- Lelah capek kekurangan tenaga

- Insomnia sakit kepala tidak mampu untuk beristirahat

- Depresi gelisah cemas apatis

- Menurunnya kepercayaan diri

- Menurunnya kemampuan untuk berkonsentrasi

- Mudah stress

Efek biokimia dari Latihan Fisik Berlebih

- Meningkatnya serum kortisol dan SHBG

- Menurunnya serum total dan free testosterone rasio testosteron kortisol

- Menurunnya glikogen otot

- Menurunnya serum hemoglobin besi dan ferritin

Faktor yang mempengaruhi terjadinya overtraining

- Jetlag

- Bekerja terlalu keras

- Menstruasi

- Nutrisi gaya hidup yang buruk

- Kurang istirahat

- Terlalu banyak mengkonsumsi alkohol

26

- Kurangnya kemampuan mengatasi stress

Penanganan overtraining atau Latihan Fisik berlebih

- Massage

Massage pada jaringan dalam dapat melepaskan otot yang tegang

mempertahankan keseimbangan sistem muskulo-skeletal Pemijatan atau

massage yang teratur dapat membantu mencegah cedera yang mungkin

terjadi karena overuse

- Menggunakan roller busa

Penggunaan roller busa memungkinkan kita dapat melakukan massage

atau pemijatan sendiri Kita dapat juga memakai yang berbentuk bola atau

bola tenis untuk membantu menghilangkan rasa sakit Pemijatan ini dapat

dilakukan di tungkai lutut hamstring bahu punggung atau otot atau sendi

manapun

- Terapi suhu kontras

Air pancuran hangat dan dingin bergantian menstimulasi tubuh untuk

pulih lebih cepat Otot membawa impuls yang terasa pada kulit bagian

dalam tubuh di mana terjadi stimulasi sistem imun memperbaiki sirkulasi

dan pencernaan mempengaruhi produksi hormon stress meningkatkan

aliran darah mengurangi sensitivitas nyeri

- Pengaturan makanan

Membantu proses pemulihan penting untuk mengkonsumsi makanan

tinggi karbohidrat protein dan lemak sehat seperti Omega 3 omega 6

omega 9 asam lemak esensial Karbohidrat memberikan sumber tenaga

27

pada tubuh dan otak asam lemak esensial membantu mengurangi depresi

memperbaiki pemulihan protein akan membangun kembali otot yang

mengalami overtraining

- Mengkonsumsi vitamin

Ketika terjadi overtraining suplementasi sangat menguntungkan Vitamin

dan suplementasi mineral sebaiknya dikonsumsi pagi hari bersama dengan

makanan untuk penyerapan yang lebih baik

Defisiensi Vitamin yang biasa terjadi

- Vitamin A (Beta-Caroten)

- Vitamin B kompleks vitamin B12

- Vitamin C D E K

- Asam Folat

Defisiensi Mineral yang biasa terjadi

- Calcium

- Chromium

- Copper Iodine Iron

- Magnesium Fosfor

- Potassium

- Sodium

- Sulfur

- Zinc

28

25 Antioksidan

Radikal Bebas merupakan senyawa reaktif yang secara alami diproduksi

oleh tubuh manusia Radikal Bebas memberikan efek positif atau efek negatif

Untuk membatasi efek negatif tersebut dibutuhkan kompleks proteksi ndash sistem

antioksidan Sistem ini terdiri dari enzim antioksidan (katalase glutation

peroksidase superoksid dismutase) dan antioksidan non enzimatik ( vitamin E-

tokoferol vitamin A- retinol vitamin C- asam askorbat) Keseimbangan antara

produksi radikal bebas dan pertahanan antioksidan menunjukkan tingkat stress

oksidatif yang mungkin terlibat dalam proses penuaan dan pada beberapa

patologi (misalnya kanker Parkinson) (Winarsi 2007)

Latihan fisik juga meningkatkan stress oksidatif dan menyebabkan

gangguan homeostasis Latihan memberikan efek positif dan efek negatif

tergantung dari beban latihan spesifikasi latihan dan tingkat basal latihan Stress

oksidatif terlibat dalam terjadinya muscular fatigue dan mengarah ke

overtraining

Definisi antioksidan menurut Cadenas adalah suatu senyawa yang apabila

terdapat dalam jumlah yang lebih banyak dibanding senyawa yang teroksidasi

secara signifikan dapat menunda atau mencegah proses oksidasi senyawa tersebut

(Cadenas 2002) Secara kimia antioksidan adalah senyawa pemberi electron

Secara biologis antioksidan adalah senyawa yang mampu menangkal dan

meredam dampak negative oksidan dalam tubuh Antioksidan mendonorkan satu

elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa oksidan tersebut dapat

dihambat (Winarsi 2007)

29

Penting sekali keseimbangan antara oksidan dan antioksidan karena

berfungsi menjaga integritas dan berfungsinya membrane lipid protein sel dan

asam nukleat Senyawa asam lemak tak jenuh penyusun membrane lipid sangat

sensitive terhadap perubahan keseimbangan antara oksidan dan antioksidan

Menurut mekanisme kerjanya antioksidan dikelompokkan atas 3 yaitu

1 Antioksidan primer SOD katalase glutation peroksidase (GSH-Px)

Bekerja pembentukan senyawa radikal bebas yang telah terbentuk menjadi

molekul yang kurang aktifSedangkan antioksidan primer yang dapat

ditambahkan dari luar seperti glutation asam lipoat SOD melatonin

2 Antioksidan sekunder vitamin E vitamin C beta karoten flavonoid asam

urat albumin (Soewoto 2001)

Merupakan antioksidan eksogenous atau non enzimatis (Winarsi 2007)

Bekerja dengan cara memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal bebas

atau dengan cara menangkapnya

3 Antioksidan tertier meliputi system enzim DNA-repair dan metionin

sulfoksida reduktase Berfungsi dalam perbaikan biomolekuler yang rusak

akibat reaktivitas radikal bebas

26 Glutation sebagai antioksidan

Glutation merupakan tripeptida yang terdiri dari asam amino glutamat

sistein dan glisin (Cadenas 2002)Ikatan glutamat ndash sistein merupakan ikatan

isopeptida antara grup γ-karboksil dari glutamat dan grup α amino dari

sisteinIkatan unik ini membuat gluation tahan terhadap degradasi oleh proteases

30

dan peptidases yang berfungsi pada peralihan proteinMerupakan suatu

antioksidan yang mencegah kerusakan komponen seluler oleh reactive oxygen

species seperti radikal bebas dan peroksidGlutation bukan nutrisi esensial karena

disintesa di dalam tubuh dari asam amino L-sistein L-glutamic acid dan glycine

Gambar 21 Struktur GSH dan GSSG

Glutation terdapat pada sebagian besar sel tubuh tetapi terbanyak terdapat

di dalam hati Grup thiol (SH) dari sistein berfungsi sebagai donor proton dan

bertanggungjawab untuk aktifitas biologis glutation Provisi asam amino ini

merupakan faktor yang terbatas dalam sintesis glutation oleh sel karena sistein

relatif jarang pada makanan Apabila dilepaskan sebagai asam amino bebas

sistein adalah toksik dan secara spontan dikatabolisasi di saluran pencernaan dan

plasma darah

Glutation disintesis dalam 2 tahap

1 Gamma-glutamylcysteine disintesa dari L-glutamate dan sistein melalui enzim

gamma-glutamylcysteine sintetase (glutamate cysteine ligase GCL)

31

2 Glisin ditambahkan pada C-terminal dari gamma-glutamylcysteine melalui

enzim glutation sintetase

261 Fungsi Glutation

Glutation terdapat dalam bentuk tereduksi (GSH) dan teroksidasi (GSSG)

Grup thiol dari sistein mampu memberikan donor elektron ke molekul lain yang

tidak stabil seperti Reactive Oxygen Species (ROS) Pada saat mendonorkan

elektronnya glutation menjadi reaktif dan segera bereaksi dengan glutation reaktif

lainnya membentuk glutation disulfide (GSSG)Reaksi mungkin terjadi apabila

terdapat konsentrasi yang cukup tinggi di sel (sampai 5mm di hati) GSH dapat

terbentuk kembali dari GSSG oleh enzim glutation reduktase Pada sel atau

jaringan yang sehat terdapat lebih 90 dari total simpanan glutation terdapat

dalam bentuk tereduksi (GSH) dan kurang dari 10 dalam bentuk disulfide

(GSSG)

GSH ---- GSSG

Eliminasi ROS Menjaga protein thiols Antioxidant

dalam bentuk reduksi pools

Gambar 22 GSH Redox (Cadenas 2002)

GSH Redox merupakan indikator sentral keseimbangan antara stress

oksidatif dan system antioksidan GSH Redox berkaitan dengan detoksifikasi

Reactive Oxygen Species (ROS) berfungsi dalam mempertahankan tersedianya

antioksidan mempertahankan protein thiol dalam bentuk reduksi Rasio

32

GSHGSSG sering dipakai untuk mengekspresikan keseimbangan redox ini

Peningkatan rasio GSH-GSSG merupakan indikasi adanya Stress Oksidatif

(Goldman 2003)

Glutation mempunyai beberapa fungsi (Winarsih 2007)

- Sebagai antioksidan endogen mayor yang diproduksi oleh sel berpartisipasi

langsung pada netralisasi radikal bebas dan senyawa oksigen reaktif

mempertahankan antioksidan eksogen seperti vitamin C dan E pada bentuk

tereduksi (aktif)

- Pengaturan siklus nitric oxide yang sangat penting untuk kehidupan tetapi

dapat menjadi masalah apabila tidak teregulasi Digunakan untuk reaksi

metabolism dan biokimia seperti sintesis dan perbaikan DNA sintesis protein

sintesis prostaglandin transport asam amino dan aktivasi enzim Tiap sistem

di dalam tubuh kita dapat dipengaruhi oleh sistem glutation khususnya sistem

imun sistem saraf sistem gastrointestinal dan paru

Gambar 23 Detoksifikasi Lipid Hydroxyperoxides di usus halus

33

GSH yang ditransportasikan kedalam lumen digunakan untuk detoksifikasi

peroksid yang terbentuk dari makanan oleh glutation peroksidase (GSH Px)

Proses ini membutuhkan peroksid dan glutation yang tersedia di sel epitel GSSG

yang terbentuk direduksi kembali menjadi GSH oleh GSSG reduktase (GSSG

Rx) menggunakan NADPH sebagai reduktan

262 Suplementasi Glutation

Meningkatkan level GSH melalui suplementasi glutation langsung sulit

Penelitian terakhir menyatakan bahwa secara oral tidak diabsorpsi baik melalui

saluran pencernaan Studi mengenai konsumsi oral akut glutation dengan dosis

sangat besar 3 gram Witschi dan tim menemukan lsquoadalah tidak mungkin

meningkatkan glutation yang bermanfaat secara klinis dengan dosis tunggal 3

gram glutationrsquo

Glutation terdapat pada makanan sehari-hari sampai 150mghari dapat

diabsorpsi melalui intak di usus halus Individu sehat dengan asupan sulfur asam

amino (1-2 gramhari) jumlah GSH mungkin tidak cukup untuk mendapatkan

efek penting secara sistemik Individu dengan asupan sulfur asam amino yang

terbatas suplementasi GSH diperlukan untuk mempertahankan suplai GSH

sistemik dengan memperbaiki keseimbangan sulfur asam amino (Cadenas 2002)

Glutation hanya diabsorpsi di sel epitel oral dan traktus gastrointestinal

dan memberikan keuntungan kesehatan spesifik pada jaringan tersebut(Cadenas

2002)

34

SUPLAI HILANG

Makanan suplemen Degradasi

GSH

Empedu LUMINAL Uptake

Epitel Reaksi Detoksifikasi

Gambar 24 Supply dan Removal Glutation dalam lumen usus halus (Cadenas 2002) Glutation (GSH) disuplai ke dalam lumen intestinal melalui konsumsi oral

empedu dan sekresi epitel intestinal Jumlah yang disuplai dari empedu cukup

untuk mempertahankan jumlah 200microM pada tikus tetapi tidak cukup pada

manusia yang mengalami degradasi di duktus kantung empedu Jumlah yang

dikonsumsi melalui makanan bervariasi dan secara umum kurang dari 200 microM

Jumlah yang diberikan melalui epitel hanya sekitar 10 atau kurang

dibandingkan dengan yang disediakan oleh empedu Hilangnya Glutation karena

degradasi oleh γ-glutamyltranspeptidase dan dipeptidases pada permukaan sel

epitel ditransportasikan ke dalam sel oleh mekanisme sodium-dependent dan

sodium-independent konjugasi dengan elektrofil reaktif dikatalisasi oleh

glutathione-S transferase mucus (Cadenas 2002)

Vitamin D meningkatkan level glutation di otak dan tampaknya sebagai

katalis untuk produksi glutation Sejumlah vitamin D aktif di otak berikatan

dengan seberapa besar vitamin D3 baik melalui suplemen atau dibentuk di kulit

melalui paparan matahariHal ini menyatakan bahwa mengkonsumsi vitamin D

35

dan atau mendapat cukup paparan matahari meningkatkan produksi glutation

(Sellman 2009)

Konsentrasi glutation di plasma dan hati dapat ditingkatkan dengan

mengkonsumsi suplemen tertentu yang disebut GSH precursors N-asetilsistein

atau NAC glutation precursor yang paling memungkinkan Suplemen lain S-

adenosilmetionin (SAMe) dan whey protein juga dapat meningkatkan glutation

dalam sel (Sellman 2009)

NAC tersedia dalam bentuk obat dan sebagai suplemen generik Alpha

lipoic acid juga dapat mempertahankan glutation intraselular Melatonin dapat

menstimulasi enzim yang berkaitan glutation peroksidase dan silimarin ekstrak

dari biji tanaman milk thistle (Silybum marianum) juga mempunyai kemampuan

memperbarui level glutation

Glutation diatur dengan ketat di intraseluler dan dibatasi produksinya oleh

feedback negative inhibisi sintesisnya sendiri melalui enzim gamma-

glutamilsistein sintetase sehingga meminimalisir kemungkinan terjadinya

overdosis Penambahan glutation menggunakan precursor atau glutation intravena

adalah strategi untuk mengatasi defisiensi glutation stress oksidatif tinggi

defisiensi imun

Glutation yang rendah menunjukkan adanya pembuangan dan

keseimbangan negatif nitrogen seperti pada kanker AIDS sepsis trauma

terbakar dan bahkan atlet overtraining Suplementasi glutation dapat

memperbaiki proses ini dan contohnya pada AIDS memberi hasil adanya

perbaikan survival rates Bagimanapun studi mengenai kondisi ini belum dapat

36

membedakan glutation rendah sebagai akibat secara akut (pada pasien sepsis) atau

secara kronis (HIV) meningkatkan stress oksidatif dan peningkatan patologi

sebagai akibat defisiensi yang sudah ada sebelumnya

Skizofrenia dan gangguan bipolar berhubungan dengan glutation yang

rendah Stress oksidatif mungkin salah satu faktor dasar patofisiologi gangguan

bipolar gangguan depresif mayor dan skizofrenia Glutation (GSH) adalah

pemakan radikal bebas mayor di otakTidak adanya GSH meningkatkan

kerentanan sel terhadap stress oksidatif ditandai asetilsistein dapat mengurangi

gejala kedua gangguan tersebut

Glutation merubah level stress oksidatif pada sel yang diisolasi di

laboratorium sehingga dapat mengurangi perkembangan kanker Tes ini tidak

dilakukan pada manusia

Glutamat yang berlebihan di sinaps yang dapat dilepaskan pada kondisi

seperti cedera otak dapat menghambat pengambilan sistein senyawa pembentuk

glutation yang pentingTanpa proteksi dari cedera oksidatif oleh glutation sel-sel

dapat rusak atau mati (Sellman 2009)

Glutation juga mempunyai fungsi lain sebagai berikut (Sellman 2009)

Mencerahkan kulit

Mencegah menghilangkan jerawat dan bekas jerawat

Menghilangkan noda hitam

Anti aging dan anti kerut

Memberi nutrisi kulit

Membantu pemulihan luka

37

Membuat kulit menjadi halus segar dan bersinar

Kondisi kesehatan yang berhubungan dengan defisiensi glutation

Peningkatan proses penuaan

Kesulitan dalam keseimbangan

Gangguan mental

Masalah koordinasi

Gangguan sistem saraf

Akhir-akhir ini dipercaya sebagai penyebab lesi otak

Kanker HIV Katarak Diabetes Mellitus

Jumlah sperma yang rendah

263 Glutation Precursor (Sellman 2009)

Glutation Precursor disebut juga sebagai building-block dari glutation

yaitu N-asetilsistein atau NAC dan whey protein tidak terdenaturasi

Nasetilsistein adalah obat farmasi yang biasa digunakan bertahun-tahun untuk

mengobati overdose asetaminofen Hal ini sangat efektif ketika diberikan dalam

dosis besar di ruang darurat ketika seseorang akan mengalami gagal hati karena

overdosis asetaminofen komposisi aktif dari Tylenol

Efek sampingnya adalah bercak-bercak kemerahan bersin mual

anafilaksis reaksi alergi yang berupa kesulitan bernafas karena bronkospasme

tekanan darah menurun angioedema muntah kram diare Walaupun jarang

kematian pernah dilaporkan karena N-asetilsistein Beberapa orang mendapatkan

rasa dan bau yang tidak dapat diterima karena kandungan sulfur di dalamnya

38

Pengggunaan teratur untuk menaikkan kadar glutation tidak direkomendasikan

untuk anak-anak dan bayi Masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk

menentukan keamanan N-asetilsistein untuk penggunaan jangka panjang

Whey protein tidak terdenaturasi merupakan nutraceutical atau medicinal

foodSenyawa ini memberikan ikatan sistein ke sel-sel di mana glutation dapat

terbentuk di tempat tersebut

Beberapa kondisi yang tidak dapat mengkonsumsi whey protein

- Pasien dengan alergi protein susu

- Pasien dengan diet rendah protein

- Pasien yang sedang menjalani terapi imunosupresif

Efek sampingnya adalah kembung perut kram urtikaria Efek samping

karena overdosis tidak terjadi karena sel hanya membuat sebatas yang dibutuhkan

apabila berlebih kelebihan disimpan di hati dan ginjal sampai suatu saat kalau

dibutuhkan

264 Sumber Glutation dari makanan

Sumber glutation dari makanan yang disarankan adalah asparagus bayam

brokoli bawang putih kale bawang watercress kol Brussel sprout beberapa

bumbu seperti kunyit kayu manis semangka alpukat anggur peach jeruk

walnut granola daging kalkun dan daging ayam keju cottage dan yoghurt

39

Tabel 21 Makanan yang mengandung Glutation (Cadenas2002)

GSH Food Group mg100 g mgsaji Buah segar Apel 33 46 Pisang 41 48 Anggur 79 146 Jeruk 73 106 Semangka 66 283 Sayuran segar Asparagus dimasak 283 263 Alpukat 277 313 Brokoli dimasak 91 78 Wortel mentah 79 59 Tomat 90 109 Daging Hamburger 175 149 Ham rebus 233 13 Ayam digoreng 131 134 Sereal biji-bijian Cornflakes 00 00 Roti whole wheat 12 06 Roti putih 00 00 Nasi putih enriched dimasak 16 21 Produk Susu Susu whole 00 00 Keju Amerika 00 00 Yoghurt plain lowfat 00 00 Es krim 10 lemak 00 00

40

BAB III

KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

31 Kerangka Berpikir

Faktor penyebab penuaan antara lain faktor internal dan faktoreksternal

Faktor internal meliputi radikal bebas glikosilasi metilasi hormon yang

berkurang apoptosis system kekebalan tubuh yang menurun genetik Faktor

eksternal meliputi gaya hidup tidak sehat polusi lingkungan stress kemiskinan

kebiasaan yang salah olahraga berlebihan (overtraining) Berbagai faktor di atas

menyebabkan terjadinya penurunan fungsi tubuh dan terjadilah penuaan

Kerangka konsep penelitian berdasarkan teori bahwa salah satu penyebab

penuaan adalah radikal bebas Bila jumlah radikal bebas melebihi jumlah

antioksidan di dalam tubuh terjadilah stress oksidatif Radikal bebas dapat

merusak membran sel protein DNA dan berakibat fatal bagi kelangsungan hidup

sel jaringan Stress oksidatif yang berlangsung lama akan mengakibatkan

terjadinya penumpukan hasil kerusakan oksidatif di dalam sel dan jaringan

selanjutnya sel dan jaringan tersebut akan kehilangan fungsinya dan akhirnya

mati

Olahraga berlebih meningkatkan stress oksidatif karena terdapat

peningkatan konsumsi O2 oleh aktivitas otot skeletal Oksigen juga dapat bersifat

toksik yang dapat memicu peningkatan Reactive Oxygen Species (ROS)Organ

yang tidak mendapat cukup oksigen dan nutrisi menjadi iskemik dan terjadi

kerusakan mikrovaskular (Reperfusion Injury) memicu peningkatan radikal

40

41

bebas Dengan pemberian antioksidan Glutation yang merupakan antioksidan

master diharapkan dapat mencegah kerusakan lebih lanjut yang diakibatkan oleh

radikal bebas dengan cara melindungi sel dari Reactive Oxygen Species (ROS)

dan dapat dilihat melalui parameter MDA yang mengalami penurunan

32 Konsep Penelitian

Konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Gambar 31 Konsep Kadar MDA pada tikus yang diberikan Pelatihan Fisik Berlebih+ Placebo dan Pelatihan Fisik Berlebih + Glutation

FAKTOR INTERNAL

- Jenis Kelamin

- Usia

- Genetik

- Hormon

- Psikologis

FAKTOR EKSTERNAL

- Makanan

- Cuaca iklim

- Penyakit

- Exercise

GLUTATION

TIKUS

KADAR MDA

42

33 Hipotesis

Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan kadar MDA

tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

43

BAB IV

METODE PENELITIAN

41 Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksterimental dengan rancangan

randomized pre test-post test control group design (Poccock et al 2008)

Subyek terdiri dari 2 kelompok yaitu

1 Kelompok 1 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+ Placebo

2 Kelompok 2 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation

Semua kelompok sebelum perlakuan diberikan pre test (O1 O3) dan

dihitung rerata untuk masing-masing kelompok

Setelah perlakuan semua kelompok diberikan post test (O2 O4) dan

dihitung rerata untuk masing-masing kelompok

Kemudian dihitung perbedaan rerata antara pre test dan post test dari

masing-masing kelompok lalu hasil perbedaan tersebut dibandingkan secara

statistik

Gambar 41 Rancangan Penelitian

P S

43

R R

O1 P1 O2

O3 P2 O4

44

Keterangan

P = populasi

S = sampel

R = random

O1 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah mendapatkan

pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan placebo (pre test)

O2 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah diberikan pelatihan

fisik berlebih setelah diberikan placebo (post test)

O3 = observasi data MDA kelompok perlakuan setelah diberikan

pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan Glutation (pre test)

O4 = observasi data MDA kelompok perlakuan diberikan pelatihan fisik

berlebih setelah diberikan Glutation (post test)

P1 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih+ placebo

P2 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation

42 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran

Universitas Udayana pada bulan Januari ndash Maret 2012 Pemeriksaan MDA darah

tikus dikerjakan di bagian Program Antar Unit Universitas Gajah Mada

Jogyakarta

45

43 Populasi dan Sampel

431 Populasi

Subyek penelitian adalah tikus jantan dewasa galur Wistar yang berusia 2-

25 bulan dan dalam kondisi fisik sehat

432 Kriteria Sampel

4321 Kriteria Inklusi

Kriteria Inklusi yang ditetapkan sebagai sampel adalah sebagai berikut

a Tikus jantan dewasa galur Wistar

b Umur 2-25 bulan

c Berat badan plusmn200 gram

d Sehat

e MDA ge 5mmollt

4322 Kriteria Drop Out

Adalah sampel yang mati pada waktu penelitian

433 Besar Sampel

Besar sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini dihitung berdasarkan

rumus Poccock (2008)

Angka μ1 (5) dan μ2 (12) didapatkan dari penelitian sebelumnya (Ji 1998)

n=

46

= asymp 7

Keterangan

n = jumlah sampel

σ = standar deviasi kelompok perlakuan dengan pemberian

glutation (15)

f ( ) = besarnya didapat dari tabel (Poccock 2008)

μ1 = rerata hasil MDA pada kelompok perlakuan sesudah

pemberian glutatioacuten (5)

μ2 = rerata hasil MDA pada kelompok pre test (12)

Jadi jumlah sampel (n) = 675 dan ditambah 3 ekor tikus untuk masing-

masing kelompok sebagai cadangan Jadi total 20 ekor tikus dengan 10

ekor tikus untuk masing-masing kelompok

434 Teknik Pengambilan Sampel

Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat

sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi diambil secara acak

sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi

2 kelompok yaitu kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+placebo kelompok

dengan pelatihan fisik berlebih + glutation

47

44 Variabel Penelitian

441 Klasifikasi Variabel

Variabel penelitian dibedakan menjadi

1 Variabel Bebas dosis pemberian glutation

2 Variabel Tergantung kadar MDA

3 Variabel Terkendali varian tikus jantan (galur wistar) jenis

kelamin umur berat badan lingkungan

(pencahayaan suhu kelembaban nutrisi

kandang)

Gambar 42 Bagan Hubungan Antar Variabel

VARIABEL BEBAS

- Pelatihan fisik berlebih

- Glutation 37mg kgBBhari

VARIABEL TERGANTUNG

KADAR MDA

VARIABEL TERKENDALI

Varian tikus

Jenis kelamin umur berat badan

Pencahayaan suhu kelembaban nutrisi kandang

Makanan minuman

48

442 Definisi Operasional Variabel

1 Pelatihan fisik berlebih pada tikus adalah pelatihan yang berlebihan

yang diukur berdasarkan kemampuan maksimal berenang tikus pada

ember berdiameter 35 cm dengan kedalaman air 20 cm yang

dilakukan 60 menithari selama 35 hari pada waktu yang sama pada

suhu 32 derajat (Binekada 2002 dan Pepe2011)

2 Glutation yang diberikan adalah Glutation Teofarma injeksi sediaan

600mg 4 ml Dosis pemberian Glutation adalah pemberian sediaan

antioksidan Glutation dalam bentuk suntikan intraperitoneal yang

diberikan 1x sehari dan diberikan 6 jam sebelum pelatihan fisik

berlebih Dosis pemberian Glutation mengacu pada penelitian yang

dilakukan sebelumnya oleh Ji L L yaitu 37mgkgBBhari yang

dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril secara intraperitonial

3 MDA merupakan salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada

membran sel dan merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan

oleh radikal bebas Pengukuran kadar MDA menggunakan metode

Thiobarbituraic Acid Reactive Substances (TBARS) Pembacaan hasil

dengan menggunakan spektrofotometer Satuan MDA dalam mmoll

4 Cahaya suhu dan kelembaban merupakan kondisi lingkungan yang

dialami tikus jantan dewasa Pada penelitian ini kondisi lingkungan

selama percobaan dibuat sama

5 Berat badan tikus adalah berat badan yang ditimbang dengan

timbangan gram

49

6 Umur tikus adalah umur yang ditentukan dengan melihat tanggal

kelahiran yang dicatat pada kandang percobaan

7 Kondisi peneliti yang meliputi kesehatan fisik dan psikis peneliti

Penelitian dilaksanakan saat kondisi peneliti dalam keadaan baik

sehingga pengaruhnya terhadap hasil penelitian dapat diabaikan

45 Bahan dan Alat Penelitian

451 Bahan Penelitian

Glutation injeksi

Tikus jantan

Makanan tikus berupa pellet dan air minum dari air ledeng

Aquades steril

EDTA (Ethylenediamine tetraacetic acid)

Reagensia untuk pengukuran kadar MDA

452 Alat Penelitian

Alat yang dipakai dalam pengambilan data penelitian ini adalah

- Kandang tikus terbuat dari besi yang di dalamnya terdapat sekam dan

botol minuman

- Ember berdiameter 35 cm dan kedalaman air 20 cm

- Stopwatch

- Timbangan

- Spuit injeksi 1 ml

50

- Sarung tangan

- Kapas dan alkohol 70

- Tabung Evendorf

- Mikropipet

- Pipet kapiler

- Sentrifugasi

46 Prosedur Penelitian

1 Tikus jantan dewasa (Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan

berat badan plusmn200gram dilakukan aklimatisasi selama 2 minggu di

tempat penelitian untuk penyesuaian dengan lingkungan

2 Semua sampel tikus diberi perlakuan yang sama yaitu diberikan

pelatihan fisik berlebih dengan cara berenang sampai kelelahan pada

hari ke 7 kedua kelompok tersebut dilakukan pemeriksaan MDA

3 Mulai hari ke 8 ndash 35 sampel tikus yang berjumlah 20 ekor dibagi atas 2

kelompok di mana kelompok 1(kontrol) diberikan pelatihan fisik

berlebih + injeksi aquabidest intraperitoneal enam jam sebelum

perlakuan aktifitas berlebih kelompok ke 2 (perlakuan) diberikan

pelatihan fisik berlebih + injeksi intraperitoneal glutation 37

mgkgBBhari yang sudah dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril

4 Pada hari ke 35 dilakukan pemeriksaan kadar MDA pada masing-

masing tikus setelah bulu tikus kering

51

5 Selama penelitian hewan coba diberikan makanan dan minuman secara

teratur kebersihan dan kenyamanan kandang dijaga

461 Alur Penelitian

TIKUS ADAPTASI 2 MINGGU

PELATIHAN FISIK BERLEBIH 1 MINGGU

MDA

KELOMPOK 1 KELOMPOK 2

PELATIHAN FISIK BERLEBIH PELATIHAN FISIK BERLEBIH

+ AQUABIDEST (28 hari) +GLUTATION 37mgkgBBhari

28 HARI 28 HARI

MDA

Gambar 43 Bagan Alur Penelitian

462 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium

Pemantauan keselamatan tikus jantan (galur Wistar) di laboratorium

(Smith et al1988 Ngatidjan 2006) adalah sebagai berikut

1 Kandang tikus jantan harus cukup kuat tidak mudah rusak teratur dibersihkan

(1x seminggu) mudah dipasang kembali hewan tidak mudah lepas tahan

52

gigitan hewan kelihatan jelas dari luar Alas tempat tidur terbuat dari serbuk

gergaji atau sekam padi agar mudah menyerap air

2 Luas lantai yang memadai untuk tikus jantan dengan berat badan plusmn200 gram

adalah 60cm persegi dan tinggi 20 cm

3 Diciptakan suasana lingkungan yang stabil dan sesuai keperluan fisiologi tikus

jantan di mana kelembaban suhu pertukaran udara yang ekstrim harus

dihindari

4 Hewan coba hendaknya diperlakukan dengan kasih sayang

47 Pengolahan dan Analisis Data

Analisis data yang digunakan adalah

1 Analisis Deskriptif

2 Uji normalitas data dilakukan dengan tes Shapiro-Wilk Distribusi data

normal dengan nilai pgt005

3 Uji homogenitas dilakukan dengan Lavenersquos Test Data dinyatakan

homogen dengan nilai pgt005

4 Karena data berdistribusi normal dan homogen maka untuk uji

komparabilitas dipakai

- Uji t independent untuk membandingkan rerata kadar MDA antar

kelompok

- Uji Paired T- Test untuk membandingkan rerata kadar MDA pre

dan post masing-masing kelompok

- Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau

dinyatakan berbeda bila plt005

53

BAB V

HASIL PENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 20 ekor tikus jantan dewasa

(Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan berat badan plusmn200 gram sebagai

sampelyang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah 10 ekor

yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dankelompok

perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) Dalam penyajian hasil ini diuraikan

uji normalitas data uji homogenitas data uji komparabilitas dan uji efek

perlakuan

51 Uji Normalitas Data

Data Kadar MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan

pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji

Shapiro-Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005)

disajikan pada Tabel 51

53

54

Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing Kelompok Sebelum

dan Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Perlakuan n p Keterangan

Kadar MDA kontrol pre

Kadar MDA perlakuan pre

Kadar MDA kontrol post

Kadar MDA perlakuan post

10

10

10

10

0965

0550

0975

0697

Normal

Normal

Normal

Normal

52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok

Data Kadar MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun

sesudah perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test

Hasilnya menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52

Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA Sebelum dan

Sesudah Perlakuan

Variabel F p Keterangan

Kadar MDA pre

Kadar MDA post

0016

0592

0901

0452

Homogen

Homogen

53 Kadar MDA

531 Uji komparabilitas

Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata kadar MDA

antar kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan

55

glutation Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada

Tabel 53 berikut

Tabel 53

Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata

Kadar MDA

SB T P

Aktivitas berlebih dan

placebo

Aktivitas berlebihdan

glutathion

10

10

518

529

028

029

089 0386

Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok

kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 518028mmoll dan rerata

kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 529029mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 089 dan nilai

p = 0386 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan

berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya tidak berbeda secara

bermakna (p gt 005)

532 Analisis efek perlakuan

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kadar MDA antar

kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation

56

Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54

berikut

Tabel 54 Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata

Kadar MDA

SB T P

Aktivitas berlebih dan

placebo

Aktivitas berlebihdan

glutathion

10

10

778

444

023

017

3672 0001

Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok

kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata

kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 444017mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 3672 dan nilai

p = 0001 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan

berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya berbeda secara

bermakna (p lt 005)

57

Gambar 51 Perbedaan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

533 Analisis Komparasi Sebelum dengan Sesudah Perlakuan

Analisis komparasi diuji berdasarkan rerata kadar MDA antara sebelum

dengan sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation Hasil

analisis kemaknaan dengan uji t-paired disajikan pada Tabel 55 berikut

Tabel 55 Analisis KomparasiKadar MDA antara Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Kelompok Beda Rerata

pre ndash post p Keterangan

Aktivitas berlebih dan placebo

Aktivitas berlebih dan

glutathion

260

085

0001

0001

Meningkat

Menurun

58

Berdasarkan uji t-paired didapatkan bahwa ada penurunan kadar MDA

pada kelompok perlakuan secara bermakna sebesar 085mmoll sedangkan pada

kelompok kontrol mengalami peningkatan secara bermakna sebesar 260mmoll

59

BAB VI

PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian

Untuk menguji efek pemberian glutation terhadap penurunan kadar MDA

maka dilakukan penelitian terhadap 20 ekor tikus jantan dewasa (Galur Wistar)

sebagai sampel yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah

10 ekor yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dan

kelompok perlakuan (pelatihan fisik berlebih dan glutation)

62 Efek Pelatihan Fisik Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA

Hasil penelitian dan analisis data terhadap kadar MDA darah pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji

normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan homogenitas (Levenersquos test) pre-test dan post-

test masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)

Uji perbandingan 1 minggu pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan

injeksi antara kedua kelompok menggunakan uji t-independent Rerata kadar

MDA kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) adalah

518028mmoll dan rerata kelompok pelatihan fisik berlebih dan glutation

adalah 529029mmoll Analisis kemaknaan dengan uji t-independent

menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna kadar MDA darah antara

kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa

kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan injeksi rerata kadar MDAnya tidak

59

60

berbeda secara bermakna

Uji perbandingan setelah pemberian placebo dan glutation antara kedua

kelompok menggunakan t-independent Rerata kadar MDA kelompok kontrol

(aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata kelompok

perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) adalah 444017mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent antara kedua kelompok sesudah diberikan

placebo dan glutation menunjukkan perbedaan kadar MDA secara bermakna

(plt005) Hal ini berarti bahwa kelompok yang diberikan perlakuan berupa

placebo dan glutation 6 jam sebelum diberikan pelatihan fisik berlebih dengan

cara merenangkan selama 60 menit hari selama 35 hari rerata kadar MDA

berbeda secara bermakna Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh

untuk melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam

organ dan pembuluh darah (Giriwijoyo 2004)

Peningkatan kadar MDA sesudah diberikan pelatihan fisik berlebih pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan disebabkan karena pelatihan fisik

berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena terjadi peningkatan konsumsi

oksigen oleh aktifitas otot skeletal Stress oksidatif memicu peningkatan senyawa

oksigen reaktif Pada pelatihan fisik berlebih juga terjadi Reperfusion Injury yang

memicu terjadinya kerusakan jaringan dan peningkatan radikal bebas (Adiputra

2008) Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara menarik elektronnya

sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan sampai kematian sel

(Suryohudoyo 2000)

Pada penelitian ini didapatkan bahwa sesudah diberikan pelatihan fisik

61

berlebih dan placebo terjadi peningkatan kadar MDA sebesar 5024 Kadar

MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel (Winarsi

2007) Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pepe

(2011) bahwa pelatihan fisik berlebih meningkatkan kadar MDA Lebih lanjut

Murray et al (2000) juga menyatakan bahwa pelatihan fisik berlebih merangsang

respon biomarker stres oksidatif Sedangkan pada kelompok perlakuan yang

diberikan aktifitas berlebih dan glutation terjadi penurunan kadar MDA sebesar

1607 Terjadinya penurunan kadar MDA pada kelompok yang diberikan

glutation 6 jam sebelum melakukan pelatihan fisik berlebih disebabkan karena

pemberian antioksidan meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan

cara mendonorkan elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa

oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsi 2007) Glutation merupakan antioksidan

endogen yaitu antioksidan yang dapat disintesa dalam tubuh dari asam amino L-

sistein L-glutamat dan glisin (Cadenas 2002) yang juga sebagai master

antioksidan yaitu antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain

Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan

Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik (Hersh 2004) Glutation

merupakan salah satu antioksidan yang tidak dapat menjadi pro oksidan (Cadenas

2002) Normalnya sekali suatu antioksidan memakan radikal bebas antioksidan

ini menjadi teroksidasi sendiri dan menyerang sel yang sehat yang disebut

sebagai pro oksidan Glutation dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang

teroksidasi tersebut menjadi bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali

dalam memakan radikal bebas (Sellman 2009) Sehingga dengan demikian

62

glutation dapat membantu dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Urso

(2003) bahwa suplementasi antioksidan dapat mengatasi kondisi stress oksidatif

yang terjadi pelatihan fisik berlebih

Uji perbandingan antara data MDA pre dan post masing-masing kelompok

digunakan uji t-paired test Berdasarkan uji ini didapatkan hasil pada kelompok

perlakuan terjadi penurunan kadar MDA secara bermakna sebesar 085 mmollt

sedangkan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan kadar MDA secara

bermakna sebesar 260mmollt Terjadi penurunan kadar MDA pada kelompok

perlakuan menunjukkan pemberian antioksidan Glutation intraperitoneal dosis

37mgkgBBhari dapat mengatasi kondisi stress oksidatif yang terjadi pada

pelatihan fisik berlebih Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh

Urso (2003)

63

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

71 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan sebagai

berikut Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA

tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

72 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah

1 Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja glutation

yang lebih detail

2 Memperhatikan takaran latihan supaya tidak berlebihan yang justru akan

meningkatkan kerusakan sel

3 Perlu dilakukan uji klinis pada manusia

63

64

DAFTAR PUSTAKA

Adiputra N 2008Kesehatan Olah Raga Available from httpwwwbalihesgorgindexphpoption=com Accessed 2011 Oct 5th

Anonim 2011 Glutathione Available at

httpenwikipediaorgwikiGlutathione Accessed 2011 Oct 5th Anonim 2011 Overtraining Available at

httpwwwmarksdailyapplecomovertraining Accessed 2011 Oct5th

Asikin N 2001Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan InKursus Penyegaran dan Pelatihan Radikal bebas dan Antioksidan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta Fakultas Kedokteran UI

Bagiada NA 2001 Proses Penuaan dan Penanggulangannya Denpasar

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hal 22 Banerjee AK Mandal A Chanda D Chahraboti S 2003 Oxidant

Antioxidant and Physical ExerciseAvailable from httpwwwncbinlmnihgovpubmed14619981 accesed 2011 Sept 2nd

Binekada MC 2002 ldquoPelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Konsentrasi dan

Motilitas Spermatozoa Mencitrdquo(tesis) Denpasar Universitas Udayana

Cadenas E Jones PD 2002Bioavailability of Glutathione In Cadenas E

Packer L editorsHandbook of Antioxidants2nd Ed New York Marcel DekkerInc p549-564

Catala A 2006Lipid PeroxidationInt J Biochem Cell Biol 38 1482-1495 Dalle-DonneI Rossi R ColomboR Giustarini D Milzani

A2006Biomarkers of Oxidative Damage in Human Disease Available from httpwwwredorbitcomnewsscience473334biomarkersof oxidative damage in human diseaseindexhtmlaccessed2011 Sept 5th

Fouad T 2007 Free radicals Types Sources and Damaging Reaction

Relations Available from

64

65

wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th

Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th

Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112

Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors

ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their

Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69

Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan

Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th

Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz

R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155

Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester

Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th

Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala

T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200

Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and

Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders

66

Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana

LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia

Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647

Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from

httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit

Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK

Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620

Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji

Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah

Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009

Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan

Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132

Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde

Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521

Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley

Medical Publicationsp 123-141

Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI

Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable

from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer

67

Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole

Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam

Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI

Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam

Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya

Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan

Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47

Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant

Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th

Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan

Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105

68

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965

Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975

Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753

Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

69

Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan

Group Statistics

Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887

Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215

Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260

Perlakuan 10 42500 23348 07383

Independent Samples Test

Levenes Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df

Sig (2-

tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence Interval of the

Difference Lower Upper

Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428

Equal variances not assumed

-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429

Post1

Equal variances assumed 592 452 367

22 18 000 333700 09087 314608 352792

Equal variances not assumed

36722 16855 000 333700 09087 314515 352885

Post2

Equal variances assumed 906 354 264

19 18 000 239500 09066 220454 258546

Equal variances not assumed

26419 16265 000 239500 09066 220307 258693

70

Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis

(Laurence amp Bacharach 1964)

2g mencit 20g tikus 400g marmot

l5Kg kelinci

20Kg kucing

40Kg kera

120Kg anjing

70Kg manusia

20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879

200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560

400 g marmot

008 057 10 225 24 52 102 315

l5Kg kelinci

004 025 044 10 106 24 45 142

20Kg kucing

003 023 042 092 10 22 41 130

40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61

120Kg anjing

0008 006 010 0022 024 052 10 31

70Kg manusia

00026 0018 0031 007 0013 016 032 10

71

Lampiran 4

Foto Penelitian

Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)

72

Lampiran 5

Data Hasil Penelitian

Kelompok Kontrol

Pre test Post test Pre test Post Test

752 647 769 694

779 670 773 664

745 660 803 653

769 643 817 677

783 653

786 684

Kelompok Perlakuan

Pre Test Post test

412 391

436 412

442 425

425 401

453 436

466 442

432 405

456 432

470 453

476 463

Page 41: PEMBERIAN INJEKSI GLUTATION INTRAPERITONEAL

23

yang dilakukan Shepard dan Shek menunjukkan bahwa aktifitas sedang dapat

ditoleransi dengan baik oleh individu lanjut usia dan menunjukkan penurunan

stimulasi proliferasi limfosit

Gejala ndash gejala yang dirasakan apabila melakukan pelatihan fisik berlebih

(overtraining) (Maffetone 2007)

1 Sering mengalami kegagalan dalam melakukan latihan yang biasanya kita

lakukan Kondisi fisik menjadi semakin lemah dan semakin lambat terjadi

kemunduran

2 Kehilangan otot dan terjadi penimbunan lemak Latihan fisik berlebih

meyebabkan rasio testosteron kortisol yang seharusnya positif yang berarti

lebih banyak otot dan lebih sedikit lemak menjadi negatif yang berarti cortisol

lebih tinggi dibanding testosteron yang berarti terjadi peningkatan resistensi

insulin dan penimbunan lemak

3 Merasa lemas mudah tersinggung sulit tidur

4 Persendian tulang dan anggota tubuh terasa sakit

Terjadinya DOMS (delayed onset muscle soreness) menunjukkan teknik

latihan yang salah atau postur saat latihan yang tidak tepat DOMS merupakan

respon alami yang akan hilang dalam waktu sehari atau 2 hari tetapi apabila

nyeri berkepanjangan menunjukkan adanya overtraining

5 Sering tiba-tiba jatuh sakit

Latihan fisik berlebih menurunkan sistem imun tubuh kita sehingga menjadi

lebih mudah sakit

24

Latihan fisik berat jangka panjang berkaitan dengan cedera serat

ototKerusakan yang terjadi berhubungan dengan intensitas durasi dan tipe

latihan Ketika cell death terbentuk jaringan nekrotik dibuang oleh sel fagosit

sel satelit teraktivasi menuju ke area yang cedera menjadi myoblast dan

selanjutnya menjadi serat otot Enzim otot yang dilepaskan tidak sepenuhnya

merefleksikan kerusakan struktural yang diperkirakan oleh analisis histologis

Perubahan penanda biologis cedera otot (seperti aktifitas kreatin kinase (CK)

lactate dehydrogenase (LDH) atau konsentrasi malondialdehyde di plasma

(MDA)) sering diperiksa selama overtraining Serum aktivitas CK dan

konsentrasi MDA plasma dapat gagal meningkat saat overtraining perubahan

parameter biokimia hanya merefleksikan otot dengan beban berlebih Setelah

olahraga yang lama pro-inflammatory cytokines diproduksi lokal pada otot

skeletal

Tanda dan gejala fisik latihan fisik berlebih (overtraining)

- Denyut jantung atau nadi yang meningkat saat istirahat

- Tidak toleransi terhadap latihan

- Penampilan yang menurun

- Penurunan berat badan berkurangnya massa otot tidak nafsu makan

- Kelelahan chronic fatigue lethargy

- Nyeri dan kerusakan otot nyeri sendi

- Mudah terserang flu pembengkakan kelenjar getah bening di leher

selangkangan dan ketiak

- Konstipasi atau diare

25

- Gangguan haid gangguan makan gangguan tidur

- Sakit kepala gangguan pencernaan

- Pemulihan yang berlangsung lambat setelah latihan

- Sendi otot tendon terasa kaku dan sakit

Tanda dan gejala psikologis

- Lelah capek kekurangan tenaga

- Insomnia sakit kepala tidak mampu untuk beristirahat

- Depresi gelisah cemas apatis

- Menurunnya kepercayaan diri

- Menurunnya kemampuan untuk berkonsentrasi

- Mudah stress

Efek biokimia dari Latihan Fisik Berlebih

- Meningkatnya serum kortisol dan SHBG

- Menurunnya serum total dan free testosterone rasio testosteron kortisol

- Menurunnya glikogen otot

- Menurunnya serum hemoglobin besi dan ferritin

Faktor yang mempengaruhi terjadinya overtraining

- Jetlag

- Bekerja terlalu keras

- Menstruasi

- Nutrisi gaya hidup yang buruk

- Kurang istirahat

- Terlalu banyak mengkonsumsi alkohol

26

- Kurangnya kemampuan mengatasi stress

Penanganan overtraining atau Latihan Fisik berlebih

- Massage

Massage pada jaringan dalam dapat melepaskan otot yang tegang

mempertahankan keseimbangan sistem muskulo-skeletal Pemijatan atau

massage yang teratur dapat membantu mencegah cedera yang mungkin

terjadi karena overuse

- Menggunakan roller busa

Penggunaan roller busa memungkinkan kita dapat melakukan massage

atau pemijatan sendiri Kita dapat juga memakai yang berbentuk bola atau

bola tenis untuk membantu menghilangkan rasa sakit Pemijatan ini dapat

dilakukan di tungkai lutut hamstring bahu punggung atau otot atau sendi

manapun

- Terapi suhu kontras

Air pancuran hangat dan dingin bergantian menstimulasi tubuh untuk

pulih lebih cepat Otot membawa impuls yang terasa pada kulit bagian

dalam tubuh di mana terjadi stimulasi sistem imun memperbaiki sirkulasi

dan pencernaan mempengaruhi produksi hormon stress meningkatkan

aliran darah mengurangi sensitivitas nyeri

- Pengaturan makanan

Membantu proses pemulihan penting untuk mengkonsumsi makanan

tinggi karbohidrat protein dan lemak sehat seperti Omega 3 omega 6

omega 9 asam lemak esensial Karbohidrat memberikan sumber tenaga

27

pada tubuh dan otak asam lemak esensial membantu mengurangi depresi

memperbaiki pemulihan protein akan membangun kembali otot yang

mengalami overtraining

- Mengkonsumsi vitamin

Ketika terjadi overtraining suplementasi sangat menguntungkan Vitamin

dan suplementasi mineral sebaiknya dikonsumsi pagi hari bersama dengan

makanan untuk penyerapan yang lebih baik

Defisiensi Vitamin yang biasa terjadi

- Vitamin A (Beta-Caroten)

- Vitamin B kompleks vitamin B12

- Vitamin C D E K

- Asam Folat

Defisiensi Mineral yang biasa terjadi

- Calcium

- Chromium

- Copper Iodine Iron

- Magnesium Fosfor

- Potassium

- Sodium

- Sulfur

- Zinc

28

25 Antioksidan

Radikal Bebas merupakan senyawa reaktif yang secara alami diproduksi

oleh tubuh manusia Radikal Bebas memberikan efek positif atau efek negatif

Untuk membatasi efek negatif tersebut dibutuhkan kompleks proteksi ndash sistem

antioksidan Sistem ini terdiri dari enzim antioksidan (katalase glutation

peroksidase superoksid dismutase) dan antioksidan non enzimatik ( vitamin E-

tokoferol vitamin A- retinol vitamin C- asam askorbat) Keseimbangan antara

produksi radikal bebas dan pertahanan antioksidan menunjukkan tingkat stress

oksidatif yang mungkin terlibat dalam proses penuaan dan pada beberapa

patologi (misalnya kanker Parkinson) (Winarsi 2007)

Latihan fisik juga meningkatkan stress oksidatif dan menyebabkan

gangguan homeostasis Latihan memberikan efek positif dan efek negatif

tergantung dari beban latihan spesifikasi latihan dan tingkat basal latihan Stress

oksidatif terlibat dalam terjadinya muscular fatigue dan mengarah ke

overtraining

Definisi antioksidan menurut Cadenas adalah suatu senyawa yang apabila

terdapat dalam jumlah yang lebih banyak dibanding senyawa yang teroksidasi

secara signifikan dapat menunda atau mencegah proses oksidasi senyawa tersebut

(Cadenas 2002) Secara kimia antioksidan adalah senyawa pemberi electron

Secara biologis antioksidan adalah senyawa yang mampu menangkal dan

meredam dampak negative oksidan dalam tubuh Antioksidan mendonorkan satu

elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa oksidan tersebut dapat

dihambat (Winarsi 2007)

29

Penting sekali keseimbangan antara oksidan dan antioksidan karena

berfungsi menjaga integritas dan berfungsinya membrane lipid protein sel dan

asam nukleat Senyawa asam lemak tak jenuh penyusun membrane lipid sangat

sensitive terhadap perubahan keseimbangan antara oksidan dan antioksidan

Menurut mekanisme kerjanya antioksidan dikelompokkan atas 3 yaitu

1 Antioksidan primer SOD katalase glutation peroksidase (GSH-Px)

Bekerja pembentukan senyawa radikal bebas yang telah terbentuk menjadi

molekul yang kurang aktifSedangkan antioksidan primer yang dapat

ditambahkan dari luar seperti glutation asam lipoat SOD melatonin

2 Antioksidan sekunder vitamin E vitamin C beta karoten flavonoid asam

urat albumin (Soewoto 2001)

Merupakan antioksidan eksogenous atau non enzimatis (Winarsi 2007)

Bekerja dengan cara memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal bebas

atau dengan cara menangkapnya

3 Antioksidan tertier meliputi system enzim DNA-repair dan metionin

sulfoksida reduktase Berfungsi dalam perbaikan biomolekuler yang rusak

akibat reaktivitas radikal bebas

26 Glutation sebagai antioksidan

Glutation merupakan tripeptida yang terdiri dari asam amino glutamat

sistein dan glisin (Cadenas 2002)Ikatan glutamat ndash sistein merupakan ikatan

isopeptida antara grup γ-karboksil dari glutamat dan grup α amino dari

sisteinIkatan unik ini membuat gluation tahan terhadap degradasi oleh proteases

30

dan peptidases yang berfungsi pada peralihan proteinMerupakan suatu

antioksidan yang mencegah kerusakan komponen seluler oleh reactive oxygen

species seperti radikal bebas dan peroksidGlutation bukan nutrisi esensial karena

disintesa di dalam tubuh dari asam amino L-sistein L-glutamic acid dan glycine

Gambar 21 Struktur GSH dan GSSG

Glutation terdapat pada sebagian besar sel tubuh tetapi terbanyak terdapat

di dalam hati Grup thiol (SH) dari sistein berfungsi sebagai donor proton dan

bertanggungjawab untuk aktifitas biologis glutation Provisi asam amino ini

merupakan faktor yang terbatas dalam sintesis glutation oleh sel karena sistein

relatif jarang pada makanan Apabila dilepaskan sebagai asam amino bebas

sistein adalah toksik dan secara spontan dikatabolisasi di saluran pencernaan dan

plasma darah

Glutation disintesis dalam 2 tahap

1 Gamma-glutamylcysteine disintesa dari L-glutamate dan sistein melalui enzim

gamma-glutamylcysteine sintetase (glutamate cysteine ligase GCL)

31

2 Glisin ditambahkan pada C-terminal dari gamma-glutamylcysteine melalui

enzim glutation sintetase

261 Fungsi Glutation

Glutation terdapat dalam bentuk tereduksi (GSH) dan teroksidasi (GSSG)

Grup thiol dari sistein mampu memberikan donor elektron ke molekul lain yang

tidak stabil seperti Reactive Oxygen Species (ROS) Pada saat mendonorkan

elektronnya glutation menjadi reaktif dan segera bereaksi dengan glutation reaktif

lainnya membentuk glutation disulfide (GSSG)Reaksi mungkin terjadi apabila

terdapat konsentrasi yang cukup tinggi di sel (sampai 5mm di hati) GSH dapat

terbentuk kembali dari GSSG oleh enzim glutation reduktase Pada sel atau

jaringan yang sehat terdapat lebih 90 dari total simpanan glutation terdapat

dalam bentuk tereduksi (GSH) dan kurang dari 10 dalam bentuk disulfide

(GSSG)

GSH ---- GSSG

Eliminasi ROS Menjaga protein thiols Antioxidant

dalam bentuk reduksi pools

Gambar 22 GSH Redox (Cadenas 2002)

GSH Redox merupakan indikator sentral keseimbangan antara stress

oksidatif dan system antioksidan GSH Redox berkaitan dengan detoksifikasi

Reactive Oxygen Species (ROS) berfungsi dalam mempertahankan tersedianya

antioksidan mempertahankan protein thiol dalam bentuk reduksi Rasio

32

GSHGSSG sering dipakai untuk mengekspresikan keseimbangan redox ini

Peningkatan rasio GSH-GSSG merupakan indikasi adanya Stress Oksidatif

(Goldman 2003)

Glutation mempunyai beberapa fungsi (Winarsih 2007)

- Sebagai antioksidan endogen mayor yang diproduksi oleh sel berpartisipasi

langsung pada netralisasi radikal bebas dan senyawa oksigen reaktif

mempertahankan antioksidan eksogen seperti vitamin C dan E pada bentuk

tereduksi (aktif)

- Pengaturan siklus nitric oxide yang sangat penting untuk kehidupan tetapi

dapat menjadi masalah apabila tidak teregulasi Digunakan untuk reaksi

metabolism dan biokimia seperti sintesis dan perbaikan DNA sintesis protein

sintesis prostaglandin transport asam amino dan aktivasi enzim Tiap sistem

di dalam tubuh kita dapat dipengaruhi oleh sistem glutation khususnya sistem

imun sistem saraf sistem gastrointestinal dan paru

Gambar 23 Detoksifikasi Lipid Hydroxyperoxides di usus halus

33

GSH yang ditransportasikan kedalam lumen digunakan untuk detoksifikasi

peroksid yang terbentuk dari makanan oleh glutation peroksidase (GSH Px)

Proses ini membutuhkan peroksid dan glutation yang tersedia di sel epitel GSSG

yang terbentuk direduksi kembali menjadi GSH oleh GSSG reduktase (GSSG

Rx) menggunakan NADPH sebagai reduktan

262 Suplementasi Glutation

Meningkatkan level GSH melalui suplementasi glutation langsung sulit

Penelitian terakhir menyatakan bahwa secara oral tidak diabsorpsi baik melalui

saluran pencernaan Studi mengenai konsumsi oral akut glutation dengan dosis

sangat besar 3 gram Witschi dan tim menemukan lsquoadalah tidak mungkin

meningkatkan glutation yang bermanfaat secara klinis dengan dosis tunggal 3

gram glutationrsquo

Glutation terdapat pada makanan sehari-hari sampai 150mghari dapat

diabsorpsi melalui intak di usus halus Individu sehat dengan asupan sulfur asam

amino (1-2 gramhari) jumlah GSH mungkin tidak cukup untuk mendapatkan

efek penting secara sistemik Individu dengan asupan sulfur asam amino yang

terbatas suplementasi GSH diperlukan untuk mempertahankan suplai GSH

sistemik dengan memperbaiki keseimbangan sulfur asam amino (Cadenas 2002)

Glutation hanya diabsorpsi di sel epitel oral dan traktus gastrointestinal

dan memberikan keuntungan kesehatan spesifik pada jaringan tersebut(Cadenas

2002)

34

SUPLAI HILANG

Makanan suplemen Degradasi

GSH

Empedu LUMINAL Uptake

Epitel Reaksi Detoksifikasi

Gambar 24 Supply dan Removal Glutation dalam lumen usus halus (Cadenas 2002) Glutation (GSH) disuplai ke dalam lumen intestinal melalui konsumsi oral

empedu dan sekresi epitel intestinal Jumlah yang disuplai dari empedu cukup

untuk mempertahankan jumlah 200microM pada tikus tetapi tidak cukup pada

manusia yang mengalami degradasi di duktus kantung empedu Jumlah yang

dikonsumsi melalui makanan bervariasi dan secara umum kurang dari 200 microM

Jumlah yang diberikan melalui epitel hanya sekitar 10 atau kurang

dibandingkan dengan yang disediakan oleh empedu Hilangnya Glutation karena

degradasi oleh γ-glutamyltranspeptidase dan dipeptidases pada permukaan sel

epitel ditransportasikan ke dalam sel oleh mekanisme sodium-dependent dan

sodium-independent konjugasi dengan elektrofil reaktif dikatalisasi oleh

glutathione-S transferase mucus (Cadenas 2002)

Vitamin D meningkatkan level glutation di otak dan tampaknya sebagai

katalis untuk produksi glutation Sejumlah vitamin D aktif di otak berikatan

dengan seberapa besar vitamin D3 baik melalui suplemen atau dibentuk di kulit

melalui paparan matahariHal ini menyatakan bahwa mengkonsumsi vitamin D

35

dan atau mendapat cukup paparan matahari meningkatkan produksi glutation

(Sellman 2009)

Konsentrasi glutation di plasma dan hati dapat ditingkatkan dengan

mengkonsumsi suplemen tertentu yang disebut GSH precursors N-asetilsistein

atau NAC glutation precursor yang paling memungkinkan Suplemen lain S-

adenosilmetionin (SAMe) dan whey protein juga dapat meningkatkan glutation

dalam sel (Sellman 2009)

NAC tersedia dalam bentuk obat dan sebagai suplemen generik Alpha

lipoic acid juga dapat mempertahankan glutation intraselular Melatonin dapat

menstimulasi enzim yang berkaitan glutation peroksidase dan silimarin ekstrak

dari biji tanaman milk thistle (Silybum marianum) juga mempunyai kemampuan

memperbarui level glutation

Glutation diatur dengan ketat di intraseluler dan dibatasi produksinya oleh

feedback negative inhibisi sintesisnya sendiri melalui enzim gamma-

glutamilsistein sintetase sehingga meminimalisir kemungkinan terjadinya

overdosis Penambahan glutation menggunakan precursor atau glutation intravena

adalah strategi untuk mengatasi defisiensi glutation stress oksidatif tinggi

defisiensi imun

Glutation yang rendah menunjukkan adanya pembuangan dan

keseimbangan negatif nitrogen seperti pada kanker AIDS sepsis trauma

terbakar dan bahkan atlet overtraining Suplementasi glutation dapat

memperbaiki proses ini dan contohnya pada AIDS memberi hasil adanya

perbaikan survival rates Bagimanapun studi mengenai kondisi ini belum dapat

36

membedakan glutation rendah sebagai akibat secara akut (pada pasien sepsis) atau

secara kronis (HIV) meningkatkan stress oksidatif dan peningkatan patologi

sebagai akibat defisiensi yang sudah ada sebelumnya

Skizofrenia dan gangguan bipolar berhubungan dengan glutation yang

rendah Stress oksidatif mungkin salah satu faktor dasar patofisiologi gangguan

bipolar gangguan depresif mayor dan skizofrenia Glutation (GSH) adalah

pemakan radikal bebas mayor di otakTidak adanya GSH meningkatkan

kerentanan sel terhadap stress oksidatif ditandai asetilsistein dapat mengurangi

gejala kedua gangguan tersebut

Glutation merubah level stress oksidatif pada sel yang diisolasi di

laboratorium sehingga dapat mengurangi perkembangan kanker Tes ini tidak

dilakukan pada manusia

Glutamat yang berlebihan di sinaps yang dapat dilepaskan pada kondisi

seperti cedera otak dapat menghambat pengambilan sistein senyawa pembentuk

glutation yang pentingTanpa proteksi dari cedera oksidatif oleh glutation sel-sel

dapat rusak atau mati (Sellman 2009)

Glutation juga mempunyai fungsi lain sebagai berikut (Sellman 2009)

Mencerahkan kulit

Mencegah menghilangkan jerawat dan bekas jerawat

Menghilangkan noda hitam

Anti aging dan anti kerut

Memberi nutrisi kulit

Membantu pemulihan luka

37

Membuat kulit menjadi halus segar dan bersinar

Kondisi kesehatan yang berhubungan dengan defisiensi glutation

Peningkatan proses penuaan

Kesulitan dalam keseimbangan

Gangguan mental

Masalah koordinasi

Gangguan sistem saraf

Akhir-akhir ini dipercaya sebagai penyebab lesi otak

Kanker HIV Katarak Diabetes Mellitus

Jumlah sperma yang rendah

263 Glutation Precursor (Sellman 2009)

Glutation Precursor disebut juga sebagai building-block dari glutation

yaitu N-asetilsistein atau NAC dan whey protein tidak terdenaturasi

Nasetilsistein adalah obat farmasi yang biasa digunakan bertahun-tahun untuk

mengobati overdose asetaminofen Hal ini sangat efektif ketika diberikan dalam

dosis besar di ruang darurat ketika seseorang akan mengalami gagal hati karena

overdosis asetaminofen komposisi aktif dari Tylenol

Efek sampingnya adalah bercak-bercak kemerahan bersin mual

anafilaksis reaksi alergi yang berupa kesulitan bernafas karena bronkospasme

tekanan darah menurun angioedema muntah kram diare Walaupun jarang

kematian pernah dilaporkan karena N-asetilsistein Beberapa orang mendapatkan

rasa dan bau yang tidak dapat diterima karena kandungan sulfur di dalamnya

38

Pengggunaan teratur untuk menaikkan kadar glutation tidak direkomendasikan

untuk anak-anak dan bayi Masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk

menentukan keamanan N-asetilsistein untuk penggunaan jangka panjang

Whey protein tidak terdenaturasi merupakan nutraceutical atau medicinal

foodSenyawa ini memberikan ikatan sistein ke sel-sel di mana glutation dapat

terbentuk di tempat tersebut

Beberapa kondisi yang tidak dapat mengkonsumsi whey protein

- Pasien dengan alergi protein susu

- Pasien dengan diet rendah protein

- Pasien yang sedang menjalani terapi imunosupresif

Efek sampingnya adalah kembung perut kram urtikaria Efek samping

karena overdosis tidak terjadi karena sel hanya membuat sebatas yang dibutuhkan

apabila berlebih kelebihan disimpan di hati dan ginjal sampai suatu saat kalau

dibutuhkan

264 Sumber Glutation dari makanan

Sumber glutation dari makanan yang disarankan adalah asparagus bayam

brokoli bawang putih kale bawang watercress kol Brussel sprout beberapa

bumbu seperti kunyit kayu manis semangka alpukat anggur peach jeruk

walnut granola daging kalkun dan daging ayam keju cottage dan yoghurt

39

Tabel 21 Makanan yang mengandung Glutation (Cadenas2002)

GSH Food Group mg100 g mgsaji Buah segar Apel 33 46 Pisang 41 48 Anggur 79 146 Jeruk 73 106 Semangka 66 283 Sayuran segar Asparagus dimasak 283 263 Alpukat 277 313 Brokoli dimasak 91 78 Wortel mentah 79 59 Tomat 90 109 Daging Hamburger 175 149 Ham rebus 233 13 Ayam digoreng 131 134 Sereal biji-bijian Cornflakes 00 00 Roti whole wheat 12 06 Roti putih 00 00 Nasi putih enriched dimasak 16 21 Produk Susu Susu whole 00 00 Keju Amerika 00 00 Yoghurt plain lowfat 00 00 Es krim 10 lemak 00 00

40

BAB III

KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

31 Kerangka Berpikir

Faktor penyebab penuaan antara lain faktor internal dan faktoreksternal

Faktor internal meliputi radikal bebas glikosilasi metilasi hormon yang

berkurang apoptosis system kekebalan tubuh yang menurun genetik Faktor

eksternal meliputi gaya hidup tidak sehat polusi lingkungan stress kemiskinan

kebiasaan yang salah olahraga berlebihan (overtraining) Berbagai faktor di atas

menyebabkan terjadinya penurunan fungsi tubuh dan terjadilah penuaan

Kerangka konsep penelitian berdasarkan teori bahwa salah satu penyebab

penuaan adalah radikal bebas Bila jumlah radikal bebas melebihi jumlah

antioksidan di dalam tubuh terjadilah stress oksidatif Radikal bebas dapat

merusak membran sel protein DNA dan berakibat fatal bagi kelangsungan hidup

sel jaringan Stress oksidatif yang berlangsung lama akan mengakibatkan

terjadinya penumpukan hasil kerusakan oksidatif di dalam sel dan jaringan

selanjutnya sel dan jaringan tersebut akan kehilangan fungsinya dan akhirnya

mati

Olahraga berlebih meningkatkan stress oksidatif karena terdapat

peningkatan konsumsi O2 oleh aktivitas otot skeletal Oksigen juga dapat bersifat

toksik yang dapat memicu peningkatan Reactive Oxygen Species (ROS)Organ

yang tidak mendapat cukup oksigen dan nutrisi menjadi iskemik dan terjadi

kerusakan mikrovaskular (Reperfusion Injury) memicu peningkatan radikal

40

41

bebas Dengan pemberian antioksidan Glutation yang merupakan antioksidan

master diharapkan dapat mencegah kerusakan lebih lanjut yang diakibatkan oleh

radikal bebas dengan cara melindungi sel dari Reactive Oxygen Species (ROS)

dan dapat dilihat melalui parameter MDA yang mengalami penurunan

32 Konsep Penelitian

Konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Gambar 31 Konsep Kadar MDA pada tikus yang diberikan Pelatihan Fisik Berlebih+ Placebo dan Pelatihan Fisik Berlebih + Glutation

FAKTOR INTERNAL

- Jenis Kelamin

- Usia

- Genetik

- Hormon

- Psikologis

FAKTOR EKSTERNAL

- Makanan

- Cuaca iklim

- Penyakit

- Exercise

GLUTATION

TIKUS

KADAR MDA

42

33 Hipotesis

Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan kadar MDA

tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

43

BAB IV

METODE PENELITIAN

41 Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksterimental dengan rancangan

randomized pre test-post test control group design (Poccock et al 2008)

Subyek terdiri dari 2 kelompok yaitu

1 Kelompok 1 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+ Placebo

2 Kelompok 2 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation

Semua kelompok sebelum perlakuan diberikan pre test (O1 O3) dan

dihitung rerata untuk masing-masing kelompok

Setelah perlakuan semua kelompok diberikan post test (O2 O4) dan

dihitung rerata untuk masing-masing kelompok

Kemudian dihitung perbedaan rerata antara pre test dan post test dari

masing-masing kelompok lalu hasil perbedaan tersebut dibandingkan secara

statistik

Gambar 41 Rancangan Penelitian

P S

43

R R

O1 P1 O2

O3 P2 O4

44

Keterangan

P = populasi

S = sampel

R = random

O1 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah mendapatkan

pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan placebo (pre test)

O2 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah diberikan pelatihan

fisik berlebih setelah diberikan placebo (post test)

O3 = observasi data MDA kelompok perlakuan setelah diberikan

pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan Glutation (pre test)

O4 = observasi data MDA kelompok perlakuan diberikan pelatihan fisik

berlebih setelah diberikan Glutation (post test)

P1 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih+ placebo

P2 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation

42 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran

Universitas Udayana pada bulan Januari ndash Maret 2012 Pemeriksaan MDA darah

tikus dikerjakan di bagian Program Antar Unit Universitas Gajah Mada

Jogyakarta

45

43 Populasi dan Sampel

431 Populasi

Subyek penelitian adalah tikus jantan dewasa galur Wistar yang berusia 2-

25 bulan dan dalam kondisi fisik sehat

432 Kriteria Sampel

4321 Kriteria Inklusi

Kriteria Inklusi yang ditetapkan sebagai sampel adalah sebagai berikut

a Tikus jantan dewasa galur Wistar

b Umur 2-25 bulan

c Berat badan plusmn200 gram

d Sehat

e MDA ge 5mmollt

4322 Kriteria Drop Out

Adalah sampel yang mati pada waktu penelitian

433 Besar Sampel

Besar sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini dihitung berdasarkan

rumus Poccock (2008)

Angka μ1 (5) dan μ2 (12) didapatkan dari penelitian sebelumnya (Ji 1998)

n=

46

= asymp 7

Keterangan

n = jumlah sampel

σ = standar deviasi kelompok perlakuan dengan pemberian

glutation (15)

f ( ) = besarnya didapat dari tabel (Poccock 2008)

μ1 = rerata hasil MDA pada kelompok perlakuan sesudah

pemberian glutatioacuten (5)

μ2 = rerata hasil MDA pada kelompok pre test (12)

Jadi jumlah sampel (n) = 675 dan ditambah 3 ekor tikus untuk masing-

masing kelompok sebagai cadangan Jadi total 20 ekor tikus dengan 10

ekor tikus untuk masing-masing kelompok

434 Teknik Pengambilan Sampel

Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat

sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi diambil secara acak

sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi

2 kelompok yaitu kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+placebo kelompok

dengan pelatihan fisik berlebih + glutation

47

44 Variabel Penelitian

441 Klasifikasi Variabel

Variabel penelitian dibedakan menjadi

1 Variabel Bebas dosis pemberian glutation

2 Variabel Tergantung kadar MDA

3 Variabel Terkendali varian tikus jantan (galur wistar) jenis

kelamin umur berat badan lingkungan

(pencahayaan suhu kelembaban nutrisi

kandang)

Gambar 42 Bagan Hubungan Antar Variabel

VARIABEL BEBAS

- Pelatihan fisik berlebih

- Glutation 37mg kgBBhari

VARIABEL TERGANTUNG

KADAR MDA

VARIABEL TERKENDALI

Varian tikus

Jenis kelamin umur berat badan

Pencahayaan suhu kelembaban nutrisi kandang

Makanan minuman

48

442 Definisi Operasional Variabel

1 Pelatihan fisik berlebih pada tikus adalah pelatihan yang berlebihan

yang diukur berdasarkan kemampuan maksimal berenang tikus pada

ember berdiameter 35 cm dengan kedalaman air 20 cm yang

dilakukan 60 menithari selama 35 hari pada waktu yang sama pada

suhu 32 derajat (Binekada 2002 dan Pepe2011)

2 Glutation yang diberikan adalah Glutation Teofarma injeksi sediaan

600mg 4 ml Dosis pemberian Glutation adalah pemberian sediaan

antioksidan Glutation dalam bentuk suntikan intraperitoneal yang

diberikan 1x sehari dan diberikan 6 jam sebelum pelatihan fisik

berlebih Dosis pemberian Glutation mengacu pada penelitian yang

dilakukan sebelumnya oleh Ji L L yaitu 37mgkgBBhari yang

dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril secara intraperitonial

3 MDA merupakan salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada

membran sel dan merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan

oleh radikal bebas Pengukuran kadar MDA menggunakan metode

Thiobarbituraic Acid Reactive Substances (TBARS) Pembacaan hasil

dengan menggunakan spektrofotometer Satuan MDA dalam mmoll

4 Cahaya suhu dan kelembaban merupakan kondisi lingkungan yang

dialami tikus jantan dewasa Pada penelitian ini kondisi lingkungan

selama percobaan dibuat sama

5 Berat badan tikus adalah berat badan yang ditimbang dengan

timbangan gram

49

6 Umur tikus adalah umur yang ditentukan dengan melihat tanggal

kelahiran yang dicatat pada kandang percobaan

7 Kondisi peneliti yang meliputi kesehatan fisik dan psikis peneliti

Penelitian dilaksanakan saat kondisi peneliti dalam keadaan baik

sehingga pengaruhnya terhadap hasil penelitian dapat diabaikan

45 Bahan dan Alat Penelitian

451 Bahan Penelitian

Glutation injeksi

Tikus jantan

Makanan tikus berupa pellet dan air minum dari air ledeng

Aquades steril

EDTA (Ethylenediamine tetraacetic acid)

Reagensia untuk pengukuran kadar MDA

452 Alat Penelitian

Alat yang dipakai dalam pengambilan data penelitian ini adalah

- Kandang tikus terbuat dari besi yang di dalamnya terdapat sekam dan

botol minuman

- Ember berdiameter 35 cm dan kedalaman air 20 cm

- Stopwatch

- Timbangan

- Spuit injeksi 1 ml

50

- Sarung tangan

- Kapas dan alkohol 70

- Tabung Evendorf

- Mikropipet

- Pipet kapiler

- Sentrifugasi

46 Prosedur Penelitian

1 Tikus jantan dewasa (Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan

berat badan plusmn200gram dilakukan aklimatisasi selama 2 minggu di

tempat penelitian untuk penyesuaian dengan lingkungan

2 Semua sampel tikus diberi perlakuan yang sama yaitu diberikan

pelatihan fisik berlebih dengan cara berenang sampai kelelahan pada

hari ke 7 kedua kelompok tersebut dilakukan pemeriksaan MDA

3 Mulai hari ke 8 ndash 35 sampel tikus yang berjumlah 20 ekor dibagi atas 2

kelompok di mana kelompok 1(kontrol) diberikan pelatihan fisik

berlebih + injeksi aquabidest intraperitoneal enam jam sebelum

perlakuan aktifitas berlebih kelompok ke 2 (perlakuan) diberikan

pelatihan fisik berlebih + injeksi intraperitoneal glutation 37

mgkgBBhari yang sudah dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril

4 Pada hari ke 35 dilakukan pemeriksaan kadar MDA pada masing-

masing tikus setelah bulu tikus kering

51

5 Selama penelitian hewan coba diberikan makanan dan minuman secara

teratur kebersihan dan kenyamanan kandang dijaga

461 Alur Penelitian

TIKUS ADAPTASI 2 MINGGU

PELATIHAN FISIK BERLEBIH 1 MINGGU

MDA

KELOMPOK 1 KELOMPOK 2

PELATIHAN FISIK BERLEBIH PELATIHAN FISIK BERLEBIH

+ AQUABIDEST (28 hari) +GLUTATION 37mgkgBBhari

28 HARI 28 HARI

MDA

Gambar 43 Bagan Alur Penelitian

462 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium

Pemantauan keselamatan tikus jantan (galur Wistar) di laboratorium

(Smith et al1988 Ngatidjan 2006) adalah sebagai berikut

1 Kandang tikus jantan harus cukup kuat tidak mudah rusak teratur dibersihkan

(1x seminggu) mudah dipasang kembali hewan tidak mudah lepas tahan

52

gigitan hewan kelihatan jelas dari luar Alas tempat tidur terbuat dari serbuk

gergaji atau sekam padi agar mudah menyerap air

2 Luas lantai yang memadai untuk tikus jantan dengan berat badan plusmn200 gram

adalah 60cm persegi dan tinggi 20 cm

3 Diciptakan suasana lingkungan yang stabil dan sesuai keperluan fisiologi tikus

jantan di mana kelembaban suhu pertukaran udara yang ekstrim harus

dihindari

4 Hewan coba hendaknya diperlakukan dengan kasih sayang

47 Pengolahan dan Analisis Data

Analisis data yang digunakan adalah

1 Analisis Deskriptif

2 Uji normalitas data dilakukan dengan tes Shapiro-Wilk Distribusi data

normal dengan nilai pgt005

3 Uji homogenitas dilakukan dengan Lavenersquos Test Data dinyatakan

homogen dengan nilai pgt005

4 Karena data berdistribusi normal dan homogen maka untuk uji

komparabilitas dipakai

- Uji t independent untuk membandingkan rerata kadar MDA antar

kelompok

- Uji Paired T- Test untuk membandingkan rerata kadar MDA pre

dan post masing-masing kelompok

- Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau

dinyatakan berbeda bila plt005

53

BAB V

HASIL PENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 20 ekor tikus jantan dewasa

(Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan berat badan plusmn200 gram sebagai

sampelyang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah 10 ekor

yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dankelompok

perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) Dalam penyajian hasil ini diuraikan

uji normalitas data uji homogenitas data uji komparabilitas dan uji efek

perlakuan

51 Uji Normalitas Data

Data Kadar MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan

pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji

Shapiro-Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005)

disajikan pada Tabel 51

53

54

Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing Kelompok Sebelum

dan Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Perlakuan n p Keterangan

Kadar MDA kontrol pre

Kadar MDA perlakuan pre

Kadar MDA kontrol post

Kadar MDA perlakuan post

10

10

10

10

0965

0550

0975

0697

Normal

Normal

Normal

Normal

52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok

Data Kadar MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun

sesudah perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test

Hasilnya menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52

Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA Sebelum dan

Sesudah Perlakuan

Variabel F p Keterangan

Kadar MDA pre

Kadar MDA post

0016

0592

0901

0452

Homogen

Homogen

53 Kadar MDA

531 Uji komparabilitas

Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata kadar MDA

antar kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan

55

glutation Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada

Tabel 53 berikut

Tabel 53

Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata

Kadar MDA

SB T P

Aktivitas berlebih dan

placebo

Aktivitas berlebihdan

glutathion

10

10

518

529

028

029

089 0386

Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok

kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 518028mmoll dan rerata

kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 529029mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 089 dan nilai

p = 0386 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan

berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya tidak berbeda secara

bermakna (p gt 005)

532 Analisis efek perlakuan

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kadar MDA antar

kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation

56

Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54

berikut

Tabel 54 Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata

Kadar MDA

SB T P

Aktivitas berlebih dan

placebo

Aktivitas berlebihdan

glutathion

10

10

778

444

023

017

3672 0001

Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok

kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata

kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 444017mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 3672 dan nilai

p = 0001 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan

berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya berbeda secara

bermakna (p lt 005)

57

Gambar 51 Perbedaan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

533 Analisis Komparasi Sebelum dengan Sesudah Perlakuan

Analisis komparasi diuji berdasarkan rerata kadar MDA antara sebelum

dengan sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation Hasil

analisis kemaknaan dengan uji t-paired disajikan pada Tabel 55 berikut

Tabel 55 Analisis KomparasiKadar MDA antara Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Kelompok Beda Rerata

pre ndash post p Keterangan

Aktivitas berlebih dan placebo

Aktivitas berlebih dan

glutathion

260

085

0001

0001

Meningkat

Menurun

58

Berdasarkan uji t-paired didapatkan bahwa ada penurunan kadar MDA

pada kelompok perlakuan secara bermakna sebesar 085mmoll sedangkan pada

kelompok kontrol mengalami peningkatan secara bermakna sebesar 260mmoll

59

BAB VI

PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian

Untuk menguji efek pemberian glutation terhadap penurunan kadar MDA

maka dilakukan penelitian terhadap 20 ekor tikus jantan dewasa (Galur Wistar)

sebagai sampel yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah

10 ekor yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dan

kelompok perlakuan (pelatihan fisik berlebih dan glutation)

62 Efek Pelatihan Fisik Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA

Hasil penelitian dan analisis data terhadap kadar MDA darah pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji

normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan homogenitas (Levenersquos test) pre-test dan post-

test masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)

Uji perbandingan 1 minggu pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan

injeksi antara kedua kelompok menggunakan uji t-independent Rerata kadar

MDA kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) adalah

518028mmoll dan rerata kelompok pelatihan fisik berlebih dan glutation

adalah 529029mmoll Analisis kemaknaan dengan uji t-independent

menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna kadar MDA darah antara

kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa

kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan injeksi rerata kadar MDAnya tidak

59

60

berbeda secara bermakna

Uji perbandingan setelah pemberian placebo dan glutation antara kedua

kelompok menggunakan t-independent Rerata kadar MDA kelompok kontrol

(aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata kelompok

perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) adalah 444017mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent antara kedua kelompok sesudah diberikan

placebo dan glutation menunjukkan perbedaan kadar MDA secara bermakna

(plt005) Hal ini berarti bahwa kelompok yang diberikan perlakuan berupa

placebo dan glutation 6 jam sebelum diberikan pelatihan fisik berlebih dengan

cara merenangkan selama 60 menit hari selama 35 hari rerata kadar MDA

berbeda secara bermakna Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh

untuk melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam

organ dan pembuluh darah (Giriwijoyo 2004)

Peningkatan kadar MDA sesudah diberikan pelatihan fisik berlebih pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan disebabkan karena pelatihan fisik

berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena terjadi peningkatan konsumsi

oksigen oleh aktifitas otot skeletal Stress oksidatif memicu peningkatan senyawa

oksigen reaktif Pada pelatihan fisik berlebih juga terjadi Reperfusion Injury yang

memicu terjadinya kerusakan jaringan dan peningkatan radikal bebas (Adiputra

2008) Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara menarik elektronnya

sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan sampai kematian sel

(Suryohudoyo 2000)

Pada penelitian ini didapatkan bahwa sesudah diberikan pelatihan fisik

61

berlebih dan placebo terjadi peningkatan kadar MDA sebesar 5024 Kadar

MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel (Winarsi

2007) Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pepe

(2011) bahwa pelatihan fisik berlebih meningkatkan kadar MDA Lebih lanjut

Murray et al (2000) juga menyatakan bahwa pelatihan fisik berlebih merangsang

respon biomarker stres oksidatif Sedangkan pada kelompok perlakuan yang

diberikan aktifitas berlebih dan glutation terjadi penurunan kadar MDA sebesar

1607 Terjadinya penurunan kadar MDA pada kelompok yang diberikan

glutation 6 jam sebelum melakukan pelatihan fisik berlebih disebabkan karena

pemberian antioksidan meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan

cara mendonorkan elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa

oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsi 2007) Glutation merupakan antioksidan

endogen yaitu antioksidan yang dapat disintesa dalam tubuh dari asam amino L-

sistein L-glutamat dan glisin (Cadenas 2002) yang juga sebagai master

antioksidan yaitu antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain

Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan

Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik (Hersh 2004) Glutation

merupakan salah satu antioksidan yang tidak dapat menjadi pro oksidan (Cadenas

2002) Normalnya sekali suatu antioksidan memakan radikal bebas antioksidan

ini menjadi teroksidasi sendiri dan menyerang sel yang sehat yang disebut

sebagai pro oksidan Glutation dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang

teroksidasi tersebut menjadi bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali

dalam memakan radikal bebas (Sellman 2009) Sehingga dengan demikian

62

glutation dapat membantu dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Urso

(2003) bahwa suplementasi antioksidan dapat mengatasi kondisi stress oksidatif

yang terjadi pelatihan fisik berlebih

Uji perbandingan antara data MDA pre dan post masing-masing kelompok

digunakan uji t-paired test Berdasarkan uji ini didapatkan hasil pada kelompok

perlakuan terjadi penurunan kadar MDA secara bermakna sebesar 085 mmollt

sedangkan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan kadar MDA secara

bermakna sebesar 260mmollt Terjadi penurunan kadar MDA pada kelompok

perlakuan menunjukkan pemberian antioksidan Glutation intraperitoneal dosis

37mgkgBBhari dapat mengatasi kondisi stress oksidatif yang terjadi pada

pelatihan fisik berlebih Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh

Urso (2003)

63

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

71 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan sebagai

berikut Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA

tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

72 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah

1 Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja glutation

yang lebih detail

2 Memperhatikan takaran latihan supaya tidak berlebihan yang justru akan

meningkatkan kerusakan sel

3 Perlu dilakukan uji klinis pada manusia

63

64

DAFTAR PUSTAKA

Adiputra N 2008Kesehatan Olah Raga Available from httpwwwbalihesgorgindexphpoption=com Accessed 2011 Oct 5th

Anonim 2011 Glutathione Available at

httpenwikipediaorgwikiGlutathione Accessed 2011 Oct 5th Anonim 2011 Overtraining Available at

httpwwwmarksdailyapplecomovertraining Accessed 2011 Oct5th

Asikin N 2001Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan InKursus Penyegaran dan Pelatihan Radikal bebas dan Antioksidan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta Fakultas Kedokteran UI

Bagiada NA 2001 Proses Penuaan dan Penanggulangannya Denpasar

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hal 22 Banerjee AK Mandal A Chanda D Chahraboti S 2003 Oxidant

Antioxidant and Physical ExerciseAvailable from httpwwwncbinlmnihgovpubmed14619981 accesed 2011 Sept 2nd

Binekada MC 2002 ldquoPelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Konsentrasi dan

Motilitas Spermatozoa Mencitrdquo(tesis) Denpasar Universitas Udayana

Cadenas E Jones PD 2002Bioavailability of Glutathione In Cadenas E

Packer L editorsHandbook of Antioxidants2nd Ed New York Marcel DekkerInc p549-564

Catala A 2006Lipid PeroxidationInt J Biochem Cell Biol 38 1482-1495 Dalle-DonneI Rossi R ColomboR Giustarini D Milzani

A2006Biomarkers of Oxidative Damage in Human Disease Available from httpwwwredorbitcomnewsscience473334biomarkersof oxidative damage in human diseaseindexhtmlaccessed2011 Sept 5th

Fouad T 2007 Free radicals Types Sources and Damaging Reaction

Relations Available from

64

65

wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th

Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th

Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112

Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors

ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their

Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69

Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan

Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th

Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz

R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155

Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester

Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th

Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala

T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200

Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and

Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders

66

Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana

LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia

Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647

Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from

httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit

Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK

Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620

Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji

Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah

Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009

Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan

Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132

Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde

Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521

Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley

Medical Publicationsp 123-141

Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI

Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable

from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer

67

Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole

Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam

Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI

Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam

Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya

Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan

Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47

Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant

Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th

Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan

Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105

68

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965

Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975

Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753

Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

69

Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan

Group Statistics

Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887

Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215

Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260

Perlakuan 10 42500 23348 07383

Independent Samples Test

Levenes Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df

Sig (2-

tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence Interval of the

Difference Lower Upper

Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428

Equal variances not assumed

-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429

Post1

Equal variances assumed 592 452 367

22 18 000 333700 09087 314608 352792

Equal variances not assumed

36722 16855 000 333700 09087 314515 352885

Post2

Equal variances assumed 906 354 264

19 18 000 239500 09066 220454 258546

Equal variances not assumed

26419 16265 000 239500 09066 220307 258693

70

Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis

(Laurence amp Bacharach 1964)

2g mencit 20g tikus 400g marmot

l5Kg kelinci

20Kg kucing

40Kg kera

120Kg anjing

70Kg manusia

20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879

200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560

400 g marmot

008 057 10 225 24 52 102 315

l5Kg kelinci

004 025 044 10 106 24 45 142

20Kg kucing

003 023 042 092 10 22 41 130

40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61

120Kg anjing

0008 006 010 0022 024 052 10 31

70Kg manusia

00026 0018 0031 007 0013 016 032 10

71

Lampiran 4

Foto Penelitian

Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)

72

Lampiran 5

Data Hasil Penelitian

Kelompok Kontrol

Pre test Post test Pre test Post Test

752 647 769 694

779 670 773 664

745 660 803 653

769 643 817 677

783 653

786 684

Kelompok Perlakuan

Pre Test Post test

412 391

436 412

442 425

425 401

453 436

466 442

432 405

456 432

470 453

476 463

Page 42: PEMBERIAN INJEKSI GLUTATION INTRAPERITONEAL

24

Latihan fisik berat jangka panjang berkaitan dengan cedera serat

ototKerusakan yang terjadi berhubungan dengan intensitas durasi dan tipe

latihan Ketika cell death terbentuk jaringan nekrotik dibuang oleh sel fagosit

sel satelit teraktivasi menuju ke area yang cedera menjadi myoblast dan

selanjutnya menjadi serat otot Enzim otot yang dilepaskan tidak sepenuhnya

merefleksikan kerusakan struktural yang diperkirakan oleh analisis histologis

Perubahan penanda biologis cedera otot (seperti aktifitas kreatin kinase (CK)

lactate dehydrogenase (LDH) atau konsentrasi malondialdehyde di plasma

(MDA)) sering diperiksa selama overtraining Serum aktivitas CK dan

konsentrasi MDA plasma dapat gagal meningkat saat overtraining perubahan

parameter biokimia hanya merefleksikan otot dengan beban berlebih Setelah

olahraga yang lama pro-inflammatory cytokines diproduksi lokal pada otot

skeletal

Tanda dan gejala fisik latihan fisik berlebih (overtraining)

- Denyut jantung atau nadi yang meningkat saat istirahat

- Tidak toleransi terhadap latihan

- Penampilan yang menurun

- Penurunan berat badan berkurangnya massa otot tidak nafsu makan

- Kelelahan chronic fatigue lethargy

- Nyeri dan kerusakan otot nyeri sendi

- Mudah terserang flu pembengkakan kelenjar getah bening di leher

selangkangan dan ketiak

- Konstipasi atau diare

25

- Gangguan haid gangguan makan gangguan tidur

- Sakit kepala gangguan pencernaan

- Pemulihan yang berlangsung lambat setelah latihan

- Sendi otot tendon terasa kaku dan sakit

Tanda dan gejala psikologis

- Lelah capek kekurangan tenaga

- Insomnia sakit kepala tidak mampu untuk beristirahat

- Depresi gelisah cemas apatis

- Menurunnya kepercayaan diri

- Menurunnya kemampuan untuk berkonsentrasi

- Mudah stress

Efek biokimia dari Latihan Fisik Berlebih

- Meningkatnya serum kortisol dan SHBG

- Menurunnya serum total dan free testosterone rasio testosteron kortisol

- Menurunnya glikogen otot

- Menurunnya serum hemoglobin besi dan ferritin

Faktor yang mempengaruhi terjadinya overtraining

- Jetlag

- Bekerja terlalu keras

- Menstruasi

- Nutrisi gaya hidup yang buruk

- Kurang istirahat

- Terlalu banyak mengkonsumsi alkohol

26

- Kurangnya kemampuan mengatasi stress

Penanganan overtraining atau Latihan Fisik berlebih

- Massage

Massage pada jaringan dalam dapat melepaskan otot yang tegang

mempertahankan keseimbangan sistem muskulo-skeletal Pemijatan atau

massage yang teratur dapat membantu mencegah cedera yang mungkin

terjadi karena overuse

- Menggunakan roller busa

Penggunaan roller busa memungkinkan kita dapat melakukan massage

atau pemijatan sendiri Kita dapat juga memakai yang berbentuk bola atau

bola tenis untuk membantu menghilangkan rasa sakit Pemijatan ini dapat

dilakukan di tungkai lutut hamstring bahu punggung atau otot atau sendi

manapun

- Terapi suhu kontras

Air pancuran hangat dan dingin bergantian menstimulasi tubuh untuk

pulih lebih cepat Otot membawa impuls yang terasa pada kulit bagian

dalam tubuh di mana terjadi stimulasi sistem imun memperbaiki sirkulasi

dan pencernaan mempengaruhi produksi hormon stress meningkatkan

aliran darah mengurangi sensitivitas nyeri

- Pengaturan makanan

Membantu proses pemulihan penting untuk mengkonsumsi makanan

tinggi karbohidrat protein dan lemak sehat seperti Omega 3 omega 6

omega 9 asam lemak esensial Karbohidrat memberikan sumber tenaga

27

pada tubuh dan otak asam lemak esensial membantu mengurangi depresi

memperbaiki pemulihan protein akan membangun kembali otot yang

mengalami overtraining

- Mengkonsumsi vitamin

Ketika terjadi overtraining suplementasi sangat menguntungkan Vitamin

dan suplementasi mineral sebaiknya dikonsumsi pagi hari bersama dengan

makanan untuk penyerapan yang lebih baik

Defisiensi Vitamin yang biasa terjadi

- Vitamin A (Beta-Caroten)

- Vitamin B kompleks vitamin B12

- Vitamin C D E K

- Asam Folat

Defisiensi Mineral yang biasa terjadi

- Calcium

- Chromium

- Copper Iodine Iron

- Magnesium Fosfor

- Potassium

- Sodium

- Sulfur

- Zinc

28

25 Antioksidan

Radikal Bebas merupakan senyawa reaktif yang secara alami diproduksi

oleh tubuh manusia Radikal Bebas memberikan efek positif atau efek negatif

Untuk membatasi efek negatif tersebut dibutuhkan kompleks proteksi ndash sistem

antioksidan Sistem ini terdiri dari enzim antioksidan (katalase glutation

peroksidase superoksid dismutase) dan antioksidan non enzimatik ( vitamin E-

tokoferol vitamin A- retinol vitamin C- asam askorbat) Keseimbangan antara

produksi radikal bebas dan pertahanan antioksidan menunjukkan tingkat stress

oksidatif yang mungkin terlibat dalam proses penuaan dan pada beberapa

patologi (misalnya kanker Parkinson) (Winarsi 2007)

Latihan fisik juga meningkatkan stress oksidatif dan menyebabkan

gangguan homeostasis Latihan memberikan efek positif dan efek negatif

tergantung dari beban latihan spesifikasi latihan dan tingkat basal latihan Stress

oksidatif terlibat dalam terjadinya muscular fatigue dan mengarah ke

overtraining

Definisi antioksidan menurut Cadenas adalah suatu senyawa yang apabila

terdapat dalam jumlah yang lebih banyak dibanding senyawa yang teroksidasi

secara signifikan dapat menunda atau mencegah proses oksidasi senyawa tersebut

(Cadenas 2002) Secara kimia antioksidan adalah senyawa pemberi electron

Secara biologis antioksidan adalah senyawa yang mampu menangkal dan

meredam dampak negative oksidan dalam tubuh Antioksidan mendonorkan satu

elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa oksidan tersebut dapat

dihambat (Winarsi 2007)

29

Penting sekali keseimbangan antara oksidan dan antioksidan karena

berfungsi menjaga integritas dan berfungsinya membrane lipid protein sel dan

asam nukleat Senyawa asam lemak tak jenuh penyusun membrane lipid sangat

sensitive terhadap perubahan keseimbangan antara oksidan dan antioksidan

Menurut mekanisme kerjanya antioksidan dikelompokkan atas 3 yaitu

1 Antioksidan primer SOD katalase glutation peroksidase (GSH-Px)

Bekerja pembentukan senyawa radikal bebas yang telah terbentuk menjadi

molekul yang kurang aktifSedangkan antioksidan primer yang dapat

ditambahkan dari luar seperti glutation asam lipoat SOD melatonin

2 Antioksidan sekunder vitamin E vitamin C beta karoten flavonoid asam

urat albumin (Soewoto 2001)

Merupakan antioksidan eksogenous atau non enzimatis (Winarsi 2007)

Bekerja dengan cara memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal bebas

atau dengan cara menangkapnya

3 Antioksidan tertier meliputi system enzim DNA-repair dan metionin

sulfoksida reduktase Berfungsi dalam perbaikan biomolekuler yang rusak

akibat reaktivitas radikal bebas

26 Glutation sebagai antioksidan

Glutation merupakan tripeptida yang terdiri dari asam amino glutamat

sistein dan glisin (Cadenas 2002)Ikatan glutamat ndash sistein merupakan ikatan

isopeptida antara grup γ-karboksil dari glutamat dan grup α amino dari

sisteinIkatan unik ini membuat gluation tahan terhadap degradasi oleh proteases

30

dan peptidases yang berfungsi pada peralihan proteinMerupakan suatu

antioksidan yang mencegah kerusakan komponen seluler oleh reactive oxygen

species seperti radikal bebas dan peroksidGlutation bukan nutrisi esensial karena

disintesa di dalam tubuh dari asam amino L-sistein L-glutamic acid dan glycine

Gambar 21 Struktur GSH dan GSSG

Glutation terdapat pada sebagian besar sel tubuh tetapi terbanyak terdapat

di dalam hati Grup thiol (SH) dari sistein berfungsi sebagai donor proton dan

bertanggungjawab untuk aktifitas biologis glutation Provisi asam amino ini

merupakan faktor yang terbatas dalam sintesis glutation oleh sel karena sistein

relatif jarang pada makanan Apabila dilepaskan sebagai asam amino bebas

sistein adalah toksik dan secara spontan dikatabolisasi di saluran pencernaan dan

plasma darah

Glutation disintesis dalam 2 tahap

1 Gamma-glutamylcysteine disintesa dari L-glutamate dan sistein melalui enzim

gamma-glutamylcysteine sintetase (glutamate cysteine ligase GCL)

31

2 Glisin ditambahkan pada C-terminal dari gamma-glutamylcysteine melalui

enzim glutation sintetase

261 Fungsi Glutation

Glutation terdapat dalam bentuk tereduksi (GSH) dan teroksidasi (GSSG)

Grup thiol dari sistein mampu memberikan donor elektron ke molekul lain yang

tidak stabil seperti Reactive Oxygen Species (ROS) Pada saat mendonorkan

elektronnya glutation menjadi reaktif dan segera bereaksi dengan glutation reaktif

lainnya membentuk glutation disulfide (GSSG)Reaksi mungkin terjadi apabila

terdapat konsentrasi yang cukup tinggi di sel (sampai 5mm di hati) GSH dapat

terbentuk kembali dari GSSG oleh enzim glutation reduktase Pada sel atau

jaringan yang sehat terdapat lebih 90 dari total simpanan glutation terdapat

dalam bentuk tereduksi (GSH) dan kurang dari 10 dalam bentuk disulfide

(GSSG)

GSH ---- GSSG

Eliminasi ROS Menjaga protein thiols Antioxidant

dalam bentuk reduksi pools

Gambar 22 GSH Redox (Cadenas 2002)

GSH Redox merupakan indikator sentral keseimbangan antara stress

oksidatif dan system antioksidan GSH Redox berkaitan dengan detoksifikasi

Reactive Oxygen Species (ROS) berfungsi dalam mempertahankan tersedianya

antioksidan mempertahankan protein thiol dalam bentuk reduksi Rasio

32

GSHGSSG sering dipakai untuk mengekspresikan keseimbangan redox ini

Peningkatan rasio GSH-GSSG merupakan indikasi adanya Stress Oksidatif

(Goldman 2003)

Glutation mempunyai beberapa fungsi (Winarsih 2007)

- Sebagai antioksidan endogen mayor yang diproduksi oleh sel berpartisipasi

langsung pada netralisasi radikal bebas dan senyawa oksigen reaktif

mempertahankan antioksidan eksogen seperti vitamin C dan E pada bentuk

tereduksi (aktif)

- Pengaturan siklus nitric oxide yang sangat penting untuk kehidupan tetapi

dapat menjadi masalah apabila tidak teregulasi Digunakan untuk reaksi

metabolism dan biokimia seperti sintesis dan perbaikan DNA sintesis protein

sintesis prostaglandin transport asam amino dan aktivasi enzim Tiap sistem

di dalam tubuh kita dapat dipengaruhi oleh sistem glutation khususnya sistem

imun sistem saraf sistem gastrointestinal dan paru

Gambar 23 Detoksifikasi Lipid Hydroxyperoxides di usus halus

33

GSH yang ditransportasikan kedalam lumen digunakan untuk detoksifikasi

peroksid yang terbentuk dari makanan oleh glutation peroksidase (GSH Px)

Proses ini membutuhkan peroksid dan glutation yang tersedia di sel epitel GSSG

yang terbentuk direduksi kembali menjadi GSH oleh GSSG reduktase (GSSG

Rx) menggunakan NADPH sebagai reduktan

262 Suplementasi Glutation

Meningkatkan level GSH melalui suplementasi glutation langsung sulit

Penelitian terakhir menyatakan bahwa secara oral tidak diabsorpsi baik melalui

saluran pencernaan Studi mengenai konsumsi oral akut glutation dengan dosis

sangat besar 3 gram Witschi dan tim menemukan lsquoadalah tidak mungkin

meningkatkan glutation yang bermanfaat secara klinis dengan dosis tunggal 3

gram glutationrsquo

Glutation terdapat pada makanan sehari-hari sampai 150mghari dapat

diabsorpsi melalui intak di usus halus Individu sehat dengan asupan sulfur asam

amino (1-2 gramhari) jumlah GSH mungkin tidak cukup untuk mendapatkan

efek penting secara sistemik Individu dengan asupan sulfur asam amino yang

terbatas suplementasi GSH diperlukan untuk mempertahankan suplai GSH

sistemik dengan memperbaiki keseimbangan sulfur asam amino (Cadenas 2002)

Glutation hanya diabsorpsi di sel epitel oral dan traktus gastrointestinal

dan memberikan keuntungan kesehatan spesifik pada jaringan tersebut(Cadenas

2002)

34

SUPLAI HILANG

Makanan suplemen Degradasi

GSH

Empedu LUMINAL Uptake

Epitel Reaksi Detoksifikasi

Gambar 24 Supply dan Removal Glutation dalam lumen usus halus (Cadenas 2002) Glutation (GSH) disuplai ke dalam lumen intestinal melalui konsumsi oral

empedu dan sekresi epitel intestinal Jumlah yang disuplai dari empedu cukup

untuk mempertahankan jumlah 200microM pada tikus tetapi tidak cukup pada

manusia yang mengalami degradasi di duktus kantung empedu Jumlah yang

dikonsumsi melalui makanan bervariasi dan secara umum kurang dari 200 microM

Jumlah yang diberikan melalui epitel hanya sekitar 10 atau kurang

dibandingkan dengan yang disediakan oleh empedu Hilangnya Glutation karena

degradasi oleh γ-glutamyltranspeptidase dan dipeptidases pada permukaan sel

epitel ditransportasikan ke dalam sel oleh mekanisme sodium-dependent dan

sodium-independent konjugasi dengan elektrofil reaktif dikatalisasi oleh

glutathione-S transferase mucus (Cadenas 2002)

Vitamin D meningkatkan level glutation di otak dan tampaknya sebagai

katalis untuk produksi glutation Sejumlah vitamin D aktif di otak berikatan

dengan seberapa besar vitamin D3 baik melalui suplemen atau dibentuk di kulit

melalui paparan matahariHal ini menyatakan bahwa mengkonsumsi vitamin D

35

dan atau mendapat cukup paparan matahari meningkatkan produksi glutation

(Sellman 2009)

Konsentrasi glutation di plasma dan hati dapat ditingkatkan dengan

mengkonsumsi suplemen tertentu yang disebut GSH precursors N-asetilsistein

atau NAC glutation precursor yang paling memungkinkan Suplemen lain S-

adenosilmetionin (SAMe) dan whey protein juga dapat meningkatkan glutation

dalam sel (Sellman 2009)

NAC tersedia dalam bentuk obat dan sebagai suplemen generik Alpha

lipoic acid juga dapat mempertahankan glutation intraselular Melatonin dapat

menstimulasi enzim yang berkaitan glutation peroksidase dan silimarin ekstrak

dari biji tanaman milk thistle (Silybum marianum) juga mempunyai kemampuan

memperbarui level glutation

Glutation diatur dengan ketat di intraseluler dan dibatasi produksinya oleh

feedback negative inhibisi sintesisnya sendiri melalui enzim gamma-

glutamilsistein sintetase sehingga meminimalisir kemungkinan terjadinya

overdosis Penambahan glutation menggunakan precursor atau glutation intravena

adalah strategi untuk mengatasi defisiensi glutation stress oksidatif tinggi

defisiensi imun

Glutation yang rendah menunjukkan adanya pembuangan dan

keseimbangan negatif nitrogen seperti pada kanker AIDS sepsis trauma

terbakar dan bahkan atlet overtraining Suplementasi glutation dapat

memperbaiki proses ini dan contohnya pada AIDS memberi hasil adanya

perbaikan survival rates Bagimanapun studi mengenai kondisi ini belum dapat

36

membedakan glutation rendah sebagai akibat secara akut (pada pasien sepsis) atau

secara kronis (HIV) meningkatkan stress oksidatif dan peningkatan patologi

sebagai akibat defisiensi yang sudah ada sebelumnya

Skizofrenia dan gangguan bipolar berhubungan dengan glutation yang

rendah Stress oksidatif mungkin salah satu faktor dasar patofisiologi gangguan

bipolar gangguan depresif mayor dan skizofrenia Glutation (GSH) adalah

pemakan radikal bebas mayor di otakTidak adanya GSH meningkatkan

kerentanan sel terhadap stress oksidatif ditandai asetilsistein dapat mengurangi

gejala kedua gangguan tersebut

Glutation merubah level stress oksidatif pada sel yang diisolasi di

laboratorium sehingga dapat mengurangi perkembangan kanker Tes ini tidak

dilakukan pada manusia

Glutamat yang berlebihan di sinaps yang dapat dilepaskan pada kondisi

seperti cedera otak dapat menghambat pengambilan sistein senyawa pembentuk

glutation yang pentingTanpa proteksi dari cedera oksidatif oleh glutation sel-sel

dapat rusak atau mati (Sellman 2009)

Glutation juga mempunyai fungsi lain sebagai berikut (Sellman 2009)

Mencerahkan kulit

Mencegah menghilangkan jerawat dan bekas jerawat

Menghilangkan noda hitam

Anti aging dan anti kerut

Memberi nutrisi kulit

Membantu pemulihan luka

37

Membuat kulit menjadi halus segar dan bersinar

Kondisi kesehatan yang berhubungan dengan defisiensi glutation

Peningkatan proses penuaan

Kesulitan dalam keseimbangan

Gangguan mental

Masalah koordinasi

Gangguan sistem saraf

Akhir-akhir ini dipercaya sebagai penyebab lesi otak

Kanker HIV Katarak Diabetes Mellitus

Jumlah sperma yang rendah

263 Glutation Precursor (Sellman 2009)

Glutation Precursor disebut juga sebagai building-block dari glutation

yaitu N-asetilsistein atau NAC dan whey protein tidak terdenaturasi

Nasetilsistein adalah obat farmasi yang biasa digunakan bertahun-tahun untuk

mengobati overdose asetaminofen Hal ini sangat efektif ketika diberikan dalam

dosis besar di ruang darurat ketika seseorang akan mengalami gagal hati karena

overdosis asetaminofen komposisi aktif dari Tylenol

Efek sampingnya adalah bercak-bercak kemerahan bersin mual

anafilaksis reaksi alergi yang berupa kesulitan bernafas karena bronkospasme

tekanan darah menurun angioedema muntah kram diare Walaupun jarang

kematian pernah dilaporkan karena N-asetilsistein Beberapa orang mendapatkan

rasa dan bau yang tidak dapat diterima karena kandungan sulfur di dalamnya

38

Pengggunaan teratur untuk menaikkan kadar glutation tidak direkomendasikan

untuk anak-anak dan bayi Masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk

menentukan keamanan N-asetilsistein untuk penggunaan jangka panjang

Whey protein tidak terdenaturasi merupakan nutraceutical atau medicinal

foodSenyawa ini memberikan ikatan sistein ke sel-sel di mana glutation dapat

terbentuk di tempat tersebut

Beberapa kondisi yang tidak dapat mengkonsumsi whey protein

- Pasien dengan alergi protein susu

- Pasien dengan diet rendah protein

- Pasien yang sedang menjalani terapi imunosupresif

Efek sampingnya adalah kembung perut kram urtikaria Efek samping

karena overdosis tidak terjadi karena sel hanya membuat sebatas yang dibutuhkan

apabila berlebih kelebihan disimpan di hati dan ginjal sampai suatu saat kalau

dibutuhkan

264 Sumber Glutation dari makanan

Sumber glutation dari makanan yang disarankan adalah asparagus bayam

brokoli bawang putih kale bawang watercress kol Brussel sprout beberapa

bumbu seperti kunyit kayu manis semangka alpukat anggur peach jeruk

walnut granola daging kalkun dan daging ayam keju cottage dan yoghurt

39

Tabel 21 Makanan yang mengandung Glutation (Cadenas2002)

GSH Food Group mg100 g mgsaji Buah segar Apel 33 46 Pisang 41 48 Anggur 79 146 Jeruk 73 106 Semangka 66 283 Sayuran segar Asparagus dimasak 283 263 Alpukat 277 313 Brokoli dimasak 91 78 Wortel mentah 79 59 Tomat 90 109 Daging Hamburger 175 149 Ham rebus 233 13 Ayam digoreng 131 134 Sereal biji-bijian Cornflakes 00 00 Roti whole wheat 12 06 Roti putih 00 00 Nasi putih enriched dimasak 16 21 Produk Susu Susu whole 00 00 Keju Amerika 00 00 Yoghurt plain lowfat 00 00 Es krim 10 lemak 00 00

40

BAB III

KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

31 Kerangka Berpikir

Faktor penyebab penuaan antara lain faktor internal dan faktoreksternal

Faktor internal meliputi radikal bebas glikosilasi metilasi hormon yang

berkurang apoptosis system kekebalan tubuh yang menurun genetik Faktor

eksternal meliputi gaya hidup tidak sehat polusi lingkungan stress kemiskinan

kebiasaan yang salah olahraga berlebihan (overtraining) Berbagai faktor di atas

menyebabkan terjadinya penurunan fungsi tubuh dan terjadilah penuaan

Kerangka konsep penelitian berdasarkan teori bahwa salah satu penyebab

penuaan adalah radikal bebas Bila jumlah radikal bebas melebihi jumlah

antioksidan di dalam tubuh terjadilah stress oksidatif Radikal bebas dapat

merusak membran sel protein DNA dan berakibat fatal bagi kelangsungan hidup

sel jaringan Stress oksidatif yang berlangsung lama akan mengakibatkan

terjadinya penumpukan hasil kerusakan oksidatif di dalam sel dan jaringan

selanjutnya sel dan jaringan tersebut akan kehilangan fungsinya dan akhirnya

mati

Olahraga berlebih meningkatkan stress oksidatif karena terdapat

peningkatan konsumsi O2 oleh aktivitas otot skeletal Oksigen juga dapat bersifat

toksik yang dapat memicu peningkatan Reactive Oxygen Species (ROS)Organ

yang tidak mendapat cukup oksigen dan nutrisi menjadi iskemik dan terjadi

kerusakan mikrovaskular (Reperfusion Injury) memicu peningkatan radikal

40

41

bebas Dengan pemberian antioksidan Glutation yang merupakan antioksidan

master diharapkan dapat mencegah kerusakan lebih lanjut yang diakibatkan oleh

radikal bebas dengan cara melindungi sel dari Reactive Oxygen Species (ROS)

dan dapat dilihat melalui parameter MDA yang mengalami penurunan

32 Konsep Penelitian

Konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Gambar 31 Konsep Kadar MDA pada tikus yang diberikan Pelatihan Fisik Berlebih+ Placebo dan Pelatihan Fisik Berlebih + Glutation

FAKTOR INTERNAL

- Jenis Kelamin

- Usia

- Genetik

- Hormon

- Psikologis

FAKTOR EKSTERNAL

- Makanan

- Cuaca iklim

- Penyakit

- Exercise

GLUTATION

TIKUS

KADAR MDA

42

33 Hipotesis

Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan kadar MDA

tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

43

BAB IV

METODE PENELITIAN

41 Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksterimental dengan rancangan

randomized pre test-post test control group design (Poccock et al 2008)

Subyek terdiri dari 2 kelompok yaitu

1 Kelompok 1 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+ Placebo

2 Kelompok 2 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation

Semua kelompok sebelum perlakuan diberikan pre test (O1 O3) dan

dihitung rerata untuk masing-masing kelompok

Setelah perlakuan semua kelompok diberikan post test (O2 O4) dan

dihitung rerata untuk masing-masing kelompok

Kemudian dihitung perbedaan rerata antara pre test dan post test dari

masing-masing kelompok lalu hasil perbedaan tersebut dibandingkan secara

statistik

Gambar 41 Rancangan Penelitian

P S

43

R R

O1 P1 O2

O3 P2 O4

44

Keterangan

P = populasi

S = sampel

R = random

O1 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah mendapatkan

pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan placebo (pre test)

O2 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah diberikan pelatihan

fisik berlebih setelah diberikan placebo (post test)

O3 = observasi data MDA kelompok perlakuan setelah diberikan

pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan Glutation (pre test)

O4 = observasi data MDA kelompok perlakuan diberikan pelatihan fisik

berlebih setelah diberikan Glutation (post test)

P1 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih+ placebo

P2 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation

42 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran

Universitas Udayana pada bulan Januari ndash Maret 2012 Pemeriksaan MDA darah

tikus dikerjakan di bagian Program Antar Unit Universitas Gajah Mada

Jogyakarta

45

43 Populasi dan Sampel

431 Populasi

Subyek penelitian adalah tikus jantan dewasa galur Wistar yang berusia 2-

25 bulan dan dalam kondisi fisik sehat

432 Kriteria Sampel

4321 Kriteria Inklusi

Kriteria Inklusi yang ditetapkan sebagai sampel adalah sebagai berikut

a Tikus jantan dewasa galur Wistar

b Umur 2-25 bulan

c Berat badan plusmn200 gram

d Sehat

e MDA ge 5mmollt

4322 Kriteria Drop Out

Adalah sampel yang mati pada waktu penelitian

433 Besar Sampel

Besar sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini dihitung berdasarkan

rumus Poccock (2008)

Angka μ1 (5) dan μ2 (12) didapatkan dari penelitian sebelumnya (Ji 1998)

n=

46

= asymp 7

Keterangan

n = jumlah sampel

σ = standar deviasi kelompok perlakuan dengan pemberian

glutation (15)

f ( ) = besarnya didapat dari tabel (Poccock 2008)

μ1 = rerata hasil MDA pada kelompok perlakuan sesudah

pemberian glutatioacuten (5)

μ2 = rerata hasil MDA pada kelompok pre test (12)

Jadi jumlah sampel (n) = 675 dan ditambah 3 ekor tikus untuk masing-

masing kelompok sebagai cadangan Jadi total 20 ekor tikus dengan 10

ekor tikus untuk masing-masing kelompok

434 Teknik Pengambilan Sampel

Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat

sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi diambil secara acak

sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi

2 kelompok yaitu kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+placebo kelompok

dengan pelatihan fisik berlebih + glutation

47

44 Variabel Penelitian

441 Klasifikasi Variabel

Variabel penelitian dibedakan menjadi

1 Variabel Bebas dosis pemberian glutation

2 Variabel Tergantung kadar MDA

3 Variabel Terkendali varian tikus jantan (galur wistar) jenis

kelamin umur berat badan lingkungan

(pencahayaan suhu kelembaban nutrisi

kandang)

Gambar 42 Bagan Hubungan Antar Variabel

VARIABEL BEBAS

- Pelatihan fisik berlebih

- Glutation 37mg kgBBhari

VARIABEL TERGANTUNG

KADAR MDA

VARIABEL TERKENDALI

Varian tikus

Jenis kelamin umur berat badan

Pencahayaan suhu kelembaban nutrisi kandang

Makanan minuman

48

442 Definisi Operasional Variabel

1 Pelatihan fisik berlebih pada tikus adalah pelatihan yang berlebihan

yang diukur berdasarkan kemampuan maksimal berenang tikus pada

ember berdiameter 35 cm dengan kedalaman air 20 cm yang

dilakukan 60 menithari selama 35 hari pada waktu yang sama pada

suhu 32 derajat (Binekada 2002 dan Pepe2011)

2 Glutation yang diberikan adalah Glutation Teofarma injeksi sediaan

600mg 4 ml Dosis pemberian Glutation adalah pemberian sediaan

antioksidan Glutation dalam bentuk suntikan intraperitoneal yang

diberikan 1x sehari dan diberikan 6 jam sebelum pelatihan fisik

berlebih Dosis pemberian Glutation mengacu pada penelitian yang

dilakukan sebelumnya oleh Ji L L yaitu 37mgkgBBhari yang

dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril secara intraperitonial

3 MDA merupakan salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada

membran sel dan merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan

oleh radikal bebas Pengukuran kadar MDA menggunakan metode

Thiobarbituraic Acid Reactive Substances (TBARS) Pembacaan hasil

dengan menggunakan spektrofotometer Satuan MDA dalam mmoll

4 Cahaya suhu dan kelembaban merupakan kondisi lingkungan yang

dialami tikus jantan dewasa Pada penelitian ini kondisi lingkungan

selama percobaan dibuat sama

5 Berat badan tikus adalah berat badan yang ditimbang dengan

timbangan gram

49

6 Umur tikus adalah umur yang ditentukan dengan melihat tanggal

kelahiran yang dicatat pada kandang percobaan

7 Kondisi peneliti yang meliputi kesehatan fisik dan psikis peneliti

Penelitian dilaksanakan saat kondisi peneliti dalam keadaan baik

sehingga pengaruhnya terhadap hasil penelitian dapat diabaikan

45 Bahan dan Alat Penelitian

451 Bahan Penelitian

Glutation injeksi

Tikus jantan

Makanan tikus berupa pellet dan air minum dari air ledeng

Aquades steril

EDTA (Ethylenediamine tetraacetic acid)

Reagensia untuk pengukuran kadar MDA

452 Alat Penelitian

Alat yang dipakai dalam pengambilan data penelitian ini adalah

- Kandang tikus terbuat dari besi yang di dalamnya terdapat sekam dan

botol minuman

- Ember berdiameter 35 cm dan kedalaman air 20 cm

- Stopwatch

- Timbangan

- Spuit injeksi 1 ml

50

- Sarung tangan

- Kapas dan alkohol 70

- Tabung Evendorf

- Mikropipet

- Pipet kapiler

- Sentrifugasi

46 Prosedur Penelitian

1 Tikus jantan dewasa (Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan

berat badan plusmn200gram dilakukan aklimatisasi selama 2 minggu di

tempat penelitian untuk penyesuaian dengan lingkungan

2 Semua sampel tikus diberi perlakuan yang sama yaitu diberikan

pelatihan fisik berlebih dengan cara berenang sampai kelelahan pada

hari ke 7 kedua kelompok tersebut dilakukan pemeriksaan MDA

3 Mulai hari ke 8 ndash 35 sampel tikus yang berjumlah 20 ekor dibagi atas 2

kelompok di mana kelompok 1(kontrol) diberikan pelatihan fisik

berlebih + injeksi aquabidest intraperitoneal enam jam sebelum

perlakuan aktifitas berlebih kelompok ke 2 (perlakuan) diberikan

pelatihan fisik berlebih + injeksi intraperitoneal glutation 37

mgkgBBhari yang sudah dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril

4 Pada hari ke 35 dilakukan pemeriksaan kadar MDA pada masing-

masing tikus setelah bulu tikus kering

51

5 Selama penelitian hewan coba diberikan makanan dan minuman secara

teratur kebersihan dan kenyamanan kandang dijaga

461 Alur Penelitian

TIKUS ADAPTASI 2 MINGGU

PELATIHAN FISIK BERLEBIH 1 MINGGU

MDA

KELOMPOK 1 KELOMPOK 2

PELATIHAN FISIK BERLEBIH PELATIHAN FISIK BERLEBIH

+ AQUABIDEST (28 hari) +GLUTATION 37mgkgBBhari

28 HARI 28 HARI

MDA

Gambar 43 Bagan Alur Penelitian

462 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium

Pemantauan keselamatan tikus jantan (galur Wistar) di laboratorium

(Smith et al1988 Ngatidjan 2006) adalah sebagai berikut

1 Kandang tikus jantan harus cukup kuat tidak mudah rusak teratur dibersihkan

(1x seminggu) mudah dipasang kembali hewan tidak mudah lepas tahan

52

gigitan hewan kelihatan jelas dari luar Alas tempat tidur terbuat dari serbuk

gergaji atau sekam padi agar mudah menyerap air

2 Luas lantai yang memadai untuk tikus jantan dengan berat badan plusmn200 gram

adalah 60cm persegi dan tinggi 20 cm

3 Diciptakan suasana lingkungan yang stabil dan sesuai keperluan fisiologi tikus

jantan di mana kelembaban suhu pertukaran udara yang ekstrim harus

dihindari

4 Hewan coba hendaknya diperlakukan dengan kasih sayang

47 Pengolahan dan Analisis Data

Analisis data yang digunakan adalah

1 Analisis Deskriptif

2 Uji normalitas data dilakukan dengan tes Shapiro-Wilk Distribusi data

normal dengan nilai pgt005

3 Uji homogenitas dilakukan dengan Lavenersquos Test Data dinyatakan

homogen dengan nilai pgt005

4 Karena data berdistribusi normal dan homogen maka untuk uji

komparabilitas dipakai

- Uji t independent untuk membandingkan rerata kadar MDA antar

kelompok

- Uji Paired T- Test untuk membandingkan rerata kadar MDA pre

dan post masing-masing kelompok

- Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau

dinyatakan berbeda bila plt005

53

BAB V

HASIL PENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 20 ekor tikus jantan dewasa

(Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan berat badan plusmn200 gram sebagai

sampelyang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah 10 ekor

yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dankelompok

perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) Dalam penyajian hasil ini diuraikan

uji normalitas data uji homogenitas data uji komparabilitas dan uji efek

perlakuan

51 Uji Normalitas Data

Data Kadar MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan

pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji

Shapiro-Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005)

disajikan pada Tabel 51

53

54

Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing Kelompok Sebelum

dan Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Perlakuan n p Keterangan

Kadar MDA kontrol pre

Kadar MDA perlakuan pre

Kadar MDA kontrol post

Kadar MDA perlakuan post

10

10

10

10

0965

0550

0975

0697

Normal

Normal

Normal

Normal

52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok

Data Kadar MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun

sesudah perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test

Hasilnya menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52

Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA Sebelum dan

Sesudah Perlakuan

Variabel F p Keterangan

Kadar MDA pre

Kadar MDA post

0016

0592

0901

0452

Homogen

Homogen

53 Kadar MDA

531 Uji komparabilitas

Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata kadar MDA

antar kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan

55

glutation Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada

Tabel 53 berikut

Tabel 53

Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata

Kadar MDA

SB T P

Aktivitas berlebih dan

placebo

Aktivitas berlebihdan

glutathion

10

10

518

529

028

029

089 0386

Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok

kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 518028mmoll dan rerata

kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 529029mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 089 dan nilai

p = 0386 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan

berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya tidak berbeda secara

bermakna (p gt 005)

532 Analisis efek perlakuan

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kadar MDA antar

kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation

56

Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54

berikut

Tabel 54 Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata

Kadar MDA

SB T P

Aktivitas berlebih dan

placebo

Aktivitas berlebihdan

glutathion

10

10

778

444

023

017

3672 0001

Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok

kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata

kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 444017mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 3672 dan nilai

p = 0001 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan

berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya berbeda secara

bermakna (p lt 005)

57

Gambar 51 Perbedaan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

533 Analisis Komparasi Sebelum dengan Sesudah Perlakuan

Analisis komparasi diuji berdasarkan rerata kadar MDA antara sebelum

dengan sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation Hasil

analisis kemaknaan dengan uji t-paired disajikan pada Tabel 55 berikut

Tabel 55 Analisis KomparasiKadar MDA antara Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Kelompok Beda Rerata

pre ndash post p Keterangan

Aktivitas berlebih dan placebo

Aktivitas berlebih dan

glutathion

260

085

0001

0001

Meningkat

Menurun

58

Berdasarkan uji t-paired didapatkan bahwa ada penurunan kadar MDA

pada kelompok perlakuan secara bermakna sebesar 085mmoll sedangkan pada

kelompok kontrol mengalami peningkatan secara bermakna sebesar 260mmoll

59

BAB VI

PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian

Untuk menguji efek pemberian glutation terhadap penurunan kadar MDA

maka dilakukan penelitian terhadap 20 ekor tikus jantan dewasa (Galur Wistar)

sebagai sampel yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah

10 ekor yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dan

kelompok perlakuan (pelatihan fisik berlebih dan glutation)

62 Efek Pelatihan Fisik Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA

Hasil penelitian dan analisis data terhadap kadar MDA darah pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji

normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan homogenitas (Levenersquos test) pre-test dan post-

test masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)

Uji perbandingan 1 minggu pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan

injeksi antara kedua kelompok menggunakan uji t-independent Rerata kadar

MDA kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) adalah

518028mmoll dan rerata kelompok pelatihan fisik berlebih dan glutation

adalah 529029mmoll Analisis kemaknaan dengan uji t-independent

menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna kadar MDA darah antara

kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa

kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan injeksi rerata kadar MDAnya tidak

59

60

berbeda secara bermakna

Uji perbandingan setelah pemberian placebo dan glutation antara kedua

kelompok menggunakan t-independent Rerata kadar MDA kelompok kontrol

(aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata kelompok

perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) adalah 444017mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent antara kedua kelompok sesudah diberikan

placebo dan glutation menunjukkan perbedaan kadar MDA secara bermakna

(plt005) Hal ini berarti bahwa kelompok yang diberikan perlakuan berupa

placebo dan glutation 6 jam sebelum diberikan pelatihan fisik berlebih dengan

cara merenangkan selama 60 menit hari selama 35 hari rerata kadar MDA

berbeda secara bermakna Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh

untuk melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam

organ dan pembuluh darah (Giriwijoyo 2004)

Peningkatan kadar MDA sesudah diberikan pelatihan fisik berlebih pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan disebabkan karena pelatihan fisik

berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena terjadi peningkatan konsumsi

oksigen oleh aktifitas otot skeletal Stress oksidatif memicu peningkatan senyawa

oksigen reaktif Pada pelatihan fisik berlebih juga terjadi Reperfusion Injury yang

memicu terjadinya kerusakan jaringan dan peningkatan radikal bebas (Adiputra

2008) Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara menarik elektronnya

sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan sampai kematian sel

(Suryohudoyo 2000)

Pada penelitian ini didapatkan bahwa sesudah diberikan pelatihan fisik

61

berlebih dan placebo terjadi peningkatan kadar MDA sebesar 5024 Kadar

MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel (Winarsi

2007) Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pepe

(2011) bahwa pelatihan fisik berlebih meningkatkan kadar MDA Lebih lanjut

Murray et al (2000) juga menyatakan bahwa pelatihan fisik berlebih merangsang

respon biomarker stres oksidatif Sedangkan pada kelompok perlakuan yang

diberikan aktifitas berlebih dan glutation terjadi penurunan kadar MDA sebesar

1607 Terjadinya penurunan kadar MDA pada kelompok yang diberikan

glutation 6 jam sebelum melakukan pelatihan fisik berlebih disebabkan karena

pemberian antioksidan meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan

cara mendonorkan elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa

oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsi 2007) Glutation merupakan antioksidan

endogen yaitu antioksidan yang dapat disintesa dalam tubuh dari asam amino L-

sistein L-glutamat dan glisin (Cadenas 2002) yang juga sebagai master

antioksidan yaitu antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain

Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan

Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik (Hersh 2004) Glutation

merupakan salah satu antioksidan yang tidak dapat menjadi pro oksidan (Cadenas

2002) Normalnya sekali suatu antioksidan memakan radikal bebas antioksidan

ini menjadi teroksidasi sendiri dan menyerang sel yang sehat yang disebut

sebagai pro oksidan Glutation dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang

teroksidasi tersebut menjadi bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali

dalam memakan radikal bebas (Sellman 2009) Sehingga dengan demikian

62

glutation dapat membantu dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Urso

(2003) bahwa suplementasi antioksidan dapat mengatasi kondisi stress oksidatif

yang terjadi pelatihan fisik berlebih

Uji perbandingan antara data MDA pre dan post masing-masing kelompok

digunakan uji t-paired test Berdasarkan uji ini didapatkan hasil pada kelompok

perlakuan terjadi penurunan kadar MDA secara bermakna sebesar 085 mmollt

sedangkan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan kadar MDA secara

bermakna sebesar 260mmollt Terjadi penurunan kadar MDA pada kelompok

perlakuan menunjukkan pemberian antioksidan Glutation intraperitoneal dosis

37mgkgBBhari dapat mengatasi kondisi stress oksidatif yang terjadi pada

pelatihan fisik berlebih Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh

Urso (2003)

63

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

71 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan sebagai

berikut Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA

tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

72 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah

1 Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja glutation

yang lebih detail

2 Memperhatikan takaran latihan supaya tidak berlebihan yang justru akan

meningkatkan kerusakan sel

3 Perlu dilakukan uji klinis pada manusia

63

64

DAFTAR PUSTAKA

Adiputra N 2008Kesehatan Olah Raga Available from httpwwwbalihesgorgindexphpoption=com Accessed 2011 Oct 5th

Anonim 2011 Glutathione Available at

httpenwikipediaorgwikiGlutathione Accessed 2011 Oct 5th Anonim 2011 Overtraining Available at

httpwwwmarksdailyapplecomovertraining Accessed 2011 Oct5th

Asikin N 2001Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan InKursus Penyegaran dan Pelatihan Radikal bebas dan Antioksidan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta Fakultas Kedokteran UI

Bagiada NA 2001 Proses Penuaan dan Penanggulangannya Denpasar

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hal 22 Banerjee AK Mandal A Chanda D Chahraboti S 2003 Oxidant

Antioxidant and Physical ExerciseAvailable from httpwwwncbinlmnihgovpubmed14619981 accesed 2011 Sept 2nd

Binekada MC 2002 ldquoPelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Konsentrasi dan

Motilitas Spermatozoa Mencitrdquo(tesis) Denpasar Universitas Udayana

Cadenas E Jones PD 2002Bioavailability of Glutathione In Cadenas E

Packer L editorsHandbook of Antioxidants2nd Ed New York Marcel DekkerInc p549-564

Catala A 2006Lipid PeroxidationInt J Biochem Cell Biol 38 1482-1495 Dalle-DonneI Rossi R ColomboR Giustarini D Milzani

A2006Biomarkers of Oxidative Damage in Human Disease Available from httpwwwredorbitcomnewsscience473334biomarkersof oxidative damage in human diseaseindexhtmlaccessed2011 Sept 5th

Fouad T 2007 Free radicals Types Sources and Damaging Reaction

Relations Available from

64

65

wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th

Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th

Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112

Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors

ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their

Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69

Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan

Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th

Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz

R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155

Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester

Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th

Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala

T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200

Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and

Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders

66

Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana

LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia

Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647

Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from

httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit

Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK

Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620

Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji

Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah

Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009

Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan

Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132

Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde

Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521

Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley

Medical Publicationsp 123-141

Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI

Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable

from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer

67

Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole

Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam

Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI

Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam

Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya

Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan

Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47

Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant

Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th

Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan

Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105

68

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965

Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975

Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753

Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

69

Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan

Group Statistics

Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887

Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215

Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260

Perlakuan 10 42500 23348 07383

Independent Samples Test

Levenes Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df

Sig (2-

tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence Interval of the

Difference Lower Upper

Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428

Equal variances not assumed

-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429

Post1

Equal variances assumed 592 452 367

22 18 000 333700 09087 314608 352792

Equal variances not assumed

36722 16855 000 333700 09087 314515 352885

Post2

Equal variances assumed 906 354 264

19 18 000 239500 09066 220454 258546

Equal variances not assumed

26419 16265 000 239500 09066 220307 258693

70

Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis

(Laurence amp Bacharach 1964)

2g mencit 20g tikus 400g marmot

l5Kg kelinci

20Kg kucing

40Kg kera

120Kg anjing

70Kg manusia

20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879

200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560

400 g marmot

008 057 10 225 24 52 102 315

l5Kg kelinci

004 025 044 10 106 24 45 142

20Kg kucing

003 023 042 092 10 22 41 130

40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61

120Kg anjing

0008 006 010 0022 024 052 10 31

70Kg manusia

00026 0018 0031 007 0013 016 032 10

71

Lampiran 4

Foto Penelitian

Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)

72

Lampiran 5

Data Hasil Penelitian

Kelompok Kontrol

Pre test Post test Pre test Post Test

752 647 769 694

779 670 773 664

745 660 803 653

769 643 817 677

783 653

786 684

Kelompok Perlakuan

Pre Test Post test

412 391

436 412

442 425

425 401

453 436

466 442

432 405

456 432

470 453

476 463

Page 43: PEMBERIAN INJEKSI GLUTATION INTRAPERITONEAL

25

- Gangguan haid gangguan makan gangguan tidur

- Sakit kepala gangguan pencernaan

- Pemulihan yang berlangsung lambat setelah latihan

- Sendi otot tendon terasa kaku dan sakit

Tanda dan gejala psikologis

- Lelah capek kekurangan tenaga

- Insomnia sakit kepala tidak mampu untuk beristirahat

- Depresi gelisah cemas apatis

- Menurunnya kepercayaan diri

- Menurunnya kemampuan untuk berkonsentrasi

- Mudah stress

Efek biokimia dari Latihan Fisik Berlebih

- Meningkatnya serum kortisol dan SHBG

- Menurunnya serum total dan free testosterone rasio testosteron kortisol

- Menurunnya glikogen otot

- Menurunnya serum hemoglobin besi dan ferritin

Faktor yang mempengaruhi terjadinya overtraining

- Jetlag

- Bekerja terlalu keras

- Menstruasi

- Nutrisi gaya hidup yang buruk

- Kurang istirahat

- Terlalu banyak mengkonsumsi alkohol

26

- Kurangnya kemampuan mengatasi stress

Penanganan overtraining atau Latihan Fisik berlebih

- Massage

Massage pada jaringan dalam dapat melepaskan otot yang tegang

mempertahankan keseimbangan sistem muskulo-skeletal Pemijatan atau

massage yang teratur dapat membantu mencegah cedera yang mungkin

terjadi karena overuse

- Menggunakan roller busa

Penggunaan roller busa memungkinkan kita dapat melakukan massage

atau pemijatan sendiri Kita dapat juga memakai yang berbentuk bola atau

bola tenis untuk membantu menghilangkan rasa sakit Pemijatan ini dapat

dilakukan di tungkai lutut hamstring bahu punggung atau otot atau sendi

manapun

- Terapi suhu kontras

Air pancuran hangat dan dingin bergantian menstimulasi tubuh untuk

pulih lebih cepat Otot membawa impuls yang terasa pada kulit bagian

dalam tubuh di mana terjadi stimulasi sistem imun memperbaiki sirkulasi

dan pencernaan mempengaruhi produksi hormon stress meningkatkan

aliran darah mengurangi sensitivitas nyeri

- Pengaturan makanan

Membantu proses pemulihan penting untuk mengkonsumsi makanan

tinggi karbohidrat protein dan lemak sehat seperti Omega 3 omega 6

omega 9 asam lemak esensial Karbohidrat memberikan sumber tenaga

27

pada tubuh dan otak asam lemak esensial membantu mengurangi depresi

memperbaiki pemulihan protein akan membangun kembali otot yang

mengalami overtraining

- Mengkonsumsi vitamin

Ketika terjadi overtraining suplementasi sangat menguntungkan Vitamin

dan suplementasi mineral sebaiknya dikonsumsi pagi hari bersama dengan

makanan untuk penyerapan yang lebih baik

Defisiensi Vitamin yang biasa terjadi

- Vitamin A (Beta-Caroten)

- Vitamin B kompleks vitamin B12

- Vitamin C D E K

- Asam Folat

Defisiensi Mineral yang biasa terjadi

- Calcium

- Chromium

- Copper Iodine Iron

- Magnesium Fosfor

- Potassium

- Sodium

- Sulfur

- Zinc

28

25 Antioksidan

Radikal Bebas merupakan senyawa reaktif yang secara alami diproduksi

oleh tubuh manusia Radikal Bebas memberikan efek positif atau efek negatif

Untuk membatasi efek negatif tersebut dibutuhkan kompleks proteksi ndash sistem

antioksidan Sistem ini terdiri dari enzim antioksidan (katalase glutation

peroksidase superoksid dismutase) dan antioksidan non enzimatik ( vitamin E-

tokoferol vitamin A- retinol vitamin C- asam askorbat) Keseimbangan antara

produksi radikal bebas dan pertahanan antioksidan menunjukkan tingkat stress

oksidatif yang mungkin terlibat dalam proses penuaan dan pada beberapa

patologi (misalnya kanker Parkinson) (Winarsi 2007)

Latihan fisik juga meningkatkan stress oksidatif dan menyebabkan

gangguan homeostasis Latihan memberikan efek positif dan efek negatif

tergantung dari beban latihan spesifikasi latihan dan tingkat basal latihan Stress

oksidatif terlibat dalam terjadinya muscular fatigue dan mengarah ke

overtraining

Definisi antioksidan menurut Cadenas adalah suatu senyawa yang apabila

terdapat dalam jumlah yang lebih banyak dibanding senyawa yang teroksidasi

secara signifikan dapat menunda atau mencegah proses oksidasi senyawa tersebut

(Cadenas 2002) Secara kimia antioksidan adalah senyawa pemberi electron

Secara biologis antioksidan adalah senyawa yang mampu menangkal dan

meredam dampak negative oksidan dalam tubuh Antioksidan mendonorkan satu

elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa oksidan tersebut dapat

dihambat (Winarsi 2007)

29

Penting sekali keseimbangan antara oksidan dan antioksidan karena

berfungsi menjaga integritas dan berfungsinya membrane lipid protein sel dan

asam nukleat Senyawa asam lemak tak jenuh penyusun membrane lipid sangat

sensitive terhadap perubahan keseimbangan antara oksidan dan antioksidan

Menurut mekanisme kerjanya antioksidan dikelompokkan atas 3 yaitu

1 Antioksidan primer SOD katalase glutation peroksidase (GSH-Px)

Bekerja pembentukan senyawa radikal bebas yang telah terbentuk menjadi

molekul yang kurang aktifSedangkan antioksidan primer yang dapat

ditambahkan dari luar seperti glutation asam lipoat SOD melatonin

2 Antioksidan sekunder vitamin E vitamin C beta karoten flavonoid asam

urat albumin (Soewoto 2001)

Merupakan antioksidan eksogenous atau non enzimatis (Winarsi 2007)

Bekerja dengan cara memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal bebas

atau dengan cara menangkapnya

3 Antioksidan tertier meliputi system enzim DNA-repair dan metionin

sulfoksida reduktase Berfungsi dalam perbaikan biomolekuler yang rusak

akibat reaktivitas radikal bebas

26 Glutation sebagai antioksidan

Glutation merupakan tripeptida yang terdiri dari asam amino glutamat

sistein dan glisin (Cadenas 2002)Ikatan glutamat ndash sistein merupakan ikatan

isopeptida antara grup γ-karboksil dari glutamat dan grup α amino dari

sisteinIkatan unik ini membuat gluation tahan terhadap degradasi oleh proteases

30

dan peptidases yang berfungsi pada peralihan proteinMerupakan suatu

antioksidan yang mencegah kerusakan komponen seluler oleh reactive oxygen

species seperti radikal bebas dan peroksidGlutation bukan nutrisi esensial karena

disintesa di dalam tubuh dari asam amino L-sistein L-glutamic acid dan glycine

Gambar 21 Struktur GSH dan GSSG

Glutation terdapat pada sebagian besar sel tubuh tetapi terbanyak terdapat

di dalam hati Grup thiol (SH) dari sistein berfungsi sebagai donor proton dan

bertanggungjawab untuk aktifitas biologis glutation Provisi asam amino ini

merupakan faktor yang terbatas dalam sintesis glutation oleh sel karena sistein

relatif jarang pada makanan Apabila dilepaskan sebagai asam amino bebas

sistein adalah toksik dan secara spontan dikatabolisasi di saluran pencernaan dan

plasma darah

Glutation disintesis dalam 2 tahap

1 Gamma-glutamylcysteine disintesa dari L-glutamate dan sistein melalui enzim

gamma-glutamylcysteine sintetase (glutamate cysteine ligase GCL)

31

2 Glisin ditambahkan pada C-terminal dari gamma-glutamylcysteine melalui

enzim glutation sintetase

261 Fungsi Glutation

Glutation terdapat dalam bentuk tereduksi (GSH) dan teroksidasi (GSSG)

Grup thiol dari sistein mampu memberikan donor elektron ke molekul lain yang

tidak stabil seperti Reactive Oxygen Species (ROS) Pada saat mendonorkan

elektronnya glutation menjadi reaktif dan segera bereaksi dengan glutation reaktif

lainnya membentuk glutation disulfide (GSSG)Reaksi mungkin terjadi apabila

terdapat konsentrasi yang cukup tinggi di sel (sampai 5mm di hati) GSH dapat

terbentuk kembali dari GSSG oleh enzim glutation reduktase Pada sel atau

jaringan yang sehat terdapat lebih 90 dari total simpanan glutation terdapat

dalam bentuk tereduksi (GSH) dan kurang dari 10 dalam bentuk disulfide

(GSSG)

GSH ---- GSSG

Eliminasi ROS Menjaga protein thiols Antioxidant

dalam bentuk reduksi pools

Gambar 22 GSH Redox (Cadenas 2002)

GSH Redox merupakan indikator sentral keseimbangan antara stress

oksidatif dan system antioksidan GSH Redox berkaitan dengan detoksifikasi

Reactive Oxygen Species (ROS) berfungsi dalam mempertahankan tersedianya

antioksidan mempertahankan protein thiol dalam bentuk reduksi Rasio

32

GSHGSSG sering dipakai untuk mengekspresikan keseimbangan redox ini

Peningkatan rasio GSH-GSSG merupakan indikasi adanya Stress Oksidatif

(Goldman 2003)

Glutation mempunyai beberapa fungsi (Winarsih 2007)

- Sebagai antioksidan endogen mayor yang diproduksi oleh sel berpartisipasi

langsung pada netralisasi radikal bebas dan senyawa oksigen reaktif

mempertahankan antioksidan eksogen seperti vitamin C dan E pada bentuk

tereduksi (aktif)

- Pengaturan siklus nitric oxide yang sangat penting untuk kehidupan tetapi

dapat menjadi masalah apabila tidak teregulasi Digunakan untuk reaksi

metabolism dan biokimia seperti sintesis dan perbaikan DNA sintesis protein

sintesis prostaglandin transport asam amino dan aktivasi enzim Tiap sistem

di dalam tubuh kita dapat dipengaruhi oleh sistem glutation khususnya sistem

imun sistem saraf sistem gastrointestinal dan paru

Gambar 23 Detoksifikasi Lipid Hydroxyperoxides di usus halus

33

GSH yang ditransportasikan kedalam lumen digunakan untuk detoksifikasi

peroksid yang terbentuk dari makanan oleh glutation peroksidase (GSH Px)

Proses ini membutuhkan peroksid dan glutation yang tersedia di sel epitel GSSG

yang terbentuk direduksi kembali menjadi GSH oleh GSSG reduktase (GSSG

Rx) menggunakan NADPH sebagai reduktan

262 Suplementasi Glutation

Meningkatkan level GSH melalui suplementasi glutation langsung sulit

Penelitian terakhir menyatakan bahwa secara oral tidak diabsorpsi baik melalui

saluran pencernaan Studi mengenai konsumsi oral akut glutation dengan dosis

sangat besar 3 gram Witschi dan tim menemukan lsquoadalah tidak mungkin

meningkatkan glutation yang bermanfaat secara klinis dengan dosis tunggal 3

gram glutationrsquo

Glutation terdapat pada makanan sehari-hari sampai 150mghari dapat

diabsorpsi melalui intak di usus halus Individu sehat dengan asupan sulfur asam

amino (1-2 gramhari) jumlah GSH mungkin tidak cukup untuk mendapatkan

efek penting secara sistemik Individu dengan asupan sulfur asam amino yang

terbatas suplementasi GSH diperlukan untuk mempertahankan suplai GSH

sistemik dengan memperbaiki keseimbangan sulfur asam amino (Cadenas 2002)

Glutation hanya diabsorpsi di sel epitel oral dan traktus gastrointestinal

dan memberikan keuntungan kesehatan spesifik pada jaringan tersebut(Cadenas

2002)

34

SUPLAI HILANG

Makanan suplemen Degradasi

GSH

Empedu LUMINAL Uptake

Epitel Reaksi Detoksifikasi

Gambar 24 Supply dan Removal Glutation dalam lumen usus halus (Cadenas 2002) Glutation (GSH) disuplai ke dalam lumen intestinal melalui konsumsi oral

empedu dan sekresi epitel intestinal Jumlah yang disuplai dari empedu cukup

untuk mempertahankan jumlah 200microM pada tikus tetapi tidak cukup pada

manusia yang mengalami degradasi di duktus kantung empedu Jumlah yang

dikonsumsi melalui makanan bervariasi dan secara umum kurang dari 200 microM

Jumlah yang diberikan melalui epitel hanya sekitar 10 atau kurang

dibandingkan dengan yang disediakan oleh empedu Hilangnya Glutation karena

degradasi oleh γ-glutamyltranspeptidase dan dipeptidases pada permukaan sel

epitel ditransportasikan ke dalam sel oleh mekanisme sodium-dependent dan

sodium-independent konjugasi dengan elektrofil reaktif dikatalisasi oleh

glutathione-S transferase mucus (Cadenas 2002)

Vitamin D meningkatkan level glutation di otak dan tampaknya sebagai

katalis untuk produksi glutation Sejumlah vitamin D aktif di otak berikatan

dengan seberapa besar vitamin D3 baik melalui suplemen atau dibentuk di kulit

melalui paparan matahariHal ini menyatakan bahwa mengkonsumsi vitamin D

35

dan atau mendapat cukup paparan matahari meningkatkan produksi glutation

(Sellman 2009)

Konsentrasi glutation di plasma dan hati dapat ditingkatkan dengan

mengkonsumsi suplemen tertentu yang disebut GSH precursors N-asetilsistein

atau NAC glutation precursor yang paling memungkinkan Suplemen lain S-

adenosilmetionin (SAMe) dan whey protein juga dapat meningkatkan glutation

dalam sel (Sellman 2009)

NAC tersedia dalam bentuk obat dan sebagai suplemen generik Alpha

lipoic acid juga dapat mempertahankan glutation intraselular Melatonin dapat

menstimulasi enzim yang berkaitan glutation peroksidase dan silimarin ekstrak

dari biji tanaman milk thistle (Silybum marianum) juga mempunyai kemampuan

memperbarui level glutation

Glutation diatur dengan ketat di intraseluler dan dibatasi produksinya oleh

feedback negative inhibisi sintesisnya sendiri melalui enzim gamma-

glutamilsistein sintetase sehingga meminimalisir kemungkinan terjadinya

overdosis Penambahan glutation menggunakan precursor atau glutation intravena

adalah strategi untuk mengatasi defisiensi glutation stress oksidatif tinggi

defisiensi imun

Glutation yang rendah menunjukkan adanya pembuangan dan

keseimbangan negatif nitrogen seperti pada kanker AIDS sepsis trauma

terbakar dan bahkan atlet overtraining Suplementasi glutation dapat

memperbaiki proses ini dan contohnya pada AIDS memberi hasil adanya

perbaikan survival rates Bagimanapun studi mengenai kondisi ini belum dapat

36

membedakan glutation rendah sebagai akibat secara akut (pada pasien sepsis) atau

secara kronis (HIV) meningkatkan stress oksidatif dan peningkatan patologi

sebagai akibat defisiensi yang sudah ada sebelumnya

Skizofrenia dan gangguan bipolar berhubungan dengan glutation yang

rendah Stress oksidatif mungkin salah satu faktor dasar patofisiologi gangguan

bipolar gangguan depresif mayor dan skizofrenia Glutation (GSH) adalah

pemakan radikal bebas mayor di otakTidak adanya GSH meningkatkan

kerentanan sel terhadap stress oksidatif ditandai asetilsistein dapat mengurangi

gejala kedua gangguan tersebut

Glutation merubah level stress oksidatif pada sel yang diisolasi di

laboratorium sehingga dapat mengurangi perkembangan kanker Tes ini tidak

dilakukan pada manusia

Glutamat yang berlebihan di sinaps yang dapat dilepaskan pada kondisi

seperti cedera otak dapat menghambat pengambilan sistein senyawa pembentuk

glutation yang pentingTanpa proteksi dari cedera oksidatif oleh glutation sel-sel

dapat rusak atau mati (Sellman 2009)

Glutation juga mempunyai fungsi lain sebagai berikut (Sellman 2009)

Mencerahkan kulit

Mencegah menghilangkan jerawat dan bekas jerawat

Menghilangkan noda hitam

Anti aging dan anti kerut

Memberi nutrisi kulit

Membantu pemulihan luka

37

Membuat kulit menjadi halus segar dan bersinar

Kondisi kesehatan yang berhubungan dengan defisiensi glutation

Peningkatan proses penuaan

Kesulitan dalam keseimbangan

Gangguan mental

Masalah koordinasi

Gangguan sistem saraf

Akhir-akhir ini dipercaya sebagai penyebab lesi otak

Kanker HIV Katarak Diabetes Mellitus

Jumlah sperma yang rendah

263 Glutation Precursor (Sellman 2009)

Glutation Precursor disebut juga sebagai building-block dari glutation

yaitu N-asetilsistein atau NAC dan whey protein tidak terdenaturasi

Nasetilsistein adalah obat farmasi yang biasa digunakan bertahun-tahun untuk

mengobati overdose asetaminofen Hal ini sangat efektif ketika diberikan dalam

dosis besar di ruang darurat ketika seseorang akan mengalami gagal hati karena

overdosis asetaminofen komposisi aktif dari Tylenol

Efek sampingnya adalah bercak-bercak kemerahan bersin mual

anafilaksis reaksi alergi yang berupa kesulitan bernafas karena bronkospasme

tekanan darah menurun angioedema muntah kram diare Walaupun jarang

kematian pernah dilaporkan karena N-asetilsistein Beberapa orang mendapatkan

rasa dan bau yang tidak dapat diterima karena kandungan sulfur di dalamnya

38

Pengggunaan teratur untuk menaikkan kadar glutation tidak direkomendasikan

untuk anak-anak dan bayi Masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk

menentukan keamanan N-asetilsistein untuk penggunaan jangka panjang

Whey protein tidak terdenaturasi merupakan nutraceutical atau medicinal

foodSenyawa ini memberikan ikatan sistein ke sel-sel di mana glutation dapat

terbentuk di tempat tersebut

Beberapa kondisi yang tidak dapat mengkonsumsi whey protein

- Pasien dengan alergi protein susu

- Pasien dengan diet rendah protein

- Pasien yang sedang menjalani terapi imunosupresif

Efek sampingnya adalah kembung perut kram urtikaria Efek samping

karena overdosis tidak terjadi karena sel hanya membuat sebatas yang dibutuhkan

apabila berlebih kelebihan disimpan di hati dan ginjal sampai suatu saat kalau

dibutuhkan

264 Sumber Glutation dari makanan

Sumber glutation dari makanan yang disarankan adalah asparagus bayam

brokoli bawang putih kale bawang watercress kol Brussel sprout beberapa

bumbu seperti kunyit kayu manis semangka alpukat anggur peach jeruk

walnut granola daging kalkun dan daging ayam keju cottage dan yoghurt

39

Tabel 21 Makanan yang mengandung Glutation (Cadenas2002)

GSH Food Group mg100 g mgsaji Buah segar Apel 33 46 Pisang 41 48 Anggur 79 146 Jeruk 73 106 Semangka 66 283 Sayuran segar Asparagus dimasak 283 263 Alpukat 277 313 Brokoli dimasak 91 78 Wortel mentah 79 59 Tomat 90 109 Daging Hamburger 175 149 Ham rebus 233 13 Ayam digoreng 131 134 Sereal biji-bijian Cornflakes 00 00 Roti whole wheat 12 06 Roti putih 00 00 Nasi putih enriched dimasak 16 21 Produk Susu Susu whole 00 00 Keju Amerika 00 00 Yoghurt plain lowfat 00 00 Es krim 10 lemak 00 00

40

BAB III

KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

31 Kerangka Berpikir

Faktor penyebab penuaan antara lain faktor internal dan faktoreksternal

Faktor internal meliputi radikal bebas glikosilasi metilasi hormon yang

berkurang apoptosis system kekebalan tubuh yang menurun genetik Faktor

eksternal meliputi gaya hidup tidak sehat polusi lingkungan stress kemiskinan

kebiasaan yang salah olahraga berlebihan (overtraining) Berbagai faktor di atas

menyebabkan terjadinya penurunan fungsi tubuh dan terjadilah penuaan

Kerangka konsep penelitian berdasarkan teori bahwa salah satu penyebab

penuaan adalah radikal bebas Bila jumlah radikal bebas melebihi jumlah

antioksidan di dalam tubuh terjadilah stress oksidatif Radikal bebas dapat

merusak membran sel protein DNA dan berakibat fatal bagi kelangsungan hidup

sel jaringan Stress oksidatif yang berlangsung lama akan mengakibatkan

terjadinya penumpukan hasil kerusakan oksidatif di dalam sel dan jaringan

selanjutnya sel dan jaringan tersebut akan kehilangan fungsinya dan akhirnya

mati

Olahraga berlebih meningkatkan stress oksidatif karena terdapat

peningkatan konsumsi O2 oleh aktivitas otot skeletal Oksigen juga dapat bersifat

toksik yang dapat memicu peningkatan Reactive Oxygen Species (ROS)Organ

yang tidak mendapat cukup oksigen dan nutrisi menjadi iskemik dan terjadi

kerusakan mikrovaskular (Reperfusion Injury) memicu peningkatan radikal

40

41

bebas Dengan pemberian antioksidan Glutation yang merupakan antioksidan

master diharapkan dapat mencegah kerusakan lebih lanjut yang diakibatkan oleh

radikal bebas dengan cara melindungi sel dari Reactive Oxygen Species (ROS)

dan dapat dilihat melalui parameter MDA yang mengalami penurunan

32 Konsep Penelitian

Konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Gambar 31 Konsep Kadar MDA pada tikus yang diberikan Pelatihan Fisik Berlebih+ Placebo dan Pelatihan Fisik Berlebih + Glutation

FAKTOR INTERNAL

- Jenis Kelamin

- Usia

- Genetik

- Hormon

- Psikologis

FAKTOR EKSTERNAL

- Makanan

- Cuaca iklim

- Penyakit

- Exercise

GLUTATION

TIKUS

KADAR MDA

42

33 Hipotesis

Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan kadar MDA

tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

43

BAB IV

METODE PENELITIAN

41 Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksterimental dengan rancangan

randomized pre test-post test control group design (Poccock et al 2008)

Subyek terdiri dari 2 kelompok yaitu

1 Kelompok 1 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+ Placebo

2 Kelompok 2 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation

Semua kelompok sebelum perlakuan diberikan pre test (O1 O3) dan

dihitung rerata untuk masing-masing kelompok

Setelah perlakuan semua kelompok diberikan post test (O2 O4) dan

dihitung rerata untuk masing-masing kelompok

Kemudian dihitung perbedaan rerata antara pre test dan post test dari

masing-masing kelompok lalu hasil perbedaan tersebut dibandingkan secara

statistik

Gambar 41 Rancangan Penelitian

P S

43

R R

O1 P1 O2

O3 P2 O4

44

Keterangan

P = populasi

S = sampel

R = random

O1 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah mendapatkan

pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan placebo (pre test)

O2 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah diberikan pelatihan

fisik berlebih setelah diberikan placebo (post test)

O3 = observasi data MDA kelompok perlakuan setelah diberikan

pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan Glutation (pre test)

O4 = observasi data MDA kelompok perlakuan diberikan pelatihan fisik

berlebih setelah diberikan Glutation (post test)

P1 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih+ placebo

P2 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation

42 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran

Universitas Udayana pada bulan Januari ndash Maret 2012 Pemeriksaan MDA darah

tikus dikerjakan di bagian Program Antar Unit Universitas Gajah Mada

Jogyakarta

45

43 Populasi dan Sampel

431 Populasi

Subyek penelitian adalah tikus jantan dewasa galur Wistar yang berusia 2-

25 bulan dan dalam kondisi fisik sehat

432 Kriteria Sampel

4321 Kriteria Inklusi

Kriteria Inklusi yang ditetapkan sebagai sampel adalah sebagai berikut

a Tikus jantan dewasa galur Wistar

b Umur 2-25 bulan

c Berat badan plusmn200 gram

d Sehat

e MDA ge 5mmollt

4322 Kriteria Drop Out

Adalah sampel yang mati pada waktu penelitian

433 Besar Sampel

Besar sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini dihitung berdasarkan

rumus Poccock (2008)

Angka μ1 (5) dan μ2 (12) didapatkan dari penelitian sebelumnya (Ji 1998)

n=

46

= asymp 7

Keterangan

n = jumlah sampel

σ = standar deviasi kelompok perlakuan dengan pemberian

glutation (15)

f ( ) = besarnya didapat dari tabel (Poccock 2008)

μ1 = rerata hasil MDA pada kelompok perlakuan sesudah

pemberian glutatioacuten (5)

μ2 = rerata hasil MDA pada kelompok pre test (12)

Jadi jumlah sampel (n) = 675 dan ditambah 3 ekor tikus untuk masing-

masing kelompok sebagai cadangan Jadi total 20 ekor tikus dengan 10

ekor tikus untuk masing-masing kelompok

434 Teknik Pengambilan Sampel

Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat

sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi diambil secara acak

sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi

2 kelompok yaitu kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+placebo kelompok

dengan pelatihan fisik berlebih + glutation

47

44 Variabel Penelitian

441 Klasifikasi Variabel

Variabel penelitian dibedakan menjadi

1 Variabel Bebas dosis pemberian glutation

2 Variabel Tergantung kadar MDA

3 Variabel Terkendali varian tikus jantan (galur wistar) jenis

kelamin umur berat badan lingkungan

(pencahayaan suhu kelembaban nutrisi

kandang)

Gambar 42 Bagan Hubungan Antar Variabel

VARIABEL BEBAS

- Pelatihan fisik berlebih

- Glutation 37mg kgBBhari

VARIABEL TERGANTUNG

KADAR MDA

VARIABEL TERKENDALI

Varian tikus

Jenis kelamin umur berat badan

Pencahayaan suhu kelembaban nutrisi kandang

Makanan minuman

48

442 Definisi Operasional Variabel

1 Pelatihan fisik berlebih pada tikus adalah pelatihan yang berlebihan

yang diukur berdasarkan kemampuan maksimal berenang tikus pada

ember berdiameter 35 cm dengan kedalaman air 20 cm yang

dilakukan 60 menithari selama 35 hari pada waktu yang sama pada

suhu 32 derajat (Binekada 2002 dan Pepe2011)

2 Glutation yang diberikan adalah Glutation Teofarma injeksi sediaan

600mg 4 ml Dosis pemberian Glutation adalah pemberian sediaan

antioksidan Glutation dalam bentuk suntikan intraperitoneal yang

diberikan 1x sehari dan diberikan 6 jam sebelum pelatihan fisik

berlebih Dosis pemberian Glutation mengacu pada penelitian yang

dilakukan sebelumnya oleh Ji L L yaitu 37mgkgBBhari yang

dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril secara intraperitonial

3 MDA merupakan salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada

membran sel dan merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan

oleh radikal bebas Pengukuran kadar MDA menggunakan metode

Thiobarbituraic Acid Reactive Substances (TBARS) Pembacaan hasil

dengan menggunakan spektrofotometer Satuan MDA dalam mmoll

4 Cahaya suhu dan kelembaban merupakan kondisi lingkungan yang

dialami tikus jantan dewasa Pada penelitian ini kondisi lingkungan

selama percobaan dibuat sama

5 Berat badan tikus adalah berat badan yang ditimbang dengan

timbangan gram

49

6 Umur tikus adalah umur yang ditentukan dengan melihat tanggal

kelahiran yang dicatat pada kandang percobaan

7 Kondisi peneliti yang meliputi kesehatan fisik dan psikis peneliti

Penelitian dilaksanakan saat kondisi peneliti dalam keadaan baik

sehingga pengaruhnya terhadap hasil penelitian dapat diabaikan

45 Bahan dan Alat Penelitian

451 Bahan Penelitian

Glutation injeksi

Tikus jantan

Makanan tikus berupa pellet dan air minum dari air ledeng

Aquades steril

EDTA (Ethylenediamine tetraacetic acid)

Reagensia untuk pengukuran kadar MDA

452 Alat Penelitian

Alat yang dipakai dalam pengambilan data penelitian ini adalah

- Kandang tikus terbuat dari besi yang di dalamnya terdapat sekam dan

botol minuman

- Ember berdiameter 35 cm dan kedalaman air 20 cm

- Stopwatch

- Timbangan

- Spuit injeksi 1 ml

50

- Sarung tangan

- Kapas dan alkohol 70

- Tabung Evendorf

- Mikropipet

- Pipet kapiler

- Sentrifugasi

46 Prosedur Penelitian

1 Tikus jantan dewasa (Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan

berat badan plusmn200gram dilakukan aklimatisasi selama 2 minggu di

tempat penelitian untuk penyesuaian dengan lingkungan

2 Semua sampel tikus diberi perlakuan yang sama yaitu diberikan

pelatihan fisik berlebih dengan cara berenang sampai kelelahan pada

hari ke 7 kedua kelompok tersebut dilakukan pemeriksaan MDA

3 Mulai hari ke 8 ndash 35 sampel tikus yang berjumlah 20 ekor dibagi atas 2

kelompok di mana kelompok 1(kontrol) diberikan pelatihan fisik

berlebih + injeksi aquabidest intraperitoneal enam jam sebelum

perlakuan aktifitas berlebih kelompok ke 2 (perlakuan) diberikan

pelatihan fisik berlebih + injeksi intraperitoneal glutation 37

mgkgBBhari yang sudah dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril

4 Pada hari ke 35 dilakukan pemeriksaan kadar MDA pada masing-

masing tikus setelah bulu tikus kering

51

5 Selama penelitian hewan coba diberikan makanan dan minuman secara

teratur kebersihan dan kenyamanan kandang dijaga

461 Alur Penelitian

TIKUS ADAPTASI 2 MINGGU

PELATIHAN FISIK BERLEBIH 1 MINGGU

MDA

KELOMPOK 1 KELOMPOK 2

PELATIHAN FISIK BERLEBIH PELATIHAN FISIK BERLEBIH

+ AQUABIDEST (28 hari) +GLUTATION 37mgkgBBhari

28 HARI 28 HARI

MDA

Gambar 43 Bagan Alur Penelitian

462 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium

Pemantauan keselamatan tikus jantan (galur Wistar) di laboratorium

(Smith et al1988 Ngatidjan 2006) adalah sebagai berikut

1 Kandang tikus jantan harus cukup kuat tidak mudah rusak teratur dibersihkan

(1x seminggu) mudah dipasang kembali hewan tidak mudah lepas tahan

52

gigitan hewan kelihatan jelas dari luar Alas tempat tidur terbuat dari serbuk

gergaji atau sekam padi agar mudah menyerap air

2 Luas lantai yang memadai untuk tikus jantan dengan berat badan plusmn200 gram

adalah 60cm persegi dan tinggi 20 cm

3 Diciptakan suasana lingkungan yang stabil dan sesuai keperluan fisiologi tikus

jantan di mana kelembaban suhu pertukaran udara yang ekstrim harus

dihindari

4 Hewan coba hendaknya diperlakukan dengan kasih sayang

47 Pengolahan dan Analisis Data

Analisis data yang digunakan adalah

1 Analisis Deskriptif

2 Uji normalitas data dilakukan dengan tes Shapiro-Wilk Distribusi data

normal dengan nilai pgt005

3 Uji homogenitas dilakukan dengan Lavenersquos Test Data dinyatakan

homogen dengan nilai pgt005

4 Karena data berdistribusi normal dan homogen maka untuk uji

komparabilitas dipakai

- Uji t independent untuk membandingkan rerata kadar MDA antar

kelompok

- Uji Paired T- Test untuk membandingkan rerata kadar MDA pre

dan post masing-masing kelompok

- Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau

dinyatakan berbeda bila plt005

53

BAB V

HASIL PENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 20 ekor tikus jantan dewasa

(Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan berat badan plusmn200 gram sebagai

sampelyang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah 10 ekor

yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dankelompok

perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) Dalam penyajian hasil ini diuraikan

uji normalitas data uji homogenitas data uji komparabilitas dan uji efek

perlakuan

51 Uji Normalitas Data

Data Kadar MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan

pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji

Shapiro-Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005)

disajikan pada Tabel 51

53

54

Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing Kelompok Sebelum

dan Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Perlakuan n p Keterangan

Kadar MDA kontrol pre

Kadar MDA perlakuan pre

Kadar MDA kontrol post

Kadar MDA perlakuan post

10

10

10

10

0965

0550

0975

0697

Normal

Normal

Normal

Normal

52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok

Data Kadar MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun

sesudah perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test

Hasilnya menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52

Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA Sebelum dan

Sesudah Perlakuan

Variabel F p Keterangan

Kadar MDA pre

Kadar MDA post

0016

0592

0901

0452

Homogen

Homogen

53 Kadar MDA

531 Uji komparabilitas

Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata kadar MDA

antar kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan

55

glutation Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada

Tabel 53 berikut

Tabel 53

Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata

Kadar MDA

SB T P

Aktivitas berlebih dan

placebo

Aktivitas berlebihdan

glutathion

10

10

518

529

028

029

089 0386

Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok

kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 518028mmoll dan rerata

kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 529029mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 089 dan nilai

p = 0386 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan

berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya tidak berbeda secara

bermakna (p gt 005)

532 Analisis efek perlakuan

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kadar MDA antar

kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation

56

Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54

berikut

Tabel 54 Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata

Kadar MDA

SB T P

Aktivitas berlebih dan

placebo

Aktivitas berlebihdan

glutathion

10

10

778

444

023

017

3672 0001

Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok

kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata

kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 444017mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 3672 dan nilai

p = 0001 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan

berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya berbeda secara

bermakna (p lt 005)

57

Gambar 51 Perbedaan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

533 Analisis Komparasi Sebelum dengan Sesudah Perlakuan

Analisis komparasi diuji berdasarkan rerata kadar MDA antara sebelum

dengan sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation Hasil

analisis kemaknaan dengan uji t-paired disajikan pada Tabel 55 berikut

Tabel 55 Analisis KomparasiKadar MDA antara Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Kelompok Beda Rerata

pre ndash post p Keterangan

Aktivitas berlebih dan placebo

Aktivitas berlebih dan

glutathion

260

085

0001

0001

Meningkat

Menurun

58

Berdasarkan uji t-paired didapatkan bahwa ada penurunan kadar MDA

pada kelompok perlakuan secara bermakna sebesar 085mmoll sedangkan pada

kelompok kontrol mengalami peningkatan secara bermakna sebesar 260mmoll

59

BAB VI

PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian

Untuk menguji efek pemberian glutation terhadap penurunan kadar MDA

maka dilakukan penelitian terhadap 20 ekor tikus jantan dewasa (Galur Wistar)

sebagai sampel yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah

10 ekor yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dan

kelompok perlakuan (pelatihan fisik berlebih dan glutation)

62 Efek Pelatihan Fisik Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA

Hasil penelitian dan analisis data terhadap kadar MDA darah pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji

normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan homogenitas (Levenersquos test) pre-test dan post-

test masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)

Uji perbandingan 1 minggu pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan

injeksi antara kedua kelompok menggunakan uji t-independent Rerata kadar

MDA kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) adalah

518028mmoll dan rerata kelompok pelatihan fisik berlebih dan glutation

adalah 529029mmoll Analisis kemaknaan dengan uji t-independent

menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna kadar MDA darah antara

kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa

kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan injeksi rerata kadar MDAnya tidak

59

60

berbeda secara bermakna

Uji perbandingan setelah pemberian placebo dan glutation antara kedua

kelompok menggunakan t-independent Rerata kadar MDA kelompok kontrol

(aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata kelompok

perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) adalah 444017mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent antara kedua kelompok sesudah diberikan

placebo dan glutation menunjukkan perbedaan kadar MDA secara bermakna

(plt005) Hal ini berarti bahwa kelompok yang diberikan perlakuan berupa

placebo dan glutation 6 jam sebelum diberikan pelatihan fisik berlebih dengan

cara merenangkan selama 60 menit hari selama 35 hari rerata kadar MDA

berbeda secara bermakna Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh

untuk melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam

organ dan pembuluh darah (Giriwijoyo 2004)

Peningkatan kadar MDA sesudah diberikan pelatihan fisik berlebih pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan disebabkan karena pelatihan fisik

berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena terjadi peningkatan konsumsi

oksigen oleh aktifitas otot skeletal Stress oksidatif memicu peningkatan senyawa

oksigen reaktif Pada pelatihan fisik berlebih juga terjadi Reperfusion Injury yang

memicu terjadinya kerusakan jaringan dan peningkatan radikal bebas (Adiputra

2008) Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara menarik elektronnya

sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan sampai kematian sel

(Suryohudoyo 2000)

Pada penelitian ini didapatkan bahwa sesudah diberikan pelatihan fisik

61

berlebih dan placebo terjadi peningkatan kadar MDA sebesar 5024 Kadar

MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel (Winarsi

2007) Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pepe

(2011) bahwa pelatihan fisik berlebih meningkatkan kadar MDA Lebih lanjut

Murray et al (2000) juga menyatakan bahwa pelatihan fisik berlebih merangsang

respon biomarker stres oksidatif Sedangkan pada kelompok perlakuan yang

diberikan aktifitas berlebih dan glutation terjadi penurunan kadar MDA sebesar

1607 Terjadinya penurunan kadar MDA pada kelompok yang diberikan

glutation 6 jam sebelum melakukan pelatihan fisik berlebih disebabkan karena

pemberian antioksidan meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan

cara mendonorkan elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa

oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsi 2007) Glutation merupakan antioksidan

endogen yaitu antioksidan yang dapat disintesa dalam tubuh dari asam amino L-

sistein L-glutamat dan glisin (Cadenas 2002) yang juga sebagai master

antioksidan yaitu antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain

Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan

Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik (Hersh 2004) Glutation

merupakan salah satu antioksidan yang tidak dapat menjadi pro oksidan (Cadenas

2002) Normalnya sekali suatu antioksidan memakan radikal bebas antioksidan

ini menjadi teroksidasi sendiri dan menyerang sel yang sehat yang disebut

sebagai pro oksidan Glutation dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang

teroksidasi tersebut menjadi bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali

dalam memakan radikal bebas (Sellman 2009) Sehingga dengan demikian

62

glutation dapat membantu dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Urso

(2003) bahwa suplementasi antioksidan dapat mengatasi kondisi stress oksidatif

yang terjadi pelatihan fisik berlebih

Uji perbandingan antara data MDA pre dan post masing-masing kelompok

digunakan uji t-paired test Berdasarkan uji ini didapatkan hasil pada kelompok

perlakuan terjadi penurunan kadar MDA secara bermakna sebesar 085 mmollt

sedangkan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan kadar MDA secara

bermakna sebesar 260mmollt Terjadi penurunan kadar MDA pada kelompok

perlakuan menunjukkan pemberian antioksidan Glutation intraperitoneal dosis

37mgkgBBhari dapat mengatasi kondisi stress oksidatif yang terjadi pada

pelatihan fisik berlebih Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh

Urso (2003)

63

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

71 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan sebagai

berikut Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA

tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

72 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah

1 Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja glutation

yang lebih detail

2 Memperhatikan takaran latihan supaya tidak berlebihan yang justru akan

meningkatkan kerusakan sel

3 Perlu dilakukan uji klinis pada manusia

63

64

DAFTAR PUSTAKA

Adiputra N 2008Kesehatan Olah Raga Available from httpwwwbalihesgorgindexphpoption=com Accessed 2011 Oct 5th

Anonim 2011 Glutathione Available at

httpenwikipediaorgwikiGlutathione Accessed 2011 Oct 5th Anonim 2011 Overtraining Available at

httpwwwmarksdailyapplecomovertraining Accessed 2011 Oct5th

Asikin N 2001Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan InKursus Penyegaran dan Pelatihan Radikal bebas dan Antioksidan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta Fakultas Kedokteran UI

Bagiada NA 2001 Proses Penuaan dan Penanggulangannya Denpasar

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hal 22 Banerjee AK Mandal A Chanda D Chahraboti S 2003 Oxidant

Antioxidant and Physical ExerciseAvailable from httpwwwncbinlmnihgovpubmed14619981 accesed 2011 Sept 2nd

Binekada MC 2002 ldquoPelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Konsentrasi dan

Motilitas Spermatozoa Mencitrdquo(tesis) Denpasar Universitas Udayana

Cadenas E Jones PD 2002Bioavailability of Glutathione In Cadenas E

Packer L editorsHandbook of Antioxidants2nd Ed New York Marcel DekkerInc p549-564

Catala A 2006Lipid PeroxidationInt J Biochem Cell Biol 38 1482-1495 Dalle-DonneI Rossi R ColomboR Giustarini D Milzani

A2006Biomarkers of Oxidative Damage in Human Disease Available from httpwwwredorbitcomnewsscience473334biomarkersof oxidative damage in human diseaseindexhtmlaccessed2011 Sept 5th

Fouad T 2007 Free radicals Types Sources and Damaging Reaction

Relations Available from

64

65

wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th

Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th

Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112

Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors

ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their

Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69

Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan

Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th

Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz

R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155

Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester

Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th

Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala

T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200

Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and

Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders

66

Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana

LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia

Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647

Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from

httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit

Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK

Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620

Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji

Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah

Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009

Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan

Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132

Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde

Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521

Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley

Medical Publicationsp 123-141

Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI

Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable

from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer

67

Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole

Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam

Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI

Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam

Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya

Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan

Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47

Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant

Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th

Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan

Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105

68

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965

Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975

Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753

Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

69

Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan

Group Statistics

Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887

Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215

Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260

Perlakuan 10 42500 23348 07383

Independent Samples Test

Levenes Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df

Sig (2-

tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence Interval of the

Difference Lower Upper

Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428

Equal variances not assumed

-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429

Post1

Equal variances assumed 592 452 367

22 18 000 333700 09087 314608 352792

Equal variances not assumed

36722 16855 000 333700 09087 314515 352885

Post2

Equal variances assumed 906 354 264

19 18 000 239500 09066 220454 258546

Equal variances not assumed

26419 16265 000 239500 09066 220307 258693

70

Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis

(Laurence amp Bacharach 1964)

2g mencit 20g tikus 400g marmot

l5Kg kelinci

20Kg kucing

40Kg kera

120Kg anjing

70Kg manusia

20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879

200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560

400 g marmot

008 057 10 225 24 52 102 315

l5Kg kelinci

004 025 044 10 106 24 45 142

20Kg kucing

003 023 042 092 10 22 41 130

40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61

120Kg anjing

0008 006 010 0022 024 052 10 31

70Kg manusia

00026 0018 0031 007 0013 016 032 10

71

Lampiran 4

Foto Penelitian

Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)

72

Lampiran 5

Data Hasil Penelitian

Kelompok Kontrol

Pre test Post test Pre test Post Test

752 647 769 694

779 670 773 664

745 660 803 653

769 643 817 677

783 653

786 684

Kelompok Perlakuan

Pre Test Post test

412 391

436 412

442 425

425 401

453 436

466 442

432 405

456 432

470 453

476 463

Page 44: PEMBERIAN INJEKSI GLUTATION INTRAPERITONEAL

26

- Kurangnya kemampuan mengatasi stress

Penanganan overtraining atau Latihan Fisik berlebih

- Massage

Massage pada jaringan dalam dapat melepaskan otot yang tegang

mempertahankan keseimbangan sistem muskulo-skeletal Pemijatan atau

massage yang teratur dapat membantu mencegah cedera yang mungkin

terjadi karena overuse

- Menggunakan roller busa

Penggunaan roller busa memungkinkan kita dapat melakukan massage

atau pemijatan sendiri Kita dapat juga memakai yang berbentuk bola atau

bola tenis untuk membantu menghilangkan rasa sakit Pemijatan ini dapat

dilakukan di tungkai lutut hamstring bahu punggung atau otot atau sendi

manapun

- Terapi suhu kontras

Air pancuran hangat dan dingin bergantian menstimulasi tubuh untuk

pulih lebih cepat Otot membawa impuls yang terasa pada kulit bagian

dalam tubuh di mana terjadi stimulasi sistem imun memperbaiki sirkulasi

dan pencernaan mempengaruhi produksi hormon stress meningkatkan

aliran darah mengurangi sensitivitas nyeri

- Pengaturan makanan

Membantu proses pemulihan penting untuk mengkonsumsi makanan

tinggi karbohidrat protein dan lemak sehat seperti Omega 3 omega 6

omega 9 asam lemak esensial Karbohidrat memberikan sumber tenaga

27

pada tubuh dan otak asam lemak esensial membantu mengurangi depresi

memperbaiki pemulihan protein akan membangun kembali otot yang

mengalami overtraining

- Mengkonsumsi vitamin

Ketika terjadi overtraining suplementasi sangat menguntungkan Vitamin

dan suplementasi mineral sebaiknya dikonsumsi pagi hari bersama dengan

makanan untuk penyerapan yang lebih baik

Defisiensi Vitamin yang biasa terjadi

- Vitamin A (Beta-Caroten)

- Vitamin B kompleks vitamin B12

- Vitamin C D E K

- Asam Folat

Defisiensi Mineral yang biasa terjadi

- Calcium

- Chromium

- Copper Iodine Iron

- Magnesium Fosfor

- Potassium

- Sodium

- Sulfur

- Zinc

28

25 Antioksidan

Radikal Bebas merupakan senyawa reaktif yang secara alami diproduksi

oleh tubuh manusia Radikal Bebas memberikan efek positif atau efek negatif

Untuk membatasi efek negatif tersebut dibutuhkan kompleks proteksi ndash sistem

antioksidan Sistem ini terdiri dari enzim antioksidan (katalase glutation

peroksidase superoksid dismutase) dan antioksidan non enzimatik ( vitamin E-

tokoferol vitamin A- retinol vitamin C- asam askorbat) Keseimbangan antara

produksi radikal bebas dan pertahanan antioksidan menunjukkan tingkat stress

oksidatif yang mungkin terlibat dalam proses penuaan dan pada beberapa

patologi (misalnya kanker Parkinson) (Winarsi 2007)

Latihan fisik juga meningkatkan stress oksidatif dan menyebabkan

gangguan homeostasis Latihan memberikan efek positif dan efek negatif

tergantung dari beban latihan spesifikasi latihan dan tingkat basal latihan Stress

oksidatif terlibat dalam terjadinya muscular fatigue dan mengarah ke

overtraining

Definisi antioksidan menurut Cadenas adalah suatu senyawa yang apabila

terdapat dalam jumlah yang lebih banyak dibanding senyawa yang teroksidasi

secara signifikan dapat menunda atau mencegah proses oksidasi senyawa tersebut

(Cadenas 2002) Secara kimia antioksidan adalah senyawa pemberi electron

Secara biologis antioksidan adalah senyawa yang mampu menangkal dan

meredam dampak negative oksidan dalam tubuh Antioksidan mendonorkan satu

elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa oksidan tersebut dapat

dihambat (Winarsi 2007)

29

Penting sekali keseimbangan antara oksidan dan antioksidan karena

berfungsi menjaga integritas dan berfungsinya membrane lipid protein sel dan

asam nukleat Senyawa asam lemak tak jenuh penyusun membrane lipid sangat

sensitive terhadap perubahan keseimbangan antara oksidan dan antioksidan

Menurut mekanisme kerjanya antioksidan dikelompokkan atas 3 yaitu

1 Antioksidan primer SOD katalase glutation peroksidase (GSH-Px)

Bekerja pembentukan senyawa radikal bebas yang telah terbentuk menjadi

molekul yang kurang aktifSedangkan antioksidan primer yang dapat

ditambahkan dari luar seperti glutation asam lipoat SOD melatonin

2 Antioksidan sekunder vitamin E vitamin C beta karoten flavonoid asam

urat albumin (Soewoto 2001)

Merupakan antioksidan eksogenous atau non enzimatis (Winarsi 2007)

Bekerja dengan cara memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal bebas

atau dengan cara menangkapnya

3 Antioksidan tertier meliputi system enzim DNA-repair dan metionin

sulfoksida reduktase Berfungsi dalam perbaikan biomolekuler yang rusak

akibat reaktivitas radikal bebas

26 Glutation sebagai antioksidan

Glutation merupakan tripeptida yang terdiri dari asam amino glutamat

sistein dan glisin (Cadenas 2002)Ikatan glutamat ndash sistein merupakan ikatan

isopeptida antara grup γ-karboksil dari glutamat dan grup α amino dari

sisteinIkatan unik ini membuat gluation tahan terhadap degradasi oleh proteases

30

dan peptidases yang berfungsi pada peralihan proteinMerupakan suatu

antioksidan yang mencegah kerusakan komponen seluler oleh reactive oxygen

species seperti radikal bebas dan peroksidGlutation bukan nutrisi esensial karena

disintesa di dalam tubuh dari asam amino L-sistein L-glutamic acid dan glycine

Gambar 21 Struktur GSH dan GSSG

Glutation terdapat pada sebagian besar sel tubuh tetapi terbanyak terdapat

di dalam hati Grup thiol (SH) dari sistein berfungsi sebagai donor proton dan

bertanggungjawab untuk aktifitas biologis glutation Provisi asam amino ini

merupakan faktor yang terbatas dalam sintesis glutation oleh sel karena sistein

relatif jarang pada makanan Apabila dilepaskan sebagai asam amino bebas

sistein adalah toksik dan secara spontan dikatabolisasi di saluran pencernaan dan

plasma darah

Glutation disintesis dalam 2 tahap

1 Gamma-glutamylcysteine disintesa dari L-glutamate dan sistein melalui enzim

gamma-glutamylcysteine sintetase (glutamate cysteine ligase GCL)

31

2 Glisin ditambahkan pada C-terminal dari gamma-glutamylcysteine melalui

enzim glutation sintetase

261 Fungsi Glutation

Glutation terdapat dalam bentuk tereduksi (GSH) dan teroksidasi (GSSG)

Grup thiol dari sistein mampu memberikan donor elektron ke molekul lain yang

tidak stabil seperti Reactive Oxygen Species (ROS) Pada saat mendonorkan

elektronnya glutation menjadi reaktif dan segera bereaksi dengan glutation reaktif

lainnya membentuk glutation disulfide (GSSG)Reaksi mungkin terjadi apabila

terdapat konsentrasi yang cukup tinggi di sel (sampai 5mm di hati) GSH dapat

terbentuk kembali dari GSSG oleh enzim glutation reduktase Pada sel atau

jaringan yang sehat terdapat lebih 90 dari total simpanan glutation terdapat

dalam bentuk tereduksi (GSH) dan kurang dari 10 dalam bentuk disulfide

(GSSG)

GSH ---- GSSG

Eliminasi ROS Menjaga protein thiols Antioxidant

dalam bentuk reduksi pools

Gambar 22 GSH Redox (Cadenas 2002)

GSH Redox merupakan indikator sentral keseimbangan antara stress

oksidatif dan system antioksidan GSH Redox berkaitan dengan detoksifikasi

Reactive Oxygen Species (ROS) berfungsi dalam mempertahankan tersedianya

antioksidan mempertahankan protein thiol dalam bentuk reduksi Rasio

32

GSHGSSG sering dipakai untuk mengekspresikan keseimbangan redox ini

Peningkatan rasio GSH-GSSG merupakan indikasi adanya Stress Oksidatif

(Goldman 2003)

Glutation mempunyai beberapa fungsi (Winarsih 2007)

- Sebagai antioksidan endogen mayor yang diproduksi oleh sel berpartisipasi

langsung pada netralisasi radikal bebas dan senyawa oksigen reaktif

mempertahankan antioksidan eksogen seperti vitamin C dan E pada bentuk

tereduksi (aktif)

- Pengaturan siklus nitric oxide yang sangat penting untuk kehidupan tetapi

dapat menjadi masalah apabila tidak teregulasi Digunakan untuk reaksi

metabolism dan biokimia seperti sintesis dan perbaikan DNA sintesis protein

sintesis prostaglandin transport asam amino dan aktivasi enzim Tiap sistem

di dalam tubuh kita dapat dipengaruhi oleh sistem glutation khususnya sistem

imun sistem saraf sistem gastrointestinal dan paru

Gambar 23 Detoksifikasi Lipid Hydroxyperoxides di usus halus

33

GSH yang ditransportasikan kedalam lumen digunakan untuk detoksifikasi

peroksid yang terbentuk dari makanan oleh glutation peroksidase (GSH Px)

Proses ini membutuhkan peroksid dan glutation yang tersedia di sel epitel GSSG

yang terbentuk direduksi kembali menjadi GSH oleh GSSG reduktase (GSSG

Rx) menggunakan NADPH sebagai reduktan

262 Suplementasi Glutation

Meningkatkan level GSH melalui suplementasi glutation langsung sulit

Penelitian terakhir menyatakan bahwa secara oral tidak diabsorpsi baik melalui

saluran pencernaan Studi mengenai konsumsi oral akut glutation dengan dosis

sangat besar 3 gram Witschi dan tim menemukan lsquoadalah tidak mungkin

meningkatkan glutation yang bermanfaat secara klinis dengan dosis tunggal 3

gram glutationrsquo

Glutation terdapat pada makanan sehari-hari sampai 150mghari dapat

diabsorpsi melalui intak di usus halus Individu sehat dengan asupan sulfur asam

amino (1-2 gramhari) jumlah GSH mungkin tidak cukup untuk mendapatkan

efek penting secara sistemik Individu dengan asupan sulfur asam amino yang

terbatas suplementasi GSH diperlukan untuk mempertahankan suplai GSH

sistemik dengan memperbaiki keseimbangan sulfur asam amino (Cadenas 2002)

Glutation hanya diabsorpsi di sel epitel oral dan traktus gastrointestinal

dan memberikan keuntungan kesehatan spesifik pada jaringan tersebut(Cadenas

2002)

34

SUPLAI HILANG

Makanan suplemen Degradasi

GSH

Empedu LUMINAL Uptake

Epitel Reaksi Detoksifikasi

Gambar 24 Supply dan Removal Glutation dalam lumen usus halus (Cadenas 2002) Glutation (GSH) disuplai ke dalam lumen intestinal melalui konsumsi oral

empedu dan sekresi epitel intestinal Jumlah yang disuplai dari empedu cukup

untuk mempertahankan jumlah 200microM pada tikus tetapi tidak cukup pada

manusia yang mengalami degradasi di duktus kantung empedu Jumlah yang

dikonsumsi melalui makanan bervariasi dan secara umum kurang dari 200 microM

Jumlah yang diberikan melalui epitel hanya sekitar 10 atau kurang

dibandingkan dengan yang disediakan oleh empedu Hilangnya Glutation karena

degradasi oleh γ-glutamyltranspeptidase dan dipeptidases pada permukaan sel

epitel ditransportasikan ke dalam sel oleh mekanisme sodium-dependent dan

sodium-independent konjugasi dengan elektrofil reaktif dikatalisasi oleh

glutathione-S transferase mucus (Cadenas 2002)

Vitamin D meningkatkan level glutation di otak dan tampaknya sebagai

katalis untuk produksi glutation Sejumlah vitamin D aktif di otak berikatan

dengan seberapa besar vitamin D3 baik melalui suplemen atau dibentuk di kulit

melalui paparan matahariHal ini menyatakan bahwa mengkonsumsi vitamin D

35

dan atau mendapat cukup paparan matahari meningkatkan produksi glutation

(Sellman 2009)

Konsentrasi glutation di plasma dan hati dapat ditingkatkan dengan

mengkonsumsi suplemen tertentu yang disebut GSH precursors N-asetilsistein

atau NAC glutation precursor yang paling memungkinkan Suplemen lain S-

adenosilmetionin (SAMe) dan whey protein juga dapat meningkatkan glutation

dalam sel (Sellman 2009)

NAC tersedia dalam bentuk obat dan sebagai suplemen generik Alpha

lipoic acid juga dapat mempertahankan glutation intraselular Melatonin dapat

menstimulasi enzim yang berkaitan glutation peroksidase dan silimarin ekstrak

dari biji tanaman milk thistle (Silybum marianum) juga mempunyai kemampuan

memperbarui level glutation

Glutation diatur dengan ketat di intraseluler dan dibatasi produksinya oleh

feedback negative inhibisi sintesisnya sendiri melalui enzim gamma-

glutamilsistein sintetase sehingga meminimalisir kemungkinan terjadinya

overdosis Penambahan glutation menggunakan precursor atau glutation intravena

adalah strategi untuk mengatasi defisiensi glutation stress oksidatif tinggi

defisiensi imun

Glutation yang rendah menunjukkan adanya pembuangan dan

keseimbangan negatif nitrogen seperti pada kanker AIDS sepsis trauma

terbakar dan bahkan atlet overtraining Suplementasi glutation dapat

memperbaiki proses ini dan contohnya pada AIDS memberi hasil adanya

perbaikan survival rates Bagimanapun studi mengenai kondisi ini belum dapat

36

membedakan glutation rendah sebagai akibat secara akut (pada pasien sepsis) atau

secara kronis (HIV) meningkatkan stress oksidatif dan peningkatan patologi

sebagai akibat defisiensi yang sudah ada sebelumnya

Skizofrenia dan gangguan bipolar berhubungan dengan glutation yang

rendah Stress oksidatif mungkin salah satu faktor dasar patofisiologi gangguan

bipolar gangguan depresif mayor dan skizofrenia Glutation (GSH) adalah

pemakan radikal bebas mayor di otakTidak adanya GSH meningkatkan

kerentanan sel terhadap stress oksidatif ditandai asetilsistein dapat mengurangi

gejala kedua gangguan tersebut

Glutation merubah level stress oksidatif pada sel yang diisolasi di

laboratorium sehingga dapat mengurangi perkembangan kanker Tes ini tidak

dilakukan pada manusia

Glutamat yang berlebihan di sinaps yang dapat dilepaskan pada kondisi

seperti cedera otak dapat menghambat pengambilan sistein senyawa pembentuk

glutation yang pentingTanpa proteksi dari cedera oksidatif oleh glutation sel-sel

dapat rusak atau mati (Sellman 2009)

Glutation juga mempunyai fungsi lain sebagai berikut (Sellman 2009)

Mencerahkan kulit

Mencegah menghilangkan jerawat dan bekas jerawat

Menghilangkan noda hitam

Anti aging dan anti kerut

Memberi nutrisi kulit

Membantu pemulihan luka

37

Membuat kulit menjadi halus segar dan bersinar

Kondisi kesehatan yang berhubungan dengan defisiensi glutation

Peningkatan proses penuaan

Kesulitan dalam keseimbangan

Gangguan mental

Masalah koordinasi

Gangguan sistem saraf

Akhir-akhir ini dipercaya sebagai penyebab lesi otak

Kanker HIV Katarak Diabetes Mellitus

Jumlah sperma yang rendah

263 Glutation Precursor (Sellman 2009)

Glutation Precursor disebut juga sebagai building-block dari glutation

yaitu N-asetilsistein atau NAC dan whey protein tidak terdenaturasi

Nasetilsistein adalah obat farmasi yang biasa digunakan bertahun-tahun untuk

mengobati overdose asetaminofen Hal ini sangat efektif ketika diberikan dalam

dosis besar di ruang darurat ketika seseorang akan mengalami gagal hati karena

overdosis asetaminofen komposisi aktif dari Tylenol

Efek sampingnya adalah bercak-bercak kemerahan bersin mual

anafilaksis reaksi alergi yang berupa kesulitan bernafas karena bronkospasme

tekanan darah menurun angioedema muntah kram diare Walaupun jarang

kematian pernah dilaporkan karena N-asetilsistein Beberapa orang mendapatkan

rasa dan bau yang tidak dapat diterima karena kandungan sulfur di dalamnya

38

Pengggunaan teratur untuk menaikkan kadar glutation tidak direkomendasikan

untuk anak-anak dan bayi Masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk

menentukan keamanan N-asetilsistein untuk penggunaan jangka panjang

Whey protein tidak terdenaturasi merupakan nutraceutical atau medicinal

foodSenyawa ini memberikan ikatan sistein ke sel-sel di mana glutation dapat

terbentuk di tempat tersebut

Beberapa kondisi yang tidak dapat mengkonsumsi whey protein

- Pasien dengan alergi protein susu

- Pasien dengan diet rendah protein

- Pasien yang sedang menjalani terapi imunosupresif

Efek sampingnya adalah kembung perut kram urtikaria Efek samping

karena overdosis tidak terjadi karena sel hanya membuat sebatas yang dibutuhkan

apabila berlebih kelebihan disimpan di hati dan ginjal sampai suatu saat kalau

dibutuhkan

264 Sumber Glutation dari makanan

Sumber glutation dari makanan yang disarankan adalah asparagus bayam

brokoli bawang putih kale bawang watercress kol Brussel sprout beberapa

bumbu seperti kunyit kayu manis semangka alpukat anggur peach jeruk

walnut granola daging kalkun dan daging ayam keju cottage dan yoghurt

39

Tabel 21 Makanan yang mengandung Glutation (Cadenas2002)

GSH Food Group mg100 g mgsaji Buah segar Apel 33 46 Pisang 41 48 Anggur 79 146 Jeruk 73 106 Semangka 66 283 Sayuran segar Asparagus dimasak 283 263 Alpukat 277 313 Brokoli dimasak 91 78 Wortel mentah 79 59 Tomat 90 109 Daging Hamburger 175 149 Ham rebus 233 13 Ayam digoreng 131 134 Sereal biji-bijian Cornflakes 00 00 Roti whole wheat 12 06 Roti putih 00 00 Nasi putih enriched dimasak 16 21 Produk Susu Susu whole 00 00 Keju Amerika 00 00 Yoghurt plain lowfat 00 00 Es krim 10 lemak 00 00

40

BAB III

KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

31 Kerangka Berpikir

Faktor penyebab penuaan antara lain faktor internal dan faktoreksternal

Faktor internal meliputi radikal bebas glikosilasi metilasi hormon yang

berkurang apoptosis system kekebalan tubuh yang menurun genetik Faktor

eksternal meliputi gaya hidup tidak sehat polusi lingkungan stress kemiskinan

kebiasaan yang salah olahraga berlebihan (overtraining) Berbagai faktor di atas

menyebabkan terjadinya penurunan fungsi tubuh dan terjadilah penuaan

Kerangka konsep penelitian berdasarkan teori bahwa salah satu penyebab

penuaan adalah radikal bebas Bila jumlah radikal bebas melebihi jumlah

antioksidan di dalam tubuh terjadilah stress oksidatif Radikal bebas dapat

merusak membran sel protein DNA dan berakibat fatal bagi kelangsungan hidup

sel jaringan Stress oksidatif yang berlangsung lama akan mengakibatkan

terjadinya penumpukan hasil kerusakan oksidatif di dalam sel dan jaringan

selanjutnya sel dan jaringan tersebut akan kehilangan fungsinya dan akhirnya

mati

Olahraga berlebih meningkatkan stress oksidatif karena terdapat

peningkatan konsumsi O2 oleh aktivitas otot skeletal Oksigen juga dapat bersifat

toksik yang dapat memicu peningkatan Reactive Oxygen Species (ROS)Organ

yang tidak mendapat cukup oksigen dan nutrisi menjadi iskemik dan terjadi

kerusakan mikrovaskular (Reperfusion Injury) memicu peningkatan radikal

40

41

bebas Dengan pemberian antioksidan Glutation yang merupakan antioksidan

master diharapkan dapat mencegah kerusakan lebih lanjut yang diakibatkan oleh

radikal bebas dengan cara melindungi sel dari Reactive Oxygen Species (ROS)

dan dapat dilihat melalui parameter MDA yang mengalami penurunan

32 Konsep Penelitian

Konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Gambar 31 Konsep Kadar MDA pada tikus yang diberikan Pelatihan Fisik Berlebih+ Placebo dan Pelatihan Fisik Berlebih + Glutation

FAKTOR INTERNAL

- Jenis Kelamin

- Usia

- Genetik

- Hormon

- Psikologis

FAKTOR EKSTERNAL

- Makanan

- Cuaca iklim

- Penyakit

- Exercise

GLUTATION

TIKUS

KADAR MDA

42

33 Hipotesis

Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan kadar MDA

tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

43

BAB IV

METODE PENELITIAN

41 Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksterimental dengan rancangan

randomized pre test-post test control group design (Poccock et al 2008)

Subyek terdiri dari 2 kelompok yaitu

1 Kelompok 1 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+ Placebo

2 Kelompok 2 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation

Semua kelompok sebelum perlakuan diberikan pre test (O1 O3) dan

dihitung rerata untuk masing-masing kelompok

Setelah perlakuan semua kelompok diberikan post test (O2 O4) dan

dihitung rerata untuk masing-masing kelompok

Kemudian dihitung perbedaan rerata antara pre test dan post test dari

masing-masing kelompok lalu hasil perbedaan tersebut dibandingkan secara

statistik

Gambar 41 Rancangan Penelitian

P S

43

R R

O1 P1 O2

O3 P2 O4

44

Keterangan

P = populasi

S = sampel

R = random

O1 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah mendapatkan

pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan placebo (pre test)

O2 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah diberikan pelatihan

fisik berlebih setelah diberikan placebo (post test)

O3 = observasi data MDA kelompok perlakuan setelah diberikan

pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan Glutation (pre test)

O4 = observasi data MDA kelompok perlakuan diberikan pelatihan fisik

berlebih setelah diberikan Glutation (post test)

P1 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih+ placebo

P2 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation

42 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran

Universitas Udayana pada bulan Januari ndash Maret 2012 Pemeriksaan MDA darah

tikus dikerjakan di bagian Program Antar Unit Universitas Gajah Mada

Jogyakarta

45

43 Populasi dan Sampel

431 Populasi

Subyek penelitian adalah tikus jantan dewasa galur Wistar yang berusia 2-

25 bulan dan dalam kondisi fisik sehat

432 Kriteria Sampel

4321 Kriteria Inklusi

Kriteria Inklusi yang ditetapkan sebagai sampel adalah sebagai berikut

a Tikus jantan dewasa galur Wistar

b Umur 2-25 bulan

c Berat badan plusmn200 gram

d Sehat

e MDA ge 5mmollt

4322 Kriteria Drop Out

Adalah sampel yang mati pada waktu penelitian

433 Besar Sampel

Besar sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini dihitung berdasarkan

rumus Poccock (2008)

Angka μ1 (5) dan μ2 (12) didapatkan dari penelitian sebelumnya (Ji 1998)

n=

46

= asymp 7

Keterangan

n = jumlah sampel

σ = standar deviasi kelompok perlakuan dengan pemberian

glutation (15)

f ( ) = besarnya didapat dari tabel (Poccock 2008)

μ1 = rerata hasil MDA pada kelompok perlakuan sesudah

pemberian glutatioacuten (5)

μ2 = rerata hasil MDA pada kelompok pre test (12)

Jadi jumlah sampel (n) = 675 dan ditambah 3 ekor tikus untuk masing-

masing kelompok sebagai cadangan Jadi total 20 ekor tikus dengan 10

ekor tikus untuk masing-masing kelompok

434 Teknik Pengambilan Sampel

Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat

sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi diambil secara acak

sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi

2 kelompok yaitu kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+placebo kelompok

dengan pelatihan fisik berlebih + glutation

47

44 Variabel Penelitian

441 Klasifikasi Variabel

Variabel penelitian dibedakan menjadi

1 Variabel Bebas dosis pemberian glutation

2 Variabel Tergantung kadar MDA

3 Variabel Terkendali varian tikus jantan (galur wistar) jenis

kelamin umur berat badan lingkungan

(pencahayaan suhu kelembaban nutrisi

kandang)

Gambar 42 Bagan Hubungan Antar Variabel

VARIABEL BEBAS

- Pelatihan fisik berlebih

- Glutation 37mg kgBBhari

VARIABEL TERGANTUNG

KADAR MDA

VARIABEL TERKENDALI

Varian tikus

Jenis kelamin umur berat badan

Pencahayaan suhu kelembaban nutrisi kandang

Makanan minuman

48

442 Definisi Operasional Variabel

1 Pelatihan fisik berlebih pada tikus adalah pelatihan yang berlebihan

yang diukur berdasarkan kemampuan maksimal berenang tikus pada

ember berdiameter 35 cm dengan kedalaman air 20 cm yang

dilakukan 60 menithari selama 35 hari pada waktu yang sama pada

suhu 32 derajat (Binekada 2002 dan Pepe2011)

2 Glutation yang diberikan adalah Glutation Teofarma injeksi sediaan

600mg 4 ml Dosis pemberian Glutation adalah pemberian sediaan

antioksidan Glutation dalam bentuk suntikan intraperitoneal yang

diberikan 1x sehari dan diberikan 6 jam sebelum pelatihan fisik

berlebih Dosis pemberian Glutation mengacu pada penelitian yang

dilakukan sebelumnya oleh Ji L L yaitu 37mgkgBBhari yang

dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril secara intraperitonial

3 MDA merupakan salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada

membran sel dan merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan

oleh radikal bebas Pengukuran kadar MDA menggunakan metode

Thiobarbituraic Acid Reactive Substances (TBARS) Pembacaan hasil

dengan menggunakan spektrofotometer Satuan MDA dalam mmoll

4 Cahaya suhu dan kelembaban merupakan kondisi lingkungan yang

dialami tikus jantan dewasa Pada penelitian ini kondisi lingkungan

selama percobaan dibuat sama

5 Berat badan tikus adalah berat badan yang ditimbang dengan

timbangan gram

49

6 Umur tikus adalah umur yang ditentukan dengan melihat tanggal

kelahiran yang dicatat pada kandang percobaan

7 Kondisi peneliti yang meliputi kesehatan fisik dan psikis peneliti

Penelitian dilaksanakan saat kondisi peneliti dalam keadaan baik

sehingga pengaruhnya terhadap hasil penelitian dapat diabaikan

45 Bahan dan Alat Penelitian

451 Bahan Penelitian

Glutation injeksi

Tikus jantan

Makanan tikus berupa pellet dan air minum dari air ledeng

Aquades steril

EDTA (Ethylenediamine tetraacetic acid)

Reagensia untuk pengukuran kadar MDA

452 Alat Penelitian

Alat yang dipakai dalam pengambilan data penelitian ini adalah

- Kandang tikus terbuat dari besi yang di dalamnya terdapat sekam dan

botol minuman

- Ember berdiameter 35 cm dan kedalaman air 20 cm

- Stopwatch

- Timbangan

- Spuit injeksi 1 ml

50

- Sarung tangan

- Kapas dan alkohol 70

- Tabung Evendorf

- Mikropipet

- Pipet kapiler

- Sentrifugasi

46 Prosedur Penelitian

1 Tikus jantan dewasa (Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan

berat badan plusmn200gram dilakukan aklimatisasi selama 2 minggu di

tempat penelitian untuk penyesuaian dengan lingkungan

2 Semua sampel tikus diberi perlakuan yang sama yaitu diberikan

pelatihan fisik berlebih dengan cara berenang sampai kelelahan pada

hari ke 7 kedua kelompok tersebut dilakukan pemeriksaan MDA

3 Mulai hari ke 8 ndash 35 sampel tikus yang berjumlah 20 ekor dibagi atas 2

kelompok di mana kelompok 1(kontrol) diberikan pelatihan fisik

berlebih + injeksi aquabidest intraperitoneal enam jam sebelum

perlakuan aktifitas berlebih kelompok ke 2 (perlakuan) diberikan

pelatihan fisik berlebih + injeksi intraperitoneal glutation 37

mgkgBBhari yang sudah dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril

4 Pada hari ke 35 dilakukan pemeriksaan kadar MDA pada masing-

masing tikus setelah bulu tikus kering

51

5 Selama penelitian hewan coba diberikan makanan dan minuman secara

teratur kebersihan dan kenyamanan kandang dijaga

461 Alur Penelitian

TIKUS ADAPTASI 2 MINGGU

PELATIHAN FISIK BERLEBIH 1 MINGGU

MDA

KELOMPOK 1 KELOMPOK 2

PELATIHAN FISIK BERLEBIH PELATIHAN FISIK BERLEBIH

+ AQUABIDEST (28 hari) +GLUTATION 37mgkgBBhari

28 HARI 28 HARI

MDA

Gambar 43 Bagan Alur Penelitian

462 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium

Pemantauan keselamatan tikus jantan (galur Wistar) di laboratorium

(Smith et al1988 Ngatidjan 2006) adalah sebagai berikut

1 Kandang tikus jantan harus cukup kuat tidak mudah rusak teratur dibersihkan

(1x seminggu) mudah dipasang kembali hewan tidak mudah lepas tahan

52

gigitan hewan kelihatan jelas dari luar Alas tempat tidur terbuat dari serbuk

gergaji atau sekam padi agar mudah menyerap air

2 Luas lantai yang memadai untuk tikus jantan dengan berat badan plusmn200 gram

adalah 60cm persegi dan tinggi 20 cm

3 Diciptakan suasana lingkungan yang stabil dan sesuai keperluan fisiologi tikus

jantan di mana kelembaban suhu pertukaran udara yang ekstrim harus

dihindari

4 Hewan coba hendaknya diperlakukan dengan kasih sayang

47 Pengolahan dan Analisis Data

Analisis data yang digunakan adalah

1 Analisis Deskriptif

2 Uji normalitas data dilakukan dengan tes Shapiro-Wilk Distribusi data

normal dengan nilai pgt005

3 Uji homogenitas dilakukan dengan Lavenersquos Test Data dinyatakan

homogen dengan nilai pgt005

4 Karena data berdistribusi normal dan homogen maka untuk uji

komparabilitas dipakai

- Uji t independent untuk membandingkan rerata kadar MDA antar

kelompok

- Uji Paired T- Test untuk membandingkan rerata kadar MDA pre

dan post masing-masing kelompok

- Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau

dinyatakan berbeda bila plt005

53

BAB V

HASIL PENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 20 ekor tikus jantan dewasa

(Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan berat badan plusmn200 gram sebagai

sampelyang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah 10 ekor

yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dankelompok

perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) Dalam penyajian hasil ini diuraikan

uji normalitas data uji homogenitas data uji komparabilitas dan uji efek

perlakuan

51 Uji Normalitas Data

Data Kadar MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan

pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji

Shapiro-Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005)

disajikan pada Tabel 51

53

54

Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing Kelompok Sebelum

dan Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Perlakuan n p Keterangan

Kadar MDA kontrol pre

Kadar MDA perlakuan pre

Kadar MDA kontrol post

Kadar MDA perlakuan post

10

10

10

10

0965

0550

0975

0697

Normal

Normal

Normal

Normal

52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok

Data Kadar MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun

sesudah perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test

Hasilnya menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52

Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA Sebelum dan

Sesudah Perlakuan

Variabel F p Keterangan

Kadar MDA pre

Kadar MDA post

0016

0592

0901

0452

Homogen

Homogen

53 Kadar MDA

531 Uji komparabilitas

Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata kadar MDA

antar kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan

55

glutation Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada

Tabel 53 berikut

Tabel 53

Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata

Kadar MDA

SB T P

Aktivitas berlebih dan

placebo

Aktivitas berlebihdan

glutathion

10

10

518

529

028

029

089 0386

Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok

kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 518028mmoll dan rerata

kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 529029mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 089 dan nilai

p = 0386 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan

berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya tidak berbeda secara

bermakna (p gt 005)

532 Analisis efek perlakuan

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kadar MDA antar

kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation

56

Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54

berikut

Tabel 54 Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata

Kadar MDA

SB T P

Aktivitas berlebih dan

placebo

Aktivitas berlebihdan

glutathion

10

10

778

444

023

017

3672 0001

Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok

kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata

kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 444017mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 3672 dan nilai

p = 0001 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan

berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya berbeda secara

bermakna (p lt 005)

57

Gambar 51 Perbedaan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

533 Analisis Komparasi Sebelum dengan Sesudah Perlakuan

Analisis komparasi diuji berdasarkan rerata kadar MDA antara sebelum

dengan sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation Hasil

analisis kemaknaan dengan uji t-paired disajikan pada Tabel 55 berikut

Tabel 55 Analisis KomparasiKadar MDA antara Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Kelompok Beda Rerata

pre ndash post p Keterangan

Aktivitas berlebih dan placebo

Aktivitas berlebih dan

glutathion

260

085

0001

0001

Meningkat

Menurun

58

Berdasarkan uji t-paired didapatkan bahwa ada penurunan kadar MDA

pada kelompok perlakuan secara bermakna sebesar 085mmoll sedangkan pada

kelompok kontrol mengalami peningkatan secara bermakna sebesar 260mmoll

59

BAB VI

PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian

Untuk menguji efek pemberian glutation terhadap penurunan kadar MDA

maka dilakukan penelitian terhadap 20 ekor tikus jantan dewasa (Galur Wistar)

sebagai sampel yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah

10 ekor yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dan

kelompok perlakuan (pelatihan fisik berlebih dan glutation)

62 Efek Pelatihan Fisik Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA

Hasil penelitian dan analisis data terhadap kadar MDA darah pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji

normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan homogenitas (Levenersquos test) pre-test dan post-

test masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)

Uji perbandingan 1 minggu pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan

injeksi antara kedua kelompok menggunakan uji t-independent Rerata kadar

MDA kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) adalah

518028mmoll dan rerata kelompok pelatihan fisik berlebih dan glutation

adalah 529029mmoll Analisis kemaknaan dengan uji t-independent

menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna kadar MDA darah antara

kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa

kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan injeksi rerata kadar MDAnya tidak

59

60

berbeda secara bermakna

Uji perbandingan setelah pemberian placebo dan glutation antara kedua

kelompok menggunakan t-independent Rerata kadar MDA kelompok kontrol

(aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata kelompok

perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) adalah 444017mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent antara kedua kelompok sesudah diberikan

placebo dan glutation menunjukkan perbedaan kadar MDA secara bermakna

(plt005) Hal ini berarti bahwa kelompok yang diberikan perlakuan berupa

placebo dan glutation 6 jam sebelum diberikan pelatihan fisik berlebih dengan

cara merenangkan selama 60 menit hari selama 35 hari rerata kadar MDA

berbeda secara bermakna Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh

untuk melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam

organ dan pembuluh darah (Giriwijoyo 2004)

Peningkatan kadar MDA sesudah diberikan pelatihan fisik berlebih pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan disebabkan karena pelatihan fisik

berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena terjadi peningkatan konsumsi

oksigen oleh aktifitas otot skeletal Stress oksidatif memicu peningkatan senyawa

oksigen reaktif Pada pelatihan fisik berlebih juga terjadi Reperfusion Injury yang

memicu terjadinya kerusakan jaringan dan peningkatan radikal bebas (Adiputra

2008) Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara menarik elektronnya

sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan sampai kematian sel

(Suryohudoyo 2000)

Pada penelitian ini didapatkan bahwa sesudah diberikan pelatihan fisik

61

berlebih dan placebo terjadi peningkatan kadar MDA sebesar 5024 Kadar

MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel (Winarsi

2007) Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pepe

(2011) bahwa pelatihan fisik berlebih meningkatkan kadar MDA Lebih lanjut

Murray et al (2000) juga menyatakan bahwa pelatihan fisik berlebih merangsang

respon biomarker stres oksidatif Sedangkan pada kelompok perlakuan yang

diberikan aktifitas berlebih dan glutation terjadi penurunan kadar MDA sebesar

1607 Terjadinya penurunan kadar MDA pada kelompok yang diberikan

glutation 6 jam sebelum melakukan pelatihan fisik berlebih disebabkan karena

pemberian antioksidan meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan

cara mendonorkan elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa

oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsi 2007) Glutation merupakan antioksidan

endogen yaitu antioksidan yang dapat disintesa dalam tubuh dari asam amino L-

sistein L-glutamat dan glisin (Cadenas 2002) yang juga sebagai master

antioksidan yaitu antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain

Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan

Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik (Hersh 2004) Glutation

merupakan salah satu antioksidan yang tidak dapat menjadi pro oksidan (Cadenas

2002) Normalnya sekali suatu antioksidan memakan radikal bebas antioksidan

ini menjadi teroksidasi sendiri dan menyerang sel yang sehat yang disebut

sebagai pro oksidan Glutation dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang

teroksidasi tersebut menjadi bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali

dalam memakan radikal bebas (Sellman 2009) Sehingga dengan demikian

62

glutation dapat membantu dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Urso

(2003) bahwa suplementasi antioksidan dapat mengatasi kondisi stress oksidatif

yang terjadi pelatihan fisik berlebih

Uji perbandingan antara data MDA pre dan post masing-masing kelompok

digunakan uji t-paired test Berdasarkan uji ini didapatkan hasil pada kelompok

perlakuan terjadi penurunan kadar MDA secara bermakna sebesar 085 mmollt

sedangkan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan kadar MDA secara

bermakna sebesar 260mmollt Terjadi penurunan kadar MDA pada kelompok

perlakuan menunjukkan pemberian antioksidan Glutation intraperitoneal dosis

37mgkgBBhari dapat mengatasi kondisi stress oksidatif yang terjadi pada

pelatihan fisik berlebih Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh

Urso (2003)

63

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

71 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan sebagai

berikut Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA

tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

72 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah

1 Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja glutation

yang lebih detail

2 Memperhatikan takaran latihan supaya tidak berlebihan yang justru akan

meningkatkan kerusakan sel

3 Perlu dilakukan uji klinis pada manusia

63

64

DAFTAR PUSTAKA

Adiputra N 2008Kesehatan Olah Raga Available from httpwwwbalihesgorgindexphpoption=com Accessed 2011 Oct 5th

Anonim 2011 Glutathione Available at

httpenwikipediaorgwikiGlutathione Accessed 2011 Oct 5th Anonim 2011 Overtraining Available at

httpwwwmarksdailyapplecomovertraining Accessed 2011 Oct5th

Asikin N 2001Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan InKursus Penyegaran dan Pelatihan Radikal bebas dan Antioksidan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta Fakultas Kedokteran UI

Bagiada NA 2001 Proses Penuaan dan Penanggulangannya Denpasar

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hal 22 Banerjee AK Mandal A Chanda D Chahraboti S 2003 Oxidant

Antioxidant and Physical ExerciseAvailable from httpwwwncbinlmnihgovpubmed14619981 accesed 2011 Sept 2nd

Binekada MC 2002 ldquoPelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Konsentrasi dan

Motilitas Spermatozoa Mencitrdquo(tesis) Denpasar Universitas Udayana

Cadenas E Jones PD 2002Bioavailability of Glutathione In Cadenas E

Packer L editorsHandbook of Antioxidants2nd Ed New York Marcel DekkerInc p549-564

Catala A 2006Lipid PeroxidationInt J Biochem Cell Biol 38 1482-1495 Dalle-DonneI Rossi R ColomboR Giustarini D Milzani

A2006Biomarkers of Oxidative Damage in Human Disease Available from httpwwwredorbitcomnewsscience473334biomarkersof oxidative damage in human diseaseindexhtmlaccessed2011 Sept 5th

Fouad T 2007 Free radicals Types Sources and Damaging Reaction

Relations Available from

64

65

wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th

Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th

Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112

Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors

ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their

Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69

Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan

Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th

Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz

R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155

Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester

Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th

Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala

T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200

Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and

Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders

66

Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana

LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia

Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647

Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from

httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit

Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK

Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620

Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji

Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah

Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009

Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan

Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132

Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde

Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521

Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley

Medical Publicationsp 123-141

Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI

Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable

from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer

67

Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole

Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam

Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI

Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam

Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya

Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan

Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47

Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant

Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th

Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan

Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105

68

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965

Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975

Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753

Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

69

Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan

Group Statistics

Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887

Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215

Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260

Perlakuan 10 42500 23348 07383

Independent Samples Test

Levenes Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df

Sig (2-

tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence Interval of the

Difference Lower Upper

Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428

Equal variances not assumed

-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429

Post1

Equal variances assumed 592 452 367

22 18 000 333700 09087 314608 352792

Equal variances not assumed

36722 16855 000 333700 09087 314515 352885

Post2

Equal variances assumed 906 354 264

19 18 000 239500 09066 220454 258546

Equal variances not assumed

26419 16265 000 239500 09066 220307 258693

70

Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis

(Laurence amp Bacharach 1964)

2g mencit 20g tikus 400g marmot

l5Kg kelinci

20Kg kucing

40Kg kera

120Kg anjing

70Kg manusia

20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879

200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560

400 g marmot

008 057 10 225 24 52 102 315

l5Kg kelinci

004 025 044 10 106 24 45 142

20Kg kucing

003 023 042 092 10 22 41 130

40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61

120Kg anjing

0008 006 010 0022 024 052 10 31

70Kg manusia

00026 0018 0031 007 0013 016 032 10

71

Lampiran 4

Foto Penelitian

Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)

72

Lampiran 5

Data Hasil Penelitian

Kelompok Kontrol

Pre test Post test Pre test Post Test

752 647 769 694

779 670 773 664

745 660 803 653

769 643 817 677

783 653

786 684

Kelompok Perlakuan

Pre Test Post test

412 391

436 412

442 425

425 401

453 436

466 442

432 405

456 432

470 453

476 463

Page 45: PEMBERIAN INJEKSI GLUTATION INTRAPERITONEAL

27

pada tubuh dan otak asam lemak esensial membantu mengurangi depresi

memperbaiki pemulihan protein akan membangun kembali otot yang

mengalami overtraining

- Mengkonsumsi vitamin

Ketika terjadi overtraining suplementasi sangat menguntungkan Vitamin

dan suplementasi mineral sebaiknya dikonsumsi pagi hari bersama dengan

makanan untuk penyerapan yang lebih baik

Defisiensi Vitamin yang biasa terjadi

- Vitamin A (Beta-Caroten)

- Vitamin B kompleks vitamin B12

- Vitamin C D E K

- Asam Folat

Defisiensi Mineral yang biasa terjadi

- Calcium

- Chromium

- Copper Iodine Iron

- Magnesium Fosfor

- Potassium

- Sodium

- Sulfur

- Zinc

28

25 Antioksidan

Radikal Bebas merupakan senyawa reaktif yang secara alami diproduksi

oleh tubuh manusia Radikal Bebas memberikan efek positif atau efek negatif

Untuk membatasi efek negatif tersebut dibutuhkan kompleks proteksi ndash sistem

antioksidan Sistem ini terdiri dari enzim antioksidan (katalase glutation

peroksidase superoksid dismutase) dan antioksidan non enzimatik ( vitamin E-

tokoferol vitamin A- retinol vitamin C- asam askorbat) Keseimbangan antara

produksi radikal bebas dan pertahanan antioksidan menunjukkan tingkat stress

oksidatif yang mungkin terlibat dalam proses penuaan dan pada beberapa

patologi (misalnya kanker Parkinson) (Winarsi 2007)

Latihan fisik juga meningkatkan stress oksidatif dan menyebabkan

gangguan homeostasis Latihan memberikan efek positif dan efek negatif

tergantung dari beban latihan spesifikasi latihan dan tingkat basal latihan Stress

oksidatif terlibat dalam terjadinya muscular fatigue dan mengarah ke

overtraining

Definisi antioksidan menurut Cadenas adalah suatu senyawa yang apabila

terdapat dalam jumlah yang lebih banyak dibanding senyawa yang teroksidasi

secara signifikan dapat menunda atau mencegah proses oksidasi senyawa tersebut

(Cadenas 2002) Secara kimia antioksidan adalah senyawa pemberi electron

Secara biologis antioksidan adalah senyawa yang mampu menangkal dan

meredam dampak negative oksidan dalam tubuh Antioksidan mendonorkan satu

elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa oksidan tersebut dapat

dihambat (Winarsi 2007)

29

Penting sekali keseimbangan antara oksidan dan antioksidan karena

berfungsi menjaga integritas dan berfungsinya membrane lipid protein sel dan

asam nukleat Senyawa asam lemak tak jenuh penyusun membrane lipid sangat

sensitive terhadap perubahan keseimbangan antara oksidan dan antioksidan

Menurut mekanisme kerjanya antioksidan dikelompokkan atas 3 yaitu

1 Antioksidan primer SOD katalase glutation peroksidase (GSH-Px)

Bekerja pembentukan senyawa radikal bebas yang telah terbentuk menjadi

molekul yang kurang aktifSedangkan antioksidan primer yang dapat

ditambahkan dari luar seperti glutation asam lipoat SOD melatonin

2 Antioksidan sekunder vitamin E vitamin C beta karoten flavonoid asam

urat albumin (Soewoto 2001)

Merupakan antioksidan eksogenous atau non enzimatis (Winarsi 2007)

Bekerja dengan cara memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal bebas

atau dengan cara menangkapnya

3 Antioksidan tertier meliputi system enzim DNA-repair dan metionin

sulfoksida reduktase Berfungsi dalam perbaikan biomolekuler yang rusak

akibat reaktivitas radikal bebas

26 Glutation sebagai antioksidan

Glutation merupakan tripeptida yang terdiri dari asam amino glutamat

sistein dan glisin (Cadenas 2002)Ikatan glutamat ndash sistein merupakan ikatan

isopeptida antara grup γ-karboksil dari glutamat dan grup α amino dari

sisteinIkatan unik ini membuat gluation tahan terhadap degradasi oleh proteases

30

dan peptidases yang berfungsi pada peralihan proteinMerupakan suatu

antioksidan yang mencegah kerusakan komponen seluler oleh reactive oxygen

species seperti radikal bebas dan peroksidGlutation bukan nutrisi esensial karena

disintesa di dalam tubuh dari asam amino L-sistein L-glutamic acid dan glycine

Gambar 21 Struktur GSH dan GSSG

Glutation terdapat pada sebagian besar sel tubuh tetapi terbanyak terdapat

di dalam hati Grup thiol (SH) dari sistein berfungsi sebagai donor proton dan

bertanggungjawab untuk aktifitas biologis glutation Provisi asam amino ini

merupakan faktor yang terbatas dalam sintesis glutation oleh sel karena sistein

relatif jarang pada makanan Apabila dilepaskan sebagai asam amino bebas

sistein adalah toksik dan secara spontan dikatabolisasi di saluran pencernaan dan

plasma darah

Glutation disintesis dalam 2 tahap

1 Gamma-glutamylcysteine disintesa dari L-glutamate dan sistein melalui enzim

gamma-glutamylcysteine sintetase (glutamate cysteine ligase GCL)

31

2 Glisin ditambahkan pada C-terminal dari gamma-glutamylcysteine melalui

enzim glutation sintetase

261 Fungsi Glutation

Glutation terdapat dalam bentuk tereduksi (GSH) dan teroksidasi (GSSG)

Grup thiol dari sistein mampu memberikan donor elektron ke molekul lain yang

tidak stabil seperti Reactive Oxygen Species (ROS) Pada saat mendonorkan

elektronnya glutation menjadi reaktif dan segera bereaksi dengan glutation reaktif

lainnya membentuk glutation disulfide (GSSG)Reaksi mungkin terjadi apabila

terdapat konsentrasi yang cukup tinggi di sel (sampai 5mm di hati) GSH dapat

terbentuk kembali dari GSSG oleh enzim glutation reduktase Pada sel atau

jaringan yang sehat terdapat lebih 90 dari total simpanan glutation terdapat

dalam bentuk tereduksi (GSH) dan kurang dari 10 dalam bentuk disulfide

(GSSG)

GSH ---- GSSG

Eliminasi ROS Menjaga protein thiols Antioxidant

dalam bentuk reduksi pools

Gambar 22 GSH Redox (Cadenas 2002)

GSH Redox merupakan indikator sentral keseimbangan antara stress

oksidatif dan system antioksidan GSH Redox berkaitan dengan detoksifikasi

Reactive Oxygen Species (ROS) berfungsi dalam mempertahankan tersedianya

antioksidan mempertahankan protein thiol dalam bentuk reduksi Rasio

32

GSHGSSG sering dipakai untuk mengekspresikan keseimbangan redox ini

Peningkatan rasio GSH-GSSG merupakan indikasi adanya Stress Oksidatif

(Goldman 2003)

Glutation mempunyai beberapa fungsi (Winarsih 2007)

- Sebagai antioksidan endogen mayor yang diproduksi oleh sel berpartisipasi

langsung pada netralisasi radikal bebas dan senyawa oksigen reaktif

mempertahankan antioksidan eksogen seperti vitamin C dan E pada bentuk

tereduksi (aktif)

- Pengaturan siklus nitric oxide yang sangat penting untuk kehidupan tetapi

dapat menjadi masalah apabila tidak teregulasi Digunakan untuk reaksi

metabolism dan biokimia seperti sintesis dan perbaikan DNA sintesis protein

sintesis prostaglandin transport asam amino dan aktivasi enzim Tiap sistem

di dalam tubuh kita dapat dipengaruhi oleh sistem glutation khususnya sistem

imun sistem saraf sistem gastrointestinal dan paru

Gambar 23 Detoksifikasi Lipid Hydroxyperoxides di usus halus

33

GSH yang ditransportasikan kedalam lumen digunakan untuk detoksifikasi

peroksid yang terbentuk dari makanan oleh glutation peroksidase (GSH Px)

Proses ini membutuhkan peroksid dan glutation yang tersedia di sel epitel GSSG

yang terbentuk direduksi kembali menjadi GSH oleh GSSG reduktase (GSSG

Rx) menggunakan NADPH sebagai reduktan

262 Suplementasi Glutation

Meningkatkan level GSH melalui suplementasi glutation langsung sulit

Penelitian terakhir menyatakan bahwa secara oral tidak diabsorpsi baik melalui

saluran pencernaan Studi mengenai konsumsi oral akut glutation dengan dosis

sangat besar 3 gram Witschi dan tim menemukan lsquoadalah tidak mungkin

meningkatkan glutation yang bermanfaat secara klinis dengan dosis tunggal 3

gram glutationrsquo

Glutation terdapat pada makanan sehari-hari sampai 150mghari dapat

diabsorpsi melalui intak di usus halus Individu sehat dengan asupan sulfur asam

amino (1-2 gramhari) jumlah GSH mungkin tidak cukup untuk mendapatkan

efek penting secara sistemik Individu dengan asupan sulfur asam amino yang

terbatas suplementasi GSH diperlukan untuk mempertahankan suplai GSH

sistemik dengan memperbaiki keseimbangan sulfur asam amino (Cadenas 2002)

Glutation hanya diabsorpsi di sel epitel oral dan traktus gastrointestinal

dan memberikan keuntungan kesehatan spesifik pada jaringan tersebut(Cadenas

2002)

34

SUPLAI HILANG

Makanan suplemen Degradasi

GSH

Empedu LUMINAL Uptake

Epitel Reaksi Detoksifikasi

Gambar 24 Supply dan Removal Glutation dalam lumen usus halus (Cadenas 2002) Glutation (GSH) disuplai ke dalam lumen intestinal melalui konsumsi oral

empedu dan sekresi epitel intestinal Jumlah yang disuplai dari empedu cukup

untuk mempertahankan jumlah 200microM pada tikus tetapi tidak cukup pada

manusia yang mengalami degradasi di duktus kantung empedu Jumlah yang

dikonsumsi melalui makanan bervariasi dan secara umum kurang dari 200 microM

Jumlah yang diberikan melalui epitel hanya sekitar 10 atau kurang

dibandingkan dengan yang disediakan oleh empedu Hilangnya Glutation karena

degradasi oleh γ-glutamyltranspeptidase dan dipeptidases pada permukaan sel

epitel ditransportasikan ke dalam sel oleh mekanisme sodium-dependent dan

sodium-independent konjugasi dengan elektrofil reaktif dikatalisasi oleh

glutathione-S transferase mucus (Cadenas 2002)

Vitamin D meningkatkan level glutation di otak dan tampaknya sebagai

katalis untuk produksi glutation Sejumlah vitamin D aktif di otak berikatan

dengan seberapa besar vitamin D3 baik melalui suplemen atau dibentuk di kulit

melalui paparan matahariHal ini menyatakan bahwa mengkonsumsi vitamin D

35

dan atau mendapat cukup paparan matahari meningkatkan produksi glutation

(Sellman 2009)

Konsentrasi glutation di plasma dan hati dapat ditingkatkan dengan

mengkonsumsi suplemen tertentu yang disebut GSH precursors N-asetilsistein

atau NAC glutation precursor yang paling memungkinkan Suplemen lain S-

adenosilmetionin (SAMe) dan whey protein juga dapat meningkatkan glutation

dalam sel (Sellman 2009)

NAC tersedia dalam bentuk obat dan sebagai suplemen generik Alpha

lipoic acid juga dapat mempertahankan glutation intraselular Melatonin dapat

menstimulasi enzim yang berkaitan glutation peroksidase dan silimarin ekstrak

dari biji tanaman milk thistle (Silybum marianum) juga mempunyai kemampuan

memperbarui level glutation

Glutation diatur dengan ketat di intraseluler dan dibatasi produksinya oleh

feedback negative inhibisi sintesisnya sendiri melalui enzim gamma-

glutamilsistein sintetase sehingga meminimalisir kemungkinan terjadinya

overdosis Penambahan glutation menggunakan precursor atau glutation intravena

adalah strategi untuk mengatasi defisiensi glutation stress oksidatif tinggi

defisiensi imun

Glutation yang rendah menunjukkan adanya pembuangan dan

keseimbangan negatif nitrogen seperti pada kanker AIDS sepsis trauma

terbakar dan bahkan atlet overtraining Suplementasi glutation dapat

memperbaiki proses ini dan contohnya pada AIDS memberi hasil adanya

perbaikan survival rates Bagimanapun studi mengenai kondisi ini belum dapat

36

membedakan glutation rendah sebagai akibat secara akut (pada pasien sepsis) atau

secara kronis (HIV) meningkatkan stress oksidatif dan peningkatan patologi

sebagai akibat defisiensi yang sudah ada sebelumnya

Skizofrenia dan gangguan bipolar berhubungan dengan glutation yang

rendah Stress oksidatif mungkin salah satu faktor dasar patofisiologi gangguan

bipolar gangguan depresif mayor dan skizofrenia Glutation (GSH) adalah

pemakan radikal bebas mayor di otakTidak adanya GSH meningkatkan

kerentanan sel terhadap stress oksidatif ditandai asetilsistein dapat mengurangi

gejala kedua gangguan tersebut

Glutation merubah level stress oksidatif pada sel yang diisolasi di

laboratorium sehingga dapat mengurangi perkembangan kanker Tes ini tidak

dilakukan pada manusia

Glutamat yang berlebihan di sinaps yang dapat dilepaskan pada kondisi

seperti cedera otak dapat menghambat pengambilan sistein senyawa pembentuk

glutation yang pentingTanpa proteksi dari cedera oksidatif oleh glutation sel-sel

dapat rusak atau mati (Sellman 2009)

Glutation juga mempunyai fungsi lain sebagai berikut (Sellman 2009)

Mencerahkan kulit

Mencegah menghilangkan jerawat dan bekas jerawat

Menghilangkan noda hitam

Anti aging dan anti kerut

Memberi nutrisi kulit

Membantu pemulihan luka

37

Membuat kulit menjadi halus segar dan bersinar

Kondisi kesehatan yang berhubungan dengan defisiensi glutation

Peningkatan proses penuaan

Kesulitan dalam keseimbangan

Gangguan mental

Masalah koordinasi

Gangguan sistem saraf

Akhir-akhir ini dipercaya sebagai penyebab lesi otak

Kanker HIV Katarak Diabetes Mellitus

Jumlah sperma yang rendah

263 Glutation Precursor (Sellman 2009)

Glutation Precursor disebut juga sebagai building-block dari glutation

yaitu N-asetilsistein atau NAC dan whey protein tidak terdenaturasi

Nasetilsistein adalah obat farmasi yang biasa digunakan bertahun-tahun untuk

mengobati overdose asetaminofen Hal ini sangat efektif ketika diberikan dalam

dosis besar di ruang darurat ketika seseorang akan mengalami gagal hati karena

overdosis asetaminofen komposisi aktif dari Tylenol

Efek sampingnya adalah bercak-bercak kemerahan bersin mual

anafilaksis reaksi alergi yang berupa kesulitan bernafas karena bronkospasme

tekanan darah menurun angioedema muntah kram diare Walaupun jarang

kematian pernah dilaporkan karena N-asetilsistein Beberapa orang mendapatkan

rasa dan bau yang tidak dapat diterima karena kandungan sulfur di dalamnya

38

Pengggunaan teratur untuk menaikkan kadar glutation tidak direkomendasikan

untuk anak-anak dan bayi Masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk

menentukan keamanan N-asetilsistein untuk penggunaan jangka panjang

Whey protein tidak terdenaturasi merupakan nutraceutical atau medicinal

foodSenyawa ini memberikan ikatan sistein ke sel-sel di mana glutation dapat

terbentuk di tempat tersebut

Beberapa kondisi yang tidak dapat mengkonsumsi whey protein

- Pasien dengan alergi protein susu

- Pasien dengan diet rendah protein

- Pasien yang sedang menjalani terapi imunosupresif

Efek sampingnya adalah kembung perut kram urtikaria Efek samping

karena overdosis tidak terjadi karena sel hanya membuat sebatas yang dibutuhkan

apabila berlebih kelebihan disimpan di hati dan ginjal sampai suatu saat kalau

dibutuhkan

264 Sumber Glutation dari makanan

Sumber glutation dari makanan yang disarankan adalah asparagus bayam

brokoli bawang putih kale bawang watercress kol Brussel sprout beberapa

bumbu seperti kunyit kayu manis semangka alpukat anggur peach jeruk

walnut granola daging kalkun dan daging ayam keju cottage dan yoghurt

39

Tabel 21 Makanan yang mengandung Glutation (Cadenas2002)

GSH Food Group mg100 g mgsaji Buah segar Apel 33 46 Pisang 41 48 Anggur 79 146 Jeruk 73 106 Semangka 66 283 Sayuran segar Asparagus dimasak 283 263 Alpukat 277 313 Brokoli dimasak 91 78 Wortel mentah 79 59 Tomat 90 109 Daging Hamburger 175 149 Ham rebus 233 13 Ayam digoreng 131 134 Sereal biji-bijian Cornflakes 00 00 Roti whole wheat 12 06 Roti putih 00 00 Nasi putih enriched dimasak 16 21 Produk Susu Susu whole 00 00 Keju Amerika 00 00 Yoghurt plain lowfat 00 00 Es krim 10 lemak 00 00

40

BAB III

KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

31 Kerangka Berpikir

Faktor penyebab penuaan antara lain faktor internal dan faktoreksternal

Faktor internal meliputi radikal bebas glikosilasi metilasi hormon yang

berkurang apoptosis system kekebalan tubuh yang menurun genetik Faktor

eksternal meliputi gaya hidup tidak sehat polusi lingkungan stress kemiskinan

kebiasaan yang salah olahraga berlebihan (overtraining) Berbagai faktor di atas

menyebabkan terjadinya penurunan fungsi tubuh dan terjadilah penuaan

Kerangka konsep penelitian berdasarkan teori bahwa salah satu penyebab

penuaan adalah radikal bebas Bila jumlah radikal bebas melebihi jumlah

antioksidan di dalam tubuh terjadilah stress oksidatif Radikal bebas dapat

merusak membran sel protein DNA dan berakibat fatal bagi kelangsungan hidup

sel jaringan Stress oksidatif yang berlangsung lama akan mengakibatkan

terjadinya penumpukan hasil kerusakan oksidatif di dalam sel dan jaringan

selanjutnya sel dan jaringan tersebut akan kehilangan fungsinya dan akhirnya

mati

Olahraga berlebih meningkatkan stress oksidatif karena terdapat

peningkatan konsumsi O2 oleh aktivitas otot skeletal Oksigen juga dapat bersifat

toksik yang dapat memicu peningkatan Reactive Oxygen Species (ROS)Organ

yang tidak mendapat cukup oksigen dan nutrisi menjadi iskemik dan terjadi

kerusakan mikrovaskular (Reperfusion Injury) memicu peningkatan radikal

40

41

bebas Dengan pemberian antioksidan Glutation yang merupakan antioksidan

master diharapkan dapat mencegah kerusakan lebih lanjut yang diakibatkan oleh

radikal bebas dengan cara melindungi sel dari Reactive Oxygen Species (ROS)

dan dapat dilihat melalui parameter MDA yang mengalami penurunan

32 Konsep Penelitian

Konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Gambar 31 Konsep Kadar MDA pada tikus yang diberikan Pelatihan Fisik Berlebih+ Placebo dan Pelatihan Fisik Berlebih + Glutation

FAKTOR INTERNAL

- Jenis Kelamin

- Usia

- Genetik

- Hormon

- Psikologis

FAKTOR EKSTERNAL

- Makanan

- Cuaca iklim

- Penyakit

- Exercise

GLUTATION

TIKUS

KADAR MDA

42

33 Hipotesis

Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan kadar MDA

tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

43

BAB IV

METODE PENELITIAN

41 Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksterimental dengan rancangan

randomized pre test-post test control group design (Poccock et al 2008)

Subyek terdiri dari 2 kelompok yaitu

1 Kelompok 1 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+ Placebo

2 Kelompok 2 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation

Semua kelompok sebelum perlakuan diberikan pre test (O1 O3) dan

dihitung rerata untuk masing-masing kelompok

Setelah perlakuan semua kelompok diberikan post test (O2 O4) dan

dihitung rerata untuk masing-masing kelompok

Kemudian dihitung perbedaan rerata antara pre test dan post test dari

masing-masing kelompok lalu hasil perbedaan tersebut dibandingkan secara

statistik

Gambar 41 Rancangan Penelitian

P S

43

R R

O1 P1 O2

O3 P2 O4

44

Keterangan

P = populasi

S = sampel

R = random

O1 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah mendapatkan

pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan placebo (pre test)

O2 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah diberikan pelatihan

fisik berlebih setelah diberikan placebo (post test)

O3 = observasi data MDA kelompok perlakuan setelah diberikan

pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan Glutation (pre test)

O4 = observasi data MDA kelompok perlakuan diberikan pelatihan fisik

berlebih setelah diberikan Glutation (post test)

P1 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih+ placebo

P2 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation

42 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran

Universitas Udayana pada bulan Januari ndash Maret 2012 Pemeriksaan MDA darah

tikus dikerjakan di bagian Program Antar Unit Universitas Gajah Mada

Jogyakarta

45

43 Populasi dan Sampel

431 Populasi

Subyek penelitian adalah tikus jantan dewasa galur Wistar yang berusia 2-

25 bulan dan dalam kondisi fisik sehat

432 Kriteria Sampel

4321 Kriteria Inklusi

Kriteria Inklusi yang ditetapkan sebagai sampel adalah sebagai berikut

a Tikus jantan dewasa galur Wistar

b Umur 2-25 bulan

c Berat badan plusmn200 gram

d Sehat

e MDA ge 5mmollt

4322 Kriteria Drop Out

Adalah sampel yang mati pada waktu penelitian

433 Besar Sampel

Besar sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini dihitung berdasarkan

rumus Poccock (2008)

Angka μ1 (5) dan μ2 (12) didapatkan dari penelitian sebelumnya (Ji 1998)

n=

46

= asymp 7

Keterangan

n = jumlah sampel

σ = standar deviasi kelompok perlakuan dengan pemberian

glutation (15)

f ( ) = besarnya didapat dari tabel (Poccock 2008)

μ1 = rerata hasil MDA pada kelompok perlakuan sesudah

pemberian glutatioacuten (5)

μ2 = rerata hasil MDA pada kelompok pre test (12)

Jadi jumlah sampel (n) = 675 dan ditambah 3 ekor tikus untuk masing-

masing kelompok sebagai cadangan Jadi total 20 ekor tikus dengan 10

ekor tikus untuk masing-masing kelompok

434 Teknik Pengambilan Sampel

Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat

sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi diambil secara acak

sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi

2 kelompok yaitu kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+placebo kelompok

dengan pelatihan fisik berlebih + glutation

47

44 Variabel Penelitian

441 Klasifikasi Variabel

Variabel penelitian dibedakan menjadi

1 Variabel Bebas dosis pemberian glutation

2 Variabel Tergantung kadar MDA

3 Variabel Terkendali varian tikus jantan (galur wistar) jenis

kelamin umur berat badan lingkungan

(pencahayaan suhu kelembaban nutrisi

kandang)

Gambar 42 Bagan Hubungan Antar Variabel

VARIABEL BEBAS

- Pelatihan fisik berlebih

- Glutation 37mg kgBBhari

VARIABEL TERGANTUNG

KADAR MDA

VARIABEL TERKENDALI

Varian tikus

Jenis kelamin umur berat badan

Pencahayaan suhu kelembaban nutrisi kandang

Makanan minuman

48

442 Definisi Operasional Variabel

1 Pelatihan fisik berlebih pada tikus adalah pelatihan yang berlebihan

yang diukur berdasarkan kemampuan maksimal berenang tikus pada

ember berdiameter 35 cm dengan kedalaman air 20 cm yang

dilakukan 60 menithari selama 35 hari pada waktu yang sama pada

suhu 32 derajat (Binekada 2002 dan Pepe2011)

2 Glutation yang diberikan adalah Glutation Teofarma injeksi sediaan

600mg 4 ml Dosis pemberian Glutation adalah pemberian sediaan

antioksidan Glutation dalam bentuk suntikan intraperitoneal yang

diberikan 1x sehari dan diberikan 6 jam sebelum pelatihan fisik

berlebih Dosis pemberian Glutation mengacu pada penelitian yang

dilakukan sebelumnya oleh Ji L L yaitu 37mgkgBBhari yang

dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril secara intraperitonial

3 MDA merupakan salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada

membran sel dan merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan

oleh radikal bebas Pengukuran kadar MDA menggunakan metode

Thiobarbituraic Acid Reactive Substances (TBARS) Pembacaan hasil

dengan menggunakan spektrofotometer Satuan MDA dalam mmoll

4 Cahaya suhu dan kelembaban merupakan kondisi lingkungan yang

dialami tikus jantan dewasa Pada penelitian ini kondisi lingkungan

selama percobaan dibuat sama

5 Berat badan tikus adalah berat badan yang ditimbang dengan

timbangan gram

49

6 Umur tikus adalah umur yang ditentukan dengan melihat tanggal

kelahiran yang dicatat pada kandang percobaan

7 Kondisi peneliti yang meliputi kesehatan fisik dan psikis peneliti

Penelitian dilaksanakan saat kondisi peneliti dalam keadaan baik

sehingga pengaruhnya terhadap hasil penelitian dapat diabaikan

45 Bahan dan Alat Penelitian

451 Bahan Penelitian

Glutation injeksi

Tikus jantan

Makanan tikus berupa pellet dan air minum dari air ledeng

Aquades steril

EDTA (Ethylenediamine tetraacetic acid)

Reagensia untuk pengukuran kadar MDA

452 Alat Penelitian

Alat yang dipakai dalam pengambilan data penelitian ini adalah

- Kandang tikus terbuat dari besi yang di dalamnya terdapat sekam dan

botol minuman

- Ember berdiameter 35 cm dan kedalaman air 20 cm

- Stopwatch

- Timbangan

- Spuit injeksi 1 ml

50

- Sarung tangan

- Kapas dan alkohol 70

- Tabung Evendorf

- Mikropipet

- Pipet kapiler

- Sentrifugasi

46 Prosedur Penelitian

1 Tikus jantan dewasa (Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan

berat badan plusmn200gram dilakukan aklimatisasi selama 2 minggu di

tempat penelitian untuk penyesuaian dengan lingkungan

2 Semua sampel tikus diberi perlakuan yang sama yaitu diberikan

pelatihan fisik berlebih dengan cara berenang sampai kelelahan pada

hari ke 7 kedua kelompok tersebut dilakukan pemeriksaan MDA

3 Mulai hari ke 8 ndash 35 sampel tikus yang berjumlah 20 ekor dibagi atas 2

kelompok di mana kelompok 1(kontrol) diberikan pelatihan fisik

berlebih + injeksi aquabidest intraperitoneal enam jam sebelum

perlakuan aktifitas berlebih kelompok ke 2 (perlakuan) diberikan

pelatihan fisik berlebih + injeksi intraperitoneal glutation 37

mgkgBBhari yang sudah dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril

4 Pada hari ke 35 dilakukan pemeriksaan kadar MDA pada masing-

masing tikus setelah bulu tikus kering

51

5 Selama penelitian hewan coba diberikan makanan dan minuman secara

teratur kebersihan dan kenyamanan kandang dijaga

461 Alur Penelitian

TIKUS ADAPTASI 2 MINGGU

PELATIHAN FISIK BERLEBIH 1 MINGGU

MDA

KELOMPOK 1 KELOMPOK 2

PELATIHAN FISIK BERLEBIH PELATIHAN FISIK BERLEBIH

+ AQUABIDEST (28 hari) +GLUTATION 37mgkgBBhari

28 HARI 28 HARI

MDA

Gambar 43 Bagan Alur Penelitian

462 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium

Pemantauan keselamatan tikus jantan (galur Wistar) di laboratorium

(Smith et al1988 Ngatidjan 2006) adalah sebagai berikut

1 Kandang tikus jantan harus cukup kuat tidak mudah rusak teratur dibersihkan

(1x seminggu) mudah dipasang kembali hewan tidak mudah lepas tahan

52

gigitan hewan kelihatan jelas dari luar Alas tempat tidur terbuat dari serbuk

gergaji atau sekam padi agar mudah menyerap air

2 Luas lantai yang memadai untuk tikus jantan dengan berat badan plusmn200 gram

adalah 60cm persegi dan tinggi 20 cm

3 Diciptakan suasana lingkungan yang stabil dan sesuai keperluan fisiologi tikus

jantan di mana kelembaban suhu pertukaran udara yang ekstrim harus

dihindari

4 Hewan coba hendaknya diperlakukan dengan kasih sayang

47 Pengolahan dan Analisis Data

Analisis data yang digunakan adalah

1 Analisis Deskriptif

2 Uji normalitas data dilakukan dengan tes Shapiro-Wilk Distribusi data

normal dengan nilai pgt005

3 Uji homogenitas dilakukan dengan Lavenersquos Test Data dinyatakan

homogen dengan nilai pgt005

4 Karena data berdistribusi normal dan homogen maka untuk uji

komparabilitas dipakai

- Uji t independent untuk membandingkan rerata kadar MDA antar

kelompok

- Uji Paired T- Test untuk membandingkan rerata kadar MDA pre

dan post masing-masing kelompok

- Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau

dinyatakan berbeda bila plt005

53

BAB V

HASIL PENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 20 ekor tikus jantan dewasa

(Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan berat badan plusmn200 gram sebagai

sampelyang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah 10 ekor

yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dankelompok

perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) Dalam penyajian hasil ini diuraikan

uji normalitas data uji homogenitas data uji komparabilitas dan uji efek

perlakuan

51 Uji Normalitas Data

Data Kadar MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan

pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji

Shapiro-Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005)

disajikan pada Tabel 51

53

54

Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing Kelompok Sebelum

dan Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Perlakuan n p Keterangan

Kadar MDA kontrol pre

Kadar MDA perlakuan pre

Kadar MDA kontrol post

Kadar MDA perlakuan post

10

10

10

10

0965

0550

0975

0697

Normal

Normal

Normal

Normal

52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok

Data Kadar MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun

sesudah perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test

Hasilnya menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52

Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA Sebelum dan

Sesudah Perlakuan

Variabel F p Keterangan

Kadar MDA pre

Kadar MDA post

0016

0592

0901

0452

Homogen

Homogen

53 Kadar MDA

531 Uji komparabilitas

Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata kadar MDA

antar kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan

55

glutation Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada

Tabel 53 berikut

Tabel 53

Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata

Kadar MDA

SB T P

Aktivitas berlebih dan

placebo

Aktivitas berlebihdan

glutathion

10

10

518

529

028

029

089 0386

Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok

kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 518028mmoll dan rerata

kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 529029mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 089 dan nilai

p = 0386 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan

berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya tidak berbeda secara

bermakna (p gt 005)

532 Analisis efek perlakuan

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kadar MDA antar

kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation

56

Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54

berikut

Tabel 54 Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata

Kadar MDA

SB T P

Aktivitas berlebih dan

placebo

Aktivitas berlebihdan

glutathion

10

10

778

444

023

017

3672 0001

Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok

kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata

kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 444017mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 3672 dan nilai

p = 0001 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan

berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya berbeda secara

bermakna (p lt 005)

57

Gambar 51 Perbedaan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

533 Analisis Komparasi Sebelum dengan Sesudah Perlakuan

Analisis komparasi diuji berdasarkan rerata kadar MDA antara sebelum

dengan sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation Hasil

analisis kemaknaan dengan uji t-paired disajikan pada Tabel 55 berikut

Tabel 55 Analisis KomparasiKadar MDA antara Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Kelompok Beda Rerata

pre ndash post p Keterangan

Aktivitas berlebih dan placebo

Aktivitas berlebih dan

glutathion

260

085

0001

0001

Meningkat

Menurun

58

Berdasarkan uji t-paired didapatkan bahwa ada penurunan kadar MDA

pada kelompok perlakuan secara bermakna sebesar 085mmoll sedangkan pada

kelompok kontrol mengalami peningkatan secara bermakna sebesar 260mmoll

59

BAB VI

PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian

Untuk menguji efek pemberian glutation terhadap penurunan kadar MDA

maka dilakukan penelitian terhadap 20 ekor tikus jantan dewasa (Galur Wistar)

sebagai sampel yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah

10 ekor yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dan

kelompok perlakuan (pelatihan fisik berlebih dan glutation)

62 Efek Pelatihan Fisik Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA

Hasil penelitian dan analisis data terhadap kadar MDA darah pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji

normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan homogenitas (Levenersquos test) pre-test dan post-

test masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)

Uji perbandingan 1 minggu pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan

injeksi antara kedua kelompok menggunakan uji t-independent Rerata kadar

MDA kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) adalah

518028mmoll dan rerata kelompok pelatihan fisik berlebih dan glutation

adalah 529029mmoll Analisis kemaknaan dengan uji t-independent

menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna kadar MDA darah antara

kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa

kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan injeksi rerata kadar MDAnya tidak

59

60

berbeda secara bermakna

Uji perbandingan setelah pemberian placebo dan glutation antara kedua

kelompok menggunakan t-independent Rerata kadar MDA kelompok kontrol

(aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata kelompok

perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) adalah 444017mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent antara kedua kelompok sesudah diberikan

placebo dan glutation menunjukkan perbedaan kadar MDA secara bermakna

(plt005) Hal ini berarti bahwa kelompok yang diberikan perlakuan berupa

placebo dan glutation 6 jam sebelum diberikan pelatihan fisik berlebih dengan

cara merenangkan selama 60 menit hari selama 35 hari rerata kadar MDA

berbeda secara bermakna Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh

untuk melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam

organ dan pembuluh darah (Giriwijoyo 2004)

Peningkatan kadar MDA sesudah diberikan pelatihan fisik berlebih pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan disebabkan karena pelatihan fisik

berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena terjadi peningkatan konsumsi

oksigen oleh aktifitas otot skeletal Stress oksidatif memicu peningkatan senyawa

oksigen reaktif Pada pelatihan fisik berlebih juga terjadi Reperfusion Injury yang

memicu terjadinya kerusakan jaringan dan peningkatan radikal bebas (Adiputra

2008) Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara menarik elektronnya

sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan sampai kematian sel

(Suryohudoyo 2000)

Pada penelitian ini didapatkan bahwa sesudah diberikan pelatihan fisik

61

berlebih dan placebo terjadi peningkatan kadar MDA sebesar 5024 Kadar

MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel (Winarsi

2007) Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pepe

(2011) bahwa pelatihan fisik berlebih meningkatkan kadar MDA Lebih lanjut

Murray et al (2000) juga menyatakan bahwa pelatihan fisik berlebih merangsang

respon biomarker stres oksidatif Sedangkan pada kelompok perlakuan yang

diberikan aktifitas berlebih dan glutation terjadi penurunan kadar MDA sebesar

1607 Terjadinya penurunan kadar MDA pada kelompok yang diberikan

glutation 6 jam sebelum melakukan pelatihan fisik berlebih disebabkan karena

pemberian antioksidan meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan

cara mendonorkan elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa

oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsi 2007) Glutation merupakan antioksidan

endogen yaitu antioksidan yang dapat disintesa dalam tubuh dari asam amino L-

sistein L-glutamat dan glisin (Cadenas 2002) yang juga sebagai master

antioksidan yaitu antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain

Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan

Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik (Hersh 2004) Glutation

merupakan salah satu antioksidan yang tidak dapat menjadi pro oksidan (Cadenas

2002) Normalnya sekali suatu antioksidan memakan radikal bebas antioksidan

ini menjadi teroksidasi sendiri dan menyerang sel yang sehat yang disebut

sebagai pro oksidan Glutation dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang

teroksidasi tersebut menjadi bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali

dalam memakan radikal bebas (Sellman 2009) Sehingga dengan demikian

62

glutation dapat membantu dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Urso

(2003) bahwa suplementasi antioksidan dapat mengatasi kondisi stress oksidatif

yang terjadi pelatihan fisik berlebih

Uji perbandingan antara data MDA pre dan post masing-masing kelompok

digunakan uji t-paired test Berdasarkan uji ini didapatkan hasil pada kelompok

perlakuan terjadi penurunan kadar MDA secara bermakna sebesar 085 mmollt

sedangkan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan kadar MDA secara

bermakna sebesar 260mmollt Terjadi penurunan kadar MDA pada kelompok

perlakuan menunjukkan pemberian antioksidan Glutation intraperitoneal dosis

37mgkgBBhari dapat mengatasi kondisi stress oksidatif yang terjadi pada

pelatihan fisik berlebih Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh

Urso (2003)

63

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

71 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan sebagai

berikut Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA

tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

72 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah

1 Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja glutation

yang lebih detail

2 Memperhatikan takaran latihan supaya tidak berlebihan yang justru akan

meningkatkan kerusakan sel

3 Perlu dilakukan uji klinis pada manusia

63

64

DAFTAR PUSTAKA

Adiputra N 2008Kesehatan Olah Raga Available from httpwwwbalihesgorgindexphpoption=com Accessed 2011 Oct 5th

Anonim 2011 Glutathione Available at

httpenwikipediaorgwikiGlutathione Accessed 2011 Oct 5th Anonim 2011 Overtraining Available at

httpwwwmarksdailyapplecomovertraining Accessed 2011 Oct5th

Asikin N 2001Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan InKursus Penyegaran dan Pelatihan Radikal bebas dan Antioksidan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta Fakultas Kedokteran UI

Bagiada NA 2001 Proses Penuaan dan Penanggulangannya Denpasar

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hal 22 Banerjee AK Mandal A Chanda D Chahraboti S 2003 Oxidant

Antioxidant and Physical ExerciseAvailable from httpwwwncbinlmnihgovpubmed14619981 accesed 2011 Sept 2nd

Binekada MC 2002 ldquoPelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Konsentrasi dan

Motilitas Spermatozoa Mencitrdquo(tesis) Denpasar Universitas Udayana

Cadenas E Jones PD 2002Bioavailability of Glutathione In Cadenas E

Packer L editorsHandbook of Antioxidants2nd Ed New York Marcel DekkerInc p549-564

Catala A 2006Lipid PeroxidationInt J Biochem Cell Biol 38 1482-1495 Dalle-DonneI Rossi R ColomboR Giustarini D Milzani

A2006Biomarkers of Oxidative Damage in Human Disease Available from httpwwwredorbitcomnewsscience473334biomarkersof oxidative damage in human diseaseindexhtmlaccessed2011 Sept 5th

Fouad T 2007 Free radicals Types Sources and Damaging Reaction

Relations Available from

64

65

wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th

Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th

Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112

Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors

ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their

Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69

Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan

Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th

Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz

R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155

Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester

Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th

Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala

T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200

Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and

Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders

66

Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana

LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia

Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647

Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from

httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit

Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK

Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620

Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji

Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah

Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009

Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan

Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132

Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde

Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521

Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley

Medical Publicationsp 123-141

Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI

Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable

from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer

67

Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole

Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam

Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI

Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam

Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya

Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan

Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47

Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant

Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th

Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan

Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105

68

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965

Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975

Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753

Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

69

Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan

Group Statistics

Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887

Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215

Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260

Perlakuan 10 42500 23348 07383

Independent Samples Test

Levenes Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df

Sig (2-

tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence Interval of the

Difference Lower Upper

Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428

Equal variances not assumed

-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429

Post1

Equal variances assumed 592 452 367

22 18 000 333700 09087 314608 352792

Equal variances not assumed

36722 16855 000 333700 09087 314515 352885

Post2

Equal variances assumed 906 354 264

19 18 000 239500 09066 220454 258546

Equal variances not assumed

26419 16265 000 239500 09066 220307 258693

70

Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis

(Laurence amp Bacharach 1964)

2g mencit 20g tikus 400g marmot

l5Kg kelinci

20Kg kucing

40Kg kera

120Kg anjing

70Kg manusia

20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879

200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560

400 g marmot

008 057 10 225 24 52 102 315

l5Kg kelinci

004 025 044 10 106 24 45 142

20Kg kucing

003 023 042 092 10 22 41 130

40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61

120Kg anjing

0008 006 010 0022 024 052 10 31

70Kg manusia

00026 0018 0031 007 0013 016 032 10

71

Lampiran 4

Foto Penelitian

Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)

72

Lampiran 5

Data Hasil Penelitian

Kelompok Kontrol

Pre test Post test Pre test Post Test

752 647 769 694

779 670 773 664

745 660 803 653

769 643 817 677

783 653

786 684

Kelompok Perlakuan

Pre Test Post test

412 391

436 412

442 425

425 401

453 436

466 442

432 405

456 432

470 453

476 463

Page 46: PEMBERIAN INJEKSI GLUTATION INTRAPERITONEAL

28

25 Antioksidan

Radikal Bebas merupakan senyawa reaktif yang secara alami diproduksi

oleh tubuh manusia Radikal Bebas memberikan efek positif atau efek negatif

Untuk membatasi efek negatif tersebut dibutuhkan kompleks proteksi ndash sistem

antioksidan Sistem ini terdiri dari enzim antioksidan (katalase glutation

peroksidase superoksid dismutase) dan antioksidan non enzimatik ( vitamin E-

tokoferol vitamin A- retinol vitamin C- asam askorbat) Keseimbangan antara

produksi radikal bebas dan pertahanan antioksidan menunjukkan tingkat stress

oksidatif yang mungkin terlibat dalam proses penuaan dan pada beberapa

patologi (misalnya kanker Parkinson) (Winarsi 2007)

Latihan fisik juga meningkatkan stress oksidatif dan menyebabkan

gangguan homeostasis Latihan memberikan efek positif dan efek negatif

tergantung dari beban latihan spesifikasi latihan dan tingkat basal latihan Stress

oksidatif terlibat dalam terjadinya muscular fatigue dan mengarah ke

overtraining

Definisi antioksidan menurut Cadenas adalah suatu senyawa yang apabila

terdapat dalam jumlah yang lebih banyak dibanding senyawa yang teroksidasi

secara signifikan dapat menunda atau mencegah proses oksidasi senyawa tersebut

(Cadenas 2002) Secara kimia antioksidan adalah senyawa pemberi electron

Secara biologis antioksidan adalah senyawa yang mampu menangkal dan

meredam dampak negative oksidan dalam tubuh Antioksidan mendonorkan satu

elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa oksidan tersebut dapat

dihambat (Winarsi 2007)

29

Penting sekali keseimbangan antara oksidan dan antioksidan karena

berfungsi menjaga integritas dan berfungsinya membrane lipid protein sel dan

asam nukleat Senyawa asam lemak tak jenuh penyusun membrane lipid sangat

sensitive terhadap perubahan keseimbangan antara oksidan dan antioksidan

Menurut mekanisme kerjanya antioksidan dikelompokkan atas 3 yaitu

1 Antioksidan primer SOD katalase glutation peroksidase (GSH-Px)

Bekerja pembentukan senyawa radikal bebas yang telah terbentuk menjadi

molekul yang kurang aktifSedangkan antioksidan primer yang dapat

ditambahkan dari luar seperti glutation asam lipoat SOD melatonin

2 Antioksidan sekunder vitamin E vitamin C beta karoten flavonoid asam

urat albumin (Soewoto 2001)

Merupakan antioksidan eksogenous atau non enzimatis (Winarsi 2007)

Bekerja dengan cara memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal bebas

atau dengan cara menangkapnya

3 Antioksidan tertier meliputi system enzim DNA-repair dan metionin

sulfoksida reduktase Berfungsi dalam perbaikan biomolekuler yang rusak

akibat reaktivitas radikal bebas

26 Glutation sebagai antioksidan

Glutation merupakan tripeptida yang terdiri dari asam amino glutamat

sistein dan glisin (Cadenas 2002)Ikatan glutamat ndash sistein merupakan ikatan

isopeptida antara grup γ-karboksil dari glutamat dan grup α amino dari

sisteinIkatan unik ini membuat gluation tahan terhadap degradasi oleh proteases

30

dan peptidases yang berfungsi pada peralihan proteinMerupakan suatu

antioksidan yang mencegah kerusakan komponen seluler oleh reactive oxygen

species seperti radikal bebas dan peroksidGlutation bukan nutrisi esensial karena

disintesa di dalam tubuh dari asam amino L-sistein L-glutamic acid dan glycine

Gambar 21 Struktur GSH dan GSSG

Glutation terdapat pada sebagian besar sel tubuh tetapi terbanyak terdapat

di dalam hati Grup thiol (SH) dari sistein berfungsi sebagai donor proton dan

bertanggungjawab untuk aktifitas biologis glutation Provisi asam amino ini

merupakan faktor yang terbatas dalam sintesis glutation oleh sel karena sistein

relatif jarang pada makanan Apabila dilepaskan sebagai asam amino bebas

sistein adalah toksik dan secara spontan dikatabolisasi di saluran pencernaan dan

plasma darah

Glutation disintesis dalam 2 tahap

1 Gamma-glutamylcysteine disintesa dari L-glutamate dan sistein melalui enzim

gamma-glutamylcysteine sintetase (glutamate cysteine ligase GCL)

31

2 Glisin ditambahkan pada C-terminal dari gamma-glutamylcysteine melalui

enzim glutation sintetase

261 Fungsi Glutation

Glutation terdapat dalam bentuk tereduksi (GSH) dan teroksidasi (GSSG)

Grup thiol dari sistein mampu memberikan donor elektron ke molekul lain yang

tidak stabil seperti Reactive Oxygen Species (ROS) Pada saat mendonorkan

elektronnya glutation menjadi reaktif dan segera bereaksi dengan glutation reaktif

lainnya membentuk glutation disulfide (GSSG)Reaksi mungkin terjadi apabila

terdapat konsentrasi yang cukup tinggi di sel (sampai 5mm di hati) GSH dapat

terbentuk kembali dari GSSG oleh enzim glutation reduktase Pada sel atau

jaringan yang sehat terdapat lebih 90 dari total simpanan glutation terdapat

dalam bentuk tereduksi (GSH) dan kurang dari 10 dalam bentuk disulfide

(GSSG)

GSH ---- GSSG

Eliminasi ROS Menjaga protein thiols Antioxidant

dalam bentuk reduksi pools

Gambar 22 GSH Redox (Cadenas 2002)

GSH Redox merupakan indikator sentral keseimbangan antara stress

oksidatif dan system antioksidan GSH Redox berkaitan dengan detoksifikasi

Reactive Oxygen Species (ROS) berfungsi dalam mempertahankan tersedianya

antioksidan mempertahankan protein thiol dalam bentuk reduksi Rasio

32

GSHGSSG sering dipakai untuk mengekspresikan keseimbangan redox ini

Peningkatan rasio GSH-GSSG merupakan indikasi adanya Stress Oksidatif

(Goldman 2003)

Glutation mempunyai beberapa fungsi (Winarsih 2007)

- Sebagai antioksidan endogen mayor yang diproduksi oleh sel berpartisipasi

langsung pada netralisasi radikal bebas dan senyawa oksigen reaktif

mempertahankan antioksidan eksogen seperti vitamin C dan E pada bentuk

tereduksi (aktif)

- Pengaturan siklus nitric oxide yang sangat penting untuk kehidupan tetapi

dapat menjadi masalah apabila tidak teregulasi Digunakan untuk reaksi

metabolism dan biokimia seperti sintesis dan perbaikan DNA sintesis protein

sintesis prostaglandin transport asam amino dan aktivasi enzim Tiap sistem

di dalam tubuh kita dapat dipengaruhi oleh sistem glutation khususnya sistem

imun sistem saraf sistem gastrointestinal dan paru

Gambar 23 Detoksifikasi Lipid Hydroxyperoxides di usus halus

33

GSH yang ditransportasikan kedalam lumen digunakan untuk detoksifikasi

peroksid yang terbentuk dari makanan oleh glutation peroksidase (GSH Px)

Proses ini membutuhkan peroksid dan glutation yang tersedia di sel epitel GSSG

yang terbentuk direduksi kembali menjadi GSH oleh GSSG reduktase (GSSG

Rx) menggunakan NADPH sebagai reduktan

262 Suplementasi Glutation

Meningkatkan level GSH melalui suplementasi glutation langsung sulit

Penelitian terakhir menyatakan bahwa secara oral tidak diabsorpsi baik melalui

saluran pencernaan Studi mengenai konsumsi oral akut glutation dengan dosis

sangat besar 3 gram Witschi dan tim menemukan lsquoadalah tidak mungkin

meningkatkan glutation yang bermanfaat secara klinis dengan dosis tunggal 3

gram glutationrsquo

Glutation terdapat pada makanan sehari-hari sampai 150mghari dapat

diabsorpsi melalui intak di usus halus Individu sehat dengan asupan sulfur asam

amino (1-2 gramhari) jumlah GSH mungkin tidak cukup untuk mendapatkan

efek penting secara sistemik Individu dengan asupan sulfur asam amino yang

terbatas suplementasi GSH diperlukan untuk mempertahankan suplai GSH

sistemik dengan memperbaiki keseimbangan sulfur asam amino (Cadenas 2002)

Glutation hanya diabsorpsi di sel epitel oral dan traktus gastrointestinal

dan memberikan keuntungan kesehatan spesifik pada jaringan tersebut(Cadenas

2002)

34

SUPLAI HILANG

Makanan suplemen Degradasi

GSH

Empedu LUMINAL Uptake

Epitel Reaksi Detoksifikasi

Gambar 24 Supply dan Removal Glutation dalam lumen usus halus (Cadenas 2002) Glutation (GSH) disuplai ke dalam lumen intestinal melalui konsumsi oral

empedu dan sekresi epitel intestinal Jumlah yang disuplai dari empedu cukup

untuk mempertahankan jumlah 200microM pada tikus tetapi tidak cukup pada

manusia yang mengalami degradasi di duktus kantung empedu Jumlah yang

dikonsumsi melalui makanan bervariasi dan secara umum kurang dari 200 microM

Jumlah yang diberikan melalui epitel hanya sekitar 10 atau kurang

dibandingkan dengan yang disediakan oleh empedu Hilangnya Glutation karena

degradasi oleh γ-glutamyltranspeptidase dan dipeptidases pada permukaan sel

epitel ditransportasikan ke dalam sel oleh mekanisme sodium-dependent dan

sodium-independent konjugasi dengan elektrofil reaktif dikatalisasi oleh

glutathione-S transferase mucus (Cadenas 2002)

Vitamin D meningkatkan level glutation di otak dan tampaknya sebagai

katalis untuk produksi glutation Sejumlah vitamin D aktif di otak berikatan

dengan seberapa besar vitamin D3 baik melalui suplemen atau dibentuk di kulit

melalui paparan matahariHal ini menyatakan bahwa mengkonsumsi vitamin D

35

dan atau mendapat cukup paparan matahari meningkatkan produksi glutation

(Sellman 2009)

Konsentrasi glutation di plasma dan hati dapat ditingkatkan dengan

mengkonsumsi suplemen tertentu yang disebut GSH precursors N-asetilsistein

atau NAC glutation precursor yang paling memungkinkan Suplemen lain S-

adenosilmetionin (SAMe) dan whey protein juga dapat meningkatkan glutation

dalam sel (Sellman 2009)

NAC tersedia dalam bentuk obat dan sebagai suplemen generik Alpha

lipoic acid juga dapat mempertahankan glutation intraselular Melatonin dapat

menstimulasi enzim yang berkaitan glutation peroksidase dan silimarin ekstrak

dari biji tanaman milk thistle (Silybum marianum) juga mempunyai kemampuan

memperbarui level glutation

Glutation diatur dengan ketat di intraseluler dan dibatasi produksinya oleh

feedback negative inhibisi sintesisnya sendiri melalui enzim gamma-

glutamilsistein sintetase sehingga meminimalisir kemungkinan terjadinya

overdosis Penambahan glutation menggunakan precursor atau glutation intravena

adalah strategi untuk mengatasi defisiensi glutation stress oksidatif tinggi

defisiensi imun

Glutation yang rendah menunjukkan adanya pembuangan dan

keseimbangan negatif nitrogen seperti pada kanker AIDS sepsis trauma

terbakar dan bahkan atlet overtraining Suplementasi glutation dapat

memperbaiki proses ini dan contohnya pada AIDS memberi hasil adanya

perbaikan survival rates Bagimanapun studi mengenai kondisi ini belum dapat

36

membedakan glutation rendah sebagai akibat secara akut (pada pasien sepsis) atau

secara kronis (HIV) meningkatkan stress oksidatif dan peningkatan patologi

sebagai akibat defisiensi yang sudah ada sebelumnya

Skizofrenia dan gangguan bipolar berhubungan dengan glutation yang

rendah Stress oksidatif mungkin salah satu faktor dasar patofisiologi gangguan

bipolar gangguan depresif mayor dan skizofrenia Glutation (GSH) adalah

pemakan radikal bebas mayor di otakTidak adanya GSH meningkatkan

kerentanan sel terhadap stress oksidatif ditandai asetilsistein dapat mengurangi

gejala kedua gangguan tersebut

Glutation merubah level stress oksidatif pada sel yang diisolasi di

laboratorium sehingga dapat mengurangi perkembangan kanker Tes ini tidak

dilakukan pada manusia

Glutamat yang berlebihan di sinaps yang dapat dilepaskan pada kondisi

seperti cedera otak dapat menghambat pengambilan sistein senyawa pembentuk

glutation yang pentingTanpa proteksi dari cedera oksidatif oleh glutation sel-sel

dapat rusak atau mati (Sellman 2009)

Glutation juga mempunyai fungsi lain sebagai berikut (Sellman 2009)

Mencerahkan kulit

Mencegah menghilangkan jerawat dan bekas jerawat

Menghilangkan noda hitam

Anti aging dan anti kerut

Memberi nutrisi kulit

Membantu pemulihan luka

37

Membuat kulit menjadi halus segar dan bersinar

Kondisi kesehatan yang berhubungan dengan defisiensi glutation

Peningkatan proses penuaan

Kesulitan dalam keseimbangan

Gangguan mental

Masalah koordinasi

Gangguan sistem saraf

Akhir-akhir ini dipercaya sebagai penyebab lesi otak

Kanker HIV Katarak Diabetes Mellitus

Jumlah sperma yang rendah

263 Glutation Precursor (Sellman 2009)

Glutation Precursor disebut juga sebagai building-block dari glutation

yaitu N-asetilsistein atau NAC dan whey protein tidak terdenaturasi

Nasetilsistein adalah obat farmasi yang biasa digunakan bertahun-tahun untuk

mengobati overdose asetaminofen Hal ini sangat efektif ketika diberikan dalam

dosis besar di ruang darurat ketika seseorang akan mengalami gagal hati karena

overdosis asetaminofen komposisi aktif dari Tylenol

Efek sampingnya adalah bercak-bercak kemerahan bersin mual

anafilaksis reaksi alergi yang berupa kesulitan bernafas karena bronkospasme

tekanan darah menurun angioedema muntah kram diare Walaupun jarang

kematian pernah dilaporkan karena N-asetilsistein Beberapa orang mendapatkan

rasa dan bau yang tidak dapat diterima karena kandungan sulfur di dalamnya

38

Pengggunaan teratur untuk menaikkan kadar glutation tidak direkomendasikan

untuk anak-anak dan bayi Masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk

menentukan keamanan N-asetilsistein untuk penggunaan jangka panjang

Whey protein tidak terdenaturasi merupakan nutraceutical atau medicinal

foodSenyawa ini memberikan ikatan sistein ke sel-sel di mana glutation dapat

terbentuk di tempat tersebut

Beberapa kondisi yang tidak dapat mengkonsumsi whey protein

- Pasien dengan alergi protein susu

- Pasien dengan diet rendah protein

- Pasien yang sedang menjalani terapi imunosupresif

Efek sampingnya adalah kembung perut kram urtikaria Efek samping

karena overdosis tidak terjadi karena sel hanya membuat sebatas yang dibutuhkan

apabila berlebih kelebihan disimpan di hati dan ginjal sampai suatu saat kalau

dibutuhkan

264 Sumber Glutation dari makanan

Sumber glutation dari makanan yang disarankan adalah asparagus bayam

brokoli bawang putih kale bawang watercress kol Brussel sprout beberapa

bumbu seperti kunyit kayu manis semangka alpukat anggur peach jeruk

walnut granola daging kalkun dan daging ayam keju cottage dan yoghurt

39

Tabel 21 Makanan yang mengandung Glutation (Cadenas2002)

GSH Food Group mg100 g mgsaji Buah segar Apel 33 46 Pisang 41 48 Anggur 79 146 Jeruk 73 106 Semangka 66 283 Sayuran segar Asparagus dimasak 283 263 Alpukat 277 313 Brokoli dimasak 91 78 Wortel mentah 79 59 Tomat 90 109 Daging Hamburger 175 149 Ham rebus 233 13 Ayam digoreng 131 134 Sereal biji-bijian Cornflakes 00 00 Roti whole wheat 12 06 Roti putih 00 00 Nasi putih enriched dimasak 16 21 Produk Susu Susu whole 00 00 Keju Amerika 00 00 Yoghurt plain lowfat 00 00 Es krim 10 lemak 00 00

40

BAB III

KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

31 Kerangka Berpikir

Faktor penyebab penuaan antara lain faktor internal dan faktoreksternal

Faktor internal meliputi radikal bebas glikosilasi metilasi hormon yang

berkurang apoptosis system kekebalan tubuh yang menurun genetik Faktor

eksternal meliputi gaya hidup tidak sehat polusi lingkungan stress kemiskinan

kebiasaan yang salah olahraga berlebihan (overtraining) Berbagai faktor di atas

menyebabkan terjadinya penurunan fungsi tubuh dan terjadilah penuaan

Kerangka konsep penelitian berdasarkan teori bahwa salah satu penyebab

penuaan adalah radikal bebas Bila jumlah radikal bebas melebihi jumlah

antioksidan di dalam tubuh terjadilah stress oksidatif Radikal bebas dapat

merusak membran sel protein DNA dan berakibat fatal bagi kelangsungan hidup

sel jaringan Stress oksidatif yang berlangsung lama akan mengakibatkan

terjadinya penumpukan hasil kerusakan oksidatif di dalam sel dan jaringan

selanjutnya sel dan jaringan tersebut akan kehilangan fungsinya dan akhirnya

mati

Olahraga berlebih meningkatkan stress oksidatif karena terdapat

peningkatan konsumsi O2 oleh aktivitas otot skeletal Oksigen juga dapat bersifat

toksik yang dapat memicu peningkatan Reactive Oxygen Species (ROS)Organ

yang tidak mendapat cukup oksigen dan nutrisi menjadi iskemik dan terjadi

kerusakan mikrovaskular (Reperfusion Injury) memicu peningkatan radikal

40

41

bebas Dengan pemberian antioksidan Glutation yang merupakan antioksidan

master diharapkan dapat mencegah kerusakan lebih lanjut yang diakibatkan oleh

radikal bebas dengan cara melindungi sel dari Reactive Oxygen Species (ROS)

dan dapat dilihat melalui parameter MDA yang mengalami penurunan

32 Konsep Penelitian

Konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Gambar 31 Konsep Kadar MDA pada tikus yang diberikan Pelatihan Fisik Berlebih+ Placebo dan Pelatihan Fisik Berlebih + Glutation

FAKTOR INTERNAL

- Jenis Kelamin

- Usia

- Genetik

- Hormon

- Psikologis

FAKTOR EKSTERNAL

- Makanan

- Cuaca iklim

- Penyakit

- Exercise

GLUTATION

TIKUS

KADAR MDA

42

33 Hipotesis

Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan kadar MDA

tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

43

BAB IV

METODE PENELITIAN

41 Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksterimental dengan rancangan

randomized pre test-post test control group design (Poccock et al 2008)

Subyek terdiri dari 2 kelompok yaitu

1 Kelompok 1 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+ Placebo

2 Kelompok 2 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation

Semua kelompok sebelum perlakuan diberikan pre test (O1 O3) dan

dihitung rerata untuk masing-masing kelompok

Setelah perlakuan semua kelompok diberikan post test (O2 O4) dan

dihitung rerata untuk masing-masing kelompok

Kemudian dihitung perbedaan rerata antara pre test dan post test dari

masing-masing kelompok lalu hasil perbedaan tersebut dibandingkan secara

statistik

Gambar 41 Rancangan Penelitian

P S

43

R R

O1 P1 O2

O3 P2 O4

44

Keterangan

P = populasi

S = sampel

R = random

O1 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah mendapatkan

pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan placebo (pre test)

O2 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah diberikan pelatihan

fisik berlebih setelah diberikan placebo (post test)

O3 = observasi data MDA kelompok perlakuan setelah diberikan

pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan Glutation (pre test)

O4 = observasi data MDA kelompok perlakuan diberikan pelatihan fisik

berlebih setelah diberikan Glutation (post test)

P1 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih+ placebo

P2 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation

42 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran

Universitas Udayana pada bulan Januari ndash Maret 2012 Pemeriksaan MDA darah

tikus dikerjakan di bagian Program Antar Unit Universitas Gajah Mada

Jogyakarta

45

43 Populasi dan Sampel

431 Populasi

Subyek penelitian adalah tikus jantan dewasa galur Wistar yang berusia 2-

25 bulan dan dalam kondisi fisik sehat

432 Kriteria Sampel

4321 Kriteria Inklusi

Kriteria Inklusi yang ditetapkan sebagai sampel adalah sebagai berikut

a Tikus jantan dewasa galur Wistar

b Umur 2-25 bulan

c Berat badan plusmn200 gram

d Sehat

e MDA ge 5mmollt

4322 Kriteria Drop Out

Adalah sampel yang mati pada waktu penelitian

433 Besar Sampel

Besar sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini dihitung berdasarkan

rumus Poccock (2008)

Angka μ1 (5) dan μ2 (12) didapatkan dari penelitian sebelumnya (Ji 1998)

n=

46

= asymp 7

Keterangan

n = jumlah sampel

σ = standar deviasi kelompok perlakuan dengan pemberian

glutation (15)

f ( ) = besarnya didapat dari tabel (Poccock 2008)

μ1 = rerata hasil MDA pada kelompok perlakuan sesudah

pemberian glutatioacuten (5)

μ2 = rerata hasil MDA pada kelompok pre test (12)

Jadi jumlah sampel (n) = 675 dan ditambah 3 ekor tikus untuk masing-

masing kelompok sebagai cadangan Jadi total 20 ekor tikus dengan 10

ekor tikus untuk masing-masing kelompok

434 Teknik Pengambilan Sampel

Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat

sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi diambil secara acak

sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi

2 kelompok yaitu kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+placebo kelompok

dengan pelatihan fisik berlebih + glutation

47

44 Variabel Penelitian

441 Klasifikasi Variabel

Variabel penelitian dibedakan menjadi

1 Variabel Bebas dosis pemberian glutation

2 Variabel Tergantung kadar MDA

3 Variabel Terkendali varian tikus jantan (galur wistar) jenis

kelamin umur berat badan lingkungan

(pencahayaan suhu kelembaban nutrisi

kandang)

Gambar 42 Bagan Hubungan Antar Variabel

VARIABEL BEBAS

- Pelatihan fisik berlebih

- Glutation 37mg kgBBhari

VARIABEL TERGANTUNG

KADAR MDA

VARIABEL TERKENDALI

Varian tikus

Jenis kelamin umur berat badan

Pencahayaan suhu kelembaban nutrisi kandang

Makanan minuman

48

442 Definisi Operasional Variabel

1 Pelatihan fisik berlebih pada tikus adalah pelatihan yang berlebihan

yang diukur berdasarkan kemampuan maksimal berenang tikus pada

ember berdiameter 35 cm dengan kedalaman air 20 cm yang

dilakukan 60 menithari selama 35 hari pada waktu yang sama pada

suhu 32 derajat (Binekada 2002 dan Pepe2011)

2 Glutation yang diberikan adalah Glutation Teofarma injeksi sediaan

600mg 4 ml Dosis pemberian Glutation adalah pemberian sediaan

antioksidan Glutation dalam bentuk suntikan intraperitoneal yang

diberikan 1x sehari dan diberikan 6 jam sebelum pelatihan fisik

berlebih Dosis pemberian Glutation mengacu pada penelitian yang

dilakukan sebelumnya oleh Ji L L yaitu 37mgkgBBhari yang

dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril secara intraperitonial

3 MDA merupakan salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada

membran sel dan merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan

oleh radikal bebas Pengukuran kadar MDA menggunakan metode

Thiobarbituraic Acid Reactive Substances (TBARS) Pembacaan hasil

dengan menggunakan spektrofotometer Satuan MDA dalam mmoll

4 Cahaya suhu dan kelembaban merupakan kondisi lingkungan yang

dialami tikus jantan dewasa Pada penelitian ini kondisi lingkungan

selama percobaan dibuat sama

5 Berat badan tikus adalah berat badan yang ditimbang dengan

timbangan gram

49

6 Umur tikus adalah umur yang ditentukan dengan melihat tanggal

kelahiran yang dicatat pada kandang percobaan

7 Kondisi peneliti yang meliputi kesehatan fisik dan psikis peneliti

Penelitian dilaksanakan saat kondisi peneliti dalam keadaan baik

sehingga pengaruhnya terhadap hasil penelitian dapat diabaikan

45 Bahan dan Alat Penelitian

451 Bahan Penelitian

Glutation injeksi

Tikus jantan

Makanan tikus berupa pellet dan air minum dari air ledeng

Aquades steril

EDTA (Ethylenediamine tetraacetic acid)

Reagensia untuk pengukuran kadar MDA

452 Alat Penelitian

Alat yang dipakai dalam pengambilan data penelitian ini adalah

- Kandang tikus terbuat dari besi yang di dalamnya terdapat sekam dan

botol minuman

- Ember berdiameter 35 cm dan kedalaman air 20 cm

- Stopwatch

- Timbangan

- Spuit injeksi 1 ml

50

- Sarung tangan

- Kapas dan alkohol 70

- Tabung Evendorf

- Mikropipet

- Pipet kapiler

- Sentrifugasi

46 Prosedur Penelitian

1 Tikus jantan dewasa (Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan

berat badan plusmn200gram dilakukan aklimatisasi selama 2 minggu di

tempat penelitian untuk penyesuaian dengan lingkungan

2 Semua sampel tikus diberi perlakuan yang sama yaitu diberikan

pelatihan fisik berlebih dengan cara berenang sampai kelelahan pada

hari ke 7 kedua kelompok tersebut dilakukan pemeriksaan MDA

3 Mulai hari ke 8 ndash 35 sampel tikus yang berjumlah 20 ekor dibagi atas 2

kelompok di mana kelompok 1(kontrol) diberikan pelatihan fisik

berlebih + injeksi aquabidest intraperitoneal enam jam sebelum

perlakuan aktifitas berlebih kelompok ke 2 (perlakuan) diberikan

pelatihan fisik berlebih + injeksi intraperitoneal glutation 37

mgkgBBhari yang sudah dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril

4 Pada hari ke 35 dilakukan pemeriksaan kadar MDA pada masing-

masing tikus setelah bulu tikus kering

51

5 Selama penelitian hewan coba diberikan makanan dan minuman secara

teratur kebersihan dan kenyamanan kandang dijaga

461 Alur Penelitian

TIKUS ADAPTASI 2 MINGGU

PELATIHAN FISIK BERLEBIH 1 MINGGU

MDA

KELOMPOK 1 KELOMPOK 2

PELATIHAN FISIK BERLEBIH PELATIHAN FISIK BERLEBIH

+ AQUABIDEST (28 hari) +GLUTATION 37mgkgBBhari

28 HARI 28 HARI

MDA

Gambar 43 Bagan Alur Penelitian

462 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium

Pemantauan keselamatan tikus jantan (galur Wistar) di laboratorium

(Smith et al1988 Ngatidjan 2006) adalah sebagai berikut

1 Kandang tikus jantan harus cukup kuat tidak mudah rusak teratur dibersihkan

(1x seminggu) mudah dipasang kembali hewan tidak mudah lepas tahan

52

gigitan hewan kelihatan jelas dari luar Alas tempat tidur terbuat dari serbuk

gergaji atau sekam padi agar mudah menyerap air

2 Luas lantai yang memadai untuk tikus jantan dengan berat badan plusmn200 gram

adalah 60cm persegi dan tinggi 20 cm

3 Diciptakan suasana lingkungan yang stabil dan sesuai keperluan fisiologi tikus

jantan di mana kelembaban suhu pertukaran udara yang ekstrim harus

dihindari

4 Hewan coba hendaknya diperlakukan dengan kasih sayang

47 Pengolahan dan Analisis Data

Analisis data yang digunakan adalah

1 Analisis Deskriptif

2 Uji normalitas data dilakukan dengan tes Shapiro-Wilk Distribusi data

normal dengan nilai pgt005

3 Uji homogenitas dilakukan dengan Lavenersquos Test Data dinyatakan

homogen dengan nilai pgt005

4 Karena data berdistribusi normal dan homogen maka untuk uji

komparabilitas dipakai

- Uji t independent untuk membandingkan rerata kadar MDA antar

kelompok

- Uji Paired T- Test untuk membandingkan rerata kadar MDA pre

dan post masing-masing kelompok

- Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau

dinyatakan berbeda bila plt005

53

BAB V

HASIL PENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 20 ekor tikus jantan dewasa

(Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan berat badan plusmn200 gram sebagai

sampelyang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah 10 ekor

yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dankelompok

perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) Dalam penyajian hasil ini diuraikan

uji normalitas data uji homogenitas data uji komparabilitas dan uji efek

perlakuan

51 Uji Normalitas Data

Data Kadar MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan

pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji

Shapiro-Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005)

disajikan pada Tabel 51

53

54

Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing Kelompok Sebelum

dan Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Perlakuan n p Keterangan

Kadar MDA kontrol pre

Kadar MDA perlakuan pre

Kadar MDA kontrol post

Kadar MDA perlakuan post

10

10

10

10

0965

0550

0975

0697

Normal

Normal

Normal

Normal

52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok

Data Kadar MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun

sesudah perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test

Hasilnya menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52

Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA Sebelum dan

Sesudah Perlakuan

Variabel F p Keterangan

Kadar MDA pre

Kadar MDA post

0016

0592

0901

0452

Homogen

Homogen

53 Kadar MDA

531 Uji komparabilitas

Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata kadar MDA

antar kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan

55

glutation Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada

Tabel 53 berikut

Tabel 53

Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata

Kadar MDA

SB T P

Aktivitas berlebih dan

placebo

Aktivitas berlebihdan

glutathion

10

10

518

529

028

029

089 0386

Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok

kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 518028mmoll dan rerata

kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 529029mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 089 dan nilai

p = 0386 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan

berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya tidak berbeda secara

bermakna (p gt 005)

532 Analisis efek perlakuan

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kadar MDA antar

kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation

56

Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54

berikut

Tabel 54 Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata

Kadar MDA

SB T P

Aktivitas berlebih dan

placebo

Aktivitas berlebihdan

glutathion

10

10

778

444

023

017

3672 0001

Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok

kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata

kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 444017mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 3672 dan nilai

p = 0001 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan

berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya berbeda secara

bermakna (p lt 005)

57

Gambar 51 Perbedaan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

533 Analisis Komparasi Sebelum dengan Sesudah Perlakuan

Analisis komparasi diuji berdasarkan rerata kadar MDA antara sebelum

dengan sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation Hasil

analisis kemaknaan dengan uji t-paired disajikan pada Tabel 55 berikut

Tabel 55 Analisis KomparasiKadar MDA antara Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Kelompok Beda Rerata

pre ndash post p Keterangan

Aktivitas berlebih dan placebo

Aktivitas berlebih dan

glutathion

260

085

0001

0001

Meningkat

Menurun

58

Berdasarkan uji t-paired didapatkan bahwa ada penurunan kadar MDA

pada kelompok perlakuan secara bermakna sebesar 085mmoll sedangkan pada

kelompok kontrol mengalami peningkatan secara bermakna sebesar 260mmoll

59

BAB VI

PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian

Untuk menguji efek pemberian glutation terhadap penurunan kadar MDA

maka dilakukan penelitian terhadap 20 ekor tikus jantan dewasa (Galur Wistar)

sebagai sampel yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah

10 ekor yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dan

kelompok perlakuan (pelatihan fisik berlebih dan glutation)

62 Efek Pelatihan Fisik Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA

Hasil penelitian dan analisis data terhadap kadar MDA darah pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji

normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan homogenitas (Levenersquos test) pre-test dan post-

test masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)

Uji perbandingan 1 minggu pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan

injeksi antara kedua kelompok menggunakan uji t-independent Rerata kadar

MDA kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) adalah

518028mmoll dan rerata kelompok pelatihan fisik berlebih dan glutation

adalah 529029mmoll Analisis kemaknaan dengan uji t-independent

menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna kadar MDA darah antara

kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa

kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan injeksi rerata kadar MDAnya tidak

59

60

berbeda secara bermakna

Uji perbandingan setelah pemberian placebo dan glutation antara kedua

kelompok menggunakan t-independent Rerata kadar MDA kelompok kontrol

(aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata kelompok

perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) adalah 444017mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent antara kedua kelompok sesudah diberikan

placebo dan glutation menunjukkan perbedaan kadar MDA secara bermakna

(plt005) Hal ini berarti bahwa kelompok yang diberikan perlakuan berupa

placebo dan glutation 6 jam sebelum diberikan pelatihan fisik berlebih dengan

cara merenangkan selama 60 menit hari selama 35 hari rerata kadar MDA

berbeda secara bermakna Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh

untuk melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam

organ dan pembuluh darah (Giriwijoyo 2004)

Peningkatan kadar MDA sesudah diberikan pelatihan fisik berlebih pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan disebabkan karena pelatihan fisik

berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena terjadi peningkatan konsumsi

oksigen oleh aktifitas otot skeletal Stress oksidatif memicu peningkatan senyawa

oksigen reaktif Pada pelatihan fisik berlebih juga terjadi Reperfusion Injury yang

memicu terjadinya kerusakan jaringan dan peningkatan radikal bebas (Adiputra

2008) Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara menarik elektronnya

sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan sampai kematian sel

(Suryohudoyo 2000)

Pada penelitian ini didapatkan bahwa sesudah diberikan pelatihan fisik

61

berlebih dan placebo terjadi peningkatan kadar MDA sebesar 5024 Kadar

MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel (Winarsi

2007) Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pepe

(2011) bahwa pelatihan fisik berlebih meningkatkan kadar MDA Lebih lanjut

Murray et al (2000) juga menyatakan bahwa pelatihan fisik berlebih merangsang

respon biomarker stres oksidatif Sedangkan pada kelompok perlakuan yang

diberikan aktifitas berlebih dan glutation terjadi penurunan kadar MDA sebesar

1607 Terjadinya penurunan kadar MDA pada kelompok yang diberikan

glutation 6 jam sebelum melakukan pelatihan fisik berlebih disebabkan karena

pemberian antioksidan meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan

cara mendonorkan elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa

oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsi 2007) Glutation merupakan antioksidan

endogen yaitu antioksidan yang dapat disintesa dalam tubuh dari asam amino L-

sistein L-glutamat dan glisin (Cadenas 2002) yang juga sebagai master

antioksidan yaitu antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain

Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan

Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik (Hersh 2004) Glutation

merupakan salah satu antioksidan yang tidak dapat menjadi pro oksidan (Cadenas

2002) Normalnya sekali suatu antioksidan memakan radikal bebas antioksidan

ini menjadi teroksidasi sendiri dan menyerang sel yang sehat yang disebut

sebagai pro oksidan Glutation dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang

teroksidasi tersebut menjadi bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali

dalam memakan radikal bebas (Sellman 2009) Sehingga dengan demikian

62

glutation dapat membantu dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Urso

(2003) bahwa suplementasi antioksidan dapat mengatasi kondisi stress oksidatif

yang terjadi pelatihan fisik berlebih

Uji perbandingan antara data MDA pre dan post masing-masing kelompok

digunakan uji t-paired test Berdasarkan uji ini didapatkan hasil pada kelompok

perlakuan terjadi penurunan kadar MDA secara bermakna sebesar 085 mmollt

sedangkan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan kadar MDA secara

bermakna sebesar 260mmollt Terjadi penurunan kadar MDA pada kelompok

perlakuan menunjukkan pemberian antioksidan Glutation intraperitoneal dosis

37mgkgBBhari dapat mengatasi kondisi stress oksidatif yang terjadi pada

pelatihan fisik berlebih Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh

Urso (2003)

63

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

71 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan sebagai

berikut Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA

tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

72 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah

1 Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja glutation

yang lebih detail

2 Memperhatikan takaran latihan supaya tidak berlebihan yang justru akan

meningkatkan kerusakan sel

3 Perlu dilakukan uji klinis pada manusia

63

64

DAFTAR PUSTAKA

Adiputra N 2008Kesehatan Olah Raga Available from httpwwwbalihesgorgindexphpoption=com Accessed 2011 Oct 5th

Anonim 2011 Glutathione Available at

httpenwikipediaorgwikiGlutathione Accessed 2011 Oct 5th Anonim 2011 Overtraining Available at

httpwwwmarksdailyapplecomovertraining Accessed 2011 Oct5th

Asikin N 2001Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan InKursus Penyegaran dan Pelatihan Radikal bebas dan Antioksidan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta Fakultas Kedokteran UI

Bagiada NA 2001 Proses Penuaan dan Penanggulangannya Denpasar

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hal 22 Banerjee AK Mandal A Chanda D Chahraboti S 2003 Oxidant

Antioxidant and Physical ExerciseAvailable from httpwwwncbinlmnihgovpubmed14619981 accesed 2011 Sept 2nd

Binekada MC 2002 ldquoPelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Konsentrasi dan

Motilitas Spermatozoa Mencitrdquo(tesis) Denpasar Universitas Udayana

Cadenas E Jones PD 2002Bioavailability of Glutathione In Cadenas E

Packer L editorsHandbook of Antioxidants2nd Ed New York Marcel DekkerInc p549-564

Catala A 2006Lipid PeroxidationInt J Biochem Cell Biol 38 1482-1495 Dalle-DonneI Rossi R ColomboR Giustarini D Milzani

A2006Biomarkers of Oxidative Damage in Human Disease Available from httpwwwredorbitcomnewsscience473334biomarkersof oxidative damage in human diseaseindexhtmlaccessed2011 Sept 5th

Fouad T 2007 Free radicals Types Sources and Damaging Reaction

Relations Available from

64

65

wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th

Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th

Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112

Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors

ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their

Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69

Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan

Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th

Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz

R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155

Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester

Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th

Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala

T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200

Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and

Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders

66

Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana

LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia

Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647

Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from

httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit

Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK

Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620

Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji

Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah

Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009

Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan

Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132

Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde

Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521

Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley

Medical Publicationsp 123-141

Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI

Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable

from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer

67

Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole

Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam

Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI

Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam

Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya

Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan

Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47

Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant

Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th

Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan

Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105

68

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965

Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975

Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753

Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

69

Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan

Group Statistics

Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887

Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215

Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260

Perlakuan 10 42500 23348 07383

Independent Samples Test

Levenes Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df

Sig (2-

tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence Interval of the

Difference Lower Upper

Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428

Equal variances not assumed

-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429

Post1

Equal variances assumed 592 452 367

22 18 000 333700 09087 314608 352792

Equal variances not assumed

36722 16855 000 333700 09087 314515 352885

Post2

Equal variances assumed 906 354 264

19 18 000 239500 09066 220454 258546

Equal variances not assumed

26419 16265 000 239500 09066 220307 258693

70

Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis

(Laurence amp Bacharach 1964)

2g mencit 20g tikus 400g marmot

l5Kg kelinci

20Kg kucing

40Kg kera

120Kg anjing

70Kg manusia

20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879

200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560

400 g marmot

008 057 10 225 24 52 102 315

l5Kg kelinci

004 025 044 10 106 24 45 142

20Kg kucing

003 023 042 092 10 22 41 130

40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61

120Kg anjing

0008 006 010 0022 024 052 10 31

70Kg manusia

00026 0018 0031 007 0013 016 032 10

71

Lampiran 4

Foto Penelitian

Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)

72

Lampiran 5

Data Hasil Penelitian

Kelompok Kontrol

Pre test Post test Pre test Post Test

752 647 769 694

779 670 773 664

745 660 803 653

769 643 817 677

783 653

786 684

Kelompok Perlakuan

Pre Test Post test

412 391

436 412

442 425

425 401

453 436

466 442

432 405

456 432

470 453

476 463

Page 47: PEMBERIAN INJEKSI GLUTATION INTRAPERITONEAL

29

Penting sekali keseimbangan antara oksidan dan antioksidan karena

berfungsi menjaga integritas dan berfungsinya membrane lipid protein sel dan

asam nukleat Senyawa asam lemak tak jenuh penyusun membrane lipid sangat

sensitive terhadap perubahan keseimbangan antara oksidan dan antioksidan

Menurut mekanisme kerjanya antioksidan dikelompokkan atas 3 yaitu

1 Antioksidan primer SOD katalase glutation peroksidase (GSH-Px)

Bekerja pembentukan senyawa radikal bebas yang telah terbentuk menjadi

molekul yang kurang aktifSedangkan antioksidan primer yang dapat

ditambahkan dari luar seperti glutation asam lipoat SOD melatonin

2 Antioksidan sekunder vitamin E vitamin C beta karoten flavonoid asam

urat albumin (Soewoto 2001)

Merupakan antioksidan eksogenous atau non enzimatis (Winarsi 2007)

Bekerja dengan cara memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal bebas

atau dengan cara menangkapnya

3 Antioksidan tertier meliputi system enzim DNA-repair dan metionin

sulfoksida reduktase Berfungsi dalam perbaikan biomolekuler yang rusak

akibat reaktivitas radikal bebas

26 Glutation sebagai antioksidan

Glutation merupakan tripeptida yang terdiri dari asam amino glutamat

sistein dan glisin (Cadenas 2002)Ikatan glutamat ndash sistein merupakan ikatan

isopeptida antara grup γ-karboksil dari glutamat dan grup α amino dari

sisteinIkatan unik ini membuat gluation tahan terhadap degradasi oleh proteases

30

dan peptidases yang berfungsi pada peralihan proteinMerupakan suatu

antioksidan yang mencegah kerusakan komponen seluler oleh reactive oxygen

species seperti radikal bebas dan peroksidGlutation bukan nutrisi esensial karena

disintesa di dalam tubuh dari asam amino L-sistein L-glutamic acid dan glycine

Gambar 21 Struktur GSH dan GSSG

Glutation terdapat pada sebagian besar sel tubuh tetapi terbanyak terdapat

di dalam hati Grup thiol (SH) dari sistein berfungsi sebagai donor proton dan

bertanggungjawab untuk aktifitas biologis glutation Provisi asam amino ini

merupakan faktor yang terbatas dalam sintesis glutation oleh sel karena sistein

relatif jarang pada makanan Apabila dilepaskan sebagai asam amino bebas

sistein adalah toksik dan secara spontan dikatabolisasi di saluran pencernaan dan

plasma darah

Glutation disintesis dalam 2 tahap

1 Gamma-glutamylcysteine disintesa dari L-glutamate dan sistein melalui enzim

gamma-glutamylcysteine sintetase (glutamate cysteine ligase GCL)

31

2 Glisin ditambahkan pada C-terminal dari gamma-glutamylcysteine melalui

enzim glutation sintetase

261 Fungsi Glutation

Glutation terdapat dalam bentuk tereduksi (GSH) dan teroksidasi (GSSG)

Grup thiol dari sistein mampu memberikan donor elektron ke molekul lain yang

tidak stabil seperti Reactive Oxygen Species (ROS) Pada saat mendonorkan

elektronnya glutation menjadi reaktif dan segera bereaksi dengan glutation reaktif

lainnya membentuk glutation disulfide (GSSG)Reaksi mungkin terjadi apabila

terdapat konsentrasi yang cukup tinggi di sel (sampai 5mm di hati) GSH dapat

terbentuk kembali dari GSSG oleh enzim glutation reduktase Pada sel atau

jaringan yang sehat terdapat lebih 90 dari total simpanan glutation terdapat

dalam bentuk tereduksi (GSH) dan kurang dari 10 dalam bentuk disulfide

(GSSG)

GSH ---- GSSG

Eliminasi ROS Menjaga protein thiols Antioxidant

dalam bentuk reduksi pools

Gambar 22 GSH Redox (Cadenas 2002)

GSH Redox merupakan indikator sentral keseimbangan antara stress

oksidatif dan system antioksidan GSH Redox berkaitan dengan detoksifikasi

Reactive Oxygen Species (ROS) berfungsi dalam mempertahankan tersedianya

antioksidan mempertahankan protein thiol dalam bentuk reduksi Rasio

32

GSHGSSG sering dipakai untuk mengekspresikan keseimbangan redox ini

Peningkatan rasio GSH-GSSG merupakan indikasi adanya Stress Oksidatif

(Goldman 2003)

Glutation mempunyai beberapa fungsi (Winarsih 2007)

- Sebagai antioksidan endogen mayor yang diproduksi oleh sel berpartisipasi

langsung pada netralisasi radikal bebas dan senyawa oksigen reaktif

mempertahankan antioksidan eksogen seperti vitamin C dan E pada bentuk

tereduksi (aktif)

- Pengaturan siklus nitric oxide yang sangat penting untuk kehidupan tetapi

dapat menjadi masalah apabila tidak teregulasi Digunakan untuk reaksi

metabolism dan biokimia seperti sintesis dan perbaikan DNA sintesis protein

sintesis prostaglandin transport asam amino dan aktivasi enzim Tiap sistem

di dalam tubuh kita dapat dipengaruhi oleh sistem glutation khususnya sistem

imun sistem saraf sistem gastrointestinal dan paru

Gambar 23 Detoksifikasi Lipid Hydroxyperoxides di usus halus

33

GSH yang ditransportasikan kedalam lumen digunakan untuk detoksifikasi

peroksid yang terbentuk dari makanan oleh glutation peroksidase (GSH Px)

Proses ini membutuhkan peroksid dan glutation yang tersedia di sel epitel GSSG

yang terbentuk direduksi kembali menjadi GSH oleh GSSG reduktase (GSSG

Rx) menggunakan NADPH sebagai reduktan

262 Suplementasi Glutation

Meningkatkan level GSH melalui suplementasi glutation langsung sulit

Penelitian terakhir menyatakan bahwa secara oral tidak diabsorpsi baik melalui

saluran pencernaan Studi mengenai konsumsi oral akut glutation dengan dosis

sangat besar 3 gram Witschi dan tim menemukan lsquoadalah tidak mungkin

meningkatkan glutation yang bermanfaat secara klinis dengan dosis tunggal 3

gram glutationrsquo

Glutation terdapat pada makanan sehari-hari sampai 150mghari dapat

diabsorpsi melalui intak di usus halus Individu sehat dengan asupan sulfur asam

amino (1-2 gramhari) jumlah GSH mungkin tidak cukup untuk mendapatkan

efek penting secara sistemik Individu dengan asupan sulfur asam amino yang

terbatas suplementasi GSH diperlukan untuk mempertahankan suplai GSH

sistemik dengan memperbaiki keseimbangan sulfur asam amino (Cadenas 2002)

Glutation hanya diabsorpsi di sel epitel oral dan traktus gastrointestinal

dan memberikan keuntungan kesehatan spesifik pada jaringan tersebut(Cadenas

2002)

34

SUPLAI HILANG

Makanan suplemen Degradasi

GSH

Empedu LUMINAL Uptake

Epitel Reaksi Detoksifikasi

Gambar 24 Supply dan Removal Glutation dalam lumen usus halus (Cadenas 2002) Glutation (GSH) disuplai ke dalam lumen intestinal melalui konsumsi oral

empedu dan sekresi epitel intestinal Jumlah yang disuplai dari empedu cukup

untuk mempertahankan jumlah 200microM pada tikus tetapi tidak cukup pada

manusia yang mengalami degradasi di duktus kantung empedu Jumlah yang

dikonsumsi melalui makanan bervariasi dan secara umum kurang dari 200 microM

Jumlah yang diberikan melalui epitel hanya sekitar 10 atau kurang

dibandingkan dengan yang disediakan oleh empedu Hilangnya Glutation karena

degradasi oleh γ-glutamyltranspeptidase dan dipeptidases pada permukaan sel

epitel ditransportasikan ke dalam sel oleh mekanisme sodium-dependent dan

sodium-independent konjugasi dengan elektrofil reaktif dikatalisasi oleh

glutathione-S transferase mucus (Cadenas 2002)

Vitamin D meningkatkan level glutation di otak dan tampaknya sebagai

katalis untuk produksi glutation Sejumlah vitamin D aktif di otak berikatan

dengan seberapa besar vitamin D3 baik melalui suplemen atau dibentuk di kulit

melalui paparan matahariHal ini menyatakan bahwa mengkonsumsi vitamin D

35

dan atau mendapat cukup paparan matahari meningkatkan produksi glutation

(Sellman 2009)

Konsentrasi glutation di plasma dan hati dapat ditingkatkan dengan

mengkonsumsi suplemen tertentu yang disebut GSH precursors N-asetilsistein

atau NAC glutation precursor yang paling memungkinkan Suplemen lain S-

adenosilmetionin (SAMe) dan whey protein juga dapat meningkatkan glutation

dalam sel (Sellman 2009)

NAC tersedia dalam bentuk obat dan sebagai suplemen generik Alpha

lipoic acid juga dapat mempertahankan glutation intraselular Melatonin dapat

menstimulasi enzim yang berkaitan glutation peroksidase dan silimarin ekstrak

dari biji tanaman milk thistle (Silybum marianum) juga mempunyai kemampuan

memperbarui level glutation

Glutation diatur dengan ketat di intraseluler dan dibatasi produksinya oleh

feedback negative inhibisi sintesisnya sendiri melalui enzim gamma-

glutamilsistein sintetase sehingga meminimalisir kemungkinan terjadinya

overdosis Penambahan glutation menggunakan precursor atau glutation intravena

adalah strategi untuk mengatasi defisiensi glutation stress oksidatif tinggi

defisiensi imun

Glutation yang rendah menunjukkan adanya pembuangan dan

keseimbangan negatif nitrogen seperti pada kanker AIDS sepsis trauma

terbakar dan bahkan atlet overtraining Suplementasi glutation dapat

memperbaiki proses ini dan contohnya pada AIDS memberi hasil adanya

perbaikan survival rates Bagimanapun studi mengenai kondisi ini belum dapat

36

membedakan glutation rendah sebagai akibat secara akut (pada pasien sepsis) atau

secara kronis (HIV) meningkatkan stress oksidatif dan peningkatan patologi

sebagai akibat defisiensi yang sudah ada sebelumnya

Skizofrenia dan gangguan bipolar berhubungan dengan glutation yang

rendah Stress oksidatif mungkin salah satu faktor dasar patofisiologi gangguan

bipolar gangguan depresif mayor dan skizofrenia Glutation (GSH) adalah

pemakan radikal bebas mayor di otakTidak adanya GSH meningkatkan

kerentanan sel terhadap stress oksidatif ditandai asetilsistein dapat mengurangi

gejala kedua gangguan tersebut

Glutation merubah level stress oksidatif pada sel yang diisolasi di

laboratorium sehingga dapat mengurangi perkembangan kanker Tes ini tidak

dilakukan pada manusia

Glutamat yang berlebihan di sinaps yang dapat dilepaskan pada kondisi

seperti cedera otak dapat menghambat pengambilan sistein senyawa pembentuk

glutation yang pentingTanpa proteksi dari cedera oksidatif oleh glutation sel-sel

dapat rusak atau mati (Sellman 2009)

Glutation juga mempunyai fungsi lain sebagai berikut (Sellman 2009)

Mencerahkan kulit

Mencegah menghilangkan jerawat dan bekas jerawat

Menghilangkan noda hitam

Anti aging dan anti kerut

Memberi nutrisi kulit

Membantu pemulihan luka

37

Membuat kulit menjadi halus segar dan bersinar

Kondisi kesehatan yang berhubungan dengan defisiensi glutation

Peningkatan proses penuaan

Kesulitan dalam keseimbangan

Gangguan mental

Masalah koordinasi

Gangguan sistem saraf

Akhir-akhir ini dipercaya sebagai penyebab lesi otak

Kanker HIV Katarak Diabetes Mellitus

Jumlah sperma yang rendah

263 Glutation Precursor (Sellman 2009)

Glutation Precursor disebut juga sebagai building-block dari glutation

yaitu N-asetilsistein atau NAC dan whey protein tidak terdenaturasi

Nasetilsistein adalah obat farmasi yang biasa digunakan bertahun-tahun untuk

mengobati overdose asetaminofen Hal ini sangat efektif ketika diberikan dalam

dosis besar di ruang darurat ketika seseorang akan mengalami gagal hati karena

overdosis asetaminofen komposisi aktif dari Tylenol

Efek sampingnya adalah bercak-bercak kemerahan bersin mual

anafilaksis reaksi alergi yang berupa kesulitan bernafas karena bronkospasme

tekanan darah menurun angioedema muntah kram diare Walaupun jarang

kematian pernah dilaporkan karena N-asetilsistein Beberapa orang mendapatkan

rasa dan bau yang tidak dapat diterima karena kandungan sulfur di dalamnya

38

Pengggunaan teratur untuk menaikkan kadar glutation tidak direkomendasikan

untuk anak-anak dan bayi Masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk

menentukan keamanan N-asetilsistein untuk penggunaan jangka panjang

Whey protein tidak terdenaturasi merupakan nutraceutical atau medicinal

foodSenyawa ini memberikan ikatan sistein ke sel-sel di mana glutation dapat

terbentuk di tempat tersebut

Beberapa kondisi yang tidak dapat mengkonsumsi whey protein

- Pasien dengan alergi protein susu

- Pasien dengan diet rendah protein

- Pasien yang sedang menjalani terapi imunosupresif

Efek sampingnya adalah kembung perut kram urtikaria Efek samping

karena overdosis tidak terjadi karena sel hanya membuat sebatas yang dibutuhkan

apabila berlebih kelebihan disimpan di hati dan ginjal sampai suatu saat kalau

dibutuhkan

264 Sumber Glutation dari makanan

Sumber glutation dari makanan yang disarankan adalah asparagus bayam

brokoli bawang putih kale bawang watercress kol Brussel sprout beberapa

bumbu seperti kunyit kayu manis semangka alpukat anggur peach jeruk

walnut granola daging kalkun dan daging ayam keju cottage dan yoghurt

39

Tabel 21 Makanan yang mengandung Glutation (Cadenas2002)

GSH Food Group mg100 g mgsaji Buah segar Apel 33 46 Pisang 41 48 Anggur 79 146 Jeruk 73 106 Semangka 66 283 Sayuran segar Asparagus dimasak 283 263 Alpukat 277 313 Brokoli dimasak 91 78 Wortel mentah 79 59 Tomat 90 109 Daging Hamburger 175 149 Ham rebus 233 13 Ayam digoreng 131 134 Sereal biji-bijian Cornflakes 00 00 Roti whole wheat 12 06 Roti putih 00 00 Nasi putih enriched dimasak 16 21 Produk Susu Susu whole 00 00 Keju Amerika 00 00 Yoghurt plain lowfat 00 00 Es krim 10 lemak 00 00

40

BAB III

KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

31 Kerangka Berpikir

Faktor penyebab penuaan antara lain faktor internal dan faktoreksternal

Faktor internal meliputi radikal bebas glikosilasi metilasi hormon yang

berkurang apoptosis system kekebalan tubuh yang menurun genetik Faktor

eksternal meliputi gaya hidup tidak sehat polusi lingkungan stress kemiskinan

kebiasaan yang salah olahraga berlebihan (overtraining) Berbagai faktor di atas

menyebabkan terjadinya penurunan fungsi tubuh dan terjadilah penuaan

Kerangka konsep penelitian berdasarkan teori bahwa salah satu penyebab

penuaan adalah radikal bebas Bila jumlah radikal bebas melebihi jumlah

antioksidan di dalam tubuh terjadilah stress oksidatif Radikal bebas dapat

merusak membran sel protein DNA dan berakibat fatal bagi kelangsungan hidup

sel jaringan Stress oksidatif yang berlangsung lama akan mengakibatkan

terjadinya penumpukan hasil kerusakan oksidatif di dalam sel dan jaringan

selanjutnya sel dan jaringan tersebut akan kehilangan fungsinya dan akhirnya

mati

Olahraga berlebih meningkatkan stress oksidatif karena terdapat

peningkatan konsumsi O2 oleh aktivitas otot skeletal Oksigen juga dapat bersifat

toksik yang dapat memicu peningkatan Reactive Oxygen Species (ROS)Organ

yang tidak mendapat cukup oksigen dan nutrisi menjadi iskemik dan terjadi

kerusakan mikrovaskular (Reperfusion Injury) memicu peningkatan radikal

40

41

bebas Dengan pemberian antioksidan Glutation yang merupakan antioksidan

master diharapkan dapat mencegah kerusakan lebih lanjut yang diakibatkan oleh

radikal bebas dengan cara melindungi sel dari Reactive Oxygen Species (ROS)

dan dapat dilihat melalui parameter MDA yang mengalami penurunan

32 Konsep Penelitian

Konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Gambar 31 Konsep Kadar MDA pada tikus yang diberikan Pelatihan Fisik Berlebih+ Placebo dan Pelatihan Fisik Berlebih + Glutation

FAKTOR INTERNAL

- Jenis Kelamin

- Usia

- Genetik

- Hormon

- Psikologis

FAKTOR EKSTERNAL

- Makanan

- Cuaca iklim

- Penyakit

- Exercise

GLUTATION

TIKUS

KADAR MDA

42

33 Hipotesis

Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan kadar MDA

tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

43

BAB IV

METODE PENELITIAN

41 Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksterimental dengan rancangan

randomized pre test-post test control group design (Poccock et al 2008)

Subyek terdiri dari 2 kelompok yaitu

1 Kelompok 1 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+ Placebo

2 Kelompok 2 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation

Semua kelompok sebelum perlakuan diberikan pre test (O1 O3) dan

dihitung rerata untuk masing-masing kelompok

Setelah perlakuan semua kelompok diberikan post test (O2 O4) dan

dihitung rerata untuk masing-masing kelompok

Kemudian dihitung perbedaan rerata antara pre test dan post test dari

masing-masing kelompok lalu hasil perbedaan tersebut dibandingkan secara

statistik

Gambar 41 Rancangan Penelitian

P S

43

R R

O1 P1 O2

O3 P2 O4

44

Keterangan

P = populasi

S = sampel

R = random

O1 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah mendapatkan

pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan placebo (pre test)

O2 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah diberikan pelatihan

fisik berlebih setelah diberikan placebo (post test)

O3 = observasi data MDA kelompok perlakuan setelah diberikan

pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan Glutation (pre test)

O4 = observasi data MDA kelompok perlakuan diberikan pelatihan fisik

berlebih setelah diberikan Glutation (post test)

P1 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih+ placebo

P2 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation

42 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran

Universitas Udayana pada bulan Januari ndash Maret 2012 Pemeriksaan MDA darah

tikus dikerjakan di bagian Program Antar Unit Universitas Gajah Mada

Jogyakarta

45

43 Populasi dan Sampel

431 Populasi

Subyek penelitian adalah tikus jantan dewasa galur Wistar yang berusia 2-

25 bulan dan dalam kondisi fisik sehat

432 Kriteria Sampel

4321 Kriteria Inklusi

Kriteria Inklusi yang ditetapkan sebagai sampel adalah sebagai berikut

a Tikus jantan dewasa galur Wistar

b Umur 2-25 bulan

c Berat badan plusmn200 gram

d Sehat

e MDA ge 5mmollt

4322 Kriteria Drop Out

Adalah sampel yang mati pada waktu penelitian

433 Besar Sampel

Besar sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini dihitung berdasarkan

rumus Poccock (2008)

Angka μ1 (5) dan μ2 (12) didapatkan dari penelitian sebelumnya (Ji 1998)

n=

46

= asymp 7

Keterangan

n = jumlah sampel

σ = standar deviasi kelompok perlakuan dengan pemberian

glutation (15)

f ( ) = besarnya didapat dari tabel (Poccock 2008)

μ1 = rerata hasil MDA pada kelompok perlakuan sesudah

pemberian glutatioacuten (5)

μ2 = rerata hasil MDA pada kelompok pre test (12)

Jadi jumlah sampel (n) = 675 dan ditambah 3 ekor tikus untuk masing-

masing kelompok sebagai cadangan Jadi total 20 ekor tikus dengan 10

ekor tikus untuk masing-masing kelompok

434 Teknik Pengambilan Sampel

Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat

sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi diambil secara acak

sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi

2 kelompok yaitu kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+placebo kelompok

dengan pelatihan fisik berlebih + glutation

47

44 Variabel Penelitian

441 Klasifikasi Variabel

Variabel penelitian dibedakan menjadi

1 Variabel Bebas dosis pemberian glutation

2 Variabel Tergantung kadar MDA

3 Variabel Terkendali varian tikus jantan (galur wistar) jenis

kelamin umur berat badan lingkungan

(pencahayaan suhu kelembaban nutrisi

kandang)

Gambar 42 Bagan Hubungan Antar Variabel

VARIABEL BEBAS

- Pelatihan fisik berlebih

- Glutation 37mg kgBBhari

VARIABEL TERGANTUNG

KADAR MDA

VARIABEL TERKENDALI

Varian tikus

Jenis kelamin umur berat badan

Pencahayaan suhu kelembaban nutrisi kandang

Makanan minuman

48

442 Definisi Operasional Variabel

1 Pelatihan fisik berlebih pada tikus adalah pelatihan yang berlebihan

yang diukur berdasarkan kemampuan maksimal berenang tikus pada

ember berdiameter 35 cm dengan kedalaman air 20 cm yang

dilakukan 60 menithari selama 35 hari pada waktu yang sama pada

suhu 32 derajat (Binekada 2002 dan Pepe2011)

2 Glutation yang diberikan adalah Glutation Teofarma injeksi sediaan

600mg 4 ml Dosis pemberian Glutation adalah pemberian sediaan

antioksidan Glutation dalam bentuk suntikan intraperitoneal yang

diberikan 1x sehari dan diberikan 6 jam sebelum pelatihan fisik

berlebih Dosis pemberian Glutation mengacu pada penelitian yang

dilakukan sebelumnya oleh Ji L L yaitu 37mgkgBBhari yang

dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril secara intraperitonial

3 MDA merupakan salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada

membran sel dan merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan

oleh radikal bebas Pengukuran kadar MDA menggunakan metode

Thiobarbituraic Acid Reactive Substances (TBARS) Pembacaan hasil

dengan menggunakan spektrofotometer Satuan MDA dalam mmoll

4 Cahaya suhu dan kelembaban merupakan kondisi lingkungan yang

dialami tikus jantan dewasa Pada penelitian ini kondisi lingkungan

selama percobaan dibuat sama

5 Berat badan tikus adalah berat badan yang ditimbang dengan

timbangan gram

49

6 Umur tikus adalah umur yang ditentukan dengan melihat tanggal

kelahiran yang dicatat pada kandang percobaan

7 Kondisi peneliti yang meliputi kesehatan fisik dan psikis peneliti

Penelitian dilaksanakan saat kondisi peneliti dalam keadaan baik

sehingga pengaruhnya terhadap hasil penelitian dapat diabaikan

45 Bahan dan Alat Penelitian

451 Bahan Penelitian

Glutation injeksi

Tikus jantan

Makanan tikus berupa pellet dan air minum dari air ledeng

Aquades steril

EDTA (Ethylenediamine tetraacetic acid)

Reagensia untuk pengukuran kadar MDA

452 Alat Penelitian

Alat yang dipakai dalam pengambilan data penelitian ini adalah

- Kandang tikus terbuat dari besi yang di dalamnya terdapat sekam dan

botol minuman

- Ember berdiameter 35 cm dan kedalaman air 20 cm

- Stopwatch

- Timbangan

- Spuit injeksi 1 ml

50

- Sarung tangan

- Kapas dan alkohol 70

- Tabung Evendorf

- Mikropipet

- Pipet kapiler

- Sentrifugasi

46 Prosedur Penelitian

1 Tikus jantan dewasa (Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan

berat badan plusmn200gram dilakukan aklimatisasi selama 2 minggu di

tempat penelitian untuk penyesuaian dengan lingkungan

2 Semua sampel tikus diberi perlakuan yang sama yaitu diberikan

pelatihan fisik berlebih dengan cara berenang sampai kelelahan pada

hari ke 7 kedua kelompok tersebut dilakukan pemeriksaan MDA

3 Mulai hari ke 8 ndash 35 sampel tikus yang berjumlah 20 ekor dibagi atas 2

kelompok di mana kelompok 1(kontrol) diberikan pelatihan fisik

berlebih + injeksi aquabidest intraperitoneal enam jam sebelum

perlakuan aktifitas berlebih kelompok ke 2 (perlakuan) diberikan

pelatihan fisik berlebih + injeksi intraperitoneal glutation 37

mgkgBBhari yang sudah dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril

4 Pada hari ke 35 dilakukan pemeriksaan kadar MDA pada masing-

masing tikus setelah bulu tikus kering

51

5 Selama penelitian hewan coba diberikan makanan dan minuman secara

teratur kebersihan dan kenyamanan kandang dijaga

461 Alur Penelitian

TIKUS ADAPTASI 2 MINGGU

PELATIHAN FISIK BERLEBIH 1 MINGGU

MDA

KELOMPOK 1 KELOMPOK 2

PELATIHAN FISIK BERLEBIH PELATIHAN FISIK BERLEBIH

+ AQUABIDEST (28 hari) +GLUTATION 37mgkgBBhari

28 HARI 28 HARI

MDA

Gambar 43 Bagan Alur Penelitian

462 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium

Pemantauan keselamatan tikus jantan (galur Wistar) di laboratorium

(Smith et al1988 Ngatidjan 2006) adalah sebagai berikut

1 Kandang tikus jantan harus cukup kuat tidak mudah rusak teratur dibersihkan

(1x seminggu) mudah dipasang kembali hewan tidak mudah lepas tahan

52

gigitan hewan kelihatan jelas dari luar Alas tempat tidur terbuat dari serbuk

gergaji atau sekam padi agar mudah menyerap air

2 Luas lantai yang memadai untuk tikus jantan dengan berat badan plusmn200 gram

adalah 60cm persegi dan tinggi 20 cm

3 Diciptakan suasana lingkungan yang stabil dan sesuai keperluan fisiologi tikus

jantan di mana kelembaban suhu pertukaran udara yang ekstrim harus

dihindari

4 Hewan coba hendaknya diperlakukan dengan kasih sayang

47 Pengolahan dan Analisis Data

Analisis data yang digunakan adalah

1 Analisis Deskriptif

2 Uji normalitas data dilakukan dengan tes Shapiro-Wilk Distribusi data

normal dengan nilai pgt005

3 Uji homogenitas dilakukan dengan Lavenersquos Test Data dinyatakan

homogen dengan nilai pgt005

4 Karena data berdistribusi normal dan homogen maka untuk uji

komparabilitas dipakai

- Uji t independent untuk membandingkan rerata kadar MDA antar

kelompok

- Uji Paired T- Test untuk membandingkan rerata kadar MDA pre

dan post masing-masing kelompok

- Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau

dinyatakan berbeda bila plt005

53

BAB V

HASIL PENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 20 ekor tikus jantan dewasa

(Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan berat badan plusmn200 gram sebagai

sampelyang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah 10 ekor

yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dankelompok

perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) Dalam penyajian hasil ini diuraikan

uji normalitas data uji homogenitas data uji komparabilitas dan uji efek

perlakuan

51 Uji Normalitas Data

Data Kadar MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan

pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji

Shapiro-Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005)

disajikan pada Tabel 51

53

54

Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing Kelompok Sebelum

dan Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Perlakuan n p Keterangan

Kadar MDA kontrol pre

Kadar MDA perlakuan pre

Kadar MDA kontrol post

Kadar MDA perlakuan post

10

10

10

10

0965

0550

0975

0697

Normal

Normal

Normal

Normal

52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok

Data Kadar MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun

sesudah perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test

Hasilnya menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52

Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA Sebelum dan

Sesudah Perlakuan

Variabel F p Keterangan

Kadar MDA pre

Kadar MDA post

0016

0592

0901

0452

Homogen

Homogen

53 Kadar MDA

531 Uji komparabilitas

Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata kadar MDA

antar kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan

55

glutation Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada

Tabel 53 berikut

Tabel 53

Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata

Kadar MDA

SB T P

Aktivitas berlebih dan

placebo

Aktivitas berlebihdan

glutathion

10

10

518

529

028

029

089 0386

Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok

kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 518028mmoll dan rerata

kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 529029mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 089 dan nilai

p = 0386 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan

berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya tidak berbeda secara

bermakna (p gt 005)

532 Analisis efek perlakuan

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kadar MDA antar

kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation

56

Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54

berikut

Tabel 54 Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata

Kadar MDA

SB T P

Aktivitas berlebih dan

placebo

Aktivitas berlebihdan

glutathion

10

10

778

444

023

017

3672 0001

Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok

kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata

kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 444017mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 3672 dan nilai

p = 0001 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan

berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya berbeda secara

bermakna (p lt 005)

57

Gambar 51 Perbedaan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

533 Analisis Komparasi Sebelum dengan Sesudah Perlakuan

Analisis komparasi diuji berdasarkan rerata kadar MDA antara sebelum

dengan sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation Hasil

analisis kemaknaan dengan uji t-paired disajikan pada Tabel 55 berikut

Tabel 55 Analisis KomparasiKadar MDA antara Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Kelompok Beda Rerata

pre ndash post p Keterangan

Aktivitas berlebih dan placebo

Aktivitas berlebih dan

glutathion

260

085

0001

0001

Meningkat

Menurun

58

Berdasarkan uji t-paired didapatkan bahwa ada penurunan kadar MDA

pada kelompok perlakuan secara bermakna sebesar 085mmoll sedangkan pada

kelompok kontrol mengalami peningkatan secara bermakna sebesar 260mmoll

59

BAB VI

PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian

Untuk menguji efek pemberian glutation terhadap penurunan kadar MDA

maka dilakukan penelitian terhadap 20 ekor tikus jantan dewasa (Galur Wistar)

sebagai sampel yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah

10 ekor yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dan

kelompok perlakuan (pelatihan fisik berlebih dan glutation)

62 Efek Pelatihan Fisik Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA

Hasil penelitian dan analisis data terhadap kadar MDA darah pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji

normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan homogenitas (Levenersquos test) pre-test dan post-

test masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)

Uji perbandingan 1 minggu pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan

injeksi antara kedua kelompok menggunakan uji t-independent Rerata kadar

MDA kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) adalah

518028mmoll dan rerata kelompok pelatihan fisik berlebih dan glutation

adalah 529029mmoll Analisis kemaknaan dengan uji t-independent

menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna kadar MDA darah antara

kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa

kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan injeksi rerata kadar MDAnya tidak

59

60

berbeda secara bermakna

Uji perbandingan setelah pemberian placebo dan glutation antara kedua

kelompok menggunakan t-independent Rerata kadar MDA kelompok kontrol

(aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata kelompok

perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) adalah 444017mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent antara kedua kelompok sesudah diberikan

placebo dan glutation menunjukkan perbedaan kadar MDA secara bermakna

(plt005) Hal ini berarti bahwa kelompok yang diberikan perlakuan berupa

placebo dan glutation 6 jam sebelum diberikan pelatihan fisik berlebih dengan

cara merenangkan selama 60 menit hari selama 35 hari rerata kadar MDA

berbeda secara bermakna Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh

untuk melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam

organ dan pembuluh darah (Giriwijoyo 2004)

Peningkatan kadar MDA sesudah diberikan pelatihan fisik berlebih pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan disebabkan karena pelatihan fisik

berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena terjadi peningkatan konsumsi

oksigen oleh aktifitas otot skeletal Stress oksidatif memicu peningkatan senyawa

oksigen reaktif Pada pelatihan fisik berlebih juga terjadi Reperfusion Injury yang

memicu terjadinya kerusakan jaringan dan peningkatan radikal bebas (Adiputra

2008) Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara menarik elektronnya

sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan sampai kematian sel

(Suryohudoyo 2000)

Pada penelitian ini didapatkan bahwa sesudah diberikan pelatihan fisik

61

berlebih dan placebo terjadi peningkatan kadar MDA sebesar 5024 Kadar

MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel (Winarsi

2007) Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pepe

(2011) bahwa pelatihan fisik berlebih meningkatkan kadar MDA Lebih lanjut

Murray et al (2000) juga menyatakan bahwa pelatihan fisik berlebih merangsang

respon biomarker stres oksidatif Sedangkan pada kelompok perlakuan yang

diberikan aktifitas berlebih dan glutation terjadi penurunan kadar MDA sebesar

1607 Terjadinya penurunan kadar MDA pada kelompok yang diberikan

glutation 6 jam sebelum melakukan pelatihan fisik berlebih disebabkan karena

pemberian antioksidan meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan

cara mendonorkan elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa

oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsi 2007) Glutation merupakan antioksidan

endogen yaitu antioksidan yang dapat disintesa dalam tubuh dari asam amino L-

sistein L-glutamat dan glisin (Cadenas 2002) yang juga sebagai master

antioksidan yaitu antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain

Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan

Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik (Hersh 2004) Glutation

merupakan salah satu antioksidan yang tidak dapat menjadi pro oksidan (Cadenas

2002) Normalnya sekali suatu antioksidan memakan radikal bebas antioksidan

ini menjadi teroksidasi sendiri dan menyerang sel yang sehat yang disebut

sebagai pro oksidan Glutation dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang

teroksidasi tersebut menjadi bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali

dalam memakan radikal bebas (Sellman 2009) Sehingga dengan demikian

62

glutation dapat membantu dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Urso

(2003) bahwa suplementasi antioksidan dapat mengatasi kondisi stress oksidatif

yang terjadi pelatihan fisik berlebih

Uji perbandingan antara data MDA pre dan post masing-masing kelompok

digunakan uji t-paired test Berdasarkan uji ini didapatkan hasil pada kelompok

perlakuan terjadi penurunan kadar MDA secara bermakna sebesar 085 mmollt

sedangkan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan kadar MDA secara

bermakna sebesar 260mmollt Terjadi penurunan kadar MDA pada kelompok

perlakuan menunjukkan pemberian antioksidan Glutation intraperitoneal dosis

37mgkgBBhari dapat mengatasi kondisi stress oksidatif yang terjadi pada

pelatihan fisik berlebih Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh

Urso (2003)

63

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

71 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan sebagai

berikut Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA

tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

72 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah

1 Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja glutation

yang lebih detail

2 Memperhatikan takaran latihan supaya tidak berlebihan yang justru akan

meningkatkan kerusakan sel

3 Perlu dilakukan uji klinis pada manusia

63

64

DAFTAR PUSTAKA

Adiputra N 2008Kesehatan Olah Raga Available from httpwwwbalihesgorgindexphpoption=com Accessed 2011 Oct 5th

Anonim 2011 Glutathione Available at

httpenwikipediaorgwikiGlutathione Accessed 2011 Oct 5th Anonim 2011 Overtraining Available at

httpwwwmarksdailyapplecomovertraining Accessed 2011 Oct5th

Asikin N 2001Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan InKursus Penyegaran dan Pelatihan Radikal bebas dan Antioksidan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta Fakultas Kedokteran UI

Bagiada NA 2001 Proses Penuaan dan Penanggulangannya Denpasar

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hal 22 Banerjee AK Mandal A Chanda D Chahraboti S 2003 Oxidant

Antioxidant and Physical ExerciseAvailable from httpwwwncbinlmnihgovpubmed14619981 accesed 2011 Sept 2nd

Binekada MC 2002 ldquoPelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Konsentrasi dan

Motilitas Spermatozoa Mencitrdquo(tesis) Denpasar Universitas Udayana

Cadenas E Jones PD 2002Bioavailability of Glutathione In Cadenas E

Packer L editorsHandbook of Antioxidants2nd Ed New York Marcel DekkerInc p549-564

Catala A 2006Lipid PeroxidationInt J Biochem Cell Biol 38 1482-1495 Dalle-DonneI Rossi R ColomboR Giustarini D Milzani

A2006Biomarkers of Oxidative Damage in Human Disease Available from httpwwwredorbitcomnewsscience473334biomarkersof oxidative damage in human diseaseindexhtmlaccessed2011 Sept 5th

Fouad T 2007 Free radicals Types Sources and Damaging Reaction

Relations Available from

64

65

wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th

Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th

Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112

Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors

ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their

Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69

Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan

Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th

Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz

R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155

Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester

Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th

Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala

T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200

Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and

Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders

66

Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana

LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia

Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647

Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from

httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit

Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK

Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620

Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji

Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah

Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009

Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan

Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132

Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde

Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521

Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley

Medical Publicationsp 123-141

Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI

Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable

from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer

67

Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole

Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam

Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI

Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam

Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya

Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan

Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47

Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant

Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th

Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan

Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105

68

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965

Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975

Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753

Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

69

Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan

Group Statistics

Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887

Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215

Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260

Perlakuan 10 42500 23348 07383

Independent Samples Test

Levenes Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df

Sig (2-

tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence Interval of the

Difference Lower Upper

Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428

Equal variances not assumed

-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429

Post1

Equal variances assumed 592 452 367

22 18 000 333700 09087 314608 352792

Equal variances not assumed

36722 16855 000 333700 09087 314515 352885

Post2

Equal variances assumed 906 354 264

19 18 000 239500 09066 220454 258546

Equal variances not assumed

26419 16265 000 239500 09066 220307 258693

70

Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis

(Laurence amp Bacharach 1964)

2g mencit 20g tikus 400g marmot

l5Kg kelinci

20Kg kucing

40Kg kera

120Kg anjing

70Kg manusia

20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879

200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560

400 g marmot

008 057 10 225 24 52 102 315

l5Kg kelinci

004 025 044 10 106 24 45 142

20Kg kucing

003 023 042 092 10 22 41 130

40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61

120Kg anjing

0008 006 010 0022 024 052 10 31

70Kg manusia

00026 0018 0031 007 0013 016 032 10

71

Lampiran 4

Foto Penelitian

Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)

72

Lampiran 5

Data Hasil Penelitian

Kelompok Kontrol

Pre test Post test Pre test Post Test

752 647 769 694

779 670 773 664

745 660 803 653

769 643 817 677

783 653

786 684

Kelompok Perlakuan

Pre Test Post test

412 391

436 412

442 425

425 401

453 436

466 442

432 405

456 432

470 453

476 463

Page 48: PEMBERIAN INJEKSI GLUTATION INTRAPERITONEAL

30

dan peptidases yang berfungsi pada peralihan proteinMerupakan suatu

antioksidan yang mencegah kerusakan komponen seluler oleh reactive oxygen

species seperti radikal bebas dan peroksidGlutation bukan nutrisi esensial karena

disintesa di dalam tubuh dari asam amino L-sistein L-glutamic acid dan glycine

Gambar 21 Struktur GSH dan GSSG

Glutation terdapat pada sebagian besar sel tubuh tetapi terbanyak terdapat

di dalam hati Grup thiol (SH) dari sistein berfungsi sebagai donor proton dan

bertanggungjawab untuk aktifitas biologis glutation Provisi asam amino ini

merupakan faktor yang terbatas dalam sintesis glutation oleh sel karena sistein

relatif jarang pada makanan Apabila dilepaskan sebagai asam amino bebas

sistein adalah toksik dan secara spontan dikatabolisasi di saluran pencernaan dan

plasma darah

Glutation disintesis dalam 2 tahap

1 Gamma-glutamylcysteine disintesa dari L-glutamate dan sistein melalui enzim

gamma-glutamylcysteine sintetase (glutamate cysteine ligase GCL)

31

2 Glisin ditambahkan pada C-terminal dari gamma-glutamylcysteine melalui

enzim glutation sintetase

261 Fungsi Glutation

Glutation terdapat dalam bentuk tereduksi (GSH) dan teroksidasi (GSSG)

Grup thiol dari sistein mampu memberikan donor elektron ke molekul lain yang

tidak stabil seperti Reactive Oxygen Species (ROS) Pada saat mendonorkan

elektronnya glutation menjadi reaktif dan segera bereaksi dengan glutation reaktif

lainnya membentuk glutation disulfide (GSSG)Reaksi mungkin terjadi apabila

terdapat konsentrasi yang cukup tinggi di sel (sampai 5mm di hati) GSH dapat

terbentuk kembali dari GSSG oleh enzim glutation reduktase Pada sel atau

jaringan yang sehat terdapat lebih 90 dari total simpanan glutation terdapat

dalam bentuk tereduksi (GSH) dan kurang dari 10 dalam bentuk disulfide

(GSSG)

GSH ---- GSSG

Eliminasi ROS Menjaga protein thiols Antioxidant

dalam bentuk reduksi pools

Gambar 22 GSH Redox (Cadenas 2002)

GSH Redox merupakan indikator sentral keseimbangan antara stress

oksidatif dan system antioksidan GSH Redox berkaitan dengan detoksifikasi

Reactive Oxygen Species (ROS) berfungsi dalam mempertahankan tersedianya

antioksidan mempertahankan protein thiol dalam bentuk reduksi Rasio

32

GSHGSSG sering dipakai untuk mengekspresikan keseimbangan redox ini

Peningkatan rasio GSH-GSSG merupakan indikasi adanya Stress Oksidatif

(Goldman 2003)

Glutation mempunyai beberapa fungsi (Winarsih 2007)

- Sebagai antioksidan endogen mayor yang diproduksi oleh sel berpartisipasi

langsung pada netralisasi radikal bebas dan senyawa oksigen reaktif

mempertahankan antioksidan eksogen seperti vitamin C dan E pada bentuk

tereduksi (aktif)

- Pengaturan siklus nitric oxide yang sangat penting untuk kehidupan tetapi

dapat menjadi masalah apabila tidak teregulasi Digunakan untuk reaksi

metabolism dan biokimia seperti sintesis dan perbaikan DNA sintesis protein

sintesis prostaglandin transport asam amino dan aktivasi enzim Tiap sistem

di dalam tubuh kita dapat dipengaruhi oleh sistem glutation khususnya sistem

imun sistem saraf sistem gastrointestinal dan paru

Gambar 23 Detoksifikasi Lipid Hydroxyperoxides di usus halus

33

GSH yang ditransportasikan kedalam lumen digunakan untuk detoksifikasi

peroksid yang terbentuk dari makanan oleh glutation peroksidase (GSH Px)

Proses ini membutuhkan peroksid dan glutation yang tersedia di sel epitel GSSG

yang terbentuk direduksi kembali menjadi GSH oleh GSSG reduktase (GSSG

Rx) menggunakan NADPH sebagai reduktan

262 Suplementasi Glutation

Meningkatkan level GSH melalui suplementasi glutation langsung sulit

Penelitian terakhir menyatakan bahwa secara oral tidak diabsorpsi baik melalui

saluran pencernaan Studi mengenai konsumsi oral akut glutation dengan dosis

sangat besar 3 gram Witschi dan tim menemukan lsquoadalah tidak mungkin

meningkatkan glutation yang bermanfaat secara klinis dengan dosis tunggal 3

gram glutationrsquo

Glutation terdapat pada makanan sehari-hari sampai 150mghari dapat

diabsorpsi melalui intak di usus halus Individu sehat dengan asupan sulfur asam

amino (1-2 gramhari) jumlah GSH mungkin tidak cukup untuk mendapatkan

efek penting secara sistemik Individu dengan asupan sulfur asam amino yang

terbatas suplementasi GSH diperlukan untuk mempertahankan suplai GSH

sistemik dengan memperbaiki keseimbangan sulfur asam amino (Cadenas 2002)

Glutation hanya diabsorpsi di sel epitel oral dan traktus gastrointestinal

dan memberikan keuntungan kesehatan spesifik pada jaringan tersebut(Cadenas

2002)

34

SUPLAI HILANG

Makanan suplemen Degradasi

GSH

Empedu LUMINAL Uptake

Epitel Reaksi Detoksifikasi

Gambar 24 Supply dan Removal Glutation dalam lumen usus halus (Cadenas 2002) Glutation (GSH) disuplai ke dalam lumen intestinal melalui konsumsi oral

empedu dan sekresi epitel intestinal Jumlah yang disuplai dari empedu cukup

untuk mempertahankan jumlah 200microM pada tikus tetapi tidak cukup pada

manusia yang mengalami degradasi di duktus kantung empedu Jumlah yang

dikonsumsi melalui makanan bervariasi dan secara umum kurang dari 200 microM

Jumlah yang diberikan melalui epitel hanya sekitar 10 atau kurang

dibandingkan dengan yang disediakan oleh empedu Hilangnya Glutation karena

degradasi oleh γ-glutamyltranspeptidase dan dipeptidases pada permukaan sel

epitel ditransportasikan ke dalam sel oleh mekanisme sodium-dependent dan

sodium-independent konjugasi dengan elektrofil reaktif dikatalisasi oleh

glutathione-S transferase mucus (Cadenas 2002)

Vitamin D meningkatkan level glutation di otak dan tampaknya sebagai

katalis untuk produksi glutation Sejumlah vitamin D aktif di otak berikatan

dengan seberapa besar vitamin D3 baik melalui suplemen atau dibentuk di kulit

melalui paparan matahariHal ini menyatakan bahwa mengkonsumsi vitamin D

35

dan atau mendapat cukup paparan matahari meningkatkan produksi glutation

(Sellman 2009)

Konsentrasi glutation di plasma dan hati dapat ditingkatkan dengan

mengkonsumsi suplemen tertentu yang disebut GSH precursors N-asetilsistein

atau NAC glutation precursor yang paling memungkinkan Suplemen lain S-

adenosilmetionin (SAMe) dan whey protein juga dapat meningkatkan glutation

dalam sel (Sellman 2009)

NAC tersedia dalam bentuk obat dan sebagai suplemen generik Alpha

lipoic acid juga dapat mempertahankan glutation intraselular Melatonin dapat

menstimulasi enzim yang berkaitan glutation peroksidase dan silimarin ekstrak

dari biji tanaman milk thistle (Silybum marianum) juga mempunyai kemampuan

memperbarui level glutation

Glutation diatur dengan ketat di intraseluler dan dibatasi produksinya oleh

feedback negative inhibisi sintesisnya sendiri melalui enzim gamma-

glutamilsistein sintetase sehingga meminimalisir kemungkinan terjadinya

overdosis Penambahan glutation menggunakan precursor atau glutation intravena

adalah strategi untuk mengatasi defisiensi glutation stress oksidatif tinggi

defisiensi imun

Glutation yang rendah menunjukkan adanya pembuangan dan

keseimbangan negatif nitrogen seperti pada kanker AIDS sepsis trauma

terbakar dan bahkan atlet overtraining Suplementasi glutation dapat

memperbaiki proses ini dan contohnya pada AIDS memberi hasil adanya

perbaikan survival rates Bagimanapun studi mengenai kondisi ini belum dapat

36

membedakan glutation rendah sebagai akibat secara akut (pada pasien sepsis) atau

secara kronis (HIV) meningkatkan stress oksidatif dan peningkatan patologi

sebagai akibat defisiensi yang sudah ada sebelumnya

Skizofrenia dan gangguan bipolar berhubungan dengan glutation yang

rendah Stress oksidatif mungkin salah satu faktor dasar patofisiologi gangguan

bipolar gangguan depresif mayor dan skizofrenia Glutation (GSH) adalah

pemakan radikal bebas mayor di otakTidak adanya GSH meningkatkan

kerentanan sel terhadap stress oksidatif ditandai asetilsistein dapat mengurangi

gejala kedua gangguan tersebut

Glutation merubah level stress oksidatif pada sel yang diisolasi di

laboratorium sehingga dapat mengurangi perkembangan kanker Tes ini tidak

dilakukan pada manusia

Glutamat yang berlebihan di sinaps yang dapat dilepaskan pada kondisi

seperti cedera otak dapat menghambat pengambilan sistein senyawa pembentuk

glutation yang pentingTanpa proteksi dari cedera oksidatif oleh glutation sel-sel

dapat rusak atau mati (Sellman 2009)

Glutation juga mempunyai fungsi lain sebagai berikut (Sellman 2009)

Mencerahkan kulit

Mencegah menghilangkan jerawat dan bekas jerawat

Menghilangkan noda hitam

Anti aging dan anti kerut

Memberi nutrisi kulit

Membantu pemulihan luka

37

Membuat kulit menjadi halus segar dan bersinar

Kondisi kesehatan yang berhubungan dengan defisiensi glutation

Peningkatan proses penuaan

Kesulitan dalam keseimbangan

Gangguan mental

Masalah koordinasi

Gangguan sistem saraf

Akhir-akhir ini dipercaya sebagai penyebab lesi otak

Kanker HIV Katarak Diabetes Mellitus

Jumlah sperma yang rendah

263 Glutation Precursor (Sellman 2009)

Glutation Precursor disebut juga sebagai building-block dari glutation

yaitu N-asetilsistein atau NAC dan whey protein tidak terdenaturasi

Nasetilsistein adalah obat farmasi yang biasa digunakan bertahun-tahun untuk

mengobati overdose asetaminofen Hal ini sangat efektif ketika diberikan dalam

dosis besar di ruang darurat ketika seseorang akan mengalami gagal hati karena

overdosis asetaminofen komposisi aktif dari Tylenol

Efek sampingnya adalah bercak-bercak kemerahan bersin mual

anafilaksis reaksi alergi yang berupa kesulitan bernafas karena bronkospasme

tekanan darah menurun angioedema muntah kram diare Walaupun jarang

kematian pernah dilaporkan karena N-asetilsistein Beberapa orang mendapatkan

rasa dan bau yang tidak dapat diterima karena kandungan sulfur di dalamnya

38

Pengggunaan teratur untuk menaikkan kadar glutation tidak direkomendasikan

untuk anak-anak dan bayi Masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk

menentukan keamanan N-asetilsistein untuk penggunaan jangka panjang

Whey protein tidak terdenaturasi merupakan nutraceutical atau medicinal

foodSenyawa ini memberikan ikatan sistein ke sel-sel di mana glutation dapat

terbentuk di tempat tersebut

Beberapa kondisi yang tidak dapat mengkonsumsi whey protein

- Pasien dengan alergi protein susu

- Pasien dengan diet rendah protein

- Pasien yang sedang menjalani terapi imunosupresif

Efek sampingnya adalah kembung perut kram urtikaria Efek samping

karena overdosis tidak terjadi karena sel hanya membuat sebatas yang dibutuhkan

apabila berlebih kelebihan disimpan di hati dan ginjal sampai suatu saat kalau

dibutuhkan

264 Sumber Glutation dari makanan

Sumber glutation dari makanan yang disarankan adalah asparagus bayam

brokoli bawang putih kale bawang watercress kol Brussel sprout beberapa

bumbu seperti kunyit kayu manis semangka alpukat anggur peach jeruk

walnut granola daging kalkun dan daging ayam keju cottage dan yoghurt

39

Tabel 21 Makanan yang mengandung Glutation (Cadenas2002)

GSH Food Group mg100 g mgsaji Buah segar Apel 33 46 Pisang 41 48 Anggur 79 146 Jeruk 73 106 Semangka 66 283 Sayuran segar Asparagus dimasak 283 263 Alpukat 277 313 Brokoli dimasak 91 78 Wortel mentah 79 59 Tomat 90 109 Daging Hamburger 175 149 Ham rebus 233 13 Ayam digoreng 131 134 Sereal biji-bijian Cornflakes 00 00 Roti whole wheat 12 06 Roti putih 00 00 Nasi putih enriched dimasak 16 21 Produk Susu Susu whole 00 00 Keju Amerika 00 00 Yoghurt plain lowfat 00 00 Es krim 10 lemak 00 00

40

BAB III

KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

31 Kerangka Berpikir

Faktor penyebab penuaan antara lain faktor internal dan faktoreksternal

Faktor internal meliputi radikal bebas glikosilasi metilasi hormon yang

berkurang apoptosis system kekebalan tubuh yang menurun genetik Faktor

eksternal meliputi gaya hidup tidak sehat polusi lingkungan stress kemiskinan

kebiasaan yang salah olahraga berlebihan (overtraining) Berbagai faktor di atas

menyebabkan terjadinya penurunan fungsi tubuh dan terjadilah penuaan

Kerangka konsep penelitian berdasarkan teori bahwa salah satu penyebab

penuaan adalah radikal bebas Bila jumlah radikal bebas melebihi jumlah

antioksidan di dalam tubuh terjadilah stress oksidatif Radikal bebas dapat

merusak membran sel protein DNA dan berakibat fatal bagi kelangsungan hidup

sel jaringan Stress oksidatif yang berlangsung lama akan mengakibatkan

terjadinya penumpukan hasil kerusakan oksidatif di dalam sel dan jaringan

selanjutnya sel dan jaringan tersebut akan kehilangan fungsinya dan akhirnya

mati

Olahraga berlebih meningkatkan stress oksidatif karena terdapat

peningkatan konsumsi O2 oleh aktivitas otot skeletal Oksigen juga dapat bersifat

toksik yang dapat memicu peningkatan Reactive Oxygen Species (ROS)Organ

yang tidak mendapat cukup oksigen dan nutrisi menjadi iskemik dan terjadi

kerusakan mikrovaskular (Reperfusion Injury) memicu peningkatan radikal

40

41

bebas Dengan pemberian antioksidan Glutation yang merupakan antioksidan

master diharapkan dapat mencegah kerusakan lebih lanjut yang diakibatkan oleh

radikal bebas dengan cara melindungi sel dari Reactive Oxygen Species (ROS)

dan dapat dilihat melalui parameter MDA yang mengalami penurunan

32 Konsep Penelitian

Konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Gambar 31 Konsep Kadar MDA pada tikus yang diberikan Pelatihan Fisik Berlebih+ Placebo dan Pelatihan Fisik Berlebih + Glutation

FAKTOR INTERNAL

- Jenis Kelamin

- Usia

- Genetik

- Hormon

- Psikologis

FAKTOR EKSTERNAL

- Makanan

- Cuaca iklim

- Penyakit

- Exercise

GLUTATION

TIKUS

KADAR MDA

42

33 Hipotesis

Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan kadar MDA

tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

43

BAB IV

METODE PENELITIAN

41 Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksterimental dengan rancangan

randomized pre test-post test control group design (Poccock et al 2008)

Subyek terdiri dari 2 kelompok yaitu

1 Kelompok 1 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+ Placebo

2 Kelompok 2 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation

Semua kelompok sebelum perlakuan diberikan pre test (O1 O3) dan

dihitung rerata untuk masing-masing kelompok

Setelah perlakuan semua kelompok diberikan post test (O2 O4) dan

dihitung rerata untuk masing-masing kelompok

Kemudian dihitung perbedaan rerata antara pre test dan post test dari

masing-masing kelompok lalu hasil perbedaan tersebut dibandingkan secara

statistik

Gambar 41 Rancangan Penelitian

P S

43

R R

O1 P1 O2

O3 P2 O4

44

Keterangan

P = populasi

S = sampel

R = random

O1 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah mendapatkan

pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan placebo (pre test)

O2 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah diberikan pelatihan

fisik berlebih setelah diberikan placebo (post test)

O3 = observasi data MDA kelompok perlakuan setelah diberikan

pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan Glutation (pre test)

O4 = observasi data MDA kelompok perlakuan diberikan pelatihan fisik

berlebih setelah diberikan Glutation (post test)

P1 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih+ placebo

P2 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation

42 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran

Universitas Udayana pada bulan Januari ndash Maret 2012 Pemeriksaan MDA darah

tikus dikerjakan di bagian Program Antar Unit Universitas Gajah Mada

Jogyakarta

45

43 Populasi dan Sampel

431 Populasi

Subyek penelitian adalah tikus jantan dewasa galur Wistar yang berusia 2-

25 bulan dan dalam kondisi fisik sehat

432 Kriteria Sampel

4321 Kriteria Inklusi

Kriteria Inklusi yang ditetapkan sebagai sampel adalah sebagai berikut

a Tikus jantan dewasa galur Wistar

b Umur 2-25 bulan

c Berat badan plusmn200 gram

d Sehat

e MDA ge 5mmollt

4322 Kriteria Drop Out

Adalah sampel yang mati pada waktu penelitian

433 Besar Sampel

Besar sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini dihitung berdasarkan

rumus Poccock (2008)

Angka μ1 (5) dan μ2 (12) didapatkan dari penelitian sebelumnya (Ji 1998)

n=

46

= asymp 7

Keterangan

n = jumlah sampel

σ = standar deviasi kelompok perlakuan dengan pemberian

glutation (15)

f ( ) = besarnya didapat dari tabel (Poccock 2008)

μ1 = rerata hasil MDA pada kelompok perlakuan sesudah

pemberian glutatioacuten (5)

μ2 = rerata hasil MDA pada kelompok pre test (12)

Jadi jumlah sampel (n) = 675 dan ditambah 3 ekor tikus untuk masing-

masing kelompok sebagai cadangan Jadi total 20 ekor tikus dengan 10

ekor tikus untuk masing-masing kelompok

434 Teknik Pengambilan Sampel

Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat

sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi diambil secara acak

sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi

2 kelompok yaitu kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+placebo kelompok

dengan pelatihan fisik berlebih + glutation

47

44 Variabel Penelitian

441 Klasifikasi Variabel

Variabel penelitian dibedakan menjadi

1 Variabel Bebas dosis pemberian glutation

2 Variabel Tergantung kadar MDA

3 Variabel Terkendali varian tikus jantan (galur wistar) jenis

kelamin umur berat badan lingkungan

(pencahayaan suhu kelembaban nutrisi

kandang)

Gambar 42 Bagan Hubungan Antar Variabel

VARIABEL BEBAS

- Pelatihan fisik berlebih

- Glutation 37mg kgBBhari

VARIABEL TERGANTUNG

KADAR MDA

VARIABEL TERKENDALI

Varian tikus

Jenis kelamin umur berat badan

Pencahayaan suhu kelembaban nutrisi kandang

Makanan minuman

48

442 Definisi Operasional Variabel

1 Pelatihan fisik berlebih pada tikus adalah pelatihan yang berlebihan

yang diukur berdasarkan kemampuan maksimal berenang tikus pada

ember berdiameter 35 cm dengan kedalaman air 20 cm yang

dilakukan 60 menithari selama 35 hari pada waktu yang sama pada

suhu 32 derajat (Binekada 2002 dan Pepe2011)

2 Glutation yang diberikan adalah Glutation Teofarma injeksi sediaan

600mg 4 ml Dosis pemberian Glutation adalah pemberian sediaan

antioksidan Glutation dalam bentuk suntikan intraperitoneal yang

diberikan 1x sehari dan diberikan 6 jam sebelum pelatihan fisik

berlebih Dosis pemberian Glutation mengacu pada penelitian yang

dilakukan sebelumnya oleh Ji L L yaitu 37mgkgBBhari yang

dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril secara intraperitonial

3 MDA merupakan salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada

membran sel dan merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan

oleh radikal bebas Pengukuran kadar MDA menggunakan metode

Thiobarbituraic Acid Reactive Substances (TBARS) Pembacaan hasil

dengan menggunakan spektrofotometer Satuan MDA dalam mmoll

4 Cahaya suhu dan kelembaban merupakan kondisi lingkungan yang

dialami tikus jantan dewasa Pada penelitian ini kondisi lingkungan

selama percobaan dibuat sama

5 Berat badan tikus adalah berat badan yang ditimbang dengan

timbangan gram

49

6 Umur tikus adalah umur yang ditentukan dengan melihat tanggal

kelahiran yang dicatat pada kandang percobaan

7 Kondisi peneliti yang meliputi kesehatan fisik dan psikis peneliti

Penelitian dilaksanakan saat kondisi peneliti dalam keadaan baik

sehingga pengaruhnya terhadap hasil penelitian dapat diabaikan

45 Bahan dan Alat Penelitian

451 Bahan Penelitian

Glutation injeksi

Tikus jantan

Makanan tikus berupa pellet dan air minum dari air ledeng

Aquades steril

EDTA (Ethylenediamine tetraacetic acid)

Reagensia untuk pengukuran kadar MDA

452 Alat Penelitian

Alat yang dipakai dalam pengambilan data penelitian ini adalah

- Kandang tikus terbuat dari besi yang di dalamnya terdapat sekam dan

botol minuman

- Ember berdiameter 35 cm dan kedalaman air 20 cm

- Stopwatch

- Timbangan

- Spuit injeksi 1 ml

50

- Sarung tangan

- Kapas dan alkohol 70

- Tabung Evendorf

- Mikropipet

- Pipet kapiler

- Sentrifugasi

46 Prosedur Penelitian

1 Tikus jantan dewasa (Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan

berat badan plusmn200gram dilakukan aklimatisasi selama 2 minggu di

tempat penelitian untuk penyesuaian dengan lingkungan

2 Semua sampel tikus diberi perlakuan yang sama yaitu diberikan

pelatihan fisik berlebih dengan cara berenang sampai kelelahan pada

hari ke 7 kedua kelompok tersebut dilakukan pemeriksaan MDA

3 Mulai hari ke 8 ndash 35 sampel tikus yang berjumlah 20 ekor dibagi atas 2

kelompok di mana kelompok 1(kontrol) diberikan pelatihan fisik

berlebih + injeksi aquabidest intraperitoneal enam jam sebelum

perlakuan aktifitas berlebih kelompok ke 2 (perlakuan) diberikan

pelatihan fisik berlebih + injeksi intraperitoneal glutation 37

mgkgBBhari yang sudah dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril

4 Pada hari ke 35 dilakukan pemeriksaan kadar MDA pada masing-

masing tikus setelah bulu tikus kering

51

5 Selama penelitian hewan coba diberikan makanan dan minuman secara

teratur kebersihan dan kenyamanan kandang dijaga

461 Alur Penelitian

TIKUS ADAPTASI 2 MINGGU

PELATIHAN FISIK BERLEBIH 1 MINGGU

MDA

KELOMPOK 1 KELOMPOK 2

PELATIHAN FISIK BERLEBIH PELATIHAN FISIK BERLEBIH

+ AQUABIDEST (28 hari) +GLUTATION 37mgkgBBhari

28 HARI 28 HARI

MDA

Gambar 43 Bagan Alur Penelitian

462 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium

Pemantauan keselamatan tikus jantan (galur Wistar) di laboratorium

(Smith et al1988 Ngatidjan 2006) adalah sebagai berikut

1 Kandang tikus jantan harus cukup kuat tidak mudah rusak teratur dibersihkan

(1x seminggu) mudah dipasang kembali hewan tidak mudah lepas tahan

52

gigitan hewan kelihatan jelas dari luar Alas tempat tidur terbuat dari serbuk

gergaji atau sekam padi agar mudah menyerap air

2 Luas lantai yang memadai untuk tikus jantan dengan berat badan plusmn200 gram

adalah 60cm persegi dan tinggi 20 cm

3 Diciptakan suasana lingkungan yang stabil dan sesuai keperluan fisiologi tikus

jantan di mana kelembaban suhu pertukaran udara yang ekstrim harus

dihindari

4 Hewan coba hendaknya diperlakukan dengan kasih sayang

47 Pengolahan dan Analisis Data

Analisis data yang digunakan adalah

1 Analisis Deskriptif

2 Uji normalitas data dilakukan dengan tes Shapiro-Wilk Distribusi data

normal dengan nilai pgt005

3 Uji homogenitas dilakukan dengan Lavenersquos Test Data dinyatakan

homogen dengan nilai pgt005

4 Karena data berdistribusi normal dan homogen maka untuk uji

komparabilitas dipakai

- Uji t independent untuk membandingkan rerata kadar MDA antar

kelompok

- Uji Paired T- Test untuk membandingkan rerata kadar MDA pre

dan post masing-masing kelompok

- Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau

dinyatakan berbeda bila plt005

53

BAB V

HASIL PENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 20 ekor tikus jantan dewasa

(Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan berat badan plusmn200 gram sebagai

sampelyang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah 10 ekor

yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dankelompok

perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) Dalam penyajian hasil ini diuraikan

uji normalitas data uji homogenitas data uji komparabilitas dan uji efek

perlakuan

51 Uji Normalitas Data

Data Kadar MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan

pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji

Shapiro-Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005)

disajikan pada Tabel 51

53

54

Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing Kelompok Sebelum

dan Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Perlakuan n p Keterangan

Kadar MDA kontrol pre

Kadar MDA perlakuan pre

Kadar MDA kontrol post

Kadar MDA perlakuan post

10

10

10

10

0965

0550

0975

0697

Normal

Normal

Normal

Normal

52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok

Data Kadar MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun

sesudah perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test

Hasilnya menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52

Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA Sebelum dan

Sesudah Perlakuan

Variabel F p Keterangan

Kadar MDA pre

Kadar MDA post

0016

0592

0901

0452

Homogen

Homogen

53 Kadar MDA

531 Uji komparabilitas

Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata kadar MDA

antar kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan

55

glutation Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada

Tabel 53 berikut

Tabel 53

Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata

Kadar MDA

SB T P

Aktivitas berlebih dan

placebo

Aktivitas berlebihdan

glutathion

10

10

518

529

028

029

089 0386

Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok

kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 518028mmoll dan rerata

kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 529029mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 089 dan nilai

p = 0386 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan

berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya tidak berbeda secara

bermakna (p gt 005)

532 Analisis efek perlakuan

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kadar MDA antar

kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation

56

Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54

berikut

Tabel 54 Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata

Kadar MDA

SB T P

Aktivitas berlebih dan

placebo

Aktivitas berlebihdan

glutathion

10

10

778

444

023

017

3672 0001

Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok

kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata

kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 444017mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 3672 dan nilai

p = 0001 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan

berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya berbeda secara

bermakna (p lt 005)

57

Gambar 51 Perbedaan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

533 Analisis Komparasi Sebelum dengan Sesudah Perlakuan

Analisis komparasi diuji berdasarkan rerata kadar MDA antara sebelum

dengan sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation Hasil

analisis kemaknaan dengan uji t-paired disajikan pada Tabel 55 berikut

Tabel 55 Analisis KomparasiKadar MDA antara Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Kelompok Beda Rerata

pre ndash post p Keterangan

Aktivitas berlebih dan placebo

Aktivitas berlebih dan

glutathion

260

085

0001

0001

Meningkat

Menurun

58

Berdasarkan uji t-paired didapatkan bahwa ada penurunan kadar MDA

pada kelompok perlakuan secara bermakna sebesar 085mmoll sedangkan pada

kelompok kontrol mengalami peningkatan secara bermakna sebesar 260mmoll

59

BAB VI

PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian

Untuk menguji efek pemberian glutation terhadap penurunan kadar MDA

maka dilakukan penelitian terhadap 20 ekor tikus jantan dewasa (Galur Wistar)

sebagai sampel yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah

10 ekor yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dan

kelompok perlakuan (pelatihan fisik berlebih dan glutation)

62 Efek Pelatihan Fisik Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA

Hasil penelitian dan analisis data terhadap kadar MDA darah pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji

normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan homogenitas (Levenersquos test) pre-test dan post-

test masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)

Uji perbandingan 1 minggu pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan

injeksi antara kedua kelompok menggunakan uji t-independent Rerata kadar

MDA kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) adalah

518028mmoll dan rerata kelompok pelatihan fisik berlebih dan glutation

adalah 529029mmoll Analisis kemaknaan dengan uji t-independent

menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna kadar MDA darah antara

kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa

kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan injeksi rerata kadar MDAnya tidak

59

60

berbeda secara bermakna

Uji perbandingan setelah pemberian placebo dan glutation antara kedua

kelompok menggunakan t-independent Rerata kadar MDA kelompok kontrol

(aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata kelompok

perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) adalah 444017mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent antara kedua kelompok sesudah diberikan

placebo dan glutation menunjukkan perbedaan kadar MDA secara bermakna

(plt005) Hal ini berarti bahwa kelompok yang diberikan perlakuan berupa

placebo dan glutation 6 jam sebelum diberikan pelatihan fisik berlebih dengan

cara merenangkan selama 60 menit hari selama 35 hari rerata kadar MDA

berbeda secara bermakna Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh

untuk melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam

organ dan pembuluh darah (Giriwijoyo 2004)

Peningkatan kadar MDA sesudah diberikan pelatihan fisik berlebih pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan disebabkan karena pelatihan fisik

berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena terjadi peningkatan konsumsi

oksigen oleh aktifitas otot skeletal Stress oksidatif memicu peningkatan senyawa

oksigen reaktif Pada pelatihan fisik berlebih juga terjadi Reperfusion Injury yang

memicu terjadinya kerusakan jaringan dan peningkatan radikal bebas (Adiputra

2008) Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara menarik elektronnya

sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan sampai kematian sel

(Suryohudoyo 2000)

Pada penelitian ini didapatkan bahwa sesudah diberikan pelatihan fisik

61

berlebih dan placebo terjadi peningkatan kadar MDA sebesar 5024 Kadar

MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel (Winarsi

2007) Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pepe

(2011) bahwa pelatihan fisik berlebih meningkatkan kadar MDA Lebih lanjut

Murray et al (2000) juga menyatakan bahwa pelatihan fisik berlebih merangsang

respon biomarker stres oksidatif Sedangkan pada kelompok perlakuan yang

diberikan aktifitas berlebih dan glutation terjadi penurunan kadar MDA sebesar

1607 Terjadinya penurunan kadar MDA pada kelompok yang diberikan

glutation 6 jam sebelum melakukan pelatihan fisik berlebih disebabkan karena

pemberian antioksidan meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan

cara mendonorkan elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa

oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsi 2007) Glutation merupakan antioksidan

endogen yaitu antioksidan yang dapat disintesa dalam tubuh dari asam amino L-

sistein L-glutamat dan glisin (Cadenas 2002) yang juga sebagai master

antioksidan yaitu antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain

Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan

Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik (Hersh 2004) Glutation

merupakan salah satu antioksidan yang tidak dapat menjadi pro oksidan (Cadenas

2002) Normalnya sekali suatu antioksidan memakan radikal bebas antioksidan

ini menjadi teroksidasi sendiri dan menyerang sel yang sehat yang disebut

sebagai pro oksidan Glutation dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang

teroksidasi tersebut menjadi bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali

dalam memakan radikal bebas (Sellman 2009) Sehingga dengan demikian

62

glutation dapat membantu dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Urso

(2003) bahwa suplementasi antioksidan dapat mengatasi kondisi stress oksidatif

yang terjadi pelatihan fisik berlebih

Uji perbandingan antara data MDA pre dan post masing-masing kelompok

digunakan uji t-paired test Berdasarkan uji ini didapatkan hasil pada kelompok

perlakuan terjadi penurunan kadar MDA secara bermakna sebesar 085 mmollt

sedangkan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan kadar MDA secara

bermakna sebesar 260mmollt Terjadi penurunan kadar MDA pada kelompok

perlakuan menunjukkan pemberian antioksidan Glutation intraperitoneal dosis

37mgkgBBhari dapat mengatasi kondisi stress oksidatif yang terjadi pada

pelatihan fisik berlebih Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh

Urso (2003)

63

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

71 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan sebagai

berikut Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA

tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

72 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah

1 Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja glutation

yang lebih detail

2 Memperhatikan takaran latihan supaya tidak berlebihan yang justru akan

meningkatkan kerusakan sel

3 Perlu dilakukan uji klinis pada manusia

63

64

DAFTAR PUSTAKA

Adiputra N 2008Kesehatan Olah Raga Available from httpwwwbalihesgorgindexphpoption=com Accessed 2011 Oct 5th

Anonim 2011 Glutathione Available at

httpenwikipediaorgwikiGlutathione Accessed 2011 Oct 5th Anonim 2011 Overtraining Available at

httpwwwmarksdailyapplecomovertraining Accessed 2011 Oct5th

Asikin N 2001Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan InKursus Penyegaran dan Pelatihan Radikal bebas dan Antioksidan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta Fakultas Kedokteran UI

Bagiada NA 2001 Proses Penuaan dan Penanggulangannya Denpasar

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hal 22 Banerjee AK Mandal A Chanda D Chahraboti S 2003 Oxidant

Antioxidant and Physical ExerciseAvailable from httpwwwncbinlmnihgovpubmed14619981 accesed 2011 Sept 2nd

Binekada MC 2002 ldquoPelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Konsentrasi dan

Motilitas Spermatozoa Mencitrdquo(tesis) Denpasar Universitas Udayana

Cadenas E Jones PD 2002Bioavailability of Glutathione In Cadenas E

Packer L editorsHandbook of Antioxidants2nd Ed New York Marcel DekkerInc p549-564

Catala A 2006Lipid PeroxidationInt J Biochem Cell Biol 38 1482-1495 Dalle-DonneI Rossi R ColomboR Giustarini D Milzani

A2006Biomarkers of Oxidative Damage in Human Disease Available from httpwwwredorbitcomnewsscience473334biomarkersof oxidative damage in human diseaseindexhtmlaccessed2011 Sept 5th

Fouad T 2007 Free radicals Types Sources and Damaging Reaction

Relations Available from

64

65

wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th

Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th

Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112

Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors

ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their

Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69

Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan

Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th

Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz

R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155

Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester

Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th

Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala

T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200

Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and

Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders

66

Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana

LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia

Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647

Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from

httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit

Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK

Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620

Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji

Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah

Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009

Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan

Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132

Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde

Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521

Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley

Medical Publicationsp 123-141

Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI

Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable

from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer

67

Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole

Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam

Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI

Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam

Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya

Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan

Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47

Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant

Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th

Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan

Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105

68

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965

Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975

Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753

Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

69

Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan

Group Statistics

Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887

Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215

Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260

Perlakuan 10 42500 23348 07383

Independent Samples Test

Levenes Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df

Sig (2-

tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence Interval of the

Difference Lower Upper

Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428

Equal variances not assumed

-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429

Post1

Equal variances assumed 592 452 367

22 18 000 333700 09087 314608 352792

Equal variances not assumed

36722 16855 000 333700 09087 314515 352885

Post2

Equal variances assumed 906 354 264

19 18 000 239500 09066 220454 258546

Equal variances not assumed

26419 16265 000 239500 09066 220307 258693

70

Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis

(Laurence amp Bacharach 1964)

2g mencit 20g tikus 400g marmot

l5Kg kelinci

20Kg kucing

40Kg kera

120Kg anjing

70Kg manusia

20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879

200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560

400 g marmot

008 057 10 225 24 52 102 315

l5Kg kelinci

004 025 044 10 106 24 45 142

20Kg kucing

003 023 042 092 10 22 41 130

40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61

120Kg anjing

0008 006 010 0022 024 052 10 31

70Kg manusia

00026 0018 0031 007 0013 016 032 10

71

Lampiran 4

Foto Penelitian

Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)

72

Lampiran 5

Data Hasil Penelitian

Kelompok Kontrol

Pre test Post test Pre test Post Test

752 647 769 694

779 670 773 664

745 660 803 653

769 643 817 677

783 653

786 684

Kelompok Perlakuan

Pre Test Post test

412 391

436 412

442 425

425 401

453 436

466 442

432 405

456 432

470 453

476 463

Page 49: PEMBERIAN INJEKSI GLUTATION INTRAPERITONEAL

31

2 Glisin ditambahkan pada C-terminal dari gamma-glutamylcysteine melalui

enzim glutation sintetase

261 Fungsi Glutation

Glutation terdapat dalam bentuk tereduksi (GSH) dan teroksidasi (GSSG)

Grup thiol dari sistein mampu memberikan donor elektron ke molekul lain yang

tidak stabil seperti Reactive Oxygen Species (ROS) Pada saat mendonorkan

elektronnya glutation menjadi reaktif dan segera bereaksi dengan glutation reaktif

lainnya membentuk glutation disulfide (GSSG)Reaksi mungkin terjadi apabila

terdapat konsentrasi yang cukup tinggi di sel (sampai 5mm di hati) GSH dapat

terbentuk kembali dari GSSG oleh enzim glutation reduktase Pada sel atau

jaringan yang sehat terdapat lebih 90 dari total simpanan glutation terdapat

dalam bentuk tereduksi (GSH) dan kurang dari 10 dalam bentuk disulfide

(GSSG)

GSH ---- GSSG

Eliminasi ROS Menjaga protein thiols Antioxidant

dalam bentuk reduksi pools

Gambar 22 GSH Redox (Cadenas 2002)

GSH Redox merupakan indikator sentral keseimbangan antara stress

oksidatif dan system antioksidan GSH Redox berkaitan dengan detoksifikasi

Reactive Oxygen Species (ROS) berfungsi dalam mempertahankan tersedianya

antioksidan mempertahankan protein thiol dalam bentuk reduksi Rasio

32

GSHGSSG sering dipakai untuk mengekspresikan keseimbangan redox ini

Peningkatan rasio GSH-GSSG merupakan indikasi adanya Stress Oksidatif

(Goldman 2003)

Glutation mempunyai beberapa fungsi (Winarsih 2007)

- Sebagai antioksidan endogen mayor yang diproduksi oleh sel berpartisipasi

langsung pada netralisasi radikal bebas dan senyawa oksigen reaktif

mempertahankan antioksidan eksogen seperti vitamin C dan E pada bentuk

tereduksi (aktif)

- Pengaturan siklus nitric oxide yang sangat penting untuk kehidupan tetapi

dapat menjadi masalah apabila tidak teregulasi Digunakan untuk reaksi

metabolism dan biokimia seperti sintesis dan perbaikan DNA sintesis protein

sintesis prostaglandin transport asam amino dan aktivasi enzim Tiap sistem

di dalam tubuh kita dapat dipengaruhi oleh sistem glutation khususnya sistem

imun sistem saraf sistem gastrointestinal dan paru

Gambar 23 Detoksifikasi Lipid Hydroxyperoxides di usus halus

33

GSH yang ditransportasikan kedalam lumen digunakan untuk detoksifikasi

peroksid yang terbentuk dari makanan oleh glutation peroksidase (GSH Px)

Proses ini membutuhkan peroksid dan glutation yang tersedia di sel epitel GSSG

yang terbentuk direduksi kembali menjadi GSH oleh GSSG reduktase (GSSG

Rx) menggunakan NADPH sebagai reduktan

262 Suplementasi Glutation

Meningkatkan level GSH melalui suplementasi glutation langsung sulit

Penelitian terakhir menyatakan bahwa secara oral tidak diabsorpsi baik melalui

saluran pencernaan Studi mengenai konsumsi oral akut glutation dengan dosis

sangat besar 3 gram Witschi dan tim menemukan lsquoadalah tidak mungkin

meningkatkan glutation yang bermanfaat secara klinis dengan dosis tunggal 3

gram glutationrsquo

Glutation terdapat pada makanan sehari-hari sampai 150mghari dapat

diabsorpsi melalui intak di usus halus Individu sehat dengan asupan sulfur asam

amino (1-2 gramhari) jumlah GSH mungkin tidak cukup untuk mendapatkan

efek penting secara sistemik Individu dengan asupan sulfur asam amino yang

terbatas suplementasi GSH diperlukan untuk mempertahankan suplai GSH

sistemik dengan memperbaiki keseimbangan sulfur asam amino (Cadenas 2002)

Glutation hanya diabsorpsi di sel epitel oral dan traktus gastrointestinal

dan memberikan keuntungan kesehatan spesifik pada jaringan tersebut(Cadenas

2002)

34

SUPLAI HILANG

Makanan suplemen Degradasi

GSH

Empedu LUMINAL Uptake

Epitel Reaksi Detoksifikasi

Gambar 24 Supply dan Removal Glutation dalam lumen usus halus (Cadenas 2002) Glutation (GSH) disuplai ke dalam lumen intestinal melalui konsumsi oral

empedu dan sekresi epitel intestinal Jumlah yang disuplai dari empedu cukup

untuk mempertahankan jumlah 200microM pada tikus tetapi tidak cukup pada

manusia yang mengalami degradasi di duktus kantung empedu Jumlah yang

dikonsumsi melalui makanan bervariasi dan secara umum kurang dari 200 microM

Jumlah yang diberikan melalui epitel hanya sekitar 10 atau kurang

dibandingkan dengan yang disediakan oleh empedu Hilangnya Glutation karena

degradasi oleh γ-glutamyltranspeptidase dan dipeptidases pada permukaan sel

epitel ditransportasikan ke dalam sel oleh mekanisme sodium-dependent dan

sodium-independent konjugasi dengan elektrofil reaktif dikatalisasi oleh

glutathione-S transferase mucus (Cadenas 2002)

Vitamin D meningkatkan level glutation di otak dan tampaknya sebagai

katalis untuk produksi glutation Sejumlah vitamin D aktif di otak berikatan

dengan seberapa besar vitamin D3 baik melalui suplemen atau dibentuk di kulit

melalui paparan matahariHal ini menyatakan bahwa mengkonsumsi vitamin D

35

dan atau mendapat cukup paparan matahari meningkatkan produksi glutation

(Sellman 2009)

Konsentrasi glutation di plasma dan hati dapat ditingkatkan dengan

mengkonsumsi suplemen tertentu yang disebut GSH precursors N-asetilsistein

atau NAC glutation precursor yang paling memungkinkan Suplemen lain S-

adenosilmetionin (SAMe) dan whey protein juga dapat meningkatkan glutation

dalam sel (Sellman 2009)

NAC tersedia dalam bentuk obat dan sebagai suplemen generik Alpha

lipoic acid juga dapat mempertahankan glutation intraselular Melatonin dapat

menstimulasi enzim yang berkaitan glutation peroksidase dan silimarin ekstrak

dari biji tanaman milk thistle (Silybum marianum) juga mempunyai kemampuan

memperbarui level glutation

Glutation diatur dengan ketat di intraseluler dan dibatasi produksinya oleh

feedback negative inhibisi sintesisnya sendiri melalui enzim gamma-

glutamilsistein sintetase sehingga meminimalisir kemungkinan terjadinya

overdosis Penambahan glutation menggunakan precursor atau glutation intravena

adalah strategi untuk mengatasi defisiensi glutation stress oksidatif tinggi

defisiensi imun

Glutation yang rendah menunjukkan adanya pembuangan dan

keseimbangan negatif nitrogen seperti pada kanker AIDS sepsis trauma

terbakar dan bahkan atlet overtraining Suplementasi glutation dapat

memperbaiki proses ini dan contohnya pada AIDS memberi hasil adanya

perbaikan survival rates Bagimanapun studi mengenai kondisi ini belum dapat

36

membedakan glutation rendah sebagai akibat secara akut (pada pasien sepsis) atau

secara kronis (HIV) meningkatkan stress oksidatif dan peningkatan patologi

sebagai akibat defisiensi yang sudah ada sebelumnya

Skizofrenia dan gangguan bipolar berhubungan dengan glutation yang

rendah Stress oksidatif mungkin salah satu faktor dasar patofisiologi gangguan

bipolar gangguan depresif mayor dan skizofrenia Glutation (GSH) adalah

pemakan radikal bebas mayor di otakTidak adanya GSH meningkatkan

kerentanan sel terhadap stress oksidatif ditandai asetilsistein dapat mengurangi

gejala kedua gangguan tersebut

Glutation merubah level stress oksidatif pada sel yang diisolasi di

laboratorium sehingga dapat mengurangi perkembangan kanker Tes ini tidak

dilakukan pada manusia

Glutamat yang berlebihan di sinaps yang dapat dilepaskan pada kondisi

seperti cedera otak dapat menghambat pengambilan sistein senyawa pembentuk

glutation yang pentingTanpa proteksi dari cedera oksidatif oleh glutation sel-sel

dapat rusak atau mati (Sellman 2009)

Glutation juga mempunyai fungsi lain sebagai berikut (Sellman 2009)

Mencerahkan kulit

Mencegah menghilangkan jerawat dan bekas jerawat

Menghilangkan noda hitam

Anti aging dan anti kerut

Memberi nutrisi kulit

Membantu pemulihan luka

37

Membuat kulit menjadi halus segar dan bersinar

Kondisi kesehatan yang berhubungan dengan defisiensi glutation

Peningkatan proses penuaan

Kesulitan dalam keseimbangan

Gangguan mental

Masalah koordinasi

Gangguan sistem saraf

Akhir-akhir ini dipercaya sebagai penyebab lesi otak

Kanker HIV Katarak Diabetes Mellitus

Jumlah sperma yang rendah

263 Glutation Precursor (Sellman 2009)

Glutation Precursor disebut juga sebagai building-block dari glutation

yaitu N-asetilsistein atau NAC dan whey protein tidak terdenaturasi

Nasetilsistein adalah obat farmasi yang biasa digunakan bertahun-tahun untuk

mengobati overdose asetaminofen Hal ini sangat efektif ketika diberikan dalam

dosis besar di ruang darurat ketika seseorang akan mengalami gagal hati karena

overdosis asetaminofen komposisi aktif dari Tylenol

Efek sampingnya adalah bercak-bercak kemerahan bersin mual

anafilaksis reaksi alergi yang berupa kesulitan bernafas karena bronkospasme

tekanan darah menurun angioedema muntah kram diare Walaupun jarang

kematian pernah dilaporkan karena N-asetilsistein Beberapa orang mendapatkan

rasa dan bau yang tidak dapat diterima karena kandungan sulfur di dalamnya

38

Pengggunaan teratur untuk menaikkan kadar glutation tidak direkomendasikan

untuk anak-anak dan bayi Masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk

menentukan keamanan N-asetilsistein untuk penggunaan jangka panjang

Whey protein tidak terdenaturasi merupakan nutraceutical atau medicinal

foodSenyawa ini memberikan ikatan sistein ke sel-sel di mana glutation dapat

terbentuk di tempat tersebut

Beberapa kondisi yang tidak dapat mengkonsumsi whey protein

- Pasien dengan alergi protein susu

- Pasien dengan diet rendah protein

- Pasien yang sedang menjalani terapi imunosupresif

Efek sampingnya adalah kembung perut kram urtikaria Efek samping

karena overdosis tidak terjadi karena sel hanya membuat sebatas yang dibutuhkan

apabila berlebih kelebihan disimpan di hati dan ginjal sampai suatu saat kalau

dibutuhkan

264 Sumber Glutation dari makanan

Sumber glutation dari makanan yang disarankan adalah asparagus bayam

brokoli bawang putih kale bawang watercress kol Brussel sprout beberapa

bumbu seperti kunyit kayu manis semangka alpukat anggur peach jeruk

walnut granola daging kalkun dan daging ayam keju cottage dan yoghurt

39

Tabel 21 Makanan yang mengandung Glutation (Cadenas2002)

GSH Food Group mg100 g mgsaji Buah segar Apel 33 46 Pisang 41 48 Anggur 79 146 Jeruk 73 106 Semangka 66 283 Sayuran segar Asparagus dimasak 283 263 Alpukat 277 313 Brokoli dimasak 91 78 Wortel mentah 79 59 Tomat 90 109 Daging Hamburger 175 149 Ham rebus 233 13 Ayam digoreng 131 134 Sereal biji-bijian Cornflakes 00 00 Roti whole wheat 12 06 Roti putih 00 00 Nasi putih enriched dimasak 16 21 Produk Susu Susu whole 00 00 Keju Amerika 00 00 Yoghurt plain lowfat 00 00 Es krim 10 lemak 00 00

40

BAB III

KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

31 Kerangka Berpikir

Faktor penyebab penuaan antara lain faktor internal dan faktoreksternal

Faktor internal meliputi radikal bebas glikosilasi metilasi hormon yang

berkurang apoptosis system kekebalan tubuh yang menurun genetik Faktor

eksternal meliputi gaya hidup tidak sehat polusi lingkungan stress kemiskinan

kebiasaan yang salah olahraga berlebihan (overtraining) Berbagai faktor di atas

menyebabkan terjadinya penurunan fungsi tubuh dan terjadilah penuaan

Kerangka konsep penelitian berdasarkan teori bahwa salah satu penyebab

penuaan adalah radikal bebas Bila jumlah radikal bebas melebihi jumlah

antioksidan di dalam tubuh terjadilah stress oksidatif Radikal bebas dapat

merusak membran sel protein DNA dan berakibat fatal bagi kelangsungan hidup

sel jaringan Stress oksidatif yang berlangsung lama akan mengakibatkan

terjadinya penumpukan hasil kerusakan oksidatif di dalam sel dan jaringan

selanjutnya sel dan jaringan tersebut akan kehilangan fungsinya dan akhirnya

mati

Olahraga berlebih meningkatkan stress oksidatif karena terdapat

peningkatan konsumsi O2 oleh aktivitas otot skeletal Oksigen juga dapat bersifat

toksik yang dapat memicu peningkatan Reactive Oxygen Species (ROS)Organ

yang tidak mendapat cukup oksigen dan nutrisi menjadi iskemik dan terjadi

kerusakan mikrovaskular (Reperfusion Injury) memicu peningkatan radikal

40

41

bebas Dengan pemberian antioksidan Glutation yang merupakan antioksidan

master diharapkan dapat mencegah kerusakan lebih lanjut yang diakibatkan oleh

radikal bebas dengan cara melindungi sel dari Reactive Oxygen Species (ROS)

dan dapat dilihat melalui parameter MDA yang mengalami penurunan

32 Konsep Penelitian

Konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Gambar 31 Konsep Kadar MDA pada tikus yang diberikan Pelatihan Fisik Berlebih+ Placebo dan Pelatihan Fisik Berlebih + Glutation

FAKTOR INTERNAL

- Jenis Kelamin

- Usia

- Genetik

- Hormon

- Psikologis

FAKTOR EKSTERNAL

- Makanan

- Cuaca iklim

- Penyakit

- Exercise

GLUTATION

TIKUS

KADAR MDA

42

33 Hipotesis

Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan kadar MDA

tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

43

BAB IV

METODE PENELITIAN

41 Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksterimental dengan rancangan

randomized pre test-post test control group design (Poccock et al 2008)

Subyek terdiri dari 2 kelompok yaitu

1 Kelompok 1 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+ Placebo

2 Kelompok 2 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation

Semua kelompok sebelum perlakuan diberikan pre test (O1 O3) dan

dihitung rerata untuk masing-masing kelompok

Setelah perlakuan semua kelompok diberikan post test (O2 O4) dan

dihitung rerata untuk masing-masing kelompok

Kemudian dihitung perbedaan rerata antara pre test dan post test dari

masing-masing kelompok lalu hasil perbedaan tersebut dibandingkan secara

statistik

Gambar 41 Rancangan Penelitian

P S

43

R R

O1 P1 O2

O3 P2 O4

44

Keterangan

P = populasi

S = sampel

R = random

O1 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah mendapatkan

pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan placebo (pre test)

O2 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah diberikan pelatihan

fisik berlebih setelah diberikan placebo (post test)

O3 = observasi data MDA kelompok perlakuan setelah diberikan

pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan Glutation (pre test)

O4 = observasi data MDA kelompok perlakuan diberikan pelatihan fisik

berlebih setelah diberikan Glutation (post test)

P1 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih+ placebo

P2 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation

42 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran

Universitas Udayana pada bulan Januari ndash Maret 2012 Pemeriksaan MDA darah

tikus dikerjakan di bagian Program Antar Unit Universitas Gajah Mada

Jogyakarta

45

43 Populasi dan Sampel

431 Populasi

Subyek penelitian adalah tikus jantan dewasa galur Wistar yang berusia 2-

25 bulan dan dalam kondisi fisik sehat

432 Kriteria Sampel

4321 Kriteria Inklusi

Kriteria Inklusi yang ditetapkan sebagai sampel adalah sebagai berikut

a Tikus jantan dewasa galur Wistar

b Umur 2-25 bulan

c Berat badan plusmn200 gram

d Sehat

e MDA ge 5mmollt

4322 Kriteria Drop Out

Adalah sampel yang mati pada waktu penelitian

433 Besar Sampel

Besar sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini dihitung berdasarkan

rumus Poccock (2008)

Angka μ1 (5) dan μ2 (12) didapatkan dari penelitian sebelumnya (Ji 1998)

n=

46

= asymp 7

Keterangan

n = jumlah sampel

σ = standar deviasi kelompok perlakuan dengan pemberian

glutation (15)

f ( ) = besarnya didapat dari tabel (Poccock 2008)

μ1 = rerata hasil MDA pada kelompok perlakuan sesudah

pemberian glutatioacuten (5)

μ2 = rerata hasil MDA pada kelompok pre test (12)

Jadi jumlah sampel (n) = 675 dan ditambah 3 ekor tikus untuk masing-

masing kelompok sebagai cadangan Jadi total 20 ekor tikus dengan 10

ekor tikus untuk masing-masing kelompok

434 Teknik Pengambilan Sampel

Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat

sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi diambil secara acak

sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi

2 kelompok yaitu kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+placebo kelompok

dengan pelatihan fisik berlebih + glutation

47

44 Variabel Penelitian

441 Klasifikasi Variabel

Variabel penelitian dibedakan menjadi

1 Variabel Bebas dosis pemberian glutation

2 Variabel Tergantung kadar MDA

3 Variabel Terkendali varian tikus jantan (galur wistar) jenis

kelamin umur berat badan lingkungan

(pencahayaan suhu kelembaban nutrisi

kandang)

Gambar 42 Bagan Hubungan Antar Variabel

VARIABEL BEBAS

- Pelatihan fisik berlebih

- Glutation 37mg kgBBhari

VARIABEL TERGANTUNG

KADAR MDA

VARIABEL TERKENDALI

Varian tikus

Jenis kelamin umur berat badan

Pencahayaan suhu kelembaban nutrisi kandang

Makanan minuman

48

442 Definisi Operasional Variabel

1 Pelatihan fisik berlebih pada tikus adalah pelatihan yang berlebihan

yang diukur berdasarkan kemampuan maksimal berenang tikus pada

ember berdiameter 35 cm dengan kedalaman air 20 cm yang

dilakukan 60 menithari selama 35 hari pada waktu yang sama pada

suhu 32 derajat (Binekada 2002 dan Pepe2011)

2 Glutation yang diberikan adalah Glutation Teofarma injeksi sediaan

600mg 4 ml Dosis pemberian Glutation adalah pemberian sediaan

antioksidan Glutation dalam bentuk suntikan intraperitoneal yang

diberikan 1x sehari dan diberikan 6 jam sebelum pelatihan fisik

berlebih Dosis pemberian Glutation mengacu pada penelitian yang

dilakukan sebelumnya oleh Ji L L yaitu 37mgkgBBhari yang

dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril secara intraperitonial

3 MDA merupakan salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada

membran sel dan merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan

oleh radikal bebas Pengukuran kadar MDA menggunakan metode

Thiobarbituraic Acid Reactive Substances (TBARS) Pembacaan hasil

dengan menggunakan spektrofotometer Satuan MDA dalam mmoll

4 Cahaya suhu dan kelembaban merupakan kondisi lingkungan yang

dialami tikus jantan dewasa Pada penelitian ini kondisi lingkungan

selama percobaan dibuat sama

5 Berat badan tikus adalah berat badan yang ditimbang dengan

timbangan gram

49

6 Umur tikus adalah umur yang ditentukan dengan melihat tanggal

kelahiran yang dicatat pada kandang percobaan

7 Kondisi peneliti yang meliputi kesehatan fisik dan psikis peneliti

Penelitian dilaksanakan saat kondisi peneliti dalam keadaan baik

sehingga pengaruhnya terhadap hasil penelitian dapat diabaikan

45 Bahan dan Alat Penelitian

451 Bahan Penelitian

Glutation injeksi

Tikus jantan

Makanan tikus berupa pellet dan air minum dari air ledeng

Aquades steril

EDTA (Ethylenediamine tetraacetic acid)

Reagensia untuk pengukuran kadar MDA

452 Alat Penelitian

Alat yang dipakai dalam pengambilan data penelitian ini adalah

- Kandang tikus terbuat dari besi yang di dalamnya terdapat sekam dan

botol minuman

- Ember berdiameter 35 cm dan kedalaman air 20 cm

- Stopwatch

- Timbangan

- Spuit injeksi 1 ml

50

- Sarung tangan

- Kapas dan alkohol 70

- Tabung Evendorf

- Mikropipet

- Pipet kapiler

- Sentrifugasi

46 Prosedur Penelitian

1 Tikus jantan dewasa (Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan

berat badan plusmn200gram dilakukan aklimatisasi selama 2 minggu di

tempat penelitian untuk penyesuaian dengan lingkungan

2 Semua sampel tikus diberi perlakuan yang sama yaitu diberikan

pelatihan fisik berlebih dengan cara berenang sampai kelelahan pada

hari ke 7 kedua kelompok tersebut dilakukan pemeriksaan MDA

3 Mulai hari ke 8 ndash 35 sampel tikus yang berjumlah 20 ekor dibagi atas 2

kelompok di mana kelompok 1(kontrol) diberikan pelatihan fisik

berlebih + injeksi aquabidest intraperitoneal enam jam sebelum

perlakuan aktifitas berlebih kelompok ke 2 (perlakuan) diberikan

pelatihan fisik berlebih + injeksi intraperitoneal glutation 37

mgkgBBhari yang sudah dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril

4 Pada hari ke 35 dilakukan pemeriksaan kadar MDA pada masing-

masing tikus setelah bulu tikus kering

51

5 Selama penelitian hewan coba diberikan makanan dan minuman secara

teratur kebersihan dan kenyamanan kandang dijaga

461 Alur Penelitian

TIKUS ADAPTASI 2 MINGGU

PELATIHAN FISIK BERLEBIH 1 MINGGU

MDA

KELOMPOK 1 KELOMPOK 2

PELATIHAN FISIK BERLEBIH PELATIHAN FISIK BERLEBIH

+ AQUABIDEST (28 hari) +GLUTATION 37mgkgBBhari

28 HARI 28 HARI

MDA

Gambar 43 Bagan Alur Penelitian

462 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium

Pemantauan keselamatan tikus jantan (galur Wistar) di laboratorium

(Smith et al1988 Ngatidjan 2006) adalah sebagai berikut

1 Kandang tikus jantan harus cukup kuat tidak mudah rusak teratur dibersihkan

(1x seminggu) mudah dipasang kembali hewan tidak mudah lepas tahan

52

gigitan hewan kelihatan jelas dari luar Alas tempat tidur terbuat dari serbuk

gergaji atau sekam padi agar mudah menyerap air

2 Luas lantai yang memadai untuk tikus jantan dengan berat badan plusmn200 gram

adalah 60cm persegi dan tinggi 20 cm

3 Diciptakan suasana lingkungan yang stabil dan sesuai keperluan fisiologi tikus

jantan di mana kelembaban suhu pertukaran udara yang ekstrim harus

dihindari

4 Hewan coba hendaknya diperlakukan dengan kasih sayang

47 Pengolahan dan Analisis Data

Analisis data yang digunakan adalah

1 Analisis Deskriptif

2 Uji normalitas data dilakukan dengan tes Shapiro-Wilk Distribusi data

normal dengan nilai pgt005

3 Uji homogenitas dilakukan dengan Lavenersquos Test Data dinyatakan

homogen dengan nilai pgt005

4 Karena data berdistribusi normal dan homogen maka untuk uji

komparabilitas dipakai

- Uji t independent untuk membandingkan rerata kadar MDA antar

kelompok

- Uji Paired T- Test untuk membandingkan rerata kadar MDA pre

dan post masing-masing kelompok

- Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau

dinyatakan berbeda bila plt005

53

BAB V

HASIL PENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 20 ekor tikus jantan dewasa

(Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan berat badan plusmn200 gram sebagai

sampelyang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah 10 ekor

yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dankelompok

perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) Dalam penyajian hasil ini diuraikan

uji normalitas data uji homogenitas data uji komparabilitas dan uji efek

perlakuan

51 Uji Normalitas Data

Data Kadar MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan

pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji

Shapiro-Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005)

disajikan pada Tabel 51

53

54

Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing Kelompok Sebelum

dan Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Perlakuan n p Keterangan

Kadar MDA kontrol pre

Kadar MDA perlakuan pre

Kadar MDA kontrol post

Kadar MDA perlakuan post

10

10

10

10

0965

0550

0975

0697

Normal

Normal

Normal

Normal

52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok

Data Kadar MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun

sesudah perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test

Hasilnya menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52

Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA Sebelum dan

Sesudah Perlakuan

Variabel F p Keterangan

Kadar MDA pre

Kadar MDA post

0016

0592

0901

0452

Homogen

Homogen

53 Kadar MDA

531 Uji komparabilitas

Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata kadar MDA

antar kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan

55

glutation Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada

Tabel 53 berikut

Tabel 53

Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata

Kadar MDA

SB T P

Aktivitas berlebih dan

placebo

Aktivitas berlebihdan

glutathion

10

10

518

529

028

029

089 0386

Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok

kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 518028mmoll dan rerata

kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 529029mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 089 dan nilai

p = 0386 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan

berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya tidak berbeda secara

bermakna (p gt 005)

532 Analisis efek perlakuan

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kadar MDA antar

kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation

56

Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54

berikut

Tabel 54 Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata

Kadar MDA

SB T P

Aktivitas berlebih dan

placebo

Aktivitas berlebihdan

glutathion

10

10

778

444

023

017

3672 0001

Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok

kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata

kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 444017mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 3672 dan nilai

p = 0001 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan

berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya berbeda secara

bermakna (p lt 005)

57

Gambar 51 Perbedaan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

533 Analisis Komparasi Sebelum dengan Sesudah Perlakuan

Analisis komparasi diuji berdasarkan rerata kadar MDA antara sebelum

dengan sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation Hasil

analisis kemaknaan dengan uji t-paired disajikan pada Tabel 55 berikut

Tabel 55 Analisis KomparasiKadar MDA antara Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Kelompok Beda Rerata

pre ndash post p Keterangan

Aktivitas berlebih dan placebo

Aktivitas berlebih dan

glutathion

260

085

0001

0001

Meningkat

Menurun

58

Berdasarkan uji t-paired didapatkan bahwa ada penurunan kadar MDA

pada kelompok perlakuan secara bermakna sebesar 085mmoll sedangkan pada

kelompok kontrol mengalami peningkatan secara bermakna sebesar 260mmoll

59

BAB VI

PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian

Untuk menguji efek pemberian glutation terhadap penurunan kadar MDA

maka dilakukan penelitian terhadap 20 ekor tikus jantan dewasa (Galur Wistar)

sebagai sampel yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah

10 ekor yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dan

kelompok perlakuan (pelatihan fisik berlebih dan glutation)

62 Efek Pelatihan Fisik Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA

Hasil penelitian dan analisis data terhadap kadar MDA darah pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji

normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan homogenitas (Levenersquos test) pre-test dan post-

test masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)

Uji perbandingan 1 minggu pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan

injeksi antara kedua kelompok menggunakan uji t-independent Rerata kadar

MDA kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) adalah

518028mmoll dan rerata kelompok pelatihan fisik berlebih dan glutation

adalah 529029mmoll Analisis kemaknaan dengan uji t-independent

menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna kadar MDA darah antara

kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa

kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan injeksi rerata kadar MDAnya tidak

59

60

berbeda secara bermakna

Uji perbandingan setelah pemberian placebo dan glutation antara kedua

kelompok menggunakan t-independent Rerata kadar MDA kelompok kontrol

(aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata kelompok

perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) adalah 444017mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent antara kedua kelompok sesudah diberikan

placebo dan glutation menunjukkan perbedaan kadar MDA secara bermakna

(plt005) Hal ini berarti bahwa kelompok yang diberikan perlakuan berupa

placebo dan glutation 6 jam sebelum diberikan pelatihan fisik berlebih dengan

cara merenangkan selama 60 menit hari selama 35 hari rerata kadar MDA

berbeda secara bermakna Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh

untuk melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam

organ dan pembuluh darah (Giriwijoyo 2004)

Peningkatan kadar MDA sesudah diberikan pelatihan fisik berlebih pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan disebabkan karena pelatihan fisik

berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena terjadi peningkatan konsumsi

oksigen oleh aktifitas otot skeletal Stress oksidatif memicu peningkatan senyawa

oksigen reaktif Pada pelatihan fisik berlebih juga terjadi Reperfusion Injury yang

memicu terjadinya kerusakan jaringan dan peningkatan radikal bebas (Adiputra

2008) Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara menarik elektronnya

sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan sampai kematian sel

(Suryohudoyo 2000)

Pada penelitian ini didapatkan bahwa sesudah diberikan pelatihan fisik

61

berlebih dan placebo terjadi peningkatan kadar MDA sebesar 5024 Kadar

MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel (Winarsi

2007) Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pepe

(2011) bahwa pelatihan fisik berlebih meningkatkan kadar MDA Lebih lanjut

Murray et al (2000) juga menyatakan bahwa pelatihan fisik berlebih merangsang

respon biomarker stres oksidatif Sedangkan pada kelompok perlakuan yang

diberikan aktifitas berlebih dan glutation terjadi penurunan kadar MDA sebesar

1607 Terjadinya penurunan kadar MDA pada kelompok yang diberikan

glutation 6 jam sebelum melakukan pelatihan fisik berlebih disebabkan karena

pemberian antioksidan meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan

cara mendonorkan elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa

oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsi 2007) Glutation merupakan antioksidan

endogen yaitu antioksidan yang dapat disintesa dalam tubuh dari asam amino L-

sistein L-glutamat dan glisin (Cadenas 2002) yang juga sebagai master

antioksidan yaitu antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain

Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan

Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik (Hersh 2004) Glutation

merupakan salah satu antioksidan yang tidak dapat menjadi pro oksidan (Cadenas

2002) Normalnya sekali suatu antioksidan memakan radikal bebas antioksidan

ini menjadi teroksidasi sendiri dan menyerang sel yang sehat yang disebut

sebagai pro oksidan Glutation dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang

teroksidasi tersebut menjadi bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali

dalam memakan radikal bebas (Sellman 2009) Sehingga dengan demikian

62

glutation dapat membantu dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Urso

(2003) bahwa suplementasi antioksidan dapat mengatasi kondisi stress oksidatif

yang terjadi pelatihan fisik berlebih

Uji perbandingan antara data MDA pre dan post masing-masing kelompok

digunakan uji t-paired test Berdasarkan uji ini didapatkan hasil pada kelompok

perlakuan terjadi penurunan kadar MDA secara bermakna sebesar 085 mmollt

sedangkan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan kadar MDA secara

bermakna sebesar 260mmollt Terjadi penurunan kadar MDA pada kelompok

perlakuan menunjukkan pemberian antioksidan Glutation intraperitoneal dosis

37mgkgBBhari dapat mengatasi kondisi stress oksidatif yang terjadi pada

pelatihan fisik berlebih Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh

Urso (2003)

63

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

71 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan sebagai

berikut Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA

tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

72 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah

1 Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja glutation

yang lebih detail

2 Memperhatikan takaran latihan supaya tidak berlebihan yang justru akan

meningkatkan kerusakan sel

3 Perlu dilakukan uji klinis pada manusia

63

64

DAFTAR PUSTAKA

Adiputra N 2008Kesehatan Olah Raga Available from httpwwwbalihesgorgindexphpoption=com Accessed 2011 Oct 5th

Anonim 2011 Glutathione Available at

httpenwikipediaorgwikiGlutathione Accessed 2011 Oct 5th Anonim 2011 Overtraining Available at

httpwwwmarksdailyapplecomovertraining Accessed 2011 Oct5th

Asikin N 2001Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan InKursus Penyegaran dan Pelatihan Radikal bebas dan Antioksidan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta Fakultas Kedokteran UI

Bagiada NA 2001 Proses Penuaan dan Penanggulangannya Denpasar

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hal 22 Banerjee AK Mandal A Chanda D Chahraboti S 2003 Oxidant

Antioxidant and Physical ExerciseAvailable from httpwwwncbinlmnihgovpubmed14619981 accesed 2011 Sept 2nd

Binekada MC 2002 ldquoPelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Konsentrasi dan

Motilitas Spermatozoa Mencitrdquo(tesis) Denpasar Universitas Udayana

Cadenas E Jones PD 2002Bioavailability of Glutathione In Cadenas E

Packer L editorsHandbook of Antioxidants2nd Ed New York Marcel DekkerInc p549-564

Catala A 2006Lipid PeroxidationInt J Biochem Cell Biol 38 1482-1495 Dalle-DonneI Rossi R ColomboR Giustarini D Milzani

A2006Biomarkers of Oxidative Damage in Human Disease Available from httpwwwredorbitcomnewsscience473334biomarkersof oxidative damage in human diseaseindexhtmlaccessed2011 Sept 5th

Fouad T 2007 Free radicals Types Sources and Damaging Reaction

Relations Available from

64

65

wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th

Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th

Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112

Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors

ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their

Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69

Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan

Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th

Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz

R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155

Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester

Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th

Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala

T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200

Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and

Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders

66

Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana

LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia

Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647

Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from

httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit

Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK

Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620

Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji

Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah

Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009

Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan

Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132

Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde

Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521

Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley

Medical Publicationsp 123-141

Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI

Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable

from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer

67

Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole

Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam

Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI

Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam

Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya

Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan

Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47

Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant

Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th

Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan

Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105

68

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965

Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975

Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753

Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

69

Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan

Group Statistics

Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887

Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215

Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260

Perlakuan 10 42500 23348 07383

Independent Samples Test

Levenes Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df

Sig (2-

tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence Interval of the

Difference Lower Upper

Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428

Equal variances not assumed

-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429

Post1

Equal variances assumed 592 452 367

22 18 000 333700 09087 314608 352792

Equal variances not assumed

36722 16855 000 333700 09087 314515 352885

Post2

Equal variances assumed 906 354 264

19 18 000 239500 09066 220454 258546

Equal variances not assumed

26419 16265 000 239500 09066 220307 258693

70

Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis

(Laurence amp Bacharach 1964)

2g mencit 20g tikus 400g marmot

l5Kg kelinci

20Kg kucing

40Kg kera

120Kg anjing

70Kg manusia

20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879

200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560

400 g marmot

008 057 10 225 24 52 102 315

l5Kg kelinci

004 025 044 10 106 24 45 142

20Kg kucing

003 023 042 092 10 22 41 130

40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61

120Kg anjing

0008 006 010 0022 024 052 10 31

70Kg manusia

00026 0018 0031 007 0013 016 032 10

71

Lampiran 4

Foto Penelitian

Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)

72

Lampiran 5

Data Hasil Penelitian

Kelompok Kontrol

Pre test Post test Pre test Post Test

752 647 769 694

779 670 773 664

745 660 803 653

769 643 817 677

783 653

786 684

Kelompok Perlakuan

Pre Test Post test

412 391

436 412

442 425

425 401

453 436

466 442

432 405

456 432

470 453

476 463

Page 50: PEMBERIAN INJEKSI GLUTATION INTRAPERITONEAL

32

GSHGSSG sering dipakai untuk mengekspresikan keseimbangan redox ini

Peningkatan rasio GSH-GSSG merupakan indikasi adanya Stress Oksidatif

(Goldman 2003)

Glutation mempunyai beberapa fungsi (Winarsih 2007)

- Sebagai antioksidan endogen mayor yang diproduksi oleh sel berpartisipasi

langsung pada netralisasi radikal bebas dan senyawa oksigen reaktif

mempertahankan antioksidan eksogen seperti vitamin C dan E pada bentuk

tereduksi (aktif)

- Pengaturan siklus nitric oxide yang sangat penting untuk kehidupan tetapi

dapat menjadi masalah apabila tidak teregulasi Digunakan untuk reaksi

metabolism dan biokimia seperti sintesis dan perbaikan DNA sintesis protein

sintesis prostaglandin transport asam amino dan aktivasi enzim Tiap sistem

di dalam tubuh kita dapat dipengaruhi oleh sistem glutation khususnya sistem

imun sistem saraf sistem gastrointestinal dan paru

Gambar 23 Detoksifikasi Lipid Hydroxyperoxides di usus halus

33

GSH yang ditransportasikan kedalam lumen digunakan untuk detoksifikasi

peroksid yang terbentuk dari makanan oleh glutation peroksidase (GSH Px)

Proses ini membutuhkan peroksid dan glutation yang tersedia di sel epitel GSSG

yang terbentuk direduksi kembali menjadi GSH oleh GSSG reduktase (GSSG

Rx) menggunakan NADPH sebagai reduktan

262 Suplementasi Glutation

Meningkatkan level GSH melalui suplementasi glutation langsung sulit

Penelitian terakhir menyatakan bahwa secara oral tidak diabsorpsi baik melalui

saluran pencernaan Studi mengenai konsumsi oral akut glutation dengan dosis

sangat besar 3 gram Witschi dan tim menemukan lsquoadalah tidak mungkin

meningkatkan glutation yang bermanfaat secara klinis dengan dosis tunggal 3

gram glutationrsquo

Glutation terdapat pada makanan sehari-hari sampai 150mghari dapat

diabsorpsi melalui intak di usus halus Individu sehat dengan asupan sulfur asam

amino (1-2 gramhari) jumlah GSH mungkin tidak cukup untuk mendapatkan

efek penting secara sistemik Individu dengan asupan sulfur asam amino yang

terbatas suplementasi GSH diperlukan untuk mempertahankan suplai GSH

sistemik dengan memperbaiki keseimbangan sulfur asam amino (Cadenas 2002)

Glutation hanya diabsorpsi di sel epitel oral dan traktus gastrointestinal

dan memberikan keuntungan kesehatan spesifik pada jaringan tersebut(Cadenas

2002)

34

SUPLAI HILANG

Makanan suplemen Degradasi

GSH

Empedu LUMINAL Uptake

Epitel Reaksi Detoksifikasi

Gambar 24 Supply dan Removal Glutation dalam lumen usus halus (Cadenas 2002) Glutation (GSH) disuplai ke dalam lumen intestinal melalui konsumsi oral

empedu dan sekresi epitel intestinal Jumlah yang disuplai dari empedu cukup

untuk mempertahankan jumlah 200microM pada tikus tetapi tidak cukup pada

manusia yang mengalami degradasi di duktus kantung empedu Jumlah yang

dikonsumsi melalui makanan bervariasi dan secara umum kurang dari 200 microM

Jumlah yang diberikan melalui epitel hanya sekitar 10 atau kurang

dibandingkan dengan yang disediakan oleh empedu Hilangnya Glutation karena

degradasi oleh γ-glutamyltranspeptidase dan dipeptidases pada permukaan sel

epitel ditransportasikan ke dalam sel oleh mekanisme sodium-dependent dan

sodium-independent konjugasi dengan elektrofil reaktif dikatalisasi oleh

glutathione-S transferase mucus (Cadenas 2002)

Vitamin D meningkatkan level glutation di otak dan tampaknya sebagai

katalis untuk produksi glutation Sejumlah vitamin D aktif di otak berikatan

dengan seberapa besar vitamin D3 baik melalui suplemen atau dibentuk di kulit

melalui paparan matahariHal ini menyatakan bahwa mengkonsumsi vitamin D

35

dan atau mendapat cukup paparan matahari meningkatkan produksi glutation

(Sellman 2009)

Konsentrasi glutation di plasma dan hati dapat ditingkatkan dengan

mengkonsumsi suplemen tertentu yang disebut GSH precursors N-asetilsistein

atau NAC glutation precursor yang paling memungkinkan Suplemen lain S-

adenosilmetionin (SAMe) dan whey protein juga dapat meningkatkan glutation

dalam sel (Sellman 2009)

NAC tersedia dalam bentuk obat dan sebagai suplemen generik Alpha

lipoic acid juga dapat mempertahankan glutation intraselular Melatonin dapat

menstimulasi enzim yang berkaitan glutation peroksidase dan silimarin ekstrak

dari biji tanaman milk thistle (Silybum marianum) juga mempunyai kemampuan

memperbarui level glutation

Glutation diatur dengan ketat di intraseluler dan dibatasi produksinya oleh

feedback negative inhibisi sintesisnya sendiri melalui enzim gamma-

glutamilsistein sintetase sehingga meminimalisir kemungkinan terjadinya

overdosis Penambahan glutation menggunakan precursor atau glutation intravena

adalah strategi untuk mengatasi defisiensi glutation stress oksidatif tinggi

defisiensi imun

Glutation yang rendah menunjukkan adanya pembuangan dan

keseimbangan negatif nitrogen seperti pada kanker AIDS sepsis trauma

terbakar dan bahkan atlet overtraining Suplementasi glutation dapat

memperbaiki proses ini dan contohnya pada AIDS memberi hasil adanya

perbaikan survival rates Bagimanapun studi mengenai kondisi ini belum dapat

36

membedakan glutation rendah sebagai akibat secara akut (pada pasien sepsis) atau

secara kronis (HIV) meningkatkan stress oksidatif dan peningkatan patologi

sebagai akibat defisiensi yang sudah ada sebelumnya

Skizofrenia dan gangguan bipolar berhubungan dengan glutation yang

rendah Stress oksidatif mungkin salah satu faktor dasar patofisiologi gangguan

bipolar gangguan depresif mayor dan skizofrenia Glutation (GSH) adalah

pemakan radikal bebas mayor di otakTidak adanya GSH meningkatkan

kerentanan sel terhadap stress oksidatif ditandai asetilsistein dapat mengurangi

gejala kedua gangguan tersebut

Glutation merubah level stress oksidatif pada sel yang diisolasi di

laboratorium sehingga dapat mengurangi perkembangan kanker Tes ini tidak

dilakukan pada manusia

Glutamat yang berlebihan di sinaps yang dapat dilepaskan pada kondisi

seperti cedera otak dapat menghambat pengambilan sistein senyawa pembentuk

glutation yang pentingTanpa proteksi dari cedera oksidatif oleh glutation sel-sel

dapat rusak atau mati (Sellman 2009)

Glutation juga mempunyai fungsi lain sebagai berikut (Sellman 2009)

Mencerahkan kulit

Mencegah menghilangkan jerawat dan bekas jerawat

Menghilangkan noda hitam

Anti aging dan anti kerut

Memberi nutrisi kulit

Membantu pemulihan luka

37

Membuat kulit menjadi halus segar dan bersinar

Kondisi kesehatan yang berhubungan dengan defisiensi glutation

Peningkatan proses penuaan

Kesulitan dalam keseimbangan

Gangguan mental

Masalah koordinasi

Gangguan sistem saraf

Akhir-akhir ini dipercaya sebagai penyebab lesi otak

Kanker HIV Katarak Diabetes Mellitus

Jumlah sperma yang rendah

263 Glutation Precursor (Sellman 2009)

Glutation Precursor disebut juga sebagai building-block dari glutation

yaitu N-asetilsistein atau NAC dan whey protein tidak terdenaturasi

Nasetilsistein adalah obat farmasi yang biasa digunakan bertahun-tahun untuk

mengobati overdose asetaminofen Hal ini sangat efektif ketika diberikan dalam

dosis besar di ruang darurat ketika seseorang akan mengalami gagal hati karena

overdosis asetaminofen komposisi aktif dari Tylenol

Efek sampingnya adalah bercak-bercak kemerahan bersin mual

anafilaksis reaksi alergi yang berupa kesulitan bernafas karena bronkospasme

tekanan darah menurun angioedema muntah kram diare Walaupun jarang

kematian pernah dilaporkan karena N-asetilsistein Beberapa orang mendapatkan

rasa dan bau yang tidak dapat diterima karena kandungan sulfur di dalamnya

38

Pengggunaan teratur untuk menaikkan kadar glutation tidak direkomendasikan

untuk anak-anak dan bayi Masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk

menentukan keamanan N-asetilsistein untuk penggunaan jangka panjang

Whey protein tidak terdenaturasi merupakan nutraceutical atau medicinal

foodSenyawa ini memberikan ikatan sistein ke sel-sel di mana glutation dapat

terbentuk di tempat tersebut

Beberapa kondisi yang tidak dapat mengkonsumsi whey protein

- Pasien dengan alergi protein susu

- Pasien dengan diet rendah protein

- Pasien yang sedang menjalani terapi imunosupresif

Efek sampingnya adalah kembung perut kram urtikaria Efek samping

karena overdosis tidak terjadi karena sel hanya membuat sebatas yang dibutuhkan

apabila berlebih kelebihan disimpan di hati dan ginjal sampai suatu saat kalau

dibutuhkan

264 Sumber Glutation dari makanan

Sumber glutation dari makanan yang disarankan adalah asparagus bayam

brokoli bawang putih kale bawang watercress kol Brussel sprout beberapa

bumbu seperti kunyit kayu manis semangka alpukat anggur peach jeruk

walnut granola daging kalkun dan daging ayam keju cottage dan yoghurt

39

Tabel 21 Makanan yang mengandung Glutation (Cadenas2002)

GSH Food Group mg100 g mgsaji Buah segar Apel 33 46 Pisang 41 48 Anggur 79 146 Jeruk 73 106 Semangka 66 283 Sayuran segar Asparagus dimasak 283 263 Alpukat 277 313 Brokoli dimasak 91 78 Wortel mentah 79 59 Tomat 90 109 Daging Hamburger 175 149 Ham rebus 233 13 Ayam digoreng 131 134 Sereal biji-bijian Cornflakes 00 00 Roti whole wheat 12 06 Roti putih 00 00 Nasi putih enriched dimasak 16 21 Produk Susu Susu whole 00 00 Keju Amerika 00 00 Yoghurt plain lowfat 00 00 Es krim 10 lemak 00 00

40

BAB III

KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

31 Kerangka Berpikir

Faktor penyebab penuaan antara lain faktor internal dan faktoreksternal

Faktor internal meliputi radikal bebas glikosilasi metilasi hormon yang

berkurang apoptosis system kekebalan tubuh yang menurun genetik Faktor

eksternal meliputi gaya hidup tidak sehat polusi lingkungan stress kemiskinan

kebiasaan yang salah olahraga berlebihan (overtraining) Berbagai faktor di atas

menyebabkan terjadinya penurunan fungsi tubuh dan terjadilah penuaan

Kerangka konsep penelitian berdasarkan teori bahwa salah satu penyebab

penuaan adalah radikal bebas Bila jumlah radikal bebas melebihi jumlah

antioksidan di dalam tubuh terjadilah stress oksidatif Radikal bebas dapat

merusak membran sel protein DNA dan berakibat fatal bagi kelangsungan hidup

sel jaringan Stress oksidatif yang berlangsung lama akan mengakibatkan

terjadinya penumpukan hasil kerusakan oksidatif di dalam sel dan jaringan

selanjutnya sel dan jaringan tersebut akan kehilangan fungsinya dan akhirnya

mati

Olahraga berlebih meningkatkan stress oksidatif karena terdapat

peningkatan konsumsi O2 oleh aktivitas otot skeletal Oksigen juga dapat bersifat

toksik yang dapat memicu peningkatan Reactive Oxygen Species (ROS)Organ

yang tidak mendapat cukup oksigen dan nutrisi menjadi iskemik dan terjadi

kerusakan mikrovaskular (Reperfusion Injury) memicu peningkatan radikal

40

41

bebas Dengan pemberian antioksidan Glutation yang merupakan antioksidan

master diharapkan dapat mencegah kerusakan lebih lanjut yang diakibatkan oleh

radikal bebas dengan cara melindungi sel dari Reactive Oxygen Species (ROS)

dan dapat dilihat melalui parameter MDA yang mengalami penurunan

32 Konsep Penelitian

Konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Gambar 31 Konsep Kadar MDA pada tikus yang diberikan Pelatihan Fisik Berlebih+ Placebo dan Pelatihan Fisik Berlebih + Glutation

FAKTOR INTERNAL

- Jenis Kelamin

- Usia

- Genetik

- Hormon

- Psikologis

FAKTOR EKSTERNAL

- Makanan

- Cuaca iklim

- Penyakit

- Exercise

GLUTATION

TIKUS

KADAR MDA

42

33 Hipotesis

Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan kadar MDA

tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

43

BAB IV

METODE PENELITIAN

41 Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksterimental dengan rancangan

randomized pre test-post test control group design (Poccock et al 2008)

Subyek terdiri dari 2 kelompok yaitu

1 Kelompok 1 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+ Placebo

2 Kelompok 2 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation

Semua kelompok sebelum perlakuan diberikan pre test (O1 O3) dan

dihitung rerata untuk masing-masing kelompok

Setelah perlakuan semua kelompok diberikan post test (O2 O4) dan

dihitung rerata untuk masing-masing kelompok

Kemudian dihitung perbedaan rerata antara pre test dan post test dari

masing-masing kelompok lalu hasil perbedaan tersebut dibandingkan secara

statistik

Gambar 41 Rancangan Penelitian

P S

43

R R

O1 P1 O2

O3 P2 O4

44

Keterangan

P = populasi

S = sampel

R = random

O1 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah mendapatkan

pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan placebo (pre test)

O2 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah diberikan pelatihan

fisik berlebih setelah diberikan placebo (post test)

O3 = observasi data MDA kelompok perlakuan setelah diberikan

pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan Glutation (pre test)

O4 = observasi data MDA kelompok perlakuan diberikan pelatihan fisik

berlebih setelah diberikan Glutation (post test)

P1 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih+ placebo

P2 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation

42 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran

Universitas Udayana pada bulan Januari ndash Maret 2012 Pemeriksaan MDA darah

tikus dikerjakan di bagian Program Antar Unit Universitas Gajah Mada

Jogyakarta

45

43 Populasi dan Sampel

431 Populasi

Subyek penelitian adalah tikus jantan dewasa galur Wistar yang berusia 2-

25 bulan dan dalam kondisi fisik sehat

432 Kriteria Sampel

4321 Kriteria Inklusi

Kriteria Inklusi yang ditetapkan sebagai sampel adalah sebagai berikut

a Tikus jantan dewasa galur Wistar

b Umur 2-25 bulan

c Berat badan plusmn200 gram

d Sehat

e MDA ge 5mmollt

4322 Kriteria Drop Out

Adalah sampel yang mati pada waktu penelitian

433 Besar Sampel

Besar sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini dihitung berdasarkan

rumus Poccock (2008)

Angka μ1 (5) dan μ2 (12) didapatkan dari penelitian sebelumnya (Ji 1998)

n=

46

= asymp 7

Keterangan

n = jumlah sampel

σ = standar deviasi kelompok perlakuan dengan pemberian

glutation (15)

f ( ) = besarnya didapat dari tabel (Poccock 2008)

μ1 = rerata hasil MDA pada kelompok perlakuan sesudah

pemberian glutatioacuten (5)

μ2 = rerata hasil MDA pada kelompok pre test (12)

Jadi jumlah sampel (n) = 675 dan ditambah 3 ekor tikus untuk masing-

masing kelompok sebagai cadangan Jadi total 20 ekor tikus dengan 10

ekor tikus untuk masing-masing kelompok

434 Teknik Pengambilan Sampel

Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat

sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi diambil secara acak

sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi

2 kelompok yaitu kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+placebo kelompok

dengan pelatihan fisik berlebih + glutation

47

44 Variabel Penelitian

441 Klasifikasi Variabel

Variabel penelitian dibedakan menjadi

1 Variabel Bebas dosis pemberian glutation

2 Variabel Tergantung kadar MDA

3 Variabel Terkendali varian tikus jantan (galur wistar) jenis

kelamin umur berat badan lingkungan

(pencahayaan suhu kelembaban nutrisi

kandang)

Gambar 42 Bagan Hubungan Antar Variabel

VARIABEL BEBAS

- Pelatihan fisik berlebih

- Glutation 37mg kgBBhari

VARIABEL TERGANTUNG

KADAR MDA

VARIABEL TERKENDALI

Varian tikus

Jenis kelamin umur berat badan

Pencahayaan suhu kelembaban nutrisi kandang

Makanan minuman

48

442 Definisi Operasional Variabel

1 Pelatihan fisik berlebih pada tikus adalah pelatihan yang berlebihan

yang diukur berdasarkan kemampuan maksimal berenang tikus pada

ember berdiameter 35 cm dengan kedalaman air 20 cm yang

dilakukan 60 menithari selama 35 hari pada waktu yang sama pada

suhu 32 derajat (Binekada 2002 dan Pepe2011)

2 Glutation yang diberikan adalah Glutation Teofarma injeksi sediaan

600mg 4 ml Dosis pemberian Glutation adalah pemberian sediaan

antioksidan Glutation dalam bentuk suntikan intraperitoneal yang

diberikan 1x sehari dan diberikan 6 jam sebelum pelatihan fisik

berlebih Dosis pemberian Glutation mengacu pada penelitian yang

dilakukan sebelumnya oleh Ji L L yaitu 37mgkgBBhari yang

dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril secara intraperitonial

3 MDA merupakan salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada

membran sel dan merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan

oleh radikal bebas Pengukuran kadar MDA menggunakan metode

Thiobarbituraic Acid Reactive Substances (TBARS) Pembacaan hasil

dengan menggunakan spektrofotometer Satuan MDA dalam mmoll

4 Cahaya suhu dan kelembaban merupakan kondisi lingkungan yang

dialami tikus jantan dewasa Pada penelitian ini kondisi lingkungan

selama percobaan dibuat sama

5 Berat badan tikus adalah berat badan yang ditimbang dengan

timbangan gram

49

6 Umur tikus adalah umur yang ditentukan dengan melihat tanggal

kelahiran yang dicatat pada kandang percobaan

7 Kondisi peneliti yang meliputi kesehatan fisik dan psikis peneliti

Penelitian dilaksanakan saat kondisi peneliti dalam keadaan baik

sehingga pengaruhnya terhadap hasil penelitian dapat diabaikan

45 Bahan dan Alat Penelitian

451 Bahan Penelitian

Glutation injeksi

Tikus jantan

Makanan tikus berupa pellet dan air minum dari air ledeng

Aquades steril

EDTA (Ethylenediamine tetraacetic acid)

Reagensia untuk pengukuran kadar MDA

452 Alat Penelitian

Alat yang dipakai dalam pengambilan data penelitian ini adalah

- Kandang tikus terbuat dari besi yang di dalamnya terdapat sekam dan

botol minuman

- Ember berdiameter 35 cm dan kedalaman air 20 cm

- Stopwatch

- Timbangan

- Spuit injeksi 1 ml

50

- Sarung tangan

- Kapas dan alkohol 70

- Tabung Evendorf

- Mikropipet

- Pipet kapiler

- Sentrifugasi

46 Prosedur Penelitian

1 Tikus jantan dewasa (Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan

berat badan plusmn200gram dilakukan aklimatisasi selama 2 minggu di

tempat penelitian untuk penyesuaian dengan lingkungan

2 Semua sampel tikus diberi perlakuan yang sama yaitu diberikan

pelatihan fisik berlebih dengan cara berenang sampai kelelahan pada

hari ke 7 kedua kelompok tersebut dilakukan pemeriksaan MDA

3 Mulai hari ke 8 ndash 35 sampel tikus yang berjumlah 20 ekor dibagi atas 2

kelompok di mana kelompok 1(kontrol) diberikan pelatihan fisik

berlebih + injeksi aquabidest intraperitoneal enam jam sebelum

perlakuan aktifitas berlebih kelompok ke 2 (perlakuan) diberikan

pelatihan fisik berlebih + injeksi intraperitoneal glutation 37

mgkgBBhari yang sudah dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril

4 Pada hari ke 35 dilakukan pemeriksaan kadar MDA pada masing-

masing tikus setelah bulu tikus kering

51

5 Selama penelitian hewan coba diberikan makanan dan minuman secara

teratur kebersihan dan kenyamanan kandang dijaga

461 Alur Penelitian

TIKUS ADAPTASI 2 MINGGU

PELATIHAN FISIK BERLEBIH 1 MINGGU

MDA

KELOMPOK 1 KELOMPOK 2

PELATIHAN FISIK BERLEBIH PELATIHAN FISIK BERLEBIH

+ AQUABIDEST (28 hari) +GLUTATION 37mgkgBBhari

28 HARI 28 HARI

MDA

Gambar 43 Bagan Alur Penelitian

462 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium

Pemantauan keselamatan tikus jantan (galur Wistar) di laboratorium

(Smith et al1988 Ngatidjan 2006) adalah sebagai berikut

1 Kandang tikus jantan harus cukup kuat tidak mudah rusak teratur dibersihkan

(1x seminggu) mudah dipasang kembali hewan tidak mudah lepas tahan

52

gigitan hewan kelihatan jelas dari luar Alas tempat tidur terbuat dari serbuk

gergaji atau sekam padi agar mudah menyerap air

2 Luas lantai yang memadai untuk tikus jantan dengan berat badan plusmn200 gram

adalah 60cm persegi dan tinggi 20 cm

3 Diciptakan suasana lingkungan yang stabil dan sesuai keperluan fisiologi tikus

jantan di mana kelembaban suhu pertukaran udara yang ekstrim harus

dihindari

4 Hewan coba hendaknya diperlakukan dengan kasih sayang

47 Pengolahan dan Analisis Data

Analisis data yang digunakan adalah

1 Analisis Deskriptif

2 Uji normalitas data dilakukan dengan tes Shapiro-Wilk Distribusi data

normal dengan nilai pgt005

3 Uji homogenitas dilakukan dengan Lavenersquos Test Data dinyatakan

homogen dengan nilai pgt005

4 Karena data berdistribusi normal dan homogen maka untuk uji

komparabilitas dipakai

- Uji t independent untuk membandingkan rerata kadar MDA antar

kelompok

- Uji Paired T- Test untuk membandingkan rerata kadar MDA pre

dan post masing-masing kelompok

- Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau

dinyatakan berbeda bila plt005

53

BAB V

HASIL PENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 20 ekor tikus jantan dewasa

(Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan berat badan plusmn200 gram sebagai

sampelyang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah 10 ekor

yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dankelompok

perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) Dalam penyajian hasil ini diuraikan

uji normalitas data uji homogenitas data uji komparabilitas dan uji efek

perlakuan

51 Uji Normalitas Data

Data Kadar MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan

pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji

Shapiro-Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005)

disajikan pada Tabel 51

53

54

Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing Kelompok Sebelum

dan Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Perlakuan n p Keterangan

Kadar MDA kontrol pre

Kadar MDA perlakuan pre

Kadar MDA kontrol post

Kadar MDA perlakuan post

10

10

10

10

0965

0550

0975

0697

Normal

Normal

Normal

Normal

52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok

Data Kadar MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun

sesudah perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test

Hasilnya menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52

Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA Sebelum dan

Sesudah Perlakuan

Variabel F p Keterangan

Kadar MDA pre

Kadar MDA post

0016

0592

0901

0452

Homogen

Homogen

53 Kadar MDA

531 Uji komparabilitas

Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata kadar MDA

antar kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan

55

glutation Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada

Tabel 53 berikut

Tabel 53

Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata

Kadar MDA

SB T P

Aktivitas berlebih dan

placebo

Aktivitas berlebihdan

glutathion

10

10

518

529

028

029

089 0386

Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok

kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 518028mmoll dan rerata

kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 529029mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 089 dan nilai

p = 0386 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan

berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya tidak berbeda secara

bermakna (p gt 005)

532 Analisis efek perlakuan

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kadar MDA antar

kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation

56

Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54

berikut

Tabel 54 Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata

Kadar MDA

SB T P

Aktivitas berlebih dan

placebo

Aktivitas berlebihdan

glutathion

10

10

778

444

023

017

3672 0001

Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok

kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata

kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 444017mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 3672 dan nilai

p = 0001 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan

berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya berbeda secara

bermakna (p lt 005)

57

Gambar 51 Perbedaan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

533 Analisis Komparasi Sebelum dengan Sesudah Perlakuan

Analisis komparasi diuji berdasarkan rerata kadar MDA antara sebelum

dengan sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation Hasil

analisis kemaknaan dengan uji t-paired disajikan pada Tabel 55 berikut

Tabel 55 Analisis KomparasiKadar MDA antara Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Kelompok Beda Rerata

pre ndash post p Keterangan

Aktivitas berlebih dan placebo

Aktivitas berlebih dan

glutathion

260

085

0001

0001

Meningkat

Menurun

58

Berdasarkan uji t-paired didapatkan bahwa ada penurunan kadar MDA

pada kelompok perlakuan secara bermakna sebesar 085mmoll sedangkan pada

kelompok kontrol mengalami peningkatan secara bermakna sebesar 260mmoll

59

BAB VI

PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian

Untuk menguji efek pemberian glutation terhadap penurunan kadar MDA

maka dilakukan penelitian terhadap 20 ekor tikus jantan dewasa (Galur Wistar)

sebagai sampel yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah

10 ekor yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dan

kelompok perlakuan (pelatihan fisik berlebih dan glutation)

62 Efek Pelatihan Fisik Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA

Hasil penelitian dan analisis data terhadap kadar MDA darah pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji

normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan homogenitas (Levenersquos test) pre-test dan post-

test masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)

Uji perbandingan 1 minggu pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan

injeksi antara kedua kelompok menggunakan uji t-independent Rerata kadar

MDA kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) adalah

518028mmoll dan rerata kelompok pelatihan fisik berlebih dan glutation

adalah 529029mmoll Analisis kemaknaan dengan uji t-independent

menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna kadar MDA darah antara

kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa

kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan injeksi rerata kadar MDAnya tidak

59

60

berbeda secara bermakna

Uji perbandingan setelah pemberian placebo dan glutation antara kedua

kelompok menggunakan t-independent Rerata kadar MDA kelompok kontrol

(aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata kelompok

perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) adalah 444017mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent antara kedua kelompok sesudah diberikan

placebo dan glutation menunjukkan perbedaan kadar MDA secara bermakna

(plt005) Hal ini berarti bahwa kelompok yang diberikan perlakuan berupa

placebo dan glutation 6 jam sebelum diberikan pelatihan fisik berlebih dengan

cara merenangkan selama 60 menit hari selama 35 hari rerata kadar MDA

berbeda secara bermakna Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh

untuk melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam

organ dan pembuluh darah (Giriwijoyo 2004)

Peningkatan kadar MDA sesudah diberikan pelatihan fisik berlebih pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan disebabkan karena pelatihan fisik

berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena terjadi peningkatan konsumsi

oksigen oleh aktifitas otot skeletal Stress oksidatif memicu peningkatan senyawa

oksigen reaktif Pada pelatihan fisik berlebih juga terjadi Reperfusion Injury yang

memicu terjadinya kerusakan jaringan dan peningkatan radikal bebas (Adiputra

2008) Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara menarik elektronnya

sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan sampai kematian sel

(Suryohudoyo 2000)

Pada penelitian ini didapatkan bahwa sesudah diberikan pelatihan fisik

61

berlebih dan placebo terjadi peningkatan kadar MDA sebesar 5024 Kadar

MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel (Winarsi

2007) Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pepe

(2011) bahwa pelatihan fisik berlebih meningkatkan kadar MDA Lebih lanjut

Murray et al (2000) juga menyatakan bahwa pelatihan fisik berlebih merangsang

respon biomarker stres oksidatif Sedangkan pada kelompok perlakuan yang

diberikan aktifitas berlebih dan glutation terjadi penurunan kadar MDA sebesar

1607 Terjadinya penurunan kadar MDA pada kelompok yang diberikan

glutation 6 jam sebelum melakukan pelatihan fisik berlebih disebabkan karena

pemberian antioksidan meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan

cara mendonorkan elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa

oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsi 2007) Glutation merupakan antioksidan

endogen yaitu antioksidan yang dapat disintesa dalam tubuh dari asam amino L-

sistein L-glutamat dan glisin (Cadenas 2002) yang juga sebagai master

antioksidan yaitu antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain

Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan

Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik (Hersh 2004) Glutation

merupakan salah satu antioksidan yang tidak dapat menjadi pro oksidan (Cadenas

2002) Normalnya sekali suatu antioksidan memakan radikal bebas antioksidan

ini menjadi teroksidasi sendiri dan menyerang sel yang sehat yang disebut

sebagai pro oksidan Glutation dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang

teroksidasi tersebut menjadi bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali

dalam memakan radikal bebas (Sellman 2009) Sehingga dengan demikian

62

glutation dapat membantu dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Urso

(2003) bahwa suplementasi antioksidan dapat mengatasi kondisi stress oksidatif

yang terjadi pelatihan fisik berlebih

Uji perbandingan antara data MDA pre dan post masing-masing kelompok

digunakan uji t-paired test Berdasarkan uji ini didapatkan hasil pada kelompok

perlakuan terjadi penurunan kadar MDA secara bermakna sebesar 085 mmollt

sedangkan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan kadar MDA secara

bermakna sebesar 260mmollt Terjadi penurunan kadar MDA pada kelompok

perlakuan menunjukkan pemberian antioksidan Glutation intraperitoneal dosis

37mgkgBBhari dapat mengatasi kondisi stress oksidatif yang terjadi pada

pelatihan fisik berlebih Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh

Urso (2003)

63

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

71 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan sebagai

berikut Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA

tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

72 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah

1 Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja glutation

yang lebih detail

2 Memperhatikan takaran latihan supaya tidak berlebihan yang justru akan

meningkatkan kerusakan sel

3 Perlu dilakukan uji klinis pada manusia

63

64

DAFTAR PUSTAKA

Adiputra N 2008Kesehatan Olah Raga Available from httpwwwbalihesgorgindexphpoption=com Accessed 2011 Oct 5th

Anonim 2011 Glutathione Available at

httpenwikipediaorgwikiGlutathione Accessed 2011 Oct 5th Anonim 2011 Overtraining Available at

httpwwwmarksdailyapplecomovertraining Accessed 2011 Oct5th

Asikin N 2001Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan InKursus Penyegaran dan Pelatihan Radikal bebas dan Antioksidan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta Fakultas Kedokteran UI

Bagiada NA 2001 Proses Penuaan dan Penanggulangannya Denpasar

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hal 22 Banerjee AK Mandal A Chanda D Chahraboti S 2003 Oxidant

Antioxidant and Physical ExerciseAvailable from httpwwwncbinlmnihgovpubmed14619981 accesed 2011 Sept 2nd

Binekada MC 2002 ldquoPelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Konsentrasi dan

Motilitas Spermatozoa Mencitrdquo(tesis) Denpasar Universitas Udayana

Cadenas E Jones PD 2002Bioavailability of Glutathione In Cadenas E

Packer L editorsHandbook of Antioxidants2nd Ed New York Marcel DekkerInc p549-564

Catala A 2006Lipid PeroxidationInt J Biochem Cell Biol 38 1482-1495 Dalle-DonneI Rossi R ColomboR Giustarini D Milzani

A2006Biomarkers of Oxidative Damage in Human Disease Available from httpwwwredorbitcomnewsscience473334biomarkersof oxidative damage in human diseaseindexhtmlaccessed2011 Sept 5th

Fouad T 2007 Free radicals Types Sources and Damaging Reaction

Relations Available from

64

65

wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th

Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th

Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112

Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors

ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their

Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69

Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan

Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th

Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz

R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155

Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester

Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th

Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala

T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200

Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and

Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders

66

Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana

LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia

Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647

Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from

httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit

Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK

Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620

Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji

Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah

Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009

Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan

Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132

Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde

Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521

Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley

Medical Publicationsp 123-141

Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI

Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable

from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer

67

Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole

Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam

Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI

Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam

Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya

Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan

Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47

Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant

Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th

Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan

Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105

68

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965

Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975

Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753

Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

69

Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan

Group Statistics

Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887

Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215

Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260

Perlakuan 10 42500 23348 07383

Independent Samples Test

Levenes Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df

Sig (2-

tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence Interval of the

Difference Lower Upper

Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428

Equal variances not assumed

-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429

Post1

Equal variances assumed 592 452 367

22 18 000 333700 09087 314608 352792

Equal variances not assumed

36722 16855 000 333700 09087 314515 352885

Post2

Equal variances assumed 906 354 264

19 18 000 239500 09066 220454 258546

Equal variances not assumed

26419 16265 000 239500 09066 220307 258693

70

Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis

(Laurence amp Bacharach 1964)

2g mencit 20g tikus 400g marmot

l5Kg kelinci

20Kg kucing

40Kg kera

120Kg anjing

70Kg manusia

20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879

200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560

400 g marmot

008 057 10 225 24 52 102 315

l5Kg kelinci

004 025 044 10 106 24 45 142

20Kg kucing

003 023 042 092 10 22 41 130

40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61

120Kg anjing

0008 006 010 0022 024 052 10 31

70Kg manusia

00026 0018 0031 007 0013 016 032 10

71

Lampiran 4

Foto Penelitian

Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)

72

Lampiran 5

Data Hasil Penelitian

Kelompok Kontrol

Pre test Post test Pre test Post Test

752 647 769 694

779 670 773 664

745 660 803 653

769 643 817 677

783 653

786 684

Kelompok Perlakuan

Pre Test Post test

412 391

436 412

442 425

425 401

453 436

466 442

432 405

456 432

470 453

476 463

Page 51: PEMBERIAN INJEKSI GLUTATION INTRAPERITONEAL

33

GSH yang ditransportasikan kedalam lumen digunakan untuk detoksifikasi

peroksid yang terbentuk dari makanan oleh glutation peroksidase (GSH Px)

Proses ini membutuhkan peroksid dan glutation yang tersedia di sel epitel GSSG

yang terbentuk direduksi kembali menjadi GSH oleh GSSG reduktase (GSSG

Rx) menggunakan NADPH sebagai reduktan

262 Suplementasi Glutation

Meningkatkan level GSH melalui suplementasi glutation langsung sulit

Penelitian terakhir menyatakan bahwa secara oral tidak diabsorpsi baik melalui

saluran pencernaan Studi mengenai konsumsi oral akut glutation dengan dosis

sangat besar 3 gram Witschi dan tim menemukan lsquoadalah tidak mungkin

meningkatkan glutation yang bermanfaat secara klinis dengan dosis tunggal 3

gram glutationrsquo

Glutation terdapat pada makanan sehari-hari sampai 150mghari dapat

diabsorpsi melalui intak di usus halus Individu sehat dengan asupan sulfur asam

amino (1-2 gramhari) jumlah GSH mungkin tidak cukup untuk mendapatkan

efek penting secara sistemik Individu dengan asupan sulfur asam amino yang

terbatas suplementasi GSH diperlukan untuk mempertahankan suplai GSH

sistemik dengan memperbaiki keseimbangan sulfur asam amino (Cadenas 2002)

Glutation hanya diabsorpsi di sel epitel oral dan traktus gastrointestinal

dan memberikan keuntungan kesehatan spesifik pada jaringan tersebut(Cadenas

2002)

34

SUPLAI HILANG

Makanan suplemen Degradasi

GSH

Empedu LUMINAL Uptake

Epitel Reaksi Detoksifikasi

Gambar 24 Supply dan Removal Glutation dalam lumen usus halus (Cadenas 2002) Glutation (GSH) disuplai ke dalam lumen intestinal melalui konsumsi oral

empedu dan sekresi epitel intestinal Jumlah yang disuplai dari empedu cukup

untuk mempertahankan jumlah 200microM pada tikus tetapi tidak cukup pada

manusia yang mengalami degradasi di duktus kantung empedu Jumlah yang

dikonsumsi melalui makanan bervariasi dan secara umum kurang dari 200 microM

Jumlah yang diberikan melalui epitel hanya sekitar 10 atau kurang

dibandingkan dengan yang disediakan oleh empedu Hilangnya Glutation karena

degradasi oleh γ-glutamyltranspeptidase dan dipeptidases pada permukaan sel

epitel ditransportasikan ke dalam sel oleh mekanisme sodium-dependent dan

sodium-independent konjugasi dengan elektrofil reaktif dikatalisasi oleh

glutathione-S transferase mucus (Cadenas 2002)

Vitamin D meningkatkan level glutation di otak dan tampaknya sebagai

katalis untuk produksi glutation Sejumlah vitamin D aktif di otak berikatan

dengan seberapa besar vitamin D3 baik melalui suplemen atau dibentuk di kulit

melalui paparan matahariHal ini menyatakan bahwa mengkonsumsi vitamin D

35

dan atau mendapat cukup paparan matahari meningkatkan produksi glutation

(Sellman 2009)

Konsentrasi glutation di plasma dan hati dapat ditingkatkan dengan

mengkonsumsi suplemen tertentu yang disebut GSH precursors N-asetilsistein

atau NAC glutation precursor yang paling memungkinkan Suplemen lain S-

adenosilmetionin (SAMe) dan whey protein juga dapat meningkatkan glutation

dalam sel (Sellman 2009)

NAC tersedia dalam bentuk obat dan sebagai suplemen generik Alpha

lipoic acid juga dapat mempertahankan glutation intraselular Melatonin dapat

menstimulasi enzim yang berkaitan glutation peroksidase dan silimarin ekstrak

dari biji tanaman milk thistle (Silybum marianum) juga mempunyai kemampuan

memperbarui level glutation

Glutation diatur dengan ketat di intraseluler dan dibatasi produksinya oleh

feedback negative inhibisi sintesisnya sendiri melalui enzim gamma-

glutamilsistein sintetase sehingga meminimalisir kemungkinan terjadinya

overdosis Penambahan glutation menggunakan precursor atau glutation intravena

adalah strategi untuk mengatasi defisiensi glutation stress oksidatif tinggi

defisiensi imun

Glutation yang rendah menunjukkan adanya pembuangan dan

keseimbangan negatif nitrogen seperti pada kanker AIDS sepsis trauma

terbakar dan bahkan atlet overtraining Suplementasi glutation dapat

memperbaiki proses ini dan contohnya pada AIDS memberi hasil adanya

perbaikan survival rates Bagimanapun studi mengenai kondisi ini belum dapat

36

membedakan glutation rendah sebagai akibat secara akut (pada pasien sepsis) atau

secara kronis (HIV) meningkatkan stress oksidatif dan peningkatan patologi

sebagai akibat defisiensi yang sudah ada sebelumnya

Skizofrenia dan gangguan bipolar berhubungan dengan glutation yang

rendah Stress oksidatif mungkin salah satu faktor dasar patofisiologi gangguan

bipolar gangguan depresif mayor dan skizofrenia Glutation (GSH) adalah

pemakan radikal bebas mayor di otakTidak adanya GSH meningkatkan

kerentanan sel terhadap stress oksidatif ditandai asetilsistein dapat mengurangi

gejala kedua gangguan tersebut

Glutation merubah level stress oksidatif pada sel yang diisolasi di

laboratorium sehingga dapat mengurangi perkembangan kanker Tes ini tidak

dilakukan pada manusia

Glutamat yang berlebihan di sinaps yang dapat dilepaskan pada kondisi

seperti cedera otak dapat menghambat pengambilan sistein senyawa pembentuk

glutation yang pentingTanpa proteksi dari cedera oksidatif oleh glutation sel-sel

dapat rusak atau mati (Sellman 2009)

Glutation juga mempunyai fungsi lain sebagai berikut (Sellman 2009)

Mencerahkan kulit

Mencegah menghilangkan jerawat dan bekas jerawat

Menghilangkan noda hitam

Anti aging dan anti kerut

Memberi nutrisi kulit

Membantu pemulihan luka

37

Membuat kulit menjadi halus segar dan bersinar

Kondisi kesehatan yang berhubungan dengan defisiensi glutation

Peningkatan proses penuaan

Kesulitan dalam keseimbangan

Gangguan mental

Masalah koordinasi

Gangguan sistem saraf

Akhir-akhir ini dipercaya sebagai penyebab lesi otak

Kanker HIV Katarak Diabetes Mellitus

Jumlah sperma yang rendah

263 Glutation Precursor (Sellman 2009)

Glutation Precursor disebut juga sebagai building-block dari glutation

yaitu N-asetilsistein atau NAC dan whey protein tidak terdenaturasi

Nasetilsistein adalah obat farmasi yang biasa digunakan bertahun-tahun untuk

mengobati overdose asetaminofen Hal ini sangat efektif ketika diberikan dalam

dosis besar di ruang darurat ketika seseorang akan mengalami gagal hati karena

overdosis asetaminofen komposisi aktif dari Tylenol

Efek sampingnya adalah bercak-bercak kemerahan bersin mual

anafilaksis reaksi alergi yang berupa kesulitan bernafas karena bronkospasme

tekanan darah menurun angioedema muntah kram diare Walaupun jarang

kematian pernah dilaporkan karena N-asetilsistein Beberapa orang mendapatkan

rasa dan bau yang tidak dapat diterima karena kandungan sulfur di dalamnya

38

Pengggunaan teratur untuk menaikkan kadar glutation tidak direkomendasikan

untuk anak-anak dan bayi Masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk

menentukan keamanan N-asetilsistein untuk penggunaan jangka panjang

Whey protein tidak terdenaturasi merupakan nutraceutical atau medicinal

foodSenyawa ini memberikan ikatan sistein ke sel-sel di mana glutation dapat

terbentuk di tempat tersebut

Beberapa kondisi yang tidak dapat mengkonsumsi whey protein

- Pasien dengan alergi protein susu

- Pasien dengan diet rendah protein

- Pasien yang sedang menjalani terapi imunosupresif

Efek sampingnya adalah kembung perut kram urtikaria Efek samping

karena overdosis tidak terjadi karena sel hanya membuat sebatas yang dibutuhkan

apabila berlebih kelebihan disimpan di hati dan ginjal sampai suatu saat kalau

dibutuhkan

264 Sumber Glutation dari makanan

Sumber glutation dari makanan yang disarankan adalah asparagus bayam

brokoli bawang putih kale bawang watercress kol Brussel sprout beberapa

bumbu seperti kunyit kayu manis semangka alpukat anggur peach jeruk

walnut granola daging kalkun dan daging ayam keju cottage dan yoghurt

39

Tabel 21 Makanan yang mengandung Glutation (Cadenas2002)

GSH Food Group mg100 g mgsaji Buah segar Apel 33 46 Pisang 41 48 Anggur 79 146 Jeruk 73 106 Semangka 66 283 Sayuran segar Asparagus dimasak 283 263 Alpukat 277 313 Brokoli dimasak 91 78 Wortel mentah 79 59 Tomat 90 109 Daging Hamburger 175 149 Ham rebus 233 13 Ayam digoreng 131 134 Sereal biji-bijian Cornflakes 00 00 Roti whole wheat 12 06 Roti putih 00 00 Nasi putih enriched dimasak 16 21 Produk Susu Susu whole 00 00 Keju Amerika 00 00 Yoghurt plain lowfat 00 00 Es krim 10 lemak 00 00

40

BAB III

KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

31 Kerangka Berpikir

Faktor penyebab penuaan antara lain faktor internal dan faktoreksternal

Faktor internal meliputi radikal bebas glikosilasi metilasi hormon yang

berkurang apoptosis system kekebalan tubuh yang menurun genetik Faktor

eksternal meliputi gaya hidup tidak sehat polusi lingkungan stress kemiskinan

kebiasaan yang salah olahraga berlebihan (overtraining) Berbagai faktor di atas

menyebabkan terjadinya penurunan fungsi tubuh dan terjadilah penuaan

Kerangka konsep penelitian berdasarkan teori bahwa salah satu penyebab

penuaan adalah radikal bebas Bila jumlah radikal bebas melebihi jumlah

antioksidan di dalam tubuh terjadilah stress oksidatif Radikal bebas dapat

merusak membran sel protein DNA dan berakibat fatal bagi kelangsungan hidup

sel jaringan Stress oksidatif yang berlangsung lama akan mengakibatkan

terjadinya penumpukan hasil kerusakan oksidatif di dalam sel dan jaringan

selanjutnya sel dan jaringan tersebut akan kehilangan fungsinya dan akhirnya

mati

Olahraga berlebih meningkatkan stress oksidatif karena terdapat

peningkatan konsumsi O2 oleh aktivitas otot skeletal Oksigen juga dapat bersifat

toksik yang dapat memicu peningkatan Reactive Oxygen Species (ROS)Organ

yang tidak mendapat cukup oksigen dan nutrisi menjadi iskemik dan terjadi

kerusakan mikrovaskular (Reperfusion Injury) memicu peningkatan radikal

40

41

bebas Dengan pemberian antioksidan Glutation yang merupakan antioksidan

master diharapkan dapat mencegah kerusakan lebih lanjut yang diakibatkan oleh

radikal bebas dengan cara melindungi sel dari Reactive Oxygen Species (ROS)

dan dapat dilihat melalui parameter MDA yang mengalami penurunan

32 Konsep Penelitian

Konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Gambar 31 Konsep Kadar MDA pada tikus yang diberikan Pelatihan Fisik Berlebih+ Placebo dan Pelatihan Fisik Berlebih + Glutation

FAKTOR INTERNAL

- Jenis Kelamin

- Usia

- Genetik

- Hormon

- Psikologis

FAKTOR EKSTERNAL

- Makanan

- Cuaca iklim

- Penyakit

- Exercise

GLUTATION

TIKUS

KADAR MDA

42

33 Hipotesis

Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan kadar MDA

tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

43

BAB IV

METODE PENELITIAN

41 Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksterimental dengan rancangan

randomized pre test-post test control group design (Poccock et al 2008)

Subyek terdiri dari 2 kelompok yaitu

1 Kelompok 1 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+ Placebo

2 Kelompok 2 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation

Semua kelompok sebelum perlakuan diberikan pre test (O1 O3) dan

dihitung rerata untuk masing-masing kelompok

Setelah perlakuan semua kelompok diberikan post test (O2 O4) dan

dihitung rerata untuk masing-masing kelompok

Kemudian dihitung perbedaan rerata antara pre test dan post test dari

masing-masing kelompok lalu hasil perbedaan tersebut dibandingkan secara

statistik

Gambar 41 Rancangan Penelitian

P S

43

R R

O1 P1 O2

O3 P2 O4

44

Keterangan

P = populasi

S = sampel

R = random

O1 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah mendapatkan

pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan placebo (pre test)

O2 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah diberikan pelatihan

fisik berlebih setelah diberikan placebo (post test)

O3 = observasi data MDA kelompok perlakuan setelah diberikan

pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan Glutation (pre test)

O4 = observasi data MDA kelompok perlakuan diberikan pelatihan fisik

berlebih setelah diberikan Glutation (post test)

P1 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih+ placebo

P2 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation

42 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran

Universitas Udayana pada bulan Januari ndash Maret 2012 Pemeriksaan MDA darah

tikus dikerjakan di bagian Program Antar Unit Universitas Gajah Mada

Jogyakarta

45

43 Populasi dan Sampel

431 Populasi

Subyek penelitian adalah tikus jantan dewasa galur Wistar yang berusia 2-

25 bulan dan dalam kondisi fisik sehat

432 Kriteria Sampel

4321 Kriteria Inklusi

Kriteria Inklusi yang ditetapkan sebagai sampel adalah sebagai berikut

a Tikus jantan dewasa galur Wistar

b Umur 2-25 bulan

c Berat badan plusmn200 gram

d Sehat

e MDA ge 5mmollt

4322 Kriteria Drop Out

Adalah sampel yang mati pada waktu penelitian

433 Besar Sampel

Besar sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini dihitung berdasarkan

rumus Poccock (2008)

Angka μ1 (5) dan μ2 (12) didapatkan dari penelitian sebelumnya (Ji 1998)

n=

46

= asymp 7

Keterangan

n = jumlah sampel

σ = standar deviasi kelompok perlakuan dengan pemberian

glutation (15)

f ( ) = besarnya didapat dari tabel (Poccock 2008)

μ1 = rerata hasil MDA pada kelompok perlakuan sesudah

pemberian glutatioacuten (5)

μ2 = rerata hasil MDA pada kelompok pre test (12)

Jadi jumlah sampel (n) = 675 dan ditambah 3 ekor tikus untuk masing-

masing kelompok sebagai cadangan Jadi total 20 ekor tikus dengan 10

ekor tikus untuk masing-masing kelompok

434 Teknik Pengambilan Sampel

Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat

sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi diambil secara acak

sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi

2 kelompok yaitu kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+placebo kelompok

dengan pelatihan fisik berlebih + glutation

47

44 Variabel Penelitian

441 Klasifikasi Variabel

Variabel penelitian dibedakan menjadi

1 Variabel Bebas dosis pemberian glutation

2 Variabel Tergantung kadar MDA

3 Variabel Terkendali varian tikus jantan (galur wistar) jenis

kelamin umur berat badan lingkungan

(pencahayaan suhu kelembaban nutrisi

kandang)

Gambar 42 Bagan Hubungan Antar Variabel

VARIABEL BEBAS

- Pelatihan fisik berlebih

- Glutation 37mg kgBBhari

VARIABEL TERGANTUNG

KADAR MDA

VARIABEL TERKENDALI

Varian tikus

Jenis kelamin umur berat badan

Pencahayaan suhu kelembaban nutrisi kandang

Makanan minuman

48

442 Definisi Operasional Variabel

1 Pelatihan fisik berlebih pada tikus adalah pelatihan yang berlebihan

yang diukur berdasarkan kemampuan maksimal berenang tikus pada

ember berdiameter 35 cm dengan kedalaman air 20 cm yang

dilakukan 60 menithari selama 35 hari pada waktu yang sama pada

suhu 32 derajat (Binekada 2002 dan Pepe2011)

2 Glutation yang diberikan adalah Glutation Teofarma injeksi sediaan

600mg 4 ml Dosis pemberian Glutation adalah pemberian sediaan

antioksidan Glutation dalam bentuk suntikan intraperitoneal yang

diberikan 1x sehari dan diberikan 6 jam sebelum pelatihan fisik

berlebih Dosis pemberian Glutation mengacu pada penelitian yang

dilakukan sebelumnya oleh Ji L L yaitu 37mgkgBBhari yang

dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril secara intraperitonial

3 MDA merupakan salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada

membran sel dan merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan

oleh radikal bebas Pengukuran kadar MDA menggunakan metode

Thiobarbituraic Acid Reactive Substances (TBARS) Pembacaan hasil

dengan menggunakan spektrofotometer Satuan MDA dalam mmoll

4 Cahaya suhu dan kelembaban merupakan kondisi lingkungan yang

dialami tikus jantan dewasa Pada penelitian ini kondisi lingkungan

selama percobaan dibuat sama

5 Berat badan tikus adalah berat badan yang ditimbang dengan

timbangan gram

49

6 Umur tikus adalah umur yang ditentukan dengan melihat tanggal

kelahiran yang dicatat pada kandang percobaan

7 Kondisi peneliti yang meliputi kesehatan fisik dan psikis peneliti

Penelitian dilaksanakan saat kondisi peneliti dalam keadaan baik

sehingga pengaruhnya terhadap hasil penelitian dapat diabaikan

45 Bahan dan Alat Penelitian

451 Bahan Penelitian

Glutation injeksi

Tikus jantan

Makanan tikus berupa pellet dan air minum dari air ledeng

Aquades steril

EDTA (Ethylenediamine tetraacetic acid)

Reagensia untuk pengukuran kadar MDA

452 Alat Penelitian

Alat yang dipakai dalam pengambilan data penelitian ini adalah

- Kandang tikus terbuat dari besi yang di dalamnya terdapat sekam dan

botol minuman

- Ember berdiameter 35 cm dan kedalaman air 20 cm

- Stopwatch

- Timbangan

- Spuit injeksi 1 ml

50

- Sarung tangan

- Kapas dan alkohol 70

- Tabung Evendorf

- Mikropipet

- Pipet kapiler

- Sentrifugasi

46 Prosedur Penelitian

1 Tikus jantan dewasa (Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan

berat badan plusmn200gram dilakukan aklimatisasi selama 2 minggu di

tempat penelitian untuk penyesuaian dengan lingkungan

2 Semua sampel tikus diberi perlakuan yang sama yaitu diberikan

pelatihan fisik berlebih dengan cara berenang sampai kelelahan pada

hari ke 7 kedua kelompok tersebut dilakukan pemeriksaan MDA

3 Mulai hari ke 8 ndash 35 sampel tikus yang berjumlah 20 ekor dibagi atas 2

kelompok di mana kelompok 1(kontrol) diberikan pelatihan fisik

berlebih + injeksi aquabidest intraperitoneal enam jam sebelum

perlakuan aktifitas berlebih kelompok ke 2 (perlakuan) diberikan

pelatihan fisik berlebih + injeksi intraperitoneal glutation 37

mgkgBBhari yang sudah dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril

4 Pada hari ke 35 dilakukan pemeriksaan kadar MDA pada masing-

masing tikus setelah bulu tikus kering

51

5 Selama penelitian hewan coba diberikan makanan dan minuman secara

teratur kebersihan dan kenyamanan kandang dijaga

461 Alur Penelitian

TIKUS ADAPTASI 2 MINGGU

PELATIHAN FISIK BERLEBIH 1 MINGGU

MDA

KELOMPOK 1 KELOMPOK 2

PELATIHAN FISIK BERLEBIH PELATIHAN FISIK BERLEBIH

+ AQUABIDEST (28 hari) +GLUTATION 37mgkgBBhari

28 HARI 28 HARI

MDA

Gambar 43 Bagan Alur Penelitian

462 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium

Pemantauan keselamatan tikus jantan (galur Wistar) di laboratorium

(Smith et al1988 Ngatidjan 2006) adalah sebagai berikut

1 Kandang tikus jantan harus cukup kuat tidak mudah rusak teratur dibersihkan

(1x seminggu) mudah dipasang kembali hewan tidak mudah lepas tahan

52

gigitan hewan kelihatan jelas dari luar Alas tempat tidur terbuat dari serbuk

gergaji atau sekam padi agar mudah menyerap air

2 Luas lantai yang memadai untuk tikus jantan dengan berat badan plusmn200 gram

adalah 60cm persegi dan tinggi 20 cm

3 Diciptakan suasana lingkungan yang stabil dan sesuai keperluan fisiologi tikus

jantan di mana kelembaban suhu pertukaran udara yang ekstrim harus

dihindari

4 Hewan coba hendaknya diperlakukan dengan kasih sayang

47 Pengolahan dan Analisis Data

Analisis data yang digunakan adalah

1 Analisis Deskriptif

2 Uji normalitas data dilakukan dengan tes Shapiro-Wilk Distribusi data

normal dengan nilai pgt005

3 Uji homogenitas dilakukan dengan Lavenersquos Test Data dinyatakan

homogen dengan nilai pgt005

4 Karena data berdistribusi normal dan homogen maka untuk uji

komparabilitas dipakai

- Uji t independent untuk membandingkan rerata kadar MDA antar

kelompok

- Uji Paired T- Test untuk membandingkan rerata kadar MDA pre

dan post masing-masing kelompok

- Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau

dinyatakan berbeda bila plt005

53

BAB V

HASIL PENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 20 ekor tikus jantan dewasa

(Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan berat badan plusmn200 gram sebagai

sampelyang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah 10 ekor

yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dankelompok

perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) Dalam penyajian hasil ini diuraikan

uji normalitas data uji homogenitas data uji komparabilitas dan uji efek

perlakuan

51 Uji Normalitas Data

Data Kadar MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan

pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji

Shapiro-Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005)

disajikan pada Tabel 51

53

54

Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing Kelompok Sebelum

dan Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Perlakuan n p Keterangan

Kadar MDA kontrol pre

Kadar MDA perlakuan pre

Kadar MDA kontrol post

Kadar MDA perlakuan post

10

10

10

10

0965

0550

0975

0697

Normal

Normal

Normal

Normal

52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok

Data Kadar MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun

sesudah perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test

Hasilnya menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52

Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA Sebelum dan

Sesudah Perlakuan

Variabel F p Keterangan

Kadar MDA pre

Kadar MDA post

0016

0592

0901

0452

Homogen

Homogen

53 Kadar MDA

531 Uji komparabilitas

Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata kadar MDA

antar kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan

55

glutation Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada

Tabel 53 berikut

Tabel 53

Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata

Kadar MDA

SB T P

Aktivitas berlebih dan

placebo

Aktivitas berlebihdan

glutathion

10

10

518

529

028

029

089 0386

Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok

kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 518028mmoll dan rerata

kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 529029mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 089 dan nilai

p = 0386 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan

berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya tidak berbeda secara

bermakna (p gt 005)

532 Analisis efek perlakuan

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kadar MDA antar

kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation

56

Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54

berikut

Tabel 54 Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata

Kadar MDA

SB T P

Aktivitas berlebih dan

placebo

Aktivitas berlebihdan

glutathion

10

10

778

444

023

017

3672 0001

Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok

kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata

kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 444017mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 3672 dan nilai

p = 0001 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan

berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya berbeda secara

bermakna (p lt 005)

57

Gambar 51 Perbedaan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

533 Analisis Komparasi Sebelum dengan Sesudah Perlakuan

Analisis komparasi diuji berdasarkan rerata kadar MDA antara sebelum

dengan sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation Hasil

analisis kemaknaan dengan uji t-paired disajikan pada Tabel 55 berikut

Tabel 55 Analisis KomparasiKadar MDA antara Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Kelompok Beda Rerata

pre ndash post p Keterangan

Aktivitas berlebih dan placebo

Aktivitas berlebih dan

glutathion

260

085

0001

0001

Meningkat

Menurun

58

Berdasarkan uji t-paired didapatkan bahwa ada penurunan kadar MDA

pada kelompok perlakuan secara bermakna sebesar 085mmoll sedangkan pada

kelompok kontrol mengalami peningkatan secara bermakna sebesar 260mmoll

59

BAB VI

PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian

Untuk menguji efek pemberian glutation terhadap penurunan kadar MDA

maka dilakukan penelitian terhadap 20 ekor tikus jantan dewasa (Galur Wistar)

sebagai sampel yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah

10 ekor yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dan

kelompok perlakuan (pelatihan fisik berlebih dan glutation)

62 Efek Pelatihan Fisik Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA

Hasil penelitian dan analisis data terhadap kadar MDA darah pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji

normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan homogenitas (Levenersquos test) pre-test dan post-

test masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)

Uji perbandingan 1 minggu pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan

injeksi antara kedua kelompok menggunakan uji t-independent Rerata kadar

MDA kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) adalah

518028mmoll dan rerata kelompok pelatihan fisik berlebih dan glutation

adalah 529029mmoll Analisis kemaknaan dengan uji t-independent

menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna kadar MDA darah antara

kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa

kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan injeksi rerata kadar MDAnya tidak

59

60

berbeda secara bermakna

Uji perbandingan setelah pemberian placebo dan glutation antara kedua

kelompok menggunakan t-independent Rerata kadar MDA kelompok kontrol

(aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata kelompok

perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) adalah 444017mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent antara kedua kelompok sesudah diberikan

placebo dan glutation menunjukkan perbedaan kadar MDA secara bermakna

(plt005) Hal ini berarti bahwa kelompok yang diberikan perlakuan berupa

placebo dan glutation 6 jam sebelum diberikan pelatihan fisik berlebih dengan

cara merenangkan selama 60 menit hari selama 35 hari rerata kadar MDA

berbeda secara bermakna Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh

untuk melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam

organ dan pembuluh darah (Giriwijoyo 2004)

Peningkatan kadar MDA sesudah diberikan pelatihan fisik berlebih pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan disebabkan karena pelatihan fisik

berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena terjadi peningkatan konsumsi

oksigen oleh aktifitas otot skeletal Stress oksidatif memicu peningkatan senyawa

oksigen reaktif Pada pelatihan fisik berlebih juga terjadi Reperfusion Injury yang

memicu terjadinya kerusakan jaringan dan peningkatan radikal bebas (Adiputra

2008) Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara menarik elektronnya

sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan sampai kematian sel

(Suryohudoyo 2000)

Pada penelitian ini didapatkan bahwa sesudah diberikan pelatihan fisik

61

berlebih dan placebo terjadi peningkatan kadar MDA sebesar 5024 Kadar

MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel (Winarsi

2007) Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pepe

(2011) bahwa pelatihan fisik berlebih meningkatkan kadar MDA Lebih lanjut

Murray et al (2000) juga menyatakan bahwa pelatihan fisik berlebih merangsang

respon biomarker stres oksidatif Sedangkan pada kelompok perlakuan yang

diberikan aktifitas berlebih dan glutation terjadi penurunan kadar MDA sebesar

1607 Terjadinya penurunan kadar MDA pada kelompok yang diberikan

glutation 6 jam sebelum melakukan pelatihan fisik berlebih disebabkan karena

pemberian antioksidan meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan

cara mendonorkan elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa

oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsi 2007) Glutation merupakan antioksidan

endogen yaitu antioksidan yang dapat disintesa dalam tubuh dari asam amino L-

sistein L-glutamat dan glisin (Cadenas 2002) yang juga sebagai master

antioksidan yaitu antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain

Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan

Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik (Hersh 2004) Glutation

merupakan salah satu antioksidan yang tidak dapat menjadi pro oksidan (Cadenas

2002) Normalnya sekali suatu antioksidan memakan radikal bebas antioksidan

ini menjadi teroksidasi sendiri dan menyerang sel yang sehat yang disebut

sebagai pro oksidan Glutation dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang

teroksidasi tersebut menjadi bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali

dalam memakan radikal bebas (Sellman 2009) Sehingga dengan demikian

62

glutation dapat membantu dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Urso

(2003) bahwa suplementasi antioksidan dapat mengatasi kondisi stress oksidatif

yang terjadi pelatihan fisik berlebih

Uji perbandingan antara data MDA pre dan post masing-masing kelompok

digunakan uji t-paired test Berdasarkan uji ini didapatkan hasil pada kelompok

perlakuan terjadi penurunan kadar MDA secara bermakna sebesar 085 mmollt

sedangkan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan kadar MDA secara

bermakna sebesar 260mmollt Terjadi penurunan kadar MDA pada kelompok

perlakuan menunjukkan pemberian antioksidan Glutation intraperitoneal dosis

37mgkgBBhari dapat mengatasi kondisi stress oksidatif yang terjadi pada

pelatihan fisik berlebih Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh

Urso (2003)

63

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

71 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan sebagai

berikut Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA

tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

72 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah

1 Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja glutation

yang lebih detail

2 Memperhatikan takaran latihan supaya tidak berlebihan yang justru akan

meningkatkan kerusakan sel

3 Perlu dilakukan uji klinis pada manusia

63

64

DAFTAR PUSTAKA

Adiputra N 2008Kesehatan Olah Raga Available from httpwwwbalihesgorgindexphpoption=com Accessed 2011 Oct 5th

Anonim 2011 Glutathione Available at

httpenwikipediaorgwikiGlutathione Accessed 2011 Oct 5th Anonim 2011 Overtraining Available at

httpwwwmarksdailyapplecomovertraining Accessed 2011 Oct5th

Asikin N 2001Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan InKursus Penyegaran dan Pelatihan Radikal bebas dan Antioksidan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta Fakultas Kedokteran UI

Bagiada NA 2001 Proses Penuaan dan Penanggulangannya Denpasar

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hal 22 Banerjee AK Mandal A Chanda D Chahraboti S 2003 Oxidant

Antioxidant and Physical ExerciseAvailable from httpwwwncbinlmnihgovpubmed14619981 accesed 2011 Sept 2nd

Binekada MC 2002 ldquoPelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Konsentrasi dan

Motilitas Spermatozoa Mencitrdquo(tesis) Denpasar Universitas Udayana

Cadenas E Jones PD 2002Bioavailability of Glutathione In Cadenas E

Packer L editorsHandbook of Antioxidants2nd Ed New York Marcel DekkerInc p549-564

Catala A 2006Lipid PeroxidationInt J Biochem Cell Biol 38 1482-1495 Dalle-DonneI Rossi R ColomboR Giustarini D Milzani

A2006Biomarkers of Oxidative Damage in Human Disease Available from httpwwwredorbitcomnewsscience473334biomarkersof oxidative damage in human diseaseindexhtmlaccessed2011 Sept 5th

Fouad T 2007 Free radicals Types Sources and Damaging Reaction

Relations Available from

64

65

wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th

Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th

Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112

Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors

ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their

Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69

Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan

Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th

Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz

R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155

Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester

Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th

Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala

T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200

Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and

Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders

66

Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana

LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia

Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647

Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from

httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit

Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK

Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620

Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji

Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah

Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009

Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan

Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132

Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde

Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521

Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley

Medical Publicationsp 123-141

Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI

Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable

from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer

67

Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole

Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam

Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI

Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam

Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya

Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan

Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47

Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant

Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th

Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan

Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105

68

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965

Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975

Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753

Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

69

Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan

Group Statistics

Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887

Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215

Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260

Perlakuan 10 42500 23348 07383

Independent Samples Test

Levenes Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df

Sig (2-

tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence Interval of the

Difference Lower Upper

Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428

Equal variances not assumed

-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429

Post1

Equal variances assumed 592 452 367

22 18 000 333700 09087 314608 352792

Equal variances not assumed

36722 16855 000 333700 09087 314515 352885

Post2

Equal variances assumed 906 354 264

19 18 000 239500 09066 220454 258546

Equal variances not assumed

26419 16265 000 239500 09066 220307 258693

70

Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis

(Laurence amp Bacharach 1964)

2g mencit 20g tikus 400g marmot

l5Kg kelinci

20Kg kucing

40Kg kera

120Kg anjing

70Kg manusia

20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879

200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560

400 g marmot

008 057 10 225 24 52 102 315

l5Kg kelinci

004 025 044 10 106 24 45 142

20Kg kucing

003 023 042 092 10 22 41 130

40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61

120Kg anjing

0008 006 010 0022 024 052 10 31

70Kg manusia

00026 0018 0031 007 0013 016 032 10

71

Lampiran 4

Foto Penelitian

Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)

72

Lampiran 5

Data Hasil Penelitian

Kelompok Kontrol

Pre test Post test Pre test Post Test

752 647 769 694

779 670 773 664

745 660 803 653

769 643 817 677

783 653

786 684

Kelompok Perlakuan

Pre Test Post test

412 391

436 412

442 425

425 401

453 436

466 442

432 405

456 432

470 453

476 463

Page 52: PEMBERIAN INJEKSI GLUTATION INTRAPERITONEAL

34

SUPLAI HILANG

Makanan suplemen Degradasi

GSH

Empedu LUMINAL Uptake

Epitel Reaksi Detoksifikasi

Gambar 24 Supply dan Removal Glutation dalam lumen usus halus (Cadenas 2002) Glutation (GSH) disuplai ke dalam lumen intestinal melalui konsumsi oral

empedu dan sekresi epitel intestinal Jumlah yang disuplai dari empedu cukup

untuk mempertahankan jumlah 200microM pada tikus tetapi tidak cukup pada

manusia yang mengalami degradasi di duktus kantung empedu Jumlah yang

dikonsumsi melalui makanan bervariasi dan secara umum kurang dari 200 microM

Jumlah yang diberikan melalui epitel hanya sekitar 10 atau kurang

dibandingkan dengan yang disediakan oleh empedu Hilangnya Glutation karena

degradasi oleh γ-glutamyltranspeptidase dan dipeptidases pada permukaan sel

epitel ditransportasikan ke dalam sel oleh mekanisme sodium-dependent dan

sodium-independent konjugasi dengan elektrofil reaktif dikatalisasi oleh

glutathione-S transferase mucus (Cadenas 2002)

Vitamin D meningkatkan level glutation di otak dan tampaknya sebagai

katalis untuk produksi glutation Sejumlah vitamin D aktif di otak berikatan

dengan seberapa besar vitamin D3 baik melalui suplemen atau dibentuk di kulit

melalui paparan matahariHal ini menyatakan bahwa mengkonsumsi vitamin D

35

dan atau mendapat cukup paparan matahari meningkatkan produksi glutation

(Sellman 2009)

Konsentrasi glutation di plasma dan hati dapat ditingkatkan dengan

mengkonsumsi suplemen tertentu yang disebut GSH precursors N-asetilsistein

atau NAC glutation precursor yang paling memungkinkan Suplemen lain S-

adenosilmetionin (SAMe) dan whey protein juga dapat meningkatkan glutation

dalam sel (Sellman 2009)

NAC tersedia dalam bentuk obat dan sebagai suplemen generik Alpha

lipoic acid juga dapat mempertahankan glutation intraselular Melatonin dapat

menstimulasi enzim yang berkaitan glutation peroksidase dan silimarin ekstrak

dari biji tanaman milk thistle (Silybum marianum) juga mempunyai kemampuan

memperbarui level glutation

Glutation diatur dengan ketat di intraseluler dan dibatasi produksinya oleh

feedback negative inhibisi sintesisnya sendiri melalui enzim gamma-

glutamilsistein sintetase sehingga meminimalisir kemungkinan terjadinya

overdosis Penambahan glutation menggunakan precursor atau glutation intravena

adalah strategi untuk mengatasi defisiensi glutation stress oksidatif tinggi

defisiensi imun

Glutation yang rendah menunjukkan adanya pembuangan dan

keseimbangan negatif nitrogen seperti pada kanker AIDS sepsis trauma

terbakar dan bahkan atlet overtraining Suplementasi glutation dapat

memperbaiki proses ini dan contohnya pada AIDS memberi hasil adanya

perbaikan survival rates Bagimanapun studi mengenai kondisi ini belum dapat

36

membedakan glutation rendah sebagai akibat secara akut (pada pasien sepsis) atau

secara kronis (HIV) meningkatkan stress oksidatif dan peningkatan patologi

sebagai akibat defisiensi yang sudah ada sebelumnya

Skizofrenia dan gangguan bipolar berhubungan dengan glutation yang

rendah Stress oksidatif mungkin salah satu faktor dasar patofisiologi gangguan

bipolar gangguan depresif mayor dan skizofrenia Glutation (GSH) adalah

pemakan radikal bebas mayor di otakTidak adanya GSH meningkatkan

kerentanan sel terhadap stress oksidatif ditandai asetilsistein dapat mengurangi

gejala kedua gangguan tersebut

Glutation merubah level stress oksidatif pada sel yang diisolasi di

laboratorium sehingga dapat mengurangi perkembangan kanker Tes ini tidak

dilakukan pada manusia

Glutamat yang berlebihan di sinaps yang dapat dilepaskan pada kondisi

seperti cedera otak dapat menghambat pengambilan sistein senyawa pembentuk

glutation yang pentingTanpa proteksi dari cedera oksidatif oleh glutation sel-sel

dapat rusak atau mati (Sellman 2009)

Glutation juga mempunyai fungsi lain sebagai berikut (Sellman 2009)

Mencerahkan kulit

Mencegah menghilangkan jerawat dan bekas jerawat

Menghilangkan noda hitam

Anti aging dan anti kerut

Memberi nutrisi kulit

Membantu pemulihan luka

37

Membuat kulit menjadi halus segar dan bersinar

Kondisi kesehatan yang berhubungan dengan defisiensi glutation

Peningkatan proses penuaan

Kesulitan dalam keseimbangan

Gangguan mental

Masalah koordinasi

Gangguan sistem saraf

Akhir-akhir ini dipercaya sebagai penyebab lesi otak

Kanker HIV Katarak Diabetes Mellitus

Jumlah sperma yang rendah

263 Glutation Precursor (Sellman 2009)

Glutation Precursor disebut juga sebagai building-block dari glutation

yaitu N-asetilsistein atau NAC dan whey protein tidak terdenaturasi

Nasetilsistein adalah obat farmasi yang biasa digunakan bertahun-tahun untuk

mengobati overdose asetaminofen Hal ini sangat efektif ketika diberikan dalam

dosis besar di ruang darurat ketika seseorang akan mengalami gagal hati karena

overdosis asetaminofen komposisi aktif dari Tylenol

Efek sampingnya adalah bercak-bercak kemerahan bersin mual

anafilaksis reaksi alergi yang berupa kesulitan bernafas karena bronkospasme

tekanan darah menurun angioedema muntah kram diare Walaupun jarang

kematian pernah dilaporkan karena N-asetilsistein Beberapa orang mendapatkan

rasa dan bau yang tidak dapat diterima karena kandungan sulfur di dalamnya

38

Pengggunaan teratur untuk menaikkan kadar glutation tidak direkomendasikan

untuk anak-anak dan bayi Masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk

menentukan keamanan N-asetilsistein untuk penggunaan jangka panjang

Whey protein tidak terdenaturasi merupakan nutraceutical atau medicinal

foodSenyawa ini memberikan ikatan sistein ke sel-sel di mana glutation dapat

terbentuk di tempat tersebut

Beberapa kondisi yang tidak dapat mengkonsumsi whey protein

- Pasien dengan alergi protein susu

- Pasien dengan diet rendah protein

- Pasien yang sedang menjalani terapi imunosupresif

Efek sampingnya adalah kembung perut kram urtikaria Efek samping

karena overdosis tidak terjadi karena sel hanya membuat sebatas yang dibutuhkan

apabila berlebih kelebihan disimpan di hati dan ginjal sampai suatu saat kalau

dibutuhkan

264 Sumber Glutation dari makanan

Sumber glutation dari makanan yang disarankan adalah asparagus bayam

brokoli bawang putih kale bawang watercress kol Brussel sprout beberapa

bumbu seperti kunyit kayu manis semangka alpukat anggur peach jeruk

walnut granola daging kalkun dan daging ayam keju cottage dan yoghurt

39

Tabel 21 Makanan yang mengandung Glutation (Cadenas2002)

GSH Food Group mg100 g mgsaji Buah segar Apel 33 46 Pisang 41 48 Anggur 79 146 Jeruk 73 106 Semangka 66 283 Sayuran segar Asparagus dimasak 283 263 Alpukat 277 313 Brokoli dimasak 91 78 Wortel mentah 79 59 Tomat 90 109 Daging Hamburger 175 149 Ham rebus 233 13 Ayam digoreng 131 134 Sereal biji-bijian Cornflakes 00 00 Roti whole wheat 12 06 Roti putih 00 00 Nasi putih enriched dimasak 16 21 Produk Susu Susu whole 00 00 Keju Amerika 00 00 Yoghurt plain lowfat 00 00 Es krim 10 lemak 00 00

40

BAB III

KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

31 Kerangka Berpikir

Faktor penyebab penuaan antara lain faktor internal dan faktoreksternal

Faktor internal meliputi radikal bebas glikosilasi metilasi hormon yang

berkurang apoptosis system kekebalan tubuh yang menurun genetik Faktor

eksternal meliputi gaya hidup tidak sehat polusi lingkungan stress kemiskinan

kebiasaan yang salah olahraga berlebihan (overtraining) Berbagai faktor di atas

menyebabkan terjadinya penurunan fungsi tubuh dan terjadilah penuaan

Kerangka konsep penelitian berdasarkan teori bahwa salah satu penyebab

penuaan adalah radikal bebas Bila jumlah radikal bebas melebihi jumlah

antioksidan di dalam tubuh terjadilah stress oksidatif Radikal bebas dapat

merusak membran sel protein DNA dan berakibat fatal bagi kelangsungan hidup

sel jaringan Stress oksidatif yang berlangsung lama akan mengakibatkan

terjadinya penumpukan hasil kerusakan oksidatif di dalam sel dan jaringan

selanjutnya sel dan jaringan tersebut akan kehilangan fungsinya dan akhirnya

mati

Olahraga berlebih meningkatkan stress oksidatif karena terdapat

peningkatan konsumsi O2 oleh aktivitas otot skeletal Oksigen juga dapat bersifat

toksik yang dapat memicu peningkatan Reactive Oxygen Species (ROS)Organ

yang tidak mendapat cukup oksigen dan nutrisi menjadi iskemik dan terjadi

kerusakan mikrovaskular (Reperfusion Injury) memicu peningkatan radikal

40

41

bebas Dengan pemberian antioksidan Glutation yang merupakan antioksidan

master diharapkan dapat mencegah kerusakan lebih lanjut yang diakibatkan oleh

radikal bebas dengan cara melindungi sel dari Reactive Oxygen Species (ROS)

dan dapat dilihat melalui parameter MDA yang mengalami penurunan

32 Konsep Penelitian

Konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Gambar 31 Konsep Kadar MDA pada tikus yang diberikan Pelatihan Fisik Berlebih+ Placebo dan Pelatihan Fisik Berlebih + Glutation

FAKTOR INTERNAL

- Jenis Kelamin

- Usia

- Genetik

- Hormon

- Psikologis

FAKTOR EKSTERNAL

- Makanan

- Cuaca iklim

- Penyakit

- Exercise

GLUTATION

TIKUS

KADAR MDA

42

33 Hipotesis

Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan kadar MDA

tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

43

BAB IV

METODE PENELITIAN

41 Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksterimental dengan rancangan

randomized pre test-post test control group design (Poccock et al 2008)

Subyek terdiri dari 2 kelompok yaitu

1 Kelompok 1 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+ Placebo

2 Kelompok 2 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation

Semua kelompok sebelum perlakuan diberikan pre test (O1 O3) dan

dihitung rerata untuk masing-masing kelompok

Setelah perlakuan semua kelompok diberikan post test (O2 O4) dan

dihitung rerata untuk masing-masing kelompok

Kemudian dihitung perbedaan rerata antara pre test dan post test dari

masing-masing kelompok lalu hasil perbedaan tersebut dibandingkan secara

statistik

Gambar 41 Rancangan Penelitian

P S

43

R R

O1 P1 O2

O3 P2 O4

44

Keterangan

P = populasi

S = sampel

R = random

O1 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah mendapatkan

pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan placebo (pre test)

O2 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah diberikan pelatihan

fisik berlebih setelah diberikan placebo (post test)

O3 = observasi data MDA kelompok perlakuan setelah diberikan

pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan Glutation (pre test)

O4 = observasi data MDA kelompok perlakuan diberikan pelatihan fisik

berlebih setelah diberikan Glutation (post test)

P1 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih+ placebo

P2 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation

42 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran

Universitas Udayana pada bulan Januari ndash Maret 2012 Pemeriksaan MDA darah

tikus dikerjakan di bagian Program Antar Unit Universitas Gajah Mada

Jogyakarta

45

43 Populasi dan Sampel

431 Populasi

Subyek penelitian adalah tikus jantan dewasa galur Wistar yang berusia 2-

25 bulan dan dalam kondisi fisik sehat

432 Kriteria Sampel

4321 Kriteria Inklusi

Kriteria Inklusi yang ditetapkan sebagai sampel adalah sebagai berikut

a Tikus jantan dewasa galur Wistar

b Umur 2-25 bulan

c Berat badan plusmn200 gram

d Sehat

e MDA ge 5mmollt

4322 Kriteria Drop Out

Adalah sampel yang mati pada waktu penelitian

433 Besar Sampel

Besar sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini dihitung berdasarkan

rumus Poccock (2008)

Angka μ1 (5) dan μ2 (12) didapatkan dari penelitian sebelumnya (Ji 1998)

n=

46

= asymp 7

Keterangan

n = jumlah sampel

σ = standar deviasi kelompok perlakuan dengan pemberian

glutation (15)

f ( ) = besarnya didapat dari tabel (Poccock 2008)

μ1 = rerata hasil MDA pada kelompok perlakuan sesudah

pemberian glutatioacuten (5)

μ2 = rerata hasil MDA pada kelompok pre test (12)

Jadi jumlah sampel (n) = 675 dan ditambah 3 ekor tikus untuk masing-

masing kelompok sebagai cadangan Jadi total 20 ekor tikus dengan 10

ekor tikus untuk masing-masing kelompok

434 Teknik Pengambilan Sampel

Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat

sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi diambil secara acak

sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi

2 kelompok yaitu kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+placebo kelompok

dengan pelatihan fisik berlebih + glutation

47

44 Variabel Penelitian

441 Klasifikasi Variabel

Variabel penelitian dibedakan menjadi

1 Variabel Bebas dosis pemberian glutation

2 Variabel Tergantung kadar MDA

3 Variabel Terkendali varian tikus jantan (galur wistar) jenis

kelamin umur berat badan lingkungan

(pencahayaan suhu kelembaban nutrisi

kandang)

Gambar 42 Bagan Hubungan Antar Variabel

VARIABEL BEBAS

- Pelatihan fisik berlebih

- Glutation 37mg kgBBhari

VARIABEL TERGANTUNG

KADAR MDA

VARIABEL TERKENDALI

Varian tikus

Jenis kelamin umur berat badan

Pencahayaan suhu kelembaban nutrisi kandang

Makanan minuman

48

442 Definisi Operasional Variabel

1 Pelatihan fisik berlebih pada tikus adalah pelatihan yang berlebihan

yang diukur berdasarkan kemampuan maksimal berenang tikus pada

ember berdiameter 35 cm dengan kedalaman air 20 cm yang

dilakukan 60 menithari selama 35 hari pada waktu yang sama pada

suhu 32 derajat (Binekada 2002 dan Pepe2011)

2 Glutation yang diberikan adalah Glutation Teofarma injeksi sediaan

600mg 4 ml Dosis pemberian Glutation adalah pemberian sediaan

antioksidan Glutation dalam bentuk suntikan intraperitoneal yang

diberikan 1x sehari dan diberikan 6 jam sebelum pelatihan fisik

berlebih Dosis pemberian Glutation mengacu pada penelitian yang

dilakukan sebelumnya oleh Ji L L yaitu 37mgkgBBhari yang

dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril secara intraperitonial

3 MDA merupakan salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada

membran sel dan merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan

oleh radikal bebas Pengukuran kadar MDA menggunakan metode

Thiobarbituraic Acid Reactive Substances (TBARS) Pembacaan hasil

dengan menggunakan spektrofotometer Satuan MDA dalam mmoll

4 Cahaya suhu dan kelembaban merupakan kondisi lingkungan yang

dialami tikus jantan dewasa Pada penelitian ini kondisi lingkungan

selama percobaan dibuat sama

5 Berat badan tikus adalah berat badan yang ditimbang dengan

timbangan gram

49

6 Umur tikus adalah umur yang ditentukan dengan melihat tanggal

kelahiran yang dicatat pada kandang percobaan

7 Kondisi peneliti yang meliputi kesehatan fisik dan psikis peneliti

Penelitian dilaksanakan saat kondisi peneliti dalam keadaan baik

sehingga pengaruhnya terhadap hasil penelitian dapat diabaikan

45 Bahan dan Alat Penelitian

451 Bahan Penelitian

Glutation injeksi

Tikus jantan

Makanan tikus berupa pellet dan air minum dari air ledeng

Aquades steril

EDTA (Ethylenediamine tetraacetic acid)

Reagensia untuk pengukuran kadar MDA

452 Alat Penelitian

Alat yang dipakai dalam pengambilan data penelitian ini adalah

- Kandang tikus terbuat dari besi yang di dalamnya terdapat sekam dan

botol minuman

- Ember berdiameter 35 cm dan kedalaman air 20 cm

- Stopwatch

- Timbangan

- Spuit injeksi 1 ml

50

- Sarung tangan

- Kapas dan alkohol 70

- Tabung Evendorf

- Mikropipet

- Pipet kapiler

- Sentrifugasi

46 Prosedur Penelitian

1 Tikus jantan dewasa (Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan

berat badan plusmn200gram dilakukan aklimatisasi selama 2 minggu di

tempat penelitian untuk penyesuaian dengan lingkungan

2 Semua sampel tikus diberi perlakuan yang sama yaitu diberikan

pelatihan fisik berlebih dengan cara berenang sampai kelelahan pada

hari ke 7 kedua kelompok tersebut dilakukan pemeriksaan MDA

3 Mulai hari ke 8 ndash 35 sampel tikus yang berjumlah 20 ekor dibagi atas 2

kelompok di mana kelompok 1(kontrol) diberikan pelatihan fisik

berlebih + injeksi aquabidest intraperitoneal enam jam sebelum

perlakuan aktifitas berlebih kelompok ke 2 (perlakuan) diberikan

pelatihan fisik berlebih + injeksi intraperitoneal glutation 37

mgkgBBhari yang sudah dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril

4 Pada hari ke 35 dilakukan pemeriksaan kadar MDA pada masing-

masing tikus setelah bulu tikus kering

51

5 Selama penelitian hewan coba diberikan makanan dan minuman secara

teratur kebersihan dan kenyamanan kandang dijaga

461 Alur Penelitian

TIKUS ADAPTASI 2 MINGGU

PELATIHAN FISIK BERLEBIH 1 MINGGU

MDA

KELOMPOK 1 KELOMPOK 2

PELATIHAN FISIK BERLEBIH PELATIHAN FISIK BERLEBIH

+ AQUABIDEST (28 hari) +GLUTATION 37mgkgBBhari

28 HARI 28 HARI

MDA

Gambar 43 Bagan Alur Penelitian

462 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium

Pemantauan keselamatan tikus jantan (galur Wistar) di laboratorium

(Smith et al1988 Ngatidjan 2006) adalah sebagai berikut

1 Kandang tikus jantan harus cukup kuat tidak mudah rusak teratur dibersihkan

(1x seminggu) mudah dipasang kembali hewan tidak mudah lepas tahan

52

gigitan hewan kelihatan jelas dari luar Alas tempat tidur terbuat dari serbuk

gergaji atau sekam padi agar mudah menyerap air

2 Luas lantai yang memadai untuk tikus jantan dengan berat badan plusmn200 gram

adalah 60cm persegi dan tinggi 20 cm

3 Diciptakan suasana lingkungan yang stabil dan sesuai keperluan fisiologi tikus

jantan di mana kelembaban suhu pertukaran udara yang ekstrim harus

dihindari

4 Hewan coba hendaknya diperlakukan dengan kasih sayang

47 Pengolahan dan Analisis Data

Analisis data yang digunakan adalah

1 Analisis Deskriptif

2 Uji normalitas data dilakukan dengan tes Shapiro-Wilk Distribusi data

normal dengan nilai pgt005

3 Uji homogenitas dilakukan dengan Lavenersquos Test Data dinyatakan

homogen dengan nilai pgt005

4 Karena data berdistribusi normal dan homogen maka untuk uji

komparabilitas dipakai

- Uji t independent untuk membandingkan rerata kadar MDA antar

kelompok

- Uji Paired T- Test untuk membandingkan rerata kadar MDA pre

dan post masing-masing kelompok

- Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau

dinyatakan berbeda bila plt005

53

BAB V

HASIL PENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 20 ekor tikus jantan dewasa

(Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan berat badan plusmn200 gram sebagai

sampelyang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah 10 ekor

yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dankelompok

perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) Dalam penyajian hasil ini diuraikan

uji normalitas data uji homogenitas data uji komparabilitas dan uji efek

perlakuan

51 Uji Normalitas Data

Data Kadar MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan

pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji

Shapiro-Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005)

disajikan pada Tabel 51

53

54

Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing Kelompok Sebelum

dan Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Perlakuan n p Keterangan

Kadar MDA kontrol pre

Kadar MDA perlakuan pre

Kadar MDA kontrol post

Kadar MDA perlakuan post

10

10

10

10

0965

0550

0975

0697

Normal

Normal

Normal

Normal

52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok

Data Kadar MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun

sesudah perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test

Hasilnya menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52

Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA Sebelum dan

Sesudah Perlakuan

Variabel F p Keterangan

Kadar MDA pre

Kadar MDA post

0016

0592

0901

0452

Homogen

Homogen

53 Kadar MDA

531 Uji komparabilitas

Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata kadar MDA

antar kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan

55

glutation Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada

Tabel 53 berikut

Tabel 53

Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata

Kadar MDA

SB T P

Aktivitas berlebih dan

placebo

Aktivitas berlebihdan

glutathion

10

10

518

529

028

029

089 0386

Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok

kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 518028mmoll dan rerata

kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 529029mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 089 dan nilai

p = 0386 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan

berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya tidak berbeda secara

bermakna (p gt 005)

532 Analisis efek perlakuan

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kadar MDA antar

kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation

56

Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54

berikut

Tabel 54 Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata

Kadar MDA

SB T P

Aktivitas berlebih dan

placebo

Aktivitas berlebihdan

glutathion

10

10

778

444

023

017

3672 0001

Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok

kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata

kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 444017mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 3672 dan nilai

p = 0001 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan

berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya berbeda secara

bermakna (p lt 005)

57

Gambar 51 Perbedaan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

533 Analisis Komparasi Sebelum dengan Sesudah Perlakuan

Analisis komparasi diuji berdasarkan rerata kadar MDA antara sebelum

dengan sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation Hasil

analisis kemaknaan dengan uji t-paired disajikan pada Tabel 55 berikut

Tabel 55 Analisis KomparasiKadar MDA antara Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Kelompok Beda Rerata

pre ndash post p Keterangan

Aktivitas berlebih dan placebo

Aktivitas berlebih dan

glutathion

260

085

0001

0001

Meningkat

Menurun

58

Berdasarkan uji t-paired didapatkan bahwa ada penurunan kadar MDA

pada kelompok perlakuan secara bermakna sebesar 085mmoll sedangkan pada

kelompok kontrol mengalami peningkatan secara bermakna sebesar 260mmoll

59

BAB VI

PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian

Untuk menguji efek pemberian glutation terhadap penurunan kadar MDA

maka dilakukan penelitian terhadap 20 ekor tikus jantan dewasa (Galur Wistar)

sebagai sampel yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah

10 ekor yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dan

kelompok perlakuan (pelatihan fisik berlebih dan glutation)

62 Efek Pelatihan Fisik Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA

Hasil penelitian dan analisis data terhadap kadar MDA darah pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji

normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan homogenitas (Levenersquos test) pre-test dan post-

test masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)

Uji perbandingan 1 minggu pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan

injeksi antara kedua kelompok menggunakan uji t-independent Rerata kadar

MDA kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) adalah

518028mmoll dan rerata kelompok pelatihan fisik berlebih dan glutation

adalah 529029mmoll Analisis kemaknaan dengan uji t-independent

menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna kadar MDA darah antara

kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa

kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan injeksi rerata kadar MDAnya tidak

59

60

berbeda secara bermakna

Uji perbandingan setelah pemberian placebo dan glutation antara kedua

kelompok menggunakan t-independent Rerata kadar MDA kelompok kontrol

(aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata kelompok

perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) adalah 444017mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent antara kedua kelompok sesudah diberikan

placebo dan glutation menunjukkan perbedaan kadar MDA secara bermakna

(plt005) Hal ini berarti bahwa kelompok yang diberikan perlakuan berupa

placebo dan glutation 6 jam sebelum diberikan pelatihan fisik berlebih dengan

cara merenangkan selama 60 menit hari selama 35 hari rerata kadar MDA

berbeda secara bermakna Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh

untuk melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam

organ dan pembuluh darah (Giriwijoyo 2004)

Peningkatan kadar MDA sesudah diberikan pelatihan fisik berlebih pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan disebabkan karena pelatihan fisik

berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena terjadi peningkatan konsumsi

oksigen oleh aktifitas otot skeletal Stress oksidatif memicu peningkatan senyawa

oksigen reaktif Pada pelatihan fisik berlebih juga terjadi Reperfusion Injury yang

memicu terjadinya kerusakan jaringan dan peningkatan radikal bebas (Adiputra

2008) Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara menarik elektronnya

sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan sampai kematian sel

(Suryohudoyo 2000)

Pada penelitian ini didapatkan bahwa sesudah diberikan pelatihan fisik

61

berlebih dan placebo terjadi peningkatan kadar MDA sebesar 5024 Kadar

MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel (Winarsi

2007) Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pepe

(2011) bahwa pelatihan fisik berlebih meningkatkan kadar MDA Lebih lanjut

Murray et al (2000) juga menyatakan bahwa pelatihan fisik berlebih merangsang

respon biomarker stres oksidatif Sedangkan pada kelompok perlakuan yang

diberikan aktifitas berlebih dan glutation terjadi penurunan kadar MDA sebesar

1607 Terjadinya penurunan kadar MDA pada kelompok yang diberikan

glutation 6 jam sebelum melakukan pelatihan fisik berlebih disebabkan karena

pemberian antioksidan meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan

cara mendonorkan elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa

oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsi 2007) Glutation merupakan antioksidan

endogen yaitu antioksidan yang dapat disintesa dalam tubuh dari asam amino L-

sistein L-glutamat dan glisin (Cadenas 2002) yang juga sebagai master

antioksidan yaitu antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain

Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan

Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik (Hersh 2004) Glutation

merupakan salah satu antioksidan yang tidak dapat menjadi pro oksidan (Cadenas

2002) Normalnya sekali suatu antioksidan memakan radikal bebas antioksidan

ini menjadi teroksidasi sendiri dan menyerang sel yang sehat yang disebut

sebagai pro oksidan Glutation dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang

teroksidasi tersebut menjadi bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali

dalam memakan radikal bebas (Sellman 2009) Sehingga dengan demikian

62

glutation dapat membantu dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Urso

(2003) bahwa suplementasi antioksidan dapat mengatasi kondisi stress oksidatif

yang terjadi pelatihan fisik berlebih

Uji perbandingan antara data MDA pre dan post masing-masing kelompok

digunakan uji t-paired test Berdasarkan uji ini didapatkan hasil pada kelompok

perlakuan terjadi penurunan kadar MDA secara bermakna sebesar 085 mmollt

sedangkan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan kadar MDA secara

bermakna sebesar 260mmollt Terjadi penurunan kadar MDA pada kelompok

perlakuan menunjukkan pemberian antioksidan Glutation intraperitoneal dosis

37mgkgBBhari dapat mengatasi kondisi stress oksidatif yang terjadi pada

pelatihan fisik berlebih Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh

Urso (2003)

63

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

71 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan sebagai

berikut Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA

tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

72 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah

1 Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja glutation

yang lebih detail

2 Memperhatikan takaran latihan supaya tidak berlebihan yang justru akan

meningkatkan kerusakan sel

3 Perlu dilakukan uji klinis pada manusia

63

64

DAFTAR PUSTAKA

Adiputra N 2008Kesehatan Olah Raga Available from httpwwwbalihesgorgindexphpoption=com Accessed 2011 Oct 5th

Anonim 2011 Glutathione Available at

httpenwikipediaorgwikiGlutathione Accessed 2011 Oct 5th Anonim 2011 Overtraining Available at

httpwwwmarksdailyapplecomovertraining Accessed 2011 Oct5th

Asikin N 2001Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan InKursus Penyegaran dan Pelatihan Radikal bebas dan Antioksidan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta Fakultas Kedokteran UI

Bagiada NA 2001 Proses Penuaan dan Penanggulangannya Denpasar

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hal 22 Banerjee AK Mandal A Chanda D Chahraboti S 2003 Oxidant

Antioxidant and Physical ExerciseAvailable from httpwwwncbinlmnihgovpubmed14619981 accesed 2011 Sept 2nd

Binekada MC 2002 ldquoPelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Konsentrasi dan

Motilitas Spermatozoa Mencitrdquo(tesis) Denpasar Universitas Udayana

Cadenas E Jones PD 2002Bioavailability of Glutathione In Cadenas E

Packer L editorsHandbook of Antioxidants2nd Ed New York Marcel DekkerInc p549-564

Catala A 2006Lipid PeroxidationInt J Biochem Cell Biol 38 1482-1495 Dalle-DonneI Rossi R ColomboR Giustarini D Milzani

A2006Biomarkers of Oxidative Damage in Human Disease Available from httpwwwredorbitcomnewsscience473334biomarkersof oxidative damage in human diseaseindexhtmlaccessed2011 Sept 5th

Fouad T 2007 Free radicals Types Sources and Damaging Reaction

Relations Available from

64

65

wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th

Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th

Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112

Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors

ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their

Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69

Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan

Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th

Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz

R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155

Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester

Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th

Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala

T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200

Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and

Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders

66

Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana

LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia

Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647

Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from

httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit

Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK

Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620

Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji

Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah

Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009

Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan

Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132

Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde

Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521

Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley

Medical Publicationsp 123-141

Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI

Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable

from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer

67

Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole

Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam

Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI

Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam

Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya

Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan

Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47

Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant

Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th

Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan

Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105

68

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965

Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975

Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753

Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

69

Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan

Group Statistics

Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887

Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215

Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260

Perlakuan 10 42500 23348 07383

Independent Samples Test

Levenes Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df

Sig (2-

tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence Interval of the

Difference Lower Upper

Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428

Equal variances not assumed

-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429

Post1

Equal variances assumed 592 452 367

22 18 000 333700 09087 314608 352792

Equal variances not assumed

36722 16855 000 333700 09087 314515 352885

Post2

Equal variances assumed 906 354 264

19 18 000 239500 09066 220454 258546

Equal variances not assumed

26419 16265 000 239500 09066 220307 258693

70

Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis

(Laurence amp Bacharach 1964)

2g mencit 20g tikus 400g marmot

l5Kg kelinci

20Kg kucing

40Kg kera

120Kg anjing

70Kg manusia

20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879

200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560

400 g marmot

008 057 10 225 24 52 102 315

l5Kg kelinci

004 025 044 10 106 24 45 142

20Kg kucing

003 023 042 092 10 22 41 130

40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61

120Kg anjing

0008 006 010 0022 024 052 10 31

70Kg manusia

00026 0018 0031 007 0013 016 032 10

71

Lampiran 4

Foto Penelitian

Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)

72

Lampiran 5

Data Hasil Penelitian

Kelompok Kontrol

Pre test Post test Pre test Post Test

752 647 769 694

779 670 773 664

745 660 803 653

769 643 817 677

783 653

786 684

Kelompok Perlakuan

Pre Test Post test

412 391

436 412

442 425

425 401

453 436

466 442

432 405

456 432

470 453

476 463

Page 53: PEMBERIAN INJEKSI GLUTATION INTRAPERITONEAL

35

dan atau mendapat cukup paparan matahari meningkatkan produksi glutation

(Sellman 2009)

Konsentrasi glutation di plasma dan hati dapat ditingkatkan dengan

mengkonsumsi suplemen tertentu yang disebut GSH precursors N-asetilsistein

atau NAC glutation precursor yang paling memungkinkan Suplemen lain S-

adenosilmetionin (SAMe) dan whey protein juga dapat meningkatkan glutation

dalam sel (Sellman 2009)

NAC tersedia dalam bentuk obat dan sebagai suplemen generik Alpha

lipoic acid juga dapat mempertahankan glutation intraselular Melatonin dapat

menstimulasi enzim yang berkaitan glutation peroksidase dan silimarin ekstrak

dari biji tanaman milk thistle (Silybum marianum) juga mempunyai kemampuan

memperbarui level glutation

Glutation diatur dengan ketat di intraseluler dan dibatasi produksinya oleh

feedback negative inhibisi sintesisnya sendiri melalui enzim gamma-

glutamilsistein sintetase sehingga meminimalisir kemungkinan terjadinya

overdosis Penambahan glutation menggunakan precursor atau glutation intravena

adalah strategi untuk mengatasi defisiensi glutation stress oksidatif tinggi

defisiensi imun

Glutation yang rendah menunjukkan adanya pembuangan dan

keseimbangan negatif nitrogen seperti pada kanker AIDS sepsis trauma

terbakar dan bahkan atlet overtraining Suplementasi glutation dapat

memperbaiki proses ini dan contohnya pada AIDS memberi hasil adanya

perbaikan survival rates Bagimanapun studi mengenai kondisi ini belum dapat

36

membedakan glutation rendah sebagai akibat secara akut (pada pasien sepsis) atau

secara kronis (HIV) meningkatkan stress oksidatif dan peningkatan patologi

sebagai akibat defisiensi yang sudah ada sebelumnya

Skizofrenia dan gangguan bipolar berhubungan dengan glutation yang

rendah Stress oksidatif mungkin salah satu faktor dasar patofisiologi gangguan

bipolar gangguan depresif mayor dan skizofrenia Glutation (GSH) adalah

pemakan radikal bebas mayor di otakTidak adanya GSH meningkatkan

kerentanan sel terhadap stress oksidatif ditandai asetilsistein dapat mengurangi

gejala kedua gangguan tersebut

Glutation merubah level stress oksidatif pada sel yang diisolasi di

laboratorium sehingga dapat mengurangi perkembangan kanker Tes ini tidak

dilakukan pada manusia

Glutamat yang berlebihan di sinaps yang dapat dilepaskan pada kondisi

seperti cedera otak dapat menghambat pengambilan sistein senyawa pembentuk

glutation yang pentingTanpa proteksi dari cedera oksidatif oleh glutation sel-sel

dapat rusak atau mati (Sellman 2009)

Glutation juga mempunyai fungsi lain sebagai berikut (Sellman 2009)

Mencerahkan kulit

Mencegah menghilangkan jerawat dan bekas jerawat

Menghilangkan noda hitam

Anti aging dan anti kerut

Memberi nutrisi kulit

Membantu pemulihan luka

37

Membuat kulit menjadi halus segar dan bersinar

Kondisi kesehatan yang berhubungan dengan defisiensi glutation

Peningkatan proses penuaan

Kesulitan dalam keseimbangan

Gangguan mental

Masalah koordinasi

Gangguan sistem saraf

Akhir-akhir ini dipercaya sebagai penyebab lesi otak

Kanker HIV Katarak Diabetes Mellitus

Jumlah sperma yang rendah

263 Glutation Precursor (Sellman 2009)

Glutation Precursor disebut juga sebagai building-block dari glutation

yaitu N-asetilsistein atau NAC dan whey protein tidak terdenaturasi

Nasetilsistein adalah obat farmasi yang biasa digunakan bertahun-tahun untuk

mengobati overdose asetaminofen Hal ini sangat efektif ketika diberikan dalam

dosis besar di ruang darurat ketika seseorang akan mengalami gagal hati karena

overdosis asetaminofen komposisi aktif dari Tylenol

Efek sampingnya adalah bercak-bercak kemerahan bersin mual

anafilaksis reaksi alergi yang berupa kesulitan bernafas karena bronkospasme

tekanan darah menurun angioedema muntah kram diare Walaupun jarang

kematian pernah dilaporkan karena N-asetilsistein Beberapa orang mendapatkan

rasa dan bau yang tidak dapat diterima karena kandungan sulfur di dalamnya

38

Pengggunaan teratur untuk menaikkan kadar glutation tidak direkomendasikan

untuk anak-anak dan bayi Masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk

menentukan keamanan N-asetilsistein untuk penggunaan jangka panjang

Whey protein tidak terdenaturasi merupakan nutraceutical atau medicinal

foodSenyawa ini memberikan ikatan sistein ke sel-sel di mana glutation dapat

terbentuk di tempat tersebut

Beberapa kondisi yang tidak dapat mengkonsumsi whey protein

- Pasien dengan alergi protein susu

- Pasien dengan diet rendah protein

- Pasien yang sedang menjalani terapi imunosupresif

Efek sampingnya adalah kembung perut kram urtikaria Efek samping

karena overdosis tidak terjadi karena sel hanya membuat sebatas yang dibutuhkan

apabila berlebih kelebihan disimpan di hati dan ginjal sampai suatu saat kalau

dibutuhkan

264 Sumber Glutation dari makanan

Sumber glutation dari makanan yang disarankan adalah asparagus bayam

brokoli bawang putih kale bawang watercress kol Brussel sprout beberapa

bumbu seperti kunyit kayu manis semangka alpukat anggur peach jeruk

walnut granola daging kalkun dan daging ayam keju cottage dan yoghurt

39

Tabel 21 Makanan yang mengandung Glutation (Cadenas2002)

GSH Food Group mg100 g mgsaji Buah segar Apel 33 46 Pisang 41 48 Anggur 79 146 Jeruk 73 106 Semangka 66 283 Sayuran segar Asparagus dimasak 283 263 Alpukat 277 313 Brokoli dimasak 91 78 Wortel mentah 79 59 Tomat 90 109 Daging Hamburger 175 149 Ham rebus 233 13 Ayam digoreng 131 134 Sereal biji-bijian Cornflakes 00 00 Roti whole wheat 12 06 Roti putih 00 00 Nasi putih enriched dimasak 16 21 Produk Susu Susu whole 00 00 Keju Amerika 00 00 Yoghurt plain lowfat 00 00 Es krim 10 lemak 00 00

40

BAB III

KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

31 Kerangka Berpikir

Faktor penyebab penuaan antara lain faktor internal dan faktoreksternal

Faktor internal meliputi radikal bebas glikosilasi metilasi hormon yang

berkurang apoptosis system kekebalan tubuh yang menurun genetik Faktor

eksternal meliputi gaya hidup tidak sehat polusi lingkungan stress kemiskinan

kebiasaan yang salah olahraga berlebihan (overtraining) Berbagai faktor di atas

menyebabkan terjadinya penurunan fungsi tubuh dan terjadilah penuaan

Kerangka konsep penelitian berdasarkan teori bahwa salah satu penyebab

penuaan adalah radikal bebas Bila jumlah radikal bebas melebihi jumlah

antioksidan di dalam tubuh terjadilah stress oksidatif Radikal bebas dapat

merusak membran sel protein DNA dan berakibat fatal bagi kelangsungan hidup

sel jaringan Stress oksidatif yang berlangsung lama akan mengakibatkan

terjadinya penumpukan hasil kerusakan oksidatif di dalam sel dan jaringan

selanjutnya sel dan jaringan tersebut akan kehilangan fungsinya dan akhirnya

mati

Olahraga berlebih meningkatkan stress oksidatif karena terdapat

peningkatan konsumsi O2 oleh aktivitas otot skeletal Oksigen juga dapat bersifat

toksik yang dapat memicu peningkatan Reactive Oxygen Species (ROS)Organ

yang tidak mendapat cukup oksigen dan nutrisi menjadi iskemik dan terjadi

kerusakan mikrovaskular (Reperfusion Injury) memicu peningkatan radikal

40

41

bebas Dengan pemberian antioksidan Glutation yang merupakan antioksidan

master diharapkan dapat mencegah kerusakan lebih lanjut yang diakibatkan oleh

radikal bebas dengan cara melindungi sel dari Reactive Oxygen Species (ROS)

dan dapat dilihat melalui parameter MDA yang mengalami penurunan

32 Konsep Penelitian

Konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Gambar 31 Konsep Kadar MDA pada tikus yang diberikan Pelatihan Fisik Berlebih+ Placebo dan Pelatihan Fisik Berlebih + Glutation

FAKTOR INTERNAL

- Jenis Kelamin

- Usia

- Genetik

- Hormon

- Psikologis

FAKTOR EKSTERNAL

- Makanan

- Cuaca iklim

- Penyakit

- Exercise

GLUTATION

TIKUS

KADAR MDA

42

33 Hipotesis

Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan kadar MDA

tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

43

BAB IV

METODE PENELITIAN

41 Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksterimental dengan rancangan

randomized pre test-post test control group design (Poccock et al 2008)

Subyek terdiri dari 2 kelompok yaitu

1 Kelompok 1 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+ Placebo

2 Kelompok 2 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation

Semua kelompok sebelum perlakuan diberikan pre test (O1 O3) dan

dihitung rerata untuk masing-masing kelompok

Setelah perlakuan semua kelompok diberikan post test (O2 O4) dan

dihitung rerata untuk masing-masing kelompok

Kemudian dihitung perbedaan rerata antara pre test dan post test dari

masing-masing kelompok lalu hasil perbedaan tersebut dibandingkan secara

statistik

Gambar 41 Rancangan Penelitian

P S

43

R R

O1 P1 O2

O3 P2 O4

44

Keterangan

P = populasi

S = sampel

R = random

O1 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah mendapatkan

pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan placebo (pre test)

O2 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah diberikan pelatihan

fisik berlebih setelah diberikan placebo (post test)

O3 = observasi data MDA kelompok perlakuan setelah diberikan

pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan Glutation (pre test)

O4 = observasi data MDA kelompok perlakuan diberikan pelatihan fisik

berlebih setelah diberikan Glutation (post test)

P1 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih+ placebo

P2 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation

42 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran

Universitas Udayana pada bulan Januari ndash Maret 2012 Pemeriksaan MDA darah

tikus dikerjakan di bagian Program Antar Unit Universitas Gajah Mada

Jogyakarta

45

43 Populasi dan Sampel

431 Populasi

Subyek penelitian adalah tikus jantan dewasa galur Wistar yang berusia 2-

25 bulan dan dalam kondisi fisik sehat

432 Kriteria Sampel

4321 Kriteria Inklusi

Kriteria Inklusi yang ditetapkan sebagai sampel adalah sebagai berikut

a Tikus jantan dewasa galur Wistar

b Umur 2-25 bulan

c Berat badan plusmn200 gram

d Sehat

e MDA ge 5mmollt

4322 Kriteria Drop Out

Adalah sampel yang mati pada waktu penelitian

433 Besar Sampel

Besar sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini dihitung berdasarkan

rumus Poccock (2008)

Angka μ1 (5) dan μ2 (12) didapatkan dari penelitian sebelumnya (Ji 1998)

n=

46

= asymp 7

Keterangan

n = jumlah sampel

σ = standar deviasi kelompok perlakuan dengan pemberian

glutation (15)

f ( ) = besarnya didapat dari tabel (Poccock 2008)

μ1 = rerata hasil MDA pada kelompok perlakuan sesudah

pemberian glutatioacuten (5)

μ2 = rerata hasil MDA pada kelompok pre test (12)

Jadi jumlah sampel (n) = 675 dan ditambah 3 ekor tikus untuk masing-

masing kelompok sebagai cadangan Jadi total 20 ekor tikus dengan 10

ekor tikus untuk masing-masing kelompok

434 Teknik Pengambilan Sampel

Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat

sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi diambil secara acak

sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi

2 kelompok yaitu kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+placebo kelompok

dengan pelatihan fisik berlebih + glutation

47

44 Variabel Penelitian

441 Klasifikasi Variabel

Variabel penelitian dibedakan menjadi

1 Variabel Bebas dosis pemberian glutation

2 Variabel Tergantung kadar MDA

3 Variabel Terkendali varian tikus jantan (galur wistar) jenis

kelamin umur berat badan lingkungan

(pencahayaan suhu kelembaban nutrisi

kandang)

Gambar 42 Bagan Hubungan Antar Variabel

VARIABEL BEBAS

- Pelatihan fisik berlebih

- Glutation 37mg kgBBhari

VARIABEL TERGANTUNG

KADAR MDA

VARIABEL TERKENDALI

Varian tikus

Jenis kelamin umur berat badan

Pencahayaan suhu kelembaban nutrisi kandang

Makanan minuman

48

442 Definisi Operasional Variabel

1 Pelatihan fisik berlebih pada tikus adalah pelatihan yang berlebihan

yang diukur berdasarkan kemampuan maksimal berenang tikus pada

ember berdiameter 35 cm dengan kedalaman air 20 cm yang

dilakukan 60 menithari selama 35 hari pada waktu yang sama pada

suhu 32 derajat (Binekada 2002 dan Pepe2011)

2 Glutation yang diberikan adalah Glutation Teofarma injeksi sediaan

600mg 4 ml Dosis pemberian Glutation adalah pemberian sediaan

antioksidan Glutation dalam bentuk suntikan intraperitoneal yang

diberikan 1x sehari dan diberikan 6 jam sebelum pelatihan fisik

berlebih Dosis pemberian Glutation mengacu pada penelitian yang

dilakukan sebelumnya oleh Ji L L yaitu 37mgkgBBhari yang

dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril secara intraperitonial

3 MDA merupakan salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada

membran sel dan merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan

oleh radikal bebas Pengukuran kadar MDA menggunakan metode

Thiobarbituraic Acid Reactive Substances (TBARS) Pembacaan hasil

dengan menggunakan spektrofotometer Satuan MDA dalam mmoll

4 Cahaya suhu dan kelembaban merupakan kondisi lingkungan yang

dialami tikus jantan dewasa Pada penelitian ini kondisi lingkungan

selama percobaan dibuat sama

5 Berat badan tikus adalah berat badan yang ditimbang dengan

timbangan gram

49

6 Umur tikus adalah umur yang ditentukan dengan melihat tanggal

kelahiran yang dicatat pada kandang percobaan

7 Kondisi peneliti yang meliputi kesehatan fisik dan psikis peneliti

Penelitian dilaksanakan saat kondisi peneliti dalam keadaan baik

sehingga pengaruhnya terhadap hasil penelitian dapat diabaikan

45 Bahan dan Alat Penelitian

451 Bahan Penelitian

Glutation injeksi

Tikus jantan

Makanan tikus berupa pellet dan air minum dari air ledeng

Aquades steril

EDTA (Ethylenediamine tetraacetic acid)

Reagensia untuk pengukuran kadar MDA

452 Alat Penelitian

Alat yang dipakai dalam pengambilan data penelitian ini adalah

- Kandang tikus terbuat dari besi yang di dalamnya terdapat sekam dan

botol minuman

- Ember berdiameter 35 cm dan kedalaman air 20 cm

- Stopwatch

- Timbangan

- Spuit injeksi 1 ml

50

- Sarung tangan

- Kapas dan alkohol 70

- Tabung Evendorf

- Mikropipet

- Pipet kapiler

- Sentrifugasi

46 Prosedur Penelitian

1 Tikus jantan dewasa (Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan

berat badan plusmn200gram dilakukan aklimatisasi selama 2 minggu di

tempat penelitian untuk penyesuaian dengan lingkungan

2 Semua sampel tikus diberi perlakuan yang sama yaitu diberikan

pelatihan fisik berlebih dengan cara berenang sampai kelelahan pada

hari ke 7 kedua kelompok tersebut dilakukan pemeriksaan MDA

3 Mulai hari ke 8 ndash 35 sampel tikus yang berjumlah 20 ekor dibagi atas 2

kelompok di mana kelompok 1(kontrol) diberikan pelatihan fisik

berlebih + injeksi aquabidest intraperitoneal enam jam sebelum

perlakuan aktifitas berlebih kelompok ke 2 (perlakuan) diberikan

pelatihan fisik berlebih + injeksi intraperitoneal glutation 37

mgkgBBhari yang sudah dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril

4 Pada hari ke 35 dilakukan pemeriksaan kadar MDA pada masing-

masing tikus setelah bulu tikus kering

51

5 Selama penelitian hewan coba diberikan makanan dan minuman secara

teratur kebersihan dan kenyamanan kandang dijaga

461 Alur Penelitian

TIKUS ADAPTASI 2 MINGGU

PELATIHAN FISIK BERLEBIH 1 MINGGU

MDA

KELOMPOK 1 KELOMPOK 2

PELATIHAN FISIK BERLEBIH PELATIHAN FISIK BERLEBIH

+ AQUABIDEST (28 hari) +GLUTATION 37mgkgBBhari

28 HARI 28 HARI

MDA

Gambar 43 Bagan Alur Penelitian

462 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium

Pemantauan keselamatan tikus jantan (galur Wistar) di laboratorium

(Smith et al1988 Ngatidjan 2006) adalah sebagai berikut

1 Kandang tikus jantan harus cukup kuat tidak mudah rusak teratur dibersihkan

(1x seminggu) mudah dipasang kembali hewan tidak mudah lepas tahan

52

gigitan hewan kelihatan jelas dari luar Alas tempat tidur terbuat dari serbuk

gergaji atau sekam padi agar mudah menyerap air

2 Luas lantai yang memadai untuk tikus jantan dengan berat badan plusmn200 gram

adalah 60cm persegi dan tinggi 20 cm

3 Diciptakan suasana lingkungan yang stabil dan sesuai keperluan fisiologi tikus

jantan di mana kelembaban suhu pertukaran udara yang ekstrim harus

dihindari

4 Hewan coba hendaknya diperlakukan dengan kasih sayang

47 Pengolahan dan Analisis Data

Analisis data yang digunakan adalah

1 Analisis Deskriptif

2 Uji normalitas data dilakukan dengan tes Shapiro-Wilk Distribusi data

normal dengan nilai pgt005

3 Uji homogenitas dilakukan dengan Lavenersquos Test Data dinyatakan

homogen dengan nilai pgt005

4 Karena data berdistribusi normal dan homogen maka untuk uji

komparabilitas dipakai

- Uji t independent untuk membandingkan rerata kadar MDA antar

kelompok

- Uji Paired T- Test untuk membandingkan rerata kadar MDA pre

dan post masing-masing kelompok

- Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau

dinyatakan berbeda bila plt005

53

BAB V

HASIL PENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 20 ekor tikus jantan dewasa

(Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan berat badan plusmn200 gram sebagai

sampelyang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah 10 ekor

yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dankelompok

perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) Dalam penyajian hasil ini diuraikan

uji normalitas data uji homogenitas data uji komparabilitas dan uji efek

perlakuan

51 Uji Normalitas Data

Data Kadar MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan

pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji

Shapiro-Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005)

disajikan pada Tabel 51

53

54

Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing Kelompok Sebelum

dan Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Perlakuan n p Keterangan

Kadar MDA kontrol pre

Kadar MDA perlakuan pre

Kadar MDA kontrol post

Kadar MDA perlakuan post

10

10

10

10

0965

0550

0975

0697

Normal

Normal

Normal

Normal

52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok

Data Kadar MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun

sesudah perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test

Hasilnya menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52

Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA Sebelum dan

Sesudah Perlakuan

Variabel F p Keterangan

Kadar MDA pre

Kadar MDA post

0016

0592

0901

0452

Homogen

Homogen

53 Kadar MDA

531 Uji komparabilitas

Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata kadar MDA

antar kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan

55

glutation Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada

Tabel 53 berikut

Tabel 53

Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata

Kadar MDA

SB T P

Aktivitas berlebih dan

placebo

Aktivitas berlebihdan

glutathion

10

10

518

529

028

029

089 0386

Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok

kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 518028mmoll dan rerata

kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 529029mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 089 dan nilai

p = 0386 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan

berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya tidak berbeda secara

bermakna (p gt 005)

532 Analisis efek perlakuan

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kadar MDA antar

kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation

56

Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54

berikut

Tabel 54 Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata

Kadar MDA

SB T P

Aktivitas berlebih dan

placebo

Aktivitas berlebihdan

glutathion

10

10

778

444

023

017

3672 0001

Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok

kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata

kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 444017mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 3672 dan nilai

p = 0001 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan

berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya berbeda secara

bermakna (p lt 005)

57

Gambar 51 Perbedaan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

533 Analisis Komparasi Sebelum dengan Sesudah Perlakuan

Analisis komparasi diuji berdasarkan rerata kadar MDA antara sebelum

dengan sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation Hasil

analisis kemaknaan dengan uji t-paired disajikan pada Tabel 55 berikut

Tabel 55 Analisis KomparasiKadar MDA antara Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Kelompok Beda Rerata

pre ndash post p Keterangan

Aktivitas berlebih dan placebo

Aktivitas berlebih dan

glutathion

260

085

0001

0001

Meningkat

Menurun

58

Berdasarkan uji t-paired didapatkan bahwa ada penurunan kadar MDA

pada kelompok perlakuan secara bermakna sebesar 085mmoll sedangkan pada

kelompok kontrol mengalami peningkatan secara bermakna sebesar 260mmoll

59

BAB VI

PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian

Untuk menguji efek pemberian glutation terhadap penurunan kadar MDA

maka dilakukan penelitian terhadap 20 ekor tikus jantan dewasa (Galur Wistar)

sebagai sampel yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah

10 ekor yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dan

kelompok perlakuan (pelatihan fisik berlebih dan glutation)

62 Efek Pelatihan Fisik Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA

Hasil penelitian dan analisis data terhadap kadar MDA darah pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji

normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan homogenitas (Levenersquos test) pre-test dan post-

test masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)

Uji perbandingan 1 minggu pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan

injeksi antara kedua kelompok menggunakan uji t-independent Rerata kadar

MDA kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) adalah

518028mmoll dan rerata kelompok pelatihan fisik berlebih dan glutation

adalah 529029mmoll Analisis kemaknaan dengan uji t-independent

menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna kadar MDA darah antara

kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa

kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan injeksi rerata kadar MDAnya tidak

59

60

berbeda secara bermakna

Uji perbandingan setelah pemberian placebo dan glutation antara kedua

kelompok menggunakan t-independent Rerata kadar MDA kelompok kontrol

(aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata kelompok

perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) adalah 444017mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent antara kedua kelompok sesudah diberikan

placebo dan glutation menunjukkan perbedaan kadar MDA secara bermakna

(plt005) Hal ini berarti bahwa kelompok yang diberikan perlakuan berupa

placebo dan glutation 6 jam sebelum diberikan pelatihan fisik berlebih dengan

cara merenangkan selama 60 menit hari selama 35 hari rerata kadar MDA

berbeda secara bermakna Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh

untuk melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam

organ dan pembuluh darah (Giriwijoyo 2004)

Peningkatan kadar MDA sesudah diberikan pelatihan fisik berlebih pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan disebabkan karena pelatihan fisik

berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena terjadi peningkatan konsumsi

oksigen oleh aktifitas otot skeletal Stress oksidatif memicu peningkatan senyawa

oksigen reaktif Pada pelatihan fisik berlebih juga terjadi Reperfusion Injury yang

memicu terjadinya kerusakan jaringan dan peningkatan radikal bebas (Adiputra

2008) Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara menarik elektronnya

sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan sampai kematian sel

(Suryohudoyo 2000)

Pada penelitian ini didapatkan bahwa sesudah diberikan pelatihan fisik

61

berlebih dan placebo terjadi peningkatan kadar MDA sebesar 5024 Kadar

MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel (Winarsi

2007) Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pepe

(2011) bahwa pelatihan fisik berlebih meningkatkan kadar MDA Lebih lanjut

Murray et al (2000) juga menyatakan bahwa pelatihan fisik berlebih merangsang

respon biomarker stres oksidatif Sedangkan pada kelompok perlakuan yang

diberikan aktifitas berlebih dan glutation terjadi penurunan kadar MDA sebesar

1607 Terjadinya penurunan kadar MDA pada kelompok yang diberikan

glutation 6 jam sebelum melakukan pelatihan fisik berlebih disebabkan karena

pemberian antioksidan meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan

cara mendonorkan elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa

oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsi 2007) Glutation merupakan antioksidan

endogen yaitu antioksidan yang dapat disintesa dalam tubuh dari asam amino L-

sistein L-glutamat dan glisin (Cadenas 2002) yang juga sebagai master

antioksidan yaitu antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain

Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan

Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik (Hersh 2004) Glutation

merupakan salah satu antioksidan yang tidak dapat menjadi pro oksidan (Cadenas

2002) Normalnya sekali suatu antioksidan memakan radikal bebas antioksidan

ini menjadi teroksidasi sendiri dan menyerang sel yang sehat yang disebut

sebagai pro oksidan Glutation dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang

teroksidasi tersebut menjadi bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali

dalam memakan radikal bebas (Sellman 2009) Sehingga dengan demikian

62

glutation dapat membantu dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Urso

(2003) bahwa suplementasi antioksidan dapat mengatasi kondisi stress oksidatif

yang terjadi pelatihan fisik berlebih

Uji perbandingan antara data MDA pre dan post masing-masing kelompok

digunakan uji t-paired test Berdasarkan uji ini didapatkan hasil pada kelompok

perlakuan terjadi penurunan kadar MDA secara bermakna sebesar 085 mmollt

sedangkan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan kadar MDA secara

bermakna sebesar 260mmollt Terjadi penurunan kadar MDA pada kelompok

perlakuan menunjukkan pemberian antioksidan Glutation intraperitoneal dosis

37mgkgBBhari dapat mengatasi kondisi stress oksidatif yang terjadi pada

pelatihan fisik berlebih Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh

Urso (2003)

63

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

71 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan sebagai

berikut Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA

tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

72 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah

1 Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja glutation

yang lebih detail

2 Memperhatikan takaran latihan supaya tidak berlebihan yang justru akan

meningkatkan kerusakan sel

3 Perlu dilakukan uji klinis pada manusia

63

64

DAFTAR PUSTAKA

Adiputra N 2008Kesehatan Olah Raga Available from httpwwwbalihesgorgindexphpoption=com Accessed 2011 Oct 5th

Anonim 2011 Glutathione Available at

httpenwikipediaorgwikiGlutathione Accessed 2011 Oct 5th Anonim 2011 Overtraining Available at

httpwwwmarksdailyapplecomovertraining Accessed 2011 Oct5th

Asikin N 2001Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan InKursus Penyegaran dan Pelatihan Radikal bebas dan Antioksidan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta Fakultas Kedokteran UI

Bagiada NA 2001 Proses Penuaan dan Penanggulangannya Denpasar

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hal 22 Banerjee AK Mandal A Chanda D Chahraboti S 2003 Oxidant

Antioxidant and Physical ExerciseAvailable from httpwwwncbinlmnihgovpubmed14619981 accesed 2011 Sept 2nd

Binekada MC 2002 ldquoPelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Konsentrasi dan

Motilitas Spermatozoa Mencitrdquo(tesis) Denpasar Universitas Udayana

Cadenas E Jones PD 2002Bioavailability of Glutathione In Cadenas E

Packer L editorsHandbook of Antioxidants2nd Ed New York Marcel DekkerInc p549-564

Catala A 2006Lipid PeroxidationInt J Biochem Cell Biol 38 1482-1495 Dalle-DonneI Rossi R ColomboR Giustarini D Milzani

A2006Biomarkers of Oxidative Damage in Human Disease Available from httpwwwredorbitcomnewsscience473334biomarkersof oxidative damage in human diseaseindexhtmlaccessed2011 Sept 5th

Fouad T 2007 Free radicals Types Sources and Damaging Reaction

Relations Available from

64

65

wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th

Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th

Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112

Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors

ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their

Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69

Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan

Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th

Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz

R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155

Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester

Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th

Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala

T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200

Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and

Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders

66

Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana

LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia

Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647

Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from

httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit

Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK

Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620

Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji

Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah

Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009

Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan

Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132

Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde

Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521

Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley

Medical Publicationsp 123-141

Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI

Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable

from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer

67

Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole

Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam

Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI

Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam

Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya

Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan

Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47

Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant

Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th

Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan

Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105

68

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965

Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975

Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753

Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

69

Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan

Group Statistics

Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887

Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215

Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260

Perlakuan 10 42500 23348 07383

Independent Samples Test

Levenes Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df

Sig (2-

tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence Interval of the

Difference Lower Upper

Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428

Equal variances not assumed

-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429

Post1

Equal variances assumed 592 452 367

22 18 000 333700 09087 314608 352792

Equal variances not assumed

36722 16855 000 333700 09087 314515 352885

Post2

Equal variances assumed 906 354 264

19 18 000 239500 09066 220454 258546

Equal variances not assumed

26419 16265 000 239500 09066 220307 258693

70

Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis

(Laurence amp Bacharach 1964)

2g mencit 20g tikus 400g marmot

l5Kg kelinci

20Kg kucing

40Kg kera

120Kg anjing

70Kg manusia

20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879

200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560

400 g marmot

008 057 10 225 24 52 102 315

l5Kg kelinci

004 025 044 10 106 24 45 142

20Kg kucing

003 023 042 092 10 22 41 130

40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61

120Kg anjing

0008 006 010 0022 024 052 10 31

70Kg manusia

00026 0018 0031 007 0013 016 032 10

71

Lampiran 4

Foto Penelitian

Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)

72

Lampiran 5

Data Hasil Penelitian

Kelompok Kontrol

Pre test Post test Pre test Post Test

752 647 769 694

779 670 773 664

745 660 803 653

769 643 817 677

783 653

786 684

Kelompok Perlakuan

Pre Test Post test

412 391

436 412

442 425

425 401

453 436

466 442

432 405

456 432

470 453

476 463

Page 54: PEMBERIAN INJEKSI GLUTATION INTRAPERITONEAL

36

membedakan glutation rendah sebagai akibat secara akut (pada pasien sepsis) atau

secara kronis (HIV) meningkatkan stress oksidatif dan peningkatan patologi

sebagai akibat defisiensi yang sudah ada sebelumnya

Skizofrenia dan gangguan bipolar berhubungan dengan glutation yang

rendah Stress oksidatif mungkin salah satu faktor dasar patofisiologi gangguan

bipolar gangguan depresif mayor dan skizofrenia Glutation (GSH) adalah

pemakan radikal bebas mayor di otakTidak adanya GSH meningkatkan

kerentanan sel terhadap stress oksidatif ditandai asetilsistein dapat mengurangi

gejala kedua gangguan tersebut

Glutation merubah level stress oksidatif pada sel yang diisolasi di

laboratorium sehingga dapat mengurangi perkembangan kanker Tes ini tidak

dilakukan pada manusia

Glutamat yang berlebihan di sinaps yang dapat dilepaskan pada kondisi

seperti cedera otak dapat menghambat pengambilan sistein senyawa pembentuk

glutation yang pentingTanpa proteksi dari cedera oksidatif oleh glutation sel-sel

dapat rusak atau mati (Sellman 2009)

Glutation juga mempunyai fungsi lain sebagai berikut (Sellman 2009)

Mencerahkan kulit

Mencegah menghilangkan jerawat dan bekas jerawat

Menghilangkan noda hitam

Anti aging dan anti kerut

Memberi nutrisi kulit

Membantu pemulihan luka

37

Membuat kulit menjadi halus segar dan bersinar

Kondisi kesehatan yang berhubungan dengan defisiensi glutation

Peningkatan proses penuaan

Kesulitan dalam keseimbangan

Gangguan mental

Masalah koordinasi

Gangguan sistem saraf

Akhir-akhir ini dipercaya sebagai penyebab lesi otak

Kanker HIV Katarak Diabetes Mellitus

Jumlah sperma yang rendah

263 Glutation Precursor (Sellman 2009)

Glutation Precursor disebut juga sebagai building-block dari glutation

yaitu N-asetilsistein atau NAC dan whey protein tidak terdenaturasi

Nasetilsistein adalah obat farmasi yang biasa digunakan bertahun-tahun untuk

mengobati overdose asetaminofen Hal ini sangat efektif ketika diberikan dalam

dosis besar di ruang darurat ketika seseorang akan mengalami gagal hati karena

overdosis asetaminofen komposisi aktif dari Tylenol

Efek sampingnya adalah bercak-bercak kemerahan bersin mual

anafilaksis reaksi alergi yang berupa kesulitan bernafas karena bronkospasme

tekanan darah menurun angioedema muntah kram diare Walaupun jarang

kematian pernah dilaporkan karena N-asetilsistein Beberapa orang mendapatkan

rasa dan bau yang tidak dapat diterima karena kandungan sulfur di dalamnya

38

Pengggunaan teratur untuk menaikkan kadar glutation tidak direkomendasikan

untuk anak-anak dan bayi Masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk

menentukan keamanan N-asetilsistein untuk penggunaan jangka panjang

Whey protein tidak terdenaturasi merupakan nutraceutical atau medicinal

foodSenyawa ini memberikan ikatan sistein ke sel-sel di mana glutation dapat

terbentuk di tempat tersebut

Beberapa kondisi yang tidak dapat mengkonsumsi whey protein

- Pasien dengan alergi protein susu

- Pasien dengan diet rendah protein

- Pasien yang sedang menjalani terapi imunosupresif

Efek sampingnya adalah kembung perut kram urtikaria Efek samping

karena overdosis tidak terjadi karena sel hanya membuat sebatas yang dibutuhkan

apabila berlebih kelebihan disimpan di hati dan ginjal sampai suatu saat kalau

dibutuhkan

264 Sumber Glutation dari makanan

Sumber glutation dari makanan yang disarankan adalah asparagus bayam

brokoli bawang putih kale bawang watercress kol Brussel sprout beberapa

bumbu seperti kunyit kayu manis semangka alpukat anggur peach jeruk

walnut granola daging kalkun dan daging ayam keju cottage dan yoghurt

39

Tabel 21 Makanan yang mengandung Glutation (Cadenas2002)

GSH Food Group mg100 g mgsaji Buah segar Apel 33 46 Pisang 41 48 Anggur 79 146 Jeruk 73 106 Semangka 66 283 Sayuran segar Asparagus dimasak 283 263 Alpukat 277 313 Brokoli dimasak 91 78 Wortel mentah 79 59 Tomat 90 109 Daging Hamburger 175 149 Ham rebus 233 13 Ayam digoreng 131 134 Sereal biji-bijian Cornflakes 00 00 Roti whole wheat 12 06 Roti putih 00 00 Nasi putih enriched dimasak 16 21 Produk Susu Susu whole 00 00 Keju Amerika 00 00 Yoghurt plain lowfat 00 00 Es krim 10 lemak 00 00

40

BAB III

KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

31 Kerangka Berpikir

Faktor penyebab penuaan antara lain faktor internal dan faktoreksternal

Faktor internal meliputi radikal bebas glikosilasi metilasi hormon yang

berkurang apoptosis system kekebalan tubuh yang menurun genetik Faktor

eksternal meliputi gaya hidup tidak sehat polusi lingkungan stress kemiskinan

kebiasaan yang salah olahraga berlebihan (overtraining) Berbagai faktor di atas

menyebabkan terjadinya penurunan fungsi tubuh dan terjadilah penuaan

Kerangka konsep penelitian berdasarkan teori bahwa salah satu penyebab

penuaan adalah radikal bebas Bila jumlah radikal bebas melebihi jumlah

antioksidan di dalam tubuh terjadilah stress oksidatif Radikal bebas dapat

merusak membran sel protein DNA dan berakibat fatal bagi kelangsungan hidup

sel jaringan Stress oksidatif yang berlangsung lama akan mengakibatkan

terjadinya penumpukan hasil kerusakan oksidatif di dalam sel dan jaringan

selanjutnya sel dan jaringan tersebut akan kehilangan fungsinya dan akhirnya

mati

Olahraga berlebih meningkatkan stress oksidatif karena terdapat

peningkatan konsumsi O2 oleh aktivitas otot skeletal Oksigen juga dapat bersifat

toksik yang dapat memicu peningkatan Reactive Oxygen Species (ROS)Organ

yang tidak mendapat cukup oksigen dan nutrisi menjadi iskemik dan terjadi

kerusakan mikrovaskular (Reperfusion Injury) memicu peningkatan radikal

40

41

bebas Dengan pemberian antioksidan Glutation yang merupakan antioksidan

master diharapkan dapat mencegah kerusakan lebih lanjut yang diakibatkan oleh

radikal bebas dengan cara melindungi sel dari Reactive Oxygen Species (ROS)

dan dapat dilihat melalui parameter MDA yang mengalami penurunan

32 Konsep Penelitian

Konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Gambar 31 Konsep Kadar MDA pada tikus yang diberikan Pelatihan Fisik Berlebih+ Placebo dan Pelatihan Fisik Berlebih + Glutation

FAKTOR INTERNAL

- Jenis Kelamin

- Usia

- Genetik

- Hormon

- Psikologis

FAKTOR EKSTERNAL

- Makanan

- Cuaca iklim

- Penyakit

- Exercise

GLUTATION

TIKUS

KADAR MDA

42

33 Hipotesis

Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan kadar MDA

tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

43

BAB IV

METODE PENELITIAN

41 Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksterimental dengan rancangan

randomized pre test-post test control group design (Poccock et al 2008)

Subyek terdiri dari 2 kelompok yaitu

1 Kelompok 1 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+ Placebo

2 Kelompok 2 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation

Semua kelompok sebelum perlakuan diberikan pre test (O1 O3) dan

dihitung rerata untuk masing-masing kelompok

Setelah perlakuan semua kelompok diberikan post test (O2 O4) dan

dihitung rerata untuk masing-masing kelompok

Kemudian dihitung perbedaan rerata antara pre test dan post test dari

masing-masing kelompok lalu hasil perbedaan tersebut dibandingkan secara

statistik

Gambar 41 Rancangan Penelitian

P S

43

R R

O1 P1 O2

O3 P2 O4

44

Keterangan

P = populasi

S = sampel

R = random

O1 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah mendapatkan

pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan placebo (pre test)

O2 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah diberikan pelatihan

fisik berlebih setelah diberikan placebo (post test)

O3 = observasi data MDA kelompok perlakuan setelah diberikan

pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan Glutation (pre test)

O4 = observasi data MDA kelompok perlakuan diberikan pelatihan fisik

berlebih setelah diberikan Glutation (post test)

P1 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih+ placebo

P2 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation

42 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran

Universitas Udayana pada bulan Januari ndash Maret 2012 Pemeriksaan MDA darah

tikus dikerjakan di bagian Program Antar Unit Universitas Gajah Mada

Jogyakarta

45

43 Populasi dan Sampel

431 Populasi

Subyek penelitian adalah tikus jantan dewasa galur Wistar yang berusia 2-

25 bulan dan dalam kondisi fisik sehat

432 Kriteria Sampel

4321 Kriteria Inklusi

Kriteria Inklusi yang ditetapkan sebagai sampel adalah sebagai berikut

a Tikus jantan dewasa galur Wistar

b Umur 2-25 bulan

c Berat badan plusmn200 gram

d Sehat

e MDA ge 5mmollt

4322 Kriteria Drop Out

Adalah sampel yang mati pada waktu penelitian

433 Besar Sampel

Besar sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini dihitung berdasarkan

rumus Poccock (2008)

Angka μ1 (5) dan μ2 (12) didapatkan dari penelitian sebelumnya (Ji 1998)

n=

46

= asymp 7

Keterangan

n = jumlah sampel

σ = standar deviasi kelompok perlakuan dengan pemberian

glutation (15)

f ( ) = besarnya didapat dari tabel (Poccock 2008)

μ1 = rerata hasil MDA pada kelompok perlakuan sesudah

pemberian glutatioacuten (5)

μ2 = rerata hasil MDA pada kelompok pre test (12)

Jadi jumlah sampel (n) = 675 dan ditambah 3 ekor tikus untuk masing-

masing kelompok sebagai cadangan Jadi total 20 ekor tikus dengan 10

ekor tikus untuk masing-masing kelompok

434 Teknik Pengambilan Sampel

Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat

sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi diambil secara acak

sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi

2 kelompok yaitu kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+placebo kelompok

dengan pelatihan fisik berlebih + glutation

47

44 Variabel Penelitian

441 Klasifikasi Variabel

Variabel penelitian dibedakan menjadi

1 Variabel Bebas dosis pemberian glutation

2 Variabel Tergantung kadar MDA

3 Variabel Terkendali varian tikus jantan (galur wistar) jenis

kelamin umur berat badan lingkungan

(pencahayaan suhu kelembaban nutrisi

kandang)

Gambar 42 Bagan Hubungan Antar Variabel

VARIABEL BEBAS

- Pelatihan fisik berlebih

- Glutation 37mg kgBBhari

VARIABEL TERGANTUNG

KADAR MDA

VARIABEL TERKENDALI

Varian tikus

Jenis kelamin umur berat badan

Pencahayaan suhu kelembaban nutrisi kandang

Makanan minuman

48

442 Definisi Operasional Variabel

1 Pelatihan fisik berlebih pada tikus adalah pelatihan yang berlebihan

yang diukur berdasarkan kemampuan maksimal berenang tikus pada

ember berdiameter 35 cm dengan kedalaman air 20 cm yang

dilakukan 60 menithari selama 35 hari pada waktu yang sama pada

suhu 32 derajat (Binekada 2002 dan Pepe2011)

2 Glutation yang diberikan adalah Glutation Teofarma injeksi sediaan

600mg 4 ml Dosis pemberian Glutation adalah pemberian sediaan

antioksidan Glutation dalam bentuk suntikan intraperitoneal yang

diberikan 1x sehari dan diberikan 6 jam sebelum pelatihan fisik

berlebih Dosis pemberian Glutation mengacu pada penelitian yang

dilakukan sebelumnya oleh Ji L L yaitu 37mgkgBBhari yang

dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril secara intraperitonial

3 MDA merupakan salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada

membran sel dan merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan

oleh radikal bebas Pengukuran kadar MDA menggunakan metode

Thiobarbituraic Acid Reactive Substances (TBARS) Pembacaan hasil

dengan menggunakan spektrofotometer Satuan MDA dalam mmoll

4 Cahaya suhu dan kelembaban merupakan kondisi lingkungan yang

dialami tikus jantan dewasa Pada penelitian ini kondisi lingkungan

selama percobaan dibuat sama

5 Berat badan tikus adalah berat badan yang ditimbang dengan

timbangan gram

49

6 Umur tikus adalah umur yang ditentukan dengan melihat tanggal

kelahiran yang dicatat pada kandang percobaan

7 Kondisi peneliti yang meliputi kesehatan fisik dan psikis peneliti

Penelitian dilaksanakan saat kondisi peneliti dalam keadaan baik

sehingga pengaruhnya terhadap hasil penelitian dapat diabaikan

45 Bahan dan Alat Penelitian

451 Bahan Penelitian

Glutation injeksi

Tikus jantan

Makanan tikus berupa pellet dan air minum dari air ledeng

Aquades steril

EDTA (Ethylenediamine tetraacetic acid)

Reagensia untuk pengukuran kadar MDA

452 Alat Penelitian

Alat yang dipakai dalam pengambilan data penelitian ini adalah

- Kandang tikus terbuat dari besi yang di dalamnya terdapat sekam dan

botol minuman

- Ember berdiameter 35 cm dan kedalaman air 20 cm

- Stopwatch

- Timbangan

- Spuit injeksi 1 ml

50

- Sarung tangan

- Kapas dan alkohol 70

- Tabung Evendorf

- Mikropipet

- Pipet kapiler

- Sentrifugasi

46 Prosedur Penelitian

1 Tikus jantan dewasa (Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan

berat badan plusmn200gram dilakukan aklimatisasi selama 2 minggu di

tempat penelitian untuk penyesuaian dengan lingkungan

2 Semua sampel tikus diberi perlakuan yang sama yaitu diberikan

pelatihan fisik berlebih dengan cara berenang sampai kelelahan pada

hari ke 7 kedua kelompok tersebut dilakukan pemeriksaan MDA

3 Mulai hari ke 8 ndash 35 sampel tikus yang berjumlah 20 ekor dibagi atas 2

kelompok di mana kelompok 1(kontrol) diberikan pelatihan fisik

berlebih + injeksi aquabidest intraperitoneal enam jam sebelum

perlakuan aktifitas berlebih kelompok ke 2 (perlakuan) diberikan

pelatihan fisik berlebih + injeksi intraperitoneal glutation 37

mgkgBBhari yang sudah dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril

4 Pada hari ke 35 dilakukan pemeriksaan kadar MDA pada masing-

masing tikus setelah bulu tikus kering

51

5 Selama penelitian hewan coba diberikan makanan dan minuman secara

teratur kebersihan dan kenyamanan kandang dijaga

461 Alur Penelitian

TIKUS ADAPTASI 2 MINGGU

PELATIHAN FISIK BERLEBIH 1 MINGGU

MDA

KELOMPOK 1 KELOMPOK 2

PELATIHAN FISIK BERLEBIH PELATIHAN FISIK BERLEBIH

+ AQUABIDEST (28 hari) +GLUTATION 37mgkgBBhari

28 HARI 28 HARI

MDA

Gambar 43 Bagan Alur Penelitian

462 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium

Pemantauan keselamatan tikus jantan (galur Wistar) di laboratorium

(Smith et al1988 Ngatidjan 2006) adalah sebagai berikut

1 Kandang tikus jantan harus cukup kuat tidak mudah rusak teratur dibersihkan

(1x seminggu) mudah dipasang kembali hewan tidak mudah lepas tahan

52

gigitan hewan kelihatan jelas dari luar Alas tempat tidur terbuat dari serbuk

gergaji atau sekam padi agar mudah menyerap air

2 Luas lantai yang memadai untuk tikus jantan dengan berat badan plusmn200 gram

adalah 60cm persegi dan tinggi 20 cm

3 Diciptakan suasana lingkungan yang stabil dan sesuai keperluan fisiologi tikus

jantan di mana kelembaban suhu pertukaran udara yang ekstrim harus

dihindari

4 Hewan coba hendaknya diperlakukan dengan kasih sayang

47 Pengolahan dan Analisis Data

Analisis data yang digunakan adalah

1 Analisis Deskriptif

2 Uji normalitas data dilakukan dengan tes Shapiro-Wilk Distribusi data

normal dengan nilai pgt005

3 Uji homogenitas dilakukan dengan Lavenersquos Test Data dinyatakan

homogen dengan nilai pgt005

4 Karena data berdistribusi normal dan homogen maka untuk uji

komparabilitas dipakai

- Uji t independent untuk membandingkan rerata kadar MDA antar

kelompok

- Uji Paired T- Test untuk membandingkan rerata kadar MDA pre

dan post masing-masing kelompok

- Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau

dinyatakan berbeda bila plt005

53

BAB V

HASIL PENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 20 ekor tikus jantan dewasa

(Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan berat badan plusmn200 gram sebagai

sampelyang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah 10 ekor

yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dankelompok

perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) Dalam penyajian hasil ini diuraikan

uji normalitas data uji homogenitas data uji komparabilitas dan uji efek

perlakuan

51 Uji Normalitas Data

Data Kadar MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan

pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji

Shapiro-Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005)

disajikan pada Tabel 51

53

54

Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing Kelompok Sebelum

dan Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Perlakuan n p Keterangan

Kadar MDA kontrol pre

Kadar MDA perlakuan pre

Kadar MDA kontrol post

Kadar MDA perlakuan post

10

10

10

10

0965

0550

0975

0697

Normal

Normal

Normal

Normal

52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok

Data Kadar MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun

sesudah perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test

Hasilnya menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52

Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA Sebelum dan

Sesudah Perlakuan

Variabel F p Keterangan

Kadar MDA pre

Kadar MDA post

0016

0592

0901

0452

Homogen

Homogen

53 Kadar MDA

531 Uji komparabilitas

Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata kadar MDA

antar kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan

55

glutation Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada

Tabel 53 berikut

Tabel 53

Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata

Kadar MDA

SB T P

Aktivitas berlebih dan

placebo

Aktivitas berlebihdan

glutathion

10

10

518

529

028

029

089 0386

Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok

kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 518028mmoll dan rerata

kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 529029mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 089 dan nilai

p = 0386 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan

berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya tidak berbeda secara

bermakna (p gt 005)

532 Analisis efek perlakuan

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kadar MDA antar

kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation

56

Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54

berikut

Tabel 54 Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata

Kadar MDA

SB T P

Aktivitas berlebih dan

placebo

Aktivitas berlebihdan

glutathion

10

10

778

444

023

017

3672 0001

Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok

kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata

kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 444017mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 3672 dan nilai

p = 0001 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan

berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya berbeda secara

bermakna (p lt 005)

57

Gambar 51 Perbedaan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

533 Analisis Komparasi Sebelum dengan Sesudah Perlakuan

Analisis komparasi diuji berdasarkan rerata kadar MDA antara sebelum

dengan sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation Hasil

analisis kemaknaan dengan uji t-paired disajikan pada Tabel 55 berikut

Tabel 55 Analisis KomparasiKadar MDA antara Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Kelompok Beda Rerata

pre ndash post p Keterangan

Aktivitas berlebih dan placebo

Aktivitas berlebih dan

glutathion

260

085

0001

0001

Meningkat

Menurun

58

Berdasarkan uji t-paired didapatkan bahwa ada penurunan kadar MDA

pada kelompok perlakuan secara bermakna sebesar 085mmoll sedangkan pada

kelompok kontrol mengalami peningkatan secara bermakna sebesar 260mmoll

59

BAB VI

PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian

Untuk menguji efek pemberian glutation terhadap penurunan kadar MDA

maka dilakukan penelitian terhadap 20 ekor tikus jantan dewasa (Galur Wistar)

sebagai sampel yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah

10 ekor yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dan

kelompok perlakuan (pelatihan fisik berlebih dan glutation)

62 Efek Pelatihan Fisik Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA

Hasil penelitian dan analisis data terhadap kadar MDA darah pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji

normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan homogenitas (Levenersquos test) pre-test dan post-

test masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)

Uji perbandingan 1 minggu pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan

injeksi antara kedua kelompok menggunakan uji t-independent Rerata kadar

MDA kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) adalah

518028mmoll dan rerata kelompok pelatihan fisik berlebih dan glutation

adalah 529029mmoll Analisis kemaknaan dengan uji t-independent

menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna kadar MDA darah antara

kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa

kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan injeksi rerata kadar MDAnya tidak

59

60

berbeda secara bermakna

Uji perbandingan setelah pemberian placebo dan glutation antara kedua

kelompok menggunakan t-independent Rerata kadar MDA kelompok kontrol

(aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata kelompok

perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) adalah 444017mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent antara kedua kelompok sesudah diberikan

placebo dan glutation menunjukkan perbedaan kadar MDA secara bermakna

(plt005) Hal ini berarti bahwa kelompok yang diberikan perlakuan berupa

placebo dan glutation 6 jam sebelum diberikan pelatihan fisik berlebih dengan

cara merenangkan selama 60 menit hari selama 35 hari rerata kadar MDA

berbeda secara bermakna Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh

untuk melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam

organ dan pembuluh darah (Giriwijoyo 2004)

Peningkatan kadar MDA sesudah diberikan pelatihan fisik berlebih pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan disebabkan karena pelatihan fisik

berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena terjadi peningkatan konsumsi

oksigen oleh aktifitas otot skeletal Stress oksidatif memicu peningkatan senyawa

oksigen reaktif Pada pelatihan fisik berlebih juga terjadi Reperfusion Injury yang

memicu terjadinya kerusakan jaringan dan peningkatan radikal bebas (Adiputra

2008) Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara menarik elektronnya

sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan sampai kematian sel

(Suryohudoyo 2000)

Pada penelitian ini didapatkan bahwa sesudah diberikan pelatihan fisik

61

berlebih dan placebo terjadi peningkatan kadar MDA sebesar 5024 Kadar

MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel (Winarsi

2007) Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pepe

(2011) bahwa pelatihan fisik berlebih meningkatkan kadar MDA Lebih lanjut

Murray et al (2000) juga menyatakan bahwa pelatihan fisik berlebih merangsang

respon biomarker stres oksidatif Sedangkan pada kelompok perlakuan yang

diberikan aktifitas berlebih dan glutation terjadi penurunan kadar MDA sebesar

1607 Terjadinya penurunan kadar MDA pada kelompok yang diberikan

glutation 6 jam sebelum melakukan pelatihan fisik berlebih disebabkan karena

pemberian antioksidan meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan

cara mendonorkan elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa

oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsi 2007) Glutation merupakan antioksidan

endogen yaitu antioksidan yang dapat disintesa dalam tubuh dari asam amino L-

sistein L-glutamat dan glisin (Cadenas 2002) yang juga sebagai master

antioksidan yaitu antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain

Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan

Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik (Hersh 2004) Glutation

merupakan salah satu antioksidan yang tidak dapat menjadi pro oksidan (Cadenas

2002) Normalnya sekali suatu antioksidan memakan radikal bebas antioksidan

ini menjadi teroksidasi sendiri dan menyerang sel yang sehat yang disebut

sebagai pro oksidan Glutation dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang

teroksidasi tersebut menjadi bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali

dalam memakan radikal bebas (Sellman 2009) Sehingga dengan demikian

62

glutation dapat membantu dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Urso

(2003) bahwa suplementasi antioksidan dapat mengatasi kondisi stress oksidatif

yang terjadi pelatihan fisik berlebih

Uji perbandingan antara data MDA pre dan post masing-masing kelompok

digunakan uji t-paired test Berdasarkan uji ini didapatkan hasil pada kelompok

perlakuan terjadi penurunan kadar MDA secara bermakna sebesar 085 mmollt

sedangkan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan kadar MDA secara

bermakna sebesar 260mmollt Terjadi penurunan kadar MDA pada kelompok

perlakuan menunjukkan pemberian antioksidan Glutation intraperitoneal dosis

37mgkgBBhari dapat mengatasi kondisi stress oksidatif yang terjadi pada

pelatihan fisik berlebih Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh

Urso (2003)

63

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

71 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan sebagai

berikut Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA

tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

72 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah

1 Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja glutation

yang lebih detail

2 Memperhatikan takaran latihan supaya tidak berlebihan yang justru akan

meningkatkan kerusakan sel

3 Perlu dilakukan uji klinis pada manusia

63

64

DAFTAR PUSTAKA

Adiputra N 2008Kesehatan Olah Raga Available from httpwwwbalihesgorgindexphpoption=com Accessed 2011 Oct 5th

Anonim 2011 Glutathione Available at

httpenwikipediaorgwikiGlutathione Accessed 2011 Oct 5th Anonim 2011 Overtraining Available at

httpwwwmarksdailyapplecomovertraining Accessed 2011 Oct5th

Asikin N 2001Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan InKursus Penyegaran dan Pelatihan Radikal bebas dan Antioksidan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta Fakultas Kedokteran UI

Bagiada NA 2001 Proses Penuaan dan Penanggulangannya Denpasar

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hal 22 Banerjee AK Mandal A Chanda D Chahraboti S 2003 Oxidant

Antioxidant and Physical ExerciseAvailable from httpwwwncbinlmnihgovpubmed14619981 accesed 2011 Sept 2nd

Binekada MC 2002 ldquoPelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Konsentrasi dan

Motilitas Spermatozoa Mencitrdquo(tesis) Denpasar Universitas Udayana

Cadenas E Jones PD 2002Bioavailability of Glutathione In Cadenas E

Packer L editorsHandbook of Antioxidants2nd Ed New York Marcel DekkerInc p549-564

Catala A 2006Lipid PeroxidationInt J Biochem Cell Biol 38 1482-1495 Dalle-DonneI Rossi R ColomboR Giustarini D Milzani

A2006Biomarkers of Oxidative Damage in Human Disease Available from httpwwwredorbitcomnewsscience473334biomarkersof oxidative damage in human diseaseindexhtmlaccessed2011 Sept 5th

Fouad T 2007 Free radicals Types Sources and Damaging Reaction

Relations Available from

64

65

wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th

Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th

Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112

Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors

ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their

Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69

Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan

Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th

Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz

R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155

Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester

Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th

Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala

T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200

Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and

Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders

66

Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana

LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia

Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647

Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from

httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit

Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK

Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620

Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji

Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah

Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009

Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan

Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132

Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde

Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521

Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley

Medical Publicationsp 123-141

Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI

Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable

from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer

67

Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole

Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam

Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI

Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam

Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya

Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan

Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47

Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant

Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th

Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan

Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105

68

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965

Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975

Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753

Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

69

Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan

Group Statistics

Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887

Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215

Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260

Perlakuan 10 42500 23348 07383

Independent Samples Test

Levenes Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df

Sig (2-

tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence Interval of the

Difference Lower Upper

Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428

Equal variances not assumed

-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429

Post1

Equal variances assumed 592 452 367

22 18 000 333700 09087 314608 352792

Equal variances not assumed

36722 16855 000 333700 09087 314515 352885

Post2

Equal variances assumed 906 354 264

19 18 000 239500 09066 220454 258546

Equal variances not assumed

26419 16265 000 239500 09066 220307 258693

70

Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis

(Laurence amp Bacharach 1964)

2g mencit 20g tikus 400g marmot

l5Kg kelinci

20Kg kucing

40Kg kera

120Kg anjing

70Kg manusia

20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879

200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560

400 g marmot

008 057 10 225 24 52 102 315

l5Kg kelinci

004 025 044 10 106 24 45 142

20Kg kucing

003 023 042 092 10 22 41 130

40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61

120Kg anjing

0008 006 010 0022 024 052 10 31

70Kg manusia

00026 0018 0031 007 0013 016 032 10

71

Lampiran 4

Foto Penelitian

Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)

72

Lampiran 5

Data Hasil Penelitian

Kelompok Kontrol

Pre test Post test Pre test Post Test

752 647 769 694

779 670 773 664

745 660 803 653

769 643 817 677

783 653

786 684

Kelompok Perlakuan

Pre Test Post test

412 391

436 412

442 425

425 401

453 436

466 442

432 405

456 432

470 453

476 463

Page 55: PEMBERIAN INJEKSI GLUTATION INTRAPERITONEAL

37

Membuat kulit menjadi halus segar dan bersinar

Kondisi kesehatan yang berhubungan dengan defisiensi glutation

Peningkatan proses penuaan

Kesulitan dalam keseimbangan

Gangguan mental

Masalah koordinasi

Gangguan sistem saraf

Akhir-akhir ini dipercaya sebagai penyebab lesi otak

Kanker HIV Katarak Diabetes Mellitus

Jumlah sperma yang rendah

263 Glutation Precursor (Sellman 2009)

Glutation Precursor disebut juga sebagai building-block dari glutation

yaitu N-asetilsistein atau NAC dan whey protein tidak terdenaturasi

Nasetilsistein adalah obat farmasi yang biasa digunakan bertahun-tahun untuk

mengobati overdose asetaminofen Hal ini sangat efektif ketika diberikan dalam

dosis besar di ruang darurat ketika seseorang akan mengalami gagal hati karena

overdosis asetaminofen komposisi aktif dari Tylenol

Efek sampingnya adalah bercak-bercak kemerahan bersin mual

anafilaksis reaksi alergi yang berupa kesulitan bernafas karena bronkospasme

tekanan darah menurun angioedema muntah kram diare Walaupun jarang

kematian pernah dilaporkan karena N-asetilsistein Beberapa orang mendapatkan

rasa dan bau yang tidak dapat diterima karena kandungan sulfur di dalamnya

38

Pengggunaan teratur untuk menaikkan kadar glutation tidak direkomendasikan

untuk anak-anak dan bayi Masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk

menentukan keamanan N-asetilsistein untuk penggunaan jangka panjang

Whey protein tidak terdenaturasi merupakan nutraceutical atau medicinal

foodSenyawa ini memberikan ikatan sistein ke sel-sel di mana glutation dapat

terbentuk di tempat tersebut

Beberapa kondisi yang tidak dapat mengkonsumsi whey protein

- Pasien dengan alergi protein susu

- Pasien dengan diet rendah protein

- Pasien yang sedang menjalani terapi imunosupresif

Efek sampingnya adalah kembung perut kram urtikaria Efek samping

karena overdosis tidak terjadi karena sel hanya membuat sebatas yang dibutuhkan

apabila berlebih kelebihan disimpan di hati dan ginjal sampai suatu saat kalau

dibutuhkan

264 Sumber Glutation dari makanan

Sumber glutation dari makanan yang disarankan adalah asparagus bayam

brokoli bawang putih kale bawang watercress kol Brussel sprout beberapa

bumbu seperti kunyit kayu manis semangka alpukat anggur peach jeruk

walnut granola daging kalkun dan daging ayam keju cottage dan yoghurt

39

Tabel 21 Makanan yang mengandung Glutation (Cadenas2002)

GSH Food Group mg100 g mgsaji Buah segar Apel 33 46 Pisang 41 48 Anggur 79 146 Jeruk 73 106 Semangka 66 283 Sayuran segar Asparagus dimasak 283 263 Alpukat 277 313 Brokoli dimasak 91 78 Wortel mentah 79 59 Tomat 90 109 Daging Hamburger 175 149 Ham rebus 233 13 Ayam digoreng 131 134 Sereal biji-bijian Cornflakes 00 00 Roti whole wheat 12 06 Roti putih 00 00 Nasi putih enriched dimasak 16 21 Produk Susu Susu whole 00 00 Keju Amerika 00 00 Yoghurt plain lowfat 00 00 Es krim 10 lemak 00 00

40

BAB III

KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

31 Kerangka Berpikir

Faktor penyebab penuaan antara lain faktor internal dan faktoreksternal

Faktor internal meliputi radikal bebas glikosilasi metilasi hormon yang

berkurang apoptosis system kekebalan tubuh yang menurun genetik Faktor

eksternal meliputi gaya hidup tidak sehat polusi lingkungan stress kemiskinan

kebiasaan yang salah olahraga berlebihan (overtraining) Berbagai faktor di atas

menyebabkan terjadinya penurunan fungsi tubuh dan terjadilah penuaan

Kerangka konsep penelitian berdasarkan teori bahwa salah satu penyebab

penuaan adalah radikal bebas Bila jumlah radikal bebas melebihi jumlah

antioksidan di dalam tubuh terjadilah stress oksidatif Radikal bebas dapat

merusak membran sel protein DNA dan berakibat fatal bagi kelangsungan hidup

sel jaringan Stress oksidatif yang berlangsung lama akan mengakibatkan

terjadinya penumpukan hasil kerusakan oksidatif di dalam sel dan jaringan

selanjutnya sel dan jaringan tersebut akan kehilangan fungsinya dan akhirnya

mati

Olahraga berlebih meningkatkan stress oksidatif karena terdapat

peningkatan konsumsi O2 oleh aktivitas otot skeletal Oksigen juga dapat bersifat

toksik yang dapat memicu peningkatan Reactive Oxygen Species (ROS)Organ

yang tidak mendapat cukup oksigen dan nutrisi menjadi iskemik dan terjadi

kerusakan mikrovaskular (Reperfusion Injury) memicu peningkatan radikal

40

41

bebas Dengan pemberian antioksidan Glutation yang merupakan antioksidan

master diharapkan dapat mencegah kerusakan lebih lanjut yang diakibatkan oleh

radikal bebas dengan cara melindungi sel dari Reactive Oxygen Species (ROS)

dan dapat dilihat melalui parameter MDA yang mengalami penurunan

32 Konsep Penelitian

Konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Gambar 31 Konsep Kadar MDA pada tikus yang diberikan Pelatihan Fisik Berlebih+ Placebo dan Pelatihan Fisik Berlebih + Glutation

FAKTOR INTERNAL

- Jenis Kelamin

- Usia

- Genetik

- Hormon

- Psikologis

FAKTOR EKSTERNAL

- Makanan

- Cuaca iklim

- Penyakit

- Exercise

GLUTATION

TIKUS

KADAR MDA

42

33 Hipotesis

Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan kadar MDA

tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

43

BAB IV

METODE PENELITIAN

41 Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksterimental dengan rancangan

randomized pre test-post test control group design (Poccock et al 2008)

Subyek terdiri dari 2 kelompok yaitu

1 Kelompok 1 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+ Placebo

2 Kelompok 2 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation

Semua kelompok sebelum perlakuan diberikan pre test (O1 O3) dan

dihitung rerata untuk masing-masing kelompok

Setelah perlakuan semua kelompok diberikan post test (O2 O4) dan

dihitung rerata untuk masing-masing kelompok

Kemudian dihitung perbedaan rerata antara pre test dan post test dari

masing-masing kelompok lalu hasil perbedaan tersebut dibandingkan secara

statistik

Gambar 41 Rancangan Penelitian

P S

43

R R

O1 P1 O2

O3 P2 O4

44

Keterangan

P = populasi

S = sampel

R = random

O1 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah mendapatkan

pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan placebo (pre test)

O2 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah diberikan pelatihan

fisik berlebih setelah diberikan placebo (post test)

O3 = observasi data MDA kelompok perlakuan setelah diberikan

pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan Glutation (pre test)

O4 = observasi data MDA kelompok perlakuan diberikan pelatihan fisik

berlebih setelah diberikan Glutation (post test)

P1 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih+ placebo

P2 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation

42 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran

Universitas Udayana pada bulan Januari ndash Maret 2012 Pemeriksaan MDA darah

tikus dikerjakan di bagian Program Antar Unit Universitas Gajah Mada

Jogyakarta

45

43 Populasi dan Sampel

431 Populasi

Subyek penelitian adalah tikus jantan dewasa galur Wistar yang berusia 2-

25 bulan dan dalam kondisi fisik sehat

432 Kriteria Sampel

4321 Kriteria Inklusi

Kriteria Inklusi yang ditetapkan sebagai sampel adalah sebagai berikut

a Tikus jantan dewasa galur Wistar

b Umur 2-25 bulan

c Berat badan plusmn200 gram

d Sehat

e MDA ge 5mmollt

4322 Kriteria Drop Out

Adalah sampel yang mati pada waktu penelitian

433 Besar Sampel

Besar sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini dihitung berdasarkan

rumus Poccock (2008)

Angka μ1 (5) dan μ2 (12) didapatkan dari penelitian sebelumnya (Ji 1998)

n=

46

= asymp 7

Keterangan

n = jumlah sampel

σ = standar deviasi kelompok perlakuan dengan pemberian

glutation (15)

f ( ) = besarnya didapat dari tabel (Poccock 2008)

μ1 = rerata hasil MDA pada kelompok perlakuan sesudah

pemberian glutatioacuten (5)

μ2 = rerata hasil MDA pada kelompok pre test (12)

Jadi jumlah sampel (n) = 675 dan ditambah 3 ekor tikus untuk masing-

masing kelompok sebagai cadangan Jadi total 20 ekor tikus dengan 10

ekor tikus untuk masing-masing kelompok

434 Teknik Pengambilan Sampel

Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat

sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi diambil secara acak

sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi

2 kelompok yaitu kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+placebo kelompok

dengan pelatihan fisik berlebih + glutation

47

44 Variabel Penelitian

441 Klasifikasi Variabel

Variabel penelitian dibedakan menjadi

1 Variabel Bebas dosis pemberian glutation

2 Variabel Tergantung kadar MDA

3 Variabel Terkendali varian tikus jantan (galur wistar) jenis

kelamin umur berat badan lingkungan

(pencahayaan suhu kelembaban nutrisi

kandang)

Gambar 42 Bagan Hubungan Antar Variabel

VARIABEL BEBAS

- Pelatihan fisik berlebih

- Glutation 37mg kgBBhari

VARIABEL TERGANTUNG

KADAR MDA

VARIABEL TERKENDALI

Varian tikus

Jenis kelamin umur berat badan

Pencahayaan suhu kelembaban nutrisi kandang

Makanan minuman

48

442 Definisi Operasional Variabel

1 Pelatihan fisik berlebih pada tikus adalah pelatihan yang berlebihan

yang diukur berdasarkan kemampuan maksimal berenang tikus pada

ember berdiameter 35 cm dengan kedalaman air 20 cm yang

dilakukan 60 menithari selama 35 hari pada waktu yang sama pada

suhu 32 derajat (Binekada 2002 dan Pepe2011)

2 Glutation yang diberikan adalah Glutation Teofarma injeksi sediaan

600mg 4 ml Dosis pemberian Glutation adalah pemberian sediaan

antioksidan Glutation dalam bentuk suntikan intraperitoneal yang

diberikan 1x sehari dan diberikan 6 jam sebelum pelatihan fisik

berlebih Dosis pemberian Glutation mengacu pada penelitian yang

dilakukan sebelumnya oleh Ji L L yaitu 37mgkgBBhari yang

dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril secara intraperitonial

3 MDA merupakan salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada

membran sel dan merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan

oleh radikal bebas Pengukuran kadar MDA menggunakan metode

Thiobarbituraic Acid Reactive Substances (TBARS) Pembacaan hasil

dengan menggunakan spektrofotometer Satuan MDA dalam mmoll

4 Cahaya suhu dan kelembaban merupakan kondisi lingkungan yang

dialami tikus jantan dewasa Pada penelitian ini kondisi lingkungan

selama percobaan dibuat sama

5 Berat badan tikus adalah berat badan yang ditimbang dengan

timbangan gram

49

6 Umur tikus adalah umur yang ditentukan dengan melihat tanggal

kelahiran yang dicatat pada kandang percobaan

7 Kondisi peneliti yang meliputi kesehatan fisik dan psikis peneliti

Penelitian dilaksanakan saat kondisi peneliti dalam keadaan baik

sehingga pengaruhnya terhadap hasil penelitian dapat diabaikan

45 Bahan dan Alat Penelitian

451 Bahan Penelitian

Glutation injeksi

Tikus jantan

Makanan tikus berupa pellet dan air minum dari air ledeng

Aquades steril

EDTA (Ethylenediamine tetraacetic acid)

Reagensia untuk pengukuran kadar MDA

452 Alat Penelitian

Alat yang dipakai dalam pengambilan data penelitian ini adalah

- Kandang tikus terbuat dari besi yang di dalamnya terdapat sekam dan

botol minuman

- Ember berdiameter 35 cm dan kedalaman air 20 cm

- Stopwatch

- Timbangan

- Spuit injeksi 1 ml

50

- Sarung tangan

- Kapas dan alkohol 70

- Tabung Evendorf

- Mikropipet

- Pipet kapiler

- Sentrifugasi

46 Prosedur Penelitian

1 Tikus jantan dewasa (Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan

berat badan plusmn200gram dilakukan aklimatisasi selama 2 minggu di

tempat penelitian untuk penyesuaian dengan lingkungan

2 Semua sampel tikus diberi perlakuan yang sama yaitu diberikan

pelatihan fisik berlebih dengan cara berenang sampai kelelahan pada

hari ke 7 kedua kelompok tersebut dilakukan pemeriksaan MDA

3 Mulai hari ke 8 ndash 35 sampel tikus yang berjumlah 20 ekor dibagi atas 2

kelompok di mana kelompok 1(kontrol) diberikan pelatihan fisik

berlebih + injeksi aquabidest intraperitoneal enam jam sebelum

perlakuan aktifitas berlebih kelompok ke 2 (perlakuan) diberikan

pelatihan fisik berlebih + injeksi intraperitoneal glutation 37

mgkgBBhari yang sudah dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril

4 Pada hari ke 35 dilakukan pemeriksaan kadar MDA pada masing-

masing tikus setelah bulu tikus kering

51

5 Selama penelitian hewan coba diberikan makanan dan minuman secara

teratur kebersihan dan kenyamanan kandang dijaga

461 Alur Penelitian

TIKUS ADAPTASI 2 MINGGU

PELATIHAN FISIK BERLEBIH 1 MINGGU

MDA

KELOMPOK 1 KELOMPOK 2

PELATIHAN FISIK BERLEBIH PELATIHAN FISIK BERLEBIH

+ AQUABIDEST (28 hari) +GLUTATION 37mgkgBBhari

28 HARI 28 HARI

MDA

Gambar 43 Bagan Alur Penelitian

462 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium

Pemantauan keselamatan tikus jantan (galur Wistar) di laboratorium

(Smith et al1988 Ngatidjan 2006) adalah sebagai berikut

1 Kandang tikus jantan harus cukup kuat tidak mudah rusak teratur dibersihkan

(1x seminggu) mudah dipasang kembali hewan tidak mudah lepas tahan

52

gigitan hewan kelihatan jelas dari luar Alas tempat tidur terbuat dari serbuk

gergaji atau sekam padi agar mudah menyerap air

2 Luas lantai yang memadai untuk tikus jantan dengan berat badan plusmn200 gram

adalah 60cm persegi dan tinggi 20 cm

3 Diciptakan suasana lingkungan yang stabil dan sesuai keperluan fisiologi tikus

jantan di mana kelembaban suhu pertukaran udara yang ekstrim harus

dihindari

4 Hewan coba hendaknya diperlakukan dengan kasih sayang

47 Pengolahan dan Analisis Data

Analisis data yang digunakan adalah

1 Analisis Deskriptif

2 Uji normalitas data dilakukan dengan tes Shapiro-Wilk Distribusi data

normal dengan nilai pgt005

3 Uji homogenitas dilakukan dengan Lavenersquos Test Data dinyatakan

homogen dengan nilai pgt005

4 Karena data berdistribusi normal dan homogen maka untuk uji

komparabilitas dipakai

- Uji t independent untuk membandingkan rerata kadar MDA antar

kelompok

- Uji Paired T- Test untuk membandingkan rerata kadar MDA pre

dan post masing-masing kelompok

- Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau

dinyatakan berbeda bila plt005

53

BAB V

HASIL PENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 20 ekor tikus jantan dewasa

(Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan berat badan plusmn200 gram sebagai

sampelyang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah 10 ekor

yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dankelompok

perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) Dalam penyajian hasil ini diuraikan

uji normalitas data uji homogenitas data uji komparabilitas dan uji efek

perlakuan

51 Uji Normalitas Data

Data Kadar MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan

pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji

Shapiro-Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005)

disajikan pada Tabel 51

53

54

Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing Kelompok Sebelum

dan Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Perlakuan n p Keterangan

Kadar MDA kontrol pre

Kadar MDA perlakuan pre

Kadar MDA kontrol post

Kadar MDA perlakuan post

10

10

10

10

0965

0550

0975

0697

Normal

Normal

Normal

Normal

52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok

Data Kadar MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun

sesudah perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test

Hasilnya menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52

Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA Sebelum dan

Sesudah Perlakuan

Variabel F p Keterangan

Kadar MDA pre

Kadar MDA post

0016

0592

0901

0452

Homogen

Homogen

53 Kadar MDA

531 Uji komparabilitas

Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata kadar MDA

antar kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan

55

glutation Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada

Tabel 53 berikut

Tabel 53

Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata

Kadar MDA

SB T P

Aktivitas berlebih dan

placebo

Aktivitas berlebihdan

glutathion

10

10

518

529

028

029

089 0386

Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok

kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 518028mmoll dan rerata

kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 529029mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 089 dan nilai

p = 0386 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan

berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya tidak berbeda secara

bermakna (p gt 005)

532 Analisis efek perlakuan

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kadar MDA antar

kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation

56

Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54

berikut

Tabel 54 Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata

Kadar MDA

SB T P

Aktivitas berlebih dan

placebo

Aktivitas berlebihdan

glutathion

10

10

778

444

023

017

3672 0001

Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok

kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata

kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 444017mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 3672 dan nilai

p = 0001 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan

berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya berbeda secara

bermakna (p lt 005)

57

Gambar 51 Perbedaan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

533 Analisis Komparasi Sebelum dengan Sesudah Perlakuan

Analisis komparasi diuji berdasarkan rerata kadar MDA antara sebelum

dengan sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation Hasil

analisis kemaknaan dengan uji t-paired disajikan pada Tabel 55 berikut

Tabel 55 Analisis KomparasiKadar MDA antara Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Kelompok Beda Rerata

pre ndash post p Keterangan

Aktivitas berlebih dan placebo

Aktivitas berlebih dan

glutathion

260

085

0001

0001

Meningkat

Menurun

58

Berdasarkan uji t-paired didapatkan bahwa ada penurunan kadar MDA

pada kelompok perlakuan secara bermakna sebesar 085mmoll sedangkan pada

kelompok kontrol mengalami peningkatan secara bermakna sebesar 260mmoll

59

BAB VI

PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian

Untuk menguji efek pemberian glutation terhadap penurunan kadar MDA

maka dilakukan penelitian terhadap 20 ekor tikus jantan dewasa (Galur Wistar)

sebagai sampel yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah

10 ekor yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dan

kelompok perlakuan (pelatihan fisik berlebih dan glutation)

62 Efek Pelatihan Fisik Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA

Hasil penelitian dan analisis data terhadap kadar MDA darah pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji

normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan homogenitas (Levenersquos test) pre-test dan post-

test masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)

Uji perbandingan 1 minggu pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan

injeksi antara kedua kelompok menggunakan uji t-independent Rerata kadar

MDA kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) adalah

518028mmoll dan rerata kelompok pelatihan fisik berlebih dan glutation

adalah 529029mmoll Analisis kemaknaan dengan uji t-independent

menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna kadar MDA darah antara

kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa

kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan injeksi rerata kadar MDAnya tidak

59

60

berbeda secara bermakna

Uji perbandingan setelah pemberian placebo dan glutation antara kedua

kelompok menggunakan t-independent Rerata kadar MDA kelompok kontrol

(aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata kelompok

perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) adalah 444017mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent antara kedua kelompok sesudah diberikan

placebo dan glutation menunjukkan perbedaan kadar MDA secara bermakna

(plt005) Hal ini berarti bahwa kelompok yang diberikan perlakuan berupa

placebo dan glutation 6 jam sebelum diberikan pelatihan fisik berlebih dengan

cara merenangkan selama 60 menit hari selama 35 hari rerata kadar MDA

berbeda secara bermakna Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh

untuk melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam

organ dan pembuluh darah (Giriwijoyo 2004)

Peningkatan kadar MDA sesudah diberikan pelatihan fisik berlebih pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan disebabkan karena pelatihan fisik

berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena terjadi peningkatan konsumsi

oksigen oleh aktifitas otot skeletal Stress oksidatif memicu peningkatan senyawa

oksigen reaktif Pada pelatihan fisik berlebih juga terjadi Reperfusion Injury yang

memicu terjadinya kerusakan jaringan dan peningkatan radikal bebas (Adiputra

2008) Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara menarik elektronnya

sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan sampai kematian sel

(Suryohudoyo 2000)

Pada penelitian ini didapatkan bahwa sesudah diberikan pelatihan fisik

61

berlebih dan placebo terjadi peningkatan kadar MDA sebesar 5024 Kadar

MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel (Winarsi

2007) Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pepe

(2011) bahwa pelatihan fisik berlebih meningkatkan kadar MDA Lebih lanjut

Murray et al (2000) juga menyatakan bahwa pelatihan fisik berlebih merangsang

respon biomarker stres oksidatif Sedangkan pada kelompok perlakuan yang

diberikan aktifitas berlebih dan glutation terjadi penurunan kadar MDA sebesar

1607 Terjadinya penurunan kadar MDA pada kelompok yang diberikan

glutation 6 jam sebelum melakukan pelatihan fisik berlebih disebabkan karena

pemberian antioksidan meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan

cara mendonorkan elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa

oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsi 2007) Glutation merupakan antioksidan

endogen yaitu antioksidan yang dapat disintesa dalam tubuh dari asam amino L-

sistein L-glutamat dan glisin (Cadenas 2002) yang juga sebagai master

antioksidan yaitu antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain

Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan

Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik (Hersh 2004) Glutation

merupakan salah satu antioksidan yang tidak dapat menjadi pro oksidan (Cadenas

2002) Normalnya sekali suatu antioksidan memakan radikal bebas antioksidan

ini menjadi teroksidasi sendiri dan menyerang sel yang sehat yang disebut

sebagai pro oksidan Glutation dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang

teroksidasi tersebut menjadi bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali

dalam memakan radikal bebas (Sellman 2009) Sehingga dengan demikian

62

glutation dapat membantu dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Urso

(2003) bahwa suplementasi antioksidan dapat mengatasi kondisi stress oksidatif

yang terjadi pelatihan fisik berlebih

Uji perbandingan antara data MDA pre dan post masing-masing kelompok

digunakan uji t-paired test Berdasarkan uji ini didapatkan hasil pada kelompok

perlakuan terjadi penurunan kadar MDA secara bermakna sebesar 085 mmollt

sedangkan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan kadar MDA secara

bermakna sebesar 260mmollt Terjadi penurunan kadar MDA pada kelompok

perlakuan menunjukkan pemberian antioksidan Glutation intraperitoneal dosis

37mgkgBBhari dapat mengatasi kondisi stress oksidatif yang terjadi pada

pelatihan fisik berlebih Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh

Urso (2003)

63

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

71 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan sebagai

berikut Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA

tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

72 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah

1 Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja glutation

yang lebih detail

2 Memperhatikan takaran latihan supaya tidak berlebihan yang justru akan

meningkatkan kerusakan sel

3 Perlu dilakukan uji klinis pada manusia

63

64

DAFTAR PUSTAKA

Adiputra N 2008Kesehatan Olah Raga Available from httpwwwbalihesgorgindexphpoption=com Accessed 2011 Oct 5th

Anonim 2011 Glutathione Available at

httpenwikipediaorgwikiGlutathione Accessed 2011 Oct 5th Anonim 2011 Overtraining Available at

httpwwwmarksdailyapplecomovertraining Accessed 2011 Oct5th

Asikin N 2001Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan InKursus Penyegaran dan Pelatihan Radikal bebas dan Antioksidan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta Fakultas Kedokteran UI

Bagiada NA 2001 Proses Penuaan dan Penanggulangannya Denpasar

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hal 22 Banerjee AK Mandal A Chanda D Chahraboti S 2003 Oxidant

Antioxidant and Physical ExerciseAvailable from httpwwwncbinlmnihgovpubmed14619981 accesed 2011 Sept 2nd

Binekada MC 2002 ldquoPelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Konsentrasi dan

Motilitas Spermatozoa Mencitrdquo(tesis) Denpasar Universitas Udayana

Cadenas E Jones PD 2002Bioavailability of Glutathione In Cadenas E

Packer L editorsHandbook of Antioxidants2nd Ed New York Marcel DekkerInc p549-564

Catala A 2006Lipid PeroxidationInt J Biochem Cell Biol 38 1482-1495 Dalle-DonneI Rossi R ColomboR Giustarini D Milzani

A2006Biomarkers of Oxidative Damage in Human Disease Available from httpwwwredorbitcomnewsscience473334biomarkersof oxidative damage in human diseaseindexhtmlaccessed2011 Sept 5th

Fouad T 2007 Free radicals Types Sources and Damaging Reaction

Relations Available from

64

65

wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th

Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th

Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112

Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors

ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their

Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69

Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan

Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th

Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz

R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155

Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester

Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th

Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala

T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200

Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and

Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders

66

Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana

LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia

Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647

Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from

httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit

Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK

Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620

Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji

Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah

Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009

Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan

Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132

Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde

Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521

Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley

Medical Publicationsp 123-141

Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI

Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable

from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer

67

Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole

Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam

Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI

Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam

Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya

Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan

Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47

Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant

Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th

Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan

Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105

68

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965

Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975

Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753

Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

69

Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan

Group Statistics

Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887

Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215

Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260

Perlakuan 10 42500 23348 07383

Independent Samples Test

Levenes Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df

Sig (2-

tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence Interval of the

Difference Lower Upper

Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428

Equal variances not assumed

-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429

Post1

Equal variances assumed 592 452 367

22 18 000 333700 09087 314608 352792

Equal variances not assumed

36722 16855 000 333700 09087 314515 352885

Post2

Equal variances assumed 906 354 264

19 18 000 239500 09066 220454 258546

Equal variances not assumed

26419 16265 000 239500 09066 220307 258693

70

Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis

(Laurence amp Bacharach 1964)

2g mencit 20g tikus 400g marmot

l5Kg kelinci

20Kg kucing

40Kg kera

120Kg anjing

70Kg manusia

20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879

200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560

400 g marmot

008 057 10 225 24 52 102 315

l5Kg kelinci

004 025 044 10 106 24 45 142

20Kg kucing

003 023 042 092 10 22 41 130

40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61

120Kg anjing

0008 006 010 0022 024 052 10 31

70Kg manusia

00026 0018 0031 007 0013 016 032 10

71

Lampiran 4

Foto Penelitian

Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)

72

Lampiran 5

Data Hasil Penelitian

Kelompok Kontrol

Pre test Post test Pre test Post Test

752 647 769 694

779 670 773 664

745 660 803 653

769 643 817 677

783 653

786 684

Kelompok Perlakuan

Pre Test Post test

412 391

436 412

442 425

425 401

453 436

466 442

432 405

456 432

470 453

476 463

Page 56: PEMBERIAN INJEKSI GLUTATION INTRAPERITONEAL

38

Pengggunaan teratur untuk menaikkan kadar glutation tidak direkomendasikan

untuk anak-anak dan bayi Masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk

menentukan keamanan N-asetilsistein untuk penggunaan jangka panjang

Whey protein tidak terdenaturasi merupakan nutraceutical atau medicinal

foodSenyawa ini memberikan ikatan sistein ke sel-sel di mana glutation dapat

terbentuk di tempat tersebut

Beberapa kondisi yang tidak dapat mengkonsumsi whey protein

- Pasien dengan alergi protein susu

- Pasien dengan diet rendah protein

- Pasien yang sedang menjalani terapi imunosupresif

Efek sampingnya adalah kembung perut kram urtikaria Efek samping

karena overdosis tidak terjadi karena sel hanya membuat sebatas yang dibutuhkan

apabila berlebih kelebihan disimpan di hati dan ginjal sampai suatu saat kalau

dibutuhkan

264 Sumber Glutation dari makanan

Sumber glutation dari makanan yang disarankan adalah asparagus bayam

brokoli bawang putih kale bawang watercress kol Brussel sprout beberapa

bumbu seperti kunyit kayu manis semangka alpukat anggur peach jeruk

walnut granola daging kalkun dan daging ayam keju cottage dan yoghurt

39

Tabel 21 Makanan yang mengandung Glutation (Cadenas2002)

GSH Food Group mg100 g mgsaji Buah segar Apel 33 46 Pisang 41 48 Anggur 79 146 Jeruk 73 106 Semangka 66 283 Sayuran segar Asparagus dimasak 283 263 Alpukat 277 313 Brokoli dimasak 91 78 Wortel mentah 79 59 Tomat 90 109 Daging Hamburger 175 149 Ham rebus 233 13 Ayam digoreng 131 134 Sereal biji-bijian Cornflakes 00 00 Roti whole wheat 12 06 Roti putih 00 00 Nasi putih enriched dimasak 16 21 Produk Susu Susu whole 00 00 Keju Amerika 00 00 Yoghurt plain lowfat 00 00 Es krim 10 lemak 00 00

40

BAB III

KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

31 Kerangka Berpikir

Faktor penyebab penuaan antara lain faktor internal dan faktoreksternal

Faktor internal meliputi radikal bebas glikosilasi metilasi hormon yang

berkurang apoptosis system kekebalan tubuh yang menurun genetik Faktor

eksternal meliputi gaya hidup tidak sehat polusi lingkungan stress kemiskinan

kebiasaan yang salah olahraga berlebihan (overtraining) Berbagai faktor di atas

menyebabkan terjadinya penurunan fungsi tubuh dan terjadilah penuaan

Kerangka konsep penelitian berdasarkan teori bahwa salah satu penyebab

penuaan adalah radikal bebas Bila jumlah radikal bebas melebihi jumlah

antioksidan di dalam tubuh terjadilah stress oksidatif Radikal bebas dapat

merusak membran sel protein DNA dan berakibat fatal bagi kelangsungan hidup

sel jaringan Stress oksidatif yang berlangsung lama akan mengakibatkan

terjadinya penumpukan hasil kerusakan oksidatif di dalam sel dan jaringan

selanjutnya sel dan jaringan tersebut akan kehilangan fungsinya dan akhirnya

mati

Olahraga berlebih meningkatkan stress oksidatif karena terdapat

peningkatan konsumsi O2 oleh aktivitas otot skeletal Oksigen juga dapat bersifat

toksik yang dapat memicu peningkatan Reactive Oxygen Species (ROS)Organ

yang tidak mendapat cukup oksigen dan nutrisi menjadi iskemik dan terjadi

kerusakan mikrovaskular (Reperfusion Injury) memicu peningkatan radikal

40

41

bebas Dengan pemberian antioksidan Glutation yang merupakan antioksidan

master diharapkan dapat mencegah kerusakan lebih lanjut yang diakibatkan oleh

radikal bebas dengan cara melindungi sel dari Reactive Oxygen Species (ROS)

dan dapat dilihat melalui parameter MDA yang mengalami penurunan

32 Konsep Penelitian

Konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Gambar 31 Konsep Kadar MDA pada tikus yang diberikan Pelatihan Fisik Berlebih+ Placebo dan Pelatihan Fisik Berlebih + Glutation

FAKTOR INTERNAL

- Jenis Kelamin

- Usia

- Genetik

- Hormon

- Psikologis

FAKTOR EKSTERNAL

- Makanan

- Cuaca iklim

- Penyakit

- Exercise

GLUTATION

TIKUS

KADAR MDA

42

33 Hipotesis

Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan kadar MDA

tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

43

BAB IV

METODE PENELITIAN

41 Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksterimental dengan rancangan

randomized pre test-post test control group design (Poccock et al 2008)

Subyek terdiri dari 2 kelompok yaitu

1 Kelompok 1 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+ Placebo

2 Kelompok 2 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation

Semua kelompok sebelum perlakuan diberikan pre test (O1 O3) dan

dihitung rerata untuk masing-masing kelompok

Setelah perlakuan semua kelompok diberikan post test (O2 O4) dan

dihitung rerata untuk masing-masing kelompok

Kemudian dihitung perbedaan rerata antara pre test dan post test dari

masing-masing kelompok lalu hasil perbedaan tersebut dibandingkan secara

statistik

Gambar 41 Rancangan Penelitian

P S

43

R R

O1 P1 O2

O3 P2 O4

44

Keterangan

P = populasi

S = sampel

R = random

O1 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah mendapatkan

pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan placebo (pre test)

O2 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah diberikan pelatihan

fisik berlebih setelah diberikan placebo (post test)

O3 = observasi data MDA kelompok perlakuan setelah diberikan

pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan Glutation (pre test)

O4 = observasi data MDA kelompok perlakuan diberikan pelatihan fisik

berlebih setelah diberikan Glutation (post test)

P1 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih+ placebo

P2 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation

42 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran

Universitas Udayana pada bulan Januari ndash Maret 2012 Pemeriksaan MDA darah

tikus dikerjakan di bagian Program Antar Unit Universitas Gajah Mada

Jogyakarta

45

43 Populasi dan Sampel

431 Populasi

Subyek penelitian adalah tikus jantan dewasa galur Wistar yang berusia 2-

25 bulan dan dalam kondisi fisik sehat

432 Kriteria Sampel

4321 Kriteria Inklusi

Kriteria Inklusi yang ditetapkan sebagai sampel adalah sebagai berikut

a Tikus jantan dewasa galur Wistar

b Umur 2-25 bulan

c Berat badan plusmn200 gram

d Sehat

e MDA ge 5mmollt

4322 Kriteria Drop Out

Adalah sampel yang mati pada waktu penelitian

433 Besar Sampel

Besar sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini dihitung berdasarkan

rumus Poccock (2008)

Angka μ1 (5) dan μ2 (12) didapatkan dari penelitian sebelumnya (Ji 1998)

n=

46

= asymp 7

Keterangan

n = jumlah sampel

σ = standar deviasi kelompok perlakuan dengan pemberian

glutation (15)

f ( ) = besarnya didapat dari tabel (Poccock 2008)

μ1 = rerata hasil MDA pada kelompok perlakuan sesudah

pemberian glutatioacuten (5)

μ2 = rerata hasil MDA pada kelompok pre test (12)

Jadi jumlah sampel (n) = 675 dan ditambah 3 ekor tikus untuk masing-

masing kelompok sebagai cadangan Jadi total 20 ekor tikus dengan 10

ekor tikus untuk masing-masing kelompok

434 Teknik Pengambilan Sampel

Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat

sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi diambil secara acak

sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi

2 kelompok yaitu kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+placebo kelompok

dengan pelatihan fisik berlebih + glutation

47

44 Variabel Penelitian

441 Klasifikasi Variabel

Variabel penelitian dibedakan menjadi

1 Variabel Bebas dosis pemberian glutation

2 Variabel Tergantung kadar MDA

3 Variabel Terkendali varian tikus jantan (galur wistar) jenis

kelamin umur berat badan lingkungan

(pencahayaan suhu kelembaban nutrisi

kandang)

Gambar 42 Bagan Hubungan Antar Variabel

VARIABEL BEBAS

- Pelatihan fisik berlebih

- Glutation 37mg kgBBhari

VARIABEL TERGANTUNG

KADAR MDA

VARIABEL TERKENDALI

Varian tikus

Jenis kelamin umur berat badan

Pencahayaan suhu kelembaban nutrisi kandang

Makanan minuman

48

442 Definisi Operasional Variabel

1 Pelatihan fisik berlebih pada tikus adalah pelatihan yang berlebihan

yang diukur berdasarkan kemampuan maksimal berenang tikus pada

ember berdiameter 35 cm dengan kedalaman air 20 cm yang

dilakukan 60 menithari selama 35 hari pada waktu yang sama pada

suhu 32 derajat (Binekada 2002 dan Pepe2011)

2 Glutation yang diberikan adalah Glutation Teofarma injeksi sediaan

600mg 4 ml Dosis pemberian Glutation adalah pemberian sediaan

antioksidan Glutation dalam bentuk suntikan intraperitoneal yang

diberikan 1x sehari dan diberikan 6 jam sebelum pelatihan fisik

berlebih Dosis pemberian Glutation mengacu pada penelitian yang

dilakukan sebelumnya oleh Ji L L yaitu 37mgkgBBhari yang

dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril secara intraperitonial

3 MDA merupakan salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada

membran sel dan merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan

oleh radikal bebas Pengukuran kadar MDA menggunakan metode

Thiobarbituraic Acid Reactive Substances (TBARS) Pembacaan hasil

dengan menggunakan spektrofotometer Satuan MDA dalam mmoll

4 Cahaya suhu dan kelembaban merupakan kondisi lingkungan yang

dialami tikus jantan dewasa Pada penelitian ini kondisi lingkungan

selama percobaan dibuat sama

5 Berat badan tikus adalah berat badan yang ditimbang dengan

timbangan gram

49

6 Umur tikus adalah umur yang ditentukan dengan melihat tanggal

kelahiran yang dicatat pada kandang percobaan

7 Kondisi peneliti yang meliputi kesehatan fisik dan psikis peneliti

Penelitian dilaksanakan saat kondisi peneliti dalam keadaan baik

sehingga pengaruhnya terhadap hasil penelitian dapat diabaikan

45 Bahan dan Alat Penelitian

451 Bahan Penelitian

Glutation injeksi

Tikus jantan

Makanan tikus berupa pellet dan air minum dari air ledeng

Aquades steril

EDTA (Ethylenediamine tetraacetic acid)

Reagensia untuk pengukuran kadar MDA

452 Alat Penelitian

Alat yang dipakai dalam pengambilan data penelitian ini adalah

- Kandang tikus terbuat dari besi yang di dalamnya terdapat sekam dan

botol minuman

- Ember berdiameter 35 cm dan kedalaman air 20 cm

- Stopwatch

- Timbangan

- Spuit injeksi 1 ml

50

- Sarung tangan

- Kapas dan alkohol 70

- Tabung Evendorf

- Mikropipet

- Pipet kapiler

- Sentrifugasi

46 Prosedur Penelitian

1 Tikus jantan dewasa (Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan

berat badan plusmn200gram dilakukan aklimatisasi selama 2 minggu di

tempat penelitian untuk penyesuaian dengan lingkungan

2 Semua sampel tikus diberi perlakuan yang sama yaitu diberikan

pelatihan fisik berlebih dengan cara berenang sampai kelelahan pada

hari ke 7 kedua kelompok tersebut dilakukan pemeriksaan MDA

3 Mulai hari ke 8 ndash 35 sampel tikus yang berjumlah 20 ekor dibagi atas 2

kelompok di mana kelompok 1(kontrol) diberikan pelatihan fisik

berlebih + injeksi aquabidest intraperitoneal enam jam sebelum

perlakuan aktifitas berlebih kelompok ke 2 (perlakuan) diberikan

pelatihan fisik berlebih + injeksi intraperitoneal glutation 37

mgkgBBhari yang sudah dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril

4 Pada hari ke 35 dilakukan pemeriksaan kadar MDA pada masing-

masing tikus setelah bulu tikus kering

51

5 Selama penelitian hewan coba diberikan makanan dan minuman secara

teratur kebersihan dan kenyamanan kandang dijaga

461 Alur Penelitian

TIKUS ADAPTASI 2 MINGGU

PELATIHAN FISIK BERLEBIH 1 MINGGU

MDA

KELOMPOK 1 KELOMPOK 2

PELATIHAN FISIK BERLEBIH PELATIHAN FISIK BERLEBIH

+ AQUABIDEST (28 hari) +GLUTATION 37mgkgBBhari

28 HARI 28 HARI

MDA

Gambar 43 Bagan Alur Penelitian

462 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium

Pemantauan keselamatan tikus jantan (galur Wistar) di laboratorium

(Smith et al1988 Ngatidjan 2006) adalah sebagai berikut

1 Kandang tikus jantan harus cukup kuat tidak mudah rusak teratur dibersihkan

(1x seminggu) mudah dipasang kembali hewan tidak mudah lepas tahan

52

gigitan hewan kelihatan jelas dari luar Alas tempat tidur terbuat dari serbuk

gergaji atau sekam padi agar mudah menyerap air

2 Luas lantai yang memadai untuk tikus jantan dengan berat badan plusmn200 gram

adalah 60cm persegi dan tinggi 20 cm

3 Diciptakan suasana lingkungan yang stabil dan sesuai keperluan fisiologi tikus

jantan di mana kelembaban suhu pertukaran udara yang ekstrim harus

dihindari

4 Hewan coba hendaknya diperlakukan dengan kasih sayang

47 Pengolahan dan Analisis Data

Analisis data yang digunakan adalah

1 Analisis Deskriptif

2 Uji normalitas data dilakukan dengan tes Shapiro-Wilk Distribusi data

normal dengan nilai pgt005

3 Uji homogenitas dilakukan dengan Lavenersquos Test Data dinyatakan

homogen dengan nilai pgt005

4 Karena data berdistribusi normal dan homogen maka untuk uji

komparabilitas dipakai

- Uji t independent untuk membandingkan rerata kadar MDA antar

kelompok

- Uji Paired T- Test untuk membandingkan rerata kadar MDA pre

dan post masing-masing kelompok

- Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau

dinyatakan berbeda bila plt005

53

BAB V

HASIL PENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 20 ekor tikus jantan dewasa

(Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan berat badan plusmn200 gram sebagai

sampelyang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah 10 ekor

yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dankelompok

perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) Dalam penyajian hasil ini diuraikan

uji normalitas data uji homogenitas data uji komparabilitas dan uji efek

perlakuan

51 Uji Normalitas Data

Data Kadar MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan

pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji

Shapiro-Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005)

disajikan pada Tabel 51

53

54

Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing Kelompok Sebelum

dan Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Perlakuan n p Keterangan

Kadar MDA kontrol pre

Kadar MDA perlakuan pre

Kadar MDA kontrol post

Kadar MDA perlakuan post

10

10

10

10

0965

0550

0975

0697

Normal

Normal

Normal

Normal

52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok

Data Kadar MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun

sesudah perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test

Hasilnya menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52

Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA Sebelum dan

Sesudah Perlakuan

Variabel F p Keterangan

Kadar MDA pre

Kadar MDA post

0016

0592

0901

0452

Homogen

Homogen

53 Kadar MDA

531 Uji komparabilitas

Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata kadar MDA

antar kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan

55

glutation Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada

Tabel 53 berikut

Tabel 53

Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata

Kadar MDA

SB T P

Aktivitas berlebih dan

placebo

Aktivitas berlebihdan

glutathion

10

10

518

529

028

029

089 0386

Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok

kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 518028mmoll dan rerata

kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 529029mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 089 dan nilai

p = 0386 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan

berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya tidak berbeda secara

bermakna (p gt 005)

532 Analisis efek perlakuan

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kadar MDA antar

kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation

56

Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54

berikut

Tabel 54 Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata

Kadar MDA

SB T P

Aktivitas berlebih dan

placebo

Aktivitas berlebihdan

glutathion

10

10

778

444

023

017

3672 0001

Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok

kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata

kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 444017mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 3672 dan nilai

p = 0001 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan

berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya berbeda secara

bermakna (p lt 005)

57

Gambar 51 Perbedaan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

533 Analisis Komparasi Sebelum dengan Sesudah Perlakuan

Analisis komparasi diuji berdasarkan rerata kadar MDA antara sebelum

dengan sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation Hasil

analisis kemaknaan dengan uji t-paired disajikan pada Tabel 55 berikut

Tabel 55 Analisis KomparasiKadar MDA antara Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Kelompok Beda Rerata

pre ndash post p Keterangan

Aktivitas berlebih dan placebo

Aktivitas berlebih dan

glutathion

260

085

0001

0001

Meningkat

Menurun

58

Berdasarkan uji t-paired didapatkan bahwa ada penurunan kadar MDA

pada kelompok perlakuan secara bermakna sebesar 085mmoll sedangkan pada

kelompok kontrol mengalami peningkatan secara bermakna sebesar 260mmoll

59

BAB VI

PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian

Untuk menguji efek pemberian glutation terhadap penurunan kadar MDA

maka dilakukan penelitian terhadap 20 ekor tikus jantan dewasa (Galur Wistar)

sebagai sampel yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah

10 ekor yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dan

kelompok perlakuan (pelatihan fisik berlebih dan glutation)

62 Efek Pelatihan Fisik Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA

Hasil penelitian dan analisis data terhadap kadar MDA darah pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji

normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan homogenitas (Levenersquos test) pre-test dan post-

test masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)

Uji perbandingan 1 minggu pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan

injeksi antara kedua kelompok menggunakan uji t-independent Rerata kadar

MDA kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) adalah

518028mmoll dan rerata kelompok pelatihan fisik berlebih dan glutation

adalah 529029mmoll Analisis kemaknaan dengan uji t-independent

menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna kadar MDA darah antara

kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa

kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan injeksi rerata kadar MDAnya tidak

59

60

berbeda secara bermakna

Uji perbandingan setelah pemberian placebo dan glutation antara kedua

kelompok menggunakan t-independent Rerata kadar MDA kelompok kontrol

(aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata kelompok

perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) adalah 444017mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent antara kedua kelompok sesudah diberikan

placebo dan glutation menunjukkan perbedaan kadar MDA secara bermakna

(plt005) Hal ini berarti bahwa kelompok yang diberikan perlakuan berupa

placebo dan glutation 6 jam sebelum diberikan pelatihan fisik berlebih dengan

cara merenangkan selama 60 menit hari selama 35 hari rerata kadar MDA

berbeda secara bermakna Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh

untuk melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam

organ dan pembuluh darah (Giriwijoyo 2004)

Peningkatan kadar MDA sesudah diberikan pelatihan fisik berlebih pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan disebabkan karena pelatihan fisik

berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena terjadi peningkatan konsumsi

oksigen oleh aktifitas otot skeletal Stress oksidatif memicu peningkatan senyawa

oksigen reaktif Pada pelatihan fisik berlebih juga terjadi Reperfusion Injury yang

memicu terjadinya kerusakan jaringan dan peningkatan radikal bebas (Adiputra

2008) Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara menarik elektronnya

sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan sampai kematian sel

(Suryohudoyo 2000)

Pada penelitian ini didapatkan bahwa sesudah diberikan pelatihan fisik

61

berlebih dan placebo terjadi peningkatan kadar MDA sebesar 5024 Kadar

MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel (Winarsi

2007) Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pepe

(2011) bahwa pelatihan fisik berlebih meningkatkan kadar MDA Lebih lanjut

Murray et al (2000) juga menyatakan bahwa pelatihan fisik berlebih merangsang

respon biomarker stres oksidatif Sedangkan pada kelompok perlakuan yang

diberikan aktifitas berlebih dan glutation terjadi penurunan kadar MDA sebesar

1607 Terjadinya penurunan kadar MDA pada kelompok yang diberikan

glutation 6 jam sebelum melakukan pelatihan fisik berlebih disebabkan karena

pemberian antioksidan meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan

cara mendonorkan elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa

oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsi 2007) Glutation merupakan antioksidan

endogen yaitu antioksidan yang dapat disintesa dalam tubuh dari asam amino L-

sistein L-glutamat dan glisin (Cadenas 2002) yang juga sebagai master

antioksidan yaitu antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain

Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan

Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik (Hersh 2004) Glutation

merupakan salah satu antioksidan yang tidak dapat menjadi pro oksidan (Cadenas

2002) Normalnya sekali suatu antioksidan memakan radikal bebas antioksidan

ini menjadi teroksidasi sendiri dan menyerang sel yang sehat yang disebut

sebagai pro oksidan Glutation dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang

teroksidasi tersebut menjadi bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali

dalam memakan radikal bebas (Sellman 2009) Sehingga dengan demikian

62

glutation dapat membantu dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Urso

(2003) bahwa suplementasi antioksidan dapat mengatasi kondisi stress oksidatif

yang terjadi pelatihan fisik berlebih

Uji perbandingan antara data MDA pre dan post masing-masing kelompok

digunakan uji t-paired test Berdasarkan uji ini didapatkan hasil pada kelompok

perlakuan terjadi penurunan kadar MDA secara bermakna sebesar 085 mmollt

sedangkan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan kadar MDA secara

bermakna sebesar 260mmollt Terjadi penurunan kadar MDA pada kelompok

perlakuan menunjukkan pemberian antioksidan Glutation intraperitoneal dosis

37mgkgBBhari dapat mengatasi kondisi stress oksidatif yang terjadi pada

pelatihan fisik berlebih Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh

Urso (2003)

63

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

71 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan sebagai

berikut Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA

tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

72 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah

1 Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja glutation

yang lebih detail

2 Memperhatikan takaran latihan supaya tidak berlebihan yang justru akan

meningkatkan kerusakan sel

3 Perlu dilakukan uji klinis pada manusia

63

64

DAFTAR PUSTAKA

Adiputra N 2008Kesehatan Olah Raga Available from httpwwwbalihesgorgindexphpoption=com Accessed 2011 Oct 5th

Anonim 2011 Glutathione Available at

httpenwikipediaorgwikiGlutathione Accessed 2011 Oct 5th Anonim 2011 Overtraining Available at

httpwwwmarksdailyapplecomovertraining Accessed 2011 Oct5th

Asikin N 2001Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan InKursus Penyegaran dan Pelatihan Radikal bebas dan Antioksidan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta Fakultas Kedokteran UI

Bagiada NA 2001 Proses Penuaan dan Penanggulangannya Denpasar

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hal 22 Banerjee AK Mandal A Chanda D Chahraboti S 2003 Oxidant

Antioxidant and Physical ExerciseAvailable from httpwwwncbinlmnihgovpubmed14619981 accesed 2011 Sept 2nd

Binekada MC 2002 ldquoPelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Konsentrasi dan

Motilitas Spermatozoa Mencitrdquo(tesis) Denpasar Universitas Udayana

Cadenas E Jones PD 2002Bioavailability of Glutathione In Cadenas E

Packer L editorsHandbook of Antioxidants2nd Ed New York Marcel DekkerInc p549-564

Catala A 2006Lipid PeroxidationInt J Biochem Cell Biol 38 1482-1495 Dalle-DonneI Rossi R ColomboR Giustarini D Milzani

A2006Biomarkers of Oxidative Damage in Human Disease Available from httpwwwredorbitcomnewsscience473334biomarkersof oxidative damage in human diseaseindexhtmlaccessed2011 Sept 5th

Fouad T 2007 Free radicals Types Sources and Damaging Reaction

Relations Available from

64

65

wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th

Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th

Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112

Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors

ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their

Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69

Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan

Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th

Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz

R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155

Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester

Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th

Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala

T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200

Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and

Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders

66

Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana

LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia

Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647

Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from

httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit

Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK

Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620

Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji

Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah

Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009

Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan

Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132

Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde

Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521

Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley

Medical Publicationsp 123-141

Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI

Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable

from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer

67

Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole

Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam

Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI

Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam

Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya

Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan

Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47

Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant

Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th

Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan

Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105

68

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965

Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975

Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753

Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

69

Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan

Group Statistics

Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887

Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215

Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260

Perlakuan 10 42500 23348 07383

Independent Samples Test

Levenes Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df

Sig (2-

tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence Interval of the

Difference Lower Upper

Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428

Equal variances not assumed

-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429

Post1

Equal variances assumed 592 452 367

22 18 000 333700 09087 314608 352792

Equal variances not assumed

36722 16855 000 333700 09087 314515 352885

Post2

Equal variances assumed 906 354 264

19 18 000 239500 09066 220454 258546

Equal variances not assumed

26419 16265 000 239500 09066 220307 258693

70

Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis

(Laurence amp Bacharach 1964)

2g mencit 20g tikus 400g marmot

l5Kg kelinci

20Kg kucing

40Kg kera

120Kg anjing

70Kg manusia

20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879

200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560

400 g marmot

008 057 10 225 24 52 102 315

l5Kg kelinci

004 025 044 10 106 24 45 142

20Kg kucing

003 023 042 092 10 22 41 130

40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61

120Kg anjing

0008 006 010 0022 024 052 10 31

70Kg manusia

00026 0018 0031 007 0013 016 032 10

71

Lampiran 4

Foto Penelitian

Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)

72

Lampiran 5

Data Hasil Penelitian

Kelompok Kontrol

Pre test Post test Pre test Post Test

752 647 769 694

779 670 773 664

745 660 803 653

769 643 817 677

783 653

786 684

Kelompok Perlakuan

Pre Test Post test

412 391

436 412

442 425

425 401

453 436

466 442

432 405

456 432

470 453

476 463

Page 57: PEMBERIAN INJEKSI GLUTATION INTRAPERITONEAL

39

Tabel 21 Makanan yang mengandung Glutation (Cadenas2002)

GSH Food Group mg100 g mgsaji Buah segar Apel 33 46 Pisang 41 48 Anggur 79 146 Jeruk 73 106 Semangka 66 283 Sayuran segar Asparagus dimasak 283 263 Alpukat 277 313 Brokoli dimasak 91 78 Wortel mentah 79 59 Tomat 90 109 Daging Hamburger 175 149 Ham rebus 233 13 Ayam digoreng 131 134 Sereal biji-bijian Cornflakes 00 00 Roti whole wheat 12 06 Roti putih 00 00 Nasi putih enriched dimasak 16 21 Produk Susu Susu whole 00 00 Keju Amerika 00 00 Yoghurt plain lowfat 00 00 Es krim 10 lemak 00 00

40

BAB III

KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

31 Kerangka Berpikir

Faktor penyebab penuaan antara lain faktor internal dan faktoreksternal

Faktor internal meliputi radikal bebas glikosilasi metilasi hormon yang

berkurang apoptosis system kekebalan tubuh yang menurun genetik Faktor

eksternal meliputi gaya hidup tidak sehat polusi lingkungan stress kemiskinan

kebiasaan yang salah olahraga berlebihan (overtraining) Berbagai faktor di atas

menyebabkan terjadinya penurunan fungsi tubuh dan terjadilah penuaan

Kerangka konsep penelitian berdasarkan teori bahwa salah satu penyebab

penuaan adalah radikal bebas Bila jumlah radikal bebas melebihi jumlah

antioksidan di dalam tubuh terjadilah stress oksidatif Radikal bebas dapat

merusak membran sel protein DNA dan berakibat fatal bagi kelangsungan hidup

sel jaringan Stress oksidatif yang berlangsung lama akan mengakibatkan

terjadinya penumpukan hasil kerusakan oksidatif di dalam sel dan jaringan

selanjutnya sel dan jaringan tersebut akan kehilangan fungsinya dan akhirnya

mati

Olahraga berlebih meningkatkan stress oksidatif karena terdapat

peningkatan konsumsi O2 oleh aktivitas otot skeletal Oksigen juga dapat bersifat

toksik yang dapat memicu peningkatan Reactive Oxygen Species (ROS)Organ

yang tidak mendapat cukup oksigen dan nutrisi menjadi iskemik dan terjadi

kerusakan mikrovaskular (Reperfusion Injury) memicu peningkatan radikal

40

41

bebas Dengan pemberian antioksidan Glutation yang merupakan antioksidan

master diharapkan dapat mencegah kerusakan lebih lanjut yang diakibatkan oleh

radikal bebas dengan cara melindungi sel dari Reactive Oxygen Species (ROS)

dan dapat dilihat melalui parameter MDA yang mengalami penurunan

32 Konsep Penelitian

Konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Gambar 31 Konsep Kadar MDA pada tikus yang diberikan Pelatihan Fisik Berlebih+ Placebo dan Pelatihan Fisik Berlebih + Glutation

FAKTOR INTERNAL

- Jenis Kelamin

- Usia

- Genetik

- Hormon

- Psikologis

FAKTOR EKSTERNAL

- Makanan

- Cuaca iklim

- Penyakit

- Exercise

GLUTATION

TIKUS

KADAR MDA

42

33 Hipotesis

Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan kadar MDA

tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

43

BAB IV

METODE PENELITIAN

41 Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksterimental dengan rancangan

randomized pre test-post test control group design (Poccock et al 2008)

Subyek terdiri dari 2 kelompok yaitu

1 Kelompok 1 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+ Placebo

2 Kelompok 2 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation

Semua kelompok sebelum perlakuan diberikan pre test (O1 O3) dan

dihitung rerata untuk masing-masing kelompok

Setelah perlakuan semua kelompok diberikan post test (O2 O4) dan

dihitung rerata untuk masing-masing kelompok

Kemudian dihitung perbedaan rerata antara pre test dan post test dari

masing-masing kelompok lalu hasil perbedaan tersebut dibandingkan secara

statistik

Gambar 41 Rancangan Penelitian

P S

43

R R

O1 P1 O2

O3 P2 O4

44

Keterangan

P = populasi

S = sampel

R = random

O1 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah mendapatkan

pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan placebo (pre test)

O2 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah diberikan pelatihan

fisik berlebih setelah diberikan placebo (post test)

O3 = observasi data MDA kelompok perlakuan setelah diberikan

pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan Glutation (pre test)

O4 = observasi data MDA kelompok perlakuan diberikan pelatihan fisik

berlebih setelah diberikan Glutation (post test)

P1 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih+ placebo

P2 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation

42 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran

Universitas Udayana pada bulan Januari ndash Maret 2012 Pemeriksaan MDA darah

tikus dikerjakan di bagian Program Antar Unit Universitas Gajah Mada

Jogyakarta

45

43 Populasi dan Sampel

431 Populasi

Subyek penelitian adalah tikus jantan dewasa galur Wistar yang berusia 2-

25 bulan dan dalam kondisi fisik sehat

432 Kriteria Sampel

4321 Kriteria Inklusi

Kriteria Inklusi yang ditetapkan sebagai sampel adalah sebagai berikut

a Tikus jantan dewasa galur Wistar

b Umur 2-25 bulan

c Berat badan plusmn200 gram

d Sehat

e MDA ge 5mmollt

4322 Kriteria Drop Out

Adalah sampel yang mati pada waktu penelitian

433 Besar Sampel

Besar sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini dihitung berdasarkan

rumus Poccock (2008)

Angka μ1 (5) dan μ2 (12) didapatkan dari penelitian sebelumnya (Ji 1998)

n=

46

= asymp 7

Keterangan

n = jumlah sampel

σ = standar deviasi kelompok perlakuan dengan pemberian

glutation (15)

f ( ) = besarnya didapat dari tabel (Poccock 2008)

μ1 = rerata hasil MDA pada kelompok perlakuan sesudah

pemberian glutatioacuten (5)

μ2 = rerata hasil MDA pada kelompok pre test (12)

Jadi jumlah sampel (n) = 675 dan ditambah 3 ekor tikus untuk masing-

masing kelompok sebagai cadangan Jadi total 20 ekor tikus dengan 10

ekor tikus untuk masing-masing kelompok

434 Teknik Pengambilan Sampel

Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat

sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi diambil secara acak

sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi

2 kelompok yaitu kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+placebo kelompok

dengan pelatihan fisik berlebih + glutation

47

44 Variabel Penelitian

441 Klasifikasi Variabel

Variabel penelitian dibedakan menjadi

1 Variabel Bebas dosis pemberian glutation

2 Variabel Tergantung kadar MDA

3 Variabel Terkendali varian tikus jantan (galur wistar) jenis

kelamin umur berat badan lingkungan

(pencahayaan suhu kelembaban nutrisi

kandang)

Gambar 42 Bagan Hubungan Antar Variabel

VARIABEL BEBAS

- Pelatihan fisik berlebih

- Glutation 37mg kgBBhari

VARIABEL TERGANTUNG

KADAR MDA

VARIABEL TERKENDALI

Varian tikus

Jenis kelamin umur berat badan

Pencahayaan suhu kelembaban nutrisi kandang

Makanan minuman

48

442 Definisi Operasional Variabel

1 Pelatihan fisik berlebih pada tikus adalah pelatihan yang berlebihan

yang diukur berdasarkan kemampuan maksimal berenang tikus pada

ember berdiameter 35 cm dengan kedalaman air 20 cm yang

dilakukan 60 menithari selama 35 hari pada waktu yang sama pada

suhu 32 derajat (Binekada 2002 dan Pepe2011)

2 Glutation yang diberikan adalah Glutation Teofarma injeksi sediaan

600mg 4 ml Dosis pemberian Glutation adalah pemberian sediaan

antioksidan Glutation dalam bentuk suntikan intraperitoneal yang

diberikan 1x sehari dan diberikan 6 jam sebelum pelatihan fisik

berlebih Dosis pemberian Glutation mengacu pada penelitian yang

dilakukan sebelumnya oleh Ji L L yaitu 37mgkgBBhari yang

dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril secara intraperitonial

3 MDA merupakan salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada

membran sel dan merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan

oleh radikal bebas Pengukuran kadar MDA menggunakan metode

Thiobarbituraic Acid Reactive Substances (TBARS) Pembacaan hasil

dengan menggunakan spektrofotometer Satuan MDA dalam mmoll

4 Cahaya suhu dan kelembaban merupakan kondisi lingkungan yang

dialami tikus jantan dewasa Pada penelitian ini kondisi lingkungan

selama percobaan dibuat sama

5 Berat badan tikus adalah berat badan yang ditimbang dengan

timbangan gram

49

6 Umur tikus adalah umur yang ditentukan dengan melihat tanggal

kelahiran yang dicatat pada kandang percobaan

7 Kondisi peneliti yang meliputi kesehatan fisik dan psikis peneliti

Penelitian dilaksanakan saat kondisi peneliti dalam keadaan baik

sehingga pengaruhnya terhadap hasil penelitian dapat diabaikan

45 Bahan dan Alat Penelitian

451 Bahan Penelitian

Glutation injeksi

Tikus jantan

Makanan tikus berupa pellet dan air minum dari air ledeng

Aquades steril

EDTA (Ethylenediamine tetraacetic acid)

Reagensia untuk pengukuran kadar MDA

452 Alat Penelitian

Alat yang dipakai dalam pengambilan data penelitian ini adalah

- Kandang tikus terbuat dari besi yang di dalamnya terdapat sekam dan

botol minuman

- Ember berdiameter 35 cm dan kedalaman air 20 cm

- Stopwatch

- Timbangan

- Spuit injeksi 1 ml

50

- Sarung tangan

- Kapas dan alkohol 70

- Tabung Evendorf

- Mikropipet

- Pipet kapiler

- Sentrifugasi

46 Prosedur Penelitian

1 Tikus jantan dewasa (Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan

berat badan plusmn200gram dilakukan aklimatisasi selama 2 minggu di

tempat penelitian untuk penyesuaian dengan lingkungan

2 Semua sampel tikus diberi perlakuan yang sama yaitu diberikan

pelatihan fisik berlebih dengan cara berenang sampai kelelahan pada

hari ke 7 kedua kelompok tersebut dilakukan pemeriksaan MDA

3 Mulai hari ke 8 ndash 35 sampel tikus yang berjumlah 20 ekor dibagi atas 2

kelompok di mana kelompok 1(kontrol) diberikan pelatihan fisik

berlebih + injeksi aquabidest intraperitoneal enam jam sebelum

perlakuan aktifitas berlebih kelompok ke 2 (perlakuan) diberikan

pelatihan fisik berlebih + injeksi intraperitoneal glutation 37

mgkgBBhari yang sudah dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril

4 Pada hari ke 35 dilakukan pemeriksaan kadar MDA pada masing-

masing tikus setelah bulu tikus kering

51

5 Selama penelitian hewan coba diberikan makanan dan minuman secara

teratur kebersihan dan kenyamanan kandang dijaga

461 Alur Penelitian

TIKUS ADAPTASI 2 MINGGU

PELATIHAN FISIK BERLEBIH 1 MINGGU

MDA

KELOMPOK 1 KELOMPOK 2

PELATIHAN FISIK BERLEBIH PELATIHAN FISIK BERLEBIH

+ AQUABIDEST (28 hari) +GLUTATION 37mgkgBBhari

28 HARI 28 HARI

MDA

Gambar 43 Bagan Alur Penelitian

462 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium

Pemantauan keselamatan tikus jantan (galur Wistar) di laboratorium

(Smith et al1988 Ngatidjan 2006) adalah sebagai berikut

1 Kandang tikus jantan harus cukup kuat tidak mudah rusak teratur dibersihkan

(1x seminggu) mudah dipasang kembali hewan tidak mudah lepas tahan

52

gigitan hewan kelihatan jelas dari luar Alas tempat tidur terbuat dari serbuk

gergaji atau sekam padi agar mudah menyerap air

2 Luas lantai yang memadai untuk tikus jantan dengan berat badan plusmn200 gram

adalah 60cm persegi dan tinggi 20 cm

3 Diciptakan suasana lingkungan yang stabil dan sesuai keperluan fisiologi tikus

jantan di mana kelembaban suhu pertukaran udara yang ekstrim harus

dihindari

4 Hewan coba hendaknya diperlakukan dengan kasih sayang

47 Pengolahan dan Analisis Data

Analisis data yang digunakan adalah

1 Analisis Deskriptif

2 Uji normalitas data dilakukan dengan tes Shapiro-Wilk Distribusi data

normal dengan nilai pgt005

3 Uji homogenitas dilakukan dengan Lavenersquos Test Data dinyatakan

homogen dengan nilai pgt005

4 Karena data berdistribusi normal dan homogen maka untuk uji

komparabilitas dipakai

- Uji t independent untuk membandingkan rerata kadar MDA antar

kelompok

- Uji Paired T- Test untuk membandingkan rerata kadar MDA pre

dan post masing-masing kelompok

- Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau

dinyatakan berbeda bila plt005

53

BAB V

HASIL PENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 20 ekor tikus jantan dewasa

(Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan berat badan plusmn200 gram sebagai

sampelyang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah 10 ekor

yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dankelompok

perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) Dalam penyajian hasil ini diuraikan

uji normalitas data uji homogenitas data uji komparabilitas dan uji efek

perlakuan

51 Uji Normalitas Data

Data Kadar MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan

pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji

Shapiro-Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005)

disajikan pada Tabel 51

53

54

Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing Kelompok Sebelum

dan Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Perlakuan n p Keterangan

Kadar MDA kontrol pre

Kadar MDA perlakuan pre

Kadar MDA kontrol post

Kadar MDA perlakuan post

10

10

10

10

0965

0550

0975

0697

Normal

Normal

Normal

Normal

52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok

Data Kadar MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun

sesudah perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test

Hasilnya menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52

Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA Sebelum dan

Sesudah Perlakuan

Variabel F p Keterangan

Kadar MDA pre

Kadar MDA post

0016

0592

0901

0452

Homogen

Homogen

53 Kadar MDA

531 Uji komparabilitas

Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata kadar MDA

antar kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan

55

glutation Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada

Tabel 53 berikut

Tabel 53

Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata

Kadar MDA

SB T P

Aktivitas berlebih dan

placebo

Aktivitas berlebihdan

glutathion

10

10

518

529

028

029

089 0386

Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok

kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 518028mmoll dan rerata

kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 529029mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 089 dan nilai

p = 0386 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan

berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya tidak berbeda secara

bermakna (p gt 005)

532 Analisis efek perlakuan

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kadar MDA antar

kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation

56

Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54

berikut

Tabel 54 Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata

Kadar MDA

SB T P

Aktivitas berlebih dan

placebo

Aktivitas berlebihdan

glutathion

10

10

778

444

023

017

3672 0001

Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok

kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata

kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 444017mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 3672 dan nilai

p = 0001 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan

berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya berbeda secara

bermakna (p lt 005)

57

Gambar 51 Perbedaan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

533 Analisis Komparasi Sebelum dengan Sesudah Perlakuan

Analisis komparasi diuji berdasarkan rerata kadar MDA antara sebelum

dengan sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation Hasil

analisis kemaknaan dengan uji t-paired disajikan pada Tabel 55 berikut

Tabel 55 Analisis KomparasiKadar MDA antara Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Kelompok Beda Rerata

pre ndash post p Keterangan

Aktivitas berlebih dan placebo

Aktivitas berlebih dan

glutathion

260

085

0001

0001

Meningkat

Menurun

58

Berdasarkan uji t-paired didapatkan bahwa ada penurunan kadar MDA

pada kelompok perlakuan secara bermakna sebesar 085mmoll sedangkan pada

kelompok kontrol mengalami peningkatan secara bermakna sebesar 260mmoll

59

BAB VI

PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian

Untuk menguji efek pemberian glutation terhadap penurunan kadar MDA

maka dilakukan penelitian terhadap 20 ekor tikus jantan dewasa (Galur Wistar)

sebagai sampel yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah

10 ekor yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dan

kelompok perlakuan (pelatihan fisik berlebih dan glutation)

62 Efek Pelatihan Fisik Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA

Hasil penelitian dan analisis data terhadap kadar MDA darah pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji

normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan homogenitas (Levenersquos test) pre-test dan post-

test masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)

Uji perbandingan 1 minggu pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan

injeksi antara kedua kelompok menggunakan uji t-independent Rerata kadar

MDA kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) adalah

518028mmoll dan rerata kelompok pelatihan fisik berlebih dan glutation

adalah 529029mmoll Analisis kemaknaan dengan uji t-independent

menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna kadar MDA darah antara

kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa

kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan injeksi rerata kadar MDAnya tidak

59

60

berbeda secara bermakna

Uji perbandingan setelah pemberian placebo dan glutation antara kedua

kelompok menggunakan t-independent Rerata kadar MDA kelompok kontrol

(aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata kelompok

perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) adalah 444017mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent antara kedua kelompok sesudah diberikan

placebo dan glutation menunjukkan perbedaan kadar MDA secara bermakna

(plt005) Hal ini berarti bahwa kelompok yang diberikan perlakuan berupa

placebo dan glutation 6 jam sebelum diberikan pelatihan fisik berlebih dengan

cara merenangkan selama 60 menit hari selama 35 hari rerata kadar MDA

berbeda secara bermakna Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh

untuk melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam

organ dan pembuluh darah (Giriwijoyo 2004)

Peningkatan kadar MDA sesudah diberikan pelatihan fisik berlebih pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan disebabkan karena pelatihan fisik

berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena terjadi peningkatan konsumsi

oksigen oleh aktifitas otot skeletal Stress oksidatif memicu peningkatan senyawa

oksigen reaktif Pada pelatihan fisik berlebih juga terjadi Reperfusion Injury yang

memicu terjadinya kerusakan jaringan dan peningkatan radikal bebas (Adiputra

2008) Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara menarik elektronnya

sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan sampai kematian sel

(Suryohudoyo 2000)

Pada penelitian ini didapatkan bahwa sesudah diberikan pelatihan fisik

61

berlebih dan placebo terjadi peningkatan kadar MDA sebesar 5024 Kadar

MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel (Winarsi

2007) Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pepe

(2011) bahwa pelatihan fisik berlebih meningkatkan kadar MDA Lebih lanjut

Murray et al (2000) juga menyatakan bahwa pelatihan fisik berlebih merangsang

respon biomarker stres oksidatif Sedangkan pada kelompok perlakuan yang

diberikan aktifitas berlebih dan glutation terjadi penurunan kadar MDA sebesar

1607 Terjadinya penurunan kadar MDA pada kelompok yang diberikan

glutation 6 jam sebelum melakukan pelatihan fisik berlebih disebabkan karena

pemberian antioksidan meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan

cara mendonorkan elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa

oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsi 2007) Glutation merupakan antioksidan

endogen yaitu antioksidan yang dapat disintesa dalam tubuh dari asam amino L-

sistein L-glutamat dan glisin (Cadenas 2002) yang juga sebagai master

antioksidan yaitu antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain

Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan

Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik (Hersh 2004) Glutation

merupakan salah satu antioksidan yang tidak dapat menjadi pro oksidan (Cadenas

2002) Normalnya sekali suatu antioksidan memakan radikal bebas antioksidan

ini menjadi teroksidasi sendiri dan menyerang sel yang sehat yang disebut

sebagai pro oksidan Glutation dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang

teroksidasi tersebut menjadi bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali

dalam memakan radikal bebas (Sellman 2009) Sehingga dengan demikian

62

glutation dapat membantu dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Urso

(2003) bahwa suplementasi antioksidan dapat mengatasi kondisi stress oksidatif

yang terjadi pelatihan fisik berlebih

Uji perbandingan antara data MDA pre dan post masing-masing kelompok

digunakan uji t-paired test Berdasarkan uji ini didapatkan hasil pada kelompok

perlakuan terjadi penurunan kadar MDA secara bermakna sebesar 085 mmollt

sedangkan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan kadar MDA secara

bermakna sebesar 260mmollt Terjadi penurunan kadar MDA pada kelompok

perlakuan menunjukkan pemberian antioksidan Glutation intraperitoneal dosis

37mgkgBBhari dapat mengatasi kondisi stress oksidatif yang terjadi pada

pelatihan fisik berlebih Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh

Urso (2003)

63

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

71 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan sebagai

berikut Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA

tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

72 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah

1 Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja glutation

yang lebih detail

2 Memperhatikan takaran latihan supaya tidak berlebihan yang justru akan

meningkatkan kerusakan sel

3 Perlu dilakukan uji klinis pada manusia

63

64

DAFTAR PUSTAKA

Adiputra N 2008Kesehatan Olah Raga Available from httpwwwbalihesgorgindexphpoption=com Accessed 2011 Oct 5th

Anonim 2011 Glutathione Available at

httpenwikipediaorgwikiGlutathione Accessed 2011 Oct 5th Anonim 2011 Overtraining Available at

httpwwwmarksdailyapplecomovertraining Accessed 2011 Oct5th

Asikin N 2001Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan InKursus Penyegaran dan Pelatihan Radikal bebas dan Antioksidan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta Fakultas Kedokteran UI

Bagiada NA 2001 Proses Penuaan dan Penanggulangannya Denpasar

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hal 22 Banerjee AK Mandal A Chanda D Chahraboti S 2003 Oxidant

Antioxidant and Physical ExerciseAvailable from httpwwwncbinlmnihgovpubmed14619981 accesed 2011 Sept 2nd

Binekada MC 2002 ldquoPelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Konsentrasi dan

Motilitas Spermatozoa Mencitrdquo(tesis) Denpasar Universitas Udayana

Cadenas E Jones PD 2002Bioavailability of Glutathione In Cadenas E

Packer L editorsHandbook of Antioxidants2nd Ed New York Marcel DekkerInc p549-564

Catala A 2006Lipid PeroxidationInt J Biochem Cell Biol 38 1482-1495 Dalle-DonneI Rossi R ColomboR Giustarini D Milzani

A2006Biomarkers of Oxidative Damage in Human Disease Available from httpwwwredorbitcomnewsscience473334biomarkersof oxidative damage in human diseaseindexhtmlaccessed2011 Sept 5th

Fouad T 2007 Free radicals Types Sources and Damaging Reaction

Relations Available from

64

65

wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th

Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th

Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112

Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors

ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their

Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69

Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan

Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th

Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz

R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155

Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester

Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th

Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala

T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200

Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and

Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders

66

Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana

LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia

Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647

Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from

httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit

Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK

Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620

Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji

Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah

Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009

Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan

Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132

Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde

Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521

Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley

Medical Publicationsp 123-141

Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI

Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable

from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer

67

Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole

Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam

Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI

Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam

Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya

Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan

Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47

Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant

Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th

Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan

Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105

68

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965

Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975

Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753

Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

69

Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan

Group Statistics

Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887

Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215

Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260

Perlakuan 10 42500 23348 07383

Independent Samples Test

Levenes Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df

Sig (2-

tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence Interval of the

Difference Lower Upper

Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428

Equal variances not assumed

-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429

Post1

Equal variances assumed 592 452 367

22 18 000 333700 09087 314608 352792

Equal variances not assumed

36722 16855 000 333700 09087 314515 352885

Post2

Equal variances assumed 906 354 264

19 18 000 239500 09066 220454 258546

Equal variances not assumed

26419 16265 000 239500 09066 220307 258693

70

Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis

(Laurence amp Bacharach 1964)

2g mencit 20g tikus 400g marmot

l5Kg kelinci

20Kg kucing

40Kg kera

120Kg anjing

70Kg manusia

20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879

200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560

400 g marmot

008 057 10 225 24 52 102 315

l5Kg kelinci

004 025 044 10 106 24 45 142

20Kg kucing

003 023 042 092 10 22 41 130

40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61

120Kg anjing

0008 006 010 0022 024 052 10 31

70Kg manusia

00026 0018 0031 007 0013 016 032 10

71

Lampiran 4

Foto Penelitian

Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)

72

Lampiran 5

Data Hasil Penelitian

Kelompok Kontrol

Pre test Post test Pre test Post Test

752 647 769 694

779 670 773 664

745 660 803 653

769 643 817 677

783 653

786 684

Kelompok Perlakuan

Pre Test Post test

412 391

436 412

442 425

425 401

453 436

466 442

432 405

456 432

470 453

476 463

Page 58: PEMBERIAN INJEKSI GLUTATION INTRAPERITONEAL

40

BAB III

KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

31 Kerangka Berpikir

Faktor penyebab penuaan antara lain faktor internal dan faktoreksternal

Faktor internal meliputi radikal bebas glikosilasi metilasi hormon yang

berkurang apoptosis system kekebalan tubuh yang menurun genetik Faktor

eksternal meliputi gaya hidup tidak sehat polusi lingkungan stress kemiskinan

kebiasaan yang salah olahraga berlebihan (overtraining) Berbagai faktor di atas

menyebabkan terjadinya penurunan fungsi tubuh dan terjadilah penuaan

Kerangka konsep penelitian berdasarkan teori bahwa salah satu penyebab

penuaan adalah radikal bebas Bila jumlah radikal bebas melebihi jumlah

antioksidan di dalam tubuh terjadilah stress oksidatif Radikal bebas dapat

merusak membran sel protein DNA dan berakibat fatal bagi kelangsungan hidup

sel jaringan Stress oksidatif yang berlangsung lama akan mengakibatkan

terjadinya penumpukan hasil kerusakan oksidatif di dalam sel dan jaringan

selanjutnya sel dan jaringan tersebut akan kehilangan fungsinya dan akhirnya

mati

Olahraga berlebih meningkatkan stress oksidatif karena terdapat

peningkatan konsumsi O2 oleh aktivitas otot skeletal Oksigen juga dapat bersifat

toksik yang dapat memicu peningkatan Reactive Oxygen Species (ROS)Organ

yang tidak mendapat cukup oksigen dan nutrisi menjadi iskemik dan terjadi

kerusakan mikrovaskular (Reperfusion Injury) memicu peningkatan radikal

40

41

bebas Dengan pemberian antioksidan Glutation yang merupakan antioksidan

master diharapkan dapat mencegah kerusakan lebih lanjut yang diakibatkan oleh

radikal bebas dengan cara melindungi sel dari Reactive Oxygen Species (ROS)

dan dapat dilihat melalui parameter MDA yang mengalami penurunan

32 Konsep Penelitian

Konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Gambar 31 Konsep Kadar MDA pada tikus yang diberikan Pelatihan Fisik Berlebih+ Placebo dan Pelatihan Fisik Berlebih + Glutation

FAKTOR INTERNAL

- Jenis Kelamin

- Usia

- Genetik

- Hormon

- Psikologis

FAKTOR EKSTERNAL

- Makanan

- Cuaca iklim

- Penyakit

- Exercise

GLUTATION

TIKUS

KADAR MDA

42

33 Hipotesis

Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan kadar MDA

tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

43

BAB IV

METODE PENELITIAN

41 Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksterimental dengan rancangan

randomized pre test-post test control group design (Poccock et al 2008)

Subyek terdiri dari 2 kelompok yaitu

1 Kelompok 1 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+ Placebo

2 Kelompok 2 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation

Semua kelompok sebelum perlakuan diberikan pre test (O1 O3) dan

dihitung rerata untuk masing-masing kelompok

Setelah perlakuan semua kelompok diberikan post test (O2 O4) dan

dihitung rerata untuk masing-masing kelompok

Kemudian dihitung perbedaan rerata antara pre test dan post test dari

masing-masing kelompok lalu hasil perbedaan tersebut dibandingkan secara

statistik

Gambar 41 Rancangan Penelitian

P S

43

R R

O1 P1 O2

O3 P2 O4

44

Keterangan

P = populasi

S = sampel

R = random

O1 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah mendapatkan

pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan placebo (pre test)

O2 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah diberikan pelatihan

fisik berlebih setelah diberikan placebo (post test)

O3 = observasi data MDA kelompok perlakuan setelah diberikan

pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan Glutation (pre test)

O4 = observasi data MDA kelompok perlakuan diberikan pelatihan fisik

berlebih setelah diberikan Glutation (post test)

P1 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih+ placebo

P2 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation

42 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran

Universitas Udayana pada bulan Januari ndash Maret 2012 Pemeriksaan MDA darah

tikus dikerjakan di bagian Program Antar Unit Universitas Gajah Mada

Jogyakarta

45

43 Populasi dan Sampel

431 Populasi

Subyek penelitian adalah tikus jantan dewasa galur Wistar yang berusia 2-

25 bulan dan dalam kondisi fisik sehat

432 Kriteria Sampel

4321 Kriteria Inklusi

Kriteria Inklusi yang ditetapkan sebagai sampel adalah sebagai berikut

a Tikus jantan dewasa galur Wistar

b Umur 2-25 bulan

c Berat badan plusmn200 gram

d Sehat

e MDA ge 5mmollt

4322 Kriteria Drop Out

Adalah sampel yang mati pada waktu penelitian

433 Besar Sampel

Besar sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini dihitung berdasarkan

rumus Poccock (2008)

Angka μ1 (5) dan μ2 (12) didapatkan dari penelitian sebelumnya (Ji 1998)

n=

46

= asymp 7

Keterangan

n = jumlah sampel

σ = standar deviasi kelompok perlakuan dengan pemberian

glutation (15)

f ( ) = besarnya didapat dari tabel (Poccock 2008)

μ1 = rerata hasil MDA pada kelompok perlakuan sesudah

pemberian glutatioacuten (5)

μ2 = rerata hasil MDA pada kelompok pre test (12)

Jadi jumlah sampel (n) = 675 dan ditambah 3 ekor tikus untuk masing-

masing kelompok sebagai cadangan Jadi total 20 ekor tikus dengan 10

ekor tikus untuk masing-masing kelompok

434 Teknik Pengambilan Sampel

Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat

sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi diambil secara acak

sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi

2 kelompok yaitu kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+placebo kelompok

dengan pelatihan fisik berlebih + glutation

47

44 Variabel Penelitian

441 Klasifikasi Variabel

Variabel penelitian dibedakan menjadi

1 Variabel Bebas dosis pemberian glutation

2 Variabel Tergantung kadar MDA

3 Variabel Terkendali varian tikus jantan (galur wistar) jenis

kelamin umur berat badan lingkungan

(pencahayaan suhu kelembaban nutrisi

kandang)

Gambar 42 Bagan Hubungan Antar Variabel

VARIABEL BEBAS

- Pelatihan fisik berlebih

- Glutation 37mg kgBBhari

VARIABEL TERGANTUNG

KADAR MDA

VARIABEL TERKENDALI

Varian tikus

Jenis kelamin umur berat badan

Pencahayaan suhu kelembaban nutrisi kandang

Makanan minuman

48

442 Definisi Operasional Variabel

1 Pelatihan fisik berlebih pada tikus adalah pelatihan yang berlebihan

yang diukur berdasarkan kemampuan maksimal berenang tikus pada

ember berdiameter 35 cm dengan kedalaman air 20 cm yang

dilakukan 60 menithari selama 35 hari pada waktu yang sama pada

suhu 32 derajat (Binekada 2002 dan Pepe2011)

2 Glutation yang diberikan adalah Glutation Teofarma injeksi sediaan

600mg 4 ml Dosis pemberian Glutation adalah pemberian sediaan

antioksidan Glutation dalam bentuk suntikan intraperitoneal yang

diberikan 1x sehari dan diberikan 6 jam sebelum pelatihan fisik

berlebih Dosis pemberian Glutation mengacu pada penelitian yang

dilakukan sebelumnya oleh Ji L L yaitu 37mgkgBBhari yang

dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril secara intraperitonial

3 MDA merupakan salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada

membran sel dan merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan

oleh radikal bebas Pengukuran kadar MDA menggunakan metode

Thiobarbituraic Acid Reactive Substances (TBARS) Pembacaan hasil

dengan menggunakan spektrofotometer Satuan MDA dalam mmoll

4 Cahaya suhu dan kelembaban merupakan kondisi lingkungan yang

dialami tikus jantan dewasa Pada penelitian ini kondisi lingkungan

selama percobaan dibuat sama

5 Berat badan tikus adalah berat badan yang ditimbang dengan

timbangan gram

49

6 Umur tikus adalah umur yang ditentukan dengan melihat tanggal

kelahiran yang dicatat pada kandang percobaan

7 Kondisi peneliti yang meliputi kesehatan fisik dan psikis peneliti

Penelitian dilaksanakan saat kondisi peneliti dalam keadaan baik

sehingga pengaruhnya terhadap hasil penelitian dapat diabaikan

45 Bahan dan Alat Penelitian

451 Bahan Penelitian

Glutation injeksi

Tikus jantan

Makanan tikus berupa pellet dan air minum dari air ledeng

Aquades steril

EDTA (Ethylenediamine tetraacetic acid)

Reagensia untuk pengukuran kadar MDA

452 Alat Penelitian

Alat yang dipakai dalam pengambilan data penelitian ini adalah

- Kandang tikus terbuat dari besi yang di dalamnya terdapat sekam dan

botol minuman

- Ember berdiameter 35 cm dan kedalaman air 20 cm

- Stopwatch

- Timbangan

- Spuit injeksi 1 ml

50

- Sarung tangan

- Kapas dan alkohol 70

- Tabung Evendorf

- Mikropipet

- Pipet kapiler

- Sentrifugasi

46 Prosedur Penelitian

1 Tikus jantan dewasa (Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan

berat badan plusmn200gram dilakukan aklimatisasi selama 2 minggu di

tempat penelitian untuk penyesuaian dengan lingkungan

2 Semua sampel tikus diberi perlakuan yang sama yaitu diberikan

pelatihan fisik berlebih dengan cara berenang sampai kelelahan pada

hari ke 7 kedua kelompok tersebut dilakukan pemeriksaan MDA

3 Mulai hari ke 8 ndash 35 sampel tikus yang berjumlah 20 ekor dibagi atas 2

kelompok di mana kelompok 1(kontrol) diberikan pelatihan fisik

berlebih + injeksi aquabidest intraperitoneal enam jam sebelum

perlakuan aktifitas berlebih kelompok ke 2 (perlakuan) diberikan

pelatihan fisik berlebih + injeksi intraperitoneal glutation 37

mgkgBBhari yang sudah dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril

4 Pada hari ke 35 dilakukan pemeriksaan kadar MDA pada masing-

masing tikus setelah bulu tikus kering

51

5 Selama penelitian hewan coba diberikan makanan dan minuman secara

teratur kebersihan dan kenyamanan kandang dijaga

461 Alur Penelitian

TIKUS ADAPTASI 2 MINGGU

PELATIHAN FISIK BERLEBIH 1 MINGGU

MDA

KELOMPOK 1 KELOMPOK 2

PELATIHAN FISIK BERLEBIH PELATIHAN FISIK BERLEBIH

+ AQUABIDEST (28 hari) +GLUTATION 37mgkgBBhari

28 HARI 28 HARI

MDA

Gambar 43 Bagan Alur Penelitian

462 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium

Pemantauan keselamatan tikus jantan (galur Wistar) di laboratorium

(Smith et al1988 Ngatidjan 2006) adalah sebagai berikut

1 Kandang tikus jantan harus cukup kuat tidak mudah rusak teratur dibersihkan

(1x seminggu) mudah dipasang kembali hewan tidak mudah lepas tahan

52

gigitan hewan kelihatan jelas dari luar Alas tempat tidur terbuat dari serbuk

gergaji atau sekam padi agar mudah menyerap air

2 Luas lantai yang memadai untuk tikus jantan dengan berat badan plusmn200 gram

adalah 60cm persegi dan tinggi 20 cm

3 Diciptakan suasana lingkungan yang stabil dan sesuai keperluan fisiologi tikus

jantan di mana kelembaban suhu pertukaran udara yang ekstrim harus

dihindari

4 Hewan coba hendaknya diperlakukan dengan kasih sayang

47 Pengolahan dan Analisis Data

Analisis data yang digunakan adalah

1 Analisis Deskriptif

2 Uji normalitas data dilakukan dengan tes Shapiro-Wilk Distribusi data

normal dengan nilai pgt005

3 Uji homogenitas dilakukan dengan Lavenersquos Test Data dinyatakan

homogen dengan nilai pgt005

4 Karena data berdistribusi normal dan homogen maka untuk uji

komparabilitas dipakai

- Uji t independent untuk membandingkan rerata kadar MDA antar

kelompok

- Uji Paired T- Test untuk membandingkan rerata kadar MDA pre

dan post masing-masing kelompok

- Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau

dinyatakan berbeda bila plt005

53

BAB V

HASIL PENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 20 ekor tikus jantan dewasa

(Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan berat badan plusmn200 gram sebagai

sampelyang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah 10 ekor

yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dankelompok

perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) Dalam penyajian hasil ini diuraikan

uji normalitas data uji homogenitas data uji komparabilitas dan uji efek

perlakuan

51 Uji Normalitas Data

Data Kadar MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan

pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji

Shapiro-Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005)

disajikan pada Tabel 51

53

54

Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing Kelompok Sebelum

dan Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Perlakuan n p Keterangan

Kadar MDA kontrol pre

Kadar MDA perlakuan pre

Kadar MDA kontrol post

Kadar MDA perlakuan post

10

10

10

10

0965

0550

0975

0697

Normal

Normal

Normal

Normal

52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok

Data Kadar MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun

sesudah perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test

Hasilnya menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52

Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA Sebelum dan

Sesudah Perlakuan

Variabel F p Keterangan

Kadar MDA pre

Kadar MDA post

0016

0592

0901

0452

Homogen

Homogen

53 Kadar MDA

531 Uji komparabilitas

Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata kadar MDA

antar kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan

55

glutation Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada

Tabel 53 berikut

Tabel 53

Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata

Kadar MDA

SB T P

Aktivitas berlebih dan

placebo

Aktivitas berlebihdan

glutathion

10

10

518

529

028

029

089 0386

Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok

kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 518028mmoll dan rerata

kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 529029mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 089 dan nilai

p = 0386 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan

berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya tidak berbeda secara

bermakna (p gt 005)

532 Analisis efek perlakuan

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kadar MDA antar

kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation

56

Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54

berikut

Tabel 54 Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata

Kadar MDA

SB T P

Aktivitas berlebih dan

placebo

Aktivitas berlebihdan

glutathion

10

10

778

444

023

017

3672 0001

Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok

kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata

kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 444017mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 3672 dan nilai

p = 0001 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan

berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya berbeda secara

bermakna (p lt 005)

57

Gambar 51 Perbedaan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

533 Analisis Komparasi Sebelum dengan Sesudah Perlakuan

Analisis komparasi diuji berdasarkan rerata kadar MDA antara sebelum

dengan sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation Hasil

analisis kemaknaan dengan uji t-paired disajikan pada Tabel 55 berikut

Tabel 55 Analisis KomparasiKadar MDA antara Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Kelompok Beda Rerata

pre ndash post p Keterangan

Aktivitas berlebih dan placebo

Aktivitas berlebih dan

glutathion

260

085

0001

0001

Meningkat

Menurun

58

Berdasarkan uji t-paired didapatkan bahwa ada penurunan kadar MDA

pada kelompok perlakuan secara bermakna sebesar 085mmoll sedangkan pada

kelompok kontrol mengalami peningkatan secara bermakna sebesar 260mmoll

59

BAB VI

PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian

Untuk menguji efek pemberian glutation terhadap penurunan kadar MDA

maka dilakukan penelitian terhadap 20 ekor tikus jantan dewasa (Galur Wistar)

sebagai sampel yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah

10 ekor yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dan

kelompok perlakuan (pelatihan fisik berlebih dan glutation)

62 Efek Pelatihan Fisik Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA

Hasil penelitian dan analisis data terhadap kadar MDA darah pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji

normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan homogenitas (Levenersquos test) pre-test dan post-

test masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)

Uji perbandingan 1 minggu pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan

injeksi antara kedua kelompok menggunakan uji t-independent Rerata kadar

MDA kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) adalah

518028mmoll dan rerata kelompok pelatihan fisik berlebih dan glutation

adalah 529029mmoll Analisis kemaknaan dengan uji t-independent

menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna kadar MDA darah antara

kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa

kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan injeksi rerata kadar MDAnya tidak

59

60

berbeda secara bermakna

Uji perbandingan setelah pemberian placebo dan glutation antara kedua

kelompok menggunakan t-independent Rerata kadar MDA kelompok kontrol

(aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata kelompok

perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) adalah 444017mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent antara kedua kelompok sesudah diberikan

placebo dan glutation menunjukkan perbedaan kadar MDA secara bermakna

(plt005) Hal ini berarti bahwa kelompok yang diberikan perlakuan berupa

placebo dan glutation 6 jam sebelum diberikan pelatihan fisik berlebih dengan

cara merenangkan selama 60 menit hari selama 35 hari rerata kadar MDA

berbeda secara bermakna Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh

untuk melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam

organ dan pembuluh darah (Giriwijoyo 2004)

Peningkatan kadar MDA sesudah diberikan pelatihan fisik berlebih pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan disebabkan karena pelatihan fisik

berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena terjadi peningkatan konsumsi

oksigen oleh aktifitas otot skeletal Stress oksidatif memicu peningkatan senyawa

oksigen reaktif Pada pelatihan fisik berlebih juga terjadi Reperfusion Injury yang

memicu terjadinya kerusakan jaringan dan peningkatan radikal bebas (Adiputra

2008) Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara menarik elektronnya

sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan sampai kematian sel

(Suryohudoyo 2000)

Pada penelitian ini didapatkan bahwa sesudah diberikan pelatihan fisik

61

berlebih dan placebo terjadi peningkatan kadar MDA sebesar 5024 Kadar

MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel (Winarsi

2007) Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pepe

(2011) bahwa pelatihan fisik berlebih meningkatkan kadar MDA Lebih lanjut

Murray et al (2000) juga menyatakan bahwa pelatihan fisik berlebih merangsang

respon biomarker stres oksidatif Sedangkan pada kelompok perlakuan yang

diberikan aktifitas berlebih dan glutation terjadi penurunan kadar MDA sebesar

1607 Terjadinya penurunan kadar MDA pada kelompok yang diberikan

glutation 6 jam sebelum melakukan pelatihan fisik berlebih disebabkan karena

pemberian antioksidan meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan

cara mendonorkan elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa

oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsi 2007) Glutation merupakan antioksidan

endogen yaitu antioksidan yang dapat disintesa dalam tubuh dari asam amino L-

sistein L-glutamat dan glisin (Cadenas 2002) yang juga sebagai master

antioksidan yaitu antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain

Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan

Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik (Hersh 2004) Glutation

merupakan salah satu antioksidan yang tidak dapat menjadi pro oksidan (Cadenas

2002) Normalnya sekali suatu antioksidan memakan radikal bebas antioksidan

ini menjadi teroksidasi sendiri dan menyerang sel yang sehat yang disebut

sebagai pro oksidan Glutation dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang

teroksidasi tersebut menjadi bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali

dalam memakan radikal bebas (Sellman 2009) Sehingga dengan demikian

62

glutation dapat membantu dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Urso

(2003) bahwa suplementasi antioksidan dapat mengatasi kondisi stress oksidatif

yang terjadi pelatihan fisik berlebih

Uji perbandingan antara data MDA pre dan post masing-masing kelompok

digunakan uji t-paired test Berdasarkan uji ini didapatkan hasil pada kelompok

perlakuan terjadi penurunan kadar MDA secara bermakna sebesar 085 mmollt

sedangkan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan kadar MDA secara

bermakna sebesar 260mmollt Terjadi penurunan kadar MDA pada kelompok

perlakuan menunjukkan pemberian antioksidan Glutation intraperitoneal dosis

37mgkgBBhari dapat mengatasi kondisi stress oksidatif yang terjadi pada

pelatihan fisik berlebih Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh

Urso (2003)

63

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

71 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan sebagai

berikut Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA

tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

72 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah

1 Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja glutation

yang lebih detail

2 Memperhatikan takaran latihan supaya tidak berlebihan yang justru akan

meningkatkan kerusakan sel

3 Perlu dilakukan uji klinis pada manusia

63

64

DAFTAR PUSTAKA

Adiputra N 2008Kesehatan Olah Raga Available from httpwwwbalihesgorgindexphpoption=com Accessed 2011 Oct 5th

Anonim 2011 Glutathione Available at

httpenwikipediaorgwikiGlutathione Accessed 2011 Oct 5th Anonim 2011 Overtraining Available at

httpwwwmarksdailyapplecomovertraining Accessed 2011 Oct5th

Asikin N 2001Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan InKursus Penyegaran dan Pelatihan Radikal bebas dan Antioksidan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta Fakultas Kedokteran UI

Bagiada NA 2001 Proses Penuaan dan Penanggulangannya Denpasar

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hal 22 Banerjee AK Mandal A Chanda D Chahraboti S 2003 Oxidant

Antioxidant and Physical ExerciseAvailable from httpwwwncbinlmnihgovpubmed14619981 accesed 2011 Sept 2nd

Binekada MC 2002 ldquoPelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Konsentrasi dan

Motilitas Spermatozoa Mencitrdquo(tesis) Denpasar Universitas Udayana

Cadenas E Jones PD 2002Bioavailability of Glutathione In Cadenas E

Packer L editorsHandbook of Antioxidants2nd Ed New York Marcel DekkerInc p549-564

Catala A 2006Lipid PeroxidationInt J Biochem Cell Biol 38 1482-1495 Dalle-DonneI Rossi R ColomboR Giustarini D Milzani

A2006Biomarkers of Oxidative Damage in Human Disease Available from httpwwwredorbitcomnewsscience473334biomarkersof oxidative damage in human diseaseindexhtmlaccessed2011 Sept 5th

Fouad T 2007 Free radicals Types Sources and Damaging Reaction

Relations Available from

64

65

wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th

Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th

Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112

Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors

ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their

Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69

Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan

Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th

Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz

R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155

Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester

Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th

Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala

T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200

Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and

Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders

66

Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana

LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia

Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647

Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from

httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit

Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK

Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620

Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji

Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah

Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009

Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan

Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132

Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde

Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521

Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley

Medical Publicationsp 123-141

Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI

Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable

from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer

67

Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole

Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam

Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI

Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam

Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya

Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan

Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47

Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant

Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th

Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan

Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105

68

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965

Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975

Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753

Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

69

Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan

Group Statistics

Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887

Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215

Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260

Perlakuan 10 42500 23348 07383

Independent Samples Test

Levenes Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df

Sig (2-

tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence Interval of the

Difference Lower Upper

Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428

Equal variances not assumed

-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429

Post1

Equal variances assumed 592 452 367

22 18 000 333700 09087 314608 352792

Equal variances not assumed

36722 16855 000 333700 09087 314515 352885

Post2

Equal variances assumed 906 354 264

19 18 000 239500 09066 220454 258546

Equal variances not assumed

26419 16265 000 239500 09066 220307 258693

70

Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis

(Laurence amp Bacharach 1964)

2g mencit 20g tikus 400g marmot

l5Kg kelinci

20Kg kucing

40Kg kera

120Kg anjing

70Kg manusia

20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879

200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560

400 g marmot

008 057 10 225 24 52 102 315

l5Kg kelinci

004 025 044 10 106 24 45 142

20Kg kucing

003 023 042 092 10 22 41 130

40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61

120Kg anjing

0008 006 010 0022 024 052 10 31

70Kg manusia

00026 0018 0031 007 0013 016 032 10

71

Lampiran 4

Foto Penelitian

Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)

72

Lampiran 5

Data Hasil Penelitian

Kelompok Kontrol

Pre test Post test Pre test Post Test

752 647 769 694

779 670 773 664

745 660 803 653

769 643 817 677

783 653

786 684

Kelompok Perlakuan

Pre Test Post test

412 391

436 412

442 425

425 401

453 436

466 442

432 405

456 432

470 453

476 463

Page 59: PEMBERIAN INJEKSI GLUTATION INTRAPERITONEAL

41

bebas Dengan pemberian antioksidan Glutation yang merupakan antioksidan

master diharapkan dapat mencegah kerusakan lebih lanjut yang diakibatkan oleh

radikal bebas dengan cara melindungi sel dari Reactive Oxygen Species (ROS)

dan dapat dilihat melalui parameter MDA yang mengalami penurunan

32 Konsep Penelitian

Konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Gambar 31 Konsep Kadar MDA pada tikus yang diberikan Pelatihan Fisik Berlebih+ Placebo dan Pelatihan Fisik Berlebih + Glutation

FAKTOR INTERNAL

- Jenis Kelamin

- Usia

- Genetik

- Hormon

- Psikologis

FAKTOR EKSTERNAL

- Makanan

- Cuaca iklim

- Penyakit

- Exercise

GLUTATION

TIKUS

KADAR MDA

42

33 Hipotesis

Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan kadar MDA

tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

43

BAB IV

METODE PENELITIAN

41 Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksterimental dengan rancangan

randomized pre test-post test control group design (Poccock et al 2008)

Subyek terdiri dari 2 kelompok yaitu

1 Kelompok 1 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+ Placebo

2 Kelompok 2 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation

Semua kelompok sebelum perlakuan diberikan pre test (O1 O3) dan

dihitung rerata untuk masing-masing kelompok

Setelah perlakuan semua kelompok diberikan post test (O2 O4) dan

dihitung rerata untuk masing-masing kelompok

Kemudian dihitung perbedaan rerata antara pre test dan post test dari

masing-masing kelompok lalu hasil perbedaan tersebut dibandingkan secara

statistik

Gambar 41 Rancangan Penelitian

P S

43

R R

O1 P1 O2

O3 P2 O4

44

Keterangan

P = populasi

S = sampel

R = random

O1 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah mendapatkan

pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan placebo (pre test)

O2 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah diberikan pelatihan

fisik berlebih setelah diberikan placebo (post test)

O3 = observasi data MDA kelompok perlakuan setelah diberikan

pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan Glutation (pre test)

O4 = observasi data MDA kelompok perlakuan diberikan pelatihan fisik

berlebih setelah diberikan Glutation (post test)

P1 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih+ placebo

P2 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation

42 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran

Universitas Udayana pada bulan Januari ndash Maret 2012 Pemeriksaan MDA darah

tikus dikerjakan di bagian Program Antar Unit Universitas Gajah Mada

Jogyakarta

45

43 Populasi dan Sampel

431 Populasi

Subyek penelitian adalah tikus jantan dewasa galur Wistar yang berusia 2-

25 bulan dan dalam kondisi fisik sehat

432 Kriteria Sampel

4321 Kriteria Inklusi

Kriteria Inklusi yang ditetapkan sebagai sampel adalah sebagai berikut

a Tikus jantan dewasa galur Wistar

b Umur 2-25 bulan

c Berat badan plusmn200 gram

d Sehat

e MDA ge 5mmollt

4322 Kriteria Drop Out

Adalah sampel yang mati pada waktu penelitian

433 Besar Sampel

Besar sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini dihitung berdasarkan

rumus Poccock (2008)

Angka μ1 (5) dan μ2 (12) didapatkan dari penelitian sebelumnya (Ji 1998)

n=

46

= asymp 7

Keterangan

n = jumlah sampel

σ = standar deviasi kelompok perlakuan dengan pemberian

glutation (15)

f ( ) = besarnya didapat dari tabel (Poccock 2008)

μ1 = rerata hasil MDA pada kelompok perlakuan sesudah

pemberian glutatioacuten (5)

μ2 = rerata hasil MDA pada kelompok pre test (12)

Jadi jumlah sampel (n) = 675 dan ditambah 3 ekor tikus untuk masing-

masing kelompok sebagai cadangan Jadi total 20 ekor tikus dengan 10

ekor tikus untuk masing-masing kelompok

434 Teknik Pengambilan Sampel

Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat

sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi diambil secara acak

sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi

2 kelompok yaitu kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+placebo kelompok

dengan pelatihan fisik berlebih + glutation

47

44 Variabel Penelitian

441 Klasifikasi Variabel

Variabel penelitian dibedakan menjadi

1 Variabel Bebas dosis pemberian glutation

2 Variabel Tergantung kadar MDA

3 Variabel Terkendali varian tikus jantan (galur wistar) jenis

kelamin umur berat badan lingkungan

(pencahayaan suhu kelembaban nutrisi

kandang)

Gambar 42 Bagan Hubungan Antar Variabel

VARIABEL BEBAS

- Pelatihan fisik berlebih

- Glutation 37mg kgBBhari

VARIABEL TERGANTUNG

KADAR MDA

VARIABEL TERKENDALI

Varian tikus

Jenis kelamin umur berat badan

Pencahayaan suhu kelembaban nutrisi kandang

Makanan minuman

48

442 Definisi Operasional Variabel

1 Pelatihan fisik berlebih pada tikus adalah pelatihan yang berlebihan

yang diukur berdasarkan kemampuan maksimal berenang tikus pada

ember berdiameter 35 cm dengan kedalaman air 20 cm yang

dilakukan 60 menithari selama 35 hari pada waktu yang sama pada

suhu 32 derajat (Binekada 2002 dan Pepe2011)

2 Glutation yang diberikan adalah Glutation Teofarma injeksi sediaan

600mg 4 ml Dosis pemberian Glutation adalah pemberian sediaan

antioksidan Glutation dalam bentuk suntikan intraperitoneal yang

diberikan 1x sehari dan diberikan 6 jam sebelum pelatihan fisik

berlebih Dosis pemberian Glutation mengacu pada penelitian yang

dilakukan sebelumnya oleh Ji L L yaitu 37mgkgBBhari yang

dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril secara intraperitonial

3 MDA merupakan salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada

membran sel dan merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan

oleh radikal bebas Pengukuran kadar MDA menggunakan metode

Thiobarbituraic Acid Reactive Substances (TBARS) Pembacaan hasil

dengan menggunakan spektrofotometer Satuan MDA dalam mmoll

4 Cahaya suhu dan kelembaban merupakan kondisi lingkungan yang

dialami tikus jantan dewasa Pada penelitian ini kondisi lingkungan

selama percobaan dibuat sama

5 Berat badan tikus adalah berat badan yang ditimbang dengan

timbangan gram

49

6 Umur tikus adalah umur yang ditentukan dengan melihat tanggal

kelahiran yang dicatat pada kandang percobaan

7 Kondisi peneliti yang meliputi kesehatan fisik dan psikis peneliti

Penelitian dilaksanakan saat kondisi peneliti dalam keadaan baik

sehingga pengaruhnya terhadap hasil penelitian dapat diabaikan

45 Bahan dan Alat Penelitian

451 Bahan Penelitian

Glutation injeksi

Tikus jantan

Makanan tikus berupa pellet dan air minum dari air ledeng

Aquades steril

EDTA (Ethylenediamine tetraacetic acid)

Reagensia untuk pengukuran kadar MDA

452 Alat Penelitian

Alat yang dipakai dalam pengambilan data penelitian ini adalah

- Kandang tikus terbuat dari besi yang di dalamnya terdapat sekam dan

botol minuman

- Ember berdiameter 35 cm dan kedalaman air 20 cm

- Stopwatch

- Timbangan

- Spuit injeksi 1 ml

50

- Sarung tangan

- Kapas dan alkohol 70

- Tabung Evendorf

- Mikropipet

- Pipet kapiler

- Sentrifugasi

46 Prosedur Penelitian

1 Tikus jantan dewasa (Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan

berat badan plusmn200gram dilakukan aklimatisasi selama 2 minggu di

tempat penelitian untuk penyesuaian dengan lingkungan

2 Semua sampel tikus diberi perlakuan yang sama yaitu diberikan

pelatihan fisik berlebih dengan cara berenang sampai kelelahan pada

hari ke 7 kedua kelompok tersebut dilakukan pemeriksaan MDA

3 Mulai hari ke 8 ndash 35 sampel tikus yang berjumlah 20 ekor dibagi atas 2

kelompok di mana kelompok 1(kontrol) diberikan pelatihan fisik

berlebih + injeksi aquabidest intraperitoneal enam jam sebelum

perlakuan aktifitas berlebih kelompok ke 2 (perlakuan) diberikan

pelatihan fisik berlebih + injeksi intraperitoneal glutation 37

mgkgBBhari yang sudah dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril

4 Pada hari ke 35 dilakukan pemeriksaan kadar MDA pada masing-

masing tikus setelah bulu tikus kering

51

5 Selama penelitian hewan coba diberikan makanan dan minuman secara

teratur kebersihan dan kenyamanan kandang dijaga

461 Alur Penelitian

TIKUS ADAPTASI 2 MINGGU

PELATIHAN FISIK BERLEBIH 1 MINGGU

MDA

KELOMPOK 1 KELOMPOK 2

PELATIHAN FISIK BERLEBIH PELATIHAN FISIK BERLEBIH

+ AQUABIDEST (28 hari) +GLUTATION 37mgkgBBhari

28 HARI 28 HARI

MDA

Gambar 43 Bagan Alur Penelitian

462 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium

Pemantauan keselamatan tikus jantan (galur Wistar) di laboratorium

(Smith et al1988 Ngatidjan 2006) adalah sebagai berikut

1 Kandang tikus jantan harus cukup kuat tidak mudah rusak teratur dibersihkan

(1x seminggu) mudah dipasang kembali hewan tidak mudah lepas tahan

52

gigitan hewan kelihatan jelas dari luar Alas tempat tidur terbuat dari serbuk

gergaji atau sekam padi agar mudah menyerap air

2 Luas lantai yang memadai untuk tikus jantan dengan berat badan plusmn200 gram

adalah 60cm persegi dan tinggi 20 cm

3 Diciptakan suasana lingkungan yang stabil dan sesuai keperluan fisiologi tikus

jantan di mana kelembaban suhu pertukaran udara yang ekstrim harus

dihindari

4 Hewan coba hendaknya diperlakukan dengan kasih sayang

47 Pengolahan dan Analisis Data

Analisis data yang digunakan adalah

1 Analisis Deskriptif

2 Uji normalitas data dilakukan dengan tes Shapiro-Wilk Distribusi data

normal dengan nilai pgt005

3 Uji homogenitas dilakukan dengan Lavenersquos Test Data dinyatakan

homogen dengan nilai pgt005

4 Karena data berdistribusi normal dan homogen maka untuk uji

komparabilitas dipakai

- Uji t independent untuk membandingkan rerata kadar MDA antar

kelompok

- Uji Paired T- Test untuk membandingkan rerata kadar MDA pre

dan post masing-masing kelompok

- Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau

dinyatakan berbeda bila plt005

53

BAB V

HASIL PENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 20 ekor tikus jantan dewasa

(Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan berat badan plusmn200 gram sebagai

sampelyang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah 10 ekor

yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dankelompok

perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) Dalam penyajian hasil ini diuraikan

uji normalitas data uji homogenitas data uji komparabilitas dan uji efek

perlakuan

51 Uji Normalitas Data

Data Kadar MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan

pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji

Shapiro-Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005)

disajikan pada Tabel 51

53

54

Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing Kelompok Sebelum

dan Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Perlakuan n p Keterangan

Kadar MDA kontrol pre

Kadar MDA perlakuan pre

Kadar MDA kontrol post

Kadar MDA perlakuan post

10

10

10

10

0965

0550

0975

0697

Normal

Normal

Normal

Normal

52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok

Data Kadar MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun

sesudah perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test

Hasilnya menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52

Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA Sebelum dan

Sesudah Perlakuan

Variabel F p Keterangan

Kadar MDA pre

Kadar MDA post

0016

0592

0901

0452

Homogen

Homogen

53 Kadar MDA

531 Uji komparabilitas

Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata kadar MDA

antar kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan

55

glutation Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada

Tabel 53 berikut

Tabel 53

Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata

Kadar MDA

SB T P

Aktivitas berlebih dan

placebo

Aktivitas berlebihdan

glutathion

10

10

518

529

028

029

089 0386

Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok

kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 518028mmoll dan rerata

kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 529029mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 089 dan nilai

p = 0386 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan

berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya tidak berbeda secara

bermakna (p gt 005)

532 Analisis efek perlakuan

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kadar MDA antar

kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation

56

Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54

berikut

Tabel 54 Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata

Kadar MDA

SB T P

Aktivitas berlebih dan

placebo

Aktivitas berlebihdan

glutathion

10

10

778

444

023

017

3672 0001

Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok

kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata

kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 444017mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 3672 dan nilai

p = 0001 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan

berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya berbeda secara

bermakna (p lt 005)

57

Gambar 51 Perbedaan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

533 Analisis Komparasi Sebelum dengan Sesudah Perlakuan

Analisis komparasi diuji berdasarkan rerata kadar MDA antara sebelum

dengan sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation Hasil

analisis kemaknaan dengan uji t-paired disajikan pada Tabel 55 berikut

Tabel 55 Analisis KomparasiKadar MDA antara Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Kelompok Beda Rerata

pre ndash post p Keterangan

Aktivitas berlebih dan placebo

Aktivitas berlebih dan

glutathion

260

085

0001

0001

Meningkat

Menurun

58

Berdasarkan uji t-paired didapatkan bahwa ada penurunan kadar MDA

pada kelompok perlakuan secara bermakna sebesar 085mmoll sedangkan pada

kelompok kontrol mengalami peningkatan secara bermakna sebesar 260mmoll

59

BAB VI

PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian

Untuk menguji efek pemberian glutation terhadap penurunan kadar MDA

maka dilakukan penelitian terhadap 20 ekor tikus jantan dewasa (Galur Wistar)

sebagai sampel yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah

10 ekor yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dan

kelompok perlakuan (pelatihan fisik berlebih dan glutation)

62 Efek Pelatihan Fisik Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA

Hasil penelitian dan analisis data terhadap kadar MDA darah pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji

normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan homogenitas (Levenersquos test) pre-test dan post-

test masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)

Uji perbandingan 1 minggu pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan

injeksi antara kedua kelompok menggunakan uji t-independent Rerata kadar

MDA kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) adalah

518028mmoll dan rerata kelompok pelatihan fisik berlebih dan glutation

adalah 529029mmoll Analisis kemaknaan dengan uji t-independent

menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna kadar MDA darah antara

kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa

kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan injeksi rerata kadar MDAnya tidak

59

60

berbeda secara bermakna

Uji perbandingan setelah pemberian placebo dan glutation antara kedua

kelompok menggunakan t-independent Rerata kadar MDA kelompok kontrol

(aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata kelompok

perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) adalah 444017mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent antara kedua kelompok sesudah diberikan

placebo dan glutation menunjukkan perbedaan kadar MDA secara bermakna

(plt005) Hal ini berarti bahwa kelompok yang diberikan perlakuan berupa

placebo dan glutation 6 jam sebelum diberikan pelatihan fisik berlebih dengan

cara merenangkan selama 60 menit hari selama 35 hari rerata kadar MDA

berbeda secara bermakna Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh

untuk melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam

organ dan pembuluh darah (Giriwijoyo 2004)

Peningkatan kadar MDA sesudah diberikan pelatihan fisik berlebih pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan disebabkan karena pelatihan fisik

berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena terjadi peningkatan konsumsi

oksigen oleh aktifitas otot skeletal Stress oksidatif memicu peningkatan senyawa

oksigen reaktif Pada pelatihan fisik berlebih juga terjadi Reperfusion Injury yang

memicu terjadinya kerusakan jaringan dan peningkatan radikal bebas (Adiputra

2008) Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara menarik elektronnya

sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan sampai kematian sel

(Suryohudoyo 2000)

Pada penelitian ini didapatkan bahwa sesudah diberikan pelatihan fisik

61

berlebih dan placebo terjadi peningkatan kadar MDA sebesar 5024 Kadar

MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel (Winarsi

2007) Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pepe

(2011) bahwa pelatihan fisik berlebih meningkatkan kadar MDA Lebih lanjut

Murray et al (2000) juga menyatakan bahwa pelatihan fisik berlebih merangsang

respon biomarker stres oksidatif Sedangkan pada kelompok perlakuan yang

diberikan aktifitas berlebih dan glutation terjadi penurunan kadar MDA sebesar

1607 Terjadinya penurunan kadar MDA pada kelompok yang diberikan

glutation 6 jam sebelum melakukan pelatihan fisik berlebih disebabkan karena

pemberian antioksidan meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan

cara mendonorkan elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa

oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsi 2007) Glutation merupakan antioksidan

endogen yaitu antioksidan yang dapat disintesa dalam tubuh dari asam amino L-

sistein L-glutamat dan glisin (Cadenas 2002) yang juga sebagai master

antioksidan yaitu antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain

Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan

Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik (Hersh 2004) Glutation

merupakan salah satu antioksidan yang tidak dapat menjadi pro oksidan (Cadenas

2002) Normalnya sekali suatu antioksidan memakan radikal bebas antioksidan

ini menjadi teroksidasi sendiri dan menyerang sel yang sehat yang disebut

sebagai pro oksidan Glutation dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang

teroksidasi tersebut menjadi bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali

dalam memakan radikal bebas (Sellman 2009) Sehingga dengan demikian

62

glutation dapat membantu dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Urso

(2003) bahwa suplementasi antioksidan dapat mengatasi kondisi stress oksidatif

yang terjadi pelatihan fisik berlebih

Uji perbandingan antara data MDA pre dan post masing-masing kelompok

digunakan uji t-paired test Berdasarkan uji ini didapatkan hasil pada kelompok

perlakuan terjadi penurunan kadar MDA secara bermakna sebesar 085 mmollt

sedangkan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan kadar MDA secara

bermakna sebesar 260mmollt Terjadi penurunan kadar MDA pada kelompok

perlakuan menunjukkan pemberian antioksidan Glutation intraperitoneal dosis

37mgkgBBhari dapat mengatasi kondisi stress oksidatif yang terjadi pada

pelatihan fisik berlebih Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh

Urso (2003)

63

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

71 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan sebagai

berikut Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA

tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

72 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah

1 Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja glutation

yang lebih detail

2 Memperhatikan takaran latihan supaya tidak berlebihan yang justru akan

meningkatkan kerusakan sel

3 Perlu dilakukan uji klinis pada manusia

63

64

DAFTAR PUSTAKA

Adiputra N 2008Kesehatan Olah Raga Available from httpwwwbalihesgorgindexphpoption=com Accessed 2011 Oct 5th

Anonim 2011 Glutathione Available at

httpenwikipediaorgwikiGlutathione Accessed 2011 Oct 5th Anonim 2011 Overtraining Available at

httpwwwmarksdailyapplecomovertraining Accessed 2011 Oct5th

Asikin N 2001Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan InKursus Penyegaran dan Pelatihan Radikal bebas dan Antioksidan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta Fakultas Kedokteran UI

Bagiada NA 2001 Proses Penuaan dan Penanggulangannya Denpasar

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hal 22 Banerjee AK Mandal A Chanda D Chahraboti S 2003 Oxidant

Antioxidant and Physical ExerciseAvailable from httpwwwncbinlmnihgovpubmed14619981 accesed 2011 Sept 2nd

Binekada MC 2002 ldquoPelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Konsentrasi dan

Motilitas Spermatozoa Mencitrdquo(tesis) Denpasar Universitas Udayana

Cadenas E Jones PD 2002Bioavailability of Glutathione In Cadenas E

Packer L editorsHandbook of Antioxidants2nd Ed New York Marcel DekkerInc p549-564

Catala A 2006Lipid PeroxidationInt J Biochem Cell Biol 38 1482-1495 Dalle-DonneI Rossi R ColomboR Giustarini D Milzani

A2006Biomarkers of Oxidative Damage in Human Disease Available from httpwwwredorbitcomnewsscience473334biomarkersof oxidative damage in human diseaseindexhtmlaccessed2011 Sept 5th

Fouad T 2007 Free radicals Types Sources and Damaging Reaction

Relations Available from

64

65

wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th

Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th

Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112

Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors

ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their

Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69

Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan

Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th

Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz

R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155

Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester

Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th

Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala

T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200

Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and

Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders

66

Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana

LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia

Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647

Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from

httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit

Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK

Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620

Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji

Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah

Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009

Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan

Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132

Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde

Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521

Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley

Medical Publicationsp 123-141

Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI

Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable

from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer

67

Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole

Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam

Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI

Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam

Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya

Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan

Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47

Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant

Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th

Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan

Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105

68

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965

Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975

Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753

Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

69

Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan

Group Statistics

Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887

Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215

Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260

Perlakuan 10 42500 23348 07383

Independent Samples Test

Levenes Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df

Sig (2-

tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence Interval of the

Difference Lower Upper

Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428

Equal variances not assumed

-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429

Post1

Equal variances assumed 592 452 367

22 18 000 333700 09087 314608 352792

Equal variances not assumed

36722 16855 000 333700 09087 314515 352885

Post2

Equal variances assumed 906 354 264

19 18 000 239500 09066 220454 258546

Equal variances not assumed

26419 16265 000 239500 09066 220307 258693

70

Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis

(Laurence amp Bacharach 1964)

2g mencit 20g tikus 400g marmot

l5Kg kelinci

20Kg kucing

40Kg kera

120Kg anjing

70Kg manusia

20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879

200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560

400 g marmot

008 057 10 225 24 52 102 315

l5Kg kelinci

004 025 044 10 106 24 45 142

20Kg kucing

003 023 042 092 10 22 41 130

40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61

120Kg anjing

0008 006 010 0022 024 052 10 31

70Kg manusia

00026 0018 0031 007 0013 016 032 10

71

Lampiran 4

Foto Penelitian

Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)

72

Lampiran 5

Data Hasil Penelitian

Kelompok Kontrol

Pre test Post test Pre test Post Test

752 647 769 694

779 670 773 664

745 660 803 653

769 643 817 677

783 653

786 684

Kelompok Perlakuan

Pre Test Post test

412 391

436 412

442 425

425 401

453 436

466 442

432 405

456 432

470 453

476 463

Page 60: PEMBERIAN INJEKSI GLUTATION INTRAPERITONEAL

42

33 Hipotesis

Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan kadar MDA

tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

43

BAB IV

METODE PENELITIAN

41 Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksterimental dengan rancangan

randomized pre test-post test control group design (Poccock et al 2008)

Subyek terdiri dari 2 kelompok yaitu

1 Kelompok 1 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+ Placebo

2 Kelompok 2 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation

Semua kelompok sebelum perlakuan diberikan pre test (O1 O3) dan

dihitung rerata untuk masing-masing kelompok

Setelah perlakuan semua kelompok diberikan post test (O2 O4) dan

dihitung rerata untuk masing-masing kelompok

Kemudian dihitung perbedaan rerata antara pre test dan post test dari

masing-masing kelompok lalu hasil perbedaan tersebut dibandingkan secara

statistik

Gambar 41 Rancangan Penelitian

P S

43

R R

O1 P1 O2

O3 P2 O4

44

Keterangan

P = populasi

S = sampel

R = random

O1 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah mendapatkan

pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan placebo (pre test)

O2 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah diberikan pelatihan

fisik berlebih setelah diberikan placebo (post test)

O3 = observasi data MDA kelompok perlakuan setelah diberikan

pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan Glutation (pre test)

O4 = observasi data MDA kelompok perlakuan diberikan pelatihan fisik

berlebih setelah diberikan Glutation (post test)

P1 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih+ placebo

P2 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation

42 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran

Universitas Udayana pada bulan Januari ndash Maret 2012 Pemeriksaan MDA darah

tikus dikerjakan di bagian Program Antar Unit Universitas Gajah Mada

Jogyakarta

45

43 Populasi dan Sampel

431 Populasi

Subyek penelitian adalah tikus jantan dewasa galur Wistar yang berusia 2-

25 bulan dan dalam kondisi fisik sehat

432 Kriteria Sampel

4321 Kriteria Inklusi

Kriteria Inklusi yang ditetapkan sebagai sampel adalah sebagai berikut

a Tikus jantan dewasa galur Wistar

b Umur 2-25 bulan

c Berat badan plusmn200 gram

d Sehat

e MDA ge 5mmollt

4322 Kriteria Drop Out

Adalah sampel yang mati pada waktu penelitian

433 Besar Sampel

Besar sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini dihitung berdasarkan

rumus Poccock (2008)

Angka μ1 (5) dan μ2 (12) didapatkan dari penelitian sebelumnya (Ji 1998)

n=

46

= asymp 7

Keterangan

n = jumlah sampel

σ = standar deviasi kelompok perlakuan dengan pemberian

glutation (15)

f ( ) = besarnya didapat dari tabel (Poccock 2008)

μ1 = rerata hasil MDA pada kelompok perlakuan sesudah

pemberian glutatioacuten (5)

μ2 = rerata hasil MDA pada kelompok pre test (12)

Jadi jumlah sampel (n) = 675 dan ditambah 3 ekor tikus untuk masing-

masing kelompok sebagai cadangan Jadi total 20 ekor tikus dengan 10

ekor tikus untuk masing-masing kelompok

434 Teknik Pengambilan Sampel

Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat

sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi diambil secara acak

sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi

2 kelompok yaitu kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+placebo kelompok

dengan pelatihan fisik berlebih + glutation

47

44 Variabel Penelitian

441 Klasifikasi Variabel

Variabel penelitian dibedakan menjadi

1 Variabel Bebas dosis pemberian glutation

2 Variabel Tergantung kadar MDA

3 Variabel Terkendali varian tikus jantan (galur wistar) jenis

kelamin umur berat badan lingkungan

(pencahayaan suhu kelembaban nutrisi

kandang)

Gambar 42 Bagan Hubungan Antar Variabel

VARIABEL BEBAS

- Pelatihan fisik berlebih

- Glutation 37mg kgBBhari

VARIABEL TERGANTUNG

KADAR MDA

VARIABEL TERKENDALI

Varian tikus

Jenis kelamin umur berat badan

Pencahayaan suhu kelembaban nutrisi kandang

Makanan minuman

48

442 Definisi Operasional Variabel

1 Pelatihan fisik berlebih pada tikus adalah pelatihan yang berlebihan

yang diukur berdasarkan kemampuan maksimal berenang tikus pada

ember berdiameter 35 cm dengan kedalaman air 20 cm yang

dilakukan 60 menithari selama 35 hari pada waktu yang sama pada

suhu 32 derajat (Binekada 2002 dan Pepe2011)

2 Glutation yang diberikan adalah Glutation Teofarma injeksi sediaan

600mg 4 ml Dosis pemberian Glutation adalah pemberian sediaan

antioksidan Glutation dalam bentuk suntikan intraperitoneal yang

diberikan 1x sehari dan diberikan 6 jam sebelum pelatihan fisik

berlebih Dosis pemberian Glutation mengacu pada penelitian yang

dilakukan sebelumnya oleh Ji L L yaitu 37mgkgBBhari yang

dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril secara intraperitonial

3 MDA merupakan salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada

membran sel dan merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan

oleh radikal bebas Pengukuran kadar MDA menggunakan metode

Thiobarbituraic Acid Reactive Substances (TBARS) Pembacaan hasil

dengan menggunakan spektrofotometer Satuan MDA dalam mmoll

4 Cahaya suhu dan kelembaban merupakan kondisi lingkungan yang

dialami tikus jantan dewasa Pada penelitian ini kondisi lingkungan

selama percobaan dibuat sama

5 Berat badan tikus adalah berat badan yang ditimbang dengan

timbangan gram

49

6 Umur tikus adalah umur yang ditentukan dengan melihat tanggal

kelahiran yang dicatat pada kandang percobaan

7 Kondisi peneliti yang meliputi kesehatan fisik dan psikis peneliti

Penelitian dilaksanakan saat kondisi peneliti dalam keadaan baik

sehingga pengaruhnya terhadap hasil penelitian dapat diabaikan

45 Bahan dan Alat Penelitian

451 Bahan Penelitian

Glutation injeksi

Tikus jantan

Makanan tikus berupa pellet dan air minum dari air ledeng

Aquades steril

EDTA (Ethylenediamine tetraacetic acid)

Reagensia untuk pengukuran kadar MDA

452 Alat Penelitian

Alat yang dipakai dalam pengambilan data penelitian ini adalah

- Kandang tikus terbuat dari besi yang di dalamnya terdapat sekam dan

botol minuman

- Ember berdiameter 35 cm dan kedalaman air 20 cm

- Stopwatch

- Timbangan

- Spuit injeksi 1 ml

50

- Sarung tangan

- Kapas dan alkohol 70

- Tabung Evendorf

- Mikropipet

- Pipet kapiler

- Sentrifugasi

46 Prosedur Penelitian

1 Tikus jantan dewasa (Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan

berat badan plusmn200gram dilakukan aklimatisasi selama 2 minggu di

tempat penelitian untuk penyesuaian dengan lingkungan

2 Semua sampel tikus diberi perlakuan yang sama yaitu diberikan

pelatihan fisik berlebih dengan cara berenang sampai kelelahan pada

hari ke 7 kedua kelompok tersebut dilakukan pemeriksaan MDA

3 Mulai hari ke 8 ndash 35 sampel tikus yang berjumlah 20 ekor dibagi atas 2

kelompok di mana kelompok 1(kontrol) diberikan pelatihan fisik

berlebih + injeksi aquabidest intraperitoneal enam jam sebelum

perlakuan aktifitas berlebih kelompok ke 2 (perlakuan) diberikan

pelatihan fisik berlebih + injeksi intraperitoneal glutation 37

mgkgBBhari yang sudah dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril

4 Pada hari ke 35 dilakukan pemeriksaan kadar MDA pada masing-

masing tikus setelah bulu tikus kering

51

5 Selama penelitian hewan coba diberikan makanan dan minuman secara

teratur kebersihan dan kenyamanan kandang dijaga

461 Alur Penelitian

TIKUS ADAPTASI 2 MINGGU

PELATIHAN FISIK BERLEBIH 1 MINGGU

MDA

KELOMPOK 1 KELOMPOK 2

PELATIHAN FISIK BERLEBIH PELATIHAN FISIK BERLEBIH

+ AQUABIDEST (28 hari) +GLUTATION 37mgkgBBhari

28 HARI 28 HARI

MDA

Gambar 43 Bagan Alur Penelitian

462 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium

Pemantauan keselamatan tikus jantan (galur Wistar) di laboratorium

(Smith et al1988 Ngatidjan 2006) adalah sebagai berikut

1 Kandang tikus jantan harus cukup kuat tidak mudah rusak teratur dibersihkan

(1x seminggu) mudah dipasang kembali hewan tidak mudah lepas tahan

52

gigitan hewan kelihatan jelas dari luar Alas tempat tidur terbuat dari serbuk

gergaji atau sekam padi agar mudah menyerap air

2 Luas lantai yang memadai untuk tikus jantan dengan berat badan plusmn200 gram

adalah 60cm persegi dan tinggi 20 cm

3 Diciptakan suasana lingkungan yang stabil dan sesuai keperluan fisiologi tikus

jantan di mana kelembaban suhu pertukaran udara yang ekstrim harus

dihindari

4 Hewan coba hendaknya diperlakukan dengan kasih sayang

47 Pengolahan dan Analisis Data

Analisis data yang digunakan adalah

1 Analisis Deskriptif

2 Uji normalitas data dilakukan dengan tes Shapiro-Wilk Distribusi data

normal dengan nilai pgt005

3 Uji homogenitas dilakukan dengan Lavenersquos Test Data dinyatakan

homogen dengan nilai pgt005

4 Karena data berdistribusi normal dan homogen maka untuk uji

komparabilitas dipakai

- Uji t independent untuk membandingkan rerata kadar MDA antar

kelompok

- Uji Paired T- Test untuk membandingkan rerata kadar MDA pre

dan post masing-masing kelompok

- Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau

dinyatakan berbeda bila plt005

53

BAB V

HASIL PENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 20 ekor tikus jantan dewasa

(Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan berat badan plusmn200 gram sebagai

sampelyang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah 10 ekor

yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dankelompok

perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) Dalam penyajian hasil ini diuraikan

uji normalitas data uji homogenitas data uji komparabilitas dan uji efek

perlakuan

51 Uji Normalitas Data

Data Kadar MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan

pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji

Shapiro-Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005)

disajikan pada Tabel 51

53

54

Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing Kelompok Sebelum

dan Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Perlakuan n p Keterangan

Kadar MDA kontrol pre

Kadar MDA perlakuan pre

Kadar MDA kontrol post

Kadar MDA perlakuan post

10

10

10

10

0965

0550

0975

0697

Normal

Normal

Normal

Normal

52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok

Data Kadar MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun

sesudah perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test

Hasilnya menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52

Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA Sebelum dan

Sesudah Perlakuan

Variabel F p Keterangan

Kadar MDA pre

Kadar MDA post

0016

0592

0901

0452

Homogen

Homogen

53 Kadar MDA

531 Uji komparabilitas

Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata kadar MDA

antar kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan

55

glutation Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada

Tabel 53 berikut

Tabel 53

Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata

Kadar MDA

SB T P

Aktivitas berlebih dan

placebo

Aktivitas berlebihdan

glutathion

10

10

518

529

028

029

089 0386

Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok

kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 518028mmoll dan rerata

kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 529029mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 089 dan nilai

p = 0386 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan

berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya tidak berbeda secara

bermakna (p gt 005)

532 Analisis efek perlakuan

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kadar MDA antar

kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation

56

Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54

berikut

Tabel 54 Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata

Kadar MDA

SB T P

Aktivitas berlebih dan

placebo

Aktivitas berlebihdan

glutathion

10

10

778

444

023

017

3672 0001

Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok

kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata

kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 444017mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 3672 dan nilai

p = 0001 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan

berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya berbeda secara

bermakna (p lt 005)

57

Gambar 51 Perbedaan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

533 Analisis Komparasi Sebelum dengan Sesudah Perlakuan

Analisis komparasi diuji berdasarkan rerata kadar MDA antara sebelum

dengan sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation Hasil

analisis kemaknaan dengan uji t-paired disajikan pada Tabel 55 berikut

Tabel 55 Analisis KomparasiKadar MDA antara Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Kelompok Beda Rerata

pre ndash post p Keterangan

Aktivitas berlebih dan placebo

Aktivitas berlebih dan

glutathion

260

085

0001

0001

Meningkat

Menurun

58

Berdasarkan uji t-paired didapatkan bahwa ada penurunan kadar MDA

pada kelompok perlakuan secara bermakna sebesar 085mmoll sedangkan pada

kelompok kontrol mengalami peningkatan secara bermakna sebesar 260mmoll

59

BAB VI

PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian

Untuk menguji efek pemberian glutation terhadap penurunan kadar MDA

maka dilakukan penelitian terhadap 20 ekor tikus jantan dewasa (Galur Wistar)

sebagai sampel yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah

10 ekor yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dan

kelompok perlakuan (pelatihan fisik berlebih dan glutation)

62 Efek Pelatihan Fisik Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA

Hasil penelitian dan analisis data terhadap kadar MDA darah pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji

normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan homogenitas (Levenersquos test) pre-test dan post-

test masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)

Uji perbandingan 1 minggu pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan

injeksi antara kedua kelompok menggunakan uji t-independent Rerata kadar

MDA kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) adalah

518028mmoll dan rerata kelompok pelatihan fisik berlebih dan glutation

adalah 529029mmoll Analisis kemaknaan dengan uji t-independent

menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna kadar MDA darah antara

kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa

kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan injeksi rerata kadar MDAnya tidak

59

60

berbeda secara bermakna

Uji perbandingan setelah pemberian placebo dan glutation antara kedua

kelompok menggunakan t-independent Rerata kadar MDA kelompok kontrol

(aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata kelompok

perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) adalah 444017mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent antara kedua kelompok sesudah diberikan

placebo dan glutation menunjukkan perbedaan kadar MDA secara bermakna

(plt005) Hal ini berarti bahwa kelompok yang diberikan perlakuan berupa

placebo dan glutation 6 jam sebelum diberikan pelatihan fisik berlebih dengan

cara merenangkan selama 60 menit hari selama 35 hari rerata kadar MDA

berbeda secara bermakna Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh

untuk melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam

organ dan pembuluh darah (Giriwijoyo 2004)

Peningkatan kadar MDA sesudah diberikan pelatihan fisik berlebih pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan disebabkan karena pelatihan fisik

berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena terjadi peningkatan konsumsi

oksigen oleh aktifitas otot skeletal Stress oksidatif memicu peningkatan senyawa

oksigen reaktif Pada pelatihan fisik berlebih juga terjadi Reperfusion Injury yang

memicu terjadinya kerusakan jaringan dan peningkatan radikal bebas (Adiputra

2008) Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara menarik elektronnya

sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan sampai kematian sel

(Suryohudoyo 2000)

Pada penelitian ini didapatkan bahwa sesudah diberikan pelatihan fisik

61

berlebih dan placebo terjadi peningkatan kadar MDA sebesar 5024 Kadar

MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel (Winarsi

2007) Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pepe

(2011) bahwa pelatihan fisik berlebih meningkatkan kadar MDA Lebih lanjut

Murray et al (2000) juga menyatakan bahwa pelatihan fisik berlebih merangsang

respon biomarker stres oksidatif Sedangkan pada kelompok perlakuan yang

diberikan aktifitas berlebih dan glutation terjadi penurunan kadar MDA sebesar

1607 Terjadinya penurunan kadar MDA pada kelompok yang diberikan

glutation 6 jam sebelum melakukan pelatihan fisik berlebih disebabkan karena

pemberian antioksidan meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan

cara mendonorkan elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa

oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsi 2007) Glutation merupakan antioksidan

endogen yaitu antioksidan yang dapat disintesa dalam tubuh dari asam amino L-

sistein L-glutamat dan glisin (Cadenas 2002) yang juga sebagai master

antioksidan yaitu antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain

Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan

Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik (Hersh 2004) Glutation

merupakan salah satu antioksidan yang tidak dapat menjadi pro oksidan (Cadenas

2002) Normalnya sekali suatu antioksidan memakan radikal bebas antioksidan

ini menjadi teroksidasi sendiri dan menyerang sel yang sehat yang disebut

sebagai pro oksidan Glutation dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang

teroksidasi tersebut menjadi bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali

dalam memakan radikal bebas (Sellman 2009) Sehingga dengan demikian

62

glutation dapat membantu dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Urso

(2003) bahwa suplementasi antioksidan dapat mengatasi kondisi stress oksidatif

yang terjadi pelatihan fisik berlebih

Uji perbandingan antara data MDA pre dan post masing-masing kelompok

digunakan uji t-paired test Berdasarkan uji ini didapatkan hasil pada kelompok

perlakuan terjadi penurunan kadar MDA secara bermakna sebesar 085 mmollt

sedangkan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan kadar MDA secara

bermakna sebesar 260mmollt Terjadi penurunan kadar MDA pada kelompok

perlakuan menunjukkan pemberian antioksidan Glutation intraperitoneal dosis

37mgkgBBhari dapat mengatasi kondisi stress oksidatif yang terjadi pada

pelatihan fisik berlebih Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh

Urso (2003)

63

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

71 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan sebagai

berikut Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA

tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

72 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah

1 Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja glutation

yang lebih detail

2 Memperhatikan takaran latihan supaya tidak berlebihan yang justru akan

meningkatkan kerusakan sel

3 Perlu dilakukan uji klinis pada manusia

63

64

DAFTAR PUSTAKA

Adiputra N 2008Kesehatan Olah Raga Available from httpwwwbalihesgorgindexphpoption=com Accessed 2011 Oct 5th

Anonim 2011 Glutathione Available at

httpenwikipediaorgwikiGlutathione Accessed 2011 Oct 5th Anonim 2011 Overtraining Available at

httpwwwmarksdailyapplecomovertraining Accessed 2011 Oct5th

Asikin N 2001Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan InKursus Penyegaran dan Pelatihan Radikal bebas dan Antioksidan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta Fakultas Kedokteran UI

Bagiada NA 2001 Proses Penuaan dan Penanggulangannya Denpasar

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hal 22 Banerjee AK Mandal A Chanda D Chahraboti S 2003 Oxidant

Antioxidant and Physical ExerciseAvailable from httpwwwncbinlmnihgovpubmed14619981 accesed 2011 Sept 2nd

Binekada MC 2002 ldquoPelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Konsentrasi dan

Motilitas Spermatozoa Mencitrdquo(tesis) Denpasar Universitas Udayana

Cadenas E Jones PD 2002Bioavailability of Glutathione In Cadenas E

Packer L editorsHandbook of Antioxidants2nd Ed New York Marcel DekkerInc p549-564

Catala A 2006Lipid PeroxidationInt J Biochem Cell Biol 38 1482-1495 Dalle-DonneI Rossi R ColomboR Giustarini D Milzani

A2006Biomarkers of Oxidative Damage in Human Disease Available from httpwwwredorbitcomnewsscience473334biomarkersof oxidative damage in human diseaseindexhtmlaccessed2011 Sept 5th

Fouad T 2007 Free radicals Types Sources and Damaging Reaction

Relations Available from

64

65

wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th

Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th

Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112

Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors

ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their

Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69

Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan

Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th

Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz

R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155

Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester

Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th

Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala

T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200

Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and

Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders

66

Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana

LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia

Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647

Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from

httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit

Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK

Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620

Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji

Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah

Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009

Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan

Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132

Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde

Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521

Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley

Medical Publicationsp 123-141

Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI

Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable

from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer

67

Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole

Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam

Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI

Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam

Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya

Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan

Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47

Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant

Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th

Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan

Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105

68

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965

Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975

Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753

Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

69

Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan

Group Statistics

Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887

Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215

Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260

Perlakuan 10 42500 23348 07383

Independent Samples Test

Levenes Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df

Sig (2-

tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence Interval of the

Difference Lower Upper

Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428

Equal variances not assumed

-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429

Post1

Equal variances assumed 592 452 367

22 18 000 333700 09087 314608 352792

Equal variances not assumed

36722 16855 000 333700 09087 314515 352885

Post2

Equal variances assumed 906 354 264

19 18 000 239500 09066 220454 258546

Equal variances not assumed

26419 16265 000 239500 09066 220307 258693

70

Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis

(Laurence amp Bacharach 1964)

2g mencit 20g tikus 400g marmot

l5Kg kelinci

20Kg kucing

40Kg kera

120Kg anjing

70Kg manusia

20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879

200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560

400 g marmot

008 057 10 225 24 52 102 315

l5Kg kelinci

004 025 044 10 106 24 45 142

20Kg kucing

003 023 042 092 10 22 41 130

40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61

120Kg anjing

0008 006 010 0022 024 052 10 31

70Kg manusia

00026 0018 0031 007 0013 016 032 10

71

Lampiran 4

Foto Penelitian

Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)

72

Lampiran 5

Data Hasil Penelitian

Kelompok Kontrol

Pre test Post test Pre test Post Test

752 647 769 694

779 670 773 664

745 660 803 653

769 643 817 677

783 653

786 684

Kelompok Perlakuan

Pre Test Post test

412 391

436 412

442 425

425 401

453 436

466 442

432 405

456 432

470 453

476 463

Page 61: PEMBERIAN INJEKSI GLUTATION INTRAPERITONEAL

43

BAB IV

METODE PENELITIAN

41 Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksterimental dengan rancangan

randomized pre test-post test control group design (Poccock et al 2008)

Subyek terdiri dari 2 kelompok yaitu

1 Kelompok 1 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+ Placebo

2 Kelompok 2 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation

Semua kelompok sebelum perlakuan diberikan pre test (O1 O3) dan

dihitung rerata untuk masing-masing kelompok

Setelah perlakuan semua kelompok diberikan post test (O2 O4) dan

dihitung rerata untuk masing-masing kelompok

Kemudian dihitung perbedaan rerata antara pre test dan post test dari

masing-masing kelompok lalu hasil perbedaan tersebut dibandingkan secara

statistik

Gambar 41 Rancangan Penelitian

P S

43

R R

O1 P1 O2

O3 P2 O4

44

Keterangan

P = populasi

S = sampel

R = random

O1 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah mendapatkan

pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan placebo (pre test)

O2 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah diberikan pelatihan

fisik berlebih setelah diberikan placebo (post test)

O3 = observasi data MDA kelompok perlakuan setelah diberikan

pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan Glutation (pre test)

O4 = observasi data MDA kelompok perlakuan diberikan pelatihan fisik

berlebih setelah diberikan Glutation (post test)

P1 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih+ placebo

P2 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation

42 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran

Universitas Udayana pada bulan Januari ndash Maret 2012 Pemeriksaan MDA darah

tikus dikerjakan di bagian Program Antar Unit Universitas Gajah Mada

Jogyakarta

45

43 Populasi dan Sampel

431 Populasi

Subyek penelitian adalah tikus jantan dewasa galur Wistar yang berusia 2-

25 bulan dan dalam kondisi fisik sehat

432 Kriteria Sampel

4321 Kriteria Inklusi

Kriteria Inklusi yang ditetapkan sebagai sampel adalah sebagai berikut

a Tikus jantan dewasa galur Wistar

b Umur 2-25 bulan

c Berat badan plusmn200 gram

d Sehat

e MDA ge 5mmollt

4322 Kriteria Drop Out

Adalah sampel yang mati pada waktu penelitian

433 Besar Sampel

Besar sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini dihitung berdasarkan

rumus Poccock (2008)

Angka μ1 (5) dan μ2 (12) didapatkan dari penelitian sebelumnya (Ji 1998)

n=

46

= asymp 7

Keterangan

n = jumlah sampel

σ = standar deviasi kelompok perlakuan dengan pemberian

glutation (15)

f ( ) = besarnya didapat dari tabel (Poccock 2008)

μ1 = rerata hasil MDA pada kelompok perlakuan sesudah

pemberian glutatioacuten (5)

μ2 = rerata hasil MDA pada kelompok pre test (12)

Jadi jumlah sampel (n) = 675 dan ditambah 3 ekor tikus untuk masing-

masing kelompok sebagai cadangan Jadi total 20 ekor tikus dengan 10

ekor tikus untuk masing-masing kelompok

434 Teknik Pengambilan Sampel

Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat

sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi diambil secara acak

sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi

2 kelompok yaitu kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+placebo kelompok

dengan pelatihan fisik berlebih + glutation

47

44 Variabel Penelitian

441 Klasifikasi Variabel

Variabel penelitian dibedakan menjadi

1 Variabel Bebas dosis pemberian glutation

2 Variabel Tergantung kadar MDA

3 Variabel Terkendali varian tikus jantan (galur wistar) jenis

kelamin umur berat badan lingkungan

(pencahayaan suhu kelembaban nutrisi

kandang)

Gambar 42 Bagan Hubungan Antar Variabel

VARIABEL BEBAS

- Pelatihan fisik berlebih

- Glutation 37mg kgBBhari

VARIABEL TERGANTUNG

KADAR MDA

VARIABEL TERKENDALI

Varian tikus

Jenis kelamin umur berat badan

Pencahayaan suhu kelembaban nutrisi kandang

Makanan minuman

48

442 Definisi Operasional Variabel

1 Pelatihan fisik berlebih pada tikus adalah pelatihan yang berlebihan

yang diukur berdasarkan kemampuan maksimal berenang tikus pada

ember berdiameter 35 cm dengan kedalaman air 20 cm yang

dilakukan 60 menithari selama 35 hari pada waktu yang sama pada

suhu 32 derajat (Binekada 2002 dan Pepe2011)

2 Glutation yang diberikan adalah Glutation Teofarma injeksi sediaan

600mg 4 ml Dosis pemberian Glutation adalah pemberian sediaan

antioksidan Glutation dalam bentuk suntikan intraperitoneal yang

diberikan 1x sehari dan diberikan 6 jam sebelum pelatihan fisik

berlebih Dosis pemberian Glutation mengacu pada penelitian yang

dilakukan sebelumnya oleh Ji L L yaitu 37mgkgBBhari yang

dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril secara intraperitonial

3 MDA merupakan salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada

membran sel dan merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan

oleh radikal bebas Pengukuran kadar MDA menggunakan metode

Thiobarbituraic Acid Reactive Substances (TBARS) Pembacaan hasil

dengan menggunakan spektrofotometer Satuan MDA dalam mmoll

4 Cahaya suhu dan kelembaban merupakan kondisi lingkungan yang

dialami tikus jantan dewasa Pada penelitian ini kondisi lingkungan

selama percobaan dibuat sama

5 Berat badan tikus adalah berat badan yang ditimbang dengan

timbangan gram

49

6 Umur tikus adalah umur yang ditentukan dengan melihat tanggal

kelahiran yang dicatat pada kandang percobaan

7 Kondisi peneliti yang meliputi kesehatan fisik dan psikis peneliti

Penelitian dilaksanakan saat kondisi peneliti dalam keadaan baik

sehingga pengaruhnya terhadap hasil penelitian dapat diabaikan

45 Bahan dan Alat Penelitian

451 Bahan Penelitian

Glutation injeksi

Tikus jantan

Makanan tikus berupa pellet dan air minum dari air ledeng

Aquades steril

EDTA (Ethylenediamine tetraacetic acid)

Reagensia untuk pengukuran kadar MDA

452 Alat Penelitian

Alat yang dipakai dalam pengambilan data penelitian ini adalah

- Kandang tikus terbuat dari besi yang di dalamnya terdapat sekam dan

botol minuman

- Ember berdiameter 35 cm dan kedalaman air 20 cm

- Stopwatch

- Timbangan

- Spuit injeksi 1 ml

50

- Sarung tangan

- Kapas dan alkohol 70

- Tabung Evendorf

- Mikropipet

- Pipet kapiler

- Sentrifugasi

46 Prosedur Penelitian

1 Tikus jantan dewasa (Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan

berat badan plusmn200gram dilakukan aklimatisasi selama 2 minggu di

tempat penelitian untuk penyesuaian dengan lingkungan

2 Semua sampel tikus diberi perlakuan yang sama yaitu diberikan

pelatihan fisik berlebih dengan cara berenang sampai kelelahan pada

hari ke 7 kedua kelompok tersebut dilakukan pemeriksaan MDA

3 Mulai hari ke 8 ndash 35 sampel tikus yang berjumlah 20 ekor dibagi atas 2

kelompok di mana kelompok 1(kontrol) diberikan pelatihan fisik

berlebih + injeksi aquabidest intraperitoneal enam jam sebelum

perlakuan aktifitas berlebih kelompok ke 2 (perlakuan) diberikan

pelatihan fisik berlebih + injeksi intraperitoneal glutation 37

mgkgBBhari yang sudah dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril

4 Pada hari ke 35 dilakukan pemeriksaan kadar MDA pada masing-

masing tikus setelah bulu tikus kering

51

5 Selama penelitian hewan coba diberikan makanan dan minuman secara

teratur kebersihan dan kenyamanan kandang dijaga

461 Alur Penelitian

TIKUS ADAPTASI 2 MINGGU

PELATIHAN FISIK BERLEBIH 1 MINGGU

MDA

KELOMPOK 1 KELOMPOK 2

PELATIHAN FISIK BERLEBIH PELATIHAN FISIK BERLEBIH

+ AQUABIDEST (28 hari) +GLUTATION 37mgkgBBhari

28 HARI 28 HARI

MDA

Gambar 43 Bagan Alur Penelitian

462 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium

Pemantauan keselamatan tikus jantan (galur Wistar) di laboratorium

(Smith et al1988 Ngatidjan 2006) adalah sebagai berikut

1 Kandang tikus jantan harus cukup kuat tidak mudah rusak teratur dibersihkan

(1x seminggu) mudah dipasang kembali hewan tidak mudah lepas tahan

52

gigitan hewan kelihatan jelas dari luar Alas tempat tidur terbuat dari serbuk

gergaji atau sekam padi agar mudah menyerap air

2 Luas lantai yang memadai untuk tikus jantan dengan berat badan plusmn200 gram

adalah 60cm persegi dan tinggi 20 cm

3 Diciptakan suasana lingkungan yang stabil dan sesuai keperluan fisiologi tikus

jantan di mana kelembaban suhu pertukaran udara yang ekstrim harus

dihindari

4 Hewan coba hendaknya diperlakukan dengan kasih sayang

47 Pengolahan dan Analisis Data

Analisis data yang digunakan adalah

1 Analisis Deskriptif

2 Uji normalitas data dilakukan dengan tes Shapiro-Wilk Distribusi data

normal dengan nilai pgt005

3 Uji homogenitas dilakukan dengan Lavenersquos Test Data dinyatakan

homogen dengan nilai pgt005

4 Karena data berdistribusi normal dan homogen maka untuk uji

komparabilitas dipakai

- Uji t independent untuk membandingkan rerata kadar MDA antar

kelompok

- Uji Paired T- Test untuk membandingkan rerata kadar MDA pre

dan post masing-masing kelompok

- Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau

dinyatakan berbeda bila plt005

53

BAB V

HASIL PENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 20 ekor tikus jantan dewasa

(Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan berat badan plusmn200 gram sebagai

sampelyang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah 10 ekor

yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dankelompok

perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) Dalam penyajian hasil ini diuraikan

uji normalitas data uji homogenitas data uji komparabilitas dan uji efek

perlakuan

51 Uji Normalitas Data

Data Kadar MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan

pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji

Shapiro-Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005)

disajikan pada Tabel 51

53

54

Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing Kelompok Sebelum

dan Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Perlakuan n p Keterangan

Kadar MDA kontrol pre

Kadar MDA perlakuan pre

Kadar MDA kontrol post

Kadar MDA perlakuan post

10

10

10

10

0965

0550

0975

0697

Normal

Normal

Normal

Normal

52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok

Data Kadar MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun

sesudah perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test

Hasilnya menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52

Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA Sebelum dan

Sesudah Perlakuan

Variabel F p Keterangan

Kadar MDA pre

Kadar MDA post

0016

0592

0901

0452

Homogen

Homogen

53 Kadar MDA

531 Uji komparabilitas

Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata kadar MDA

antar kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan

55

glutation Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada

Tabel 53 berikut

Tabel 53

Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata

Kadar MDA

SB T P

Aktivitas berlebih dan

placebo

Aktivitas berlebihdan

glutathion

10

10

518

529

028

029

089 0386

Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok

kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 518028mmoll dan rerata

kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 529029mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 089 dan nilai

p = 0386 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan

berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya tidak berbeda secara

bermakna (p gt 005)

532 Analisis efek perlakuan

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kadar MDA antar

kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation

56

Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54

berikut

Tabel 54 Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata

Kadar MDA

SB T P

Aktivitas berlebih dan

placebo

Aktivitas berlebihdan

glutathion

10

10

778

444

023

017

3672 0001

Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok

kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata

kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 444017mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 3672 dan nilai

p = 0001 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan

berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya berbeda secara

bermakna (p lt 005)

57

Gambar 51 Perbedaan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

533 Analisis Komparasi Sebelum dengan Sesudah Perlakuan

Analisis komparasi diuji berdasarkan rerata kadar MDA antara sebelum

dengan sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation Hasil

analisis kemaknaan dengan uji t-paired disajikan pada Tabel 55 berikut

Tabel 55 Analisis KomparasiKadar MDA antara Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Kelompok Beda Rerata

pre ndash post p Keterangan

Aktivitas berlebih dan placebo

Aktivitas berlebih dan

glutathion

260

085

0001

0001

Meningkat

Menurun

58

Berdasarkan uji t-paired didapatkan bahwa ada penurunan kadar MDA

pada kelompok perlakuan secara bermakna sebesar 085mmoll sedangkan pada

kelompok kontrol mengalami peningkatan secara bermakna sebesar 260mmoll

59

BAB VI

PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian

Untuk menguji efek pemberian glutation terhadap penurunan kadar MDA

maka dilakukan penelitian terhadap 20 ekor tikus jantan dewasa (Galur Wistar)

sebagai sampel yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah

10 ekor yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dan

kelompok perlakuan (pelatihan fisik berlebih dan glutation)

62 Efek Pelatihan Fisik Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA

Hasil penelitian dan analisis data terhadap kadar MDA darah pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji

normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan homogenitas (Levenersquos test) pre-test dan post-

test masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)

Uji perbandingan 1 minggu pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan

injeksi antara kedua kelompok menggunakan uji t-independent Rerata kadar

MDA kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) adalah

518028mmoll dan rerata kelompok pelatihan fisik berlebih dan glutation

adalah 529029mmoll Analisis kemaknaan dengan uji t-independent

menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna kadar MDA darah antara

kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa

kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan injeksi rerata kadar MDAnya tidak

59

60

berbeda secara bermakna

Uji perbandingan setelah pemberian placebo dan glutation antara kedua

kelompok menggunakan t-independent Rerata kadar MDA kelompok kontrol

(aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata kelompok

perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) adalah 444017mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent antara kedua kelompok sesudah diberikan

placebo dan glutation menunjukkan perbedaan kadar MDA secara bermakna

(plt005) Hal ini berarti bahwa kelompok yang diberikan perlakuan berupa

placebo dan glutation 6 jam sebelum diberikan pelatihan fisik berlebih dengan

cara merenangkan selama 60 menit hari selama 35 hari rerata kadar MDA

berbeda secara bermakna Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh

untuk melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam

organ dan pembuluh darah (Giriwijoyo 2004)

Peningkatan kadar MDA sesudah diberikan pelatihan fisik berlebih pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan disebabkan karena pelatihan fisik

berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena terjadi peningkatan konsumsi

oksigen oleh aktifitas otot skeletal Stress oksidatif memicu peningkatan senyawa

oksigen reaktif Pada pelatihan fisik berlebih juga terjadi Reperfusion Injury yang

memicu terjadinya kerusakan jaringan dan peningkatan radikal bebas (Adiputra

2008) Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara menarik elektronnya

sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan sampai kematian sel

(Suryohudoyo 2000)

Pada penelitian ini didapatkan bahwa sesudah diberikan pelatihan fisik

61

berlebih dan placebo terjadi peningkatan kadar MDA sebesar 5024 Kadar

MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel (Winarsi

2007) Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pepe

(2011) bahwa pelatihan fisik berlebih meningkatkan kadar MDA Lebih lanjut

Murray et al (2000) juga menyatakan bahwa pelatihan fisik berlebih merangsang

respon biomarker stres oksidatif Sedangkan pada kelompok perlakuan yang

diberikan aktifitas berlebih dan glutation terjadi penurunan kadar MDA sebesar

1607 Terjadinya penurunan kadar MDA pada kelompok yang diberikan

glutation 6 jam sebelum melakukan pelatihan fisik berlebih disebabkan karena

pemberian antioksidan meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan

cara mendonorkan elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa

oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsi 2007) Glutation merupakan antioksidan

endogen yaitu antioksidan yang dapat disintesa dalam tubuh dari asam amino L-

sistein L-glutamat dan glisin (Cadenas 2002) yang juga sebagai master

antioksidan yaitu antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain

Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan

Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik (Hersh 2004) Glutation

merupakan salah satu antioksidan yang tidak dapat menjadi pro oksidan (Cadenas

2002) Normalnya sekali suatu antioksidan memakan radikal bebas antioksidan

ini menjadi teroksidasi sendiri dan menyerang sel yang sehat yang disebut

sebagai pro oksidan Glutation dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang

teroksidasi tersebut menjadi bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali

dalam memakan radikal bebas (Sellman 2009) Sehingga dengan demikian

62

glutation dapat membantu dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Urso

(2003) bahwa suplementasi antioksidan dapat mengatasi kondisi stress oksidatif

yang terjadi pelatihan fisik berlebih

Uji perbandingan antara data MDA pre dan post masing-masing kelompok

digunakan uji t-paired test Berdasarkan uji ini didapatkan hasil pada kelompok

perlakuan terjadi penurunan kadar MDA secara bermakna sebesar 085 mmollt

sedangkan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan kadar MDA secara

bermakna sebesar 260mmollt Terjadi penurunan kadar MDA pada kelompok

perlakuan menunjukkan pemberian antioksidan Glutation intraperitoneal dosis

37mgkgBBhari dapat mengatasi kondisi stress oksidatif yang terjadi pada

pelatihan fisik berlebih Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh

Urso (2003)

63

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

71 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan sebagai

berikut Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA

tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

72 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah

1 Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja glutation

yang lebih detail

2 Memperhatikan takaran latihan supaya tidak berlebihan yang justru akan

meningkatkan kerusakan sel

3 Perlu dilakukan uji klinis pada manusia

63

64

DAFTAR PUSTAKA

Adiputra N 2008Kesehatan Olah Raga Available from httpwwwbalihesgorgindexphpoption=com Accessed 2011 Oct 5th

Anonim 2011 Glutathione Available at

httpenwikipediaorgwikiGlutathione Accessed 2011 Oct 5th Anonim 2011 Overtraining Available at

httpwwwmarksdailyapplecomovertraining Accessed 2011 Oct5th

Asikin N 2001Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan InKursus Penyegaran dan Pelatihan Radikal bebas dan Antioksidan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta Fakultas Kedokteran UI

Bagiada NA 2001 Proses Penuaan dan Penanggulangannya Denpasar

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hal 22 Banerjee AK Mandal A Chanda D Chahraboti S 2003 Oxidant

Antioxidant and Physical ExerciseAvailable from httpwwwncbinlmnihgovpubmed14619981 accesed 2011 Sept 2nd

Binekada MC 2002 ldquoPelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Konsentrasi dan

Motilitas Spermatozoa Mencitrdquo(tesis) Denpasar Universitas Udayana

Cadenas E Jones PD 2002Bioavailability of Glutathione In Cadenas E

Packer L editorsHandbook of Antioxidants2nd Ed New York Marcel DekkerInc p549-564

Catala A 2006Lipid PeroxidationInt J Biochem Cell Biol 38 1482-1495 Dalle-DonneI Rossi R ColomboR Giustarini D Milzani

A2006Biomarkers of Oxidative Damage in Human Disease Available from httpwwwredorbitcomnewsscience473334biomarkersof oxidative damage in human diseaseindexhtmlaccessed2011 Sept 5th

Fouad T 2007 Free radicals Types Sources and Damaging Reaction

Relations Available from

64

65

wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th

Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th

Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112

Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors

ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their

Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69

Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan

Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th

Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz

R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155

Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester

Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th

Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala

T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200

Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and

Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders

66

Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana

LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia

Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647

Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from

httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit

Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK

Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620

Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji

Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah

Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009

Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan

Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132

Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde

Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521

Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley

Medical Publicationsp 123-141

Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI

Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable

from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer

67

Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole

Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam

Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI

Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam

Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya

Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan

Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47

Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant

Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th

Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan

Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105

68

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965

Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975

Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753

Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

69

Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan

Group Statistics

Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887

Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215

Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260

Perlakuan 10 42500 23348 07383

Independent Samples Test

Levenes Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df

Sig (2-

tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence Interval of the

Difference Lower Upper

Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428

Equal variances not assumed

-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429

Post1

Equal variances assumed 592 452 367

22 18 000 333700 09087 314608 352792

Equal variances not assumed

36722 16855 000 333700 09087 314515 352885

Post2

Equal variances assumed 906 354 264

19 18 000 239500 09066 220454 258546

Equal variances not assumed

26419 16265 000 239500 09066 220307 258693

70

Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis

(Laurence amp Bacharach 1964)

2g mencit 20g tikus 400g marmot

l5Kg kelinci

20Kg kucing

40Kg kera

120Kg anjing

70Kg manusia

20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879

200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560

400 g marmot

008 057 10 225 24 52 102 315

l5Kg kelinci

004 025 044 10 106 24 45 142

20Kg kucing

003 023 042 092 10 22 41 130

40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61

120Kg anjing

0008 006 010 0022 024 052 10 31

70Kg manusia

00026 0018 0031 007 0013 016 032 10

71

Lampiran 4

Foto Penelitian

Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)

72

Lampiran 5

Data Hasil Penelitian

Kelompok Kontrol

Pre test Post test Pre test Post Test

752 647 769 694

779 670 773 664

745 660 803 653

769 643 817 677

783 653

786 684

Kelompok Perlakuan

Pre Test Post test

412 391

436 412

442 425

425 401

453 436

466 442

432 405

456 432

470 453

476 463

Page 62: PEMBERIAN INJEKSI GLUTATION INTRAPERITONEAL

44

Keterangan

P = populasi

S = sampel

R = random

O1 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah mendapatkan

pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan placebo (pre test)

O2 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah diberikan pelatihan

fisik berlebih setelah diberikan placebo (post test)

O3 = observasi data MDA kelompok perlakuan setelah diberikan

pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan Glutation (pre test)

O4 = observasi data MDA kelompok perlakuan diberikan pelatihan fisik

berlebih setelah diberikan Glutation (post test)

P1 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih+ placebo

P2 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation

42 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran

Universitas Udayana pada bulan Januari ndash Maret 2012 Pemeriksaan MDA darah

tikus dikerjakan di bagian Program Antar Unit Universitas Gajah Mada

Jogyakarta

45

43 Populasi dan Sampel

431 Populasi

Subyek penelitian adalah tikus jantan dewasa galur Wistar yang berusia 2-

25 bulan dan dalam kondisi fisik sehat

432 Kriteria Sampel

4321 Kriteria Inklusi

Kriteria Inklusi yang ditetapkan sebagai sampel adalah sebagai berikut

a Tikus jantan dewasa galur Wistar

b Umur 2-25 bulan

c Berat badan plusmn200 gram

d Sehat

e MDA ge 5mmollt

4322 Kriteria Drop Out

Adalah sampel yang mati pada waktu penelitian

433 Besar Sampel

Besar sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini dihitung berdasarkan

rumus Poccock (2008)

Angka μ1 (5) dan μ2 (12) didapatkan dari penelitian sebelumnya (Ji 1998)

n=

46

= asymp 7

Keterangan

n = jumlah sampel

σ = standar deviasi kelompok perlakuan dengan pemberian

glutation (15)

f ( ) = besarnya didapat dari tabel (Poccock 2008)

μ1 = rerata hasil MDA pada kelompok perlakuan sesudah

pemberian glutatioacuten (5)

μ2 = rerata hasil MDA pada kelompok pre test (12)

Jadi jumlah sampel (n) = 675 dan ditambah 3 ekor tikus untuk masing-

masing kelompok sebagai cadangan Jadi total 20 ekor tikus dengan 10

ekor tikus untuk masing-masing kelompok

434 Teknik Pengambilan Sampel

Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat

sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi diambil secara acak

sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi

2 kelompok yaitu kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+placebo kelompok

dengan pelatihan fisik berlebih + glutation

47

44 Variabel Penelitian

441 Klasifikasi Variabel

Variabel penelitian dibedakan menjadi

1 Variabel Bebas dosis pemberian glutation

2 Variabel Tergantung kadar MDA

3 Variabel Terkendali varian tikus jantan (galur wistar) jenis

kelamin umur berat badan lingkungan

(pencahayaan suhu kelembaban nutrisi

kandang)

Gambar 42 Bagan Hubungan Antar Variabel

VARIABEL BEBAS

- Pelatihan fisik berlebih

- Glutation 37mg kgBBhari

VARIABEL TERGANTUNG

KADAR MDA

VARIABEL TERKENDALI

Varian tikus

Jenis kelamin umur berat badan

Pencahayaan suhu kelembaban nutrisi kandang

Makanan minuman

48

442 Definisi Operasional Variabel

1 Pelatihan fisik berlebih pada tikus adalah pelatihan yang berlebihan

yang diukur berdasarkan kemampuan maksimal berenang tikus pada

ember berdiameter 35 cm dengan kedalaman air 20 cm yang

dilakukan 60 menithari selama 35 hari pada waktu yang sama pada

suhu 32 derajat (Binekada 2002 dan Pepe2011)

2 Glutation yang diberikan adalah Glutation Teofarma injeksi sediaan

600mg 4 ml Dosis pemberian Glutation adalah pemberian sediaan

antioksidan Glutation dalam bentuk suntikan intraperitoneal yang

diberikan 1x sehari dan diberikan 6 jam sebelum pelatihan fisik

berlebih Dosis pemberian Glutation mengacu pada penelitian yang

dilakukan sebelumnya oleh Ji L L yaitu 37mgkgBBhari yang

dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril secara intraperitonial

3 MDA merupakan salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada

membran sel dan merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan

oleh radikal bebas Pengukuran kadar MDA menggunakan metode

Thiobarbituraic Acid Reactive Substances (TBARS) Pembacaan hasil

dengan menggunakan spektrofotometer Satuan MDA dalam mmoll

4 Cahaya suhu dan kelembaban merupakan kondisi lingkungan yang

dialami tikus jantan dewasa Pada penelitian ini kondisi lingkungan

selama percobaan dibuat sama

5 Berat badan tikus adalah berat badan yang ditimbang dengan

timbangan gram

49

6 Umur tikus adalah umur yang ditentukan dengan melihat tanggal

kelahiran yang dicatat pada kandang percobaan

7 Kondisi peneliti yang meliputi kesehatan fisik dan psikis peneliti

Penelitian dilaksanakan saat kondisi peneliti dalam keadaan baik

sehingga pengaruhnya terhadap hasil penelitian dapat diabaikan

45 Bahan dan Alat Penelitian

451 Bahan Penelitian

Glutation injeksi

Tikus jantan

Makanan tikus berupa pellet dan air minum dari air ledeng

Aquades steril

EDTA (Ethylenediamine tetraacetic acid)

Reagensia untuk pengukuran kadar MDA

452 Alat Penelitian

Alat yang dipakai dalam pengambilan data penelitian ini adalah

- Kandang tikus terbuat dari besi yang di dalamnya terdapat sekam dan

botol minuman

- Ember berdiameter 35 cm dan kedalaman air 20 cm

- Stopwatch

- Timbangan

- Spuit injeksi 1 ml

50

- Sarung tangan

- Kapas dan alkohol 70

- Tabung Evendorf

- Mikropipet

- Pipet kapiler

- Sentrifugasi

46 Prosedur Penelitian

1 Tikus jantan dewasa (Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan

berat badan plusmn200gram dilakukan aklimatisasi selama 2 minggu di

tempat penelitian untuk penyesuaian dengan lingkungan

2 Semua sampel tikus diberi perlakuan yang sama yaitu diberikan

pelatihan fisik berlebih dengan cara berenang sampai kelelahan pada

hari ke 7 kedua kelompok tersebut dilakukan pemeriksaan MDA

3 Mulai hari ke 8 ndash 35 sampel tikus yang berjumlah 20 ekor dibagi atas 2

kelompok di mana kelompok 1(kontrol) diberikan pelatihan fisik

berlebih + injeksi aquabidest intraperitoneal enam jam sebelum

perlakuan aktifitas berlebih kelompok ke 2 (perlakuan) diberikan

pelatihan fisik berlebih + injeksi intraperitoneal glutation 37

mgkgBBhari yang sudah dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril

4 Pada hari ke 35 dilakukan pemeriksaan kadar MDA pada masing-

masing tikus setelah bulu tikus kering

51

5 Selama penelitian hewan coba diberikan makanan dan minuman secara

teratur kebersihan dan kenyamanan kandang dijaga

461 Alur Penelitian

TIKUS ADAPTASI 2 MINGGU

PELATIHAN FISIK BERLEBIH 1 MINGGU

MDA

KELOMPOK 1 KELOMPOK 2

PELATIHAN FISIK BERLEBIH PELATIHAN FISIK BERLEBIH

+ AQUABIDEST (28 hari) +GLUTATION 37mgkgBBhari

28 HARI 28 HARI

MDA

Gambar 43 Bagan Alur Penelitian

462 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium

Pemantauan keselamatan tikus jantan (galur Wistar) di laboratorium

(Smith et al1988 Ngatidjan 2006) adalah sebagai berikut

1 Kandang tikus jantan harus cukup kuat tidak mudah rusak teratur dibersihkan

(1x seminggu) mudah dipasang kembali hewan tidak mudah lepas tahan

52

gigitan hewan kelihatan jelas dari luar Alas tempat tidur terbuat dari serbuk

gergaji atau sekam padi agar mudah menyerap air

2 Luas lantai yang memadai untuk tikus jantan dengan berat badan plusmn200 gram

adalah 60cm persegi dan tinggi 20 cm

3 Diciptakan suasana lingkungan yang stabil dan sesuai keperluan fisiologi tikus

jantan di mana kelembaban suhu pertukaran udara yang ekstrim harus

dihindari

4 Hewan coba hendaknya diperlakukan dengan kasih sayang

47 Pengolahan dan Analisis Data

Analisis data yang digunakan adalah

1 Analisis Deskriptif

2 Uji normalitas data dilakukan dengan tes Shapiro-Wilk Distribusi data

normal dengan nilai pgt005

3 Uji homogenitas dilakukan dengan Lavenersquos Test Data dinyatakan

homogen dengan nilai pgt005

4 Karena data berdistribusi normal dan homogen maka untuk uji

komparabilitas dipakai

- Uji t independent untuk membandingkan rerata kadar MDA antar

kelompok

- Uji Paired T- Test untuk membandingkan rerata kadar MDA pre

dan post masing-masing kelompok

- Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau

dinyatakan berbeda bila plt005

53

BAB V

HASIL PENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 20 ekor tikus jantan dewasa

(Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan berat badan plusmn200 gram sebagai

sampelyang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah 10 ekor

yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dankelompok

perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) Dalam penyajian hasil ini diuraikan

uji normalitas data uji homogenitas data uji komparabilitas dan uji efek

perlakuan

51 Uji Normalitas Data

Data Kadar MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan

pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji

Shapiro-Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005)

disajikan pada Tabel 51

53

54

Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing Kelompok Sebelum

dan Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Perlakuan n p Keterangan

Kadar MDA kontrol pre

Kadar MDA perlakuan pre

Kadar MDA kontrol post

Kadar MDA perlakuan post

10

10

10

10

0965

0550

0975

0697

Normal

Normal

Normal

Normal

52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok

Data Kadar MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun

sesudah perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test

Hasilnya menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52

Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA Sebelum dan

Sesudah Perlakuan

Variabel F p Keterangan

Kadar MDA pre

Kadar MDA post

0016

0592

0901

0452

Homogen

Homogen

53 Kadar MDA

531 Uji komparabilitas

Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata kadar MDA

antar kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan

55

glutation Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada

Tabel 53 berikut

Tabel 53

Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata

Kadar MDA

SB T P

Aktivitas berlebih dan

placebo

Aktivitas berlebihdan

glutathion

10

10

518

529

028

029

089 0386

Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok

kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 518028mmoll dan rerata

kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 529029mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 089 dan nilai

p = 0386 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan

berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya tidak berbeda secara

bermakna (p gt 005)

532 Analisis efek perlakuan

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kadar MDA antar

kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation

56

Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54

berikut

Tabel 54 Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata

Kadar MDA

SB T P

Aktivitas berlebih dan

placebo

Aktivitas berlebihdan

glutathion

10

10

778

444

023

017

3672 0001

Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok

kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata

kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 444017mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 3672 dan nilai

p = 0001 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan

berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya berbeda secara

bermakna (p lt 005)

57

Gambar 51 Perbedaan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

533 Analisis Komparasi Sebelum dengan Sesudah Perlakuan

Analisis komparasi diuji berdasarkan rerata kadar MDA antara sebelum

dengan sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation Hasil

analisis kemaknaan dengan uji t-paired disajikan pada Tabel 55 berikut

Tabel 55 Analisis KomparasiKadar MDA antara Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Kelompok Beda Rerata

pre ndash post p Keterangan

Aktivitas berlebih dan placebo

Aktivitas berlebih dan

glutathion

260

085

0001

0001

Meningkat

Menurun

58

Berdasarkan uji t-paired didapatkan bahwa ada penurunan kadar MDA

pada kelompok perlakuan secara bermakna sebesar 085mmoll sedangkan pada

kelompok kontrol mengalami peningkatan secara bermakna sebesar 260mmoll

59

BAB VI

PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian

Untuk menguji efek pemberian glutation terhadap penurunan kadar MDA

maka dilakukan penelitian terhadap 20 ekor tikus jantan dewasa (Galur Wistar)

sebagai sampel yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah

10 ekor yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dan

kelompok perlakuan (pelatihan fisik berlebih dan glutation)

62 Efek Pelatihan Fisik Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA

Hasil penelitian dan analisis data terhadap kadar MDA darah pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji

normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan homogenitas (Levenersquos test) pre-test dan post-

test masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)

Uji perbandingan 1 minggu pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan

injeksi antara kedua kelompok menggunakan uji t-independent Rerata kadar

MDA kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) adalah

518028mmoll dan rerata kelompok pelatihan fisik berlebih dan glutation

adalah 529029mmoll Analisis kemaknaan dengan uji t-independent

menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna kadar MDA darah antara

kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa

kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan injeksi rerata kadar MDAnya tidak

59

60

berbeda secara bermakna

Uji perbandingan setelah pemberian placebo dan glutation antara kedua

kelompok menggunakan t-independent Rerata kadar MDA kelompok kontrol

(aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata kelompok

perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) adalah 444017mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent antara kedua kelompok sesudah diberikan

placebo dan glutation menunjukkan perbedaan kadar MDA secara bermakna

(plt005) Hal ini berarti bahwa kelompok yang diberikan perlakuan berupa

placebo dan glutation 6 jam sebelum diberikan pelatihan fisik berlebih dengan

cara merenangkan selama 60 menit hari selama 35 hari rerata kadar MDA

berbeda secara bermakna Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh

untuk melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam

organ dan pembuluh darah (Giriwijoyo 2004)

Peningkatan kadar MDA sesudah diberikan pelatihan fisik berlebih pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan disebabkan karena pelatihan fisik

berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena terjadi peningkatan konsumsi

oksigen oleh aktifitas otot skeletal Stress oksidatif memicu peningkatan senyawa

oksigen reaktif Pada pelatihan fisik berlebih juga terjadi Reperfusion Injury yang

memicu terjadinya kerusakan jaringan dan peningkatan radikal bebas (Adiputra

2008) Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara menarik elektronnya

sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan sampai kematian sel

(Suryohudoyo 2000)

Pada penelitian ini didapatkan bahwa sesudah diberikan pelatihan fisik

61

berlebih dan placebo terjadi peningkatan kadar MDA sebesar 5024 Kadar

MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel (Winarsi

2007) Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pepe

(2011) bahwa pelatihan fisik berlebih meningkatkan kadar MDA Lebih lanjut

Murray et al (2000) juga menyatakan bahwa pelatihan fisik berlebih merangsang

respon biomarker stres oksidatif Sedangkan pada kelompok perlakuan yang

diberikan aktifitas berlebih dan glutation terjadi penurunan kadar MDA sebesar

1607 Terjadinya penurunan kadar MDA pada kelompok yang diberikan

glutation 6 jam sebelum melakukan pelatihan fisik berlebih disebabkan karena

pemberian antioksidan meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan

cara mendonorkan elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa

oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsi 2007) Glutation merupakan antioksidan

endogen yaitu antioksidan yang dapat disintesa dalam tubuh dari asam amino L-

sistein L-glutamat dan glisin (Cadenas 2002) yang juga sebagai master

antioksidan yaitu antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain

Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan

Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik (Hersh 2004) Glutation

merupakan salah satu antioksidan yang tidak dapat menjadi pro oksidan (Cadenas

2002) Normalnya sekali suatu antioksidan memakan radikal bebas antioksidan

ini menjadi teroksidasi sendiri dan menyerang sel yang sehat yang disebut

sebagai pro oksidan Glutation dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang

teroksidasi tersebut menjadi bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali

dalam memakan radikal bebas (Sellman 2009) Sehingga dengan demikian

62

glutation dapat membantu dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Urso

(2003) bahwa suplementasi antioksidan dapat mengatasi kondisi stress oksidatif

yang terjadi pelatihan fisik berlebih

Uji perbandingan antara data MDA pre dan post masing-masing kelompok

digunakan uji t-paired test Berdasarkan uji ini didapatkan hasil pada kelompok

perlakuan terjadi penurunan kadar MDA secara bermakna sebesar 085 mmollt

sedangkan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan kadar MDA secara

bermakna sebesar 260mmollt Terjadi penurunan kadar MDA pada kelompok

perlakuan menunjukkan pemberian antioksidan Glutation intraperitoneal dosis

37mgkgBBhari dapat mengatasi kondisi stress oksidatif yang terjadi pada

pelatihan fisik berlebih Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh

Urso (2003)

63

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

71 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan sebagai

berikut Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA

tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

72 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah

1 Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja glutation

yang lebih detail

2 Memperhatikan takaran latihan supaya tidak berlebihan yang justru akan

meningkatkan kerusakan sel

3 Perlu dilakukan uji klinis pada manusia

63

64

DAFTAR PUSTAKA

Adiputra N 2008Kesehatan Olah Raga Available from httpwwwbalihesgorgindexphpoption=com Accessed 2011 Oct 5th

Anonim 2011 Glutathione Available at

httpenwikipediaorgwikiGlutathione Accessed 2011 Oct 5th Anonim 2011 Overtraining Available at

httpwwwmarksdailyapplecomovertraining Accessed 2011 Oct5th

Asikin N 2001Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan InKursus Penyegaran dan Pelatihan Radikal bebas dan Antioksidan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta Fakultas Kedokteran UI

Bagiada NA 2001 Proses Penuaan dan Penanggulangannya Denpasar

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hal 22 Banerjee AK Mandal A Chanda D Chahraboti S 2003 Oxidant

Antioxidant and Physical ExerciseAvailable from httpwwwncbinlmnihgovpubmed14619981 accesed 2011 Sept 2nd

Binekada MC 2002 ldquoPelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Konsentrasi dan

Motilitas Spermatozoa Mencitrdquo(tesis) Denpasar Universitas Udayana

Cadenas E Jones PD 2002Bioavailability of Glutathione In Cadenas E

Packer L editorsHandbook of Antioxidants2nd Ed New York Marcel DekkerInc p549-564

Catala A 2006Lipid PeroxidationInt J Biochem Cell Biol 38 1482-1495 Dalle-DonneI Rossi R ColomboR Giustarini D Milzani

A2006Biomarkers of Oxidative Damage in Human Disease Available from httpwwwredorbitcomnewsscience473334biomarkersof oxidative damage in human diseaseindexhtmlaccessed2011 Sept 5th

Fouad T 2007 Free radicals Types Sources and Damaging Reaction

Relations Available from

64

65

wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th

Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th

Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112

Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors

ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their

Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69

Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan

Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th

Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz

R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155

Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester

Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th

Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala

T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200

Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and

Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders

66

Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana

LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia

Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647

Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from

httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit

Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK

Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620

Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji

Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah

Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009

Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan

Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132

Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde

Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521

Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley

Medical Publicationsp 123-141

Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI

Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable

from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer

67

Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole

Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam

Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI

Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam

Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya

Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan

Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47

Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant

Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th

Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan

Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105

68

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965

Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975

Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753

Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

69

Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan

Group Statistics

Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887

Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215

Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260

Perlakuan 10 42500 23348 07383

Independent Samples Test

Levenes Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df

Sig (2-

tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence Interval of the

Difference Lower Upper

Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428

Equal variances not assumed

-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429

Post1

Equal variances assumed 592 452 367

22 18 000 333700 09087 314608 352792

Equal variances not assumed

36722 16855 000 333700 09087 314515 352885

Post2

Equal variances assumed 906 354 264

19 18 000 239500 09066 220454 258546

Equal variances not assumed

26419 16265 000 239500 09066 220307 258693

70

Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis

(Laurence amp Bacharach 1964)

2g mencit 20g tikus 400g marmot

l5Kg kelinci

20Kg kucing

40Kg kera

120Kg anjing

70Kg manusia

20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879

200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560

400 g marmot

008 057 10 225 24 52 102 315

l5Kg kelinci

004 025 044 10 106 24 45 142

20Kg kucing

003 023 042 092 10 22 41 130

40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61

120Kg anjing

0008 006 010 0022 024 052 10 31

70Kg manusia

00026 0018 0031 007 0013 016 032 10

71

Lampiran 4

Foto Penelitian

Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)

72

Lampiran 5

Data Hasil Penelitian

Kelompok Kontrol

Pre test Post test Pre test Post Test

752 647 769 694

779 670 773 664

745 660 803 653

769 643 817 677

783 653

786 684

Kelompok Perlakuan

Pre Test Post test

412 391

436 412

442 425

425 401

453 436

466 442

432 405

456 432

470 453

476 463

Page 63: PEMBERIAN INJEKSI GLUTATION INTRAPERITONEAL

45

43 Populasi dan Sampel

431 Populasi

Subyek penelitian adalah tikus jantan dewasa galur Wistar yang berusia 2-

25 bulan dan dalam kondisi fisik sehat

432 Kriteria Sampel

4321 Kriteria Inklusi

Kriteria Inklusi yang ditetapkan sebagai sampel adalah sebagai berikut

a Tikus jantan dewasa galur Wistar

b Umur 2-25 bulan

c Berat badan plusmn200 gram

d Sehat

e MDA ge 5mmollt

4322 Kriteria Drop Out

Adalah sampel yang mati pada waktu penelitian

433 Besar Sampel

Besar sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini dihitung berdasarkan

rumus Poccock (2008)

Angka μ1 (5) dan μ2 (12) didapatkan dari penelitian sebelumnya (Ji 1998)

n=

46

= asymp 7

Keterangan

n = jumlah sampel

σ = standar deviasi kelompok perlakuan dengan pemberian

glutation (15)

f ( ) = besarnya didapat dari tabel (Poccock 2008)

μ1 = rerata hasil MDA pada kelompok perlakuan sesudah

pemberian glutatioacuten (5)

μ2 = rerata hasil MDA pada kelompok pre test (12)

Jadi jumlah sampel (n) = 675 dan ditambah 3 ekor tikus untuk masing-

masing kelompok sebagai cadangan Jadi total 20 ekor tikus dengan 10

ekor tikus untuk masing-masing kelompok

434 Teknik Pengambilan Sampel

Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat

sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi diambil secara acak

sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi

2 kelompok yaitu kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+placebo kelompok

dengan pelatihan fisik berlebih + glutation

47

44 Variabel Penelitian

441 Klasifikasi Variabel

Variabel penelitian dibedakan menjadi

1 Variabel Bebas dosis pemberian glutation

2 Variabel Tergantung kadar MDA

3 Variabel Terkendali varian tikus jantan (galur wistar) jenis

kelamin umur berat badan lingkungan

(pencahayaan suhu kelembaban nutrisi

kandang)

Gambar 42 Bagan Hubungan Antar Variabel

VARIABEL BEBAS

- Pelatihan fisik berlebih

- Glutation 37mg kgBBhari

VARIABEL TERGANTUNG

KADAR MDA

VARIABEL TERKENDALI

Varian tikus

Jenis kelamin umur berat badan

Pencahayaan suhu kelembaban nutrisi kandang

Makanan minuman

48

442 Definisi Operasional Variabel

1 Pelatihan fisik berlebih pada tikus adalah pelatihan yang berlebihan

yang diukur berdasarkan kemampuan maksimal berenang tikus pada

ember berdiameter 35 cm dengan kedalaman air 20 cm yang

dilakukan 60 menithari selama 35 hari pada waktu yang sama pada

suhu 32 derajat (Binekada 2002 dan Pepe2011)

2 Glutation yang diberikan adalah Glutation Teofarma injeksi sediaan

600mg 4 ml Dosis pemberian Glutation adalah pemberian sediaan

antioksidan Glutation dalam bentuk suntikan intraperitoneal yang

diberikan 1x sehari dan diberikan 6 jam sebelum pelatihan fisik

berlebih Dosis pemberian Glutation mengacu pada penelitian yang

dilakukan sebelumnya oleh Ji L L yaitu 37mgkgBBhari yang

dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril secara intraperitonial

3 MDA merupakan salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada

membran sel dan merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan

oleh radikal bebas Pengukuran kadar MDA menggunakan metode

Thiobarbituraic Acid Reactive Substances (TBARS) Pembacaan hasil

dengan menggunakan spektrofotometer Satuan MDA dalam mmoll

4 Cahaya suhu dan kelembaban merupakan kondisi lingkungan yang

dialami tikus jantan dewasa Pada penelitian ini kondisi lingkungan

selama percobaan dibuat sama

5 Berat badan tikus adalah berat badan yang ditimbang dengan

timbangan gram

49

6 Umur tikus adalah umur yang ditentukan dengan melihat tanggal

kelahiran yang dicatat pada kandang percobaan

7 Kondisi peneliti yang meliputi kesehatan fisik dan psikis peneliti

Penelitian dilaksanakan saat kondisi peneliti dalam keadaan baik

sehingga pengaruhnya terhadap hasil penelitian dapat diabaikan

45 Bahan dan Alat Penelitian

451 Bahan Penelitian

Glutation injeksi

Tikus jantan

Makanan tikus berupa pellet dan air minum dari air ledeng

Aquades steril

EDTA (Ethylenediamine tetraacetic acid)

Reagensia untuk pengukuran kadar MDA

452 Alat Penelitian

Alat yang dipakai dalam pengambilan data penelitian ini adalah

- Kandang tikus terbuat dari besi yang di dalamnya terdapat sekam dan

botol minuman

- Ember berdiameter 35 cm dan kedalaman air 20 cm

- Stopwatch

- Timbangan

- Spuit injeksi 1 ml

50

- Sarung tangan

- Kapas dan alkohol 70

- Tabung Evendorf

- Mikropipet

- Pipet kapiler

- Sentrifugasi

46 Prosedur Penelitian

1 Tikus jantan dewasa (Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan

berat badan plusmn200gram dilakukan aklimatisasi selama 2 minggu di

tempat penelitian untuk penyesuaian dengan lingkungan

2 Semua sampel tikus diberi perlakuan yang sama yaitu diberikan

pelatihan fisik berlebih dengan cara berenang sampai kelelahan pada

hari ke 7 kedua kelompok tersebut dilakukan pemeriksaan MDA

3 Mulai hari ke 8 ndash 35 sampel tikus yang berjumlah 20 ekor dibagi atas 2

kelompok di mana kelompok 1(kontrol) diberikan pelatihan fisik

berlebih + injeksi aquabidest intraperitoneal enam jam sebelum

perlakuan aktifitas berlebih kelompok ke 2 (perlakuan) diberikan

pelatihan fisik berlebih + injeksi intraperitoneal glutation 37

mgkgBBhari yang sudah dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril

4 Pada hari ke 35 dilakukan pemeriksaan kadar MDA pada masing-

masing tikus setelah bulu tikus kering

51

5 Selama penelitian hewan coba diberikan makanan dan minuman secara

teratur kebersihan dan kenyamanan kandang dijaga

461 Alur Penelitian

TIKUS ADAPTASI 2 MINGGU

PELATIHAN FISIK BERLEBIH 1 MINGGU

MDA

KELOMPOK 1 KELOMPOK 2

PELATIHAN FISIK BERLEBIH PELATIHAN FISIK BERLEBIH

+ AQUABIDEST (28 hari) +GLUTATION 37mgkgBBhari

28 HARI 28 HARI

MDA

Gambar 43 Bagan Alur Penelitian

462 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium

Pemantauan keselamatan tikus jantan (galur Wistar) di laboratorium

(Smith et al1988 Ngatidjan 2006) adalah sebagai berikut

1 Kandang tikus jantan harus cukup kuat tidak mudah rusak teratur dibersihkan

(1x seminggu) mudah dipasang kembali hewan tidak mudah lepas tahan

52

gigitan hewan kelihatan jelas dari luar Alas tempat tidur terbuat dari serbuk

gergaji atau sekam padi agar mudah menyerap air

2 Luas lantai yang memadai untuk tikus jantan dengan berat badan plusmn200 gram

adalah 60cm persegi dan tinggi 20 cm

3 Diciptakan suasana lingkungan yang stabil dan sesuai keperluan fisiologi tikus

jantan di mana kelembaban suhu pertukaran udara yang ekstrim harus

dihindari

4 Hewan coba hendaknya diperlakukan dengan kasih sayang

47 Pengolahan dan Analisis Data

Analisis data yang digunakan adalah

1 Analisis Deskriptif

2 Uji normalitas data dilakukan dengan tes Shapiro-Wilk Distribusi data

normal dengan nilai pgt005

3 Uji homogenitas dilakukan dengan Lavenersquos Test Data dinyatakan

homogen dengan nilai pgt005

4 Karena data berdistribusi normal dan homogen maka untuk uji

komparabilitas dipakai

- Uji t independent untuk membandingkan rerata kadar MDA antar

kelompok

- Uji Paired T- Test untuk membandingkan rerata kadar MDA pre

dan post masing-masing kelompok

- Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau

dinyatakan berbeda bila plt005

53

BAB V

HASIL PENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 20 ekor tikus jantan dewasa

(Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan berat badan plusmn200 gram sebagai

sampelyang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah 10 ekor

yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dankelompok

perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) Dalam penyajian hasil ini diuraikan

uji normalitas data uji homogenitas data uji komparabilitas dan uji efek

perlakuan

51 Uji Normalitas Data

Data Kadar MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan

pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji

Shapiro-Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005)

disajikan pada Tabel 51

53

54

Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing Kelompok Sebelum

dan Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Perlakuan n p Keterangan

Kadar MDA kontrol pre

Kadar MDA perlakuan pre

Kadar MDA kontrol post

Kadar MDA perlakuan post

10

10

10

10

0965

0550

0975

0697

Normal

Normal

Normal

Normal

52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok

Data Kadar MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun

sesudah perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test

Hasilnya menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52

Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA Sebelum dan

Sesudah Perlakuan

Variabel F p Keterangan

Kadar MDA pre

Kadar MDA post

0016

0592

0901

0452

Homogen

Homogen

53 Kadar MDA

531 Uji komparabilitas

Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata kadar MDA

antar kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan

55

glutation Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada

Tabel 53 berikut

Tabel 53

Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata

Kadar MDA

SB T P

Aktivitas berlebih dan

placebo

Aktivitas berlebihdan

glutathion

10

10

518

529

028

029

089 0386

Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok

kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 518028mmoll dan rerata

kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 529029mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 089 dan nilai

p = 0386 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan

berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya tidak berbeda secara

bermakna (p gt 005)

532 Analisis efek perlakuan

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kadar MDA antar

kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation

56

Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54

berikut

Tabel 54 Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata

Kadar MDA

SB T P

Aktivitas berlebih dan

placebo

Aktivitas berlebihdan

glutathion

10

10

778

444

023

017

3672 0001

Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok

kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata

kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 444017mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 3672 dan nilai

p = 0001 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan

berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya berbeda secara

bermakna (p lt 005)

57

Gambar 51 Perbedaan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

533 Analisis Komparasi Sebelum dengan Sesudah Perlakuan

Analisis komparasi diuji berdasarkan rerata kadar MDA antara sebelum

dengan sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation Hasil

analisis kemaknaan dengan uji t-paired disajikan pada Tabel 55 berikut

Tabel 55 Analisis KomparasiKadar MDA antara Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Kelompok Beda Rerata

pre ndash post p Keterangan

Aktivitas berlebih dan placebo

Aktivitas berlebih dan

glutathion

260

085

0001

0001

Meningkat

Menurun

58

Berdasarkan uji t-paired didapatkan bahwa ada penurunan kadar MDA

pada kelompok perlakuan secara bermakna sebesar 085mmoll sedangkan pada

kelompok kontrol mengalami peningkatan secara bermakna sebesar 260mmoll

59

BAB VI

PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian

Untuk menguji efek pemberian glutation terhadap penurunan kadar MDA

maka dilakukan penelitian terhadap 20 ekor tikus jantan dewasa (Galur Wistar)

sebagai sampel yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah

10 ekor yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dan

kelompok perlakuan (pelatihan fisik berlebih dan glutation)

62 Efek Pelatihan Fisik Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA

Hasil penelitian dan analisis data terhadap kadar MDA darah pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji

normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan homogenitas (Levenersquos test) pre-test dan post-

test masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)

Uji perbandingan 1 minggu pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan

injeksi antara kedua kelompok menggunakan uji t-independent Rerata kadar

MDA kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) adalah

518028mmoll dan rerata kelompok pelatihan fisik berlebih dan glutation

adalah 529029mmoll Analisis kemaknaan dengan uji t-independent

menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna kadar MDA darah antara

kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa

kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan injeksi rerata kadar MDAnya tidak

59

60

berbeda secara bermakna

Uji perbandingan setelah pemberian placebo dan glutation antara kedua

kelompok menggunakan t-independent Rerata kadar MDA kelompok kontrol

(aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata kelompok

perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) adalah 444017mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent antara kedua kelompok sesudah diberikan

placebo dan glutation menunjukkan perbedaan kadar MDA secara bermakna

(plt005) Hal ini berarti bahwa kelompok yang diberikan perlakuan berupa

placebo dan glutation 6 jam sebelum diberikan pelatihan fisik berlebih dengan

cara merenangkan selama 60 menit hari selama 35 hari rerata kadar MDA

berbeda secara bermakna Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh

untuk melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam

organ dan pembuluh darah (Giriwijoyo 2004)

Peningkatan kadar MDA sesudah diberikan pelatihan fisik berlebih pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan disebabkan karena pelatihan fisik

berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena terjadi peningkatan konsumsi

oksigen oleh aktifitas otot skeletal Stress oksidatif memicu peningkatan senyawa

oksigen reaktif Pada pelatihan fisik berlebih juga terjadi Reperfusion Injury yang

memicu terjadinya kerusakan jaringan dan peningkatan radikal bebas (Adiputra

2008) Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara menarik elektronnya

sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan sampai kematian sel

(Suryohudoyo 2000)

Pada penelitian ini didapatkan bahwa sesudah diberikan pelatihan fisik

61

berlebih dan placebo terjadi peningkatan kadar MDA sebesar 5024 Kadar

MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel (Winarsi

2007) Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pepe

(2011) bahwa pelatihan fisik berlebih meningkatkan kadar MDA Lebih lanjut

Murray et al (2000) juga menyatakan bahwa pelatihan fisik berlebih merangsang

respon biomarker stres oksidatif Sedangkan pada kelompok perlakuan yang

diberikan aktifitas berlebih dan glutation terjadi penurunan kadar MDA sebesar

1607 Terjadinya penurunan kadar MDA pada kelompok yang diberikan

glutation 6 jam sebelum melakukan pelatihan fisik berlebih disebabkan karena

pemberian antioksidan meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan

cara mendonorkan elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa

oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsi 2007) Glutation merupakan antioksidan

endogen yaitu antioksidan yang dapat disintesa dalam tubuh dari asam amino L-

sistein L-glutamat dan glisin (Cadenas 2002) yang juga sebagai master

antioksidan yaitu antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain

Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan

Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik (Hersh 2004) Glutation

merupakan salah satu antioksidan yang tidak dapat menjadi pro oksidan (Cadenas

2002) Normalnya sekali suatu antioksidan memakan radikal bebas antioksidan

ini menjadi teroksidasi sendiri dan menyerang sel yang sehat yang disebut

sebagai pro oksidan Glutation dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang

teroksidasi tersebut menjadi bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali

dalam memakan radikal bebas (Sellman 2009) Sehingga dengan demikian

62

glutation dapat membantu dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Urso

(2003) bahwa suplementasi antioksidan dapat mengatasi kondisi stress oksidatif

yang terjadi pelatihan fisik berlebih

Uji perbandingan antara data MDA pre dan post masing-masing kelompok

digunakan uji t-paired test Berdasarkan uji ini didapatkan hasil pada kelompok

perlakuan terjadi penurunan kadar MDA secara bermakna sebesar 085 mmollt

sedangkan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan kadar MDA secara

bermakna sebesar 260mmollt Terjadi penurunan kadar MDA pada kelompok

perlakuan menunjukkan pemberian antioksidan Glutation intraperitoneal dosis

37mgkgBBhari dapat mengatasi kondisi stress oksidatif yang terjadi pada

pelatihan fisik berlebih Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh

Urso (2003)

63

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

71 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan sebagai

berikut Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA

tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

72 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah

1 Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja glutation

yang lebih detail

2 Memperhatikan takaran latihan supaya tidak berlebihan yang justru akan

meningkatkan kerusakan sel

3 Perlu dilakukan uji klinis pada manusia

63

64

DAFTAR PUSTAKA

Adiputra N 2008Kesehatan Olah Raga Available from httpwwwbalihesgorgindexphpoption=com Accessed 2011 Oct 5th

Anonim 2011 Glutathione Available at

httpenwikipediaorgwikiGlutathione Accessed 2011 Oct 5th Anonim 2011 Overtraining Available at

httpwwwmarksdailyapplecomovertraining Accessed 2011 Oct5th

Asikin N 2001Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan InKursus Penyegaran dan Pelatihan Radikal bebas dan Antioksidan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta Fakultas Kedokteran UI

Bagiada NA 2001 Proses Penuaan dan Penanggulangannya Denpasar

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hal 22 Banerjee AK Mandal A Chanda D Chahraboti S 2003 Oxidant

Antioxidant and Physical ExerciseAvailable from httpwwwncbinlmnihgovpubmed14619981 accesed 2011 Sept 2nd

Binekada MC 2002 ldquoPelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Konsentrasi dan

Motilitas Spermatozoa Mencitrdquo(tesis) Denpasar Universitas Udayana

Cadenas E Jones PD 2002Bioavailability of Glutathione In Cadenas E

Packer L editorsHandbook of Antioxidants2nd Ed New York Marcel DekkerInc p549-564

Catala A 2006Lipid PeroxidationInt J Biochem Cell Biol 38 1482-1495 Dalle-DonneI Rossi R ColomboR Giustarini D Milzani

A2006Biomarkers of Oxidative Damage in Human Disease Available from httpwwwredorbitcomnewsscience473334biomarkersof oxidative damage in human diseaseindexhtmlaccessed2011 Sept 5th

Fouad T 2007 Free radicals Types Sources and Damaging Reaction

Relations Available from

64

65

wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th

Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th

Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112

Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors

ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their

Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69

Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan

Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th

Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz

R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155

Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester

Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th

Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala

T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200

Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and

Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders

66

Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana

LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia

Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647

Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from

httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit

Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK

Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620

Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji

Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah

Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009

Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan

Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132

Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde

Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521

Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley

Medical Publicationsp 123-141

Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI

Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable

from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer

67

Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole

Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam

Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI

Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam

Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya

Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan

Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47

Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant

Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th

Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan

Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105

68

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965

Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975

Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753

Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

69

Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan

Group Statistics

Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887

Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215

Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260

Perlakuan 10 42500 23348 07383

Independent Samples Test

Levenes Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df

Sig (2-

tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence Interval of the

Difference Lower Upper

Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428

Equal variances not assumed

-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429

Post1

Equal variances assumed 592 452 367

22 18 000 333700 09087 314608 352792

Equal variances not assumed

36722 16855 000 333700 09087 314515 352885

Post2

Equal variances assumed 906 354 264

19 18 000 239500 09066 220454 258546

Equal variances not assumed

26419 16265 000 239500 09066 220307 258693

70

Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis

(Laurence amp Bacharach 1964)

2g mencit 20g tikus 400g marmot

l5Kg kelinci

20Kg kucing

40Kg kera

120Kg anjing

70Kg manusia

20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879

200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560

400 g marmot

008 057 10 225 24 52 102 315

l5Kg kelinci

004 025 044 10 106 24 45 142

20Kg kucing

003 023 042 092 10 22 41 130

40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61

120Kg anjing

0008 006 010 0022 024 052 10 31

70Kg manusia

00026 0018 0031 007 0013 016 032 10

71

Lampiran 4

Foto Penelitian

Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)

72

Lampiran 5

Data Hasil Penelitian

Kelompok Kontrol

Pre test Post test Pre test Post Test

752 647 769 694

779 670 773 664

745 660 803 653

769 643 817 677

783 653

786 684

Kelompok Perlakuan

Pre Test Post test

412 391

436 412

442 425

425 401

453 436

466 442

432 405

456 432

470 453

476 463

Page 64: PEMBERIAN INJEKSI GLUTATION INTRAPERITONEAL

46

= asymp 7

Keterangan

n = jumlah sampel

σ = standar deviasi kelompok perlakuan dengan pemberian

glutation (15)

f ( ) = besarnya didapat dari tabel (Poccock 2008)

μ1 = rerata hasil MDA pada kelompok perlakuan sesudah

pemberian glutatioacuten (5)

μ2 = rerata hasil MDA pada kelompok pre test (12)

Jadi jumlah sampel (n) = 675 dan ditambah 3 ekor tikus untuk masing-

masing kelompok sebagai cadangan Jadi total 20 ekor tikus dengan 10

ekor tikus untuk masing-masing kelompok

434 Teknik Pengambilan Sampel

Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat

sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi diambil secara acak

sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi

2 kelompok yaitu kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+placebo kelompok

dengan pelatihan fisik berlebih + glutation

47

44 Variabel Penelitian

441 Klasifikasi Variabel

Variabel penelitian dibedakan menjadi

1 Variabel Bebas dosis pemberian glutation

2 Variabel Tergantung kadar MDA

3 Variabel Terkendali varian tikus jantan (galur wistar) jenis

kelamin umur berat badan lingkungan

(pencahayaan suhu kelembaban nutrisi

kandang)

Gambar 42 Bagan Hubungan Antar Variabel

VARIABEL BEBAS

- Pelatihan fisik berlebih

- Glutation 37mg kgBBhari

VARIABEL TERGANTUNG

KADAR MDA

VARIABEL TERKENDALI

Varian tikus

Jenis kelamin umur berat badan

Pencahayaan suhu kelembaban nutrisi kandang

Makanan minuman

48

442 Definisi Operasional Variabel

1 Pelatihan fisik berlebih pada tikus adalah pelatihan yang berlebihan

yang diukur berdasarkan kemampuan maksimal berenang tikus pada

ember berdiameter 35 cm dengan kedalaman air 20 cm yang

dilakukan 60 menithari selama 35 hari pada waktu yang sama pada

suhu 32 derajat (Binekada 2002 dan Pepe2011)

2 Glutation yang diberikan adalah Glutation Teofarma injeksi sediaan

600mg 4 ml Dosis pemberian Glutation adalah pemberian sediaan

antioksidan Glutation dalam bentuk suntikan intraperitoneal yang

diberikan 1x sehari dan diberikan 6 jam sebelum pelatihan fisik

berlebih Dosis pemberian Glutation mengacu pada penelitian yang

dilakukan sebelumnya oleh Ji L L yaitu 37mgkgBBhari yang

dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril secara intraperitonial

3 MDA merupakan salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada

membran sel dan merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan

oleh radikal bebas Pengukuran kadar MDA menggunakan metode

Thiobarbituraic Acid Reactive Substances (TBARS) Pembacaan hasil

dengan menggunakan spektrofotometer Satuan MDA dalam mmoll

4 Cahaya suhu dan kelembaban merupakan kondisi lingkungan yang

dialami tikus jantan dewasa Pada penelitian ini kondisi lingkungan

selama percobaan dibuat sama

5 Berat badan tikus adalah berat badan yang ditimbang dengan

timbangan gram

49

6 Umur tikus adalah umur yang ditentukan dengan melihat tanggal

kelahiran yang dicatat pada kandang percobaan

7 Kondisi peneliti yang meliputi kesehatan fisik dan psikis peneliti

Penelitian dilaksanakan saat kondisi peneliti dalam keadaan baik

sehingga pengaruhnya terhadap hasil penelitian dapat diabaikan

45 Bahan dan Alat Penelitian

451 Bahan Penelitian

Glutation injeksi

Tikus jantan

Makanan tikus berupa pellet dan air minum dari air ledeng

Aquades steril

EDTA (Ethylenediamine tetraacetic acid)

Reagensia untuk pengukuran kadar MDA

452 Alat Penelitian

Alat yang dipakai dalam pengambilan data penelitian ini adalah

- Kandang tikus terbuat dari besi yang di dalamnya terdapat sekam dan

botol minuman

- Ember berdiameter 35 cm dan kedalaman air 20 cm

- Stopwatch

- Timbangan

- Spuit injeksi 1 ml

50

- Sarung tangan

- Kapas dan alkohol 70

- Tabung Evendorf

- Mikropipet

- Pipet kapiler

- Sentrifugasi

46 Prosedur Penelitian

1 Tikus jantan dewasa (Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan

berat badan plusmn200gram dilakukan aklimatisasi selama 2 minggu di

tempat penelitian untuk penyesuaian dengan lingkungan

2 Semua sampel tikus diberi perlakuan yang sama yaitu diberikan

pelatihan fisik berlebih dengan cara berenang sampai kelelahan pada

hari ke 7 kedua kelompok tersebut dilakukan pemeriksaan MDA

3 Mulai hari ke 8 ndash 35 sampel tikus yang berjumlah 20 ekor dibagi atas 2

kelompok di mana kelompok 1(kontrol) diberikan pelatihan fisik

berlebih + injeksi aquabidest intraperitoneal enam jam sebelum

perlakuan aktifitas berlebih kelompok ke 2 (perlakuan) diberikan

pelatihan fisik berlebih + injeksi intraperitoneal glutation 37

mgkgBBhari yang sudah dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril

4 Pada hari ke 35 dilakukan pemeriksaan kadar MDA pada masing-

masing tikus setelah bulu tikus kering

51

5 Selama penelitian hewan coba diberikan makanan dan minuman secara

teratur kebersihan dan kenyamanan kandang dijaga

461 Alur Penelitian

TIKUS ADAPTASI 2 MINGGU

PELATIHAN FISIK BERLEBIH 1 MINGGU

MDA

KELOMPOK 1 KELOMPOK 2

PELATIHAN FISIK BERLEBIH PELATIHAN FISIK BERLEBIH

+ AQUABIDEST (28 hari) +GLUTATION 37mgkgBBhari

28 HARI 28 HARI

MDA

Gambar 43 Bagan Alur Penelitian

462 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium

Pemantauan keselamatan tikus jantan (galur Wistar) di laboratorium

(Smith et al1988 Ngatidjan 2006) adalah sebagai berikut

1 Kandang tikus jantan harus cukup kuat tidak mudah rusak teratur dibersihkan

(1x seminggu) mudah dipasang kembali hewan tidak mudah lepas tahan

52

gigitan hewan kelihatan jelas dari luar Alas tempat tidur terbuat dari serbuk

gergaji atau sekam padi agar mudah menyerap air

2 Luas lantai yang memadai untuk tikus jantan dengan berat badan plusmn200 gram

adalah 60cm persegi dan tinggi 20 cm

3 Diciptakan suasana lingkungan yang stabil dan sesuai keperluan fisiologi tikus

jantan di mana kelembaban suhu pertukaran udara yang ekstrim harus

dihindari

4 Hewan coba hendaknya diperlakukan dengan kasih sayang

47 Pengolahan dan Analisis Data

Analisis data yang digunakan adalah

1 Analisis Deskriptif

2 Uji normalitas data dilakukan dengan tes Shapiro-Wilk Distribusi data

normal dengan nilai pgt005

3 Uji homogenitas dilakukan dengan Lavenersquos Test Data dinyatakan

homogen dengan nilai pgt005

4 Karena data berdistribusi normal dan homogen maka untuk uji

komparabilitas dipakai

- Uji t independent untuk membandingkan rerata kadar MDA antar

kelompok

- Uji Paired T- Test untuk membandingkan rerata kadar MDA pre

dan post masing-masing kelompok

- Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau

dinyatakan berbeda bila plt005

53

BAB V

HASIL PENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 20 ekor tikus jantan dewasa

(Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan berat badan plusmn200 gram sebagai

sampelyang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah 10 ekor

yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dankelompok

perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) Dalam penyajian hasil ini diuraikan

uji normalitas data uji homogenitas data uji komparabilitas dan uji efek

perlakuan

51 Uji Normalitas Data

Data Kadar MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan

pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji

Shapiro-Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005)

disajikan pada Tabel 51

53

54

Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing Kelompok Sebelum

dan Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Perlakuan n p Keterangan

Kadar MDA kontrol pre

Kadar MDA perlakuan pre

Kadar MDA kontrol post

Kadar MDA perlakuan post

10

10

10

10

0965

0550

0975

0697

Normal

Normal

Normal

Normal

52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok

Data Kadar MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun

sesudah perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test

Hasilnya menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52

Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA Sebelum dan

Sesudah Perlakuan

Variabel F p Keterangan

Kadar MDA pre

Kadar MDA post

0016

0592

0901

0452

Homogen

Homogen

53 Kadar MDA

531 Uji komparabilitas

Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata kadar MDA

antar kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan

55

glutation Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada

Tabel 53 berikut

Tabel 53

Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata

Kadar MDA

SB T P

Aktivitas berlebih dan

placebo

Aktivitas berlebihdan

glutathion

10

10

518

529

028

029

089 0386

Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok

kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 518028mmoll dan rerata

kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 529029mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 089 dan nilai

p = 0386 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan

berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya tidak berbeda secara

bermakna (p gt 005)

532 Analisis efek perlakuan

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kadar MDA antar

kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation

56

Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54

berikut

Tabel 54 Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata

Kadar MDA

SB T P

Aktivitas berlebih dan

placebo

Aktivitas berlebihdan

glutathion

10

10

778

444

023

017

3672 0001

Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok

kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata

kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 444017mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 3672 dan nilai

p = 0001 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan

berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya berbeda secara

bermakna (p lt 005)

57

Gambar 51 Perbedaan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

533 Analisis Komparasi Sebelum dengan Sesudah Perlakuan

Analisis komparasi diuji berdasarkan rerata kadar MDA antara sebelum

dengan sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation Hasil

analisis kemaknaan dengan uji t-paired disajikan pada Tabel 55 berikut

Tabel 55 Analisis KomparasiKadar MDA antara Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Kelompok Beda Rerata

pre ndash post p Keterangan

Aktivitas berlebih dan placebo

Aktivitas berlebih dan

glutathion

260

085

0001

0001

Meningkat

Menurun

58

Berdasarkan uji t-paired didapatkan bahwa ada penurunan kadar MDA

pada kelompok perlakuan secara bermakna sebesar 085mmoll sedangkan pada

kelompok kontrol mengalami peningkatan secara bermakna sebesar 260mmoll

59

BAB VI

PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian

Untuk menguji efek pemberian glutation terhadap penurunan kadar MDA

maka dilakukan penelitian terhadap 20 ekor tikus jantan dewasa (Galur Wistar)

sebagai sampel yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah

10 ekor yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dan

kelompok perlakuan (pelatihan fisik berlebih dan glutation)

62 Efek Pelatihan Fisik Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA

Hasil penelitian dan analisis data terhadap kadar MDA darah pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji

normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan homogenitas (Levenersquos test) pre-test dan post-

test masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)

Uji perbandingan 1 minggu pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan

injeksi antara kedua kelompok menggunakan uji t-independent Rerata kadar

MDA kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) adalah

518028mmoll dan rerata kelompok pelatihan fisik berlebih dan glutation

adalah 529029mmoll Analisis kemaknaan dengan uji t-independent

menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna kadar MDA darah antara

kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa

kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan injeksi rerata kadar MDAnya tidak

59

60

berbeda secara bermakna

Uji perbandingan setelah pemberian placebo dan glutation antara kedua

kelompok menggunakan t-independent Rerata kadar MDA kelompok kontrol

(aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata kelompok

perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) adalah 444017mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent antara kedua kelompok sesudah diberikan

placebo dan glutation menunjukkan perbedaan kadar MDA secara bermakna

(plt005) Hal ini berarti bahwa kelompok yang diberikan perlakuan berupa

placebo dan glutation 6 jam sebelum diberikan pelatihan fisik berlebih dengan

cara merenangkan selama 60 menit hari selama 35 hari rerata kadar MDA

berbeda secara bermakna Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh

untuk melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam

organ dan pembuluh darah (Giriwijoyo 2004)

Peningkatan kadar MDA sesudah diberikan pelatihan fisik berlebih pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan disebabkan karena pelatihan fisik

berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena terjadi peningkatan konsumsi

oksigen oleh aktifitas otot skeletal Stress oksidatif memicu peningkatan senyawa

oksigen reaktif Pada pelatihan fisik berlebih juga terjadi Reperfusion Injury yang

memicu terjadinya kerusakan jaringan dan peningkatan radikal bebas (Adiputra

2008) Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara menarik elektronnya

sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan sampai kematian sel

(Suryohudoyo 2000)

Pada penelitian ini didapatkan bahwa sesudah diberikan pelatihan fisik

61

berlebih dan placebo terjadi peningkatan kadar MDA sebesar 5024 Kadar

MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel (Winarsi

2007) Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pepe

(2011) bahwa pelatihan fisik berlebih meningkatkan kadar MDA Lebih lanjut

Murray et al (2000) juga menyatakan bahwa pelatihan fisik berlebih merangsang

respon biomarker stres oksidatif Sedangkan pada kelompok perlakuan yang

diberikan aktifitas berlebih dan glutation terjadi penurunan kadar MDA sebesar

1607 Terjadinya penurunan kadar MDA pada kelompok yang diberikan

glutation 6 jam sebelum melakukan pelatihan fisik berlebih disebabkan karena

pemberian antioksidan meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan

cara mendonorkan elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa

oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsi 2007) Glutation merupakan antioksidan

endogen yaitu antioksidan yang dapat disintesa dalam tubuh dari asam amino L-

sistein L-glutamat dan glisin (Cadenas 2002) yang juga sebagai master

antioksidan yaitu antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain

Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan

Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik (Hersh 2004) Glutation

merupakan salah satu antioksidan yang tidak dapat menjadi pro oksidan (Cadenas

2002) Normalnya sekali suatu antioksidan memakan radikal bebas antioksidan

ini menjadi teroksidasi sendiri dan menyerang sel yang sehat yang disebut

sebagai pro oksidan Glutation dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang

teroksidasi tersebut menjadi bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali

dalam memakan radikal bebas (Sellman 2009) Sehingga dengan demikian

62

glutation dapat membantu dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Urso

(2003) bahwa suplementasi antioksidan dapat mengatasi kondisi stress oksidatif

yang terjadi pelatihan fisik berlebih

Uji perbandingan antara data MDA pre dan post masing-masing kelompok

digunakan uji t-paired test Berdasarkan uji ini didapatkan hasil pada kelompok

perlakuan terjadi penurunan kadar MDA secara bermakna sebesar 085 mmollt

sedangkan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan kadar MDA secara

bermakna sebesar 260mmollt Terjadi penurunan kadar MDA pada kelompok

perlakuan menunjukkan pemberian antioksidan Glutation intraperitoneal dosis

37mgkgBBhari dapat mengatasi kondisi stress oksidatif yang terjadi pada

pelatihan fisik berlebih Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh

Urso (2003)

63

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

71 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan sebagai

berikut Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA

tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

72 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah

1 Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja glutation

yang lebih detail

2 Memperhatikan takaran latihan supaya tidak berlebihan yang justru akan

meningkatkan kerusakan sel

3 Perlu dilakukan uji klinis pada manusia

63

64

DAFTAR PUSTAKA

Adiputra N 2008Kesehatan Olah Raga Available from httpwwwbalihesgorgindexphpoption=com Accessed 2011 Oct 5th

Anonim 2011 Glutathione Available at

httpenwikipediaorgwikiGlutathione Accessed 2011 Oct 5th Anonim 2011 Overtraining Available at

httpwwwmarksdailyapplecomovertraining Accessed 2011 Oct5th

Asikin N 2001Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan InKursus Penyegaran dan Pelatihan Radikal bebas dan Antioksidan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta Fakultas Kedokteran UI

Bagiada NA 2001 Proses Penuaan dan Penanggulangannya Denpasar

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hal 22 Banerjee AK Mandal A Chanda D Chahraboti S 2003 Oxidant

Antioxidant and Physical ExerciseAvailable from httpwwwncbinlmnihgovpubmed14619981 accesed 2011 Sept 2nd

Binekada MC 2002 ldquoPelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Konsentrasi dan

Motilitas Spermatozoa Mencitrdquo(tesis) Denpasar Universitas Udayana

Cadenas E Jones PD 2002Bioavailability of Glutathione In Cadenas E

Packer L editorsHandbook of Antioxidants2nd Ed New York Marcel DekkerInc p549-564

Catala A 2006Lipid PeroxidationInt J Biochem Cell Biol 38 1482-1495 Dalle-DonneI Rossi R ColomboR Giustarini D Milzani

A2006Biomarkers of Oxidative Damage in Human Disease Available from httpwwwredorbitcomnewsscience473334biomarkersof oxidative damage in human diseaseindexhtmlaccessed2011 Sept 5th

Fouad T 2007 Free radicals Types Sources and Damaging Reaction

Relations Available from

64

65

wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th

Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th

Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112

Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors

ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their

Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69

Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan

Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th

Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz

R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155

Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester

Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th

Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala

T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200

Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and

Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders

66

Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana

LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia

Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647

Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from

httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit

Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK

Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620

Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji

Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah

Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009

Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan

Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132

Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde

Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521

Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley

Medical Publicationsp 123-141

Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI

Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable

from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer

67

Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole

Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam

Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI

Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam

Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya

Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan

Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47

Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant

Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th

Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan

Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105

68

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965

Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975

Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753

Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

69

Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan

Group Statistics

Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887

Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215

Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260

Perlakuan 10 42500 23348 07383

Independent Samples Test

Levenes Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df

Sig (2-

tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence Interval of the

Difference Lower Upper

Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428

Equal variances not assumed

-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429

Post1

Equal variances assumed 592 452 367

22 18 000 333700 09087 314608 352792

Equal variances not assumed

36722 16855 000 333700 09087 314515 352885

Post2

Equal variances assumed 906 354 264

19 18 000 239500 09066 220454 258546

Equal variances not assumed

26419 16265 000 239500 09066 220307 258693

70

Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis

(Laurence amp Bacharach 1964)

2g mencit 20g tikus 400g marmot

l5Kg kelinci

20Kg kucing

40Kg kera

120Kg anjing

70Kg manusia

20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879

200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560

400 g marmot

008 057 10 225 24 52 102 315

l5Kg kelinci

004 025 044 10 106 24 45 142

20Kg kucing

003 023 042 092 10 22 41 130

40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61

120Kg anjing

0008 006 010 0022 024 052 10 31

70Kg manusia

00026 0018 0031 007 0013 016 032 10

71

Lampiran 4

Foto Penelitian

Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)

72

Lampiran 5

Data Hasil Penelitian

Kelompok Kontrol

Pre test Post test Pre test Post Test

752 647 769 694

779 670 773 664

745 660 803 653

769 643 817 677

783 653

786 684

Kelompok Perlakuan

Pre Test Post test

412 391

436 412

442 425

425 401

453 436

466 442

432 405

456 432

470 453

476 463

Page 65: PEMBERIAN INJEKSI GLUTATION INTRAPERITONEAL

47

44 Variabel Penelitian

441 Klasifikasi Variabel

Variabel penelitian dibedakan menjadi

1 Variabel Bebas dosis pemberian glutation

2 Variabel Tergantung kadar MDA

3 Variabel Terkendali varian tikus jantan (galur wistar) jenis

kelamin umur berat badan lingkungan

(pencahayaan suhu kelembaban nutrisi

kandang)

Gambar 42 Bagan Hubungan Antar Variabel

VARIABEL BEBAS

- Pelatihan fisik berlebih

- Glutation 37mg kgBBhari

VARIABEL TERGANTUNG

KADAR MDA

VARIABEL TERKENDALI

Varian tikus

Jenis kelamin umur berat badan

Pencahayaan suhu kelembaban nutrisi kandang

Makanan minuman

48

442 Definisi Operasional Variabel

1 Pelatihan fisik berlebih pada tikus adalah pelatihan yang berlebihan

yang diukur berdasarkan kemampuan maksimal berenang tikus pada

ember berdiameter 35 cm dengan kedalaman air 20 cm yang

dilakukan 60 menithari selama 35 hari pada waktu yang sama pada

suhu 32 derajat (Binekada 2002 dan Pepe2011)

2 Glutation yang diberikan adalah Glutation Teofarma injeksi sediaan

600mg 4 ml Dosis pemberian Glutation adalah pemberian sediaan

antioksidan Glutation dalam bentuk suntikan intraperitoneal yang

diberikan 1x sehari dan diberikan 6 jam sebelum pelatihan fisik

berlebih Dosis pemberian Glutation mengacu pada penelitian yang

dilakukan sebelumnya oleh Ji L L yaitu 37mgkgBBhari yang

dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril secara intraperitonial

3 MDA merupakan salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada

membran sel dan merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan

oleh radikal bebas Pengukuran kadar MDA menggunakan metode

Thiobarbituraic Acid Reactive Substances (TBARS) Pembacaan hasil

dengan menggunakan spektrofotometer Satuan MDA dalam mmoll

4 Cahaya suhu dan kelembaban merupakan kondisi lingkungan yang

dialami tikus jantan dewasa Pada penelitian ini kondisi lingkungan

selama percobaan dibuat sama

5 Berat badan tikus adalah berat badan yang ditimbang dengan

timbangan gram

49

6 Umur tikus adalah umur yang ditentukan dengan melihat tanggal

kelahiran yang dicatat pada kandang percobaan

7 Kondisi peneliti yang meliputi kesehatan fisik dan psikis peneliti

Penelitian dilaksanakan saat kondisi peneliti dalam keadaan baik

sehingga pengaruhnya terhadap hasil penelitian dapat diabaikan

45 Bahan dan Alat Penelitian

451 Bahan Penelitian

Glutation injeksi

Tikus jantan

Makanan tikus berupa pellet dan air minum dari air ledeng

Aquades steril

EDTA (Ethylenediamine tetraacetic acid)

Reagensia untuk pengukuran kadar MDA

452 Alat Penelitian

Alat yang dipakai dalam pengambilan data penelitian ini adalah

- Kandang tikus terbuat dari besi yang di dalamnya terdapat sekam dan

botol minuman

- Ember berdiameter 35 cm dan kedalaman air 20 cm

- Stopwatch

- Timbangan

- Spuit injeksi 1 ml

50

- Sarung tangan

- Kapas dan alkohol 70

- Tabung Evendorf

- Mikropipet

- Pipet kapiler

- Sentrifugasi

46 Prosedur Penelitian

1 Tikus jantan dewasa (Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan

berat badan plusmn200gram dilakukan aklimatisasi selama 2 minggu di

tempat penelitian untuk penyesuaian dengan lingkungan

2 Semua sampel tikus diberi perlakuan yang sama yaitu diberikan

pelatihan fisik berlebih dengan cara berenang sampai kelelahan pada

hari ke 7 kedua kelompok tersebut dilakukan pemeriksaan MDA

3 Mulai hari ke 8 ndash 35 sampel tikus yang berjumlah 20 ekor dibagi atas 2

kelompok di mana kelompok 1(kontrol) diberikan pelatihan fisik

berlebih + injeksi aquabidest intraperitoneal enam jam sebelum

perlakuan aktifitas berlebih kelompok ke 2 (perlakuan) diberikan

pelatihan fisik berlebih + injeksi intraperitoneal glutation 37

mgkgBBhari yang sudah dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril

4 Pada hari ke 35 dilakukan pemeriksaan kadar MDA pada masing-

masing tikus setelah bulu tikus kering

51

5 Selama penelitian hewan coba diberikan makanan dan minuman secara

teratur kebersihan dan kenyamanan kandang dijaga

461 Alur Penelitian

TIKUS ADAPTASI 2 MINGGU

PELATIHAN FISIK BERLEBIH 1 MINGGU

MDA

KELOMPOK 1 KELOMPOK 2

PELATIHAN FISIK BERLEBIH PELATIHAN FISIK BERLEBIH

+ AQUABIDEST (28 hari) +GLUTATION 37mgkgBBhari

28 HARI 28 HARI

MDA

Gambar 43 Bagan Alur Penelitian

462 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium

Pemantauan keselamatan tikus jantan (galur Wistar) di laboratorium

(Smith et al1988 Ngatidjan 2006) adalah sebagai berikut

1 Kandang tikus jantan harus cukup kuat tidak mudah rusak teratur dibersihkan

(1x seminggu) mudah dipasang kembali hewan tidak mudah lepas tahan

52

gigitan hewan kelihatan jelas dari luar Alas tempat tidur terbuat dari serbuk

gergaji atau sekam padi agar mudah menyerap air

2 Luas lantai yang memadai untuk tikus jantan dengan berat badan plusmn200 gram

adalah 60cm persegi dan tinggi 20 cm

3 Diciptakan suasana lingkungan yang stabil dan sesuai keperluan fisiologi tikus

jantan di mana kelembaban suhu pertukaran udara yang ekstrim harus

dihindari

4 Hewan coba hendaknya diperlakukan dengan kasih sayang

47 Pengolahan dan Analisis Data

Analisis data yang digunakan adalah

1 Analisis Deskriptif

2 Uji normalitas data dilakukan dengan tes Shapiro-Wilk Distribusi data

normal dengan nilai pgt005

3 Uji homogenitas dilakukan dengan Lavenersquos Test Data dinyatakan

homogen dengan nilai pgt005

4 Karena data berdistribusi normal dan homogen maka untuk uji

komparabilitas dipakai

- Uji t independent untuk membandingkan rerata kadar MDA antar

kelompok

- Uji Paired T- Test untuk membandingkan rerata kadar MDA pre

dan post masing-masing kelompok

- Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau

dinyatakan berbeda bila plt005

53

BAB V

HASIL PENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 20 ekor tikus jantan dewasa

(Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan berat badan plusmn200 gram sebagai

sampelyang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah 10 ekor

yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dankelompok

perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) Dalam penyajian hasil ini diuraikan

uji normalitas data uji homogenitas data uji komparabilitas dan uji efek

perlakuan

51 Uji Normalitas Data

Data Kadar MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan

pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji

Shapiro-Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005)

disajikan pada Tabel 51

53

54

Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing Kelompok Sebelum

dan Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Perlakuan n p Keterangan

Kadar MDA kontrol pre

Kadar MDA perlakuan pre

Kadar MDA kontrol post

Kadar MDA perlakuan post

10

10

10

10

0965

0550

0975

0697

Normal

Normal

Normal

Normal

52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok

Data Kadar MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun

sesudah perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test

Hasilnya menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52

Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA Sebelum dan

Sesudah Perlakuan

Variabel F p Keterangan

Kadar MDA pre

Kadar MDA post

0016

0592

0901

0452

Homogen

Homogen

53 Kadar MDA

531 Uji komparabilitas

Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata kadar MDA

antar kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan

55

glutation Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada

Tabel 53 berikut

Tabel 53

Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata

Kadar MDA

SB T P

Aktivitas berlebih dan

placebo

Aktivitas berlebihdan

glutathion

10

10

518

529

028

029

089 0386

Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok

kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 518028mmoll dan rerata

kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 529029mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 089 dan nilai

p = 0386 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan

berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya tidak berbeda secara

bermakna (p gt 005)

532 Analisis efek perlakuan

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kadar MDA antar

kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation

56

Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54

berikut

Tabel 54 Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata

Kadar MDA

SB T P

Aktivitas berlebih dan

placebo

Aktivitas berlebihdan

glutathion

10

10

778

444

023

017

3672 0001

Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok

kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata

kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 444017mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 3672 dan nilai

p = 0001 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan

berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya berbeda secara

bermakna (p lt 005)

57

Gambar 51 Perbedaan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

533 Analisis Komparasi Sebelum dengan Sesudah Perlakuan

Analisis komparasi diuji berdasarkan rerata kadar MDA antara sebelum

dengan sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation Hasil

analisis kemaknaan dengan uji t-paired disajikan pada Tabel 55 berikut

Tabel 55 Analisis KomparasiKadar MDA antara Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Kelompok Beda Rerata

pre ndash post p Keterangan

Aktivitas berlebih dan placebo

Aktivitas berlebih dan

glutathion

260

085

0001

0001

Meningkat

Menurun

58

Berdasarkan uji t-paired didapatkan bahwa ada penurunan kadar MDA

pada kelompok perlakuan secara bermakna sebesar 085mmoll sedangkan pada

kelompok kontrol mengalami peningkatan secara bermakna sebesar 260mmoll

59

BAB VI

PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian

Untuk menguji efek pemberian glutation terhadap penurunan kadar MDA

maka dilakukan penelitian terhadap 20 ekor tikus jantan dewasa (Galur Wistar)

sebagai sampel yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah

10 ekor yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dan

kelompok perlakuan (pelatihan fisik berlebih dan glutation)

62 Efek Pelatihan Fisik Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA

Hasil penelitian dan analisis data terhadap kadar MDA darah pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji

normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan homogenitas (Levenersquos test) pre-test dan post-

test masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)

Uji perbandingan 1 minggu pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan

injeksi antara kedua kelompok menggunakan uji t-independent Rerata kadar

MDA kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) adalah

518028mmoll dan rerata kelompok pelatihan fisik berlebih dan glutation

adalah 529029mmoll Analisis kemaknaan dengan uji t-independent

menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna kadar MDA darah antara

kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa

kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan injeksi rerata kadar MDAnya tidak

59

60

berbeda secara bermakna

Uji perbandingan setelah pemberian placebo dan glutation antara kedua

kelompok menggunakan t-independent Rerata kadar MDA kelompok kontrol

(aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata kelompok

perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) adalah 444017mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent antara kedua kelompok sesudah diberikan

placebo dan glutation menunjukkan perbedaan kadar MDA secara bermakna

(plt005) Hal ini berarti bahwa kelompok yang diberikan perlakuan berupa

placebo dan glutation 6 jam sebelum diberikan pelatihan fisik berlebih dengan

cara merenangkan selama 60 menit hari selama 35 hari rerata kadar MDA

berbeda secara bermakna Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh

untuk melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam

organ dan pembuluh darah (Giriwijoyo 2004)

Peningkatan kadar MDA sesudah diberikan pelatihan fisik berlebih pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan disebabkan karena pelatihan fisik

berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena terjadi peningkatan konsumsi

oksigen oleh aktifitas otot skeletal Stress oksidatif memicu peningkatan senyawa

oksigen reaktif Pada pelatihan fisik berlebih juga terjadi Reperfusion Injury yang

memicu terjadinya kerusakan jaringan dan peningkatan radikal bebas (Adiputra

2008) Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara menarik elektronnya

sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan sampai kematian sel

(Suryohudoyo 2000)

Pada penelitian ini didapatkan bahwa sesudah diberikan pelatihan fisik

61

berlebih dan placebo terjadi peningkatan kadar MDA sebesar 5024 Kadar

MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel (Winarsi

2007) Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pepe

(2011) bahwa pelatihan fisik berlebih meningkatkan kadar MDA Lebih lanjut

Murray et al (2000) juga menyatakan bahwa pelatihan fisik berlebih merangsang

respon biomarker stres oksidatif Sedangkan pada kelompok perlakuan yang

diberikan aktifitas berlebih dan glutation terjadi penurunan kadar MDA sebesar

1607 Terjadinya penurunan kadar MDA pada kelompok yang diberikan

glutation 6 jam sebelum melakukan pelatihan fisik berlebih disebabkan karena

pemberian antioksidan meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan

cara mendonorkan elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa

oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsi 2007) Glutation merupakan antioksidan

endogen yaitu antioksidan yang dapat disintesa dalam tubuh dari asam amino L-

sistein L-glutamat dan glisin (Cadenas 2002) yang juga sebagai master

antioksidan yaitu antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain

Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan

Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik (Hersh 2004) Glutation

merupakan salah satu antioksidan yang tidak dapat menjadi pro oksidan (Cadenas

2002) Normalnya sekali suatu antioksidan memakan radikal bebas antioksidan

ini menjadi teroksidasi sendiri dan menyerang sel yang sehat yang disebut

sebagai pro oksidan Glutation dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang

teroksidasi tersebut menjadi bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali

dalam memakan radikal bebas (Sellman 2009) Sehingga dengan demikian

62

glutation dapat membantu dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Urso

(2003) bahwa suplementasi antioksidan dapat mengatasi kondisi stress oksidatif

yang terjadi pelatihan fisik berlebih

Uji perbandingan antara data MDA pre dan post masing-masing kelompok

digunakan uji t-paired test Berdasarkan uji ini didapatkan hasil pada kelompok

perlakuan terjadi penurunan kadar MDA secara bermakna sebesar 085 mmollt

sedangkan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan kadar MDA secara

bermakna sebesar 260mmollt Terjadi penurunan kadar MDA pada kelompok

perlakuan menunjukkan pemberian antioksidan Glutation intraperitoneal dosis

37mgkgBBhari dapat mengatasi kondisi stress oksidatif yang terjadi pada

pelatihan fisik berlebih Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh

Urso (2003)

63

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

71 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan sebagai

berikut Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA

tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

72 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah

1 Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja glutation

yang lebih detail

2 Memperhatikan takaran latihan supaya tidak berlebihan yang justru akan

meningkatkan kerusakan sel

3 Perlu dilakukan uji klinis pada manusia

63

64

DAFTAR PUSTAKA

Adiputra N 2008Kesehatan Olah Raga Available from httpwwwbalihesgorgindexphpoption=com Accessed 2011 Oct 5th

Anonim 2011 Glutathione Available at

httpenwikipediaorgwikiGlutathione Accessed 2011 Oct 5th Anonim 2011 Overtraining Available at

httpwwwmarksdailyapplecomovertraining Accessed 2011 Oct5th

Asikin N 2001Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan InKursus Penyegaran dan Pelatihan Radikal bebas dan Antioksidan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta Fakultas Kedokteran UI

Bagiada NA 2001 Proses Penuaan dan Penanggulangannya Denpasar

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hal 22 Banerjee AK Mandal A Chanda D Chahraboti S 2003 Oxidant

Antioxidant and Physical ExerciseAvailable from httpwwwncbinlmnihgovpubmed14619981 accesed 2011 Sept 2nd

Binekada MC 2002 ldquoPelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Konsentrasi dan

Motilitas Spermatozoa Mencitrdquo(tesis) Denpasar Universitas Udayana

Cadenas E Jones PD 2002Bioavailability of Glutathione In Cadenas E

Packer L editorsHandbook of Antioxidants2nd Ed New York Marcel DekkerInc p549-564

Catala A 2006Lipid PeroxidationInt J Biochem Cell Biol 38 1482-1495 Dalle-DonneI Rossi R ColomboR Giustarini D Milzani

A2006Biomarkers of Oxidative Damage in Human Disease Available from httpwwwredorbitcomnewsscience473334biomarkersof oxidative damage in human diseaseindexhtmlaccessed2011 Sept 5th

Fouad T 2007 Free radicals Types Sources and Damaging Reaction

Relations Available from

64

65

wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th

Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th

Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112

Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors

ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their

Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69

Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan

Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th

Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz

R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155

Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester

Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th

Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala

T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200

Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and

Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders

66

Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana

LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia

Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647

Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from

httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit

Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK

Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620

Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji

Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah

Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009

Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan

Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132

Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde

Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521

Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley

Medical Publicationsp 123-141

Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI

Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable

from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer

67

Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole

Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam

Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI

Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam

Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya

Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan

Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47

Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant

Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th

Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan

Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105

68

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965

Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975

Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753

Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

69

Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan

Group Statistics

Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887

Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215

Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260

Perlakuan 10 42500 23348 07383

Independent Samples Test

Levenes Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df

Sig (2-

tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence Interval of the

Difference Lower Upper

Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428

Equal variances not assumed

-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429

Post1

Equal variances assumed 592 452 367

22 18 000 333700 09087 314608 352792

Equal variances not assumed

36722 16855 000 333700 09087 314515 352885

Post2

Equal variances assumed 906 354 264

19 18 000 239500 09066 220454 258546

Equal variances not assumed

26419 16265 000 239500 09066 220307 258693

70

Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis

(Laurence amp Bacharach 1964)

2g mencit 20g tikus 400g marmot

l5Kg kelinci

20Kg kucing

40Kg kera

120Kg anjing

70Kg manusia

20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879

200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560

400 g marmot

008 057 10 225 24 52 102 315

l5Kg kelinci

004 025 044 10 106 24 45 142

20Kg kucing

003 023 042 092 10 22 41 130

40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61

120Kg anjing

0008 006 010 0022 024 052 10 31

70Kg manusia

00026 0018 0031 007 0013 016 032 10

71

Lampiran 4

Foto Penelitian

Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)

72

Lampiran 5

Data Hasil Penelitian

Kelompok Kontrol

Pre test Post test Pre test Post Test

752 647 769 694

779 670 773 664

745 660 803 653

769 643 817 677

783 653

786 684

Kelompok Perlakuan

Pre Test Post test

412 391

436 412

442 425

425 401

453 436

466 442

432 405

456 432

470 453

476 463

Page 66: PEMBERIAN INJEKSI GLUTATION INTRAPERITONEAL

48

442 Definisi Operasional Variabel

1 Pelatihan fisik berlebih pada tikus adalah pelatihan yang berlebihan

yang diukur berdasarkan kemampuan maksimal berenang tikus pada

ember berdiameter 35 cm dengan kedalaman air 20 cm yang

dilakukan 60 menithari selama 35 hari pada waktu yang sama pada

suhu 32 derajat (Binekada 2002 dan Pepe2011)

2 Glutation yang diberikan adalah Glutation Teofarma injeksi sediaan

600mg 4 ml Dosis pemberian Glutation adalah pemberian sediaan

antioksidan Glutation dalam bentuk suntikan intraperitoneal yang

diberikan 1x sehari dan diberikan 6 jam sebelum pelatihan fisik

berlebih Dosis pemberian Glutation mengacu pada penelitian yang

dilakukan sebelumnya oleh Ji L L yaitu 37mgkgBBhari yang

dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril secara intraperitonial

3 MDA merupakan salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada

membran sel dan merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan

oleh radikal bebas Pengukuran kadar MDA menggunakan metode

Thiobarbituraic Acid Reactive Substances (TBARS) Pembacaan hasil

dengan menggunakan spektrofotometer Satuan MDA dalam mmoll

4 Cahaya suhu dan kelembaban merupakan kondisi lingkungan yang

dialami tikus jantan dewasa Pada penelitian ini kondisi lingkungan

selama percobaan dibuat sama

5 Berat badan tikus adalah berat badan yang ditimbang dengan

timbangan gram

49

6 Umur tikus adalah umur yang ditentukan dengan melihat tanggal

kelahiran yang dicatat pada kandang percobaan

7 Kondisi peneliti yang meliputi kesehatan fisik dan psikis peneliti

Penelitian dilaksanakan saat kondisi peneliti dalam keadaan baik

sehingga pengaruhnya terhadap hasil penelitian dapat diabaikan

45 Bahan dan Alat Penelitian

451 Bahan Penelitian

Glutation injeksi

Tikus jantan

Makanan tikus berupa pellet dan air minum dari air ledeng

Aquades steril

EDTA (Ethylenediamine tetraacetic acid)

Reagensia untuk pengukuran kadar MDA

452 Alat Penelitian

Alat yang dipakai dalam pengambilan data penelitian ini adalah

- Kandang tikus terbuat dari besi yang di dalamnya terdapat sekam dan

botol minuman

- Ember berdiameter 35 cm dan kedalaman air 20 cm

- Stopwatch

- Timbangan

- Spuit injeksi 1 ml

50

- Sarung tangan

- Kapas dan alkohol 70

- Tabung Evendorf

- Mikropipet

- Pipet kapiler

- Sentrifugasi

46 Prosedur Penelitian

1 Tikus jantan dewasa (Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan

berat badan plusmn200gram dilakukan aklimatisasi selama 2 minggu di

tempat penelitian untuk penyesuaian dengan lingkungan

2 Semua sampel tikus diberi perlakuan yang sama yaitu diberikan

pelatihan fisik berlebih dengan cara berenang sampai kelelahan pada

hari ke 7 kedua kelompok tersebut dilakukan pemeriksaan MDA

3 Mulai hari ke 8 ndash 35 sampel tikus yang berjumlah 20 ekor dibagi atas 2

kelompok di mana kelompok 1(kontrol) diberikan pelatihan fisik

berlebih + injeksi aquabidest intraperitoneal enam jam sebelum

perlakuan aktifitas berlebih kelompok ke 2 (perlakuan) diberikan

pelatihan fisik berlebih + injeksi intraperitoneal glutation 37

mgkgBBhari yang sudah dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril

4 Pada hari ke 35 dilakukan pemeriksaan kadar MDA pada masing-

masing tikus setelah bulu tikus kering

51

5 Selama penelitian hewan coba diberikan makanan dan minuman secara

teratur kebersihan dan kenyamanan kandang dijaga

461 Alur Penelitian

TIKUS ADAPTASI 2 MINGGU

PELATIHAN FISIK BERLEBIH 1 MINGGU

MDA

KELOMPOK 1 KELOMPOK 2

PELATIHAN FISIK BERLEBIH PELATIHAN FISIK BERLEBIH

+ AQUABIDEST (28 hari) +GLUTATION 37mgkgBBhari

28 HARI 28 HARI

MDA

Gambar 43 Bagan Alur Penelitian

462 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium

Pemantauan keselamatan tikus jantan (galur Wistar) di laboratorium

(Smith et al1988 Ngatidjan 2006) adalah sebagai berikut

1 Kandang tikus jantan harus cukup kuat tidak mudah rusak teratur dibersihkan

(1x seminggu) mudah dipasang kembali hewan tidak mudah lepas tahan

52

gigitan hewan kelihatan jelas dari luar Alas tempat tidur terbuat dari serbuk

gergaji atau sekam padi agar mudah menyerap air

2 Luas lantai yang memadai untuk tikus jantan dengan berat badan plusmn200 gram

adalah 60cm persegi dan tinggi 20 cm

3 Diciptakan suasana lingkungan yang stabil dan sesuai keperluan fisiologi tikus

jantan di mana kelembaban suhu pertukaran udara yang ekstrim harus

dihindari

4 Hewan coba hendaknya diperlakukan dengan kasih sayang

47 Pengolahan dan Analisis Data

Analisis data yang digunakan adalah

1 Analisis Deskriptif

2 Uji normalitas data dilakukan dengan tes Shapiro-Wilk Distribusi data

normal dengan nilai pgt005

3 Uji homogenitas dilakukan dengan Lavenersquos Test Data dinyatakan

homogen dengan nilai pgt005

4 Karena data berdistribusi normal dan homogen maka untuk uji

komparabilitas dipakai

- Uji t independent untuk membandingkan rerata kadar MDA antar

kelompok

- Uji Paired T- Test untuk membandingkan rerata kadar MDA pre

dan post masing-masing kelompok

- Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau

dinyatakan berbeda bila plt005

53

BAB V

HASIL PENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 20 ekor tikus jantan dewasa

(Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan berat badan plusmn200 gram sebagai

sampelyang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah 10 ekor

yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dankelompok

perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) Dalam penyajian hasil ini diuraikan

uji normalitas data uji homogenitas data uji komparabilitas dan uji efek

perlakuan

51 Uji Normalitas Data

Data Kadar MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan

pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji

Shapiro-Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005)

disajikan pada Tabel 51

53

54

Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing Kelompok Sebelum

dan Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Perlakuan n p Keterangan

Kadar MDA kontrol pre

Kadar MDA perlakuan pre

Kadar MDA kontrol post

Kadar MDA perlakuan post

10

10

10

10

0965

0550

0975

0697

Normal

Normal

Normal

Normal

52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok

Data Kadar MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun

sesudah perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test

Hasilnya menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52

Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA Sebelum dan

Sesudah Perlakuan

Variabel F p Keterangan

Kadar MDA pre

Kadar MDA post

0016

0592

0901

0452

Homogen

Homogen

53 Kadar MDA

531 Uji komparabilitas

Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata kadar MDA

antar kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan

55

glutation Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada

Tabel 53 berikut

Tabel 53

Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata

Kadar MDA

SB T P

Aktivitas berlebih dan

placebo

Aktivitas berlebihdan

glutathion

10

10

518

529

028

029

089 0386

Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok

kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 518028mmoll dan rerata

kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 529029mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 089 dan nilai

p = 0386 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan

berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya tidak berbeda secara

bermakna (p gt 005)

532 Analisis efek perlakuan

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kadar MDA antar

kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation

56

Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54

berikut

Tabel 54 Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata

Kadar MDA

SB T P

Aktivitas berlebih dan

placebo

Aktivitas berlebihdan

glutathion

10

10

778

444

023

017

3672 0001

Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok

kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata

kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 444017mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 3672 dan nilai

p = 0001 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan

berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya berbeda secara

bermakna (p lt 005)

57

Gambar 51 Perbedaan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

533 Analisis Komparasi Sebelum dengan Sesudah Perlakuan

Analisis komparasi diuji berdasarkan rerata kadar MDA antara sebelum

dengan sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation Hasil

analisis kemaknaan dengan uji t-paired disajikan pada Tabel 55 berikut

Tabel 55 Analisis KomparasiKadar MDA antara Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Kelompok Beda Rerata

pre ndash post p Keterangan

Aktivitas berlebih dan placebo

Aktivitas berlebih dan

glutathion

260

085

0001

0001

Meningkat

Menurun

58

Berdasarkan uji t-paired didapatkan bahwa ada penurunan kadar MDA

pada kelompok perlakuan secara bermakna sebesar 085mmoll sedangkan pada

kelompok kontrol mengalami peningkatan secara bermakna sebesar 260mmoll

59

BAB VI

PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian

Untuk menguji efek pemberian glutation terhadap penurunan kadar MDA

maka dilakukan penelitian terhadap 20 ekor tikus jantan dewasa (Galur Wistar)

sebagai sampel yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah

10 ekor yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dan

kelompok perlakuan (pelatihan fisik berlebih dan glutation)

62 Efek Pelatihan Fisik Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA

Hasil penelitian dan analisis data terhadap kadar MDA darah pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji

normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan homogenitas (Levenersquos test) pre-test dan post-

test masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)

Uji perbandingan 1 minggu pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan

injeksi antara kedua kelompok menggunakan uji t-independent Rerata kadar

MDA kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) adalah

518028mmoll dan rerata kelompok pelatihan fisik berlebih dan glutation

adalah 529029mmoll Analisis kemaknaan dengan uji t-independent

menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna kadar MDA darah antara

kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa

kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan injeksi rerata kadar MDAnya tidak

59

60

berbeda secara bermakna

Uji perbandingan setelah pemberian placebo dan glutation antara kedua

kelompok menggunakan t-independent Rerata kadar MDA kelompok kontrol

(aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata kelompok

perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) adalah 444017mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent antara kedua kelompok sesudah diberikan

placebo dan glutation menunjukkan perbedaan kadar MDA secara bermakna

(plt005) Hal ini berarti bahwa kelompok yang diberikan perlakuan berupa

placebo dan glutation 6 jam sebelum diberikan pelatihan fisik berlebih dengan

cara merenangkan selama 60 menit hari selama 35 hari rerata kadar MDA

berbeda secara bermakna Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh

untuk melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam

organ dan pembuluh darah (Giriwijoyo 2004)

Peningkatan kadar MDA sesudah diberikan pelatihan fisik berlebih pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan disebabkan karena pelatihan fisik

berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena terjadi peningkatan konsumsi

oksigen oleh aktifitas otot skeletal Stress oksidatif memicu peningkatan senyawa

oksigen reaktif Pada pelatihan fisik berlebih juga terjadi Reperfusion Injury yang

memicu terjadinya kerusakan jaringan dan peningkatan radikal bebas (Adiputra

2008) Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara menarik elektronnya

sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan sampai kematian sel

(Suryohudoyo 2000)

Pada penelitian ini didapatkan bahwa sesudah diberikan pelatihan fisik

61

berlebih dan placebo terjadi peningkatan kadar MDA sebesar 5024 Kadar

MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel (Winarsi

2007) Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pepe

(2011) bahwa pelatihan fisik berlebih meningkatkan kadar MDA Lebih lanjut

Murray et al (2000) juga menyatakan bahwa pelatihan fisik berlebih merangsang

respon biomarker stres oksidatif Sedangkan pada kelompok perlakuan yang

diberikan aktifitas berlebih dan glutation terjadi penurunan kadar MDA sebesar

1607 Terjadinya penurunan kadar MDA pada kelompok yang diberikan

glutation 6 jam sebelum melakukan pelatihan fisik berlebih disebabkan karena

pemberian antioksidan meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan

cara mendonorkan elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa

oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsi 2007) Glutation merupakan antioksidan

endogen yaitu antioksidan yang dapat disintesa dalam tubuh dari asam amino L-

sistein L-glutamat dan glisin (Cadenas 2002) yang juga sebagai master

antioksidan yaitu antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain

Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan

Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik (Hersh 2004) Glutation

merupakan salah satu antioksidan yang tidak dapat menjadi pro oksidan (Cadenas

2002) Normalnya sekali suatu antioksidan memakan radikal bebas antioksidan

ini menjadi teroksidasi sendiri dan menyerang sel yang sehat yang disebut

sebagai pro oksidan Glutation dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang

teroksidasi tersebut menjadi bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali

dalam memakan radikal bebas (Sellman 2009) Sehingga dengan demikian

62

glutation dapat membantu dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Urso

(2003) bahwa suplementasi antioksidan dapat mengatasi kondisi stress oksidatif

yang terjadi pelatihan fisik berlebih

Uji perbandingan antara data MDA pre dan post masing-masing kelompok

digunakan uji t-paired test Berdasarkan uji ini didapatkan hasil pada kelompok

perlakuan terjadi penurunan kadar MDA secara bermakna sebesar 085 mmollt

sedangkan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan kadar MDA secara

bermakna sebesar 260mmollt Terjadi penurunan kadar MDA pada kelompok

perlakuan menunjukkan pemberian antioksidan Glutation intraperitoneal dosis

37mgkgBBhari dapat mengatasi kondisi stress oksidatif yang terjadi pada

pelatihan fisik berlebih Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh

Urso (2003)

63

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

71 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan sebagai

berikut Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA

tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

72 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah

1 Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja glutation

yang lebih detail

2 Memperhatikan takaran latihan supaya tidak berlebihan yang justru akan

meningkatkan kerusakan sel

3 Perlu dilakukan uji klinis pada manusia

63

64

DAFTAR PUSTAKA

Adiputra N 2008Kesehatan Olah Raga Available from httpwwwbalihesgorgindexphpoption=com Accessed 2011 Oct 5th

Anonim 2011 Glutathione Available at

httpenwikipediaorgwikiGlutathione Accessed 2011 Oct 5th Anonim 2011 Overtraining Available at

httpwwwmarksdailyapplecomovertraining Accessed 2011 Oct5th

Asikin N 2001Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan InKursus Penyegaran dan Pelatihan Radikal bebas dan Antioksidan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta Fakultas Kedokteran UI

Bagiada NA 2001 Proses Penuaan dan Penanggulangannya Denpasar

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hal 22 Banerjee AK Mandal A Chanda D Chahraboti S 2003 Oxidant

Antioxidant and Physical ExerciseAvailable from httpwwwncbinlmnihgovpubmed14619981 accesed 2011 Sept 2nd

Binekada MC 2002 ldquoPelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Konsentrasi dan

Motilitas Spermatozoa Mencitrdquo(tesis) Denpasar Universitas Udayana

Cadenas E Jones PD 2002Bioavailability of Glutathione In Cadenas E

Packer L editorsHandbook of Antioxidants2nd Ed New York Marcel DekkerInc p549-564

Catala A 2006Lipid PeroxidationInt J Biochem Cell Biol 38 1482-1495 Dalle-DonneI Rossi R ColomboR Giustarini D Milzani

A2006Biomarkers of Oxidative Damage in Human Disease Available from httpwwwredorbitcomnewsscience473334biomarkersof oxidative damage in human diseaseindexhtmlaccessed2011 Sept 5th

Fouad T 2007 Free radicals Types Sources and Damaging Reaction

Relations Available from

64

65

wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th

Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th

Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112

Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors

ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their

Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69

Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan

Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th

Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz

R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155

Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester

Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th

Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala

T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200

Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and

Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders

66

Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana

LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia

Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647

Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from

httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit

Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK

Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620

Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji

Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah

Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009

Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan

Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132

Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde

Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521

Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley

Medical Publicationsp 123-141

Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI

Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable

from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer

67

Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole

Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam

Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI

Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam

Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya

Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan

Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47

Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant

Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th

Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan

Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105

68

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965

Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975

Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753

Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

69

Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan

Group Statistics

Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887

Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215

Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260

Perlakuan 10 42500 23348 07383

Independent Samples Test

Levenes Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df

Sig (2-

tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence Interval of the

Difference Lower Upper

Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428

Equal variances not assumed

-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429

Post1

Equal variances assumed 592 452 367

22 18 000 333700 09087 314608 352792

Equal variances not assumed

36722 16855 000 333700 09087 314515 352885

Post2

Equal variances assumed 906 354 264

19 18 000 239500 09066 220454 258546

Equal variances not assumed

26419 16265 000 239500 09066 220307 258693

70

Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis

(Laurence amp Bacharach 1964)

2g mencit 20g tikus 400g marmot

l5Kg kelinci

20Kg kucing

40Kg kera

120Kg anjing

70Kg manusia

20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879

200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560

400 g marmot

008 057 10 225 24 52 102 315

l5Kg kelinci

004 025 044 10 106 24 45 142

20Kg kucing

003 023 042 092 10 22 41 130

40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61

120Kg anjing

0008 006 010 0022 024 052 10 31

70Kg manusia

00026 0018 0031 007 0013 016 032 10

71

Lampiran 4

Foto Penelitian

Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)

72

Lampiran 5

Data Hasil Penelitian

Kelompok Kontrol

Pre test Post test Pre test Post Test

752 647 769 694

779 670 773 664

745 660 803 653

769 643 817 677

783 653

786 684

Kelompok Perlakuan

Pre Test Post test

412 391

436 412

442 425

425 401

453 436

466 442

432 405

456 432

470 453

476 463

Page 67: PEMBERIAN INJEKSI GLUTATION INTRAPERITONEAL

49

6 Umur tikus adalah umur yang ditentukan dengan melihat tanggal

kelahiran yang dicatat pada kandang percobaan

7 Kondisi peneliti yang meliputi kesehatan fisik dan psikis peneliti

Penelitian dilaksanakan saat kondisi peneliti dalam keadaan baik

sehingga pengaruhnya terhadap hasil penelitian dapat diabaikan

45 Bahan dan Alat Penelitian

451 Bahan Penelitian

Glutation injeksi

Tikus jantan

Makanan tikus berupa pellet dan air minum dari air ledeng

Aquades steril

EDTA (Ethylenediamine tetraacetic acid)

Reagensia untuk pengukuran kadar MDA

452 Alat Penelitian

Alat yang dipakai dalam pengambilan data penelitian ini adalah

- Kandang tikus terbuat dari besi yang di dalamnya terdapat sekam dan

botol minuman

- Ember berdiameter 35 cm dan kedalaman air 20 cm

- Stopwatch

- Timbangan

- Spuit injeksi 1 ml

50

- Sarung tangan

- Kapas dan alkohol 70

- Tabung Evendorf

- Mikropipet

- Pipet kapiler

- Sentrifugasi

46 Prosedur Penelitian

1 Tikus jantan dewasa (Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan

berat badan plusmn200gram dilakukan aklimatisasi selama 2 minggu di

tempat penelitian untuk penyesuaian dengan lingkungan

2 Semua sampel tikus diberi perlakuan yang sama yaitu diberikan

pelatihan fisik berlebih dengan cara berenang sampai kelelahan pada

hari ke 7 kedua kelompok tersebut dilakukan pemeriksaan MDA

3 Mulai hari ke 8 ndash 35 sampel tikus yang berjumlah 20 ekor dibagi atas 2

kelompok di mana kelompok 1(kontrol) diberikan pelatihan fisik

berlebih + injeksi aquabidest intraperitoneal enam jam sebelum

perlakuan aktifitas berlebih kelompok ke 2 (perlakuan) diberikan

pelatihan fisik berlebih + injeksi intraperitoneal glutation 37

mgkgBBhari yang sudah dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril

4 Pada hari ke 35 dilakukan pemeriksaan kadar MDA pada masing-

masing tikus setelah bulu tikus kering

51

5 Selama penelitian hewan coba diberikan makanan dan minuman secara

teratur kebersihan dan kenyamanan kandang dijaga

461 Alur Penelitian

TIKUS ADAPTASI 2 MINGGU

PELATIHAN FISIK BERLEBIH 1 MINGGU

MDA

KELOMPOK 1 KELOMPOK 2

PELATIHAN FISIK BERLEBIH PELATIHAN FISIK BERLEBIH

+ AQUABIDEST (28 hari) +GLUTATION 37mgkgBBhari

28 HARI 28 HARI

MDA

Gambar 43 Bagan Alur Penelitian

462 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium

Pemantauan keselamatan tikus jantan (galur Wistar) di laboratorium

(Smith et al1988 Ngatidjan 2006) adalah sebagai berikut

1 Kandang tikus jantan harus cukup kuat tidak mudah rusak teratur dibersihkan

(1x seminggu) mudah dipasang kembali hewan tidak mudah lepas tahan

52

gigitan hewan kelihatan jelas dari luar Alas tempat tidur terbuat dari serbuk

gergaji atau sekam padi agar mudah menyerap air

2 Luas lantai yang memadai untuk tikus jantan dengan berat badan plusmn200 gram

adalah 60cm persegi dan tinggi 20 cm

3 Diciptakan suasana lingkungan yang stabil dan sesuai keperluan fisiologi tikus

jantan di mana kelembaban suhu pertukaran udara yang ekstrim harus

dihindari

4 Hewan coba hendaknya diperlakukan dengan kasih sayang

47 Pengolahan dan Analisis Data

Analisis data yang digunakan adalah

1 Analisis Deskriptif

2 Uji normalitas data dilakukan dengan tes Shapiro-Wilk Distribusi data

normal dengan nilai pgt005

3 Uji homogenitas dilakukan dengan Lavenersquos Test Data dinyatakan

homogen dengan nilai pgt005

4 Karena data berdistribusi normal dan homogen maka untuk uji

komparabilitas dipakai

- Uji t independent untuk membandingkan rerata kadar MDA antar

kelompok

- Uji Paired T- Test untuk membandingkan rerata kadar MDA pre

dan post masing-masing kelompok

- Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau

dinyatakan berbeda bila plt005

53

BAB V

HASIL PENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 20 ekor tikus jantan dewasa

(Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan berat badan plusmn200 gram sebagai

sampelyang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah 10 ekor

yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dankelompok

perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) Dalam penyajian hasil ini diuraikan

uji normalitas data uji homogenitas data uji komparabilitas dan uji efek

perlakuan

51 Uji Normalitas Data

Data Kadar MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan

pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji

Shapiro-Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005)

disajikan pada Tabel 51

53

54

Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing Kelompok Sebelum

dan Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Perlakuan n p Keterangan

Kadar MDA kontrol pre

Kadar MDA perlakuan pre

Kadar MDA kontrol post

Kadar MDA perlakuan post

10

10

10

10

0965

0550

0975

0697

Normal

Normal

Normal

Normal

52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok

Data Kadar MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun

sesudah perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test

Hasilnya menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52

Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA Sebelum dan

Sesudah Perlakuan

Variabel F p Keterangan

Kadar MDA pre

Kadar MDA post

0016

0592

0901

0452

Homogen

Homogen

53 Kadar MDA

531 Uji komparabilitas

Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata kadar MDA

antar kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan

55

glutation Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada

Tabel 53 berikut

Tabel 53

Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata

Kadar MDA

SB T P

Aktivitas berlebih dan

placebo

Aktivitas berlebihdan

glutathion

10

10

518

529

028

029

089 0386

Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok

kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 518028mmoll dan rerata

kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 529029mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 089 dan nilai

p = 0386 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan

berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya tidak berbeda secara

bermakna (p gt 005)

532 Analisis efek perlakuan

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kadar MDA antar

kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation

56

Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54

berikut

Tabel 54 Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata

Kadar MDA

SB T P

Aktivitas berlebih dan

placebo

Aktivitas berlebihdan

glutathion

10

10

778

444

023

017

3672 0001

Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok

kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata

kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 444017mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 3672 dan nilai

p = 0001 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan

berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya berbeda secara

bermakna (p lt 005)

57

Gambar 51 Perbedaan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

533 Analisis Komparasi Sebelum dengan Sesudah Perlakuan

Analisis komparasi diuji berdasarkan rerata kadar MDA antara sebelum

dengan sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation Hasil

analisis kemaknaan dengan uji t-paired disajikan pada Tabel 55 berikut

Tabel 55 Analisis KomparasiKadar MDA antara Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Kelompok Beda Rerata

pre ndash post p Keterangan

Aktivitas berlebih dan placebo

Aktivitas berlebih dan

glutathion

260

085

0001

0001

Meningkat

Menurun

58

Berdasarkan uji t-paired didapatkan bahwa ada penurunan kadar MDA

pada kelompok perlakuan secara bermakna sebesar 085mmoll sedangkan pada

kelompok kontrol mengalami peningkatan secara bermakna sebesar 260mmoll

59

BAB VI

PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian

Untuk menguji efek pemberian glutation terhadap penurunan kadar MDA

maka dilakukan penelitian terhadap 20 ekor tikus jantan dewasa (Galur Wistar)

sebagai sampel yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah

10 ekor yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dan

kelompok perlakuan (pelatihan fisik berlebih dan glutation)

62 Efek Pelatihan Fisik Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA

Hasil penelitian dan analisis data terhadap kadar MDA darah pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji

normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan homogenitas (Levenersquos test) pre-test dan post-

test masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)

Uji perbandingan 1 minggu pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan

injeksi antara kedua kelompok menggunakan uji t-independent Rerata kadar

MDA kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) adalah

518028mmoll dan rerata kelompok pelatihan fisik berlebih dan glutation

adalah 529029mmoll Analisis kemaknaan dengan uji t-independent

menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna kadar MDA darah antara

kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa

kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan injeksi rerata kadar MDAnya tidak

59

60

berbeda secara bermakna

Uji perbandingan setelah pemberian placebo dan glutation antara kedua

kelompok menggunakan t-independent Rerata kadar MDA kelompok kontrol

(aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata kelompok

perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) adalah 444017mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent antara kedua kelompok sesudah diberikan

placebo dan glutation menunjukkan perbedaan kadar MDA secara bermakna

(plt005) Hal ini berarti bahwa kelompok yang diberikan perlakuan berupa

placebo dan glutation 6 jam sebelum diberikan pelatihan fisik berlebih dengan

cara merenangkan selama 60 menit hari selama 35 hari rerata kadar MDA

berbeda secara bermakna Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh

untuk melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam

organ dan pembuluh darah (Giriwijoyo 2004)

Peningkatan kadar MDA sesudah diberikan pelatihan fisik berlebih pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan disebabkan karena pelatihan fisik

berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena terjadi peningkatan konsumsi

oksigen oleh aktifitas otot skeletal Stress oksidatif memicu peningkatan senyawa

oksigen reaktif Pada pelatihan fisik berlebih juga terjadi Reperfusion Injury yang

memicu terjadinya kerusakan jaringan dan peningkatan radikal bebas (Adiputra

2008) Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara menarik elektronnya

sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan sampai kematian sel

(Suryohudoyo 2000)

Pada penelitian ini didapatkan bahwa sesudah diberikan pelatihan fisik

61

berlebih dan placebo terjadi peningkatan kadar MDA sebesar 5024 Kadar

MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel (Winarsi

2007) Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pepe

(2011) bahwa pelatihan fisik berlebih meningkatkan kadar MDA Lebih lanjut

Murray et al (2000) juga menyatakan bahwa pelatihan fisik berlebih merangsang

respon biomarker stres oksidatif Sedangkan pada kelompok perlakuan yang

diberikan aktifitas berlebih dan glutation terjadi penurunan kadar MDA sebesar

1607 Terjadinya penurunan kadar MDA pada kelompok yang diberikan

glutation 6 jam sebelum melakukan pelatihan fisik berlebih disebabkan karena

pemberian antioksidan meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan

cara mendonorkan elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa

oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsi 2007) Glutation merupakan antioksidan

endogen yaitu antioksidan yang dapat disintesa dalam tubuh dari asam amino L-

sistein L-glutamat dan glisin (Cadenas 2002) yang juga sebagai master

antioksidan yaitu antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain

Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan

Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik (Hersh 2004) Glutation

merupakan salah satu antioksidan yang tidak dapat menjadi pro oksidan (Cadenas

2002) Normalnya sekali suatu antioksidan memakan radikal bebas antioksidan

ini menjadi teroksidasi sendiri dan menyerang sel yang sehat yang disebut

sebagai pro oksidan Glutation dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang

teroksidasi tersebut menjadi bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali

dalam memakan radikal bebas (Sellman 2009) Sehingga dengan demikian

62

glutation dapat membantu dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Urso

(2003) bahwa suplementasi antioksidan dapat mengatasi kondisi stress oksidatif

yang terjadi pelatihan fisik berlebih

Uji perbandingan antara data MDA pre dan post masing-masing kelompok

digunakan uji t-paired test Berdasarkan uji ini didapatkan hasil pada kelompok

perlakuan terjadi penurunan kadar MDA secara bermakna sebesar 085 mmollt

sedangkan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan kadar MDA secara

bermakna sebesar 260mmollt Terjadi penurunan kadar MDA pada kelompok

perlakuan menunjukkan pemberian antioksidan Glutation intraperitoneal dosis

37mgkgBBhari dapat mengatasi kondisi stress oksidatif yang terjadi pada

pelatihan fisik berlebih Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh

Urso (2003)

63

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

71 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan sebagai

berikut Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA

tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

72 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah

1 Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja glutation

yang lebih detail

2 Memperhatikan takaran latihan supaya tidak berlebihan yang justru akan

meningkatkan kerusakan sel

3 Perlu dilakukan uji klinis pada manusia

63

64

DAFTAR PUSTAKA

Adiputra N 2008Kesehatan Olah Raga Available from httpwwwbalihesgorgindexphpoption=com Accessed 2011 Oct 5th

Anonim 2011 Glutathione Available at

httpenwikipediaorgwikiGlutathione Accessed 2011 Oct 5th Anonim 2011 Overtraining Available at

httpwwwmarksdailyapplecomovertraining Accessed 2011 Oct5th

Asikin N 2001Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan InKursus Penyegaran dan Pelatihan Radikal bebas dan Antioksidan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta Fakultas Kedokteran UI

Bagiada NA 2001 Proses Penuaan dan Penanggulangannya Denpasar

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hal 22 Banerjee AK Mandal A Chanda D Chahraboti S 2003 Oxidant

Antioxidant and Physical ExerciseAvailable from httpwwwncbinlmnihgovpubmed14619981 accesed 2011 Sept 2nd

Binekada MC 2002 ldquoPelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Konsentrasi dan

Motilitas Spermatozoa Mencitrdquo(tesis) Denpasar Universitas Udayana

Cadenas E Jones PD 2002Bioavailability of Glutathione In Cadenas E

Packer L editorsHandbook of Antioxidants2nd Ed New York Marcel DekkerInc p549-564

Catala A 2006Lipid PeroxidationInt J Biochem Cell Biol 38 1482-1495 Dalle-DonneI Rossi R ColomboR Giustarini D Milzani

A2006Biomarkers of Oxidative Damage in Human Disease Available from httpwwwredorbitcomnewsscience473334biomarkersof oxidative damage in human diseaseindexhtmlaccessed2011 Sept 5th

Fouad T 2007 Free radicals Types Sources and Damaging Reaction

Relations Available from

64

65

wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th

Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th

Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112

Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors

ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their

Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69

Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan

Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th

Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz

R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155

Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester

Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th

Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala

T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200

Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and

Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders

66

Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana

LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia

Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647

Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from

httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit

Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK

Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620

Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji

Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah

Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009

Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan

Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132

Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde

Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521

Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley

Medical Publicationsp 123-141

Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI

Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable

from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer

67

Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole

Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam

Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI

Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam

Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya

Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan

Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47

Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant

Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th

Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan

Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105

68

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965

Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975

Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753

Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

69

Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan

Group Statistics

Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887

Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215

Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260

Perlakuan 10 42500 23348 07383

Independent Samples Test

Levenes Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df

Sig (2-

tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence Interval of the

Difference Lower Upper

Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428

Equal variances not assumed

-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429

Post1

Equal variances assumed 592 452 367

22 18 000 333700 09087 314608 352792

Equal variances not assumed

36722 16855 000 333700 09087 314515 352885

Post2

Equal variances assumed 906 354 264

19 18 000 239500 09066 220454 258546

Equal variances not assumed

26419 16265 000 239500 09066 220307 258693

70

Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis

(Laurence amp Bacharach 1964)

2g mencit 20g tikus 400g marmot

l5Kg kelinci

20Kg kucing

40Kg kera

120Kg anjing

70Kg manusia

20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879

200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560

400 g marmot

008 057 10 225 24 52 102 315

l5Kg kelinci

004 025 044 10 106 24 45 142

20Kg kucing

003 023 042 092 10 22 41 130

40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61

120Kg anjing

0008 006 010 0022 024 052 10 31

70Kg manusia

00026 0018 0031 007 0013 016 032 10

71

Lampiran 4

Foto Penelitian

Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)

72

Lampiran 5

Data Hasil Penelitian

Kelompok Kontrol

Pre test Post test Pre test Post Test

752 647 769 694

779 670 773 664

745 660 803 653

769 643 817 677

783 653

786 684

Kelompok Perlakuan

Pre Test Post test

412 391

436 412

442 425

425 401

453 436

466 442

432 405

456 432

470 453

476 463

Page 68: PEMBERIAN INJEKSI GLUTATION INTRAPERITONEAL

50

- Sarung tangan

- Kapas dan alkohol 70

- Tabung Evendorf

- Mikropipet

- Pipet kapiler

- Sentrifugasi

46 Prosedur Penelitian

1 Tikus jantan dewasa (Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan

berat badan plusmn200gram dilakukan aklimatisasi selama 2 minggu di

tempat penelitian untuk penyesuaian dengan lingkungan

2 Semua sampel tikus diberi perlakuan yang sama yaitu diberikan

pelatihan fisik berlebih dengan cara berenang sampai kelelahan pada

hari ke 7 kedua kelompok tersebut dilakukan pemeriksaan MDA

3 Mulai hari ke 8 ndash 35 sampel tikus yang berjumlah 20 ekor dibagi atas 2

kelompok di mana kelompok 1(kontrol) diberikan pelatihan fisik

berlebih + injeksi aquabidest intraperitoneal enam jam sebelum

perlakuan aktifitas berlebih kelompok ke 2 (perlakuan) diberikan

pelatihan fisik berlebih + injeksi intraperitoneal glutation 37

mgkgBBhari yang sudah dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril

4 Pada hari ke 35 dilakukan pemeriksaan kadar MDA pada masing-

masing tikus setelah bulu tikus kering

51

5 Selama penelitian hewan coba diberikan makanan dan minuman secara

teratur kebersihan dan kenyamanan kandang dijaga

461 Alur Penelitian

TIKUS ADAPTASI 2 MINGGU

PELATIHAN FISIK BERLEBIH 1 MINGGU

MDA

KELOMPOK 1 KELOMPOK 2

PELATIHAN FISIK BERLEBIH PELATIHAN FISIK BERLEBIH

+ AQUABIDEST (28 hari) +GLUTATION 37mgkgBBhari

28 HARI 28 HARI

MDA

Gambar 43 Bagan Alur Penelitian

462 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium

Pemantauan keselamatan tikus jantan (galur Wistar) di laboratorium

(Smith et al1988 Ngatidjan 2006) adalah sebagai berikut

1 Kandang tikus jantan harus cukup kuat tidak mudah rusak teratur dibersihkan

(1x seminggu) mudah dipasang kembali hewan tidak mudah lepas tahan

52

gigitan hewan kelihatan jelas dari luar Alas tempat tidur terbuat dari serbuk

gergaji atau sekam padi agar mudah menyerap air

2 Luas lantai yang memadai untuk tikus jantan dengan berat badan plusmn200 gram

adalah 60cm persegi dan tinggi 20 cm

3 Diciptakan suasana lingkungan yang stabil dan sesuai keperluan fisiologi tikus

jantan di mana kelembaban suhu pertukaran udara yang ekstrim harus

dihindari

4 Hewan coba hendaknya diperlakukan dengan kasih sayang

47 Pengolahan dan Analisis Data

Analisis data yang digunakan adalah

1 Analisis Deskriptif

2 Uji normalitas data dilakukan dengan tes Shapiro-Wilk Distribusi data

normal dengan nilai pgt005

3 Uji homogenitas dilakukan dengan Lavenersquos Test Data dinyatakan

homogen dengan nilai pgt005

4 Karena data berdistribusi normal dan homogen maka untuk uji

komparabilitas dipakai

- Uji t independent untuk membandingkan rerata kadar MDA antar

kelompok

- Uji Paired T- Test untuk membandingkan rerata kadar MDA pre

dan post masing-masing kelompok

- Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau

dinyatakan berbeda bila plt005

53

BAB V

HASIL PENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 20 ekor tikus jantan dewasa

(Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan berat badan plusmn200 gram sebagai

sampelyang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah 10 ekor

yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dankelompok

perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) Dalam penyajian hasil ini diuraikan

uji normalitas data uji homogenitas data uji komparabilitas dan uji efek

perlakuan

51 Uji Normalitas Data

Data Kadar MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan

pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji

Shapiro-Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005)

disajikan pada Tabel 51

53

54

Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing Kelompok Sebelum

dan Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Perlakuan n p Keterangan

Kadar MDA kontrol pre

Kadar MDA perlakuan pre

Kadar MDA kontrol post

Kadar MDA perlakuan post

10

10

10

10

0965

0550

0975

0697

Normal

Normal

Normal

Normal

52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok

Data Kadar MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun

sesudah perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test

Hasilnya menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52

Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA Sebelum dan

Sesudah Perlakuan

Variabel F p Keterangan

Kadar MDA pre

Kadar MDA post

0016

0592

0901

0452

Homogen

Homogen

53 Kadar MDA

531 Uji komparabilitas

Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata kadar MDA

antar kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan

55

glutation Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada

Tabel 53 berikut

Tabel 53

Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata

Kadar MDA

SB T P

Aktivitas berlebih dan

placebo

Aktivitas berlebihdan

glutathion

10

10

518

529

028

029

089 0386

Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok

kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 518028mmoll dan rerata

kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 529029mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 089 dan nilai

p = 0386 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan

berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya tidak berbeda secara

bermakna (p gt 005)

532 Analisis efek perlakuan

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kadar MDA antar

kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation

56

Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54

berikut

Tabel 54 Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata

Kadar MDA

SB T P

Aktivitas berlebih dan

placebo

Aktivitas berlebihdan

glutathion

10

10

778

444

023

017

3672 0001

Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok

kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata

kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 444017mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 3672 dan nilai

p = 0001 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan

berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya berbeda secara

bermakna (p lt 005)

57

Gambar 51 Perbedaan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

533 Analisis Komparasi Sebelum dengan Sesudah Perlakuan

Analisis komparasi diuji berdasarkan rerata kadar MDA antara sebelum

dengan sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation Hasil

analisis kemaknaan dengan uji t-paired disajikan pada Tabel 55 berikut

Tabel 55 Analisis KomparasiKadar MDA antara Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Kelompok Beda Rerata

pre ndash post p Keterangan

Aktivitas berlebih dan placebo

Aktivitas berlebih dan

glutathion

260

085

0001

0001

Meningkat

Menurun

58

Berdasarkan uji t-paired didapatkan bahwa ada penurunan kadar MDA

pada kelompok perlakuan secara bermakna sebesar 085mmoll sedangkan pada

kelompok kontrol mengalami peningkatan secara bermakna sebesar 260mmoll

59

BAB VI

PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian

Untuk menguji efek pemberian glutation terhadap penurunan kadar MDA

maka dilakukan penelitian terhadap 20 ekor tikus jantan dewasa (Galur Wistar)

sebagai sampel yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah

10 ekor yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dan

kelompok perlakuan (pelatihan fisik berlebih dan glutation)

62 Efek Pelatihan Fisik Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA

Hasil penelitian dan analisis data terhadap kadar MDA darah pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji

normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan homogenitas (Levenersquos test) pre-test dan post-

test masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)

Uji perbandingan 1 minggu pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan

injeksi antara kedua kelompok menggunakan uji t-independent Rerata kadar

MDA kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) adalah

518028mmoll dan rerata kelompok pelatihan fisik berlebih dan glutation

adalah 529029mmoll Analisis kemaknaan dengan uji t-independent

menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna kadar MDA darah antara

kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa

kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan injeksi rerata kadar MDAnya tidak

59

60

berbeda secara bermakna

Uji perbandingan setelah pemberian placebo dan glutation antara kedua

kelompok menggunakan t-independent Rerata kadar MDA kelompok kontrol

(aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata kelompok

perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) adalah 444017mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent antara kedua kelompok sesudah diberikan

placebo dan glutation menunjukkan perbedaan kadar MDA secara bermakna

(plt005) Hal ini berarti bahwa kelompok yang diberikan perlakuan berupa

placebo dan glutation 6 jam sebelum diberikan pelatihan fisik berlebih dengan

cara merenangkan selama 60 menit hari selama 35 hari rerata kadar MDA

berbeda secara bermakna Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh

untuk melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam

organ dan pembuluh darah (Giriwijoyo 2004)

Peningkatan kadar MDA sesudah diberikan pelatihan fisik berlebih pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan disebabkan karena pelatihan fisik

berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena terjadi peningkatan konsumsi

oksigen oleh aktifitas otot skeletal Stress oksidatif memicu peningkatan senyawa

oksigen reaktif Pada pelatihan fisik berlebih juga terjadi Reperfusion Injury yang

memicu terjadinya kerusakan jaringan dan peningkatan radikal bebas (Adiputra

2008) Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara menarik elektronnya

sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan sampai kematian sel

(Suryohudoyo 2000)

Pada penelitian ini didapatkan bahwa sesudah diberikan pelatihan fisik

61

berlebih dan placebo terjadi peningkatan kadar MDA sebesar 5024 Kadar

MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel (Winarsi

2007) Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pepe

(2011) bahwa pelatihan fisik berlebih meningkatkan kadar MDA Lebih lanjut

Murray et al (2000) juga menyatakan bahwa pelatihan fisik berlebih merangsang

respon biomarker stres oksidatif Sedangkan pada kelompok perlakuan yang

diberikan aktifitas berlebih dan glutation terjadi penurunan kadar MDA sebesar

1607 Terjadinya penurunan kadar MDA pada kelompok yang diberikan

glutation 6 jam sebelum melakukan pelatihan fisik berlebih disebabkan karena

pemberian antioksidan meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan

cara mendonorkan elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa

oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsi 2007) Glutation merupakan antioksidan

endogen yaitu antioksidan yang dapat disintesa dalam tubuh dari asam amino L-

sistein L-glutamat dan glisin (Cadenas 2002) yang juga sebagai master

antioksidan yaitu antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain

Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan

Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik (Hersh 2004) Glutation

merupakan salah satu antioksidan yang tidak dapat menjadi pro oksidan (Cadenas

2002) Normalnya sekali suatu antioksidan memakan radikal bebas antioksidan

ini menjadi teroksidasi sendiri dan menyerang sel yang sehat yang disebut

sebagai pro oksidan Glutation dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang

teroksidasi tersebut menjadi bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali

dalam memakan radikal bebas (Sellman 2009) Sehingga dengan demikian

62

glutation dapat membantu dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Urso

(2003) bahwa suplementasi antioksidan dapat mengatasi kondisi stress oksidatif

yang terjadi pelatihan fisik berlebih

Uji perbandingan antara data MDA pre dan post masing-masing kelompok

digunakan uji t-paired test Berdasarkan uji ini didapatkan hasil pada kelompok

perlakuan terjadi penurunan kadar MDA secara bermakna sebesar 085 mmollt

sedangkan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan kadar MDA secara

bermakna sebesar 260mmollt Terjadi penurunan kadar MDA pada kelompok

perlakuan menunjukkan pemberian antioksidan Glutation intraperitoneal dosis

37mgkgBBhari dapat mengatasi kondisi stress oksidatif yang terjadi pada

pelatihan fisik berlebih Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh

Urso (2003)

63

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

71 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan sebagai

berikut Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA

tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

72 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah

1 Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja glutation

yang lebih detail

2 Memperhatikan takaran latihan supaya tidak berlebihan yang justru akan

meningkatkan kerusakan sel

3 Perlu dilakukan uji klinis pada manusia

63

64

DAFTAR PUSTAKA

Adiputra N 2008Kesehatan Olah Raga Available from httpwwwbalihesgorgindexphpoption=com Accessed 2011 Oct 5th

Anonim 2011 Glutathione Available at

httpenwikipediaorgwikiGlutathione Accessed 2011 Oct 5th Anonim 2011 Overtraining Available at

httpwwwmarksdailyapplecomovertraining Accessed 2011 Oct5th

Asikin N 2001Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan InKursus Penyegaran dan Pelatihan Radikal bebas dan Antioksidan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta Fakultas Kedokteran UI

Bagiada NA 2001 Proses Penuaan dan Penanggulangannya Denpasar

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hal 22 Banerjee AK Mandal A Chanda D Chahraboti S 2003 Oxidant

Antioxidant and Physical ExerciseAvailable from httpwwwncbinlmnihgovpubmed14619981 accesed 2011 Sept 2nd

Binekada MC 2002 ldquoPelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Konsentrasi dan

Motilitas Spermatozoa Mencitrdquo(tesis) Denpasar Universitas Udayana

Cadenas E Jones PD 2002Bioavailability of Glutathione In Cadenas E

Packer L editorsHandbook of Antioxidants2nd Ed New York Marcel DekkerInc p549-564

Catala A 2006Lipid PeroxidationInt J Biochem Cell Biol 38 1482-1495 Dalle-DonneI Rossi R ColomboR Giustarini D Milzani

A2006Biomarkers of Oxidative Damage in Human Disease Available from httpwwwredorbitcomnewsscience473334biomarkersof oxidative damage in human diseaseindexhtmlaccessed2011 Sept 5th

Fouad T 2007 Free radicals Types Sources and Damaging Reaction

Relations Available from

64

65

wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th

Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th

Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112

Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors

ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their

Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69

Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan

Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th

Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz

R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155

Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester

Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th

Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala

T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200

Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and

Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders

66

Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana

LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia

Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647

Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from

httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit

Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK

Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620

Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji

Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah

Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009

Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan

Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132

Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde

Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521

Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley

Medical Publicationsp 123-141

Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI

Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable

from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer

67

Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole

Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam

Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI

Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam

Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya

Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan

Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47

Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant

Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th

Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan

Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105

68

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965

Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975

Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753

Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

69

Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan

Group Statistics

Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887

Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215

Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260

Perlakuan 10 42500 23348 07383

Independent Samples Test

Levenes Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df

Sig (2-

tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence Interval of the

Difference Lower Upper

Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428

Equal variances not assumed

-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429

Post1

Equal variances assumed 592 452 367

22 18 000 333700 09087 314608 352792

Equal variances not assumed

36722 16855 000 333700 09087 314515 352885

Post2

Equal variances assumed 906 354 264

19 18 000 239500 09066 220454 258546

Equal variances not assumed

26419 16265 000 239500 09066 220307 258693

70

Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis

(Laurence amp Bacharach 1964)

2g mencit 20g tikus 400g marmot

l5Kg kelinci

20Kg kucing

40Kg kera

120Kg anjing

70Kg manusia

20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879

200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560

400 g marmot

008 057 10 225 24 52 102 315

l5Kg kelinci

004 025 044 10 106 24 45 142

20Kg kucing

003 023 042 092 10 22 41 130

40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61

120Kg anjing

0008 006 010 0022 024 052 10 31

70Kg manusia

00026 0018 0031 007 0013 016 032 10

71

Lampiran 4

Foto Penelitian

Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)

72

Lampiran 5

Data Hasil Penelitian

Kelompok Kontrol

Pre test Post test Pre test Post Test

752 647 769 694

779 670 773 664

745 660 803 653

769 643 817 677

783 653

786 684

Kelompok Perlakuan

Pre Test Post test

412 391

436 412

442 425

425 401

453 436

466 442

432 405

456 432

470 453

476 463

Page 69: PEMBERIAN INJEKSI GLUTATION INTRAPERITONEAL

51

5 Selama penelitian hewan coba diberikan makanan dan minuman secara

teratur kebersihan dan kenyamanan kandang dijaga

461 Alur Penelitian

TIKUS ADAPTASI 2 MINGGU

PELATIHAN FISIK BERLEBIH 1 MINGGU

MDA

KELOMPOK 1 KELOMPOK 2

PELATIHAN FISIK BERLEBIH PELATIHAN FISIK BERLEBIH

+ AQUABIDEST (28 hari) +GLUTATION 37mgkgBBhari

28 HARI 28 HARI

MDA

Gambar 43 Bagan Alur Penelitian

462 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium

Pemantauan keselamatan tikus jantan (galur Wistar) di laboratorium

(Smith et al1988 Ngatidjan 2006) adalah sebagai berikut

1 Kandang tikus jantan harus cukup kuat tidak mudah rusak teratur dibersihkan

(1x seminggu) mudah dipasang kembali hewan tidak mudah lepas tahan

52

gigitan hewan kelihatan jelas dari luar Alas tempat tidur terbuat dari serbuk

gergaji atau sekam padi agar mudah menyerap air

2 Luas lantai yang memadai untuk tikus jantan dengan berat badan plusmn200 gram

adalah 60cm persegi dan tinggi 20 cm

3 Diciptakan suasana lingkungan yang stabil dan sesuai keperluan fisiologi tikus

jantan di mana kelembaban suhu pertukaran udara yang ekstrim harus

dihindari

4 Hewan coba hendaknya diperlakukan dengan kasih sayang

47 Pengolahan dan Analisis Data

Analisis data yang digunakan adalah

1 Analisis Deskriptif

2 Uji normalitas data dilakukan dengan tes Shapiro-Wilk Distribusi data

normal dengan nilai pgt005

3 Uji homogenitas dilakukan dengan Lavenersquos Test Data dinyatakan

homogen dengan nilai pgt005

4 Karena data berdistribusi normal dan homogen maka untuk uji

komparabilitas dipakai

- Uji t independent untuk membandingkan rerata kadar MDA antar

kelompok

- Uji Paired T- Test untuk membandingkan rerata kadar MDA pre

dan post masing-masing kelompok

- Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau

dinyatakan berbeda bila plt005

53

BAB V

HASIL PENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 20 ekor tikus jantan dewasa

(Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan berat badan plusmn200 gram sebagai

sampelyang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah 10 ekor

yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dankelompok

perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) Dalam penyajian hasil ini diuraikan

uji normalitas data uji homogenitas data uji komparabilitas dan uji efek

perlakuan

51 Uji Normalitas Data

Data Kadar MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan

pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji

Shapiro-Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005)

disajikan pada Tabel 51

53

54

Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing Kelompok Sebelum

dan Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Perlakuan n p Keterangan

Kadar MDA kontrol pre

Kadar MDA perlakuan pre

Kadar MDA kontrol post

Kadar MDA perlakuan post

10

10

10

10

0965

0550

0975

0697

Normal

Normal

Normal

Normal

52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok

Data Kadar MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun

sesudah perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test

Hasilnya menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52

Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA Sebelum dan

Sesudah Perlakuan

Variabel F p Keterangan

Kadar MDA pre

Kadar MDA post

0016

0592

0901

0452

Homogen

Homogen

53 Kadar MDA

531 Uji komparabilitas

Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata kadar MDA

antar kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan

55

glutation Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada

Tabel 53 berikut

Tabel 53

Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata

Kadar MDA

SB T P

Aktivitas berlebih dan

placebo

Aktivitas berlebihdan

glutathion

10

10

518

529

028

029

089 0386

Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok

kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 518028mmoll dan rerata

kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 529029mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 089 dan nilai

p = 0386 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan

berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya tidak berbeda secara

bermakna (p gt 005)

532 Analisis efek perlakuan

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kadar MDA antar

kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation

56

Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54

berikut

Tabel 54 Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata

Kadar MDA

SB T P

Aktivitas berlebih dan

placebo

Aktivitas berlebihdan

glutathion

10

10

778

444

023

017

3672 0001

Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok

kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata

kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 444017mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 3672 dan nilai

p = 0001 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan

berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya berbeda secara

bermakna (p lt 005)

57

Gambar 51 Perbedaan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

533 Analisis Komparasi Sebelum dengan Sesudah Perlakuan

Analisis komparasi diuji berdasarkan rerata kadar MDA antara sebelum

dengan sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation Hasil

analisis kemaknaan dengan uji t-paired disajikan pada Tabel 55 berikut

Tabel 55 Analisis KomparasiKadar MDA antara Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Kelompok Beda Rerata

pre ndash post p Keterangan

Aktivitas berlebih dan placebo

Aktivitas berlebih dan

glutathion

260

085

0001

0001

Meningkat

Menurun

58

Berdasarkan uji t-paired didapatkan bahwa ada penurunan kadar MDA

pada kelompok perlakuan secara bermakna sebesar 085mmoll sedangkan pada

kelompok kontrol mengalami peningkatan secara bermakna sebesar 260mmoll

59

BAB VI

PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian

Untuk menguji efek pemberian glutation terhadap penurunan kadar MDA

maka dilakukan penelitian terhadap 20 ekor tikus jantan dewasa (Galur Wistar)

sebagai sampel yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah

10 ekor yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dan

kelompok perlakuan (pelatihan fisik berlebih dan glutation)

62 Efek Pelatihan Fisik Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA

Hasil penelitian dan analisis data terhadap kadar MDA darah pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji

normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan homogenitas (Levenersquos test) pre-test dan post-

test masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)

Uji perbandingan 1 minggu pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan

injeksi antara kedua kelompok menggunakan uji t-independent Rerata kadar

MDA kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) adalah

518028mmoll dan rerata kelompok pelatihan fisik berlebih dan glutation

adalah 529029mmoll Analisis kemaknaan dengan uji t-independent

menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna kadar MDA darah antara

kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa

kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan injeksi rerata kadar MDAnya tidak

59

60

berbeda secara bermakna

Uji perbandingan setelah pemberian placebo dan glutation antara kedua

kelompok menggunakan t-independent Rerata kadar MDA kelompok kontrol

(aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata kelompok

perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) adalah 444017mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent antara kedua kelompok sesudah diberikan

placebo dan glutation menunjukkan perbedaan kadar MDA secara bermakna

(plt005) Hal ini berarti bahwa kelompok yang diberikan perlakuan berupa

placebo dan glutation 6 jam sebelum diberikan pelatihan fisik berlebih dengan

cara merenangkan selama 60 menit hari selama 35 hari rerata kadar MDA

berbeda secara bermakna Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh

untuk melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam

organ dan pembuluh darah (Giriwijoyo 2004)

Peningkatan kadar MDA sesudah diberikan pelatihan fisik berlebih pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan disebabkan karena pelatihan fisik

berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena terjadi peningkatan konsumsi

oksigen oleh aktifitas otot skeletal Stress oksidatif memicu peningkatan senyawa

oksigen reaktif Pada pelatihan fisik berlebih juga terjadi Reperfusion Injury yang

memicu terjadinya kerusakan jaringan dan peningkatan radikal bebas (Adiputra

2008) Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara menarik elektronnya

sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan sampai kematian sel

(Suryohudoyo 2000)

Pada penelitian ini didapatkan bahwa sesudah diberikan pelatihan fisik

61

berlebih dan placebo terjadi peningkatan kadar MDA sebesar 5024 Kadar

MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel (Winarsi

2007) Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pepe

(2011) bahwa pelatihan fisik berlebih meningkatkan kadar MDA Lebih lanjut

Murray et al (2000) juga menyatakan bahwa pelatihan fisik berlebih merangsang

respon biomarker stres oksidatif Sedangkan pada kelompok perlakuan yang

diberikan aktifitas berlebih dan glutation terjadi penurunan kadar MDA sebesar

1607 Terjadinya penurunan kadar MDA pada kelompok yang diberikan

glutation 6 jam sebelum melakukan pelatihan fisik berlebih disebabkan karena

pemberian antioksidan meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan

cara mendonorkan elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa

oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsi 2007) Glutation merupakan antioksidan

endogen yaitu antioksidan yang dapat disintesa dalam tubuh dari asam amino L-

sistein L-glutamat dan glisin (Cadenas 2002) yang juga sebagai master

antioksidan yaitu antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain

Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan

Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik (Hersh 2004) Glutation

merupakan salah satu antioksidan yang tidak dapat menjadi pro oksidan (Cadenas

2002) Normalnya sekali suatu antioksidan memakan radikal bebas antioksidan

ini menjadi teroksidasi sendiri dan menyerang sel yang sehat yang disebut

sebagai pro oksidan Glutation dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang

teroksidasi tersebut menjadi bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali

dalam memakan radikal bebas (Sellman 2009) Sehingga dengan demikian

62

glutation dapat membantu dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Urso

(2003) bahwa suplementasi antioksidan dapat mengatasi kondisi stress oksidatif

yang terjadi pelatihan fisik berlebih

Uji perbandingan antara data MDA pre dan post masing-masing kelompok

digunakan uji t-paired test Berdasarkan uji ini didapatkan hasil pada kelompok

perlakuan terjadi penurunan kadar MDA secara bermakna sebesar 085 mmollt

sedangkan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan kadar MDA secara

bermakna sebesar 260mmollt Terjadi penurunan kadar MDA pada kelompok

perlakuan menunjukkan pemberian antioksidan Glutation intraperitoneal dosis

37mgkgBBhari dapat mengatasi kondisi stress oksidatif yang terjadi pada

pelatihan fisik berlebih Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh

Urso (2003)

63

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

71 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan sebagai

berikut Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA

tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

72 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah

1 Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja glutation

yang lebih detail

2 Memperhatikan takaran latihan supaya tidak berlebihan yang justru akan

meningkatkan kerusakan sel

3 Perlu dilakukan uji klinis pada manusia

63

64

DAFTAR PUSTAKA

Adiputra N 2008Kesehatan Olah Raga Available from httpwwwbalihesgorgindexphpoption=com Accessed 2011 Oct 5th

Anonim 2011 Glutathione Available at

httpenwikipediaorgwikiGlutathione Accessed 2011 Oct 5th Anonim 2011 Overtraining Available at

httpwwwmarksdailyapplecomovertraining Accessed 2011 Oct5th

Asikin N 2001Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan InKursus Penyegaran dan Pelatihan Radikal bebas dan Antioksidan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta Fakultas Kedokteran UI

Bagiada NA 2001 Proses Penuaan dan Penanggulangannya Denpasar

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hal 22 Banerjee AK Mandal A Chanda D Chahraboti S 2003 Oxidant

Antioxidant and Physical ExerciseAvailable from httpwwwncbinlmnihgovpubmed14619981 accesed 2011 Sept 2nd

Binekada MC 2002 ldquoPelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Konsentrasi dan

Motilitas Spermatozoa Mencitrdquo(tesis) Denpasar Universitas Udayana

Cadenas E Jones PD 2002Bioavailability of Glutathione In Cadenas E

Packer L editorsHandbook of Antioxidants2nd Ed New York Marcel DekkerInc p549-564

Catala A 2006Lipid PeroxidationInt J Biochem Cell Biol 38 1482-1495 Dalle-DonneI Rossi R ColomboR Giustarini D Milzani

A2006Biomarkers of Oxidative Damage in Human Disease Available from httpwwwredorbitcomnewsscience473334biomarkersof oxidative damage in human diseaseindexhtmlaccessed2011 Sept 5th

Fouad T 2007 Free radicals Types Sources and Damaging Reaction

Relations Available from

64

65

wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th

Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th

Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112

Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors

ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their

Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69

Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan

Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th

Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz

R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155

Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester

Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th

Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala

T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200

Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and

Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders

66

Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana

LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia

Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647

Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from

httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit

Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK

Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620

Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji

Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah

Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009

Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan

Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132

Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde

Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521

Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley

Medical Publicationsp 123-141

Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI

Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable

from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer

67

Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole

Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam

Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI

Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam

Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya

Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan

Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47

Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant

Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th

Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan

Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105

68

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965

Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975

Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753

Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

69

Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan

Group Statistics

Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887

Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215

Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260

Perlakuan 10 42500 23348 07383

Independent Samples Test

Levenes Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df

Sig (2-

tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence Interval of the

Difference Lower Upper

Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428

Equal variances not assumed

-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429

Post1

Equal variances assumed 592 452 367

22 18 000 333700 09087 314608 352792

Equal variances not assumed

36722 16855 000 333700 09087 314515 352885

Post2

Equal variances assumed 906 354 264

19 18 000 239500 09066 220454 258546

Equal variances not assumed

26419 16265 000 239500 09066 220307 258693

70

Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis

(Laurence amp Bacharach 1964)

2g mencit 20g tikus 400g marmot

l5Kg kelinci

20Kg kucing

40Kg kera

120Kg anjing

70Kg manusia

20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879

200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560

400 g marmot

008 057 10 225 24 52 102 315

l5Kg kelinci

004 025 044 10 106 24 45 142

20Kg kucing

003 023 042 092 10 22 41 130

40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61

120Kg anjing

0008 006 010 0022 024 052 10 31

70Kg manusia

00026 0018 0031 007 0013 016 032 10

71

Lampiran 4

Foto Penelitian

Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)

72

Lampiran 5

Data Hasil Penelitian

Kelompok Kontrol

Pre test Post test Pre test Post Test

752 647 769 694

779 670 773 664

745 660 803 653

769 643 817 677

783 653

786 684

Kelompok Perlakuan

Pre Test Post test

412 391

436 412

442 425

425 401

453 436

466 442

432 405

456 432

470 453

476 463

Page 70: PEMBERIAN INJEKSI GLUTATION INTRAPERITONEAL

52

gigitan hewan kelihatan jelas dari luar Alas tempat tidur terbuat dari serbuk

gergaji atau sekam padi agar mudah menyerap air

2 Luas lantai yang memadai untuk tikus jantan dengan berat badan plusmn200 gram

adalah 60cm persegi dan tinggi 20 cm

3 Diciptakan suasana lingkungan yang stabil dan sesuai keperluan fisiologi tikus

jantan di mana kelembaban suhu pertukaran udara yang ekstrim harus

dihindari

4 Hewan coba hendaknya diperlakukan dengan kasih sayang

47 Pengolahan dan Analisis Data

Analisis data yang digunakan adalah

1 Analisis Deskriptif

2 Uji normalitas data dilakukan dengan tes Shapiro-Wilk Distribusi data

normal dengan nilai pgt005

3 Uji homogenitas dilakukan dengan Lavenersquos Test Data dinyatakan

homogen dengan nilai pgt005

4 Karena data berdistribusi normal dan homogen maka untuk uji

komparabilitas dipakai

- Uji t independent untuk membandingkan rerata kadar MDA antar

kelompok

- Uji Paired T- Test untuk membandingkan rerata kadar MDA pre

dan post masing-masing kelompok

- Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau

dinyatakan berbeda bila plt005

53

BAB V

HASIL PENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 20 ekor tikus jantan dewasa

(Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan berat badan plusmn200 gram sebagai

sampelyang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah 10 ekor

yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dankelompok

perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) Dalam penyajian hasil ini diuraikan

uji normalitas data uji homogenitas data uji komparabilitas dan uji efek

perlakuan

51 Uji Normalitas Data

Data Kadar MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan

pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji

Shapiro-Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005)

disajikan pada Tabel 51

53

54

Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing Kelompok Sebelum

dan Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Perlakuan n p Keterangan

Kadar MDA kontrol pre

Kadar MDA perlakuan pre

Kadar MDA kontrol post

Kadar MDA perlakuan post

10

10

10

10

0965

0550

0975

0697

Normal

Normal

Normal

Normal

52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok

Data Kadar MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun

sesudah perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test

Hasilnya menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52

Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA Sebelum dan

Sesudah Perlakuan

Variabel F p Keterangan

Kadar MDA pre

Kadar MDA post

0016

0592

0901

0452

Homogen

Homogen

53 Kadar MDA

531 Uji komparabilitas

Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata kadar MDA

antar kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan

55

glutation Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada

Tabel 53 berikut

Tabel 53

Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata

Kadar MDA

SB T P

Aktivitas berlebih dan

placebo

Aktivitas berlebihdan

glutathion

10

10

518

529

028

029

089 0386

Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok

kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 518028mmoll dan rerata

kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 529029mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 089 dan nilai

p = 0386 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan

berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya tidak berbeda secara

bermakna (p gt 005)

532 Analisis efek perlakuan

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kadar MDA antar

kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation

56

Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54

berikut

Tabel 54 Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata

Kadar MDA

SB T P

Aktivitas berlebih dan

placebo

Aktivitas berlebihdan

glutathion

10

10

778

444

023

017

3672 0001

Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok

kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata

kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 444017mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 3672 dan nilai

p = 0001 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan

berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya berbeda secara

bermakna (p lt 005)

57

Gambar 51 Perbedaan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

533 Analisis Komparasi Sebelum dengan Sesudah Perlakuan

Analisis komparasi diuji berdasarkan rerata kadar MDA antara sebelum

dengan sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation Hasil

analisis kemaknaan dengan uji t-paired disajikan pada Tabel 55 berikut

Tabel 55 Analisis KomparasiKadar MDA antara Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Kelompok Beda Rerata

pre ndash post p Keterangan

Aktivitas berlebih dan placebo

Aktivitas berlebih dan

glutathion

260

085

0001

0001

Meningkat

Menurun

58

Berdasarkan uji t-paired didapatkan bahwa ada penurunan kadar MDA

pada kelompok perlakuan secara bermakna sebesar 085mmoll sedangkan pada

kelompok kontrol mengalami peningkatan secara bermakna sebesar 260mmoll

59

BAB VI

PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian

Untuk menguji efek pemberian glutation terhadap penurunan kadar MDA

maka dilakukan penelitian terhadap 20 ekor tikus jantan dewasa (Galur Wistar)

sebagai sampel yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah

10 ekor yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dan

kelompok perlakuan (pelatihan fisik berlebih dan glutation)

62 Efek Pelatihan Fisik Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA

Hasil penelitian dan analisis data terhadap kadar MDA darah pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji

normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan homogenitas (Levenersquos test) pre-test dan post-

test masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)

Uji perbandingan 1 minggu pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan

injeksi antara kedua kelompok menggunakan uji t-independent Rerata kadar

MDA kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) adalah

518028mmoll dan rerata kelompok pelatihan fisik berlebih dan glutation

adalah 529029mmoll Analisis kemaknaan dengan uji t-independent

menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna kadar MDA darah antara

kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa

kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan injeksi rerata kadar MDAnya tidak

59

60

berbeda secara bermakna

Uji perbandingan setelah pemberian placebo dan glutation antara kedua

kelompok menggunakan t-independent Rerata kadar MDA kelompok kontrol

(aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata kelompok

perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) adalah 444017mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent antara kedua kelompok sesudah diberikan

placebo dan glutation menunjukkan perbedaan kadar MDA secara bermakna

(plt005) Hal ini berarti bahwa kelompok yang diberikan perlakuan berupa

placebo dan glutation 6 jam sebelum diberikan pelatihan fisik berlebih dengan

cara merenangkan selama 60 menit hari selama 35 hari rerata kadar MDA

berbeda secara bermakna Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh

untuk melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam

organ dan pembuluh darah (Giriwijoyo 2004)

Peningkatan kadar MDA sesudah diberikan pelatihan fisik berlebih pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan disebabkan karena pelatihan fisik

berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena terjadi peningkatan konsumsi

oksigen oleh aktifitas otot skeletal Stress oksidatif memicu peningkatan senyawa

oksigen reaktif Pada pelatihan fisik berlebih juga terjadi Reperfusion Injury yang

memicu terjadinya kerusakan jaringan dan peningkatan radikal bebas (Adiputra

2008) Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara menarik elektronnya

sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan sampai kematian sel

(Suryohudoyo 2000)

Pada penelitian ini didapatkan bahwa sesudah diberikan pelatihan fisik

61

berlebih dan placebo terjadi peningkatan kadar MDA sebesar 5024 Kadar

MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel (Winarsi

2007) Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pepe

(2011) bahwa pelatihan fisik berlebih meningkatkan kadar MDA Lebih lanjut

Murray et al (2000) juga menyatakan bahwa pelatihan fisik berlebih merangsang

respon biomarker stres oksidatif Sedangkan pada kelompok perlakuan yang

diberikan aktifitas berlebih dan glutation terjadi penurunan kadar MDA sebesar

1607 Terjadinya penurunan kadar MDA pada kelompok yang diberikan

glutation 6 jam sebelum melakukan pelatihan fisik berlebih disebabkan karena

pemberian antioksidan meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan

cara mendonorkan elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa

oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsi 2007) Glutation merupakan antioksidan

endogen yaitu antioksidan yang dapat disintesa dalam tubuh dari asam amino L-

sistein L-glutamat dan glisin (Cadenas 2002) yang juga sebagai master

antioksidan yaitu antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain

Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan

Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik (Hersh 2004) Glutation

merupakan salah satu antioksidan yang tidak dapat menjadi pro oksidan (Cadenas

2002) Normalnya sekali suatu antioksidan memakan radikal bebas antioksidan

ini menjadi teroksidasi sendiri dan menyerang sel yang sehat yang disebut

sebagai pro oksidan Glutation dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang

teroksidasi tersebut menjadi bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali

dalam memakan radikal bebas (Sellman 2009) Sehingga dengan demikian

62

glutation dapat membantu dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Urso

(2003) bahwa suplementasi antioksidan dapat mengatasi kondisi stress oksidatif

yang terjadi pelatihan fisik berlebih

Uji perbandingan antara data MDA pre dan post masing-masing kelompok

digunakan uji t-paired test Berdasarkan uji ini didapatkan hasil pada kelompok

perlakuan terjadi penurunan kadar MDA secara bermakna sebesar 085 mmollt

sedangkan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan kadar MDA secara

bermakna sebesar 260mmollt Terjadi penurunan kadar MDA pada kelompok

perlakuan menunjukkan pemberian antioksidan Glutation intraperitoneal dosis

37mgkgBBhari dapat mengatasi kondisi stress oksidatif yang terjadi pada

pelatihan fisik berlebih Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh

Urso (2003)

63

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

71 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan sebagai

berikut Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA

tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

72 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah

1 Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja glutation

yang lebih detail

2 Memperhatikan takaran latihan supaya tidak berlebihan yang justru akan

meningkatkan kerusakan sel

3 Perlu dilakukan uji klinis pada manusia

63

64

DAFTAR PUSTAKA

Adiputra N 2008Kesehatan Olah Raga Available from httpwwwbalihesgorgindexphpoption=com Accessed 2011 Oct 5th

Anonim 2011 Glutathione Available at

httpenwikipediaorgwikiGlutathione Accessed 2011 Oct 5th Anonim 2011 Overtraining Available at

httpwwwmarksdailyapplecomovertraining Accessed 2011 Oct5th

Asikin N 2001Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan InKursus Penyegaran dan Pelatihan Radikal bebas dan Antioksidan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta Fakultas Kedokteran UI

Bagiada NA 2001 Proses Penuaan dan Penanggulangannya Denpasar

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hal 22 Banerjee AK Mandal A Chanda D Chahraboti S 2003 Oxidant

Antioxidant and Physical ExerciseAvailable from httpwwwncbinlmnihgovpubmed14619981 accesed 2011 Sept 2nd

Binekada MC 2002 ldquoPelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Konsentrasi dan

Motilitas Spermatozoa Mencitrdquo(tesis) Denpasar Universitas Udayana

Cadenas E Jones PD 2002Bioavailability of Glutathione In Cadenas E

Packer L editorsHandbook of Antioxidants2nd Ed New York Marcel DekkerInc p549-564

Catala A 2006Lipid PeroxidationInt J Biochem Cell Biol 38 1482-1495 Dalle-DonneI Rossi R ColomboR Giustarini D Milzani

A2006Biomarkers of Oxidative Damage in Human Disease Available from httpwwwredorbitcomnewsscience473334biomarkersof oxidative damage in human diseaseindexhtmlaccessed2011 Sept 5th

Fouad T 2007 Free radicals Types Sources and Damaging Reaction

Relations Available from

64

65

wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th

Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th

Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112

Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors

ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their

Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69

Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan

Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th

Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz

R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155

Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester

Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th

Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala

T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200

Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and

Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders

66

Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana

LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia

Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647

Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from

httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit

Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK

Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620

Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji

Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah

Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009

Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan

Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132

Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde

Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521

Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley

Medical Publicationsp 123-141

Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI

Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable

from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer

67

Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole

Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam

Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI

Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam

Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya

Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan

Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47

Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant

Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th

Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan

Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105

68

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965

Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975

Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753

Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

69

Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan

Group Statistics

Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887

Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215

Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260

Perlakuan 10 42500 23348 07383

Independent Samples Test

Levenes Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df

Sig (2-

tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence Interval of the

Difference Lower Upper

Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428

Equal variances not assumed

-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429

Post1

Equal variances assumed 592 452 367

22 18 000 333700 09087 314608 352792

Equal variances not assumed

36722 16855 000 333700 09087 314515 352885

Post2

Equal variances assumed 906 354 264

19 18 000 239500 09066 220454 258546

Equal variances not assumed

26419 16265 000 239500 09066 220307 258693

70

Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis

(Laurence amp Bacharach 1964)

2g mencit 20g tikus 400g marmot

l5Kg kelinci

20Kg kucing

40Kg kera

120Kg anjing

70Kg manusia

20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879

200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560

400 g marmot

008 057 10 225 24 52 102 315

l5Kg kelinci

004 025 044 10 106 24 45 142

20Kg kucing

003 023 042 092 10 22 41 130

40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61

120Kg anjing

0008 006 010 0022 024 052 10 31

70Kg manusia

00026 0018 0031 007 0013 016 032 10

71

Lampiran 4

Foto Penelitian

Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)

72

Lampiran 5

Data Hasil Penelitian

Kelompok Kontrol

Pre test Post test Pre test Post Test

752 647 769 694

779 670 773 664

745 660 803 653

769 643 817 677

783 653

786 684

Kelompok Perlakuan

Pre Test Post test

412 391

436 412

442 425

425 401

453 436

466 442

432 405

456 432

470 453

476 463

Page 71: PEMBERIAN INJEKSI GLUTATION INTRAPERITONEAL

53

BAB V

HASIL PENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 20 ekor tikus jantan dewasa

(Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan berat badan plusmn200 gram sebagai

sampelyang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah 10 ekor

yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dankelompok

perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) Dalam penyajian hasil ini diuraikan

uji normalitas data uji homogenitas data uji komparabilitas dan uji efek

perlakuan

51 Uji Normalitas Data

Data Kadar MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan

pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji

Shapiro-Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005)

disajikan pada Tabel 51

53

54

Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing Kelompok Sebelum

dan Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Perlakuan n p Keterangan

Kadar MDA kontrol pre

Kadar MDA perlakuan pre

Kadar MDA kontrol post

Kadar MDA perlakuan post

10

10

10

10

0965

0550

0975

0697

Normal

Normal

Normal

Normal

52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok

Data Kadar MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun

sesudah perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test

Hasilnya menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52

Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA Sebelum dan

Sesudah Perlakuan

Variabel F p Keterangan

Kadar MDA pre

Kadar MDA post

0016

0592

0901

0452

Homogen

Homogen

53 Kadar MDA

531 Uji komparabilitas

Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata kadar MDA

antar kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan

55

glutation Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada

Tabel 53 berikut

Tabel 53

Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata

Kadar MDA

SB T P

Aktivitas berlebih dan

placebo

Aktivitas berlebihdan

glutathion

10

10

518

529

028

029

089 0386

Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok

kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 518028mmoll dan rerata

kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 529029mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 089 dan nilai

p = 0386 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan

berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya tidak berbeda secara

bermakna (p gt 005)

532 Analisis efek perlakuan

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kadar MDA antar

kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation

56

Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54

berikut

Tabel 54 Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata

Kadar MDA

SB T P

Aktivitas berlebih dan

placebo

Aktivitas berlebihdan

glutathion

10

10

778

444

023

017

3672 0001

Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok

kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata

kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 444017mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 3672 dan nilai

p = 0001 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan

berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya berbeda secara

bermakna (p lt 005)

57

Gambar 51 Perbedaan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

533 Analisis Komparasi Sebelum dengan Sesudah Perlakuan

Analisis komparasi diuji berdasarkan rerata kadar MDA antara sebelum

dengan sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation Hasil

analisis kemaknaan dengan uji t-paired disajikan pada Tabel 55 berikut

Tabel 55 Analisis KomparasiKadar MDA antara Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Kelompok Beda Rerata

pre ndash post p Keterangan

Aktivitas berlebih dan placebo

Aktivitas berlebih dan

glutathion

260

085

0001

0001

Meningkat

Menurun

58

Berdasarkan uji t-paired didapatkan bahwa ada penurunan kadar MDA

pada kelompok perlakuan secara bermakna sebesar 085mmoll sedangkan pada

kelompok kontrol mengalami peningkatan secara bermakna sebesar 260mmoll

59

BAB VI

PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian

Untuk menguji efek pemberian glutation terhadap penurunan kadar MDA

maka dilakukan penelitian terhadap 20 ekor tikus jantan dewasa (Galur Wistar)

sebagai sampel yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah

10 ekor yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dan

kelompok perlakuan (pelatihan fisik berlebih dan glutation)

62 Efek Pelatihan Fisik Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA

Hasil penelitian dan analisis data terhadap kadar MDA darah pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji

normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan homogenitas (Levenersquos test) pre-test dan post-

test masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)

Uji perbandingan 1 minggu pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan

injeksi antara kedua kelompok menggunakan uji t-independent Rerata kadar

MDA kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) adalah

518028mmoll dan rerata kelompok pelatihan fisik berlebih dan glutation

adalah 529029mmoll Analisis kemaknaan dengan uji t-independent

menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna kadar MDA darah antara

kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa

kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan injeksi rerata kadar MDAnya tidak

59

60

berbeda secara bermakna

Uji perbandingan setelah pemberian placebo dan glutation antara kedua

kelompok menggunakan t-independent Rerata kadar MDA kelompok kontrol

(aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata kelompok

perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) adalah 444017mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent antara kedua kelompok sesudah diberikan

placebo dan glutation menunjukkan perbedaan kadar MDA secara bermakna

(plt005) Hal ini berarti bahwa kelompok yang diberikan perlakuan berupa

placebo dan glutation 6 jam sebelum diberikan pelatihan fisik berlebih dengan

cara merenangkan selama 60 menit hari selama 35 hari rerata kadar MDA

berbeda secara bermakna Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh

untuk melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam

organ dan pembuluh darah (Giriwijoyo 2004)

Peningkatan kadar MDA sesudah diberikan pelatihan fisik berlebih pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan disebabkan karena pelatihan fisik

berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena terjadi peningkatan konsumsi

oksigen oleh aktifitas otot skeletal Stress oksidatif memicu peningkatan senyawa

oksigen reaktif Pada pelatihan fisik berlebih juga terjadi Reperfusion Injury yang

memicu terjadinya kerusakan jaringan dan peningkatan radikal bebas (Adiputra

2008) Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara menarik elektronnya

sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan sampai kematian sel

(Suryohudoyo 2000)

Pada penelitian ini didapatkan bahwa sesudah diberikan pelatihan fisik

61

berlebih dan placebo terjadi peningkatan kadar MDA sebesar 5024 Kadar

MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel (Winarsi

2007) Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pepe

(2011) bahwa pelatihan fisik berlebih meningkatkan kadar MDA Lebih lanjut

Murray et al (2000) juga menyatakan bahwa pelatihan fisik berlebih merangsang

respon biomarker stres oksidatif Sedangkan pada kelompok perlakuan yang

diberikan aktifitas berlebih dan glutation terjadi penurunan kadar MDA sebesar

1607 Terjadinya penurunan kadar MDA pada kelompok yang diberikan

glutation 6 jam sebelum melakukan pelatihan fisik berlebih disebabkan karena

pemberian antioksidan meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan

cara mendonorkan elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa

oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsi 2007) Glutation merupakan antioksidan

endogen yaitu antioksidan yang dapat disintesa dalam tubuh dari asam amino L-

sistein L-glutamat dan glisin (Cadenas 2002) yang juga sebagai master

antioksidan yaitu antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain

Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan

Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik (Hersh 2004) Glutation

merupakan salah satu antioksidan yang tidak dapat menjadi pro oksidan (Cadenas

2002) Normalnya sekali suatu antioksidan memakan radikal bebas antioksidan

ini menjadi teroksidasi sendiri dan menyerang sel yang sehat yang disebut

sebagai pro oksidan Glutation dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang

teroksidasi tersebut menjadi bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali

dalam memakan radikal bebas (Sellman 2009) Sehingga dengan demikian

62

glutation dapat membantu dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Urso

(2003) bahwa suplementasi antioksidan dapat mengatasi kondisi stress oksidatif

yang terjadi pelatihan fisik berlebih

Uji perbandingan antara data MDA pre dan post masing-masing kelompok

digunakan uji t-paired test Berdasarkan uji ini didapatkan hasil pada kelompok

perlakuan terjadi penurunan kadar MDA secara bermakna sebesar 085 mmollt

sedangkan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan kadar MDA secara

bermakna sebesar 260mmollt Terjadi penurunan kadar MDA pada kelompok

perlakuan menunjukkan pemberian antioksidan Glutation intraperitoneal dosis

37mgkgBBhari dapat mengatasi kondisi stress oksidatif yang terjadi pada

pelatihan fisik berlebih Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh

Urso (2003)

63

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

71 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan sebagai

berikut Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA

tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

72 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah

1 Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja glutation

yang lebih detail

2 Memperhatikan takaran latihan supaya tidak berlebihan yang justru akan

meningkatkan kerusakan sel

3 Perlu dilakukan uji klinis pada manusia

63

64

DAFTAR PUSTAKA

Adiputra N 2008Kesehatan Olah Raga Available from httpwwwbalihesgorgindexphpoption=com Accessed 2011 Oct 5th

Anonim 2011 Glutathione Available at

httpenwikipediaorgwikiGlutathione Accessed 2011 Oct 5th Anonim 2011 Overtraining Available at

httpwwwmarksdailyapplecomovertraining Accessed 2011 Oct5th

Asikin N 2001Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan InKursus Penyegaran dan Pelatihan Radikal bebas dan Antioksidan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta Fakultas Kedokteran UI

Bagiada NA 2001 Proses Penuaan dan Penanggulangannya Denpasar

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hal 22 Banerjee AK Mandal A Chanda D Chahraboti S 2003 Oxidant

Antioxidant and Physical ExerciseAvailable from httpwwwncbinlmnihgovpubmed14619981 accesed 2011 Sept 2nd

Binekada MC 2002 ldquoPelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Konsentrasi dan

Motilitas Spermatozoa Mencitrdquo(tesis) Denpasar Universitas Udayana

Cadenas E Jones PD 2002Bioavailability of Glutathione In Cadenas E

Packer L editorsHandbook of Antioxidants2nd Ed New York Marcel DekkerInc p549-564

Catala A 2006Lipid PeroxidationInt J Biochem Cell Biol 38 1482-1495 Dalle-DonneI Rossi R ColomboR Giustarini D Milzani

A2006Biomarkers of Oxidative Damage in Human Disease Available from httpwwwredorbitcomnewsscience473334biomarkersof oxidative damage in human diseaseindexhtmlaccessed2011 Sept 5th

Fouad T 2007 Free radicals Types Sources and Damaging Reaction

Relations Available from

64

65

wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th

Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th

Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112

Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors

ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their

Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69

Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan

Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th

Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz

R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155

Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester

Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th

Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala

T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200

Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and

Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders

66

Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana

LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia

Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647

Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from

httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit

Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK

Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620

Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji

Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah

Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009

Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan

Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132

Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde

Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521

Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley

Medical Publicationsp 123-141

Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI

Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable

from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer

67

Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole

Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam

Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI

Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam

Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya

Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan

Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47

Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant

Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th

Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan

Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105

68

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965

Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975

Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753

Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

69

Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan

Group Statistics

Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887

Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215

Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260

Perlakuan 10 42500 23348 07383

Independent Samples Test

Levenes Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df

Sig (2-

tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence Interval of the

Difference Lower Upper

Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428

Equal variances not assumed

-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429

Post1

Equal variances assumed 592 452 367

22 18 000 333700 09087 314608 352792

Equal variances not assumed

36722 16855 000 333700 09087 314515 352885

Post2

Equal variances assumed 906 354 264

19 18 000 239500 09066 220454 258546

Equal variances not assumed

26419 16265 000 239500 09066 220307 258693

70

Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis

(Laurence amp Bacharach 1964)

2g mencit 20g tikus 400g marmot

l5Kg kelinci

20Kg kucing

40Kg kera

120Kg anjing

70Kg manusia

20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879

200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560

400 g marmot

008 057 10 225 24 52 102 315

l5Kg kelinci

004 025 044 10 106 24 45 142

20Kg kucing

003 023 042 092 10 22 41 130

40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61

120Kg anjing

0008 006 010 0022 024 052 10 31

70Kg manusia

00026 0018 0031 007 0013 016 032 10

71

Lampiran 4

Foto Penelitian

Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)

72

Lampiran 5

Data Hasil Penelitian

Kelompok Kontrol

Pre test Post test Pre test Post Test

752 647 769 694

779 670 773 664

745 660 803 653

769 643 817 677

783 653

786 684

Kelompok Perlakuan

Pre Test Post test

412 391

436 412

442 425

425 401

453 436

466 442

432 405

456 432

470 453

476 463

Page 72: PEMBERIAN INJEKSI GLUTATION INTRAPERITONEAL

54

Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing Kelompok Sebelum

dan Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Perlakuan n p Keterangan

Kadar MDA kontrol pre

Kadar MDA perlakuan pre

Kadar MDA kontrol post

Kadar MDA perlakuan post

10

10

10

10

0965

0550

0975

0697

Normal

Normal

Normal

Normal

52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok

Data Kadar MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun

sesudah perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test

Hasilnya menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52

Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA Sebelum dan

Sesudah Perlakuan

Variabel F p Keterangan

Kadar MDA pre

Kadar MDA post

0016

0592

0901

0452

Homogen

Homogen

53 Kadar MDA

531 Uji komparabilitas

Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata kadar MDA

antar kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan

55

glutation Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada

Tabel 53 berikut

Tabel 53

Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata

Kadar MDA

SB T P

Aktivitas berlebih dan

placebo

Aktivitas berlebihdan

glutathion

10

10

518

529

028

029

089 0386

Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok

kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 518028mmoll dan rerata

kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 529029mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 089 dan nilai

p = 0386 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan

berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya tidak berbeda secara

bermakna (p gt 005)

532 Analisis efek perlakuan

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kadar MDA antar

kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation

56

Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54

berikut

Tabel 54 Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata

Kadar MDA

SB T P

Aktivitas berlebih dan

placebo

Aktivitas berlebihdan

glutathion

10

10

778

444

023

017

3672 0001

Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok

kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata

kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 444017mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 3672 dan nilai

p = 0001 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan

berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya berbeda secara

bermakna (p lt 005)

57

Gambar 51 Perbedaan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

533 Analisis Komparasi Sebelum dengan Sesudah Perlakuan

Analisis komparasi diuji berdasarkan rerata kadar MDA antara sebelum

dengan sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation Hasil

analisis kemaknaan dengan uji t-paired disajikan pada Tabel 55 berikut

Tabel 55 Analisis KomparasiKadar MDA antara Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Kelompok Beda Rerata

pre ndash post p Keterangan

Aktivitas berlebih dan placebo

Aktivitas berlebih dan

glutathion

260

085

0001

0001

Meningkat

Menurun

58

Berdasarkan uji t-paired didapatkan bahwa ada penurunan kadar MDA

pada kelompok perlakuan secara bermakna sebesar 085mmoll sedangkan pada

kelompok kontrol mengalami peningkatan secara bermakna sebesar 260mmoll

59

BAB VI

PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian

Untuk menguji efek pemberian glutation terhadap penurunan kadar MDA

maka dilakukan penelitian terhadap 20 ekor tikus jantan dewasa (Galur Wistar)

sebagai sampel yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah

10 ekor yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dan

kelompok perlakuan (pelatihan fisik berlebih dan glutation)

62 Efek Pelatihan Fisik Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA

Hasil penelitian dan analisis data terhadap kadar MDA darah pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji

normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan homogenitas (Levenersquos test) pre-test dan post-

test masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)

Uji perbandingan 1 minggu pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan

injeksi antara kedua kelompok menggunakan uji t-independent Rerata kadar

MDA kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) adalah

518028mmoll dan rerata kelompok pelatihan fisik berlebih dan glutation

adalah 529029mmoll Analisis kemaknaan dengan uji t-independent

menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna kadar MDA darah antara

kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa

kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan injeksi rerata kadar MDAnya tidak

59

60

berbeda secara bermakna

Uji perbandingan setelah pemberian placebo dan glutation antara kedua

kelompok menggunakan t-independent Rerata kadar MDA kelompok kontrol

(aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata kelompok

perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) adalah 444017mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent antara kedua kelompok sesudah diberikan

placebo dan glutation menunjukkan perbedaan kadar MDA secara bermakna

(plt005) Hal ini berarti bahwa kelompok yang diberikan perlakuan berupa

placebo dan glutation 6 jam sebelum diberikan pelatihan fisik berlebih dengan

cara merenangkan selama 60 menit hari selama 35 hari rerata kadar MDA

berbeda secara bermakna Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh

untuk melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam

organ dan pembuluh darah (Giriwijoyo 2004)

Peningkatan kadar MDA sesudah diberikan pelatihan fisik berlebih pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan disebabkan karena pelatihan fisik

berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena terjadi peningkatan konsumsi

oksigen oleh aktifitas otot skeletal Stress oksidatif memicu peningkatan senyawa

oksigen reaktif Pada pelatihan fisik berlebih juga terjadi Reperfusion Injury yang

memicu terjadinya kerusakan jaringan dan peningkatan radikal bebas (Adiputra

2008) Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara menarik elektronnya

sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan sampai kematian sel

(Suryohudoyo 2000)

Pada penelitian ini didapatkan bahwa sesudah diberikan pelatihan fisik

61

berlebih dan placebo terjadi peningkatan kadar MDA sebesar 5024 Kadar

MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel (Winarsi

2007) Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pepe

(2011) bahwa pelatihan fisik berlebih meningkatkan kadar MDA Lebih lanjut

Murray et al (2000) juga menyatakan bahwa pelatihan fisik berlebih merangsang

respon biomarker stres oksidatif Sedangkan pada kelompok perlakuan yang

diberikan aktifitas berlebih dan glutation terjadi penurunan kadar MDA sebesar

1607 Terjadinya penurunan kadar MDA pada kelompok yang diberikan

glutation 6 jam sebelum melakukan pelatihan fisik berlebih disebabkan karena

pemberian antioksidan meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan

cara mendonorkan elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa

oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsi 2007) Glutation merupakan antioksidan

endogen yaitu antioksidan yang dapat disintesa dalam tubuh dari asam amino L-

sistein L-glutamat dan glisin (Cadenas 2002) yang juga sebagai master

antioksidan yaitu antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain

Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan

Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik (Hersh 2004) Glutation

merupakan salah satu antioksidan yang tidak dapat menjadi pro oksidan (Cadenas

2002) Normalnya sekali suatu antioksidan memakan radikal bebas antioksidan

ini menjadi teroksidasi sendiri dan menyerang sel yang sehat yang disebut

sebagai pro oksidan Glutation dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang

teroksidasi tersebut menjadi bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali

dalam memakan radikal bebas (Sellman 2009) Sehingga dengan demikian

62

glutation dapat membantu dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Urso

(2003) bahwa suplementasi antioksidan dapat mengatasi kondisi stress oksidatif

yang terjadi pelatihan fisik berlebih

Uji perbandingan antara data MDA pre dan post masing-masing kelompok

digunakan uji t-paired test Berdasarkan uji ini didapatkan hasil pada kelompok

perlakuan terjadi penurunan kadar MDA secara bermakna sebesar 085 mmollt

sedangkan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan kadar MDA secara

bermakna sebesar 260mmollt Terjadi penurunan kadar MDA pada kelompok

perlakuan menunjukkan pemberian antioksidan Glutation intraperitoneal dosis

37mgkgBBhari dapat mengatasi kondisi stress oksidatif yang terjadi pada

pelatihan fisik berlebih Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh

Urso (2003)

63

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

71 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan sebagai

berikut Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA

tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

72 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah

1 Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja glutation

yang lebih detail

2 Memperhatikan takaran latihan supaya tidak berlebihan yang justru akan

meningkatkan kerusakan sel

3 Perlu dilakukan uji klinis pada manusia

63

64

DAFTAR PUSTAKA

Adiputra N 2008Kesehatan Olah Raga Available from httpwwwbalihesgorgindexphpoption=com Accessed 2011 Oct 5th

Anonim 2011 Glutathione Available at

httpenwikipediaorgwikiGlutathione Accessed 2011 Oct 5th Anonim 2011 Overtraining Available at

httpwwwmarksdailyapplecomovertraining Accessed 2011 Oct5th

Asikin N 2001Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan InKursus Penyegaran dan Pelatihan Radikal bebas dan Antioksidan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta Fakultas Kedokteran UI

Bagiada NA 2001 Proses Penuaan dan Penanggulangannya Denpasar

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hal 22 Banerjee AK Mandal A Chanda D Chahraboti S 2003 Oxidant

Antioxidant and Physical ExerciseAvailable from httpwwwncbinlmnihgovpubmed14619981 accesed 2011 Sept 2nd

Binekada MC 2002 ldquoPelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Konsentrasi dan

Motilitas Spermatozoa Mencitrdquo(tesis) Denpasar Universitas Udayana

Cadenas E Jones PD 2002Bioavailability of Glutathione In Cadenas E

Packer L editorsHandbook of Antioxidants2nd Ed New York Marcel DekkerInc p549-564

Catala A 2006Lipid PeroxidationInt J Biochem Cell Biol 38 1482-1495 Dalle-DonneI Rossi R ColomboR Giustarini D Milzani

A2006Biomarkers of Oxidative Damage in Human Disease Available from httpwwwredorbitcomnewsscience473334biomarkersof oxidative damage in human diseaseindexhtmlaccessed2011 Sept 5th

Fouad T 2007 Free radicals Types Sources and Damaging Reaction

Relations Available from

64

65

wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th

Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th

Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112

Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors

ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their

Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69

Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan

Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th

Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz

R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155

Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester

Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th

Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala

T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200

Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and

Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders

66

Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana

LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia

Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647

Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from

httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit

Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK

Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620

Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji

Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah

Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009

Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan

Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132

Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde

Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521

Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley

Medical Publicationsp 123-141

Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI

Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable

from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer

67

Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole

Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam

Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI

Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam

Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya

Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan

Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47

Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant

Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th

Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan

Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105

68

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965

Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975

Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753

Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

69

Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan

Group Statistics

Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887

Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215

Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260

Perlakuan 10 42500 23348 07383

Independent Samples Test

Levenes Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df

Sig (2-

tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence Interval of the

Difference Lower Upper

Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428

Equal variances not assumed

-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429

Post1

Equal variances assumed 592 452 367

22 18 000 333700 09087 314608 352792

Equal variances not assumed

36722 16855 000 333700 09087 314515 352885

Post2

Equal variances assumed 906 354 264

19 18 000 239500 09066 220454 258546

Equal variances not assumed

26419 16265 000 239500 09066 220307 258693

70

Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis

(Laurence amp Bacharach 1964)

2g mencit 20g tikus 400g marmot

l5Kg kelinci

20Kg kucing

40Kg kera

120Kg anjing

70Kg manusia

20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879

200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560

400 g marmot

008 057 10 225 24 52 102 315

l5Kg kelinci

004 025 044 10 106 24 45 142

20Kg kucing

003 023 042 092 10 22 41 130

40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61

120Kg anjing

0008 006 010 0022 024 052 10 31

70Kg manusia

00026 0018 0031 007 0013 016 032 10

71

Lampiran 4

Foto Penelitian

Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)

72

Lampiran 5

Data Hasil Penelitian

Kelompok Kontrol

Pre test Post test Pre test Post Test

752 647 769 694

779 670 773 664

745 660 803 653

769 643 817 677

783 653

786 684

Kelompok Perlakuan

Pre Test Post test

412 391

436 412

442 425

425 401

453 436

466 442

432 405

456 432

470 453

476 463

Page 73: PEMBERIAN INJEKSI GLUTATION INTRAPERITONEAL

55

glutation Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada

Tabel 53 berikut

Tabel 53

Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata

Kadar MDA

SB T P

Aktivitas berlebih dan

placebo

Aktivitas berlebihdan

glutathion

10

10

518

529

028

029

089 0386

Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok

kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 518028mmoll dan rerata

kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 529029mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 089 dan nilai

p = 0386 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan

berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya tidak berbeda secara

bermakna (p gt 005)

532 Analisis efek perlakuan

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kadar MDA antar

kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation

56

Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54

berikut

Tabel 54 Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata

Kadar MDA

SB T P

Aktivitas berlebih dan

placebo

Aktivitas berlebihdan

glutathion

10

10

778

444

023

017

3672 0001

Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok

kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata

kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 444017mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 3672 dan nilai

p = 0001 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan

berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya berbeda secara

bermakna (p lt 005)

57

Gambar 51 Perbedaan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

533 Analisis Komparasi Sebelum dengan Sesudah Perlakuan

Analisis komparasi diuji berdasarkan rerata kadar MDA antara sebelum

dengan sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation Hasil

analisis kemaknaan dengan uji t-paired disajikan pada Tabel 55 berikut

Tabel 55 Analisis KomparasiKadar MDA antara Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Kelompok Beda Rerata

pre ndash post p Keterangan

Aktivitas berlebih dan placebo

Aktivitas berlebih dan

glutathion

260

085

0001

0001

Meningkat

Menurun

58

Berdasarkan uji t-paired didapatkan bahwa ada penurunan kadar MDA

pada kelompok perlakuan secara bermakna sebesar 085mmoll sedangkan pada

kelompok kontrol mengalami peningkatan secara bermakna sebesar 260mmoll

59

BAB VI

PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian

Untuk menguji efek pemberian glutation terhadap penurunan kadar MDA

maka dilakukan penelitian terhadap 20 ekor tikus jantan dewasa (Galur Wistar)

sebagai sampel yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah

10 ekor yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dan

kelompok perlakuan (pelatihan fisik berlebih dan glutation)

62 Efek Pelatihan Fisik Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA

Hasil penelitian dan analisis data terhadap kadar MDA darah pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji

normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan homogenitas (Levenersquos test) pre-test dan post-

test masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)

Uji perbandingan 1 minggu pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan

injeksi antara kedua kelompok menggunakan uji t-independent Rerata kadar

MDA kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) adalah

518028mmoll dan rerata kelompok pelatihan fisik berlebih dan glutation

adalah 529029mmoll Analisis kemaknaan dengan uji t-independent

menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna kadar MDA darah antara

kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa

kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan injeksi rerata kadar MDAnya tidak

59

60

berbeda secara bermakna

Uji perbandingan setelah pemberian placebo dan glutation antara kedua

kelompok menggunakan t-independent Rerata kadar MDA kelompok kontrol

(aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata kelompok

perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) adalah 444017mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent antara kedua kelompok sesudah diberikan

placebo dan glutation menunjukkan perbedaan kadar MDA secara bermakna

(plt005) Hal ini berarti bahwa kelompok yang diberikan perlakuan berupa

placebo dan glutation 6 jam sebelum diberikan pelatihan fisik berlebih dengan

cara merenangkan selama 60 menit hari selama 35 hari rerata kadar MDA

berbeda secara bermakna Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh

untuk melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam

organ dan pembuluh darah (Giriwijoyo 2004)

Peningkatan kadar MDA sesudah diberikan pelatihan fisik berlebih pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan disebabkan karena pelatihan fisik

berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena terjadi peningkatan konsumsi

oksigen oleh aktifitas otot skeletal Stress oksidatif memicu peningkatan senyawa

oksigen reaktif Pada pelatihan fisik berlebih juga terjadi Reperfusion Injury yang

memicu terjadinya kerusakan jaringan dan peningkatan radikal bebas (Adiputra

2008) Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara menarik elektronnya

sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan sampai kematian sel

(Suryohudoyo 2000)

Pada penelitian ini didapatkan bahwa sesudah diberikan pelatihan fisik

61

berlebih dan placebo terjadi peningkatan kadar MDA sebesar 5024 Kadar

MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel (Winarsi

2007) Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pepe

(2011) bahwa pelatihan fisik berlebih meningkatkan kadar MDA Lebih lanjut

Murray et al (2000) juga menyatakan bahwa pelatihan fisik berlebih merangsang

respon biomarker stres oksidatif Sedangkan pada kelompok perlakuan yang

diberikan aktifitas berlebih dan glutation terjadi penurunan kadar MDA sebesar

1607 Terjadinya penurunan kadar MDA pada kelompok yang diberikan

glutation 6 jam sebelum melakukan pelatihan fisik berlebih disebabkan karena

pemberian antioksidan meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan

cara mendonorkan elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa

oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsi 2007) Glutation merupakan antioksidan

endogen yaitu antioksidan yang dapat disintesa dalam tubuh dari asam amino L-

sistein L-glutamat dan glisin (Cadenas 2002) yang juga sebagai master

antioksidan yaitu antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain

Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan

Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik (Hersh 2004) Glutation

merupakan salah satu antioksidan yang tidak dapat menjadi pro oksidan (Cadenas

2002) Normalnya sekali suatu antioksidan memakan radikal bebas antioksidan

ini menjadi teroksidasi sendiri dan menyerang sel yang sehat yang disebut

sebagai pro oksidan Glutation dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang

teroksidasi tersebut menjadi bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali

dalam memakan radikal bebas (Sellman 2009) Sehingga dengan demikian

62

glutation dapat membantu dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Urso

(2003) bahwa suplementasi antioksidan dapat mengatasi kondisi stress oksidatif

yang terjadi pelatihan fisik berlebih

Uji perbandingan antara data MDA pre dan post masing-masing kelompok

digunakan uji t-paired test Berdasarkan uji ini didapatkan hasil pada kelompok

perlakuan terjadi penurunan kadar MDA secara bermakna sebesar 085 mmollt

sedangkan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan kadar MDA secara

bermakna sebesar 260mmollt Terjadi penurunan kadar MDA pada kelompok

perlakuan menunjukkan pemberian antioksidan Glutation intraperitoneal dosis

37mgkgBBhari dapat mengatasi kondisi stress oksidatif yang terjadi pada

pelatihan fisik berlebih Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh

Urso (2003)

63

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

71 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan sebagai

berikut Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA

tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

72 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah

1 Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja glutation

yang lebih detail

2 Memperhatikan takaran latihan supaya tidak berlebihan yang justru akan

meningkatkan kerusakan sel

3 Perlu dilakukan uji klinis pada manusia

63

64

DAFTAR PUSTAKA

Adiputra N 2008Kesehatan Olah Raga Available from httpwwwbalihesgorgindexphpoption=com Accessed 2011 Oct 5th

Anonim 2011 Glutathione Available at

httpenwikipediaorgwikiGlutathione Accessed 2011 Oct 5th Anonim 2011 Overtraining Available at

httpwwwmarksdailyapplecomovertraining Accessed 2011 Oct5th

Asikin N 2001Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan InKursus Penyegaran dan Pelatihan Radikal bebas dan Antioksidan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta Fakultas Kedokteran UI

Bagiada NA 2001 Proses Penuaan dan Penanggulangannya Denpasar

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hal 22 Banerjee AK Mandal A Chanda D Chahraboti S 2003 Oxidant

Antioxidant and Physical ExerciseAvailable from httpwwwncbinlmnihgovpubmed14619981 accesed 2011 Sept 2nd

Binekada MC 2002 ldquoPelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Konsentrasi dan

Motilitas Spermatozoa Mencitrdquo(tesis) Denpasar Universitas Udayana

Cadenas E Jones PD 2002Bioavailability of Glutathione In Cadenas E

Packer L editorsHandbook of Antioxidants2nd Ed New York Marcel DekkerInc p549-564

Catala A 2006Lipid PeroxidationInt J Biochem Cell Biol 38 1482-1495 Dalle-DonneI Rossi R ColomboR Giustarini D Milzani

A2006Biomarkers of Oxidative Damage in Human Disease Available from httpwwwredorbitcomnewsscience473334biomarkersof oxidative damage in human diseaseindexhtmlaccessed2011 Sept 5th

Fouad T 2007 Free radicals Types Sources and Damaging Reaction

Relations Available from

64

65

wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th

Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th

Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112

Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors

ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their

Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69

Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan

Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th

Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz

R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155

Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester

Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th

Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala

T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200

Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and

Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders

66

Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana

LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia

Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647

Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from

httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit

Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK

Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620

Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji

Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah

Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009

Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan

Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132

Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde

Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521

Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley

Medical Publicationsp 123-141

Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI

Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable

from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer

67

Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole

Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam

Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI

Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam

Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya

Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan

Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47

Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant

Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th

Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan

Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105

68

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965

Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975

Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753

Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

69

Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan

Group Statistics

Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887

Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215

Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260

Perlakuan 10 42500 23348 07383

Independent Samples Test

Levenes Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df

Sig (2-

tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence Interval of the

Difference Lower Upper

Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428

Equal variances not assumed

-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429

Post1

Equal variances assumed 592 452 367

22 18 000 333700 09087 314608 352792

Equal variances not assumed

36722 16855 000 333700 09087 314515 352885

Post2

Equal variances assumed 906 354 264

19 18 000 239500 09066 220454 258546

Equal variances not assumed

26419 16265 000 239500 09066 220307 258693

70

Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis

(Laurence amp Bacharach 1964)

2g mencit 20g tikus 400g marmot

l5Kg kelinci

20Kg kucing

40Kg kera

120Kg anjing

70Kg manusia

20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879

200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560

400 g marmot

008 057 10 225 24 52 102 315

l5Kg kelinci

004 025 044 10 106 24 45 142

20Kg kucing

003 023 042 092 10 22 41 130

40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61

120Kg anjing

0008 006 010 0022 024 052 10 31

70Kg manusia

00026 0018 0031 007 0013 016 032 10

71

Lampiran 4

Foto Penelitian

Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)

72

Lampiran 5

Data Hasil Penelitian

Kelompok Kontrol

Pre test Post test Pre test Post Test

752 647 769 694

779 670 773 664

745 660 803 653

769 643 817 677

783 653

786 684

Kelompok Perlakuan

Pre Test Post test

412 391

436 412

442 425

425 401

453 436

466 442

432 405

456 432

470 453

476 463

Page 74: PEMBERIAN INJEKSI GLUTATION INTRAPERITONEAL

56

Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54

berikut

Tabel 54 Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata

Kadar MDA

SB T P

Aktivitas berlebih dan

placebo

Aktivitas berlebihdan

glutathion

10

10

778

444

023

017

3672 0001

Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok

kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata

kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 444017mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 3672 dan nilai

p = 0001 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan

berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya berbeda secara

bermakna (p lt 005)

57

Gambar 51 Perbedaan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

533 Analisis Komparasi Sebelum dengan Sesudah Perlakuan

Analisis komparasi diuji berdasarkan rerata kadar MDA antara sebelum

dengan sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation Hasil

analisis kemaknaan dengan uji t-paired disajikan pada Tabel 55 berikut

Tabel 55 Analisis KomparasiKadar MDA antara Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Kelompok Beda Rerata

pre ndash post p Keterangan

Aktivitas berlebih dan placebo

Aktivitas berlebih dan

glutathion

260

085

0001

0001

Meningkat

Menurun

58

Berdasarkan uji t-paired didapatkan bahwa ada penurunan kadar MDA

pada kelompok perlakuan secara bermakna sebesar 085mmoll sedangkan pada

kelompok kontrol mengalami peningkatan secara bermakna sebesar 260mmoll

59

BAB VI

PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian

Untuk menguji efek pemberian glutation terhadap penurunan kadar MDA

maka dilakukan penelitian terhadap 20 ekor tikus jantan dewasa (Galur Wistar)

sebagai sampel yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah

10 ekor yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dan

kelompok perlakuan (pelatihan fisik berlebih dan glutation)

62 Efek Pelatihan Fisik Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA

Hasil penelitian dan analisis data terhadap kadar MDA darah pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji

normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan homogenitas (Levenersquos test) pre-test dan post-

test masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)

Uji perbandingan 1 minggu pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan

injeksi antara kedua kelompok menggunakan uji t-independent Rerata kadar

MDA kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) adalah

518028mmoll dan rerata kelompok pelatihan fisik berlebih dan glutation

adalah 529029mmoll Analisis kemaknaan dengan uji t-independent

menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna kadar MDA darah antara

kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa

kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan injeksi rerata kadar MDAnya tidak

59

60

berbeda secara bermakna

Uji perbandingan setelah pemberian placebo dan glutation antara kedua

kelompok menggunakan t-independent Rerata kadar MDA kelompok kontrol

(aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata kelompok

perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) adalah 444017mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent antara kedua kelompok sesudah diberikan

placebo dan glutation menunjukkan perbedaan kadar MDA secara bermakna

(plt005) Hal ini berarti bahwa kelompok yang diberikan perlakuan berupa

placebo dan glutation 6 jam sebelum diberikan pelatihan fisik berlebih dengan

cara merenangkan selama 60 menit hari selama 35 hari rerata kadar MDA

berbeda secara bermakna Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh

untuk melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam

organ dan pembuluh darah (Giriwijoyo 2004)

Peningkatan kadar MDA sesudah diberikan pelatihan fisik berlebih pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan disebabkan karena pelatihan fisik

berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena terjadi peningkatan konsumsi

oksigen oleh aktifitas otot skeletal Stress oksidatif memicu peningkatan senyawa

oksigen reaktif Pada pelatihan fisik berlebih juga terjadi Reperfusion Injury yang

memicu terjadinya kerusakan jaringan dan peningkatan radikal bebas (Adiputra

2008) Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara menarik elektronnya

sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan sampai kematian sel

(Suryohudoyo 2000)

Pada penelitian ini didapatkan bahwa sesudah diberikan pelatihan fisik

61

berlebih dan placebo terjadi peningkatan kadar MDA sebesar 5024 Kadar

MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel (Winarsi

2007) Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pepe

(2011) bahwa pelatihan fisik berlebih meningkatkan kadar MDA Lebih lanjut

Murray et al (2000) juga menyatakan bahwa pelatihan fisik berlebih merangsang

respon biomarker stres oksidatif Sedangkan pada kelompok perlakuan yang

diberikan aktifitas berlebih dan glutation terjadi penurunan kadar MDA sebesar

1607 Terjadinya penurunan kadar MDA pada kelompok yang diberikan

glutation 6 jam sebelum melakukan pelatihan fisik berlebih disebabkan karena

pemberian antioksidan meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan

cara mendonorkan elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa

oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsi 2007) Glutation merupakan antioksidan

endogen yaitu antioksidan yang dapat disintesa dalam tubuh dari asam amino L-

sistein L-glutamat dan glisin (Cadenas 2002) yang juga sebagai master

antioksidan yaitu antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain

Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan

Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik (Hersh 2004) Glutation

merupakan salah satu antioksidan yang tidak dapat menjadi pro oksidan (Cadenas

2002) Normalnya sekali suatu antioksidan memakan radikal bebas antioksidan

ini menjadi teroksidasi sendiri dan menyerang sel yang sehat yang disebut

sebagai pro oksidan Glutation dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang

teroksidasi tersebut menjadi bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali

dalam memakan radikal bebas (Sellman 2009) Sehingga dengan demikian

62

glutation dapat membantu dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Urso

(2003) bahwa suplementasi antioksidan dapat mengatasi kondisi stress oksidatif

yang terjadi pelatihan fisik berlebih

Uji perbandingan antara data MDA pre dan post masing-masing kelompok

digunakan uji t-paired test Berdasarkan uji ini didapatkan hasil pada kelompok

perlakuan terjadi penurunan kadar MDA secara bermakna sebesar 085 mmollt

sedangkan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan kadar MDA secara

bermakna sebesar 260mmollt Terjadi penurunan kadar MDA pada kelompok

perlakuan menunjukkan pemberian antioksidan Glutation intraperitoneal dosis

37mgkgBBhari dapat mengatasi kondisi stress oksidatif yang terjadi pada

pelatihan fisik berlebih Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh

Urso (2003)

63

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

71 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan sebagai

berikut Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA

tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

72 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah

1 Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja glutation

yang lebih detail

2 Memperhatikan takaran latihan supaya tidak berlebihan yang justru akan

meningkatkan kerusakan sel

3 Perlu dilakukan uji klinis pada manusia

63

64

DAFTAR PUSTAKA

Adiputra N 2008Kesehatan Olah Raga Available from httpwwwbalihesgorgindexphpoption=com Accessed 2011 Oct 5th

Anonim 2011 Glutathione Available at

httpenwikipediaorgwikiGlutathione Accessed 2011 Oct 5th Anonim 2011 Overtraining Available at

httpwwwmarksdailyapplecomovertraining Accessed 2011 Oct5th

Asikin N 2001Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan InKursus Penyegaran dan Pelatihan Radikal bebas dan Antioksidan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta Fakultas Kedokteran UI

Bagiada NA 2001 Proses Penuaan dan Penanggulangannya Denpasar

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hal 22 Banerjee AK Mandal A Chanda D Chahraboti S 2003 Oxidant

Antioxidant and Physical ExerciseAvailable from httpwwwncbinlmnihgovpubmed14619981 accesed 2011 Sept 2nd

Binekada MC 2002 ldquoPelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Konsentrasi dan

Motilitas Spermatozoa Mencitrdquo(tesis) Denpasar Universitas Udayana

Cadenas E Jones PD 2002Bioavailability of Glutathione In Cadenas E

Packer L editorsHandbook of Antioxidants2nd Ed New York Marcel DekkerInc p549-564

Catala A 2006Lipid PeroxidationInt J Biochem Cell Biol 38 1482-1495 Dalle-DonneI Rossi R ColomboR Giustarini D Milzani

A2006Biomarkers of Oxidative Damage in Human Disease Available from httpwwwredorbitcomnewsscience473334biomarkersof oxidative damage in human diseaseindexhtmlaccessed2011 Sept 5th

Fouad T 2007 Free radicals Types Sources and Damaging Reaction

Relations Available from

64

65

wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th

Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th

Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112

Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors

ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their

Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69

Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan

Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th

Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz

R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155

Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester

Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th

Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala

T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200

Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and

Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders

66

Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana

LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia

Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647

Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from

httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit

Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK

Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620

Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji

Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah

Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009

Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan

Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132

Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde

Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521

Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley

Medical Publicationsp 123-141

Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI

Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable

from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer

67

Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole

Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam

Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI

Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam

Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya

Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan

Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47

Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant

Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th

Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan

Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105

68

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965

Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975

Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753

Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

69

Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan

Group Statistics

Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887

Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215

Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260

Perlakuan 10 42500 23348 07383

Independent Samples Test

Levenes Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df

Sig (2-

tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence Interval of the

Difference Lower Upper

Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428

Equal variances not assumed

-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429

Post1

Equal variances assumed 592 452 367

22 18 000 333700 09087 314608 352792

Equal variances not assumed

36722 16855 000 333700 09087 314515 352885

Post2

Equal variances assumed 906 354 264

19 18 000 239500 09066 220454 258546

Equal variances not assumed

26419 16265 000 239500 09066 220307 258693

70

Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis

(Laurence amp Bacharach 1964)

2g mencit 20g tikus 400g marmot

l5Kg kelinci

20Kg kucing

40Kg kera

120Kg anjing

70Kg manusia

20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879

200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560

400 g marmot

008 057 10 225 24 52 102 315

l5Kg kelinci

004 025 044 10 106 24 45 142

20Kg kucing

003 023 042 092 10 22 41 130

40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61

120Kg anjing

0008 006 010 0022 024 052 10 31

70Kg manusia

00026 0018 0031 007 0013 016 032 10

71

Lampiran 4

Foto Penelitian

Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)

72

Lampiran 5

Data Hasil Penelitian

Kelompok Kontrol

Pre test Post test Pre test Post Test

752 647 769 694

779 670 773 664

745 660 803 653

769 643 817 677

783 653

786 684

Kelompok Perlakuan

Pre Test Post test

412 391

436 412

442 425

425 401

453 436

466 442

432 405

456 432

470 453

476 463

Page 75: PEMBERIAN INJEKSI GLUTATION INTRAPERITONEAL

57

Gambar 51 Perbedaan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

533 Analisis Komparasi Sebelum dengan Sesudah Perlakuan

Analisis komparasi diuji berdasarkan rerata kadar MDA antara sebelum

dengan sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation Hasil

analisis kemaknaan dengan uji t-paired disajikan pada Tabel 55 berikut

Tabel 55 Analisis KomparasiKadar MDA antara Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Kelompok Beda Rerata

pre ndash post p Keterangan

Aktivitas berlebih dan placebo

Aktivitas berlebih dan

glutathion

260

085

0001

0001

Meningkat

Menurun

58

Berdasarkan uji t-paired didapatkan bahwa ada penurunan kadar MDA

pada kelompok perlakuan secara bermakna sebesar 085mmoll sedangkan pada

kelompok kontrol mengalami peningkatan secara bermakna sebesar 260mmoll

59

BAB VI

PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian

Untuk menguji efek pemberian glutation terhadap penurunan kadar MDA

maka dilakukan penelitian terhadap 20 ekor tikus jantan dewasa (Galur Wistar)

sebagai sampel yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah

10 ekor yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dan

kelompok perlakuan (pelatihan fisik berlebih dan glutation)

62 Efek Pelatihan Fisik Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA

Hasil penelitian dan analisis data terhadap kadar MDA darah pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji

normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan homogenitas (Levenersquos test) pre-test dan post-

test masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)

Uji perbandingan 1 minggu pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan

injeksi antara kedua kelompok menggunakan uji t-independent Rerata kadar

MDA kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) adalah

518028mmoll dan rerata kelompok pelatihan fisik berlebih dan glutation

adalah 529029mmoll Analisis kemaknaan dengan uji t-independent

menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna kadar MDA darah antara

kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa

kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan injeksi rerata kadar MDAnya tidak

59

60

berbeda secara bermakna

Uji perbandingan setelah pemberian placebo dan glutation antara kedua

kelompok menggunakan t-independent Rerata kadar MDA kelompok kontrol

(aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata kelompok

perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) adalah 444017mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent antara kedua kelompok sesudah diberikan

placebo dan glutation menunjukkan perbedaan kadar MDA secara bermakna

(plt005) Hal ini berarti bahwa kelompok yang diberikan perlakuan berupa

placebo dan glutation 6 jam sebelum diberikan pelatihan fisik berlebih dengan

cara merenangkan selama 60 menit hari selama 35 hari rerata kadar MDA

berbeda secara bermakna Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh

untuk melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam

organ dan pembuluh darah (Giriwijoyo 2004)

Peningkatan kadar MDA sesudah diberikan pelatihan fisik berlebih pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan disebabkan karena pelatihan fisik

berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena terjadi peningkatan konsumsi

oksigen oleh aktifitas otot skeletal Stress oksidatif memicu peningkatan senyawa

oksigen reaktif Pada pelatihan fisik berlebih juga terjadi Reperfusion Injury yang

memicu terjadinya kerusakan jaringan dan peningkatan radikal bebas (Adiputra

2008) Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara menarik elektronnya

sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan sampai kematian sel

(Suryohudoyo 2000)

Pada penelitian ini didapatkan bahwa sesudah diberikan pelatihan fisik

61

berlebih dan placebo terjadi peningkatan kadar MDA sebesar 5024 Kadar

MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel (Winarsi

2007) Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pepe

(2011) bahwa pelatihan fisik berlebih meningkatkan kadar MDA Lebih lanjut

Murray et al (2000) juga menyatakan bahwa pelatihan fisik berlebih merangsang

respon biomarker stres oksidatif Sedangkan pada kelompok perlakuan yang

diberikan aktifitas berlebih dan glutation terjadi penurunan kadar MDA sebesar

1607 Terjadinya penurunan kadar MDA pada kelompok yang diberikan

glutation 6 jam sebelum melakukan pelatihan fisik berlebih disebabkan karena

pemberian antioksidan meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan

cara mendonorkan elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa

oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsi 2007) Glutation merupakan antioksidan

endogen yaitu antioksidan yang dapat disintesa dalam tubuh dari asam amino L-

sistein L-glutamat dan glisin (Cadenas 2002) yang juga sebagai master

antioksidan yaitu antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain

Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan

Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik (Hersh 2004) Glutation

merupakan salah satu antioksidan yang tidak dapat menjadi pro oksidan (Cadenas

2002) Normalnya sekali suatu antioksidan memakan radikal bebas antioksidan

ini menjadi teroksidasi sendiri dan menyerang sel yang sehat yang disebut

sebagai pro oksidan Glutation dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang

teroksidasi tersebut menjadi bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali

dalam memakan radikal bebas (Sellman 2009) Sehingga dengan demikian

62

glutation dapat membantu dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Urso

(2003) bahwa suplementasi antioksidan dapat mengatasi kondisi stress oksidatif

yang terjadi pelatihan fisik berlebih

Uji perbandingan antara data MDA pre dan post masing-masing kelompok

digunakan uji t-paired test Berdasarkan uji ini didapatkan hasil pada kelompok

perlakuan terjadi penurunan kadar MDA secara bermakna sebesar 085 mmollt

sedangkan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan kadar MDA secara

bermakna sebesar 260mmollt Terjadi penurunan kadar MDA pada kelompok

perlakuan menunjukkan pemberian antioksidan Glutation intraperitoneal dosis

37mgkgBBhari dapat mengatasi kondisi stress oksidatif yang terjadi pada

pelatihan fisik berlebih Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh

Urso (2003)

63

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

71 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan sebagai

berikut Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA

tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

72 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah

1 Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja glutation

yang lebih detail

2 Memperhatikan takaran latihan supaya tidak berlebihan yang justru akan

meningkatkan kerusakan sel

3 Perlu dilakukan uji klinis pada manusia

63

64

DAFTAR PUSTAKA

Adiputra N 2008Kesehatan Olah Raga Available from httpwwwbalihesgorgindexphpoption=com Accessed 2011 Oct 5th

Anonim 2011 Glutathione Available at

httpenwikipediaorgwikiGlutathione Accessed 2011 Oct 5th Anonim 2011 Overtraining Available at

httpwwwmarksdailyapplecomovertraining Accessed 2011 Oct5th

Asikin N 2001Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan InKursus Penyegaran dan Pelatihan Radikal bebas dan Antioksidan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta Fakultas Kedokteran UI

Bagiada NA 2001 Proses Penuaan dan Penanggulangannya Denpasar

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hal 22 Banerjee AK Mandal A Chanda D Chahraboti S 2003 Oxidant

Antioxidant and Physical ExerciseAvailable from httpwwwncbinlmnihgovpubmed14619981 accesed 2011 Sept 2nd

Binekada MC 2002 ldquoPelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Konsentrasi dan

Motilitas Spermatozoa Mencitrdquo(tesis) Denpasar Universitas Udayana

Cadenas E Jones PD 2002Bioavailability of Glutathione In Cadenas E

Packer L editorsHandbook of Antioxidants2nd Ed New York Marcel DekkerInc p549-564

Catala A 2006Lipid PeroxidationInt J Biochem Cell Biol 38 1482-1495 Dalle-DonneI Rossi R ColomboR Giustarini D Milzani

A2006Biomarkers of Oxidative Damage in Human Disease Available from httpwwwredorbitcomnewsscience473334biomarkersof oxidative damage in human diseaseindexhtmlaccessed2011 Sept 5th

Fouad T 2007 Free radicals Types Sources and Damaging Reaction

Relations Available from

64

65

wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th

Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th

Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112

Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors

ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their

Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69

Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan

Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th

Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz

R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155

Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester

Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th

Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala

T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200

Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and

Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders

66

Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana

LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia

Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647

Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from

httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit

Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK

Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620

Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji

Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah

Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009

Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan

Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132

Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde

Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521

Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley

Medical Publicationsp 123-141

Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI

Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable

from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer

67

Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole

Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam

Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI

Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam

Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya

Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan

Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47

Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant

Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th

Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan

Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105

68

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965

Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975

Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753

Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

69

Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan

Group Statistics

Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887

Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215

Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260

Perlakuan 10 42500 23348 07383

Independent Samples Test

Levenes Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df

Sig (2-

tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence Interval of the

Difference Lower Upper

Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428

Equal variances not assumed

-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429

Post1

Equal variances assumed 592 452 367

22 18 000 333700 09087 314608 352792

Equal variances not assumed

36722 16855 000 333700 09087 314515 352885

Post2

Equal variances assumed 906 354 264

19 18 000 239500 09066 220454 258546

Equal variances not assumed

26419 16265 000 239500 09066 220307 258693

70

Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis

(Laurence amp Bacharach 1964)

2g mencit 20g tikus 400g marmot

l5Kg kelinci

20Kg kucing

40Kg kera

120Kg anjing

70Kg manusia

20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879

200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560

400 g marmot

008 057 10 225 24 52 102 315

l5Kg kelinci

004 025 044 10 106 24 45 142

20Kg kucing

003 023 042 092 10 22 41 130

40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61

120Kg anjing

0008 006 010 0022 024 052 10 31

70Kg manusia

00026 0018 0031 007 0013 016 032 10

71

Lampiran 4

Foto Penelitian

Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)

72

Lampiran 5

Data Hasil Penelitian

Kelompok Kontrol

Pre test Post test Pre test Post Test

752 647 769 694

779 670 773 664

745 660 803 653

769 643 817 677

783 653

786 684

Kelompok Perlakuan

Pre Test Post test

412 391

436 412

442 425

425 401

453 436

466 442

432 405

456 432

470 453

476 463

Page 76: PEMBERIAN INJEKSI GLUTATION INTRAPERITONEAL

58

Berdasarkan uji t-paired didapatkan bahwa ada penurunan kadar MDA

pada kelompok perlakuan secara bermakna sebesar 085mmoll sedangkan pada

kelompok kontrol mengalami peningkatan secara bermakna sebesar 260mmoll

59

BAB VI

PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian

Untuk menguji efek pemberian glutation terhadap penurunan kadar MDA

maka dilakukan penelitian terhadap 20 ekor tikus jantan dewasa (Galur Wistar)

sebagai sampel yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah

10 ekor yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dan

kelompok perlakuan (pelatihan fisik berlebih dan glutation)

62 Efek Pelatihan Fisik Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA

Hasil penelitian dan analisis data terhadap kadar MDA darah pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji

normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan homogenitas (Levenersquos test) pre-test dan post-

test masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)

Uji perbandingan 1 minggu pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan

injeksi antara kedua kelompok menggunakan uji t-independent Rerata kadar

MDA kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) adalah

518028mmoll dan rerata kelompok pelatihan fisik berlebih dan glutation

adalah 529029mmoll Analisis kemaknaan dengan uji t-independent

menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna kadar MDA darah antara

kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa

kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan injeksi rerata kadar MDAnya tidak

59

60

berbeda secara bermakna

Uji perbandingan setelah pemberian placebo dan glutation antara kedua

kelompok menggunakan t-independent Rerata kadar MDA kelompok kontrol

(aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata kelompok

perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) adalah 444017mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent antara kedua kelompok sesudah diberikan

placebo dan glutation menunjukkan perbedaan kadar MDA secara bermakna

(plt005) Hal ini berarti bahwa kelompok yang diberikan perlakuan berupa

placebo dan glutation 6 jam sebelum diberikan pelatihan fisik berlebih dengan

cara merenangkan selama 60 menit hari selama 35 hari rerata kadar MDA

berbeda secara bermakna Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh

untuk melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam

organ dan pembuluh darah (Giriwijoyo 2004)

Peningkatan kadar MDA sesudah diberikan pelatihan fisik berlebih pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan disebabkan karena pelatihan fisik

berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena terjadi peningkatan konsumsi

oksigen oleh aktifitas otot skeletal Stress oksidatif memicu peningkatan senyawa

oksigen reaktif Pada pelatihan fisik berlebih juga terjadi Reperfusion Injury yang

memicu terjadinya kerusakan jaringan dan peningkatan radikal bebas (Adiputra

2008) Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara menarik elektronnya

sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan sampai kematian sel

(Suryohudoyo 2000)

Pada penelitian ini didapatkan bahwa sesudah diberikan pelatihan fisik

61

berlebih dan placebo terjadi peningkatan kadar MDA sebesar 5024 Kadar

MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel (Winarsi

2007) Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pepe

(2011) bahwa pelatihan fisik berlebih meningkatkan kadar MDA Lebih lanjut

Murray et al (2000) juga menyatakan bahwa pelatihan fisik berlebih merangsang

respon biomarker stres oksidatif Sedangkan pada kelompok perlakuan yang

diberikan aktifitas berlebih dan glutation terjadi penurunan kadar MDA sebesar

1607 Terjadinya penurunan kadar MDA pada kelompok yang diberikan

glutation 6 jam sebelum melakukan pelatihan fisik berlebih disebabkan karena

pemberian antioksidan meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan

cara mendonorkan elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa

oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsi 2007) Glutation merupakan antioksidan

endogen yaitu antioksidan yang dapat disintesa dalam tubuh dari asam amino L-

sistein L-glutamat dan glisin (Cadenas 2002) yang juga sebagai master

antioksidan yaitu antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain

Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan

Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik (Hersh 2004) Glutation

merupakan salah satu antioksidan yang tidak dapat menjadi pro oksidan (Cadenas

2002) Normalnya sekali suatu antioksidan memakan radikal bebas antioksidan

ini menjadi teroksidasi sendiri dan menyerang sel yang sehat yang disebut

sebagai pro oksidan Glutation dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang

teroksidasi tersebut menjadi bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali

dalam memakan radikal bebas (Sellman 2009) Sehingga dengan demikian

62

glutation dapat membantu dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Urso

(2003) bahwa suplementasi antioksidan dapat mengatasi kondisi stress oksidatif

yang terjadi pelatihan fisik berlebih

Uji perbandingan antara data MDA pre dan post masing-masing kelompok

digunakan uji t-paired test Berdasarkan uji ini didapatkan hasil pada kelompok

perlakuan terjadi penurunan kadar MDA secara bermakna sebesar 085 mmollt

sedangkan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan kadar MDA secara

bermakna sebesar 260mmollt Terjadi penurunan kadar MDA pada kelompok

perlakuan menunjukkan pemberian antioksidan Glutation intraperitoneal dosis

37mgkgBBhari dapat mengatasi kondisi stress oksidatif yang terjadi pada

pelatihan fisik berlebih Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh

Urso (2003)

63

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

71 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan sebagai

berikut Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA

tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

72 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah

1 Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja glutation

yang lebih detail

2 Memperhatikan takaran latihan supaya tidak berlebihan yang justru akan

meningkatkan kerusakan sel

3 Perlu dilakukan uji klinis pada manusia

63

64

DAFTAR PUSTAKA

Adiputra N 2008Kesehatan Olah Raga Available from httpwwwbalihesgorgindexphpoption=com Accessed 2011 Oct 5th

Anonim 2011 Glutathione Available at

httpenwikipediaorgwikiGlutathione Accessed 2011 Oct 5th Anonim 2011 Overtraining Available at

httpwwwmarksdailyapplecomovertraining Accessed 2011 Oct5th

Asikin N 2001Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan InKursus Penyegaran dan Pelatihan Radikal bebas dan Antioksidan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta Fakultas Kedokteran UI

Bagiada NA 2001 Proses Penuaan dan Penanggulangannya Denpasar

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hal 22 Banerjee AK Mandal A Chanda D Chahraboti S 2003 Oxidant

Antioxidant and Physical ExerciseAvailable from httpwwwncbinlmnihgovpubmed14619981 accesed 2011 Sept 2nd

Binekada MC 2002 ldquoPelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Konsentrasi dan

Motilitas Spermatozoa Mencitrdquo(tesis) Denpasar Universitas Udayana

Cadenas E Jones PD 2002Bioavailability of Glutathione In Cadenas E

Packer L editorsHandbook of Antioxidants2nd Ed New York Marcel DekkerInc p549-564

Catala A 2006Lipid PeroxidationInt J Biochem Cell Biol 38 1482-1495 Dalle-DonneI Rossi R ColomboR Giustarini D Milzani

A2006Biomarkers of Oxidative Damage in Human Disease Available from httpwwwredorbitcomnewsscience473334biomarkersof oxidative damage in human diseaseindexhtmlaccessed2011 Sept 5th

Fouad T 2007 Free radicals Types Sources and Damaging Reaction

Relations Available from

64

65

wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th

Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th

Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112

Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors

ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their

Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69

Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan

Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th

Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz

R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155

Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester

Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th

Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala

T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200

Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and

Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders

66

Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana

LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia

Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647

Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from

httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit

Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK

Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620

Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji

Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah

Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009

Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan

Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132

Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde

Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521

Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley

Medical Publicationsp 123-141

Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI

Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable

from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer

67

Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole

Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam

Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI

Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam

Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya

Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan

Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47

Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant

Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th

Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan

Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105

68

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965

Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975

Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753

Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

69

Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan

Group Statistics

Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887

Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215

Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260

Perlakuan 10 42500 23348 07383

Independent Samples Test

Levenes Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df

Sig (2-

tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence Interval of the

Difference Lower Upper

Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428

Equal variances not assumed

-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429

Post1

Equal variances assumed 592 452 367

22 18 000 333700 09087 314608 352792

Equal variances not assumed

36722 16855 000 333700 09087 314515 352885

Post2

Equal variances assumed 906 354 264

19 18 000 239500 09066 220454 258546

Equal variances not assumed

26419 16265 000 239500 09066 220307 258693

70

Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis

(Laurence amp Bacharach 1964)

2g mencit 20g tikus 400g marmot

l5Kg kelinci

20Kg kucing

40Kg kera

120Kg anjing

70Kg manusia

20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879

200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560

400 g marmot

008 057 10 225 24 52 102 315

l5Kg kelinci

004 025 044 10 106 24 45 142

20Kg kucing

003 023 042 092 10 22 41 130

40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61

120Kg anjing

0008 006 010 0022 024 052 10 31

70Kg manusia

00026 0018 0031 007 0013 016 032 10

71

Lampiran 4

Foto Penelitian

Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)

72

Lampiran 5

Data Hasil Penelitian

Kelompok Kontrol

Pre test Post test Pre test Post Test

752 647 769 694

779 670 773 664

745 660 803 653

769 643 817 677

783 653

786 684

Kelompok Perlakuan

Pre Test Post test

412 391

436 412

442 425

425 401

453 436

466 442

432 405

456 432

470 453

476 463

Page 77: PEMBERIAN INJEKSI GLUTATION INTRAPERITONEAL

59

BAB VI

PEMBAHASAN

61 Subyek Penelitian

Untuk menguji efek pemberian glutation terhadap penurunan kadar MDA

maka dilakukan penelitian terhadap 20 ekor tikus jantan dewasa (Galur Wistar)

sebagai sampel yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah

10 ekor yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dan

kelompok perlakuan (pelatihan fisik berlebih dan glutation)

62 Efek Pelatihan Fisik Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA

Hasil penelitian dan analisis data terhadap kadar MDA darah pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji

normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan homogenitas (Levenersquos test) pre-test dan post-

test masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)

Uji perbandingan 1 minggu pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan

injeksi antara kedua kelompok menggunakan uji t-independent Rerata kadar

MDA kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) adalah

518028mmoll dan rerata kelompok pelatihan fisik berlebih dan glutation

adalah 529029mmoll Analisis kemaknaan dengan uji t-independent

menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna kadar MDA darah antara

kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa

kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan injeksi rerata kadar MDAnya tidak

59

60

berbeda secara bermakna

Uji perbandingan setelah pemberian placebo dan glutation antara kedua

kelompok menggunakan t-independent Rerata kadar MDA kelompok kontrol

(aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata kelompok

perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) adalah 444017mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent antara kedua kelompok sesudah diberikan

placebo dan glutation menunjukkan perbedaan kadar MDA secara bermakna

(plt005) Hal ini berarti bahwa kelompok yang diberikan perlakuan berupa

placebo dan glutation 6 jam sebelum diberikan pelatihan fisik berlebih dengan

cara merenangkan selama 60 menit hari selama 35 hari rerata kadar MDA

berbeda secara bermakna Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh

untuk melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam

organ dan pembuluh darah (Giriwijoyo 2004)

Peningkatan kadar MDA sesudah diberikan pelatihan fisik berlebih pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan disebabkan karena pelatihan fisik

berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena terjadi peningkatan konsumsi

oksigen oleh aktifitas otot skeletal Stress oksidatif memicu peningkatan senyawa

oksigen reaktif Pada pelatihan fisik berlebih juga terjadi Reperfusion Injury yang

memicu terjadinya kerusakan jaringan dan peningkatan radikal bebas (Adiputra

2008) Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara menarik elektronnya

sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan sampai kematian sel

(Suryohudoyo 2000)

Pada penelitian ini didapatkan bahwa sesudah diberikan pelatihan fisik

61

berlebih dan placebo terjadi peningkatan kadar MDA sebesar 5024 Kadar

MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel (Winarsi

2007) Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pepe

(2011) bahwa pelatihan fisik berlebih meningkatkan kadar MDA Lebih lanjut

Murray et al (2000) juga menyatakan bahwa pelatihan fisik berlebih merangsang

respon biomarker stres oksidatif Sedangkan pada kelompok perlakuan yang

diberikan aktifitas berlebih dan glutation terjadi penurunan kadar MDA sebesar

1607 Terjadinya penurunan kadar MDA pada kelompok yang diberikan

glutation 6 jam sebelum melakukan pelatihan fisik berlebih disebabkan karena

pemberian antioksidan meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan

cara mendonorkan elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa

oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsi 2007) Glutation merupakan antioksidan

endogen yaitu antioksidan yang dapat disintesa dalam tubuh dari asam amino L-

sistein L-glutamat dan glisin (Cadenas 2002) yang juga sebagai master

antioksidan yaitu antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain

Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan

Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik (Hersh 2004) Glutation

merupakan salah satu antioksidan yang tidak dapat menjadi pro oksidan (Cadenas

2002) Normalnya sekali suatu antioksidan memakan radikal bebas antioksidan

ini menjadi teroksidasi sendiri dan menyerang sel yang sehat yang disebut

sebagai pro oksidan Glutation dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang

teroksidasi tersebut menjadi bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali

dalam memakan radikal bebas (Sellman 2009) Sehingga dengan demikian

62

glutation dapat membantu dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Urso

(2003) bahwa suplementasi antioksidan dapat mengatasi kondisi stress oksidatif

yang terjadi pelatihan fisik berlebih

Uji perbandingan antara data MDA pre dan post masing-masing kelompok

digunakan uji t-paired test Berdasarkan uji ini didapatkan hasil pada kelompok

perlakuan terjadi penurunan kadar MDA secara bermakna sebesar 085 mmollt

sedangkan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan kadar MDA secara

bermakna sebesar 260mmollt Terjadi penurunan kadar MDA pada kelompok

perlakuan menunjukkan pemberian antioksidan Glutation intraperitoneal dosis

37mgkgBBhari dapat mengatasi kondisi stress oksidatif yang terjadi pada

pelatihan fisik berlebih Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh

Urso (2003)

63

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

71 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan sebagai

berikut Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA

tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

72 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah

1 Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja glutation

yang lebih detail

2 Memperhatikan takaran latihan supaya tidak berlebihan yang justru akan

meningkatkan kerusakan sel

3 Perlu dilakukan uji klinis pada manusia

63

64

DAFTAR PUSTAKA

Adiputra N 2008Kesehatan Olah Raga Available from httpwwwbalihesgorgindexphpoption=com Accessed 2011 Oct 5th

Anonim 2011 Glutathione Available at

httpenwikipediaorgwikiGlutathione Accessed 2011 Oct 5th Anonim 2011 Overtraining Available at

httpwwwmarksdailyapplecomovertraining Accessed 2011 Oct5th

Asikin N 2001Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan InKursus Penyegaran dan Pelatihan Radikal bebas dan Antioksidan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta Fakultas Kedokteran UI

Bagiada NA 2001 Proses Penuaan dan Penanggulangannya Denpasar

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hal 22 Banerjee AK Mandal A Chanda D Chahraboti S 2003 Oxidant

Antioxidant and Physical ExerciseAvailable from httpwwwncbinlmnihgovpubmed14619981 accesed 2011 Sept 2nd

Binekada MC 2002 ldquoPelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Konsentrasi dan

Motilitas Spermatozoa Mencitrdquo(tesis) Denpasar Universitas Udayana

Cadenas E Jones PD 2002Bioavailability of Glutathione In Cadenas E

Packer L editorsHandbook of Antioxidants2nd Ed New York Marcel DekkerInc p549-564

Catala A 2006Lipid PeroxidationInt J Biochem Cell Biol 38 1482-1495 Dalle-DonneI Rossi R ColomboR Giustarini D Milzani

A2006Biomarkers of Oxidative Damage in Human Disease Available from httpwwwredorbitcomnewsscience473334biomarkersof oxidative damage in human diseaseindexhtmlaccessed2011 Sept 5th

Fouad T 2007 Free radicals Types Sources and Damaging Reaction

Relations Available from

64

65

wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th

Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th

Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112

Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors

ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their

Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69

Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan

Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th

Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz

R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155

Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester

Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th

Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala

T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200

Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and

Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders

66

Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana

LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia

Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647

Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from

httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit

Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK

Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620

Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji

Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah

Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009

Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan

Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132

Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde

Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521

Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley

Medical Publicationsp 123-141

Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI

Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable

from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer

67

Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole

Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam

Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI

Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam

Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya

Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan

Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47

Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant

Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th

Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan

Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105

68

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965

Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975

Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753

Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

69

Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan

Group Statistics

Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887

Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215

Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260

Perlakuan 10 42500 23348 07383

Independent Samples Test

Levenes Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df

Sig (2-

tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence Interval of the

Difference Lower Upper

Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428

Equal variances not assumed

-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429

Post1

Equal variances assumed 592 452 367

22 18 000 333700 09087 314608 352792

Equal variances not assumed

36722 16855 000 333700 09087 314515 352885

Post2

Equal variances assumed 906 354 264

19 18 000 239500 09066 220454 258546

Equal variances not assumed

26419 16265 000 239500 09066 220307 258693

70

Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis

(Laurence amp Bacharach 1964)

2g mencit 20g tikus 400g marmot

l5Kg kelinci

20Kg kucing

40Kg kera

120Kg anjing

70Kg manusia

20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879

200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560

400 g marmot

008 057 10 225 24 52 102 315

l5Kg kelinci

004 025 044 10 106 24 45 142

20Kg kucing

003 023 042 092 10 22 41 130

40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61

120Kg anjing

0008 006 010 0022 024 052 10 31

70Kg manusia

00026 0018 0031 007 0013 016 032 10

71

Lampiran 4

Foto Penelitian

Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)

72

Lampiran 5

Data Hasil Penelitian

Kelompok Kontrol

Pre test Post test Pre test Post Test

752 647 769 694

779 670 773 664

745 660 803 653

769 643 817 677

783 653

786 684

Kelompok Perlakuan

Pre Test Post test

412 391

436 412

442 425

425 401

453 436

466 442

432 405

456 432

470 453

476 463

Page 78: PEMBERIAN INJEKSI GLUTATION INTRAPERITONEAL

60

berbeda secara bermakna

Uji perbandingan setelah pemberian placebo dan glutation antara kedua

kelompok menggunakan t-independent Rerata kadar MDA kelompok kontrol

(aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata kelompok

perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) adalah 444017mmoll Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent antara kedua kelompok sesudah diberikan

placebo dan glutation menunjukkan perbedaan kadar MDA secara bermakna

(plt005) Hal ini berarti bahwa kelompok yang diberikan perlakuan berupa

placebo dan glutation 6 jam sebelum diberikan pelatihan fisik berlebih dengan

cara merenangkan selama 60 menit hari selama 35 hari rerata kadar MDA

berbeda secara bermakna Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh

untuk melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam

organ dan pembuluh darah (Giriwijoyo 2004)

Peningkatan kadar MDA sesudah diberikan pelatihan fisik berlebih pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan disebabkan karena pelatihan fisik

berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena terjadi peningkatan konsumsi

oksigen oleh aktifitas otot skeletal Stress oksidatif memicu peningkatan senyawa

oksigen reaktif Pada pelatihan fisik berlebih juga terjadi Reperfusion Injury yang

memicu terjadinya kerusakan jaringan dan peningkatan radikal bebas (Adiputra

2008) Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara menarik elektronnya

sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan sampai kematian sel

(Suryohudoyo 2000)

Pada penelitian ini didapatkan bahwa sesudah diberikan pelatihan fisik

61

berlebih dan placebo terjadi peningkatan kadar MDA sebesar 5024 Kadar

MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel (Winarsi

2007) Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pepe

(2011) bahwa pelatihan fisik berlebih meningkatkan kadar MDA Lebih lanjut

Murray et al (2000) juga menyatakan bahwa pelatihan fisik berlebih merangsang

respon biomarker stres oksidatif Sedangkan pada kelompok perlakuan yang

diberikan aktifitas berlebih dan glutation terjadi penurunan kadar MDA sebesar

1607 Terjadinya penurunan kadar MDA pada kelompok yang diberikan

glutation 6 jam sebelum melakukan pelatihan fisik berlebih disebabkan karena

pemberian antioksidan meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan

cara mendonorkan elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa

oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsi 2007) Glutation merupakan antioksidan

endogen yaitu antioksidan yang dapat disintesa dalam tubuh dari asam amino L-

sistein L-glutamat dan glisin (Cadenas 2002) yang juga sebagai master

antioksidan yaitu antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain

Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan

Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik (Hersh 2004) Glutation

merupakan salah satu antioksidan yang tidak dapat menjadi pro oksidan (Cadenas

2002) Normalnya sekali suatu antioksidan memakan radikal bebas antioksidan

ini menjadi teroksidasi sendiri dan menyerang sel yang sehat yang disebut

sebagai pro oksidan Glutation dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang

teroksidasi tersebut menjadi bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali

dalam memakan radikal bebas (Sellman 2009) Sehingga dengan demikian

62

glutation dapat membantu dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Urso

(2003) bahwa suplementasi antioksidan dapat mengatasi kondisi stress oksidatif

yang terjadi pelatihan fisik berlebih

Uji perbandingan antara data MDA pre dan post masing-masing kelompok

digunakan uji t-paired test Berdasarkan uji ini didapatkan hasil pada kelompok

perlakuan terjadi penurunan kadar MDA secara bermakna sebesar 085 mmollt

sedangkan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan kadar MDA secara

bermakna sebesar 260mmollt Terjadi penurunan kadar MDA pada kelompok

perlakuan menunjukkan pemberian antioksidan Glutation intraperitoneal dosis

37mgkgBBhari dapat mengatasi kondisi stress oksidatif yang terjadi pada

pelatihan fisik berlebih Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh

Urso (2003)

63

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

71 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan sebagai

berikut Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA

tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

72 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah

1 Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja glutation

yang lebih detail

2 Memperhatikan takaran latihan supaya tidak berlebihan yang justru akan

meningkatkan kerusakan sel

3 Perlu dilakukan uji klinis pada manusia

63

64

DAFTAR PUSTAKA

Adiputra N 2008Kesehatan Olah Raga Available from httpwwwbalihesgorgindexphpoption=com Accessed 2011 Oct 5th

Anonim 2011 Glutathione Available at

httpenwikipediaorgwikiGlutathione Accessed 2011 Oct 5th Anonim 2011 Overtraining Available at

httpwwwmarksdailyapplecomovertraining Accessed 2011 Oct5th

Asikin N 2001Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan InKursus Penyegaran dan Pelatihan Radikal bebas dan Antioksidan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta Fakultas Kedokteran UI

Bagiada NA 2001 Proses Penuaan dan Penanggulangannya Denpasar

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hal 22 Banerjee AK Mandal A Chanda D Chahraboti S 2003 Oxidant

Antioxidant and Physical ExerciseAvailable from httpwwwncbinlmnihgovpubmed14619981 accesed 2011 Sept 2nd

Binekada MC 2002 ldquoPelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Konsentrasi dan

Motilitas Spermatozoa Mencitrdquo(tesis) Denpasar Universitas Udayana

Cadenas E Jones PD 2002Bioavailability of Glutathione In Cadenas E

Packer L editorsHandbook of Antioxidants2nd Ed New York Marcel DekkerInc p549-564

Catala A 2006Lipid PeroxidationInt J Biochem Cell Biol 38 1482-1495 Dalle-DonneI Rossi R ColomboR Giustarini D Milzani

A2006Biomarkers of Oxidative Damage in Human Disease Available from httpwwwredorbitcomnewsscience473334biomarkersof oxidative damage in human diseaseindexhtmlaccessed2011 Sept 5th

Fouad T 2007 Free radicals Types Sources and Damaging Reaction

Relations Available from

64

65

wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th

Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th

Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112

Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors

ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their

Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69

Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan

Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th

Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz

R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155

Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester

Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th

Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala

T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200

Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and

Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders

66

Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana

LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia

Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647

Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from

httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit

Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK

Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620

Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji

Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah

Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009

Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan

Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132

Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde

Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521

Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley

Medical Publicationsp 123-141

Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI

Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable

from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer

67

Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole

Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam

Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI

Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam

Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya

Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan

Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47

Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant

Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th

Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan

Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105

68

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965

Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975

Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753

Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

69

Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan

Group Statistics

Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887

Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215

Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260

Perlakuan 10 42500 23348 07383

Independent Samples Test

Levenes Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df

Sig (2-

tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence Interval of the

Difference Lower Upper

Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428

Equal variances not assumed

-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429

Post1

Equal variances assumed 592 452 367

22 18 000 333700 09087 314608 352792

Equal variances not assumed

36722 16855 000 333700 09087 314515 352885

Post2

Equal variances assumed 906 354 264

19 18 000 239500 09066 220454 258546

Equal variances not assumed

26419 16265 000 239500 09066 220307 258693

70

Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis

(Laurence amp Bacharach 1964)

2g mencit 20g tikus 400g marmot

l5Kg kelinci

20Kg kucing

40Kg kera

120Kg anjing

70Kg manusia

20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879

200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560

400 g marmot

008 057 10 225 24 52 102 315

l5Kg kelinci

004 025 044 10 106 24 45 142

20Kg kucing

003 023 042 092 10 22 41 130

40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61

120Kg anjing

0008 006 010 0022 024 052 10 31

70Kg manusia

00026 0018 0031 007 0013 016 032 10

71

Lampiran 4

Foto Penelitian

Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)

72

Lampiran 5

Data Hasil Penelitian

Kelompok Kontrol

Pre test Post test Pre test Post Test

752 647 769 694

779 670 773 664

745 660 803 653

769 643 817 677

783 653

786 684

Kelompok Perlakuan

Pre Test Post test

412 391

436 412

442 425

425 401

453 436

466 442

432 405

456 432

470 453

476 463

Page 79: PEMBERIAN INJEKSI GLUTATION INTRAPERITONEAL

61

berlebih dan placebo terjadi peningkatan kadar MDA sebesar 5024 Kadar

MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel (Winarsi

2007) Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pepe

(2011) bahwa pelatihan fisik berlebih meningkatkan kadar MDA Lebih lanjut

Murray et al (2000) juga menyatakan bahwa pelatihan fisik berlebih merangsang

respon biomarker stres oksidatif Sedangkan pada kelompok perlakuan yang

diberikan aktifitas berlebih dan glutation terjadi penurunan kadar MDA sebesar

1607 Terjadinya penurunan kadar MDA pada kelompok yang diberikan

glutation 6 jam sebelum melakukan pelatihan fisik berlebih disebabkan karena

pemberian antioksidan meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan

cara mendonorkan elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa

oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsi 2007) Glutation merupakan antioksidan

endogen yaitu antioksidan yang dapat disintesa dalam tubuh dari asam amino L-

sistein L-glutamat dan glisin (Cadenas 2002) yang juga sebagai master

antioksidan yaitu antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain

Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan

Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik (Hersh 2004) Glutation

merupakan salah satu antioksidan yang tidak dapat menjadi pro oksidan (Cadenas

2002) Normalnya sekali suatu antioksidan memakan radikal bebas antioksidan

ini menjadi teroksidasi sendiri dan menyerang sel yang sehat yang disebut

sebagai pro oksidan Glutation dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang

teroksidasi tersebut menjadi bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali

dalam memakan radikal bebas (Sellman 2009) Sehingga dengan demikian

62

glutation dapat membantu dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Urso

(2003) bahwa suplementasi antioksidan dapat mengatasi kondisi stress oksidatif

yang terjadi pelatihan fisik berlebih

Uji perbandingan antara data MDA pre dan post masing-masing kelompok

digunakan uji t-paired test Berdasarkan uji ini didapatkan hasil pada kelompok

perlakuan terjadi penurunan kadar MDA secara bermakna sebesar 085 mmollt

sedangkan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan kadar MDA secara

bermakna sebesar 260mmollt Terjadi penurunan kadar MDA pada kelompok

perlakuan menunjukkan pemberian antioksidan Glutation intraperitoneal dosis

37mgkgBBhari dapat mengatasi kondisi stress oksidatif yang terjadi pada

pelatihan fisik berlebih Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh

Urso (2003)

63

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

71 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan sebagai

berikut Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA

tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

72 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah

1 Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja glutation

yang lebih detail

2 Memperhatikan takaran latihan supaya tidak berlebihan yang justru akan

meningkatkan kerusakan sel

3 Perlu dilakukan uji klinis pada manusia

63

64

DAFTAR PUSTAKA

Adiputra N 2008Kesehatan Olah Raga Available from httpwwwbalihesgorgindexphpoption=com Accessed 2011 Oct 5th

Anonim 2011 Glutathione Available at

httpenwikipediaorgwikiGlutathione Accessed 2011 Oct 5th Anonim 2011 Overtraining Available at

httpwwwmarksdailyapplecomovertraining Accessed 2011 Oct5th

Asikin N 2001Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan InKursus Penyegaran dan Pelatihan Radikal bebas dan Antioksidan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta Fakultas Kedokteran UI

Bagiada NA 2001 Proses Penuaan dan Penanggulangannya Denpasar

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hal 22 Banerjee AK Mandal A Chanda D Chahraboti S 2003 Oxidant

Antioxidant and Physical ExerciseAvailable from httpwwwncbinlmnihgovpubmed14619981 accesed 2011 Sept 2nd

Binekada MC 2002 ldquoPelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Konsentrasi dan

Motilitas Spermatozoa Mencitrdquo(tesis) Denpasar Universitas Udayana

Cadenas E Jones PD 2002Bioavailability of Glutathione In Cadenas E

Packer L editorsHandbook of Antioxidants2nd Ed New York Marcel DekkerInc p549-564

Catala A 2006Lipid PeroxidationInt J Biochem Cell Biol 38 1482-1495 Dalle-DonneI Rossi R ColomboR Giustarini D Milzani

A2006Biomarkers of Oxidative Damage in Human Disease Available from httpwwwredorbitcomnewsscience473334biomarkersof oxidative damage in human diseaseindexhtmlaccessed2011 Sept 5th

Fouad T 2007 Free radicals Types Sources and Damaging Reaction

Relations Available from

64

65

wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th

Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th

Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112

Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors

ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their

Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69

Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan

Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th

Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz

R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155

Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester

Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th

Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala

T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200

Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and

Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders

66

Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana

LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia

Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647

Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from

httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit

Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK

Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620

Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji

Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah

Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009

Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan

Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132

Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde

Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521

Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley

Medical Publicationsp 123-141

Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI

Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable

from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer

67

Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole

Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam

Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI

Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam

Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya

Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan

Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47

Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant

Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th

Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan

Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105

68

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965

Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975

Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753

Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

69

Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan

Group Statistics

Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887

Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215

Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260

Perlakuan 10 42500 23348 07383

Independent Samples Test

Levenes Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df

Sig (2-

tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence Interval of the

Difference Lower Upper

Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428

Equal variances not assumed

-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429

Post1

Equal variances assumed 592 452 367

22 18 000 333700 09087 314608 352792

Equal variances not assumed

36722 16855 000 333700 09087 314515 352885

Post2

Equal variances assumed 906 354 264

19 18 000 239500 09066 220454 258546

Equal variances not assumed

26419 16265 000 239500 09066 220307 258693

70

Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis

(Laurence amp Bacharach 1964)

2g mencit 20g tikus 400g marmot

l5Kg kelinci

20Kg kucing

40Kg kera

120Kg anjing

70Kg manusia

20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879

200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560

400 g marmot

008 057 10 225 24 52 102 315

l5Kg kelinci

004 025 044 10 106 24 45 142

20Kg kucing

003 023 042 092 10 22 41 130

40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61

120Kg anjing

0008 006 010 0022 024 052 10 31

70Kg manusia

00026 0018 0031 007 0013 016 032 10

71

Lampiran 4

Foto Penelitian

Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)

72

Lampiran 5

Data Hasil Penelitian

Kelompok Kontrol

Pre test Post test Pre test Post Test

752 647 769 694

779 670 773 664

745 660 803 653

769 643 817 677

783 653

786 684

Kelompok Perlakuan

Pre Test Post test

412 391

436 412

442 425

425 401

453 436

466 442

432 405

456 432

470 453

476 463

Page 80: PEMBERIAN INJEKSI GLUTATION INTRAPERITONEAL

62

glutation dapat membantu dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Urso

(2003) bahwa suplementasi antioksidan dapat mengatasi kondisi stress oksidatif

yang terjadi pelatihan fisik berlebih

Uji perbandingan antara data MDA pre dan post masing-masing kelompok

digunakan uji t-paired test Berdasarkan uji ini didapatkan hasil pada kelompok

perlakuan terjadi penurunan kadar MDA secara bermakna sebesar 085 mmollt

sedangkan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan kadar MDA secara

bermakna sebesar 260mmollt Terjadi penurunan kadar MDA pada kelompok

perlakuan menunjukkan pemberian antioksidan Glutation intraperitoneal dosis

37mgkgBBhari dapat mengatasi kondisi stress oksidatif yang terjadi pada

pelatihan fisik berlebih Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh

Urso (2003)

63

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

71 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan sebagai

berikut Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA

tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

72 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah

1 Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja glutation

yang lebih detail

2 Memperhatikan takaran latihan supaya tidak berlebihan yang justru akan

meningkatkan kerusakan sel

3 Perlu dilakukan uji klinis pada manusia

63

64

DAFTAR PUSTAKA

Adiputra N 2008Kesehatan Olah Raga Available from httpwwwbalihesgorgindexphpoption=com Accessed 2011 Oct 5th

Anonim 2011 Glutathione Available at

httpenwikipediaorgwikiGlutathione Accessed 2011 Oct 5th Anonim 2011 Overtraining Available at

httpwwwmarksdailyapplecomovertraining Accessed 2011 Oct5th

Asikin N 2001Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan InKursus Penyegaran dan Pelatihan Radikal bebas dan Antioksidan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta Fakultas Kedokteran UI

Bagiada NA 2001 Proses Penuaan dan Penanggulangannya Denpasar

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hal 22 Banerjee AK Mandal A Chanda D Chahraboti S 2003 Oxidant

Antioxidant and Physical ExerciseAvailable from httpwwwncbinlmnihgovpubmed14619981 accesed 2011 Sept 2nd

Binekada MC 2002 ldquoPelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Konsentrasi dan

Motilitas Spermatozoa Mencitrdquo(tesis) Denpasar Universitas Udayana

Cadenas E Jones PD 2002Bioavailability of Glutathione In Cadenas E

Packer L editorsHandbook of Antioxidants2nd Ed New York Marcel DekkerInc p549-564

Catala A 2006Lipid PeroxidationInt J Biochem Cell Biol 38 1482-1495 Dalle-DonneI Rossi R ColomboR Giustarini D Milzani

A2006Biomarkers of Oxidative Damage in Human Disease Available from httpwwwredorbitcomnewsscience473334biomarkersof oxidative damage in human diseaseindexhtmlaccessed2011 Sept 5th

Fouad T 2007 Free radicals Types Sources and Damaging Reaction

Relations Available from

64

65

wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th

Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th

Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112

Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors

ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their

Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69

Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan

Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th

Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz

R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155

Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester

Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th

Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala

T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200

Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and

Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders

66

Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana

LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia

Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647

Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from

httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit

Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK

Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620

Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji

Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah

Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009

Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan

Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132

Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde

Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521

Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley

Medical Publicationsp 123-141

Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI

Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable

from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer

67

Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole

Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam

Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI

Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam

Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya

Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan

Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47

Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant

Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th

Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan

Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105

68

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965

Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975

Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753

Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

69

Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan

Group Statistics

Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887

Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215

Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260

Perlakuan 10 42500 23348 07383

Independent Samples Test

Levenes Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df

Sig (2-

tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence Interval of the

Difference Lower Upper

Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428

Equal variances not assumed

-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429

Post1

Equal variances assumed 592 452 367

22 18 000 333700 09087 314608 352792

Equal variances not assumed

36722 16855 000 333700 09087 314515 352885

Post2

Equal variances assumed 906 354 264

19 18 000 239500 09066 220454 258546

Equal variances not assumed

26419 16265 000 239500 09066 220307 258693

70

Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis

(Laurence amp Bacharach 1964)

2g mencit 20g tikus 400g marmot

l5Kg kelinci

20Kg kucing

40Kg kera

120Kg anjing

70Kg manusia

20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879

200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560

400 g marmot

008 057 10 225 24 52 102 315

l5Kg kelinci

004 025 044 10 106 24 45 142

20Kg kucing

003 023 042 092 10 22 41 130

40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61

120Kg anjing

0008 006 010 0022 024 052 10 31

70Kg manusia

00026 0018 0031 007 0013 016 032 10

71

Lampiran 4

Foto Penelitian

Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)

72

Lampiran 5

Data Hasil Penelitian

Kelompok Kontrol

Pre test Post test Pre test Post Test

752 647 769 694

779 670 773 664

745 660 803 653

769 643 817 677

783 653

786 684

Kelompok Perlakuan

Pre Test Post test

412 391

436 412

442 425

425 401

453 436

466 442

432 405

456 432

470 453

476 463

Page 81: PEMBERIAN INJEKSI GLUTATION INTRAPERITONEAL

63

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

71 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan sebagai

berikut Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA

tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih

72 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah

1 Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja glutation

yang lebih detail

2 Memperhatikan takaran latihan supaya tidak berlebihan yang justru akan

meningkatkan kerusakan sel

3 Perlu dilakukan uji klinis pada manusia

63

64

DAFTAR PUSTAKA

Adiputra N 2008Kesehatan Olah Raga Available from httpwwwbalihesgorgindexphpoption=com Accessed 2011 Oct 5th

Anonim 2011 Glutathione Available at

httpenwikipediaorgwikiGlutathione Accessed 2011 Oct 5th Anonim 2011 Overtraining Available at

httpwwwmarksdailyapplecomovertraining Accessed 2011 Oct5th

Asikin N 2001Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan InKursus Penyegaran dan Pelatihan Radikal bebas dan Antioksidan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta Fakultas Kedokteran UI

Bagiada NA 2001 Proses Penuaan dan Penanggulangannya Denpasar

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hal 22 Banerjee AK Mandal A Chanda D Chahraboti S 2003 Oxidant

Antioxidant and Physical ExerciseAvailable from httpwwwncbinlmnihgovpubmed14619981 accesed 2011 Sept 2nd

Binekada MC 2002 ldquoPelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Konsentrasi dan

Motilitas Spermatozoa Mencitrdquo(tesis) Denpasar Universitas Udayana

Cadenas E Jones PD 2002Bioavailability of Glutathione In Cadenas E

Packer L editorsHandbook of Antioxidants2nd Ed New York Marcel DekkerInc p549-564

Catala A 2006Lipid PeroxidationInt J Biochem Cell Biol 38 1482-1495 Dalle-DonneI Rossi R ColomboR Giustarini D Milzani

A2006Biomarkers of Oxidative Damage in Human Disease Available from httpwwwredorbitcomnewsscience473334biomarkersof oxidative damage in human diseaseindexhtmlaccessed2011 Sept 5th

Fouad T 2007 Free radicals Types Sources and Damaging Reaction

Relations Available from

64

65

wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th

Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th

Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112

Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors

ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their

Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69

Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan

Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th

Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz

R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155

Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester

Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th

Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala

T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200

Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and

Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders

66

Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana

LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia

Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647

Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from

httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit

Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK

Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620

Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji

Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah

Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009

Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan

Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132

Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde

Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521

Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley

Medical Publicationsp 123-141

Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI

Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable

from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer

67

Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole

Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam

Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI

Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam

Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya

Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan

Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47

Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant

Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th

Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan

Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105

68

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965

Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975

Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753

Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

69

Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan

Group Statistics

Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887

Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215

Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260

Perlakuan 10 42500 23348 07383

Independent Samples Test

Levenes Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df

Sig (2-

tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence Interval of the

Difference Lower Upper

Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428

Equal variances not assumed

-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429

Post1

Equal variances assumed 592 452 367

22 18 000 333700 09087 314608 352792

Equal variances not assumed

36722 16855 000 333700 09087 314515 352885

Post2

Equal variances assumed 906 354 264

19 18 000 239500 09066 220454 258546

Equal variances not assumed

26419 16265 000 239500 09066 220307 258693

70

Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis

(Laurence amp Bacharach 1964)

2g mencit 20g tikus 400g marmot

l5Kg kelinci

20Kg kucing

40Kg kera

120Kg anjing

70Kg manusia

20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879

200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560

400 g marmot

008 057 10 225 24 52 102 315

l5Kg kelinci

004 025 044 10 106 24 45 142

20Kg kucing

003 023 042 092 10 22 41 130

40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61

120Kg anjing

0008 006 010 0022 024 052 10 31

70Kg manusia

00026 0018 0031 007 0013 016 032 10

71

Lampiran 4

Foto Penelitian

Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)

72

Lampiran 5

Data Hasil Penelitian

Kelompok Kontrol

Pre test Post test Pre test Post Test

752 647 769 694

779 670 773 664

745 660 803 653

769 643 817 677

783 653

786 684

Kelompok Perlakuan

Pre Test Post test

412 391

436 412

442 425

425 401

453 436

466 442

432 405

456 432

470 453

476 463

Page 82: PEMBERIAN INJEKSI GLUTATION INTRAPERITONEAL

64

DAFTAR PUSTAKA

Adiputra N 2008Kesehatan Olah Raga Available from httpwwwbalihesgorgindexphpoption=com Accessed 2011 Oct 5th

Anonim 2011 Glutathione Available at

httpenwikipediaorgwikiGlutathione Accessed 2011 Oct 5th Anonim 2011 Overtraining Available at

httpwwwmarksdailyapplecomovertraining Accessed 2011 Oct5th

Asikin N 2001Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan InKursus Penyegaran dan Pelatihan Radikal bebas dan Antioksidan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta Fakultas Kedokteran UI

Bagiada NA 2001 Proses Penuaan dan Penanggulangannya Denpasar

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hal 22 Banerjee AK Mandal A Chanda D Chahraboti S 2003 Oxidant

Antioxidant and Physical ExerciseAvailable from httpwwwncbinlmnihgovpubmed14619981 accesed 2011 Sept 2nd

Binekada MC 2002 ldquoPelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Konsentrasi dan

Motilitas Spermatozoa Mencitrdquo(tesis) Denpasar Universitas Udayana

Cadenas E Jones PD 2002Bioavailability of Glutathione In Cadenas E

Packer L editorsHandbook of Antioxidants2nd Ed New York Marcel DekkerInc p549-564

Catala A 2006Lipid PeroxidationInt J Biochem Cell Biol 38 1482-1495 Dalle-DonneI Rossi R ColomboR Giustarini D Milzani

A2006Biomarkers of Oxidative Damage in Human Disease Available from httpwwwredorbitcomnewsscience473334biomarkersof oxidative damage in human diseaseindexhtmlaccessed2011 Sept 5th

Fouad T 2007 Free radicals Types Sources and Damaging Reaction

Relations Available from

64

65

wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th

Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th

Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112

Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors

ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their

Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69

Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan

Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th

Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz

R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155

Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester

Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th

Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala

T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200

Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and

Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders

66

Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana

LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia

Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647

Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from

httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit

Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK

Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620

Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji

Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah

Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009

Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan

Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132

Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde

Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521

Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley

Medical Publicationsp 123-141

Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI

Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable

from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer

67

Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole

Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam

Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI

Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam

Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya

Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan

Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47

Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant

Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th

Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan

Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105

68

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965

Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975

Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753

Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

69

Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan

Group Statistics

Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887

Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215

Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260

Perlakuan 10 42500 23348 07383

Independent Samples Test

Levenes Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df

Sig (2-

tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence Interval of the

Difference Lower Upper

Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428

Equal variances not assumed

-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429

Post1

Equal variances assumed 592 452 367

22 18 000 333700 09087 314608 352792

Equal variances not assumed

36722 16855 000 333700 09087 314515 352885

Post2

Equal variances assumed 906 354 264

19 18 000 239500 09066 220454 258546

Equal variances not assumed

26419 16265 000 239500 09066 220307 258693

70

Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis

(Laurence amp Bacharach 1964)

2g mencit 20g tikus 400g marmot

l5Kg kelinci

20Kg kucing

40Kg kera

120Kg anjing

70Kg manusia

20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879

200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560

400 g marmot

008 057 10 225 24 52 102 315

l5Kg kelinci

004 025 044 10 106 24 45 142

20Kg kucing

003 023 042 092 10 22 41 130

40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61

120Kg anjing

0008 006 010 0022 024 052 10 31

70Kg manusia

00026 0018 0031 007 0013 016 032 10

71

Lampiran 4

Foto Penelitian

Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)

72

Lampiran 5

Data Hasil Penelitian

Kelompok Kontrol

Pre test Post test Pre test Post Test

752 647 769 694

779 670 773 664

745 660 803 653

769 643 817 677

783 653

786 684

Kelompok Perlakuan

Pre Test Post test

412 391

436 412

442 425

425 401

453 436

466 442

432 405

456 432

470 453

476 463

Page 83: PEMBERIAN INJEKSI GLUTATION INTRAPERITONEAL

65

wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th

Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th

Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112

Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors

ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their

Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69

Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan

Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th

Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz

R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155

Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester

Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th

Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala

T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200

Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and

Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders

66

Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana

LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia

Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647

Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from

httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit

Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK

Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620

Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji

Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah

Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009

Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan

Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132

Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde

Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521

Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley

Medical Publicationsp 123-141

Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI

Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable

from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer

67

Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole

Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam

Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI

Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam

Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya

Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan

Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47

Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant

Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th

Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan

Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105

68

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965

Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975

Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753

Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

69

Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan

Group Statistics

Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887

Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215

Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260

Perlakuan 10 42500 23348 07383

Independent Samples Test

Levenes Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df

Sig (2-

tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence Interval of the

Difference Lower Upper

Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428

Equal variances not assumed

-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429

Post1

Equal variances assumed 592 452 367

22 18 000 333700 09087 314608 352792

Equal variances not assumed

36722 16855 000 333700 09087 314515 352885

Post2

Equal variances assumed 906 354 264

19 18 000 239500 09066 220454 258546

Equal variances not assumed

26419 16265 000 239500 09066 220307 258693

70

Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis

(Laurence amp Bacharach 1964)

2g mencit 20g tikus 400g marmot

l5Kg kelinci

20Kg kucing

40Kg kera

120Kg anjing

70Kg manusia

20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879

200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560

400 g marmot

008 057 10 225 24 52 102 315

l5Kg kelinci

004 025 044 10 106 24 45 142

20Kg kucing

003 023 042 092 10 22 41 130

40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61

120Kg anjing

0008 006 010 0022 024 052 10 31

70Kg manusia

00026 0018 0031 007 0013 016 032 10

71

Lampiran 4

Foto Penelitian

Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)

72

Lampiran 5

Data Hasil Penelitian

Kelompok Kontrol

Pre test Post test Pre test Post Test

752 647 769 694

779 670 773 664

745 660 803 653

769 643 817 677

783 653

786 684

Kelompok Perlakuan

Pre Test Post test

412 391

436 412

442 425

425 401

453 436

466 442

432 405

456 432

470 453

476 463

Page 84: PEMBERIAN INJEKSI GLUTATION INTRAPERITONEAL

66

Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana

LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia

Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647

Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from

httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit

Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK

Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620

Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji

Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah

Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009

Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan

Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132

Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde

Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521

Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley

Medical Publicationsp 123-141

Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI

Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable

from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer

67

Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole

Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam

Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI

Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam

Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya

Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan

Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47

Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant

Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th

Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan

Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105

68

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965

Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975

Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753

Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

69

Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan

Group Statistics

Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887

Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215

Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260

Perlakuan 10 42500 23348 07383

Independent Samples Test

Levenes Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df

Sig (2-

tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence Interval of the

Difference Lower Upper

Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428

Equal variances not assumed

-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429

Post1

Equal variances assumed 592 452 367

22 18 000 333700 09087 314608 352792

Equal variances not assumed

36722 16855 000 333700 09087 314515 352885

Post2

Equal variances assumed 906 354 264

19 18 000 239500 09066 220454 258546

Equal variances not assumed

26419 16265 000 239500 09066 220307 258693

70

Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis

(Laurence amp Bacharach 1964)

2g mencit 20g tikus 400g marmot

l5Kg kelinci

20Kg kucing

40Kg kera

120Kg anjing

70Kg manusia

20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879

200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560

400 g marmot

008 057 10 225 24 52 102 315

l5Kg kelinci

004 025 044 10 106 24 45 142

20Kg kucing

003 023 042 092 10 22 41 130

40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61

120Kg anjing

0008 006 010 0022 024 052 10 31

70Kg manusia

00026 0018 0031 007 0013 016 032 10

71

Lampiran 4

Foto Penelitian

Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)

72

Lampiran 5

Data Hasil Penelitian

Kelompok Kontrol

Pre test Post test Pre test Post Test

752 647 769 694

779 670 773 664

745 660 803 653

769 643 817 677

783 653

786 684

Kelompok Perlakuan

Pre Test Post test

412 391

436 412

442 425

425 401

453 436

466 442

432 405

456 432

470 453

476 463

Page 85: PEMBERIAN INJEKSI GLUTATION INTRAPERITONEAL

67

Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole

Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam

Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI

Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam

Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya

Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan

Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47

Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant

Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th

Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan

Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105

68

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965

Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975

Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753

Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

69

Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan

Group Statistics

Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887

Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215

Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260

Perlakuan 10 42500 23348 07383

Independent Samples Test

Levenes Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df

Sig (2-

tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence Interval of the

Difference Lower Upper

Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428

Equal variances not assumed

-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429

Post1

Equal variances assumed 592 452 367

22 18 000 333700 09087 314608 352792

Equal variances not assumed

36722 16855 000 333700 09087 314515 352885

Post2

Equal variances assumed 906 354 264

19 18 000 239500 09066 220454 258546

Equal variances not assumed

26419 16265 000 239500 09066 220307 258693

70

Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis

(Laurence amp Bacharach 1964)

2g mencit 20g tikus 400g marmot

l5Kg kelinci

20Kg kucing

40Kg kera

120Kg anjing

70Kg manusia

20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879

200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560

400 g marmot

008 057 10 225 24 52 102 315

l5Kg kelinci

004 025 044 10 106 24 45 142

20Kg kucing

003 023 042 092 10 22 41 130

40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61

120Kg anjing

0008 006 010 0022 024 052 10 31

70Kg manusia

00026 0018 0031 007 0013 016 032 10

71

Lampiran 4

Foto Penelitian

Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)

72

Lampiran 5

Data Hasil Penelitian

Kelompok Kontrol

Pre test Post test Pre test Post Test

752 647 769 694

779 670 773 664

745 660 803 653

769 643 817 677

783 653

786 684

Kelompok Perlakuan

Pre Test Post test

412 391

436 412

442 425

425 401

453 436

466 442

432 405

456 432

470 453

476 463

Page 86: PEMBERIAN INJEKSI GLUTATION INTRAPERITONEAL

68

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

Kelompok

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965

Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975

Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753

Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance

69

Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan

Group Statistics

Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887

Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215

Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260

Perlakuan 10 42500 23348 07383

Independent Samples Test

Levenes Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df

Sig (2-

tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence Interval of the

Difference Lower Upper

Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428

Equal variances not assumed

-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429

Post1

Equal variances assumed 592 452 367

22 18 000 333700 09087 314608 352792

Equal variances not assumed

36722 16855 000 333700 09087 314515 352885

Post2

Equal variances assumed 906 354 264

19 18 000 239500 09066 220454 258546

Equal variances not assumed

26419 16265 000 239500 09066 220307 258693

70

Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis

(Laurence amp Bacharach 1964)

2g mencit 20g tikus 400g marmot

l5Kg kelinci

20Kg kucing

40Kg kera

120Kg anjing

70Kg manusia

20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879

200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560

400 g marmot

008 057 10 225 24 52 102 315

l5Kg kelinci

004 025 044 10 106 24 45 142

20Kg kucing

003 023 042 092 10 22 41 130

40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61

120Kg anjing

0008 006 010 0022 024 052 10 31

70Kg manusia

00026 0018 0031 007 0013 016 032 10

71

Lampiran 4

Foto Penelitian

Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)

72

Lampiran 5

Data Hasil Penelitian

Kelompok Kontrol

Pre test Post test Pre test Post Test

752 647 769 694

779 670 773 664

745 660 803 653

769 643 817 677

783 653

786 684

Kelompok Perlakuan

Pre Test Post test

412 391

436 412

442 425

425 401

453 436

466 442

432 405

456 432

470 453

476 463

Page 87: PEMBERIAN INJEKSI GLUTATION INTRAPERITONEAL

69

Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan

Group Statistics

Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887

Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215

Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260

Perlakuan 10 42500 23348 07383

Independent Samples Test

Levenes Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig t df

Sig (2-

tailed)

Mean Differe

nce

Std Error

Difference

95 Confidence Interval of the

Difference Lower Upper

Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428

Equal variances not assumed

-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429

Post1

Equal variances assumed 592 452 367

22 18 000 333700 09087 314608 352792

Equal variances not assumed

36722 16855 000 333700 09087 314515 352885

Post2

Equal variances assumed 906 354 264

19 18 000 239500 09066 220454 258546

Equal variances not assumed

26419 16265 000 239500 09066 220307 258693

70

Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis

(Laurence amp Bacharach 1964)

2g mencit 20g tikus 400g marmot

l5Kg kelinci

20Kg kucing

40Kg kera

120Kg anjing

70Kg manusia

20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879

200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560

400 g marmot

008 057 10 225 24 52 102 315

l5Kg kelinci

004 025 044 10 106 24 45 142

20Kg kucing

003 023 042 092 10 22 41 130

40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61

120Kg anjing

0008 006 010 0022 024 052 10 31

70Kg manusia

00026 0018 0031 007 0013 016 032 10

71

Lampiran 4

Foto Penelitian

Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)

72

Lampiran 5

Data Hasil Penelitian

Kelompok Kontrol

Pre test Post test Pre test Post Test

752 647 769 694

779 670 773 664

745 660 803 653

769 643 817 677

783 653

786 684

Kelompok Perlakuan

Pre Test Post test

412 391

436 412

442 425

425 401

453 436

466 442

432 405

456 432

470 453

476 463

Page 88: PEMBERIAN INJEKSI GLUTATION INTRAPERITONEAL

70

Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis

(Laurence amp Bacharach 1964)

2g mencit 20g tikus 400g marmot

l5Kg kelinci

20Kg kucing

40Kg kera

120Kg anjing

70Kg manusia

20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879

200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560

400 g marmot

008 057 10 225 24 52 102 315

l5Kg kelinci

004 025 044 10 106 24 45 142

20Kg kucing

003 023 042 092 10 22 41 130

40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61

120Kg anjing

0008 006 010 0022 024 052 10 31

70Kg manusia

00026 0018 0031 007 0013 016 032 10

71

Lampiran 4

Foto Penelitian

Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)

72

Lampiran 5

Data Hasil Penelitian

Kelompok Kontrol

Pre test Post test Pre test Post Test

752 647 769 694

779 670 773 664

745 660 803 653

769 643 817 677

783 653

786 684

Kelompok Perlakuan

Pre Test Post test

412 391

436 412

442 425

425 401

453 436

466 442

432 405

456 432

470 453

476 463

Page 89: PEMBERIAN INJEKSI GLUTATION INTRAPERITONEAL

71

Lampiran 4

Foto Penelitian

Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)

72

Lampiran 5

Data Hasil Penelitian

Kelompok Kontrol

Pre test Post test Pre test Post Test

752 647 769 694

779 670 773 664

745 660 803 653

769 643 817 677

783 653

786 684

Kelompok Perlakuan

Pre Test Post test

412 391

436 412

442 425

425 401

453 436

466 442

432 405

456 432

470 453

476 463

Page 90: PEMBERIAN INJEKSI GLUTATION INTRAPERITONEAL

72

Lampiran 5

Data Hasil Penelitian

Kelompok Kontrol

Pre test Post test Pre test Post Test

752 647 769 694

779 670 773 664

745 660 803 653

769 643 817 677

783 653

786 684

Kelompok Perlakuan

Pre Test Post test

412 391

436 412

442 425

425 401

453 436

466 442

432 405

456 432

470 453

476 463