4
III.2.1 Pemboran Kegiatan awal pada awal pada pembongkaran batugamping adalah pemboran, sebab pemboran bertujuan untuk membuat lubang tembak (blast hole) yang nantinya akan digunakan dalam peledakan. Penentuan lubang tembak yang tepat untukkegiatan pembongkaran dapat menghemat penggunaan bahan peledak yang dibutuhkan untukmembongkar sejumlah material yang akan ditambang. Pada PT Semen Tonasa alat bor yang digunakan adalah Fukurawa HCR 1500-ED (3 stell) dengan panjang masing rod yang digunakan adalah 3 meter. Pada saat kunjungan dilakukan, daerah yang sedang dibor berada pada elevasi +80. Namun, karena terdapat beberapa kendala teknis, kami tidak sempat melihat secara langsung proses pemboran dari dekat. Kami hanya berada pada daerah yang telah dilakukan pemboran untuk proses peledakan hari berikutnya pada elevasi +70. Namun, dari informasi yang diperoleh, kedalaman pemboran lubang tembak bervariasi bergantung pada lokasi yang dibor. Untuk kedalaman 6 meter biasanya dibuat untuk 125 lubang tembak, kedalaman 9 meter 75-95 lubang tembak, dan untuk kedalaman 12 meter untuk 50 lubang tembak. Sementara untuk diameter lubang tembak adalah sebesar 4,5 inch dan spasing yang digunakan khusus untuk pola sejajar adalah 4 meter.

Pemboran Dan Peledakan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Pemboran Dan Peledakan

III.2.1 Pemboran

Kegiatan awal pada awal pada pembongkaran batugamping adalah

pemboran, sebab pemboran bertujuan untuk membuat lubang tembak (blast hole)

yang nantinya akan digunakan dalam peledakan. Penentuan lubang tembak yang

tepat untukkegiatan pembongkaran dapat menghemat penggunaan bahan peledak

yang dibutuhkan untukmembongkar sejumlah material yang akan ditambang.

Pada PT Semen Tonasa alat bor yang digunakan adalah Fukurawa HCR 1500-

ED (3 stell) dengan panjang masing rod yang digunakan adalah 3 meter. Pada saat

kunjungan dilakukan, daerah yang sedang dibor berada pada elevasi +80. Namun,

karena terdapat beberapa kendala teknis, kami tidak sempat melihat secara

langsung proses pemboran dari dekat. Kami hanya berada pada daerah yang telah

dilakukan pemboran untuk proses peledakan hari berikutnya pada elevasi +70.

Namun, dari informasi yang diperoleh, kedalaman pemboran lubang tembak

bervariasi bergantung pada lokasi yang dibor. Untuk kedalaman 6 meter biasanya

dibuat untuk 125 lubang tembak, kedalaman 9 meter 75-95 lubang tembak, dan

untuk kedalaman 12 meter untuk 50 lubang tembak. Sementara untuk diameter

lubang tembak adalah sebesar 4,5 inch dan spasing yang digunakan khusus untuk

pola sejajar adalah 4 meter.

Pola pemboran yang diterapkan yaitu pola sejajar dan pola zig-zag. Pola

sejajar diterapkan untuk batuan yang agak lunak sementara untuk batuan yang

keras dan kompak digunakan pola zig-zag.

Page 2: Pemboran Dan Peledakan

Gambar 3.4 Alat bor Furukawa HCR 1500-HD

III.2.2 Peledakan

Peledakan merupakan proses lanjutan dari kegiatan pemboran yang

bertujuan untuk membongkar dan memisahkan batuan dari batuan induknya. Pada

PT Semen Tonasa peledakan dilakukan dengan pola peledakan sejajar atau box cut

dengan sistem delay. Detonator yang digunakan adalah detonator listrik dengan

delay 1-10. Adapun target dari peledakan ini yaitu 20.000 ton/hari.

Pada PT semen Tonasa, peledakan dilakukan pada hari Senin-Sabtu pada

pukul 12.00-13.00 dengan perhitungan hari Sabtu sebagai jam kerja lembur. Pada

peledakan ini, digunakan ANFO, Dynamite (250 gr/dodol), atau super gel sebagai

bahan peledak dengan denonator listrik sebagai pemicu ledakan. Jumlah bahan

peledak yang digunakan disesuaikan dengan kedalaman lubang ledak. Dari

informasi yang diperoleh di lapangan diketahui bahwa, untuk lubang ledak 6 meter

diperlukan isian ANFO sebanyak 33 kg, untuk lubang ledak 9 meter dibutuhkan

Page 3: Pemboran Dan Peledakan

ANFO 58 kg, serta untuk lubang ledak dengan kedalaman 12 meter dibutuhkan

ANFO 88-90 kg. ANFO sendiri mepunyai komposisi 94,5 % Amonium Nitrat dan 5,5

% Fuel Oil (FO). Perbandingan komposisi tersebut untuk mendapatkan zero oxygen

balance pada setiap peledakan yang berlangsung.

Dari setiap peledakan yang dilaukan, tidak menutup kemungkinan bahwa

fargmen batuan yang dihasilkan tidak seragam atau terdapat bongkahan batuan

yang berukuran cukup besar untuk dimasukkan ke crusher. Bongkahan batuan yang

berukuran cukup besar terlebih dahulu harus direduksi ukurannya dengan

menggunakan rock breaker ataupun secondary blasting. Di PT Semen Tonasa ini,

bongkahan batuan tersebut terlebih dahulu dikumpulkan atau tidak langsung

direduksi ukurannya setelah peledakan. Kemudian secondary blasting dilakukan

setiap 3 bulan sekali. Metode yang dilakukan dalam secondary blasting yaitu block

holing atau membuat lubang tembak di permukaan batuan dan kemudian

menyimpan bahan peledak pada lubang tersebut untuk kemudian diledakkan.

Dari aspek Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) dalam peledakan, maka

proses peledakan hanya boleh dilakukan oleh juru ledak yang telah memiliki Kartu

Izin Menembak (KIM) dimana kartu ini harus diperbaharui setiap 2 tahun.

Sedangkan ketika proses peledakan berlangsung, alat mekanis dan personel

harusberada dalam jarak aman. PT Tonasa menetapkan jarak aman untuk manusia

adalah di luar radius 400 meter dan 100 meter untuk alat mekanis.