Upload
chompey-sibarani
View
227
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
7/23/2019 Pemecatan PNS Di Taput Menemui Titik Terang
1/8
TERKAIT KEPUTUSAN BAPEK : PNS YANG DIPECAT AKAN KEMBALI BEKERJA
Tarutung ( )
Setelah melalui perjuangan
panjang dan melelahkan, beberapaPegawai Negeri Sipil di lingkungan
Pemerintah Kabupaten Tapanuli
Utara yang dipecat oleh Bupati
akhirnya menemui titik terang.
BAPEK melalui sidang tertanggal 22
November 2012 yang lalu
memutuskan pembatalan
pemecatan mereka. Sekretariat
Badan Pertimbangan Kepegawaian
(BAPEK) Republik Indonesia ketika
dikonfirmasi mengenai Surat
Keputusan mengenai hasil sidang
perkara pemecatan PNS yang lalu mengatakan bahwa Surat Keputusan tersebut telah dikirimkan ke
Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara tertanggal 12 Februari 2013. Surat Keputusan BAPEK atas
nama 5 PNS Pemkab Tapanuli Utara sudah kami kirim tertanggal 12 Februari 2013 dan penyerahan
ke yang bersangkutan oleh PPK dalam hal ini Bupati Tapanuli Utara. Untuk lebih jelasnya saudara
bisa tanyakan ke BKD Kabupaten Tapanuli Utara, ujar sekretariat BAPEK ketika dikonfirmasi melalui
official website BAPEK, Selasa (2/4) yang lalu. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun
2011 pasal 11 ayat (5) Keputusan Badan Pertimbangan Pegawai ini bersifat mengikat dan wajibdilaksanakan oleh semua pihak yang terkait. Jika PNS yang bersangkutan belum menerima SK
tersebut maka dapat ditanyakan kepada BKD Kab. Tapanuli Utara, lanjut sekretariat BAPEK melalui
emailnya dalam konfirmasi tertulis (3/4)
Kepala Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Tapanuli Utara, Drs. Jamilin Purba, MM ketika
dikonfirmasi melalui sms perihal Surat Keputusan Sidang yang telah dikirimkan oleh BAPEK terkait
sengketa pemecatan PNS mengakui bahwa surat tersebut telah sampai ke tangan BKD Tapanuli
Utara. Sudah kita terima dan sudah kita bicarakan dengan para pejabat terkait, mungkin minggu ini
telah dapat diterima yang bersangkutan lewat pimpinan SKPD yang bersangkutan, ujar Jamilin
disela-sela kesibukannya mengikuti rombongan Bupati melakukan kunjungan kerja ke DaerahKecamatan Simangumban (2/4).
Mutasi besar-besaranPerlu diketahui bahwa pemecatan 5 (lima) orang PNS yang bekerja di Pemerintah Kabupaten
Tapanuli Utara bermula dari tindakan sewenang-wenang Bupati yang memutasikan PNS di
wilayah kerja Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara dan menurut sumber yang layak
dipercaya pemutasian besar-besaran itu terjadi pasca Pemilihan Umum tahun 2008 kemarin di
mana para PNS yang merupakan lawan politik Bupati dimutasikan dan di non job kan. Tidak
tanggung-tanggung, ada ribuan orang yang dimutasi dan di non job kan. Sejak 2008 hingga
sekarang ada seribuan PNS dimutasikan dan di nonjobkan, mereka tersebar diberbagai SKPD di
Tapanuli Utara, terkenal dengan pejabat yang tidak sesuai dengan manajemen
The Right Man On The Right Place
7/23/2019 Pemecatan PNS Di Taput Menemui Titik Terang
2/8
berbagai kecamatan, ujar Sofian Simanjuntak salah seorang dari PNS yang dipecat. Bahkan
yang lebih buruk, Bupati (Toluto, red) juga seakan membunuh PNS dan keluarganya secara
perlahan, di mana seorang PNS yang telah berkeluarga dipisah jauh dari keluarganya, ujar Alpha
Simanjuntak juga seorang PNS yang dipecat. Namun sangat disayangkan, hanya 20 orang yang
berani bersuara dan menolak kelaliman Bupati, sambung Sofian.
Alhasil akibat tindakan sewenang-wenang tersebut para PNS yang dimutasikan menuntut
keadilan melalui Pengadilan Tata Usaha Negara dan oleh Pengadilan Tata Usaha Negara perkara
mereka dibagi ke dalam 5 register. Register 69 atas nama Drs Joksen Sijabat dan Drs Sofian
Simanjuntak. Register 70 Ir Mutiara Hutasoit, Drs Bernad Aruan dan Marihot Marpaung BA.
Register 71 adalah Jhonny Sigalingging SKM. Register 73 Erty Panent SE Msi, Jonri Sinaga, Riris
Aritonang. Register 74 masing masing Delima Simarangkir, Mastur Sinaga, Zulkifli Sitompul,
Rince Situmorang, Resmi Siringoringo, Tiamin Samosir, Paruntungan Sianturi, Rosnita Silalahi,
Marlena Sitompul dan Ropina Siahaan. Sementara penggugat dengan register perkara 75
dikalahkan oleh PTUN. Keadaan ini terjadi setelah hakim anggota Bambang Wicaksono SH dalam
persidangan membacakan setting opinion. Dijelaskan, terjadi perbedaan pendapat diantara tiga
majelis hakim sehingga diputuskan melalui pemungutan suara yang pada akhirnya mengalahkan
penggugat dengan perbandingan 1:2.
Menyangkut kerugian negara Rp. 180 milyarDalam sidang perkara tersebut diatas, PTUN memenangkan para PNS dengan alasan bahwa
maksud dan tujuan pemutasian adalah untuk efesiensi dan efektifitas kinerja PNS, kecuali PNS
yang bersangkutan telah dijatuhi hukuman disiplin sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor
30/80 tentang Disiplin PNS dan keseluruhan PNS digaji dari Uang Negara atau Uang Rakyat yang
bersumber dari pajak kenderaan bermotor, pajak bumi dan bangunan, dan lain-lain sumber
pendapatan negara yang sah, namun akibat dari mutasi tersebut, banyak PNS yang tidak efektif
dan efisien lagi dalam bekerja sehingga merugikan keuangan negara hampir 180 Milyar Rupiah.
Mereka yang nonjob setiap hari datang ke kantor hanya menandatangani daftar hadir. Sebab,
para PNS yang dinonjobkan tersebut terbilang tidak difungsikan. Buat apa tetap di kantor, tugas
tidak ada, tandas Sofian Simanjuntak yang juga adalah sekretaris Korpri Taput sebelum di pecat
sembari mengungkapkan bahwa terbitnya SK pemutasian kerap mendadak, sehingga
menimbulkan keresahan di kalangan PNS. Atau dengan kata lain, banyak PNS yang hanya
mendapat gaji buta tanpa bekerja, ujarnya.
Dijelaskannya lagi, jika dihitung-hitung, karena kondisi tersebut, sekitar Rp. 180 miliar uang
negara untuk membayar gaji para PNS yang dinonjobkan tersebut sia-sia. Rata-rata PNS yang di
mutasi dan di nonjobkan adalah golongan III-IV, atau Eselon II dan III mendapat gaji sekitar Rp. 3
juta per bulan. Di Taput sendiri, ada sekitar seribuan PNS yang dimutasi sewenang-wenang, jadi
jika 3 juta dikali sekitar seribuan PNS jumlah kerugian negara akibat tidak efektifnya kinerja
mereka selama Pemerintahan Bupati Tapanuli Utara yang notabene adalah 5 Tahun adalah 180
milyar, terangnya. Bagaimana tidak, belum lagi menjabat di satu jabatan selama hampir
setahun, PNS sudah dimutasikan ke jabatan baru yang lain jurusan. Contohnya untuk saat ini
dapat kita lihat bahwa Kepala RSU Tarutung sekarang di jabat oleh seorang Sarjana Hukum,
Camat dijabat oleh guru SD, Perawat dan Bidan ditempatkan di Kantor Kecamatan, Inilah yangmembuat pengadilan PTUN memenangkan gugatan para PNS yang dimutasikan tersebut.
7/23/2019 Pemecatan PNS Di Taput Menemui Titik Terang
3/8
Tidak puas kalah di PTUN karena merasa punya hak memutasi PNS sesuai dengan
perjanjian pada ujian seleksi PNS yaitu bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Indonesia,
Toluto mengajukan banding ke Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara. Di Pengadilan tingkat ini
pun PTTUN Medan menyatakan Toluto bersalah dan memerintahkan Bupati Tapanuli Utara ini
untuk mencabut SK Pemutasian tersebut dan mengembalikan para PNS tersebut ke jabatan
semula. Namun Toluto menolak Keputusan PTUN yang dikuatkan oleh PTTUN ini dan
mengajukan kasasi ke Mahkamah Agung Republik Indonesia. Namun Mahkamah Agung
menolak kasasi tersebut dan menguatkan putusan PTUN Medan dan berkekuatan hukum tetap
(incraft).
DPRD TAPANULI UTARA LEMAH : PNS DIPECATTidak puas sampai di sana, Toluto akhirnya mengulur waktu untuk melaksanakan Keputusan
Mahkamah Agung tersebut sehingga membuat para PNS melakukan aksi unjuk rasa ke DPRD
Tapanuli Utara dengan 3 point tuntutan, yaitu (1) Hentikan segala bentuk intimidasi dan
pemutasian sewenang-wenang terhadap PNS di lingkungan Pemerintah Kabupaten Tapanuli
Utara, (2) Laksanakan Keputusan Mahkamah Agung yang memenangkan PNS dari pemutasian
sewenang-wenang, dan (3) Hentikan kecurangan terstruktur dalam pelaksanaan Ujian Nasional
siswa karena ini adalah pembodohan massal. Aksi demonstrasi mereka ini dilakukan dengan
damai. Namun ketika mereka demonstrasi, ada sekelompok orang juga demonstrasi mendukung
kebijakan Toluto, entah dari mana mereka berasal dan entah dari mana mereka tahu bahwa hari
itu ada aksi demonstrasi para PNS menuntut putusan Mahkamah Agung dilaksanakan.
Dalam demonstrasi tersebut,
mereka mengadukan nasib mereka ke
DPRD Tapanuli Utara yang ketika itu
diterima langsung oleh Ketua Dewan
Perwakilan Rakyat Tapanuli Utara,
Fernando Simanjuntak. Fernando
berjanji akan memfasilitasi dan
berupaya menjadi mediator antar PNS
dan Toluto. Namun kenyataannya,
keluarlah Keputusan Toluto
memberhentikan para PNS yang
berdemo tersebut dengan tidak atas
permintaan sendiri. SK
Pemberhentian ini tertuang dalam
Keputusan Bupati Tapanuli Utara nomor 862/05/BKD/II/2012, 862/07/BKD/II/2012,
862/09/BKD/II/2012, 862/15/BKD/II/2012, 862/16/BKD/II/2012 tanggal 15 Maret 2012.
Pemecatan tersebut masing-masing atas nama Drs. Joksen Sijabat (Mantan Sekretaris
BAPPEDA), Drs. Sofian Simanjuntak (Mantan Camat Pahae Jae), Junielda Pakpahan, S.E., Ir.
Longgam Panggabean (Mantan Kadis Perikanan dan Peternakan), dan Drs. Alpa Simanjuntak,
M.Pd (Mantan Kepala Sekolah SMA Neg. 1 Siborong-borong). Dasar hukuman pemecatan adalah
PP No. 53 Tahun 2010 tentang Hukuman Disiplin PNS pada Pasal 3 angka 3, Pasal 3 angka 6, danPasal 4 angka 6. Selain pemecatan kelima mantan pejabat tersebut, Bupati Tapanuli Utara juga
Demonstrasi PNS atas mutasi sewenang-wenang oleh PEMKAB TAPUT
7/23/2019 Pemecatan PNS Di Taput Menemui Titik Terang
4/8
menurunkan pangkat setingkat lebih rendah selama tiga tahun untuk 8 (delapan) orang PNS
untuk kasus yang sama. Dimana satu diantaranya adalah seorang guru sertifikasi yang
ditetapkan menjadi staf dinas dan terpaksa harus kehilangan masa kerja selama 4 (empat) tahun
dan kehilangan hak sertifikasinya. Hal ini dikarenakan pada guru berlaku masa kerja hingga umur
60 (enam puluh) tahun sedangkan pada staf biasa berlaku masa kerja hingga 56 tahun.
Alpha Simanjuntak yang dipecat sesuai Surat Keputusan (SK) Bupati Tapanuli Utara No
862/16/BKD/II/2012, Tanggal 15 Maret 2012, tentang penjatuhan hukuman disiplin
pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai Pegawai Negeri Sipil.
Dasar pemecatan dalam SK disebutkan, Alpha telah melanggar ketentuan Pasal 4 angka 6
Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang disiplin Pegawai Negeri Sipil yang berbunyi
setiap PNS dilarang melakukan kegiatan bersama dengan atasan, teman sejawat, bawahan, atau
orang lain di dalam maupun di luar lingkungan kerjanya dengan tujuan untuk keuntungan
pribadi, golongan, atau pihak lain, yang secara langsung atau tidak langsung merugikan Negara.
Alpa sendiri terakhir berpangkat Pembina VI/a dan bekerja sebagai guru di SMP Negeri I
Simangumban, Kecamatan Simangumban, Kabupaten Tapanuli Utara.
Saat dihubungi, Drs Alpha Simanjuntak MPd yang pernah menjadi Calon Wakil Bupati Taput
periode 2009-2014 berpasangan dengan Drs Edward Sihombing MM membenarkan dirinya
menerima SK pemecatan itu. Ia mengaku kesal dan marah. Menurutnya, Pasal 4 angka (6)
Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 yang dijatuhkan terhadap dirinya dalam SK
pemecatan tersebut tidak memiliki dasar pembuktian hukum. Saya tidak mengerti apa
hubungan pasal penjatuhan hukuman disiplin ini dengan tuduhan perbuatan yang saya lakukan,
ujarnya. Menurutnya, pengertian bunyi pasal 4 angka 6 PP 53 Tahun 2010 itu merupakan
perbuatan tindak pidana korupsi. Saya tidak habis pikir dan merasa sangat aneh, mengapa
Bupati memiliki penalaran hukum yang sangat dangkal? Anggaran apa yang saya korupsi dengan
status sebagai guru dan berapa nilai nominal yang saya korupsi yang telah merugikan Negara?",
ucapnya dengan sedikit nada kecewa.
BUPATI, KETUA PENGADILAN NEGERI TARUTUNG, DAN MENDAGRI SIKSA ERTY PANENT.Belum lagi yang dialami oleh Erty Panent, PNS di
Pemkab Taput yang melayangkan gugatan terhadap
Bupati Torang Lumbantobing (Toluto) ke PN Tarutung,
mendapat perlakuan tidak menyenangkan dari atasan
dan rekan-rekannya sesama staf di Kantor Camat
Pangaribuan. Erty mengaku, saat berada di kantor
dirinya merasa dikucilkan. Erty Panent menggugat
Toluto lantaran putusan MA yang memenangkan
gugatannya (untuk kasus penurunan pangkat dari III/d
ke III/c) dan memutuskan agar Toluto
mengembalikannya ke posisi semula sebelum
dimutasikan tidak dijalankan. Erty Panent
memenangkan gugatan tersebut, di mana Keputusan
Mahkamah Agung Republik Indonesia yang tidakdigubris oleh Toluto mengakibatkan Pengadilan Negeri Tarutung menghukum Toluto dengan 6
Bupati Tapanuli Utara, Torang Lumbantobing
alias Toluto
7/23/2019 Pemecatan PNS Di Taput Menemui Titik Terang
5/8
(enam) amar putusan untuk kasus gugatan Erty Panent yang pangkatnya diturunkan oleh Toluto
setingkat lebih rendah dari III/d ke III/c.
Dalam memori gugatan Erty dijelaskan, dirinya selaku penggugat diangkat sebagai Calon
Pegawai Negeri Sipil (CPNS) berdasarkan Surat Keputusan Kepala Badan Koordinasi Keluarga
Berencana Nasional (BKKBN) 26 Januari 1993 dengan pangkat golongan ruang IIIa, yang
selanjutnya diangkat menjadi PNS 24 Agustus 1994. Di mana dalam memori gugatan itu, Bupati
disebut sebagai tergugat I, Torang Lumbantobing secara pribadi disebut sebagai tergugat II, dan
Pemerintah Republik Indonesia cq Menteri Dalam Negeri disebut sebagai tergugat III
Selanjutnya, pangkat terakhir Erty, Penata TK.I (III/d) atau eselon IVa berdasarkan SK Bupati
20 September 2006. Selanjutnya, penggugat diangkat sebagai Kepala Seksi Penganekaragaman
Konsumsi Pangan dan Gizi pada Badan Penyuluhan dan Ketahanan Pangan Taput. Kemudian,
tergugat I dan II mengeluarkan keputusan memberhentikan dengan hormat PNS Erty Panent dari
jabatan sebagai kepala seksi pada tanggal 3 Juni 2009, dan menjadikannya sebagai staf kantor
Camat Siatas Barita.
Berdasarkan SK tersebut, penggugat menilai banyak kejanggalan, sehingga penggugat
pernah mengajukan gugatan ke Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) Medan. Dalam amar
putusan majelis hakim Mahkamah Agung (MA) tanggal 17 Pebruari 2011 jo Putusan Pengadilan
Tinggi Tata Usaha Medan 21 Juni 2010 jo Putusan Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara 6 Januari
2010 disebut, tergugat I dihukum untuk mengembalikan kedudukan/jabatan penggugat ke
jabatan semula. Artinya penggugat berada dipihak yang menang, beber Raja Induk Sitompul,
Kamis (12/4/2011) di Tarutung.
Raja Induk menyebut, sampai pada penjatuhan hukuman penurunan pangkat Erty tanggal 12Januari 2012, putusan pengadilan yang sudah berkekuatan hukum tetap itu tidak dipatuhi oleh
Toluto selaku Bupati, dan pihak yang dikalahkan oleh MA. Penggugat malah diturunkan
pangkatnya dari golongan IIId menjadi IIIc, sehingga gaji penggugat dari Rp 2.753.100 menjadi
2.455.700 terhitung sejak 1 Pebruari 2012, ungkap Raja Induk. Raja Induk menegaskan,
perbuatan tergugat I dan II tersebut, merupakan sebuah perbuatan melawan hukum (onrecht
matige daad overheids). Sehingga, dalam hal itu penggugat mengalami kerugian material dan
moril, terangnya.
Tak Hadiri SidangSidang pertama gugatan Erty, tidak dihadiri tergugat II Torang Lumbantobing. Yang tampak
hadir dipersidangan, hanya Kepala Bagian Hukum dan Organisasi Pemkab Taput, Bontor Hutasoit
didampingi stafnya Marito Simanjuntak. Sidang yang berakhir pukul 11.51 WIB dan hanya
berlangsung sekitar 5 menit itu, dipimpin Majelis Hakim, Dominggos Silaban SH, dengan panitera
pengganti Dorman Sormin. Sidang akhirnya diundur hingga 3 Mei mendatang, karena tergugat II
maupun kuasa hukumnya dalam kasus tersebut tidak hadir.
Saat persidangan tersebut, majelis hakim, hanya membacakan surat kuasa hukum tergugat I
(Bupati Taput). Selanjutnya, karena tergugat II tak memenuhi surat untuk menghadiri sidang
gugatan, majelis hakim memerintahkan kepada juru sita untuk menyurati kembali tergugat II
(Torang Lumbantobing) guna menghadiri persidangan selanjutnya. Terkait ketidakhadiran
7/23/2019 Pemecatan PNS Di Taput Menemui Titik Terang
6/8
Rajainduk Sitompul, Kuasa Hukum
Erty Panent
tergugat II, Raja mengatakan, pihaknya berharap supaya perkara itu segera memiliki kepastian
hukum, dan meminta kepada tergugat sebaiknya hadir ke persidangan. Sehingga nantinya
proses persidangan tidak tertunda-tunda. Intinya kita ingin masalah ini segera ada solusi dan
kepastian hukum, ucapnya.
Mendari Layak Pecat TolutoDisisi lain, Raja Induk menambahkan, dalam momori
gugatan Erty disebutkan, agar tuntutan penggugat tidak
menjadi illusoir kelak karena adanya kekhawatiran dan sangka
yang beralasan dimana tergugat I dan II, tetap tidak mematuhi
putusan sebagaimana yang telah dilakukan tergugat I dan II
terhadap putusan PTUN dan dikuatkan dengan putusan
Mahkamah Agung RI. Maka patut dan adil menurut hukum bila
mana majelis hakim yang memeriksa dan mengadili perkara
tersebut meletakkan sita conservatior beslag atas harta benda
tidak bergerak milik tergugat I dan II yang terletak di Jalan
Siwaluompu, Naheong, Tarutung (rumah milik Toluto).
Dalam memori gugatan tersebut, disebutkan, seluruh PNS di wilayah negara RI di bawah
naungan Menteri Dalam Negeri (tergugat III-red) dan manakala tergugat I dan II dengan
sewenang-wenang menurunkan pangkat dan tidak mematuhi putusan hukum, maka patut dan
adil menurut hukum bila mana tergugat III mengusulkan pemecatan tergugat I dan II selaku
Bupati Tapanuli Utara.
Dan, memori gugatan lainnya disebutkan, karena gugatan tersebut diajukan dengan bukti-
bukti autentik yang tidak dapat disangkal kebenarannya, patut adil menurut hukum bilamana
putusan perkara ini dapat dijalankan dengan serta merta (uitvoerbar bij vorraad) atau atas dasar
bukti Putusan PTUN dan MA.
Terpisah, juru sita, Daniel Manurung menyebutkan, jika tanggal 26 Maret lalu dirinya sudah
mendatangi Kantor Bupati Taput yang beralamat di Jalan Letjen Suprapto No I Tarutung dan
Rumah Dinas Bupati Tapanuli Utara Jalan Jend Ahmad Yani (Tangsi) Tarutung untuk
menyampaikan relas panggilan untuk menghadiri persidangan. Namun, Torang Lumbantobing
selaku tergugat II kata Daniel tidak bersedia ditemui. Kita sudah mendatangi Kantor Bupati dan
rumah Dinas Bupati. Namun dia (tergugat II) tidak mau bertemu dan menandatangai relas
panggilan sidang, dan kita akan memanggilnya lagi, terang Daniel.
Ketua Majelis Hakim Dominggus Silaban
di dampingi hakim anggota, Setia Sri
Mariana dan Relson M Nababan
menyatakan bahwa perbuatan tergugat I
(toluto) merupakan perbuatan melawan
hukum, menghukum Bupati Tapanuli Utara
untuk melaksanakan eksekusi atas putusan
Mahkamah Agung (MA) tanggal 17 Pebruari
2011 jo Putusan Pengadilan Tinggi Tata
Usaha Medan 21 Juni 2010 jo Putusan
Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara 6Januari 2010 yang mempunyai kekuatan
Ketua Majelis Hakim Dominggus Silaban di dampingi hakim anggota, Setia Sri Mariana
dan Relson M Nababan, dalam sidang gugatan Erty Panent
7/23/2019 Pemecatan PNS Di Taput Menemui Titik Terang
7/8
hukum tetap atas nama penggugat Erty Panent SE. Kemudian, menghukum agar Bupati Tapanuli
Utara, membayar tunjangan jabatan penggugat selama 41 bulan yang untuk setiap bulannya
Rp600 ribu, terhitung sejak Juli 2009, sampai putusan perkara tersebut dibacakan. Sehingga total
tunjangan yang harus dibayarkan senilai Rp24.600.000.
Selanjutnya, menghukum Torang Lumbantobing agar membayar kerugian penggugat untuk
biaya transportasi akibat pemindahan tugas penggugat keluar Kota Tarutung, yakni dari domisili
penggugat di Tarutung ke Kecamatan Pangaribuan, terhitung sejak April 2010 hingga Nopember
2012 senilai Rp35 ribu per hari dikali 31 bulan, yakni senilai Rp13.640.000 kepada Erty Panent SE.
Pada poin ke-5 amar putusan majelis hakim dinyatakan, mengukum Torang Lumbantobing untuk
membayarkan uang paksa sebesar Rp10 juta untuk setiap bulannya dan diserahkan kepada
penggugat. Pembayaran uang paksa tersebut dibayarkan dari gaji/tunjangan Torang
Lumbantobing setiap bulannya melalui Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Balige,
dengan ketentuan supaya pembayaran uang paksa dimaksud dilakukan secara
berkesinambungan sampai dengan Bupati Tapanuli Utara mematuhi/melaksanakan isi putusan
hakim PTUN yang telah berkekuatan hukum tetap. Sedangkan pada amar putusan ke-6, majelis
hakim menyatakan, bahwa putusan itu dapat dilaksanakan serta merta, meskipun ada upaya
hukum yang dilakukan oleh tergugat-tergugat. Tak hanya itu, hakim juga menyatakan bahwa
seluruh ongkos perkara tersebut dibebankan kepada Bupati Tapanuli Utara, Torang
Lumbantobing yang diperkirakan mencapai Rp1.376.000,-
Untuk kasus ini, Ketua Pengadilan Negeri Tarutung, Rosmina, SH., MA., - menurut sumber
yang layak dipercaya tidak mengeluarkan perintah eksekusi kepada panitera pengganti untuk
melaksanakan hukuman tersebut sebagaimana mestinya. Hal ini dikarenakan adanya
permintaan dari pihak tergugat (toluto, red).
Menyikapi hal ini, Alain Delon Simanungkalit, Ketua LSM
Forum Komunikasi Rakyat Indonesia (FORKORINDO) Wilayah
Tapanuli mengatakan bahwa bagaimana mungkin ada
permintaan khusus dari tergugat untuk menunda pelaksanaan
eksekusi putusan pengadilan sementara dikatakan dengan jelas
di dalam amar putusan tersebut bahwa putusan itu dapat
dilaksanakan serta merta, meskipun ada upaya hukum yang
dilakukan oleh tergugat-tergugat. Kami sudah laporkan masalah
ini ke Mahkamah Agung Republik Indonesia dengan nomor
00010/BP/A/OL/3/2013 dimana laporan tersebut juga
menyangkut Peraturan Pemerintah No.36 tahun 2011 dimana
rangkap jabatan sebagai anggota MUSPIDA bagi seorang hakim
atau ketua pengadilan sudah tidak diperbolehkan lagi, namun
hingga sekarang ketua pengadilan negeri Tarutung masih menerima jatah sebagai unsur
muspida Tapanuli Utara.
Terkait masalah penerimaan jatah sebagai unsur MUSPIDA Tapanuli Utara, Kepala
Kejaksaan Negeri Tarutung, Simanjuntak mengaku sedikit terkejut dan kurang yakin akan
penjelasan wartawan. Walaupun jumlahnya sedikit, hanya sekitar Rp. 700.000,-, namun hal itu
Alain Delon Simanungkalit, Ketua LSM
FORKORINDO Cab. Tapanuli Utara
7/23/2019 Pemecatan PNS Di Taput Menemui Titik Terang
8/8
merupakan perbuatan yang tidak dapat dipuji, ujarnya. Peraturan Pemerintah No.36 tahun
2011 jelas-jelas sudah melarang untuk rangkap jabatan, lanjutnya. Mudah-mudahan itu tidak
benar, namun akan saya tanyakan secara pribadi, ujarnya mengakhiri pembicaraan.
BUBARKAN MA, PUTUSANNYA MANDUL DI TAPANULI UTARAPerjuangan panjang para PNS yang hampir satu periode
kepemimpinan Bupati Tapanuli Utara, Torang Lumbantobing,
akhirnya menemui titik terang pasca diterimanya Keputusan
BAPEK oleh Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara sebagaimana
yang dibenarkan oleh Kepala Badan Kepegawaian Daerah
Kabupaten Tapanuli Utara, Drs. Jamilin Purba, MM melalui
telepon selulernya. Kemungkinan Minggu ini mereka akan
diterima lagi dan sudah dapat bekerja sebagaimana biasa, ujar
Jamilin. Menanggapi hal tersebut, Sofian Simanjuntak sangat
mengharapkan pelaksanaan ucapan Kepala Badan Kepegawaian
Daerah Kabupaten Tapanuli Utara itu dapat terwujud sesegera
mungkin. Mudah-mudahan apa yang dikatakan oleh Kepala
BKD Tapanuli Utara itu terlaksana, kita lihat saja, ujar Sofian
Simanjuntak. Pernyataan Jamilin dalan konfirmasi nya mengenai
hal tersebut diatas mengisyaratkan bahwa perjuangan panjang para PNS yang dipecat tersebut
akhirnya membuahkan hasil, juga hal tersebut mengisyaratkan bahwa perjuangan hukum
melalui lembaga YUDIKATIF dalam hal ini PTUN, PTTUN, dan Mahkamah Agung, terakhir melalui
Pengadilan Negeri Tarutung tidak membuahkan hasil. Lalu buat apa lembaga itu ada? Bubarkan
sajalah!, di Tapanuli Utara ini, putusan setingkat Mahkamah Agung saja tidak berlaku apalagi
setingkat PN, PTUN, dan PTTUN sudah pasti tidak berlaku, ujar Alain Delon sambil berlalu.
(Chompey)
Sofian Simanjuntak : "Nah... Disinilah aku si
goblok yang malang yang tak lebih bijak dari
sebelumnya "