PEmeliharaan Sawit

Embed Size (px)

DESCRIPTION

tugas

Citation preview

PEMELIHRAAN KELAPA SAWIT

Managemen pemelihraan kelapa sawit terdiri dari 2 macam, yaitu pemeliharaan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) dan Pemeliharaan Tanaman Menghasilkan (TM). Menurut Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pertanian (2009) TBM kelapa sawit adalah masa sebelum panen (dimulai dari saat tanam sampai panen pertama) yaitu berlangsung 30-36 bulan atau terhitung mulai bibit kelapa sawit ditanam di lahan/lapangan (0 tahun) sampai dengan tanaman mulai pertama berbunga (sekitar 3-4 tahun). Periode waktu TBM pada tanaman kelapa sawit terdiri dari:

TBM 0 : menyatakan keadaan lahan sudah selesai dibuka, ditanami kacangan penutup tanah dan kelapa sawit sudah ditanam pada tiap titik panjang.TBM 1 : tanaman pada tahun ke I (0-12 bulan)TBM 2 : tanaman pada tahun ke II (13-24 bulan)TBM 3 : tanaman pada tahun ke III (25-30 atau 36 bulan)

Tulisan ini sebagian besar membahas tentang pemeliharaan TBM dan sebagian kecil TM. Menurut Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pertanian (2009) tahapan penting dalam manajemen pemeliharaan tanaman kelapa sawit yaitu perencanaan, pengorganisasian pelaksanaan, pengawasan pelaksanaan pemeliharaan tanaman kelapa sawit belum menghasilkan (TBM).

Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)

Perencanaan

Hal ini sangat menentukan keberhasilan dari penanaman kelapa sawit, yaitu:

Inventarisasi kegiatan pemeliharaan kelapa sawit

Mencatat seluruh kegiatan apa saja yang dilakukan terhadap kelapa sawit yaitu sejak bibit sawit selesai ditanam di lahan/lapangan sampai dengan tanaman mulai pertama kali berbunga atau kegiatan yang dilakukan untuk menginventarisasi tanaman yang mati, tumbang, atau terserang hama atau penyakit. Selain itu dilakukan pula menegakkan tanaman yang tampak miring dan memadatkan tanah setelah selesai kegiatan penanaman. Kegiatan pemeliharaan ini terdiri atas:

Konsolidasi atau sensus tanaman

Konsolidasi atau disebut juga sensus adalah kegiatan yang dilakukan untuk menginventarisasi tanaman yang mati, tumbang, atau terserang hama atau penyakit. Selain itu dilakukan pula menegakkan tanaman yang tampak miring dan memadatkan tanah setelah selesai kegiatan penanaman.

Anonim (2003) dalam Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pertanian (2009) menjelaskan bahwa kerapatan tanaman kelapa sawit sesuai standar pohon yang sehat harus dicapai pada bulan ke 12 setelah penanaman. Sensus pada TBM 1 dengan penyisipan menjadi prioritas utama. Sensus pada TBM 1 dilakukan pada umur 2, 6 dan 10 bulan setelah tanam. Tanaman yang tidak normal diberi tanda silang cat berwarna putih. Sensus selanjutnya adalah sensus tanaman tidak produktif yaitu dilakukan pada saat dimulai kastrasi pada bulan ke 14 dan 18. Karena itu, untuk kegiatan kastrasi bunga betina yang ada di pohon non produktif (sensus ke 1 s.d sensus ke 4) tidak dibuang. Berikutnya adalah sensus tanaman produksi rendah yaitu dilakukan 4 kali pada umur 14, 17, 20, dan 23 bulan setelah tanama dengan cara:

Sensus pertama pada umur 14 bulan (Ss 1) yaitu dilakukan pada pohon yang berbunga betina 4 diberi tanda dot pada pelepah ketiga dengan cat warna putih

Sensus kedua pada umur 17 bulan (Ss 2) yaitu pohon hasil Ss 1dilihat kembali, dan apabila jumlah bunga betina 3 maka diberi tanda dot pada pelepah yang sama sehingga jumlah dotnya ada dua.

Sensus ketiga pada umur 20 bulan (Ss 3) yaitu pohon hasil Ss 2 dilihat kembali, dan apabila jumlah bunga betina 3 maka diberi tanda dot lagi sehingga jumlah dotnya ada tiga.

Sensus keempat pada umur 23 bulan (Ss 4) yaitu pohon hasil Ss 3 dilihat kembali, dan apabila jumlah bunga betina 3 maka diberi tanda dot lagi sehingga jumlah dotnya ada empat. Pohon-pohon hasil sensus keempat dengan tanda dot 4 dianggap tanaman kelapa sawit tidak produktif dan harus dilakukan pembongkaran serta penyisipan pada 3 bulan berikutnya (tanaman berumur 26 bulan).

Penyisipan tanaman

Kegiatan penyisipan tanaman dilakukan untuk mengganti tanaman yang telah mati, hilang atau kemungkinan besar tanaman tidak akan berproduksi optimal. Kedua kegiatan sensus dan penyisipan bertujuan untuk memastikan bahwa tanaman-tanaman yang ada di lapangan adalah tanaman produktif.

Pelaksanaan penyisipan tanaman yaitu 3 6 bulan setelah tanam, sehingga dimungkinkan terjadinya keseragaman panen. Frekuensi waktu penyisipan tanaman dilakukan dengan ketentuan 2-4 rotasi per tahun selama 18 bulan sejak tanam.

Cara penyisipan tanaman yaitu tanaman yang mati dicabut dan ditempatkan dalam gawangan. Kemudian penyisipan tanaman dilakukan dengan diawali pembuatan titik tanam. Penanaman dilakukan dengan mengikuti prosedur biasa, kecuali bibit yang digunakan bibit yang lebih besar (umur 12 bulan) sehingga dimungkinkan dilakukan pemotongan pelepah bibit. Pupuk pada saat penyisipan tanaman, diberikan sebanyak 1,5 kali dosis pupuk per lubang dari pada penanaman awal. Selanjutnya diperlakukan sama seperti pada tanaman lain di sekitarnya. Peralatan yang digunakan dalam penyisipan tanaman yaitu:

Truk dengan bak rata dan terbuka atau traktor trailer

Sekop bertangkai panjang

Kaleng yang telah ditera untuk pemupukan lubang tanam

Kereta dorong untuk angkutan dalam kebun

Pisau tajam

Bahan yang digunakan dalam penyisipan tanaman yaitu:

Kayu untuk menopang pohon yang miring

Pupuk dasar

Pengukuran pertumbuhan tanaman

Kegiatan pengukuran pertumbuhan merupakan upaya untuk memperoleh data tingkat pertumbuhan dan kondisi tanaman. Caranya yaitu mengukur panjang pelepah pada berbagai umur. Data hasil pengukuran tersebut akan dibandingkan dengan standar yang telah ditetapkan. Berikut disajikan contoh standar panjang pelepah kelapa sawit pada Tabel 1 (Anonim, 2003 dalam Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pertanian (2009)).

Tabel 1. Standar Panjang Pelepah Kelapa Sawit

Umur (Bulan

setelah

tanam)

Pelepah yang

diukur

Panjang pelepah

Bibit Lokal (cm)

Bibit Dami (cm)

6

Pelepah ke 3

130-140

150-160

12

Pelepah ke 3&9

160-180

180-220

18

Pelepah ke 3&9

220-240

240-270

24

Pelepah ke 9&17

270-290

290-320

Kemudian dijelaskan tentang tata cara pengambilan contoh tanaman yang akan dilakukan pengukuran yaitu sebagai berikut: Jumlah pohon yang akan diplih untuk diukur pelepahnya sekitar 36 pohon per bloknya (satu blok = 30 ha). Pohon yang akan diukur panjang pelepahnya ditentukan pada setiap 10 baris yaitu dimulai baris ke 10 pohon ke 5 dari pinggir jalan. Kemudian dilanjutkan pohon 15 dan 25. Untuk baris ke 20 dimulai pohon ke 10 dari pinggir jalan, dilanjutkan pohon ke 20 dan 30. Kemudian penentuan pohon pada baris ke 30 diambil seperti pohon pada baris ke 10 dan baris ke 40, seperti baris ke 20.

Pemeliharaan piringan, jalan rintis dan gawangan

Piringan berfungsi sebagai tempat untuk menyebarkan pupuk. Selain itu, piringan juga merupakan daerah jatuhnya buah kelapa sawit. Karena itu, kondisi piringan senantiasa bersih dari ganggu an gulma.

Pemeliharaan piringan dan gawangan bertujuan antara lain untuk:

Mengurangi kompetisi gulma terhadap tanaman dalam penyerapan unsur hara, air,dan sinar matahari.

Mempermudah pekerja untuk melakukan pemupukan dan kontrol di lapangan.

Pemeliharaan piringan dan gawangan bebas dari gulma dapat dilakukan secara manual atau secara kimia. Pemeliharaan piringan dan gawangan secara manual yaitu tenaga manusia dengan menggunakan cangkul. Piringan yang bersih tersebut dapat dilihat pada Gambar 1. Pemeliharaan piringan dan gawangan secara kimia dapat dilakukan dengan menggunakan herbisida. Contoh Piringan kelapa sawit yang dibersihkan gulmanya secara kimia dapat dilihat pada Gambar 2.