40
1 PEMERATAAN AKSES, WAJIB BELAJAR DAN PENINGKATAN KUALITAS PENDIDIKAN ANAK INDONESIA MAKALAH Disusun untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Problematika Pendidikan Bidang Studi yang Dibimbing oleh Dr. H. Istamar Syamsuri, M.Pd. dan Dr. H. Ibrohim, M.Si. Oleh: Kelompok II / Kelas A Atok Masofyan Hadi 130341816224 Dyah Afiat M. 140341807051 Fatimah Nurmalasari 140341807500 Mardiana 140341807227 PENDIDIKAN BIOLOGI PROGRAM MAGISTER PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI MALANG Januari 2015

Pemerataan Akses Pendidikan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

problematika pendidikan

Citation preview

Page 1: Pemerataan Akses Pendidikan

1

PEMERATAAN AKSES, WAJIB BELAJAR DAN PENINGKATAN

KUALITAS PENDIDIKAN ANAK INDONESIA

MAKALAH

Disusun untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Problematika Pendidikan Bidang

Studi yang Dibimbing oleh Dr. H. Istamar Syamsuri, M.Pd. dan

Dr. H. Ibrohim, M.Si.

Oleh:

Kelompok II / Kelas A

Atok Masofyan Hadi 130341816224

Dyah Afiat M. 140341807051

Fatimah Nurmalasari 140341807500

Mardiana 140341807227

PENDIDIKAN BIOLOGI PROGRAM MAGISTER

PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

Januari 2015

Page 2: Pemerataan Akses Pendidikan

ii

KATA PENGANTAR

Pertama-tama kami mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha

Esa karena atas rahmad dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas

penyusunan makalah yang berjudul ―Pemerataan Akses, Wajib Belajar Dan

Peningkatan Kualitas Pendidikan Anak Indonesia‖ ini dengan lancar dan

sesuai dengan waktu yang ditentukan.

Makalah ini berisi tentang hal-hal yang menyangkut tentang problematika

pemerataan pendidikan di Indonesia. Materi ini penting untuk dipelajari karena

membahas tentang hal-hal yang menyangkut tentang masalah kondisi pendidikan

di Indonesia yang memerlukan pemecahan oleh pemerintah, tenaga pendidikan

dan masyarakat.

Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya

kepada :

1. 1.. Dr. H. Istamar Syamsuri, M.Pd. dan Dr. H. Ibrohim, M.Si., beliau-beliau

ini sebagai pembimbing sekaligus sebagai pengampu mata kuliah

Problematika Pendidikan Bidang Studi yang telah banyak memberikan

wawasan kepada kami dan membimbing kami dalam menyelesaikan makalah

2. Teman-teman offering A yang telah memberikan dukungan kepada kami

untuk menyelesaikan penyusunan makalah ini

Kami selaku penulis sadar bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari

kesempurnaan, oleh sebab itu, penulis selalu mengharapkan kritik dan saran yang

membangun dari Anda demi perbaikan dalam penyusunan makalah selanjutnya.

Akhirnya, semoga Allah senantiasa memberikan rahmat dan hidayah-Nya

kepada siapa saja yang mencintai ilmu pengetahuan dan pendidikan. Amin Ya

Robbal Alamin

Malang, 26 Januari 2014

Penulis

Page 3: Pemerataan Akses Pendidikan

iii

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................... ii

Daftar Isi .............................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................

1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................... 2

1.3 Tujuan ............................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................

2.1 Pemerataan Akses Pendidikan Di Indonesia ................................................... 3

2.2 Wajib Belajar Di Indonesia ............................................................................. 17

2.3 Kualitas Pendidikan Yang Sesuai Dengan Tuntutan Undang-Undang Dasar

Tahun 1945 .................................................................................................... 21

2.4 Perkembangan Pendidikan Di Indonesia ....................................................... 27

2.5 Upaya Pemerintah Dalam Pemerataan Pendidikan Di Indonesia ................... 31

BAB III PENUTUP ............................................................................................

3.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 35

3.2 Saran ................................................................................................................ 36

DAFTAR RUJUKAN ......................................................................................... 37

Page 4: Pemerataan Akses Pendidikan

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengaruh globalisasi terhadap pembangunan nasional di Indonesia adalah

adanya pergeseran transformasi dari ekonomi pertanian ke ekonomi industri yang

perlu didukung oleh sumber daya manusia yang lebih terampil dan dapat dengan

mudah menyesuaikan diri pada dinamika perubahan yang cepat. Perkembangan

ilmu pengetahuan dan teknologi serta arus globalisasi telah membawa perubahan

dihampir semua aspek kehidupan manusia. dalam rangka menghadapi berbagai

permasalahan yang ditimbulkan oleh proses globalisasi di satu pihak dan proses

demokratisasi dipihak lain, sangat diperlukan sumber daya manusia yang

berkualitas. tentu saja hal ini (SDM) yang berkualitas ini dapat dibentuk salah

satunya yaitu melalui proses pendidikan.

Pendidikan memainkan peranan sangat penting dan strategis dalam

pembangunan nasional, untuk mencapai bangsa yang maju, mandiri, dan beradab.

Oleh karena itu, Pemerintah telah menetapkan pendidikan sebagai salah satu

prioritas dalam agenda utama pembangunan nasional seperti termuat di dalam

dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2004–

2009. Pembangunan pendidikan dipandang penting karena ia memberi kontribusi

signifikan dalam upaya mencapai kemajuan bangsa di berbagai bidang kehidupan.

Menyadari akan pentingnya pendidikan bagi seluruh anak bangsa, Pemerintah

terus berupaya memenuhi hak setiap warga negara dalam memperoleh layanan

pendidikan untuk meningkatkan kualitas hidup bangsa Indonesia. Hal ini penting

karena telah diamanatkan oleh Undang-undang Dasar (UUD) 1945, yang

mewajibkan Pemerintah bertanggung jawab dalam mencerdaskan kehidupan

bangsa dan menciptakan kesejahteraan umum. Bahkan pendidikan merupakan

syarat mutlak yang harus dipenuhi dalam memasuki era global, yang ditandai oleh

persaingan antarbangsa yang sangat ketat.

Berbagai studi di bidang pembangunan ekonomi memperlihatkan betapa

ada korelasi positif antara tingkat pendidikan suatu masyarakat dengan kemajuan

Page 5: Pemerataan Akses Pendidikan

2

ekonomi, yang ditandai oleh tingkat pertumbuhan. Pengetahuan dan keterampilan

yang diperoleh melalui pendidikan memiliki nilai ekonomis, karena dapat

meningkatkan produktivitas yang memacu proses pertumbuhan ekonomi. Namun

kurang meratanya pendidikan di Indonesia menjadi suatu masalah klasik yang

hingga kini belum ada langkahlangkah strategis dari pemerintan untuk

menanganinya.

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis menyusun suatu makalah yang

membahas tentang pemerataan pendidikan, wajib belajar, dam upaya pemerataan

pendidikan di Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang muncul berdasarkan latar belakang di atas adalah.

1. Bagaimana pemerataan akses pendidikan di Indonesia?

2. Bagaimanakah sistem wajib belajar di Indonesia?

3. Bagaimanakah kualitas pendidikan yang sesuai dengan tuntutan Undang-

undang dasar tahun 1945?

4. Bagaimanakah perkembangan pendidikan di Indonesia?

5. Bagaimanakah upaya pemerintah dalam pemerataan pendidikan di Indonesia?

1.3 Tujuan

1. Untuk memahami pemertaan akses pendidikan di Indonesia.

2. Untuk memahami system wajib belajar di Indonesia

3. Untuk memahami kualitas pendidikan yang sesuai dengan tuntutan Undang-

undang dasar tahun 1945.

4. Untuk mengetahui tentang perkembangan pendidikan di Indonesia

5. Untuk mendukung upaya pemerintah dalam pemerataan pendidikan di

Indonesia

Page 6: Pemerataan Akses Pendidikan

3

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PEMERATAAN AKSES PENDIDIKAN DI INDONESIA

A. Pengertian pemerataan pendidikan

Pemerataan pendidikan dalam arti pemerataan kesempatan untuk memperoleh

pendidikan telah lama menjadi masalah yang mendapat perhatian, terutama di

negara-negara sedang berkembang. Hal ini tidak terlepas dari makin tumbuhnya

kesadaran bahwa pendidikan mempunyai peran penting dalam pembangunan

bangsa, seiring juga dengan berkembangnya demokratisasi pendidikan dengan

semboyan education for all.

Pemerataan pendidikan mencakup dua aspek penting yaitu Equalit dan Equity.

Equality atau persamaan mengandung arti persamaan kesempatan untuk

memperoleh pendidikan, sedangkan equity bermakna keadilan dalam memperoleh

kesempatan pendidikan yang sama diantara berbagai kelompok dalam masyarakat.

Akses terhadap pendidikan yang merata berarti semua penduduk usia sekolah

telah memperoleh kesempatan pendidikan, sementara itu akses terhadap

pendidikan telah adil jika antar kelompok bisa menikmati pendidikan secara

sama.Mereka yang paling memerlukan layanan pendidikan dalam mengantisipasi

persaingan global di samping penyandang buta huruf adalah masyarakat miskin di

tempat tempat yang jauh dan te rsebar.

Guna mengatasi hal yang tidak mungkin diselenggarakan pendidikan

konvensional atau tatap muka ini perlu ditempuh strategi yang memanfaatkan

potensi dan kemajuan teknologi baru.

Untuk itu, agenda penting yang harus menjadi prioritas adalah peningkatan

pemerataan pendidikan, terutama bagi kelompok masyarakat miskin yang

berjumlah sekitar 38,4 juta atau 17,6 persen dari total penduduk. Problem mereka,

kemiskinan menjadi hambatan utama dalam mendapatkan akses pendidikan.

Selain itu, daerah-daerah di luar Jawa yang masih tertinggal juga harus mendapat

perhatian guna mencegah munculnya kecemburuan sosial.

Mayoritas kaum miskin di Indonesia tinggal di tempat-tempat jauh yang

terpencil. Mereka praktis kekurangan segalanya, fasilitas, alat-alat transportasi dan

Page 7: Pemerataan Akses Pendidikan

4

komunikasi di samping rendahnya pengetahuan mereka terhadap teknologi. Bila

pendidikan ingin menjangkau mereka yang kurang beruntung ini - bila perbaikan

hidup masyarakat yang lebih banyak ini yang menjadi sasaran kita dengan

menyediakan pendidikan yang lebih berkualitas; lebih efektif dan cepat - kondisi

yang proporsional harus diciptakan dengan memobilasasi sumber-sumber lokal

dan nasional

B. Dasar Pemerataan Pendidikan di Indonesia

Dasar Pemerataan Pendidikan di IndonesiaPembangunan pendidikan

merupakan salah satu prioritas utama dalam agenda pembangunan nasional.

Pembangunan pendidikan sangat penting karena perannya yang signifikan dalam

mencapai kemajuan di berbagai bidang kehidupan: sosial, ekonomi, politik, dan

budaya. Karena itu, Pemerintah berkewajiban untuk memenuhi hak setiap warga

negara dalam memperoleh layanan pendidikan guna meningkatkan kualitas hidup

bangsa Indonesia sebagaimana diamanatkan oleh UUD 1945, yang mewajibkan

Pemerintah bertanggung jawab dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dan

menciptakan kesejahteraan umum.

Pendidikan menjadi landasan kuat yang diperlukan untuk meraih kemajuan

bangsa di masa depan, bahkan lebih penting lagi sebagai bekal dalam menghadapi

era global yang sarat dengan persaingan antarbangsa yang berlangsung sangat

ketat. Dengan demikian, pendidikan menjadi syarat mutlak yang harus dipenuhi

karena ia merupakan faktor determinan bagi suatu bangsa untuk bias memenangi

kompetisi global Sejak tahun 1984, pemerintah Indonesia secara formal telah

mengupayakan pemerataan pendidikan Sekolah Dasar, dilanjutkan denganwajib

belajar pendidikan sembilan tahun mulai tahun 1994. Upaya-upaya ini nampaknya

lebih mengacu pada perluasan kesempatan untuk memperoleh pendidikan

(dimensi equality of access).

Di samping itu pada tahapan selanjutnya pemberian program beasiswa

(dimensi equality of survival ) menjadi upaya yang cukup mendapat perhatian

dengan mendorong keterlibatan masyarakat melalui Gerakan Nasional Orang Tua

Asuh. Program beasiswa ini semakin intensif ketika terjadi krisis ekonomi, dan

dewasa ini dengan Program BOS untuk Pendidikan dasar. Hal ini menunjukan

Page 8: Pemerataan Akses Pendidikan

5

bahwa pemerataan pendidikan menuntut pendanaan yang cukup besar tidak hanya

berkaitan dengan penyediaan fasilitas tapi juga pemeliharaan siswa agar tetap

bertahan mengikuti pendidikan di sekolah.

Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) Tahun 1999-2004 (TAP MPR

No. IV/MPR/1999) mengamanatkan, antara lain: 1) mengupayakan perluasan dan

pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu tinggi bagi seluruh

rakyat Indonesia menuju terciptanya manusia Indonesia yang berkualitas tinggi

dengan peningkatan anggaran pendidikan secara berarti, 2) meningkatkan mutu

lembaga pendidikan yang diselenggarakan baik oleh masyarakat maupun

pemerintah untuk menetapkan sistem pendidikan yang efektif dan efisien dalam

menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, olah raga dan seni.

Sejalan dengan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

pasal 5 ayat (1) menyatakan bahwa ―Setiap warga negara mempunyai hak yang

sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu‖, dan pasal 11, ayat (1)

menyatakan ―Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib memberikan layanan dan

kemudahan, serta menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi

setiap warga negara tanpa diskriminasi Undang-Undang Dasar (UUD) 1945

mengamanatkan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan guna

meningkatkan kualitas dan kesejahteraan hidupnya.

Para pendiri bangsa meyakini bahwa peningkatan taraf pendidikan

merupakan salah satu kunci utama mencapai tujuan negara yakni bukan saja

mencerdaskan kehidupan bangsa, tetapi juga menciptakan kesejahteraan umum

dan melaksanakan ketertiban dunia. Pendidikan mempunyai peranan penting dan

strategis dalam pembangunan bangsa serta memberi kontribusi signifikan

terhadap pertumbuhan ekonomi dan transformasi sosial. Pendidikan akan

menciptakan masyarakat terpelajar (educated people) yang menjadi prasyarat

terbentuknya masyarakat yang maju, mandiri, demokratis, sejahtera, dan bebas

dari kemiskinan.

Page 9: Pemerataan Akses Pendidikan

6

C. Kondisi Umum Pendidikan Dan Kebudayaan di Indonesia

1. Pendidikan Anak Usia Dini

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) mempunyai peran penting untuk mendorong

tumbuh kembang anak Indonesia secara optimal dan menyiapkan mereka untuk

memasuki jenjang pendidikan SD/MI secara lebih baik. Berbagai upaya terus

dilakukan Pemerintah dan masyarakat untuk memperluas dan meningkatkan mutu

penyelenggaraan PAUD. Upaya penyediaan layanan pendidikan pada jenjang

PAUD telah menunjukkan peningkatan Angka Partisipasi Kasar (APK) pada

kelompok usia ini telah meningkat dari 25,30% pada tahun 2007 menjadi 34,43%

pada tahun 2011. Disparitas APK PAUD antarwilayah menurun dari 4,20% pada

tahun 2007 menjadi 2,60% tahun 2011 (Tabel 2.1).

(sumber : renstra_kemendikbud 2010-2014)

2. Pendidikan SD/MI/SDLB/Paket A dan SMP/MTs

Dalam rangka memperluas akses dan pemerataan pendidikan dasar,

pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk terus meningkatkan partisipasi

pendidikan sekaligus menurunkan kesenjangan taraf pendidikan antarkelompok

masyarakat. APK jenjang SD/MI/SDLB/Paket A terus mengalami peningkatan

dari 115,71% pada tahun 2007 menjadi 115,43% pada tahun 2011. Pada periode

yang sama, Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI/SDLB/Paket A juga

meningkat dari 94,90% menjadi 95,55%. Selanjutnya, pada jenjang

SMP/MTs/sederajat, APK juga meningkat dari 92,52% pada tahun 2007 menjadi

99,47% pada tahun 2011, seperti terlihat pada Tabel 2.2 berikut.

Page 10: Pemerataan Akses Pendidikan

7

(sumber : renstra_kemendikbud 2010-2014)

3. Pendidikan Menengah

APK SMA/SMALB/SMK/MA/MAK/Paket C mengalami peningkatan dari

69,60% pada tahun 2009 menjadi 76,40% pada tahun 2011 (Lihat Tabel 2.3).

Pada periode yang sama, peningkatan angka partisipasi pendidikan jenjang

menengah tersebut juga diikuti dengan menurunnya disparitas APK antara

kabupaten dan kota dari 31,20% menjadi 29,00%

(sumber : renstra_kemendikbud 2010-2014)

Page 11: Pemerataan Akses Pendidikan

8

4. Pendidikan Tinggi

Pada jenjang pendidikan tinggi terjadi peningkatan APK dari 17,25% pada

tahun 2007 menjadi 27,10% pada tahun 2011. Perkembangan proporsi dosen

berkualifikasi S2/S3 secara umum menunjukkan peningkatan, yaitu dari 50,60%

pada tahun 2007 meningkat menjadi 80,90% pada tahun 2011. Sertifikasi dosen

baru dilaksanakan pada tahun 2008 dan tahun 2009 proporsi yang bersertifikat

mencapai 7,50%. Jumlah perguruan tinggi yang berhasil mencapai peringkat 500

terbaik peringkat dunia, perkembangannya dari tahun 2007 sampai tahun 2011

mengalami fluktuasi. Publikasi internasional oleh dosen perguruan tinggi terus

mengalami peningkatan. Selama periode tahun 2007—2011 terjadi peningkatan

jumlah publikasi internasional menjadi sebesar 65,00% tahun 2011. Statistik

tentang paten dan publikasi internasional ini juga menunjukkan bahwa iklim

penelitian yang berkualitas semakin membaik. Rasio gender pad jenjang

pendidikan tinggi juga meningkat dari 95,80% pada tahun 2007 menjadi 108,90%

pada tahun 2011 menunjukkan partisipasi perempuan yang mengikuti jenjang

pendidikan tinggi lebih tinggi dari laki-laki. Capaian indikator kinerja pendidikan

tinggi disajikan pada Tabel 2.4.

(sumber : renstra_kemendikbud 2010-2014)

5. Pendidikan Nonformal

Pendidikan nonformal mempunyai peranan penting untuk

mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan

pengetahuan dan keterampilan fungsional untuk mendukung pendidikan

Page 12: Pemerataan Akses Pendidikan

9

sepanjang hayat. Pendidikan nonformal dan informal juga menunjukkan

perkembangan yang menggembirakan. Angka buta aksara penduduk usia 15 tahun

ke atas menurun dari 7,20% pada tahun 2007 menjadi 4,66% pada tahun 2011.

Rasio kesetaraan gender angka buta aksara pada pendidikan nonformal juga

membaik, yaitu dari 94,90% pada tahun 2007 menjadi 98,50% pada tahun 2011

(Tabel 2.5).

Selain itu pendidikan nonformal juga mengembangkan pendidikan kursus

dan pelatihan kerja yang telah mampu memberikan bekal pengetahuan, sikap dan

keterampilan kepada masyarakat untuk mengembangkan diri, mengembangkan

profesi, bekerja, usaha mandiri, dan/atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang

lebih tinggi. Salah satu fungsi kursus dan pelatihan adalah memberikan

pendidikan kecakapan hidup agar lulusannya dapat bekerja pada orang lain atau

berusaha mandiri.

D. Pemerataan Pembangunan Pendidikan Dan Kebudayaan Tahun 2010—

2014 berdasarkan Renstra Kemendikbud 2010-2014

Strategi dan arah kebijakan pembangunan pendidikan dan kebudayaan

tahun 2010—2014 dirumuskan berdasarkan pada visi, misi, tujuan strategis

Kemdikbud, serta mengacu pada RPJMN 2010—2014 dan evaluasi capaian

pembangunan pendidikan dan kebudayaan sampai tahun 2009. Strategi dan arah

kebijakan ini juga memperhatikan komitmen pemerintah terhadap konvensi

internasional mengenai pendidikan

Strategi merupakan upaya yang sistematis untuk mencapai tujuan strategis

yang telah ditetapkan melalui pencapaian sasaran-sasaran strategis dari tujuan

strategis tersebut. Tiap strategi menjelaskan komponen-komponen

penyelenggaraan layanan pendidikan dan kebudayaan yang harus disediakan

untuk mencapai sasaran-sasaran strategis dari tiap tujuan strategis. Komponen-

Page 13: Pemerataan Akses Pendidikan

10

komponen tersebut antara lain meliputi pendidik dan tenaga kependidikan, sarana

dan prasarana, sistem pembelajaran, data dan informasi, dana, serta sistem dan

prosedur yang bermutu. Dalam pemilihan strategi juga mempertimbangkan

disparitas antarwilayah, gender, sosial ekonomi, serta antarsatuan pendidikan yang

diselenggarakan pemerintah dan masyarakat.

1. Pemerataan akses pendidikan untuk T1 (PAUD)

Tujuan strategis T1, yaitu Tersedia dan Terjangkaunya Layanan PAUD Bermutu

dan Berkesetaraan dicapai dengan menggunakan strategi sebagai berikut.

a. penyediaan tenaga pendidik dan tutor berkompeten yang merata di seluruh

provinsi, kabupaten, dan kota;

b. penyediaan manajemen satuan pendidikan PAUD berkompeten yang

merata di seluruh provinsi, kabupaten, dan kota;

c. penyediaan dan pengembangan sistem pembelajaran, informasi berbasis

riset, standarmutu, dan keterlaksanaan akreditasi, serta pengembangan dan

pembinaan bahasa

untuk PAUD;

d. penyediaan dan peningkatan sarana dan prasarana untuk penerapan sistem

pembelajaran PAUD bermutu yang merata di seluruh provinsi, kabupaten,

dan kota;

e. penyediaan subsidi untuk meningkatkan keterjangkauan layanan

pendidikan TK/TKLB

berkualitas yang merata di seluruh provinsi, kabupaten, dan kota;

f. penyediaan subsidi pembiayaan untuk penerapan sistem pembelajaran

PAUD.

2. Pemerataan akses pendidikan keseteraan untuk T2 (Pendidikan Dasar)

Pada jenjang pendidikan formal, secara umum perluasan akses dan

peningkatan pemerataan pendidikan masih menjadi masalah utama. Dalam hal ini,

anak-anak yang memerlukan perhatian khusus(children with specialneeds) juga

belum sepenuhnya mendapat layanan pendidikan secara baik, termasuk dalam

pendidikan dasar. Anak-anak yang tergolong ke dalam kelompok ini adalah

Page 14: Pemerataan Akses Pendidikan

11

mereka yang mempunyai kelainan fisik, emosional, mental, sosial, dan/atau

memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa. Mengingat pendidikan

merupakan bagian dari hak dasar bagi seluruh penduduk Indonesia, maka layanan

pendidikan harus pula menjangkau anak-anak yang memerlukan pendidikan

khusus tersebut.

Ketersediaan buku juga merupakan salah satu faktor sangat penting dalam

pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang berkualitas, namun buku pelajaran yang

diperlukan itu belum tersedia secara memadai, terutama dalam pendidikan dasar.

Data Susenas 2004 dan sumber-sumber yang lain mengungkapkan bahwa tidak

semua peserta didik dalam pendidikan dasar dapat mengakses buku pelajaran,

baik dengan membeli sendiri maupun mendapat pinjaman dari sekolah. Adanya

sekolah-sekolah yang membolehkan guru mata pelajaran menjual buku yang

berharga tinggi juga menjadi permasalahan tersendiri. Penjualan buku-buku

dengan harga yang cukup tinggi membuat masyarakat yang kurang mampu

merasa terbebani.

Tujuan strategis T2, yaitu Terjaminnya Kepastian Memperoleh Layanan

Pendidikan Dasar Bermutu dan Berkesetaraan, dicapai dengan menggunakan

strategi sebagai berikut.

a. penyediaan tenaga pendidik pendidikan dasar berkompeten yang merata di

seluruh provinsi, kabupaten, dan kota;

b. penyediaan manajemen satuan pendidikan pendidikan dasar berkompeten

yang merata di seluruh provinsi, kabupaten, dan kota;

c. penyediaan dan pengembangan sistem pembelajaran, informasi berbasis

riset, dan standar mutu pendidikan dasar, dan keterlaksanaan akreditasi

serta pengembangan dan pembinaan bahasa untuk pendidikan dasar;

d. penyediaan dan peningkatan sarana dan prasarana untuk penerapan sistem

pembelajaran SD/SDLB/Paket A dan SMP/SMPLB/Paket B bermutu yang

merata di seluruh provinsi, kabupaten, dan kota;

e. penyediaan subsidi untuk meningkatkan keterjangkauan layanan

pendidikan dasar bermutu yang merata di seluruh provinsi, kabupaten, dan

kota; dan

Page 15: Pemerataan Akses Pendidikan

12

f. penyediaan subsidi pembiayaan untuk penerapan sistem pembelajaran

Paket A dan B berkualitas yang merata di seluruh provinsi, kabupaten, dan

kota.

Kegiatan pokok dalam mengupayakan pemerataan pendidikan dasar adalah

1) meningkatkan sarana dan prasarana pendidikan di SD dan MI serta

pembangunan dan meningkatkan sarana dan prasarana di SLTP dan

MTs, termasuk sarana olahraga;

2) memberikan subsidi pendidikan bagi sekolah swasta agar sekolah-

sekolah swasta mampu menyelenggarakan pendidikan yang berkualitas

dan memberikan layanan pendidikan yang dapat dijangkau masyarakat

luas;

3) menerapkan alternatif layanan pendidikan, khususnya bagi masyarakat

kurang beruntung (masyarakat miskin, berpindah-pindah, terisolasi,

terasing, minoritas, dan di daerah bermasalah, termasuk anak jalanan),

seperti SD dan MI kecil satu guru, guru kunjung/sistem tutorial, SD

Pamong, SD-MI terpadu, kelas jauh, serta SLTP-MTs terbuka;

4) melaksanakan revitalisasi serta penggabungan (regrouping) sekolah-

sekolah terutama SD, agar tercapai efisiensi dan efektivitas sekolah

yang didukung dengan fasilitas yang memadai;

5) memberikan beasiswa bagi siswa berprestasi dan keluarga yang tidak

mampu, dengan mempertimbangkan peserta didik perempuan secara

proporsional.

3. Pemerataan akses pendidikan Keseteraan untuk T3 (pendidikan

menengah)

Tujuan strategis T3, yaitu Tersedia dan Terjangkaunya Layanan

Pendidikan Menengah yang Bermutu, Relevan dan Berkesetaraan, dicapai dengan

menggunakan strategi sebagai berikut.

a. penyediaan tenaga pendidik pendidikan menengah berkompeten yang

merata di seluruh provinsi, kabupaten, dan kota;

b. penyediaan manajemen satuan pendidikan menengah berkompeten

yang merata di seluruh provinsi, kabupaten, dan kota;

Page 16: Pemerataan Akses Pendidikan

13

c. penyediaan dan pengembangan sistem pembelajaran, informasi

berbasis riset, dan standar mutu pendidikan menengah, dan

keterlaksanaan akreditasi serta pengembangan dan pembinaan bahasa

untuk pendidikan menengah;

d. penyediaan dan peningkatan sarana dan prasarana untuk penerapan

sistem pembelajaran SMA/Paket C bermutu yang merata di seluruh

provinsi, kabupaten, dan kota;

e. penyediaan dan peningkatan sarana dan prasarana untuk penerapan

sistem pembelajaran SMK/Paket C Kejuruan bermutu yang berbasis

keunggulan lokal dan relevan dengan kebutuhan daerah yang merata di

seluruh provinsi, kabupaten, dan kota;

f. penyediaan subsidi untuk meningkatkan keterjangkauan layanan

pendidikan SMA/SMLB/SMK/Paket C bermutu yang merata di

seluruh provinsi, kabupaten, dan kota; dan

g. penyediaan subsidi pembiayaan untuk penerapan sistem pembelajaran

Paket C berkualitas yang merata di seluruh provinsi, kabupaten, dan

kota.

Kegiatan pokok dalam mengupayakan pemerataan pendidikan menengah

adalah

1) membangun sekolah dengan prasarana yang memadai, termasuk

sarana olahraga, baik di perkotaan maupun di perdesaan yang

disesuaikan dengan kebutuhan setempat, potensi daerah, pemetaan

sekolah, kondisi geografis, serta memperhatikan keberadaan

sekolah swasta;

2) menerapkan alternatif layanan pendidikan, khususnya bagi

masyarakat kurang beruntung yaitu masyarakat miskin, berpindah

pindah, terisolasi, terasing, minoritas, dan di daerah bermasalah,

termasuk anak jalanan;

3) memberikan kepada siswa yang berprestasi dan/atau dari keluarga

yang tidak mampu, dengan mempertimbangkan peserta

didikperempuan secara proporsional;

Page 17: Pemerataan Akses Pendidikan

14

4) memberikan subsidi untuk sekolah swasta, yang diprioritaskan

pada daerah-daerah yang kemampuan ekonominya lemah, seperti

dalam bentuk timbal swadaya dan bentuk bantuan lainnya.

4. Pemerataan akses pendidikan keseteraan untuk T4 (Perguruan Tinggi)

Salah satu program pembangunan pendidikan tinggi adalah meningkatkan

pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan tinggi khususnya bagi siswa

berprestasi yang berasal dari

keluarga kurang mampu. Kegiatan pokok untuk memperluas kesempatan

memperoleh pendidikan tinggi bagi masyarakat adalah

1) meningkatkan kapasitas tampung, terutama untuk bida ng-bidang yang

menunjang kemajuan ekonomi, penguasaan sains dan teknologi, serta

meningkatkan kualitas kehidupan;

2) mendorong peningkatan peran swasta melalui perguruan tinggi swasta;

3) meningkatkan penyediaan beasiswa bagi mahasiswa yang berasal dari

keluarga kurang mampu; dan

4) menyebarkan kapasitas pendidikan tinggi secara geografis untuk

mendukung pembangunan daerah serta memberi kesempatan bagi

kelompok masyarakat yang berpenghasilan rendah termasuk kelompok

masyarakat dari daerah bermasalah, dengan menyelenggarakan pembinaan

perguruan tinggi sebagai pusat pertumbuhan di kawasan serta

menyelenggarakan pembinaan program unggul di wilayah kedudukan

perguruan tinggi.

Kebijakan meningkatkan perluasan dan pemerataan pendidikan menengah dan

tinggi. Tujuan kebijakan ini adalah untuk meningkatkan kesempatan dan

pelayanan pendidikan yang terstruktur dan berjenjang,terutama sekolah menengah

dan tinggi. Sasarannya adalah

a. meningkatnya akses dan pemerataan pelayanan pendidikan menengahyang

bermutu dan terjangkau, dan

b. meningkatnya kerjasama perguruan tinggi dengan pemerintah daerah

Page 18: Pemerataan Akses Pendidikan

15

Tujuan strategis T4, yaitu Tersedia dan Terjangkaunya Layanan Pendidikan

Tinggi Bermutu, Relevan, Berdaya Saing Internasional dan Berkesetaraan, dicapai

dengan menggunakan strategi sebagai berikut.

a. penyediaan dosen berkompeten untuk mendukung pelaksanaan tridharma

perguruan tinggi yang bermutu dan berdaya saing;

b. peningkatan mutu pengelolaan perguruan tinggi untuk mendukung

pelaksanaan tridharma yang berdaya saing dan akuntabel;

c. penyediaan informasi berbasis riset dan standar mutu pendidikan tinggi

dan keterlaksanaan akreditasi serta pengembangan dan pembinaan bahasa

untuk pendidikan tinggi;

d. penyediaan dan peningkatan sarana dan prasarana untuk penerapan sistem

pembelajaran perguruan tinggi bermutu dan berdaya saing yang merata di

seluruh provinsi;

e. peningkatan publikasi hasil penelitian dan pengabdian kepada masyarakat

yangbermutu, berdaya saing internasional, dan relevan dengan kebutuhan

bangsa dan

f. penyediaan subsidi untuk meningkatkan keterjangkauan layanan

pendidikan perguruan tinggi bermutu yang merata di seluruh provinsi.

5. Pemerataan akses pendidikan Keseteraan untuk T5

Tujuan strategis T5, yaitu tersedia dan terjangkaunya layanan pendidikan orang

dewasa berkelanjutan yang berkesetaraan, bermutu dan relevan dengan kebutuhan

masyarakat, dicapai dengan menggunakan strategi sebagai berikut.

a. penyediaan tutor berkompeten yang merata antarprovinsi, kabupaten, dan

kota yang meliputi pemenuhan tutor keaksaraan fungsional dan pendidikan

kecakapan hidup;

a. penyediaan dan pengembangan sistem pembelajaran, informasi berbasis

riset, dan standar mutu pendidikan keaksaraan fungsional, pendidikan

kecakapan hidup, homeschooling dan parenting education dan

keterlaksanaan akreditasi serta pengembangan dan pembinaan bahasa

untuk satuan pendidikan penyelenggara pendidikan orang dewasa; dan

Page 19: Pemerataan Akses Pendidikan

16

b. penyediaan subsidi pembiayaan untuk penerapan sistem pembelajaran

pendidikan orang dewasa berkualitas yang merata di seluruh provinsi,

kabupaten, dan kota.

6. Pemerataan akses pendidikan Keseteraan untuk T6 (Penerapan Nilai-

nilai budaya)

Tujuan strategis T6, yaitu Terwujudnya Penerapan Nilai-Nilai Luhur Budaya

Indonesia yang mencerminkan Jati Diri Bangsa Bermartabat, dicapai dengan

menggunakan strategi sebagai

berikut.

a. penyediaan sumber daya manusia kebudayaan yang berkualitas dan

berkompeten;

b. peningkatan sistem, data dan informasi, standar mutu pelestarian

(pelindungan, pengembangan, dan pemanfaatan), dan pengelolaan

kebudayaan yang berbasis riset, terarah, terpadu, dan berkelanjutan;

c. penyediaan dan peningkatan sarana dan prasarana untuk peningkatan

pelestarian (pelindungan, pengembangan, dan pemanfaatan), dan

pengelolaan kebudayaan yang sistematis, terarah, dan menyeluruh di

wilayah NKRI; dan

d. penyediaan pendanaan untuk peningkatan pelestarian (pelindungan,

pengembangan, dan pemanfaatan), dan pengelolaan untuk mendukung

tercapainya tujuan sasaran strategis pendidikan.

7. Strategi Pencapaian Tujuan Strategis Keseteraan untuk T7 (Tata kelola)

Tujuan strategis T7, yaitu Tersedianya Sistem Tata Kelola yang Andal dalam

Menjamin Terselenggaranya Layanan Prima Pendidikan dan Kebudayaan, dicapai

dengan menggunakan

strategi sebagai berikut.

a. penguatan kelembagaan, prosedur kerja, dan sumber daya manusia

Kemdikbud;

b. penguatan sistem perencanaan di lingkungan Kemdikbud; dan

c. penguatan sistem pencatatan di lingkungan Kemdikbud.

Page 20: Pemerataan Akses Pendidikan

17

E. Akselerasi Pembangunan Pendidikan dan Kebudayaan di Daerah

Perbatasan, Tertinggal, dan Rawan Bencana

Pembangunan pendidikan dan kebudayaan di daerah perbatasan dan tertinggal

termasuk daerah rawan bencana, perlu dilakukan secara khusus untuk menjamin

keberpihakan dan kepastian kepada masyarakat di daerah tersebut. Tuntutan

keadilan dan kesatuan bangsa dan negara serta adanya konvensi internasional

tentang pendidikan untuk semua, mengharuskan pemerintah untuk memberikan

layanan pendidikan dan kebudayaan kepada setiap warga negara dimanapun

mereka berada di NKRI ini. Pembangunan pendidikan di daerah perbatasan dan

tertinggal serta rawan bencana dilakukan melalui kebijakan sebagai berikut.

a. penyediaan pendidik dan tenaga kependidikan dengan tunjangan khusus di

daerah perbatasan, tertinggal, dan rawan bencana;

b. penyediaan sarana dan prasarana pendidikan melalui pembangunan TK-

SD satu atap, SD-SMP satu atap, dan sekolah berasrama di daerah

perbatasan, tertinggal, dan rawan

bencana; dan

c. penyediaan subsidi bagi siswa untuk mendapat pendidikan formal dan

nonformal di daerah perbatasan, tertinggal, dan rawan bencana.

2.2 WAJIB BELAJAR DI INDONESIA

A. Pengertian Pendidikan

Pendidikan adalah suatu usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik agar

berperan aktif dan positif dalam hidupnya sekarang dan yang akan datang.

Pendidikan nasional Indonesia adalah pendidikan yang berakar pada pencapaian

tujuan pembangunan nasional Indonesia yaitu ―mencerdaskan kehidupan bangsa‖.

Jenis pendidikan adalah pendidikan yang dikelompokan sesuai dengan sifat dan

kekhususan tujuannya dan program yang termasuk jalur pendidikan sekolah terdiri

atas pendidikan umum, Pendidikan keturunan dan pendidikan lainnya. Serta upaya

pembaharuannya meliputi landasan yuridis, Kurikulum dan perangkat

penunjangnya, struktur pendidikan dan tenaga kependidikan (Ali: 1978).

Page 21: Pemerataan Akses Pendidikan

18

B. Perkembangan Wajib Belajar

Pembangunan pendidikan merupakan salah satu prioritas utama dalam

agenda pembangunan nasional. Pembangunan pendidikan sangat penting karena

perannya yang signifikan dalam mencapai kemajuan di berbagai bidang

kehidupan: sosial, ekonomi, politik, dan budaya. Karena itu, Pemerintah

berkewajiban untuk memenuhi hak setiap warga negara dalam memperoleh

layanan pendidikan guna meningkatkan kualitas hidup bangsa Indonesia

sebagaimana diamanatkan oleh UUD 1945, yang mewajibkan Pemerintah

bertanggung jawab dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dan menciptakan

kesejahteraan umum. Pendidikan menjadi landasan kuat yang diperlukan untuk

meraih kemajuan bangsa di masa depan, bahkan lebih penting lagi sebagai bekal

dalam menghadapi era global yang sarat dengan persaingan antarbangsa yang

berlangsung sangat ketat. Dengan demikian, pendidikan menjadi syarat mutlak

yang harus dipenuhi karena ia merupakan faktor determinan bagi suatu bangsa

untuk bisa memenangi kompetisi global.

Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 mengamanatkan bahwa setiap warga

negara berhak mendapatkan pendidikan guna meningkatkan kualitas dan

kesejahteraan hidupnya. Para pendiri bangsa meyakini bahwa peningkatan taraf

pendidikan merupakan salah satu kunci utama mencapai tujuan negara yakni

bukan saja mencerdaskan kehidupan bangsa, tetapi juga menciptakan

kesejahteraan umum dan melaksanakan ketertiban dunia. Pendidikan mempunyai

peranan penting dan strategis dalam pembangunan bangsa serta memberi

kontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi dan transformasi sosial.

Pendidikan akan menciptakan masyarakat terpelajar (educated people) yang

menjadi prasyarat terbentuknya masyarakat yang maju, mandiri, demokratis,

sejahtera, dan bebas dari kemiskinan.

Wajib Belajar adalah program pendidikan minimal yang harus diikuti oleh

warga negara Indonesia atas tanggung jawab Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan

masyarakat. Wajib belajar bertujuan memberikan pendidikan minimal bagi warga

negara Indonesia untuk dapat mengembangkan potensi dirinya agar dapat hidup

mandiri di dalam masyarakat atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih

Page 22: Pemerataan Akses Pendidikan

19

tinggi. Program wajib Belajar pemerintah di dadasarkan pada Permen RI Nomor

47 Tahun 2008.

1. Wajib belajar 9 tahun

Pendidikan dasar adalah jenjang terbawah dari sistem persekolahan

nasional. Pendidikan dasar diselenggarakan untuk mengembangkan sikap dan

kemampuan serta memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar yang

diperlukan untuk hidup dalam masyarakat serta mempersiapkan peserta didik

yang memenuhi persyaratan untuk mengikuti pendidikan menengah. Dalam

konteks ini, yang dimaksud dengan pendidikan dasar adalah pendidikan umum

yang lamanya sembilan tahun diselenggarakan selama enam tahun di Sekolah

Dasar (SD) dan tiga tahun di Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau satuan

pendidikan yang sederajat. Program Wajib Belajar 9 Tahun merupakan

perwujudan pendidikan dasar untuk semua anak usia 7 – 15 tahun. Pelaksanaan

Wajib Belajar Pendidikan Dasar (WajarDikdas) 9 Tahun dicanangkan oleh

Presiden Indonesia pada tanggal 2 Mei 1994, dan pelaksanaannya dimulai tahun

ajaran 1994/1995 (Sa‘ud:2008).

Program wajib belajar 9 tahun didasarkan pada Undang-undang Pendidikan

Nasional No. 2/1989 tentang peningkatan taraf kehidupan rakyat dengan

mewajibkan semua warga negara Indonesia yang berusia 7- 12 tahun dan 12-15

tahun untuk menamatkan pendidikan dasar dengan program 6 tahun di SD dan 3

tahun di SLTP. Selain itu, Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 2008 tentang

Wajib Belajar dan Instruksi Presiden No. 5 Tahun 2006 tentang Gerakan Nasional

Percepatan Penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun dan

Pemberantasan Buta Aksara (Saud:2008).

2. Wajib belajar 12 tahun

Pendidikan dasar 9 tahun sudah bergulir beberapa puluh tahun yang lalu,

boleh dikatakan program tersebut amat sangat lamban, hal tersebut dikarenakan

program sempat mengalami empat kali berganti kepepimpinan. Program ini dirasa

masih belum tuntas, dan selalu akan mendapat perhatian dari semua lapisan

masyarakat. Maka pada tahun 2010 pemerintah pusat mencanangkan peningkatan

setatus dari wajar dikdas 9 tahun menjadi wajar 12 tahun. Penyelenggaraan wajib

belajar 12 (dua belas) tahun pada jalur pendidikan formal dilaksanakan minimal

Page 23: Pemerataan Akses Pendidikan

20

pada jenjang pendidikan dasar yang meliputi SD, MI, SMP, MTs, dan bentuk lain

yang sederajat, sampai dengan pendidikan menengah yang meliputi SMA, MA,

SMK, MAK dan bentuk lain yang sederajat. Wajib belajar 12 tahun didasarkan

pada Permen nomor 2 tahun 2010 (Nuh:2013).

Dasar Hukum Wajib belajar 12 tahun antara lain:

1. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

2. Tap MPR no.9 tahun 2007 Tentang anggaran dana Pendidikan

3. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Otonomi Daerah.

4. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2007 tentang Pembagian

Kewenangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah Otonom.

5. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional

Nasional Pendidikan.

6. Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Rencana Stratejik

Pembangunan provinsi.

7. Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2007 Tentang Anggaran Pendapatan

Belanja Daerah Provinsi.

Wajib belajar merupakan program pendidikan minimal yang harus diikuti

oleh warga Negara Indonesia atas tanggung jawab Pemerintah pusat dan

pemerintah daerah.‖ (Pasal 1 ayat 16; Pasal 34); dalam pasal ini dikatakan bahwa

setiap warga Negara yang berumur 6 tahun dapat mengikuti wajib belajar tanpa

dipungut biaya. Pemerintah pusat dan pemerintah daerah telah mewujudkan

kewajibannya dengan memberikan kesempatan kepada warga Negara untuk

menikmati pendidikan, dengan banyak cara. Pemerintah telah mewujudkan

kewajibannya sehingga warga Negara boleh menikmati pendidikan itu.. Berkaitan

dengan program wajar 12 tahun maka setiap pemerintah daerah tingkat II selalu

mengacu kepada program tingkat yang lebih tinggi yaitu program tingkat

provinsi. Pada pelaksanaan merancang semua program tentu saja bayak

pertimbangan yang harus dilakukan, semuanya diserahkan pada tiap daerah tk II

masing-masing dalam mensiasati dan pengaturannya bagaimana sebuah program

dapat dilakukan dengan cepat dan tepat sasaran (Nuh: 2013).

Page 24: Pemerataan Akses Pendidikan

21

2.3 KUALITAS PENDIDIKAN YANG SESUAI DENGAN TUNTUTAN

UNDANG-UNDANG DASAR TAHUN 1945

A. Kualitas pendidikan

Arti dasar dari kata kualitas menurut Dahlan Al-Barry dalam Kamus Modern

Bahasa Indonesia adalah ―kualitet‖: ―mutu, baik buruknya barang‖. Seperti halnya

yang dikutip oleh Quraish Shihab yang mengartikan kualitas sebagai tingkat baik

buruk sesuatu atau mutu sesuatu.

Di dalam konteks pendidikan, pengertian kualitas atau mutu dalam hal ini

mengacu pada proses pendidikan dan hasil pendidikan. Dari konteks ―proses‖

pendidikan yang berkualitas terlibat berbagai input (seperti bahan ajar: kognitif,

afektif dan, psikomotorik), metodologi (yang bervariasi sesuai dengan

kemampuan guru), sarana sekolah, dukungan administrasi dan sarana prasarana

dan sumber daya lainnya serta penciptaan suasana yang kondusif. Dengan adanya

manajemen sekolah, dukungan kelas berfungsi mensingkronkan berbagai input

tersebut atau mensinergikan semua komponen dalam interaksi (proses) belajar

mengajar, baik antara guru, siswa dan sarana pendukung di kelas atau di luar

kelas, baik dalam konteks kurikuler maupun ekstra-kurikuler, baik dalam

lingkungan substansi yang akademis maupun yang non akademis dalam suasana

yang mendukung proses belajar pembelajaran.

Kualitas dalam konteks ―hasil‖ pendidikan mengacu pada hasil atau

prestasi yang dicapai oleh sekolah pada setiap kurun waktu. Prestasi yang dicapai

atau hasil pendidikan (student achievement) dapat berupa hasil test kemampuan

akademis. Dapat pula prestasi dibidang lain seperti di suatu cabang olah raga, seni

atau keterampilan tambahan tertentu. Bahkan prestasi sekolah dapat berupa

kondisi yang tidak dapat dipegang (intangible) seperti suasana disiplin, keakraban,

saling menghormati, kebersihan dan sebagainya. Selain itu kualitas pendidikan

merupakan kemampuan sistem pendidikan dasar, baik dari segi pengelolaan

maupun dari segi proses pendidikan, yang diarahkan secara efektif untuk

meningkatkan nilai tambah dan factor-faktor input agar menghasilkan output yang

setinggi-tingginya.

Jadi pendidikan yang berkualitas adalah pendidikan yang dapat

menghasilkan lulusan yang memiliki kemampuan dasar untuk belajar, sehingga

Page 25: Pemerataan Akses Pendidikan

22

dapat mengikuti bahkan menjadi pelopor dalam pembaharuan dan perubahan

dengan cara memberdayakan sumber-sumber pendidikan secara optimal melalui

pembelajaran yang baik dan kondusif. Pendidikan atau sekolah yang berkualitas

disebut juga sekolah yang berprestasi, sekolah yang baik atau sekolah yang

sukses, sekolah yang efektif dan sekolah yang unggul. Sekolah yang unggul dan

bermutu itu adalah sekolah yang mampu bersaing dengan siswa di luar sekolah.

Juga memiliki akar budaya serta nilai-nilai etika moral (akhlak) yang baik dan

kuat.

Pendidikan yang berkualitas adalah pendidikan yang mampu menjawab

berbagai tantangan dan permasalahan yang akan dihadapi sekarang dan masa yang

akan datang. Dari sini dapat disimpulkan bahwa kualitas atau mutu pendidikan

adalah kemampuan lembaga dan sistem pendidikan dalam memberdayakan

sumber-sumber pendidikan untuk meningkatkan kualitas yang sesuai dengan

harapan atau tujuan pendidikan melalui proses pendidikan yang efektif.

B. Standar pendidikan Indonesia yang berkualitas

Standar / parameter adalah ukuran atau barometer yang digunakan untuk menilai

atau mengukur sesuatu hal. Ini menjadi penting untuk kita ketahui, apalagi dalam

rangka mewujudkan suatu pendidikan yang berkualitas. Standar Nasional

Pendidikan bertujuan untuk menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta teradaban bangsa

yang bermartabat. Standar Nasional Pendidikan meliputi ; Standar isi, Standar

Proses, Standar Kompetensi Lulusan, Standar Pendidikan dan tenaga

kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar

pembiayaan dan standar penilaian pendidikan.

Secara terperinci, fungsi dan tujuan standar nasional pendidikan adalah sebagai

berikut :

1. Sebagai dasar dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pendidikan

dalam rangka mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu.

2. Bertujuan menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan

kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang

bermartabat.

Page 26: Pemerataan Akses Pendidikan

23

3. Untuk disempurnakan secara terencana, terarah dan berkelanjutan sesuai

dengan tuntutan perubahan kehidupan local nasional dan global.

Adapun penjelasan dari masing-masing standar nasional pendidikan sebagai

berikut :

1. Standar Isi

Dalam pengembangannya, Standar Isi telah dikembangkan oleh BNSP

dan menjadi Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas)

Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk suatu

pendidikan dasar dan menengah. Standar isi adalah cakupan materi dan

tingkat kompetensi untuk mencapai komptensi lulusan pada jenjang dan

jenis pendidikan tertentu.

2. Standar Proses

Standar proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan

dengan pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai

standar kompetensi lulusan, hal ini sebagaimana yang dicantumkan dalam

PPRI Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Pasal 1

ayat 6. Cakupan dalam Standar Proses adalah sebagai berikut :

a. Perencanaan Proses Pembelajaran

b. Pelaksanaan proses pembelajaran

c. Penilaian hasil pembelajaran

d. Pengawasan proses pembelajaran

3. Standar Kompetensi Lulusan

SKL atau Standar Kompetensi Lulusan adalah bagian dari Standar

Nasional Pendidikan yang merupakan kriteria kompetensi lulusan minimal

yang berlaku di seluruh wilayah hokum Negara Kesatuan Republik

Indonesia (NKRI). Fungsi utama SKL yaitu sebagai kriteria dalam

menentukan kelulusan peserta didik pada setiap satuan pendidikan,

rujukan untuk menyusun standar pendidikan lainnya, serta arah

peningkatan kualitas pendidikan.

4. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan

Standar pendidikan dan tenaga kependidikan adalah kriteri

pendidikan prajabatan dan kelayakan fisik maupun mental, serta

Page 27: Pemerataan Akses Pendidikan

24

pendidikan dalam jabatan. Pendidik adalah tenaga kependidikan yang

berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyiswara,

tutor, instruktur, fasilitator dan sebutan lain yang sesuai dengan

kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan.

5. Standar Sarana dan Prasarana

Standar ini merupakan standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan

kriteria minimum tentang ruang belajar, tempat berolahraga, tempat

beribadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain,

tempat berkreasi dan berekspresi serta sumber belajar lainnya.

6. Standar Pengelolaan Pendidikan

Standar Pengelolaan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan

dengan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan pendidikan

pada tingkat satuan pendidikan, kabupaten/kota, provinsi atau nasional

agar tercapai efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan.

Standar pengelolaan oleh satuan pendidikan meliputi :

a. Perencanaan program sekolah/madrasah

b. Pelaksanaan rencana kerja sekolah

c. Monitoring dan evaluasi

d. Kepemimpinan Sekolah/madrasah; dan

e. Sistem informasi manajemen

7. Standar Pembiayaan Pendidikan

Standar pembiayaan adalah standar yang mengatur komponen dan

besarnya biaya operasional satuan pendidikan yang berlaku selama satu

tahun. Biaya operasional pendidikan adalah bagian dari dana pendidikan

yang diperlukan untuk membiayai kegiatan operasi satuan pendidikan agar

dapat berlangsung kegiatan pendidikan yang sesuai dengan standar

nasional pendidikan secara teratur dan berkelanjutan. Dalam rinciannya

biaya operasional terdiri dari biaya investasi, biaya operasi dan biaya

personal.

8. Standar Penilaian Pendidikan

Standar Penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi

untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik, sedangkan evaluasi

Page 28: Pemerataan Akses Pendidikan

25

pendidikan adalah pengendalian, penjaminan, dan penetapan mutu

pendidikan terhadap berbagai komponen pendidikan pada setiap jalur,

jenjang dan jenis pendidikan sebagai bentuk pertanggungjawaban

penyelenggaraan pendidikan.

C. Problematika kondisi pemerataan pendidikan di Indonesia

Di Indonesia, yang paling memerlukan pendidikan adalah mereka

yang berada di daerah miskin dan terpencil. Untuk mengatasi kebutuhan

pendidikan bagi mereka adalah upaya penerapan cara non konvensional.

Cara lain itu adalah memanfaatkan potensi, kemajuan serta keluwesan

teknologi.baru. Sekalipun teknologi baru seperti teknologi komunikasi,

informasi dan adi-marga menawarkan pemerataan pendidikan dengan

biaya yang relatif rendah, penggunaannya masih merupakan jurang

pemisah antara ‗yang kaya‘ dan ‗yang miskin‘.

Bila pendidikan ingin menjangkau mereka yang kurang beruntung

ini - bila perbaikan hidup masyarakat yang lebih banyak ini yang menjadi

sasaran kita dengan menyediakan pendidikan yang lebih berkualitas; lebih

efektif dan cepat - kondisi yang proporsional harus diciptakan dengan

memobilasasi sumber-sumber lokal dan nasional. Ketimpangan

pemerataan pendidikan juga terjadi antarwilayah geografis yaitu antara

perkotaan dan perdesaan, serta antara kawasan timur Indonesia (KTI) dan

kawasan barat Indonesia (KBI), dan antartingkat pendapatan penduduk

ataupun antargender. Berbagai permasalahan dan tantangan yang masih

dihadapi dalam penyelenggaraan pendidikan secara ringkas diuraikan

berikut;

Sebagian besar pendirian lembaga-lembaga pendidikan sekolah

yang diprakarsai oleh masyarakat masih berorientsi di wilayah

perkotaan, sedangkan untuk wilayah-wilayah di pedesaan atau

daerah terpencil dirasakan masih sangat kurang. Hal ini berakibat

pada kurang adanya pemerataan kesempatan untuk pendidikan.

Masih terdapat pendirian/penyelenggaraan pendidikan yang tidak

memenuhi standar minimal baik dari segi sarana dan prasarana

Page 29: Pemerataan Akses Pendidikan

26

maupun mutu dan profesionalisme guru. Laporan pembangunan

dunia tahun 2004 menyatakan bahwa 20% tenaga pengajar

Indonesia tidak masuk sekolah pada saat pengecekan di sekolah-

sekolah yang terpilih secara ranom. Ini berarti 20% dari dana yang

digunakan untuk membiayai tenaga pengajar tidak memberikan

manfaat secara langsung kepada murid, karena ternyata tenaga

pengajar tersebut tidak berada di kelas.

Pemeliharaan sekolah-sekolah tidak dilakukan secara berkala

Selain itu, berdasarkan dari Survei sekolah dari Departemen

Pendidikan Nasional, satu dari enam sekolah di Jawa Tengah

berada dalam kondisi yang buruk, sementara itu sedikitnya satu

dari dua sekolah di Nusa Tenggara Timur juga berada di ruang

kelas tanpa peralatan belajar yang memadai, seperti buku pelajaran,

papan tulis, alat tulis, dan tenaga pengajar yang menguasai materi

pelajaran sesuai kurikulum.

Kondisi sosial ekonomi masyarakat di pedesaan dan daerah

terpencil yang sebagian besar miskin telah menyebabkan kualitas

gizi anak kurang dapat mendukung aktivitas anak didik dalam

bermain sambil belajar.

Banyak penyelenggaraan pendidikan terutama dikota-kota besar,

kurang memperhatikan kurikulum dengan mempraktekkan pola

pendekatan terhadap anak didik terlalu berorientasi akademik dan

memperlakukannya sebagai "orang dewasa kecil" yang dapat

menyebabkan terjadinya proses pematangan emosi anak menjadi

kurang seimbang.

Tidak semua anak semua anak bersekolah.

Indonesia masih belum mampu memenuhi program wajib belajar 9

tahun bagi semua anak. Saat ini masih terdapat sekitar 20% anak

usia sekolah menengah pertama yang masih belum bersekolah.

Perbedaan partisipasi antar daerah yang cukup besar. Pada tahun

2002, sebagai contoh, angka partisipasi murni pada jenjang sekolah

dasar berkisar antara 83,5% di propinsi Gorontalo dan 94,4% di

Page 30: Pemerataan Akses Pendidikan

27

Sumatera Utara. Pada jenjang sekolah menengah pertama, angka

partisipasi murni berkisar antara 40,9% di Nusa Tenggara Timur

dan 77,2% di Jakarta dan pada jenjang sekolah menengah atas

berkisar antara 24,5% di Nusa Tenggara Timur dan 58,4% di

Yogyakarta.

Anak dari kelompok miskin keluar dari sekolah lebih dini.

Pada tahun 2002 angka partisipasi sekolah menengah pertama dari

kelompok penduduk seperlima terkaya, lebih tingggi 69%

dibandingkan dengan angka partisipasi dari kelompok seperlima

termiskin. Sementara pada jenjang sekolah menengah atas, angka

partisipasi murni dari kelompok seperlima terkaya mencapai tiga

setengah kali lebih tinggi dibandingkan dengan angka partisipasi

murni kelompok termiskin. Walaupun hampir semua anak dari

berbagai kelompok pendapatan bersekolah di kelas satu sekolah

dasar, anak dari kelompok pendapatan termiskin cenderung

menurun partisipasinya setelah mencapai kelas enam.

2.4 PERKEMBANGAN PENDIDIKAN DI INDONESIA

Pendidikan di laksanakan di tiga kelompok tempat yang disebut Tri Pusat

pendidikan, yaitu: (1) Keluarga (Informal), (2) Sekolah (Formal), dan (3)

Masyarakat (Nonformal). Sedangkan jenjang pendidikan di Indonesia meliputi:

(1) Pendidikan Dasar (SD-MI dan SMP-MTs sederajat), (2) Pendidikan

Menengah (SMA, SMK, MA sederajat), (3) Pendidikan Tinggi (Universitas,

Akademi, Institut, dan sederajat).

Pengelolaan pendidikan di Indonesia sudah barang tentu tidak terlepas dari

tujuan pendidikan di Indonesia, sebab pendidikan Indonesia yang dimaksud di sini

ialah pendidikan yang dilakukan di bumi Indonesia untuk kepentingan bangsa

Indonesia. Aspek ketuhanan sudah dikembangkan dengan banyak cara seperti

melalui pendidikan-pendidikan agama di sekolah maupun di perguruan tinggi,

melalui ceramah-ceramah agama di masyarakat, melalui kehidupan beragama di

asrama-asrama, lewat mimbar-mimbar agama dan ketuhanan di televisi, melalui

Page 31: Pemerataan Akses Pendidikan

28

radio, surat kabar dan sebagainya. Bahan-bahan yang diserap melalui media itu

akan berintegrasi dalam rohani para siswa/mahasiswa.

Telah kita ketahui, bahwa kualitas pendidikan di Indonesia semakin lama

semakin memburuk. Hal ini terbukti dari kualitas guru, sarana dan prasarana

belajar, dan siswa-siswanya. Setiap guru tentuya punya harapan terpendam yang

tidak dapat mereka sampaikan kepada siswanya. Memang, guru-guru saat ini.

kurang kompeten. Banyak orang yang menjadi guru karena tidak diterima di

jurusan lain atau kekurangan dana. Kecuali guru-guru lama yang sudah

mendedikasikan dirinya menjadi guru. Selain berpengalaman mengajar, mereka

memiliki pengalaman yang dalam mengenai pelajaran yang mereka ajarkan.

Fenomena-fenomena ini jika dibiarkan berlanjut, tidak lama lagi pendidikan di

Indonesia akan hancur mengingat banyak guru-guru berpengalaman yang pensiun,

sedangkan guru muda belum berpengalaman dan dedikasinya masih tergolong

rendah.

Selain itu, sarana pembelajaran juga turut menjadi faktor penunjang

terpuruknya pendidikan di Indonesia, terutama bagi penduduk di daerah

terbelakang. Namun, bagi penduduk di daerah terbelakang tersebut, yang

terpenting adalah ilmu terapan yang benar-benar dapat dipakai buat hidup dan

kerja. Ada banyak masalah yang menyebabkan mereka tidak belajar secara normal

seperti kebanyakan siswa pada umumnya.

Hingga saat ini masalah pendidikan masih menjadi perhatian khusus oleh

pemerintah. Pasalnya Indeks Pembangunan Pendidikan Untuk Semua

ataueducation for all (EFA) di Indonesia menurun tiap tahunnya. Tahun 2011

Indonesia berada diperingkat 69 dari 127 negara dan merosot dibandingkan tahun

2010 yang berada pada posisi 65. Indeks yang dikeluarkan pada tahun 2011

oleh UNESCO ini lebih rendah dibandingkan Brunei Darussalam (34), serta

terpaut empat peringkat dari Malaysia (65). Selain itu Salah satu tolak ukur

kemajuan suatu bangsa atau negara adalah nilai dari besaran indeks pembangunan

manusia (Human Development Index atau HDI). HDI merupakan indeks yang

menunjukkan tingkat perbandingan kualitas : angka harapan hidup, melek huruf,

pendidikan, dan standar hidup (ekonomi) negara-negara dunia. Berdasarkan data

dari UNESCO tentang HDI, pada tahun 2010 Indonesia berada pada peringkat

Page 32: Pemerataan Akses Pendidikan

29

108 dari 169 negara dan pada tahun 2011 Indonesia berada pada peringkat 125

dari 187 negara.

Salah satu penyebab rendahnya indeks pembangunan pendidikan di

Indonesia adalah tingginya jumlah anak putus sekolah. Sedikitnya setengah juta

anak usia sekolah dasar (SD) dan 200 ribu anak usia sekolah menengah pertama

(SMP) tidak dapat melanjutkan pendidikan. Data pendidikan tahun 2010 juga

menyebutkan 1,3 juta anak usia 7-15 tahun terancam putus sekolah. Bahkan

laporan Departeman Pendidikan dan Kebudayaan menunjukan bahwa setiap menit

ada empat anak yang putus sekolah.

Menurut Staf Ahli Kemendikbud Prof. Dr. Kacung Marijan, Indonesia

mengalami masalah pendidikan yang komplek. Selain angka putus sekolah,

pendidikan di Indonesia juga menghadapi berbagai masalah lain, mulai dari

buruknya infrastruktur hingga kurangnya mutu guru. Masalah utama pendidikan

di Indonesia adalah kualitas guru yang masih rendah, kualitas kurikulum yang

belum standar, dan kualitas infrastruktur yang belum memadai.

Dalam dunia pendidikan guru menduduki posisi tertinggi dalam hal

penyampaian informasi dan pengembangan karakter mengingat guru melakukan

interaksi langsung dengan peserta didik dalam pembelajaran di ruang kelas.

Disinilah kualitas pendidikan terbentuk dimana kualitas pembelajaran yang

dilaksanakan oleh guru ditentukan oleh kualitas guru yang bersangkutan.

Secara umum, kualitas guru dan kompetensi guru di Indonesia masih

belum sesuai dengan yang diharapkan. Dari sisi kualifikasi pendidikan, hingga

saat ini dari 2,92 juta guru baru sekitar 51% yang berpendidikan S-1 atau lebih

sedangkan sisanya belum berpendidikan S-1. Begitu juga dari persyaratan

sertifikasi, hanya 2,06 juta guru atau sekitar 70,5% guru yang memenuhi syarat

sertifikasi sedangkan 861.670 guru lainnya belum memenuhi syarat sertifikasi.

Dari segi penyebarannya, distribusi guru tidak merata. Kekurangan guru

untuk sekolah di perkotaan, desa, dan daerah terpencil masing-masing adalah

21%, 37%, dan 66%. Sedangkan secara keseluruhan Indonesia kekurangan guru

sebanyak 34%, sementara di banyak daerah terjadi kelebihan guru. Belum lagi

pada tahun 2010-2015 ada sekitar 300.000 guru di semua jenjang pendidikan yang

Page 33: Pemerataan Akses Pendidikan

30

akan pensiun sehingga harus segera dicari pengganti untuk menjamin kelancaran

proses belajar.

Banyak sekali faktor yang menjadikan rendahnya kualitas pendidikan di

Indonesia. Faktor-faktor tersebut diantaranya rendahnya kualitas guru, rendahnya

sarana dan prasarana, mahalnya biaya pendidikan, rendahnya prestasi siswa,

rendahnya kesejahteraan guru, rendahnya relevansi pendidikan dengan kebutuhan,

kurangnya pemerataan kesempatan pendidikan. Namun sebenarnya yang menjadi

masalah mendasar dari pendidikan di Indonesia adalah sistem pendidikan di

Indonesia itu sendiri yang menjadikan siswa sebagai objek. Dalam artian yang

hanya mengikuti berjalannya zaman yaitu tidak bisa memilih mana yang baik dan

yang buruk. Padahal sebagai manusia Indonesia yang memiliki budaya bisa kritis

terhadap zaman ada. Maka disinilah dibutuhkan kerja sama antara pemerintah dan

mesyarakat untuk mengatasi segala permasalahan pendidikan di Indonesia. (

bappenas, 2013)

Permasalahan klasik di dunia pendidikan dan sampai saat ini belum

ada langkah-langkah strategis dari pemerintah untuk mengatasinya adalah

a. Kurangnya Pemerataan kesempatan pendidikan.

Sebagian besar masyarakat merasa hanya memperoleh kesempatan

pendidikan masih terbatas di tingkat sekolah dasar.

b. Rendahnya tingkat relevansi pendidikan dengan kebutuhan dunia kerja.

Hal ini dapat dilihat dari jumlah angka pengangguran yang semakin

meningkat di Indonesia, yang kenyataanya tidak hanya dipengaruhi oleh

terbatasnya lapangan kerja. Namun adanya perbedaan yang cukup besar

antara hasil pendidikan dan kebutuhan kerja.

c. Rendahnya mutu pendidikan.

Untuk indikator rendahnya mutu pendidikan dapat dilihat dari tingkat

prestasi siswa. Menurut data dari PISA (Programme for International Student

Assessment) pada tahun 2009, Indonesia baru bisa menduduki 10 besar terbawah

dari 65 negara anggota diantaranya pada tingkatan Reading mendapat peringkat

Page 34: Pemerataan Akses Pendidikan

31

ke-57, Matematika mendapat peringkat ke-61 dan Sains mendapat peringkat ke-

60.

2.5 UPAYA PEMERINTAH DALAM PEMERATAAN PENDIDIKAN DI

INDONESIA

Untuk meningkatkan kualitas dan pemerataan pendidikan berbagai

langkah akan diambil seperti peningkatan jumlah anak yang ikut merasakan

pendidikan, akses terhadap pendidikan ini dihitung berdasarkan angka partisipasi

mulai tingkat Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Umum. Selain itu

pemerintah akan mengurangi tingkat disparitas atau ketidakmerataan akses baik

spasial kota non kota dan yang bersifat gender.

Berikut ini merupakan upaya pemerintah untuk meningkatkan kualitas dan

pemerataan pedidikan di Indonesia.

1. Wajib Belajar

Dalam sektor pendidikan, kewajiban belajar tingkat dasar perlu

diperluas dari 6 ke 9 tahun, yaitu dengan tambahan 3 tahun pendidikan

setingkat SLTP seperti dimandatkan oleh Peraturan Pemerintah 2 Mei 1994.Hal

ini segaris dengan semangat "Pendidikan untuk Semua" yang

dideklarasikan di konferensi Jomtien di Muangthai tahun 1990 dan Deklarasi

Hak-Hak Azasi Manusia Sedunia Artikel 29 yang berbunyi: "Tujuan pendidikan

yang benar bukanlah mempertahankan 'sistem' tetapi

memperkaya kehidupan manusia dengan memberikan pendidikan lebih

berkualitas, lebih efektif, lebih cepat dan dengan dukungan biaya negara yang

menanggungnya" Berbagai upaya telah dilakukan oleh bangsa Indonesia untuk

meningkatkan taraf pendidikan penduduk Indonesia termasuk pelaksanaan Wajib

Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun yang diharapkan tuntas pada tahun

2008 yang dapat diukur antara lain dengan peningkatan angka partisipasi kasar

jenjang pendidikan sekolah menengah pertama dan yang sederajat menjadi 95

persen. Namun demikian sampai dengan tahun 2006 belum seluruh rakyat dapat

menyelesaikan jenjang pendidikan dasar.

Page 35: Pemerataan Akses Pendidikan

32

2. Bidang Teknologi

Kemajuan teknologi menawarakan solusi untuk menyediakan akses

pendidikan dan pemerataan pendidikan kepada masyarakat belajar yang tinggal di

daerah terpencil. Pendidikan harus dapat memenuhi kebutuhan belajar orang-

orang yang kurang beruntung ini secara ekonomi ketimbang menyediakan akses

yang tak terjangkau oleh daya beli mereka. Televisi saat ini digunakan sebagai

sarana pemerataan pendidikan di Indonesia karena fungsinya yang dapat

menginformasikan suatu pesan dari satu daerah ke daerah lain dalam waktu yang

bersamaan. Eksistensi televise sebagai media komunikasi pada prinsipnya,

bertujuan untuk dapat menginformasikan segala bentuk acaranya kepada

masyarakat luas.

Hendaknya, televisi mempunyai kewajiban moral untuk ikut serta

berpartisipasi dalam menginformasikan, mendidik, dan menghibur masyarakat

yang pada gilirannya berdampak pada perkembangan pendidikan masyarakat

melalui tayangan-tayangan yang disiarkannya. Sebagai media yang memanfaatkan

luasnya daerah liputan satelit, televisi menjadi sarana pemersatu wilayah yang

efektif bagi pemerintah. Pemerintah melalui TVRI menyampaikan program-

program pembangunan dan kebijaksanaan ke seluruh pelosok tanpa hambatan

geografis yang berarti.

Saat ini juga telah dirintis Televisi Edukasi (TV-E), Media elektronik

untuk pendidikan itu dirintis oleh Pusat Teknologi Komunikasi dan Informasi

Pendidikan (Pustekkom), lembaga yang berada di bawah Departemen Pendidikan

Nasional (Depdiknas). Ini untuk memberikan layanan siaran pendidikan

berkualitas yang dapat menunjang tujuan pendidikan nasional. Tugasnya

mengkaji, merancang, mengembangkan, menyebarluaskan, mengevaluasi, dan

membina kegiatan pendayagunaan teknologi informasi dan komunikasi untuk

pendidikan jarak jauh/terbuka. Ini dalam rangka peningkatan kualitas dan

pemerataan pendidikan di semua jalur, jenis, dan jenjang pendidikan sesuai

dengan prinsip teknologi pendidikan berdasarkan kebijakan yang ditetapkan

Menteri Pendidikan Nasional.

Page 36: Pemerataan Akses Pendidikan

33

Berdasarkan permasalahan yang dihadapi dalam pembangunan pendidikan,

maka diperlukan langkah dan tindak lanjut terutama fokus pada (i) pemerataan

dan perluasan akses pendidikan, (ii) peningkatan mutu dan relevansi pendidikan,

dan (iii) pemantapan good governance, yang dirinci sebagai berikut:

1) Memperluas akses pendidikan dasar bermutu yang lebih merata dengan

memberikan perhatian yang lebih besar pada penduduk miskin, masyarakat

yang tinggal di wilayah perdesaan, daerah tertinggal dan terpencil, daerah

konflik, wilayah kepulauan, dan masyarakat penyandang cacat melalui

penyediaan BOS, pembangunan sarana, prasarana, dan fasilitas pendidikan

termasuk pembangunan SD-SMP dan MI-MTs satu atap, serta pembangunan

asrama murid dan mess guru di daerah terpencil. Selain itu, akan dilaksanakan

uji coba Bantuan Tunai Bersyarat bidang pendidikan.

2) Meningkatkan pemerataan dan mutu pendidikan menengah seluas-luasnya baik

melalui jalur formal maupun nonfomal, yang dapat menjangkau seluruh lapisan

masyarakat melalui penyediaan beasiswa untuk siswa miskin, penyediaan

sarana, prasarana, dan fasilitas pendidikan, dan pengembangan kerja sama

dengan dunia usaha dan dunia industri sejalan dengan upaya meningkatkan

relevansi pendidikan menengah dengan kebutuhan pasar kerja.

3) Meningkatkan pemerataan, mutu, dan relevansi pendidikan tinggi dengan

memperkuat otonomi perguruan tinggi dan peningkatan intensitas penelitian

yang relevan dengan kebutuhan pembangunan, untuk membangun daya saing

nasional yang didukung dengan penyediaan sarana, prasarana, dan fasilitas

pendidikan.

4) Meningkatkan kualitas pelayanan pendidikan untuk secara bertahap mencapai

standar nasional pelayanan pendidikan melalui penataan perangkat lunak

(software) seperti perbaikan kurikulum, pemantapan sistem penilaian dan

pengujian, dan penyempurnaan sistem akreditasi.

5) Meningkatkan pemerataan dan keterjangkauan pendidikan anak usia dini

melalui penyediaan sarana dan prasarana pendidikan dan didukung dengan

sinkronisasi penyelenggaraan pendidikan anak usia dini yang dilakukan oleh

sektor-sektor pembangunan terkait dan peningkatan peranserta masyarakat.

Page 37: Pemerataan Akses Pendidikan

34

6) Memperbaiki distribusi guru dan meningkatkan kualitas guru berdasarkan

kualifikasi akademik dan standar kompetensi sesuai dengan ketentuan yang

berlaku melalui pendidikan lanjutan, diklat profesi, dan sertifikasi serta

peningkatan kesejahteraan guru.

7) Meningkatkan intensitas penyelenggaraan pendidikan keberaksaraan

fungsional, yang didukung oleh upaya menumbuhkan budaya baca untuk

membangun masyarakat membaca (literate society).

8) Meningkatkan kualitas pengelolaan pelayanan pendidikan sejalan dengan

penerapan prinsip good governance yang mencakup transparansi, akuntablitas,

dan partisipatif, untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pemanfaatan

sumber daya pendidikan.

9) Meningkatkan peranserta masyarakat dalam pembangunan pendidikan baik

dalam penyelenggaraan maupun pembiayaan pendidikan, termasuk yang

diwadahi dalam bentuk Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah/Madrasah.

10) Mengembangkan budaya baca dan pembinaan perpustakaan melalui : (1)

pelatihan pengelola perpustakaan dan taman bacaan, (2) penyelesaian peraturan

perundang-undangan di bidang perpustakaan, (3) pengembangan model

layanan perpustakaan termasuk perpustakaan keliling dan perpustakaan

elektronik, (4) supervisi, pembinaan dan stimulasi pada semua jenis

perpustakaan, (5) penyusunan program pengembangan perpustakaan, (6)

penyediaan bantuan pengembangan perpustakaan dan minat baca di daerah, (7)

pelatihan cara penulisan kesastraan dan penelitian kebahasaan, (8)

pengembangan teknologi informasi dan komunikasi kepustakaan, (9)

pemasyarakatan minat baca dan kebiasaan membaca untuk mendorong

terwujudnya masyarakat pembelajar, serta (10) publikasi dan sosialisasi dalam

rangka meningkatkan minat dan budaya baca.

Page 38: Pemerataan Akses Pendidikan

35

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Pemerataan pendidikan dalam arti pemerataan kesempatan untuk memperoleh

pendidikan telah lama menjadi masalah yang mendapat perhatian, terutama di

negara-negara sedang berkembang

2. Pemerataan pendidikan mencakup dua aspek penting yaitu Equalit dan Equity.

Equality atau persamaan mengandung arti persamaan kesempatan untuk

memperoleh pendidikan, sedangkan equity bermakna keadilan dalam

memperoleh kesempatan pendidikan yang sama diantara berbagai kelompok

dalam masyarakat

3. Wajib Belajar adalah program pendidikan minimal yang harus diikuti oleh

warga negara Indonesia atas tanggung jawab Pemerintah, Pemerintah Daerah,

dan masyarakat.

4. Pendidikan yang berkualitas adalah pendidikan yang dapat menghasilkan

lulusan yang memiliki kemampuan dasar untuk belajar, sehingga dapat

mengikuti bahkan menjadi pelopor dalam pembaharuan dan perubahan dengan

cara memberdayakan sumber-sumber pendidikan secara optimal melalui

pembelajaran yang baik dan kondusif

5. Upaya pemerintah dalam meningkatkan kualitas dan pemerataan pendidikan

diantaranya adalah

meningkatkan kualitas kurikulum pendidikan

meningkatkan fasilitas pendidikan hingga di daerah pelosok

meningkatkan peran teknologi untuk pendidikan

meningkatan kualitas pendidik

meningkatkan kerjasama antara pemerintah, penyelenggara pendidikan dan

masyarakat untuk sadar membantu dan mendukung adanya upaya peningkatan

pendidikan

Page 39: Pemerataan Akses Pendidikan

36

3.2 Saran

Masalah pendidikan dan pemerataannya di Indonesia merupakan maslaah warga

Indonesia, Bukan hanya pemerintah yang wajib memikirkan solusinya melainkan seluruh

warga Indonesia harus ikut serta mendukung pembangunan dan peningkatan utu

pendidikan Di Indonesia

Page 40: Pemerataan Akses Pendidikan

37

DAFTAR RUJUKAN

Ali, Muh. 1978. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru.

Amalia.2007. kondisi pemerataan pendidikan di Indonesia (online)

https://amalia07.files.wordpress.com/2008/07/kondisi-pemerataan-

pendidikan.pdf (diakses 23 Januari 2015)

Anonim1. 2014. Kondisi pemerataan pendidikan di Indonesia. (Online)

http://repository.upi.edu/1861/4/T_ADP_1102701_Chapter1.pdf, diakses

tanggal 22 januari 2015

Anonim2. 2014. Peningkatan akses pendidikan lebih berkualitas untuk Indonesia.

(Online) http://www.bappenas.go.id/files/2513/5098/8841/bab-27---

peningkatan-akses-pendidikan-lebih-

berkualitas__20090202213335__1758__27.pdf, diakses tanggal 22 Januari

2015

Departemen Pendidikan Nasional. 2009. Rencana strategis Departemen

Pendidikan Nasional Tahun 2010-2014. Jakarta : Depdiknas.

Direktorat Pembinaan SMP, 2008. Panduan Pelaksanaan Sosialisasi Wajib

Belajar 9 Tahun yang Bermutu. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Eka, R. 2007. Kondisi Pemerataan Pendidikan di Indonesia. http://edu-

articles.com, diakses tanggal 22 Januari 2015

Nuh, Muhammad. 2013. Landasan dan Arah Pendidikan Nasional Kita. Jakarta:

PT Kompas Media Nusantara.

Renstra Kemendikbud tahun 2010-2014. (online)

http://kemdikbud.go.id/dokumen/renstra-2010-2014/ (diakses 23 Januari

2015)

Saud, Udin (2008). Sunstansi Pendidikan Dasar Dalam Program Wajib Belajar 9

Tahun. UPI: JICA. (makalah disampaikan pada seminar dan lokakarya

Kontribusi Ilmu pendidikan dalam Penuntasan Wajib Belajar 9 Tahun).

Sutiyono. 2013. Pentingnya peningkatan Kualitas pendidikan di Indonesia.

(Online) https://sutiyonokudus.files.wordpress.com/2013/07/pentingnya-

peningkatan-kualitas-pendidikan-sutiyono-2013.pdf, diakses tanggal 22 Januari

2015

Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional.

Jakarta