17
PEMERIKSAAN Anti-HCV Hari, tanggal : Kamis, 10 Oktober 2014 Temapt : Laboratorium Immunoserologi Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes Denpasar I. TUJUAN 1.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui cara pemeriksaan rapid test Anti-HCV. 1.2 Tujuan Khusus Untuk dapat melakukan pemeriksaan rapid test Anti-HCV. Untuk dapat menginterpretasikan hasil pemeriksaan rapid test Anti-HCV. II. METODE Metode yang digunakan dalam pemeriksaan Anti- HCV ini adalah Immunochromatography rapid test. III. PRINSIP Berdasarkan reaksi Immunologis antara antibody spesifik dalam specimen dengan rekombinan antigen HCV capture (inti, NS3, NS4, NS5) pada

Pemeriksaan Anti HCV

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Hepatitis adalah suatu proses peradangan pada jaringan hati yang memberikan lemah badan, mual ,kencing, seperti air the disusul dengan mata dan badan menjadi kuning. Tidak semua penyakit hepatitis mempunyai bentuk yang klasik seperti ini. Ada hepatitis yang tidak nyata (inapparent hepatitis), ada yang tanpa ikterik,ada bentuk yang jiank(bening)dan ada yang ganas (fulminan). Hepatitis dapat disebabkan oleh virus (penyebab terbanyak), bakteri (salmonella typhy), obat-obatan racun(hepatotoksik)dan alcohol. Kini telah dikenal beberapa virus penyebab peradangan hati yaitu : virus hepatitis A (VHA), Virus hepatitis B(VHB),virus hepatitis C(VHC,non A non B),virus hepatitis D(VHD),Virus hepatitis E(VHE)dan virus hepatitis G(VHG).

Citation preview

PEMERIKSAAN Anti-HCV

Hari, tanggal : Kamis, 10 Oktober 2014

Temapt : Laboratorium Immunoserologi Jurusan Analis Kesehatan

Poltekkes Denpasar

I. TUJUAN

1.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui cara pemeriksaan rapid test Anti-HCV.

1.2 Tujuan Khusus

Untuk dapat melakukan pemeriksaan rapid test Anti-HCV.

Untuk dapat menginterpretasikan hasil pemeriksaan rapid test

Anti-HCV.

II. METODE

Metode yang digunakan dalam pemeriksaan Anti-HCV ini adalah

Immunochromatography rapid test.

III. PRINSIP

Berdasarkan reaksi Immunologis antara antibody spesifik dalam

specimen dengan rekombinan antigen HCV capture (inti, NS3, NS4, NS5)

pada membrane test yang dilapisi protein – A koloidal emas conjugate

membentuk kompleks antibodi-antigen. Campuran bermigrasi di

sepanjang membrane test dan bereaksi menghasilkan garis berwarna.

IV. DASAR TEORI

Hepatitis adalah suatu proses peradangan pada jaringan hati yang

memberikan lemah badan, mual ,kencing, seperti air the disusul dengan

mata dan badan menjadi kuning. Tidak semua penyakit hepatitis

mempunyai bentuk yang klasik seperti ini. Ada hepatitis yang tidak nyata

(inapparent hepatitis), ada yang tanpa ikterik,ada bentuk yang

jiank(bening)dan ada yang ganas (fulminan). Hepatitis dapat disebabkan

oleh virus (penyebab terbanyak), bakteri (salmonella typhy), obat-obatan

racun(hepatotoksik)dan alcohol. Kini telah dikenal beberapa virus

penyebab peradangan hati yaitu : virus hepatitis A (VHA), Virus hepatitis

B(VHB),virus hepatitis C(VHC,non A non B),virus hepatitis

D(VHD),Virus hepatitis E(VHE)dan virus hepatitis G(VHG).

Hepatitis C adalah infeksi yang terutama menyerang organ hati.

Penyakit ini disebabkan oleh virus hepatitis C (HCV). Hepatitis C

seringkali tidak memberikan gejala, namun infeksi kronis dapat

menyebabkan parut (eskar) pada hati, dan setelah menahun menyebabkan

sirosis. Dalam beberapa kasus, orang yang mengalami sirosis juga

mengalami gagal hati, kanker hati, atau pembuluh yang sangat

membengkak di esofagus dan lambung, yang dapat mengakibatkan

perdarahan hingga kematian. Hepatitis C adalah hepatitis viral yang

disebabkan oleh virus Hepatitis C (vhc=hcv), dan tergolong dalam

kelompok hepatitis non-A ,non-B(NANB). Hepatitis viral inoi sering

terjadi setelah transfuse darah atau pemberian komponen darah sehingga

pada masa yang lalu hepatitis C ini disebut sebagai post transfusion NANB

hepatitis.

Seseorang terutama terkena hepatitis C melalui kontak darah,

penggunaan narkoba suntik, peralatan medis yang tidak steril, dan

transfusi darah. Sekira 130–170 juta orang di dunia menderita hepatitis C.

Para ilmuwan mulai meneliti HCV pada tahun 1970-an, dan memastikan

keberadaan virus tersebut pada tahun 1989. Virus ini tidak diketahui

menyebabkan penyakit pada hewan lain. Dibeberapa daerah didapatkan

hepatitis non-A non-B yang tidak mempunyai riwayat transfuse, dan

disebut sebagai hepatitis sporadic atauu acquired community. Dari

penelitian selanjutnya ternyata 40-50% dari penderita hepatitis ini

menunjukkan antibody anti-HCV yang positif.

Pada umunya hepatitis C member gejala klinis yang relative ringan

bahkan sering tanpa gejala namun mempunyai kecenderungan untuk

menjadi menahun atau serosis hati yang lebih besar bila dibandingkan

dengan hepatitis viral yang lain. Peginterferon dan ribavirin merupakan

obat-obatan standar untuk HCV. Antara 50-80% pasien yang diobati

sembuh. Pasien dengan sirosis atau kanker hati mungkin memerlukan

transplantasi hati, namun biasanya virus muncul kembali setelah

transplantasi. Tidak ada vaksin untuk hepatitis C.

Stuktur Antigen Virus Hepatitis C

Virus hepatitis C merupakan virus RNA dengan genom berantai

tunggal, dengan polaritas positif, diameter 30-60nm, dan panjang sekitar

10kb. VCH merupakan virus yang peka terhadap pelarut organic seeperti

kloroform, terbungkus oleh envelop lipid dan termasuk dalam family

antara flavivirus dan pestivirus. Genom VHC terdiri dari sekitar 9413

nukleotida dan mengkode sekitar 3010 asam amino.

Menurut beberapa peneliti terdapat enam genotip strain VHC. Di

Indonesia genotip yang sering dijumpai adalah subtype 1b, dan subtype 1

baru yang tidak didapatkan di Negara lain. Genotipe VHC yang sering

dijumpai di Surabaya adalah subtype 1b, subtype 1 baru, 2a dan subtype

baru dari tipe 3. Genom VHC terdiri dari 3 bagian utama sebagai berikut :

Region non-coding ,terdiri dari 340 nukleotida dan belum banyak

diketahui funggsinya,

Region structural, terdiri dari region nukleokapsid atau core (c),

dan region envelope(surface=s),dan

Region non structural (NS), terdiri dari NS 1-NS5 dan sebagian

fungsi NS 2-NS5 tiddak diketahui.

Imunopatogenesis

Masa inkubasi dari Hepatitis C berkisar antara 2-20 minggu dengan

puncaknya antara 6-12 minggu dan rerata sekitar 7-8 minggu. Respon

imun yang terjadi setelah masuknya VHC kedalam hepatosit, sama dengan

respons imun penyakit yang lain, yaitu respons imun terhadap jasad renik

intraseluler dalam sitosol dari sel yang terinfeksi. Antigen dari virus yang

dibuat di dalam sitosol hepatosit akan merangsang MHC kelas 1 untuk

membuat polipeptida yang mengangkut antigen tersebut ke permukaan sel

untukdiikat oleh reseptor ddari limposit T CD8 sehingga sel ini teraktivasi.

Limposit TCD8 yang teraktivitas tersebut akan mengeluarkan

sitokin yang menghancurkan sel hepar, dan virus yang berada didepannya.

Akibatnya akan terjadi peningkatan kadar ALT dalam serum penderita

yang sering kali disertai oleh viremia. Beberapa menduga bahwa VHC

dapat merusak sel hati secara lansung (directly cytopathic) sebab ada

kaitan antara beratnya kerusakan sel hati dengan banyaknya virus.

Pola fluktuasi ALT serum pada hepatitis C khas periode

peningkatan ALT di selingi oleh periode ALT yang normal atau mendekati

normal. VHC atau beberapa bagian virus yang berada ekstraseluler dapat

ditangkap oleh beberapa reseptor pada permukaan limfosit B, dimasukan

kedalam vokuol, dan diproses, lalu dipaparkan pada permukaan limfosit B

dan ditangkap oleh reseptor limfosit T CD4 Th2. Sel CD4 Th2 yang

teraktivitasi akan mengalami transformasi blas menjadi sel plasma yang

mensekresi antibody spesifik terhadap antigen VHC. Serenkonversi sel

plasma yang mensekresi antibody spesifik terhadap antigen VHC.

Serekonversi biasanya terjadi 11-12 minggu setelah infeksi, behkan

dengan uji anti-HCV generasi II, antibody tersebut dapat dilacak 7-8

minggu setelah infeksi. Namun pada beberapa kasus, antibody tersebut

baru timbul setelah infeksi berjalan setelah 6-12 bulan.

Antibody pertama yang biasa timbul adalah antibody

terhadap core, dan biasanya dapat dilacak sesaat sebelum atau bersamaan

dengan peningkatan ALT serum.Antibody terhadap NS 3 biasanya timbul

bersamaan atau sesaat setelah antibodi terhadap protein core, namun

kadang kala (anti-C33c) dapat juga timbul sebelum anti-core, dapat

dideteksi. Anti –C 100-3 (NS4) baru timbul 10-15 minggu setelah

peninghktan ALT. Hepatitis Cdikatakan menjadi menahun bila kenaikan

kadar ALT serum dan anti-HCV positif terjadi lebih dari 6 bulan atau 1

tahun. Factor yang berperan dalam perubahan hepatitis C akut menuju

menahun yaitu tingginya kadar ALT, sifat polifaksin, usia lanjut dan

gangguan imunologis.

Tes human anti HCV lgG antibody dikembangkan untuk

mendeteksi sirkulasi anti HCV lgG antibody dinyatakan sebagai petunjuk

infeksi hepatitis C virus, tes ini berdasarkan prinsip yang menggunakan

rekombinan HCV protein sebagai viral antigen. Pada langkah pertama anti

HCV lgG dalam specimen bila ada akan terikat pada protein rekombinan

HCV yang dilabel pada permukaan sumur microtitir. Setelah inkubasi

bagian specimen yang tidak terikat akan dipisahkan melalui pencucian,

pada pencucian ke dua anti human lgG konjugat ditambahkan akan

mengikat antibody spesifik manusia anti HCV lgG pada permukaan sumur

akan membentuk sandwich complex.

V. ALAT DAN BAHAN

5.1 Alat:

Mikropipet 10 µl

Yellow / white tip

Pipet disposible

Stopwatch

Wadah limbah

5.2 Bahan:

Sampel serum HCV 9

Rapid test Anti –HCV (ACON)

VI. CARA KERJA

1. Alat uji dikeluarkan dari dalam bungkus.

2. Diteteskan 10 µL sampel, plasma atau darah pada lubang sampel.

3. Ditambahkan 4 tetes diluent assay pada kolom sampel yang sama.

4. Hasil dibaca dalam 5 – 20 menit. Jangan membaca hasil lebih dari 20

menit karena akan memberikan hasil yang salah.

VII. INTERPRETASI HASIL

Negatif : hanya muncul garis warna pada daerah control “C”

Positif : muncul garis warna pada control “C” dan test “T”

Invalid : tidak muncul garis warna pada control “C”

VIII. HASIL PENGAMATAN

No. Gambar Keterangan

1.

(a) (b)

a. Diluent assay HCV

tes

b. Strip test HCV (merk

ACON)

2. Sampel serum pasien dengan

kode HCV 9

3. Diteteskan 10 µL sampel dan

4 tetes diluent assay pada

lubang yang sama. Setelah

diinkubasi selama 20 menit,

diperoleh hasil negatif

dengan munculnya garis

warna hanya pada daerah

control “C”.

IX. PEMBAHASAN

Pemeriksaan Anti-HCV merupakan pemeriksaan darah untuk

mendeteksi keberadaan antibodi terhadap virus Hepatitis C (HCV). Bila

hasil Anti-HCV positif (reaktif), hal tersebut tidak menunjukkan

terbentuknya imunitas tubuh melainkan sebaliknya, maka sebaiknya segera

dikonsultasikan ke dokter.

Pada praktikum kali ini dilakukan pemeriksaan Rapid Test Anti-

HCV (Hepatitis C Virus) pada sampel serum kode HCV9 dengan metode

rapid kromatografi immunoassay. Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk

mendeteksi secara kualitatif ada tidaknya antibodi virus hepatitis C dalam

sampel serum pasien. Sampel serum yang dipergunakan sudah disiapkan

sebelumnya. Seacara visual, sampel serum yang digunakan berwarna kuning

dengan konsistensi kental. Sebelum memulai praktikum, semua perangkat

test dan sampel dikondisikan pada suhu ruang (15-30oC). Hal ini

dikarenakan pada serum terdapat antibodi dimana antibodi merupakan

protein dan protein dapat bereaksi optimal pada suhu ruang. Pemeriksaan

HCV ini dapat menggunakan plasma/serum/wholeblood tergantung dari

reagen dan test kit yang dipergunakan. Kebanyakan menggunakan

plasma/serum sebab sebagian besar antigen dalam bentuk glikoprotein yang

tersekresi lebih dari 48 kDa di supernatant membran plasma/serum.

Selanjutnya cassete test dikeluiarkan dari bungkusnya dan ditempatkan di

tempat yang datar dan kering. Pada praktikum ini pengujian dilakukan

dengan menggunakan perangkat uji Rapid Test Anti-HCV (ACON). Sampel

serum dihomogenkan terlebih dahulu agar semua komponen yang ada di

dalamnya bercampur merata sehingga sampel uji dapat representatif.

Sebanyak 10µl sampel serum diteteskan secara vertikal pada sumur sampel

(tanda S) dari cassete test menggunakan disposible dropper yang ada dalam

test kit. Tujuan pemipetan secara vertikal adalah agar volume yang

dihasilkan tidak berkurang/tidak ada sampel yang bersisa pada pipet

(volume tepat 10µl). Saat pemipetan juga sebaiknya ujung tip tidak

menyentuh cassete test/sumur sampel secara langsung untuk mencegah

kontaminasi. Setelah itu assay diluent dihomogenkan lalu diteteskan

sebanyak 4 tetes (±90-120µl) kedalam sumur yang sama dengan sampel.

Penetesan diluent juga sebaiknya vertikal dan berjarak ±1cm dari sumur

untuk menghindari kontaminasi pada ujung botol diluent. Diluent berfungsi

untuk mengatur PH selama terjadinya reaksi, membantu dalam bermigrasi,

dan mengencerkan serum dengan rekombinan virus HCV sehingga

terbentuk kompleks. Hasil pemeriksaan dibaca dalam 15-20 menit dari

penambahan diluent (waktu inkubasi). Jika hasil dibaca setelah 20 menit

akan menunjukkan hasil invalid dan pemeriksaan harus diulang. Pembacaan

yang lebih dari 20 menit dapat menyebabkan hasil yang sebenarnya/tadinya

positif berubah menjadi negatif akibat terlepasnya ikatan konjugat koloid

emas antigen HCV dengan antibodi spesifik dalam sampel dan secara

otomatis kompleks antigen-antibodi tidak akan terbentuk lagi (hilang).

Waktu 15-20 menit merupakan operating time yaitu waktu optimum yang

diperlukan untuk membentuk kompleks antigen antibodi. Membran test

yang dilapisi dengan protein koloidal emas berupa antigen virus HCV yang

akan bereaksi dengan antibodi spesifik pada sampel pasien. Ikatan antigen

dan antibodi akan bermigrasi secara kromatografi ke daerah uji dan

membentuk garis warna. Pada pengujian yang dilakukan terbentuk garis

warna merah muda hanya pada daerah control (C) dimana dapat

diinterpretasikan didapat hasil negatif. Hal ini berarti dalam sampel serum

kode HCV9 tidak mengandung antibodi HCV (pasien tidak mengalami

infeksi virus hepatitis C).

Hal-hal yang harus diperhatikan selama praktikum antara lain :

Spesimen hemolisis, lipemia atau ikterik (hiperbilirubinemia) dapat

mempengaruhi pengujian.

Jika memungkinkan sebaiknya digunakan sampel segar.

Spesimen dapat disimpan pada suhu 2o-8oC selama 7 hari dan untuk

waktu yang lama dapat disimpan beku pada suhu -25o-6oC.

Hindari pembekuan dan pencairan (thawing) sampel berkali-kali.

Antikoagulan seperti heparin, EDTA, dan sodium sitrat tidak

mempengaruhi test.

Digunakan pipet kapiler disposible atau tip pipet secara terpisah

untuk mencegah kontaminasi silang dari setiap sampel yang

mengakibatkan kesalahan hasil.

X. KESIMPULAN

Dari hasil pemeriksaaan Anti – HCV pada sampel dengan kode

HCV 9 didapakan hasil negatif dengan ditandai munculnya garis warna

hanya pada daerah control “C”. hal ini juga menunjukan sampel HCV 9

negatif Hepatitis C.

DAFTAR PUSTAKA

Sutrimo, Wayan. 2013. Uji HCV. Online. Available.

http://analiskesehatankendariangkatan5.blogspot.com/20

13/01/uji-hcv_14.html. diakses pada 13 Oktober 2014.

Ahmad, Ihwan. 2012. Hepatitis. Online. Available.

http://ahmadihwan.blogspot.com/2012/11/daftarisi-

daftarisi-imunokromatografi.html. diakses pada 13

Oktober 2014.

LEMBAR PENGESAHAN

Denpasar, 17 Oktober 2014

Praktikan

( a. n Kelompok 4 ganjil )

Mengetahui

Pembimbing I Pembimbing II

(Dr. Ni kadek Mulyandari, Sp.Pk) (Gst. Ayu Komang Dwi Hantari)

Pembimbing III Pembimbing IV

(I Ketut Adi Santika, A.Md. AK) ( Ni Md Sri Dwijastuti, A.Md. AK)

PEMERIKSAAN Anti-HCV

Oleh :

KELOMPOK 4 Ganjil

Dewa Ayu Ari Purwaningsih (P07134012037)

Putu Pradnyawati Budi Sunata (P07134012039)

Luh De Trisna Dewi (P07134012041)

Gst Agung Putu Iswari S. (P07134012043)

A.A Istri Agung Adnyani (P07134012045)

I Gst Ngr Dahana Dinata (P07134012047)

Dwi Karunia Wulandari (P07134012049)

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

ANALIS KESEHATAN

2014