4
Pemeriksaan diagnostik penyakit hirschprung Pemeriksaan Diagnostik Hirschprung - Biopsi rektum memastikan diagnosis bila tidak terdapat sel-sel ganglio - Pemeriksaan barium enema yang dilakukan pada bayi yang lebih besar menunjukkan penyempitan pada segmen distal colon dengan gambaran seperti gigigergaji (sawtoothed appearance) dan pelebaran segmen diatasnya yang memberikan gambaran seperti cerobong asap. Pemeriksaan ini akan memastikan diagnosis dan menilai luas kelainan pada usus - Manometri rektrum mendeteksi ketidakmampuan sfingter ani interna dalam melaukan relaksasi dan kontraksi - Foto polos abdomen dengan posisi tegak memperlihatkan distensi kolon yang nyata (ennifer P !owalak" #$%%) A. Pemeriksaan Fisik Pada neonatus biasa ditemukan perut kembung karena mengalami obstipasi. Bila dilakukan colok dubur maka sewaktu jari ditarik keluar ma feses akan menyemprot keluar dalam jumlah yang banyak dan tampak perut anak sudah kembali normal. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui bau dari feses" kotoran yang menumpuk dan menyumbat pada usus bagian bawah dan akan terjadi pembusukan. B. Pemeriksaan Radiologis Pemeriksaan radiologi merupakan pemeriksaan penting pada penyakit &irschsprung. Pemeriksaan foto polos abdomen dan khususnya pemeriksaan enema barium merupakan pemeriksaan diagnostikterpenting untuk mendeteksi penyakit &irschsprung secara dini pada neonatus. Pada polos abdomen dapat dijumpai gambaran obstruksi usus letak rendah" meski pada bayi sulit untuk membedakan usus halus dan usus besar. Pemeriksaan yang merupakan standard dalam menegakkan diagnosa &irschsprung adalah barium enema " dimana akan dijumpai ' tanda khas %. ampak daerah penyempitan di bagian rektum ke proksimal yang panjangnya ber*ariasi+ #. erdapat daerah transisi" terlihat di proksimal daerah penyempita ke arah daerah dilatasi+ '. erdapat daerah pelebaran lumen di proksimal daerah transi (!artono"%,,').

pemeriksaan diagnostik hirschprung.docx

Embed Size (px)

Citation preview

Pemeriksaan diagnostik penyakit hirschprung Pemeriksaan Diagnostik Hirschprung Biopsi rektum memastikan diagnosis bila tidak terdapat sel-sel ganglion Pemeriksaan barium enema yang dilakukan pada bayi yang lebih besar menunjukkan penyempitan pada segmen distal colon dengan gambaran seperti gigi gergaji (sawtoothed appearance) dan pelebaran segmen diatasnya yang memberikan gambaran seperti cerobong asap. Pemeriksaan ini akan memastikan diagnosis dan menilai luas kelainan pada usus Manometri rektrum mendeteksi ketidakmampuan sfingter ani interna dalam melaukan relaksasi dan kontraksi Foto polos abdomen dengan posisi tegak memperlihatkan distensi kolon yang nyata (Jennifer P Kowalak, 2011)

A. Pemeriksaan FisikPada neonatus biasa ditemukan perut kembung karena mengalami obstipasi. Bila dilakukan colok dubur maka sewaktu jari ditarik keluar maka feses akan menyemprot keluar dalam jumlah yang banyak dan tampak perut anak sudah kembali normal. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui bau dari feses, kotoran yang menumpuk dan menyumbat pada usus bagian bawah dan akan terjadi pembusukan.

B. Pemeriksaan Radiologis Pemeriksaan radiologi merupakan pemeriksaan penting pada penyakit Hirschsprung. Pemeriksaan foto polos abdomen dan khususnya pemeriksaan enema barium merupakan pemeriksaan diagnostik terpenting untuk mendeteksi penyakit Hirschsprung secara dini pada neonatus. Pada foto polos abdomen dapat dijumpai gambaran obstruksi usus letak rendah, meski pada bayi sulit untuk membedakan usus halus dan usus besar. Pemeriksaan yang merupakan standard dalam menegakkan diagnosa Hirschsprung adalah barium enema, dimana akan dijumpai 3 tanda khas :1. Tampak daerah penyempitan di bagian rektum ke proksimal yang panjangnya bervariasi; 2. Terdapat daerah transisi, terlihat di proksimal daerah penyempitan ke arah daerah dilatasi; 3. Terdapat daerah pelebaran lumen di proksimal daerah transisi (Kartono,1993).

Apabila dari foto barium enema tidak terlihat tanda-tanda khas penyakit Hirschsprung, maka dapat dilanjutkan dengan foto retensi barium, yakni foto setelah 24-48 jam barium dibiarkan membaur dengan feces. Gambaran khasnya adalah terlihatnya barium yang membaur dengan feces kearah proksimal kolon. Sedangkan pada penderita yang bukan Hirschsprung namun disertai dengan obstipasi kronis, maka barium terlihat menggumpal di daerah rektum dan sigmoid (Kartono,2010; Lee, 2009; Wyle, 2000)

C. Pemeriksaan Patologi AnaomiDiagnosis patologi-anatomik penyakit Hirschsprung dilakukan melalui prosedur biopsi yang didasarkan atas tidak adanya sel ganglion pada pleksus myenterik (Auerbach) dan pleksus sub-mukosa (Meissner). Di samping itu akan terlihat dalam jumlah banyak penebalan serabut saraf (parasimpatik). Akurasi pemeriksaan akan semakin tinggi apabila menggunakan pengecatan immunohistokimia asetilkolinesterase, suatu enzim yang banyak ditemukan pada serabut saraf parasimpatik. Biasanya biopsi hisap dilakukan pada tiga tempat yaitu dua, tiga, dan lima sentimeter proksimal dari anal verge. Apabila hasil biopsi hisap meragukan, maka dilakukan biopsi eksisi otot rektum untuk menilai pleksus Auerbach. Dalam laporannya, Polley (1986) melakukan 309 kasus biopsi hisap rektum tanpa ada hasil negatif palsu dan komplikasi. (Kartono,2010)

D. Manometri AnorektalPemeriksaan manometri anorektal adalah suatu pemeriksaan objektif yang mempelajari fungsi fisiologi defekasi pada penyakit yang melibatkan sfingter anorektal. Dalam praktiknya, manometri anorektal dilaksanakan apabila hasil pemeriksaan klinis, radiologis, dan histologis meragukan. Pada dasarnya, alat ini memiliki dua komponen dasar yaitu transuder yang sensitif terhadap tekanan seperti balon mikro dan kateter mikro, serta sistem pencatat seperti poligraph atau komputer. Beberapa hasil manometri anorektal yang spesifik bagi penyakit Hirschsprung adalah hiperaktivitas pada segmen dilatasi, tidak adanya kontraksi peristaltik yang terkoordinasi pada segmen usus aganglionik, sampling reflex tidak berkembang yang artinya tidak dijumpainya relaksasi sfingter interna setelah distensi rektum akibat desakan feses atau tidak adanya relaksasi spontan. (Kartono,2010; Lee 2009)

DAFTAR PUSTAKA1. Kowalak, Jennifer P et al., 2011. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: EGC2. Kartono, D., 2010. Penyakit Hirschsprung. Cetakan Kedua. Sagung Seto. Jakarta3. Lee, Steven L, 2009. Hirschsprung disease. Available From : http: //www.emedicine.com/med/topic 4. Wyllie, Robert, 2000. Megakolon Aganglionik Bawaan (Penyakit Hirschsprung) . Behrmann, Kliegman, Arvin. Dalam : Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Edisi 15, Jilid II. Jakarta: EGC, 1316-1319.