Pemeriksaan-fisik-paru

Embed Size (px)

DESCRIPTION

pemeriksaan paru

Citation preview

Pemeriksaan fisik 1. Biasanya ada gejala dari penyakit dasarnya.2. Bila sesak napasnya yang menonjol, kemungkinan besar karena proses keganasan.3. Efusi berbenruk kantong (pocketed) pada fisura interlobaris tidak member gejala-gejala. Begitu pula bila efusinya berada di atas diafragma.4. Pada perkusi, suara ketok terdengar redup sesuai dengan luasnya efusi.\pada auskultasi suara napas berkurang atau menghilang.5. Resonansi vocal berkurang (Mukty et al., 1994).6. Jika jumlah cairan pleura < 300 mL, cairan ini belum menimbulkan gejala pada pemeriksaan fisik.7. Jika jumlah cairan pleura telah mencapai 500 mL, baru dapat ditemukan gejala berupa gerak dada yang melambat atau terbatas saat inspirasi pada sisi yang mengandung akumulasi cairan. Fremitus taktil juga berkurang pada dasar paru posterior. Suara perkusi menjadi pekak dan suara napas pada auskultasi terdengar melemah walaupun sifatnya masih vesikuler. 8. Jika akumulasi cairan melebihi 1000 mL, sering terjadi atelektasis pada paru bagian bawah. Ekspasi dada saat inspirasi pada bagian yang mengandung timbunan cairan menjadi terbatas sedangkan sela iga melebar dan menggembung. Pada auskultasi di atas batas cairan, sering didapatkan suara bronkovesikuler yang dalam, sebab suara ini ditransmisiskan oleh jaringan paru yang menagalami atelektasis. Pada daerah ini juga dapat ditemukan fremitus vokal dan egofoni yang bertambah jelas.9. Jika akumulasi cairan melebihi 2000 mL, cairan ini dapat menyebabkan seluruh paru mennjadi kolaps kecuali bagian apeks. Sela iga semakin melebar, gerak dada pada inspirasi sangat terbatas, suara napas, fremitus taktil maupun fremitus vocal sulit didengar karena sangat lemah. Selain itu terjadi pergeseran mediastinum kea arah ipsilateral dan penurunan letak diafragma (Djojodibroto D., 2009).

Pemeriksaan penunjang 1. Foto toraksCairan yang kurang dari 300 cc, pada fluoroskopi maupun foto toraks PA tidak tampak. Mungkin kelainan yang tampak hanya berupa penumpulan sinus kostofrenikus. Pada efusi pleura subpulmonal, meskipun cairan pleura lebih dari 300 cc, sinus kostofrenikus tidak tampak tumpul tetapi diafragma kelihatan meninggi. Untuk memastikan dapat dilakukan foto dada lateral dari sisi yang sakit. Foto toraks PA dan posisi lateral dekubitus pada sisi yang sakit seringkali member hasil yang memuaskan bila cairan pleura sedikit, atau cairan subpulmonal yaitu tampak garis batas cairan yang sejajar dengan kolumna vertebralis atau berupa garis horizontal (Alsagaff dan Mukty, 2009).2. Pemeriksaan Mikroskopis dan sitologiJika didapatkan sel darah putih sebanyak >1000/mL, hal ini mengarahkan diagnosis kepada eksudat. Jika sel darah putih > 20.000/mL, keadaan ini menunjukan empiema. Neutrofil menunjukan kemungkinan adanya pneumonia, infark paru, tuberkulosis paru fase awal atau pancreatitis. Limfosit dalam jumlah banyak mengarahkan kepada tuberculosis, limfoma atau keganasan. Jika pada torakosintesis didapatkan banyak eosinofil, tuberculosis dapat disingkirkan (Djojodibroto D., 2009).3. Pemeriksaan biokima a. Protein > 3 g/dl eksudatb. Protein < 3 g/dl transudatc. Glukosa < normal rheumatoid pleural effusiond. Kemungkinan lain karena keganasan atau purulen.e. Kolesterol menunjukan proses kronis atau mungkin karena rheumatoidf. Amilase pancreatitis atau karsinoma pankreas (Mukty et al., 1994).4. Pemeriksaan bakteriologiBiasanya cairan pleura steril, tapi kadang-kadang dapat mengandung mikroorsganisme, apalagi bila cairanya purulen (menunjukan empiema). Efusi yang purulen dapat mengandung kuman-kuman yang aerob atau anaerob. Jenis kuman yang sering ditemukan dalam cairan pleura adalah : Pneumokokokus, E.coli, klebsiela, pseudomonas, enterobacter (Halim H., 2009)Diagnosis Diagnosis pasti ditegakkan dengan cara mengambil cairan dari rongga pleura dengan cara pungsi pleura atau torakosintesis atau pleural tapping. Pungsi pleura dilakukan dengan cara menusukkan jarum pungsi atau abbocath di antara dua iga. Cairan yang terdapat di dalam rongga pleura secara umum disebut efusi pleura. Efusi pleura berupa nanah disebut empiema, jika berupa darah disebut hematotoraks, jika berisi cairan kilus disebut kilotoraks. Penyebab efusi pleura tidak ahnya berupa kelaina di daerah toraks tetapi juga dapat karena kelainan di daerah lain (ektratoraks) atau sebagai akibta dari suatu penyakit sistemik. Penatalaksanaana. Aspirasi cairan pleura dilakukan untuk mengurangi rasa tidak enak atau discomfort dan sesak napas. Dianjurkan melakukan aspirasi sedikit demi sedikit. Cairan yang dikeluarkan antara 500-1000 cc. bila pengambilan terlalu banyak dan cepat dapat menyebabkan edema paru. b. Lebih sering dilakukan pleurodesis pada proses keganasan atau pada efusi pleura yang sering kambuh. Dengan menggunakan 500 mg serbuk tetrasiklin yang dilarutkan didalam 50 cc garam faali. Penderita digoyang-goyangkan supaya rata,kemudian cairan dikeluarkan setelah diklem selama 24 jam atau diberi serbuk sodium atau talk. Nyeri yang terjadi karena pemeberian obat di atas dapat diatasi dengan analgetikac. Pemberian steroid ditambahkan dengan OAT dapat menyerap efusi pleura yang disebabkan oleh TB paru secara cepat dan mengurangi fibrosis (Mukty et al., 1994).

a. Efusi pleura transudat1) cairan tidak begitu banyak.2) Terapi:3) Bila disebabkan oleh tekanan hidrostatik yang meningkat, pemberian diuretika dapat menolong4) Bila disebabkan oleh tekanan osmotic yang menurun sebaiknya diberikan protein.5) Bahan sklerosing dapat dipertimbangkan bila ada reakumulasi cairan berulang dengan tujuan melekatkan pleura viseralis dan parietalis.b. Efusi pleura eksudat i. Efusi yang terjadi setelah keradangan paru (pneumonia) ii. Paling sering disebabkan oleh pneumoniaiii. Umumnya cairan dapat diresorbsi setelah pemberian terapi yang adekuat untuk penyakit dasarnya.iv. Bila terjadi empiema, perlu pemasangan kateter toraks dengan WSDv. Bila terjadi fibrosis, tindakan yang paling mungkin hanya dekortikasi ( jaringan fibrotik yang menempel pada pleura diambil /dikupas)

c. Efusi pleura malignai. Pengobatan ditujuakan pada penyebab utama atau pada penyakit primer dengan cara radiasi atau kemoterapi.ii. Bila efusi terus berulang, dilakukan pemasangan kateter toraks dengan WSD.d. Kilotoraks i. Cairan pleura berupa kilus yang terjadi karena kebocoran akibat penyumbatan saluaran limfe duktus torasikus di rongga dada. Tindakan yang dilakukan bersifat konsevatif :ii. Torakosintesis 2-3 kali. Bila tidak berhasiul, dipasang kateter toraks dengan WSD.iii. Tindakan yang paling baik ialah melakukan opersai reparasi terhadap duktus torasikus yang robek (Alsagaff dan Mukty, 2009).

PrognosisBiasanya sembuh setelah diberi pengobatan adekuat terhadap penyakit dasar. Empiema mungkin timbul akibat infeksi paru seperti pneumonia (Mukty et al., 1994). Efusi pleura maligna mempunyai prognosis jelek (Alsagaff dan Mukty, 2009). Komplikasi 1. Empiema Pencegahan Lakukan pengobatan yang adekuat pada penyakit-penyakit dasarnya yang dapat menimbulkan efusi pleura. Merujuk penderita ke rumah sakit yang lebih lengkap bila diagnosis kausal ditegakkan. Tindakan yang dapat dilakukan untuk menentukan dan mengobati penyakit dasarnya misalnya, biopsy pleura, bronkoskopi, torakotomi, dan torakoskopi (Alsagaff dan Mukty, 2009).

DAFTAR PUSTAKA

Mukty A., Widjaja A., Margono B. P., et al., 1994. Pedoman Diagnosis Dan Terapi Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Soetomo 1994. Surabaya : Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga pp. 111-114 Djojodibroto D., 2009. Respirologi. Jakarta: EGC pp 175-181 Halim H., 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi IV. Jakarta : Internal Publishing. Pp. 233 Alsagaff H. dan Mukty A., 2009. Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya: Airlangga University Press. Pp. 143-15