7
PEMERIKSAAN GLUKOSA DAN ACETON URIN II I. TUJUAN 1. Untuk mengetahui adanya glukosa dalam sampel urin 2. Untuk mengetahui adanya benda keton pada sampel urin khususnya aceton II. METODE 1. Pemeriksaan glukosa dilakukan dengan menggunakan Fehling A dan Fehling B 2. Pemeriksaan aceton dilakukan dengan menggunakan metode legal test. III. PRINSIP 1. Pemeriksaan Glukosa Dalam suasana alkalis, glukosa mereduksi kupri menjadi kupro, kemudian menjadi Cu 2 O yang mengendap dan berwarna merah. Intensitas warna merah ini secara kasar menunjukkan kadar glukosa dalam urin yang diperiksa. 2. Pemeriksaan Aceton Aseton yang terdapat dalam sampel urin bereaksi dengan Na-Nitroprusid yang akan menimbulkan cincin berwarna ungu. IV. DASAR TEORI Tes glukosa urin dapat dilakukan dengan menggunakan reaksi reduksi, dikerjakan dengan menggunakan fehling, benedict, dan clinitest. Ketiga jenis tes ini dapat digolongkan dalam jenis pemeriksaan semi-kuantitatif.

PEMERIKSAAN GLUKOSA DAN ACETON URIN II (laporan)

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PEMERIKSAAN GLUKOSA DAN ACETON URIN II (laporan)

PEMERIKSAAN GLUKOSA DAN ACETON URIN II

I. TUJUAN

1. Untuk mengetahui adanya glukosa dalam sampel urin

2. Untuk mengetahui adanya benda keton pada sampel urin khususnya aceton

II. METODE

1. Pemeriksaan glukosa dilakukan dengan menggunakan Fehling A dan Fehling B

2. Pemeriksaan aceton dilakukan dengan menggunakan metode legal test.

III. PRINSIP

1. Pemeriksaan Glukosa

Dalam suasana alkalis, glukosa mereduksi kupri menjadi kupro, kemudian

menjadi Cu2O yang mengendap dan berwarna merah. Intensitas warna merah ini

secara kasar menunjukkan kadar glukosa dalam urin yang diperiksa.

2. Pemeriksaan Aceton

Aseton yang terdapat dalam sampel urin bereaksi dengan Na-Nitroprusid yang

akan menimbulkan cincin berwarna ungu.

IV. DASAR TEORI

Tes glukosa urin dapat dilakukan dengan menggunakan reaksi reduksi, dikerjakan

dengan menggunakan fehling, benedict, dan clinitest. Ketiga jenis tes ini dapat

digolongkan dalam jenis pemeriksaan semi-kuantitatif. Sedangkan tes glukosa dengan

reaksi enzimatik dilakukan dengan metode carik celup yang tergolong dalam

pemeriksaan semi-kuantitatif dan kuantitatif. (Subawa.2010)

Pereaksi fehling terdiri dari dua bagian, yaitu fehling A dan fehling B. Fehling A

adalah larutan CuSO4, sedangkan fehling B merupakan campuran larutan NaOH dan

kalium natrium tartrat. Pereaksi fehling dibuat dengan mencampurkan kedua larutan

tersebut, sehingga diperoleh suatu larutan yang berwarna biru tua. Dalam pereaksi

fehling, ion Cu2+ terdapat sebagai ion kompleks. Pereaksi fehling dapat dianggap

sebagai larutan CuO. (Anonim.2010)

Sama halnya dengan Benedict, hasil pemeriksaan glukosa dengan pereaksi fehling

juga diinterpretasikan dalam 5 skala yaitu:

1. Negatif : tetap biru atau hijau jernih

2. Positif(+) : keruh, warna hijau agak kuning

Page 2: PEMERIKSAAN GLUKOSA DAN ACETON URIN II (laporan)

3. Positif (++) : kuning kehijauan dengan endapan kuning

4. Positif (+++) : kuning kemerahan, endapan kuning merah

5. Positif (++++) : merah jingga sampai merah bata

Suatu keadaan dimana terdapat benda-benda keton dalam urin disebut dengan

Ketonuria. Yang termasuk kedalam benda-benda keton yaitu; asam beta hidroksi

butirat sebanyak ± 80%, asam aseto asetat sebanyak 20% dan aseton yang jumlahnya

sangat sedikit. Bila jaringan tubuh kekurangan persediaan glukosa, maka metabolism

lemak akan meningkat. Metabolisme lemak yan tidak efisien menyebabkan

penumpukan sampah metabolism (benda-benda keton). Ketonuria sering didapatkan

pada keadaan kadar glukosa darah sangat tinggi. Juga pada dehidrasi, starvation berat,

diare, muntah hebat dan hiperemesis gravidarum. Beberapa metode pemeriksaan

benda-benda keton yaitu; cara Gerhardt, gunning’s iodoform test, cara rothera, acetest

dan legal’s test. (Herawati.2010)

V. ALAT DAN BAHAN

A. Pemeriksaan Glukosa

1. Alat-alat

- Tabung Reaksi

- Penjepit Tabung

- Pipet Ukur

- Api Bunsen

- Indikator pH

- Ball Pipet

2. Bahan

- Fehling A

- Fehling B

- Sampel urin

B. Pemeriksaan Aseton

1. Alat-alat

- Tabung Reaksi dan Rak Tabung

- Pipet Tetes

- Pipet Ukur

- Ball Pipet

Page 3: PEMERIKSAAN GLUKOSA DAN ACETON URIN II (laporan)

2. Bahan

- Natrium Nitropruside

- Asam Asetat Glasial

- Ammonium pekat

VI. CARA KERJA

A. Pemeriksaan Glukosa

- Dipipet fehling A dan Fehling B masing-masing sebanyak 1mL dan

dimasukkan kedalam tabung reaksi, dikocok hingga homogen

- Ditambahkan 0,5mL urin kedalam tabung reaksi tadi, dikocok hingga

homogen

- Dipanaskan dengan api bunsen hingga mendidih

- Diamati perubahan warna yang terjadi

B. Pemeriksaan Aseton

- Dituangkan 5mL urin kedalam tabung reaksi

- Ditambahkan 3 tetes larutan Natrium nitroprusid

- Ditambahkan 2 tetes asam asetat glacial, lalu dikocok hingga homogen

- Ditambahkan beberapa tetes ammonia pekat melalui dinding tabung

- Diamati perubahan yang terjadi

VII. HASIL PENGAMATAN

Pemeriksaan makroskopis urin:

-pH : 6

-warna : kuning jernih

-bau : menyengat

A. Pemeriksaan Glukosa Urin

Terjadi perubahan warna dari biru menjadi kuning kehijauan dengan endapan

kuning. Hasil ini dapat diinterpretasikan sebagai positif (++).

B. Pemeriksaan Aseton Urin

Terjadi perubahan yaitu terbentuknya cincin berwarna kemerahan. Hasil ini dapat

diinterpretasikan sebagai positif satu (+).

Page 4: PEMERIKSAAN GLUKOSA DAN ACETON URIN II (laporan)

VIII. PEMBAHASAN

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dalam pemeriksaan glukosa dengan

menggunakan pereaksi fehling A dan fehling B dapat diamati terjadinya perubahan

warna setelah larutan dipanaskan. Perubahan warna yang terjadi adalah larutan yang

mula-mula berwarna biru berubah menjadi kuning kehijauan dan timbul endapan

berwarna kuning yang diinterpretasikan sebagai positif (++). Sama halnya dengan

pereaksi benedict, Fehling memberikan hasil positif jika direaksikan dengan glukosa

karena glukosa merupakan gula pereduksi (mempunyai gugus aldehid bebas) yang

mamp mereduksi kupri menjadi kupro kemudian menjadi Cu2O yang berwarna merah

bata. Berikut merupakan reaksi aldehid dengan fehling yang menghasilkan endapan

merah bata:

O                                        O      ║                                        ║ R--C--H  + Cu2+ 2OH- →  R--C--OH + Cu2OGula Pereduksi   Endapan Merah Bata 

Adapun struktur kimia glukosa itu sendiri adalah sebagai berikut:

Berdasarkan hasil positif (++) pada hasil pengujian glukosa ini, dapat dicurigai bahwa

pasien mengalami gangguan pada ginjal. Sehingga perlu dilakukan tes konfirmasi

ntuk mengetahui kadar glukosa secara pasti. Aapakah masih tergolong dalam batas

normal (kurang dari 130mg/24jam) atau tidak.

Pemeriksaan aseton urin memberikan hasil positif satu (+) yang ditunjukkan dengan

terbentuknya cincin berwarna kemerahan. Hal ini sesuai dengan interpretasi hasil

pada legal’s tes yaitu:

Negatif : tidak ada perubahan warna

Positif (+) : cincin berwarna kemerahan

Positif (++) : cincin merah

Positif (+++) : cincin ungu tua

gugus aldehid

Page 5: PEMERIKSAAN GLUKOSA DAN ACETON URIN II (laporan)

Timbulya hasil positif menunjukkan bahwa terdapat benda-benda keton dalam sampel

urin yang diperiksa. Keberadaan benda-benda keton di dalam urin masih dianggap

normal selama jumlahnya kurang dari 15mg/dL baik pada pasien anak-anak maupun

dewasa.

IX. KESIMPULAN

1. Sampel urin yang diuji mengandung glukosa dengan hasil positif (++)

2. Sampel urin yang diuji positif mengandung benda keton dengan hasil positif (+)

DAFTAR PUSTAKA

Rajman.2009.Karbohidrat.http://www.rajman.co.cc

Anonim.2010.Reaksi-reaksi Senyawa Karbon.http://kimia.upi.edu

Materi kuliah Sianny Herawati,dr.SpPK.Ketonuria.27 Oktober 2010

Materi kuliah dr.A.A.N. Subawa.Urinalisis.15 September 2010