Pemeriksaan Kanker Payudara

Embed Size (px)

DESCRIPTION

all about pemfis dan penunjang

Citation preview

SARI PUSTAKA

PEMERIKSAAN PADA KARSINOMA MAMMAE

DISUSUN OLEH :

TRIA CLARESIA BUNGARISI / H1AP10004

PEMBIMBING :dr. JULIAN FAMIL, Sp. B, FICS, FINACS

KEPANITERAAN KLINIK BEDAHRUMAH SAKIT BHAYANGKARA BENGKULUFAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATANUNIVERSITAS BENGKULU2015

1. AnamnesisUntuk melakukan diagnosis adanya kelainan payudara dilakukan anamnesis secara umum dilanjutkan anamnesis khusus, meliputi :a. Keluhan di payudara dan ketiak : Benjolan di payudara, kecepatan tumbuhnya Rasa sakit yang berhubungan dengan menstruasi Cairan keluar dari puting, berdarah atau tidak Puting retraksi, meninggi atau melipat Perubahan kulit di payudara, borok atau ulserasi Benjolan dan rasa sakit di ketiakb. Riwayat sebelumnya : Biopsi atau operasi payudara atau tempat lain Pemakaian obat-obatan, hormon, termasuk pil KB dan lama pemakaiannyac. Riwayat reproduksi : Usia menarche Frekuensi menstruasi, lama menstruasi, teratur atau tidak Jumlah kehamilan, anak, laki-laki atau perempuan, abortus Riwayat menyusui, lamanya menyusui Usia menopause, sudah berapa lama menopause Penting : anamnesis keluarga lengkapd. Riwayat keluarga : Sehubungan dengan penyakit kanker lain (Ca ovarium, Ca rekti, sarkoma jaringan lunak) Hubungan keluarga : ibu, adik, kakak, bibie. Keluhan-keluhan yang berhubungan dengan metastase : Sakit tulang, sakit punggung Batuk, sesak nafas Kelelahan umum2. Pemeriksaan FisikSangat penting pada saat pemeriksaan supaya penderita dalam keadaan senyaman mungkin, kita jelaskankan maksud dan tujuan pemeriksaan, tangan pemeriksa dan kamar dalam keadaan hangat dengan kamar periksa mempunyai penerangan yang cukup. Bila dokter pria, saat melakukan pemeriksaan sebaiknya ditemani paramedis wanita.a. InspeksiPenderita diminta untuk membuka pakaian sampai ke pinggang. Pemeriksaan dilakukan dengan posisi penderita duduk menghadap dokter dengan kedua lengan penderita di samping tubuh dan di pinggang.1) Perhatikan apakah kedua payudara simetris. Bandingkan bentuk atau kontur dari kedua payudara, ukuran dan isi dari kedua payudara. Letak papilla mammae juga dibandingkan dari kedua payudara. Letaknya biasanya di SIC 4 atau 5 pada linea mid klavikularis untuk penderita pria atau wanita muda. Karena faktor usia atau bila sudah terdapat banyak lemak atau kelenjar susu maka posisi puting menjadi sangat bervariasi.2) Dilihat adakah nodul pada kulit yang berbentuk seperti papula yang dapat merupakan nodul satelit pada keganasan. Bila ada, dilihat bagaimana bentuknya, berapa jumlahnya, dimana letaknya, warnanya.3) Perubahan warna kemerahan menunjukan adanya peningkatan aliran darah sekunder yang disebabkan oleh inflamasi. Dapat juga disebabkan keganasan terutama bila segmen atas ditemukan dilatasi dari vena.4) Erosi pada aerola atau puting payudara biasanya akan tertutup oleh krusta sehingga bila krusta diangkat baru akan terlihat kulit yang mengalami erosi. Erosi pada aerola karena kelainan kulit biasanya melibatkan kedua sisi sedangkan pada keganasan atau Pagets disease biasanya hanya satu sisi.5) perhatikan pembengkakan pada kulit. Bengkak yang disebabkan karena infeksi dan sumbatan saluran limfe secara mekanis akan memberikan bentuk yang berbeda. Sumbatan karena mekanis atau limfedema akan memberikan gambaran peau dorange atau orange peel atau pig skin. Biasanya karena adanya infiltrasi keganasan pada limfonodi atau jalur limfenya.6) Adakah kulit yang tertarik (dimpling). Dimpling ini bila ada akan sangat mudah terlihat dan merupakan petunjuk ke arah keganasan, walaupun dapat juga disebabkan oleh bekas trauma, sikatriks pasca operasi atau bekas infeksi sebelumnya. Keadaan ini mungkin baru akan nampak bila penderita mengangkat tangannya di atas kepala. Cara yang lain dengan membungkukkan pasien di pinggang, dagu dan bahu mengarah ke depan. Adanya lekukan, tarikan atau kulit yang tidak rata akan segera terlihat.7) Adakah nipple discharge atau keluar cairan dari papilla mammae yang perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut pada saat palpasi. Retraksi dari papilla mammae mungkin merupakan pertumbuhan tumor ganas yang telah menginfiltrasi duktus laktiferus yang menjadi retraksi dan fibrosis. Tapi juga perlu diingat bahwa retraksi dapat terjadi secara kongenital, biasanya bilateral.

Inspeksi juga dilakukan dalam posisi penderita duduk dengan lengan di pinggang dan dengan lengan diangkat di atas kepala. Pada saat lengan diangkat ke atas kepala, kita berusaha mencari adanya fiksasi kulit atau puting pada kelenjar payudara atau adanya distorsi bentuk payudara karena adanya massa dan fiksasi. Axila juga diinspeksi untuk melihat ada tidaknya pembengkakan akibat pembesaran limfonodi karena tumor atau karena infeksi, ditandai dengan adanya perubahan warna kemerahan.

a. Lengan di samping tubuh b. Lengan di atas kepala

c. Lengan di pinggang d. Sedikit membungkuk ke depan

Manuver kontraksi muskulus pektoralisDigunakan untuk mengetahui hubungan nodul dengan muskulus pektoralis. Dilakukan dengan cara penderita duduk dengan tangan diletakkan di pinggang dan tangan menekan pinggang, sehingga muskulus pektoralis akan berkontraksi. Bila pada payudara terdapat benjolan atau ada area yang terfiksasi maka ini akan tampak lebih jelas.Manuver ini juga dapat untuk membedakan apakah benjolan pada payudara tersebut terfiksasi atau dapat bergerak (mobile). Massa yang terfiksasi akan lebih sulit untuk digerakkan pada saat muskulus pektoralis dikontraksikan. Setelah dilakukan inspeksi pada seluruh payudara, aksila dan supraklavikula, kemudian kita lakukan palpasi.

b. PalpasiPerlu diingat hasil palpasi dari payudara normal sangat bervariasi. Ini memerlukan waktu dan pengalaman. Kelenjar susu yang berlobulasi dapat disalahpersepsikan sebagai massa. Lemak subkutan juga menyebabkan perbedaan hasil dari palpasi payudara. Juga perlu diingat menjelang menstruasi dan saat hamil payudara menjadi membengkak, berlobus dan lebih sensitif. Setelah menstruasi, payudara akan mengecil & lebih lembek. Pada saat kehamilan, payudara menjadi besar dan keras dengan lobulasi yang jelas sehingga menyulitkan palpasi tumor. Bila penderita mengeluh terdapat benjolan pada salah satu payudara, tetap lakukan seluruh prosedur pemeriksaan dengan memulai palpasi pada sisi yang sehat terlebih dahulu agar tidak terlewat bila ada kelainan yang lain. Prosedur yang direkomendasikan yaitu pemeriksaan dimulai dari lateral atas dari tiap payudara, melingkar searah jarum jam ke arah dalam sampai ke tengah, dilakukan dengan tekanan yang ringan.

Palpasi payudara pada posisi berbaring, tangan pasien di bawah kepala

Palpasi harus dilakukan pada dua posisi, yaitu pada saat penderita duduk dan terlentang. Pada saat terlentang bahu dinaikkan sedikit dengan mengganjal punggung atas dengan bantal. Pemeriksaan dilakukan dengan lembut menggunakan seluruh jari mendatar pada satu tangan. Akan membantu bila pada saat memeriksa bagian medial tangan diletakkan di belakang kepala, bila memeriksa bagian lateral tangan penderita diletakkan di samping badan. Pada saat penderita duduk, pemeriksaan dilakukan dengan meletakkan payudara di antara kedua tangan pemeriksa. Teknik ini sangat mungkin untuk mendeteksi lesi pada subareola atau daerah puting, karena duktus laktiferus akan berkumpul di sekitar puting. Bila terdapat massa di bawah puting kemungkinan tidak akan teraba bila penderita berbaring. Saat penderita duduk, payudara diletakkan di antara kedua tangan maka massa di bawah puting sangat mungkin teraba. Untuk menentukan massa pada payudara mobile atau terfiksasi, dinilai menggunakan satu tangan. Satu tangan menekan massa perlahan-lahan, bila massa dapat digerakkan atau berkapsul maka massa akan menggelincir menjauh dan menghilang, bila tekanan dihilangkan maka massa akan kembali.

Palpasi untuk menentukan massa mobile atau terfiksasi

Bila pemeriksa mencurigai adanya discharge dari puting, maka cara untukmenemukannya adalah dengan melakukan pijatan pada payudara ke arah puting secara lembut. Dengan demikian bila ada discharge akan dapat diketahui dan dari duktus mana discharge tersebut berasal. Bila ditemukan suatu discharge yang hemoragis maka perlu dilakukan pemeriksaan sitologis dengan menampungnya pada preparat dan difiksasi.

Daerah aksila dan supraklavikula diperiksa bergantian dengan penderita pada posisi duduk. Pada pemeriksaan aksila sangat penting untuk untuk melemaskan fasia aksilaris. Untuk dapat melakukan ini maka lengan penderita harus ditahan/ disangga dengan tangan pemeriksa. Dilakukan palpasi dari bagian lateral atas thoraks sampai dengan apeks dari aksila.

Pemeriksaan kelenjar aksila dengan menahan lengan penderita

Pemeriksaan limfonodi supraklavikularis sangat tepat bila dilakukan dengan pemeriksa berdiri di belakang penderita. Berapa banyak benjolan dan konsistensinya harus dicatat. Pemeriksaan ini tidak dapat membedakan apakah pembesaran kelenjar ini disebabkan oleh tumor atau infeksi.

Bila dari pemeriksaan palpasi payudara didapatkan nodul, maka hal-hal yang perlu dilaporkan adalah :1. Letak lesi yang dilaporkan sesuai dengan kuadran payudara.2. Jumlah nodul : apakah nodul tunggal atau multiple, bagaimana hubungan antar nodul (soliter atau menyatu).3. Sensitivitas : apakah nodul nyeri bila ditekan.4. Konsistensi nodul : keras seperti batu, kenyal, lunak atau kistik.5. Fiksasi pada dinding dada, apakah melekat pada dinding dada atau dapat digerakkan dari dinding dada.6. Fiksasi pada kulit, apakah nodul menginfiltrasi atau bahkan menembus kulit.7. Adakah perubahan warna kulit.8. Adakah perubahan suhu kulit di atas nodul dibandingkan suhu kulit di daerah sekitarnya.9. Apakah disertai adanya nodul pada limfonodi aksila dan supraklavikularis. Nodul pada kelenjar aksila dan supraklavikularis juga harus dilaporkan secara rinci sesuai dengan nodul pada payudara.

3. Pemeriksaan Penunjanga. Pemeriksaan SitologiPemeriksaan sitologi antara lain : fine needle aspiration, needle core biopsy dengan jarum silverman, exicional biopsy dan pemeriksaan frozen section saat operasi. Pada umumnya pungsi dengan jarum halus (FNAB/Fine Needle Aspiration Biopsy) sering dipakai. Pemeriksaan ini juga dapat menentukan perlu tidaknya segera pembedahan dengan sediaan beku atau dilanjutkan dengan pemeriksaan lain ataupun langsung dilakukan ekstirpasi.b. Biopsi Insisional Yaitu pengambilan sampel jaringan melalui pemotongan dengan pisau bedah.Menggunakan pisau bedah, kulit disayat hingga menemukan massa dan diambil sedikit untuk diperiksa. Biopsi insisional diindikasikan ketika core needle biopsy telah terbukti tidak dapat mendiagnosis tumor dengan ukuran > 3 cm. Teknik suatu biopsi insisional antara lain : Tentukan daerah yang akan dibiopsi. Rancang garis eksisi dengan memperhatikan segi kosmetik. Buat insisi bentuk elips dengan skalpel nomor 15. Angkat tepi kulit normal dengan pengait atau pinset bergerigi halus. Teruskan insisi sampai diperoleh contoh jaringan. Sebaiknya contoh jaringan ini jangan sampai tersentuh. Tutup dengan jahitan sederhana memakai benang yang tidak dapat diserap.

c. Biopsi Eksisional Yaitu pengambilan seluruh massa yang dicurigai disertai jaringan sehat di sekitarnya. Metode ini dilakukan di bawah bius umum atau lokal tergantung lokasi massa dan biasanya dilakukan bila massa tumor kecil < 3 cm, belum ada metastase, dan tidak dapat didiagnosa menggunakan needle biopsy. Tehnik biopsi eksisional, adalah sebagai berikut : Rancang garis eksisi, Sebaiknya panjang elips empat kali lebarnya. Lebar maksimum ditentukan oleh elastisitas, mobilitas, serta banyaknya kulit yang tersedia di kedua tepi sayatan. Banyaknya jaringan sehat yang ikut dibuang tergantung pada sifat lesi, yaitu: Lesi jinak, seluruh tebal kulit diangkat berikut kulit sehat di tepi lesi dengan sedikit lemak mungkin perlu dibuang agar luka mudah dijahit. Insisi dengan skalpel nomor 15 hingga menyayat seluruh tebal kulit. Inspeksi luka dan atasi perdarahan. Tutup dengan jahitan sederhana menggunakan benang yang tidak dapat diserap.

d. Biopsi Jarum Yaitu pengambilan sampel jaringan atau cairan dengan cara disedot lewat jarum. Biasanya cara ini dilakukan dengan bius lokal (hanya area sekitar jarum). Bisa dilakukan secara langsung atau dibantu dengan radiologi seperti CT scan atau USG sebagai panduan untuk membuat jarum mencapai massa atau lokasi yang diinginkan.

Biopsi jarum dibagi atas FNAB (fine needle aspiration biopsy)/BAJAH (BiopsiAspirasi Jarum halus), dan Core biopsy.Bila biopsi jarum menggunakan jarum berukuran besar maka disebut core biopsi, sedangkan bila menggunakan jarum kecil atau halus maka disebut fine needle aspiration biopsi.Biopsy aspirasi jarum halusmerupakan metode lain untuk 'diagnosis jaringan' - yaitu, sebuah cara sampling sel dalam benjolan mencurigakan atau massa.Biopsi aspirasi jarum halus sedikit lebih cepat dan kurang invasif dari biopsi inti.Biopsi jarum halus aspirasi tidak memerlukan anestesi lokal banyak.Seperti dengan biopsi inti,USGataumammographik mungkin diperlukan untuk menemukan benjolan atau area yang akan dijadikan sampel jika tidak dapat dengan mudah dirasakan.Pada hampir semua tumor dapat dilakukan biopsi aspirasi, baik yang letaknya superfisialpalpableataupun tumoryangterletak di dalam rongga tubuhunpalpabledengan indikasi : Preoperatif biopsi aspirasi pada tumor sangkaan maligna operable.Tujuannya adalah untuk diagnosis dan menentukan pola tindakan bedah selanjutnya. Malignainoperable. Biopsiaspirasi merupakan diagnosis konfirmatif. Diagnosis konfirmatif tumor "rekuren" dan metastasis. Membedakan tumor kistik,soliddan peradangan. Mengambil spesimen untuk kultur dan penelitian

Penggunaan biopsi aspirasi dalam diagnosis tumormempunyai dampak yang menguntungkan baik ditinjau darisegi menejemen tumor, pelayanan onkologik rumah sakitmaupun bagi pasien.Namunharus disadari bahwa jangkauan sitologi biopsi aspirasisangatterbatas yang dapat terjadi pada keadaan dimana luasnya invasi tumor tidak dapat ditentukan, subtipe kanker tidak selalu dapat diidentifikasi, dan dapat terjadi negatif palsu.Diagnosis sitologik dengan menggunakan FNAB mempunyai nilai klinik antara lain: Sitologi positif / Positif Maligna :Merupakan petunjuk untuk melakukantindakan lebih lanjut antara lain survei metastasis, menentukanstadium, memilih alat diagnostik lain bila diperlukandanmendiskusikan pola pengobatan. Sitologi negatif atau kelainan jinak :Belum dapat menyingkirkan adanya kanker; perlu dipikirkan kemungkinan negative palsu. Negatif palsu dapat terjadi karena kesalahan teknis, sehingga sejumlah sel tumor tidak terdapat pada sediaan. Bilaterdapat perbedaan sitologi dan data klinik, alternatif tindakanterbaik adalah biopsi bedah; akan tetapi, pada kasus sitologinegatif dengan spesifikasi kelainan dan cocok dengan gambaranklinik, maka pola pengobatan dapat ditentukan. Sitologi suspek / mencurigakan maligna :Mungkin memerlukan pemeriksaan lainsebelum pengobatan antara lain pemeriksaan potongan bekuataupun sitologiimprintatau kerokanduranteoperasionam. Inkonklusif (tidak dapat diinterpretasikan) :Dapat terjadi karena kesalahanteknikataukarenasituasi tumor, misalnya mudah berdarah, reaksi jaringan ikatbanyak atau tumor terlalu kecil, sehingga sulit memperolehsel tumor. Dalam praktek, sitologi inkonklusifmeningkatkannegatif palsu.

Tindakan core biopsiadalah prosedur di mana jarum melewati kulit untuk mengambil sampel jaringan dari suatumassaataubenjolan.Jaringan tersebut kemudian diperiksa dibawahmikroskopuntuk setiap kelainan.CoreBiopsidapat dilakukan ketika sebuah benjolan mencurigakan ditemukan, misalnya benjolan payudara atau pembesaran kelenjar getah bening, atau jika suatu kelainan terdeteksi pada tes pencitraan sepertix-ray,USGataumamografi.Core biopsi merupakan prosedur lebih invasif daripadabiopsi aspirasi jarum halus, karena menggunakan bius lokal.Namun, lebih cepat dan kurang invasif daripada biopsi bedah.Dalam beberapa kasus, hasil biopsi inti akan mencegah tindakan operasi. Sedangkan untuk tehnik suatu tindakan Core Biopsi dijelaskan sebagai berikutdimana lebih awal dilakukan tindakan dengan menggunakan anestesi lokal di mana jarum dimasukkan.Sebuah sayatan kecil (dipotong) dibuat dalam kulit di atas benjolan, dan jarum dimasukkan melalui insisi.Ketika ujung jarum berada di daerah yang akan diperiksa, jarum cekung yang didesain khusus digunakan untuk mengumpulkan sampel sel-sel yang hadir.Ini ditampilkan dalam diagram di bawah ini.Jarum kemudian ditarik, dan sampel yang diekstraksi.Hal ini dapat diulang sampai 5 kali, sampai sebuah sampel yang cukup telah dikumpulkan.

Hasil interpretasi Core Biopsy/ Biopsi Inti, antar lain : Yang tidak memadai / tidak cukup:Sampel yang diambil adalah tidak cukup untuk mengkonfirmasi diagnosis kanker. Jinak:Tidak ada sel-sel kanker ini.Benjolan atau pertumbuhan berada di bawah kendali dan tidak menyebar ke area lain dari tubuh. Atypical , atau curiga keganasan:Hasil tidak jelas.Beberapa sel tampak abnormal tetapi tidak pasti kanker.Biopsi bedah mungkin dibutuhkan untuk mengambil sampel sel. Ganas:Sel-sel kanker, tidak terkontrol dan memiliki potensi atau telah menyebar ke area lain dari tubuh.

Core biopsi adalah tes relatif cepat dan efektif untuk menentukan status jaringan tersangka.Dibandingkan dengan biopsi bedah, core biopsi kecil kemungkinan melibatkan jaringan parut, infeksi atau sakit, dan memiliki waktu pemulihan signifikan lebih pendek.Core biopsi sangat berguna untuk menyelidiki kelainan terdeteksi pada tes pencitraan, seperti x-ray.Ini adalah investigasi pilihan ketika microcalcification payudara terlihat pada mamografi.Juga, karena jarum yang digunakan adalah cukup besar untuk mengambil 'slice' koheren jaringan, memungkinkan sel untuk diperiksa di bawah mikroskop karena mereka diatur di dalam tubuh.Hal ini dapat membantu untuk membedakan antara beberapa jenis penyakit pra-kanker (sepertikarsinoma duktal in situ) dankarsinoma duktal invasif.Resiko core biopsi termasuk kemungkinan bahwa setiap sel-sel kanker ini bisa menyebar ke dalam jaringan, tetapi hal ini jarang terjadi ketika tes ini dilakukan oleh praktisi terampil.

e. Pemeriksaan Radiologi UltrasonografiUSG ini sangat menguntungkan karena memiliki keuntungan yaitu tidak mempergunakan sinar pengion sehingga tidak ada bahaya radiasi dan pemeriksaan bersifat non invasif, relatif mudah dikerjakan, serta dapat dipakai berulang-ulang. USG biasanya dapat untuk membedakan tumor padat dan kiste pada payudara serta untuk menentukan metastasis di hati. USG ini berperan terutama untuk payudara yang padat pada wanita muda, jenis payudara ini kadang-kadang sulit dinilai dengan mammografi. MammografiSuatu pemeriksaan soft tissue teknik. Adanya proses keganasan akan memberi tanda-tanda primer dan sekunder. Tanda primer berupa fibrosis reaktif, comet sign, adanya perbedaan yang nyata ukuran klinik dan rontgenologik dan adanya mikrokalsifikasi. Tanda-tanda sekunder berupa retraksi, penebalan kulit dan bertambahnya vaskularisasi, perubahan posisi papilla dan aerola adanya bridge of tumor, keadaan daerah tumor dan jaringan fibroglanduler tidak teratur, infiltrasi dalam jaringan lunak di belakang mammae dan adanya metastasis ke kelenjar. Mamografi ini dapat mendeteksi tumor-tumor yang secara palpasi tidak teraba.f. ImunohistokimiaMetode standar yang biasa digunakan untuk pemeriksaan status reseptor hormon adalah Imunohistokimia. Imunohistokimia adalah proses untuk menetapkan lokasi dan jenis protein (antigen) tersebut di dalam sel-sel jaringan12.Pengecatan sel payudara menggunakan pewarna Hematoxylin (H) akan memunculkan warna biru pada sel yang menunjukan sel tumor dan Imunohistokimia (IHC) dengan pembangkit substrat warna Diaminobenzidine (DAB) yang akan memunculkan warna coklatpada sel yang menunjukkan sel DAB positif. Akuisisi citra IHC reseptor estrogen kanker payudara menggunakan mikroskop.

Citra IHC Reseptor Estrogen Kanker Payudara

Citra IHC H (kiri) dan citra IHC DAB positif (kanan)

Pemisahan warna pada citra IHC menggunakan metode colour deconvolution menghasilkan citra berdasarkan warna sel, yaitu citra H warna biru yang merupakan semua sel tumor dan citra DAB warna coklat yang merupakan DAB positif. Citra H dan citra DAB positif menunjukkan adanya sel-sel yang bertumpuk yang nantinya akan memberi kesulitan dalam penghitungan jumlah sel.

Daftar Pustaka

1. Adam, B dan Mc Glynn.1980. Physical Diagnosis, Jakarta: EGC2. Brunicardi, C. F. et al. 2005. Scwartzs Principle Of Surgery, eighth edition .USA: the McGraw Hill Companies Inc.3. Cabot dan Adams. 1961. Physical Diagnosis, Maryland: Williams & Wilkins Co4. Dunphy dan Botsford. 1980. Physical Examination of the Surgical Patient, London: W.B Saunders Co5. Fentiman dan Hamed, 1997, Atlas of Breast Examination, London: BMJ Publishing Group6. RSUP dr. Sardjito.1996. Protokol Onkologi, Yogyakarta: Komite Medis RSUP dr Sardjito dan FK UGM7. Payne, S., Bowen, R., Jones, J., & Wells, C. 2008. Predictive Marker in Breast Cancer - The Present. Histopathology