13
Identifikasi logam berat Cu ( Tembaga ) Pada Tanah Kimia Lingkungan Tugas sebagai salah satu syarat untuk memperoleh nilai mata Kuliah Kimia Lingkungan Oleh: RAMDHAN NURMAN FAHADA RESITA ZULFA SAVITRI NADIA AYU SAPUTRI SITI NUR KARIMA FAIQATUL HIMMAH ESA AFIYAH WIDIASWARA DELISA DWINOVITA LUKMANDA KHALDA LUQYANA MUKTIE GISKA KUSUMANINGTIAS

Pemeriksaan Logam Berat Cu Pada Tanah

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Pemeriksaan Logam Berat Cu pada Tanah

Citation preview

Identifikasi logam berat Cu ( Tembaga ) Pada TanahKimia LingkunganTugas sebagai salah satu syarat untuk memperoleh nilai mata Kuliah Kimia Lingkungan

Oleh:

RAMDHAN NURMAN FAHADARESITA ZULFA SAVITRINADIA AYU SAPUTRISITI NUR KARIMA FAIQATUL HIMMAHESA AFIYAH WIDIASWARADELISA DWINOVITA LUKMANDAKHALDA LUQYANA MUKTIEGISKA KUSUMANINGTIAS

JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGANPOLITEKNIK KESEHATANBANDUNG2015

a. Pengertian

Reaksi kimia biasanya berlangsung antara dua campuran zat, bukannya antara dua zat murni. Satu tipe yang lazim dari campuran adalah larutan. Dalam alam kebanyakan reaksi berlangsung dalam larutan air. Cairan tubuh baik tumbuhan maupun hewan adalah larutan dalam air dan banyak zat. Jelas reaksi di samudera, danau, dan sungai melibatkan larutan. Dalam tanah reaksi utama berlangsung dalam lapisan-lapisan tipis larutan yang diadsorpsi pada padatan, bahkan dalam daerah gurun sekalipun. Analisa kimia adalah penyelidikan yang bertujuan untuk mencari susunan persenyawaan atau campuran persenyawaan di dalam suatu sampel.Analisa kimia terdiri dari analisa kualitatif, yaitu penyidikan kadar mengenai kadar unsur atau ion yang terdapat dalam suatu zat tunggal atau campuran, suatu senyawa dapat diuraikan menjadi anion dan kation. Analisa kualitatif merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk mempelajari kimia dan unsur-unsur serta ion-ionnya dalam larutan. Metode gravimetrik merupakan penentuan kadar suatu zat dalam sampel dengan mereaksikannya dengan analit lain sehingga terbentuk endapan. Dimana endapan tersebut diuji kemurniannya dan diketahui kadarnya melalui perhitungan dimana gram endapannya yang didapatkan dibandingkan dengan massa sampel yang dikalikan faktor gravimetri. Timbal dan tembaga dapat berada di dalam badan perairan secara alamiah dan sebagai dampak aktivitas manusia. Konsumsi Cu dalam jumlah besar dapat menyebabkan tembaga dan timbal bersifat toksik dan menimbulkan gejala-gejala yang akut. Oleh karena itu percobaan ini dilakukan untuk menentukan kadar Cu dalam suatu cuplikan, mengetahui jenis titrasi yang digunakan untuk menentukan kadar Cu dalam cuplikan, dan untuk mengetahui reaksi-reaksi yang terjadi dalam analisa kuantitatif Cu.

b. Tujuan :-Mengetahui kadar Cu yang terdapat dalam cuplikan pada percobaan ini -Mengetahui volume dan konsentrasi titrasi Na2S2O3pada penentuan kadar Cu dalam cuplikan agar dapat diketahui konsentrasi Cu dalam cuplikan

c. Alat dan bahanAlat :Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah neraca analitik, pipet volum, labu ukur 100 mL, erlenmeyer 250 mL, buret, dan beaker gelas., pipet tetes, dan botol semprot.Bahan :Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah KIO3, H2SO4 2 N, larutan KI 10%, larutan Na2S2O3, larutan amilum 1%, garam (pembuatan larutan sampel), larutan KCNS atau NH4CNS 10% dan akuades.

d. Prosedur Kerja1. Pembakuan larutan Na2S2O3 dengan larutan baku KIO3Dengan teliti ditimbang 0,35 gram KIO3 dilarutkan dalam akuades kemudian memasukan secara kuantitatif ke dalam labu ukur 100 mlSampai batas diencerkan, dipipet 25 ml larutan baku KIO3 dan dimasukan dalam Erlenmeyer2 ml H2SO4 2 N dan 10 ml KI 10 %, ditambahkan kemudian dikocok. Larutan ini dititrasi dengan larutan baku Na2S2O3 sampai larutan berwarna kuning muda. Dengan akuades 25 ml diencerkan dan ditambahkan dengan 4 ml larutan amilum 10 %, titrasi dilanjutkan sampai warna biru hilang. 2. Penentuan Kadar Cu dengan Larutan Baku Na2S2O3Dengan teliti ditimbang 1,0 gram garam CuSO4, dilarutkan dalam akuades, dimasukkan secara kuantitatif ke dalam labu ukur 100 mL,Sampai tanda batas diencerkan, dan mengocok secara sempurna. Diambil 5 mL larutan ke dalam labu ukur 100 mL, mengencerkan dengan akuades sampai tanda batas, dan dikocok sempurna.10 mL larutan sampel dipipet, dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 mL, menambahkan 2 mL KI 10%, kemudian dikocok.I2 yang dihasilkan dititrasi dengan larutan baku thio sampai larutan berwarna kuning muda, kemudian menambahkan 2 mL larutan amilum 1% dan dilanjutkan titrasi sampai warna biru hampir hilang. 2 mL larutan KCNS 10%, ditambahkan warna biru akan timbul lagi, cepat-cepat dilanjutkan titrasi sampai warna biru tepat hilang. Dilakukan duplo

e. Data Hasil PengaamatanNoLangkah percobaanHasil pengamatan

1.Pembakuan larutan Na2S2O3 dengan KIO3-Menimbang 0,35 gr KIO3 + akuades dalam 100 ml labu ukur, Mengencerkan 25 ml KIO3 + 3 ml H2SO4 2N+ KI 10%,mentitrasi dengan Na2S2O3 sampai warna kuning muda+ 2 tetes amilum 1% menitrasi sampai warna biru tepat hilangLarutan kuningV titrasi 1 = 0,3 mlV titrasi 2 = 0,1 mlV total = 0,4 ml

2.Penentuan Kadar Cu dengan Na2S2O3a. Menimbang 1 gr garam Melarutkan dalam akuades dan mengencerkan 10 ml larutan sampel + 2 ml KI 10% dan mengocok Menitrasi sampai warna kuning muda + 2 ml amilum 1% dan titrasi + 2 tetes KCNS 10%b. Menimbang 1 gr garam Melarutkan dalam akuades dan mengencerkan 10 ml larutan sampel + 2 ml KI 10% dan mengocok Menitrasi sampai warna kuning muda + 2 ml amilum 1% dan titrasi + 2 tetes KCNS 10%kuning tua menjadi kuning mudaV = 0-3,6 mlV = 3,6 7,7 mlV = 7,7 8,2 mlTidak timbul warna biru lagiV = 0-3,2 mlV = 3,2 7,3 mlV = 7,3 7,9 mlV total titrasi 1 dan titrasi 2 = 1,1 mlV rata-rata = 0,55 ml

Perhitungan Pembuatan Larutan Baku KIO3 0,1NMassa KIO3 = 0,36 grBM KIO3 = 214,0064 gr/molV pengenceran = 0,1 LN KIO3 = ..?N KIO3 == 0,1009 N

Pembakuan Larutan Baku Na2S2O3 dengan Larutan Baku KIO3 0,1NN KIO3 = 0,1009 NV KIO3 = 25 mLV Na2S2O3 = 0,4 mLN Na2S2O3 = ..?N Na2S2O3 == 6,25N

Penentuan Kadar Cu2+ dalam CuSO4.5H2OV Na2S2O3 = 0,55 mLN Na2S2O3 = 6,25 NMassa sampel = 1 gr% Cu2+ dalam sampel = ?2 S2O32- + I2 S4O62- + 2I2 mgrek S2O32- = mgrek I22 (V x N) S2O32- = mol I2 x e I2mol I2 = 2= 2= 0,0034375 mol

Reaksi :2 Cu2+ + 4 I 2 CuI + I2mol Cu2+ = 2 mol I2= 2 x 3,4375 x 10-3 mol= 6,8 x 10-3 mol

massa Cu2+ = mol Cu2+ x BA Cu2+= 6,8 x 10-3 mol x 63,546 mol= 0,4321 gr% Cu dalam sampel = 43,21 %2. Penentuan Kadar Cu2+ dengan Larutan Baku Na2S2O3Pada penentuan kadar Cu dengan larutan baku Na2S2O3 akan terjadi beberapa perubahan warna larutan sebelum titik akhir titrasi. Tembaga murni dapat digunakan sebagai standar primer untuk natrium thiosulfat dan direkomendasikan jika thiosulfat harus digunakan untuk menetapkan tembaga. Potensial standar pasangan Cu(II) Cu(I) adalah +0,15 V dan karena itu iod merupakan pengoksidasi yang lebih baik dari pada ion Cu(II). Tetapi bila ion iodida ditambahkan ke dalam larutan Cu(II) akan terbentuk endapan Cu(I).2Cu2+ + 4I 2CuI(s) + I2Penentuan kadar Cu2+ dalam larutan dengan bantuan larutan natrium tiosulfat yang dilakukan mengencerkan 5 mL sampel garam hingga 100 mL dan mengambil 10 mL hasil pengenceran tersebut untuk ditambahkan dengan larutan KI 10% dan menitrasi dengan larutan baku natrium tiosulfat hingga larutan yang semula berwarna coklat tua menjadi larutan yang berwarna kuning muda. Kemudian larutan tersebut ditambahkan dengan 4 mL larutan amilum 1 % menghasilkan larutan yang semula berwarna kuning muda menjadi biru tua, Penambahan indikator amilum 1% ini dimaksudkan agar memperjelas perubahan warna yang terjadi pada larutan tersebut. kemudian larutan tersebut dititrasi kembali dengan larutan natrium tiosulfat hingga warna biru pada larutan tepat hilang. Untuk lebih memperjelas terjadinya reaksi tersebut, ke dalam larutan ditambahkan amilum. Bertemunya I2 dengan amilum ini akan menyebabakan larutan berwarna biru kehitaman. Selanjutnya titrasi dilanjutkan kembali hingga warna biru hilang dan menjadi putih keruh.I2 + amilum I2-amilumI2-amilum + 2S2O32- 2I + amilum + S4O6Hal yang perlu diperhatikan setelah penambahan amilum adalah adanya sifat adsorpsi pada permukaan endapan tembaga(I) iodida. Sifat ini menyebabkan terjadinya penyerapan iodium dan apabila iodium ini dihilangkan dengan cara titrasi, maka titik akhir titrasi akan tercapai terlalu cepat. Oleh karena itu, sebelum titik akhir titrasi tercapai, yaitu pada saat warna larutan yang dititrasi dengan Na2S2O3 akan berubah dari biru menjadi bening, dilakukan penambahan kalium tiosianat KCNS. Penambahan KCNS menyebabkan larutan kembali berwarna biru. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:2Cu2+ + 2I + 2SCN 2CuSCN + I2Endapan tembaga(I) tiosianat yang terbentuk mempunyai kelarutan yang lebih rendah daripada tembaga(I) iodida sehingga dapat memaksa reaksi berjalan sempurna. Selain itu, tembaga(I) tiosianat mungkin terbentuk pada permukaan tembaga(I) iodida yang telah mengendap. Reaksinya sebagai berikut:CuI + SCN CuSCN + IPenambahan larutan KCNS ini bertujuan sebagai larutan yang mengembalikan reaksi penambahan indikator amilum dalam larutan sehingga larutan menjadi kembali biru. Reaksi yang berlangsung adalah2Cu2+ + 4 I 2CuI + I22S2O32- + I2 S4O62-+ 2Idari hasil pengamatan dan perhitungan, didapatkan jumlah volume titrasi larutan natrium tiosulfat yang dibutuhkan untuk merubah larutan dari warna coklat tua menjadi kuning muda setelah penambahan amilum maka larutan menjadi bening dan setelah penambahan KCNS maka larutan menjadi jernih kembali. Dari hasil perhitungan diperoleh massa tembaga pada larutan sampel sebesar 0,4321 gram dan kadar tembaga (%Cu2+) dalam larutan sample tersebut adalah sebesar 43,21 %.

KESIMPULANBerdasarkan tujuan, perhitungan dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan berikut :Ada dua cara analisis menggunakan senyawa iodium yaitu titrasi iodimetri atau dengan iodometri dimana iodium terlebih dahulu dioksidasi oleh oksidator misalnya KI.Kadar tembaga dalam garam CuSO4.5H2O dapat ditentukan dengan cara iodometri. Indikator yang dipakai adalah amilum karena amilum sangat peka terhadap iodium dan terbentuk kompleks amilum berwarna biru cerah, saat ekivalen amilum terlepas kembali. Massa tembaga pada larutan diketahui sebesar 0,4321 gram dan kadar tembaga dalam larutan sebesar 43,21 %.

DAFTAR PUSTAKABasset. J etc. 1994. Buku Ajar Vogel, Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.Khopkar, S. M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Universitas Indonesia Press. Jakarta.Rivai, Harrizul. 1995. Asas Pemeriksaan Kimia. Penerbit UI. Jakarta.