125
hematologi 1

pemeriksaan penunjang

Embed Size (px)

DESCRIPTION

pemeriksaan penunjang

Citation preview

Page 1: pemeriksaan penunjang

hematologi

1

Page 2: pemeriksaan penunjang

Cara memperoleh sample

• Darah kapiler Darah kapiler diambil dari ujung jari /anak daun telinga untuk orang dewasa dan dari tumit atau ibu jari kaki untuk bayi.– Tidak boleh mengambil sampel darah dari bagian tubuh dengan

gangguan sirkulasi, misalnya sianosis atau iskemia.

2

Page 3: pemeriksaan penunjang

• Darah vena Pada orang dewasa vena yang sering diambil darahnya adalah vena dalam fossa kubiti. Untuk bayi, darah vena dapat diambil dari vena jugularis atau sinus sagitalis superior.

3

Page 4: pemeriksaan penunjang

Sample kapiler

4

Page 5: pemeriksaan penunjang

Sample vena

5

Page 6: pemeriksaan penunjang

ANTIKOAGULAN• Agar darah yang akan diperiksa jangan

sampai membeku dapat dipakai bermacam-macam antikoagulan.

• EDTA (ethylendiaminetetraacetate), tidak mempengaruhi eritrosit dan leukosit.

• Tiap 1ml EDTA : 1ml darah. Dipakai berlebihan >2mg/ml HT akan berubah menjadi lebih rendah.

6

Page 7: pemeriksaan penunjang

• Anti-trombin ( Heparin )Berdaya seperti antitrombin, tidak berpengaruh terhadap bentuk eritrosit dan leukosit.Kurang banyak dipakai mahal. Tiap 1mg heparin menjaga membekunya 10ml darah

7

Page 8: pemeriksaan penunjang

antikoagulan

• Natrium sitrat (dalam larutan 3,8%)Larutan yang isotonik dengan darah. Dapat dipakai untuk percobaan hemoragik & laju endap darah cara Westergreen

8

Page 9: pemeriksaan penunjang

PEMERIKSAAN HEMATOLOGI

Pemeriksaan Hematologi Sederhana terdiri dari pemeriksaan :

• Penetapan kadar Hemoglobin• Hitung jumlah sel yang terdiri dari : hitung

eritrosit,leukosit,trombosit• Membuat, memulas dan memeriksa sediaan apus• LED westergern• Mikro HtBahan yang digunakan : darah kapiler dan vena

9

Page 10: pemeriksaan penunjang

HEMOGLOBIN SAHLI

Bahan : Darah EDTAReagen : HCl 0,1 M

AquadesAlat : Haemometer Sahli• Standar pembanding• Tabung pengencer• Batang pengaduk• Pipet Sahli (20 ul)• Pipet Pasteur (Pipet Tetes)

Cara :• Masukkan 5 tetes HCl 0, 1 M ke tabung pengencer Haemometer• Isap darah EDTA dengan pipet Sahli sam -pai 20 ul• Alirkan darah dari pipet ke dasar tabung pengencer berisi HCl 0,1 M tersebut (hati-hati jangan sampai ada gelembung dan jangan ada darah yang tertinggal)• Campurkan isi tabung dengan penambahan aquades hingga warna campuran sama denganbatang standar (harus dicapai dalam waktu 3-5 menit setelah asam hematin terbentuk)Baca kadar Hb (dalam g/dL)

Prinsip pemeriksaan : Hemoglobin diubah menjadi hematin asam.

Nilai Normal : Perempuan : 12 – 14 g/dL Laki-laki : 13 – 16 g/dL 10

Page 11: pemeriksaan penunjang

HEMOGLOBIN SAHLI

Catatan : Cara Sahli bukan cara yang teliti, kurang baik karena tidak semua macam hemoglobin diubah menjadi hematin asam (karboksihemoglobin, methemoglobin, dan sulfehemoglobin).

Kesalahan :1. tidak tepat mengambil darah 20 uL darah2. Darah dalam pipet tidak sempurna dibilas3. Tidak mengaduk dengan baik campuran darah dan asam4. Tidak memperhatikan waktu5. Kehilangan cairan dari tabung pengencer6. Ada gelembung udara saat pembacaan hasil7. Pembandingan warna yang salah (cahaya kurang terang)8. Perbedaan alat tabung pengencer yang tidak diperuntukkan untuk alat yang dipakai

11

Page 12: pemeriksaan penunjang

12

Sesuaikan warna cairan dengan warna samping kanan dan kiri Hb-MeterBaca hasilnya sesuai dengan garis angka di tabung pengencer

Page 13: pemeriksaan penunjang

13

Bayi baru lahirUmur 1 mingguUmur 1 bulanAnak anakLelaki dewasaPerempuan dewasaLelaki tuaPerempuan tua

17-22 gram/dl 15-20 gram/dl 11-15 gram/dl 11-13 gram/dl14-18 gram/dl12-16 gram/dl 12.4-14.9 gram/dl11.7-13.8 gram/dl

Page 14: pemeriksaan penunjang

ERITROSIT

Bahan & alat 1.Darah EDTA2.Larutan Hayem/Gower/ formal citrat3.Hemositometer : pipet Thoma4.Mikroskop cahaya : lensa objektif pembesaran

40x5.Tabung semprit6.Kamar hitung : improved neubauer

Bahan & alat 1.Darah EDTA2.Larutan Hayem/Gower/ formal citrat3.Hemositometer : pipet Thoma4.Mikroskop cahaya : lensa objektif pembesaran

40x5.Tabung semprit6.Kamar hitung : improved neubauer

14

Page 15: pemeriksaan penunjang

• Cara kerja:A. Mengisi pipet eritrosit- Isap darah sampai tanda 0.5 (pengenceran 200x yaitu

pengenceran terbesar)- Hapus kelebihan darah yang melekat pada ujung pipet

dengan tissue- Masukkan ujung pipet dalam larutan pengencer sambil

menahan darah pada garis tadi. Pipet dipegang dengan sudut 45°& larutan pengencer diisap pelan-pelan sampai garis 101. Hati-hati jangan terjadi gelembung udara

- Angkat pipet dari wadah lar. Pengencer; tutup ujung pipet dengan ujung jari, lepaskan karet penghisap

- Kocok pipet selama 15-30 detik, letakan dalam sikap horizontal

• Cara kerja:A. Mengisi pipet eritrosit- Isap darah sampai tanda 0.5 (pengenceran 200x yaitu

pengenceran terbesar)- Hapus kelebihan darah yang melekat pada ujung pipet

dengan tissue- Masukkan ujung pipet dalam larutan pengencer sambil

menahan darah pada garis tadi. Pipet dipegang dengan sudut 45°& larutan pengencer diisap pelan-pelan sampai garis 101. Hati-hati jangan terjadi gelembung udara

- Angkat pipet dari wadah lar. Pengencer; tutup ujung pipet dengan ujung jari, lepaskan karet penghisap

- Kocok pipet selama 15-30 detik, letakan dalam sikap horizontal

15

Page 16: pemeriksaan penunjang

• Pipet Thoma eritrosit volume 100

• Bila darah di hisap sampai batas 0,5 : pengenceran 200x(pengenceran terbesar)

• Bila darah di hisap sampai batas 1 : pengenceran 100x (pengenceran terkecil)

• Pipet Thoma eritrosit volume 100

• Bila darah di hisap sampai batas 0,5 : pengenceran 200x(pengenceran terbesar)

• Bila darah di hisap sampai batas 1 : pengenceran 100x (pengenceran terkecil)

16

Page 17: pemeriksaan penunjang

B. Mengisi kamar hitungSiapkan kamar hitung ,tutup dengan kaca penutup pada tempatnya & kamar hitung diletakkan pada tempat yang datar, harus dalam keadaan bersih & kering

Cara memasukan cairan : cukup disentuhkan ujung pipet ke tepi kamar hitung dan akan dengan sendirinya tersebar secara kapilaritas.

17

Page 18: pemeriksaan penunjang

C.Menghitung jumlah selLetakan kamar hitung dengan hati-hati di bawah

mikroskop dalam keadaan rata air,turunkan kondesnor dan kecilkan diagfragma. Gunakanlah pembesaran kecil untuk mencari daerah yang akan dihitung. Setelah itu penghitungan eritrosit dilakukan dengan menggunakan lensa objektif 40kali dan lensa okuler 10 kali.

Dihitung semua eritrosit yang ada pada kelima bidang sedang yaitu A,B,C,D,E (lihat gambar berikut). Masing-masing bidang luasnya adalah 1/5 x 1/5 mm²

C.Menghitung jumlah selLetakan kamar hitung dengan hati-hati di bawah

mikroskop dalam keadaan rata air,turunkan kondesnor dan kecilkan diagfragma. Gunakanlah pembesaran kecil untuk mencari daerah yang akan dihitung. Setelah itu penghitungan eritrosit dilakukan dengan menggunakan lensa objektif 40kali dan lensa okuler 10 kali.

Dihitung semua eritrosit yang ada pada kelima bidang sedang yaitu A,B,C,D,E (lihat gambar berikut). Masing-masing bidang luasnya adalah 1/5 x 1/5 mm²

18

Page 19: pemeriksaan penunjang

D. PerhitunganJumlah eritrosit = jumlah eritrosit yang

dihitung/volume yang dihitung (µL) x faktor pengenceran/ µL

Bila jumlah eritrosit yang dihitung dalam 5 bidang A,B,C,D,E adalah N, maka

Jumlah eritrosit = N /0,02 x 200/µL = 104 N/µL darah

D. PerhitunganJumlah eritrosit = jumlah eritrosit yang

dihitung/volume yang dihitung (µL) x faktor pengenceran/ µL

Bila jumlah eritrosit yang dihitung dalam 5 bidang A,B,C,D,E adalah N, maka

Jumlah eritrosit = N /0,02 x 200/µL = 104 N/µL darah

19

Page 20: pemeriksaan penunjang

• Hasil :Normal wanita = 4-5 juta/mm³Normal pria = 4,5 – 5,5 juta /mm³

Hitung eritrositN = 10.000x jumlah sel (pengenceran besar)N = 5.000xjumlah sel (pengenceran kecil)

• Hasil :Normal wanita = 4-5 juta/mm³Normal pria = 4,5 – 5,5 juta /mm³

Hitung eritrositN = 10.000x jumlah sel (pengenceran besar)N = 5.000xjumlah sel (pengenceran kecil)

20

Page 21: pemeriksaan penunjang

21

LEUKOSITBahan dan alat :

Darah EDTA

Larutan Turk

Hemositometer

Mikroskop cahaya : lensa objektif 10x

Tabung semprit

Kamar Hitung Improved Neubauer

Page 22: pemeriksaan penunjang

Cara Kerja :1.Isaplah darah EDTA, sampai pada garis tanda “0,5” tepat, pengenceran 20x(pengenceran terbesar)Hapus kelebihan darah yang melekat pada ujung pipet

2.Larutan TURK dihisap perlahan-lahan sampai garis tanda “11″ tepat. Hati-hati jangan sampai terjadi gelembung udara.

3.Kocoklah pipet tadi selama 15-30 detik. jika tidak segera akan dihitung letakkan pipet dalam posisi horizontal 22

Page 23: pemeriksaan penunjang

CARA MENGISI KAMAR HITUNG4. Letakkan kamar hitung yang telah benar-benar bersih dengan kaca

penutup yang terpasang mendatar di atas meja.

4. Kocoklah pipet yang berisi tadi selama 3 menit terus menerus (jangan sampai ada cairan yang terbuang dari pipet saat mengocok)

5. Buang 3 – 4 tetes pertama dan kemudian teteskan pada kamar hitung. Biarkan kamar hitung tersebut terisi cairan perlahan-lahan dengan gaya kapilaritasnya sendiri.

23

Page 24: pemeriksaan penunjang

7.Biarkan kamar hitung yang sudah terisi tersebut selama 2-3 menit agar leukosit-leukosit mengendap.

8.Pakailah lensa objektif kecil (pembesaran 10x). turunkan lensa kondensor atau kecilkan diafragma mikroskop. meja mikroskop harus datar,

9.Kamar hitung dengan bidang bergaris diletakkan di bawah objektif dan fokus mikroskop diarahkan pada garis-garis bagi tersebut. Dengan sendirinya leukosit-leukosit akan jelas terlihat

24

Page 25: pemeriksaan penunjang

25

• Ukuran 0.5 menyatakan pengenceran 20x (pengenceran terbesar) sedangkan ukuran 1 menyatakan pengenceran 10x (pengenceran 10x)

Page 26: pemeriksaan penunjang

CARA MENGHITUNG

Mulailah menghitung dari sudut kiri atas, terus ke kanan, kemudian turun ke bawah dan dari kanan ke kiri dan seterusnya. Kadang ada sel yang menyinggung garis suatu bidang, sel-sel yang menyinggung garis batas sebelah kiri atau garis atas haruslah di hitung. Sebaliknya sel-sel yang menyinggung garis sebelah kanan dan bawah tidak boleh dihitung.

26

Page 27: pemeriksaan penunjang

• Pengenceran darah dalam pipet=20 x, Luas tiap bidang besar = 1 mm2 dan tinggi kamar hitung 1/10 mm.Leukosit dihitung dalam 4 bidang besar sehingga jumlah luasnya = 4 x 1 mm2 = 4 mm

• Jumlah leukosit Pengenceran besar = N X 20/µL = 50 N/µL

0,1 x 4Pengenceran kecil = N X 10/µL = 25 N/µL

0,1 x 4

27

Page 28: pemeriksaan penunjang

HITUNG TROMBOSIT

• Trombosit sukar dihitung karena mudah sekali pecah dan sukar dibedakan dari kotoran kecil. Lagipula trombosit cenderung melekat pada permukaan asing dan menggumpal-gumpal

• Cara yang lazim digunakan:A. Cara Langsung:

- Mengisi pipet eritrosit- Mengisi kamar hitung- Menghitung jumlah sel- Perhitungan

B. Cara Tidak Langsung28

Page 29: pemeriksaan penunjang

HITUNG TROMBOSIT

• Bahan dan Alat:– Darah EDTA– Larutan pengencer:

Larutan Rees Ecker / larutan amonium oxalat 1% / larutan urea 2%

– Hemositometer– Kamar hitung Neubauer, dilengkapi

kaca tutup khusus untuk kamar hitung

– Mikroskop cahaya (lensa obyektif 40x)

– Pipet Thoma untuk pengencer eritrosit (pipet eritrosit) 29

Page 30: pemeriksaan penunjang

HITUNG TROMBOSITA. Cara Langsung (Rees dan Ecker)1. Mengisi pipet eritrosit - Isap cairan pengencer sampai garis tanda 1, lalu buang

lagi- Isap darah sampai tanda 0.5- Hapus kelebihan darah yang melekat pada ujung pipet- Masukkan ujung pipet dalam larutan pengencer sambil

menahan darah pada garis tadi. Pipet dipegang dengan sudut 45°& larutan pengencer diisap pelan-pelan sampai garis 101. Hati-hati jangan terjadi gelembung udara

- Angkat pipet dari wadah lar. Pengencer; tutup ujung pipet dengan ujung jari, lepaskan karet penghisap

- Kocok pipet selama 15-30 detik

30

Pipet eritrosit

Pipet leukosit

Page 31: pemeriksaan penunjang

HITUNG TROMBOSITA. Cara Langsung (Rees dan Ecker)2. Mengisi kamar hitungSiapkan kamar hitung ,tutup dengan kaca penutup pada tempatnya

& kamar hitung diletakkan pada tempat yang datar, harus dalam keadaan bersih & kering

Mengisi dengan menggunakan pipet Thoma- Kocoklah pipet yang diisi tadi- Buang 3-4 tetes, segera sentuhkan ujung pipet dengan sudut

30°pada permukaan kamar hitung. Biarkan kamar hitung terisi cairan perlahan-lahan dengan daya kapilaritasnya sendiri

- Biarkan kamar hitung selama 10 menit agar trombosit mengendap

31

Page 32: pemeriksaan penunjang

HITUNG TROMBOSITA. Cara Langsung (Rees dan Ecker)3. Menghitung jumlah sel

- Letakkan kamar hitung dibawah mikroskop. Gunakan lensa obyektif 40x- Hitung trombosit dalam seluruh bidang besar di tengah kamar hitung (1mm²) bidang no 5

Sel yang dihitung: sampai batas garis kiri-atas dan tidak tumpang tindih.Sel yang melewati garis kanan-bawah tidak dihitung

4. PerhitunganBila jumlah trombosit yang dihitung = N, makaJumlah trombosit= 2000 x N / uL darahHasil normal = 200 – 500 ribu / uL 32

Page 33: pemeriksaan penunjang

HITUNG TROMBOSITB. Cara Tidak Langsung (Fonio)• Metode Fonio membandingkan jumlah trombosit dengan

jumlah eritrosit, sedangkan jumlah eritrosit itulah yang sebenarnya dihitung.

• Cara ini sekarang tidak digunakan lagi karena tidak praktis, dimana selain menghitung jumlah trombosit, juga harus dilakukan hitung eritrosit.

• Cara ini menggunakan sediaan hapus darah tepi yang diwarnai dengan pewarna Wright, Giemsa atau May Grunwald.

• Sel trombosit dihitung dari 40 lapangan pandang,pada bagian sediaan dimana eritrosit tersebar secara merata dan tidak saling tumpang tindih, menggunakan pembesaran 100x. Kemudian dari jumlah yang didapat dikalikan dengan 1000.

33

Page 34: pemeriksaan penunjang

MEMBUAT DAN MEMERIKSA SEDIAAN HAPUS DARAH TEPI

• Pemeriksaan sediaan hapus darah tepi adalah untuk menilai unsur-unsur darah tepi, seperti– eritrosit, leukosit, dan trombosit. Dapat dicari juga

adanya parasit seperti malaria, tripanosoma, mikrofilia.

34

Page 35: pemeriksaan penunjang

• Bahan pemeriksaan :– darah segar yang berasal dari kapiler atau vena tanpa

mengandung antikoagulan. Dapat pula digunakan darah EDTA tapi harus segera dihapus pada kaca objek (tidak boleh lebih dari 1 jam sejak pengambilan darah)

35

Page 36: pemeriksaan penunjang

Peralatan :1. Kaca objek ukuran 25x75 mm2. Mikroskop cahaya + oli imersi-

xylol3. Batang gelas

4. Rak kaca objek5. Pipet pasteur

Reagen : zat warna Wright, larutan buffer pH 6.4, metanol

36

Page 37: pemeriksaan penunjang

37

Cara pembuatan sediaan hapus darah tepi

Page 38: pemeriksaan penunjang

38

Cara mewarnai sediaan hapus :1.Letakkan sediaan hapus pada dua batang gelas di atas

rak atau bak tempat pewarnaan.2.Teteskan 20 tetes larutan Wright pada sediaan hapus,

biarkan selama 5 menit agar merekat.3.Teteskan larutan Buffer dengan jumlah yang sama

dengan zat warna, biarkan 10 menit.4.Bilas sediaan dengan air mengalir untuk membersihkan kotoran pada sediaan, letakkan sediaan dalam rak dengan posisi tegak dan biarkan mengering. Bila masih kotor, bilas

lagi dengan metanol.

Page 39: pemeriksaan penunjang

39

Cara memeriksa : 1. Letakkan 1 tetes minyak imersi pada bagian sediaan hapus,

tutup dengan kaca tutup. Lihat dengan pembesaran lemah (lensa okuler 10X dan lensa objektif 10X) untuk mendapatkan

gambaran menyeluruh.2. Lihat dengan lensa objekif 40X untuk menilai keadaan eritrosit, leukosit, dan trombosit, serta kelainan lain yang

ada.3. Lihat dengan lensa objektif 100X , teteskan 1 tetes minyak

imersi pada sediaan hapus dengan menyingkirkan kaca tutup.

Page 40: pemeriksaan penunjang

CARA PENAMAAN ERITROSITCARA PENAMAAN ERITROSIT

40

Page 41: pemeriksaan penunjang

CARA PENAMAAN ERITROSIT

• SIZE1. 7µ : normositer/normositik (normal : 6-8µ)2. <6µ : mikrositer (hambatan pematangan

sitoplasma/Hb)3. >8µ : makrositer (hambatan pematangan

intin) pada anemia megaloblastik, penyakit hati menahun,retikulositosis pada anemia pasca pendarahan.

*Anisositosis : ukuran eritrosit yang beragam

• SIZE1. 7µ : normositer/normositik (normal : 6-8µ)2. <6µ : mikrositer (hambatan pematangan

sitoplasma/Hb)3. >8µ : makrositer (hambatan pematangan

intin) pada anemia megaloblastik, penyakit hati menahun,retikulositosis pada anemia pasca pendarahan.

*Anisositosis : ukuran eritrosit yang beragam

41

Page 42: pemeriksaan penunjang

CARA PENAMAAN ERITROSIT

• SHAPE1.Normal : normokrom -> bulat seperti donat,

bikonkaf, tengah pucat 1/3 bagian diameter untuk tempat Hb.

• SHAPE1.Normal : normokrom -> bulat seperti donat,

bikonkaf, tengah pucat 1/3 bagian diameter untuk tempat Hb.

42

Page 43: pemeriksaan penunjang

• Abnormal : stomatosit (seperti mulut), sel kerucut (seperti kerucut), sel target (tengah berwarna merah), sferositosis (kecil,bulat,padat, lebih merah), bizarre cell/ Burr cell, akantosit (berduri), sickle cell (seperti sabit), ovalosit (oval), fragmentosit, basophilic stipling, poikilositosis

43

Page 44: pemeriksaan penunjang

CARA PENAMAAN ERITROSIT• STAINING1.Normal : normokrom -> kemerahan2. Hipokrom : pucat3. Polikrom : biru• Badan – badan inklusiCara menamai:- Normal : normositik normokrom- Mikrositik hipokrom (<Fe)- Eritrosit makrositer (<vitamin)- Anisositosis poikilositosis

• STAINING1.Normal : normokrom -> kemerahan2. Hipokrom : pucat3. Polikrom : biru• Badan – badan inklusiCara menamai:- Normal : normositik normokrom- Mikrositik hipokrom (<Fe)- Eritrosit makrositer (<vitamin)- Anisositosis poikilositosis

44

Page 45: pemeriksaan penunjang

45

Page 46: pemeriksaan penunjang

46

Page 47: pemeriksaan penunjang

47

Page 48: pemeriksaan penunjang

48

Page 49: pemeriksaan penunjang

49

Page 50: pemeriksaan penunjang

50

Page 51: pemeriksaan penunjang

51

Page 52: pemeriksaan penunjang

52

Page 53: pemeriksaan penunjang

Lajur Kiri : Eritrosit Makrositer (An. Def Vitamin B12, An. Defisiensi asam folat, Anemia Pernisiosa)Lajur Tengah : Eritrosit Normokrom NormositikLajur Kanan : Eritrosit Mikrositik Hipokrom ( An. Defisiensi Besi)

53

Page 54: pemeriksaan penunjang

PENILAIAN ERITROSIT

• Nilai 3S “size, shape, staining characters”• Ukuran eritrosit normal (normositik): 6-8 um ;

bentuk bulat, bagian tengah berwarna lebih pucat

• Eritrosit yang lebih besar makrositik; yang lebih kecil mikrositik

• Bila bagian yang berwarna pucat lebih luas hipokrom

54

Page 55: pemeriksaan penunjang

• Bila ada kelainan bentuk poikilositosis, adanya eritrosit berinti, atau benda-benda inklusi seperti parasit (misal plasmodium

malaria)• Bila ukuran bermacam-macam anisositosis

55

Page 56: pemeriksaan penunjang

PENILAIAN LEUKOSIT

• Kesan jumlah, hitung jenis, dan kelainan morfologi.

• Periksa terhadap 100 jenis sel leukosit jumlah dan morfologinya berdasarkan urutan yang telah dibakukan Basofil (0-1%), Eosinofil ( 1-

3%), Neutrofil Batang (2-6%), Neutrofil Segmen (50-70%), Limfosit (20-40%), Monosit

(2-8%).

56

Page 57: pemeriksaan penunjang

• Shift to the left meningkatnya jumlah neutrofil segmen dan batang menunjukan adanya infeksi akut yang berat atau infeksi kronis

• Shift to the right meningkatnya jumlah neutrofil segmen infeksi akut

57

Page 58: pemeriksaan penunjang

58

Page 59: pemeriksaan penunjang

LED westergren

• Laju Endap Darah atau Erithrocyte Sedimentation Rate (ESR) adalah kecepatan sedimentasi eritrosit dalam darah yang belum membeku, dengan satuan mm/jam

59

Page 60: pemeriksaan penunjang

• LED merupakan uji yang tidak spesifik. LED dijumpai meningkat selama proses inflamasi akut, infeksi akut dan kronis, kerusakan jaringan (nekrosis), penyakit kolagen, rheumatoid, malignansi, dan kondisi stress fisiologis (misalnya kehamilan)

60

Page 61: pemeriksaan penunjang

Bahan dan alat : 1. darah EDTA

2. Natrium sitrat 3,8%3. Pipet westergren4. Rak westergren

Hasil : Normal pria < 10 mm/jam Normal wanita < 15 mm/jam

61

Page 62: pemeriksaan penunjang

Cara kerja :

-Hisap sampai garis tanda 50 mm natrium sitrat 3.8% dengan pipet westergren dan masukkan ke dalam

tabung reaksi-Kemudian hisap 200 mm darah EDTA kemudian

campurkan dengan Na sitrat-Campuran itu dihisap sampai 200 mm kemudian

biarkan 1 jam pada rak pipet Westergren dengan posisi tegak lurus.

-Bacalah tinggi plasma dengan mm

62

Page 63: pemeriksaan penunjang

Pipet Westergren

63

Page 64: pemeriksaan penunjang

Pipet westergren

64

Page 65: pemeriksaan penunjang

MIKRO HT

• Nilai hematokrit ialah volume semua eritrosit dalam 100 ml darah dan di sebut dengan % dari volume darah itu

65

Page 66: pemeriksaan penunjang

MIKRO HT

• Alat dan bahan- Darah EDTA- Mikrokapiler ( + heparin )- Mikrosentrifuge 16000 rpm

66

Page 67: pemeriksaan penunjang

MIKRO HT• Cara kerja:- Isi ¾ bagian mikrokapiler dan tutup ujungnya- Masukkan kedalam sentrifuge dengan bagian yang terbuka

ke bawah, diputar selama 5 menit dengan 16000 rpm- Kemudian ukur dengan grafik

• Hasil normal:Mikro Ht pria : 40 – 48 vol%Mikro Ht wanita : 37 – 43 vol%

67

Page 68: pemeriksaan penunjang

URINE

• Pemeriksaan urin deteksi kelainan ginjal dan saluran urin

68

Page 69: pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan rutin

• Jumlah urin• Makroskopi warna dan jernihnya urin• Berat jenis• Protein• Glukosa• Pemeriksaan sedimen

69

Page 70: pemeriksaan penunjang

• PEMERIKSAAN REDUKSI BENEDICT• PEMERIKSAAN PROTEIN DENGAN ASAM SULFOSALISIL• PEMERIKSAAN SEDIMEN URINE

70

PEMERIKSAAN URINE

Page 71: pemeriksaan penunjang

PEMERIKSAAN REDUKSI DENGAN BENEDICT

I. Dasar reaksi : sifat glukosa sebagai zat pereduksi terhadap reagenII. Bahan dan alat : 1. 5 ml larutan benedict2. 1 tabung reaksi3. 5 tetes urin4. Pemegang tabung5. Lampu spiritusIII. Cara kerja :• 5 ml benedict dalam tabung reaksi + 5 tetes urin•Panaskan selama 5 menit sampai mendidih•Amati perubahan yang terjadi

71

Page 72: pemeriksaan penunjang

Hasil : normalnya (-)- = (biru jernih)+ / 1+ = (hijau kekuningan= 0,5-1%)++ / 2+ = (kuning keruh = 1-1,5%)+++ / 3+ = (jingga = 2-3,5%)++++ / 4+ = (merah keruh = > 3,5%) Pemeriksaan dengan reagen benedict untuk melihat ada tidaknya glukosa dalam urin pasien. Penderita diabetes mensekresikan glukosa di dalam urin karena pada diabetes, glukosa tidak dapat diabsorbsi secara maksimal ke dalam sel-sel atau jaringan.

72

Page 73: pemeriksaan penunjang

PEMERIKSAAN PROTEIN ASAM SULFOSALICYL

Bahan dan Alat : 1. 4 mL urin2. 8 tetes larutan asam sulfosalicyl 20 %3. 2 tabung reaksi4. Lampu spiritus + pemegang tabung

Cara :• Masukkan masing-masing 2 mL urin ke da-lam 2 tabung reaksi• Tabung I tambahkan 8 tetes larutan asamsulfosalicyl 20 %• Bandingkan kedua tabung, jika sama-samajernih artinya tes negatif• Jika tabung reaksi I lebih keruh, panaskan.• Kemudian dinginkan dengan air mengalir lalu amati kekeruhan yang timbul

Hasil : Normal (-)Pembacaan : Pada Tabung I sebelum pemanasan jernih, hasil (-)Bila sewaktu pemanasan dan pendinginan tetap keruh, hasil (+)Bila sewaktu pemanasan jernih tetapi setelah pendinginan keruh, hasil (+)Penggunaan hasil : (-/ +/ ++) 73

Page 74: pemeriksaan penunjang

PEMERIKSAAN SEDIMEN URINE

•Tujuan pemeriksaan : mendeteksi kelainan ginjal dan saluran kemih, memantau perjalanan penyakit setelah pengobatan, untuk konfirmasi pemeriksaan kimia urin•Bahan pemeriksaan : urin pagi yang segar, urin sewaktu yang segar, urin yang diawetkan dengan formaldehida 40%•Alat : sentrifuge 1500-2000 rpm, tabung sentrifuge, pipet pasteur•Cara kerja : -Masukkan urin 7 ml ke dalam tabung sentrifuge, lalu pusinglah dengan kecepatan 1500-2000 rpm selama 5 menit-Buang cairan bagian atas tabung sentrifuge sehingga sisa cairannya sekitar 0,5 ml

74

Page 75: pemeriksaan penunjang

-Kocok tabung untuk meresuspensikan sedimen-Ambil 2 tetes lalu taruh di atas objek glass dan tutup

dengan kaca penutup lalu amatilah dengan pembesaran objektif 10X (pembesaran kecil/LPK) untuk melihat epitel, silinder, kristal; pembesaran 40X (pembesaran besar/LPB)

untuk menilai eritrosit, dan leukosit

75

Page 76: pemeriksaan penunjang

HASIL :

laporkan mengenai unsur dalam sedimen tersebut• -Silinder = jumlah/LPK• -Leukosit, eritrosit = jumlah/LPB• -Sel epitel, kristal (LPK) = (+) ada, (++) banyak, (+++)

banyak sekali• -Jamur/bakteri = (-) /(+)

76

Page 77: pemeriksaan penunjang

Macam Sedimen :-Unsur Organik

- Unsur Anorganik

Unsur Organik : epitel, leukosit, eritrosit, silinder, oval fat bodies, spermattozoa, bakteri, parasit, spora

Unsur Anorganik : kristal normal (urat, kalsium oksalat, triple phosphat, fosfat amorf), kristal abnormal (sistin, leusin, tirosin,

kolesterol, bilirubin), kristal obat ( sulfonamida)

77

Page 78: pemeriksaan penunjang

ERITROSIT •Pada sedimen urin normal ditemukan

sejumlah 0 - 5 sel eritrosit per LPB •Mikroskopik sel darah merah terlihat mirip dengan yang ditemukan dalam

darah perifer, yaitu dobel disk cekung yang memiliki warna oranye samar

pucat yang menyatakan kadar hemoglobin mereka.

• Dalam urin hipertonik, eritrosit mengkerut; dalam urin hipotonik,

eritrosit membengkak, dan akan pecah •Sukar dibedakan dengan leukosit,

teteskan asam asetat 2% eritrosit akan pecah, leukosit tidak

•Dibedakan dengan sel ragi, sel ragi dindingnya 2 lapis

sel darah merah dan bakteri dalam sedimen urin. Tampak sebaran sel

darah merah dan bentuk bacillary. Dua leukosit juga tampak di tengah lapangan

pandang.

78

Page 79: pemeriksaan penunjang

LEUKOSIT• sering ditemukan pada sedimen urin normal, tetapi sedikit dan tidak boleh > 5 / LPB •sel yang paling sering ditemukan adalah PMN. PMN memiliki fungsi fagositosis, motil secara aktif, dan bergerak secara ameboid dengan pseudopodia. PMN dalam urine dapat segera diketahui karena inti multisegmented dan sitoplasma granular.

Neutrofil PMN dan sel-sel darah merah dalam urin. Tampak jelas sel darah merah bikonkav dan inti multilobe serta sitoplasma granular dari neutrofil. Beberapa sel darah merah sedikit crenated.

79

Page 80: pemeriksaan penunjang

KRISTAL ASAM URAT -Asam urat : produk metabolisme dari pemecahan protein, ada di urin dalam konsentrasi yang tinggi dan umumnya menghasilkan berbagai macam struktur kristal. -Amorf urate granular, kristal tidak berwarna sampai kuning, tampak sebagai butiran halus ketika diamati dengan pembesaran 10X atau 40X. Kristal ini sering terjadi ketika urin didinginkan, membentuk sedimen warna merah muda di bagian bawah tabung centrifuge. Kebanyakan amorf urate larut ketika ditambahkan larutan alkali ke sedimen atau bila urin dihangatkan setelah pendinginan.

80

Page 81: pemeriksaan penunjang

•Kristal asam urat pleomorfik dibanding semua kristal urin, berbagai bentuk, seperti batang, kubus , mawar enam sisi, piring, dan seperti batu asahan, bervariasi dalam ukuran.•larut dalam larutan alkali dan tidak larut dalam asam. •tidak berwarna sampai berwarna kuning pucat, pink atau coklat. Kristal asam urat sering dikaitkan dengan batu ginjal, tapi dapat dijumpai pada urin orang normal juga.

KRISTAL KALSIUM OKSALAT •paling sering diamati pada urine asam dan netral. •bentuk dihidrat, sebuah oktahedral, kristal berwarna mirip bentuk amplop. Kristal jenis ini ditemukan dalam urin normal, terutama setelah menelan asam askorbat dalam dosis besar atau makanan yang kaya akan asam oksalat seperti tomat atau asparagus.

81

Page 82: pemeriksaan penunjang

KRISTAL AMORF FOSFAT

Kristal yang paling sering diamati terkait dengan urin alkali. Yang paling sering dijumpai adalah kristal amorf fosfat, ini tidak dapat dibedakan dari kristal amorf urat dalam urin asam. Kristal menghasilkan endapan putih di dasar tabung centrifuge.

KRISTAL TRIPLE FOSFAT

Triple fosfat (amonium-magnesium fosfat) kristal bentuknya mirip sebuah "peti mati-tertutup" , sangat bervariasi dalam ukuran. Kristal juga dapat ditemukan dalam urin netral dan larut dalam asam asetat.

82

Page 83: pemeriksaan penunjang

CAST / SILINDER URIN

• struktur mikroskopis silinder yang terbentuk di nefron distal dan terjadi dalam urin normal ataupun bila ada penyakit. •Protein spesifik ini berbentuk "silinder" yang diproduksi hanya di tubulus distal, protein ini larut dan membentuk pita protein tipis yang kemudian menyatu atau menjadi gips. Dalam keadaan normal, hanya ada dua varietas gips muncul dalam sedimen urin: hialin gips dan granular cast. •Pada orang normal, sejumlah kecil hialin atau granular satu atau dua per 10 LP (obyektif 10 x) pada urin sering ditemukan dan tidak selalu berarti terkena penyakit ginjal.•Syarat terbentuknya silinder : -Adanya protein Tamm-Horsfall (merupakan rangka dari silinder)-Adanya albumin-pH urin asam-Berkurangnya aliran urin (oliguri, anuri)•Jenis-jenis silinder urin : hialin, eritrosit, leukosit, epitel, berbutir, lilin, lemak

83

Page 84: pemeriksaan penunjang

CAST HIALIN •paling sering diamati dalam urin. •bentuknya yang transparan (indeks bias yang rendah) menyebabkan agak sulit untuk dilihat. Bila diteliti tampak perimeter luar halus dan sebuah matrik yang halus atau bergelombang. •Sesekali butiran inklusi mungkin ada dalam matriks, dan mungkin memiliki bentuk "ekor" atau titik.

Ketika seorang pasien mengalami stres fisik atau emosional dalam 24 jam sebelumnya, ditemukannya cylindruria tidak harus dianggap patologis, jika situasi stres atau latihan fisik telah berhenti urin kembali ke keadaan normal dalam waktu 24 hingga 48 jam

84

Page 85: pemeriksaan penunjang

GRANULAR CAST

•meningkat di urin jika seseorang dalam situasi stres emosional atau telah menjalani latihan fisik berat. Pada penghentian stres atau latihan, jumlah butiran granular di urin kembali normal dalam waktu 24 hingga 48 jam. Alasan peningkatan produksi terkait stres atau latihan tidak diketahui. Juga tidak diketahui alasan mengapa granular cast kadang muncul dalam urin pasien pada pola makan yang kaya karbohidrat. Granular memiliki indeks bias lebih tinggi daripada hialin dan karena itu lebih mudah ditemukan. Mereka juga silindris, walaupun beberapa mungkin memiliki "ekor," dan memiliki perimeter.

85

Page 86: pemeriksaan penunjang

Silinder leukosit

Silinder eritrosit

86

Page 87: pemeriksaan penunjang

Sel epitel squamos

87

Page 88: pemeriksaan penunjang

TINJA

88

Page 89: pemeriksaan penunjang

• Tinja sebaiknya berasal dari defekasi spontan, atau dapat juga diambil dengan jari dengan sarung tangan

• Sebaiknya dalam keadaan segar, supaya unsur-unsurnya tidak rusak

• Wadah untuk mengirim sebaiknya terbuat dari kaca atau plastik

Page 90: pemeriksaan penunjang

makroskopis

• Warna dibiarkann lama pada udara jadi lebih tuasusu jagung, obat santonin kuningbanyak sayur-mayur hijauikterus obstruktif dan pemakaian garam barium abu-abuada perdarahan, makan bit merah mudamelena, obat yg mengandung besi hitam

Page 91: pemeriksaan penunjang

• Bau baunya disebabkan indol, saktol dan asam butiratbau busuk protein tidak dicernabau asam fermentasi gulabau tengik perombakan zat lemak, pelepasan asam lemak

91

Page 92: pemeriksaan penunjang

• Konsistensi normalnya gak lunak dan mempunyai bentukdiare cairkonstipasi keras

• Lendir lendir rangsangan atau radang pada dinding ususdisentri, intususepsi, ileocolitis lendir tanpa tinja

• Darah perdarahan proximal hitam

• Cacing ascaris, ankylostoma mungkin dapat terlihat

Page 93: pemeriksaan penunjang

mikroskopis

Untuk mencari protozoa sering dipakai larutan eosin 1-2% sebagai bahan pengencer tinja atau larutan lugol 1-2%.

Page 94: pemeriksaan penunjang

Darah samar

• A. cara dengan benzidine basa• Buatlah emulsi tinja dengan air kira - kira 10 ml dan

panasilah hingga mendidih• Saring emulsi tinja dengan filtrat dan biarkan filtrat

menjadi dingin• Masukan benzidine basa ke dalam tabung reaksi• Tambahlah 3 ml asam asetat glacial, dan kocoklah

sampai benzidine larut • Bubuhilah 2 ml fitrat emulsi tinja campur

Page 95: pemeriksaan penunjang

• Berilah 1 ml larutan hidrogen peroxide 3%, campur

• Hasil di baca dalam waktu 5 menit

Page 96: pemeriksaan penunjang

Hasil

• Negatif - tidak ada perubahan warna• Positif + hijau• Positif 2+ biru bercampur hijau• Positif 3+ biru• Positif 4+ biru tua

Page 97: pemeriksaan penunjang

SPUTUM

• Sputum adalah sekret yang di batukkan dan berasal dari bronchi, bukan bahan yang berasal dari tenggorokan, hidung, atau mulut

97

Page 98: pemeriksaan penunjang

• Makroskopi• mikroskopi

98

Page 99: pemeriksaan penunjang

Penilaian makroskopi

• Banyaknya diperlukan 5 – 10 ml untuk pemeriksaan– Pada orang yang jumlahnya melebihi 100ml dalam

24 jam curiga edema pulmonum, abses paru, tuberkulosis pulmonum

99

Page 100: pemeriksaan penunjang

• Bau– Bau busuk dapat terjadi pada gangren dan abses

pulmonum atau pada tumor (nekrosis jaringan)• Warna– Putih bronchitis,bronchiectasis– Merah awal pneumonia lobaris

• Konsistensi– Mukoid bronchitis,asthma– Purulen abses, bronchiectasis

100

Page 101: pemeriksaan penunjang

• Unsur –unsur khusus– Butir keju : potongan – potongan kecil berwarna

kuning yang berasal dari jaringan nekrotik tuberkulosis pulmonum,abses

– Uliran curschmann : benang kuning berulir yang sering pada asthma bronkiale

– Tuangan bronchi : fibrin pada bronchitis fibrinosa

101

Page 102: pemeriksaan penunjang

Pewarnaan Ziehl Neelsen

• termasuk pewarnaan tahan asam. Biasanya dipakai untuk mewarnai golongan Mycobacterium (M. tuberculosis dan M. leprae) dan Actinomyces

• Bakteri genus Mycobacterium dan beberapa spesies nocardia pada dinding selnya mengandung banyak zat lipid (lemak) sehingga bersifat permeable dengan pewarnaan biasa

102

Page 103: pemeriksaan penunjang

Prinsip Pewarnaan

• Bakteri tahan asam (BTA) akan memberikan warna merah, sedangkan yang tidak tahan asam akan berwarna biru.

103

Page 104: pemeriksaan penunjang

Cara Pewarnaan Ziehl Neelsen

• A. Alat dan Bahan:1. Object glass2. Carbol fuchsin 0,3%3. Alkohol asam 3% (Alkohol + konsentrasi HCl 3%)4. Methylen-blue 0,3%5. Air6. Ose7. Lampu bunsen/spiritus

104

Page 105: pemeriksaan penunjang

• B. Cara Membuat Sediaan:1. Bersihkan objek gelas, beri label2. Sterilkan ose, dinginkan3. Ambil 1 ose sputum yang kental (hijau kuning) letakkan diatas objek gelas, ratakan.4. Sediaan biarkan kering pada suhu kamar.5. Setelah kering fiksasi denga melewatkkan diatas nyala api sebanyak 3 x, sediaan siap untuk diwarnai.

105

Page 106: pemeriksaan penunjang

• C. Cara Pewarnaan ZN:1. Sediaan dituangi Carbol Fuchsin sampai penuh2. Panaskan selama 3-5 menit, jangan sampai mendidih3. Biarkan dingin selama 5 menit, cuci dengan air4. Dekolorisasi dengan alkohol asam 10-30 detik, cuci dengan air5. Tuangi dengan methylen blue selama 20-30 detik, cuci dengan air

106

Page 107: pemeriksaan penunjang

107

Page 108: pemeriksaan penunjang

Pembacaan BTA sputum menggunakan skala IUATLD

• Tidak ditemukan BTA dalam 100 lp, disebut negatifDitemukan 1-9 BTA dalam 100 lp, ditulis jumlah kuman yang ditemukanDitemukan 10-99 BTA dalam 100 lp, disebut + atau (1+)Ditemukan 1-10 BTA dalam 1 lp, disebut ++ atau (2+)Ditemukan >10 BTA dlam 1 lp, disebut +++ atau (3+)

108

Page 109: pemeriksaan penunjang

• Cara pemeriksaan BTA dari sputum dengan oil imersi

1. Teteskan oil imersi pada sediaan sputum lihat pada pembesaran lensa objektif 100x carilah BTA yang berbentuk batang warna merah. 2. Periksa dengan cara mengeser dan membentuk zig zag dari atas kebawah kemudian ulangi dengan berlawanan arah.

109

Page 110: pemeriksaan penunjang

110

Page 111: pemeriksaan penunjang

tambahan

111

Page 112: pemeriksaan penunjang

Widal test

• Untuk tujuan pemeriksaan serologi, dibutuhkan 1-3 cc darah yang ditampung dalam tabung tanpa antikoagulan

• Uji ini mengukur titer antibodi aglutinasi terhadap antigen O dan anti¬gen H. Secara umum, antigen O mulai muncul pada hari ke 6-8 dan antigen H mulai muncul pada hari ke 10-12 dihitung sejak hari timbulnya demam

112

Page 113: pemeriksaan penunjang

• Uji ini memiliki sensitivitas dan spesivisitas yang tidak telalu baik

113

Page 114: pemeriksaan penunjang

• Pemeriksaan ini memberikan hasil negatif palsu pada 30% kasus. Hal yang dapat mempengaruhi adalah pemberian antibiotika sebelum pengambilan bahan yang dapat menimbulkan respons kekebalan tubuh

114

Page 115: pemeriksaan penunjang

• kesamaan antigen O dan H yang dimiliki S. typhi dengan salmonella lain, bahkan kesamaan epitop dengan Enterobactericeae lain yang dapat menyebabkan hasil positif palsu

115

Page 116: pemeriksaan penunjang

• Diagnosis didasarkan atas kenaikan titer sebanyak 4 kali pada dua pengambilan berselang beberapa hari atau bila klinis disertai hasil pemeriksaan titer Widal di atas 1/200.

116

Page 117: pemeriksaan penunjang

TUBEX TEST

• Pemeriksaan ini mudah dilakukan dan hanya membutuhkan waktu singkat untuk dilakukan (kurang lebih 5 menit)

117

Page 118: pemeriksaan penunjang

• Untuk meningkatkan spesivisitas, pemeriksaan ini menggunakan anti¬gen O9 yang hanya ditemukan pada Salmonellae serogroup D dan tidak pada mikroorganisme lain

118

Page 119: pemeriksaan penunjang

• Dilakukan pada hari ke 4-5 untuk infeksi primer

• dan hari ke 2-3 untuk infeksi sekunder.• Uji Tubex hanya dapat mendeteksi IgM dan

tidak dapat mendeteksi IgG sehingga tidak dapat dipergunakan sebagai modalitas untuk mendeteksi infeksi lampau

119

Page 120: pemeriksaan penunjang

• Interpretasi hasil uji Tubex– <2 Negatif– 3 Borderline– > 4 Positif

120

Page 121: pemeriksaan penunjang

Thypidot• suatu uji serologi yang didasarkan pada deteksi

antibodi spesifik IgM dan IgG terhadap Salmonella Thypi.

• sedangkan terdeteksinya IgG dan IgM menunjukkan demam tifoid akut pada fase pertengahan.

• Antibodi IgG dapat menetap selama 2 tahun setelah infeksi, oleh karena itu, tidak dapat untuk membedakan antara kasus akut dan kasus dalam masa penyembuhan

121

Page 122: pemeriksaan penunjang

Thypidot M

• Typhidot M memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang lebih tinggi dibandingkan Typhidot dalam mendeteksi infeksi salmonella akut

122

Page 123: pemeriksaan penunjang

C reactive protein

• Suatu protein fase akut yang diproduksi oleh hati sebagai respon adanya infeksi, inflamasi atau kerusakan jaringan. Inflamasi merupakan proses dimana tubuh memberikan respon terhadap injury.

123

Page 124: pemeriksaan penunjang

• Kadar CRP akan meningkat tajam di dalam serum saat 6 jam setelah terjadinya inflamasi danselama proses inflamasi sistemik berlangsung

• Kadar CRP dalam serum dapat meningkat dua kali lipat sekurang-kurangnya setiap 8 jam dan mencapai puncaknya setelah kira-kira 48-72 jam.

124

Page 125: pemeriksaan penunjang

• Setelah diberikan pengobatan yang efektif dan rangsangan inflamasi hilang, maka kadar CRP akan turun / menghilang secepatnya seiring dengan proses kesembuhan.

125