57
PEMERIKSAAN PENUNJANG PADA SISTEM PERKEMIHAN

PEMERIKSAAN PENUNJANG PERKEMIHAN 2013

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ppt pemeriksaan penunjang

Citation preview

PEMERIKSAAN PENUNJANG PADA SISTEM PERKEMIHAN

Blass Nier Overzicht (Blass = Kandung Kemih, Nier = Ginjal, Overzicht = Penelitian) Bahasa Belanda

Kidney, ureter, and bladder (KUB) x-ray Bahasa Inggris Foto didaerah abdomen untuk melihat tractus urinaria dari nier

(ginjal) hingga blass (kandung kemih)Kegunaan: Mendeteksi penyakit pada sistem urinaria, misalnya batu ginjal (pada

foto rontgen, batu ginjal akan terlihat opaque (putih)). Sebagai plain photo (foto pendahuluan) pada rangkaian pemeriksaan

BNO IVP

BNO IVP: Pemeriksaan radiografi pada sistem urinaria (dari ginjal hingga blader) dengan menyuntikkan zat kontras melalui pembuluh darah vena

Tujuan: mendapatkan gambaran radiografi dari letak anatomi dan fisiologi serta mendeteksi kelainan patologis dari ginjal, ureter dan bladder

Indikasi: nephrolithiasis (batu ginjal), vesicolithiasis (batu vesica urinari), nefritis (radang ginjal), cystitis (radang vesica urinari), ureterolithiasis (batu ureter), tumor, hipertrofi prostat

An intravenous pyelogram (IVP) is done to:Look for problems with the structure of the urinary tract.Find the cause of blood in the urine.Find the cause of ongoing back or flank painLocate and measure a tumor of the urinary tract.Locate and measure a kidney stoneFind the cause of recurring urinary tract infectionsLook for damage to the urinary tract after an injury.

Bahan kontras/media kontras: suatu zat yang memiliki nomor atom tinggi yang berguna untuk membedakan jaringan yang tidak dapat dilihat oleh foto rontgen biasa.

bahan kontras pada IVP berbahan baku yodium (I) dan jenis bahan kontrasnya positif (yang tampak opaque pada foto rontgen)

Syarat bahan kontras Memiliki nomor atom yang tinggi (seperti : Iodium, nomor atom 53),

sehingga zat kontras akan tampak putih pada jaringan. Non Toxic atau tidak beracun, dapat ditolerir oleh tubuh. Bersifat water soluble dan non ionik atau larut dalam air artinya dapat

dengan mudah diserap atau dikeluarkan dari tubuh setelah pemeriksaan.

Efek samping ringan, seperti mual, gatal-gatal, kulit menjadi merah dan bentol-bentol

Efek samping sedang, seperi edema dimuka/pangkal tenggorokan Efek samping berat, seperti shock, pingsan, gagal jantung.

Efek samping terjadi pada pasien yang alergi terhadap yodium (makanan laut)

Tindakan pencegahan:Melakukan skin test tes kepekaan kulit terhadap bahan kontras yang disuntikkan sedikit dipermukaan kulit (subkutan). Bila terjadi reaksi merah atau bentol di area itu, segera laporkan.Melakukan IntraVena test setelah skin test dinyatakan aman. IV test yaitu dengan menyuntikan bahan kontras kurang lebih 3-5cc kedalam vena. Segera laporkan jika terjadi reaksi.Memberikan obat pencegahan alergi seperti antihistamin sebelum pemasukan bahan kontras (contohnya : diphenhydramine).

Reaksi ringan seperti rasa mual dapat diatasi dengan menginstruksikan pasien untuk tarik nafas dalam lalu keluarkan melalui mulut.

Reaksi berat diperlukan pengobatan atau pertolongan lainnya atau bila perlu menghentikan pemeriksaan (sesuai arahan radiolog).

Sehari sebelum pemeriksaan dilakukan, pasien diminta untuk makan-makanan lunak yang tanpa serat (seperti bubur kecap) supaya makanan tersebut mudah dicerna oleh usus sehingga feces tidak keras.

Makan terakhir pukul 19.00 (malam sebelum pemeriksaan) supaya tidak ada lagi sisa makanan diusus, selanjutnya puasa sampai pemeriksaan berakhir.

Malam hari pukul 21.00, pasien diminta untuk minum laksatif (dulcolax) sebanyak 4 tablet.

8 Jam sebelum pemeriksaan dimulai, pasien tidak diperkenankan minum untuk menjaga kadar cairan.

Pagi hari sekitar pukul 06.00 (hari pemeriksaan), pasien diminta untuk memasukkan dulcolax supossitoria melalui anus, supaya usus benar-benar bersih dari sisa makanan / faeces.

Selama menjalani persiapan, pasien diminta untuk tidak banyak bicara dan tidak merokok supaya tidak ada intestinal gas (gas disaluran pencernaan)

membersihkan gastro intestinal dari udara dan feces yang dapat mengganggu visualisasi dari foto IVP atau menutupi gambaran ginjal dan saluran-salurannya.

Pemeriksaan yang tidak baik terlihat dari bayangan lucent di usus karena udara dan feces.

Nilai kreatinin menunjukkan fungsi penyaringan ginjal masih normal atau tidak. Nilai kreatinin yang tinggi saat pemeriksaan IVP menyebabkan kontras tidak dapat disaring dalam ginjal sehingga membahayakan bagi pasien.

Spuit 1cc (untuk skin test) Spuit 3 cc (untuk persiapan obat emergency) Spuit 50 cc (untuk bahan kontras) Wing needle Jarum no 18 Kapas alkohol Kontras media (contoh : iopamiro, ultravist) Stuwing (pembendung vena) Gunting Plester Obat-obatan emergency (contoh : dhypenhydramine)

Anamnese untuk mengetahui riwayat alergi. Pasien diminta untuk mengisi informed consent. Buat plain photo BNO terlebih dahulu. Jika hasil foto BNO baik, lanjutkan dengan melakukan skin test dan IV test

sebelum dimasukkan bahan kontras melalui vena fossa cubiti Sebelum melakukan penyuntikan, tekanan darah diukur. Menyuntikkan bahan kontras secara perlahan-lahan dan menginstruksikan

pasien untuk tarik nafas dalam untuk meminimalkan rasa mual yang mungkin dirasakan pasien

Membuat foto 5 menit post injeksi Membuat foto 15 menit post injeksi Membuat foto 30 menit post injeksi Pasien diminta untuk turun dari meja pemeriksaan untuk buang air kecil

(pengosongan blass) kemudian difoto lagi post miksi. Foto IVP bisa dibuat sampai interval waktu berjam-jam jika kontras belum turun.

Untuk menilai persiapan yang dilakukan pasien Untuk melihat keadaan rongga abdomen khususnya tractus urinaria

secara umum. Untuk menentukan faktor eksposi yang tepat untuk pemotretan

berikutnya sehingga tidak terjadi pengulangan foto karena kesalahan faktor eksposi.

dilakukan dengan interval waktu tertentu yang disesuaikan dengan lamanya aliran bahan kontras untuk mengisi ginjal sampai bahan kontras itu masuk ke blass.

Plain foto BNO AP (sebelum injeksi) Foto 5 menit post injeksi Foto 15 menit post injeksi Foto 30 menit post injeksi Foto post mixi

Foto 5 menit untuk melihat dan menilai neprogram/fungsi ginjal Foto 15 menit untuk melihat ureter Foto 30 menit untuk melihat vesica urinaria apakah sudah terisi bahan

kontras atau belum Foto PM untuk melihat pengosongan kandung kemih

Bahan kontras yang disuntikkan melalui vena fossa cubiti akan mengalir ke vena capilaris, vena subclavia, kemudian ke vena cava superior. Dari VCS bahan kontras akan masuk ke atrium kanan dari jantung, kemudian ke ventrikel kanan dan mengalir ke arteri pulmo. Kemudian mengalir ke vena pulmo menuju atrium kiri kemudian ventrikel kiri dan mengalir ke aorta, serta terus mengalir menuju aorta desendens kemudian kedalam aorta abdominalis dan masuk kedalam arteri renalis dan mulai memasuki korteks ginjal.

Kelebihan BNO IVP:Bersifat non invasifRelatif amanMemiliki nilai diagnosa yang tinggiKekurangan :Dapat menimbulkan alergi terhadap media kontrasIbu hamil dilarang melakukan pemeriksaan ini.

Istirahat yang cukup Minum air putih yang banyak untuk menghilangkan bahan kontras

dari tubuh.

Urinalisis adalah tes yang dilakukan pada sampel urin pasien untuk tujuan diagnosis infeksi saluran kemih, batu ginjal, skrining dan evaluasi berbagai jenis penyakit ginjal, memantau perkembangan penyakit, dan skrining terhadap status kesehatan umum

Urinalisis yang akurat dipengaruhi oleh spesimen yang berkualitas. Sekresi vagina, perineum dan uretra pada wanita, dan kontaminan uretra

pada pria dapat mengurangi mutu temuan laboratorium. Mukus, protein, sel, epitel, dan mikroorganisme masuk ke dalam sistem

urine dari uretra dan jaringan sekitarnya pasien perlu membuang beberapa millimeter pertama urine sebelum mulai menampung urine.

Pasien perlu membersihkan daerah genital sebelum berkemih.

Wanita yang sedang haid harus memasukkan tampon yang bersih sebelum menampung specimen.

Kadang-kadang diperlukan kateterisasi untuk memperoleh spesimen yang tidak tercemar.

Meskipun urine yang diambil secara acak (random) atau urine sewaktu cukup bagus untuk pemeriksaan, namun urine pertama pagi hari adalah yang paling bagus.

Urine satu malam mencerminkan periode tanpa asupan cairan yang lama, sehingga unsure-unsur yang terbentuk mengalami pemekatan

Tujuan pengambilan sampel urin Mengambil sampel urine yang tidak terkontaminasi untuk

menganalisa urine rutin atau test diagnostik yang meliputi test kultur dan sensitivitas.

Mengetahui adanya mikroorganisme dalam urine

Pemeriksaan urinalisis dilakukan untuk menentukan leukosit dan bakteri.

Pemeriksaan rutin deskripsi warna, berat jenis dan pH, konsentrasi glukosa, protein, keton, darah dan bilirubin

Urine sewaktu / urine acak (random). Urine sewaktu adalah urine yang dikeluarkan setiap saat dan tidak ditentukan secara khusus. Mungkin sampel encer, isotonik, atau hipertonik dan mungkin mengandung sel darah putih, bakteri, dan epitel skuamosa sebagai kontaminan.

Urine pagiPengumpulan sampel pada pagi hari setelah bangun tidur, dilakukan sebelum makan atau menelan cairan apapun. Urine satu malam mencerminkan periode tanpa asupan cairan yang lama, sehingga unsur-unsur yang terbentuk mengalami pemekatan. Urine pagi baik untuk pemeriksaan sedimen dan pemeriksaan rutin serta tes kehamilan berdasarkan adanya HCG (human chorionic gonadothropin) dalam urine.

Urine tampung 24 jamUrine tampung 24 jam adalah urine yang dikeluarkan selama 24 jam terus-menerus dan dikumpulkan dalam satu wadah. Urine jenis ini biasanya digunakan untuk analisa kuantitatif suatu zat dalam urine, misalnya ureum, kreatinin, natrium, dsb. Urine dikumpulkan dalam suatu botol besar bervolume 1.5 liter dan biasanya dibubuhi bahan pengawet, misalnya toluene.

Wadah SpesimenWadah untuk menampung spesimen urine sebaiknya terbuat dari bahan plastik, tidak mudah pecah, bermulut lebar, dapat menampung 10-15 ml urine dan dapat ditutup dengan rapat. Selain itu juga harus bersih, kering, tidak mengandung bahan yang dapat mengubah komposisi zat-zat yang terdapat dalam urine.

Pengambilan spesimen urine dilakukan oleh penderita sendiri (kecuali dalam keadaan yang tidak memungkinkan).

Sebelum pengambilan spesimen, penderita harus diberi penjelasan tentang tata cara pengambilan yang benar.

Spesimen urine yang ideal adalah urine pancaran tengah (midstream), di mana aliran pertama urin dibuang dan aliran urine selanjutnya ditampung dalam wadah yang telah disediakan. Pengumpulan urine selesai sebelum aliran urine habis.

Aliran pertama urine berfungsi untuk menyiram sel-sel dan mikroba dari luar uretra agar tidak mencemari spesimen urine.

Sebelum dan sesudah pengumpulan urine, pasien harus mencuci tangan dengan sabun sampai bersih dan mengeringkannya dengan handuk, kain yang bersih atau tissue.

Pasien juga perlu membersihkan daerah genital sebelum berkemih. Wanita yang sedang haid harus memasukkan tampon yang bersih sebelum menampung spesimen.

Pasien yang tidak bisa berkemih sendiri perlu dibantu orang lain (mis. keluarga atau perawat). Orang-orang tersebut harus diberitahu dulu mengenai cara pengumpulan sampel urin, mereka harus mencuci tangannya sebelum dan sesudah pengumpulan sampel, menampung urine midstream dengan baik.

Pada kondisi tertentu, urine kateter juga dapat digunakan. Dalam keadaan khusus, misalnya pasien dalam keadaan koma atau pasien gelisah, diperlukan kateterisasi kandung kemih melalui uretra.

Untuk menampung urine dari kateter, lakukan desinfeksi pada bagian selang kateter dengan menggunakan alkohol 70%. Aspirasi urine dengan menggunakan spuit sebanyak 10 – 12 ml. Masukkan urine ke dalam wadah dan tutup rapat. Segera kirim sampel urine ke laboratorium.

Untuk mendapatkan informasi mengenai kadar analit dalam urine biasanya diperlukan sampel urine 24 jam. Cara pengumpulan urine 24 jam adalah :Pada hari pengumpulan, pasien harus membuang urin pagi pertama. Catat tanggal dan waktunya. Semua urine yang dikeluarkan pada periode selanjutnya ditampung.Jika pasien ingin buang air besar, kandung kemih harus dikosongkan terlebih dahulu untuk menghindari kehilangan air seni dan kontaminasi feses pada sampel urin wanita.Keesokan paginya tepat 24 jam setelah waktu yang tercatat pada wadah, pengumpulan urin dihentikan.Spesimen urine sebaiknya didinginkan selama periode pengumpulan.

Sampel urine yang dikumpulkan adalah urine midstream clean-catch. Biakan kuman dengan sampel ini dapat menentukan diagnosis secara

teliti pada 80% penderita wanita dan hampir 100% penderita pria, apabila lubang uretra dibersihkan sesuai persyaratan.

Urine clean-catch adalah spesimen urin midstream yang dikumpulkan setelah membersihkan meatus uretra eksternal.

Urine jenis ini biasanya digunakan untuk tes biakan kuman (kultur). Sebelum mengumpulkan urine, pasien harus membersihkan daerah

genital dengan air bersih atau steril. Jangan gunakan deterjen atau desinfektan. Tampung urine bagian tengah ke dalam wadah yang steril.

Pada keadaan yang mengharuskan kateter tetap dibiarkan dalam saluran kemih dengan sistem drainase tertutup, urine untuk biakan dapat diperoleh dengan cara melepaskan hubungan antara kateter dengan tabung drainase atau mengambil sampel dari kantung drainase.

Tindakan asepsis harus selalu dijaga Bila tidak memungkinkan memperoleh urine yang dikemihkan atau

bila diduga terjadi infeksi dengan kuman anaerob, aspirasi suprapubik merupakan cara penampungan yang paling baik.

Pasien harus mencuci tangannya dengan memakai sabun lalu mengeringkannya dengan handuk, kain yang bersih atau tissue.

Tanggalkan pakaian dalam, lebarkan labia dengan satu tangan Bersihkan labia dan vulva menggunakan kasa steril dengan arah dari

depan ke belakang Bilas dengan air bersih dan keringkan dengan kasa steril yang lain. Selama proses ini berlangsung, labia harus tetap terbuka dan jari

tangan jangan menyentuh daerah yang telah dibersihkan. Keluarkan urine, aliran urine yang pertama dibuang. Aliran urine

selanjutnya ditampung dalam wadah steril yang telah disediakan. Pengumpulan urine selesai sebelum aliran urine habis. Diusahakan

agar urine tidak membasahi bagian luar wadah. Wadah ditutup rapat dan segera dikirim ke laboratorium.

Pasien harus mencuci tangannya dengan memakai sabun lalu mengeringkannya dengan handuk, kain yang bersih atau tissue.

Jika tidak disunat, tarik preputium ke belakang. Keluarkan urine, aliran urine yang pertama dibuang. Aliran urine selanjutnya ditampung dalam wadah steril yang telah disediakan. Pengumpulan urine selesai sebelum aliran urine habis. Diusahakan agar urine tidak membasahi bagian luar wadah.

Wadah ditutup rapat dan segera dikirim ke laboratorium

Aspirasi jarum suprapubik transabdominal kandung kemih merupakan cara mendapatkan sampel urine yang paling murni.

Pengumpulan urine aspirasi suprapubik harus dilakukan pada kandung kemih yang penuh.

Lakukan desinfeksi kulit di daerah suprapubik dengan Povidone iodine 10% kemudian bersihkan sisa Povidone iodine dengan alkohol 70%

Aspirasi urine tepat di titik suprapubik dengan menggunakan spuit Diambil urine sebanyak ± 20 ml dengan cara aseptik/suci hama

(dilakukan oleh petugas yang berkompenten) Masukkan urin ke dalam wadah yang steril dan tutup rapat. Segera dikirim ke laboratorium. tindakan asepsis yang baik pada daerah yang akan ditusuk, anestesi

lokal pada daerah yang akan ditusuk

Urin porsi tengah sebagai sampel pemeriksaan urinalisis merupakan teknik pengambilan yang paling sering dilakukan dan tidak menimbulkan ketidak nyamanan pada penderita.

Resiko kontaminasi akibat kesalahan pengambilan cukup besar.

Tidak boleh menggunakan antiseptik untuk persiapan pasien karena dapat mengkontaminasi sampel dan menyebabkan kultur false-negative.

Pemeriksaan ini dilakukan untuk penderita prostatitis. Pemeriksaan ini terdiri dari urin empat porsi yaitu:

Porsi pertama (VB1) : 10 ml pertama urin, menunjukkan kondisi uretra.

Porsi kedua (VB2) : sama dengan urin porsi tengah, menunjukkan kondisi kandung kemih.

Porsi ketiga (EPS) : sekret yang didapatkan setelah masase prostat.

Porsi keempat (VB4) : urin setelah masase prostat.

Pemeriksaan dengan dipstik merupakan salah satu alternatif pemeriksaan leukosit dan bakteri di urin dengan cepat.

Untuk mengetahui leukosituri, dipstik akan bereaksi dengan leucocyte esterase (suatu enzim yang terdapat dalam granul primer netrofil).

Untuk mengetahui bakteri, dipstik akan bereaksi dengan nitrit (yang merupakan hasil perubahan nitrat oleh enzym nitrate reductase pada bakteri).

Kedua pemeriksaan ini memiliki angka sensitifitas 60-80% dan spesifisitas 70 – 98%. Sedangkan nilai positive predictive value kurang dari 80% dan negative predictive value mencapai 95%.

Pemeriksaan ini tidak lebih baik dibandingkan dengan pemeriksaan mikroskopik urin dan kultur urin.

Pemeriksaan dipstik digunakan pada kasus skrining follow up. Apabila kedua hasil menunjukkan hasil negatif, maka urin tidak perlu

dilakukan kultur.

Pemeriksaan mikroskopik dilakukan untuk menentukan jumlah leukosit dan bakteri dalam urin.

Jumlah leukosit yang dianggap bermakna adalah > 10 / lapang pandang besar (LPB).

Apabila didapat leukosituri yang bermakna, perlu dilanjutkan dengan pemeriksaan kultur.

Bila jumlah koloni yang tumbuh > 105 koloni/ml urin, maka dapat dipastikan bahwa bakteri yang tumbuh merupakan penyebab ISK.

Sedangkan bila hanya tumbuh koloni dengan jumlah < 103 koloni/ml urin, maka bakteri yang tumbuh kemungkinan besar hanya merupakan kontaminasi flora normal dari muara uretra.

Jika diperoleh jumlah koloni antara 103 - 105 koloni/ml urin, kemungkinan kontaminasi belum dapat disingkirkan dan sebaiknya dilakukan biakan ulang dengan bahan urin yang baru.

Faktor yang dapat mempengaruhi jumlah kuman adalah kondisi hidrasi pasien, frekuensi berkemih dan pemberian antibiotika sebelumnya.

Perlu diperhatikan pula banyaknya jenis bakteri yang tumbuh. Bila > 3 jenis bakteri yang terisolasi, maka kemungkinan besar bahan urin yang diperiksa telah terkontaminasi.

Melakukan pengambilan sampel urin untuk pemeriksaan laboratorium pada pasien Tn. T Umur 40 tahun dengan diagnosa Suspect ISK (Infeksi Saluran Kemih)

Alasan Datang: Pasien datang dengan keluhan sakit pada perut bagian bawah Eliminasi: BAB, BAK

PENGKAJIANMengkaji instruksi / pesanan medik untuk pemeriksaan diagnostik.Mengkaji intake cairan dan pola eliminasi klien.Mengkaji tingkat pengetahuan klien akan prosedur dan tujuan pemerikasaan urine.Mengkaji tujuan pengambilan sampel urine, untuk menetukan metode yang tepat dalam pengambilan sampel urine.

INTERVENSI1. Persiapan Alat :a. Bokal/botol/wadah tempat sampel urine.1) Bokal/botol/wadah steril untuk pemeriksaan urine kultur dan sensitivitas.2) Bokal/botol/wadah bersih untuk pemeriksaan urine rutin atau urine lengkap.b. Handscoen bersih.c. Pot/urinal.d. Nierbeken/bengkok.e. Perlak/alas.f. Formulir pemeriksaan.h. Menurut cara pengambilan sampel urine :1) Melalui kateter :a) Spuit 10 cc bila kateter mempunyai port menggunakan jarum no 21 G atau 22 G.b) Klem penjepit.c) Kapas alkohol 70%2) Dengan cara mid stream :a) Baskom berisi air hangat, sabun, washlap dan handuk2. Persiapan KlienMenjelaskan prosedur dan tujuan dilakukannya pengambilan sampel urine.

IMPLEMENTASI 1. Privacy 2. Mencuci tangan. 3. Memakai handscoen bersih. 4. Melakukan pengambilan sampel urine : a. Melalui Kateter : 1) Mengklem selang urine bag selama kurang lebih 30 menit. 2) Meletakkan perlak/pengalas dibawah tempat pengambilan urine. 3) Melakukan pengambilan urine : a) Kateter dengan port : · Mendesinfeksi lokasi penusukan dengan kapas alkohol 70%. · Menusukkan jarum dengan sudut 90° pada port. · Melakukan aspirasi urine sebanyak ± 3 – 5 cc untuk pemeriksaan

kultur urine, atau ± 10 – 20 cc untuk pemeriksaan urine lengkap. · Memindahkan urine dari spuit kedalam bokal/botol steril.

b) Kateter tanpa port : · Membuka tutup bokal/botol urine dan meletakkannya diatas

perlak/pengalas. · Mendesinfeksi sambungan kateter – selang urine bag

dengan kapas alkohol 70%. · Membuka sambungan tersebut dengan hati-hati, pegang

selang diatas sambungan ± 5 c, jaga jarak agar tidak terkontaminasi. · Memasukkan urine kedalam bokal/botol urine (jangan sampai

bersentuhan dengan ujung kateter). · Mendesinfeksi selang kateter dengan kapas alkohol 70%

kemudian sambungkan kembali urine bag dengan kateter. 4) Membuka klem penjepit

b. Dengan Cara Mid Stream : 1) Meletakkan perlak/pengalas dibawah bokong klien, lepaskan pakaian bawah klien

dan atur posisi yang sama seperti saat membersihkan vulva/perineum (bila klien harus dibantu).

2) Membersihkan daerah perineum dan alat genitalia dengan menggunakan air hangat + sabun dan washlap, kemudian keringkan dengan handuk.

4) Menganjurkan kepada klien untuk berkemih dan tampung urine yang pertama keluar dalam pot/urinal, kemudian tampung urine yang keluar selanjutnya kedalam bokal/botol urine sampai 10 – 20 cc dan anjurkan klien untuk menuntaskan berkemihnya kedalam pot/urinal.

5. Menempatkan bokal/botol urine ditempat yang aman, setelah urine untuk pemeriksaan ditampung.

6. Menutup bokal/botol urine. 7. Merapihkan klien dan alat. 8. Melepaskan handscoen. 9. Menempelkan etiket pemeriksaan urine pada bokal/botol urine, dan buatkan

formulir pemeriksaannya. 10. Membuat formulir pmerikasaan. 11. Membawa sampel urine beserta formulir pemeriksaannya ke laboratorium.

EVALUASIMengevaluasi hasil pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui hasil testMengevaluasi respon klien selama pelaksanaan prosedur.Mengobservasi karakteristik urine : warna, kepekatan dan bau

DOKUMENTASIMencatat jumlah, warna, bau dan konsistensi urine.Mencatat waktu dan cara pengambilan sampel urine.Mencatat respon klien selama prosedur.

Acute Pain related to inflammation and infection of the urethra, bladder and other urinary tract structures. Goal: Pain is reduced / lost, the spasms can be controlled.

Expected outcomes: client reported no pain on urination, no pain in the suprapubic region.

Intervention:1. Monitor urine color changes, monitor the voiding pattern, input and output every 8 hours and monitor the results of urinalysis repeated.Rationale: To identify the indications of progress or deviations from expected results2. Note the location, time intensity scale (1-10) pain.Rationale: To help evaluate the place of obstruction and cause pain.3. Provide convenient measures, such as massage.Rationale: Increase relaxation, reduce muscle tension.4. Give perineal care.Rational: To prevent contamination of the urethra.5. If using a catheter, catheter treatment 2 times per day.Rationale: The catheter provides a way for bacteria to enter the bladder and urinary tract up to.6. Divert attention to the fun.Rationale: Relaxation, avoid too feel the pain.7. Collaboration of analgesics.Rational: to control the pain.

2. Impaired Urinary Elimination related to frequent urination, urgency, and hesitancy.

Goal: improve urinary elimination pattern.Expected outcomes: clients reported a reduction in frequency (frequent urination), urgency, and hesistensi.

Intervention:1. Assess the patient's pattern of elimination.Rationale: as a basis for determining interventions.2. Encourage the patient to drink as much as possible and reduce drinking in the afternoon.Rationale: To support the renal blood flow and to flush bacteria from the urinary tract. The liquid that can irritate the bladder (eg, coffee, tea, alcohol) is avoided. In order not to wake up frequently at night to urinate.3. Encourage the patient to urinate every 2-3 hours and when it suddenly felt.Rationale: Because it significantly lowers the number of bacteria in the urine, reduced urine status and prevent recurrence of infection.4. Prepare / encouragement do perineal care every day.Rationale: Reduce the risk of contamination / infection increased.

Disturbed Sleep Pattern related to pain and nocturia.

Goal: to improve sleep patterns.Expected outcomes: clients reported being able to sleep, clients seem fresh.

Intervention:1. Determine the usual sleeping habits and changes.Rationale: Assess and identify appropriate interventions.2. Provide a comfortable bed.Rationale: Improve sleeping comfort and support of physiological / psychological.3. Increase comfort bedtime regimen, for example, a warm bath and a massage, a glass of warm milk.Rationale: Increases the effect of relaxation. Note: The milk has sopofik quality, boost the synthesis of serotonin, a neurotransmitter that helps patients and sleep longer.4. Reduce noise and light.Rationale: Provide a situation conducive to sleep.5. Instruct relaxation measures.Rationale: Helps induce sleep.

Hyperthermia related to the reaction iflamasi.

Goal: body temperature back to normal.

Expected outcomes: client reported no fever, no palpable heat, vital signs within normal limits.

Intervention:1. Assess any complaints or signs of increased body temperature changes.Rationale: Increased body temperature will shows a variety of symptoms such as red eyes and the body feels warm.2. Observation of vital signs, especially temperature, as indicated.Rationale: To determine interventions.3. Warm water compress on the forehead and both axilla.Rationale: To stimulate the hypothalamus to the temperature control center.4. Collaboration of antipyretic drugs.Rationale: Controlling fever.

Nursing Assessment Mr. John Baker is a 68-year-old shopkeeper who was admitted to the hospital with urinary retention, hematuria, and fever. The ad- mitting nurse gathers the following information when taking a nursing history. Mr. Baker states he has noticed urinary

frequency during the day for the past 2 weeks, and that he doesn’t feel he has emptied his bladder after urinating. He also has to get up

two or three times during the night to urinate. During the past few days, he has had difficulty starting urination and dribbles after- ward. He verbalizes the embarrassment his urinary problems cause in his dealings with the public. Mr. Baker is concerned about the cause of this urinary problem. He is diagnosed with be- nign prostatic hypertrophy (BPH) and referred to a urologist who suggests a transurethral resection of the prostate (TURP) in sev- eral months. He is placed on antibiotic therapy

Physical Examination Height: 185.4 cm Weight: 85.7 kg (189 lb) Temperature: 38.1°C (100.6°F) Pulse: 88 BPM Respirations: 20/minute Blood pressure: 146/86 mm Hg Catheterization for urinary retention yielded 300

mL amber urine, Foley left in place for 2 days

Diagnostic Data CBC normal; urinalysis: amber, clear, pH 6.5, specific gravity 1.025, negative for glucose, protein, ketone, RBCs, and bac- teria; IVP: evidence of enlarged prostate gland

Impaired Urinary Elimination (retention and overflow inconti-nence) related to bladder neck obstruction by enlarged prostate gland (as evidenced by dysuria, frequency, nocturia, dribbling, hesitancy, and bladder distention)

Urinary Continence as evidenced by:Able to start and stop streamEmpties bladder completelyKnowledge: Treatment Regimen as evidenced bysubstantial;: Description of self-care responsibilities for ongoing careDescription of self-monitoring techniques