20
PEMERIKSAAN SUBJEKTIF DAN OBJEKTIF Untuk menegakkan diagnosa, kita harus melakukan anamnesis dan berbagai pemeriksaan agar diagnosis penyakit pasien tepat dan rencana perawatan dan pengobatan yang akan dilakukan pun menjadi efektif. Dalam melakukan anmnesis, kita melakukan komunikasi interpersonal antara dokter dan pasien. 1. Komunikasi Interpersonal Komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang dilakukan kepada pihak lain untuk mendapatkan umpan balik, baik secara langsung (face to face) maupun dengan media. Berdasarkan definisi ini maka terdapat kelompok maya atau faktual (Burgon & Huffner, 2002). Contoh kelompok maya, misalnya komunikasi melalui internet (chatting, face book, email, etc.). Berkembangnya kelompok maya ini karena perkembangan teknologi media komunikasi. Terdapat definisi lain tentang komunikasi interpersonal, yaitu suatu proses komunikasi yang bersetting pada objek-objek sosial untuk mengetahui pemaknaan suatu stimulus (dalam hal ini: informasi/pesan) (McDavid & Harari). Fungsi Komunikasi Interpersonal

pemeriksaan subjektif objektf

Embed Size (px)

DESCRIPTION

untuk bidang konservasi gigi

Citation preview

Page 1: pemeriksaan subjektif objektf

PEMERIKSAAN SUBJEKTIF DAN OBJEKTIF

Untuk menegakkan diagnosa, kita harus melakukan anamnesis dan berbagai

pemeriksaan agar diagnosis penyakit pasien tepat dan rencana perawatan dan

pengobatan yang akan dilakukan pun menjadi efektif. Dalam melakukan anmnesis,

kita melakukan komunikasi interpersonal antara dokter dan pasien.

1. Komunikasi Interpersonal

Komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang dilakukan kepada pihak

lain untuk mendapatkan umpan balik, baik secara langsung (face to face) maupun

dengan media. Berdasarkan definisi ini maka terdapat kelompok maya atau faktual

(Burgon & Huffner, 2002). Contoh kelompok maya, misalnya komunikasi melalui

internet (chatting, face book, email, etc.). Berkembangnya kelompok maya ini karena

perkembangan teknologi media komunikasi.

Terdapat definisi lain tentang komunikasi interpersonal, yaitu suatu proses

komunikasi yang bersetting pada objek-objek sosial untuk mengetahui pemaknaan

suatu stimulus (dalam hal ini: informasi/pesan) (McDavid & Harari).

Fungsi Komunikasi Interpersonal

1. Untuk mendapatkan respon/ umpan balik. Hal ini sebagai salah satu tanda

efektivitas proses komunikasi. Bayangkan bagaimana kalau tidak ada umpan

balik, saat Anda berkomunikasi dengan orang lain.

2. Untuk melakukan antisipasi setelah mengevaluasi respon/ umpan balik.

Contohnya, setelah apa yang akan kita lakukan setelah mengetahui lawan

bicara kita kurang nyaman diajak berbincang.

3. Untuk melakukan kontrol terhadap lingkungan sosial, yaitu kita dapat

melakukan modifikasi perilaku orang lain dengan cara persuasi. Misalnya,

iklan yang arahnya membujuk orang lain.

Beberapa unsur atau elemen komunikasi interpersonal adalah sebagai berikut

(Burgon & Huffner, 2002):

Page 2: pemeriksaan subjektif objektf

Kisi-kisi dalam Melakukan Konsultasi Gigi :

1. Membangun Hubungan Dokter Gigi – Pasien

a. Perilaku Non Verbal :

Kontak mata, ekspresi wajah, postur, posisi dan pergerakan, fokal

(termasuk kecepatan, volume dan kekerasan bicara)

Jika harus menulis atau menggunakan komputer dilakukan tanpa

menghambat dialog dan pengumpulan data

Memperlihatkan sikap percaya diri

b. Pengembangan Penyusunan Data :

Menerima legitimasi sudut pandang dan perasaan pasein tanpa menghakimi

Berempati selama berkomunikasi dan menghargai perasaan pasien

Memberikan dukungan dengan memperlihatkan sikap pengertian,

keinginan menolong dan membangun kemitraan

Bersikap senhsitif terhadap topik pembicaraan yang bersifat rahasia yang

berkaitan dengan pemeriksaan fisik

c. Keterlibatan Pasien :

Berbagi pendapat dengan pasien untuk meningkatkan keterlibatan di dalam

proses

Menjelaskan secara rasional setiap pertanyaan atau langkah-langkah

pemeriksaan fisik yang dapat timbul selama proses tetapi tidak

berhubungan.

Jelaskan proses danh mintalah ijin pesien selama pemeriksaan dan

perawatan berlangsung.

2. Tahapan Keterampilan Khusus

1. Tahap Inisiasi

Membuat hubungan dengan pasien

Menyapa dengan hangat , kontak mata dan kontak fisik jika diperlukan

Konfirmasi nama pasien dan memperkenalkan diri

Orientasi pada pasien, ekspresi wajah dan suara ramah

Page 3: pemeriksaan subjektif objektf

Mempersilahkan pasien duduk dengan nyaman, mempertimbangkan

adanya temen atau pendamping pasien bila diperlukan

Menunjukkan kepedulian terhadap perasaan dan keperluan pasien

2. Tahap Identifikasi Keluhan Pasien Saat Ini (Patient’s Presenting Problem)

Menggunakan pertanyaan pembuka yang layak seperti :

Apa yang menyebabkan pasien datang hari ini ?

Apa yang ingin pasien diskusikan hari ini ?

3. Tahap Pengumpulan Informasi

Penggalian Masalah Pasien :

Menggali dan mendengarkan secara aktif pendapat, kebutuhan , dan

harapan pasien melalui pertanyaan-pertanyaan terbuka. Mempersilakan

pasien bicara dengan bebas tentang masalah dan sejarah masalah yang

dihadapi. Mendengar secara aktif yang didukung dengan ketrampilan mem-

parafrase, menyimpulkan dan merefleksikan.

Identifikasi masalah-masaalh yang berhubungan termasuk menggali

dampak psikososial masalah, persepsi pasien terhadap perawatan gigi

(misalnya rasa takut terehadap perawatan). Diskusikan prioritas masalah.

Gunakan gaya bertanya yang sesuai (pada umumnya dari pertanyaan

terbuka berlanjut ke arah pertanyaan tertutup)

4. Tahap Pemeriksaan Fisik

Menempatkan pasien pada keadaan nyaman, tidak merasa terancam dengan

tindakan pemeriksaan fisik yang akan dilakukan :

Memperkenalkan dan menjelaskan pemeriksaan yang akan dilakukan

Memberi kesempatan pasien untuk terlibat dan fokus kepada persoalan

pasien.

Menanyakan pasien apakah proses pemeriksaan dapat dilanjutkan

2. Pemeriksaan Subjektif dan Objektif

Page 4: pemeriksaan subjektif objektf

Perawatan yang tepat dimulai dengan diagnosis yang tepat. Untuk sampai

pada diagnosis yang tepat diperlukan ilmu pengetahuan, keterampilan dan seni : ilmu

pengetahuan penyakit serta gejala-gejalanya, keterampilan untuk melakukan cara

menguji yang tepat, dan seni menyatakan impresi, fakta dan pengalaman ke dalam

pengertian.

Gejala adalah kesatuan informasi, yang dicari di dalam diagnosis klinis dan

diidefinisikan sebagai fenomena atau tanda-tanda suatu permulaan keadaan sakit yang

normal dan indikatif. Gejala dapat diklasifikasikan sebagai berikut : gejala subjektif

adalah gejala yang dialami dan dilaporkan oleh pasien kepada dokter, gejala objektif

adalah gejala yang dipastikan oleh dokter melalui berbagai uji/tes. Pengertian

mengenai keduanya adalah penting agar sampai pada identifikasi penyakit yang tepat

dan disamping itu sampai pada suatu diagnosis masalah yang membawa pasien

kepada seorang klinisi.

a. Pemeriksaan Subjektif (Anamnesis)

Anamnesis merupakan percakapan professional antara dokter dengan pasien

untuk mendapatkan data/riwayat penyakit yang dikeluhkan pasien. Informasi tentang

Gambar 1. Prosedur menegakkan diagnose untuk menentukan perawatan yang tepat Sumber : Pathway of the Pulp. 6th ed.

Page 5: pemeriksaan subjektif objektf

riwayat pasien dibagi menjadi 3 bagian : riwayat sosial, dental dan medis. Riwayat ini

memberikan informasi yang berguna merupakan dasar dari rencana perawatan.

1. Pengenalan dan pembukaan diri terdiri dari :

Mengucapkan salam

Memperkenalkan diri

Melakukan kontak mata dengan pasien

2. Menanyakan identitas pasien, terdiri dari :

Nama : Tn/Ny.

Usia

Jenis Kelamin

Alamat

Pekerjaan

3. Menanyakan Keluhan Utama saat ini (presenting complaint) : keluhan saat

pasien datang atau keluhan yang membuat pasien datang menemui dokter gigi

4. Menanyakan sejarah keluhan utama, meliputi :

Kapan keluhan terjadi (onset)

Lamanya keluhan berlangsung (duration)

Lokasi keluhan

Faktor-faktor yang memperingan

Faktor-faktor yang memperberat

Kronologis (investigation thus far) :

Perawatan yang telah diterima

5. Riwayat medis sebelumnya : riwayat penyakit sistemik yang pernah diderita

sebelumnya

Guna menghindari informasi yang tidak relevan dan untuk mencegah

kesalahan kelalaian dalam uji klinis, klinisi harus melakukan pemeriksaan rutin.

Rangkaian pemeriksaan harus dicatat pada kartu pasien dan harus dijadikan sebagai

Page 6: pemeriksaan subjektif objektf

petunjuk untuk melakukan kebiasaan diagnostik yang tepat. Yang termasuk dengan

penyakit sistemik adalah :

a. Penyakit jantung congenital

b. Demam rematik

c. Kelainan darah

d. Penyakit saluran pernapasan

e. Asma

f. Hepatitis

g. Penyakit gastrointestinal

h. Penyakit ginjal atau saluran kencing

i. Penyakit tulang atau sendi

j. Penyakit diabetes

k. Penyakit kulit

l. Kelainan congenital

m. Alergi

n. Pengobatan belakangan atau yang sedang dilakukan

o. Operasi sebelumnya atau penyakit serius

p. Kelainan subnormal mental

q. Epilepsy

r. Riwayat penyakit serius dalam keluarga

6. Riwayat dental sebelumnya : riwayat penyakit dental yang pernah diderita

sebelumnya

7. Riwayat penyakit keluarga : riwayat penyakit yang bersifat herediter

8. Kebiasaan kultural dan sosial : dapat berupa informasi yang berhubungan

dengan lingkungan sosioekonomi dan pekerjaan, riwayat perjalanan keluar

negeri, riwayat seksual, hobby dan kebiasaan-kebiasaan pasien yang relevant.

9. Harapan pasien

Page 7: pemeriksaan subjektif objektf

b. Pemeriksaan Objektif (Pemeriksaan Klinis)

Pemeriksaan Ekstraoral

Setiap kelainan ektraoral yang nampak yang dicatat selama pencatatan riwayat

dapat diperiksa lebih lanjut. Penampilan umum-besar dan berat, corak kulit, mata,

bibir, simetri wajah, dan kelenjar limfe.

Pemeriksaan Intra-oral

Gejala objektif ditentukan oleh pengujian dan observasi yang dilakukan oleh

seorang klinisi. Pengujian-pengujian tersebut adalah sebagai berikut :

1. Pemeriksaan visual dan taktil

Uji klinis yang paling sederhana adalah pemeriksaan berdasarkan penglihatan.

Hal ini terlalu sering hanya dilakukan sambil lalu selama pemeriksaan, dan sebagai

hasilnya, banyak informasi penting hilang. suatu pemeriksaan visual dan taktil

jaringan keras dan lunak yang cermat mengandalkan pada pemeriksaan “three Cs”:

color, contour, dan consistency (warna, kontur dan konsistensi). Pada jaringan lunak,

seperti gusi, penyimpangan dari warna merah muda sehat dapat dengan mudah

dikenal bila terdapat inflamasi. Suatu perubahan kontur yang timbul dengan

pembengkakan, dan konsistensi jaringan yang lunak, fluktuan, atau seperti bunga

karang yang berbeda dengan jaringan normal, sehat dan kuat adalah indikatif dari

keadaan patologik.

2. Tes Perkusi

Tujuan tes perkusi adalah :

- Mengevaluasi status periodonsium yang meliputi gingiva, tulang alveolar,

ligament periodontal, dan sementum sekitar gigi dan apical gigi.

- Menentukan ada atau tidak adanya penyakit periradikuler yang meliputi

jaringan dentin, sementum, dan ligament periodontal.

- Terdapat dua metode tes perkusi, yaitu :

Vertical

Page 8: pemeriksaan subjektif objektf

Tes vertical dilakukan dengan cara pengetukan pada arah vertical

atau searah dengan daerah periapical yang bertujuan untuk

mengetahui ada tidaknya kelainan periapical. Jika tes perkusi

vertical positif, berarti terdapat kelainan di daerah periapical.

Horizontal

Tes horizontal dilakukan dengan cara pengetukan pada arah

horizontal atau kearah dentin, pulpa, sementum untuk mengetahui

ada atau tidak adanya kelainan pada daerah tersebut. Jikat

esperkusi horizontal positif, berarti terdapat kelainan di

peridonsium (Ghom, 2007)

Cara melakukan tes perkusi :

- Pukulan cepat dan tidak terlalu keras pada permukaan oklusal atau incisal

dari gigi yang diduga mengalami karies

- Gigi tetangga di perkusiter lebih dahulu kemudian diikuti gigi yang

menjadi keluhan

- Reaksi yang lebih valid didapat dari pergerakan tubuh pasien (gerak reflex

pasien)

- Respon

Positif (+)

Negative (-)

Page 9: pemeriksaan subjektif objektf

3. Tes Tekan

Tujuan tes tekan adalah :

- Untuk mengetahui adanya fraktur atau kelainan pada periapical.

Cara melakukan tes tekan :

- Pasien menggigit objek yang keras misalnya gulungan kapas

- Atau bisa juga dengan memberikan tekanan dengan jari

- Respon

Positif (+)

Negative (-)

4. Vitality Test

Tes vitalitas merupakan sebuah tes yang bertujuan untuk menentukan diagnosa

dan menentukan apakah gigi tersebut masih vital atau sudah nonvital. Gigi vital

merupakan gigi yang masih punya suplai darah, sedangkan gigi nonvital tidak.

Terdapat berbagai macam tes vitalitas, yaitu: Thermal Test, Elictric Pulp Testing,

Test Cavity.

1. Thermal Test

a. Cold Test

Bahan yang digunakan:

- CO2 snow, merupakan metode yang baik karena memiliki temperature -

50°C dan perubahan bentuknya dari solid ke gas sehingga tidak berpotensi

untuk menstimulus gigi yg berada di dekatnya.

- Ethyl Chloride

Page 10: pemeriksaan subjektif objektf

- Dichlorodifluoromethane (DDM), prosedurnya adalah dengan

menyemprotkan DDM ke cotton pellet kemudian aplikasikan ke gigi yang

ingin dites. Sama dengan CO2 snow, DDM tidak memiliki liquid state.

- Ice sticks, mempunyai liquid state sehingga memungkinkan stimulus gigi

yg berdekatan. Jika cold test dengan menggunakan ice sticks dilakukan

maka terlebih dahulu gigi posterior.

b. Heat Test

Bahan yang digunakan adalah Gutta percha yg sebelumnya gigi

tersebut diolesi petroleum jelly untuk mencegah perekatan, kemudian gutta

percha dipanaskan dan aplikasikan pada gigi. Tes ini dilakukan jika pasien

mempunyai keluhan saat memakan atau meminum-minuman panas. Alternatif

lain adalah dengan membungkus gigi dengan rubber dam kemudian alirkan

cairan dingin ataupun panas. Bila gigi memberikan respon berarti gigi vital,

jika tidak makan nonvital.

2. Electric Pulp Testing (EPT)

a. Menggunakan arus listrik untuk stimulasi respon saraf pulpa, alat yang

digunakan contohnya adalah Analytic Technology pulp tetster.

Page 11: pemeriksaan subjektif objektf

b. Prosedur:

1. Gigi yang akan dites dikeringkan untuk mencegah short-

circulating melalui saliva periodontium.

2. Gigi ditutupi dengan rubber dam antara contact point untuk

mencegah konduksi gigi berdekatan.

3. Ujung EPT dilapisi pasta gigi sebagai conducting media

4. Pasien diminta menahan metal handle hingga ada sensasi geli,

kesemutan.

5. Tes ini tidak dianjurkan untuk pasien dengan cardiac

pacemaker.

6. Gigi vital berarti dapat merasakan sensasi geli, kesemutan,

sedangkan nonvital tidak.

Page 12: pemeriksaan subjektif objektf

c. EPT kurang efektif bila dibandingkan dengan thermal test dan test cavity.

3. Test Cavity

a. Dilakukan ntuk memastikan respon dari pulp test sebelumnya

sudah akurat.

b. Caranya dengan melubangi gigi menggunakan high speed

handpiece tanpa anestesi lokal.

Page 13: pemeriksaan subjektif objektf

c. Jika gigi vital maka pasien dapat merasakan sakit yang tajam

ketika sampai dentin, sedagkan gigi nonvital tidak merasakan

respon apapun.

d. Operator juga harus hati-hati mempertimbangkan jika pasien

ternyata merasakan sakit akibat vibrasi dan tekanan dari alat

sehingga bisa menginterpretasikan tes dengan benar.

Setelah melakukan berbagai pemeriksaan, dokter akan meminta persetujuan

pasien dengan menunjukkan informed consent. Pada lembar informed consent ini,

jika pasien setuju untuk dilakukannya tindakan maka pasien akan menandatangani

lembar tersebut. Berikut adalah contoh dari lembar informed consent :

Informed Consent

Saya yang bertanda tangan di bawah ini (selaku suami/istri/ayah/ibu/............dari) :

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin :

Alamat :

Telah mendapat informasi mengenai tindakan medis yang akan dilakukan dengan akibat samping/resiko yang mungkin terjadi. Saya menerima persetujuan ini dengan penuh kesadaran dan tidak akan mengajukan tuntutan.

Demikian surat persetujuan ini saya buat tanpa paksaan/tekanan pihak tertentu.

Talegong,

Supervisor Operator Pasien/Wali

Page 14: pemeriksaan subjektif objektf

Sumber :

http://aton29.wordpress.com/2010/04/27/komunikasi-intrapersonal/

M. Ghojali Bagus A.P., S.Psi. Buku Ajar Psikologi Komunikasi – Fakultas Psikologi

Unair 2010.

http://www.psikologizone.com/definisi-komunikasi-interpersonal/06511922

Lamlanto, Nurhaida. 2010. Prosedur Menegakkan Diagnosis dalam Praktik

Kedokteran Gigi. Makassar : Fakultas Kedokteran Gigi Univesitas Hassanudin