15
PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT NOMOR 06 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN KAMPUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUTAI BARAT Menimbang : a. bahwa dalam rangka mendukung kelancaran penyelenggaraan pemerintahan Kampung dan untuk melaksanakan ketentuan Pasal 97 Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Tata Cara Pembentukan Lembaga Kemasyarakatan Kampung. Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 47 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Nunukan, Kabupaten Malinau, Kabupaten Kutai Barat, Kabupaten Kutai Timur dan Kota Bontang sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 7 Tahun 2000 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3962); 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389); 3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548); 4. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 158, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4597); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2005 tentang Kelurahan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 159, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4598); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN - BPK RI ...samarinda.bpk.go.id/wp-content/uploads/peraturan/Perda...PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT NOMOR 06

  • Upload
    vanque

  • View
    215

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN - BPK RI ...samarinda.bpk.go.id/wp-content/uploads/peraturan/Perda...PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT NOMOR 06

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI BARATNOMOR 06 TAHUN 2007

TENTANG

TATA CARA PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN KAMPUNG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KUTAI BARAT

Menimbang : a. bahwa dalam rangka mendukung kelancaran penyelenggaraan pemerintahan Kampung dan untuk melaksanakan ketentuan Pasal 97 Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Tata Cara Pembentukan Lembaga Kemasyarakatan Kampung.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 47 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Nunukan, Kabupaten Malinau, Kabupaten Kutai Barat, Kabupaten Kutai Timur dan Kota Bontang sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 7 Tahun 2000 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3962);

2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389);

3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548);

4. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

5. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 158, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4597);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2005 tentang Kelurahan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 159, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4598);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

Page 2: PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN - BPK RI ...samarinda.bpk.go.id/wp-content/uploads/peraturan/Perda...PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT NOMOR 06

9. Peraturan Daerah Nomor 01a Tahun 2001 tentang Penerbitan Lembaran Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Kutai Barat Tahun 2001 Nomor 2);

10. Peraturan Daerah Nomor 02 Tahun 2001 tentang Kewenangan Kabupaten (Lembaran Daerah Kabupaten Kutai Barat Tahun 2001 Nomor 3);

11. Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2001 tentang Pemerintahan Kabupaten Kutai Barat (Lembaran Daerah Kabupaten Kutai Barat Tahun 2001 Nomor 13);

12. Peraturan Daerah Nomor 21 Tahun 2006 tentang Perubahan Nomenklatur dan Struktur Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Kabupaten Kutai Barat (Lembaran Daerah Kabupaten Kutai Barat Tahun 2005 Nomor 14).

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT

dan

BUPATI KUTAI BARAT

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN KAMPUNG.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini, yang dimaksud dengan :

1. Daerah adalah Kabupaten Kutai Barat;

2. Bupati adalah Kepala Daerah Kabupaten Kutai Barat;

3. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah;

4. Pemerintahan Daerah adalah Penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

5. Pemerintahan Kabupaten adalah Penyelenggaraan Daerah Otonom oleh Pemerintah Daerah dan DPRD menurut asas Desentralisasi;

6. Kecamatan adalah wilayah kerja Camat sebagai perangkat daerah di Kabupaten Kutai Barat;

7. Camat adalah Perangkat Daerah yang memimpin Kecamatan dalam Kabupaten Kutai Barat;

8. Kampung adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah, yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat-istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia;

9. Pemerintahan Kampung adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Kampung dan Badan Permusyawaratan Kampung dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat-istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia ;

10. Pemerintah Kampung adalah Kepala Kampung dan Perangkat Kampung sebagai unsur penyelenggara pemerintahan Kampung;

11. Perangkat Kampung adalah unsur pemerintah Kampung yang terdiri dari Sekretaris Kampung dan perangkat Kampung lainnya;

2

Page 3: PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN - BPK RI ...samarinda.bpk.go.id/wp-content/uploads/peraturan/Perda...PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT NOMOR 06

12. Badan Permusyawaratan Kampung, yang selanjutnya disingkat BPK adalah lembaga yang merupakan perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan Kampung sebagai unsur penyelenggara pemerintahan Kampung;

13. Lembaga Kemasyarakatan adalah lembaga yang dibentuk oleh masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan merupakan mitra Pemerintah Kampung dalam memberdayakan masyarakat;

14. Pemuka-pemuka masyarakat adalah pemuka/tokoh dari kalangan adat, agama, organisasi kemasyarakatan, Golongan profesi dan unsur pemuka lainnya yang bertempat tinggal di Kampung yang bersangkutan dengan tetap memperhatikan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

15. Rukun Tetangga yang selanjutnya disingkat RT adalah lembaga kemasyarakatan yang dibentuk dan diakui untuk memelihara dan melestarikan nilai-nilai kehidupan masyarakat yang berdasarkan kegotongroyongan dan kekeluargaan serta untuk membantu meningkatkan kelancaran pelaksanaan tugas pemerintahan;

16. Rukun Warga yang selanjutnya disingkat RW adalah kumpulan dari beberapa Rukun Tetangga.

BAB II

LEMBAGA KEMASYARAKATAN KAMPUNG

Pasal 2

(1) Di Kampung dapat dibentuk Lembaga Kemasyarakatan Kampung;

(2) Lembaga kemasyarakatan Kampung sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berbentuk :a. Rukun Tetangga;b. Rukun Warga;c. Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga;d. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat;e. Karang Taruna ; dan f. Lembaga kemasyarakatan lainnya.

(3) Lembaga kemasyarakatan Kampung sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pembentukkannya didasarkan pada pertimbangan atas kebutuhan masyarakat terhadap keberadaan lembaga kemasyarakatan dimaksud;

(4) Pembentukan Lembaga Kemasyarakatan Kampung sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan dengan Peraturan Kampung.

Pasal 3

(1) Lembaga Kemasyarakatan Kampung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1), mempunyai tugas membantu Pemerintah Kampung dan merupakan mitra dalam pemberdayaan masyarakat Kampung;

(2) Tugas lembaga kemasyarakatan Kampung sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi :a. Menyusun rencana pembangunan secara partisipatif;b. Melaksanakan, mengendalikan, memanfaatkan, memelihara, dan mengembangkan

pembangunan secara partisipatif;c. Menggerakkan dan mengembangkan partisipasi, gotong royong dan swadaya masyarakat;d. Menumbuhkembangkan kondisi dinamis masyarakat dalam rangka pemberdayaan

masyarakat.

Pasal 4

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) lembaga kemasyarakatan Kampung mempunyai fungsi :a. Penampungan dan penyaluran aspirasi masyarakat dalam pembangunan;b. Penanaman dan pemupukan rasa persatuan dan kesatuan masyarakat dalam kerangka

memperkokoh Negara Kesatuan Republik Indonesia;c. Peningkatan kualitas dan percepatan pelayanan pemerintah kepada masyarakat;d. Penyusunan rencana, pelaksanaan, pelestarian dan pengembangan hasil-hasil pembangunan

secara partisipatif;

3

Page 4: PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN - BPK RI ...samarinda.bpk.go.id/wp-content/uploads/peraturan/Perda...PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT NOMOR 06

e. Penumbuhkembangan dan penggerak prakarsa, partisipasi serta swadaya gotong royong masyarakat;

f. Pemberdayaan dan peningkatan kesejahtaraan keluarga; dan g. Pemberdayaan hak politik masyarakat.

Pasal 5

Kegiatan lembaga kemasyarakatan Kampung ditujukan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui :

a. Peningkatan pelayanan masyarakat;

b. Peningkatan peran serta masyarakat dalam pembangunan;

c. Pengembangan kemitraan;d. Pemberdayaan masyarakat;e. Pengembangan kegiatan lain sesuai dengan kebutuhan dan kondisi masyarakat setempat.

BAB III

RUKUN TETANGGA

Pasal 6

(1) Rukun Tetangga adalah Lembaga Kemasyarakatan Kampung yang merupakan bentuk guyubnya masyarakat Kampung dalam membantu Pemerintah Kampung dalam menjalankan tugas pelayanan kepada masyarakat, memelihara kerukunan hidup dan melestarikan nilai-nilai kehidupan masyarakat yang berdasarkan kegotongroyongan dan kekeluargaan;

(2) Setiap Rukun Tetangga sekurang-kurangnya terdiri dari 30 (tiga puluh) Kepala Keluarga.

Pasal 7

(1) Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, setiap Rukun Tetangga menyusun Pengurus;

(2) Pengurus Rukun Tetangga sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terdiri dari :a. Ketua;

b. Sekretaris;

c. Bendahara;

d. Seksi-seksi dan atau bidang-bidang.

(3) Pengurus Rukun Tetangga sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dipilih dengan cara musyawarah dan mufakat dari anggota masyarakat setempat;

(4) Syarat-syarat untuk menjadi pengurus Rukun Tetangga adalah :

a. Telah terdaftar dan bertempat tinggal tetap sekurang-kurangnya 6 (enam) bulan dengan tidak terputus-putus dan atau sudah berkeluarga yang dibuktikan dengan Kartu Keluarga (KK);

b. Berusia minimal 20 tahun;

c. Mempunyai kemauan, kemampuan dan kepedulian dalam upaya membantu Pemerintah Kampung dalam menjalankan tugas pelayanan kepada Masyarakat, memelihara kerukunan hidup dan melestarikan nilai-nilai kehidupan masyarakat yang berdasarkan kegotongroyongan dan kekeluargaan;

d. Bisa membaca dan menulis;e. Syarat-syarat lain yang didasarkan atas hasil musyawarah Kampung.

(5) Pengurus Rukun Tetangga sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditetapkan dengan Keputusan Petinggi.

Pasal 8

(1) Musyawarah Rukun Tetangga adalah wadah permusyawaratan dan permufakatan anggota dalam lingkungan Rukun Tetangga;

(2) Musyawarah Rukun Tetangga sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berfungsi untuk :

4

Page 5: PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN - BPK RI ...samarinda.bpk.go.id/wp-content/uploads/peraturan/Perda...PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT NOMOR 06

a. Memilih pengurus;

b. Menentukan dan merumuskan program kerja;

c. Menerima dan mensahkan pertanggungjawaban pengurus;

d. Memecahkan permasalahan yang dinilai strategis.

(3) Musyawarah Rukun Tetangga sebagaimana dimaksud pada ayat (1), sekurang-kurangnya dilaksanakan 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun untuk menentukan dan merumuskan program kerja;

(4) Musyawarah Rukun Tetangga sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dinyatakan sah dan dapat dilaksanakan apabila dihadiri sekurang-kurangnya setengah (1/2) ditambah satu dari jumlah anggota.

Pasal 9

(1) Masa bhakti pengurus Rukun Tetangga ditetapkan 6 (enam) tahun terhitung sejak tanggal ditetapkannya Keputusan Petinggi dan dapat dipilih kembali untuk 1 (satu) kali masa bhakti berikutnya;

(2) Dalam akhir masa jabatan pengurus Rukun Tetangga mengadakan musyawarah untuk menyampaikan laporan pertanggungjawaban.

Pasal 10

(1) Karena sebab-sebab tertentu, pengurus Rukun Tetangga dapat diganti sebelum berakhir masa bhaktinya melalui pergantian antar waktu;

(2) Sebab-sebab tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1), antara lain :a. Berhalangan tetap;b. Nyata-nyata tidak mempunyai kemauan dan atau kemampuan dan atau kepedulian dalam

melaksanakan tugas dan kewajiban sebagai pengurus;

c. Mengundurkan diri sebagai pengurus;

d. Melakukan tindakan yang dilarang oleh Peraturan Perundang-undangan yang berlaku;

e. Meninggal dunia.

BAB IV

RUKUN WARGA

Pasal 11

(1) Rukun Warga adalah lembaga kemasyarakatan Kampung yang merupakan bentuk paguyubannya antar Rukun Tetangga dalam membantu Pemerintah Kampung dalam menjalankan tugas pelayanan kepada masyarakat, memelihara kerukunan hidup dan melestarikan nilai-nilai kehidupan masyarakat yang berdasarkan kegotongroyongan dan kekeluargaan;

(2) Setiap Rukun Warga sekurang-kurangnya terdiri dari 3 (tiga) Rukun Tetangga.

Pasal 12

(1) Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, setiap Rukun Warga menyusun Pengurus;

(2) Pengurus Rukun Warga sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terdiri dari:a. Ketua;b. Sekretaris;c. Bendahara;d. Seksi-seksi dan atau bidang- bidang.

(3) Pengurus Rukun Warga sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dipilih dengan cara musyawarah dan mufakat oleh pengurus Rukun Tetangga;

(4) Syarat-syarat untuk menjadi pengurus Rukun Warga adalah :

5

Page 6: PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN - BPK RI ...samarinda.bpk.go.id/wp-content/uploads/peraturan/Perda...PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT NOMOR 06

a. Telah terdaftar dan bertempat tinggal tetap sekurang-kurangnya 6 (enam) bulan dengan tidak terputus-putus dan atau sudah berkeluarga yang dibuktikan dengan Kartu Keluarga (KK);

b. Mempunyai kemauan, kemampuan dan kepedulian dalam upaya membantu Pemerintah Kampung dalam menjalankan tugas pelayanan kepada Masyarakat, memelihara kerukunan hidup dan melestarikan nilai-nilai kehidupan masyarakat yang berdasarkan kegotongroyongan dan kekeluargaan;

c. Tidak berkedudukan sebagai Pengurus Rukun Tetangga;

d. Syarat-syarat lain yang didasarkan atas hasil musyawarah Kampung.

(5) Pengurus Rukun Warga sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditetapkan dengan Keputusan Petinggi.

Pasal 13

(1) Musyawarah Rukun Warga adalah wadah permusyawaratan dan permufakatan anggota dalam lingkungan Rukun Warga;

(2) Musyawarah Rukun Warga sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berfungsi untuk :a. Memilih pengurus;

b. Menentukan dan merumuskan program kerja;

c. Menerima dan mensahkan pertanggungjawaban pengurus;

d. Memecahkan permasalahan yang dinilai strategis.

(3) Musyawarah Rukun Warga sebagaimana dimaksud pada ayat (1), sekurang-kurangnya dilaksanakan 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun untuk menentukan dan merumuskan program kerja;

(4) Musyawarah Rukun Warga sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dinyatakan sah dan dapat dilaksanakan apabila dihadiri oleh Ketua dan pengurus Rukun Warga serta Ketua atau Perwakilan Pengurus Rukun Tetangga di lingkungan Rukun Warga.

Pasal 14

(1) Masa bhakti pengurus Rukun Warga ditetapkan 3 (tiga) tahun terhitung sejak tanggal ditetapkannya Keputusan Petinggi dan dapat dipilih kembali untuk 1 (satu) kali masa bhakti berikutnya;

(2) Dalam akhir masa jabatan pengurus Rukun Warga mengadakan musyawarah untuk menyampaikan laporan pertanggungjawaban.

Pasal 15

(1) Karena sebab-sebab tertentu, pengurus Rukun Warga dapat diganti sebelum berakhir masa bhaktinya melalui pergantian antar waktu;

(2) Sebab-sebab tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1), antara lain :a. Berhalangan tetap;b. Nyata-nyata tidak mempunyai kemauan dan atau kemampuan dan atau kepedulian dalam

melaksanakan tugas dan kewajiban sebagai pengurus;c. Mengundurkan diri sebagai pengurus; d. Melakukan tindakan yang dilarang oleh Peraturan Perundang-undangan yang berlaku;e. Meninggal dunia.

BAB V

PEMBERDAYAAN KESEJAHTERAAN KELUARGA

Pasal 16

(1) Lembaga Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga adalah lembaga kemasyarakatan kampung yang membantu Pemerintah Kampung dalam menjalankan tugas dan fungsinya untuk memberdayakan dan meningkatkan Kesejahteraan Keluarga;

6

Page 7: PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN - BPK RI ...samarinda.bpk.go.id/wp-content/uploads/peraturan/Perda...PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT NOMOR 06

(2) Lembaga Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga sebagaimana dimaksud pada ayat (1), beranggotakan seluruh warga masyarakat Kampung yang berkedudukan sebagai ibu dalam suatu rumah tangga.

Pasal 17

(1) Pengurus Lembaga Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga, terdiri dari :a. Pelindung;b. Dewan Penyantun;c. Ketua;d. Sekretaris;e. Bendahara;f. Seksi-seksi dan atau Kelompok Kerja-Kelompok Kerja.

(2) Pengurus Lembaga Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga sebagaimana dimaksud pada ayat (1), untuk Ketua dijabat oleh Istri yang sah dari Petinggi, sedangkan untuk pengurus lainnya dipilih dengan cara musyawarah dan mufakat oleh seluruh warga masyarakat Kampung yang berkedudukan sebagai ibu rumah tangga;

(3) Apabila Kepala Kampung belum beristri dan atau Kepala Kampung dijabat seorang Perempuan maka jabatan Ketua Lembaga Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga dapat diisi oleh istri yang sah Juru Tulis, dan atau pengurus Lembaga Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga yang mampu ditunjuk sebagi Ketua Lembaga Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga di Kampung tersebut;

(4) Syarat-syarat untuk menjadi pengurus Lembaga Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga adalah :

a. Telah terdaftar dan bertempat tinggal tetap sekurang-kurangnya 6 (enam) bulan dengan tidak terputus-putus dan berkedudukan sebagai Ibu rumah tangga;

b. Mempunyai kemauan, kemampuan dan kepedulian dalam upaya membantu Pemerintah Kampung dalam memberdayakan dan meningkatkan Kesejahteraan Keluarga;

c. Bisa membaca dan menulis;

d. Syarat-syarat lain yang didasarkan atas hasil musyawarah anggota lembaga Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga.

(5) Pengurus Lembaga Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat disebut Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga Kampung;

(6) Pengurus Lembaga Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan dengan Keputusan Petinggi.

Pasal 18

(1) Lembaga Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga Kampung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1), mengadakan musyawarah sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun, untuk menentukan dan merumuskan program kerja;

(2) Peserta musyawarah Lembaga Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga Kampung terdiri :a.Pengurus Inti Lembaga Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga Kampung;b.Pengurus Inti Lembaga Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga Rukun Warga;c.Pengurus Inti Lembaga Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga Rukun Tetangga.

(3) Musyawarah Lembaga Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga Kampung sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dinyatakan sah apabila dihadiri sekurang-kurangnya ½ (satu per dua) ditambah 1 (satu) dari jumlah peserta sebagaimana dimaksud dalam ayat (2).

Pasal 19

(1) Masa bhakti pengurus Lembaga Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga sama dengan masa jabatan Petinggi Terpilih;

(2) Dalam akhir masa jabatan pengurus Lembaga Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga mengadakan musyawarah untuk menyampaikan laporan pertanggungjawaban kepada seluruh anggota Lembaga Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga.

Pasal 20

7

Page 8: PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN - BPK RI ...samarinda.bpk.go.id/wp-content/uploads/peraturan/Perda...PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT NOMOR 06

(1) Karena sebab-sebab tertentu, pengurus Lembaga Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga dapat diganti sebelum berakhir masa bhaktinya melalui pergantian antar waktu;

(2) Sebab-sebab tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1), antara lain :a. Berhalangan tetap;b. Nyata-nyata tidak mempunyai kemauan dan atau kemampuan dan atau kepedulian dalam

melaksanakan tugas dan kewajiban sebagai pengurus;c. Mengundurkan diri sebagai pengurus; d. Melakukan tindakan yang dilarang oleh Peraturan Perundang-undangan yang berlaku;e. Meninggal Dunia.

BAB VI

LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KAMPUNG

Pasal 21

(1) Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kampung adalah lembaga kemasyarakatan yang membantu Pemerintah Kampung dalam menjalankan tugas dan fungsinya untuk menyusun rencana pembangunan, melaksanakan, mengendalikan, memanfaatkan, memelihara, dan mengembangkan pembangunan secara partisipatif dalam rangka pemberdayaan masyarakat;

(2) Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kampung sebagaimana dimaksud pada ayat (1), beranggotakan warga masyarakat Kampung yang memenuhi syarat.

Pasal 22

(1) Pengurus Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kampung, terdiri dari :a. Ketua;b. Sekretaris;c. Bendahara;d. Seksi-seksi dan atau Bidang-bidang.

(2) Pengurus Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kampung, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dipilih dengan cara musyawarah dan mufakat oleh perwakilan warga masyarakat Kampung;

(3) Syarat-syarat untuk menjadi pengurus Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kampung adalah :

a. Telah terdaftar dan bertempat tinggal tetap sekurang-kurangnya 6 (enam) bulan dengan tidak terputus-putus;

b. Mempunyai kemauan, kemampuan dan kepedulian dalam upaya membantu Pemerintah Kampung dalam memberdayakan masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan secara partisipatif;

c. Bisa membaca dan menulis;d. Syarat-syarat lain yang didasarkan atas hasil musyawarah Kampung.

(4) Pengurus Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kampung sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan dengan Keputusan Kepala Kampung.

Pasal 23

(1) Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kampung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1) mengadakan musyawarah sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun, untuk menentukan dan merumuskan program kerja;

(2) Musyawarah Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kampung sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dinyatakan sah dan dapat dilaksanakan apabila dihadiri ½ (satu per dua) ditambah 1 (satu) dari seluruh Pengurus Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kampung.

Pasal 24

8

Page 9: PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN - BPK RI ...samarinda.bpk.go.id/wp-content/uploads/peraturan/Perda...PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT NOMOR 06

(1) Masa bhakti pengurus Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kampung adalah 6 (enam) tahun terhitung sejak tanggal ditetapkannya Keputusan Kepala Kampung dan dapat dipilih kembali untuk 1 (satu) kali masa bhakti berikutnya;

(2) Dalam akhir massa jabatan pengurus Lembaga Pemberdayaan Masyarakat mengadakan musyawarah untuk menyampaikan laporan pertanggung- jawaban kepada anggota.

Pasal 25

(1) Karena sebab-sebab tertentu, pengurus Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kampung dapat diganti sebelum berakhir masa bhaktinya melalui pergantian antar waktu;

(2) Sebab-sebab tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1), atara lain :a. Berhalangan tetap;b. Nyata-nyata tidak mempunyai kemauan dan atau kemampuan dan atau kepedulian dalam

melaksanakan tugas dan kewajiban sebagai pengurus; c. Mengundurkan diri sebagai pengurus;d. Melakukan tindakan yang dilarang oleh Peraturan Perundang- undangan yang berlaku;e. Meninggal dunia;

BAB VII

KARANG TARUNA

Pasal 26

(1) Karang Taruna adalah lembaga kemasyarakatan kampung yang membantu Pemerintah Kampung dalam menjalankan tugas dan fungsinya untuk menggerakkan dan mengembangkan partisipasi, gotong royong dan swadaya para pemuda di Kampung dalam rangka menyusun rencana pembangunan, melaksanakan, mengendalikan, memanfaatkan, memelihara, dan mengembangkan pembangunan secara partisipatif;

(2) Karang Taruna sebagaimana dimaksud pada ayat (1), beranggotakan pemuda Kampung yang memenuhi syarat.

Pasal 27

(1) Pengurus Karang Taruna, terdiri dari :a. Ketua;b. Sekretaris;c. Bendahara;d. Seksi-seksi dan atau Bidang-bidang.

(2) Pengurus Karang Taruna Kampung, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dipilih dengan cara musyawarah dan mufakat oleh peserta musyawarah;

(3) Peserta musyawarah Karang Taruna Kampung terdiri :d.Pengurus Inti Karang Taruna Kampung;e.Pengurus Inti Karang Taruna Rukun Warga;f. Pengurus Inti Karang Taruna Rukun Tetangga.

(4) Musyawarah Karang Taruna Kampung sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dinyatakan sah apabila dihadiri sekurang-kurangnya ½ (satu per dua) ditambah 1 (satu) dari jumlah peserta sebagaimana dimaksud dalam ayat (3).

(5) Syarat-syarat untuk menjadi pengurus Karang Taruna adalah :

a. Telah terdaftar dan bertempat tinggal tetap sekurang-kurangnya 6 (enam) bulan dengan tidak terputus-putus;

b. Berumur antara 20 tahun sampai dengan 40 tahun;

c. Mempunyai kemauan, kemampuan dan kepedulian dalam upaya membantu Pemerintah Kampung dalam memberdayakan masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan secara partisipatif;

d. Bisa membaca dan menulis;

e. Syarat – syarat lain yang didasarkan atas hasil musyawarah Kampung dan ditetapkan dalam Keputusan Petinggi.

9

Page 10: PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN - BPK RI ...samarinda.bpk.go.id/wp-content/uploads/peraturan/Perda...PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT NOMOR 06

(6) Pengurus Karang Taruna sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan dengan Keputusan Petinggi.

Pasal 28

(1) Pengurus Karang Taruna sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (1), mengadakan rapat sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun, untuk menentukan dan merumuskan program kerja;

(2) Musyawarah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dinyatakan sah dan dapat menetapkan keputusan apabila dihadiri ½ (satu per dua) ditambah 1 (satu) dari seluruh Peserta musyawarah sebagaimana dimaksud pada Pasal 27 ayat (3);

(3) Bila terjadi voting keputusan akan dinyatakan sah apabila disetujui oleh ½ (satu per dua) ditambah 1 (satu) peserta yang hadir.

Pasal 29

(1) Masa bhakti pengurus Karang Taruna adalah 6 (enam) tahun terhitung sejak tanggal pelantikan dan dapat dipilih kembali untuk 1 (satu) kali masa bhakti berikutnya;

(2) Dalam akhir masa jabatan pengurus Karang Taruna mengadakan musyawarah untuk menyampaikan laporan pertanggungjawaban kepada anggota Karang Taruna.

Pasal 30

(1) Karena sebab-sebab tertentu, pengurus Karang Taruna dapat diganti sebelum berakhir masa bhaktinya melalui pergantian antar waktu;

(2) Sebab- sebab tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1), atara lain :a. Berhalangan tetap;b. Nyata- nyata tidak mempunyai kemauan dan atau kemampuan dan atau kepedulian dalam

melaksanakan tugas dan kewajiban sebagai pengurus; c. Mengundurkan diri sebagai pengurus;d. Melakukan tindakan yang dilarang oleh Peraturan Perundang-undangan yang berlaku;e. Meninggal dunia;

BAB VIII

LEMBAGA KEMASYARAKATAN KAMPUNG LAINNYA

Pasal 31

Lembaga Kemasyarakatan Kampung lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf f, dapat dibentuk yang didasarkan pada pertimbangan atas kebutuhan masyarakat terhadap keberadaan lembaga kemasyarakatan kampung yang ditetapkan dengan Peraturan Kampung..

BAB IX

PENDANAAN

Pasal 32

Dana kegiatan Lembaga Kemasyarakatan dapat bersumber dari :a. Swadaya masyarakat;

b. Anggaran Pendapatan dan Belanja Kampung;

c. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten;

d. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Propinsi;

e. Anggaran Pendapatan dan Belanja Nasional;

f. Bantuan lain yang sah dan tidak mengikat.

BAB X

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 33

10

Page 11: PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN - BPK RI ...samarinda.bpk.go.id/wp-content/uploads/peraturan/Perda...PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT NOMOR 06

(1) Dengan berlakunya Peraturan ini, Peraturan Daerah Kabupaten Kutai Barat Nomor 23 Tahun 2001 tentang Lembaga Kemasyarakatan Kampung dinyatakan tidak berlaku lagi;

(2) Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dalam Peraturan Bupati.

BAB XI

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 34

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Kutai Barat.

Ditetapkan di Sendawarpada tanggal 11 Oktober 2007

BUPATI KUTAI BARAT,

ttd

ISMAIL THOMAS

Diundangkan di Sendawarpada tanggal 11 Oktober 2007

SEKRETARIS DAERAHKABUPATEN KUTAI BARAT,

ttd

YAHYA MARTHAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT TAHUN 2007 NOMOR 06 SERI D

11

Page 12: PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN - BPK RI ...samarinda.bpk.go.id/wp-content/uploads/peraturan/Perda...PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT NOMOR 06

PENJELASANATAS

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI BARATNOMOR 06 TAHUN 2007

TENTANG

TATA CARA PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN

I. PENJELASAN UMUM

Bahwa dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, maka Peraturan Daerah Kabupaten Kutai Barat Nomor 23 Tahun 2001 tentang Lembaga Kemasyarakatan Kampung yang pembentukannya didasarkan pada ketentuan Pasal 47 Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 1999 tentang Pedoman Umum Pengaturan Mengenai Kampung perlu dilakukan peninjauan kembali.

Selanjutnya untuk melaksanakan ketentuan Pasal 97 Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa, maka sebagai upaya memberdayakan masyarakat di Kampung dalam mendukung penyelenggaran pemerintahan Kampung dipandang perlu menetapkan Lembaga Kemasyarakatan dalam Peraturan Daerah.

II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL

Pasal 1Pasal ini dimaksudkan untuk menyamakan pengertian atau menyamakan arti dalam penggunaan beberapa istilah yang dipergunakan dalam Peraturan Daerah ini.

Pasal 2 Cukup Jelas.

Pasal 3 Ayat (1)

Cukup Jelas

Ayat (2) Huruf a

Yang dimaksud adalah proses perencanaan pembangunan yang melibatkan berbagai unsur masyarakat terutama kelompok masyarakat miskin dan perempuan.

12

Page 13: PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN - BPK RI ...samarinda.bpk.go.id/wp-content/uploads/peraturan/Perda...PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT NOMOR 06

Huruf bYang dimaksud dengan melibatkan masyarakat secara demokratis, terbuka, dan bertanggungjawab untuk memperoleh manfaat yang maksimal bagi masyarakat serta terselenggaranya pembangunan yang berkelanjutan.

Huruf cYang dimaksud adalah penumbuhkembangan dan penggerakan prakarsa, partisipasi serta swadaya gotong royong masyarakat yang dilakukan oleh kader pemberdayaan masyarakat atau sebutan lainnya.

Huruf dYang dimaksud adalah untuk mempercepat terwujudnya kemandirian

masyarakat.

Pasal 4Cukup Jelas.

Pasal 5 Huruf a

Cukup Jelas.Huruf b

Cukup Jelas

Huruf cYang dimaksud dengan pengembangan kemitraan adalah mengembangkan kerjasama yang saling menguntungkan, saling percaya dan saling mengisi.

Huruf dCukup Jelas.

Huruf eCukup Jelas.

Pasal 6 Cukup Jelas.

Pasal 7 Cukup Jelas.

Pasal 8 Cukup Jelas.

Pasal 9 Cukup Jelas.

Pasal 10 Cukup Jelas.

Pasal 11 Cukup Jelas.

Pasal 12 Cukup Jelas.

Pasal 13 Cukup Jelas.

Pasal 14 Cukup Jelas.

13

Page 14: PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN - BPK RI ...samarinda.bpk.go.id/wp-content/uploads/peraturan/Perda...PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT NOMOR 06

Pasal 15 Cukup Jelas.

Pasal 16 Cukup Jelas.

Pasal 17 Ayat (1)

Cukup Jelas.

Ayat (2)Cukup Jelas.

Ayat (3)Cukup Jelas.

Ayat (4) Huruf a

Pembuktian terhadap Ibu Rumah Tangga dapat dibuktikan dengan surat nikah.

Huruf bCukup Jelas.

Huruf cCukup Jelas.

Pasal 18 Cukup Jelas.

Pasal 19Cukup Jelas.

Pasal 20Cukup Jelas.

Pasal 21 Cukup Jelas.

Pasal 22 Cukup Jelas.

Pasal 23 Cukup Jelas.

Pasal 24 Cukup Jelas.

Pasal 25 Cukup Jelas.

Pasal 26 Cukup Jelas.

Pasal 27 Cukup Jelas.

Pasal 28 Cukup Jelas

Pasal 29 Cukup Jelas

Pasal 30

14

Page 15: PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN - BPK RI ...samarinda.bpk.go.id/wp-content/uploads/peraturan/Perda...PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT NOMOR 06

Cukup Jelas

Pasal 31 Cukup Jelas

Pasal 32 Cukup Jelas

Pasal 33 Cukup Jelas

Pasal 34 Cukup Jelas

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT NOMOR 124

15