4
1 PEMETAAN KOROSI PADA STASIUN GILINGAN DI PABRIK GULA WATOE TOELIS Sita Diantini Kusuma Wardani (2) Prof.Dr.Ir. Sulistijono, DEA (1) , Budi Agung Kurniawan, ST, MSc (1) 1. Dosen Jurusan Teknik Material dan Metalurgi, FTI ITS Surabaya 2. Mahasiswa Jurusan Teknik Material dan Metalurgi, FTI ITS Surabaya Abstrak Pada stasiun gilingan yang terdapat pada pabrik gula Watoe Toelis di krian, Sidoarjo banyak ditemukan peralatan-peralatan yang telah mengalami korosi. Hal ini disebabkan karena larutan nira yang melewati peralatan-peralatan di stasiun gilingan ini memiliki pH yang asam yakni 5,6 dan kandungan senyawa kimia yang mampu mempercepat terjadinya proses korosi. Untuk mengklasifikan laju korosi yang terjadi maka dilakukan uji potensiostat. Dan dari hasil uji potensiostat didapatkan hasil bahwa laju korosi yang terjadi pada Stasiun Gilingan berada pada klasifikasi Medium Severity Corrosion sampai High Severity Corrosion dengan laju korosi antar 4,59 pada cane cutter dan hammer head unigrator mmpy, 5,97 mmpy pada roll gilingan 1 dan 5,12 mmpy pada roll gilingan 2. Kata kunci : nira, laju korosi, pemetaan korosi. 1. Pendahuluan Oleh sebagian industri,korosi yang diartikan sebagai karat, yakni sesuatu yang hampir dianggap sebagai musuh umum di sebagian industri-industri yang ada saat ini.Karat (rust), tentu saja adalah sebutan yang belakangan ini hanya dikhususkan bagi korosi pada besi, sedangkan korosi sendiri adalah perusakan suatu material karena bereaksi dengan lingkungannya atau bisa disebut sebagai gejala destruktif yang mempengaruhi hampir semua logam. Terutama karena hampir semua pabrik- pabrik di bidang industri banyak menggunakan logam baik besi,baja,alumunium dan banyak jenis logam dan paduan lainnya. Karena itu tidak bisa diingkari bahwa permasalahan korosi ada disetiap industri tersebut. Dan tanpa disadari permasalahan korosi bisa membuat dampak-dampak yang merugikan baik dari segi biaya,sumber daya alam dan juga sumber daya manusia. Namun sayangnya masih terdapat beberapa industri di Indonesia, yang masih belum sadar mengenai betapa besar kerugian akibat korosi. Sehingga masalah- masalah mengenai korosi mulai ini masih belum terlalu diperhatikan dan dibahas secara mendalam. Hal ini jugalah yang terjadi pada industri perkebunan yang ada di Indonesia. Salah satunya adalah industri gula yang berada di Pabrik Gula Watoe Toelis. Pabrik gula yang terletak di Krian, Mojokerto ini masih belum mempelajari dan membahas lebih dalam mengenai proses korosi yang ada di pabrik tersebut. Sedangkan dalam proses pembuatan dari gula itu sendiri banyak menggunakan peralatan-peralatan yang terbuat dari logam dan juga banyak menggunakan unsur yang bersifat korosif seperti Sulfur. Dan juga masih belum diketahuinya

Pemetaan Korosi Pada Stasiun Gilingan Di Pabrik Gula Watoe Toelis

Embed Size (px)

DESCRIPTION

korosi

Citation preview

Page 1: Pemetaan Korosi Pada Stasiun Gilingan Di Pabrik Gula Watoe Toelis

1

PEMETAAN KOROSI PADA STASIUN GILINGAN DI PABRIK GULA

WATOE TOELIS

Sita Diantini Kusuma Wardani (2)

Prof.Dr.Ir. Sulistijono, DEA (1)

, Budi Agung Kurniawan, ST, MSc (1)

1. Dosen Jurusan Teknik Material dan Metalurgi, FTI – ITS Surabaya

2. Mahasiswa Jurusan Teknik Material dan Metalurgi, FTI – ITS Surabaya

Abstrak

Pada stasiun gilingan yang terdapat pada pabrik gula Watoe Toelis di krian, Sidoarjo

banyak ditemukan peralatan-peralatan yang telah mengalami korosi. Hal ini disebabkan

karena larutan nira yang melewati peralatan-peralatan di stasiun gilingan ini memiliki pH

yang asam yakni 5,6 dan kandungan senyawa kimia yang mampu mempercepat terjadinya

proses korosi. Untuk mengklasifikan laju korosi yang terjadi maka dilakukan uji potensiostat.

Dan dari hasil uji potensiostat didapatkan hasil bahwa laju korosi yang terjadi pada Stasiun

Gilingan berada pada klasifikasi Medium Severity Corrosion sampai High Severity Corrosion

dengan laju korosi antar 4,59 pada cane cutter dan hammer head unigrator mmpy, 5,97 mmpy

pada roll gilingan 1 dan 5,12 mmpy pada roll gilingan 2.

Kata kunci : nira, laju korosi, pemetaan korosi.

1. Pendahuluan

Oleh sebagian industri,korosi yang

diartikan sebagai karat, yakni sesuatu yang

hampir dianggap sebagai musuh umum di

sebagian industri-industri yang ada saat

ini.Karat (rust), tentu saja adalah sebutan

yang belakangan ini hanya dikhususkan

bagi korosi pada besi, sedangkan korosi

sendiri adalah perusakan suatu material

karena bereaksi dengan lingkungannya

atau bisa disebut sebagai gejala destruktif

yang mempengaruhi hampir semua logam.

Terutama karena hampir semua pabrik-

pabrik di bidang industri banyak

menggunakan logam baik

besi,baja,alumunium dan banyak jenis

logam dan paduan lainnya. Karena itu

tidak bisa diingkari bahwa permasalahan

korosi ada disetiap industri tersebut. Dan

tanpa disadari permasalahan korosi bisa

membuat dampak-dampak yang

merugikan baik dari segi biaya,sumber

daya alam dan juga sumber daya manusia.

Namun sayangnya masih terdapat

beberapa industri di Indonesia, yang masih

belum sadar mengenai betapa besar

kerugian akibat korosi. Sehingga masalah-

masalah mengenai korosi mulai ini masih

belum terlalu diperhatikan dan dibahas

secara mendalam. Hal ini jugalah yang

terjadi pada industri perkebunan yang ada

di Indonesia. Salah satunya adalah industri

gula yang berada di Pabrik Gula Watoe

Toelis. Pabrik gula yang terletak di Krian,

Mojokerto ini masih belum mempelajari

dan membahas lebih dalam mengenai

proses korosi yang ada di pabrik tersebut.

Sedangkan dalam proses pembuatan dari

gula itu sendiri banyak menggunakan

peralatan-peralatan yang terbuat dari

logam dan juga banyak menggunakan

unsur yang bersifat korosif seperti Sulfur.

Dan juga masih belum diketahuinya

Page 2: Pemetaan Korosi Pada Stasiun Gilingan Di Pabrik Gula Watoe Toelis

2

apakah nira yang merupakan bahan utama

dari pembuatan gula bisa mengakibatkan

terjadinya proses korosi atau tidak.

2. METODOLOGI

2.1 Alat

Alat :

Alat polarisasi potensiodinamik yang

digunakan adalah autolab yang

digunakan untuk mengukur laju korosi

dalam skala mmpy.

Prinsip kerja :

1. Mengontrol potensial yang

diberikan antara elektroda kerja

(working electrode) dan elektrode

pembanding (reference electrode).

Potensial ini merupakan potensial

yang dipakai (Eapp).

2. Mengukur besarnya arus yang

mengalir antara elektroda kerja

dan elektroda pembantu (counter

electrode) yang merupakan arus

total (I Total ).

Sel korosi yang juga dikenal dengan

sel tiga elektroda yang digunakan

disini, merupakan peralatan yang

digunakan untuk pengukuran baik

secara kualitatif maupun kuantitatif

pengujian korosi suatu spesimen.

Gambar 3.1 Prinsip Kerja Potensiostat

3. ANALISA DATA DAN

PEMBAHASAN

3.1 Komposisi Nira

Senyawa-senyawa yang terkandung dalam

nira adalah sebagai berikut :

Tabel 3.1 Tabel Komposisi Nira

Kode Sakarosa

(%)

Gula

Reduksi

(%)

Sulfur

(%)

Asam

Asetat

(%)

1 12,81 0,22 0,11 0,12

2 8,64 0,36 0,05 0,09

Pada tabel 4.1 didapatkan hasil bahwa di

dalam larutan nira terdapat 3 senyawa

utama yang menyebabkan rasa manis

dalam nira yaitu : sakarosa,fraktosa dan

glukosa. Fraktosa dan glukosa bisa juga

disebut dengan gula reduksi. Sakarosa

pada nira tidak mempengaruhi korosivitas

pada peralatan-peralatan di pabrik gula

karena Sakarosa merupakan senyawa yang

sangat stabil sehingga tidak mudah

berikatan dengan O2. Sedangkan gula

reduksi yang terdiri dari fraktosa dan

glukosa merupakan gula hasil kerusakan

Sakarosa oleh mikroba. Guka reduksi ini

tidak stabil karena apabila teroksidasi akan

menjadi asam. Asam inilah yang bisa

menjadi katalis dalam proses korosi yang

terjadi pada logam-logam di stasiun

gilingan.

Selain itu terdapat beberapa

senyawa yang terkandung di dalam nira

yang memiliki pengaruh besar terhadap

korosi yaitu Sulfur dan Asam Asetat.

Sulfur memiliki pengaruh yang besar

terhadap proses terjadinya korosi karena

Sulfur memiliki sifat reduktif. Hal ini

disebabkan karena Sulfur mudah sekali

mengikat Oksigen (O2) sehingga mudah

sekali membentuk senyawa SO2.

Page 3: Pemetaan Korosi Pada Stasiun Gilingan Di Pabrik Gula Watoe Toelis

3

Sedangkan Asam Asetat merupakan asam

organik yang terbentuk secara alami dari

hasil proses fermentasi atau proses

pengrusakan gula yang tereduksi menjadi

asam yang dikenal dengan nama Asam

Asetat atau Asam Cuka. Asam Asetat

sangat mempengaruhi proses korosi karena

senyawa ini memiliki efek sebagai

katalisator dalam proses korosi yang

terjadi pada logam.

Dari hasil uji polarisasi potensiodinamik

didapatkan hasil sebagai berikut :

Gambar 3.1 Hasil Uji Polarisasi Pada

Peralatan High Carbon Steel Yang

Dilewati Oleh Nira Kode 1.

Gambar 3.2 Hasil Uji Polarisasi Pada

Peralatan Cast Iron Yang Dilewati Nira

Kode 1

Gambar 3.3 Hasil Uji Polarisasi Pada

Peralatan Cast Iron Yang Dilewati Nira

Kode 2

Dari hasil pengujian di aats dapat

ditabelkan sebagai berikut :

Tabel 3.2 Tabel Hasil Uji Potensiostat

No Nama Alat Material Nira

Laju

Korosi

(mmpy)

1 Cane Cutter High Carbon

Steel 1 4,59

2 Hammer Head

Unigrator

High Carbon

Steel 1 4,59

3 Roll Gilingan 1 Medium

Carbon Steel 1 5,97

4 Roll Gilingan 2 Medium

Carbon Steel 2 5,12

4. Kesimpulan dan Saran

4.1 Kesimpulan

Dari hasil corrosion mapping yang telah

dilakukan berdasarkan laju korosi maka dapat

diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Potensi korosi pada peralatan di pabrik

gula dimulai dari range Medium

Severity Corrosion pada cane cutter

dan hammer head unigrator dengan

laju korosi 4,59 mmpy sampai High

Severity Corrosion pada roll gilingan

1 dan roll gilingan 2 dengan laju

korosi 5,97 dan 5,12 mmpy.

2. Larutan nira yang ada pabrik gula

berpengaruh terhadap laju korosi pad

peralatn-peralatn di Stasiun Gilingan

karena memiliki pH yang asam yakni

Page 4: Pemetaan Korosi Pada Stasiun Gilingan Di Pabrik Gula Watoe Toelis

4

antara 5,6 sampai 5,8. Dan juga karena

terdapatnya kandungan Sulfur yang

bersifat reduktif. Dan adanya senyawa

Asam Asetat yang bersifat sebagai

katalis apabila terjadi proses korosi.

4.2 Saran

Saran uang bisa diajukan pada proses

corrosion mapping ini adalah sebagai berikut :

1. Di setiap masa akhir musim giling

sebaiknya dilakukan pencatatan untuk

mengetahui reduksi area yang terjadi

pada setiap peralatan yang ada.

2. Sebaiknya diberikan perhatian yang

lebih untuk masalah korosi pada tiap

peralatan di stasiun gilingan terutama

pada komponen yang termasuk dalam

High Severity Corrosion.

DAFTAR PUSTAKA

1. Mars, G. Fontana. Corrosion

Engineering, 3rd

edition.1967. New

York: Mc Graw-Hill Book Company.

2. Trethewey, K.R. dan J. Chamberlain.

1991. Korosi untuk Mahasiswa dan

Rekayasawan. Jakarta : PT Gramedia

Pustaka Utama.

3. Roberge, Pierre R. Handbook of

Corrosion Engineering, 1999. New

York: Mc Graw-Hill Book Company

4. Sulistijono. Diktat Kuliah Korosi, 1999.

Surabaya: Fakultas Teknologi Industri ITS

5. A.Sulaiman, Karyanto H.1992

“Corrosion control dan Monitoring”,

Jakarta: Workshop Pertamina.