23

Click here to load reader

Pemilihan Strategi Pembelajaran

Embed Size (px)

DESCRIPTION

assignment

Citation preview

Page 1: Pemilihan Strategi Pembelajaran

PEMILIHAN STRATEGI PEMBELAJARAN

Pembelajaran merupakan proses kompleks dalam diri peserta didik dan terkait dengan berbagai aspek dalam diri maupun luar dirinya. Guru sebagai pemberi fasilitas belajar dituntut memiliki kemampuan dalam memilih dan menerapkan strategi pembelajaran. Dengan kemampuan tersebut guru dapat melaksanakan fungsi pemberi fasilitas dengan baik sehingga peserta didik dapat melakukan aktivitas belajar secara efektif. Kemampuan ini merupakan salah satu persyaratan kemampuan guru profesional.  

Banyak pendapat yang dikemukakan oleh ahli berkaitan dengan pemilihan strategi instruksional ini, sehingga guru dapat belajar, membuat pertimbangan dan membuat keputusan tentang strategi pembelajaran yang diterapkan pada peserta didik. Strategi pembelajaran yang dipilih tentu perlu dipertimbangkan dalam beberapa segi mengingat bahwa konteks pembelajaran yang berbeda-beda untuk setiap proses pembelajaran yang dipandunya. Di samping itu, dikenal beragamnya pendekatan, metode, teknik, dan model pembelajaran yang dikemukakan beberapa ahli mendorong guru untuk memilih salah satu atau beberapa yang sesuai dengan kondisi pemelajaran. Perlu diingat juga bahwa beberapa strategi yang ditawarkan ahli tersebut tidak ada jaminan adanya salah satu strategi pembelajaran yang paling baik. Setiap jenis strategi memiliki kelebihan dan kekurangannya dan memiliki kecocokan penggunaannya masing-masing.  

Faktor-faktor yang Perlu Dipetrimbangkan dalam Pemililihan Strategi Pembelajaran  

Pendidik mempunyai peran penting dalam menentukan strategi belajar mengajar yang paling tepat dan baik karena pendidik lebih tahu keaadaan dan kondisi anak didik serta segala aspek yang berhubungan dengan proses belajar mengajar. Sanjaya (2009: 296) menyatakan bahwa sebelum memilih strategi belajar mengajar ada bebrapa hal yang harus diperhatikan agar pemilihan strategi belajar mengajar dapat optimal dan efektif.

a. Pertimbangan yang berhubungan dengan tujuan yang ingin dicapai  

Setiap kegiatan belajar mengajar tentu mempunyai tujuan tertentu yang ingin dicapai. Semakin kompleks tujuan yang ingin dicapai maka semakin rumit juga strategi yang harus dirancang. Di bawah ini ada beberapa pertanyaan yang dapat diajukan sehubungan dengan tujuan kegiatan belajar mengajar: Apakah tujuan pembelajaran yang ingin dicapai berkenaan dengan aspek kognitif, afektif atau psikomotorik? Pertanyaan ini mengandung pengertian bahwa setiap jenis tujuan yang dirumuskan akan berimplikasi pada rancangan suatu strategi. Bagaimana kompleksitas tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, apakah tingkat tinggi atau tingkat rendah? Apakah untuk mencapai tujuan itu memerlukan keterampilan akademis?  

Page 2: Pemilihan Strategi Pembelajaran

b. Pertimbangan yang berhubungan dengan bahan atau materi pembelajaran  

Materi atau pengalaman belajar merupakan pertimbangan kedua yang harus diperhatikan. Materi pelajaran yang sederhana misalnya, materi pelajaran berupa data yang harus dihafal, maka pengalaman belajar pun cukup sederhana juga, mungkin siswa hanya dituntut untuk mendengarkan, mencatat dan menghafalnya. Dengan demikian strategi yang digunakan juga sederhana. Berbeda ketika materi pelajaran berupa generalisasi, teori, atau keterampilan, maka pengalaman belajar pun harus dirancang sedemikian rupa sehingga materi pelajaran dan pengalaman belajar dapat mencapai tujuan yang diharapkan.  

c. Pertimbangan dari sudut siswa  

Siswa adalah individu yang unik, yang memiliki perbedaan, tidak ada siswa yang sama. Walaupun secara fisik agak sama, namun pasti ada hal-hal tertentu yang pasti berbeda, misalnya perbedaan dari sudut minat, bakat, kemampuan bahkan gaya belajar. Dengan demikian strategi belajar mengajar yang dirancang mestilah sesuai dengan keadaan siswa. Beberapa pertanyaan rancangan strategi ditinjau dari sudut siswa diantaranya: Apakah strategi yang digunakan sesuai dengan tingkat kematangan siswa? Apakah strategi yang digunakan itu sesuai dengan minat, bakat dan kondisi siswa? Apakah strategi yang dipilih sesuai dengan gaya belajar siswa?  

d. Pertimbangan-pertimbangan lainnya  

Pertimbangan lainnya dalam hal ini adalah pertimbangan ditinjau dari strategi itu sendiri, sesbab begitu banyak strategi yang dapat dipilih dalam proses belajar mengajar. Beberapa pertanyaan yang dapat diajukan kaitannya dengan pertimbangan dari segi strategi itu sendiri yaitu:  

Apakah untuk mencapai tujuan hanya cukup dengan satu srategi saja?  

Apakah strategi yang diterapkan dianggap satu-satunya startegi yang dapat digunakan?  

Apakah strategi itu memiliki memiliki nilai efektifitas dan efisiensi?  

Pertanyaan-pertanyaan di atas merupakan bahan pertimbangan dalam menetapakan startegi yang akan digunakan dalam kegiatan belajar mengajar. Tujuan yang berhubungan dengan aspek kognitif akan memiliki strategi yang berbeda dengan upaya untuk mencapai tujuan afektif dan psikomotorik. Beberapa ahli mengemukakan pendapatnya tentang pemilihan strategi pemelajaran. Peter F Oliva (1997: ))dalam bukunya yang berjudul Developing the Curriculum menyatakan beberapa sumber pemilihan strategi pembelajaran yaitu tujuan, pokok masalah, siswa, guru, dan masyarakat.  

Page 3: Pemilihan Strategi Pembelajaran

Sedangkan Esef (dalam Gafur, 1974: 98-100) dinyatakan bahwa dalam memilih strategi instruksional perlu memperhatikan  

faktor belajar, lingkungan belajar dan besar kecinya kelompok belajar,  

tujuan instruksional, dan  

pola-pola kegiatan belajar mengajar.  

Termasuk dalam faktor belajar meliputi stimulans (penyampaian materi pelajaran oleh guru), respons (reaksi siswa terhadap stimulans), dan feedback (umpan balik yang diberikan kepada siswa untuk menunjukan tepat tidaknya respon tersebut.. Faktor lingkungan belajar mencakup tempat terjadinya proses pembelajaran termasuk di dalamnya konteks pembelajaran. Pola kegiatan pembelajaran dapat dibagi menjadi 3 (Kemp) yaitu presentasi, studi independen, dan interaksi gurusiswa.  

Pemilihan strategi pembelajaran perlu mempertimbangkan faktor-faktor:  

1. Peserta didik Peserta didik merupakan sujbek pembelajaran sehingga strategi pembelajaran harus mempertimbangkan faktor peserta didik. Faktor ini terutama berkaitan dengan karakteristik peserta didik yang meliputi  

(a) kematangan mental dan kecakapan intelektual.  

(b) kondisi fisik dan kecakapan psikomotorik,  

(c) umur, dan  

(d) jenis kelamin.  

Kematangan mental berkaitan dengan kesiapan peserta didik secara psikologis dalam mengikuti pembelajaran bahasa. Kondisi fisik yang sehat dari peserta didik dapat menunjuukkan kesiapannya dalam pembelajaran. Umur berkaiatan dengan tugastugasperkemangan dalam beajar bahasa seperti dikemukakan oleh Piaget. Faktor peserta didik, oleh Oliva dijelaskan adanya faktor minat, kemampuan, kecakapan intelektual dan motivasinya dalam belajar bahasa. Juga tidak dapat ditinggalkan gaya belajar peserta didik yang perlu disesuaikan dengan gaya mengajar guru.Selain itu juga adanya fator kondisi fisik peserta   didik ikut menentukank keberhasilan pembelajaran sehingga perlu dipertimbangkan dalam pemilihan strateginya.  

Page 4: Pemilihan Strategi Pembelajaran

2. Guru Kemampuan guru dalam hal ini meliputi pemahaman terhadap berbagai jenis strategi pembelajaran, kemampuannya dalam memilih strategi pembelajaran dan kemampuannya dalam menerapkan strategi pembelajaran. Peter F Oliva menjelaskan bahwa faktor guru penting karena di tangan gurulah pembelajaran dapat berlangsung dengan efektif dan tidaknya. Kita pernah mendengar pepatah bahwa tidak ada satu pun etode yang baik tetapi yang ada ada;lah guru yang baik. Guru yang baik adalah guru yang professional dan selalu meningkatkan kemampuan profesionalnya. Di samping itu guru professional dituntut dapat melaksanakan pembelajaran dengan menerapkan strategi pembelajaran yang tepat.  

Menurut Jawad Ridla (dalam Majid, 2005: 124-125) seorang guru harus menerapkan prinsip (kode etik) yang meliputi  

keharusan mengamalkan ilmu yang dikuasainya. Ia harus menyatukan antara ucapan dan perbuatannya, sebab ilmu yang bersifat batiniah harus dapat diamati secara lahir.;  

bersikap kasih sayang terhadap siswanya seperti terhadap putra-putrinya sendiri;  

menghindarkan diri dari ketamakan dan komersialisasi ilmu, karena tugas guru berkaitan dengan tujuan kebahagiaan dunia akhirat;  

bersikap toleran dan pemaaf;  

menghargai kebenaran karena guru adalah penyampai kebenaran;  

keadilan dan keinsafan;  

rendah hati, yang mengedepankan ketulusan dan kejujuran dalam menghadapi berbagai persoalan; dan  

ilmu sebagai sarana pengabdian guru pada orang lain.  

Guru adalah tenaga pendidik yang memberikan sejumlah ilmu pengetahuan kepada anak didik di sekolah dan orang yang berpengalaman dalm bidang profesinya (Djamara, 2006:112). Guru dapat menjadikan anak didik menjadi orang yang cerdas.  

Ada beberapa aspek yang menentukan keberhasilan guru dalam proses belajar yaitu :  

Kepribadian Hal ini akan mempengaruhi pola kepemimpinan yang guru perlihatkan ketika melaksanakan tugas didalam kelas  

Pandangan terhadap anak didik Proses belajar dari guru yang memandang anak didik sebagai mahluk individual dengan yang memiliki pandangan anak didik sebagai mahluk sosial akan berbeda.  

Page 5: Pemilihan Strategi Pembelajaran

Karena prosesnya berbeda, hasil proses belajarnya pun akan berbeda   3) Latar belakang Pendidikan dan Pengalaman guru Guru pemula dengan latar belakang pendidikan keguruan lebih mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan sekolah, karena ia sudah dibekali dengan seperangkat teori sebagai pendukung pengabdiannya. Tingkat kesulitan yang ditemukan guru semakin berkurang pada aspek tertentu seiring dengan bertambahnya pengalamannya. Guru yang bukan berlatar belakang pendidikan keguruan dan ditambah tidak berpengalaman mengajar , akan banyak menemukan masalah dikelas. Oleh sebab itu, untuk menjembatinya dibuat program Akta 4 dan Akta 5.  

Di samping itu seorang guru harus harus memiliki kompetensi prasyarat berkaitan dengan kompetensi kepribadian, professional, pedagogis, dan sosial (Sanjaya, 2009: 200). Berkaitan dengan guru, ada beberapa hal yang perlu diperbincangkan yaitu gaya mengajar, kecakapan mengajar, dan kemampuan mengajar. Gaya mengajar dikaiutkan dengan kepribadiannya. Banyak kecakapan mengajar (ada yang mendeskripsikan 23) yang penting dikuasai guru di antaranya membuka dan menutup pelajaran, mernjelaskan, memberi penguatan, mengadakan variasi, mengelola kelas, mengajar siswa dengan kelompok kecil, dan  

3. Bahan Ajar  

Bahan ajar meliputi fakta, konsep, prosedur, prinsip, sikap, nilai, dan aspek psikomotorik. Fakta merupakan sifat suatu gejala, peristiwa, benda yang nyata atau wujudnya dapat dilihat atau dirasa oleh indra. Fakta dapat dipelajari melalui informasi dalam bentuk lambing, kata-kata, atau kalimat, istilah maupun pernyataan. Konsep atau pengertian merupakan serangkaian perangsang yang memiliki sifat-sifat yang sama. Konsep dibentuk dari dan melalui pola unsure bersama di antara anggota kumpulan . Konsep adalah klasifikasi pola yang bersamaan. Dengan konsep kita dapat memberikan cirriciri, definisi, klasifikasi dan contohnya. Prinsip merupakan suatu pola antarhubungan fungsional di antara prinsip Dengan kata lain prinsip adalah hubungan fungsional dari beberapa konsep. Berbeda dengan keterampilan, keterampilan merupakan pola kegiatan yang bertujuan dan memerlukan peniruan serta koordinasi informasi yang dipelajari. Ada dua jenis keterampilan, yaitu keterampilan fisik dan keterampilan intelektual. Kterampilan berbahasa lebih merupakan keterampilan intelektual karena berhubungan dengan proses berpikirb seperti menuangkan gagasan, memecahkan masalah, menilai, menyimpulkan dan lain-lain.Setiap jenis bahan ajar membutuhkan cara pembelajaran yang berbeda. Pemilihan bahan ajar dapat   digunakan prinsip relevansi, konsistensi, dan kecukupan. Artinya materi pembelajaran harus relevan atau ada kaitan dengan pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar yang sudah dirumuskan. Prinsip konsistensi artinya bahan ajar yang harus disajikan juga empat macam. Prinsip kecukupan artinya materi yang diajarkan memadai dalam membantu siswa menguasai kompetensi dasar.  

Page 6: Pemilihan Strategi Pembelajaran

4. Tujuan dan kompetensi dasar yang diharapkan  

Tujuan pembelajaran berkaitan dengan kompetensi dasar dan standar kompetensi yang sudah dirumuskan. Dalam KTSP dikenal standar kompetensi dan kompetensi dasar. Kompetensi dasar adalah kemampuan minimal atau memadai tentang pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang harus dikuasai siswa setelah menyelesaikan suatu aspek atau subaspek mata pelajaran tertentu.  

5. Waktu yang Tersedia  

Waktu yang diugunakan untuk mengajarkan materi dengan strategi tertentu akan menentukan. Penggunaan strategi pembelajaran yang mengaktifkan siswa secara simultan cenderung menggunakan waktu yang relative lama.  

6. Sarana dan Prasarana Kemp dan Dayton (dalam Hairudin, 2004: 7-4-7-5) menyatakan manfaat media dalam pembelajaran adalah:  

a) Memudahkan penyampaian materi pembelajaran sehingga tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda.  

b) Pembelajaran lebih jelas dan menarik  

c) Proses pembelajaran lebih interaktif  

d) Pemakaian waktu dan tenaga lebih efisien  

e) Kualitas hasil belajar lebih meningkat  

f) Proses belajar dapat berlangsung secara luwes tidak harus di kelas  

g) Menumbuhkan sikap positif siswa terhadap proses belajar  

h) Mengubah peran guru ke arah yang lebih positif dan produktif  

7. Masyarakat Tulisan ini memuat rangkuman materi Selecting and Implementing Strategies of Instruction yang merupakan bagian dari buku Developing the Curriculum yang disusun oleh Peter F. Oliva, permasalahan yang berkaitan dengan pemilihan dan penerapan strategi instruksional, dan solusi permasalahan dengan meramunya dari sumber lain yang relevan.  

1. Sumber-sumber pemilihan strategi instruksional

Page 7: Pemilihan Strategi Pembelajaran

a. Tujuan sebagai sumber Misalnya: tujuan pembelajarannya adalah agar siswa mampu melakukan lompat tinggi, strategi intruksional yang dipilih adalah memberi contoh pada siswa melompat tinggi dan siswa menampilkan aktivitas melompat tinggi.  

b. Pokok masalah sebagai sumber Dalam hal ini pokok masalah dapat berwujud fakta, pemahaman, sikap, apresiasi, dan kecakapan. Jika pokok masalahnya sikap, misalnya komit terhadap tatabahasa maka siswa harus memahami tatabahasa, mampu menerapkan, dan konsisten dalam menerapkan kaidah tata bahasa yang berlaku.  

c. Siswa sebagai sumber Seorang guru harus mengenali siswa dalam hal kemampuannya, minat, perkembangannya, sikap, dan kebutuhan siswa untuk dijadikan bahan pertimbangan dalam melaksanakan pembelajaran. Ada baiknya siswa berpartisipasi dalam memilih topik, membantu mengidentifikasi tujuan, mendorong startegi yang sesuai, pemilihan tugas individu atau kelompok, memilih materi, dan menyusun kegiatan pembelajaran.  

d. Masyarakat sebagai sumber Strategi pembelajaran dapat disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat, kepercayaan, nilai, kebudayaan. Di samping itu mempertimbangkan juga masukan dari komite, orang tua, komite sekolah, pendapat masyarakat tentang sekolah. Hal ini berkaitan dengan harapan masyarakat terhadap sekolah yang direalisasikan dalam strategi pembelajaran.  

e. Guru sebagai sumber Strategi instruksional harus disesuaikan dengan gaya mengajar guru, model mengajar guru. Guru dapat mempertimbangkan pemilihan strategi dengan siswa, guru, pokok masalah, jam belajar, sumber dan alat, fasilitas, dan tujuan pembelajaran. Semakin luas pengalaman dan semakin professional guru akan menerapkan strategi pembelajaran yang lebih menarik. Dalam hal ini guru dituntut memiliki pengetahuan dan pengalaman yang luas. Di samping itu, ada beberapa kemampuan guru yang turu mempengaruhi aktivitas pembelajaran siswa di kelas yaitu:  

1) Keterampilan komunikasi guru di kelas yang akan mempunyai efek besar terhadap interaksi pembelajaran, yaitu:  

Menunjukkan kemampuan untuk mengkomunikasikan informasi pada topik yang diberikan dengan cara yang koheren dan logis. Menunjukkan kemampuan menulis yang logis, mudah, understoodstyle dengan tata bahasa yang tepat dan struktur kalimat. Menunjukkan kemampuan untuk memahami dan menafsirkan pesan setelah mendengarkan. Menunjukkan kemampuan membaca materi dan menafsirkan memahami profesi.  

2) Pengetahuan dasar Seorang guru hendakanya memiliki pengetahuan dasar yang menunjang proses kegiatan belajar mengajar, yaitu:  

(a) menunjukkan kemampuan untuk menambah, mengurangi, mengalikan, dan membagi  

(b) menunjukkan kemampuan untuk memahami pola pembangunan fisik, sosial, dan akademis pada siswa, dan nasihat mengenai kebutuhan mereka di daerah-daerah.  

3) Keterampilan teknis Keterampilan teknis yang perlu dimiliki guru diantaranya:  

Page 8: Pemilihan Strategi Pembelajaran

(a) mendiagnosis pengetahuan masuk dan atau keterampilan siswa untuk satu set tujuan pembelajaran menggunakan tes diagnostik, pengamatan guru, dan catatan siswa,  

(b) mengidentifikasi tujuan jangka panjang untuk area subyek tertentu. membangun dan terkait urutan jarak pendek tujuan untuk area subyek tertentu. pilih, mengadaptasi, atau mengembangkan bahan ajar untuk suatu tujuan tertentu yang ditetapkan pembelajaran dan kebutuhan siswa belajar,  

(c) memilih, mengembangkan, dan urutan kegiatan belajar yang terkait sesuai untuk diberikan seperangkat tujuan pembelajaran dan kebutuhan siswa laearning,  

(d) menjalin hubungan dengan siswa di callroom dengan menggunakan perangkat motivasi verbal dan atau visual.  

4) Administrasi keterampilan meliputi kemampuan  

(a) menyiapkan seperangkat rutinitas kelas dan prosedur untuk pemanfaatan bahan dan gerakan fisik, (b) menyiapkan standar untuk perilaku siswa,  

(c) mengidentifikasi penyebab perilaku buruk kelas dan teknik untuk memberikan bimbingan dan konseling pada mereka,  

(d) mengidentifikasi dan atau mengembangkan system untuk menyimpan catatan kelas dan kemajuan siswa secara individu.  

5) Keterampilan interpersonal mencakup  

(a) mengidentifikasi dan atau menunjukkan perilaku yang mencerminkan perasaan untuk martabat atau   harga diri kelompok etnis, budaya, bahasa dan lainnya,  

(b) mendemonstrasikan pembelajaran dan keterampilan sosial yang membantu siswa dalam mengembangkan konsep diri yang positif,  

(c) mendemonstrasikan pembelajaran dan keterampilan sosial yang membantu siswa dalam berinteraksi secara konstruktif dengan rekanrekan mereka,  

(d) mendemonstrasikan mengajarkan keterampilan yang membantu siswa dalam mengembangkan nilai-nilai mereka sendiri, sikap, dan keyakinan.

Gaya Mengajar, Gaya Belajar, dan Kecakapan Mengajar  

Gaya mengajar adalah seperangkat karakteristik dan sifat personal yang secara jelas mengidentifikasi individu sebagai guru unik. Guru yang gemar pengetahuan akan memasukkan ke dalam metode bentuk-bentuk penelitian. Guru yang nyaman tentang pekerjaannya akan mengundang pengunjung ke kelas menggunakan sumber perorangan, memperbolehkan kegiatan yang menggunakan peralatan audio video. Guru yang demokratis akan mempersilakan siswa berpartisipasi dalam membuat keputusan.  

Page 9: Pemilihan Strategi Pembelajaran

Fischer dan fischer mengidentifikasikan gaya mengajar termasuk:  

orientasi tugas,  

perencana kooperatif, pendapat siswa ditanggapi, dan guru mendukung partisipasi siswa,, dan guru mendukung partisipasi siswa,  

terpusat pada anak, guru menyediakan struktur agar siswa mengejar apa yang akan dikerjakan dan diminatinya,  

terpusat pada mata pelajaran, guru memfokuskan pada materi terorgasisasi dsekat dengan siswa,  

terpusat pada pembelajaran, guru menggabungkan antara terpusat pada anak dan terpusat pada pembelajaran,  

menarik secara emosional, guru menunjukkan emosi intensif dalam mengajar. Gaya positif misalnya konsisten pada siswa, gaya yang negative missal tidak demokratis.  

Gaya mengajar menurut Muhammad Ali ( dalam Djamara, 2006:115), dapat dibedakan 4 macam yaitu: Gaya mengajar klasik Gaya mengajar teknologis Gaya mengajar personalisasi Gaya mengajar interaksional Gaya Belajar Gaya mengajar guru berhubungan dengan gaya belajar siswa. Di antara para siswa ada yang dapat mengekspresikan deiri lebih baik secara lisan dibanding secara tertulis. Beberapa setuju dengan abstraksi, yang lain dapat belajar dengan   materi konkret. Beberapa dapat bekerja dalam tekanan beberapa lagi tidak. Beberapa membutuhkan petunjuk, yang lain sedikit. Gaya bukan sesuatu yang setiap saat dapat diubah. Pemberian harapan untuk berubah, ketepatan latihan, konseling, atau terapi guru dapat mengubah gaya mengajarnya. Kadang-kadang personalitas berubah dicontoh dari perilaku orang lain yang penting.Perubahan adalah mungkin tetapi tidak mudah.  

Ada 3 alasan guru perlu mengubah gaya mengajarnya yakni:  

sekolah mengharapkan gaya mengajar guru cocok dengan gaya belajar siswa.  

sekolah berharap mengungkap variasi gaya belajar siswa selama di sekolah sehingga mereka akan belajar bagaimana berinteraksi dengan berbagai tipe orang. Akhirnya siswa yang termasuk sedikit terstruktur, informal, rileks pada tingkat sekolah menengah dilengkapi dengan gaya terpusat pada tugas,

guru dapat mengubah gaya mengajarnya jika guru menjadi fleksibel, memanfaatkan lebih dari satu gaya yang memiliki kesamaan dengan kelompok siswa.

Page 10: Pemilihan Strategi Pembelajaran

Jika gaya mengajar adalah seperangkat tingkah laku guru secara personal, model mengajar adalah seperangkat tingkah laku umum yang menekankan pada strategi khusus. Buce Joyce dan Marsha Weil mendefinisikan model mengajar adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk mendesain materi instruksional, menentukan pembelajaran di kelas. Di LPTK para siswa diperkenalkan dengan model mengajar seperti pengajaran ekspositorik, diskusi kelompok, bermain peran, demonstrasi, simulasi, diskoveri, belajar di laboratorium, pengajaran terprogram, tutorial, problem solving, dan pengajaran bermedia.  

Bruce Joyce mengidentifikasi ke dalam dua puluh lima model mengajar, yang dikelompokkan ke dalam empat kategori, yaitu;  

model sosial, contohnya model inkuiri social,  

model pemrosesan informasi, contohnya model induktif Hilda Taba, dan model latihan inkuiri Richard Suchman,  

model personal, contohnya pengajaran nondirektif Carl Rogers, dan model pertemuan kelas William Glasser,  

model perilaku contohnya manajemen kontingensi, dan kontrol diri. Variasi model penting dalam pengajaran yang sukses.  

Penggunaan satu model dapat membuat kelelahan dan kebosanan siswa. Ini membuat situasi sangat tidak menyenangkan. Sebuah model harus sesuai dengan gaya guru maupun gaya belajar siswa. Berpikir deduktif , membutuhkan waktu untuk mengaplikasikannya, sedikit waktu menggunakan sehingga efisien untuk beberapa siswa daripada berpikir induktif, di mana aplikasinya dilakukan lebih dahulu dan siswa   menentukan kaidah darinya. Penggunaan model yang sama untuk semua guru tidak menyenangkan. Dalam memilih strategi instruksional masih ada lagi hal yang dipertimbangkan adalah kecakapan mengajar. Memilih pengajaran terprogram misalnya, guru yang memainkan peran sebagai perencana (model), seperti seseorang yang terpusat pada subjek mementingkan perincian , mempercayai siswa belajar terbaik (gaya) dan memiliki kecakapan memilih materi, mengurutkan, menulis program, dan menilai (kecakapan). Pendidik telah menncurahkan perhatiannya untuk mengidentifikasikan kecakapan umum mengajar (kompetensi). Diidentifikasi ada 23 kompetensi umum yang dikelompokkan dalam 5 kategori yaitu kecakapan berkomunikasi, pengetahuan dasar, dan kecakapan teknis, kecakapan administratif, dan kecakapan interpersonal. Dengan pelatihan yang tepat guru dapat menguasai kecakapan umum mengajar. Strategi instruksional ialah setiap kegiatan yang dipilih yang dapat memberikan fasilitas atau bantuan kepada siswa dalam menuju tercapainya tujuan instruksional (Kozma dalam Gafur, 1984: 95).  

Page 11: Pemilihan Strategi Pembelajaran

Sedangkan Dick dan Carey (dalam Gafur, 1984: 95) menyatakan strategi instruksional ialah semua komponen materi, paket pelajaran, dan prosedur yang akan digunakan untuk membantu siswa mencapai tujuan yang diharapkan. Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa strategi instruksional ialah setiap kegiatan yang dipilih menyangkut pemilihan materi, kegiatan pembelajaran, prosedur pembelajaran yang dapat membantu siswa mencapai tujuan (kompetensi). Pembelajaran yang menerapkan strategi instruksional secara tepat ditandai oleh kondisi siswa yang dapat belajar secara efektif dan efisien mengena pada tujuan yang telah ditentukan. Di samping itu proses pembelajaran akan dilaksanakan dengan penuh kesadaran, antusias, ikhlas, dan menyenangkan.  

Selanjutnya komponen satrategi instruksional meliputi:  

kegiatan instruksional pendahuluan,  

penyampaian informasi,  

partisipasi siswa,  

evaluasi, dan  

kegiatan lanjutan.  

Dalam penyampaian informasi dapat digunakan metode ceramah dan tanya jawab, sedangkan dalam partisipasi siswa dapat digunakan metode penugasan, diskusi, role playing, demonstrasi dan sebagainya tergantung pada karakteristik kompetensi yang hendak dipelajari. Menurut Oemar Hamalik (2008: 207-208) strategi instruksional terbagi dalam 4 komponen dan tahapannya meliputi:  

pendahuluan,

presentasi,  

latihan transisi,  

bimbingan,  

umpan balik,  

praktik, dan  

tes formatif

Sebelum melaksanakan pembelajaran guru harus memilih strategi instruksional yang cocok dengan beberapa komponen pembelajaran seperti siswa, guru, lingkungan, tujuan, fasilitas. Pemilihan strategi instruksional di samping apa yang telah disampaikan Peter F. Oliva juga memberikan alternatif pemilihannya yang berkaitan dengan model mengajar. Seperti yang

Page 12: Pemilihan Strategi Pembelajaran

dikemukakan oleh Suwalni Sukirno (1995: 8.2) bahwa model-model mengajar menawarkan berbagai alternatif strategi dengan keragaman cara yang dapat ditempuh. Tiap model mengajar yang dipilih haruslah mengungkapkan berbagai realitas yang sesuai dengan situasi kelas, pandangan, tujuan yang hendak dicapai. Kalau seorang guru menginginkan siswa semakin produktif dan berkembang sesuai dengan gaya belajarnya sendiri, maka pemilihan dan penerapan model mengajar pun harus mengikuti kebutuhan siswa. Model mengajar merupakan perangsang bagi siswa untuk melakukan aktivitas belajar yang sesuai dengan tujuan pembelajarannya. Aktivitas pembelajaran tersebut dilaksanakan dengan mendayagunakan potensi yang dimiliki secara optimal. Belajar harus menyentuh kepentingan siswa secara mendasar. Belajar memiliki makna sebagai kegiatan baik terstruktur maupun tidak terstruktur untuk memperoleh pengetahuan, membangun sikap tertentu, dan memiliki keterampilan tertentu.  

Model mengajar dikembangkan  

beranjak dari perbedaan karakteristik siswa,  

meningkatkan dan menumbuhkan motivasi belajar untuk memilih kegiatan belajar .  

Sebagai wujud pemilihan strategi instruksional seorang guru harus memiliki pemahaman yang baik tentang siswa-siswanya, keragaman kemampuannya, motivasinya, minat, dan karakteristik pribadinya (Aunurrahman, 2009: 142). Pada dasarnya setiap individu pada setiap tingkatan usia memiliki potensi untuk belajar, namun dalam prosesnya keberhasilan individu beragam ada yang cepat, ada yang lambat. Pelaksanaan pembelajaran yang tepat dapat mendorong tumbuhnya rasa senang siswa terhadap pelajaran, menumbuhkan motivasi dalam mengerjakan tugas, memberikan kemudahan bagi siswa memahami pelajaram sehingga memungkinkan siswa mencapai hasil belajar yang lebih baik. Disamping itu pemilihan model pembelajaran yang tepat, guru dapat menyesuaikan jenis pendekatan, dan metode pembelajaran dengan karakteristik materi pembelajaran. Model pembelajaran ialah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan sebagai pedoman untuk merencanakan dan melaksanakan pembelajaran (Aunurrahman, 2009: 146).  

Ada 4 premis berkaitan dengan model pembelajaran:  

model pembelajaran memberikan arah untuk persiapan dan implementasi kegiatan pembelajaran. Model pembelajaran bersifat praktis dan implementatif,  

sejumlah model pembelajaran yang berbeda namun pemisahan model yang satu dengan yang lain tidak bersifat diskrit, setiap model berkaitan dengan model lain;  

tidak ada model yang lebih baik daripada model yang lain;  

Page 13: Pemilihan Strategi Pembelajaran

pemahaman guru terhadap berbagai model penting untuk mewujudkan pembelajaran yang efektif dan efisien, guru dituntut untuk mengkombinasikan beberapa model.  

Pemilihan strategi instruksional mempertimbangkan beberapa aspek atau sumber seperti telah dikemukakan oleh Peter F. Oliva. Berkaitan dengan aspek kemasyarakatan, Oemar Hamalik ( 2008: 103) menyatakan bahwa faktor sosial budaya penting dalam penyusunan kurikulum yang relevan, sehingga  

kurikulum harus berdasarkan kondisi sosial budaya masyarakat,  

kondisi sosial budaya yang berubah , penyusunan kurikulum memperhatikan prinsip fleksibilitas dan kedinamisannya,  

program kurikulum harus disusun dan memuat materi sosial budaya dalam masyarakat,  

kurikulum harus disusun berdasarkan nkebudayaan nasional yang berlandaskan Pancasila.  

Demikian juga dalam kurikulum actual harus tercermin hal-hal yanbg dikemukakan tersebut, termasuk di dalamnya dalam pemilihan strategi instruksional. Pokok masalah sebagai sumber pertimbangan pemilihan strategi instruksional relevan dengan pembelajaran yang menerapkan prinsip contextual teaching and learning (CTL). Dalam hal ini mata pelajaran dikaitkan kehidupan nyata.  

Penggunaan CTL mengisyaratkan adanya 7 strategi penting dalam pembelajaran (Johnson, 2009: 21) yang meliputi:  

pengajaran berbasis problem,  

menggunakan konteks beragam,  

mempertimbangkan kebinekaan siswa,  

memberdayakan siswa untuk belajar mandiri,  

belajar melalui kolaborasi,  

menggunakan penilaian otentik,  

mengejar standar tinggi.  

Dasar-dasar pemilihan strategi instruksional menurut beberapa ahli ialah  

menurut Essef (dalam Gafur, 1984: 98-100) disesuaikan dengan faktor belajar, lingkungan, dan besar kecilnya kelompok belajar ,  

Page 14: Pemilihan Strategi Pembelajaran

menurut Merril (dalam Gafur, 1984: 100) berorientasi pada tujuan pembelajaran,  

sesuai dengan polapola kegiatan belajar mengajar.  

Sementara itu menurut Kemp (dalam Gafur, 1984: 109) dalam memilih strategi instruksional atau kegiatan belajar mengajar perlu diperhatikan pertanyaan-pertanyaan berikut:  

apakah materi pelajaran tersebut paling baik kalau disampaikan kepada semua siswa secara serentak dalam satu waktu?  

apakah materi pelajaran tersebut paling baik kalau dipelajari siswa secara individual sesuai dengan kecepatan dan kesempatan masing-masing?  

apakah diperlukan pengalaman yang hanya bisa berhasil diperoleh dengan jalan diskusi, kerja kelompok, dan lain-lain di antara para siswa dengan atau tanpa kehadiran guru?  

apakah diperluka adanya diskusi atau konsultasi secara individual antara guru dan siswa?  

Hubungan antara Model Mengajar, Metode Mengajar, Gaya Mengajar, dan Kecakapan Mengajar Tugas dan peran guru tidak hanya menyangkut penyampaian informasi tertentu kepada siswa tetapi juga meliputi peran antara lain membimbing siswa agar berkembang sesuai dengan tugas-tugas perkembangannya, melatih keterampilan, baik keterampilan intelektual maupun motoriknya, memotivasi siswa agar tetap semangat menghadapi tantangan dan rintangan, melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan berbagai media, metode, dan sumber belajar agar pembelajaran efektif dan efisien. Di samping itu seorang guru adalah orang yang selalu mengembangkan diri dan dinamis baik dalam menambah wawasan pengetahuan maupun untuk kepentingan profesionalnya.  

Ditinjau dari persyaratan professional guru, ada beberapa kemampuan yang harus dikuasai guru yaitu  

kemampuan menguasai landasan kependidikan,  

pemahaman dalam bidang psikologi pendidikan,  

kemampuan menguasai materi pelajaran sesuai dengan bidang studi yang diajarkannya,  

kemampuan mengaplikasikan berbagai metodologi dan strategi pembelajaran,  

kemampuan merancang dan memanfaatkan berbagai media dan sumber belajar,  

kemampuan dalam melaksanakan evaluasi pembelajaran,  

kemampuan dalam menyusun program pembelajaran,  

Page 15: Pemilihan Strategi Pembelajaran

kemampuan dalam melaksanakan unsur-unsur penunjang seperti administrasi kelas,  

kemampuan dalam melaksanakan penelitian dan berpikir ilmiah untuk meningkatkan kinerja (Sanjaya, 2005:146).  

Melihat beberapa kemampuan professional tersebut ada kemampuan yang berkaitan langsung dengan kemampuan pemilihan dan pelaksanaan pembelajaran seperti kemampuan mengaplikasikan berbagai metodologi dan strategi pembelajaran. Penguasaan metodologi dan strategi pembelajaran harus diimbangi dengan penguasaan kecakapan mengajar agar pengelolaan pembelajaran menjadi efektif dan efisien. Dengan demikian seorang guru harus menguasai keterampilan dasar mengajar yang diperolehnya di LPTK maupun mengembangkan diri selama menjadi guru.

Di samping apa yang telah dikemukakan oleh Peter F. Oliva tentang kemampuan umum dan khusus dalam mengajar , ada sejumlah keterampilan dasar mengajar yang harus dikuasai guru agar dalam melaksanakan tugas profesionalnya berhasil secara optimal. Para ahli dari Stanford University dan Sidney University mengidentifikasikan ada 23 keterampilan dasar mengajar yang kemudian disarikan ke dalam beberapa keterampilan dasar mengajar (Sanjaya, 2005: 156) yaitu:  

keterampilan membuka dan menutup pelajaran,  

keterampilan bertanya,  

keterampilan member penguatan,  

keterampilan mengadakan variasi,  

keterampilan mengelola kelas,  

keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan,  

keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil.  

Pembicaraan tentang model mengajar, metode mengajar, kecakapan mengajar berkaitan dengan strategi belajar mengajar. Strategi belajar mengajar ialah pola umum perbuatan guru-siswa di dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar. Strategi menunjuk kepada karakteristik abstrak dari rentetan perbuatan guru-siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Sedangkan rentetan perbuatan gurusiswa dalam peristiwa belajar mengajar aktual disebut prosedur instruksional (Hasibuan, 2008: 3). Dalam peristiwa belajar mengajar actual guru dapat memilih model mengajar tertentu seperti yang telah ditawarkan oleh Bruce Joyce dan Marsha Weil (dalam Sukirno, 1995: 8.5-8.9) yang terbagi dalam 4 rumpun model mengajar yaitu:  

Page 16: Pemilihan Strategi Pembelajaran

1. Rumpun model pemrosesan informasi yang antara lain  

(a) model berpikir induktif,  

(b) model latihan inkuiri,  

(c) model pertumbuhan kognitif;  

2. Rumpun model pribadi diantaranya  

(a) model pengajaran nondirektif, b model sinektik,  

(c) model pertemuan kelas;  

3. Rumpun model interaksi social, yang termasuk di dalamnya misalnya  

(a) model investigasi kelompok,  

(b) model inkuiri social,  

(c) model role playing;  

4. Rumpun model perilaku, misalnya  

(a) model pengelolaan kontingensi,  

(b) model mawas diri,  

(c) model relaksasi.  

Di samping itu Ely dan Gerlach (dalam Suwalni Sukirno, 1995: 8.9-8.10) menyatakan bahwa ada dua model pembelajaran yaitu model ekspositorik dan model diskoveri inkuiri. Selanjutnya hubungan antara model tersebut dengan metode mengajar dapat digambarkan merupakan gerakan pada satu kontinum dari model ekspositorik ke model diskoveri inkuiri yang dapat digambarkan sebagai berikut.  

Dalam penerapan model mengajar, metode mengajar, dan kecakapan /keterampilan mengajar akan dapat diamati gaya mengajar guru yang bersifat personal, unik dan individual yang merupakan cerminan kepribadiannya.