3
Pemilihan Umum dan Demokrasi Oleh : Taufik Nurhidayatulloh (170410120022) Mata Kuliah Sistem Pemerintahan Daerah Pemilihan umum menjadi instrumen penting di negara demokratis. Pemilihan umum dipercaya sebagai sarana evaluasi terhadap rezim yang berkuasa dan ajang koreksi kepemimpinan. Setidaknya ada dua cara penyelenggaraan pemilu yang umumnya dipakai di berbagai belahan dunia, yaitu dengan single member constituency atau dikenal dengan sistem distrik dan multi member constituency atau sistem proporsional. Secara praktis, sistem yang digunakan dalam penyelenggaraan pemilu ini didasarkan pada political consensus, historical continuity, social homogenity, dan Geographical factor. Perbedaan sistem pemilu juga akan bergantung pada partai politik yang kemudian akan bertanding dalam memperebutkan pemilihan umum. Sejak pertama kali dilangsungkan pemilihan umum 1955, Indonesia mengalami beberapa perubahan baik sistem ataupun substansi. Penyelenggaraan pemilu ini sebenarnya telah direncanakan oleh para pendiri bangsa sejak Indonesia di proklamasikan pada 1945. Namun nyatanya sengkarut perebutan wilayah dengan pihak kolonial Belanda berlangsung cukup lama. Peraturan pemilu tahun 1953 membuka jalan pada pemilihan legislatif pada September 1955. Meskipun proses pemilihan umum dinyatakan adil dan demokratis, outcome dari pemilihan tersebut ternyata masih disayangkan oleh beberapa pihak. Karena ternyata tidak mampy meningkatkan stabilitas dari situasi politik. Tidak ada prtai yang bertanding dalam pemilu

Pemilihan Umum Dan Demokrasi

  • Upload
    pikpes

  • View
    5

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Pemilihan Umum dan DemokrasiOleh : Taufik Nurhidayatulloh (170410120022)Mata Kuliah Sistem Pemerintahan Daerah

Pemilihan umum menjadi instrumen penting di negara demokratis. Pemilihan umum dipercaya sebagai sarana evaluasi terhadap rezim yang berkuasa dan ajang koreksi kepemimpinan. Setidaknya ada dua cara penyelenggaraan pemilu yang umumnya dipakai di berbagai belahan dunia, yaitu dengan single member constituency atau dikenal dengan sistem distrik dan multi member constituency atau sistem proporsional. Secara praktis, sistem yang digunakan dalam penyelenggaraan pemilu ini didasarkan pada political consensus, historical continuity, social homogenity, dan Geographical factor. Perbedaan sistem pemilu juga akan bergantung pada partai politik yang kemudian akan bertanding dalam memperebutkan pemilihan umum.Sejak pertama kali dilangsungkan pemilihan umum 1955, Indonesia mengalami beberapa perubahan baik sistem ataupun substansi. Penyelenggaraan pemilu ini sebenarnya telah direncanakan oleh para pendiri bangsa sejak Indonesia di proklamasikan pada 1945. Namun nyatanya sengkarut perebutan wilayah dengan pihak kolonial Belanda berlangsung cukup lama. Peraturan pemilu tahun 1953 membuka jalan pada pemilihan legislatif pada September 1955. Meskipun proses pemilihan umum dinyatakan adil dan demokratis, outcome dari pemilihan tersebut ternyata masih disayangkan oleh beberapa pihak. Karena ternyata tidak mampy meningkatkan stabilitas dari situasi politik. Tidak ada prtai yang bertanding dalam pemilu mendapatkan dukungan setengah dari suarah yang sah. Partai Nasional Indonesiahanya memeroleh 22,3% diikuti dengan Masyumi dengan 20,9%, NU dengan 18,4% dan PKI dengan 18%. Kondisi ini menciptakan kondisi yang tidak stabil dan tidak memecahkan permasalahan. Setelah tampuk kepemimpinan Soeharto berhasil menggantikan Orde Lama dengan segala sengkarut permasalahan politik, Orde baru muncul. Rezim represif kemudian menjadi ciri khas dalam kepemimpinan Soeharto. Pada pemilihan umum 1971 menjadi alat pelegitimasi kepemimpinan Orde Baru. Golkar memeroleh 62.8% dari suara sah dan menempatkan 236 kursi dari 360 kursi di parlemen. Konstelasi politik yang stabil menyebabkan pertumbuhan ekonomi yang signifikan. Pada 1974 fusi partai kemudian menjadi cara untuk menekan instabilitas yang sudah alam berlangsung. Pada era ini daerah dikontrol secara penuh oleh pusat termasuk pemimpin daerah. Namun resistensi yang kian kentara atas kepemimpinan Orde Baru menyebabkan setelah 32 tahun bertahan. Akhirnya reformasi menjadi pembuka keran demokrasi, sehingga partisipasi rakyat dengan masif dapat berpartisipasi dalam pemilihan umum. Lebih lanjut, daerah hari ini telah dilangsungkan pemilihan daerah langsung. Pemilihan umum ini didasarkan pada Undang-Undang No. 32 Tentang 2004. Setelah banyaknya penyimpangan yang terjadi dengan pemilihan umum, pada 2013 kajian kementerian dalam negeri merekomendasikan pemilihan melalui DPRD. Langkah ini disamput positif oleh kalangan DPR dan reaksi negatif banyak berlangsung di masyarakat. Hingga akhirnya, polemik pemilhan umum di selesaikan sementara oleh Perpu yang dikeluarkan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Setelah perkembangan pemilihan umum baik pusat dan daerah ternyata penulis menyimpulkan bahwa pemilihan umum yang demokratis dapat terlaksana jika kematangan masyarakat baik secara mentalitas maupun pendidikan politik telah terbangun.

Sumber :Alfian. 1971. Hasil Pemilihan Umum 1955. Jakarta: Leknas-LIPI.Sulistyo, Hermawan. 2008. Electoral Politics in Indonesia : A Hard Way to Democracy.