Upload
others
View
7
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENAMBAHAN TEPUNG TALAS (Colocasia Esculenta
L. Schotf) PADA PEMBUATAN ES KRIM YOGHURT
DITINJAU DARI KADAR PROTEIN, SERAT KASAR,
VISKOSITAS DAN ORGANOLEPTIK
SKRIPSI
Oleh :
Johan Frannata
NIM. 125050107111022
PROGRAM STUDI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
PENAMBAHAN TEPUNG TALAS (Colocasia Esculenta
L. Schotf) PADA PEMBUATAN ES KRIM YOGHURT
DITINJAU DARI KADAR PROTEIN, SERAT KASAR,
VISKOSITAS DAN ORGANOLEPTIK
SKRIPSI
Oleh :
Johan Frannata
NIM. 125050107111022
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan
Universitas Brawijaya
PROGRAM STUDI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
i
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Tulungagung pada tanggal 18
april 1994 putra pertama dari tiga bersaudara dari pasangan
Bapak Maryono dan Ibu Yunita. Pendidikan formal yang
pernah ditempuh adalah SDN 3 Ngunggahan lulus pada tahun
2006, SMP 1 Besuki lulus pada tahun 2009, SMAN 1 Kauman
lulus pada tahun 2012. Selanjutnya pada tahun yang sama
penulis melanjutkan studi ke jenjang perkuliahan dan di terima
di Universitas Brawijaya program studi Peternakan, Fakultas
perternakan melalui seleksi program minat dan kemampuan.
Selama menjadi mahasiswa di Fakultas Perternakan,
Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapang (PKL) di
Koperasi Unit Desa (KUD) Batu Pada bulan September
sampai Oktober 2015, mengambil judul laporan
“Implementasi Good Dairy Farming Practices Di KUD Batu”
selama sau bulan sebagai syarat untuk memperoleh gelar
sarjana.
ii
iii
KATA PENGANTAR
Teriring ucapan syukur Alhamdulillah kehadirat Allah
SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga dapat
menyelesaikan penelitian dengan judul “Penambahan Tepung
Talas (Colocasia Esculenta L. Schott) Pada Pembuatan Es
Krim Yoghurt Ditinjau Dari kadar protein, serat kasar,
viskositas dan organoleptik”. Penulis mengucapkan
terimakasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu hingga terselesaikan skripsi ini terutama kepada:
1. Allah SWT, kedua orang tua, bapak Maryono, ibu
yunita, adik dan seluruh keluarga besar saya yang telah
memberikan semangat, dukungan, kasih sayang dan doa
sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
2. Prof. Dr. Ir. Suyadi, MS selaku Dekan Fakultas
Peternakan yang telah membina kelancaran proses studi
3. Dr. Ir. Purwadi Ms. selaku dosen pembimbing utama
yang telah memberikan bimbingan, dukungan,
semangat, saran dan masukan dalam penulisan skripsi
ini.
4. Dr. drh. Masdiana C. Padaga M.App.Sc, selaku dosen
pembimbing pendamping yang dengan sabar
memberikan bimbingan dan saran selama penelitian
hingga skripsi ini selesai.
5. Muhammad Najib selaku patner dalam penelitian
pembuatan es krim yogurt dengan penambahan tepung
talas
iv
6. Teman-teman kontrakan anak soleh dan keluarga sapi
yang selalu memberikan semangat dan dukungan dalam
mengerjakan skripsi
Malang, Desember 2017
Penulis
v
THE ADDITION OF FLOUR TARO (Colocasia Esculenta
L. Schott) TO MAKING ICE CREAM YOGHURT IN
TERMS OF LEVELS OF A PROTEIN , CRUDE FIBER ,
VISCOSITY AND ORGANOLEPTIC
Johan Frannata1, Purwadi
2, and Masdiana Ch. Padaga
2
1Student of Animal Husbandry Faculty, Brawijaya University,
Malang 2Lecturer of Animal Husbandry Faculty, Brawijaya University,
Malang
ABSTRACT
The aims of this study was to know increment
consentration of taro flour using for yoghurt ice cream about
proteint content, crude fiber, viscosity and organoleptic. The
ingredients were yoghurt with creamer, skim sugar, emulsifier,
water and in variation of concentration taro flour (1,5%, 3%,
4,5%, dan 6%). The treatment of this research were yoghurt
ice cream without taro flour (P0), 1.5% of taro flour from
total ice cream (P1), 3% of taro flour from total ice cream
(P2), 4.5% of taro flour from total ice cream (P3), 6% taro
flour of total ice cream (P4), and it was repeated 4 times. The
variables observed of yoghurt ice cream were protein content,
crude fiber, viscosity and organoleptic such as flavor, odor and
texture. Data were analyse with Microsoft Excel, then
statistical analysis using ANOVA and Duncan Multiple Test.
Result showed that the addition of taro flour were relative
different for viscosity and crade fiber, but the proteint content
was not as such as. 1,5% of taro flour among ice cream
vi
yoghurt (P1) was the most appropriate treatment based on the
result of organoleptic which the most selected by panelists.
vii
PENAMBAHAN TEPUNG TALAS (Colocasia Esculenta
L. Schott) PADA PEMBUATAN ES KRIM YOGHURT
DITINJAU DARI KADAR PROTEIN, SERAT KASAR,
VISKOSITAS DAN ORGANOLEPTIK
Johan Frannata1, Purwadi
2, dan Masdiana Ch. Padaga
2
1Mahasiswa Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya,
Malang 2Dosen Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya, Malang
RINGKASAN
Es krim adalah makanan penutup terkenal dan sebagai
makanan ringan di antara semua usia di banyak negara. Es
krim merupakan salah satu produk utama dalam industri susu
dan tetap mendominasi perhatian segmen pasar. Campuran
yang terbuat dari produk susu (seperti susu cair, susu kental,
susu bubuk, krim) pemanis (gula, glukosa) pengemulsi,
penstabil dan pewarna. Es krim dapat dikelompokkan dalam
tiga kategori yaitu standar, premium dan super premium.
Perbedaan ketiga jenis tersebut berdasarkan kandungan lemak
dan komponen solid non lemak atau susu skim, es krim yogurt
merupakan produk es krim yang terbuat dari yoghurt yang
mempunyai cita rasa enak dan cocok digunakan untuk
makanan penutup. Es krim yoghurt dibuat dengan
mencampurkan yoghurt dan bahan-bahan untuk membuat es
krim yang kemudian di bekukan, penambahan yoghurt yang
mengandung bakteri hidup dalam pembuatan es krim
memberikan manfaat ganda, disamping rasanya yang enak
yoghurt juga berguna bagi sistem pencernaan, pembuatan es
krim yoghurt dengan penambahan stabilizer alami berupa
viii
tepung talas bertujuan untuk meningkatkan kualitas es krim di
tinjau dari kadar protein, serat kasar, viskositas, dan
organoleptik hal tersebut dikarenakan tepung talas
mengandung amilosa 28% dan amilopektin 72%
Tujuan dalam penelitian ini untuk mengetahui
konsentrasi penambahan tepung talas yang tepat dalam
pembuatan es krim yoghurt terhadap kadar protein, serat kasar,
viskositas dan organoleptik es krim yoghurt. Adapun bahan-
bahan dari es krim yoghurt adalah, yoghurt dengan
penambahan bahan-bahan seperti creamer, skim, gula,
pengemulsi, air dan tepung talas sesuai dengan konsentrasi
1,5%, 3%, 4,5%, 6%.Perlakuan yang dilakukan dalam
penelitian ini adalah perlakuan es krim yoghurt tanpa
penambahan tepung talas (P0), penambahan tepung talas
sebanyak 1,5% dari total es krim (P1), penambahan tepung
talas sebanyak 3% dari total es krim (P2), penambahan tepung
talas sebanyak 4,5% dari total es krim (P3), penambahan
tepung talas sebanyak 6% dari total es krim (P4), dan setiap
perlakuan diulang sebanyak 4 kali, sedangkan variabel yang di
amati dalam pembuatan es krim yogurt meliputi kadar protein,
serat kasar, viskositas dan organoleptik berupa rasa, aroma dan
tekstur, setelah data-data diperoleh dari pengujian tersebut
data di olah dengan bantuan Microsoft Excel, setelah rata-rata
diperoleh, dilanjutkan dengan analisis statistik menggunakan
ANOVA dan untuk hasil yang berbeda nyata akan dilakukan
dengan uji jarak berganda duncan (UJBD). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa penambahan tepung talas pada es krim
yoghurt memberikan perbedaan yang sangat nyata pada
viskositas dan serat kasar akan tetapi tidak memberikan
perbedaan yang nyata pada kadar protein es krim yogurt,
kesimpulan dari hasil penelitian ini yaitu: Tingkat penambahan
ix
tepung talas 1,5% (P1) merupakan perlakuan terbaik hal
tersebut berdasarkan dari hasil nilai organoleptik yang paling
dipilih panelis di banding kan dengan penambahan 3%, 4,5%
dan 6%
x
xi
DAFTAR ISI
Isi Halaman
RIWAYAT HIDUP ......................................................... i
KATA PENGANTAR ..................................................... iii
ABSTRACT ..................................................................... v
RINGKASAN .......................................................... vii
DATAR ISI ...................................................................... xi
DAFTAR TABEL............................................................ xv
DAFTAR GAMBAR ................................................ xvii
BAB I PENDAHULUAN ................................................ 1
1.1 Latar Belakang ............................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................. 3
1.3 Tujuan Penelitian .............................................. 3
1.5 Kerangka Pikir .................................................. 4
1.6 Hipotesis ........................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................... 7
2.1 Es Krim .................................................. 7
2.1.2 Bahan Baku Es Krim .............................. 7
2.1.2 Proses Pembuatan Es Krim ..................... 8
2.2 Yoghurt ............................................................. 8
2.3 Bahan Baku Es Krim Yoghurt........................... 10
2.3.1 Susu full cream ..................................... 10
2.3.2 Yoghurt................................................. 10
2.3.3 Pemanis ................................................ 10
2.3.4 Bahan Penstabil .................................... 11
2.3.5 Bahan Pengemulsi ................................ 12
2.4 Talas .................................................................. 12
2.5 Kualitas Fisik Es Krim Yoghurt ....................... 14
xii
2.5.1 Organoleptik ................................ 14
2.5.1.1 Rasa ................................. 15
2.5.1.2 Aroma .............................. 15
2.5.1.3 Tekstur .............................. 15
2.6.2 Kadar Protein ............................ 16
2.6.3 Serat Kasar ................................ 16
2.6.4 Viskositas ................................. 17
BAB III MATERI DAN METODE PENELITIAN ....... 19
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................. 19
3.2 Materi Penelitian ............................................... 19
3.2.1 Bahan Penelitian ..................................... 19
3.2.2 Alat Penelitian ........................................ 19
3.2.3 Formula Es Krim Yogurt ........................ 20
3.2.4 Prosedur Pembuatan Es Krim Yoghurt ... 21
3.3 Metode Penelitian .............................................. 22
3.4 Variabel Pengamatan ......................................... 22
3.5 Analisis Data ..................................................... 22
3.6 Batasan Istilah ................................................... 23
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 12
4.1 Penambahan Tepung Talas Pada Pembuatan Es
Krim Yoghurt Ditinjau dari Kadar Protein, Serat
Kasar, Viskositas ............................................. 25
4.1.2 Kadar protein es krim yogurt .......................... 26
4.1.3 Serat kasar ...................................................... 27
4.1.4 Viskositas ....................................................... 27
4.2 Uji organoleptik es krim yoghurt ....................... 28
4.4.1 Rasa es krim yogurt ........................... 29
4.5.2 Aroma Es krim Yoghurt..................... 30
xiii
4.5.3 Tekstur Es Krim Yogurt .................... 31
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .......................... 33
5.1 Kesimpulan ....................................................... 33
5.2 Saran ................................................................. 33
DAFTAR PUSTAKA .... . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 35
LAMPIRAN ..................................................................... 41
xiv
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Syarat Mutu Yogurt Berdasarkan SNI 01-2981
-1992 ... . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 9
Tabel 2 Kandungan gizi talas per 100 gram ...................... 14
Tabel 3 Formula es krim yoghurt ...................................... 20
Tabel 4 Rata-rata Hasil Kadar Protein, Serat Kasar dan
Viskositas ................................................ 25
Tabel 5 Data dan analisis organoleptik es krim yogurt ...... 29
xvi
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Kerangka pikir penelitian.................................. 6
Gambar 2. Prosedur pembuatan es krim yogurt ................. 21
xviii
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Es krim merupakan produk olahan susu yang dibuat
dengan cara membekukan dan mencampur bahan baku secara
bersama-sama. Bahan yang digunakan adalah kombinasi susu
dengan bahan tambahan seperti gula dan madu atau tanpa
bahan perasa dan warna, dan stabilizer, bahan campuran es
krim disebut ice mix (ICM), dengan pencampuran bahan yang
tepat dan pengolahan es krim dengan kualitas baik. Nilai gizi
es krim sangat tergantung pada nilai gizi bahan baku yang
digunakan untuk membuat es krim yang memiliki kualitas
tinggi bahan bakunya perlu diketahui dengan pasti, dengan
menggunakan susu sebagai bahan utama pembuatan (Sawitri,
2007).
Yoghurt merupakan produk olahan susu sapi hasil
fermentasi dengan bakteri asam laktat Streptococcus
thermophilus, lactobacillus acidophilus, dan Lactobacillus
bulgaricus yang memiliki rasa asam segar, tekstur lembut dan
aroma khas (Susilorini, 2006). Menurut Robinson et al (2006),
minuman fermentasi ini mampu menetralisir kelainan
pencernaan akibat konsumsi laktosa (lactose intolerance) dan
mencegah penumpukan kolesterol dalam darah. Yoghurt
terbagi dua jenis berdasarkan tekstur yaitu yoghurt drink
dengan viskositas rendah, dan thick yoghurt dengan viskositas
tinggi. Hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan yoghurt
adalah daya penerimaan konsumen dan kualitas mutu yoghurt
yang baik dengan viskositas yang tidak terlalu kental maupun
encer, dan tekstur yang halus (Pasaribu, 2005). Kendala yang
biasa terjadi dalam pembuatan yoghurt adalah ketidakstabilan
2
tekstur yang mengakibatkan viskositas yoghurt akan menjadi
rendah. Viskositas ataupun tingkat kekentalan merupakan
salah satu kriteria dalam menentukan mutu yoghurt. Sifat ini
dapat dipertahankan dengan penambahan bahan penstabil atau
stabilizer. Salah satu cara untuk mencegah timbulnya
kerusakan fisik adalah melalui penambahan penstabil, yang
berfungsi meningkatkan viskositas, di antaranya pektin,
gelatin, gum arab maupun jenis pati
Talas merupakan tumbuhan yang 90% bagianya dapat
dimakan, tangkai daun, pelepah, umbi induk, dan umbi anakan
dapat dimakan, bagian yang tidak dapat dimakan hanyalah
akar-akar serabutnya. Manfaat utama talas adalah bahan
pangan utama sumber karbohidrat, di kabupaten sorong papua
talas dimakan sebagai makanan pokok, di daerah lain talas
dimakan sebagai makanan tambahan setelah diolah menjadi
macam-macam masakan atau dimakan begitu saja sebagai
talas rebus, talas kukus, atau talas goreng talas juga dapat
diambil tepungnya untuk dipakai sebagai pengganti tepung
terigu, Kandungan gizi: talas mengandung karbohidrat yang
tinggi, protein, lemak dan vitamin. Tepung talas merupakan
partikel padat yang berbentuk butiran halus atau sangat halus
tergantung pemakaianya, biasanya digunakan untuk penelitian,
kebutuhan pangan pokok, tambahan pembuatan kue dan
lainnya, tepung talas berasal dari bahan nabati berupa talas,
yang diolah dengan prinsip pengeringan dan penggilingan
selain sebagai sumber karbohidrat pengganti beras, tepung
talas dapat dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan
(Anonym 2013).
Mempertimbangkan hal-hal mengenai pengolahan
tepung talas untuk campuran pembuatan es krim yoghurt akan
memiliki manfaat dalam memperbaiki kualitas es krim yoghurt
3
di tinjau dari kadar protein, organoleptik, serat kasar dan
viskositas sehingga dapat menambah daya penerimaan
konsumen terhadap es krim yoghurt maka diperlukan upaya
penelitian. Diharapkan penelitian ini bermanfaat untuk
memberikan suatu peningkatan kualitas dalam pembuatan es
krim yoghurt.
1.2 Rumusan Masalah
Permasalahan yang akan dirumuskan dalam penelitian
ini adalah
1. Berapa konsentrasi tepung talas yang tepat untuk
menghasilkan es krim yoghurt yang baik ditinjau dari uji
kadar protein, serat kasar, viskositas dan organoleptik.?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan pada penelitian adalah
1. Mengetahui tingkat penambahan konsentrasi tepung talas
yang tepat untuk menghasilkan es krim yoghurt yang baik
ditinjau dari uji protein, serat kasar, viskositas dan
organoleptik
1.4 Kegunaan Penelitian
Diharapkan dari hasil penelitian ini memiliki kegunaan
yaitu
1. Sebagai bahan informasi dan masukan bagi pihak-pihak
terkait mengenai pemanfaatan tepung talas dalam
pembuatan es krim yoghurt
2. Sebagai sarana pengembangan ilmu pengetahuan
pengolahan produk hasil ternak untuk semua pihak
terkait.
4
1.5 Kerangka Pikir
Yoghurt merupakan produk olahan susu sapi hasil
proses fermentasi dengan bantuan bakteri asam laktat.
Perubahan kimiawi akibat proses fermentasi menghasilkan
suatu produk yang mempunyai tekstur, flavor, rasa khas serta
kandungan nutrisi yang lebih baik dari pada susu segar.
Berdasarkan teskturnya yoghurt dibagi menjadi dua jenis,
yaitu yoghurt cair (yoghurt drink) dengan viskositas rendah
sehingga siap minum, dan yoghurt kental (thick yoghurt)
dengan viskositas tinggi. Yoghurt drink merupakan yoghurt
yang dibuat berdasarkan cara pembuatan stirred yoghurt,
tetapi gumpalan yang terbentuk dihancurkan hingga berupa
cairan sebelum dikemas (Legowo, Mulyani dan Kusrahayu,
2009).
Talas merupakan tanaman pangan yang rendah lemak,
bebas gluten dan mudah dicerna sehingga berguna dalam
berbagai hidangan. Tanaman talas juga merupakan tanaman
penghasil karbohidrat yang baik, memimiliki peranan yang
cukup dan juga memiliki fungsi utama sebagai obat yang
bermanfaat dalam menyembuhkan berbagai macam penyakit,
talas mempunyai peluang yang besar untuk digunakan dalam
sebuah produk karena memiliki berbagai manfaat selain itu
juga dpat dibudidayakan dengan mudah. Talas dapat diolah
menjadi berbagai produk olahan yang bervariasi dan salah satu
pemanfaatan talas adalah menambahkan tepung talas dalam
pengolahan es krim yoghurt untuk meningkatkan kualitas es
krim yoghurt tersebut.
Es krim merupakan produk olahan susu yang dibuat
dengan cara membekukan dan mencampur bahan baku secara
bersam-sama. Bahan yang digunakan adalah kombinasi susu
dengan bahan tambahan seperti gula dan madu atau tanpa
5
bahan perasa dan warna, dan stabilizer, bahan campuran es
krim disebut ice mix (ICM), dengan pencampuran bahan yang
tepat dan pengolahan es krim dengan kualitas baik. Nilai gizi
es krim sangat tergantung pada nilai gizi bahan baku yang
digunakan untuk membuat es krim yang memiliki kualitas
tinggi bahan bakunya perlu diketahui dengan pasti, dengan
menggunakan susu sebagai bahan utama pembuatan
(Susilorini dan Sawitri, 2007).
Sesuai dengan urain diatas, maka penelitian ini
dilakukan dengan memanfaatkan tepung talas menjadi
campuran dalam produk olahan es krim yoghurt sehingga
diharapkan dapat meningkatkan kualitas es krim yoghurt
ditinjau dari serat kasar, kadar protein, viskositas dan
organoleptik, oleh karena itu dibutuhkan studi untuk
mengetahui bagaimana cara pengolahan es krim yoghurt
dengan penambahan tepung talas sebagai bahan campuran dan
mengetahui hasil dari pencampuran bahan-bahan tersebut.
6
Kerangka pikir penelitian ini ditunjukkan dalam bentuk
skema pikir penelitian yang ditujukan pada Gambar 1.
Gambar 1 Kerangka pikir penelitian
1.6 Hipotesis
Penambahan tepung talas dapat meningkatkan nilai
kadar protein, serat kasar, viskositas dan nilai organoleptik
pada es krim yoghurt.
Tepung talas Es krim Yoghurt
Pati umbi dapat bersifat sebagai stabilizer, pengental dan
prebiotik (Senditya, dkk., 2014)
Kandungan zat yang terdapat pada tepung talas dapat
meningkatkan stabilizer dan emulsi pada es krim yoghurt
Kualitas protein es krim yoghurt dapat meningkat dengan
penambahan tepung talas
yoghurt
Kualitas es krim yoghurt meningkat ditinjau dari uji
kimia (kadar protein), (serat kasar),
viskositas(kekentalan), uji sensoris (organoleptik)
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Es Krim
Es krim adalah makanan penutup terkenal dan sebagai
makanan ringan di antara semua usia di banyak negara. Es
krim merupakan salah satu produk utama dalam industri susu
dan tetap mendominasi perhatian segmen pasar. Campuran
yang terbuat dari produk susu (seperti susu cair, susu kental,
susu bubuk, krim) pemanis (gula, glukosa) pengemulsi,
penstabil dan pewarna (Barcelon, et al., 2014). Es krim dapat
dikelompokkan dalam tiga kategori yaitu standar, premium
dan super premium. Perbedaan ketiga jenis tersebut
berdasarkan kandungan lemak dan komponen solid non lemak
atau susu skim (Hartatie, 2011).
Es krim adalah salah satu bagian dari produk olahan
susu dibuat dalam bentuk semi beku dengan proses membuat
udara terperangkap dalam adonan pada saat pencampuran
bahan dengan bantuan mixer (Handayani, Sulistyowati dan
Sumarmono, 2014). Es krim yang baik harus memenuhi
persyaratan komposisi umum ICM (Ice Cream Mix) atau
campuran es krim yaitu lemak susu 10-16%, bahan kering
tanpa lemak 9-12%, bahan pemanis gula 12-16%, bahan
penstabil 0-0,4%, 0-0,25%, dan air 55-64% (Padaga dan
Sawitri, 2005).
2.1.2 Bahan Baku Es Krim
Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan es krim
adalah kombinasi susu dengan bahan tambahan seperti gula
dan madu atau tanpa bahan perasa dan pewarna dan stabilizer,
bahan campuran es krim disebut ice cream mix (ICM), dengan
8
pencampuran bahan baku yang tepat dan pengolahan yang
benar maka akan dapat dihasilkan es krim dengan kualitas
yang baik (Susilorini dan Sawitri, 2007)
2.1.3 Proses Pembuatan Es Krim
Pada proses pembuatan es krim, semua bahan baku
dicampur menjadi suatu bahan dasar es krim. Pada fase ini
dikenal beberapa istilah yang salah satunya yaitu
viskositas/kekentalan, karena kekentalan dalam adonan es
krim akan sangat berpengaruh pada es krim yang dihasilkan
meliputi: tekstur, serta ketahanan es krim sebelum mencair,
proses pembuatan bahan dasar tersebut menggunakan alat
pencampuran yang berputar (Harris,2011)
2.2 Yoghurt
Yoghurt merupakan salah satu therapeutic food
(makanan kesehatan) karena dapat menetralisir kelainan
pencernaan akibat konsumsi laktosa (lactose intolerance) dan
mencegah penumpukan kolesterol dalam darah. Yoghurt
mengandung kultur starter berupa bakteri asam laktat S.
thermophiles dan L. bulgaricus, yang menghasilkan
flavorkhas, tekstur semi padat dan halus, kompak serta rasa
asam yang segar (Robinson et al., 2006).
Yoghurt hendaknya memiliki karakteristik yang baik
yaitu warna, rasa, bau dan kekentalannyaa tidak berubah atau
stabil. Di samping itu yoghurt harus memiliki viskosits yang
cukup tinggi, cukup padat dan kohesif ketika disendok serta
hanya sedikit wheying off (terpecahnya emulsi). Yoghurt yang
bermutu baik teksturnya halus, lembut dan tidak berbutir.
Kriteria yoghurt yang baik mengacu pada syarat mutu yoghurt
9
ditunjukkan dalam tabel 1 berdasarkan Standar Nasional
Nasional (SNI).
Tabel 1 Syarat Mutu Yoghurt Berdasarkan SNI 01-2981-
1992
No Kriteria Uji Satuan Persyaratan
1 Keadaan
1.1 Kenampakan
1.2 Bau
1.3 Rasa
1.4 Konsistensi
Cairan kental semi padat
Normal / khas
Asam / khas
Homogeny
2 Lemak % b/b Max 3,8
3 Bahan kering tanpa lemak % b/b Min 8,2
4 Protein % b/b Min 3,5
5 Abu % b/b Max 1
6 Jumlah asam % b/b 0,5 – 2
7 Cemaran / Logam
7.1 Timbal (Pb)
7.2 Tembaga (Cu)
7.3 Timah (Sn)
7.4 Raksa (Hg)
7.5 Arsen (As)
mg/kg
mg/kg
mg/kg
mg/kg
mg/kg
Max 03
Max 20
Max 40
Max 0,03
Max 0,1
8 Cemaran Mikrobiologi
8.1 Bakteri Koliform
8.2 Escheria coli
8.3 TPC (Total Plate Count)
8.4 Salmonella
cfu/gr
cfu/gr
juta/ml
Max 10
<3
10-30
Negative
Sumber: SNI (1992)
10
2.3 Bahan Baku Es Krim Yoghurt
2.3.1 Susu full cream
Krim adalah bagian susu yang banyak mengandung
lemak yang timbul ke bagian atas dari susu pada waktu
didiamkan atau dipisahkan dengan alat pemisah (Saleh, 2004).
Kandungan lemak pada adonan es krim mempengaruhi tekstur
adonan dan rasa, semakin tinggi kandungan lemak pada
adonan es krim menyebabkan tekstur adonan lebih lembut dan
rasanya lebih creamy (Usman, Purwadi, dan Thohari, 2014).
Fungsi full cream adalah memberikan aroma susu dan
mencegah pembentukan kristal yang terlalu besar (Rahmawati,
Purwadi dan Rosyidi, 2012).
2.3.2 Yoghurt
Yoghurt merupakan hasil fermentasi susu yang dibuat
dengan penambahan satu kultur atau lebih pada bahan yang
mengandung krim susu, sebagian susu skim atau skim. Kultur
starter yang ditambahkan berupa bakteri atau kombinasi dari
dua bakteri asam laktat spesifik, yaitu Lactobacillus
delbrueckii subsp. bulgaricus dan Streptococcus thermophilus
(Hui, 2004). Komposisi yoghurt terdiri dari kadar air 85%,
lemak 1,5%, protein 5,3%, kadar abu 1,0%, laktosa 7,0, dan
pH 4,3 (Koswara, 2009). Yoghurt bermanfaat terutama bagi
penderita lactose intolerance karena laktosa dalam susu
yoghurt telah diubah menjadi asam laktat dan kandungan
enzim laktase yang berasal dari bakteri starter masih aktif
(Manab, 2008).
2.3.3 Pemanis
Bahan pemanis ditambahkan dengan tujuan untuk
memperbaiki rasa dan bau bahan pangan sehingga rasa manis
yang timbul dapat dapat meningkatkan kelezatan (Cahyadi,
11
2005). Penambahan gula dalam pembuatan makanan berfungsi
untuk memberi rasa manis dan sebagai pengawet, karena
dalam konsentrasi yang tinggi dapat menghambat
pertumbuhan mikroorganisme dan menurunkan aktivitas air
dalam bahan pangan. Penggunaan gula pasir sebanyak 14-16%
akan menghasilkan es krim yang sangat baik dimana diperoleh
tekstur es krim yang halus (Idris, 2003). Gula dapat
mempengaruhi tekstur dan aroma es krim dan gula juga
mempengaruhi terhadap pelelehan ketika dimulut (Handayani,
Sulistyowati dan Sumarmono, 2014).
2.3.4 Bahan Penstabil
Zat penstabil memiliki peranan sebagai penstabil
dalam proses pencampuran bahan baku es krim, menstabilkan
molekul udara dalam adonan es krim, dengan demikian air
tidak akan mengkristal, dan lemak tidak akan mengeras. Zat
penstabil juga bersifat mengentalkan adonan, di samping itu
zat penstabil dapat membentuk selaput yang berukuran mikro
untuk mengikat molekul lemak, air, dan udara. Zat penstabil
yang umum digunakan dalam pembuatan es krim dan frozen
dessert lainnya adalah CMC (carboxymethil cellulose),
gelatin, Naalginat, karagenan, gum arab dan pectin (Darma,
Puspitasari, Noerhartati, 2013).
Penggunaan bahan penstabil dalam yoghurt adalah
untuk memperlembut atau memperlunak tekstur, membuat
struktur gel dan mencegah dan mengurangi sinergis (keluarnya
cairan) pada yoghurt sehingga yoghurt dapat lebih tahan lama.
Bahan penstabil yang sesuai untuk yoghurt adalah bila bahan
tersebut tidak mengeluarkan flavor lain, efektif pada pH
rendah dan dapat terdispersi dengan baik (Koswara, 2009).
Bahan penstabil akan meningkatkan viskositas adonan es krim,
12
sehingga es krim yang dihasilkan akan memiliki overrun yang
rendah dan tekstur yang lembut karena terbentuknya kristal-
kristal es yang kecil dan memperlambat pelelehan es krim saat
dihidangkan (Violisa, dkk, 2012).
2.3.5 Bahan Pengemulsi
Pengemulsi adalah suatu bahan yang dapat
mengurangi kecepatan tegangan permukaan dan tegangan
antara dua fase yang dalam keadaan normal tidak saling
melarutkan, menjadi dapat bercampur dan selanjutnya
membentuk emulsi (Cahyadi, 2005). Fungsi dari stabilizer
adalah sebagai pengemulsi yaitu pengikatan globula yang
berasal dari molekul lemak, air dan udara (Violisa, dkk, 2012).
Unsur protein dalam pembuatan es krim berfungsi untuk
menstabilkan emulsi lemak setelah proses homogenisasi,
menambah citarasa, membantu pembuihan, meningkatkan dan
menstabilkan daya ikat air yang berpengaruh pada kekentalan
dan tekstur es krim yang lembut juga dapat meningkatkan nilai
overrun es krim (Wahyuni, 2013).
2.4 Talas
Talas merupakan tanaman pangan berupa herba
menahun. Talas termasuk dalam suku talas-talasan (Araceae),
berperawakan tegak, tingginya 1 m atau lebih dan merupakan
tanaman semusim atau sepanjang tahun. Talas mempunyai
beberapa nama umum yaitu Taro dan Old cocoyom. Talas
merupakan tanaman dengan sistem perakaran serabut, liar dan
pendek. Umbi dapat mencapai 4 kg atau lebih, berbentuk
silinder atau bulat, berukuran 30cm x 15 cm, berwarna coklat.
Daun berbentuk perisai atau hati, lembaran daunnya 20-50 cm
panjangnya, dengan tangkai mencapai 1 meter panjangnya,
13
warna pelepah bermacam-macam. Perbungaan terdiri atas
tongkol, seludang dan tangkai. Bunga jantan dan bunga betina
terpisah. Buah bertipe buah buni. Biji banyak, berbentuk bulat
telur, panjangnya 2 mm (Anonym, 2014).
Talas merupakan umbi berbentuk silinder atau lonjong
sampai agak bulat. Kulit talas bewarna kemerahan, bertekstur
kasar dan terdapat bekas-bekas pertumbuhan akar. Warna
daging putih keruh. Kandungan kimia dalam talas dipengaruhi
oleh varietas, iklim, kesuburan tanah, dan umur panen. Umbi
talas segar sebagian besar terdiri dari air dan karbohidrat.
Talas berkembang biak dengan anakan, sulur umbi anakan
atau pangkal umbi serta bagian pelepah daunnya (Arie
Cyberedan, 2011). Talas merupakan sumber pangan yang
penting karena selain merupakan sumber karbohidrat, protein
dan lemak, talas juga mengandung beberapa unsur mineral dan
vitamin sehingga dapat dijadikan bahan obat-obatan.
Komposisi zat yang terkandung dalam 100 gram talas dapat
dilihat pada Tabel 2
14
Tabel 2. Kandungan gizi talas per 100 gram
Komponen Satuan T.mentah T.rebus
Energi
Protein
Lemak
Karbohidrat
Kalsium
Fospor
Besi
Abu
Vitamin C
Vitamin B1
Air
Bagian yang
dapat dimakan
Kalori
Gram
Gram
Gram
Miligram
Miligram
Miligram
Gram
Miligram
Miligram
Gram
%
120
1,5
0,3
28,2
31
67
0,7
0,8
2
0,05
69,2
85,0
108
1,4
0,4
25
47
67
0,7
0,8
4
0,06
72,4
-
Sumber: Dewi sabita (2011)
2.5 Kualitas Fisik Es Krim Yoghurt
2.5.1 Organoleptik
Uji organoleptik pada produk pangan memiliki arti
penting karena berkaitan dengan penerimaan panelis terhadap
produk yang dihasilkan. Produk yang berkualitas tidak hanya
ditentukan oleh sifat-sifat fisik dan kimia produk, tetapi juga
tingkat penerimaan konsumen. Menurut Wahyuni (2012)
menjelaskan bahwa pengamatan organoleptik dilakukan oleh
20 panelis dari berbagai tingkat usia, pekerjaan dan
pendidikan. Pengujian tingkat kesukaan panelis meliputi
tingkat kesukaan terhadap warna, aroma, rasa, dan kekentalan.
15
2.5.1.1 Rasa
Rasa dapat dipakai sebagai indikator kesegaran dan
penyimpangan bahan pangan (Mulyani, Sudaryanti dan
Susanto, 2009). Yoghurt berbahan dasar susu full cream
karena yoghurt terasa lebih enak, kandungan lemaknya tidak
terlalu tinggi seperti susu kerbau sehingga rasanya tidak
mengakibatkan cepat muak Gintingm (2005). Rasa
dipengaruhi oleh komposisi ICM. Penyimpangan rasa yang
terjadi pada es krim dapat disebabkan oleh penyimpangan susu
dan produk susu yang digunakan, juga dapat terjadi karena
kekurangan dan kelebihan penambahan bahan dalam ICM
(Idris, 2003).
2.5.1.2 Aroma
Aroma sangat dipengaruhi oleh bahan-bahan dalam
ICM (Ice Cream Mix). Adanya aktivitas bakteri yaitu
ditandakan dengan adanya penggumpalan pada tekstur yoghurt
serta aromanya yang asam (Ginting (2005). Bahan tambahan
digunakan seandainya yoghurtnya sudah jadi, hal ini
merupakan untuk menambah cita rasa dan juga aroma yang
kita inginkan (Wardana, 2012).
2.5.1.3 Tekstur
Kandungan lemak akan meningkatkan flavour es
krim, menghasilkan karakteristik tekstur yang halus,
memberikan body dan mempengaruhi sifat pelelehan (Violisa,
dkk, 2012). Adanya bahan penstabil dalam formula es krim
yang dibuat juga ikut memperbaiki tekstur es krim karena
bahan penstabil berfungsi menjaga air di dalam es krim agar
tidak membeku benar dan mengurangi kristalisasi es (Hartatie,
2011).
Penyimpangan rasa yang terjadi pada es krim dapat
disebabkan oleh penyimpangan susu dan produk susu yang
16
digunakan, juga dapat terjadi karena kekurangan dan
kelebihan penambahan bahan dalam ICM (Idris, 2003).
2.6.2 Kadar Protein
Kadar protein merupakan persentase kandungan
protein dalam suatu produk. Kadar protein yang terhitung
merupakan sisa protein yang tidak digunakan oleh bakteri
starter selama fermentasi. Protein tersusun dari asam amino,
namun kadar asam amino dalam protein tidak dapat dijadikan
indicator secara kuantitatif terhadap nilai gizi karena pembatas
penggunaan protein adalah nilai cerna protein. Menurut
Mazahreh dan Ershidrat (2009), protein yang terdapat pada
yoghurt lebih tinggi daripada susu karena adanya penambahan
bahan kering selama proses aktivitas bakteri asam laktat
membuat protein pada yoghurt lebih mudah dicerna.
2.6.3 Serat Kasar
Serat adalah komponen dari jaringan tanaman yang
tahan terhadap proses hidrolis oleh enzim di dalam lambung
dan usus halus. Serat-serat banyak berasal dari dinding sel dari
berbagai sayuran atau buah-buahan yang secara kimia terdiri
dari beberapa jenis karbohidrat seperti selulosa, hemiselulosa,
pektin dan non karbohidrat seperti polimer liginin, beberapa
gumi dan mucilage, karena itu dieatery fiber pada umumnya
merupakan karbohidrat atau polisakarida. Pengaruh konsumsi
detary fiber yang tinggi, maka feses lebih mudah menyerap air
sehingga mudah di dorong keluar. Serat kasar adalah bagian
dari pangan yang tidak dapat di hidrolisis oleh enzim-enzim
pencernaan dan untuk menentukan kadar serat kasar dapat
menggunakan asam sulat (H2SO4 1,25%) dan natrium
hidroksida (NaOH 1,25%) senditya (2014)
17
2.6.4 Viskositas
Pengujian viskositas pada penelitian ini diawali
dengan pengujian berat jenis susu dengan menggunakan
piknometer. Memasukkan sampel dalam piknometer sebanyak
10 ml dan menimbang berat piknometer isi. Selanjutnya
melakukan pengujian kekentalan dengan menggunakan pipa
Ostwald. Memasukkan sampel sebanyak 10 ml ke dalam pipa
Ostwald dan menghisapnya sampai tera di bagian atas.
Menghitung waktu turun sampel sampai tanda tera bagian
bawah (Sutiah, et al., 2008). Kekentalan dapat dihitung dengan
menggunakan perbandingan berat jenis yoghurt dikali waktu
alir yoghurt dengan berat jenis air dikali waktu alir air yang
kemudian dikalikan dengan kekentalan air.
Kesmavet (2011) menyatakan bahwa suhu yang
tinggi akan menurunkan nilai kekentalan larutan, sedangkan
pada suhu yang rendah kekentalan larutan akan bertambah.
Suhu rendah semua cairan termasuk susu mempunyai
viskositas lebih besar dibandingkan pada suhu tinggi
18
19
BAB III
MATERI DAN METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian pembuatan es krim yoghurt dengan
penambahan tepung talas dilaksanakan pada bulan januari –
maret 2017 di Laboratorium Teknologi Hasil Ternak Fakultas
Peternakan Universitas Brawijaya Malang. Analisa kadar
protein, serat kasar dan viskositas, dilakukan di Laboratorium
Pengujian Mutu dan Keamanan Pangan, Jurusan Teknologi
Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian Universitas
Brawijaya, Malang. Sedangkan pengujian organoleptik
dilakukan di ruang dosen Teknologi Hasil Ternak, Fakultas
Peternakan Universitas Brawijaya, Malang
3.2 Materi Penelitian
3.2.1 Bahan Penelitian
Tepung talas yg dibeli dari pabrik produksi tepung
talas yang ada di bogor jawa barat via online, yoghurt yang
dibeli dari rumah yoghurt junrejo batu. Untuk masing-masing
analisis yang diperlukan pada uji organoleptic (sampel es krim
yoghurt), serat kasar (sampel es krim yoghurt), kadar protein
(sampel es krim yoghurt), H2S04 pekat, selenium mixture, batu
didih, aquades, NaOH 40%, asam borat, KH (IO3)).
3.2.2 Alat Penelitian
Peralatan yang digunakan dibagi dalam 2 kelompok,
yaitu peralatan pembuatan es krim yoghurt dan peralatan
untuk analisis.
Peralatan yang digunakan untuk membuat es krim
yoghurt adalah: mangkuk besar, Mixer, Ice Cream Maker,
20
timbangan, spatula, sendok, kain lap dan tisu, Sedangkan
peralatan yang digunakan dalam pengujian organoleptik
(kuesioner uji organoleptik dengan 5 orang panelis terlatih),
viskositas (viscometer), serat kasar(Erlenmeyer, krtas saring
dan spatula), kadar protein (labu Kjeldahl, pipet, Markham
still).
3.2.3 Formula Es Krim Yoghurt
Tabel 3. Formula es krim yoghurt
Yoghurt 62 620g 620 620 620 620
Gula 20 200g 200 200 200 200
Crimer N 6 60g 60 60 60 60
Skim 2,5 25g 25 25 25 25
Quick 1,5 15g 15 15 15 15
Air 8 8ml 8 8 8 8 Tepung talas Perlakuan 0% 1,5% 3% 4,5% 6%
Jumlah` 1000g 1015g 1030 g 1045 g 1060 g
Bahan % P0 P1 P2 P3 P4
21
3.2.4 Prosedur Pembuatan Es Krim Yoghurt
Gambar 2. Prosedur pembuatan es krim yoghurt
Formula es krim
Pencampuran hingga merata
Penimbangan untuk mengetahui berat awal (x)
Ice Cream Maker
Pembekuan menggunakan Ice Cream Maker
Penimbangan untuk mengetahui berat akhir
(y)
Pengerasan dalam freezer
Formula es krim: yoghurt 62%,
gula 20%, Crimer nabati 6%,
Skim 2,5%, Quick 1,5% dan
tepung talas sesuai perlakuan 0%,
1,5%, 3%, 4,5% 6%
Es Krim Analisis:
Uji Kadar Protein, Serat
Kasar, Viskositas dan
Organoleptik
22
3.3 Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah percobaan
laboratorium (experimental laboratorium) dengan percobaan
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan
diulang 4 kali :
P0 = es krim yoghurt tanpa penambahan tepung talas
P1 = es krim yoghurt dengan penambahan 1,5% tepung talas
P2 = es krim yoghurt dengan penambahan 3% tepung talas
P3 = es krim yoghurt dengan penambahan 4,5% tepung talas
P4 = es krim yoghurt dengan penambahan 6% tepung talas
3.4 Variabel Pengamatan
Variabel yang diuji pada penelitian ini meliputi:
1. Pengujian Kadar Protein
2. Pengujian Serat Kasar
3. Pengujian Viskositas
4. Pengujian Organoleptik
3.5 Analisis Data
Data yang diperoleh ditabulasi dengan menggunakan
program Microsoft Excel, kemudian dianalisis statistik
menggunakan analisis ragam (ANOVA)Apabila diperoleh
hasil yang berbeda atau signifikan maka dilanjutkan dengan
Uji Jarak Berganda Duncan, Model matematika RAL :
Keterangan: Yijk = nilai yang diamati
= nilai tengah
populasi
i = pengaruh perlakuan ke-i
ijk = pengaruh galat
I = 1, 2, 3, 4
J = 1, 2, 3, 4
Yijk = + i + ijk
23
3.6 Batasan Istilah
Organoleptik
:
Suatu metode yang digunakan untuk
menguji kualitas suatu bahan atau produk
menggunakan panca indera manusia.
Tepung talas
:
Sumber padatan dengan molekul
amilopektin yang rapat dan berdaya
serap air tinggi bersumber dari umbi
talas
Es krim yoghurt
:
Es krim yang dibuat dari yoghurt,
bermanfaat sebagai makanan penutup
yang enak dan menyehatkan
24
25
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Penambahan Tepung Talas Pada Pembuatan Es
Krim Yoghurt Ditinjau dari Kadar Protein, Serat
Kasar, Viskositas
Data dan hasil analisis ragam serta uji jarak berganda
duncan kadar protein, serat kasar dan viskositas dapat dilihat
pada Lampiran 8,9,10, Sedangkan rata-rata data hasil uji
protein, serat kasar dan viskositas dapat dilihat pada Tabel 4.
Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa penambahan
tepug talas pada pembuatan es krim yoghurt tidak memberikan
perbedaan yang nyata pada kadar protein(P>0,05) akan tetapi
memberikan perbedaan yang sangat nyata pada serat
kasar(P≤0,01) dan viskositas(P≤0,01) hal tersebut karena
kadar protein dari tepung talas tidak terlalu baik, sedangkan
tepung talas mempunyai kandungan serat kasar dan amilosa
yang baik sehingga dapat memberikan perbedaan yang sangat
nyata pada serat kasar dan viskositas es krim yoghurt.
Tabel 4 Rata-rata Hasil Kadar Protein, Serat Kasar dan
Viskositas
Perlakuan Kadar Protein
(%)
Serat Kasar
(%)
Viskositas
cP
P0
P1
P2
P3
P4
3,15±0,26
2,92±0,60
2,97±0,13
2,68±0,28
2,64±0,30
0,52±0,07a
1,00±0,18b
1,89±0,15c
2,24±0,07c
1,94±0,07b
431,00±73,03a
426,25±101,98b
533,25±44,34c
631,25±44,34b
631,25±81,93b
26
Keterangan: Superskrip yang berada pada kolom yang sama
menunjukkan perbedaan yang sangat nyata
(P≤0,01).
4.1.2 Kadar protein es krim yoghurt
Penelitian tentang kadar protein es krim yoghurt yang
dilakukan dengan cara melakukan perlakuan berbeda pada
sampel yaitu P0 dengan tanpa perlakuan pada sampel, P1
dengan perlakuan penambahan tepung talas 1,5%, P2 dengan
penambahan 3%, P3 dengan penambahan 4,5% dan P4 dengan
penambahan tepung talas 6%, setiap perlakuan dilakukan
pengulangan 4 kali. Hasil data dan perhitungan analisis ragam
terhadap penelitian kadar protein es krim yoghurt dapat dilihat
pada Lampiran 8.
Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui hasil rata-rata
dari penelitian penambahan tepung talas terhadap pembuatan
es krim yoghurt dapat ditarik kesimpulan bahwa penambahan
tepung talas pada pembuatan es krim yoghurt mempunyai
hasil tidak berbeda nyata(P>0,05). Pada P0 rata-rata analisa
statistik 3,15±0,26 sedangkan pada P1 memiliki rata-rata
2,92±0,60 hal ini dapat ditarik kesimpulan bahwa penambahan
tepung talas pada pembuatan es krim yoghurt tidak
memberikan berbedaan yang nyata terhadap protein es krim
yoghurt, hal ini di karenakan protein pada P0 es krim yoghurt
cukup tinggi jika di bandingkan dengan P1,P2,P3 maupun P4,
hal tersebut diduga karena tepung talas mempunyai kandungan
protein yang rendah. Hal tersebut sesuai dengan pendapat
(Ershidat 2009) yang menyatakan bahwa protein yang terdapat
pada yoghurt lebih tinggi daripada susu karena adanya
penambahan bahan kering selama proses aktivitas bakteri
27
asam laktat membuat protein pada yoghurt lebih mudah
dicerna.
4.1.3 Serat kasar
Penelitian terhadap serat kasar pada es krim yoghurt
dengan penambahan tepung talas yang berbeda pada setiap
perlakuan. Setiap perlakuan dilakukan pengulangan sebanyak
4 kali, adapun hasil rata-rata dari nilai Serat Kasar dapat
dilihat pada Tabel 4 sedangkan data dan analisis ragam dapat
dilihat pada Lampiran 9.Berdasarkan hasil dari Table 4 dapat
ditarik kesimpulan bahwa penambahan tepung talas pada es
krim yoghurt tanpa perlakuan dan dengan perlakuan
penambahan konsentrasi tepung talas yang berbeda
memberikan hasil perbedaan yang sangat nyata (P≤0,01), hal
tersebut diduga karena kandungan serat kasar di dalam tepung
talas cukup banyak sebesar 2,16%
Hasil Uji Berjarak Duncan (UJBD) menunjukkan
perbedaan sangat nyata terhadap P1, P2,P3, kadar serat pada
P0 menunjukkan nilai rata-rata yang paling rendah yaitu
0,52±0,07 , P1 1,00±0,18 , P2 1,89±0,15 dan P3 2,24±0,07.
Perbedaan kadar serat es krim yoghurt disebabkan tepung talas
memiliki kandungan karbohidrat yang cukup tinggi, hal
tersebut di dukung oleh (Koswara 2013) Yang menjelaskan
bahwa selama pemasakan kandungan serat pada es krim akan
mengalami peningkatan karena adanya pembentukan senyawa
pati yang resisten terhadap aktifitas enzimatik.
4.1.4 Viskositas
Hasil analisis ragam dan Uji Berjarak Duncan (UJBD)
viskositas es krim yoghurt dengan penambahan tepung talas
terdapat pada Lampiran 10. Data dan analisis ragam
menunjukkan bahwa perlakuan penambahan tepung talas
28
dengan persentasi yang berbeda pada es krim yoghurt
memberikan perbedaan yang sangat nyata terhadap viskositas
es krim yoghurt (P≤0,01)
Viskositas pada es krim yoghurt dapat meningkat
apabila dipengaruhi oleh bahan penyusunnya berupa lemak,
bahan kering tanpa lemak, pada saat dilakukan proses
homogenisasi dan penstabil yang ditambahkan ke dalam
adonan es krim. Penggunaan variabel waktu homogenisasi
yang optimum adalah 35 menit pada proses pendinginan
(Chandrasari, 2013). Peningkatan nilai viskositas dikarenakan
adanya zat pati dalam tepung. Hal ini sesuai dengan pendapat
(Luthana, 2009) yang menyatakan bahwa maltodekstrin
berfungsi sebagai pembantu pendispersi, humektan,
enkapsulan serta pembentuk viskositas.
Peningkatan kekentalan juga dikarenakan enzim
laktase yang terdapat di dalam susu yang digunakan untuk
menguraikan laktosa susu serta menghasilkan asam laktat yang
menyebabkan kekentalan pada adonan dan ketidakstabilan
protein susu sehingga menjadi salah satu penyebab terjadinya
peningkatan kekentalan (Pramono dkk. 2011). Viskositas es
krim dapat dipengaruhi oleh suhu, konsentrasi bahan-bahan,
stabilizer, karbohidrat, garam-garam koloid dan protein
campuran serta jenis pemanasan yang dilakukan (Moerfard
2008). Peningkatan viskositas dapat disebabkan oleh partikel-
partikel tersuspensi dalam adonan es krim seperti serat, air dan
komponen protein yang berkaitan dengan bahan penstabil.
4.2 Uji organoleptik es krim yoghurt
Rata-rata hasil penambahan tepung talas pada
pembuatan es krim yoghurt dalam uji organoleptik yang
meliputi rasa, aroma, dan tekstur dapat dilihat di Tabel 7.
29
Dalam tabel tersebut dapat dilihat kesimpulan bahwa panelis
menyukai es krim yoghurt dengan tanpa perlakuan atau P0 dan
dengan penambahan tepung talas sebesar 1,5% atau P1, hal
tersebut karena penambahan tepung talas lebih dari 1,5% akan
mempengaruhi rasa dari es krim yoghurt.
Tabel 5.Data dan analisis organoleptik es krim yoghurt
Perlakuan Rata-Rata ±
SD rasa
Rata-rata ±
SD aroma
Rata-rata ±
SD tekstur
P0
P1
4,25±0,76a
3,65±0,88b
4,25±0,83a
3,65±0,82b
5,00±0,93
3,85±1,10
P2
3,45±0,61b
3,25±0,64b
3,75±1,20
P3
3,25±0,79c
2,90±0,65c
3,65±0,88
P4 2,80±0,82c
2,40±0,69c
3,40±0,79
4.4.1 Rasa es krim yoghurt
Rasa atau cicip (taste) dari suatu makanan dinilai
dengan menggunakan indera pencicip yaitu lidah.
Dipermukaan rongga mulut terdapat lapisan yang selalu basah
dan terdapat sel-sel yang sangat peka. Hasil analisis ragam
menunjukkan bahwa penambahan tepung talas dengan
konsentrasi tertentu seperti penelitian kami memberikan
perbedaan yang sangat nyata (P≤0,01) terhadap rasa es krim
yoghurt. Perbedaan yang nyata pada pembuatan es krim
yoghurt di duga karena penambahan tepung talas yang
melebihi 1,5%. Penambahn tepung talas dengan berbagai
konsentrasi diharapkan tidak mempengaruhi rasa es krim
30
yoghurt sehingga tidak menimbulkan rasa yang menyimpang,
penambahan tepung talas yang berlebihan akan menimbulkan
rasa apek pada es krim yoghurt. Rasa yang lebih mendominasi
adalah rasa bahan-bahan ICM yang digunakan dalam es krim
terutama bahan yoghurt. Gula selain memberikan rasa manis
juga akan meningkatkan tekstur dan kekentalan pada es krim
yoghurt (hartatie, 2011)
Rata-rata tertinggi kesukaan panelis terhadap rasa es
krim yoghurt diperoleh dari P0 tanpa penambahan tepung talas
dan P1 dengan penambahan tepung talas 1,5%, sedangkan
rata-rata nilai terenda di dapat dari perlakuan konsenrasi 4,5%
dan 6%, sesuai dengan tabel hasil uji rasa es krim yoghurt.
Panelis yang digunakan merupakan panelis yang sudah ahli
dalam bidang pengolahan susu. Menurut penelitian yang
dilakukan oleh Prasojo,dkk (2014) menyatakan bahwa
pengaruh pH yang terbentuk pada es krim menjadikan rasa es
krim menjadi asam. Semakin rendah ph menunjukan rasa yang
semakin asam dan semakin tinggi pH menunjukkan rasa asam
semakin berkurang. Rasa asam yang dihasilkan pada es krim
yoghurt merupakan hasil metabolisme komponen laktosa susu
oleh bakteri asam laktat menjadi komponen-komponen yang
lebih kecil
4.5.2 Aroma Es krim Yoghurt
Aroma merupakan rasa dan bau yang sangat meluas
yang sulit diukur, karena setiap orang mempunyai sensitifitas
dan kesukaan yang berbeda. Meskipun mereka bisa
mendeteksi, tetapi setiap individu memiliki kesukaan yang
berlainan. Dalam banyak hal ke enakan makanan ditentukan
oleh aroma/bau makanan tersebut dalam industri pangan, uji
aroma sangat penting karena dapat mempengaruhi konsumen
dari segi penerimaan produk tersebut. Hasil analisis ragam
31
menunjukkan hasil penambahan tepung talas pada pembuatan
es krim yoghurt memberikan perbedaan yang sangat nyata
(P≤0,01) terhadap aroma es krim yoghurt hal tersebut karena
ada perlakuan penambahan tepung talas lebih dari 1,5%,
sehingga aroma tepung talas tercium dengan jelas.
Salah satu faktor yang mempengaruhi aroma es krim
yoghurt diantaranya ialah yoghurt karena mengandung bakteri
asam laktat sehingga es krim mempunyai aroma yang asam.
Winarno (2004) menyatakan bahwa yoghurt merupakan
produk susu yang di asam akan tetapi tidak mengurangi cita
rasa, hal tersebut ditambahkan oleh susilorini (2006) yang
menyatakan bahwa lama proses fermentasi akan berakibat
turunnya ph yoghurt dengan rasa asam segar yang khas
Rata-rata nilai tertinggi kesukaan panelis pada aroma
es krim yoghurt di peroleh pada pembuatan es krim yoghurt
tanpa perlakuan (P0), sedangkan rata-rata nilai terendah di
dapat pada perlakuan ke 4 (P4). Panelis yang digunakan ialah
panelis terlatih berupa 5 dosen Teknologi Hasil Ternak
Fakultas Peternakan yang sudah ahli dalam pengujian
organoleptik hasil olahan susu.
4.5.3 Tekstur Es Krim Yoghurt
Dalam pengujian tekstur es krim yoghurt kami
menggunakan panelis yang sudah terlatih yaitu 5 dosen
Teknologi Hasil Ternak Fakultas Peternakan Brawijaya, yang
sudah ahli dalam pengujian di dalam pengolahan susu,
berdasarkan hasil dari pengujian organoleptik berupa tekstur
es krim yoghurt dapat di ketahui bahwa tingkat kesukaan
panelis pada tekstur yoghurt di dapat pada P0 yang merupakan
pembuatan es krim yoghurt tanpa perlakuan, sedangkan P1,
P2, P3 dan P4 memiliki rata-rata yang hampir sama.
32
Pengujian tekstur makanan merupakan upaya dalam
penemuan parameter tekstur yang tepat yang harus menjadi
ukuran mutu makanan yang bersangkutan kemudian
menentukan parameter dalam kategori tersebut sesuai dengan
tingkatannya. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa
pemberian tepung talas dengan konsentrasi yang berbeda tidak
memberikan perbedaan yang nyata (P>0,05) terhadap tekstur
es krim yoghurt. Tidak adanya perbedaan yang nyata di duga
karena adanya krimer nabati dalam komposisi ICM sehingga
penambahan tepung talas tidak berpengaruh. Hal tersebut di
dukung oleh pernyataan (anggraeni dkk, 2014) yang
menyatakan semakin banyak konsentrasi krimer nabati yang
ditambahkan maka gesekan antar molekul dalam yoghurt
semakin sulit
Widiantoko (2011) juga menambahkan bahwa tekstur
yang lembut dipengaruhi oleh bahan-bahan yang dicampurkan,
pengolahan dan penyimpanan. Tekstur es krim bergantung
dari ukuran, bentuk dan ukuran partikel padatan penyusun es
krim. Tekstur yang ideal bagi es krim adalah tekstur yang
sangat halus dan ukuran partikel padatan yang sangat kecil
sehingga tidak terdeteksi dalam mulut
33
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penambahan
tepung talas 1,5% merupakan perlakuan terbaik hal tersebut
berdasarkan dari hasil nilai organoleptik yang paling dipilih
panelis, penambahan tepung talas juga meningkatkan nilai
serat kasar dan viskositas es krim yoghurt.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian:
Disarankan pembaca untuk menggunakan tepung
talas 1,5% karena merupakan perlakuan terbaik dan yang
paling dipilih panelis dalam pengujian organoleptik
34
35
DAFTAR PUSTAKA
Anggrani, V. D., Purwadi, and I. Thohari. 2014. Effect Of non
Dairy Creamer Addition On pH, Acidity, Viscosity
And Dry Matter Of Set Yoghurt. University Brawijaya
Malang.
Cahyadi, W. 2005. Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan
Tambahan Pangan. Jakarta: Bumi Aksara.
Chandrasari, P.E. 2013. Uji Organoleptik Terhadap pengaruh
waktu homogenisasi pada pembuatan es krim buah
naga. Skripsi. Program Studi Diploma Fakultas Kimia
Universitas Diponegoro: Semarang
Darma, G. S., D. Puspitasari., dan E. Noerhartati. 2013.
Pembuatan Es Krim Jagung Manis Kajian Jenis
Zat Penstabil, Konsentrasi Non Dairy Cream Serta
Aspek Kelayakan Finansial. Jurnal REKA
Agroindustri. 1 (1): 45-55.
Ersidat, O.T.M & Mazahreh, A.S. (2009) Probiotics bacteria
in fermented dairy products. Pakistan Journal of
Nutrition,8, 1107-1113
Ginting, N dan Pasaribu, E. 2005. Pengaruh Temperatur dalam
Pembuatan Yoghurt dari Berbagai Jenis Susu dengan
Menggunakan Lactobacillus bulgaricus dan
Streptococcus thermophillus. Journal Agribisnis
Peternakan 1(2) : 73-77.
36
Handayani, N., M. Sulistyowati., dan J. Sumarmono. 2014.
Overrun waktu leleh dan Kesukaan Es Krim Yoghurt
Susu Sapi dengan Persentase Gula yang Berbeda.
Jurnal Ilmiah Peternakan. 2(1):1-7.
Hartatie, S. H. 2011. Kajian Formulasi (Bahan Baku, Bahan
Pemantap) dan Metode Pembuatan Terhadap Kualitas
Es Krim. GAMMA. 7 (1): 20 – 26.
Hidayat, N., M.C. Padaga dan S. Suhartini. 2006.
Mikrobiologi Industri. Andi. Yogyakarta
http://cakrawalapangan.blogspot.co.id/2013/11/kandun
gan-gizi-dan-cara-membuat-tepung.html
Hui, Y.H. 2004. Handbook of Food and Beverage
Fermentation Technology. Marcel dekker, Inc. New
York- Basel.
Kartika, Bambang, dkk. 1988. Pedoman Uji Inderawi Bahan
Pangan. UGM. Yogyakarta.
Kesmavet. 2012. Susu.
https://www.facebook.com/notes/science-and-
technologystudies/kes-mavet-susu/2713-
23546250739. Diakses tanggal 20 Oktober 2015.
Koswara, S. 2009. Teknologi Pembuatan Yoghurt.
Ebookpangan.com. Diakses pada tanggal 14
November 2014.
37
Koswara, S. 2013. Modul Teknologi Pengolahan Umbi-
Umbian. Bagian 5: Pengolahan Umbi Jalar. Tropical
Plant Curriculum Project. Institut Pertanian Bogor.
Legowo, A. M., Kusrahayu dan S. Mulyani. 2009. Ilmu dan
Teknologi Susu. Universitas Diponegoro, Semarang
Luthana. YK (2009) Asam Sitrat.
http://yongkikastanyaluthana.wordpress.com/category/
asam-sitrat/.[29 Maret 2009]
Manab, A. 2008. Kajian Sifat Fisik Yoghurt Selama
Penyimpanan pada Suhu 40C. Jurnal Ilmu dan
Teknologi Hasil Ternak. 3 (1): 52-58.
Marman, W. 2006 Proses Pembuatan dan Analisis Mutu
Yoghurt. Buletin Teknik Pertanian.
http://pustaka.litbang.deptan.go.id/publikasi/bt111064
.pdf. Diunduh 30 September 2015
Muchtadi, T., Sugiyono dan F. Ayustaningwarno. 2013. Ilmu
Pengetahuan Bahan Pangan. Alfabeta. Bandung
Mulyani, T., Sudaryati., dan A. Susanto. 2009. Kajian Peran
Susu Skim dan Bakteri Asam Laktat Pada
Minuman Sinbiotik Umbi Bengkuang (Pachyrrhizus
Erosus). Hal. 46-54.
Padaga, M dan M, E, Sawitri. 2005. Es Krim yang Sehat,
Trubus Agrisarana, Surabaya.
38
Pramono,Y,Nurwantoro,Y.B.Masyukuri dan B. Dwiloka.2011.
Karakteristik Mikrobiologi, Kimia, Fisik dan
Organoleptik Yoghurt dengan Penambahan Ubi Jalar
Merah. Fakultas Peternakan. Universitas Diponegoro.
Prasojo, C.A.P., I. Thohari, and Purwadi. 2014. Characteristic
Of Yoghurt Ice Cream Use Substitution Of
Carboxymethyl Cellulose (CMC) With Green Cincau
Leaves Extract (Prema oblongifolia Merr.). Bagian
Teknologi Hasil Ternak Fakultas Peternakan
Universitas Brawijaya Malang.
Rahmawati, R. D., Purwadi., dan D. Rosyidi. 2012. Tingkat
Penambahan Bahan Pengembang Pada Pembuatan Es
Krim Instan Ditinjau dari Mutu Organoleptik dan
Tingkat Kelarutan. Repository Teknologi Hasil Ternak
Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya Malang.
Ramadhania, R. D., Purwadi dan D. Rosyidi. 2012. Tingkat
Penambahan Bahan Pengembang pada Pembuatan Es
Krim Instan Ditinjau dari Mutu Organoleptik dan
Tingkat Kelarutan. Bagian Teknologi Hasil Ternak.
Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya
Malang.
Robinson, R.K., J.A. Lucey and A.Y. Tamime. 2006.
Manufacture of Yoghurt. In: Fermented Milk.
Tamime A .Y. (Ed.). Blackwell Science Ltd. Oxford.
39
Saleh, E. 2004. Teknologi Pengolahan Susu dan Hasil Ikutan
Ternak. Digitized by USU Digital Library: Sumatera
Utara.
Senditya, M., M.S. Hadi, T. Estiasih, dan E. Saprianti. 2014.
Efek Prebiotik dan Sinbiotik Simpisin Daun Cincau
Hitam (Mesona palustris BL) Secara In Vivo : Kajian
Pustaka. Jurnal Pangan dan Agroindustri 2 (3) : 141-
151.
Sodiq, Akhmad dan Z. Abidin. 2008. Meningkatkan
Produksi Susu Kambing Peranakan Etawa.
Agromedia Pustaka. Jakarta.
Sutiah, K. S. Firdaus dan W. S. Budi. 2008. Studi Kualitas
Minyak Goreng dengan Parameter Kekentalan dan
Indeks Bias. Berkala Fisika. 11 (2): 53-58.
(www.eprint.undip.ac.id). Diakses pada tanggal 6
November 2016
susilorini, T.E. dan M.E. Sawitri. 2006. Produk Olahan Susu.
Penebar Swadaya. Yogyakarta.
Usman, S., Purwadi, dan I. Thohari. 2014. Pengaruh Substitusi
Carboxymethyl Cellulose (Cmc) Dengan Ekstrak Daun
Cincau Hijau (Premna oblongifolia Merr.) Terhadap
Viskositas, Overrun, Kecepatan Meleleh dan Total
Padatan Es Krim Susu Kambing. Repository
Teknologi Hasil Ternak Fakultas Peternakan
Universitas Brawijaya Malang.
40
Violisa, A., A. Nyoto., dan N. Nurjanah. 2012 . Penggunaan
Rumput Laut Sebagai Stabilizer Es Krim Susu Sari
Kedelai. Jurnal Teknologi dan Kejuruan. 35 (1) :103-
114.
Wahyuni, R. 2012. Pemanfaatan Buah Naga Super Merah
(Hylocereus Costaricensis) dalam Pembuatan Jenang
Dengan Perlakuan Penambahan Daging Buah yang
Berbeda. Jurnal Teknologi Pangan 4(1): 71-92
Wahyuni, R. 2013. Kajian Kualitas Umbi Ubi Jalar Sebagai
Substitusi Susu Skim dalam Pembuatan Es Krim.
Universitas Yudharta. Pasuruan.
Wardana, A. S. 2012. Teknologi Pengolahan Susu. Fakultas
Teknologi Pertanian Universitas Slamet
Riyadi. Surakarta.
Widiantoko, R.K.2011. Es Krim.
http://lordbroken.wordpress.com/ 2011/04/10 Diakses
1 Juli 2017
Winarno, F.G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta