Upload
others
View
32
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
i
PENANAMAN SIKAP NASIONALISME MELALUI MATA PELAJARAN
IPS PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 3 BABUSSALAM
TAHUN AJARAN 2017-2018
Oleh:
MUHLISIN ALFARIZI NIM: 151.136.181
JURUSAN PENDIDIKAN IPS-EKONOMI
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN (FTK)
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM
2018
ii
PENANAMAN SIKAP NASIONALISME MELALUI MATA PELAJARAN
IPS PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 3 BABUSSALAM
TAHUN AJARAN 2017-2018
Skripsi
diajukan kepada Universitas Islam Negeri
Mataram Untuk Melengkapi persyaratan mencapai
gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
MUHLISIN ALFARIZI NIM: 151.136.181
JURUSAN PENDIDIKAN IPS-EKONOMI
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN (FTK)
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM
2018
iii
PERSETUJUAN
Skripsi oleh: Muhlisin Alfarizi, NIM. 151.136.181. dengan judul,
“Penanaman Sikap Nasionalisme Melalui Mata Pelajaran IPS Pada Siswa Kelas V
SD Negeri 3 Babussalam Tahun Ajaran 2017-2018” Telah memenuhi syarat dan
disetujui untuk diuji.
Disetujui pada tanggal, Juli 2018
Pembimbing I
Drs. H. Baehaqi, M.Pd NIP.197112311999031010
Pembimbing II
H. Ibnu Hizam, S.Ag., M.Pd. NIP.19731231200501009
iv
NOTA DINAS PEMBIMBING
Mataram, Juli 2018
Hal : Ujian Skripsi
Yang Terhormat
Rektor UIN Mataram
di Mataram
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Disampaikan dengan hormat. Setelah melakukan bimbingan, arahan, dan koreksi
maka kami berpendapat bahwa skripsi saudara:
Nama mahasiswa : Muhlisin Alfarizi
NIM : 151.136.181
Jurusan/ Prodi : Pendidikan IPS-Ekonomi
Judul : “Penanaman Sikap Nasionalisme Melalui Mata Pelajaran
IPS Pada Siswa Kelas V SD Negeri 3 Babussalam Tahun
Ajaran 2017/2018”
Telah memenuhi syarat untuk diajukan dalam sidang munaqasyah skripsi Fakultas
Tarbiyah dan Keguruan UIN Mataram. Oleh karena itu, kami berharap agar
skripsi ini dapat segera di munaqasyahkan.
Wassalamu’alaikum, Wr.Wb.
v
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Muhlisin Alfarizi
NIM : 151.136,181
Jurusan : Pendidikan IPS-Ekonomi
Fakultas : Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
Menyatakan bahwa SKRIPSI dengan judul: “Peran Kepala Madrasah Dalam
Meningkatkan Kedisplinan Belajar Peserta Didik di MTs. Ittihadil Ummah
Karang Anyar Pagesangan Timur Mataram Tahun Pelajaran 2017-2018” ini
secara keseluruhan adalah hasil penelitian/karya saya sendiri, kecuali pada bagian-
bagian yang dirujuk sumbernya. Jika saya terbukti melakukan plagiat
tulisan/karya orang lain, saya siap menerima sanksi yang telah ditentukan oleh
lembaga.
Mataram, 14 Juli 2018
Saya yang menyatakan
Muhlisin Alfarizi
NIM. 151.136.181
vi
PENGESAHAN
Skripsi oleh: Muhlisin Alfarizi, NIM. 151.136.181 dengan judul: “Penanaman
Sikap nasionalisme Melalui Mata Pelajaran IPS Pada Siswa Kelas V SD Negeri 3
Babussalam Tahun Ajaran 2017-2018”, telah dipertahankan di depan dewan
penguji jurusan Pendidikan IPS-Ekonomi Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK)
UIN Mataram pada tanggal 2018.
Dewan Penguji
1. Ketua Sidang/Pemb. I : Drs. H. Baehaqi, M.Pd. ( ) NIP. 197112311999031010
2. Sekretaris Sidang/Pemb. II : H. Ibnu Hizam, S.Ag. M.Pd ( )
NIP. 19731200501009
3. Penguji I : ( )
NIP:
4. Penguji II : ERL ( ) NIP:
Mengetahui
Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
Dr. Hj.Lubna, M.Pd
NIP. 196812311993032008
MOTTO
vii
Motto
“Seberapapun indahnya rencana kita, jauh lebih indah rencana Allah
SWT untuk kita (Danang A. Prabowo)”
viii
PERSEMBAHAN
Dengan Rasa Syukur dan Ikhlas Skripsi Ini Ku Persembahkan Kepada :
1. Kedua orang tuaku yang telah rela mengorbankan sebagian jiwa
raganya, bekerja siang dan malam untuk melengkapi kebutuhan
keluarga, yang selalu menyembunyikan rasa sakitnya dengan balutan
senyuman bahagianya ketika anaknya bisa bahagia, mereka adalah
kedua orang tuaku tercinta (RUSLI dan SEMUNIARTI) ku ucapkan
banyak-banyak terimakasih untuk segalanya karna selalu memberikan
motivasi dan semangat dalam setiap nafas dan disetiap do’anya.
2. Ke tiga adik ku tercinta (FEBRIAN ALHIFZI, NAZIFATUN
SHOLEHA, DAN SOFIATUL AMNA) yang selalu menjadi
motivasiku untuk menjadi tauladan dalam belajar.
3. Almamaterku tercinta UIN yang memberikan ku kesempatan untuk
mengabdi dan mengamalkan ilmu yang saya dapatkan dalam kehidupan
baik kehidupan pribadi, keluarga dan masyarakat.
ix
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah, segala puja dan puji hanya milik Allah, Tuhan semesta
alam, dengan rahmat dan kasih sayangnya dalam setiap detik nafas dan setiap
langkah yang diberikan kepada kita semua serta kesabaran dan keistiqomahan
yang diberikan kepada penulis sehingga penulisan karya ilmiah yang berjudul:
“Penanaman Sikap Nasionalisme Melalui Mata Pelajaran IPS Pada Siswa Kelas
V SD Negeri 3 Babussalam Tahun Ajaran 2017/2018” ini dapat terselesaikan
dengan baik.
Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan
alam Nabi Besar Muhammad saw. sebagai figure sentral segala tindak tanduk
umat manusia di muka bumi, yang telah membawa misi Ilahi keseluruh jagad
raya dengan meletakkan prinsip-prinsip Islam dalam segi kehidupan termasuk
dalam membimbing, mendidik dan mengajar.
Kemudian dengan tulus saya ucapkan terimakasih yang tiada terhingga
atas bimbingan, dorongan dan bantuan yang diberikan kepada penulis, terutama
kepada:
1. Bapak H. Ibnu Hizam, S.Ag., M.Pd selaku pembimbing I dan Bapak Drs. H.
Baehaqi, M.Pd. selaku pembimbing II, yang telah memberikan petunjuk
kepada penulis guna kesempurnaan skripsi ini.
2. Staf serta segenap Bapak dan Ibu Dosen IPS UIN Mataram yang telah banyak
mendidik, membimbing dan memberikan ilmu pengetahuan sampai penulis
menyelesaikan studi.
x
3. Bapak H. Ibnu Hizam, S.Ag., M.Pd. selaku ketua jurusan Pendidikan IPS-
Ekonomi
4. Ibu Dr. Hj. Lubna, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbaiyah dan Keguruan
5. Bapak Prof. Dr. H. Mutawali, M.Ag. selaku Rektor UIN Mataram, yang telah
memberikan sumbangsih selama mengikuti perkuliahan di UIN Mataram.
6. Kepala Madrasah Sekolah guru dan karyawan karyawati SD Negeri 3
Babussalam yang telah membantu dengan memberikan izin penelitian dan
memberikan informasi kepada penulis selama proses penelitian berlangsung.
7. Rekan Mahasiswa (IPS-Ekonomi kelas E dan rekan-rekan Mahasiswa FTK)
yang telah memberikan bantuan kepada penulis serta memberikan motivasi
yang bersifat membangun sehingga skripsi ini dapat penulis selesaikan.
Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini barangkali ada
kekeliruan, baik dari segi kata-kata atau kalimat yang tidak sesuai, baik metode
maupun pembahasannya karena itu kritik dan saran yang konstruktif dari pembaca
sangat peneliti harapkan demi kesempurnaan skripsi ini.
Peneliti
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL. .................................................................................. i HALAMAN JUDUL ...................................................................................... ii HALAMAN PERSETUJUAN....................................................................... iii HALAMAN NOTA DINAS ........................................................................... iv PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ....................................................... v HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ vi HALAMAN MOTTO .................................................................................... vii HALAMAN PERSEMBAHAN..................................................................... viii KATA PENGANTAR .................................................................................... ix DAFTAR ISI ................................................................................................... xi DAFTAR TABEL………………………………………………................... xiii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiv ABSTRAK ...................................................................................................... xv BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Fokus Penelitian ................................................................................. 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................................................... 5
1. Tujuan penelitian ........................................................................... 5
2. Manfaat penelitian ..................................................................... … 6
D. Ruang Lingkup dan Lokasi Penelitian ............................................... 7
E. Telaah Pustaka ................................................................................... 8
F. Kerangka Teori .................................................................................. 11
G. Metode Penelitian .............................................................................. 42
BAB II PAPARAN DATA DAN TEMUAN ................................................ 56
A. Gambaran Umum SDN 3 Babussalam .............................................. 56
B. Penanaman Sikap Nasionalisme Melalui Mata Pelajaran IPS
Pada Siswa Kelas V ........................................................................... 58
C. Perwujudan Sikap Nasionalisme Melalui Mata Pelajaran IPS
Pada Siswa kelas V ............................................................................ 94
D. Faktor Penghambat Penanaman Sikap Nasionalisme Melalui
xii
Mata Pelajaran IP Pada Siswa kelas V .............................................. 113
E. Upaya yang dilakukan Guru terhadap Hambatan yang dihadapi dalam
Penanaman Sikap Nasionalisme Siswa Kelas V ................................ 114
BAB III PEMBAHASAN .............................................................................. 115 A. Penanaman Sikap Nasionalisme Melalui Mata Pelajaran IPS
Pada Siswa Kelas V .......................................................................... 115
B. Perwujudan Sikap Nasionalisme Melalui Mata Pelajaran IPS Pada
Siswa kelas V .................................................................................... 130
C. Faktor Penghambat dalam Penanaman Sikap Nasionalisme Melalui
Mata Pelajaran IP Pada Siswa kelas V ............................................. 135
D. Upaya yang dilakukan Guru terhadap Hambatan yang dihadapi dalam
Penanaman Sikap Nasionalisme Siswa Kelas V .............................. 136
BAB IV PENUTUP ........................................................................................ 138 A. Kesimpulan ....................................................................................... 138
B. Saran ................................................................................................. 139
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 142 LAMPIRAN ....................................................................................................
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 01 Kisi-kisi Lembar Observasi Penanaman Sikap Nasionalisme
Melalui Mata Pelajaran IPS pada Siswa Kelas V .................... 45
Tabel 02 Kisi-kisi Perwujudan Sikap Nasionalisme
Melalui Mata Pelajaran IPS Pada Siswa Kelas V .................... 46
Tabel 03 Pedoman Wawawancara Penanaman Sikap Nasionalisme
Melalui Mata Pelajaran IPS Pada Siswa Kelas V .................... 48
Tabel 04 Sarana dan Prasaran SDN 3 Babussalam ................................. 58
Tabel 05 Hasil Observasi Aspek Pembiasaan dalam Penanaman Sikap
Nasionalisme Melalui Mata Pelajaran IPS
Pada Siswa Kelas V ................................................................. 58
Tabel 06 Hasil Observasi Aspek Keteladanan dalam Penanaman Sikap
Nasionalisme Melalui Mata Pelajaran IPS
Pada Siswa Kelas V ................................................................. 73
Tabel 07 Hasil Observasi Aspek Contoh-contoh Kontekstual Sikap
Nasionalisme Melalui Mata Pelajaran IPS
Pada Siswa Kelas V ................................................................. 80
Tabel 08 Hasil Observasi Aspek Penggunaan Metode Pembelajaran dalam
penanaman Sikap Nasionalisme Melalui Mata Pelajaran IPS
Pada Siswa Kelas V ................................................................. 88
Tabel 09 Hasil Observasi Aspek Cinta Tanah Air dalam Perwujudan
xiv
Sikap Nasionalisme Melalui Mata Pelajaran IPS
Pada Siswa Kelas V ................................................................. 94
Tabel 10 Hasil Observasi Aspek Bangga Sebagai Bangsa Indonesia dalam
Perwujudan Sikap Nasionalisme Melalui Mata Pelajaran IPS
Pada Siswa Kelas V ................................................................. 105
Tabel 10 Hasil Observasi Aspek Persatuan dan Kesatuan dalam Perwujudan
Sikap Nasionalisme Melalui Mata Pelajaran IPS
Pada Siswa Kelas V ................................................................. 110
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Hasil Wawancara dengan Guru Kelas V, Kepala Sekolah
dan Siswa SDN 3 Babussalam ................................................. 145
Lampiran 2 Photo Wawancara dengan Guru Kelas V SDN 3 Babussalam 166
Lampiran 3 Photo Wawancara dengan Kepala Sekolah
SDN 3 Babussalam .................................................................. 167
Lampiran 4 Photo Wawancara dengan Siswa Kelas V SDN 3 Babussalam
.................................................................................................. 168
Lampiran 5 Photo Proses Kegiatan Pembelajaran Mata Pelajaran IPS
Pada Siswa Kelas V SDN 3 Babussalam ................................. 169
xvi
PENANAMAN SIKAP NASIONALISME MELALUI MATA PELAJARAN IPS PADA SISWA KELAS V SD 3 BABUSSALAM
TAHUN AJARAN 2017-2018
Oleh
Muhlisin Alfarizi
NIM: 151.136.181
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penanaman sikap nasionalisme melalui mata pelajaran IPS pada siswa kelas V SD Negeri 3 Babussalam. Selain itu, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan perwujudan sikap nasionalisme melalui mata pelajaran IPS pada siswa kelas V SD Negeri 3 Babussalam.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif. Subjek penelitian adalah guru dan siswa kelas. Untuk mendapatkan data yang diperlukan, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data antara lain melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi. Kemudian untuk teknik analisis data menggunakan reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. selanjutnya mengecek keaabsahan data tersebut dilakukan melalui perpanjangan pengamatan, ketekunan pengamatan, triangulasi yaitu triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data,dan triangulasi waktu..
Dari hasil penelitian ini bahwa cara guru untuk menanamkan sikap nasionalisme mata pelajaran IPS pada siswa kelas V SD Negeri 3 Babussalam anatara lain dengan pembiasaan, keteladanan, dan pemberian contoh yang konstektual ketika proses pembelajaran IPS berlangsung yang ke semuanya itu guru melakukannya denga cukup baik. Hal yang paling pas dan sering dipakai untuk dilakukan oleh guru dari sekian cara tersebut adalah ketiganya yaitu melalui kegiatan pembiasaan, keteladanan, dan contoh kontekstual. Karena dengan hal tersebut guru dapat melakukannya dimanapun dan kapanpun disebabkan karena tidak terikat oleh waktu
Adapun perwujudan sikap nasionalisme melalui mata pelajaran IPS pada siswa kelas V SD Negeri 3 Babussalam diantaranya prilaku cinta tanah air yaitu siswa menyanyikan lagu-lagu nasional atau daerah ketika pembelajaran IPS (hal ini dilakukan siswa dengan cukup baik), siswa melakukan kegiatan pelestarian lingkungan yang diwujudkan dengan siswa membersihkan sampah yang berserakan di dalam kelas ketika proses pembelajaran tanpa disuruh guru (hal ini
xvii
tidak pernah dilakukan siswa, kecuali jika guru menyuruhnya). Selanjutnya bangga sebagai bangsa Indonesia yaitu siswa menggunakan bahasa Indonesia secara baik dan benar (hal ini dilakukan siswa kurang baik, karena siswa melakukannya hanya memakai bahasa indonesia setengah-setengah), selanjutnya siswa menggunakan barang produksi dalam negeri (hal ini dilakukan siswa sangat baik), kemudian siswa memelihara dan mengembangkan pilar-pilar kebangsaan yaitu Pancasila, UUD 1945, Bhineka tunggal ika yang diwujudkan dengan siswa selalu mentaati tata tertib sekolah berupa berpakaian sesuai aturan dan hadir tepat waktu (hal ini dilakukan siswa cukup baik). Prilaku persatuan dan kesatuan yaitu siswa selalu menyukai belajar kelompok yang ditandai dengan mereka senang dan gembira, serta siswa menghargai pendapat teman yang berbeda yang ditandai dengan siswa tidak pernah mengejek temennya yang berbeda pendapat (Prilaku persatuan dan kesatuan dilakukan siswa dengan sangat baik). prilaku siswa yang sering menonjol diantara sikap nasionalisme tersebut adalah prilaku cinta tanah air dan bangga sebagai bangsa Indonesia.
Penyebab terhambatnya penanaman sikap nasionalisme siswa kelas V diantaranya kurangnya persediaan gambar atau foto para pahlawan yang harus dipajang didalam sekolah, terbatasnya waktu pembelajaran serta kesenjangan antara lingkungan keluarga dan masyarakat diluar sekolah. Upaya yang dilakukan guru terhadap hambatan-hambatan dalam penanaman sikap nasionalisme siswa kelas V yaitu guru dan kepala sekola mensegerakan pengadaan foto atau gambar yang akan dipajang di dinding kelas V, dan guru memanfaatkan waktu istirahat untuk memutarkan lagu nasional atau daerah lewat speaker TOA.
Kata kunci:, Sikap Nasionalisme, Mata Pelajaran IPS
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemajuan teknologi, informasi dan komunikasi di era milenial ini
tentu akan menguntungkan masyarakat di dalam menjalani proses kehidupan,
karena akan memudahkan masyarakat untuk mengakses segala bentuk
informasi dari belahan dunia secara cepat dan mudah, baik itu melalui media
cetak maupun media elektronik. Akan tetapi, disamping itu juga terdapat hal-
hal (negatif) yang dapat mengancam nilai-nilai dan norma-norma dalam
kehidupan manusia khususnya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Sehingga kondisi ini akan menjadi tantangan besar bagi seluruh bangsa, tak
terkecuali bangsa Indonesia dalam mempertahankan semangat sikap
nasionalisme bangsa.
Sikap nasionalisme merupakan “Sikap dan tingkah laku individu dan
masyarakat yang merujuk pada loyalitas dan pengabdian terhadap bangsa dan
negara”.1 Sedangkan nasionalisme menurut Stodart di dalam artikel jurnal
Elsa Sugiarti yaitu sebagai suatu kepercayaan yang dimiliki oleh sebagian
besar individu, dimana mereka menyatakan kebangsaan sebagai perasaan
memiliki secara bersama didalam suatu bangsa.2
1Sutrisno, Revolusi Mental: Menumbuh kembangkan Rasa Nasionalisme, (Yogyakarta: Indoliterasi, 2016), hlm. 107 2 Elsa Sugiarti, “Peningkatan Pemahaman Niilai Nasionalisme Siswa kelas II-A SDN Samirono Melalui penggunaan Strategi Pembelajaran Pemecahan Masalah (Problem Solving)” Jurnal Pendidikan, Juli 2014, hlm. 2
2
Secara lebih jelas, sikap nasionalisme dapat dirincikan sebagai berikut
yaitu;
Bangga sebagai bangsa Indoensia, cinta tanah air dan bangsa Indonesia, rela berkorban demi bangsa Indonesia, menerima kemajemukan, bangga pada budaya yang beragam, menghargai jasa pahlawan, dan mengutamakan kepentingan umum.3 Sikap nasionalisme merupakan sikap yang harus dipertahankankan,
karena didalamnya terdapat nilai-nilai yang mampu membentuk karakter
suatu bangsa ke yang lebih baik. Melihat kondisi bangsa Indonesia saat ini
yang sedang mengalami penurunana akhlak, moral, dan sikap yang
disebabkan oleh berbagai macam pengaruh yang kurang baik dari berbagai
faktor. Tentu hal tersebut sebagai suatu alasan untuk masyarakat maupun
pemerintah, untuk selalu berusaha membentuk karakter bangsa khususnya
bagi generasi bangsa yaitu pelajar Indonesia yang sesuai dengan tujuan
pendidikan saat ini. Sehingga untuk membentuk karakter bangsa dan
membentengi dari pengaruh-pengaruh luar yang tidak sesuai dengan nilai-
nilai yang berlaku di negara Indonesia, maka salah satu caranya yaitu dengan
penanaman sikap nasionalisme pada generasi penerus bangsa.
Penenanama sikap nasionalisme pada diri generasi penerus bangsa
diantaranya pada pelajar Indonesia harus dimulai sejak dini. Hal tersebut
baik itu melalui lingkungan keluarga, masyarakat, dan sekolah. Menurut
Muhamad AR, bahwasanya
Pendidikan moral baiknya ditanamkan ketika anak-anak masih berada pada tingkat perkembangan moral yaitu dimulai dari usia 5 tahun sampai umur 17 tahun.4
3Ibid.,hlm. 111 4 Muhammad AR, Pendidikan di Alaf Baru :Rekontruksi Atas Moralitas Pendidikan (Yogyakarta : Prismashophie Press, 2003), hlm. 117
3
Pada tahap usia tersebut anak-anak memerlukan orang lain untuk
menuntun mereka, sehingga guru diharapkan menanamkan pendidikan moral
atau pendidikan karakter pada saat kegiatan pembelajaran dikelas maupun
diluar kelas. Maka salah satu cara penanaman pendidikan karakter bangsa
yaitu melalui penanaman sikap nasionalisme di sekolah pada mata pelajaran
IPS.
Mata pelajaran IPS pada dasarnya memiliki tujuan utama yaitu:
“Membantu mengembangkan siswa untuk menjadi warga negara yang
memiliki pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang memadai untuk
berperan serta aktif dalam mewujudkan kehidupan yang demokratis (warga
negara yang baik)”.5 Hal ini sesuai dengan tujuan mata pembelajaran IPS
oleh Puskubruk Kemendikbud 2013 yaitu : “Agar peserta didik menjadi
warga negara Indonesia yang demokratis, bertanggung jawab, serta warga
dunia yang cinta damai”.6
Mata pelajaran IPS merupakan mata pelajaran yang bertujuan
mengembangkan aspek kognitif (Pengetahuan), apektif (Sikap), dan
psikomotorik (Keterampilan) anak didik. Secara lebih jelasnya, mata
pelajaran IPS bertujuan untuk membentuk karakter anak bangsa menjadi
warga negara yang baik dan berkualitas. sehingga menjadi warga negara yang
dunia yang cinta damai yang sangat berkaitan dengan sikap nasionalisme.
Maka karena itu, untuk mewujudkan tujuan tersebut dalam peserta didik,
tentu tidak sebatas pada kemampuan dan keterampilan semata.Melainkan 5Dadang Supardan, Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Perspektif Filosofi Dan Kurikulum. (Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2015), hlm. 11 6Ibid,. hlm. 17
4
kemampuan sikap harus juga diperhatikan dan dikembnagkan, khususnya
pada siswa/i sekolah dasar.
Sekolah dasar menjadi tempat pilihan peneliti untuk melakukan
penelitian yang akan bertempat di SD Negeri 3 Babussalam Kec. Gerung
didalam melakukan penelitian mengenai penanaman sikap nasionalisme
melalui mata pelajaran IPS untuk mewujudkan sikap nasionalisme sebagai
karakter bangsa. Hal tersebut sesuai yang dinyatakan Jenny Indrastoeti bahwa
“Pendididkan karakter hendaknya diterapkan sejak usia dini di sekolah-
sekolah, karena pada usia awal sekolah merupakan pembentukan sikap dan
pribadi dalam masa perkembangan, yang dapat memebentuk potensi
perkembangan diri di masa yang akan datang”.7 Alasan peneliti memilih
sekolah tersebut sebagai tempat penelitian. Karena di SD Negeri 3
Babussalam, peneliti melihat ingin melihat proses penanaman sikap
nasionalisme di dalam proses pembelajaran IPS pada siswa kelas V di SDN
tersebut, karena peneliti melihat banyak siwa kelas V yang tidak berpakaian
rapi, suka ribut di dalam kelas, suka berkelahi dengan teman kelasnya, dll.
Maka karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di SD Negeri 3
Babussalam.
Adapun pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah pendekatan penelitian kualitatif dengan metode kualitatif deskriptf,
karena penelitian ini akan berbentuk cerita atau narasi didalam
menggambarkan suatu objek penelitian.
7 Jeny Indrastoeti. Penanaman Nilai-nilai Karakter melalui Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar, (Proseding seminar nasion), hlm. 289
5
Berdasarkan masalah tersebut, maka peneliti tertarik untuk
mengungkapkan cara penenaman sikap nasionalisme yang dilakukan guru
kelas V kepada siswa di SD Negeri 3 Babussalam Kec. Gerung melalui mata
pelajaran IPS. Oleh karena itu, peneliti mengangkat judul yaitu dengan judul
“Penanaman Sikap Nasionalisme Melalui Mata Pelajaran IPS pada siswa
kelas V SD Negeri 3 Babussalam Tahun Ajaran 2017/2018”.
B. Fokus Penelitian
1. Bagaimanakah cara guru didalam penanaman sikap nasionalime melalui
mata pelajaran IPS pada siswa kelas V di SDN 3 Babussalam ?
2. Apa sajakah hambatan yang dihadapi guru di dalam proses penanaman
sikap nasionalisme melalui mata pelajaran IPS pada siswa kelas V di SDN
3 Babussalam ?
3. Bagaimanakah upaya yang dilakukan guru dalam mengatasi hambatan-
hambatan didalam penanaman sikap nasionalisme melalui mata pelajaran
IPS pada siswa kelas V di SDN 3 Babussalam ?
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan
Berdasarkan fokus penelitian diatas, maka tujuan penelitian ini
yaitu untuk mendeskripsikan cara guru didalam Penanaman sikap
nasionalisme melalui mata pelajaran IPS pada siswa kelas V SDN 3
Babussalam, hambatan yang dihadapi guru di dalam proses penanaman
sikap nasionalisme melalui mata pelajaran IPS pada siswa kelas V SDN
Babussalam, dan upaya yang dilakukan guru didalam penanaman sikap
6
nasionalisme melalui mata pelajaran IPS pada siswa kelas V di SDN 3
Babussalam.
2. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian yang akan dilakukan di SDN 3 Babussalam ini
diantaranya sebagai berikut :
a. Secara Teoritis
Secara teoritis Penelitian ini dapat dijadikan referensi tambahan
bagi praktisi pendidikan yang akan mengadakan perbaikan penanaman
sikap nasionalisme sisiwa melalui mata pelajaran IPS, khusunya pada
siswa kelas V .
b. Secara Praktis
1) Bagi pihak sekolah, hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai bukti
nyata dalam memberikan informasi kepada SDN 3 Babussalam
mengenai penanaman sikap nasionalisme siswa kelas V
2) Bagi guru, penelitian ini dapat memberikan informasi tambahan
dan pengetahuan dalam mengintegrasikan sikap nasionalisme pada
proses pembelajaran, khusunya mata pelajaran IPS kelas V
3) Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat menambah pengalaman
sehingga dapat dijadikan pedoman untuk menjadi seorang guru
yang profesional dan sebagai acuan dalam penyusunan karya
ilmiah selanjutnya.
7
4) Bagi masyarakat, hasil penelitian ini dapat dijadikan tambahan
informasi dan pengetahuan mengenai pentingnya penanaman sikap
nasionalisme untuk meningkatkan semngat kebangsaan indonesia.
D. Ruang Lingkup Dan Lokasi Penelitian
1. Ruang Lingkup
Mengingat kompleksnya permasalahan yang dipaparkan mengenai
sikap nasionalisme, maka diperlukan adanya fokus penelitian, maka
diperlukan adanya batasan-batasan penelitian. Oleh karena itu, dalam
penelitian ini permasalahan yang akan dibahas adalah mengenai
penanaman sikap nasionalisme melalui mata pelajaran IPS pada siswa
sekolah dasar, khusunya pada kelas V SD Negeri 3 Babussalam Kec.
Gerung yaitu mengenai cinta tanah air negara dan bangsa, selalu merasa
bangga sebagai bangsa Indonesia, persatuan dan kesatuan. Adapun materi
pelajaran IPS SD kelas V tercakup dalam buku tematik terpadu kurikulum
2013 diantaranya “Peristiwa kedatangan bangsa barat (Sub tema 1),
peristiwa-peristiwa pada masa pemerintahan kolonial Inggris dan Belanda,
Sistem tanam paksa pemerintahan kolonial Belanda, Peristiwa perlawanan
terhadap Portugis, Peristiwa perlawanan terhadap Belanda, Masa Awal
pergerakan nasional, Peristiwa sumpah pemuda 1928, Peristiwa
kebangsaan seputar proklamasi (Sub tema 2), Peristiwa pembacaan teks
proklamasi, peristiwa menjelang dan sesudah pembacaan teks proklamasi,
proklamator, Peoses pembentukan NKRI, Perjuangan mempertahhankan
kemerdekaan, Peristiwa pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Belanda,
8
Peristiwa mengisi Kemerdekaan (Sub tema 3), Kegiatan mengisi
kemerdekaan negara Indonesia, peran pelajar dalam mengisi kemerdekaan,
peristiwa lahirnya pancasila, Menghargai jasa pahlawan, Lingkungan
sahabat kita (Tema 8), Manusia dan Lingkunagan.8
2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan bertempat di SD Negeri 3 Babussalam Kec.
Gerung pada siswa kelas V tahun ajaran 2017/2018, karena peneliti
melihat masih ada siswa yang tidak rapi (tidak masukin baju ketika
pembelajaran), suka berkelahi dan suka ribut didalam kelas sehingga
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di sekolah tersebut.
E. Telaah Pustaka
Meninjau beberapa hasil penilitan dari peneliti-peneliti terdahulu
diharapakan hal-hal yang terkait dengan hasil penelitian ini yaitu melihat
beberapa kelebihan guna mendukung dan memperjelas penilitian berikutnya
atau jika ada kekurangan dapat untuk di sempurnakan :
1. Skripsi Gita Enggarwati dengan judul penanaman sikap nasionalisme
melalui mata pelajaran IPS pada siswa kelas IV SD Negeri Sumampir.
Penelitian ini terfokus pada proses penanaman sikap nasionalisme
melalui mata pelajaran IPS di kelas IV SD Negeri Sumampir. Adapun
hasil penelitian menunjukkan bahwa cara guru untuk menanamkan sikap
nasionalisme melalui mata pelajaran IPS antara lain dengan pembiasaan,
keteladanan, pemberian contoh dan kontekstual, pembelajaran melalui
8 Maryanto, Fransiska, dkk., Peristiwa dalam Kehidupan (Buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013), (Jakarta: PUSKURBUK-Balitbang Kemendikbud, 2017), hlm. 1-174
9
cerita dan media, seperti gambar pahlawan dan lagu nasional. Hal yang
paling efektif dilakukan oleh guru diantara cara tersebut adalah
pembiasaan dan keteladanan karena dapat dilakukan guru setiap hari.
Perwujudan sikap nasionalisme siswa antara lain prilaku rela berkorban,
cinta tanah air, bangga menjadi sebagai bangsa Indonesia, persatuan dan
kesatuan, patuh terhadap peraturan, disiplin berani, jujur serta bekerja
keras. Prilaku siswa yang paling menonjol diantara aspek tersebut adalah
kerja keras karena guru melakukan pembiasaan kepada siswa untuk aktif
ketika pembelajaran. Penyebab terhambatnya penanaman sikap
nasionalisme antara lain keterbatasan media pembelajaran, waktu, serta
kesenjangan antara lingkungan keluarga masyarakat.9
Penelitian yang peneliti lakukan ini, sangat mirip dengan penelitian
yang dilakukan oleh Gita Enggarwati dengan judul penanaman sikap
nasionalisme melalui mata pelajaran IPS pada siswa kelas IV SD Negeri
Sumampir. Letak kesamaannya yaitu mengkaji tentang proses yang
dilakukan guru di dalam penanaman sikap nasionalisme siswa melalui
mata pelajaran IPS dengan beberapa observasi cara penanaman yang sama
diantaranya pola pembiasaan, dan keteladanan.
Adapun perbedaannya, peneliti didalam proses observasi
menggunakan penanaman menggunakan pembiasaan, keteladanan, dan
penggunaan metode (Diskusi, Simulasi, dan Ceramah) yang dilengkapi
oleh RPP guru setiap kali peneliti melakukan pengamatan serta memakai
9Gita Enggrawati, Penanaman Sikap Nasionalisme Melalui Mata Pelajaran IPS Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 2 Sumampir, (Skripsi: Universitas Negeri Yogyakarta, 2013).
10
K-13 ketika proses pembelajaran IPS kelas V SD Negeri 3 Babussalam,
sedanngkan penelitian yang dilakukan oleh Gita Enggarwati di dalam
pengamatan dalam penanaman sikap nasionalismenya berupa pola
pembiasaan, keteladanan, penggunaan cerita, dan penggunaan media
tanpa dilengkapi dengan RPP guru terkait serta memakai KTSP ketika
observasi di kelas IV SDN Sumampir.
Adapun masalah perwujudan sikap nasionalisme, jika penelitian
yang peneliti lakukan berupa perilaku cinta tanah air, bangga sebagai
bangsa Indonesia, persatuan dan kesatuan. Sedangka penelitian yang
dilakukan Gita Enggarwati perwujudan sikap nasionalismenya berupa
prilaku rela berkorban, cinta tanah air, bangga menjadi sebagai bangsa
Indonesia, persatuan dan kesatuan, patuh terhadap peraturan, disiplin
berani, jujur serta bekerja keras.
2. Jurnal Tiyas Sartika dengan judul penanaman rasa nasionalisme
melalui pembelajaran sejarah pada siswa kelas XI IPS SMA Negeri
Jatilawang.
Penelitian ini terfokus pada penanaman rasa nasionalisme melalui
pembelajaran sejarah pada siswa kelas XI IPS di SMA Negeri Jatilawang.
Adapun hasil penilitian yaitu siswa dapat menumbuhkan nilai-nilai
nasionalisme seperti kedisiplinan, kejujuran, keragaman, kesatuan,
kesamaan. Dengan menggunanakan metode ceramah, diskusi, dam tanya
jawab dan media yang menarik serta sumber-sumber yang relevan, serta
motivasi dan penguatan pada materi Pergerakan Nasionalisme di
11
Indonesia guru sejarah di SMA Negeri Jatilawang dapat menanamkan rasa
nasionalisme pada siswa di kelas XI IPS.10
Penelitian yang dilakukan peneliti memiliki kesamaan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Tiyas Sartika dengan judul penanaman rasa
nasionalisme melalui pembelajaran sejarah pada siswa kelas XI IPS di
SMA Negeri Jatilawang. Letak kesamaannya adalah pada sasaran
pengamatan yaitu rasa nasionalisme atau sikap nasionalisme serta metode
yang dilakukakan di dalam peroses penanaman rasa nasionalisme berupa
metode diskusi dan ceranmah.
Adapun perbedaanya adalah peneliti mengamati guru yang
melakukan penanaman sikap nasionalisme melalui mata pelajaran IPS
(yang bersifat umum (tematik)) yang di SD tetapi kalau penelitian yang
digunakan Tiyas Sartika hanya fokus menggunakan mata pelajaran sejarah
yang di SMA
F. Kerangka Teori
1. Sikap Nasionalisme
Didalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Sebagai masyarakat
atau warga negara, tentu harus memiliki sikap nasionalisme yang
diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari.
a. Pengertian Sikap
Sikap adalah “Suatu kecendrungan untuk breaksi dengan cara
tertentu terhadap suatu perangsang atau situasi yang dihadapi”.11 Menurut 10Tiyas Sartika,” Penanaman Rasa Nasionalisme Melalui Pembelajaran Sejarah pada Siswa Kelas XI IPS Negeri Jatilawang”, Khazanah Pendidikan Jurnal kependidikan , No. 2, Vol 9, ( Maret , 2016).
12
Wina Senjaya yang mendefinisikan sikap “Sebagai kecendrungan
seseorang untuk menerima atau menolak suatu objek berdasarkan nilai
yang dianggapnya baik atau tidak baik”.12 Hal tersebut sesuiai dengan
pemikiraan Bambang Daroeso yaitu “sikap adalah keadaan psikologis
yang dapat menimbulkan tingkah laku tertentu dalam situasi tertentu”.13
Sikap adalah suatu tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari, yang
setiap intraksi sosial yang yang dilakukan terhadap suatu objek dilatar
belakangi oleh nilai-nilai yang dianutnya, dan salah satunya dengan nilai
nasionalisme.
b. Pengertian Nasionalisme
Adapun Istilah Nasionalisme berasal dari “kata “natie” atau
“nation” yang berarti bangsa, serta “isme” yang berarti pandangan atau
paham”.14 Sehingga nasionalisme adalah pandangan tentang rasa cinta
yang wajar terhadap bangsa dan negara serta sekaligus menghormati
bangsa lain dengan prinsip kebersamaan, persatuan, dan demokratis.15 Hal
ini sesuai dengan pendapat Sukarno yaitu :
Nasionalisme merupakan konsep sentral untuk membangun Indonesia yang mandiri dan terhormat ditengah percaturan internasional yang berdasarkan rasa cinta kepada seluruh manusia dan mampu memikat dan mengikat seluruh masyarat Indonesia.16
11M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), hlm. 141 12Wina Sanjaya. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2009), hlm.. 276 13Bambang Daroeso, Dasar dan Konsep Pendidikan Moral Pancasila, (Semarang: CV Aneka Ilmu, 1986), hlm. 20 14Kus Eddy Sartono, dkk, Pendidikan Kewarganegaraan, (Yogyakarta: UPT MKU UNY, 2002) hlm. 10 15Windu Winata W., Supriyanto Wm., Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. (Solo: Tiga serangkai, 2003), hlm. 25 16Sutrisno, Revolusi Mental: Menumbuh kembangkan Rasa Nasionalisme, Hal. 130
13
Sedangkan menurut James G. Kelles dalam buku Sutrisno ialah,
“Nasionalisme adalah suatu bentuk ideologi, yaitu membangun kesadaran
rakyat sebagai suatu bangsa serta memberi seperangkat sikap dan program
tindakan yang tingkah laku seorang nasionalis didasarkan pada perasaan
menjadi bagian dari suatu komunitas bangsa”.17 Menurut Hans Kohn
adalah “Suatu paham yang yang berpendapat bahwa kesetiaan tertinggi
individu harus diserahkan kepada negara dan bangsa”.18
Nasionalisme adalah suatu paham atau pandangan tentang rasa
memiliki sauatu bangsa atau negara untuk membangunnya yang
diwujudkan dengan rasa kesetiaan, kebanggan, cinta tanah air, pengabdian
kepada bangsa, persatuan dan kesatuan untuk mempertahankan
kemerdekaan didalam memajukan bangsa dan negara Indonesia. Sehingga
penanaman nasionalisme bagi warga negara Indonesia khususnya para
pelajar sangatlah penting.
c. Pengertian Sikap Nasionalisme
Adapun sikap nasionalisme menurut Sadikin yaitu:
Sikap nasionalisme suatu sikap cinta tanah air atau bangsa dan negara sebagai wujud dari cita-cita dan tujuan yang diikat sikap politik, ekonomi, sosial, dan budaya, sebagai wujud persatuan atau kemerdekaan nasional dengan prinsip kebebasan dan kesamarataan kehidupan bermasyarakat dan bernegara.19 Sikap nasionalisme dapat dirincikan melalui sikap dan prilaku
sebagai berikut yaitu “Cinta tanah air dan bangsa, rela berkorban demi
17Ibid, hlm. 140 18Hans Kohn, Naionalisme, its meaning and History (Nasionalisme arti dan Sejarahnya). Penerjemah Sumatri Mertodiporo, (Jakarta: Erlangga, 1984), hlm. 11 19 Sadikin, Peningkatan Sikap Nasionalisme melalui Pembelajaran IPS dengan Metode Sosiodarma di SD Cikembulan, Banyumas, (Yogyakarta, Tesis UNY, 2008), hlm. 18
14
bangsa, menerima kemajemukan, bangga pada budaya yang beraneka
ragam, menghargai jasa pahlawan, dan mengutamakan kepentingan
umum”.20
Sikap nasionalisme adalah suatu sikap yang tertanam pada diri
masyarakat suatu bangsa yang berupa rasa kesetiaan, kebanggaan, cinta
tanah air, pengabdian kepada bangsa, persatuan dan kesatuan yang
diwujudkan dalam tingkah laku kehidupan sehari-hari..
d. Unsur-unsur Nasionalisme
Menurut Sartono Kartodirdjo mengemukakan unsur-unsur
nasionalisme di Indonesia dibagi dalam tiga kategori:
1) Unsur Kognitif menunjukkan adanya pengetahuan atau pengertian akan suatu situasi/fenomena tertentu dalam hal ini mengenai pengetahuan akan situasi kolonial pada segala parposinya.
2) Unsur orientasi nilai/tujuan menunjukkan keadaan yang dianggap berharga oleh pelaku-pelakunya, dalam hal ini dianggap sebagai tujuan atau hal yang berharga adalah memperoleh hidup yang bebas dari kolonialisme
3) Unsur afektif dari tindakan kelompok menunjukkan situasi dengan pengaruhnya yang menyenangkan atau menyusahkan bagi pelaku-pelakunya21
Adapun menurut Notanogoro dalam bukunya Siwhono Yhudoso,
menyebutkan unsur-unsur nasionalisme sebagai berikut :
1) Kesatuan Sejarah, yaitu kesatuan yang dibentuk dalam perjalanan sejarahnya sejak zaman Sriwijaya.
2) Kesatuan Nasib, yaitu bangsa Indonesia terbentuk karena memiliki persamaan nasib yaitu penderitaan selama masa
20 Sutrisno, Revolusi Mental: Menumbuh kembangkan Rasa Nasionalisme, hlm, 111 21 Ismayani, Hubungan Antara Pemahaman Nilai-Nilai Nasionalisme Dengan Sikap Nasionalisme Dengan Sikap Cinta Tanah Air Siswa Kelas V SD Se-Gugus Kecamatan Mlati Kabupaten Sleman Tahun 2016, hlm.19-20
15
penjajahan dan perjuangan merebut kemerdekaan secara terpisah dan bersama-sama.
3) Kesatuan Kebudayaan, yaitu walaupun bangsa indonesia memiliki keragaman kebudayaan dan menganut agama yang berbeda, namun keseluruhannya itu satu kebudayaan yang serumpun dan mempunyai kaitan dengan agama-agama besar yang bangs Indonesia sendiri di masa lalu maupun pada masa kini.
4) Kesatuan wilayah, yaitu bangsa ini hidup dan mencari kehidupan di wilayah yang sama yaitu tumpah darah Indonesia.
5) Kesatuan Asasn ke Rohanian, yaitu bangsa ini memiliki kesamaan cita-cita pandangan hidup dan falsafah kenegaraan yang berakar dalam pandangan hidup masyarakat Indonesia sendiri dimasa lalu maupun pada masa kini.22
e. Prinsip Nasionalisme
Menurut Sartono Kartodijo terdapat prinsip nasionalisme sebagai asas
tujuan pendidikan nasional, anatara lain :
1) Unity (Kesatuan-Persatuan) Pembentukan kesatuan dan persatuan lewat proses integrasi dalam sejarah berdasarkan solidaritas nasional yang melampaui solidaritas.
2) Liberty (Kebebasan) Setiap individu dilindungi hak-hak asasinya serta memilik kebebasan berpendapat dan kelompok.
3) Equality (Persamaan) Setiap Individu memiliki persamaan hak dan kewajiban dan persamaan kesempatan.
4) Individuality (Kepribadian) Pribadi perorangan dilindungi hukum seperti milik, kontrak, pembebasan dari ikatan komunal dan primordial.
5) Performence (Hasil Kerja) Baik secara individu maupun kelompok membutuhkan motivasi dan inspirasi untuk memacu prestasi yang dapat dibanggakan.23
22 Siswono Yudohusodo, Nasionalisme Indonesia Dalam Era Globalisasi, (Yogyakarta: Yayasan Widya Patria, 1994), hlm. 6 23 Ibid., hlm. 20
16
f. Ciri-ciri Nasionalime
Ada beberapa ciri khas nasionalisme Indonesia menurut Ali Maskur
Musa yaitu:
1) Bhineka Tunggal Ika, tidak uniform,monolit dan totaliter, mengakui keragaman.
2) Etis dalam memahami etika pancasila 3) Universalistik dalam arti pengakuannya terhadap harkat martabat
manusia yang universal dan mendunia. 4) Terbuka dalam arti secara kultural dan religius Indonesia terbentuk
dari pertemuan dari bermacam budaya dan agama 5) Percaya diri dalam arti menjalin komunikasi dengan tetangga dan
warga masyarakat dunia.24
Adapun ciri-ciri orang yang cinta terhadap bangsa dan negar
Indonesia, menurut Dahlan yaitu:
(a) Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara. (b) Cinta tanah air, bangsa, dan negara. (c) Selalu menjunjung tinggi nama bangsa Indonesia. (d) Merasa bangga sebagai bangsa Indonesia dan bertanah air Indonesia. (e) Segala tingkah lakunya berusaha untuk menjauhkan diri dari perbuatan yang dapat menjatuhkan martabat Indonesia. (f) menempatkan persatuan dan kesatuan serta kepentingan, keselamatan bangsa dan negara diatas kepentingan-kepentingan pribadi atau golongan. (g) Meyakini kebenaran pancasila dan UUD 1945 serta patuh dan taat kepada seluruh perundang-undangan yang berlaku di Indonesia. (h) Memiliki disiplin diri, disiplin sosial, dan disiplin nasional yang tinggi. (i) Berani dan jujur dalam menegakkan kebenaran dan keadilan. (j) bekerja keras untuk kemakmuran sendiri dan masyarakat.”.25 untuk lebih jelasnya akan dipaparkan sebagai berikut:
g. Indikator Sikap Nasionalisme
Menurut Mohamad Mustari, indikator dikatakan menjadi seorang
nasionalis adalah
24 Ibid., hlm. 21 25Ibid.,hlm. 13-17
17
1) Menghargai jasa para tokoh/pahlawan nasional 2) Bersedia menggunakan produk dalam negeri 3) Menghargai keindahan alam dan budaya Indonesia 4) Hafal lagu-lagu kebangsaan 5) Memilih berwisata dalam negeri, dan lain-lain.26 Sedangkan menurut Cholisin, mengemukakan beberapa Indikator
nasionalisme, meliputi :
1) Berbahasa Indonesia secara baik dan benar 2) Memiliki rasa cinta tanah air (menghormati pahlawan,
melakukan upacara bendera, memperingati hari-hari besar nasionali, menyanyikan lagu-lagu kebangsaan, melakukan kegiatan pelestarian lingkungan)
3) Setaia kawan terhadap sesama anak bangsa 4) Menggunakan produksi dalam negeri 5) Mengutamakan persatuan dan kesatuan, kepentingan bangsa dan
negara. 6) Melestarikan dan mengembangkan nilai-nilai dan budaya daerah
maupun nasional (misalnya, memakai pakaian adat tradisional, menyanyikan lagu-lagu daerah dll.)
7) Memelihara dan mengembangkan pilar-pilar kebangsaan yaitu pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika.27
Berdasarkan pemaparan para ahli diatas terkait tentang ciri-ciri dan
indikator Nasionalisme maka akan dipaparkan beberapa sikap
Nasionalisme ssebagai berikut :
1) Cinta Tanah Air
“Menurut Kemdikbud, cinta tanah air adalah cara berfikir,
bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian dan
penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial,
budaya, ekonomi, dan politik bangsanya ”.28 Hal tersebut diwujudkan
26 Mohamad Mutsari, Nilai karakter Refleksi untuk Pendidikan, (Jakarta : Rajawali Press, 2014), hlm. 160-161 27 Cholisin, Peran Guru Pkn dalam Pendidikan Karakter, (Yogyakarta : FSE/UNY, 2011), hlm. 12 28 Aji Bagus Priyambodo, “Impelmentasi Pendidikan karakter Semangat Kebangsaan dan Cinta tanah Air Pada Sekolah Berlatar Belakang Islam di Kota Pasuruan”, Jurnal Sains Psikologi, Jilid 6, Nomor 1, Maret 2017, hlm. 13
18
dengan siswa menyanyikan lagu nasional atau daerah, melakukan
kegiatan pelestarian lingkungan seperti siswa membersihkan sampah
yang berserakan dalam kelas ketika proses pembelajaran tanpa disuruh
oleh gurunya, dan menghormati pahlwan, diwujudkan dengan siswa
memajang foto pahlawan dalam dinding kelas.
2) Bangga sebagai bangsa Indonesia
Hal tersebut diwujudkan dengan siswa menggunakan bahasa
Indonesia yang baik dan benar, menggunakan produksi dalam negeri,
memelihara dan mengembangkan pilar-pilar kebangsaan yaitu
pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhineka tunggal ika (diwujudkan
dengan siswa mentaati tata tertib disekolah).
3) Persatuan dan Kesatuan
Makna persatuan dan kesatuan adalah “Perkumpulan untuk
menjalin kerjasama sehingga mencapai suatu tujuan tertentu”.29 Hal
tersebut diwujudkan dengan siswa menyukai belajar kelompok dan
menghargai pendapat teman yang berbeda.
Sikap nasionalisme merupakan suatu sikap yang menghimpun
nilai-nilai kemanusiaan yang mempunyai pengaruh besar didalam
membentuk karakter masyarakat, khususnya generasi bangsa ke yang lebih
baik. Mengingat bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar dengan
bermacam-macam suku, agama, ras, maupun budaya yang berbeda-beda.
Kemudian karena adanya keinginan dan tekad yang kuat untuk bersatu 29 Dadang Sundawa, Nasiwan, dkk., Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan:kelas XI SMA, (Jakarta: KementrianPendidikan dan Kebudayaan, 2017), hlm. 175
19
dalam suatu wilayah tanah air, maka terciptalah sebuah Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI).
Sebagai warga negara bangsa Indonesia, kita semua tidak bisa
mengelak dari kenyataan bahwa saat ini NKRI sedang mengalami
kegoncangan, salah satunya pada aspek karakter bangsa yaitu penurunan
ahklak, moral, dan sikap masyarakat Indonesia khususnya generasi bangsa
yaitu para pelajar Indonesia yang disebabkan oleh berbagai fakor yang
mempengaruhinya.
Maka karena itu penanaman sikap nasionalisme untuk
pelajar/siswa di sekolah sangat perlu dilakukan untuk mencegah dan
mengatasi hal tersebut sehingga kita melestarika nilai-nilai luhur adat dan
budaya bangsa Indonesia.
Menurut Kemendiknas nilai-nilai luhur agama, pancasila dan
budaya suatu bangsa Indonesia telah terindentifikasi menjadi 18 nilai
karakter, yaitu:
Religius, jujur, Toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokrasi, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, tanggung jawab.30
Adapun nilai religius didalam pendidikan karakter berupa “mengucapkan salam ketika baru sampai di sekolah, bersalaman
30 Idris HM Noor, “Reduksi Nilai Moral, Budaya dan Agama Terhadap Impelmentasi Pendidikan Karakter di Sekolah,” Jurnal Ilmiah Visi P2TK PAUDINI, Volume 9, Nomor 2, Desember 2014 hlm. 153
20
dengan guru, menyapa teman sekolah, berdo’a sebelum belajar, menjawab pertanyaan guru dengan baik, dll.”31
h. Pentingnya Sikap Nasionalisme
Sikap nasionalisme bagi bangsa Indonesia adalah hal yang sangat
penting, karena sikap nasionalisme mempunyai arti yang sangat besar untuk
Indonesia yaitu suatu yang tertanam pada diri seseorang berupa rasa
kebanggaan, kesetiaan, dan kecintaan terhadap tanah air serta senantiasa
mempertahankan dan memajukan bangsa dan negaranya.
Banyak kalangan yang melihat bahwa sikap nasionalisme bangsa
sedikit demi sedikit telah luntur akibat dari perkembangan zaman. Tak
sedikit warga negara Indonesia telah kehilangan wawasan mengenai hakikat
kebangsaan Indonesia. Hal tersebut mendorong terjadinya perselisihan dan
perpecahan bahkan kelakuan yang tak terpuji lainnya diantara warga
Indonesia. Akan tetapi semua hal tersebut dapat diatasi dengan cara
menanamkan sikap nasionalisme dalam diri bamgsa Indonesia.
Masa kini, mewujudkan sikap nasionalisme bukan suatu hal yang
mudah. Akan tetapi, jika dunia pendidikan sudah ikut serta dalam
menanamkan sikap nasionalisme, maka segala yang berkaitan dengan
kekerasan maupun perpecahandapat diselesaikan dengan jalan yang benar.
Sehingga penanaman sikap nasionalisme kepada masyarakat khususnya
kepada pelajar Indonesia adalah cara untuk membangun SDM bangsa
dengan rasa persatuan dan kesatuan tanpa membeda-bedakan satu dengan
31 Surya Atika, “Pelaksanaan Pendidikan Karakter (Religius, Cinta Tanah Air, Dan Disiplin) di SLB Al Ishlah Padang,”Jurnal Ilmiah Pendidikan Khusus”, Volume 3, Nomor 3, September 2014, hlm. 752
21
yang lainnya. Maka untuk cara penanaman sikap naionalisme kepada
pelajar/siswa yaitu bertempat di lingkungan sekolah melalui mata pelajar
IPS.
2. Mata Pelajaran IPS Sekolah Dasar
a. Pengertian Mata Pelajaran IPS Sekolah Dasar (SD)
Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah salah satu
mata pelajaran yang diajarkan di sekolah. IPS merupakan “Ilmu
pengetahuan tenatang manusia didalam kelompok yang disebut dengan
masyarakat, dengan menggunakan ilmu-ilmu: sosiologi, sejarah, geografi,
ekonomi, hukum, politik dan antropologi”.32 Sedangkan menurut beberapa
ahli mata pelajaran IPS didefinisikan sebagai berikut:
Menurut Berhard G. Killer menyatakan bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah studi yang memberikan pemahaman atau pengertian-pengertian tentang cara-cara manusia hidup, tentang kebutuhan dasar manusia, tentang kegiatan-kegiatan dalam usaha memenuhi kebutuhan itu, dan tentang lembaga-lembaga yang dikembangkan sehubungan dengan hal-hal tersebut.33
Menurut A. Kosasih Djahiri, mendefinisikan IPS sebagai berikut IPS (social Studies) merupakan ilmu pengetahuan yang memadukan sejumlah konsep pilihan dari cabang-cabang ilmu pengetahuan sosial dan ilmu lainnya serta kemudian diolah berdasarkan prinsip pendidikan dan didaktik untuk dijadikan program pengajaran pada tingkat persekolahan.34
Ditegaskan kembali oleh pendapat Dadang Supardan bahwa “IPS
merupakan program pembelajaran yang bertujuan untuk membantu dan
melatih anak didik, agar mampu memiliki kemampuan untuk mengenal
32N. Daldjoeni, Dasar-dasar Ilmu Pengetahuan Soial, (Bandung: Alumni, 1997), hlm. 7 33Oemar Hamalik, Studi Ilmu Pengetahuan Sosial, (Bandung: Mandar Maju, 1992), hlm. 6 34Dadang Supardan, Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Perspektif Filosofi Dan Kurikulum, hlm. 14-15
22
dan menganalisis sautu persoalan dari berbagai sudut pandang secara
komperhensif”.35
Mata pelajaran IPS adalah ilmu pengetahuan yang bersifat
gabungan dari imu geografi, sosiologi, antropologi, ekonomi,sejarah dan
politik yang bertujuan untuk membantu dan melatih anak didik, agar
mampu memiliki kemampuan untuk mengenal dan menganalisis satu
persoalan dari berbagai sudut pandang secara komperhensif. Yang
tingkatan teori IPS yang disajikan kepada siswa sesuai dengan jenjang
sekolahnya, dan salah satu tingkatan jenjang sekolah siswa adalah jenjang
sekolah dasar.
Sekolah dasar adalah “Usia anak sekolah yang berkisar antara 7
sampai 12 tahun”.36 Yang mempunyai karakteristik berbeda dengan
jenjang sekolah lainya. Menurut Piaget anak sekolah dasar mempumyai
tingkat perkembangan kognitif diantaranya :
Disaat anak umur 7 tahun, “secara berangsur anak dapat
memikirkan lebih dari satu benda dari satu saat dan mereka mulai
menguasai lambang-lambang yang memungkinkan manipulasi secara
mental, akan tetapi penalaran masih sangat dipengaruhi oleh persepsi serta
pemakaian masih egosentrik, kata-kata mempunyai makna yang khas,
karena itu kemampuan mereka untuk memandang pendapat orang lain
terbatasi”.37
35iIbid., hlm. 16 36Djojo Suradisastra, dkk., Pendidikan IPS 3, (Jakarta: Departemen Pendidikan dan kebudayaan: 1992/1993), hlm.67 37Ibid., hlm. 66
23
Disaat anak berumur 7 tahun-11 tahun, “Anak-anak telah mampu
memikirkan lebih dari satu benda pada saat bersamaan dan dapat
memahami bahwa benda yang berbeda bentuknya mempunyai volume
sama, juga anak mampu mengembalikan bentuk bulat menjadi bentuk asal
yang misalnya bulat panjang, akan tetapi pemikiranya masih terbatas
mengenai benda yang konkret dan akan kesulitan apabila
menggeneralisasikan lebih dari itu”.38
Disaat anak berumur 11 tahun ke atas, Anak-anak telah mampu
memandang benda yang hipotetis, benda yang sebenarnya tidak ada tetapi
merupakan abtraksi mental sehingga anak-anak bertambah kemampuannya
untuk berfikir secara proposional dan membentuk hipotesis.39
Sekolah dasar merupakan tingkat sekolah anak yang berkisar 7-12
tahun yang diiringi perkembangan-perkembangan yang dialaminya.
Sehingga mata pelajaran IPS sekolah dasar adalah suatu bidang studi ilmu
pengetahuan yang menggabungkan antara ilmu sosiologi, ekonomi,
antropologi, politik, dan sejarah yang penyajian materinya disesuaikan
dengan tingkat perkembangan berfikir anak/siswa. Yang diiringi dengan
tujuan yang jelas.
b. Tujuan Mata Pelajaran IPS
Secara lebih jelasnya mengenai tujuan mata pelajaran IPS, maka
akan dijelaskan sebagai berikut.
Menurut Jarolimek mengemukakan bahwa,
38Ibid., hlm. 66 39Ibid., hlm. 66
24
Mengkatagorikan tujuan Social Studies kedalam tiga kelompok diantaranya (1) Understanding, yang berrhubungan dengan pengetahuan dan kecerdasan (Knowledge and knowing), (2) Attitudes, yang berhubungan dengan nilai, apresiasi, cita-cita, dan perasaan, (3) Skills, yang berhubungan dengan penggunaan dan pemakaian pembelajaran studi sosial dan kemampuan untuk memperoleh ilmu pengetahuan baru.40
Adapun tujuan Pembelajaran IPS itu sendiri adalah “Agar peserta
didik menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, bertanggung
jawab, serta warga dunia yang cinta damai”.41 Hal ini sejalan dengan
pendapat Barr, dkk. “Yaitu upaya menyiapkan para siswa supaya dapat
menjadi warga negara yang baik”.42 Untuk lebih rinci, W. Liwood Chase
mengemukakan tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial sebagai berikut:
a. Memberikan informasi dan pengetahuan mengenai kebudayaan yang diwariskan oleh generasi yang lampau.
b. Mengembangkan keterampilan belajar. c. Mengembangkan konsepsi dan pengenalan akan diri sendiri
agar dapat berdiri ssendiri. d. Membentuk sikap dan kelakuan yang dapat diterima oleh
masyarakat. e. Menghargaai kesenian bangsa dan jasa-jasa orang lain. f. Memahami konsep-konsep dasar dan struktur disiplin ilmu
sosial. g. Memupuk pengertian mengenai makana fakta-fakta dari
peristiwa-peristiwa. h. Memupuk kesenangan dan minat yang mantap akan ilmu
sosial, sejarah dan humanitas. i. Mengembangkan kebiasaan dan keterampilan dalam berpikir
kritis dan dalam memecahkan masalah. j. Menemukan hal-hal yang luhur yang untuk itu ia rerla
mengabdikan dirirnya. k. Mengembangkan kebiasaan dan keterampilan sebagai warga
negara yang baik, termasuk partisipasi dalam kegiatan sosial.
40Dadang Supardan,Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Perspektif Filosofi Dan Kurikulum, hlm. 13 41Ibid.,hlm. 19 42 Djojo Suradisastra, dkk., Pendidikan IPS 3, hlm.6
25
l. Memupuk suatu kode nilai-nilai yang dapat mengatur dan mengarahkan kehidupan pribadinya.43
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) bertujuan untuk membina peserta
didik menjadi warga negara yang baik serta membekalinya dengan
keterampilan sosial maupun keterampilan intlektual dalam rangka
merealisasikan tujuan nasional.mata pelajaran IPS sangat berpengaruh
terhadap upaya penanaman sikap nasionalisme siswa, khususnya siswa
sekolah dasar. Maka karena itu perlu diketahui materi dan ruang lingkup
mata pelaran IPS sekolah dasar sehingga memudahkan guru dan siswa
dalam proses pembelajaran.
c. Materi dan Ruang Lingkup Mata Pelajaran IPS Sekolah Dasar
Didalam pelajaran IPS sekolah dasar pada kelas V Tema tujuh,
tentu akan mempunyai batasan pembahasan didalam mengkajinya.
Sehingga memudahkan siswa atau guru didalam memberikan materi
sebagai berikut:
Materi pelajaran IPS SD kelas V tercakup dalam buku tematik
terpadu kurikulum 2013 diantaranya “Peristiwa kedatangan bangsa barat
(Sub tema 1), peristiwa-peristiwa pada masa pemerintahan kolonial Inggris
dan Belanda, Sistem tanam paksa pemerintahan kolonial Belanda,
Peristiwa perlawanan terhadap Portugis, Peristiwa perlawanan terhadap
Belanda, Masa Awal pergerakan nasional, Peristiwa sumpah pemuda
1928, Peristiwa kebangsaan seputar proklamasi (Sub tema 2), Peristiwa
pembacaan teks proklamasi, peristiwa menjelang dan sesudah pembacaan
43Oemar Hamalik, Studi Ilmu Pengetahuan Sosial., hlm. 39
26
teks proklamasi, proklamator, Peoses pembentukan NKRI, Perjuangan
mempertahhankan kemerdekaan, Peristiwa pengakuan kedaulatan
Indonesia oleh Belanda, Peristiwa mengisi Kemerdekaan (Sub tema 3),
Kegiatan mengisi kemerdekaan negara Indonesia, peran pelajar dalam
mengisi kemerdekaan, peristiwa lahirnya pancasila, dan Menghargai jasa
pahlawan.44
d. Strategi Pembelajaran IPS
Didalam pengajaran IPS, tentu seorang guru membutuhkan
strategi/metode yang tepat didalam menyampaikan materi pelajaran
sehingga bisa mengarah sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
a) Strategi Pembelajaran Direktif
Didalam metode ini, “Guru secara langsung memberikan
informasi mengenai keterampilan dan dimodelkan kepada siswanya”.45
Menurut Dadang Supardan yaitu Strategi ini memiliki peranan yang
sangat luas karena bisa dilakukan melalui berbagai pembelajaran
seperti film, tape record, ceramah da sebagainya”.46 Maka secara lebih
rinci perlu penjelasan mengenai tahapan-tahapan pelaksanaan didalam
strategi pembelajaran direktif.
Menurut Beyer, ada beberapa tahapan didalam menjalankan
strategi pembelajaran direktif diantaranya:
44 Maryanto, Fransiska, dkk., Peristiwa dalam Kehidupan (Buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013), hlm. 1-174 45Ibid.,hlm. 194 46Ibid.,hlm. 194
27
1) Tahap introduce, pada tahapan ini memperkenalkan topic kajian
yang dilakukan baik dengan penulisan topic didpean (papan tulis)
ataupun secara lisan.
2) Tahap Explain, Pada tahap ini dijelaskan beberapa kunci prosedur
dan petunjuk praktis pencapaian dan penguasaan materi pokok
(perlu dijelaskan konsep-konsep pokok dan rinciannya).
3) Tahap using example, pada tahap ini guru dituntut memberikan
contoh-contoh yang akurat sesuai dengan topic kajian.
4) Tahap apply the skill as modeled by teacher, pada tahapan ini
siswa diuji daya serap hasil belajarnya atau kemampuan hasil
belajar selama proses pembelajaran dengan titik berat pada apa
yang dicontohkan gurunya.
5) Tahap reflection, Pada tahap ini siswa harus memantulkan
(merefleksikan) keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran
secara menyeluruh.47
b) Strategi pembelajaran Mediatif
Menurut Birron Massialas dan Benyamin, memaparkan
langkah-langka strategi pembelajaran mediatif diantaranya:
1) Tahap orientasi, pada fase ini ditetapkan maslah sosial sebagai
pokok bahasan yang dirumuskan dalam bentuk pernyataan atau
pertanyaan yang tidak terlalu luas cakupannya.
47Ibid.,hlm. 195
28
2) Tahap perumusan hipotesis, dalam fase ini mencari dan
merumuskan berapa hipotesis yang disajikan sbagai bahan dalam
inkuiri sebagai bahan pengujian.
3) Tahap definisi, kegiatan yang dilakukan pada fase ini adalah
menjelaskan istilah-istilah dan konsep-konsep yang terkandung
dalam hipotesis tersebut.
4) Tahapa eksplorasi, kegiatan yang dilakukan pada fase ini adalah
menguji hipotesis dengan implikasi dan asumsi-asumsinya.
5) Tahap menguji hipotesis, pada fase ini dilakukan pengujian
hipotesisi melalui pengumpulan pendapat hasil penelitian yang
dilakukan siswa.
6) Tahap generalisasi, bagian ini merupakan kegiatan pemecahan
masalah serta perbaikan sosial sebagai tindak lanjut hasil
penelitian.48
c) Strategi Pembelajaran Generatif
Strategi ini mendorong siswa untuk kreatif. Adapun tahapan-
tahan didalam pelaksanaannya yaitut:
Tahapan strategi pertama, terdapat beberapa langkah sebagai
berikut:
1) Tahap mendeskripsikan kondisi saat ini, dalam hal ini guru
menyuruh siswa untuk mendeskripsikan situasi atau topic yang
mereka lihat saat ini.
48Ibid.,hlm. 195-196
29
2) Tahap analogi langsung, pada kegiatan ini siswa mengemukakan
analogi langsung, salah satu akan diseleksi dan selanjutnya
dikembangkan.
3) Tahap analogi personal, merupakan kegiatan para siswa (menjadi)
analogi yang diseleksinya pada fase kedua.
4) Tahap konflik ditekan, berdasarkan fase kedua dan ketiga, para
siswa mengemukakan beberapa konflik kemudian memilih salah
satunya.
5) Tahap analogi fantasi, pada tahap ini para siswa mengembangkan
dan menyeleksi analogi langsung lainnya berdasarkan konflik tadi.
6) Tahap meninjau tugas yang sebenarnya, pada tahap ini guru
menyuruh para siswa meninjau kembali tugas atau masalah yang
sebenarnya dan menggunakan analogi yang terakhir/masuk pada
pengalaman terakhir.49
Sedangkan pada strategi kedua, memiliki tahapan pelaksanaan
sebagai berikut:
1) Tahap iniput tentang keadaan sebenarnya, dalam fasae ini guru
menyajikan informasi tentang sesuatu topik yang baru.
2) Tahap analogi langsung, kegiatan guru yang dilakukan adalah
mengusulkan analogi langsung dan menyuruh siswa
menjalankannya.
49Ibid.,hlm. 197
30
3) Tahap analogi personal, dalam hal ini guru mengarahkan siswa
menjadi analogi langsung.
4) Tahap membedakan analogi, aktivitas yang dilakukan para siswa
menjelaskan dan menerangkan kesamaan antara materi yang baru
dengan analogi langsung.
5) Tahap menjelasakan perbedaan, disini siswa menjelaskan analogi-
analogi yang tidak sesuai.
6) Tahap penjelasan, kegiatan yang dilakukan para siswa untuk
menjelajahi kembali kebenaran topic dengan batasan-batasan
mereka.
7) Membangkitkan analogi, dalam hal ini para siswa memberikan
analogi sendiri secara langsung dan menjelajahi persamaan dan
perbedaannya.50
d) Strategi Pembelajaran Kolaboratif
Menurut Dadang Supardan, “Yang tergolong katagori strategi
kolaboratif diantaranya; strategi belajar kooperatif dari Johnson, role
playing, simulasi, dan sebagainya”.51 Adapun langkah-langkahnya
menurut O’Leary dan Dishon sebagai berikut:
1) Nyatakan tujuan pembelajran baik tujuan akademik maupun
sosialnya.
2) Tegaskan secara verbal dan tuliskan pokok bahasan yang dibahas.
50Ibid.,hlm. 197 51Ibid.,hlm. 198
31
3) Berikan/bagikan materi pelajaran berdasarkan kelompok tanpa
pandang bulu.
4) Nyatakan bahwa proses dan hasilnya harus bisa dipertanggung
jawabkan secara individu dan kelomppok. Criteria sebaiknya
dijabarkan karena akan dicek oleh guru.
5) Berikan penghargaan jika mereka telah mengerjakan tugas dengan
baik.
6) Sampaikan dan ajarkan keterampilan sosial yang diharapkan secara
operasional.
7) Guru hendaknya menjadi observer yang baik, nyatakan prilaku apa
yang diharapkan dan bagaimana melakukannya.
8) Organisasikan setiap kelompok secara berimbang, dan berikan
tugas-tugas yang adil.
9) Pelaporan tugas dilakuakan secara bergilir dan kendalikan
ketertiban kelas.
10) Observasi hasil kerja siswa baik kemampuan akademik maupun
keterampilan sosialnya.
11) Nilai pekerjaan siswa dan berikan feedback.
12) Jika ada siswa yang memerlukan bimbingan dalam menjawab,
berikan bimbingan seperlunya.
13) Telaah kemampuan siswa dibidang akademik maupun
keterampilan sosialnya.
32
14) Berikan pertanyaan-pertanyaan sesuai dengan materi yang telah
ditugaskan.
15) Bentuk hand out masing-masing kelompok, kemudian
dibandingkan dan evaluasi sebelum presentasi dilakukan.
16) Tawarkan komentar dari kelompok lain, baik dari segi-segi positif
dan negatifnya.
17) Hindarkan sebutan-sebutan kelompok khusus ataupun sebutan
yang bersifat diskriminasi.52
e) Strategi Pembelajaran Sosiodrama
Mennurut Rice, “Sosiodrama pada hakikatnya merupakan
usaha pembelajaran untuk memainkan kembali suatu insiden historis
ataupun pristiwa-pristiwa sejarah dan secara artistic seluruh proses
kehidupan manusia, merflesikan hidup dalam pertentangan tokoh,
gerakan sosial, atau moral yang timbul”53. Cara ini sangat menarik
banyak perhatian SD. Sebagai suatu pembelajaran, didalamnya
melibatkan aspek kognitf. (berfikir), afektif (sikap), dan psikomotorik
(keterampilan).
Adapun langkah-langkah didalam pelaksanaannya sebagai
berikut:
1) Menentukan tujuan pembelajaran 2) Menentukan topik kajian 3) Menentukan/memilih peran 4) Pemeranan adegan 5) Diskusi/evaluasi pemeranan.54
52 Ibid.,hlm. 198-199 53Ibid.,hlm. 203 54 Ibid.,hlm. 203
33
f) Strategi Pembelajaran Studi Ekskursi Perjalanan
Menurut Rice, Sinau wisata (studi ekskursi) atau karya wisata
adalah
Suatu prosedur pembelajaran yang memberikan pengamatan langsung tentang phenomena dan kumpulan data ditempat yang sebenarnya, kebalikan dari studi teks dan perpustakaan.55
Siswa dibawa mengunjungi objek-objek pemukiman
trasmigran, tempat sejarah, panti sosial dan sebagainya.
Bagi siswa, selain mereka berekreasi tetapi mereka juga
melakukan pengamatan secara langsung.
Maka karena itu, jika guru menyampaikan pelajaran IPS dengan
strategi/metode yang tepat dan baik, maka bukan hanya peningkatan nilai
akademiknya saja yang terlihat, akan tetapi pembentukan nilai dan sikap
pada diri siswa, termasuk penanaman sikap nasionalisme siswa dapat
terwujud dengan baik. Maka karena itu penanaman sikap nasionalisme
melalui mata pelajaran IPS perlu dilakukan.
3. Penanaman Sikap Nasionalisme Melalui Mata Pelajaran IPS Di
Sekolah Dasar
Penanaman sikap nasionalisme melalui mata pelajaran IPS di
sekolah perlu dilakukan. Mengingat saat ini, sikap nasionalisme
masyarakat khususnya para pelajar Indonesia sedikit demi sedikit sudah
mulai terkikis.
55Ibid.,hlm. 203
34
Penanaman sikap individu dapat dibentuk dengan berbagai cara
diantaranya:
a. Pola Pembiasaan
Pembentukan sikap dengan cara pembiasaan, “Menurut Skiner
didalam buku karangan Wina Sanjaya “Paradigma Pendidikan”
menyatakn bahwa lebih menekankan kepada peneguhan respon anak
yaitu setiap kali anak menunjukkan prestasi yang baik diberikan
penguatan dengan cara pemberian hadiah atau prilaku yang
menyenangkan sehingga lama kelamaan anak berusaha meningkatkan
sikap positifnya”.56 Sehingga proses pengulangan yang menjadi unsur
pola pembiasaan
Hal ini juga berlaku dalam penanaman sikap nasionalisme
siswa. “Pembiasaan guru untuk mengenalkan dan mengajarkan
pentingnya sikap nasionalisme dapat menjadikan anak terbiasa untuk
menjadi seorang nasionalis”.57
.“Didalam peroses pembelajaran di dalam kelas, baik secara
disadari maupun tidak, guru dapat menanamkan sikap tertentu kepada
siswa melalui peroses pembiasaan”.58 Pola pembiasaan adalah
pengulangan terhadap segala sesuatu yang dilaksanakan atau yang
diucapkan oleh seseorang,.
56Wina sanjaya, Paradigma Baru Mnegajar, (Jakarta: kencana, 2017), hlm. 239 57Gita Enggrawati, Penanaman Sikap Nasionalisme Melalui Mata Pelajaran IPS Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 2 Sumampir, hlm. 24 58Ibid., hlm. 238
35
Contohnya, salah satu bentuk pembiasaan yang dilakukan guru
untuk melestarikan nilai-nilai luhur budaya yang ada di Indonesia
kepada siswa, dan diantara bentuk dari nilai luhur budaya tersebut
yaitu sopan santun yang diwujudkan dengan bersalaman, baik itu yang
dilakukan seorang anak kepada orang tuanya, siswa kepada gurunya,
maupun kepada sesama temannya. Sehingga dengan melakukan
kegiatan ini, guru melakukan pembiasaan kepada siswanya untuk
melestarikan budaya Indonesia sebagai bentuk upaya guru dan siswa
dalam menghargai budaya bangsa Indonesia, karena prilaku
menghargai budaya Indonesia adalah salah satu Indikator yang ada di
dalam sikap nasionalisme. Sehingga dengan melakukan kegiatan
tersebut, secara otomatis guru berupaya melakukan penanaman sikap
nasionalisme kepada siswanya.
Pembiasaan lain yang dapat dilakukan guru adalah selalu
mengecek kehadiran siswa di kelas sebagai salah satu bentuk upaya
guru dalam pengontrolan kepada siswa untuk selalu berlaku disiplin
yang dilakukan secara terus menerus, karena dengan kegiatan tersebut
guru mengontrol kehadiran siswa dengan cara mengecek siswa yang
hadir dan siswa yang tidak hadir maupun yang siswa bolos, sehingga
dengan sebab itu siswa akan terdorong untuk hadir tepat waktu ketika
masuk kelas..
Pembiasaan selanjutnya yaitu membiasaka siswa aktif ketika
pembelajaran adalah sebagai salah satu bentuk upaya guru dalam
36
menanamkan dan meningkatkan nilai kepercayaan diri da keberanian
yang ada pada diri setiap siswa, baik itu berupa percaya diri dalam
berargumentasi, bertanyaan, berpendapat, maupun berkerjasama satu
dengan yang lainnya.
Adapun pelaksanaan pendidikan nasionalisme dapat dilakukan
melalui peroses pembiasaan yang meliputi yaitu (1) kegiatan rutin; (2)
kegiatan spontan; (3) kegiatan pemberian keteladanan; dan (4)
kegiatan terprogram.”59
“Kegiatan rutin merupakan kegiatan yang dilakukan secara
terus menerus dan konsisiten setiap saat”.60 Contohnya, seorang guru
mengabsen murid-muridnya setiap masuk kelas guna menanamkan
sikap disiplin.
“Kegiatan spontan adalah kegiatan yang dialkukan secara
spontan ketika itu juga dan biasanya dilakukan saat guru atau tenaga
kependidikan yang lain mengetahui adanya perilaku yang terlihat
kurang baik”.61 Contohnya, ketika seorang guru melihat siswa/i nya
berkelahi kemudian guru tersebut mengamankan dan memberi arahan
kepada mereka, agar tidak ada permusuhan dan perpecahan diantara
mereka sehingga kesatuan dan persatuan tetap terjaga.
b. Kegiatan Keteladanan/Modeling
59Agus wibowo, Pendidikan Karakter: Strategi Membangun Bangsa Yang Berpradaban, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), hlm. 84-89 60Ibid.,, hlm. 84 61Ibid., hlm. 87
37
Menurut Wina Senjaya, “Pembelajaran sikap seseorang dapat
dilakukan melalui proses modeling, yaitu pembentukan sikap melalui
proses asimilasi atau peroses mencontoh”.62 “Kegiatan keteladanan
adalah perilaku dan sikap guru dalam memberi contoh terhadap
tindakan yang baik, sehingga diharapkan akan menjadi panutan bagi
siswa”.63 Pola modeling merupakan cara guru memberikan contoh dan
keteladanan kepada siswa sehingga mereka mau mengikuti kita (ke hal
positif). Misalnya, ada seseorang siswa yang sangat mengagumi
gurunya. Siswa tersebut akan cenderung mengikuti prilaku gurnya
tersebut. Sebagai contoh, jika gurunya selalu berpakaian rapi saat
disekolah, maka siswa tersebut juga akan mengikuti hal yang sama
seperti gurunya. Akan tetapi, guru tersebut juga harus menjelaskan
alasanya karena agar siskap yang muncul nantinya didasari oleh
kebenaran akan suatu sistem nilai.
Contohnya, seorang guru berpakaian rapi disaat mengajar,
sebagai contoh untuk murid-muridnya agar memperhatikan kerapian
dan keindahan, guru memberikan contoh kepada siswa agar senantiasa
mencintai produk dalam negeri dengan guru memakainya sebagai
contoh bagi siswa.
Guru menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar
diaaat proses pembelajaran, guru selalu mencontohkan keda siswa agar
selalu hadir tepat waktu ketika pembelajaran, dan guru memajang
62Wina sanjaya, Paradigma Baru Mnegajar, hlm. 239 63Ibid., hlm. 89
38
gambara pahlawan nasional, keanekaragaman budaya, presiden, wakil
presiden, dan lambang negara didinding sebagai wujud sebagai wujud
kecintaan dan penghormatan kita kepada para pahlawan dan tokoh.
Pada dasarnya, “Salah satu karakteristik anak sedang
berkembang adalah keinginan untuk melakukan peniruan”.64 Tentu hal
tersebut akan dilakukan oleh seorang siswa terhadap orang lain yang
menjadi idolanya atau orang yang dihormatinya.
“Selanjutnya, kegiatan terprogram yaitu berupa kegiatanyang
telah diterapkan disekolah tersebut”.65 Contohnya, kegiatan karya
wiasata yang diadakan oleh guru ke museum agar pengetahuan siswa
tentang peninggalan dan para pahlawan semakin bertambah sehingga
semangat nasionalisme siswa pun semakin bertambah..
Maka, pola pembiasaan yang dilakukan oleh guru, ada yang
langsung perencanaannya dari pihak sekolah, RPP guru terkait, dan
secara sepontan.
c. Penggunaan Metode Pembelajaran
Terkait dengan penanaman sikap melalui mata pelajaran IPS,
maka hal tersebut tidak dapat dilepaskan dari penananman nilai yang
berlaku dimasyarakat. “Materi dan pokok bahasan pada pembelajaran
IPS dengan menggunakan berbagai metode digunakan untuk membina
penghayatan, kesadaran, kepemilikan nilai-nilai yang baik melalui
mata pelajaran IPS dapat menghasilkan sikap yang baik pula dalam
64Wina sanjaya, Paradigma Baru Mnegajar, hlm. 239 65Ibid., hlm. 89
39
diri siswa”.66 Maka karena itu, pembinaan nilai yang baik melalui mata
pelajaran IPS dapat menghasilkan sikap yang baik pula dalam diri
setiap siswa.
Pada dasarnya, “Hakikat IPS adalah pengajaran yang
mensosialkan diri dan pribadi siswa”.67 Oleh karena itu, penanaman
sikap pada pembelajaran IPS hendaknya dilakukan dengan baik. Di
dalam pembelajaram IPS, berbagai pendekatan serta metode yang
diterapkan harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi siwa.
Berbagai macam pendekatan dan metode pembelajaran yang
digunakan dalam pembelajaran IPS dapat menjadikan pembelajran
lebih menarik. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang No 20 tahun
2003 tentang pendidikan nasional yaitu:
Pendidikan nasional berfungsi mengembnagkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mmulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan tanggung jawab.68
Berbagai pendekatan dan metode dalam pembelajaran IPS
digunakan untuk membina sikap yang baik dalam diri siswa, termasuk
menanamkan sikap nasionalisme siswa. Penanaman sikap tersebut
66Hidayati, Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah dasar, (Yogyakarta: D-II FIP UNY, 2002), hlm.52 67Ibid., hlm. 58 68Sukardjo, Ukim Komarudin, Landasan Pendidikan Konsep Dan Aplikasinya, (jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2009), hlm. 14
40
sangat penting dilakukan karena hal tersebut dapat menjadikan siswa
mempunyai suatu prinsip dalam kehidupannya di masyarakat.
Pada jenjang pendidikan sekolah dasar, siswa harus
diperkenalkan dengan penanaman sikap pada peroses pembelajaran.
Terkait dengan penanaman sikap nasionalisme, proses pembelajaran
melalui cerita dan dongeng dapat dijadikan sarana yang baik dalam
penanaman sikap nasionalisme.
Seperti yang dikemukakan oleh Hidayati bahwa “Cerita dan
dongeng dapat menjadi sarana yang baik untuk pengenalan dan
penanaman nilai dan sikap kepada diri siswa seperti kejujuran,
keadilan, dan kepahlawanan”.69 Kegiatan yang melatih sikap persatuan
dan kesatuan, bekerja keras, disiplin, ataupun jujur dapat dijadikan
pendorong untuk siswa agar dapat melakukan perbuatan yang
mencerminkan sikap nasionalisme, seperti kegiatan diskusi kelompok,
sosiodrama, dan simulasi.
G. Metode Penelitian
1. Pendekatan penelitian
Penelitian ini telah menggunakan metode penelitian deskriptif,
dengan pendekatan penelitian kualitatif.
Penelelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive dan snowbaal, teknik pengumpulan data dengan trianggulasi (gabungan)
69Hidayati, Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah dasar,hlm. 56
41
analisis data bersiifat induktif dan kualitatif, dan hasil kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi.70
Berdasarkan pengertian tersebut, hasil penelitian dengan
menggunakan metode ini bukanlah generalisasi berdasarkan ukuran-
ukuran kuantitas, namun makna (segi kualitas) dari fenomena yang
diamati. Penelitian ini telah menggunakan metode penelitian deskriptif
kualitatif karena bertujuam untuk mendeskripsikan dan menggambarkan
penanaman sikap nasionalisme melalui mata pelajaran IPS pada siswa
kelas V SD Negeri 3 Babussalam secara lebih lengkap dan mendalam.
2. Kehadiran Peneliti
Dalam penelitian ini, peneliti berperan sebagai instrument kunci
didalam meneliti proses penenaman sikap nasionalisme melalui mata
pelajaran IPS pada siswa kelas V SD Negeri 3 Babussalam.
3. Lokasi Penelitian
Penelitian ini telah dilakukan di SD Negeri Babussalam kec.
Gerung Lombok Barat, pada siswakelas V. Adapun alasan peneliti
memilih tempat ini sebagai lokasi penelitian karena peneliti menemukan
permasalahan mengenai penurunan sikap nasionalisme anak di kelas V.
Maka karena itu, harapan peneliti dalam peneliti dalam peneliitian ini yaitu
dapat memberikan informasi dan penggambaran kepada SD Negeri 3
Babussalam mengenai penanaman sikap nasionalisme siswa kelas V
melalui mata pelajaran IPS.
70 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan R&D), (Bandung: Alfabeta, 2015), hlm. 15
42
4. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah subjek penelitian atau
informan. Adapun subjek dalam penelitian ini adalah kepala sekolah, guru
dan siswa kelas V SD Negeri 3 Babussalam. Pemilihan subjek ini
didasarkan atas kesesuaian antara sumber informasi atau informan utama
terkait dengan masalah penelitian ini, yaitu mengenai penanaman sikap
nasionalisme melalui mata pelajaran IPS pada siswa kelas V SD Negeri 3
Babussalam.Adapun objek dalam penelitian ini adalah penenaman sikap
nasionalisme melalui mata pelajaran IPS pada siswa kelas V SD Negeri 3
Babussalam.
5. Prosedur Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah menggunakan
metode obsservasi, wawancara, dan studi dokumentasi.
1. Observasi
Marshall menyatakan bahwa: “through observastion, the
researcher learn about behavior and the meaning attached to those
behavior”. Melalui observasi, peneliti belajar tentang prilaku, dan
makna dari prilaku tersebut.71
Observasi atau pengamatan yang dilakukan dalam penelitian ini
adalah untuk mengumpulkan data dengan jalan mengadakan
pengamatan terhadap kegiatan yang dilakukan guru dan siswa. Fokus
utama dalam pengamatan yang dilakukan oleh peneliti dalam proses
71Ibid.,hlm. 310
43
pembelajaran adalah bagaimana usaha guru dalam menananmkan sikap
nasionalisme pada siswa melalui kegiatan akedemik, khususnya pada
mata pelajaran IPS. Adapun kisi-kisi pedoman observasi sebagai
berikut :
Tabel 1. Kisi-kisi lembar obsevasi Penanaman Sikap Nasionalisme Melalui Mata Pelajaran IPS pada Siswa Kelas V
Subjek Observasi
Aspek Yang diamati
Indikator Jumlah Butir
Guru Pembiasaan Membiasakan siswa aktif ketika pembelajaran (berupa menyanyikan lagu Indonesia, berdikusi, simulasi, ceramah dll)
Mengecek kehadiran siswa sebelum pembelajaran dimulai sebagai bentuk pengontrolan guru terhadap kehadiran siswa
Dua
Kegiatan keteladanan/modeling
Menggunakan produk buatan dalam negeri
Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar
Memakai pakaian dinas sesuai dengan peraturan
Memualai pembelajaran tepat waktu
Memajang gambar presiden, wakil presiden, dan lambang negara Indonesia di dinding kelas
Lima
44
Contoh-contoh kontekstual
Memperingatkan siswa ketika ribut, saat pembelajaran berlangsung.
Memperingatkan siswa ketika mencontek pekerjaan siswa lain
Memperingatkan siswa ketika datang terlambat
Memperingatkan siswa ketika tidak berpakaian rapi
Lima
Tabel 2. Kisi-kisi Lembar Observasi
Perwujudan Sikap Nasionalisme Siswa melalui Mata pelajaran IPS pada siswa kelas V
Sasaran Obsevasi
Aspek yang diamati
Indikator Jumlah Butir
Siswa Cinta tanah air Menyanyikan lagu lagu kebangsaan atau daerah. Diwujudkan dengan siswa menyanyikan lagu nasional atau daerah ketika pembelajaran didalam kelas
Melakukan kegiatan pelestarian lingkungan. Diwujudkan dengan siswa membersihkan sampah yang berserakan ketika proses pembelajaran di dalam lingkungan kelas tanpa disuruh
Tiga
45
Menghormati pahlawan. Diwujudkan dengan siswa memajang foto tokoh dan para pejuang didalam kelas.
Bangga sebagai bangsa Indonesia
Siswa menggunakan bahasa Indonesia secara baik da benar
Siswa menggunakan produksi dalam negeri
Memelihara dan mengembangkan pilar-pilar kebangsaan yaitu pancasila, UUD 1945, NKRI, Bhineka tunggal ika. Yang diwujudkan dengan siswa mentaati tata tertib di sekolah dalam bersekolah (baik itu dalam segi pakaian yang sesuai aturan, kehadiran tepat waktu dll.}
Tiga
Persatuan dan kesatuan
Siswa menyukai belajar kelompok ketika pembelajaran
Siwa menghargai pendapat teman yang berbeda yang diwujudkan dengan siswa tidak mngejek jawaban temennya.
Dua
46
2. Wawancara
Menurut Esterberg mendefinisikan wawancara sebagai
berikut, “Wawancara merupakan pertemuan daua orang untuk bertukar
informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan
makna dalam suatu topik tertentu”.72 Wawancara ini digunakan untuk
mencari informasi dengan lebih mendalam. Responden dalam
wawancara yang dilakukan oleh peneliti adalah kepala sekolah, guru,
serta siswa kelas V SD Negeri 3 Babussalam.
Wawancara yang telah dilakukan peneliti dengan guru
dimaksudkan untuk mencari informasi mengenai kebiasaan dan
keteladanan yang dilakukan guru, penggunaan media ataupun cara guru
dalam mengenalkan dan menanamkan sikap nasionalisme kepada siswa
melalui mata pelajaran IPS. Wawancara yang akan dilakukan peneliti
dengan kepala sekolah ditujukan untuk mencari data mengenai situasi
dan kondisi lingkungan sekolah, serta cara penanaman sikap
nasionalisme oleh guru. Wawancara peneliti dengan siswa ditunjukkan
untuk mencari data mengenai perwujudan sikap nasionalisme. Adapun
kisi-kisi pedoman wawancara sebagai berikut :
Tabel 3. Pedoman Wawancara Penanaman Sikap Nasionalisme Melalui Mata Pelajaran IPS pada Siswa Kelas V
NO
Responden Aspek Indikator Jumlah Butir
1. Guru Pembiasaan Kebiasaan guru dalam
Satu
72Ibid.,hlm. 317
47
upaya penenaman sikap nasionalisme
Kegiatan keteladanan/modeling
Teladan yang ditunjukan guru untuk menanamkan sikap nasionalisme
Satu
Contoh-contoh yang kontekstual
Hal yang dilakukan ketika menjumpai siswa melakukan sesuatu yang tidak baik
Satu
Penggunaan metode pembelajaran
Cara menerangkan materi pelajaran IPS sekaligus menanamkan sikap nasionalisme
Sikap siswa ketika menerima materi pembelajaran
Dua
Faktor penghambat penanaman sikap nasionalisme dan upaya yang dilakukan
Pengaruh dari situasi dan kondisi lingkungan
Faktor waktu Upaya yang
dilakukan guru
Sikap nasionalisme siswa secara umum
Empat
2. Kepala sekolah
Pembiasaan Kebiasaan guru dalam
Satu
48
penanaman sikap nasionalisme
Kegiatan keteladanan/modeling
Teladan yang ditunjuk guru untuk menanamkan sikap nasionalisme
Satu
Contoh-contoh yang kontekstual
Hal yang dilakukan ketika menjumpai siswa melakukan sesuatu yang tidak baik
Satu
Penggunaan metode pembelajaran
Cara menerangkan materi pelajaran IPS sekaligus menanamkan sikap nasionalisme
Sikap siswa ketika menerima materi pembelajaran
Dua
Faktor penghambat penanaman sikap nasionalisme dan upaya yang dilakukan
Pengaruh dari situasi dan kondisi lingkungan
Faktor waktu Upaya yang
dilakukan guru
Sikap nasionalisme siswa kelas V secara umum
Empat
Fasilitas sekolah Fasilitas sekolah yang menunjang
Satu
49
upaya penanaman sikap nasionalisme
3. Siswa Cinta tanah air Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar
Memakai produk dalam negeri
Memakai seragam sekolah sesuai aturan
Membersihkan sampah yang berserakan didalam kelas tanpa disuruh
Mengerjakan tugas yang diberikan guru dengan baik
Memperhatikan penjelasan dari guru dengan sungguh-sungguh
Tujuh
Bangga sebagai bangsa Indonesia
Menyanyikan lagu daerah atau lagu nasional dengan sungguh-sungguh
Berani memberikan pendapat jika guru bertanya
Dua
Persatuan dan Menyukai dua
50
kesatuan belajar secara kelompok atau individu
Menghargai teman yang berbeda
3. Dokumentasi
Dokumen merupakan “Catatan peristiwa yang sudah berlalu,
dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental
dari seseorang”.73 Telaah dokumen ini dilakukan oleh peneliti untuk
mencari data-data mengenai profil sekolah, RPP guru kelas V, keadaan
guru, dan siswa. Selain itu, sarana dan prasarana yang dimiliki oleh
sekolah, serta dokumen siswa berupa kegiatan prilaku siswa sebagai
perwujudan sikap nasionalisme. Semua dokumen-dokumen tersebut
dikumpulkan untuk menambah dan melengkapi pengumpulan data
penelitian.
6. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
model analisis data Miles dan Huberman. Miles dan Huberman
mengemukakan bahwa “Aktivitas dalam analisis data dilakukan secara
interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga
datanya sudah jenuh”.74 Analisis data menurut Miles dan Huberman adalah
suatu proses analisis yang terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara
bersamaan, yaitu:
73Ibid.,hlm.329 74Ibid,.hlm. 337
51
a) Reduksi Data
“Reduksi data merupakan proses berfikir sensitive yang
memerlukan kecerdasan dan keluasan serta kedalaman waawasan
yang tinggi”.75 Pada tahap ini, peneliti merangkum data-data yang
diperoleh dari lapangan secara teliti dan rinci, memilih hal-hal yang
pokok, dan membuang hal-hal yang tidak berkaitan dengan focus
penelitian. Hal ini sudah memudahkan peneliti untuk melakukan
pengumpulan data selanjutnya mengenai penanaman sikap
nasionalisme.
b) Penyajian Data
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah
mendisplaykan data atau pemyajian data yang dikakukan di dalam
penelitian ini adalah menggunakan teks yang bersifat naratif.
c) Penarikan Kesimpulan atau Verifikasi
Langkah selanjutnya dalam analisis data yaitu membuat
kesimpulan akhir. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif masih
bersifat sementara dan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang
kuat dan mendukung.
7. Pengecekan Keabsahan Data
Peneliti menggunakan ketekunan pengamatan dan triangulasi
didalam pengecekan keabsahan data diantaranya:
a) Ketekunan Pengamatan
75Ibid.,hlm. 339
52
Menurut Moelong “Ketekunan pengamatan berarti mencari
secara konsisiten interpretasi dengan berbagai cara dalam kaitan
dengan peroses analisis yang konstan atau tentatif”.76 Dalam hal ini,
peneliti mengadakan pengamatan secara berkesinambungan terhadap
faktor-faktor yang menonjol didalam pennanaman sikap nasionalisme
siswa kelas V di SD Negeri 3 Babussalam sehingga gambaran
terhadap suatu yang akan diteliti secara mendalam.
b) Triangulasi
Peneliti menggunakan teknik triangulasi untuk memperoleh
keabsahan data. Teknik triangulasi menurut William Wiersma
merupakan “Sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan
berbagai cara, dan berbagai waktu”.77 Teknik triangulasi yang akan
dilakukan oleh peneliti adalah triangulasi sumber, teriangulasi teknik
pengumpulan data, triangulasi waktu.
“Triangulasi sumber dilakukan dengan cara melakukan
pengecekan kreadibilitas data yang akan dilakukan dengan memeriksa
data yang didapatkan melalui beberapa sumber”.78 Pengujian
kreadibilitas data tentang penanaman sikap nasionalisme melalui mata
pelajaran IPS pada siswa kelas V SD Negeri 3 Babussalam,
pengumpulan dan pengujian data yang akandiperoleh dilakukan
kepada guru dan siswa kelas V, serta kepala sekolah. Data-data
76Lexy J. Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2014), hlm. 329 77Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan R&D,. hlm. 372 78Ibid,.hlm. 373
53
tersebut akan dideskripsikan menurut temuan yang sama atau berbeda
dari ketiga sumber data tersebut.
“Triangulasi pengumpulan data dilakukan peneliti dengan cara
mengecek data kepada sumber yang sama, namun dengan teknik yang
berbeda”.79 Peneliti melakukan pengumpulan data mengenai
penanaman sikap nasionalisme melalui mata pelajaran IPS pada siswa
kelas V SD Negeri 3 Babussalam melalui teknik observasi. Data-data
yang akan diperoleh peneliti dengan teknik observasi tersebut akan
dicek kembali melalui teknik wawancara dan dokumentasi.
“Triangulasi waktu dilakukan dengan cara melakukan
pengecekan informasi melalui observasi dalam waktu yang
berbeda”.80 Uji kredibilitas ini dilakukan secara berulang-ulang
samapai ditemukan kepastian datanya.
Hasil akhir dari proses penelitian dilapangan dibuat dan
dilaporkan oleh peneliti dalam bentuk teks yang bersifat deskriptif
mengenai penanaman sikap nasionalisme melalui mata pelajaran IPS
pada siswa kelas V SD Negeri 3 Babussalam kec. Gerung. Hasil akhir
tersebut merupakan kesimpulan yang berisi data-data yang telah
dianalisis selama peneliti akan melakukan penelitian di lapangan.
79Ibid,.hlm. 373 80Ibid,.hlm. 374
54
BAB II
PAPARAN DATA DAN TEMUAN
A. Gambaran Umum SD Negeri 3 Babussalam
SD Negeri 3 Babussalam terletak di bawah gunung sasak yang
tergolong masih pedesaan yaitu di jalan gunung sasak, Desa Babussalam,
kecamatan Gerung, kabupaten Lombok Barat, Nusa tenggara Barat.
Letaknya di tepi jalan yang di depannya persawahan yang sangat luas,
kemudian di samping kanan, kiri dan belakang masih di kelilingi oleh
perkebunan warga. Sehingga menjadiakan suasana peroses
penyelanggaraan kegiatan belajar mengajar di sekolah tersebut tergolong
nyaman.
SD Negeri 3 Babussalam memiliki visi “Tangguh dalam iman dan
takwa, unggul dalam mutu, serta terampil dan berbudaya” dan sekolah
memiliki misi yaitu :
1) Menumbuh kembangkan penghayatan terhadap ajaran agama yang
dianut sehingga menjadi sumber kearifan dalam bertindak.
2) Menumbuh kembangkan sikap dan prilaku berakhlak mulia, hidup
bersih, sehat, indah, aman dan nyaman, melalui budaya senyum dan
santun.
3) Melaksanakan pembelajaran paikem dengan mengedepankan
optimalisasi potensi siswa dan profesionalisme guru.
4) Membangun potensi dan mengembangkan budaya belajar, gema
membaca dan menulis/
55
5) Mengupayakan penyediaan sarana dan prasarana yang dibutuhkan
untuk meningkatkan potensi siswa dalam bidang IPTEK, olahraga dan
seni budaya.
6) Menumbuh kembangkan semangat keunggulan secara intensif kepada
seluruh warga sekolah sehingga mampu bersaing di bidang IPTEK,
olahraga, seni dan budaya.
7) Melaksanakan program ekstrakulikuler dalam bidang iman taqwa,
pramuka, olahraga, kesenian dan UKS.
Guru di SD Negeri 3 Babussaalam berjumlah 9 orang yang terdiri
dari guru yang berstatus honor dan PNS, diantaranya 4 orang masih guru
honor dan 5 orang PNS. Guru yang berada di SDN 3 Babussalam
semuanya berkualifikasi SI. Pada tahun ajaran 2017-2018 ini jumlah
keseluruhan siswa SDN 3 Babussalam tercatat sebanyak 184 siswa.
Bagunan SDN 3 Babussalam yang dibangun di atas tanah seluas
1763 m2 yang SK pendiriannya tersebut pada tahun 198 yang kemudian
direnovasi pada tahun 2009, sehingga kondisi bangunanya tergolong
masih baik. Kondisi bangunan juga telah memenuhi syarat untuk
menunjang penyelenggaraan proses kegiatan belajar mengajar. Berikut
data saran dan Prasarana di SDN 3 Babussalam yang telah peneliti
dapatkan.
56
Tabel 4. Sarana dan Prasaran SDN 3 Babussalam
No Sarana Dan Prasarana Jumlah 1. Ruang kelas 6 2. Ruang kepala sekolah 1 3. Ruang guru 1 4. Ruang UKS - 5. Gudang 1 6. WC guru 1 7. WC.Siswa 2 8. Perlengkapan P3K 2 kotak 9. Tempat cuci tangan 4 10. Perpustakaan 1 11. Alat peraga olah raga 2 Set 12. Alat peraga IPA 2 set 13. Alat Peraga IPS 2 set !4 Alat Peraga Matematika 2 set !5. Alat Peraga Seni dan kebudayaan 2 set 16. Mesin Ketik 1 17. Komputer sekolah -
Sumber data Kepala sekolah (Jum’at 11 Mei 2018)
B. Penanaman Sikap Nasionalisme melalui Mata Pelajaran IPS pada Siswa Kelas V
Adapun cara guru untuk menanamkan sikap nasionalisme kepada siswa sebagai berikut :
1) Pembiasaan
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti selama tiga
belas kali pertemuan proses pembelajaran IPS, di peroleh data sebagai
berikut.
Tabel 5. Hasil Observasi Aspek Pembiasaan dalam Penanaman Sikap Naionalisme Siswa melalui Mata Pelajaran IPS Kelas V
No Indikator Pengamatan Ke-
Keterangan Ya Tidak
3. Mebiasakan Aktif Ketika Pembelajaran. Seperti menyanyikan lagu nasional atau daerah, diskusi, simulasi, ceramah, dll.
Pertama \/ Dua \/ Tiga \/
Empat \/ Lima \/ Enam \/
57
Tujuh \/ Delapan \/ Sembilan \/ Sepuluh \/ Sebelas \/
Dua belas \/ Tiga belas \/
2. Mengecek Kehadiran Siswa Sebelum Pembelajaran Dimulai sebagai bentuk pengontrolan kehadiran siswa
Pertama \/ Dua \/ Tiga \/
Empat \/ Lima \/ Enam \/ Tujuh \/
Delapan \/ Sembilan \/ Sepuluh \/ Sebelas \/
Dua belas \/ Tiga belas \/
Berdasarkan hasil observasi diatas, pembiasaan yang telah
dilakukan guru kelas V yaitu Bapak Suharsi, S.Pd. dalam rangka
penenaman sikap nasionalisme siswa dengan sangat baik yaitu
membiasakan aktif ketika pembelajaran, sesuai dengan hasil observasi.
Pada pengamatan pertama, dengan materi pembahasan tentang
peristiwa kedatangan bangsa barat di Indonesia. Guru kelas V
mengaktifkan siswa dengan mengajak bernyanyi lagu nasional dan daerah
terlebih dahulu sebelum pembelajaran dimulai diantaranya lagu Indonesia
raya dan kadal nongak. Guru kelas V mengajak siswa mencari keterkaitan
gambar dengan peristiwa penjajahan yang dialami oleh bangsa Indonesia
yang sudah ada didalam buku siswa. Kemudian guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk berpendapat baik itu bertanya maupun
58
menjawab terkait tentang materi sesuai yang diperintahkan oleh gurunya,
diantaranya Aura, Khairul, Laili, Maulida, M. Ghoni AR., Nadya R.,
Riyanti, Sandra OP, Seftiana, wisnu, Miranda dan Hulaifi memberikan
pendapatnya yaitu tentang peristiwa bangsa barat datang ke Indonesia.
Berhubung kurikulum yang digunakan K-13 maka siswa yang dituntut
aktif dalam proses kegiatan belajar mengajar, guru kelas V membagi
kelompok berjumlah dua orang sesuai dengan teman duduk, kemudian
mendiskusikan materi tentang peristiwa kedatangan bangsa barat, setelah
diskusi selesai sesama kelompoknya, maka guru kelas V mengajak siswa
bersama kelompoknya melakukan studi pustaka dengan mencari informasi
mengenai kedatangan bangsa Eopa di Indonesia dengan membaca buku,
majalah, dan surat kabar yang di telah disediakn oleh guru. Setelah
semuanya selesai, barulah guru tersebut mengajak siswa secara bersama-
sama membuat kesimpulan dari yang telah dibahas.81
Pada pengamatan kedua, dengan materi tentang peristiwa sistem
tanam paksa pemerintah kolonial Belanda dan perlawanan di berbagai
daerah terhadap Kolonial Belanda. Guru kelas V mengaktifkannya dengan
cara, siswa di persilahkan membaca terlebih dahulu terkait materi tentang
sistem tanam paksa pemerintah kolonial Belanda yang ada di masing-
masing buku kelas siswa, setelah itu guru kelas V memerintahkan siswa
untuk mengisi kolom-kolom pada peta konsep tentang sistem paksa, yang
kemudian guru kelas V menunjuk beberapa siswa secara acak untuk
81 Hasil Observasi., Kelas V SDN 3 babussalam, 9 April 2018
59
membacakan hasil kerjanya, adapun siswa yang maju diantaranya Afitri,
Ahmad P, Aura, Bayu, Eva JA., Hulaifi, Khaerul F., Laili M., M. Ghoni
AR., Sandra H., dan Seftiana H. secara bergantian. Setelah
mengkonfirmasi jawaban siswanya, guru kelas V mengajak siswa untuk
menarik kesimpulan terkait pembahasannya.82
Pada pengamatan ketiga, dengan materi tentang peristiwa sejarah
pada masa awal pergerakan nasional, guru kelas V mengaktifkan siswa
dengan cara yaitu sebelum memulai pembelajaran terlebih dahulu guru
mengajak siswa menyanyikan Lagu Indonesia Raya agar siswa bertambah
semangat, guru kelas V memberikan motivasi kepada sisawa terkait materi
agar termotivasi untuk semangat belajar. Guru kelas V mengajak siswa
untuk mandiri mengisi kolom yang berkaitan dengan tokoh nasional dalam
masa pergerakan nasional, kemudian setelah selesai guru tersebut
memerintahkan siswa untuk saling menukarkan hasil kerjanya dengan
teman disampingnya, lalu saling mengoreksi dan mengevaluasi hasil kerja
temannya, setelah itu barulah guru tersebut mengkonfirmasi jawabannya.
Kemudian guru kelas V mengajak siswa untuk sama-sama menarik
kesimpulan dari materi pembahasannya.83
Pada pengamatan keempat, dengan materi tentang peristiwa
kedatngan bangsa barat di Indonesia, guru kelas V mengaktifkan siswa
dengan cara mengajak siswa bernyanyi lagu Hari Merdeka sebelum
pembelajaran mulai, guru kelas mengajak siswa membaca pembacaan teks
82 Ibid., 11 April 2018 83 Ibid., 12 April 2018
60
proklamasi dan mendiskusikan tentang peristiwa pembacaan teks
proklamasi, setelah itu untuk lebih menguatkan nilai kebangsaan siswa
guru kelas V meminta siswa untuk maju kedepan untuk membaca
pembacaan proklamasi, diantara siswa-siwa yang disuruh maju oleh guru
tersebut diantaranya Adinda NI, Afitri NA, Aldi S, Anisa R, Aura A, Bayu
AA, Budi F., Diah PR., Eva JA, Fitriah, Helmiana S., Herman, Hulaifi,
Khairul F. Laili M., Maulida A., Mayani, Nadya R., Sandra OP, Seftiana
H., Zul Agipati, dan Miranda Am. Setelah itu, guru kelas mengajak siswa
menyimpulkan materi yang telah dibahas tersebut.84
Pada pengamatan kelima, dengan materi tentang peristiwa
proklamator kemerdekaan Indonesia, guru mengaktifkan siswa dengan
cara guru kelas V mengajak siswa bernyanyi lagu nasional sebelum
pembelajaran dimulai yaitu lagu Bagimu Negeri, kemudian guru
memrintahkan siswa untuk membaca lalu menulis biografi sederhana
mengenai bapak proklamator kemerdekaan Indonesia, setelah itu guru
kelas V menyuruh siswa untuk maju kedepan kelas untuk
mempresentasikan hasil kerjanya secara ditunjuk langsung oleh gurunya,
diantara siswa yang ditunjuk adalah Adinda NI, Afitri NA, Ahmad P.,
Anisa R., Aura A., Fitriah Aw, Handika P, Helmiana S., Herman, Hulaifi,
Laili M., Mayani P., M. Ghoni AR., Nadya R., Riyanti, Sandara OP.,
Seftiana H., Wifki YAM. Wisnu R., Zul Agipati, dan Miranda AM.
84 Ibid., 16 April 2018
61
Setelah itu, barulah guru kelas V tersebut mengajak siswa untuk berdiskusi
dan menyimpulkan materi yang telah dibahas.85
Pada pengamatan keenam, dengan materi tentang peristiwa sejarah
pada awal pergerakan nasional, guru kelas V mengaktifkan siswa dengan
cara guru tersebut mengajak siswa bernyanyi lagu nasional yaitu lagu Satu
Nusa Satu Bangsa sebelum pembelajaran dimulai, guru kelas V
memerintahkan siswa untuk membaca materi tentang peristiwa-peristiwa
dalam upaya pembentukan NKRI, yang kemudian dilanjutkan dengan
pembagian kelompok dengan teman sebangkunya untuk mendiskusikan
hasil bacaannya. Setelah itu barulah guru kelas V menyuruh setiap
kelompok perwakilan untuk mempresentasiikan hasil diskusinya, daintara
siswa yang maju adalah Adinda NI, Aura A., Budi F., Diah PR., Eva JA.,
Fitriah AW., Handika P., Helmiana S., Herman, Hulaifi, Mayani P., Nadya
R., Riyanti, sandra OP., Seftiana, Zul Agipati, dan Miranda AM. Setelah
setiap kelompok sudah maju untuk mempresentasikan hasil kerjanya,
barulah guru kelas V mengkonfirmasi dan mengajak siswa untuk
menyimpulkan materi yang telah di bahas.86
Pada pengamatan ketujuh, peristiwa kedatangan bangsa barat di
Indonesia, guru kelas V mengaktifkan siswa dalam pembelajaran dengan
cara yaitu terlebih dahulu guru tersebut mengajak siswanya untuk
menyanyikan lagu Garuda pancasila agar lebih semngat didalam mengisi
kemerdekaan Indonesia, kemudian guru membawa gambar oarng bekerja,
85Ibid., 18 April 2018 86 Ibid., 19 April 2018
62
orang sekolah, orang ngerampok, larangan orang memakai narkoba dan
minuman keras untuk di bagikan ke siswanya agar siswanya mengamati
gambar tersebut, lalu guru kelas V menyuruh siswanya memilah mana
kegiatan postif di dalam mengisi kemerdekaan, setelah itu, barulah guru
mencoba mengaitkan gambar yang telah diamati oleh siswa tadi dengan
peristiwa penjajahan yanng dialami oleh bangsa Indonesia.87
Pada pengamatan kedelapan, dengan materi masih berkisar tentang
Peristiwa proklamator kemerdekaan yang lebih mengarah ke peristiwa
lahirnya pancasila, untuk mengaktifkan siswa guru kelas V mengawali
pembelajaran dengan bersam-sama menyanyikan lagu Indonesia Raya,
setelah itu guru kelas V memberikan waktu 30 menit bagi siswa untuk
membuat cerita, lalu guru tersebut meminta siswa saling menukarkan
cerita hasil kerja siswa dan dibacakan secara bergantian di depan kelas.
Setelah itu guru kelas V memerintahkan siswa untuk memberikan
tanggapan dan masukan kepada hasil kerjaan temannya secara ditunjuk
langsung oleh gurunya. Adapun siswa yang memberi tanggapan
diantaranya Mayani P., Maulida A., Afitri NA, Anisa R.. Hulaifi, dan yang
memberi masukan serta bertanya Handika P, Helmiana S., Adinda NI,
khaerul F. Zul Agipati Miranda dan Aldi S. Setelah itu guru kelas V
mengkonfirmasi semua tanggapan siswa lalu mengajak siswa untuk sama-
sama menyimpulkan materi yang telah dibahas.88
87 Ibid., 23 April 2018 88 Ibid., 25 April 2018
63
Pada pengamatan ke sembilan, dengan materi tentang faktor-faktor
yang membedekan suku budaya satu, guru kelas V mengaktifkan siswa
dengan cara yaitu guru tersebut menyuruh membaca dan mengamati
bacaan tentang perbedaan budaya selama 15 menit, kemudian guru kelas V
meminta siswa menutup buku dan memberikan pertanyaan kepada
beberapa siswa untuk menjawab dengan cara acak dan spontan. Diantara
siswa yang ditunjuk bertanya adalah Aldi S. Yang di jawab oleh Helmiana
S., selanjutnya pertanyaan dari Handika P. Dijawab oleh Adinda NI.,
krmudian pertanyaan Maulida A dijawab oleh Khaerul F., lalu pertanyaan
Zul Agipati dijawab oleh Miranda AM. Setelah itu siswa diminta
menuliskan informasi penting yang terdapat pada bacaan yang berjudul
“Beda Budaya Tetap Saudara” kemudian guru kelas V mengkonfirmasi
jawaban dari siswa dan mengajak siswa menyimpulkan materi yang telah
dipelajari tadi.89
Pada pengamatan kesepuluh, dengan materi jenis-jenis usaha dan
kegiatan ekonomi masyarakat Indonesia, guru kelas V mengaktifkan siswa
disaat proses pembelajaran dengan cara, guru kelas V mengajak siswa
untuk bersama-sama menyanyikan lagu nasional yaitu lagu Satu Nusa Satu
Bangsa sebelum pembelajaran IPS dimulai kemudian baru menyuruh
siswa untuk membaca materi bacaan “Jenis usaha dengan mengolah
sumber daya alam”, setelah itu siswa di ajak bertanya jawab mengenai dari
yang dibaca dan bertanya jawab mengenai jenis-jenis usaha dilingkungan
89 Ibid., 26 April 2018
64
sekitarnya diantara siswa yang bertanya Helmiana S, di jawab oleh Aura,
kemudian laili M. Bertanya dijawab oleh Nadya R. Dan Wisnu R.
Kemudian guru kelas V membagi kelompok kedalam beberapa kelompok
berdasarkan tempat tinggalnya menjadi empat kelompok yaitu dua
kelompok dari dusun Penurunan Puntik dan dua Kelompok dari Lintak
Bowur, setiap kelompok menuliskan jenis-jenis usaha yang terdapat pada
tempat tinggalnya. Setelah itu guru menyuruh setiap kelompok
mempresentasikan hasil kegiatan pengamatannya di depan kelompok-
kelompok lain. Adapaun siswa yang mewakili membacakan hasil kerja
setiap kelompok adalah Adinda NI dari kelompok satu, Bayu AA dari
kelompok dua, Budi F dari kelompo tiga, dan M. Ghoni AR. Barulah
setelah itu selesai, guru kelas V mengkonfirmasi hasil kerja siswanya dan
mengajak siswa untuk sama-sama menyimpulkan materi yang telah
dibahas.90
Pada pengamatan kesebelas, dengan materi secara judul besar yang
sama dengan pembelajaran sebelumnya yaitu jenis-jenis usaha dan
kegiatan ekonomi masyarakat Indonesia, guru kelas V mengaktifkan siswa
didalam proses pembelajaran dengan cara, guru tersebut mengajak siswa
menyanyikan lagu Indonesia Raya sebelum pembelajaran IPS dimulai,
kemudian barulah guru kelas V menyuruh siswa untuk memebaca teks
yang telah ada dibuku siswa dengan judul “Jenis Usaha Masyarakat
Indonesia” setelah itu barulah guru kelas V membuka kesempatan bagi
90 Ibid., 2 Mei 2018
65
siswa yang mau bertanya atau berpendapat terkait apa yang telah dibaca
tadi, adapun siswa yang bertanya Anisa R., Herman dan Hulaifi, dan yang
menanggapi Budi F, Diah PR., Zul Agipati dan Miranda AM. Selanjutnya
guru kelas V membagi siswa menjadi enam sampai lima Kelompok.
Setelah itu guru menyuruh setiap kelompok membacakan hasilnya didepan
kelompok lain. Adapun siswa yang maju untuk membacakan hasil kerja
kelompoknya diantaranya Aldi S., Bayu AA., Nadya R., Khaerul IF, dan
Herman.setelah itu guru mengkonfirmasi semua jawaban siswanya dan
mengajak siswa untuk menyimpulkan materi pembelajaran yang telah
dibahas.91
Pada pengamatan kedua belas, dengan materi yang masih sama
secara judul besar dengan sebelumnya “Jenis-jenis usaha dan kegiatan
ekonomi masyarakat Indonnesia”, guru kelas V mengaktifkan siswanya
disaat proses pembelajaran dengan cara, guru kelas V mengajak siswa
menyanyikan lagu nasional Bagimu Negri sebelum pembelajaran dimulai
agar siswa semangat. Setelah itu, guru kelas V menyuruh siswanya
terlebih dahulu membaca teks yang ada di buku siswa “Jenis Usaha
Ekonomi Yang Dikelola Sendiri” kemudian siswa diajak bertanya
mengenai apa yang telah dibaca. Adapun siswa yang bertanya yaitu
Khaerul IF dan Laili Setelah itu, guru menyuruh siswa untuk membagi
kelompokmenjadi 5 kelompok terdiri dari 6-5 orang untuk mencatat jenis
usaha yang dikelola secara perorangan di lingkungan tempat tinggalnya.
91 Ibid., 12 Mei 2018
66
Bila semua kelompok telah selesai mengerjakan tugasnya maka setiap
kelompok membacakan hasil kerjanya kedepan kelas. Adapun nama siswa
yang mewakili kelompoknya untuk membacakan hasil kerjanya yaitu Aura
dari kelompok satu, Sefti Dara OP dari kelompok dua, Wifki YAM, dari
kelompok tiga, M.Ghoni AR dari kelompok empat, dan terakhir Hulaifi
dari kelompok lima. Kemudian setelah itu, guru kelas V mengkonfirmasi
semua hasil kerja setiap kelompok dan mengajak seluruh siswanya untuk
bersama-sama menyimpulkan materi yang telah dibahas.92
Pada pengamatan ketiga belas, dengan materi yang secara judul
besar sama dengan materi pembelajaran sebelumnya yaitu jenis-jenis
usaha dan kegiatan ekonomi masyarakat Indonnesia, guru kelas V
mengaktifkan siswa ketika proses pembelajaran dengan cara yaitu guru
kelas V mengajak siswa untuk sama-sama menyanyikan lagu Garuda
Pancasila sebelum pembelajaran dimulai, guru kelas V mengajak siswa
untuk membaca teks “Usaha ekonomi yang dikelola kelompok” yang
kemudian setelah selesai membaca, siswa diberikan kesempatan untuk
bertanya terkait apa yang masih belum difahami terhadap materi yang
telah dibaca, adapun siswa yang bertanya diantaranya Aldi S, Lali M., dan
Maulida A. Setelah guru kelas V menjawab dari siswa yang bertanya guru
guru kelas V melanjutkan kegiatan selanjutnya yaitu pembagian kelompok
menjadi lima kelompok untuk mendiskusikan terkait apa yang telah dibaca
di masing-masing buku siswa, kemudian setelah selesai berdiskusi, guru
92 Ibid., 14 April 2018
67
menyuruh setiap kelompok untuk membacakan hasil kerjanya kepada
kelompok lain diantara siswa yang mewakili kelompoknya untuk
membaca hasil kerjanya yaitu Afitri NA dari kelompok satu, Adinda NI
dari kelompok dua, Aldi S dari kelompok tiga, handika P. Dari kelompok
empat, dan Adinda dari kelompok lima. Maka setelah semua perwakilan
kelompok telah membaca hasil kerjanya, selanjutnya guru kelas tersebut
mengkonfirmasi hasil kerja semua kelompok dan mengajak siswa untuk
menyimpulkan materi yang telah dibahas didalam pembelajran tadi.93
Hasil observasi tersebut diperkuat oleh guru kelas V ketika peneliti
menanyakan tentang pembiasaan guru kelas dalam mengaktifkan siswanya
ketika pembelajaran IPS sebagai berikut, “Dia selalu berupaya agar
memulai dengan hal yang menyenangkan seperti menyanyikan lagu
nasional dan daerah serta bercerita tentang kisah para pejuang maupun
tokoh, barulah masuk ke kegitan inti, disitu guru kelas V mencoba
mengemas pembelajaran agar siswa lebih aktif dari pada guru sesuai
kurikulum yang berlaku, disitu guru kelas V memberikan kesempatan
setelah mereka membaca dibuku siswa untuk bertanya dan menanggapi
dari apa yang mereka baca tersebut walaupun guru kelas V yang harus
menumjuk siswa baru mereka mau dan Guru kelas V juga pernah
menggunakan metode simulasi didalam memancing ketertarikan siswa
93 Ibid., 15 Mei 2018
68
didalam belajar pelajaran IPS, di tambah juga guru kelas V menggunakan
metode diskusi didalam mengaktifkan didalam proses pembelajaran”.94
Pembiasaan selanjutnya dilakukan guru kelas V yaitu Bapak
Suharsi, S.Pd. dalam rangka penanaman sikap nasionalisme pada siswa
kelas V tergolong cukup baik yaitu melalui pengecekan kehadiran siswa
sebagai pengontrolan kehadairan siswa sebelum pembelajaran dimulai.
Pada pengamatan pertama, guru mengabsen siswa secara tidak
berurut, melainkan mengecek siswa yang tidak hadir saja kemudian
menanyakan keterangan tidak masuk kepada siswa yang hadir, Guru kelas
V bertanya kepada siswanya “Siapa yang tidak hadir hari ini ?” “Ada yang
tau temennya kenapa ?”.95 Pada pengamatan kedua sampai ke tiga belas,
guru kelas V melakukan hal yang sama seperti pada pengamatan
pertama.96 Adapun nama–nama siswa yang tidak hadir selama pengamatan
secara keseluruhan dengan alasan bermacam-maca berjumlah tujuh kali
ketidak hadiran siswa diantaranya Miranda AM. Satu kali tidak masuk
sekolah karena ada acara pernikahan kakaknya pada pengamatan ketiga,
Wisnu satu kali tidak masuk sekolah karena masih di rumah kakaknya di
Lotim karena ada acara keluarga pada pengamatan keempat, Laili M. Dua
kali tidak masuk pada pengamatan kelima dan keenam, Aninda dua kali
tidak masuk sekolah karena sakit pada pengamatan kedelapan dan
kesembilan, Bayu satu kali tidak masuk tanpa keterangan pada
pengamatan ketiga belas, sehingga total ketidak kehadiran siswa selama 94 Suharsi, Wawancar, Babussalam 27 April 2018 95 Ibid., 9 April 2018 96 Ibid., 11, 12, 16, 18, 19, 23, dan 25 April serta 2, 12, 14, dan 15 Mei 2018
69
pengamatan peneliti di mata pelajara IPS berjumlah tujuh
ketidakhadiran.97
2) Keteladanan/Modeling
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti selama tiga
belas kali pertemuan proses pembelajaran IPS, di peroleh data sebagai
berikut.
Tabel 6. Hasil Observasi Aspek Keteladanan/Modeling dalam Penanaman Sikap Naionalisme Siswa melalui Mata Pelajaran IPS Kelas V
No Indikator Pengamatan Ke-
Keterangan
Ya Tidak
1. Guru menggunakan produk dalam negeri (sepatu, pakaian, dan tas)
Pertama \/ Dua \/ Tiga \/
Empat \/ Lima \/ Enam \/ Tujuh \/
Delapan \/ Sembilan \/ Sepuluh \/ Sebelas \/
Dua belas \/ Tiga belas \/
2. Guru menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar
Pertama \/ Dua \/ Tiga \/
Empat \/ Lima \/ Enam \/ Tujuh \/
Delapan \/ Sembilan \/ Sepuluh \/ Sebelas \/
Dua belas \/
97Ibid., 12, 16, 18, 19, 25, dan 26 April serta 15 Mei 2018
70
Tiga belas \/ 3. Guru memakai pakaian dinas
sesuai peraturan Pertama \/
Dua \/ Tiga \/
Empat \/ Lima \/ Enam \/ Tujuh \/
Delapan \/ Sembilan \/ Sepuluh \/ Sebelas \/
Dua belas \/ Tiga belas \/
Guru memulai pembelajaran tepat waktu
Pertama \/ Dua \/ Tiga \/
Empat \/ Lima \/ Enam \/ Tujuh \/
Delapan \/ Sembilan \/ Sepuluh \/ Sebelas \/
Dua belas \/ Tiga belas \/
Guru memajang gambar pahlawan nasional, keanekaragaman budaya, presiden, wakil presiden, dan lambang di dinding.
Pertama \/ Dua \/ Tiga \/
Empat \/ Lima \/ Enam \/ Tujuh \/
Delapan \/ Sembilan \/ Sepuluh \/ Sebelas \/
Dua belas \/ Tiga belas \/
Berdasarkan hasil observasi yang didapatkan seperti tabel diatas,
kegiatan keteladanan yang telah dilakukan oleh Bapak Suharsi selaku guru
71
kelas V dalam rangka menanamkan sikap nasionalisme dalam diri siswa
yaitu senantiasa menggunakan produk buatan dalam negeri, guru
menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, guru memakai
pakaian dinas sesuai peraturan, guru memulai pembelajaran tepat waktu,
dan guru memajang gambar pahlawan nasional, keanekaragaman budaya,
presiden, wakil presiden, dan lambang negara di dinding.
Guru menggunakan produk dalam negeri (Sepatu dan pakaian)
tergolong sangat baik, hal itu terlihat pada setiap kali pelaksanaan kegiatan
belajar mengajar, guru kelas V senantiasa memakai sepatu, dan pakaian
yang merupakan produksi dalam negeri.98
Hasil observasi tersebut diperkuat oleh pernyataan guru kelas V
ketika peneliti menanyakan mengenai penggunaan produk dalam negeri,
guru menyebutkan “Produk dalam negeri tersebut lebih terjangkau
harganya dibandingkan produk-produk dari luar negeri, serta kualitasnya
tidak jau beda dengan produk dari luar negeri dan dengan kita memakai
produk dalam negeri tentu hal tersebut akan mendorong pengembangan
potensi anak bangsa dalam hal produksi barang”.99
Pernyataan guru tersebut sejalan dengan pernyataan yang
diungkapkan kepala sekolah yaitu Bapak Nasir, S.Pd.SD mengenai
pengguaan produk dalam negeri yang dipakai oleh guru kelas V. Kepala
sekolah menyebutkan “Sebagai seorang guru tentu guru kelas V harus
menjadi contoh bagi siswanya, mengingat harga produk dalam negeri yang 98 Hasil observasi, Kelas V SDN 3 Babussalam, 9, 11, 12, 16,18, 19, 23, 25, dan 26 April serta 2, 12, 14, dan 15 Mei 2018 99 Suharsi, Wawancara, Babussalam, 27 April 2018
72
lebih terjangkau dan ekonomis dan kualitasnya tidak jauh beda dengan
produk luar negri, tentu sebagai seorang guru pasti memilih produk dalam
negeri”.100
Kegiatan keteladan lain yang dilakukan guru kelas V dengan
sangat baik dalam rangka penanaman sikap nasionalisme berdasarkan hasil
observasi adalah senantiasa menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan
benar disetiap proses pembelajaran IPS. Walaupun terkadang diselingi
dengan penggunaan bahasa daerah untuk memperjelas materi yang
disampaikan kepada siswa. Disaat proses pembelajaran berdasarkan
observasi yang telah dilakukan guru kelas V selalu menggunakan bahasa
Indonesia kecuali disaat-saat tertentu seperti contoh penjelasan makna
sesuatu kalimat tertentu.101
Hal ini diperkuat dengan pernyataan yang dikemukakan oleh guru
kelas V ketika peneliti menanyakan tentang penggunaan bahasa pada
proses pembelajaran IPS. “Guru menyebutkan untuk menggunakan bahasa
Indonesia ketika peroses pembelajaran, Bapak selalu menggunakannya.
Kecuali nanti ada murid yang belum faham terkait arti atau makna dari
sesuatu, maka disitu kami sebagai guru mencoba memperjelas dengan
menggunakan bahasa daerah yaitu bahasa sasak agar mudah mengerti”.102
Pernyataan guru tersebut diperjelas oleh hasil wawancara yang
dilakukan dengan kepala sekolah yaitu Bapak Nasir, S.Pd.SD ketika
100 Nasir, Wawancara, Babussalam, 11 Mei 2018 101 Hasil observasi, Kelas V SDN 3 Babussalam, 9, 11, 12, 16,18, 19, 23, 25, dan 26 April serta 2, 12, 14, dan 15 Mei 2018 102 Suharsi, Wawancara, Babussal, 27 April 2018
73
peneliti menanyakan tentang penggunaan bahasa oleh guru kelas V.
Kepala sekolah mengatakan, yaitu “Guru kelas V bila berbicara dengan
murid maupun dengan sesama guru, beliau terkadang memakai bahasa
daerah (sasak) tetapi lebih banyak memakai bahasa Indonesia dan ketika
proses pembelajaran berlangsung guru lebih ditekankan untuk selalu
memakai bahasa Indonesia tetapi yang namanya proses pembelajaran,
mungkin nanti ada hal-hal yang sifatnuya butuh penjelasan menggunakan
bahasa daerah agar siswa cepet mengerti, dikondisi tersebut para guru
dibolehkan menggunakan daerah, dan disitu termasuk disitu guru kelas
V”.103
Bentuk keteladanan lain yang telah guru kelas V lakukan dengan
sangat baik dalam rangka menanmkan sikap nasionalisme berdasarkan
hasil observasi yang dilakukan selama tiga belas kali pada setiap proses
pembelajaran mata pelajaran IPS di kelas V yaitu guru memakai pakaian
dinas sesuai peraturan, hal tersebut selama pengamatan guru terlihat
memakai baju dinas warna kuning sesuai aturan berupa memasuki baju,
memakai sabuk dan memakai sepatu.104
Hal tersebut diperkuat oleh pernyataan guru kelas V dari hasil
wawancara yang dilakukan peneliti kepada guru kelas V mengenai
masalah pakaian dinas. Guru menyebutkan sebagai guru yang baik bagi
103 Nasir, Wawancara, Babussalam, 11 Mei 2018 104 Hasil observasi, Kelas V SDN 3 Babussalam, 9, 11, 12, 16,18, 19, 23, 25, dan 26 April serta 2, 12, 14, dan 15 Mei 2018
74
siswa, tentu kita berusaha untuk selalu memakai pakaian yang sesuai
dengan aturan berlaku”105
Pernyataan tersebut sesuai dengan pernyataan kepala sekolah yaitu
Bapak Nasir, S.Pd. mengatakan “Selama ini Bapak lihat, guru kelas V
selalu rapi dan taat dalam berpakaian sesuai aturan”106
Bentuk keteladana lain yang telah dilakukan guru kelas V yaitu
Bapak Suharsi, S.Pd. dengan kurang baik dalam rangka penanaman sikap
nasionalisme siswa melalui mata pelajaran IPS berdasarkan hasil observasi
yaitu senantiasa memulai pembelajaran tepat waktu.
pada pengamatan kedua, pada pengamatan kelima 18 April 2018,
pada pengamatan keenam, pada pemgamatan kedelapan, pada pengamatan
kesepuluh, pada pengamatan kesebelas, dan pada pengamatan ketiga belas,
guru memulai pembelajaran IPS sesuai jadwal pelajaran yaitu setelah
istirahat pertama pada pukul 09.30.107
Sedangkan Pada pengamatan ketujuh, dan pada pengamatan
kesembilan, guru memulai pembelajaran IPS sesuai jadwal yaitu setelah
keluar main kedua pada pukul 11.15. Kemudian pada pengamatan
pertama, pada pengamatan ketiga, pengamatan keempat, dan pengamatan
kesembilan, guru memulai pembelajaran tidak tepat waktu yaitu pada
pengamatan pertama guru masuk pukul 09.40 telat 10 menit, pada
pengamatan ketiga. 09.35 menit, telat 5 menit, pada pengamatan keempat
105 Suharsi, Wawancara, Babussalam, 27 April 2018 106 Nasir, Wawancara, Babussalam, 11 Mei 2018 107 Hasil observasi, Kelas V SDN 3 Babussalam, 11, 18, 19, 25 April serta 2, 12, dan 15 Mei 2018
75
11.21, telat 6 menit, dan pada pengamatan kesembilan. 09.32, telat 2
menit.108
Hasil observasi tersebut diperkuat oleh hasil wawancara yang
dilakukan peneliti dengan guru kelas V mengenai ketepatan waktu. Guru
menyebutkan, Bapak terus berusaha untuk memulai pembelajaran tepat
waktu, tetapi karena Bapak disini tidak hanya sebagai guru saja melainkan
guru merangkap menjadi pengurus keuangan sekolah serta membantu
administrasi sekolah yang lainnya, sehingga ada beberapa jadwal
pembelajaran yang Bapak datangnya agak telat karena masih mengurus
keuangan atau membantu administrasi sekolah yang harus cepat
diselesaikan.109
Bapak Suharsi, S.Pd. selaku guru kelas V tergolong cukup baik
dalam memajang foto presiden dan wakil presiden, keanekaragaman
budaya serta lambang negara, karena selama peneliti melakukan
pengamatan sebanyak tiga belas kali, guru telah memajang foto presiden,
wakil presiden dan lambang negara Indonesia di depan dinding kelas
secara tetap serta gambar keankaragaman budaya bangsa Indonesia berupa
rumah adat di dinding belakang secara tetap juga. Kecuali foto para
pejuang terdahulu belum ada terpajang di dalam kelas V ketika proses
pembelajaran IPS.
108 Ibid., 9, 12, 23, dan 26 April 2018 109 Suharsi, Wawancara, Babussalam, 27 April 2018
76
3) Contoh-contoh Kontekstual
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti selama tiga
belas kali pertemuan proses pembelajaran IPS, di peroleh data sebagai
berikut.
Tabel 7. Hasil Observasi Aspek Contoh-contoh Kontekstual dalam Penanaman Sikap Naionalisme Siswa melalui Mata Pelajaran IPS Kelas V
No Indikator Pengamatan
Ke-
Keterangan
Ya Tidak
1. Guru memperingati siswa keti ribut, saat pembelajaran berlangsung
Pertama \/ Dua \/ Tiga \/
Empat \/ Lima \/ Enam \/ Tujuh \/
Delapan \/ Sembilan \/ Sepuluh \/ Sebelas \/
Dua belas \/ Tiga belas \/
2. Guru memperingatkan siswa ketika mencontek pekerjaan siswa lain
Pertama \/ Dua \/ Tiga \/
Empat \/ Lima \/ Enam \/ Tujuh \/
Delapan \/ Sembilan \/ Sepuluh \/ Sebelas \/
Duabelas \/ Tigabelas \/
3. Guru memperingatkan siswa ketika tidak mengerjakan PR di rumah
Pertama Dua Tiga
Empat Lima Enam Tujuh
77
Delapan Sembilan Sepuluh Sebelas
Dua belas Tiga belas
4 Guru memperingatkan siswa ketika datang terlambat
Pertama Dua Tiga
Empat Lima Enam Tujuh
Delapan Sembilan Sepuluh Sebelas
Dua belas Tiga belas
5. Guru memperingatkan siswa ketika tidak berpakaian rapi
Pertama \/ Dua \/ Tiga \/
Empat \/ Lima \/ Enam \/ Tujuh \/
Delapan \/ Sembilan \/ Sepuluh \/ Sebelas \/
Dua belas \/ Tiga belas \/
Berdasarkan yang telah didapatkan seperti tabel di atas, guru
kelas V yaitu Bapak Suharsi, S.Pd. telah melakukan hal yang cukup baik
ketika menjumpai ada siswa yang berbuat kesalahan. Pada saat ada
didalam kelas dan ada siswa kelas V yang ribut didalam kelas pada saat
kegiatan pembelajaran berlangsung, guru kelas V berusaha menegur dan
78
jika tidak bisa dikasih tau dengan kata-kata, guru kelas V memberikan
sanksi kepada siswa yang tidak bisa diatur.
Pada pengamatan pertama, guru memperingati Budi F dan Bayu
AA dengan ucapan “Budi dan Bayu, jangan ribut....nanti kita berdiskusi
disaat kegiatan diskusi !!!” tetapi meraka masih saja ribut berdua
dibelakang, akahirnya guru tersebut menyuruh mereka berdua maju dan
guru memberikan sanksi kepada mereka berupa push up sepuluh kali
didepan kelas.110 Pada pengamatan kedua sampai ketiga belas, guru
kelas V selalu menegur siswa dengan sistem yang sama bahwa jika
siswa tersebut tidak bisa ditegur atau dinasehati dengan baik, maka siswa
tersebut dihukum push up sepuluh kali untuk yang laki dan skot jump
sepuluh kali untuk yang perempuan.111
Hasil observasi tersebut diperkuat oleh hasil wawancara dengan
guru kelas V yaitu Bapak Suharsi, S.Pd. ketika peneliti menanyakan
tetntang Bagaiman cara guru memperingatkan siswa ketika ribut, saat
pembelajaran berlangsung. Guru menyebutkan “Untuk siswa/i yang suka
ribut didalam kelas, sebagai seorang guru, Bapak memberikan teguran
dulu kepada siswa satu kali maupun dua kali berupa ucapan agar tidak
ribut, tetapi jika mereka tetap saja ribut maka Bapak biasanya
memberikan sanksi bagi siswa/i yang sulit diatur, karena jika tidak
digitukan, anak-anak kayak tidak ada takutnya. Sehingga setelah Bapak
mencoba menerapkan sistem sanksi ini bagi siswa yang sulit diatur.
110Hasil observai, kelas V SDN 3 Babussalam, 9 April 2018 111Ibid., 11, 12, 16, 18, 19, 23, 25, dan 26 April serta 2, 12, 14, dan 15 Mei 2018
79
Maka Alhamdulillah, jarang ada siswa yang suka ribut di dalam kelas
ketika pembelajaram berlangsung”.112
Pernyataan yang disampaikan guru kelas V diperkuat oleh kepala
sekolah yaitu Bapak Nasir, S.Pd. ketika peneliti menanyakn hal yang
sama kepada kepala sekolah, kepala sekolah menyebutkan Menurut yang
“Bapak dengar dari siswa-siswanya, beliau itu termasuk guru yang
sering menghukum muridnya jika siswanya susah diatur, maka
sisewanya diberikan sanksi agar tidak ribut saat proses pembelajaran
berlangsung dan untuk jenis hukumannya push up dan skot jam”.113
Pernyataan yang disampaikan oleh guru dan kepala sekolah
sejalan dengan pernyataan siswa ketika peneliti bertanya tentang hal
yang dilakukan guru ketika ada yang ramai saat pembelajaran. Menurut
Responden Kh :”Terlebih dahulu kita di tegur dengan kata-kata, setelah itu jika kita ribut lagi kita disuruh maju ke depan kelas lalu dihukum kak..”114
Responden By :”Push up dan skot jump kak.....sebanyak sepuluh kali..!!!”115
Responden Ea :”Pasti mereka di hukum ka....untuk maju kedepan untuk Push up sepuluh kali..!!!”116
(Hasil wawancara dengan siswa terlampir)
Pemberian contoh nyata atau kegiatan sepontan yang telah
dilakukan guru kelas V yaitu Bapak Suharsi, S.Pd. mengenai prilaku siswa
112 Suharsi, Wawancara, Babussalam, 27 April 113 Nasir, Wawancara, Babussalam, 11 Mei 2018 114 Khaerul F, Wawancara, Babussalam, 16 Mei 2018 115 Bayu AA., Wawancara, Babussalam, 16 Mei 116 Eva JA., Wawancara, Babussalam, 17 Mei 2018
80
ketika ada yang mencontek pekerjaan siswa lain pada proses pembelajaran
IPS.
Pada pengamata pertama, guru kelas V menegur siswa yang
mencontek ke kelompok lain “Percaya pada kemampuan kelompok
sendiri...jangan mencontek jawaban kelompok lain !!! ketika Herman
dilihat mencontek pekerjaaan kelompok lain.117 Begitu juga pada
pengamatan kedua, guru menegur siswa yang mencontek jawaban
kelompok lain “Biasakan yakin kepada kemampuan kelompok
kalian....jangan lihat sebelah !!!, ketika Budi dan Handika diketahui
melihat jawaban kelompok lain.118 Pada pengamatan ketiga, guru tidak
memperingatkan siswa untuk mencontek karena pada saat itu siswa-
siswanya tidak ada yang ketahuan mencontek.119 Pada pengamnatan
keempat, guru menegur handika P, Hulaifi, dan Fitria AW yang ketahuan
mencontek disaat dikasih tugas individu untuk dikerjakan langsung
dikelas, dengan ucapan “Jangan biasakan dirimu mencontek nak, tidak
baik itu...percaya pada pekerjaan sendiri !!!”.120 Pada pengamatan kelima,
guru menegur siswanya yang mencontek dengan ucapan “Biasakan kerja
sendiri nanti ada waktunya kita kerja sama disaat diskusi atau kelompok
!!!”.121
117 Hasil observasi, Kelas V SDN 3 Babussalam, 9 April 2018 118 Ibid., 11 April 2018 119 Ibid., 12 April 2018 120 Ibid., 16 April 2018 121 Ibid., 18 April 2018
81
Pada pengamatan keenam dan ketujuh, guru tidak menemukan
siswa mencontek disaat proses pengerjaan tugas secara kelompok didalam
kelas.122 Pada pengamatan kedelapan, menegur Budi yang diketahui
mencontek jawaban kelompok lain dengan ucapan “Jangan biasakan
dirimu mencontek, fokus pada pekerjaan kelompoknya masing-masing
!!!”.123 Pada pengamatan kesembilan sampai tiga belas, guru tidak
menemukan siswa yang mencontek didalam proses pengerjaan tugas
kelompok dikelas.124
Hal tersebut diperkuat oleh hasil wawancara yang dilakukan
dengan guru kelas V mengenai yang dilakukan guru ketika menjumpai ada
anak yang mencontek disaat pengerjaan tugas setiap kelompok
berlangsung. Guru menyebutkan “Bapak menegurnya jika nanti ada siswa
yang ketahuan mencontek pekerjaan temennya, contohnya seperti kemarin,
ketika semua siswa sudah kita bagi kelompoknya masing-maing untuk
untuk mengerjakan tugas yang telah diberikan di dalam kelas pada saat itu,
tiba-tiba salah seorang siswa dari kelompok dua mencontek kelompok
satu, disitu Bapak jelas menegurnya “Jangan biasakan diri kalian
mencontek, biasakan yakin kepada kemampuan kelompok dalam bekerja
!!!. Hal tersebut kita lakukan agar siswa terbiasa mandiri dan bertanggung
jawab terhadap tugasnya masing-masing”.125
122 Ibid., 19 dan 23 April 2018 123 Ibid., 25 April 2018 124 Ibid., 26 April serta 2, 12, 14, dan 15 Mei 2018 125 Suharsi, Wawancara, Babussalam, 27 April 2018
82
Pemberian contoh nyata lainnya yang dilakukan oleh guru kelas
V mengenai prilaku siswa yang kurang baik berdasarkan hasil observasi
adalah menegur siswa ketika terlambat memasuki ruang kelas. Pada
pengamatan pertama sampai tiga belas, yaitu pada tanggal, guru kelas V
tidak pernah menemukan siswanya yang terlambat masuk kelas, tetapi
untuk yang izin keluar ke kamar kecil setelah masuk kelas ada.126
Pemberian contoh nyata atau kegiatan spontan yang dilakukan
oleh guru kelas V yaitu Bapak Suharsi, S.Pd. berupa teguran terhadap
prilaku siswa yang kurang baik lainnya berdasarkan hasil observasi adalah
ketika menjumpai ada siswa yang tidak berpakaian rapi.
Pada pengamatan pertama, guru kelas V menegur siswa yang
tidak berpakaian rapi diantaranya Ahmad P tidak memakai sepatu, Budi F,
Handika P, Hulaefi, dan M. Ghoni AR, karena mereka tidak memasuki
baju. Pada pengamatan kedua, 11 April 2018, guru kelas V menegur satu
siswa yang bernama Muhamad P karena masih saja memakai sendal
masuk sekolah.127 Pada pengamatan keiga, guru kelas V masih menegur
siswa yang sama dengan nada yang lemah lembut yaitu Ahmad P. Karena
menurut pengakuan guru kelas V. Ternyata Ahmad P adalah siswa yang
tergolong disabilitas.128
126 Hasil observasi, Kelas V SDN 3 Babussalam, 9, 11, 12, 16, 18, 9, 23, 25, dan 26 April serta 2, 12, 14, dan 15 Mei 2018 127 Hasil observasi, Kelas V SDN 3 Babussalam, 9 April 2018 128 Ibid.,12 April 2018
83
Pada pengamatan keempat, guru kelas V menegur siswa yang
tidak berpakaian rapi daiantaranya Bayu AA, budi F, dan M. Ghoni AR
yang tidak memasuki baju serta Ahmad P tidak menggunakan sepatu
kembali.129 Pada pengamatan kelima, guru kelas V sudah sering menegur
Ahmad P agar seragam dan berpakaian rapi ketika masuk sekolah tetapi
masih aja Ahmad P tidak memakai sepatu lagi disaat proses pembelajaran
berlangsung.130
Pada pengamatan keenam, guru kelas V tidak menegur siswa
yang tidak rapi karena hanya Ahmad P saja yang tidak rapi.131 Pada
pengamatan ketujuh, guru kelas V menegur siswa yang tidak memasuki
bajunya yaitu Aldi S, Budi F, Diah PR, Eva JA, dan Khaerul serta Ahmad
P yang memakai sendal.132 Pada pengamatan kedelapan. 25 April 2018,
guru melihat semua sudah rapi sehingga tidak ada teguran berpakaian yang
tidak rapi.133
Pada pengamatan kesembilan, guru kelas V menegur siswa yang
tidak memakai sepatunya didalam kelas yaitu M. Ghoni AR dan Ahmad P
kembali tidak memakai sepatu.134 Pada pengamatan kesepuluh, guru kelas
V menegur siswa yang tidak memasuki baju diantaranya Aldi S, Bayu AA,
129 Ibid., 16 April 2018 130 Ibid., 18 April 2018 131 Ibid., 19 April 2018 132 Ibid., 23 April 2018 133 Ibid., 25 April 2018 134 Ibid.,26 April 2018
84
Budi F, dan M. Ghoni AR dan ditambah Ahmad P yang tidak pake
sepatu.135
Pada pengamatan kesebelas, guru kelas V menegur Budi F dilihat
tidak memasuki baju dan Ahmad P karena tidak memakai sepatu sebelum
pembelajaran berlangsung.136 Pada pengamatan kedua belas, guru kelas V
hanya menegur Ahmad P yang masih tetap menggunakan sendal masuk
kelas.137 Pada pengamatan ketiga belas, guru kelas V masih menegur
dengan orang yang sama hanya Ahmad P karena memakai sendal.138
4) Penggunaan Metode Pembelajaran
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan penelii selama 13 kali
pertemuan proses pembelajaran IPS, di peroleh data sebagai berikut.
Tabel 8. Hasil Observasi Aspek Penggunaan Metode Pembelejaran dalam Penanaman Sikap Naionalisme Siswa melalui Mata Pelajaran IPS Kelas V
No Indikator Pengamatan
Ke-
Keterangan
Ya Tidak
1. Penggunaan Metode Dikusi Pertama \/ Dua \/ Tiga \/
Empat \/ Lima \/ Enam \/ Tujuh \/
Delapan \/ Sembilan \/ Sepuluh \/ Sebelas \/
Dua belas \/ Tiga belas \/
135 Ibid.,2 Mei 2018 136 Ibid.,12 Mei 2018 137 Ibid.,14 Mei 2018 138 Ibid.,15 Mei 2018
85
2. Penggunaan Metode Simulasi Pertama \/ Dua \/ Tiga \/
Empat \/ Lima \/ Enam \/ Tujuh \/
Delapan \/ Sembilan \/ Sepuluh \/ Sebelas \/
Dua belas \/ Tiga belas \/
3 Penggunaan Metode Ceramah Pertama \/ Dua \/ Tiga \/
Empat \/ Lima \/ Enam \/ Tujuh \/
Delapan \/ Sembilan \/ Sepuluh \/ Sebelas \/
Dua belas \/ Tiga belas \/
Berdasarkann hasil obsvasi yang didapatkan seperti pada tabel
diatas, guru kelas V yaitu Bapak Suharsi, S.Pd. telah menggunakan
metode diskusi, simulasi dan ceramah dalam melatih anak-anak untuk
menggali materi pelajaran sebagai upaya penanaman sikap nasionalisme
siswa.
Dalam penggunaan metode diskusi yang tergolong masih cukup
baik dengan penjabaran sebagai berikut. Pada pengamatan pertama, guru
kelas V menyuruh siswa berdiskusi dengan kelompoknya terkait dengan
86
masalah peristiwa kedatangan bangsa barat di Indonesia berdasarkan apa
yang dibaca sebelum pembagian kelompok tadi.139
Hal tersebut dimaksudkan agar siswa mengetahuai latar belakang
kedatangan Bangsa Barat di Indonesia sehingga siswa bisa merenungi
akan kekayaan bangsa Indonesia untuk dikelola dan dijaga dengan cara
seorang siswa yaitu bersungguh-sungguh dalam hal belajar (sekolah) atau
menuntut ilmu, maka dengan modal tersebut, tentu itu akan menjadi bekal
untuk mengelola dan menjaga kekayaan yang ada di negeri Indonesia ini.
Karena pada hakekatnya, salah satu latar belakang Bangsa Barat datang
ke Indonesia adalah karena ingin mengambil kekayaan bangsa Indonesia
berupa rempah-rempah dan lainnya.
Pada pengamatan kedua, guru kelas V membagi siswa kedalam
beberapa kelompok untuk mendiskusikan masalah “Peristiwa perlawan
terhadap Belanda” berdasarkan buku yang dibaca dan diamati oleh setiap
siswa. Hal tersebut dimaksudkan agar siswa mengetahui perjuangan
masyarakat Indonesia masa dulu yang mengorbankan jiwa dan raganya
dalam mengusir para penjajah sehingga siswa nantinya bisa mengisi
kemerdekaan dari hasil perjuangan para pendahulu kita untuk hal-hal
yang positif untuk kemajuan bangsa Indonesia.140
Pada pengamatan ketiga dan empat, guru kelas V tidak memakai
metode diskusi pada proses pembelajaran IPS melainkan memakai
139 Ibid.,9 April 2018 140 Ibid.,11 April 2018
87
metode lainnya.141 Pada pengamatan kelima, guru kels V memilah siswa
menjadi beberapa kelompok untuk mendiskusikan masalah “Peta daerah-
daerah tempat terjadinya pristiwa heroic setelah pembacaan teks
Proklamasi Kemerdekaan”, tentu hal tersebut dilakukan siswa
berdasarkan gambar peta Indonesia dan teks cerita yang dibagikan oleh
guru. Hal tersebut dimaksudkan agar siswa mengetahui kondisi dan
antusias masyarakat Indonesia setelah pembacaan teks Proklamasi
Kemerdekaan sehingga siswa mampu menghargai jasa para pejuang
kemerdekaan Indonesia dengan cara mengisi kemerdekaan ini dengan
cara melakukan hal-hal yang bermanfaat untuk kemajuan bangsa.142
Pada pengamatan keenam sampai sembilan, guru kelas V tidak
menggunakan metode diskusi disaat proses pembelajaran IPS, melainkan
menggunakan metode lain.143 Pada pengamata kesepuluh, guru kelas V
membagi siswa menjadi beberapa kelompok berdasarkan tempat
tinggalnya untuk mendiskusikan “Jenis usaha dengan mengoolah sumber
daya alam” setelah seluruh siswa membaca teks terlebih dahulu dibuku
siswa, siswa memulai diskusi dengan pokok pembahasan “Jenis usaha
dengan sumber daya alam yang ada disekitar tempat tinggal kita”.144
Hal tersebut dimaksudkan siswa dapat mengetahui pengelolaan
sumber daya alam untuk dijadikan usaha dan mengetahu jenis usaha
masyarakat sekitar sehingga memotivasi siswa untuk menjadi seorang
141 Ibid, 12 dan 16 April 2018 142 Ibid.,18 April 2018 143 Ibid.,19, 23, 23, dan 26 April 2018 144 Ibid.,2 mei 2018
88
pengusaha yang memanfaatkan sumber daya alam yang ada dengan
harapan nantinya akan memperbanyak hasil produksi dalam negeri
Indonesia.
Pada pengamatan kesebelas, setelah siswa membaca materi
tentang “Jenis usaha masyarakat Indonesia” pada buku siswa, guru kelas
V membagi siswa menjadi beberapa kelompok untuk mendiskusikan hasil
bacaan.145 Hal tersebut dimaksudkan agar siswa mengetahui jenis usaha
yang tidak hanya yang ada didaerah tempat tinggal mereka melainkan
yang ada di negara Indonesia sehingga siswa semakin mengenal usaha-
usaha yang ada di Indonesia dengan harapan akan menambah kencintaan
siswa terhadap hasil produksi dalam negeri. Pada pengamatan kedua
belas, guru tidak menggunakan metode diskusi disaat prooses
pembelajaran IPS melainkan menggunakan metode lain.146
Pada pengamatan ketiga belas, guru kelas menyuruh siswa
membca buku yang berjudul “Usaha ekonomi yang dikelola kelompok”,
setelah itu guru membagi siswa kebeberapa kelompok untuk
mendiskusikan hasil bacaanya.147 Hal tersebut diharapkan siswa dapat
membedakan urutan usaha berdasarkan jumlah pemiliknya. Berdasarkan
informasi dari guru terkait, Penggunaan metode diskusi dalam upaya
penanaman sikap nasionalisme siswa, dikarenakan dengan metode ini
siswa dilatih untuk bekerja secara tim atau kelompok sehingga akan
menciptakan rasa persatuan dan kesatuan sesama kelompok. 145 Ibid.,12 Mei 2018 146 Ibid.,14 Mei 2018 147 Ibid.,15 Mei 2018
89
Penggunaan metode yang lain dalam upaya penanaman sikap
nasionalisme siswa yaitu melalui penggunaan metode simulasi.
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan, metode ini dilakukan
sekali selama tiga belas kali peneliti melakukan pengamatan yaitu pada
pengamatan keempat, guru kelas V menunjuk siswa secara acak dan
bergantian untuk membacakan teks proklamasi yang dilakukan
berdasarkan vidio proklamasi kemerdekaan dan teks yang telah dibagikan
kepada siswa sebelum simulasi dimulai. Hal tersebut dilakukan agar
siswa lebih menghayati dan merasakan momentum pembacaan
proklamasi kemerdekaan.148
Berdasarkan hasil observasi pada tabel diatas, penggunaan metode
yang lain dalam upaya penenaman sikap nasionalisme siswa adalah
dengan metode ceramah. Selama pengamatan berlangsung yaitu sebanyak
tiga belas kali, guru kelas V selalu menggunakan metode ceramah di sela
metode diskusi, simulasi, dan penugasan, metode ceramah sering
digunakan diawal dan menjelang akhir pembelajaran seperti contoh,
diawal ketika guru kelas V memberika motivasi kepada siswa dengan
mengaitkan pada materi pembahasan terkait dan apersepsi serta kemudian
jika diakhir pembelajaran yaitu ketika selesai diskusi, simulasi, atau
penugasan, guru kelas V selalu mengkonfirmasi hasil kerja siswa atau
jawaban siswa untuk pemantapan pemahaman siswa terkait materi,
148 Ibid.,16 April 2018
90
setelah itu barulah guru kelas menarik kesimpulan atas materi yang telah
dibahas.149
Hal tersebut diperkuat dengan pernyataan guru kelas V ketika
peneliti menanyakan metode yang sering digunakan ketika proses
pembelajaran IPS berlangsung di kelas. “Guru menyebutkan Bapak lebih
sering menggunakan metode simulasi dan diskusi didalam penanaman
sikap nasionalisme siswa pada saat mata pelajaran IPS, karena materi-
materi yang dibahas, saya rasa lebih pas dengan dua metode tersebut,
selain nanti di tambah dengan tanya jawab, dan ceramah untuk season
penguatan”.150
C. Perwujudan Sikap Nasionalisme melalui Mata Pelajaran IPS pada Siswa
Kelas V
Adapun perwujudan dari sikap nasionalisme oleh siswa kelas V diantaranyan :
1. Cinta Tanah Air
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti selama tiga
belas kali pertemuan pada proses pembelajaran IPS, di peroleh data
sebagai berikut.
Tabel 9. Hasil Observasi Aspek Cinta Tanah Air Dalam Perwujudan Sikap Naionalisme Siswa melalui Mata Pelajaran IPS Kelas V
No Indikator Informan
Keterangan
Ya Tidak
1. Menyanyikan lagu lagu kebangsaan atau daerah. Diwujudkan dengan siswa menyanyikan lagu nasional atau
Adinda NI. \/ Afitri NA. \/ Ahmad P. \/
Aldi S. \/
149 Ibid., 9, 11, 12, 16, 18, 19, 23, 25, dan 26 April serta 2, 12, 14, dan 15 Mei 2018 150 Suharsi, Wawancara, Babussalam, 27 April 2018
91
daerah ketika pembelajaran didalam kelas
Anisa R. \/ Aura A. \/
Bayu AA. \/ Budi F. \/
Diah PR. \/ Eva JA. \/
Fitriah AW. \/ Handika P. \/ Helmiana S. \/
Herman \/ Hulaifi \/
Khaerl F. \/ Laili M. \/
Maulid A. \/ Mayani P. \/ M. Ghoni
AR. \/
Nadya R. \/ Riyanti \/
Sandra OP. \/ Seftiana \/
Wifki YAM. \/ Wisnu R. \/
Zul Agipati \/ Miranda AM. \/
2. Melakukan kegiatan pelestarian lingkungan. Diwujudkan dengan siswa membersihkan sampah yang berserakan ketika proses pembelajaran di dalam lingkungan kelas tanpa disuruh
Adinda NI. \/ Afitri NA. \/ Ahmad P. \/
Aldi S. \/ Anisa R. \/ Aura A. \/
Bayu AA. \/ Budi F. \/
Diah PR. \/ Eva JA. \/
Fitriah AW. \/ Handika P. \/ Helmiana S. \/
Herman \/ Hulaifi \/
Khaerl F. \/ Laili M. \/
Maulid A. \/ Mayani P. \/ M. Ghoni \/
92
AR. Nadya R. \/ Riyanti \/
Sandra OP. \/ Seftiana \/
Wifki YAM. \/ Wisnu R. \/
Zul Agipati \/ Miranda AM. \/
3. Menghormati pahlawan. Diwujudkan dengan siswa memajang foto tokoh dan para pejuang didalam kelas.
Adinda NI. \/ Afitri NA. \/ Ahmad P. \/
Aldi S. \/ Anisa R. \/ Aura A. \/
Bayu AA. \/ Budi F. \/
Diah PR. \/ Eva JA. \/
Fitriah AW. \/ Handika P. \/ Helmiana S. \/
Herman \/ Hulaifi \/
Khaerl F. \/ Laili M. \/
Maulid A. \/ Mayani P. \/ M. Ghoni
AR. \/ \/
Nadya R. \/ Riyanti \/
Sandra OP. \/ Seftiana \/
Wifki YAM. \/ Wisnu R. \/
Zul Agipati \/ Miranda AM. \/
Berdasarkan hasil observasi yang didapat seperti tabel diatas, siswa
telah memiliki prilaku nasionalisme berupa cinta tanah air, Bangga sebagai
bangsa Indonesia, dan persatuan dan kesatuan.
93
Selama tiga belas kali peneliti melakukan pengamatan, siswa
tergolong cukup baik dalam menyanyikan lagu Indonesia ketika
pembelajaran IPS. Hal tersebut bisa dilihat dari sebelum proses kegiatan
pembelajaran dimulai siswa selalu diajak bernyanyi oleh gurunya untuk
menyanyikan lagu nasional.
Pada pengamatan pertama sisiwa menyanyikan lagu Indonesia raya
dan kadal nongak.151 pada pengamatan ketiga siswa menyanyikan lagu
indonesia raya.152 Pada pengamatan keempat, siswa menyanyikan lagu
nasional yaitu Hari Merdeka.153 Pada pengamatan kelima, siswa
menyanyikan lagu Bagimu Negeri.154 Pada pengamatan keenam, siswa
menyanyikan lagu nasional yaitu Satu Nusa Satu Bangsa.155
Pada,pengamatan ketujuh, siswa menyanyikan lagu nasional yaitu Garuda
Pancasila.156 Pada pengamatan kedelapan, siswa menyanyikan lagu
Indonesia Raya.157 Pada 2 Mei 2018, siswa menyanyikan lagu Satu Nusa
Satu Bangsa.158 Pada pengamatan kesepuluh, siswa menyanyikan lagu
Indonesia Raya.159 Pada kedua belas, siswa menyanyikan lagu nasional
yaitu Bagimu Negeri, dan Pada pengamatan ketiga belas, siswa
menyanyikan lagu Garuda Pancasila.160 Hal tersebut dilakukan sebelum
151 Hasil observasi, kelas V SDN 3 Babussalam, 9 April 2018 152 Ibid., 12 April 2018 153 Ibid., 16 April 2018 154 Ibid.,18 April 2018 155 Ibid.,19 April 2018 156 Ibid. ,23 April 2018 157 Ibid., 25 April 2018 158 Ibid., 2 Mei 2018 159 Ibid., 14 Mei 2018 160 Ibid., 15 Mei 2018
94
memulai pembelajaran IPS di kelas V. Selama pengamatan tigabelas kali,
peneliti menemukan hanya dua kali siswa tidak menyanyikan lagu
nasional atau daerah disaat akan mulai proses pembelajaran IPS
diantaranya pada pengamatan kedua dan sembilan.161
Prilaku cinta tanah air selanjutnya yang ditunjukkan oleh siswa
kelas V adalah melakukan pelestarian lingkungan yang diwujudkan
dengan siswa membersihkan sampah yang berserakan didalam kelas tanpa
disuruh masih tergolong kurang baik berdasarkan hasil observasi yang
telah peneliti lakukan. Hal tersebut dikarenakan siswa tidak akan
memungut sampah yang berserakan didalam kelas sebelum guru
menyuruhnya untuk memungutnya. Pada hari Senin 23 April 2018, siswa
mengikuti proses pembelajaran IPS di jam terakhir pada saat itu, biasanya
di jam terakhir kondisi kelas sudah mulai kotor, maka guru menyuruh
semua siswa memungut kertas atau sampah yang berserakan dibawah
mejanya. Barulah siswa mau memungutny atau membersihkannya.
Hasil tersebut sesuai dengan hasil wawancara yang dilakukan
peneliti kepada siswa kelas V, ketika menanyakan mengenai maslah
kebersihan kelas ketika prose pembelajaran IPS berlangsung”
Responden Za :”jarang kak...karena sudah ada jadwal piketnya dikelas”162
Responden Ri :”Kadang-kadang, kalo disuruh oleh guru untuk mungut...!”163
161 Ibid., 12 dan 26 April 2018 162 Zul Agipati, Wawancara, Babussalam, 16 Mei 2018
95
Responden Ri :“Karena sudah ada jadwal kebersiahannya kak”164
(Hasil wawancara dengan siswa lainnya terlampir)
Prilaku cinta tanah air selanjutnya yaitu menghormati pahlawan
yang diiwujudkan dengan siswa memajang foto tokoh dan para pejuang
didalam kelas. Hal tersebut dilakukan masih kurang baik, karena hanya
terpajang foto presiden dan wakil presiden sedangkan untuk foto para
pejuang terdahulu belum ada.165
Hal tersebut diperkuat oleh pernyataan guru kelas V bahwasanya
“Masalah pemajangan foto para pejuang itu masih dalam tanggungan
pihak sekolah karena kita tidak membebankan kepada siswa mengingat
keadaan ekonomi setiap siswa yang prihatinkan, maka karena itu kita
tunggu dari pihak sekolah untuk menganggarkannya”.166
2. Bangga Sebagai Bangsa Indonesia
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan penelii selama tiga belas kali
pertemuan pada proses pembelajaran IPS, di peroleh data sebagai berikut.
Tabel 10. Hasil Observasi Aspe Bangga Sebagai Bangsa Indonesia Dalam Perwujudan Sikap Naionalisme Siswa melalui Mata Pelajaran IPS Kelas V
No Indikator Informan Keterangan Ya Tidak
1. Siswa Menggunakan Bahasa Indonesia secara baik dan benar
Adinda NI. \/ Afitri NA. \/ Ahmad P. \/
Aldi S. \/ 163 Riyanti, Wawancara, Babussalam, 17 Mei 2018 164 Ibid. 165 Hasil observasi, Kelas V SDN 3 Babussalam, 9, 11, 12, 16, 18, 9, 23, 25, dan 26 April serta 2, 12, 14, dan 15 Mei 2018 166 Suharsi, Wawancara, Babussalam, 27 April
96
Anisa R. \/ Aura A. \/
Bayu AA. \/ Budi F. \/
Diah PR. \/ Eva JA. \/
Fitriah AW. \/ Handika P. \/ Helmiana S. \/
Herman \/ Hulaifi \/
Khaerl F. \/ Laili M. \/
Maulid A. \/ Mayani P. \/ M. Ghoni
AR. \/
Nadya R. \/ Riyanti \/
Sandra OP. \/ Seftiana \/
Wifki YAM. \/ Wisnu R. \/
Zul Agipati \/ Miranda AM \/
2. Siswa menggunakan produksi dalam negeri
Adinda NI. \/ Afitri NA. \/ Ahmad P. \/
Aldi S. \/ Anisa R. \/ Aura A. \/
Bayu AA. \/ Budi F. \/
Diah PR. \/ Eva JA. \/
Fitriah AW. \/ Handika P. \/ Helmiana S. \/
Herman \/ Hulaifi \/
Khaerl F. \/ Laili M. \/
Maulid A. \/ Mayani P. \/ M. Ghoni \/
97
AR. Nadya R. \/ Riyanti \/
Sandra OP. \/ Seftiana \/
Wifki YAM. \/ Wisnu R. \/
Zul Agipati \/ Miranda
AM. \/
3. Memelihara dan mengembangkan pilar-pilar kebangsaan yaitu pancasila, UUD 1945, NKRI, Bhineka tunggal ika. Yang diwujudkan dengan siswa mentaati tata tertib di sekolah dalam bersekolah (baik itu dalam segi pakaian yang sesuai aturan, kehadiran tepat waktu dll.}
Adinda NI. \/ Afitri NA. \/ Ahmad P. \/
Aldi S. \/ Anisa R. \/ Aura A. \/
Bayu AA. \/ Budi F. \/
Diah PR. \/ Eva JA. \/
Fitriah AW. \/ Handika P. \/ Helmiana S. \/
Herman \/ Hulaifi \/
Khaerl F. \/ Laili M. \/
Maulid A. \/ Mayani P. \/ M. Ghoni
AR. \/
Nadya R. \/ Riyanti \/
Sandra OP. \/ Seftiana \/
Wifki YAM. \/ Wisnu R. \/
Zul Agipati \/ Miranda
AM. \/
Berdasarkan hasil observasi yang didapat seperti tabel diatas, siswa
telah memiliki prilaku bangga menjadi bangsa Indonesia yaitu berupa
98
menyanyikan lagu daerah atau lagu nasional dan berani memeberikan
pendapat jika guru bertanya.
Selama tiga belas kali peneliti melakukan pengamatan, siswa
tergolong cukup baik dalam menyanyikan lagu Indonesia ketika
pembelajaran IPS. Hal tersebut bisa dilihat dari sebelum proses kegiatan
pembelajaran dimulai siswa selalu diajak bernyanyi oleh gurunya untuk
menyanyikan lagu nasional.
Pada pertama sisiwa menyanyikan lagu Indonesia raya dan kadal
nongak.167 pada pengamatan ketiga siswa menyanyikan lagu indonesia
raya.168 Pada pengamatan keempat, siswa menyanyikan lagu nasional yaitu
Hari Merdeka.169 Pada pengamatan kelima, siswa menyanyikan lagu
Bagimu Negeri.170 Pada pengamatan keenam, siswa menyanyikan lagu
nasional yaitu Satu Nusa Satu Bangsa.171 Pada,pengamatan ketujuh, siswa
menyanyikan lagu nasional yaitu Garuda Pancasila.172 Pada pengamatan
kedelapan, siswa menyanyikan lagu Indonesia Raya.173 Pada 2 Mei 2018,
siswa menyanyikan lagu Satu Nusa Satu Bangsa.174 Pada pengamatan
kesepuluh, siswa menyanyikan lagu Indonesia Raya.175 Pada kedua belas,
siswa menyanyikan lagu nasional yaitu Bagimu Negeri, dan Pada
167 Hasail observasi, kelas V SDN 3 Babussalam, 9 April 2018 168 Ibid., 12 April 2018 169 Ibid., 16 April 2018 170 Ibid.,18 April 2018 171 Ibid.,19 April 2018 172 Ibid. ,23 April 2018 173 Ibid., 25 April 2018 174 Ibid., 2 Mei 2018 175 Ibid., 14 Mei 2018
99
pengamatan ketiga belas, siswa menyanyikan lagu Garuda Pancasila.176
Hal tersebut dilakukan sebelum memulai pembelajaran IPS di kelas V.
Selama pengamatan tigabelas kali, peneliti menemukan hanya dua kali
siswa tidak menyanyikan lagu nasional atau daerah disaat akan mulai
proses pembelajaran IPS diantaranya pada pengamatan kedua dan
sembilan.177
Selain melalui observasi, informasi yang lain juga didapatkan dari
hasil wawancara peneliti kepada siswa kelas V.
Responden Ea :”Kemarin kan kak, kita menyanyikan lagu nasional pas pelajaran IPS”178
Responden Ri :”Sama dengan Ea kak, kemarin , ketika pelajaran IPS saya nyanyiin lagu Nasional”179
Responden By & Za :”kemarin kak, ketika kita belajar IPS itu”.180
(Hasil wawancara dengan siswa lainnya terlampir)
Perilaku bangga sebagai bangsa Indonesia yang ditunjukan oleh
kelas V dengan sangat baik berdasarkan observasi yaitu senantiasa
memakai produk Indonesia, baik itu sepatu dan pakaiannya.181 Pada hari
senin, Aldi S, Herman sepatunya bermerek Ando dan pakaiannya Tiga
jaya, Hulaifi merek sepatunya ATT dan pakaiannya tiga jaya.182
176 Ibid., 15 Mei 2018 177 Ibid., 12 dan 26 April 2018 178 Eva JA, Wawancara, Babussalam, 17 Mei 2018 179 Riyanti, Wawancara, Babussalam, 17 Mei 2018 180 Bayu AA., dan Zul Agipati, Wawancara, Babussalam, 16 Mei 2018 181 Hasil observasi, Kelas V SDN 3 Babussalam, 9, 11, 12, 16, 18, 19, 23, 25, dan 26 April serta 2, 12, 14, dan 15 Mei 2018 182 Ibid., 23 April 2018
100
Selain melalui observasi, informasi lain juga didapatkan dari hasil
wawancara yang dilakukan kepada siswa kelas V, disaat peneliti
menanyakan mengenai apa merek sepatu dan pakaian sekolahnya.
Responden Ea & Ri :”Saya Ando, saya ATT”183
Responden Ea & Ri :”Tiga jaya kak..”184
(Hasil wawancara dengan siswa lainnya terlampir)
Prilaku bangga sebagai bangsa Indonesia yang ditunjukan oleh
kelas V dengan cukup baik berdasarkan hasil observasi yang digambarkan
secara keseluruhan yaitu memelihara dan mengembangkan pilar-pilar
kebangsaan yaitu pancasila, UUD 1945, NKRI, Bhineka tunggal ika. Yang
diwujudkan dengan mentaati tata tertib di sekolah yang diwujudkan
dengan siswa berpakaian sesuai aturan, kehadiran tepat waku dll.
Adapun memakai seragam sesuai aturan yaitu cukup baik karena
ada beberapa siswa yang tidak seragam yang dilakukan berulang-ulang
oleh orang yang sama.185
Pada hari pertama, ada lima siswa yang tidak berpakaian rapi yaitu
Ahmad, Bayu AA, Handika P Hulaifi, dan M. Ghoni AR.186. Pada hari
kedua dan ketiga dan Kamis, Ahmad P memakai sendal dalam mengikuti
proses pembelajaran IPS.187 Pada pengamatan keempat, Bayu AA. Budi,
dan M. Ghoni tidak memasuki baju ketika proses pembelajaran IPS 183 Eva JA dan Rianti, Wawancara, Babussalam, 17 Mei 2018 184 Ibid. 185 Hasil observasi, Kelas V SDN 3 Babussalam, 9, 11, 12, 16, 18, 19, 23, 25, dan 26 April serta 2, 12, 14, dan 15 Mei 2018 186 Ibid., 9 April 2018 187 Ibid., 11 dan 12 April 2018
101
berlangsung serta Ahmad P yang tidak menggunakan sepatu.188 Pada
pengamatan ketujuh, Aldi S, Budi F. Diah PR, Eva JA, dan khaerul
kembali mereka tidak memasuki baju ketika proses pembelajaran IPS
berlangsung serta Ajmad P yang masih menggunakan sendal masuk
kelas.189 Pada pengmatan kesembilan, M. Ghoni AR dan Ahmad P yang
tidak berpakian rapi.190 Pada pengamatan kesepuluh, Aldi S. Bayu AA,
Budi F, M. Ghoni AR yang tidak memasuki baju serta Ahmad P yang
memakai sendal sekolah.191 Pada pengamatan sebelas, Budi F dan Ahmad
P yang tidak rapi berpakaian dan seragam.192
Selain melalui observasi, informasi lain juga didapatkan dari hasil
wawancara yang dilakukan peneliti kepada siswa kelas V mengenai
berpakaian seragam sekolah.
Responden By :”Bener kak, Budi, Andika, Ahmad P, dan Ma baru mereka sering tidak seragam kak”193
Responden By :”Tetap saya seragem kak”194
(Hasil wawancara dengan siswa lainnya terlampir)
Selama tiga belas kali penngamatana siswa tidak ada yang datang
terlambat sehingga prilaku siswa hadir tepat waktu tergolong sangat
baik.195
188 Ibid., 16 April 2018 189 Ibid., 23 April 2018 190 Ibid., 26 April 2018 191 Ibid., 2 April 2018 192 Ibid, 12 April 2018 193 Bayu AA., Wawancara, Babussalam, 16 Mei 2018 194 Ibid.
102
3. Rasa Persatuan dan kesatuan
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan penelii selama tiga
belas kali pertemuan pada proses pembelajaran IPS, di peroleh data
sebagai berikut.
Tabel 11. Hasil Observasi Aspek Rasa Persatuan dan Kesatuan Sikap Naionalisme Siswa melalui Mata Pelajaran IPS Kelas V
No Indikator Informan
Keterangan
Ya Tidak
1. Menyukai belajar kelompok Adinda NI. \/ Afitri NA. \/ Ahmad P. \/
Aldi S. \/ Anisa R. \/ Aura A. \/
Bayu AA. \/ Budi F. \/
Diah PR. \/ Eva JA. \/
Fitriah AW. \/ Handika P. \/ Helmiana S. \/
Herman \/ Hulaifi \/
Khaerl F. \/ Laili M. \/
Maulid A. \/ Mayani P. \/ M. Ghoni
AR. \/
Nadya R. \/ Riyanti \/
Sandra OP. \/ Seftiana \/
Wifki YAM. \/ Wisnu R. \/
Zul Agipati \/ Miranda AM. \/
195
Hasil observasi, Kelas V SDN 3 Babussalam, 9, 11, 12, 16, 18, 19, 23, 25, dan 26 April serta 2, 12, 14, dan 15 Mei 2018
103
2. Menghargai pendapat teman yang berbeda
Adinda NI. \/ Afitri NA. \/ Ahmad P. \/
Aldi S. \/ Anisa R. \/ Aura A. \/
Bayu AA. \/ Budi F. \/
Diah PR. \/ Eva JA. \/
Fitriah AW. \/ Handika P. \/ Helmiana S. \/
Herman \/ Hulaifi \/
Khaerl F. \/ Laili M. \/
Maulid A. \/ Mayani P. \/ M. Ghoni
AR. \/
Nadya R. \/ Riyanti \/
Sandra OP. \/ Seftiana \/
Wifki YAM. \/ Wisnu R. \/
Zul Agipati \/ Miranda AM. \/
Berdasarkan hasil observasi yang didapat seperti tabel diatas, siswa
telah memiliki prilaku rasa persatuan dan kesatua yang tergolong sangat
baik yaitu berupa menyukai belajar kelompok. Hal tersebut dilihat dari
selama tiga belas kali pengamatan yang telah dilakukan oleh peneliti
104
dalam proses pembelajaran IPS kelas V, siswa selalu terlihat bergembira,
tidak mengantuk ketika guru sudah membagikan kelompok.196
Pada pengamatan pertama, siswa dibagi ke beberapa kelompok
berdasarkan teman duduk untuk mendiskusikan tentang peristiwa
kedatangan bangsa barat sesama teman kelompoknya. Disitu terlihat siswa
bergembira karena guru kelas V mengkelompokan siswa dalam proses
pembelajaran IPS, sehingga begitu seterusnya sampai pengamatan ketiga
belas.197
Hal tersebut diperkuat oleh hasi wawancara dengan siswa yang
dilakukan oleh peneliti ketika menanyakan tentang menyukai belajar
kelompok.
Responden By :”Belajar Kelompok kak......karena penok kance bejawab”198
Responden Ea :”Berkelompok kak....karena banyak tempat kita nanyak..”199
Responden Ri :”Sama kak....lebih suka berkelompok karena banyak temen kita kerja jika ada tugas...”200
(Hasil wawancara dengan siswa lainnya terlampir)
Prilaku yang lain terkait dengan rasa persatuan dan kesatuan adalah
menghargai pendapat teman yang berbeda tergolong sangat baik, karena
196 Hasil observasi, kelas V SDN 3 Babussalam, 9, 11, 12, 16, 18, 19, 23, 25, dan 26 April serta 2, 12, 14, dan 15 Mei 2018 197 Ibid., 9 April 2018 198 Bayu AA., Wawancara, Babussalam, 16 Mei 2018 199 Eva JA., Wawancara, Babussalam, 17 Mei 2018 200 Riyanti, Wawancara, Babussalam, 17 Mei 2018
105
selama peneliti melakukan pengamatan siswa tidak ada yang mencela
pendapat atau jawaban temannya.
D. Faktor Penghambat Penanaman Sikap Nasionalisme Melalui Mata
Pelajaran IPS Pada Siswa Kelas V
Berdasarkan deskripsi data yang telah dijabarkan diatas, dapat
diketahui bahwa masih kurangnya persediaan gambar atau foto para
pahlawan oleh sekolah yang harus dipajang didalam sekolah,. Terbatasnya
waktu pembelajaran serta kesenjangan antara lingkungan keluarga dan
masyarakat diluar sekolah
Kurangnya persediaan gambar atau foto para pahlawan di sekolah
sehingga tidak adannya foto para pejuang nasional yang terpajang di
dinding kelas V, padahal hal tersebut sangat mendorong proses semangat
kecintaan siswa kepada para pahlawan dan tanah air.
Menurut Guru kelas V, Adapun hal yang menghambat proses
penanaman itu sendiri yaitu masih tidak sesuainya apa yang kita ajarkan
disekolah dengan apa yang ada dilingkungan masyrakat tempat mereka
lebih banyak bergaul seperti contoh siswa-siswa disini banyak yang hanya
tinggal dengan nenek atau kakeknya karena mereka ditinggal sama kedua
orang tuanya pergi TKI ke luar negeri dan meninggal dunia, maka siswa
tersebut tidak ada yang mengawasi secara maksimal didalam pergaulannya
sehari-hari sehingga apa yang guru ajarkan disekolah, hanya sebatas
disekolah saja sampai dirumah pindah ke hal yang lain. Oleh sebab itu,
dengan kesenjangan tersebut, kita sebagai guru membutuhkan waktu untuk
106
melakukan pembelajaran berbasis akhlak atau sikap kepada siswa karena
merubah prilaku manusia itu membutuhkan kesabaran”201
A. Upaya yang dilakukan Guru terhadap Hambatan yang dihadapai
dalam Penanaman Sikap Nasionalisme pada Siswa Kelas V
Berdasarkan penjelasan guru kelas V terkait upaya yang dilakukan
guru terhadap hambatan yang dihadapi dalam penanaman sikap
Nasionalisme pada siswa kelas V yaitu “Kami sebagai guru disni, jika ada
pertemuan wali murid, kita selau mencoba memberikan pandangan kepada
orang tua siswa terkait tentang pengawasan terhadap anak-anak didalam
pergaulannya sehari-hari berupa sikap dan prilakunya yang sesuai dengan
nilai=nilai yang ada agar anak-anak kita tidak terjerumus dalam hal-hal
negatif. Serta kita juga akan mengadakn salah satu program yaitu
pemutaran lagu-lagu nasional atau daerah lewat speaker TOA sebanyak 1
lagu atau 2 lagu disetiap istirahat, mudah-mudahan ini bisa kita cepat
jalankan agar semangat kebangsaan siswa semakin meningkat”202
201
Suharsi, Wawancara, Babussalam, 27 April 2018 202 Ibid.
107
BAB III
PEMBAHASAN
A. Penanaman Sikap Nasionalisme Siswa melalui Mata Pelajaran IPS pada
Siswa Kelas V
Bagi guru kelas V, melakukan penanaman sikap nasionalisme kepada siwa
setiap proses pembelajaran IPS selama tiga belas kali pengamatan diantaranya:
1. Pembiasaan
Berdasarkan penjabaran deskripsi data sebelumnya, dapat dilihat
bahwa pembiasaan yang dilakukan guru kelas V dalam rangka
menanamkan sikap nasionalisme dalam diri siswa melalui mata pelajaran
IPS serta membiasakan siswa aktif ketika pembelajaran (Seperti
menyanyikan lagu nasional, diskusi, simulasi, ceramah dll.). dan
mengecek kehadiran siswa sebelum pembelajaran dimulai sebagai
pengontrol kehadiran siswa
Membiasakan siswa aktif ketika pembelajaran (seperti
menyanyikan lagu nasional atau daerah, diskusi , simulasi, ceramah dll)
adalah salah satu bentuk upaya guru dalam penanaman sikap nasionalisme
siswa berupa cinta tanah aiar, bangga sebagai bangsa Indonesia dan
persatuan dan kesatuan..
Hal tersebut dilakukan Bapak Suharsi, S.Pd. selaku guru kelas V
kepada siswanya tergolong sangat baik, karena selama tiga belas kali
pengamatan yang dilakukan oleh peneliti, guru kelas V melakukan
kegiatan membiasakan siswa aktif sebagai berikut: yang pertama, selama
108
tiga belas kali pengamatan sebelum memulai pembelajaran guru mengajak
siswa menyanyikan lagu nasional atau daerah, kecuali tanggal 11 April
dan 26 April 2018 guru tidak mengajak siswa untuk menyanyikan lagu
nasional dan daerah. Adapun lagu yang dinyanyikan daiantaranya lagu
Indonesia Raya, Bagimu Negeri, Hari merdeka dan Satu Nusa Satu
Bangsa, dan kadal Nongak. Yang kedua, diskusi, yaitu memberikan
kesempatan kepada seluruh siswa dengan cara ditunjuk oleh gurunya
untuk bertanya, berpendapat, menjawab apa yang telah mereka disuruh
baca dan amati , yang kemudian didiskusikan dengan cara berkelompok
(berdiskusi dengan sesama teman kelompok) maupun tidak (berdiskusi
dengan guru dan teman-teman lainnya yang sifatnya umum) hal ini selalu
dilakukan guru kelas V didalam membiasaka siswa aktif ketika
pembelajaran. Yang ketiga, simulasi dilakukan guru kelas V pada
pengamatan keempat tanggal 16 April 2018, guru menyuruh siswa
mempragakan pembacaan teks proklamasi yang dibaca oleh sukarno
ketika deklarasi kemerdekaan Indonesia. Yang keempat dengan cara
ceramah guru memberikan motivasi untuk tetap semangat belajar,
selanjutnya dengan menggunakan cerita untuk menghibur siswa agar tidak
bosan ketika proses pembelajaran. Berdasarkan hal tersebut maka Bapak
Suharsi, S.Pd. telah berupaya untuk selalu membiasakan dan
meningkatkan sikap percaya diri siswa sehingga secara tidak langsung
guru kelas V telah berupaya juga di dalam penanaman sikap nasionalisme
kepada siswa kelas V pada proses pembelajaran IPS.
109
Mengecek kehadiran siswa sebelum pembelajaran dimulai adalah
salah satu bentuk upaya guru dalam pengontrolan kepada siswa untuk
selalu berlaku disiplin, karena dengan kegiatan tersebut guru mengontrol
kehadiran siswa dengan cara mengecek siswa yang hadir dan siswa yang
tidak hadir maupun yang siswa bolos, sehingga dengan sebab itu siswa
akan terdorong untuk hadir tepat waktu ketika masuk kelas.
Maka karena itu. dengan guru selalu mengontrol kedisiplinan siswa
untuk selalu hadir tepat waktu maka secara otomatis guru telah berupaya
untuk selalu melestarikan nilai-nilai luhur budaya Indonesia kepada
siswanya karena nilai kedisiplinan adalah salah satu bentuk dari nilai-nilai
luhur budaya Indonesia. Oleh sebab itu, hal tersebut akan menjadi prilaku
guru dan siswa untuk selalu menghargai budaya Indonesia. Sehingga
dengan selalu menghargai budaya Indonesia tersebut, tentu hal tersebut
secara tidak langsung, guru berupaya menanamkan sikap nasionalisme
pada siswa karena salah satu indikator sikap nasionalisme adalah
menghargai budaya Indonesia.
Hal tersebut dilakukan Bapak Suharsi, S.Pd. selaku guru kelas V
dengan cukup baik karena selama peneliti melakukan pengamatan selama
tiga belas kali, guru kelas V selalu mengabsensi siswanya dengan cara
tidak berurutan melainkan mengecek siswa yang tidak hadir saja kemudian
menanyakan keterangan tidak masuk kepada siswa yang hadir. Maka
selama peneliti melakukan pengamatan, peneliti menemukan tujuh kali
ketidakhadiran yang dilakukakan siswa diantaranya, pada 12, April 2018
110
Miranda sebanyak satu kali tidak masuk, 16 april 2018 Wisnu satu kali
tidak masuk, pada 18 dan 19 April 2018 Laili M. dua kali tidak masuk,
pada 25 dan 26 Aninda dua kali tidak masuk, dan pada 19 Mei 2018 Bayu
satu kali tidak masuk, sehingga totalnya tujuh kali ketidak hadiran siswa
selama tiga belas kali pengamatan selama pembelajaran IPS di kelas V.
Maka berdasarkan hal tersebut guru kelas V telah berupaya melakukan
penanaman sikap nasionalisme kepada siswa kelas V selama peroses
pembelajaran IPS berlangsung.
Berdasarkan pemeparan diatas, proses pembiasaan yang dilakukan
guru kelas V dalam penanaman sikap nasionalisme tergolong cukup baik.
Setiap proses yang dilakukan guru didalam kelas, baik disengaja
maupun tidak disengaja, maka hal tersebut dapat dapat menanamkan sikap
tertentu kepada siswa melalui proses pembiasaan.
2. Kegiatan Keteladanan/modeling
Berdasarkan pemaparan data deskripsi data sebelumnya dapat
dilihat bahwa kegiatan keteladanan yang dilakukan guru kelas V dalam
rangka penanaman sikap nasionalisme melalui mata pelajaran IPS adalah
senantiasa menggunakan produk buatan dalam negeri, menggunakan
bahasa Indonesia yang baik dan benar, memakai pakaian dinas sesuai
peraturan, memulai pembelajaran tepat waktu, dan memajang gambar
pahlawan nsional, keanekaragaman budaya, presiden, wakil presiden, dan
lambang negara di dinding.
111
Guru menggunakan hasil produk dalam negeri adalah sebagai salah
satu bentuk keteladanan atau contoh yang dilakukan guru kepada siswa di
dalam mencintai negara indonesia, karena dengan hal tersebut dilakukan,
maka akan menambah kebanggan dan kecintaan kita terhadap hasil karya
anak bangsa serta akan membantu dan mendorong pertumbuhan produksi
dalam negeri sehingga akan berdampak kepada keadaan ekonomi
Indonesia yang semakin membaik.
Hal tersebut dilakukan oleh Bapak Suharsi, S.Pd. selaku guru kelas
V yang tergolong sangat baik, karena selama tiga belas kali pengamatan
yang dilakukan peneliti ketiaka proses pembelajaran IPS, guru kelas V
selalu menggunakan pakaian, sepatu dan tas hasil produksi dalam negeri.
Maka karena itu, berdasarkan hal tersebut guru kelas V telah berupaya
dalam penanaman sikap nasionalisme kepada siswa kelas V ketika peroses
pembelajaran IPS melalui keteladanan di dalam penggunaan produk dalam
negeri.
Guru menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar adalah
salah satu bentuk upaya yang dilakukan seorang guru didalam
memberikan keteladanan atau contoh kepada siswa agar siswa selalu
menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar selama proses
pembelajaran serta menambah kecintaan siswa terhadap icon bangsa yaitu
berupa bahasa Indonesia.
Hal tersebut dilakukan guru kelas V yaitu Bapak Suharsi, S.Pd.
dengan sangat baik, karena selama tiga belas kali peneliti melakukan
112
pengamatan guru kelas V selalu berupaya menggunakan bahasa Indonesia
yang baik dan benar ketika proses pembelajaran IPS, walaupun terkadang
dibeberapa moment guru harus memakai bahasa daerah (Sasak) untuk
menjelaskan makna yang siswa belum mengerti di dalam materi tersebut.
Berdasarkan hal tersebut, Bapak suharsi, S.Pd. selaku guru kelas V telah
berupaya untuk melakukan penanman sikap nasionalisme kepada siswa
kelas V ketika peroses pembelajaran IPS melalui keteladanan penggunaan
bahasa Indonesia yang baik dan benar
Guru memakai pakaian dinas sesuai peraturan adalah salah satu
bentuk keteladanan atau contoh yang dilakukan seorang guru untuk
membiasakan sikap disiplin dalam memakai pakaian sesuai tata tertib yang
berlaku kepada siswa. Sehingga jika sikap disiplin tersebut terus
dicontohkan kepada siswa, maka siswapun akan mengikuti apa yang guru
contohkan.
Hal tersebut dilakukan Bapak Suharsi, S.Pd. tergolong sangat baik,
karena selama tiga belas kali pengamatan guru selalu memakai pakaian
dinas sesuai aturan. Maka dengan hal ini, guru memberikan contoh kepada
siswa berupa selalu disiplin agar selalu memakai pakaian di sekolah sesuai
aturan sehingga siswa menjadi orang yang disipin di sekolah. Berdasarkan
hal tersebut, maka guru kelas V telah berupaya menanamkan sikap
nasionalisme siwa ketika pembelajaran IPS melalui mencontohkan
memakai pakaian sesuai aturan yang mengandung nilai kedisiplinan yang
113
tergolong dalam salah satu nilai-nilai luhur budaya Indonesia kepada
siswa.
Guru memulai pembelajaran tepat waktu adalah salah satu bentuk
keteladanan atau contoh yang dilakukan guru dalam hal kedisiplinan
kepada siswa, karena dengan seorang guru memulai pembelajaran dengan
tepat waktu, maka siswa diharapkan mengikuti apa yang dicontohkan oleh
gurunya tersebut.
Tetapi hal tersebut dilakukan Bapak Suharsi, S.Pd. selaku guru
kelas V masih tergolong kurang baik, berdasarkan pengamatan yang
dilakukan peneliti selama tiga belas kali, beberapa kali guru kelas V
terlihat terlambat masuk kelas ketika jadwal pembelajaran IPS yaitu
sebanayak empat kali diantaranya pada tanggal 9 April 2018, guru
terlambat sekitar sepuluh menit karena siswa masuk belajar pukul 09:30
tetapi guru kelas V masuk kelas pukul 09:40., kemudian pada tanggal 12
April 2018, guru terlambat sekitar lima menit karena siswa masuk belajar
pukul 09:30 sedangkan guru masuk kelas pukul 09:35, selanjutnya pada
tanggal 16 April 2018, guru terlambat sekitar enam menit karena siswa
masuk belajar pukul 11:15 sedangkan guru masuk pukul 11:21, dan
terakhir pada tanggal 26 April 2018, guru terlambat masuk kelas sekitar
dua menit karena siswa masuk belajar pukul 09:30 sedangkan guru kelas
V masuk pukul 09:32.
Maka berdasrkan hal tersebut, guru kelas V telah berupaya
menanamkan sikap nasionalisme ketika pembelajaran IPS melalui
114
keteladanan di dalam memulai pembelajaran tepat waktu, tetapi hal
tersebut kurang maksimal karena guru kelas V masih sering terlambat
masuk kelas sehingga masih tergolomg kurang baik.
Guru memajang gambar pahlawan nasional, keanekaragaman
budaya, presiden, wakil presiden, dan lambang negara di dinding adalah
salah satu bentuk pemberian contoh yang dilakukan seorang guru berupa
memajangkan gambar pahlawan nasional, keanekaragaman budaya,
presiden, wakil presiden, dan lambang negara di dinding kepada siswa
agar siswa mengenal serta mengetahui lebih dekat tentang pahlawan
nasional Indonesia, keanekaragaman budaya, presiden dan wakil presiden,
serta lambang negara Indonesia sehingga akan menambah kecintaan siswa
terhadap para pejuang bangsa dan NKRI.
Hal tersebut dilakukan Bapak Suharsi, S.Pd. tergolong cukup baik,
karena selama peneliti melakukan pengamatan sebanyak tiga belas kali,
guru telah memajang foto presiden, wakil presiden dan lambang negara
Indonesia di depan dinding kelas secara tetap serta gambar keankaragaman
budaya bangsa Indonesia berupa rumah adat dan pakaian adat di dinding
belakang secara tetap juga. Kecuali foto para pejuang terdahulu belum ada
terpajang di dalam kelas V ketika proses pembelajaran IPS. Maka karena
itu upaya guru dalam penanaman sikap nasionalisme ketika pembelajaran
IPS melalui pemajangan foto presiden dan wakil presiden dan lambang
negara serta keanekaragaman tergolong cukup baik.
115
Berdasarkan pemamaparan diatas, keteladanan yang dilakukan
guru kelas V dalam penanaman sikap nasionalisme masih tergolong cukpu
baik.
Keteladanan atau modeling yang dilakukan oleh guru kelas V
kepada siswa tersebut adalah suatu bentuk pembelajaran sikap individu
yaitu melalui proses asimilasi atau proses mencontoh.
3. Contoh-contoh Kontekstual
Berdasarkan deskripsi data yang telah dipaparkan sebelumnya,
pemberian contoh-contoh nyata kepada siswa dapat dilihat pada saat guru
sedang memperingatkan, menegur, atau menasihati siswa apabila ada yang
melakukan kesalahan atau melakukan perbuatan yang kuarang baik.
Guru memperingatkan siswa ketika ribut saat pembelajaran
berlangsung adalah salah satu bentuk kegiatan spontan yang dilakukan
guru untuk melestarikan nilai luhur budaya Indonesia kepada siswa berupa
saling menghargai satu sama lain, karena dengan guru menegur,
menasehati dan memperingatinya agar siswa tidak ribut ketika proses
pembelajaran berlangsung merupakan suatu upaya pengontrolan yang
dilakukan guru agar siswa saling menghargai satu dengan yang lainnya
berupa tidak ribut ketika proses pembelajaran IPS berlangsung.
Hal tersebut dilakukan Bapak Suharsi S.Pd. selaku guru kelas V
dengan sangat baik, karena selama pengamatan yang dilakukan peneliti
sebanyak tiga belas kali, guru selalu menegur, menasehati, dan
memperingati siswa yang ribut ketika pembelajaran IPS berlangasung.
116
Dalam hal ini guru kelas V berupaya mengontrol siswa untuk tidak ribut
dengan menegur Budi F dan Handika P agar mereka berhenti ribut di
dalam kelas tetapi mereka tetap saja ribut walaupun sudah ditegur
kemudian guru memberika nasihat kepada mereka untuk tidak ribut teapi
mereka tetap saja masih ribut sehingga guru kelas V menyuruh mereka
maju kedepan kelas untuk diberikan sanksi berupa push up sebanyak
sepuluh kali dan sistem tersebut dilakukan guru sampai ke pengamatan
tiga belas
Maka berdasarkan hal tersebut, guru kelas V telah berupaya untuk
melakukan penanaman sikap nasionalsime kepada siswa ketika
pembelajaran IPS melalui pengontrolan berupa teguran ketika menemukan
siswa yang ribut disaat pembelajaran IPS berlangsung sehingga siswa satu
sama lainya terbiasa untuk saling menghargai.
Guru memperingati siswa ketika mencontek pekerjaan siswa lain
adalah salah satu bentuk kegiatan spontan yang dilakukan guru dalam
upaya melestarikan nilai luhur budaya Indonesia berupa nilai kejujuran
dan kepercayaan diri siswa, karena dengan hal tersebut guru berupaya
mengontrol siswa berupa memperingati siswa ketika diketahui mencontek
pekerjaan siswa lain atau kelompok lain agar siswa terbiasa mengerjakan
tugas dengan jujur sehingga siswa percaya diri terhadap kemampuannya.
Hal tersebut dilakukan guru kelas V oleh Bapak Suharsi, S.Pd.
tegolong cukup baik, karena selama pengamatan yang dilakukan peneliti
guru kelas V terlihat sering menegur siswa ketika ketahuan mencontek
117
diantaranya dengan cara, Herman ditegur oleh guru kelas V “Percaya pada
kemampuan kelompok sendiri...jangan mencontek jawaban kelompok
lain...!!!”. Budi F dan Handika P ditegur oleh guru kelas V “Biasakan
yakin kepada kemampuan kelompok kalian...jangan lihat sebelah !!!”.
Handika P, Hulaifi, dan Fitri AW ditegur oleh guru kelas V “Jangan
biasakan dirimu mencontek nak, tidak baik itu.....percaya pada pekerjaan
sendiri !!!” Handika P dan Aldi S. di tegur oleh guru kelas V “ Biasakan
kerja sendiri nanti ada waktunya kite kerja sama disaat diskusi atau
kelompok!!!”. Budi ditegur oleh oleh guru kelas V “Jangan biasakan
dirimu mencontek, fokus pada pekerjaan kelompoknya masing-masing !!!”
sehingga sebanyak lima kali yaitu pada pengamatan pertama, kedua,
keempat, kelima, dan kedelapan guru melakukan teguran kepada siswa
yang mencontek dan selama delapan kali yaitu pada pengamatan ketiga,
keenam, ketujuh, kesembilan, kesepuluh, kesebelas, dua belas, dan tiga
belas guru kelas V tidak menemukan siswa yang mencontek dalam tiga
belas kali pengamatan yang telah dilakukan peneliti.
Maka berdasarkan hal tersebut guru kelas V telah berupaya
melakukan penanaman sikap nasionalisme siswa ketika pembelajaran IPS
melalui mengontrol siswa berupa memperingati siswa ketika ditemukan
mencontek pekerjaan siswa yang lain sehingga akan membiasakan siswa
untuk selalu mengerjakan tugas dengan jujur dan mandiri.
118
Guru memperingatkan siswa ketika datang terlambat adalah salah
satu bentuk kegiatan sepontan yang dilakukan guru untuk mengontrol
kedisiplinan siswa dalam hal kehadiran tepat waktu.
Tetapi hal tersebut tidak pernah dilakukan Bapak Suharsi, S.Pd.
selaku guru kelas V, karena siswa kelas V selama peneliti melakukan
pengamatan, siswa tidak ada yang terlambat.
Guru memperingatkan siswa ketika tidak berpakaian rapi adalah
salah satu bentuk kegiatan sepontan yang dilakukan guru dalam
mengontrol siswa agar selalu disipilin dalam berpakain sesuai dengan
aturan.
Hal tersebut dilakukan Bapak Suharsi, S.Pd. selaku guru kelas V
dengan cukup baik, karena selama peneliti melakukan pengamatan
sebanyak tiga belas kali guru kelas V memperingatkan siswa untuk
menggunakan pakaian sesuai aturan sebanyak tiga belas kali diantarannya
siswa yang kedapatan ditegur oleh guru kelas V ketika siswa tidak
seragam yaitu Ahmad P, Budi F, Handika P, Hulaefi, M. Ghoni AR, Bayu
AA, Aldi S, Diah PR, Eva JA, dan Khaerul. Sedangkan dua hari selama
tiga belas kali pengamatan, guru melihat siswa telah berpakaian rapi yaitu
pada pengamatan keenam dan kedelapan.
Maka berdasarkan hal tersebut, guru kelas V telah berupaya
melakukan penanaman sikap nasionalsime siswa ketika pembelajaran IPS
melalui pengontrolan kedisiplinan siswa berupa memperingati siswa
119
ketika tidak berpakaian rapi. Karena nilai kedisiplinan adalah salah satu
dari nilai luhur budaya Indonesia.
Berdasarkan penjelasan tersebut, contoh-contoh kontekstual yang
dilakukan guru dalam penanaman sikap nasionalisme masih tergolong
cukup baik.
Kegiatan ini adalah tergolong ke kegiatan sepontan karena kegiatan
ini tanpa perencanaan terlebih dahulu melainkan dilakukan secara
sepontan sesuai dengan kondisi.
4. Penggunaan Metode pembelajaran
Berdasarkan data yang telah dijabarkan sebelumya, dapat dilihat
bahwa materi dalam kurikulum K-13 yang mata pelajaran terintegrasi
dengan mata pelajaran yang lainnya menjadi satu tema yaitu Peristiwa
dalam kehidupan yang mata pelajaran IPS materinya berkaitan dengan
sikap nasionalisme. Proses pembelajaran IPS dilakukan melalui metode
diskusi, simulasi, dan ceramah telah diupayakan oleh guru sebagai cara
untuk menanamkan nasionalisme dalam diri siswa.
Metode pembelajaran diskusi yang dilakukan guru cukup baik pada
pembelajaran IPS, metode ini dapat menanamkan sikap nasionalisme
siswa berupa persatuan dan kesatuan, bangga sebagai bangsa Indonesia,
dan cinta tanah air. Hal tersebut ditandai dengan guru didalam
menjalankan diskusi membagi siswa menjadi beberapa kelompok untuk
bekerjasama dalam kelompok, disitu guru melatih siswa dalam persatuan
dan kesatuan sesama kelompok kemudian guru menyuruh siswa untuk
120
mendiskusikan (mengkomunikasikan) materi yang telah mereka baca
sebelum mereka dibagikan kelompok oleh guru, disitu guru melatih siswa
untuk bangga sebagai bangsa Indonesia yang diwujudkan dengan, siswa
berani atau percaya diri mengungkapkan pendapatnya kepada sesama
kelompok maupun kelompok lain. Selanjutnya guru melarang siswa untuk
mencontek atu melihat hasil kerja kelompok lain, disitu guru melatih siswa
untuk cinta tanah air yang diwujudkan dengan siswa mentaati aturan yang
berlaku dengan tidak mencontek serta melatih nilai kejujuran siswa.
Metode pembelajaran Simulasi yang dilakukan guru masih kurang
baik pada pembelajaran IPS, metode ini dapat menanamkan sikap
nasionalisme siswa berupa penghayatan terhadap apa yang diperankan
terkait dengan tokoh nasional atau para pahlawan sehingga akan
menambah kecintaa siswa terhadap para pejuang Indonesia dan NKRI.
Metode pembelajaran ceramah, metode ini tergolong klasik yang
selalu digunakan disetiap proses kegiatan pembelajaran apapun dan guru
kelas V melakukannya dengan baik pada pembelajaran IPS. Metode ini
dapat menanamkan sikap nasionalisme siswa berupa Cinta tanah air,
bangga menjadi bangsa Indonesia, persatuan dan kesatuan. hal tersebut
ditandai dengan guru dengan metode ceramah bisa menyampaikan dalam
bentuk cerita perjuangan seperti cerita singkat perjuangan sukarno dan
pejuang lainnya dalam hal memperjuangkan kemerdekaan Indonesia,
biografi para tokoh, keadaan ekonomi terkini, dan motivasi agar selalu
tetap aktif ketika proses pembelajaran, nasihat untuk tidak melanggar
121
aturan seperti mencontek, seragam, dan jangan ribut didalam kelas ketika
proses pembelajaran berlangsung atau hiburan mendengarkan lagu
nasional, mata pelajaran IPS tentang nasionalisme atau kebangsaan.
Berdasarkan penjelasan diatas, penggunaan metode pembelajaran
dalam penanaman sikap nasionalisme siswa kelas V tergolong cukup baik.
B. Perwujudan Sikap Nasionalisme melalui Mata Pelajaran IPS pada siswa
Kelas V
Bagi siswa, perwujudan sikap nasionalisme yang ditunjukan di dalam
proses pembelajaran IPS selam tiga belas kali pengamatan sebagai berikut:
a. Cinta Tanah Air
Berdasarkan pemaparan deskripsi data di atas, diketahui bahwa
prilaku cinta tanah air yang ditunjukan oleh semua siswa selama
pembelajaran IPS yaitu menyanyikan lagu-lagu kebangsaan atau daerah
yang diwujudkan dengan siswa menyanyikan lagu nasional atau daerah
ketika pembelajaran IPS, melakukan kegiatan pelestarian lingkungan yang
diwujudkan dengan siswa membersihkan sampah yang berserakan ketika
pembelajaran IPS tanpa disuruh oleh guru.
Perilaku Cinta tanah air diwujudkan dengan siswa menyanyikan
lagu nasional atau daerah. Hal tersebut ditunjukkan siswa dengan cukup
baik karena selama pengamatan sebanyak tiga belas kali yang dilakukan
oleh peneliti, ditemukan hanya dua kali siswa dan guru tidak menyanyikan
lagu nasional yaitu pengamatan kedua belas dan ketiga belas. Selain itu
siswa dan guru selalu menyanyikan lagu nasional dan daerah sebelum
122
pembelajaran dimulai diantaranya menyanyikan lagu Indonesia Raya,
Bagimu Negeri, Hari merdeka dan Satu Nusa Satu Bangsa, kadal Nongak.
Hal tersebut sesuai dengan upaya yang guru kelas V lakukan dalam
membiasakan aktif ketika pembelajaran berupa menyanyikan lagu nasional
dan daerah bersama-sama.
Prilaku cinta tanah air diwujudkan dengan siswa membersihkan
sampah yang berserakan didalam kelas tanpa disuruh (Menjaga kebersihan
lingkungan kelas). Hal tersebut dilakukan siswa masih kurang baik karena
jika guru menyuruh untuk memungut sampah yang ada di dalam kelas,
baru siswa kelas V memungut sampah yang berserakan didalam kelas
dengan alasan karena siswa sudah mempunyai jadwal piket kebersihan
kelas. Hal tersebut tidak sesuai dengan motivasi yang diberikan guru kelas
V kepada siswanya untuk selalu menjaga lingkungan kelas dari kesadaran
diri kita masing-masing ketika proses pembelajaran IPS.
Berdasarkan penjelasan diatas maka prilaku cinta tanah air siswa
tergolong cukup baik tetapi perlu ditingkatkan, khusunya dalam hal
pelestarian lingkungan yang masih tergolong rendah dalam pengamalan
sehari-hari.
b. Bangga sebagai bangsa Indonesia.
Berdasarkan penjabaran deskripsi data diatas, diketahui bahwa
prilaku bangga sebagai bangsa Indonesia yang ditunjukan dengan siswa
menggunakan bahasa Indonesia secara baik dan benar, siswa
menggunakan produksi dalam negeri, dan memelihara dan
123
mengembangkan pilar-pilar kebangsaan yaitu pancasila, UUD 1945,
bhineka tunggal ika yang diwujudkan dengan siswa mentaati tata tertib di
sekolah (berupa siswa berpakaian sesuai dengan aturan dan kehadiran
siswa tepat waktu)
Prilaku bangga sebagai bangsa Indonesia diwujudkan dengan siswa
menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Hal tersebut
dilakukan siswa kelas V masih tergolong kurang baik karena siswa masih
banyak yang memakai bahasa Indonesia dengan setengah-setengah dan
kebanyakan memakai bahasa daerah (sasak) selama pengamatan yang
dilakukan peneliti sebanyak tiga belas kali. Walaupun guru telah
mencontohkan dengan sangat baik di dalam proses pembelajaran IPS
berlangsung tetapi siswa kelas V masih belum baik dalam berbahasa
Indonesia.
Prilaku bangga sebagai bangsa Indonesia yang diwujudkan dengan
siswa menggunakan produk hasil dalam negeri salah satumnya Pakaian
dan sepatu. Hal tersebut dilakukan sangat baik karena seluruh siswa kelas
V menggunakan produk dalam negeri daintaranya seperti Ando, ATT,
Dallas dan New Era, serta untuk pakaian seluruh siswa hanya memakai
Tiga Jaya. Hal tersebut sesuai yang dicontohkan guru kelas V oleh Bapak
Suharsi, S,Pd. Untuk selalu menggunakan produk hasil dalam negeri
(Pakaian dan Sepatu) ketika prooses pembelajara IPS berlangsung.
Prilaku Bangga sebagai bangsa Indonesia yang diwujudkan dengan
memelihara dan mengembangkan pilar-pilar kebangsaan yaitu pancasila,
124
UUD 1945, Bhineka tunggal ika yang ditunjukan dengan siswa mentaati
tata tertib disekolah berupa siswa berpakaian sesuai aturan, dan siswa
hadir tepat waktu. Hal tersebut ditunjukkan siswa dengan cukup baik yaitu
selama pengamatan ada beberapa siswa yang tidak rapi disebabkan karena
pengaruh pergaulan dengan temannya dan siswa kelas tidak pernah telat
dalam mengikuti pembelajaran IPS.
Berdasarkan penejelasan diatas, prilaku bangga sebagai bangsa
Indonesia yang ditunjukkan siswa masih tergolong cukup baik, tetapi perlu
ditingkatkan karena masih banyak pengamalan prilaku bangga sebagai
bangsa Indonesia yang belum ditunjukkan seperti menggunakan bahasa
Indonesia (masih tergolong kurang baik) dan memakai pakaian sesuai
aturan (yang masih ada siswa yang tidak rapi)
c. Rasa Persatuan dan Kesatuan
Berdasarkan penjabaran deskripsi data di atas, diketahui bahwa
perilaku persatuan dan kesatuan yaitu berupa menyukai siswa belajar
kelompok dan Menghargai pendapat teman yang berbeda.
Prilaku persatuan dan kesatuan yang diwujudkan dengan siswa
yang menyukai kebersamaan dengan sesama salah satunya dalam bentuk
menyukai belajar kelompok. Hal tersebut ditunjukkin siswa kelas V
dengan sangat baik karena selama guru melakukan pembelajaran dengan
membagi siswa menjadi beberapa kelompok disaat proses kegiatan belajar
mengajar, siswa terlihat menikmati hal tersebut berupa tidak ngantuk
ataupun jarang terlalu ribut karena berkelahi. Maka dari itu, hal ini adalah
125
dampak dari usaha guru dalam membiasakan siswa aktif ketika
pembelajaran IPS
Prilaku persatuan dan kesatuan diwujudkan dengan siswa saling
menghargai satu dengan yang lainnya, diantaranya dengan cara
menghargai pendapat teman yang berbeda. Hal tersebut ditunjukkan siswa
tergolong sangat bagus, karena selama tiga belas kali pengamatan yang
dilakukan oleh peneliti, tidak pernah ditemukan siswa yang berantem
karena lain jawaban atau pendapat.
Kemudian prilakau persatuan dan kesatuan yang tergolong sangat
baik juga yaitu senantiasa menghargai pendapat teman yang berbeda
dengan tidak memaksakan kehendaknya. Hal tersebut dorongan dari
metode ceramah, diskusi, simulasi berupa motivasi yang selalu guru
berikan diawal ataupun diakhir maupun tanpa direncana didalam
pembelajaran IPS untuk selalu menghargai satu sama lainnya dan mari
bekerjasama yang baik didalam kelompok.
Berdasarkan penjelasan diatas, Perilaku persatuan dan kesatuan
siswa tergolong sangat baik karena selama pengamatan yang dilakukan
oleh peneliti siswa selalu ceria ketika belajar kelompok dan tidak pernah
saling mengejek ketika teman berpendapat walaupun mempunyai pendapat
lain.
126
E. Faktor Penghambat dalam Penanaman Sikap Nasionalisme Melalui
Mata Pelajaran IPS Pada Siswa kelas V
Berdasarkan deskripsi data yang telah dijabarkan diatas, dapat
diketahui bahwa masih kurangnya persediaan gambar atau foto para
pahlawan oleh sekolah yang harus dipajang didalam sekolah, terbatasnya
waktu pembelajaran serta kesenjangan antara lingkungan keluarga dan
masyarakat diluar sekolah
Kurangnya persediaan gambar atau foto para pahlawan di sekolah
sehingga tidak adannya foto para pejuang nasional yang terpajang di
dinding kelas V, padahal hal tersebut sangat mendorong proses semangat
kecintaan siswa kepada para pahlawan dan tanah air.
Waktu pembelajaran IPS yang masih terbatas yaitu selama 60
menit selama satu jam pembelajaran sedangkan materi yang dibahas masih
banyak dan membutuhkan banyak waktu.
Faktor kesenjangan antara lingkungan keluarga masyarakat diluar
sekolah sangat berpengaruh terhadap upaya penanaman sikap nasionalisme
siswa. Hal tersebut dikarenakan siswa berasal dari berbagai macam latar
belakang sosial ekonomi yang berbeda. Banayak diantara siswa yang
hanya tinggal bersama ibu dan neneknya karena orang tuanya merantau ke
luar daerah. Hal itu dapat mempengaruhi sikap nasionalisme yang dimiliki
siswa. Siswa menjadi cendrung nakal karena kurangnya perhatian dari
kedua orang tuanya. Emosi tersebut diluapkan oleh siswa dalam
prilakunya sehari-hari termasuk prilaku siswa dalam mengikuti
127
pembelajaran. Pergaulan siswa dengan masyarakat juga dipengaruhi.
Misalanya, apabila siswa tersebut berteman dengan seseorang yang kurang
memiliki sopan santun dalam pergaulannya, maka secara tidak langsung
akan mempengaruhi siswa tersebut dalam kehidupannya. Jadi, dapat
dikatakan jika faktor kesenjangan lingkungan keluarga dan masyarakat
sangat berpengaruh terhadap penanaman sikap nasionalisme siswa.
B. Upaya yang akan dilakukan Guru terhadap Hambatan yang
dihadapai dalam Penanaman Sikap Nasionalisme Siswa Kelas V
Berdasarkan hambatan-hambatan di dalam penanaman sikap
nasionalisme oleh guru kelas V yang telah dipaparkan di atas, maka
beberapa upaya untuk mengatasi hambatan tersebut:
1) Guru dan kepala sekolah mensegerakan pengadaan foto atau gambar
pahlawan nasional agar secapatnya dipajang di dinding kelas guna
mendorong siswa untuk semakin mencintai para pejuang nasional dan
tanah air Indonesia
2) Guru memanfaatkan waktu istirahat untuk memutarkan lagu nasional
atau daerah lewat speaker TOA agar membangkitkan semngat
kebangsaan siswa
3) Guru mengadakan pertemuan dengan wali murid untuk mrmbicarakan
kerjasama terkait tentang pengawasan dan pengontrolan anak-anak
kita di rumah.
128
C. keterbatasan Penelitian
Di dalam penelitian yang berjudul “Penanaman Sikap
Nasionalisme melalui Mata Pelajaran IPS pada Siswa kelas V SD Negeri 3
Babussalam” ini tentunya masih terdapat kekurangan karena keterbatasan
peneliti, kekurang tersebut yaitu :Peneliti tidak mengajak teman sejawat
dalam melaksanakan penelitian sehingga upaya penanaman sikap
nasionalisme pada siswa kelas V SD Negeri 3 Babussalam tidak bisa
teramati secara keseluruhan
129
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka penelitian ini
dapat disimpulan sebagai berikut :
1. Cara guru untuk menanamkan sikap nasionalisme melalui mata pelajaran
IPS pada siswa kelas V SDN 3 Babussalam antara lain: (a) membiasakan
siswa menyanyikan lagu nasional atau daerah, (b) Keteladanan guru kelas
V menggunakan produk hasil dalam negeri, menggunakan bahasa
Indonesia yang baik dan benar, memakai pakaian dinas sesuai aturan,
memulai pembelajaran tepat waktu, dan memajang gambar atau foto
pahlawan nasional atau tokoh serta keanekaragaman budaya dan lambang
negara di dinding kelas (c) Membiasakan contoh kontekstual yaitu guru
memberikan nasihat, atau teguran kepada siswa yang tidak seragam,
bermain disaat pembelajaraan berlangsung, dan siswa yang mencontek.
2. Perwujudan sikap nasionalisme siswa kelas V SDN 3 Babussalam dapat
dilihat diantaranya dari: (a) Perilaku cinta tanah air yaitu siswa
menyanyikan lagu nasional atau daerah, dan siswa melakukan kegiatan
pelestarian lingkungan yang diwujudkan dengan siswa memebersihkan
sampah didalam kelas tanpa disuruh. (b) Perilaku bangga sebagai bangsa
Indonesia yaitu siswa menggunakan bahasa Indonesia secara baik dan
benar, menggunakan produksi hasil dalam negeri, dan mentaati tata tertib
di sekolah berupa siswa berpakaian sesuai dengan aturan, dan kehadiran
130
tepat waktu (b) Prilaku persatuan dan kesatuan yaitu siswa menyukai
belajar kelompok dan menghargai pendapat teman yang berbeda dengan
tidak mengejeknya.
3. Penyebab terhambatnya penanaman sikap nasionalisme antara lain masih
kurangnya persediaan gambar atau foto para pahlawan di dalam kelas,
terbatasnya waktu pembelajaran serta kesenjangan antara lingkungan
keluarga dan masyarakat diluar sekolah.
4. Upaya yang dilakukan guru terhadap hambatan-hambatan dalam
penanaman sikap nasionalisme siswa kelas V antara lain: (a) Guru dan
kepala sekolah mensegerakan pengadaan foto atau gambar pahlawan
nasional (b) pemutaran lagu nasional ketika istirahat (c) Guru mengadakan
pertemuan dengan wali murid untuk mrmbicarakan kerjasama terkait
tentang pengawasan dan pengontrolan anak-anak kita di rumah.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan, maka saran yang dapat disampaikan oleh
peneliti sebagai berikut :
1. Bagi Guru
a. Sebelum pembelajaran dimulai, guru hendaknya membariskan siswa
didepan kelas terlebih dahulu dan membiasakan untuk menyalami siswa
satu persatu sebelum masuk kelas
b. Guru hendaknya menjadi contoh bagi siswanya agar masuk kelas tepat
waktu karena seringkali peneliti temukan guru kelas V dateng terlambat.
131
c. Guru hendaknya menghadirkan tokoh masyarakat, polisi, atau TNI di
dalam pembelajaran dan memberikan penjelasan kepada siswa mengenai
peran dan tugasnya agar siswa dapat termotivasi untuk meneladaninya.
d. Guru hendaknya mendorong kepala sekolah agar mensegerakan program
Song of National yang memutar lagu nasional ketika keluar main yang
sudah direncanakan sebanyak dua lagu setiap harinya agar siswa
dibangkitkan semangat kebangsaannya.
2. Bagi kepala Sekolah
a. Kepala sekolah hendaknya mengadakan pertemuan secara rutin dengan
orang tua siswa sehingga dapat meningkatkan harmonisasi dengan
masyarakat sesuai misi sekolah.
e. Kepala sekolah hendaknya menyegerakan pelaksanaan program yang
sudah direncanakan kemarin berupa Song of National yang memutar lagu
nasional ketika keluar main sebanyak dua lagu setiap harinya agar siswa
dibangkitkan semangat kebangsaannya.
b. Kepala sekolah hendaknya membuat kebijakan untuk mengadakan
kunjungan ke museum atau situs-situs bersejarah lainnya sebagai salah
satu upaya untuk menanamkan sikap nasionalisme siswa.
3. Bagi Siswa
Siswa hendaknya membiasakan diri untuk mengimplementasikan sikap
nasionalisme dalam kehidupan sehari-hari, baik itu di sekolah maupun di
lingkungan keluarga dan masyarakat, seperti senantiasa membantu dan
menjaga kerukunan dengan sesama teman, membuang sampah pada
132
tempatnya, serta berani untuk meminta maaf atas kesalahan yang telah
diperbuat.
133
C. Daftar Pustaka
Bakry, Noor Ms. “Pendidikan Kewarganegaraan”. Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2012.
Budinigsih, C. Ari. “Pembelajaran Moral”. Jakarta: Rieneka Cipta, 2004.
Buasan, Buasan. Mari Tumbuhkan Jiwa dan Semangat Nasionalisme: Prilaku Nasionalistik Masa Kini dan Ketahanan Nasional, Yogyakarta: Mata Bangsa, 2012.
Daldjoeni, N. “Dasar-Dasar Ilmu Pengetahuan Sosial”. Bandung: Alumni,
1997. Enggrawati, Gita. “Penanaman Sikap Nasionalisme Melalui Mata Pelajaran
IPS Pada Kelas V SD Negeri 2 Sumampir”.(Skripsi: Universitas Negri Yogyakarta 2013)
Moleong, Lexy J. Metodelogi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2014. Mulyono, Hari. Prilaku Yang harus Diterapkan Guna Membangun Karakter
Negara dan Bangsa Pirlaku Nasionalistik Masa Kini dan Ketahanan Nasional, Yogyakarta: Mata Bangsa, 2012.
Hamalik, Oemar. “Studi Ilmu Pengetahuan Sosial”.Bandung: Mandar Maju,
1992.
Purwanto, N. Ngalim. “Psikologi Pendidikan”. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006.
Rusyan, A. Tabrani. Pendidikan Budi Pekerti, Jakarta: PT Intermedia Cipta
Nusantara, tanpa tahun. Faturrahman dan Wuri Wuryanu. Pendidikan PKn Sekolah Dasar, Yogyakarta:
Nuha Litera, 2012. Sugiyono.“Metode Penelitian pendidikan (Penelitian Kuantitatif, Kualitatif,
dan R&D)”.Bandung: Alfabeta, 2015. Sutrisno.“Revolusi Mental: Menumbuh Kembangkan Rasa Nasionalisme”.
Yogyakarta: Indoliterasi, 2016. Suherman, Ade Maman. “Organisasi Internasional dan Integrasi ekonomi
regional dalam Perspektif Hukum dan Globalisasi” Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003.
134
Supardan, Dadang. “Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Perspektif Filosofi dan Kurikulum”.Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2015.
Suradisastra, Djojo., dkk. “Pendidikan IPS 3” Jakarta: Departemen Pendidikan
dan kebudayaan, 1992/1993. Sartika, Tiyas. “Penanaman Rasa nasionalisme Melalui Pembelajaran Sejarah
Pada Siswa Kelas XI IPS Negeri Jatilawang” Khazanah pendidkan Jurnal Kependidikan. No. 2 Vol. 19 (Maret 2016)
Sukardjo, Ukim Komarudin. “Landasan Pendidikan Konsep dan Aplikasinya”
Jakarta: PT: Raja Grafindo Persada, 2009. Senjaya, Wina. Paradigma Baru Mengajar, Jakarta: Kencana, 2017. Wibowo, Agus. Pendidikan Karakter: Membangun Bangsa Yang Berpradaban,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012. W., Winata Windu., Supriyanto Wm. “Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan”. Solo: Tiga Serangkai, 2003.
Ismayani, Hubungan Antara Pemahaman Nilai-Nilai Nasionalisme Dengan
Sikap Nasionalisme Dengan Sikap Cinta Tanah Air Siswa Kelas V SD
Se-Gugus Kecamatan Mlati Kabupaten Sleman Tahun 2016
Mohamad Mutsari, Nilai karakter Refleksi untuk Pendidikan, (Jakarta :
Rajawali Press, 2014),
Cholisin, Peran Guru Pkn dalam Pendidikan Karakter, (Yogyakarta : FSE/UNY, 2011)
Aji Bagus Priyambodo, “Impelmentasi Pendidikan karakter Semangat Kebangsaan dan Cinta tanah Air Pada Sekolah Berlatar Belakang Islam di Kota Pasuruan”, Jurnal Sains Psikologi, Jilid 6, Nomor 1, Maret 2017
Prayoga Bestari, Pendidikam kewarganegaraan: menjadi warga negara yang
baik 3 untuk kelas II Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah. (Jakarta:
Pusat perbukuan Departemen nasional, 2008),
135
Dadang Sundawa, Nasiwan, dkk., Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan:kelas XI SMA, (Jakarta:
KementrianPendidikan dan Kebudayaan, 2017),
Idris HM Noor, “Reduksi Nilai Moral, Budaya dan Agama Terhadap
Impelmentasi Pendidikan Karakter di Sekolah,” Jurnal
Ilmiah Visi P2TK PAUDINI, Volume 9, Nomor 2, Desember
2014
Surya Atika, “Pelaksanaan Pendidikan Karakter (Religius, Cinta Tanah Air, Dan
Disiplin) di SLB Al Ishlah Padang,”Jurnal Ilmiah
Pendidikan Khusus”, Volume 3, Nomor 3, September 2014,
136
Lampiran 1. Hasil Wawancara dengan Guru, Kepala Sekolah dan Siswa
Kelas V SDN 3 Babusslam
Hari/tanggal :Jum’at 27 April 2018
Responden : Guru kelas V (Bapak Suharsi, S.Pd)
Ketika Istirahat pertaman, peneliti dipersilahkan masuk ke ruang kelas V
karena berhubung di ruang guru masih banyak tamu.
Peneliti :”Bisa kita mulai pak wawancaranya ?”
Responden :”Bisa dek..”
Peneliti :” Apa yang Bapak tau tentang Sikap Nasionalisme ?”
Responden : “Sikap Nasionalisme itu, Bagaimana kita sebagai seorang
masyarakat mampu menjadi warga negara yang baik bagi negara
tersebut sesuai dengan posisi kita masing-masing. Seperti contoh,
menjadi seorang guru, bagaiamana kita menjadi seorang warga negara
yang baik diposisi kita menjadi seorang guru, tentu dengan menjalani
tugas guru dengan sebaik-baiknya. Selanjutnya menjadi siswa,
bagaimana cara kita menjadi warga negara yang baik diposisi kita
menjadi siswa, tentu dengan menjadi siswa yang giat belajaar, disiplin
dan sebagainya.
Peneliti :”Terus bagaimana cara Bapak menanamkan sikap nasionalisme
kepada siswa agar mereka menjadi warga negara yang baik diposisi
mereka sebagai siswa ? Misalnya, apakah dengan membiasakan
menyalami siswa sebelum masuk kelas atau membiasakan siswa aktif
ketika pembelajaran ?
Responden :” Proses penanaman sikap nasionaslisme ya dek ?
Peneliti :”Nggeh pak.....!!!
Responden :”Jadi dek, untuk pembiasaan menyalami siswa sebelum masuk kelas,
saya rasa jarang dan malahan tidak pernah dilakukan. Disebabakan
137
karena, siswa disetiap pembelajaran itu biasanya mereka lebih dahulu
masuk dari pada kita sebagai guru sehingga kesempatan utuk salaman
itu tidak ada, tetapi jika pulang sekollah anak-anak ini semua
salaman.
Peneliti :”Berdasarkan hal tersebut, jadi kondisinya yang gak pas untuk
salaman diawal pada pagi hari, bukan gitu pak?
Responden :”Bisa dibilang gitiu lah dek, karena kondisi mereka sudah berada
didalam kelas ketimbang Bapak
Peneliti :” Terus Bagaimana cara Bapak untuk mengontrol siswa agar
datangnya itu tepat waktu ?”
Responden :”Terkait dengan pengontrolannya dek, semua itu kita lakukan dengan
mengabsensinya sebelum pelajarannya dimulai dan bagi saya, itu saya
lakukan hanya mengabsensi siswa/i yang tidak hadir saja.”
Peneliti :”Apa alasan Bapak seperti itu ?”
Responden :”Alasan Bapak seperti itu, agar siswa/i terlatih kejujurannya dalam
hal kehadiran.
Peneliti :”Lanjut ke yang lain pak, bagaimana cara Bapak menggugah
keaktifan siswa dalam proses pembelelajaran ?
Responden :” Sebagai seorang guru, Bapak selalu mencoba memberikan awalan-
awalan yang menarik sehingga menggugah siswa/i untuk bertanya
serta aktif di kelas.”
Peneliti :”Seperti apa saja bentuk awalan-awalan tersebut pak ?”
Responden :”Contohnya, kemarin Bapak mengajar mata pelajaran IPS, disitu
Bapak berusaha mencoba mengaitkan materi pelajaran tentang
peristiwa mengisi kemerdekaan dengan berita terkini tentang
kebangsaan atau kenegaraan di Indonesia, sehingga anak-anak tertarik
untuk mengikuti peroses pembelajaran berlangsung.”
Peneliti :”Lanjut ke pembahasan yang lain lagi pak, Keteladanan apa yang
Bapak tunjukkan sehingga dapat dijadikan contoh bagi siswa?
Misalanya, apakah dengan pengguanan produk dalam negeri,
menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.”
138
Responden :”Terkait dengan keteladanan tentu menjadi seorang guru harus mampu
menjadi teladan yang baik bagi siswa/inya. Untuk masalah bahasa
Indonesia, Bapak sebagai guru sebisa mungkin berusaha menggunakan
bahasa Indonesia yang baik dan benar didalam kegiatan sekolah,
walaupun nanti dalam beberapa moment diperlukan penjelasan secara
bahasa daerah, nah barulah Bapak menggunakan bahasa daerah untuk
penekanan makna supaya siswa/i cepat faham.”
Peneliti :”Bapak lebih seneng beli barang produk dalam negeri atau dalam
negeri ?”
Responden :”Produk dalam negeri lah....seperti pakaian sepatu dan sebagainya”
Peneliti :”Kenapa Bapak lebih milih produk dalam negeri dari pada produk luar
negeri ?
Responden :”Karena produk dalam negeri tersebut lebih terjangkau harganya
dibandingkan produk-produk dari luar negeri, serta kualitasnya tidak jau
beda dengan produk dari luar negeri.
Peneliti :”Lanjut ke pembahasan selanjutnya pak, hal apa yang Bapak lakukan
ketika menjumpai siswa melakukan sesuatu yang tidak baik ? Misalnya,
ketika ada siswa yang berbuat kesalahan, atau ketika ada siswa yang
ramai saat pembelajaran berlangsung, apa yang Bapak lakukan ?”
Responden :”Untuk siswa/i yang suka ribut didalam kelas, sebagai seorang guru,
bapak memberikan sanksi bagi siswa/i yang sulit diatur, karena jika
tidak digitukan, anak-anak kayak tidak ada takutnya. Sehingga setelah
Bapak mencoba menerapkan sistem sanksi ini bagi siswa yang sulit
diatur. Maka Alhamdulillah , jarang ada siswa yang suka di dalam
kelas.”
Peneliti :”kira-kira sanksi apa saja yang diberikan untuk siswa yang suka ribut
atau sulit diatur ?
Responden :”sanksi yang diberikan itu berrupa skot jam bagi siswa yang
perempuan dan push up bagi yang siswa laki.”
Peneliti :”Apakah ada keluhan dari siswa atau orang tua terkait sanksi yang
diberikan kepada siswa tersebut ?”
Responden :”Alhamdulillah selama ini tidak ada”
139
Peneliti :”Lanjut ke pembahasan yang lain lagi pak, bagaimana cara Bapak
menerangkan materi pelajaran IPS sekaligus menanamkan sikap
nasionalisme ? misalnya, apakah melalui penggunaan cerita dongen,
simulasi, bermain peran, bermain peran, atau yang lainnya ?
Responden :”terkait hal ini, Bapak lebih sering menggunakan metode simulasi dan
diskusi didalam penanaman sikap nasionalisme siswa pada saat mata
pelajaran IPS, karena materi-materi yang dibahas, saya rasa lebih pas
dengan dua metode tersebut, slain nanti di tambah dengan tanya jawab,
dan ceramah untuk season penguatan.
Peneliti :’selanjutnya pak, media pembelajaran apa yang Bapak pergunakan
untuk menerangkan materi pelajaran IPS sekaligus menanamkan sikap
nasionalisme kepada siswa ? Misalnya, apakah dengan media visual,
seperti gambar dan foto, media audio seperti pemutaran lagu
kebangsaan dan lagu daerah, atau media audio visual seperti film dan
vidio ?”
Responden :”Alhamdulillah untuk media visula, baik itu berupa gambar maupun
foto sudah terpenuhi didalam kebutuhan peroses kegiatan belajar
mengajar yang terkait dengan materi tersebut, seperti foto para
Tokoh dan gambar peta. Kemudian untuk visual, kemarin kami coba
perdengarkan kepada siswa suara bung karno disaat membacakan
teks proklamasi 45 dengan speaker sekolah telah disediakan, dan
terakhir masalah audio visual, media ini telah coba gunakan didalan
memutarkan anak-anak film perjuangan para pahlawan dalam
mempertahankan kemerdekaan dengan menggunakan laptop karena
proyektor atau LCD yang dimiliki oleh pihak sekolah tersebut rusak
dan tidak bisa dipakai sehingga siswa harus bergantian dalam
menontonya, disebabkan karena layar yang kecil.”
Peneliti :Untuk maslah foto pahlawan yang dipajang dikelas tersebut, sekolah
yang menyediakan atau siswa secara berkelompok yang beli ?
Responden : “Masalah pemajangan foto para pejuang itu masih dalam
tanggungan pihak sekolah karena kita tidak membebankan kepada
140
siswa mengingat keadaan ekonomi setiap siswa yang prihatinkan,
maka karena itu kita tunggu dari pihak sekolah untuk
menganggarkannya”
Peneliti :”Tadi bapak bilang metode yang sering digunakan yaitu metode
simulasi dan diskusi yang dirangkai nanti dengan tanya jawab, dan
ceramah untuk penguatan, serta ditambah dengan media yang bapak
sediakan didalam penunjang peroses pembelajaran. Menurut Bapak,
bagaimana sikap siswa ketika menerima materi IPS yang berkaitan
dengan sikap nasionalisme melalui pengguanaan cara yang bapak
biasa lakukan tadi tu?”
Responden :”tentu sikap siswa dalam menerima materi yang berkaitan dengan
nasionalisme, seperti materi kepahlawanan, proklamasi dll, maka
sikap siswa disini berbeda-beda, yang dipengaruhi oleh beberapa
faktor diantaranya faktor jam pelajaran seperti contoh, jam pertama
dengan jam terakhir akan berbeda antusiasme siswa didalam KBM,
kemudian masalah metode yang digunakan, dll. Sehingga sikap
siswa dalam menerima materi tidak selamanya antusias dan
terkadang menurun. Maka karena itu dengan cara Bapak gunakan ini
diharapkan meminimalisir siswa siswa yang kurang semangat.
Peneliti :”Apakah situasi dan lingkungan kelas telah mendukungupaya
penanaman sikap nasionalisme siswa ataukah ada faktor lain yang
mendukung penanaman sikap nasionalisme siswa ?”
Responden :”Bapak rasa sudah cukup mendukung, karena di ruang kelas ini kita
bisa lihat disini ada gambar dan foto tokoh-tokoh pahlawan
perjuangan, rumah adat yang ada di Indonesia serta gambar peta
Indonesia dll. Maka itu menanadakan sudah bisa kita katakan
mendukung didalam peroses penanaman sikap nasionalisme siswa.
Peneliti :”Terus, apa saja yang menjadi penghambat Bapak dalam
menyampaikan materi pembelajaran IPS sekaligus menanamkan
141
sikap nasionalisme siswa ? Misalnya, faktor waktu yang disediakan
dalam kurikulum atau apakah ada yang lain ?
Responden :’Untuk penghambat selama ini, bapak rasa masalah waktu ia, karena
waktu yang ditentuakan atau diberikan tidak sesuai dengan materi
yang harus dibahas (banyak) sehingga mau tidak mau seorang guru
harus menyingkat penjelasan agar bisa mencukupi waktu yang telah
ditentukan.
Peneliti :”Upaya apa saja yang akan Bapak lakukan untuk menanamkan sikap
nasionalisme pasa siswa ?”
Responden :”tentu hal yang ingin kami akan coba lakukan sebagai seorang guru
dalam penanaman sikap nasionalisme siswa yaitu memeperjelas
tokoh dan pahlawan perjuangan denga pemutaran film dan vidio
perjuangan terdahulu, serta InsyaAllah dari pihak sekolah akan
mengadakan program Break song of National yaitu pemutaran 2 lagu
nasional ketika istirahat guna menguatkan nilai-nilai kebangsaan.
Peneliti :’Ini program asli dari sekolah atau pusat pak ?
Responden :’Alhamdulillah murni dari sekolah
Peneliti :”Mantap pak....
Responden :”Trmkasih dek.....
Peneliti :”ia dah pak, mungkin hanya ini, terimakasih atas waktunya pak.....
Responden :”Ia dek sama-sama..
142
Hari/Tanggal :Jum”at 11 Mei 2018
Responden :Kepala Sekolah (Bapak Nasir, Spd.SD)
Ketika istirahat di mata pelajaran main pertama, Peneliti menemui di
depan kantor sekolah, sesuai dengan perjanjian kemarin yang akan melakukan
wawancar disekolah.
Peneliti :”Bisa kita mulai wawancarnya pak ?”
Responden :”ia dek , silahkan..!!!
Peneliti : Apa yang Bapak tau tentang Sikap Nasionalisme ?
Responden :”Menurut Bapak, sikap nasionalisme itu adalah suatu prilaku yang
diwujudkan seseorang untuk mencintai negaranya. Hal ini sering kia
temukan di kehidupan kita sehari-hari dan perlu kita pertahankan.
Peneliti :”Wujud sikap nasionalisme tersebut sepertia apa pak ?
Responden :”wujudnya bermacam-macam, seperti kecintaan kita terhadap lagu
nasional sehingga kita sering menyanyikannya, taat kepada aturan
negara, Dll
Peneliti :”lanjut ke pembahasana yang lain pak, bagaimana cara guru kelas V
untuk menanamkan sikap nasionalisme dalam diri siswa ? Misalnya,
apakah dengan membiasakan untuk menyalami siswa sebelum
masuk kelas atau membiasakan siswa aktif ketika pembelajaran ?”
Responden :”Selama ini Bapak lihat guru kelas V, dan mungkin tidak hanya
guru kelas V saja, Bapak rasa selurh guru di sekolah ini, jarang
menyalami siswa sebelum masuk kelas. Karena memang disebabkan
oleh beberapa faktor diantaranya faktor lokasi parkir kendaraan guru
yang deket dengan ruang guru, sehingga ketika guru datang pake
motor, langsung guru tersebut masuk ke ruang guru tanpa ada
kesempatan bertem u dengan siswa dalam peroses berjalan kaki.
143
Tetapi ada beberapa kegiatan yang sering Bapak lihat siswa
bersalaman dengan gurunya sebelum masuk kelas selesai IMTAK
dan Upacara. Disitu Bapak sering lihat anak-anak bersalaman dengan
gurunya.”
Peneliti :”Apakah kegiatan Imtak ini ada terkadung nilai-nilai nasionalisme ?
Responden :”Seperti kita ketahui, kegiatan Imtak ini adalah kegiatan iman dan
takwa yang dirangkai oleh beberapa kegiatan seperti memebaca
yasin bersama, tausyiah dsn do’s bersama, dengan tujuan
meningkatkan nilai religius siswa dalam hal iman dan takwa. Dan
masalah kandungan nilai nasionalisme, tentu ada, karena kenapa ?
didalam kegiatan tersebut disitu ada pembinaan nilai persatuan dan
kesatuan yang diwujudkan dengan kita berkumpul dengan guru dan
seluiruh siswa, disitu juga ada pembinaan nilai cinta tanah air yang
diwujudkan dengan kita melakukan do’a bersama untuk kemajuan
bangsa, disitu juga ada pembinaan nilai bangga sebagai bangsa
Indonesia yang diwujudkan dengan pembacaan yasin dan tausyiah
agama Islam karena negara Indonesia adalah mayoritas musli
penduduknya.”
Peneliti :”Terus bagaimana dengan kegiatan Upacara ?”
Responden :”Upacara itu adalah kegiatan yanag sangat kandungan nlai-nilai
nasionalisme yang bisa ditanamkan kepada siswa, karena hakekatnya
kegiatan upacara bendera tersebut adalah penghormatan kepada
pahlawan para pejuang-pejuang bangsa.”
Peneliti :”kita lanjut ke masalah lain pak, keteladanan apa yang guru kelas V
tunjukkan sehingga dapatdijadikan contoh bagi siswa ? Misalnya
apakah dengan penggunaan produk dalam negeri, menggunakan
bahasa Indonesia yang baik dan benar ketika berbicara dengan
sesama guru atau pun siswa atau yang lain ?”
144
Responden :”Alhamdulillah, guru kelas V bila berbicara dengan murid maupun
dengan sesama guru, beliau terkadang memakai bahasa daerah
(sasak) tetapi lebih banyak memakai bhs. Indonesia.”
Peneliti :”Apakah bapak punya inisiatif kedepannya agar semakin bagus,
guru-guru ini ditekankan untuk selalu memakai bahasa Indonesia
selama masih di jam dan lingkungan sekolah ?
Responden :”Untuk menyampaikan agar selalu memakai bahasa Indonesia
dalam berkomunikasi di sekolah, sering Bapak sampaikan disaat
rapat guru. Untuk masalah pembuatan aturan secara tertulis dan
bersanksi belum pernah, karena yang namanya manusia dan
kebiasaan serta keseharian di rumah yang sering memakai bahasa
sasak. Maka sesekali, dua kali, rekan-rekan guru ini terkadang
memakai bahasa.sasak.”
Peneliti :”kita pindah ke masalah selanjutnya, hal apa yang guru V lakukan
ketika menjumpai siswa melakukan sesuatu yang tidak baik ?
Misalnya ketika ada siswa yang berbuat kesalahan, atau ketika ada
siswa yang ramai saat pembelajaran berlangsung, apa yang guru
lakukan ?
Responden :”Gueu kelas V, ketika beliau mendengar suara berisik dari kelas
tetangga yang kosong gurunya sehingga mengganggu proses
KBMnya, biasanya Bapak lihat beliau langsung pergi menegur siswa
kelas tersebut, dan jika jika berulang kali tidak mau dikasih tau.
Makabeliau walaupun sebagai guru kelas V langsung memberikan
tugas ke siswa yang ribut tersebut serta melaporkannya ke guru
terkait agar siswa tersebut tidak ribut lagi.”
Peneliti :’Terus, untuk masalah siswa ramai disaat pembelajaran berlangsung,
apa yang dilakukan oleh guru kelas V ?”
145
Responden :”Menurut yang Bapak dengar dari siswa-siswanya, beliau itu
termasuk guru yang sering menghukum muridnya jika siswanya
susah diatur, untuk jenis hukumannya push up dan skot jam.”
Peneliti :”Terus, Bagaimana cara guru kelas V dalam menerangkan materi
pelajaran IPS sekaligus menanamkan sikap nasionalisme kepada
siswa ? Misalanya, melalui penggunaan cerrita/dongeng, simulasi,
bermain peran, atau yang lainnya ?”
Responden :”kemarin saya diminta oleh guru kelas V untuk tanda tangan
pengesahan RPP beliau, disitu saya baca, beliau sering menggunakan
metode simulasi, diskudi, tanya jawab, dan yang satu itu apa namanya ?
Peneliti :”Ceramah pak...!!!”
Responden :”Ceramah, hal tersebut berdasarkan RPP yang disusunnya.”
Peneliti :”Kita pindah ke masalah lainnya pak, Apakah situasi dan kondisi
lingkungan sekolah telah mendukung upaya penanaman sikap
nasionalisme siswa ataukah ada faktor lain yang dapat mendukung
penanaman sikap nasionalisme siswa ?”
Responden :”Alhamdulillah, kita bisa lihat sendiri, disini situasi dan kondisi
lingkungannya masih nyaman, asri dan kearifan lokalnya masih ada,
disampingnya cetakan bata yang lainnya dikelilingi oleh kebun dan
sawah kemudian depan sekolah diselingi oleh jalan raya desa. Maka
karena itu, berdasarkan hal tersebut Bapak rasa sangat pas lah untuk
proses pembelajaran khususnya penanaman sikap nasionalisme siswa.
Peneliti :”Selama ini, Apa Saja yang menjadi faktor penghambat penanaman
sikap nasionalisme kepada siswa ?
Responden :” Adapun hal yang menghambat proses penanaman itu sendiri yaitu
masih tidak sesuainya apa yang kita ajarkan disekolah dengan apa
yang ada dilingkungan masyrakat tempat mereka lebih banyak
bergaul seperti contoh siswa-siswa disini banyak yang hanya tinggal
146
dengan nenek atau kakeknya karena mereka ditinggal sama kedua
orang tuanya pergi TKI ke luar negeri dan meninggal dunia, maka
siswa tersebut tidak ada yang mengawasi secara maksimal didalam
pergaulannya sehari-hari sehingga apa yang guru ajarkan disekolah,
hanya sebatas disekolah saja sampai dirumah pindah ke hal yang
lain. Oleh sebab itu, dengan kesenjangan tersebut, kita sebagai guru
membutuhkan waktu untuk melakukan pembelajaran berbasis akhlak
atau sikap kepada siswa karena merubah prilaku manusia itu
membutuhkan kesabaran
Peneliti :”Berarti faktor kesenjangan dan masih kurangnya waktu pembelajaran,
jadi faktor penghambatnya ini..?
Responden :”Bisa dibilang gitu dah dek.....”
Peneliti :”Apa saja Upaya dari Bapak terkait hal hambatan ini ?
Responden :”Kami sebagai guru disni, jika ada pertemuan wali murid, kita selau
mencoba memberikan pandangan kepada orang tua terkait tentang
pengawasan terhadap anak-anak didalam pergaulannya sehari-hari
berupa sikap dan prilakunya yang sesuai dengan nilai=nilai yang ada
agar anak-anak kita tidak terjerumus dalam hal-hal negatif. Serta kita
juga akan mengadakn salah satu program yaitu pemutaran lagu-lagu
nasional atau daerah lewat speaker TOA sebanyak 1 lagu atau 2 lagu
disetiap istirahat,..mudah-mudahan ini bisa kita cepat jalankan agar
semangat kebangsaan siswa semakin meningkat
Peneliti :”kapan biasanya pertemuan wali murid disini ?
Responden :”Disini minimal kita biasa mengadakan satu kali dalam satu tahun,
yaitu diawal tahun ajaran baru biasanya. Dan untuk yang lain kadang-
kadang kita lakukan
Peneliti :”ia dah pak, terimaksih atas waktunya.....”
Responde :”ia dek sama-sama
147
Hari/Tanggal :Rabu 16 Mei 2018
Responden : By (Bayu AA)
Za (Zul Agipati)
Kh (Khaerul F.)
Hn (Herman)
Ketika istirahat pertama, peneliti mengajak By dan Za untuk kita duduk-duduk kembali didepan kelas V
Peneliti :”Bolehkah kakak, bertanya-tanya kepa kalian ?
Responden By & Za :”Boleh kak,..!!!
Peneliti :”Kalau gitu kita mulai yak dek, kakak nanyak-nanyaknya ?
Responden By & zA :”Ia kak....!!!
Penelit :”Jadi gini dek, Sering gak kalian nyanyikan lagu nasional waktu istirahat pelajaran ?”
Responden By & Za :”Jarang kak ?”
Peneliti :”Kenapa jarang ?”
Responden By &Za :”Karena lagunya banyak yang kita gak hafal”
Peneliti :”Terus, lagu apa yang kalian banyak hafal ? By?
Responden By :”lagu sasak, band kak
Peneliti :”Terus kamu Za ?”
Responden Za :”Sama kak.”
Peneliti :lagu sasak yang seperti apa yang kalian suka ?”
Responden By & Za :”Lagu Erni, Oyat, Amak Epol
Responden Za :”Erni sambel colet
Responden By & Za :”Ha ha ha ha”
Peneliti :”Kalau lagu band, siapa aja yang kalian sukA ?”
Responden By & Za :”lagunya ungu, wali, penok pokok aneh kak
148
Peneliti :”Terus kenapa kalian suka lagu sasak dan band ketimbang lagu nasional ?”
Responden By :”Seneng aja kak, dan cepat dihafal”
Peneliti :”Mungkin sering dengar di rumah lagu sasak, makanya cepat dihafal ?”
Responden By & Za :”ia kak.......”
Responden By :”Nne Za penok bedoe kaset sasak lek balen”
Responden Za :”Arak Sekek, kak
Peneliti :”Kalian pernah punya jawaban atau pendapat lain ga, ketika ada ada diantara temanmu memberikan jawaban atau pendapat? Bgaiman Za ?
Responden Za :”Pernah kak, ketiak pelajaran IPS kemarin
Responden By :”Sak mbe no ?”
Responden Za :”No kan, pas Lilik beketuan tentang “siapa yang mengketik teks proklamasi Indonesia” kan te jawab sik dika uni M. Hatta terus guru no malik beng ite kesempatan sk mele bejawab, laguk dek arak mele bejawab, padahal no q wh ark jawaban laguk dek kejawab.”
Peneliti :”Selanjutnya biasakan pake bahasa Indonesia ?”
Responden By & Za :”Ia kak......”
Peneliti :”Terus kamu punya jawaban apa Za kemarin ?
Responden Za :”Sayuti Malik...”
Peneliti :”Kalau gurumu jawab apa ?”
Responden Za :”Sama Sayuti Malik....
Peneliti :”Terus kenapa kamu gak jawab aja pas gurumu memberi kesempatan walaupun jawabannya berbeda ?”
Reponden Za :”Maluu.....”
Peneliti :”Apa yang kamu maluin ?’
Responden Za :” Malu ...Takut salah kak.
149
Peneliti :”Kamu ini....besok-besok harus percaya diri terhadap pendapat atau jawaban kita sendiri, lebih-lebih kalo jawaban kita benar
Responden Za :”ia kak.......”
Peneliti :”By, bagaimana kalo kamu, sering berpendapat ?
Reponden By :”Gak pernah kak...”
Peneliti :”Kenapa gak pernah ?”
Responden By :”Sama Kak, takut salah...”
Peneliti :”Besok-besok jangan kayak gitu lagi ia kalian, harus berani....!!!
Responden By & Za :”Ia kak.....
Tiba-tiba Kh dan Hn datang menghampiri kita dan ikut duduk bersama
Peneliti :”Habis kemana Kh dan Hn ?”
Responden Kh & Hn :”Habis ke kantin kak...
Peneliti :”o...ia...tetap disini dengan kita...!!!
Responden Kh & Hn :”ia kak......”
Peneliti :” Kalian sering dikasih tugas ga’ sama pak gurunya ?
Responden By,Za,Kh,&Hn :”sering kak.....
Peneliti :”tugas apa saja tu ?”
Responden By,Za,Kh,&Hn :”Banyak kak,..
Penelii :”Ada diantara kalian yang suka mencontek disaat kerjakan tugas ?”
Responden Za :”Ada kak By dan Kh...
Peneliti :”betul By dan Kh ?
Responden Kh :”Ie ajak tye kak”
Peneliti :”Yang jujur caranya...!!!”
Reaponden Kh :”Wah sekali due pak kance By”
Peneliti :”Biasakan pake bahasa Indonesia ia dek....!!!
150
Responden By,Za,Kh,&Hn :”ia kak.......
Peneliti :”ok dek....Apakah kalian sering ngumpulin tugas tepat waktu ?”
Reponden By,Za,Kh,&Hn :”ia kak....
Peneliti :”Ada teman-teman kalian yang suka telat ngumpulin tugasnya ?”
Responde Za :”Ada kak”
Peneliti :”Siapa itu dek ?”
Responden By & Kh :”Helmi sama lilik yang sering telat ngumpulin tuges
Peneliti :”Ok, kita lanjut ia ke pembahasan yang lain...!”
Responden By,Za,Kh&Hn :”Ok......
Peneliti :” Siapa diantara kalian yang suka tidak seragam berpakaian sekolah ? kamu By ?
Responden By :”Tetap seragem kak
Peneliti :”Bener....?
Responden By :”bener kak, Budi, Andika, dan Ma baru mereka sering tidak seragam kak
Peneliti :”Bener ini dek........?
Responden By,Za,Kh&Hn :”Bener kak...
Peneliti :”Apakah kalian suka belajar kelompok, By ?
Responden By :” Belajar Kelompok kak......karena penok kance bejawab”
Peneliti :”Yang lain bagaimana ?”
Responden By, Za,Kh&Hn:”Sama kak, seperi By....”
Peneliti :”Oke dah kakak percaya,....kita lanjut ke maslah selanjutnya...!!! Apakah sering kalian memberikan jawaban atau pendapat atas pertanyaan dari guru kalian disaat proses pembelajaran ?
Responden By,Za,Kh,&Hn :”Pernah kak...”
151
Peneliti :”Kamu By, kapan kamu terakhir kali kamu berpendapat di dalam kelas ?
Responden By :”kemarin pak ketikasaya ditunjuk di pembelajaran bahasa Indonesia dan Ips untuk menjawab
Peneliti :’Terus kamu Za, kapan?
Responden :”Sama kak, pas mata pelajaran bahasa Indonesia”
Peneliti :”Terus kamu Kh ?
Responden :”Tadi pas mata pelajaran agama”
Peneliti :”kamu Hn ?
Responden Hn :”Kemarin kan kak, pas mata pelajaran bahasa indenesia
Peneliti :”Menjawab karena inisiatif sendiri atau ditunjuk oleh guru baru kalian menjawab ?”
Responden By,Za,Kh&Hn :” ditunjuk sama guru dulu kak..baru kita jawab”
Peneliti :”kenapa ditunjuk dulu terus mau berpendapat atau menjawab ?
Responden By,Za,Kh&Hn :”Malu kak....
Peneliti :”Malu takut salah maksudnya ?”
Responden By,Za,Kh&Hn :”Ia kak...”
Peneliti :”besok, walaupn tanpa ditunjuk harus berani berpendapat....!!!
Responden By,Za,Kh&Hn :”ok kak...
Peneliti :”Apakah kalian sering memungut sampah disaat proses pembelajaran berlangsung tanpa disuru oleh guru memungutnya ?
Responden Za :”jarang kak...karena sudah ada jadwal piketnya dikelas”
Peneliti :”yang lain bagaimana ?”
Responden By, Za, Kh7&Hn:”Sama kak dengan Za”
Peneliti :”Terus brapa orang dalam satu kelompok anggotanya ?
Responden By,Za,Kh&Hn :”Ada yang 4 dan ada yang 5 orang
152
Peneliti :’Apa saja yang dikerjakan dalam kelompok piket tersebut ?
Responden By & Kh :’bersih-bersih kelas, merapikan bangku , pokok penok lah kak
Peneliti :terus, selesai di sapu,sampahnya dibuang kemana ?
RespondenBy &Hn :”langsung dibuang di bak sampah besar disamping sekoah
Peneliti :”selain di bak sampah sekolah, adek-adek pernah buang sampah di selogan depan sekolah ?
Responde :” gak pernah kak, soalnya dimarah sama Bapak Ibu guru...
Peneliti :’karena lagi sebentar mau masuk,,,,kita cukupkan dulu ia,,,!!!
Responden By,Za,Kh&Hn :”Ia kak....
Peneliti :”terimakasih atas waktunya dek ...
Responden By,Za,Kh&Hn :”Sama-sama kak....
Hari/Tanggal :Kamis 17 Mei 2018
Reponden : Ea (Eva JA)
Ri (Riyanti)
Ketika istirahat pertama, peneliti mengajak By dan Za untuk kita duduk-duduk kembali didalam kelas V
Peneliti :”Bolehkah kakak, bertanya-tanya kepada kalian ?
Responden By & Za :”Boleh kak,..!!!
Peneliti :”Kalau gitu kita mulai yak dek, kakak nanyak-nanyaknya ?
Responden By & zA :”Ia kak....!!!
Peneliti :”Kalau kakak boleh tau kalian sukanya lagu apa ?”
Responden Ea & Ri :”Lagu sasak dan dangdut”
Peneliti :”Kenapa lagu sasak dan dangdut ? Kenapa tidak lagu nasional atau daerah saja ?“
Responden Ea & Ri :”Asyik kalo dinyanyiin, he he he ketimbang lagu nasional
Peneliti :”Terus lagu sasak taunya siapa ?”
153
Responden Ea & Ri :”Erni dan Amak Epol”
Peneliti :”Kalau dangdut?”
Rwsponden Ea & Ri :”Zaskia Gotik, ha ha ha”
Peneliti :”Tapi kalan pernah nanyiin lagu nasional kan ?”
Responden Ea & Ri :”Pernah kak..”
Peneliti :”Seinget kalian, kapan kalian terakhir menyanyikan lagu naasional ? kamu Ea ?
Responden Ea :”Kemarin kan kak, pas pelajaran IPS”
Peneliti :”Kalau boleh tau, lagu apa iu ?
Responden Ea :”Eee kakak ne, kan side lek to endah rubin....kan lagu Indonesia raya
Peneliti :”Terus Ri, kapan terakhir kamu nanyiin lagu nasional ?”
Responden Ri :”Sama dengan Ea kak, kemarin”
Peneliti :”Siapa yang sering memberikan pendapat atau jawaban ketika guru bertanya di kelas ?” kamu Ea ?”
Responden Ea :”Kadang-kadang kak.........”
Peneliti :”Atas inisiatif sendiri atau ditunjuk guru terus memberikan pendapat atau jawaban ?”
Responden Ea :”Ditunjuk guru,.hee hee hee
Peneliti :”Kenapa tidak langsung aja, tanpa ditunjuk langsung jawab ?”
Responden Ea :”Dek sembel kak, takut salak”
Peneliti :”kalo Ri, bagaimana sering memberikan jawaban atau pendapat dalam kelas ?”
Responde Ri :”Jarang kak....”
Peneliti :”kenapa jarang dek...?
Responden Ri :?karena jarang ditunjuk oleh pak guru kak..
Peneliti :”Seandainya selalu ditunjuk, berarti tetap mau berpendapat jadinya?”
154
Responden Ri :”ia ....kak”
Peneliti :”Kalau tidak ditunjuk?”
Responden Ri :”Tidak mau...”
Peneliti :”Kenapa tidak mau ?”
Responden Ri :”Malu....kak
Peneliti :”Takut salah ?”
Responden Ri :”Ia kak....”
Peneliti :”Siapa yang sering mencontek bila mengerjakan tugas di kelas,...kamu Ea?”
Responden Ea :”Ga pernah saya mencontek kak......
Peneliti :”Bener....Ri ?’
Responden Ri :”Bener kak”
Peneliti :”kalo gak bener kamu tanggung dosanya...”
Responden Ri :”Aduhhhhhh......”
Peneliti :”Becanda dek...hee hee hee”
Peneliti :”Terus kamu Ri suka mencontek kerjaan temennya ia ?
Responden Ri :”Gak pernah saya kak....”
Peneliti :”Bener Ea ?”
Responden Ea :”Ia....”
Peneliti :”Di dalam kelas ada gak teman-teman yang suka ribut ?”
Responden Ea & Ri :”Budi .dan andika...kak”
Peneliti :”Kenapa mereka suka ribut ?”
Reponden Ea & Ri :”Dia suka ganggu kita, pukul meja, keluar masuk kelas kak..”
Peneliti :”Pas ribut tersebut ada gurunya atau tidak ?”
Responden Ea & Ri :”Ga ada kak, gurunya belum dateng”
155
Peneliti :” Apakah kalian sring memungut sampah disaat proses pembelajaran berlangsung tanpa disuru oleh guru memungutnya ?
Responden Ri :”Kadang-kadang, kalo disuruh oleh guru untuk mungut...!
Peneliti :”Kenapa kadang-kadang?”
Responden Ri :“Karena sudah ada jadwal kebersiahannya kak”
Peneliti :”o..ia gitu, kita lanjut ke pembahasan yang lain, !!! Siapa kelompokmu bersih kelas Ea?”
Responden Ea :”Diah, Fitriah, Handika, Herman
Penelii :”Terus kamu Ri, siapa aja kelompokmu ?
Responden Ri :”Mayani, M. Ghoni, Nadya, ..hanya itu kak”
Peneliti :”Emank apa saja yang dikerjakan dikelompok bersih kelas itu ?”
Responden Ea & Ri :”Ia bersih-bersih kelas di pagi hari sebelum masuk kelas, biasanya yang laki naikin bangku dan yang perempuan nyapu kak.”
Peneliti :”Terus sampahnya dibuang ke mana?
Responden Ea & Ri :”Ke bak sampah besar di samping sekolah”
Peneliti :”kenapa ga buang diselogan sekolah aja biar lebih simpel dan dekat ?”
Responden Ea & Ri :”Ga boleh kak...di marah sama Bapak dan Ibu guru”
Peneliti :”Apa nmerek sepatumu ?”
Responden Ea & Ri :”Saya Ando, saya ATT
Peneliti :”Kalo pakaianmu, apa mereknya ?”
Responden Ea & Ri :”Tiga jaya kak..”
Peneliti :”Bagus...ternyata produk Indonesia semua
Responden Ea & Ri :”ia dong kak...hehehe...”
Penelti :”Ngomong-ngomong, kalo ngerjain tugas, ngumpulinnya itu, tepat waktu atau sering teala ? kamu Ea?”
156
Responden Ea :”Kadang-kadang
Peneliti :”Kenapa kadang-kadang ?”
Responden Ea :”Karena kan, jika tidak sulit tugasnya pasti cepat jadi kak, tetapi kalo sulit kadang-kadang teapat waktu, kadang tealat.”
Peneliti :”Kalau kanu, bagaimana Ri?”
Responden Ri :”Sama ...hehehe”
Peneliti :”Letak samanya ?
Responden Ri :”sama...kadang-kadangmya....
Peneliti :”Kamu sukanya belajar kelompok atau sendiri Ea ?”
Responden Ea :”Berkelompok kak....karena banyak tempat kita nanyak..”
Peneliti :”Kalo kamu Ri ?
Responden Ri :” Sama kak....lebih suka berkelompok karena banyak temen kita kerja jika ada tugas.”
Peneliti :”o..gitu ia...
Peneliti :”ia sudah klo gitu dek, terimakasih atas waktunya..”
Responden Ri & Ea :”Sama-sama Kak...”
157
Lampiran 2. Photo Wawancara dengan Guru Kelas V SDN 3 Babussalam
Proses wawancara denga Bapak Suhars, S.Pd. di Ruang kelas V
setelah pembelajaran
158
Lampiran 3. Photo Wawancara dengan Kepala Sekolah SDN 3 Babussalam
Proses wawancara dengan Bapak Nasir, S.Pd. SD. di Depan Kantor
159
Lampiran 4. Photo Wawancara dengan Siswa Kelas V SDN 3 Babussalam
Proses wawancara dengan Bayu AA, Zul Agipati, Khaerul F, dan
Herman selaku kelas V
160
Lampiran 5. Photo Proses Kegiatan Pembelajaran Mata Pelajaran IPS Kelas V SDN 3 Babussalam
161
162
163
Lampiran 6. Photo Pemajangangan Gambar Presiden dan Wakil Presiden serta Lambang Negara dan Keanekaragaman Budaya dll di dinding Kelas V SDN 3 Babussalam.
164
165
166
167
168