Penanganan Anak Berkelainan Kesulitan Belajar Pada Anak

Embed Size (px)

Citation preview

TUGASMATA KULIAH PENANGANAN ANAK BERKELAINAN(Anak dengan Kebutuhan Khusus)

TEMA :KESULITAN BELAJAR PADA ANAK

Disusun olehHariyati 823646536

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONALUNIVERSITAS TERBUKAS1 PENDIDIKAN GURU PAUDTAHUN 2013TUGAS 1 MEMBUAT RESUMEHUBUNGAN ANTARA PENANGANAN ANAK BERKELAINAN DENGAN KESULITAN BELAJAR PADA ANAK

Kesulitan belajar adalah gangguan neurologis yang mempengaruhi kemampuan otak untuk memahami, mengingat, dan mengolah informasi, sehingga menimbulkan kesulitan dalam bidang akademis, terutama dalam membaca, menulis, dan berhitung. Gangguan neurologis dapat menyebabkan kesulitan belajar jika berkaitan dengan fungsi persepsi visual, bahasa, motorik dan atensi. Contohnya seperti anak sulit konsentrasi, motivasi belajar kurang atau anak tidak kooperatif. Seperti yang dikutip dari National Institute of Health, yang mengatakan bahwa 15% dari populasi warga Amerika Serikat mengalami kesulitan belajar. Biasanya kecerdasan umum berfungsi pada taraf rata-rata hingga sangat cerdas. Gangguan neurologis seringkali memiliki gangguan lebih dari satu area yang bersifat permanen, namun hal ini dapat diminimalisir dengan pola pengasuhan & pendidikan yang tepat. Gangguan ini biasanya hanya menimbulkan gangguan emosional. Penyebab Faktor penyebab dari kesulitan belajar sangat beragam dan sulit untuk diidentifikasi. Biasanya faktor penyebab merupakan interaksi antara faktor biologis dan lingkungan. 1. Faktor Biologis Faktor biologis yang berkontribusi pada kesulitan belajar: Brain injury Penyebab brain injury sangat beragam sekali, seperti kecelakaan, sakit : encephalitis, meningitis, tumor, hypoglycemia, malnutrisi, tercemar bahan kimia beracun, radiasi, kekurangan oksigen berat, penyakit selama kehamilan, seperti diabetes, ginjal, measles dan prematur.

Gangguan dalam perkembangan otak Gangguan ini biasanya terjadi pada struktur otak yang berbeda dan aktivitas listrik dan metabolisme otak yang berbeda. Gangguan ini biasanya dapat menyebabkan: Gangguan fungsi bahasa (membaca, menulis, bicara) Gangguan pemahaman dan ingatan verbal Gangguan dalam mengolah informasi non verbal: pemahaman waktu, daya bayang ruang, persepsi visual, ingatan visual Gangguan motorik: koordinasi gerak, kontrol gerakan, perencanaan gerak, artikulasi Sulit memahami inti persoalan Neurochemical imbalances Gangguan chemical imbalances biasanya terjadi pada neurotransmitter, yaitu syaraf otak yang berfungsi sebagai pengantar pesan pada komunikasi antar sel otak. Gangguan ini dapat mempengaruhi kemampuan sel otak untuk berfungsi secara tepat, sehingga menyebabkan gangguan pemusatan perhatian, mudah terdistraksi dan impulsif. Herediter (Keturunan) Anak dengan kesulitan belajar jika ditelusuri biasanya memiliki anggota keluarga lain yang juga mengalami kesulitan belajar atau gangguan sejenis. Penelitian pada anak kembar identik yang mengalami kesulitan membaca: 40% disebabkan masalah genetik 35% disebabkan pengaruh lingkungan yang sama 25% lain-lain 2. Faktor Lingkungan Faktor lingkungan sangat menentukan tingkat kesulitan belajar. Pengaruh lingkungan rumah meliputi: stimulasi, dukungan emosional, pengembangan motivasi belajar, nutrisi dan kesehatan, kedisiplinan dan tekanan emosi. Pengaruh lingkungan sekolah meliputi: kesempatan belajar siswa, perbandingan jumlah guru dengan siswa dalam satu kelas, kemampuan guru dalam menyampaikan materi pelajaran serta metode dan strategi belajar. Sehingga anak dengan kesulitan belajar akan membutuhkan kelas, kurikulum, dan guru yang tepat. Jenis-Jenis Kesulitan belajar Ada beberapa kategori jenis kesulitan belajar, yaitu : 1. Dyslexia, yaitu kesulitan mengolah bahasa. Masalah dalam membaca, menulis, mengeja dan bicara. 2. Dyscalculia, yaitu kesulitan dalam berhitung (matematika). Masalah dalam mengerjakan persoalan matematika, memahami waktu, memahami uang. 3. Dysgraphia, yaitu kesulitan dalam menulis. Masalah dalam menulis, mengeja, organisasi ide. 4. Dyspraxia (gangguan sensori Integrasi), yaitu kesulitan dalam motorik halus. Masalah dalam koordinasi mata dan tangan, keseimbangan, manual dexterity. 5. Auditory processing disorder, yaitu kesulitan membedakan bunyi. Masalah dalam membaca, pemahaman, bahasa. 6. Visual processing disorder, yaitu kesulitan dalam menginterpretasi informasi visual. Masalah dalam membaca, berhitung, memahami peta, diagram, simbol, gambar. Gangguan perkembangan dan kesulitan belajar AD/HD gangguan neurologis yang menyebabkan: Sulit memusatkan perhatian Impulsif Hiperaktivitas Autistic Spectrum Disorder Gangguan komunikasi Gangguan perkembangan sosial Gangguan tingkah laku Tanda-Tanda Kesulitan Belajar Adapun tanda-tanda yang bisa dijadikan acuan untuk mengetahui adanya masalah kesulitan belajar yaitu : keterlambatan dalam perkembangan, inkonsistensi hasil, hilangnya minat belajar anak, prestasi tidak sesuai dengan potensi, munculnya gangguan tingkah laku atau gangguan emosi, serta menurunnya rasa percaya diri anak. Sebagai orangtua, yang perlu diketahui adalah kondisi fisik dan kesehatan yang terkait potensi belajar keseluruhan, area yang mengalami gangguan/jenis kesulitan belajar, kelebihan yang dimiliki anak, dukungan akademik, sosial dan emosional yang diperlukan anak.Lingkungan sekolah sangat berperan sekali dalam upaya untuk mengatasi kesulitan belajar pada anak, yaitu dengan karakteristik seperti perbandingan jumlah siswa dan guru tidak terlalu besar, distraksi yang minimal, kemampuan guru yang memadai, situasi non kompetitif, fokus pada kemampuan dasar, fleksibilitas dalam cara mengajar, target yang jelas, dan pengawasan yang efektif terhadap hasil belajar serta pemberian feedback yang positif secara berkala. Adapun program pendidikan yang dapat dikembangkan oleh guru di sekolah, antara lain : 1. Di Kelas :mengatur tempat duduk (di dekat guru dan papan tulis), menyediakan tambahan waktu untuk menjawab pertanyaan atau menyelesaikan tugas, menyediakan salinan catatan dari materi yang dipelajari, memperbolehkan penggunaan tape recorder untuk merekam materi, memperbolehkan penggunaan kalkulator, menyediakan komputer, memperbolehkan alternatif kegiatan, memberikan tanda-tanda penting pada bacaan atau lembar kerja, memberikan instruksi baik verbal maupun tertulis, menyediakan alat-alat visual (jumlah tergantung pada jenis gangguan), menyediakan tabel matematika, daftar rumus, peta, dan lainnya (hindari meminta anak hanya mengingat), adanya teman yang dipasangkan untuk membantu memahami materi dan tugas, dan mengulas materi tertulis serta melakukan pengulangan-pengulangan. 2. Saat Ujian: memperbolehkan alternatif tempat (di perpustakaan, resource room, di rumah), membuat jadwal yang fleksibel (setelah sekolah, ujian bertahap), memperpanjang batasan waktu, memperbolehkan pembacaan instruksi & pertanyaan, membacakan kembali pertanyaan dalam bentuk yang lebih sederhana, memperbolehkan anak menjawab pertanyaan secara verbal, tidak hanya tertulis, memberikan satu jenis tugas (hanya esai/multiple choice), memperbolehkan penggunaan kalkulator, memperbolehkan penggunaan catatan rumus, pemanfaatan komputer dalam pengerjaan tes, dan memperbolehkan jawaban pada lembar soal, tidak di lembar jawaban untuk komputer, serta mengurangi jumlah pertanyaan atau persoalan. 3. Pekerjaan Rumah: memberikan PR tertulis (hindari pemberian PR secara verbal atau meminta anak untuk menyalin dari papan tulis), membacakan tugas/pertanyaan, menggunakan komputer, memberikan tanda pada bacaan yang penting, menuliskan soal dengan bahasa yang lebih sederhana, memberikan alternatif dalam pemberian bacaan, memperbolehkan pengerjaan tugas dalam bentuk rekaman, tidak tertulis serta mengurangi jumlah pertanyaan dan panjangnya tugas menulis. Sedangkan metode pendidikan secara individual dapat dilakukan dengan cara memberikan program yang berisi pengajaran & penguatan kemampuan dasar, yaitu melalui instruksi individual, latihan dan pengulangan serta materi pengajaran khusus. Sehingga dapat memungkinkan anak untuk memahami pelajaran di kelas, membantu anak mengembangkan strategi belajar yang sesuai dan membantu anak mengatasi masalah tingkah laku dan emosi. Dalam mengatasi kesulitan belajar pada anak, hendaknya orangtua melibatkan para ahli profesional. Adapun para ahli yang bisa dilibatkan dalam mengatasi masalah ini antara lain : psikolog, neurolog, konselor pendidikan, terapis remedial, terapis okupasi dan terapis wicara, tergantung kebutuhan anak.Strategi Penanganan Strategi agar sukses dalam menangani anak dengan kesulitan belajar, yaitu dengan mengembangkan struktur dan cara belajar yang tepat, dengan kurikulum yang sesuai dengan kemampuan anak, fokus dengan kemampuan dasar anak, memanfaatkan teknologi yang ada, menghindari kericuhan dalam pengerjaan tugas dan bersikap tenang.

Adapun 3 cara belajar yang dapat diterapkan antara lain : 1. Cara belajar visual, yaitu belajar dengan cara melihat atau membaca, memahami materi lebih baik dalam bentuk visual dibandingkan verbal (catatan tertulis, diagram, grafik, peta, gambar), senang menggambar, membaca, menulis, mudah mengeja dan teratur. Kiat belajar yang dapat diterapkan antara lain dengan menggunakan buku, film, komputer, alat-alat visual dan kartu, menandai catatan penting dengan warna atau tanda visual lainnya, menggunakan diagram, daftar, grafik, dll, atau menggunakan gambar dan ilustrasi, berwarna akan lebih menarik serta melakukan pencatatan di kelas. 2. Cara belajar auditory, yaitu belajar dengan cara mendengarkan, memahami materi lebih baik dalam bentuk lisan (seminar, diskusi, instruksi verbal, belajar kelompok) dan mengerjakan tugas lebih baik dalam bentuk lisan, serta senang musik dan bahasa. Kiat belajar yang dapat diterapkan antara lain belajar dengan membaca materi, mengingat menggunakan asosiasi kata dan pengulangan verbal, belajar berkelompok, berdiskusi membicarakan materi, serta mendengarkan rekaman materi pelajaran secara berulang. 3. Cara belajar Kinestetik, yaitu belajar dengan cara bergerak dan melakukan, memahami materi lebih baik dengan bergerak, menyentuh, ekplorasi, membuat karya, hands-on activities, praktikum, field trips, serta senang olah raga, drama, menari, membuat karya. Kiat belajar yang dapat diterapkan antara lain melakukan praktek, field trips, bermain peran, membangun, membuat karya, belajar dalam kelompok kecil, mengerjakan tugas secara bertahap dan menggunakan permainan daya ingat dan kartu-kartu, serta belajar dengan diiringi suara musik.

TUGAS 2MENCARI SEMUA HAL TENTANG KESULITAN BELAJAR DI INTERNET

http://www.duniapotentia.com/literatur.asp?isi=1&link_idx=7&title_idx=3Kesulitan Belajar pada Anak

KESULITAN BELAJAR PADA ANAKDr. TJHIN WIGUNA( PSIKIATER ) PROSES BELAJAR

PROSES BERKESINAMBUNGAN SUDAH DILAKUKAN SEJAK BAYI DILAHIRKANPERLU DIRANGSANGMEMBENTUK SDM YANG TANGGUHKESULITAN BELAJARDiTANDAI OLEH ADANYA KESENJANGAN ANTARA IQ DENGAN KEMAMPUAN AKADEMIK YANG SEHARUSNYA SUDAH DAPAT DICAPAI OLEH ANAK YANG SEUSIANYA

MASALAH, BAIK DISEKOLAH ATAU DIRUMAH

PERLU DETEKSI DINI OLEH ORANG TUA ATAU GURU KELASBERAPA SERING KEJADIANNYA ?INDONESIA, TAHUN 1996 PUSBANG KURRANDIK

4994 SISWA SD DI JABAR, LAMPUNG, KALBAR, DAN JATIM

696 SISWA SDKESULITAN BELAJAR UMUM

479 SISWA SD KESULITAN MEMBACA

KEBUTUHAN PROSES BELAJAR YANG OPTIMALKEMATANGAN DAN KEUTUHAN DARI ORGAN-ORGAN SEORANG ANAK

STIMULASI DAN DORONGAN YANG OPTIMAL DAN BERKESINAMBUNGAN DARI LINGKUNGAN

PERAN AKTIF ANAK YANG BERSANGKUTANGANGGUAN FISIK YANG TERPENGARUH DALAM TIMBULNYA KESULITAN BELAJARGANGGUAN PADA OTAK INFEKSI TRAUMA/RUDA PAKSA PENYAKIT BAWAAN GANGGUAN KONDUKSI LISTRIK/EPILEPSI

GANGGUAN PADA ORGAN PENGLIHATAN ATAU PENDENGARAN

GANGGUAN PSIKIATRIK YANG BERPENGARUH DALAM TIMBULNYA KESULITAN BELAJARGPPH

KELALAIAN DALAM FUNGSI INHIBISI

MANIFESTASI DALAM BENTUK PERILAKU INATTENSI DAN HIPERAKTIVITASGANGGUAN PSIKIATRIK YANG BERPENGARUH DALAM TIMBULNYA KESULITAN BELAJARGANGGUAN TINGKAH BARU

ANAK NAKAL, SULIT DIATUR, SUKA MELAWAN SERING MEMBOLOSBERPERILAKU ANTISOSIAL,MALAS,TIDAK ADA MOTIVASI BELAJARGANGGUAN PSIKIATRIK YANG BERPENGARUH DALAM TIMBULNYA KESULITAN BELAJARGANGGUAN DEPRESI

SEDIH BERKEPANJANGAN, SUKA MENYENDIRI,SERING MELAMUN, KURANG NAFSU MAKAN,SULIT TIDUR, LETIH, LESU, KURANG BERTENAGARENDAH DIRI, SULIT BERKONSENTRASI,PUTUS ASA, MOTIVASI BELAJAR KURANG,TIDAK ADA INISIATIFJENIS KESULITAN BELAJARADA 2 KELOMPOK BESAR KESULITAN BELAJAR

GANGGUAN PERKEMBANGAN WICARA & BAHASAGANGGUAN KEMAMPUAN AKADEMIK

GANGGUAN PERKEMBANGAN WICARA DAN BAHASA

MERUPAKAN INDIKATOR AWAL ADANYA KESULITAN BELAJAR GANGGUAN PERKEMBANGAN WICARA DAN BAHASA ANAK MENGALAMI KESULITAN :MEMPRODUKSI SUARA HURUF ATAU KATA TERTENTUMENGGUNAKAN BAHASA TUTUR DALAM KOMUNIKASI, TETAPI PEMAHAMAN BAHASA BAIKMEMAHAMI BAHASA TUTUR YANG DIKEMUKAKAN ORANG LAIN, WALAUPUN FUNGSI PENDENGARANNYA BAIKGANGGUAN KEMAMPUAN AKADEMIKTERDAPAT 3 JENIS GANGGUAN KEMAMPUAN AKADEMIK YAITU :

GANGGUAN MEMBACAGANGGUAN MENULIS EKSPRESIFGANGGUAN BERHITUNGGANGGUAN KEMAMPUAN AKADEMIKGANGGUAN MEMBACA

INAKURASI DALAM MEMBACA & PEMAHAMAN YANG BURUK DALAM MEMBACAMEMBACA LAMBAT, KATA DEMI KATASERING TERBALIK MENGENAI HURUF DAN KATA KACAU TERHADAP KATA YANG HANYA SEDIKIT PERBEDAANNYASERING MENGULANGI ATAU MENEBAK KATA/FRASAGANGGUAN KEMAMPUAN AKADEMIKGANGGUAN MENULIS EKSPRETIF

KETIDAK MAMPUAN MEMBUAT SUATU KOMPOSISI TULISAN DALAM BENTUK TEKSKESALAHAN MENGEJA KATA KESALAHAN TATABAHASAKESALAHAN TANDA BACA & PARAGRAFTULISAN TANGAN BURUKKEMISKINAN TEMA DALAM KARANGANNYAGANGGUAN KEMAMPUAN AKADEMIKGANGGUAN BERHITUNGGANGGUAN PERKEMBANGAN KEMAMPUAN ARITMETIKA ATAU KETERAMPILAN MATEMATIKA :KESULITAN DALAM MEMPELAJARI NAMA2 ANGKAKESULITAN DALAM MENGIKUTI ALUR HITUNGANKESULITAN DENGAN PENGERTIAN KOMBINASI/SEPARASIINAKURASI DALAM KOMPUTASISELALU MEMBUAT KESALAHAN HITUNGAN YANG SAMABAGAIMANA DITEKSI DINI ?ORANG TUA DAN GURU HARUS PEKA , JIKA :

ADA KESENJANGAN YANG KONSISTEN ANTARA KEMAMPUAN AKADEMIK ANAK DENGAN KEMAMPUAN RATA-RATA TEMAN SEKELASNYA

PRESTASI AKADEMIK ANAK TIDAK KUNJUNG MENINGKAT WALAUPUN SUDAH DIBERIKAN PELAJARAN TAMBAHANBAGAIMANA DITEKSI DINI ?ADA BEBERAPA PETUNJUK GEJALA YANG DAPAT MEMBANTU :

UNTUK ANAK USIA PRA SEKOLAHUNTUK ANAK USIA SEKOLAHSIAPA YANG MEMBANTU ?TIM KERJA TERPADU YANG MELIPUTI TENAGA PROFESIONAL DARI BERBAGAI DISIPLIN ILMU :

DOKTER ANAKPSIKIATER ANAKPSIKOLOGORTHOPAEDAGOGPEKERJA SOSIALPEMERIKSAAN APA YANG DILAKUKAN ?WAWANCARA ORANG TUA DAN ANAKEVALUASI KONDISI FISIK DAN NEUROLOGI LENGKAPEVALUASI KONDISI MENTAL EMOSIONALEVALUASI TARAF KECERDASAN, SIKAP DAN TANGGUNG JAWAB ANAKEVALUASI POLA PERILAKU DAN PRESTASI ANAK

DAMPAK KESULITAN BELAJARDAMPAK PADA ANAKRENDAH DIRI, SELALU MENGANGGAP DIRINYA BODOH, LAMBAT, BERBEDA DAN KETERBBELAKANGANGANGGUAN TINGKAH LAKU, ANAK MENJADI NAKAL, AGRESIF, IMPULSIF, MENARIKAN DIRI DAN BERPERILAKU ANTISOSIAL DAN KESULITAN SOSIALISASIDAMPAK KESULITAN BELAJARDAMPAK PADA ORANG TUA

GANGGUAN INTERAKSI ANAK-ORANG TUADISHARMONI HUBUNGAN ORANG TUAFRUSTASI, KECEWA, PUTUS ASA, MERASA BERSALAH DAN MENOLAKAPAKAH KESULITAN BELAJAR DAPAT DI ATASI ?TENTU !PENANGANAN YANG DIBERIKAN TERGANTUNG HASIL PEMERIKSAAN TIM KERJA TERPADU

ONE STOP ASSESSMENT !

KLINIK KESULITAN BELAJARhttp://www.kancilku.com/Ind//index.php?option=com_content&task=view&id=3004 Jenis Kesulitan Belajar yang Kerap Terjadi

Dengan kesadaran dan kesabaran orang tua serta guru, semua ini bisa diatasi. Adapun jenis-jenis kesulitan belajar yang kerap terjadi pada anak sebagai berikut : Gangguan Konsentrasi Berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder-IV-TR (DSM-IV-TR) edisi terbaru panduan bagi psikiater maupun psikolog dalam mendiagnosis gangguan pada individu, setidaknya ada 8 ciri anak dengan gangguan konsentrasi, yaitu ceroboh mengerjakan tugas, gagal mempertahankan konsentrasi pada tugas, gagal mengnikuti instruksi atau tugas tidak selesai, terlihat seolah tidak mendengar saat diajak bicara, kesulitan mengelola tugas dan kegiatan pribadi, mudah lupa, dan mudah terganggu.Enam saja dari ciri tersebut terdeteksi pada seseorang, maka ia sudah memenuhi kriteria mengalami gangguan konsentrasi. Pada beberapa anak, gangguan konsentrasi biasanya diikuti oleh hiperaktivitas dan impulsivitas. Deteksi dini gangguan konsentrasi sesungguhnya dapat dilakukan sejak balita. Namun biasanya diagnosis baru diberikan saat anak berusia sekolah karena dampak gangguan ini nyata terlihat dalam kehidupan belajar anak. TIGA PENYEBAB 1. Faktor Eksternal Lingkungan. Misalnya, anak diberi tugas menggambar. Pada saat yang bersamaan, ia mendengar suara ramai dan itu lebih menarik perhatiannya sehingga tugasnya pun diabaikan. Berarti lingkungan memengaruhi konsentrasinya. Pola pengasuhan yang permisif, yaitu pengasuhan yang bersifat menerima atau membolehkan apa saja yang anak lakukan. Pada kasus ini anak yang kurang dilatih untuk menyelesaikan suatu tugas sampai selesai. Jika ia mengalami kesulitan, orangtua membantunya sehingga ia mampu menyelesaikannya, tidak dibiarkan saja anak beralih melakukan sesuatu yang lain. 2. Faktor Psikologis Anak mengalami tekanan ketika mengerjakan sesuatu sehingga tidak konsentrasi dan tidak fokus dalam menyelesaikan pekerjaannya. Contoh, suasana di sekolah yang berbeda dari suasana di rumah. Anak kaget, karena mempunyai teman yang lebih berani, sehingga ketakutan dan kekhawatiran si anak membuatnya sulit untuk konsentrasi. Akibatnya, konsentrasinya di kelas dalam menerima pelajaran berkurang. Hal ini terutama terjadi pada anak yang kemampuan sosialisasinya minim. 3. Faktor Internal Konsentrasi atau perhatian biasanya berada di otak daerah frontal (depan) dan parientalis (samping). Gangguan di daerah ini bisa menyebabkan kurang atensi atau perhatian. Jadi, karena sistem di otak dalam memformulasikan fungsi-fungsi aktifitas, seperti penglihatan, pendengaran, motorik dan lainnya diseluruh jaringan otak itu terganggu, maka anak tidak dapat berkonsentrasi karena input yang masuk ke otak terganggu. Akibatnya stimulasinya pun tidak bagus. Gangguan ini bukan merupakan bawaan melainkan bisa didapat, misalnya karena terkena infeksi otak. PENANGANAN * Mencari tahu penyebab kesulitan anak berkonsentrasi. Misal, ketika mengikuti lomba mewarnai, anak bisa melihat pekerjaan teman sehingga ia tidak mengerjakan gambarnya. Hal ini bisa disebabkan oleh kesempatan bersosialisasi dengan teman-teman sebayanya kurang, sehingga ketika berada diluar rumah ia begitu senangnya sampai lupa dengan tugasnya. Orangtua harus cerdik mencari solusi yang tepat, seperti membuka kesempatan anak bergaul seluas-luasnya dengan teman sebaya atau menyediakan berbagai aktifitas menarik yang tidak membutuhkan waktu lama untuk dikerjakan, terutama di usia balita yang memang rentang perhatiannya masih pendek. * Mencari strategi yang sesuai Masuk usia 4-5 tahun anak mulai paham dan bisa diajak kerja sama. Katakan, saat mengikuti lomba mewarnai anak diminta menyelesaikan tugasnya terlebih dahulu. Jika ia cepat menyelesaikan tugasnya, ia akan diajak berjalan-jalan dan bermain. Jika anak terlalu lama, ia tidak jadi diajak jalan. Harapannya anak lebih berkonsentrasi untuk menyelesaikan tugasnya. Prinsipnya, orangtua bisa menentukan target dan waktu pencapaian sesuai dengan kemampuan anak. Begitu juga dalam penerapannya, orangtua bisa menggunakan pemberian hadiah, pujian atu pemberian yang ia suka sehingga anak termotivasi untuk menyelesaikan apa yang sedang ia lakukan. * Melakukan aktifitas yang dapat melatih konsentrasi anak Membuat tanda waktu sehingga anak sadar bahwa dalam mengerjakan tugas ada time limitnya. Stimulasi layaknya belajar disekolah. Usahakan setting tempat belajarnya juga seperti di kelas. Saat mengajar, usahakan seperti gurunya di sekolah, jadi tidak selalu duduk disamping anak. Memecah waktu belajarnya menjadi beberapa kali. Contoh, waktu belajar yang satu jam, kita pecah menjadi tiga kali dalam satu jam (per 20 menit) selingi dengan istirahat selama lima menit. Bila anak sudah konsisten dengan waktu 20 menit bisa kita tambah waktu belajarnya menjadi 30 menit dan seterusnya. Diskalkulia, Kesulitan dalam Berhitung DISKALKULIA dikenal juga dengan istilah math difficulty karena menyangkut gangguan pada kemampuan kalkulasi serta proses matematis. Kesulitan ini dapat ditinjau secara kuantitatif, yang terbagi menjadi bentuk kesulitan berhitung (counting) dan mengkalkulasi (calculating).Seorang peneliti Steeves (1983) menyatakan, banyak anak disleksia yang genius di bidang matematika. Sementara Joffe (1990) melaporkan 10% anak disleksia menunjukkan prestasi yang sangat baik di bidang matematika, sedangkan 30% lainnya tidak menunjukkan kesulitan sama sekali di bidang hitung-menghitung. Salah satu faktor ilmuan besar dunia, Albert Einstein, di awal usia sekolahnya menunjukkan kesulitan yang amat sangat di bidang aritmetika. Beruntung, di kemudian hari Albert Einstein tidak membiarkan diskalkulia yang dialaminya menghambatnya untuk terus berkarya di bidang matematika. PENYEBAB 1. Kelemahan pada proses penglihatan atau visual. Anak yang memiliki kelemahan ini kemungkinan besar akan mengalami diskalkulia. Ia juga berpotensi mengalami gangguan dalam mengeja dan menulis dengan tangan. 2. Bermasalah dalam hal mengurut informasi. Seorang anak yang mengalami kesulitan dalam mengurutkan dan mengorganisasikan informasi secara detail, umumnya juga akan sulit mengingat sebuah fakta, konsep ataupun formula untuk menyelesaikan kalkulasi matematis. Jika problem ini yang menjadi penyebabnya, anak cenderung mengalami hambatan pada aspek kemampuan lainnya, seperti membaca kode-kode dan mengeja, serta apapun yang membutuhkan kemampuan mengingat kembali hal-hal detail. 3. Fobia matematika Anak yang pernah mengalami trauma dengan pelajaran matematika bisa kehilangan rasa percaya dirinya. Jika hal ini tidak diatasi segera, ia akan mengalami kesulitan dengan semua hal yang mengandung unsur hitungan. PENANGANAN 1. Cobalah memvisualisasikan konsep matematis yang sulit dimengerti, dengan menggunakan gambar ataupun cara lain untuk menjembatani langkah-langkah atau urutan dari proses keseluruhannya. Misal : menggunakan alat bantu benda : 2 apel ditambahkan 2 apel, jadinya 4 apel. 2. Tuangkan konsep matematis atupun angka-angka secara tertulis di atas kertas agar anak mudah melihatnya dan tidak sekedar abstrak. Bila perlu, tuliskan urutan angka-angka itu untuk membantu anak memahami konsep setiap angka sesuai dengan urutannya. 3. Terapkan konsep matematis dalam aktifitas sederhana sehari-hari. Umpama, beberapa sepatu yang harus dipakainya jika berpergian, berapa potong pakaian seragam sekolahnya dalam seminggu, berapa jumlah kursi makan yang diperlukan jika disesuaikan dengan anggota keluarga yang ada dan sebagainya. 4.Sesering mungkin mendorong anak melatih ingatan secara kreatif, entah dengan cara menyanyikan angka-angka ataupun cara lain yang mempermudah menampilkan ingatannya tentang angka. 5. Harus ada kerjasama terpadu antara guru dan orangtua untuk menentukan strategi belajar di kelas, memonitor kesulitan dan perkembangan anak, serta melakukan tindakan-tindakan yang perlu untuk memfasilitasi kemajuan anak. Misal, guru memberi saran tertentu pada orangtua dalam menentukan tugas di rumah, buku-buku bacaan, serta latihan yang disarankan. 6. Buat pelajaran matematika menjadi sesuatu yang menarik. Lakukan pendekatan multisensoris (dapat berupa gambar, audiotape, dan sebagainya) mengajari anak menggunakan logikanya, bukan menghafal mati, berikan materi bertahap satu persatu dan berikan materi dalam unit-unit kecil. Disleksia, Gangguan dalam Membaca DISLEKSIA merupakan gabungan dari dua kata bahasa Yunani, yakni dys yang berarti kesulitan dan lexis yang berarti bahasa. Anak disleksia bukanlah anak bodoh. Namun ia mengalami kelainan neurobiologis yang ditandai dengan kesulitan dalam berbahasa : sulit mengeja, mengenali simbol huruf, sulit mengenal kata, karena ia sulit mengode simbol di dalam otak untuk diterjemahkan.PENYEBAB Proses membaca diatur oleh bagian khusus dari sistem saraf manusia, yaitu di bagian temporal-parietal-oksipital (otak bagian samping dan belakang). Terdapat perbedaan anatomi antara otak anak disleksia dengan anak normal. Pada pemeriksaan functional magnetic resonance imaging yang dilakukan saat anak membaca, ternyata aktifitas otak anak yang mengalami disleksia jauh berbeda daripada anak umumnya. Terutama terjadi saat pemrosesan input huruf/kata yang dibaca lalu diterjemahkan menjadi suatu makna. Inilah yang menjadi penyebab munculnya disleksia. DETEKSI Untuk mendeteksi apakah anak disleksia atau tidak, bisa dengan melihat tanda-tandanya. Misal, seperti yang sudah disinggung sebelumnya, anak kesulitan mengenali dan mengeja huruf serta kerap tertukar dengan huruf yang mirip dengan huruf d tertukar dengan b, huruf m tertukar dengan huruf w, huruf p dengan huruf q, dan lainnya. Ia sangat sulit memahami kalimat yang dibaca maupun yang didengar, sulit menulis sambung, sulit membuat tulisan yang bagus dan rapi, sulit mengingat nama, sulit membedakan huruf vokal dan konsonan, sering tertukar kata saat membaca seperti masa dibaca sama dan banyak lagi. PENANGANAN Salah satu metode yang diterapkan dalam mengatasi disleksia adalah metode multi-sensory. Lewat metode yang sudah terintegrasi ini, anak akan diajarkan mengeja. Tekniknya bisa dengan mendengar dan mengulang ejaan, memanfaatkan kekuatan memori visual (penglihatan) serta taktil (sentuhan). Merekapun diminta menuliskan huruf dengan berbagai cara, di buku, di lantai, di udara menggunakan pensil spidol bahkan membentuk huruf dengan lilin. Tujuan utamanya adalah anak bisa mengasosiasikan antara pendengaran, penglihatan dan sentuhan sehingga otak lebih mudah mengingat kembali huruf-huruf. Selain itu kita perlu membangun rasa percaya diri anak karena biasanya anak disleksia sering mengalami gangguan kepercayaan diri, akibat dari lingkungan yang kerap mengolok, mengejek dan mencap negatif, memarahi dan lainnya. Jika kepercayaan diri rendah, anak akan semakin sulit keluar dari masalahnya. Biasanya anak disleksia memiliki kelebihan lain, carilah kelebihan itu dan kembangkan sehingga rasa percaya diri anak bisa tumbuh lebih kuat. Disgrafia, Gangguan dalam Menulis DISGRAFRIA berasal dari bahasa Yunani dys berarti kesulitan dan grapia yang berarti huruf. Disgrafia berarti kesulitan khusus yang membuat anak tidak bisa menuliskan atau mengekspresikan pikirannya ke dalam bentuk tulisan lantaran mereka tidak bisa menyusun huruf/kata dengan baik dan mengordinasikan motorik halusnya (tangan) untuk menulis.Kesulitan yang umumnya bisa terlihat saat anak mulai belajar menulis ini, tidak bergantung pada kemampuan lainnya. Seseorang bisa sangat fasih dalam berbicara dan keterampilan motorik lainnya tapi mempunyai kesulitan menulis. GEJALA Ada beberapa gejala disgrafia. Anak tidak mampu menulis padahal anak seusianya sudah mahir, tulisan anak sangat jelek dan sulit dibaca, sering salah dalam mengeja seperti suaranya menjadi terbalik, dilebihkan, atau menghilangkan bunyi. Suka salah dalam memahami pertanyaan, kerap salah dalam mengurutkan angka atau malah terbolak-balik, kerap tidak konsisten dalam menulis seperti mencampuradukkan antara huruf besar dan kecil, ukuran dan bentuk huruf yang ditulis tidak teratur, posisi menulis tidak konsisten, agak kesulitan memegang pensil karena pengaruh motorik halus yang kurang, dan lainnya. PENYEBAB Faktor neurologis, yakni adanya gangguan pada otak bagian kiri depan yang berhubungan dengan kemampuan membaca dan menulis. Agak mengalami kesulitan dalam harmonisasi secara otomatis antara kemampuan mengingat dan menguasai gerakan otot menulis huruf dan angka. PENANGANAN 1. Pahami kondisi anak Terimalah keadaannya dan tidak membandingkannya dengan anak lain. Jangan pernah beranggapan anak disgrafia adalah anak bodoh, pemalas, dan label negatif lainnya. Ingat, kesulitan ini tidak berkaitan dengan tingkat inteligensi yang rendah, kemalasan, asal-asalan menulis, dan tidak mau belajar. Kesabaran dan pengertian orangtua serta guru sangat diperlukan supaya anak keluar dari masalahnya. Ketidaksabaran apalagi disertai cemoohan malah akan membuat anak semakin berkutat dengan masalahnya bahkan membuatnya semakin rendah diri. 2. Gunakan alat bantu Alat bantu seperti komputer atau laptop, biasanya dapat membuat anak lebih mudah menuangkan ide atau apapun yang ingin ia tulis. Dengan alat bantu ini kita bisa menjelaskan lebih detail kesalahan-kesalahan yang anak lakukan. Umpama, dengan tombol korektor untuk memperbaikinya sehingga anak lebih mudah memahami kesalahannya. 3. Minta terus menulis Terus menulis merupakan terapi untuk mengatasi masalah ini. Lakukan secara bertahap, mulai tullisan pendek hingga panjang; mulai didampingi secara penuh hingga secara perlahan dilepas. Jangan lupa, supaya anak tertarik menulis, minta ia menulis hal-hal yang disukainya seperti menulis surat kepada teman, menulis pengalaman pergi tamasya, menulis cerita tentang teman yang menyenangkan, dan lainnya. Tak hanya menulis, kitapun bisa meminta anak untuk menggambar apa pun yang ia suka yang dapat membantu anak keluar dari masalah disgrafia. (Berbagai Sumber)

http://sd3megawon.blogspot.com/2010/03/faktor-faktor-penyebab-kesulitan.htmlFaktor-Faktor Penyebab Kesulitan Belajar pada Anak Tidak seperti biasanya, tiba-tiba saja ada siswa yang mendapat nilai matematika yang jauh di bawah nilai rata-rata teman sekelasnya. Orang tua yang tidak menerima kenyataan ini lalu memeriksa pekerjaan anaknya. Mereka kaget ketika mengetahui sang guru menyalahkan beberapa pekerjaan anaknya yang benar seperti: 2,3 + 3,01 = 5,31 dan + 1/3 = 5/6. Ternyata, setelah diselidiki lebih lanjut oleh orang tuanya, si anak salah menulis soal karena ia memiliki sedikit kekurangan pada organ matanya. Yang seharusnya 3,91 ditulisnya 3,01 dan 1/5 ditulis 1/3. Sang guru menyalahkan pekerjaan tersebut karena ia hanya terpaku pada kunci jawaban.

Setelah sang anak diberi kacamata, ia tidak salah lagi menulis soal dan nilai matematikanya menjadi baik. Contoh ini menunjukkan bahwa penglihatan yang kurang baik dapat menjadi salah satu penyebab kesulitan belajar siswa. Dalam hal ini tulisan maupun peragaan guru kurang bisa dilihat sehingga informasi guru tidak sampai dengan sempurna. Setiap guru mendambakan para siswanya dapat belajar dengan baik. Namun kenyataannya tidaklah demikian. Sehingga guru mungkin pernah menemui atau mengalami beberapa siswa yang selalu membikin ulah, selalu mengacau, rendah diri, malas, lambat menghafal, ataupun membenci mata pelajaran IPA, Matematika, ataupun Bahasa Inggris. Di sisi lain ada siswa yang biasa ceria tetapi dengan tiba-tiba saja menjadi murung dan malas belajar. Pertanyaan yang mungkin muncul adalah, mengapa hal seperti itu dapat terjadi? Kenyataan-kenyataan ini menunjukkan bahwa siswa dapat mengalami hal-hal yang menyebabkan ia tidak dapat belajar atau melakukan kegiatan selama proses pembelajaran sedang berlangsung. Mungkin juga, si siswa dapat belajar atau melakukan kegiatan selama proses pembelajaran sedang berlangsung, namun tidak maksimal. Faktor penyebabnya dapat berasal dari dalam diri si anak sendiri dan dapat juga dari luar. Pada contoh pertama, seorang anak mengalami hambatan belajar yang disebabkan oleh faktor penglihatan yang kurang baik, sedangkan pada contoh kedua, hambatan belajar tersebut lebih disebabkan olehfaktor kejiwaan pada diri anak tersbut. Para ahli seperti Cooney, Davis & Henderson (1975) telah mengidentifikasikan beberapa faktor penyebab kesulitan tersebut, di antaranya:

1. Faktor FisiologisFaktor-faktor yang menjadi penyebab kesulitan belajar siswa ini berkait dengan kurang berfungsinya otak, susunan syaraf ataupun bagian-bagian tubuh lain. Para guru harus menyadari bahwa hal yang paling berperan pada waktu belajar adalah kesiapan otak dan sistem syaraf dalam menerima, memroses, menyimpan, ataupun memunculkan kembali informasi yang sudah disimpan. Kalau ada bagian yang tidak beres pada bagian tertentu dari otak seorang siswa, maka dengan sendirinya si siswa akan mengalami kesulitan belajar. Bayangkan kalau sistem syaraf atau otak anak kita karena sesuatu dan lain hal kurang berfungsi secara sempurna.Akibatnya ia akan mengalami hambatan ketika belajar. Di samping itu, siswa yang sakit-sakitan, tidak makan pagi, kurang baik pendengaran, penglihatan ataupun pengucapannya sedikit banyak akan menghadapi kesulitan belajar. Untuk menghindari hal tersebut dan untuk membantu siswanya, seorang guru hendaknya memperhatikan hal-hal yang berkait dengan kesulitan siswa ini. Seorang siswa dengan pendengaran ataupun penglihatan yang kurang baik, sebaiknya menempati tempat di bagian depan. Untuk para orang tua, terutama ibu, makanan selama masa kehamilan akan sangat menentukan pertumbuhan dan perkembangan fisik putra-putrinya . Makanan yang dapat membantu pertumbuhan otak dan sistem syaraf bayi yang masih di dalam kandungan haruslah menjadi perhatian para orang tua.

2. Faktor SosialMerupakan suatu kenyataan yang tidak dapat dibantah jika orang tua dan masyarakat sekeliling sedikit banyak akan berpengaruh terhadap kegiatan belajar dan kecerdasan siswa sebagaimana ada yang menyatakan bahwa sekolah adalah cerminan masyarakat dan anak adalah gambaran orang tuanya. Oleh karena itu ada beberapa faktor penyebab kesulitan belajar yang berkait dengan sikap dan keadaan keluarga serta masyarakat sekeliling yang kurang mendukung siswa tersebut untuk belajar sepenuh hati. Sebagai contoh, orang tua yang sering menyatakan bahwa Bahasa Inggris adalah bahasa setan (karena sulit) akan dapat menurunkan kemauan anaknya untuk belajar bahasa pergaulan internasional itu. Kalau ia tidak menguasai bahan tersebut ia akan mengatakan Ah Bapak saya tidak bisa juga. Untuk itu, setiap guru tidak seharusnya menyatakan sulitnya mata pelajaran tertentu di depan siswanya. Tetangga yang mengatakan sekolah tidak penting karena banyak sarjana menganggur, masyarakat yang selalu minum-minuman keras dan melawan hukum, orang tua yang selalu marah, nonton TV setiap saat, tidak terbuka ataupun kurang menyayangi anaknya dengan sepenuh hati dapat merupakan contoh dari beberapa faktor sosial yang menjadi penyebab kesulitan belajar siswa. Intinya, lingkungan di sekitar siswa harus dapat membantu mereka untuk belajar semaksimal mungkin selama mereka belajar di sekolah. Dengan cara seperti ini, lingkungan dan sekolah akan membantu para siswa, harapan bangsa ini untuk berkembang dan bertumbuh menjadi lebih cerdas. Siswa dengan kemampuan cukup seharusnya dapat dikembangkan menjadi siswa berkemampuan baik, yang berkemampuan kurang dapat dikembangkan menjadi berkemampuan cukup. Sekali lagi, orang tua, guru, dan masyarakat, secara sengaja atau tidak sengaja, dapat menyebabkan kesulitan bagi siswa. Karenanya, peran orang tua dan guru dalam membentengi para siswa dari pengaruh negatif masyarakat sekitar, di samping perannya dalam memotivasi para siswa untuk tetap belajar menjadi sangat menentukan.

3. Faktor KejiwaanFaktor-faktor yang menjadi penyebab kesulitan belajar siswa ini berkait dengan kurang mendukungnya perasaan hati (emosi) siswa unutuk belajar secara sungguh-sungguh. Sebagai contoh, ada siswa yang tidak suka mata pelajaran tertentu karena ia selalu gagal mempelajari mata pelajaran itu. Jika hal ini terjadi, siswa tersebut akan mengalami kesulitan belajar yang sangat berat. Hal ini merupakan contoh dari faktor emosi yang menyebabkan kesulitan belajar. Contoh lain adalah siswa yang rendah diri, siswa yang ditinggalkan orang yang paling disayangi dan menjadikannya sedih berkepanjangan akan mempengaruhi proses belajar dan dapat menjadi faktor penyebab kesulitan belajarnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak yang dapat mempelajari suatu mata pelajaran dengan baik akan menyenangi mata pelajaran tersebut. Begitu juga sebaliknya, anak yang tidak menyenangi suatu mata pelajaran biasanya tidak atau kurang berhasil mempelajari mata pelajaran tersebut. Karenanya, tugas utama yang sangat menentukan bagi seorang guru adalah bagaimana membantu siswanya sehingga mereka dapat mempelajari setiap materi dengan baik. Yang perlu mendapatkan perhatian juga, hukuman yang diberikan seorang guru dapat menyebabkan siswanya lebih giat belajar, namun dapat juga menyebabkan mereka tidak menyukai guru mata pelajaran tersebut. Dapat juga terjadi, si siswa lalu membenci sama sekali mata pelajaran yang diasuh guru tersebut. Kalau hal seperti ini yang terjadi, tentunya akan sangat merugikan si siswa tersebut. Peran guru memang sangat menentukan. Seorang siswa yang pada hari kemarinnya hanya mampu mengerjakan 3 dari 10 soal dengan benar, lalu dua hari kemudian ia hanya mampu mengerjakan 4 dari 10 soal dengan benar, gurunya harus menghargai kemajuan tersebut. Guru hendaknya jangan hanya melihat hasilnya saja, namun hendaknya menghargai usaha kerasnya. Dengan cara seperti ini, diharapkan si siswa akan lebih berusaha lagi. Intinya, tindakan seorang guru dapat mempengaruhi perasaan dan emosi siswanya. Tindakan tersebut dapat menjadikan seorang siswa menjadi lebih baik, namun dapat juga menjadikan seorang siswa menjadi tidak mau lagi untuk belajar suatu mata pelajaran.

4. Faktor IntelektualFaktor-faktor yang menjadi penyebab kesulitan belajar siswa ini berkait dengan kurang sempurna atau kurang normalnya tingkat kecerdasan siswa. Para guru harus meyakini bahwa setiap siswa mempunyai tingkat kecerdasan berbeda. Ada siswa yang sangat sulit menghafal sesuatu, ada yang sangat lamban menguasai materi tertentu, ada yang tidak memiliki pengetahuan prasyarat dan juga ada yang sangat sulit membayangkan dan bernalar. Hal-hal yang disebutkan tadi dapat menjadi faktor penyebab kesulitan belajar pada diri siswa tersebut. Di samping itu, hal yang perlu mendapatkan perhatian adalah para siswa yang tidak memiliki pengetahuan prasyarat. Ketika sedang belajar matematika atau IPA, ada siswa SD yang tidak dapat menentukan hasil 1/2 + 1/3, (5) + 9, ataupun 1 : . Siswa seperti itu, tentunya akan mengalami kesulitan karena materi terebut menjadi pengetahuan prasyarat untuk mempelajari matematika ataupun IPA SD. Untuk menghindari hal tersebut, Bapak atau Ibu Guru hendaknya mengecek dan membantu siswanya menguasai pengetahuan prasyarat tersebut sehingga mereka dapat mempelajari materi baru dengan lebih baik.

5. Faktor KependidikanFaktor-faktor yang menjadi penyebab kesulitan belajar siswa ini berkait dengan belum mantapnya lembaga pendidikan secara umum. Guru yang selalu meremehkan siswa, guru yang tidak bisa memotivasi siswa untuk belajar lebih giat, guru yang membiarkan siswanya melakukan hal-hal yang salah, guru yang tidak pernah memeriksa pekerjaan siswa, sekolah yang membiarkan para siswa bolos tanpa ada sanksi tertentu, adalah contoh dari faktor-faktor penyebab kesulitan dan pada akhirnya akan menyebabkan ketidak berhasilan siswa tersebut. Berdasar penjelasan di atas, Bapak dan Ibu Guru sudah seharusnya menyadari akan adanya beberapa siswa yang mengalami kesulitan atau kurang berhasil dalam proses pembelajarannya.Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor tertentu, sehingga mereka tidak dapat belajar dan kurang berusaha sesuai dengan kekuatan mereka. Idealnya, setiap guru harus berusaha dengan sekuat tenaga untuk membantu siswanya keluar dari setiap kesulitan yang menghimpitnya. Namun hal yang perlu diingat, penyebab kesulitan itu dapat berbeda-beda. Ada yang karena faktor emosi seperti ditinggal saudara kandung tersayang ataupun karena faktor fisiologis seperti pendengaran yang kurang. Untuk itu, para guru harus mampu mengidentifikasi kesulitan dan penyebabnya lebih dahulu sebelum berusaha untuk mencarikan jalan pemecahannya. Pemecahan masalah kesulitan belajar siswa sangat tergantung pada keberhasilan menentukan penyebab kesulitan tersebut. Sebagai contoh, siswa A yang memiliki kesulitan karena penglihatan atau pendengaran yang kurang sempurna hanya dapat dibantu dengan alat optik atau alat elektronik tertentu dan mereka diharuskan duduk di bangku depan. Namun para siswa yang mengalami kesulitan belajar karena faktor lingkungan dan faktor emosi tidak memerlukan kacamata seperti yang dibutuhkan siswa A namun mereka membutuhkan bantuan dan motivasi lebih dari gurunya. Pengalaman sebagai guru telah menunjukkan bahwa ada siswa yang sering membuat ulah di kelas dengan maksud agar diperhatikan guru dan temannya. Setelah diselidiki ternyata ia kurang mendapat perhatian orang tuanya. Untuk anak seperti ini, sudah seharusnya para guru lebih memberikan perhatian dan kasih sayang. Sekali lagi, kesabaran, ketekunan dan ketelatenan para guru sangat diharapkan di dalam menangani siswa yang mengalami kesulitan belajar. Guru dapat menyarankan orang tua siswa tertentu untuk memberi tambahan pelajaran khusus di sore hari untuk siswa yang lamban. Yang lebih penting dan sangat menentukan adalah peran guru pemandu, kepala sekolah, pengawas maupun Kepala Kantor Depdiknas di dalam menangani kesulitan belajar siswa yang disebabkan oleh faktor-faktor kependidikan. Pada akhirnya penulis meyakini bahwa pengetahuan tentang faktor-faktor penyebab kesulitan belajar ini akan sangat bermanfaat bagi Bapak dan Ibu Guru. Dengan membaca tulisan ini, diharapkan para guru akan mengetahui, selanjutnya dapat menggunakan pengetahuan tersebut dalam PBM terutama ketika ia sedang mendiagnosis kesulitan belajar siswa. Pada akhirnya, mudah-mudahan usaha setiap jajaran Depdiknas untuk mencerdaskan kehidupan bangsa akan berhasil dengan gemilang.Daftar PustakaCooney, T.J., Davis, E.J., Henderson, K.B. (1975). Dynamics of TeachingSecondary School Mathematics. Boston : Houghton Mifflin Company

http://www.psikologizone.com/kenali-kesulitan-belajar-anak-sejak-dini/06511486Kenali Kesulitan Belajar Anak Sejak DiniAnak yang mengalami kesulitan belajar adalah anak yang memiliki ganguan satu atau lebih dari proses dasar yang mencakup pemahaman penggunaan bahasa lisan atau tulisan, gangguan tersebut mungkin menampakkan diri dalam bentuk kemampuan yang tidak sempurna dalam mendengarkan, berpikir, berbicara, membaca, menulis, mengeja atau menghitung.Batasan tersebut meliputi kondisi-kondisi seperti gangguan perceptual, luka pada otak, diseleksia dan afasia perkembangan. Dalam kegiatan pembelajaran di sekolah, kita dihadapkan dengan sejumlah karakterisktik siswa yang beraneka ragam. Ada siswa yang dapat menempuh kegiatan belajarnya dengan lancar dan berhasil tanpa mengalami kesulitan, namun di sisi lain tidak sedikit pula siswa yang justru dalam belajarnya mengalami berbagai kesulitan.Kesulitan belajar siswa ditunjukkan oleh hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar, dan dapat bersifat psikologis, sosiologis, maupun fisiologis, sehingga pada akhirnya dapat menyebabkan prestasi belajar yang dicapainya berada di bawah semestinya.Kesulitan belajar siswa mencakup pengertian yang luas, diantaranya : (a) learning disorder; (b) learning disfunction; (c) underachiever; (d) slow learner, dan (e) learning diasbilities. Di bawah ini akan dijelaskan dari masing-masing pengertian tersebut.1. Learning Disorder atau kekacauan belajar adalah keadaan dimana proses belajar seseorang terganggu karena timbulnya respons yang bertentangan. Pada dasarnya, yang mengalami kekacauan belajar, potensi dasarnya tidak dirugikan, akan tetapi belajarnya terganggu atau terhambat oleh adanya respons-respons yang bertentangan, sehingga hasil belajar yang dicapainya lebih rendah dari potensi yang dimilikinya. Contoh : siswa yang sudah terbiasa dengan olah raga keras seperti karate, tinju dan sejenisnya, mungkin akan mengalami kesulitan dalam belajar menari yang menuntut gerakan lemah-gemulai.2. Learning Disfunction merupakan gejala dimana proses belajar yang dilakukan siswa tidak berfungsi dengan baik, meskipun sebenarnya siswa tersebut tidak menunjukkan adanya subnormalitas mental, gangguan alat dria, atau gangguan psikologis lainnya. Contoh : siswa yang memiliki postur tubuh yang tinggi atletis dan sangat cocok menjadi atlet bola volley, namun karena tidak pernah dilatih bermain bola volley, maka dia tidak dapat menguasai permainan volley dengan baik.3. Under Achiever mengacu kepada siswa yang sesungguhnya memiliki tingkat potensi intelektual yang tergolong di atas normal, tetapi prestasi belajarnya tergolong rendah. Contoh : siswa yang telah dites kecerdasannya dan menunjukkan tingkat kecerdasan tergolong sangat unggul (IQ = 130 140), namun prestasi belajarnya biasa-biasa saja atau malah sangat rendah.4. Slow Learner atau lambat belajar adalah siswa yang lambat dalam proses belajar, sehingga ia membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan sekelompok siswa lain yang memiliki taraf potensi intelektual yang sama.5. Learning Disabilities atau ketidakmampuan belajar mengacu pada gejala dimana siswa tidak mampu belajar atau menghindari belajar, sehingga hasil belajar di bawah potensi intelektualnya.Dari sedikit penjelasan diatas, dirasakan bahwa orangtua perlu mengetahui bentuk kesulitan belajar yang dialami oleh putra/puteri mereka agar lebih mengerti bentuk kesulitan yang putera/puteri mereka hadapi. Banyak orangtua yang juga bertanya dan bingung tentang pendidikan dan prestasi belajar anak, baik di sekolah maupun dirumah.Bahkan belajar menjadi 4 golongan masalah yang biasanya terjadi pada anak kita. Pada dasarnya seorang anak memiliki 4 masalah besar yang tampak jelas di mata orang tuanya dalam kehidupannya yaitu:1. Out of Law / Tidak taat aturan (seperti misalnya, susah belajar, susah menjalankan perintah, dsb)2. Bad Habit / Kebiasaan jelek (misalnya, suka jajan, suka merengek, suka ngambek, dsb.)3. Maladjustment / Penyimpangan perilaku4. Pause Playing Delay / Masa bermain yang tertundaPerlu diketahui juga, awalnya banyak pendapat yang menyatakan keberhasilan anak dan pendidikan anak sangat tergantung pada IQ (intelligence quotient). Namun memasuki dekade 90-an pendapat itu mulai berubah. Daniel Goleman mengungkapkan bahwa keberhasilan anak sangat tergantung pada kecerdasan emosional (emotional intelligence) yang dimiliki. Jadi IQ bukanlah satu satunya yang mempengaruhi keberhasilan anak, masih ada emotional intelligence yang juga perlu diperhatikan.Ini adalah kemampuan lebih yang dimiliki seseorang dalam memotivasi, ketahanan dalam menghadapi kegagalan, mengendalikan emosi dan menunda kepuasaan serta mengatur keadaan jiwa. Dengan kecerdasan emosional tersebut seseorang dapat menempatkan emosinya pada porsi yang tepat, memilah kepuasaan, dan mengatur suasana hati.Dari berbagai penjelasan diatas, tentu banyak sekali tugas kita sebagai orangtua dalam mendidik anak kita baik mulai dari masa kecil mereka maupun hingga besar nantinya. Semua adalah tanggung jawab yang mulia, sebagaimana anak adalah karunia dan titipan tuhan kepada kita. Maka dari itu kita lah yang harus merawat dan memperhatikan perkembangan mereka, dan akhirnya kita pula yang akan tersenyum bahagia melihat perkembangan mereka. Marilah kita memulai belajar mengenali dan mendidik anak mulai dari sekarang.http://www.kancilku.com/Ind//index.php?option=com_content&task=view&id=299

Tak Ada Kata Sulit Untuk BelajarBelajar merupakan bagian dari proses tumbuh kembang anak. Bila anak menunjukkan tanda kesulitan belajar, segera tangani dengan bantuan tenaga profesional. Sejak lahir, bayi sebenarnya telah memulai proses belajar pertamanya, yaitu belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan. Proses belajar ini berjalan terus sampai anak masuk sekolah dan memulai pembelajaran formalnya. Pada saat ini, kebiasaankebiasaan belajar yang baik dan rasa diri sebagai pelajar yang sukses, perlu dirangsang untuk mengembangkan rasa cinta belajar. Akan tetapi, proses pembelajaran memang tak selalu berjalan mulus. Ada anakanak yang tak selancar anak lainnya ketika memahami sesuatu. Mereka mengalami apa yang disebut kesulitan belajar (learning disorders). Kesulitan belajar merupakan gangguan belajar yang ditandai adanya kesenjangan signifikan antara taraf intelegensi seorang anak dengan kemampuan akademik yang seharusnya sudah dapat dicapai oleh seusianya. Ini tentunya dapat menghambat tumbuh-kembang anak, baik di sekolah maupun di rumah. Penurunan Kualitas Hidup Di Jakarta, dalam penelitian yang dilakukan terhadap 423 anak usia sekolah dasar ditemukan proporsi kesulitan belajar sebesar 13,75%. Dampak yang ditimbulkan dari masalah ini adalah penurunan kualitas hidup anak. Sekitar 80% anak dengan kesulitan belajar tersebut, ternyata disertai dengan defisit working memory yang optimal membutuhkan kemampuan memperhatikan, mengingat, dan melakukan tindakan terhadap suatu informasi yang sedang berlangsung secara kebersamaan. Ini gambaran bahwa kesulitan belajar di kalangan siswa SD perlu mendapat perhatian serius dari semua pihak, baik dari dunia pendidikan, medik, psikolog, orangtua, maupun pihak lainnya yang terkait, karena tahap sekolah dasar merupakan tahap prelimenier dalam mencapai tahap pendidikan ke jenjang berikutnya. Ragam Kesulitan Belajar Ada beragam kesulitan belajar yang selama ini sering diperbincangkan, yaitu gangguan persepsi (perceptual handicaps), luar otak (brain injury), disfungsi minimal otak (minimal brain disfunction), kesulitan mengendalikan gerak tubuh (motor skills disorder), kesulitan menulis (disorder of written expression), kesulitan membaca (dyslexia), kesulitan berhitung (mathematics disorder), sering disebut juga diskalkulia, gangguan berkomunikasi seperti kesulitan memahami kata (aphasia), kesulitan dalam menerima dan mengekspresikan isi pikiran, serta gagap (stuttering).Yang termasuk dalam special learning disorder ialah anakanak dengan kesulitan belajar yang disebabkan gangguan penglihatan, pendengaran, cacat motorik, keterbelakangan mental, gangguan emosional, atau keadaan lingkunagn kebudayaan dan ekonomi yang tidak menguntungkan (Cartwright, 1981 dalam Mangunsong, dkk, 1998 dan Nolen-Hoeksema, dalam Abnormal Psychology, 2007). Kenali Tandanya Ditinjau dari sudut medis, kesulitan belajar pada anak muncul dari areaarea di tubuh anak yang berfungsi untuk menunjang kemampuannya belajar; seperti pengindraan yang seharusnya berkembang secara optimal yaitu mata, telinga, alat bicara, kulit, keseimbangan tubuh, serta kekuatan otot. Bila area-area dalam tubuh anak tidak berfungsi secara tepat, maka anak merasakan adanya ketidaknyamanan pada tubuhnya, sehingga membuatnya mudah gelisah dan terganggu konsentrasinya dalam belajar. Tanda dari kesulitan belajar sangat bervariasi, bergantung pada usia anak. Untuk anak prasekolah, kesulitan belajar bisa ditandai ketika anak terlambat bicara dibandingkan anak seusianya, penguasaan jumlah kata minim, menghindari permainan pazel, kesulitan mengenali angka/huruf dan nama-nama hari dalam seminggu, kesulitan berinteraksi dengan teman, kesulitan menerima petunjuk sederhana, dan lain-lain.Sedangkan di usia sekolah, kesulitan belajar ditandai dengan menolak bersekolah, tidak mampu menyelesaikan satu tugas/kegiatan, kurang mampu merencanakan kegiatan sehari-harinya, serta menunjukkan problem emosional seperti mengasingkan diri dan lain-lain. Memengaruhi Interaksi Anak Kesulitan belajar yang terjadi tidak hanya berdampak bagi pertumbuhan dan perkembangan anak, tetapi juga dalam kehidupan keluarga dan dapat pula memengaruhi interaksi anak dengan lingkungannya. Bayangkan bila anak sulit memusatkan perhatiannya untuk belajar, kondisi ini akan membuat anak mengalami kesulitan di dalam kelas dan mungkin tertinggal dalam satu atau beberapa mata pelajaran tertentu. Anak merasa tertekan, orangtua pun mungkin akan kebingungan atas problem yang dihadapi anak. Bahkan orangtua bisa merasa frustasi, marah, kecewa, putus asa, merasa bersalah atau menolak.Dengan kondisi ini justru membuat anak yang mengalami kesulitan belajar merasa lebih terpojok lagi. Mereka sering kali menuding dirinya sebagai anak bodoh, lambat, berbeda, dan terbelakang. Untuk menutupi hal itu, anak-anak ini kerap malu, rendah diri, berperilaku nakal, agresif, impulsive atau bahkan menyendiri/menarik diri. Sering kali mereka tampak sulit berinteraksi dengan teman-teman. Hal ini menandakan terganggunya harga diri anak. Dapat Ditangani Berita baiknya, kesulitan belajar dapat ditangani apabila terdeteksi dengan cepat, semakin cepat ditangani, akan semakin baik pula hasilnya. Tentunya dibutuhkan kepekaan orangtua dan guru yang melihat adanya kesenjangan yang konsisten antara kemampuan akademik anak dengan kemampuan rata-rata teman sekelasnya. Jika prestasi anak tidak kunjung meningkat walaupun pelajaran tambahan sudah diberikan, orangtua harus mulai curiga apa yang sebenarnya terjadi pada anak. Apabila jika disertai beberapa tanda yang telah disebutkan diatas. Pemeriksaan selanjutnya terhadap anak dengan kesulitan belajar akan dilakukan oleh suatu tim kerja terpadu yang meliputi berbagai disiplin ilmu, seperti dokter anak, psikiater anak, psikolog, orthopaedagog, dan lainnya. Dari hasil observasi dan konsultasi yang tepat, umumnya tenaga profesional akan memberikan gambaran yang jelas dan mendetail tentang langkah-langkah praktis untuk mengasuh dan mendidik anak di kemudian hari. Hal ini perlu diperhatikan dan dilakukan secara sistematis serta gradual sehingga perubahan anak akan tampak. Intinya, pemberian terapi haruslah sedini dan seoptimal mungkin sehingga anak diharapkan dapat mengejar kekurangannya selama ini. Walaupun gangguan yang terjadi pada sebagian otak tidak dapat diperbaiki lagi, tetapi masih ada bagian otak lain yang dapat dirangsang untuk berfungsi optimal.Penatalaksanaan Penanganan yang diberikan bergantung pada hasil pemeriksaan yang komprehensif dari tim kerja. Umumnya meliputi: 1. Penatalaksanaan di BIDANG MEDIS. Terapi obat. Disesuaikan dengan gangguan fisik atau psikiatrik yang diderita anak. Berbagai kondisi depresi dapat diberikan obat golongan antidepresan, contoh. Terapi perilaku. Yang sering diberikan adalah modifikasi perilaku. Umpama, anak diberi penghargaan bila dapat memenuhi tanggung jawab atau berprilaku positif. Terapi psikoterapi suportif. Dapat diberikan kepada anak dan keluarganya. Tujuannya untuk pengertian/ pemahaman mengenai kesulitan yang ada, sehingga dapat menimbulkan motivasi yang konsisten dalam usaha untuk memerangi kesulitan ini. Pedekatan psikososial lainnya. Seperti pemberian psikoedukasi orangtua dan guru, serta pelatihan keterampilan sosial bagi anak, dan lainnya. 2. Penatalaksanaan di BIDANG PENDIDIKAN Terapi yang paling efektif ialah terapi remedial, yaitu bimbingan langsung oleh guru yang terlatih dalam mengatasi kesulitan belajar anak.Guru remedial ini akan menyusun suatu metode pengajaran yang sesuai bagi setiap anak. Mereka juga melatih anak untuk dapat belajar dengan baik menggunakan teknik-teknik peljaran tertentu sesuai jenis kesulitan belajar yang dihadapi anak. Checklist Kesulitan Belajar Bila anak Anda menampilkan 6 dari pointers di bawah ini selama periode waktu yang cukup lama, lebih dari 3 bulan, atau bahkan menetap, maka dapat dikatakan anak Anda memang mengalami kesulitan belajar. 1. Selalu lupa tarhadap tugas yang harus ia kerjakan. 2. Suka bermain video game dalam waktu lama. 3. Hafal materi yang disukai tetapi untuk mengingat apa apa yang dikatakan orangtua mudah lupa. 4. Usia 10 tahun tetapi sikapnya masih seperti anak TK yang suka memotong pembicaraan orangtua. 5. Bila bertamu selalu memegang semua benda yang dilihat di rumah si tuan rumah. 6. Sering kehilangan benda seperti pensil, buku, map, dan lainnya. 7. Suka mengatakan kalau ia tidak mempunyai teman. 8. Bila marah tidak terkendali. 9. Selalu mengatakan dia bodoh, pelupa. 10. Ia mengerjakan PR dalam waktu yang sangat lama. 11. Sikap duduk di kelas atau di rumah tampak seperti orang loyo. 12. Sering menabrak benda-benda, seperti kaki meja. 13. Sering memecahkan barang dengan tidak sengaja. 14. Mudah merasa lelah atau pegal, terutama untuk tugas menulis. 15. Banyak omong tentang kebiasaannya tetapi tidak pernah melakukannya dengan baik dan tepat. 16. Tulisan kaku atau bahkan terlalu halus dan tidak teratur tekanannya. 17. Bicara tidak jelas, terlalu cepat atau malahan gagap. 18. Memilih-milih makanan yang disukainya saja. 19. Lambat beradaptasi dengan lingkungan baru. 20. Menolak pakaian dengan tekstur tertentu seperti lengan panjang, selimut, kaus berkerah ketat, merak kaus yang selalu minta dipotong. 21. Keurutan bicara yang terbalik-balik. 22. Mudah menangis dan mudah merengek. 23. Sering tidak bisa tidur pulas, mengigau, lama terlelapnya, banyak berfantasi atau mencemaskan hari esok sebelum tidur. 24. Menulis sering terbalik huruf pada anak usia diatas 8 tahun, seperti b menjadi d, p menjadi q, t menjadi r. (Nakita) http://nationalgeographic.co.id/berita/2012/02/apa-penyebab-kesulitan-belajar-pada-anakApa Penyebab Kesulitan Belajar pada Anak?Afarisi/Fotokita.netSalah satu faktor penyebab kesulitan belajar pada anak adalah gangguan neurologis. Gangguan ini akhirnya mempengaruhi kemampuan anak untuk menerima, memproses, menganalisis, atau menyimpan informasi.

Maria Goretti Adiyanti, dokter dari Bagian Psikologi Perkembangan Anak Fakultas Psikologi UGM mengatakan kesulitan belajar tidak hanya disebabkan karena masalah pendengaran, penglihatan, kemampuan morotik, hambatan emosi atau karena tekanan dari lingkungan. Tetapi juga oleh faktor neurologis.

Adiyanti menjelaskan penyebab utama anak kesulitan belajar adalah adanya gangguan otak yang bersifat minimal (DMO), rusaknya jaringan otak karena suatu penyakit di otak, serta terganggunya fungsi otak karena suatu kelainan yang bersifat periodik dalam jangka waktu yang lama, misalnya epilepsi.

Sementara itu, kesulitan belajar bisa dilihat dari bagaimana anak memahami pelajaran matematika dan bahasa. Pasalnya, kedua mata pelajaran tersebut, mengajarkan anak tentang kemampuan dasar seperti menulis, membaca, dan menghitung.

"Pada anak-anak yang berkesulitan dalam bahasa dan matematika, tentunya tidak dipahami secara sempurna. Kondisi ini dapat menyebabkan guru dan orangtua menjadi cemas dan kemungkinan timbul sikap negatif terhadap anak," ujar Maria di Yogyakarta, Jumat(24/2)

Sementara itu staf pengajar Fakultas Psikologi UGM bidang Psikologi Pendidikan, Supra Wimbarti, menambahkan, kemampuan dalam matematika sangat diperlukan oleh manusia pada usia awal perkembangan. Terutama pada saat anak duduk di sekolah dasar.

Secara kognitif, kemampuan matematika diperlukan untuk membantu siswa berpikir logis. Sementara itu, kemampuan berbahasa diperlukan untuk memahami ilmu pengetahuan. Matematika perlu dikuasai siswa sekolah dasar untuk membantu mencerna ilmu-ilmu di jenjang yang lebih tinggi.

Namun sayang, matematika yang dianggap sebagai pelajaran penting untuk perkembangan otak, justru masih menduduki peringkat rendah. Berdasarkan hasil survei Pusat Statistik Internasional untuk Pendidikan (National Center for Education in Statistics, 2003) terhadap 41 negara dalam pembelajaran matematika, Indonesia mendapatkan peringkat ke 39 di bawah Thailand dan Uruguay.

http://www.ayahbunda.co.id/Artikel/Gizi+dan+Kesehatan/deteksi.dini.kesulitan.belajar.anak/001/001/1200/9/4Deteksi Dini Kesulitan Belajar AnakAda sebuah kerumitan tersendiri ketika kita berusaha memahami gangguan kesulitan belajar pada anak. Ada terapi sebagai solusi.

Sebagai contoh, Muhammad Fauzan (7 tahun) yang menyandang gangguan keterampilan motorik halus (yang penting untuk menunjang kegiatan menulis dan menyandang gangguan konsentrasi). Fauzan akhirnya harus menjalani terapi sensori integrasi untuk menguatkan otot-otot tangan dan jari, disamping latihan konsentrasi karena ia ternyata juga menyandang (Attention-Deficit Hyperactivity Disorder) ADHD.

Dengan deteksi dini sejak usia batita, ia segera mendapat penanganan ahli, menjalani terapi dan masuk ke sekolah khusus Yayasan Pantara. Hasilnya, Fauzan mencapai kemajuan pesat.

Anak-anak yang menyadang LD (learning difficulties), biasanya memiliki IQ sangat tinggi. Mereka cerdas di atas anak rata-rata dan berbakat. Tetapi mereka biasanya mentok dalam urusan akademik, kecuali mendapat pendekatan yang tepat seperti dilakukan oleh sekolah khusus, atau sekolah umum yang peduli dengan anak-anak LD.

Di Amerika Serikat, misalnya, ada beberapa lembaga yang berupaya mengatasi masalah kesulitan belajar, seperti The National Center for Learning Disabilities. Di Indonesia, meskipun tidak besar, ada beberapa sekolah umum yang mendirikan perkumpulan orang tua dari anak-anak LD sebagaimana yang bekerja sama dengan LPT- UI selama ini.

Menurut Indri, penyandang LD butuh bimbingan khusus dan ditempatkan di kelas dengan murid terbatas. Misalnya, 9 - 10 murid dengan 3 orang guru plus seorang psikolog seperti di sekolah Fauzan. Jangan juga terlalu mem-push, jika anak tak berhasil juga mengatasi hambatannya dalam belajar.

Ajaklah anak untuk berusaha bersama, misalnya, "Nak, tadi Bu guru bilang kamu harus banyak latihan menulis, yuk, kita lakukan sama-sama". Kunci keberhasilan anak-anak LD adalah dukungan keluarga. Keluarga, terutama orang tua harus peka, memberikan penerimaan yang baik terhadap anak LD dan memilih ahli serta sekolah yang tepat. Ini menentukan konsep diri yang positif.

Tentu saja ini berarti, orang tua dan dunia pendidikan harus mendefinisikan ulang istilah sukses bagi anak-anak LD . Sukses tak berarti berhasil dalam urusan akademis semata. Sukses justru berawal dari keberhasilan membidik dan mengarahkan bakat unik anak.