Upload
yuliza-utami
View
81
Download
4
Embed Size (px)
DESCRIPTION
paper
Citation preview
Penanganan dan Perawatan Masa Nifas
Masa nifas (puerperium) merupakan masa pembersihan rahim yang bermula saat partus selesai, dan berakhir setelah kira-kira 6 minggu atau 40 hari setelah melahirkan. Perawatan masa nifas dimaksudkan untuk mengembalikan alat-alat kandungan dan alat genetelia pulih kembali seperti sebelum ada kehamilan. Alat genetelia biasanya memerlukan waktu 3 bulan untuk bisa pulih kembali.
Perawatan masa nifas sebenarnya dimulai sejak kala uri dengan menghindarkan adanya kemungkinan-kemungkinan perdarahan post partum dan infeksi. Apabila didapati ada perlukaan pada jalan lahir atau luka bekas episiotomi, lakukan penjahitan dan perawatan luka dengan sebaik-baiknya. Berikut merupakan beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penanganan dan perawatan masa nifas:
PENANGANAN
Kebersihan Diri
Jaga kebersihan seluruh tubuh
Bersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air, membersihkan
daerah di sekitar vulva terlebih dahulu, dari depan ke belakang,
baru kemudian membersihkan daerah sekitar anus. Bersihkan vulva
setiap kali selesai buang air kecil atau besar.
Ganti pembalut atau kain pembalut setidaknya dua kali sehari. Kain
dapat digunakan ulang jika telah dicuci dengan baik dan
dikeringkan di bawah matahari atau disetrika.
Cuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah
membersihkan daerah kelamin.
Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, hindari
menyentuh luka.
Istirahat
Istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan.
Kembali ke kegiatan-kegiatan rumah tangga secara perlahan-lahan
Tidur siang atau beristirahat selagi bayi tidur.
Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal :
1. Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi,
2. Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak
perdarahan
3. Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi
dan dirinya sendiri
Latihan
Latihan tertentu beberapa menit setiap hari sangat membantu selain
menguatkan otot perut dan panggul, juga dapat mengurangi rasa sakit
pada punggung. Bentuk latihannya seperti :
Dengan tidur terlentang dengan lengan di samping, menarik otot perut selagi menarik napas, tahan napas ke dalam dan angkat dagu ke dada; tahan satu hitungan sampai 5. Rileks dan ulangi sebanyak 10 kali;
Untuk memperkuat tonus otot jalan lahir dan dasar panggul (latihan Kegel)
Berdiri dengan tungkai dirapatkan. Kencangkan otot-otot, pantat dan pinggul dan tahan sampai 5 hitungan. Kendurkan dan ulangi latihan sebanyak 5 kali.
Mulai dengan mengerjakan 5 kali latihan untuk setiap gerakan. Setiap
minggu naikkan jumlah latihan 5 kali lebih banyak. Pada minggu ke-6
setelah persalinan ibu harus mengerjakan setiap gerakan sebanyak 30
kali.
Gizi
Ibu menyusui harus:
Mengonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari.
Makan dengan diet seimbang untuk mendapatkan protein, mineral,
dan vitamin yang cukup.
Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari (minum setiap kali
menyusui).
Pil zat besi diminum untuk menambah zat gizi setidaknya selama 40
hari pasca bersalin.
Menyusui
ASI mengandung semua bahan yang diperlukan bayi, mudah dicerna,
memberi perlindungan terhadap infeksi, selalu segar, bersih, dan siap
untuk minum.
Tanda ASI cukup
Bayi kencing setidaknya 6 kali dalam 24 jam dan warnanya jernih
sampai kuning muda.
Bayi sering buang air besar berwarna kekuningan "berbiji."
Bayi tampak puas, sewaktu-waktu merasa lapar, bangun dan tidur
cukup. Bayi yang selalu tidur bukan pertanda baik.
Bayi setidaknya menyusu 10-12 kali dalam 24 jam.
Payudara ibu terasa lembut dan kosong setiap kali selesai
menyusui.
Ibu dapat merasakan rasa geli karena aliran ASI, setiap kali bayi
mulai menyusu.
Bayi bertambah berat badannya.
ASI tidak cukup
Bayi harus diberi ASI setiap kali ia merasa lapar (atau setidaknya 10-12
kali dalam 24 jam) dalam 2 minggu pascapersalinan. Jika bayi dibiarkan
tidur lebih dari 3-4 jam, atau bayi diberi jenis makanan lain, atau
payudara tidak dikosongkan dengan baik tiap kali menyusui, maka "pesan
hormonal" yang diterima otak ibu adalah untuk "menghasilkan susu lebih
sedikit".
Meningkatkan suplai ASI
Untuk bayi
Menyusui bayi setiap 2 jam, siang dan malam hari dengan lama
menyusui 10-15 menit di setiap payudara.
Bangunkan bayi, lepaskan baju yang menyebabkan rasa gerah dan
duduklah selama menyusui.
Pastikan bayi menyusu dengan posisi menempel yang baik dan
dengarkan suara menelan yang aktif.
Susui bayi di tempat yang tenang dan nyaman dan minumlah setiap
kali selesai menyusui.
Tidurlah bersebelahan dengan bayi
Untuk ibu
Ibu harus meningkatkan istirahat dan minum.
Perhatikan posisi penempelan saat menyusui.
Perawatan payudara
Menjaga payudara tetap bersih dan kering, terutama putting susu.
Menggunakan bra yang menyokong payudara.
Apabila putting susu lecet oleskan kolostrum atau ASI yang keluar
pada sekitar putting susu setiap kali selesai menyusui. Menyusui
tetap dilakukan dimulai dari putting susu yang tidak lecet.
Apabila lecet sangat berat dapat diistirahatkan selama 24 jam. ASI
dikeluarkan dan diminumkan dengan menggunakan sendok.
Untuk menghilangkan nyeri ibu dapat minum paracetamol 1 tablet
setiap 4-6 jam.
Apabila payudara bengkak akibat pembendungan ASI, lakukan :
1. Pengompresan payudara dengan menggunakan kain basah dan
hangat selama 5 menit.
2. Urut payudara dari arah pangkal menuju putting atau dengan arah
"Z" menuju putting.
3. Keluarkan ASI sebagian dari bagian depan payudara sehingga
puting susu menjadi lunak.
4. Susukan bayi setiap 2-3 jam. Apabila tidak dapat menghisap seluruh
ASI sisanya keluarkan dengan tangan.
5. Letakkan kain dingin pada payudara setelah menyusui.
Sanggama
Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah
merah berhenti (setelah masa nifas) dan ibu dapat memasukkan satu
atau dua jarinya ke dalam vagina tanpa rasa nyeri. Begitu darah merah
berhenti dan ibu tidak merasa nyeri, aman untuk memulai melakukan
hubungan suami istri kapan saja ibu siap.
- dr. Desie Dwi Wisudanti -
Sumber :
Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3575/1/obstetri-tmhanafiah.pdf source gambar: http://muhibalangan.blogspot.com
Perawatan Ibu Pada Masa Nifas
Masa nifas merupakan masa yang diawali sejak
beberapa jam setelah plasenta lahir dan berakhir
setelah 6 minggu setelah melahirkan. Akan tetapi,
seluruh organ kandungan baru pulih kembali seperti
sebelum hamil, dalam waktu 3 bulan setelah
bersalin. Masa nifas tidak kalah penting dengan
masa-masa ketika hamil, karena pada saat ini organ-
organ reproduksi sedang mengalami proses pemulihan setelah terjadinya proses
kehamilan dan persalinan.
Masa nifas dapat dibagi menjadi 3 bagian, yaitu pasca nifas, masa nifas dini dan masa
nifas lanjut, yang masing-masing memiliki ciri khas tertentu. Pasca nifas adalah masa
setelah persalinan sampai 24 jam sesudahnya (0-24 jam sesudah melahirkan). Masa
nifas dini adalah masa permulaan nifas, yaitu 1 hari sesudah melahirkan sampai 7 hari
lamanya (1 minggu pertama). Masa nifas lanjut adalah 1 minggu sesudah melahirkan
sampai dengan 6 minggu setelah melahirkan.
Pada masa nifas ini, terjadi banyak perubahan pada tubuh sang ibu, misalnya rahim yang
tadinya membesar karena pertumbuhan janin, mulai kembali ke ukuran sebelum hamil.
Selain itu, jalan lahir yang tadinya melebar karena dilewati oleh bayi pada proses
persalinan, kini mulai mengecil dan kembali seperti sebelum hamil. Dinding perut yang
tadinya longgar kini mulai mengencang kembali, dan payudara semakin membesar
karena adanya produksi ASI. Masa nifas ini bersamaan dengan mulainya masa menyusui,
sehingga masa ini sangat penting bagi keberhasilan ibu memberikan ASI eksklusif.
Kolostrum (ASI yang pertama kali keluar) yang muncul pada awal masa nifas, yang kaya
akan nutrisi penting bagi sistem kekebalan dan kecerdasan bayi, jangan sampai
terlewatkan untuk diberikan pada bayi.
Perawatan masa nifas adalah perawatan terhadap ibu yang baru melahirkan sampai alat-
alat kandungan kembali seperti sebelum hamil. Fungsi perawatan masa nifas yakni
memberikan fasilitas agar proses penyembuhan fisik dan psikis berlangsung dengan
normal, mengamati proses kembalinya rahim ke ukuran normal, membantu ibu untuk
dapat memberikan ASI dan memberi petunjuk kepada ibu dalam merawat bayinya.
Perawatan masa nifas sebenarnya dimulai sejak plasenta lahir, dengan menghindarkan
adanya kemungkinan-kemungkinan perdarahan setelah melahirkan dan infeksi. Bila ada
luka robek pada jalan lahir atau luka bekas guntingan episiotomi, dilakukan penjahitan
dan perawatan luka dengan sebaik-baiknya. Penolong persalinan harus tetap waspada
sekurang-kurangnya 1 jam sesudah melahirkan, khususnya untuk mengatasi
kemungkinan terjadinya perdarahan.
Nifas adalah masa dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat kandung
kembali seperti semula sebelum hamil, yang berlangsung selama 6 minggu atau 40
hari (Prawirohardjo, 2002).
Masa nifas (puerperium) adalah pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat –
alat kandung kembali seperti pra hamil. Lamanya masa nifas ini yaitu 6 – 8 minggu
(Mochtar, 1998).
Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan
kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung kira-kira 6 minggu. (Abdul
Bari,2000:122).
Masa nifas merupakan masa selama persalinan dan segera setelah kelahiran yang
meliputi minggu-minggu berikutnya pada waktu saluran reproduksi kembali ke keadaan
tidak hamil yang normal. (F.Gary cunningham,Mac Donald,1995:281).
Klasifikasi Nifas
Nifas dapat dibagi kedalam 3 periode :
a. Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan –
jalan.
b. Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat – alat genetalia yang
lamanya 6 – 8 minggu.
c. Remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih kembali dan sehat
sempurnah baik selama hamil atau sempurna berminggu – minggu, berbulan – bulan
atau tahunan.
Tujuan Asuhan Nifas
Asuhan nifas bertujuan untuk :
a. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologiknya.
b. Melaksanakan skrining yang komprehensip, mendeteksi masalah, mengobati atau
merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya.
c. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, keluarga
berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan perawatan bayi yang
sehat.
d. Memberikan pelayanan KB.
e. Mempercepat involusi alat kandung.
f. Melancarkan pengeluaran lochea, mengurangi infeksi puerperium.
g. Melancarkan fungsi alat gastro intestinal atau perkamihan.
h.Meningkatkan kelancaran peredarahan darah sehingga mempercepat fungsi ASI dan
pengeluaran sisa metabolisme.
Perubahan–Perubahan Yang Terjadi Pada Masa Nifas
Pada masa nifas, alat genetalia external dan internal akan berangsur– angsur pulih
seperti keadaan sebelum hamil.
a. Corpus uterus
Setelah plasenta lahir, uterus berangsur – angsur menjadi kecil sampai akhirnya kembali
seperti sebelum hamil.
b. Endometrium
Perubahan–perubahan endometrium ialah timbulnya trombosis degenerasi dan nekrosis
di tempat inplantasi plasenta.
Hari I : Endometrium setebal 2 – 5 mm dengan permukaan yang kasar akibat pelepasan
desidua dan selaput janin.
Hari II : Permukaan mulai rata akibat lepasnya sel – sel dibagian yang mengalami
degenerasi.
c. Involusi tempat plasenta.
Uterus pada bekas inplantasi plasenta merupakan luka yang kasar dan menonjol ke
dalam cavum uteri. Segera setelah plasenta lahir, penonjolan tersebut dengan diameter
7,5 cm, sesudah 2 minggu diameternya menjadi 3,5 cm dan 6 minggu telah mencapai 24
mm.
d. Perubahan pada pembuluh darah uterus.
Pada saat hamil arteri dan vena yang mengantar darah dari dan ke uterus khususnya
ditempat implantasi plasenta menjadi besar setelah post partum otot – otot berkontraksi,
pembuluh – pembuluh darah pada uterus akan terjepit, proses ini akan menghentikan
darah setelah plasenta lahir.
e. Perubahan serviks
Segera setelah post partum, servix agak menganga seperti corong, karena corpus uteri
yang mengadakan kontraksi. Sedangkan servix tidak berkontraksi, sehingga perbatasan
antara corpus dan servix uteri berbentuk seperti cincin. Warna servix merah kehitam –
hitaman karena pembuluh darah.Segera setelah bayi dilahirkan, tangan pemeriksa masih
dapat dimasukan 2 – 3 jari saja dan setelah 1 minggu hanya dapat dimasukan 1 jari ke
dalam cavum uteri.
f. Vagina dan pintu keluar panggul
Vagina dan pintu keluar panggul membentuk lorong berdinding lunak dan luas yang
ukurannya secara perlahan mengecil. Pada minggu ke – 3 post partum, hymen muncul
beberapa jaringan kecil dan menjadi corunculac mirtiformis.
g. Perubahan di peritoneum dan dinding abdomen
Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis serta fasia yang meregang sewaktu kehamilan
dan partus, setelah janin lahir berangsur-angsur ciut kembali. Ligamentum latum dan
rotundum lebih kendor dari pada kondisi sebelum hamil. (Mochtar, 1998).
Pengeluaran lochea terdiri dari :
1). Lochea rubra : hari ke 1 – 2.
Terdiri dari darah segar bercampur sisa-sisa ketuban, sel-sel desidua, sisa-sisa vernix
kaseosa, lanugo, dan mekonium.
2). Lochea sanguinolenta : hari ke 3 – 7
Terdiri dari : darah bercampur lendir, warna kecoklatan.
3). Lochea serosa : hari ke 7 – 14.
Berwarna kekuningan.
4). Lochea alba : hari ke 14 – selesai nifas
Hanya merupakan cairan putih lochea yang berbau busuk dan terinfeksi disebut lochea
purulent.
Payudara
Pada payudara terjadi perubahan atropik yang terjadi pada organ pelvix, payudara
mencapai maturitas yang penuh selama masa nifas kecuali jika laktasi supresi payudara
akan lebih menjadi besar, kencang dan lebih nyeri tekan sebagai reaksi terhadap
perubahan status hormonal serta dimulainya laktasi. Hari kedua post partum sejumlah
colostrums cairan yang disekresi oleh payudara selama lima hari pertama setelah
kelahiran bayi dapat diperas dari puting susu. Colostrums banyak mengandung protein,
yang sebagian besar globulin dan lebih banyak mineral tapi gula dan lemak sedikit.
Traktus Urinarius
Buang air sering sulit selama 24 jam pertama, karena mengalami kompresi antara
kepala dan tulang pubis selama persalinan. Urine dalam jumlah besar akan dihasilkan
dalam waktu 12 – 36 jam sesudah melahirkan. Setelah plasenta dilahirkan, kadar
hormone esktrogen yang bersifat menahan air akan mengalani penurunan yang
mencolok, keadaan ini menyebabkan diuresis.
System Kardiovarkuler
Normalnya selama beberapa hari pertama setelah kelahiran, Hb, Hematokrit dan
hitungan eritrosit berfruktuasi sedang. Akan tetapi umumnya, jika kadar ini turun jauh di
bawah tingkat yang ada tepat sebelum atau selama persalinan awal wanita tersebut
kehilangan darah yang cukup banyak. Pada minggu pertama setelah kelahiran , volume
darah kembali mendekati seperti jumlah darah waktu tidak hamil yang biasa. Setelah 2
minggu perubahan ini kembali normal seperti keadaan tidak hamil.
Program dan Kebijakan Teknis
Paling sedikit ada 4 kali kunjungan masa nifas yang dilakukan untuk menilai status ibu
dan bayi baru lahir. Untuk mencegah, mendeteksi serta menangani masalah – masalah
yang terjadi.
Tujuan kunjungan masa nifas yaitu:
1. Menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi.
2. Melakukan pencegahan terhadap kemungkinan-kemungkinan adanya gangguan
kesehatan ibu nifas dan bayinya. 3. Mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang
terjadi pada masa nifas.
4. Menangani komplikasi atau masalah yang timbul dan mengganggu kesehatan ibu
nifas maupun bayinya.
Kunjungan masa nifas terdiri dari :
1). Kunjungan I : 6 – 8 jam setalah persalinan
Tujuannya :
a). Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
b). Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, merujuk bila perdarahan
berlanjut.
c). Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana
mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
d). Pemberian ASI awal.
e). Melakukan hubungan antara ibu dan bayi.
f). Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi
2). Kunjungan II : 6 hari setelah persalinan
Tujuannya :
a). Memastikan involusi uterus berjalan normal : uterus berkontraksi, fundus dibawah
umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau.
b). Menilai adanya tanda–tanda demam infeksi atau perdarahan abnormal.
c). Memastikan ibu mendapat cukup makanan, minuman dan istirahat.
d). Memastikan ibu menyusui dengan dan memperhatikan tanda – tanda penyakit.
e). Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga
bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari– hari.
3). Kunjungan III : 2 minggu setelah persalinan.
Tujuannya : sama dengan di atas ( 6 hari setelah persalinan )
4). Kunjungan IV : 6 minggu setelah persalinan.
Tujuannya :
a). Menanyakan ibu tentang penyakit – penyakit yang dialami.
b). Memberikan konseling untuk KB secara dini (Mochtar, 1998).
Peran dan Tanggung Jawab Bidan dalam Masa Nifas
Bidan memiliki peranan yang sangat penting dalam pemberian asuhan post partum.
Adapun peran dan tanggung jawab dalam masa nifas antara lain :
1. Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama masa nifas sesuai dengan
kebutuhan ibu untuk mengurangi ketegangan fisik dan psikologis selama masa nifas.
2. Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi serta keluarga.
3. Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan rasa nyaman.
4. Membuat kebijakan, perencana program kesehatan yang berkaitan ibu dan anak dan
mampu melakukan kegiatan administrasi.
5. Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan.
6. Memberikan informasi dan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara
mencegah perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya, menjaga gizi yang baik, serta
mempraktekkan kebersihan yang aman.
7. Melakukan manajemen asuhan kebidanan dengan cara mengumpulkan data,
menetapkan diagnosa dan rencana tindakan serta melaksanakannya untuk
mempercepat proses pemulihan, mencegah komplikasi dengan memenuhi kebutuhan
ibu dan bayi selama priode nifas.
8. Memberikan asuhan kebidanan secara professional.
Referensi :
Saifudin, Abdul Bari Dkk, 2000, Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal, Yayasan Bidan Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta
Ambarwati, 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia.
Mochtar, 1990. Obstetri Fisiologi (kin Obstetri Patologi, Jilid I, Edisi 2, EGC, Jakarta.
Mochtar, 1998. Sinopsis Obstetri, Obstetri Operatif, Obstetri Sosial, EGC, Jakarta.
Sarwoho 13, 1999. Ilmu Kebidanan, Edisi 111, Cetakan 4, YBS — SP.
Lusa.web.id
Sumber: http://eblog-goblog.blogspot.com/2011/04/perawatan-ibu-pada-masa-nifas.html
PERAWATAN MASA NIFAS IBUDitulis pada September 22, 2012
Perawatan masa nifas adalah perawatan terhadap wanita hamil
yang telah selesai bersalin sampai alat-alat kandungan kembali seperti
sebelum hamil, lamanya kira-kira 6-8 minggu. Akan tetapi, seluruh alat
genetelia baru pulih kembali seperti sebelum ada kehamilan dalam
waktu 3 bulan.
Perawatan masa nifas dimulai sebenarnya sejak kala uri
dengan menghindarkan adanya kemungkinan-kemungkinan
perdarahan post partum dan infeksi. Bila ada perlukaan jalan lahir atau
luka bekas episiotomi, lakukan penjahitan dan perawatan luka dengan
sebaik-baiknya. Penolong persalinan harus tetap waspada sekurang-
kurangnya 1 jam sesudah melahirkan, untuk mengatasi kemungkinan
terjadinya perdarahan post partum.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam perawatan masa nifas :
1. Mobilisasi
Umumnya wanita sangat lelah setelah melahirkan, lebih-lebih bila
persalinan berlangsung lama, karena si ibu harus cukup beristirahat,
dimana ia harus tidur terlentang selama 8 jama post partum untuk
memcegah perdarahan post partum. Kemudian ia boleh miring ke kiri
dan ke kanan untuk memcegah terjadinya trombosis dan
tromboemboli. Pada hari kedua telah dapat duduk, hari ketiga telah
dapat jalan-jalan dan hari keempat atau kelima boleh pulang.
Mobilisasi ini tidak mutlak, bervariasi tergantung pada adanya
komplikasi persalinan, nifas, dan sembuhnya luka.
2. Diet / Makanan
Makanan yang diberikan harus bermutu tinggi dan cukup kalori, yang
mengandung cukup protein, banyak cairan, serta banyak buah-buahan
dan sayuran karena si ibu ini mengalami hemokosentrasi.
3. Buang Air Kecil
Buang air kecil harus secepatnya dilakukan sendiri. Kadang-kadang
wanita sulit kencing karena pada persalinan m.sphicter vesica et
urethare mengalami tekanan oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi
musc. sphincter ani. Juga oleh karena adanya oedem kandungan kemih
yang terjadi selama persalinan. Bila kandung kemih penuh dengan
wanita sulit kencing sebaiknya lakukan kateterisasi, sebab hal ini dapat
mengundang terjadinya infeksi. Bila infeksi telah terjadi (urethritis,
cystitis, pyelitis), maka pemberian antibiotika sudah pada tempatnya.
4. Buang Air Besar
Buang air besar harus sudah ada dalam 3-4 hari post partum. Bila ada
obstipasi dan timbul berak yang keras, dapat kita lakukan pemberian
obat pencahar (laxantia) peroral atau parenterala, atau dilakukan
klisma bila masih belum berakhir. Karena jika tidak, feses dapat
tertimbun di rektum, dan menimbulkan demam.
5. Demam
Sesudah bersalin, suhu badan ibu naik ± 0,5 C dari keadaan normal,
tapi tidak melebihi 38 C. Dan sesudah 12 jam pertama suhu badan
akan kembali normal. Bila suhu lebih dari 38 C/ mungkin telah ada
infeksi.
6. Mules-mules
Hal ini timbul akibat kontraksi uterus dan biasanya lebih terasa sedang
menyusui. Hal ini dialami selama 2-3 hari sesudah bersalin. Perasaan
sakit ini juga timbul bila masih ada sisa selaput ketuban, plasenta atau
gumpalan dari di cavum uteri. Bila si ibu sangat mengeluh, dapat
diberikan analgetik atau sedativa supaya ia dapat beristirahat tidur.
7. Laktasi
8 Jam sesudah persalinan si ibu disuruh mencoba menyusui bayinya
untuk merangsang timbulnya laktasi, kecuali ada kontraindikasi untuk
menyusui bayinya, misalnya: menderita thypus abdominalis,
tuberkulosis aktif, thyrotoxicosis,DM berat, psikosi atau puting susu
tertarik ke dalam, leprae.
Atau kelainan pada bayinya sendiri misalnya pada bayi sumbing
(labiognato palatoschizis) sehingga ia tidak dapat menyusu oleh
karena tidak dapat menghisap, minuman harus diberikan melalui
sonde.
PEMERIKSAAN PASCA PERSALINAN
Pada wanita yang bersalin secara normal, sebaiknya dianjurkan untuk
kembali 6 minggu sesudah melahirkan. Namun bagi wanita dengan
persalinan luar biasa harus kembali untuk kontrol seminggu kemudian.
Pemeriksaan pasca persalinan meliputi :
a. Pemeriksaan keadaan umum: tensi, nadi, suhu badan, selera makan,
keluhan, dll
b. Keadaan payudara dan puting susu.
c. Dinding perut, perineum, kandung kemih, rektrum.
d. Sekret yang keluar (lochia, flour albus).
e. Keadaan alat-alat kandungan (cervix, uterus, adnexa).
Pemeriksaan sesudah 40 hari ini tidak merupakan pemeriksaan
terakhir, lebih-lebih bila ditemukan kelainan meskipun sifatnya ringan.
Alangkah baiknya bila cara ini dipakai sebagai kebiasaan untuk
mengetahui apakah wanita sesudah bersalin menderika kelainan
biarpun ringan. Hal ini banyak manfaatnya agar wanita jangan sampai
menderita penyakit yang makin lama makin berat hingga tidak dapat
atau susah diobati.
Nasihat untuk ibu post natal:
1. Fisioterapi pastnatal adalah baik diberikan
2. Susukanlah bayi anda
3. Kerjakan senam hamil
4. Ber-KB untuk menjarangkan anak dan untuk kesehatan ibu, bayi dan
keluarganya.
5. Bawalah bayi untuk imunisasi.
PERAWATAN IBU NIFAS
Tujuan Instruksional Umum
Setelah dilakukan penyuluhan sasaran diharapkan dapat memahami
perawatan perineum pada ibu nifas di rumah.
Tujuan Instruksional Khusus
Setelah diberikan penyuluhan 1 x 45 menit sasaran diharapkan mampu
:
1. Menyebutkan tujuan perawatan perineum
2. Menyebutkan alat-alat untuk perawatan perineum
3. Menjelaskan cara kerja perawatan perineum
MATERI PENYULUHAN PERAWATAN PERINEUM
TUJUAN
1. Rasa nyaman terpenuhi / bersih
2. Tidak terjadi infeksi
3. Nyeri berkurang
ALAT-ALAT PERAWATAN PERINEUM
1. Betadine
2. Kassa steril
3. Pembalut bersih
4. Air cebok anti septik/air rebusan daun sirih
5. Celana dalam yang bersih
CARA KERJA
1. Melakukan cuci tangan
2. Mengatur posisi ibu yang nyaman : jika di tempat tidur posisi
semifowler/fowler, lutut ditekuk
3. Membuka baju bagian bawah
4. Membersihkan paha bagian atas dan keringkan ( kiri dan kanan )
5. Bersihkan lipatan bagian atas ( labia mayora ). Tangan kiri
menarik lipatan ke atas, tangan kanan membersihkan dengan
hati-hati lipatan kulit. Usap dari perineum kearah anus. Ulangi
pada sisi yang berlawanan
6. Regangkan lipatan bagian atas ( labia mayora) dengan tangan kiri.
Tangan kanan yang lain membersihkan dari area bagian atas
lipatan ( pubis ) ke lubang tempat buang air besar ( anus ) dengan
satu kali usapan. Gunakan kapas yang berbeda. Area yang
dibersihkan yaitu lipatan bagian dalam ( labia minora , klitoris dan
oripicium vagina )
7. Tuangkan air hangat ke area perineum dan keringkan
8. Merubah posisi dengan posisi miring
9. Bersihkan area anus dari kotoran dan feses jika ada. Bersihkan
dari arah depan (vagina) ke belakang (anus) dengan satu usapan.
Ulangi dengan kapas yang berbeda sampai bersih
10. Keringkan dengan handuk. Pasang pembalut pada celana dalam.
Celupkan pada kassa steril ke dalam larutan bethadine, peras
lembab dan tempelkan di daerah perineum ( bila ada jahitan )
atau bila ada salep oleskan
11. Pasang celana dalam yang sudah dipasang pembalut, kemudian
dirapihkan
12. Pakai pakaian bawah
13. Cuci tangan
HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN
1. Menjaga perineum selalu bersih dan kering
2. Hindari penggunaan obat-obat tradisional pada perineum
3. Cuci perineum dengan sabun dan air bersih yang mengalir 3-4 kali
perhari
4. Kembali dalam seminggu untuk memeriksa penyembuhan (jika
ada luka episiotomi). Ibu harus kembali lebih awal jika ia
mengalami gejala-gejala seperti demam, mengeluarkan cairan
yang berbau bususk dari daerah lukanya atau jika daerah tersebut
menjadi nyeri
PERAWATAN NIFAS
Pengertian Masa Nifas
1. Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya
plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan (Pusdiknakes, 2003:003).
2. Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-
alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang
berlangsung kira-kira 6 minggu. (Abdul Bari,2000:122).
3. Masa nifas merupakan masa selama persalinan dan segera setelah
kelahiran yang meliputi minggu-minggu berikutnya pada waktu saluran
reproduksi kembali ke keadaan tidak hamil yang normal. (F.Gary
cunningham,Mac Donald,1995:281).
4. Masa nifas adalah masa setelah seorang ibu melahirkan bayi yang
dipergunakan untuk memulihkan kesehatannya kembali yang umumnya
memerlukan waktu 6- 12 minggu. ( Ibrahim C, 1998).
Tujuan Asuhan Masa Nifas
Tujuan dari pemberian asuhan pada masa nifas untuk :
1. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis.
2. Melaksanakan skrinning secara komprehensif, deteksi dini, mengobati
atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayi.
3. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri,
nutrisi, KB, cara dan manfaat menyusui, pemberian imunisasi serta
perawatan bayi sehari-hari.
4. Memberikan pelayanan keluarga berencana.
5. Mendapatkan kesehatan emosi.
Tahapan Masa Nifas
Masa nifas terbagi menjadi tiga tahapan, yaitu :
1. Puerperium dini
Suatu masa kepulihan dimana ibu diperbolehkan untuk berdiri dan
berjalan-jalan.
2. Puerperium intermedial
Suatu masa dimana kepulihan dari organ-organ reproduksi selama
kurang lebih enam minggu.
3. Remote puerperium
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat kembali dlam keadaan
sempurna terutama ibu bila ibu selama hamil atau waktu persalinan
mengalami komplikasi.
Kebijakan Program Nasional Masa Nifas
Kebijakan program nasional pada masa nifas yaitu paling sedikit empat
kali melakukan kunjungan pada masa nifas, dengan tujuan untuk :
1. Menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi.
2. Melakukan pencegahan terhadap kemungkinan-kemungkinan adanya
gangguan kesehatan ibu nifas dan bayinya.
3. Mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang terjadi pada masa
nifas.
4. Menangani komplikasi atau masalah yang timbul dan mengganggu
kesehatan ibu nifas maupun bayinya.
Asuhan yang diberikan sewaktu melakukan kunjungan masa nifas:
Kunjungan Waktu Asuhan
I 6-8 jam post partum Mencegah perdarahan masa nifas oleh karena
atonia uteri.
Mendeteksi dan perawatan penyebab lain perdarahan serta melakukan
rujukan bila perdarahan berlanjut.
Memberikan konseling pada ibu dan keluarga tentang cara mencegah
perdarahan yang disebabkan atonia uteri.
Pemberian ASI awal.
Mengajarkan cara mempererat hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.
Menjaga bayi tetap sehat melalui pencegahan hipotermi.
Setelah bidan melakukan pertolongan persalinan, maka bidan harus
menjaga ibu dan bayi untuk 2 jam pertama setelah kelahiran atau sampai
keadaan ibu dan bayi baru lahir dalam keadaan baik.
II 6 hari post partum Memastikan involusi uterus barjalan dengan
normal, uterus berkontraksi dengan baik, tinggi fundus uteri di bawah
umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal.
Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi dan perdarahan.
Memastikan ibu mendapat istirahat yang cukup.
Memastikan ibu mendapat makanan yang bergizi dan cukup cairan.
Memastikan ibu menyusui dengan baik dan benar serta tidak ada tanda-
tanda kesulitan menyusui.
Memberikan konseling tentang perawatan bayi baru lahir.
III 2 minggu post partum Asuhan pada 2 minggu post partum sama
dengan asuhan yang diberikan pada kunjungan 6 hari post partum.
IV 6 minggu post partum Menanyakan penyulit-penyulit yang dialami ibu
selama masa nifas.
Memberikan konseling KB secara dini.
KEBERSIHAN VAGINA
Meski bekas jahitan episiotomi masih terasa sakit, menjaga kebersihan
vagina harus jadi perhatian utama. Saran Hasnah, gunakan sabun lembut
yang natrium hidroksidanya tak tajam. Bila dirasa belum bersih benar,
basuh dengan cairan antiseptik khusus untuk vagina. “Jika cuma disiram
sambil lalu, lemak-lemak yang menempel di dinding vagina akan
bertumpuk dan kian lengket. Lama-kelamaan tumpukan lemak tadi akan
mengundang infeksi yang bisa berakibat pada lepasnya kembali jahitan.”
Jika telanjur infeksi dan terjadi pembengkakan, mau tak mau jalan lahir
harus dikompres dengan rivanol agar jaringannya tetap segar. Tentu saja
butuh pemeriksaan dokter selain pemberian obat-obatan antibiotika
untuk mengatasi infeksi itu sendiri.
PENGERUTAN RAHIM
Dengan kontraksi yang baik, rahim bisa diharapkan kembali mengkerut
ke ukuran normal tanpa bantuan obat-obatan. Karena kontraksi pada
dasarnya tak hanya dibutuhkan untuk mengeluarkan janin saat
persalinan. Tapi juga mengembalikan rahim ke bentuk dan ukuran
semula, baik pada persalinan normal maupun persalinan dengan
tindakan, seperti vakum, forcep ataupun sesar.
Secara otomatis rahim akan berkontraksi dengan sendirinya. Hingga bila
kontraksi tak cukup kuat atau malah tak terjadi sama sekali, patut
dicurigai ada sesuatu yang tak beres. Apakah karena Hb yang tak baik
atau ada sesuatu yang tertinggal di rahim, semisal sisa plasenta. Jika Hb
yang tak baik, semisal di bawah 9, tak ada cara lain selain tranfusi darah.
Sedangkan sisa plasenta mesti dibersihkan lewat tindakan kuretase.
Tak kalah penting, kontraksi ini ikut membantu mengkerutkan kembali
saluran kemih yang mengendur akibat membesarnya rahim selama
kehamilan. Hanya saja saluran tersebut maupun otot-ototnya tak akan
langsung mengkerut secara otomatis. Melainkan harus dibantu
pengencangannya kembali lewat senam khusus. Sementara jika
dibiarkan kendur jelas akan sangat mengganggu. Salah satunya keluhan
beser.
HARUS BANYAK MINUM
Chairulsjah bilang, jangan anggap sepele pula pertanyaan sederhana
yang kerap diajukan pada pasien postpartum. Semisal, “Ibu sudah bisa
buang air kecil?” Soalnya, bisa BAK dan minimal 1 kali BAB dalam 8 jam
setelah persalinan bisa dijadikan patokan untuk menilai kondisi si ibu
secara umum.
Jika tak bisa BAB bahkan BAK, berarti proses involusi atau pengecilan
rahim pun akan terhambat. Bukan tak mungkin pula terjadi perlengketan
antar organ bagian dalam, mengingat kandung kemih dan usus atau
rektum letaknya berdekatan dengan rahim. Gangguan di salah satu
organ tersebut tentu berdampak pula pada organ lainnya. Dengan kata
lain bila masih ada kotoran yang terkumpul di rektum, proses
mengecilnya rahim pun jadi terhambat.
Nah, agar bisa cepat BAK sekaligus mengganti cairan tubuh yang banyak
terbuang saat bersalin, usai melahirkan ibu-ibu disarankan banyak
minum, minimal 2-3 liter per hari. Buat ibu yang melahirkan normal, soal
minum pertama kali jelas tak ada masalah. Artinya, ia boleh minum
sebanyak yang ia mau jika haus.
Sementara pada ibu-ibu yang melahirkan sesar atau vakum, ada
persyaratan khusus yang mengikuti persyaratan operasi pada umumnya,
yakni hanya diperbolehkan minum sesedikit mungkin, semisal cukup
dengan membasahi kapas. Itu pun kalau yang bersangkutan sudah bisa
kentut. Soalnya, akibat pengaruh obat bius, usus dalam keadaan “diam”.
Hingga kalau diisi cairan dalam jumlah besar secara mendadak, perut
akan kembung yang bisa berlanjut jadi masalah. Misal, perut jadi
membesar lantas jaringan di bekas jahitan ikut meregang yang akan
menghambat penyembuhan luka. Bila dalam 6-8 jam pertama belum juga
bisa BAK ataupun keluarnya hanya sedikit-sedikit patut dicurigai ada
infeksi saluran kemih, misal.
MOBILISASI SECEPAT MUNGKIN
Kendati merasa letih tegas chairulsyah, ibu tak boleh bersikap malas-
malasan dengan hanya berbaring sepanjang waktu. Semata-mata supaya
sirkulasi darahnya menjadi baik. Ini dimaksudkan agar ibu terhindar dari
pembengkakan selain mencegah trombosis, yakni penyumbatan
pembuluh darah.
Pada persalinan normal, 8 jam sesudahnya, ibu diharapkan sudah
mobilisasi. Minimal sudah turun dari tempat tidur, belajar duduk dan
berjalan sendiri. Tak perlu khawatir jahitan akan lepas hanya gara-gara
bergerak. Setelah 24 jam, jahitan sebetulnya sudah akan bertaut, kok.
Jadi, selain untuk sirkulasi, mobilisasi juga baik buat jahitan. Jika
diperlukan akan dilakukan diatermi/pemanasan vagina agar sirkulasi
darah di sekitar vagina jadi baik.
Hanya saja mesti dimaklumi ibu yang menjalani sesar pasti lebih lamban
mobilisasinya dibanding yang melahirkan spontan. Kendati begitu,
selepas 24 jam saat dampak obat bius menghilang, yang bersangkutan
mesti harus belajar menggerak- kan seluruh persendian tubuhnya secara
perlahan. Dengan mencoba duduk, makan sendiri, turun dari tempat
tidur dan berjalan di kamar pemulihan. Makin cepat dilatih untuk
digerakkan akan makin baik. Sebab bila hanya berdiam diri, kerja
pembuluh darah dan otot-otot tubuh, terutama di daerah kaki dan
panggul jadi terganggu. Bukan tak mungkin akan menimbulkan bekuan-
bekuan darah yang bisa membahayakan karena bisa menyumbat aliran
darah di jantung atau otak yang bisa berakhir pada serangan stroke.
KELUHAN DI MATA
Kendati jarang, usai melahirkan ada beberapa ibu yang mengeluhkan
matanya. Semisal mata merah atau pandangan jadi kabur. Boleh jadi
lantaran tegang, si ibu tak bisa tidur, hingga matanya terasa berat.
Namun penurunan Hb yang umumnya terjadi pada ibu hamil/bersalin,
turut mempengaruhi munculnya keluhan ini. Bila karena faktor Hb,
gangguan pandangan mata ini akan pulih kembali seiring membaiknya
kondisi Hb. Salah satu caranya dengan cukup mengkonsumsi makanan
tinggi kalori dan protein. Sementara jika Hb-nya rendah sekali, akan
dibantu dengan transfusi.
Akan tetapi, jika gangguan mata terjadi karena salah mengejan semisal
mengejan terlalu kuat, terapi yang dilakukan lain lagi. Misal, kompres
dengan boorwater bila mata merah akibat ada pembuluh darah pecah.
Masalah mata menjadi serius, tegas Hasnah, jika diakibatkan tekanan
darah tinggi pada kehamilan atau eklampsia/preeklampsia. Gangguan ini
bisa permanen, tapi bisa juga temporer. Artinya, bisa sembuh jika
tensinya normal kembali.
Indah/Th.Puspayanti. Foto :Iman Dharma(nakita)
Referensi
Saifudin, Abdul Bari Dkk, 2000, Buku Acuan Nasional Pelayanan
Kesehatan Maternal dan Neonatal, Yayasan Bidan Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, Jakarta
Ambarwati, 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia.
borneo-ufi.blog.friendster.com/2008/07/konsep-nifas-eklamsi-forceps/
diunduh 1 September 2009: 20.00 WIB.
Ibrahim, Christin S, 1993, Perawatan Keebidanan (Perawatan Nifas),
Bharata Niaga Media Jakarta
masanifas.blogspot.com/ diunduh 1 September 2009: 20.10 WIB.
Pusdiknakes, 2003. Asuhan Kebidanan Post Partum. Jakarta:
Pusdiknakes.
Saleha, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba
Medika.
Suherni, 2008. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya.
yoana-widyasari.blogspot.com/2009/04/satuan-acara-pengajaran-
s.htmldiunduh 1 September 2009: 20.05 WIB.