Upload
dwi-yani-safriyanti
View
1.015
Download
167
Embed Size (px)
DESCRIPTION
makalah
Citation preview
FARMASI INDUSTRI
PENANGANAN KELUHAN TERHADAP PRODUK DAN PENARIKAN
Disusun oleh :Kelas : A
Kelompok : 4
Anggota kelompok :
Debby Rubiyanti (2015000031)
Deby Septiana (2015000032)
Deny Wirawan (2015000033)
Devi Muliawati (2015000034)
Dewi Anastasia Khodry (2015000035)
Dias Ledy Damayanthi (2015000036)
Dina Indriana (2015000037)
Doli Abdurahman (2015000038)
Dwi Yani Safriyanti (2105000039)
Dwi Yuliandini (2015000040)
Dosen Pengampu : Drs. Kosasih, M.Sc., Apt.
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKERFAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS PANCASILA
JAKARTA2015
BAB IPENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANGObat adalah suatu zat yang dimaksudkan untuk dipakai dalam diagnosis, mengurangi rasa sakit,
serta mengobati atau mencegah penyakit. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah untuk
menjamin tersedianya obat yang bermutu, aman dan berkhasiat yaitu dengan mengharuskan
setiap industri untuk menerapkan Cara Pembuatan Obat Yang Baik (CPOB).
Industri farmasi saat ini sudah berkembang pesat dalam rangka memenuhi obat-obatan
secara nasional. perusahaan farmasi sebagai perusahaan pada umumnya melakukan kegiatan
usaha yang meliputi proses menghasilkan barang yaitu obat-obatan. CPOB merupakan suatu
konsep dalam industri farmasi mengenai prosedur atau langkah-langkah yang dilakukan dalam
suatu industri farmasi untuk menjamin mutu obat jadi, yang diproduksi dengan menerapkan
“Good Manufacturing Practices ” dalam seluruh aspek dan rangkaian kegiatan produksi sehingga
obat yang dihasilkan senantiasa memenuhi persyaratan mutu yang ditentukan sesuai dengan
tujuan penggunaannya.
CPOB bertujuan untuk menjamin obat dibuat secara konsisten memenuhi persyaratan
yang ditetapkan dan sesuai dengan tujuan penggunaannya. CPOB mencakup seluruh aspek
produksi dan pengendalian mutu. Ruang lingkup CPOB edisi 2012 meliputi Manajemen Mutu,
Personalia, Bangunan dan Fasilitas, Peralatan, Sanitasi dan Hygiene, Produksi, Pengawasan
Mutu, Inspeksi Diri, Audit Mutu, Audit dan Persetujuan Pemasok, Penanganan Keluhan terhadap
Produk dan Penarikan Kembali Produk, Dokumentasi, Pembuatan dan Analisis Berdasarkan
Kontrak, serta Kualifikasi dan Validasi
Pada makalah ini akan dibahas mengenai penanganan keluhan terhadap produk dan
penarikan. Keluhan merupakan suatu pengaduan dari pelanggan atau konsumen mengenai
kualitas, kuantitas, khasiat dan keamanan. Semua keluhan dan informasi lain yang berkaitan
dengan kemungkinan terjadi kerusakan obat, dapat bersumber dari dalam maupun dari luar
industri, dan memerlukan penanganan serta pengkajian secara teliti sesuai dengan prosedur
tertulis. Keluhan atau informasi yang bersumber dari dalam industri antara lain dapat dari bagian
produksi, bagian pengawasan mutu, bagian gudang dan bagian pemasaran, sementara dari luar
industri antara lain dapat berasal dari pasien, dokter, paramedis, klinik, rumah sakit, apotek,
distributor dan Badan POM. Penarikan kembali produk adalah suatu proses penarikan dari satu
atau beberapa bets atau seluruh bets produk tertentu dari rantai distribusi karena keputusan
bahwa produk tidak layak lagi untuk diedarkan. Keputusan ini dapat bersumber dari Badan POM
atau dari industri
Penanganan keluhan terhadap produk dan penarikan kembali produk merupakan hal
penting yang harus diperhatikan dalam pembuatan obat yang baik pada industri farmasi. Hal ini
disebabkan keluhan kosumen terhadap obat yang dikonsumsi dapat menjadi masalah yang
serius jika tidak ditangani dengan baik. Produk yang tidak memenuhi syarat mutu obat maka
1
2
harus dilakukan penarikan kembali produk yang telah beredar di pasaran. Produk yang telah
ditarik dari peredaran kemudian diolah lagi dan jika tidak bisa diolah maka harus dimusnahkan.
Untuk menangani semua kasus yang mendesak, hendaklah disusun suatu sistem, bila
perlu mencakup penarikan kembali produk yang diketahui atau diduga cacat dari peredaran
secara cepat dan efektif.
B. PERUMUSAN MASALAH1. Bagaimanakah definisi penanganan keluhan terhadap produk dan penarikan kembali
produk secara umum?
2. Apakah tujuan penanganan keluhan terhadap produk dan penarikan kembali produk?
3. Apa yang harus dipenuhi dalam penanganan keluhan terhadap produk dan penarikan
kembali produk?
4. Apa yang harus dicakup dalam penanganan keluhan terhadap produk dan penarikan
kembali produk?
C. TUJUAN1. Meningkatkan pengetahuan dan wawasan mengenai CPOB khususnya dalam penanganan
keluhan terhadap produk dan penarikan kembali produk.
2. Meningkatkan pengetahuan tentang penerapan penanganan keluhan terhadap produk dan
penarikan kembali produk.
BAB IIISI
A. Cara Pembuatan Obat yang BaikCara pembuatan obat yang baik secara umum adalah sebagai berikut:
1. Pada pembuatan obat, pengendalian menyeluruh adalah sangat esensial untuk
menjamin konsumen menerima obat yang bermutu tinggi. pembuatan secara
sembarangan tidak dibenarkan bagi produk yang digunakan untuk menyelamatkan jiwa,
atau memulihkan atau memelihara kesehatan.
2. Tidaklah cukup bila produk jadi hanya sekedar lulus dari serangkaian pengujian, tetapi
yang lebih penting adalah bahwa mutu harus dibentuk kedalam produk tersebut. Mutu
obat tergantung pada bahan awal, bahan pengemas, bangunan, peralatan yang dipakai
dan personil yang terlibat.
3. Pemastian mutu suatu obat tidak hanya mengandalkan pada pelaksanaan pengujian
tertentu saja ; namun obat hendaklah dibuat dalam kondisi yang terkendali dan di pantau
secara cermat.
4. CPOB ini merupakan pedoman yang bertujuan memastikan agar mutu obat yang
dihasilkan sesuai persyaratan dan penggunanya; bila perlu dapat dilakukan penyesuaian
pedoman dengan syarat bahwa standar mutu obat yang telah ditentukan dan di capai.
5. Otoritas pengawasan Obat hendaklah menggunakan Pedoman ini sebagai acuan dalam
penilaian penerapan CPOB, dan semua peraturan lain yang berkaitan dengan CPOB
hendaklah dibuat minimal sejalan dengan pedoman ini.
6. Pedoman ini juga dimaksudkan untuk digunakan oleh industri farmasi sebagaiu dasar
pengembangan aturan internal sesuai kebutuhan.
7. Selain aspek umum yang tercakup di dalam pedoman ini, dipadukan juga serangkaian
pedoman suplemen untuk aspek tertentu yang hanya berlaku untuk industri farmasi yang
aktifitasnya berkaitan.
8. Pedoman ini berlaku terhadap pembuatan obat dan produk sejenis yang digunakan
manusia.
9. Cara lain selain tercantum di dalam pedoman ini dapat diterima sepanjang memenuhi
prinsip pedoman ini.
Pedoman ini bukanlah bermaksud untuk membatasi pengembangnan konsep baru atau
teknologi baru yang telah di validasi dan memberikan tingkat Pemastian Mutu sekurang
kurangnya ekuivalen dengan cara yang tercantum dalam Pedoman ini.
B. Penanganan Keluhan terhadap Produk dan PenarikanKeluhan adalah suatu pengaduan dari pelanggan atau konsumen mengenai kualitas, kuantitas,
khasiat, dan keamanan. Penarikan kembali (Re-Call) adalah kegiatan menarik kembali produk
dari semua mata rantai distribusi apabila ditemukan adanya produk yang tidak memenuhi
3
4
persyaratan mutu, keamanan dan penandaan atau adanya efek merugikan kesehatan. Menurut
CPOB 2012, semua keluhan dan informasi lain yang berkaitan dengan kemungkinan terjadi
kerusakan obat harus dikaji dengan teliti sesuai dengan prosedur tertulis. Untuk menangani
semua kasus yang mendesak, hendaklah disusun suatu sistem, bila perlu mencakup penarikan
kembali produk yang diketahui atau diduga cacat dari peredaran secara cepat dan efektif.
CPOB yang membahas mengenai hal ini bertujuan untuk menjamin kualitas produk
dengan perbaikan/ evaluasi produsen ke arah yang lebih baik. Berdasarkan CPOB, dibahas
mengenai penanganan keluhan dan penarikan kembali yang akan dijabarkan dalam makalah ini.
C. KeluhanKeluhan adalah suatu pengaduan dari pelanggan atau konsumen mengenai kualitas, kuantitas,
khasiat dan keamanan. Semua keluhan dan informasi yang berkaitan dengan kemungkinan
terjadi kerusakan obat hendaklah dikaji dengan teliti sesuai dengan produk tertulis. Semua
keluhan dan informasi lain tentang obat dan/atau bahan obat berpotensi rusak harus
dikumpulkan, dikaji, dan diselidiki sesuai dengan prosedur tertulis.
PersonilDalam menangani keluhan hendaklah ditunjuk personil yang bertanggung jawab untuk
menangani keluhan dan memutuskan tindakan yang hendak dilakukan bersama staf yang
memadai untuk membantunya. Apabila personil tersebut bukan kepala bagian Manajemen Mutu
(Pemastian Mutu), maka ia hendaklah memahami cara penanganan seluruh keluhan,
penyelidikan atau penarukan produk kembali. Ada beberapa keluhan yang biasa dilaporkan.
Berikut beberapa jenis Keluhan dan Laporan
Jenis Keluhan dan Laporan Keterangan
Mutu Menyangkut keadaan fisik, kimia dan biologi dari
produk atau kemasannya
Efek Samping yang merugikan Seperti alergi, reaksi toksik, reaksi fatal dan lain
sebagainya
Medis Seperti kurang memberikan manfaat atau kurang
memberikan respon klinis ( khusus fitofarmaka)
Penanganan Keluhan dan Laporan Keluhan dan laporan harus terdokumentasi dan ditangani bagian yang bersangkutan sesuai
dengan jenis keluhan atau laporan yang diterima. Keluhan yang mengenai pemalsuan produk
perlu dilakukan perhatian lebih. Keluhan dan laporan dikaji dan dievaluasi antara lain dengan
1. Meninjau seluruh informasi yang masuk tentang keluhan atau laporan tersebut.
5
2. Melakukan pemeriksaan atau pengujian terhadap contoh yang diterima bila perlu
memeriksa juga contoh pertinggal bets yang bersangkutan.
3. Meneliti kembali semua data dan dokumentasi yang berkaitan, termasuk catatan bets,
catatan distribusi, catatan hasil pengujian, dsb.
Dalam penanganan keluhan dan laporan harus :
Keluhan dan laporan harus terdokumentasi
Keluhan dan laporan ditangani bagian yang bersangkut paut sesuai dengan jenis keluhan
atau laporan yang diterima.
Dilakukan penelitian dan evaluasi antara lain :
1. Meninjau seluruh informasi yang masuk tentang keluhan atau laporan tersebut.
2. Melakukan pemeriksaan atau pengujian terhadap contoh yang diterima bila perlu
memeriksa juga contoh pertinggal bets yang bersangkutan.
3. Meneliti kembali semua data dan dokumentasi yang berkaitan, termasuk catatan bets ,
catatan distribusi, catatan hasil pengujian, dsb
Tindak Lanjut Penanganan Keluhan yaitu dengan:
Tindakan perbaikan yang perlu dilakukan.
Penarikan kembali bets produk jadi atau seluruh produk jadi yang bersangkutan.
Tindak lanjut lainnya yang sesuai misal: pemusnahan produk atau penghentian produk
tersebut
Pencatatan dan pelaporan ke atasan.
Pemalsuan : Keluhan yang berkaitan dengan produk palsu atau pemalsuan obat ditangani oleh
badan POM dengan cara :
a. Seperangkat peraturan perundang - undangan dibidang obat telah ditetapkan dengan
tujuan memberikan perlindungan kepada konsumen/masyarakat. Termasuk pula peraturan
yang terkait dengan produksi, distribusi dan pelayanan obat, baik itu obat keras, narkotika,
psikotropika, obat bebas maupun obat bebas terbatas.
b. Pengendalian dan pengawasan obat dilakukan dengan suatu sistem yang disebut Total
Quality Assurance, yang meliputi :
1. Penetapan standar (Farmakope Indonesia, CPOB, dll)
2. Penilaian dan pendaftaran obat.
3. Pengawasan terhadap sarana produksi, distribusi dan pelayanan obat yang berkaitan
dengan penerapan standar.
4. Sampling dan pengujian obat beredar.
5. Pengawasan penandaan dan promosi obat.
6. Pengawasan dilakukan oleh pengawas farmasi yang ada pada Unit Pelaksanaan
Teknis Badan POM yaitu Balai POM di setiap provinsi.
c. Pengawasan terhadap sarana produksi (industri farmasi), distribusi (Pedagang Besar
Farmasi/PBF) dan pelayanan obat (apotik dan toko obat berijin) dilakukan secara rutin,
terpadu dan berkesinambungan.
6
d. Pengawasan terhadap sarana produksi obat dilakukan agar selalu sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku termasuk puladalam penerapan Cara Pembuatan Obat
yang Baik/CPOB.
e. Pengawasan terhadap peredaran obat dilakukan antara lain terhadap pengelolaan obat
yang meliputi pengadaan, penyimpanan, penyaluran,dan penyerahan obat. Sesuai dengan
kewenangan yang ada, Badan POM bertanggung jawab untuk melakukan pembinaan
dan pengawasan terhadap sarana kesehatan resmi (legal) yaitu sarana yang mendapat izin
dari Kemenkes dalam bidang farmasi.
f. Bila diketahui suatu sarana melanggar, maka dengan kewenangan yang ada
berdasarkan ketentuan perundang-undangan, Menteri Kesehatan dapat memberikan sanksi
administrasi.
g. Sanksi administrasi terhadap sarana kesehatan yang melanggar dapat teguran,
peringatan, penghentian sementara kegiatan sampai pencabutan izin bersangkutan. Jika
terjadi pelanggaran terhadap ketentuan perundang-undangan yang terkena sanksi pidana,
maka berkas perkaranya diserahkan kepada penyidik POLRI untuk dilakukan penyidikan
lebih lanjut.
h. Operasi penertiban peredaran obat tersebut telah dan akan terus dilakukan oleh Badan
POM bekerjasama dengan pihak terkait.
Dokumentasi Dalam menangani dokumentasi perlu diperhatikan sebagai berikut:
a. Dokumen hendaklah dirancang dan dibuat dengan teliti, agar dapat digunakan dengan
mudah. benar dan efektif.
b. Dokumen hendaklah dapat mencatat kegiatan di bidang produksi, pengawasan mutu,
pemeliharaan peralatan, pergudangan, distribusi dan hal spesifik lainnya yang berkaitan
dengan CPOB.
c. Dokumen hendaklah mencakup semua data penting, tetapi tidak perlu berlebihan, dan dijaga
agar selalu aktual. Setiap perubahan hendaklah disahkan secara resmi. Hendaklah diberi
juga kemungkinan bagi peninjauan berkala maupun perbaikan, bila diperlukan.
d. Hendaklah ada suatu sistem untuk menghindarkan terjadinya penggunaan dokumen yang
sudah tidak berlaku.
e. Apabila terjadi atau ditemukan suatu kekeliruan pada dokumen, hendaklah dikoreksi dengan
suatu cara yang tepat sehingga tulisan atau catatan semula tidak hilang sama sekali dan
koreksi itu ditulis dan dicantumkan disamping tulisan semula, kemudian diparaf dan
dibubuhi tanggal.
f. Jika dokumen memuat instruksi hendaklah ditulis dalam nada perintah serta disusun dalam
langkah yang diberi nomor urut. Instruksi tersebut hendaklah jelas, tepat, tidak berarti ganda
dan ditulis dalam bahasa yang dimengerti oleh pemakai.
7
g. Setiap dokumen produksi hendaklah dibubuhi tanggal dan tandatangan dan disahkan oleh
manajer produksi maupun manajer pengawasan mutu. Bagian atau orang yang menerima
turunan dokumen hendaklah tercantum setidak-tidaknyapada dokumentasi aslinya.
h. Dokumentasi hendaklah tersedia bagi semua pihak terkait.
i. Dokumen dan catatan yang berkaitan dengan suatu bets sebagaimana contoh rujukan obat
jadi serta bahan awalnya hendaklah disimpan oleh perusahaan untuk jangka waktu tertentu
sesuai dengan keperluannya dan/atau jangka waktu yang ditentukan Badan POM.
Sehingga jika terjadi keluhan yang berkaitan dengan dokumentasi dapat melakukan tindakan,
yaitu:
1. Meninjau seluruh informasi yang masuk tentang keluhan atau laporan tersebut.
2. Melakukan pemeriksaan atau pengujian terhadap contoh yang diterima bila perlu
memeriksa juga contoh pertinggal bets yang bersangkutan.
3. Meneliti kembali semua data dan dokumentasi yang berkaitan, termasuk catatan bets,
catatan distribusi, catatan hasil pengujian, dsb.
Prosedur dan keluhan ke BPOM Badan POM hendaklah diberitahukan apabila industri farmasi mempertimbangkan tindakan yang
terkait dengan kemungkinan kesalahan pembuatan, kerusakan produk, pemalsuan atau segala
hal lain yang serius mengenai mutu produk. Keluhan yang terjadi pada obat dapat dilaporkan
konsumen langsung ke Badan POM melalui Contact Center Halo BPOM
1. Telepon : 1500533
2. SMS : 081.21.9999.533
3. Faksimili : 021-4263333
4. Email : [email protected]
5. Twitter : @HaloBPOM1500533
6. Datang langsung (walk-in) dan alamat surat ke :
Unit Layanan Pengaduan Konsumen
Badan Pengawas Obat dan Makanan RI
Gedung A Lantai 1
Jln. Percetakan Negara No. 23 Jakarta Pusat 10560
D. Penarikan ProdukPenarikan kembali produk adalah suatu proses penarikan kembali dari satu atau beberapa
bets atau seluruh bets produk tertentu dari peredaran. Penarikan kembali produk dilakukan
apabila ditemukan produk yang cacat mutu atau bila ada laporan mengenai reaksi yang
merugikan yang serius serta berisiko terhadap kesehatan.
Penarikan kembali produk dari peredaran dapat mengakibatkan penundaan atau
penghentian pembuatan obat tersebut. Produk kembalian adalah obat jadi yang telah beredar,
8
yang kemudian dikembalikan ke industri farmasi karena keluhan mengenai kerusakan,
daluwarsa, atau alasan lain misalnya kondisi wadah atau kemasan yang dapat
menimbulkan keraguan akan identitas, mutu, jumlah dan keamanan obat yang
bersangkutan.
PersonilPenarikan produk hendaknya dibuat sistem penarikan kembali dari peredaran terhadap produk
yang diketahui atau diduga bermasalah. Hendaknya ditunjuk Personil yang bertanggungjawab
atas pelaksanaan dan koordinasi penarikan kembali produk termasuk personil lain dalam jumlah
yang cukup.
1. Kepala Bagian Pemastian Mutu bertanggung jawab menyiapkan, mengkaji dan melatihkan
Protap ini serta mengoordinasikan pelaksanaan penarikan kembali produk.
2. Kepala Bagian Pemasaran bertanggung jawab untuk melakukan pembekuan dan penarikan
kembali produk yang merugikan.
3. Kepala Bagian Gudang bertanggung jawab untuk menerima, memisahkan produk yang ditarik
dari peredaran ke tempat yang sudah ditentukan dan rekonsiliasi hasil penarikan produk.
Prosedur penarikan kembaliProsedur penarikan kembali menguraikan kegiatan yang dilakukan suatu perusahaan untuk
mengelola penarikan kembali produk yang telah ditentukan menjadi tidak aman dan atau
dikenakan tindakan regulasi. Prosedur ini mengandung unsur-unsur utama dalam penarikan
kembali diantaranya :
1. Penugasan peran dan tanggung jawab
2. Evaluasi pengaduan atau kondisi
3. Identifikasi produk yang terlibat
4. Pemberitahuan pihak yang terkena dampak
Prosedur Tetap (Protap) penarikan kembali produk yang disusun harus secara periodik
ditinjau kembali. Pelaksanaan penarikan kembali hendaknya dapat dilakukan cepat dan efektif.
Setelah ada Surat Perintah Penarikan Produk dari Pemimpin Perusahaan:
1. Bagian Pemasaran menyiapkan dan mengirimkan Surat Pemberitahuan Pembekuan
Distribusi/embargo dengan tembusan kepada Kepala Gudang dan Kepala Bagian Pemastian
Mutu sesuai tingkat penyebarannya kepada:
Distributor
rumah sakit
poliklinik
apotik
toko obat
terhadap produk / bets serta memerintahkan agar mereka mengembalikan produk tersebut
dalam waktu 10 hari kerja ke Pabrik.
9
2. Kepala Bagian Gudang menerima produk kembalian yang diterima dan menanganinya
sesuai Protap Penanganan Produk Kembalian No. .............
3. Kepala Bagian Gudang membuat laporan kepada Kepala Bagian Pemastian Mutu tentang
produk yang diterima sesuai Protap Penanganan Produk Kembalian No. ......................
4. Pemimpin Perusahaan mengirim Laporan Hasil Penarikan Kembali Produk kepada Badan
POM selambat-lambatnya 30 hari kalender dihitung sejak tanggal embargo.
5. Setelah proses rekonsiliasi terhadap penarikan kembali produk selesai, maka dilakukan
pemusnahan Produk tersebut sesuai Protap Pemusnahan Produk No. ......... dan membuat
Laporan Pemusnahan Produk dengan menggunakan formulir Laporan Pemusnahan Produk.
Skema Prosedur Penarikan Kembali
Pelaksanaan penarikan kembali hendaklah mampu untuk dilakukan segera dan tiap saat.
Keputusan penarikan kembali produk diambil berdasarkan:
1. Penarikan kembali dapat dilakukan atas prakarsa produsen sendiri atau instruksi instansi
pemerintah yang berwenang.
2. Keputusan untuk melakukan penarikan kembali suatu produk adalah tanggung jawab
apoteker penanggung jawab teknis dan pimpinan perusahaan.
3. Keputusan penarikan kembali produk dapat berupa penarikan kembali satu atau beberapa
bets atau seluruh produk yang bersangkutan.
4. Keputusan penarikan kembali produk dapat pula sekaligus merupakan penghentian
pembuatan produk yang bersangkutan.
Pelaksanaan penarikan kembali harus memperhatikan hal-hal berikut:
1. Tindakan penarikan kembali hendaklah dilakukan segera setelah adanya produk yang tidak
memenuhi persyaratan atau yang mempunyai efek yang tidak diperhitungkan sebelumnya
yang membahayakan kesehatan.
Laporan adanya cacat atau reaksi yang merugikan
Keputusan penarikan
Perintah penarikan
Laporan pelaksanaan penarikan
Penerimaan hasil penarikan
Rencana pemusnahan
Pemusnahan
10
2. Bagi produk yang mengandung risiko besar terhadap kesehatan selain penarikan kembali
hendaklah segera diambil tindakan khusus agar produk yang bersangkutan tidak
dipergunakan masyarakat dan diinformasikan secara luas.
3. Sistem dokumentasi penarikan kembali produk di industri farmasi, hendaklah menjamin
bahwa embargo dan penarikan kembali dilaksanakan secara cepat, efektif dan tuntas.
4. Pedoman dan prosedur penarikan kembali terhadap produk hendaklah dibuat untuk
memungkinkan embargo dan penarikan kembali dapat dilakukan dengan cepat dan
efektif dari seluruh mata rantai distribusi.
Otoritas Pengawasan Obat dari negara ke mana produk didistribusikan hendaklah
diinformasikan segera apabila akan dilakukan penarikan kembali karena cacat atau dugaan
cacat. Catatan distribusi hendaklah tersedia untuk digunakan oleh personil yang
bertanggung jawab terhadap penarikan kembali. Catatan distribusi hendaklah berisi informasi
yang lengkap mengenai distributor dan pelanggan yang dipasok secara langsung (dengan
alamat, nomor telepon, dan/ atau nomor fax pada saat jam kerja dan di luar jam kerja,
nomor bets dan jumlah yang dikirim), termasuk distributor di luar negeri untuk produk yang
diekspor dan sampel medis.
Produk yang ditarik kembali hendaklah diberi identifikasi dan disimpan terpisah diarea
yang aman sementara menunggu keputusan terhadap produk tersebut. Perkembangan dari
proses penarikan kembali hendaklah dicatat dan dibuat laporan akhir, termasuk hasil
rekonsiliasi antara jumlah produk yang dikirim dan yang ditemukan kembali. Efektivitas dari
penyelenggaraan penarikan kembali hendaklah dievaluasi dari waktu ke waktu.
Produk kembalian dan PemusnahanIndustri farmasi hendaklah menyiapkan prosedur untuk penahanan, penyelidikan dan
pengujian produk kembalian serta pengambilan keputusan apakah produk kembalian dapat
diproses ulang atau harus dimusnahkan setelah dilakukan evaluasi secara kritis.
Berdasarkan hasil evaluasi, produk kembalian dapat dikategorikan sebagai berikut:
1. Produk kembalian yang masih memenuhi spesifikasi dan karena itu dapat
dikembalikan ke dalam persediaan;
2. Produk kembalian yang dapat diproses ulang; dan
3. Produk kembalian yang tidak memenuhi spesifikasi dan tidak dapat diproses ulang.
Prosedur hendaklah mencakup:
1. Identifikasi dan catatan mutu produk kembalian;
2. Penyimpanan produk kembalian dalam karantina;
3. Penyelidikan, pengujian dan analisis produk kembalian oleh bagian Pengawasan Mutu;
4. Evaluasi yang kritis sebelum manajemen mengambil keputusan apakah produk dapat
diproses ulang atau tidak; dan
5. Pengujian tambahan terhadap persyaratan dari produk hasil pengolahan ulang.
Produk kembalian yang tidak dapat diolah ulang hendaklah dimusnahkan. Prosedur
pemusnahan bahan atau pemusnahan produk yang ditolak hendaklah disiapkan. Prosedur
11
ini hendaklah mencakup tindakan pencegahan terhadap pencemaran lingkungan dan
penyalahgunaan bahan atau produk oleh orang yang tidak mempunyai wewenang.
DokumentasiBerdasarkan Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor
HK.03.1.34.11.12.7542 Tahun 2012 Tentang Pedoman Teknis Cara Distribusi Obat yang Baik,
dokumentasi penarikan kembali produk obat haru memperhatikan hal-hal berikut:
1. Perkembangan proses penarikan obat dan/atau bahan obat harus didokumentasikan dan
dilaporkan, serta dibuat laporan akhir setelah selesai penarikan, termasuk rekonsiliasi
antara jumlah yang dikirim dan dikembalikan.
2. Dokumentasi pelaksanaan penarikan obat dan/atau bahan obat harus selalu tersedia pada
saat pemeriksaan dari instansi berwenang.
3. Semua dokumen penarikan obat dan/atau bahan obat harus didokumentasikan oleh
penanggung jawab sesuai dengan kewenangan yang tercantum pada uraian tugas. Semua
proses penanganan ini harus terdokumentasi dengan baik.
E. Contoh Dokumen
Contoh protap pengananan keluhan produk
12
Contoh Rekaman Hasil Pemeriksaan Keluhan
Contoh Laporan Keluhan Produk
13
Contoh Dokumen Protap Penarikan Kembali Produk Jadi
Contoh Surat Penarikan Kembali Produk Obat Jadi
BAB IIIPENUTUP
Keluhan adalah suatu pengaduan dari pelanggan atau konsumen mengenai kualitas, kuantitas,
khasiat, dan keamanan. Penarikan kembali (Re-Call) adalah kegiatan menarik kembali produk
dari semua mata rantai distribusi apabila ditemukan adanya produk yang tidak memenuhi
persyaratan mutu, keamanan dan penandaan atau adanya efek merugikan kesehatan.
Penanganan keluhan terhadap produk dan penarikan kembali harus dilakukan oleh tiap industri
farmasi di Indonesia karena merupakan salah satu komponen CPOB. Penanganan keluhan dan
penarikan kembai harus memperhatikan personil yang menjalankan, prosedur tetap,
penanganan, dan dokumentasi.
14
DAFTAR PUSTAKA
1. Anonim, 2010. Penanganan Terhadap Hasil Pengamatan, Keluhan dan Penarikan Kembali Produk
yang Beredar. Jakarta : BPOM
2. Badan POM. 2006. Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik. Depkes RI. Jakarta.
3. Badan POM. 2013. Petunjuk Operasional Penerapan Pedoman Cara Pembuatan Obat Yang Baik
2012 Jilid I, halaman 398, 406-407.
4. Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI No: HK.00.05.4.1380 (Pedoman
Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik).
5. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor
HK.03.1.34.11.12.7542 Tahun 2012 Tentang Pedoman Teknis Cara Distribusi Obat yang Baik.
6. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia Nomor
Hk.03.1.33.12.12.8195 Tahun 2012 Tentang Penerapan Pedoman Cara Pembuatan Obat Yang Baik.
7. Peringatan BPOM RI, Obat Tradisional Mengandung Bahan Kimia Obat No:
HM.03.03.1.43.08.10.8013, Tanggal : 13 Agustus 2010.
8. http://farmasibahanalam.com Program Inspeksi dan Sertifikasi Obat Tradisional, Kosmetik dan
Produk Komplemen. BPOM. (Diakses: 3 Desember, jam 19.00)
9. http://ulpk.pom.co.id/ (Diakses tanggal 3 Desember 2015)
10. http://tsffarmasiunsoed2012.wordpress.com (diakses tanggal 3 Desember 2015)
15