Upload
tranmien
View
238
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
PENANGANAN PANEN DAN PASCAPANEN
ANGGREK Dendrobium DI PT. EKAKARYA GRAHA FLORA,
CIKAMPEK, JAWA BARAT
Annita Arraafi Rachmasari
A24070183
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013
ii
RINGKASAN
ANNITA ARRAAFI RACHMASARI. Penanganan Panen dan Pascapanen
Anggrek Dendrobium di PT. Ekakarya Graha Flora, Cikampek, Jawa
Barat. Dibawah Bimbingan DESTA WIRNAS dan MEGAYANI SRI
RAHAYU.
Magang dilakukan untuk mempelajari teknik budidaya anggrek Dedrobium
khususnya aspek panen dan pascapanen bunga potong Dendrobium. Magang
dilaksanakan selama empat bulan mulai bulan Mei – Agustus 2011 di kebun
budidaya Cikampek PT. Ekakarya Graha Flora, Desa Cikampek Pusaka,
Kecamatan Cikampek, Kabupaten Karawang, Provinsi Jawa Barat. Kegiatan
magang dilakukan dengan mengikuti semua kegiatan perusahaan sesuai dengan
standar operasional. Kegiatan yang dilakukan antara lain bekerja sebagai
karyawan harian selama satu bulan, pendamping koordinator selama satu bulan,
dan pendamping kepala bagian selama dua bulan.
Kebun Cikampek PT. Ekakarya Graha Flora terletak pada posisi 60o20‟ -
60o30‟ LS dan 106° - 106°50‟ BT yang berada pada ketinggian 40 meter di atas
permukaan laut (m dpl). Lokasi perusahaan berada di jalur tol Kalihurip km 64,
berdiri di atas lahan sawah yang tidak produktif lagi dengan kemiringan 0,02
sampai 0,04. Kantor pusat PT. Ekakarya Graha Flora beralamat di Roxy Mas,
Jakarta, sedangkan kebun produksi Dendrobium terletak di Desa Cikampek
Pusaka, Kecamatan Cikampek, Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Suhu udara
berkisar antara 28 - 36 oC dengan kelembapan udara berkisar antara 45 - 60%.
Kegiatan budidaya Anggrek Dendrobium secara keseluruhan dilaksanakan
di kebun budidaya Cikampek, dari penanaman hingga kegiatan pascapanen.
Sebagian besar bibit yang ditanam merupakan bibit impor siap tanam dari
beberapa supplier di Thailand. Produksi Anggrek Dendrobium dilakukan pada net
house dan umbi ditanam di pot dengan media tanam arang sesuai dengan
peruntukan tanaman. Jangka waktu pemeliharaan tanaman untuk pot plant
maksimal hingga 24 bulan dan tanaman untuk bunga potong maksimal hingga 60
bulan.
iii
Tanaman peruntukan pot plant ditanam pada pot berukuran 7” dengan
menggunakan media tanam arang kayu, sedangkan tanaman peruntukan bunga
potong ditanam pada pot berukuran 8” dengan menggunakan media tanam
campuran arang kayu dengan arang bakau. Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan
adalah penyiraman, pemupukan, pengendalian gulma, pengendalian hama dan
penyakit serta grading.
Kondisi populasi tanaman sebagian besar masih dalam proses pemulihan
dan didominasi umur non-produktif menyebabkan produksi bunga potong
mengalami fluktuasi. Penerapan standar panen dan grading perusahaan belum
seluruhnya diterapkan dengan baik. Hal ini terlihat dari masih terdapat bunga
potong yang dipanen dengan tingkat kemekaran di bawah 70%. Kurang tegasnya
pengawasan dan evaluasi produksi merupakan kendala perusahaan, sehingga
produksi bunga potong Dendrobium masih di bawah standar perusahan.
Pengamatan yang dilakukan adalah pengamatan terhadap pemanenan
(kriteria panen dan persentase hasil panen), pascapanen (kriteria grading dan
persentase grade) dan vaselife bunga potong anggrek. Pengamatan panen dan
pascapanen dilakukan pada kelima varietas Dendrobium yang ditanam sebagai
bunga potong, sedangkan pengamatan vaselife dilakukan pada tiga varietas yaitu
Sonia, Shavin, dan Aridang Green. Penggunaan larutan holding yang digunakan
perusahaan hanya mampu meningkatkan vaselife varietas Shavin selama empat
hari, namun menurunkan vaselife pada varietas Sonia dan Aridang Green
dibandingkan dengan menggunakan air sumur.
PENANGANAN PANEN DAN PASCAPANEN
ANGGREK Dendrobium DI PT. EKAKARYA GRAHA FLORA,
CIKAMPEK, JAWA BARAT
Skripsi sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
ANNITA ARRAAFI RACHMASARI
A24070183
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013
v
Judul : PENANGANAN PANEN DAN PASCAPANEN
ANGGREK Dendrobium DI PT. EKAKARYA GRAHA
FLORA, CIKAMPEK, JAWA BARAT
Nama : ANNITA ARRAAFI RACHMASARI
NIM : A24070183
Menyetujui :
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Desta Wirnas, SP. MSi Ir. Megayani Sri Rahayu, MS
NIP : 19701228 200003 2 001 NIP : 19640520 198803 2 001
Mengetahui :
Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Agus Purwito, MSc. Agr
NIP: 19611101 198703 1 003
Tanggal Lulus : …………………………
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandung, Jawa Barat pada tanggal 2 Januari 1990.
Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Bapak Sukardi
dan Ibu Yani Sudiyarsih.
Tahun 2001 penulis lulus dari SD Negeri Cibogor II, Bandung, kemudian
melanjutkan pendidikan di SLTP Negeri 1 Margahayu, Bandung dan lulus pada
tahun 2004. Selanjutnya penulis lulus dari SMA Negeri 1 Margahayu, Bandung
pada tahun 2007. Penulis diterima sebagai mahasiswa Agronomi dan Hortikultura,
Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru
(SPMB) pada tahun 2007.
Selama menjalankan studi di IPB, penulis ikut aktif dalam Organisasi
Mahasiswa Daerah (OMDA) Bandung yaitu Paguyuban Mahasiswa Bandung
(PAMAUNG). Pada tahun 2009 penulis aktif sebagai bendahara Divisi Soaial
dan Lingkungan, Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Pertanian (BEM A),
Institut Pertanian Bogor. Penulis juga aktif mengikuti beberapa kepanitiaan seperti
Olimpiade Mahasiswa IPB (OMI), Faperta Cup (U-Cup), Sport and
Entertaintment Event of Faperta (Serie-A), dan Agrosportmen IPB. Selama
tingkat akhir penulis aktif menjadi staf keuangan dan staf marketing di Bimbingan
Belajar GAMA UI.
vii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim,
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul ”Penanganan Panen dan Pascapanen Anggrek Dendrobium di PT.
Ekakarya Graha Flora, Cikampek, Jawa Barat” dengan baik.
Pada kesempatan kali ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini,
terutama kepada :
1. Bapa, Mamah, Aa Fatur, Dd‟Gifar, Enin, Syifa dan seluruh keluarga
besar atas doa, nasehat, semangat dan kasih sayang yang tak terhingga
kepada penulis.
2. Dr. Desta Wirnas, SP. MSi. dan Ir. Megayani Sri Rahayu, MS. selaku
dosen pembimbing skripsi yang telah banyak meluangkan waktunya,
memberikan doa, saran, nasehat dan semangat kepada penulis sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
3. Dr. Dewi Sukma, SP. MSi. Selaku dosen penguji yang telah berkenan
memberikan saran dan kritik untuk penyempurnaan skripsi penulis.
4. Dr. Ir. Supijatno, MSi. selaku dosen pembimbing akademik yang telah
memberikan bimbingan selama penulis menuntut ilmu di IPB.
5. Seluruh staf pengajar dan staf administrasi Departemen Agronomi dan
Hortikultura yang telah membantu penulis selama menjadi mahasiswa
Agronomi dan Hortikultura.
6. Ibu Sari, Ibu Sofi, Ibu Ade, Mang Tarya, Teh Isoh, Teh Nenty, A
Wahyu, A Ijul, A Topan dan seluruh staf serta karyawan PT. Ekakarya
Graha Flora atas bimbingan dan kerjasamanya selama penulis
melaksanakan magang.
7. Ryanda Agung Widyanata atas doa, waktu, tenaga, semangat, kesabaran
dan kasih sayang kepada penulis selama menulis skripsi.
viii
8. Seluruh teman-teman AGH‟44 terutama Lisa, Anne, Ayu, Indah yang
telah berjuang bersama selama menempuh pendidikan. Terima kasih
atas kebersamaan dan semangat dalam menuntut ilmu.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi
ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Bogor, Februari 2013
Penulis
ix
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL .................................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xiv
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
Latar Belakang ............................................................................................... 1
Tujuan ............................................................................................................ 3
TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 4
Anggrek Dendrobium .................................................................................... 4
Panen.............................................................................................................. 6
Pascapanen ..................................................................................................... 7
METODE MAGANG ........................................................................................... 12
Waktu dan Tempat ....................................................................................... 12
Metode Pelaksanaan .................................................................................... 12
Pengamatan dan Pengumpulan Data ........................................................... 12
Analisis Data dan Informasi ........................................................................ 14
KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG .......................................................... 16
Sejarah Perusahaan ...................................................................................... 16
Lokasi Perusahaan ....................................................................................... 16
Sarana dan Prasarana Perusahaan ................................................................ 17
Keadaan Tanaman dan Produksi ................................................................. 17
Struktur Organisasi ...................................................................................... 19
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG ........................................................ 20
Aspek Teknis ............................................................................................... 20
Perbanyakan tanaman ......................................................................... 20
Aklimatisasi Planlet (Outflask) ......................................................... 23
Penanaman Bibit (Planting) ............................................................... 25
Pindah Tanam (Repotting) ................................................................. 27
Pemeliharaan Tanaman ...................................................................... 28
Pengkelasan Tanaman (Grading) ....................................................... 32
Pemeriksaan Stok (Stock Opname) .................................................... 33
Panen .................................................................................................. 34
Pascapanen ......................................................................................... 34
Quality Control (QC) ......................................................................... 40
Pemasaran........................................................................................... 41
Aspek Manajerial ......................................................................................... 42
x
PEMBAHASAN ................................................................................................... 47
Budidaya Anggrek Potong ........................................................................... 47
Produksi Bunga Potong ............................................................................... 48
Panen Bunga Anggrek Potong ..................................................................... 49
Pascapanen Bunga Anggrek Potong ............................................................ 51
Hasil Uji Kualitas Bunga Anggrek Potong .................................................. 54
KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................. 65
Kesimpulan .................................................................................................. 65
Saran ............................................................................................................ 65
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 67
LAMPIRAN .......................................................................................................... 69
xi
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Kriteria anggrek potong Dendrobium ............................................................... 8
2. Sarana dan prasarana di PT. Ekakarya Graha Flora. ....................................... 17
3. Standar konsentrasi dan peruntukan penggunaan pupuk ................................ 29
4. Ukuran boks karton packing ........................................................................... 37
5. Persentase panen bunga potong Anggrek Dendrobium Bulan Agustus 2011
di PT. Ekakarya Graha Flora........................................................................... 50
6. Hasil panen bunga anggrek potong berdasarkan varietas pada Bulan Mei-
Juli 2011 di PT. Ekakarya Graha Flora. .......................................................... 53
7. Persentase grading hasil panen anggrek Dendrobium Bulan Mei 2011 di
PT. Ekakarya Graha Flora. .............................................................................. 53
8. Jumlah dan persentase kuntum bunga di awal percobaan pada kedua
perlakuan larutan holding. .............................................................................. 56
9. Jumlah dan persentase kuntum bunga mekar di awal percobaan pada kedua
perlakuan larutan holding. .............................................................................. 56
10. Jumlah dan persentase kuntum bunga kuncup di awal percobaan pada
berbagai perlakuan larutan holding. ................................................................ 57
11. Jumlah dan persentase kuntum bunga mekar selama masa percobaan pada
berbagai perlakuan larutan holding ................................................................. 58
12. Perubahan jumlah kuntum bunga mekar selama masa percobaan pada
berbagai perlakuan larutan holding ................................................................. 58
13. Jumlah dan persentase kuntum bunga layu selama masa percobaan pada
berbagai perlakuan larutan holding. ................................................................ 60
14. Perubahan jumlah kuntum bunga layu selama masa pecoban pada berbagai
perlakuan larutan holding. .............................................................................. 60
15. Jumlah dan persentase kuntum bunga gugur selama masa percobaan pada
berbagai perlakuan larutan holding. ................................................................ 61
16. Perubahan jumlah kuntum bunga gugur selama masa percobaan pada
berbagai perlakuan larutan holding. ................................................................ 62
xii
17. Hasil vaselife bunga potong anggrek Dendrobium PT. Ekakarya Graha
Flora pada berbagai perlakuan larutan holding. .............................................. 63
xiii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Struktur bunga anggrek ..................................................................................... 5
2. Bunga potong Dendrobium ............................................................................... 8
3. Varietas bunga potong Shavin (a), Tanida Pink (b), Sonia (c), Aridang
Green (d), dan Red Bull (e). ............................................................................ 18
4. Penanaman planlet dalam Laminar Air Flow ................................................. 21
5. Ukuran planlet siap tanam .............................................................................. 24
6. Penanaman planlet ke dalam pot plastik ukuran 1.5” ..................................... 24
7. Label tanaman di nursery PT. Ekakarya Graha Flora ..................................... 25
8. Label tanaman di net house PT. Ekakarya Graha Flora .................................. 26
9. Perbadingan ukuran pot tanah liat 7” untuk budidaya pot plant (kanan) dan
pot tanah liat 8” untuk budidaya bunga potong (kiri) ..................................... 26
10. Proses pembuatan larutan pupuk (a), dan proses aplikasi pemupukan pada
tanaman (b) ..................................................................................................... 29
11. Kegiatan aplikasi pestisida .............................................................................. 32
12. Troli penampungan dan pengangkutan bunga potong .................................... 35
13. Meja grading bunga potong (a); ukuran bunga potong (kiri ke kanan) XL,
L, M, S, BQ, SS dan UZ (b) ............................................................................ 36
14. Posisi bunga potong dalam boks isi 5 ikat (a) isi 10 ikat (b) .......................... 37
15. Ukuran boks karton packing bunga potong .................................................... 37
16. Jenis-jenis pengemasan pot plant dalam kota (a); .......................................... 39
17. Penyusunan boks pot plant dalam mobil boks ................................................ 40
18. Produksi bunga potong tahun 2007 - 2010 ..................................................... 49
19. Penempatan bunga kelompok Aridang Green (a); kelompok Sonia dan
Shavin (b). ....................................................................................................... 55
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Jurnal kegiatan magang sebagai karyawan di PT. Ekakarya Graha Flora,
Cikampek, Jawa Barat .................................................................................... 70
2. Data iklim PT. Ekakarya Graha Flora, Cikampek, Jawa Barat Tahun 2003-
2008 ................................................................................................................. 72
3. Denah divisi Dendrobium PT. Ekakarya Graha Flora .................................... 73
4. Produksi bunga potong Dendrobium PT. Ekakarya Graha Flora Tahun
2008 - 2010 ..................................................................................................... 74
5. Produksi bunga potong Dendrobium PT. Ekakarya Graha Flora Tahun
2011 ................................................................................................................. 75
6. Data jumlah karyawan PT. Ekakarya Graha Flora ......................................... 76
7. Standar konsentrasi dan kegunaan pestisida ................................................... 77
8. Kriteria pengkelasan tanaman (pot plant) Anggrek Dendrobium ................... 78
9. Kriteria pengkelasan bunga potong anggrek Dendrobium ............................. 79
10. Kartu stok Dendrobium ................................................................................... 81
11. Struktur organisasi dan jabatan divisi Dendrobium PT. Ekakarya Graha
Flora ................................................................................................................ 82
12. Hasil pengamatan aplikasi larutan perendaman .............................................. 83
13. Standar ruang tumbuh (growth room) PT. Ekakarya Graha Flora ................. 84
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Anggrek merupakan salah satu komoditas tanaman hortikultura yang
mempunyai peranan penting dalam pertanian, khususnya tanaman hias. Warna,
bentuk, ukuran yang unik, dan vaselife yang panjang membuat anggrek memiliki
nilai estetika tinggi dan daya tarik tersendiri oleh konsumen dalam dan luar
negeri. Anggrek yang disukai sebagian besar masyarakat adalah jenis Dendrobium
(34%), Oncidium Golden Shower (26%), Cattleya (20%), Vanda (17%) serta
anggrek lainnya (3%) (Litbang Deptan, 2007).
Dendrobium menjadi jenis yang paling banyak disukai masyarakat karena
bunganya yang indah dan dapat bertahan lama serta perawatannya tidak terlalu
sulit. Anggrek Dendrobium masih mendominasi pasar Indonesia (Sutiyoso, 2003).
Pertumbuhan yang relatif cepat, cara budidaya yang relatif mudah, dapat ditanam
di areal yang relatif sempit, mempunyai nilai ekonomi yang tinggi, dan ketahanan
menjadikan nilai tambah bagi para pecinta anggrek. Dendrobium juga memiliki
bentuk dan variasi warna yang beragam menjadikan Dendrobium menjadi lebih
dekoratif dari kebanyakan anggrek lainnya (Loan dan Lloyd, 1955).
Bunga anggrek dapat dinikmati keindahannya sebagai bunga potong dan
tanaman berbunga. Mutu dan kesegaran tanaman berbunga sangat dipengaruhi
oleh kondisi lingkungan tumbuh (Batchelor, 1983; Muira 1983; Nell and Barret
1990; Widyastoety et al. 2000), teknik budidaya (Ginting et al. 1996; 2001; Santi
et al. 1996) dan manajemen tanaman. Kualitas peragaan akan sangat berperan
pada pemenuhan selera konsumen dan nilai dagang dari tanaman pot anggrek
berbunga (Woltering, 1987).
Bunga anggrek potong adalah bunga yang dimanfaatkan sebagai bahan
rangkaian bunga untuk berbagai keperluan acara-acara tertentu. Anggrek
Dendrobium banyak digunakan dalam rangkaian bunga karena memiliki
kesegaran yang relatif lama, warna dan bentuk bunganya bervariasi, tangkai
bunga lentur sehingga mudah dirangkai, dan produktivitasnya tinggi. Bunga
anggrek potong yang dipasarkan tentunya harus mempunyai kualitas yang baik.
Salah satunya adalah umur kesegaran bunga anggrek potong yang cukup panjang,
2
yang sangat dipengaruhi oleh perlakuan atau penanganan pascapanen. Menurut
Suyanti (2002) penurunan ketahanan kualitas bunga potong itu disebabkan oleh
proses respirasi dan transpirasi serta kurangnya nutrisi selama dalam masa pajang,
oleh karena itu diperlukan upaya untuk meningkatkan ketahanan kualitas bunga
potong anggrek.
Upaya tersebut dapat dilakukan pada saat sebelum dipanen (prapanen) atau
setelah dipanen (pascapanen). Penggunaan larutan pengawet sangat dianjurkan
untuk memperpanjang umur kesegaran atau masa peragaan bunga potong.
Perlakuan pulsing (perendaman) adalah salah satu cara diantaranya yang
merupakan perendaman segera setelah panen dengan konsentrasi larutan
perendaman yang tinggi dan dalam jangka waktu relatif pendek.
Faktor terpenting dalam meningkatkan ketahanan mutu bunga adalah
tingkat kemekaran yang optimal pada saat pemanenan. Peranan penting dari
tingkat kemekaran ini berkaitan dengan kemampuan kuncup bunga untuk
berkembang optimal pada lingkungan wisma yang berintensitas cahaya rendah
(Wesenberg dan Beck 1964; Black et al. 1991). Amiarsi et al (2006) menyatakan
bahwa tingkat kemekaran bunga lebih berpengaruh terhadap kondisi tanaman pot
berbunga dibandingkan dengan transportasi dan kultivar bunga.
Ketersediaan dan kualitas bunga anggrek merupakan faktor terpenting yang
menentukan preferensi konsumen. Hal ini tentunya tidak terlepas dari teknik
pemanenan dan penanganan pascapanen yang dilakukan. Teknik panen dan
penanganan pascapanen yang tepat akan mengurangi kerusakan produk,
kehilangan hasil, meningkatkan mutu dan kualitas serta nilai jual bunga anggrek
tersebut.
Salah satu daerah sentra penjualan bunga anggrek potong di Pulau Jawa
adalah Rawa Belong, Jakarta. Perusahaan yang memproduksi bunga anggrek
potong dalam jumlah besar salah satunya dan menjadi pemasok tetap Rawa
Belong adalah PT. Ekakarya Graha Flora yang berlokasi di Cikampek, Karawang,
Jawa Barat. PT. Ekakarya Graha Flora merupakan produsen anggrek Dendrobium
yang telah secara kontinyu memasok tanaman pot berbunga dan bunga potong ke
berbagai daerah. Selain itu, anggrek Dendrobium yang diproduksi berupa tanaman
pot berbunga, dan bunga potong dengan kualitas baik.
3
Tujuan
Umum
Mempelajari teknik budidaya dan manajerial anggrek Dendrobium mulai
dari aklimatisasi bibit (outflask) hingga pengemasan (packing), memperoleh
pengalaman bekerja secara nyata, mendapatkan pengetahuan, pengalaman, dan
keterampilan serta meningkatkan kemampuan untuk menghadapi dunia kerja yang
nyata.
Khusus
Mengetahui pengaruh penanganan pascapanen dengan pemberian larutan
holding terhadap masa pajang (vaselife) bunga potong anggrek Dendrobium di
PT. Ekakarya Graha Flora, Cikampek, Karawang, Jawa Barat. Memperoleh
informasi dalam rangka upaya meningkatkan mutu dan efisiensi, khususnya
penanganan panen dan pascapanen untuk produksi anggrek Dendrobium.
TINJAUAN PUSTAKA
Anggrek Dendrobium
Anggrek termasuk golongan Monocotyledoneae dan family Orchidaceae.
Famili ini terdiri atas 900 genus dan lebih dari 25,000 spesies (Llmas, 2003).
Dendrobium adalah salah satu genus anggrek terbesar yang terdapat di dunia.
Anggrek Dendrobium ditemukan pada tahun 1,800 oleh seorang ahli botani yang
terkenal yaitu Olof Swartz. Dendrobium berasal dari bahasa latin, Dendron yang
berarti pohon dan Bios yang berarti hidup, sehingga Dendrobium berarti hidup di
pohon (Williams et al., 1989)
Anggrek Dendrobium sebagian besar bersifat epifit yaitu tumbuh
menumpang pada batang pohon lainnya tetapi tidak merugikan pohon yang
ditumpanginya. Anggrek Dendrobium membutuhkan naungan dari cahaya
matahari sebesar 50 - 70%. Selain itu, ada juga beberapa spesies yang hidup litofit
yaitu tumbuh menempel pada batu serta ada juga yang bersifat terestrial atau
hidup dengan mengambil nutrisi dari dalam tanah (Williams et al.,1989).
Anggrek memiiki dua jenis pola pertumbuhan yaitu monopodial (tegak) dan
simpodial (menjalar). Anggrek Dendrobium bertipe simpodial yaitu anggrek
dengan pertumbuhan ujung batang terbatas. Setelah mencapai batas maksimum,
pertumbuhan batang akan berhenti. Pertumbuhan akan dilanjutkan oleh anakan
baru yang tumbuh disampingnya. Anggrek simpodial memiliki suatu penghubung
yang disebut rizom atau batang di bawah tanah. Pertumbuhan tunas baru berasal
dari rizom. Bentukan antara rizom dan daun disebut pseudobulb yang berarti bulb
palsu. Pseudobolb ini ukurannya bervariasi demikian juga bentuknya. Batang
jenis anggrek Dendrobium memiliki bentuk menggelembung, berdaging, dan
terdapat nodus tempat menempelnya daun dan bunga.
Daun anggrek Dendrobium berbentuk lanset dan agak kaku, hanya terdapat
pada bagian atas umbi semu. Ujung daunnya meruncing dan terkadang berbelah
dua, panjang daun berkisar 2 - 10 cm. Daun tumbuh pada tiap nodus dimana
setiap nodus terdapat satu helai daun. Daun anggrek terletak saling berhadapan
satu sama lain (Gunadi, 1977).
5
Bunga anggrek Dendrobium termasuk bunga biseksual dimana putik dn
benang sari terdapat dalam satu buga yang terdiri dari dua lingkaran (Paul, 1963).
Lingkaran luar berbentuk sepal atau kelopak bunga dan lingkaran dalam yang
berbentuk petal atau mahkota bunga. Satu petalnya bediferensisi menjadi labelum
(struktur seperti bibir). Labelum anggrek umumnya berwarna lebih cerah daripada
sepal dan petal. Pada labelum terdapat gumpalan-gumpalan seperti massa sel
(kalus) yang mengandung protein, minyak dan zat pewangi yang berfungsi untuk
menarik serangga hinggap pada bunga dan membantu proses polinasi
(penyerbukan). Sandra (2005) menyatakan bahwa umumnya bunga muncul pada
tunas ujung atau apikal, namun pada tanaman dewasa bunga muncul diketiak
daun.
Petal Sepal dorsal
Columna/tugu Labelum
Sepal Lateral
Gambar 1. Struktur bunga anggrek
Akar anggrek Dendrobium berbentuk silindris, berdaging, lunak dan mudah
patah dengan ujung akar yang licin dan sedikit lengket karena mempunyai
velamen yang terdiri dari beberapa lapis sel (sel-sel korteks) yang berongga dan
transparan. Velamen tersebut berfungsi melindungi akar dari kehilangan air
selama proses penguapan, menyerap air, melindungi bagian dalam akar dan
membantu melekatnya akar pada benda-benda yang ditumpanginya. Hanya pada
bagian ujung akar inilah air dan hara dapat diserap dan disalurkan ke dalam
jaringan tanaman (Darmono, 2007).
Buah anggrek berbentuk kapsular atau dalam dunia botani dikenal sebagai
kotak berbelah enam dengan tiga karpel. Biji–biji anggrek tidak memiliki
endosperma sehingga terjadinya perkecambahan diperlukan tambahan nutrisi dari
dalam dan lingkungan serta membutuhkan bantuan jamur yang disebut
6
“mycorhyza” yang bersimbiosis dengan biji– biji anggrek tersebut. Dalam kondisi
lingkungan yang sesuai hifa mycorhyza akan menembus embrio anggrek melalui
sel suspensor. Jamur tersebut dicerna sehingga terjadi pelepasan nutrisi sebagai
tambahan energi untuk pertumbuhkembangan kecambah anggrek tersebut
(Darmono, 2007).
Bunga anggrek Dendrobium memiliki beberapa sifat yang baik untuk
dijadikan sebagai bunga potong. Anggrek Dendrobium merupakan anggrek yang
berasal dari Indonesia sehingga sesuai dengan iklim Indonesia, terutama daerah
ketinggian sedang. Selain itu, keadaan Indonesia sesuai dengan photoperiodicity
sehari-hari yang dibutuhkan oleh Dendrobium. Plasma nutfahnya banyak di
Indonesia dan Dendrobium termasuk anggrek yang mudah disilangkan sehingga
memungkinkan dihasilkan silangan baru yang unggul. Perbanyakan tanaman
dapat dilakukan dengan beberapa macam perkembangbiakan vegetative, seperti
kultur jaringan, splitting (memecah rumpun), maupun memisahkan keiki (tunas
pada bulb yang mempunyai akar).
Tangkai bunga anggrek Dendrobium dapat mencapai 50 - 60 cm sehingga
dapat masuk kelas A atau paling tidak kelas B. Panjang tangkai kira-kira sepertiga
dari panjang total tangkai sebanding dengan panjang malai (inforensesia) yang
duapertiganya. Dalam satu tangkai tedapat 10 - 16 kuntun bunga yang merupakan
jumlah ideal untuk bunga potong. Warna bunga yang tidak pudar dan bunga tidak
layu dalam 7 - 10 hari tanpa konservans atau pengawet sehingga cukup waktu
untuk ekspor.
Panen
Umur panen untuk setiap jenis bunga anggrek berbeda-beda, tetapi rata-rata
untuk anggrek potong dendrobium sekitar 3 - 4 bulan setelah memasuki masa
inisiasi fase generatif. Selain dari umur, saat panen yang tepat dapat diketahui dari
kondisi bunganya. Bila telah terdapat sekitar 70% kuntum bunga yang mekar
maka tangkai bunga itu sudah layak dipotong (dipanen). Tempat pemotongan di
dekat pangkal tangkai bunga atau sekitar 2 cm dari tempat melekatnya tangkai
bunga pada bulb. Pada saat memanen, Rukmana (1992a) menganjurkan agar
tangkai bunga dipotong ± 10 cm dari permukaan tanah menggunakan pisau atau
7
gunting tajam. Metode ini dilakukan agar tangkai bunga cepat kering sehingga
tidak mudah terinfeksi penyakit busuk batang.
Sarwono (1992a), Kholil (1992), Rukmana (1992a), dan Hukum (1988)
melaporkan bahwa pemanenan sebaiknya dilakukan sewaktu bunga mengandung
banyak air yaitu sekitar pukul 06.00 - 08.00. Walaupun demikian, pemanenan
dapat juga dilakukan pada pukul 16.00 - 17.00. Pada jam tersebut penghisapan air
yang dilakukan oleh tanaman berlangsung lebih banyak daripada penguapannya.
Tujuan pemanenan pada pagi atau sore hari adalah untuk menurunkan tigkat
kerusakan bunga akibat kekurangan air dan panas (Sandra, 2005). Jika pemanenan
dilakukan pada siang hari, dikhawatirkan tanaman sudah mulai melakukan
metabolisme secara aktif sehingga daya tahan bunga terhadap kelayuan menjadi
rendah.
Pascapanen
Periode pascapanen (postharvest period) adalah rentang waktu antara saat
dipanennya hasil tanaman sampai hasil tanaman tersebut dinikmati konsumen.
Pada periode pascaanen tersebut sering muncul hama dan penyakit yang
menurunkan kualitas dan kuantitas hasil tanaman. Oleh karena itu, penyakit yang
terdapat pada periode pascapanen disebut penyakit pascapanen (postharvest
disease) atau penyakit fase kedua (second phase disease).
Lamanya atau panjangnya periode pascapanen tidak sama, dan ini sangat
dipengaruhi oleh macam dan penggunaan suatu komoditas, termasuk juga tahap-
tahap pekerjaan yang dialami komoditas tersebut. Periode pascapanen anggrek
meliputi: pengkelasan (grading), pengemasan (packing), penyimpanan,
penyebaran (distributing).
Pengkelasan
Pengkelasan merupakan kegiatan memilih bunga anggrek yang memiliki
kondisi yang baik, kemudian dikelompokkan pada kriteria tertentu. Pengkelasan
umumnya dilakukan dengan mengelompokan bunga anggrek yang baik kedalam
beberapa kelas tertentu berdasarkan panjang tangkai, jumlah total kuntum bunga,
jumlah kuntum bunga mekar, dan jumlah kuntum bunga kuncup. Hingga saat ini
bunga potong anggrek Dendrobium belum ada standar kualitas tertentu, namun
8
ada beberapa kriteria yang dapat digunakan untuk pemasaran di dalam negeri.
Adapun kriteria anggrek potong Dendrobium menurut Sutiyoso (2003) disajikan
pada Tabel 1.
Tabel 1. Kriteria anggrek potong Dendrobium
Kriteria Grade A Grade B Grade C
Panjang tangkai keseluruhan 60 cm 50 cm 40 cm
Panjang tangkai
Panjang infloresensia (malai)
20 cm
40 cm
16 cm
34 cm
13 cm
27 cm
Keadaan tangkai
Kuntum bunga
Kondisi kuntum bunga
Siap panen
Tegak ke atas dan tidak melengkung
Lengkap dan segar
Tegak menengadah semakin ke ujung semakin kecil
Kuntum bunga telah mekar 70%
Infloresensia
(Malai)
Tangkai
Gambar 2. Bunga potong Dendrobium
9
Penyimpanan
Bunga potong anggrek agar tetap dalam kualitas yang baik sampai hasil
tanaman tersebut dikonsumsi dapat diberikan perlakuan pendinginan, pengawetan,
penggunaan antiseptik, dan pengeringan.
1. Pendinginan
Suhu rendah menyebabkan aktivitas organisme juga rendah termasuk
metabolismenya. Suhu rendah tidak merusak hasil tanaman, juga tidak
membunuh organisme pengganggu (parasit).
2. Pengawetan
Pengawetan merupakan salah satu upaya untuk memperpanjang masa
kesegaran dan kualitas bunga potong. Tiga hal yang dilakukan berkenaan
dengan pengawetan yaitu menambah nutrisi, menambah keasaman air, dan
menghambat jasad renik pembusuk (Amiarsi et al., 1999). Zat pengawet
digunakan pada empat macam metode, yaitu conditioning, pulsing, bud
opening, dan holding.
a. Conditioning
Tujuan utama perlakuan ini adalah untuk menjaga turgiditas bunga
potong dengan cara merendam dalam air setelah mengalami stress air
selama penanganan, penyimpanan, dan transportasi.
b. Pulsing
Merupakan perendaman segera setelah bunga dipanen dengan
konsentrasi larutan yang tinggi dan dalam jangka waktu yang relatif
pendek. Pengaruh dari pemberian larutan pulsing adalah dapat
memperpanjang vaselife, meskipun pulsing yang dilakukan hanya dengan
merendam dalam air.
c. Holding
Larutan holding merupakan larutan untuk merendam bunga potong
sampai terjual atau selanjutnya digunakan oleh konsumen untuk bunga
yang telah dirangkai dalam vas. Halevy dan Mayak (1981)
mengemukakan bahwa dalam Larutan holding umumnya terdiri dari
komponen air, gula, germisida, hormon tumbuhan, senyawa mineral
(asam sitrat, asm benzoat, asam sodium, aluminium, dan boron).
10
d. Bud opening
Larutan ini digunakan untuk pemanenan bunga pada tingkat yang
lebih awal dari pada pemanenan biasa, kemudian memekarkan bunga
terpisah dari tanamannya (Halevy dan Mayak, 1979). Larutan yang
digunakan untuk bud opening hampir sama dengan yang digunakan
untuk pulsing, namun waktu yang dibutuhkan untuk bud opening lebih
lama dibandingkan dengan waku untuk pulsing, dan konsentrasi gula
yang digunakan lebih rendah dibandingkan untuk pulsing (Halevy dan
Mayak, 1981).
Cara penyimpanan bunga potong ditentukan oleh jenis bunga. Bunga yang
berasal dari daerah tropis akan rusak bila disimpan pada suhu 10 - 15 oC seperti
bunga anthurium, heliconia, anggrek cattleya dan vanda. Bunga yang berasal dari
daerah subtropis baik disimpan pada suhu 2 - 8 oC.
Walaupun suhu penyimpanan rendah dan sesuai untuk bunga yang
disimpan, tetapi kelembaban udara relatif harus tinggi, sebab kelembaban yang
rendah akan menyebabkan terjadi dehidrasi sehingga bunga layu. Kelembaban
yang relatif baik adalah 90 - 95%, sedang bila di atas 95% akan memungkinkan
terjadinya pembusukan oleh bakteri psikofilik. Tidak adanya cahaya dalam ruang
penyimpanan tidak berpengaruh terhadap mutu bunga, tetapi ruang penyimpanan
harus bebas dari etilen.
Pengemasan
Tujuan packing antara lain untuk memperpanjanng umur bunga, oleh
karena itu cara packing yang dipilih sebaiknya disesuaikan dengan jenis tanaman
dan tujuan pengiriman. Pada umumnya bunga potong dikemas dengan cara
memasukkan ke dalam keranjang tau kotak karton. Apabila pesanan terdiri atas
beberapa jenis bunga tetapi masing-masing hanya sedikit, bunga dikemas menjadi
satu di dalam satu kotak karton. Menurut Sutiyoso (2003) cara packing untuk
anggrek potong ada tiga macam, yaitu pengemasan kering (dry packing),
pengemasan basah (wet packing), dan pengemasan basah dengan kapas.
1. Pengemasan kering (dry packing).
Pangkal tangkai bunga yang telah dipotong dibiarkan saja, tanpa
perlakuan. Kekurangan cara ini yaitu bunga potong hanya bertahan sebentar.
11
2. Pengemasan basah (wet packing) dengan tube.
Pangkal bunga dipotong dimasukkan ke dalam tube yang telah berisi air
dan bahan pengawet.
3. Pengemasan basah (wet packing) dengan kapas.
Pangkal bunga tidak dimasukkan dalam tube, tetapi ditutup kapas yang
telah dicelupkan ke dalam air. Kapas kemudian dililitkan di sekeliling
pangkal tangkai bunga. Setelah itu, dibungkus dengan helaian plastik putih
transparan dan diikat dengan karet.
Pendistribusian
Pada umumnya lokasi budidaya bunga potong terletak di dataran tinggi,
sedangkan lokasi penjualan berada di dataran rendah. Perbedaan suhu dan waktu
yang diperlukan untuk pendistribusian dapat mempengaruhi kesegaran bunga,
untuk itu perlu dilakukan perlakuan kimiawi. Secara teknis penurunan mutu bunga
potong selama pendistribusian dapat dikurangi dengan cara memisahkan bunga
potong dengan produk lain yang menghasilkan etilen. Schusser (1989) menuliskan
bahwa selama pengangkutan, etilen yang ditimbulkan oleh buah yang diangkut
bersamaan dengan bunga dapat membuat kuncup bunga menjadi layu. Masalah ini
dapat diatasi dengan cara menyemprot kuncup dengan Argilena (perak nitrat
ditambah tiosulfat) dengan kadar 2 - 4 gr/L. Kation Ag+
selain berfungsi sebagai
germisida juga dapat menghambat produksi etilen, sehingga pelayuan yang terlalu
cepat dapat diegah.
METODE MAGANG
Waktu dan Tempat
Kegiatan magang dilaksanakan selama empat bulan dimulai pada bulan Mei
sampai dengan Agustus 2011. Pelaksanaan magang bertempat di kebun budidaya
PT. Ekakarya Graha Flora yang berlokasi di jalan akses tol kalihurip Km 68, Desa
Cikampek Pusaka, Kecamatan Cikampek, Kabupaten Karawang 41373.
Metode Pelaksanaan
Metode yang didigunakan selama kegiatan magang berupa metode langsung
dan tidak langsung. Metode langsung dilakukan dengan cara praktik kerja
langsung di lapangan, wawancara dan diskusi. Metode tidak langsung dilakukan
dengan cara studi literatur dan studi arsip perusahaan.
Kegiatan selama magang meliputi seluruh kegiatan yang menyangkut aspek
teknis dan aspek manajerial untuk produksi anggrek Dendrobium. Kegiatan aspek
teknis yang dilakukan selama magang diantaranya bekerja sebagai karyawan
harian (KHL) selama satu bulan, kegiatan yang dilakukan meliputi teknik
budidaya di lapangan hingga kegiatan pascapanen di gudang. Satu bulan
selanjutnya bekerja sebagai pendamping koordinator meliputi koordinator
pemeliharaan, dan koordinator pengemasan tanaman (koordinator packing).
Kegiatan aspek manajerial dilakukan dengan menjadi pendamping kepala
bagian pada bulan ketiga sampai bulan keempat. Kegiatan menjadi pendamping
kepala bagian meliputi kepala bagian produksi dan kepala bagian PPIC (Plant
Planning and Inventarization Control). Kegiatan selama magang terlampir pada
Lampiran 1.
Pengamatan dan Pengumpulan Data
Pengamatan dan pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh data
primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh dengan
melakukan pengamatan-pengamatan langsung selama kegiatan magang dan
wawancara langsung dengan pekerja. Data primer meliputi kegiatan pemanenan
bunga anggrek potong dan penanganan pascapanen bunga anggrek potong dan
13
tanaman dalam pot (pot plant). Data sekunder diperoleh dari perusahaan yang
bersangkutan meliputi kondisi kebun, topografi, iklim dan curah hujan,
produktivitas, data organisasi, dan jumlah karyawan.
Aspek umum pada magang ini mencakup kegiatan budidaya tanaman di
lapangan, panen, penanganan pascapanen, hingga pemasaran. Aspek khusus
dilakukan dua pengamatan yaitu panen dan pascapanen bunga anggrek potong,
pascapanen tanaman berbunga dan pengaruh penanganan pascapanen terhadap
kualitas masa pajang (vaselife) bunga anggrek potong.
Pengamatan panen bunga potong meliputi cara panen, waktu panen, standar
kerja pemanen, pengumpulan hasil panen, alat yang digunakan untuk memanen.
Pengamatan penanganan pascapanen meliputi cara dan kriteria sortir, cara dan
kriteria grading, teknik pengawetan, teknik pengemasan, metode penyimpanan,
bahan kemasan yang digunakan, waktu hingga produk sampai ke konsumen.
Pengamatan vaselife dilakukan di kantor produksi divisi Dendrobium pada
suhu ruangan (27 - 31 oC). Pengamatan dilaksanakan menggunakan varietas
Sonia, Shavin White, dan Aridang Green dengan dua jenis larutan holding yaitu
air sumur dan larutan yang digunakan perusahaan (larutan holding). Jumlah bunga
yang diamati adalah sembilan tangkai setiap perlakuan yang terdiri dari tiga
ulangan dimana setiap ulangan terdiri dari tiga tangkai. Pengamatan dilakukan
setiap hari dengan variable yang diamati sebagai berikut :
1. Jumlah total kuntum bunga
Jumlah keseluruhan kuntum bunga pada satu tangkai bunga anggrek,
terdiri atas jumlah kuntum bunga yang sudah mekar dan jumlah kuntum
bunga yang masih kuncup.
2. Jumlah dan persentase kuntum bunga mekar
Jumlah kuntum bunga yang sudah mekar pada satu tangkai bunga
anggrek. Penentuan persentase kuntum mekar dihitung menggunakan rumus :
3. Perubahan jumlah kuntum mekar
Perubahan jumlah kuntum mekar dihitung berdsarkan nilai rata-rata
kuntum bunga mekar untuk membandingkan kondisi kuntum mekar setiap
minggunya.
14
4. Jumlah dan persentase kuntum bunga layu
Jumlah kuntum bunga yang sudah layu pada satu tangkai bunga anggrek.
Penentuan persentase kuntum layu dihitung menggunakan rumus :
5. Perubahan jumlah kuntum layu
Perubahan jumlah kuntum layu dihitung berdsarkan nilai rata-rata
kuntum bunga layu untuk membandingkan kondisi kuntum layu setiap
minggunya.
6. Jumlah dan persentase kuntum bunga gugur
Jumlah kuntum bunga yang sudah gugur pada satu tangkai bunga
anggrek. Penentuan persentase kuntum gugur dihitung menggunakan rumus :
7. Perubahan jumlah kuntum gugur
Perubahan jumlah kuntum gugur dihitung berdsarkan nilai rata-rata
kuntum bunga gugur untuk membandingkan kondisi kuntum gugur setiap
minggunya.
8. Masa pajang (Vaselife)
Vaselife bunga potong merupakan lamanya umur relatif bunga potong
dalam keadaan tetap segar dan indah setelah dipotong dari tanaman induknya
(Wiryanto,1993). Vaselife bunga potong anggrek dihitung sejak bunga mulai
dipanen sampai 50% dari total kuntum bunga dalam setiap tangkai
mengalami kelayuan.
Analisis Data dan Informasi
Data sekunder maupun data primer yang diperoleh selama kegiatan magang
diolah dan dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif dan kuantitatif.
Analisis deskriptif dilakukan untuk data dan informasi yang bersifat kualitatif.
Analisis kuantitatif dilakukan pada data yang bersifat kuantitatif dengan
menggunakan nilai rata-rata, persentase dan uji t-student.
Analisis deskriptif dilakukan untuk menganalisis produksi bunga anggrek
potong dan kondisi tanaman. Analisis kuantitatif dilakukan untuk menganalisis
vaselife bunga anggrek potong. Analisis yang dilakukan bertujuan untuk
15
membandingkan vaselife anggrek potong yang menggunakan air sumur dengan
larutan yang digunakan perusahaan sebagai larutan holding dan membandingkan
vaselife varietas Shavin dan Aridang Green terhadap varietas Sonia.
KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG
Sejarah Perusahaan
PT. Ekakarya Graha Flora merupakan perusahaan yang bergerak dalam
bidang tanaman hias khususnya anggrek. Produk unggulan dari perusahaan ini
adalah tanaman Anggrek Phalaenopsis. PT. Ekakarya Graha Flora resmi berdiri
pada tanggal 26 Agustus 1996 hasil kerjasama Bapak Amin Supriyadi dengan
Mr. Kwo, dengan Akte Notaris Benny Kristianto, SH. No. 17 dengan nama awal
PT. Ekakarya Graha Perdana seluas 15 ha. Pada tahun 1998, PT. Ekakarya Graha
Perdana diambil alih oleh Bapak Amin Supriyadi dan berganti nama menjadi
PT. Ekakarya Graha Flora.
Lokasi Perusahaan
Perusahaan ini berkantor pusat di Roxy Mas Jakarta, serta memiliki dua
lokasi kebun yaitu Cikampek dan Cipamingkis. Kebun Cikampek, Karawang,
Jawa Barat digunakan untuk tempat produksi anggrek Phalaenopsis tanpa bunga
dan anggrek Dendrobium, Mokara, Vanda, Cattleya, Aranda, serta Ascosenda
dengan bunga maupun tanpa bunga. Kebun Cipamingkis, Sukabumi, Jawa Barat
untuk pembungaan anggrek Phalaenopsis.
Kebun Cikampek PT. Ekakarya Graha Flora terletak pada posisi 60o20‟
sampai dengan 60o30‟ Lintang Selatan dan 106° sampai dengan 106°50‟ Bujur
Timur yang berada pada ketinggian 40 meter di atas permukaan laut. Lokasi
perusahaan berada di jalur akses tol Kalihurip km 64, berdiri di atas lahan sawah
yang tidak produktif lagi dengan kemiringan 0.02 sampai 0.04. Batas-batas
geografis PT. Ekakarya Graha Flora yaitu Barat dengan jalan Interchance, Timur
dengan jalan Desa Cikampek Pusaka, Utara dengan PT. Asiatec Persada, Selatan
dengan PT. Timor Putra Nasional.
Daerah Cikampek memiliki rata-rata curah hujan dalam kurun waktu enam
tahun (2003-2008) yaitu 1,324.32 mm per tahun. Tipe iklim berdasarkan curah
hujan menurut Schmidth Ferguson adalah tipe iklim E yaitu agak kering. Suhu
udara berkisar antara 28 - 36 oC dengan kelembapan udara berkisar antara 45 -
60%.
17
Sarana dan Prasarana Perusahaan
PT. Ekakarya Graha Flora didukung oleh sarana dan prasarana untuk
menunjang kegiatan produksi. Sarana dan prasarana PT. Ekakarya Graha Flora
dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Sarana dan prasarana di PT. Ekakarya Graha Flora.
Fasilitas Jumlah Fungsi
Kantor
Gudang
- Gudang pusat
- Gudang
Dendrobium
Net House
Green House
Mobil boks
berpendingin
Mobil golf
Dayang
Sepeda
Ruang Packing
Ruang Mekanik
Laboratorium
Irigasi Sprinkle
Personal
Computer
Mess
Radio Monitor
3
2
5
18
2
2
1
5
2
2
1
Tidak
Terdata
Tidak
Terdata
4
Tidak
Terdata
Sebagai pusat tempat kegiatan administrasi
Penyimpanan seluruh kebutuhan produksi kebun
Cikampek. Luas areal ± 800 m2
Penyimpaan seluruh kebutuhan produksi divisi
Dendrobium. Luas areal ± 250 m2
Lahan produksi anggrek Dendrobium, Vanda, Mokara,
Cattleya, Ascosenda, dan anggrek koleksi berbunga
maupun tanpa bunga. Luas areal ± 117,557 m2
Lahan produksi anggrek Phalaenopsis tanpa bunga. Luas
areal ± 137,902 m2
Untuk pengangkutan anggrek Phalaenopsis dari maupun
ke kebun Cipamingkis dan pengangkutan anggrek
Dendrobium dengan bunga ke konsumen
Untuk memudahkan transportasi pimpinan dan tamu di
kebun
Untuk mengangkut kebutuhan produksi dari gudang ke
lahan, atau untuk mengangkut sampah ke tempat
penampungan sampah sementara
Untuk memudahkan transportasi karyawan di kebun
Tempat pengecekan kembali dan pengemasan tanaman
yang akan dikirim ke konsumen
Tempat penyimpanan kebutuhan perawatan kebun,
irigasi, dan peralatan produksi lainnya
Tempat produksi bibit Phalaenopsis hasil silangan dari
kebun Cipamingkis dan bibit anggrek Dendrobium
Untuk memudahkan proses penyiraman tanaman
anggrek di Net House
Untuk Penyimpanan pembukuan dan proses administrasi
Untuk tempat tinggal karyawan
Untuk memudahkan komunikasi di kebun antar kepala
regu, koordinator dan kepala bagian. Sumber : PT. Ekakarya Graha Flora, 2011
Keadaan Tanaman dan Produksi
Tahun 2007 PT. Ekakarya Graha Flora memproduksi anggrek Dendrobium
sebagai bunga potong sebesar 949,568 tangkai. Jumlah tersebut mengalami
18
penurunan pada tahun 2008 menjadi 532,330 tangkai (PT. Ekakarya Graha Flora,
2011). Hal ini dikarenakan pada bulan April 2008 beberapa blok tanama bunga
potong mengalami kesalahan pemeliharaan. Data produksi bunga potong di PT.
Ekakarya Graha Flora dari tahun 2007-2010 disajikan pada Lampiran 4.
Varietas yang diproduksi untuk bunga potong yaitu Sonia sebanyak 80%
dengan warna bunga ungu, Shavin sebanyak 15% dengan warna bunga putih, dan
Red Bull sebanyak 5% dengan warna bunga ungu tua, sedangkan untuk pot plant
terdiri dari ± 120 varietas yang dikelompokan menjadi sepuluh kelompok
berdasarkan warna bunga. Awal tahun 2011 PT. Ekakarya Graha Flora melakukan
kebijakan baru dengan tidak menetapkan varietas Red Bull sebagai bunga potong,
melainkan menjadi varietas untuk pot plant. Varietas Aridang Green dan Tanida
Pink ditetapkan sebagai varietas untuk bunga potong dengan komposisi 15,000
tanaman perbulan. Varietas Aridang Green dan Tanida Pink baru dapat dipanen
mulai bulan Oktober 2011. Data produksi bunga potong tahun 2011 disajikan
dalam Lampiran 5.
Gambar 3. Varietas bunga potong Shavin (a), Tanida Pink (b), Sonia (c),
Aridang Green (d), dan Red Bull (e).
19
Struktur Organisasi
Divisi dendrobium PT. Ekakarya Graha Flora dipimpin oleh Mr. Liu Qing
sebagai manager produksi yang dibantu oleh seorang translator. Manager produksi
membawahi kepala bagian produksi, kepala bagian Plant Planning and
Inventarization Control (PPIC), dan kepala bagian Quality Control (QC). Jabatan
untuk kepala bagian QC saat ini masih kosong karena keterbatasan sumber daya
manusia di PT. Ekakarya Graha Flora. Kepala bagian produksi bertugas untuk
mengontrol dan mengawasi kegiatan produksi di kebun, sedangkan kepala bagian
PPIC berperan untuk merencanakan, mengkoordinasi, dan mengevaluasi jalannya
kegiatan produksi. Kepala bagian PPIC dijabat oleh Sophia Sujayati, SP. dan
kepala bagian produksi dijabat oleh Dwi Anggara Sari, SP.. Struktur organisasi
dan jabatan divisi Dendrobium PT. Ekakarya Graha Flora disajikan pada
Lampiran 11.
Kepala produksi dibantu oleh koordinator dan kepala regu bertugas untuk
mengawasi, mengontrol dan mengevaluasi kegiatan produksi yang dilaksanakan
di kebun. Koordinator terbagi menjadi dua yaitu koordinator produksi dan
koordinator packing. Kepala regu terdiri dari kepala regu pemeliharaan, kepala
regu penanaman, kepala regu pot plant dan kepala regu bunga potong. Jabatan
koordinator produksi saat ini masih kosong sehingga tugas ini diserahkan kepada
kepala regu pemeliharaan setiap net house.
Tenaga kerja PT. Ekakarya Graha Flora terdiri dari tenaga kerja tetap dan
tenaga kerja kontrak. Total karyawan PT. Ekakarya Graha Flora divisi
Dendrobium sebanyak 48 orang. Seluruh karyawan PT. Ekakarya Graha Flora
masuk dari hari Senin hingga Jumat dengan jam kerja dimulai dari pukul 07.30
WIB sampai dengan 17.00 WIB dengan waktu istirahat 09.30 - 09.45 WIB dan
12.00 - 13.00 WIB. Jam kerja pada hari Jumat berakhir pada pukul 16.30 WIB
dengan jam istirahat 09.30 - 09.45 WIB dan 11.30 - 13.15 WIB.
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG
Aspek Teknis
Aspek teknis yang telah dilakukan selama melakukan magang meliputi
kegiatan perbanyakan tanaman, aklimatisasi planlet (outflask), penyiraman,
pemupukan, dan pengendalian hama dan penyakit (chemical), kemudian
pengkelasan tanaman (grading), pemanenan tanaman berbunga (pot plant) dan
bunga potong (cut flower), pemeriksaan stok (stock opname), pengemasan
(packing), dan quality control (QC). Kegiatan-kegiatan ini dilakukan selama satu
bulan ketika penulis menjadi operator/pelaksana (karyawan) perusahaan.
Perbanyakan tanaman
Dendrobium termasuk ke dalam jenis anggrek simpodial, yaitu jenis
anggrek dengan pertumbuhan batangnya terbatas dan umumnya membentuk tunas
anakan ke samping. Perbanyakan dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu
perbanyakan secara kultur in vitro, pemisahan rumpun (split), dan pemisahan
tunas (keiki).
Perbanyakan secara in vitro merupakan perbanyakan tanaman menggunakan
media khusus berupa agar dalam botol transparan yang ditumbuhkan dalam
keadaan lingkungan aseptik. Media agar dan komposisi untuk pertumbuhan
planlet terdiri dari dua macam sesuai dengan fase pertumbuhan planlet. Bahan
tanaman yang digunakan berasal dari bagian tanaman (mericlone). Bagian
tanaman biasanya diambil dari tunas muda yang tumbuh di samping.
Kegiatan penerimaan tanaman tidak melalui proses pengecekan oleh tim
khusus di laboratorium, karena telah ditentukan standar tertentu tunas yang dapat
dijadikan bahan tanaman. Tunas diterima oleh koordinator laboratorium dan
dicatat tanggal penerimaan, jumlah tunas yang diterima, dan kode tanaman.
Selanjutnya tunas tersebut diberikan kepada operator penanaman untuk ditanam.
Berbeda dengan buah Phalaenopsis yang dapat disimpan, tunas langsung ditanam
pada hari yang sama dengan penerimaan. Hal ini dilakukan untuk menghindari
tunas menjadi layu yang mengganggu proses pertumbuhannya.
21
Media agar dibuat di dapur laboratorium dibuat sesuai dengan kebutuhan
rencana penanaman. Bahan-bahan dicampur dan direbus hingga mendidih,
kemudian dibiarkan sejenak sebelum dituangkan dalam botol bersih. Botol
kemudian ditutup menggunakan penutup karet yang telah disterilisasi dengan
alkohol 96%. Media tersebut disterilisasi menggunakan autoclave selama 20
menit dengan suhu 121o
C dan tekanan 1,2 bar. Media yang telah steril disimpan
di ruangan khusus media selama tujuh hari untuk memastikan media benar-benar
steril. Sehari sebelum dilakukan penanaman media disterilisasi kembali dengan
menggunakan lampu UV selama 12 jam.
Penanaman dilakukan di Laminar Air Flow yang telah disterilisasi terlebih
dahulu dengan menyalakan lampu UV selama 15 menit. Bagian dalam Laminar
disemprot dan dibersihkan dengan alkohol 80%, kemudian menyalakan kipas dan
alat pembakar. Alat-alat penanaman telah disterilisasi sebelumnya, dan dibungkus
menggunakan kertas alumunium foil dan kertas koran. Sebelum digunakan, alat
disterilisasi kembali dengan membakarnya di atas pembakar selama 25 - 30 detik.
Gambar 4. Penanaman planlet dalam Laminar Air Flow
Tunas yang akan ditanam disterilisasi dengan direndam menggunakan
bayclin (bahan aktif NaClO) selama 15 menit dan dibilas dengan air steril
sebanyak dua kali. Pengupasan kulit dan pembelahan bud dilakukan di dalam air
bilasan terakhir dengan menggunakan pisau steril. Bud yang telah dipotong
ditanam dalam tabung dengan masing-masing tabung berisi satu mata tunas,
kemudian ditutup rapat dan diinkubasi selama satu minggu sampai tunas benar-
benar tidak terkontaminasi. Selanjutnya bud dipindahtanamkan pada botol yang
22
lebih besar dengan menggabungkan bud yang berasal dari tunas yang sama. Bud
dibiarkan selama 2 - 3 bulan sampai terbentuk tunas baru, yang nantinya akan
membentuk planlet (bibit dalam botol).
Proses pertumbuhan bud hingga menjadi planlet muda melalui beberapa
tahap, yaitu:
1. Fase F0, yaitu penanaman bud pertama dari tunas yang baru dibelah hingga
tumbuh tunas muda yang telah terbentuk. Fase ini berlangsung sekitar 2 - 3
bulan.
2. Fase F1, yaitu pindah tanam planlet dari fase F0 yang telah terbentuk daun
walaupun belum memiliki akar. Tujuannya untuk memberikan kembali nutrisi
yang dibutuhkan. Fase ini berlangsung selama 2 - 3 bulan.
3. Fase F2, yaitu pindah tanam planlet dari fase F1 yang telah terbentuk akar
sempurna. Planlet yang telah berukuran lebih besar dipindahkan pada botol
yang baru. Pada tahap ini lebih ditekankan pada pertumbuhan planlet dengan
ukuran kecil agar dapat tumbuh lebih baik lagi. Fase ini berlangsung selama
2 - 3 bulan.
4. Fase F3, yaitu pindah tanam planlet dari fase F2 yang telah terbentuk akar-
akar baru. Pada tahap ini ditekankan pada pertumbuhan akar planlet lebih
baik lagi. Fase ini berlangsung selama 2 - 3 bulan.
5. Fase F4, yaitu pindah tanam planlet dari fase F3 yang telah memenuhi standar
untuk di-sub kultur pada media dan kondisi ruang tumbuh yang berbeda. Fase
ini tidak dilakukan pada semua kode planlet, melainkan hanya pada planlet
yang kondisi pertumbuhannya sesuai. Fase ini berlangsung selama 2 - 3
bulan.
6. Fase PLB (Mother Stock Plant), yaitu fase saat planlet sedang aktif tumbuh
dan menjadi sangat rimbun di dalam satu botol. Fase ini tidak dilalui oleh
semua Planlet, melainkan hanya pada planlet yang lebih banyak
memproduksi tunas muda dibanding planlet yang tumbuh membesar. Planlet
ini berasal dari fase F4 yang belum memenuhi standar untuk dipindahkan ke
media dan ruang tumbuh baru. Fase ini ditekankan pada perbanyakan
pertumbuhan planlet untuk menjadi bahan tanam sub kultur selanjutnya.
Planlet baru dapat memasuki fase S1 setelah melalui dua kali siklus F0 - F4.
23
7. Fase S1, yaitu pindah tanam planlet dari fase F4. Planlet telah memiliki akar
dan daun yang sempurna, tetapi pada fase ini ditekankan pada pengembangan
daun. Planlet di-pindah tanam ke dalam media tanam baru dengan berisi 40
tanaman perbotolnya. Fase ini berlangsung selama 3 - 4 bulan.
8. Fase S2, yaitu pindah tanam planlet dari fase S1. Planlet telah memiliki akar
dan daun yang sempurna, tetapi pada fase ini ditekankan pada pengembangan
akar. Planlet dari fase S1 dipindahkan ke media baru dalam sebanyak 20
tanaman perbotol. Planlet dipelihara selama 3 - 4 bulan, kemudian siap
didistribusikan ke net house untuk ditanam.
Anggrek Dendrobium merupakan anggrek dengan tipe pertumbuhan
simpodial, sehingga perbanyakan tidak hanya melalui perbanyakan secara in vitro.
Perbanyakan dapat dilakukan secara vegetatif dengan cara pemisahan rumpun
(split) dan pemisahan tunas batang (keiki). Perbanyakan melalui cara ini juga
dapat membentuk individu baru yang memiliki sifat sama persis dengan induknya.
Pemisahan rumpun dilakukan dengan ketentuan tanaman induk yang akan
dipisahkan minimal berumur lima bulan dan rumpun memiliki minimal empat
batang sehat. Hasil tanaman yang telah dipisahkan memiliki minimal satu batang
sehat. Tanaman yang telah dipisahkan, ditanam ke dalam pot plastik ukuran 1,5”
dengan menggunakan media tanam berupa sabut kelapa. Pemeliharaan tanaman
hasil split dilakukan di nursery selama 3 - 5 bulan.
Aklimatisasi Planlet (Outflask)
Aklimatisasi Planlet (Outflask) merupakan kegiatan penanaman bibit hasil
kultur jaringan ke pot plastik ukuran 1.5”, bibit tersebut kemudian disebut sebagai
bibit flasko. Kegiatan diawali dengan dilakukan pengeluaran planlet
menggunakan pinset. Planlet yang telah dikeluarkan ditempatkan ke dalam
keranjang. Media tanam berupa sabut kelapa telah direndam terlebih dahulu sehari
sebelum pelaksanaan penanaman.
Keranjang yang berisi planlet dibawa ke tempat pencucian. Planlet
dimasukkan ke dalam wadah pertama yang berisi air untuk membersihkan media
agar. Selanjutnya planlet dipindahkan ke dalam wadah kedua untuk
membersihkan media agar yang masih menempel setelah pencucian pertama.
24
Setelah itu, planlet ditempatkan kembali ke dalam keranjang untuk dikeringkan
sejenak sebelum ditanam.
Planlet kemudian disortasi untuk menentukan klasifikasi berdasarkan
ukuran. Planlet yang pertumbuhannya tidak normal dan berukuran tinggi kurang
dari 2 cm tidak ditanam melainkan dibuang. Planlet yang telah disortasi
ditempatkan dalam keranjang sesuai kelompok ukuran dan siap untuk ditanam.
Gambar 5. Ukuran planlet siap tanam
Penanaman planlet diakukan oleh tim repotting. Pertama-tama akar
dibungkus dengan media tanam berupa sabut kelapa, kemudian dimasukkan ke
dalam pot dengan posisi tanaman berada di tengah dan tidak goyah. Sabut kelapa
yang digunakan tidak boleh terlalu tinggi membungkus batang bagian bawah,
harus tepat di atas permukaan akar. Sebelum dilakukan penanaman sabut kelapa
ditiriskan dan dibersihkan kembali di tempat pencucian menggunakan air bersih.
Gambar 6. Penanaman planlet ke dalam pot plastik ukuran 1.5”
25
Planlet yang telah ditanam dalam pot disusun ke dalam talam. Talam pot
ukuran 1.5” dapat memuat 40 pot dalam satu talam. Talam-talam ini kemudian
diangkut menggunakan troli untuk disusun di atas bed di dalam nursery. Talam
tanaman kemudian diberi label berisi kode tanaman, nama varietas, dan bulan
tanam. Planlet dipelihara di nursery selama 5 - 8 bulan hingga mencapai standar
untuk ditanam di net house.
Kode tanaman
Varietas
Bulan tanam
Gambar 7. Label tanaman di nursery PT. Ekakarya Graha Flora
Satu tim repotting terdiri dari dua orang operator dan satu orang kepala
regu. Kepala regu bertugas untuk menyiapkan kebutuhan penanaman planlet dan
mensortir planlet yang akan ditanam. Target penanaman yaitu 960 pot per orang
untuk satu hari kerja (HK) selama delapan jam. Penulis hanya mampu melakukan
penanaman sebanyak 236 pot.
Penanaman Bibit (Planting)
Penanaman bibit merupakan kegiatan penyebaran bibit di net house untuk
dipelihara hingga tanaman siap dijual. Kegiatan diawali dengan pengambilan bibit
di nursery sebelum kegiatan penanaman dilakukan. Bibit ditempatkan pada
keranjang hingga berisi lima puluh bibit pada setiap keranjang. Keranjang bibit
beserta pupuk kandang ditempatkan pada troli untuk dibawa ke net house. Media
tanam berupa arang dan batu split telah ditaruh di net house sehari sebelum
pelaksanaan penanaman.
Penanaman bibit dilakukan oleh tim repotting. Pertama-tama pot diisi
dengan batu split hingga sepertiga tinggi pot, kemudian bibit ditaruh ditengah pot
26
dan dimasukkan arang hingga batas yang terdapat pada pot. Tanaman peruntukan
pot plant menggunakan arang kayu dan tanaman untuk bunga potong
menggunakan campuran antara arang kayu dan arang bakau. Arang bakau
memiliki sifat lebih tahan lama dibandingkan dengan arang biasa, sehingga
digunakan untuk campuran tanaman peruntukan bunga potong yang mencapai
umur pemeliharaan hingga 60 bulan. Bibit yang telah ditanam disusun pada bed
yang telah tersedia di net house dengan bantuan operator pemeliharaan net house.
Pada bagian depan bed diletakkan label varietas yang telah ditanam.
Kode tanaman
Varietas
Bulan tanam
Gambar 8. Label tanaman di net house PT. Ekakarya Graha Flora
Target penanaman yaitu 800 pot tanah liat ukuran 7” dan 720 pot tanah liat
ukuran 8” untuk satu hari kerja (HK) selama delapan jam. Penulis hanya mampu
melakukan rata-rata penanaman sebanyak 400 pot tanah liat ukuran 7” dan 300
pot tanah liat ukuran 8” untuk satu HK.
Gambar 9. Perbadingan ukuran pot tanah liat 7” untuk budidaya pot plant (kanan)
dan pot tanah liat 8” untuk budidaya bunga potong (kiri)
27
Pindah Tanam (Repotting)
Kegiatan ini terdiri dari dua yaitu memindahtanamkan tanaman ke pot yang
lebih besar dan mengganti media tanam dengan media tanam baru. Kegiatan ini
dilakukan oleh tim repotting dengan tenaga kerja wanita karena membutuhkan
kehati-hatian agar akar dan tanaman tidak mengalami kerusakan saat proses
pencabutan.
Pindah tanam 1,5” ke 7”/8”. Kegiatan dilakukan ketika tanaman pot 1,5”
berumur sekitar 5 - 6 bulan dari aklimatisasi dan telah mencapai tinggi minimal 7
cm. Tanaman 1,5” dipindahkan dengan cara mendorong media melalui lubang
aerasi pada bagian bawah pot hingga tanaman keluar dari pot lama dengan
menggunakan besi pendorong. Akar tanaman yang terlalu panjang dan keluar dari
pot dipotong untuk merangsang pertumbuhan akar baru.
Tanaman yang telah dicabut disusun dalam keranjang hingga lima puluh
buah untuk didistribusikan ke net house. Penanaman di net house dilakukan
dengan menggunakan arang sesuai dengan peruntukan tanaman yang telah
disediakan. Pertama-tama pot tanaman diberi batu split hingga sepertiga bagian
pot, kemudian bibit ditaruh di tengah-tengah pot. Setelah itu arang dimasukkan ke
dalam pot hingga batas yang ada dalam pot. Tanaman peruntukan pot plant
diberikan pupuk kandang yang berasal dari kotoran kambing. Tanaman yang telah
ditanam disusun di atas bed dan diberi label yang berisi kode tanaman, varietas,
dan bulan tanam pada ujung bed.
Penggantian media. Kegiatan dilakukan pada tanaman yang telah berumur
minimal dua tahun. Kegiatan diawali dengan pencabutan dan penyusunan
tanaman di samping bed oleh kepala regu. Dua orang bertugas membersihkan
media lama dan lumut yang tumbuh di sekitar perakaran dan penanaman ke
dalam pot baru. Akar tanaman yang terlalu panjang dan busuk dipotong untuk
merangsang pertumbuhan akar baru.
Tanaman yang telah dicabut disusun didepan bed untuk ditanam kembali
menggunakan media arang baru. Arang yang digunakan sesuai dengan peruntukan
tanaman tesebut. Pot tanaman diberi batu split hingga sepertiga bagian pot,
28
kemudian bibit ditaruh di tengah-tengah pot. Tanaman yang medianya telah
diganti disusun di atas bed asal sesuai dengan kode tanaman dan varietas.
Pemeliharaan Tanaman
Pemeliharaan merupakan kegiatan yang penting diperhatikan agar tanaman
tumbuh dengan baik. Kegiatan ini meliputi pemupukan, pengecekan kosi (kosong
diisi), sortasi, penyiraman air, serta pengendalian hama dan penyakit (chemical).
Tim pemeliharaan dibagi menjadi tiga tim, yaitu tim pemeliharaan net A dan B,
tim pemeliharaan net C dan nursery, dan tim pemeliharaan net D dan E. Masing-
masing tim dikepalai oleh satu kepala regu masing-masing net house.
Sterilisasi tanaman. Kegiatan ini dilakukan pada bibit impor yang baru tiba di
kebun, tanaman yang terkena busuk daun, dan planlet yang baru ditanam
(aklimatisasi). Sterilisasi dilakukan 1 - 2 hari setelah bibit impor ditata di nursery,
dibuang bagian daun yang terkena busuk daun, dan bibit ditanam. Sterilisasi
dilakukan dengan menggunakan larutan Dithane M45 80WP (bahan aktif
Mankozeb 80%) dengan konsentrasi 1.5 gr/L. Larutan dicampurkan dalam tempat
khusus berupa tong yang digunakan di nursery. Larutan dialirkan ke tanaman
melalui selang hingga merata. Penyiraman dilakukan pagi hari maksimal pukul
sebelas dan bibit basah merata.
Pemupukan (fertigasi). Pemupukan merupakan kegiatan pemberian nutrisi
tambahan yang dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhannya. Pemupukan
dilakukan dua kali seminggu disesuaikan dengan kondisi media dan cuaca. Pupuk
yang digunakan terdiri dari tiga pupuk anorganik. Penggunaan disesuaikan dengan
umur dan peruntukan tanaman. Pupuk utama yang digunakan yaitu pupuk
PETERS dengan komposisi utama NPK dengan perbandingan 20:20:20.
Komposisi lain yang juga terdapat dalam pupuk ini antara lain : Magnesium
0.05%, Boron 0.0068%, Copper 0.0036%, Iron 0.05%, Manganase 0.25%, Zinc
0.0025%, Molybdenum 0.0009%. Pemberian pupuk dilakukan berseling setiap
minggu antar jenis pupuk atau sesuai dengan instruksi dari manager produksi.
Adapun standar penggunaan konsentrasi pupuk dan peruntukannya dapat dilihat
pada Tabel 3.
29
Tabel 3. Standar konsentrasi dan peruntukan penggunaan pupuk
No Nama Pupuk Konsentrasi
(g/l) Peruntukan
1
2
3
4
5
Instant Growth 13:27:27
Instant Growth 21:21:21
Peters 20:20:20
Instant Growth 12:45:12
Peters 20:20:20
Hyponex 20:20:20
1.2
1.5
1.2
0.4
0.8
1
Pot plant umur 0 - 12 bulan
Cut flower umur 0 - 12 bulan
Cut flower dan pot plant
umur > 12 bulan
Cut flower dan pot plant
umur > 12 bulan
Tanaman di nursery Sumber : Kantor Produksi PT. Ekakarya Graha Flora
Pemupukan dilakukan dengan menggunakan pupuk sesuai dengan
peruntukan dan usia tanaman. Pupuk tersebut dicampur dengan sedikit air dalam
ember kemudian diaduk hingga larut. Kemudian larutan pupuk tersebut dicampur
dalam bak penampungan yang telah terisi air sesuai dosis yang telah ditentukan.
Larutan pupuk disebarkan ke net house dengan menggunakan pompa melalui
pipa-pipa yang tersebar dalam rumah kaca. Selang dihubungkan pada kran yang
terdapat pada pipa-pipa tersebut, kemudian larutan pupuk disemprotkan pada
tanaman secara merata.
Pemupukan dilakukan maksimal hingga pukul sebelas pagi dan dilanjutkan
pukul setengah empat hingga pukul lima sore hari. Pupuk harus tersebar merata
terutama pada bagian bawah permukaan daun, kondisi media tanam tidak boleh
terlalu basah. Target pemupukan yaitu 400 m2 per orang per jam.
Gambar 10. Proses pembuatan larutan pupuk (a),
dan proses aplikasi pemupukan pada tanaman (b)
30
Sortasi. Sortasi merupakan kegiatan pemeliharaan tanaman dengan menyeleksi
tanaman yang tidak tumbuh dengan baik. Tanaman yang masuk kriteria ini antara
lain tanaman yang pertumbuhannya tidak mencapai standar, tanaman mutan
(tumbuh tidak normal/kelainan), tanaman busuk, dan tanaman yang melewati
batas waktu pertumbuhan. Tanaman kemudian dimusnahkan di tempat
pemusnahan tanaman dengan cara dibakar. Kegiatan ini dilakukan pada seluruh
tanaman baik yang berada di nursery maupun di net house. Operator pemeliharaan
yang melakukan sortasi mencatat jumlah dan penyebab tanaman tersebut
dimusnahkan pada blanko pemusnahan tanaman dengan diketahui oleh kepala
regu net house dan diserahkan kepada staf QC yang bertugas.
Selama sortasi juga dilakukan pembersihan daun yang telah menguning atau
kering pada tiap tanaman dan pembersihan gulma yang tumbuh di media. Daun
yang telah menguning atau kering langsung dicabut dari tanaman dan
dikumpulkan dalam tong untuk dimusnahkan. Pupuk tambahan berupa kotoran
kambing menimbulkan gulma masih sering dijumpai walau jumlahnya sedikit,
sehingga perlu dibersihkan agar tidak mengganggu pertumbuhan tanaman.
Pengecekan Kosi (Kosong Diisi). Istilah ini sebenarnya digunakan pada bed
tanaman yang terdapat kekosongan pot karena tanaman diambil untuk pot plant.
Pengecekan kosi dilakukan pada seluruh bed di net house. Kegiatan dilakukan
oleh operator pemeliharaan di net house. Istilah ini juga digunakan pada bed
tanaman yang kosong akibat adanya tanaman yang busuk dan rijek sehingga perlu
dimusnahkan. Pengisian kosi dilakukan dengan cara menghitung jumlah tanaman
yang terambil pada masing-masing bed, kemudian mengambil tanaman yang
berada di bagian paling belakang bed untuk ditaruh di bagian yang kosong pada
bed tersebut.
Penyiraman air. Penyiraman air hanya dilakukan apabila media terlihat kering
dan cuaca panas. Penyiraman air ditujukan agar tanaman tidak kekurangan air
dan layu sehingga mengganggu proses pertumbuhannya. Penyiraman air juga
ditujukan untuk menurunkan suhu lingkungan sekitar dan mendinginkan tanaman
agar tidak mudah terbakar saat akan dilakukan pemupukan maupun penyemprotan
31
pestisida. Hal ini karena jenis pestisida tertentu memiliki kandungan bahan aktif
yang cukup keras dan panas bagi tanaman.
Penyiraman air pada tanaman dilakukan selama ± 20 menit. Aplikasi
penyiraman menggunakan sprinkle yang telah terpasang diseluruh net house.
Penyiraman dilakukan pada waktu pagi hari sekitar pukul 05.00 - 06.00. Hal ini
ditujukan agar kegiatan penyiraman tidak mengganggu aktivitas para operator
maupun karyawan saat jam kerja mulai. Pada penyiraman air terdapat perbedaan
saluran dan tempat penyaluran air. Air untuk penyiraman tidak ditampung dahulu
di tong, melainkan langsung dari kolam penampungan air menggunakan pompa
dengan kapasitas enam blok.
Pengendalian hama dan penyakit tanaman. Kegiatan ini merupakan kegiatan
penyemprotan larutan pestisida pada tanaman untuk melindungi tanaman dari
serangan hama dan penyakit. Penyemprotan dilakukan setiap dua kali seminggu
dan dilakukan pada pagi hari maksimal pukul sebelas dan dilanjutkan pada sore
hari mulai pukul 15.30. Adapun jenis pestisida beserta konsentrasi dan
kegunaannya dapat dilihat pada Lampiran 8.
Penggunaan pestisida dilakukan secara bersamaan atau kombinasi sesuai
kegunaannya. Biasanya digunakan tiga jenis pestisida secara bersamaan untuk
tungau, thrips, dan jamur, karena faktor inilah yang sering ditemukan di kebun.
Pestisida tersebut dilarutkan secara bersamaan dan konsentrasi larutan disesuaikan
dengan jumlah larutan yang akan dibuat. Pestisida-pestisida tesebut dilarutkan
terlebih dahulu di dalam ember kecil dengan ditambahkan Agristick (bahan aktif
Alkilaril Poliglikol Eter) sebagai perekat dengan konsentrasi yang telah
disesuaikan sebelum dilarutkan ke tong khusus untuk pestisida. Larutan tersebut
diaduk hingga merata dan dimasukkan ke tong khusus untuk pestisida sesuai
lokasi net house aplikasinya. Selanjutnya larutan dan air diaduk hingga merata
dan pompa dinyalakan untuk mengalirkan larutan pestisida ke net house melalui
pipa-pipa yang telah tersebar.
Penyemprotan pestisida dilakukan dengan menggunakan stik dengan nozel
berlubang satu, dimana kehalusan butiran semprot telah diatur terlebih dahulu
menyerupai kabut agar penyemprotan lebih merata dan tidak berlebihan. Volume
32
semprot sekitar 18,6 liter untuk satu bed tanaman dengan jumlah tanaman perbed
berkisar antara 600 - 700 pot.
Gambar 11. Kegiatan aplikasi pestisida
Pengkelasan Tanaman (Grading)
Pengkelasan tanaman merupakan menyeleksi tanaman berdasarkan kriteria
tertentu yang kemudian dikelompokkan ke dalam beberapa kelas. Kelas-kelas
yang diberikan antara lain kelas 1, kelas 2, dan kelas 3. Kriteria kelas tanaman
dapat dilihat pada Lampiran 9.
Kegiatan pengkelasan tanaman ini dibagi menjadi dua:
1. Pengkelasan pindah tanam (grading repotting), yaitu pengkelasan tanaman
yang dilakukan pada tanaman yang telah siap dipisah (split). Tanaman yang
akan dipisahkan minimal memiliki umur lima bulan dan memiliki empat
batang sehat dalam satu pot. Tanaman yang masuk kriteria pindah tanam
dipindahkan ke bagian depan bed dan diberi tanda batas dengan pot kosong.
2. Pengkelasan konsumen (grading inden), yaitu pengkelasan tanaman yang
dilakukan pada tanaman yang telah dipesan oleh konsumen untuk memenuhi
kriteria tertentu. Tanaman yang telah masuk kriteria tertentu dipindahkan
pada blok khusus tanaman inden agar pada saat hari pengiriman keadaan
tanaman sesuai dengan pesanan konsumen. Pengkelasan ini dilakukan 1 - 2
minggu sebelum tanggal pengiriman. Pengecekan QC dilakukan pada saat
tanaman berada di ruang packing untuk dipak ke tempat tujuan. Pengemasan
disesuaikan dengan daerah tujuan tanaman tersebut.
33
Pengkelasan tanaman dilakukan oleh operator pemeliharaan tanaman dan
operator packing di net house. Pengkelasan dilakukan pada siang hari saat proses
pemupukan dan pengobatan dihentikan. Ketika melakukan pengkelasan tanaman,
dua orang operator berpasangan untuk mempermudah dan efisiensi waktu kerja.
Tanaman yang dikelompokan sesuai dengan kriteria pot plant, jika tanaman
dipindah ke blok khusus untuk tanaman inden maka dibuat laporan bed transfer
mix oleh kepala regu net house.
Pemeriksaan Stok (Stock Opname)
Merupakan kegiatan pendataan semua transaksi tanaman yang dilakukan
sehari-hari, baik tanaman yang ditanam, dipindahtanam, dikelaskan, diransfer ke
net house lain atau bed lain dalam satu net house, tanaman yang dimusnahkan,
distribusi bibit dari nursery, tanaman yang didistribusikan ke konsumen, dan
pengembalian tanaman dari konsumen. Semua data kegiatan tersebut dicatat
dalam kartu stok yang dapat dilihat pada Lampiran 10.
Tim stok terdiri dari dua orang operator dan satu orang administrasi. Dua
orang operator stok bertugas sesuai dengan tanggung jawab masing-masing atas
segala transaksi yang dilakukan dalam net house yang menjadi tanggung
jawabnya. Setiap kepala regu repotting dan pemeliharaan yang melakukan
transaksi/kegiatan mencatat data tanaman yang ditransaksikan ke dalam laporan
harian, kemudian laporan diserahkan kepada administrasi stok untuk dimasukkan
ke dalam software yang telah disediakan dalam komputer di kantor produksi.
Data-data transaksi diterima dari laporan harian tim repotting dan tim
pemeliharaan yang melakukan aktivitasnya dalam net house yang menjadi
tanggung jawab masing-masing operator stok.
Operator stok harus melakukan pengecekan data tanaman di lapang dengan
kesesuaian data laporan harian yang diterima dan segera melakukan koreksi
bersama tim yang memberikan laporan jika ditemukan ketidaksesuaian data di
lapang dengan laporan harian yang diterima. Data yang telah sesuai kondisi
lapang kemudian ditulis dalam kartu stok sesuai dengan net house dan blok
masing-masing. Selanjutnya data-data tersebut dilaporkan kepada administrasi
stok dan dicek kesesuaiannya dengan data yang telah diinput setiap harinya.
34
Panen
Selama kegiatan ini penulis hanya diperbolehkan mengikuti proses dan
melakukan pengamatan saja. Target panen bunga potong yaitu 190 tangkai per
orang per jam. Bunga yang dapat dipotong merupakan bunga yang telah memiliki
tingkat kemekaran 70 - 80% sesuai standar ukuran bunga tersebut.
Pelaksanaan panen telah diatur sebelumnya oleh kepala regu bunga potong.
Setiap operator panen bunga potong telah mendapatkan wilayah panen masing-
masing, sehingga hasil panen antar operator tidak tercampur. Masing-masing
operator mendapatkan 4 - 5 blok untuk dipanen dua kali setiap minggunya. Proses
panen dilakukan hingga seluruh bunga yang telah memenuhi kriteria dipanen.
Bunga yang telah dipanen sementara ditaruh di troli untuk selanjutnya
ditransfer ke ruang packing. Bunga dikumpulkan berdasarkan blok dan bulan
tanam masing-masing. Hal ini ditujukan agar mempermudah proses pencatatan
hasil panen dan laporan evaluasi selanjutnya.
Pascapanen
Periode pascapanen (postharvest period) adalah rentang waktu antara saat
dipanennya hasil tanaman sampai hasil tanaman tersebut dapat dikonsumsi.
Periode pascapanen tidak hanya selama di gudang atau simpanan dan selama di
pasar, tetapi juga masih mencakup rentang waktu yang lain. Oleh karena itu,
selama periode pascapanen sering muncul hama dan penyakit. Penyakit yang
terdapat pada periode pascapanen disebut penyakit pascapanen (postharvest
disease) atau penyakit fase kedua (second phase disease).
Periode pascapanen secara umum mencakup beberapa tahap, seperti
pengangkutan (transporting), pemilihan (sorting, selecting), pengkelasan
(grading), pengemasan (packaging), penyimpanan (storing), dan penyebaran
(distributing). Namun demikian, lamanya atau panjangnya periode pascapanen
tidak sama, dan ini sangat dipengaruhi oleh macam dan penggunaan suatu
komoditas, termasuk juga tahap-tahap pekerjaan yang dialami komoditas tersebut.
Tim pascapanen terdiri dari dua regu, yaitu regu pot plant dan bunga
potong. Regu pot plant terdiri dari dua orang operator dan satu kepala regu,
sedangkan regu bunga potong terdiri dari tiga orang operator dan satu orang
kepala regu.
35
Pengangkutan. Pengangkutan merupakan kegiatan memindahkan tanaman dari
lokasi panen ke ruang packing untuk diproses ke tahap selanjutnya. Selama proses
panen, bunga anggrek yang telah dipotong ditampung terlebih dahulu di troli
pengangkutan bunga. Penyimpanan bunga hasil panen di troli disesuaikan dengan
blok letak tanaman tersebut dipelihara untuk mempermudah proses evaluasi
tanaman.
Gambar 12. Troli penampungan dan pengangkutan bunga potong
Pengkelasan. Pengkelasan merupakan kegiatan memisahkan bunga ke dalam
kriteria tertentu berdasarkan jumlah kuntum bunga, jumlah kuntum mekar, dan
jumlah kuntum kuncup. Bunga dipisahkan antara bunga dengan kuntum bunga
lengkap, kuntum bunga hilang satu, dan kuntum bunga hilang lebih dari satu.
Bunga dengan penampakan baik dan kuntum lengkap dimasukkan ke dalam kelas
good flower, kemudian dikelaskan berdasarkan panjang tangkai, jumlah kuntum
keseluruhan, dan jumlah kuntum mekar. Bunga tersebut dikelaskan menjadi
ukuran XL, L, M, S, BQ, SS, dan UZ. Bunga dengan kuntum bunga hilang satu
dimasukkan dalam kelas second grade (SG) dengan ukuran bunga minimal M,
sedangkan bunga dengan kuntum hilang lebih dari satu, tangkai bengkok, dan
kuntum hilang satu dengan ukuran S, BQ, SS dan UZ dimasukkan dalam kelas
reject (RZ). Bunga yang telah dikelaskan diikat setiap sepuluh tangkai sesuai
dengan ukurannya, kemudian diletakkan pada troli pengkelasan. Kriteria bunga
potong dapat dilihat pada Lampiran 9.
36
Gambar 13. Meja grading bunga potong (a); ukuran bunga potong (kiri ke kanan)
XL, L, M, S, BQ, SS dan UZ (b)
Pengawetan. Pengawetan merupakan kegiatan pemberian larutan tertentu untuk
memperpanjang kesegaran bunga setelah dipotong dari tanaman induknya.
Pengawetan dilakukan pada bunga yang baru dipotong dan pada bunga yang telah
dikelaskan. Pengawetan pada bunga yang baru dipotong dilakukkan dengan
memasukkan bunga ke dalam ember berisi larutan perendaman untuk menjaga
kesegaran bunga. Sebelum dimasukkan ke dalam ember, bunga disiram terlebih
dahulu dengan air untuk menghilangkan panas lapang. Bunga yang telah
dikelaskan diawetkan dengan menggunakan kapas yang telah direndam
menggunakan larutan pengawet dan dibungkus dengan plastik putih yang
kemudian diikat dengan karet.
Pengemasan (Packing). Pengemasan tanaman merupakan kegiatan
pembungkusan tanaman ke dalam wadah tertentu sebelum tanaman
didistribusikan ke konsumen. Kegiatan ini dibedakan menjadi dua, yaitu
pengemasan bunga potong dan pengemasan pot plant. Pengemasan bunga potong
hanya ditujukan untuk distribusi lokal, sedangkan pot plant ditujukan untuk
distribusi lokal dan luar kota. Bunga potong ukuran XL, L, M, S, dan SG dikemas
sebanyak lima ikat perkardus dengan posisi saling menyilang antar kuntum bunga
dan ujung tangkai, sedngkan bunga potong ukura BQ, SS, dan UZ dikemas
sebanyak sepuluhikat perkardus dengan posisi kuntum buga berada pada ujung
luar boks. Ujung kuntum bunga diletakkan dengan jarak 10 cm dari boks karton
untuk mencegah kerusakan akibat benturan selama proses pengiriman.
37
Gambar 14. Posisi bunga potong dalam boks isi 5 ikat (a) isi 10 ikat (b)
Berdasarkan jenisnya pengemasan pot plant dibedakan menjadi tiga, yaitu
pengemasan tanaman dalam kota, pengemasan luar kota, dan pengemasan
tanaman tanpa pot dan media (bareroot). Boks karton yang digunakan berbeda
pada setiap produk bunga potong dan pot plant. Ukuran boks karton untuk
pengemasan bunga potong dapat dilihat pada Tabel 4 dan Gambar 15.
Tabel 4. Ukuran boks karton packing
No Ukuran Peruntukan Kapasitas
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
160 x 60 x 32
60 x 47.5 x 43
75 x 55 x 54
80 x 37 x 10
65 x 37 x 10
55 x 34 x 10
65 x 30 x 10
Pot plant bare root
Pot plant ukuran pot 7”
Pot plant ukuran pot 8”
Cut flower Sonia dan Red Bull ukuran
XL, L, SG
Cut flower Sonia dan Red Bull ukuran M
dan S
Cut flower Sonia dan Red Bull ukuran SS
dan UZ
Cut flower Sonia dan Red Bull ukuran BQ
Cut flower Shavin ukuran M dan S
75- 100 tanaman
20 pot
20 pot
50 tangkai
50 tangkai
100 tangkai
50 tangkai
50 tangkai
Gambar 15. Ukuran boks karton packing bunga potong
38
Pengemasan dalam kota dilakukan untuk tanaman yang akan didistribusikan
ke kota-kota di wilayah Jawa Barat, Jakarta, dan Banten. Kegiatan diawali dengan
seleksi dan pengecekan tanaman di net house sesuai dengan permintaan
konsumen. Beberapa pot plant di dalam net house telah dipisahkan untuk setiap
konsumen minimal dua bulan sebelum tanggal pengiriman untuk memudahkan
alokasi jumlah tanaman yang tersedia di net house. Tanaman diperiksa kondisinya
sebelum dikemas dan dihitung jumlah serta varietas tanaman. Pemeriksaan ini
ditujukan agar tanaman yang tidak memenuhi kriteria dan terserang hama
penyakit tidak lolos, sehingga kualitas tanaman terjaga. Pemeriksaan juga
ditujukan untuk menyesuaikan jumlah, varietas, serta umur tanaman agar tidak
terjadi kesalahan administrasi saat proses evaluasi selanjutnya.
Tanaman yang telah memenuhi kriteria dan standar disusun ke dalam troli
untuk ditransfer ke ruang packing atau langsung dikemas di net house dalam
karton boks dan dibawa ke ruang packing. Satu karton boks berisi dua puluh buah
tanaman dengan ukuran pot tanah liat 8” dan dua puluh empat buah tanaman
dengan ukuran pot tanah liat 7”. Penyusunan tanaman dalam karton boks
dilakukan dengan meletakkan pot secara vertikal di sela-sela batang tanaman yang
berada di bawahnya. Selanjutnya tanaman yang telah selesai dikemas dituliskan
nama konsumen, varietas dan jumlah tanaman pervarietas untuk memudahkan
pengecekan dalam pembuatan bukti pengeluaran tanaman (BPT).
Tanaman yang akan didistribusikan ke daerah-daerah di luar wilayah Jawa
Barat, Jakarta, dan Banten dikemas dengan menggunakan pengemasan luar kota,
dan pengiriman dilakukan dengan menggunakan kendaraan milik konsumen.
Produk dikirim biasanya dalam bentuk pot plant dan bareroot. Tahap persiapan
pengemasan luar kota sama dengan pengemasan dalam kota, namun tanaman yang
telah diseleksi ditransfer ke ruang packing untuk dibungkus terlebih dahulu
sebelum dikemas dalam karton boks. Setelah ditransfer ke ruang packing
dilakukan QC untuk memeriksa kembali kualitas tanaman. Tanaman yang tidak
memenuhi standar QC dikembalikan ke bed asalnya dan ditukar dengan tanaman
baru. Tanaman yang telah lolos QC dibungkus dengan kertas tisu untuk bagian
tangkai bunga dan kertas koran untuk bagian batang beserta daun kemudian
tanaman disusun dalam boks karton.
39
Tanaman bareroot merupakan tanaman pot plant yang dikirim tanpa
menggunakan pot dan media, sehingga sebelum dilakukan pengemasan QC
kembali melakukan pengecekan untuk memastikan tanaman telah bersih dari
media. Tahap persiapan pengemasan bareroot sama dengan pengemasan luar
kota, namun pembungkusan hanya dilakukan pada tangkai bunga dengan
menggunakan kertas tisu. Penyusunan tanaman bareroot dilakukan dengan
meletakkan tanaman dalam karton boks secara horizontal, tangkai bunga berada di
tengah-tengah boks dan saling berhadapan. Sebelum boks ditutup rapat tanaman
diikat terlebih dahulu dengan menggunakan tali rafia agar tanaman tidak goyah
selama dalam perjalanan. Pengemasan pot plant dapat dilihat pada Gambar 16.
Gambar 16. Jenis-jenis pengemasan pot plant dalam kota (a);
bareroot (b); dan luar kota (c).
Boks karton yang telah siap dikirim diberi stempel, tanda tangan, dan
tanggal oleh tim QC sebagai tanda bahwa produk tersebut telah lolos QC.
Koordinator membuat bukti pengeluaran tanaman untuk diserahkan ke bagian
administrasi stok. Pengiriman tanaman dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang
telah disusun oleh koordinator packing. Boks karton kemudian disusun dalam
mobil boks berpendingin untuk dikirim ke konsumen. Penyusunan karton boks
dalam mobil tidak disusun secara bertumpuk karena bagian atas boks terdapat
40
tangkai bunga sehingga boks tidak tertutup. Satu mobil boks dapat memuat sekitar
delapan belas boks pot plant.
Gambar 17. Penyusunan boks pot plant dalam mobil boks
Quality Control (QC)
Kegiatan QC merupakan kegiatan pengecekan dan pengawasan mutu
tanaman untuk memastikan produk tanaman sesuai dengan standar yang berlaku
diperusahaan. Standar yang berlaku di PT. Ekakarya Graha Flora telah terdaftar di
ISO (International Standard of Organization), yaitu ISO 9001:2000. Kegiatan QC
ini meliputi seluruh kegiatan produksi dari penerimaan bibit hingga pengemasan
tanaman. Kegiatan QC juga dilakukan saat penerimaan bahan baku dan barang-
barang untuk mendukung kegiatan produksi.
Kegiatan QC di nursery meliputi kegiatan penerimaan planlet dari
laboratorium. Staf QC disini bertugas untuk memastikan tidak ada botol planlet
yang terkontaminasi. Kegiatan dalam Nursery juga mencakup pengecekan bibit
impor (small dan medium size), bibit split, dan penanaman ke pot 1,5”. Seluruh
data pengecekan tersebut dicatat ke dalam blanko khusus untuk selanjutnya
diserahkan kepada kepala bagian PPIC.
Kegiatan staf QC yang berhubungan dengan kegiatan penerimaan bahan
baku produksi terutama penerimaan arang, pot, pupuk, dan pestisida. Staf QC
disini bertugas untuk mengecek kesesuaian arang dan pot dengan standar
perusahaan. Pemeriksaan pupuk dan pestisida ditujukan untuk mengecek kondisi
kemasan dan kelayakan produk tersebut. Selain itu staf QC juga yang menentukan
apakah bahan baku tersebut dapat diterima atau dikembalikan kepada penjualnya.
41
Pada kegiatan pengemasan tanaman, staf QC bertugas untuk mengecek
kondisi tanaman selama persiapan sebelum pengemasan tanaman agar sesuai
dengan standar kualitas perusahaan. Tanaman yang tidak memenuhi standar
dikembalikan ke net house dan diganti dengan tanaman yang baru, sehingga
tanaman yang diterima konsumen merupakan tanaman yang baik.
Pemasaran
Pemasaran merupakan kegiatan yang biasanya paling penting dalam
agribisnis. Pemasaran merupakan kegiatan menyampaikan produk dari produsen
ke konsumen dengan transaksi jual-beli. Artinya pemilik barang menjual kepada
pembeli pada tingkatan harga yang disepakati. Produk yang dihasilkan PT.
Ekakarya Graha Flora yaitu tanaman Anggrek Phalaenopsis, Dendrobium,
Mokara, Vanda, Ascosenda, Cattleya, Anthurium, Lili, dan bunga potong
Dendrobium.
Promosi yang dilakukan PT. Ekakarya Graha Flora antara lain melalui
website dengan alamat www.grahaflora.com, pembagian katalog pada pembeli
yang datang langsung ke showroom PT. Ekakarya Graha Flora, pemberian label
pada produk yang dihasilkan, mengikuti pameran-pameran di berbagai event, dan
wawancara yang diliput oleh beberapa majalah. Pemasaran PT. Ekakarya Graha
Flora tidak hanya di Pulau Jawa, melainkan telah mencapai Pulau Bali dan Pulau
Sumatera. Wilayah pemasaran di Pulau Sumatera adalah Kota Medan, sedangkan
di Pulau Jawa diantaranya Purwakarta, Bandung, Jakarta, Bekasi, Solo, Semarang,
dan Surabaya.
Harga yang diberikan biasanya dengan melihat jumlah pembelian atau
jumlah nominal. Potongan harga diberikan sebesar 10% - 30% mulai dari
pembelian diatas 20 pot atau nominal 1,000,000 rupiah. Harga untuk distributor
ditentukan berdasarkan kesepakatan bersama antara pihak distributor dan pihak
PT. Ekakarya Graha Flora. Distributor merupakan pihak yang langsung ditunjuk
oleh PT. Ekakarya Graha Flora bukan pengajuan kerjasama dari pihak calon
distributor.
Distribusi dilakukan dengan cara diantar langsung kepada penjual kedua
oleh PT. Ekakarya Graha Flora atau konsumen yang datang untuk mengambil
produk. Produk yang diantar langsung hanya untuk wilayah Jawa Barat, Jakarta,
42
dan Banten menggunakan mobil boks milik perusahaan, sedangkan wilayah diluar
area tersebut diambil dengan menggunakan mobil milik konsumen atau dikirim
dengan pesawat terbang.
Aspek Manajerial
Aspek manajerial yang dilakukan penulis selama kegiatan magang yaitu
menjadi kepala regu, koordinator, dan kepala bagian. Jabatan tersebut memiliki
fungsi, tugas pokok, wewenang, dan tanggung jawab masing-masing. Kegiatan
menjadi kepala regu dilakukan di sela-sela kegiatan penulis ketika menjadi
karyawan harian lepas (KHL). Penulis bekerja sebagai kepala regu penanaman
(repotting) dan kepala regu bunga potong.
Kegiatan menjadi koordinator dan kepala bagian penulis lakukan selama
kurang lebih tiga bulan setelah menjadi karyawan. Ketika menjadi koordinator
penulis bekerja sebagai koordinator packing. Penulis bekerja sebagai kepala
bagian produksi dan kepala bagian PPIC ketika sebagai kepala bagian.
Kepala regu, koordinator, dan kepala bagia memiliki fungsi, tugas,
wewenang dan tanggung jawab yang telah ditentukan. Secara umum fungsi, tugas,
wewenang dan tanggung jawab tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :
Kepala Regu
I. Fungsi
Membantu kepala bagian dalam memimpin dan mengarahkan kegiatan
fungsi pelaksana/operator bagian yang ditanganinya agar sesuai dengan prosedur
serta kebijakan yang telah ditetapkan.
II. Tugas
Mengimplementasikan seluruh kebijakan dan sistem prosedur pelaksanaan
kegiatan bagian yang ditanganinya
Memimpin dan mengarahkan tugas dari fungsi pelaksana/operator.
Melakukan koordinasi dengan pihak/bagian lain yang berhubungan dengan
kegiatan bagian yang ditanganinya.
Membuat laporan/catatan harian kegiatan bagian yang ditanganinya dan
menyerahkan kepada kepala bagian.
Mendiskusikan dengan atasan mengenai permasalahan yang timbul.
43
Menyerahkan laporan/catatan yang dibuat kepada koordinator.
Meningkatkan efisiensi kerja dan produktivitas serta menciptakan
lingkungan kerja yang bersih dan sehat.
III. Wewenang
Meminta informasi, kelengkapan data dari bagian lain yang berhubungan
dengan kegiatan bagiannya.
Menegur dan memberi pengarahan terhadap pelaksana/operator apabila
bertindak diluar prosedur yang telah ditetapkan
Melarang setiap bagian lain yang tidak berkepentingan melakukan
tindakan/aktivasi yang dapat mengganggu fungsi bagiannya.
Memberikan saran atau usulan perbaikan yang bermanfaat bagi kelancaran
kerja baik lingkup produksi maupun perusahaan.
IV. Tanggung jawab
Atas pelaksanaan kegatan yang dilakukan bagiannya.
Atas hasil yang dilakukan bagiannya.
Atas laporan yang dibuat.
Koordinator
I. Fungsi
Mengkoordinir, Mengawasi, serta mengarahkan kegiatan fungsi dari kepala
regu dan operator bagian yang ditanganinya agar sesuai dengan prosedur serta
kebijakan yang telah ditetapkan.
II. Tugas
Mengimplementasikan seluruh kebijakan dan sistem prosedur pelaksanaan
kegiatan bagiannya sesuai yang telah ditetapkan.
Melakukan pengamatan pelaksanaan kegiatan secara langsung.
.Menerima instruksi kepala bagian produksi atas kegiatan-kegiatan yang
berhubungan dengan bagiannya.
Mengkoordinir, mengarahkan, mengawasi, dan mengevaluasi tugas-tugas
fungsi bagian yang ditanganinyaagar hasil yang diperoleh sesuai dengan
yang direncanakan.
44
Melakukan koordinasi dengan bagian lain yang berhubungan dengan
kegiatan bagiannya.
Menerima panduan/pedoman standar kegiatan bagiannya yang
ditandatangani oleh bagian quality control (QC).
Memberikan instruksi kegiatan kepada bawahannya
Menerima, memeriksa, dan merekapitulasi laporan harian kegiatan dari
masing-masing kepala regu yang dibawahinya
Menyerahkan laporan yang dibuat kepada administrasi produksi.
III. Wewenang
Meminta informasi kelengkapan data dari bagian lain yang berhubungan
dengan kegiatan bagiannya.
Menilai prestasi kerja dan mengusulkan untuk mengangkat atau
mempromosikan, memutasikan dan pemutusan hubungan kerja
bawahannya.
Menegur dan memberi pengarahan terhadap bawahan apabila bertindak di
luar prosedur yang telah ditetapkan.
Melarang setiap bagian lain yang tidak berkepentingan melakukan
tindakan atau aktivitas yang dapat mengganggu fungsi bagiannya.
Memberikan saran atau usulan perbaikan bagi kelancaran kerja, baik
lingkup produksi maupun perusahaan.
IV. Tanggung Jawab
Atas kondisi lingkungan tempat kerja bagiannya.
Atas arahan yang diberikan kepada bawahannya.
Atas pelaksanaan kegiatan yang dilakukan bagiannya.
Atas hasil yang dilakukan bagiannya.
Atas laporan yang dibuat.
Kepala Bagian
I. Fungsi
Memimpin, mengkoordinir, mengawasi, serta mengarahkan kegiatan fungsi
dari koordinator, kepala regu dan operator bagian yang ditanganinya agar sesuai
dengan prosedur serta kebijakan yang telah ditetapkan.
45
II. Tugas
Mengimplementasikan seluruh kebijakan dan sistem pelaksanaan kegiatan
bagiannya yang telah ditetapkan.
Menerima instruksi manajer produksi atas kegiatan-kegiatan yang
berhubungan dengan bagiannya.
Menerima jadwal dan rencana produksi bulanan/tahunan yang disusun
bagian PPIC dari manajer produksi.
Bersama koordinator membuat jadwal dan standar kegiatan bagiannya.
Memimpin, mengkoordinir, dan mengarahkan tugas fungsi koordinator
yang dibawahinya agar hasil yang diperoleh sesuai dengan yang
direncanakan.
Mengkoordinasi seluruh kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan bagian
yang ditanganinya untuk pelaksanaan produksi.
Melakukan pengamatan pelaksanaan kegiatan bagiannya secara langsung.
Melakukan koordinasi dengan bagian lain yang berhubungan dengan
kegiatan yang ditanganinya demi pencapaian kualitas hasil yang diperoleh.
Menerima laporan mingguan/bulanan dari masing-masing koordinator.
Melakukan pembinaan sumber daya manusia bagian yang ditanganinya.
Melakukan pelaporan seluruh kegiatan bagian yang ditanganinya kepada
manajer produksi.
III. Wewenang
Berhak menentukan prosedur yang tidak melanggar kebijakan yang telah
ditetapkan
Mengambil keputusan secara cepat dan tepat sesuai dengan kebutuhan.
Mengetahui setiap informasi dan komunikasi yang dilakukan antara
produksi dan bagian lainnya.
Meminta informasi kelengkapan data dari bagian lain yang berhubungan
dengan kegiatan bagiannya.
Mengawasi, mengevaluasi hasil pekerjaan bawahannya.
Menilai prestasi kerja dan mengusulkan untuk mengangkat atau
mempromosikan, memutasikan dan pemutusan hubungan kerja
bawahannya.
46
Menegur dan memberi pengarahan terhadap bawahan apabila bertindak di
luar prosedur yang telah ditetapkan.
Melarang setiap bagian lain yang tidak berkepentingan melakukan
tindakan atau aktivitas yang dapat mengganggu fungsi bagiannya.
Memberikan saran atau usulan perbaikan bagi kelancaran kerja, baik
lingkup produksi maupun perusahaan.
IV. Tanggung Jawab
Atas instruksi yang diterima dari atasannya.
Atas arahan atau keputusan yang diberikan kepada bawahannya.
Atas kelancaran kegiatan yang dilakukan bagiannya.
Atas hasil proses yang dilakukan bagiannya.
Atas laporan yang dibuat dan disampaikan ke atasannya.
PEMBAHASAN
Budidaya Anggrek Dendrobium
Bibit yang digunakan untuk budidaya bunga anggrek potong maupun
anggrek pot plant berasal dari planlet (flasko), split dan bibit impor asal Thailand.
Bibit flasko dan hasil split ditanam ke pot plastik ukuran 1,5” dengan
menggunakan media sabut kelapa dan dipelihara terlebih dahulu di nursery,
sedangkan bibit impor langsung ditanam ke pot tanah liat ukuran 7” dan 8” di net
house. Pemeliharaan bibit di nursery meliputi penyiraman, pemupukan,
pengendalian hama dan penyakit, serta sortasi. Flasko dapat di-repotting setelah
dipelihara minimal lima bulan, sedangkan bibit yang berasal dari hasil split dapat
di-repotting setelah dipelihara minimal tiga bulan. Flasko layak di-repotting jika
telah memiliki daun minimal tiga helai, anakan minimal dua buah, dan tinggi bibit
minimal 7 cm.
Rendahnya jumlah produksi bibit flasko dan tingginya jumlah reject
menyebabkan flasko tidak dapat memenuhi kebutuhan penanaman setiap bulan,
sehingga bibit tanaman sebagian besar berasal dari bibit impor asal Thailand. Hal
ini disebabkan karena laboratorium tersebut telah menangani produksi bibit
anggrek Phalaenopsis, sehingga produksi bibit anggrek Dendrobium tidak dapat
ditangani seluruhnya.
Sama seperti bibit flasko, bibit impor asal Thailand pun mengalami kendala
dalam memenuhi kebutuhan tanam. Hal ini dikarenakan supplier saat ini tidak
dapat memenuhi jumlah bibit dengan kriteria yang telah ditetapkan oleh
perusahaan. Kekurangan bibit tersebut berpengaruh terhadap rencana penanaman
setiap bulan yang kemudian mempengaruhi penjualan dan pengiriman pot plant
anggrek Dendrobium.
Keiki yang tumbuh pada batang bagian atas Dendrobium sebenarnya dapat
digunakan untuk perbanyakan tanaman, namun PT. Ekakarya Graha Flora tidak
menggunakan keiki sebagai bibit tanaman. Hal ini dikarenakan sifat dan produksi
tanaman dewasa yang berasal dari keiki tidak memiliki sifat yang sama persis
dengan induknya.
48
Media tanam dan ukuran pot yang digunakan untuk budidaya pot plant dan
bunga potong berbeda. Budidaya bunga potong menggunakan media arang bakau
yang dicampur arang kayu dan pot ukuran 8”, sedangkan untuk budidaya pot plant
menggunakan media arang kayu dan pot ukuran 7”. Hal ini dikarenakan usia
pemeliharaan tanaman bunga potong mencapai umur tanam 60 bulan, sedangkan
pot plant usia maksimal pemeliharaan hingga umur tanam 24 bulan. Selain itu
arang bakau memiliki sifat lebih keras dibandingkan dengan arang kayu, sehingga
cocok digunakan sebagai media untuk tanaman bunga anggrek potong.
Sebagian besar pemeliharaan sama seperti pemeliharaan pot plant, namun
berbeda pada pupuk yang digunakan untuk tanaman umur tanam 0 - 12 bulan.
Tanaman peruntukan pot plant umur 0 - 12 bulan memakai pupuk Instant Growth
13:27:27 dengan konsentrasi 1,2 gr/L, sedangkan tanaman peruntukan bunga
anggrek potong memakai pupuk Instant Growth 21:21:21 dengan konsentrasi 1,5
gr/L. Perbedaan jenis pupuk yang digunakan bertujuan agar tanaman pot plant
lebih cepat berbunga dan lebih kokoh dibandingkan tanaman bunga potong
Produksi Bunga Potong
PT. Ekakarya Graha Flora memproduksi tiga jenis bunga potong
berdasarkan warna bunga. Jenis bunga yang diproduksi adalah 80% Sonia dengan
warna bunga ungu muda, 15% Shavin dengan warna bunga putih, dan 5% Red
Bull dengan warna bunga ungu tua. Kelompok Sonia terdiri dari tiga varietas yang
dibudidayakan yaitu Sonia new, Sonia M+, dan Earsakul. Kelompok Shavin
terdiri dari dua varietas yaitu Shavin white dan Angel white. Sonia merupakan
kelompok bunga potong yang paling banyak digemari oleh konsumen sehingga
ditanam dalam jumlah besar.
Produksi bunga potong anggrek Dendrobium dari tahun 2007 - 2010
menunjukkan adanya fluktuasi produksi. Produksi terendah terjadi pada tahun
2010 sebesar 360,560 tangkai sementara produksi tertinggi terjadi pada tahun
2007 sebesar 949,568 tangkai. Perubahan produksi dapat dipengaruhi oleh teknik
pemeliharaan dan teknik budidaya. Pada tahun 2007 dan 2008 umur tanaman
bunga potong sedang dalam usia poduktif secara berturut-turut yaitu dua dan tiga
tahun, namun produksi bunga potong menurun dari 949,568 tangkai menjadi
49
532,330 tangkai. Hal ini disebabkan karena pada bulan April tahun 2008 tanaman
bunga potong mengalami kesalahan pemeliharaan.
Gambar 18. Produksi bunga potong tahun 2007 - 2010
(Sumber : Kantor Produksi PT. Ekakarya Graha Flora)
Pada bulan April 2008 pestisida jenis baru digunakan tanpa melalui proses
testing terlebih dahulu, sehingga tanaman mengalami stress yang menyebabkan
banyak daun tanaman gugur. Beberapa tanaman bahkan tidak memiliki daun sama
sekali bahkan ada yang sampai layu sehingga mengakibatkan proses fotosintesis
dan proses metabolisme pada tanaman menjadi terganggu. Keadaan lingkungan
sekitar yang juga kurang mendukung, seperti alas bed tanaman yang belum
menggunakan mulsa serta aerasi yang buruk juga mengakibatkan kondisi iklim
yang kurang mendukung bagi pertumbuhan tanaman. Hal ini mengakibatkan
proses pembentukan tangkai bunga terganggu yang langsung mempengaruhi
produksi bunga potong.
Panen Bunga Anggrek Potong
Banyak yang harus diperhatikan dalam proses pemanenan agar kesegaran
bunga potong dapat terjaga, misalnya penggunaan pisau yang tajam dan bersih
agar area pemotongan tidak mudah terinfeksi serta penentuan usia bunga yang
tepat untuk dipanen. Umur panen untuk setiap jenis bunga berbeda-beda, tetapi
rata-rata untuk anggrek potong Dendrobium sekitar 3 - 4 bulan setelah memasuki
masa inisiasi fase generatif. Selain dari umur, saat panen yang tepat dapat
diketahui dari kondisi bunganya. Bila telah terdapat sekitar 70% kuntum bunga
0
200
400
600
800
1.000
2007 2008 2009 2010
Pro
du
ksi
an
gre
k p
oto
ng
(tan
gk
ai)
da
lam
rib
ua
n
Tahun
50
yang mekar maka tangkai bunga itu sudah layak dipanen. Kegiatan panen
dilakukan mulai pukul 07.30 - selesai. Pemanenan dilakukan dengan memotong di
dekat pangkal tangkai bunga atau sekitar 2 cm dari tempat melekatnya tangkai
bunga pada bulb.
Persentase hasil panen dari tiap varietas disajikan pada Tabel 5. Jumlah
tanaman yang ditanam mempengaruhi besarnya jumlah panen. Sonia merupakan
varietas yang jauh lebih banyak ditanam dibandingkan varietas lainnya Sonia
merupakan varietas yang paling banyak diminati konsumen. Red Bull merupakan
varietas yang dialihkan menjadi tanaman untuk pot plant dan Aridang Green
merupakan varietas baru sebagai bunga potong, sehingga jumlah populasi panen
jauh lebih rendah dibandingkan varietas lainnya.
Tabel 5. Persentase panen bunga potong Anggrek Dendrobium Bulan Agustus
2011 di PT. Ekakarya Graha Flora
Varietas Populasi Tanaman
(Pot)
Populasi Panen
(Tangkai)
Persentase Panen
(%)
Sonia
Shavin
Red Bull
Aridang Green
123,771
20,371
1,809
10,512
20,910
2,190
184
330
16.89
10.07
10.17
3.13 Sumber : Kantor Produksi PT. Ekakarya Graha Flora 2011
Kegiatan panen bunga potong dilakukan oleh empat orang tenaga kerja
sebanyak dua kali seminggu, yaitu setiap hari Senin dan Kamis. Kelebihan
permintaan anggrek kelompok tertentu juga sering terjadi pada waktu-waktu
tertentu. Jumlah yang diminta melebihi jumlah anggrek yang siap panen, sehingga
terkadang tenaga pemanen terpaksa memanen bunga anggrek yang belum layak
panen. Pemanenan bunga anggrek yang belum layak panen merupakan tindakan
perusahaan untuk memenuhi permintaan konsumen yang sebelumnya telah
dirundingkan dengan manager produksi dan manager pemasaran.
Kegiatan panen yang dilakukan dibawah standar yang telah ditetapkan akan
mempengaruhi kualitas produk sehingga menyebabkan kerugian bagi perusahaan.
Selain itu, panen yang dilakukan pada bunga potong yang belum siap panen akan
berpengaruh pada vaselife bunga. Zabo Plant Flowerbulbs and Perennials (2011),
mengungkapkan bahwa pemanenan yang dilakukan sebelum waktunya akan
menghasilkan bunga yang jelek dan warnanya agak pudar. Selain itu, jika
51
dilakukan panen terlalu awal maka tidak semua kuntum akan mekar. Tahapan
panen anggrek yang paling tepat adalah ketika dalam satu tangkai bunga minimal
70% kuntum bunga telah mekar dan 30% kuntum bunga masih kuncup. Hal ini
berkaitan pada ketersediaan energi untuk proses pemekaran kuntum bunga
selanjutnya.
Pascapanen Bunga Anggrek Potong
Kegiatan pascapanen pada bunga potong bertujuan untuk mengusahakan
agar kemunduran kualitas bunga potong sekecil mungkin dan kehilangan hasil
seminimal mungkin (Halevy dan Mayak, 1979). Teknik panen dan penanganan
pascapanen yang tepat akan mengurangi kehilangan hasil, karena bunga potong
merupakan komoditi hortikultura yang peka terhadap cahaya matahari, air, mudah
rusak, dan waktu segar yang relatif pendek. Faktor-faktor yang menyebabkan
kerusakan pada bunga potong adalah tingkat kemekaran bunga, respirasi, suhu,
cahaya, evaporasi, gas etilen, kerusakan mekanik, mikroorganisme, dan penyakit.
Bunga yang telah dipanen kemudian diangkut ke ruang packing untuk
kemudian dikelaskan sesuai dengan kriteria perusahaan. Sebelum memulai
kegiatan pengkelasan bunga disiram terlebih dahulu dengan air dingin untuk
membuang panas lapang dan membersihkan kuntum bunga dari residu. Tujuan
dari pembuangan panas lapang ini adalah untuk menurunkan kecepatan
metabolisme bunga agar bunga tetap dalam keadaan segar selama proses
pengkelasan (Sutiyoso, 2003)
Soekartawi (1996) menyatakan bahwa pekerjaan pengangkutan yaitu
membawa bunga dari kebun ke tempat penampungan dipelukan kehati-hatian agar
bunga tidak rusak. Dalam pekerjaan pengangkutan ini, faktor perlakuan mulai dari
kebun tempat bunga itu dipanen sampai lokasi gudang penampungan perlu hati-
hati sekali, karena mahkota bunga potong mudah rusak dan mudah terluka bila
terkena gesekan atau goncangan yang keras. Pekerjaan ini walaupun kelihatan
sederhana tetapi membutuhkan ketelitian yang sangat tinggi.
Kegiatan pascapanen yang dilakukan setelah panen adalah sortasi, grading,
pengikatan, dan pengemasan. Sortasi merupakan kegiatan memilih bunga yang
rusak dan tidak memenuhi kriteria mutu. Tahap selanjutnya adalah
52
pengelompokkan bunga atau grading berdasarkan keseragaman panjang batang
dan jumlah kuntum mekar. Setelah proses grading selesai dilakukan, bunga
anggrek diikat dengan karet gelang sebanyak sepuluh tangkai tiap tangkai. Tahap
selanjutnya adalah pembungkusan tangkai bagian bawah dengan menggunakan
kapas yang telah diberi larutan holding dan plastik bening yang diikat karet
gelang agar plastik tidak terlepas. Teknik pengemasan dilakukan dengan
membungkus anggrek menggunakan kardus bergelombang. Jumlah tangkai
anggrek untuk ukuran XL, L, M, S dan SG diisi lima ikat perkardus, sedangkan
ukuran BQ, SS, dan UZ diisi sepuluh ikat perkardus.
Hingga saat ini bunga potong anggrek Dendrobium belum ada standar
kualitas tertentu, namun ada beberapa kriteria yang dapat digunakan untuk
pemasaran di dalam negeri. Adapun kriteria anggrek potong Dendrobium menurut
Sutiyoso (2003) disajikan pada Tabel 2.
PT. Ekakarya Graha Flora menetapkan standar kelas mutu bunga anggrek
potong yang mengacu pada standar yang tercantum pada Tabel 2 dan permintaan
pasar. Grade A dibagi menjadi ukuran XL dan L, grade B dibagi menjadi ukuran
M dan S, Grade C dibagi menjadi ukuran BQ dan SS yang kemudian disebut
sebagai good flower (GF), sisanya masuk pada UZ dan SG yang kemudian disebut
sebagai Non-GF. SG merupakan bunga potong dengan kriteria XL sampai M
namun kuntum bunga hilang satu. Kriteria kelas mutu bunga anggrek potong
selengkapnya di PT. Ekakarya Graha Flora dapat dilihat pada Lampiran 10.
Penanganan pascapanen baik untuk pasar domestik maupun pasar ekspor
tidak terlepas dari kehilangan hasil panen, yaitu pembuangan produk yang tidak
layak dijual kepada konsumen. Kehilangan hasil tersebut dapat terjadi karena
bunga yang mengalami kerusakan saat pengangkutan, pengkelasan, dan bunga
diletakkan ke dalam ember terlalu padat sehingga menyebabkan kuntum dan
kelopak bunga rusak bahkan hingga rontok terhimpit bunga lain. Penanganan
pascapanen yang baik menyebabkan jumlah reject grading bunga anggrek potong
rendah. Hasil panen bunga anggrek potong berdasarkan varietas dan ukuran pada
bulan Mei sampai dengan Juli 2011, secara berturut-turut dapat dilihat pada Tabel
6, dan Tabel 7.
53
Tabel 6. Hasil panen bunga anggrek potong berdasarkan varietas pada Bulan Mei-Juli 2011 di PT. Ekakarya Graha Flora.
Tabel 7. Persentase grading hasil panen anggrek Dendrobium Bulan Mei 2011 di PT. Ekakarya Graha Flora.
Varietas Good Flower (GF) Non-GF
Reject Total XL L M S BQ SS UZ SG
Sonia
Shavin
Red Bull
0
790
0
820
740
0
3,320
900
0
6,300
840
30
4,650
460
10
7,540
370
50
3,980
130
60
3,760
50
70
431
33
0
30,801
4,313
220
Persentase (%)
Sonia
Shavin
Red Bull
0
18.32
0
2.66
17.16
0
10.78
20.87
0
20.45
19.48
13.64
15.10
10.66
4.54
24.48
8.58
22.73
12.92
3.01
27.27
12.20
1.16
31.82
1.40
0.76
0
87.17
12.21
0.62
Bulan Jumlah Panen
(tangkai) Varietas
Good flower
(tangkai)
Reject
(tangkai)
% Panen
Good flower Reject
Mei 35,334
Sonia 30,370 431 85.95 1.22
Shavin 4,280 33 12.11 0.09
Red Bull 220 0 0.62 0
Juni 23,602
Sonia 20,550 429 87.07 1.82
Shavin 2,490 93 10.55 0.39
Red Bull 40 0 0.17 0
Juli 20,979
Sonia 19,200 321 91.52 1.53
Shavin 1,420 28 6.77 0.13
Red Bull 10 0 0.05 0
Total 79,915
Sonia 70,120 464 87.74 0.58
Shavin 8,190 522 10.25 0.65
Red Bull 270 349 0.34 0.44 Sumber : Hasil Pengamatan di Lahan, 2011
54
Berdasarkan hasil pengamatan pada Tabel 6 rata-rata persentase reject
varietas Shavin (0.65%) lebih tinggi dibandingkan dengan persentase reject yang
lainnya. Hal ini disebabkan karena kurang telitinya tenaga karyawan pada saat
pemindahan bunga ke dalam ember dan proses pengkelasan. Ukuran bunga
varietas Shavin yang lebih kecil dan susunan yang lebih rapat dibandingkan
dengan varietas bunga lainnya mengakibatkan varietas Shavin lebih rentan
terhadap kerusakan pada saat proses pengkelasan. Kerusakan tersebut biasanya
berasal dari penyimpanan bunga dalam ember yang terlalu rapat sehingga kuntum
bunga saling mengkait satu sama lain ketika diangkat.
Bunga reject net house dan bunga yang mengalami kerusakan akibat
kegiatan panen, pengangkutan dan grading tidak langsung dibuang dan
dimusnahkan seluruhnya. Kuntum bunga mekar yang masih segar dirontokkan
dari tangkai yang kemudian dijual sebagai produk bunga rontok. Bunga rontok
tidak tersedia setiap kali panen karena minimal terdapat 10.5 kg bunga rontok
untuk sekali pengiriman.
Pada Tabel 7 terlihat bahwa jumlah bunga potong Dendrobium varietas
Sonia tertinggi terdapat pada ukuran SS, Shavin tertinggi pada ukuran M, dan Red
Bull tertinggi pada ukuran SG. Ukuran SS yang mendominasi panen ukuran
Sonia menunjukkan bahwa keadaan tanaman tidak dalam keadaan yang produktif.
Umur tanaman yang sudah memasuki masa kondem, tanaman dengan umur muda,
dan masih banyak tanaman yang belum pulih dari kesalahan pemeliharaan
menjadi penyebab utamanya. Sebagian besar varietas Shavin terletak di net house
D dan E yang tidak mengalami kesalahan pemeliharaan, sehingga kualitas bunga
potong yang dihasilkan cukup baik. Varietas Red Bull yang menghasilkan panen
tertinggi pada ukuran SG. SG atau second grade merupakan bunga potong dengan
ukuran minimal M, namum kuntum bunga hilang satu.
Hasil Uji Kualitas Bunga Anggrek Potong
Kondisi Umum pada Awal Percobaan
Suhu ruangan selama percobaan ini berkisar antara 27 - 31 oC. Suhu
ruangan ini kurang baik untuk vaselife bunga potong, karena kisaran suhu tersebut
dapat meningkatkan laju transpirasi. Laju transpirasi yang lebih tinggi
55
dibandingkan laju penyerapan air menyebabkan bunga kekurangan air untuk
proses metabolisme, sehingga bunga menjadi cepat layu yang menurunkan
kualitas vaselife bunga potong. Manu (2007) mengatakan bahwa beberapa faktor
yang dapat menurunkan kualitas bunga segar antara lain adalah ketidakmampuan
batang menyerap air karena terjadi embolisme yang disebabkan mikroorganisme
atau reaksi fisiologisnya sendiri. Menurut Ichimura (2002) embolisme dapat
menyebabkan pembengkokan pada tangkai kuntum bunga (bent neck) karena
asupan air ke bunga terhambat.
Selain itu, suhu yang tinggi akan mendorong peningkatan produksi etilen
yang menyebabkan bunga menjadi cepat matang dan layu. Suhu ruangan yang
tinggi ini disebabkan karena beberapa faktor, yaitu karena Cikampek merupakan
daerah dataran rendah dengan ketinggian 40 mdpl, AC yang terletak di ruangan
tidak berfungsi dengan baik, sirkulasi udara yang kurang lancar, panas dari alat
elektronik dan gas CO2 dari proses pernafasan manusia. Pada malam hari AC
dimatikan dan sirkulasi udara hanya berasal dari vetilasi di atas jendela, sehingga
aliran udara di dalam ruangan kurang mengalir dengan baik.
Peletakkan botol-botol kuntum bunga di ruangan tidak dilakukan dengan
penempatan tertentu, melainkan karena keterbatasan tempat untuk meletakkan
botol-botol tersebut. Sonia dan Shavin diletakkan berdampingan dekat pintu
masuk kantor produksi dari ruang pascapanen, sedangkan kelompok Aridang
Green diletakkan di sebelah rak penyimpanan dokumen kantor dekat pintu masuk
kantor produksi dari net house C. Kondisi letak bunga potong dapat dilihat pada
Gambar 17.
Gambar 19. Penempatan bunga kelompok Aridang Green (a);
kelompok Sonia dan Shavin (b).
56
Bunga potong pada awal percobaan terlihat baik, karena seluruh kuntum
bunga dalam keadaan segar, keseluruhan kuntum dalam keadan normal, bebas
dari hama dan penyakit. Hal ini dikarenakan setelah dipanen bunga langsung
disiram dengan air dingin dan diangin-anginkan sejenak yang bertujuan untuk
menghilangkan panas lapang dan sisa residu. Kemudian tangkai bunga direndam
dalam larutan ember selama satu jam agar bunga segar kembali setelah mengalami
stres air selama panen. Rata-rata jumlah dan persentase kuntum bunga pada awal
percobaan dapat dilihat pada Tabel 8, 9, dan 10.
Tabel 8. Jumlah dan persentase kuntum bunga di awal percobaan pada kedua
perlakuan larutan holding.
Varietas Perlakuan Rata-rata total
kuntum bunga Air sumur Larutan holding
---kuntum bunga---
Sonia 10.00 (100 %) 11.00 (100 %) 10.50 (100 %)
Shavin 11.00 (100 %) 12.00 (100 %) 11.50 (100 %)
Aridang Green 12.00 (100 %) 12.00 (100 %) 12.00 (100 %)
Rata-rata perlakuan 11.00 (100 %) 12.00 (100 %) 11.33 (100 %)
Total kuntum bunga merupakan seluruh kuntum bunga yang terdapat pada
tangkai di awal percobaan. Tabel 8 menunjukkan rata-rata jumlah total kuntum
bunga pada seluruh perlakuan di awal percobaan adalah 11.33 kuntum dengan
nilai persentase 100%. Berdasarkan standar perusahaan rata-rata jumlah kuntum
bunga yang digunakan termasuk dalam ukuran S. Ukuran bunga potong S
digunakan karena pada saat percobaan ukuran tersebut tersedia dalam jumlah
lebih banyak. Ukuran bunga potong lainnya telah dialokasikan kepada konsumen.
Tabel 9. Jumlah dan persentase kuntum bunga mekar di awal percobaan pada
kedua perlakuan larutan holding.
Varietas Perlakuan
Rata-rata
kuntum mekar Air sumur
Larutan
holding
---kuntum bunga---
Sonia 4.78 (48 %) 5.00 (45 %) 4.89 (47 %)
Shavin 5.11 (46 %) 5.11 (43 %) 5.11 (44 %)
Aridang Green 5.78 (48 %) 6.22 (52 %) 6.00 (50 %)
Rata-rata perlakuan 5.22 (47 %) 5.44 (45 %) 5.33 (47 %)
57
Tabel 10. Jumlah dan persentase kuntum bunga kuncup di awal percobaan pada
berbagai perlakuan larutan holding.
Varietas Perlakuan Rata-rata
kuntum kuncup Air sumur Larutan holding
---kuntum bunga---
Sonia 5.55 (56 %) 5.55 (50 %) 5.55 (53 %)
Shavin 6.22 (57 %) 6.78 (57 %) 6.50 (57 %)
Aridang Green 5.78 (48 %) 6.22 (52 %) 6.00 (50 %)
Rata-rata perlakuan 5.85 (53 %) 6.18 (52 %) 6.02 (53 %)
Tabel 9 menunjukkan bahwa rata-rata jumlah kuntum bunga yang sudah
mekar pada seluruh perlakuan di awal percobaan adalah 5.33 dengan nilai
persentase 47%, sedangkan Tabel 10 menunjukkan bahwa rata-rata jumlah
kuntum bunga yang masih kuncup pada seluruh perlakuan di awal percobaan
adalah 6.02 dengan nilai persentase 53%. Kondisi awal percobaan ini
menunjukkan bahwa persentase kemekaran bunga potong yang digunakan kurang
dari ketentuan minimal panen perusahaan yaitu 65% mekar.
Pemanenan bunga dibawah standar perusahaan dilakukan atas koordinasi
dari manager produksi, manager pemasaran dan kepala bagian produksi. Hal ini
dilakukan untuk tetap memenuhi kebutuhan suplai kepada konsumen. Pemanenan
bunga dengan tingkat kemekaran di bawah standar tentunya akan mempengaruhi
kepada kualitas bunga itu sendiri. Bunga yang dipanen lebih awal memiliki
persediaan gula atau karbohidrat yang sedikit, maka bunga akan kekurangan
energi dan kuncup bunga akan gagal mekar.
Jumlah dan Persentase Kuntum Bunga Mekar
Setiap varietas memberikan respon yang berbeda terhadap larutan yang
digunakan oleh PT. Ekakarya Graha Flora (larutan holding). Berdasarkan uji-t
yang dilakukan pada pengamatan terakhir kuntum bunga mekar varietas Shavin
memberikan respon nyata lebih besar daripada varietas Aridang Green pada
larutan holding dibandingkan varietas Sonia sebagai varietas pembanding.
Varietas Shavin dan Aridang Green memberikan respon tidak nyata pada
perlakuan air sumur dibandingkan varietas Sonia sebagai kelompok pembanding.
Jumlah dan persentase kuntum bunga mekar selama percobaan disajikan pada
Tabel 11.
58
Tabel 11. Jumlah dan persentase kuntum bunga mekar selama masa percobaan
pada berbagai perlakuan larutan holding
Varietas Perlakuan Rata-rata
kuntum mekar Air sumur Larutan holding
---kuntum bunga---
Sonia 5.55 (56 %) tn 5.55 (50 %) * 5.55 (53 %)
Shavin 6.22 (57 %) tn 6.78 (57 %) * 6.50 (57 %)
Aridang Green 5.78 (48 %) tn 6.22 (52 %) * 6.00 (50 %)
Rata-rata perlakuan 5.85 (53 %) 6.18 (52 %) 6.02 (53 %)
Keterangan : * berbeda nyata pada taraf α : 5%
** berbeda sangat nyata pada taraf α : 1%
tn tidak berbeda nyata pada taraf α : 5% pada uji t-student
Tabel 11 menunjukan bahwa jumlah dan persentase rata-rata kuntum bunga
mekar pada seluruh perlakuan dari awal hingga akhir pengamatan yaitu 6.02
kuntum mekar dengan persentase sebesar 53%. Jumlah kuntum bunga mekar ini
hanya mengalami kenaikan sebesar 6% dari jumlah kuntum bunga mekar pada
awal percobaan (47%). Pemberian zat tambahan pada larutan holding pun
memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap perlakuan air sumur untuk ketiga
varietas bunga potong. Hal ini diduga terjadi karena suhu ruangan di lokasi
pengamatan yang tinggi menyebabkan metabolisme bunga berlangsung lebih
cepat sehingga bunga lebih cepat kehilangan energi untuk proses pemekaran dan
tidak dapat menyerap larutan dengan baik. Selama masa percobaan jumlah
kuntum bunga mekar mengalami perubahan. Perubahan jumlah kuntum bunga
mekar dari 1-28 HSP disajikan pada Tabel 12.
Tabel 12. Perubahan jumlah kuntum bunga mekar selama masa percobaan pada
berbagai perlakuan larutan holding
Perlakuan HSP
1 7 14 21 28
---kuntum bunga mekar---
Larutan
Air sumur 5.30 5.15 5.00 5.04 2.07
Larutan holding 5.44 4.89 4.74 4.41 2.63
Varietas
Sonia 5.00 5.78 6.33 4.67 2.33
Shavin 5.11 5.22 4.23 4.44 3.05
Aridang Green 6.00 4.05 4.00 5.05 1.67 Keterangan : HSP : Hari Setelah Panen
59
Tabel 12 menunjukan varietas Sonia dan Shavin lebih baik daripada varietas
Aridang. Hal ini ditunjukan dengan kenaikan jumlah rata-rata kuntum bunga
mekar pada minggu 7 dan 14 HSP kemudian jumlah kuntum bunga mekar
mengalami penurunan sampai 28 HSP. Varietas Aridang Green mengalami
penurunan jumlah rata-rata kuntum bunga mekar dari 7 hingga 28 HSP.
Perubahan jumlah kuntum bunga mekar tersebut disebabkan sebagian kuntum
kuncup mengalami pemekaran dan kuntum bunga mekar mengalami kelayuan dan
gugur.
Berdasarkan jenis larutan, tangkai bunga yang direndam dengan
menggunakan air sumur memberikan respon yang lebih baik daripada yang
direndam dengan menggunakan larutan holding. Hal ini terlihat pada jumlah rata-
rata kuntum bunga mekar dengan larutan holding mengalami penurunan
dibandingkan dengan air sumur yang mengalami kenaikan pada 7 HSP. Diduga
Nathripin yang terdapat pada larutan holding menyebabkan suhu larutan holding
tidak optimal bagi tangkai bunga untuk menyerap larutan, sehingga bunga tidak
mendapatkan energi cadangan dari larutan holding.
Pemanenan ditentukan oleh tingkat kemekaran bunga. Larson (1992)
mengemukakan jika bunga di panen pada stadia mekar penuh kesegarannya tidak
akan bertahan lama, namun jika terlalu awal cadangan energi yang terkandung
hanya sedikit. Bunga yang dipanen pada stadia mekar penuh memiliki cadangan
energi yang sedikit karena energi yang disimpan telah digunakan untuk proses
pemekaran sebelumnya.
Jumlah dan Persentase Kuntum Bunga Layu
Layu adalah terkulai atau mengerutnya jaringan akibat perubahan potensial
air pada jaringan, sehingga tegangan turgor menurun yang menyebabkan
perubahan elastisitas jaringan (Halevy and Mayak, 1979). Berdasarkan uji-t yang
dilakukan pada pengamatan terakhir kuntum bunga layu varietas Aridang Green
memberikan respon sangat nyata pada kedua perlakuan larutan, sedangkan
varietas Shavin memberikan respon yang nyata pada kedua perlakuan terhadap
varietas Sonia sebagai varietas pembanding. Rata-rata jumlah dan persentase
kuntum bunga layu dapat dilihat pada Tabel 13.
60
Tabel 13. Jumlah dan persentase kuntum bunga layu selama masa percobaan pada
berbagai perlakuan larutan holding.
Varietas Perlakuan Rata-rata
kuntum layu Air sumur Larutan holding
---kuntum bunga---
Sonia 0.60 (6 %) ** 0.80 (7 %) * 0.70 (7 %)
Shavin 1.07 (10 %) * 1.11 (9 %) * 1.09 (9 %)
Aridang Green 1.13 (9 %) ** 1.68 (14 %) ** 1.40 (12 %)
Rata-rata perlakuan 0.91 (8 %) 1.19 (10 %) 1.07 (9 %)
Keterangan : * berbeda nyata pada taraf α : 5%
** berbeda sangat nyata pada taraf α : 1%
tn tidak berbeda nyata pada taraf α : 5% pada uji t-student
Tabel 13 menunjukan bahwa persentase kuntum layu tertinggi adalah
varietas Aridang Green dengan perlakuan larutan holding. (14 %). Tingginya
persentase kelayuan pada varietas Aridang Green disebabkan karena Aridang
Green merupakan varietas yang baru dikelompokan sebagai bunga potong,
sehingga belum dilakukan percobaan untuk mengetahui komposisi larutan yang
tepat untuk menjaga kualitas varietas tersebut. Diduga komposisi larutan holding
yang digunakan sebagai larutan holding kurang cocok digunakan pada varietas
Aridang Green. Perlakuan larutan holding memberikan pengaruh yang nyata pada
varietas Aridang Green, pengaruh yang sangat nyata pada varietas Shavin, dan
pengaruh yang tidak nyata pada varietas Sonia dibandingkan dengan perlakuan air
sumur. Selama masa percobaan jumlah kuntum bunga layu mengalami perubahan.
Perubahan jumlah kuntum bunga layu dari 1 - 28 HSP disajikan pada Tabel 14.
Tabel 14. Perubahan jumlah kuntum bunga layu selama masa pecoban pada
berbagai perlakuan larutan holding.
Perlakuan HSP
1 7 14 21 28
---kuntum bunga layu---
Larutan
Air Sumur 0 1.48 1.15 0.81 0.41
Kebun 0 3.04 0.89 0.96 0.63
Varietas
Sonia 0 1.55 0.33 1.11 0.61
Shavin 0 1.83 1.83 0.55 0.55
Aridang Green 0 3.89 0.89 1 0.39
61
Tabel 14 menunjukan bahwa rata-rata jumlah kuntum bunga layu
mengalami peningkatan pada 7 HSP, selanjutnya kuntum bunga layu mengalami
penurunan sampai 28 HSP. Diduga selama 7 HSP bunga masih melakukan
penyesuaian terhadap kondisi lingkungan disekitarnya. Penurunan kuntum bunga
layu juga disebabkan oleh kuntum bunga yang gugur selama masa percobaan.
Selain itu kelayuan dapat terjadi karena hambatan penyerapan air yang
disebabkan oleh bakteri, cendawan dan mikroorganisme lainnya (Nelson, 1981).
Menurut Ichimura (2002) embolisme dapat menyebabkan pembengkokan pada
tangkai kuntum bunga (bent neck) karena asupan air ke bunga terhambat.
Jumlah dan Persentase Kuntum Bunga Gugur
Rata-rata jumlah dan persentase kuntum bunga gugur pada Tabel 15 untuk
semua perlakuan menunjukan hasil yang relatif sama yaitu 3%. Jumlah kuntum
gugur terendah adalah varietas Shavin dengan perlakuan larutan holding yaitu
sebanyak 0.28 kuntum bunga (2%), sedangkan kuntum gugur tertinggi adalah
varietas Shavin dengan perlakuan air sumur dan varietas Aridang Green dengan
perlakuan larutan holding. Berdasarkan uji-t yang dilakukan pada pengamatan
terakhir kuntum bunga gugur kedua varietas memberikan respon yang nyata pada
perlakuan air sumur, sedangkan pada perlakuan larutan holding kedua varietas
memberikan respon yang tidak nyata terhadap varietas Sonia sebagai varietas
pembanding. Pemberian perlakuan larutan holding menghasilkan respon yang
sangat nyata hanya pada varietas Shavin, sedangkan varietas Aridang Green dan
Sonia memberikan respon yang tidak nyata.
Tabel 15. Jumlah dan persentase kuntum bunga gugur selama masa percobaan
pada berbagai perlakuan larutan holding.
varietas Perlakuan Rata-rata
kuntum gugur Air Sumur Larutan holding
---kuntum bunga---
Sonia 0.33 (3 %) * 0.34 (3 %) tn 0.34 (3 %)
Shavin 0.42 (4 %) * 0.28 (2 %) tn 0.35 (3 %)
Aridang Green 0.41 (3 %) * 0.52 (4 %) tn 0.47 (4 %)
Rata-rata
kuntum gugur 0.38 (3 %) 0.38 (3 %) 0.38 (3 %)
Keterangan : * berbeda nyata pada taraf α : 5%
** berbeda sangat nyata pada taraf α : 1%
tn tidak berbeda nyata pada taraf α : 5% pada uji t-student
62
Tabel 16 menunjukan bahwa rata-rata kuntum bunga mulai gugur pada 7
HSP, yang kemudian meningkat hingga 28 HSP. Jumlah kuntum bunga gugur
yang meningkat disebabkan karena kuntum yang layu semakin lama semakin
meningkat. Selain itu faktor internal karena kuntum bunga semakin tua
menyebabkan jumlah kuntum bunga gugur semakin bertambah. Sebelum gugur
kuntum bunga mengalami fase layu kemudian kering terlebih dahulu, sehingga
kuntum bunga gugur secara normal.
Tabel 16. Perubahan jumlah kuntum bunga gugur selama masa percobaan pada
berbagai perlakuan larutan holding.
Perlakuan HSP
1 7 14 21 28
---kuntum bunga---
Larutan
Air Sumur 0 0.18 0.22 0.18 0.48
Kebun 0 0.33 0.26 0.41 0.41
Varietas
Sonia 0 0.33 0.05 0.17 0.5
Shavin 0 0.33 0.44 0.22 0.28
Aridang Green 0 0.11 0.22 0.5 0.55 Keterangan : HSP = Hari Setelah Panen
Masa Pajang (Vaselife) Bunga Potong
Vaselife bunga potong merupakan lamanya umur relatif bunga potong dalam
keadaan tetap segar dan indah setelah dipotong dari tanaman induknya (Wiryanto,
1993). Vaselife bunga potong biasanya diukur dengan menggunakan satuan hari
lamanya bunga masih tetap segar saat masih di dalam jambangan. Vaselife bunga
potong anggrek dihitung sejak bunga mulai dipanen sampai 50 persen dari total
bunga mengalami kelayuan. Selama masa vaselife tidak seluruh kuntum bunga
berhasil mekar. Hal ini disebabkan karena kuntum bunga yang masih kuncup telah
gugur pada minggu awal masa percobaan. Berdasarkan uji-t yang dilakukan pada
pengamatan terakhir vaselife varietas Aridang Green dan varietas Shavin
memberikan respon yang tidak nyata pada perlakuan air sumur, sedangkan pada
perlakuan larutan holding varietas Shavin memberikan respon yang tidak nyata
dan varietas Aridang Green memberikan respon yang sangat nyata terhadap
varietas Sonia sebagai kelompok pembanding. Perlakuan larutan holding
63
menghasilkan respon yang nyata hanya pada varietas Aridang Green, sedangkan
varietas Sonia dan Shavin memberikan respon yang tidak nyata dibandingkan
perlakuan air sumur. Tabel 17 menunjukkan hasil vaselife bunga potong anggrek
Dendobium PT. Ekakarya Graha Flora.
Tabel 17. Hasil vaselife bunga potong anggrek Dendrobium PT. Ekakarya Graha
Flora pada berbagai perlakuan larutan holding.
Varietas Perlakuan Rata-rata
vaselife Air sumur Larutan holding
---hari---
Sonia 19.4 tn 18.8 tn 19.1
Shavin 17.2 tn 21.6 tn 19.4
Aridang Green 19.9 tn 14.2 ** 17.05
Rata-rata perlakuan 18.83 18.2 18.5
Keterangan : * berbeda nyata pada taraf α : 5%
** berbeda sangat nyata pada taraf α : 1%
tn tidak berbeda nyata pada taraf α : 5% pada uji t-student
Tabel 17 menunjukan bahwa rata-rata masa pajang (vaselife) dari kedua
perlakuan menghasilkan vaselife yang cukup panjang yaitu 18.5 hari. Pada
perlakuan air sumur varietas Shavin menunjukan vaselife yang lebih singkat
dibandingkan dengan varietas yang lain (17.2 hari), sedangkan pada pelakuan
larutan holding varietas Shavin menunjukan vaselife yang lebih panjang
dibandingkan dengan vaietas yang lain (21.6 hari). Rata-rata perlakuan
menunjukan bahwa vaselife dengan perlakuan larutan holding lebih singkat
dibandingkan dengan perlakuan air sumur. Rendahnya vaselife bunga potong pada
perlakuan larutan holding diduga karena proses metabolisme bunga ini
berlangsung lebih tinggi sehingga cadangan energi yang tersimpan lebih banyak
digunakan.
Menurut Nurfitria (2004), penurunan mutu bunga segar dapat disebabkan
oleh beberapa faktor, diantaranya : (a) Ketidakmampuan tangkai bunga untuk
mengabsorpsi air karena terjadi embolisme (penyumbatan pembuluh batang oleh
udara atau mikroorganisme); (b) Terlalu banyak kehilangan air akibat suhu
lingkungan yang tinggi; (c) Kadar karbohidrat yang rendah sehingga kurang
memadai untuk mendukung respirasi; (d) Hama dan penyakit; (e) Gas etilen yang
dihasilkan oleh jaringan yang rusak akan mempercepat penuaan (senescence).
64
Rendahnya vaselife bunga potong pada perlakuan larutan holding diduga
bahwa proses metabolisme bunga berlangsung lebih tinggi. Penggunaan natripin
pada larutan holding menyebabkan suhu larutan untuk perendaman lebih tinggi
dibandingkan air sumur, sehingga kehilangan air dan energi pada bunga lebih
cepat. Diduga pula bahwa larutan holding tidak terserap optimal oleh kuntum
bunga, karena hanya tangkai bunga saja yang direndam dengan larutan holding
tidak pada bunga secara keseluruhan.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Proses panen yang dilakukan dibawah standar perusahaan telah melalui
persetujuan dan berbagai pertimbangan dari berbagai pihak sebelum dilaksanakan.
Berdasarkan persentase reject bunga potong saat penanganan pascapanen anggrek
potong Dendrobium dapat disimpulkan bahwa penerapan standar perusahaan
secara umum telah dilakukan dengan baik sesuai dengan standar dan prosedur
perusahaan. Jenis larutan yang digunakan oleh perusahaan kurang cocok untuk
digunakan sebagai larutan holding. Perlakuan larutan holding tidak memberikan
pengaruh yang lebih baik pada vaselife bunga anggrek potong dibandingkan
dengan air sumur. Berdasarkan vaselife dan kriteria bunga potong varietas
Aridang Green kurang cocok untuk dijadikan sebagai kelompok bunga potong.
Panjang tangkai yang kurang dari sepertiga panjang tangkai keseluruhan
menyebabkan varietas Aridang Green dan Tanida Pink sulit untuk dirangkai di
dalam vas bunga.
Produksi bunga potong di kebun produksi PT. Ekakarya Graha Flora
bervariasi antar varietas satu dengan lainnya. Peningkatan dan penurunan
produksi dipengaruhi oleh pemeliharaan serta jumlah populasi tanaman pada jenis
tertentu. Kondisi populasi tanaman yang sebagian besar masih dalam proses
pemulihan dan didominasi umur non-produktif menyebabkan produksi bunga
potong mengalami peningkatan dan penurunan. Beberapa blok net house yang
masih dalam tahap perbaikan menyebabkan perlindungan terhadap tanaman
anggrek dari lingkungan kurang optimal, namun pengendalian kondisi lingkungan
tumbuh sudah dilaksanakan dengan baik.
Saran
Perbaikan pada kondisi net house hendaknya dilakukan guna melindungi
tanaman dari gangguan lingkungan. Perlunya penggunaan plastik pada atap net
house yang bertujuan untuk menahan air hujan agar tidak langsung mengenai
tanaman, dan mulsa plastik agar kondisi lingkungan tumbuh dan pertumbuhan
tanaman dapat lebih terkontrol. Penerapan standar panen maupun grading
66
hendaknya dilakukan dengan baik dan tepat sesuai dengan pedoman yang telah
ditetapkan serta perlu dilakukan evaluasi dan pengawasan yang lebih ketat pada
proses panen dan grading. Perlunya pengujian lebih lanjut terhadap vaselife bunga
potong pada kondisi ruangan yang lebih terkontrol unuk mengetahui kualitas
bunga potong.
DAFTAR PUSTAKA
Aditya, E. N. R. 2009. Budidaya Anggrek Phalaenopsis : Pengelolaan Pembibitan
Anggrek Phalaenopsis di PT. Ekakarya Graha Flora, Cikampek, Jawa Barat.
Skripsi. Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian,
Institut Pertanian Bogor. Bogor. 93 hal.
Amiarsi, D., Sjaifullah, Yulianingsih. 1999. Komposisi terbaik untuk larutan
perendaman bunga anggrek potong Dendrobium Sonia Deep Pink. Jurnal
Hortikultura 9(1):45-50.
Amiarsi, D., Yulianingsih, Sabari. 2006. Pengaruh transportasi, kultivar anggrek
pot terhadap kesegaran bunga selama peragaan pada berbagai kondisi
ruangan. Jurnal Hortikultura 16(1):50-56.
Amiarsi, D., Yulianingsih, Sabari. 2006. Pengaruh transportasi, tingkat
kemekaran bunga, dan kultivar anggrek pot berbunga terhadap ketahanan
segar pada rumah sere. Jurnal Hortikultura 16(1):57-62.
Ginting, B., W. Prasetio, T. Sutater. 2001. Pengaruh cara pemberian air, media,
dan pemupukan terhadap pertumbuhan Anggrek Dendrobium. Jurnal
Hortikultura 11(1):22-29.
Gunawan, L. W. 1998. Budidaya Anggrek. Penebar Swadaya. Jakarta. 88 hal.
Gustin. 2009. Budidaya Anggrek Phalaenopsis : Produksi Bibit Anggrek
Phalaenopsis untuk Ekspor di PT. Ekakarya Graha Flora, Cikampek, Jawa
Barat. Skripsi. Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian,
Institut Pertanian Bogor. Bogor. 94 hal.
Martoredjo, T. 2009. Ilmu Penyakit Pascapanen. Bumi Aksara. Jakarta. 209 hal.
Mattjik, N. A. 2010. Budidaya Bunga Potong dan Tanaman Hias. IPB Press.
Bogor.
Murtiningsih, S. Prabawati, Sjaifullah. 2002. Pengepakan bunga krisan untuk
pengiriman antarprovinsi. Jurnal Hortikultura 12(3):191-197.
Nurcahyawati. 2010. Pengaruh Perendaman Tangkai Bunga dalam CaCl2 terhadap
Kualitas Pascapanen Bunga Potong Anggrek Dendrobium „Woxinia‟.
Skripsi. Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian,
Institut Pertanian Bogor. Bogor. Hal.
Nurmalinda, D. Widyastoety, L. Marpaung, D. Musadad. 1999. Preferensi
konsumen terhadap bunga anggrek potong di Jakarta. Jurnal Hortikultura
9(2): 146-152.
68
Perdani, A. A. 2010. Pengaruh Konsentrasi dan Cara Aplikasi CaCl2 terhadap
Vaselife Bunga Anggrek Dendrobium „Woxinia‟. Skripsi. Departemen
Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Bogor. 50 Hal.
Rimando, T. J. 2001. Ornamental Horticulture a Little Giant in the Tropics.
SEAMEO Regional Center for Graduate Study ang Research in Agiculture
(SEAMEO SEARCA). University of te Philippines Los Banos (UPLB).
Philippines. 333 hal.
Santi, A., Suciantini, D. H. Goenadi. 1996. Pengaruh waktu pemupukan dan
konsentrasi asam humik terhadap pertumbuha Anggrek Dendrobuim White
Candy. Jurnal Hortikultura 6(1):29-34.
Satsijati. 1991. Pengaruh media tumbuh terhadap pertumbuhan bibit Anggrek
Dendrobium Youpphadeewan. Jurnal Hortikultura 1(3):15-22.
Sjaifullah, Yulianingsih, D. Amiarsi. 2001. Pengaruh larutan perendaman dalam
pengemasan dan pengangkutan bunga anggrek Dendrobium Woch Shien
potong. Jurnal Hortikultura 11(4):269-274.
Soekartawi. 1996. Manajemen Agribisnis Bunga Potong. UI-Press. Jakarta. 97
hal.
Sutiyoso, Y. 2003. Anggrek Potong Dendrobium. Penebar Swadaya. Jakarta. 64
hal.
Sutiyoso, Y. 2007. Merawat Anggrek. Penebar Swadaya. Jakarta. 72 hal.
Widiastoety, D., W. Prasetio, N. Solvia. 2000. Pengaruh naungan terhadap
produksi tiga kultivar bunga Anggrek Dendrobium. Jurnal Hortikultura
9(4):302-306.
Widiastoety, D. D. 2002. Bertanam Anggrek. Penebar Swadaya. Jakarta. 75 hal.
Widiastoety, D. D. 2007. Agar Anggrek Rajin Berbunga. Penebar Swadaya.
Jakarta. 63 hal.
Widyawan, R., S. Prahastuti. 1994. Bunga Potong. Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia. Jakarta. 33 hal.
Wiryanto, K. 1993. Penanganan pascapanen bunga anggrek. Dalam Buletin
Anggrek No. 06 Th. II November 1993 : 20.
Yulianingsih, D. Amiarsi, Sjaifullah. 2000. Penggunan larutan perendaman dalam
menjaga kesegaran bunga potong anggrek Dendrobium Sonia Deep Pink.
Jurnal Hortikultura 9(4):314-319.
LAMPIRAN
70
Lampiran 1 Jurnal kegiatan magang sebagai karyawan di PT. Ekakarya Graha Flora, Cikampek, Jawa Barat
Tanggal Status Uraian kegiatan Lokasi
2 Mei 2011 –
27 Mei 2011
Karyawan Harian dan
Kepala Regu Orientasi lapang, pengenalan dengan karyawan
PT.Ekakarya Graha Flora
Penanaman bibit bunga potong
Penanaman bibit pot plant
Panen bunga potong
Pemeliharaan tanaman
Planting, repoting, splitting
Sortasi, grading, pengemasan bunga potong
Merontokkan bunga potong
Pengemasan pot plant luar kota
Pembuatan laporan harian repotting, penanaman,
splitting
Net house, ruang packing, kantor
produksi
Net house C
Net house A dan C
Net house C dan E
Net house A, C dan E
Net house A dan C
Ruang packing
Ruang packing
Ruang packing
Ruang packing
Net house C
30 Mei 2011 –
1 Juli 2011
Pendamping Koordinator
Net House dan Packing Planting, repoting, spliting
Sortasi, grading, pengemasan bunga potong
Alokasi hasil panen
Input hasil kerja operator
Pembuatan laporan mingguan perawatan
Persiapan pupuk dan pestisida
Kroscek kode tanaman pot plant
Pembuatan bukti pengeluaran tanaman
Pembuatan forecast mingguan pot plant
Repotting, splitting
Pengawasan proses sortasi, grading pengemasan
bunga potong dan pot plant
Net house A, C
Ruang packing
Kantor produksi dan ruang packing
Net house A, C
Net house A, C
Gudang Dendrobium
Ruang packing
Ruang packing
Kantor produksi
Net house A, C
Net house A, C, Ruang packing
4 Juli 2011 –
26 Agustus 2011
Pendamping Kepala Bagian Planting, repoting, spliting
Pembuatan rencana produksi jangka panjang
Net house A, C
Kantor produksi
71
Lampiran 1. Jurnal kegiatan magang sebagai karyawan di PT. Ekakarya Graha Flora, Cikampek, Jawa Barat (Lanjutan)
Tanggal Status Uraian kegiatan Lokasi
4 Juli 2011 –
26 Agustus 2011
Pendamping Kepala Bagian Pembuatan rencana produksi bulanan
Pembuatan laporan bulanan
Penanaman bibit bunga potong
Penanaman bibit pot plant
Alokasi hasil panen
Koordinasi pesanan dengan sales
Sortasi, grading, pengepakan bunga potong dan pot
plant
Kantor produksi
Kantor produksi
Net house C
Net house A
Kantor produksi dan ruang packing
Kantor produksi
Ruang packing
72
Lampiran 2. Data iklim PT. Ekakarya Graha Flora, Cikampek, Jawa Barat Tahun 2003-2008
Bulan 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Rata-rata
CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
150
338.5
179.5
54.5
51
0
0
0
92
70
103
98
11
21
15
8
4
0
0
0
3
5
11
11
238
537
368
74.5
89
57
9
0
0
0
144
119
13
18
14
6
12
3
2
0
0
0
14
13
279
154
201
137
70
13
24
4
3
163
47.5
182.5
20
7
10
9
5
2
4
2
1
8
8
15
341
80.5
231.5
93
30
9.5
37
0
0
2
16
156.5
17
8
12
12
5
2
1
0
0
3
5
12
147
220.5
304.6
197.5
58.5
153.5
5.5
0
36
60.5
110.5
209.6
12
15
12
14
8
5
3
0
1
7
10
17
285.5
529.5
137
48
45
13
0
2.5
0
73
150.2
111.5
16
24
16
9
3
3
0
1
0
4
11
13
240.08
310
236.93
100.75
57.25
41
12.58
1.08
21.83
61.42
95.2
146.18
14.83
15.50
13.17
9.67
6.17
2.50
1.67
0.50
0.83
4.50
9.83
13.50
Jumlah 1136.5 89 1635.5 95 1278 91 997 77 1503.7 104 1395.7 100 1324.32 92.67
BB 4 5 6 3 7 5 5
BK 5 5 5 7 4 6 5.33 Sumber : Aditya (2009)
Keterangan :
CH: Curah hujan (mm)
HH: Hari hujan
BB: Bulan basah
BK: Bulan kering
Klasifikasi menurut Schmidth and Ferguson
BB jika CH >100 mm
BK jika CH < 60 mm
Q = 100.22 %, tipe iklim E (agak kering)
73
Lampiran 3. Denah divisi Dendrobium PT. Ekakarya Graha Flora
74
Lampiran 4. Produksi bunga potong Dendrobium PT. Ekakarya Graha Flora Tahun 2008 - 2010
KEL. WARNA TAHUN 2008 TOTAL
JAN FEB MAR APR MAY JUN JUL AUG SEP OCT NOV DEC
Kel . Red Bull 1,040 400 190 60 0 800 370 270 440 720 420 710 5,420
Kel . Shavin White 6,190 900 1,660 1,720 3,550 14,710 15,705 10,310 9,130 8,730 11,560 14,550 98,715
Kel. Sonia 36,630 14,580 12,850 8,850 23,530 29,440 49,285 36,400 55,430 53,770 58,050 49,380 428,195
Total 43,860 15,880 14,700 10,630 27,080 44,950 65,360 46,980 65,000 63,220 70,030 64,640 532,330
KEL. WARNA TAHUN 2009 TOTAL
JAN FEB MAR APR MAY JUN JUL AUG SEP OCT NOV DEC
Kel . Red Bull 470 330 500 590 670 710 620 1,150 1,330 1,650 620 170 8,810
Kel . Shavin White 12,590 9,160 10,250 18,680 16,720 15,630 16,260 16,295 15,910 11,560 7,500 6,630 157,185
Kel. Sonia 32,110 23,730 40,470 45,680 37,990 40,490 45,510 46,960 43,260 55,580 41,515 27,790 481,085
Total 45,170 33,220 51,220 64,950 55,380 56,830 62,390 64,405 60,500 68,790 49,635 34,590 647,080
KEL. WARNA TAHUN 2010 TOTAL
JAN FEB MAR APR MAY JUN JUL AUG SEP OCT NOV DEC
Kel . Red Bull 210 140 290 200 20 180 50 30 40 20 70 30 1,280
Kel . Shavin White 6,620 5,240 9,300 5,880 5,650 7,300 4,100 5,170 3,820 4,750 4,690 2,760 65,280
Kel. Sonia 24,610 27,510 30,240 30,810 23,540 28,120 21,160 27,220 20,660 18,290 23,840 18,000 294,000
Total 31,440 32,890 39,830 36,890 29,210 35,600 25,310 32,420 24,520 23,060 28,600 20,790 360,560
75
Lampiran 5. Produksi bunga potong Dendrobium PT. Ekakarya Graha Flora Tahun 2011
KEL. WARNA TAHUN 2011 TOTAL
JAN FEB MAR APR MAY JUN JUL AUG SEP OCT NOV DEC
Kel . Red Bull 0 50 30 30 40 0 0 80 70 10 20 5 335
Kel . Shavin White 3,010 4,640 3,460 3,580 3,230 2,350 1,280 2,200 2,190 1,890 1,160 880 29,870
Kel. Sonia 12,200 13,670 15,510 17,130 20,340 14,390 14,100 13,360 20,910 19,460 14,500 9,720 185,290
Kel. Other 0 0 0 0 0 0 0 120 330 200 0 0 650
Total 15,210 18,360 19,000 20,740 23,610 16,740 15,380 15,760 23,500 21,560 15,680 10,605 216,145
76
Lampiran 6. Data jumlah karyawan PT. Ekakarya Graha Flora
No Bagian Karyawan tetap Karyawan kontrak Jumlah Jumlah besar
L P J L P J L P
1 Karyawan Roxy
Pokok Pimpinan 2 2 4 0 0 0 2 2 4
Dept. Keuangan & Akutansi 4 1 5 0 2 2 4 3 7
Dept. Pemasaran & Penjualan 4 4 8 1 6 7 5 10 15
Dept. Pembelian 0 2 2 0 0 0 0 2 2
Dept. Umum 1 0 1 6 0 6 7 0 7
Total 11 9 20 7 8 15 18 17 35
2 Karyawan Cikampek
Dept. Personalia & Umum 28 3 31 14 3 17 42 6 48
Dept. PPIC 3 3 6 7 0 7 10 3 13
Dept. Prod. Phalaenopsis 11 18 29 12 17 29 23 35 58
Bagian Laboratorium 4 6 10 2 17 19 6 23 29
Dept. Prod Dendrobium 7 6 13 32 2 34 39 8 47
Dept. QC 4 1 5 1 0 1 5 1 6
Dept. Pemasaran & Penjualan 1 2 3 2 0 2 3 2 5
Total 58 39 97 70 39 109 128 78 206
3 Karyawan Cipamingkis
Dept. Personalia & Umum 8 1 9 16 2 18 24 3 27
Dept. Prod Phalaenopsis 5 0 5 16 11 27 21 11 32
Dept. PPIC 1 0 1 2 0 2 3 0 3
Dept. QC 1 0 1 0 0 0 1 0 1
Total 15 1 16 34 13 47 49 14 63
Total Keseluruhan 84 49 133 111 60 171 195 109 300 Sumber : Kantor personalia PT. Ekakarya Graha Flora (Agustus, 2011)
77
Lampiran 7. Standar konsentrasi dan kegunaan pestisida
Kegunaan Nama Pestisida Bahan Aktif Konsentrasi Satuan
Untuk Tungau Omite 570 EC Propargil 570 gr/L 1 ml
Untuk Serangga Sergap 410 EC
Dimacide 400 EC
Klorpirifos 410 gr/L
Abamektin 18 gr/L
1
0.8
ml
ml
Untuk Trips Confidor 200 SL Imidakloprid 200 gr/L 0.5 ml
Untuk Jamur Tiplo 80 WP
Riosol 250 EC
Thiram 80%
Difenokonazol 250 gr/L
1
0.6
gram
ml
Perekat Agristik Alkilaril poliglikol eter 400 ml/L 0.25 ml
Untuk Lingkungan Lannate 40 SP
Snaildown 250 EC
Metomil 40%
Niklosamida 250 gr/L
1.5
1
gram
ml
Lain-lain Nemoil Azadirachtin 6200 ppm 3 ml
Sumber: Kantor produksi PT. Ekakarya Graha Flora
78
Lampiran 8. Kriteria pengkelasan tanaman (pot plant) Anggrek Dendrobium
Parameter Kelas (Grade)
1 2 3
Tinggi tanaman ≥ 25 cm ≥ 25 cm ≥ 25 cm
Jumlah bulb ≥ 2 buah, sehat seluruhnya ≥ 2 buah, sehat seluruhnya Miniman 1 buah bulb yang sehat
Kondisi daun Cacat mekanis tidak tembus, tidak
terdapat spot karena hama, penyakit
dan virus
Cacat mekanis tidak tembus, max
10% terdapat spot karena hama,
penyakit dan virus
Cacat mekanis tidak tembus, max
30% terdapat spot karena hama,
penyakit dan virus
Kondisi batang Padat dan kokoh Padat dan kokoh Bulb sehat padat dan kokoh
Kondisi akar Akar banyak, segar, menempel kuat
pada pot
Akar banyak, sebagian tidak segar,
menempel kuat pada pot
Akar sedang, menempel kuat pada pot
Kondisi umum tanaman Pertumbuhan normal Pertumbuhan normal, varietas yang
kurang disukai konsumen, warna
bunga kurang menarik
Pertumbuhan normal
Sumber: Kantor produksi PT. Ekakarya Graha Flora
79
Lampiran 9. Kriteria pengkelasan bunga potong anggrek Dendrobium
Varietas Parameter Ukuran (Size)
XL L M S BQ SS UZ SG
Sonia
Panjang tangkai > 56 cm 50-56 cm 43-50 cm 38-43 cm 30-38 cm 27-33 cm 25-27 cm Min. 43 cm
Kondisi tangkai Lurus Lurus Lurus Lurus Lurus Lurus Lurus Lurus
Kodisi bunga Kuntum
lengkap, segar,
normal, bebas
hama dan
penyakit
Kuntum
lengkap, segar,
normal, bebas
hama dan
penyakit
Kuntum
lengkap, segar,
normal, bebas
hama dan
penyakit
Kuntum
lengkap, segar,
normal, bebas
hama dan
penyakit
Kuntum
lengkap, segar,
normal, bebas
hama dan
penyakit
Kuntum
lengkap, segar,
normal, bebas
hama dan
penyakit
Kuntum
lengkap, segar,
normal, bebas
hama dan
penyakit
Kuntum hilang
satu, normal,
segar, bebas
hama dan
penyakit
Jumlah kuntum
bunga
Min. 14 kuntum Min. 12 kuntum Min. 10 kuntum Min. 9 kuntum Min. 8 kuntum Min. 7 kuntum Max. 6 kuntum Min. 9 kuntum
Jumlah kuntum
mekar
Min. 9 kuntum Min. 7 kuntum Min. 6 kuntum Min. 5 kuntum Min. 5 kuntum Min. 4 kuntum Max. 2 kuntum Min. 5 kuntum
Jumlah kuntum
kuncup
Min. 5 kuntum Min. 5 kuntum Min. 4 kuntum Min. 4 kuntum Min. 3 kuntum Min. 3 kuntum Max. 4 kuntum Min. 4 kuntum
Shavin
Panjang tangkai > 56 cm 50-56 cm 43-50 cm 38-43 cm 30-38 cm 27-33 cm 25-27 cm Min. 43 cm
Kondisi tangkai Lurus Lurus Lurus Lurus Lurus Lurus Lurus Lurus
Kondisi bunga Kuntum
lengkap, segar,
normal, bebas
hama dan
penyakit
Kuntum
lengkap, segar,
normal, bebas
hama dan
penyakit
Kuntum
lengkap, segar,
normal, bebas
hama dan
penyakit
Kuntum
lengkap, segar,
normal, bebas
hama dan
penyakit
Kuntum
lengkap, segar,
normal, bebas
hama dan
penyakit
Kuntum
lengkap, segar,
normal, bebas
hama dan
penyakit
Kuntum
lengkap, segar,
normal, bebas
hama dan
penyakit
Kuntum hilang
max tiga tetapi
berjauhan,
normal, segar,
bebas hama dan
penyakit
Jumlah kuntum
bunga
Min. 20 kuntum Min. 18 kuntum Min. 16 kuntum Min.14 kuntum Min. 10 kuntum Min. 7 kuntum Max. 6 kuntum Min. 14 kuntum
Jumlah kuntum
mekar
Min. 13 kuntum Min. 12 kuntum Min. 11 kuntum Min. 10 kuntum Min. 7 kuntum Min. 4 kuntum Max. 2 kuntum Min. 10 kuntum
Jumlah kuntum
kuncup
Min. 7 kuntum Min. 6 kuntum Min. 5 kuntum Min. 4 kuntum Min. 3 kuntum Min. 3 kuntum Max. 4 kuntum Min. 4 kuntum
80
Lampiran 9. Kriteria pengkelasan bunga potong anggrek Dendrobium (Lanjutan)
Varietas Parameter Ukuran (Size)
XL L M S BQ SS UZ SG
Aridang
Green
Panjang tangkai > 56 cm 50-56 cm 43-50 cm 38-43 cm 30-38 cm 27-33 cm 25-27 cm Min. 43 cm
Kondisi tangkai Lurus Lurus Lurus Lurus Lurus Lurus Lurus Lurus
Kondisi bunga Kuntum
lengkap, segar,
normal, bebas
hama dan
penyakit
Kuntum
lengkap, segar,
normal, bebas
hama dan
penyakit
Kuntum
lengkap, segar,
normal, bebas
hama dan
penyakit
Kuntum
lengkap, segar,
normal, bebas
hama dan
penyakit
Kuntum
lengkap, segar,
normal, bebas
hama dan
penyakit
Kuntum
lengkap, segar,
normal, bebas
hama dan
penyakit
Kuntum
lengkap, segar,
normal, bebas
hama dan
penyakit
Kuntum hilang
satu, normal,
segar, bebas
hama dan
penyakit
Jumlah kuntum
bunga
Min. 14 kuntum Min. 12 kuntum Min. 10 kuntum Min. 9 kuntum Min. 8 kuntum Min. 7 kuntum Max. 6 kuntum Min. 9 kuntum
Jumlah kuntum
mekar
Min. 9 kuntum Min. 7 kuntum Min. 6 kuntum Min. 5 kuntum Min. 5 kuntum Min. 4 kuntum Max. 2 kuntum Min. 5 kuntum
Jumlah kuntum
kuncup
Min. 5 kuntum Min. 5 kuntum Min. 4 kuntum Min. 4 kuntum Min. 3 kuntum Min. 3 kuntum Max. 4 kuntum Min. 4 kuntum
Tanida
Pink
Panjang tangkai > 56 cm 50-56 cm 43-50 cm 38-43 cm 30-38 cm 27-33 cm 25-27 cm Min. 43 cm
Kondisi tangkai Lurus Lurus Lurus Lurus Lurus Lurus Lurus Lurus
Kondisi bunga Kuntum
lengkap, segar,
normal, bebas
hama dan
penyakit
Kuntum
lengkap, segar,
normal, bebas
hama dan
penyakit
Kuntum
lengkap, segar,
normal, bebas
hama dan
penyakit
Kuntum
lengkap, segar,
normal, bebas
hama dan
penyakit
Kuntum
lengkap, segar,
normal, bebas
hama dan
penyakit
Kuntum
lengkap, segar,
normal, bebas
hama dan
penyakit
Kuntum
lengkap, segar,
normal, bebas
hama dan
penyakit
Kuntum hilang
satu, normal,
segar, bebas
hama dan
penyakit
Jumlah kuntum
bunga
Min. 14 kuntum Min. 12 kuntum Min. 10 kuntum Min. 9 kuntum Min. 8 kuntum Min. 7 kuntum Max. 6 kuntum Min. 9 kuntum
Jumlah kuntum
mekar
Min. 9 kuntum Min. 7 kuntum Min. 6 kuntum Min. 5 kuntum Min. 5 kuntum Min. 4 kuntum Max. 2 kuntum Min. 5 kuntum
Jumlah kuntum
kuncup
Min. 5 kuntum Min. 5 kuntum Min. 4 kuntum Min. 4 kuntum Min. 3 kuntum Min. 3 kuntum Max. 4 kuntum Min. 4 kuntum
81
Lampiran 10. Kartu stok Dendrobium
KARTU STOK DENDROBIUM
Tanggal :
Net house : Blok Bed Kode Tanaman Varietas Size Bulan Tanam Jumlah Keterangan
82
Lampiran 11. Struktur organisasi dan jabatan divisi Dendrobium PT. Ekakarya
Graha Flora
83
Lampiran 12. Hasil pengamatan aplikasi larutan perendaman
Pengamatan
Ke-
Komposisi Larutan Kapas (gram)
Gula Pasir Citric Acid Natripin
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
200
200
100
200
100
100
100
200
100
200
5
5
2,5
5
2,5
2,5
2,5
5
2,5
5
3
3
1,5
3
1,5
1,5
1,5
3
1,5
3
Sumber: Pengamatan di lapangan
84
Lampiran 13. Standar ruang tumbuh (growth room) PT. Ekakarya Graha Flora
No Standar ruang tumbuh Kriteria
1 Ruang tumbuh 1, 2 dan 5
a. Batas suhu yang ditetapkan
b. Batas kelembaban
c. Penyinaran
d. Peruntukan
25 oC ± 5
oC
40-65%
Lampu TL selama 16 jam per hari
Tempat penyimpanan stage S-0.1,
S-0.2 seedling dan Plb
2 Ruang tumbuh 3
a. Batas suhu yang ditetapkan
b. Batas kelembaban
c. Penyinaran
d. Penutupan net
Net atas
Net bawah
e. Pembukaan net
Net atas
Net bawah
Bila mendung atau hujan semua net dibuka
f. Peruntukan
25 oC ± 5
oC
60-95%
Sinar matahari
Pukul 08.00
Pukul 09.30
Pukul 15.00
Pukul 15.30
Tempat penyimpanan S-0.2
seedling, S-1 dan S-2 seedling dan
mericlone
3 Ruang tumbuh 4
a. Batas suhu yang ditetapkan
b. Batas kelembaban
c. Penyinaran
d. Penutupan net
Net atas
Net bawah
e. Pembukaan net
Net atas
Net bawah
Bila mendung atau hujan semua net dibuka
f. Water pad
On
Off
g. Exhause fan
On
Off
h. Peruntukan
20-40 oC
60-95%
Sinar matahari
Pukul 08.00
Pukul 09.30
Pukul 16.30
Pukul 15.30
≥ 26 oC
< 26 oC
Apabila hujan mati
Pukul 07.00
Pukul 18.00
Tempat penyimpanan S-1
seedling, S-2, S-3 seedling dan
mericlone Sumber: Laboratorium PT. Ekakarya Graha Flora