21
PENANGGULANGAN KEGAWAT DARURATAN PADA KERACUNAN MAKANAN KELOMPOK IV (Agnes Bikolo, Hema Marreta .Y)

Penanggulangan Kegawat Daruratan Pada Keracunan Makanan

Embed Size (px)

Citation preview

Keracunan adalah masuknya toksin yang dapat membahayakan tubuh. Pada hakekatnya semua zat dapat berlaku sebagi racun, tergantung pada dosis dan cara pemberiannya. Proses keracunan dapat berlangsung secara perlahan, dan lama kemudian baru menjadi kegawatdarurat, atau dapat juga berlangsung dengan cepat dan segera menjadi keadaan gawat darurat. Karena gejala yang timbul sangat bervariasi, kita harus mengenal gejala yang ditimbulkan oleh setiap agen agar dapat bertindak dengan cepat dan tepat pada setiap kasus dengan dugaan keracunan

1. 2. 3. 4.

5.

Seorang yang sehat menjadi sakit Gejalanya tidak sesuai dengan suatu keadaan patologik tertentu Gejala menjadi progresif dengan cepat karena kondisi yang besar dan intolerabel Anamnestik menunjukkan ke arah keracunan, terutama pada kasus bunuh diri/kecelakaan Keracunan kronik dicurigai bila digunakan obat dalam waktu lama atau lingkungan pekerjaan yang b/d zat-zat kimia

1. 2. 3. 4.

Racun tertelan; misalnya keracunan makanan, minuman, dll Racun terhisap; misalnya keracunan gas CO Racun terserap kulit/mata; misalnya keracunan zat kimia Racun langsung masuk tubuh melalui suntikan; misalnya overdosis obatobatan seperti narkoba

1.

2. 3.

Korosif - misalnya asam/basa kuat (asam klorida, asam sulfat, natrium hidroksida), bensin, minyak Non Korosif - misalnya makanan, obatobatan Kerosen - zat cair

1. 2. 3.

Padat misalnya obat-obatan/makanan Gas misalnya CO, H S, dll Cair misalnya alkohol, bensin, minyak tanah

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

Bau yang khas dari racun, misalnya insektisida Perubahan kesadaran (penderita mulai pingsan) Kejang-kejang Pupil melebar atau justru sangat mengecil Gangguan pernafasan (sesak) Gangguan denyut jantung (berdebardebar) Keringat dingin

1. 2. 3. 4.

Mencegah/menghentikan penyerapan racun Mengeluarkan racun Pengobatan simtomatik Pengobatan spesifik

Berdasarkan prinsip pertolongan gawat darurat maka harus dinilai pertama-tama adalah jalan nafas (airway) dilanjutkan dengan breathing dimana diberikan oksigen dan dinilai sirkulasi apakah terdapat hipotensi dan aritmia dan diatasi bila terjadi kejang (disability).

Keracunan makanan: Keracunan bahan kimia dalam makanan merupakan akibat dari memakan tanaman atau hewan yang mengandung racun. Keracunan Makanan Laut: Beberapa makanan laut seperti kepiting, rajungan, dan ikan laut lainnya dapat menyebabkan keracunan.

Pengkajian Masalah keperawatan Tindakan keperawatan Evaluasi

A. Anamnesis B. Pemeriksaan fisik

Ny W datang ke UGD pada tgl 12 Desember 2010 jam 23:00 wib dengan keluhan mual, muntah, pusing, diare, k/u lemah, panas disekitar mulut. Suami Ny W mengatakan bahwa istrinya sebelumnya tidak apa-apa, tapi setelah makan malam dg kepiting beliau mengalami hal tersebut. Tanda-tanda vital; Suhu: 37,9 C Nadi: 60 x/menit TD: 130/90 mmHg RR: 26 x/menit Pada saat palpasi perut px mengeluh kesakitan. Berdasarkan semua hasil pemeriksaan di dapatkan diagnosa medis pasien mengalami keracunan

1. 2.

Keracunan Keracunan Makanan

1. 2. 3.

4.

Apa yang menyebabkan pasien keracunan Bagaimana cara kita mengidentifikasi pasien dengan keracunan makanan Bagaimana penatalaksanan kegawatdaruratan dari keracunan makanan Apa saja diagnosa keperawatan yang muncul dari pasien yang mengalami keracunan makanan

1.

2. 3.

Sengaja bunuh diri (Attended Suicide), Diracuni (Homicide), Tidak sengaja (Overdose), Sengaja untuk maksud tertentu tapi tahu ukuran yang mematikan. Dengan anamnesa, pemeriksaan fisik, dan hasil pemeriksaan penunjang Berdasarkan prinsip pertolongan gawat darurat maka harus dinilai pertama-tama adalah jalan nafas (airway) dilanjutkan dengan breathing dimana diberikan oksigen dan dinilai sirkulasi apakah terdapat hipotensi dan aritmia dan diatasi bila terjadi kejang (disability).

4. Diagnosa : Bersihan jalan nafas tidak efektif Pola nafas tidak efektif Volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh

DX

1 Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d sumbatanMembersihkan jalan nafas Mengobservasi TTV Memberikan posisi yang nyaman Mengajarkan batuk efektif Melakukan penghisapan lendir Memasang orofaring tube/gudel

1. 2. 3. 4. 5. 6.

Kolaborasi; Pemberian obat bronkodilator, pemberian O2 dan inhalasi Pemeriksaan laboratorium

DX2

Pola nafas tidak efektif b/d depresi susunan saraf pusat

1. Observasi TTV 2. Observasi irama, kedalaman pernafasan, serta

penggunana otot bantu pernafasan 3. Atur posisi tidur klien dengan posisi nyaman 4. Terapkan Teknik kewaspadan universal dalam melakukan tindakan ashuan keperawatan

DX 3 Volume cairan kurang dari keb.tubuh b/d intake dan out put yang tidak seimbang1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

Observasi TTV Catat adanya peningkatan suhu tubuh dan durasi demam Bantu klien untuk memakai pakaian yang mudah menyerap keringat serta pertahankan agar pakaian tetap kering Observasi turgor kulit, membran kulit dan perasaan haus yang berlebihan Catat input dan output klien Anjurkan klien minum 2500-3000cc per hari Berikan makanan yang mudah dicerna

Kolaborasi Pemeriksaan laboratorium Hb,Ht, dan elektrolit Pemberian makanan parenteral Pemberian obat anti diare dan anti piretik

TERIMA KASIH