21
BAB I PENDAHULUAN Demam telah dikenal sebagai suatu manifestasi penting pada infeksi masa kanak – kanak sejak zaman dahulu kala. Demam seringkali merupakan gejala pertama yang disadari orang tua, tanda bahwa anak mereka sakit. Demam juga merupakan salah satu alasan utama mencari bantuan medis. (3) Demam pada anak merupakan hal yang paling sering dikeluhkan oleh orang tua mulai diruang praktek dokter sampai ke unit gawat darurat (UGD) anak, meliputi 10-30% dari jumlah kunjungan. Demam membuat orang tua atau pengasuh menjadi risau. Sebagian besar anak-anak mengalami demam sebagai respon terhadap infeksi virus yang bersifat self limited dan berlangsung tidak lebih dari 3 hari atau infeksi bakteri yang tidak memerlukan perawatan di rumah sakit. Akan tetapi sebagian kecil demam tersebut merupakan tanda infeksi yang serius dan mengancam jiwa seperti pneumonia, meningitis, artritis septik dan sepsis. Hal ini merupakan tantangan bagi dokter untuk mengidentifikasi penyebab demam tersebut. (1) Pendekatan penatalaksanaan demam pada anak bersifat age dependent karena infeksi yang terjadi tergantung dengan maturitas sistem imun di kelompok usia tertentu. Penilaian awal pada saat anak dibawa ke rumah sakit akan membantu menentukan beratnya penyakit anak dan urgensi pengobatannya. Berkaitan dengan hal tersebut diatas dalam sari kepustakaan ini akan di bahas penatalaksanaan demam yang meliputi definisi 1

Penatalaksanaan Demam Pada Anak

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Penatalaksanaan Demam Pada Anak

BAB I

PENDAHULUAN

Demam telah dikenal sebagai suatu manifestasi penting pada infeksi masa kanak –

kanak sejak zaman dahulu kala. Demam seringkali merupakan gejala pertama yang disadari

orang tua, tanda bahwa anak mereka sakit. Demam juga merupakan salah satu alasan utama

mencari bantuan medis. (3)

Demam pada anak merupakan hal yang paling sering dikeluhkan oleh orang tua mulai

diruang praktek dokter sampai ke unit gawat darurat (UGD) anak, meliputi 10-30% dari

jumlah kunjungan. Demam membuat orang tua atau pengasuh menjadi risau. Sebagian besar

anak-anak mengalami demam sebagai respon terhadap infeksi virus yang bersifat self limited

dan berlangsung tidak lebih dari 3 hari atau infeksi bakteri yang tidak memerlukan perawatan

di rumah sakit. Akan tetapi sebagian kecil demam tersebut merupakan tanda infeksi yang

serius dan mengancam jiwa seperti pneumonia, meningitis, artritis septik dan sepsis. Hal ini

merupakan tantangan bagi dokter untuk mengidentifikasi penyebab demam tersebut. (1)

Pendekatan penatalaksanaan demam pada anak bersifat age dependent karena infeksi

yang terjadi tergantung dengan maturitas sistem imun di kelompok usia tertentu. Penilaian

awal pada saat anak dibawa ke rumah sakit akan membantu menentukan beratnya penyakit

anak dan urgensi pengobatannya. Berkaitan dengan hal tersebut diatas dalam sari

kepustakaan ini akan di bahas penatalaksanaan demam yang meliputi definisi dan

patofisiologi demam, cara pengukuran, penilaian awal, penatalaksaan demam dan kondisi

khusus akibat demam.(1)

1

Page 2: Penatalaksanaan Demam Pada Anak

BAB II

PENATALAKSANAAN DEMAM PADA ANAK

2.1 Definisi Demam

Menurut kamus kedokteran Stedman’s edisi ke-25, demam adalah peningkatan suhu

tubuh diatas normal (98,6oF/ 37 oC). Sedangkan menurut edisi ke-26 dalam kamus yang sama,

demam merupakan respon fisiologis tubuh terhadap penyakit yang di perantarai oleh sitokin

dan ditandai dengan peningkatan suhu pusat tubuh dan aktivitas kompleks imun. Dalam

protokol Kaiser Permanente Appointment and Advice Call Center definisi demam untuk

semua umur, demam didefinisikan temperatur rektal diatas 38 oC, aksilar diatas 37,5 oC dan

diatas 38,2 oC dengan pengukuran membran timpani , sedangkan demam tinggi bila suhu

tubuh diatas 39,5 oC dan hiperpireksia bila suhu > 41,1 oC.(1)

2.2 Etiologi Demam

Seringkali kita lupa bahwa kuman beredar dalam darah tidak berenang dalam plasma,

tetapi ada dalam lukosit (intraseluler), limfosit atau makrofag. Keberadaan mereka tidak

konstan dari waktu ke waktu, namun hanya dapat bertahan sementara, sebelum menempel

dan berhasil membuat koloni pada jaringan atau dihancurkan atau dieliminasi oleh sel-sel

radang. Bakteremia digunakan sebagai gold standart deteksi kuman penyebab. Ternyata

kuman berada dalam darah dalam waktu terbatas, sehingga hasil biakan kuman todak selalu

positif, terganting pada jumlah darah sampel, jumlah kuman dan virulensi. (2)

2.2.1 Fokus pada Anak dengan Demam

a) Demam dengan fokus yang jelas (overt focus)

Anak dengan demam dengan fokus yang jelas akan mudah dikenali secara klinis.

Fokus pada anak besar, akibat kemampuan tubuhnya melokalisir radang. Fokus dapat

memberikan dugaan akan kemungkinan peyebab etiologik (kuman) dari kelainan anatomik

tersebut. Infeksi saluran kemih, pneumonia, meningitis, enteritis bacterial, abses, merupakan

fokus yang jelas dan pada usia tertentu kumannya dapat diduga. Detritus pada tonsil, furunkel

pada kulit, nanah dari liang telinga, dapat memberikan gambaran kuman yang menyebabkan

infeksi. Pemeriksaan biakan jaringan pada fokus dapat menjelaskan kuman penyebab, fokus

pada bayi kecil dapat disertai bakteremia. (2)

2

Page 3: Penatalaksanaan Demam Pada Anak

b) Demam tanpa fokus yang jelas (occult focus)

Infeksi selain menyebabkan kelainan anatomik juga menyebabkan kelainan

fungsional. Akibat reaksi radang. Fokus yang tidak jelas, gejala klinik disebabkan oleh

mediator yang menyebabkan perubahan faal. Demam tanpa fokus ini pada usia muda makin

tidak jelas gejala klinisnya, karena keterbatasan tubuh merespons infeksi. Selain itu terdapat

gabungan gejala yang menjadi kabur, misalnya pada anak diare dengan parasit malaria dalam

darah, pneumonia pada aanak anemia, kebocoran plasma akibat DHF pada anak dan

sebagainya. Meskipun pada fase lanjutan beberapa penyakit menunjukkan gejala klinis yang

jelas, namun bayi muda belum mampu melokalisir reaksi radang dan menyebabkan reaksi

radang yang sitemik. (2)

c) Demam tanpa penyebab yang jelas (unknown origin)

Demam ini biasanya terdapat pada infeksi yang kronis dan berjalan pelan, tidak

menunjukkan fokus dan tidak terdapat gejala lain yang mecolok, kecuali demam. Reaksi

radang tidak hanya akibat infeksi tetapi akibat kerusakan jaringan dan kematien sel, seperti

pada anak dengan keganasan atau anak dengan penyakit autoimun. Pencarian sumber demam

menjadi semakin rumit dan mahal dan seringkali tidak tuntas akibat ketidakmampuan

teknologi dan finansial. (2)

2.2.2 Kelompok Usia anak dengan Demam

a) Kelompok bayi muda, 0-48 hari

Demam pada usia <28 hari (neonatus) dapat menyulitkan dokter, karena ¾ dari yang

menderita infeksi bakterial tetap baik kondisi klinisnya pada saat pemeriksaan. Infeksi bakteri

terjadi pada 10% dari anak demam usia 1-2 bulan, 13% pada anak dibawah 1 bulan. Pada

bayi dibawah 3 bulan Urinary Tract Infection (UTI) merupakan seprtiga dari seluruh kasus.

Prevalensi bakteremia sekitar 2-3% pada semua bayi demam dengan usia dibawah 2 bulan.

Penilaian resiko infeksi berat dengan menggunakan gejala klinis belum memuaskan.

Probabilitas Serious Bacterial illnes (SBI) pada neonatus dengan demam cukup tinggi,

sehingga rawat inap merupakan indikasi yang aman.(2)

Kriteria Rochestermampu mnegidentifikasi bayi yang kecil kemungkinannya

menderita infeksi bakteri serius, meskipun dirawat dirumah sakit karena kecurigaan sepsis.

Adapun kriteria Rochester adalah sebagai berikut :

Secara umum bayi terlihat sehat

Bayi sebelumnya sehat

- Lahir cukup bulan (usia gestasi ≤ 37 minggu)

3

Page 4: Penatalaksanaan Demam Pada Anak

- Tidak mendapat terapi antimikroba perinatal

- Tidak pernah mendapat terapi hiperbilirubinemia yang tidak terjelaskan

- Tidak pernah mendapat atau tidak sedang mendapat agens antimikroba

- Tidak pernah dirawat di rumah sakit

- Tidak menderita kondisi sakit yang kronis atau yang melatarbelakangi

- Tidak di rumah sakitkan lebih lama daripada ibu

Tidak ada bukti infeksi kulit, jaringan lunak, tulang, sendi atau telinga

Nilai laboratorium

- Hitung sel darah putih perifer 5,0 -15,0 x 109 sel (5.000 – 15.000)

- ≤ 10 leukosit per lapang pandang kecil ( x 40) pada pemeriksaan mikroskop terhadap

sedimen urine yang disentrifugasi

- ≤ 5 leukosit perlapang pandang kecil (x40) pada pemeriksaan mikroskop terhadap

apusan feses (hanya untuk bayi dengan diare) (3)

b) Usia 2-36 bulan

Bayi demam pada usia ini tampilan klinisnya berada di daerah yang “abu-abu”, antara

demam berarti Serious Bacterial ilness (SBI) pada anak muda (dibawah 2 bulan dan demam

berarti infeksi bila ada fokus yang jelas. Penderita dengan resiko tinggi harus MRS dan

mendapat antibiotik. (2)

Anak pada usia ini yang mengalami demam dapat terlihat sehat tetapi menderita

bakteremia akulta (tersembunyi). Sekitar 50% bakteremia okulta disebabkan oleh

S.pneumoniae, 25% oleh H.influenza tipe B (Hib), 7% oleh salmonela spesies dan 6% oleh

meningitidis. Kemungkinan bagi bakteremia okulta untuk memulai pertumbuhan di

meningens dengn hasil berupa meningitis adalah salah satu determinan mayor terapi.

Meskipun S.pneumonia telah menyebabkan lebih dari 80% episode bakteremia okulta, sekitar

50% episode meningitis bakterial pada kelompok usia yang sama disebabkan oleh Hib.

Semenjak vaksin Hib dilisensikan penggunaannya pada bayi, telah terjadi penurunan luar

biasa dalam penyakit invasif yang disebabkan oleh bakteri ini, lebih dari 85% episode

bakteremia okulta disebabkan oleh S.pneumonia. (3)

c) Usia lebih dari 36 bulan

Anak usia diatas 3 tahun dapat memberikan gejala klinis yang lebih jelas, seperti

adanya kelainan anatomi (mis: fokus pada paru) atau kelainan fungsional seperti syok dan

DHF. Anamnesis, pemeriksaan fisik dan laboratorium sangat bermanfaat untuk mengambil

4

Page 5: Penatalaksanaan Demam Pada Anak

keputusan memberi atau tidak memberi antibiotik. Masalah khusus adalah pada penderita

Fever Unknown Origin (FUO) dengan fokus maupun gejala gangguan faal idak jelas. (2)

2.3 Patofisisologi Demam

Tujuan dari pengaturan suhu adalah mempertahankan suhu inti tubuh sebenarnya pada

set level sekitar 37 oC (dengan variasi diurnal). Berbeda dengan hipertermia pasif, set level

meningkat ketika demam. Oleh karena itu, dalam keadaan ini mekanisme pengaturan suhu

berperan untuk mempertahankan suhu yang meningkat ini. Hal ini tampak jelas ketika

demam meningkat: karena nilai sebenarnya menyimpang dari set level yang tiba-tiba

meningkat, pengeluaran panas akan dikurangi melalui penurunan aliran darah ke kulit

sehingga kulit menjadi dingin (perasaan dingin). Selain itu, produksi panas juga meningkat

karena menggigil (tremor). Keadaan ini berlangsung terus sampai nilai sebenarnya mendekati

set level yang baru.bila demam turun, sekali lagi set level akan turun sehingga sekarang nilai

5

Page 6: Penatalaksanaan Demam Pada Anak

sebenarnya menjadi terlalu tinggi. Pada keadaan ini, aliran darah ke kulit meningkat sehingga

orang tersebut akan merasa kepanasan dan mengeluarkan keringat banyak.(6)

Demam terutama biasa terjadi pada infeksi sebagai reaksi fase akut. Pada keadaan ini,

zat yang menimbulkan demam (pirogen) menyebabkan perubahan pada set point. Pirogen

eksogen merupakan bagian dari patogen, diantaranya yang paling efektif adalah kompleks

lipopolisakarida (endotoksin) bakteri gram negatif. Patogen atau pirogen seperti itu

diopsonisasi oleh komplemen dan difagosit oleh makrofag, misalnya sel kupffer di hati.

Proses ini melepaskan sejumlah sitokin, diantaranya pirogen endogen interleukin 1α, 1β, 6, 8

dan 11, interferon α2 dan γ, tumor necrosis factor TNF α (kahektin) dan TNF β (limfotoksin),

macrophage-inflamatory protein MIP 1 dll. Sitokin in i diduga mencapai organ

sirkumventrikular otak yang tidak memiliki sawar darah otak. Oleh karena itu, sitokin dapat

menyebabkan reaksi demam pada organ-organ ini atau yang berdekatan dengan area pre optik

dan organ vaskulosa lamina terminalis (OVLT) melalui prostaglandin PGE2. Obat penurun

panas (antipiretik bekerja secara efektif didaerah ini. Jadi, asam asetil salisilat, misalnya,

menghambat enzim yang membentuk PGE2 dari asam arakhidonat (siklooksigenase 1 dan 2).(6)

Setelah penyuntikkan lipopolisakarida secara intravena, sitokin yang telah disebutkan

diatas baru ditemukan dalam waktu 30 menit setelah onset demam dan munculnya sitokin

dapat dihambat melalui vagotomi subdiafragma. Tampaknya, pirogen eksogen merangsang

area preoptik dan OVLT juga melalu sebrabut aferen dari abdomen. Terdapat kemungkinan

bahwa zat pembawa sinyal yang dilepaskan oleh sel kuffler di hati merangsang serabut yang

dekat dengan saraf aferen vagus, yang kemudian menjalarkan sinyal pirogen melalui nukleus

solitarius ke kelompok sel noradrenalin A1 dan A2. Selanjutnya, sinyal ini berproyeksi di

traktus noradrenalin ventral ke neuron yang mengatur demam di area preoptik dan OVLT/

noradrenalin yang dilepaskan di daerah tersebut menimbulkan pembentukan PGE2 dan

mengakibatkan demam.proses ini juga melepaskan adiuretin (ADH; efek reseptor V1), α-

melanocyte-stimulating hormone (α-MSH) dan corticotropin-releasing hormone (CRH), yang

mengatasi demam dengan membentuk antipiretik endogen melalui jalur umpan-balik negatif.(6)

Akibat demam yang ditimbulkan oleh demam adalah peningkatan frekuensi denyut

jantung (8-12 menit / oC) dan metabolisme energi. Hal ini menimbulkan rasa lemah, nyeri

sendi dan sakit kepala, peningkatan gelombang tidur lambat (yang berperan dalam perbaikan

6

Page 7: Penatalaksanaan Demam Pada Anak

fungsi otak) dan pada keadaan tertentu bisa menimbulkan gangguan kesadaran dan

persepsi(delirium karena demam) serta kejang.(6)

Kegunaan demam mungkin terdapat dalam hubungannya untuk mengatasi infeksi.

Peningkatan suhu akan menghambat pertumbuhan beberapa patogen, bahkan membunuh

sebagian lainnya. Selain itu, konsentrasi logam dasar di plasma seperti besi, seng dan

tembaga yang diperlukan untuk pertumbuhan bakteri dikurangi. Selanjutnya, sel yang rusak

karena virus juga dimusnahken sehingga replikasi virus dihambat. Karena lasan ini, secara

umum sebaiknya antipiretik hanya digunakan bila demam menyebabkan kejang demam.

Biasanya pada bayi dan anak-anak atau bila demamnya sangat tinggi (>39 oC) sehingga

dikhawatirkan terjadi kejang.(6)

2.4 Langkah Diagnosis

2.4.1 Anamnesis

Beberapa hal yang perlu di tanyakan saat anamnesis, yaitu:

- Riwayat imunisasi

- Adanya paparan terhadap imunisasi

- Nyeri menelan

- Nyeri telinga

- Batuk, sesak nafas

- Muntah, diare

- Nyeri atau menangis saat buang air kecil (2,4)

2.4.2 Pemeriksaan Fisik

Ukur temperatur tubuh anak, demam : ≥ 38 oC rectal. Pemeriksaan fisik pada anak

demam secara kasar dibagi atas status generalis dan evaluasi secara detil yang memfokuskan

pada sumber infeksi. Pemeriksaan status generalis tidak dapat diabaikan karena menentukan

apakah pasien tergolong toksis atau tidak toksis. Penampakan yang toksis mengindikasikan

infeksi serius. McCarthy membuat Yale Observation Scale untuk penilaian anak toksis. Skala

penilaian ini terdiri dari enam kriteria berupa: evaluasi cara menangis, reaksi terhadap orang

tua, variasi keadaan, respon sosial, warna kulit dan status hidrasi. Masing-masing item diberi

nilai 1 (normal), 3 (moderat), 5 (berat).(1,2)

7

Page 8: Penatalaksanaan Demam Pada Anak

Hasil studi prospektif penggunaan skala tersebut diatas, pada anak usia < 2 tahun

sebanyak 312 anak yang mengalami demam, anak yang mempunyai nilai lebih dari 16

ternyata menderita penyakit yang serius. Pemeriksaan penunjang dilakukan pada anak yang

mengalami demam bila secara klinis faktor risiko tampak serta penyebab demam tidak

diketahui secara spesifik.(1)

Perhatikan apakah anak tidak tampak sakit, tampak sakit atau sakit berat / toksik.

Tidak ada metode spesifik untuk mendeteksi kemungkinan infeksi fokal yang tersembunyi.

a) Infeksi Saluran Kemih (ISK)

Setiap pemeriksaan urinalisis positif dianggap sebagai tersangka ISK yang merupakan

indikasi untuk memulai pengobatan dengan antibiotik. Diagnosis pasti ditegakkan bila hasil

biakan urine positif. Pada pemeriksaan urinalisis terdapat nitrit (+), leukosit esterase (+). Pada

pemeriksaan mikroskopik terdapat leukosit > 10/lpb atau bakteri, atau pewarnaan gram (+).(4)

b) Pneumonia

Pneumonia bakterial bila demam 39 oC atau leukosit >20.000. pada anak dengan suhu

39 oC disertai hitung jenis leukosit tidak terlalu tinggi, tidak disertai distress respirasi, takipne,

ronki atau suara napas melemah maka kemungkinan pneumonia disingkirkan. Pneumonia

oleh virus paling banyak dijumpai pada umur 2 tahun pertama. Foto dada sering kali tidak

terlalu membantu dalam menentukan diagnosis pneumonia. Penumonia dan bakteremia

jarang terjadi bersamaan. (4)

8

Page 9: Penatalaksanaan Demam Pada Anak

c) Gastroenteritis (GE) Bakterial

Umumnya ditandai dengan muntah dan diare, penyebab terbanyak rotavirus. Buang

air besar darah lendir biasanya karena GE bakterial. (4)

d) Meningitis

Bayi atau anak tampak sakit berat, pemeriksaan fisik didapatkan letargik, kaku kuduk

dan muntah. Diagnosis ditegakkan dengan pungsi lumbal. (4)

2.4.3 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan yaitu:

a) Bila anak terlihat sakit berat diperlukan pemeriksaan laboratorium termasuk darah

lengkap, urinalisis dan biakan urin

b) Leukosit > 15.000 meningkatkan resiko bakteremia menjadi 3-5%, bila > 20.000 resiko

menjadi 8-10%

c) Untuk mendeteksi bakteremia tersembunyi hitung neutrofil absolut lebih sensitif dari

hitung leukosit absolut

d) Hitung absolut neutrofil >10.000 meningkatkan resiko bakteriemia menjadi 8-10%

e) Pemeriksaan biakan darah dianjurkan karena 6-10% anak dengan bakteremia dapat

berkembang menjadi infeksi bakteri yang berat, terutama pada anak yang terlihat sakit

berat.(4)

2.5 Penatalaksanaan

Pada prinsipnya demam dapat menguntungkan dan dapat pula merugikan. Pada

tingkat tertentu demam merupakan bagian dari pertahanan tubuh antara lain daya fagositosis

meningkat dan viabilitas kuman menurun, tetapi dapat juga merugikan jika demam terlalu

tinggi (> 39 oC) karena anak menjadi gelisah, nafsu makan dan minum berkurang, tidak dapat

tidur dan menimbulkan kejang demam. Semua anak dengan demam harus diperiksa apakah

ada tanda atau gejala yang melatar belakanginya dan hal ini harus ditangani sebagaimana

mestinya.(5)

Hasil penelitian ternyata 80% orangtua mempunyai fobia demam. Orang tua mengira

bahwa bila tidak diobati, demam anaknya akan semakin tinggi. Kepercayaan tersebut tidak

terbukti berdasarkan fakta. Karena konsep yang salah ini banyak orang tua mengobati demam

ringan yang sebetulnya tidak perlu diobati. Demam < 39 oC pada anak yang sebelumnya

sehat pada umumnya tidak memerlukan pengobatan. Bila suhu naik > 39 oC, anak cenderung

tidak nyaman dan pemberian obat-obatan penurun panas sering membuat anak merasa lebih

9

Page 10: Penatalaksanaan Demam Pada Anak

baik. Pada dasarnya menurunkan demam pada anak dapat dilakukan secara fisik, obat-obatan

maupun kombinasi keduanya.(1)

2.5.1 Secara Fisik

a) Anak demam ditempatkan dalam ruangan bersuhu normal dengan ventilasi yang baik

b) Pakaian anak diusahakan tidak tebal, melainkan berpakaian tipis

c) Memberikan minuman yang banyak karena kebutuhan air meningkat

d) Memberikan kompres. (5)

2.5.2. Medikamentosa

a) Anak yang tidak tampak sakit, tidak perlu dirawat dan tidak perlu dilakukan pemeriksaan

lab serta tidak perlu diberikan antibiotik. (2)

b) Apabila dari anamnesis dan pemeriksaan fisik, laboratorium menunjukkan hasil resiko

tinggi untuk terjadinya bakteremia tersembunyi maka dapat diberikan antibiotik setelah

pengambilan sediaan untuk biakan (catatan : terutama bila hitung leukosit > 15.000 dan

hitung total neutrofilabsolut > 10.000).(2)

c) Pemberian antibiotik secara empirik harus memperhitungkan kemungkinan terjadinya

peningkatan resistensi bakteri. Secara empirik antibiotik pilihan adalah omoxicilline : 60-

100 mg/kgBB/hari dan ceftriaxon 50-75 mg/kgBB/hr (maks 2 gr/hr). Bila didapatkan

alergi dari kedua obat tersebut, maka dapat dipilih obat lain sesuai hasil uji resistensidan

bila perlu dapat dikonsulkan kepada konsultan infeksi dan penyakit tropis.(2)

d) Bila kultur darah positif dan demam menetap 5 hari, maka perlu dilakukan pemeriksaan

ulang untuk kemungkinan bakteremia oleh fokal infeksi yang tidak terdeteksi sebelumnya

(misal meningitis) (2)

e) Antipiretik

Pemberian obat antipiretik merupakan pilihan pertama dalam menurunkan demam

dan sangat berguna khususnya pada pasien berisiko, yaitu anak dengan kelainan

kardiopulmonal kronis, kelainan metabolik, penyakit neurologis dan pada anak yang berisiko

kejang demam. Obat-obat anti inflamasi, analgetik dan antipiretik terdiri dari golongan yang

bermacam-macam dan sering berbeda dalam susunan kimianya tetapi mempunyai kesamaan

dalam efek pengobatannya. Tujuannya menurunkan set point hipotalamus melalui

pencegahan pembentukan prostaglandin dengan jalan menghambat enzim cyclooxygenase. (1)

Asetaminofen merupakan derivat para-aminofenol yang bekerja menekan

pembentukan prostaglandin yang disintesis dalam susunan saraf pusat. Dosis terapeutik

antara 10-15 mgr/kgBB/kali tiap 4 jam maksimal 5 kali sehari. Dosis maksimal 90

10

Page 11: Penatalaksanaan Demam Pada Anak

mgr/kbBB/hari. Pada umumnya dosis ini dapat ditoleransi dengan baik. Dosis besar jangka

lama dapat menyebabkan intoksikasi dan kerusakkan hepar. Pemberiannya dapat secara per

oral maupun rektal. (1)

Turunan asam propionat seperti ibuprofen juga bekerja menekan pembentukan

prostaglandin. Obat ini bersifat antipiretik, analgetik dan antiinflamasi. Efek samping yang

timbul berupa mual, perut kembung dan perdarahan, tetapi lebih jarang dibandingkan aspirin.

Efek samping hematologis yang berat meliputi agranulositosis dan anemia aplastik. Efek

terhadap ginjal berupa gagal ginjal akut (terutama bila dikombinasikan dengan

asetaminopen). Dosis terapeutik yaitu 5-10 mgr/kgBB/kali tiap 6 sampai 8 jam. (1)

Metamizole (antalgin) bekerja menekan pembentukkan prostaglandin. Mempunyai

efek antipiretik, analgetik dan antiinflamasi. Efek samping pemberiannya berupa

agranulositosis, anemia aplastik dan perdarahan saluran cerna. Dosis terapeutik 10

mgr/kgBB/kali tiap 6-8 jam dan tidak dianjurkan untuk anak kurang dari 6 bulan.

Pemberiannya secara per oral, intramuskular atau intravena. (1)

Asam mefenamat suatu obat golongan fenamat. Khasiat analgetiknya lebih kuat

dibandingkan sebagai antipiretik. Efek sampingnya berupa dispepsia dan anemia hemolitik.

Dosis pemberiannya 20 mgr/kgBB/hari dibagi 3 dosis. Pemberiannya secara per oral dan

tidak boleh diberikan anak usia kurang dari 6 bulan.(1)

2.5.3 Indikasi Rawat

Anak dengan resiko rendah dan orang tua yang kooperatif dapat berobat jalan dengan

pengamatan setiap hari sampai demam turun. Bila anak terlihat sakit berat diperlukan

pemeriksaan laboratorium termasuk darah lengkap, urinalisis dan biakan urine. Demam

sebagai indikator bakteremia tersembunyi : 39-39,4 oC = < 2%, 39,4 – 40 oC = 2-3% , 40-40,5 oC = 3-4%, >40,5 oC = 4-5%. (2,4)

11

Page 12: Penatalaksanaan Demam Pada Anak

2.5.4 Algoritma Tatalaksana demam pada Anak

12

Page 13: Penatalaksanaan Demam Pada Anak

2.6 Keadaan Khusus Akibat Demam

2.6.1 Hipereksia

Hiperpireksia adalah keadaan suhu tubuh di atas 41,1oC. Hiperpereksia sangat

berbahaya pada tubuh karena dapat menyebabkan berbagai perubahan metabolisme, fisiologi

dan akhirnya kerusakan susunan saraf pusat.3 Pada awalnya anak tampak menjadi gelisah

disertai nyerikepala, pusing, kejang serta akhirnya tidak sadar. Keadaan koma terjadi bila

suhu > 43oC dan kematian terjadi dalam beberapa jam bila suhu 43oC sampai 45oC.

Penatalaksanaan pasien hiperpireksia berupa:

a) Monitoring tanda vital, asupan dan pengeluaran.

b) Pakaian anak di lepas

c) Berikan oksigen

d) Berikan anti konvulsan bila ada kejang

e) Berikan antipiretik. Asetaminofen dapat diberikan per oral atau rektal. Tidak boleh

memberikan derivat fenilbutazon seperti antalgin.

f) Berikan kompres es pada punggung anak

g) Bila timbul keadaan menggigil dapat diberikan chlorpromazine 0,5-1 mgr/kgBB (I.V).

h) Untuk menurunkan suhu organ dalam: berikan cairan NaCl 0,9% dingin melalui

nasogastric tube ke lambung. Dapat juga per enema.

i) Bila timbul hiperpireksia maligna dapat diberikan dantrolen (1 mgr/kgBB I.V.),

maksimal 10 mgr/kgBB.(1)

2.6.2 Kejang Demam

Kejang demam merupakan keadaan yang umum ditemukan pada anak khususnya usia

6 bulan sampai 5 tahun. Insidensinya di Amerika sekitar 2-4% dari seluruh kelainan

neurologis pada anak. Walaupun 30% dari seluruh kasus kejang pada anak adalah kejang

demam tetapi masih banyak penyebab lain dari kejang sehingga kejang demam tidak dapat

didiagnosis sembarangan, karena penyebab lain demam dan kejang yang serius seperti

meningitis harus disingkirkan. Banyak klinisi yang mengobati demam dengan pemberian

parasetamol untuk mencegah kejang demam. Dari penelitian pada 104 anak, dimana satu

kelompok diberikan profilaksis parasetamol dan kelompok lain diberikan parasetamol secara

sporadis didapatkan hasil pemberian parasetamol profilaksis tidak efektif bila dibandingkan

kelompok lainnya dalam mencegah kejang demam yang rekuren. Sedangkan penelitian Uhari

dkk. menunjukkan pemberian asetaminofen dan diazepam per oral menunjukkan hasil yang

baik dalam mencegah rekurensi kejang demam.(1)

13

Page 14: Penatalaksanaan Demam Pada Anak

BAB III

DAFTAR PUSTAKA

1. Kania N, 2007, Penatalaksanaan Demam Pada Anak, di akses dari

http://www..unpad.ac.id-penatalaksanaan_demam_pada_anak.pdf

2. Ismoedijanto, Kaspan MF, 2008, Pedoman Diagnosis dan Terapi Bag/SMF Ilmu

Kesehatan Anak RSU dr Soetomo hal 84-93, FK airlangga, surabaya

3. Grossman M, 2006, Buku Ajar Pediatri Rudolph volume 1 hal 584-592, EGC, Jakarta

4. Pudjiadi A, Hegar B dkk, 2010, Pedoman Pelayanan Medis IDAI jilid 1, PP IDAI,

Jakarta

5. WHO, 2008, Pelayanan Kesehatan Anak di RS, DepKes RI, Jakarta

6. Silbernagi S, 2007, Teks dan Atlas Berwarna Patofisiologi hal 20-21, EGC, Jakarta

14