15
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA CARPAL TUNNEL SYNDROME (CTS) DEXTRA DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Naskah Publikasi Diajukan Guna Melengkapi Tugas dan Memenuhi Sebagian Persyaratan Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Fisioterapi Oleh: Rofi’ Atin J100 120 002 PROGRAM STUDI DIPLOMA III FISIOTERAPI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2015

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA CARPAL TUNNEL … filePHYSIOTHERAPY MANAGEMENT IN THE CASE OF CARPAL TUNNEL SYNDROME DEXTRA IN RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA (Rofi’ Atin, 2015,

  • Upload
    vuduong

  • View
    278

  • Download
    11

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA CARPAL TUNNEL … filePHYSIOTHERAPY MANAGEMENT IN THE CASE OF CARPAL TUNNEL SYNDROME DEXTRA IN RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA (Rofi’ Atin, 2015,

0

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI

PADA CARPAL TUNNEL SYNDROME (CTS) DEXTRA

DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

Naskah Publikasi

Diajukan Guna Melengkapi Tugas

dan Memenuhi Sebagian Persyaratan

Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Fisioterapi

Oleh:

Rofi’ Atin

J100 120 002

PROGRAM STUDI DIPLOMA III FISIOTERAPI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2015

Page 2: PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA CARPAL TUNNEL … filePHYSIOTHERAPY MANAGEMENT IN THE CASE OF CARPAL TUNNEL SYNDROME DEXTRA IN RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA (Rofi’ Atin, 2015,
Page 3: PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA CARPAL TUNNEL … filePHYSIOTHERAPY MANAGEMENT IN THE CASE OF CARPAL TUNNEL SYNDROME DEXTRA IN RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA (Rofi’ Atin, 2015,

PHYSIOTHERAPY MANAGEMENT IN THE CASE OF CARPAL

TUNNEL SYNDROME DEXTRA IN RS PKU MUHAMMADIYAH

YOGYAKARTA

(Rofi’ Atin, 2015, 47 pages)

ABSTRACT

Background: Carpal tunnel syndrome (CTS) is one of high prevalances from

other neuropathy, it is 90%. The case of CTS in community abaout 276 from

100.000 population with 9,2% womens and 6% to men prevalences. CTS is

compressive neuropathy of the median nerve at carpal tunnel with typical

manifestations are pain, paresthesia, numbness and muscle weakness that

influence activity daily living.

Method: Study case with assessment and observation during six times therapy.

Aims of Research: To know physiotherapy management effect for decrease of

pain, increase range of motion (ROM), improve muscle strength and activity daily

living in case carpal tunnel syndrome dextra with intervention ultrasound,

paraffin, stretching exercise, and resisted exercise.

Result: The result of physiotherapy managemet at carpal tunnel syndrome after

six times are decrease pain at rest T1: moderate to T6: light, pain at movement T1:

very severe to T6: little severe, increase active ROM T1: 600-0

0-45

0 to T6= 72

0-

00-60

0 and passive ROM T1: 65

0-0

0-45

0 to T6= 75

0-0

0-57

0, improve muscle

strength T1: 4- to T6: 5- and increase activity daily living T1: 30 to T6: 21.

Conclusion: US, paraffin, stretching exercise and resisted exercise can decrease

of pain, increase range of motion (ROM), improve muscle strength and activity

daily living.

Keywords: Carpal Tunnel Syndrome (CTS) Dextra, Ultrasound (US), paraffin,

stretching exercise, resisted exercise.

Page 4: PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA CARPAL TUNNEL … filePHYSIOTHERAPY MANAGEMENT IN THE CASE OF CARPAL TUNNEL SYNDROME DEXTRA IN RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA (Rofi’ Atin, 2015,

1

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA CARPAL TUNNEL

SYNDROME (CTS) DEXTRA DI RS PKU MUHAMMADIYAH

YOGYAKARTA

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Carpal Tunnel Syndrome (CTS) adalah penekanan saraf medianus pada

pergelangan tangan. CTS merupakan salah satu cedera saraf tepi yang sering

terjadi di masyarakat. Presentasenya mencapai 90% dari berbagai neuropati

lainnya. Setiap tahunnya kejadian CTS dimasyarakat 267 dari 100.000 populasi

dengan prevelensi 9,2% pada perempuan dan 6% pada laki-laki. Di Inggris, angka

kejadinnya mencapai 6%-17% yang lebih tinggi dari pada Amerika yaitu 5%

(Ibrahim dkk., 2012).

Gangguan sensorik dan motorik terjadi pada bagian palm, phalange I, II,

III dan medial phalange IV. Keluhan yang timbul berupa rasa nyeri, paresthesia,

numbness, penurunnan lingkup gerak sendi dan kelemahan sepanjang perjalan

saraf medianus di pergelangan tangan (Chung dkk., 2010). Keluhan-keluhan yang

muncul tersebut juga mempengaruhi kemampuan aktivitas fungsional sehari-hari.

Fisioterapi sebagai tenaga kesehatan yang memelihara, mengembangkan, dan

mengembalikan fungsional gerak manusia memiliki peran penting terhadap kasus

tersebut. Modalitas terapi yang dipilih antara lain ultrasound (US), paraffin,

stretching exercise dan resisted exercise.

Page 5: PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA CARPAL TUNNEL … filePHYSIOTHERAPY MANAGEMENT IN THE CASE OF CARPAL TUNNEL SYNDROME DEXTRA IN RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA (Rofi’ Atin, 2015,

2

Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang ditimbulkan dari CTS, penulis merumuskan

masalah sebagai berikut: (1) Apakah US, paraffin, dan stretching exercise berpengaruh

terhadap penurunan nyeri pada CTS dextra?, (2) Apakah US, paraffin, dan stretching

exercise berpengaruh terhadap peningkatan lingkup gerak sendi (LGS) pada CTS

dextra?, (3) Apakah US, paraffin, stretching exercise dan resisted exercise berpengaruh

terhadap peningkatan kekuatan otot pada CTS dextra?, (4) Apakah US, paraffin, dan

stretching exercise berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan aktivitas fungsional

sehari-hari pada CTS dextra?.

Tujuan Penulisan

Tujuan yang ingin dicapai dari permasalahan tersebut adalah untuk

mengetahui manfaat pemberian intervensi fisioterapi terhadap kasus carpal tunnel

syndrome dextra.

TINJAUAN PUSTAKA

Definnisi carpal tunnel syndrome

Carpal Tunnel Syndrome (CTS) adalah penekanan saraf medianus pada

pergelangan tangan yang menimbulkan rasa nyeri, paresthesia, numbness dan

kelemahan sepanjang perjalan saraf medianus (Chung dkk.,2010).

Etiologi

CTS terjadi karena menyempitnya ruang tunnel atau kelemahan pada

nervus medianus. Pekerjaan yang berulang-ulang atau repetition merupakan faktor

terbesar yang memicu terjadinya CTS, penggunaan pergelangan tangan dengan

tekanan yang tinggi dan pengulangan yang banyak lebih beresiko sebesar 5,6%

Page 6: PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA CARPAL TUNNEL … filePHYSIOTHERAPY MANAGEMENT IN THE CASE OF CARPAL TUNNEL SYNDROME DEXTRA IN RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA (Rofi’ Atin, 2015,

3

terjadinya CTS dibandingkan pada pekerjaan yang tekanan dan pengulangan

rendah hanya 0,6% (Aroori dan Spence, 2007). Pada kondisi hamil biasanya

terjadi pada trismester III dan terjadi secara bilateral (Bahrami dkk., 2005). Posisi

tangan yang salah juga memicu tejadinya CTS, berdasarkan penelitian supinasi

penuh 900

dan

fleksi metacarpophalangeal (MCP) lebih beresiko dibandingkan

dengan posisi sendi 450

pronasi dan 45

0 fleksi MCP.

Patofisiologi

Sebagian besar kondisi CTS disebabkan karena kompresi pada ruang

carpal tunnel. Susunan ossa carpal dan transverse carpal ligament membentuk

carpal tunnel (terowongan karpal) yang mana pada ruang tersebut diisi oleh

sembilan flexor tendon dan saraf medianus. Sebelum masuk ke area carpal tunnel,

mensarafi area palmar cutaneus membawa serabut sensorik otot thenar. Setelah

keluar dari area carpal tunnel, cabang dari otot thenar menginervasi m.abductor

pollicis brevis, m. opponens pollicis, dan m. lumbrical I serta II. Selain itu juga

mensarafi m.flexor pollicis brevis. Pada cabang yang lain mensarafi jari I, II, III

dan setengah jari IV (Pasnoor dan Dimachkie, 2011). Akibatnya timbul gangguan

sensorik dan motorik pada bagian palm, phalange I, II, III dan lateral phalange

IV.

PENATALAKSANAAN STUDI KASUS

Identitas Pasien

Data-data umum pasien yang diperoleh (a) nama: Ny. DA, (b) umur: 44 tahaun,

(c) agama: islam, (d) pekerjaan: wiraswasta, (e) alamat: Perum Onggon Bayan

No. 229, Kasihan, Bantul, Yogyakarta.

Page 7: PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA CARPAL TUNNEL … filePHYSIOTHERAPY MANAGEMENT IN THE CASE OF CARPAL TUNNEL SYNDROME DEXTRA IN RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA (Rofi’ Atin, 2015,

4

Keluhan utama

Nyeri pergelangan tangan kanan, kalau terlalu lama digunakan untuk

beraktivitas kesemutan jari-jari tangan I sampai jari IV.

Pemeriksaan Fisioterapi

Pemeriksaan fisioterapi pada kasus carpal tunnel syndrome meliputi

inspeksi dinamis dan statis, palpasi, nyeri, MMT, LGS, antropometri,

pemeriksaan spesifik sesuai penyakit dan indeks kemampuan aktivitas fungsional.

Problematik fisioterapi

Adanya nyeri tekan pada area carpal tunnel, nyeri gerak dorsal dan palmar

wrist kanan, penurunan lingkup gerak sendi wrist kanan, penurunan kekuatan otot

fleksor dan ekstensor wrist kanan. Sehingga menyebabkan penurunan kemampuan

aktivitas fungsional tangan kanan, akan tetapi aktivitas sosial masyarakat tidak

mengalami permasalahan.

Pelaksanaan fisioterapi

Pelaksaan fisioterapi dilakukan pada tanggal 12 januari 2015 sampai 30

januari 2015 seminggu dua kali. Selama enam kali terapi intervensi yang

digunakan untuk terapi adalah lain ultrasound (US), paraffin, stretching exercise

dan resisted exercise. Berdasarkan intervensi yang telah dipilih untuk mengatasi

problematik fisioterapi, tujuan yang ingin dicapai yaitu mengurangi nyeri diam

maupun nyeri gerak, meningkatkan LGS, kekuatan otot dan kemampuan aktivitas

fungsional sehari-hari.

Page 8: PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA CARPAL TUNNEL … filePHYSIOTHERAPY MANAGEMENT IN THE CASE OF CARPAL TUNNEL SYNDROME DEXTRA IN RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA (Rofi’ Atin, 2015,

5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Pemeriksaan nyeri

Grafik 4.1 Evaluasi nyeri diam, tekan dan gerak

Hasil evaluasi nyeri tekan dan gerak mengalami perubahan yang

menunjukkan hasil membaik. Nyeri tekan TI tidak begitu berat menjadi T6 ringan

dan pada nyeri gerak hasil yang diperoleh dari pemeriksaan T1 cukup berat

menjadi T6 tidak begitu berat.

Pemeriksaan lingkup gerak sendi

Grafik 4.2 Evaluasi lingkup gerak sendi wrist dextra aktif

0

1

2

3

4

5

6

T1 T2 T3 T4 T5 T6

nyeri diam

nyeri tekan

nyeri gerak

0

10

20

30

40

50

60

70

80

Terapi1

Terapi2

Terapi3

Terapi4

Terapi5

Terapi6

60 60

72 68

72 72

0 0 0 0 0 0

45 47 48 45 48 50

dorsal

normal

palmar

Page 9: PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA CARPAL TUNNEL … filePHYSIOTHERAPY MANAGEMENT IN THE CASE OF CARPAL TUNNEL SYNDROME DEXTRA IN RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA (Rofi’ Atin, 2015,

6

Grafik 4.3 Evaluasi lingkup gerak sendi wrist dextra pasif

Pada pemeriksaan gerak aktif T1 diperoleh hasil S= 600-0

0-45

0 dan T6

sebanyak S= 720-0

0-60

0, sehingga peningkatan LGS dorsal fleksi wrist sebesar 12

0

dan 150

pada gerak palmar fleksi wrist. Sedangkan pada gerak pasif juga

mengalami peningkatan LGS dari T1 sebesar S= 650-0

0-45

0 dan T6 menjadi S=

750-0

0-57

0. Peningkatan gerak pasif pada dorsal fleksi wrist sebesar 10

0 dan 12

0

pada palmar fleksi wrist.

Pemeriksaan Kekuatan Otot

Grafik 4.4 Evaluasi pemeriksaan kekuatan otot fleksor dan ekstensor wrist

dextra

0

10

20

30

40

50

60

70

80

Terapi1

Terapi2

Terapi3

Terapi4

Terapi5

Terapi6

65 60

75 72 75 75

0 0 0 0 0 0

45 50

55 55 55 57

dorsal

normal

palmar

0

1

2

3

4

5

6

T1 T2 T3 T4 T5 T6

fleksor

ekstensor

Page 10: PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA CARPAL TUNNEL … filePHYSIOTHERAPY MANAGEMENT IN THE CASE OF CARPAL TUNNEL SYNDROME DEXTRA IN RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA (Rofi’ Atin, 2015,

7

Pemeriksaan kekuatan otot menggunakan MMT dievaluasi setiap kali

terapi yaitu enam kali. Saat terapi pertama hasil pemeriksaan kekuatan otot

diperoleh hasil 4- untuk fleksor dan ekstensor wrist dextra. Sedangkan pada terapi

terakhir pada fleksor dan eksstensor wrist diperoleh hasil 5-.

Pemeriksaan Kemampuan Aktivitas Fungsional

Grafik 4.5 Evaluasi kemampuan aktivitas fungsional sehari-hari

Berdasarkan grafik perkembangan kemampuan aktivitas fungsional sehari-

hari menggunakan WHDI selama enak kali terapi diperoleh hasil TI sebanyak 30

dan T6 memperoleh nilai 21 dengan klasifikasi kedua terapi tersebut kategori

sedang. Meskipun berada dalam klasifikasi yang sama selama enam kali terapi

tapi terjadi peningkatan kemampuan aktivitas kemampuan fungsional.

Peningkatan yang terjadi dengan selisih nilai sebanyak 9 poin.

Pembahasan

Terapi yang diberikan berupa US dapat menstimulasi regenerasi saraf dan

konduksi saraf dengan adanya efek anti-inflamatori dari US sehinggga dapat

0

0,5

1

1,5

2

2,5

3

3,5

4

4,5

Terapi 1

Terapi 2

Terapi 3

Terapi 4

Terapi 5

Terapi 6

Page 11: PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA CARPAL TUNNEL … filePHYSIOTHERAPY MANAGEMENT IN THE CASE OF CARPAL TUNNEL SYNDROME DEXTRA IN RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA (Rofi’ Atin, 2015,

8

membantu proses penyembuhan saraf yang mengalami kompresi (Bilgici dkk.,

2010). Penurunan nyeri yang terjadi dihasikan melalui aktivasi threshold pada

ujung saraf dengan thermal effect yang juga merangsang saraf bermielin besar

melalui mekanisme gerbang kontrol (Drapper dan Prentice, 2002). Sedangkan

aktivasi mekanoreseptor threshold dan reseptor sensorik pada muscle spindle

dapat meningkatkan LGS. Melalui peningkatan ekstensibilitas kulit dan otot

termasuk juga viskositas jaringan. Akibat terjadi peningkatan metabolisme lokal

sehingga peradangan berkurang melalui setiap peningkatan suhu 10C. Sedangkan

peningkatan LGS dan ekstensibilitas jaringan diperoleh dari setiap 40 C

peningkatan suhu. Efek kimia yang timbul menyebabkan efek mikrovibrasi dari

US yang mana menyebabkan penurunan nyeri dan perubahan viskoelastisitas otot.

Sehingga peningkatan LGS dan penurunan nyeri diperoleh dari thermal dan

mechanical effect (Morishita dkk., 2014).

Pada penggunaan terapi paraffin yang merupakan campuran paraffin dan

mineral oil memiliki efek hangat yang lebih baik dibandingkan dengan terapi air

dengan suhu yang sama. Efek hangat yang memberikan rasa nyaman akan

meningkatkan aliran darah yang berpengaruh terhadap produksi analgetik, nyeri

akan berkurang yang berakibat relaksai pada otot yang selanjutnya dapat

meningkatkan elastisitas connective tissue (Chang dkk., 2014). Peningkatan

elastisitas dan penurunan nyeri yang terjadi, akan mempermudah terapi latihan

yang dilakukan yaitu stretching exercise dan resisted excersise.

Stretching exercise merupakan suatau tindakan yang digunakan untuk

meningkatkan ekstensibilitas jaringan melalui proses penguluran jaringan dan

Page 12: PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA CARPAL TUNNEL … filePHYSIOTHERAPY MANAGEMENT IN THE CASE OF CARPAL TUNNEL SYNDROME DEXTRA IN RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA (Rofi’ Atin, 2015,

9

meningkatkan fleksibilitas. Manfaat yang diperoleh dari stretching exercise yaitu

menjaga dan meningkatkan kekuatan dan daya tahan otot, meningkatkan

kemampuan aktifitas fungsional, dan menjaga fleksibilitas serta ekstensibilitas

jaringan (Kisner dan Colby, 2007). Pemberian US dan paraffin sebelum tindakan

stretching exercise membantu mempermudah dan meningkatkan penguluran

jaringan dari efek hangat yang muncul. Rasa hangat tersebut menyebabkan

peningkatan suhu lokal saat terjadinya healing process sehingga supply oksigen

dan nutrisi pada pembuluh darah meningkat. Akibatnya timbul efek relaksasi otot

melalui penurunan muscle spindle dan merangsang serabut saraf sensorik

nosiseptor (Prentice, 2011). Penurunan nyeri tersebut menyebabkan pergerakan

sendi menjadi lebih luas karena relaksasi dari otot-otot penggerak sendi sehingga

memudahkan untuk dilakukan stretching exercise akibatnya terjadi peningkatan

LGS yang selanjutnya kemampuan aktifitas fungsional sehari-hari dapat

meningkat.

Peningkatan kekuatan otot diproleh dari latihan yang dilakukan melaui

tahanan yang diberikan baik secara manual maupun mekanik. Adaptasi latihan

tahanan yang diberikan pada suatu otot merangsang kemampuan maksimal otot

untuk berkontraksi yang mana akan merningkatkan muscle fiber (Kisner dan

Colby, 2006). Peningkatan muscle fiber disebabkan karena peningkatan volume

protein kontraktil myofibrillar aktin dan myosin (Schoenfeld, 2010). Saat otot

mendapat rangsangan yang melebihi rangsang yang diterima menyebabkan kerja

myofibril dan ekstraseluler matriks menjadi kacau. Akibatnya rantai myogenik

ikut berubah yang kemudian terjadi peningkatan jumlah dan ukuran protein

Page 13: PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA CARPAL TUNNEL … filePHYSIOTHERAPY MANAGEMENT IN THE CASE OF CARPAL TUNNEL SYNDROME DEXTRA IN RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA (Rofi’ Atin, 2015,

10

myofibril kontraktil aktin dan myosin serta jumlah dari sarkomer yang selanjutnya

peningkatan kekuatan otot meningkat. Maka peningkatan otot ini berpengaruh

terhadap kemampuan fungsional otot dan kemampuan aktivitas fungsional sehari-

hari. Pada penggunaan US dengan frekuensi 1Mhz, intensitas 1,0 W/cm2 dan

waktu terapi 5 menit selama dua kali seminggu terapi juga meningkatakan

kemampuan fungsional dan penurunan keluhan yang diderita pada kondisi CTS

(Chang dkk., 2014). Jadi, pemberian terapi tersebut dan manfaat yang diperoleh

saling berkesinambungan untuk dapat tercapainya tujuan sesuai yang telah

ditentukan.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Setelah dilakukan terapi sebanyak enam kali dengan intervensi yang telah

ditentukan yaitu US dengan intensitas rendah. Parrafin dengan suhu 480

C dan

pemberian terapi latihan berupa stretching exercise dan resisted exercise.

Perpaduan keempat terapi tersebut memperoleh hasil berupa penurunan nyeri

tekan dan gerak, pengingkatan lingkup gerak sendi, peningkatan kekuatan otot

dan peningkatan aktivitas kemampuan fungsional sehari-hari.

Saran

CTS merupakan permasalahan pada pergelangan tangan yang sering

diderita oleh sebagian besar orang. Penangan yang tepat diperlukan untuk

mempercepat proses kesembuhan dan mencegah peningkatan keluah baik aktual

maupun potensial. Kerjasama dan komunikasi yang baik antara pasien dan terapis

Page 14: PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA CARPAL TUNNEL … filePHYSIOTHERAPY MANAGEMENT IN THE CASE OF CARPAL TUNNEL SYNDROME DEXTRA IN RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA (Rofi’ Atin, 2015,

11

akan menghasilkan proses penyembuhan optimal sesuai tujuan yang ingin dicapai.

Sehingga pasien disarankan untuk rutin menjalani terapi yang telah terjadwal dan

melaksanakan edukasi yang telah diberikan untuk mengurangi keluhan yang ada

dan mempercepat kesembuhan. Selain itu peran keluarga dan aktivitas lingkungan

sekitar pasien juga mempengaruhi kesembuhan pasien, diharapkan pihak keluarga

selalu mengikatkan dan mendukung.

Fisioterapist memiliki peran yang penting terhadap pasien CTS untuk

mencegah penurunan kapasitas fisik dan kemampuan aktifitas fungsionalnya.

Terapi yang diberikan kepada pasien harus tepat dan efisien sesuai kondisi pasien.

Pemilihan modalitas dan dosis terapi yang tepat dan sesuai sangat berpengaruh

proses kesembuhan pasien. Modalitas dan dosis yang diberikan kepada pasien

belum tentu sama karena setiap pasien memiliki karakteristik yang berbeda

terhadap kasus CTS. Sehingga fisioterapisman harus memiliki ilmu pengeetahuan

dan keterampilan yang cukup dalam memberikan pelayanan terapi yang

disesuaikan dengan kondisi pasien dan keluhan pasien. Sehingga modalitas yang

dipilih dan tujuan yang akan dicapai sesuai dan memberikan hasil yang tepat.

DAFTAR PUSTAKA

Aroori, S dan Spence, RAJ. Carpal Tunnel Syndrome. 2008. The Ulster Medical

Society. Vol 77. Page 1-17.

Bilgici, A., Canturk., F., Kuru, O., dan Uluroy, H. 2010. The Comparation of

Ultrasound Treatment and Local Steroid Injection Plus Splinting in the

Carpal Tunnel Syndrome: Randomized Controlled Trial. Journal Citatium.

Vol 111. Page 659-665.

Chang, YW., Chen, HL., Horng, YS., Hsieh, SH., Lee, KC., dan Horng, YS.

2014. Comparative Effectiveness of Ultrasound and Paraffin Therapy in

Patients With Carpal Tunnel Syndrome: A Randomized Trial. BMC

Musculoskeletal Disorders. Vol 15. Page 1-7.

Page 15: PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA CARPAL TUNNEL … filePHYSIOTHERAPY MANAGEMENT IN THE CASE OF CARPAL TUNNEL SYNDROME DEXTRA IN RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA (Rofi’ Atin, 2015,

12

Chung, KC., Claphman, PJ., dan Ono, S. 2010. Optimal Management Of Carpal

Tunnel Syndrome. International Journal of General Medicine. Vol 3. Page

255–261.

Drapper, DO dan Prentice, WP. 2002. Terapeutic Modalities for Physical

Therapists.2th

Ed. Philadelphia: McGraw Hill Medical Publishing

Division.

Ibrahim, I., Goddard, N., Khan, WS., dan Smitham, P. 2012. Carpal Tunnel

Syndrome: A Review of The Recent Literature. The Open Orthopaedics

Journal. Vol 6. Page 69-76.

Kisner, C dan Colby, LA. 2007. Terapeutic Exercise. 5th

Ed. Philadelphia: Davis

Company.

Morishita, K., Karasuno, H., Yokoi, Y., Morozumi, K., Ogihara, H., Ito, H.,

Hanaoka, M., Fujiwara, T., dan Abe, K. 2014. Effects of Therapeutic

Ultrasound on Range of Motion and Stretch Pain. Jurnal Phisical Therapy

Science. Vol 26. No 5: Page 711-715.

Pasnoor, M dan Dimachkie, MM. 2011. Carpal Tunnel Syndrome. MedMerits

Corporation.

Prentice, WE. 2011.Therapeutic Modalities in Rehabilitation. 4th

Ed. New York:

McGraw-Hill.

Schoenfeld, BJ. 2010. The Mechanisms of Muscle Hypertrophy and Their

Application to Resistance Training. Journal of Strength and Conditioning

Research. Vol 24. No 10: Page 2857–2872.