Upload
ayu-putri-hitasari
View
8
Download
3
Embed Size (px)
DESCRIPTION
d
Citation preview
Penatalaksanaan Imbalance Elektrolit Pada AnakOleh: Agung Kenji Arnaya, S.Ked (0970121014)
Air merupakan bagian yang penting sebagai pengangkut nutrisi dan metabolit, yang merupakan
bagian utama dari setiap massa tubuh manusia. Kebutuhan air dan elektrolit per unit massa tubuh
sangatlah tinggi sejak setelah lahir dan berkurang sampai usia dewasa.
Jumlah cairan tubuh menurun tajam dari kehidupan intrauterin sampai dewasa: air
berkontribusi terhadap 90% dari berat badan dalam 24 minggu kehidupan janin, 75% pada bayi
cukup bulan, dan 50% pada orang dewasa. Selama intrauterine penurunan kadar air tubuh hidup
seiring dengan meningkatnya massa lemak relatif terutama pada trimester ketiga kehamilan.
pergantian air tinggi pada saat neonatus, menurun dengan bertambahnya usia, dan berkurang
seiring meningkatnya metabolisme dan kecepatan pertumbuhan.
Jumlah cairan tubuh dibagi menjadi dua kompartemen: cairan intraseluler (ICF) dan
cairan ekstraselular (ECF). Kalium (K+) adalah ion utama ICF, dan konsentrasi di intraseluler
tergantung pada kegiatan Na / K-ATPase yang akan terganggu jika persediaan oksigen dan
energi tidak mencukupi. Sedangkan ion utama dalam ekstraselular adalah sodium (Na+) dan
akan menurun dalam masa pertembuhan. Volume darah pada neonatus adalah 85-100 ml/KgBB
berbanding 60-70 ml/KgBB pada saat remaja dan dewasa.
Segera setelah lahir, proses adaptasi mempengaruhi metabolisme air dan elektrolit
sebagai akibat dari penghentian pertukaran cairan plasenta dan terjadinya kehilangan air yang
cukup signifikan dan termoregulasi. Perjalanan waktu adaptasi Dapat dibagi menjadi
tiga fase utama:
1. Tahap I: Transisi. Fase segera setelah postnatal ditandai berdasarkan oliguria relatif yang
diikuti dengan fase diuretik. Perubahan signifikan ini disebabkan oleh kehilangan air,
melalui penguapan kulit yang belum matang dan serta dengan kelanjutkan natriuresis.
Tahap I biasanya berakhir ketika penurunan berat badan maksimum telah terjadi.
Kehilangan cairan yang bisa ditoleransi hingga 10% dari berat badan awal.
2. Tahap II: fase intermediate Ditandai dengan berkurangnya kehilangan cairan yang tak
disadari seiring dengan peningkatan kornifikasi epidermis, penurunan volume urine yang
kurang dari 1-2 ml/kg per jam, dan ekskresi sodium (Na+) yang rendah.
1
3. Tahap III: pertumbuhan yang stabil ditandai dengan kelanjutan peningkatan berat badan
dengan keseimbangan antara cairan dan sodium (Na+).
Sodium (Na+) adalah kation utama cairan ekstraseluler dan memodulasi pemeliharaan
volume intravaskular dan interstitial. Ekskresi sodium utama terjadi pada urine, tapi juga bisa
terpadat pada keringat dan feses. Chloride adalah anion utama dari cairan ekstraseluler yang
terdapat di plasma, limpa, jaringan ikat, kartilage, dan tulang. Potassium adalah kation utama
dari intraseluler.
Rekomendasi intake cairan (ml/kgBB/hari)
Hari setelah
lahir
Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4 Hari 5 Hari 6
Cukup Bulan 60–120 80–120 100–130 120–150 140–160 140–180
Prematur
(>1500gr)
60–80 80–100 100–120 120–150 140–160 140–160
Prematur
(<1500gr)
80–90 100–110 120 –130 130–150 140–160 160–180
Rekomendasi Na+, K+, Cl-
Na+ 0-3 (5
K+ 0-2
Cl- 0-5
Tabel 1. Parenteral cairan dan elektrolit yang masuk selama minggu pertama kelahiran
Intake cairan
(ml/kgBB/hari)
Na+
(mmol/kgBB/hari)
K+
(mmol/kgBB/hari)
Cukup bulan 140-160 2.0-3.0 1.5-3.0
Prematur 140-160 3.0-5.0 (7.0) 2.0-5.0
Tabel 2. Parenteral cairan dan elektrolit yang masuk selama bulan pertama kelahiran dengan
pertumbuhan yang stabil.
2
Bayi setelah periode neonatal dan sebelum anak-anak
Elektrolit Bayi Anak-anak > 1 thn
Na+ 2.0-3.0 1.0-3.0
K+ 1.0-3.0 1.0-3.0
Tabel 3. Parenteral elektrolit intake untuk bayi setelah bulan pertama kelahiran dan untuk anak-
anak.
Umur Cairan yang masuk (ml/KgBB/hari)
Bari cukup bulan dari 2 bulan pertama
kehidupan
120-150 (180)
1-2 th 80-120 (150)
3-5 th 80-100
6-12 th 60-80
13-18 th 50-70
Tabel 4. Parenteral cairan intake untuk bayi cukup bulan setelah bulan pertama kelahiran dan
untuk anak-anak.
Cairan Intravena
Anak- anak dengan hidrasi normal
Anak-anak dengan hidrasi normal tetapi tanpa asupan oral membutuhkan jumlah cairan yang
sering disebut "maintenance" atau pemeliharaan. Kebutuhan cairan maintenance seorang anak
berkurang secara proporsional dengan bertambahnya usia dan berat. Perhitungan berikut
perkiraan kebutuhan cairan maintenance anak-anak menurut berat (kg).
Berat Pasien gram/hari gram/jam
3 sampai 10kg 100 x BB 4 x BB
10 – 20kg 1000 + 50 x (BB-10) 40 + 2 x (BB-10)
>20kg 1500 + 20 x (BB-20) 60 + 1 x (BB-20)
3
100 ml/jam (2500ml/hari) adalah batas maksimum jumlah cairan atau bisa dengan aturan
praktis 100, 50, 20 dan 4,2,1.
BB 4 6 8 10 12 14 16 20 30 40 50 60 70
ml/jam 16 24 32 40 44 48 52 60 70 80 90 100 100
Dalam jurnal Starship jumlah cairan yang dianjurkan setiap kantong adalah 500ml. Standar
cairan yang dianjurkan untuk maintenance pada anak dengan normal hidrasi adalah 0.45% NaCl
dengan 2.5% Dextrose + 10mmol KCl dalam 500ml.
Anak- anak yang sakit (+/- hidrasi abnormal)
Cairan resusitasi untuk syok harus diutamakan.
Hipovolemia berikan bolus 10-20ml/kgBB normal NaCl (0,9%) yang dapat diulang
kemudian. Selanjutnya diperhitungkan kebutuhan cairan maintenance, kekurang cairan
(dehidrasi), dan cairang yang hilang (keringat, dll)
Maintenance
Kebutuhan jumlah cairan maintenance mungkin harus disesuaikan pada sebagian pasien.
a. Lebih sedikit jika dalam keadaan basal (pasien sangat tidak aktif dan berbaring diranjang)
-25%
b. Anak-anak dengan penghangat radiant +20 sampai 50%
c. Anak-anak dengan demam +10 sampai 20%
d. Anak-anak dengan sekresi berlebihan antidiuretik hormon (ADH) misalnya pada
pneumonia, meningitis, nyeri yang signifikan, dan cedera kepala bervariasi (-20
sampai -40%)
e. Anak- anak yang tidak mampu dalam menghasilkan urine dengan baik (penyakit ginjal,
diabetes insipidus) bervariasi
Defisit
Anak-anak yang dengan defisit cairan dalam mls dikalkulasi dengan mengikuti pertimbangan
derajat dehidrasi yang dapat dinyatakan dalam persen berat badan (contoh: anak dengan berat
4
badan 10kg dengan derajat dehidrasi 5% memerlukan 500ml). Tanda klinis dari dehidrasi hanya
memberikan perkiraan defisit. Tanda klinis dalam dehidrasi ringan dan sedang yaitu, akral yang
dingin dengan perpanjangan CRT, turgor kulit yang kembali lambat, nafas yang dalam
(asidosis), dan rasa haus yang meningkat.
Tanda klinis dapat disebutkan dalam 3 kategori:
1. Ringan atau tanpa dehidrasi (<4%) tanpa tanda klinis
2. Dehidrasi sedang (4-6%) dengan beberapa tanda-tanda fisik
3. Dehidrasi berat(>7%) tanda-
tanda fisik yang lebih dari 2 dan
pada anak-anak terdapat asidosis
dan hipotensi
Cairan yang digunakan
Cairan yang baik digunakan sebagai solusi bagi anak yang sakit yaitu:
Cairan Nama alternatif
0,9% NaCl Normal Saline
0,45% NaCl dengan 2,5% Dextrose Setengah normal saline dengan glukosa
0,9% NaCl sangat cocok untuk cairan resusitasi pada hipovolemia cairan yang sedang digunakan
pada terapi bagi anak yang meranjak dewasa dengan kadar glukosa normal. 0,45% NaCl dengan
2,5% dextrose, cocok digunakan untuk semua golongan umur anak-anak.
Cairan Khusus
Bayi atau pun anak-anak dengan kadar glukosa yang rendah dan proses metabolisme yang tinggi
memerlukan cairan yang memiliki tingkat konsentrasi glukosa yang lebih tinggi.
a. 10% dextrose: biasanya digunakan pada infus neonatal dengan gangguan metabolik.
Monitoring kadar glukosa darah.
b. 15-20% dextrose: sangat jarang digunakan pada infus pada anak yang memiliki
gangguan metabolik. Monitoring kadar glukosa darah.
5
Manajemen cairan pada bayi dan anak di PICU
Normal maintenance cairan yang diperlukan
a. Keperluan cairan intravena
Keperluan maintenance cairan pada anak-anak menurun proposional dengan diikuti
meningkatnya umur.
Metode 1 Metode 2
10Kg pertama 100 ml/kg/hari 4 ml/kg/jam
10Kg kedua 50 ml/kg/hari 2 ml/kg/jam
Sisanya (Kg) 20 ml/kg/hari 1 ml/kg/jam
Contoh pengitungan untuk anak dengan berat badan 35kg:
Metode 1: (10 x 100) + (15 x 20) = 1800ml/hari = 75ml/jam
Metode 2: (10 x 4) + (10 x 2) + (15 x 1) = 75ml/jam
Hitung cara cepat:
Kg 4 6 8 10 12 14 16 18 20 30 40 50 60 >70
Ml/jam 16 24 32 40 45 50 55 60 65 70 80 90 95 100
b. Keperluan makanan enteral
Umur >6 bulan
Untuk anak diatas umur 6 bulan keperluan enteral sama dengan volume keperluan IV dan
penggunana kalkulasi diatas dapat digunakan.
Umur <6 bulan
Untuk bayi sering diperdebatkan dan membingungkan antara penggunaan keperluan oral
dan cairan IV
Hari 1 60 ml/kg/hari Hari 5 180 ml/kg/hari
Hari 2 90 ml/kg/hari Hari 5 sampai 3 bulan 150 ml/kg/hari
Hari 3 120 ml/kg/hari 3 sampai 6 bulan 120 ml/kg/hari
6
Hari 4 150 ml/kg/hari
(maksimun untuk bayi cukup
bulan)
Penggantian defisit cairan yang sudah ada sebelumnya dan kehilangan cairan yang sedang
berlangsung
a. Resusitasi cairan untuk shock
Berikan bolus 10-20ml/kg dari natrium klorida 0,9%,, 4,5% Human Albumin Solusi
(HAS) atau koloid komersial (misalnya gelofusin) dan nilai kembali. Ulangi seperlunya.
b. Penggantian kehilangan cairan yang sudah ada
Defisit air dapat dihitung dengan estimasi derajat dehidrasi mengikuti persentase dari
berat badan.
Defisit cairan (ml) = berat badan (kg) x % dehidrasi x 10
c. Penggantian kehilangan cairan yang sedang berlangsung
Kehilangan cairan nasogastrik harus diganti ml untuk ml dengan natrium klorida 0,9% +
ditambahkan kalium klorida.
Pasien pasca operasi bedah jantung
Setelah cardiopulmonary bypass terdapat tendensi untuk retensi natrium dan air di bersamaan
dengan respon inflamasi sistemik yang mengakibatkan peningkatan permeabilitas kapiler.
Pemberian cairan dalam 24 jam pertama ditujukan untuk mempertahankan secara optimal
kondisi hemodinamik.
Jenis-jenis cairan
Jika memungkinkan, makanan enteral seharusnya diberikan . Cairan mana yang digunakan
tergantung pada keadaan individu, umur, natrium, dan glukosa. Dalam keseharian, 5%
Dextrose + 0,45% natrium klorida dengan kalium klorida 10mmol per 500ml adalah
cairan yang aman untuk dimulai
0,9%NaCl Sesuai untuk resusitasi volume awal pada hipovolemia,
dan untuk terapi cairan yang sedang berlangsung pada anak-anak
7
dengan kadar glukosa normal. Cairan pilihan pada pasien pada
cedera kepala
5% dextrose + 0,9%
NaCl
Sesuai untuk terapi cairan yang sedang berlangsung pada bayi dan
anak-anak, termasuk pasien jantung pasca-operasi. Digunakan
pada pasien luka kepala dengan hipoglikemia.
5% dextrose + 0,45% NaCl Sesuai untuk terapi cairan yang sedang berlangsung pada bayi dan
anak-anak, termasuk pasien jantung pasca-operasi
10% dextrose + 0,45%
NaCl
Sesuai untuk terapi cairan yang sedang berlangsung pada neonatus
atau bayi yang lebih tua dengan hipoglikemik, termasuk pasca-
operasi pasien jantung
4% dextrose + 0,18% NaCl Tidak dianjurkan untuk perawatan rutin. digunakan dengan
hati-hati setelah diskusi dengan konsultan PICU.
Saline Hipertonik
Saline hipertonik merupakan agen osmotherapeutic untuk perawatan edema serebral dan
peningkatan tekanan intrakranial (misalnya cedera kepala, DKA). Pengobatan gejala kejang
hyponatraemiaa berperan dalam resusitasi syok. Saline hipertonik merupakan agen renoprotektif.
Cairan IV saline hipertonik (HS) menginduksi perubahan cairan dari intraseluler ke
ruang extracelular di gradien osmotik yang dihasilkannya. Oleh karena itu akan mengurangi
cairan otak, meningkatkan volume darah dan meningkatkan natrium plasma. Perhatikan volume
intraseluler berbanding terbalik dengan konsentrasi natrium plasma.
Saline hipertonik sama efektifnya dengan manitol untuk perawatan tekanan intrakranial
pada cedera otak traumatis pada anak-anak. Natrium plasma telah ditargetkan sampai dengan
170 mmol / L untuk mengontrol ICP. HS dapat menyebabkan lebih sedikit "rebound" hipertensi
intrakranial dibandingkan dengan mannitol yang tidak dapat dengan mudah dihilangkan dari
ruang intraseluler. HS tidak menyebabkan terjadinya diuresis osmotik sehingga kemungkinan
untuk mempertahankan atau meningkatkan volume plasma daripada menurunkannya. Manitol
dapat memicu gagal ginjal akut dan tidak dapat diekskresikan dalam oligo-anuria sedangkan HS
merupakan renoprotektif.
Dosis 3% saline (atau 2,7% saline jika tersedia):
8
1. Dosis standar adalah 3 ml / kg dari IVI 3% saline (lebih dari 10 - 20 menit) melalui
vena sentral (lebih sering) atau perifer.
2. Gunakan dosis yang sama (3mls/kg) bahkan jika solusi saline 2,7% digunakan
(perbedaan klinis = diabaikan)
3. Dosis dapat diulang jika terdapat tanda klinis yang ditunjukkan sesuai dengan
indikasi penggunaan
4. 3mls/kg dari 3% saline dapat meningkatkan plasma Na sekitar 2 - 3 mmol / L. Sebuah
peningkatan yang lebih besar dapat terjadi jika diuresis besar terjadi.
5. Kenaikan yang akut dalam plasma Na pada tingkat yang kurang dari 10mmol / L
dalam 24 jam masih dalam batas aman.
Hiperkalemia
Hiperkalemia adalah kondisi dimana kadar K+ pada neonatus > 6,0mmol/L dan K+ >5,5mmol/L
pada anak-anak dan dewasa. Pasien dengan penyakit ginjal kronis (CKD) dan GFR yang rendah
(kurang dari 30) mungkin mengalami persisten atau hiperkalemia berulang dan dapat
ditoleransi.
Penyebab hiperkalemia:
1. Beban yang berlebihan:
a. banyak terdapat dalam kemasan transfusi sel darah merah
b. Obat - penisilin G dosis tinggi
c. Kesalahan dalam perhitungan dosis IV KCl
d. Formula Cairan dan makanan (pengganti garam)
e. Kerusakan sel yang berlebihan dari trauma, luka bakar
2. Pertukaran transelular K +
a. asidosis
b. Defisiensi insulin (NB: puasa pada pasien gagal ginjal)
c. Hyperosmolarity (manitol)
d. Non spesifik 2 Blockers karena pemblokiran katekolamin induksi serapan
e. ACE inhibitor (ACEI), Angiotensin Receptor Blockers (ARB), antagonis
aldosteron
9
f. Succinylcholine (pada luka bakar, cedera tulang, pasien trauma).
3. Ekskresi ginjal berkurang
a. gagal ginjal
b. Keturunan atau diperoleh gangguan fungsi tubular
b. defisiensi mineralokortikoid
c. Efek obat - spironolactone, NSAID. ACEI dan ARB, trimethoprim
d. Hipovolemia
Investigasi untuk Hiperkalemia kronis
a. Biokimia serum lengkap termasuk kreatinin, urea, gas darah
b. urine kalium
b. Investigasi lain jika hiperkalemia kronik dianggap - pagi pertama pada plasma
renin,
c. aldosteron, elektrolit urin (K +, osmolalitas, kreatinin)
d. Hitung transtubular K gradien (TTKG)
TTKG = Urine K x Urine Osmolality
Plasma K Plasma Osmolality
TTKG <7 dengan adanya hiperkalemia menunjukkan terganggu ekskresi karena
kekurangan atau resistensi terhadap mineralokortikoid.
Pendekatan terapi
a. Mengenali insufisiensi adrenal akut akibat penghentian mendadak steroid
(mengobati dengan
b. hidrokortison, penggantian volume)
a. Mulai pemantauan EKG berkelanjutan
c. Hentikan semua obat-obatan, dan cairan IV yang mungkin mengandung kalium
d. Menilai efek jantung dengan EKG segera (12 lead) ketika K +> 6.0-6.5mmol / L
e. Jika perubahan EKG hiperkalemia terlihat, memperlakukan segera - lihat di
bawah.
f. Langkah menurunkan kalium
i. perubahan terapi Kalium - natrium bikarbonat, salbutamol, insulin & dekstrosa
10
ii. mengeluarkan terapi Kalium - resonium, dialisis akut
Terapi pada hiperkalemia
Terapi Mekanisme durasi dosis
Calcium
Glukonas 10%
Stabilisasi membran
Melindungi miokardium
Langsung/ 30 min 0,5mls/kg (max 20ml)
Salbutamol Pertukaran K+ intracelular 20min / 2-4 jam 2,5-5mg neb
Insulin Pertukaran K+ intracelular 20min / 4-6 jam Jika memiliki akses IV central
0.1u/kg actrapid bolus iv ditambah
2mls/kg 50% dekstrosa iv
Bolus
Tidak ada akses IV central
0.1u/kg iv bolus ditambah
5 ml / kg 10% dekstrosa iv
Bolus
Dalam kedua kasus, selalu cek kadar
glukosa 15 and 30 menit
Resonium Menghilangkan K dari
pergantian melewati colon
1-2 jam/4-6 jam 1gm/kg PR
Furosemide menghambat reabsorpsi K
di nefron
10 menit 1-2mg/kg IV stat
Hipokalsemia
Hipokalsemia adalah gejala kompleks dan dapat dianggap sebagai:
1. Biokimia
2. gejala ringan (distal parasthesia)
3. gejala parah (tetani, kejang)
11
Hipokalsemia pada anak-anak berpotensi mengancam nyawa karena aritmia jantung dan stridor
(biasanya pada nilai total Kalsium <1,6 mmol / l). Kalsium sangat penting untuk fungsi biologis
sebagian besar dan karenanya tingkat serum kalsium dipertahankan yang ada sangat sedikit,
dengan mengorbankan penyerapan tulang (berpotensi menyebabkan rakhitis), dan retensi
kalsium oleh ginjal dengan mengorbankan kehilangan fosfat.
Penyebab umum hipokalsemia pada Bayi dan Anak
Penyebab sifat
PO4 ALP PTH 25(OH)D3
Defisiensi vitamin D ↓ ↑↑ ↑ ↓↓
Hipoparatiroidism ↑ N/↓ N/↓ N
Pseudohipoparatiroidism ↑ N/↓ ↑ N
Investigasi
a. Tes darah waktu yang kritis untuk menilai saat hipokalsemia
b. Urine calcium, calcium/creatine ratio & phospate
c. Neonatus check maternal PTH
Prinsip Manajemen
a. Untuk menstabilkan serum kalsium dengan kisaran yang aman (> 1.8mmol / L Total
Kalsium atau> 1,1 mmol / l terionisasi) dengan cepat dan mempertahankan sementara
beralih ke terapi oral.
b. Untuk menghindari komplikasi pengobatan: pada extravasations tertentu dalam IV infus
kalsium
c. Untuk menentukan penyebab yang mendasari
Detail Manajemen Hipokalsemia
a. Memperoleh darah untuk pemeriksaan yang tepat sebelum memulai pengobatan.
b. Bolus atau infus kalsium IV harus HANYA diberikan dalam CED, PICU atau 26A HDU
dengan berkelanjutan pemantauan jantung, dan pemeriksaan yang sering pada iv karena
risiko tinggi ekstravasasi.
c. Jangan memberikan kalsium dengan fosfat atau bikarbonat presipitasi akan terjadi.
12
Gejala Hipokalsemia (Kejang / Tetani / Stridor)
1. Selalu melaksanakan ABC
2. Mengobati kejang dengan anti-epilepsi sesuai protokol kejang
3. pemantauan terus menerus Jantung jika aritmia berdiskusi dengan Cardiologist
4. Obati hipokalsemia dengan kalsium IV
Bolus jika Tetani, kejang atau stridor
Kontinyu infus jika bolus selesai atau jika tanpa gejala tetapi Ca2+ <1,8
mmol / L
5. Jika serum Mg 2 + adalah ≤ 0,6 mmol / L pertimbangkan IV magnesium sulfat (2 mmol
mL). Dosis: 0,2-0,4 mmol / kg setiap 12 jam selambat infus iv.
6. Monitor
a. Cek level Ca2+ setiap 6 jam untuk memastikan adanya peningkatan dan
dilanjutkan setiap 12 jam.
b. Mempertahankan Ca2+ > 1,9 mmol /L
7. Terapi oral (dengan asumsi kekurangan Vitamin D rakhitis atau hipoparatiroidisme)
a. Dimulai kalsium oral dan suplementasi vitamin D awal, yang dibutuhkan pada 2-3
hari untuk meningkatkan penyerapan dari sistem GI.
b. Kalsium glukonat 100 mg / kg / hari elemental dibagi dalam 4 dosis.
Hipoglikemia
Hipoglikemia didefinisikan sebagai glukosa vena <45mg/dL (2.5mmol/L) yang diukur di
laboratorium.
Pemeriksaan selama episode akut:
Darah Urine
Glukosa Ketones
Free fatty acids Asam organic
Ketones (β hydroxybuturate) Asam amino
Insulin, kortisol, hormone pertumbuhan
Laktat/piruvat
Status asam basa
13
Asam amino
carnitine
Pemeriksaan episode berulang (kontrol tes puasa)
1. Dapatkan akses IV dan anak-anak berpuasa setelah makan malam. Ambillah darah
sebagai berikut:
a. Darah acak (sesuai episode akut)
b. Glukosa darah (ruang glucometer): setiap 4 jam selama 8 jam, kemudian setiap 1 -
2 jam tergantung pada perkembangan. Anak-anak yang lebih muda setiap 2 jam
mulanya dam bayi setiap jam.
c. Ketika kadar glukosa <2,5mmol dan ditemukan tanda klinis atau durasi puasa =
24 jam, ulangi pengecekan gula darah dan berikan glukagon 30 mcg/kg IM (max
1mg). hitung kembali glukosa dan laktat setiap 0, 5, 10, dan 20 menit.
d. Langsung berikan glukosa IV dalam tes ini jika terjadi konvulsi, kesadaran yang
menurun.
e. Berikan makanan setelah selesai melakukan tes ini dan jika glukosa masih rendah
berikan glukosa IV sebagai terapi.
2. Lakukan tes urine setelah selesai melakukan tes ini untuk mengetahui keton, asam
organik dan asam amino.
Terapi pada Hipoglikemia
2 mls dari 25% dextrose diberikan, kemudian 3 – 5ml/kg/jam dari 10% dextrose sampai pasien
dapat makan dan minum kembali, dan lanjutkan monitor kadar glukosa.
14
Referensi:
Anonym. 2005. Fluid and Electrolytes (Na, Cl and K). Journal of Pediatric Gastroenterology and
Nutrition. Vol. 41, Suppl. 2, November 2005: Page 1-6
Anonym. 2011. Hypertonic Saline. South Thames Retrieval Service: Page 1
Cooper, Sian; North-Lewis, Penny. 2007. Guidelines for Fluid Management in Infants and
Children on PICU. Leeds Teaching Hospitals NHS Trust Paediatric Intensive Care Units.
Page 1-4
Jefferies, Craig. 2005. Hypoglycaemia. Starship Childrn’s Health Clinical Guideline. Pediatric
Endocrinology: Page 1
Weston, Penelope; Aickin, Richard. 2009. Intravenous Fluids. Starship Childrn’s Health Clinical
Guideline: Page 1-7
Wilson, Dyanne; Jefferies, Craig; Kristiansen. 2007. Hypocalcaemia. Starship Childrn’s Health
Clinical Guideline. Pediatric Endocrinology: Page 1-4
Wong, William; Nuthall, Gabrielle. 2011. Hyperkalemia. Starship Childrn’s Health Clinical
Guideline. Pediatric Nephrology: Page 1-4
15