Upload
derby-febriani-sultany
View
21
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
talak TB
Citation preview
PENATALAKSANAAN TUBERCULOSIS
Bethari Lekso Aji111.0211.140
Prinsip Dasar
1. Terapi yang berhasil, memerlukan minimal 2 macam obat yang basilnya peka terhadap obat tersebut, dan salah satunya harus bakterisid
2. Penyembuhan penyakit membutuhkan pengobatan yang baik setelah perbaikan gejala klinisnya perpanjangan lama pengobatan perlu untuk mengeliminasi basil yang persisten
Tujuan
Menyembuhkan pasien dengan mengembalikan kualitas hidup dan produktivitas
Mencegah kematian atau komplikasi lanjut akibat penyakit
Mencegah kambuh Mencegah transmisi kepada orang
lain (penularan) Mencegah terjadinya resistensi obat
Obat Anti Tuberculosis (OAT)Obat Utama (Lini 1) Obat tambahan (Lini 2)Rifampisin (R) bakterisid KanamisinIsoniazid/ INH (H) bakterisid KapreomisinPirazinamid (Z) bakterisid AmikasinStreptomisin (S) bakterisid KuinolonEthambutol (E) bakteriostatik Sikloserin
EtionamidParaaminosalisilat (PAS)Obat lain yang masih dalam penelitian : makrolid, amoksisilin+ asam klavulanat
ISONIAZID
Isonikotinil Hidrazid (INH) Sangat poten (bakterisidal terkuat) Isoniazid = Prodrug perlu diaktifkan
dahulu Efek AB :
Bakterisid : hanya terlihat pada kuman yang sedang tumbuh aktif
Mekanisme kerja :
Resistensi : Mutasi KatG, InhA, atau KaSA
Farmakokinetik : A : baik di sal.cerna D : seluruh cairan tubuh, sel
dan materi kaseosa M : hati (mengalami asetilasi
dan hidrolisis) E : Ginjal
ESO : Neuritis perifer (akibat
defisiensi vitamin B6 (piridoksin) gejala : kesemutan, rasa terbakar dikaki atau tangan
Hepatitis Interaksi obat : Fenitoin
(hambat metabolisme)
RIFAMISIN/RIFAMPISIN
Bakterisid Menghambat Mycobakterium intrasel dan ekstrasel Mekanisme kerja :
Rifampisin menghambat DNA dependent RNA-polimerase penghambatan fase awal sintesis mRNA
F.Kinetik : A : kuat di saluran cerna oral D : seluruh cairan dan organ tubuh Cairan tubuh berwarna
oranye/merah (air mata, urin, keringat, liur) M : hati E : (1/3 melalui ginjal), sisanya melalui empedu (feses)
ESO : Ringan : Flu like syndrome, sindrom perut, sindrom kulit Berat (jarang) : Hepatitis, purpura, trombositopenia, sesak nafas
Kontrainsikasi : Wanita hamil
Interaksi Obat : ParaAminoSalisilat menghambat absorpsi
rifampisin bioavailabilitas berkurang Rifampisin dapat menginduksi sitokrom
p450 meningkatkan masa paruh obat lain efektivitas berkurang
ETHAMBUTOL Bakteriostatik (obat tetap menekan
pertumbuhan kuman TB yang telah resisten terhadap INH dan rifampisin)
F.Kinetik : A : Sal cerna (Oral) D : seluruh tubuh M : Hati E : Ginjal
ESO: Neuritis optik : penurunan tajam penglihatan, lapang
pandang dan buta warna merah hijau KI : anak
PIRAZINAMID
Bakterisid Hanya bekerja pada suasana asam F.Kinetik :
A : Sal.cerna (oral) D : seluruh tubuh M : Hati E : ginjal
ESO : Hepatotoksik Retensi urin Asam urat
STREPTOMISIN
Bakterisid F.kinetik :
A : Parenteral D: seluruh CES M : Hati E : ginjal
ESO Kerusakan nervus cranial VIII ototoksik
(tinitus, pusing, kehilangan keseimbangan
Dosis OAT
Nama Obat
Dosis (mg/kgBB/h
ari
Dosis yang dianjurkan
Dosis maks/hari (mg)
Dosis (mg)/BB (kg)
Harian (mg/kgBB/h
ari)
Intermiten
(mg/kgBB/k
ali)
<40 40-60 >60
R 8-12 10 10 600 300 450 600H 4-6 5 10 300 300 300 300Z 20-30 25 35 750 1000 1500E 15-20 15 30 750 1000 1500S 15-18 15 15 1000 Sesuai
BB750 1000
Pengobatan pasien TB menurut ISTC OAT yang digunakan harus sesuai
dengan rekomendasi internasional : kombinasi beberapa obat yang adekuat (tidak monoterapi), dianjurkan menggunakan kombinasi dosis tetap
Pengobatan diberikan dalam 2 tahap : Tahap awal Tahap lanjutan
Tahap awal (Intensif)
Paduan obat : Rifampisin, Isoniazid, Pirazinamid, Etambutol (RHZE)
Diminum setiap hari Perlu PMO mencegah kegagalan
dan menjamin kepatuhan minum obat
Sebagian besar pasien TB BTA (+) BTA (-) = konversi
Setelah konversi tahap lanjutan
Tahap lanjutan
Paduan : Rifampisin, Isoniazid Diminum setiap hari atau intermiten
(3X/mgg) Penting untuk membunuh kuman
persisten mencegah kekambuhan
Paduan OAT dalam program nasional OAT yang digunakan oleh program
Nasional Penanggulangan Tuberkulosis di Indonesia
Kategori 1
2HRZE/4H3R3 Pengobatan tahap awal selama 2
bulan diberikan setiap hari dan tahap lanjutan selama 4 bulan diberikan 3x/mgg
Lama pengobatan seluruhnya 6 bulan
Dosis paduan OAT KDT kategori 1
Berat Badan Tahap awalSetiap hari selama
2 bulan HRZE (150, 75,400,275)
Tahap lanjutan 3x seminggu
selama 4 bulan RH (160,150)
30-37 2 tablet 4 KDT 2 tablet 2 KDT38-54 3 tablet 4 KDT 3 tablet 2 KDT55-70 4tablet 4 KDT 4 tablet 2 KDT≥ 71 5 tablet 4 KDT 5 tablet 2 KDT
Kategori 2
2HRZES/HRZE/5H3R3E3 Pada : TB paru pengobatan ulang (TB
kambuh, gagal pengobatan, putus berobat/default)
Dosis KDT Kategori 2
Berat Badan Tahap AwalRHZE + S
Tahap lanjutan RH + E
Selama 2 bulan
Selama 1 bulan
Selama 5 bulan
30-37 2 tab KDT + 500 mg
Streptomisin Inj
2 tablet 4 KDT 2 tab 2 KDT + 2 tab
etambutol
38-54 3 tab KDT + 750 mg
Streptomisin Inj
3 tablet 4 KDT 3 tab 2 KDT + 3 tab
etambutol
55-70 4 tab KDT + 1000 mg
Streptomisin Inj
4 tablet 4 KDT 4 tab 2 KDT + 4 tab
etambutol
≥ 71 5 tab KDT + 1000 mg
Streptomisin Inj
5 tablet 4 KDT 5 tab 2 KDT + 5 tab
etambutol
Obat Sisipan
HRZE Apabila pemeriksaan dahak masih
positif (belum konversi) pada akhir tahap awal kategori 1 maupun kategori 2 diberikan obat sisipan selama 1 bulan dengan HRZE
Setelah sisipin lakukan px dahak 3 kali jika konversi tahap lanjutan
Dosis KDT sisipan
Berat Badan Tahap awal tiap hari selama 1 bulan RHZE
(150,75,400,275)30-37 2 tablet 4 KDT38-54 3 tablet 4 KDT55-70 4 tablet 4 KDT≥ 71 5 tablet 4 KDT
Kategori Anak
2HRZ/4HR Tanpa etambutol! Pengobatan diberikan setiap hari
(tahap awal maupun lanjutan)
Dosis OAT untuk TB pada anak
Nama Obat Dosis harian (mg/kgBB/hari)
Dosis maksimal (mg/hari)
H 5-15 300R 10-20 600Z 15-40 2000E 15-20 1250S 15-40 1000
Kemasan obat
OAT KDT (Kombinasi Dosis Tetap) : kombinasi 2 atau 4 jenis OAT dalam satu tablet. Dosisnya disesuaikan dengan BB pasien
Paket kombipak : tersiri dari H,R,Z,E yang dikemas dalam satu blister ( untuk pasien yang mengalami ESO OAT KDT)
Pengobatan Suportif/ Simtomatik1. Penderita rawat jalan
1. Makan makanan yang bergizi, bila dianggap perlu dapat diberikan vitamin tambahan (pada prinsipnya tidak ada larangan makanan untuk penderita tuberkulosis, kecuali untuk penyakit komorbidnya)
2. Bila demam dapat diberikan obat penurun panas/demam
3. Bila perlu dapat diberikan obat untuk mengatasi gejala batuk, sesak napas atau keluhan lain.
2. Penderita rawat inapa. Indikasi rawat inap :- TB paru disertai keadaan/komplikasi sbb :Batuk darah (profus)Keadaan umum burukPneumotoraksEmpiemaEfusi pleura masif / bilateralSesak napas berat (bukan karena efusi pleura)- TB di luar paru yang mengancam jiwa :TB paru milier
Meningitis TBb. Pengobatan suportif / simtomatik yang diberikan sesuai dengan keadaan klinis dan indikasi rawat
PEMBEDAHANlndikasi operasi1. Indikasi mutlak
a. Semua penderita yang telah mendapat OAT adekuat tetapi dahak tetap positifb. Penderita batuk darah yang masif tidak dapat diatasi dengan cara konservatifc. Penderita dengan fistula bronkopleura dan empiema yang tidak dapat diatasi secara konservatif
2. lndikasi relatifa. Penderita dengan dahak negatif dengan batuk darah berulangb. Kerusakan satu paru atau lobus dengan keluhanc. Sisa kaviti yang menetap.
Kriteria sembuh
BTA mikroskopik negatif dua kali (pada akhir fase intensif dan akhir pengobatan) dan telah mendapatkan pengobatan yang adekuat
Pada foto toraks, gambaran radiologik serial tetap sama/ perbaikan
Bila ada fasiliti biakan, maka kriteria ditambah biakan negatif
Kategori Resistensi TB Mono-Resistance : kekebalan terhadap satu OAT Poly-Resistance : kekebalan terhadap lebih dari
satu OAT, selain kombinasi INH dan rifampisin Multidrugs- Resistance (MDR) : kekebalan
terhadap minimal INH dan rifampisin Extensive drug-Resistance : TB-MDR ditambah
kekebalan terhadap salah satu obat golongan florokuinolon, dan sedikitnya salah satu obat injeksi lini kedua (kapreomisin, kanamisin, amikasin)
Total Drug Resistance : resisten terhadap lini 1 dan 2 tidak ada lagi obat yang bisa dipakai
Referensi
Farmakologi FKUI Farmakologi Lippincot PDPI : pedoman diagnosis dan
tatalaksana TB di Indonesia 2011 Panduan talak TB ( IDI dan Depkes
2010) IPD UI