75
PENCANTUMAN SERTIFIKASI HALAL DALAM KEMASAN PRODUK OLEH PERUSAHAAN SEBAGAI BENTUK PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN MUSLIM (STUDI PADA PT JAPFA COMFEED INDONESIA TBK. CABANG LAMPUNG) (Skripsi) Oleh ANISA CAHAYA PRATIWI FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2018

PENCANTUMAN SERTIFIKASI HALAL DALAM KEMASAN PRODUK OLEH PERUSAHAAN …digilib.unila.ac.id/32020/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018-07-03 · Pencantuman sertifikasi halal

  • Upload
    others

  • View
    7

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENCANTUMAN SERTIFIKASI HALAL DALAM KEMASAN PRODUK OLEH PERUSAHAAN …digilib.unila.ac.id/32020/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018-07-03 · Pencantuman sertifikasi halal

PENCANTUMAN SERTIFIKASI HALAL DALAM KEMASAN PRODUK

OLEH PERUSAHAAN SEBAGAI BENTUK PERLINDUNGAN HUKUM

TERHADAP KONSUMEN MUSLIM

(STUDI PADA PT JAPFA COMFEED INDONESIA TBK. CABANG

LAMPUNG)

(Skripsi)

Oleh

ANISA CAHAYA PRATIWI

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2018

Page 2: PENCANTUMAN SERTIFIKASI HALAL DALAM KEMASAN PRODUK OLEH PERUSAHAAN …digilib.unila.ac.id/32020/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018-07-03 · Pencantuman sertifikasi halal

i

ABSTRACT

THE INCLUSION OF HALAL CERTIFICATION IN PRODUCT

PACKAGING BY THE COMPANY AS A FORM OF LEGAL

PROTECTION TOWARD MUSLIM CONSUMER

(STUDY IN PT JAPFA COMFEED INDONESIA TBK CABANG

LAMPUNG)

By

ANISA CAHAYA PRATIWI

The inclusion of halal certification in product packaging by company/businessman

is a form of legal protection and strengthening halal guarantee system toward

Muslim consumers, as well as support the development of Indonesian halal

industry. Halal certification is now mandatory, starting with the establishment of

the Halal Product Guarantee Organizer (BPJPH) as the mandate of Law No. 33

Year 2014 on Halal Product Guarantee which at the same time signifies the

transfer of authority of halal certification from MUI to the Government. However,

the implementation of new halal certification is considered not fully mature, in

terms of regulation and readiness of the company/businessman itself. This

research examines how the mechanism of a company/businessman obtains halal

certification for its products, due to the law of inclusion of halal certification

toward muslim consumer, as well as legal protection provided by the

company/businessman with the inclusion of halal certification reviewed of

consumer protection aspect.

This research is empirical-normative with descriptive design, which uses the

exploratory problem approach. The data used are secondary data, in the form of

primary, secondary and tertiary law materials, and also the primary data such as

interviewing the informant. The collecting of data will be done by the literature

study, document, and interview, which will be analysed by descriptive qualitative

method.

The research result are, the new halal certification implementation mechanism

involves at least 3 parties, namely BPJPH Halal Inspection Agency (LPH), and

Page 3: PENCANTUMAN SERTIFIKASI HALAL DALAM KEMASAN PRODUK OLEH PERUSAHAAN …digilib.unila.ac.id/32020/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018-07-03 · Pencantuman sertifikasi halal

ii

Anisa Cahaya Pratiwi

MUI. The inclusion of halal certification in product packaging gives birth to

rights and obligations between the parties in the form of the right of Muslim

consumers in obtaining assurance of the use of halal products as well as the

obligation of the company/businessman in providing legal protection for the

Muslim consumer by providing the guarantee of the halal product. If the

company/businessman violates, then the Muslim consumer can take legal effort,

and as a form of responsibility, the company/businessman shall be obliged to

accept such remedies.

Keywords: Halal Certification, Legal Protection, Muslim Consumer,

Company/Businessman

Page 4: PENCANTUMAN SERTIFIKASI HALAL DALAM KEMASAN PRODUK OLEH PERUSAHAAN …digilib.unila.ac.id/32020/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018-07-03 · Pencantuman sertifikasi halal

iii

ABSTRAK

PENCANTUMAN SERTIFIKASI HALAL DALAM KEMASAN PRODUK

OLEH PERUSAHAAN SEBAGAI BENTUK PERLINDUNGAN HUKUM

TERHADAP KONSUMEN MUSLIM

(STUDI PADA PT JAPFA COMFEED INDONESIA TBK. CABANG

LAMPUNG)

Oleh

Anisa Cahaya Pratiwi

Pencantuman sertifikasi halal dalam kemasan produk oleh perusahaan/pelaku

usaha merupakan bentuk perlindungan hukum dan penguatan sistem jaminan halal

bagi konsumen muslim, serta sebagai dukungan perkembangan industri halal

Indonesia. Sertifikasi halal kini besifat wajib, hal ini dimulai dengan dibentuknya

Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) sebagai amanat UU Nomor

33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal yang sekaligus mendandakan

pengalihan kewenangan pelaksanaan sertifikasi halal dari MUI ke Pemerintah.

Namun, pelaksanaan sertifkasi halal yang baru dinilai belum sepenuhnya matang,

terlihat dari segi regulasi maupun kesiapan perusahaan/pelaku usaha itu sendiri.

Penelitian ini mengkaji bagaimana mekanisme suatu perusahaan/pelaku usaha

memperoleh sertifikasi halal untuk produknya, akibat hukum pencantuman

sertifikasi halal terhadap konsumen muslim, serta perlindungan hukum yang

diberikan oleh perusahaan/pelaku usaha dengan adanya pencantuman sertifikasi

halal ditinjau dari aspek perlindungan konsumen.

Jenis penelitian ini adalah normatif empiris dengan tipe penelitian deskriptif, yang

menggunakan pendekatan masalah eksploratoris. Data yang digunakan adalah

data sekunder, berupa bahan hukum primer, sekunder dan tersier, serta data

primer berupa wawancara narasumber. Pengumpulan data dilakukan dengan studi

pustaka, dokumen, dan wawancara yang dianalisis secara deskriptif dan kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mekanisme pelaksanaan sertifikasi halal

yang baru melibatkan setidaknya 3 pihak, yaitu BPJPH, Lembaga Pemeriksa

Halal (LPH), dan MUI. Pencantuman sertifikasi halal dalam kemasan produk

Page 5: PENCANTUMAN SERTIFIKASI HALAL DALAM KEMASAN PRODUK OLEH PERUSAHAAN …digilib.unila.ac.id/32020/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018-07-03 · Pencantuman sertifikasi halal

iv

Anisa Cahaya Pratiwi

melahirkan hak dan kewajiban antara para pihak berupa hak konsumen muslim

dalam memperoleh jaminan penggunaan produk halal serta kewajiban

perusahaan/pelaku usaha dalam memberikan perlindungan hukum bagi konsumen

muslim dengan memberikan jaminan kehalalalan produk. Apabila pelaku usaha

melanggar, maka konsumen muslim dapat menempuh upaya hukum, dan sebagai

bentuk tanggung jawab, perusahaan/pelaku usaha wajib menerima upaya hukum

tersebut.

Kata Kunci: Sertifikasi Halal, Perlindungan Hukum, Konsumen Muslim,

Perusahaan/Pelaku usaha.

Page 6: PENCANTUMAN SERTIFIKASI HALAL DALAM KEMASAN PRODUK OLEH PERUSAHAAN …digilib.unila.ac.id/32020/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018-07-03 · Pencantuman sertifikasi halal

v

PENCANTUMAN SERTIFIKASI HALAL DALAM KEMASAN PRODUK

OLEH PERUSAHAAN SEBAGAI BENTUK PERLINDUNGAN HUKUM

TERHADAP KONSUMEN MUSLIM

(STUDI PADA PT JAPFA COMFEED INDONESIA TBK. CABANG

LAMPUNG)

Oleh

ANISA CAHAYA PRATIWI

1412011042

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

SARJANA HUKUM

Pada

Bagian Hukum Keperdataan

Fakultas Hukum Universitas Lampung

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2018

Page 7: PENCANTUMAN SERTIFIKASI HALAL DALAM KEMASAN PRODUK OLEH PERUSAHAAN …digilib.unila.ac.id/32020/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018-07-03 · Pencantuman sertifikasi halal

Judul Slaipsi

NanraMahasiswa

Nomor Pokok Malrasiswa

Bagran

Fakultas

Wati Rehmi Ria, S.H., M.H.NIP 19650409 199010 2 001

PENCAITTUMAN SERTIFIKASI IIALAL DALAMKEMASAI\I PRODI'K OLEH PERUSAHAAITSEBAGAI BENTIIK PERLII\IDI]NGATI IIUKT'MTERIIADAP KONSUMEN MUSLIM (STUDI PADAPT JAPT'A COMFEED INDOTTESIA TBIC CABANGLAMPTING)

,nniro CafiqwWatiwi

r4Y9!LM

H*i1n Keperdataan

Hukum

l-Komisi Pemhimbing-,>\ .,- .*

\

NIP 19570125 198503 2002

2. Ketua Bagran Hukum Keperdataan

Dr. Sunaryo,NIP 19601228198903 r 00r

Page 8: PENCANTUMAN SERTIFIKASI HALAL DALAM KEMASAN PRODUK OLEH PERUSAHAAN …digilib.unila.ac.id/32020/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018-07-03 · Pencantuman sertifikasi halal

MENGESATIKANT

1. Tim Penguji

Ketua

ruWHukum

L,

, SJI., M.Hum.920622 198703 t 005

-frrw: Wati Rahmi Ria, S.H.r I{.H. .....t..........-.....

Sekretaris/Anggota : Nilla Nargis, S.I{., M,Hum.

PengujiBukan Pembimbing

: Dr. Hamzah, S.H., M.II.

f-"ffi,,o+Isffind

[ .ff9.X*

Tanggal Lulus Ujian Skripsi: e8 funi ZOtg

Page 9: PENCANTUMAN SERTIFIKASI HALAL DALAM KEMASAN PRODUK OLEH PERUSAHAAN …digilib.unila.ac.id/32020/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018-07-03 · Pencantuman sertifikasi halal

PER}IYATAAN

Yang bertandatangan di bawah ini:

Nama

NPM

Jurusan

Fakultas

Anisa Cahaya Pratiwi

1412011042

Perdata

Hukum

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul; *PENCAI\ITUMAN

SERTIFIKASI HALAL DALAM KEMASAI\T PROI}UK OLEII

PERUSAHAAII SEBAGAI BE,NTTJK PERLINDT'NGAN HT]KT'M

TERIIADAP KONSUMEN MUSLIM (STUDI PADA PT JAPT'A

COMFEED INDOI\IESIA TBIC CABANG LAMPUNG)" adalah benar-benar

hasil karya sendiri dan bukan hasil plagiat sebagaimana telah diatur dalam Pasal:)l

27 Peraturan Akademik Universitas Laurpung dengan Surat Keputusan Rektor

Nomor 3187 lH26tDT l20l0.

Bandar Lampung, Juni 2018

r4,2atrc42

Page 10: PENCANTUMAN SERTIFIKASI HALAL DALAM KEMASAN PRODUK OLEH PERUSAHAAN …digilib.unila.ac.id/32020/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018-07-03 · Pencantuman sertifikasi halal

ix

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Anisa Cahaya Pratiwi, dilahirkan di

Pringsewu, Lampung, pada tanggal 26 Januari 1997. Penulis

merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan

Bapak Budi Marwanto dan Ibu Basis Aina. Penulis

mengawali jenjang pendidikan di TK Aisyah Bustanul Athfal

1 Talang Padang yang diselesaikan pada tahun 2002, selanjutnya jenjang sekolah

dasar dilanjutkan di SD Negeri 1 Sinar Semendo yang diselesaikan pada tahun

2008, jenjang sekolah menengah pertama ditempuh di SMPN 1 Talang Padang

yang diselesaikan pada tahun 2011, kemudian menyelesaikan jenjang pendidikan

sekolah menengah atas di SMAN 1 Gading Rejo yang diselesaikan pada tahun

2014.

Pada tahun 2014 penulis diterima sebagai mahasiswa Fakultas Hukum Universitas

Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri

(SNMPTN). Program pendidikan Strata 1 dan mengambil konsentrasi Hukum

Perdata. Penulis juga telah mengikuti Program pengabdian langsung kepada

masyarakat yaitu Kuliah Kerja Nyata (KKN) di desa Purwodadi, Kecamatan

Bangun Rejo, Kabupaten Lampung Tengah selama 40 hari pada tahun 2017.

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam organisasi internal maupun

eksternal kampus, dan pernah menjabat sebagai: Ketua Divisi MK, Bidang

Page 11: PENCANTUMAN SERTIFIKASI HALAL DALAM KEMASAN PRODUK OLEH PERUSAHAAN …digilib.unila.ac.id/32020/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018-07-03 · Pencantuman sertifikasi halal

x

Mooting, Unit Kegiatan Mahasiswa Fakultas Pusat Studi Bantuan Hukum

(UKM-F PSBH), Pengurus Forum Indonesia Muda (FIM) Regional Lampung

dan Pengurus Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Komisariat

Universitas Lampung. Selain itu penulis juga merupakan Asisten Peneliti Muda

di Pusat Kajian Kebijakan Publik dan Hak Asasi Manusia (PKKPHAM), serta

Paralegal di Biro Konsultasi dan Bantuan Hukum (BKBH).

Penulis pernah mengikuti kompetisi di tingkat nasional, dan menjadi juara 2 pada

Constitutional Moot Court Competition yang diselenggarakan oleh Mahkamah

Konstitusi Republik Indonesia pada tahun 2016, dan menjadi Delegasi Future

Leader Summit Room Education Development yang diselenggarakan oleh

Nusantara Muda pada tahun 2017. Penulis juga pernah mengikuti beberapa

kegiatan penelitian dan penulisan di tingkat Internasional, yaitu The First

International Conference on Law, Economics, and Education (ICONLEE) yang

diselenggarakan oleh Universitas Muhammadiyah Metro pada tahun 2016 dengan

paper presentation yang berjudul Discourse Gender of Human Rights: A turning

Point Protection Laws Toward Female Workers dan The Second International

Conference on Social, Humanities, Economics, Law and Development (SHIELD)

yang diselenggarakan oleh Universitas Lampung pada tahun 2017 dengan paper

presentation yang berjudul The Criminal Law Against Criminal Acts Begal by

Child Offenders. Selain itu penulis juga pernah magang selama 3 bulan di bidang

Pengelolaan Informasi Publik, Asisten Deputi Hubungan Masyarakat, Deputi

Bidang Hubungan Kelembagaan dan Kemasyarakatan, Kementerian Sekretariat

Negara Republik Indonesia.

Page 12: PENCANTUMAN SERTIFIKASI HALAL DALAM KEMASAN PRODUK OLEH PERUSAHAAN …digilib.unila.ac.id/32020/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018-07-03 · Pencantuman sertifikasi halal

xi

MOTO

Dan Aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada Engkau Ya Tuhanku

(Q.S Maryam: 4)

O you who have believed, eat from the good things that We have provided for you

and be grateful to Allah, if it is indeed Him that you worship.”

(Q.S Al-Baqarah: 172)

Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di

dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.

(Pramoedya Ananta Toer)

Page 13: PENCANTUMAN SERTIFIKASI HALAL DALAM KEMASAN PRODUK OLEH PERUSAHAAN …digilib.unila.ac.id/32020/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018-07-03 · Pencantuman sertifikasi halal

xii

PERSEMBAHAN

Atas Ridho Allah SWT dan dengan segala kerendahan hati

kupersembahkan karya sederhana ini kepada:

Kedua orang tuaku tercinta Bapak Budi Marwanto dan Ibu Basis Aina,

dan Adikku tersayang Bela Ayu Pratiwi

Kalian adalah alasan untuk semua perjuangan saya hingga detik ini.

Almamater tercinta Universitas Lampung,

Page 14: PENCANTUMAN SERTIFIKASI HALAL DALAM KEMASAN PRODUK OLEH PERUSAHAAN …digilib.unila.ac.id/32020/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018-07-03 · Pencantuman sertifikasi halal

xiii

SANWACANA

Alhamdulillahirabbilalamin, puji syukur tak henti-hentinya penulis ucapkan

kehadirat Allah SWT, Dzat Yang Maha menguasai langit dan bumi serta hakim

Yang Maha Adil di yaumil akhir kelak, sebab hanya atas kehendak dan

pertolongan-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Pencantuman Sertifikasi Halal dalam Kemasan Produk oleh Perusahaan

Sebagai bentuk Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Muslim (Studi

Pada PT Japfa Comfeed Indonesia TBK. Cabang Lampung)” sebagai salah

satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum

Universitas Lampung, di bawah bimbingan dari dosen pembimbing serta atas

bantuan dari bebagai pihak lain. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah

kepada Nabi Besar Muhammad SAW, beserta para sahabat, keluarga serta

pengikut-pengikutnya hingga akhir zaman, semoga kita mendapat syafaatnya di

yaumil akhir kelak.

Penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan, dan saran dari

berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih

kepada:

1. Kedua Orang Tua Penulis, Bapak Budi Marwanto dan Ibu Basis Aina yang

senantiasa memberikan semangat, dukungan dan kasih sayang sehingga

skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

2. Adik kandung Penulis, Bela Ayu Pratiwi atas semua dukungan, semangat

dan motivasinya sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik.

3. Ibu Wati Rahmi Ria, S.H., M.H., selaku Pembimbing I. Terimakasih atas

kesabaran dan kesediaannya meluangkan waktu disela-sela kesibukannya

untuk mencurahkan segenap pemikirannya, memberikan bimbingan, saran,

arahan dan berbagai kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini;

Page 15: PENCANTUMAN SERTIFIKASI HALAL DALAM KEMASAN PRODUK OLEH PERUSAHAAN …digilib.unila.ac.id/32020/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018-07-03 · Pencantuman sertifikasi halal

xiv

4. Ibu Nilla Nargis, S.H., M.Hum., selaku Pembimbing II, Terimakasih atas

kesabaran dan kesediaannya meluangkan waktu disela-sela kesibukannya

untuk mencurahkan segenap pemikirannya, memberikan bimbingan, saran,

arahan dan berbagai kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini;

5. Bapak Dr. Hamzah S.H., M.H., selaku Dosen Pembahas I yang telah

banyak memberikan kritik, saran, serta masukan yang sangat membangun

terhadap skripsi ini.

6. Ibu Siti Nurhasanah, S.H., M.H., selaku Dosen Pembahas II yang telah

banyak memberikan kritik, saran, serta masukan yang sangat membangun

terhadap skripsi ini.

7. Bapak Dr. HS.Tisnanta, S.H., M.H., yang selalu memberikan ilmu, motivasi

dan inspirasi agar penulis dapat menjadi seseorang yang sukses dan mandiri.

8. Bapak M.Iwan Satriawan, S.H., M.H., yang selalu memberikan motivasi

dan pengalaman serta tempat diskusi dan berbagi ilmu baik akademik

maupun non akademik, sehingga penulis dapat mengembangkan

kemampuan penulis lebih baik lagi.

9. Bapak Armen Yasir, S. H., M. Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Lampung;

10. Bapak Dr. Sunaryo, S.H., M.Hum., selaku Ketua Jurusan Hukum Perdata

Fakultas Hukum Universitas Lampung.

11. Ibu Dr. Nunung Rodliyah, MA., selaku Pembimbing Akademik penulis atas

kesediaan memberikan bimbingan, saran, dan kritik dalam proses

perkuliahan di Fakultas Hukum ini.

12. Seluruh Dosen dan Karyawan/Karyawati Fakultas Hukum Universitas

Lampung, khususnya Bagian Hukum Keperdataan.

13. Para Narasumber yang telah memberikan informasi terkait dengan

penelitian skrpsi ini, yaitu Bapak Dendi Susilo selaku Koordinator Halal

Internal PT So good Food Lampung, Bapak K.H. Munawir selaku Ketua

Fatwa MUI, dan Bapak Abdurrahman, Sekretaris BPJPH.

14. Para sahabat Penulis, yaitu Aria Alim Wijaya, Asta Yuliyantara, Dedi

Putra, Korin Suryani, Teta Anisah, Nurcahyati, I.Ketut Dharma, Darwin

Manalu, Frans Manuel, Gebi, Maria, Ajeng Lukita, Sofiatun Tasliyah, dan

Page 16: PENCANTUMAN SERTIFIKASI HALAL DALAM KEMASAN PRODUK OLEH PERUSAHAAN …digilib.unila.ac.id/32020/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018-07-03 · Pencantuman sertifikasi halal

xv

Arfita Bella yang selalu memberikan semangat dan motivasi selama

menjalani perkuliahan dan penyelesaian skripsi ini. Semoga kesuksesan

selalu bersama kita;

15. Para sahabat seperjuangan Penulis di masa perkuliahan, yaitu Astri Safitri,

Farizky Arif Prazada, Reza Torio Kamba, Atika Mayang Sari, Aisyah

Nurlia, Alif Aji, dan seluruh teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu

per satu, terima kasih telah memberikan semangat dan informasi yang

sangat membantu selama proses perkuliahan;

16. Kolega Asisten Peneliti Pusat Kajian Kebijakan Publik dan Hak Asasi

Manusia (PKKP-HAM), Bang James, Bang Ade, Bang Rico, Bang Imin,

Pingkan, Jane, Nane, Sija, Sani, Boy, dan Aji. Terima kasih telah menjadi

tempat diskusi dan tempat berbagi ilmu, semoga kita dapat beramal yang

ilmiah dan berilmu yang amaliah;

17. Keluarga Besar UKM-F Pusat Studi Bantuan Hukum (PSBH);

18. Teman-Teman KKN Desa Purwadadi, Kecamatan Bangun Rejo, Kabupaten

Lampung Tengah;

19. Teman-Teman Seperjuangan Fakultas Hukum Angkatan 2014;

20. Almamater tercinta, Fakultas Hukum Universitas Lampung.

Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna.

Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk

memperbaiki karya selanjutnya. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para

pembacanya, khususnya bagi Penulis dalam mengembangkan dan mengamalkan

ilmu pengetahuan.

Bandar Lampung, 30 Juni 2018

Penulis,

Anisa Cahaya Pratiwi

Page 17: PENCANTUMAN SERTIFIKASI HALAL DALAM KEMASAN PRODUK OLEH PERUSAHAAN …digilib.unila.ac.id/32020/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018-07-03 · Pencantuman sertifikasi halal

xvi

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xix

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ......................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah dan Ruang Lingkup Penelitian .................................. 10

C. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian ............................................ 11

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Hukum Perlindungan Konsumen ................... 13

1. Hubungan Langsung ......................................................................... 15

2. Hubungan Tidak Langsung............................................................... 16

3. Subjek Hukum Perlindungan Konsumen ......................................... 17

4. Asas-Asas Perlindungan Konsumen ................................................. 28

B. Tinjauan Umum Tentang Sertifikasi Halal .............................................. 29

1. Pengertian Sertifikasi Halal .............................................................. 29

2. Model-Model Pengelolaan Sertifikasi Halal .................................... 32

C. Gambaran Umum Tentang Majelis Ulama Indonesia ............................. 34

D. Gambaran Umum Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Produk

Halal (BPJPH) .........................................................................................

36

E. Gambaran Umum Tentang PT So Good Food Lampung ........................ 38

F. Kerangka Pikir ......................................................................................... 40

III. METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ........................................................................................ 43

Page 18: PENCANTUMAN SERTIFIKASI HALAL DALAM KEMASAN PRODUK OLEH PERUSAHAAN …digilib.unila.ac.id/32020/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018-07-03 · Pencantuman sertifikasi halal

xvii

B. Tipe Penelitian ......................................................................................... 44

C. Pendekatan Masalah ................................................................................. 45

D. Data dan Sumber Data ............................................................................. 45

E. Metode Pengumpulan Data ...................................................................... 47

F. Metode Pengolahan Data ......................................................................... 48

G. Analisis Data ............................................................................................ 48

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Mekanisme Pelaksanaan Sertifikasi Halal Terhadap Produk

Makanan yang Dikeluarkan oleh Perusahaan/Pelaku Usaha ................... 50

1. Kesiapan Majelis Ulama Indonesia Provinsi Lampung dalam

Menghadapi Makanisme Baru Pelaksanaan Sertifikasi Halal ......... 52

2. Faktor-Faktor Pendorong Pelaksanaan Sertifikasi Halal terhadap

Produk yang dikeluarkan oleh Pelaku Usaha ................................... 63

3. Faktor-Faktor Penghambat Pelaksanaan Sertifikasi Halal

terhadap Produk yang Dikeluarkan oleh Pelaku Usaha .................... 65

B. Akibat Hukum Pencantuman Sertifikasi Halal dalam Kemasan

Produk oleh Perusahaan/Pelaku Usaha Terhadap Konsumen Muslim 67

C. Perlindungan Hukum Terhadap Pencantuman Sertifikasi Halal

dalam Kemasan Produk yang Dilakukan Oleh PT So Good Food

Lampung Ditinjau dari Aspek Perlindungan Konsumen ......................... 75

1. Tanggung Jawab Hukum Pelaku Usaha ........................................... 79

2. Perlindungan Hukum dan Tanggung Jawab Hukum yang

diberikan oleh PT So Good Food Lampung Terhadap

Konsumen Muslim ........................................................................... 84

3. Penyelenggaraan Jaminan Produk Halal Sebagai Bentuk

Perlindungan yang Diberikan Pemerintah untuk Konsumen

Muslim .............................................................................................. 88

4. Upaya Hukum yang dapat Ditempuh oleh Konsumen Terhadap

Pelanggaran yang dilakukan oleh Pelaku Usaha .............................. 90

5. Sanksi Terhadap Pelanggaran UUPK ............................................... 92

Page 19: PENCANTUMAN SERTIFIKASI HALAL DALAM KEMASAN PRODUK OLEH PERUSAHAAN …digilib.unila.ac.id/32020/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018-07-03 · Pencantuman sertifikasi halal

xviii

6. Sanksi Terhadap Pelanggaran UU JPH ............................................ 95

V. PENUTUP

A. Kesimpulan .............................................................................................. 97

B. Saran ........................................................................................................ 98

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 20: PENCANTUMAN SERTIFIKASI HALAL DALAM KEMASAN PRODUK OLEH PERUSAHAAN …digilib.unila.ac.id/32020/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018-07-03 · Pencantuman sertifikasi halal

xix

DAFTAR GAMBAR

1. Kerangka Pikir .................................................................................................. 40

2.Mekanisme Pelaksanaan Sertifikasi Halal oleh MUI ....................................... 56

3. Mekanisme Pelaksanaan Serrtifiaksi Halal oleh BPJPH................................... 59

Page 21: PENCANTUMAN SERTIFIKASI HALAL DALAM KEMASAN PRODUK OLEH PERUSAHAAN …digilib.unila.ac.id/32020/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018-07-03 · Pencantuman sertifikasi halal

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lahirnya pasar bebas di wilayah Asean Economic Community (AEC) atau

yang lebih dikenal dengan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) telah

membawa paradigma baru bagi perkembangan industri perdagangan

Indonesia. Latar belakang dibentuknya MEA adalah untuk persiapan

menghadapi globalisasi ekonomi dan perdagangan melalui ASEAN Free

Trade Area (AFTA) serta menghadapi persaingan global terutama dari china

dan India.1 Seiring dengan dibentuknya perdagangan bebas di wilayah

masyarakat ekonomi ASEAN, akses dalam transasksi jual beli di pasar bebas

ASEAN semakin mempermudah peredaran produk luar negeri yang masuk

ke-Indonesia. Beredarnya produk luar negeri yang masuk ke Indonesia

tersebut begitu beragam. Mulai dari produk mesin, produk otomotif, produk

kayu, produk tekstil dan non tekstil sampai dengan produk pangan.

Setiap produk yang memasuki pasaran Indonesia, sudah pasti memiliki

standar dan kriteria tertentu agar dapat diterima dan dipasarkan secara bebas

di Indonesia, tanpa terkecuali dalam hal produk pangan. Agar suatu produk

pangan dapat dijual bebas di Indonesia, tentu harus melalui beberapa uji

1 Bappeda Kabupaten Malang, Kabupaten Malang Menuju MEA 2015, jawa Timur:

Bappedda Kabupaten malang. 2015. Hlm. 2

Page 22: PENCANTUMAN SERTIFIKASI HALAL DALAM KEMASAN PRODUK OLEH PERUSAHAAN …digilib.unila.ac.id/32020/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018-07-03 · Pencantuman sertifikasi halal

2

kelayakan standar keamanan dan kesehatannya. Namun, untuk produk

pangan, Indonesia memiliki kualifikasi khusus dalam menentukan produk

mana yang boleh beredar serta aman untuk dipasarkan di Indonesia. Standar

kiteria ini diberlakukan tidak hanya untuk produk pangan yang berasal dari

luar negeri. Namun produk pangan dalam negeri pun memiliki kriteria dan

standar khusus dalam pemasaran produknya. Salah satu standar dan kriteria

yang dibuat untuk melindungi konsumen Indonesia khususnya konsumen

muslim dari produk pangan berbahaya serta mengandung dzat haram ialah

“Sertifikisai Halal”. Sertifikasi halal adalah suatu upaya pemerintah dalam

menentukan standar dan kriteria khusus terhadap produk pangan yang beredar

di Indonesia.

Dewasa ini, sertifikasi halal tidak hanya sebatas sebuah bentuk perlindungan

terhadap pemakaian suatu produk dari dzat halal/haram yang terkandung di

dalamnya. Namun lebih dari itu, kini sertifikasi halal telah melebar menjadi

sebuah komoditas dagang. Mengapa kemudian sertifikasi halal melebar

menjadi komoditas dagang? Pertama, sertifikasi halal tidak bisa lagi berupa

“bentuk kepercayaan” semata. Dengan kata lain, sertifikasi halal tidak lain

adalah upaya antisipasi terhadap bentuk-bentuk penipuan atas kandungan

halal dalam suatu produk

Pelaku usaha/perusahaan bertanggung jawab terhadap produk yang

diedarkan, terutama apabila produk tersebut menimbulkan kerugian bagi

konsumen yang menggunakan produknya. Misalnya dalam produk olahan

daging yang sebagian oleh masyarakat muslim dianggap halal. Namun ketika

Page 23: PENCANTUMAN SERTIFIKASI HALAL DALAM KEMASAN PRODUK OLEH PERUSAHAAN …digilib.unila.ac.id/32020/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018-07-03 · Pencantuman sertifikasi halal

3

diteliti lebih lanjut, daging olahan tersebut ternyata mengandung bahan atau

proses yang tidak halal. Maka, dalam hal ini negara bertindak sebagai

pengawas dengan menjadikan sertifikasi sebagai sarana yang diwajibkan

kepada pengusaha.2. Dikeluarkannya sertifikasi halal berarti memberikan

kepastian mengenai jaminan produk halal bagi konsumen.

Walaupun peredaran produk pangan yang dipasarkan di Indonesia baik yang

berasal dari luar maupun dalam negeri telah memiliki kriteria tertentu dalam

standarisasi kesehatan maupun kehalalannya. Namun, perilaku

mengkonsumsi makanan halal belum tentu searah dengan banyaknya

penduduk beragama Islam.3 Banyaknya peredaran produk makanan dan

minuman baik dari luar negeri maupun dalam negeri telah menimbulkan

kekhawatiran tersendiri bagi konsumen muslim Indonesia. Kekhawatiran ini

salah satu penyebabnya karena mudahnya pemalsuan label halal yang

terdapat di dalam kemasan produk makanan/minuman. Ada beberapa pelaku

usaha yang tidak memiliki sertifikasi halal namun tetap mencantumkan label

halal pada produknya. Hal ini, tentu sangat merugikan konsumen muslim.

Sertifikasi halal tidak dapat diperoleh begitu saja tanpa adanya upaya

perusahaan yang bersangkutan untuk mendaftarkan produknya agar diaudit

oleh lembaga sertifikasi halal indonesia dalam menentukan kualifikasi halal

haramnya bahan yang terkandung dalam produk pangan tersebut.

Menindaklanjuti hal tersebut, Majelis Ulama Indonesia atau (MUI)

2Lies Afroniyati, Analisis Ekonomi Politik Sertifikasi Halal Oleh Majelis Ulama Indonesia,

Jurnal Kebijakan & Administrasi Publik JKAP Vol 18 No 1- Mei 2014 ISSN 0852-9213, hlm.38 3 Fauziah. (2011). “Perilaku Komunitas Muslim Dalam Mengonsumsi Produk Halal Di

Provinsi Bali. Peneliti Puslitbang Kehidupan Keagamaan, : Jurnal Multikultural & Multireligius

Vol. 11. No. 2. hlm. 152.

Page 24: PENCANTUMAN SERTIFIKASI HALAL DALAM KEMASAN PRODUK OLEH PERUSAHAAN …digilib.unila.ac.id/32020/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018-07-03 · Pencantuman sertifikasi halal

4

membentuk sebuah lembaga pengaudit sertifikassi halal yang dikenal dengan

nama (LPPOM-MUI) atau kepanjangan dari Lembaga Pengkajian Pangan,

Obat-obatan, dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia yang tugas utamanya

adalah untuk mengawasi produk halal sekaligus memiliki kewenangan dalam

menetapkan sertifikasi halal bagi suatu produk makanan/minuman. Namun,

pelaksanaan sertifikasi halal yang dilakukan oleh LPPOM-MUI masih

bersifat voluntary atau sukarela, sehingga tidak ada kewajiban bagi pelaku

usaha/perusahaan untuk mendaftarkan produknya agar memperoleh sertifikat

halal. Sehingga kenyataan yang terjadi saat ini, masih banyaknya terdapat

produk makanan yang beredar di pasaran tanpa memiliki sertifikat halal.

Pemerintah Indonesia menyadari bahwa persoalan sertifikasi halal bukanlah

suatu hal yang dipandang sebelah mata, karena saat ini, Indonesia sudah

menjadi salah satu pusat perkembangan industri halal. Pemerintah Indonesia

terus berupaya dalam meningkatkan penjualan produk halal di Indonesia di

pasaran internasional. Salah satu bentuk kepedulian pemerintah dalam

mendukung perkembangan industrihalal di Indonesia adalah dengan

dibentuknya Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH), yaitu

sebuah badan resmi yang bertanggung jawab kepada pemerintah dan

memiliki tugas sebagai pelaksana sertifikasi halal yang berada di bawah

naungan Kementerian Agama RI.

Dengan dibentuknya BPJPH menandakan bahwa pemerintah Indonesia

secara resmi mengambil alih otoritas Pelaksanaan sertifikat halal yang

semula ada di tangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) kini beralih ke tangan

Page 25: PENCANTUMAN SERTIFIKASI HALAL DALAM KEMASAN PRODUK OLEH PERUSAHAAN …digilib.unila.ac.id/32020/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018-07-03 · Pencantuman sertifikasi halal

5

pemerintah.4 BPJPH merupakan sebuah lembaga pelaksana sertifikasi halal

yang berada di bawah naungan Kementerian agama RI. Dibentuknya BPJPH

sebagai perwujudan dari dikeluarkannya UU No 33 Tahun 2014 tentang

Jaminan Produk Halal. Sehingga kewenangan untuk melegitimasi halal nya

suatu produk telah resmi beralih kepada BPJPH.

Lahirnya BPJPH ini sekaligus menjadi babak baru bagi penyelenggaraan

sertifikasi halal di Indonesia. Saat ini BPJPH masuk dalam struktur

kementerian agama berdasarkan Peraturan Menteri Agama (PMA) Nomor 42

Tahun 2016 tentang Organisasi Tata Kerja (Ortaker) Kemenag dan mulai

beroperasi di awal tahun 2019. Namun, untuk sementara waktu ini, BPJPH

masih menunggu Peraturan Pemerintah pelaksana UU JPH demi membantu

melaksanakan tugas, fungsi dan wewenang dari BPJPH.

Maraknya peredaran makanan yang belum jelas status halalnya, serta

minimnya kepemilikan sertifikat halal untuk suatu produk oleh pelaku

usaha/perusahaan tentu membuat keresahan tersendiri bagi konsumen

muslim. Padahal mengingat amanat dari UU JPH tentang wajib halal 2019,

seharusnya setiap pelaku usaha/perusahaan telah mendaftarkan produk nya

kepada lembaga pengelola sertifikasi halal. Hal ini agar tidak adanya lagi

keresahan pada konsumen muslim dalam membeli makanan yang akan

dikonsumsi. Selain itu, pencantuman sertifikasi halal dalam kemasan produk

juga merupakan suatu hak bagi konsumen muslim.

4http://www.nu.or.id/post/read/82052/lembaga-sertifikasi-halal-resmi-di-tangan-pemerintah

diakses pada 17 Oktober 2017.

Page 26: PENCANTUMAN SERTIFIKASI HALAL DALAM KEMASAN PRODUK OLEH PERUSAHAAN …digilib.unila.ac.id/32020/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018-07-03 · Pencantuman sertifikasi halal

6

Mengacu kepada Pasal 4 huruf a Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999

tentang Perlindungan Konsumen menyatakan bahwa konsumen memiliki hak

atas kenayamanan, kemananan dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang

dan/atau jasa. Hal ini juga berlaku bagi konsumen muslim. Konsumen

muslim berhak atas kenyamana, keamanan dan keselamatan dalam

mengkonsumsi barang dan/jasa yang dikeluarkan oleh pelaku

usaha/perusahaan. Menurut hemat penulis, kepemilikan sertifikat halal untuk

suatu produk merupakan salah satu bentuk perlindungan hukum yang

diberikan pelaku usaha terhadap konsumen muslim agar terhindar dari

mengkonsumsi produk yang haram.

Sebagai umat muslim, persoalan mengkonsumsi makanan halal, bukanlah

suatu hal biasa. Karena dalam Islam, setiap kehidupan para pemeluknya telah

diatur secara sempurna baik dari segi kebutuhan lahiriah maupun batiniah.

Dalam hal lahiriah, setiap manusia pasti membutuhkan asupan makanan

untuk bertahan hidup, Tetapi dalam Islam, fungsi makanan bukan hanya

sekedar memenuhi kebutuhan lahiriah atau fisik semata. Ada hal yang lebih

penting dari itu, yaitu sebagai suatu bentuk ketaatan terhadap Allah SWT

serta melaksanakan syariat Islam.

Syariat adalah jalan lurus bagi umat manusia agar dapat hidup dengan benar

menururt ajaran Islam. Dalam perkembangan selanjutnya syariat lebih

mempunyai arti sebagai aspek hukum dari ajaran Islam. Apapun pengertian

syariat yang kita pakai, kita masih harus membahas mengenai sumber ajaran

Page 27: PENCANTUMAN SERTIFIKASI HALAL DALAM KEMASAN PRODUK OLEH PERUSAHAAN …digilib.unila.ac.id/32020/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018-07-03 · Pencantuman sertifikasi halal

7

Islam itu sendiri. Menurut Wati Rahmi Ria, dapat disimpulkan bahwa sumber

hukum Islam ada tiga, yaitu:5

1. Al-Qur’an, sebagai sumber yang pertama dan utama.

2. Hadis atau Sunnah Rosul

3. Ar-Ro’yu (akal) dalam hal ini ijtihad dengan berbagai metode istimbatnya.

Al Qur'an dan Al Hadis sebagai sumber hukum yang utama bagi umat Islam

telah secara jelas dan tegas menetapkan bahwa ada makanan dan minuman

yang halal dan baik untuk dikonsumsi dan ada pula makanan dan minuman

yang haram untuk dikonsumsi, serta ada pula bahan pangan dan produk

lainnya hasil olahan rekayasa genetik yang dapat menimbulkan keraguan

mengenai status halal atau haramnya.

Senada dengan hal di atas, di dalam sumber hukum Islam yang utama yaitu

Al-Qur’an ada beberapa firman Allah SWT yang menjelaskan tentang

ketentuan untuk memakan makanan yang halal, diantaranya sebagai berikut:

Artinya: “Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah

telah rezekikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu

beriman kepada-Nya.”(QS. Al- Maidah ayat 88)

5 Wati Rahmi Ria, dkk. Hukum Islam Suatu Pengantar, Bandar Lampung: Gunung Pesagi:,

2015, hlm. 14-15.

Page 28: PENCANTUMAN SERTIFIKASI HALAL DALAM KEMASAN PRODUK OLEH PERUSAHAAN …digilib.unila.ac.id/32020/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018-07-03 · Pencantuman sertifikasi halal

8

Artinya: “Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa

yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah

syaitan, karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata

bagimu.” (QS Al Baqarah: 168).

Artinya: Apa yang dihalalkan oleh Allah dalam kitab-Nya adalah halal dan

apa yang diharamkan oleh Allah dalam kitab-Nya adalah haram, dan apa

yang didiamkan (tidak diterangkan) maka barang itu termasuk dimaafkan”.

(H.R. Ibnu Majah dan Tirmizi).

Berdasarkan ketentuan Al-Quran dan hadis di atas. Semakin memperkuat

bahwa mengkonsumsi makanan halal adalah sesuatu yang sudah

diperintahkan oleh Allah SWT. Jadi, selaku umat muslim yang berpegang

teguh pada Al-Quran dan As-Sunnah kita harus menjalankan kewajiban dan

berpegang teguh pada aqidah.

Berangkat dari hal tersebut, maka Penulis tertarik untuk mengkaji lebih dalam

mengenai pencantuman sertifikasi halal dalam kemasan produk makanan oleh

perusahaan di Indonesia. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis akan

melakukan penelitian terhadap anak Perusahaan dari PT Japfa Comfeed

Indonesia Tbk Cabang Lampung yaitu PT So Good Food Lampung sebagai

perusahaan manufakturing yang kegiatan utamanya bergerak di bidang

makanan yang beralamat di Jalan Raya Negeri Sakti KM 12 Negeri Sakti,

Page 29: PENCANTUMAN SERTIFIKASI HALAL DALAM KEMASAN PRODUK OLEH PERUSAHAAN …digilib.unila.ac.id/32020/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018-07-03 · Pencantuman sertifikasi halal

9

Kecamatan Gedong Tataan, kabupaten Pesawaran Lampung, Perusahaan ini

menghasilkan produk sosis dengan merek Sosis So Nice.

Ada beberapa permasalahan-permasalahan yang perlu dikaji di dalam PT So

Good Food Lampung selaku salah satu perusahan penghasil produk pangan

yang telah bersertifikasi halal, dengan dicantumkannya sertifkasi halal

tersebut apakah telah memberikan perlindungan hukum terhadap konsumen

muslim, kemudian, bagaimana akibat hukum dari diperolehnya sertifikasi

halal oleh PT So Good Food Lampung untuk produknya terhadap konsumen

muslim.

Oleh karena itu, peranan sertifikasi halal di Indonesia merupakan suatu hal

yang bersifat strategis serta dipandang perlu untuk diketahui. Terlebih lagi

dengan munculnya BPJPH sebagai lembaga baru yang akan menangani

persoalan sertifikasi halal di Indonesia. Hal ini menandakan sebuah babak

baru bagi suatu perusahaan/pelaku usaha yang bergerak dalam industri

pangan terhadap keberlangsungan usahanya. Karena, dengan mendaftarkan

produknya untuk diuji kehalalannya oleh BPJPH perusahaan/pelaku usaha

dapat mencantumkan label halal pada produknya apabila produk tersebut

telah tersertifikasi halal. Dengan perolehan sertifikasi halal bagi produk

tersebut tentu akan mempengaruhi keputusan pembelian konsumen muslim

terhadap produk tersebut,.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengkaji lebih lanjut

mengenai pelaksanaan sertifikasi halal terhadap produk makanan yang

dikeluarkan oleh perusahaan. Hasil kajian tersebut akan diuraikan dalam

Page 30: PENCANTUMAN SERTIFIKASI HALAL DALAM KEMASAN PRODUK OLEH PERUSAHAAN …digilib.unila.ac.id/32020/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018-07-03 · Pencantuman sertifikasi halal

10

bentuk skripsi yang berjudul “Pencantuman Sertifikasi Halal dalam

Kemasan Produk Makanan oleh Perusahaan Sebagai Bentuk Perlindungan

Hukum Terhadap Konsumen Muslim (Studi Pada PT Japfa Comfeed

Indonesia Tbk Cabang Lampung).

B. Rumusan Masalah dan Ruang Lingkup Penelitian

1. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan

masalah yang hendak penulis angkat dalam penelitian ini yaitu:

a. Bagaimanakah mekanisme pelaksanaan sertifikasi halal terhadap produk

makanan yang dikeluarkan oleh perusahaan/pelaku usaha?

b. Bagaimanakah akibat hukum pencantuman sertifikasi halal dalam kemasan

produk oleh Perusahaan/Pelaku Usaha terhadap konsumen muslim?

c. Bagaimanakah perlindungan hukum terhadap pencantuman sertifikasi

halal dalam kemasan produk yang dilakukan oleh PT So Good Food

Lampung ditinjau dari aspek perlindungan konsumen?

2. Ruang Lingkup Penelitian

a. Ruang Lingkup Keilmuan

Penelitian ini memiliki ruang lingkup yang mengkaji sertifikasi halal

berdasarkan ketentuan regulasi yang berlaku di Indonesia. Bidang ilmu

kajian penelitian ini tertuju pada bidang Hukum Keperdataan khususunya

Hukum Perlindungan Konsumen dan Hukum Islam

b. Ruang Lingkup Objek Kajian

Objek yang dikaji dalam peneli tian ini terkait mekanisme pelaksanaan

sertifikasi halal dan perlindungan hukum terhadap pencantuman sertifikasi

Page 31: PENCANTUMAN SERTIFIKASI HALAL DALAM KEMASAN PRODUK OLEH PERUSAHAAN …digilib.unila.ac.id/32020/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018-07-03 · Pencantuman sertifikasi halal

11

halal serta akibat hukum yang ditimbulkan dari pencantuman sertifikasi

halal oleh pelaku usaha dalam kemasan dagang.

C. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian

1) Tujuan Penelitian

Adapaun tujuan penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah :

a. Memahami dan menganalisis mekanisme pelaksanaan sertifikasi halal

terhadap produk makanan yang dikeluarkan oleh perusahaan/pelaku usaha.

b. Memahami dan menganalisis akibat hukum dari pencantuman sertifikasi

halal terhadap produk makanan yang dikeluarkan oleh perusahaan/ pelaku

usaha bagi konsumen muslim.

c. Memahami dan menganalisis sejauh mana perlindungan hukum terhadap

pencantuman sertifikasi halal dalam kemasan produk yang dilakukan oleh

PT So Good Food Lampung ditinjau dari aspek perlindungan konsumen.

2) Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan yang diharapkan dari hasil penelitian ini yaitu:

a. Secara Teoritis:

Secara teoritis, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi

perkembangan ilmu pengetahuan bidang Hukum Keperdataan khsusunya

Hukum Perlindungan Konsumen dan Hukum Islam. Diharapkan

penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan memberikan gambaran

yang nyata kepada kalangan masyarakat Indonesia terkait mekanisme

pelaksanaan sertifikasi halal terhadap produk makanan yang dikeluarkan

oleh perusahaan/pelaku usaha, dan perlindungan hukum yang dilakukan

oleh pelaku usaha/perusahaan terhadap konsumen muslim serta akibat

Page 32: PENCANTUMAN SERTIFIKASI HALAL DALAM KEMASAN PRODUK OLEH PERUSAHAAN …digilib.unila.ac.id/32020/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018-07-03 · Pencantuman sertifikasi halal

12

hukum yang ditimbulkan dari pelaksanaan sertifikasi halal bagi konsumen

muslim.

b. Secara Praktis

Kegunaan praktis pada penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1) Menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis dan masyarakat luas

pada umumya, terutama konsumen muslim pengguna produk makanan

mengenai kepastian hukum serta hak-hak yang diperoleh konsumen

muslim dalam mengkonsumsi produk makanan halal yang dikeluarkan

oleh perusahaan/pelaku usaha.

2) Bagi perusahaan/pelaku usaha yang memproduksi makanan dan minuman

untuk memperhatikan standarisasi kehalalan produknya serta

meningkatkan keamanan produknya kepada konsumen.

3) Sebagai bahan rujukan dan informasi bagi pihak yang memerlukan

khususnya untuk menyusun penulisan hukum guna melengkapi

persyaratan dalam mencapai gelar kesarjanaan di bidang Ilmu Hukum,

bagian Hukum Keperdataan

Page 33: PENCANTUMAN SERTIFIKASI HALAL DALAM KEMASAN PRODUK OLEH PERUSAHAAN …digilib.unila.ac.id/32020/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018-07-03 · Pencantuman sertifikasi halal

13

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Hukum Perlindungan Konsumen

Secara kebahasaan kata hukum dalam bahasa Latin, ius atau jus (misal ius

atau jus civil artinya hukum sipil atau hukum perdata), jure (misal de jure

artinya menurut hukum). Kadang-kadang digunakan kata lex, misal, lex

generalis artinya hukum umum. Arti lex sesungguhnya adalah undang-

undang, misal lex specialis artinya undang-undang khusus, namun undang-

undang sering disamakan dengan hukum. Dalam bahasa Perancis, droit, loi.

Dalam bahasa Belanda, recht berarti hukum, namun dalam konsepnya recht

digunakan untuk hukum obyektif misal objectieve recht dan hukum

subyektif atau subjec-tieve recht ialah hak.6

Menurut Ahmadi Miru & Sutarman Yodo, kedudukan Hukum Perlindungan

Konsumen berada dalam kajian Hukum Ekonomi.7 Hukum Ekonomi sendiri

menurut Sunaryati Hartono adalah seluruh peraturan dan pemikiran hukum

mengenai cara-cara peningkatan dan pengembangan kehidupan ekonomi

6 Wahyu Sasongko, Dasar-Dasar Ilmu Hukum, Bandarlampung: Universitas Lampung,

2013, hlm. 14. 7 Ahmadi Miru & Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen. Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada, 2011, hlm. 2

Page 34: PENCANTUMAN SERTIFIKASI HALAL DALAM KEMASAN PRODUK OLEH PERUSAHAAN …digilib.unila.ac.id/32020/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018-07-03 · Pencantuman sertifikasi halal

14

dan cara-cara pembagian hasil pembangunan ekonomi secara adil dan

merata, sesuai dengan hak asasi manusia.8

Hukum perlindungan konsumen adalah hukum yang mengatur tentang

pemberian perlindungan konsumen kepada konsumen dalam rangka

pemenuhan kebutuhannya sebagai konsumen.9 Sedangkan menurut Pasal 1

angka 1 Undang-Undang Nomor. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan

Konsumen (UUPK). Perlindungan konsumen adalah segala upaya yang

menjamin adanya kepastian hukum untuk memberikan perlindungan kepada

konsumen. Rumusan pengertian perlindungan konsumen yang terdapat

dalam Pasal 1 angka 1 UUPK telah memberikan cukup kejelasan. Kalimat

yang menyatakan “segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum”,

diharapkan sebagai benteng untuk meniadakan tindakan sewenang-wenang

yang merugikan pelaku usaha hanya demi untuk kepentingan perlindungan

konsumen.10

Perlindungan konsumen sesungguhnya identik dengan perlindungan yang

diberikan hukum terhadap hak-hak konsumen.11

Perlindungan konsumen

dapat dilakukan melalui berbagai cara, salah satu diantaranya adalah

perlindungan oleh hukum (protection by law). Pemahaman tentang arti dan

konsep perlindungan hukum dirasakan semakin penting seiring dengan

8 Sunaryati Hartono dikutip dari Ahmadi Miru & Sutarman Yodo, Ibid., hlm. 2

9 Janus Sidabalok, Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia. Bandung: Citra Aditya

Bakti, , 2006.hlm. 45. 10

Op.Cit., hlm. 1. 11

Shidarta, Hukum Perlindungan Konsumen, Jakarta: Gramedia, 2004. hlm. 19.

Page 35: PENCANTUMAN SERTIFIKASI HALAL DALAM KEMASAN PRODUK OLEH PERUSAHAAN …digilib.unila.ac.id/32020/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018-07-03 · Pencantuman sertifikasi halal

15

lahirnya UUPK).12

Bagi pemerintah Indonesia, upaya perlindungan terhadap

konsumen antara lain dimaksudkan untuk meletakkan prinsip-prinsip:13

1. konsumen pada dasarnya adalah pemakai, pengguna atau pemanfaat

barang dan./atau jasa yang perlu diberikan perlindungan hukum;

2. konsumen merupakan pihak yang sangat menentukan kelangsungan

pertumbuhan usaha, serta memiliki kedudukan setara dengan pelaku

usaha;

3. konsumen perlu diberdayakan potensinya, mengingat selama ini pada

umumnya kurang mengerti atau kurang waspada sehingga mudah tergiur

oleh upaya pemasaran yang menarik tanpa atau kurang memahami mutu

hasil produk yang ditawarkan.

Dalam hukum perlindungan konsumen, terdapat korelasi antara pelaku

usaha dan konsumen. Hubungan hukum antara pelaku usaha dan konsumen

dibedakan menjadi dua,yakni sebagai berikut.

1) Hubungan Langsung

Hubungan langsung yang dimaksudkan pada bagian ini adalah hubungan

antara produsen dengan konsumen yang terikat secara langsung dengan

perjanjian. Perjanjian baku yang banyak ditemukan dalam praktik pada

dasarnya dilakukan berdasarkan asas kebebasan berkontrak sebagaimana

diatur dalam Pasal 1338 ayat (1) BW., yaitu semua perjanjian yang dibuat

secara sah, berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya.

12

Wahyu Sasongko, Ketentuan-Ketentuan Pokok Hukum Perlindungan Konsumen, Bandar

Lampung: Universitas Lampung, 2007, hlm 29. 13

Dedi Harianto, Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Terhadap Iklan yang

Menyesatkan, Bogor: Ghalia Indonesia, 2010. Hlm. 10-11

Page 36: PENCANTUMAN SERTIFIKASI HALAL DALAM KEMASAN PRODUK OLEH PERUSAHAAN …digilib.unila.ac.id/32020/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018-07-03 · Pencantuman sertifikasi halal

16

Sedangkan pengertian sah adalah memenuhi syarat sahnya perjanjian

berdasarkan Pasal 1320 BW ialah sebagai berikut:

a) Kata sepakat mereka yang mengikatkan diri;

b) Adanya kecakapan untuk mengadakan perikatan;

c) Mengenai suatu objek tertentu; dan

d) Mengenai causa yang dibolehkan.

2) Hubungan Tidak Langsung

Hubungan tidak langsung yang dimaksudkan pada bagian ini adalah

hubungan antara produsen dengan konsumen yang tidak secara langsung

terikat dengan perjanjian, karena adanya pihak di antara pihak konsumen

dengan produsen. Ketiadaan hubungan langsung dalam bentuk perjanjian

antara pihak produsen dengan konsumen ini tidak berarti bahwa pihak

konsumen yang dirugikan tidak berhak menuntut ganti kerugian kepada

produsen dengan siapa dia tidak memiliki hubungan perjanjian, karena

dalam hukum perikatan tidak hanya perjanjian yang melahirkan (merupakan

sumber) perikatan, akan tetapi dikenal ada dua sumber perikatan, yaitu

perjanjian dan undang-undang. Sumber perikatan yang berupa undang-

undang ini masih dapat dibagi lagi dalam undang-undang saja dan undang-

undang karena perbuatan manusia, yaitu yang sesuai hukum dan yang

melanggar hukum. Perlindungan konsumen menururt Pasal 1 Angka 1

UUPK adalah: “Segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum

untuk memberikan perlindungan kepada konsumen”.

Page 37: PENCANTUMAN SERTIFIKASI HALAL DALAM KEMASAN PRODUK OLEH PERUSAHAAN …digilib.unila.ac.id/32020/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018-07-03 · Pencantuman sertifikasi halal

17

3) Subjek Hukum Perlindungan Konsumen

a) Konsumen

Apabila berbicara menganai perlindungan konsumen, tentu terlebih dulu

kita harus mengetahui apa yang dimaksud dengan konsumen. Pengertian

mengenai siapa yang dimaksud dengan konsumen begitu beragam,

walaupun sebenarnya tidak terdapat perbedaan yang mencolok antara satu

pendapat dengan pendapat lainnya. Konsumen sebagai peng-Indonesia-an

istilah asing (Inggris) yaitu consumer, secara harfiah dalam kamus-kamus

diartikan sebagai "seseorang atau sesuatu perusahaan yang membeli barang

tertentu atau menggunakan jasa tertentu"; atau "sesuatu atau seseorang yang

mengunakan suatu persediaan atau sejumlah barang". ada juga yang

mengartikan " setiap orang yang menggunakan barang atau jasa".14

Selain itu, Perancis berdasarkan doktrin dan yurisprudensi yang berkembang

mengartikan konsumen sebagai ”the person who obtains goods or services

for personal or family purposes”. Dari definisi tersebut, terdapat dua unsur,

yaitu (1) konsumen hanya orang dan (2) barang atau jasa yang digunakan

untuk keperluan pribadi atau keluarganya.15

.

Az. Nasution dalam bukunya menegaskan beberapa batasan tentang

konsumen, yakni:16

a. Konsumen adalah setiap orang yang mendapatkan barang dan/atau

jasa digunakan untuk tujuan tertentu;

14

Erman Rajagukguk, dkk, Hukum Perlindungan Konsumen, Bandung: CV. Mandar Maju,:

2000, hlm. 82. 15

Shidarta, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia edisi Revisi 2006, Gramedia

Widiasarana Indonesia, Jakarta, 2006, hlm. 3. 16

Az. Nasution, Hukum Perlindungan Konsumen Suatu Pengantar, (Jakarta : Diadit Media,

2002), hal. 45.

Page 38: PENCANTUMAN SERTIFIKASI HALAL DALAM KEMASAN PRODUK OLEH PERUSAHAAN …digilib.unila.ac.id/32020/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018-07-03 · Pencantuman sertifikasi halal

18

b. Konsumen antara adalah setiap orang yang mendapatkan barang

dan/atau jasa untuk digunakan dengan tujuan membuat barang

dan/atau jasa lain atau untuk diperdagangkan (tujuan komersial);

c. Konsumen akhir adalah setiap orang alami yang mendapat

dan menggunakan barang dan/atau jasa untuk tujuan memenuhi

kebutuhan hidupnya pribadi, keluarga dan/atau rumah tangga dan tidak

untuk diperdagangkan kembali (non komersial).

Dari beberapa pengertian mengenai konsumen yang telah dikemukakan di

atas, peraturan perundang-undangan di Indonesia telah memberikan

pengertian tersendiri mengenai konsumen, yaitu dalam pasal 1 angka (2)

Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen,

mengatur bahwa:

“Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang

tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga,

orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan”.

Menururt John F. Kennedy, Konsumen memiliki empat hak dasar yang

mendapatkan perlindungan oleh hukum, yaitu:17

1. Hak memperoleh keamanan (the right to safety);

2. Hak memilih (the right to choose)

3. Hak mendapat informasi (the right to informed);

4. Hak untuk didengar (the right to be heard).

Empat hak dasar ini diakui secara internasional. Dalam perkembangannya

organisasi-organisasi konsumen yang tergabung dalam The International

17

Janus Sidobalok, Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia. Cet III., Bandung: PT

Citra Aditya Bakti, 2014., hlm 31.

Page 39: PENCANTUMAN SERTIFIKASI HALAL DALAM KEMASAN PRODUK OLEH PERUSAHAAN …digilib.unila.ac.id/32020/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018-07-03 · Pencantuman sertifikasi halal

19

Organization of Cosumer Union (IOCU) menambahkan lagi beberapa hak

seperti: hak mendapatkan pedidikan konsumen, hak mendapatkan ganti

kerugian, dan hak mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat.18

Sementara itu dalam Pasal 4 UUPK mengatur bahwa hak konsumen ialah

sebagai berikut.

1) Hak atas kenyamanan, keamanan dan keselamatan dalam

mengkonsurnsi barang dan/atau jasa. Hak ini maksudkan untuk

menjamin keamanan dan keselamatan konsumen dalam penggunaan

barang atau jasa yang diperolehnya, sehingga konsumen dapat terhindar

dari kerugian (fisik maupun psikis) apabila mengonsumsi suatu

produk.19

2) Hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang

dan/atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta

jaminan yang dijanjikan. Hak ini dimaksudkan untuk melindungi

konsumen dari kerugian akibat permainan harga secara tidak wajar.

Karena dalam keadaan tertentu konsumen dapat saja membayar harga

suatu barang yang jauh lebih tinggi daripada kegunaan atau kualitas dan

kuantitas barang atau jasa yang diperolehnya. Penegaka hak konsumen

ini didukung pula oleh ketentuan dalam Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 6

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Monopoli dan

Persaingan Usaha Tidak Sehat.20

Ketentuan di dalam Pasal 5 ayat (1)

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek

18

Celina Tri Siwi Kristianti, Hukum Perlindungan Konsumen. Cet III., Jakarta: Sinar

Grafika, 2011, hlm. 31. 19

Wahyu Sasongko, Op.Cit., hlm 41. 20

Ibid., hlm. 45.

Page 40: PENCANTUMAN SERTIFIKASI HALAL DALAM KEMASAN PRODUK OLEH PERUSAHAAN …digilib.unila.ac.id/32020/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018-07-03 · Pencantuman sertifikasi halal

20

Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, menentukan bahwa:

“Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha

pesaingnya untuk menetapkan harga atas suatu suatu barang dan atau

jasa yang harus dibayar oleh konsumen atau pelanggan pada dasar

bersangkutan yang sama.”

3) Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan

jaminan barang dan/atau jasa. Informasi yang merupakan hak

konsumen tersebut diantaranya adalah mengenai manfaat kegunaan

produk; efek samping atas penggunaan produk; tanggal kadaluwarsa,

serta identitas produsen dari produk tersebut. Informasi tersebut dapat

disampaikan baik secara lisan, maupun secara tertulis, baik yang

dilakukan dengan mencantumkan pada label yang melekat pada

kemasan produk, maupun melalui iklan-iklan yang disampaikan oleh

produsen, baik melalui media cetak maupun media elektronik.21

4) Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan / atau

jasa yang digunakan. Hak ini diartikan bahwa setiap konsumen berhak

menyampaikan keluhan maupun pendapatnya terhadap barang/jasa

yang dianggapnya tidak sesuai dengan apa yang diharapkan.

5) Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya

penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut. Apabila

konsumen terjerat dalam sebuah kasus yang mengharuskannya

menempuh jalur hukum. Maka konsumen tersebut memperoleh hak

21

Ibid., hlm. 41

Page 41: PENCANTUMAN SERTIFIKASI HALAL DALAM KEMASAN PRODUK OLEH PERUSAHAAN …digilib.unila.ac.id/32020/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018-07-03 · Pencantuman sertifikasi halal

21

untuk mendapatkan pembelaan dan perlindungan sebagai upaya dalam

penyelesaian sengketa perlindungan konsumen.

6) Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen.

7) Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak

diskriminatif.

8) Hak untuk mendapatkan komnpensasi, ganti rugi dan/atau penggantian,

apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan

perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya. Hak ini sangat terkait

dengan pengunaan produk yang telah merugikan konsumen, baik yang

berupa kerugian materi, maupun kerugian yang menyangkut diri (sakit,

cacat, bahkan kematian) konsumen. Untuk merealisasikan hak ini tentu

saja harus melalui prosedur tertentu, baik yang diselesaikan secara

damai (di luar pengadilan) maupun yang diselesaikan melalui

pengadilan.22

9) Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan

lainnya. Hak-hak lainnya yang dimiliki konsumen telah diatur dalam

undang-undang.

Selain hak-hak yang diperoleh konsumen, konsumen juga memiliki

kewajiban yang harus dipatuhi. Pasal 5 UUPK mengatur bahwa kewajiban

konsumen adalah sebagai berikut:

1. Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian

atau pemanfaatan barang dan/atau jasa, demi keamanan dan

keselamatan;

22

Ibid., hlm. 44.

Page 42: PENCANTUMAN SERTIFIKASI HALAL DALAM KEMASAN PRODUK OLEH PERUSAHAAN …digilib.unila.ac.id/32020/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018-07-03 · Pencantuman sertifikasi halal

22

2. Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang dan/atau

jasa;

3. Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati;

4. Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen

secara patut

b) Pelaku Usaha

Menurut pasal 1 angka 3 UU No 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan

Konsumen, Pelaku usaha adalah setiap orang perseorangan atau badan

usaha, baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang

didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum

Negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui

perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang

ekonomi.

Pelaku usaha yang termasuk dalam pengertian ini adalah perusahaan,

korporasi, BUMN, koperasi, importir, pedagang, distributor, dan lain-lain.

Hak dan kewajiban pelaku usaha telah diatur dalam pasal 6 UU No 8 Tahun

1999 yaitu sebagai berikut:

1. Hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan

mengenai kondisi dan nilai tukar barang dan/atau jasa yang

diperdagangkan;

2. Hak untuk mendapat perlindungan hukum dari tindakann konsumen

yang beriktikad tidak baik;

Page 43: PENCANTUMAN SERTIFIKASI HALAL DALAM KEMASAN PRODUK OLEH PERUSAHAAN …digilib.unila.ac.id/32020/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018-07-03 · Pencantuman sertifikasi halal

23

3. Hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya di dalam penyelesaian

hukum sengketa konsumen;

4. Hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum bahwa

kerugian konsumen tidak diakibatkan oleh barang dan/atau jasa yang

diperdagangkan;

5. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan

lainnya.

Sementara itu, kewajiban pelaku usaha diatur dalam pasal 7 UU No 8 Tahun

1999, yaitu sebagai berikut:

1. Beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya;

2. Memberikan informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi

dan jaminan barang dan/atau jasa serta member penjelasan penggunaan,

perbaikan, dan pemeliharaan;

3. Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta

tidak diskriminatif;

4. Menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau

diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan/atau

jasa yang berlaku;

5. Memberi kesempatan keada konsumen untuk menguji dan/atau

mencoba barang dan/atau jasa tertentu serta member jaminan dan/atau

garansi atas barang yang dibuat dan/atau diperdagangkan;

6. Memberi kompensasi, ganti rugi, dan/atau penggantian apabila barang

dan/atau jasa yang diterima atau dimanfaatkan konsumen tidak sesuai

dengan perjanjian.

Selain itu, terdapat juga perbuatan yang dilarang bagi pelaku usaha. Sebagai

upaya untuk menghidarkan akibat negatif pemakaian barang dan/atau jasa

tersebut, maka dalam pasal 8 UU No 8 Tahun 1999 menentukan berbagai

larangan sebagai berikut:

a) Pelaku usaha dilarang memproduksi dan/atau memperdagangkan

barang dan/atau jasa yang:

Page 44: PENCANTUMAN SERTIFIKASI HALAL DALAM KEMASAN PRODUK OLEH PERUSAHAAN …digilib.unila.ac.id/32020/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018-07-03 · Pencantuman sertifikasi halal

24

1. Tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang

dipersyaratkan dan ketentuan peraturan perundang-undangan;

2. Tidak sesuai dengan berat bersih, isi bersih, atau netto, dan jumlah

dalam hitungan sebagaimana yang dinyatakan dalam label atau

etiket barang tersebut;

3. Tidak sesuai dengan ukuran, takaran, timbangan, dan jumlah

hitungan menurut ukuran yang sebenarnya;

4. Tidak sesuai dengan kondisi, jaminan, keistimewaan, atau

kemanjuran sebagaimana dinyatakan dalam label, etiket, atau

keterangan barang dan/atau jasa tersebut;

5. Tidak sesuai dengan mutu, tingkatan, komposisi, proses

pengolahan, gaya mode, atau penggunaan tertentu sebagaimana

dinyatakan dalam label atau keterangan barang dan/atau jasa

tersebut;

6. Tidak sesuai dengan janji yang dinyatakan dalam label, etiket,

keterangan iklan, atau promosi penjualan barang dan/atau jasa

tersebut;

7. Tidak mencantumkan tanggal kadaluarsa atau jangka waktu

penggunaan/pemanfaatan yang paling baik atas barang tertentu;

8. Tidak mengikuti ketentuan berproduksi secara halal, sebagaimana

pernyataan “halal” yang dicantumkan dalam label;

9. Tidak memasang label atau membuat penjelasan barang yang

memuat nama barang, ukuran, berat/isi bersih atau netto,

komposisi, aturan pakai, tanggal pembuatan, akibat sampingan,

Page 45: PENCANTUMAN SERTIFIKASI HALAL DALAM KEMASAN PRODUK OLEH PERUSAHAAN …digilib.unila.ac.id/32020/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018-07-03 · Pencantuman sertifikasi halal

25

nama dan alamat pelaku usaha, serta keteragan lain untuk

penggunaan yang menurut ketentuan harus dipasang/dibuat;

10. Tidak mencantumkan informasi dan/atau petunjuk penggunaan

barang dalam bahsa Indonesia sesuai dengan ketentuan perundang-

undangan yang berlaku.

11. Pelaku usaha dilarag memperdagangkan barang yang rusak, cacat

atau bekas, dan tersemar tanpa memberikan informasi secara

lengkap dan benar atas barang dimaksud.

12. Pelaku usaha dilarang memperdagangkan sediaan farmasi dan

pangan yang rusak, cacat atau bekas dan tersemar, dengan atau

tanpa memberikan informasi secara lengkap dan benar.

13. Pelaku usaha yang melakukan pelanggaran pada ayat (1) dan ayat

(2) dilarang memperdagangkan barang dan/atau jasa tersebut serta

wajib menariknya dari peredaran.

Untuk melindungi konsumen agar tidak dirugikan dari segi mutu barang,

maka dapat ditempuh dengan berbagai cara antara lain:

a. Standar Mutu

Suatu produk yang masuk dalam suatu Negara diharuskan memenuhi

standarisasi kualitas-kualitas tertentu yang diinginkan oleh suatu

Negara. Menyadari pentingnya peranan standarisasi mutu suatu produk.

Di Indonesia sendiri, pemerintah telah membentuk suatu Dewan

Standarisasi Nasional dengan diterbitkannya PP No 15 Tahun 1991

tentang Standar Nasional Indonesia (SNI) dan Keppres Nomor 12

Tahun 1991 tentang Penyusunan, penerapan dan Pengawasan SNI

Page 46: PENCANTUMAN SERTIFIKASI HALAL DALAM KEMASAN PRODUK OLEH PERUSAHAAN …digilib.unila.ac.id/32020/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018-07-03 · Pencantuman sertifikasi halal

26

dalam Rangka Pembinaan dan Pengembangan Standarisasi Secara

Nasional. 23

b. HaKi/Merek

Merek sangat berarti dalam mengidentifikas/member cirri pada

produk.jasa yang berasal dari sumber (produsen) tertentu. Pengetahuan

konsumen terhadap merek tertentu dengan kualitas tertentu pula, juga

akan mampu membangun keterikatan kearah pembelian produk/jasa

tersebut di masa mendatang.24

c. Daluwarsa

Masa daluwarsa suatu produk (tanggal, bulan dan tahun) dicantumkan

pada label makanan dimaksudkan agar konsumen mendapat informasi

yang jelas mengenai produk yang dibelinya atau dikonsumsinya.25

Pencantuman tanggal daluwarsa pada label produk tersebut bermanfaat

bagi konsumen, distributor dan penjual, maupun produsen itu sendiri,

yaitu:26

1) Konsumen dapat memperoleh informasi yang lebih baik dan jelas

tentang keamanan produk tersebut;

2) Distributor dan penjual makanan dapat mengatur stock barangnya

(stock rotation);

23

Agung Putra, Pengendalian dan Pengawasan Mutu Produk, Balai Pengujian dan

Sertifikasi Mutu Barang- Kanwil Departemen Perindustrian dan Perdagangan Jawa Timur,

November 1995, hlm. 1. 24

Minnesota Department of Trade and Economic Development, Trade Mark Protection,

1996. hlm. 5 25

Midian Sirait,Pengaturan tentang Makanan Daluwarsa, makalah, disampaikan oleh

Wisnu Katim (Direktur Pengawaan Makanan) pada Seminar Daluwarsa bahan Makanan Olahan,

27 November 1985. hlm. 17-18. 26

Ibid., hlm. 18

Page 47: PENCANTUMAN SERTIFIKASI HALAL DALAM KEMASAN PRODUK OLEH PERUSAHAAN …digilib.unila.ac.id/32020/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018-07-03 · Pencantuman sertifikasi halal

27

3) Produsen dirangsang untuk lebih menggiatkan pelaksanaan

“quality control’’ terhadap produknya.

d. Kehalalan

Menyangkut perlindungan konsumen terhadap produk yang halal, perlu

dikemukakan ketentuan yang terdapat dalam salah satu Surat Keputusan

Menteri Pertanian yang menentukan bahwa pemasukan daging untuk

konsumsi umum atau diperdagangkan harus berasal dari ternak yang

pemotongannya dilakukan menurut syariat Islam dan dinyatakan dalam

sertifikat halal. Pengecualian terhadap ketentuan tersebut hanya

berlaku bagi daging impor yang berupa daging bagi, untuk keperluan

khusus dan terbatas, serta daging untuk pakan hewan yang dinyatakan

secara tertulis oleh pemilik dan atau pemakai.27

Salah satu contoh pemberian informasi untuk kepentingan konsumen

yang beragama Islam adalah adanya ketentuan bahwa:

a) Pada wadah atau bungkus makanan yang diproduksi di dalam

negeri maupun yang berasal dari impor yang mengandung bahan

yang berasal dari babi harus dicantumkan tanda peringatan;

b) Tanda peringatan tersebut yang dimaksud ayat (1) harus berupa

gambar babi dan tulisan yang berbunyi: “MENGANDUNG BABI”

dan harus ditulis dengan huruf berwarna merah dengan ukuran

sekurang-kurangnya univers medium corp 12, di dalam suatu garis

kotak persegi yang berwarna merah.

27

Pasal 8 Surat Keputusan Menteri Pertanian nomor 745/KPTS/TN.240/12/1992 tentang

Persyaratan dan pengawasan Pemassukan Daging dari Luar Negeri.

Page 48: PENCANTUMAN SERTIFIKASI HALAL DALAM KEMASAN PRODUK OLEH PERUSAHAAN …digilib.unila.ac.id/32020/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018-07-03 · Pencantuman sertifikasi halal

28

e. Pengawasan Produk Impor

Terhadap pengawasan produk Impor, ada berbagai ketentuan yang

mengatur diantaranya dalam UU N0 7 Tahun 1996 tentang Pangan.

Pasal 36 ayat 2, yang berbunyi:

“Setiap orang dilarang memasukan pangan ke dalam wilayah

Indonesia dan atau mengedarkan di dalam wilayah Indonesia pangan

yang dimasukan ke dalam wilayah Indonesia apabila pangan tersebut

tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam undang-

undang ini dan peratura pelaksanaannya”.

Dengan mencantumkan kriteria yang telah dikemukakan di atas, maka

para konsumen akan merasa lebih terlindungi dari segala bentuk

keresahan terhadap penggunaan suatu produk yang dipakainya. Artinya,

setiap produk yang akan beredar di Indonesia, harus dinyatakan lulus

uji kelayakan sesuai dengan standar dan kriteria yang telah ditentukan.

4) Asas-asas Perlindungan Konsumen

Menurut pasal 2 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen, perlindungan konsumen diselenggarakan

sebagai usaha bersama berdasarkan 5 (lima) asas yang sesuai dengan

pembangunan nasional, yaitu:

a. Asas manfaat dimaksudkan untuk mengamanatkan bahwa segala

upaya dalam menyelenggarakan perlindungan konsumen harus

memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi kepentingan konsumen

dan pelaku usaha secara keseluruhan.

Page 49: PENCANTUMAN SERTIFIKASI HALAL DALAM KEMASAN PRODUK OLEH PERUSAHAAN …digilib.unila.ac.id/32020/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018-07-03 · Pencantuman sertifikasi halal

29

b. Asas keadilan dimaksudkan agar partisipasi seluruh rakyat dapat

sdiwujudkan secara maksimal dan memberikan kesempatan kepada

konsumen dan pelaku usaha untuk memperoleh haknya dan

melaksanakan kewajiban secara adil.

c. Asas keseimbangan dimaksudkan untuk memberikan

keseimbangan antara kepentingan konsumen, pelaku usaha dan

pemerintah dalam arti materiil dan spiritual.

d. Asas keamanan dan keselamatan konsumen dimaksudkan untuk

memberikan jaminan atas keamanan ddan keselamatan kepada

konsumen dalam penggunaan, pemakaian, dan pemanfaatan barang

dan/atau jasa yang dikonsumsi atau digunakan.

e. Asas Kepastian Hukum dimaksudkan agar baik pelaku usaha

maupun konsumen menaati hukum dan memperoleh keadilan

dalam penyelenggaraan perlindungan konsumen, serta negara

menjamin kepastian hukum.

B. Tinjauan Umum tentang Sertifikasi Halal

1) Pengertian Sertifikasi Halal

Sertifikasi halal terdiri atas dua kata yaitu “sertifikasi” dan “halal”.

Sertifikasi sendiri adalah sebuah proses untuk memperoleh sertifikat.

Menurut KBBI “Sertifikat” adalah tanda atau surat keterangan (pernyataan)

tertulis atau tercetak dari orang yang berwenang yang dapat digunakan

sebagai bukti pemilikan atau suatu kejadian.28

Sedangkan halal berarti

segala sesuatu yang dibenarkan dan tidak dilarang menurut syariat islam.

28

Lihat Pada kbbi.web.id, diakses pada 5 Januari 2018.

Page 50: PENCANTUMAN SERTIFIKASI HALAL DALAM KEMASAN PRODUK OLEH PERUSAHAAN …digilib.unila.ac.id/32020/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018-07-03 · Pencantuman sertifikasi halal

30

Dengan demikian, sertifikasi halal merupakan fatwa tertulis yang

dikeluarkan oleh lembaga pengelola sertifikasi halal yang berfungsi untuk

menyatakan kehalalan suatu produk berdasarkan proses audit yang

dilakukan oleh lembaga berwenang.

Sertifikasi halal harus memenuhi 3 unsur di dalamnya yaitu secara fiqh,

sains dan bisnis. Pertama dari unsur fiqh, artinya persoalan sertifikasi halal

harus disesuaikan dengan mahzab mana yang akan dijadikan rujukan.

Sehingga ada standard yang harus dipenuhi dalam yang menentukan syarat

dan prosedursuatu produk yang akan memperoleh sertifikasi halal.

Kedua, apabila ditinjau dari unsur sains, suatu produk makanan tentu akan

melewati bebeapa proses kimiawi dalam pengelolaannya. Disinilah tugas

dari ilmu pengetahuan dan para ilmuan dalam melihat sejauh mana

kandungan dzat di dalam produk tersebut. para ilmuan akan berperan dalam

persoalan food prosecing, persoalan warna dll. Sehingga nantinya hasil uji

terhadap produk makanan yang dilakukan para scientist tersebut menjadi

dasar bagi para ulama dalam memutuskan produk tersebut halal atau haram.

Oleh karena itu, tidak ada fatwa yang keliru, yang ada hanyalah informasi

yang kurang lengkap yang disampaikan oleh para scientist kepada para

ulama. Artinya, apabila ada lembaga pengelola sertifkasi halal yang hanya

berisi para ulama tanpa melibatkan para scientist, maka hal itu dapat

diragukan. Demikian sebaliknya. lembaga pengelola sertifikasi halal tidak

bisa diisi oleh para scientist saja, karena mereka tidak memiliki otoritas

untuk mengatakan halal atau haram. Sehingga lembaga pengeola sertifikasi

Page 51: PENCANTUMAN SERTIFIKASI HALAL DALAM KEMASAN PRODUK OLEH PERUSAHAAN …digilib.unila.ac.id/32020/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018-07-03 · Pencantuman sertifikasi halal

31

halal harus diisi oleh para ilmuan dan para ulama yang memiliki otoritas

dalam mengeluarkan fatwa.

Ketiga apabila dilihat dari unsur bisnis. Sertifikat Halal MUI adalah fatwa

tertulis yang dikeluarkan oleh MUI yang menyatakan kehalalan suatu

produk yang merupakan keputusan sidang Komisi Fatwa MUI berdasarkan

proses audit yang dilakukan oleh LPPOM MUI. Sertifikasi Halal bertujuan

untuk memberikan kepastian status kehalalan, sehingga dapat

menenteramkan batin konsumen dalam mengkonsumsinya. Kesinambungan

proses produksi halal dijamin oleh produsen dengan cara menerapkan

Sistem Jaminan Halal.

Sertifikasi Halal MUI adalah suatu proses untuk memperoleh sertifikat halal

melalui beberapa tahap untuk membuktikan bahwa bahan, proses produksi

dan SJH memenuhi standar LPPOM MUI.29

Sertifikat Halal MUI ini

merupakan syarat untuk mendapatkan ijin pencantuman label halal pada

kemasan produk dari instansi pemerintah yang berwenang.30

Namun

sertifikasi halal MUI masih bersifat voluntary (sukarela), sehingga belum

ada mandatory (kewajiban) dari pihak pelaku usaha untuk mendaftarkan

poduknya agar dapat memperoleh sertifikasi halal. Sehingga masih

banyaknya ditemukan produk makanan yang belum bersertifikasi halal.

29

Panduan umum sistem jaminan halal, Jakarta, LPPOM-MUI, 2008. hlm. 8. 30

http://www.halalmui.org/mui14/index.php/main/go_to_section/55/1360/page/1 diakses

pada 4 September 2017

Page 52: PENCANTUMAN SERTIFIKASI HALAL DALAM KEMASAN PRODUK OLEH PERUSAHAAN …digilib.unila.ac.id/32020/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018-07-03 · Pencantuman sertifikasi halal

32

2) Model-model Pengelolaan Sertifikasi Halal

Ada tiga model pengelolaan sertifikasi halal menurut Nadirsyah Hosen31

:

1. Model Pertama diambil alih oleh pemerintah. Model ini sebagaimana

yang dilakukan oleh Pemerintah Malaysia melalui bahagian Hab Halal

JAKIM (Jabatan Kemajuan Islam Malaysia) atau bisa disebut sebagai

bagian pengelola halal di bawah Kementerian Agama Malaysia. Jadi,

segala proses penginvetigasian produk sampai mengeluarkan

sertifikasi halal berada ditangan JAKIM. Artinya ulama hanya

memberikan arahan mana yang halal dan haram.

2. Model pengelolaan yang kedua yaitu model lepas bebas. Model

pengelolaan jenis ini terjadi di Negara Negara non muslim, diberikan

oleh lembaga non pemerintah yang sifatnya plural dan dapat

memonopoli. Seperti terjadi di Australia, ada 15 lembaga halal

sertifikat di negera tersebut dan tidak ada kriteria ataupun standar

khusus dalam menentukan suatu produk yang dapat memperoleh

sertifikasi halal. Jadi disesuaikan dengan mahzab yang dianut oleh

masing-masing lembaga tersebut. Sehingga pelaku usaha dapat

memilih dengan bebas akan mengaudit poduknya di lembaga halal

sertifikat yang diinginkan. Mana yang lembaga pengeloa sertifikat

31

Nadirsyah Hosen Makanan Halal dalam Perspektif fiqh, Sains dan Bisnis. Disampaiakan

pada saat menjadi narasumber dalam acara Ngaji Online Warga Nu Dunia. Sabtu 8 Maret 2014, di

NURADIO, http;//radio.pcinuturki.com/. Nadirsyah Hosen merupakan orang Indonesia pertama

dan satu-satunya yang menjadi dosen tetap di Fakultas Hukum Monash University Australia sejak

tahun 2015, beliau juga merupakan peraih dua gelar doctor (PhD in Law dari Universitas

Wollongong dan Phd in Islamic Law dari National University of Singapore, dan telah menulis

lebih dari 20 artikel di jurnal internasional seperti Asia Pasific Journals on Human Rights and the

Law dan Journal of Islamic Studies. Serta merupakan penulis buku yang berjudul “Dari Hukum

Makanan Tanpa Label Halal Hingga Memilih Mahzab yang Cocok”. Penerbit Nora Books, 2005.

Page 53: PENCANTUMAN SERTIFIKASI HALAL DALAM KEMASAN PRODUK OLEH PERUSAHAAN …digilib.unila.ac.id/32020/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018-07-03 · Pencantuman sertifikasi halal

33

halal yang kredibilatasnya dipercaya pasar dan harganya murah, maka

itu yang akan dipilih.

3. Model ketiga yang selama ini terjadi di Indonesia yaitu oleh MUI,

MUI bukan lembaga pemerintah, tapi sama seperti NU dan

Muhammadiyah yang diberikan dana oleh pemerintah. Kalau tetap

diambil alih oleh MUI terjadi monopoli yang luar biasa, karena MUI

bukan sekedar monopoli tapi 3 prinsip yang berbeda dalam satu

lembaga. Kalau ada satu perusahaan yang protes mereka akan

mengadu kemana.

Merujuk pada pengaturan mengenai prosedur sertifkasi halal sebagaimana

diatur dalam UU No 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal, maka

Indonesia mengambil jalan tengah untuk persoalan sertifikasi halal. Dimana

pengelolaan sertifikasi halal diambil alih oleh Pemerintah, namun masih

tetap melibatkan peran MUI di dalamnya. Peran MUI dalam proses

sertifikasi halal yaitu dalam hal mengeluarkan fatwa. Sedangkan untuk

lembaga pemeriksa halal diberikan kebebasan bagi para pelaku

usaha/perusahaan yang ingin menunjuk LPH mana yang akan mengaudit

produk nya, hal ini sama seperti yang dilakukan oleh Australia.

Apabila persoalan sertifikasi halal masih dijalankan oleh MUI terjadi

monopoli yang luar biasa, MUI yang mengeluarkan fatwa nya, MUI melalui

LPPOM yang mengaudit dan menginvestigasi kandungan produknya

melalui LPPOM, serta MUI bersama LPPOM yang menandatangani

sertifikat halal. Jadi ini bukan sekedar monopoli, tapi tiga prinsip berbeda,

Page 54: PENCANTUMAN SERTIFIKASI HALAL DALAM KEMASAN PRODUK OLEH PERUSAHAAN …digilib.unila.ac.id/32020/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018-07-03 · Pencantuman sertifikasi halal

34

prinsip ulama, prinsip scientis dan prinsip bisnis terdapat dalam satu

lembaga. Ini yang kemudian menjadi persolana apabila ada perusahaan yang

mau protes mereka tidak tau harus melapor kemana. Kemudian MUI juga

dapat sewenang-wenang menetapkan harga pasar dan aturan-aturan main

lainnya, karena MUI adalah lembaga tunggal dan tidak ada persaingan dari

lembaga lainnya.

C. Gambaran Umum tentang Majelis Ulama Indonesia (MUI)

Majelis Ulama Indonesia atau yang terkenal dengan singkatannya MUI

resmi berdiri pada tanggal 26 juli 1975 di Jakarta. MUI merupakan suatu

lembaga swadaya masyarakat yang mewadahi ulama, zu’ama, dan

cendekiawan muslim di Indonesia untuk membimbing, membina dan

mengayomi kaum muslimin di seluruh Indonesia.

Majelis Ulama Indonesia berfungsi sebagai wadah musyawarah serta

silaturahmi pada ulama, zuama dan cendekiawan muslim dalam mengayomi

umat dan mengembangkan kehidupan yang Islami. Majelis Ulama Indonesia

berfungsi sebagai wadah yang mewakili umat Islam dalam hubungan dan

konsultasi antarumat beragama. Majelis Ulama Indonesia berfungsi sebagai

pemberi fatwa kepada umat Islam dan pemerintah, baik diminta maupun

tidak diminta.32

Lebih lanjut dijelaskan, dalam khitah pengabdian MUI telah dirumuskan

lima fungsi dan peran utama MUI yaitu: 33

32

http://mui.or.id/#1473263803741-9af33988-aa35, diakses pada 27 Agustus 2017 33

http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt5837dfc66ac2d/kedudukan-fatwa-mui-

dalam-hukum-indonesia diakses pada 27 Agustus 2017

Page 55: PENCANTUMAN SERTIFIKASI HALAL DALAM KEMASAN PRODUK OLEH PERUSAHAAN …digilib.unila.ac.id/32020/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018-07-03 · Pencantuman sertifikasi halal

35

1. Sebagai pewaris tugas-tugas para Nabi (Warasatul Anbiya)

2. Sebagai pemberi fatwa (mufti)

3. Sebagai pembimbing dan pelayan umat (Riwayat wa khadim al ummah)

4. Sebagai gerakan Islah wa al Tajdid

5. Sebagai penegak amar ma’ruf dan nahi munkar

Sebagai pembimbing dan pelayan umat tentunya MUI memiliki kewajiban

dalam mengayomi kehidupan umat muslim, dan tak luput pula dalam hal

pengawasan terhadap halal haramnya makanan yang dikonsumsi. Karena

dalam islam, mengkonsumsi makanan lebih dari sekedar pemenuhan

kehidupan lahiriah, tapi juga merupakan suatu bagian dari syariat yang

harus dijalankan. untuk meweujudkan hal tersebut, MUI membentuk sebuah

lembaga yang berwenang dalam mengawasi makanan yang akan dikonsumsi

oleh umat muslim, yaitu Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan dan

Kosmetika Majelis Ulama Indonesia atau yang lebih dikenal dengan

LPPOM-MUI. LPPOM-MUI berdiri tanggal 6 Januari 1989 berdasarkan

Surat Keputusan Majelis Ulama Indonesia Nomor: Kep./18/MUI/I/1989,

dengan rencana kegiatan utama melaksanakan pemeriksaan produk halal

yang kemudian disebut sertifikasi halal. sertifikat halal dikeluarkan pertama

kali oleh MUI berdasarkan hasil audit dari LPPOM MUI baru tahun 1994

setelah LPPOM MUI memperoleh persetujuan dari Menteri Agama ketika

itu.34

Peran utama LPPOM MUI adalah memberikan pengawasan terhadap

makanan, minuman, obat-obatan maupun kosmetika yang dikonsumsi oleh

34

http://hpainternational.id/sejarah-lppom-mui-dan-sertifikasi-halal-di-indonesia/ diakses

pada 28 Agustus 2017

Page 56: PENCANTUMAN SERTIFIKASI HALAL DALAM KEMASAN PRODUK OLEH PERUSAHAAN …digilib.unila.ac.id/32020/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018-07-03 · Pencantuman sertifikasi halal

36

umat muslim. Namun, saat ini, kewenangan LPPOM-MUI dalam

melakukan pengawasan terhadap produk makanan, obat-obatan maupun

kosmetika yang beredar dikonsumsi oleh umat muslim telah diambil alih

oleh pemerintah melalui Kementerian Agama dengan dibentuknya Badan

Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH).

D. Gambaran Umum tentang Badan Penyelenggara Jaminan Produk

Halal (BPJPH)

Berdasarkan pasal 1 angka 6 UU No 33 Tahun 2014 tentang Jaminan

Produk Halal, Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) adalah

badan yang dibentuk oleh pemerintah untuk menyelenggarakan jaminan

produk halal. Selanjutnya dipertegas lagi di dalam Pasal 815 Peraturan

Menteri Agama (PMA) Nomor 42 Tahun 2016 tentang Organisasi Tata

Kerja (Ortaker) Kemenag, menjelaskan bahwa Badan Penyelenggara

Jaminan Produk Halal (BPJPH) adalah unsur pendukung yang berada di

bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Agama yang dipimpin oleh

seorang Kepala. Struktur BPJPH terdiri atas Sekretariat dan tiga pusat,

yaitu: Pusat Registrasi dan Sertifikasi Halal, Pusat Pembinaan dan

Pengawasan Jaminan Produk Halal, dan Pusat Kerjasama dan Standardisasi

Halal. Lembaga ini beralamat di Jl. Raya Pondok Gede, Pinang Ranti, No.

13 Makasar, Kota Jakarta Timur, Provinsi DKI Jakarta.

Mengenai wewenang BPJPH sendiri ditur dalam pasal 6 UU JPH yaitu :

a. Merumuskan dan menetapkan kebijakan JPH;

b. Menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria JPH;

Page 57: PENCANTUMAN SERTIFIKASI HALAL DALAM KEMASAN PRODUK OLEH PERUSAHAAN …digilib.unila.ac.id/32020/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018-07-03 · Pencantuman sertifikasi halal

37

c. Menerbitkan dan mencabut Sertifikat halal dan Label Halal pada produk

luar negeri;

d. Melakukan registrasi sertifikat halal pada produk luar negeri;

e. Melakukan sosialisasi, edukasi dan publikasi Produk Halal;

f. Melakukan akreditasi terhadap LPH;

g. Melakukan registrasi auditor Halal;

h. Melakukan pengawasan terhadap JPH;

i. Melakukan pembinaan auditor Halal; dan

j. Melakukan kerjasama dengan lembaga dalam dan luar negeri di bidang

penyelenggaraan JPH.

Sebagaimana dijelaskan dalam pasal 7 UU JPH, dalam melaksanakan

wewenangnya, BPJPH akan bekerjasama dengan beberapa lembaga terkait,

yaitu:

a. Kementerian dan/atau lembaga terkait

b. LPH, dan

c. MUI

Selanjutnya dalam Pasal 816 PMA Nomor 42 Tahun 2016 mengatur bahwa

BPJPH mempunyai tugas melaksanakan penyelenggaraan jaminan produk

halal sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Sementara

itu, dalam pasal 817 PMA Nomor 42 Tahun 2016 menyebutkan setidaknya

ada enam fungsi BPJPH, yaitu:

a) Koordinasi penyusunan kebijakan teknis, rencana dan program di

bidang penyelenggaraan jaminan produk halal;

b) Pelaksanaan penyelenggaraan jaminan produk halal;

c) Pemantauan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan di bidang

penyelenggaraan jaminan produk halal;

d) Pelaksanaan pengawasan penyelenggaraan jaminan produk halal;

Page 58: PENCANTUMAN SERTIFIKASI HALAL DALAM KEMASAN PRODUK OLEH PERUSAHAAN …digilib.unila.ac.id/32020/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018-07-03 · Pencantuman sertifikasi halal

38

e) Pelaksanaan administrasi Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal;

dan

f) Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.

Sebelum BPJPH terbentuk, kewenangan melaksanakan sertifikasi halal

berada di bawah naungan MUI yang sifatnya sukarela dan tidak terikat pada

pemerintah. Karena sifat kesukarelaan inilah menyebabkan tidak adanya

kewajiban kepada para pelaku usaha untuk medaftarkan produknya dalam

memperoleh sertifikasi halal. hal tersebut juga mengakibatkan banyak

produk yang belum mendapatkan sertifikasi halal. Namun, setelah

dibentuknya BPJPH yang berada di bawah naungan Kementerian Agama

RI, maka setiap produk yang beredar di Indonesia wajib memiliki

sertifikasi halal.

E. Gambaran Umum tentang PT So Good Food Lampung

PT So Good Food Lampung merupakan salah satu anak perusahaan Japfa

Comfeed Indonesia Tbk yang merupakan perusahaan agri-food terbesar

dan terkemuka di tanah air sebagai penghasil protein hewani berkualitas

dan terpercaya sejak tahun 1975. PT So Good Food yang sebelumnya

bernama PT Ciomas Adisatwa merupakan sebuah perusahaan

manufakturing yang bergerak di bidang industri pengolahan makanan dan

rumah potong hewan.35

PT So Good Lampung sendiri didirikan pada

tahun 1995 dengan nama PT Supra Sumber Cipta, namun pada bulan

35

Lihat Pada http://sogood.id/tentang-kami/ diakses pada 3 januari 2018.

Page 59: PENCANTUMAN SERTIFIKASI HALAL DALAM KEMASAN PRODUK OLEH PERUSAHAAN …digilib.unila.ac.id/32020/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018-07-03 · Pencantuman sertifikasi halal

39

April tahun 2010 berubah nama menjadi PT So good Food Lampung.36

Produk utama yang dihasilkan oleh PT So Good Food Lampung adalah

produk makanan sosis olahan siap makan dengan merek dagang Sosis So

Nice. Perusahaan ini memiliki rumah potong ayam yang cukup besar . Luas

PT So Good Lampung terbilang cukup besar, dan kondisi perusahaan juga

cukup bersih dan terawatt. Perusahaan ini beralamat di Jalan Raya Negeri

Sakti KM 12 Negeri Sakti, Kecamatan Gedong Tataan, Kabupaten

Pesawaran Lampung. PT So Good Food Lampung resmi berdiri pada tahun

2010. Letak perusahaan yang berada di tepi jalan raya terbilang cukup

strategis, dari pusat Kota Bandar Lampung sendiri hanya sekitar 20-30

menit apabila ditempuh menggunakan kendaraan bemotor, hal tersebut juga

cukup memudahkan ketika melakukan penelitian pada perusahaan ini.

Selain itu letak yang berada di tepi jalan raya juga dapat dijangkau dengan.

menggunakan kendaraan umum ataupun pribadi, kemudahan akses di PT So

Good Food Lampung juga memudahkan transportasi baik untuk penjualan

maupun pengadaan bahan baku.

36

Wawancara dengan Dendi Susilo Koordinator Halal Internal PT So Good Food

Lampung, tanggal 5 Januari 2018.

Page 60: PENCANTUMAN SERTIFIKASI HALAL DALAM KEMASAN PRODUK OLEH PERUSAHAAN …digilib.unila.ac.id/32020/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018-07-03 · Pencantuman sertifikasi halal

40

F. Kerangka Pikir

Perjanjian Jual Beli antara

Pelaku usaha dan Kosumen Muslim

Gambar 1. Kerangka Pikir

Berdasarkan skema di atas dapat dijelaskan bahwa telah terjadi perjanjian jual beli

antara pelaku usaha dan konsumen muslim yang diawali sejak adanya

kesepakatan saat melakukan proses jual beli. Melalui perjanjian jual beli tersebut

terjadilah hubungan hukum yang menimbulkkan hak dan kewajiban bagi masing-

masing pihak, yaitu Perusahaan/Pelaku usaha yang dalam hal ini adalah PT So

Good Food Lampung dengan konsumen yang dalam hal ini dikhususkan kepada

konsumen muslim. Perusahaan mengeluarkan suatu produk yang nantinya akan

didaftarkan kepada BPJPH untuk memperoleh sertifikasi halal. Setelah produk

tersebut dinyatakan memenuhi persyaratan dan semua prosedur dalam

Konsumen

Muslim

PT So Good Food

Lampung

(Selaku Pelaku

Usaha/Perusahaan)

Perlindungan Hukum

terhadap Pencantuman

Sertifikasi Halal dalam

Kemasan Produk

Mekanisme Pelaksanaan

serta Syarat & Prosedur

Memperoleh Sertifkasi

Halal

Akibat Hukum

Pencantuman Sertifikasi

Halal dalam Kemasan

Produk

Produk Pangan Bersertifikasi

Halal

Upaya hukum yang dapat

ditempuh oleh konsumen

terhadap pelanggaran yang

dilakukan pelaku usaha

Tanggung jawab pelaku usaha

terhadap konsumen muslim

Lahirnya

Hak dan

Kewajiban

Page 61: PENCANTUMAN SERTIFIKASI HALAL DALAM KEMASAN PRODUK OLEH PERUSAHAAN …digilib.unila.ac.id/32020/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018-07-03 · Pencantuman sertifikasi halal

41

pelaksanaan sertifikasi halal, maka pelaku usaha akan memperoleh sertifikat halal

yang selanjutnya wajib dicantumkan dalam produk yang dikeluarkan. Melalui

pencantuman sertifikasi halal dalam kemasan produk yang dilakukan oleh pelaku

usaha tersebut, artinya perusahaan/pelaku usaha telah memberikan sebuah

perlindungan hukum berupa jaminan dan kepercayaan dalam mengunakan produk

yang dikeluarkan kepada konsumen.

Pencantuman sertifikasi halal dalam kemasan produk yang dikeluarkan oleh

pelaku usaha adalah sebagai bentuk perlindungan serta tanggung jawab pelaku

usaha terhadap konsumen muslim. Dengan demikian konsumen muslim

mendapatkan kepercayaan serta jaminan halal dalam penggunaan produk. Namun

apabila terbukti pelaku usaha melakukan pelanggaran berupa wanprestasi ataupun

perbuatan melawan hukum terhadap produk yang dijualnya, maka konsumen

muslim dapat menempuh upaya hukum. Upaya hukum dapat ditempuh melalui

jalur hukum maupun non hukum. Sesuai dengan asas pembuktian terbalik, maka

pelaku usaha wajib membuktikan bahwa produk yang dikeluarkannya adalah

aman untuk dikonsumsi oleh konsumen muslim.

Peristiwa tersebut melatarbelakangi penulis untuk mengungkapkan bagaimana

mekanisme baru pelaku usaha dalam memperoleh sertifikasi halal untuk

produknya dan mengkaji bentuk perlindungan hukum yang diberikan oleh pelaku

usaha terhadap konsumen muslim dengan dicantumkannya sertifikasi halal serta

akibat hukum yang lahir dari keseluruhan peristiwa hukum yang telah terjadi.

Page 62: PENCANTUMAN SERTIFIKASI HALAL DALAM KEMASAN PRODUK OLEH PERUSAHAAN …digilib.unila.ac.id/32020/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018-07-03 · Pencantuman sertifikasi halal

42

III. METODE PENELITIAN

Suatu penelitian yang baik, tentunya menggunakan metode peneltian yang

tersusun secara sistematis. Penelitian merupakan terjemahan dari bahasa Inggris

yaitu research, yang berasal dari kata re (kembali) dan to search (mencari).

Dengan demikian secara logawiyah berarti mencari kembali.37

Penelitian

merupakan suatu sarana pokok dalam pengembangan ilmu pengetahuan maupun

teknologi. Hal ini disebabkan, oleh karena penelitian bertujuan untuk

mengungkapkan kebenaran secara sistematis, metodologis, dan konsisten. Melalui

proses penelitian tersebut diadakan analisa dan konstruksi terhadap data yang

telah dikumpulkan dan diolah. Oleh karena penelitian merupakan suatu sarana

(ilmiah) bagi pengembangan ilmu pengetahuanan teknologi, maka metodologi

penelitian yang diterapkan harus senantiasa disesuaikan dengan ilmu pengetahuan

yang menjadi induknya. Terkait dengan hal tersebut, yang menjadi induk dari

ilmu pengetahuan yang diteliti penulis ialah ilmu hukum.

Penelitian hukum merupakan proses kegiatan berpikir dan bertindak logis,

metodis, dan sistematis mengenai gejala yuridis, peristiwa hukum, atau fakta

hukum empiris yang terjadi, atau yang ada di sekitar kita untuk direkostruksi guna

37

Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,

2001, hlm. 27.

Page 63: PENCANTUMAN SERTIFIKASI HALAL DALAM KEMASAN PRODUK OLEH PERUSAHAAN …digilib.unila.ac.id/32020/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018-07-03 · Pencantuman sertifikasi halal

43

mengungkapkan kebenaran yang bermanfaat bagi kehidupan.38

Penelitian hukum

pada dasarnya merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode,

sistematika, dan pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk mempelajari satu atau

beberapa gejala hukum tertentu dengan jalan menganalisisnya. Maka dari itu

diadakan pemeriksaan yang mendalam terhadap fakta hukum tersebut untuk

kemudian mengusahakan suatu pemecahan atas permasalahan-permasalahan yang

timbul di dalam gejala bersangkutan.39

Dalam penelitian hukum, metode

penelitian yang digunakan tentunya adalah metode penelitian hukum yang

diarahkan pada fokus dan penelitian di bidang huum secara teratur dan sistematis.

Berdasarkan segi fokus kajiannya, penelitian hukum dapat dibedakan menjadi tiga

tipe, yaitu penelitian hukum normatif, penelitian hukum normatif-empiris atau

normatif terapan dan penelitian hukum empiris.40

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah

penelitian hukum empiris. Penelitian hukum empiris adalah penelitian

hukum mengenai pemberlakuan atau implementasi ketentuan hukum

normatif (kodifikasi, undang-undang, atau kontrak) secara in action pada

setiap peristiwa hukum tertentu yang terjadi dalam masyarakat.

Implementasi secara in action tersebut merupakan fakta empiris dan

berguna untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan oleh negara atau oleh

38

Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, Bandung: PT Citra Aditya

Bakti, 2004, hlm. 2.

39 Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1997,

hlm. 39. 40

Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, PT. Citra Abadi, Bandung, 2004,

hlm. 52.

Page 64: PENCANTUMAN SERTIFIKASI HALAL DALAM KEMASAN PRODUK OLEH PERUSAHAAN …digilib.unila.ac.id/32020/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018-07-03 · Pencantuman sertifikasi halal

44

pihak-pihak dalam kontrak. Implementasi secara in action diharapkan akan

berlangsung sempurna apabila rumusan ketentuan hukum normatifnya jelas

dan tegas serta lengkap.41

Adapun pemberlakuan atau implementasi hukum yang diteliti dalam

penelitian ini yaitu terkait dengan sejauh mana implementasi UU Jaminan

Produk Halal yang menjadi dasar pemberlakuan sistem baru pelaksanaan

sertifikasi halal. Penelitian ini juga akan mengkaji sejauh mana kesiapan

para pelaku usaha dalam menyambut babak baru pelaksanaan sertifikasi

halal sebagai mandat. Adapun implementasi tersebut akan penulis uraikan

dengan melakukan penelitian kepada PT So Good Food Lampung sebagai

salah satu contoh pelaku usaha yang bergerak di bidang industri makanan,

penulis akan melihat sejauh mana kesiapan PT So Good dalam menghadapi

pelaksanaan sertifikasi halal yang baru.

B. Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah tipe

penelitian hukum deskriptif. Tipe penelitian deskriptif yaitu suatu

penelitian yang menggambarkan secara jelas, rinci dan sistematis mengenai

objek yang akan diteliti.42

Penelitian hukum deskriptif bersifat pemaparan

dan bertujuan untuk memperoleh gambaran (deskripsi) lengkap tentang

keadaan hukum yang berlaku di tempat tertentu dan pada saat tertentu, atau

mengenai gejala yuridis yang ada, atau peristiwa hukum tertentu yang

41

Abdulkadir Muhammad., Op.Cit.,., hlm 134. 42

Ibid. hlm. 155

Page 65: PENCANTUMAN SERTIFIKASI HALAL DALAM KEMASAN PRODUK OLEH PERUSAHAAN …digilib.unila.ac.id/32020/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018-07-03 · Pencantuman sertifikasi halal

45

terjadi dalam masyarakat.43

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan

informasi mengenai standar halalisasi suatu produk makanan/minuman

menurut hukum perlindungan konsumen.

C. Pendekatan Masalah

Pendekatan masalah yang digunakan penulis adalah pendekatan

eksploratoris. Pendekatan eksploratoris bertujuan untuk memperdalam

pengetahuan mengenai suatu gejala tertentu, atau untuk mendapatkan ide-

ide baru mengenai suatu gejala itu. Pendekatan ekploratoris, umumnya

dilakukan terhadap pengetahuan yang masih baru, belum banyak informasi

mengenai masalah yang diteliti, atau bahkan belum ada sama sekali.44

D. Data dan Sumber Data

Data yang diperlukan dalam penelitian hukum empiris adalah data primer

dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari

masyarakat, sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari

bahan-bahan pustaka.45

Berdasarkan penelitian hukum yang digunakan

adalah normatif empiris, maka data yang digunakan adalah data sekunder

dan data primer.

a. Data Primer, diperoleh dengan melakukan studi lapangan seperti

melakukan wawancara. Adapun data primer dalam penelitian ini akan

43

Ibid., hlm 50. 44

Amirudin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada, 2012. Hlm. 25. 45

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, 2012, Penelitian Hukum Normatif, Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada, 2012 Op. Cit, hlm. 12.

Page 66: PENCANTUMAN SERTIFIKASI HALAL DALAM KEMASAN PRODUK OLEH PERUSAHAAN …digilib.unila.ac.id/32020/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018-07-03 · Pencantuman sertifikasi halal

46

penulis lakukan dengan wawancara kepada PT So Good Food Lampung,

MUI Provinsi Lampung dan BPJPH.

b. Data sekunder, data sekunder pada dasarnya adalah data normatif

terutama yang bersumber dari perundang-undangan. Data normatif

tersebut umumnya berupa ketentuan-ketentuan undang-undang yang

menjadi tolok ukur terapan, Data sekunder terdiri dari:46

1) Bahan hukum primer (primary law material), yaitu bahan hukum

yang mempuyai kekuatan mengikat secara umum (perundang-

undangan) atau mempunyai kekuatan mengikat bagi pihak yang

berkepentingan.47

adapun bahan hukum primer berupa perundang

undangan yang akan penulis jadikan sumber meliputi:

a) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata)

b) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2014

(Tambahan Lemabaran Negara Nomor 5604) tentang Jaminan

Produk Halal

c) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999

(Tambahan Lembaran Negara Nomor 3821) tentang

Perlindungan Konsumen.

d) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1996

(Tambahan Lembaran Negara Nomor 3656) tentang Pangan.

e) Peraturan Menteri Agama (PMA) No 42 Tahun 2016 (Lembaran

Negara Nomor 4916) tentang Organisasi Tata Kerja (Ortaker)

Kemenag.

46

Abdulkadir Muhammad, Op.Cit, hlm 67 47

Ibid.

Page 67: PENCANTUMAN SERTIFIKASI HALAL DALAM KEMASAN PRODUK OLEH PERUSAHAAN …digilib.unila.ac.id/32020/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018-07-03 · Pencantuman sertifikasi halal

47

f) Keputusan Menteri Agama Nomor 518 Tahun 2001 tentang

Pedoman dan tata cara Pemeriksaan dan Penetapan Pangan

Halal.

2) Bahan hukum sekunder (secondary law material), sumbernya adalah

buku literatur hukum, jurnal penelitian hukum, laporan hukum media

cetak atau media elektronik.

E. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan penulis ialah sebagai berikut:

a) Studi Pustaka

Studi pustaka dilakukan dengan membaca, menelaah dan mengutip

peraturan perundang-undangan, buku-buku, dan literatur yang berkaitan

dengan perlindungan konsumen terhadap produksi makaanan/minuman

yang mengandung bahan haram di dalamnya.

b) Wawancara

Wawancara merupakan cara yang digunakan untuk memperoleh keterangan

secara lisan guna mencapai tujuan tertentu, dalam suatu wawancara terdapat

dua pihak yang mempunyai kedudukan yang berbeda yaitu pengejar

informasi yang biasa disebut pewawancara atau interviewer dan pemberi

informasi yang disebut informan atau responden.48

Terkait hal ini,

pewawancara ialah penulis. Sedangkan informan ialah PT So Good Food

Lampung, Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Lampung, Serta Badan

Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH).

48

Burhan Ashshofa, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Rineka Cipta, 2004, Hlm. 95.

Page 68: PENCANTUMAN SERTIFIKASI HALAL DALAM KEMASAN PRODUK OLEH PERUSAHAAN …digilib.unila.ac.id/32020/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018-07-03 · Pencantuman sertifikasi halal

48

F. Metode Pengolahan Data

Tahap-tahap pengolahan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:49

a) Pemeriksaan Data (editing)

Yaitu pembenaran apakah data yang terkumpul melalui studi pustaka,

dokumen, dan wawancara sudah dianggap lengkap, relevan, jelas,

tidak berlebihan, dan tanpa kesalahan.

b) Penandaan Data (coding)

Yaitu pemberian tanda pada data yang diperoleh, baik berupa

penomoran ataupun penggunaan tanda atau simbol atau kata tertentu

yang menunjukkan golongan/kelompok/klasifikasi data menurut jenis

dan sumbernya, dengan tujuan untuk menyajikan data secara sempurna,

memudahkan rekonstruksi serta analisis data.

c) Penyusunan/Sistematisasi Data (constructing/systematizing)

Yaitu kegiatan menabulasi secara sistematis data yang sudah diedit

dan diberi tanda dengan mengelompokkan secara sistematis data

yang sudah diedit dan diberi tanda itu menurut klasifikasi data dan

urutan masalah.

G. Analisis Data

Analisis yang dipergunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis

penelitian yang bersifat kualitatif, yang mengacu pada norma hukum yang

terdapat dalam peraturan perundang-undangan serta norma-norma yang

hidup dan berkembang dalam masyarakat.50

Analisis secara kualitatif juga

49

Abdulkadir Muhammad, Op.Cit, hlm 90. 50

Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Sinar Grafika, 2011, hlm. 105.

Page 69: PENCANTUMAN SERTIFIKASI HALAL DALAM KEMASAN PRODUK OLEH PERUSAHAAN …digilib.unila.ac.id/32020/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018-07-03 · Pencantuman sertifikasi halal

49

menguraikan data secara bermutu dalam bentuk kalimat yang teratur,

runtun, logis, tidak tumpang tindih dan efektif sehingga memudahkan

interpretasi data dan pemahaman hasil analisis, kemudian ditarik

kesimpulan sehingga diperoleh gambaran yang jelas mengenai jawaban

dari permasalahan yang dibahas.51

Data dalam penelitian ini akan diuraikan ke dalam kalimat-kalimat yang

tersusun secara sistematis, sehingga diperoleh gambaran yang jelas dan pada

akhirnya dapat ditarik kesimpulan secara induktif yaitu penarikan

kesimpulan dari sistematika pembahasan yang sifatnya khusus dan telah

diakui kebenarannya secara ilmiah menjadi sebuah kesimpulan yang bersifat

umum sebagai jawaban singkat dari permasalahan yang diteliti.

51

Abdulkadir Muhammad,Op.Cit., hlm. 127.

Page 70: PENCANTUMAN SERTIFIKASI HALAL DALAM KEMASAN PRODUK OLEH PERUSAHAAN …digilib.unila.ac.id/32020/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018-07-03 · Pencantuman sertifikasi halal

97

V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab

terdahulu, maka penulis dalam penelitian ini menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Mekanisme pelaksanaan sertifikasi halal di Indonesia kini telah beralih

dari (Majelis Ulama Indonesia) MUI kepada Badan Penyelenggara

Jaminan Produk Halal (BPJPH) yang bertanggungjawab di bawah

naungan Kementerian Agama RI, dengan demikian, hal tersebut sekaligus

memperkuat status sertifikasi halal yang semula bersifat sukarela kini

menjadi wajib hukumnya bagi setiap pelaku usaha di Indonesia.

Mekanisme pelaksanaan sertifikasi halal yang baru kini melibatkan tiga

pihak, yaitu BPJPH, MUI dan LPH. Artinya peran MUI tidak dihilangkan

begitu saja, tetapi tetap dilibatkan dan masih berperan strategis. Dengan

dicantumkannya sertifikasi halal dalam kemasan produk oleh pelaku usaha

berarti pelaku usaha telah memberikan sebuah jaminan perlindungan dan

kepastian hukum kepada konsumen muslim.

2. Akibat hukum pencantuman sertifikasi halal dalam kemasan produk

melahirkan hak dan kewajiban antara pelaku usaha dan konsumen muslim

selaku para pihak yang telah melakukan perjanjian jual beli. Akibat hukum

tersebut berupa lahirnya hak dan kewajiban yang bersifat timbal balik

Page 71: PENCANTUMAN SERTIFIKASI HALAL DALAM KEMASAN PRODUK OLEH PERUSAHAAN …digilib.unila.ac.id/32020/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018-07-03 · Pencantuman sertifikasi halal

98

antara perusahaan/pelaku usaha dengan konsumen muslim. Hak tersebut

berupa hak terjaminnya konsumen muslim dalam menggunakan produk

halal sebagai bentuk perlindungan yang diberikan oleh perusahaan/pelaku

usaha. Selanjutnya perusahaan/pelaku usaha berkewajiban memenuhi hak

tersebut dalam bentuk pencantuman sertifikasi halal dalam kemasan

produk sebagai bentuk jaminan kehalalan dan perlindungan hukum

sekaligus kepercayaan konsumen muslim terhadap produk yang

dikeluarkan. Selama BPJPH belum melaksanakan tugasnya, sertifikasi

halal yang dikeluarkan oleh MUI tetap berlaku sampai masa berlaku habis.

3. Perlindungan hukum terhadap pencantuman sertifikasi halal yang

dilakukan dalam kemasan produk merupakan sebuah bentuk tanggung

jawab dan jaminan kehalalan yang diberikan oleh perusahaan/pelaku untuk

bagi konsumen muslim. Dengan adanya jaminan dan kepercayaan

konsumen terhadap penggunaan produk halal yang dikeluarkan oleh

pelaku usaha, berarti pelaku usaha telah memberikan perlindungan hukum

serta tanggung jawab sebagai pihak penjual. Namun apabila

perusahaan/pelaku usaha melakukan pelanggaran terhadap jaminan

kehalalan produk, maka konsumen muslim dapat mengajukan upaya

hukum. Upaya hukum yang dapat ditempuh oleh konsumen dapat melalui

jalur hukum maupun non hukum.

B. Saran

1. Pemerintah harus segera mempercepat pengesahan peraturan pelaksana

UU JPH. Hal tersebut mengingat masa transisi UU JPH sudah berakhir.

Mengingat mandatori sertifikasi halal yang mulai berlaku di tahun 2019,

Page 72: PENCANTUMAN SERTIFIKASI HALAL DALAM KEMASAN PRODUK OLEH PERUSAHAAN …digilib.unila.ac.id/32020/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018-07-03 · Pencantuman sertifikasi halal

99

dikhawatirkan apabila sampai akhir tahun 2018 peraturan pelaksana UU

JPH belum juga disahkan, maka akan menjadi kendala dan memperlambat

proses kerja BPJPH dan unit kerja yang terkait dalam pelaksanaan

sertifikasi halal. Selain itu, dikhawatirkan dunia usaha Indonesia belum

belum siap dalam menghadapi pemberlakuan sistem baru tersebut. Jangan

sampai dengan diberlakukannya sistem baru sertifikasi halal akan

merugikan banyak pihak, khususnya konsumen muslim dan pelaku usaha.

2. Perusahaan/Pelaku usaha diharapkan dapat mempersiapkan diri dengan

baik dan matang dalam menghadapi mekanisme pelaksanaan sertifikasi

halal baru yang semakin panjang. Terutama bagi pelaku usaha industri

kecil, jangan sampai karena ketidaktahuannya dan ketidaksiapannya dalam

menghadapi pemberlakuan sistem baru sertifikasi halal, pelaku usaha akan

mendapatkan sanksi dan hukuman yang justru akan merugikan mereka.

Dan dikhawatirkan akan memperlambat pertumbuhan industri halal di

Indonesia.

3. Konsumen muslim diharapakan dapat membantu perkembangan industri

halal Indonesia, salah satunya dengan menggunakan produk yang telah

bersertifikasi halal. Walaupun pelaksanaan sertifikasi halal nantinya

bersifat wajib, namun tetap harus didukung penuh dengan kesadaran para

konsumen muslim untuk menggunakan produk halal. karena pada

hakikatnya, diwajibkannya pelaksanaan sertifikasi halal adalah guna

memberikan perlindungan yang lebih kuat untuk para konsumen muslim

dari produk-produk tidak halal.

Page 73: PENCANTUMAN SERTIFIKASI HALAL DALAM KEMASAN PRODUK OLEH PERUSAHAAN …digilib.unila.ac.id/32020/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018-07-03 · Pencantuman sertifikasi halal

DAFTAR PUSTAKA

A. BUKU

Ali, Zainuddin. 2011. Metode Penelitian Hukum. Jakarta; Sinar Grafika.

Ashshofa, Burhan. 2004. Metode Penelitian Hukum. Jakarta: Rineka Cipta.

Erman Rajagukguk, dkk, 2000. Hukum Perlindungan Konsumen. Bandung: CV.

Mandar Maju.

Harianto. Dedi. 2010. Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Terhadap Iklan

yang Menyesatkan. Bogor: Ghalia Indonesia.

Kristianti, Celina Tri Siwi. 2011. Hukum Perlindungan Konsumen. Cet III.

Jakarta: Sinar Grafika.

Miru, Ahmadi. & Sutarman Yodo, 2011. Hukum Perlindungan Konsumen.

Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Muhammad, Abdulkadir, 2004. Hukum dan Penelitian Hukum. Bandung: PT

Citra Aditya Bakti.

Ria, Wati Rahmi, dkk, 2015. Hukum Islam Suatu Pengantar, Bandar Lampung:

Gunung Pesagi.

Sasongko, Wahyu, 2007. Ketentuan-Ketentuan Pokok Hukum Perlindungan

Konsumen. Bandar Lampung, Universitas Lampung.

Page 74: PENCANTUMAN SERTIFIKASI HALAL DALAM KEMASAN PRODUK OLEH PERUSAHAAN …digilib.unila.ac.id/32020/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018-07-03 · Pencantuman sertifikasi halal

______________ 2013. Dasar-Dasar Ilmu Hukum. Bandar Lampung:

Universitas Lampung.

Shidarta, 2004. Hukum Perlindungan Konsumen. Jakarta: Gramedia.

Sidobalok, Janus, 2014. Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia. Cet III.

Bandung: PT Citra Aditya Bakti.

Soekanto, Soerjono. dan Sri Mamudji, 2012, Penelitian Hukum Normatif, Jakarta:

PT Raja Grafindo Persada.

Sunggono, Bambang, 2001. Metodologi Penelitian Hukum. Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada.

B. JURNAL/KARYA ILMIAH

Afroniyati, Lies. 2014. Analisis Ekonomi Politik Sertifikasi Halal Oleh Majelis

Ulama Indonesia, Jurnal Kebijakan & Administrasi Publik JKAP Vol 18 No

1- Mei ISSN 0852-9213.

Fauziah. 2011. “Perilaku Komunitas Muslim Dalam Mengonsumsi Produk Halal

Di Provinsi Bali”, Peneliti Puslitbang Kehidupan Keagamaan: Jurnal

Multikultural & Multireligius Vol. 11. No. 2.

Ibrahim, M. Anwar. 2010. “Akibat Hukum Dan Terminasi Akad Dalam Fiqh

Muamalah”. Jurnal Media Neliti A SAS Vol. 2, No. 2.

Langi, Marvita. 2016. Akibat Hukum Terjadinya Wanprestasi dalam Perjanjian

Jual Beli. Jurnal Lex Privatum, Vol. IV/No. 3/Mar/.

Putra, Agung. 1995. Pengendalian dan Pengawasan Mutu Produk, Balai

Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang- Kanwil Departemen Perindustrian

dan Perdagangan Jawa Timur,

Panduan Umum Sistem Jaminan Halal, 2008. Jakarta: LPPOM-MUI.

Page 75: PENCANTUMAN SERTIFIKASI HALAL DALAM KEMASAN PRODUK OLEH PERUSAHAAN …digilib.unila.ac.id/32020/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 2018-07-03 · Pencantuman sertifikasi halal

C. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata)

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2014 (Tambahan

Lemabaran Negara Nomor 5604) tentang Jaminan Produk Halal

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 (Tambahan Lembaran

Negara Nomor 3821) tentang Perlindungan Konsumen.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1996 (Tambahan Lembaran

Negara Nomor 3656) tentang Pangan.

Peraturan Menteri Agama (PMA) No 42 Tahun 2016 (Lembaran Negara Nomor

4916) tentang Organisasi Tata Kerja (Ortaker) Kemenag.

Keputusan Menteri Agama Nomor 518 Tahun 2001 tentang Pedoman dan Tata

Cara Pemeriksaan dan Penetapan Pangan Halal.

D. INTERNET DAN SUMBER LAINNYA

www.pusathalal.com

https://www.emis.com/php/company-profile/ID/PTJapfa.Comfeed.Tbk.

(http://www.goethe.de/ins/id/pro/jugendstudie/jugendstudie_id.pdf)

http://hpainternational.id/sejarah-lppom-mui-dan-sertifikasi-halal-di-indonesia/

http//kbbi.web.id

http://mui.or.id/

http;//radio.pcinuturki.com

.http://sogood.id/tentang-kami/

http://www.halalmui.org/mui14/index.php/main/go_to_section/55/1360/page/1

http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt5837dfc66ac2d/kedudukan-fatwa-

mui-dalam-hukum-indonesia

http://www.nu.or.id