77
PENCATATAN DAFTAR HARTA BENDA ANAK ASUH MENURUT HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG (Studi Kasus di Panti Asuhan Islamic Village Karawaci Tangerang) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S. Sy) Oleh : NURUL LINDA YOMI NIM: 107044101905 K O N S E N T R A S I PE R A D I L A N A G A M A PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A 1432 H/2011 M

PENCATATAN DAFTAR HARTA BENDA ANAK ASUH MENURUT HUKUM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3964/1/NURUL...HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG (Studi kasus di Panti Asuhan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENCATATAN DAFTAR HARTA BENDA ANAK ASUH MENURUT HUKUM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3964/1/NURUL...HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG (Studi kasus di Panti Asuhan

PENCATATAN DAFTAR HARTA BENDA ANAK ASUH

MENURUT HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG

(Studi Kasus di Panti Asuhan Islamic Village Karawaci Tangerang)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Salah

Satu Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S. Sy)

Oleh :

NURUL LINDA YOMI

NIM: 107044101905

K O N S E N T R A S I PE R A D I L A N A G A M A

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

1432 H/2011 M

Page 2: PENCATATAN DAFTAR HARTA BENDA ANAK ASUH MENURUT HUKUM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3964/1/NURUL...HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG (Studi kasus di Panti Asuhan

PBNCATATAN DAFTAR HARTA BENDA ANAK ASUHMENURUT ISLAM DAN UNDANG-UNDANG

(Studi kasus di Panti Asuhan Islamic Village Karawaci Tangerang)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi salahSatu Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S. SV)

Disusun Oleh :

NURUL LINDA YOMINIM: 1070441019A5

Dibawah Bimbingan :

KOI{SENTRASI PERADILAN AGAMPROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUMUNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAHJAKARTA

1432 H/2011l4

iq Dialil. SH.. MA.195003061976031001

Page 3: PENCATATAN DAFTAR HARTA BENDA ANAK ASUH MENURUT HUKUM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3964/1/NURUL...HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG (Studi kasus di Panti Asuhan

PENGESAHAN PANITIA SKRIPSI

SKTiPSi bETJUdUI PENCATATAN DAFTAR HARTA BENDA ANAK ASUH MENURUTHUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG (Studi kasus di Panti Asuhan IslamicViilageKarawaci Tangerang) telah diujikan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Syariah dan HukumUniversitas Islam Negeri ruf$ Syarif Hidauatulah Jakarta pada 27 September 2011. Skripsi initelah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Syariah (S. sy) pada programStudi Peradilan Agama.

Jakarta, 29 September 2011

Mengesahkan,

PANITIA UJIAN

1. Ketua Majelis Drs. H. A. Basiq Djalil. SH. MANIP. 1 95003061 97603 1 001

Hj. Rosdiana. MANrP. 1 96906102003122001

Drs. H. A. Basiq Djalil. SH. MANIP. 19500306i97603 1001

Drs. Sinil Wafa. M. AgNrP. I 96003 18 199103 1 001

2. Sekretaris

3. Pembimbing

4. Penguji I

: Dr. H. Ahmad Tholabi Kharlie. S. Ag. MA(NIP. 1 97 608072003 121 001

NIP. 1 9s50 505198281A12

5. Penguji II

Page 4: PENCATATAN DAFTAR HARTA BENDA ANAK ASUH MENURUT HUKUM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3964/1/NURUL...HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG (Studi kasus di Panti Asuhan

1.

2.

J.

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya, yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata satu (S1) di Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri OfN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Of$ Syarif Hidayatullah

Iakarta.

Jakarta, 23 Juli 2011

433641444

flm-ffiffifrffi

Nurul Linda Yomi

Page 5: PENCATATAN DAFTAR HARTA BENDA ANAK ASUH MENURUT HUKUM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3964/1/NURUL...HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG (Studi kasus di Panti Asuhan

i

KATA PENGANTAR

بسم اهلل الر حمن الر حيم

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Segala puji bagi Allah SWT Tuhan semesta alam, yang telah memberikan

rahmat dan kasih sayangnya kepada umat manusia yang ada dimuka bumi ini,

khususnya kepada penulis. Shalawat serta salam kita sanjungkan kepada Nabi besar

Muhammad SAW beserta keluarga, para sahabat dan ummatnya hingga akhir

zaman.

Dalam proses penyelesaian skripsi ini penulis menyadari bahwa rintangan

dan hambatan yang terus menerus datang silih berganti. Berkat bantuan dan

motivasi dari berbagai pihak maka segala kesulitan dan hambatan tersebut dapat

diatasi dan tentunya dengan izin Allah SWT, serta dengan wujud yang berbeda-

beda dapat diminimalisir dengan adanya nasihat-nasihat atau dukungan yang

diberikan oleh keluarga dan teman-teman penulis.

Pada kesempatan ini penulis ingin menghaturkan rasa terima kasih yang

tiada terhingga untuk semua pihak yang telah memberikan bantuan baik moril

maupun materil kepada penulis sehingga terselesaikannya skripsi ini. Ucapan

terima kasih penulis skripsi kepada:

Page 6: PENCATATAN DAFTAR HARTA BENDA ANAK ASUH MENURUT HUKUM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3964/1/NURUL...HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG (Studi kasus di Panti Asuhan

ii

1. Prof. Dr. H. M. Amin Suma, SH., MA., MM. Dekan Fakultas Syariah dan

Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta serta Pembantu

Dekan I, II, III Fakultas Syariah dan Hukum.

2. Drs. H. A. Basiq Djalil, SH., MA. Ketua Program Studi Ahwal Syakhsiyyah

dan sekaligus pembimbing skripsi yang telah banyak membimbing,

memberikan pencerahan, motifasi semangat dan ilmunya kepada penulis, serta

ibu Hj. Rosdiana, MA. Selaku Sekretaris Program Studi Ahwal Syakhsiyyah

yang telah bekerja dengan maksimal.

3. Seluruh Dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang telah memberikan ilmu-ilmu

yang tak ternilai harganya, seluruh staf dan karyawan Perpustakaan Fakultas

Syariah dan Hukum, Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan

bagian Tata Usaha Fakultas Syariah dan Hukum yang telah memberikan

pelayanan dengan baik.

4. Teristimewa untuk kedua orang tua penulis yaitu ayahanda Deky Saprudin, ME

dan ibunda Siti Marwah yang telah memberikan motivasi dan arahan yang tak

pernah jenuh serta tak henti-hentinya mendoakan penulis dalam menempuh

pendidikan. Juga kepada kakak tercinta Depry Maulana yang selalu

memberikan doa, dukungan, dan semangat dengan penuh keikhlasan dan

kesabaran yang tiada tara.

5. Saudara-saudaraku Keluarga Besar MA Al Mizan Banten

Page 7: PENCATATAN DAFTAR HARTA BENDA ANAK ASUH MENURUT HUKUM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3964/1/NURUL...HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG (Studi kasus di Panti Asuhan

iii

6. Penyemangat hidupku Reza Ara, yang selama ini menyemangati jalannya

penulisan skripsi ini yang tak kenal lelah untuk terus memberi dukungan penuh

kepada penulis.

7. Keluarga Kuliah Kerja Nyata (KKN) Rawa Kalong yang selalu memberikan

semangat dan hiburan kepada penulis.

8. Teman-teman Program Studi Peradilan Agama Angkatan 2007 yang telah

memberikan masukan, saran, motifasi dan menghibur kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak sampai sempurna. Oleh karena

itu, saran dan kritik, penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Mudah-

mudahan skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan setiap pembaca

pada umumnya serta menjadi amal baik di sisi Allah SWT. Semoga semua bantuan,

doa, motivasi yang telah diberikan kepada penulis dicatat sebagai amal baik di sisi

Allah SWT.

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Jakarta, 23 Juli 2011

Penulis

Page 8: PENCATATAN DAFTAR HARTA BENDA ANAK ASUH MENURUT HUKUM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3964/1/NURUL...HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG (Studi kasus di Panti Asuhan

iv

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................. i

DAFTAR ISI................................................................................................................................ iv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ....................................................................................... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ................................................................... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................................. 7

D. Review Studi ......................................................................................................... 8

E. Metode Penelitian ................................................................................................. 10

F. Sistematika Penulisan ........................................................................................... 13

BAB II EFEKTIVITAS HUKUM DAN FUNGSI HUKUM

A. Pengertian dan Tolak Ukur Efektivitas ................................................................. 14

B. Hukum sebagai Sarana Memperlancar Interaksi Sosial........................................ 23

C. Rang Lingkup Perwalian....................................................................................... 28

BAB III POTRET PANTI ASUHAN ISLAMIC VILLAGE KARAWACI TANGERANG

A. Sejarah Berdirinya Panti Asuhan .......................................................................... 39

B. Visi, Misi dan Struktur Organisasi........................................................................ 41

C. Tugas dan Wewenang ........................................................................................... 42

BAB IV PEMELIHARAAN HARTA BENDA ANAK ASUH DALAM KONTEKS

PERWALIAN

A. Hak dan Kewajiban Panti Asuhan terhadap Anak Asuh ...................................... 46

Page 9: PENCATATAN DAFTAR HARTA BENDA ANAK ASUH MENURUT HUKUM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3964/1/NURUL...HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG (Studi kasus di Panti Asuhan

v

B. Efektivitas Pasal 5 ayat (4) Undang-undang No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan

dalam Mendaftarkan Harta Benda Anak Asuh ..................................................... 48

C. Analisis Penulis ..................................................................................................... 56

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................................................... 59

B. Saran-saran ........................................................................................................... 60

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 62

LAMPIRAN -LAMPIRAN

1. Surat Pernyataan Kesediaan Menjadi Pembimbing Skripsi ........................... 65

2. Surat Observasi Permohonan Data dan Wawancara ....................................... 66

3. Surat Keterangan Observasi ............................................................................... 67

4. Pedoman Wawancara .......................................................................................... 68

5. Wawancara ........................................................................................................... 69

Page 10: PENCATATAN DAFTAR HARTA BENDA ANAK ASUH MENURUT HUKUM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3964/1/NURUL...HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG (Studi kasus di Panti Asuhan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan adalah salah satu

produk perundang-undangan yang secara khusus mengakomodasi kepentingan

umat Islam. Undang-undang ini secara implisit mewajibkan masyarakat yang

beragama Islam untuk menggunakan undang-undang ini sebagai dasar praktik

perkawinan. Banyak hal yang diatur di dalam Undang-undang ini, dari mulai

syarat-syarat perkawinan, hak dan kewajiban suami istri, hingga pengaturan

mengenai perwalian (perwalian anak).1

Anak merupakan amanah sekaligus karunia Allah SWT, yang senantiasa

harus kita jaga karena dalam dirinya melekat harkat, martabat, dan hak-hak

sebagai manusia yang harus dijunjung tinggi. Hak asasi anak merupakan bagian

dari hak asasi manusia yang termuat dalam Undang-Undang Dasar 1945 dan

Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang hak-hak anak. Dari sisi

kehidupan berbangsa dan bernegara, anak adalah masa depan bangsa dan

penerus generasi penerus cita-cita bangsa, sehingga setiap anak berhak atas

kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang, berpartisipasi serta berhak atas

1 Abdul, Manan, Penerapan Hukum Acara Perdata dilingkungan Peradilan Agama, (Jakarta:

Kencana, 2005), h. 423.

Page 11: PENCATATAN DAFTAR HARTA BENDA ANAK ASUH MENURUT HUKUM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3964/1/NURUL...HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG (Studi kasus di Panti Asuhan

2

perlindungan dari tindak kekerasan dan diskriminasi serta hak sipil dan

kebebasan.2

Sejak lahir anak diperkenalkan dengan pranata, aturan, norma dan nilai-

nilai budaya yang berlaku melalui pembinaan yang diberikan oleh orang tua

dalam keluarga. Proses sosoalisasi pertama kali terjadi dalam lingkungan

keluarga melalui pembinaan anak yang diberikan oleh orang tuanya. Di sini

pembinaan anak sebagai bagian dari proses sosialisasi yang paling penting dan

mendasar karena fungsi utama pembinaan anak adalah mempersiapkan anak

menjadi warga masyarakat. Karena tuntutan dan kedudukan yang sama sebagai

warga negara maka anak perlu mendapatkan perhatian secara khusus dengan

pembinaan sikap dan perilaku sosial anak, dengan demikian untuk terbentuknya

pendewasaan seseorang anak dibutuhkan interaksi sosial

Jelas terlihat bagaimana kaitan antara sikap dan perilaku seseorang.

Perilaku seseorang akan diwarnai atau dilatar belakangi dengan sikap yang ada

pada orang yang bersangkutan yaitu antara sikap dan perilaku saling

berinteraksi, saling mempengaruhi satu sama lain. Pembinaan anak pada

umumnya dilakukan dalam keluarga, oleh karena itu keutuhan keluarga sangat

diperlukan bagi anak. Keluarga merupakan lembaga yang pertama dan utama

dalam perkembangan seorang anak. Pendidikan dalam keluarga memberikan

keyakinan agama, nilai budaya yang mencakup nilai moral dan aturan-aturan

2 Supriadi, Etika dan Tanggung Jawab Profesi Hukum di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika,

2006), h. 29.

Page 12: PENCATATAN DAFTAR HARTA BENDA ANAK ASUH MENURUT HUKUM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3964/1/NURUL...HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG (Studi kasus di Panti Asuhan

3

pergaulan serta pandangan keterampilan dan sikap hidup yang mendukung

kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara kepada anggota keluarga

yang bersangkutan.

Dalam keluarga anak di wariskan norma-norma atau aturan-aturan serta

nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat. Keutuhan keluarga sangat di perlukan

dan penting dalam pendewasaan anak, di dalam dirinya bercampur sifat-sifat

yang diturunkan dari ayah-ibu, kakek-nenek, termasuk buyut-buyut. Sang anak

adalah manusia yang berada dalam menumbuh kembangkan diri menjadi

mandiri.3

Mandiri sebagai manusia dan warga negara sebagai satu totalitas yang

tidak dapat dipisahkan. Menjadi mandiri sebagai manusia dan warga negara

mempunyai makna bahwa ia mampu bertanggung jawab penuh atas keberadaan

jatidiri sebagai makhluk yang diciptakan oleh Allah SWT yang bersifat

individualis sekaligus bersifat sosialis di tengah-tengah kehidupan masyarakat.4

Secara kodrati proses menjadi mandirinya sang anak, selamanya

memerlukan bantuan orang dewasa, yaitu manusia yang berada dalam periode

telah mampu menjadikan dirinya mandiri sesuai dengan nilai-nilai luhur manusia

yang universal dan nilai-nilai luhur budaya bangsanya. Dewasa ini sesuai dengan

dinamika kehidupan modern manusia, pertumbuhan dan perkembangan fisik dan

3 Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedia Hukum Islam, (Jakarta: Ikhtiar Baru Van Hopee, 1999), h.

415.

4 Yahya Harahap, Hukum Perkawinan Nasional, (Medan: Zahir Trading, 1975), h. 204.

Page 13: PENCATATAN DAFTAR HARTA BENDA ANAK ASUH MENURUT HUKUM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3964/1/NURUL...HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG (Studi kasus di Panti Asuhan

4

psikis sang anak, usia anak cenderung masih sepenuhnya berada dalam payung

perlindungan ibu dan ayah dalam lingkungan kehidupan keluarga. Kehadiran

orang tua memungkinkan adanya rasa kebersamaan sehingga memudahkan

orang tua mewariskan nilai-nilai moral yang dipatuhi dan ditaati dalam

berperilaku. Keadaan tersebut di atas akan berbeda pada mereka (anak) yang

tidak mempunyai keluarga secara utuh. Maka salah satu cara yang dapat

dilakukan oleh anak-anak yang telah kehilangan salah satu atau kedua orang

tuanya dimasukkan ke dalam suatu lembaga sosial yaitu Panti Asuhan. Panti

Asuhan membantu meningkatkan kesejahteraan anak dengan cara membina,

mendidik, membimbing, mengarahkan, memberikan kasih sayang serta

keterampilan-keterampilan yang diberikan oleh orang tua dalam lingkungan

keluarga. Anak-anak yang berada dalam Panti Asuhan juga mempunyai

persamaan juga mempunyai perbedaan.5

Anak merupakan salah satu aset keluarga sebagai penerus bagi tiap-tiap

keluarga atau keturunannya. Panti Asuhan adalah salah satu wadah bagi anak

yatim piatu meneruskan kehidupannya dengan keluarga baru, oleh karena itu

Panti asuhan memiliki tanggung jawab yang besar dan penuh sebagai wali bagi

anak asuhnya (yatim atau piatu).

Dalam Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan BAB XI

tentang Perwalian dan Undang-undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan

5 Satria Effendi, “Makna Urgensi dan Kedudukan Nasab dalam Perspektif Hukum Keluarga

Islam”, (Jakarta: Al-Hikmah dan DITBINBAPERA ISLAM No. 42 Tahun 1999).

Page 14: PENCATATAN DAFTAR HARTA BENDA ANAK ASUH MENURUT HUKUM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3964/1/NURUL...HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG (Studi kasus di Panti Asuhan

5

Anak pada BAB Perwalian menjelaskan tatacara dan wewenang bagi para wali

untuk melaksanakan kewajibannya sebagai wali. Di dalam Undang-undang No.

1 Tahun 1974 tentang Perkawinan pasal 51 ayat (4) menjelaskan bahwasanya

setiap wali yang bertanggung jawab atas perwalian anak asuhnya wajib membuat

daftar harta benda anak yang berada dalam kekuasaanya pada waktu memulai

jabatannya dan mencatat semua perubahan-perubahan harta benda si anak.

Dalam penjelasan di atas tertulis bahwasannya wali bertanggung jawab

atas semua harta anak asuhnya. Jelas bahwasnnya wali wajib menulis semua

harta si anak. Panti asuhan merupakan salah satu Badan Sosial yang di berikan

mandat oleh negara untuk mengasuh anak asuhannya dengan baik dan benar

sesuai dengan apa yang telah dijelaskan dalam pasal dan ayat tersebut, agar

dalam penerapannya pun seimbang serta sepadan atas apa yang telah ditentukan

secara tertulis.

Pada prinsipnya Panti Asuhan merupakan salah satu badan hukum yang

dapat memberikan bimbingan serta arahan bagi anak asuhnya (yatim atau piatu),

yang mana secara otomatis harus mengikuti atau melaksanakan dengan taat

segala atauran-aturan yang telah di tetapkan dalam Undang-undang sebagai wali

bagi anak-anak asuhnya. Akan tetapi, setiap panti asuhan memiliki sistem dan

penerapan yang berbeda-beda untuk melaksanakan kewajiban sebagai wali bagi

anak-anak asuhnya.6

6 Burhanudin Salam, Etika Sosial ‘Asas Moral dalam Kehidupan Manusia’, (Jakarta: Rineka

Cipta, 1997), h. 114.

Page 15: PENCATATAN DAFTAR HARTA BENDA ANAK ASUH MENURUT HUKUM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3964/1/NURUL...HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG (Studi kasus di Panti Asuhan

6

Berdasarkan pemaparan diatas, penulis tertarik untuk mengetahui lebih

dalam tentang seberapa jauh penerapan sistem perwalian anak asuh (yatim atau

piatu) di linkungan Panti Asuhan Islamic Village Karawaci Tangerang, oleh

sebab itu dalam penulisan skripsi ini penulis memilih judul “PENCATATAN

DAFTAR HARTA BENDA ANAK ASUH MENURUT HUKUM ISLAM

DAN UNDANG-UNDANG”

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Batasan Masalah

Adapun dalam penelitian skripsi ini agar tidak meluas dan mudah

dipahami maka penulis membatasinya yaitu pada pencatatan daftar harta

benda anak asuh menurut Hukum Islam dan Undang-undang, yang di

maksud dengan Undang-undang di sini adalah Undang-undang No. 1

Tahun 1974 tentang Perkawinan dan di dukung dengan Undang-undang

No.23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak dan dilengkapi dengan

Kompolasi Hukum Islam (KHI).

2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam skrisip ini adalah berdasarkan

Kompilasi Hukum Islam dan Undang-udang No. 1 Tahun 1974 tentang

Perkawinan BAB Perwalian Pasal 51 ayat (4) tentang Daftar Harta Benda

Anak Asuh, bahwasanya setiap wali wajib membuat daftar harta benda

anak yang berada di bawah kekuasaannya pada waktu memulai jabatanya

dan mencatat semua perubahan-perubahan harta benda anak. Namun, pada

Page 16: PENCATATAN DAFTAR HARTA BENDA ANAK ASUH MENURUT HUKUM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3964/1/NURUL...HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG (Studi kasus di Panti Asuhan

7

prakteknya yang dilakukan di Panti Asuhan Islamic Village Karawaci

Tangerang tidak sesuai dengan Undang-undang No.1 Tahun 1974 tentang

Perkawinan BAB Perwalian pasal 51 ayat (4) tentang daftar Harta Benda

Anak Asuh.

Rumusan masalah di atas penulis rinci dalam bentuk pertanyaan sebagai

berikut:

1. Apakah pasal 51 ayat (4) Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang

Perkawinan, telah berjalan dengan maksimal?

2. Apa alasan Panti Asuhan Islamic Village Karwaci Tangerang untuk

tidak mencatat atau mendaftarkan harta benda anak asuh?

3. Apakah hak dan kewajiban bagi anak asuh Panti Asuhan Islamic

Village Karawaci Tangerang telah terpenuhi secara maksimal ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan

1. Sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Syariah

pada Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Untuk mengetahui efektivitas Undang-undang No. 1 Tahun 1974

tentang Perkawinan pasal 51 ayat (4) Undang-undang No. 1 Tahun

1974 Tentang Perkawinan dalam mendaftarkan harta benda anak asuh.

3. Untuk mengetahui alasan apa Panti Asuhan Islamic Village Karwaci

Tangerang tidak mendaftrakan harta benda anak asuh.

Page 17: PENCATATAN DAFTAR HARTA BENDA ANAK ASUH MENURUT HUKUM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3964/1/NURUL...HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG (Studi kasus di Panti Asuhan

8

4. Untuk mengetahui apakah hak dan kewajiban anak asuh sudah

terpenuhi atau belum.

2. Manfaat

1. Secara akademik, sebagai pengembangan ilmu pengetahuan bidang

Ahwal As-Syakhsiyyah.

2. Dapat memberikan wawasan kepada penulis tentang peran panti

asuhan dalam mendaftarkan harta benda anak asuh menurut Undang-

undang.

3. Sebagai salah satu refrensi bagi penelitian yang berkaitan dengan

pencatatan daftar harta benda anak asuh menurut Hukum Islam dan

Undang-undang No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan.

4. Memberiakan masukan positif dan saran kepada Panti Asuhan

khususnya petugas agar lebih optimal dalam melaksanakan tugasnya

sebagai pengasuh.

5. Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai pencatatan daftar

harta benda anak asuh menurut Hukum Islam dan Undang-undang No.

1 tahun 1974 tentang Perkawinan.

D. Review Studi

1. Skripsi tentang “Peranan Komisi Perlindungan Anak terhadap

Perlindungan Hak Asuh Anak Akibat Perceraian” UIN 2008 oleh

Trisna Laila Yunita. Peneliti ini berpendapat bahwa peranan komisi

Page 18: PENCATATAN DAFTAR HARTA BENDA ANAK ASUH MENURUT HUKUM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3964/1/NURUL...HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG (Studi kasus di Panti Asuhan

9

perlindungan anak terhadap hak asuh anak akibat perceraian masih kurang

maksimal, serta upaya-upaya komisi perlindungan anak dalam pemenuhan

hak-hak anak akibat perceaian banyak anak yang menjadi rebutan kedua

orang tua, oleh karena itu penulis lebih menekankan kepada kinerjanya

agar lebih maksimal.

2. Skripsi tentang “Pengaruh Panti Asuhan di Indonesia” UIN 2006, oleh

Nur Laila. Peneliti ini berpendapat bahwa panti asuhan di Indonesia masih

kurang dalam mendidik anak-anak yang terlantar serta kurangnya perhatian

dari pemerintah terhadap panti asuhan-panti asuhan di Indonesia dan masih

banyak persoalan yang belum terjawab dalam penelitian ini, oleh karena itu

penulis lebih menekankan kepada kinerjanya agar lebih optimal serta

membuka kesadaran pemerintah terhadap pentingnya panti asuhan.

3. Skripsi tentang “Aspek Hukum Yuridis terhadap Perwalian dalam

Lingkungan Yayasan” UIN 2008 oleh Ahmad Maulana. Peneliti ini

berpendapat bahwa aspek hukum yuridis terhadap perwalian di lingkungan

yayasan masih kurang, karena yayasan tidak memakai hukum sebagi

landasan berdirinya, mereka membuat hukum sendiri. Judul skripsi di atas

berbeda dengan yang penulis angkat, namun maksudnya hamper sama

yakni untuk lebih membuka kesadaran hukum Yayasan atau Panti Asuhan

agar lebih sadar hukum dan taat huku, karena kita hidup di negara hukum.

E. Metode Penelitian

Page 19: PENCATATAN DAFTAR HARTA BENDA ANAK ASUH MENURUT HUKUM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3964/1/NURUL...HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG (Studi kasus di Panti Asuhan

10

1. Jenis Penelitian

Penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian yuridis sosiologis.9

Yakni penelitian tentang pelaksanaan berlakunya hukum positif yaitu

Kompilasi Hukum Islam dan Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang

Perkawinan terhadap peran pasal 51 ayat (4) tentang Daftar Harta Benda

Anak Asuh di Panti Asuhan Islamic Village Krawaci Tangerang karena

masih kurang maksimal.

2. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini akan menggunakan pendekatan kualitatif dengan

memakai bentuk studi deskriptif biasa. Maksudnya adalah dalam penelitian

deskriptif data yang dikumpulkan bukan berupa angka-angka melainkan

data tersebut berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, dokumen

pribadi, catatan memo dan catatan dokumen resmi lainnya.

Tujuan dalam penelitian deskriptif kualitatif yaitu menggambarkan

realitas empiris sesuai dengan fenomena yang ada secara mendalam, rinci

dan tuntas.7

Oleh karena itu, bentuk penelitian yang dilakukan adalah studi biasa,

maksudnya yaitu penelitian tentang subyek penyuluhan yang berkenaan

dengan fase spesifik atau khas dari keseluruhan personalitas dan subyek

9 Johnny Ibrahim, Teori dan Metodelogi Penelitian Hukum Normatif , (Malang: 2007), h. 40.

7 Bambang Waluyo, Penelitian Hukum Dalam Praktek, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), Cet Ke-

4, h. 8

Page 20: PENCATATAN DAFTAR HARTA BENDA ANAK ASUH MENURUT HUKUM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3964/1/NURUL...HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG (Studi kasus di Panti Asuhan

11

penelitian dapat saja seperti individu, kelompok, lembaga maupun

masyarakat.

3. Obyek Penelitian

Dalam penelitian ini penulis mengambil lokasi kantor di Panti

Asuhan Islamic Village Krawaci Tangerang. Adapun pemilihan lokasi

penelitian ini adalah karena masih kurangnya kesadaran hukum dari Panti

suhan dan kinerja sistemnya masih kurang maksimal.

4. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dimulai dari menghimpun data penelitian dengan

menggunakan metode sebagai berikut:

a. Wawancara dilakukan untuk mendapatkan data yang dibutuhkan untuk

menjawab semua permasalahan penelitian.10

b. Observasi yaitu mengumpulkan data dengan melihat kinerja petugas

panti asuhan dalm mendaftarkan harta benda anak asuh.11

c. Metode dokumentasi dilakukan untuk pengumpulan data dengan cara

mencari data mengenai hal-hal atau variable yang berupa catatan,

transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger,

agenda dan sebagainya.

10

Djawahir, Hejazziey (ed.), Buku Pedoman Penulisan Skripsi, (Jakarta: Fakultas Syariah dan

Hukum, 2007), Cet. Ke-1, h. 25.

11 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif , (Bandung: 2006), h. 145.

Page 21: PENCATATAN DAFTAR HARTA BENDA ANAK ASUH MENURUT HUKUM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3964/1/NURUL...HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG (Studi kasus di Panti Asuhan

12

5. Analisa data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan deskriptif

kualitatif. Adapun pengertian deskriptif kualitatif adalah membicarakan

beberapa kemungkinan untuk memecahkan masalah yang aktual dengan

jalan mengumpulkan data, menyusun, menganalisa dan

menginterpretasikan.

Metode deskriptif kualitatif merupakan metode yang dapat

dipertanggung jawabkan, sebab data-data yang telah dikumpulkan disusun

secara sitematis, kemudian dianalisa secara mendetail yang akhirnya

sampai interpretasinya kemudian dapat memberikan jawaban terhadap

masalah yang dirumuskan dalam penelitian.12

Analisa dilaksanakan dengan menghubungkan ketentuan normatif

(Das Solen) dengan implementasinya terhadap realitas kehidupan (Das

Sein), sehingga akan muncul kesadaran hukum terhadap masyarakat.

Dengan demikian, satuan analisis dalam penelitian ini peristiwa pencatatn

daftar harta benda anak asuh tanah, yang mengharuskan adanya pencatatan

daftar harata benda anak asuh dilakukan secara tertulis, tidak cukup hanya

dengan lisan saja, dengan demikian kesadaran hukum Pengurus Panti

Asuhan untuk melaksanakan hukum Islam dan Undang-undang akan

meningkat.

12

J. Moleong Lexy, Metodelogi Penelitian Kualitatif , (Bandung: Remaja Rosdakarya), h. 103.

Page 22: PENCATATAN DAFTAR HARTA BENDA ANAK ASUH MENURUT HUKUM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3964/1/NURUL...HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG (Studi kasus di Panti Asuhan

13

Adapun tehnik penulisan skripsi ini berpedoman pada penulisan

Skripsi, Tesis dan Disertasi yang dikeluarkan oleh Fakultas Syariah dan

Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2007.

F. Sistematika Penulisan

Dalam penyusunan skripsi ini penulis membagi ke dalam lima bab

dengan sistematika sebagai berikut

BAB Kesatu : Tentang pendahuluan, meliputi latar belakang masalah,

pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, review

studi, metode penelitian dan sistematika penulisan.

BAB Kedua : Membahas tentang efektivitas hukum dan fungsi

hukum yang meliputi, pengertian dan tolak ukur efektivitas, rung lingkup

perwalian.

BAB Ketiga : Membahas Potret Panti Asuhan Islamic Village

Karawaci Tangerang yang meliputi, Sejarah Berdirinya Panti Asuhan, visi,

misi, dan struktur organisasi, tugas dan wewenang.

BAB Keempat : Membahas tentang pemeliharaan harta benda anak

asuh dalam konteks perwalian yang meliputi, hak dan kewajiban Panti Asuhan

terhadap anak asuh, efektivitas pasal 51 ayat (4) Undang-undang No. 1 Tahun

1974 tentang perkawinan dalam mendaftarkan harta benda anak asuh, serta

analisis penulis.

BAB Kelima : Penutup yang berisi kesimpulan dan saran-saran.

Page 23: PENCATATAN DAFTAR HARTA BENDA ANAK ASUH MENURUT HUKUM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3964/1/NURUL...HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG (Studi kasus di Panti Asuhan

14

BAB II

EFEKTIVITAS HUKUM DAN FUNGSI HUKUM

A. Pengertian Efektivitas dan Tolak Ukur Efektivitas

Efektivitas berasal dari kata efektif yang mengandung pengertian di

capainya keberhasilan dalam mencapai tujuan yang telah di tetapkan. Efektivitas

merupakam pencapaian tujuan secara tepat atau memilih tujuan-tujuan yang

tepat dari serangkaian alternatif atau pilihan cara dan menentukan pilihan dari

beberapa pilihan lainnya. Efektivitas bisa juga diartikan sebagai pengukuran

keberhasilan dalam pencapaian tujuan-tujuan yang telah di tentukan. Sebagai

contoh, jika sebuah tugas dapat selesai dengan pemilihan cara-cara yang sudah di

tentukan, maka cara tersebut adalah benar atau efektif.1

Efektivitas erat kaitannya dengan efisien, yakni mengerjakan sesuatu

dengan benar dan baik (doing the right things). Efisiensi adalah penggunaan

sumber daya secara minimum guna pencapaian hasil yang optimum, yang

dimaksud di sini adalah output dengan input berjalan seimbang.2 Sedangkan

efektivitas adalah melakukan tugas yang benar sedangkan efisiensi adalah

melakukan tugas dengan benar. Penyelesaian yang efektif belum tentu efisien

begitu juga sebaliknya. Yang efektif bisa saja membutuhkan sumber daya yang

1 T Hani Handoko, Manajement, (Jakarta: Sinar Grafika, 2000), h. 100.

2 Soerjono Soekanto, Pokok-pokok Sosiologi Hukum, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,

2006), h. 76.

Page 24: PENCATATAN DAFTAR HARTA BENDA ANAK ASUH MENURUT HUKUM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3964/1/NURUL...HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG (Studi kasus di Panti Asuhan

15

sangat besar, sedangkan yang efisien memakan waktu yang lama, sehingga

sebisa mungkin efektivitas dan efisiensi bisa mencapai tingkat optimum untuk

keduanya.3

Efektivitas selalu terkait dengan hubungan antara hasil yang diharapkan

dengan hasil yang sesungguhnya dicapai. Hal itu dapat di lihat dari berbagai

sudut pandang (view point) dan dapat dinilai dengan berbagai cara dan

mempunyai kaitan yang erat dengan efisiensi. Seperti yang dikemukakan oleh

Arthur G. Gedeian dkk dalam bukunya Organization Theory and Design yang

mendefinisikan efektivitas, sebagai berikut:

“That is, the greater the extent it which an organization’s goals are met or

surpassed, the greater its effectiveness” (Semakin besar pencapaian tujuan-

tujuan organisasi semakin besar efektivitas)4

Berdasarkan pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa apabila

pencapaian tujuan-tujuan organisasi semakin besar, maka semakin besar pula

efektivitasnya.

Melihat pengertian efektivitas di atas, maka untuk mencapai efektivitas

rencana harus memenuhi syarat-syarat atau ukuran sebagai berikut:

a. Kegunaan.

Agar berguna dalam pelaksanaan fungsi-fungsinya yang lain, suatu

rencana harus fleksibel, stabil, berkesinambungan dan sederhana.

3 Ilo, Efektifitas Hukum, (Jakarta: Artikel, 2001), h. 8.

4 G. Gedeian dkk, Organization Theory and Design. h. 61.

Page 25: PENCATATAN DAFTAR HARTA BENDA ANAK ASUH MENURUT HUKUM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3964/1/NURUL...HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG (Studi kasus di Panti Asuhan

16

b. Ketepatan dan Objektifitas.

Semua rencana harus di evaluasi untuk mengetahui apakah jelas, ringkas,

nyata dan akurat. Berbagai keputusan dan kegiatan manajemen lainnya

hanya efektif bila didasarkan atas informasi yang tepat.

c. Ruang Lingkup.

Arti dari ruang lingkup disini adalah perlu memperhatikan prinsip-prinsip

kelengkapan (comprehensiveness), kepaduan (unity), dan konsistensi.

d. Efektivitas Biaya.

Dalam hal ini efektivitas biaya menyangkut waktu, usaha dan aliran

emosional.

e. Akuntabilitas.

Ada dua aspek akuntabilitas: pertama, tanggung jawab atas pelaksanaan,

kedua, tanggung jawab atas implementasi rencana. Karena suatu

perencanaan harus mencangkup semuanya.

f. Ketepatan Waktu Perencanaan.

Perubahan-perubahan yang terjadi sangat cepat dan akan dapat

menyebabkan rencana tidak tepat atau sesuai untuk berbagai perbedaan

waktu yang ada. 5

Adapula yang menghambat efektivitas, yaitu ada 7 (tujuh) hal yang

berpotensi menghambat efektivitas kerja, diantaranya: 6

5 T. Hani Handoko, Manajement, ( Jakarta: Sinar Grafika, 2000), h. 103-105.

Page 26: PENCATATAN DAFTAR HARTA BENDA ANAK ASUH MENURUT HUKUM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3964/1/NURUL...HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG (Studi kasus di Panti Asuhan

17

a. Tidak Memiliki Tujuan yang Jelas dan Target.

Tanpa tujuan yang jelas dan target terukur, semua yang kita lakukan

menjadi tidak fokus dan menjadikan waktu dan energy menjadi tidak

efektif.

b. Tidak Memiliki Rencana Detil.

Setelah memiliki tujuan jelas serta target terukur kitapun di tuntut

memiliki rencana detil. Rencana detil seperti peta yang memandu setiap

langkah sehingga waktu yang kita miliki benar-benar efektif.

c. Tidak Teratur dalam Hidup.

Ketidakteraturan ini biasanya akan mendatangkan banyak masalah.

d. Komunikasi yang Tidak Baik.

Sekitar 70% aktifitas hidup kita di isi dengan komunikasi, maka siapapun

yang ingin efektif dalam bekerja harus memiliki kemampuan komunikasi

yang baik. Banyak masalah yang lahir dari misscomunication. Masalah

spele saja bisa menghancurkan rumah tangga bila suami dan istri tidak

bisa berkomunikasi dengan baik.

e. Konflik yang Tidak Perlu.

Mempermasalahkan hal-hal yang kecil dan tidak prinsipil, bila sudah

terjadi konflik maka energi kita tekuras, sehinggaa tugas utama kita

terbengkalai. Saat suami istri terlibat konflik misalnya, maka fungsi-

fungsi rumah tangga akan terbengkalai, anak kehilangan keberkahan

6 Aa Gym, Efektifitas Amal dan Ibadah, (Bandung: Artikel, 2001), h. 3.

Page 27: PENCATATAN DAFTAR HARTA BENDA ANAK ASUH MENURUT HUKUM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3964/1/NURUL...HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG (Studi kasus di Panti Asuhan

18

hidup dan kasih sayang untuk anak akan hilang, karena itu apa yang kita

kedepankan bukan ego dan nafsu, namun semangat persaudaraan,

semangat solusi dan semangat kesuksesan bersama.

f. Besikap Emosional.

Selain mengganggu suasana, sikap emosional akan menghambat

efektivitas kerja. Orang emosional cenderung membesar-besarkan

masalah, pendendam, dan menuntut. Jika sudah demikian waktu-waktu

produktif kita banyak yang terbuang percuma, karena itu mustahil sebuah

pekerjaan akan berkualitas jika dilakukan dengan keadaan emosi dan

berakibat menunda-nunda pekerjaan.

Setiap waktu memiliki haknya sendiri-sendiri, saat kita menunda sebuah

pekerjaan maka pada saat bersamaan kita sudah mengambil hak

sepenggalan waktu dan ini awal menjadi datangnya masalah setiap detik

yang kita lalui. Maka pilihlah keputusan terbaik, salah satunya jangan

menunda-nunda pekerjaan.

Untuk membahas tidak efektifnya hukum, ada baiknya juga

memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas suatu penerapan

hukum. Setiap proses penegakan hukum, ada faktor-faktor yang mempengaruhi

dan mempunyai arti sehingga dampak positif dan negatifnya terletak pada isi

faktor tersebut.7

7 Ishaq, Dasar-dasar Ilmu Hukum (Jakarta: Bumi Aksara, 1999), h. 40.

Page 28: PENCATATAN DAFTAR HARTA BENDA ANAK ASUH MENURUT HUKUM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3964/1/NURUL...HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG (Studi kasus di Panti Asuhan

19

Kemudian Menurut Soedjono Soekanto dalam bukunya tentang Pokok-

pokok Sosiologi Hukum ia berpendapat bahwasannya faktor tersebut ada 5 (

lima) hal, yaitu:

1) Hukum itu Sendiri.

Dalam praktik penyelenggaraan hukum di lapangan ada kalanya terjadi

pertentangan antara kepastian hukum dan keadilan, hal ini disebabkan

oleh konsepsi keadilan merupakan suatu rumusan yang bersifat abstrak,

sedangkan kepastian hukum merupakan suatu prosedur yang telah

ditentukan secara normatif. Justru itu, suatu kebijakan atau tindakan yang

tidak sepenuhnya berdasar hukum merupakan sesuatu yang dapat

dibenarkan sepanjang kebijakan atau tindakan itu tidak bertentangan

dengan hukum.8

Maka pada hakikatnya penyelenggaraan hukum bukan hanya mencakup

low enforcement saja, namun juga peace maintenance, karena

penyelenggaraan hukum sesungguhnya merupakan proses penyerasian

antara nilai kaedah dan pola perilaku nyata yang bertujuan untuk

mencapai kedamaian. Dengan demikian, tidak berarti setiap

permasalahan sosial hanya dapat diselesaikan dengan hukum yang

tertulis, karena tidak mungkin ada peraturan perundang-undangan yang

dapat mengatur seluruh tingkah laku manusia, yang isinya jelas bagi

8 Soerjono Soekanto, Pokok-pokok Sosiologi Hukum, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

2006), h. 80.

Page 29: PENCATATAN DAFTAR HARTA BENDA ANAK ASUH MENURUT HUKUM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3964/1/NURUL...HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG (Studi kasus di Panti Asuhan

20

setiap warga masyarakat yang diatur dan serasi antara kebutuhan untuk

menerapkan peraturan dengan fasilitas yang mendukungnya.9

Pada hakikatnya, hukum itu mempunyai unsur-unsur antara lain hukum

perundang-undangan, hukum traktat, hukum yuridis, hukum adat, dan

hukum ilmuwan atau doktrin.

Secara ideal unsur-unsur itu harus harmonis, artinya tidak saling

bertentangan baik secara vertikal maupun secara horizontal antara

perundang-undangan yang satu dengan yang lainnya, bahasa yang

dipergunakan harus jelas, sederhana, dan tepat karena isinya merupakan

pesan kepada warga masyarakat yang terkena perundang-undangan itu.10

2) Penegak Hukum.

Dalam berfungsinya hukum, mentalitas atau kepribadian petugas penegak

hukum memainkan peranan penting, kalau peraturan sudah baik, tetapi

kualitas petugas kurang baik, ada masalah. Oleh karena itu, salah satu

kunci keberhasilan dalam penegakan hukum adalah mentalitas atau

kepribadian penegak hukum dengan mengutip pendapat J. E.Sahetapy

yang mengatakan:

“Dalam rangka penegakan hukum dan implementasi penegakan hukum

bahwa penegakan keadilan tanpa kebenaran adalah suatu kebijakan.

Penegakan kebenaran tanpa kejujuran adalah suatu kemunafikan. Dalam

kerangka penegakan hukum oleh setiap lembaga penegakan hukum

9 Ibid., h. 80.

10

Ibid., h. 81.

Page 30: PENCATATAN DAFTAR HARTA BENDA ANAK ASUH MENURUT HUKUM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3964/1/NURUL...HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG (Studi kasus di Panti Asuhan

21

(inklusif manusianya) keadilan dan kebenaran harus dinyatakan, harus

terasa dan terlihat, harus di aktualisasikan”.11

Pada konteks di atas yang menyangkut kepribadian dan mentalitas

penegak hukum selama ini ada kecenderungan yang kuat di kalangan

masyarakat untuk mengartikan hukum sebagai petugas atau penegak

hukum, artinya hukum di identikkan dengan tingkah laku nyata petugas

atau penegak hukum.12

3) Sarana dan Fasilitas.

Faktor sarana atau fasilitas pendukung mencakup perangkat lunak dan

perangkat keras, salah satu contoh perangkat lunak adalah pendidikan.

Pendidikan yang di terima oleh Polisi dewasa ini cenderung praktis

konvensional, sehingga dalam banyak hal polisi mengalami hambatan di

dalam tujuannya, diantaranya adalah pengetahuan tentang kejahatan

komputer, dalam tindak pidana khusus yang selama ini masih diberikan

wewenang kepada Jaksa, hal tersebut karena secara teknis yuridis polisi

dianggap belum mampu dan belum siap.13

Walaupun disadari pula bahwa tugas yang harus diemban oleh polisi

begitu luas dan banyak. Masalah perangkat keras dalam hal ini adalah

sarana fisik yang berfungsi sebagai faktor pendukung. Sebab apabila

11

J. E.Sahetapy.

12

Soerdjono Soekanto, Pokok-pokok Sosiologi Hukum, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

2006), h. 81.

13

Ibid., h. 81.

Page 31: PENCATATAN DAFTAR HARTA BENDA ANAK ASUH MENURUT HUKUM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3964/1/NURUL...HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG (Studi kasus di Panti Asuhan

22

sarana fisik seperti kertas tidak ada, karbon kurang cukup dan mesin tik

yang kurang baik, bagaimana petugas dapat membuat berita acara

mengenai suatu kejahatan.

Soerjono Soekanto berpendapat bahwa bagaimana Polisi dapat bekerja

dengan baik, apabila tidak dilengkapi dengan kendaraan dan alat-alat

komunikasi yang proporsional. Sarana atau fasilitas mempunyai peranan

yang sangat penting di dalam penegakan hukum, tanpa adanya sarana

atau fasilitas tersebut, tidak akan mungkin penegak hukum menyerasikan

peranan yang seharusnya dengan peranan yang aktual.14

4) Masyarakat.

Penegak hukum berasal dari masyarakat dan bertujuan untuk mencapai

kedamaian di dalam masyarakat. Setiap warga masyarakat atau kelompok

sedikit banyaknya mempunyai kesadaran hukum, persoalan yang timbul

adalah taraf kepatuhan hukum, yaitu kepatuhan hukum yang tinggi,

sedang, atau kurang. Adanya derajat kepatuhan hukum masyarakat

terhadap hukum, merupakan salah satu indikator berfungsinya hukum

yangber sangkutan. Sikap masyarakat yang kurang menyadari tugas

polisi, tidak mendukung, dan malahan kebanyakan bersikap apatis serta

menganggap tugas penegakan hukum semata-mata urusan polisi, serta

14

Ibid., h. 75.

Page 32: PENCATATAN DAFTAR HARTA BENDA ANAK ASUH MENURUT HUKUM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3964/1/NURUL...HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG (Studi kasus di Panti Asuhan

23

keengganan terlibat sebagai saksi dan sebagainya. Hal ini menjadi salah

satu faktor penghambat dalam penegakan hukum.15

5) Kebudayaan.

Dalam kebudayaan sehari-hari orang begitu sering membicarakan soal

kebudayaan. Kebudayaan menurut Soerjono Soekanto, mempunyai

fungsi yang sangat besar bagi manusia dan masyarakat, yaitu mengatur

agar manusia dapat mengerti bagaimana seharusnya bertindak, berbuat,

dan menentukan sikapnya kalau mereka berhubungan dengan orang lain.

Dengan demikian, kebudayaan adalah suatu garis pokok tentang

perikelakuan yang menetapkan peraturan mengenai apa yang harus

dilakukan, dan yang dilarang.16

Kelima faktor yang dikemukakan Soerjono Soekanto di atas, tidak

disebutkan faktor mana yang sangat dominan berpengaruh karena semua faktor

tersebut harus mendukung untuk membentuk efektivitas hukum. Jika sistematika

dari kelima faktor ini bisa optimal, setidaknya hukum di nilai dapat efektif.17

B. Hukum sebagai Sarana Memperlancar Interaksi Sosial

Tentang fungsi hukum ada beberpa kecenderungan untuk menganggap

hukum sebagai salah satu sarana pengendalian sosial (social control).

Pengedalian sosial mencangkup semua kekuatan-kekuatan yang menciptakan

15

Ibid., h. 81.

16

Ibid., h. 82.

17

Ibid., h. 76.

Page 33: PENCATATAN DAFTAR HARTA BENDA ANAK ASUH MENURUT HUKUM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3964/1/NURUL...HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG (Studi kasus di Panti Asuhan

24

serta memelihara ikatan sosial. Teori Impertif tentang fungsi hukum banyak

menghubungkannya dengan hukum pidana, dalam hal ini ada G. Sawer

mengatakan dalam bukunya:

„it is obedience that articulates the solid bony framework of social order‟, and

will speaking often of society or the state as imposing law, he seemed also to

accept the necessity for a wise minority or organization of distinct elements of

the population to exert social control through law‟.18

Hukum adalah suatu sarana pemaksa yang melindungi warga masyarakat

dari ancaman-ancaman manapun, maupun perbuatan-perbuatan yang

membahayakan diri, serta harta bendanya. Selain itu, fungsi hukum juga

merupakan sarana pegendalian sosial, akan tetapi dilain pihak hukum juga

berfungsi sebagai sarana untuk memperlancar proses interaksi sosial (law as a

facilitation of human interaction).19

Untuk mengetahui mana yang lebih penting atau utama antara keduanya

tergantung pada bidang hukum yang dipersoalkan dan terkadang dua fungsi

tersebut tadi berkaitan dengan eratnya, sehingga sulit untuk dibedakan secara

tegas. Akan tetapi, kurang tepat jika mengatakan kedua fungsi tersebut hanya

semata-mata untuk mengatasi masalah saja, karena fungsi yang ada tidak saja

untuk mengatasi hal tersebut melainkan jika kegunaannya jauh sebelum adanya

timbul masalah itu lebih baik.

18

Soerdjono Soekanto, Kesadaran Hukum Dan Kepatuhan Hukum, (Jakarta: CV Rajawali,

1982), h.58.

19 Ibid, h.59.

Page 34: PENCATATAN DAFTAR HARTA BENDA ANAK ASUH MENURUT HUKUM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3964/1/NURUL...HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG (Studi kasus di Panti Asuhan

25

Ada beberapa contoh dalam kedua fungsi tersebut, salah satunya yaitu:

dalam norma-norma yang mengatur perihal perbuatan penganiayaan yang

merupakan suatu kejahatan yang mana telah diatur dalam Bab XX tentang

Penganiayaan KUHP, pasal 351 sampai dengan pasal 358.20

Norma-norma hukum tersebut jelas merupakan sarana pemaksa yang

berfungsi untuk melindungi warga masyarakat terhadap perbuatan yang

mengakibatkan terjadinya penderitaan pada pihak yang lain. Selain itu ada

contoh lain dari hukum perdata, khususnya hukum perjanjian misalya dalam

buku ke-III B.W. atau KUHPerdata termasuk salah satu norma yang dapat

mengatur untuk memperlancar atau mempermudah berprosesnya interaksi

sosial, yang mana dalam buku tersebut banyak sekali aturan-aturan yang

mengatur tata cara dalam berbagai macam hal tentang perjanjian yang dapat

menghidupkan interaksi sosial antara orang yang satu dengan orang banyak, hak-

hak dan kewajiban-kewajiban pihak-pikak yang membuat perjanjian, tercantum

dalam dokumen yang telah dibuat bersama dan disepakati dan semua persetujuan

yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi para pihak yang

telah membuatnya.21

Terlihat bahwasannya unsur paksaan dalam hukum ada, oleh karea itu

jika ada salah satu dari pihak tidak melaksanakan perjanjian tersebut maka dia

harus mengganti kerugian. Jadi ada semacam „kontrol sosial ata social control’’

20

http://welcome.to/RGS_Mitra ; [email protected] ; [email protected]

21

Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, (Jakarta: Intermesa, 1996), h. 27

Page 35: PENCATATAN DAFTAR HARTA BENDA ANAK ASUH MENURUT HUKUM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3964/1/NURUL...HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG (Studi kasus di Panti Asuhan

26

bagi mereka yang melanggar perjanjian tersebut. Dengan demikian terlihat

bahwasanya kedua fungsi hukum yang di asumsikan dapat di ketemukan dalam

hukum perjanjian di atas.

Selain itu juga, ada norma-norma hukum yang secara implisit maupun

eksplisit yang mana menyangkut dengan interaksi sosial, yaitu seperti peraturan

lalu lintas dan angkutan jalan raya yang mana salah satu dari peraturan ini adalah

berkewajiban untuk berjalan sebelah kiri di Indonesia. Artinya, apabila ada

kendaraan yang datang dari arah yang berlawanan, maka kendaraan yang

ditumpangi harus mengambil jalur kiri,22 jelas bahwa peraturan ini berfungsi

untuk mempermudah proses interaksi. Hal ini terwujud dengan menciptakan

harapan timbal balik (shared reciprocal expectations) pada pengendara,

sehingga mereka dapat menyelaraskan dengan perilaku pihak yang lain. Dalam

hal ini fungsi peraturan tersebut adalah untuk meringankan warga masyarakat

dari beban-beban dan melepaskannya dari resiko yang dihadapi mereka dalam

situasi dan kondisi tertentu.

Ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi mempermudahnya

terjadinya interaksi sosial atau perubahan social serta faktor-faktor yang

menghambat interaksi tersebut. Hal-hal yang mempermudah atau memperlancar

terjadinya perubahan sosial antara lain adalah apabila suatu masyarakat sering

mengadakan kontak dengan masyarakat-masyarakat lain, sistim lapisan sosial

22

Soerdjono Soekanto, Kesadaran Hukum dan Kepatuhan Hukum, (Jakarta: CV Rajawali,

1982), h.60.

Page 36: PENCATATAN DAFTAR HARTA BENDA ANAK ASUH MENURUT HUKUM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3964/1/NURUL...HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG (Studi kasus di Panti Asuhan

27

yang terbuka, penduduk yang heterogen maupun ketidak puasan masyarakat

terhadap kehidupan tertentu dan lain sebagainya. Sedangan faktor-faktor yang

memperlambat terjadinya perubahan sosial antara lain sikap masyarakat yang

mengagung-agungkan masa lampau (tradisionalisme), adanya kepentingan-

kepentingan yang tertanam dengan kuat (vested-interest), prasangka terhadap

hal-hal yang baru atau asing dan sebagainya.23

Berlangsungnya suatu proses interaksi didasarkan pada berbagai faktor:24

1) Imitasi.

Salah satu segi positifnya adalah bahwa imitasi dapat mendorong

seseorang untuk mematuhi kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang berlaku.

2) Sugesti.

Faktor sugesti berlangsung apabila seseorang memberi suatu pandangan

atau suatu sikap yang berasal dari dirinya yang kemudian diterima oleh

pihak lain.

3) Identifikasi.

Identifikasi sebenarnya merupakan kecenderungan atau keinginan dalam

diri seseorang imitasi, karena kepribadian seseorang dapat terbentuk atas

dasar proses ini.

4) Proses simpati.

23

Hans Kelsen, Pengantar Teori Hukum, (Bandung: Nusantara Media, 2009), h. 56.

24

http://www.gogle.co.id//proses dan interaksi sosial//19052011.

Page 37: PENCATATAN DAFTAR HARTA BENDA ANAK ASUH MENURUT HUKUM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3964/1/NURUL...HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG (Studi kasus di Panti Asuhan

28

Sebenarnya merupakan suatu proses dimana seseorang merasa tertarik

pada pihak lain. Di dalam proses ini perasaan memegang peranan yang

sangat penting, walaupun dorongan utama pada simpati adalah keinginan

untuk memahami pihak lain dan untuk bekerja sama dengannya.

Selain ada beberapa proses interaksi yang telah di sebutkan di atas, ada

juga syarat-syarat terjadinya interaksi sosial:25

1) Adanya kontak sosial (social contact), yang dapat berlangsung dalam tiga

bentuk, yaitu antarindividu, antarindividu dengan kelompok,

antarkelompok. Selain itu, suatu kontak dapat pula bersifat langsung

maupun tidak langsung.

2) Adanya Komunikasi, yaitu seseorang memberi arti pada perilaku orang

lain, perasaan-perassaan apa yang ingin disampaikan orang tersebut.

Orang yang bersangkutan kemudian memberi reaksi terhadap perasaan

yang ingin disampaikan oleh orang tersebut

Interaksi sosial merupakan kunci dari semua kehidupan sosial, karena

tanpa interkasi sosial tak akan mungkin ada kehidupan bersama.

C. Ruang Lingkup Perwalian

Istilah perwalian berasal dari bahasa Arab dari kata dasar waliya,

wilayah atau walayah. Kata wilayah atau walayah mempunyai makna etimologis

25

Soerdjono Soekanto, Pokok-pokok Sosiologi Hukum, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

2006), h. 85.

Page 38: PENCATATAN DAFTAR HARTA BENDA ANAK ASUH MENURUT HUKUM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3964/1/NURUL...HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG (Studi kasus di Panti Asuhan

29

lebih dari satu, diantaranya dengan makna, pertolongan, cinta, (mahabbah),

kekuasaan atau kemampuan (al-Sulthah) yang artinya kepemimpinan seseorang

terhadap sesuatu.26 Berdasarkan pengertian etimologis tersebut, maka dapat

difahami bahwasannya perwalian adalah suatu bentuk perlindungan dengan

otoritas penuh atas dasar tanggung jawab dan cinta kasih, untuk memberikan

pertolongan terhadap ketidak-mampuan seseorang dalam melakukan perbuatan-

perbuatan hukum, baik yang berhubungan dengan harta maupun dengan dirinya.

Dalam literatur-literatur Fiqih klasik dan kontemporer, kata al-wilayah

digunakan sebagai wewenang seseorang untuk mengelola harta dan mengayomi

seseorang yang belum cakap bertindak hukum. Dari kata inilah muncul istilah

wali bagi anak yatim, dan orang yang belum cakap bertindak hukum. Istilah al-

wilayah juga dapat berarti hak untuk menikahkan sorang wanita. Hak itu di

pegang oleh wali nikah.27

Mengasuh anak maksudnya mendidik dan memelihara anak, mengurus

makanan, minuman, pakaian dan kebersihannya, dalam periode umurnya yang

pertama.

Mengasuh anak itu adalah hak ibu, kalau tidak ada ibu maka di gantikan

oleh kaum wanita dari keluarga ibu, dan kalaupun mereka itu tidak ada maka

26

Abdurrahman Al-Nahlawi, “Ushul al-tarbiyah al-Islamiyah wa Asalibiha fi al-Bait wa al-

Madrasah wa al-mujtama”. (Beirut: Dar al-fikr, 1983), Cet ke-2, h. 98.

27

Ahmad Kamil, Hukum Perlindungan dan Pengangkatan Anak di Indonesia, (Jakarta: Raja

Grafindo Persada, 2008 ), h.125.

Page 39: PENCATATAN DAFTAR HARTA BENDA ANAK ASUH MENURUT HUKUM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3964/1/NURUL...HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG (Studi kasus di Panti Asuhan

30

digantikan oleh kaum wanita dari keluarga ayah, kemudian keluarga lain dari

pihak ibu, kalau tidak maka digantikan dari keluarga lain dari pihak ayah.28

Hak mengasuh itu di utamakan kepada kaum wanita dan dari keluarga

ibu, karena hal itulah yang wajar. Wanita lebih mampu dari laki-laki untuk

mengurus anak kecil dan memeliharanya dalam usia belum baligh itu, dan juga

lebih lemah lembut, lebih sabar, lebih tekun, dan lebih banyak waktunya. Dalam

masalah ini diterangkan dalam Hadits dari Abdullah bin „Amr, bahwasanya ada

sorang wanita pernah mendatangi Rasulullah SAW mengadukan masalahnya,

wanita itu berkata:

يا رسل ا هلل اى ابي : هلل بي عوز رضي ا هلل عوا اى اهزا ة قا لت اعي عبد

طلقي ا قاء حجزي ل حاء اى ابسد يي ل ثذا كاى بطي ل عاء

لا رسل اهلل صلي اهلل علي سلن ات احق ب هالن فقالياراداى يتزع م

29(را احود ابداد صحح الحكين)تكحي

Artinya: “Ya Rasulallah, anakku ini dahulu, akulah yang mengandungnya di

dalam rahim saya, kemudian saya yang memeliharanya dalam pangkuan saya

dan saya yang memberikan minum dan air susu saya, kemudian ayahnya

menceraikan saya, lalu bermaksud menarik anak ini dari saya!. Mendengar

pengaduan itu, Rasulallah SAW bersabda : “Engkau lebih berhak mengurus

anakmu itu, selama engkau belum menikah lagi dengan laki-laki lain”. (di

riwayatkan oleh Ahmad dan Abu Daud dan mensohihkannya oleh Imam Hakim)

Al-Quran juga menjelaskan tentang dasar hukum atas pengasuhan dalam

Islam surat al-Baqarah ayat 233:

28

Sri Widoyati, Anak dan Wanita dalam Hukum, (Jakarta: LP3ES, 1983), h. 48.

29 Ibnu Hajar Al-Asqalani, Bulughul Maram, (Jakarta: Dar Al-Islamiyah, 2002), h. 423.

Page 40: PENCATATAN DAFTAR HARTA BENDA ANAK ASUH MENURUT HUKUM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3964/1/NURUL...HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG (Studi kasus di Panti Asuhan

31

)223: 1 /البقزا ة) 30

Artinya: "Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun

penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. dan kewajiban ayah

memberi makan dan Pakaian kepada para ibu dengan cara ma'ruf. seseorang

tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. janganlah seorang

ibu menderita kesengsaraan Karena anaknya dan seorang ayah Karena

anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. apabila keduanya ingin

menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan

permusyawaratan, Maka tidak ada dosa atas keduanya. dan jika kamu ingin

anakmu disusukan oleh orang lain, Maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu

memberikan pembayaran menurut yang patut. bertakwalah kamu kepada Allah

dan Ketahuilah bahwa Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan." (Q.S. Al-

Baqarah (1):223)

Dalam menetapkan hukum dan ketentuan mengenai perwalian, Islam

merujuk kepada firman Allah SWT mengenai pentingnya pemeliharaan terhadap

harta, terutama pemeliharaan terhadap harta anak yatim yang telah di tinggalkan

oleh orang tuannya. Dalam hal ini Allah SWT berfirman dalam al-Qur‟an surat

an-Nisa ayat 2:

30

Al-Qur‟an dan Terjemahanya., Depag RI. Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta: CV.

Kathoda, 2005).

Page 41: PENCATATAN DAFTAR HARTA BENDA ANAK ASUH MENURUT HUKUM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3964/1/NURUL...HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG (Studi kasus di Panti Asuhan

32

) 31(2 : 4 /الساء

Artinya: "Dan berikanlah kepada anak-anak yatim (yang sudah balig) harta

mereka, jangan kamu menukar yang baik dengan yang buruk dan jangan kamu

makan harta mereka bersama hartamu. Sesungguhnya tindakan-tindakan

(menukar dan memakan) itu, adalah dosa yang besar." (Q.S. An-Nisa (4): 2)

Ayat di atas menjadi suatu landasan dalam memelihara harta anak yatim

yang telah ditinggalkan orang orang tuanya atau ahli warisnya. Ayat tersebut

secara jelas menyatakan mengenai pemeliharaan dan perlindungan terhadap

harta sampai mereka telah cakap dalam pengelolaannya (dewasa), artinya jika

anak-anak yatim tersebut belum cakap hukum, maka pengelolaan harta tersebut

harus dijaga dan dipelihara oleh walinya. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam

al-Qur‟an surat an-Nisa ayat 6:

) 32(6 : 4 /الساء

Artinya: "Dan ujilah anak yatim itu sampai mereka cukup umur untuk kawin.

Kemudian jika menurut pendapatmu mereka Telah cerdas (pandai memelihara

harta), Maka serahkanlah kepada mereka harta-hartanya. dan janganlah kamu

makan harta anak yatim lebih dari batas kepatutan dan (janganlah kamu)

tergesa-gesa (membelanjakannya) sebelum mereka dewasa. barang siapa (di

31

Ibid.

32

Ibid.

Page 42: PENCATATAN DAFTAR HARTA BENDA ANAK ASUH MENURUT HUKUM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3964/1/NURUL...HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG (Studi kasus di Panti Asuhan

33

antara pemelihara itu) mampu, Maka hendaklah ia menahan diri (dari memakan

harta anak yatim itu) dan barangsiapa yang miskin, Maka bolehlah ia makan

harta itu menurut yang patut. Kemudian apabila kamu menyerahkan harta

kepada mereka, Maka hendaklah kamu adakan saksi-saksi (tentang penyerahan

itu) bagi mereka. dan cukuplah Allah sebagai Pengawas (atas persaksian itu)."

(Q.S. an-Nisa (4): 6)

Selain adanya perintah untuk menjaga anak yatim tersebut, baik dalam

konteks penjagaan jiwa dan perkembangan mereka, juga penjagaan terhadap

harta mereka. Dan Allah sangat murka jika orang yang kemudian menjadi wali

tidak dapat menjaga dan memelihara harta tersebut. Hal ini sebagaimana firman

Allah SWT dalam al-Qur‟an surat an-Nisa ayat 10:

) 33(10 : 4 /الساء

Artinya: "Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara

zalim, Sebenarnya mereka itu menelan api sepenuh perutnya dan mereka akan

masuk ke dalam api yang menyala-nyala (Neraka)." (Q.S. an-Nisa (4): 10)

Selain Al-Qur‟an dan Hadis sebagai landasan ketentuan mengenai

perwalian. Dalam konteks sistem hukum Indonesia, landasan tersebut juga telah

diadopsi dalam KHI (Kompilasi Hukum Islam), landasan hukum terhadap

perwalian tersebut, diatur dalam BAB XV mengenai perwalian, pada pasal 107

ayat (1-4) dinyatakan bahwa: “(1) Perwalian hanya terhadap anak yang belum

berumur 21 tahun dan atau belum pernah melangsungkan perkawinan; (2)

Perwalian meliputi perwalian terhadap diri dan harta kekayaan; (3) Bila wali

tidak mampu berbuat atau lalai melaksanakan tugas perwaliannya, maka

33

Ibid.

Page 43: PENCATATAN DAFTAR HARTA BENDA ANAK ASUH MENURUT HUKUM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3964/1/NURUL...HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG (Studi kasus di Panti Asuhan

34

Pengadilan Agama dapat menunjuk salah seorang kerabat untuk bertindak

sebagai wali atas permohonan kerabat tersebut, dan (4) Wali sedapat-dapatnya

diambil dari keluarga anak tersebut atau orang lain yang sudah dewasa, berpikir

sehat, adil, jujur dan berkelakuan baik, atau badan hukum.”34

Dalam sistem hukum Indonesia, wali memiliki tanggung jawab yang

bertujuan untuk memelihara akan kesejahteraan dari pada yang di perwalikan,

termasuk dalam pemeliharaan harta benda yang di pertinggalkan. Hal ini

sebagaimana dinyatakan dalam pasal 110 KHI, yaitu:35

(1) Wali berkewajiban mengurus diri dan harta orang yang berada di bawah

perwaliannya dengan sebaik-baiknya dan berkewajiban memberikan

bimbingan agama, pendidikan dan ketrampilan lainnya untuk masa depan

orang yang berada dibawah perwaliannya;

(2) Wali dilarang mengikat, membebani dan mengasingkan harta orang yang

berada di bawah perwaliannya, kecuali bila perbuatan tersebut

menguntungkan bagi orang yang berada di bawah perwaliannya atau

merupakan suatu kenyataan yang tidak dapat dihindari;

(3) Wali bertanggung jawab terhadap harta orang yang berada di bawah

perwaliannya, dan mengganti kerugian yang timbul akibat kesalahan dan

kelalainnya;

34

Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: Akademika Pressindo, 2007),

h, 139.

35

Ibid., h. 140.

Page 44: PENCATATAN DAFTAR HARTA BENDA ANAK ASUH MENURUT HUKUM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3964/1/NURUL...HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG (Studi kasus di Panti Asuhan

35

(4) Dengan tidak mengurangi ketentuan yang diatur dalam pasal 51 ayat (4) UU

No.1 tahun 1974 tentang Perkawinan, pertanggungjawaban wali tersebut ayat

(3) harus di buktikan dengan pembukuan yang ditutup tiap tahun sekali.

Sementara dalam pasal 51 Undang-Undang No.1 Tahun 1974 menyatakan

bahwa: (1) Wali wajib mengurus anak yang berada di bawah kekuasaannya

dan harta bendanya sebaik baiknya dengan menghormati agama kepercayaan

anak itu; (2) Wali wajib membuat daftar harta benda anak yang berada

dibawah kekuasaannya pada waktu memulai jabatannya dan mencatat semua

peru bahan-perubahan harta benda anak tersebut; (3) Wali bertanggung

jawab tentang harta benda anak yang berada dibawah perwaliannya serta

kerugian yang ditimbulkan kesalahan dan kelalaiannya; (4) Larangan Bagi

Wali.

Mengenai larangan bagi wali, telah diatur di dalam pasal 52 UU No.1

tahun 1974 menyatakan bahwa wali tidak diperbolehkan memindahkan hak atau

menggadaikan barang-barang tetap yang dimiliki anaknya yang belum berumur

18 tahun atau belum melakukan perkawinan kecuali apabila kepentingan anak

tersebut memaksa.36

Ketentuan tersebut di atas menjadi landasan hukum yang mengikat

terhadap kedudukan dan wewenangan seorang wali dalam menjaga dan atau

memelihara baik jiwa dan harta anak yatim.

36

Ibid.

Page 45: PENCATATAN DAFTAR HARTA BENDA ANAK ASUH MENURUT HUKUM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3964/1/NURUL...HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG (Studi kasus di Panti Asuhan

36

Sebagaimana telah disebutkan di atas tentang landasan hukum menurut

KHI dan Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, dijelaskan pula

landasan hukum tentang perwalian dalam KUHPerdata dalam pasal 330

bahwasanya belum dewasa adalah mereka yang belum mencapai umur genap

dua puluh satu tahun, dan tidak lebih dahulu telah kawin. 37

Secara umum dalam KUHPerdata terdapat beberapa asas mengenai

perwalian, yaitu:

1) Asas Tak Dapat Dibagi-bagi (Ondeelbaarheid). Pada tiap-tiap perwalian

hanya ada satu wali, hal ini tercantum dalam pasal 331 KUHPerdata.

Asas tak dapat dibagi-bagi ini mempunyai pengecualian dalam 2 hal,

yaitu:38

a) Dalam pasal 351 KUHPerdata disebutkan bahwa jika perwalian itu

dilakukan oleh ibu sebagai orang tua yang hidup paling lama (Langs

tlevendeouder), maka kalau ia kawin lagi suaminya menjadi wali serta

atau (medevoogd).

b) Dalam pasal 361 KUHPerdata, dinyatakan bahwa jika sampai ditunjuk

pelaksanaan pengurusan (bewindvoerder) yang mengurus barang-barang

minderjarige di luar Indonesia

2) Asas Persetujuan Dari Keluarga. Asas persetujuan keluarga merupakan

asas dimana keluarga harus dimintai persetujuan tentang perwalian. Jika

37 Subekti dan Tjitrosudibio,Kitab Undang-undang HUkum Perdata, (Jakarta: PT Pradnya

Paramita, 1999), h. 90.

38

Ibid., h.91.

Page 46: PENCATATAN DAFTAR HARTA BENDA ANAK ASUH MENURUT HUKUM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3964/1/NURUL...HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG (Studi kasus di Panti Asuhan

37

keluarga tidak ada maka tidak diperlukan persetujuan pihak keluarga itu,

sedang pihak keluarga kalau tidak datang sesudah diadakan panggilan

dapat dituntut berdasarkan pasal 524 KUHPerdata.

Dalam KUHPerdata, juga mengatur tentang perwalian bagi seorang

perempun. Dimana dalam pasal 332b (1) dikatakan mengenai wewenang wali:

“perempuan bersuami tidak boleh menerima perwalian tanpa bantuan dan izin

tertulis dari suaminya." Namun, jika suami tidak memberika izin, maka bantuan

dari pendamping (bijstand) itu dapat digantikan dengan kekuasaan dari hakim.

Hal ini sebagaimana dinyatakan dalam pasal 332b ayat 2 KUHPerdata: "Apabila

si suami telah memberikan bantuan atau izin atau apabila ia kawin dengan

perempuan itu setelah perwalian bermula, sepertipun apabila si perempuan tadi

menurut pasal 112 atau pasal 114 dengan kuasa dari hakim telah menerima

perwalian tersebut, maka si wali perempuan bersuami atau tidak bersuami,

berhak melakukan segala tindakan-tindakan perdata berkenaan dengan perwalian

itu tanpa pemberian kuasa atau bantuan ataupun juga dan atau tindakan-tindakan

itupun bertanggung jawab pula".39

Selain perwalian dalam bentuk perorangan, KUHPerdata juga mengatur

tentang perwalian yang dilakukan oleh badan hukum dalam pasal 355 ayat 2

KUHPerdata dinyatakan bahwa “badan hukum tidak dapat diangkat sebagai

39

Ibid., h. 93.

Page 47: PENCATATAN DAFTAR HARTA BENDA ANAK ASUH MENURUT HUKUM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3964/1/NURUL...HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG (Studi kasus di Panti Asuhan

38

wali”. Tetapi berkaitan dengan hal tersebut, sebuah perwalian yang dilaksanakan

oleh badan hukum harus diperintahkan oleh Pengadilan.40

Hal ini sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 365a (1) KUHPerdata

dinyatakan bahwa: "dalam hal sebuah badan hukum diserahi perwalian maka

panitera pengadilan yang menugaskan perwalian itu ia memberitahukan putusan

pengadilan itu kepada dewan perwalian dan kejaksaan." Akan tetapi jika

pengurus badan hukum tersebut tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai

wali, maka badan tersebut dapat dicabut kewenangannya sebagai wali. Selain itu,

pasal 379 KUHPerdata mengatur tentang golongan orang yang tidak boleh

menjadi wali, yaitu:

1) Mereka yang sakit ingatan (krankzninngen).

2) Mereka yang belum dewasa (minderjarigen).

3) Mereka yang berada dibawah pengampuan.

4) Mereka yang telah dipecat atau dicabut (onzet) dari kekuasaan orang tua atau

perwalian atau penetapan pengadilan.

5) Para ketua, ketua pengganti, anggota, panitera, panitera pengganti,

bendahara, juru buku dan agen balai harta peninggalan, kecuali terhadap

anak- anak atau anak tiri mereka sendiri.41

40

Ibid., h. 103.

41

Ibid., h. 111.

Page 48: PENCATATAN DAFTAR HARTA BENDA ANAK ASUH MENURUT HUKUM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3964/1/NURUL...HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG (Studi kasus di Panti Asuhan

39

BAB III

POTRET PANTI ASUHAN ISLAMIC VILLAGE

KARAWACI TANGERANG

A. Sejarah Singkat Berdirinya Panti Asuhan

Berawal dari rasa kepedulian dan semangat pendidikan yang tinggi

seorang tentara yang berasal dari Medan, Sumatera. Pada tahun 1972 KH. Junan

Helmi Nasution (alm) mendirikan sebuah Panti Asuhan Islamic Village yang

bertempat di Karawaci Tangerang, yang awalnya anak yang di asuhnya hanya

berjumlah 220 orang anak yatim atau piatu, dan kurang mampu yang berasal dari

18 Propinsi, yaitu: Aceh, Nusa Tenggara Barat (NTT), Padang dan lainnya.

Bantuan pendanaanya berasal dari kerabat terdekat pendiri Panti Asuhan

tersebut, sehingga saling bekerja sama dalam membantu anak yatim atau piatu

dan miskin.1

Seiring dengan berkembangnya zaman, KH. Junan Helmi Nasution (alm)

dengan semangat dan perjuangan yang berat dapat mendirikan Panti Asuhan

Islamic Village ini, selain membangun panti beliau juga membangun sekolah

untuk pendidikan anak yatim atau piatu dan miskin yang di asuhnya. Sampai saat

ini perkembangan sekolah kian maju yaitu dapat mendirikan Taman Kanak-

kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah

1 Wawancara pribadi dengan ibu Elismawati, SE. Wakil Ketua Panti Asuhan Islamic Village

Karawaci Tangerang. Pada Tanggal 20 Juni 2011.

Page 49: PENCATATAN DAFTAR HARTA BENDA ANAK ASUH MENURUT HUKUM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3964/1/NURUL...HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG (Studi kasus di Panti Asuhan

40

Menengah Atas (SMA), Perguruan Tinggi, serta fasilitas umum yang lainnya

seperti Rumah Sakit.2

Pada tahun 1986 M, H. Junad Helmi Nasution wafat, sehinga para

donatur yang selalu memberikan sumbangan materil dan non materil pun

berkurang, sehingga para pengurus yang berkewajiban dan bertanggung jawab

atas Panti Asuhan tersebut mencari dana lain untuk terus menghidupi anak asuh

Panti Asuhan tersebut. Kemudian pada tahun 2000, Surat Keputusan (SK)

Menteri Agama, yang berisi bahwasannya seleksi masuk untuk para yatim/piatu

di batasi, tidak lagi di perbolehkan anak yatim atau piatu dan miskin yang masuk

berasal dari luar daerah. Karena disebabkan berkurangnya para donatur untuk

pembiayaan kebutuhan Panti Asuhan. 3

Saat ini, Panti Asuhan Islamic Village memiliki persyaratan untuk bisa

masuk sebagai anak asuh dan sistem ini berbeda dengan Panti Asuhan yang

lainnya. Dalam persyaratan uji masuk Panti Asuhan ini harus melalui ‘Tes IQ’ si

calon anak asuh tersebut, agar calon anak asuh tersebut benar-benar serius dalam

mengikuti peraturan serta pendidikan yang akan di tempuhya di Panti Asuhan.

Saat ini jumlah yatim atau piatu dan miskin mencapai 300 anak asuh yatim/

piatu, baik dari laki-laki maupun perempuan.4

Adapun pengelolaan organisasi Panti Asuhan Islamic Village meliputi:

2 Ibid.

3 Ibid.

4 Ibid.

Page 50: PENCATATAN DAFTAR HARTA BENDA ANAK ASUH MENURUT HUKUM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3964/1/NURUL...HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG (Studi kasus di Panti Asuhan

41

1) Desa yayasan Islam adalah induk dari semua bisnis di bidang pendidikan

sosial.

2) Setiap bisnis mempunyai organisasi sendiri yang di pimpin oleh kepala

Yayasan.

3) Disentralisasi manejemen dengan subsidi silang untuk urusan non profit.

4) Dana dan investasi dalam pendidikan sosial dan perumahan atau

sumbangan yang diselenggarakan oleh Yayasan.

B. Visi, Misi dan Struktur Organisasi

Adapun visi dan misi dari Panti Asuhan Islamic Village Karawaci

Tangerang, yaitu:5

1. Visi :

Membangun masyarakat yang sehat, berkat, aman dalam kehidupan

dunia dan akhirat.

2. Misi :

Untuk menjaga, mendidik anak yatim, dan anak-anak di bawah umur dari

keluarga yang tidak mampu dan yatim/piatu.

Untuk menjalankan pendidikan yang baik berdasarkan standar kebutuhan

masyarakat dari tingkat pra sekolah sampai perguruan tinggi.

5 Arsip Dokument Panti Asuhan Islamic Village Karawaci Tangerang.

Page 51: PENCATATAN DAFTAR HARTA BENDA ANAK ASUH MENURUT HUKUM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3964/1/NURUL...HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG (Studi kasus di Panti Asuhan

42

3. Struktur Organisasi

Struktur Organisasi Panti Asuhan Islamic Village Karawaci

Tangerang Tahun 2011-2015

Adapun struktur organisasi Panti Asuhan Islamic Village Karawaci

Tangerang yaitu:6

Pelindung : KH. Abah Junan Helmy Nasution (alm).

: Hj. Ummi Siti Masyitah.

Penasihat : KH. Ridwan Ibrahim Lubis.

Ketua Panti Asuhan : Hj. Ida Wardani Nasution.

Wakil Ketua : Elismawati, SE.

Sekretaris : Drs. H. Sulaeman.

Bendahara : H. Asnawi Ayub, SE.

Kepala Asrama Putra : H. Edi Sunaryo Budianto.

Kepala Asrama Putri : Hj. Yayah Nurjanah.

Kepala Urusan Logistik : Agus Salim.

KA. Dapur : H. Jani.

C. Tugas dan Wewenang

Tugas Panti Asuhan adalah sebagai Badan Sosial yang telah diberi

mandat untuk mengayomi anak-anak yatim atau piatu dan miskin, terlantar dan

6 Arsip Dokument Panti Asuhan Islamic Village Karawaci Tangerang.

Page 52: PENCATATAN DAFTAR HARTA BENDA ANAK ASUH MENURUT HUKUM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3964/1/NURUL...HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG (Studi kasus di Panti Asuhan

43

kurang mampu. 7 Dalam perwalian, Panti Asuhan merupakan tempat yang tepat

dalam mengurusi hal ini.

Panti Asuhan Islamic Village merupakan salah satu dari Panti Asuhan

yang berada di Indonesia yang telah banyak membantu Negara dalam mendidik

anak-anak yang terlantar, agar anak-anak tersebut memiliki masa depan yang

cerah, sehingga mereka yang masih ingin meraih cita-cita yang tinggi.

Masa depan yang cerah tersebut dapat mereka raih dengan adanya

pengasuhan, serta perwalian dalam kehidupan Panti Asuhan yang menjamin

segala kebutuhan selam mereka berada dalam Panti. Tanggung jawab yang di

miliki Panti Asuhan Islamic Village Karawaci Tangerang merupakan tugas berat.

Tugas tersebut merupakan kewajiban bagi Panti Asuhan Islamic Village untuk

mengasuh, membina, mendidik serta mengayomi semua hal yang baik dan

berguna untuk kehidupan mereka setelah dewasa nantinya dan keluar dari Panti

Asuhan.8

Tugas Panti Asuhan Islamic Village:9

1) Mengasuh serta mengayomi anak-anak yatim/piatu yang sedang dalam

ampuannya.

2) Mendidik serta menjamin segala kebutuhan anak-anak yatim/piatu.

7 Undang-undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.

8 Wawancara pribadi dengan ibu Elismawati, Pengurus Panti Asuhan Islamic Village Karawaci

Tangerang. Pada Tanggal 20 Juni 2011.

9 Arsip Dokument Panti Asuhan Islamic Village Karawaci Tangerang.

Page 53: PENCATATAN DAFTAR HARTA BENDA ANAK ASUH MENURUT HUKUM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3964/1/NURUL...HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG (Studi kasus di Panti Asuhan

44

3) Bertanggung jawab atas apa yang sudah menjadi kewajiban dan hak-hak

anak yang berada dalam ampuannya.

4) Perwalian sepenuhnya di limpahkan kepada wali asuh Panti Asuhan

Islamic Village.

Adapun wewenang Panti Asuhan Islamic Village Karawaci Tangerang

meliputi:10

1) Perwalian dalam masalah jiwa, yaitu melakukan pengayoman terhadap

pribadi orang yang dibawah pengasuhannya atau perwaliannya, seperti

mendidik, mengobati apabila sakit, mencarikannya kerja, dan

mengawinkan mereka.

Adapun persyaratan untuk biasa masuk atau menjadi anak asuh di Panti

Asuhan Islamic Village Karawaci Tangerang adalah:11

1) Yatim.

2) Yatim atau Piatu.

3) Duafa atau Miskin.

Adapun sistem perwalian yang di terapkan dalam Panti Asuhan Islamic

Village, yaitu:

1) Perwalian sepenuhnya di limpahkan kepada wali Panti Asuhan Islamic

Village Karawaci Tangerang.

10

Ibid

. 11

Ibid.

Page 54: PENCATATAN DAFTAR HARTA BENDA ANAK ASUH MENURUT HUKUM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3964/1/NURUL...HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG (Studi kasus di Panti Asuhan

45

2) Agama yang dianut wali harus seagama dengan agama anak yang di

ampunya.

3) Wali bertanggung jawab atas apa yang telah menjadi kewajiban dan hak

anak yang di ampunya. 12

12

Ibid.

Page 55: PENCATATAN DAFTAR HARTA BENDA ANAK ASUH MENURUT HUKUM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3964/1/NURUL...HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG (Studi kasus di Panti Asuhan

46

BAB IV

PEMELIHARAAN HARTA BENDA ANAK ASUH DALAM KONTEKS

PERWALIAN

A. Hak dan Kewajiban Panti Asuhan terhadap Anak Asuh

Panti Asuhan adalah sebagai Badan Sosial yang telah diberi tugas untuk

mengayomi, mendidik, melindungi anak yatim atau piatu, terlantar dan kurang

mampu, dari hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan

berpartisipasi, secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan,

mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi, pemeliharaan,

perawatan, pendidikan, serta kesehatan, karena orang tuanya atau salah satu

orang tuanya tidak mampu menjamin tumbuh kembang anak secara wajar. 1

Panti Asuhan Islamic Village merupakan salah satu dari Panti Asuhan

yang ada di Indonesia yang telah banyak membantu negara dalam mendidik dan

memelihar anak yatim atau piatu, terlantar dan kurang mampu agar anak-anak

tersebut dapat menikmati hak-haknya.2

Pemeliharaan anak juga mengandung sebuah tanggungjawab orang

tuauntuk mengawasi, memberi pelayanan sebagaimana mestinya serta

mencukupi kebutuhan hidup dari seorang anak dari orang tua asuhnya.

1 Undang-undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.

2 Bahder Johan Nasution dan Sri Warjiyati, Hukum Perdata Islam, (Bandung: Mandar Maju,

1977), h. 48.

Page 56: PENCATATAN DAFTAR HARTA BENDA ANAK ASUH MENURUT HUKUM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3964/1/NURUL...HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG (Studi kasus di Panti Asuhan

47

Tanggung jawab pemeliharaan berupa pengawasan pelayanan serta pencukupan

nafkah tersebut bersifat kontinu sampai anak tersebut mencapai batas umur yang

legal sebagai orang dewasa yang telah mampu berdiri sendiri.3

Sedangkan yang dimaksud dengan pendidikan adalah kewajiban orang

tua asuh untuk memberikan pendidikan dan pengajaran yang memungkinkan

anak tersebut menjadi manusia yang mempunyai kemampuan dan dedikasi hidup

yang dibekali dengan kemampuan dan kecakapan sesuai dengan pembawaan

anak tersebut yang akan dikembangkan di tengah-tengah masyarkat Indonesia

sebagai landasan hidup dan penghidupannya setelah ia lepas dari tanggungjawab

orang tua asuhnya.4

Seorang wali tidak dibenarkan memindahkan hak atau mengadaikan

barang-barang tetap yangdimiliki oleh anak yang berada di bawah perwaliannya,

kecuali apabila kepentingan anak menghendaki. Untuk itu seorang wali

berkewajiban membuat daftra harta benda anak yang berada di bawah

kekuasaanya pada waktu ia memulai jabatanya dan mencatat semua perubahan-

perubahan harta anak tersebut.5

Seorang wali dilarang mengikatkan, membebani, dan mengasingkan

harat anak yang berada di bawah perwaliannya. Seorang wali bertanggung jwab

penuh terhadap harta anak yang berda di bawah perwaliannya, jika ada

3 Yahya Harahap, Hukum Perkawinan Nasional, (Medan: Zahir Trading, 1975), h. 204.

4 Ibid., h. 205-206.

5 Bahder Johan Nasution dan Sri Warjiyati, Hukum Perdata Islam, (Bandung: Mandar Maju,

1977), h. 43-44.

Page 57: PENCATATAN DAFTAR HARTA BENDA ANAK ASUH MENURUT HUKUM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3964/1/NURUL...HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG (Studi kasus di Panti Asuhan

48

penggeluaran atau pemindahan harta kekayaan si anak yang dapat merugikan

kepentinannya, Hakim dapat memerintah kepada wali dari anak yang

bersangkutan untuk mengganti kerugian yang timbul akibat kesalahn dan

kelalaiannya.6

Pada saat berakhirnya perwalian, wali berkewajiban menyerahkan

seluruh harta benda si anak berikut catatan pengeluaran yang dibuktikan dengan

pembukuan yangditutup tiap-tiap tahun. Dalam hal terjadi perselisihan mengenai

harta benda si anak antara di wali dengan si anak tersebut tidak digunakan untuk

kepentingan si anak, wali wajib mengganti semua kerugian yang timbul.7

B. Efektivitas Pasal 51 ayat 4 Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang

Perkawinan dalam Mendaftarkan Harta Benda Anak Asuh

Undang-undang No.1 Tahun 1974 tentang Perkawinan juga menyatakan

bahwa seorang wali bertanggungjawab atas pengelolaan asset (harta) dan harus

membayar jika dalam pengelolaan harta tersebut menjadi hilang atau rusak, baik

karena segaja maupun karena kelalaian.8 Kemudian dalam Undang-undang No.

23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak telah mengatur bahwa wali

mengelola kekayaan lingkungan mereka untuk kepentingan yang anak tersebut.9

6 Ibid., h. 45.

7 Ibid., h. 46.

8 Subekti, Pokok-pokok Hukum Perdata, (Bandung: Inter Mesa, 1982), h. 54.

9 Undang-undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.

Page 58: PENCATATAN DAFTAR HARTA BENDA ANAK ASUH MENURUT HUKUM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3964/1/NURUL...HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG (Studi kasus di Panti Asuhan

49

Pada awal penetapan perwalian, maka diperlukan upaya inventarisasi

semua asset (harta) dari anak yatim tersebut, dan wali wajib mendokumentasikan

semua perubahan terhadap asset (harta) tersebut. Begitu juga harta tersebut harus

di audit secara annual (tahunan) untuk mengetahui nilai asset dari anak yang di

perwalikan itu, dan untuk memastikan bahwa hartanya tetap terjaga. 10

Selain itu, wali dilarang menjual, mengalihkan atau menggadaikan aset

anak perwalian, kecuali dalam keadaan yang darurat (memaksa). Wali juga

dilarang mengikat, membebani atau membagi asset (harta) tersebut kecuali

tindakan tersebut akan meningkatkan (menambah) nilai asset. Kemudian, jika

dalam hal wali terpaksa menjual harta (tanah) milik anak perwalian tersebut,

maka seorang wali wajib terlebih dahulu memperoleh izin dari Pengadilan

Agama.11

Sementara proses pengalihan asset (harta) dijelaskan dalam Kompilasi

Hukum Islam Pasal 111, bahwa seorang wali diharuskan untuk mengalihkan

semua asset (harta) kepada anak di bawah perwalian ketika ia telah berusia 21

tahun, atau telah menikah.12 Namun, jika ditemukan adanya asset (harta) yang

hilang atau disalahgunakan oleh wali, maka Pengadilan Agama dapat

10

Undang-undang No. 1 Tahun1974 tentang Perkawinan, pasal 51 ayat (4) tentang Daftar

Harta Benda Anak Asuh

. 11

Andi Syamsu Alam dan M. Fauzan, Hukum Pengangkatan Anak Perspektif Islam, (Jakarta:

Kencana, 2008), h. 151-152.

12 Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: Akademika Pressindo, 2007),

h. 140.

Page 59: PENCATATAN DAFTAR HARTA BENDA ANAK ASUH MENURUT HUKUM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3964/1/NURUL...HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG (Studi kasus di Panti Asuhan

50

memutuskan perkara tersebut, didasarkan para proses verifikasi dan inventarisir

harta yang dikelola oleh wali. Jika ditemukan adanya penyalahgunaan, maka

wali harus mengganti rugi terhadap kerugian tersebut.13

Undang-undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak

menyatakan bahwa Balai Harta Peninggalan (Public Trustee) atau lembaga lain

yang mempunyai kewenangan serupa dapat bertindak sebagai 'wali pengawas'

untuk memastikan bahwa kepentingan anak di bawah perwalian adalah di

lindungi dan di pelihara secara baik.14

Dari penjelasan di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa, jika wali

tidak memenuhi kewajiban mereka, maka pihak keluarga si anak tersebut atau

Baitul Mal dapat mengajukan permohonan kepada Pengadilan untuk dapat

mencabut hak perwalian terhadap wali tersebut. Maka Pengadilan Agama akan

mencabut kekuasaan wali dan mengalihkan kekuasaan tersebut kepada orang

lain atau badan hukum jika terbukti bahwa wali:15

1) Telah mengabaikan kewajibannya sebagai wali.

2) Telah bertindak secara tidak tepat atau menyalahgunakan kekuasaan.

3) Mengkonsumsi alkohol, berjudi atau boros.

13

Ibid., Pasal 110 ayat (3) wali bertangung jawab terhadap harta oang yang berada di bawah

peralkianya, dan menganti kerugian yang timbul sebagai akibat kesalahan dan kelalainya, h. 140.

14

Undang-undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.

15

Ahmad Kamil, Hukum Perlindungan Anak dan Pengangkatan Anak di Indonesia, (Jakarta:

Rajawali Pers, 2008), h. 7.

Page 60: PENCATATAN DAFTAR HARTA BENDA ANAK ASUH MENURUT HUKUM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3964/1/NURUL...HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG (Studi kasus di Panti Asuhan

51

4) Mengalami cacat mental.

5) Telah meninggal atau tidak cakap melakukan perbuatan hukum.

Undang-undang ditetapkan sebagai peraturan atau hukum tertulis yang di

kodifikasikan apabila telah melalui proses politik pada badan kekuasaan negara

yaitu legislatif dan eksekutif, serta memenuhi persyaratan dan rancangan

perundang-undangan yang layak.16

Menurut Jawad Mughniyah, pengasuhan anak sama sekali tidak

berhubungan dengan perwalian terhadap anak, baik yang menyangkut dengan

perkawinan maupun yang menyangkut dengan hartanya. Pengasuhan semata-

mata tentang perkara anak dalam arti mendidik dan memelihara.17

Kendati demikian, bukan berarti tidaka ada kaitan antara pengasuhan

anak dan perwalian. Dalam kasus seorang anak yang tidak lagi memiliki orang

tua, atau memiliki orang tua amun dipandang tidak cakap untuk merawat anak,

maka keberadaan perwalian menjadi sebuah keniscayaan atau keharusan.18

Oleh sebab itu, di dalam Kompilasi Hukum Islam dijelaskan bahwa

perwalian adalah kewenangan yang diberikan kepada seseorang untuk

melakukan suatu perbuatan hukum sebagai wakil untuk kepentingan dan atas

16

Priyatna Abdurrasyid, Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa, (Jakarta: PT

Fikahati, 2002), h. 20.

17

Jawad Mughniyah, Fikih Lima Mazhab, (Jakarta: Basrie Perss, 1994), h. 133.

18

Ibid., h. 134.

Page 61: PENCATATAN DAFTAR HARTA BENDA ANAK ASUH MENURUT HUKUM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3964/1/NURUL...HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG (Studi kasus di Panti Asuhan

52

nama anak yang tidak mempunyai kedua orang tua atau orang tuanya masih

hidup tetapi tidak cakap melakukan perbuatan hukum.19

Sebelumnya, perwalian ini juga telah diatur dalam Undang-undang No. 1

Tahun 1974 tentang Perkawinan mulai dari Pasal 50 sampai dengan Pasal 54,

dan di dalam Kompilasi Hukum Islam masalah perwalian diatur dalam Pasal 107

sampai dengan Pasal 112.20

Undang-undang Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam sama-sama

mengatur batas usia anak yang berada di dalam perwalianya walaupun berbeda

dalam angka. Undang-undang Perkawinan mensyaratkan sebelum berumur 18

tahun, sedangkan Kompilasi Hukum Islam membatasinya pada umur 21 tahun.

Yang jelas pembatasan tersebut ditentukan berdasarkan pertimbangan dan

kemaslahatan serta kemandirian anak.21

Di samping ketentuan yang telah disebut, bagi seorang wali berlaku

ketentuan sebagaimana yang diatur dalam Pasal 48 Undang-undang No. 1 Tahun

1974 tentang Perkawinan, yaitu seorang wali dilarang memindahkan hak atau

mengadaikan barang-barang tetap dari anak yang berada di bawah perwalianya,

kecuali apabila kepentingan anak mengehendakinya.22

19

Amiur Nuruddin dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia, (Jakarta:

Kencana Prenada Media Group, 2006), h. 304

20

Ibid., h. 304.

21

Ahmad Rafiq, Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: Rajawali Pers,1998), h. 265.

22 Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.

Page 62: PENCATATAN DAFTAR HARTA BENDA ANAK ASUH MENURUT HUKUM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3964/1/NURUL...HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG (Studi kasus di Panti Asuhan

53

Kekuasaan seorang wali dapat dicabut bila melalaikan kewajibanya atau

ia berkelakuan buruk, selain itu seorang wali wajib mengganti kerugian terhadap

harta benda anak yang berada di bawah perwalianya bila ternyata timbulnya

kerugian terhadap harta bedan si anak.23

Seorang wali haruslah seorang yang jujur, adil dan berkelakukan baik

yang mempunyai kewajiban untuk memelihara si anak dan harta anak yang

berada di bawah perwalianya.24

Berdasarkan penjelasan di atas sangat jelas tugas dan fungsi serta

wewenang Panti Asuhan sebagai Badan Sosial dalam perwalian, namun

ketentuan di atas tersebut masih ada yang belum dilaksanakan oleh panti Asuhan

Islamic Village Karawaci Tangerang, yaitu tentang pencatatan daftar harta benda

anak asuh.

Selama Panti Asuhan ini didirikan dalam hal mendidik dan merawat

sudah sangat bagus, namun dalam pendaftaran harta benda anak asuh tidak

berjalan sebagimana mestinya yang telah di atar di dalam Islam, Undang-undang

No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam. Secara

sederhana, kewajiban wali tersebut adalah wajib mengurus anak di bawah

penguasaanya dan harta bendanya sebaik-baiknya dengan menghormati agama

dan kepercayaan anak tersebut, wajib membuat daftar harta bendanya yang

23

Bahder Johan Nasution dan Sri Warjiyati, Hukum Perdata Islam, (Bandung: Mandar Maju,

1977), h. 43-46.

24

Amiur Nuruddin dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia, (Jakarta:

Kencana Prenada Media Group, 2006), h. 307

Page 63: PENCATATAN DAFTAR HARTA BENDA ANAK ASUH MENURUT HUKUM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3964/1/NURUL...HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG (Studi kasus di Panti Asuhan

54

berada di bawah penguasaanya pada waktu memulai jabatanya dan mencatat

semua perubahan-perubahan harta benda anak-anak di bawah asuhanya, serta

wali bertanggung jawab tentang harta benda anak yang berda di bawah

perwalianya serta kerugian yang ditimbulkan karena kesalahan dan kelalainya.25

Apabila wali melalaikan kewajibanya, tidak tertutup kemungkinan untuk

dicabut kekeuasaan perwaliannya dan memindahkanya kepada orang lain. Lebih

jelasnya pencabutan kekuasaan wali dilakukan oleh Pengadilan Agama atas

permohonan kerabat dari anak yang berda di bawah perwalian tersebut apabila

terjadi hal-hal sebagi berikut:

1) Wali tidak melakukan pemeliharaan terhadap si anak dengan sungguh-

sungguh.

2) Wali menelantarkan pendidikan si anak atau tidak memberika bimbingan

agama terhadap si anak.

3) Wali memindahtangankan harta benda si anak yang berda di bawah

perwalianya.

4) Wali mempunyai kelaukan yang sangat buruk dan tidak pantas diteladani.

5) Lain-lain perbuatan atau keadaan yang dapat merugikan kepentingan si

anak. 26

25

Ibid., h. 307.

26 Bahder Johan Nasution dan Sri Warjiyati, Hukum Perdata Islam, (Bandung: Mandar Maju,

1977), h. 44.

Page 64: PENCATATAN DAFTAR HARTA BENDA ANAK ASUH MENURUT HUKUM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3964/1/NURUL...HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG (Studi kasus di Panti Asuhan

55

Undang-undang yang telah disebutkan di atas secara jelas mengatur

bahwasannya wali wajib mengurus anak yang di bawah penguasaannya dan

harta bendanya sebaik-baiknya dengan menghormati agama dan kepercayaan si

anak, wali wajib membuat daftar harta benda yang berada di bawah

kekuasaannya pada waktu memulai jabatannya dan mencatat semua perubahan-

perubahan harta benda anak atau anak-anak itu dan wali bertanggung jawab

tentang harta benda anak yang berada di bawah perwaliannya serta kerugian

yang di timbulkan karena kesalahan atau kelalaiannya.27

Namun, pada prakteknya hal tersebut di atas tidak di jalankan dengan

semestinya, pihak panti asuhan tidak mendaftarkan harta benda anak asuh yang

mereka asuh dengan alasan hal tersebut tidak penting, padahal sudah ada

Undang-undang yang mengatur dan ada sanksinya pula. Allah SWT berfirman

dalam al-Qur’an surat al-An’am (6): 152:

(ا 6 / نعام :

152) Artinya: Dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dengan cara

yang lebih bermanfaat, hingga sampai ia dewasa. dan sempurnakanlah takaran

dan timbangan dengan adil. kami tidak memikulkan beban kepada sesorang

melainkan sekedar kesanggupannya. dan apabila kamu berkata, Maka

hendaklah kamu berlaku adil, kendatipun ia adalah kerabat (mu), dan penuhilah

27

Martiman Pradjojhamidjojo, Hukum Perkawinan Indonesia, (Jakarta: Indonesia Legal

Center Publishing, 2002), h. 70-71.

Page 65: PENCATATAN DAFTAR HARTA BENDA ANAK ASUH MENURUT HUKUM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3964/1/NURUL...HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG (Studi kasus di Panti Asuhan

56

janji Allah SWT. yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu

ingat. (Q.S. al-An’am (6): 152)

Ayat di atas secara jelas menerangkan bahwa tidak boleh memakan harta

anak yatim sedikitpun kecuali bila dibutuhkan, dan harus berlaku adil serta harta

tersebut harus di kembalikan kepada anak tersebut jika ia sudah dewasa. Hal

seperti ini kadang di anggap kecil bagi sebagian orang, tetapi dampak yang di

akibatkan sangat besar.

Di harapkan kepada Panti Asuhan Village karawaci tangerang agar lebih

hati-hati dan teliti lagi dalam hal mendaftarkan harta benda anak asuhnya, karena

hal tersebut dabap berakibat fatal dengan di cabutnya kekuasana perwalian dan

di pindah tangan kan perwalian anak tersebut kepada orang lain, terlebih lagi

Panti Asuhan Islamic Village Karawaci Tangerang dapat ditutup dan tidak boleh

bertugas lagi sebagai Badan Sosial.

C. Analisis Penulis

Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan merupakan

regulasi aturan yang berlaku di Indonesia dalam hal mengenai hukum keluarga

bagi kalangan umat muslim. Lahirnya Undang-undang ini pada hakekatnya telah

melewati suatu proses panjang dari rentetan perjuangan kaum perempuan di

Indonesia menuntut keadilan dan pengakuan atas hak-hak asasinya serta dibantu

juga dengan adanya Kompilasi Hukum Islam, Undang-Undang Perlindungan

Anka dan KUHperdata.

Page 66: PENCATATAN DAFTAR HARTA BENDA ANAK ASUH MENURUT HUKUM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3964/1/NURUL...HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG (Studi kasus di Panti Asuhan

57

Sejak perjuangan R.A. Kartini melalui surat-suratnya yang menceritakan

kegelisahan beliau terhadap kondisi kaumnya maupun melalui pengalamannya

sendiri dalam keluarganya. Sepanjang hidupnya beliau menentang kungkungan

tradisi yang ditanamkan lewat institusi keluarga dan perkawinan, termasuk

ketika beliau pada akhirnya tidak berdaya menolak poligami, bentuk kekerasan

yang paling nyata atas harkat dan martabatnya sebagai manusia. Undang-undang

ini merupakan pedoman hukum yang dapat dipakai oleh kalangan umat muslim,

ada empat belas (XIV) bab yang terdapat di Undang-undang No. 1 Tahun 1974

tentang Perkawinan salah satu babnya membahas mengenai perwakilan yang

biasanya juga disebut dengan perwalian.

Dari data-data hasil penelitian dari Panti Asuhan Islamic Village

Karawaci Tangerang, dalam hal pembahasan mengenai kajian Undang-undang

No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan Pasal 51 ayat (4) bahwa setiap wali wajib

untuk membuat daftar harta benda anak yang berada di bawah kekuasaannya

pada waktu memulai jabatannya dan mencatat semua perubahan-perubahan harta

benda anak atau anak-anak itu. Hal ini dikarenakan untuk memberi pertanggung

jawaban sesuai dengan aturan hukum yang ada di Indonesia, bahwa setiap wali

memiliki hak dan kewajibanya, begitu juga anak asuh memiliki hak dan

kewajiban, salah satunya yaitu ia harus mengetahui harta benda yang ia miliki

dan digunakan untuk apa. Dalam prakteknya di Panti Asuhan Islamic Village

Karawaci Tangerang, hal tersebut tidak dijalankan sebagaimana mestinya.

Page 67: PENCATATAN DAFTAR HARTA BENDA ANAK ASUH MENURUT HUKUM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3964/1/NURUL...HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG (Studi kasus di Panti Asuhan

58

Hal ini terlihat dari segi rekrutmen anak asuh yang tidak didata setiap

apa-apa yang dibawa ketika anak asuh tersebut masuk dalam pengasuhan Panti

Asuhan, tidak adanya biaya untuk mendaftarkan harta benda anak asuh ke Balai

Pencatatan Harta Peninggalan, dan proses yang begitu rumit dan berbelit-belit

yang mengakibatkan Panti Asuhan ini enggan mendaftarkan harta benda anak

asuh ke Balai Harta Peninggalan. Jelas, bahwa pasal 51 ayat (4) yang tercantum

dalam Undang-undang No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan, Kompilasi Hukum

Islam, Undang-undang tentang Perlindungan anak, serta KHUPerdata belum

efektif berjalan di Panti Asuhan Islamic Village Karawaci Tangerang.

Hal ini akan menjadi suatu permasalahan yang besar nantinya di Panti

Asuhan tersebut, karena sangat bertentangan dengan sistem yang di terapkan

oleh Panti Asuhan Islamic Village Karawaci Tangerang, bahwasanya setiap wali

bertanggung jawab atas apa yang telah menjadi kewajiban dan hak anak yang

diampunnya. Artinya, ada kewajiban wali yang tidak dipenuhi oleh wali asuh

tersebut sehingga hak dari anak asuh itu akan hilang dan tidak dapat diperoleh

oleh anak asuh itu, dan akibat yang didapat oleh Panti Asuhan ini akan dicabut

hak perwaliannya dan kemungkinan akan ditutup Panti Asuhan ini.

Di harapkan kepada pihak panti asuhan untuk lebih teliti lagi serta sadar

hukum demi menciptakan rasa keadilan dan kesejahteraan anak asuhnya, jika hal

ini dapat dijalankan dengan baik maka akan menjadi negara Indonesia yang maju

materil dan spritual serta taat hukum.

Page 68: PENCATATAN DAFTAR HARTA BENDA ANAK ASUH MENURUT HUKUM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3964/1/NURUL...HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG (Studi kasus di Panti Asuhan

59

BAB V

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan di Panti Asuhan Isslamic Village

Karawaci Tangerang bahwa:

1) Pada dasarnya penyelenggaraan Pnti Asuhan Islamic Village Karawaci

Tangerangsudah dilakukan dengan baik. Hak dan kewajiban anak asuh di

Panti Asuhan ini secara umum telah berjalan dan terpenuhi dengan baik,

khususnya dalam bidang pendidikan atau belajar anak asuh harus serius

dalam menuntut ilmu serta menaati segala peraturan yang telah diatur oleh

Panti. Panti Asuhan Islamic Village Karawaci Tangerang telah memberikan

pengasuhan yang baik, pihak Panti Asuhan juga telah memberikan hak-hak

para anak asuh sepeti hak pendidikan dan kesehatan.

2) Panti Asuhan Islamic Village Karawaci Tangerang, dalam kinerjanya belum

memberikan hak-hak yang menjadi hak bagi anak asuh di Panti Asuhan

tersebut dengan sebaik-baiknya sesuai dengan Undang-undang yang ada

seperti dalam mendaftarkan harta benda anak asuh. Panti Asuhan Islamic

Village Karawaci Tangerang merupakan tempat kedua bagi para yatim/piatu

yang di asuhnya tersebut, dengan harapan mereka dapat melanjutkan cita-cita

mereka.

Page 69: PENCATATAN DAFTAR HARTA BENDA ANAK ASUH MENURUT HUKUM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3964/1/NURUL...HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG (Studi kasus di Panti Asuhan

60

3) Sistem perwalian yang di terapkan Panti Asuhan Islamic Village merupakan

sistem yang tidak sesuai dengan Undang-undang yaitu pasal 51 ayat (4)

Undang-undang No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan, dijelaskan

bahwasannya bagi setiap wali yang bertanggung jawab atas segala kehidupan

anak yang di ampunya harus membuat daftar harta benda si anak yang mana

dibawah kekuasaanya. Sistem tersebut berlaku pada saat memulai jabatan

sebagai wali tersebut yang mana bertanggung jawab penuh atas perubahan

harta benda si anak yang diampunya. Akan tetapi, di Panti Asuhan Islamic

Village Karawaci Tangerang ini tidak menerapkan sistem yang sudah

tercantum dalam Undang-undang tersebut dengan berbagai macam alas an

salah satunya adalah segala sesuatu tentang anak asuh dipanti tersebut seperti

dalam pencatatan daftar harta benda anak itu tidak di perlukan, karena segala

keuangan diatur langsung oleh wali atau oleh para pengurus panti asuhan

tersebut tanpa harus dicatat.

B. Saran-saran

Panti Asuhan Islamic Village sebagai Badan Sosial mendapat tugas untuk

mengawasi, melindungi, serta meningkatkan efektivitas pendidikan bagi anak

asuh yang di ampunya, Panti Asuhan Islamic Village Karawaci Tangerang

seharusnya :

Page 70: PENCATATAN DAFTAR HARTA BENDA ANAK ASUH MENURUT HUKUM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3964/1/NURUL...HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG (Studi kasus di Panti Asuhan

61

1) Lebih memperhatikan hak dan kewajiban anak asuh yang di ampunya dengan

cara mengembangkan setiap bakat yang mereka punya yang dapat disalurkan

melalui berbagai kegiatan positif.

2) Memberikan lapangan kegiatan bagi anak asuhnya yang bermanfaat bagi

anak asuhnya. Seperti kursus menjahit dan keterampilan yang lainnya.

3) Panti Asuhan Islamic Village Karawaci Tangerang dalam penerapan sistem

perwalian harus sesuai dengan Undang-undang yang telah mengatur setiap

peraturan bagi kepentingan dan kebaikan masyarakat. Khususnya dalam

masalah pengaturan harta benda anak asuhnya, yang mana harus diatur serta

diperhatikan dalam perubahannya dan harus dilaporkan pada akhir tahun

selama masa jabatan mengasuh anak yang di ampunya, agar lebih teratur dan

terkontrol setiap hak-hak anak asuh.

4) Alangkah baiknya jika Panti Asuhan Islamic Village Karawaci Tangerang

yang merupakan Panti Asuhan yang menerapkan syariat Islam yang berbeda

dengan panti asuhan lainya. Dalam pengambilan atau seleksi penerimaan

anak asuh perlu di upayakan kebijakan yang memungkinkan rekrutment

peaerta yang berasal dari umat/ agama lain dengan mengedepantakn orientasi

pendidikan yang berdasarkan ahlakhul karimah.

5) Harus lebih transparansi dalam masalah keuangan dengan cara mencatat

segala daftar harta benda anak asuh, kemudian di bukukan yang mana akan

di pertanggungjawabkan dalam satu tahun sekali.

Page 71: PENCATATAN DAFTAR HARTA BENDA ANAK ASUH MENURUT HUKUM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3964/1/NURUL...HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG (Studi kasus di Panti Asuhan

62

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur‟an dan Terjemahannya, Depag RI. Al-Qur‟an dan Terjemahannya. Jakarta:

CV. Kathoda, 2005.

Al-Nahlawi, Abdurrahman. “Ushul al-Tarbiyah al-Islamiyah wa Asalibiha fi al-

Bait wa al-Madrasah wa al-Mujtama”. Beirut: Dar al-Fikr, 1983. Cet ke-2.

Aa Gym. Efektifitas Amal dan Ibadah. Bandung: Artikel, 2001.

Abdurrahman. Kompilasi Hukum Islam di Indonesia. Jakarta: Akademika

Pressindo, 2007.

Al-Asqalani. Ibnu Hajar. Bulughul Maram. Jakarta: Dar Al-Islamiyah, 2002.

Arsip Dokument Panti Asuhan Islamic Village Karawaci Tangerang.

Bahder Johan Nasution dan Sri, Warjiyati. Hukum Perdata Islam. Bandung:

Mandar Maju, 1977.

Caroline, Deasy dan Moch, Dja‟is. Pelaksanaan Eksekusi Nafkah Anak di

Pengadilan Agama, Artikel Jurnal Mimbar Hukum. Jakarta: Al-

Hikmah dan DITBINBAPERA Islam No. 42 Tahun X 1999.

Dahlan, Abdul Aziz. Ensiklopedia Hukum Islam. Jakarta: Ikhtiar Baru Van Hopee,

1999.

Fikih Lima Mazhab. Jakarta: Basrie Perss, 1994.

Effendi, Satria. Makna Urgensi dan Kedudukan Nasab dalam Perspektif Hukum

Keluarga Islam, Artikel Jurnal Mimbar Hukum. Jakarta: Al-Hikmah dan

DITBINBAPERA Islam No. 42 Tahun X 1999.

G. Gedeian dkk. Organization Theory and Design.

Harahap, Yahya. Hukum Perkawinan Nasional. Medan: Zahir Trading, 1975.

Handoko, T Hani. Manajement. Jakarta: Sinar Grafika: 2000.

Hejazziey, Djawahir. Buku Pedoman Penulisan Skripsi. Jakarta: Fakultas Syariah

dan Hukum, 2007. Cet. Ke-1.

Page 72: PENCATATAN DAFTAR HARTA BENDA ANAK ASUH MENURUT HUKUM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3964/1/NURUL...HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG (Studi kasus di Panti Asuhan

63

http://welcome.to/RGS_Mitra ; [email protected] ; [email protected].

http://www.google.co.id//proses dan interaksi sosial//19052011.

Ibrahim, Johnny. Teori dan Metodelogi Penelitian Hukum Normatif. Malang:

2007.

Ilo. Efektifitas Hukum. Jakarta: Artikel, 2001.

Ishaq. Dasar-dasar Ilmu Hukum. Jakarta: Bumi Aksara, 1999.

Kamil, Ahmad. “Hukum Perlindungan Anak dan Pengangkatan Anak di

Indonesia”. Jakarta: Rajawali Pers, 2008. Cet ke-3.

Kelsen, Hans. Pengantar Teori Hukum. Bandung: Nusantara Media, 2009.

Lexy, J. Moeleong. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosda

Karya, 2005.

Manan, Abdul. Penerapan Hukum Acara Perdata di Lingkungan Peradilan

Agama. Jakarta: Kencana, 2005.

Mustakim, Abdul. Kedudukan dan Hak-hak Anak dalam Perspektif al-Qur‟an.

Jakarta: Musawa, 2006.

Narbuko, Cholid, dan Abu Ahmadi. Metode Penelitian. Jakarta: Bumi Pustaka,

1997.

Pradjojhamidjojo, Martiman. Hukum Perkawinan Indonesia. Jakarta: Indonesia

Legal Center Publishing, 2002.

Salam, Burhanudin. Etika Sosial „Asas Moral dalam Kehidupan Manusia‟. Jakarta:

Rineka Cipta, 1997.

Saifullah. Problematika Anak dan Solusinya (Pendekatan Sadduzzara‟i), Artikel

Jurnal Mimbar Hukum. Jakarta, Al-Hikmah dan DITBINBAPERA

Islam No. 42 Tahun X 1999.

___________. Problematika Hukum Keluarga Islam Kontemporer. Jakarta:

Kencana, 2004.

Soekanto, Soerjono dan Mamudji. Penelitian Hukum Normatif. Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada, 2004.

Page 73: PENCATATAN DAFTAR HARTA BENDA ANAK ASUH MENURUT HUKUM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3964/1/NURUL...HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG (Studi kasus di Panti Asuhan

64

Soekanto, Soerjono. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: Universitas Indonesia

Press,1986.

Soekanto, Soerjono. Pokok-pokok Sosiologi Hukum. Jakarta: PT. Rajagrafindo

Persada, 2006.

Soekanto, Soerjono. Kesadaran Hukum Dan Kepatuhan Hukum. Jakarta: CV

Rajawali, 1982.

Subekti. Pokok-Pokok Hukum Perdata. Jakarta: Intermesa, 1996.

Subekti dan Tjitrosudibio. Kitab Undang-undang Hukum Perdata. Jakarta: Pradana

Paramita, 1989.

Suryadi. Anak dalam Perspektif Hadis. Artikel Jurnal Musawa, vol.4, No.2, Juli

2006. Aris Bintania.

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung: 2006.

Supriadi. Etika dan Tanggung Jawab Profesi Hukum di Indonesia. Jakarta: Sinar

Grafika, 2006.

Undang-undang No. 1 Tahun 1974, tentang Perkawinan.

Undang-undang No. 4 Tahun 1979, tentang Kesejahteraan Anak.

Undang-undang No. 23 Tahun 2002, tentang Perlindungan Anak.

Usman, Husaini. Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi Aksara, 2001. Cet ke-1.

Waluyo, Bambang. Penelitian Hukum dalam Praktek. Jakarta: Sinar Grafika, 2008.

Cet Ke-4.

Widoyati, Sri. Anak dan Wanita dalam Hukum. Jakarta: LP3ES, 1983.

Wawancara pribadi dengan ibu Elismawati, Pengurus Panti Asuhan Islamic

Village Karawaci Tangerang. Pada Tanggal 20 Juni 2011.

Page 74: PENCATATAN DAFTAR HARTA BENDA ANAK ASUH MENURUT HUKUM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3964/1/NURUL...HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG (Studi kasus di Panti Asuhan

68

Pedoman Wawancara

Nama : Elismawati

Jabatan : Pengurus Panti asuhan Islamic Village Karawaci Tangerang

1. Berapa jumlah anak asuh (yatim atau piatu dan miskin) pada awal berdirinya

Panti Asuhan Islamic Village Karawaci Tangerang?

2. Adakah aturan tersendiri dalam penyeleksian penerimaan anak asuh baru?

3. Apakah Panti Asuhan Islamic Village Karawaci Tangerang sudah menjalani

perannya dalam mengurangi anak-anak jalanan dan miskin atau belum?

4. Apakah hak dan kewajiban anak asuh sudah terpenuhi atau belum di Panti

Asuhan ini?

5. Kendala apa saja yang dihadapi oleh Panti Asuhan dalam mengurangi anak-anak

jalanan?

6. Apakah dalam masalah harta peninggalan keluarga (ahli waris) Panti Asuhan ini

mendaftarkan, mencatat dan mengawasi perubahan harta anak asuhnya dari awal

anak itu masuk atau tidak?

Page 75: PENCATATAN DAFTAR HARTA BENDA ANAK ASUH MENURUT HUKUM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3964/1/NURUL...HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG (Studi kasus di Panti Asuhan

69

Wawancara

Hari/Tanggal : 20 Juni 2011

Waktu : 10:00 WIB

Tempat Wawancara : Panti Asuhan Islamic Village Karawaci Tangerang

Nama Responden : Elismawati

Jabatan : Pengurus Panti Asuhan

1. T : Ada berapa jumlah anak asuh (yatim atau piatu dan miskin) pada awal

berdirinya Panti Asuhan Islamic Village Karawaci Tangerang?

J : Jumlah siswa/i (yatim atau piatu dan miskin) pada pertama kali Panti

Asuhan ini didirikan sekitar berjumlah 220 siswa/i (yatim atau piatu dan

miskin) yang berasal dari 18 Provinsi, diantaranya yaitu Aceh, NTT dan

Padang.

2. T : Adakah aturan tersendiri dalam penyeleksian penerimaan anak asuh

baru?

J : Ada, untuk anak yatim atau piatu dan miskin yang ingin di asuh disini

harus mengikuti prosedur yang berlaku, seperti tes IQ si anak, agar si

anak tersebut benar-benar serius dalam mengikuti peraturan serta

pendidikan yang akan di ikutinya di Panti Islamic Village Karawaci

Tangerang ini. Karena Panti Asuhan ini tidak main-main dengan masa

Page 76: PENCATATAN DAFTAR HARTA BENDA ANAK ASUH MENURUT HUKUM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3964/1/NURUL...HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG (Studi kasus di Panti Asuhan

70

depan si anak tersebut, dan berharap agar anak-anak yang mereka asuh

menjadi anak yang berguna bagi Agama dan Negara, dan untuk masa

depan si anak khususnya.

3. T : Apakah Panti Asuhan Islamic Village ini sudah menjalani perannya

dalam mengurangi anak-anak jalanan dan miskin atau belum?

J : Sudah, sejak Panti Asuhan ini didirikan dan belum ada SK dari

Pemerintah kami sudah bekerja membatu Pemerintah dalam mengurangi

anak jalanana dan miskin dengan membangun Panti Asuhan ini, namun

sampai Tahun 2002 sudah tidak lagi menangani dan menampung anak

jalanan lagi, dikarenakan kondisi tempat yang terbatas dan tidak ada

dana dari Pemerintah.

4. T : Apakah hak dan kewajiban anak asuh sudah terpenuhi atau belum di

Panti Asuhan ini?

J : Sudah, kami mengutamakan hak dan kewajiban anak-anak asuh kami,

dari mulai makanan, pendidikan dan tempat tinggal yang layak untuk

mereka.

5. T : Kendala apasaja yang dihadapi oleh Panti Asuhan dalam mengurangi

anak-anak jalanan?

Page 77: PENCATATAN DAFTAR HARTA BENDA ANAK ASUH MENURUT HUKUM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3964/1/NURUL...HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG (Studi kasus di Panti Asuhan

71

J : Kendala yang dihadapi oleh kami yakni banyak sekali anak-anak jalanan

yang belum kami asuh untuk menjadi anak asuh, kekurangan dana dan

tempat untuk mereka tinggal. Kami sangat berharap Pemerintah untuk

lebih memperhatikan seluruh Panti Asuhan di Indonesia, karena tujuan

kami mulia yakni mencerdaskan anak bangsa yang kurang mampu dan

membantu Pemerintah juga.

6. T : Apakah dalam masalah harta peniggalan keluarga (ahli waris), Panti

Asuhan ini mendaftarkan, mencatat dan mengawasi perubahan harta

anak asuhanya dari awal anak itu masuk atau tidak ?

J : Tidak, panti dan kami selaku pengurus disini hanya memberikan

kebutuhan anak untuk sehari-hari, untuk masalah itu kami tidak

melakukannya karena kami hanya mendidik dan membina anak-anak

asuh kami.

Mengetahui,

Elismawati, SE.

Informan