35
1. PENDAHULUAN Kendaraan bermotor merupakan salah satu sumber pencemaran udara yang penting di daerah perkotaan. Kondisi emisi kendaraan bermotor sangat dipengaruhi oleh kandungan bahan bakar dan kondisi pembakaran dalam mesin. Pada pembakaran sempurna, emisi paling signifikan yang dihasilkan dari kendaraan bermotor berdasarkan massa adalah gas karbon dioksida (CO 2 ) dan uap air, namun kondisi ini jarang terjadi. Hampir semua bahan bakar mengandung polutan dengan kemungkinan pengecualian bahan bakar sel (hidrogen) dan hidrokarbon ringan seperti metana (CH 4 ). Polutan yang dihasilkan kendaraan bermotor yang menggunakan BBM antara lain CO, HC, SO 2 , NO 2 , dan partikulat. Pengalaman dari negara-negara maju menunjukkan bahwa emisi zat-zat pencemar udara dari sumber transportasi dapat dikurangi secara substansial dengan perbaikan sistem pembakaran dan penggunaan katalis (catalytic converter) dan juga pengendalian manajemen lalu lintas. Walaupun diasumsikan bahwa di masa mendatang reduksi emisi per kendaraan per kilometer akan dapat tercapai sebagai hasil dari penerapan teknologi dan sistem kontrol emisi, namun emisi agregat akan tetap tinggi karena jumlah sumber individu yang terus meningkat secara

pencemaran udara

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: pencemaran udara

1. PENDAHULUAN

Kendaraan bermotor merupakan salah satu sumber pencemaran udara yang

penting di daerah perkotaan. Kondisi emisi kendaraan bermotor sangat dipengaruhi

oleh kandungan bahan bakar dan kondisi pembakaran dalam mesin. Pada pembakaran

sempurna, emisi paling signifikan yang dihasilkan dari kendaraan bermotor

berdasarkan massa adalah gas karbon dioksida (CO2) dan uap air, namun kondisi ini

jarang terjadi. Hampir semua bahan bakar mengandung polutan dengan kemungkinan

pengecualian bahan bakar sel (hidrogen) dan hidrokarbon ringan seperti metana

(CH4). Polutan yang dihasilkan kendaraan bermotor yang menggunakan BBM antara

lain CO, HC, SO2, NO2, dan partikulat.

Pengalaman dari negara-negara maju menunjukkan bahwa emisi zat-zat

pencemar udara dari sumber transportasi dapat dikurangi secara substansial dengan

perbaikan sistem pembakaran dan penggunaan katalis (catalytic converter) dan juga

pengendalian manajemen lalu lintas. Walaupun diasumsikan bahwa di masa

mendatang reduksi emisi per kendaraan per kilometer akan dapat tercapai sebagai

hasil dari penerapan teknologi dan sistem kontrol emisi, namun emisi agregat akan

tetap tinggi karena jumlah sumber individu yang terus meningkat secara signifikan.

Artinya, kontrol kualitas emisi harus diimbangi dengan kontrol jumlah sumber emisi

(volume kendaraan).

Tingginya emisi kendaraan bermotor disebabkan oleh beberapa faktor

diantaranya adalah:

• Sistem kontrol emisi kendaraan bermotor tidak diterapkan

• Pelaksanaan Pengujian Kendaraan Bermotor (PKB) berkala untuk kendaraan

umum tidak berjalan efektif

• Pemeriksaan emisi kendaraan di jalan sebagai bagian dari penegakan hukum

(terkait dengan pemenuhan persyaratan kelaikan jalan) belum diterapkan

• Kendaraan bermotor tidak diperlengkapi dengan teknologi pereduksi emisi seperti

katalis karena tidak tersedianya bahan bakar yang sesuai untuk penggunaan katalis

tersebut

Page 2: pencemaran udara

• Kualitas BBM yang rendah

• Penggunaan kendaraan berteknologi rendah emisi yang menggunakan bahan bakar

alternatif masih belum memadai

• Pemahaman tentang manfaat perawatan kendaraan secara berkala yang dapat

menurunkan emisi dan meningkatkan efisiensi penggunaan bahan bakar masih

kurang

• Disinsentif terhadap kendaraan-kendaraan yang termasuk dalam kategori

penghasil emisi terbesar belum diperkenalkan.

Terkait dengan kinerja PKB, evaluasi yang dilakukan dalam studi-studi

terdahulu menunjukkan bahwa sistem PKB masih belum efektif menurunkan emisi

gas buang kendaraan umum. Sistem PKB yang telah diperkenalkan sejak awal 1990-

an perlu diperkuat dan ditingkatkan agar dapat memberikan kontribusi yang nyata

dalam reduksi emisi.

Undang-undang No.14/1992 tentang Lalulintas dan peraturan pelaksanaannya

termasuk Peraturan Pemerintah (PP) No. 43/1992 saat ini sedang diamendemen.

Salah satu klausul penting dalam rancangan perubahan peraturan perundangan

tersebut adalah bahwa semua jenis kendaraan bermotor (umum dan pribadi) wajib

diuji kelaikan jalan secara berkala. Rancangan perubahan PP juga menyebutkan

privatisasi uji kelaikan jalan, yang berarti memberikan kesempatan kepada sektor

swasta untuk terlibat dalam investasi dan operasi pusat-pusat pengujian yang akan

melayani sejumlah besar kendaraan pribadi. Uji emisi akan menjadi salah satu bagian

dari uji kelaikan jalan. Diharapkan, dengan perluasan objek uji kelaikan jalan

ditambah dengan perbaikan sistem PKB yang ada saat ini, akan dapat memberikan

kontribusi pengurangan emisi hingga 50%.

Pemeriksaan di jalan merupakan strategi yang efektif untuk memastikan

kendaraan wajib uji memenuhi persyaratan ambang batas emisi dan sekaligus

memvalidasi hasil uji PKB.

Teknologi pereduksi emisi gas buang seperti catalytic converter belum dapat

diaplikasikan karena pra kondisi spesifikasi bahan bakar belum dapat dipenuhi, yaitu

bahan bakar bensin bebas timbal dan bahan bakar solar berkadar sulfur rendah. Jika

Page 3: pencemaran udara

bahan bakar alternatif seperti biodiesel tersedia secara luas dan dengan harga yang

kompetitif, maka peralihan secara bertahap dari penggunaan bahan bakar fosil ke

bahan bakar alternatif akan memberikan manfaat nyata bagi kualitas udara dan

kesejahteraan manusia.

Mengingat semakin besarnya kontribusi pencemaran udara dari kendaraan

bermotor di beberapa kota di Indonesia, beberapa kota telah mulai mengembangkan

bahkan DKI Jakarta telah memberlakukan sistem Pemeriksaan dan Perawatan (P&P)

yang bertujuan untuk mengidentifikasi kendaraan-kendaraan yang beroperasi (in-use

vehicles) yang tidak memenuhi ambang batas emisi polutan untuk parameter CO, HC,

dan opasitas. Kendaraan yang tidak memenuhi ambang batas tersebut dipersyaratkan

untuk diperbaiki hingga emisinya memenuhi ambang batas. Pemeriksaan dan

perawatan diperlukan karena sejalan dengan usia pakai kendaraan kinerja mesin dan

kondisi gas buang akan menurun. Melalui perawatan rutin seperti penyetelan mesin,

pembersihan filter udara, dan lain-lain emisi gas buang CO dapat berkurang hingga

50%, HC hingga 35%, dan partikulat hingga 45%. Disamping itu efisiensi bahan

bakar pun dapat mencapai antara 3%-10%.

Tanpa langkah pengendalian emisi lalu lintas yang konkret, pertumbuhan

kendaraan bermotor yang cepat di kota-kota besar disertai dengan kondisi emisi rata-

rata kendaraan yang melebihi ambang batas emisi akan memperburuk kualitas udara

dan menimbulkan kerugian biaya kesehatan, produktivitas, dan ekonomi yang makin

besar.

2. FAKTOR PENYEBAB PENCEMARAN UDARA

Masalah pencemaran udara pada umumnya hanya dikaitkan dengan sumber

pencemar, namun sebetulnya banyak faktor-faktor lain yang secara tidak langsung

bertanggung jawab terhadap terjadinya pencemaran udara.

Page 4: pencemaran udara

2.1. Pertumbuhan Penduduk dan Laju Urbanisasi

Pertumbuhan penduduk dan laju urbanisasi yang tinggi merupakan faktor-

faktor penyebab pencemaran udara yang penting di perkotaan. Pertumbuhan

penduduk dan urbanisasi mendorong pengembangan wilayah perkotaan yang semakin

melebar ke daerah pinggiran kota/daerah penyangga. Sebagai akibat, mobilitas

penduduk dan permintaan transportasi semakin meningkat. Jarak dan waktu tempuh

perjalanan sehari-hari semakin bertambah karena jarak antara tempat tinggal dan

tempat kerja atau aktivitas lainnya semakin jauh dan kepadatan lalu lintas

menyebabkan waktu tempuh semakin lama.

Indikasi kebutuhan transportasi dapat dilihat pada perkiraan pertumbuhan

jumlah kendaraan bermotor yang pesat jika skenario business-as-usual atau tanpa

pengelolaan sistem transportasi masih berlaku.

Meningkatnya jumlah kendaraan bermotor dan kebutuhan akan transportasi

mengakibatkan bertambahnya titik-tik kemacetan yang akan berdampak pada

peningkatan pencemaran udara.

2.2. Penataan Ruang

Pembangunan kantor-kantor pemerintah, apartemen, pusat perbelanjaan dan

bisnis hingga saat ini masih terkonsentrasi di pusat kota. Akibatnya, harga tanah di

pusat kota meningkat sangat signifikan. Bersamaan dengan laju urbanisasi yang

tinggi, kebutuhan akan perumahan yang layak di tengah-tengah kota dengan harga

yang terjangkau oleh masyarakat banyak tidak dapat dipenuhi. Pembangunan

perumahan akhirnya bergeser ke daerah pinggiran kota atau kota-kota penyangga

karena harga tanahnya masih relatif lebih rendah dibandingkan dengan di pusat kota.

Kota penyangga pada akhirnya menjadi pilihan tempat tinggal masyarakat yang

sehari-hari bekerja di pusat kota.

Konsentrasi pembangunan perumahan di daerah penyangga juga membawa

persoalan tersendiri bagi daerah penyangga tersebut. Pembangunan perumahan yang

terlalu pesat telah menyebabkan kemacetan. Kawasan perumahan dengan akses jalan

masuk utama yang terbatas telah menyebabkan kemacetan pada jalan-jalan utama

Page 5: pencemaran udara

tersebut, termasuk pada akhir pekan. Permasalahan utama dalam hal ini adalah karena

pembangunan kawasan perumahan tidak disertai dengan pembangunan sistem

transportasinya. Akibatnya, banyak masyarakat yang tinggal di kawasan perumahan

terpaksa menggunakan kendaraan pribadi karena ketiadaan sistem angkutan umum

yang memadai. Ketika biaya perjalanan dengan kendaraan pribadi semakin mahal dan

angkutan umum tidak tersedia, penggunaan kendaraan secara bersama (car pooling)

menjadi alternatif atau akhir-akhir muncul “feeder buses” yang membawa pekerja

dari kawasan perumahan di luar kota ke lokasi terdekat dengan tempat kerja masing-

masing di pusat-pusat kota.

2.3. Pertumbuhan Ekonomi yang Mempengaruhi Gaya Hidup

Industri manufaktur di Indonesia tumbuh signifikan pada pertengahan 1990

sebelum krisis ekonomi terjadi di Indonesia dan Asia pada tahun 1998. Indonesia

menjadi negara tujuan untuk pengembangan industri dengan pertimbangan murahnya

biaya tenaga kerja dan disediakannya beberapa insentif oleh pemerintah, seperti

pemberian tax holiday dan insentif fiskal lainnya; termasuk pula pengembangan

kawasan industri beserta infrastrukturnya dengan tujuan agar dapat mendorong

pertumbuhan ekonomi dan sekaligus menciptakan lebih banyak lapangan kerja.

Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi perubahan

gaya hidup penduduk kota adalah kontribusi sektor industri manufaktur dan sektor

jasa terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) suatu kota. Pada umumnya

di kota-kota besar kontribusi sektor industri manufaktur dan sektor jasa (perdagangan,

restoran, hotel) telah melampaui kontribusi sektor primer (pertanian dan

pertambangan) dalam PDRB.

Pertumbuhan ekonomi juga mendorong perubahan gaya hidup penduduk kota

sebagai akibat dari meningkatnya pendapatan. Walaupun bukan menjadi satu-satunya

alasan, namun meningkatnya pendapatan ditambah dengan adanya kemudahan-

kemudahan pembiayaan yang diberikan lembaga keuangan telah membuat

masyarakat kota berupaya untuk tidak hanya sekedar dapat memenuhi kebutuhan

pokok tetapi juga berupaya meningkatkan taraf hidup atau status sosial, misalnya

Page 6: pencemaran udara

dengan memiliki mobil, sepeda motor, dan barang-barang lainnya serta

menggunakannya dengan frekuensi yang lebih sering sehingga pada akhirnya akan

menambah konsumsi energi.

2.4. Ketergantungan Pada Minyak Bumi Sebagai Sumber Energi

Saat ini masyarakat perkotaan sangat tergantung pada sumber energi yang

berasal dari minyak bumi dengan konsumsi yang terus-menerus menunjukkan

peningkatan. Sektor transportasi merupakan konsumen BBM terbesar yang

diakibatkan terjadinya lonjakan penjualan kendaraan bermotor. Sebagai

konsekuensinya emisi gas buang kendaraan bermotor menyumbang secara signifikan

terhadap polusi udara yang terjadi di perkotaan.

Untuk waktu yang cukup lama, pemerintah Indonesia menerapkan kebijakan

subsidi harga Bahan Bakar Minyak (BBM), sehingga menimbulkan perilaku

penggunaan BBM yang boros dan tidak effisien antara lain mendorong orang untuk

menggunakan kendaraan untuk melakukan perjalanan yang tidak perlu. Setelah

dikuranginya subsidi BBM, berdasarkan laporan penjualan Pertamina, telah terjadi

penurunan penjualan BBM.

Dalam rangka upaya diversifikasi sumber energi dan penurunan emisi gas

buang dari

kendaraan bermotor maupun industri, pemerintah Indonesia telah

memperkenalkan penggunaan Bahan Bakar Gas (BBG), serta Liquified Petroleum

Gas (LPG) sebagai pengganti BBM.

Pemanfaatan BBG maupun LPG pada sektor transportasi yang sudah dimulai

sejak 1986 kurang menunjukkan keberhasilan, faktor penghambatnya antara lain

adalah rendahnya harga bahan bakar minyak bersubsidi sehingga mengurangi daya

saing. Namun dengan kenaikan harga BBM yang telah diberlakukan pemerintah

dengan tujuan untuk mengurangi beban APBN untuk subsidi BBM, pengembangan

bahan bakar alternatif mulai digalakkan. Sebagai contoh, beberapa instansi

pemerintah maupun swasta dan lembaga-lembaga non pemerintah telah meluncurkan

program pengembangan bio-diesel sebagai salah satu pengganti minyak solar. Bio-

Page 7: pencemaran udara

diesel akan mampu bersaing dengan minyak solar apabila harga minyak solar tersebut

dapat dijaga pada tingkat harga sekarang. Namun demikian masih tersisa pertanyaan

bahwa apabila harga minyak internasional turun, apakah hal itu juga akan

menurunkan harga BBM dalam negeri, yang akan berpengaruh terhadap

kelangsungan pengembangan bahan bakar nabati.

Pembakaran minyak bumi yang memiliki gugus rantai hidrokarbon yang

panjang akan lebih sulit dibandingkan dengan pembakaran gas alam yang memiliki

gugus rantai hidrokarbon yang lebih pendek, sehingga pembakaran yang dilakukan

dalam ruang mesin tidak akan dapat dilakukan dengan sempurna, dan pada akhirnya

tentu akan menghasilkan emisi gas buang yang lebih tinggi. Dengan demikian,

menurunnya proporsi minyak bumi dalam bauran energi membawa keuntungan

tersendiri terhadap upaya penurunan pencemaran udara. Untuk merealisasikan

rencana bauran energi tersebut diperlukan dukungan sektor swasta ataupun instansi

lainnya. Juga, pemerintah perlu menjaga agar harga BBM diatur sedemikian rupa

sehingga upaya pengembangan bahan bakar alternatif masih menarik apabila dilihat

dari harga jualnya. Disamping itu, mengingat bahwa Indonesia merupakan salah satu

penghasil bahan bakar gas, maka sudah selayaknya pemerintah memprioritaskan dan

mengupayakan pemanfaatan bahan bakar gas tersebut di dalam negeri, karena selain

akan dapat menurunkan pencemaran udara hal ini juga akan dapat mengurangi beban

masyarakat, termasuk industri, mengingat harga bahan bakar gas lebih murah

dibanding bahan bakar minyak.

2.5. Perhatian Masyarakat

Partisipasi aktif masyarakat merupakan salah satu kunci keberhasilan

pengendalian pencemaran udara. Menyadari hal tersebut dan dengan

dipromosikannya kebijakan good governance di semua sektor maka pemerintah kota

dan beberapa institusi non pemerintah telah berupaya melaksanakan kegiatan

kampanye peningkatan kesadaran masyarakat mengenai polusi udara serta berupaya

untuk melibatkan masyarakat dalam menetapkan suatu kebijakan. Melalui kegiatan-

kegiatan tersebut, telah dicapai tingkat kesadaran masyarakat dan pengambil

Page 8: pencemaran udara

keputusan yang relatif tinggi. Namun tingkat kesadaran tersebut ternyata belum

mampu menggerakkan mereka untuk melakukan tindakan nyata penurunan

pencemaran udara. Ini berarti dukungan dan partisipasi masyarakat dan pemerintah

terhadap upaya pengendalian pencemaran udara masih tetap rendah. Meskipun

beberapa Pemerintah Kota menyadari kondisi tersebut, namun belum ada upaya

khusus yang dilakukan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat secara sistematis.

Kendala utama pelaksanaan kegiatan peningkatan perhatian masyarakat oleh

pemerintah adalah terbatasnya anggaran yang tersedia. Permasalahan lainnya adalah

ketidaktersediaan sarana dan prasarana yang memadai bagi institusi-institusi yang

bertanggung jawab dalam bidang informasi dan komunikasi. Kurangnya koordinasi

antara institusi teknis terkait dengan institusi-institusi di bidang informasi dan

hubungan masyarakat juga merupakan kendala sehingga kegiatan peningkatan

perhatian masyarakat tidak dapat dilaksanakan secara efektif.

Di lain pihak, rendahnya partisipasi masyarakat dalam upaya pengendalian

pencemaran udara juga disebabkan terbatasnya contoh/tauladan yang diberikan oleh

pemerintah. Sebagai contoh, pemerintah mempromosikan penggunaan bahan bakar

gas pada kendaraan tetapi pemerintah sendiri tidak menggunakannya pada kendaraan

dinas/operasional pemerintah. Masalah lainnya adalah terkait dengan kredibilitas dan

kesiapan program pengendalian pencemaran udara. Misalnya, persepsi masyarakat

yang menyebutkan bahwa kinerja Pengujian Kendaraan Bermotor (PKB) berkala

untuk kendaraan angkutan umum dan barang selama ini buruk dapat menghambat

kampanye program yang sama yaitu Pemeriksaan dan Perawatan kendaraan bermotor

pribadi. Terbatasnya data dan informasi yang diperlukan oleh masyarakat untuk lebih

memahami masalah pencemaran udara juga menjadi kendala. Pada beberapa kasus,

meskipun data tersedia namun masyarakat sulit mendapatkannya.

Kajian khusus perlu dilakukan terhadap pendekatan-pendekatan program

peningkatan perhatian masyarakat baik oleh pemerintah maupun pihak lain agar

upaya tersebut dapat menghasilkan tindak nyata atau partisipasi aktif semua pihak.

Selanjutnya, kampanye publik yang intensif dan terencana, yang melibatkan

Page 9: pencemaran udara

masyarakat secara luas, termasuk pelajar-pelajar (dampak terhadap kesehatan dan

lingkungan) perlu dibuat dan dilaksanakan.

3. BAHAN-BAHAN PENCEMAR UDARA

3.1 Particulate Matter (PM10)

Partikulat adalah padatan atau likuid di udara dalam bentuk asap, debu dan

uap, yang dapat tinggal di atmosfer dalam waktu yang lama. Di samping mengganggu

estetika, partikel berukuran kecil di udara dapat terhisap ke ke dalam sistem

pernafasan dan menyebabkan penyakit gangguan pernafasan dan kerusakan paru-

paru. Partikulat juga merupakan sumber utama haze (kabut asap) yang menurunkan

visibilitas.

Partikel yang terhisap ke dalam sistem pernafasan akan disisihkan tergantung

dari diameternya. Partikel berukuran besar akan tertahan pada saluran pernafasan

atas, sedangkan partikel kecil (inhalable) akan masuk ke paru-paru dan bertahan di

dalam tubuh dalam waktu yang lama. Partikel inhalable adalah partikel dengan

diameter di bawah 10 µm (PM10). PM10 diketahui dapat meningkatkan angka

kematian yang disebabkan oleh penyakit jantung dan pernafasan, pada konsentrasi

140 µg/m3 dapat menurunkan fungsi paru-paru pada anak-anak, sementara pada

konsentrasi 350 µg/m3 dapat memperparah kondisi penderita bronkhitis. Toksisitas

dari partikel inhalable tergantung dari komposisinya. Partikel yang terhirup

(inhalable) juga dapat merupakan partikulat sekunder, yaitu partikel yang terbentuk di

atmosfer dari gas-gas hasil pembakaran yang mengalami reaksi fisik-kimia di

atmosfer, misalnya partikel sulfat dan nitrat yang terbentuk dari gas SO2 dan NOx.

Umumnya partikel sekunder berukuran 2,5 mikron atau kurang. Proporsi cukup besar

dari PM2,5 adalah amonium nitrat, ammonium sulfat, natrium nitrat dan karbon

organik sekunder. Partikel-partikel ini terbentuk di atmosfer dengan reaksi yang

lambat sehingga sering ditemukan sebagai pencemar udara lintas batas yang

ditransportasikan oleh pergerakan angin ke tempat yang jauh dari sumbernya (Harrop,

2002). Partikel sekunder PM2,5 dapat menyebabkan dampak yang lebih berbahaya

Page 10: pencemaran udara

terhadap kesehatan bukan saja karena ukurannya yang memungkinkan untuk terhisap

dan masuk lebih dalam ke dalam sistem pernafasan tetapi juga karena sifat

kimiawinya.

Partikel sulfat dan nitrat yang inhalable serta bersifat asam akan bereaksi

langsung di dalam sistem pernafasan, menimbulkan dampak yang lebih berbahaya

daripada partikel kecil yang tidak bersifat asam. Partikel logam berat dan yang

mengandung senyawa karbon dapat mempunyai efek karsinogenik, atau menjadi

carrier pencemar toksik lain yang berupa gas atau semi-gas karena menempel pada

permukaannya. Termasuk ke dalam partikel inhalable adalah partikel Pb yang

diemisikan dari gas buang kendaraan bermotor yang menggunakan bahan bakar

mengandung Pb. Timbal adalah pencemar yang diemisikan dari kendaraan bermotor

dalam bentuk partikel halus berukuran lebih kecil dari 10 dan 2,5 mikrometer.

Partikulat diemisikan dari berbagai sumber, termasuk pembakaran bahan

bakar minyak, (gasoline, diesel fuel), pencampuran dan penggunaan pupuk dan

pestisida, konstruksi, proses-proses industri seperti pembuatan besi dan baja,

pertambangan, pembakaran sisa pertanian (jerami), dan kebakaran hutan. Hasil data

pemantauan udara ambient di 10 kota besar di Indonesia menunjukan bahwa PM10

adalah parameter yang paling sering muncul sebagai parameter kritis (Bapedal, 2000,

2001; KLH, 2002, 2003, 2004).

3.2 Ozone (O3)

Ozon termasuk kedalam pencemar sekunder yang terbentuk di atmosfer dari

reaksi fotokimia NOx dan HC. Ozon bersifat oksidator kuat, karena itu pencemaran

oleh ozon troposferik dapat menyebabkan dampak yang merugikan bagi kesehatan

manusia. Laporan Badan Kesehatan Dunia menyatakan konsentrasi ozon yang tinggi

(>120 µg/m3) selama 8 jam atau lebih dapat menyebabkan serangan jantung dan

kematian atau kunjungan ke rumah sakit karena gangguan pada sistem pernafasan.

Pajanan pada konsentrasi 160 µg/m3 selama 6,6 jam dapat menyebabkan gangguan

fungsi paru-paru akut pada orang dewasa yang sehat dan pada populasi yang sensitif.

Page 11: pencemaran udara

Emisi gas buang berupa NOx adalah senyawa-senyawa pemicu (precursor)

pembentukan ozon. Senyawa ozon di lapisan atmosfer bawah (troposfer bawah, pada

ketinggian 0 – 2000m) terbentuk akibat adanya reaksi fotokimia pada senyawa oksida

nitrogen (NOx) dengan bantuan sinar matahari. Oleh karena itu potensi produksi ozon

troposfer di daerah beriklim tropis seperti Indonesia sangat tinggi. Karena merupakan

pencemar sekunder, konsentrasi ozon di luar kota --di mana tingkat emisi prekursor

umumnya lebih rendah-- seringkali ditemukan lebih tinggi daripada konsentrasi ozon

di pusat kota.

Percepatan produksi ozon dibantu dengan kehadiran senyawa lain seperti

NOx, hidrokarbon, CO dan senyawa-senyawa radikal yang juga diemisikan dari

pembakaran bahan bakar fosil. Puncak pola fluktuasi harian ozon umumnya terjadi

setelah terjadinya puncak konsentrasi NOx dan efek yang lebih merugikan terhadap

kesehatan karena adanya kombinasi pencemar NOx dan ozon dapat terjadi. Diketahui

bahwa kombinasi NOx-O3 dapat menyebabkan penurunan fungsi paru-paru (Hazucha,

1996).

Selain menyebabkan dampak yang merugikan pada kesehatan manusia,

pencemar ozon dapat menyebabkan kerugian ekonomi akibat ausnya bahan atau

material (tekstil, karet, kayu, logam, cat, dlsb), penurunan hasil pertanian dan

kerusakan ekosistem seperti berkurangnya keanekaragaman hayati. Penelitian di

negara Asia seperti Jepang dan Pakistan menunjukan bahwa pajanan ozon pada

tanaman padi menyebabkan terhambatnya pertumbuhan dan berkurangnya hasil

produksi (Agrawal et al., 1999).

3.3 Carbon Monoxide (CO)

Gas karbon monoksida (CO) adalah gas yang dihasilkan dari proses oksidasi

bahan bakar yang tidak sempurna. Gas ini bersifat tidak berwarna, tidak berbau, tidak

menyebabkan iritasi. Gas karbon monoksida memasuki tubuh melalui pernafasan dan

diabsorpsi di dalam peredaran darah. Karbon monoksida akan berikatan dengan

haemoglobin (yang berfungsi untuk mengangkut oksigen ke seluruh tubuh) menjadi

carboxyhaemoglobin. Gas CO mempunyai kemampuan berikatan dengan

Page 12: pencemaran udara

haemoglobin sebesar 240 kali lipat kemampuannya berikatan dengan O2. Secara

langsung kompetisi ini akan menyebabkan pasokan O2 ke seluruh tubuh menurun

tajam, sehingga melemahkan kontraksi jantung dan menurunkan volume darah yang

didistribusikan. Konsentrasi rendah (<400 ppmv ambient) dapat menyebabkan

pusing-pusing dan keletihan, sedangkan konsentrasi tinggi (>2000 ppmv) dapat

menyebabkan kematian.

CO diproduksi dari pembakaran bakan bakar fosil yang tidak sempurna,

seperti bensin, minyak dan kayu bakar. Selain itu juga diproduksi dari pembakaran

produk-produk alam dan sintesis, termasuk rokok. Konsentrasi CO dapat meningkat

di sepanjang jalan raya yang padat lalu lintas dan menyebabkan pencemaran lokal.

CO kadangkala muncuk sebagai parameter kritis di lokasi pemantauan di kota-kota

besar dengan kepadatan lalu lintas yang tinggi seperti Jakarta, Bandung dan

Surabaya, tetapi pada umumnya konsentrasi CO berada di bawah ambang batas Baku

Mutu PP41/1999 (10,000µg/m3/24 jam). Walaupun demikian CO dapat

menyebabkan masalah pencemaran udara dalam ruang (indoor air pollution) pada

ruang-ruang tertutup seperti garasi, tempat parker bawah tanah, terowongan dengan

ventilasi yang buruk, bahkan mobil yang berada di tengah lalulintas.

3.4 Carbon Dioxide (CO2)

Karbon dioksida (CO2) adalah gas yang diemisikan dari sumber-sumber

alamiah dan antropogenik. Karbon dioksida adalah gas yang secara alamiah berada di

atmosfer Bumi, berasal dari emisi gunung berapi dan aktivitas mikroba di tanah dan

lautan.

Karbon dioksida akan larut di dalam air hujan dan membentuk asam karbonat,

menyebabkan air hujan bersifat lebih asam bila dibandingkan dengan air tawar.

Tetapi akibat aktivitas manusia (pembakaran batubara, minyak dan gas alam)

konsentrasi global CO2 telah meningkat sebesar 28% dari sekitar 280 ppmv pada awal

revolusi industri di tahun 1850an menjadi 360 ppm pada masa kini (IPCC, 1996).

Masalah utama dari peningkatan CO2 adalah perubahan iklim. Karbon

dioksida adalah gas rumah kaca (GRK) karena potensi pemanasan globalnya

Page 13: pencemaran udara

(GWP/Global Warming Potential). Pada saat ini tidak hanya CO2 yang dikenal

sebagai GRK tetapi juga pencemar udara lainnya seperti metana, ozon, kloroform,

N2O dan HFCs.

3.5 Nitrogen Oxide (NOx)

Oksida nitrogen (NOx) adalah kontributor utama smog dan deposisi asam.

Nitrogen oksida bereaksi dengan senyawa organic volatile membentuk ozon dan

oksidan lainnya seperti peroksiasetilnitrat (PAN) di dalam smog fotokimia dan

dengan air hujan menghasilkan asam nitrat dan menyebabkan hujan asam. Smog

fotokimia berbahaya bagi kesehatan manusia karena menyebabkan kesulitan bernafas

pada penderita asma, batuk-batuk pada anak-anak dan orang tua, dan berbagai

gangguan sistem pernafasan, serta menurunkan visibilitas. Deposisi asam basah

(hujan asam) dan kering (bila gas NOx membentuk partikel aerosol nitrat dan

terdeposisi ke permukaan Bumi) dapat membahayakan tanam-tanaman, pertanian,

ekosistem perairan dan hutan. Hujan asam dapat mengalir memasuki danau dan

sungai lalu melepaskan logam berat dari tanah serta mengbah komposisi kimia air.

Hal ini pada akhirnya dapat menurunkan dan bahkan memusnahkan kehidupan air.

Oksida nitrogen diproduksi terutama dari proses pembakaran bahan bakar fosil,

seperti bensin, batubara dan gas alam.

3.6 Sulfur Dioxide (SO2)

Gas sulfur dioksida (SO2) adalah gas yang tidak berbau bila berada pada

konsentrasi rendah tetapi akan memberikan bau yang tajam pada konsentrasi pekat.

Sulfur dioksida berasal dari pembakaran bahan bakar fosil, seperti minyak bumi dan

batubara. Pembakaran batubara pada pembangkit listrik adalah sumber utama

pencemaran SO2. Selain itu berbagai proses industri seperti pembuatan kertas dan

peleburan logam-logam dapat mengemisikan SO2 dalam konsentrasi yang relatif

tinggi.

SO2 adalah kontributor utama hujan asam. Di dalam awan dan air hujan SO2

mengalami konversi menjadi asam sulfur dan aerosol sulfat di atmosfer. Bila aerosol

Page 14: pencemaran udara

asam tersebut memasuki sistem pernafasan dapat terjadi berbagai penyakit pernafasan

seperti gangguan pernafasan hingga kerusakan permanent pada paru-paru.

Pencemaran SO2 pada saat ini baru teramati secara lokal di sekitar sumber-sumber

titik yang besar, seperti pembangkit listrik dan industri, meskipun sulfur adalah salah

satu senyawa kimia yang terkandung di dalam bensin dan solar. Data dari

pemantauan kontinu pada jaringan pemantau nasional pada saat ini jarang

mendapatkan SO2 sebagai parameter kritis, kecuali pada lokasi-lokasi tertentu. Lokasi

pemantauan di Surabaya UAQi, Utara yang diduga menerima emisi jarak jauh dari

sumber pencemar di daerah Gresik kadangkala mendapatkan SO2 sebagai parameter

kritis (data from DLH Surabaya, 2005). Konsentrasi SO2 yang relative tinggi juga

ditemukan di sekitar lokasi industri di daerah Karawang, walaupun secara umum nilai

rata-ratanya masih tetap berada di bawah ambang batas Baku Mutu Kualitas Udara

(data BPLHD Jabar, 2004).

3.7 Volatile Organic Compounds (VOCs)

Senyawa organic volatile (VOC) adalah senyawa organic yang mudah

menguap. Banyak senyawa organic volatile memiliki karakteristik mudah menguap/

berubah dari fasa cair menjadi fasa gas pada temperatur ruang. VOC termasuk

benzena, pelarut seperti toluen dan xilen serta perkloroetilen. VOC dilepaskan dari

pembakaran bahan bakar, seperti bensin, kayu, batubara, bahan-bahan pelarut, cat,

lem dan produk-produk lain yang digunakan di rumah dan kantor. Emisi kendaraan

bermotor adalah sumber VOC yang penting. Berbagai senyawa VOC adalah

pencemar udara yang berbahaya, benzene, formaldehida, benzo – a – pirena (BaP).

VOC juga merupakan precursor ozon yang dapat meningkatkan produksi ozon

meningkat dengan cepat.

Hidrokarbon, termasuk VOC tidak dipantau oleh jaringan pemantau nasional,

tetapi sistem yang pernah terpasang dan beroperasi di Jakarta pada tahun 1995 – 2000

mengukur senyawa hidrokarbon sebagai NMHC (hidrokarbon non metana).

Pemantauan HC selama proyek JICA tahun 1996 menunjukan bahwa nilai

konsentrasi rata-rata 3-jam NMHC di seluruh stasiun pengamatan telah melampaui

Page 15: pencemaran udara

ambang batas Baku Mutu DKI Jakarta, Walaupun pada saat ini jaringan pemantau

tidak mengukur senyawa HC seperti NMHC, pengamatn JICA membuktikan bahwa

di samping PM10 dan O3 yang sering menjadi parameter kritis, HC juga perlu

mendapat perhatian, Hal ini disebabkan juga karena banyak senyawa NMHC adalah

juga merupakan precursor O3.

Sebagaimana ditunjukan dalam repartisi emisi HC (lihat bagian Inventarisasi

Emisi), yang mengestimasi bahwa lebih dari 90% HH diemisikan dari berasal dari

emisi gas buang, data-data ini menunjukkan bahwa konsentrasi ambient HC yang

tinggi diperkirakan juga berasal dari sumber yang sama dengan precursor O3 yang

lain (NOx dan CO). Analisis ini menggambarkan bahwa untuk menurunkan

pencemaran O3, strategi penurunan emisi kendaraan bermotor juga harus secara

komprehensif mengendalikan emisi HC.

3.8 Timbal (Pb)

Timbal adalah logam yang sangat toksik dan menyebabkan berbagai dampak

kesehatan terutama pada anak-anak kecil. Timbal dapat menyebabkan kerusakan

sistem syaraf dan masalah pencernaan, sedangkan berbagai bahan kimia yang

mengandung timbale dapat menyebabkan kanker.

Dimulai di Jabodetabek pada bulan Juli 2001 lalu di Denpasar, Batam dan

Cirebon kandungan Pb di dalam bensin telah dihapuskan, yang secara langsung telah

menurunkan konsentrasi timbal di udara. Tetapi baru kota-kota tersebut yang

mendapatkan pasokan bensin tanpa timbal.

4. DAMPAK-DAMPAK PENCEMARAN UDARA

Page 16: pencemaran udara

Perhatian masyarakat terhadap kualitas udara semakin besar ketika

mengetahui dampaknya terhadap kesehatan anak-anak, terutama yang berhubungan

dengan insiden dan prevalen asma. Walaupun belum disepakatinya bukti-bukti yang

menunjukkan bahwa asma disebabkan oleh pencemaran udara, temuan terbaru

menunjukkan bahwa pencemaran udara menjadi pencetus gejala-gejala asma.

Beberapa komponen hidrokarbon dari gas buang kendaraan bermotor, seperti

polycyclicaromatic hydrocarbons (PAH) pada partikel diesel, diketahui sebagai

penyebab kanker, demikian juga benzena dan 1,3-butadiene. CO, yang banyak

ditemukan dalam konsentrasi tinggi di perkotaan, diketahui dapat memperburuk

penyakit jantung dengan cara mengganggu kapasitas darah dalam mengangkut

oksigen.

Penelitian epidemiologi terkini menemukan bahwa partikulat diesel

bertanggung jawab terhadap peningkatan gangguan penyakit-penyakit paru-paru dan

jantung bahkan di tingkat pencemaran yang relatif rendah (Colville, et al., 2001).

Timbal yang digunakan sebagai peningkat oktan dalam bensin bertimbal

diketahui sebagai penyebab kerusakan susunan syaraf dan menurunkan tingkat

kecerdasan (IQ). Pajanan timbal jangka panjang menunjukkan pada setiap

peningkatan 10 sampai 20 µg/dl timbal darah berhubungan dengan kehilangan IQ dua

setengah poin (EPAQS, 1998).

Dalam studi-studi laboratorium, sudah sejak lama diketahui bahwa SO2

menyebabkan batuk pada pajanan konsentrasi tinggi dalam jangka pendek, terutama

terhadap mereka yang menderita asma.

Pencemar udara dari jalan raya sebagai penyebab gangguan kesehatan di

perkotaan negara maju saat ini adalah NO2 (Colville et al., 2001). Keterkaitan antara

NO2 dengan kesehatan masyarakat termasuk peningkatan total angka kematian karena

penyakit jantung, kematian bayi, kunjungan pengidap asma di unit gawat darurat, dan

perawatan penyakit paru di rumah sakit. NO2, bersama dengan volatile organic

compounds (VOCs) merupakan komponen penyebab munculnya ozone (O3) dan

pencemar fotokimia lainnya (Sillman, 1999). O3 telah diketahui memperparah gejala

asma, selain juga dapat merusak pertanian.

Page 17: pencemaran udara

Selain dampak kesehatan masyarakat dan lingkungan perkotaan, emisi dari

sarana transportasi turut berkontribusi terhadap dampaknya bagi atmosfer, seperti

deposisi asam, penipisan ozon di stratosfer, dan perubahan iklim global. Gas buang

SO2 dan NOx lebih jauh dapat memunculkan proses pengasaman di atmosfer melalui

oksidasi, yang merubahnya menjadi asam sulfur dan asam nitrat. Meskipun

pencemaran dari sarana transportasi masih jauh untuk menjadi sumber penipisan

lapisan ozon di stratosfer, namun unit penyejuk udara (AC) dalam kendaraan

bermotor ternyata ikut berkontribusi terhadap terjadinya dampak tersebut.

Kontribusi terbesar emisi dari transportasi adalah CO2 dan H2O, dikenal

sebagai gas-gas greenhouse, yang dibawah pengawasan ketat berkaitan dengan

dampaknya terhadap pemanasan dan perubahan iklim global. Disamping manfaat

penggunaannya dalam menurunkan emisi NOx, VOCs, and CO, catalytic converter

juga mempunyai kelemahan, karena meningkatkan emisi CO2, N2O, dan NH3 yang

berkontribusi pada perubahan iklim dan deposisi asam. Sementara emisi dari N2O

meningkat sebanyak 10 faktor (Wade et al., 1994), N2O dalam skala kecil juga

dianggap bertanggungjawab terhadap pemanasan global. Sementara itu, sedikit saja

peningkatan CO2 akan memberikan dampak yang lebih besar.

4.1. Dampak Pencemaran Udara Terhadap Kesehatan

Telah lebih dari dua dasawarsa ini penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut

(ISPA) dan gangguan saluran pernafasan lain selalu menduduki peringkat pertama

dari 10 penyakit terbanyak yang dilaporkan oleh pusat-pusat pelayanan kesehatan

masyarakat seperti: Puskesmas, Klinik, dan Rumah Sakit. Diketahui bahwa penyebab

terjadinya ISPA dan penyakit gangguan saluran pernapasan lain adalah: rendahnya

kualitas udara di dalam rumah dan atau di luar rumah baik secara biologis, fisik,

maupun kimia.

Hampir semua penyakit dan kematian yang terkait dengan pencemaran udara

tersebut tercatat dan dilaporkan oleh Departemen Kesehatan melalui rumah sakit,

puskesmas, dinas kesehatan provinsi dan kota/kabupaten. Namun, baik di tingkat

pusat, provinsi, kota atau kabupaten, struktur organisasi yang spesifik menangani

Page 18: pencemaran udara

penanggulangan berikut pengawasan dampak kesehatan kualitas udara tersebut belum

ada di institusi kesehatan. Sehingga, situasi dan kondisi ini dapat memperlemah

upaya penanggulangan dampak kesehatan pencemaran udara berikut surveilans-nya.

Dimana pada gilirannya, berakibat pada lemahnya informasi tentang kondisi

senyatanya dampak kesehatan yang disebabkan oleh pencemaran udara.

4.2. Dampak Pencemaran Udara Terhadap Tumbuhan

Di dalam lingkungan perkotaan terdapat berbagai macam tumbuhan yang

dapat ditemukan di taman-taman kota, di pinggir jalan, di taman-taman perumahan,

dan bagian-bagian lainnya. Saat ini, ditemukan keanekaragaman spesies yang lebih

besar meskipun terancam punah akibat polusi terutama yang dihasilkan dari

kendaraan bermotor.

Kualitas udara merupakan faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan

vegetasi di lingkungan perkotaan. Beberapa studi menunjukkan bahwa palawija dan

tumbuhan lain yang ditanam sepanjang jalur jalan utama dari wilayah pinggir kota

sampai dengan pusat kota memperlihatkan tingkat pertumbuhan yang rendah di lokasi

sekitar kota.

Efek dari masing-masing pencemar sulit untuk diketahui, dan kerusakan

tumbuhan kemungkinan merupakan hasil dari campuran pencemar di udara. Tetapi

kadar ozon yang tinggi telah memperlihatkan kerusakan species tumbuhan dalam

beberapa studi.

Beberapa spesies terutama yang berdaun pendek seperti bayam dan semanggi

peka terhadap ozon, dan kerusakan tampak setelah pajanan yang pendek. Meskipun

tidak ada pengetahuan rinci tentang efek ozon terhadap spesies, diasumsikan bahwa

kerusakan struktur sel diakibatkan masuknya ozon ke dalam stomata. Ozon dapat

mengganggu fungsi stomata dan kemudian merusak keseimbangan kelembaban.

4.3. Dampak Pencemaran Udara Terhadap Bangunan

Page 19: pencemaran udara

Kadar sulfur dioksida yang tinggi di udara telah diketahui dapat

mengakibatkan kerusakan bangunan. Namun meskipun kadar SO2 rendah, kerusakan

bangunan masih terjadi. Hal ini dapat diakibatkan meningkatnya konsentrasi ozon

dan nitrogen di dalam lingkungan perkotaan. Percobaan-percobaan yang dilakukan

telah memperlihatkan bahwa campuran pencemar-pencemar seperti ozon, nitrogen

dioksida dan sulfur merusak batu lebih cepat dibandingkan dengan satu persatu

pencemar tersebut.

Masalah penting terkait dengan pencemaran udara perkotaan adalah kotornya

bangunan-bangunan. Kepadatan area perkotaan semakin meningkat, asap dan partikel

udara yang berasal dari kendaraan bermesin diesel telah mengambil alih asap dari

batu bara sebagai penyebab utama kotornya permukaan bangunan. Jelaga dan partikel

lainnya dapat bergabung dengan pencemar dan meningkatkan bahaya pengikisan

bangunan-bangunan.

4.4. Dampak Pencemaran Udara terhadap Pemanasan Global

Pemanasan global merupakan peningkatan secara gradual dari suhu

permukaan bumi yang sebagian disebabkan oleh emisi dari zat-zat penecmar seperti

karbondioksida (CO2), metan (CH4) dan oksida nitrat (N2O), serta bertanggungjawab

terhadap perubahan dalam pola cuaca global. Karbondioksida dan zat pencemar

lainnya berkumpul di atmosfer membentuk lapisan yang tebal menghalangi panas

matahari dan menyebabkan pemanasan planet dengan efek gas rumah kaca.

Pemanasan global merupakan fenomena yang kompleks, dan dampak

sepenuhnya sangat sulit diprediksi. Namun, setiap tahunnya para ilmuawan makin

banyak belajar tentang bagaimana pemanasan global tersebut mempengaruhi planet,

dan banyak diantara mereka setuju bahwa konsekuensi tertentu akan muncul jika

kecenderungan pencemaran yang terjadi saat ini berlanjut, diantaranya adalah:

Peningkatan permukaan laut yang disebabkan oleh mencairnya gunung es akan

menimbulkan banjir di sekitar pantai;

Naiknya temperatur permukaan air laut akan menjadi pemicu terjadinya badai

terutama di bagian tenggara atlantik

Page 20: pencemaran udara

Rusaknya habitat seperti barisan batu karang dan pegunungan alpen dapat

menyebabkan hilangnya berbagai hayati di wilayah tersebut Baru-baru ini, dalam

pernyataan akhir tahunnya, Pelangi, satu institusi yang memfokuskan diri dalam

penelitian dan mitigasi perubahan iklim menyebutkan bahwa suhu permukaan

bumi di sebagian besar wilayah Indonesia telah meningkat antara 0.5 – 1 derajat

Celsius dibandingkan pada temperature rata-rata antara tahun 1951 – 1980, yang

mana peningkatan ini terutama disebabkan oleh peningkatan gas rumah kaca.

Pembangkit listrik, industri dan kendaraan bermotor merupakan sumber utama

pencemaran karbondioksida. Studi yang dilaksnakaan oleh GTZ pada saat

pengembangan strategi nasional tentang mekanisme pembangunan perkelanjutan

(clean development mechanism – CDM) memperkirakan bahwa Indonesia akan

mengkontribusikan sekitar 672 juta ton CO2; ini merupakan kenaikan hamper 200%

dibandingkan dengan tahun 2000 yang terutama disebabkan oleh pemakaian energi

pada sector-sektor tersebut.

Dengan melihat kepada dampak dari pemanasan global tersebut adalah sangat

penting apabila Indonesia dapat berperan dalam menurunkan emisi yang berpengaruh

terhadap efek rumah kaca. Sasaran utama harusnya diarahkan pada penurunan

konsumsi energi atau menggantikan pemakaian energi dengan sumber energi baru

yang memiliki pengaruh lebih kecil atau tidak berpengaruh sama sekali terhadap

pemanasan global.

Dalam konteks ini, terutama disebabkan potensi yang sangat besar dalam

penurunan emisi melalui penerapan kebijakan dalam bidang kehutanan maupun

energi, khususnya setelah naiknya harga bahan bakar, maka Indonesia dapat

memanfaatkan Protokol Kyoto yang menyediakan mekanisme bagi negara

berkembang untuk mendapatkan insentif dari negara maju untuk upaya-upaya

penurunan gas rumah kaca melalui mekanisme pembangunan berkelanjutan (Clean

Development Mechanism - CDM).

5. SOLUSI MENGATASI PENCEMARAN UDARA

Page 21: pencemaran udara

5.1 Solusi Dari Sudut Pandang Pribadi

Partisipasi aktif dari masyarakat akan pentingnyapenanggulangan pencemaran

udra sangat berperan penting untuk mengatasi atau memperkecil dampak dari

pencemaran udara. Beberapa hal yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut :

• Memakai kendaraan yang mengeluarkan emisi rendah, bahkan tidak mengeluarkan

emisi gas buang.

• Menggunakan transportasi umum dibanding dengan kendaraan bermotor pribadi.

• Mengusahakan tidak menggunakan kendaraan bermotor untuk jarak yang tidak

terlalu jauh.

5.2. Solusi Dari Sudut Pandang Pemerintah

Pemerinah sebagai aparat penegak hokum di negeri ini perlu memikirkan

langkah langkah yang harus dilakukan untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan

oleh pencemaran udara yang ditimbulkan oleh kendaraan bermotor. Langkah-langkah

yang dapat dilakukan oleh pemerintah diantaranya adalah sebagai berikut:

• Menetapkan standar emisi gas buang bagi seluruh kendaraan bermotor

• Menciptakan angkutan umum yang aman, nyaman, murah dan cepat untuk

menarik minat pengguna kendaraan pribadi

• Menerapkan pembatasan penggunaan kendaraan pribadi.

• Menggalakkan penggunaan energi alternatif sebagai pengganti bahan bakar

minyak.

6. KESIMPULAN

Page 22: pencemaran udara

ledakan pertumbuhan penduduk dan pencemaran tidak memberikan banyak

pilihan pada pemerintah, terutama pemerintah kota. Akibat yang terjadi adalah

semakin tingginya tingkat penggunaan kendaraan bermotor. Penemuan-penemuan

teknologi baru terus dilakukan untuk mengatasi hal tsrsebut dimana teknologi

tersebut dibuat semata-mata untuk mengurangi tingkat pencemaran udara yang sudah

cukup tinggi saat ini.

Pencemaran udara memang tidak dapat dihindari, tetapi dapat dikurangi

sehingga dampak-dampak yang ditimbulkan menjadi minimum. Untuk mewujudkan

hal tersebut, tentu diperlukan kerjasama , baik pemerintah maupun pribadi masing-

masing masyarakat. Partisipasi aktif masyarakat merupakan salah satu kunci

keberhasilan pengendalian pencemaran udara untuk terciptanya lingkungan yang

nyaman, bersih dan sehat.

.