PENCEMARAN UDARA

Embed Size (px)

Citation preview

PENCEMARAN UDARA

1. Sumber Pencemaran udara Pencemaran udara terjadi akibat dilepaskannya zat pencemar dari berbagai sumber ke udara. Sumber-sumber pencemar udara dapat bersifat alami maupun antropogenik (aktivitas manusia). Namun peraturan mengenai pengelolaan udara yang saat ini berlaku di Indonesia yaitu PP No. 41/1999 mendefinisikan sumber pencemar sebagai setiap usaha dan/atau kegiatan yang mengeluarkan bahan pencemar ke udara yang menyebabkan udara tidak berfungsi sebagaimana mestinya. PP ini kemudian menggolongkan sumber pencemar atas lima kelompok, yaitu: Sumber bergerak: sumber emisi yang bergerak atau tidak tetap pada suatu tempat yang berasal dari kendaraan bermotor. Sumber bergerak spesifik: serupa dengan sumber bergerak namun berasal dari kereta api, pesawat terbang, kapal laut dan kendaraan berat lainnya. Sumber tidak bergerak: sumber emisi yang tetap pada suatu tempat. Sumber tidak bergerak spesifik: serupa dengan sumber tidak bergerak namun berasal dari kebakaran hutan dan pembakaran sampah. Sumber gangguan: sumber pencemar yang menggunakan media udara atau padat untuk penyebarannya. Sumber ini terdiri dari kebisingan, getaran, kebauan dan gangguan lain. Sementara WHO sendiri menggolongkan sumber pencemar atas sumber tidak bergerak, sumber bergerak dan sumber dalam ruangan. Di kota-kota besar di Indonesia, sumber bergerak telah mendominasi emisi pencemar udara. Di Jakarta misalnya, kendaraan bermotor telah menyumbangkan 70 persen dari pencemar PM10 dan NOx di tahun 1998. (Syahril et.al.: 2002 ) Untuk sebagian daerah di Kalimantan dan Sumatera, sumber tidak bergerak spesifik, dalam hal ini kebakaran hutan, telah memberikan kontribusi yang cukup tinggi dan semakin meningkat sejak tahun 1997 (Dede Nurdin Sadat dkk : 2002). Selain kedua jenis sumber ini, kendaraan bermotor dan kebakaran hutan, kegiatan industri serta pembangkitan listrik pun memberikan kontribusi yang semakin | property dino rimantho 1

PROPERTI DINO RIMANTHO

hari semakin meningkat. Adapun sumber pencemaran bergerak tersebut antara lain (PPKUP : 2006) : 1. Kualitas Bahan Bakar Minyak (BBM) Ketersediaan bensin tanpa timbal (unleaded gasoline) dan minyak solar dengan kandungan belerang rendah merupakan faktor kunci dalam penurunan emisi kendaraan, karena bahan bakar jenis tersebut merupakan prasyarat bagi penggunaan teknologi kendaraan yang mutakhir yang mampu mengurangi emisi kendaraan secara signifikan. Alternatif bahan bakar yang lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan BBM adalah biodiesel dan bahan bakar gas. 2. Emisi Kendaraan Bermotor Kendaraan bermotor merupakan salah satu sumber pencemaran udara yang penting di daerah perkotaan. Kondisi emisi kendaraan bermotor sangat dipengaruhi oleh kandungan bahan bakar dan kondisi pembakaran dalam mesin. Tingginya emisi kendaraan bermotor disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah : Sistem kontrol emisi kendaraan bermotor tidak diterapkan Pelaksanaan Pengujian Kendaraan Bermotor (PKB) berkala untuk kendaraan umum tidak berjalan efektif Pemeriksaan emisi kendaraan di jalan sebagai bagian dari penegakan hukum (terkait dengan pemenuhan persyaratan kelaikan jalan) belum diterapkan Kendaraan bermotor tidak diperlengkapi dengan teknologi pereduksi emisi seperti katalis karena tidak tersedianya bahan bakar yang sesuai untuk penggunaan katalis tersebut Kualitas BBM yang rendah Penggunaan kendaraan berteknologi rendah emisi yang menggunakan bahan bakar alternatif masih belum memadai Pemahaman tentang manfaat perawatan kendaraan secara berkala yang dapat menurunkan emisi dan meningkatkan efisiensi penggunaan bahan bakar masih kurang

PROPERTI DINO RIMANTHO

| property dino rimantho 2

Disinsentif terhadap kendaraan-kendaraan yang termasuk dalam kategori penghasil emisi terbesar belum diperkenalkan.

Sumber : Dok. Pribadi Dino Gambar 1. Emisi kendaraan bermotor sebagai penyebab polusi udara.

3. Sistem Transportasi dan Manajemen Lalu Lintas Sistem manajemen transportasi dan tata ruang perkotaan mempengaruhi pola pergerakan manusia dan kendaraan di suatu mempengaruhi kualitas udara. Pengendalian

PROPERTI DINO RIMANTHO kota yang padapencemaran

akhirnya melalui

udara

peningkatan sistem transportasi terfokus pada dua aspek, yaitu pengurangan volume kendaraan dan pengurangan kepadatan lalu lintas. Makin banyak volume kendaraan yang beroperasi di jalan, makin banyak jumlah emisi gas buang total. Pertumbuhan kendaraan yang pesat di kota-kota besar termasuk mencerminkan kurang memadainya sistem transportasi kota. Banyak orang terdorong untuk menggunakan mobil pribadi dan sepeda motor karena ketiadaan transportasi umum yang nyaman, aman, dan tepat waktu. Sistem transportasi belum terintegrasi ke dalam pengembangan wilayah. Pada banyak kasus, pembangunan perumahan di luar pusat kota tidak diikuti dengan pengembangan sistem transportasi yang menghubungkan lokasi perumahan dengan lokasi komersial dan perkantoran di | property dino rimantho 3

pusat kota. Kondisi ini mendorong orang untuk menggunakan kendaraan pribadi guna memenuhi kebutuhan transportasi mereka sehari-hari sehingga kendaraan pribadi mengambil porsi transportasi jalan yang lebih besar dibanding moda transportasi lainnya. Masalah sumber pencemar transportasi di suatu kota tidak terlepas dari kontribusi sumber pencemar dari wilayah sekitarnya akibat perjalanan manusia ke dan dari suatu kota setiap hari untuk melakukan berbagai kegiatan (bekerja, sekolah, distribusi barang, dan sebagainya). Perjalanan tersebut dilakukan dengan menggunakan berbagai moda transportasi seperti sepeda motor, transportasi umum (bus, kereta api), dan mobil pribadi.

PROPERTI DINO RIMANTHO

2. Pencemaran udara Menurut Henry C.Perkins (1974) dalam The Engineers Joint council in air pollution and its control mendefinisikan pencemaran udara mengartikan hadirnya satu atau beberapa kontaminan di dalam udara atmosfer di luar, seperti antara lain oleh debu, busa, gas, kabut, bau-bauan, asap atau uap dalam kuantitas yang banyak dengan berbagai sifat maupun lama berlangsungnya di udara tersebut, hingga dapat menimbulkan gangguan-gangguan terhadap kehidupan manusia, tumbuh-tumbuhan atau binatang maupun benda atau tanpa alasan jelas sudah dapat mempengaruhi kelestarian kehidupan organisme maupun benda. Pencemaran udara menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 41 Tahun 1999 Tentang Pengendalian Pencemaran udara adalah masuknya atau dimasukkannya zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam udara ambien oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara ambien turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan udara ambien tidak dapat memenuhi fungsinya. Bentuk emisi dari unsur atau senyawa pencemar udara dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu (Slamet Arifin :1987) : a. Pencemar udara Primer (Primary Air Pollution) Yaitu semua pencemar yang berbeda di udara dalam bentuk yang hampir tidak berubah. Sama seperti ia dibebaskan dari sumbernya semula sebagai hasil dari suatu proses tertentu. | property dino rimantho 4

b. Pencemar udara Sekunder (Secondary Air Pollution) Semua pencemar di udara yang sudah berubah karena hasil reaksi tertentu antara dua atau lebih kontaminan atau polutan. Umumnya pencemar sekunder merupakan hasil antara pencemar primer dengan kontaminan atau polutan lain yang ada di udara. Reaksi-reaksi yang dimaksud dalam timbulnya pencemar sekunder antara lain adalah reaksi foto kimia dan reaksi oksida katalis. Dalam pengertian pencemaran udara, sumber pencemar tidak hanya dibatasi pada sumber pencemar yang berasal dari aktivitas manusia, tetapi juga oleh sumbersumber pencemar yang datangnya akibat peristiwa alamiah seperti gunung meletus, bencana alam dan lain-lain (Slamet Riyadi : 1982) . Atmosfer adalah lingkungan udara yang terdiri dari beberapa lapisan yang terbentuk karena adanya interaksi antara sinar-sinar matahari, gaya tarik bumi, rotasi bumi dan permukaan bumi (Juli Soemirat Slamet : 2000). Batasan ini bervariasi tergantung dari iklim, ketinggian diatas permukaan laut, arah dan kekuatan angin, temperatur udara dan keadaan cuaca tetapi setiap lapisan mempunyai karakteristik yang berbeda-beda (Slamet Riyadi : 1982). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pencemaran udara yang terjadi di suatu daerah dapat mempengaruhi suatu wilayah yang lain yang disebabkan oleh faktorfaktor kondisi alam, kondisi meteorologi dan lain-lain. Sebagai contoh terjadinya kebakaran hutan yang terjadi di Kalimantan dan Sumatera yang dapat menimbulkan pencemaran udara pada wilayah atau daerah yang lain yang disebabkan karena kondisi topografi dan faktor meteorologi pada wilayah tersebut.

PROPERTI DINO RIMANTHO3. Dampak pencemaran udara Menurut Harssema (1998), pencemaran udara diawali oleh adanya emisi, dimana emisi merupakan jumlah polutan (pencemar) yang dikeluarkan ke udara dalam satuan waktu. Emisi dapat disebabkan oleh proses alam maupun kegiatan manusia. Emisi kendaraan bermotor mengandung berbagai senyawa kimia. Komposisi dari kandungan senyawa kimianya tergantung dari kondisi mengemudi, jenis mesin, alat pengendali emisi bahan bakar, suhu operasi dan faktor lain yang semuanya ini membuat pola emisi menjadi rumit. | property dino rimantho 5

Keterkaitan antara pencemaran udara di perkotaan dan kemungkinan adanya resiko terhadap kesehatan, baru dibahas pada beberapa dekade belakangan ini. Pengaruh yang merugikan mulai dari meningkatnya kematian akibat adanya episod smog sampai pada gangguan estetika dan kenyamanan. Bahaya gas buang kendaraan bermotor terhadap kesehatan tergantung dari toksitas (daya racun) masing-masing senyawa dan seberapa luas masyarakat terpajan olehnya. Menurut Tri Tugaswati (1987) beberapa faktor yang berperan di dalam ketidakpastian setiap analisis resiko yang dikaitkan dengan gas buang kendaraan bermotor antara lain adalah : Definisi tentang bahaya terhadap kesehatan yang digunakan Relevansi dan interpretasi hasil studi epidemiologi dan eksperimental Realibilitas dari data pajanan Jumlah manusia yang terpajan Keputusan untuk menentukan kelompok resiko yang mana yang akan dilindungi Interaksi antara berbagai senayawa di dalam gas buang, baik yang sejenis maupun antara yang tidak sejenis Lamanya terpajan (jangka panjang atau pendek) Pada umumnya istilah dari bahaya terhadap kesehatan yang digunakan adalah pengaruh bahan pencemar yang dapat menyebabkan meningkatnya resiko atau penyakit atau kondisi medik lainnya pada seseorang ataupun kelompok orang. Berdasarkan sifat kimia dan perilakunya di lingkungan, dampak bahan pencemar yang terkandung di dalam gas buang kendaraan bermotor digolongkan sebagai berikut : 1. Bahan-bahan pencemar yang terutama mengganggu saluran pernafasan. Yang termasuk dalam golongan ini adalah oksida sulfur, partikulat, oksida nitrogen, ozon dan oksida lainnya. 2. Bahan-bahan pencemar yang menimbulkan pengaruh racun sistemik, seperti hidrokarbon monoksida dan timbel/timah hitam. 3. Bahan-bahan hidrokarbon. pencemar yang dicurigai menimbulkan kanker seperti

| property dino rimantho 6

4. Kondisi yang mengganggu kenyamanan seperti kebisingan, debu jalanan, dan lain-lain.

3.1. Bahan-Bahan Pencemar yang Terutama Mengganggu Saluran Pernafasan Dampak pencemaran udara terhadap kesehatan manusia berkisar dari yang relatif ringan hingga yang mengakibatkan kematian. Laporan World Health Organization Negara-negara Eropa (WHO-Europe, 2004) antara lain menyebutkan adanya hubungan antara partikel debu di udara dengan berbagai macam penyakit saluran pernapasan. Pencemaran udara tersebut juga dapat meningkatkan jumlah kematian akibat penyakit paru-paru dan jantung. Selain itu, dipercaya bahwa partikel debu memberikan kontribusi dalam penurunan umur harapan hidup 1 tahun atau lebih bagi mereka yang tinggal di kota-kota besar Eropa. Pencemaran udara juga berhubungan dengan peningkatan jumlah dan keparahan gejala-gejala gangguan saluran pernapasan bawah dan atas pada anak-anak (WHO-Europe, 2004). Anak-anak, manusia lanjut usia, penderita penyakit paru dan jantung, perokok, dan pekerja yang beraktivitas di dekat sumber pencemar merupakan kelompok yang rentan terhadap pencemaran udara. Beberapa studi membuktikan bahwa anak-anak yang tinggal di kota dengan tingkat pencemaran udara lebih tinggi mempunyai paruparu lebih kecil, lebih sering tidak bersekolah karena sakit, dan lebih sering dirawat di rumah sakit. Rendahnya berat badan anak-anak dan kecilnya organ-organ

PROPERTI DINO RIMANTHO

pertumbuhan mereka memberi risiko kesehatan yang lebih tinggi pula. Menurut Tri Tugaswati (1987) sejumlah senyawa spesifik yang berasal dari gas buang kendaraan bermotor seperti oksida-oksida sulfur dan nitrogen, partikulat dan senyawa-senyawa oksidan, dapat menyebabkan iritasi dan radang pada saluran pernafasan antara lain : Sulfur Dioksida Merupakan bahan pencemar udara sebagai hasil dari pembakaran dari senyawa-senyawa yang mengandung belerang (Slamet Riyadi:1982) Sulfur dioksida (SO2) merupakan gas buang yang larut dalam air yang langsung dapat terabsorbsi di dalam hidung dan sebagian besar saluran ke paru-paru. Karena partikulat di dalam gas buang kendaraan bermotor berukuran kecil, | property dino rimantho 7

partikulat tersebut dapat masuk sampai ke dalam alveoli paru-paru dan bagian lain yang sempit. Partikulat gas buang kendaraan bermotor terutama terdiri jelaga (hidrokarbon yang tidak terbakar) dan senyawa anorganik (senyawasenyawa logam, nitrat dan sulfat). Sulfur dioksida di atmosfer dapat berubah menjadi kabut asam sulfat (H2SO4) dan partikulat sulfat. Sifat iritasi terhadap saluran pernafasan, menyebabkan SO2 dan partikulat dapat membengkaknya membran mukosa dan pembentukan mukosa dapat meningkatnya hambatan aliran udara pada saluran pernafasan. Kondisi ini akan menjadi lebih parah bagi kelompok yang peka, seperti penderita penyakit jantung atau paru-paru dan para lanjut usia. Partikulate Mater 10 (PM10) Menurut Agung Sudrajad (2005) Partikel debu dalam emisi gas buang terdiri dari bermacam-macam komponen. Bukan hanya berbentuk padatan tapi juga berbentuk cairan yang mengendap dalam partikel debu. Pada proses pembakaran debu terbentuk dari pemecahan unsur hidrokarbon dan proses oksidasi setelahnya. Dalam debu tersebut terkandung debu sendiri dan beberapa kandungan metal oksida. Dalam proses ekspansi selanjutnya di atmosfir, kandungan metal dan debu tersebut membentuk partikulat. Beberapa unsur kandungan partikulat adalah karbon, SOF (Soluble Organic Fraction), debu, SO4, dan H2O. PM10 diketahui dapat meningkatkan angka kematian yang disebabkan oleh penyakit jantung dan pernafasan, pada konsentrasi 140 g/m3 dapat menurunkan fungsi paru-paru pada anak-anak, sementara pada konsentrasi 350 g/m3 dapat memperparah kondisi penderita bronkhitis.

Partikel yang terhirup (inhalable) juga dapat merupakan partikulat sekunder, yaitu partikel yang terbentuk di atmosfer dari gas-gas hasil pembakaran yang mengalami reaksi fisik-kimia di atmosfer, Partikel sekunder PM2,5 dapat menyebabkan dampak yang lebih berbahaya terhadap kesehatan bukan saja karena ukurannya yang memungkinkan untuk terhisap dan masuk lebih dalam ke dalam sistem pernafasan tetapi juga karena sifat kimiawinya.

| property dino rimantho 8

Partikel sulfat dan nitrat yang inhalable serta bersifat asam akan bereaksi langsung di dalam sistem pernafasan, menimbulkan dampak yang lebih berbahaya daripada partikel kecil yang tidak bersifat asam. Partikel logam berat dan yang mengandung senyawa karbon dapat mempunyai efek karsinogenik, atau menjadi carrier pencemar toksik lain yang berupa gas atau semi-gas karena menempel pada permukaannya. Nitrogen Oksida Diantara berbagai jenis oksida nitrogen yang ada di udara, nitrogen dioksida (NO2) merupakan gas yang paling beracun. Karena larutan NO2 dalam air yang lebih rendah dibandingkan dengan SO2, maka NO2 akan dapat menembus ke dalam saluran pernafasan lebih dalam. Bagian dari saluran yang pertama kali dipengaruhi adalah membran mukosa dan jaringan paru. Organ lain yang dapat dicapai oleh NO2 dari paru adalah melalui aliran darah. Karena data epidemilogi tentang resiko pengaruh NO2 terhadap kesehatan manusia sampai saat ini belum lengkap, maka evaluasinya banyak didasarkan pada hasil studi eksprimental. Berdasarkan studi menggunakan binatang percobaan, pengaruh yang membahayakan seperti misalnya meningkatnya kepekaan terhadap radang saluran pernafasan, dapat terjadi setelah mendapat pajanan sebesar 100 g/m3 . Percobaan pada manusia menyatakan bahwa kadar NO2 sebesar 250 g/m3 dan 500 g/m3 dapat mengganggu fungsi saluran pernafasan pada penderita asma dan orang sehat. Karbon Monoksida Asap kendaraan merupakan sumber utama bagi karbon monoksida di berbagaiperkotaan. Data mengungkapkan bahwa 60% pencemaran udara di Jakarta disebabkan karena benda bergerak atau transportasi umum yang berbahan bakar solar terutama berasal dari Metromini (Agung Sudrajad : 2005). Formasi CO merupakan fungsi dari rasio kebutuhan udara dan bahan bakar dalam proses pembakaran di dalam ruang bakar mesin diesel. Percampuran yang baik antara udara dan bahan bakar terutama yang terjadi pada mesinmesin yang menggunakan Turbocharge merupakan salah satu strategi untuk meminimalkan emisi CO. Karena itu strategi penurunan kadar karbon monoksida | property dino rimantho 9

akan tergantung pada pengendalian emisi seperti pengggunaan bahan katalis yang mengubah bahan karbon monoksida menjadi karbon dioksida dan penggunaan bahan bakar terbarukan yang rendah polusi bagi kendaraan bermotor. Gas karbon monoksida merupakan gas yang tidak berwarna dan tidak berbau, konsentrasi gas karbon monoksida akan dapat berkurang 0,1 % setiap jam di tempat yang terkena sinar matahari. Waktu tinggal karbon monoksida di udara cukup lama dan lebih berbahaya apabila dibandingkan dengan gas sulfur oksida maupun nitrogen oksida. Pengaruh gas karbon monoksida pada kesehatan masyarakat akan dapat menimbulkan keracunan yang akut maupun kronik. Akibat keracunan yang akut adalah gangguan psikomotorik, antara lain perubahan denyut nadi, pernafasan maupun tekanan darah. Sedangkan akibat dari keracunan tersebut dapat memperberat adanya kerusakan syaraf, perubahan mental, daya ingat menurun, pusing, sakit kepala, nafsu makan menurun serta dapat mengakibatkan kehilangan rasa pada tangan.

3.2. Bahan-Bahan Pencemar yang Dicurigai Menimbulkan Kanker Pembakaran didalam mesin menghasilkan berbagai bahan pencemar dalam bentuk gas dan partikulat yang umumnya berukuran lebih kecil dari 2m. Mesin solar akan menghasilkan partikulat dan senyawa-senyawa yang dapat terikat dalam partikulat seperti PAH, 10 kali lebih besar dibandingkan dengan mesin bensin yang mengandung timbel (Tri Tugaswati : 1987). Emisi kendaraan bermotor yang mengandung senyawa karsinogenik

PROPERTI DINO RIMANTHO

diperkirakan dapat menimbulkan tumor pada organ lain selain paru. Akan tetapi untuk membuktikan apakah pembentukan tumor tersebut hanya diakibatkan karena asap solar atau gas lain yang bersifat sebagai iritan. Dalam banyak kasus, analisis risiko dibuat berdasarkan hasil studi epidemiologi. Apabila analisis-analisis tersebut cukup lengkap dan dapat mengendalikan berbagai faktor pengganggu (confounding) seperti misalnya kebiasaan merokok, maka kesimpulan yang ditarik dapat sangat berharga, tanpa peduli apakah hasil studi pada | property dino rimantho 10

umumnya hasil studi seperti itu jarang didapatkan. Mengesampingkan pengaruh yang langka akibat pencemaran, seperti penyakit tumor dan kanker semata-mata berdasarkan hasil studi epidemiologi yang negatif, sebenarnya kurang tepat.

Tabel 1. Dampak pencemaran udaraDampak Karakteristik Kesehatan dan kesejahteraan Deefisiensi oksigen dalam darah, iritasi manusia mata dan kerusakan sistem pernafasan, kanker gangguan sistem syaraf, gangguan reproduksi dan Genetika Tanaman dan hewan Kerusakan daun, berkurangnya produktivitas, menurunnya laju fotosintesa, dan gangguan sistem pernapasan dan syaraf pusat hewan. Bahan-bahan dan bangunan Korosi pada logam; percepatan pelapukan pada bangunan dan monumen; pengotoran pakaian, bangunan, dan monumen. Gangguan estetika Timbulnya bau, jarak pandang rendah, warna bangunan cepat pudar. Ekosistem (udara, air, Tanah) Deposisi asam, perubahan iklim (lokal, regional, global), penipisan lapisan ozon stratosfer.

Sumber: Shechter, 1989.

PROPERTI DINO RIMANTHOTabel 2. Pencemaran udara dan dampak terhadap kesehatanPencemar Partikulat (timbel, nikel, arsen, karbon) terutama yang berukuran 10 mikron ke bawah. CO Dampak Meningkatkan risiko gangguan dan penyakit sistem pernapasan dan kardiovaskular.

SO2 NOx

Mengganggu konsentrasi dan refleksi tubuh, menyebabkan kantuk, dan dapat memperparah penyakit kardiovaskular akibat defisiensi oksigen. CO mengikat hemoglobin sehingga jumlah oksigen dalam darah berkurang. Meningkatkan risiko penyakit paru-paru dan menimbulkan batuk pada pemajanan singkat dengan konsentrasi tinggi. Meningkatkan total mortalitas, penyakit kardiovaskular, mortalitas pada bayi, serangan asma, dan penyakit paru-paru kronis.

| property dino rimantho 11

Ozon

Senyawa organik yang mudah menguap

Timbel

Menimbulkan iritasi mata, meningkatkan gangguan pernapasan dan serangan asma, dan menurunkan daya tahan tubuh terhadap flu dan pneumonia. Menyebabkan iritasi mata, hidung, dan tenggorokan; pada beberapa kasus menimbulkan pusing, mual, dan kehilangan koordinasi; bersifat karsinogen terutama zat polycyclic aromatic hydrocarbons (PAH), benzena, dan 1,3-butadiena. Menyebabkan gangguan sistem syaraf, pencernaan, hipertensi, dan menurunkan IQ pada anak-anak. Peningkatan kadar timbeldarah sebesar 10 20 g/dl dapat menurunkan IQ hingga 2 poin.

Sumber: Laporan WHO-Europe 2004; Colville et al., 2001.

3.3. Dampak terhadap lingkungan Tidak semua senyawa yang terkandung di dalam gas buang kendaraan bermotor diketahui dampaknya terhadap lingkungan selain manusia. Beberapa senyawa yang dihasilkan dari pembakaran sempurna seperti CO2 yang tidak beracun, belakangan ini menjadi perhatian orang. Senyawa CO2 sebenarnya merupakan komponen yang secara alamiah banyak terdapat di udara. Oleh karena itu CO2 dahulunya tidak menepati urutan pencemaran udara yang menjadi perhatian lebih dari normalnya akibat penggunaan bahan bakar yang berlebihan setiap tahunnya. Pengaruh CO2 disebut efek rumah kaca dimana CO2 di atmosfer dapat menyerap energi panas dan menghalangi jalannya energi panas tersebut dari atmosfer ke permukaan yang lebih tinggi. Pengaruh pencemaran SO2 terhadap lingkungan telah banyak diketahui. Pada tumbuhan, daun adalah bagian yang paling peka terhadap pencemaran SO2, dimana akan terdapat bercak atau noda putih atau coklat merah pada permukaan daun. Dalam beberapa hal, kerusakan pada tumbuhan dan bangunan disebabkan karena SO2 dan SO3 di udara, yang masing-masing membentuk asam sulfit dan asam sulfat. Suspensi asam di udara ini dapat terbawa turun ke tanah bersama air hujan dan mengakibatkan air hujan bersifat asam. Sifat asam dari air hujan ini dapat menyebabkan korosif pada logam-logam dan rangka -rangka bangunan, merusak bahan pakaian dan tumbuhan. | property dino rimantho 12

Oksida nitrogen, NO dan NO2 berasal dari pembakaran bahan bakar fosil. Pengaruh NO yang utama terhadap lingkungan adalah dalam pembentukan smog. NO dan NO2 dapat memudarkan warna dari serat-serat rayon dan menyebabkan warna bahan putih menjadi ke kuning-kuningan. Kadar NO2 sebesar 25 ppm yang pada umumnya dihasilkan dari emisi industri kimia, dapat menyebabkan kerusakan pada banyak jenis tanaman. Kerusakan daun sebanyak 5 % dari luasnya dapat terjadi pada pemajanan dengan kadar 4-8 ppm untuk 1 jam pemajanan. Tergantung dari jenis tanaman, umur tanaman dan lamanya pemajanan, kerusakan terjadi dapat bervariasi. Kadar NO2 sebesar 0,22 ppm dengan jangka waktu pemajanan 8 bulan terus

menerus, dapat menyebabkan rontoknya daun berbagai jenis tanaman.

PROPERTI DINO RIMANTHO4. Pencemaran Udara Dalam Ruang Kualitas udara dalam suatu ruang atau dikenal dengan istilah indoor air quality adalah salah satu aspek keilmuan yang memfokuskan perhatian pada mutu udara dalam suatu ruang dan udara yang akan dimasukkan ke dalam ruang atau gedung yang ditempati oleh manusia, apakah udara yang dipergunakan dalam ruang atau gedung tersebut memenuhi syarat kesehatan atau sebaliknya (Muhamad Idham, 2003: 36). Pengertian udara dalam ruang atau indoor air menurut NHMRC (National Health Medical Research Counsil) adalah udara yang berada di dalam suatu ruang gedung yang ditempati oleh sekelompok orang yang memiliki tingkat kesehatan yang berbeda-beda selama minimal satu jam. Ruang gedung yang dimaksud dalam pengertian ini meliputi rumah, sekolah, restoran, gedung untuk umum, hotel, rumah sakit dan perkantoran. Pada dasarnya ada tiga syarat utama yang berhubungan dengan kualitas udara dalam suatu ruang atau indoor air quality adalah : (Muhamad Idham, 2003: 37) Level suhu atau panas dalam suatu ruang atau gedung masih dalam batasbatas yang dapat diterima Gas-gas hasil proses pernafasan dalam konsentrasi normal Kontaminan atau bahan-bahan pencemar udara berada dibawah level ambang | property dino rimantho 13

bau dan kesehatan. Menurut Muhamad Idham, 2003: 40, dalam investigasi permasalahan udara dalam dalam ruang ada 4 parameter kunci yang mempengaruhi konsentrasi kontaminan yaitu: sumber kontaminan langsung, udara yang dimasukkan ke dalam ruang, udara pengeluaran dari ruang gedung, kontaminan yang berasal dari dalam gedung.

5. Model Proses Pemasukan Udara Ke Dalam Gedung Dalam menjalankan program manajemen atau pengaturan indoor air quality di suatu gedung perlu mengetahui proses pengaturan udara yang diterapkan, sehingga akan memudahkan dalam mengenali, mengevaluasi dan mengontrol aspek-aspek yang berhubungan dengan udara dalam ruangan. Pada gambar di aspek bawah ini, dapat dilihat model proses pemasukan udara ke dalam gedung.

PROPERTI DINO RIMANTHO

Gambar 2. Proses Pemasukan Udara Ke Dalam Ruang Gedung Pemasukan (Muhamad Idham, 2003: 38)

| property dino rimantho 14

6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Udara dalam Ruangan Kualitas udara dalam ruang suatu gedung sangat dipengaruhi oleh banyak faktor, baik yang berasal dari dalam gedung sendiri maupun dari luar gedung. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas udara dalam ruang adalah: 1) Faktor fisik Temperatur (tekanan panas) Kelembaban Pergerakan udara (air movement)

2) Faktor Kimia a. Partikulat Asbestos, fibber glas, debu cat, debu kertas, partikel shoot Debu bangunan atau konstruksi, partikel ETS

b. Produk-produk pernapasan, seperti uap air, karbondioksida c. Gas-gas produk kebakaran Karbondioksida, CO, NO2 Poli aromatik hidrokarbon ETS fase gas Ozone (sumber dari fotocopy, lampu UV, printer laser, ioniser) Formaldehida (sumber: plywood, partikel board, karpet, bahan isolasi foam yang terbuat dari ureaformaldehid) Zat-zat organik mudah menguap, seperti: alkohol, aldehid, halogen.

hidrokarbon

alipatik,

aromatik,

ester,

kelompok

Sumber: material bangunan gedung, kosmetik, asap rokok, zat pembersih, purnish, bahan adesif atau perekat dan cat. Radon dan produk peluruhannya ETS (Environmental Tobacco Smoke) Mikrobiologi (virus, bakteri dan jamur) (Muhamad Idham, 2003: 39).

PROPERTI DINO RIMANTHOSumber pustaka :Akhmad, Dhomiri., 2000. Pencemaran Udara Sudah Begitu Parah di Kota-kota Besar Indonesia

| property dino rimantho 15

Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Propinsi Jakarta, Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor 2 Tahun 2005 tentang Pengendalian Pencemaran Udara, 2005. Colville, R.N., Hutchinson, E.J., Mindell, J.S., Warren, R.F. 2001. The transport sector as a source of air pollution. Atmospheric Environment 35, 1537-1565. Djajadiningrat, Asis .,Teknik Pengendalian Pencemaran Udara Ambien, prosiding Nasional Teknologi Lingkungan III, ITS Surabaya, 2005. Seminar

Harsemma, V., Textbook for the course modelling and monitoring of air quality, Wageningen : Wageningen Agricultural University, 1998. Henry C. Perkins, Air Pollution, Mc. Graw - Hill Book Company, USA, 1974. Howard S. Peavy, Donald R.,Rowe., George Tchobanolous, Environmental Engineering, McGraw Hill Publishing Company, 1985. Keputusan Kepada Badan 107/KABAPEDAL/11/1997. Keputusan Menteri Kendaraan Bermotor. Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor :KEP

Perhubungan

Nomor :KM 9 tahun 2004 tentang Pengujian Tipe

Muhamad Idham. 2003. Majalah Hiperkes dan Keselamatan Kerja. Volume XXXVI No.1. Jakarta: Published. Mukojono, H.J., Pencemaran Udara dan Pengaruhnya Terhadap Gangguan Saluran Pernafasan, Airlangga University Press, Surabaya, 1997. Noel de Nevers, Air Pollution Control Engineering, Mc. Graw Hill Inc., 2000. Program Peningkatan Kualitas Udara perkotaan (PPKUP), Strategi dan Rencana Aksi Lokal (LSAP) DKI Jakarta, Technical Cooperation Project between Indonesia Asian Development Bank (ADB), 2006. PTM News, Pengembangan Transportasi Makro, Dinas Perhubungan DKI Jakarta, 2003. Sadat dkk, Dede Nurdin ., Udara Bersih Hak Kita Bersama, Yayasan Pelangi, Jakarta, 2003. Sudrajad, Agung., Pencemaran Vol.5/XVII/November 2005 Udara Suatu Pendahuluan, INOVASI

Syahril, et. al. Study on Air Quality in Jakarta: Future Trends, Health Impacts, Economic Value and Policy Options, A Technical Report submitted to The Asian Development Bank, July 2002. Tamin, Ridwan D., Koordinasi Penerapan Standar Euro II Kendaraan Tipe Baru. Tugaswati, Tri., dkk., Health Effects of Automotive Lead Air Pollution in Jakarta, Asia-Pacific Journal of Public Health, 1, pp. 23-27. 1987.

| property dino rimantho 16

Rimantho, Dino., Pengelolaan Resiko Pencemaran Udara Dari Kendaraan bermotor di Jln. MH. Thamrin DKI Jakarta, Thesis Teknik Lingkungan ITS, Surabaya, 2007. Riyadi, Slamet ., Pencemaran Udara, Usaha Nasional, Surabaya, 1982. Universitas Indonesia (UI) dan United States Asia Environmental Partnership (USAEP). 2005. Health risk of PM2,5 and CO in Jakarta. Wardhana, Wisnu A., Dampak Pencemaran Lingkungan, Yogyakarta : Penerbit Andi Offset, 1995. Yayasan Pelangi Indonesia. 2001. Studi tentang kajian peraturan di bidang pengendalian pencemaran udara. http://www.menlh.go.id/emisikendaraan/profil_program.htm http://www.usembassyjakarta.org/ptp/udarakt1.html _______________. 1997. Undang-undang Nomor 23 tahun 1997 tentang Lingkungan Hidup. _______________. 1999. Peraturan Pemerintah Nomor 41 tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran udara.

| property dino rimantho 17