Upload
yunjaetaeny
View
26
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
pendahuluan
Citation preview
PENDAHULUAN
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah yang
memiliki resiko penyakit jantung, stroke, dan gagal ginjal. Menurut JNC VII, kriteria
Hipertensi adalah tekanan darah sistolik (TDS) 140 mmHg atau tekanan darah diastolik 90
(TDD) mmHg 1
Penggunaan β-blocker digunakan sebagai obat tahap pertama pada hipertensi ringan
sampai sedang terutama pada pasien dengan penyakit jantung koroner (khususnya sesudah
infark miokard akut), pasien dengan aritmia supraventrikel dan ventrikel tanpa kelainan
konduksi, pada pasien muda dengan sirkulasi hiperdinamik dan pada pasien yang
memerlukan antidepresan trisiklik atau antipsikotik (karena efek antihipertensi β-blocker
tidak dihambat oleh obat-obat tersebut). β-blocker lebih efektif pada pasien muda dan kurang
efektif pada pasien usia lanjut.
Efektivitas antihipertensi berbagai β-blocker tidak berbeda satu sama lain bila diberikan
dosis yang ekuipoten. Ada atau tidaknya kardioselektivitas, aktivitas simpatomimetik
intrinsik (ASI) dan aktivitas stabilisasi membran (MSA), menentukan pemilihan obat ini
dalam kaitannya dengan kondisi patologi pasien.
Golongan β-blocker yang lebih sering dipilih adalah atenolol. Atenolol atau 4-[2-
hidroksi-3-[1-metil etil] amino propoksi] benzen asetamid merupakan salah satu obat
golongan β-bloker yang secara luas digunakan dalam managemen terapi hipertensi, angina
pektoris dan infark miokardial. Adapun aktivitas atenolol sebagai antagonis reseptor
adrenergik selektif β1 diketahui tanpa memiliki efek simpatomimetik intrinsik (partial
agonist) .
FARMASI – FARMAKOLOGI
a. Sifat Fisiko-Kimia dan Rumus Kimia Obat
Atenolol merupakan suatu obat penyekat beta kardioselektiff tanpa stabilisasi membran
atau aktivitas simpatomimetik (agonis) intrinsik. Kardioselektivitasnya relatif dan pada
dosis yang tinggi obat memblok reseptor beta-1 maupun beta-2. Obat ini mengurangi
kontraktilitas jantung, nadi dan tekanan darah, yang menyebabkan penurunan kebutuhan
oksigen miokard. Atenolol secara kimia dapat digambarkan sebagai benzene acetamide, 4-
[2-hidroksi-3-[1-metil etil] amino propoksi]. Rumus molekul dan struktur seperti yang
ditunjukkan gambar 1. Atenolol (basa bebas) memiliki berat molekul 266,34. Adalah
senyawa hidrofilik yang relatif polar dengan kelarutan air 26,5 mg / mL pada 37 o C dan
koefisien partisi log (oktanol / air) dari 0,23. Hal ini secara bebas larut dalam HCl 1N (300
mg / mL pada 25 º C) dan kurang larut dalam kloroform (3 mg / mL pada 25 ° C). Bahan
aktif: Sodium chloride untuk isotonisitas dan asam sitrat dan natrium hidroksida untuk
mengatur pH. 2
Gambar 1. molekul dan struktur formula atenolol
b. Farmasi Umum
Jumlah obat yang dikonsumsi tergantung kekuatan obat. Juga jumlah dosis yang
dikonsumsi tiap hari, waktu yang diberikan antara dosis dan lamanya waktu minum obat
tergantung pada masalah medis pengunaaan obat.
1. Untuk bentuk sediaan oral (tablet):
a) Atenolol ditunjukkan dalam pengelolaan pasien hemodinamik stabil dengan infark
miokard akut tertentu atau diduga untuk mengurangi mortalitas kardiovaskular.
Pengobatan dapat dimulai segera setelah kondisi klinis pasien memungkinkan
(perhatikan dosis, kontra indikasi dan peringatan).
Untuk serangan jantung akut:
1) Dewasa - 50 miligram (mg) sepuluh menit setelah intravena (IV) dosis terakhir
diikuti oleh 50 mg dua belas jam kemudian. Kemudian, 100 mg sekali sehari atau
50 mg dua kali sehari selama 6 sampai 9 hari atau sampai keluar dari rumah sakit. 3
b) Atenolol diindikasikan untuk pengelolaan jangka panjang pasien dengan angina
pektoris.
Untuk nyeri dada:
1) Dewasa - Pada awalnya, 50 miligram (mg) sekali sehari. Dokter mungkin
meningkatkan dosis jika diperlukan. 3
c) Atenolol ditunjukkan dalam pengelolaan hipertensi. Ini dapat digunakan sendiri atau
bersamaan dengan obat antihipertensi lain, terutama dengan diuretic tipe thiazide.
Untuk tekanan darah tinggi:
1) Dewasa - Pada awalnya, 50 miligram (mg) sekali sehari. Dokter mungkin
meningkatkan dosis jika diperlukan. 3
2) Anak – Pada awalnya, 0,5-1 mg / kgBB / hari diberikan sekali sehari atau dibagi
dalam 2 dosis per hari, titrasi dosis untuk efek, rentang biasa: 0,5-1,5 mg / kgBB /
hari. Dosis maksimum: 2 mg / kg / hari; tidak melebihi dosis maksimum dewasa
100 mg / hari. 4
2. Untuk pemberian parenteral tersedia sebagai Tenormin IV Injeksi yang mengandung 5
mg atenolol dalam 10 mL steril, isotonik, sitrat-buffer, larutan berair.
Pasien dengan infark miokard akut, pengobatan dengan Tenormin IV Injeksi harus
dimulai sesegera mungkin setelah kedatangan pasien di rumah sakit. Pengobatan
tersebut harus dimulai dalam perawatan koroner atau unit serupa segera setelah kondisi
hemodinamik pasien telah stabil. Pengobatan harus dimulai dengan pemberian
intravena 5 mg Tenormin lebih dari 5 menit diikuti oleh 5 mg injeksi intravena 10
menit kemudian. Tenormin I.V. Injeksi harus diberikan di bawah kondisi terkontrol,
hati-hati termasuk pemantauan tekanan darah, denyut jantung, dan elektrokardiogram.
Pengenceran Tenormin I.V. Injeksi di Dextrose Injection USP, Natrium Klorida USP
Injeksi, atau Natrium Klorida dan Dextrose Injection dapat digunakan. Pada pasien
yang mentolerir dosis intravena penuh (10 mg), Tenormin Tablet 50 mg harus dimulai
10 menit setelah dosis intravena terakhir diikuti dengan dosis oral lain 50 mg 12 jam
kemudian. Setelah itu, Tenormin dapat diberikan secara lisan baik 100 mg sekali sehari
atau 50 mg dua kali sehari selama lebih 6-9 hari atau sampai keluar dari rumah sakit.
Jika bradycardia atau hipotensi yang memerlukan pengobatan atau efek yang tak
diinginkan lainnya terjadi, Tenormin harus dihentikan. 5
c. Farmakologi Umum
Atenolol, suatu antagonis kompetitif selektif terhadap reseptor β1 yang memiliki
kelarutan dalam lipid terendah dibanding obat lainnya dalam kelas yang sama. Meskipun
demikian, atenolol memiliki sedikit kesamaan dengan metoprolol namun sangat berbeda
dengan pindolol dan propanolol dimana atenolol diketahui tidak mempunyai aktivitas
simpatomimetik intrinsik. Atenolol baik dalam pemberian tunggal maupun bersama
dengan klortalidon digunakan dalam terapi hipertensi dan pengatasan edema. Seperti
halnya metoprolol, atenolol berkompetisi dengan neurotransmitter simpatomimetik seperti
katekolamin dalam berikatan dengan reseptor adrenergik β1 di jantung dan otot halus
vaskular sehingga dapat menghambat stimulasi saraf simpatik. Sebagai akibat aktivitas
yang dimiliki atenolol tersebut, maka atenolol digunakan dalam menurunkan kardiak
output, tekanan darah sistolik dan diastolik serta refleks hipotensi ortostatik. Pada dosis
tinggi atenolol dapat pula menghambat kompetitif respons adrenergik reseptor β2 pada
bronkus. Penggunaan β-blocker digunakan sebagai obat tahap pertama pada hipertensi
ringan sampai sedang terutama pada pasien dengan penyakit jantung koroner (khususnya
sesudah infark miokard akut), pasien dengan aritmia supraventrikel dan ventrikel tanpa
kelainan konduksi, pada pasien muda dengan sirkulasi hiperdinamik dan pada pasien yang
memerlukan antidepresan trisiklik atau antipsikotik (karena efek antihipertensi β-blocker
tidak dihambat oleh obat-obat tersebut). β-blocker lebih efektif pada pasien muda dan
kurang efektif pada pasien usia lanjut.
Efektivitas antihipertensi berbagai β-blocker tidak berbeda satu sama lain bila
diberikan dosis yang ekuipoten. Ada atau tidaknya kardioselektivitas, aktivitas
simpatomimetik intrinsik (ASI) dan aktivitas stabilisasi membran (MSA), menentukan
pemilihan obat ini dalam kaitannya dengan kondisi patologi pasien. Semua β-blocker
dikontraindikasikan pada pasien dengan asma bronkial. Bila harus diberikan pada pasien
dengan diabetes atau dengan gangguan sirkulasi perifer, maka penghambat selektif β1
adalah lebih baik dibandingkan dengan β-blocker nonselektif, karena efek hipoglikemia
relatif ringan serta tidak menghambat reseptor β2 yang memperantarai vasodilatasi di otot
rangka. β-blocker dengan ASI kurang efektif untuk PJK dan belum terbukti efektif untuk
pasca infark miocard, meskipun kurang menimbulkan efek samping metabolik. Pada
pasien dengan gangguan fungsi ginjal kronik, pemakaian β-blocker dapat memperburuk
fungsi ginjal karena penurunan aliran darah ginjal.
Atenolol salah satu golongan β-blocker bersifat kardioselektif dan penetrasinya ke
SSP minimal, sehingga kurang menimbulkan efek samping sentral dan cukup diberikan
sekali sehari sehingga diharapkan akan meningkatkan kepatuhan pasien.
Efek Samping, perhatian dan kontraindikasi :
β-blocker dapat menyebabkan bradikardia, blokade AV, hambatan nodus SA dan
menurunkan kekuatan kontraksi miokard. Oleh karena itu obat golongan ini
dikontraindikasikan pada keadaan bradikardia, blokade AV derajad 2 dan 3, sick sinus
syndrome dan gagal jantung yang belum stabil. Khusus pada gagal jantung, pendapat lama
mengatakan bahwa β-blocker merupakan kontraindikasi karena bersifat inotropik negatif.
Namun pendapat terbaru membuktikan bahwa β-blocker terbukti bermanfaat dan
direkomendasikan dalam JNC VI dan VII untuk pengobatan gagal jantung dalam
kombinasi dengan ACE-inhibitor.
β-blocker merupakan obat yang baik untuk hipertensi dengan angina stabil kronik, tapi
dapat memperberat gejala angina Prinzmetal (angina variant), sehingga pemberiannya
pada pasien hipertensi dengan angina harus memperhatikan perbedaan kedua jenis angina
ini. Selain itu, penghentian β-blocker pada pasien dengan angina tidak boleh dilakukan
secara mendadak karena dapat menimbulkan kambuhnya serangan hipertensi ke tingkat
yang lebih tinggi (rebound hypertension) kambuhnya serangan angina bahkan infark
miokard pada pasien angina pektoris. 6
FARMAKODINAMIK
Atenolol (generasi ke-2 β-blocker) merupakan antagonis selektif β1 (kardioselektif),
namun selektivitas ini tidak mutlak dan pada dosis yang lebih tinggi atenolol menghambat
β2 adrenoreseptor yang terutama terletak di bronkus dan pembuluh darah otot. Atenolol
tidak memiliki agonis parsial dan aktivitas simpatomimetik intrinsik dan sebagainya yang
mengakibatkan gangguan pada profil lipid (seperti acebutolol). Penting untuk
membedakan efek atenolol pada orang normal dari orang-orang dengan penyakit
kardiovaskular seperti hipertensi atau iskemia miokard.
Efek ionotropik dan kronotropik negatif yang sederhana ketika simulasi β-reseptor
rendah. Namun, di hadapan sistem saraf simpatik diaktifkan selama latihan atau stres,
atenolol diharapkan melemahkan kenaikan dalam denyut jantung (HR) dan kontraktilitas
miokard. Exercise-induced peningkatan cardiac output (CO) kurang terpengaruh karena
peningkatan volume stroke. Hal ini mengurangi efek katekolamin pada determinan
konsumsi oksigen miokard (denyut jantung, kontraktilitas dan tekanan sistolik), sehingga
meningkatkan hubungan antara suplai oksigen jantung; toleransi exercise ditingkatkan
pada pasien dengan angina. Duration of action berhubungan dengan dosis dan juga
mengenai hubungan linier dengan logaritma konsentrasi atenolol plasma. Selain
mengurangi HR, indeks jantung dan tekanan darah, efek pada resistensi perifer total telah
ada dokumentasi, meskipun kurang seragam. Acute intravenous biasanya diikuti dengan
peningkatan resistensi perifer total 20-30%. 7 Studi selama pemakaian atenolol oral telah
ditemukan baik tidak ada perubahan dalam pembuluh darah resistance 8 atau peningkatan
sekitar 5% .9 Dalam studi jangka panjang, Lund Johansen 10 telah mengungkapkan bahwa
efek hemodinamik dari atenolol tidak berubah setelah 1 dan 5 tahun terapi. Atenolol juga
memperpanjang sinus node recovery time dan memperpanjang interval RR. Peningkatan
periode refrakter atrium diikuti administrasi atenolol dan konduksi atrioventrikular (AV)
yang berkepanjangan. Selain memperpanjang AV nodal refractoriness, penurunan kalsium
yang berlebihan di intraseluler dan depolarisasi setelah dimediasi dapat terlihat. Tindakan
antiarrhythmic atenolol kurang dari dari sotalol dan propranolol (karena membrane
stabilizing action kurang).
Dengan kata lain, atenolol menghambat stimulasi reseptor adrenergik β1 (miokardia).
Biasanya tidak mempengaruhi tempat reseptor β2 (pulmoner, vaskuler atau uterus).
Terutama memblok reseptor adrenergik β1. Menurunkan frekuensi jantung dan curah
jantung dan penurunan pelepasan rennin. Efek bronkokonstriksi kurang dibandng zat-zat
yang berikatan dengan reseptor β2.
Efek terapeutik pada atenolol menurunkan frekuensi jantung, menurunkan tekanan
darah, pencegahan infark miokard. 11
DAFTAR PUSTAKA
1. Seventh Report of Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and
Treatment of High Blood Pressure. Available at: http://www.hypertensionaha.org
2. O'Neil, M.J. (ed.). The Merck Index - An Encyclopedia of Chemicals, Drugs, and
Biologicals. 13th Edition, Whitehouse Station, NJ: Merck and Co., Inc., 2001., p. 147
3. MRC working party. Medical research council trial of treatment of hypertension in
older adults. Principal results BMJ 1992; 304:405-12
4. National High Blood Pressure Education Program Working Group on High Blood
Pressure in Children and Adolescents. The fourth report on the diagnosis, evaluation,
and treatment of high blood pressure in children and adolescents. Pediatrics. 2004;
114:555-576
5. MICROMEDEX Thomson Health Care. USPDI - Drug Information for the Health
Care Professional. 23rd ed. Volume 1. MICROMEDEX Thomson Health Care,
Greenwood Village, CO. 2003. Content Reviewed and Approved by the U.S.
Pharmacopeial Convention, Inc., p. 551
6. Gan Gunawan ; Sulistia , 2007. Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. Departemen
Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran UI, Jakarta
7. Astrom H, Vallin H: Effect of a new beta adrernergic blocking agent;ICI 66082; on
exercise haemodynamics and airway resistance in angina pectoris. Br. Heart J 36:
1194; 1974
8. Brown HC; Carruthers SG, Johnson GD et al: Clinical pharmacologic observations on
atenolol, a beta adrenoceptor blocker. Clinpharmacol Ther. 20; 524; 1976
9. Dreslinski GR; Messerli FH; Dunn FG, et al: Haemodynamics,biochemical and
reflexive changes produced by atenolol in hypertension. Circulation 65:1365,1982
10. Lund Johansen P: Hemodynamic long term effects of a new b-adrenoceptor blocking
drug, Atenolol (ICI 66082), in essential hypertension. Br J Clin Pharmacol 3:445,
1976.
11. Schmitz, Gery. 2008, Farmakologi dan toksikologi, Penerjemah : Luki Setiadi,
Penerbit buku kedokteran EGC, Jakarta.