15
PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Al-qur’an Al-karim adalah sumber hukum pertama bagi umat Muhammad, kebahagian mereka tergantung kepada kemampuan memahami maknanya. Pengetahuan rahasia-rahasianya dan pengalaman- pengalaman orang terdahulu yang terkandung didalamnya. Kemampuan setiap orang dalam memahami Al Quran sangatlah berbeda, sebab umat Muhammad tidak semuanya dari Arab, tapi ada juga yang non Arab, sedangkan Al Quran menggunakan bahasa Arab. Perbedaan daya nalar diantara mereka ini adalah suatu hal yang tidak dipertentangkan lagi. Kalangan awam hanya dapat memahami makna-makna laahirnya yang bersifat global. Sedangkan kalangan cendikawan dan terpelajar dapat memahami dan menyikapi makna- maknanya secara menarik maka, tidak mengherankan jika Al Quran mendapatkan perhatian besar dari umat Muhammad melalui pengkajian intensif terutama dalam menafsirkan kata-kata yang gharib dan menakwilkan suatu redaksi kalimat serta penerjemahan bahasa Al Quran. B. RUMUSAN MASALAH 1. Apa pengertian Tafsir, Takwil dan Terjemah? 2. Apa saja pembagian tafsir menurut sumbernya?

Penda Hulu An

Embed Size (px)

DESCRIPTION

bjhj

Citation preview

Page 1: Penda Hulu An

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Al-qur’an Al-karim adalah sumber hukum pertama bagi umat Muhammad, kebahagian

mereka tergantung kepada kemampuan memahami maknanya. Pengetahuan rahasia-rahasianya

dan pengalaman-pengalaman orang terdahulu yang terkandung didalamnya. Kemampuan setiap

orang dalam memahami Al Quran sangatlah berbeda, sebab umat Muhammad tidak semuanya

dari Arab, tapi ada juga yang non Arab, sedangkan Al Quran menggunakan bahasa Arab.

Perbedaan daya nalar diantara mereka ini adalah suatu hal yang tidak dipertentangkan lagi.

Kalangan awam hanya dapat memahami makna-makna laahirnya yang bersifat global.

Sedangkan kalangan cendikawan dan terpelajar dapat memahami dan menyikapi makna-

maknanya secara menarik maka, tidak mengherankan jika Al Quran mendapatkan perhatian

besar dari umat Muhammad melalui pengkajian intensif terutama dalam menafsirkan kata-kata

yang gharib dan menakwilkan suatu redaksi kalimat serta penerjemahan bahasa Al Quran.

B. RUMUSAN MASALAH

1.      Apa pengertian Tafsir, Takwil dan Terjemah?

2.      Apa saja pembagian tafsir menurut sumbernya?

PEMBAHASAN

A.    TAFSIR

1.      Pengertian Tafsir

Page 2: Penda Hulu An

Tafsir menurut bahasa diambil dari kata Fassara-Yufassiru yang berarti menjelaskan atau dari

kata Fasrun yang berarti membuka, membedah sesuatu yang rumit.1[1] Jika kata Tafsir

dinyatakan dengan kata “At Tafsir” berarti menyikapkan suatu lafadz yang musykil.2[2] Dalam

AL Quran dinyatakan:

�� تفسيرا واحسن بالحق جئنتك اال بمثل نك �و ت �أ ي � و�ال

“tidaklah mereka datang kepadamu membawa sesuatu yang ganjil, melainkan kami datang

kepadamu sesuatu yang benar dan paling baik penjelasannya” (Al Furqan: 33)

Berkata Ibnu Abbas tentang firman Allah ( تفسيرا .artinya lebih baik penjelasannya (واحسن

Jadi kata tafsr bermakna penjelasan ataupun keterangan.

Abu Hayyan mendefinisikan Tafsir sebagai, “Ilmu yang membahas tentang cara pengucapan

lafadz-lafadz Al Quran, indikator-indikatornya, masalah hukum-hukumnya baik yang

independen maupun yang berkaitan dengan yang lain, serta tentang makna-maknanya yang

berkaitan dengan kondisi struktur lafadz yang melengkapinya”

Kemudian Abu Hayyan menjelaskan unsur-unsur definisi tersebut, yaitu “ ilmu adalah kata

jenis yang meliputi segala macam ilmu. ” Yang membahas cara mengucapkan lafadz-lafadz Al

Quran , ini mengacu kepada ilmu Qiraat. “Indikator-indikatornya” adalah pengertian-pengertian

yang ditunjukkan oleh lafadz-lafadz itu, ini mengacu kepada ilmu bahasa yang dalam ilmu Tafsir

ini. Kata-kata “Hukum-hukumnya baik yang independen maupun yang berkaitan dengan

lainnya”, ini meliputi ilmu Saraf, ilmu ‘Irab, ilmu Bayan, dan ilmu Badi’. Kata-kata “makna-

maknanya yang berkaitan dengan kondisi struktur lafadz yang melengkapinya,” meliputi

pengertiannya yang hakiki dan majazi, suatu struktur kalimat terkadang menurut lahirnya

menghendaki suatu makna tertentu tetapi terdapat penghalang, sehingga susunan kalimat tersebut

mesti dibawa ke makna yang bukan makna lahir, yaitu majaz. Dan kata-kata “Hal-hal yang

melengkapinya”, mencakup pengetahuan tentang nasakh, Asbab An Nuzul, kisah-kisah dan lain

sebagainya.

1

2[2] .Aunur Rafiq El Mazni(penerjemah), Pengantar Studi Ulumul Quran, (Jakarta Timur: Pustaka Al Kausar, 2006), hlm.408

Page 3: Penda Hulu An

Menurut Adzarkasyi, Tafsir adalah ilmu untuk memahami kitabullah yang diturunkan kepada

Nabi Muhammad, menerangkan makna-maknanya serta mengeluarkan hukum dan hikmah-

hikmahnya.3[3]

2.      Metode Tafsir

Metode tafssir adalah suatu cara untuk memahami makna isi kandungan Al Quran secara

mendalam dari berbagai aspek, sehingga bisa memahami Al Quran dengan benar.

Macam-macam metode tafsir:

Dari beberapa penafsiran Al Quran yang berkembang dikalangan ahli Tafsir, para ulama

menentukan bahwa ada empat macam metode yang digunakan oleh para mufassir dalam

mentafsirkan ayat-ayat Al Quran.

a)      Metode Tafsir Tahlili

Metode Tafsir Tahlili adalah tafsir yang menyoroti ayat-ayat Al-Qur’an dengan memaparkan

segala makna dan aspek yang terkandung didalamnya sesuai urutan bacaan yang terdapat dalam

mushaf Utsmani.

Metode Tafsir Tahlili ini adalah metode Tafsir yang tertua dibandingkan metode tafsir yang

lainnya. Metode tafsir ini telah ada sejak masa para sahabat Nabi, sejak zaman klasik dan zaman

pertengahan. Pada mulanya tafsir Tahlili terdiri atas beberapa bagian ayat saja, kadang kala

mencakup penjelasan mengenai kosa katanya. dalam perkembangan selanjutnya, para ahli tafsir

merasakan kebutuhan untuk menafsirkan AL Quran seluruhnya.

Pada akhir abad ke tiga dan awal abad ke empat H atau abad 10 M, ahli-ahli tafsir seperti

Ibnu Majah, At Thabari mulai mengkaji keseluruhan isi Al Quran dan membuat model-model

tafsir yang maju dengan metode ini4[4].

Diantara kitab-kitab tafsir yang menggunakan mertode ini ialah kitab tafsir karya Fakhruddin

Ar Razi, dan tafsir Ibnu Jarir At Thabari.

3[3] .Aunur Rafiq El Mazni(penerjemah), Pengantar Studi Ulumul Quran, (Jakarta Timur: Pustaka Al Kausar, 2006), hlm.409

4[4] Salahuddin Hamid, study ilmu Qur’an, (Jakarta timur: PT.Intimedia Cipta Nusantara, 2002), hlm 325

Page 4: Penda Hulu An

Namun metode ini juga mempunyai beberapa kelemahan yaitu: metode ini sering digunakan

mufassir sebagai alat untuk melegistimasi pendapat-pendapatnya dengan dali-dalil Al-Quran.

Sehingga nilai objektifitas penafsiran menjadi berkurang.

Sebagai metode yang luas, maka corak-corak penafsiran yang menggunakan metode ini juga

banyak. Para Ulama kemudian membagi corak penafsiran ini kepada tujuh macam: 1. Tafsir bil

Matsur, 2. Tafsir bil Rayi, 3. Tafsir Fiqh, 4. Tafsir Sufi, 5. Tafsir AL Falsafi, 6. Tafsir Ilmi, 7.

Tafsir Adabi Ijtimaie.

b)     Metode Tafsir Ijmali

Metode Ijmali adalah metode penafsiran terhadap ayat-ayat Al Quran dengan cara singkat,

padat dan global. Dengan metode ini mufassir menjelaskan makna ayat-ayat Al Quran secara

global, sistematikanya mengikuti urutan surah-surah Al Quran, sehingga makna-maknanya dapat

saling berhubungan.

Dalam menafsirkan ayat Al Quran dengan metode ijmali ini para mufassir ini juga meneliti,

mengkaji, dan menyajikan sabab nuzul atau peristiwa yang melatar belakangi turunnya ayat,

dengan cara meneliti Hadits-hadits yang berhubungan dengannya.

Keistimewaan metode ini antara lain ialah: mufassir menafsirkan ayat-ayat Al Quran apa

adanya tanpa menghubungkan kepada hal-hal lain di luar keagungan arti ayat tersebut. Uraian

penafsiran tehadap ayat-ayat al Quran mudah dipahami dan dimengerti, tidak bertele-tele dan

tidak berbelit-belit. Maksud yang dikandung oleh suatu ayat dapat ditangkap dengan mudah dan

cepat. Objektifitas penafsiran tinggi karena mufassir tidak banyak menggunakan improvisasi5[5].

Sedangkan kelemahan metode ini ialah: penafsiran ayat-ayat al-quran sangat sempit dan

terbatas. Rahasia-rahasia dan hikmah yang terkandung di dalam ayat tidak terungkap banyak.

Pembahasan terhadap pokok-pokok masalah tidak tuntas.

Kitap tafsir yang di susun dengan metode Ijmali antara lain : Tafsir Al-quranulkarim, karya

Muhammad Farid Wajdi, seorang mufassir kontemporer asal Mesir. Kitab al-Wasith, karya

Team Majmaul Buhuts al Islamiyah. Tafsir al Jalalain, karya Jalaluddin Suyuti dan Jalaluddin

al Mahalli.

c)      Metode Muqarran

5[5] Salahuddin Hamid, study ilmu Qur’an, (Jakarta timur: PT.Intimedia Cipta Nusantara, 2002), hlm 326

Page 5: Penda Hulu An

Metode Muqarran ialah suatu metode tafsir dengan menggunakan perbandingan antara satu

dengan lainnya. Misalnya, seperti filsafat, hukum dan sebagainya.

d)     Metode Madlui

Metode Madlui ialah suatu metode tafsir dengan menggunakan pilihan topik-topik al-Quran.

Metode tematik yang memilih persoalan-persoalan social politik, social ekonomi dan sebagainya.

Awalnya untuk kepentingan penelitian tetapi kemudian berkembang menjadi jenis tafsir

kontemporer. Maka Ibnu Qayyim menulis At Tibyan fie Aqsamil Quran, Abu Ubaidah menulis

Majazul Quran, Ar Raghib al Isfahany mengarang kitab Mufradaatul Quran, Abu Hasan Al

Wahidi mengarang Asbabun Nuzul, Abu Ja’far An Nuhas mengarang An-Nasikh wal Mansukh,

Rasyid Ridha, dengan Al Wahyul-Muhammadie dan Qurais Syihab, Wawasan al Quran6[6].

Tafsir menurut sumbernya

Tafsir menurut sumbernya disebut dengan Tafsir bil-Matsur atau Tafsir Riwayat. Tafsir

Riwayat adalah suatu corak penafsiran al Quran secara tekstual dengan menjadikan ayat atau

Hadits Nabi serta pendapat para sahabat dan tabiin sebagai landasan utama dalam penafsiran. Al

Matsur secara harfiyah berarti penafsiran dengan menggunakan riwayat sebagai sumber

pokoknya. Karena itu tafsir ini dinamakan dengan Tafsir bil Riwayah.

Ditinjau dari sumbernya, penafsiran seperti ini terbagi kepada empat jenis, yaitu:

1.      Tafsir Al-qur’an dengan Al-qur’an

Ayat-ayat Al Quran menurut para ahli tafsir sebagiannya itu memberikan penafsiran terhadap

ayat yang lain. Tafsir semacam ini paling kuat, sebab ayat yang ditafsirkan bersifat Qathiyul

Wurud (pemindahannya mutlak).

Ayat alQuran yang dijelaskan secara umum pada suatu tempat dijelaskan pada tempat lain

secara terperinci. Bagian yang belum dijelaskan pada satu tempat dijelaskan pada tempat lain.

Ayat yang tidak terbatas pesan dan pengertiannya (mutlak) pada suatu surat menjadi terikat pada

surat lain (mukayyat). Ayat yang bersifat ‘am (umuum) pada suatu konteks ditaksiskan pada

konteks lain.

Diantara ayat-ayat al Quran yang dipandang menafsirkan ayat al Quran yang lainnya adalah

sebagai berikut:

6[6] Salahuddin Hamid, study ilmu Qur’an, (Jakarta timur: PT.Intimedia Cipta Nusantara, 2002), hlm 327

Page 6: Penda Hulu An

Contoh penafsiran surah al Fatihah ayat 6 yang ditafsirkan oleh ayat 7, kemudian surta al

Fatihah ayat yang ditafsirkan dengan surah An Nisa’ ayat 68-69.7[7]

2.      Tafsir Al-Qur’an dengan As-sunnah

Penafsiran al Quran dengan as Sunnah didasarkan atas firman Allah dalam surah An Nahl

ayat 43-44 yang artinya:

“Dan tidak adalah yang kami utus sebelummu selain manusia lelaki kepada mereka kami

beri wahyu. Maka tanyakanlah kepada ahli risalah, jika kamu tidak tahu. (kami utus mereka)

dengan tanda-tanda yang jelas dan kitab-kitab kenabian yang samar. Dan kami turunkan

kepadamu risalah ini supaya kau jelaskan kepada manusia apa yang telah diturunkan kepada

mereka, dan supaya mereka renungkan.”

Contoh penafsiran al Quran dengan Sunnah antara lain sebagai berikut: Hamka mengutip

riwayat dari Abdul bin Humaid dari ar Rabi’ bin Anas bahwa suatu ketika orng bertanya kepada

Rasulullah saw. tentang siapa yang dimaksud dengan orang-orang yang sesat.

الضالين وال عليهم المغضوب عير

Lalu Rasulullah menjawab “yang dimaksud dengan orang-orang yang dimurkai ialah Yahudi

dan yang dimaksud dengan orang-orang yang sesat adalah Nasrani8[8]”

3.      Tafsir dengan perkataan sahabat

Misalnya tafsir QS. An-Nashr :

الفتح و الله نصر جاء اذا

Contoh Tafsir sahabat : Riawayat dari Bukhari dalam Shahihnya dari Zaid bin Zubair dari

Ibnu Abbas ia berkata: Umar telah memasukkan saya ke tengah-tengah tokoh-tokoh Badar. Dan

tampaknya di antara mereka ada yang tidak suka dengan tindakan Umarmemasukkan saya ke

tengah-tengah mereka. Kata seorang di antara mereka. Kata seorang di antara mereka “mengapa

anak ini di sertakan dalam majelis ini, sedangkan kami juga mempunyai anak kecil yang

sseumuran dia?” lalu Umar menjawab : “Dia adalah orang yang telah kalian kenal (disamping

pandai dan cerdas dia adalah keluarga Rasulullah)”.

“Pada suatu hari saya diminta ddatang oleh Umar dalam suatu majelis bersama mereka.

Tampaknya Umar memanggil saya dalam majelis itu untuk memperlihatkan sesuatu pada

7[7] Drs. Muh.chirzin, Al-Qur’an dan Ulumul Qur’an, ( Yogyakarta: PT dhana bakti Prima yasa, 2003), hlm. 150-152

8[8] Salahuddin Hamid, study ilmu Qur’an, (Jakarta timur: PT.Intimedia Cipta Nusantara, 2002), hlm 330

Page 7: Penda Hulu An

mereka. Kata Umar kepada mereka : “apa pendapat kalian tentang makna dari ayat ini : “

Apabila telah dating pertolongan Allah dan kemenangan (Idzaa jaaa nasrullaahi wal fathu QS.

100 : 1)? Sebagian di antara mereka menjawab : “Kita diperintahkan untuk bertahmid kepada

Allah dan beristigfar kepada Allah bila telah memenangkan kita. Kemudian mereka berbondong-

bondong masuk Islam. Sedangkan yang lain diam saja. Kemudian Umar meminta kepada saya

untuk menjelaskan”Apa serupa itu juga pendapatmu,hai Ibnu Abbas ?” Aku menjawab “tidak!”

ia berkata :”Kalau begitu bagaimana pendapatmu ?” Aku berkata :” kepadanya. Artinya Allah

mengatakan kepada Nabi Muhammad saw apabila telah datang pertolongan Allah dan

kemenangan, dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong

( QS.100 : 2 ), maka ini adalah tanda bagi ajalmu. Oleh sebab itu, hendaklah kamu melaksanakan

isi dan makna dari : Maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampunan

kepadaNya. Sesungguhnya Dia Maha Pemberi taubat (QS. An-Nashr 100 : 3 )”, kemudian Umar

berkata :” Sesungguhnya aku tidak melihat penafsirannya selain dari apa yang kamu ucapkan

tadi”9[9].

4.      Tafsir Tabi’in

Tafsir dengan pernyatan Tabi’in yakni memindahkan penjelasan yang di sampaikan secara

lisan maupun tulisan oleh para Tabi’in dan di riwayatkan tarus menerus oleh para mufassir.

Perkembangan tafsir ini dapat dibagi menjadi : periode lisan,ketika penafsiran dari Nabi dan para

sahabat disebarluaskan secara riwayat dan periode tulisan, ketika riwayat-riwayat sebelumnya

tersebar luas secara lisan mulai dibukukan. Kedudukan tafsir jenis ini tidak dapat disamakan

dengan jenis tafsir yang disebutkan diatas, karena selain tidak marfu’ tafsir jenis ini mendekati

penafsiran dengan rasio sehingga dapat disebut tafsir bil ra’yi.

Tafsir menurut coraknya

Tafsir ditinjau dari coraknya terdapat tujuh macam :

1.      Tafsir al-matsur

2.      Tafsir bil Ra’yi ( Rasional)

Tafsir Rasional adalah tafsir yang didasarkan pada rasio (akal), atau dinamakna juga dengan

tafsir bil ijtihad yaitu tafsir yang didasarkan pada pendapat pribadi mufassir. Meskipun para

mufassir melakukan penafsiran berdasarkan akal fikiran, namun ia tidak bebas mutlak.

9[9] Drs. Muh.chirzin, Al-Qur’an dan Ulumul Qur’an, ( Yogyakarta: PT dhana bakti Prima yasa, 2003), hlm. 155

Page 8: Penda Hulu An

3.      Tafsir Al-fiqh (Tafsir hukum)

Tafsir Al-fiqh adalah tafsir Yang memfokuskan perhatian kepada aspek hukum fiqh, karena itu

para mufassir dalam menafsirkan Al-qur’an selalu dikaitkan dengan persoalan hukum islam.

4.      Tafsir sufi

Tafsir sufi adalah tafsir yang di tulis oleh para sufi atau tafsir yang mengkhususkan pembahasan

masalah tasawuf10[10].

5.      Tafsir al-Falsafi (filsafat)

Tafsir al fasafi adalah tafsir yang banyak membahas tentang persoalan filsafat

6.      Tafsir ilmi (keilmuan)

Tafsir keilmuan adalah penafsiran al-qur’an tentang berbagai hal yang berhubungan dengan

bidang ilmu pengetahuan.

7.      Tafsir adabul ijtimai’ie (sosiokultural)

Tafsir sosiokuitural penafsirtan ayat yang menjelaskan tentang perubahan sosial-budaya yang

terjadi di dalam masyarakat dalam perspektif Al-qur’an.

B.     Takwil

Takwil bearasal dari kata “aul” yang berarti kembali11[11], seolah-olah memalingkan ayat

kepada makna, yang menurut Abu Thalaib berkata: “ takwil ialah menerangkan bathin lafaz yaitu

mengungkapkan tentang hakikat maksudnya, seperti firman Allah(artinya): “ sesungguhnya

Rabb-mu benar-benar mengawasi”. Takwilnya ialah peringatan bagi orang yang mengabaikan

perintah Allah.12[12]

C.    Perbedaan tafsir dan Takwil

Para ulama berbeda pendapat tentang perbedaan antara kedua kata tersebut.

         Tafsir adalah makna zahir dari ayat al-qur’an sedangkan takwil adalah menguatkan sebagian

makna, dari makna yang tercakup dari pengertian ayat tersebut.

         Tafsir adalah pengartian lahiriyah dari Al Quran yang pengertiannya secara tegas menyatakan

maksud yang dikehenddaki Allah SWT, sedangkan takwil ialah pengertian pengertian tersirat

10[10] Salahuddin Hamid, study ilmu Qur’an, (Jakarta timur: PT.Intimedia Cipta Nusantara, 2002), hlm 332

11[11] Drs. Aminuddin (penerjemah), studi ilmu Al-qur’an,(Bandung: Cv pustaka setia, 1998), hlm 192

12[12][12] Dr zainal abidin, seluk beluk al-qur’an,(Jakarta:P.T, Rineka cipta 1992), hlm 192

Page 9: Penda Hulu An

yang diistimbathkan dari ayat-ayat al Quran yang memerlukan perenungan dan pemikiran, serta

merupakan sarana pembuka tabir.

         Tafsir menerangkan makna lafadz yang tak menerima dari satu arti, sedangkan takwil adalah

menetapkan makna yang dikehendaki suatu lafadz yang dapat menerima banyak makna karena

didukung oleh dalil.

         Tafsir menetapkan apa yang dikehendaki ayat dan menerapkan apa yang dikehendaki Allah,

sedangkan takwil adalah menyeleksi salah stau makna yang diterima ayat tanpa meyakinkan

itulah yang dikehendaki Allah.

         Tafsir menerangkan makna lafadz, baik berupa hakikat atau majaz, sedangkan takwil adalah

menjelaskan batin lafadznya saja13[13].

D.    Terjemah

Terjemah menurut bahasa berarti salinan, menyalin dan memindahkan, sedangkan menurut

istilah terjemah al Quran artinya memindahkan alQuran pada bahasa lain yang bukan bahasa

arab dan mencetak terjemah ini ke dalam beberapa naskah agar dapat dimengerti oleh orang yang

tidak bisa berbahasa arab sehingga ia bisa memahami maksud kitap Allah dengan perantaraan

terjemah14[14]. Kata terjemah digunakan pada dua arti:

a. Terjemah harfiah, yaitu mengalihkan lafaz-lafaz dari satu bahasa ke dalam lafaz-

Lafaz yang serupa dari bahasa lain sedemikian rupa sehingga susunan dan tertib

bahasa kedua sesuai dengan susunan dan tertib bahasa pertama.

b. Terjemah tafsiriah atau terjemah maknawiah, yaitu menjelaskan makna

pembicaraan dengan bahasa lain tanpa terikat dengan tertib kata-kata bahasa asal

atau memperhatikan susunan kalimatnya.

Mereka yang mempunyai pengetahuan tentang bahasa-bahasa tentu mengetahui bahwa

terjemah harfiyah dengan pengertian sebagaimana di atas tidak mungkin dapat dicapai dengan

baik jika konteks bahasa asli dan cakupan semua maknanya tetap dipertahankan. Sebab

karekteristik setiap bahasa berbeda satu dengan yang lain dalam hal tertip bagian-bagian

kalimatnya. Sebagai contoh, jumlah fi’liyah (kalimat verbal) dalam bahassa arab dimulai dengan

13[13] Aunur Rafiq El Mazni(penerjemah), Pengantar Studi Ulumul Quran, (Jakarta Timur: Pustaka Al Kausar, 2006), hlm.412

14[14] Drs. Aminuddin (penerjemah), studi ilmu qur’an, ( Bandung: Cv. Pustaka setia, 1998) hlm 331

Page 10: Penda Hulu An

“fi’il” (kata kerja yang berfungsi sebagai predikat) kemudian fa’il (subjek), baik dalam kalimat

tanya (istifham) maupun lainya15[15].

KESIMPULAN

A. Tafsir adalah Ilmu yang membahas tentang cara pengucapan lafadz-lafadz Al Quran, indikator-indikatornya, masalah hukum-hukumnya baik yang independen maupun yang berkaitan dengan yang lain, serta tentang makna-maknanya yang berkaitan dengan kondisi struktur lafadz yang melengkapinya,

Takwil ialah menerangkan bathin lafaz yaitu mengungkapkan tentang hakikat maksudnya.Terjemah al Quran artinya memindahkan alQuran pada bahasa lain yang bukan bahasa arab dan mencetak terjemah ini ke dalam beberapa naskah agar dapat dimengerti oleh orang yang tidak bisa berbahasa arab sehingga ia bisa memahami maksud kitap Allah dengan perantaraan terjemah.

B. Pembagian tafsir menurut sumbernya di bagi empat

         Tafsir al-qur’an dengan Al-qur’an         Tafsir al-qur’an dengan assunnah         Tafsir dengan pernyataan sahabat         Tafsir Tabi’in

DAFTAR PUSTAKAMuhammad Ali Ash-Shabuuny, studi ilmu Al-qur’an, Bandung : CV Pustaka setia, 1991

15[15] Drs. Muzakkir , ulumul qur’an, (Jakarta: Pt. mitra kerjaya Indonesia, 2003), hlm 443

Page 11: Penda Hulu An

Syaikh Manna Al-Qaththan, Pengantar studi ilmu Al-qur’an, Jakarta Timur : pustaka al-kausar, 2006

Drs. Muhammad Chirzin, ulumul qur’an, Yogyakarta: PT. Amanah bunda sejahtera, 1998Drs. Salahuddin Hamid, studi ulumul qur’an, Jakarta Timur : PT. intimedia cipta

Nusantara, 2002Nasr Hamid Abu Zaid, Tekstualita Al-qur’an, Yogyakarta : LKIS Yogyakarta, 1993