Upload
naufal-hakim
View
25
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
pendidikan
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat
fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dalam jenjang pendidikan. Hal ini
menunjukan bahwa berhasil atau tidak nya pencapaian tujuan pendidikan sangat
bergantung pada proses belajar yang di alami siswa maupun mahasiswa, baik ketika ia
berada di sekolah atau kampus ,lingkungan rumah atau keluarga nya sendiri. Belajar
memiliki arti yang sangat penting begitupula juga memori dan pengetahuan. Erat
hubungannya belajar, memori dan pengetahuan yang didapat siswa/mahasiswa
didalam proses belajar. Oleh karena itu, pemahaman yang benar mengenai arti
belajar,memori dan pengetahuan dengan segala aspek, bentuk, dan manifestasinya
mutlak diperlukan oleh para pendidik karena kekeliruan atau ketidak lengkapan
persepsi mereka terhadap proses belajar, baik itu mengenai definisi belajar,memori
dan pengetahuan dan hal-hal yang berkaitan mungkin akan mengakibatkan kurang
bermutunya hasil yang akan dicapai. Oleh karena itu pada kesempatan kali ini
pemakalah akan sedikit membahas tentang pengertian belajar,memori,pengetahuan
dan bentuknya. Di dalam makalah ini juga terdapat pengertian belajar,memori dan
pengetahuan dalam perspektif islam juga.
1.2 Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan belajar?dan apa saja bentuknya?
2. Apa yang dimaksud dengan memori? dan apa saja bentuknya?
3. Apa yang dimaksud dengan pengetahuan? dan apa saja bentuknya?
4. Bagaimana pengertian belajar dalam perspektif islam
5. Bagaimana pengertian memori dalam perspektif islam
6. Bagaimana pengertian pengetahuan dalam perspektif islam?
1
1.3 Tujuan Makalah
1. Memahami apa yang dimaksud dengan belajar dan bentuk-bentuk belajar
2. Memahami apa yang dimaksud dengan memori dan bentuk bentuk memori
3. Memahami apa yang dimaksud dengan pengetahuan dan bentuk-bentuk
pengetahuan
4. Memahami apa yang dimaksud dengan belajar dalam perspektif Islam
5. Memahami apa yang dimaksud dengan memori dalam perspektif Islam
6. Memahami apa yang dimaksud dengan pengetahuan dalam perspektif Islam
1.4 Metode Penulisan
Adapun metode yang kami gunakan adalah yang paling utama terlebih dahulu
adalah metode kepustakaan, seterusnya agar makalah kami lebih berbobot tak lupa
kami masuk lewat internet dengan mengambil bahan-bahan yang kami rasa perlu
ditambah agar melengkapi dari isi makalah kami.
2
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Belajar, Memori, dan Pengetahuan dalam Perspektif Psikologi
2.1.1 Pengertian dan bentuk belajar
Belajar (learning) sering didefinisikan sebagai perubahan yang relatif menetap
yang diperoleh dari pengalaman dan latihan. Menurut Cronbach, belajar yang
sebaik-baiknya adalah dengan mengalami; dan mengalami itu si pelajar
mempergunakan panca inderanya.
Menurut McGeoh, belajar adalah perubahan dalam kinerja sebagai hasil dari
latihan. Pendapat McGeoh senada dengan apa yang telah dikemukakan oleh
Cronbach. Menurut Winkel, belajar adalah suatu proses dimana berbagai
pengalaman diberikan dan dialami oleh siswa sehingga menghasilkan perubahan
yang relatif permanen pada tingkah laku potensial, bila dibandingkan dengan
tingkah laku sebelumnya.
Secara umum, belajar adalah aktivitas (usaha dengan sengaja) yang dapat
menghasilkan perubahan berupa kecakapan baru pada individu. Belajar
merupakan proses dimana suatu organisme merubah perilaku sebagai suatu hasil
dari pengalaman, proses tersebut memerlukan waktu.
Hal-hal pokok yang berkaitan dengan belajar:
a. Bahwa belajar itu membawa perubahan (dalam arti behavioral changes,aktual
maupun potrensial)
b. Bahwa itu pada pokoknya adalah didapatkannya kecakapan baru (dalam arti
Kenntnis dan Fertingkeit)
c. Bahwa perubahan itu karena (usaha dengan sengaja).
Hasil belajar yang berupa perubahan tingkah laku sering disebut prestasi
belajar. Istilah hasil belajar berasal dari bahasa belanda “prestatie” yang
kemudian dalam bahasa indonesia menjadi prestasi. Prestasi selalu dihubungkan
dengan aktifitas tertentu,misalnya belajar. Prestasi belajar berfungsi untuk
3
mengetahui tingkat kemajuan atau penguasaan yang telah dicapai siswa dalam
segala aspek meliputi ranah cipta (prestasi kognitif), ranah rasa (prestasi
afektif),dan ranah karsa (prestasi psikomotorik). Dapat disimpulkan bahwa
prestasi belajar adalah hasil yang dicapai dari suatu kegiatan atau usaha yang
dapat memberikan kepuasaan emosional,dan dapat diukur dengan alat tes tertentu.
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar menurut Gage dan
Berliner(1999) mengatakan bahwa faktor yang mempengaruhi pencapaian
akademik dibedakan menjadi dua yaitu: Pertama, faktor internal atau faktor yang
ada dalam diri siswa seperti intelegensi,minat,sikap,emosi,motivasi dan kondisi
fisik. Kedua,faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar individu seperti
lingkungan keluarga,lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat.
Setiap orang, tidak terkecuali peserta didik memiliki kekhasan dalam
upayanya menangkap dan memahami pengetahuan baru yang di terimanya.
Terkait hal tersebut para ilmuwan telah mengkategorikan bentuk-bentuk belajar
yang umumnya diterapkan oleh manusia pembelajar. Gagne (1984)
mengemukakan ada lima bentuk belajar, yaitu:
a.Belajar Responden.
Dalam belajar ini, suatu respon dikeluarkan oleh suatu stimulus yang telah
dikenal. Jadi, terjadinya proses belajar dikarenakan adanya stimulus. Misalnya
Maya bisa menjawab pertanyaan yang diberikan oleh gurunya dengan benar.
Kemudian guru tersebut memberikan senyuman dan pujian kepadanya. Akibatnya
Maya semakin giat belajar. Senyum dan pujian guru ini merupakan stimulus tak
terkondisi. Tindakan guru ini menimbulkan perasaan yang menyenangkan pada
diri Maya sehingga ia membuat dia lebih giat dalam belajar.
b. Belajar Kontiguitas
Belajar dalam bentuk ini tidak memerlukan hubungan stimulus tak terkondisi
dengan respons. Asosiasi dekat (contiguous) sederhana antara stimulus dan
respons dapat menghasilkan suatu perubahan dalam perilaku individu. Hal ini
disebabkan secara sederhana manusia dapat berubah karena mengalami peristiwa-
peristiwa yang berpasangan. Belajar kontiguitas sederhana bisa dilihat jika
seseorang memberikan respon atas pertanyaan yang belum lengkap, seperti ”dua
kali dua sama dengan?” Maka pasti bisa menjawab ”empat”. Itu adalah contoh
asosiasi berdekatan antara stimulus dan respon dalam waktu yang sama. Bentuk
belajar kontiguitas yang lain adalah “stereotyping”, yaitu adanya peristiwa yang
4
terjadi berulang-ulang dalam bentuk yang sama, sehingga terbentuk dalam
pemikiran kita. Seringkali sinetron televisi memperlihatkan seorang ilmuwan
dengan memakai kacamata, ibu tiri adalah wanita yang kejam. Maka sinetron
televisi menciptakan kondisi untuk belajar stereotyping, padahal hal tersebut tidak
sepenuhnya benar.
c. Belajar Operant
Belajar bentuk ini sebagai akibat dari reinforcement, bukan karena adanya
stimulus, sebab perilaku yang diinginkan timbul secara spontan ketika organisme
beroperasi dengan lingkungannya. Maksudnya perilaku individu dapat
ditimbulkan dengan adanya reinforcement segera setelah adanya respon. Respon
ini bisa berupa pernyataan, gerakan dan tindakan. Misalnya respon menjawab
pertanyaan guru secara sukarela, maka reinforcer bisa berupa ucapan guru “bagus
sekali”, “kamu dapat satu poin” dan sebgainya.
d. Belajar Observasional
Konsep belajar ini memperlihatkan bahwa orang dapat belajar dengan mengamati
orang lain melakukan apa yang akan dipelajari. Misalnya anak kecil belajar makan
itu dengan mengamati cara makan yang dilakukan oleh ibunya atau keluarganya.
e. Belajar Kognitif
Bentuk belajar ini memperhatikan proses-proses kognitif selama belajar. Proses
semacam itu menyangkut “insight” (berpikir) dan “reasoning” (menggunakan
logika deduktif dan induktif). Bentuk belajar ini mengindahkan persepsi siswa,
insight, kognisi dari hubungan esensial antara unsur-unsur dalam situasi ini. Jadi
belajar tidak hanya timbul dari adanya stimulus-respon maupun reinforcement,
melainkan melibatkan tindakan mental individu yang sedang belajar.
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa Gagne membagi bentuk-bentuk
belajar menjadi lima bentuk, yang merupakan inti dari teori belajar, yaitu bentuk
responden, kontiguitas, operant, observasional dan kognitif. Responden
merupakan belajar yang dibentuk dengan adanya hubungan antara stimulus
dengan respon. Kontiguitas sama dengan responden, akan tetapi untuk responden
waktunya dilakukan secara bersamaan. Observasional merupakan bentuk belajar
yang paling sederhana karena individu hanya mengamati orang lain kemudian
meniru perbuatannya. Sedangkan kognitif merupakan bentuk yang tertingggi
karena sudah memasuki wilayah insight.
5
2.1.2 Pengertian dan bentuk memori
Ada tiga aspek dalam berfungsinya ingatan yaitu;
a. Mencamkan, yaitu menerima kesan-kesan.
b. Menyimpan kesan-kesan,dan
c. Mereproduksi kesan-kesan.
Atas dasar tersebut, biasanya ingatan didefinisikan sebagai kecakapan untuk
menerima, menyimpan,dan mereproduksikan kesan-kesan.
Sesungguhnya memori adalah fungsi mental yang menangkap informasi dari
stimulus, dan merupakan storage system ,sistem penyimpanan informasi yang
terdapat di dalam otak manusia.
Menurut Bruno (1987) memori merupakan proses mental yang meliputi
pengkodean, penyimpanan, dan pemanggilan kembali informasi dan pengetahuan
yang semuanya terpusat dalam otak.
Ditinjau dari sudut jenis informasi dan pengetahuan yang disimpan, memori
manusia terdiri atas dua macam, yaitu:
2.1.2.1 Semantic memory, yaitu memori khusus yang menyimpan arti-arti atau
pengertian-pengertian. Informasi yang disimpan berbentuk kode yang
memiliki arti, tidak berbentuk aslinya. Memori semantik berfungsi
menyimpan konsep-konsep yang signifikan dan bertalian antara yang
satu dengan lainnya.
2.1.2.2 Epidemic memory, yaitu memori khusus yang menyimpan informasi
tentang peristiwa-peristiwa.
6
2.1.3 Pengertian dan bentuk pengetahuan
Pengetahuan ialah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui panca indera manusia yaitu : indera penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui
mata dan telinga (Soekidjo, Notoadmodjo 2003).
Pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia
melalui pengamatan panca indera. Pengetahuan muncul ketika seseorang
menggunkan indera atau akal budinya utuk mengenali benda atau kejadian
tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya (Meliono, 2007)
Pengetahuan merupakan hasil dari mengingat suatu hal, termasuk mengingat
kembali kejadian yang pernah dialami baik secara sengaja maupun tidak sengaja
dan terjadi setelah orang melakukan kontak atau pengamatan terhadap suatu objek
tertentu (Mubarak, 2007)
Pengetahuan, dilihat dari sifat dan cara penerapannya terdiri atas dua macam.
Pertama, pengetahuan deklaratif atau pengetahuan proposisional, yaitu
pengetahuan mengenai informasi faktual yang dapat dijelaskan secara lisan atau
verbal. Isi pengetahuan ini berupa konsep-konsep dan fakta yang dapat ditularkan
orang lain melalui tulisan atau lisan dengan kalimat-kalimat pernyataan, untuk itu,
pengetahuan ini adalah knowing that atau “mengetahui bahwa”. Kedua,
pengetahuan prosedural adalah pengetahuan yang mendasari kecakapan atau
keterampilan perbuatan jasmani yang cenderung bersifat dinamis, sulit diuraikan
dengan lisan, oleh karena itu disebut knowing how atau “mengetahui cara”.
2.1.4 Belajar, Memori, dan Pengetahuan
Menurut Bruno (1987), memori adalah proses mental yang meliputi kegiatan
pengkodean, penyimpanan dan pemanggilan kembali informasi dan pengetahuan
yang semuanya terpusat dalam otak. Suatu informasi akan masuk ke dalam short
term memori atau working memory/memori jangka pendek melalui indra
kemudian informasi tersebut di beri kode misalnya dalam bentuk symbol huruf
(encoding) lalu memori tersebut masuk ke long term memory atau memori jangka
7
panjang. Suatu saat apabila memerlukan informasi atau pengetahuan tersebut,
maka memori akan kembali bekerja atau berproses mencari respon dari kumpulan-
kumpulan informasi dan pengetahuan yang terdapat dalam salah satu skema
kognititif yang relevan.
Menurut Best (1990), setiap informasi dan pengetahuan yang kita terima
sebelum masuk, akan diproses oleh subsistem akal pendek (short term memory)
terlebih dulu disimpan sesaat (karena hanya dalam waktu sepersekian detik) dalam
tempat penyimpanan sementara yang disebut sensory memory yakni subsistem
penyimpanan pada saraf indra peneriman informasi.
Dengan demikian, struktur system akal manusia terdiri atas tiga subsistem,
yaitu sensory register, short term memory dan long term memory. Istilah memori
dalam hal ini bisa juga disebut dengan storage atau tempat penyimpanan
informasi.
2.2 Belajar, Memori dan Pengetahuan dalam Perspektif Islam
2.2.1 Pengertian belajar
Dalam islam, memiliki penekanan dalam hal signifikansi fungsi kognitif
(aspek aqliah) dan fungsi sensori (indra) sebagai alat penting untuk belajar, sangat
jelas. Seperti kata ya’qilun, yatafakkarun, yasma’un, yubshirun dan lain
sebagainya terdapat dalam Al-Quran merupakan bukti seberapa penting manusia
belajar dan meraih ilmu pengetahuan.
Kegiatan belajar dapat berupa menyampaikan, menelaah, mencari, dan
mengkaji, serta meneliti. Selain al-Qur’an, al-Hadith juga banyak menerangkan
tentang pentingnya menuntut ilmu. Misalnya beberapa hadist berikut ini,
“Mencari ilmu itu wajib bagi setiap muslim; carilah ilmu sejak dalam buaian
hingga ke liang lahat; para ulama itu pewaris Nabi; pada hari kiamat ditimbanglah
tinta ulama dengan dara syuhada, maka tinta ulama dilebihkan dari ulama”
Belajar memiliki tiga arti penting menurut Al-Qur’an. Pertama, bahwa orang
yang belajar akan mendapatkan ilmu yang dapat digunakan untuk memecahkan
segala masalah yang dihadapinya di kehidupan dunia. Kedua, manusia dapat
mengetahui dan memahami apa yang dilakukannya karena Allah sangat
membenci orang yang tidak memiliki pengetahuan akan apa yang dilakukannya
8
karena setiap apa yang diperbuat akan dimintai pertanggungjawabannya. Ketiga,
dengan ilmu yang dimilikinya, mampu mengangkat derajatnya di mata Allah.
2.2.2 Pengertian memori
Memori sendiri dalam perspektif agama merupakan daya jiwa. Terdapat di
bagian dalam belakang otak. Memori menyimpan makna-makna non-inderawi
yang ada dalam stimulus sensorik yang ditangkap oleh daya waham (An-Najat:
ibnu sina, 266) daya memori juga menyimpan semua perilaku. Fungsi daya
memori juga menyimpan, sedangkan daya proses mengingat sendiri adalah fungsi
dari daya waham bersama-sama dengan fantasi. Daya waham merupakan daya
yang tersimpan di ujung bagian tengah dari otak. Daya waham mempersepsikan
berbagai makna parsial non-inderawi yang ada pada stimulus inderawi. Seperti
persepsi kambing terhadap makna permusuhan terhadap serigala sehingga
membuatnya menjauhi diri darinya.
2.2.3 Pengertian pengetahuan
Kata al-ilm (ilmu pengetahuan) menurut Al-Ghazali memiliki arti yang
banyak meliputi penglihatan dan perasaan. Dalam wacana islam, pada awalnya
kata ilmu berarti tentang Allah, tanda-tanda perbuatan-Nya terhadap hamba dan
makhluk. Selanjutnya, ilmu diartikan secara lebih luas menyangkut semua
berbagai ilmu pengetahuan.
Ilmu pengetahuan memiliki batasan, batasan terendah adalah mengetahui (al-
ma’rifah) dan batas yang lebih jauh adalah mengetahui segala sesuatu secara
objektif. Cakupan ilmu pengetahuan sangat luas yang mencakup realitas dalam
alam kasat mata dan metafisika. Ilmu adalah hidayah kebenaran, ilmu merupakan
sifat bagi jiwa dan jiwa merupakan wadah bagi ilmu.
Secara tidak langsung Al-Ghazali dalam kitabnya menyatakan pengetahuan
berasal dari empat sumber yang saling berkesinambungan, yaitu empiris,
rasionalitas, intuisi, dan otoritas. Ia selalu menekankan adanya hubungan yang
harmonis antara pengetahuan empiris, rasional, intuisi, dan otoritas sebagai proses
pencerapan pengetahuan yang berkelanjutan. Jika ada yang bertentangan maka
sumber tertinggilah yang dimenangkan.
Menurut Dr. Yusuf Al-Qardhawi (1984), islam adalah akidah yang
berdasarkan ilmu pengetahuan, bukan berdasarkan penyerahan diri yang membabi
9
buta. Ayat dibawah ini adalah contoh firman Allah SWT yang baik secara
eksplisit atau secara implicit mewajibkan seseorang untuk memperoleh ilmu
pengetahuan.
ون� �م��� �عل �ذ�ين� ال� ي �م�ون� و�ال �عل �ذ�ين� ي �و�ي ال ت �س ق�ل ه�ل ي
�اب� ب �ل �و األ �ول �ر� أ �ذ�ك �ت �م�ا ي �ن إ“katakanlah: apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan tidak
mengetahui? Sesungguhnya hanya orang yang berakallah yang mampu menerima
pelajaran”
Islam menghendaki pengetahuan yang benar-benar dapat membantu mencapai
kemakmuran dan kesejahteraan hidup manusia. Yaitu pengetahuan terkait urusan
dunia dan akhirat, yang dapat menjamin kemakmuran dan kesejahteraan hidup
manusia di dunia dan akhirat.
Pengetahuan duniawi atau umum adalah berbagai pengetahuan yang
berhubungan dengan urusan kehidupan manusia di dunia ini. Baik pengetahuan
modern maupun pengetahuan klasik. Pengetahuan ukhrowi atau agama adalah
berbagai pengetahuan yang mendukung terciptanya kemakmuran dan
kesejahteraan hidup manusia kelak di akhirat. Pengetahuan ini meliputi berbagai
pengetahuan tentang perbaikan pola perilaku manusia, yang meliputi pola
interaksi manusia dengan manusia, manusia dengan alam, dan manusia dengan
Tuhan.
Pengetahuan umum (duniawi) tidak dapat diabaikan begitu saja, karena sulit
bagi manusia untuk mencapai kebahagiaan hari kelak tanpa melalui kehidupan
dunia ini yang mana dalam menjalani kehidupan dunia ini pun harus mengetahui
ilmunya. Demikian halnya dengan pengetahuan agama (ukhrowi), manusia tanpa
pengetahuan agama niscaya kehidupannya akan menjadi hampa tanpa tujuan.
Karena kebahagiaan di dunia akan menjadi sia-sia ketika kelak di akhirat menjadi
nista. Islam selalu mengajarkan agar manusia menjaga keseimbangan, baik
keseimbangan dhohir maupun bathin, keseimbangan dunia dan akhirat. Dalam Qs.
Al-Mulk ayat 3 disebutkan:
10
“Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak
melihat pada ciptaan Tuhan yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang.
Maka lihatlah berulang-ulang! Adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang?”.
2.3 Analisis Jurnal dan Hubungannya dengan Materi
2.3.1 Pengaruh pendidikan seksual dini dalam meningkatkan pengetahuan
perilaku seksual sehat
Penelitian ini dilakukan oleh Avin Fadilla Helmi & Ira Paramastri
Universitas Gadjah Mada. Kesimpulan dari jurnal ini adalah Pendidikan seksual
dini dapat dilakukan dengan berbagai teknik sesuai dengan kebutuhan audiens
untuk memproses informasi. Yang paling efektif bagi orang tua dalam
meningkatkan pengetahuan perilaku seksual sehat adalah berturut-turut melalui
ceramah, diskusi kelompok, dan brosur. Bagi kelompok mahasiswa, teknik
ceramah, diskusi kelompok, dan brosur tidak berbeda dalam meningkatkan
pengetahuan perilaku seksual sehat.
Hubungan jurnal ini dengan materi yang dipaparkan adalah terkait dengan
pengetahuan baik Perspektif Islam maupun Psikologi. Anak pada usia dini harus
diberikan pengetahuan mengenai perilaku seksual sehat, karna, dengan
mengetahui hal tersebut, sang anak akan mengetahui tentang sisi negatif dari
perilaku seksual (free sex), seperti penyakit HIV AIDS, sehingga anak akan
menjauhi perilaku tersebut. Hal ini terkait dengan pengetahuan duniawi.
Hubungannya dengan pengetahuan agama adalah sudah jelas bahwa konsekuensi
dari free sex itu sendiri masuk pada perbuatan zinah dan merupakan dosa besar.
Dengan demikian, pengetahuan perilaku seksual harus ditingkatkan, karena
pengetahuan ini akan bermanfaat untuk dunia dan akhirat.
11
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Belajar merupakan suatu usaha dengan sengaja untuk menghasilkan suatu
perubahan yang relatif permanen pada tingkah laku potensial yang didapatkan dari
pengalaman dan latihan. Bentuk belajar diatara lain adalah belajar responden,
belajar kontiguitas, belajar operant, belajar observasional, dan belajar kognitif.
Memori merupakan fungsi mental yang menangkap informasi dari stimulus dan
proses mental yang meliputi pengkodean, penyimpanan, dan pemanggilan kembali
informasi. Bentuk dari memori adalah semantic memory dan epidemic memory.
Pengetahuan merupakan berbagai gejala yang mengasilkan “tahu” setelah
melakukan pengamatan panca indra dan akal serta hasil mengingat dari suatu hal.
Bentuk pengetahuan adalah knowing that dan knowing how.
Pada umumnya, khususnya para ahli yang tergolong cognitivist (ahli psikologi
kognitif), sepakat bahwa belajar, memori dan pengetahuan sangat erat dan tidak
dapat dipisahkan. Memori yang kita artikan sebagai ingatan menerima informasi
dan menyimpan informasi dan pengetahuan didalam otak kita.
Dalam perspektif Islam, belajar merupakan kegiatan untuk menyampaikan,
menelaah, mencari, mengkaji, serta meneliti sesuatu di dunia dan akhirat. Dalam
perspektif Islam, memori menyimpan makna-makna non-indrawi yang ada pada
stimulus sensorik yang ditangkap oleh daya waham dan menyimpan semua
perilaku. Menurut pandangan Islam, pengetahuan berarti tentang Allah, tanda-
tanda perbuatan-Nya terhadap hamba dan mahkluk serta berbagai ilmu
pengetahuan. Pengetahuan dalam Islam terbagi atas pengetahuan duniawi atau
umum dan pengetahuan ukhrowi atau agama.
12
DAFTAR PUSTAKA
Baharudin, dan Wahyuni, Esanur, Teori Belajar dan Pembelajaran, Yogyakarta: Ar Rozz, 2008
Gordon H. Bower dan Ernest R.Hilgard, Theories of Learning. 4th Edition. (New Jersey: Prentice Hall. Inc, 1998), hlm. 11.
Hartaty Netty, Mujib Abdul, dkk, Psikologi dalam Tinjauan Tasawuf, Jakarta: UIN Jakarta Press. 2004
Mulyati, Psikologi Belajar, Yogyakarta: C.V. Andi Offset. 2005
Mustaqim, Psikologi Pendidikan, 2007
Nasution, S., Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara. 2000
Ratna Wilis Dahar, Teori-Teori Belajar (Jakarta: Depdikbud Dirjend Lembaga Tenaga Kependidikan, 1988), hlm. 15.
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. 2004
Muhibbin, Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung : PT. Remaja
Najati, Utsman, Psikologi dalam Tinjauan Hadits Nabi, Jakarta: Mustaqim. 2000
Suryabrata, Sumadi, Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT RajaGrafindoPersada. 2005
Simanjutak, Lisnawaty, Metode Mengajar Matematika, Jakarta: PT Rineka Cipta. 1993
Soemanto, Wasty, Psikologi Pendidikan Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan, Jakarta: PT Rineka Cipta. 1998
Sumanto, Wasty, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 1990
Syah, Muhibbin, Psikologi Belajar, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2006
http://blogpersimpangan.com
http://cafesfudiobi.wordpress.com
13
http://chokogito.blogspot.com
http://chokogito.blogspot.com
http://www.sarjanaku.com/2012/12/pengertian-pengetahuan-menurut-para.html
diakses pada: 25 September 2013, pukul: 21.09
http://www.kajianpustaka.com/2013/05/pengertian-tingkatan-dan-cara.html#.UkLtedIVNIE
diakses pada: 25 September 2013, pukul: 21.24
http://keratontulisan.blogspot.com/2012/07/belajar-dalam-perspektif-islam.html
diakses pada: 25 September 2013, pukul: 21.58
14