21
PENDAHULUAN Kehidupan terkadang menyenangkan, tetapi terkadang menyedihkan bahkan sangat mengecewakan. Setiap individu memiliki gambaran kehidupan yang berbeda-beda. Keadaan seperti yang dijelaskan di atas tidak dapat dipungkiri dari kehidupan, karena setiap individu bersosialisasi dengan individu yang lain. Keluarga dapat berfungsi sebagai tempat yang membuat anggotanya merasa nyaman dan dapat berinteraksi dengan baik, bertukar pikiran, saling mencintai, mendukung dan saling melindungi. Namun demikian, keluarga dapat pula menjadi tempat dimana para anggotanya saling mendominasi, menyakiti, bahkan mengalami penderitaan mendalam, baik secara fisik maupun psikologis. Dalam perkawinan, seorang istri tidak menginginkan dimadu oleh suaminya. Fenomena istri dimadu ada hingga saat ini, dan pernikahan dengan istri lebih dari satu ini disebut dengan pernikahan poligami. Menurut Mulia, M (2004), poligami adalah ikatan perkawinan dimana suami mengawini lebih dari satu istri dalam waktu yang sama. Widanti, (www.suaramerdeka.com) mengatakan, Jaringan Peduli Perempuan dan Anak (JPAA) menolak poligami karena poligami merupakan salah satu bentuk kekerasan terhadap perempuan. Menurutnya, poligami secara psikis akan menyakiti hati para istri dan anak-anaknya. Dampak lainnya, secara ekonomi dimana pendapatan biasanya harus dibagi- bagi, sedangkan secara politik dalam pengambilan keputusan, perempuan atau istri tidak mempunyai posisi yang sama dengan suami. Dalam lembaran info LBH APIK (Lembaga Bantuan Hukum Asosiasi Perempuan Indonesia untuk Keadilan), dari segi materi suami yang berpoligami lebih mementingkan istri muda dan menelantarkan istri pertama dan anak- anaknya. Fakta di seputar poligami menunjukkan banyaknya penderitaan yang timbul akibat poligami. Dari 58 kasus poligami yang didampingi LBH-APIK selama kurun 2001 sampai Juli 2003 memperlihatkan bentuk-bentuk kekerasan terhadap istri-istri dan anak-anak mereka, mulai dari tekanan psikis, penganiayaan fisik, penelantaran istri dan anak-anak, ancaman dan teror serta pengabaian hak seksual istri. Sementara banyak poligami dilakukan tanpa alasan yang jelas (35 kasus). Realitasnya banyak kasus poligami yang memicu bentuk- bentuk kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) lainnya yang dialami perempuan dan anak- anak, meliputi kekerasan fisik, psikis, seksual dan ekonomi; poligami sendiri merupakan bentuk kekerasan dalam rumah tangga yang dilegitimasi oleh hukum dan sistim kepercayaan yang ada di masyarakat (sumber: www.lbh-apik.or.id).

PENDAHULUAN Kehidupan terkadang menyenangkan, tetapi

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENDAHULUAN Kehidupan terkadang menyenangkan, tetapi

PENDAHULUAN

Kehidupan terkadang menyenangkan, tetapi terkadang menyedihkan bahkan sangat

mengecewakan. Setiap individu memiliki gambaran kehidupan yang berbeda-beda. Keadaan

seperti yang dijelaskan di atas tidak dapat dipungkiri dari kehidupan, karena setiap individu

bersosialisasi dengan individu yang lain. Keluarga dapat berfungsi sebagai tempat yang

membuat anggotanya merasa nyaman dan dapat berinteraksi dengan baik, bertukar pikiran,

saling mencintai, mendukung dan saling melindungi. Namun demikian, keluarga dapat pula

menjadi tempat dimana para anggotanya saling mendominasi, menyakiti, bahkan mengalami

penderitaan mendalam, baik secara fisik maupun psikologis.

Dalam perkawinan, seorang istri tidak menginginkan dimadu oleh suaminya.

Fenomena istri dimadu ada hingga saat ini, dan pernikahan dengan istri lebih dari satu ini

disebut dengan pernikahan poligami. Menurut Mulia, M (2004), poligami adalah ikatan

perkawinan dimana suami mengawini lebih dari satu istri dalam waktu yang sama.

Widanti, (www.suaramerdeka.com) mengatakan, Jaringan Peduli Perempuan dan

Anak (JPAA) menolak poligami karena poligami merupakan salah satu bentuk kekerasan

terhadap perempuan. Menurutnya, poligami secara psikis akan menyakiti hati para istri dan

anak-anaknya. Dampak lainnya, secara ekonomi dimana pendapatan biasanya harus dibagi-

bagi, sedangkan secara politik dalam pengambilan keputusan, perempuan atau istri tidak

mempunyai posisi yang sama dengan suami. Dalam lembaran info LBH APIK (Lembaga

Bantuan Hukum Asosiasi Perempuan Indonesia untuk Keadilan), dari segi materi suami yang

berpoligami lebih mementingkan istri muda dan menelantarkan istri pertama dan anak-

anaknya.

Fakta di seputar poligami menunjukkan banyaknya penderitaan yang timbul akibat

poligami. Dari 58 kasus poligami yang didampingi LBH-APIK selama kurun 2001 sampai Juli

2003 memperlihatkan bentuk-bentuk kekerasan terhadap istri-istri dan anak-anak mereka,

mulai dari tekanan psikis, penganiayaan fisik, penelantaran istri dan anak-anak, ancaman

dan teror serta pengabaian hak seksual istri. Sementara banyak poligami dilakukan tanpa

alasan yang jelas (35 kasus). Realitasnya banyak kasus poligami yang memicu bentuk-

bentuk kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) lainnya yang dialami perempuan dan anak-

anak, meliputi kekerasan fisik, psikis, seksual dan ekonomi; poligami sendiri merupakan

bentuk kekerasan dalam rumah tangga yang dilegitimasi oleh hukum dan sistim kepercayaan

yang ada di masyarakat (sumber: www.lbh-apik.or.id).

Page 2: PENDAHULUAN Kehidupan terkadang menyenangkan, tetapi

Menurut data statistik Mitra Perempuan tahun 2002 terdapat 226 kasus kekerasan

yang dialami oleh 219 perempuan. Sebanyak 34 kasus (15,04%) mengalami kekerasan

tunggal, 59 kasus mengalami dua kekerasan sekaligus dan 132 kasus mengalami lebih dari

dua kekerasan. Menurut Hardiaman (1999) mengatakan, adapun dampak-dampak tindakan

kekerasan dalam rumah tangga dapat berupa perasaan kebingungan, cemas, marah,

kesal/sedih, terpaku pada pengalaman traumatik, perasaan ketakutan berhadapan dengan

situasi/tempat yang mengingatkannya pada pengalaman buruk yang dialami, perubahan pola

makan dan tidur, berbagai keluhan fisik seperti sakit kepala, mual, muntah, nyeri lambung

dan lain-lain.

Menurut Undang-undang Republik Indonesia, (2004), korban kekerasan memiliki hak

antara lain untuk mendapatkan: perlindungan dari pihak keluarga, kepolisian, kejaksaan,

pengadilan, advokat, lembaga sosial, atau pihak lainnya baik sementara maupun

berdasarkan penetapan perintah perlindungan dari pengadilan, pelayanan kesehatan sesuai

kebutuhan medis. Hal lain adalah penanganan secara khusus berkaitan dengan kerahasiaan

korban, pendamping oleh pekerja sosial dan bantuan hukum pada setiap tingkat proses

pemeriksaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan pelayanan

bimbingan rohani.

Arivia (dalam Hamidah, 2002) mengatakan, seringkali istri tidak ingin masalah

pribadinya diketahui di depan umum, karena ia tidak ingin aibnya diketahui secara terbuka.

Rasa bersalah, malu yang menimpa membuatnya lebih baik berdiam diri. Terlebih bila

korban merasa terancam jiwanya. Hal ini akan menambah kecenderungan untuk tidak

menggunakan kepolisian sebagai sumber informasi dalam melaporkan kejahatan suaminya.

Tetapi ada juga yang melaporkan ke lembaga bantuan yang berwenang.

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan diatas, maka peneliti tertarik untuk

mengadakan penelitian tentang kekerasan yang dialami oleh istri pertama dalam keluarga

poligami dan coping yang dilakukan terhadap kekerasan yang dialaminya.

Pertanyaan Penelitian Adapun hal-hal yang akan dikaji adalah sebagi berikut, Bagaimana gambaran

kekerasan yang dialami istri pertama dalam keluarga poligami? Mengapa terjadi kekerasan

terhadap istri pertama dalam keluarga poligami? Bagaimana gambaran coping yang

dilakukan istri pertama dalam menghadapi kekerasan dalam keluarga poligami?

Page 3: PENDAHULUAN Kehidupan terkadang menyenangkan, tetapi

Tujuan Penelitian Tujuan dari diadakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran

kekerasan yang dialami istri pertama dalam keluarga poligami, mengetahui terjadinya

kekerasan terhadap istri pertama dalam keluarga poligami, mengetahui gambaran coping

yang dilakukan istri pertama dalam menghadapi kekerasan yang dialaminya.

Manfaat Penelitian 1. Manfaat Praktis

Memberikan informasi kepada masyarakat luas, terutama bagi keluarga mengenai

hal-hal yang harus dipikirkan terlebih dahulu sebelum melakukan poligami dengan

melihat dampak-dampak yang terjadi setelah terjadinya pernikahan poligami.

2. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digambarkan sebagai studi pendahuluan

tentang bagaimana gambaran kekerasan dan bagaimana gambaran kehidupan seorang

istri pertama di dalam keluarga poligami serta dapat berguna bagi penelitian selanjutnya

mengenai stres, kekerasan dan poligami.

TINJAUAN PUSTAKA

Stres

Sarafino (dalam Smet, 1994), mendefinisikan stres sebagai suatu kondisi

disebabkan oleh transaksi antara individu dengan lingkungan yang menimbulkan persepsi

jarak antara tuntutan-tuntutan yang berasal dari situasi dengan sumber-sumber daya sistem

biologis, psikologis dan sosial dari seseorang.

1. Jenis-jenis Stres

Menurut Atwater (1983), ada 2 jenis stres yaitu:

a. Eustress dikenal sebagai stres yang baik (good stress) yaitu stres yang dapat

menghasilkan efek positif pada penderitaannya. Menurut Selye ( dalam Atwater,

1983) mendefinisikan Eustress sebagai pengalaman yang menyenagkan dan

memuaskan hati. b. Distress dikenal sebagai stres yang buruk (bad stress), apabila orang yang

mengeluhkan bahwa dirinya stres biasanya orang mengeluhkan tipe stres ini.

Biasanya stres ini menimbulkan akibat yang buruk pada penderitanya.

Page 4: PENDAHULUAN Kehidupan terkadang menyenangkan, tetapi

2. Sumber-sumber Stres

Sarafino (1990) membagi sumber stres menjadi tiga jenis, yaitu:

a. Peristiwa Katastropik, misalnya bencana alam.

b. Peristiwa hidup yang penting, misalnya kehilangan pekerjaan atau kematian orang

yang dicintai.

c. Keadaan kronis, misalnya hidup di lingkungan yang tidak nyaman

3. Tahap-tahap Stres

Hans Seyle (dalam Munandar, 2001), mengamati serangkaian perubahan biokimia,

dalam sejumlah organisme yang beradaptasi terhadap berbagai macam tuntutan

lingkungan. Rangkaian perubahan ini dinamakan general adaptation syndrome, yang

terdiri dari tiga tahapan yaitu:

a. Tahap ‘alarm’ (tanda bahaya), yaitu organisme berorientasi terhadap tuntutan yang

diberikan oleh lingkungannya dan mulai menghayatinya sebagai ancaman.

b. Tahapan resistance (perlawanan), yaitu organisme memobilisasi sumber-sumbernya

supaya mampu menghadapi tuntutan. Jika tuntutan berlangsung terlalu lama, maka

sumber-sumber penyesuaian ini mulai habis.

c. Tahap exhaustion (kehabisan tenaga).

Coping Menurut Lazarus & Folkman (dalam Smet, 1994), coping adalah suatu proses di

mana individu mencoba untuk mengelola jarak yang ada antara tuntutan-tuntutan dengan

sumber-sumber daya yang mereka gunakan dalam menghadapi situasi stressful.

1. Tipe-tipe coping

Lazarus & Folkman (dalam Fausiah&Widury, 2003) membagi tipe coping menjadi 2,

yaitu :

a. Problem-focused coping ( Coping yang terpusat pada masalah)

Problem-focused coping adalah penanganan stres dengan cara mengurangi,

atau memecahkan masalah yang menjadi sumber stres.

b. Emotion-focused coping (coping yang terpusat pada emosi)

Emotion-focused coping adalah penanganan stres dengan mengendalikan

respon emosi yang diakibatkan oleh stressor. Emotion-focused coping lebih

menekankan pada usaha untuk menurunkan emosi negatif yang dirasakan ketika

menghadapi masalah atau tekanan.

Page 5: PENDAHULUAN Kehidupan terkadang menyenangkan, tetapi

2. Coping Yang Efektif

Rutter (dalam Smet, 1994) perlu diketahui, bahwa tidak ada satu pun metode yang

dapat digunakan untuk semua situasi stres. Mungkin yang terbaik adalah menggunakan

kedua coping tersebut secara fleksibel. Strategi coping yang paling efektif adalah strategi

yang sesuai dengan jenis stres dan situasi.

Keluarga a. Menurut Sihombing, U (www.depdiknas.go.id/serba_serbi/cbies) Keluarga adalah

seorang atau sekelompok orang yang biasanya terdiri dari bapak, ibu, anak, dan anggota

keluarga lainnya yang mendiami sebagian atau seluruh bangunan, yang masing-masing

mempunyai seorang yang dianggap/ditunjuk sebagai kepala dan bertanggung jawab atas

keberadaannya. Poligami

Menurut Istibyaroh (2004), kata polygamy berasal dari bahasa Yunani : Polus =

banyak; gamos= perkawinan. Sistem perkawinan bahwa seorang laki-laki mempunyai lebih

dari seorang istri dalam suatu saat, atau yang kurang lazim, seorang perempuan mempunyai

lebih dari seorang suami dalam suatu saat. 1. Sebab-Sebab Poligami

Faktor-faktor yang mempengaruhi poligami menurut Istibyaroh (2004) adalah:

a. Faktor geografis

Montesquieu dan Bon (dalam Istibsyaroh, 2004), menggolongkan poligami

secara geografis. Kaum perempuan di Timur mencapai usia baliq lebih dini dan lebih

cepat menjadi tua, karena itu laki-laki memerlukan istri yang kedua dan ketiga.

b. Masa subur perempuan terbatas

Hasrat laki-laki untuk mempunyai anak, serta ketidakinginan untuk menceraikan

istrinya yang pertama.

c. Menstruasi & Pasca kelahiran

Haid bulanan pada perempuan dan juga kelesuan sesudah melahirkan,

menempatkan perempuan dan suaminya dalam posisi seksual yang berbeda dan

menimbulkan situasi dimana laki-laki cenderung mencari perempuan lain.

Page 6: PENDAHULUAN Kehidupan terkadang menyenangkan, tetapi

d. Faktor ekonomi

Faktor ekonomi juga diajukan sebagai penyebab poligami. Dikatakan bahwa di

zaman dahulu, tidak seperti di zaman sekarang, mempunyai banyak istri dan banyak

anak adalah menguntungkan laki-laki secara ekonomis. Kaum laki-laki dapat

menyuruh para istri dan anaknya bekerja sebagai budak, dan menjual anaknya.

e. Lebih banyak perempuan daripada laki-laki

Yang terakhir dan yang terpenting dari semua faktor dalam poligami adalah

kelebihan jumlah perempuan atas jumlah laki-laki.

2. Dampak – dampak poligami

Adapun dampak yang umum terjadi terhadap istri yang suaminya berpoligami

(www.theceli.com) yaitu:

a. Timbul perasaan inferior, menyalahkan diri sendiri, istri merasa tindakan suaminya

berpoligami adalah akibat ketidakmampuan dirinya memenuhui kebutuhan biologis

suaminya.

b. Suami lebih mementingkan istri muda dan menelantarkan istri pertama dan anak-

anaknya.

c. Sering terjadinya kekerasan terhadap perempuan, baik kekerasan fisik, ekonomi,

seksual maupun psikologis.

d. Dalam masyarakat sering terjadi nikah di bawah tangan, yaitu perkawinan yang tidak

dicatatkan pada kantor pencatatan nikah.

e. Yang paling mengerikan, kebiasaan berganti-ganti pasangan menyebabkan

suami/istri menjadi rentan terhadap Penyakit Menular Seksual (PMS) dan bahkan

rentan terjangkit virus HIV/AIDS.

Kekerasan Dalam Rumah Tangga

Berdasarkan UU nomor 23 (dalam Mitra Perempuan) yang dimaksud kekerasa

dalam rumah tangga adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan

yang dapat menimbulkan kesengsaraan atas penderitaan secara fisik, seksual, psikologis,

dan penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan,

pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dan lingkup rumah

tangga.

1. Bentuk-bentuk Kekerasan dalam Rumah Tangga

Page 7: PENDAHULUAN Kehidupan terkadang menyenangkan, tetapi

Menurut Djannah (2004), dilihat dari konteks sosial budaya kekerasaan, kekerasaan

yang dialami para istri adalah :kekerasaan fisik, kekerasaan psikologis, kekerasaan

seksual, dan kekerasaan ekonomi.

2. Sebab- sebab Terjadinya Kekerasan dalam Rumah Tangga

Penelitian ini menunjukkan adanya empat faktor penyebab kekerasan, yaitu :

a. Kemandirian Ekonomi Istri

Meiyanti (dalam Djannah, 2002), mengemukakan bahwa ketergantungan istri

kepada suami dalam bidang ekonomi karena status istri tidak bekerja merupakan

faktor yang mendorong suami bertindak semaunya.

b. Pekerjaan Istri

Pekerjaan juga merupakan salah satu faktor penyebab suami melakukan

kekerasan terhadap istri. Meskipun pada awalnya semua suami mengizinkan istrinya

bekerja.

c. Perselingkuhan Suami Dengan Perempuan Lain

Perselingkuhan suami dengan perempuan lain atau menikah lagi menjadi salah

satu penyebab terjadinya kekerasan dalam perkawinan.

d. Campur Tangan Pihak Ketiga

Campur tangan anggota keluarga dari pihak suami, terutama ibu mertua, dalam

penelitian ini merupakan salah satu penyebab timbulnya kekerasan antara suami-

istri.

e. Pemahaman Yang Salah Terhadap Ajaran Agama

Pemahaman yang salah terhadap ajaran agama merupakan faktor lain yang

menyebabkan kekerasan terhadap perempuan dalam rumah tangga.

f. Kebiasaan Suami

Pada beberapa kasus, kekerasan domistik terhadap perempuan timbul dari

kebiasaan atau tradisi suami yang terbentuk dari pengulangan tingkah laku secara

terus-menerus.

METODE PENELITIAN

Pendekatan Penelitian Penelitian ini juga menggunakan pendekatan kualitatif dengan bentuk studi kasus.

Menurut Yin (1994) studi kasus adalah salah satu metode penelitian ilmu-ilmu sosial. Secara

Page 8: PENDAHULUAN Kehidupan terkadang menyenangkan, tetapi

umum, studi kasus merupakan strategi yang lebih cocok bila pokok pertanyaan suatu

penelitian berkenaan dengan how dan why.

Subjek Penelitian 1. Karakteristik Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah istri pertama dari pernikahan poligami yang

mengalami kekerasan.

2. Jumlah Subjek Penelitian

Jumlah subjek dalam penelitian ini adalah sebanyak dua orang istri pertama yang

mengalami kekerasan dalam keluarga poligami.

Tahap-Tahap Penelitian

Adapun tahap-tahap persiapan dan pelaksanaan yang dilakukan peneliti dalam

penelitian ini, yaitu :

1. Tahap Persiapan Penelitian

Sebelum penelitian dilakukan terlebih dahulu peneliti mengumpulkan alat bantu

penelitian yang akan digunkan, lalu setelah itu melakukan pengujian terhadap

keabsahan pedoman wawancara dan juga pedoman observasi. Setelah itu peneliti

menghubungi subjek penelitian untuk meminta kesediaan dirinya menjadi objekpenelitian

dan juga mengatur waktu untuk bertemu.

2. Tahap Pelaksanaan

Setelah mendapatkan kesediaan subjek untuk menjadi objek penelitian maka

wawancara dilakukan pada waktu dan tempat yang telah disepakati. Setelah data

didapatkan peneliti selanjutnya menyalin data yang berupa rekaman hasil wawancara

ke dalam bentuk transkrip wawancara (verbatim). Lalu setelah itu peneliti melakukan

analisis dan interpretasi data berdasarkan teori yang digunakan. Setelah analisis dan

interpretasi selesai peneliti lalu membuat kesimpulan dan saran.

Teknik Pengambilan Data Wawancara

Menurut Banister (dalam Poerwandari, 1998) wawancara adalah percakapan dan

tanya jawab yang diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu.

Page 9: PENDAHULUAN Kehidupan terkadang menyenangkan, tetapi

Observasi Menurut Banister dkk (dalam Poerwandari, 1998), observasi diarahkan pada

kegiatan memperhatikan secara akurat, mencatat fenomena yang muncul dan

mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam fenomena tersebut.

Alat Bantu Pengumpulan Data Peneliti menggunkan beberapa alat bantu dalam mengumpulkan data, seperti

pedoman wawancara, pedoman observasi, alat tulis dan juga alat perekam (tape recorder)

Keabsahan dan Keajegan Penelitian Yin (1994) mengajukan empat kriteria keabsahan dan keajengan yang diperlukan

dalam suatu penelitian kualitatif, yaitu :

1. Keabsahan Konstruk (Construct Validity)

Keabsahan bentuk batasan berkaitan dengan suatu kepastian bahwa yang terukur

benar-benar merupakan variabel yang ingin diukur. Patton (dalam Poerwandari 1998)

mengemukakan empat macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan untuk mencapai

keabsahan, yaitu :

a. Triangulasi Data

Menggunakan berbagai sumber data seperti dokumen, arsip, hasil wawancara, hasil

observasi atau juga dengan mewawancarai lebih dari satu subjek.

b. Triangulasi Pengamat

Adanya pengamatan diluar peneliti yang turut memeriksa hasil pengumpulan data.

c. Triangulasi Teori

Yaitu penggunaan berbagai teori yang berlainan untuk memastikan bahwa data yang

dikumpulkan sudah memenuhi syarat.

d. Triangulasi Metodologis

Yaitu penggunaan berbagai metode untuk meneliti suatu hal. Seperti metode

wawancara dan metode observasi.

2. Keabsahan Internal (Internal Validity)

Keabsahan internal merupakan konsep yang mengacu pada seberapa jauh

kesimpulan hasil penelitian menggambarkan keadaan yang sesungguhnya.

3. Keabsahan Eksternal (External Validity)

Keabasahan eksternal mengacu pada seberapa jauh hasil penelitian dapat

digeneralisasikan pada kasus lain.

Page 10: PENDAHULUAN Kehidupan terkadang menyenangkan, tetapi

4. Keajengan (Realiability)

Keajengan merupakan konsep yang mengacu pada seberapa jauh penelitian

berikutnya akan mencapai hasil yang sama apabila mengulang kualitatif.

Teknik Analisis Data Adapun proses analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini akan dianalisa

dengan teknik data kualitatif yang diajukan oleh Marshall dan Rossman.

1. Mengorganisasikan Data

Peneliti mendapatkan data langsung dari subjek melalui wawancara mendalam

(indepth interview), yang mana data direkam dengan tape recorder dibantu alat tulis

lainnya. Kemudian dibuatkan transkripnya (verbatim).

2. Pengelompokan Berdasarkan Kategori, Tema dan Pola Jawaban

Berdasarkan kerangka teori dan pedoman wawancara peneliti menyusun sebuah

kerangka awal analisis sebagai acuan dan pedoman dalam melakukan koding.

3. Menguji Asumsi Atau Permasalahan yang Ada Terhadap Data

Pada tahap ini kategori yang telah didapat melalui analisisis ditinjau kembali

berdasarkan landasan teori yang telah dijabarkan dalam bab II, sehingga dapat

dicocokan apakah ada kesamaan antara landasan teoritis dengan hasil yang dicapai.

4. Mencari alternatif Penjelasan Bagi Data

Berdasarkan pada kesimpulan yang telah didapat dari kaitan tersebut, penulis perlu

mencari suatu alternatif penjelasan lain tentang kesimpulan yang telah didapat. Sebab

dalam penelitian kualitatif memang selalu ada alternatif penjelasan yang lain.

5. Menulis Hasil Penelitian

Penulisan analisis data masing-masing subjek yang telah berhasil dikumpulkan,

merupakan suatu hal yang membantu penulis untuk memeriksa kembali apakah

kesimpulan yang dibuat telah selesai.

HASIL DAN ANALISIS Pelaksanaan Penelitian

Kegiatan wawancara dan observasi dalam penelitian ini dilakukan mulai tanggal 10

Januari 2007 sampai dengan tanggal 15 Februari 2007. Wawancara dan observasi pada

subjek (1) dan (2) dilakukan di kediamannya. Pada penelitian ini, kegiatan wawancara

dilakukan hanya satu kali dan observasi dilakukan dua kali pada masing-masing subjek. Oleh

Page 11: PENDAHULUAN Kehidupan terkadang menyenangkan, tetapi

karena itu, untuk mengatasai kekurangan data penelitian, peneliti melakukan tambahan

wawancara dengan para subjek melalui telepon sebanyak dua kali.

1. Hasil

a. Subjek 1

1) Identitas Subjek

Nama / Inisial : Y

Usia : 45 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat/Tanggal Lahir : Banyumas, 13 Oktober 1962

Suku Bangsa : Jawa

Agama : Islam

Anak Ke : 6 dari 8 bersaudara

Pendidikan Terakhir : SMU

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Usia Perkawinan : 24 Tahun

Istri Ke : 1 dari 3 Istri

Alamat : Tanah Abang

b. Gambaran umum subjek

1). Pelaksanaan Observasi

a) Observasi 1

Hari/Tanggal : Kamis, 10 Januari 2007

Waktu : Pukul 11.20 – 15.00

Tempat : Rumah subjek, Ks. Tubun.

b) Observasi 2

Hari/Tanggal : Minggu, 21 Januari 2007

Waktu : Pukul 10.30 – 14.30

Tempat : Tanah Abang

2). Hasil Observasi

a) Setting

Peneliti melakukan obesrvasi terhadap subjek sebanyak dua kali.

Pertama pada hari Jum’at tanggal 10 Januari 2007 pukul 11.20-15.00 WIB.

Peneliti melakukan observasi di kediaman subjek, di daerah Tanah Abang.

Dilantai pertama rumah subjek terdapat ruang tamu yang dilengkapi dengan

satu set sofa dengan meja yang berkaca, ruang TV yang dilengkapi dengan

Page 12: PENDAHULUAN Kehidupan terkadang menyenangkan, tetapi

sofa, terdapat sebuah ruang makan, dapur, kamar pembantu dan kamar

mandi. Observasi dilakukan diruangan kamar anaknya.

Observasi kedua pada hari minggu tanggal 21 Januari 2007 pukul

10.30-14.30 WIB. Pada saat observasi kedua, rumah subjek terlihat rapi.

Rumah subjek cukup ramai dengan kehadiran saudara-saudara subjek yang

pada hari Minggu tersebut bertandang kerumah subjek, dan peneliti

berkumpul di ruang TV bersama saudara-saudara subjek, sementara subjek

berada di dapur bersama pembantu.

b). Subjek

Subjek adalah seorang ibu rumah tangga, yang berperawakan tidak

terlalu tinggi, dengan badan berisi dan kulit putih. Ketika diwawancarai,

subjek menggunakan kemeja berwarna biru berlengan ¾, dan celana ¾

berwarna hitam, subjek menggunakan kacamata, dengan membawa HP.

Agar lebih santai dan tenang subjek memilih untuk diwawancarai

dikamar anaknya. Selama wawancara berlangsung, Subjek menjawab

pertanyaan dengan jelas. Sebelum wawancara subjek melaksanakan shalat

dzuhur terlebih dahulu. Subjek juga mengeluarkan kata-kata lucu yang

membuat peneliti dan anaknya tersenyum. Terkadang nada suara subjek

berubah menjadi lebih tinggi, dan tekadang mengecil. Pada saat

menceritakan tentang perilaku suaminya yang tidak lagi memperhatikan

anak dan istrinya, bibir subjek bergetar dan suara yang terputus-putus,

subjek mengeluarkan air mata, menunduk dan menggenggam tangannya.

Pada saat wawancara subjek berada dihadapan peneliti, pada saat

melakukan kontak mata kepada peneliti, subjek terkadang membuang

pandangannya kearah luar ruangan pada saat menceritakan tentang

suaminya yang jarang pulang setelah pernikahan ketiganya.

c. Wawancara

Pelaksanaan Wawancara

Hari/ Tanggal : Jum’at, 19 Januari 2007

Waktu : 13.00 – 14.30 WIB

Tempat : Tanah Abang

d. Significant Other 1

1) Identitas Significant Other 1

Nama/Inisial : N

Page 13: PENDAHULUAN Kehidupan terkadang menyenangkan, tetapi

Usia : 24 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat/Tanggal Lahir : Banyumas, 26 Juli 1982

Suku : Jawa

Agama : Islam

Pendidikan : D3

Pekerjaan : Karyawati

Hubungan dengan Subjek : Keponakan

Alamat : Tanah Abang

2) Wawancara

Pelaksanaan Wawancara

Hari/ Tanggal : Minggu, 21 Januari 2007

Waktu : Pukul 12.30 – 13.15

Tempat : Tanah Abang

e. Significant Other 2

1). Identitas Significant Other 2

Nama/Inisial : B

Usia : 23 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 19 oktober 1983

Suku : Jawa

Agama : Islam

Pendidikan : S-1

Pekerjaan : Karyawati

Hubungan dengan Subjek : Anak Kandung

Alamat : Tanah Abang

2) Wawancara

Pelaksanaan Wawancara

Hari/ Tanggal : Kamis, 15 Februari 2007

Waktu : Pukul 14.00-15.00

Tempat : Cilandak Town Squre

2. Subjek 2

a. Identitas Subjek

Nama / Inisial : MT

Page 14: PENDAHULUAN Kehidupan terkadang menyenangkan, tetapi

Usia : 30 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat/Tanggal Lahir : Semarang, 19 Mei 1976

Suku Bangsa : Jawa

Agama : Islam

Anak Ke : 1 dari 3 bersaudara

Pendidikan Terakhir : S1

Pekerjaan : Karyawan Swasta

Usia Perkawinan : 5 Tahun

Istri Ke : 1 dari 2 Istri

Alamat : Jakarta Timur.

b. Gambaran umum subjek

1). Pelaksanaan Observasi

a) Observasi 1

Hari/Tanggal : Kamis, 18 Januari 2007

Waktu : Pukul 13.00- 15.00

Tempat : Rumah Subjek, Cipayung.

b) Observasi 2

Hari/Tanggal : Senin, 29 Januari 2007

Waktu : Pukul 10.00-12.30

Tempat : Rumah subjek, Cipayung.

2). Hasil Observasi

a) Setting

Peneliti melakukan observasi terhadap subjek sebanyak dua kali.

Pertama pada hari Kamis tanggal 18 Januari 2007 pukul 13.00-15.00 WIB.

Peneliti melakukan observasi di kediaman subjek, di daerah Cipayung,

Jakarta Timur. Rumah subjek terdapat kursi yang terbuat dari kayu, di dalam

ruang TV terbentang sebuah permadani, terdapat satu kamar mandi, dapur,

dua ruang tidur dan halaman belakang. Rumah subjek terlihat sepi, karena

hanya ada subjek sendiri. Observasi dilakukan diruang tamu subjek, dengan

suasana yang cukup tenang karena jauh dari jalan besar. Subjek terlihat

sangat lelah karena subjek selesai bertugas jaga malam.

Page 15: PENDAHULUAN Kehidupan terkadang menyenangkan, tetapi

Observasi kedua pada hari senin tanggal 29 Januari 2007 pukul

10.00-12.30 WIB. Pada saat observasi kedua, rumah subjek terlihat rapi.

Susana rumah subjek masih seperti pada observasi pertama, terlihat sepi.

b). Subjek

Subjek adalah karyawan disalah satu rumah sakit swasta. Subjek

berperawakan cukup tinggi, dengan badan kurus dan kuning langsat. Ketika

diwawancarai, subjek menggunakan baju kaos tangan panjang dan celana

panjang bahan.

Pada observasi pertama, subjek dan peneliti memperkenalkan diri

satu sama lain, dan berbicara maksud kedatangan peneliti ke rumahnya.

Subjek tersenyum dan memperkenalkan diri pada pertemuan

pertama. Subjek lebih banyak diam dan tidak berbicara jika peneliti bertanya,

setelah pertemuan kedua dan pelaksanaan wawancara, subjek lebih

terbuka. Agar lebih santai subjek memilih untuk diwawancarai ruang tamu.

Pada saat wawancara berlangsung, menjawab pertanyaan dengan

senyuman, setelah dipertengahan wawancara nada suara yang subjek

terkadang mengecil dan membesar. Pada saat peneliti mempertanyakan

kekerasan yang dialami subjek, subjek berusaha untuk tetap tersenyum dan

seketika subjek langsung menundukkan kepala kearah bawah, dengan

menyibukkan tangannya untuk meraih sebuah koran dan mengipaskan ke

arah mukanya. Pada saat peneliti mempertanyakan kekerasan seksual,

subjek terdiam sebentar dan kemudian menjawab pertanyaan yang diajukan

peneliti. Mata subjek berkaca-kaca, pada saat subjek berkata “ saya nggak

masalah kalau harus dipoligami, tapi tidak dengan keadaan seperti ini”.

Subjek juga memegang bagian lehernya seperti memijat secara berlahan

ketika membicarakan tentang aborsi yang diinginkan oleh suaminya.

c. Wawancara

Pelaksanaan Wawancara

Hari/ Tanggal : Senin, 29 Januari 2007

Waktu : 10.00 – 12.30 WIB

Tempat : Ruang tamu, Cipayung

d. Significant Other 1

1) Identitas Significant Other 1

Nama/Inisial : ST

Page 16: PENDAHULUAN Kehidupan terkadang menyenangkan, tetapi

Usia : 29 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat/Tanggal Lahir : Surabaya, 20 Juni 1977

Suku : Jawa

Agama : Islam

Pendidikan : S1

Pekerjaan : Karyawati

Hubungan dengan Subjek : Teman Dekat

Alamat : Cinere

2) Wawancara

a) Pelaksanaan Wawancara

Hari/ Tanggal : Sabtu, 27 Januari 2007

Waktu : Pukul 15.00 – 16.00

Tempat : Rumah Makan, Pasar Minggu.

e. Significant Other 2

1) Identitas Significant Other 2

Nama/Inisial : L

Usia : 27 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 16 februari 1980

Suku : Jawa

Agama : Islam

Pendidikan : D3

Pekerjaan Karyawati

Hubungan dengan Subjek : Sepupu

Alamat : Cimanggis.

2) Wawancara

a) Pelaksanaan Wawancara

Hari/ Tanggal : Kamis, 8 Februari 2007

Waktu : Pukul 19.00 -20.00

Tempat : Margo City, Depok.

Page 17: PENDAHULUAN Kehidupan terkadang menyenangkan, tetapi

PENUTUP

Kesimpulan Dari hasil penelitian ini diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Gambaran kekerasan yang dialami istri pertama dalam keluarga poligami

Dari hasil penelitian, dapat ditarik kesimpulan bahwa secara umum kedua subjek

mengalami kekerasan secara fisik, psikologis, seksual dan ekonomi.

• Kekerasan Fisik

Subjek pertama dan kedua mengalami kekerasan fisik seperti pukulan,

tendangan, tamparan, serta mengalami keguguran pada subjek pertama dan

menggugurkan kandungan pada subjek kedua.

• Kekerasan Psikologis

Kekerasan psikologis yang dialami kedua subjek adalah subjek medapatkan

bentakkan, kata-kata kasar, cacian dan makian.

• Kekerasan Ekonomi

Kekerasan ekonomi yang dialami pada subjek pertama, subjek merasa

keadaaan ekonominya menjadi sulit, uang yang diberikan tidak cukup untuk

memenuhi kebutuhan sehingga subjek menjual barang-barang milikinya untuk

menutupi kebutuhan. Sementara pada subjek kedua masalah ekonomi tidak terlalu

menjadi suatu masalah karena subjek memiliki penghasilan sendiri.

• Kekerasan Seksual

Kekerasan seksual pada subjek pertama adalah subjek diusir oleh suami ketika

masuk ke kamar, dan pada subjek kedua mengalami hubungan seksual yang tidak

wajar.

2. Faktor-faktor penyebab terjadinya kekerasan terhadap istri pertama dalam keluarga

poligami.

Pada kedua subjek kekerasan terjadi karena adanya wanita lain dalam rumah

tangga subjek. Kekerasan muncul ketika subjek meminta penjelasan tentang keadaan

rumah tangganya yang semakin lama semakin berubah. Keadaan ekonomi yang dialami

subjek pertama juga menjadi salah satu pemicu timbulnya kekerasan. Sementara pada

subjek kedua kekerasan timbul karena suami memiliki sifat posesif terhadap istri

3. Coping yang dilakukan oleh istri pertama dalam keluarga poligami

a. Problem Focused Coping

Page 18: PENDAHULUAN Kehidupan terkadang menyenangkan, tetapi

Kedua subjek berusaha untuk membicarakan dan bertanya langsung kepada

suami tentang masalah yang terjadi didalam rumah tangganya, dan berusaha

mencari data, bukti-bukti, dan informasi tentang hal kebenaran yang menimpa

suaminya.

b. Emosional Focused Coping

Pada subjek pertama, mencoba untuk mempelajari hal-hal apa yang biasanya

memicu kemarahan suami, lebih mencoba untuk mengambil hikmah dari kejadian

yang dialaminya, berbagi cerita kepada orang-orang terdekat dan mencari masukkan

yang dapat memotivasi, memilih untuk diam, menyibukkan diri dengan kegiatan

seperti pengajian, sholat, dzikir, membaca buku dan jalan-jalan bersama teman

pengajian. Ketika subjek merasa hatinya tidak tenang subjek lebih memilih berwudu’

dan membaca Al-Qur’an, sehingga subjek merasa lebih kepada Tuhannya.

Sedangkan pada subjek kedua, berusaha berpikir positif sehingga membesarkan

hati dan lebih melapangkan dada dalam menghadapi pernikahannya. Subjek juga

bertukar pikiran dengan temen dan sepupunya sehingga mendapat dukungan dari

mereka. Subjek memilih untuk diam, walaupun hal itu tidak menyelesaikan masalah,

dan subjek merasa jadi serba salah dan menangis dapat membuat subjek merasa

sedikit lebih lega sejenak. Mendekatkan diri kepada Tuhan, sehingga membuat

dirinya menjadi lebih sabar dan bisa meredam emosinya.

Saran Dari hasil penelitian tentang coping stres istri pertama yang mengalami kekerasan

dalam keluarga poligami, maka saran yang diajukan peneliti terhadap penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Disarankan kepada subjek untuk lebih bersabar dan lebih berjiwa besar dalam

menghadapi kehidupan berpoligami. Keinginan untuk mempertahankan pernikahan

adalah suatu perbuatan yang baik dan mendiamkan suatu masalah tidak menyelesaikan

masalah, apalagi masalah yang terjadi sudah menyangkut dengan keterancaman dan

nyawa seseorang. Dan tidak ada salahnya dibicarakan secara baik dan kekeluargan.

2. Untuk para istri yang dipoligami diharapkan untuk menanamkan sikap ikhlas, sabar dan

lebih berjiwa besar dalam menghadapi kehidupan berpoligami karena kehidupan pasti

akan berubah. Apabila kekerasan terjadi dan meningkat diharapkan untuk tidak

menganggap hal ini biasa, lebih baik meminta bantuan pada lembaga yang berwenang.

3. Untuk para suami yang melakukan poligami diharapkan dapat berbuat adil, selalu

bersikap lebih bijaksana, tidak mengandalakan tindakan agresi yang menimbulkan

Page 19: PENDAHULUAN Kehidupan terkadang menyenangkan, tetapi

suatu kekerasan dan bahkan membuat kehidupan istri menjadi terancam. Dan benar-

benar memikirkan secara matang tentang segala dampak dan resiko yang terjadi

kedepannya setelah berpoligami.

4. Untuk penelitian selanjutnya, agar dapat mengembangkan penelitian tentang poligami,

misalnya kekerasan yang juga dialami oleh istri kedua, ketiga dan seterusnya bukan

hanya pada istri pertama.

Page 20: PENDAHULUAN Kehidupan terkadang menyenangkan, tetapi

DAFTAR PUSTAKA Atwater, E. 1983. Psychology Of Adjusment. 2nd: Personal Growth In a Changing

World. USA: Precentice Hall Djannah, F., Rustam, Nurasiah, Sitorus, M., & Batubara, C. 2002. Kekerasan terhadap istri, Yogyakarta: LkiS Fausiah, F. & Widury J. 2003. Bahan Ajar Mata Kuliah Psikologi Abnormal.

Fakultas Psikologi Universitas Indonesia Hardiaman,A. 1999. Menuju Kemitraan Pemerintah LSM dalam

Pencegahan&Penanggulangan Tindakan Kekerasan Terhadap Perempuan. Jakarta: Mitra Perempuan

Hamidah, S. 2002. Sumber Informasi yang Digunakan Oleh Perempuan yang Mengalami Kekerasan Domestik untuk Menyelesaikan Masalah. Jakarta: ISIP

Mulia, M. 2004. Pandangan Islam Tentang Poligami. Jakarta: Lembaga Kajian

Agama dan Jender & The Asia Foundation Munandar, A.S. 2001. Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta: Universitas Indonesia Mulia, M. 2004. Pandangan Islam Tentang Poligami. Jakarta: Lembaga Kajian

Agama dan Jender & The Asia Foundation Poerwandari, E.K. 1998, Pendekatan Kualitatif dalam Penelitian Psikologi. Jakarta: Universitas Indonesia Sarafino, E. P. 1990. Health Psychology, New York: John Willey & Sons, Inc

Page 21: PENDAHULUAN Kehidupan terkadang menyenangkan, tetapi

Smet, B. 1994, Psikologi Kesehatan. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia Yin, R. 1994. Case Study Research Design and Method. London: Sage Publication www. depdiknas.go.id/serba_serbi/cbies: Pengertian Keluarga

www.suaramerdeka.com: Jaringan Peduli Perempuan dan Anak

www.lbh-apik.or.id/sm-pers-poligami.htm: Poligami Sebagai Bentuk Kekerasan Yang Paling Nyata