Upload
lydung
View
220
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Energi memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia saat ini.
Bagi bangsa Indonesia pemenuhan kebutuhan energi diperlukan bagi
kelangsungan pembangunan yang sedang dilaksanakan. Kebutuhan
energi khususnya energi listrik nasional semakin tahun semakin
meningkat, dan diperkirakan pertumbuhan kebutuhannnya mencapai 7,1
% per tahun. Dilain pihak, masyarakat yang belum memiliki akses terhadap
energi listrik masih cukup besar, diperkirakan rasio elektrifikasi secara
nasional pada tahun 2008 baru mencapai 65,15 %. Sehingga dalam hal
ini perlu dibuat suatu kebijakan yang dapat memacu peningkatan rasio
elektrifikasi di wilayah tersebut, diantaranya dapat diusahakan melalui
pemanfaatan sumber energi baru-terbarukan yang tersebar di berbagai
wilayah.
Negara menjamin hak setiap orang untuk mendapatkan air bagi
kebutuhan pokok minimal sehari-hari guna memenuhi kehidupannya yang
sehat, bersih dan produktif sebagaimana disebutkan dalam pasal 5, UU No 7
tahun 2004 tentang Sumber Daya Air. Target Millennium Development
Goals (MDGs) tahun 2015., adalah menurunkan separuh proposi penduduk
yang belum terlayani fasilitas air minum. Realitanya data BPS tahun 2007
menyebutkan bahwa cakupan pelayanan air minum pedesaan baru mencapai
8%. Guna mencapai target tersebut pemerintah memberikan kesempatan
2
pada masyarakat untuk berperan dalam proses perencanaan, pelaksanaan
dan pengawasan terhadap pengelolaan sumber daya air. Hadirnya undang-
undang ini diharapkan membawa misi perubahan dalm pengaturan dan
pengelolaan air tanah di Indonesia. Sejak keluarnya PP No. 16 tahun 2005,
koperasi, badan usaha swasta dan/atau masyarakat dapat menyelenggarakan
sistem penyediaan air minum (SPAM) sederhana untuk memenuhi
kebutuhan sendiri. PDAM tidak lagi memonopoli pengelolaan air, tetapi
sangat jarang masyarakat memperhatikan paraturan seperti itu, selain pada
umumnya lebih senang dilayani.
Air merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia dan makhluk
hidup lainnya yang harus dipenuhi. Demikian pentingnya air untuk
kehidupan manusia dan makhluk hidup maka diperlukan upaya untuk
mempertahankan dan mengelola sumber air dengan baik. Pada
kenyataannya, masih banyak masyarakat di Negara kita masih mengalami
kekurangan air, bahkan sering terjadi kekeringan pada musim kemarau.
Bencana kekeringan menjadi suatu yang akrab dengan penduduk
Gunungkidul. Gunungkidul adalah bagian dari bentang alam Pegunungan
Sewu yang merupakan kawasan karst (batuan kapur), terbentang dari Jawa
Timur sampai DIY, meliputi Pacitan (Jatim), Wonogiri (Jateng),
Gunungkidul (DIY). Menurut Kantor Statistik Kabupaten Gunungkidul
(1995), wilayah Gunungkidul merupakan daerah pegunungan kapur dengan
batuan yang berongga sehingga sulit untuk mandapatkan air permukaan
3
tanah. Sumur memiliki kedalaman rata-rata 18 – 35 meter dan tidak semua
daerah dapat dibuat sumur.
Berdasarkan kondisi dan ketinggian dari permukaan air laut,
Gunungkidul dibagi menjadi 3 (tiga) zone yaitu:
1. Zone Utara disebut Zone Batur Agung dengan ketinggian 200 – 700 m
DPL.
2. Zone Tengah disebut Ledoksari dengan ketinggian 150 – 200 m DPL.
3. Zone Selatan disebut Zone Gunung Seribu dengan ketinggian 100 - 300
m DPL.
Ketiga zone tersebut merupakan daerah tadah hujan, bahkan untuk
zone Utara dan Selatan merupakan daerah kekeringan yang rawan air.
Kebutuhan air untuk kehidupan sehari-hari hanya mengandalkan air hujan
yang ditampung dalm suatu bak penampungan. Jika kemarau tiba selau
terjadi kekurangan air. Untuk memenuhi kebutuhan air penduduk harus
berjalan kaki mencari ke telaga yang jauhnya sampai 3 km atau menunggu
droping air dari pemerintah, namun sayangnya pasokan air dari pemerintah
tidak mencukupi. Pada akhirnya masyarakat harus membeli air seharga Rp
150.000,00 sampai Rp 200.000,00 per tangki berisi 5.000 liter air yang
hanya cukup untuk dua minggu pamakaian.
Sedikitnya air permukaan di wilayah ini bukan berarti daerah tersebut
tidak pernah diguyur hujan, namun keadaan geologi karst yang
memungkinkan hal itu terjadi. Batuan karst yang memiliki banyak pori
4
dengan cepat dapat meloloskan air hujan masuk ke dalam tanah melalui
proses infiltrasi dan perkolasi.
Studi potensi sumber air telah banyak dilakukan dan hasilnay sangat
menggembirakan ternyata di wilayah ini terdapat sumber air yang melimpah
karena di bawah permukaan tanah terdapat aliran sungai bawah tanah. Air
jernih sebesar 8.000 – 10.000 liter perdetik mengalir dalam gua-gua.
Setidaknya terdapat 42 sumber air di gua-gua dan mata air. Misalnya Bribin
750 1/dt, Ngobaran 120 1/dt, dan Plawan 40 1/dt.
Banyak cara dilakukan untuk mendapatkan air. Salah satunya dengan
menggunakan mesin pompa. Saat ini pompa telah dimanfaatkan di berbagai
bidang, mulai dari skala permukaan sampai industri. Pompa air sangat
membantu dalam mendapatkan air yang lebih praktis, banyak dan cepat.
Pompa juga digunakan untuk menaikkan air dari tempat yang lebih rendah
seperti sumur, gua atau sungai bawah tanah. Misalnya di Gunungkidul
digunakan untuk menaikkan air dari dalam gua/sungai bawah tanah. Namun
demikian sistem pengangkatan air pada tiap gua tersebut berbeda dan
memiliki karakteristik sendiri-sendiri.
1. Di Gua Cerme, Ploso, Giritirto, Panggang. Pengangkatan air gua
dilakukan dengan sistem pompa air fotovoltaik hasil penelitian BPPT
yang digerakkan dengan energi panas matahari/solar cell
menghasilkan air dengan debit 5 liter perdetik dan mampu melayani
kebutuhan air untuk Dusun Ploso.
5
2. Di Gua Ngobaran, Kanigoro, Paliyan. Pompa air digerakkan dengan
energi listrik PLN. Potensi debit air mencapai 120 liter perdetik dan
telah dimanfaatkan 80 liter perdetik yang mampu melayani kebutuhan
air 56.629 jiwa di 14 desa.
3. Di Gua Seropan, Semanu, Gunungkidul. Pompa air digerakkan
dengan energi genset, debit pengangkatan air mencapai 800 liter
perdetik untuk pelayanan umum, 240 liter perdetik untuk air minum,
60 liter perdetik untuk irigasi, dan direncanakan 40 liter perdetik
untuk daerah-daerah Wonogiri.
4. Di Goa Plawan, Giricahyo, Purwosari. Pengangkatan air dari dasar
Gua menggunakan pompa submersible yang digerakkan dengan
genset 40 kVA. Selanjutnya dengan bantuan APBN 1.6 M dari DPU,
sistem telah diganti dengan Pompa Air Tenaga Surya (PATS),
menggunakan 5 pompa submersible. Pembangunannya melibatkan
pihak UGM melalui program KKN Tematik yang berkesimanbungan,
Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, pihak swasta dan masyarakat
desa Giricahyo sendiri. Sedangkan operasional dan perawatan
dilakukan oleh organisasi masyarakat setempat yang didukung
pemerintah secara aktif.
5. Di Gua Bribin, Sindon, Dadapayu, Semanu. Proyek ini kerjasama
antara Pemerintah Pusat, Pemkab dan Universitas Karlsulf Jerman.
Dengan melakukan pengeboran sedalam 104 m, air sungai bawah
tanah sebesar 80-100 liter/detik dinaikkan menggunakan Pump As
6
Turbine (PAT) yang digerakan dengan energy mikrohidro yang
dihasilkan dengan menbendung aliran sungai bawah tanah untuk
mendapatkan tinggi jatuh air. Penyediaan air bersih Bribin
direncanakan untuk melayani kebutuhan air 6000 KK dan baru
beroperasi sejak bulan Maret 2010.
Kegiatan pengangkatan air dua yang telah dan sedang dilakkuka
seperti tersebut diatas tergolong relatif mahal, karena teknologi untuk
menghasilkan energy pengangkatan yang dipakai sangat tinggi. Berdasarkan
perhitungan yang dilakukan Beppeda Gunungkidul untuk mengekploitasi air
di bawah tanah hingga didistribusikan kepada penduduk satu liter Rp.
1.000.000,00. Selain itu meskipun teknologi da peralatan pompanisasi untuk
memperoleh air telah tersedia dan mudah diperoleh, pada darah-daerah
tertentu, ketersediaan tenaga penggerak pompanisasi sering menjadi
hambatan, karena mahal dan sulitnya suplai Bahan Bakar Minyak (BBM)
atau karena belum tersedia jaringan listrik PLN.
Disisi lain, alam menyediakan sumber tenaga terbarukan (renewable
energy) yang murah dan ramah lingkungan yaitu energi mikrohidro. Potensi
energi ini secara nasional diperkirakan mencapai 458 MW, sedangkan yang
termanfaatkan saat ini baru sekitar 84 MW. Hal ini menjadi peluang
sekaligus tantangan untuk mengoptimalkan pemanfaatan.
Pemenuhan kebutuhan air bersih bagi masyarakat merupakan hal yang
sangat penting dan tidak dapat ditunda-tunda. Tidak terpenuhinya,
kebutuhan air menjadi salah satu pangkal penderitan masyarakat di daerah
7
tersebut. Krisis air bagi masyarakat secara langsung akan berpengaruh pada
sektor lain seperti sektor kesehatan, yang dapat memicu timbulnya berbagai
penyakit. Selain itu dengan mahalnya biaya pemenuhan kebutuhan air
bersih akan mengakibatkan rawan pangan karena banyak keluarga miskin
yang menjual hasil panennya untuk membeli air. Untuk itu diperlukan
penyelesaian secara komprehensif agar kegiatan penyediaan air bersih lebih
efektif dan efisien. Penggunaan teknologi aplikatif tepat guna dan
pemanfaatan energy murah, ramah lingkungan, dan sesuai dengan kondisi
setempat merupakan alternatif solusi yang patut dilaksanakan.
1.2. Potensi Bak Pelepas Tekan (BPT) PDAM untuk mikrohidro
Bak Pelepas Tekan (BPT) PDAM merupakan salah satu potensi
energi hidro yang besar, yang sampai saat ini masih sedikit sekali
dikembangkan sebagai PLTMH.
Fungsi utama dari Bak Pelepas Tekan adalah untuk membebaskan
tekanan akibat jatuh air (head) yang tinggi pada saluran distribusi air
minum dari sumber air ke instalasi pengolah atau tandon air. Hal ini
dilakukan untuk menghindari tekanan yang tinggi pada pipa. Biasanya
BPT dibangun dimana terdapat tekanan tertinggi yang dapat terjadi pada
beda tinggi 50 meter sampai 100 meter. Ada beberapa keunggulan dari
pemanfaatan bak pelepas tekan PDAM sebagai PLTMH yaitu :
1. Bangunan sipil yang dibuat tidak terlalu banyak karena
sudah ada bangunan sipil untuk menyalurkan air minum.
8
2. Pemeliharaan dan perawatan PLTMH dapat terintegrasi dengan
perawatan instalasi BPT.
3. Debit air yang tersedia relatif stabil sepanjang tahun.
4. Sumber air bebas dari sampah.
5. Dapat dimanfaatkan sebagai bagian dari program kepedulian
masyarakat sekitar (CSR) bagi PDAM
Namun demikian instalasi PLTMH yang memanfaatkan
bak pelepas tekan hendaknya memperhatikan kondisi bahwa air yang
digunakan sebagai penggerak turbin adalah air yang dikonsumsi oleh
tubuh manusia, bahkan pada air tersebut terkadang sudah dilaksanakan
proses klorinasi. Sehingga operasional instalasi PLTMH harus bebas
dari kontaminan baik dari sisi logam (korosi) maupun kontaminan lain
seperti minyak pelumas (grease atau olie) maupun cat/coating. Dalam
hal ini dipilih bahan bahan untuk pembuatan turbin berupa baja
tahan karat.
1.3. Potensi Mikrohidro pada BPT PDAM Kabupaten Gunungkidul Jawa
Tengah
PDAM Kabupaten Gunungkidul memiliki potensi Mikrohidro pada
Bak Pelepas Tekan (BPT), salah satunya adalah BPT Kweni. Untuk lebih
jelasnya, gambar skema pada halaman berikut, memaparkan tentang
jaringan transmisi air minum dari sumber air Seropan.
9
Gambar 1.1. Sistem Seropan
10
Gambar 1.2. Sub Sistem Seropan Kweni
1.4. Batasan Masalah
Mengingat begitu luasnya ruang lingkup dari permasalahan yang ada,
maka masalah dalam penelitian ini dibatasi pada:
1. Perancangan turbin Cross Flow untuk penggerak pompa air.
2. Merancang Detail Engineering Design (DED) PLTMH Turbin
diteliti dari sisi.
a. Data head dan debit dari penstock.
b. Daya output turbin
11
3. Pengujian pompa tenaga mikrohidro untuk pengangkatan air di
laboratorium.
4. Model sistem instalasi pompa tenaga mikrohidro.
1.5. Rumusan Masalah
Dari batasan masalah tersebut dirumuskan masalah yang akan diteliti adalah
1. Bagaimana cara merancang bangun turbin Cross Flow yang akan
diaplikasikan untuk penggerak pompa tenaga mikrohidro.
2. Bagaimanakah karakteristik turbin Cross Flow yang digerakkan untuk
penggerak pompa.
3. Bagaimanakah hasil aplikasi pompa tenaga mikrohidro pada
pengembangan Sistem Penyediaan Air Bersih.
1.6. Keaslian Penelitian
Sesuai dengan informasi dari PDAM Kabupaten Gunungkidul,
penelitian tentang pemanfaatan BPT Kweni PDAM Kabupaten
Gunungkidul menjadi Instalasi PLTMH baik secara perorangan,
lembaga dan organisasi belum pernah ada sebelumnya. Dan sepengetahuan
penulis tidak dijumpai publikasi data dan hasil penelitian tentang rancang
bangun turbin Cross Flow sebagai penggerak pompa dan aplikasinya pada
BPT Kweni PDAM Gunungkidul, sehingga penelitian ini asli.
12
1.7. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Mengetahui potensi Bak Pelepas Tekan (BPT) Kweni
2. Melakukan perancang turbin Cross Flow untuk penggerak pompa
(pompa tenaga mikrohidro).
3. Mengetahui karakteristik turbin Cross Flow yang digunakan untuk
penggerak pompa.
4. Membuat model sistem instalasi pengangkatan air dengan
mengunakan pompa tenaga mikrohidro.
1.8. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Manfaat dari sisi Epistimologi:
a. Menambah metode dalam menaikkan air ke tempat yang lebih
tinggi menggunakan pompa tenaga mikrohidro.
b. Menambah pengetahuan tentang pemanfaatan turbin Cross Flow
untuk penggerak pompa.
c. Menambah pengetahuan tentang karakteristik turbin yang
digunakan untuk pengerak pompa.
2. Manfaat dari sisi aplikasi:
a. Bagi pemerintah khususnya PDAM dan stakeholder dapat
memanfaatkan pompa tenaga mikrohidro untuk pengembangan
13
SPABP guna memenuhi kebutuhan air bersih bagi masyarakat
sebagaimana diamanatkan UU No 7 th. 2004.
b. Bagi masyarakat di daerah yang belum ada atau jauh dari jaringan
listrik PLN, dapat memanfaatkan pompa tenaga mikrohidro
tersebut untuk mandapatkan air bersih.
c. Bagi Dunia Industri, dapat mengembangkan lebih lanjut dengan
mendesain dan memproduksi pompa tenaga mikrohidro yang
fleksibel dan familier sehingga memiliki nilai jual.
d. Bagi peneliti, dapat mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang telah
diperoleh untuk kemaslahatan dan menambah pengalaman.