34
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belajar dapat terjadi disaat memperoleh beberapa pengalaman yang ada di lingkungannya, baik dengan cara melihat, mendengar atau yang dirasakan sehingga dapat berpengaruh dalam membentuk perilaku peserta didik sehingga semakin banyak pengalaman yang diperoleh, sangatlah berperan dalam membentuk perilaku peserta didik. Dikatakan oleh Dimyati dan Mudjiono (2009:136) bahwa “dapat dikatakan terjadi belajar, apabila terjadi proses perubahan prilaku pada diri siswa sebagai hasil dari suatu pengalaman”. Guru sebagai pendidik dituntut untuk pandai merekayasa pembelajaran sesuai dengan kurikulum yang berlaku, serta dituntut untuk selalu kreatif dan inovatif dalam melaksanakan pembelajaran sehingga pengalaman dan tujuan dapat diterima peserta didik. Dengan demikian, peserta didik akan mengalami perkembangan jiwa, sesuai asas emansipasi diri menuju keutuhan dan kemandirian (Dimyati dan Mudjiono 2009:3). Di dalam kelas guru mengelola kelas dan memproses terjadinya belajar pada peserta didik. Oleh karena itu, sangatlah penting dalam melaksanakan proses belajar mengajar dalam kelas untuk dapat memberikan suatu pengalaman dengan menggunakan strategi dan metode yang baik serta cocok dalam memberikan pembelajaran terhadap peserta didik. Dengan 1

PENDAHULUAN Latar Belakang - umpalangkaraya.ac.id fileDewasa ini, telah banyak ditemukan oleh para ahli teori dan metode pembelajaran yang baik, akan tetapi tidaklah semua teori dan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENDAHULUAN Latar Belakang - umpalangkaraya.ac.id fileDewasa ini, telah banyak ditemukan oleh para ahli teori dan metode pembelajaran yang baik, akan tetapi tidaklah semua teori dan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Belajar dapat terjadi disaat memperoleh beberapa pengalaman yang

ada di lingkungannya, baik dengan cara melihat, mendengar atau yang

dirasakan sehingga dapat berpengaruh dalam membentuk perilaku peserta

didik sehingga semakin banyak pengalaman yang diperoleh, sangatlah

berperan dalam membentuk perilaku peserta didik. Dikatakan oleh Dimyati

dan Mudjiono (2009:136) bahwa “dapat dikatakan terjadi belajar, apabila

terjadi proses perubahan prilaku pada diri siswa sebagai hasil dari suatu

pengalaman”.

Guru sebagai pendidik dituntut untuk pandai merekayasa

pembelajaran sesuai dengan kurikulum yang berlaku, serta dituntut untuk

selalu kreatif dan inovatif dalam melaksanakan pembelajaran sehingga

pengalaman dan tujuan dapat diterima peserta didik. Dengan demikian, peserta

didik akan mengalami perkembangan jiwa, sesuai asas emansipasi diri menuju

keutuhan dan kemandirian (Dimyati dan Mudjiono 2009:3).

Di dalam kelas guru mengelola kelas dan memproses terjadinya

belajar pada peserta didik. Oleh karena itu, sangatlah penting dalam

melaksanakan proses belajar mengajar dalam kelas untuk dapat memberikan

suatu pengalaman dengan menggunakan strategi dan metode yang baik serta

cocok dalam memberikan pembelajaran terhadap peserta didik. Dengan

1

Page 2: PENDAHULUAN Latar Belakang - umpalangkaraya.ac.id fileDewasa ini, telah banyak ditemukan oleh para ahli teori dan metode pembelajaran yang baik, akan tetapi tidaklah semua teori dan

2

demikian akan dapat mempermudah dalam menyampaikan materi belajar dan

dengan mudah di terima serta dipahami bagi peserta didik.

Dewasa ini, telah banyak ditemukan oleh para ahli teori dan metode

pembelajaran yang baik, akan tetapi tidaklah semua teori dan metode itu

cocok dan pas pada semua materi pembelajaran di kelas. Oleh karenanya

seorang guru dituntut untuk memiliki kemampuan dalam memilih strategi

pembelajaran yang baik dan efektif agar kegiatan belajar peserta didik dapat

berlangsung dengan baik sehingga kualitas pembelajaran yang diinginkan

dapat terwujud.

Salah satu model pembelajaran yang dikemukakan oleh Adam dan

Mbirimujo (2009:16) bahwa “untuk memperbanyak pengalaman serta

meningkatkan motivasi belajar yang mempengaruhi keaktifan belajar peserta

didik yaitu dengan menggunakan model pembelajaran Student facilitator and

explaining”. Model pembelajaran ini dapat meningkatkan antusias, motivasi,

keaktifan dan rasa senang siswa dapat terjadi. Sehingga sangat cocok di pilih

guru untuk digunakan pada pembelajaran bahasa, karena pada model Student

facilitator and explaining atau bermain peran ini suatu cara penguasaan

peserta didik terhadap beberap keterampilan diantaranya keterampilan

berbicara, keterampilan menyimak, keterampilan pemahaman pada teks

bacaan, dan keterampilan seni dalam memerankan seorang tokoh sesuai

konteks bacaan dalam keadaan riang. Selain itu model pembelajaran yang

diterapkan untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik yakni dengan

menggunakan model pembelajaran Advokasi (Proses Debat) karena model ini

Page 3: PENDAHULUAN Latar Belakang - umpalangkaraya.ac.id fileDewasa ini, telah banyak ditemukan oleh para ahli teori dan metode pembelajaran yang baik, akan tetapi tidaklah semua teori dan

3

dapat mengembangkan keterampilan-keterampilan dalam logika, berpikir

kritik, menumbuhkan rasa percaya diri peserta didik dalam mengemukakan

pendapat, dan rasa tanggung jawabnya akan bangsa dan negaranya.

Berbicara adalah sebuah keterampilan yang memerlukan latihan secara

terus menerus. Tanpa dilatih, seorang yang pendiam akan terus-menerus

berdiam diri dan tidak akan berani untuk menyuarakan pendapatnya. Menurut

(Tarigan, 2008:3) berbicara adalah “suatu keterampilan berbahasa yang

berkembang pada kehidupan anak, yang hanya didahului oleh keterampilan

menyimak, dan pada masa tersebutlah kemampuan berbicara atau berujar

dipelajari”. Pembelajaran keterampilan berbicara pada jenjang SD merupakan

tantangan untuk peningkatan kompetensi berbicara mereka. Siswa diharapkan

dapat menyerap aspek-aspek dasar keterampilan berbicara untuk menjadi

bekal kejenjang yang lebih tinggi atau memiliki keterampilan berbicara

unggul. Selain itu, peserta didik diharapkan memiliki softkill yang bermanfaat

dalam berkarya setelah lulus sekolah.

Berdasarkan hasil observasi peneliti ditemukan permasalahan peserta

didik mengalami hambatan ketika mereka diberikan tugas oleh guru untuk

mengemukakan pendapat di depan kelas. Mereka mengalami kesulitan dalam

mengungkapkan ide, kurang menguasai materi yang diberikan oleh guru,

kurang membiasakan diri untuk berbicara di depan umum, kurangnya rasa

percaya diri pada peserta didik, dan kurang mampu mengembangkan

keterampilan bernalar dalam berbicara. Kesulitan-kesulitan tersebut membuat

mereka tidak mampu mengungkapkan pikiran dan gagasan dengan baik,

Page 4: PENDAHULUAN Latar Belakang - umpalangkaraya.ac.id fileDewasa ini, telah banyak ditemukan oleh para ahli teori dan metode pembelajaran yang baik, akan tetapi tidaklah semua teori dan

4

sehingga siswa menjadi enggan untuk berbicara menuangkan ide kreatifnya.

Selain itu, guru hanya menggunakan metode ceramah dalam proses

pembelajaran. Selain itu, hasil belajar Bahasa Indonesia peserta didik rendah.

22 orang peserta didik 62,8 % mendapat nilai di bawah KKM, sedangkan 13

orang peserta didik 37,2 % mendapat nilai di atas KKM. Nilai KKM untuk

mata pelajaran Bahasa Indonesia 70.

Berdasarkan uraian di atas peneliti mencoba melakukan penelitian

dengan mengangkat judul penelitian: “Perbedaan Kemampuan Berbicara

Peserta Didik Kelas IV SDN-9 Menteng Palangkaraya Dilihat Dari Model

Student Facilitator And Explaining dan Model Advokasi Tahun Pelajaran

2013/2014”.

Penelitian ini penting karena ingin mengetahui fenomena nyata di

lapangan saat diterapkan model Student Facilitator And Explaining dengan

model Advokasi pada mata pelajaran Bahasa Indonesia peserta didik ada

perbedaan. Alasan peneliti memilih model pembelajaran Student Facilitator

And Explaining karena mudah diterapkan dalam pembelajaran, tidak

memerlukan waktu yang lama dan pembelajaran menjadi lebih menarik.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, beberapa masalah yang dapat

diidentifikasikan sebagai berikut:

1. Peserta didik mengalami hambatan ketika mereka diberikan tugas oleh

guru untuk mengemukakan pendapat di depan kelas.

2. Peserta didik mengalami kesulitan dalam mengungkapkan ide.

Page 5: PENDAHULUAN Latar Belakang - umpalangkaraya.ac.id fileDewasa ini, telah banyak ditemukan oleh para ahli teori dan metode pembelajaran yang baik, akan tetapi tidaklah semua teori dan

5

3. Peserta didik kurang menguasai materi yang diberikan oleh guru

4. Peserta didik kurang membiasakan diri untuk berbicara di depan umum.

5. Peserta didik kurang rasa percaya diri,

6. Guru hanya menggunakan metode ceramah dalam proses pembelajaran.

C. Batasan Masalah

Agar memperoleh kejelasan masalah yang diteliti dan tidak terjadi

perluasan masalah maka penelitian ini dibatasi pada:

1. Materi pelajaran difokuskan pada sub pokok bahasan membuat pantun.

2. Peserta didik yang diteliti adalah kelas IV SDN-9 Menteng Palangkaraya

tahun pelajaran 2013/2014.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah yang telah

diuraikan sebelumnya di atas, maka masalah yang akan diteliti

dirumuskan sebagai berikut: “Apakah ada perbedaan kemampuan berbicara

peserta didik kelas IV SDN-9 Menteng Palangkaraya dilihat dari Model

Student Facilitator And Explaining dengan Model Advokasi tahun pelajaran

2013/2014 ?”

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada rumusan masalah maka tujuan yang ingin dicapai

dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ada atau tidak perbedaan

kemampuan berbicara peserta didik kelas IV SDN-9 Menteng Palangkaraya

dilihat dari Model Student Facilitator And Explaining dengan Model

Advokasi tahun pelajaran 2013/2014.

Page 6: PENDAHULUAN Latar Belakang - umpalangkaraya.ac.id fileDewasa ini, telah banyak ditemukan oleh para ahli teori dan metode pembelajaran yang baik, akan tetapi tidaklah semua teori dan

6

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini yaitu:

1. Manfaat Teoretis

Untuk menambah ilmu pengetahuan tentang model pembelajaran

yang efektif untuk diterapkan dalam proses pembelajaran.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Kepala Sekolah, dapat memberikan sumbangan pikiran untuk

memperbaiki proses pembelajaran yang dilakukan guru agar menjadi

lebih baik untuk meningkatkan kemampuan berbicara peserta didik.

b. Bagi Guru, untuk memberikan masukan pikiran dalam memilih model

pembelajaran yang efektif untuk diterapkan untuk meningkatkan

kemampuan berbicara peserta didik.

c. Bagi Peneliti selanjutnya, dapat dijadikan dasar awal permasalahan

untuk diteliti lebih lanjut.

Page 7: PENDAHULUAN Latar Belakang - umpalangkaraya.ac.id fileDewasa ini, telah banyak ditemukan oleh para ahli teori dan metode pembelajaran yang baik, akan tetapi tidaklah semua teori dan

7

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Analisis Teoretis

1. Kemampuan Berbicara

a. Pengertian Kemampuan Berbicara

Penguasaan teori berbicara bukanlah tujuan utama dalam

pembelajaran berbicara. Hal terpenting dalam pembelajaran berbicara

adalah siswa mampu berbicara sesuai dengan konteks. Pembelajaran

berbicara harus berorientasi pada aspek penggunaan bahasa, bukan pada

aturan pemakaiannya. Menurut Pageyasa (2004:43) bahwa

“keterampilan berbicara adalah kemampuan mengungkapkan pendapat

atau pikiran dan perasaan kepada seseorang atau sekelompok orang

secara lisan baik berhadapan ataupun dengan jarak jauh”.

Adapun Utari dan Nababan (2006:45) menyatakan bahwa

“kemampuan berbicara adalah pengetahuan bentuk-bentuk bahasa dan

makna-makna bahasa tersebut, dan kemampuan untuk menggunakannya

pada saat kapan dan kepada siapa”. Sementara itu, Ibrahim (2007:36)

memberikan pengertian bahwa “kemampuan berbicara adalah

kemampuan bertutur dan menggunakan bahasa sesuai dengan fungsi,

situasi, serta norma-norma berbahasa dalam masyarakat yang

sebenarnya”.

7

Page 8: PENDAHULUAN Latar Belakang - umpalangkaraya.ac.id fileDewasa ini, telah banyak ditemukan oleh para ahli teori dan metode pembelajaran yang baik, akan tetapi tidaklah semua teori dan

8

Kompetensi komunikatif sebagai inti dari pengajaran berbicara

juga berhubungan dengan kemampuan sosial dan menginterpretasikan

bentuk-bentuk linguistik. Para peserta didik tentu sudah memiliki

pengetahuan sebagai modal dasar dalam bertutur karena peserta didik

berada dalam suatu lingkungan sosial yang menuntutnya untuk paham

kode linguistik.

Pengertian lebih lanjut dikemukakan Moris (Novia, 2004:67) yang

menyatakan bahwa “kemampuan berbicara merupakan kemampuan

menggunakan alat komunikasi yang alami antara anggota masyarakat

untuk mengungkapkan pikiran dan sebagai sebuah bentuk tingkah laku

sosial”.

Berdasarkan beberapa pengertian para ahli yang dikemukakan di

atas, maka dapat disimpulkan pengertian dalam penelitian ini bahwa

kemampuan berbicara adalah kemampuan mengungkapkan pendapat

atau pikiran dan perasaan kepada seseorang atau sekelompok orang

secara lisan, baik berhadapan ataupun dengan jarak jauh dengan

menggunakan kalimat yang sesuai dengan fungsi, situasi, serta norma-

norma berbahasa dalam masyarakat yang sebenarnya.

Menurut Samsuri dan Sadtono (2009:34) bahwa keterampilan

berbicara dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar,

diarahkan agar peserta didik memiliki kemampuan untuk:

1) Berpragmatik secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku secara lisan;

2) Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara;

Page 9: PENDAHULUAN Latar Belakang - umpalangkaraya.ac.id fileDewasa ini, telah banyak ditemukan oleh para ahli teori dan metode pembelajaran yang baik, akan tetapi tidaklah semua teori dan

9

3) Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan;

4) Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Berbicara

Kemampuan berbicara adalah kemampuan kita untuk

berkomunikasi dengan orang lain, baik ketika ngobrol, presentasi,

menyampaikan pendapat, eyel-eyelan (baca: berdebat) ataupun kegiatan

lainnya. Kemampuan berbicara identik dengan penggunaan bahasa lisan

yang tepat, sehingga pendengar dapat mengerti apa yang kita sampaikan.

Selain itu, sikap dan pengetahuan menentukan waktu yang tepat untuk

berbicara mendukung keberhasilan kita dalam berbicara.

Kemampuan berbicara dan bahasa anak erat kaitannya dengan

kemampuan mendengar anak. Perkembangan bicara anak memerlukan

pembinaan secara intensif, sesuai dengan taraf perkembangan fisik dan

psikis yang lain. Kemampuan bahasa anak akan maksimal jika mendapat

umpan balik yaitu mengontrol suara dan ucapannya sendiri melalui

pendengarannya. Umpan balik yang mereka peroleh untuk mengontrol

bicaranya hanya diperoleh secara visual, kinestetik dan gerak.

Menurut Sadjaah dan Sukarja (2005:114) bahwa “perkembangan

bahasa seseorang tak dapat lepas dari pengaruh berbagai faktor.

Perkembangan bahasa dan bicara hanya akan berjalan dengan baik dan

lancar bila didukung oleh faktor kesiapan atau kematangan”. Lanjut

Sadjaah dan Sukarja menyatakan bahwa “Faktor-faktor yang

Page 10: PENDAHULUAN Latar Belakang - umpalangkaraya.ac.id fileDewasa ini, telah banyak ditemukan oleh para ahli teori dan metode pembelajaran yang baik, akan tetapi tidaklah semua teori dan

10

mempe¬ngaruhi adanya kesiapan adalah faktor psikologis, faktor

fisiologis, dan faktor lingkungan”.

c. Melatih Kemampuan Berbicara

Tak hanya penampilan yang baik, seorang juga harus mempunyai

kemampuan berbicara yang baik. Setiap peserta didik sebenarnya

memiliki kemampuan tersebut, asalkan peserta didik tersebut mau

belajar. Bagaimana cara melatihnya? Oetomo (2008:1-2) menguraikan

“cara melatih kemampuan berbicara berdasarkan tingkat atau teknik

berbicara yaitu: 1) teknik berbicara yang baik, 2) teknik berbicara di

depan umum, 3) teknik berbicara profesional, dan 4) teknik membuka

dan menutup pembicaraan”.

2. Model Pembelajaran

a. Pengertian Model Pembelajaran

Model pembelajaran merupakan bentuk pembelajaran yang

tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru.

Model pembelajaran diartikan sebagai suatu rencana mengajar yang

memperlihatkan pola pembelajaran tertentu, dalam pola tersebut dapat

terlihat kegiatan guru dan siswa, sumber belajar yang digunakan di

dalam mewujudkan kondisi belajar atau sistem lingkungan yang

memungkinkan siswa mampu belajar. Model pembelajaran merupakan

kerangka berpikir yang dipakai sebagai panduan untuk melaksanakan

kegiatan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran (Anita, 2009).

Page 11: PENDAHULUAN Latar Belakang - umpalangkaraya.ac.id fileDewasa ini, telah banyak ditemukan oleh para ahli teori dan metode pembelajaran yang baik, akan tetapi tidaklah semua teori dan

11

b. Macam-macam Model Pembelajaran

Menurut Suhardjono (2012:1), macam-macam model pembelajaran

yaitu:

1) Koperatif (CL, Cooperative Learning). 2) Kontekstual (CTL, Contextual Teaching and Learning) 3) Realistik (RME, Realistic Mathematics Education) 4) Pembelajaran Langsung (DL, Direct Learning) 5) Pembelajaran Berbasis masalah (PBL, Problem Based

Learning) 6) Problem Solving 7) Problem Posing 8) Problem Terbuka (OE, Open Ended) 9) Probing-prompting 10) Pembelajaran Bersiklus (cycle learning) 11) Reciprocal Learning 12) SAVI 13) TGT (Teams Games Tournament) 14) VAK (Visualization, Auditory, Kinestetic) 15) AIR (Auditory, Intellectualy, Repetition 16) TAI (Team Assisted Individualy) 17) STAD (Student Teams Achievement Division 18) NHT (Numbered Head Together) 19) Jigsaw 20) TPS (Think Pairs Share) 21) GI (Group Investigation) 22) MEA (Means-Ends Analysis) 23) CPS (Creative Problem Solving) 24) TTW (Think Talk Write) 25) TS-TS (Two Stay – Two Stray) 26) CORE (Connecting, Organizing, Refleting, Extending) 27) SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review) 28) MID (Meaningful Instructionnal Design) 29) KUASAI 30) CRI (Certainly of Response Index) 31) DLPS (Double Loop Problem Solving) 32) DMR (Diskursus Multy Reprecentacy) 33) CIRC (Cooperative, Integrated, Reading, and Composition) 34) IOC (Inside Outside Circle) 35) Tari Bambu 36) Artikulasi 37) Debate 38) Role Playing 39) Talking Stick

Page 12: PENDAHULUAN Latar Belakang - umpalangkaraya.ac.id fileDewasa ini, telah banyak ditemukan oleh para ahli teori dan metode pembelajaran yang baik, akan tetapi tidaklah semua teori dan

12

40) Snowball Throwing 41) Student Facilitator and Explaining 42) Course Review Horay 43) Demostration 44) Explicit Instruction 45) Scramble 46) Pair Checks 47) Make-A Match 48) Mind Mapping 49) Examples Non Examples 50) Picture and Picture 51) Cooperative Script 52) LAPS-Heuristik 53) Improve 54) Generatif 55) Circuit Learning 56) Complette Sentence 57) Concept Sentence 58) Time Token 59) Take and Give 60) Superitem 61) Hibrid 62) Treffinger 63) Kumon 64) Quantum

3. Model Student Facilitator And Explaining

a. Pengertian Model Student Facilitator And Explaining

Menurut Suprijono (2013:128), bahwa “Model Student

Facilitator and Explaining (bermain peran) adalah merupakan

pembelajaran dimana peserta didik belajar mempresentasikan ide atau

pendapat pada rekan peserta didik lainnya”.

Model Student Facilitator and Explaining (bermain peran)

dilakukan dengan cara penguasaan peserta didik terhadap bahan-bahan

pembelajaran melalui imajinasi dan penghayatan yang dilakukan

peserta didik. Pengembangan imajinasi dan penghayatan yang

Page 13: PENDAHULUAN Latar Belakang - umpalangkaraya.ac.id fileDewasa ini, telah banyak ditemukan oleh para ahli teori dan metode pembelajaran yang baik, akan tetapi tidaklah semua teori dan

13

dilakukan peserta didik dengan memerankan sebagai tokoh baik pada

benda hidup atau benda mati. Model ini dapat dilakukan secara individu

atupun secara kelompok. Oleh karenanya, model ini dapat

meningkatkan motivasi belajar, antusias, keaktifan dan rasa senang

dalam belajar peserta didik.

Salah satu metode yang digunakan untuk meningkatkan

motivasi belajar yang mempengaruhi keaktifan belajar peserta didik

yaitu dengan menggunakan model Student Facilitator and Explaining.

Dengan menggunakan metode ini dapat mempunyai nilai tambah yaitu

(1) dapat dijamin jika seluruh peserta didik dapat berpartisipasi dan

mempunyai kesempatan untuk menunjukkan kemampuan dalam bekerja

sama hingga berhasil. (2) dapat menambah pengalaman belajar yang

menyenangkan bagi peserta didik. (Prasetyo, 2001:21 dalam Sholefatul

Jannah). Oleh karenanya, dengan menggunakan model ini sangat cocok

jika digunakan dalam pembelajaran bahasa dengan bermain peran dapat

meningkatkan kemampuan berbicara, keterampilan menyimak,

keterampilan pemahaman pada teks bacaan, dan keterampilan seni

dalam memerankan seorang tokoh sesuai konteks bacaan.

b. Manfaat Model Student Facilitator and Explaining

Menurut Suprijono (2013:128), setiap metode pembelajaran yang

akan dipergunakan dalam proses belajar mengajar tentu ada manfaat

yang dapat diterima peserta didik. Manfaat Model Student Facilitator

and Explaining antara lain:

Page 14: PENDAHULUAN Latar Belakang - umpalangkaraya.ac.id fileDewasa ini, telah banyak ditemukan oleh para ahli teori dan metode pembelajaran yang baik, akan tetapi tidaklah semua teori dan

14

1) Para peserta didik dapat menggunakan waktu yang lebih banyak untuk mengerjakan tugasnya dan untuk mendengarkan satu sama lain. Sehingga pemahaman materi pembelajaran lebih dipahami hal ini dapat terlihat banyaknya siswa yang akan mengangkat tangan untuk menjawab pertanyaan dengan pasangannya.

2) Guru mempunyai waktu yang lebih banyak untuk berfikir dan berkonsentrasi mendengarkan jawaban peserta didik, disamping dapat dengan seksama mengamati reaksi peserta didik, dan mengajukan pertanyaan yang lebih detil.

c. Langkah-langkah Model Pembelajaran Student Facilitator and

Explaining

Menurut Suprijono (2013:128), langkah-langkah model

pembelajaran student facilitator and explaining yaitu:

Diawali oleh guru memberikan pemahaman awal dan penguasaan bahan guna memberikan cakrawala berfikir tentang penghayatan dan penguasaan imajinasi bagaimana cara memerankan seorang tokoh sesuai teks yang sudah disediakan. Dengan demikian, komunikasi verbal yang ingin disampaikan kepada siswa untuk meningkatkan kemampuan berbicara dapat terealisasi dengan baik.

Begitu pentingnya pengetahuan awal yang harus diberikan

kepada siswa untuk dapat menggabungkan antara pengetahuan yang

sebelumnya di miliki siswa dengan pengetahuan baru yang akan

diterimanya. Menurut Nur (2005:10), hal ini dapat memperkaya

memori peserta didik yang disimpannya yaitu:

1) Guru memberikan penjelasan tetang hal-hal yang harus diperhatikan dalam bermain peran ini utamanya pada aspek penjiwaan atau ekspresi, vocal, gaya, kerja sama dalam melakukan peran.

2) Guru memberikan keleluasaan berfikir bagi siswa untuk mengadakan pengamatan dan penilaian terhadap kelompok yang tampil. Dalam hal ini dapat dilakukan dengan melakukan kegiatan diskusi dengan kelompoknya.

Page 15: PENDAHULUAN Latar Belakang - umpalangkaraya.ac.id fileDewasa ini, telah banyak ditemukan oleh para ahli teori dan metode pembelajaran yang baik, akan tetapi tidaklah semua teori dan

15

Dengan hasil pengamatan dan penilaian tersebut diharapkan

peserta didik dapat mengungkapkan ide dan gagasannya untuk

meningkatkan kemampuan berbicara tentang hal-hal yang ada dalam

materi pembelajaran yang telah dibacanya. Kemampuan berbicara

siswa dapat dilihat pada aspek kebahasaan dan aspek non

kebahasaan. Aspek kebahasaan mencakup intonasi, jeda, pilihan

kata/diksi, struktur kalimat. Aspek non kebahasaan antara lain

keberanian, kelancaran, ekspresi/ mimik.

d. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Student

Facilitator and Explaining

Setiap metode atau model pembelajaran tentunya sama-sama

memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Nur (2005:10),

menyatakan kelebihan dan kekurangan model Student Facilitator and

Explaining adalah:

1) Kelebihan

a) Dapat meningkatkan pencurahan waktu pada tugas. Karena

peserta didik dituntut menggunakan waktunya untuk

mengerjakan tugas-tugas atau permasalahan yang diberikan

oleh guru di awal pertemuan. Dengan demikian, diharapkan

peserta didik mampu memahami materi dengan baik sebelum

guru menyampaikan pada pertemuan selanjutnya.

b) Dapat memperbaiki kehadiran, karena tugas yang diberikan

oleh guru pada setiap pertemuan melibatkan peserta didik

secara aktif. Oleh sebab itu, bagi peserta didik yang sekali

tidak hadir akan dalam pertemuan ditekan untuk hadir pada

pertemuan berikutnya terkait dengan tugas yang telah ia

terima sebelumnya.

c) Dapat memotivasi peserta didik untuk selalu meningkatkan

volume belajarnya.

Page 16: PENDAHULUAN Latar Belakang - umpalangkaraya.ac.id fileDewasa ini, telah banyak ditemukan oleh para ahli teori dan metode pembelajaran yang baik, akan tetapi tidaklah semua teori dan

16

d) Dapat melibatkan peserta didik secara aktif dalam proses

belajar mengajar dalam kelas.

Dari kelebihan model Student Facilitator and Explaining dapat

disimpulkan bahwa pada tahap akhir guru hanya sebagai fasilitator

serta daya serap pembelajaran yang diterima peserta didik lebih

banyak dan cepat, dibandingkan dengan metode lain, karena pada

metode yang lain peserta didik yang aktif dalam kelas hanya

peserta didik tertentu atau pada peserta didik yang rajin saja,

sedangkan peserta didik yang lain hanyalah “pendengar” pada

materi yang disampaikan guru.

2) Kelemahan a) Membutuhkan koordinasi secara bersamaan dari berbagai

aktifitas. b) Membutuhkan perhatian khusus dalam penggunaan ruang

kelas. c) Peralihan dari secara klasikal ke kelompok kecil dapat

menyita waktu pengajaran. Oleh karena itu, guru harus dapat membuat perencanaan yang seksama sehingga dapat meminimalkan waktu tang tersedia.

d. Hambatan dalam model Student Facilitator and Explaining

Menurut Nur (2005:10), hambatan yang ditemukan selama proses

pembelajaran Student Facilitator and Explaining antara lain:

1) Pada peserta didik. a) Peserta didik yang pasif dapat mengganggu teman-temannya,

atau peserta didik yang seharusnya menyelesaikan soal dengan cara berdiskusi bersama kelompoknya kadang dimanfaatkan untuk berbicara diluar materi pelajaran.

b) Peserta didik yang kurang aktif sering menggantungkan kepada teman yang aktif.

c) Kelas yang jumlah peserta didik banyak dapat berpengaruh pada saat pelaksanaan pembelajaran.

Page 17: PENDAHULUAN Latar Belakang - umpalangkaraya.ac.id fileDewasa ini, telah banyak ditemukan oleh para ahli teori dan metode pembelajaran yang baik, akan tetapi tidaklah semua teori dan

17

d) Jumlah peserta didik yang ganjil berdampak pada pembentukan kelompok. Hal ini memperlambat pada proses pelaksanaan. Karena setelah pasangan yang lain selesai pada tahap akhir.

2) Pada Guru

a) Kesulitan mengatur waktu yang sesuai dengan perencanaan, disaat ada peserta didik yang mengulur-ulur waktu dengan alasan pekerjaan belum selesai. Oleh karena itu, diperlukan guru untuk sering mendatangi masing-masing kelompok untuk mengecek kesiapannya.

b) Guru memberikan point pada peserta didik yang sering bertanya, atau memberikan sanggahan saat proses berlangsung.

3. Model Pembelajaran Advokasi

a. Pengertian Model Pembelajaran Advokasi

Menurut Hamalik (2008:228) “Model Pengajaran Advokasi

adalah suatu proses debat, dimana peserta didik dituntut untuk

menjadi advokat dari pendapat tertentu yang bertalian dengan topik

yang tersedia. Sehingga semua peserta didik dapat berpartisipasi dan

berperan aktif dalam proses belajar mengajar berlangsung”.

Sementara itu menurut Syaifurrahman (2010), model pembelajaran

advokasi yaitu:

Model Pembelajaran Advokasi merupakan pembelajaran yang

berpusat pada peserta didik (student-centered advocacy learning)

sering diidentikkan dengan proses debat. Pembelajaran advokasi

dipandang sebagai suatu pendekatan alternatif terhadap pengajaran

didaktis di dalam kelas yang memberikan kesempatan kepada peserta

didik untuk mempelajari isu-isu sosial dan personal melalui

keterlibatan langsung dan partisipasi pribadi. Model pembelajaran

advokasi menuntut para peserta didik terfokus pada topik yang telah

ditentukan sebelumnya dan mengajukan pendapat yang bertalian

dengan topik tersebut

Page 18: PENDAHULUAN Latar Belakang - umpalangkaraya.ac.id fileDewasa ini, telah banyak ditemukan oleh para ahli teori dan metode pembelajaran yang baik, akan tetapi tidaklah semua teori dan

18

Jadi, model pembelajaran advokasi atau debat yaitu metode

debat juga merupakan salah satu metode pembelajaran yang sangat

penting untuk meningkatkan kemampuan akademik peserta didik.

Materi ajar dipilih dan disusun menjadi paket pro dan kontra. Peserta

didik dibagi ke dalam beberapa kelompok dan setiap kelompok terdiri

dari empat orang.

b. Tujuan Model Pembelajaran Advokasi (Proses Debat)

Menurut Mawarningsih (2011), bahwa “tujuan model

pembelajaran advokasi yaitu membuat pembelajaran yang menarik

dan sekaligus mengaktifkan proses pembelajaran”. Adapun menurut

Febrina (2010), bahwa “pembelajaran debat dapat menimbulkan

interaksi positif di dalam kelas dan menarik untuk peserta didik yang

melaksanakannya”. Selanjutnya Nia (2009), mengatakan bahwa

“Metode debat merupakan salah satu metode pembelajaran yang

sangat penting untuk meningkatkan kemampuan akademik peserta

didik”.

Jadi, tujuan model pembelajaran debat yaitu meningkatkan

kemampuan akademik, mengaktifkan proses pembelajaran, dan

menarik minat peserta didik.

c. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Model Pembelajaran

Advokasi (Proses Debat)

Menurut Istarani (2011) kelebihan model pembelajaran

advokasi (proses debat) adalah:

Page 19: PENDAHULUAN Latar Belakang - umpalangkaraya.ac.id fileDewasa ini, telah banyak ditemukan oleh para ahli teori dan metode pembelajaran yang baik, akan tetapi tidaklah semua teori dan

19

1) Dapat meningkatkan daya kritis peserta didik dalam berpikir 2) Dapat meningkatkan kemampuan peserta didik untuk

menyampaikan pendapat di depan orang banyak 3) Dapat meningkatkan kemampuan peserta didik untuk mengetahui

pola pikir orang lain yang tidak sesuai dengannya 4) Dapat menggali ide-ide atau gagasan cemerlang dari peserta didik 5) Dapat melatih peserta didik untuk hidup harmonis dengan orang

yang berseberangan dengannya

Jadi, kelebihan model pembelajaran debat yaitu melatih peserta

didik untuk percaya diri, berani mengajukan pendapat, dan berpikir

kritis. Sementara itu menurut Istarani (2011), kelemahan model

pembelajaran advokasi (proses debat) adalah:

1) Bahan dari topik yang dibicarakan kurang lengkap 2) Masalah yang diperdebatkan kurang esensial atau bisa lari dari

topik yang dibahas 3) Perselisihan pendapat sering tidak berkesudahan 4) Dalam berbicara didominasi oleh beberapa orang saja 5) Tumbuhnya sikap egoism dari peserta didik 6) Sulit untuk mengambil kesimpulan dari hasil pembelajaran

Jadi, kelemahan model debat yaitu terjadi adu mulut karena

adanya perbedaan pendapat dan memerlukan waktu yang lama.

d. Langkah-langkah Pembelajaran Advokasi

Menurut Hamalik (2008), belajar advokasi berdasarkan berbagai

prinsip belajar yakni:

1) Ketika peserta didik terlibat langsung dalam penelitian dan penyajian debat, ke akuannya lebih banyak ikut serta dalam proses belajar mengajar di bandingkan dengan situasi ceramah tradisional

2) Proses debat meningkatkan minat dan motivasi belajar peserta didik karena hakikat debat itu sendiri.

3) Para peserta didik terfokus pada suatu isu yang berkenaan dengan diri mereka kadang-kadang yang berkenan dengan masyarakat luas dan isu-isu sosial personal

4) Pada umumnya peserta didik akan lebih banyak belajar mengenai topik-topik lainnya bila mereka dilibatkan langsung dalam pengalaman debat.

Page 20: PENDAHULUAN Latar Belakang - umpalangkaraya.ac.id fileDewasa ini, telah banyak ditemukan oleh para ahli teori dan metode pembelajaran yang baik, akan tetapi tidaklah semua teori dan

20

5) Proses debat memperkuat penyimpangan terhadap komponen-komponen dasar suatu isu dan prinsip-prinsip argumentasi efektis.

6) Belajar advokasi dapat digunakan baik belajar di sekolah dasar maupun belajar di sekolah lanjutan berdasarkan tingkatan peserta didik, model ini dapat diperluas atau disederhanakan pelaksanaannya

7) Pendekatan instruksional belajar advokasi mengembangkan keterampilan-keterampilan dalam logika, pemecahan masalah, berpikir kritis, serta komunikasi lisan maupun tulisan. Menurut Istarani (2011), langkah-langkah dasar pelaksanaan

advokasi sebagai berikut:

1) Memilih suatu topik debat berdasarkan pertimbangan aspek kebermaknaannya, tingkatan peserta didik, relevansinya dengan kurikulum, dan minat para peserta didik

2) Memilih dua regu debat, masing-masing dua peserta didik tiap regu untuk tiap topik dan menjelaskan fungsi tiap regu kepada kelas

3) Menyediakan petunjuk dan esistensi kepada peserta didik untuk membentuk menyiapkan debat

4) Dalam pelaksanaan debat, para audience melakukan fungsi observasi khusus selama berlangsungnya debat.

5) Tempatkan dua hingga empat kursi (tergantung jumlah dari sub kelompok yang dibuat untuk tiap pihak), bagi para juru bicara dari pihak pro dalam posisi berhadapan dengan jumlah kursi yang sama bagi juru bicara dari pihak kontra. Sehingga susunannya akan tampak seperti gambar berikut ini:

Gambar 1. Langkah-langkah Dasar Pembelajaran Advokasi

6) Setelah semua peserta didik mendengarkan argumen pembuka,

hentikan debat dan minta mereka kembali ke sub kelompok awal mereka. Perintahkan sub-sub kelompok untuk menyusun strategi

Guru

Regu Pro

Regu Kontra

X

X

X

X

X

X

Page 21: PENDAHULUAN Latar Belakang - umpalangkaraya.ac.id fileDewasa ini, telah banyak ditemukan oleh para ahli teori dan metode pembelajaran yang baik, akan tetapi tidaklah semua teori dan

21

dalam rangka mengkomentari argumen pembuka dari pihak lawan, sekali lagi, Perintahkan sub kelompok memilih juru bicara, akan lebih baik bila menggunakan orang baru.

7) Perintahkan para juru bicara yang duduk berhadapan untuk memberikan argumentasi tandingan. Dan ketika debat berlanjut (pastikan untuk menyelang-nyeling antara kedua belah pihak), anjurkan peserta lain untuk memberikan catatan yang memuat argumen argumen atau bantahan kepada perdebatan mereka. Juga, anjurkan mereka untuk memberi tepuk tangan atas argumen yang disampaikan oleh perwakilan tim debat mereka.

8) Pada saat debat berakhir, usahakan agar tidak menyebut pemenangnya, dan Perintahkan peserta didik untuk kembali berkumpul membentuk satu lingkaran. Pastikan untuk mengumpulkan peserta didik dengan duduk bersebelahan dengan peserta didik yang berasal dari pihak lawan debatnya, lakukan diskusi dalam satu kelas penuh tentang apa yang didapatkan oleh peserta didik dari persoalan yang telah diperdebatkan. Juga perintahkanlah peserta didik untuk menggali apa yang menurut mereka merupakan argumen terbaik yang dikemukakan oleh kedua belah pihak.

Dalam model pembelajaran ini ada suatu peraturan atau suatu

keharusan bagi masing-masing kelompok untuk menyampaikan

alasannya mengapa kelompoknya setuju atau tidak setuju dengan

suatu permasalahan. Dengan kata lain tidak dibenarkan suatu

kelompok untuk mengatakan setuju, tetapi tidak memiliki

argumentasi atau alasan mengapa mereka setuju, begitu juga

sebaliknya.

B. Penelitian yang Relevan

Berdasarkan hasil penelitian Indarti (2012), disimpulkan bahwa:

Model pembelajaran Studen Facilitator anda Explaining dengan advokasi

terdapat perbedaan. Diperoleh thitung > ttabel atau 2,948 > 1,6375.

Page 22: PENDAHULUAN Latar Belakang - umpalangkaraya.ac.id fileDewasa ini, telah banyak ditemukan oleh para ahli teori dan metode pembelajaran yang baik, akan tetapi tidaklah semua teori dan

22

C. Kerangka Berpikir

Tujuan pembelajaran berbicara yang diharapkan adalah agar siswa mampu

mengungkapkan gagasan, pendapat, dan pengetahuan secara lisan, serta

memiliki kegemaran berbicara kritis dan kreatif. Secara umum tujuan

pembelajaran keterampilan berbicara yaitu peserta didik mampu

mengomunikasikan ide atau gagasan, dan pendapat, secara lisan ataupun

sebagai kegiatan mengekspresikan ilmu pengetahuan, pengalaman hidup, ide,

dan lain sebagainya. Dengan belajar berbicara, diharapkan siswa tidak hanya

dapat mengembangkan kemampuan dalam melisankan ide atau gagasan yang

dimiliki, tetapi peserta didik diharapkan mampu mempertanggungjawabkan

gagasannya. Peserta didik juga harus dapat menyusun, pengungkapan bahasa

secara benar dan baik, sehingga gagasan yang dilisankan menjadi suatu

tuturan yang utuh.

Berbicara adalah salah satu keterampilan berbahasa, selain keterampilan

mendengarkan, menulis, dan membaca. Dibandingkan dengan keterampilan

berbahasa yang lain, keterampilan berbicara lebih sulit dikuasai bahkan oleh

penutur asli bahasa tersebut. Hal itu disebabkan keterampilan berbicara

menghendaki penguasaan secara spesifik untuk mengungkapkan ide atau

gagasan yang kritis dan kreatif, serta harus menguasai lambang-lambang

bunyi. Dalam keterampilan berbicara seseorang harus memperhatikan unsur

situasi atau konteks, dan paralinguistik yang nantinya sangat membantu proses

komunikasi. Kelancaran proses komunikasi dalam suatu ujaran bergantung

pada bahasa atau lambang-lambang bunyi. Agar peserta didik dapat

Page 23: PENDAHULUAN Latar Belakang - umpalangkaraya.ac.id fileDewasa ini, telah banyak ditemukan oleh para ahli teori dan metode pembelajaran yang baik, akan tetapi tidaklah semua teori dan

23

berkomunikasi dengan baik, pembicara hendaklah menuangkan gagasannya

kedalam bahasa yang tepat dan jelas.

Ada empat unsur yang harus dikuasai oleh seorang pembicara, yaitu unsur

psikologis, linguistik, situasi atau konteks, dan pemahaman ide yang akan

diujarkan. Unsur psikologis berkaitan dengan kondisi batin pembicara

(keberanian), linguistik berkaitan dengan penguasaan bahasa yang dikuasi

pembicara, situasi atau konteks berkaitan dengan keadaan yang ada disekitar

pembicara, pemahaman ide berkaitan dengan penguasaan bahan pembicaraan

oleh pemateri.

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan kebenaran sementara yang perlu diuji

kebenarannya. Oleh karena itu, hipotesis berfungsi sebagai kemungkinan

menguji kebenarannya suatu teori. Jika hipotesis sudah diuji dan dibuktikan

kebenarannya maka hipotesis tersebut menjadi suatu teori. Jadi, sebuah

hipotesis diturunkan dari suatu teori yang sudah ada. Kemudian diuji

kebenarannya dan pada akhirnya memunculkan teori baru. Menurut Iskandar

(2008:57), “hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah

penelitian”.

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas maka

dirumuskan hipotesis penelitian yaitu “ada perbedaan kemampuan berbicara

peserta didik kelas IV SDN-9 Menteng Palangkaraya dilihat dari Model

Student Facilitator And Explaining dengan Model Advokasi Tahun Pelajaran

2013/2014”.

Page 24: PENDAHULUAN Latar Belakang - umpalangkaraya.ac.id fileDewasa ini, telah banyak ditemukan oleh para ahli teori dan metode pembelajaran yang baik, akan tetapi tidaklah semua teori dan

24

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan mulai dari dari bulan Januari sampai

dengan bulan Juni tahun 2014. Rancangan observasi ini dapat dilihat pada

tabel berikut:

Tabel 1 Jadwal Penelitian

No Kegiatan Januari Februari Maret April Mei Juni

1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 A. Tahap persiapan

1 Penyusunan proposal

x x x x x

2 Seminar proposal

x

3 Revisi proposal x x B. Pelaksanaan Penelitian

1 Pembimbingan x x x 2 Melakukan

Penelitian Lapangan

x x x x x x x

3 Menganalisis data

x x

C. Pelaporan Hasil Penelitian 1 Penyusunan

skripsi x x x x x

2 Ujian skripsi x 3 Revisi skripsi x x

2. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SDN-9 Menteng Palangka Raya.

Tempat tersebut dipilih berdasarkan fenomena yang tergambar pada latar

belakang permasalahan yang diangkat.

B. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode eksperimen karena

24

Page 25: PENDAHULUAN Latar Belakang - umpalangkaraya.ac.id fileDewasa ini, telah banyak ditemukan oleh para ahli teori dan metode pembelajaran yang baik, akan tetapi tidaklah semua teori dan

25

penelitian ini merupakan suatu metode yang sistematis dan logis untuk

menjawab pertanyaan-pertanyaan. Menurut Mardalis (2004:26), “penelitian

eksperimen bertujuan untuk menjelaskan apa-apa yang terjadi bila variabel-

variabel tertentu dimanipulasi secara tertentu”. Sementara itu menurut

Margono (2003:110) “penelitian eksperimen menggunakan suatu percobaan

yang dirancang secara khusus guna membangkitkan data yang diperlukan

untuk menjawab pertanyaan penelitian”.

Berdasarkan pendapat ahli di atas dapat diketahui bahwa metode

eksperimen adalah suatu penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan atau

menguji hubungan sebab-akibat untuk membangkitkan data yang diperlukan

untuk menjawab pertanyaan di antara variabel-variabel yang diteliti.

Adapun desain eksperimen menurut Arikunto (2006:210), yang

digunakan dalam penelitian ini adalah digambarkan sebagai berikut:

Kelompok

Eksperimen I

T0 X T1

Kelompok

Eksperimen II

T0 - T1

Keterangan:

T0 = Pretest/ tes kemampuan awal

X = Pemberian perlakuan

T1 = Posttest / tes kemampuan akhir

Data yang dikumpulkan mula-mula disusun dan diadakan

percobaan/perlakuan kemudian di analisis. Dengan langkah-langkahnya

sebagai berikut:

Page 26: PENDAHULUAN Latar Belakang - umpalangkaraya.ac.id fileDewasa ini, telah banyak ditemukan oleh para ahli teori dan metode pembelajaran yang baik, akan tetapi tidaklah semua teori dan

26

1. Menentukan kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II

2. Melakukan pemberian tes diawal pembelajaran (pretest) di kelas

eksperimen dan kelas eksperimen II.

3. Pemberian perlakuan kepada kelas eksperimen I (menggunakan metode

kerja kelompok) sedangkan kelas eksperimen II (menggunakan metode

penugasan).

4. Pemberian test di akhir pembelajaran (posttest) baik di kelas eksperimen

I maupun di kelas eksperimen II.

Menurut Margono (2003:10), bahwa “kelas eksperimen merupakan

kelompok eksperimen dikenakan perlakuan-perlakuan tertentu dengan

kondisi-kondisi yang dapat dikontrol”.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi Penelitian

Populasi merupakan merupakan seluruh objek penelitian . Menurut

Sukardi (2003:53), “populasi pada prinsipnya adalah semua anggota

kelompok manusia, binatang, peristiwa, atau benda yang tertinggal

bersama dalam suatu tempat dan secara berencana menjadi target

kesimpulan dari hasil akhir suatu penelitian. Sementara itu menurut

Iskandar (2008:68), menyatakan bahwa:

Populasi adalah keseluruhan unit-unit analisis yang memiliki ciri-ciri yang dapat terdiri dari manusia, benda-benda, hewan, tumbuhan, nilai tes atau peristiwa-peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu di dalam suatu penelitian.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa populasi

merupakan suatu objek penelitian atau suatu keseluruhan unit yang

Page 27: PENDAHULUAN Latar Belakang - umpalangkaraya.ac.id fileDewasa ini, telah banyak ditemukan oleh para ahli teori dan metode pembelajaran yang baik, akan tetapi tidaklah semua teori dan

27

dianalisis yang memiliki ciri-ciri atau karakteristik tertentu di dalam suatu

penelitian. Pada dasarnya populasi merupakan sebuah atau kelompok

objek yang dapat digunakan sebagai objek dalam penelitian. Adapun

penelitian ini memiliki populasi 35 peserta didik kelas IVA dan IVB.

Adapun populasi penelitian tersebut sebagai berikut:

Tabel 2 Populasi Penelitian

No Kelas Jenis Kelamin Jumlah

Peserta Didik

Keterangan Laki-laki Perempuan

1. IV A 7 11 18 Eksperimen I 2. IV B 13 4 17 Eksperimen II

Jumlah 35 Sumber Data: Absensi

2. Sampel Penelitian

Menurut Arikunto, (2006:177) bahwa “Sampel penelitian adalah

merupakan sebagian dari populasi penelitian, hal ini sesuai dengan

pendapat yang menyatakan sampel adalah sejumlah individu yang

mewakili populasi”. Adapun menurut Sugiyono (2007:111), sampel adalah

“bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi

tersebut”.

Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa sampel

penelitian merupakan sebagian dari populasi penelitian, hal ini sesuai

dengan pendapat dan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi tersebut.

Mengingat jumlah populasi cukup sedikit dan sifat populasi yang

cukup homogen, maka penelitian ini tidak melakukan pengambilan

Page 28: PENDAHULUAN Latar Belakang - umpalangkaraya.ac.id fileDewasa ini, telah banyak ditemukan oleh para ahli teori dan metode pembelajaran yang baik, akan tetapi tidaklah semua teori dan

28

sampel, melainkan seluruh populasi dijadikan objek penelitian yang sering

disebut penelitian populasi.

D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

1. Variabel Penelitian

Menurut Sugiyono (2007:71), “variabel penelitian adalah segala

sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut. Adapun

menurut Arikunto (2006:118), “variabel adalah merupakan objek

penelitian, atau apa yang menjadi titik penelitian”. Pendapat senada

diuraikan oleh Bungin (2004), bahwa “variabel adalah fenomena yang

bervariasi dalam bentuk, kualitas, kuantitas, mutu dan sebagainya”.

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa variabel merupakan

suatu gejala yang menjadi objek penelitian. Sedangkan penelitian ini

melibatkan dua variabel sebagai berikut:

a. Variabel Terikat

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau disebabkan oleh

variabel lain. Adapun variabel terikat (Y) dalam penelitian ini

kemampuan berbicara.

b. Variabel Bebas

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau menjadi

penyebab bagi variabel lain. Adapun variabel bebas (X) dalam

penelitian ini adalah Model Student Facilitator And Explaining dengan

Model Advokasi Tahun Pelajaran 2013/2014.

Page 29: PENDAHULUAN Latar Belakang - umpalangkaraya.ac.id fileDewasa ini, telah banyak ditemukan oleh para ahli teori dan metode pembelajaran yang baik, akan tetapi tidaklah semua teori dan

29

2. Definisi Operasional

Untuk menjelaskan variabel yang menjadi objek dalam penelitian ini

dapat diuraikan sebagai berikut. Definisi operasional variabel adalah

sebagai berikut:

a. Model Student Facilitator and Explaining (bermain peran) adalah

pembelajaran yang peserta didik mempresentasikan ide atau pendapat

pada rekan peserta didik lainnya. Langkah-langkah pembelajaran

sebagai berikut:

1) Guru memberikan penjelasan tentang hal-hal yang harus

diperhatikan dalam membaca pantun pada aspek penjiwaan atau

ekspresi, vocal, gaya, kerja sama dalam melakukan balas pantun.

2) Guru memberikan keleluasaan berfikir bagi siswa untuk

mengadakan pengamatan dan penilaian terhadap kelompok yang

tampil. Dalam hal ini dapat dilakukan dengan melakukan kegiatan

diskusi dengan kelompoknya.

b. Model pembelajaran advokasi atau debat yaitu metode pembelajaran

yang terjadinya perdebatan antara kelompok pro dan kontra untuk

mempertahankan masing-masing pendapatnya. Langkah-langkah

pembelajaran yaitu:

1) Guru menjelaskan materi pelajaran tentang pantun

2) Guru membagi peserta didik ke dalam dua regu yaitu regu kontra

dan regu pro. Masing-masing regu terdiri dari dua peserta didik

atau lebih.

Page 30: PENDAHULUAN Latar Belakang - umpalangkaraya.ac.id fileDewasa ini, telah banyak ditemukan oleh para ahli teori dan metode pembelajaran yang baik, akan tetapi tidaklah semua teori dan

30

3) Guru menyampaikan topik yang akan diperdebatkan dan

menjelaskan tugas masing-masing tiap regu dan audience.

4) Guru meminta setiap kelompok membuat pantun

5) Guru meminta perwakilan setiap kelompok untuk membacakan

pantun

6) Guru meminta setiap regu untuk menyusun strategi, argumen dan

pertanyaan-pertanyaan untuk mengomentari pihak lawan.

7) Setelah debat berakhir guru meminta peserta didik untuk kembali

ke bangku masing-masing.

8) Guru membahas topik pantun bersama-sama dengan peserta didik.

9) Guru membagikan lembar tugas individu untuk mengukur

pemahaman materi peserta didik tentang pantun.

c. Kemampuan berbicara adalah kemampuan mengungkapkan pendapat

atau pikiran dan perasaan kepada seseorang atau sekelompok orang

secara lisan, baik berhadapan ataupun dengan jarak jauh dengan

menggunakan kalimat yang sesuai dengan fungsi, situasi, serta norma-

norma berbahasa dalam masyarakat yang sebenarnya.

E. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen

1. Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi

Observasi ini bertujuan untuk melihat atau melakukan

pengamatan terhadap aktivitas peserta didik dalam penguasaan materi

pelajaran. Menurut Margono (2003:158), “observasi adalah pencatatan

Page 31: PENDAHULUAN Latar Belakang - umpalangkaraya.ac.id fileDewasa ini, telah banyak ditemukan oleh para ahli teori dan metode pembelajaran yang baik, akan tetapi tidaklah semua teori dan

31

secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian”.

Adapun menurut Mardalis (2004:63), menyatakan bahwa “observasi

digunakan dalam rangka mengumpulkan data dalam suatu penelitian,

merupakan hasil perbuatan secara aktif dan penuh perhatian untuk

menyadari adanya suatu rangsangan yang diinginkan”.

Berdasarkan uraian di atas observasi adalah pengamatan,

pencatatan yang digunakan dalam rangka mengumpulkan data dalam

suatu penelitian tentang keadaan dan fenomena sosial dan gejala-gejala

fisik.

b. Tes

Arikunto (2005:171), menyatakan bahwa “tes adalah

instrumen yang disusun secara khusus karena mengukur sesuatu yang

sifatnya penting dan pasti”. Sementara itu menurut Margono,

(2003:66) tes adalah “alat atau prosedur yang dipergunakan dalam

rangka pengukuran dan penilaian saat dilaksanakannya atau peristiwa

berlangsungnya pengukuran dan penilaian”. Rasyid dan Mansur

(2008:11), menyatakan bahwa:

Tes adalah sejumlah pertanyaan yang membutuhkan jawaban, atau sejumlah pertanyaan yang harus diberikan tanggapan dengan tujuan mengukur tingkat kemampuan seseorang atau mengungkap aspek tertentu dari orang yang dikenai tes Berdasarkan pengertian di atas dapat diketahui bahwa tes

adalah sejumlah pertanyaan atau alat instrumen yang diberikan

taggapan dengan tujuan untuk mengukur dan saat dilaksanakannya.

Tes ini dilakukan setiap pembelajaran dan diakhir pembelajaran. Tes

Page 32: PENDAHULUAN Latar Belakang - umpalangkaraya.ac.id fileDewasa ini, telah banyak ditemukan oleh para ahli teori dan metode pembelajaran yang baik, akan tetapi tidaklah semua teori dan

32

ini dimaksud untuk melihat tingkat penguasaan peserta didik dalam

penerapan metode kooperatif dengan metode konvensional. Tes yang

digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Pre test yaitu tes yang diberikan kepada peserta didik mengenai

bahan yang akan diajarkan kepadanya sebelum kegiatan belajar

mengajar dimulai.

2) Post tes adalah tes yang diberikan kepada peserta didik setelah

proses belajar mengajar selesai.

c. Dokumentasi

Dokumentasi berisi catatan kegiatan maupun catatan peristiwa

yang telah berlalu. Menurut Arikunto (2006:206), bahwa dokumentasi

adalah “metode mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang

berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti,

notulen, rapat, tengger, agenda, dan sebagainya”. Dokumentasi dalam

penelitian ini yaitu berupa nilai ulangan harian, absensi, profil

sekolah, foto-foto lingkungan sekolah, dan denah lokasi.

2. Instrumen Penelitian

Menurut Arikunto (2006:160) “instrumen penelitian adalah alat

atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar

pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih hemat,

lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah. Instrumen penelitian

yang digunakan adalah tes. Tes merupakan instrumen atau sejumlah

pertanyaan yang diberikan kepada peserta didik yang digunakan untuk

Page 33: PENDAHULUAN Latar Belakang - umpalangkaraya.ac.id fileDewasa ini, telah banyak ditemukan oleh para ahli teori dan metode pembelajaran yang baik, akan tetapi tidaklah semua teori dan

33

mengukur atau memberikan penilaian. Tes yang diberikan yaitu menyuruh

siswa untuk menceritakan kegemaran dalam keseharian yang ditulis dalam

teks, kemudian menceritakan kembali di depan kelas tanpa melihat teks.

Tabel 3 Skor Kriteria Peningkatan Berbicara

Nama

Siswa Lafal Kelancaran Kejelasan Intonasi Jumlah

Untuk memberikan nilai dapat digunakan skala untuk setiap aspek

yang dinilai sebagai berikut:

a. Baik skor 50

b. Cukup baik skor 30

c. Kurang baik skor 15

d. Tidak baik skor 5

Lalu konsultasikan ke tolok ukur untuk mengetahui tingkat

kemampuan.

Tolok Ukur : 85%-100% ----> Baik Sekali -------> BS 75%-84% ----> Baik -------> B 60%-74% ----> Cukup -------> C 40%-59% ----> Kurang -------> K 0%-39% ----> Gagal -------> G Sumber : Nurgiantoro, (2010 : 296)

Page 34: PENDAHULUAN Latar Belakang - umpalangkaraya.ac.id fileDewasa ini, telah banyak ditemukan oleh para ahli teori dan metode pembelajaran yang baik, akan tetapi tidaklah semua teori dan

34

F. Teknik Analisis Data

Untuk menguji hipotesis, maka data penelitian akan dianalisis dengan

uji t. Adapun rumus uji – t yang digunakan sebagai berikut:

� =�₁��₂

���₁²

�₁���

��₂²

�₂��

(Hasan dalam Suaibah, 2002:23)

Keterangan: X₁ = Rata-rata kemampuan berbicara menggunakan model student

facilitator and explaining (bermain peran) X₂ = Rata- rata kemampuan berbicara menggunakan model advokasi. SD₁² = Varians kemampuan berbicara menggunakan model student

facilitator and explaining (bermain peran) SD₂² = Varians kemampuan berbicara menggunakan model advokasi. n1 = Banyaknya peserta didik kelas IV A n2 = Banyaknya peserta didik kelas IV B

Menguji perbedaan kedua variabel thitung di konsultasikan dengan ttabel,

jika thitung hasil perhitungan lebih besar dari ttabel pada taraf signifikan 5%

maka ke dua variabel tersebut ada perbedaan kemampuan berbicara peserta

didik kelas IV SDN-9 Menteng Palangkaraya dilihat dari Model Student

Facilitator And Explaining, begitu juga sebaliknya. Menghitung apakah

hipotesis ditolak atau diterima, maka akan digunakan kriteria sebagai berikut:

Jika th (thitung) > tt (ttabel), maka Ha diterima dan H0 ditolak

Jika th (thitung) < tt (ttabel), maka H0 diterima dan Ha ditolak