55
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perusahaan manufaktur membagi biaya produksi ke dalam tiga kategori besar: bahan baku langsung (direct material), tenaga kerja langsung (direct labor), dan biaya overhead pabrik (manufacturing overhead) (Garrison, 2006). Salah satu tujuan pokok dari perusahaan adalah mendapatkan keuntungan yang optimal dengan pengorbanan tertentu dan dapat berkembang serta mempertahankan kelangsungan hidup dari perusahaan tersebut. Keuntungan itu didapat dari kelebihan total pendapatan dari total biaya. Hal itu mengakibatkan pengukuran biaya produksi menjadi sangat penting bagi perusahaan manufaktur. Sebelum melakukan kegiatan produksi, perusahaan biasanya membuat anggaran yang merupakan alat pengendalian / pengawasan (controlling) yaitu melakukan evaluasi atas pelaksanaan pekerjaan dengan cara membandingkan realisasi dengan rencana (anggaran) dan melakukan tindakan perbaikan apabila dipandang perlu (Nafarin, 2004). Salah satu cara untuk mengendalikan biaya produksi adalah dengan menggunakan analisis selisih. Analisis selisih dilakukan untuk mencari penyebab terjadinya selisih antara biaya standar dengan biaya produksi yang sesungguhnya. Analisis selisih penting dilakukan agar manajemen dapat menilai kembali penetapan biaya standar yang berkaitan dengan biaya yang dikeluarkan pada saat proses produksi berlangsung. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Ardiyanto (2008) di PT. Batam Textile Industri Ungaran tentang analisis selisih anggaran biaya produksi, penelitian oleh Gama (2004) tentang analisis selisih biaya produksi atas kemasan produk air minum dalam kemasan Java di PT. Bayuadji Nusantara Industries dan penelitian yang dilakukan oleh Widhiarto (2005) tentang analisis selisih biaya produksi pada PT. Cali Plast Surakarta diperoleh kesimpulan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi selisih anggaran biaya produksi antara lain karena perubahan volume produksi, perubahan bahan baku, jumlah jam kerja yang berbeda tiap bulannya, dan biaya overhead tidak terduga. Selain perusahaan berskala besar, salah satu kelompok pelaku ekonomi yang lain adalah usaha kecil menengah (UKM). Data dari Badan Pusat Statistik

PENDAHULUAN Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2643/2/T1_232008095_Full... · 1 PENDAHULUAN Latar Belakang . Perusahaan manufaktur membagi

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENDAHULUAN Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2643/2/T1_232008095_Full... · 1 PENDAHULUAN Latar Belakang . Perusahaan manufaktur membagi

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Perusahaan manufaktur membagi biaya produksi ke dalam tiga kategori

besar: bahan baku langsung (direct material), tenaga kerja langsung (direct

labor), dan biaya overhead pabrik (manufacturing overhead) (Garrison, 2006).

Salah satu tujuan pokok dari perusahaan adalah mendapatkan keuntungan yang

optimal dengan pengorbanan tertentu dan dapat berkembang serta

mempertahankan kelangsungan hidup dari perusahaan tersebut. Keuntungan itu

didapat dari kelebihan total pendapatan dari total biaya. Hal itu mengakibatkan

pengukuran biaya produksi menjadi sangat penting bagi perusahaan manufaktur.

Sebelum melakukan kegiatan produksi, perusahaan biasanya membuat

anggaran yang merupakan alat pengendalian / pengawasan (controlling) yaitu

melakukan evaluasi atas pelaksanaan pekerjaan dengan cara membandingkan

realisasi dengan rencana (anggaran) dan melakukan tindakan perbaikan apabila

dipandang perlu (Nafarin, 2004). Salah satu cara untuk mengendalikan biaya

produksi adalah dengan menggunakan analisis selisih. Analisis selisih dilakukan

untuk mencari penyebab terjadinya selisih antara biaya standar dengan biaya

produksi yang sesungguhnya. Analisis selisih penting dilakukan agar manajemen

dapat menilai kembali penetapan biaya standar yang berkaitan dengan biaya yang

dikeluarkan pada saat proses produksi berlangsung.

Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Ardiyanto (2008) di PT. Batam

Textile Industri Ungaran tentang analisis selisih anggaran biaya produksi,

penelitian oleh Gama (2004) tentang analisis selisih biaya produksi atas kemasan

produk air minum dalam kemasan Java di PT. Bayuadji Nusantara Industries dan

penelitian yang dilakukan oleh Widhiarto (2005) tentang analisis selisih biaya

produksi pada PT. Cali Plast Surakarta diperoleh kesimpulan bahwa faktor-faktor

yang mempengaruhi selisih anggaran biaya produksi antara lain karena perubahan

volume produksi, perubahan bahan baku, jumlah jam kerja yang berbeda tiap

bulannya, dan biaya overhead tidak terduga.

Selain perusahaan berskala besar, salah satu kelompok pelaku ekonomi

yang lain adalah usaha kecil menengah (UKM). Data dari Badan Pusat Statistik

Page 2: PENDAHULUAN Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2643/2/T1_232008095_Full... · 1 PENDAHULUAN Latar Belakang . Perusahaan manufaktur membagi

2

(BPS) menunjukkan bahwa presentase jumlah UKM dibanding total perusahaan

pada tahun 2001 adalah sebesar 99,9% dengan jumlah tenaga yang terserap

mencapai 99,4% dari total tenaga kerja. UKM juga menambah jumlah Produk

Domestik Bruto (PDB) di Indonesia dalam jumlah lebih dari separuh

perekonomian di Indonesia didukung oleh produksi dari UKM, yaitu sebanyak

59,3% (Krisdiartiwi, 2008). Data tersebut menunjukkan besarnya peranan UKM

dalam menunjang kestabilan perekonomian Indonesia. Namun pengembangan

usaha yang dilakukan oleh usaha kecil dan menengah banyak memiliki

kelemahan, antara lain dalam bidang pemasaran, keuangan, keorganisasian,

administrasi dan pembukuan, maka banyak dijumpai usaha-usaha kecil yang

sedang berkembang gagal dalam usahanya dan gulung tikar.

UKM Abon Cap Monggo Mas yang berlokasi di Ngepos Tingkir Salatiga

adalah UKM yang memproduksi abon sejak tahun 1983. UKM Abon Cap

Monggo Mas merupakan salah satu pelaku usaha yang memiliki kelemahan yang

berhubungan dengan biaya produksi yaitu perencanaan biaya yang dianggarkan

sering kali tidak mutlak benar atau sesuai dengan pelaksanaannya, sehingga perlu

dianalisis dengan menggunakan analisis selisih biaya produksi.

Pada Tahun 1987, UKM Abon Cap Monggo Mas pernah mengalami

kerugian yang jumlahnya sangat banyak. Hal tersebut disebabkan karena

terjadinya gagal panen kacang koro yang merupakan bahan baku dalam

pembuatan abon. Pengalaman pahit kembali terulang pada masa krisis moneter

yaitu tahun 1998. Seluruh harga bahan yang dibutuhkan untuk proses produksi

melonjak. Perusahaan tidak memprediksi hal tersebut akan terjadi. Akibatnya

UKM Abon Cap Monggo Mas mengalami kerugian mencapai Rp 35.000.000,00.

Page 3: PENDAHULUAN Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2643/2/T1_232008095_Full... · 1 PENDAHULUAN Latar Belakang . Perusahaan manufaktur membagi

3

Grafik 1

Total Biaya Produksi UKM Abon Cap Monggo Mas Tahun 2009

Sumber: UKM Abon Cap Monggo Mas

Grafik 2

Total Biaya Produksi UKM Abon Cap Monggo Mas Tahun 2010

Sumber: UKM Abon Cap Monggo Mas

Dari grafik tersebut tampak bahwa produksi abon di UKM Abon Cap

Monggo Mas periode 2009 dan 2010 selalu terjadi selisih biaya produksi

antara anggaran dan aktual. Hal tersebut tentunya disebabkan faktor-faktor

Page 4: PENDAHULUAN Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2643/2/T1_232008095_Full... · 1 PENDAHULUAN Latar Belakang . Perusahaan manufaktur membagi

4

dari dalam perusahaan maupun dari luar. Maka dari itu penulis tertarik untuk

melakukan analisis selisih biaya produksi di UKM Abon Cap Monggo Mas

serta mengkaji ulang faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi terjadinya

selisih antara biaya standar dan biaya produksi sesungguhnya dibandingkan

dengan penelitian terdahulu.

Untuk mempertegas dan memperjelas masalah penelitian yang ada,

pertanyaan dari penelitian ini adalah:

1. Apakah selisih yang terjadi pada biaya bahan baku, tenaga kerja langsung,

dan overhead pabrik antara biaya standar dan biaya sesungguhnya di UKM

Abon Cap Monggo Mas periode tahun 2009 sampai dengan 2010 merupakan

selisih yang favorable atau unfavorable?

2. Apakah penyebab terjadinya selisih antara biaya standar dan biaya

sesungguhnya di UKM Abon Cap Monggo Mas periode tahun 2009 sampai

dengan 2010?

Page 5: PENDAHULUAN Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2643/2/T1_232008095_Full... · 1 PENDAHULUAN Latar Belakang . Perusahaan manufaktur membagi

5

LANDASAN TEORITIS

Biaya Produksi

Menurut Hansen & Mowen (2004) biaya produksi merupakan biaya-biaya

yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap dijual.

Biaya produksi menurut Mulyadi (1993) dapat dibagi menjadi 3 unsur, yaitu:

1. Biaya bahan baku, yaitu biaya atas bahan yang digunakan dalam proses

produksi. Biaya bahan baku ini sendiri masih terbagi lagi menjadi biaya

bahan baku langsung atau direct material, yaitu biaya atas semua bahan yang

membentuk bagian integral dari barang jadi dan yang dapat dimasukkan

langsung dalam kualifikasi biaya produksi dan biaya bahan baku tidak

langsung atau indirect material, yaitu biaya bahan atas semua bahan-bahan

yang dibutuhkan guna menyelesaikan suatu produk, tetapi pemakaiannya

sedemikian kecil atau sedemikian rumit sehingga tidak dianggap sebagai

bahan langsung.

2. Biaya tenaga kerja, yang terdiri dari biaya tenaga kerja langsung atau direct

labor, yaitu biaya yang terdiri atas karyawan dikerahkan untuk mengubah

bahan baku langsung menjadi barang jadi dimana biaya ini meliputi gaji

karyawan yang dapat dibebankan pada produk tertentu dan biaya tenaga kerja

tidak langsung atau indirect labor, yaitu biaya yang terjadi atas para

karyawan yang dikerahkan dan tidak secara langsung mempengaruhi

pembuatan dan pembentukan barang jadi.

3. Biaya overhead pabrik atau factory overhaed / overhead pabrikasi, yaitu

biaya dari bahan tidak langsung, pekerja tidak langsung dan semua biaya

pabrikasi lainnya yang tidak dapat dibedakan langsung ke produk tertentu.

Biaya ini meliputi semua biaya-biaya yang keluar dari perusahaan kecuali

bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung.

Ditinjau dari perilaku unsur-unsur biaya overhead pabrik dalam

hubungannya dengan perubahan volume kegiatan, biaya overhead pabrik dapat

dibagi menjadi 3 golongan, yaitu:

1. Biaya overhead pabrik tetap, yaitu biaya overhead pabrik yang tidak berubah

dalam kisar perubahan volume kegiatan tertentu.

Page 6: PENDAHULUAN Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2643/2/T1_232008095_Full... · 1 PENDAHULUAN Latar Belakang . Perusahaan manufaktur membagi

6

2. Biaya overhead pabrik variabel, yaitu biaya overhead pabrik yang berubah

sebanding dengan perubahan volume kegiatan.

3. Biaya overhead pabrik semivariabel, yaitu biaya overhead pabrik berubah

tidak sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Biaya overhead pabrik

yang bersifat semivariabel dipecah menjadi dua unsur, yaitu biaya tetap dan

biaya variabel. Pemecahan biaya overhead pabrik semivariabel ini dapat

dilakukan dengan menggunakan beberapa metode yaitu High and Low Point

Method, Scattergraph Method dan Least Square Method.

Biaya Standar

Menurut Matz & Usry (1989) biaya standar adalah biaya yang ditetapkan

terlebih dahulu untuk memproduksi satu unit atau sejumlah unit produk selama

periode tertentu di masa mendatang.

Biaya standar digunakan untuk:

1. Menetapkan anggaran.

2. Mengendalikan biaya dengan cara memotivasi karyawan dan mengukur

efisiensi operasi.

3. Menyederhanakan prosedur perhitungan biaya dan mempercepat laporan

biaya.

4. Membebankan biaya ke persediaan bahan baku, barang dalam proses, dan

barang jadi.

5. Menetapkan tawaran kontrak dan harga jual.

Menurut Nafarin (2003), penentuan biaya standar dibagi dalam tiga bagian,

yaitu biaya bahan baku langsung standar, biaya tenaga kerja langsung standar, dan

biaya overhead pabrik standar.

1. Biaya Bahan Baku Langsung Standar

Biaya bahan baku langsung standar terdiri atas harga bahan baku langsung

standar dan kuantitas bahan baku langsung standar.

a. Harga Bahan Baku Langsung Standar

Harga bahan baku langsung standar adalah taksiran harga bahan baku per

unit. Harga bahan baku langsung standar biasanya ditentukan dari daftar

Page 7: PENDAHULUAN Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2643/2/T1_232008095_Full... · 1 PENDAHULUAN Latar Belakang . Perusahaan manufaktur membagi

7

harga pemasok (supplier), katalog, atau informasi lain yang berhubungan

dengan kemungkinan perubahan harga di masa akan datang.

b. Kuantitas Bahan Baku Langsung Standar

Kuantitas bahan baku langsung standar adalah taksiran sejumlah unit

bahan baku yang diperlukan untuk memproduksi satu unit produk tertentu.

Kuantitas bahan baku langsung standar dapat ditentukan dengan

menggunakan penyelidikan teknis dan analisis catatan masa lalu.

Penyelidikan teknis misalnya dengan mengadakan taksiran yang wajar

terhadap bahan baku yang diperlukan untuk satu unit produk atau

membuat percobaan operasi produksi. Analisis catatan masa lalu misalnya

dengan menghitung rata-rata pemakaian bahan baku untuk produk

(pekerjaan) yang sama dalam periode tertentu pada masa lalu.

c. Biaya Tenaga Kerja Langsung Standar

Biaya tenaga kerja langsung standar terdiri atas tarif upah tenaga kerja

langsung dan jam tenaga kerja langsung standar.

i. Tarif Upah Tenaga Kerja Langsung Standar

Tarif upah tenaga kerja langsung standar adalah taksiran tarif upah

tenaga kerja langsung per jam. Tarif upah tenaga kerja langsung

standar dapat ditentukan atas dasar perjanjian dengan karyawan dan

data upah masa lalu yang dihitung secara rata-rata.

ii. Jam Tenaga Kerja Langsung Standar

Jam tenaga kerja langsung standar adalah taksiran sejumlah satuan

waktu yang diperlukan untuk membuat satu unit produk tertentu. Jam

tenaga kerja langsung standar dapat ditentukan dengan cara

penyelidikan teknis dan analisis catatan masa lalu. Penyelidikan teknis

misalnya dengan mengadakan penyelidikan gerak dan waktu,

mengadakan taksiran yang wajar, memperhitungkan kelonggaran

waktu untuk istirahat, memperhitungkan faktor kelelahan, dan

memperhitungkan penundaan kerja yang tidak bisa dihindari. Analisis

catatan masa lalu misalnya menghitung rata-rata jam kerja yang

Page 8: PENDAHULUAN Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2643/2/T1_232008095_Full... · 1 PENDAHULUAN Latar Belakang . Perusahaan manufaktur membagi

8

dikonsumsi dalam satu pekerjaan dari kartu harga pokok periode yang

lalu.

iii. Biaya Overhead Pabrik Standar

Biaya overhead pabrik standar dapat ditaksir atas dasar kapasitas

normal. Misalnya dengan menghitung kapasitas normal dalam satu

tahun x unit atau y jam kerja langsung dan biaya overhead pabrik satu

tahun yang terdiri atas biaya overhead pabrik variabel dan biaya

overhead pabrik tetap. Jam kerja normal atau kapasitas normal adalah

jam kerja yang digunakan untuk menentukan standar tarif

pembebanan biaya overhead pabrik. Kapasitas normal merupakan

suatu tingkat kapasitas operasi yang dapat dicapai dengan

pemanfaatan secara maksimal semua input atas fasilitas sarana dan

prasarana yang dimiliki oleh perusahaan. Sehingga pada akhirnya

tercapai biaya per unit produk yang serendah mungkin.

Anggaran dan biaya standar merupakan dua penentuan biaya yang

ditentukan di muka yang mempunyai perbedaan pada cara penentuannya.

Anggaran digunakan untuk menentukan seluruh biaya yang akan terjadi selama

periode tertentu. Sedangkan biaya standar digunakan untuk menentukan biaya

dalam satu unit atau sejumlah unit tertentu.

Menghitung biaya standar memerlukan standar fisik (Usry, 2005):

1. Standar dasar (basic standard) adalah tolok ukur yang digunakan untuk

membandingkan kinerja yang diperkirakan dengan kinerja aktual.

2. Standar sekarang (current standard) terdiri atas tiga jenis:

a. Standar aktual yang diperkirakan (expcted actual standard) mencerminkan

tingkat aktivitas dan efisiensi yang diperkirakan. Standar ini merupakan

estimasi yang paling dekat dengan hasil aktual.

b. Standar normal (normal standard) mencerminkan tingkat aktivitas dan

efisiensi normal. Standar ini mencerminkan hasil yang menantang namun

dapat dicapai.

Page 9: PENDAHULUAN Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2643/2/T1_232008095_Full... · 1 PENDAHULUAN Latar Belakang . Perusahaan manufaktur membagi

9

c. Standar teoritis (theoritical standard) mencerminkan tingkat aktivitas dan

efisiensi yang maksimum atau ideal. Standar ini lebih merupakan cita-cita

yang dituju dan bukannya kinerja yang dapat dicapai sekarang.

Analisis Selisih Biaya Produksi

Heitger dan Matulich (2005) mendefinisikan analisis selisih sebagai suatu

proses membandingkan antara harga pokok sesungguhnya dengan harga pokok

standar, mengidentifikasi selisih dan menginterpretasikan sebab-sebab terjadinya

selisih yang dilakukan secara sistematis. Analisis selisih biaya produksi meliputi:

1. Selisih Biaya Bahan Baku

Selisih biaya bahan baku terjadi karena perbedaan biaya bahan baku standar

dengan biaya bahan baku sesungguhnya.

2. Biaya Tenaga Kerja Langsung

Selisih biaya tenaga kerja langsung terjadi karena perbedaan biaya tenaga

kerja langsung standar dengan biaya tenaga kerja langsung sesungguhnya.

3. Selisih Biaya Overhead Pabrik

Selisih biaya overhead pabrik terjadi karena perbedaan biaya overhead pabrik

standar dengan biaya overhead pabrik sesungguhnya.

Analisis selisih bisa lebih efektif bila standar ditetapkan secara realistis

artinya telah disesuaikan dengan perubahan yang terjadi. Penyimpangan yang

tidak signifikan merupakan penyimpangan yang terdapat dalam batas-batas yang

masih dapat diterima, sedangkan penyimpangan signifikan adalah penyimpangan

yang berada di luar batas toleransi yang ditetapkan. Penyimpangan inilah yang

akan dicari apa penyebabnya.

Fakor – Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Varians

Batty dalam Winata (1997) mengemukakan sebab-sebab terjadinya

varians, yaitu sebagai berikut:

Page 10: PENDAHULUAN Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2643/2/T1_232008095_Full... · 1 PENDAHULUAN Latar Belakang . Perusahaan manufaktur membagi

10

Tabel 1

Sebab-sebab Terjadinya Varians

Varians Sebab terjadinya

Efisiensi

Tenaga

Kerja

1. Pemakaian tenaga kerja yang kurang memenuhi

standar.

2. Kegagalan mendapatkan hasil yang paling baikdari

pekerja.

Upah Tenaga Kerja 1. Perubahan tarif dasar upah buruh.

2. Penempatan tenaga kerja yang tidak tepat.

3. Upah lembur yang dibayarkan lebih besar daripada

standar yang ditetapkan.

Pemakaian Bahan Baku 1. Pemborosan karena metode produksi yang tidak

efisien atau pegawai yang kurang ahli.

2. Mutu bahan baku yang tidak sesuai dengan

spesifikasinya.

3. Kombinasi pemakaina bahan baku yang tidak

memenuhi standar.

Harga Bahan Baku 1. Perubahan harga bahan baku

2. Kegagalan pembelian bahan baku sejumlah yang

diantisipasikan oleh yang menyebabkan harganya

nai karena tidak mendapat potongan jumlah.

3. Tidak mengambil potongan tunai sebagaimana

yang diperhitungkan dalam penetapan standar.

4. Perubahan dalam ongkos-ongkos transport,

pembelian, dan penyimpanan.

5. Kegagalan membeli bahan baku yang memnuhi

mutu standar.

Budget Overhead Pabrik 1. Perubahan harga.

2. Perubahan efisiensi pemakaian jasa.

3. Kurangnya pengendalian atas pengeluaran.

Page 11: PENDAHULUAN Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2643/2/T1_232008095_Full... · 1 PENDAHULUAN Latar Belakang . Perusahaan manufaktur membagi

11

4. Kenaikan harga atas jasa dari luar perusahaan,

misal: listrik, suransi, dll.

Volume Overhead

Pabrik

1. Kegagalan bagian penjualan mendapatkan pesanan

yang cukup besar.

2. Pengehentian mesin.

3. Bahan baku yang rusak.

4. Adanya persoalan dengan buruh

5. Kegagalan dalam bagian jasa pabrik.

6. Perencanaan yang tidak efisien, misalnya urutan

pekerjaan atau kesalahan instruksi.

Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Ardiyanto pada tahun 2008

mengenai analisa selisih anggaran biaya produksi studi PT. Batam Textile Industri

Ungaran, Antonius Donny Widhiarto (2005) mengenai analisis selisih biaya

produksi pada PT. Cali Plast Surakarta, dan penelitian oleh Lois Gama (2004)

tentang analisis selisih biaya produksi atas kemasan produksi air minum dalam

kemasan Java (PT. Bayuadji Nusantara Industries) didapatkan beberapa faktor-

faktor yang mempengaruhi terjadinya varians yang disajikan dalam tabel.

Tabel 2

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Selisih Biaya Produksi

Berdasarkan Penelitian Terdahulu

Nama Peneliti Judul

Penelitian

Konsep Kesimpulan

Ardiyanto

(2008)

Analisa

Selisih

Anggaran

Biaya

Produksi

Studi PT.

Biaya Standar

Biaya Standar adalah

harga pokok yang

ditentukan di muka atas

sumber-sumber yang

diperlukan untuk

Faktor-faktor yang

mempengaruhi

selisih anggaran

biaya produksi:

1. Perubahan

volume

Page 12: PENDAHULUAN Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2643/2/T1_232008095_Full... · 1 PENDAHULUAN Latar Belakang . Perusahaan manufaktur membagi

12

Batam Textile

Industri

Ungaran

memproduksi satu unit

atau sejumlah unit

produk atau jasa pada

tingkat efisiensi periode

tertentu di waktu

mendatang (Winata,

1997)

Biaya Produksi

Biaya Produksi adalah

biaya yang dikeluarkan

oleh fungsi produksi

untuk mengolah bahan

baku menjadi barang

jadi (Mulyadi, 1993)

Analisis Selisih Biaya

Produksi

Analisis selisih biya

produksi sebagai suatu

proses membandingkan

antara harga pokok

sesungguhnya dengan

harga pokok standar

(Winata, 1997)

produksi

2. Perubahan

harga bahan

baku

3. Jumlah jam

kerja yang

berbeda tiap

bulannya

4. Kenaikan BOP

melebihi dari

yang

diperkirakan.

Antonius

Donny

Widhiarto

(2005)

Analisis

Selisih Biaya

Produksi Pada

PT. Cali Plast

Surakarta

Biaya Standar

Biaya Standar sebagai

harga pokok yang

ditentukan di muka

secara teliti atas

sumber-sumber yang

diperlukan untuk

Faktor-faktor yang

mempengaruhi

selisih anggaran

biaya produksi:

1. Perubahan

volume

produksi

Page 13: PENDAHULUAN Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2643/2/T1_232008095_Full... · 1 PENDAHULUAN Latar Belakang . Perusahaan manufaktur membagi

13

membuat beberapa

produk atau jasa

(Winata, 1997)

Biaya Produksi

Biaya Produksi adalah

biaya yang dikeluarkan

oleh fungsi produksi

untuk mengolah bahan

baku menjadi barang

jadi (Mulyadi, 1993)

Analisis selisih biya

produksi sebagai suatu

proses membandingkan

antara harga pokok

sesungguhnya dengan

harga pokok standar

(Winata, 1997)

2. Perubahan

harga bahan

baku

3. Jumlah jam

kerja yang

berbeda tiap

bulannya

4. Kenaikan BOP

melebihi dari

yang

diperkirakan.

Lois Gama

(2004)

Analisis

Selisih Biaya

Produksi Atas

Kemasan

Produksi Air

Minum Dalam

Kemasan Java

(PT. Bayuadji

Nusantara

Industries)

Biaya Standar

Biaya Standar sebagai

harga pokok yang

ditentukan di muka

secara teliti atas

sumber-sumber yang

diperlukan untuk

membuat beberapa

produk atau jasa

(Winata, 1997)

Biaya Produksi

Biaya Produksi

Faktor-faktor yang

mempengaruhi

selisih biaya

produksi:

1. Perubahan

volume

produksi.

2. Perubahan

harga bahan

baku

3. Jumlah jam

kerja yang

Page 14: PENDAHULUAN Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2643/2/T1_232008095_Full... · 1 PENDAHULUAN Latar Belakang . Perusahaan manufaktur membagi

14

meliputi semua biaya

yang berhubungan

dengan fasilitas

produksi yaitu semua

biaya dalam rangka

pengolahan bahan baku

menjadi produk selesai

yang siap untuk dijual

(Supriyono, 1987)

berbeda tiap

bulannya

4. Kenaikan BOP

melebihi dari

yang

diperkirakan.

Dari ketiga penelitian terdahulu, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor

yang mempengaruhi terjadinya selisih anggaran biaya produksi adalah perubahan

volume produksi yang tidak direncanakan, perubahan harga bahan baku akibat

dari keadaan perekonomian yang terkadang tidak dapat diprediksi, jumlah jam

kerja yang berbeda tiap bulannya akibat dari meningkat atau menurunnya

permintaan produksi, dan kenaikan BOP melebihi dari yang diperkirakan.

Page 15: PENDAHULUAN Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2643/2/T1_232008095_Full... · 1 PENDAHULUAN Latar Belakang . Perusahaan manufaktur membagi

15

METODE PENELITIAN

Metode penelitian digunakan untuk memahami objek penelitian dan dapat

mengarahkan peneliti dalam melakukan analisis, sehingga dapat memberikan

solusi dalam menjawab persoalan penelitian yang dihadapi.

Jenis Data

1. Data Primer

Data primer dalam penelitian ini adalah informasi mengenai gambaran umum

perusahaan serta proses produksi abon yang diperoleh dengan melakukan

wawancara dan pengamatan langsung di UKM Abon Cap Monggo Mas.

2. Data sekunder diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media

perantara, seperti arsip- arsip perusahaan, serta diperoleh dan dicatat oleh

pihak lain. Data sekunder dalam penelitian ini adalah laporan biaya produksi

dari pemilik UKM Abon Cap Monggo Mas meliputi data mengenai biaya

standar dan biaya sesungguhnya baik untuk biaya bahan baku, biaya tenaga

kerja dan biaya overhead pabrik.

Prosedur Pengumpulan Data

Guna memperoleh serta mengumpulkan data, penulis menggunakan beberapa

teknik, yaitu:

1. Wawancara

Merupakan teknik pengumpulan data dengan cara bertanya langsung dengan

pemilik UKM mengenai proses produksi di UKM Abon Cap Monggo Mas.

2. Dokumentasi

Data diambil dari arsip-arsip berupa laporan biaya standar dan biaya aktual

pada proses produksi di UKM Abon Cap Monggo Mas, yang meliputi biaya

bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik periode 2009 dan

2010.

3. Observasi

Merupakan teknik pengumpulan data dengan cara mengadakan pengamatan

langsung pada proses produksi di UKM Abon Cap Monggo Mas.

Page 16: PENDAHULUAN Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2643/2/T1_232008095_Full... · 1 PENDAHULUAN Latar Belakang . Perusahaan manufaktur membagi

16

Teknik dan langkah analisis

Teknik analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah teknik

analisis deskriptif kuantitatif dengan menggunakan alat analisis varians yaitu

membandingkan biaya sesungguhnya dengan yang dianggarkan, mengidentifikasi

selisih dan menginterpretasikan sebab-sebab terjadinya selisih yang dilakukan

secara sistematis (Winata, 1997). Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai

berikut:

Tabel 3

Langkah-Langkah Perhitungan Selisih Biaya Produksi

Variabel Operasional

1. Penghitungan Varians

Bahan Baku

a. Penghitungan Varians

Harga Bahan Baku

Langsung

b. Penghitungan Varians

Efisiensi Bahan Baku

Langsung

Varians harga bahan baku = (Harga aktual per unit – Harga

standar per unit) x Kuantitas aktual bahan baku yang

digunakan

Varians efisiensi bahan baku langsung = (Kuantitas aktual

bahan baku yang digunakan – Kuantitas standar bahan baku

yang diperbolehkan untuk output oktual) x Harga standar

per unit

2. Penghitungan Varians

Tenaga Kerja Langsung

a. Penghitungan Varians

Tenaga Kerja

Langsung

b. Penghitungan Varians

Varians tarif tenaga kerja langsung = (Tarif upah aktual per

jam – Tarif upah standar per jam) x Jam tenaga kerja

langsung aktual yang digunakan

Varians efisiensi tenaga kerja langsung = (Jam aktual

tenaga kerja langsung yang digunakan – Jam standar

tenaga kerja langsung yang seharusnya digunakan) x Tarif

Page 17: PENDAHULUAN Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2643/2/T1_232008095_Full... · 1 PENDAHULUAN Latar Belakang . Perusahaan manufaktur membagi

17

Efisiensi Tenaga

Kerja Langsung

upah standar per jam

3. Penghitungan Varians

Overhead

a. Penghitungan Varians

Overhead Variabel

i. Penghitungan

Varians

Pengeluaran

Overhead Variabel

ii. Penghitungan

Varians Efisiensi

Overhead Variabel

b. Penghitungan Varians

Overhead Tetap

i. Penghitungan

Varians Volume

Overhead Tetap

Varians pengeluaran overhead variabel = (Tarif aktual

overhead variabel – Tarif standar overhead variabel) x Jam

aktual tenaga kerja langsung yang digunakan

Varians efisiensi overhead variabel = (Jam aktual tenaga

kerja langsung yang digunakan – Jam standar tenaga kerja

langsung yang seharusnya digunakan) x Tarif standar

overhead variabel

Varians total overhead tetap = Overhead tetap yang

dibebankan – (Tarif standar overhead tetap x Jam standar)

Varians volume overhead tetap = Overhead tetap yang

dianggarkan – Overhead tetap yang dibebankan

Sumber: Hansen & Mowen (2006)

Page 18: PENDAHULUAN Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2643/2/T1_232008095_Full... · 1 PENDAHULUAN Latar Belakang . Perusahaan manufaktur membagi

18

1. Untuk menjawab persoalan penelitian pertama yaitu dengan menghitung

terlebih dahulu berapa selisih yang menguntungkan (favorable) dan selisih

yang tidak menguntungkan (unfavorable) dari biaya produksi antara biaya

standar dan sesungguhnya.

2. Untuk menjawab persoalan kedua yaitu dengan menganalisis selisih yang

melebihi batas toleransi yang ditetapkan untuk mencari penyebab terjadinya

selisih tersebut.

Page 19: PENDAHULUAN Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2643/2/T1_232008095_Full... · 1 PENDAHULUAN Latar Belakang . Perusahaan manufaktur membagi

19

ANALISA DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Perusahaan

Penggerak utama perekonomian di Indonesia selama ini pada dasarnya

adalah sektor UKM. Munculnya UKM di berbagai pelosok Indonesia memiliki

beberapa kelebihan dan kelemahan. Salah satu kota yang terkena imbas dari

merebaknya UKM adalah Kota Salatiga. Kota Salatiga merupakan salah satu kota

yang kaya akan kulinernya. Kota Salatiga tidak hanya dikenal dengan ronde,

enting-enting gepuk, dan dendeng, tetapi juga dengan abon. Abon merupakan

makanan khas yang terkenal di Kota Salatiga yang berbahan utama daging sapi.

Salah satu perusahaan yang memproduksi abon di Kota Salatiga adalaha UKM

Abon Cap Monggo Mas.

UKM Abon Cap Monggo Mas didirikan oleh Bapak Kukuh Suwanto pada

tahun 1983 di rumah tinggalnya Jalan Joko Tingkir, Kota Salatiga. Usaha ini

berawal dari kejelian Bapak Kukuh Suwanto dalam melihat peluang pasar abon

yang masih terbuka lebar. Bapak Kukuh Suwanto melihat peluang bahwa abon

merupakan makanan tradisional khas Kota Salatiga yang akan selalu dicari oleh

wisatawan sebagai oleh-oleh. Selain itu, bahan baku yang digunakan untuk

membuat abon mudah didapatkan.

Bapak Kukuh Suwanto awalnya memproduksi abon dengan menggunakan

bahan baku daging sapi sebanyak 5 kg yang diproduksi sendiri dan dibantu oleh

istri serta anak-anaknya. Abon ini dijual secara eceran tanpa menggunakan merk.

Abon dijual dengan cara dititipkan di warung-warung. Awal tahun 1985, Bapak

Kukuh Suwanto memberi merk abon buatannya dengan merk Monggo Mas.

Bapak Kukuh Suwanto melakukan inovasi pada abon dengan menambahkan

kacang koro. Abon ini menggunakan bahan baku asli tanpa menggunakan

pengawet. Abon dikemas dengan kemasan baru menggunakan kertas yang sudah

bermerk dan dikemas dalam plastik dan toples, dengan berbagai ukuran.

Sekitar tahun 1987, pemasaran Abon Monggo Mas mulai merambah ke

luar kota dengan dibantu para sales. Saat ini proses produksi tetap dilakukan oleh

Bapak Kukuh Suwanto, istri, anak, dan enam orang pegawai. Pada hari biasa abon

yang diproduksi membutuhkan daging sapi 25 kg. Sedangkan pada hari libur,

Page 20: PENDAHULUAN Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2643/2/T1_232008095_Full... · 1 PENDAHULUAN Latar Belakang . Perusahaan manufaktur membagi

20

terlebih saat hari raya, abon yang diproduksi dapat mencapai dua kali lipat dari

jumlah produksi saat hari biasa.

Tujuan UKM Abon Cap Monggo Mas yaitu mengembangkan usaha agar

menjadi lebih besar dan mampu bersaing di pasar. Struktur organisasi yang

diterapkan pada UKM Abon Cap Monggo Mas masih sangat sederhana. Bagian

dalam struktur organisasi UKM Abon Cap Monggo Mas yaitu pemilik dan tenaga

kerja.

a. Pemilik

Bertanggung jawab sepenuhnya terhadap aktivitas usaha, baik itu aktivitas

produksi, keuangan, pemasaran, maupun yang berkaitan dengan tenga kerja.

b. Tenaga kerja

Mengerjakan proses produksi dari awal sampai produk jadi dan siap dijual.

Proses Produksi Abon Pada UKM Abon Cap Monggo Mas

Tahapan yang dilakukan untuk memproduksi abon dimulai dari bahan

baku menjadi produk jadi. Pengolahan abon dimulai dengan merebus daging yang

merupakan bahan baku utama sampai lunak, kemudian diiris tipis-tipis. Kacang

koro dicuci, ditimbang, lalu direbus sampai lunak kemudian digiling. Kacang

yang telah digiling dicampur dengan bumbu yang telah ditumbuk, serta daging

yang telah diiris tipis-tipis, kemudian diaduk sampai merata. Setelah bahan

tercampur merata kemudian digoreng hingga ± 1,5 jam. Setelah matang, dipress

supaya kering dan minyak sisa penggorengan terbuang. Setelah abon benar-benar

kering, kemudian abon didinginkan agar tidak menggumpal. Sebelum dipasarkan,

abon dikemas dalam plastik atau toples tergantung dari permintaan konsumen.

Biaya Produksi Abon Pada UKM Abon Cap Monggo Mas

Data mengenai biaya produksi di UKM Abon Cap Monggo Mas meliputi

biaya bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik.

1. Bahan Baku Langsung

Bahan baku langsung yang dipergunakan untuk memproduksi abon antara

lain: daging sapi, kacang koro, gula pasir, minyak, gula jawa, kelapa, dan

Page 21: PENDAHULUAN Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2643/2/T1_232008095_Full... · 1 PENDAHULUAN Latar Belakang . Perusahaan manufaktur membagi

21

bumbu rempah-rempah. Dalam satu kali produksi dibutuhkan 25 kg daging

sapi, 80 kg kacang koro, 15 kg gula pasir, 15 kg gula jawa, 34 kg minyak, 3

kg kelapa, dan 9 kg bumbu rempah-rempah.

2. Tenaga Kerja Langsung

Tenaga kerja dalam produksi abon UKM Abon Cap Monggo Mas berjumlah

enam orang yang terdiri dari tetangga Bapak Kukuh Suwanto. Tenaga kerja

tersebut dibagi dalam 3 bagian, yaitu bagian penggorengan dengan jumlah

tenaga kerja 3 orang, bagian pengepressan dengan jumlah tenaga kerja 1

orang, dan bagian pembungkusan dengan jumlah tenaga kerja 2 orang. Satu

kali produksi membutuhkan waktu selama kurang lebih 1,5 jam. Produksi

abon melalui proses yang saling berkaitan antara bagian penggorengan,

pengepressan dan pembungkusan. Produksi berlangsung dari jam 6 pagi

hingga jam 2 siang. Tarif tenaga kerja berdasarkan upah harian. Upah harian

yaitu upah yang diterima oleh tenaga kerja setiap selesai produksi dalam satu

hari. Upah harian standar yang diterima berbeda-beda tiap bagian. Tenaga

kerja bagian penggorengan menerima upah harian sebesar sebesar Rp

20.000,00 / orang / hari. Tenaga kerja bagian pengepressan menerima upah

harian sebesar Rp 17.500,00 / orang / hari. Upah harian ini termasuk dalam

upah tenaga kerja langsung.

Selain upah harian, pemilik UKM juga memberikan upah lembur kepada

setiap tenaga kerja apabila kuantitas produksi abon meningkat. Pemilik

membatasi jam lembur tiap tenaga kerja hanya dari jam 2 siang sampai

dengan jam 4 sore. Tarif upah lembur dihitung per 2 jam dan berbeda-beda

tiap bagian. Tenaga kerja bagian penggorengan menerima upah lembur Rp

10.000,00 / orang / lembur. Tenaga kerja bagian pengepressan menerima

upah lembur sebesar Rp 15.000,00 / orang / lembur. Tenaga kerja bagian

pengemasan menerima upah lembur sebesar Rp 7.500,00 / orang / lembur.

3. Overhead Pabrik

Overhead pabrik terdiri dari overhead tetap dan overhead variabel. Overhead

tetap dalam produksi abon yaitu biaya penyusutan pompa air. Penggunaan

pompa air untuk mengambil air sumur yang juga digunakan sebagai bahan

Page 22: PENDAHULUAN Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2643/2/T1_232008095_Full... · 1 PENDAHULUAN Latar Belakang . Perusahaan manufaktur membagi

22

dalm proses produksi. Menghitung tarif penyusutan pompa air menggunakan

metode garis lurus sebagai berikut (Horngren, 2008):

Tarif Penyusutan = Nilai Perolehan – Nilai Sisa

Umur Ekonomis

Nilai perolehan pompa air sebesar Rp 650.000,00 yang memiliki umur

ekonomis 5 tahun. Tarif penyusutan pompa air sebesar Rp 130.000,00 per

tahun, sedangkan penyusutan per hari sebesar Rp 433,33.

Overhead variabel dalam produksi abon terdiri dari biaya listrik yang juga

mencakup biaya air karena air yang digunakan dalam proses produksi

menggunakan sumber mata air dari sumur pompa, bahan bakar kayu untuk

proses penggorengan, dan paket kemasan yang meliputi biaya pembelian

kemasan plastik dan toples serta biaya cetak kertas dan sablon logo dalam

kemasan.

Penetapan Biaya Standar Pada UKM Abon Cap Monggo Mas

Penentuan biaya standar pada UKM Abon Cap Monggo Mas dibagi dalam

tiga bagian, yaitu bahan baku langsung standar, biaya tenaga kerja langsung, dan

biaya overhead pabrik standar.

1. Biaya Bahan Baku Langsung Standar

Biaya bahan baku langsung standar terdiri atas harga bahan baku langsung

standar dan kuantitas bahan baku langsung standar.

a. Harga Bahan Baku Langsung Standar

Harga bahan baku langsung standar ditetapkan berdasarkan tingkat harga

rata-rata dari harga toko grosir, tingkat harga yang telah ditetapkan oleh

Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Salatiga, dan informasi lain

yang berhubungan dengan perubahan harga bahan baku.

b. Kuantitas Bahan Baku langsung Standar

Kuantitas bahan baku langsung standar ditetapkan sendiri oleh pemilik

dengan menghitung pemakaian standar jumlah bahan baku per produksi

abon.

Page 23: PENDAHULUAN Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2643/2/T1_232008095_Full... · 1 PENDAHULUAN Latar Belakang . Perusahaan manufaktur membagi

23

2. Biaya Tenaga Kerja Langsung Standar

Biaya tenaga kerja langsung standar terdiri dari tarif upah tenaga kerja

langsung standar dan jam tenaga kerja langsung standar.

a. Tarif Upah Tenaga Kerja Langsung Standar

Tarif upah tenaga kerja langsung standar ditetapkan berdasarkan tarif

upah yang distandarkan oleh pemilik UKM Abon Cap Monggo Mas.

b. Jam Tenaga Kerja Langsung Standar

UKM Abon Cap Monggo Mas dalam pembuatan abon memerlukan

waktu kira-kira 1,5 jam setiap kali penggorengan. Proses produksi

dilakukan mulai pukul 06.00 hingga pukul 14.00 dengan waktu istirahat

bergantian tiap karyawan setiap harinya. Apabila kuantitas produksi

meningkat maka diberlakukan jam kerja lembur yaitu mulai dari jam 2

siang sampai dengan jam 4 sore.

3. Biaya Overhead Pabrik Standar

Biaya overhead pabrik standar terdiri dari biaya overhead pabrik tetap dan

biaya overhead variabel.

a. Biaya Overhead Pabrik Tetap Standar

Biaya overhead pabrik tetap standar terdiri atas:

- Biaya penyusutan pompa air

b. Biaya Overhead Pabrik Variabel Standar

Biaya overhead pabrik variabel standar terdiri atas:

- Biaya listrik

- Biaya bahan bakar kayu

- Biaya paket kemasan

Analisis Varians

Varians antara standar yang telah ditetapkan dengan keadaan aktual yang

sebenarnya terjadi dapat diukur dengan menggunakan analisis varians. Berikut

hasil analisis varians untuk masing-masing bahan baku langsung, tenaga kerja

langsung, dan overhead pabrik.

Page 24: PENDAHULUAN Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2643/2/T1_232008095_Full... · 1 PENDAHULUAN Latar Belakang . Perusahaan manufaktur membagi

24

a. Analisis Varians Bahan Baku

Analisis varians bahan baku terdiri dari varians harga dan varians efisiensi

penggunaan.

a. Analisis Varians Harga Bahan Baku Langsung

Tabel 4

Analisis Varians Rata-Rata Harga Bahan Baku

UKM Abon Cap Monggo Mas Tahun 2009

Nama Bahan Baku

Analisis Varians Rata-Rata Harga Bahan Baku Tahun 2009

Standar

Harga

(Rp/kg)

Realisasi

Harga

(Rp/kg)

Kuantitas

Aktual

(kg)

Analisis

Varians U / F Varians

Daging Sapi 60.000 61.004,33 685,42 688.386,81 U -1,67%

Kacang Koro 5.000 4.883 2.193,33 -256.620 F 2,34%

Gula Pasir 8.000 7.950 411,25 -20.562,50 F 0,63%

Gula Jawa 8.000 7.290 411,25 -291.987,50 F 8,88%

Minyak 10.000 10.358,33 930,58 333.457,21 U -3,58%

Kelapa 1.500 1.533,33 82,25 2.741,67 U -2,22%

Bumbu Rempah-rempah 79.000 78.482 246,72 -127.802,01 F 0,66%

Sumber: Data UKM Abon Cap Monggo Mas yang diolah, 2012

Tabel 5

Analisis Varians Rata-Rata Harga Bahan Baku

UKM Abon Cap Monggo Mas Tahun 2010

Nama Bahan Baku

Analisis Varians Rata-Rata Harga Bahan Baku Tahun 2010

Standar

Harga

(Rp/kg)

Realisasi

Harga

(Rp/kg)

Kuantitas

Aktual

(kg)

Analisis

Varians U / F Varians

Daging Sapi 70.000 66.209 714,58 -2.708.688 F 5,42%

Kacang Koro 5.500 5.225 2.858,33 -786.042 F 5,00%

Gula Pasir 9.000 8.729 428,75 -116.120 F 3,01%

Gula Jawa 8.000 7.829 428,75 -73.245 F 2,14%

Minyak 12.000 11.583 1.110,78 -462.826 F 3,47%

Kelapa 1.600 1.700 85,75 8.575 U -6,25%

Bumbu Rempah-rempah 82.000 81.821 294,50 -52.617 F 0,22%

Sumber: Data UKM Abon Cap Monggo Mas yang diolah, 2012

Pihak yang bertugas membeli bahan baku di UKM Abon Cap Monggo Mas

adalah Ibu Yati. Anak dari pemilik UKM. Berdasarkan analisis varians rata-rata

harga bahan baku tahun 2009 – 2010 di UKM Abon Cap Monggo Mas dapat

diuraikan sebagai berikut:

Page 25: PENDAHULUAN Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2643/2/T1_232008095_Full... · 1 PENDAHULUAN Latar Belakang . Perusahaan manufaktur membagi

25

1. Bahan Baku Daging Sapi

Standar harga bahan baku daging sapi selama tahun 2009 memiliki rataan sebesar

Rp 60.000 dengan rataan realisasi sebesar Rp 61.004,33. Berdasarkan hasil

analisis varians, varians yang terjadi sebesar Rp 688.386,81 yang dapat

dikategorikan Unfavorable (U) dengan persentase varians sebesar 1,67%.

Sedangkan standar harga bahan baku daging sapi selama tahun 2010 memiliki

rataan sebesar Rp 70.000 dengan rataan realisasi sebesar Rp 66.209. Berdasarkan

hasil analisis varians, varians yang terjadi sebesar Rp 2.708.688 yang dapat

dikategorikan Favorable (F) dengan persentase varians sebesar 5,42%.

Setiap pagi Ibu Yati membeli daging sapi di pasar tradisional Kota Salatiga. Di

pasar tradisional Kota Salatiga terdapat banyak jenis bahan-bahan makanan yang

dijual serta terdapat los penjual bermacam daging, termasuk daging sapi. Ibu Yati

telah memiliki langganan penjual daging sapi. Setiap hari Ibu Yati membeli

daging sapi di tempat penjual langganan. Karena telah memiliki langganan

penjual daging, maka apabila Ibu Yati membeli daging dalam jumlah banyak akan

memperoleh potongan harga. Apabila stok daging sapi yang diinginkan tidak

tersedia, Ibu Yati membeli daging sapi di tempat penjual lain dengan memilih

kualitas yang sama sesuai kriteria daging sapi yang diinginkan oleh Ibu Yati dan

mencari harga termurah di antara para penjual selain penjual langganannya sebab

semakin bagus kualitas daging sapi, harga daging tersebut semakin mahal.

Pada tahun 2009 rataan realisasi harga beli daging sapi lebih tinggi dibandingkan

rataan standar dan menyebabkan varians unfavorable. Hal ini disebabkan karena

rata-rata harga beli daging sapi dari bulan ke bulan semakin meningkat, terutama

pada waktu menjelang lebaran, yaitu mulai Bulan September, rata-rata harga beli

daging sapi melebihi standar yang ditetapkan.

Dapat disimpulkan bahwa varians ini dipengaruhi oleh faktor siapa yang

melakukan pembelian bahan baku daging sapi, kemudahan dalam memperoleh

daging sapi, diskon yang diberikan, dan kualitas daging sapi. Pihak yang bertugas

dalam melakukan pembelian bertanggung jawab pada realisasi harga beli dengan

mencari harga termurah namun kualitas daging sapi yang sesuai. Pembelian

Page 26: PENDAHULUAN Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2643/2/T1_232008095_Full... · 1 PENDAHULUAN Latar Belakang . Perusahaan manufaktur membagi

26

daging sapi pada saat menjelang hari raya juga mempengaruhi varians sebab

permintaan pasar meningkat.

2. Bahan Baku Kacang Koro

Harga bahan baku kacang koro pada tahun 2009 memiliki rataan sebesar Rp 5.000

dan rataan realisasi harga beli sebesar Rp 4.883. Berdasarkan hasil analisis

varians, varians yang terjadi sebesar Rp 256.620 yang dapat dikategorikan

Favorable (F) dengan persentasi varians sebesar 2,34%. Sedangkan pada tahun

2010 memiliki rataan sebesar Rp 5.500 dengan rataan realisasi sebesar Rp 5.225.

Berdasarkan hasil analisis varians, varians yang terjadi sebesar Rp 786.042 yang

dapat dikategorikan Favorable (F) dengan persentasi varians sebesar 5%.

Ibu Yati membeli kacang koro di Pasar Legi, Kota Solo yang merupakan tempat

grosir bahan baku. Pembelian di grosir menyebabkan harga beli lebih murah dan

apabila pembelian kacang koro dalam jumlah banyak akan mendapatkan potongan

harga.

Jadi varians dapat terjadi karena kacang koro dibeli di grosir bahan baku yang

menjual kacang koro dengan harga yang lebih murah.

3. Bahan Baku Gula Pasir

Pada tahun 2009 standar harga beli bahan baku gula pasir memiliki rataan sebesar

Rp 8.000 dan rataan realisasi sebesar Rp 7.950. Varians yang terjadi sebesar Rp

20.562,50 yang dapat dikategorikan Favorable (F) dengan persentase varians

sebesar 0,63%. Sedangkan pada tahun 2010 standar harga bahan baku gula pasir

memiliki rataan sebesar Rp 9.000 dan rataan realisasi sebesar Rp 8.729.

Berdasarkan hasil analisis varians, varians yang terjadi sebesar Rp 116.120 yang

dapat dikategorikan Favorable (F) dengan persentase varians sebesar 3,01%.

Gula pasir dibeli di toko grosir langganan yang masih berlokasi di Kota Salatiga.

Harga gula pasir di toko grosir lebih murah dibandingkan di toko-toko yang lain.

Apabila Ibu Yati membeli dalam kuantitas banyak, maka akan mendapatkan

potongan harga.

Varians yang favorable dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2010 terjadi karena

gula pasir dibeli di toko grosir langganan yang menjual gula pasir dengan harga

yang lebih murah daripada grosir bahan baku lainnya.

Page 27: PENDAHULUAN Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2643/2/T1_232008095_Full... · 1 PENDAHULUAN Latar Belakang . Perusahaan manufaktur membagi

27

4. Bahan Baku Gula Jawa

Rataan standar harga bahan baku gula jawa selama tahun 2009 sebesar Rp 8.000

dan rataan realisasi sebesar Rp 7.290. Dari selisih rataan tersebut varians yang

terjadi sebesar Rp 291.987,50 yang dapat dikategorikan Favorable (F) dengan

persentase varians sebesar 8,88%. Sedangkan selama tahun 2010 memiliki rataan

standar sebesar Rp 8.000 dengan rataan realisasi sebesar Rp 7.829. Varians yang

terjadi sebesar Rp 73.245 yang dapat dikategorikan Favorable (F) dengan

persentase varians sebesar 2,14%.

Gula jawa dibeli langsung dari petani gula, sehingga harga beli lebih murah

dibandingkan di toko atau di pasar karena langsung dari produsen.

Dapat disimpulkan bahwa varians terjadi karena rata-rata harga realisasi lebih

rendah dari rata-rata harga standar, sebab bahan baku dibeli langsung dari

produsen.

5. Bahan Baku Minyak

Standar harga bahan baku minyak selama tahun 2009 memiliki rataan sebesar Rp

10.000 dengan rataan realisasi sebesar Rp 10.358,33. Berdasarkan hasil analisis

varians, varians yang terjadi sebesar Rp 333.457,21 yang dapat dikategorikan

Unfavorable (U) dengan persentase varians sebesar 3,58%. Sedangkan standar

harga bahan baku minyak selama tahun 2010 memiliki rataan sebesar Rp 12.000

dengan rataan realisasi sebesar Rp 11.583. Berdasarkan hasil analisis varians,

varians yang terjadi sebesar Rp 462.826 yang dapat dikategorikan Favorable (F)

dengan persentase varians sebesar 3,47%.

Bahan baku minyak dibeli di toko grosir langganan yang berlokasi di Kota

Salatiga. Karena telah sering membeli minyak di toko tersebut dalam kurun waktu

yang lama, menyebabkan apabila Ibu Yati membeli minyak dalam kuantitas yang

banyak akan mendapatkan potongan harga. Ibu Yati memilih toko grosir tersebut

karena menjual minyak dengan harga yang relatif lebh murah dibandingkan toko

yang lain.

Pada tahun 2009, selisih antara rata-rata harga realisasi dan rata-rata harga standar

adalah selisih yang Unfavorable. Hal ini terjadi karena penetapan harga beli

standar minyak kurang ditingkatkan, sebab pada 3 bulan pertama, harga realisasi

Page 28: PENDAHULUAN Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2643/2/T1_232008095_Full... · 1 PENDAHULUAN Latar Belakang . Perusahaan manufaktur membagi

28

bahan baku minyak sama dengan harga standar, dan pada bulan April sampai

dengan Bulan Desember rata-rata harga realisasi bahan baku minyak melebihi

standar harga. Dari data harga pembelian minyak di pasar, tampak bahwa apabila

harga minyak telah merangkak naik, sangat minimal sekali kemungkinan harga

akan turun kembali atau bahkan stabil.

Dapat disimpulkan bahwa varians terjadi karena pembelian di toko grosir

langganan sehingga harga realisasi lebih rendah dibandingkan harga beli standar.

Selain itu faktor kenaikan harga bahan baku yang sulit untuk ditekan juga

mempengaruhi varians.

6. Bahan Baku Kelapa

Bahan baku kelapa selama tahun 2009 memiliki rataan standar sebesar Rp 1.500

dengan rataan realisasi sebesar Rp 1.533,33. Berdasarkan hasil analisis varians,

varians yang terjadi sebesar Rp 2.741,67 yang dapat dikategorikan Unfavorable

(U) dengan persentase varians sebesar 2,22%. Selama tahun 2010 memiliki rataan

standar harga bahan baku kelapa sebesar Rp 1.600 dengan rataan realisasi sebesar

Rp 1.700. Berdasarkan hasil analisis varians, varians yang terjadi sebesar Rp

8.575 yang dapat dikategorikan Unfavorable (U) dengan persentase varians

sebesar 6,25%.

Kelapa dibeli di pasar tradisional Kota Salatiga. Penjual kelapa di pasar

jumlahnya sangat terbatas, sehingga mempengaruhi persediaan kelapa di pasaran.

Jumlah kelapa yang terbatas namun permintaan konsumen yang berfluktuasi

menyebabkan harga kelapa juga berubah-ubah hampir setiap hari. Akibat dari hal

tersebut, harga yang didapat Ibu Yati saat membeli kelapa setiap hari juga

berubah-ubah dan menyebabkan rata-rata realisasi harga lebih besar dari rata-rata

harga standar.

Varians Unfavorable dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2010 dapat

disimpulkan terjadi karena faktor kesulitan dalam mendapatkan bahan baku

kelapa dan pihak yang melakukan pembelian harus mencari harga yang termurah

dengan kualitas kelapa yang sesuai.

7. Bahan Baku Bumbu Rempah-Rempah

Page 29: PENDAHULUAN Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2643/2/T1_232008095_Full... · 1 PENDAHULUAN Latar Belakang . Perusahaan manufaktur membagi

29

Selama tahun 2009 standar harga bahan baku bumbu rempah-rempah memiliki

rataan sebesar Rp 79.000 dengan rataan realisasi sebesar Rp 78.842. Berdasarkan

hasil analisis varians, varians yang terjadi sebesar Rp 127.802,01 yang dapat

dikategorikan Favorable (F) dengan persentase varians sebesar 0,66%. Sedangkan

selama tahun 2010 rataan standar harga beli bahan baku bumbu rempah-rempah

sebesar Rp 82.000 dengan rataan realisasi sebesar Rp 81.821. Dari selisih tersebut

varians yang terjadi sebesar Rp 52.617 yang dapat dikategorikan Favorable (F)

dengan persentase varians sebesar 0,22%.

Ibu Yati membeli bumbu rempah-rempah di pasar tradisional di Kota Salatiga.

Jumlah pedagang bumbu rempah-rempah di pasar sangat tidak terbatas, karena

hampir setiap tempat ada penjual bumbu rempah-rempah dalam persediaan yang

banyak maupun sedikit, sehingga banyak pilihan bagi Ibu Yati untuk menentukan

tempat pembelian bumbu rempah-rempah. Penentuan tempat pembelian bumbu

rempah-rempah juga dipengaruhi oleh faktor harga yang termurah dengan kualitas

tetap sesuai seperti yang diinginkan. Pembelian dalam jumlah banyak dan

dilakukan setiap hari akan memunculkan diskon pembelian yang hal itu

merupakan keuntungan bagi pembeli.

Dapat disimpulkan bahwa varians ini terjadi karena kemudahan dalam

memperoleh bumbu rempah-rempah di pasar tradisional Kota salatiga, diskon

yang diberikan oleh penjual karena pembelian dalam jumlah banyak, serta

kejelian agen pembelian dalam mencari harga yang termurah dengan kualitas

yang sesuai keinginan.

Page 30: PENDAHULUAN Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2643/2/T1_232008095_Full... · 1 PENDAHULUAN Latar Belakang . Perusahaan manufaktur membagi

30

b. Analisis Varians Efisiensi Bahan Baku

Tabel 6

Analisis Varians Rata-Rata Efisiensi Bahan Baku

UKM Abon Cap Monggo Mas Tahun 2009

Nama Bahan Baku

Analisis Varians Rata-Rata Efisiensi Bahan Baku Tahun 2009

Standar

Kuantitas

(kg)

Realisasi

Kuantitas

(kg)

Standar

Harga

(Rp/kg)

Analisis

Varians U / F Varians

Daging Sapi 625 685,42 60.000 3.625.000 U -9,67%

Kacang Koro 2.000 2.193,33 5.000 966.666,67 U -9,67%

Gula Pasir 375 411,25 8.000 290.000 U -9,67%

Gula Jawa 375 411,25 8.000 290.000 U -9,67%

Minyak 850 930,58 10.000 805.782,68 U -9,48%

Kelapa 75 82,25 1.500 10.875 U -9,67%

Bumbu Rempah-rempah 225 246,72 79.000 1.716.040,77 U -9,65%

Sumber: Data UKM Abon Cap Monggo Mas yang diolah, 2012

Tabel 7

Analisis Varians Rata-Rata Efisiensi Bahan Baku

UKM Abon Cap Monggo Mas Tahun 2010

Nama Bahan Baku

Analisis Varians Rata-Rata Efisiensi Bahan Baku Tahun 2010

Standar

Kuantitas

(kg)

Realisasi

Kuantitas

(kg)

Standar

Harga

(Rp/kg)

Analisis

Varians U / F Varians

Daging Sapi 650 714,58 70.000 4.520.833,33 U -9,94%

Kacang Koro 2.600 2.858,33 5.500 1.420.833,33 U -9,94%

Gula Pasir 390 428,75 9.000 348.750 U -9,94%

Gula Jawa 390 428,75 8.000 310.000 U -9,94%

Minyak 1.010,39 1.110,78 12.000 1.204.697,33 U -9,94%

Kelapa 78 85,75 1.600 12.400 U -9,94%

Bumbu Rempah-rempah 267,88 294,50 82.000 2.182.556,96 U -9,94%

Sumber: Data UKM Abon Cap Monggo Mas yang diolah, 2012

Di UKM Abon Cap Monggo Mas, pihak yang bertugas melakukan pengawasan

terhadap kuantitas bahan baku adalah Bapak Kukuh Suwanto. Pemakaian bahan

baku harus berdasarkan perbandingan kuantitas yang telah ditetapkan oleh UKM.

Apabila salah satu kuantitas bahan baku meningkat, maka akan mempengaruhi

meningkatnya kuantitas bahan baku yang lain. Setiap hari, kuantitas bahan baku

yang dibeli oleh Ibu Yati berdasarkan kebutuhan untuk proses produksi. Bahan

Baku tersebut adalah:

Page 31: PENDAHULUAN Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2643/2/T1_232008095_Full... · 1 PENDAHULUAN Latar Belakang . Perusahaan manufaktur membagi

31

1. Bahan Baku Daging Sapi

Standar efisiensi bahan baku langsung daging sapi selama tahun 2009 memiliki

rataan sebesar 625kg dengan rataan realisasi sebesar 685,42kg. Berdasarkan hasil

analisis varians, varians yang terjadi sebesar Rp 3.625.000 yang dapat

dikategorikan Unfavorable (U) dengan persentase varians sebesar 9,67%.

Sedangkan standar efisiensi bahan baku langsung daging sapi selama tahun 2010

memiliki rataan sebesar 650kg dengan rataan realisasi sebesar 714,58kg.

Berdasarkan hasil analisis varians, varians yang terjadi sebesar Rp 4.520.833,33

yang dapat dikategorikan Unfavorable (U) dengan persentase varians sebesar

9,94%.

Varians yang unfavorable tersebut terjadi karena rata-rata kuantitas realisasi bahan

baku daging sapi selama tahun 2009 hingga tahun 2010 meningkat tiap bulan,

khususnya pada saat menjelang hari raya karena meningkatnya permintaan pasar.

Selain itu UKM juga meningkatkan produksi untuk menambah persediaan abon.

Dapat disimpulkan bahwa varians ini terjadi karena realisasi penggunaan daging

sapi yang melebihi standar. Sedangkan standar yang digunakan selalu konstan

dalam setiap produksi, tidak menyesuaikan dengan perubahan kondisi permintaan

pasar.

2. Bahan Baku Kacang Koro

Bahan baku kacang koro selama tahun 2009 memiliki rataan standar sebesar

2000kg dengan rataan realisasi sebesar 2.193,33kg. Berdasarkan hasil analisis

varians, varians yang terjadi sebesar Rp 966.666,67 yang dapat dikategorikan

Unfavorable (U) dengan persentase varians sebesar 9,67%. Sedangkan pada tahun

2010 standar efisiensi bahan baku kacang koro memiliki rataan sebesar 2.600kg

dengan rataan realisasi sebesar 2.858,33kg. Berdasarkan hasil analisis varians,

varians yang terjadi sebesar Rp 1.420.833,33 yang dapat dikategorikan

Unfavorable (U) dengan persentase varians sebesar 9,94%.

Meningkatnya kuantitas bahan baku daging sapi dalam proses produksi juga

meningkatkan kuantitas bahan baku kacang koro. Dengan perbandingan tiap 1kg

daging sapi, membutuhkan 4kg kacang koro sebagai bahan campuran.

Page 32: PENDAHULUAN Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2643/2/T1_232008095_Full... · 1 PENDAHULUAN Latar Belakang . Perusahaan manufaktur membagi

32

Perbandingan kuantitas bahan baku tersebut berlaku pada tahun 2009 sampai

dengan tahun 2010 dengan tujuan untuk menjaga kualitas hasil produksi abon.

Varians ini dipengaruhi oleh meningkatnya kuantitas bahan baku daging sapi yang

mempengaruhi kuantitas bahan baku kacang koro berdasarkan perbandingan

kuantitas.

3. Bahan Baku Gula Pasir

Selama tahun 2009 bahan baku langsung gula pasir memiliki rataan sebesar 375kg

dengan rataan realisasi sebesar 411,25kg. Berdasarkan hasil analisis varians,

varians yang terjadi sebesar Rp 290.000 yang dapat dikategorikan Unfavorable

(U) dengan persentase varians sebesar 9,67%. Sedangkan selama tahun 2010

standar efisiensi bahan baku langsung gula pasir memiliki rataan sebesar 390kg

dengan rataan realisasi sebesar 428,75kg. Berdasarkan hasil analisis varians,

varians yang terjadi sebesar Rp 348.750 yang dapat dikategorikan Unfavorable

(U) dengan persentase varians sebesar 9,94%.

Dalam proses produksi abon di UKM Abon Cap Monggo Mas, meningkatnya

kuantitas bahan baku daging sapi dan kacang koro juga meningkatkan kebutuhan

bahan baku gula pasir yang merupakan bahan baku untuk memberi rasa manis.

Perbandingan kuantitas antara bahan baku daging sapi dengan gula pasir adalah

setiap 1kg daging sapi membutuhkan 0,75kg gula pasir.

Varians ini terjadi karena meningkatnya kuantitas pemakaian bahan baku gula

pasir yang disesuaikan dengan meningkatnya kuantitas bahan baku yang lain agar

tetap menjaga kualitas rasa manis pada hasil produksi abon.

4. Bahan Baku Gula Jawa

Standar efisiensi bahan baku langsung gula jawa selama tahun 2009 memiliki

rataan sebesar 375kg dengan rataan realisasi sebesar 411,25kg. Berdasarkan hasil

analisis varians, varians yang terjadi sebesar Rp 290.000 yang dapat dikategorikan

Unfavorable (U) dengan persentase varians sebesar 9,67%. Sedangkan standar

efisiensi bahan baku langsung gula jawa selama tahun 2010 memiliki rataan

sebesar 390kg dengan rataan realisasi sebesar 428,75kg. Berdasarkan hasil

analisis varians, varians yang terjadi sebesar Rp 310.000 yang dapat dikategorikan

Unfavorable (U) dengan persentase varians sebesar 9,94%.

Page 33: PENDAHULUAN Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2643/2/T1_232008095_Full... · 1 PENDAHULUAN Latar Belakang . Perusahaan manufaktur membagi

33

Realisasi kuantitas bahan baku gula jawa yang lebih tinggi dari standar kuantitas

dipengaruhi oleh meningkatnya kuantitas bahan baku yang lain. Perbandingan

kebutuhan kuantitas bahan baku gula jawa sama dengan perbandingan kebutuhan

kuantitas gula pasir. Namun pada tahuun 2010, kebutuhan daging sapi yang

merupakan acuan perbandingan kuantitas lebih tinggi dari realisasi kuantitas pada

tahun 2010, maka realisasi kuantitas gula jawa pada tahun 2010 juga lebih tinggi

dari tahun 2009.

Dapat disimpulkan bahwa varians ini terjadi karena meningkatnya kuantitas bahan

baku gula jawa yang menyesuaikan dengan meningkatnya kuantitas bahan baku

yang lain dengan tujuan agar menjaga kualitas warna coklat pada abon.

5. Bahan Baku Minyak

Bahan baku minyak selama tahun 2009 memiliki rataan sebesar 850kg dengan

rataan realisasi sebesar 930,58kg. Berdasarkan hasil analisis varians, varians yang

terjadi sebesar Rp 805.782,68 yang dapat dikategorikan Unfavorable (U) dengan

persentase varians sebesar 9,48%. Sedangkan standar efisiensi bahan baku minyak

selama tahun 2010 memiliki rataan sebesar 1.010,39kg dengan rataan realisasi

sebesar 1.110,78kg. Berdasarkan hasil analisis varians, varians yang terjadi

sebesar Rp 1.204.697,33 yang dapat dikategorikan Unfavorable (U) dengan

persentase varians sebesar 9,94%.

Kebutuhan kuantitas realisasi bahan baku minyak yang lebih tinggi dari standar

kuantitas dipengaruhi oleh meningkatnya bahan baku daging sapi, kacang koro,

gula pasir, gula jawa, kelapa, dan bumbu rempah-rempah, dengan perbandingan

setiap 1kg campuran dari daging sapi, kacang koro, gula pasir, gula jawa, kelapa,

dan bumbu rempah-rempah, memerlukan kuantitas minyak sebesar 0,2309kg.

Varians ini terjadi disebabkan oleh peningkatan takaran minyak goreng untuk

proses penggorengan seiring dengan meningkatnya proses produksi untuk

menghasilkan abon dengan kualitas yang maksimal dan tidak merubah tekstur

hasil akhir produksi.

6. Bahan Baku Kelapa

Standar efisiensi bahan baku kelapa selama tahun 2009 memiliki rataan sebesar

75kg dengan rataan realisasi sebesar 82,25kg. Berdasarkan hasil analisis varians,

Page 34: PENDAHULUAN Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2643/2/T1_232008095_Full... · 1 PENDAHULUAN Latar Belakang . Perusahaan manufaktur membagi

34

varians yang terjadi sebesar Rp 10.875 yang dapat dikategorikan Unfavorable (U)

dengna persentase varians sebesar 9,67%. Sedangkan standar efisiensi bahan baku

kelapa selama tahun 2010 memiliki rataan sebesar 78kg dengan rataan realisasi

sebesar 85,75kg. Berdasarkan hasil analisis varians, varians yang terjadi sebesar

Rp 12.400 yang dapat dikategorikan Unfavorable (U) dengan persentase varians

sebesar 9,94%.

Meningkatnya kuantitas bahan baku kelapa tiap produksi selama tahun 2009 dan

2010 juga menyesuaikan dengan perbandingan takaran kuantitas bahan baku yang

lain. Setiap 1kg daging sapi memerlukan kuantitas kelapa sebesar 0,12kg. Standar

yang selalu konstan tiap proses produksi selama tahun 2009 hingga tahun 2010

menyebabkan rata-rata realisasi kauntitas bahan baku kelapa lebih tinggi.

Dapat disimpulkan bahwa varians ini terjadi dipengaruhi oleh peningkatan

komposisi kelapa dalam proses produksi abon untuk mendapatkan tekstur abon

yang tepat, dengan menyesuaikan takaran kuantitas bahan baku yang lain.

7. Bahan Baku Bumbu Rempah-Rempah

Pada tahun 2009 standar efisiensi bahan baku bumbu rempah-rempah memiliki

rataan sebesar 225kg dengan rataan realisasi sebesar 246,72kg. Berdasarkan hasil

analisis varians, varians yang terjadi sebesar Rp 1.716.040,77 yang dapat

dikategorikan Unfavorable (U) dengan persentase varians sebesar 9,65%.

Sedangkan standar efisiensi bahan baku langsung bumbu rempah-rempah selama

tahun 2010 memiliki rataan sebesar 267,88kg dengan rataan realisasi sebesar

294,50kg. Berdasarkan hasil analisis varians, varians yang terjadi sebesar Rp

2.182.556,96 yang dapat dikategorikan Unfavorable (U) dengan persentase

varians sebesar 9,94%.

Takaran bahan baku rempah-rempah berbanding lurus dengan kuantitas bahan

baku yang lain. Setiap 1kg campuran dari daging sapi, kacang koro, gula pasir,

gula jawa, dan kelapa memerlukan bumbu rempah-rempah sebanyak 0,06521kg.

Hal ini dipengaruhi oleh faktor penyesuaian komposisi bumbu rempah-rempah

dalam proses roduksi abon untuk menentukan cita rasa hasil akhir produksi.

Page 35: PENDAHULUAN Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2643/2/T1_232008095_Full... · 1 PENDAHULUAN Latar Belakang . Perusahaan manufaktur membagi

35

c. Analisis Varians Total Bahan Baku

Analisis varians total bahan baku langsung menggabungkan antara

varians harga dan efisiensi dari bahan baku. Analisis varians total bahan

baku dalam produksi periode 2009 dan 2010 disajikan dalam tabel:

Tabel 8

Analisis Varians Total Rata-Rata Bahan Baku

UKM Abon Cap Monggo Mas Tahun 2009

Nama Bahan Baku

Analisis Varians Total Rata-Rata Bahan Baku Langsung

Tahun 2009

Biaya

Standar

(Rp)

Biaya

Aktual

(Rp)

Analisis

Varians U / F Varians

Daging Sapi 37.500.000 41.813.387 4.313.387 U -11,50%

Kacang Koro 10.000.000 10.710.047 710.047 U -7,10%

Gula Pasir 3.000.000 3.269.438 269.438 U -8,98%

Gula Jawa 3.000.000 2.998.013 -1.988 F 0,07%

Minyak 8.500.000 9.639.240 1.139.240 U -13,40%

Kelapa 112.500 126.117 13.617 U -12,10%

Bumbu Rempah-rempah 17.775.000 19.363.239 1.588.239 U -8,94%

Sumber: Data UKM Abon Cap Monggo Mas yang diolah, 2012

Tabel 9

Analisis Varians Total Rata-Rata Bahan Baku

UKM Abon Cap Monggo Mas Tahun 2010

Nama Bahan Baku

Analisis Varians Total Rata-Rata Bahan Baku Langsung

Tahun 2010

Biaya

Standar

(Rp)

Biaya

Aktual

(Rp)

Analisis

Varians U / F Varians

Daging Sapi 45.500.000 47.312.146 1.812.146 U -3,98%

Kacang Koro 14.300.000 14.934.792 634.792 U -4,44%

Gula Pasir 3.510.000 3.742.630 232.630 U -6,63%

Gula Jawa 3.120.000 3.356.755 236.755 U -7,59%

Minyak 12.124.696 12.866.567 741.871 U -6,12%

Kelapa 124.800 145.775 20.975 U -16,81%

Bumbu Rempah-rempah 21.966.380 24.096.320 2.129.940 U -9,70%

Sumber: Data UKM Abon Cap Monggo Mas yang diolah, 2012

Berdasarkan analisis varians rata-rata harga bahan baku dan rata-rata efisiensi

bahan baku selama tahun 2009 dan tahun 2010 diperoleh varians total rata-rata

bahan baku. Varians tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

Page 36: PENDAHULUAN Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2643/2/T1_232008095_Full... · 1 PENDAHULUAN Latar Belakang . Perusahaan manufaktur membagi

36

1. Bahan Baku Daging sapi

Biaya standar rata-rata bahan baku daging sapi selama tahun 2009 sebesar Rp

37.500.000 dengan realisasi sebesar Rp 41.813.387. Berdasarkan analisis varians

total yang menggabungkan antara varians harga dan varians efisiensi, varians

yang terjadi sebesar Rp 4.313.387. Varians total ini dapat dikategorikan

Unfavorable (U) dengan persentase varians sebesar 11,50%. Sedangkan pada

tahun 2010 biaya standar rata-rata bahan baku daging sapi sebesar Rp 45.500.000

dengan realisasi sebesar Rp 47.312.146. Berdasarkan analisis varians total yang

menggabungkan antara varians harga dan varians efisiensi, varians yang terjadi

sebesar Rp 1.812.146. Varians total ini dapat dikategorikan Unfavorable (U)

dengan persentase varians sebesar 3,98%.

Pada tahun 2009 varians Unfavorable terjadi karena realisasi harga dan realisasi

kuantitas yang lebih tinggi dari standar yang ditetapkan UKM, sehingga hasil

perkalian realisasi harga dan kuantitas lebih tinggi dari standar. Sedangkan pada

tahun 2010, walaupun rata-rata realisasi harga lebih rendah dari standar yang

ditetapkan, namun apabila dikalikan dengan realisasi kuantitas, hasilnya tetap

lebih tinggi dibandingkan standar, sehingga menyebabkan total rata-rata bahan

baku unfavorable.

2. Bahan Baku Kacang Koro

Bahan baku kacang koro selama tahun memiliki standar rata-rata sebesar Rp

10.000.000 dengan realisasi sebesar Rp 10.710.047. Berdasarkan analisis varians

total yang menggabungkan antara varians harga dan varians efisiensi, varians

yang terjadi sebesar Rp 710.047. Varians total ini dapat dikategorikan

Unfavorable (U) dengan persentase varians sebesar 7,10%. Sedangkan pada tahun

2010 biaya standar rata-rata bahan baku kacang koro sebesar Rp 14.300.000

dengan realisasi sebesar Rp 14.934.792. Berdasarkan analisis varians total yang

menggabungkan antara varians harga dan varians efisiensi, varians yang terjadi

sebesar Rp 634.792. Varians total ini dapat dikategorikan Unfavorable (U) dengan

persentase varians sebesar 4,44%.

Perkalian realisasi kuantitas dengan realisasi harga yang lebih tinggi dari hasil

perkalian standar kuantitas dan harga menyebabkan varians yang unfavorable.

Page 37: PENDAHULUAN Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2643/2/T1_232008095_Full... · 1 PENDAHULUAN Latar Belakang . Perusahaan manufaktur membagi

37

Walaupun hasil varians rata-rata harga pada tahun 2009 dan 2010 menghasilkan

varians yang favorable, namun nilai tersebut tidak signifikan jika dibandingkan

dengan jumlah varians yang unfavorable pada rata-rata efisiensi bahan baku

kacang koro.

3. Bahan Baku Gula Pasir

Biaya standar rata-rata bahan baku gula pasir selama tahun 2009 sebesar Rp

3.000.000 dengan realisasi sebesar Rp 3.269.438. Berdasarkan analisis varians

total yang menggabungkan antara varians harga dan varians efisiensi, varians

yang terjadi sebesar Rp 269.438. Varians total ini dapat dikategorikan

Unfavorable (U) dengan persentase varians sebesar 8,98%. Sedangkan pada tahun

2010 biaya standar rata-rata bahan baku gula pasir sebesar Rp 3.510.000 dengan

realisasi sebesar Rp 3.742.630. Berdasarkan analisis varians total yang

menggabungkan antara varians harga dan varians efisiensi, varians yang terjadi

sebesar Rp 232.630. Varians total ini dapat dikategorikan Unfavorable (U) dengan

persentase varians sebesar 6,63%.

Varians ini terjadi karena faktor kuantitas realisasi gula pasir yang lebih tinggi

dari standar yang ditetapkan oleh UKM selama tahun 2009 sampai dengan tahun

2010. Walaupun rata-rata realisasi harga gula pasir lebih rendah dari standar yang

ditetapkan, namun selisih tersebut tidak signifikan.

4. Bahan Baku Gula Jawa

Bahan baku gula jawa selama tahun 2009 memiliki biaya standar sebesar Rp

3.000.000 dengan realisasi sebesar Rp 2.998.013. Berdasarkan analisis varians

total yang menggabungkan antara varians harga dan varians efisiensi, varians

yang terjadi sebesar Rp 1.988. Varians total ini dapat dikategorikan Favorable (F)

dengan persentase varians sebesar 0,07%. Sedangkan pada tahun 2010 biaya

standar rata-rata bahan baku gula jawa sebesar Rp 3.120.000 dengan realisasi

sebesar Rp 3.356.755. Berdasarkan analisis varians total yang menggabungkan

antara varians harga dan varians efisiensi, varians yang terjadi sebesar Rp

236.755. Varians total ini dapat dikategorikan Unfavorable (U) dengan

persentase varians sebesar 7,59%.

Page 38: PENDAHULUAN Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2643/2/T1_232008095_Full... · 1 PENDAHULUAN Latar Belakang . Perusahaan manufaktur membagi

38

Varians yang unfavorable pada tahun 2010 terjadi karena varians rata-rata harga

bahan baku yang lebih rendah dari standar harga, walaupun varians tersebut

favorable. Sehingga selisih realisasi harga dengan standar yang ditetapkan tidak

signifikan. Sedangkan pada tahun 2009 varians rata-rata harga bahan baku gula

jawa melebihi standar harga, sehingga varians tersebut dapat menguatkan hasil

total rata-rata bahan baku menjadi favorable.

5. Bahan Baku Minyak

Selama tahun 2009 bahan baku minyak memiliki biaya standar rata-rata sebesar

Rp 8.500.000 dengan realisasi sebesar Rp 9.639.240. Berdasarkan analisis

varians total yang menggabungkan antara varians harga dan varians efisiensi,

varians yang terjadi sebesar Rp 1.139.240. Varians total ini dapat dikategorikan

Unfavorable (U) dengan persentase varians sebesar 13,40%. Sedangkan pada

tahun 2010 biaya standar rata-rata bahan baku minyak sebesar Rp 12.124.696

dengan realisasi sebesar Rp 12.866.567. Berdasarkan analisis varians total yang

menggabungkan antara varians harga dan varians efisiensi, varians yang terjadi

sebesar Rp 741.871. Varians total ini dapat dikategorikan Unfavorable (U)

dengan persentase varians sebesar 6,12%.

Varians ini terjadi disebabkan oleh realisasi harga dan kuantitas minyak pada

tahun 2009 melebihi standar yang ditetapkan. Walaupun pada tahun 2010,

realisasi rata-rata harga minyak dibandingkan standar menghasilkan varians yang

Favorable, namun hasil varian tersebut tidak signifikan sebab tidak melebihi

standar yang ditetapkan.

6. Bahan Baku Kelapa

Biaya standar rata-rata bahan baku kelapa selama tahun 2009 sebesar Rp 112.500

dengan realisasi sebesar Rp 126.117. Berdasarkan analisis varians total yang

menggabungkan antara varians harga dan varians efisiensi, varians yang terjadi

sebesar Rp 13.617. Varians total ini dapat dikategorikan Unfavorable (F) dengan

persentase varians sebesar 12,10%. Sedangkan pada tahun 2010 biaya standar

rata-rata bahan baku kelapa sebesar Rp 124.800 dengan realisasi sebesar Rp

145.775. Berdasarkan analisis varians total yang menggabungkan antara varians

harga dan varians efisiensi, varians yang terjadi sebesar Rp 20.975. Varians total

Page 39: PENDAHULUAN Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2643/2/T1_232008095_Full... · 1 PENDAHULUAN Latar Belakang . Perusahaan manufaktur membagi

39

ini dapat dikategorikan Unfavorable (U) dengan persentase varians sebesar

16,81%.

Varians tersebut terjadi karena varians rata-rata harga dan kuantitas bahan baku

kelapa pada tahun 2009 dan 2010 menghasilkan varians yang unfavorable,

sehingga hasil perkalian antara realisasi harga dan kuantitas lebih tinggi dari

standar yang ditetapkan oleh UKM.

7. Bahan Baku Bumbu Rempah-Rempah

Bahan baku bumbu rempah-rempah selama tahun 2009 smemiliki biaya standar

sebesar Rp 17.775.000 dengan realisasi sebesar Rp 19.363.239. Berdasarkan

analisis varians total yang menggabungkan antara varians harga dan varians

efisiensi, varians yang terjadi sebesar Rp 1.588.239. Varians total ini dapat

dikategorikan Unfavorable (U) dengan persentase varians sebesar 8,94%.

Sedangkan pada tahun 2010 biaya standar rata-rata bahan baku bumbu rempah-

rempah sebesar Rp 21.966.380 dengan realisasi sebesar Rp 24.096.320.

Berdasarkan analisis varians total yang menggabungkan antara varians harga dan

varians efisiensi, varians yang terjadi sebesar Rp 2.129.940. Varians total ini

dapat dikategorikan Unfavorable (U) dengan persentase varians sebesar 9,70%.

Hal ini terjadi karena hasil perkalian antara realisasi harga dan kuantitas bahan

baku rempah-rempah pada tahun 2009 dan 2010 lebih tinggi dibandingkan

perkalian biaya standar yang ditetapkan oleh UKM. Walaupun pada tahun 2009

dan 2010 terjadi varians rata-rata harga bumbu rempah-rempah yang favorable,

namun keuntungan tersebut tidak signifikan, sebab tidak lebih besar dari standar

harga.

Page 40: PENDAHULUAN Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2643/2/T1_232008095_Full... · 1 PENDAHULUAN Latar Belakang . Perusahaan manufaktur membagi

40

4.2 Analisis Varians Tenaga Kerja Langsung

Analisis varians tenaga kerja langsung terdiri dari varians tarif tenaga kerja

langsung dan varians efisiensi tenaga kerja langsung.

a. Analisis Varians Tarif Tenaga Kerja Langsung

Tabel 10

Analisis Varians Rata-Rata Tarif Tenaga Kerja Langsung

UKM Abon Cap Monggo Mas tahun 2009

Jenis Varians

Analisis Varians Tarif Tenaga Kerja Langsung Tahun 2009

Tarif Upah

Standar

per Jam

(Rp)

Tarif Upah

Aktual per

Jam

(Rp)

Jam TKL

Aktual

(jam)

Analisis

Varians

(LRV)

U / F Varians

Tenaga Kerja Bagian

Penggorengan 2.500

2.830,66 209,67 69.329,05 U -13,23%

Tenaga Kerja Bagian

Pengepressan 3.125

3.648,55 209,67 109.771 U -16,75%

Tenaga Kerja Bagian

Pengemasan 2.187,50

2.421,72 209,67 49.108,08 U -10,71%

Sumber: Data UKM Abon Cap Monggo Mas yang diolah, 2012

Tabel 11

Analisis Varians Rata-Rata Tarif Tenaga Kerja Langsung

UKM Abon Cap Monggo Mas Tahun 2010

Jenis Varians

Analisis Varians Tarif Tenaga Kerja Langsung Tahun 2010

Tarif Upah

Standar

per Jam

(Rp)

Tarif Upah

Aktual per

Jam

(Rp)

Jam TKL

Aktual

(jam)

Analisis

Varians U / F Varians

Tenaga Kerja Bagian

Penggorengan 2.500,00

2.838,74 210,00 71.136,38 U -13,55%

Tenaga Kerja Bagian

Pengepressan 3.125,00

3.661,35 210,00 112.632,61 U -17,16%

Tenaga Kerja Bagian

Pengemasan 2.187,50

2.427,44 210,00 50.388,27 U -10,97%

Sumber: Data UKM Abon Cap Monggo Mas yang diolah, 2012

Pihak yang menentukan tarif tenaga kerja di UKM Abon Cap Monggo Mas adalah

Bapak Kukuh Suwanto. Dari analisis varians rata-rata tarif tenaga kerja tersebut,

dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Tenaga Kerja Bagian Penggorengan

Pada tahun 2009 tenaga kerja langsung bagian penggorengan memiliki tarif upah

standar per jam sebesar Rp 2.500, dan rata-rata tarif upah aktual per jam sebesar

Page 41: PENDAHULUAN Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2643/2/T1_232008095_Full... · 1 PENDAHULUAN Latar Belakang . Perusahaan manufaktur membagi

41

Rp 2.838,74. Berdasarkan hasil analisis varians, varians yang terjadi sebesar Rp

69.329,05 yang dapat dikategorikan Unfavorable (U) dengan persentase varians

sebesar 13,23%. Hal ini terjadi karena pada bulan April dan Mei produksi abon

meningkat, yang memerlukan waktu lembur untuk penyelesaian sehingga tarif

bertambah sebesar Rp 80.000. Selain itu pada Bulan Agustus, September, dan

Oktober, jam kerja tenaga kerja langsung bagian penggorengan bertambah dan

meningkatkan biaya lembur sebesar Rp 200.000. Pada Bulan November,

tambahan jam kerja lembur karena proses produksi meningkat menyebabkan upah

tenaga kerja bertambah sebesar Rp 280.000, dan pada Bulan Desember tenaga

kerja bagian penggorengan menerima upah lembur sebesar Rp 120.000.

Pada Tahun 2010 tenaga kerja langsung bagian penggorengan memiliki tarif upah

sebesar Rp 2.500 per jam, dan rata-rata tarif upah sebesar Rp 2.838,74 per jam.

Berdasarkan hasil analisis varians, varians yang terjadi sebesar Rp 71.136,38 yang

dapat dikategorikan Unfavorable (U) dengan persentase varians sebesar 13,55%.

Hal ini terjadi karena pada tahun 2010 terjadi jam kerja lembur untuk tenaga kerja

bagian penggorengan pada bulan-bulan tertentu, yaitu pada Bulan Mei dan Juni

yang menyebabkan bertambahnya upah tenaga kerja sebesar Rp 40.000. Pada

Bulan Juli dan Agustus menyebabkan upah tenaga kerja bertambah sebesar Rp

80.000. Pada Bulan September, jam kerja lembur menyebabkan upah tenaga kerja

bertambah sebesar Rp 160.000. Pada Bulan Oktober dan November upah tenaga

kerja bagian penggorengan bertambah sebesar Rp 300.000, sedangkan pada Bulan

Desember upah tenaga kerja bertambah sebesar Rp 200.000.

2. Tenaga Kerja Bagian Pengepressan

Tenaga kerja bagian pengepressan memiliki rata-rata tarif upah standar sebesar Rp

3.125 pada tahun 2009, dan rata-rata tarif upah aktual sebesar Rp 3.648,55.

Berdasarkan analisisi varians tarif tenaga kerja langsung, varians yang terjadi

sebesar Rp 109.771, yang dapat dikategorikan Unfavorable (U) dengan persentase

varians sebesar 16,75%. Hal ini terjadi karena pada Bulan April dan Mei terjadi

peningkatan upah tenaga kerja bagian pngepressan sebesar Rp 120.000 untuk jam

kerja lembur. Selain itu pada Bulan Agustus, September, dan Oktober, upah jam

kerja lembur bertambah masing-masing sebesar Rp 300.000. Pada Bulan

Page 42: PENDAHULUAN Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2643/2/T1_232008095_Full... · 1 PENDAHULUAN Latar Belakang . Perusahaan manufaktur membagi

42

November terjadi penambahan upah tenaga kerja karena jam kerja lembur sebesar

Rp 420.000, dan pada Bulan Desember upah tenaga kerja bertambah sebesar Rp

180.000 untuk jam kerja lembur.

Pada tahun 2010, tenaga kerja langsung bagian pengepressan memeiliki rata-rata

tarif upah standar sebesar Rp 3.125 per jam dan rata-rata tarif upah aktual sebesar

Rp 3.661,35 per jam. Berdasarkan analisis varians, varians yang terjadi sebesar

Rp 112.632,61 yang dapat dikategorikan Unfavorable (U) dengan persentase

varians sebesar 17,16%. Hal ini terjadi karena peningkatan jam kerja lembur tiap

tenaga kerja bagian pengpressan akibat dari produksi abon yang meningkat.

Peningkatan jam kerja tersebut terjadi pada Bulan Mei dan juni yang

menyebabkan upah tenaga kerja bertambah sebesar Rp 60.000. Pada Bulan Juli

dan Agustus upah tenaga kerja untuk jam kerja lembur bertambah sebesar Rp

120.000. Upah tenaga kerja bertambah sebesar Rp 240.000 pada Bulan

September. Bulan Oktober dan November, upah tenaga kerja bertambah sebesar

Rp 450.000, dan pada Bulan Desember jam kerja lembur menyebabkan upah

bertambah sebesar Rp 300.000.

3. Tenaga Kerja Bagian Pengemasan

Pada Tahun 2009, tenaga kerja langsung bagian pengemasan memiliki rata-rata

tarif upah standar sebesar Rp 2.187,5 per jam dan rata-rata tarif upah aktual

sebesar Rp 2.421,72 per jam. Berdasarkan analisis varians, varians yang terjadi

sebesar Rp 49.108,08 yang dapat dikategorikan Unfavorable (U) dengan

persentase varians sebesar 10,71%. Varians tersebut terjadi karena pada Bulan

April dan Mei upah tenaga kerja bertambah sebesar Rp 60.000. Pada Bulan

Agustus, September, dan Oktober upah tenaga kerja bertambah sebesar Rp

150.000. Sedangkan pada Bulan November upah tenaga kerja bertambah sebesar

Rp 210.000 dan Bulan Desember upah tenaga kerja bertambah sebesar Rp 90.000

untuk upah jam kerja lembur.

Tahun 2010, tenaga kerja langsung bagian pengemasan memiliki rata-rata tarif

upah standar per jam sebesar Rp 2.187,5 dan rata-rata tarif upah aktual per jam

sebesar Rp 2.427,44. Berdasarkan analisis varians, varians yang terjadi sebesar Rp

50.388,27 yang dapat dikategorikan varians yang Unfavorable (U) dengan

Page 43: PENDAHULUAN Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2643/2/T1_232008095_Full... · 1 PENDAHULUAN Latar Belakang . Perusahaan manufaktur membagi

43

persentase varians sebesar 10,97%. Hal ini terjadi karena pada Bulan Mei dan Juni

terjadi peningkatatn upah untuk jam kerja lembur sebesar Rp 30.000. Pada Bulan

Juli dan Agustus upah tenaga kerja bertambah sebesar Rp 60.000. Sedangkan

pada Bulan September upah tenaga kerja bertambah sebesar Rp 120.000. Upah

tenaga kerja untuk Bulan Oktober dan November juga bertambah masing-masing

sebesar Rp 225.000. Pada Bulan Desember upah tenaga kerja juga meningkat

sebesar Rp 150.000.

b. Analisis Varians Efisiensi Tenaga Kerja Langsung

Tabel 12

Analisis Varians Rata-Rata Efisiensi Tenaga Kerja Langsung

UKM Abon Cap Monggo Mas Tahun 2009

Jenis Varians

Analisis Varians Efisiensi Tenaga Kerja Langsung Tahun 2009

Jam TKL

Standar

(jam)

Jam TKL

Aktual

(jam)

Tarif Upah

Standar per

Jam

(Rp)

Analisis

Varians U / F Varians

Tenaga Kerja Bagian

Penggorengan 200

209,67 2.500

24.166,67 U -4,83%

Tenaga Kerja Bagian

Pengepressan 200

209,67 3.125

30.208,33 U -4,83%

Tenaga Kerja Bagian

Pengemasan 200

209,67 2.187,50

21.145,83 U -4,83%

Sumber: Data UKM Abon Cap Monggo Mas yang diolah, 2012

Tabel 13

Analisis Varians Rata-Rata Efisiensi Tenaga Kerja Langsung

UKM Abon Cap Monggo Mas Tahun 2010

Jenis Varians

Analisis Varians Efisiensi Tenaga Kerja Langsung Tahun 2010

Jam TKL

Standar

(jam)

Jam TKL

Aktual

(jam)

Tarif Upah

Standar per

Jam

(Rp)

Analisis

Varians U / F Varians

Tenaga Kerja Bagian

Penggorengan 200

210 2.500

25.000 U -5%

Tenaga Kerja Bagian

Pengepressan 200

210 3.125

31.250 U -5%

Tenaga Kerja Bagian

Pembungkusan 200

210 2.187,50

21.875 U -5%

Sumber: Data UKM Abon Cap Monggo Mas yang diolah, 2012

Page 44: PENDAHULUAN Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2643/2/T1_232008095_Full... · 1 PENDAHULUAN Latar Belakang . Perusahaan manufaktur membagi

44

Berdasarkan analisis varians rata-rata efisiensi tenaga kerja langsung, dapat

diuraikan sebagai berikut:

1. Tenaga Kerja Bagian Penggorengan

Selama tahun 2009, tenaga kerja bagian penggorengan memiliki jam tenaga kerja

langsung standar sebesar 200 jam dan rata-rata jam tenaga kerja langsung aktual

sebesar 209,67 jam. Berdasarkan analisis varians, varians yang etrjadi sebesar Rp

24.166,67 yang dikategorikan Unfavorable (U) dengan persentase varians sebesar

4,83%. Hal ini terjadi karena pada Bulan April dan Mei jam kerja tenaga kerja

bagian penggorengan bertambah sebanyak 8 jam. Pada Bulan Agustus hingga

Oktober terjadi jam kerja lembur sebanyak 20 jam. Sedangkan pada Bulan

November jam kerja lembur sebanyak 28 jam, dan pada Bulan Desember

peningkatan jam kerja sebanyak 12 jam.

Tahun 2010, tenaga kerja bagian penggorengan memiliki jam tenaga kerja

langsung standar sebesar 200 jam, dan rata-rata jam tenaga kerja langsung aktual

sebesar 210 jam. Berdasarkan analisis varians, varians yang terjadi sebesar Rp

25.000 yang dikategorikan Unfavorable (U) dengan persentase varians sebesar

5%. Varians ini terjadi karena pada Bulan Mei dan juni terjadi peningkatan jam

kerja sebanyak 4 jam. Sedangkan pada bulan Juli dan Agustus terjadi peningkatan

jam kerja sebanyak 8 jam. Pada Bulan September, jam kerja meningkat sebanyak

16 jam. Bulan Oktober dan November, jam kerja lembur sebnayak masing-masing

30 jam, dan pada Bulan Desember terjadi jam kerja lembur sebanyak 20 jam.

2. Tenaga Kerja Bagian Pengepressan

Selama tahun 2009, tenaga kerja langsung bagian pengepressan memiliki jam

tenaga kerja langsung standar sebesar 200 jam dan rata-rata jam tenaga kerja

langsung aktual sebesar 209,67 jam. Berdasarkan analisis varians, varians yang

terjadi sebesar Rp 30.208,33 yang dikategorikan varians Unfavorable (U) dengan

persentase varians sebesar . Varians ini terjadi karena terjadi jam kerja lembur

pada bulan-bulan tertentu, yaitu Bulan April dan Mei masing-masing sebanyak 8

jam. Bulan Agustus hingga Oktober jam kerja lembur sebanyak 20 jam. Pada

Bulan November jam kerja lembur sebanyak 28 jam, dan pada Bulan Desember

jam kerja bertambah sebanyak 12 jam.

Page 45: PENDAHULUAN Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2643/2/T1_232008095_Full... · 1 PENDAHULUAN Latar Belakang . Perusahaan manufaktur membagi

45

Tahun 2010, tenaga kerja bagian pengepressan memiliki jam tenaga kerja

langsung standar sebesar 200 jam, dan rata-rata jam tenaga kerja langsung aktual

sebesar 210 jam. Berdasarkan analisis varians, varians yang terjadi sebesar Rp

31.250 yang dikategorikan Unfavorable (U) dengan persentase sebesar 5%. Hal

ini terjadi karena pada Bulan Mei dan Juni terjadi jam kerja lembur sebanyak 4

jam. Pada bulan Juli dan Agustus terjadi peningkatan jam kerja sebanyak 8 jam.

Bulan September, jam kerja meningkat sebanyak 16 jam. Bulan Oktober dan

November, terjadi jam kerja lembur sebnyak masing-masing 30 jam, dan pada

Bulan Desember jam kerja meningkat sebanyak 20 jam.

3. Tenaga Kerja Bagian Pengemasan

Tahun 2009, tenaga kerja langsung bagian pengemasan memiliki jam tenaga kerja

langsung standar sebesar 200 jam dan rata-rata jam tenaga kerja langsung aktual

sebesar 209,67 jam. Berdasarkan analisis varians, varians yang terjadi sebesar Rp

21.145,83 dan dapat dikategorikan Unfavorable (U) dengan persentase varians

sebesar 4,83%. Hal ini disebabkan karena adanya jam kerja lembur yaitu Bulan

April dan Mei masing-masing sebanyak 8 jam. Pada Bulan Agustus sampai

dengan Oktober jam kerja lembur sebanyak 20 jam. Pada Bulan November jam

kerja lembur sebanyak 28 jam, dan pada Bulan Desember jam kerja bertambah

sebanyak 12 jam.

Selama Tahun 2010, tenaga kerja bagian pengemasan memiliki jam tenaga kerja

langsung standar sebesar 200 jam, dan rata-rata jam tenaga kerja langsung aktual

sebesar 210 jam. Berdasarkan analisis varians, varians yang terjadi sebesar Rp

21.875 yang dikategorikan Unfavorable (U) dengan persentase varians sebesar

5%. Varians ini karena Bulan Mei dan Juni terjadi jam kerja lembur sebanyak 4

jam. Bulan Juli dan Agustus terjadi peningkatan jam kerja sebanyak 8 jam. Bulan

September, jam kerja bertambah sebanyak 16 jam. Bulan Oktober dan November,

terjadi jam kerja lembur sebnyak masing-masing 30 jam, dan pada Bulan

Desember jam kerja meningkat sebanyak 20 jam.

Page 46: PENDAHULUAN Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2643/2/T1_232008095_Full... · 1 PENDAHULUAN Latar Belakang . Perusahaan manufaktur membagi

46

4.3 Analisis Varians Overhead

Analisis varians overhead terbagi menjadi varians overhead variabel dan

varians overhead tetap.

a. Varians Overhead Variabel

Overhead variabel yang digunakan yaitu listrik, bahan bakar kayu dan

paket kemasan. Paket kemasan terdiri dari plastik pembungkus, toples dan

cetak kertas serta sablon logo UKM. Analisis varians overhead variabel

terdiri dari varians pengeluaran overhead variabel dan varians efisiensi

overhead variabel.

1) Varians Pengeluaran Overhead Variabel

Tabel 14

Analisis Varians Pengeluaran Overhead Variabel Produksi

UKM Abon Cap Monggo Mas Tahun 2009

Jenis

Analisis Varians Pengeluaran Overhead Variabel Tahun 2009

Tarif

Standar

Overhead

Variabel

(Rp)

Tarif Aktual

Overhead

Variabel

(Rp)

Jam TKL

Aktual

(jam)

Analisis

Varians U / F Varians

Listrik 90.000 93.189 209,67 668.714 U -3,54%

Bahan Bakar Kayu 2.250.000 2.291.344 209,67 8.668.406 U -1,84%

Paket Kemasan 2.241.000 2.299.208 209,67 12.204.347 U -2,60%

Sumber: Data UKM Abon Cap Monggo Mas yang diolah, 2012

Tabel 15

Analisis Varians Pengeluaran Overhead Variabel Produksi

UKM Abon Cap Monggo Mas Tahun 2009

Jenis

Analisis Varians Pengeluaran Overhead Variabel Tahun 2010

Tarif

Standar

Overhead

Variabel

(Rp)

Tarif Aktual

Overhead

Variabel

(Rp)

Jam TKL

Aktual

(jam)

Analisis

Varians U / F Varians

Listrik 110.000 105.223 210 -1.003.083 F 4,34%

Bahan Bakar Kayu 2.275.000 2.202.083 210 -15.312.500 F 3,21%

Paket Kemasan 2.241.000 2.279.333 210 8.050.000 U -1,71%

Sumber: Data UKM Abon Cap Monggo Mas yang diolah, 2012

Berdasarkan analisis varians pengeluaran overhead variabel produksi, dapat

diuraikan sebagai berikut:

Page 47: PENDAHULUAN Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2643/2/T1_232008095_Full... · 1 PENDAHULUAN Latar Belakang . Perusahaan manufaktur membagi

47

1. Overhead Variabel Listrik

Selama tahun 2009, overhead variabel listrik memiliki tarif standar sebesar Rp

90.000 dan rata-rata tarif aktul overhead sebesar Rp 93.189. Berdasarkan analisis

varians, varians yang terjadi sebesar Rp 668.714 yang dikategorikan varians

Unfavorable (U) dengan persentase varians sebesar 3,54%. Hal ini terjadi karena

peningkatan produksi abon yang menyebabkan peningkatan penggunaan overhead

listrik. Standar yang ditetapkan oleh UKM terhadap biaya listrik selalu konstan

setiap bulan sehingga sering terjadi realisasi biaya overhead listrik lebih tinggi

dari standar yang ditetapkan. Selain itu tenaga kerja sering melakukan

pemborosan terhadap overhead listrik, misalnya menyalakan lampu pada siang

hari, pemakaian air berlebihan yang meningkatkan tarif listrik dari sumur pompa,

dan pemakaian alat press yang tidak terkontrol.

Tahun 2010, overhead variabel listrik memiliki tarif standar sebesar Rp 110.000

dan rata-rata tarif aktual overhead sebesar Rp 105.223. Berdasarkan analisis

varians varians yang terjadi sebesar Rp 1.003.083 yang dikategorkan Unfavorable

(U) dengan persentase varians sebesar 4,34%.

Dapat disimpulkan bahwa varians pengeluaran yang terjadi pada overhead listrik

disebabkan oleh faktor penetapan standar yang tidak menyesuaikan dengan

kebutuhan overhead listrik setiap produksi.

2. Overhead Variabel Bahan Bakar Kayu

Selama tahun 2009, tarif standar pada overhead bahan bakar kayu sebesar Rp

2.250.000 dan rata-rata tarif aktual sebesar Rp 2.291.344. Berdasarkan analisis

varians, varians yang terjadi sebesar Rp 8.668.406 yang dikategorikan varians

Unfavorable (U) dengan persentase varians sebesar 1,84%. Hal ini terjadi karena

peningkatan produksi abon yang menyebabkan kebutuhan bahan bakar kayu juga

meningkat. Kurangnya pengawasan pada pemakaian bahan bakar kayu

menyebabkan terjadinya pemborosan, selain itu sering diperoleh kayu yang belum

kering sehingga kebutuhan bahan bakar kayu bertambah.

Tahun 2010, tarif upah standar pada overhead bahan bakar kayu sebesar Rp

2.275.000 dan rata-rata tarif aktual overhead sebesar Rp 2.202.083. Berdasarkan

Page 48: PENDAHULUAN Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2643/2/T1_232008095_Full... · 1 PENDAHULUAN Latar Belakang . Perusahaan manufaktur membagi

48

analisis varians, varians yang terjadi sebesar Rp 15.312.500 yang diktegorikan

varians Favorable (F) dengan persentase varians sebesar 3.21%.

Dapat disimpulkan bahwa varians yang terjadi pada overhead bahan bakar kayu

terjadi karena sistem pengawasan dari pemilik UKM terhadap pemakaina bahan

bakar kayu, dan faktor pemilihan kualitas kayu bakar.

3. Overhead variabel Paket Kemasan

Selama tahun 2009 tarif standar overhead variabel peket kemasan sebesar Rp

2.241.000 dan rata-rata tarif aktual overhead sebesar Rp 2.299.208. Berdasarkan

analisis varians, varians yang terjadi sebesar 12.204.347 yang dikategorikan

Unfavorable (U) dengan persentase varians sebesar 2,6%. Sedangkan pada tahun

2010, tarif standar overhead variabel paket kemasan sebesar Rp 2.241.000 dan

rata-rata tarif aktual overhead sebesar Rp 2.279.333. Berdasarkan analisis varians,

varians yang terjadi sebesar Rp 8.050.000 yang dikategorikan varians

Unfavorable (U) dengan persentase varians sebesar 1,71%.

Hal ini terjadi karena paket kemasan dibeli dari distributor langganan yang setiap

bulan selalu menyediakan paket kemasan berupa plastik pembungkus, toples,

serta cetak logo UKM dalam jumlah yang tetap. Jadi berapa pun kebutuhan paket

kemasan setiap bulan, UKM tetap melakukan pembayaran atas jumlah yang sama.

Namun apabila persediaan paket kemasan habis karena peningkatan produksi,

maka UKM melakukan pemesanan lebih sesuai kebutuhan.

2) Varians Efisiensi Overhead Variabel

Tabel 16

Analisis Varians Efisiensi Overhead Variabel Produksi

UKM Abon Cap Monggo Mas tahun 2009

Jenis

Analisis Varians Efisiensi Overhead Variabel Tahun 2009

Jam

TKL

Standar

(jam)

Jam

TKL

Aktual

(jam)

Tarif Standar

Overhead

Variabel

(Rp)

Analisis

Varians U / F Varians

Listrik 200 209,67 90.000 870.000 U -4,83%

Bahan Bakar Kayu 200 209,67 2.250.000 21.750.000 U -4,83%

Paket Kemasan 200 209,67 2.241.000 21.663.000 U -4,83%

Sumber: Data UKM Abon Cap Monggo Mas yang diolah, 2012

Page 49: PENDAHULUAN Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2643/2/T1_232008095_Full... · 1 PENDAHULUAN Latar Belakang . Perusahaan manufaktur membagi

49

Tabel 17

Analisis Variansi Efisiensi Overhead Variabel Produksi

UKM Abon Cap Monggo Mas tahun 2010

Jenis

Analisis Varians Efisiensi Overhead Variabel Tahun 2010

Jam

TKL

Standar

(jam)

Jam

TKL

Aktual

(jam)

Tarif Standar

Overhead

Variabel

(Rp)

Analisis

Varians U / F Varians

Listrik 200 210 110.000 1.100.000 U -5%

Bahan Bakar Kayu 200 210 2.275.000 22.750.000 U -5%

Paket Kemasan 200 200 2.241.000 22.410.000 U -5%

Sumber: Data UKM Abon Cap Monggo Mas yang diolah, 2012

Berdasarkan hasil analisis varians efisiensi overhead variabel produksi tersebut,

dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Overhead Variabel Listrik

Selama tahun 2009, overhead variabel listrik memiliki jam tenaga kerja langsung

standar sebesar 200 jam, dan rata-rata jam tenaga kerja langsung aktual sebesar

209,67 jam. Berdasarkan analisis varians, varians yang terjadi sebesar Rp 870.000

yang dikategorikan varians Unfavorable (U) dengan persentase varians sebesar

4,83%. Sedangkan pada tahun 2010, overhead variable listrik memiliki jam tenaga

kerja langsung standar sebesar 200 jam dengan rata-rata jam tenaga kerja

langsung aktual sebesar 210 jam. Berdasarkan analisis varians yang terjadi

sebesar Rp 1.100.000 yang dikategorikan Unfavorable (U) dengan persentase

varians sebesar 5%.

Varuans Unfavorable tersebut terjadi karena rata-rata jam tenaga kerja aktual

lebih besar daripada standar jam kerja, sebab peningkatan produksi yang

mengharuskan adanya jam kerja lembur, sehingga pemakaian overhead variabel

listrik meningkat untuk proses produksi.

2. Overhead Variabel Bahan Bakar kayu

Tahun 2009 overhead variabel bahan bakar kayu memiliki jam tenaga kerja

langsung standar sebesar 200 jam dan jam tenaga kerja langsung aktual sebesar

209,67. Baerdasarkan analisis varians, varians yang terjadi sebesar Rp 21.750.000

dengan persentase varians sebesar 4,83% yang dikategorikan varians Unfavorable

Page 50: PENDAHULUAN Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2643/2/T1_232008095_Full... · 1 PENDAHULUAN Latar Belakang . Perusahaan manufaktur membagi

50

(U). Sedangkan tahun 2010 overhead variabel bahan bakar kayu memiliki jam

tenaga kerja langsung standar sebesar 200 jam dan jam tenaga kerja langsung

aktual sebesar 210 jam. Varians yang terjadi sebesar Rp 22.750.000 dengan

persentase varians sebesar 5% dan dikategorikan varians Unfavorable (U).

Varians Unfavorable tersebut terjadi karena peningkatan jam kerja tenaga kerja

langsung berkaitan dengan peningkatan kuantitas produksi, sehingga pemakaian

bahan bakar kayu juga meningkat.

3. Overhead Variabel Paket Kemasan

Selama tahun 2009, overhead variabel paket kemasan memiliki jam tenaga kerja

langsung standar sebesar 200 jam dan jam tenaga kerja langsung aktual sebesar

209,67 jam. Berdasarkana analisis varians, varians yang terjadi sebesar Rp

21.663.000 dan persentase varians sebesar 4,83% yang dikategorikan varians

Unfavorable (U). Sedangkan selama tahun 2010, overhead variabel paket

kemasan memiliki jam tenaga kerja langsung standar sebesar 200 jam dan jam

tenaga kerja langsung aktual sebesar 210 jam. Varians yang terjadi sebesar Rp

22.410.000 dengan persentase sebesar 5% dan dikategorikan varians Unfavorable

(U).

Varians tersebut terjadi karena meningkatnya proses produksi abon selama tahun

2009 dan 2010, sehingga jam tenaga kerja langsung juga bertambah. Pemakaian

kemasan untuk abon juga meningkat seiring dengan meningkatnya hasil akhir

produksi abon.

b. Varians Overhead Tetap

Overhead tetap yang digunakan yaitu berupa biaya penyusutan pompa air.

Pada perhitungan overhead tetap menggunakan metode garis lurus

didapatkan tarif penyusutan wajan sebesar Rp 433,33 per hari. Hasil

analisis varians dari overhead tetap yaitu sebesar 0 atau tidak ada varians

yang terjadi, sebab tidak diperoleh data mengenai besarnya overhead tetap

yang dibebankan dan tarif standar overhead tetap.

Page 51: PENDAHULUAN Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2643/2/T1_232008095_Full... · 1 PENDAHULUAN Latar Belakang . Perusahaan manufaktur membagi

51

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di UKM Abon Cap

Monggo Mas terhadap standar yang seharusnya terjdi dengan realisasi yang

sebenarnya terjadi, maka kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut:

1. Selisih bahan baku pada Tahun 2009 dan 2010 terjadi varians yang

Unfavorable, kecuali varians bahan baku gula jawa pada tahun 2009 yang

menghasilkan varians Favorable.

Selisih tenaga kerja langsung pada Tahun 2009 dan 2010 menghasilkan

varians Unfavorable.

Selisih efisiensi overhead variabel pabrik pada Tahun 2009 dan 2010

menghasilkan varians yang Unfavorable. Selisih pengeluaran overhead

variabel pabrik pada tahun 2009 juga mengahsilkan varians yang

Unfavorable, namun pada tahun 2010 varians overhead variabel listrik dan

bahan bakar kayu menghasilkan varians yang Favorable.

2. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya selisih biaya produksi di UKM

Abon Cap Monggo Mas pada Tahun 2009 dan 2010 adalah:

a. Perubahan volume produksi yang meningkat karena permintaan pasar

khususnya pada saat menjelang hari raya. Perubahan tersebut

mengakibatkan UKM harus menambah kuantitas bahan baku melebihi

standar yang telah ditetapkan.

b. Perubahan harga bahan baku yang bergantung pada keadaan pasar dan

ketersediaan barang.

c. Jumlah jam kerja yang berbeda tiap produksi. Tiap bulan dalam dua tahun

jumlah jam kerja tidak sama. Apabila produksi abon meningkat,

mengakibatkan terjadinya jam kerje lembur.

d. Kenaikan biaya overhead pabrik yang disebabkan oleh meningkatnya

produksi serta kurangnya pengawasan dalam proses produksi yang

menimbulkan terjadinya pemborosan.

Page 52: PENDAHULUAN Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2643/2/T1_232008095_Full... · 1 PENDAHULUAN Latar Belakang . Perusahaan manufaktur membagi

52

Implikasi Teoritis

Penelitian Analisis Selisih Biaya Produksi pada UKM Abon Cap Monggo

Mas jika dibandingkan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh

Ardiyanto (2008) mengenai Analisa Selisih Anggaran Biaya Produksi Studi PT.

Batam Textile Industri Ungaran, penelitian oleh Lois Gama (2004) tentang

Analisis Selisih Biaya Produksi Atas Kemasan Produksi Air Minum Dalam

Kemasan Java (PT. Bayuadji Nusantara Industries) dan penelitian yang dilakukan

oleh Antonius Donny Widhiarto (2005) di PT. Indo Cali Plast Surabaya tentang

Analisis Selsih Biaya Produksi diperoleh kesimpulan yang sama mengenai faktor-

faktor yang mempengaruhi terjadinya varians, yaitu perubahan volume produksi,

perubahan harga bahan baku, jumlah jam kerja yang berbeda tiap produksi dan

kenaikan biaya overhead pabrik.

Implikasi Terapan

Hasil penelitian mengenai analisis selisih biaya produksi pada UKM Abon

Cap Monggo Mas menunjukkan terjadi varians antara biaya standar dan biaya

aktual dari bahan baku, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik. Hal tersebut

terjadi karena peningkatan produksi abon yang menyebabkan peningkatan

kebutuhan bahan baku, peningkatan jam kerja serta upah tenaga kerja langsung,

serta peningkatan kebutuhan overhead. Namun standar yang ditetapkan oleh

UKM tidak menyesuaikan dengan perubahan tersebut.

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, penulis memberikan saran bagi UKM,

yaitu:

1. Mempertimbangkan masalah pengendalian biaya produksi, yaitu dengan

membuat standar harga serta kuantitas bahan baku yang sesuai dengan

keadaan pasar dan permintaan konsumen.

2. Melakukan perhitungan biaya standar per unit.

3. Melakukan kontrak kerja antara pemilik UKM Abon Cap Monggo Mas

dengan suplier bahan baku agar diperoleh harga bahan baku yang murah.

Page 53: PENDAHULUAN Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2643/2/T1_232008095_Full... · 1 PENDAHULUAN Latar Belakang . Perusahaan manufaktur membagi

53

4. Membuat persediaan bahan baku untuk beberapa proses produksi dalam

menghindari kelangkaan bahan baku dan agar tidak terpengaruh dengan

lonjakkan harga.

5. Melakukan pengawasan terhadap kinerja tenaga kerja langsung, untuk

mengefisienkan jam kerja tenaga kerja langsung di seluruh bagian.

6. Melakukan pengawasan dalam pemakaian overhead pabrik khususnya

overhead variabel, untuk mencegah terjadinya pemborosan.

Keterbatasan Penelitian

Penulis menyadari keterbatasan dalam penelitian ini yaitu:

1. Kurangnya informasi mengenai overhead tetap. Perusahaan tidak pernah

menganggarkan tarif standar overhead tetap dan jam standar overhead tetap

sehingga penulis tidak dapat melakukan analisis varians pada overhead tetap.

2. Dalam menentukan besarnya biaya standar, perusahaan tidak melakukan

perhitungan biaya standar per unit.

3. Perusahaan tidak menetapkan batas toleransi untuk selisih antara biaya

standar dan biaya aktual pada proses produksi.

Agenda Penelitian Mendatang

Adanya penelitian Analisis Selisih Biaya Produksi di UKM Abon Cap Monggo

Mas diharapkan dapat dilanjutkan dengan melakukan kritisi terhadap penetapan

biaya standar pada proses produksi.

Page 54: PENDAHULUAN Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2643/2/T1_232008095_Full... · 1 PENDAHULUAN Latar Belakang . Perusahaan manufaktur membagi

68

DAFTAR PUSTAKA

Ardiyanto. 2008. Analisa Selisih Anggaran Biaya Produksi Studi PT. Batam

Textile Industri Ungaran. Skripsi Program S1 Fakultas Ekonomi Universitas

Kristen Satya Wacana (tidak dipublikasikan

Batty, J., 1974. Advanced Cost Accounting, Mac Donald & Evans Ltd.

Garrison, Noreen & Brewer. 2006. Akuntansi Manajerial. Jakarta: Salemba

Empat.

Heitger, Lester E. & Serge Matulich. 1985. Cost Accounting. McGaw Hill Inc.

Horngren, C. T., Srikant M. Datar, George Foster. 2008. Akuntansi Biaya;

Penekanan Manajerial Edisi Sebelas. Desi Adhariani, penerjemah. Jakarta:

Indeks. Terjemahan dari: Cost Accounting; A Managerial Emphasis

Eleventh Edition.

Irawan, Andi & Bayu Airlangga Putra. 2007. Kewirausahaan UKM: Pemikiran

dan Pengalaman/FE Ubaya dan Forda UKM Jawa Timur. Yogyakart: Graha

Ilmu.

Krisdiartiwi, Mamik. 2008. Pembukuan Sederhana Untuk UKM. Yogyakarta:

Media Pressindo.

Lois, Gama. 2004. Analisis Selisih Biaya Produksi Atas Kemasan Produk Air

Minum Dalam Kemasan Java (PT. Bayuadji Nusantara Industries). Skripsi

Program S1 Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Satya Wacana (tidak

dipublikasikan)

Mulyadi. 1993. Akuntansi Biaya. STIE YKPN.

Nafarin. 2003. Akuntansi; Pendekatan Siklus dan Pajak untuk Perusahaan

Industri dan Dagang, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Jakarta

Usry, Milton F. & Adolph Matz. 1989. Akuntansi Biaya: Perencaaan dan

Pengendalian. Jakarta: Erlangga.

Usry, Milton F. & William K. Carter. 2005. Akuntansi Biaya. Krista, penerjemah.

Jakarta: Salemba Empat. Terjemahan dari: Cost Accounting 13th Edition

Page 55: PENDAHULUAN Latar Belakang - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2643/2/T1_232008095_Full... · 1 PENDAHULUAN Latar Belakang . Perusahaan manufaktur membagi

69

Widiarto, Antonius Donny. 2005. Analisisis Selisih Biaya Produksi Pada PT.

Cali Plast Surakarta. Skripsi Program S1 Fakultas Ekonomi Universitas Kristen

Satya Wacana (tidak dipublikasikan)

Winata, Lanita. 1997.Standard Costing. UKSW, Salatiga.