Upload
nguyendat
View
224
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia adalah mahkluk hidup yang memiliki anggota tubuh terlengkap
dibandingkan dengan spesies mahkluk lain yang ada di muka bumi. Terdapat
berbagai macam anggota tubuh manusia diantaranya, kaki, tangan, mata,
telinga, dan sebagainya. Salah satu anggota tubuh yang memiliki peran
penting pada fungsi tubuh manusia adalah kaki.
Kaki adalah salah satu organ tubuh manusia yang memiliki fungsi utama
sebagai sistem gerak tubuh manusia. Tanpa kaki, manusia tidak bisa berjalan
dan beraktivitas dengan leluasa. Salah satu fungsi kaki lainnya yaitu
menopang berat tubuh manusia. Kaki memiliki otot seperti halnya bagian
anggota tubuh lainnya. Aktivitas fisik yang sering dilakukan orang pada
umumnya adalah berjalan kaki dan berdiri. Berjalan kaki dan berdiri adalah
aktivitas fisik yang murah dan aman. Namun, aktivitas fisik yang berlebihan
akan menimbulkan kelelahan. Kelelahan pada otot akan membuat seluruh
badan ikut lelah. Aktivitas fisik yang menimbulkan kelelahan otot yaitu
berlari, berjalan kaki, dan berdiri terlalu lama.
Dalam melakukan aktivitas fisik berjalan kaki dan berdiri, diperlukan alat
yang menunjang kinerja optimal kaki sebagai sistem gerak. Alat penunjang
tersebut adalah alas kaki. Terdapat berbagai macam jenis alas kaki,
diantaranya adalah sepatu, sandal, dan sepatu sandal. Salah satu alas kaki yang
populer adalah sepatu. Sepatu yang pada awalnya berfungsi sebagai alas kaki
2
yang menutupi kaki kemudian bertambah fungsinya untuk berlari, bergaya,
keamanan, dan kenyamanan.
Setiap orang menyukai keindahan dan kenyamanan. Penggunaan sepatu
adalah kebutuhan utama bagi setiap orang. Begitu pula setiap orang
menginginkan penampilan terbaik di depan umum. Setiap orang juga ingin
menjadi pusat perhatian. Salah satunya dengan menggunakan sepatu. Kendala
yang dihadapi dalam mencari sepatu adalah yang sesuai dengan kebutuhan
pemakainya. Hal ini penting karena sepatu yang memenuhi syarat adalah
sepatu yang mampu menyatu dengan kaki dan menopang seluruh berat badan
dengan baik, serta berfungsi sebagai aksesoris.
Beberapa jenis sepatu menonjolkan fungsinya masing-masing.
Diantaranya, sepatu olahraga yang dikhususkan untuk olahraga, running
shoes, sepatu hak tinggi yang dikhususkan untuk bergaya, sepatu untuk
pekerjaan dengan resiko kecelakaan tinggi, dan jenis sepatu lainnya. Namun,
pada zaman era modern sekarang sudah mulai bermunculan merek sepatu
yang multifungsi, yaitu merek sepatu yang menawarkan kenyamanan,
keamanan, dan fashionable.
Sepatu membantu pekerjaan kaki dalam menopang berat tubuh. Sepatu
juga difungsikan sebagai fashion sehingga menambah kepercayaan diri jika
dipakai. Di Indonesia, sepatu bermerek sangat diminati. Masing-masing
produsen sepatu memberikan tawaran menarik dari produk sepatu yang dijual
kepada konsumen agar konsumen memilih produk sepatu yang mereka
tawarkan. Tawaran menarik tersebut, misalnya dari segi kualitas produk,
harga, pelayanan, tempat penjualan, serta cara promosi. Berbagai macam
3
produk sepatu juga menjadi alternatif merek sepatu yang ada untuk melakukan
pembelian. Ada yang menawarkan anti bau, kenyamanan dipakai, unik, model
yang menarik, konvensional, berwarna-warni, dan sebagainya. Munculnya
berbagai macam jenis sepatu merupakan salah satu penyebab mengapa
perusahaan-perusahaan kemudian berlomba-lomba menciptakan macam
sepatu yang dapat memenuhi kebutuhan untuk pengguna sepatu. Di Indonesia
saat ini terdapat berbagai macam merek sepatu terkenal (seperti crocs, PUMA,
HushPuppies, GOSH, Reebook, NIKE, Yongki Komaladi, Misyelle, Bata,
Forever21, dan masih banyak merek lainnya). Diantara produsen itu saling
bersaing untuk menonjolkan kekhasan ciri yang membedakan antara merek
satu dengan yang lain.
Salah satu produk sepatu yang sangat dikenal luas oleh konsumen adalah
crocs. Crocs adalah produk sepatu berlogo buaya yang sedang menggejala di
Indonesia. Hal ini terlihat dari acara ‘crocs gives back’ yang pernah diadakan
beberapa kali di pusat perbelanjaan di tiga kota berbeda, Jakarta, Bandung,
dan Surabaya. Fenomena ini sudah menggejala hampir dua tahun belakangan
ini. Dimana acara tersebut menawarkan diskon besar untuk pembelian sepatu
crocs. Acara ‘crocs gives back’ selalu dihadiri ratusan pengunjung yang rela
mengantri berjam-jam. Crocs sendiri dalam acara ‘gives back’ menargetkan
6000 penjualan sepatu setiap hari selama 3 hari acara berlangsung.
(www.vivanews.com)
Sejarah sepatu sendiri bermula dari sepatu bersol karet yang pertama kali
dibuat pada tahun 1800 dan dinamakan Plimsolls. Kemudian pada tahun 1950-
an, Sneakers menjadi sepatu pilihan di mana-mana. Murah dan mudah
4
diperoleh oleh seluruh anak muda di seluruh dunia. Sepatu bertumit tinggi
alias stiletto menjadi tren di awal 1950-an. Platform shoes dengan tumit
setinggi 2-5 inci menjadi incaran pria dan wanita. Pada era 70-an merupakan
awal bagi sepatu model bakiak yang menjadi popular. Tahun 1990, awal era
ini diramaikan dengan jenis sepatu bersol rata, berwarna dan persegi. Sekitar
2006-2008, model wedges shoes (bertumit sebiji) yang cocok dengan banyak
jenis outfit, warp dan strappy shoes menjadi incaran wanita.
(www.ebayman84.co.cc)
Kisah crocs sendiri diawali pada bulan Juli, 2002 di Boulder, Colorado,
Amerika. Ketika itu tiga orang penggagas crocs yaitu, George Boedecker,
Scott Seamans dan Duke Hanson memutuskan untuk memasarkan sepatu
yang berbeda dari biasanya. Sepatu yang pada awalnya dibuat untuk olahraga
memancing ternyata digemari oleh banyak orang termasuk orang yang
menyukai kegiatan olahraga. Sepatu tersebut kemudian dikembangkan dan
diproduksi oleh Foam Creations, Inc. (www.crocs.co.id)
Sebagai pendatang baru, crocs sangat diminati masyarakat Indonesia.
Crocs adalah produk sepatu yang berasal dari Colorado, Amerika. Crocs
memproduksi sepatu di China, Italia, Meksiko, Romania dan Amerika
Serikat. Crocs memiliki moto Feel Good Revolution dan saat ini terjual di
125 negara. Varian harga sepatu crocs dari 299.000 rupiah hingga 799.000
rupiah. Perkembangan crocs sangat pesat dalam waktu 9 tahun. Peningkatan
penjualan rata-rata 46% per tahunnya. Dari tahun 2005 hingga 2007
pendapatan crocs mengalami peningkatan yang sangat signifikan hingga
hampir 900%. (www.kaskus.us)
5
Crocs sebagai produsen sepatu, saat ini berusaha mempertahankan pangsa
pasarnya dengan melakukan program-program yang berkaitan dengan
kepuasan konsumen. Selain inovasi dan diferensiasi yang tak pernah berhenti,
pemahaman terhadap karakteristik konsumen berdasarkan profil, perilaku,
dan preferensi juga perlu dilakukan. Melalui informasi tersebut, nantinya
dapat dilakukan segmentasi pelanggan dan perumusan program tersebut.
Sehingga akhirnya dapat diimplementasikan suatu program yang dapat
mempertahankan kepuasan pelanggan dan menciptakan loyalitas. Selain itu,
berbagai promosi juga dilakukan oleh crocs. Crocs tidak melakukan promosi
melalui media massa seperti layaknya produsen sepatu lainnya. Namun, crocs
melakukan promosi dengan social media network seperti Facebook,
Friendster, forum-forum, blog sampai bekerjasama dengan detik.com. Crocs
menggunakan cara ini untuk meningkatkan penjualannya. Crocs
menggunakan promosi dengan cara WOM (Word of Mouth) atau lebih
dikenal dengan iklan dari mulut ke mulut.
Crocs memiliki beberapa jenis model sepatu dan setiap jenisnya memiliki
arti dan ciri tertentu. Produk ini mengeluarkan berbagai macam tipe. Tipe
yang digemari di Indonesia adalah beach, prima, malindi, santa cruz man,
santa cruz woman, lily woman, dan crocband. Model sepatu crocs dapat
digunakan untuk kalangan muda seperti pelajar dan mahasiswa. Hal tersebut
dapat dilihat dalam keseharian di kampus atau di pusat perbelanjaan, banyak
mahasiswa dan pelajar yang menggunakan sepatu crocs. Selain itu, Foam
Creation, Inc juga lebih banyak memproduksi model sepatu crocs untuk
6
kalangan remaja dibandingkan untuk kalangan umur lainnya. Hal ini dapat
dilihat dari situs resmi sepatu crocs.
Kalangan muda seperti pelajar dan mahasiswa termasuk dalam
karakteristik remaja akhir. Seiring perkembangan biologis, psikologis, sosial
ekonomi, remaja memasuki tahap dimana sudah lebih bijaksana dan sudah
lebih mampu membuat keputusan sendiri (Steinberg, 1996 dalam Steinberg,
2002). Hal ini meningkatkan kemandirian remaja termasuk juga posisinya
sebagai konsumen. Remaja memiliki pilihan mandiri mengenai apa yang
dilakukan dengan uangnya dan menentukan sendiri produk apa yang ingin ia
beli. Namun, di pihak lain, remaja sebagai konsumen memiliki karakteristik
mudah terpengaruh, mudah terbujuk iklan, tidak berpikir hemat, dan kurang
realistis.
Salah satu fungsi aktivitas remaja adalah fungsi ekonomi. Jumlah populasi
remaja dan fakta bahwa remaja kurang terampil dalam mengelola keuangan
daripada kelompok usia lainnya menyebabkan remaja menjadi target menarik
bagi bermacam-macam bisnis (Fine et al., 1990 dalam Steinberg, 2002).
Dalam kaitannya dengan remaja sebagai perilaku konsumen, walaupun
sebagian besar tidak memiliki penghasilan tetap, tetapi ternyata mereka
memiliki pengeluaran yang cukup besar. Sebagian besar remaja belum
memiliki pekerjaan tetap karena masih sekolah. Namun, para produsen tahu
bahwa sebenarnya pendapatan mereka tidak terbatas, dalam arti bisa meminta
uang kapan saja pada orang tuanya (Loudon & Bitta, 1984 dalam Loudon &
Bitta, 1998 ).
7
Selain itu, diusianya, remaja akhir mulai memperhatikan penampilannya
dan mulai mendengarkan pendapat orang lain tentang dirinya. Mahasiswa
termasuk dalam kategori remaja akhir 19-22 tahun (Steinberg, 2002). Tidak
terkecuali mahasiswa Psikologi Universitas Padjadjaran. Pada umumnya
mahasiswa Psikologi Universitas Padjadjaran termasuk mahasiswa yang
memperhatikan penampilan. Hal ini dapat dilihat dari pakaian dan aksesoris
yang digunakan oleh mahasiswa sehari-hari di kampus. Jadi, dapat dikatakan
mahasiswa Psikologi Universitas Padjadjaran adalah mahasiswa yang
fashionable.
Berdasarkan pengamatan sehari-hari yang dilakukan oleh peneliti di
lingkungan Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran, banyak mahasiswa
yang menggunakan sepatu merek crocs. Hal ini diperkuat dengan hasil survey
awal yang dilakukan oleh peneliti terhadap konsumen mahasiswa angkatan
2007-2010 Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran. Hasil survey awal
adalah dari 224 orang mahasiswa didapatkan bahwa 100 orang mahasiswa
menggunakan sepatu merek crocs, dan 124 orang mahasiswa lainnya
menggunakan merek lain.
8
Data tersebut dapat disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 1.1 Daftar Jumlah Orang dan Nama Merek Sepatu
Nama Merek Sepatu Jumlah
crocs 100 orang
CONVERSE ALL STAR 10 orang
YONGKI KOMALADI 10 orang
adidas 4 orang
Misyelle 22
Bata 12
NIKE 7
Marie claire 9
Tidak bermerek 50
Total 224 orang
Sebagai konsumen, mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran
dihadapkan pada sejumlah pilihan merek sepatu yang beredar di pasaran.
Diantara tersedianya pilihan-pilihan merek sepatu lain, ternyata crocs menjadi
merek sepatu yang paling banyak digunakan oleh mahasiswa Fakultas
Psikologi Universitas Padjadjaran.
Menurut 100 orang mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran
yang menggunakan sepatu merek crocs terdapat beberapa alasan kenapa
mereka memilih untuk menggunakan sepatu merek crocs, yaitu :
9
Tabel 1.2 Persentase Alasan Menggunakan Sepatu crocs
No Alasan Persentase
1. Pemberian orang lain (keluarga, kerabat
dekat)
5,7 %
2. Modelnya simpel, sederhana, dan warnanya
bagus
9,02 %
3. Mudah dibersihkan 19,67%
4. Tahan air dan awet 20,49%
5. Ringan dan nyaman digunakan 45,08%
Total 100%
Selain itu juga terdapat 124 orang mahasiswa yang tidak menggunakan
crocs. Beberapa alasan mereka tidak memilih sepatu crocs adalah tidak
tertarik dengan modelnya, mahal, terlalu banyak yang pakai, tidak menyukai
sepatu dengan bahan karet, terlalu simpel, dan ada juga yang menyatakan
suka dengan sepatu crocs tapi harganya tidak sesuai untuk sebuah sepatu
karet. Alasan-alasan yang telah diungkapkan tersebut merupakan brand
image sepatu crocs yang sangat kuat melekat dalam ingatan mereka.
Ketika seseorang mempersepsikan merek, maka yang dipersepsikan adalah
citra atau image. Sebuah merek dapat memberikan gambaran mengenai
produk, pelayanan, kualitas, dan perusahaan itu sendiri. Persepsi individu
mengenai informasi-informasi tentang merek tertentu dapat membentuk
brand image tentang merek produk tersebut. Brand Image adalah persepsi
menyeluruh yang terbentuk melalui informasi dan pengalaman yang
10
diperoleh konsumen terhadap suatu merek, yang meliputi karakteristik
produk, pelayanan, tempat penjualan, harga, promosi (Stanton, 1987).
Sepatu crocs membentuk brand image melalui produk, pelayanan, tempat
penjualan, harga, promosi. Melalui produk sepatu, Foam Creation, Inc
membuat sepatu yang inovatif yaitu nyaman, trendi, mudah dibersihkan.
Produk yang berbeda dari sepatu lainnya ini membuat sepatu crocs diminati
banyak orang. Pelayanan dan tempat penjualan juga dibuat sesuai dengan
standar dan kualitas yang baik sehingga menarik perhatian konsumen. Harga
yang dikeluarkan pun oleh sepatu crocs kompetitif dengan sepatu merek yang
sekelas dengan sepatu crocs. Selain itu, promosi yang berbeda (yaitu dari
mulut ke mulut) semakin membuat sepatu crocs sebagai sepatu yang unik
daripada sepatu merek lain. Kelima hal ini tidak lain adalah upaya dari Foam
Creation, Inc untuk menaikkan brand image sepatu crocs sehingga semakin
tinggi pula penjualan sepatu crocs.
Dari pernyataan tersebut dapat diasumsikan bahwa sebagian besar
merupakan brand image yang dibentuk oleh konsumen dari sepatu merek
crocs. Persepsi itu terbentuk dari pengalaman dan informasi yang didapat
oleh mahasiswa. Dimana, persepsi yang terbentuk terhadap sepatu crocs
mempengaruhi sikap individu dalam keputusan membeli.
Dari alasan menggunakan sepatu crocs maka disimpulkan mereka memilih
karena menganggap crocs adalah produk yang sesuai kebutuhan mereka.
Kebutuhan ini tergambar dari alasan yang dikemukakan oleh mereka. Dapat
disimpulkan mereka membutuhkan sepatu yang nyaman, ringan, fleksibel,
awet, dan model yang menarik. Kebutuhan tiap mahasiswa berbeda satu
11
dengan yang lainnya maka dari alasan dan produk yang mereka pilih pun
berbeda-beda. Pada dasarnya konsumen memilih produk atau jasa adalah
untuk memenuhi kebutuhan dirinya (A.B. Sutanto, 2004).
Dalam proses pengambilan keputusannya konsumen akan mencoba
mengenali kebutuhannya, mencari informasi yang dibutuhkannya,
mengevaluasi alernatif-alternatif yang ada dan keputusan membeli (Kotler,
2000). Tahapan tersebut tidak berlaku untuk semua produk terutama atas
pembelian dengan keterlibatan rendah. Tahapan keputusan membeli ini
digunakan untuk menampung seluruh cakupan pertimbangan yang muncul
saat seorang konsumen menghadapi pembelian baru dengan keterlibatan
tinggi. Keputusan membeli dengan keterlibatan tinggi biasanya berlaku pada
produk dengan nilai jual yang tinggi. Dan crocs adalah salah satu produk
sepatu yang melewati tahapan keputusan membeli dengan keterlibatan tinggi.
Bila diamati, sebenarnya sepatu merek lain menawarkan keunggulan yang
kompetitif bahkan melakukan promosi melebihi sepatu merek crocs Dari segi
keunggulan yang kompetitif, sepatu merek lain juga menawarkan jenis sepatu
yang ringan, nyaman dipakai, mudah dibersihkan, model sepatu yang up to
date, dan lain sebagainya. Kemudian dari segi media promosi, sepatu merek
lain lebih banyak menggunakan media massa elektronik dan cetak yang,
dimana promosi ini tidak digunakan sepatu merek crocs untuk
mempromosikan produk sepatu mereka. Seperti iklan di media massa,
penggunaan artis-artis terkenal sebagai model iklan, harga yang lebih murah,
tempat penjualan yang mudah dijangkau, kualitas produk yang baik, dan
pelayanan yang baik. Namun kenyataannya, merek sepatu crocs tetap menjadi
12
sepatu yang paling banyak digunakan oleh mahasiswa Fakultas Psikologi
Universitas Padjadjaran, sementara sepatu merek lainnya tidak menunjukkan
hal yang demikian.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat diasumsikan bahwa brand image bisa
menjadi salah satu faktor dalam keputusan membeli. Hal-hal tersebut yang
kemudian melatarbelakangi peneliti untuk melakukan penelitian mengenai
brand image sepatu merek crocs dan hubungannya dengan keputusan
membeli sepatu merek crocs pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas
Padjadjaran.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan pemaparan di atas, dapat dikatakan bahwa di antara
tersedianya berbagai pilihan merek sepatu yang beredar di pasaran, crocs
menjadi sepatu yang paling banyak digunakan oleh mahasiswa Fakultas
Psikologi Universitas Padjadjaran. Padahal sebagian besar sepatu merek lain
juga menawarkan hal yang sama dengan sepatu merek crocs bahkan ada yang
memiliki keunggulan yang lebih dibandingkan sepatu merek crocs (seperti,
kenyamanan, model yang lebih beragam, harga yang lebih murah, dan
sebagainya).
Selain itu, diketahui bahwa sebagian mahasiswa Fakultas Psikologi
Universitas Padjadjaran tidak menggunakan sepatu merek crocs. Mereka
tidak menggunakan sepatu merek crocs karena sentimen negatif terhadap
sepatu crocs, tidak berminat dengan modelnya yang terlalu simpel, harganya
yang mahal, dan terlalu banyak yang memakai. Mereka menganggap harga
13
sepatu crocs tidak sesuai dengan modelnya yang terlalu sederhana. Disisi lain,
menurut mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran yang
menggunakan sepatu merek crocs terdapat beberapa alasan kenapa mereka
memilih sepatu crocs yaitu banyak teman yang memakai, nyaman, dan model
yang sederhana.
Hal ini menunjukkan bahwa yang paling diingat oleh mahasiswa Fakultas
Psikologi Universitas Padjadjaran baik pengguna dan bukan pengguna sepatu
crocs adalah model sepatu crocs yang sederhana dan banyak digunakan
orang. Dapat diasumsikan bahwa brand image juga berhubungan dengan
keputusan pembelian.
Brand image menjadi faktor yang diperhitungkan karena pada saat ini
keputusan pembelian lebih sering didasarkan pada pertimbangan merek
daripada hal-hal lain. Tanpa brand image yang kuat dan positif sangatlah sulit
bagi perusahaan untuk menarik pelanggan baru, mempertahankan pelanggan
yang sudah ada, serta meminta mereka (konsumen, pelanggan) untuk
membayar dengan harga yang tinggi (A.B Susanto, 2004).
Hal ini mendorong peneliti untuk mengetahui, ”Apakah terdapat hubungan
antara brand image sepatu merek crocs dan keputusan membeli sepatu merek
crocs pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran?”
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
Maksud dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran berupa
data empirik mengenai hubungan brand image sepatu crocs dengan
pengambilan keputusan membeli sepatu crocs dari mahasiswa Fakultas
14
Psikologi Universitas Padjadjaran. Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini
adalah untuk menguji apakah terdapat hubungan antara brand image sepatu
crocs dengan pengambilan keputusan membeli sepatu crocs pada mahasiswa
Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran.
1.4 Kegunaan Penelitian
1.4.1 Kegunaan Teoritis
Kegunaan teoritis dari penelitian adalah :
Menerapkan teori-teori psikologi sebagai suatu ilmu khususnya di bidang
Psikologi Industri dan Organisasi area Psikologi konsumen
Sebagai bahan acuan bagi penelitian selanjutnya yang sejenis dengan
sampel yang lebih besar
Memberikan sumbangan pengetahuan dalam bidang psikologi, terutama
dalam bidang psikologi konsumen, tentang hubungan antara brand image
suatu merek sepatu tertentu dan keputusan membeli sepatu
1.4.2 Kegunaan Praktis
Kegunaan praktis dari penelitian ini adalah :
Bagi pihak lain yang membutuhkan (calon konsumen dan lembaga
konsumen), yaitu dapat menjadi bahan pengetahuan mengenai aspek-aspek
yang dapat dipertimbangkan dalam memilih suatu produk sepatu.
Sebagai masukan bagi Foam Creation, Inc bahwa brand image yang
positif dapat mempengaruhi tingkah laku konsumen (dalam hal ini adalah
mahasiswa) untuk membeli produk yang berhubungan dengan loyalitas
kepercayaan dan kesediaan konsumen untuk mencari merek tersebut.
15
1.5 Kerangka Pemikiran
Konsumen memilih suatu produk maupun jasa didasari oleh suatu tujuan
yaitu untuk memenuhi kebutuhan dirinya. Konsumen akan mencari produsen
yang produknya memenuhi atau sesuai dengan kebutuhannya. Semakin tinggi
komitmen produsen untuk menghasilkan produk yang memenuhi kebutuhan
konsumen, maka produk itu akan besar kemungkinannya dipilih oleh
konsumen. Komitmen produsen ini dapat dinyatakan dalam produk yang
berkualitas, pelayanan yang baik, kemudahan akses untuk mendapatkan
produk, harga yang bersaing, dan produk yang disosialisasikan dengan baik
terhadap konsumen. Dalam proses pengambilan keputusannya konsumen akan
mencoba mengenali kebutuhannya, mencari informasi yang ada, dan
keputusan pembelian (Kotler, 2000). Namun tahapan tersebut tidak berlaku
untuk semua produk terutama atas pembelian dengan keterlibatan rendah
(proses pembelian tanpa banyak melakukan evaluasi dan mengevaluasi produk
selama konsumsi). Tahapan keputusan membeli ini digunakan untuk
menampung seluruh cakupan pertimbangan yang muncul saat seorang
konsumen menghadapi pembelian baru dengan keterlibatan tinggi (pembelian
tersebut mahal, jarang dilakukan, dan berisiko).
Begitu halnya dengan tema permasalahan dalam penelitian ini. Seorang
konsumen yang membutuhkan sepatu akan mencari produk yang paling layak
memenuhi kebutuhannya. Misalnya dari kualitas produk, kenyamanan saat
dipakai, kemudahan mendapatkan produk, ketahanan produk, serta model
yang sesuai dengan perkembangan zaman.
16
Di Indonesia terdapat beberapa produsen sepatu. Produsen-produsen
tersebut berlomba-lomba untuk memberikan produk yang berkualitas,
pelayanan yang memuaskan, tempat penjualan yang mudah dijangkau, harga
yang sesuai, iklan, dan promosi yang mengena pada konsumen. Pemenuhan
dari kelima karakteristik tersebut akan membangun brand image yang positif
pada konsumen itu (Stanton, 1987).
Terdapat berbagai macam alasan mengapa mahasiswa Fakultas Psikologi
Universitas Padjadjaran menggunakan sepatu merek crocs dan tidak
menggunakan sepatu merek lain. Sebagian besar dari alasan-alasan tersebut
merupakan brand image yang dibentuk oleh mahasiswa Fakultas Psikologi
Universitas Padjadjaran. Sebagian besar brand image yang terbentuk adalah
positif, baik dari mahasiswa yang memakai sepatu crocs maupun yang tidak
memakai sepatu crocs.
Brand image crocs yang positif dari kelima karakteristik yaitu produk
yang berkualitas, pelayanan yang memuaskan, tempat penjualan yang mudah
dijangkau, harga yang sesuai, iklan dan promosi yang mengena pada
konsumen. Schiffman & Kanuk (1997:170) mengemukakan bahwa brand
image yang positif berhubungan dengan loyalitas konsumen, kepercayaan
konsumen, kepercayaan konsumen mengenai nilai positif merek, dan
kesediaan konsumen untuk mencari merek tersebut. Hal tersebut berkaitan
dengan kebutuhan konsumen, ketika kebutuhan konsumen terpenuhi maka
konsumen akan lebih besar memilih produk crocs.
Dalam proses pengambilan keputusan membeli suatu produk sepatu,
konsumen akan melalui tahap-tahap seperti : pengenalan kebutuhan, pencarian
17
informasi, evaluasi alternatif kemudian sampai ke tahap keputusan membeli.
Sepatu merupakan suatu produk yang memerlukan pertimbangan dengan
keterlibatan yang tinggi dalam keputusan pembeliannya. Maka dari itu harus
melalui beberapa tahapan yang tertera di atas. Pertama, konsumen harus
mengenali kebutuhannya untuk menunjang kenyamanannya menggunakan
sepatu pada saat berjalan dan berdiri. Kebutuhan tersebut dapat dicetuskan
oleh rangsangan internal atau eksternal. Semakin banyak promosi yang
dilakukan sepatu crocs maka akan semakin positif brand image sepatu crocs,
sehingga menjadi stimulus dan pengetahuan yang diketahui bagi konsumen
tentang produk yang memenuhi kebutuhannya. Kedua, konsumen yang
tergugah kebutuhannya akan terdorong mencari informasi yang lebih banyak.
Kita dapat membaginya ke dalam dua tingkat. Situasi pencarian informasi
yang lebih ringan dinamakan perhatian yang menguat. Pada tingkat itu
seseorang hanya menjadi lebih peka terhadap informasi tentang produk. Pada
tingkat selanjutnya, orang itu mungkin memasuki pencarian aktif informasi.
Mencari bahan bacaan, menelepon teman, dan mengunjungi toko untuk
mempelajari produk. Sumber informasi konsumen digolongkan ke dalam
empat kelompok, yaitu : sumber pribadi (keluarga, teman, tetangga, kenalan),
sumber komersial (iklan, wiraniaga, penyalur, kemasan, pajangan di toko),
sumber publik (media massa elektronik), sumber pengalaman (penanganan,
pengkajian, dan pemakaian produk). Ketiga, setelah konsumen mencari
informasi tentang produk yang bisa memenuhi kebutuhannya kemudian
dengan semakin positif brand image crocs ini maka akan membuat persepsi
konsumen lebih terfokuskan sehingga mengeliminir alternatif pilihan yang ada
18
(ketika tahapan sebelumnya terpenuhi oleh konsumen). Apabila kualitas
produk dan pelayanan yang lebih menyentuh pada pengenalan kebutuhan
konsumen meningkat maka brand image crocs akan semakin positif. Ketika
semua kebutuhan terpenuhi maka konsumen akan menentukan pilihannya
dengan keputusan membeli (Kotler, 2000). Sebagai tambahan terdapat faktor
lain yang mempengaruhi keputusan membeli diantaranya adalah faktor
keluarga, status sosial, kebudayaan, konsep diri, dan gaya hidup. Namun,
faktor-faktor ini tidak termasuk dalam variabel yang hendak diukur.
Berikut adalah bagan 1.1 kerangka pemikiran
Brand image crocs :
Image pada karakteristikproduk
Image pada karakteristikpelayanan
Image pada karakteristiktempat penjualan
Image pada karakteristikharga
Image pada karakteristikpromosi
Faktor lain yangmempengaruhikeputusan membeliindividu
Pengambilan keputusanmembeli sepatu crocs
Keputusan membeli
Pengenalan kebutuhan
Pencarian informasi
Evaluasi alternatif
19
Keterangan gambar :
Variabel yang dukur
Variabel yang tidak diukur
1.6 Hipotesis penelitian
Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis yang terdapat dalam penelitian
ini adalah,”Terdapat hubungan antara brand image sepatu merek crocs dan
keputusan membeli sepatu merek crocs pada mahasiswa Fakultas Psikologi
Universitas Padjadjaran.”
1.7 Metode Penelitian
1.7.1 Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian non-
eksperimental berupa kajian korelasional (correlational study). Kajian
korelasional adalah kajian yang berusaha untuk menjelaskan derajat
hubungan yang terdapat diantara dua variabel yang diukur (Christensen,
1997). Data yang diperoleh selanjutnya akan dianalisa dengan menggunakan
analisa korelasi rank spearman untuk melihat adanya hubungan antara brand
image sepatu merek crocs dan keputusan membeli sepatu merek crocs.
1.7.2 Variabel Penelitian
Variabel yang terdapat dalam penelitian ini adalah :
Variabel 1 : Brand Image crocs
20
Definisi Konseptual
Persepsi menyeluruh yang terbentuk melalui informasi dan pengalaman
yang diperoleh konsumen terhadap suatu merek, yang meliputi karakteristik
produk, pelayanan, tempat penjualan, harga, dan promosi (Stanton, 1987).
Definisi Operasional
Persepsi responden yang terbentuk dari pengetahuan dan pengalaman
secara langsung maupun tidak langsung terhadap sepatu merek crocs yang
dinyatakan melalui skor yang diperoleh responden dari hasil pengukuran
terhadap brand image sepatu merek crocs, yang meliputi dimensi karakteristik
produk, pelayanan, tempat penjualan, harga, dan promosi.
Variabel 2 : Keputusan Membeli
Definisi Konseptual
Suatu tahapan dimana konsumen akan membentuk suatu kecenderungan
untuk memilih salah satu alternatif yang paling sesuai untuk memenuhi
pemuasan kebutuhannya setelah melewati tahapan-tahapan sebelumnya, yaitu :
pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi dan penilaian terhadap
alternatif – alternatif yang ada (Kotler, 2000).
Definisi operasional
Proses pengambilan keputusan membeli yang dinyatakan dalam
kecenderungan sikap responden dalam menentukan pilihan membeli sepatu
merek crocs. Semakin positif sikap responden maka pengambilan keputusan
membeli sepatu merek crocs semakin besar, semakin negatif sikap responden
maka pengambilan keputusan membeli sepatu merek crocs semakin kecil.
21
Hal ini akan diukur dengan menggunakan kuesioner mengacu pada
metode summated ratings dari Likert berdasarkan tahapan dalam mengambil
keputusan membeli yang dikemukakan Kotler (2000), yaitu pengenalan
kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, dan keputusan membeli.
1.7.3 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Psikologi
Universitas Padjadjaran Jatinangor yang menggunakan sepatu merek
crocs. Sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini (responden
penelitian) diperoleh dengan teknik purposive sampling. Menurut Sudjana
(1996) pengambilan sampel secara purposif dilakukan berdasarkan
pertimbangan perorangan atau peneliti, yaitu pengambilan sampel data
yang ada tanpa perhitungan apapun mengenai derajat
kerepresentatifannya. Peneliti mengambil sampel dengan karakteristik
sampel sebagai berikut :
Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran aktif
(angkatan 2007-2010)
Menggunakan sepatu crocs
Membeli sendiri sepatu yang digunakannya (walaupun uangnya
bukan dari diri sendiri tetapi membeli sepatu merek tersebut karena
inisiatif sendiri)
1.7.4 Alat Ukur
Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner,
dimana kuesioner tersebut akan terbagi kedalam dua bagian. Bagian
pertama adalah kuesioner dengan skala ordinal untuk mengukur tentang
22
brand image yang mengacu kepada konsep tentang brand image dari
Stanton (1987). Bagian kedua adalah kuesioner dengan skala ordinal untuk
mengukur tentang keputusan membeli, yang mengacu kepada konsep
tentang keputusan membeli dari Kotler (2000).
1.7.5 Teknis Analisis data
Untuk menguji adanya hubungan antara kedua variabel yang
digunakan adalah dengan analisis statistik rank Spearman dan uji
signifikansi terhadap hubungan tersebut. Pengolahan data akan dilakukan
dengan bantuan program Excel 2007 for windows dan statistical packages
for the social science (SPSS) ver.16.
1.8 Lokasi dan Waktu Penelitian
1.8.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah di Fakultas Psikologi Universitas
Padjadjaran, Jl. Raya Bandung – Sumedang KM21, Jatinangor, Sumedang.
1.8.2 Waktu Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Maret-Mei 2011 atau
sekitar 3 (tiga) bulan.