Upload
fauzia-purdiyani
View
13
Download
4
Embed Size (px)
DESCRIPTION
memnuhi tugas ekologi pangan dan gizi PBJL semester 5
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut WHO (1947) Sehat itu dapat diartikan bahwa suatu keadaan
yang sempurna baik secara fisik, mental dan sosial serta tidak hanya bebas
dari penyakit atau kelemahan (WHO, 1947).Definisi WHO tentang sehat
mempunyui karakteristik berikut yang dapat meningkatkan.
konsep sehat yang positif (Edelman dan Mandle. 1994):
1. Memperhatikan individu sebagai sebuah sistem yang menyeluruh.
2. Memandang sehat dengan mengidentifikasi lingkungan internal dan
eksternal.
3. Penghargaan terhadap pentingnya peran individu dalam hidup.
UU No.23,1992 tentang Kesehatan menyatakan bahwa: Kesehatan
adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan
hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Dalam pengertian ini maka
kesehatan harus dilihat sebagai satu kesatuan yang utuh terdiri dari unsur-
unsur fisik, mental dan sosial dan di dalamnya kesehatan jiwa merupakan
bagian integral kesehatan. Dalam pengertian yang paling luas sehat
merupakan suatu keadaan yang dinamis dimana individu menyesuaikan diri
dengan perubahan-perubahan lingkungan internal (psikologis, intelektual,
spiritual dan penyakit) dan eksternal (lingkungan fisik, social, dan ekonomi)
dalam mempertahankan kesehatannya.
Dalam kehidupan sehari – hari terdapat banyak faktor yang mempenaruhi
dibidang kesehatan salah satunya adalah hubungan perilaku dan
lingkungan. Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang tinggi unsur yang
tidak dapat dipisahkan merupan pendidikan di bidang keseahatan kepada
masyarakat. Dengan adanya pendidikan dibidang kesehatan diharapkan
masyarakat dapat menegetahui dan belajar lalu menerapkan perinsip hidup
sehat didalam kehidupannya.
Konsep dasar pendidikan adalah proses belajar yang berarti di dalam
pendidikan itu sendiri terjadi proses pertumbuhan perkembangan atau
perubahan kearah yang lebih dewasa, lebih baik dan lebih matang pada
individu, kelompok atau masyarakat dari tidak tahu tentang nilai-nilai
kesehatan menjadi tahu, dari tidak mampu menjadi menjadi mampu
mengatasi masalah-masalah kesehatannya sendiri.
Dalam proses belajar, pengetahuan seseorang akan diterima dengan
melibatkan semua panca indra. Semakin banyak panca indra yang dilibatkan
dalam menerima sesuatu, semakin kompleks pengetahuan yang didapatkan.
Pendidikan Kesehatan
Promosi Kesehatan juga mencakup Pendidikan Kesehatan, karena
essensi promosi kesehatan adalah pemberdayaan masyarakat. Sedangkan
pemberdayaan adalah upaya untuk membuat daya sehingga mampu
memelihara dan meningkatkan kesehatannya sendiri. Untuk itu tentu
diperlukan upaya untuk merubah,menumbuhkan atau mengembangkan
perilaku positif. Hal ini merupakan bidanggarapan utama pendidikan
kesehatan.Pendidikan kesehatan dianggap sebagai komponen promosi
kesehatan(Kolbe, 1988. De Leeuw, 1989, Schmidt dkk, 1990, Kok dkk,
1990). Menurut Tones dalam De Leeuw (1989), pendidikan kesehatan
berfungsi membangkitkan keinsyafan dalam masyarakat tentang aspek-
aspek kerugian kesehatan lingkungandan sumber-sumber social penyakit,
yang secara ideal diikuti oleh keterlibatanmasyarakat dengan giat.
Pendidikan Kesehatan berusaha membantu orang-orang mengontrol
kesehatan mereka sendiri dengan mempengaruhi, memungkinkan dan
menguatkan keputusan atau tindakan sesuai dengan nilai dan tujuan
mereka sendiri. Kok dkk (1990), mengungkapkan bahwa Pendidikan
Kesehatan berdasarkan motivasi, dengan mengubah 3 faktor penentu
perilaku yaitu sikap, pengaruh social,dan kemampuan lewat komunikasi.
Contoh : berkaitan dengan berhenti merokok,mereka meyakinkan orang
tentang resiko merokok pasif demi kesehatan rekan-rekannya (sikap),
membantu pada rekan-rekannya mengorganisir dukungan socialuntuk
berhenti merokok (pengaruh social), dan mereka memberi orang-
orangtersebut cara mengatasi keinginan kuat. Hal ini menunjukkan, dalam
rangkamencapai kesehatan telah melebar dari pendidikan kesehatan yang
tradisional, yang berorientasi pada kegiatan pemberian informasi kearah
perubahan perilaku dansikap perorangan.
Dalam konsepsi Promosi kesehatan, Pendidikan Kesehatan
merupakan factor yang amat penting. Pendidikan Kesehatan menunjuk pada
setiap gabungan pengalaman belajar yang dipolakan untuk memudahkan
penyesuaian-penyesuaian perilaku secara sukarela yang memperbaiki
kesehatan pada individu. Dari beberapa hasil penelitian, membuktikan
bahwa pendidikan tidaklah cukup, tetapi seharusnya dipandang sebagai
bagian program promosi kesehatan yang lebih luas.
Pendidikan kesehatan itu penting untuk menunjang program-program
kesehatan yang lain. Akan tetapi pada kenyataannya hal ini tidak didukung
oleh kenyataan. Artinya dalam program-program pelayanan kesehatan kurang
melibatkan pendidikan kesehatan. Meskipun program itu mungkin telah
melibatkan pendidikan kesehatan tetapi kurang memberikan bobot.
Pendidikan kesehatan itu tidak segera dan jelas memperlihatkan hasil.
Dengan perkataan lain pendidikan kesehatan itu tidak segera membawa
manfaat bagi masyarakat dan yang mudah dilihat atau diukur. Hal ini memang
benar karena pendidikan adalah merupakan 'behavioral investment' jangka
panjang. Hasil investment pendidikan kesehatan baru dapat dilihat beberapa
tahun kemudian. Dalam waktu yang pendek (immediate impact) pendidikan
kesehatan hanya menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan
masyarakat. Sedangkan peningkatan pengetahuan saja belum akan
berpengaruh langsung terhadap indikator kesehatan. Pengetahuan kesehatan
akan berpengaruh kepada perilaku sebagai hasil jangka menengah
(intermediate impact) dari pendidikan kesehatan. Selanjutnya perilaku
kesehatan akan berpengaruh kepada meningkatnya indikator kesehatan
masyarakat sebagai keluaran (outcome) pendidikan kesehatan. Hal ini
berbeda dengan program kesehatan yang lain, terutama program pengobatan
yang dapat langsung memberikan hasil (immediate impact) terhadap
penurunan kesakitan.
1. Peranan Pendidikan Kesehatan
Semua ahli kesehatan masyarakat dalam membicarakan status
kesehatan mengacu kepada H.L. Blum. Dari hasil penelitiannya di Amerika
Serikat sebagai salah satu negara yang sudah maju, Blum menyimpulkan
bahwa lingkungan mempunyai andil yang paling besar terhadap status
kesehatan. Kemudian berturut-turut disusul oleh perilaku mempunyai andil
nomor 2, pelayanan kesehatan dan keturunan mempunyai andil yang paling
kecil terhadap status kesehatan. Selanjutnya Lewrence Green menjelaskan
bahwa perilaku itu dilatarbelakangi atau dipengaruhi oleh 3 faktor pokok yaitu
faktor-faktor predisposisi (predisposing factors), faktor-faktor yang
mendukung (enabling factors) dan faktor-faktor yang memperkuat atau
mendorong (reinforcing factors). Oleh sebab itu pendidikan kesehatan
sebagai faktor usaha intervensi perilaku harus diarahkan kepada ketiga faktor
pokok tersebut.
Dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa peranan pendidikan kesehatan
adalah melakukan intervensi faktor perilaku sehingga perilaku individu,
kelompok atau masyarakat sesuai dengan nilai-nilai kesehatan. Dengan
perkataan lain pendidikan kesehatan adalah suatu usaha untuk menyediakan
kondisi psikologis dari sasaran agar mereka berperilaku sesuai dengan
tuntutan nilai-nilai kesehatan.
2. Konsep Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan adalah adalah suatu penerapan konsep
pendidikan di bidang kesehatan. Dilihat dari segi pendidikan, pendidikan
kesehatan adalah suatu pedagogik praktis atau praktek pendidikan. Oleh
sebab itu konsep pendidikan kesehatan adalah konsep pendidikan yang
diaplikasikan pada bidang kesehatan. Konsep dasar pendidikan adalah suatu
proses belajar yang berarti didalam pendidikan itu terjadi proses
pertumbuhan, perkembangan atau perubahan ke arah yang lebih dewasa,
lebih baik dan lebih matang pada diri individu, kelompok atau masyarakat.
Konsep ini berangkat dari suatu asumsi bahwa manusia sebagai makhluk
sosial dalam kehidupannya untuk mencapai nilai-nilai hidup di dalam
masyarakat selalu memerlukan bantuan orang lain yang mempunyai
kelebihan (lebih dewasa, lebih pandai, lebih mampu, lebih tahu dan
sebagainya). Dalam mencapai tujuan tersebut, seorang individu, kelompok
atau masyarakat tidak terlepas dari kegiatan belajar. Kegiatan atau proses
belajar dapat terjadi dimana saja, kapan saja dan oleh siapa saja. Seseorang
dapat dikatakan belajar apabila didalam dirinya terjadi perubahan, dari tidak
tahu menjadi tahu, dari tidak dapat mengerjakan menjadi dapat mengerjakan
sesuatu. Namun demikian tidak semua perubahan itu terjadi karena belajar
saja, misalnya perkembangan anak dari tidak dapat berjalan menjadi dapat
berjalan. Perubahan ini terjadi bukan hasil proses belajar tetapi karena proses
kematangan. Dari uraian singkat ini dapat disimpulkan bahwa kegiatan belajar
itu mempunyai ciri-ciri : belajar adalah kegiatan yang menghasilkan
perubahan pada diri individu, kelompok, atau masyarakat yang sedang
belajar, baik aktual maupun potensial. Ciri kedua dari hasil belajar adalah
bahwa perubahan tersebut didapatkan karena kemampuan baru yang berlaku
untuk waktu yang relatif lama. Ciri ketiga adalah bahwa perubahan itu terjadi
karena usaha dan disadari, bukan karena kebetulan. Bertitik tolak dari konsep
pendidikan tersebut maka konsep pendidikan kesehatan itu juga proses
belajar pada individu, kelompok atau masyarakat dari tidak tahu tentang nilai-
nilai kesehatan menjadi tahu, dari tidak mampu mengatasi masalah-masalah
kesehatannya sendiri menjadi mampu, dan lain sebagainya. Berangkat dari
konsep pendidikan kesehatan dan bagan di bawah, pendidikan kesehatan
didefenisikan sebagai usaha atau kegiatan untuk membantu individu,
kelompok atau masyarakat dalam meningkatkan kemampuan (perilaku)nya /
mereka untuk mencapai kesehatannya / kesehatan mereka secara optimal.
Disamping konsep pendidikan kesehatan tersebut di atas, para ahli
pendidikan kesehatan juga telah mencoba membuat batasan tentang
pendidikan kesehatan yang berbeda-beda sesuai dengan konsep mereka
masing-masing tentang pendidikan. Batasan-batasan yang sering dijadikan
acuan antara lain dari Nyswander, Stuart, Green, tim ahli WHO dan lain
sebagainya. \
3. Proses Pendidikan Kesehatan
Seperti telah disebutkan di atas bahwa prinsip pokok pendidikan kesehatan
adalah proses belajar. Didalam kegiatan belajar terdapat 3 persoalan pokok,
yakni persoalan masukan (input), proses dan persoalan keluaran (output).
Persoalan masukan dalam pendidikan kesehatan adalah menyangkut
sasaran belajar (sasaran didik) yaitu individu, kelompok, atau masyarakat
yang sedang belajar itu sendiri dengan berbagai latar belakangnya. Persoalan
proses adalah mekanisme dan interaksi terjadinya perubahan kemampuan
(perilaku) pada diri subjek belajar tersebut. Didalam proses ini terjadi
perubahan timbal balik antara berbagai faktor, antara lain : subjek belajar,
pengajar (pendidik atau fasilitator), metode & teknik belajar, alat bantu belajar,
dan materi atau bahan yang dipelajari. Sedangkan keluaran adalah
merupakan hasil belajar itu sendiri yaitu berupa kemampuan atau perubahan
perilaku dari subjek belajar. Beberapa ahli pendidikan mengelompokkan
faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar ke dalam 4 kelompok besar,
yakni faktor materi (bahan belajar), lingkungan, instrumental dan subjek
belajar. Faktor instrumental ini terdiri dari perangkat keras (hardware) seperti
perlengkapan belajar dan alat-alat peraga dan perangkat lunak (software)
seperti fasilitator belajar, metode belajar, organisasi dan sebagainya. Dalam
pendidikan kesehatan subjek belajar ini dapat berupa individu, kelompok atau
masyarakat.
Model Precede-Proceed
Model yang dikembangkan oleh Green dan Kreuter (1991) pada
tahun 1980, merupakan model yang paling cocok diterapkan
dalamperencanaan dan evaluasi promosi kesehatan, yang dikenal
denganmodel PRECEDE (Predisposing, Reinforcing and Enabling Causes
inEducational Diagnosis and Evaluation ). PRECEDE merupakan
kerangkauntuk membantu perencanaan mengenal masalah, mulai dari
kebutuhan pendidikan sampai pengembangan program. Pada tahun 1991,
model inidisempurnakan menjadi model PRECEDE-PROCEEDE.
PROCEEDE merupakan singkatan dari Policy, Regulatory, and
OrganizationalContructs in Educational and environmental Development.
Dalam aplikasinya, PRECEDE-PROCEED dilakukan bersama-sama
dalamproses perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. PRECEDE
digunakanpada fase diagnosis masalah, penetapan prioritas dan tujuan
program,sedangkan PROCEED digunakan untuk menetapkan sasaran dan
kriteriakebijakan, pelaksanaan, dan evaluasi. Menurut Schmidt dkk. (1990),
model ini paling banyak diterima dan telah berhasil diterapkan
dalamperencanaan program-program komprehensif dalam banyak
susunanyang berlainan, serta model ini dianggap lebih berorientasi praktis.
Perilakuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu................................
.
Perilaku dari pandangan biologis merupakan suatu kegiatan atau aktifitas
organisme yang bersangkutan. Jadi perilaku manuasia pada hakekatnya
adalah suatu aktivitas dari manusia itu sendiri. Oleh sebab itu perilaku
manusia mempunyai bentangan yang sangat luas mencakup berjalan,
berbicara, berpakaian dan lain sebagainya. Bahkan kegiatan internal seperti
berpikir, persepsi dan emosi juga merupakan perilaku manusia. Skinner
( 1933 ) mengemukakan bahwa perilaku merupakan hubungan antara
perangsang (stimulus) dan respon. Ia membedakan adanya dua stimulus :
1. Respondent response atau reflektife response ialah respon yang
ditimbulkan oleh rangsangan tertentu Perangsang semacam ini disebut
elicting stimuli karena menimbulkan respon yang relatif tetap misalnya
makanan lezat menimbulkan keluarnya air liur, cahaya yang kuat
menyebabkan mata tertutup , menangis karena sedih, muka
merah karena marah dan lain sebagainya.
2. Operant response atau instrumental response ialah respon yang timbul
dan berkembangnya diikuti oleh perangsang tertentu . Perangsang
semacam ini disebut reinforcing stimuli atau reinforcer karena perangsang
tersebut memperkuat respon yang telah dilakukan oleh organisme. Oleh
sebab itu perangsang ini mengikuti atau memperkuat perilaku yang sudah
dilakukan. Sebagai contoh apabila seorang anak belajar atau sudah
melakukan suatu perbuatan kemudian dia memperoleh hadiah maka dia
akan lebih giat belajar atau lebih baik lagi melakukan perbuatan tersebut.
Dengan kata lain respon yang diberikannya akan lebih intensif dan kuat.
Di dalam kehidupan sehari – hari respon yang pertama sangat terbatas
keberadaanya hal ini disebabkan hubungan yang pasti antara stimulus dan
respon sehingga kemungkinan untuk memodifikasinya sangat kecil, bahkan
hampir tidak mungkin. Sebaliknya respon yang kedua merupakan bagian
besar daripada perilaku manusia dan kemungkinan untuk memodifikasinya
sangat besar.
Bentuk Perilaku
Secara operasional perilaku dapat diartikan sebagai respon organisme
terhadap rangsangan tertentu dari luar subyek. Respon ini berbentuk dua
macam yaitu :
1. Bentuk pasif atau covert behaviour adalah respon internal yang terjadi di
dalam diri manusia dan tidak secara langsung bisa dilihat orang lain,
misalnya berpikir, tanggapan, sikap atau pengetahuan. Misalnya seorang ibu
yang tahu bahwa membawa anak untuk diimunisasi dapat mencegah
penyakit tertentu akan tetapi dia tidak membawa anaknya ke puskesmas
atau posyandu.
2. Bentuk aktif atau overt behaviour , apabila perilaku ini jelas bisa dilihat.
Misalnya pada contoh di atas si ibu membawa anaknya ke posyandu atau
puskesmas untuk diimunisasi.
Perilaku Kesehatan
Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respon seseorang terhadap
stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan
kesehatan, makanan, serta lingkungan. Secara lebih rinci perilaku
kesehatan mencakup :
1. Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit yaitu bagaimana manusia
merespon baik secara pasif maupun aktif sehubungan dengan sakit dan
penyakit. Perilaku ini dengan sendirinya berhubungan dengan tingkat
pencegahan penyakit.
• Perilaku sehubungan dengan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan
misalnya makan makanan bergizi, dan olahraga.
• Perilaku pencegahan penyakit misalnya memakai kelambu untuk
mencegah malaria, pemberian imunisasi. Termasuk juga perilaku untuk tidak
menularkan penyakit kepada orang lain.
• Perilaku sehubungan dengan pencarian pengobatan misalnya usaha
mengobati penyakitnya sendiri, pengobatan di fasilitas kesehatan atau
pengobatan ke fasilitas kesehatan tradisional.
• Perilaku sehubungan dengan pemulihan kesehatan setelah sembuh dari
penyakit misalnya melakukan diet, melakukan anjuran dokter selama masa
pemulihan.
1. Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan. Perilaku ini mencakup
respon terhadap fasilitas pelayanan, cara pelayanan, petugas kesehatan
dan obat – obat.
2. Perilaku terhadap makanan. Perilaku ini mencakup pengetahuan,
persepsi, sikap dan praktek terhadap makanan serta unsur – unsur yang
terkandung di dalamnya., pengelolaan makanan dan lain sebagainya
sehubungan dengan tubuh kita.
3. Perilaku terhadap lingkungan sehat adalah respon seseorang terhadap
lingkungan sebagai salah satu determinan kesehatan manusia. Lingkup
perilaku ini seluas lingkup kesehatan lingkungan itu sendiri.
Faktor Penentu ( Determinan ) Perilaku Perilaku kesehatan seperti halnya
perilaku pada umumnya melibatkan banyak faktor. Menurut Lawrence Green
( 1980 ) kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh dua hal
pokok yaitu faktor perilaku dan di luar perilaku. Selanjutnya perilaku itu
sendiri dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu :
• Faktor pembawa ( predisposing factor ) didalamnya termasuk
pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai – nilai dan lain
sebagainya
• Faktor pendukung ( enabling factor ) yang terwujut dalam lingkungan fisik,
sumber daya, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas dan sarana kesehatan.
• Faktor pendorong ( reinforcing factor ) yang terwujut di dalam sikap dan
perilaku petugas kesehatan maupun petugas lain , teman, tokoh yang
semuanya bisa menjadi kelompok referensi dari perilaku masyarakat.
Dari faktor – faktor di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku seseorang atau
masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap,
kepercayaan, tradisi dari orang yang bersangkutan. Disamping itu
ketersediaan fasilitas kesehatan dan perilaku petugas kesehatan juga
mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku.
Seseorang yang tidak mau mengimunisasikan anaknya , dapat disebabkan
karena dia memang belum tahu manfaat imunisasi ( predisposing
factor ),.atau karena jarak posyandu dan puskesmas yang jauh dari
rumahnya ( enabling factor ) sebab lain bisa jadi karena tokoh masyarakat di
wilayahnya tidak mau mengimunisasikan anaknya ( reinforcing factor )
Model di atas dengan jelas menggambarkan bahwa terjadinya perilaku
secara umum tergantung faktor intern ( dari dalam individu ) dan faktor
ekstern ( dari luar individu ) yang saling memperkuat . Maka sudah
selayaknya kalau kita ingin merubah perilaku kita harus memperhatikan
faktor – faktor tersebut di atas.
Upaya Perubahan Perilaku Kesehatan
Hal yang penting di dalam perilaku kesehatan adalah masalah pembentukan
dan perubahan perilaku. Karena perubahan perilaku merupakan tujuan dari
pendidikan kesehatan atau penyuluhan kesehatan sebagai penunjang
program kesehatan lainnya. Perubahan yang dimaksud bukan hanya
sekedar covert behaviour tapi juga overt behaviour.
Di dalam program – program kesehatan, agar diperoleh perubahan perilaku
yang sesuai dengan norma – norma kesehatan diperlukan usaha – usaha
yang konkrit dan positip. Beberapa strategi untuk memperoleh perubahan
perilaku bisa dikelompokkan menjadi tiga bagian
1. Menggunakan kekuatan / kekuasaan atau dorongan
Dalam hal ini perubahan perilaku dipaksakan kepada sasaran sehingga ia
mau melakukan perilaku yang diharapkan. Misalnya dengan peraturan –
peraturan / undang – undang yang harus dipatuhi oleh masyarakat. Cara
ini menyebabkan perubahan yang cepat akan tetapi biasanya tidak
berlangsung lama karena perubahan terjadi bukan berdasarkan kesadaran
sendiri. Sebagai contoh adanya perubahan di masyarakat untuk menata
rumahnya dengan membuat pagar rumah pada saat akan ada lomba desa
tetapi begitu lomba / penilaian selesai banyak pagar
yang kurang terawat.
2. Pemberian informasi
Adanya informasi tentang cara mencapai hidup sehat, pemeliharaan
kesehatan , cara menghindari penyakit dan sebagainya akan meningkatkan
pengetahuan masyarakat. Selanjutnya diharapkan pengetahuan tadi
menimbulkan kesadaran masyarakat yang pada akhirnya akan
menyebabkan orang berperilaku sesuai pengetahuan yang
dimilikinya. Perubahan semacam ini akan memakan waktu lama tapi
perubahan yang dicapai akan bersifat lebih langgeng.
3. Diskusi partisipatif
Cara ini merupakan pengembangan dari cara kedua dimana penyampaian
informasi kesehatan bukan hanya searah tetapi dilakukan secara partisipatif.
Hal ini berarti bahwa masyarakat bukan hanya penerima yang pasif tapi juga
ikut aktif berpartisipasi di dalam diskusi tentang informasi yang diterimanya.
Cara ini memakan waktu yang lebihlama dibanding cara kedua ataupun
pertama akan tetapi pengetahuan kesehatan sebagai dasar perilaku akan
lebihmantap dan mendalam sehingga perilaku mereka juga akan lebih
mantap.
Apapun cara yang dilakukan harus jelas bahwa perubahan perilaku akan
terjadi ketika ada partisipasi sukarela dari masyarakat, pemaksaan,
propaganda politis yang mengancam akan tidak banyak berguna untuk
mewujutkan perubahan
yang langgeng.
Daftar Pustaka
1. Anonim , Paradigma Sehat menuju Indonesia Sehat 2010, Departemen
Kesehatan RI, 1999
2. Anonim, Pengelolaan Yang Berkesinambungan Dalam Program
Penyediaan Air Bersih Dan Sanitasi, IRC/Unicef/ Yayasan Dian Desa.
3. Boot,Marieke T, Aduk Saja Dengan Lembut , IRC, Delft, Netherlands,
1991
4. Curtis, Valerie & Bernadette Kanki, Bersih, Sehat Dan Sejahtera :
Bagaimana Menyusun Program Promosi Higiene, Unicef/WHO/Yayasan
Dian Desa
5. Notoatmodjo, Soekidjo, Pengantar Perilaku Kesehatan, FKM-UI, Jakarta,
1990