PENDAPATAN udah lengkap

  • Upload
    sugi

  • View
    67

  • Download
    0

Embed Size (px)

DESCRIPTION

pendapatan teori akuntansi

Citation preview

PENDAPATAN: SUWARDJONOPaper yang disusun sebagai tugas mata kuliah Teori Akuntansi Semester VII

Disusun oleh :

Abby Prakoso(12121001)Luthvika (12121033)Sugiarti Kiki Handayani (12121036)Nur Ain Pratiwi (12121040)

UNIVERSITAS TRILOGIProgram Pendidikan Studi Strata 1Jurusan AkuntansiJAKARTA 2015

PENDAPATANMENURUT SUWARDJONO:Pendapatan dan biaya merupakan penyebab penting perubahan ekuitas yang berasal dari kegiatan operasi perusahaan dan pembentuk laporan laba rugi yang menentukan laba perusahaan. Itulah sebabnya akun-akun tersebut disebut dengan akun nominal atau temporer yang akhirnya secara periodik harus ditutup dengan membuat jurnal penutup.Konsep dasar upaya accomplishment dan upaya effortmenyatakan bahwa pendapatan merepresentasikan capaian dan biaya merepresentasikan upaya. Dengan kata lain pendapatan harus harus diperoleh dengan biaya bukan sebaliknya pendapatan menanggung biaya oleh karena ini biaya harus dikeluarkan lebih dahulu baru bisa merepresentasikan pendapatan. Artinya dengan biaya pendapatan tercipta.Walaupun demikin, secara teknis akuntansi pendapatan biasa di ukur lebih dahulu baru kemudian biaya yang diperkirakan menghasilkan pendapatan tersebut diukur sehingga laba dapat diukur dengan tepat. Oleh karena itu dalam laporan laba rugi pendapatan disajikan terlebih dahulu baru kemudian dikurangi oleh biaya. Namun bukan berarti tidak berarti pendapatan menanggung biaya. Biaya bukan merupakan beban yang harus dihindari tetapi merupakan upaya yang sengaja dilakukan dengan senang hati.Defenisi PendapatanBerbagai sumber mamaknai pendapatan kurang kebih sama walaupun dengan variasi yang berbeda. Dalam SFAC No. 6 FASB mendefinisikan pendapatan dan untung sebagai berikut :Pendapatan adalah arus masuk atau perangkat tambahan lain aset dari suatu entitas atau penyelesaian kewajiban (atau kombinasi keduanya) dari pengiriman atau produksi barang, jasa render, atau kegiatan lainnya yang merupakan operasi yang sedang berlangsung oleh entitas besar atau pusat (prg. 78)Keuntungan adalah kenaikan ekuitas (aktiva bersih) dari transaksi perifer atau insidental dari suatu entitas dan dari semua transaksi lain dan peristiwa lain dan keadaan yang mempengaruhi entitas kecuali yang dihasilkan dari pendapatan atau investasi oleh pemilik (prg 82).Paton dan Littleton (1970) mengkarakterisasi pendapatan sebagai berikut :Pendapatan adalah produk dari perusahaan, diukur dengan jumlah aset baru yang diterima dari pelanggan, ... dinyatakan dalam hal aset pendapatan dari perusahaan diwakili, akhirnya, oleh aliran dana dari pelanggan atau pelanggan dalam pertukaran untuk produk bisnis, baik komoditas atau jasa (hlm, 47-47)Dalam Standar Akuntansi Keuangan (2002), IAI mengadopsi definisi pendapatan dari IASC yang menempatkan pendapatan (revenue) sebagai unsur penghasilan (income) sebagai berikut :Penghasilan adalah kenaikan manfaat ekonomi selama periode akuntansi dalam bentuk arus masuk atau perangkat tambahan aset atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas, selain yang berkaitan dengan peserta ekuitas (hlm. 17)Definisi penghasilan ecompasses baik pendapatan dan keuntungan. Pendapatan timbul dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan disebut dengan berbagai nama yang berbeda termasuk penjualan, biaya, bunga, dividen, royalti, dan sewa (hlm.18)Keuntungan merupakan item lainnya yang memenuhi definisi penghasilan dan mungkin, atau tidak mungkin, timbul dalam perjalanan dari aktivitas normal perusahaan. Keuntungan merupakan kenaikan manfaat ekonomi dan dengan demikian tidak berbeda di alam dari pendapatan. Oleh karena itu, mereka tidak dianggap sebagai merupakan elemen yang terpisah dalam kerangka kerja ini (hlm. 18)Definisi-definisi di atas memisahkan antara pengertian dan pengakuan sehingga tidak ada yang menjukkan kriteria pengakuan. Sementara itu, APB (1970) mendefinisikan pendapatan dengan memasukkan kriteria pengakuan sebagai berikut (APB Statement No 4 prg 134) :Pendapatan - kenaikan bruto dalam aset atau penurunan bruto dalam kewajiban yang diakui dan diukur sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum yang dihasilkan dari jenis-jenis laba-kegiatan diarahkan kegiatan perusahaan yang dapat mengubah ekuitas pemilik.Menurut suwardjono dari beberapa definisi dapat dikarakteristikan yang membentuk pengertian pendapatan:1. Aliran masuk atau kenaikan aset2. Kegiatan yang mempresentasi operasi utama atau sentral yang menerus.3. Pelunasan, penurunan, atau pengurangan kewajiban.4. Suatu entitas5. Produk perusahaan6. Pertukaran produk7. Menyandang beberapa nama atau mengambil beberapa bentuk.8. Mengakibatkan kenaikan ekuitas.Beberapa karakteristik di atas dikatakan merupakan turunan/konsekuensi dsari atau dikandung secara implisit oleh kata kunci yang lain. Karakteristik (3) sampai (8) sebenarnya merupakan penjabaran atau konsekuensi dari ketiga karakteristik sebelumnya. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa karakteristik (1) dan (2) merupakan karakteristik konsekuensi, pendukung, atau penjelas.Karakteristik yang harus dipenuhi sehingga disebut Pendapatan:1. Kenaikan AsetPaton dan Litleton (1970:47) menyebutkan bahwa aset dapat bertambah karena berbagai transaksi, kejadian, atau keadaan sebagai berikut:a. Transsaksi pendanaan yang berasal dari kreditor dan investor.b. Laba yang berasal dari kegiatan investasi, misalnya penjualan aset tetap, surat berharga, segmen bisnis, dan anak perusahaan.c. Hadiah, donasi atau temuand. Revaluasi aset yang telah ada.e. Penyediaan dan/atau penyerahan produk (barang dan jasa)Untuk disebut sebagai pendapatan, aliran aset masuk adalah jumlah rupiah kotor. FASB mengisyaratkan jumlah kotor dengan menyatakan bahwa pendapatan adalah jumlah rupiah yang datang dari p-enyerahan produk atau pelaksanaan jasa. (IASC) menunjuk jumlah kotor dengan menyebutkan bahwa jumlah rupiah pendapatan dapat berupa penjualan, imbalan jasa, bunga, dividen, royalitas, dan sewa.Pendefinisian pendapatan sebagai kenaikan aset merupakan pendefinisian dengan konsep aliran masuk. Konsep ini mempunyai kelemahan karena pendapatan dianggap baru ada setelah transaksi penjualan terjadi.dengan kata lain pendapatan timbul karena peristiwa atau transaksi pada saat tertentu dan bukan karena proses selama suatu periode. Kelemahan lain adalah definisi ini mengacaukan pengukuran dan penentuan saat pengakuan dengan proses penciptaan pendapatan. IAI harus membatasi bahwa kenaikan aset tersebut adalah yang menaikkan ekuitas kecuali yang berasal dari transaksi dengan pemilik.konsep ka\enaikan aset mengalami masalah dalam hal aliran masuk yang berupa pembayaran di muka yang berasal dari pelanggan. Walaupun pembayaran semacam ini merupakan bagian dari operasi utama perusahaan, pada kenyataannya aliran masuk tersebut tidak atau belum dianggap pendapatan. Demikian juga, walaupun penjualan kredit menimbulkan piutang usaha, piutang sering dianggap buakan suatu aliranmasuk aset.2. Operasi Utama Berlanjut Tidak semua kenaikan aset di atas membentuk pendapatan. Kegiatan utama atau sentral yang menerus atau berlanjut merupakan karakteristik yang membatasi kenaikan yang dapat disebut pendapatan. Kenaikan aset harus berasal dari kegiatan operasi dan bukan kegiatan investasi dan pendanaan. Kegiatan operasi ini diwujudkan dalam bentuk memproduksi dan mengirimkan berbagai barang kepada pelanggan atau menyerahkan atau melaksanakan berbagai jasa.Pengertian operasi utama menunjukkan kegiatan sebagaimana pengertian operasi dalam klasifikasi kegiatan yang membentuk statemen aliran kas yaitu, operasi, investasi, dan pendanaan. Akan tetapi, pendapatan atau untung yang tidak berasal dari operasi utama dengan sendirinya lalu dapat disebut sebagai pos nonoperasi.a) Operasi dan Non-operasiProduk yang dihasilkan secara tidak rutin atau insidential sering dianggap sebagai pos pendapatan non-operasi dan dipisahkan penyajiannya. Pembedaan memang perlu tetapi mengklasifikasinya sebagai non-operasi dapat menyesatkan dalam pengukuran kinerja atau daya melaba perusahaan.Paton dan Litleton (1970) berpendapat bahwa pemisahan laba atau rugi sebagai pos operasi dan non-operasi hanya dapat dibenarkan kalau laba atau rugi sebagai pos operasi tesebut benar benar luar biasa dan berkaitan dengan tujuan perusahaan utama hanya secara sangat kebetulan saja. Jadi, istilah non-operasi kurang deskriptif untuk mengklasifikasikan beberapa pendapatan atau untung yang sebenarnya masuk dalam pengertian operasi dalam arti luas. Bila tidak bersifat luar biasa, pos-pos tersebut lebih tepat dilaporkan sebagai pendapatan lain-lain dan untung (other revenue and gains).3. Penurunan Kewajiban Hal ini terjadi bila suatu entitas telah mengalami kenaikan aset sebelumnya misalnya menerima pembayarn di muka dari pelanggan penerimaan ini bukan merupakan pendapatan karena perusahaan belum melakukan prestasi yang menimbulkan hak penuh atas aset yang diterima. Oleh karena itu, jumlah rupiah yang diterima biasanya diperlukan sebagai pendapatan tekterhak atau pendapatan tangguhan yang statusnya adalah kewajiban sampaiada prestasi dari perusahaan berupa pengirimkan barang atau pelaksanaan jasa. Pengiriman barang atau pelaksanaan jasa akan mengurangi kewajiban yang menimbulkan pendapatan. Kejadian itu mengubah kewajiban menjadi pendapatan.4. Suatu EntitasDimasukkan kata entitas atau perusahaan dalam definisi mengisyaratkan bahwa konsep kesatuan usaha dianut dalam pendefinisian. Pendapatan didefinisikan sebagai kenaikan aset bukannya kenaikan ekuitas bersih. Jadi, aset yang masuk itulah yang disebut pendapatan. Aset tersebut dikuasai oleh perusahaan. Akan tetapi, karena hubungan perusahaan dengan pemilik merupakan hubungan utang-piutang, pada saat aset naik sebagai pendapatan utang perusahaan kepada pemilik juga naik dengan jumlah yang sama. Hal ini mengisyaratkan bahwa konsep kesatuan usaha dianut dalam pendefinisian. Karena pendapatan didefinisikan sebagai kenaikan aset bukan kenaikan ekuitas.5. Produk PerusahaanPaton dan Littleton menyatakan bahwa pendapatan adalah produk perusahaan. Di sini pendapatan didefinisikan secara fisis bukan moneter. Definisi ini juga netral terhadap saat pengakuan. Aliran aset dari pelanggan berfungsi hanya sebagai pengukur tetapi bukan pendapatan itu sendiri; produk fisis yang dihasilkan oleh kegiatan usaha itulah pendapatan. Pengertian semacam ini sesuai dengan konsep upaya dan capaian (efford and accomplishment) yaitu pendapatan merupakan capaian upaya produktif perusahaan. Produk merupakan capaian dari tiap kegiatan produktif. Dengan pengertian ini, pendapatan terbentuk atau terhimpun bersamaan dengan atau selama kegiatan produktif tanpa harus menunggu kejadian atau saat penyerahan produk kepada pelanggan.Ada dua aliran yang berkaitan dengan pendapatan yaitu aliran fisis dan moneter. Pendapatan merupakan aliran masuk aset (unit moneter dan hal tersebut berkaitan dengan aliran fisis berupa penyerahan produk (output) perusahaan. Dalam hal ini, Kam (1990, hlm. 237) mempertanyakan apakah pendapatan itu objek atau kejadian. Untuk menjawab hali tersebut, Kam merinci lebih lanjut kedua aliran tersebut yaitu:a. Aliran fisis berupa : Kejadian memproduksi dan menjual produk Objek, yaitu produk fisis itu sendiri.b. Aliran moneter berupa : Kejadian menaiknya nilai aset perusahaan karena produksi atau penjualan produk ke konsumer. Objek, yaitu jumlah rupiah aset atau produk yang dihasilkan atau dijual.6. PertukaranIni dikarenakan pendapatan akhirnya harus dinyatakan dalam satuan moneter untuk dicatat dalam sistem pembukuan. Satuan moneter yang paling objektif adalah kalau jumlah rupiah tersebut merupakan hasil transaksi atau pertukaran antara pihak independen.7. Berbagai bentuk dan NamaPendapatan adalah konsep yang bersifat generik dan mencakupi semua pos dengan berbagai bentuk dan nama apapun. Pendapatan untuk perusahaan perdagangan misalnya disebut dengan penjualan.Sekilas Tentang UntungFASB membatasi pengertian pendapatan hanya untuk kenaikan aset yang berkaitan dengan operasi utama atau sentral. IAI (IASC) tidak membedakan untung dan pendapatan sehingga keduanya digabung dalam konsep penghasilan (income). Maka dari itu, definisi untung dapat dikatakan sebagai:1. Kenaikan ekuitas (aset bersih)2. Transaksi peripheral atau incidental3. Selain yang berupa pendapatan atau investasi oleh pemilikPENGAKUAN PENDAPATANKriteria Pengakuan PendapatanPendapatan baru dapat diakui setelah suatu produk selesei diproduksi dan penjualan benar-benar telah terjadi yang ditandai dengan penyerahan barang. Dengan kata lain, pendapatan belum dapat dikatakan ada dan diakui sebelum ada penjualan yang nyata. Hal ini didasarkan pada gagasan bahwa pengakuan suatu jumlah rupiah dalam akuntansi harus didasarkan pada konsep dasar keterukuran dan reliabilitas; jumlah rupiah harus cukup pasti dan ditentukan secara objektif oleh pihak independen.Sebaliknya, terjadinya kontrak penjualan belum cukup untuk mengakui pendapatan sebelum barang atau jasa sudah cukup selesai dikerjakan walaupun jumlah rupiah pendapatan telah terealisasi karena belum ada upaya yang membentuk pendapatan. Atas dasar konsep kesatuan usaha, tidak ada pendapatan tanpa upaya. Tanpa upaya yang cukup pendapatan belum dapat diakui. FASB mengajukan dua kriteria pengakuan pendapatan (dan untung) yang keduanya harus dipenuhi yaitu (SFAC No. 5, prg. 83):a. Terealisasi atau cukup pasti terealisasiPendapatan dikatakan terealisasi bilamana produk telah terjual atau ditukarkan dengan kas atau klai atas kas. Dan dikatakan cukup pasti terealisasi bilamana aset berkaitan yang diterima atau ditahan mudah dikonversi menjadi kas atau klaim atas kas yang cukup pasti jumlahnya.b. Terbentuk atau terhak Pendapatan dikatakan dapat terbentuk bila mana perusahaan telah melakukan secara substansial kegiatan yang harus dilakukan untuk dapat menghaki manfaat atau nilai yang melekat pada pendapatan.Walaupun kedua kriteria harus dipenuhi, bobot pentingnya untuk suatu kegiatan tertentu dapat berbeda artinya dalam keadaan tertentu perhimpun menjadi lebih kritis daripada realisasi dan sebaliknya. Terbentuknya pendapatan, tidak selalu harus mendahului realisasi pendapatan, dapat terjadi pendapatan sebelum realisasi terbentuk. Kam (1990) mengemukakan kriteria pengakuan secara teknis. Pendapatan baru dapat diakui kalau dipenuhi syarat-syarat berikut :1. Keterukuran nilai asset (measurability of asset value)2. Adanya suatu transaksi (existence of a transaction)3. Proses perhimpunan secara substansial telah selesaiSyarat (1) dan (2) telah dicakupi dalam kriteria dari FASB. Agar dapat dikatakan terealisasi pendapatan memang harus diukur secara objektif dan hal tersebut pada umunya dapat dicapai setelah adanya transaksi penjualan atau kontrak. Syarat (1) berkaitan dengan masalah apakah aliran masuk asset harus bersifat likuid dan bila pendapatan dalam bentuk piutang apakah ketertagihan (collectability) cukup pasti sehingga jumlah rupiah pendapatn yang dicatat benar merefleksi jumalh rupiah yang akhirnya diterima. Dengan demikian pengukkuran pendapatan sangat andal. Syarat (3) tidak berbeda dengan kriteria b dari FASB. (Sumber Suwardjono, 2005 : 362-369)PENGAKUAN PENDAPATANA. Pada Saat Kontrak PenjualanKondisi dimana perusahaan telah menandatangani kontrak penjualan dan bahkan sudah menerima kas untuk seluruh nilai kontrak tetapi perusahaan belum mulai memproduksi barang (ada di titik A). Pada titik ini pendapatan sudah terrealisasi tetapi belum terbentuk. Karena hanya ada satu kriteria yang dipenuhi, jelas pendapatan tidak bisa diakui pada saat tersebut. Pengakuan harus menunggu sampai proses penghimpunan cukup selesai yaitu di tahap penjualan (antara P dan T). Sementara itu, pembayaran dimuka harus diakui sebagai kewajiaban sampai barang atau jasa di serahkan kepada pembeli. Pada umumnya pengakuan semacam ini berlaku untuk perusahaan yang memproduksi barang konsumsi (consumers good) dan jarak antara penandatanganan kontrak dan penyerahan barang cukup pendek (kurang dari satu tahun)

B. Selama Proses Produksi Secara BertahapKondisi dimana dalam industri tertentu, pembuatan produk memerlukan waktu yang cukup lama. Misalnya dalam industri konstruksi bangunan seperti jembatan layang, jalan raya, dan bendungan serta dalam industri konstruksi alat berat seperti lokomotif, kapal, dan pabrik. Biasanya produk semacam itu diperlakukan sebagai projek dan dilaksanakan atas dasar kontrak sehingga pendapatan telah terealisasi untuk seluruh perioda kontrak tetapi mungkin belum cukup terbentuk pada akhir tiap perioda akuntansi. Dalam hal ini, pengakuan pendapatan dapat dilakukan secara bertahap (per perioda akuntansi) sejalan dengan kemajuan proses produksi atau sekaligus pada saat projek selesai dan diserahkan. Yang pertama disebut metoda persentase penyelesaian (percentage-of-completion methode) sedangkan yang terakhir disebut metoda kontrak selesai (completed-contract method).

AkresiBerkaitan dengan pengakuan pendapatan sebagai fungsi kegiatan produksi adalah masalah akresi (accretion) yaitu pertambahan nilai akibat pertumbuhan fisis atau proses alamiah. Misalnya PT perhutani yang mengelola hutan kayu jati. Banyaknya kayu yang dapat diolah dan dijual akan semakin bertambah karena hutan kayu tumbuh bersamaan dengan berjalannya waktu yang mengakibatkan naiknya nilai yang dapat direalisasi dari hutan kayu tersebut. Perlakuan semacam ini sama saja dengan mengakui pendapatan sejalan dengan pertumbuhan. Per definisi, akresi memenuhi pengertian pendapatan karena aset jelas telah bertambah dan banyaknya tambahan fisis tersebut dapat ditentukan secara objektif. Pertambahan teersebut juga berkaitan dengan operasi utama perusahaan (dalam hal PT Perhutani). Apa yang terjadi adalah pendapatan sudah terbentuk tetapi belum terrealisasi. Untuk merealisasikan pertambahan nllai tersebut, proses produksi masih diperlukan dan masih harus diikuti dengan perubahan bentuk aset menjadi aset lancar baru (kas atau piutang). Oleh karena itu, tidak selayaknyalah akresi diakui sebagai pendapatan. Walaupun seandainya produk akhir PT Perhutani bukan papan kayu melainkan balok kayu,tetaplah tidak tepat untuk memperlakukan pertambahan nilai tersebut sebagai pendapatan karena tidak ada aliran sumber ekonomik baru yang masuk ke unit usaha.Dari segi pelaporan laba periodik, tidak diakuinya akresi sebagai pendapatan bukan berarti meniadakan arti penting akresi, lebih-lebih untuk kepentingan analisis internal. Bila harus dilaporkan, pelaporan harus sedemikian sehinggatidak memberi kesan bahwa akresi telah terealisasi. Jumlah rupiah kreditnya harus dilaporkan terpisah dari laba yang benar-benar terealisasi.Pemecahan yang paling baik untuk pengakuan pendapatan sehubung dengan akresi adalah pergantian takaran penanndingan pendapatan dan biaya dari perioda tahunan ke angkatan produk (angkatan tanam kehutanan). Kalau cara ini ditempuh, dasar saat penjualan untuk pengakuan tetap dapat dipakai walaupun perioda akuntansinya menjadi lebih panjang mulai dari pembiakan bibit sampai terjualnya produk.

ApresiasiApresiasi yaitu selisih nilai pasar wajar aset perusahaan dengan kos (nilai buku aset terdepresiasi). Berbeda dengan akresi, apresiasi berlaku untuk semua jenis aset tidak terbatas pada aset yang dikategorikan sebagai produk. Juga kenaikan aset atau selisih tersebut tidak berkaitan langsung dengan operasi perusahaan.Dibandingkan akresi, apresiasi lebih kurang memenuhi pengertian pendapatan karena tidak berkaitan langsung dengan operasi perusahaan tetapi berkaitan dengan kondisi pasar. Dapat dikatakan, apresiasi bukan merupakan suatu hasil dari proses pembentukan pendapatan karena tidak ada upaya yang sengaja dilakukan untuk menaikan nilai aset. Paton dan littleton (1970) sangat menentang pengakuan apresiasi sebagai pendapatan karena :

a) Apresiasi Bukan Merupakan TransaksiKenaikan nilai pasar semata-mata dengan cara apapun menghitungnya bukanlah merupakan pendapatn yang nyata. Apresiasi tidak menunjukkan kemajuan kegiatan operasi. Apresiasi juga tidak menambah sumber ekonomik yang dapat digunakan untuk mendanai operasi. Jadi, apresiasi mepunyai karakteristik yang lemah untuk dapat dikatakan sebagai pendapatanb) Apresiasi Tidak ObjektifPenentuan besarnya nilai pasar, khususnya untuk aset-aset yang kompleks atau khusus, mempunyai validitas yang meragukan. Dalam keadaan yang sangat khusus, apresiasi dapat erupakan alat atau cara untuk memperoleh tambahan aset likuid. Dengan demikian apresiasi seolah-olah dapat diubah menjadi dana likuid melalui proses peminjaman atau utang. Proses tidak dapat disamakan dengan realisasi pendapatan. Kenaikan nilai aset melalui penerbitan obligasi atau kontrak utang lainnya tidak sama dengan penjualan atau pertukaran aset yang sebelumnya di miliki perusahaan.Penghematan KosDua pos yang bersangkutan dengan proses pembelian yang sering dianggap sebagai pendapatan yaitu potongan pembelian dengan harga murah atau pembelian beruntung (lucky buy). Ptongan pembelian tidak memenuhi definisi pendapatan karena berkaitan dengan proses pembelian yaitu proses pemrolehan aset pada tingkat awal (pengukuran). Oleh karena itu, mengakui pendapatan pada tingkat ini sama saja mengantisipasi pendapatan. Hal ini merupakan suatu contoh ekstrem pengakuan pendapatan yang belum terealisasi. Kalau potongan pembelian diakui sebagai pendapatan yang terrealisasi maka akan terjadi hal yang janggal yaitu bahwa perusahaan yang baru saja berdiri dan belum meproduksi dan menjual produk sudah memperoleh pendapatan melalui proses pembelian bahan baku dengan memanfaatkan potongan yang ditawarkan.Kalau potongan pembelian dianggap sebagai pendapatan maka dapat terjadi suatu perusahaan akan memperoleh pendapatan melalui proses pembangunan dan pembelian fasilitas fisis lantaran perusahaan memilih untuk membayar harga tunainya pada saat pembelian daripada membayar harga brutonya beberapa waktu kemudian.Prinsip yang masuk akal adalah semua jenis potongan pembelian diperlakukan sebagai pengurang (offsets) terhadap kos nominal pembelian. Manajemen yang bijaksana akan menentukan kebijakan untuk tidak melewatkan potongan. Setiap tambahan pembayaran karena ketidakmampuan membayar dalam perioda potongan (discount period) merupakan rugi. Sementara itu, potongan yang diperolehh karena membayar dalam perioda potongan adalah pengurangan atau penyesuai kos (cost adjustment) bukan hutang.C. Pada Saat Produksi SelesaiIni berarti pendapatan diakui pada saat akhir tahap produksi. Kalau sudah ada kontrak sebelumnya, tidak ada masalah dengan pengakuan pada saat produksi selesai karena penapatan sudah terrealisasi dan pada saaat produk selesai pendapatan secara substansional sudah terbentuk. Pengakuan semacam ini sudah setara pengakuan pendapatan dengan metode kontrak selesai. Akan tetapi, kalau tidak ada kontrak sebelumnya, hanya kriteria terbentuk yang dipenuhi.Pengakuan pendapatan atas dasar saat produk selesai diproduksi dapat dianggap layak untuk industri ekstraktif (pertambangan) termasuk pertanian. Dengan karakteristik industri semacam itu, kegiatan produksilah yang merupakan faktor penentu dalam menghasilkan pendapatan dan bukan kegiatan penjualan. Dengan demikian, pendapatan dapat diakui berdasarkan banyaknya barang yang diproduksi bukannya banyaknya unit barang yang sudah terjual.Walaupun dasar pengakuan pendapatan atas dasar produksi selesai mempunyai alasan yang logis yang kuat untuk industri ekstraktif, penggunaannya secara umum kurang dapat diterima bahkan dalam industri estraktif sekalipun. Dengan kata lain, kegiatan produksi industri itu sendiri tanpa adanya penguatan yang berasal dari penjualan dengan harga yang disepakati tidak dapat selalu dijadikan penguji yang obyektif dan menentukan untuk dasar pencatatan dan pengakuan pendapatan. Oleh karena itu, pengakuan semacam itu menuntut alasan yang kuat sesuai dengan keadaan yang melingkupinya. Statemen keuangannya juga menuntut penjelasan (pengungkapan) yang jelas mengenai kondisi yang melandasi penyimpangan dari standar umum (penjualan).D. Pada Saat Penjualan Pengakuan ini merupakan dasar yang paling umum karena pada saat penjualan kriteria penghimpunan dan realisasi telah dipenuhi. Dengan demikian, saat penjualan merupakan saat yang kritis dalam operasi perusahaan sehingga menjadi standar utama dalam pengakuan pendapatan.Lebih lebih untuk perusahaan yang bergerak dibidang produksi dan perdagangan barang, kegiatan penjualan merupakan hal yang paling menentukan dan mempunyai arti keuangan yang paling berharga dibandingkan dengan kegiatan lain dalam operasi perusahaan.Kendati penjualan menjadi menjadi standar umum pengakuan pendapatan, terdapat beberapa hal yang sering diajukan sebagai keberatan terhadap dassar tersebut. Hal pertama berkaitan dengan kepastian pengukuran terhadap akibat kos purna-jual atau pasca-jual (after-sale-cost atau after-cost). Ada kegiatan perusahaan yang masih harus dilakukan perusahaan untuk menuntaskan penjualan yang menimbulkan kos misalnya administratif, perbaikan barang, dan penggantian barang yang rusak. Masalah lain berkaitan dengan kemungkinan atau pengembalian barang.Masalah terebut tidak menghalangi secara konsptual maupun teknis untuk mengakui pendapatan pada saat penjualan. Berikut ini dibahas untuk mengatasi masalah-masalah tersebut.

1. Kembalian atau Potongan TunaiKembalian atau return utnuk suatu periode yang timbul akibat barang cacat atau rusak dicatat dengan membalik jurnal yang telah dibuat pada saat penjualan dengan jumlah rupiah pengembalian. Adanya potongan tunai penjualan sama sekali tidak menghalangi pengakuan pendapatan pada saat penjualan. Potongan tunai adalah potongan yang ditawarkan penjual melalui terma penjualan seperti 2/10, n/30. Masalah yang timbul tidak berkaitan dengan pengakuan pendapatan tetapi dengan berapa jumlah rupiah pendapatan (penjualan) harus dicatat. Keuntungan lain adalah perusahaan tidak perlu lagi meneliti pelunasan makna yang mendapat potongan dan mana yang tidak tetapi cukup memperhatikan berapa potongan tuna yang dilewatkan pelanggan. Potongan yang dilewatkan dapat diperlakukan sebagai pendapatan lain-lain.1. Kos Purna JualProsedur yang umum diberlakukan untuk mengantisipasi kos semacam itu adalah mendebit jumlah taksiran rupiah kos kegiatan dan mengkredit jumlah rupiah yang sama kedalam suatu akun cadangan melalui penyesuaian akhir tahun.1. Kerugian PiutangMasalah kerugian piutang dapat diatasi dengan perlakuan piutang yang sama seperti kos purna jual yaitu dengan membentuk cadangan kerugian piutang. Dengan demikian pendapatan dapat disajikan dalam statemen sejumlah piutang yang benar-benar dapat direalisasi (net realizable value). 1. Transaksi PenjualanKriteria realisasi telah terpenuhi pada saat penjualan hanya kalau telah terjadi transfer atau pengiriman barang tak bersyarat. Pada saat barang ditransfer, proses pembentukan pendapatan secara substansional dianggap telah selesai sehingga kriteria pembentukan automatis telah tepenuhi pada saat penjualan (pertukaran) sehingga tidak dipersoalkan lagi. E. Pada saat kas terkumpulPengakuan pendapatan pada saat kas terkumpul sebenarnya merupakan pengakuan pendapatan berdasarkan asas kas.. Pengakuan dasar kas digunakan untuk transaksi penjualan yang barang atau jasanya telah diserahkan/dilaksanakan tetapi kasnya baru akan diterima secara berkala dalam waktu yang cukup panjang.Alasan digunakannya dasar ini adalah adanya ketidakpastian tentang ketertagihan piutang. Pendapatan suatu periode diakui secara proporsional atas dasar kas yang telah diterima dalam periode tersebut. Ini berarti, jumlah rupiah tagihan sejalan dengan kemajuan pekerjaan. Adapun hal-hal yang harus diperhatikan dalam pengakuan pendapatan pada saat kas terkumpul adalah:

Jasa Dikonsumsi Dalam Jangka PendekDalam perusahaan jasa seperti perusahaan angkutan dan bioskop, transaksi dilakukan dalam waktu yang relatif pendek. Penerimaan kas hampir bersamaan dan sejalan dengan penyerahan jasa. Ini berarti bahwa saat penerimaan kas atau penyerahan jasa dapat dijadikan pengujian untuk dasar pengukuran dan pengakuan pendapatan.

Jasa Dikonsumsi Dalam Jangka PanjangDi lain pihak, apabila jasa yang diberikan adalah kompleks dan baru akan selesai dalam periode yang relatif panjang seperti halnya penyewaan ruang, maka besar kemungkinan akan terjadi perbedaan yang mencolok antara jumlah rupiah pendapatan yang diakui dengan basis akrual dan basis kas.

Argumen PendukungValiditas pengakuan pendapatan secara proporsional dengan penerimaan kas didasarkan atas tiga pertimbangan yang saling berkaitan, yaitu: Seluruh atau sebagian piutang yang timbul bukan merupakan aset yang mempunyai daya beli murni (dapat dibelanjakan). Makin lama jangka waktu untuk mengangsur makin besar kemungkinan piutang tidak tertagih. Kos purna-jual, terutama kos penagihan dan pengumpulan piutang, biasanya lebih tinggi dibandingkan dengan kos purna jual untuk penjualan kredit (biasa). Alasan PenyanggahPatton dan Litteton (1970) menegaskan bahwa pengakuan pendapatan dasar kas (untuk perusahaan jasa) kurang dapat didukung dengan alasan: Tagihan (piutang) yang timbul akibat penyerahan jasa pada dasarnya mempunyai kedudukan yuridis yang sama dengan piutang yang timbul dari penjualan barang. Belum tentu kegagalan untuk penerimaan peluanasan piutang dalam perusahaan jasa lebih besar daripada perusahaan barang dagang. Dalam hal penerimaan pembayaran dimuka, kemungkinan terjadinya kerugian piutang memang sudah tidak ada lagi tetapi tidak berarti bahwa pendapatan sudah dapat diakui.

Jadi, pada dasarnya pengakuan pendapatan atas penerimaan kas hanya berlaku untuk jasa profesi yang mempunyai karakteristik: (1) jasa bersifat unik dan tidak dapat ditentukan secara jelas dan pasti pada permulaan pekerjaan, dan (2) jumlah pendapatan total yang harus ditagih tergantung pada hasil pekerjaan yang bersangkutan.

Prosedur Akuntansi Dasar KasPatton dan Litteton (1970) menggambarkan prosedur akuntansi untuk mencapai penandingan yang tepat sebagai berikut:

Pada saat kontrak penjualan angsuran dan pengiriman seluruh barang, perusahaan mencatat sebagai berikut:Pengiriman Barang-Dasar Kas xxxSediaan Barang Dagangan xxx

Jumlah di atas dicatat atas dasar kos. Piutang angsuran dicatat secara memorial (tidak dijurnal). Pengiriman barang-dasar kas mempunyai status sebagai aset perusahaan (semacam barang konsinyasi).Bila perusahaan menerima uang muka atau angsuran, penerimaan dicatat sebagai:Kas xxxPenjualan-Dasar Kas xxx

Seluruh jumlah rupiah kas yang telah diterima dari penjualan dalam suatu periode yang tampak dalam saldo akun Penjualan-Dasar Kas yang merupakan pendapatan yang diakui dan dilaporkan dalam periode tersebut.

Pada akhir periode harus diperhitungkan kos produk yang dapat dibebankan secara tepat (sebagai biaya) ke pendapatan dasar kas tersebut. Jurnal yang harus dibuat pada akhir tahun adalah:Cost Barang Terjual-Dasar Kas xxxPengiriman Barang-Dasar Kas xxx

Kalau ternyata ada akhir periode terdapat penjualan yang sudah diterima kasnya tetapi barang belum dikirim maka cost barang tersebut harus ditaksir dan ditambahkan ke kos barang terjual dasar kas. Jurnal yang harus dibuat pada akhir periode adalah:Cost Barang Terjual-Dasar Kas xxxUtang Pengiriman Barang-Dasar Kas xxx

Dalam neraca, pos Pengiriman Barang-Dasar Kas akan disajikan sebagai aset lancar sebesar kosnya dan pos Utang Pengiriman Barang-Dasar Kas dapat dilaporkan sebagai kewajiban atau dikontrakan dengan pos Pengiriman Barang-Dasar Kas

Biaya Administrasi dan PenjualanPada umumnya cost administrasi dan penjualan bukan merupakan cost yang dapat diperlakukan seperti cost sediaan yaitu tersediakan. Cost tersebut harus segera dibebankan ke pendapatan sebagai biaya periode. Dalam hal inilah pengakuan pendapatan atas dasar kas menunjukkan kelemahannya. Sementara cost produk dapat diperhitungkan secara cukup teliti untuk ditandingkan dengan pendapatan dasar kas, biaya administrasi dan umum sangat sulit untuk dikaitkan dengan pendapatan tersebut.

SAAT PENGAKUAN PENJUALAN JASAPengakuan pendapatan dari penjualan jasa secara umum mengikuti pemikiran yang melandasi pengakuan pendapatan untuk penjualan barang. Masalah teoritis yang dihadapi lebih banyak menyangkut kriteria realisasi daripada pembentukan pendapatan. Yang sering sulit ditentukan adalah mengenali kejadian atau kegiatan yang menandai bahwa penyerahan jasa telah terjadi dan selesai.

AICPA memberikan kaidah pengakuan umum untuk penjualan jasa sebagai berikut: Kalau pemberian jasa terdiri atas pelaksanaan satu pekerjaan atau tindakan, pendapatan harus diakui pada saat pekerjaan tersebut telah dilakukan. Kalau pemberian jasa terdiri atas pelaksanaan serangkain pekerjaan atau tindakan secara bertahap, pendapatan harus diakui selama periode pelaksanaan pekerjaan secara proporsional. Kalau pemberian jasa terdiri atas pelaksanaan serangkaian pekerjaan atau tindakan secara bertahap, pendapatan dapat diakui pada saat seluruh pekerjaan telah selesai dilaksanakan bila kondisi berikut terpenuhi:1. Proporsi jasa yang dilaksanakan pada tahap akhir pekerjaan begitu kritisnya sehingga seluruh pekerjaan tidak dapat dikatakan selesai sebelum tahap akhir dilaksanakan.2. Jasa harus diberikan dalam beberapa tahap yang tidak dapat ditetukan di muka selama waktu yang tidak pasti dan tidak ada cara yang cukup layak untuk menentukan tingkat penyelesaian pekerjaan. Terdapat tingkat ketidak pastian yang tinggi berkenaan dengan ketertagihan atau kolektabilitas pendapatan jasa, pendapatan baru diakui setelah kas terkumpul.

Dalam PSAK No. 23, IAI menetapkan bahwa pengakuan pendapatan atas dasar kemajuan pelaksanaan merupkan ketentuan utama sedangkan kaidah lain merupakan pengecualian dari kaidah ini. IAI mengeksplisitkan asumsi atau kondisi yang melandasi keterterapan pengakuan atas dasar kemajuan pelaksanaan yaitu:1. Jumlah pendapatan dapat diukur dengan andal.2. Besar kemungkinan manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi tersebut akan diperoleh perusahaan.3. Tingkat penyelesaian dari suatu transaksi pada tanggal neraca dapat diukur dengan andal.4. Biaya yang terjadi untuk transaksi tersebut dan biaya untuk menyelesaikan transaksi tersebut dapat diukur dengan andal.

PEDOMAN UMUM PENGAKUAN PENDAPATANFASB meringkas pedomam umum dalam SFAC No. 5 paragraf 84 sebagai berikut:1. Kriteria terbentuk dan terealisasi biasanya dipenuhi pada saat produk diserahkan kepada konsumen.2. Kalau kontrak penjualan atau penerimaan kas mendahului produksi atau pengiriman barang, pendapatan dapat diakui pada saat terhak dan pengiriman.3. Kalau produk dikontrak sebelum diproduksi, pendapatan dapat diakui secara bertahap dengan metode persentase penyelesaian pada saat sudah terbentuk asalkan dapat diukur secara andal.4. Kalau jasa diberikan atau hak untuk menggunakan aset berlangsung secara terus-menerus selama suatu periode dengan kontrak harga yang pasti, pendapatan dapat diakui bersamaan dengan berjalannya waktu.5. Kalau produk atau aset lain dapat segera terealisasi karena dapat dijual dengan harga yang cukup pasti tanpa biaya tambahan berarti, pendapatan dan untung rugi dapat diakui pada saat selesainya produksi atau pada saat harga aset tersebut berubah.6. Kalau produk, jasa atau aset lain ditukarkan dengan aset non moneter yang tidak segera dapat dikonversi menjadi kas, pendapatan atau untung rugi dapat diakui pada saat telah terhak atau transaksi telah selesai asalkan nilai wajar aset non moneter yang dapat ditentukan dengan layak.7. Kalau ketertagihan aset yang diterima untuk produk, jasa, atau aset lain meragukan, pendapatan dapat diakui atas dasar kas yang terkumpul.

PROSEDUR PENGAKUAN Kebijakan akuntansi perusahaan harus menetapkan kejadian atau kegiatan internal apa yang dapat digunakan sebagai pemicu pencatatan ke dalam sistem akuntansi.

Kegiatan Internal Sebagai Pemicu dan Bukti Pengakuan Pendapatan: Kaidah PengakuanKegiatan Internal yang TerlibatKegiatan Pemicu dan Bukti Pengakuan

Pada saat kontrak penjualanPenandatanganan kontrak, penerimaan uang mukaPendapatan belum diakui. Surat kontrak dan penerimaan bukti setor bank sebagai dasar pencatatan uang muka

Selama proses produksi secara bertahapPenggunaan BB, TKL, dan Overhead. Pembayaran biaya Adm.Penagihan.Penyesuaian akhir tahun.Penyiapan dan pengiriman surat penagihan.Penyesuaian akhir tahun atas dasar catatan akumulasi kos.

Pada saat proses produksi selesaiPemindahan barang jadi dari pabrik ke gudang.Penyesuaian akhir tahunBelum ada kontrak : (1) penyerahan barang ke gudang disertai nota penerimaan, atau (2) penyesuaian akhir tahun. Sudah ada kontrak: Penyerahan barang ke bagian gudang disertai nota penerimaan dan surat kontrak atau order pembelian

Pada saat penjualanPenerimaan order pembelian. Penerimaan uang muka. Pengiriman barang. Pengiriman faktur penjualan. Penerimaan nota terima barang dari pembeliPengiriman barang disertai pengiriman faktur sesuai syarat.Penerimaan nota terima barang didukung faktur dan order pembelian/penjualan

Pada saat kas terkumpulPengiriman surat tagihan angsuran.Penerimaan kas atau alat pembayaran lain.Penyesuaian akhir tahunPenerimaan kas didukung nota pembayaran atau bukti transfer.Penyesuaian akhir tahun atas dasar catatan kas yang terkumpul sampai akhir periode

PENYAJIANMasalah penyajian berkaitan dengan penyajian pendapatan adalah memisahkan antara pendapatan dan untung dan pemisahan berbagai sifat untung menjadi pos biasa dan luar biasa dan cara menuangkannya dalam statemetnt laba rugi.(Sumber Suwardjono, 2014 : 369-392)

MENURUT PSAK 23 PENDAPATAN

Ruang LingkupPernyataan ini diterapkan dalam akuntansi pendapatan yang timbul dari transaksi dan kejadian berikut ini:

a) Penjualan barangBarang meliputi barang yang diproduksi oleh entitas untuk dijual dan barang yang dibeli untuk dijual kembali, seperti barang dagang yang dibeli pengecer atau tanah dan properti lain yang dimiliki untuk dijual kembali.

b) Penjualan jasaPenjualan jasa biasanya terkait dengan kinerja entitas atas tugas yang telah disepakati secara kontraktual untuk dilaksanakan selama suatu periode waktu. Jasa tersebut dapat diserahkan dalam satu periode atau lebih dari satu periode. Beberapa kontrak untuk penjualan jasa secara langsung terkait dengan kontrak konstruksi, misalnya kontrak penjualan jasa dari manajer proyek dan arsitek. Pendapatan yang timbul dari kontrak ini tidak diatur dalam Pernyataan ini tetapi diatur sesuai dengan persyaratan kontrak konstruksi sebagaimana diatur dalam PSAK 34: Akuntansi Kontrak Konstruksi.

c) Penggunaan asset entitas oleh pihak lain yang menghasilkan bunga, royalti, dan dividen. Penggunaan aset entitas oleh pihak lain menimbulkan pendapatan dalam bentuk:i. bunga yaitu pembebanan untuk penggunaan kas atau setara kas, atau jumlah terutang kepada entitas;ii. royalti yaitu pembebanan untuk penggunaan aset jangka panjang entitas, misalnya paten, merek dagang, hak cipta, dan peranti lunak komputer; daniii. dividen yaitu distribusi laba kepada pemegang investasi ekuitas sesuai dengan proporsi kepemilikan mereka atas kelompok modal tertentu.

Pernyataan ini tidak mengatur pendapatan yang timbul dari:a) perjanjian sewa (lihat PSAK 30 (revisi 2007): Sewa);b) dividen yang timbul dari investasi yang dicatat sesuai metode ekuitas (lihat PSAK 15 (revisi 2009): Investasi pada Entitas Asosiasi);c) kontrak asuransi yang termasuk dalam ruang lingkup PSAK 28: Akuntansi Asuransi Kerugian dan PSAK 36: Akuntansi Asuransi Jiwa.d) perubahan nilai wajar dari aset dan liabilitas keuangan atau pelepasannya (lihat PSAK 55 (revisi 2006): Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran); perubahan nilai aset lancar lainnya;e) ekstraksi hasil tambang (lihat PSAK 33: Akuntansi Pertambangan Umum).

DefinisiBerikut adalah pengertian istilah yang digunakan dalam Pernyataan ini: Nilai wajar adalah jumlah dimana suatu aset dapat dipertukarkan atau suatu liabilitas diselesaikan antara pihak yang memahami dan berkeinginan untuk melakukan transaksi wajar (arms length transaction).

Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal entitas selama suatu periode jika arus masuk tersebut mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal.Pendapatan hanya meliputi arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang diterima dan dapat diterima oleh entitas untuk dirinya sendiri. Jumlah yang ditagih atas nama pihak ketiga, seperti pajak pertambahan nilai, bukan merupakan manfaat ekonomi yang mengalir ke entitas dan tidak mengakibatkan kenaikan ekuitas. Oleh karena itu, hal tersebut dikeluarkan dari pendapatan. Demikian juga dalam hubungan keagenan, arus masuk bruto manfaat ekonomi meliputi jumlah yang ditagih atas nama prinsipal, yang tidak mengakibatkan kenaikan ekuitas entitas. Jumlah yang ditagih atas nama prinsipal bukan merupakan pendapatan, yang merupakan pendapatan adalah komisi yang diterima.

Pengukuran PendapatanPendapatan diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau dapat diterima. Jumlah pendapatan yang timbul dari transaksi biasanya ditentukan oleh persetujuan antara entitas dan pembeli atau pengguna aset tersebut. Jumlah tersebut diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau dapat diterima oleh entitas dikurangi jumlah diskon dagang dan rabat volume yang diperbolehkan oleh entitas.

Pada umumnya, imbalan tersebut berbentuk kas atau setara kas dan jumlah pendapatan adalah jumlah kas atau setara kas yang diterima atau yang dapat diterima. Namun, jika arus masuk dari kas atau setara kas ditangguhkan, maka nilai wajar dari imbalan tersebut mungkin kurang dari jumlah nominal dari kas yang diterima atau dapat diterima. Misalnya, entitas dapat memberikan kredit bebas bunga kepada pembeli atau menerima wesel tagih dari pembeli dengan tingkat bunga dibawah pasar sebagai imbalan dari penjualan barang. Jika perjanjian tersebut secara efektif merupakan transaksi keuangan, maka nilai wajar imbalan ditentukan dengan pendiskontoan seluruh penerimaan di masa depan dengan menggunakan tingkat bunga tersirat (imputed). Tingkat bunga tersirat yang digunakan adalah yang paling mudah ditentukan antara:a. tingkat bunga yang berlaku bagi instrumen serupa dari penerbit dengan penilaian kredit yang sama; ataub. tingkat bunga yang mendiskonto nilai nominal instrumen tersebut ke harga jual tunai saat ini dari barang atau jasa. Perbedaan antara nilai wajar dan jumlah nominal dari imbalan tersebut diakui sebagai pendapatan bunga sebagaimana dijelaskan paragraf 30 dan 31, dan sesuai PSAK 55 (revisi 2006): Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran.Jika barang atau jasa dipertukarkan untuk barang atau jasa dengan sifat dan nilai yang serupa, maka pertukaran tersebut tidak dianggap sebagai transaksi yang menghasilkan pendapatan. Hal ini sering terjadi dengan komoditas seperti minyak atau susu di mana penyalur menukarkan persediaan di beberapa lokasi untuk memenuhi permintaan dengan dasar tepat waktu dalam suatu lokasi. Jika barang dijual dan jasa diberikan untuk dipertukarkan dengan barang atau jasa yang tidak serupa, maka pertukaran tersebut dianggap sebagai transaksi yang menghasilkan pendapatan. Pendapatan tersebut diukur pada nilai wajar dari barang atau jasa yang diterima, disesuaikan dengan jumlah kas atau setara kas yang dialihkan. Ketika nilai wajar dari barang atau jasa yang diterima tidak dapat diukur secara andal, maka pendapatan tersebut diukur pada nilai wajar dari barang atau jasa yang diserahkan, disesuaikan dengan jumlah kas atau setara kas yang ditransfer.

Pengidentifikasian TransaksiKriteria pengakuan dalam Pernyataan ini biasanya diterapkan secara terpisah pada setiap transaksi. Namun, dalam keadaan tertentu, adalah perlu untuk menerapkan kriteria pengakuan tersebut pada komponen-komponen yang dapat diidentifikasikan secara terpisah dari transaksi tunggal, agar mencerminkan substansi dari transaksi tersebut. Misalnya, jika harga penjualan dari suatu produk termasuk jumlah yang dapat diidentifikasi untuk jasa lanjutan, maka jumlah tersebut ditangguhkan dan diakui sebagai pendapatan selama periode di mana jasa tersebut ditunaikan.

Sebaliknya, kriteria pengakuan diterapkan pada dua atau lebih transaksi bersama-sama jika transaksi tersebut terkait sedemikian rupa sehingga pengaruh komersialnya tidak dapat dimengerti tanpa melihat pada rangkaian transaksi tersebut secara keseluruhan. Misalnya, entitas dapat menjual barang dan pada saat yang sama, menyetujui perjanjian yang terpisah untuk membeli kembali barang tersebut di kemudian hari, sehingga meniadakan pengaruh yang sesungguhnya dari transaksi tersebut, maka dalam hal ini kedua transaksi tersebut diberlakukan bersamaan.

Penjualan BarangPendapatan dari penjualan barang diakui jika seluruh kondisi berikut dipenuhi:a) entitas telah memindahkan risiko dan manfaat kepemilikan barang secara signifikan kepada pembeli;b) entitas tidak lagi melanjutkan pengelolaan yang biasanya terkait dengan kepemilikan atas barang ataupun melakukan pengendalian efektif atas barang yang dijual;c) jumlah pendapatan tersebut dapat diukur dengan andal;d) kemungkinan besar manfaat ekonomi yang terkait dengan transaksi tersebut akan mengalir kepada entitas tersebut; dane) biaya yang terjadi atau akan terjadi sehubungan transaksi penjualan tersebut dapat diukur dengan andal.

Penentuan kapan entitas telah memindahkan risiko dan manfaat kepemilikan secara signifikan kepada pembeli memerlukan pengujian atas keadaan transaksi tersebut. Pada umumnya, pemindahan risiko dan manfaat kepemilikan terjadi pada saat yang bersamaan dengan pemindahan hak milik atau penguasaan atas barang tersebut kepada pembeli. Hal ini terjadi pada kebanyakan penjualan eceran. Dalam hal lain, pemindahan risiko dan manfaat kepemilikan terjadi pada saat yang berbeda dengan pemindahan hak milik atau penguasaan atas barang tersebut.

Jika entitas tersebut menahan risiko signifikan dari kepemilikan, transaksi tersebut bukanlah penjualan dan pendapatan tidak diakui. Entitas dapat menahan risiko kepemilikan yang signifikan dengan berbagai cara. Contoh situasi dimana entitas menahan risiko dan manfaat kepemilikan secara signifikan adalah:a. jika entitas menahan kewajiban untuk kinerja tidak memuaskan yang tidak dijamin oleh ketentuan jaminan normal;b. jika penerimaan pendapatan dari penjualan bergantung pada pendapatan pembeli dari penjualan barang yang bersangkutan;c. jika pengiriman barang bergantung pada instalasinya, dan instalasi tersebut merupakan bagian signifikan dari kontrak yang belum diselesaikan oleh entitas; dand. jika pembeli berhak membatalkan pembelian berdasarkan alasan yang ditentukan dalam kontrak dan entitas tidak dapat memastikan apakah akan terjadi retur.

Jika entitas hanya menahan risiko tidak signifikan atas kepemilikan, transaksi tersebut adalah penjualan dan pendapatan yang diakui. Misalnya, penjual mungkin menahan hak milik atas barang semata-mata untuk melindungi kolektibilitas jumlah yang jatuh tempo. Dalam hal seperti itu, jika entitas telah memindahkan risiko dan manfaat kepemilikan secara signifikan, transaksi tersebut adalah penjualan dan pendapatan harus diakui.

Contoh lain entitas yang hanya menahan risiko yang tidak signifikan dari kepemilikan adalah dalam penjualan eceran dengan syarat dapat dikembalikan jika pelanggan tidak puas. Pendapatan dalam hal ini diakui pada waktu penjualan dilakukan jika penjual dapat mengestimasi secara andal retur yang akan terjadi dan mengakui liabilitas untuk retur berdasarkan pengalaman sebelumnya dan faktor-faktor lain yang relevan.

Pendapatan diakui hanya jika kemungkinan besar manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi tersebut akan mengalir kepada entitas. Terkadang kemungkinan besar tersebut baru tercapai pada saat imbalan diterima atau ketidakpastian dihilangkan. Misalnya, belum ada kepastian bahwa pemerintahan asing akan memberi ijin pengiriman imbalan atas penjualan di negara asing. Jika ijin diberikan, ketidakpastian tersebut hilang dan pendapatan diakui. Namun, jika ketidakpastian timbul dari kolektibilitas jumlah tertentu yang telah termasuk dalam pendapatan, jumlah yang tidak tertagih atau jumlah yang kemungkinan pemulihannya tidak besar lagi, diakui sebagai beban bukan sebagai penyesuaian terhadap jumlah pendapatan yang diakui semula.Pendapatan dan beban sehubungan dengan transaksi yang sama atau peristiwa lain diakui secara bersamaan, proses ini biasanya mengacu pada pengaitan pendapatan dengan beban. Beban, termasuk jaminan dan biaya lain yang terjadi setelah pengiriman barang, biasanya dapat diukur dengan andal jika kondisi lain untuk pengakuan pendapatan yang berkaitan telah dipenuhi. Tetapi, pendapatan tidak diakui jika beban yang berkaitan tidak dapat diukur dengan andal. Dalam keadaan demikian, setiap imbalan yang diterima untuk penjualan barang tersebut diakui sebagai liabilitas.

Penjualan JasaJika hasil transaksi yang terkait dengan penjualan jasa dapat diestimasi dengan andal, pendapatan sehubungan dengan transaksi tersebut harus diakui dengan acuan pada tingkat penyelesaian dari transaksi pada tanggal neraca. Hasil transaksi dapat diestimasi dengan andal jika seluruh kondisi berikut ini dipenuhi:a. jumlah pendapatan dapat diukur dengan andal;b. kemungkinan besar manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi tersebut dapat diperoleh entitas;c. tingkat penyelesaian dari suatu transaksi pada tanggal neraca dapat diukur dengan andal;d. biaya yang timbul untuk transaksi dan biaya menyelesaikan transaksi tersebut dapat diukur dengan andal.

Pengakuan pendapatan dengan mengacu pada tingkat penyelesaian dari suatu transaksi sering disebut sebagai metode persentase penyelesaian. Dengan metode ini, pendapatan diakui dalam periode akuntansi pada saat jasa ditunaikan. Pengakuan pendapatan atas dasar ini memberikan informasi yang berguna mengenai tingkat kegiatan jasa dan kinerja entitas dalam suatu periode. PSAK 34: Akuntansi Kontrak Kontruksi juga mensyaratkan pengakuan pendapatan berdasarkan hal ini. Persyaratan pada Pernyataan tersebut berlaku secara umum untuk pengakuan pendapatan dan beban terkait untuk transaksi yang melibatkan pemberian jasa.Pendapatan diakui hanya jika kemungkinan besar manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi tersebut akan diperoleh entitas. Namun, jika ketidakpastian timbul dari kolektibilitas jumlah yang telah masuk dalam pendapatan, jumlah yang tidak tertagih, atau jumlah yang kemungkinan pemulihannya tidak lagi besar, diakui sebagai beban bukan sebagai penyesuaian terhadap jumlah pendapatan yang diakui semula.

Entitas pada umumnya dapat membuat estimasi yang andal setelah entitas mencapai persetujuan mengenai hal-hal berikut dengan pihak lain dalam transaksi:a. hak yang dapat dipaksakan dari masing-masing pihak terkait dengan jasa yang disediakan dan diterima para pihak;b. imbalan yang dipertukarkan; danc. cara dan persyaratan penyelesaian.

Biasanya, entitas juga perlu mempunyai sistem anggaran dan pelaporan keuangan internal yang efektif. Entitas tersebut menelaah dan jika perlu merevisi estimasi pendapatan sewaktu jasa diberikan. Kebutuhan atas revisi tersebut tidak berarti mengindikasikan bahwa hasil dari transaksi tersebut tidak dapat diestimasi dengan andal.

Tingkat penyelesaian transaksi dapat ditentukan dengan berbagai metode. Entitas menggunakan metode yang dapat mengukur dengan andal jasa yang diberikan. Bergantung pada sifat transaksi, metode tersebut dapat meliputi:a. survei pekerjaan yang telah dilaksanakan;b. jasa yang dilakukan hingga tanggal tertentu sebagai persentase dari total jasa yang harus dilakukan; atauc. proporsi biaya yang timbul hingga tanggal tertentu dibagi estimasi total biaya transaksi tersebut. Hanya biaya yang mencerminkan jasa yang dilaksanakan hingga tanggal tertentu dimasukkan dalam biaya yang terjadi hingga tanggal tersebut. Hanya biaya yang mencerminkan jasa yang dilakukan atau yang harus dilakukan, dimasukkan ke dalam estimasi total biaya transaksi tersebut.Pembayaran berkala dan uang muka yang diterima dari pelanggan sering kali tidak mencerminkan jasa yang dilakukan.

Untuk tujuan praktis, jika jasa dilaksanakan melalui sejumlah kegiatan yang tidak dapat ditentukan selama suatu periode, pendapatan diakui atas dasar garis lurus selama periode tertentu, kecuali jika ada bukti bahwa terdapat metode lain yang lebih baik dapat mencerminkan tingkat penyelesaian. Jika kegiatan tertentu jauh lebih signifikan daripada kegiatan yang lain, pengakuan pendapatan ditunda sampai kegiatan yang signifikan tersebut dilakukan.

Jika hasil transaksi terkait dengan penjualan jasa tidak dapat diestimasi dengan andal, maka pendapatan diakui hanya yang berkaitan dengan beban terakui yang dapat terpulihkan.

Selama tahap awal transaksi, sering kali terjadi bahwa hasil suatu transaksi tidak dapat diestimasi dengan andal. Namun demikian, besar kemungkinan terjadi bahwa entitas tersebut akan memperoleh kembali biaya transaksi yang timbul. Oleh karena itu, pendapatan diakui hanya yang berkaitan dengan biaya yang telah terjadi yang diharapkan dapat terpulihkan. Karena hasil transaksi tersebut tidak dapat diestimasi dengan andal, tidak ada laba yang diakui. Jika hasil transaksi tidak dapat diestimasi dengan andal dan kemungkinan kecil biaya yang terjadi akan terpulihkan, pendapatan tidak diakui dan biaya yang timbul diakui sebagai beban. Jika tidak ada lagi kondisi semula yang mengakibatkan hasil kontrak tidak dapat diestimasi dengan andal, maka pendapatan diakui sesuai dengan paragraf 20 bukan paragraf 26.

Bunga, Royalti, dan DividenPendapatan yang timbul dari penggunaan aset entitas oleh pihak lain yang menghasilkan bunga, royalti, dan dividen diakui atas dasar yang dijelaskan dalam paragraf 30, jika:a) kemungkinan besar manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi tersebut akan diperoleh entitas; danb) jumlah pendapatan dapat diukur dengan andal.

Pendapatan diakui dengan dasar sebagai berikut:a) bunga diakui menggunakan metode suku bunga efektif seperti yang dijelaskan di PSAK 55 (revisi 2006): Instrumen keuangan: Pengakuan dan Pengukuran paragraf 8 dan PA 17-20;b) royalti diakui atas dasar akrual sesuai dengan substansi perjanjian yang relevan; danc) dividen diakui jika hak pemegang saham untuk menerima pembayaran ditetapkan.

Jika bunga yang belum dibayar telah diakru sebelum pembelian investasi yang berbunga, maka penerimaan bunga kemudian dialokasikan antara periode sebelum pembelian dan sesudah pembelian, hanya bagian setelah pembelian yang diakui sebagai pendapatan.

Royalti diakui sesuai dengan syarat perjanjian yang relevan dan pendapatan juga umumnya diakui sesuai dengan dasar tersebut kecuali, dengan memperhatikan hakikat perjanjian, akan lebih sesuai untuk mengakui pendapatan atas dasar sistematik dan rasional yang lain.

Pendapatan diakui hanya jika kemungkinan besar manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi tersebut akan diperoleh entitas. Namun, jika ketidakpastian timbul dari kolektibilitas jumlah tertentu yang telah termasuk dalam pendapatan, jumlah yang tidak dapat ditagih, atau jumlah yang kemungkinan pemulihannya tidak besar lagi, maka jumlah tersebut diakui sebagai beban, bukan penyesuaian terhadap jumlah pendapatan yang diakui semula.

PengungkapanEntitas mengungkapkan:a) kebijakan akuntansi yang digunakan untuk pengakuan pendapatan, termasuk metode yang digunakan untuk menentukan tingkat penyelesaian transaksi yang melibatkan pemberian jasa;b) jumlah setiap kategori signifikan dari pendapatan yang diakui selama periode tersebut, termasuk pendapatan yang berasal dari:i. penjualan barang;ii. penjualan jasa;iii. bunga;iv. royalti;v. dividen; danc) jumlah pendapatan yang berasal dari pertukaran barang atau jasa yang tercakup dalam setiap kategori signifikan dari pendapatan.

Entitas mengungkapkan setiap liabilitas kontijensi dan aset kontijensi sesuai dengan PSAK 57 (revisi 2009): Provisi, Liabilitas Kontijensi, dan Aset Kontinjensi. Liabilitas kontijensi dan aset kontijensi dapat timbul dari pos-pos seperti biaya jaminan, klaim, denda, atau kemungkinan kerugian lainnya.