Pendekatan Bk

Embed Size (px)

Citation preview

A. PENDAHULUANDalam proses perjalanan hidup manusia mereka banyak mengalami peristiwa dan situasi yang menimbulkan masalah yang mungkin tidak dapat diatasi. Alternatif yang pada umumnya digunakan untuk menyelesaikan masaalah tersebut adalah dengan membicarakannya dengan keluarga, guru , teman dan ahli agama. Namun tidak semua orang yang yang dijadikan tempat untuk dimintai bantuan tersebut bisa mengatasi masalah tersebut. Berdasarkan kondisi tersebut konseling merupakan pilihan yang efektif untuk mengatasi masalah individu tersebut. Pada proses konseling , konselor mendengarkan konseli serta bekerja sama dengan konseli untuk menemukan alternatif yang terbaik untuk memahami dan menyelesaikan masalah yang dihadapi konseli. Pada proses tersebutlah konselor harus bisa menggunakan pendekatan, metode dan teknik yang tepat terhadap konseli, sehingga bisa tahu akar permasalahan dan dapat menyelesaikan permasalahan si konseli tersebut dengan cepat dan tepat dan tanpa menemui hambatan yang begitu berarti.Oleh karena itu pemakalah, dalam makalah ini akan berusaha mengemukakan tentang berbagai macam pendekatan, metode dan teknik di dalam BK.

B. Macam-macam Pendekatan Bimbingan KonselingDalam melaksanakan kegiatan BK ada beberapa pendekatan, antara lain :1. Pendekatan Non-Direktif2. Pendekatan Rasional-Emotif3. Pendekatan Analisis Transaksional4. Pendekatan KlinikalA.1. Pendekatan Non DirektifA.1.1. Hubungan Non DirektifPak Nyoman adalah konselor salah satu SMU melihat seorang murid pria sedang duduk-duduk dengan santai di tempat parkir sekolah, sedangkan teman lainnya sudah berangkat untuk mengikuti apel bendera. Pak Nyoman menghampiri murid tersebut dan terjadilah dialog sebagai berikut "Konselor: "Tidak ikut upacara bendera nak?"Klien: "Tidak Pak, kepala lagi pusing Pak."Konselor: "Sudah minum obat?"Klien: "Malas Pak."Konselor: "Kenapa malas?"Klien: "Biarlah Pak, supaya saya cepat mati."Konselor: "Apa maksudmu? Kalau kamu sakit, mari Bapak antar ke rumah sakit.Klien: "Tidak usah Pak."Konselor: "Apakah kamu bertengkar dengan orang tuamu?"Klien: "Bagaimana tidak bertengkar, baru pulang kemalaman saja, sudah diomelin. Bargaul dengan A salah, B juga salah. Begini salah, begitu juga salah, semua serba salah Pak."Konselor: "Tampaknya dalam rumah tangga ada ketidakcocokan?"Klien: "Betul Pak, bukan saja tidak cocok, orang-orang di rumah semuanya cengang dan bawel, orang tua seperti tentara saja, serba perintah dan larangan. Walaupun perintah itu dilaksanakan toh tidak ada benarnya!"Konselor: "Jadi semalam kamu tidak bisa tidur dengan nyenyak?"Klien: "Betul Pak! Semalam saya tidak bisa tidur sampai subuh, selalu terbayang omelan-omelan ayah dan ibu, tubuh rasanya lemas dan tidak ada selera belajar!"Demikianlah dialog antara PakNyoman dengan kliennya berlangsung terus, dan konselor sekolah berusaha untuk mendorong klien mengungkapkan segala kekesalannya, kekecewaannya dan perasaan-perasaan tidak tenangnya. Secara perlahan-lahan konselor juga mendorong klien untuk mencurahkan perasaan positifnya serta mengadakan penilaian terhadap pola berpikirnya dari pola pikir orang lain, serta menilai perbuatannya dari perbuatan orang lain. Dialog diakhiri dengan tumbuhnya keinginan klien untuk membicarakan masalahnya dengan kedua orang truanya. Dari dialog di atas dapat dilukiskan sebagai suatu gambaran situasi hubungan yang bersifat Non-Direktif.[footnoteRef:2] [2: Konseng, A, Konseling Pirbadi Dengan Model Konseling Carkhuff: Obor. Jakarta. 1996.hlm, 23]

A.1.2. Tujuan Pendekatan Non-Direktifa. Membebaskan klien dari berbagai konflik psikologis yang dihadapinya.b. Menumbuhkan kepercayaan pada diri klien, bahwa ia memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan terbaik bagi dirinya tanpa merugikan orang lain.c. Memberikan kesempatan kepada klien untuk mempercayai orang lain dan siap menerima pengalaman orang lain yang bermanfaat baginya.d. Memberikan kesadaran kepada klien bahwa dirinya merupakan bagian dari suatu lingkungan social budaya yang luas tetapi ia masih tetap memiliki kekhasan dan keunikan tersendiri.e. Menumbuhkan keyakinan pada klien bahwa dirinya terus tumbuh dan berkembang (process of becoming)[footnoteRef:3] [3: Drs. Mungin Eddy Wibowo, Tahnik Bimbingan dan Konseling jilid I, Hal. 79]

A.1.3. Kebaikan-kebaikan Pendekatan Non-Direktif.Penggunaan pendekatan ini akan banyak membantu apabila :a. Klien mengalami kesukaran emosional dan tidak dapat menganalisis secara raional dan logis.b. Konselor memiliki kemampuan yang cukup tinggi untuk menangkap penghayatan emosi dalam mengungkapkan masalah dari klien dan memantulkan kembali kepada klien dalam bahasa dan tindakan yang sesuai.c. Pendekatan ini sangat baik digunakan jika klien memiliki kemampuan untuk merefleksikan diri dan mengungkapkan perasaan-perasaan serta pikiran-pikirannya secara verbal.d. Pendekatan ini cocok digunakan sebab masalah yang dihadapi klien tetap menjadi tanggung jawab klien sendiri, walaupun konselor memberikan bantuan-bantuan berupa pertanyaan penggali, ajakan menekankan supaya klien memusatkan perhatian pada refleksi ini.A.1.4. Kelemahan Pendekatan Non-Direktif1. Cara pendekatan ini menyita banyak waktu bila wawancara konseling tidak terarah.2. Kemampuan dan keberanian klien untuk mengungkapkan secara verbal seluruh permasalahannya sangat terbatas.3. Kesukaran-kesukaran klien dalam menerima dan memahami diri sendiri.4. Pendekatan ini menuntut sifat dan sikap kedewasaan dari klien.5. Kesukaran-kesukaran konselor dalam aspek klinis sering merupakan masalah, karena konselor belum terlatih dalam masalah psikologisA.2. Pendekatan Rasional-EmotifTeori Konseling Rasional Emotif dengan istilah lain dikenal dengan "rasional-emotif therapy" yang dikembangkan oleh Dr. Albert Ellis, seorang ahli Clinikal Psychology (Psikologi klinis).Tujuan dari RET Albert Ellis pada intinya ialah untuk mengatasi pikiran yang tidak logis tentang diri sendiri dan lingkungannya. Konselor berusaha agar klien makin menyadari pikiran dan kata-katanya sendiri, serta mengadakan pendekatan yang tegas, melatih klien untuk bisa berpikir dan berbuat yang lebih realistis dan rasional.Penerapan pendekatan ini sangat ideal apabila diterapkan di sekolah, terutama oleh guru, konselor, atau guru pembimbing yang berwibawa. Guru pembimbing yang berwibawa akan mampu membantu siswa yang mengalami gangguan mental untuk mengarahkan secara langsungpada para siswa yang memiliki pola berpikir yang tidak rasional, serta mempengaruhi cara berpikir mereka yang tidak rasional untuk meninggalkan anggapan yang keliru itu menjadi rasional dan logis.Guru melalui mata pelajaran yang diajarkan kepada siswanya secara langsung bias mengaitkan pola bimbingan yang terpadu untuk mempengaruhi para siswanyauntuk segera meninggalkan tindakan, pikiran, dan perasaan yang tidak rasionalA.3. Pendekatan Analisis TransaksionalPrinsip-prinsip yang dikembangkan melalui analisis transaksional diperkenalkan pertama kali pada tahun 1956 oleh Eric Berne, dan kemudian disusul dengan pembahasan yang mendalam di depan Regional Meeting of The American Group Psychotherapy Association di Los Angeles, buolan November 1957, yang berjudul: "Transactional Analysis: A New and EffectiveMethod Group Therapy".Prinsip-prinsip yang dikembangkan oleh Eric Berne dalam analisis transaksional adalah upaya untuk merangsang rasa tanggung jawab pribadi atas tingkah lakunya sendiri, pemikiran yang logis, rasional, tujuan-tujuan yang realistis, berkomunikasi dengan terbuka, wajar dan pemahaman dalam berhubungan dengan orang lain.A.3.1. Tujuan Analisis Transaksional :1. Tujuan pertama, konselor membantu klien yang mengalami kontaminasi (pencemaran) status ego yang berlebihan.2. Konselor berusaha membantu mengembangkan kapasitas diri klien dalam menggunakan semua status egonya yang cocok.3. Konselor berusaha membantu klien di dalam mengembangkan seluruh status ego dewasanya. Pengembangan ini pada hakikatnya adalah menetapkan pikiran dan penalaran individu.4. Tujuan terakhir dari konseling adalah membantu klien dalam membebaskan dirinya dari posisi hidup yang kurang cocok serta menggantinya dengan rencana hidup yang baru yang lebih produktifA.4. Pendekatan KlinikalKonseling Klinikal berkembang diawali dari konsep konseling jabatan (vocational counseling), yang menitikberatkan pada kesesuaian pendidikan dengan jabatan(vocational). Konseling jabatan pertama-tama dirintis dan diperkenalkan oleh Frank Parson (1909) yang menekankan kepada tiga aspek penting, yaitu : (1) pemahaman yang jelas tentang potensi-potensi yang dimiliki individu termasuk di dalamnya ialah tentang bakat, minat, kecakapan, kekuatan-kekuatan maupun kelemahan-kelemahannya. (2) pengetahuan tentang syarat, kondisi, kesempatan dan tentang prospek dari berbagai jenis pekerjaan atau kerir, (3) penyesuaian yang tepat antara kedua aspek tersebut.Istilah klinikal, apakah dalam arti diagnosis klinikal maupun konseling klinikal adalah merupakan kerangka acuan kerja, yang mendasarkan pada konsep bahwa konselor bukanlah semata-mata piata dan pelaksana tes, tetapi dia juga bekerja menghadapi individu sebagai pribadi seutuhnya. Jadi, ini berarti bahwa konseling klinikal didasari pada pandangan tertentu tentang hakiukat manusiaA.4.1. Tujuan Konseling Klinikal1. Klien yang perlu mendapat bantuan adalah siswa yang menghadapi masalah yang tidak dapat memcahkan masalahnya sendiri. Untuk dapat membantu siswa dalam memecahkan masalahnya, konselor harus memahami dengan seksama seluk beluk dan liku-liku masalah yang dihadapi oleh siswa sebagai suatu dasar bagi konselor dalam menentukan tehnik atau pendekatan yang tepat. Jadi peranan langkah diagnosis di sini memegang peranan penting.2. Karena pada dasarnya konseling klinikal merupakan suatu proses personalisasi dan individualisasi, maka tujuan dari konseling adalah untuk membantu siswa mempelajari, memahami, dan menghayati dirinya sendiri serta lingkungannya, serta melancarkan terjadinya proses pengembangan diri, pemahaman diri, perwujudan cita-cita dan penemuan identitas diri.Tujuan lain dari pendekatan konseling klinikal adalah agar individu mampu belajar melihat dirinya sendiri sebagaimana adanya dan mampu untuk mengembangkan potensi-potensi yang ada pada dirinya secara optimal. Untuk mencapai tujuan ini, pola hubungan yang penuh dengan keakraban, bersahabat, perhatian, dan ikut merasakan apa yang dirasakan orang lain perlu ditanamkan dalam proses hubungan konselingA.4.2. Langkah-langkah Pendekatan Klinikal1. Langkah Diagnosis I yaitu konselor berusaha mengumpulkan dari berbagai sumber dan dari berbagai pihak yang diduga ada relevansinya dengan masalah yang dihadapi siswa.2. Langkah Sintesis ialah suatu langkah untuk membuat suatu rangkuman data diatas, sehingga tampak jelas hal-hal unik yang berhubungan dengan masalah siswa.3. Langkah Diagnosis II yaitu kegiatan untuk menyusun gambaran kondisi siswa. Dengan tersusunnya gambaran kondisi sehingga tampak dengan jelas masalah apa yang sedang dialami siswa dan faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya masalah tersebut.4. Langkah Prognosis adalah suatu usaha untuk memilih alternatif tindakan yang dapat membantu siswa dalam mengatasi sendiri masalahnya.5. Langkah Treatment atau penyembuhan adalah pelaksanaan pemberian bantuan kepada siswa.6. Langkah Follow Up (lanjutan) ialah membantu siswa melaksanakan rerncana tindakan langkah awal sampai terakhir sedangkan klien itu sendiri kelihatan aktif pada waktu terjadi hubungan wawancara konseling saja[footnoteRef:4] [4: Drs. Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program BK Di Sekolah,, Jakarta: Ghalia Indonesia.1989.Hal. 66-68]

a. Pendekatan Psikoanalisis (Psychoanalysis Therapy)Pendekatan psikoanalisis merupakan pendekatan yang banyak mempengaruhi timbulnya pendekatan-pendekatan lain dalam konseling. Psikoanalisis sering juga disebut dengan Psikologi Dalam, karena pendekatan ini berpendapat bahwa segala tingkah laku manusia bersumber pada dorongan yang terletak jauh di dalam alam ketidaksadaran. Selain itu, psikoanalissis banyak digunakan secara bergantian dengan istilah Psikodinamik, karena menekankan pada dinamika atau gerak dorong mendorong antara alam ketidaksadaran dan alam kesadaran, di mana alam ketidaksadaran mendorong untuk untuk muncul ke dalam alam kesadaran.Pendekatan psikoanalisis memiliki ciri-ciri, antara lain: menekankan pada pentingnya riwayat hidup konseli (perkembangan psikoseksual), pengaruh dari implus-implus ginetik (instink), pengaruh pengalaman dini individu, dan pengaruh irasionalitas dan sumber-sumber ketidak sadaran tingkah laku.Menurut pandangan psikoanalisis, struktur atau organisasi kepribadian individu terdiri dari tiga sistem yaitu id, ego, dan superego. Pada orang yang dianggap sehat mental, ketiga sistem merupakan kesatuan organisasi yang harmonis,. Sehingga memungkinkan individu berhubungan dengan lingkungan secara efesien dan memuaskan. Bila ketiga sistem bertentangan satu sama lain, individu mengalami kesulitan penyesuaian diri. Tingkah laku manusia hampir selalu merupakan produk interaksi ketiga sistem tersebut.b. Pendekatan Analisis Transaksional (Transacsional analysis)Pendekatan analisis transaksional merupakan pendekatan yang dapat digunakan pada seting individual maupun kelompok. Analisis transaksional menekankan pada aspek kognitif, rasional dan tingkah laku dari kepribadian. Di samping itu, pendekatan ini berorientasi pada meningkatkan kesadaran sehingga konseli dapat membuat keputusan baru dan mengganti arah hidupnya.Pendekatan analisis transaksional terdiri dari dua kata, analisis berarti pengujian sesuatu secara detail agar lebih memahami atau agar dapat menarik kesimpulan dari hasil pengujian tersebut, sedangkan transaksional atau transaksi adalah unit pokok dari sebuah hubungan sosial. Dengan demikian, analisis transaksional adalah metode yang digunakan untuk mempelajari interaksi antar individu dan pengaruh yang bersifat timbal balik yang merupakan gambaran kepribadian seseorang.Pendekatan analisis transaksional ini memfokuskan pada pengambilan keputusan di awal yang dilakukan oleh klien dan menekankan pada kapasitas konseli untuk membuat keputusan baru, menekankan pada aspek kognitif, rasional dan tingkah laku dari kepribadian, dan berorientasi pada meningkatkan kesadaran sehingga konseli dapat membuat keputusan baru dan mengganti arah hidupnya.c. Pendekatan Behavioral Pendekatan behavioral didasari oleh hasil eksperimen yang melakukan investigasi tentang prinsip-prinsip tingkah laku manusia. Pendekatan tingkah laku atau behavioral menekankan pada dimensi kognitif individu dan menawarkan berbagai metode yang berorientasi pada tindakan untuk membantu mengambil langkah yang jelas dalam mengubah tingkah laku.Konseling behavioral memiliki asumsi dasar bahwa setiap tingkah laku dapat dipelajari, tingkah laku lama dapat diganti dengan tingkah laku baru, dan manusia memiliki potensi untuk berperilaku baik atau buruk, tepat atau salah. Selain itu, manusia dipandang sebagai individu yang mampu melakukan refleksi atas tingkah lakunya sendiri, mengatur serta dapat mengontrol perilakunya, dan dapat belajar tingkah laku baru atau dapat mempengaruhi perilaku orang lain.Pendekatan behavioral berpandangan bahwa setiap tingkah laku dapat dipelajari. Proses belajar tingkah laku adalah melalui kematangan dan belajar. d. Pendekatan Realitas (Reality Teherapy)Dalam pendekatan ini konselor berperan sebagai guru dan sebagai model bagi konseli. Di samping itu, konselor juga membuat kontrak dengan konseli untuk mengubah perilakunya. Ciri yang khas dari pendekatan ini adalah tidak terpaku pada kejadian-kejadian di masa lalu, tetapi lebih mendorong konseli untuk menghadapi realitasLayanan konseling ini bertujuan membantu konseli mencapai identitas berhasil. Konseli yang mengetahui identitasnya akan mengetahu langkah-langkah apa yang akan ia lakukan di masa yang akan datang dengan segala konsekuensinya. Bersama-sam konselor konseli dihadapkan kembali pada kenyataan hidup, sehingga dapat memahami dan mampu menghadapi realitas.e. Pendekatan Berpusat pada Manusia (Person-Centered Therapy)Pendekatan Person-Centered berasumsi bahwa manusia yang mencari bantuan psikologis diperlakukan sebagai konseli yang bertanggung jawab yang memilki kekuattan untuk mengarahkan dirinya. Pendekatan Person-Centered dapat dikategorikan dalam cabanng humanistik yang memiliki perspektif eksistensial. Humanistik merupakan perpektif ketiga dalam konseling.Konseling Person-Centered bertujuan membentuk konseli menemukan konsep dirinya yang lebih positif lewat komunikasi konseling, di mana konselor mendudukkan konseli sebagai orang yang berharga, orang yang penting, dan orang yang memiliki potensi positif dengan penerimaan tanpa syarat, yaitu menerima konseli apa adanya. Tujuan utama pendekatan ini adalah pencapaian kemandirian dan integrasi diri.f. Pendekatan Gestalt (Gestalt Therapy)Pendekatan gestalt adalah terapi humanistik eksistensial yanng berlandasan premis, bahwa individu harus menemukan caranya sendiri dalam hidup dan menerima tanggung jawab pribadi jika individu ingin mencapai kedewasaan.Tujuan pendekatan ini adalah agar konseli mencapai kesadaran tentang apa yang mereka rasakan dan lakukan serta belajar bertanggung jawab atas perasaan, pikiran dan tindakan sendiri.[footnoteRef:5] [5: Gantina Komalasari dan Eka Wahyudi, Teori dan Teknik Konseling, (Jakarta: PT Indeks, 2011),hlm 55-285]

C. Metode Bimbingan dan KonselingPengumpulan data merupakan hal yang sangat penting dalam penyelidikan-penyelidikan pada umumnya, maupun dalam bimbingan dan penyuluhan. Penyuluhan dapat diberikan dengan baik, kalau kita telah mengetahui data sekitar individu yang akan disuluh. Oleh karena itu perlu sekali dikemukakan beberapa macam metode yang dapat digunakan untuk memperoleh data dalam merealisasikan bimbingan dan penyuluhan.Macam-macam metode yang digunakan dalam bimbingan dan konseling diantaranya adalah sebagai berikut:1. Observasi (observation)Observasi ialah suatu cara untuk mengumpulkan data yang diinginkan dengan jalan mengadakan pengamatan secara langsung.Ditinjau dari segi peranan observer maka observasi dapat dibagi menjadi tiga macam yaitu:a. Observasi yang berpartisipasiDalam observasi ini, pembimbing turut serta dalam situasi kehidupan pihak yang akan diobservasinya.b. Observasi non-partisipasiObservasi ini merupakan kebalikan dari observasi pertama. Pada teknik ini, observasi tidak menggambil bagian secara langsung di dalam situasi kehidupan yang diobservasi.c. Quasi partisipasiDalam observasi ini, seolah-olah observer turut berpartisipasi. Padahal sebenarnya hanya berpura-pura saja turut ambil bagian dalam situasi kehidupan observasi.Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menggunakan metode observasi dalam bimbingan dan konseling adalah:a. Menentukan materi yang sesuai dengan tujuan observasi.b. Menentukan cara atau teknik yang dipergunakan.c. Menentukan cara mencatat hasil observasi.d. Harus membedakan mana yang merupakan fakta dan mana yang merupakan interpretasi.e. Selama observasi jangan memberikan interpretasi, tetapi diberikan setelah observasi selesai.[footnoteRef:6] [6: Khairul Umam, Bimbingan Dan Penyuluhan, (Bandung CV Pustaka Setia, 1998), hlm.122]

2. Questionare Questionare atau sering pula disebut angket merupakan suatu daftar yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab atau dikerjakan oleh orang yang menjadi sasaran questionnare tersebut. Pertanyaan dalam questinnare bergantung pada maksud serta tujuan yanng ingin dicapai.Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menggunakan metode questionnaire dalam bimbingan dan konseling adalah:a. Pergunakan questionnaire dalam keadaan yang setepat-tepatnyab. Menentukan terlebih dahulu tujuan dari questionnaire itu, baik tujuan umum maupun tujuan khusus.c. Susunlah pertanyaan-pertanyaan dengan sebaik mungkin.d. Setelah pertanyaan tersusun hendaknya diadakan cheking untuk memeriksa tentang kemungkinan adanya pertanyaan yang perlu diperbaiki, sehingga dengan cara ini diharapkan akan mendapatkan questionnnaire yang lebih baik.3. Interview (Wawancara)Interview adalah suatu metode untuk mendapatkan data dengan mengadakan wawancara secara langsung. Berbeda dengan questionnaire, penyajian interview adalah secra lisan, sedang pada questionnaire cara penyajian dengan cara tertulis.Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menggunakan metode interview dalam bimbingan dan konseling adalah:a. Mempersiapkan apa yang akan dipertanyakan dengan sebaik-baik mungkin agar interview dapat berjalan dengan lancar.b. Interview harus menjelaskan dengan sebaik-baiknya, apa maksud serta tujuan dari interview tersebut.c. Pertanyaan hendaknya diajukan dengan hati-hati, teliti, dan kalimatnya harus jelas.d. Bahasa yang digunakan harus disesuaikan dengan kemampuan orang yang diinterview.e. Di dalam memberikan pertanyaan hendaknya tidak kaku, dan masing-masing pertanyaan dapat diperluas.f. Diusahakan jangan sampai ada waktu diam terlalu lama. Karena hal ini dapat mematikan suasna interview.4. Tes Tes adalah suatu metode atau alat untuk mengadakan penyelidikan dengan menggunakan soal-soal yang telah dipilih dengan seksama, artinya dengan standar tertentu. Macam- macam tes diantaranya adalah:a. Berdasarkan banyaknya orang yang dites, dapat dibedakan:a. Tes individual (perseseorangan), di mana tes itu dikerjakan secara individual, menghadapi seseorangan demi seseorangan.b. Tes kelompok (group), di mana yang dites merupakan suatu kelompok pada suatu waktu yang tertentu.b. Berdasarkan kemampuan jiwa yang ingin diselidiki, tes dapat dibedakan:- Tes pengamatan.- Tes perhatian.- Tes inteligensi.c. Berdasarkan caranya pengetes mengerjakan tugas-tugas tes dapat dibedakan:a. Tes verbal (tes bahasa), yaitu tes dengan menggunakan bahasa.b. Tes peraga (performance), yaitu di dalam menggerjakan tes itu tidak menggunakan bahasa.5. Case studiCase studi adalah suatu metode penyelidikan untuk mempelajari kejadian mengenai perseseorangan. Dengan kata lain, suatu metode untuk menyelidiki riwayat hidup seseorang. Jika metode-metode sebelumnya banyak memerlukan informasi maka untuk metode ini tidak memerlukan banyak informasi. Tetapi dengan metode ini kita dapat mendapatkan tinjauan yang mendalam.[footnoteRef:7] [7: Umar dan Surtono, Bimbingan dan penyuluhan, Bandung: CV Pustaka setia. 2001, hlm 128-136 ]

D. Teknik-teknik Bimbingan dan KonselingBimbingan dan konseling membutuhkan teknik yang tidak mudah. Diperlukan pembiasaan terhadap macam-macam teknik yang ada supaya konselor mahir dalam kerja praktik. Di samping itu diperlukan kebenaran dalam memperaktikan macam-macam teknik yang ada supaya ada pengalaman dari berbagai teknik. a) Teknik umum konselingTeknik umum konsling memiliki beberapa jenisa. Perilaku attendingPerilaku attending disebut juga perilaku menghampiri klien. Hal ini mencakup komponen kontak mata, bahasa tubuh, dan bahasa lisan. Perilaku attending yang baik dapat menimbulkan beberapa hal positif, seperti menciptakan suasana yang aman, dan mempermudah ekspresi perasaan klien dengan bebas.b. EmpatiEmpati adalah kemampuan konselor untuk merasakan apa yang dirasakan klien, merasa dan berpikir bersama klien. Empati dilakukan sejalan dengan perilaku attending.c. RefleksiRepleksi adalah teknik untuk menentukan kembali kepada klien tentang perasaan, pikiran, dan pengalaman sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan non verbal.d. EksplorasiEksplorasi adalah teknik untuk menggali perasaan, pikiran, dan pengalaman klien. Hal ini penting dilakukan karena banyak klien menyimpan rahasia batin, menutup diri, atau tidak mampu mengungkapkan pendapatnya.e. Menangkap pesanMenangkap pesan adalah teknik untuk menyatakan kembali esensi atau inti ungkapan klien, dengan teliti mendengarkan pesan utama kelien, mengungkapkan kalimat yang mudah dan sederhana.f. Pertanyaan terbukaPertanyaan terbuka yaitu teknik untuk memancing siswanya mau berbicara mengungkapkan pesan, pengalaman, dan pemikirannya.g. Pertanyaan tertutupDalam konseling tidak selamanya harus menggunakan pertanyaan terbuka. Dalam hal tertentu, dapat pula digunakan pertanyaan tertutup dengan kata ya atau tidak, atau dengan kata-kata singkat.h. Dorongan minimalDorongan minimal adalah teknik untuk memberikan suatu dorongan langsung yang singkat terhadap apa yang talah di kemukakan klien.i. MengarahkanTeknik mengarahkan ini yaitu teknik untuk mengajak dan mengarahkan klien untuk melaksanakan sesuatu.j. Menyimpulkan sementaraTeknik ini yaitu teknik untuk menyimpulkan sementara pembicaraan, sehingga arah pembicaraan semakain jelas.b) Teknik khusus konslingDisamping mengarahkan teknik-teknik umum, dalam hal-hal tertentu dapat menggunakan teknik-teknik khusus yaitu antara laina. Latihan asensif Latihan ini berguna untuk membantu individu yang tidak mamapu menggungkapkan perasaan tersinggung, kesulitan mengatakan tidak, mengungkapkan afeksi, dan respon positif lainnya.b. Desensitisasi sistematisDesensitisasi sistematis merupakan teknik konseling behavioral yang di alamai dengan cara mengajarkan klien untuk rileks.c. Pengkondisian aversiTeknik ini dapat digunakan untuk menghilangkan kebiasaan buruk. Teknik ini dimaksud untuk meninggaalkan kepekaan klien agar mengerti respons pada stimulus yang disenanginya dengan kelebihan stimulus tersebut.d. Pembentukan prilaku modelTeknik ini dapat digunakan untuk membentuk prilaku baru pada klien dan memperkuat prilaku yang sudah terbentuk. e. Permainan dialogTeknik ini dilakukan dengan cara klien dikondisikan untuk mendialokkan dua kecendrungan yang saling bertentangan.f. Latihan bertanggung jawab Teknik ini merupakan teknik yang dinaksudkan untuk membantu klien agar mengakui dan menerima perasaan-perasaannya daripada memproyeksikan perasaannya perasaannya itu kepada orang lain.[footnoteRef:8] [8: Jamal Mamur Asmani, Panduan Efektif Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah, (Yokyakarta: DIVA Pres, 2010) hlm.208-216]

Pada garis besarnya teknik-teknik yang digunakan dalam bimbingan ada 2 macam, yaitu teknik pendekatan secara kelompok (group guidance) dan teknik pendekat secara individual (individual counseling).1. Bimbingan kelompok (group guidance)Teknik dipergunakan dalam membantu murid dalam memecahkan masalah-masalah melalui kegiatan kelompok. Artinya masalah itu dirasakan oleh kelompok atau oleh individu sebagai anggota kelompok. Beberapa bentuk khusus cara bimbingan kelompok ini ialah:a. Home room program (program home room)Yaitu suatu program kegiatan yang dilakukan dengan tujuan agar guru dapat mengenal murid-muridnya lebih baik sehingga dapat membantunya secara efesien. Kegiatan ini dilakukan di dalam kelas dalam bentuk pertemuan antara guru dengan murid di luar jam-jam pelajaran untuk membicarakan beberapa hal yang dianggap perlu. Dalam program home room hendaknya diciptakan suatu situasi yang bebas dan menyenangkan, sehingga murid mampu mengutarakan perasaannya seperti di rumah.b. Karya wisataKarya wisata di samping berfungsi sebagai kegiatan rekreasi atau sebagai metode mengajar, dapat berfungsi sebagai salah satu cara dalam bimbingan kelompok. Dengan karya wisata murid meninjau objek-objek menarik dan mereka mendapat informasi yang lebih baik dari objek itu. Di samping murid-murid mendapat kesempatan untuk memperoleh penyesuaian dalam kehidupan kelompok, misalnya, pada diri sendiri. Juga dapat mengembangkan bakat dan cita-cita yang ada.c. Diskusi kelompokDiskusi kelompok merupakan salaha satu cara di mana murid-murid akan mendapat kesempatan untuk memecahkan masalah bersama-sama. Setiap murid mendapat kesempatan untuk menyumbangkan pikiran masing-masing dalam memecahkan suatu masalah. Dalam diskusi itu dapat tertanam pula rasa tanggung jawab dan harga diri.d. Kegiatan kelompokKegiatan kelompok merupakan cara yang baik dalam bimbingan karena individu mendapat kesempatan untuk berpartisipasi dengan sebaik-baiknya. Banyak kegiatan tertentu yang yang lebih berhasil jika dilakukan dalam kelompok. Dengan kegiatan ini, anak dapat menyumbangkan pikirannya dan dapat pula menggembangkan rasa tanggung jawab.e. Organisasi muridOrganisasi murid, baik dalam lingkungan sekolah maupun di luat lingkungan sekolah merupakan salah satu cara dalam bimbingan kelompok. Melalui organisasi banyak masalah-masalah yang sifatnya individual maupun kelompok dapat diselesaikan. Dalam organisasi, murid mendapat kesempatan untuk belajar mengenai berbagai aspek kehidupan sosial. Ia dapat mengembangkan bakat kepemimpinannya, di samping memupuk rasa tanggung jawab dan harga diri.2. Penyuluhan individual (individual counseling)Penyuluhan konseling merupakan salah satu cara pemberian bantuan secara perorangan dan secara langsung. Dalam cara ini pemberian bantuan dilaksanakan secara face to face relationship (hubungan langsung muka kemuka, atau hubungan empat mata), antara counselor dengan anak (kasus). Biasanya maslah-masalah yang dipecahkan melalui teknik atau cara ini ialah masalah-masalah yang bersifat pribadi. Dalam counseling hendaknya counselor bersikap penuh simpati dan empati. Simpati artinya menunjukkan adanya sikap turut merasakan apa yang sedabg dirasakan oleh counselle (kasus). Dan empati artinya berusaha menempatkan diri dalam situasi diri counselee dengan masalah ynag dihadapinya. Denngan sikap ini, counselee akan memberikan kepercayaan sepenuhnya kepada counselor. Dan ini sangat membantu keberhasilan dalam konseling.[footnoteRef:9] [9: Op cit, hlm. 150-152]

E. KesimpulanDalam BK memerlukan adanya pendekatan, metode dan teknik BK, agar proses konseling antara konselor dan konseli dapat berjalan dengan lancar. Di dalam BK ada beberapa macam pendekatan diantaranya: Pendekatan Psikoanalisis, Pendekatan Analisis Transaksional ,Pendekatan Behavioral ,Pendekatan Realitas , Pendekatan Berpusat pada Manusia & Pendekatan Gestalt .Bk juga mempunyai beberapa metode yang bisa digunakan untuk menyelesaikan masalah oleh konselor terhadap konseli, yaitu: Observasi, Questionare, Interview , Tes ,Case studi.Selain pendakatan dan metode, di dalam BK juga ada teknik BK. Beberapa teknik BK yaitu: Teknik umum konseling dan Teknik Khusus Konseling.

DAFTAR PUSTAKA

Asmuni, Jamal Mamun, Pandusn Efektif Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah, Yokyakarta; DIVA Press, 2010.

Drs. Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program BK Di Sekolah, Jakarta: Ghalia Indonesia.1989.

Drs. Mungin Eddy Wibowo, Tahnik Bimbingan dan Konseling jilid I

Komalasari, Gantina dan Eka wahyudi, Teori Dan Teknik Konseling, Jakarta: PT Indeks, 2011.

Konseng, A, Konseling Pirbadi Dengan Model Konseling Carkhuff: Obor. Jakarta. 1996.

Umam, Khairul, Bimbingan Dan Penyuluhan, Bandung: CV Pustaka Setia, 1998.

Umar dan santoso, Bimbingan Dan Penyuluhan, Bandung: Pustaka Setia, 2001.

20