Upload
rahel-dtwoer-siahaan
View
216
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
7/22/2019 Pendekatan Representasi Sosial
1/13
Jurnal Psikologi
Volume 32, No. 2, 61-73
Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada
ISSN: 0215-8884
61
DimensiSosialDisabilitasMentaldi
Komunitas
Semin,
Yogyakarta.SebuahPendekatanRepresentasiSosial
PetraW.B.PrakosaFakultasPsikologi
UniversitasWidyaDharmaKlaten
ABSTRACT
Theaimofthisstudyistoanalyzethesocialdimension
of
mental
disability
in
Semin
Yogyakarta.RepresentationalTheoryas thebasicthinkingofqualitativeapproachinthisresearch,isusedtoexplorethepublicattitudeaboutmentaldisability.
20subjectswhoparticipatedwerederivedfrom3differentgroupsinthesociety.Theyare1)theprofessionals,2)normalpeople3)personwithmentaldisability.
Theresultshowsthatthepeoplessocial
representationabout
mental
disability
create
attitudewhich implies social interactionsunbalancing.Eachgroupwhichcomesfromdifferent social segmentgive differentrepresentationandmeaningaboutabnormality.It becomes an individual reference to actdifferently in their community.This caninfluencetheimplementationofsocialdisabilityprogramrunbyprofessionals,andalsocreatesasocialrealityforthepersonwithmentaldisability
and
hi s
fami ly.
The
conclusion
is,
theunderstandingaboutsocialrepresentationaldynamiccanbethestrategyinrecognizingbackthepsychologicalneedsofcommunityrelatedtomentaldisabilityproblems.
Keywords:representationaltheory,mentaldisability
Disabilitas mental akhirakhir ini
menjadi fokus permasalahan para
pemberi
pelayanan
kesehatan
danpendidikan di Indonesia. Pentingnya
pelayanan kesehatan mental secara
umumtelahditekankandalamkebijakan
kesehatanmentaluntukperiode2001
2005(Kompas,2001).YayasanPenderita
Anak Cacat (YPAC) secara aktif
mempromosikanketerampilanpenyandang
disabilitas mental untuk mengambil
bagiandalam
kehidupan
bermasyarakat.
Strategiyangefektifuntukmenelaah
masalah ini adalah menggunakan
pendekatan komunitas. Ha l in i
dilatarbelakangi oleh perubahan
kebijakanpemerintahIndonesiayangsaat
ini telah terpusat. Pemerintah lokal
menjadi stakeholder yang penting dalam
menanganisetiapmasalahkesejahteraan
dan
pembangunan
komunitas.Komunitas Kecamatan Semin dalam
penelitian ini dilihat sebagai a) area
geografis denganbatasbatasbatas fisik
yang ditentukan untuk keperluan
administratif(WillmottdalamCrowdan
Allan,1994);b)neighbourhoodyangdapat
diartikan sebagai rasa kepemilikan
komunitas (Cohen,1985); danc)ruang
Jurnal Psikologi
7/22/2019 Pendekatan Representasi Sosial
2/13
publikdimanakonvensikonvensihasil
komunikasi itu terjadi (Jovchelovitch,
2001).Penelitian ini adalah sebuah studi
kasusdenganmetodekualitatifmengenai
disabilitasmentaldiKecamatanSemin,
sebuahkomunitas pedesaan di daerah
Istimewa Yogyakarta. Masalah
disabilitas mental di daerah tersebut
sebelum ini telah diteliti oleh Faradz
(1998),denganmenggunakanpendekatan
bio lo gis .
Faradz
lebih
menekankanfaktor genetika untuk menjelaskan
fenomenayangtelahterjadi.Prevalensi
Disabilitasmentaldikecamatantersebut
cukuptinggi(1,09%)
Dipihak lain penelitian in i
mengambil perspektif yangberbeda
dengan memberikan penjelasan
mengenai dimensidimensi sosial
disabilitas
mental.
Teori
representasisosialdigunakanuntukmengeksplorasi
disabilitas mentalber dasarkan sudut
pandang psikologi sosial. Komunitas
dalampenelitianiniadalahsebuaharea
interaksisosial(RisselandBracht,1999)
dimanamasyarakatberkomunikasidan
mengembangkan social knowledge yang
d a p a t d i t e r j e m a h k a n s e b a g a i
pengetahuan
atau
pendapat
sosial.Komunitas buka nla h entitas yang
homogen tetapi terdiri atas kelompok
kelompokindividuyangmemilikiposisi
sosial yang ber beda. Flick (1998)
menunjukkanbahwasistemrepresentasi
sosialseringkalidibentukolehpendapat
pendapat masyarakat awam dan para
profesional. Penelitian ini j ug a
mempertimbangkan posisi sosial yang
berbeda dalamkomunitas sosialyaitu,
profesional,
masyarakat
awam
dan
parapenyandangdisabilitasmental.
Disabilitas mentaldalampsikologi
dideskripsikanberdasarkanpermasalahan
permasalahanyangtermanifestasidalam
bentuk keterbatasan fungsi psikologis
dansosial(AAMRdalamSeligmandkk,
2001). Namun penyebab dan implikasi
disabilitasmentaltidakdapatdijelaskan
dengan
cara
sederhana.
Masalah
ini
harusdilihat keterkaitannya dengan model
biomedisdansosial.
P e r t a m a , m o d e l b i o m e d i s
menjelaskannyadenganfenomenamutasi
genetikyangmenyebabkanabnormalitas
kromosom serta epidemiologi untuk
mengestimasiprevalensidanmemetakan
faktor lingkungan yang mungkin
menyebabkandisabilitas
mental
(Mercer,
1973).Kedua,modelsosialberanggapan
bah wa faktorfaktor sosial memiliki
peranan yang lebih signifikan. Pada
tingkat individual, psikologi dan ilmu
pendidikan melihatnya sebagai
permasalahan perilaku dan intelektual
(Hodapp, dkk, 1990; Adams, 1971).
Perspektifpsikologisosialdansosiologi
melihatnyasebagai
permasalahan
yang
ada dalam sistem sosial. Bagaimana
disabilitas mental didefinisikan akan
mengarah pada baga imana para
penyandang diberi label, dan
diperlakukan.
Moscovici (2001) mengemukakan
teori representasi sosial yang dapat
dikategorikan sebagai sebuah
Petra W. B. Prakosa
62 Jurnal Psikologi
7/22/2019 Pendekatan Representasi Sosial
3/13
pendekatan psikologi sosial sosiologis.
Representasisosialdidefinisikansebagai
sistem
nilai,
ide
ide
dan
praktek
sosialyangsecarasimultandapatmenetapkan
sebuah aturan sehingga anggota
masyarakat dapat mengarahkan diri
dalam dunia sosial dan material.
Komunikasiakan terjadiantaranggota
masyarakat dengan m e n g g u n a k a n
k o d e k o d e y a n g memungkinkan
terjadinyapertukaran sosialdankode
kode
untuk
memberi
nama
sertamengklasifikasikan ber bag ai aspek
kehidupansepanjangsejarahindividual
dankelompok(MoscovicidalamDuveen,
2000).
Ideide, yang kemudian menjadi
keyakinan,mengenaidisabilitasmental
dikomunikasikanantarindividudalam
komunitasmelaluiekspresiverbal dan
non
verbal
melalui
pertukaranimages
ataukesan(Wagnerdkk,1999). Sehingga
dapat disimpulkanbahwa komunitas
adalah
thinking
society
atau
masyarakatyangberpikirdanberkomunikasiuntuk
mengkonstruksiobjeksosial. Subjekatau
individu yangberk om un ik as i akan
membentukrepresentasisosialmelalui
hubungantriadikantaraSubjekObjek
Subjek (Bauer da n Gaskel, 1999;
Jovche lovitch, 1998). Hubungan ini
diperlihatkandalamdimensiketigayang
menggambarkan
bahwa
representasisosialbukan lah sebuah entitas yang
tetaptetapiberkembangdariwaktuke
waktu. Bauer dan Gaskel (1999)
mengusulkansebuahdiagramtoblerone
untuk menjelaskan bagaim ana
representasi sosial terbentuk dalam
dimensiwaktuuntukmemahamisejarah
danproyeksinyadimasamendatang.
Dimensi Sosial Disabilitas Mental.....
63
O
S 1t
Permukaan:
representasi/penalaran
makna di satu waktu (t)
S 1t-1S 2t-1
S 2t
O
Gambar1.DiagramTobleronedariRepresentasiSosial*)
*)(BauerdanGaskell,1999,hlm171)
Jurnal Psikologi
7/22/2019 Pendekatan Representasi Sosial
4/13
Representasisosialdenganiniakan
memberiorientasibagi individuuntuk
mempersepsi
sebuah
objek
sosial
danmemberiarahuntukberperilaku.Jodelet
(1991)menginterpretasikannyalebihjauh
sebagai pengetahuan, teori,versiversi
realitasyangditelitisebagaiposisisosial
yang dipegang oleh individu atau
kelompok.
Dinamika dari masyarakat yang
berpikir membentukrepresentasisosial
yang
beraneka
ragam
dalam
sebuahkomunitas. Berdasarkan pendekatan
struktural,Jodelet(1991)mengetengahkan
konsep structuring nuclei atau inti
organisator representasirepresentasi
yang muncul membentuk sebuah
struktur.Pendekatanstrukturaliniakan
menjelaskandinamikadarirepresentasi
sosial yang ber bed abeda yang
dimunculkanoleh
kelompok
kelompok
yangberbedabeda puladalam sebuah
komunitas.Dinamikatersebutkemudian
memungkinkan sebuah pemetaan dari
sebuah representationalfield atau medan
representasi,sepertiyangdiusulkanoleh
Gillespie (1999) untuk memperolehkan
gambaran mengenai realitas sosial dari
sebuahfenomena.
Darisudut
pandang
ini,
disabilitas
mental adalah sebuah permasalahan
yang dikontruksi secara sosial dalam
sebuahmasyarakat.Kesanmasyarakat
tentang disabilitas mental sebagai
bent uk dari representasi sosial
diterjemahkan dalam praktekpraktek
sosial. Representasi yang menjadi
pengetahuan atau pendapatsosial ini
menjadi acuan untuk menangani
masalahdisabilitasmental.Halinijuga
membawa
konsekuensi
dalampemberian pelayanan da n program
program untuk mempromosikan
kesejahteraan penyandang disabilitas
mental (lihat Farr, 1995; Eayres dkk,
1995).
Stakeholder yang paling
terpengaruhakansemuainiadalahpara
penyandang disabilitas mental itu
sendiri.
Mereka
m e n y a n d a n g
s t i g m ak a r e n a ketidaksempurnaanya
(Goffman, 1963). Ini membuat yang
membuat mereka termarjinalkan dari
penerimaansosialyangutuh(Dovidio,
2000)yangmengarahpadapembentukan
identitas sosial yang rusak
(AugoustinosdanWalker,2004).Sebuah
studiolehWestbrookdankawankawan
(1993)
mengungkapkanbahwa
sikap
sosialyangnegatifseringkaliberbentuk
hambatan dalam menjalankan peran
sosialdanaktivitas,sertaaksesakseske
pelayanan masyarakat. Diungkapkan
pulabahwaparapenyandangdisabilitas
mental ternyata lebih terstigmatisasi
dibandingkan dengan mereka yang
mengalamidisabilitasfisik.
Penelitianini
merupakan
penelitian
eksploratifataspermasalahandisabilitas
mental.Dua tujuanyang ingindicapai
olehpenelitianiniadalah1)memahami
diskursusataurepresentasimasyarakat
sebagaisuatuentitassosialyangterjadi
didalamkomunitasmasyarakatSemin;
dan 2) memahami representasi sosial
sebagai sebuah proses yang terjadi di
Petra W. B. Prakosa
64 Jurnal Psikologi
7/22/2019 Pendekatan Representasi Sosial
5/13
Komunitas Semin. Pemahaman in i
memungkinkan peneliti untuk
memetakan
dinamika
representasi
sosialtentangdisabilitasmental sebagai usaha
untukmemahamibagaimanamasyarakat
dapatberpikirdanbertindak.
Berdasarkan tujuan ini, tiga
pertanyaan penelitian diajukan untuk
memberiarahanbagiprosedurpenelitian:
1)Bagaimanakahparaprofesional,yaitu
guru sekolah luarbias a dan dokter,
merepresentasikan
masalah
disabilitasmental?; 2) Bagaimanakah masyarakat
awamtermasukdiantaranyaorangtua
atau wali dari orangorang dengan
disabilitas mental merepresentasi
masalah disabilitas mental?; da n 3)
Bagaimanakahmerekadengandisabilitas
mentalmerepresentasikanmasalahyang
merekaalamisendiri?
MetodePenelitianDesainMetodologi
Penelitianinimenggunakandesain
studikasusyangmemungkinkanpeneliti
untukmelihatdisabilitasmentalsebagai
sebuahunitanalisis(Flick,1998;Lipset
dkkdalamYin,1984)yangterdiridaritiga
subunitanalisis(lihattabel1).
MetodePengambilan
Data
Data utama akan diambil dari
wawancaraindividual,tetapisebelumitu
datademografissebagaidatasekunder
akan dicermati untuk memperoleh
deskripsi atau gambaran awal tentang
Komunitas Semin secara keseluruhan.
Datainidiperolehdaridatademografis
KecamatanSemin, data siswa Sekolah
Luar Biasa Kecamatan, dan Pusat
Kesehatan Masyarakat di Kecamatan
Semin.
Deskripsi
dari
data
ini
akanmenjadi data preliminer sebelum
melakukanwawancara.
Wawancara menjadi alat utama
untuk pengambilan data. Dua puluh
subjekdiseleksiberdasarkanperwakilan
kelompoksosial yang akan dianalisa,
yaitukelompokprofesional,masyarakat
awam, da n penyandang disabilitas
mental.
Wawancara
ini
adalah
wawancarasemi terstruktur sehingga pedoman
wawancarapun disusun berdasarkan
tematema, yaitu a) Images atau kesan
kesantentangdisabilitasmental;b)sikap
terhadapfenomenadisabilitasmental;c)
strategicopingataupenangananmasalah
yangdigunakankelompokyangberbeda
beda;dand)sumberdayayangtersedia
serta
hambatan
hambatan
dalampemecahan masalah. Penyandang
disabilitas mental akan diwawancara
denganmenggunakansebuahcerita(lihat
Wagner dkk, 1999). Cerita ini akan
mendukungprosesraportdengansubjek
da n mengeksplorasi perasaan serta
pengalamansubjekdalammenghadapi
masalah seharihari.
MetodeAnalisis
Data
Dataverbaldari verbatim disusun
dalam sebuah korpus atau kumpulan
data untuk kemudian diinterpretasi
dengan menggunakanmetode analisis
tematik (lihat Flick, 1998). Kodifikasi
korpus akan dilakukan untuk
memperolehkodekodesebagaiintisari
data denganbantuan program analisa
Dimensi Sosial Disabilitas Mental.....
65Jurnal Psikologi
7/22/2019 Pendekatan Representasi Sosial
6/13
data kualitatif ATLAS.ti. 4.2. Proses
k o d i f i k a s i d i l a k u k a n d e n g a n
mengkategorikan
ekspresi
ekspresi
ataupendapatpendapat sebagai unitunit
maknadalamsebuahkerangkakode.Dari
situdinamikarepresentasisosialtentang
disabilitas akan dilihat dan dipetakan
untukmemperolehgambaranyanglebih
holistik.
HasilPenelitianRepresentasi
sosial
mengenaidisabilitas mental membentuk sistem
pengetahuan (knowledge system) yang
terdiri dari tiga inti organisator
(structuring nuclei). Pemetaan sistem
pengetahuanini menjelaskanpertukaran
representasidanpendapatyangdimiliki
oleh para profesional dan masyarakat
awam.
Representasi ini kemudian
membentuk realitas sosial bagi
penyandang
disabilitas
mental.
Hal
inisesuaidenganargumentasiJodelet(1991)
bahwa pendekatan representasi sosial
memaknaidisabilitasmentaldiduasisi.
Disabilitasmentalmenjadiobjeksosial
sekaligusditerjemahkansebagaiproses
produksi pengetahuan dan pendapat
yang membentuk sikap dan praktek
prakteksosial. Dinamikainiberlangsug
dalam
konteks
komunitas
dandipengaruhi oleh sense of community
masyarakat.
MasyarakatSeminmengungkapkan
kehidupanyangsulitdimanapenghasilan
dirasatidakdapatmencukupikebutuhan
seharihari. Tanah yang tidak subur
menjadimasalahutamabagiparapetani
sehinggamerekaharusmerubahprofesi
saatmusim
kemarau
tiba
menjadi
petani
Sub-unit Analsis
Unit AnalsisMasyarakat Awam Professional Penyandang Disabilitas
Mental
Kasus
Disabilitas
Mental
Berdasarkan teks/ korpus
wawancara:
Deskripsi darikehidupan
berkomunitas;
Representasi sosialtentang disabilitas
mental di masyarakat
Berdasarkan teks/ korpus
wawancara:
Deskripsi darikehidupan
berkomunitas;
Representasi sosialtentang disabilitas
mental di masyarakat
Berdasarkan teks/ korpus
wawancara:
Representasi sosial yang
dikonstruksi dari emosidan pengalaman pribadi
Tabel1.UnitAnalisisKasusDisabilitasMental*)
*)FormatdiadopsidariLipsetdankawankawan(dalamYin,1984).
Petra W. B. Prakosa
66 Jurnal Psikologi
7/22/2019 Pendekatan Representasi Sosial
7/13
palawijaatauburuhbangunandikota.
Orientasi komunitas yang kolektifistik
tampak
dalam
komunitas
ini
(lihatTriandis, 1998). Mereka memiliki rasa
ketergantungandansistem relasiyang
erat antar individu. Hal in i meng
untungkan bagi para penyandang
disabilitas
mental
dan
para
lanjut
usiasehinggaterdapatdukunganpositifbagi
mereka yang bia sanya lebih ter
Dimensi Sosial Disabilitas Mental.....
Gambar2.MedanRepresentasiDisabilitasMentaldiKomunitasSemin:AlurProsesRepresentasi
67
Myth & DailyConversation
Image ofDisability
ScientificKnowledge
Economic
ProfessionalRoles
Stigma Pity
PositiveAttitude
Co-existingImages
Image ofAbnormality
Path toEducation
Social Role InCommunit
Dependencyon Famil
SocialIdentit
Professional
Mentally Disabled
Lay People
Jurnal Psikologi
NegativeAttitude
7/22/2019 Pendekatan Representasi Sosial
8/13
marjinalisasi dalam komunitas yang
individualistik.
1.RepresentasiSosialDisabilitasMentaldalamKomunitasSemin
Representasi sosial tentang
disabilitas mentalmenghasilkanobjek
objeksosialyangberkenaandengannya.
Objekobjek ini adalah hasil sistem
pengetahuan yang berbentuk a)
Representasi sosial profesional da n
masyarakat
dan
b)
identitas
sosialpenyandang disabilitas mental. Di sisi
yanglain,sistempengetahuanyangada
jugamenentukanpraktekprakteksosial
sepertic)rasakasihansebagaisikapyang
kontradiktif; d) sikap orientatif
profesionalterhadapprogramdisabilitas
mental;dane)strategicopingmasyarakat.
a.RepresentasisosialdisabilitasmentalSecara
umum
disabilitas
mental
dipandangsebagaiabnormalitas.Tidak
dapatdisembuhkantetapidapatdikelola
dandihadapi.Baikprofesionalmaupun
awam setujubahwadisabilitas adalah
masalahmental yang permanen yang
terlihatsejaktahapperkembangandini.
Paraprofesionalmemberikandeskripsi
yang lebih terstruktur, sedangkan
masyarakatawam
berpikir
dengan
cara
yanglebihberagam.
Definisiyangdiberikanprofesional
didasari oleh pengetahuan sehingga
disabilitas mental didefinisikan
berdasarkan konsep teoritisyang ada.
Guru menekankan konsep disabilitas
dengan kebutuhankebutuhan khusus.
Doktermelihatnyasebagaiabnormalitas
perkembanganotak. Keduakelompok
profesional melihat mutasi genetik
sebagai
faktor
utama
penyebabdisabilitasmental.Selainitukebiasaan,
pemenuhan kebutuhan nutrisi, da n
kelainanproseskelahiranjugadianggap
sebagai pemicu. McDermott dan
Altekruse(2002)telahmengungkapkan
bahwa rangkaian sebabakibat in i
dimulai dari kemiskinan sampai pada
kesehatanbayiyangminimal.
Awam
memandang
disabilitasmental sebagai masalah mental yang
diturunkan. Mereka melakukan
pelabelan bah wa diabilitas mental
adalah sebagai sebuah penyakit,
ketidakmampuan,dankegilaan.
Baik sains dan pengetahuan lokal
menjadidasardarigambarangambaran
ini. Ketidakkonsistenan pelabelanjuga
tampak
dari
laporan
pemerintahmengenaidisabilitasmental.Setiapdesa
memberi label yangberbedabeda
seperti disabilitas mental, retardasi
mental, ketidakmampuan mental,
idiot,dangila(KecamatanSemin,2003).
Sebuah mitos mengenai kutukan
terciptadi kalangan masyarakat untuk
memberikan penjelasan mengapa
masalahini
terjadi.
Kutukan
ini
menimpa
mereka dalam sistem kekeluargaan
tertentu. Ini adalah penjelasan
masyarakatawamtentangabnormalitas
genetika yang diturunkan. Mereka
melihatbahwakutukan iniditurunkan
melalui garis perempuan yang sesuai
dengan penjelasan Faradz (1998)
mengenaibaga imana abnormalitas
Petra W. B. Prakosa
68 Jurnal Psikologi
7/22/2019 Pendekatan Representasi Sosial
9/13
kromosom padaFragileX diturunkan.
Sebagian masyarakat melihat masalah
ini
sebagai
takdir
dari
Tuhan
sehinggalebih menekankan pentingnya sikap
pasrahdalamfilosofiJawa.
b.IdentitasSosialPenyandangDisabilitasMental
Hubungansosialyangtidaksimetris
dipicuolehprosespengelompokansosial.
Hal ini tampak dari ekspresi individu
antar kelompok dalam struktur dan
sistem
sosial.
Masyarakat
Semin
terbagimenjadi dua kelompok yaitu mereka
yang tidak menyandang disabilitas
mental dan mereka dengan disabilitas
mental. Terdapat ekspresi kami dan
merekasertanormaldantidaknormal
untuk memberibatas antar kelompok
yang memberi media untuk stigma.
Pelabelan ini menurut Goffman (1963)
merupakanpembentukan
identitas
sosial
yangrusakbagipenyandangdisabilitas
mental.
Hal ini tampak dari ekspresi rasa
malu dan penarikan diri. Individu
dengan disabilitas mental kerap
menyatakanbahwamerekamerasamalu
sehingga seringkali mengurungkan
niatnyauntukbersosialisasidenganyang
lain.Sikap
negatif
masyarakat
menjadi
hambatanbagimerekauntukmelakukan
komunikasidenganoranglainwalaupun
mereka menampakan keinginan untuk
membinapersahabatan.
2. RasaIbasebagaiSikapSosialyangKontradiktif
Emosi yang paling umum
diekspresikan adalah rasa iba.Hal ini
mengimplikasikan
hubungan
sosial
yangtidak simetris. Rasa iba adalah sebuah
bentuk representasi sosial untuk
menyeimbangkan identitas sosial para
penyandang disabilitas mental (Farr,
1995).Sikappositifterlihatdarisimpati
da n empati masyarakat sekitarnya.
Orientasi komunitas yang kolektif
menciptakan iklim kondusif terhadap
penyandang
disabilitas
mental.Walaupundemikianstigmatetaptidak
terhindarkandanmunculdalamekspresi
seharihari seperti bodoh atau
mbambungsehinggamenciptakanbatas
bagiparapenyandangdisabilitasmental
untukberkomunikasidenganefektif.
3.OrientasiProfesionaluntukProgramDisabilitasMentalRepresentasisosialparaprofesionaldibentukberdasarkanpengetahuanyang
terstruktur.Pengetahuan inimembantu
mereka untuk melaksanakan peran
mereka dalam program program
kesehatan dan pendidikan untuk
penderita disabilitas mental. Guru
Sekolah Luar Biasa mendorong anak
anakdengan
disabilitas
mental
untuk
mengikuti pendidikan luar biasa.
Program lain dilakukan untuk
peningkatankemampuanekonomidan
hidupseharihari(livelihood)yaitudengan
penyediaan sarana peternakan untuk
bela ja r. Profesional kesehatan lebih
cenderunguntukfokuspadapencegahan
disabilitas mental yaitu dengan
Dimensi Sosial Disabilitas Mental.....
69Jurnal Psikologi
7/22/2019 Pendekatan Representasi Sosial
10/13
pemberian nutrisi. Namun informasi
yang cukup mengenai selukbelu k
disabilitas
mental
dan
penyebab
penyebabnyabelum tersampaikan ke
masyarakat.
4. StrategiCopingMasyarakatMasyarakatawammenyebarluaskan
representasi sosial mereka tentang
disabilitas mental melalui percakapan
seharihari dan mitos yang diwarnai
kebudayaan
masyarakat
Jawa.
Pendapat
pendapatmerekamenjadidasarpraktek
sosialyangada terutamabagi keluarga
danpejabatsetempat.
Keluarga cenderung untuk
menganggap kelainan pada penderita
sebagaipenyakit.Ditahapawaldeteksi
disabilitasmental,keluargaakanmencari
pertolongan dari dokter da n dukun
secarasimultan.
Kedua
pendekatan
ini
dianggappentingbagimasyarakatSemin.
medical doctors. Hal ini menunjukkan
peran cognitive po lyphasia atau
kemampuankognitifuntukmengadopsi
sistemnilaiyangberbedasecarasimultan
(Jovchelovitch,1998).Mencaribantuan
daridukunatauorangpintarbiasanya
diteruskan setelah dokter tidak dapat
memberi
solusi
atau
informasi
yangdibutuhkan.
Representasi sosialjuga mem
pengaruhibagaimanapemerintahlokal
memberikandukunganbagipenyandang
disabilitas mental. Mereka meng
alokasikandanabantuanberasdansusu
melalui organisasi Forum Komunkasi
PekerjaSosialMasyarakatSemin.
5. KehidupanSosialPenyandangDisabilitasMental
Mereka
yang
menyandang
mentaldisabilitas ringan atau moderat tetap
diharapkanperannyadalamkehidupan
ekonomi.Stigmayangadamenghambat
mereka memberikan kontribusi secara
penuh tetapi mereka tetap dapat
membantukeluarganyadalamaktivitas
ekonomi seperti memotong kayu,
bertanam ,danmemberimakanternak.
Para
tetangga
juga
meminta
bantuanuntuk melakukan tugas rumah tangga
da n memberikan sedikit upah bagi
mereka.Bagiparapenyandangdisabilitas
mentalberat,keluargaakanbertanggung
jawabataskehidupanmereka.
Kesempatan untuk mendapatkan
pendidikanadalahhallainyangmenjadi
masalah. Perspesi keluargabahwa
keterbatasan
mental
ini
tidak
dapatdiperbaikimembuatkeluargaraguragu
untuk menyekolahkan anak mereka.
Kebanyakandarimerekapadaawalnya
tidakmenyadariadanyaketerbatasanini
sehinggaanakanakmerekadidaftarkan
untukmengikutipendidikan umumdi
SekolahDasarsetempat.Tetapikegagalan
untukberkembang membuat mereka
tidakdapat
meneruskan
pendidikan
di
arus utama (lihat Mercer, 1973).
Walaupun Sekolah Luar Biasa Semin
memberikan pendidikan gratis tetapi
prosesuntukmendapatkanpendidikan
luarbiasa tidaklah mulus. Pertama,
keluarga menganggap bahwa
pendidikanjustru memberatkan dan
mempersulit kehidupan para
Petra W. B. Prakosa
70 Jurnal Psikologi
7/22/2019 Pendekatan Representasi Sosial
11/13
penyandangmentaldisabilitas.Kedua,
masalah transportasijuga hambatan
bagi
keluarga
untuk
menyekolahkananaknya.Kebanyakandarimerekatidak
memilikisaranasedangkanSekolahLuar
Biasajauhdarirumahmereka.Apabila
masalahiniterpecahkan,keluargaakan
memberikanijinbagianakmerekauntuk
sekolah.
Masa depan para penyandang
disabilitas mental akan tetap menjadi
masalah
keluarga.
Kemampuan
sosialdan ekonomi merekabiasanyabersifat
parsial sehingga diperlukan keluarga
sebagai sistemsosialyangmendukung
kehidupanmerekaseterusnya.Pertama,
hal inidisebabkanolehperankeluarga
tetap lebih besa r dibandingkan
pemerintah untuk mengelola masalah
disabilitasmental.Pemerintah,walaupun
telah
menunjukkaninisiatifnya,
masih
kurang memberikan penekanan pada
programprogram yang tepat. Kedua,
budayaJawa menekankan pentingnya
keluarga untuk menangani masalah
seharihari,baik keluarga inti maupun
keluargabesar.
Catatan
Representasi
sosial
mengenaidisabilitasmentalmemberikankerangka
untuk memahami masalah disabilitas
mental terutama dari perspektif
masyarakat awam da n penyandang
disabilitas mental itu sendiri. Mereka
selama ini lebih memainkan peran
sebagai agen pasif dalam perubahan
sosial. Dalam hal ini, kebutuhan
psikologis dan sosial mereka perlu
diubah dan diintegrasikan dengan
pemahaman
para
profesional
untukpelaksanaan programprogram yang
lebih efektif. Kurangberhasiln ya
program sering terjadi antara
perencana, pelaksana, dan penerima
program karena kesalahpahaman
mengenai kebutuhan psikologis dan
sosialyangsesungguhnya.
Rekomendasiuntukpenelitianlebih
lanjut
adalah
perlunya
pengembanganmetodetriangulasiuntukpengambilan
data, yaitu dengan ditambahkannya
observasipartisipatifdananalisismedia
(Flick,1998;Yin,1994). Halyangkedua
yangmasihharusdikembangkanadalah
ekspansikarakteristiksubjek.Dukunatau
orangpintaradalahaktoraktorpenting
dalamsistempelayanankesehatanlokal.
Informasiyang
lebih
kaya
akan
diperoleh
darimereka sebagaisebuahunitsosial
tersendiri.
DaftarPustakaAdams,M.(1971).MentalRetardationand
It s Social Dimensions. Weverley:
ColumbiaUniversityPress.
Augoustinos,M.,
Walker,
I.
(2004).
Social
Cognition.AnIntegratedIntroduction.
London:SagePublications
Bauer, M., and Gaskell, G. (1999).
TowardsaParadigmforResearchon
Social Representations.Jourfor the
TheoryofSocialBehaviour,29,2:163
186
Dimensi Sosial Disabilitas Mental.....
71Jurnal Psikologi
7/22/2019 Pendekatan Representasi Sosial
12/13
Cohen, A. P. (1985). The Symbolic
ConstructionofCommunity. London:
Routledge
Crow.G.,andAllan,G.(1994).Community
Life: an Introduction to local social
relationship. Hemel Hempstead :
HarvesterWheatsheaf
Dovidio,J.F.,Major,B.,Crocker,J.(2000).
Stigma:IntroductionandOverview.
InT.F.,Heatherton,R.E.,Kleck,M.
R.Hebl,andJ.G.Hull(Eds.)Stigma.
NewYork:TheGuilfordPress
Eayres,C.B.,Ellis,N.,Jones,R.S.P.,and
Miller, B. (1995). Professional and
La y Representations of Health,
IllnessandHandicap.InI.Markova
andR.M.Farr(Eds.)Representations
of Helath, Illness, and Handicap.
London: Harwood Academic
Publishers.
Faradz,S.M.H.(1998).FragileXMental
RetardationandFragileXChromosomes
in the Indonesian Population.
University of New South Wales,
Sydney:PhDThesis
Farr,
R.
M.
(1995).
Representations
of
Health,Illness,andHandicapinthe
MassMediaofCommunication:A
TheoreticalOverview.InI.Markova
andR.M.Farr(Eds.)Representations
of Helath, Illness, and Handicap.
London: Harwood Academic
Publishers.
Flick, U. (1998a). An Introduction to
QualitativeResearch.London:Sage
Flick, U. (1998b).ThePsychologyof the
Social. Cambridge: Cambridge
UniversityPress.
Gillespie,A.(1999).Thebattleofthe
symbols:Constructingpeacefor
NorthernIrelandinthreepublic
spheres.MScSocialPsycholgy
Dissertation. LondonSchoolof
EconomicsandPoliticalScience:
Unpublished
Goffman,E.(1963).Stigma.Notesonthe
Management of Spoiled Identity.
London:PenguinGroup.
Hodapp, R., Burrack,J., and Zigler, E.
(1990). Issues in the Developmental
Approachto
Mental
Retardation .
Cambridge: CambridgeUniversity
Press
Jovc hel ovit c h, S. (2001). Social
Representations, Public Life and
SocialConstruction.InK.Deauxand
G.Philogene(Eds.)Representationsof
theSocial.Oxford:Blackwell.
Jodelet, D. (1991). Madness and Social
Representations.London:Harvester
Kompas(2002).MisteriRetardasiMentaldi
GunungKidul. Available: http://
www.kompas.com/index.htm
Petra W. B. Prakosa
72 Jurnal Psikologi
7/22/2019 Pendekatan Representasi Sosial
13/13
Mercer,J. (1973).Labelling theMentally
Retarded. Berkeley: University of
California
Press.
Rissel,C.andBracht,N.(1999).Assessing
CommunityNeeds,Resources,and
Readiness.BuildingStrengths.InN.
Bracht, Health Promotion at
CommunityLevel 2. London: Sage
Publications
Seligman,M.,Walker,E.,Rosenhan,D.
(2001).AbnormalPsychology. New
York:W.W.Norton&Company,Inc.
Wagner, W., Duveen, G., Farr, R. and
Jovchelovitch,S.,LorenziCioldi,F.,
Markova,I.,Rose,D. (1999a).Theory
a n d M e t h o d o f S o c i a l
Representations. AsianJournal of
SocialPsychology,2:95125
Dimensi Sosial Disabilitas Mental.....
73
Wagner, W., Duveen, G., Themel, M.,
Verma,J.(1999b).TheModernisation
of
Tradition:
Thinking
aboutMadnessinPatna,India.Cultureand
Psychology,5,4:413445
Yin,R.(1994).CaseStudyResearch.Design
andMethods.SecondEdition.London:
SagePublications
Jurnal Psikologi