Pendekatan Representasi Sosial

Embed Size (px)

Citation preview

  • 7/22/2019 Pendekatan Representasi Sosial

    1/13

    Jurnal Psikologi

    Volume 32, No. 2, 61-73

    Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada

    ISSN: 0215-8884

    61

    DimensiSosialDisabilitasMentaldi

    Komunitas

    Semin,

    Yogyakarta.SebuahPendekatanRepresentasiSosial

    PetraW.B.PrakosaFakultasPsikologi

    UniversitasWidyaDharmaKlaten

    ABSTRACT

    Theaimofthisstudyistoanalyzethesocialdimension

    of

    mental

    disability

    in

    Semin

    Yogyakarta.RepresentationalTheoryas thebasicthinkingofqualitativeapproachinthisresearch,isusedtoexplorethepublicattitudeaboutmentaldisability.

    20subjectswhoparticipatedwerederivedfrom3differentgroupsinthesociety.Theyare1)theprofessionals,2)normalpeople3)personwithmentaldisability.

    Theresultshowsthatthepeoplessocial

    representationabout

    mental

    disability

    create

    attitudewhich implies social interactionsunbalancing.Eachgroupwhichcomesfromdifferent social segmentgive differentrepresentationandmeaningaboutabnormality.It becomes an individual reference to actdifferently in their community.This caninfluencetheimplementationofsocialdisabilityprogramrunbyprofessionals,andalsocreatesasocialrealityforthepersonwithmentaldisability

    and

    hi s

    fami ly.

    The

    conclusion

    is,

    theunderstandingaboutsocialrepresentationaldynamiccanbethestrategyinrecognizingbackthepsychologicalneedsofcommunityrelatedtomentaldisabilityproblems.

    Keywords:representationaltheory,mentaldisability

    Disabilitas mental akhirakhir ini

    menjadi fokus permasalahan para

    pemberi

    pelayanan

    kesehatan

    danpendidikan di Indonesia. Pentingnya

    pelayanan kesehatan mental secara

    umumtelahditekankandalamkebijakan

    kesehatanmentaluntukperiode2001

    2005(Kompas,2001).YayasanPenderita

    Anak Cacat (YPAC) secara aktif

    mempromosikanketerampilanpenyandang

    disabilitas mental untuk mengambil

    bagiandalam

    kehidupan

    bermasyarakat.

    Strategiyangefektifuntukmenelaah

    masalah ini adalah menggunakan

    pendekatan komunitas. Ha l in i

    dilatarbelakangi oleh perubahan

    kebijakanpemerintahIndonesiayangsaat

    ini telah terpusat. Pemerintah lokal

    menjadi stakeholder yang penting dalam

    menanganisetiapmasalahkesejahteraan

    dan

    pembangunan

    komunitas.Komunitas Kecamatan Semin dalam

    penelitian ini dilihat sebagai a) area

    geografis denganbatasbatasbatas fisik

    yang ditentukan untuk keperluan

    administratif(WillmottdalamCrowdan

    Allan,1994);b)neighbourhoodyangdapat

    diartikan sebagai rasa kepemilikan

    komunitas (Cohen,1985); danc)ruang

    Jurnal Psikologi

  • 7/22/2019 Pendekatan Representasi Sosial

    2/13

    publikdimanakonvensikonvensihasil

    komunikasi itu terjadi (Jovchelovitch,

    2001).Penelitian ini adalah sebuah studi

    kasusdenganmetodekualitatifmengenai

    disabilitasmentaldiKecamatanSemin,

    sebuahkomunitas pedesaan di daerah

    Istimewa Yogyakarta. Masalah

    disabilitas mental di daerah tersebut

    sebelum ini telah diteliti oleh Faradz

    (1998),denganmenggunakanpendekatan

    bio lo gis .

    Faradz

    lebih

    menekankanfaktor genetika untuk menjelaskan

    fenomenayangtelahterjadi.Prevalensi

    Disabilitasmentaldikecamatantersebut

    cukuptinggi(1,09%)

    Dipihak lain penelitian in i

    mengambil perspektif yangberbeda

    dengan memberikan penjelasan

    mengenai dimensidimensi sosial

    disabilitas

    mental.

    Teori

    representasisosialdigunakanuntukmengeksplorasi

    disabilitas mentalber dasarkan sudut

    pandang psikologi sosial. Komunitas

    dalampenelitianiniadalahsebuaharea

    interaksisosial(RisselandBracht,1999)

    dimanamasyarakatberkomunikasidan

    mengembangkan social knowledge yang

    d a p a t d i t e r j e m a h k a n s e b a g a i

    pengetahuan

    atau

    pendapat

    sosial.Komunitas buka nla h entitas yang

    homogen tetapi terdiri atas kelompok

    kelompokindividuyangmemilikiposisi

    sosial yang ber beda. Flick (1998)

    menunjukkanbahwasistemrepresentasi

    sosialseringkalidibentukolehpendapat

    pendapat masyarakat awam dan para

    profesional. Penelitian ini j ug a

    mempertimbangkan posisi sosial yang

    berbeda dalamkomunitas sosialyaitu,

    profesional,

    masyarakat

    awam

    dan

    parapenyandangdisabilitasmental.

    Disabilitas mentaldalampsikologi

    dideskripsikanberdasarkanpermasalahan

    permasalahanyangtermanifestasidalam

    bentuk keterbatasan fungsi psikologis

    dansosial(AAMRdalamSeligmandkk,

    2001). Namun penyebab dan implikasi

    disabilitasmentaltidakdapatdijelaskan

    dengan

    cara

    sederhana.

    Masalah

    ini

    harusdilihat keterkaitannya dengan model

    biomedisdansosial.

    P e r t a m a , m o d e l b i o m e d i s

    menjelaskannyadenganfenomenamutasi

    genetikyangmenyebabkanabnormalitas

    kromosom serta epidemiologi untuk

    mengestimasiprevalensidanmemetakan

    faktor lingkungan yang mungkin

    menyebabkandisabilitas

    mental

    (Mercer,

    1973).Kedua,modelsosialberanggapan

    bah wa faktorfaktor sosial memiliki

    peranan yang lebih signifikan. Pada

    tingkat individual, psikologi dan ilmu

    pendidikan melihatnya sebagai

    permasalahan perilaku dan intelektual

    (Hodapp, dkk, 1990; Adams, 1971).

    Perspektifpsikologisosialdansosiologi

    melihatnyasebagai

    permasalahan

    yang

    ada dalam sistem sosial. Bagaimana

    disabilitas mental didefinisikan akan

    mengarah pada baga imana para

    penyandang diberi label, dan

    diperlakukan.

    Moscovici (2001) mengemukakan

    teori representasi sosial yang dapat

    dikategorikan sebagai sebuah

    Petra W. B. Prakosa

    62 Jurnal Psikologi

  • 7/22/2019 Pendekatan Representasi Sosial

    3/13

    pendekatan psikologi sosial sosiologis.

    Representasisosialdidefinisikansebagai

    sistem

    nilai,

    ide

    ide

    dan

    praktek

    sosialyangsecarasimultandapatmenetapkan

    sebuah aturan sehingga anggota

    masyarakat dapat mengarahkan diri

    dalam dunia sosial dan material.

    Komunikasiakan terjadiantaranggota

    masyarakat dengan m e n g g u n a k a n

    k o d e k o d e y a n g memungkinkan

    terjadinyapertukaran sosialdankode

    kode

    untuk

    memberi

    nama

    sertamengklasifikasikan ber bag ai aspek

    kehidupansepanjangsejarahindividual

    dankelompok(MoscovicidalamDuveen,

    2000).

    Ideide, yang kemudian menjadi

    keyakinan,mengenaidisabilitasmental

    dikomunikasikanantarindividudalam

    komunitasmelaluiekspresiverbal dan

    non

    verbal

    melalui

    pertukaranimages

    ataukesan(Wagnerdkk,1999). Sehingga

    dapat disimpulkanbahwa komunitas

    adalah

    thinking

    society

    atau

    masyarakatyangberpikirdanberkomunikasiuntuk

    mengkonstruksiobjeksosial. Subjekatau

    individu yangberk om un ik as i akan

    membentukrepresentasisosialmelalui

    hubungantriadikantaraSubjekObjek

    Subjek (Bauer da n Gaskel, 1999;

    Jovche lovitch, 1998). Hubungan ini

    diperlihatkandalamdimensiketigayang

    menggambarkan

    bahwa

    representasisosialbukan lah sebuah entitas yang

    tetaptetapiberkembangdariwaktuke

    waktu. Bauer dan Gaskel (1999)

    mengusulkansebuahdiagramtoblerone

    untuk menjelaskan bagaim ana

    representasi sosial terbentuk dalam

    dimensiwaktuuntukmemahamisejarah

    danproyeksinyadimasamendatang.

    Dimensi Sosial Disabilitas Mental.....

    63

    O

    S 1t

    Permukaan:

    representasi/penalaran

    makna di satu waktu (t)

    S 1t-1S 2t-1

    S 2t

    O

    Gambar1.DiagramTobleronedariRepresentasiSosial*)

    *)(BauerdanGaskell,1999,hlm171)

    Jurnal Psikologi

  • 7/22/2019 Pendekatan Representasi Sosial

    4/13

    Representasisosialdenganiniakan

    memberiorientasibagi individuuntuk

    mempersepsi

    sebuah

    objek

    sosial

    danmemberiarahuntukberperilaku.Jodelet

    (1991)menginterpretasikannyalebihjauh

    sebagai pengetahuan, teori,versiversi

    realitasyangditelitisebagaiposisisosial

    yang dipegang oleh individu atau

    kelompok.

    Dinamika dari masyarakat yang

    berpikir membentukrepresentasisosial

    yang

    beraneka

    ragam

    dalam

    sebuahkomunitas. Berdasarkan pendekatan

    struktural,Jodelet(1991)mengetengahkan

    konsep structuring nuclei atau inti

    organisator representasirepresentasi

    yang muncul membentuk sebuah

    struktur.Pendekatanstrukturaliniakan

    menjelaskandinamikadarirepresentasi

    sosial yang ber bed abeda yang

    dimunculkanoleh

    kelompok

    kelompok

    yangberbedabeda puladalam sebuah

    komunitas.Dinamikatersebutkemudian

    memungkinkan sebuah pemetaan dari

    sebuah representationalfield atau medan

    representasi,sepertiyangdiusulkanoleh

    Gillespie (1999) untuk memperolehkan

    gambaran mengenai realitas sosial dari

    sebuahfenomena.

    Darisudut

    pandang

    ini,

    disabilitas

    mental adalah sebuah permasalahan

    yang dikontruksi secara sosial dalam

    sebuahmasyarakat.Kesanmasyarakat

    tentang disabilitas mental sebagai

    bent uk dari representasi sosial

    diterjemahkan dalam praktekpraktek

    sosial. Representasi yang menjadi

    pengetahuan atau pendapatsosial ini

    menjadi acuan untuk menangani

    masalahdisabilitasmental.Halinijuga

    membawa

    konsekuensi

    dalampemberian pelayanan da n program

    program untuk mempromosikan

    kesejahteraan penyandang disabilitas

    mental (lihat Farr, 1995; Eayres dkk,

    1995).

    Stakeholder yang paling

    terpengaruhakansemuainiadalahpara

    penyandang disabilitas mental itu

    sendiri.

    Mereka

    m e n y a n d a n g

    s t i g m ak a r e n a ketidaksempurnaanya

    (Goffman, 1963). Ini membuat yang

    membuat mereka termarjinalkan dari

    penerimaansosialyangutuh(Dovidio,

    2000)yangmengarahpadapembentukan

    identitas sosial yang rusak

    (AugoustinosdanWalker,2004).Sebuah

    studiolehWestbrookdankawankawan

    (1993)

    mengungkapkanbahwa

    sikap

    sosialyangnegatifseringkaliberbentuk

    hambatan dalam menjalankan peran

    sosialdanaktivitas,sertaaksesakseske

    pelayanan masyarakat. Diungkapkan

    pulabahwaparapenyandangdisabilitas

    mental ternyata lebih terstigmatisasi

    dibandingkan dengan mereka yang

    mengalamidisabilitasfisik.

    Penelitianini

    merupakan

    penelitian

    eksploratifataspermasalahandisabilitas

    mental.Dua tujuanyang ingindicapai

    olehpenelitianiniadalah1)memahami

    diskursusataurepresentasimasyarakat

    sebagaisuatuentitassosialyangterjadi

    didalamkomunitasmasyarakatSemin;

    dan 2) memahami representasi sosial

    sebagai sebuah proses yang terjadi di

    Petra W. B. Prakosa

    64 Jurnal Psikologi

  • 7/22/2019 Pendekatan Representasi Sosial

    5/13

    Komunitas Semin. Pemahaman in i

    memungkinkan peneliti untuk

    memetakan

    dinamika

    representasi

    sosialtentangdisabilitasmental sebagai usaha

    untukmemahamibagaimanamasyarakat

    dapatberpikirdanbertindak.

    Berdasarkan tujuan ini, tiga

    pertanyaan penelitian diajukan untuk

    memberiarahanbagiprosedurpenelitian:

    1)Bagaimanakahparaprofesional,yaitu

    guru sekolah luarbias a dan dokter,

    merepresentasikan

    masalah

    disabilitasmental?; 2) Bagaimanakah masyarakat

    awamtermasukdiantaranyaorangtua

    atau wali dari orangorang dengan

    disabilitas mental merepresentasi

    masalah disabilitas mental?; da n 3)

    Bagaimanakahmerekadengandisabilitas

    mentalmerepresentasikanmasalahyang

    merekaalamisendiri?

    MetodePenelitianDesainMetodologi

    Penelitianinimenggunakandesain

    studikasusyangmemungkinkanpeneliti

    untukmelihatdisabilitasmentalsebagai

    sebuahunitanalisis(Flick,1998;Lipset

    dkkdalamYin,1984)yangterdiridaritiga

    subunitanalisis(lihattabel1).

    MetodePengambilan

    Data

    Data utama akan diambil dari

    wawancaraindividual,tetapisebelumitu

    datademografissebagaidatasekunder

    akan dicermati untuk memperoleh

    deskripsi atau gambaran awal tentang

    Komunitas Semin secara keseluruhan.

    Datainidiperolehdaridatademografis

    KecamatanSemin, data siswa Sekolah

    Luar Biasa Kecamatan, dan Pusat

    Kesehatan Masyarakat di Kecamatan

    Semin.

    Deskripsi

    dari

    data

    ini

    akanmenjadi data preliminer sebelum

    melakukanwawancara.

    Wawancara menjadi alat utama

    untuk pengambilan data. Dua puluh

    subjekdiseleksiberdasarkanperwakilan

    kelompoksosial yang akan dianalisa,

    yaitukelompokprofesional,masyarakat

    awam, da n penyandang disabilitas

    mental.

    Wawancara

    ini

    adalah

    wawancarasemi terstruktur sehingga pedoman

    wawancarapun disusun berdasarkan

    tematema, yaitu a) Images atau kesan

    kesantentangdisabilitasmental;b)sikap

    terhadapfenomenadisabilitasmental;c)

    strategicopingataupenangananmasalah

    yangdigunakankelompokyangberbeda

    beda;dand)sumberdayayangtersedia

    serta

    hambatan

    hambatan

    dalampemecahan masalah. Penyandang

    disabilitas mental akan diwawancara

    denganmenggunakansebuahcerita(lihat

    Wagner dkk, 1999). Cerita ini akan

    mendukungprosesraportdengansubjek

    da n mengeksplorasi perasaan serta

    pengalamansubjekdalammenghadapi

    masalah seharihari.

    MetodeAnalisis

    Data

    Dataverbaldari verbatim disusun

    dalam sebuah korpus atau kumpulan

    data untuk kemudian diinterpretasi

    dengan menggunakanmetode analisis

    tematik (lihat Flick, 1998). Kodifikasi

    korpus akan dilakukan untuk

    memperolehkodekodesebagaiintisari

    data denganbantuan program analisa

    Dimensi Sosial Disabilitas Mental.....

    65Jurnal Psikologi

  • 7/22/2019 Pendekatan Representasi Sosial

    6/13

    data kualitatif ATLAS.ti. 4.2. Proses

    k o d i f i k a s i d i l a k u k a n d e n g a n

    mengkategorikan

    ekspresi

    ekspresi

    ataupendapatpendapat sebagai unitunit

    maknadalamsebuahkerangkakode.Dari

    situdinamikarepresentasisosialtentang

    disabilitas akan dilihat dan dipetakan

    untukmemperolehgambaranyanglebih

    holistik.

    HasilPenelitianRepresentasi

    sosial

    mengenaidisabilitas mental membentuk sistem

    pengetahuan (knowledge system) yang

    terdiri dari tiga inti organisator

    (structuring nuclei). Pemetaan sistem

    pengetahuanini menjelaskanpertukaran

    representasidanpendapatyangdimiliki

    oleh para profesional dan masyarakat

    awam.

    Representasi ini kemudian

    membentuk realitas sosial bagi

    penyandang

    disabilitas

    mental.

    Hal

    inisesuaidenganargumentasiJodelet(1991)

    bahwa pendekatan representasi sosial

    memaknaidisabilitasmentaldiduasisi.

    Disabilitasmentalmenjadiobjeksosial

    sekaligusditerjemahkansebagaiproses

    produksi pengetahuan dan pendapat

    yang membentuk sikap dan praktek

    prakteksosial. Dinamikainiberlangsug

    dalam

    konteks

    komunitas

    dandipengaruhi oleh sense of community

    masyarakat.

    MasyarakatSeminmengungkapkan

    kehidupanyangsulitdimanapenghasilan

    dirasatidakdapatmencukupikebutuhan

    seharihari. Tanah yang tidak subur

    menjadimasalahutamabagiparapetani

    sehinggamerekaharusmerubahprofesi

    saatmusim

    kemarau

    tiba

    menjadi

    petani

    Sub-unit Analsis

    Unit AnalsisMasyarakat Awam Professional Penyandang Disabilitas

    Mental

    Kasus

    Disabilitas

    Mental

    Berdasarkan teks/ korpus

    wawancara:

    Deskripsi darikehidupan

    berkomunitas;

    Representasi sosialtentang disabilitas

    mental di masyarakat

    Berdasarkan teks/ korpus

    wawancara:

    Deskripsi darikehidupan

    berkomunitas;

    Representasi sosialtentang disabilitas

    mental di masyarakat

    Berdasarkan teks/ korpus

    wawancara:

    Representasi sosial yang

    dikonstruksi dari emosidan pengalaman pribadi

    Tabel1.UnitAnalisisKasusDisabilitasMental*)

    *)FormatdiadopsidariLipsetdankawankawan(dalamYin,1984).

    Petra W. B. Prakosa

    66 Jurnal Psikologi

  • 7/22/2019 Pendekatan Representasi Sosial

    7/13

    palawijaatauburuhbangunandikota.

    Orientasi komunitas yang kolektifistik

    tampak

    dalam

    komunitas

    ini

    (lihatTriandis, 1998). Mereka memiliki rasa

    ketergantungandansistem relasiyang

    erat antar individu. Hal in i meng

    untungkan bagi para penyandang

    disabilitas

    mental

    dan

    para

    lanjut

    usiasehinggaterdapatdukunganpositifbagi

    mereka yang bia sanya lebih ter

    Dimensi Sosial Disabilitas Mental.....

    Gambar2.MedanRepresentasiDisabilitasMentaldiKomunitasSemin:AlurProsesRepresentasi

    67

    Myth & DailyConversation

    Image ofDisability

    ScientificKnowledge

    Economic

    ProfessionalRoles

    Stigma Pity

    PositiveAttitude

    Co-existingImages

    Image ofAbnormality

    Path toEducation

    Social Role InCommunit

    Dependencyon Famil

    SocialIdentit

    Professional

    Mentally Disabled

    Lay People

    Jurnal Psikologi

    NegativeAttitude

  • 7/22/2019 Pendekatan Representasi Sosial

    8/13

    marjinalisasi dalam komunitas yang

    individualistik.

    1.RepresentasiSosialDisabilitasMentaldalamKomunitasSemin

    Representasi sosial tentang

    disabilitas mentalmenghasilkanobjek

    objeksosialyangberkenaandengannya.

    Objekobjek ini adalah hasil sistem

    pengetahuan yang berbentuk a)

    Representasi sosial profesional da n

    masyarakat

    dan

    b)

    identitas

    sosialpenyandang disabilitas mental. Di sisi

    yanglain,sistempengetahuanyangada

    jugamenentukanpraktekprakteksosial

    sepertic)rasakasihansebagaisikapyang

    kontradiktif; d) sikap orientatif

    profesionalterhadapprogramdisabilitas

    mental;dane)strategicopingmasyarakat.

    a.RepresentasisosialdisabilitasmentalSecara

    umum

    disabilitas

    mental

    dipandangsebagaiabnormalitas.Tidak

    dapatdisembuhkantetapidapatdikelola

    dandihadapi.Baikprofesionalmaupun

    awam setujubahwadisabilitas adalah

    masalahmental yang permanen yang

    terlihatsejaktahapperkembangandini.

    Paraprofesionalmemberikandeskripsi

    yang lebih terstruktur, sedangkan

    masyarakatawam

    berpikir

    dengan

    cara

    yanglebihberagam.

    Definisiyangdiberikanprofesional

    didasari oleh pengetahuan sehingga

    disabilitas mental didefinisikan

    berdasarkan konsep teoritisyang ada.

    Guru menekankan konsep disabilitas

    dengan kebutuhankebutuhan khusus.

    Doktermelihatnyasebagaiabnormalitas

    perkembanganotak. Keduakelompok

    profesional melihat mutasi genetik

    sebagai

    faktor

    utama

    penyebabdisabilitasmental.Selainitukebiasaan,

    pemenuhan kebutuhan nutrisi, da n

    kelainanproseskelahiranjugadianggap

    sebagai pemicu. McDermott dan

    Altekruse(2002)telahmengungkapkan

    bahwa rangkaian sebabakibat in i

    dimulai dari kemiskinan sampai pada

    kesehatanbayiyangminimal.

    Awam

    memandang

    disabilitasmental sebagai masalah mental yang

    diturunkan. Mereka melakukan

    pelabelan bah wa diabilitas mental

    adalah sebagai sebuah penyakit,

    ketidakmampuan,dankegilaan.

    Baik sains dan pengetahuan lokal

    menjadidasardarigambarangambaran

    ini. Ketidakkonsistenan pelabelanjuga

    tampak

    dari

    laporan

    pemerintahmengenaidisabilitasmental.Setiapdesa

    memberi label yangberbedabeda

    seperti disabilitas mental, retardasi

    mental, ketidakmampuan mental,

    idiot,dangila(KecamatanSemin,2003).

    Sebuah mitos mengenai kutukan

    terciptadi kalangan masyarakat untuk

    memberikan penjelasan mengapa

    masalahini

    terjadi.

    Kutukan

    ini

    menimpa

    mereka dalam sistem kekeluargaan

    tertentu. Ini adalah penjelasan

    masyarakatawamtentangabnormalitas

    genetika yang diturunkan. Mereka

    melihatbahwakutukan iniditurunkan

    melalui garis perempuan yang sesuai

    dengan penjelasan Faradz (1998)

    mengenaibaga imana abnormalitas

    Petra W. B. Prakosa

    68 Jurnal Psikologi

  • 7/22/2019 Pendekatan Representasi Sosial

    9/13

    kromosom padaFragileX diturunkan.

    Sebagian masyarakat melihat masalah

    ini

    sebagai

    takdir

    dari

    Tuhan

    sehinggalebih menekankan pentingnya sikap

    pasrahdalamfilosofiJawa.

    b.IdentitasSosialPenyandangDisabilitasMental

    Hubungansosialyangtidaksimetris

    dipicuolehprosespengelompokansosial.

    Hal ini tampak dari ekspresi individu

    antar kelompok dalam struktur dan

    sistem

    sosial.

    Masyarakat

    Semin

    terbagimenjadi dua kelompok yaitu mereka

    yang tidak menyandang disabilitas

    mental dan mereka dengan disabilitas

    mental. Terdapat ekspresi kami dan

    merekasertanormaldantidaknormal

    untuk memberibatas antar kelompok

    yang memberi media untuk stigma.

    Pelabelan ini menurut Goffman (1963)

    merupakanpembentukan

    identitas

    sosial

    yangrusakbagipenyandangdisabilitas

    mental.

    Hal ini tampak dari ekspresi rasa

    malu dan penarikan diri. Individu

    dengan disabilitas mental kerap

    menyatakanbahwamerekamerasamalu

    sehingga seringkali mengurungkan

    niatnyauntukbersosialisasidenganyang

    lain.Sikap

    negatif

    masyarakat

    menjadi

    hambatanbagimerekauntukmelakukan

    komunikasidenganoranglainwalaupun

    mereka menampakan keinginan untuk

    membinapersahabatan.

    2. RasaIbasebagaiSikapSosialyangKontradiktif

    Emosi yang paling umum

    diekspresikan adalah rasa iba.Hal ini

    mengimplikasikan

    hubungan

    sosial

    yangtidak simetris. Rasa iba adalah sebuah

    bentuk representasi sosial untuk

    menyeimbangkan identitas sosial para

    penyandang disabilitas mental (Farr,

    1995).Sikappositifterlihatdarisimpati

    da n empati masyarakat sekitarnya.

    Orientasi komunitas yang kolektif

    menciptakan iklim kondusif terhadap

    penyandang

    disabilitas

    mental.Walaupundemikianstigmatetaptidak

    terhindarkandanmunculdalamekspresi

    seharihari seperti bodoh atau

    mbambungsehinggamenciptakanbatas

    bagiparapenyandangdisabilitasmental

    untukberkomunikasidenganefektif.

    3.OrientasiProfesionaluntukProgramDisabilitasMentalRepresentasisosialparaprofesionaldibentukberdasarkanpengetahuanyang

    terstruktur.Pengetahuan inimembantu

    mereka untuk melaksanakan peran

    mereka dalam program program

    kesehatan dan pendidikan untuk

    penderita disabilitas mental. Guru

    Sekolah Luar Biasa mendorong anak

    anakdengan

    disabilitas

    mental

    untuk

    mengikuti pendidikan luar biasa.

    Program lain dilakukan untuk

    peningkatankemampuanekonomidan

    hidupseharihari(livelihood)yaitudengan

    penyediaan sarana peternakan untuk

    bela ja r. Profesional kesehatan lebih

    cenderunguntukfokuspadapencegahan

    disabilitas mental yaitu dengan

    Dimensi Sosial Disabilitas Mental.....

    69Jurnal Psikologi

  • 7/22/2019 Pendekatan Representasi Sosial

    10/13

    pemberian nutrisi. Namun informasi

    yang cukup mengenai selukbelu k

    disabilitas

    mental

    dan

    penyebab

    penyebabnyabelum tersampaikan ke

    masyarakat.

    4. StrategiCopingMasyarakatMasyarakatawammenyebarluaskan

    representasi sosial mereka tentang

    disabilitas mental melalui percakapan

    seharihari dan mitos yang diwarnai

    kebudayaan

    masyarakat

    Jawa.

    Pendapat

    pendapatmerekamenjadidasarpraktek

    sosialyangada terutamabagi keluarga

    danpejabatsetempat.

    Keluarga cenderung untuk

    menganggap kelainan pada penderita

    sebagaipenyakit.Ditahapawaldeteksi

    disabilitasmental,keluargaakanmencari

    pertolongan dari dokter da n dukun

    secarasimultan.

    Kedua

    pendekatan

    ini

    dianggappentingbagimasyarakatSemin.

    medical doctors. Hal ini menunjukkan

    peran cognitive po lyphasia atau

    kemampuankognitifuntukmengadopsi

    sistemnilaiyangberbedasecarasimultan

    (Jovchelovitch,1998).Mencaribantuan

    daridukunatauorangpintarbiasanya

    diteruskan setelah dokter tidak dapat

    memberi

    solusi

    atau

    informasi

    yangdibutuhkan.

    Representasi sosialjuga mem

    pengaruhibagaimanapemerintahlokal

    memberikandukunganbagipenyandang

    disabilitas mental. Mereka meng

    alokasikandanabantuanberasdansusu

    melalui organisasi Forum Komunkasi

    PekerjaSosialMasyarakatSemin.

    5. KehidupanSosialPenyandangDisabilitasMental

    Mereka

    yang

    menyandang

    mentaldisabilitas ringan atau moderat tetap

    diharapkanperannyadalamkehidupan

    ekonomi.Stigmayangadamenghambat

    mereka memberikan kontribusi secara

    penuh tetapi mereka tetap dapat

    membantukeluarganyadalamaktivitas

    ekonomi seperti memotong kayu,

    bertanam ,danmemberimakanternak.

    Para

    tetangga

    juga

    meminta

    bantuanuntuk melakukan tugas rumah tangga

    da n memberikan sedikit upah bagi

    mereka.Bagiparapenyandangdisabilitas

    mentalberat,keluargaakanbertanggung

    jawabataskehidupanmereka.

    Kesempatan untuk mendapatkan

    pendidikanadalahhallainyangmenjadi

    masalah. Perspesi keluargabahwa

    keterbatasan

    mental

    ini

    tidak

    dapatdiperbaikimembuatkeluargaraguragu

    untuk menyekolahkan anak mereka.

    Kebanyakandarimerekapadaawalnya

    tidakmenyadariadanyaketerbatasanini

    sehinggaanakanakmerekadidaftarkan

    untukmengikutipendidikan umumdi

    SekolahDasarsetempat.Tetapikegagalan

    untukberkembang membuat mereka

    tidakdapat

    meneruskan

    pendidikan

    di

    arus utama (lihat Mercer, 1973).

    Walaupun Sekolah Luar Biasa Semin

    memberikan pendidikan gratis tetapi

    prosesuntukmendapatkanpendidikan

    luarbiasa tidaklah mulus. Pertama,

    keluarga menganggap bahwa

    pendidikanjustru memberatkan dan

    mempersulit kehidupan para

    Petra W. B. Prakosa

    70 Jurnal Psikologi

  • 7/22/2019 Pendekatan Representasi Sosial

    11/13

    penyandangmentaldisabilitas.Kedua,

    masalah transportasijuga hambatan

    bagi

    keluarga

    untuk

    menyekolahkananaknya.Kebanyakandarimerekatidak

    memilikisaranasedangkanSekolahLuar

    Biasajauhdarirumahmereka.Apabila

    masalahiniterpecahkan,keluargaakan

    memberikanijinbagianakmerekauntuk

    sekolah.

    Masa depan para penyandang

    disabilitas mental akan tetap menjadi

    masalah

    keluarga.

    Kemampuan

    sosialdan ekonomi merekabiasanyabersifat

    parsial sehingga diperlukan keluarga

    sebagai sistemsosialyangmendukung

    kehidupanmerekaseterusnya.Pertama,

    hal inidisebabkanolehperankeluarga

    tetap lebih besa r dibandingkan

    pemerintah untuk mengelola masalah

    disabilitasmental.Pemerintah,walaupun

    telah

    menunjukkaninisiatifnya,

    masih

    kurang memberikan penekanan pada

    programprogram yang tepat. Kedua,

    budayaJawa menekankan pentingnya

    keluarga untuk menangani masalah

    seharihari,baik keluarga inti maupun

    keluargabesar.

    Catatan

    Representasi

    sosial

    mengenaidisabilitasmentalmemberikankerangka

    untuk memahami masalah disabilitas

    mental terutama dari perspektif

    masyarakat awam da n penyandang

    disabilitas mental itu sendiri. Mereka

    selama ini lebih memainkan peran

    sebagai agen pasif dalam perubahan

    sosial. Dalam hal ini, kebutuhan

    psikologis dan sosial mereka perlu

    diubah dan diintegrasikan dengan

    pemahaman

    para

    profesional

    untukpelaksanaan programprogram yang

    lebih efektif. Kurangberhasiln ya

    program sering terjadi antara

    perencana, pelaksana, dan penerima

    program karena kesalahpahaman

    mengenai kebutuhan psikologis dan

    sosialyangsesungguhnya.

    Rekomendasiuntukpenelitianlebih

    lanjut

    adalah

    perlunya

    pengembanganmetodetriangulasiuntukpengambilan

    data, yaitu dengan ditambahkannya

    observasipartisipatifdananalisismedia

    (Flick,1998;Yin,1994). Halyangkedua

    yangmasihharusdikembangkanadalah

    ekspansikarakteristiksubjek.Dukunatau

    orangpintaradalahaktoraktorpenting

    dalamsistempelayanankesehatanlokal.

    Informasiyang

    lebih

    kaya

    akan

    diperoleh

    darimereka sebagaisebuahunitsosial

    tersendiri.

    DaftarPustakaAdams,M.(1971).MentalRetardationand

    It s Social Dimensions. Weverley:

    ColumbiaUniversityPress.

    Augoustinos,M.,

    Walker,

    I.

    (2004).

    Social

    Cognition.AnIntegratedIntroduction.

    London:SagePublications

    Bauer, M., and Gaskell, G. (1999).

    TowardsaParadigmforResearchon

    Social Representations.Jourfor the

    TheoryofSocialBehaviour,29,2:163

    186

    Dimensi Sosial Disabilitas Mental.....

    71Jurnal Psikologi

  • 7/22/2019 Pendekatan Representasi Sosial

    12/13

    Cohen, A. P. (1985). The Symbolic

    ConstructionofCommunity. London:

    Routledge

    Crow.G.,andAllan,G.(1994).Community

    Life: an Introduction to local social

    relationship. Hemel Hempstead :

    HarvesterWheatsheaf

    Dovidio,J.F.,Major,B.,Crocker,J.(2000).

    Stigma:IntroductionandOverview.

    InT.F.,Heatherton,R.E.,Kleck,M.

    R.Hebl,andJ.G.Hull(Eds.)Stigma.

    NewYork:TheGuilfordPress

    Eayres,C.B.,Ellis,N.,Jones,R.S.P.,and

    Miller, B. (1995). Professional and

    La y Representations of Health,

    IllnessandHandicap.InI.Markova

    andR.M.Farr(Eds.)Representations

    of Helath, Illness, and Handicap.

    London: Harwood Academic

    Publishers.

    Faradz,S.M.H.(1998).FragileXMental

    RetardationandFragileXChromosomes

    in the Indonesian Population.

    University of New South Wales,

    Sydney:PhDThesis

    Farr,

    R.

    M.

    (1995).

    Representations

    of

    Health,Illness,andHandicapinthe

    MassMediaofCommunication:A

    TheoreticalOverview.InI.Markova

    andR.M.Farr(Eds.)Representations

    of Helath, Illness, and Handicap.

    London: Harwood Academic

    Publishers.

    Flick, U. (1998a). An Introduction to

    QualitativeResearch.London:Sage

    Flick, U. (1998b).ThePsychologyof the

    Social. Cambridge: Cambridge

    UniversityPress.

    Gillespie,A.(1999).Thebattleofthe

    symbols:Constructingpeacefor

    NorthernIrelandinthreepublic

    spheres.MScSocialPsycholgy

    Dissertation. LondonSchoolof

    EconomicsandPoliticalScience:

    Unpublished

    Goffman,E.(1963).Stigma.Notesonthe

    Management of Spoiled Identity.

    London:PenguinGroup.

    Hodapp, R., Burrack,J., and Zigler, E.

    (1990). Issues in the Developmental

    Approachto

    Mental

    Retardation .

    Cambridge: CambridgeUniversity

    Press

    Jovc hel ovit c h, S. (2001). Social

    Representations, Public Life and

    SocialConstruction.InK.Deauxand

    G.Philogene(Eds.)Representationsof

    theSocial.Oxford:Blackwell.

    Jodelet, D. (1991). Madness and Social

    Representations.London:Harvester

    Kompas(2002).MisteriRetardasiMentaldi

    GunungKidul. Available: http://

    www.kompas.com/index.htm

    Petra W. B. Prakosa

    72 Jurnal Psikologi

  • 7/22/2019 Pendekatan Representasi Sosial

    13/13

    Mercer,J. (1973).Labelling theMentally

    Retarded. Berkeley: University of

    California

    Press.

    Rissel,C.andBracht,N.(1999).Assessing

    CommunityNeeds,Resources,and

    Readiness.BuildingStrengths.InN.

    Bracht, Health Promotion at

    CommunityLevel 2. London: Sage

    Publications

    Seligman,M.,Walker,E.,Rosenhan,D.

    (2001).AbnormalPsychology. New

    York:W.W.Norton&Company,Inc.

    Wagner, W., Duveen, G., Farr, R. and

    Jovchelovitch,S.,LorenziCioldi,F.,

    Markova,I.,Rose,D. (1999a).Theory

    a n d M e t h o d o f S o c i a l

    Representations. AsianJournal of

    SocialPsychology,2:95125

    Dimensi Sosial Disabilitas Mental.....

    73

    Wagner, W., Duveen, G., Themel, M.,

    Verma,J.(1999b).TheModernisation

    of

    Tradition:

    Thinking

    aboutMadnessinPatna,India.Cultureand

    Psychology,5,4:413445

    Yin,R.(1994).CaseStudyResearch.Design

    andMethods.SecondEdition.London:

    SagePublications

    Jurnal Psikologi