5
Pendeteksi Kualitas Telur Berdasarkan Tingkat Intensitas Penyinaran Cahaya dan Umur Telur A. LATAR BELAKANG Mensortir adalah salah satu kegiatan penting yang dilakukan oleh peternak dalam proses penetasan telur. Hal ini dilakukan untuk memisahkan telur berdasarkan kondisinya. Secara umum kondisi telur dapat digolongkan menjadi tiga yaitu kondisi telur didalamnya terdapat embrio, tidak terdapat embrio, dan rusak. Pengelompokan ketiga kondisi telur ini dimaksudkan untuk memudahkan dalam memisahkan antara telur yang dapat ditetaskan (telur terdapat embrio), telur tidak dapat ditetaskan (telur rusak) dan telur bagus yang dapat dikonsumsi (tidak terdapat embrio). Telur memiliki embrio karena terjadinya pembuahan didalam telur tersebut. Sedangkan untuk telur yang bagus, didalam telur tidak terjadi pembuahan sehingga tidak dimungkinkan terdapat embrio. Dan untuk telur yang rusak, kebanyakan merupakan telur yang kondisi awalnya baik dan memilki embrio kemudian karena faktor suhu yang berubah ubah ataupun tidak sesuai dengan kondisi suhu pengeraman, hal ini menyebabkan telur mengalami kerusakan dan emrio yang mengalami kematian. Kerusakan telur ini banyak terjadi pada telur yang ditetaskan tanpa dilakukan pengaturan suhu atau penetasan tradisional. Dalam perkembangannya, telah ditemukan sebuah solusi untuk mengatasi faktor suhu yang berubah ubah, yaitu dengan cara membuat mesin tetas yang dapat mengotrol suhu sesuai dengan kondisi normal penentasan telur. Tetapi peternak masih memiliki kesuliatan lain, yaitu masalah pensortiran telur selama proses penentasan tersebut. Pada kenyatannya pensortiran yang dilakukan banyak menggunakan dengan cara

Pendeteksi Kualitas Telur Berdasarkan Tingkat Intensitas Penyinaran Cahaya Dan Umur Telur

Embed Size (px)

DESCRIPTION

aa

Citation preview

Page 1: Pendeteksi Kualitas Telur Berdasarkan Tingkat Intensitas Penyinaran Cahaya Dan Umur Telur

Pendeteksi Kualitas Telur Berdasarkan Tingkat Intensitas Penyinaran Cahaya dan Umur Telur

A. LATAR BELAKANG

Mensortir adalah salah satu kegiatan penting yang dilakukan oleh peternak dalam

proses penetasan telur. Hal ini dilakukan untuk memisahkan telur berdasarkan kondisinya.

Secara umum kondisi telur dapat digolongkan menjadi tiga yaitu kondisi telur didalamnya

terdapat embrio, tidak terdapat embrio, dan rusak. Pengelompokan ketiga kondisi telur ini

dimaksudkan untuk memudahkan dalam memisahkan antara telur yang dapat ditetaskan

(telur terdapat embrio), telur tidak dapat ditetaskan (telur rusak) dan telur bagus yang dapat

dikonsumsi (tidak terdapat embrio). Telur memiliki embrio karena terjadinya pembuahan

didalam telur tersebut. Sedangkan untuk telur yang bagus, didalam telur tidak terjadi

pembuahan sehingga tidak dimungkinkan terdapat embrio. Dan untuk telur yang rusak,

kebanyakan merupakan telur yang kondisi awalnya baik dan memilki embrio kemudian

karena faktor suhu yang berubah ubah ataupun tidak sesuai dengan kondisi suhu

pengeraman, hal ini menyebabkan telur mengalami kerusakan dan emrio yang mengalami

kematian. Kerusakan telur ini banyak terjadi pada telur yang ditetaskan tanpa dilakukan

pengaturan suhu atau penetasan tradisional.

Dalam perkembangannya, telah ditemukan sebuah solusi untuk mengatasi faktor suhu

yang berubah ubah, yaitu dengan cara membuat mesin tetas yang dapat mengotrol suhu

sesuai dengan kondisi normal penentasan telur. Tetapi peternak masih memiliki kesuliatan

lain, yaitu masalah pensortiran telur selama proses penentasan tersebut. Pada kenyatannya

pensortiran yang dilakukan banyak menggunakan dengan cara manual, yaitu dengan

memanfaatkan sumber cahaya seperti lampu untuk dapat melihat isi didalam telur. Hal ini

dirasa kurang menguntungkan bagi penetasan telur unggas skala besar karena banyak terjadi

kesalahan dalam pensortiran, hal ini karena masing masing orang yang melakukan

pensortiran memiliki kemampuan yang berbeda beda sehigga mengakibatkan banyaknya

kesalahan. Semakin banyak kesalahan proses pensortiran akan membuat kerugian yang

semakin besar, sehingga diperlukan sebuah alat yang mampu untuk melakukan pensortiran

telur yang dapat membantu para peternak dalam mensortir telur selama masa penetasan.

Sebelumnya telah dilakukan penelitian untuk mengatasi hal pensortiran ini dengan

pengolahan citra. Prinsip dasar yang digunakan adalah menggunakan tresholding dan

histogram untuk mengetahui tingkat keabuan dari telur tersebut sehingga didapatkan

perbedaan ringkat keabuan antara telur yang fertil dan infertil (Nopriadi, 2008). Berdasar

pada jurnal diatas maka dimungkinkan untuk melakukan penelitian sortir telur menggunakan

pengolahan citra atau tingkat intensitas cahaya berdasarkan umur telur dan kualitas telur.

B. IDENTIFIKASI MASALAH

Page 2: Pendeteksi Kualitas Telur Berdasarkan Tingkat Intensitas Penyinaran Cahaya Dan Umur Telur

Bagaimana hasil pengukuran parameter fisika tingkat intensitas cahaya (variabel terikat)

pada kualitas telur terhadap umur atau kualitas telur (variabel bebas) ?

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian ilmiah ini adalah:

Mengetahui tingkat intensitas cahaya berdasar umur telur untuk menentukan kualitas telur ayam

D. LANDASAN TEORI

1. Bagian-bagian Telur Ayam

Bagian-bagian telur ayam dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Gambar 1. Penampang telur dan bagian-bagian telur. (1) Cangkang; (2) Membran yang

menempel pada cangkang dan pada putih telur; (3a) Putih telur encer bagian luar dekat

dengan cangkang; (3b) Putih telur encer bagian dalam dekat dengan kuning telur; (4) Putih

telur kental yang diapit oleh dua lapisan putih telur encer; (5) Kuning telur/ yolk; (6)

Blastoderm/ titik benih; (7) Tali pengikat kuning telur/ chalazae; (8) Rongga udara; (9)

Lapisan luar kuning telur/ vitellin. (www.digilib.unimus.ac.id).

Blakely (1994), komponen utama dari sebutir telur adalah titik benih (blastoderm),

kuning telur, putih telur, membran cangkang dan cangkang.

2. Kualitas Telur berdasar tingkat fertilitasDengan mengetahui telur yang baik maka tingkat fertilitas atau kesuburan dari

telur ayam kampung akan semakin kita ketahui. Untuk mengetahui fertilitas telur ayam

kampung telur fertil adalah sebagai berikut :

Telur fertil seperti di atas menunjukkan

bagaimana calon sel betina yang hidup. Artinya telur

tersebut mengandung blastoderm baik dan dapat

menetas jika dierami induknya. Terdapat lingkaran

seperti cincin itu berarti calon betina. Sementara calon

pejantan tidak ada. Dengan adanya blastoderm seperti

gambar di atas maka sel telur tersebut akan

berkembang.

Sementara telur tidak dibuahi atau tidak fertil

1

Page 3: Pendeteksi Kualitas Telur Berdasarkan Tingkat Intensitas Penyinaran Cahaya Dan Umur Telur

Blastoderm tidak baik atau rusak seperti gambar di

atas adalah sel telur yang tidak fertil atau tanda bila

telur tersebut tidak dibuahi oleh pejantan. Artinya

proses terjadinya telur tidak melalui perkawinan.

Dengan kandungan blastoderm yang rusak seperti di

atas maka percuma bila ditetaskan.

Untuk mengetahui fertilitas memang telur harus dipecah saat umur 1 hari setelah

dimasukkan dalam mesin tetas. Untuk telur yang berumur 3 hari memang sudah

menunjukkan tanda-tanda fertilitas dengan adanya seperti akar merah atau sarang laba-

laba. Seperti benang-benang merah menyerupai akar.

Mengetahui fertilitas memang sangat sulit dikarenakan kita melihat sel calon anak

yang masih sangat kecil. Tapi untuk pengecekan mungkin dengan cara ini sudah

terbantu. Telur yang tidak dibuahi pun masih bisa berkembang. Yaitu blastoderm seperti

di atas akan membentuk selaput putih. Dengan kelamaan akan cair bersama kuning telur

(yolk).

3. Pengukuran Tingkat Intensitas Cahaya (Lux Meter)

Sebelumnya perlu diketahui terlebih dahulu definisi tentang cahaya sebelum

berbicara mengenai iluminasi (penerangan). Cahaya merupakan sejenis energi berbentuk

gelombang elekromagnetik yang bisa dilihat dengan mata. Sifat-sifat cahaya bergerak

lurus ke semua arah.

Sedangkan Iluminasi adalah tingkat atau kadar terang atau kuat penerangan yang

berhubungan langsung dengan cahaya (pencahayaan). Darmasetiawan & Puspakesuma

(1991) mendefinisikan kuat penerangan ialah kuantitas/jumlah cahaya pada level

pencahayaan / permukaan tertentu. Satuan = lux (lumen/m2).

Untuk mengukur tingkat iluminasi (kuat penerangan) ini akan dipergunakan suatu

alat yang disebut dengan luxmeter. Lux Meter yang biasanya digunakan untuk mengukur

pencahayaan(penerangan). Yaitu bagaimana tingkat terang ditingkatkan jatuh pada

permukaan suatu daerah, Satuan dari pengukuran alat ini adalah LUX (dalam SI).

E. DAFTAR PUSTAKA

2

Page 4: Pendeteksi Kualitas Telur Berdasarkan Tingkat Intensitas Penyinaran Cahaya Dan Umur Telur

Faridah, nopriadi. 2008. “Aplikasi Mesin Visi Dalam Pendeteksi Fertilitas Telur”.Jurusan

Teknik Fisika- UGM.

Mahmoud omid. 2010. “Grading and quality inspection of defect Egg Using machine

vision)”. University of Teheran-iran. USDA.2010. “ Egg-Grading”. United States

Department of Agriculture: USA

Purwanto, Budi.2000. “Fisika Dasar : Teori dan Implementasinya : Petunjuk Penggunaan

Lightmeter Type LX- 101 A”. Solo: Tiga Serangkai

3