1
PENDIDIKAN & BUDAYA SENIN, 27 Januari 2020 7 BANTEN RAYA LOBALISASI seolah-olah men- jadi solusi atas masalah penindasan dan diskriminasi yang selama ini diterima oleh kaum perempuan terutama kaum perempuan di ne- gara-negara dunia ketiga. Penin- dasan dan diskriminasi yang terjadi pada kaum perempuan di negara-negara dunia ketiga menda- pat angin segar dengan hadirnya globalisasi yang menyebarkan ideologi yang bersifat global, yaitu ideologi liberalisme yang ditafsirkan oleh kaum perempuan kepada ideologi mengenai keseta- raan dan keadilan antara laki-laki dan perem- puan. Dalam globalisasi setiap bangsa/negara ber- lomba melakukan pembangunan. Semua ne- gara melakukan kapitalisasi dan ekspansi utama- nya di bidang industri, teknologi dan komunikasi. Proses komersialisasi berlangsung di semua bidang. Kehidupan manusia cenderung indivi- dualis dan materialistik. Kesuksesan hidup diukur dari sebesar apa materi yang ia punyai ( uang, rumah, tanah, jabatan , investasi, dsb ) Keterlibatan perempuan yang semakin besar pada sektor publik, tentu saja merupakan kemajuan. Hanya saja globalisas membawa konsekwensi bagi kehidupan pe- rempuan. Bagi mereka yang ber- status single, situasi ini memberi ruang yang selebar-lebarnya untuk mengaktualisasikan diri. Meraih cita, mengukir prestasi adalah hal utama yang ingin diwujudkan. Uku- ran sukses ditandai dengan adanya posisi yang mapan dan prestise. memiliki gaji yang besar, jaringan kerja internasional, jam kerja yang semakin padat. Tantangan Perempuan di Era Globalisasi Meskipun perempuan memiliki keunggulan, namun eksistensi perempuan di ranah publik menghadapi tantangan diantaranya. Yang pertama, Sindrom Cinderella Complex : adalah sindrom yang dikemukakan oleh Collete Dowling yaitu suatu rasa takut yang begitu men- cekam, sehingga perempuan me- rasa tidak berani dan tidak bisa memanfaatkan potensi otak dan daya kreatifitasnya secara penuh. Perempuan merasa takut menjadi terkenal, sukses, dan menempati posisi penting, karena merasa ha- rus berperan di sektor domestik, dengan alasan agama, budaya, dsb. Banyak perempuan menga- lami sindrom ini, dan mengambil keputusan untuk bekerja dan ber- karir seadanya, padahal ia memi- liki potensi yang amat besar. Kedua, Dukungan institusi yang belum maksimal : maksud dukungan institusi disini adalah institusi keluarga, masyara- kat, perusahaan, dan pemerintahan. Meskipun pola pikir masyarakat sudah berkembang tetapi masih di temui pola pikir belum maju, dan bera- kibat pada dukungan institusi yang delum mak- simal. Ketiga, ialah Pergeseran nilai dalam kehidupan : era globalisasi memberi pengaruh bergesernya nilai yang dianut oleh masyarakat. Nilai sukses diukur dari sisi materi seperti : uang , rumah ja- batan, kepopuleran. Situasi ini membuat perem- puan banyak mengejar simbol-simbol tersebut. Perempuan terjebak untuk bekerja terus menerus dan sangat keras ( menjadi sangat maskulin ). Cenderung meninggalkan femininitasnya. Dengan demikian, pelan dan pasti perempuan digiring mencapai ambisi, menjadi semakin individual dan cenderung mengabaikan nilai kebersamaan. Penutup Era globalisasi membawa perubahan dalam semua aspek kehidupan. Perempuan sebagai elemen penting dan menentukan harus tetap mengambil peran di era ini, tanpa meninggalkan sisi feminitasnya. Semoga perempuan muslim dapat menjawab tantangan globalisasi, menjadi contoh teladan , memberi manfaat bagi orang di sekitarnya.(*) Penulis adalah Mahasiswa Pendidikan Sosiologi Untirta TANTANGAN PEREMPUAN DI ERA GLOBALISASI Oleh: Faisal Dudayef G SERANG, BANTEN RAYA- Dalam rangka memperkuat pendidikan karakter, SMA Negeri 1 Jawilan menggelar Garuda Pengawas Siswa (GPS). Kegiatan tersebut menjadi Program Penguatan Pendidikan Karakter, dan menjadi ekstrakurikuler. Kepada Banten Raya, Rus- tomi Effendi mengatakan, program ini diberikan untuk menanamkan kepercayaan atau rasa konfiden, mem- bantu, melindungi, ber- bagi pengetahuan dan mem- bangun rasa bangga berse- kolah di SMAN 1 Jawilan. “Program ini juga sebagai pengantar untuk mewujdu- kan generasi hebat, kuat dan berdaya saing pada zaman- nya,” kata Rustomi, kemarin. Ia mengaku, dalam Program GPS ini pihak sekolah me- libatkan sejumlah pembi- cara, yaitu dari sekolah juga Kapolsek Jawilan Iptu Yusuf dan alumni. Kegiatan terse- but rencananya akan men- jadi agenda rutin dan dilaks- anakan di Aula SMAN 1 Ja- wilan. “Menariknya SMAN 1 Ja- wilan sudah memaknai dan menjalankan pendidikan berbasis siswa (Student Cent- red Learning), seperti dike- mukakan bapak Mendikbid Nadien Makarim dengan Merdeka Belajar dan Guru Penggerak serta penilaian model assesment sudah berjalan sejak empat tahun terakhir,” ungkapnya. Jadi dengan konsep belajar seperti ini, lanjutnya, sang- at jauh berbeda terutama penguatan karakter relu- gius, integritas, nasionalis, gotong royong dan man- diri pada diri siswa sangat nampak. “Contohnya peserta didik sangat bangga menggunakan baju batik bebas yang dila- kukan setiap dua jumat da- lam sebulan saat kegiatan SMAN 1 Jawilan Canangkan Program GPS formal, satu kali berpakaian olahraga saat jumat sehat dan ceria, dan satu kali ber- pakaian pramuka saat ke- giatan jumat bersih,” imbuh- nya. (satibi) SATIBI/BANTEN RAYA KARAKTER: Kapolsek Jawilan, Iptu Yusuf saat menyampaikan materi dalam Program GPS, kemarin. SATIBI/BANTEN RAYA KONSULTASI: Tim dari DP3AKKB Banten memberikan pelayanan kepada anak kecil yang mengunjungi stand pelayanan. Pelayanan akan dibuka minggu pertama tiap bulan. SERANG, BANTEN RAYA- Sebagai upaya Pemerintah Provinsi Banten dan melaks- anakan kebijakan Gubernur dan Bapak Wakil Gubernur, dalam melaksanakan aksi yang langsung melibatkan keluarga dan masyarakat DP3AKKB Banten membe- rikan layanan pusat pem- belajaran keluarga (PUS- PAGA) untuk pengasuhan yang benar, pencegahan kekerasan pada perempuan dan anak juga eksploitasi dalam keluarga. Menurut Sitti Ma’ani Nina, Kepala DP3AKKB Banten, kegiatan PUSPAGA ini ada- lah konsultasi psikologi dimana memberikan bim- bingan konseling kepada masyarakat terkait dengan pencegahan kekerasan ter- hadap perempuan dan anak. Ia menjelaskan, kegiatan ini memberikan konsultasi secara gratis kepada peng- guna car free day yang ber- tempat di Alun-alun Kota Serang, memberikan penge- nalan dan sosialisasi ke- pada masyarakat Banten bahwa telah dibuka tempat konsultasi dengan menyi- apkan tenaga ahli berupa psikolog dan konselor serta didampingi tim dari Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga/PPK DP3AKKB Banten. “Puspaga mendedikasikan diri untuk menjadikan tem- pat pertama pencegahan yang dialami masyarakat, khususnya dalam hal per- masalahan yang dihadapi baik diri sendiri, keluarga, orang terdekat maupun ling- kungan,” kata Nina kepada Banten Raya, kemarin. Ia mengaku, apapun bisa dikonsultasikan kepada Pus- paga. Adapun, kata Nina, tim yang diturunkan ada tiga orang psikolog, konselor dan pendamping dari DP3AKKB Banten. “Saat ini ada 15 orang yang antusias dan menany- akan apa itu Puspaga, tetapi untuk konsultasi secara pri- badi hanya 4 orang, karena ini baru kita buka dan belum banyak masyarakat yang tahu,” ungkapnya. Masih kata Nina, layanan ini bertujuan untuk sarana konsultasi agar masyarakat yang melakukan konsultasi dengan tenaga ahli mampu meringankan apa yang se- dang dialami, dengan hara- pan semoga masyarakat Banten bisa sehat secara psikologis, sehat jiwa raga dan mental. ”Ini akan men- jadi agenda rutin,” imbuhnya. (satibi) DP3AKKB Buka Layanan PUSPAGA

PENDIDIKAN & BUDAYAbaju batik bebas yang dila-kukan setiap dua jumat da-lam sebulan saat kegiatan SMAN 1 Jawilan Canangkan Program GPS formal, satu kali berpakaian olahraga saat jumat

  • Upload
    others

  • View
    4

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENDIDIKAN & BUDAYAbaju batik bebas yang dila-kukan setiap dua jumat da-lam sebulan saat kegiatan SMAN 1 Jawilan Canangkan Program GPS formal, satu kali berpakaian olahraga saat jumat

PENDIDIKAN & BUDAYA senin, 27 Januari 2020 7BANTEN RAYA

lobalisasi seolah-olah men-jadi solusi atas masalah penindasan dan diskriminasi yang selama ini diterima oleh kaum perempuan terutama kaum perempuan di ne-gara-negara dunia ketiga. Penin-

dasan dan diskriminasi yang terjadi pada kaum perempuan di negara-negara dunia ketiga menda-pat angin segar dengan hadirnya globalisasi yang menyebarkan ideologi yang bersifat global, yaitu ideologi liberalisme yang ditafsirkan oleh kaum perempuan kepada ideologi mengenai keseta-raan dan keadilan antara laki-laki dan perem-puan.

Dalam globalisasi setiap bangsa/negara ber-lomba melakukan pembangunan. Semua ne-gara melakukan kapitalisasi dan ekspansi utama-nya di bidang industri, teknologi dan komunikasi. Proses komersialisasi berlangsung di semua bidang. Kehidupan manusia cenderung indivi-dualis dan materialistik. Kesuksesan hidup diukur dari sebesar apa materi yang ia punyai ( uang, rumah, tanah, jabatan , investasi, dsb )

Keterlibatan perempuan yang semakin besar pada sektor publik, tentu saja merupakan kemajuan. Hanya saja globalisas membawa konsekwensi bagi kehidupan pe-rempuan. Bagi mereka yang ber-status single, situasi ini memberi ruang yang selebar-lebarnya untuk mengaktualisasikan diri. Meraih cita, mengukir prestasi adalah hal utama yang ingin diwujudkan. Uku-ran sukses ditandai dengan adanya posisi yang mapan dan prestise. memiliki gaji yang besar, jaringan kerja internasional, jam kerja yang semakin padat.

Tantangan Perempuan di Era GlobalisasiMeskipun perempuan memiliki keunggulan,

namun eksistensi perempuan di ranah publik menghadapi tantangan diantaranya.

Yang pertama, Sindrom Cinderella Complex : adalah sindrom yang dikemukakan oleh Collete Dowling yaitu suatu rasa takut yang begitu men-

cekam, sehingga perempuan me-rasa tidak berani dan tidak bisa memanfaatkan potensi otak dan daya kreatifitasnya secara penuh. Perempuan merasa takut menjadi terkenal, sukses, dan menempati posisi penting, karena merasa ha-rus berperan di sektor domestik, dengan alasan agama, budaya, dsb. Banyak perempuan menga-lami sindrom ini, dan mengambil keputusan untuk bekerja dan ber-karir seadanya, padahal ia memi-liki potensi yang amat besar.

Kedua, Dukungan institusi yang belum maksimal : maksud dukungan

institusi disini adalah institusi keluarga, masyara-kat, perusahaan, dan pemerintahan. Meskipun pola pikir masyarakat sudah berkembang tetapi masih di temui pola pikir belum maju, dan bera-kibat pada dukungan institusi yang delum mak-simal.

Ketiga, ialah Pergeseran nilai dalam kehidupan

: era globalisasi memberi pengaruh bergesernya nilai yang dianut oleh masyarakat. Nilai sukses diukur dari sisi materi seperti : uang , rumah ja-batan, kepopuleran. Situasi ini membuat perem-puan banyak mengejar simbol-simbol tersebut. Perempuan terjebak untuk bekerja terus menerus dan sangat keras ( menjadi sangat maskulin ). Cenderung meninggalkan femininitasnya. Dengan demikian, pelan dan pasti perempuan digiring mencapai ambisi, menjadi semakin individual dan cenderung mengabaikan nilai kebersamaan.

PenutupEra globalisasi membawa perubahan dalam

semua aspek kehidupan. Perempuan sebagai elemen penting dan menentukan harus tetap mengambil peran di era ini, tanpa meninggalkan sisi feminitasnya. Semoga perempuan muslim dapat menjawab tantangan globalisasi, menjadi contoh teladan , memberi manfaat bagi orang di sekitarnya.(*)

Penulis adalah Mahasiswa Pendidikan Sosiologi Untirta

TAnTAnGAn PeReMPUAn Di eRA GLOBALisAsi

Oleh: Faisal Dudayef

G

SERANG, BANTEN RAYA-Dalam rangka memperkuat pendidikan karakter, SMA Negeri 1 Jawilan menggelar Ga ruda Pengawas Siswa (GPS). Kegiatan tersebut menjadi Program Penguatan Pendidikan Karakter, dan menjadi ekstrakurikuler.

Kepada Banten Raya, Rus-tomi Effendi mengatakan, program ini diberikan untuk menanamkan kepercayaan atau rasa konfiden, mem-bantu, melindungi, ber-bagi pengetahuan dan mem-bangun rasa bangga berse-kolah di SMAN 1 Jawilan. “Program ini juga sebagai pengantar untuk mewujdu-kan generasi hebat, kuat dan berdaya saing pada zaman-nya,” kata Rustomi, kemarin.

Ia mengaku, dalam Program GPS ini pihak sekolah me-libatkan sejumlah pembi-cara, yaitu dari sekolah juga Kapolsek Jawilan Iptu Yusuf dan alumni. Kegiatan terse-

but rencananya akan men-jadi agenda rutin dan dilaks-anakan di Aula SMAN 1 Ja-wilan.

“Menariknya SMAN 1 Ja-wilan sudah memaknai dan menjalankan pendidikan berbasis siswa (Student Cent-red Learning), seperti dike-mukakan bapak Mendikbid Nadien Makarim dengan Merdeka Belajar dan Guru Penggerak serta penilaian model assesment sudah berjalan sejak empat tahun terakhir,” ungkapnya.

Jadi dengan konsep belajar seperti ini, lanjutnya, sang-at jauh berbeda terutama penguatan karakter relu-gius, integritas, nasionalis, gotong royong dan man-diri pada diri siswa sangat nampak.

“Contohnya peserta didik sangat bangga menggunakan baju batik bebas yang dila-kukan setiap dua jumat da-lam sebulan saat kegiatan

SMAN 1 Jawilan Canangkan

Program GPS

formal, satu kali berpakaian olahraga saat jumat sehat dan ceria, dan satu kali ber-

pakaian pramuka saat ke-giatan jumat bersih,” imbuh-nya. (satibi)

SaTiBi/BaNTEN raYa

KARAKTER: Kapolsek Jawilan, Iptu Yusuf saat menyampaikan materi dalam Program GPS, kemarin.

SaTiBi/BaNTEN raYa

KONSULTASI: Tim dari DP3AKKB Banten memberikan pelayanan kepada anak kecil yang mengunjungi stand pelayanan. Pelayanan akan dibuka minggu pertama tiap bulan.

SERANG, BANTEN RAYA-Sebagai upaya Pemerintah Provinsi Banten dan melaks-anakan kebijakan Gubernur dan Bapak Wakil Gubernur, dalam melaksanakan aksi yang langsung melibatkan keluarga dan masyarakat DP3AKKB Banten membe-rikan layanan pusat pem-belajaran keluarga (PUS-PAGA) untuk pengasuhan yang benar, pencegahan kekerasan pada perempuan dan anak juga eksploitasi dalam keluarga.

Menurut Sitti Ma’ani Nina, Kepala DP3AKKB Banten, kegiatan PUSPAGA ini ada-lah konsultasi psikologi dimana memberikan bim-bingan konseling kepada masyarakat terkait dengan pencegahan kekerasan ter-hadap perempuan dan anak.

Ia menjelaskan, kegiatan

ini memberikan konsultasi secara gratis kepada peng-guna car free day yang ber-tempat di Alun-alun Kota Serang, memberikan penge-nalan dan sosialisasi ke-pada masyarakat Banten bahwa telah dibuka tempat konsultasi dengan menyi-apkan tenaga ahli berupa psikolog dan konselor serta didampingi tim dari Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga/PPK DP3AKKB Banten.

“Puspaga mendedikasikan diri untuk menjadikan tem-pat pertama pencegahan yang dialami masyarakat, khususnya dalam hal per-masalahan yang dihadapi baik diri sendiri, keluarga, orang terdekat maupun ling-kungan,” kata Nina kepada Banten Raya, kemarin.

Ia mengaku, apapun bisa

dikonsultasikan kepada Pus-paga. Adapun, kata Nina, tim yang diturunkan ada tiga orang psikolog, konselor dan pendamping dari DP3AKKB Banten. “Saat ini ada 15 orang yang antusias dan menany-akan apa itu Puspaga, tetapi untuk konsultasi secara pri-badi hanya 4 orang, karena ini baru kita buka dan belum banyak masyarakat yang tahu,” ungkapnya.

Masih kata Nina, layanan ini bertujuan untuk sarana konsultasi agar masyarakat yang melakukan konsultasi dengan tenaga ahli mampu meringankan apa yang se-dang dialami, dengan hara-pan semoga masyarakat Banten bisa sehat secara psikologis, sehat jiwa raga dan mental. ”Ini akan men-jadi agenda rutin,” imbuhnya. (satibi)

DP3AKKB Buka Layanan PUSPAGA