Upload
nunu
View
41
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
POD
Citation preview
1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Memasuki abad ke-21, sistem pendidikan nasional mengahadapi
tantangan yang sangat kompleks dalam menyiapkan kualitas sumber daya
manusia (SDM) yang mampu bersaing di era global. Upaya yang tepat untuk
menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan satu-satunya
wadah yang dapat dipandang dan seyogianya berfungsi sebagai alat untuk
membangun SDM yang bermutu tinggi adalah pendidikan.
Untuk mencapai tujuan pendidikan nasional pemerintah telah
menyelenggarakan perbaikan-perbaikan peningkatan mutu pendidikan pada
berbagai jenis dan jenjang. Namun fakta di lapangan belum menunjukkan
hasil yang memuaskan.
Komisi tentang Pendidikan Abad ke-21 (Commision on Education for
the “21” Century), merekomendasikan empat srategi dalam menyukseskan
pendidikan: Pertama: learning to learn, yaitu memuat bagaimana pembelajar
mampu menggali informasi yang ada di sekitarnyadari ledakan informasi itu
sendiri; Kedua, learning to be, yaitu pembelajar diharapkan mampu untuk
mengenali dirinya sendiri, serta mampu beradaptasi dengan lingkungannya,
Ketiga, learning to do, yaitu memuat bagaimana kita hidup dalam
masyarakat yang saling bergantung antara yang satu dengan yang lain,
sehingga mampu bersaing secara sehat dan bekerja sama serta mampu
untuk menghargai orang lain (Trianto, 2004).
Mengacu pada konsep tersebut, maka dalam situasi masyarakat yang
selalu berubah tersebut,idealnya pendidikan tidak hanya berorientasi pada
masa lalu atau masa kini, tetapi sudah seharusnya merupakan proses yang
2
mengantisipasi dan membicarakan masa depan. Pendidikan hendaknya
melihat jauh ke depan dan memikirkan apa yang akan dihadapi peserta didik
di masa yang akan datang.
Pendidikan formal yang sering disebut pendidikan sekolah berupa
rangkaian jenjang pendidikan yang telah baku. Mulai dari jenjang sekolah
dasar (SD) sampai dengan perguruan tinggi (PT). sementara pendidikan
taman kanak-kanak masih dipandang sebagai pengelompokan belajar yang
menjembatani anak dalam dalam suasana hidup keluarga biasa juga disebut
pendidikan pra sekolah (Pre-Elementary School).
Dalam UU No 2 tahun 1989 tentang sistem pendidikan Nasional,
dinyatakan bahwa setiap warga Negara diwajibkan mengikuti
pendidikan formal minimal sampai tamat SMP.
Bagi warga Negara yang tidak sempat mengikuti ataupun
menyelesaikan pendidikan pada jenjang tertentu dalam pendidikan formal
(putus sekolah) disediakan pendidikan nonformal, untuk memperoleh bekal
guna terjun ke masyarakat. Pendidikan Non formal sebagai mitra pendidikan
formal semakin hari semakin berkembang sejalan dengan perkembangan
masyarakat dan ketenagakerjaan. Dilihat dari segi wujud dan
penyelenggaraan semakin beraneka ragam mulai dari paguyuban, kursus-
kursus, paket A, B sampai kepada gerakan-gerakan seperti PKK dengan
aneka ragam programnya. Disamping ragamnya yang bertambah, juga
kualitasnya mengalami peningkatan.
Hal-hal yang menjadi faktor pendorong perkembangan pendidikan
nonformal ialah:
Semakin banyaknya jumlah angkatan muda yang tidak melanjutkan
sekolah. Sedangkan mereka terdorong untuk memasuki lapangan kerja
dengan harus memiliki keterampilan tertentu yang dipersyaratkan oleh
lapangan kerja.
3
Lapangan kerja, khususnya sektor swasta mengalami perkembangan
cukup pesat dan lebih pesat daripada perkembangannya di sektor
pemerintah. Masing-masing lapangan kerja tersebut menuntut
persyaratan-persyaratan khusus yang lazimnya perlu dipersiapakan
oleh pendidikan formal.
Sebagaimana diketahui bahwa sektor swasta memiliki ciri umum yaitu
keharusan adanya kemampuan mandiri tanpa subsidi. Ciri umum yang khas
ini menuntut adanya bahwa setiap pekerja harus memiliki keterampilan yang
dipersyaratkan agar dapat menunjang kelestarian hidup dan perkembangan
pekerjaan/usaha. Ciri umum tersebut juga sejalan dengan sifat dari badan-
badan usaha pendidikan nonformal itu sendiri, yang pada umumnya
diselenggarakan oleh pihak swasta.
Dari uraian tersebut semakin terlihat betapa eratnya kerja sama
antara pendidikan formal dan pendidikan nonformal, yang satu sama lainnya
bersifat komplementer sebagai sebuah system yang terpadu.
Selanjutnya ada juga pendidikan informal sebagai suatu fase
pendidikan yang berada disamping dan di dalam pendidikan pendidikan
formal dan nonformal sangat menunjang keduanya. Sebenarnya tidak sulit
untuk dipahami karena sebagian besar waktu pesrta didik adalah justru
berada di dalam ruang lingkup yang sifatnya informal.
Dapat disimpulkan bahwa pendidikan formal, nonformal, hanya dapat
dibedakan tetapi tidak bisa dipisah-pisahkan karena keberhasilah pendidikan
dalam arti terwujudnya keluaran pendidikan yang berupa sumber daya
manusia sangat tergantung kepada sejauh mana ketiga sub sistem tersebut
berperanan.
4
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pendidikan dan tujuan pendidikan?
2. Apa yang dimaksud dengan pendidikan formal?
3. Apa yang dimaksud dengan pendidikan informal?
4. Apa saja program pendidikan orang dewasa?
C. Tujuan Pembelajaran
1. Untuk mengetahui pengertian pendidikan dan tujuan pendidikan
2. Untuk mengetahui apa itu pendidikan formal
3. Untuk mengetahui apa itu pendidikan informal
4. Untuk mengetahui jenis-jenis program pendidikan orang dewasa
PEMBAHASAN
5
A. Kerangka Teoritis dan Tujuan Pendidikan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pendidikan adalah …
pen·di·dik·an n : Proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang
atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan pelatihan; proses, cara, perbuatan mendidik.
Tujuan pendidikan memuat tentang gambaran nilai-nilai yang baik,
luhur, pantas, benar, dan indah untuk kehidupan. Karena itu tujuan
pendidikan memiliki dua fungsi yaitu memberikan arah kepada segenap
kegiatan pendidikan dan merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh
segenap kegiatan pendidikan.
Sebagai suatu komponen pendidikan, tujuan pendidikan menduduki
posisi penting diantara komponen pendidikan lainnya. Dapat dikatakan
bahwa segenap komponen dari seluruh kegiatan pendidikan dilakukan
semata-mata terarah kepada atau ditujukan untuk pencapaian tujuan
tersebut. Dengan demikian maka kegiatan-kegiatan yang tidak relevan
dengan tujuan tersebut dianggap menyimpang, tidak fungsional, bahkan
salah sehingga harus dicegah.
Tujuan pendidikan yang dimaksud disini adalah tujuan akhir yang akan
dicapai oleh semua lembaga pendidikan, baik formal, nonformal yang berada
dalam masyarakat dan Negara Indonesia. Telah dikatakan bahwa rumusan
tujuan pendidikan selalu mengalami perubahan sesuai dengan tuntutan
perkembangan kehidupan masyarakat dan Negara yang bersangkutan.
B. Pendidikan Formal
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pendidikan Formal adalah
segenap bentuk pendidikan atau pelatihan yang diberikan secara
6
terorganisasi dan berjenjang, baik yang bersifat umum maupun yang bersifat
khusus.
Secara umum, pendidikan formal adalah kegiatan yang sistematis,
berstruktur, bertingkat, berjenjang, dimulai dari sekolah dasar sampai
dengan perguruan tinggi dan yang setaraf denganya termasuk ke dalamnya
ialah kegiatan studi yang berorientasi akademis dan umum, program
spesialisasi, dan latihan profesional, yang dilaksanakan dalam waktu yang
terus menerus. Dan pendidikan formal juga merupakan lembaga pendidikan
yang ditempuh melalui jalur institusi yang sudah ditentuhkan dan
ditetapkan, serta diatur oleh sekelompok orang yang berwenang yang dalam
hal ini pemerintah atau sebuah yayasan.
Pengajaran yang dilakukan oleh pendidikan formal diselenggaran di
sekolah dimana pendidikan formal berlangsung dalam waktu terbatas, yaitu
masa anak dan remaja. Pendidikan formal berlangsung dalam lingkungan
pendidikan yang diciptakan khusus untuk menyelenggarakan proses
pendidikan secara teknis yang berlangsung di kelas, yang kegiatan
pendidikannya terjadwal, tertentu waktu dan tempatnya. Pendidikan formal
juga tersusun secara terprogram dalam bentuk kurikulum yang kegiatan
pendidikannya lebih berorientasi pada kegiatan guru, sehingga guru
mempunya peranan yang sentral dalam bentuk pengajaran yang diberikan
melalui pendidikan.
Dimana pendidikan formal ditentukan oleh pihak luas untuk mengatur
pendidikan dan tujuan pendidikan formal juga terbatas pada pengembangan
kemampuan-kemampuan tertentu untuk mempersiapkan tujuan hidup yang
diperoleh melalui pendidikan.
Pada umumnya lembaga formal adalah tempat dimana orang tua
menitipkan anak-anaknya untuk belajar sehingga
memperluas pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya agar mampu
menghadapi dunia kerja.
7
Jenjang pendidikan formal terdiri atas:
1. Pendidikan Dasar
2. Pendidikan Menengah
3. Pendidikan Tinggi
Jenis pendidikan mencakup atas:
1. Pendidikan Umum
2. Kejuruan
3. Akademik
4. Profesi
5. Vokasi
6. Keagamaan dan khusus
C. Pendidikan Nonformal
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pendidikan Nonformal adalah
segenap bentuk pelatihan yang diberikan secara terorganisasi di luar
pendidikan formal, misal: kursus keterampilan.
Pendidikan nonformal berfungsi mengembangkan potensi peserta didik
dengan penekanan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta
pengembangan sikap dan kepribadian fungsional. Pendidikan nonformal
meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan
kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan
keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan
kesetaraan serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan
kemampuan peserta didik. Satuan pendidikan nonformal terdiri atas
lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan
masyarakat, majelis taklim serta satuan pendidikan yang sejenis.
Jenis-jenis Sekolah Alternatif
A. Sekolah Alam
8
Sekolah berbasis alam kini sedang menajdi trend di sejumlah kota.
Biasanya, alasan memilih sekolah alam karena kecenderungan anak yang
secara perilakucukup aktif, susah dikoordinasi, terlalu kreatif, cenderung
suka menciptakan hal-hal baru, dan tidak begitu suka rutinitas. Kesadaran
semacam inilah yang semestinya terus ditumbuhkan kepada para orang tua
sehingga jika mempunyai anak yang susah mengikuti metode sekolah
formal, dapat segera memutuskan sekolah di sekolah alternatif berbasis
alam.
Sekolah alternatif berbasis alam tentu mempunyai banyak perbedaan
dengan sekolah formal. Namun, bukan berarti tanpa kurikulum kompetensi.
Sekolah alternatif berbasis alam tetaplah bernilai positif sebagai upaya
menumbuhkan kemandirian semenjak dini, membuka kesadaran kreatif
seluas mungkin, serta memberikan pembelajaran soal kerja sama.bahkan,
kurikulum sekolah alam, jika sudah setingkat SMP/SMA untuk remaja, bisa
dalam bentuk kewirausahaan alternatif. Misalnya, berbentuk pertukangan,
perdagangan barang hasil bumi,dan sejenisnya.
Kelebihan sekolah alam :
a. Sekolah alam cenderung membebaskan keinginan kreatif anak
sehingga anak akan menemukan sendiri bakat dan kemampuan
belebih yang dimilikinya.
b. Konsep pebelajaran dengan cara sambil bermain cenderung
menjadikan pemahaman mengenai sekolah bukanlah beban,
melainkan hal yang menyenangkan.
c. Guru atau tenaga pengajar sekolah berbasis alam yang baik tentu
saja tetap merupakan mahasiswa/lulusan perguruan tinggi negeri
(PTN) yang diharapkan memiliki wawasan pendidikan dan
kemandirian yang memadai.
9
d. Metodologi pembelajaran yang diterapkan cenderung mengarah
pada pencapaian logika berpikir dan inovasi yang baik dalam
bentuk action learning (praktik nyata). Dsb.
Itulah sejumlah hal yang berkaitan dengan keberadaan sekolah berbasis
alam.pada dasarnya, sekolah alam juga mendasarkan kurikulumnya pada
kurikulum umum yang ada di sekolah formal maupun sekolah swasta
lainnya. Secara global, kurikulum tersebut mencakup penciptaan akhlak
yang baik, penguasaan ilmu pengetahuan, dan penciptaan pemahaman
kepemimpinan yang memadai.
B. Sekolah Outbound
Sekolah alternatif outbound cukup populer di Indonesia sekitar era
2000. Dulu, kegiatan outbound relatif lebih dikenal sebagai bagian kegiatan
pencinta alam. Baik dikalangan mahasiswa atau pelajar. Seiring
perkembangan waktu, kegiatan outbound kian menunjukkan sisi positif
sebagai ajang penyaluran bakat dan kemampuan khusus bagi orang yang
tak dapat bersekolah secara resmi. Maka, mulai berkembanglah sekolah
outbound. Peminat sekolah outbound ini pun semakin banyak, bahkan ada
yang menggunakan sertifikat dan berinisiatif menyertakannya sebagai
penguat status sarjana lulusan pendidikan ilmu keolahragaan di sebuah
perguruan tinggi di bidang lainnya.
Yang menarik, lulusan sekolah outbound di Indonesia dapat berposisi
sebagai trainer atau pelatih bagi pelatihan-pelatihan outbound yang
belakangan sering diselenggarakan di sejumlah kantor atau institusi. Pada
akhirnya, harus disadari bahwa pendidikan outbound mempunyai manfaat
sebagai berikut:
a. Memupuk kepribadian menjadi lebih tahan banting dan sanggup
menyelesaikan masalah secara sehat
10
b. Membentuk pribadi yang mempunyai jiwa kompetensi memadai
c. Memosisikan orang lain sebagai makhluk sosial yang setara dan
bisa diajak kerja sama demi sebuah cita-cita kemajuan dalam
kebersamaan yang hangat
d. Menjadikan nilai persaingan sebagai suatu hal yang posistif.
Persaingan yang positif akan membentuk pribadi yang mau bejuang
secara terbuka dan tak suka bermain belakang.
e. Menumbuhkan motivai dan semangat untuk maju yang memadai
dengan penuh kepercayaan diri dan tidak takut akan jatuh atau
merugi.
Dengan menitikberatkan pada sejumlah aspek yang bermuara
sebagaimana tujuan diadakannya pendidikan outbound seperti yang
disebutkan di atas, maka kurikulum yang bisa dikembangkan adalah :L
a. Outbound dasar berupa pengenalan secara teoretis mengenai
tujuan pendidikan outbound , ruang bermain yang digunakan, dan
peralatannya.
b. Outbound khusus berupa pengenalan jenis outbound yang
berorientasi pada pembentukan karakter tertentu.
c. Manajemen outbound yang bisa meliputi cara mengatur jadwal,
penyesuaian psikis dan fisik, pengembangan motivasi,
pengembangan kecerdasan emosi, dan relaksasi.
C. Home Schooling
Substansi makna home schooling pada aspek kemandirian dalam
menyelenggarakan pendidikan di lingkungan keluarga. Dengan demikian,
home schooling dapat diselenggarakan oleh sebuah keluarga secara mandiri.
Pelaksanaannya didasarkan tanggung jawab sebagai orangtua dalam
memenuhi hak anak untuk kebutuhan memperoleh pendidikan. Dengan
11
demikian, pelaksanaannya disertai rasa tanggung jawab atas proses
pendidikan dengan berbasis rumah. Dalam konteks pendidikan berbasis
rumah, maka selain homeschooling, dikenal pula istilah home education dan
home-based learning yang bersinonim atau memiliki kemiripan makna.
Sebagai pihak penanggung jwab pelaksanaan home schooling, orang
tua tidak diharuskan turun tangan secara langsung dengan berperan sebagai
pendidik. Karena kesibukannya, misalnya pelaksanaan home schooling dapat
didelegasikan kepada guru privat, lembaga pelatihan, ataupun dengan
memberikan fasiliotaskepada anak dalam menyalurkan kreativitas misalnya
magang pada home industry (industri rumahan(.
Meskipun dimaknai pendidikan berbasis rumah, proses
penyelenggaraan home schooling dapat dilakukan di lokasi atau tempat
yang disesuaikan dengankebutuhan anak, seperti di lembaga pelatihan,
tempat kursus, ataupun di mana saja dengan sarana apa pun.
Home schooling memiliki beberapa persamaan dengan sekolah
reguler, di antaranya adalah:
- Sebagai model pendidikan anak
- Tujuan untuk masa depan anak lebih baik
- Media untuk mencapai tujuan pendidikan, seperti kecerdasan, dan
keterampilan.
Sementara itu, perbedaan antara home schooling dengan sekolah
reguler pada tabel berikut
Sekolah Reguler Home schooling
Sistem Pendidikan Standarisasi Disesuaikan dengan
kebutuhan anak dan
keluarga
Manajemen Kurikulum Kurikulum terbuka/bisa
12
terpusat/tertutup dipilih
Jadwal/kegiatan
belajar
Tertentu/sistem
mapan
Fleksibel/kesepakatan
Tanggung jawab Guru Orangtua
Peran orang tua Relatif minim Vital/penentu
keberhasilan
Model belajar Orang tua/siswa
hanya mengawasi
Ada komitmen dan
kreativitas orang
tua/siswa dalam
mendesain sesuai
kebutuhan
Selanjutnya, home schooling memiliki banyak keunggulan, di
antaranya dapat memilih materi yang sesuai minat, lebih kreatif,
memotivasi untuk berpikir kritis, fleksibilitas dalam hal waktu dan
tempat, dan bisa memilih kurikulum sesuai dengan kebutuhan peserta.
D. Program Pendidikan Orang Dewasa
1. Lembaga kursus dan pelatihan : menyediakan banyak program, namun
hanya jenis program keterampilan kerja saja.
2. Pusat pendidikan & pelatihan ( balai latihan, tenaga kerja; BLK )
3. Sanggar kegiatan belajar ( SKB ) : milik pemerintah
4. BPKB ( Badan Pengembangan Kegiatan Belajar )
5. BPPNFI ( Badan Pengembangan Pendidikan Non Formal – Informal )
13
6. Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) : PKBM sebagai satuan
pendidikan nonformal dapat menyelenggarakan program pendidikan
nonformal yang meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak
usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan
perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan dan
pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan dan pendidikan nonformal lain
yang diperlukan masyarakat (pasal 105 ayat 2).
7. Perguruan Tinggi ( Program Pendidikan Ekstension )
8. Pendidikan & Pelatihan di Perusahaan / Perkantoran. (Pusdiklat)
Inovasi dalam Pendidikan Orang Dewasa
1. Distance Education (DE); Perbedaan jarak dan tempat antara pemelajar
dan pebelajar, penekanan belajar mandiri, optimalisasi virtual classroom
(online learning) serta seminar, workshop, pelatihan, dan lainnya. Tujuannya
agar pemelajar dapat mengembangkan minat dan kompetensinya untuk
selanjutnya dapat berpartisipasi serta mengembangkan kehidupan sosial
kemasyarakatannya.
2. Organizational Learning (OL); Persaingan, kemajuan teknologi,
peningkatan kualitas SDM merupakan beberapa alasan mengapa organisasi
harus/ingin belajar. Tujuannya agar organisasi/lembaga dapat secara
tanggap dan mandiri (tanpa menunggu peraturan pemerintah)
mengembangkan seluruh sumber daya yang ada, sehingga dapat mengikuti
arus teknologi dan dapat bersaing dengan organisasi/lembaga serupa.
3. Workplace Learning; Pengalaman di tempat kerja menjadi sumber
pengetahuan dan keterampilan untuk terus mengembangkan kompetensi
pemelajar.
14
4. Vocational Education & Training (VET); Berorientasi pada kemampuan
(skill), mempersiapkan SDM agar mampu bekerja di bidang tertentu. Contoh:
Praktek Lapangan pada Diploma, Paduan Suara, Komunitas Fotografi, dll.
5. Radical Adult Education and Learning; Pendidikan yang membutuhkan
waktu singkat untuk membangun dan mengembangkan intelektual serta
kehidupan sosial-ekonominya. Contoh: Paket A, B, C atau Pendidikan
Budidaya Ikan Lele yang memberi pengalaman dan membangun motivasi
masyarakat untuk meningkatkan taraf hidupnya melalui budidaya ikan lele.
6. Problem-Based Learning; Berorintasi pada pemecahan masalah,
menekankan pada berpikir kritis dan belajar mandiri. Contoh: Magang atau
PPL
7. Culture Equity and Learning; Keberagaman budaya dalam pemelajar
yang berusaha mencapai tujuan pembelajaran yang sama. Contoh: Sanggar
tari, Sekolah di Luar Negeri; setiap pemelajar membawa nilai dan budayanya
masing-masing untuk bersama-sama belajar dan mencapai tujuan
pembelajaran.
PENUTUP
KESIMPULAN
Belajar pada dasarnya adalah kebutuhan yang sangat penting dalam
kehidupan. Tidak hanya pada saat masih anak-anak atau remaja saja, proses
15
belajar sebaiknya dan seharusnya berlangsung sepanjang hayat. Kegiatan
belajar tidak hanya didapat dari bangku sekolah (atau biasa kita sebut
sebagai pendidikan formal) saja, melainkan juga dari tempat dan lingkungan
lain (pendidikan nonformal) yang tentu memberikan informasi bagi si
pemelajar. Dalam kaitannya dengan Pendidikan Orang Dewasa, belajar tidak
hanya berarti menambah pengetahuan baru, tetapi juga menambah
kecakapan atau kemampuan baru, yang kemudian bisa diaplikasikan dalam
kehidupan sehari-hari. Tentu bagi orang dewasa, belajar akan terasa
membosankan dan kurang bermakna jika tidak berdampak apa-apa pada
kehidupannya. Orang dewasa membutuhkan belajar yang bisa memberikan
perubahan pada kehidupannya. Terdapat 8 program Pendidikan Orang
Dewasa, yakni (1) Lembaga kursus dan pelatihan; (2) Pusat pendidikan &
pelatihan (balai latihan, tenaga kerja; BLK); (3) Sanggar kegiatan belajar
(SKB); (4) BPKB (Badan Pengembangan Kegiatan Belajar); (5) BPPNFI (Badan
Pengembangan Pendidikan Non Formal – Informal); (6) Pusat Kegiatan
Belajar Masyarakat (PKBM); (7) Perguruan Tinggi (Program Pendidikan
Ekstension); (8) Pendidikan & Pelatihan di Perusahaan / Perkantoran.
Dengan adanya 8 program tersebut, diharapkan belajar sepanjang hayat
dapat diterapkan kepada semua masyarakat. Selain itu juga, diharapkan
tercapainya tujuan pendidikan nasional, yaitu mencerdaskan kehidupan
bangsa, sehingga mencetak individu yang cakap dan berkompeten.
LATIHAN
PILIHAN GANDA
1. Berorientasi pada kemampuan (skill), mempersiapkan SDM agar
mampu bekerja di bidang tertentu adalah pengertian dari …
a. Distance Education (DE)
b. Organizational Learning (OL)
16
c. Workplace Learning
d. Vocational Education & Training (VET)
e. Radical Adult Education and Learning
2.
ESSAY
1. Jelaskan pengertian pendidikan formal dan nonformal! Berikan contoh!
2. Apakah tujuan pendidikan tidak dapat dirubah dalam suatu negara?
Jelaskan!
DAFTAR PUSTAKA
Santoso, Satmoko Busi. 2010. Sekolah Alternatif, Mengapa Tidak…?!.
Jogjakarta: DIVA Press.
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
http://www.infodiknas.com/
http://kbbi.web.id/didik
http://fauziep.blogdetik.com/2012/03/20/kuatnya-posisi-hukum-
pkbm/#more-596
17
http://downloadgratisarea.blogspot.com/2012/09/pengertian-
pendidikan-dan-pelatihan.html
http://wayannugroho.blogspot.com/2013/12/inovasi-dalam-pendidikan-
orang-dewasa.html
http://lkpikmimajenang.blogspot.com/2011/08/1.html
http://bayoedarkochan.wordpress.com/pendidikan-luar-sekolah/
kepemudaan/