31
Kapita Selekta Pendidikan Islam PENDIDIKAN ISLAM DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA DALAM MENGHADAPI ERA GLOBALISASI Dosen Pembimbing: A. Mahsuri, M. Pd. I Di susun oleh: Arif Rahman 0821019 1

Pendidikan Islam & Pengembangan Sumber Daya Manusia Dalam Menghadapi Era Globalisasi

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Pendidikan Islam & Pengembangan Sumber Daya Manusia Dalam Menghadapi Era Globalisasi

Kapita Selekta Pendidikan Islam

PENDIDIKAN ISLAM DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA

DALAM MENGHADAPI ERA GLOBALISASI

Dosen Pembimbing:

A. Mahsuri, M. Pd. I

Di susun oleh:

Arif Rahman0821019

FAKULTAS TARBIYAH JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG

2010

1

Page 2: Pendidikan Islam & Pengembangan Sumber Daya Manusia Dalam Menghadapi Era Globalisasi

Kapita Selekta Pendidikan Islam

A. Pendahuluan

Pendidikan merupakan interaksi antara manusia dengan lingkungannya termasuk

lingkungan alam dan lingkungan manusi. Di dalam intearksi tersebut manusia bukan

hanya hasil interaksi dengan alamnya dan dengan sesama manusia, melainkan hasil

pegembangan potensi manusia secara optimal sesuai dengan suatu ruangan yang terbuka

bagi pengembangan inovasi dan kreativitas. Pendidikan Islam diharapkan dapat lebih

berkembang sehingga lembaga pendidikan Islam memiliki daya tarik tersediri, karena

lebih berdimensi keluar dan global.

Proses peningakatan kualitas sumber daya manusia memerlukan berbagai

prasyarat di dalam pelaksanaannya, antara lain lingkungan kehidupan manusia hendaknya

memberikan kesempatan kepada perkembangan peserta didik untuk berkembang sesuai

dengan potensi yang ada padanya. Pendidikan Islam, dalam pertumbuhan spiritual dan

moral akan mampu menolong individu menguatkan iman, akidah, dan pengenalan

terhadap Allah SWT, melalui hukum, moral dan ajaran agama, dengan demikian peserta

didik dalam melaksnakan tuntunan iman kepada Allah SWT dan pemahaman yang

mendalam terhadap ajaran agama dan nilainya dalam kehidupan pada tingkah lakunya,

dan hubungannya dengan Allah SWT dengan sesama manusia dan seluruh makhluk, akan

mempertegas pentingnya pendidikan akhlak dan spiritualitas dalam menyongsong

globalisasi.

Di era persaingan global ini, trend pendidikan mengalami pergeseran orientasi

yang menempatkan pembangunan manusia seutuhnya melalui pendidikan dan latihan

dengan beragam jenis, jenjang, sifat dan bentuknya. Pendidikan manusia Indonesia

seutuhnya diidealisasikan menjadi titik puncak tercapainya pendidikan nasional yang

sampai saat ini menjadi dambaan bangsa Indonesia. Sosok pribadi yang diidolakan belum

juga dihasilkan, maka lembaga pendidikan dijadikan ekspektasi alternatif, sebagai

instrumen utama proses kemanusiaan dan pemanusiaan, yaitu menghargai dan memberi

kebebasan untuk berpendapat dan berekspresi. Penghargaan yang demikian adalah benih

yang mulai tumbuh, dan sebagai sebuah proses kebebasan terus-menerus diperjuangkan

(Mahmud ed., 2005: 256). Bagaimana mungkin bisa menjadi manusia yang

sesungguhnya, kalau dalam realitasnya memang pendidikan Islam sebagai subsistem

2

Page 3: Pendidikan Islam & Pengembangan Sumber Daya Manusia Dalam Menghadapi Era Globalisasi

Kapita Selekta Pendidikan Islam

dinilai masih kering dari aspek pedagogis, dan lebih mekanistik dalam menjalankan

fungsinya sehingga terkesan hanya akan melahirkan peserta didik yang ”kerdil” karena

tidak memiliki dunianya sendiri. Menurut Ma’arif (2007: 105) konsep pendidikan telah

dipaksa untuk menuruti konsep development-kapitalis yang terelaborasi sedemikian rupa,

demi memenuhi kebutuhan industrialisasi, sehingga pendidikan yang seharusnya menjadi

media pemberdayaan malah menjadi sarana pembodohan yang sistematis, penciptaan

robot-robot intelektual yang terprogram secara marathon dan monoton.

Pendidikan Islam dewasa ini, benar-benar telah menjadi salah satu wilayah yang

banyak mengeluarkan biaya. Pendidikan yang pada hakekatnya adalah untuk semua

(education for all), sebagai hak individu warga negara dan juga warga dunia memiliki

hak memperoleh pendidikan secara adil. Ternyata, hal yang semestinya merupakan hak

tersebut kini tergantikan oleh pendidikan sebagai barang dagangan. Pendidikan menjadi

ritus masyarakat yang membodohkan. Bahkan pendidikan menjadi penyebab terjadinya

ketidak adilan, karena masyarakat yang mampu sekolah adalah golongan elite yang kaya

sedangkan mereka yang tidak mampu sekolah adalah masyarakat miskin.

Di sisi lain, menurut Fadjar (dalam Rahardjo, 2006: 11) kurang tertariknya

masyarakat untuk memilih lembaga-lembaga pendidikan Islam sebenarnya bukan kerena

telah terjadi pergeseran nilai atau ikatan keagamaannya yang mulai memudar, melainkan

karena sebagian besar lembaga pendidikan Islam yang ada kurang menjanjikan masa

depan dan kurang responsif terhadap tuntutan dan permintaan saat ini maupun

mendatang. Padahal, paling tidak ada tiga hal yang menjadi pertimbangan masyarakat

dalam memilih lembaga pendidikan, yaitu nilai (agama), status sosial dan cita-cita.

Masyarakat yang terpelajar akan semakin beragam pertimbangannya dalam

memilih pendidikan bagi anak-anaknya. Fenomena seperti diuraikan di atas, dalam

memilih lembaga pendidikan untuk menyekolahkan anak-anak mereka pun sudah sangat

rasional dan mempertimbangkan prospektif ke depan. Mereka yang berpeluang memilih,

akan menentukan pilihan kepada lembaga pendidikan yang dipandangnya ideal. Lembaga

pendidikan yang dipandang ideal itu adalah lembaga yang mampu mengembangkan

potensi spiritual dan akhlak para peserta didik, yang mampu mengembangkan aspek

intelektual, yang biasanya diukur dari perolehan NEM, dan lembaga pendidikan yang

mampu mengembangkan potensi sosial maupun keterampilan peserta didiknya. Lembaga

3

Page 4: Pendidikan Islam & Pengembangan Sumber Daya Manusia Dalam Menghadapi Era Globalisasi

Kapita Selekta Pendidikan Islam

yang bertipe ideal itu biasanya diperebutkan orang, sehingga biayanyapun menjadi

mahal, mengikuti hokum pasar, yakni supply and demand.

Tuntutan masyarakat seperti itu telah direspons banyak pihak, tidak terkecuali

oleh lembaga pendidikan keagamaan, di antaranya lembaga pendidikan Islam dengan

memunculkan lembaga pendidikan integratif, atau sekolah/ madrasah terpadu, sekolah/

madrasah model, atau bentuk-bentuk sekolah/madrasah unggulan lain, yang

mengedepankan kualitas (Suprayogo, 2007: 56). Dengan menggunakan term integratif

diharapkan para lulusannya meraih kedewasaan kepribadian secara utuh, yaitu dewasa

spiritual, dewasa intelektual, dewasa sosial, dan dewasa kecakapan hidupnya.

Dengan memperhatikan realitas di atas, maka substansi persoalannya adalah tugas

pendidikan tidak mengalami pergeseran nilai, yaitu mencerdaskan peserta didik,

sedangkan biaya tidak dapat dijadikan ukuran pendidikan itu berkualitas atau tidak.

Gagasan adanya pendidikan murah demi tercapainya pemerataan pendidikan adalah

gagasan yang berpihak pada masyarakat tidak mampu agar mengenyam pendidikan yang

berkualitas. Sedangkan peran ganda pendidikan adalah (1) Pendidikan berfungsi untuk

membina kemanusiaan (human being), berarti pendidikan pada akhirnya untuk

mengembangkan seluruh pribadi manusia, termasuk mempersiapkan manusia sebagai

anggota masyarakatnya, warga negara yang baik, dan rasa persatuan; (2) Pendidikan

berfungsi sebagai pengembangan sumber daya manusia (human resources), yaitu

mengembangkan kemampuannya memasuki era kehidupan baru.

Berdasarkan latar belakang persoalan di atas, akan dibahas persoalan yang

dihadapi pendidikan Islam dan upaya pemberdayaan lembaga pendidikan Islam untuk

mempersiapkan sumber daya manusia yang unggul dalam menghadapi tantangan

zamannya.

B. Sumber daya manusia

1. Sumber daya manusia (sdm) yang berkualitas

a. Pengertian Sumber Daya Manusia

4

Page 5: Pendidikan Islam & Pengembangan Sumber Daya Manusia Dalam Menghadapi Era Globalisasi

Kapita Selekta Pendidikan Islam

Manusia adalah makhluk yang diciptakan Allah paling sempurna dengan struktur

jasmaniah dan rohaniah terbaik di antara makhluk lainnya. Muzayyin Arifin mengatakan

bahwa dalam struktur jasmaniah dan rohaniah itu Allah memberikan seperangkat

kemampuan dasar yang memiliki kecenderungan berkembang yang menurut aliran

psikologi behaviorisme disebut pre potence reflex (kemampuan dasar yang secara

otomatis berkembang). (Arifin, 1993: 88)

Kemampuan dasar tersebut kemudian dikenal dengan istilah sumber daya manusia

atau disingkat dengan SDM. Sumber Daya Manusia (SDM) secara konseptual

memandang manusia sebagai suatu kesatuan jasmani dan rohani. Oleh sebab itu, kualitas

SDM yang dimiliki oleh suatu bangsa dapat dilihat sebagai sinergistik antara kualitas

rohani dan jasmani yang dimiliki oleh individu dari warga bangsa yang bersangkutan.

Kualitas jasmani dan rohani tersebut oleh Emil Salim, seperti dikutip oleh Anggan

Suhandana, disebut sebagai kualitas fisik dan non fisik. Lebih lanjut, wujud kualitas fisik

ditampakkan oleh postur tubuh, kekuatan, daya tahan, kesehatan, dan kesegaran jasmani.

Dari sudut pandang ilmu pendidikan, kualitas non fisik manusia mencakup ranah

(domain) kognitif, afektif, dan psikomotorik. Kualitas ranah kognitif digambarkan oleh

tingkat kecerdasan individu, sedangkan kualitas ranah afektif digambarkan oleh kadar

keimanan, budi pekerti, integritas kepribadian, serta ciri-ciri kemandirian lainnya.

Sementara itu, kualitas ranah psikomotorik dicerminkan oleh tingkat keterampilan,

produktivitas, dan kecakapan mendayagunakan peluang berinovasi. (Suhandana,, 1997:

151)

Sebenarnya tiga kata yang terdapat dalam istilah sumber daya manusia, yaitu:

sumber, daya, dan manusia, tak ada satupun yang sulit untuk dipahami. Ketiga kata itu

tentu mempunyai arti dan dengan mudah dapat dipahami artinya. Secara sederhana dapat

didefinisikan sebagai daya yang bersumber dari manusia. Daya ini dapat pula disebut

kemampuan, tenaga, energi, atau kekuatan (power). ( Zainun, 1993: 57)

Walaupun demikian, istilah sumber daya manusia telah didefinisikanbermacam-macam

oleh para pakar pendidikan maupun psikologi. Diantaranya ialahapa yang telah

diutarakan oleh Yusuf Suit yang mengatakan bahwa yang dimaksud dengan sumber daya

manusia adalah .kekuatan daya pikir dan berkarya manusia yang masih tersimpan dalam

5

Page 6: Pendidikan Islam & Pengembangan Sumber Daya Manusia Dalam Menghadapi Era Globalisasi

Kapita Selekta Pendidikan Islam

dirinya yang perlu dibina dan digali serta dikembangkan untuk dimanfaatkan sebaik-

baiknya bagi kesejahteraan kehidupan manusia. (Yusuf , 1996: 35)

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, sumber daya manusia diartikan sebagai

.potensi manusia yang dapat dikembangkan untuk proses produksi.(Depdikbud, 1999: 973)

Sedangkan dalam Kamus Webster, yang dimaksud sumber daya manusia ialah .alat atau

kekayaan yang tersedia (available means), kemampuan atau bahan untuk menyelesaikan

masalah atau persoalan.. Definisi dari dua kamus di atas diperkuat oleh pernyataan

Deacon dan Malock dalam Gross Crandall dan Knol (1973) yang mendefinisikan sumber

daya manusia sebagai .alat atau bahan yang tersedia dan diketahui potensinya untuk

memenuhi keinginan..

Gunawan A. Wardhana sebagaimana yang dikutip oleh A.S. Munandar sepenggal

kalimat kutipan dari Harbison menyatakan bahwa sumber daya manusia mencakup semua

energi, keterampilan, bakat, dan pengetahuan manusia yang dipergunakan secara

potensial dapat atau harus dipergunakan untuk tujuan produksi dan jasa-jasa yang

bermanfaat.

Dari beberapa definisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud

dengan sumber daya manusia itu adalah tenaga atau kekuatan/kemampuan yang dimiliki

oleh seseorang berupa daya pikir, daya cipta, karsa dan karya yang masih tersimpan

dalam dirinya sebagai energi potensial yang siap dikembangkan menjadi daya-daya

berguna sesuai dengan keinginan manusia itu sendiri.

b. Karakteristik Sumber Daya Manusia (SDM) yang Berkualitas

Era globalisasi yang ditandai dengan transparansi di segala bidang kehidupan,

telah menuntut SDM berkualitas yang memiliki seperangkat pengetahuan dan

keterampilan yang memadai yang diimbangi dengan nilai-nilai tertentu sesuai dengan

karakter dunia baru. Yaitu dunia tanpa batas (borderless world) yang berarti komunikasi

antar manusia menjadi begitu mudah, begitu cepat, dan begitu intensif sehingga batas-

batas ruang menjadi sirna. Adapun nilai-nilai tersebut antara lain; profesionalisme,

kompetitif, efektif dan efisien dalam tata kerja, sehingga fungsi pendidikan tidak sekadar

sebagai .agent of knowledge. akan tetapi harus mampu mengakomodir pengalaman,

keterampilan dan nilai-nilai globalisasi dalam satu paket pendidikan.8 Dengan demikian

6

Page 7: Pendidikan Islam & Pengembangan Sumber Daya Manusia Dalam Menghadapi Era Globalisasi

Kapita Selekta Pendidikan Islam

orientasi pendidikan harus terkait dan sepadan .link and match. dengan kebutuhan

masyarakat yang terus berkembang dengan berbagai sektor kebutuhan, terutama dunia

industri dan dunia usaha. Sehingga perlu adanya pandangan baru tentang manusia

berkualitas dalam pendidikan di abad globalisasi ini.( Zainal Arifin: 76)

Untuk itu, maka para pakar khususnya futurolog pendidikan telah menyusun

berbagai skenario mengenai karakteristik manusia atau masyarakat abad 21, salah satunya

sebagaimana pendapat Robert Reich yang dikutip oleh Prof. Dr. Mastuhu, M.Ed.,

mengemukakan bahwa manusia berkualitas yang cerdas itu memiliki ciri-ciri antara lain:

a. Added Values (memiliki nilai tambah, keahlian, profesionalisme)

b. Abstraction System Thinking (mampu berpikir rasional, mengabstraksikan

c. suatu persoalan secara sistematis melalui pendekatan ilmiah objektif)

d. Experimentation and Test (mampu berpikir di balik data-data dengan melihat

e. dari berbagai sudut)

f. Collaboration (mampu bekerja sama, bersinergi).

Gambaran di atas jelas merupakan suatu karakteristik nilai-nilai mentalitas yang

harus tampak pada profil dan penampilan (performance) sumber daya manusia (SDM)

abad 21.

Dalam tingkat tertentu gambaran rumusan di atas relevan dengan ciri manusia

modern seperti dirumuskan oleh Alex Inkeles sebagaimana dikutip oleh Syahrin Harahap,

yaitu: kecenderungan menerima gagasan-gagasan baru, kesediaan menyatakan pendapat,

kepekaan pada waktu dan lebih mementingkan waktu kini dan mendatang ketimbang

waktu yang telah lalu, rasa ketepatan waktu lebih baik, keprihatinan yang lebih besar

untuk merencanakan organisasi dan efisiensi, menghargai kekuatan ilmu dan teknologi

serta keyakinan bahwa keadilan bias ditegakkan.

Nanang Fattah menyebutkan bahwa SDM terdiri dari dua dimensi, yaitu dimensi

kualitatif dan dimensi kuantitatif. Dimensi kualitatif mencakup berbagai potensi yang

terkandung pada setiap manusia, antara lain pikiran (ide), pengetahuan, sikap, dan

keterampilan yang memberi pengaruh terhadap kapasitas kemampuan manusia untuk

melaksanakan pekerjaan yang produktif sedangkan dimensi kuantitatif adalah terdiri atas

prestasi dunia kerja yang memasuki dunia kerja dalam jumlah waktu belajar. Jika

7

Page 8: Pendidikan Islam & Pengembangan Sumber Daya Manusia Dalam Menghadapi Era Globalisasi

Kapita Selekta Pendidikan Islam

pengeluaran untuk meningkatkan kualitas SDM ditingkatkan, nilai produktifitas dari

SDM tersebut akan menghasilkan nilai balik (rate of return) yang positif. (Fatah, 2000: 6)

Tinggi rendahnya kualitas SDM antara lain ditandai dengan adanya unsure

kreatifitas dan produktifitas yang direalisasikan dengan hasil kerja atau kinerja yang baik

secara perorangan atau kelompok. Permasalahan ini akan dapat diatasi apabila SDM

mampu menampilkan hasil kerja produktif secara rasional dan memiliki pengetahuan,

keterampilan, dan kemampuan yang umumnya dapat diperoleh melalui pendidikan.

Dengan demikian, pendidikan merupakan salah satu solusi untuk meningkatkan kualitas

SDM.12

2. Pengembangan Sumber Daya Manusia

Investasi pengembangan sumber daya manusia selalu berjangka panjang. Program

pengembangan jangka panjang ini mempersiapkan manusia terdidik yang memiliki ilmu

pengetahuan dan mempunyai kualitas yang tinggi, yaitu manusia yang berkaliber nasional

dan internasional. Adanya gejala pengangguran manusia terdidik dewasa ini perlu

mendapatkan perhatian serius. Misalnya, perlu dilakukan peninjauan ulang terhadap isi

dan arah kurikulum pendidikan yang tidak sejalan dengan kebutuhan pembangunan. Perlu

pengembangan paradigma pendidikan yang memposisikan individu yang mandiri,

pembelajar, dan mengupayakan pengembangan serta pemberdayaan potensi untuk

menjadikan dirinya sebagai.

Upaya peninjauan kurikulum harus dibarengi dengan perubahan perilaku pendidik

selama ini yang lebih menekankan adanya penindasan terhadap peserta didik. Punishment

lebih didahulukan dan dikembangkan dari pada reward dan pemberian apresiasi. Padahal

pendidikan yang ideal dan dapat mengembangkan potensi diri agar mandiri adalah

pendidikan yang mengedepankan reward dan apresiasi kepada peserta didik dari pada

punishment dan penindasan yang justru mengerdilkan jiwa peserta didik, membuatnya

tidak kreatif dan tidak mandiri.

Ketahanan suatu masyarakat ditentukan oleh tiga unsur ialah sumber daya

alamnya, sumberdaya manusianya yang berkualitas, dan sumber daya kebudayaan dan

kesejarahannya (Tilaar, 2002: 60). Hanya anggota masyarakat yang berbudaya, yaitu

yang mempunyai kebanggaan terhadap masyarakat dan budayanya, akan menjadi unsur

sumber daya manusia yang produktif di dalam era globalisasi.

8

Page 9: Pendidikan Islam & Pengembangan Sumber Daya Manusia Dalam Menghadapi Era Globalisasi

Kapita Selekta Pendidikan Islam

Manusia yang tidak berbudaya akan tenggelam dalan arus globalisasi dan dia

tidak mepunyai identitas. Globalisasi sangat mempengaruhi negara-negara berkembang,

tidak terkecuali Indonesia yang berpenduduk mayoritas Muslim. Pengaruh yang demikian

itu juga akan dialami warganya, sumber daya manusianya. Oleh karena itu kesiapan

bangsa Indonesia menghadapi era globalisasi ialah persoalan peningkatan seutuhnya

sumber daya manusia, yaitu kualitas manusia dengan keseimbangan aspek material dan

aspek spiritual/nilai keagamaan.

Investasi sumber daya manusia sebagai anggota masyarakat yang diperlukan

adalah memiliki karakteristik sebagai berikut: (1) Manusia yang berwatak, yaitu jujur dan

memiliki social capital: dapat dipercaya, suka kerja keras, jujur, dan inovatif. Dengan

istilah lain, manusia yang beretika dengan taat menjalankan ajaran agamanya; (2) Cakap

dan inteligen; inteligensi ini harus dikembangkan sesuai apa yang dimiliki oleh masing-

masing individu; (3) Entrepreneur wiraswasta), sikap entrepreneur bukan hanya di

bidang ekonomi dan bisnis tetapi juga unruk semua aspek kehidupan, karena kemampuan

entrepreneur cenderung bersifat inovatif dan tidak terikat kepada sesuatu yang tetap,

sehingga tidak mengenal istilah ”menganggur”; (4) Kompetitif, sumber daya manusia

yang diperlukan adalah yang memiliki kualitas kompetitif dalam kehidupan dunia terbuka

untuk selalui menggapai nilai lebih dan meningkatkan kualitas produktifitas kerjanya.

Sikap kompetitif harus sudah mulai ditumbuhkan sejak di dalam keluarga, dan juga setiap

jenjang pendidikan formal.

C. Konsep Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) Berkualitas

Konsep sumber daya manusia (human resource) berkembang ketika diketahui dan

disadari bahwa manusia itu mengandung berbagai aspek sumber daya bahkan sebagai

sumber energi. Manusia tidak hanya berunsur jumlah, seperti terkesan dari pengertian

tentang penduduk, tetapi juga mutu, dan mutu ini tidak hanya ditentukan oleh aspek

keterampilan atau kekuatan tenaga fisiknya, tetapi juga pendidikannya atau kadar

pengetahuannya, pengalaman atau kematangannya, dan sikapnya atau nilai-nilai yang

dimilikinya.

Kemudian apa yang dimaksud dengan pengembangan sumber daya manusia?

Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan

9

Page 10: Pendidikan Islam & Pengembangan Sumber Daya Manusia Dalam Menghadapi Era Globalisasi

Kapita Selekta Pendidikan Islam

pengembangan sumber daya manusia atau human resources development (HRD) secara

makro adalah suatu proses peningkatan kualitas atau kemampuan manusia dalam rangka

mencapai suatu proses peningkatan kualitas atau kemampuan manusia dalam rangka

mencapai suatu tujuan pembangunan bangsa. Dan secara mikro, dalam arti di lingkungan

suatu unit kerja (departemen atau lembaga-lembaga yang lain), maka sumber daya yang

dimaksud adalah tenaga kerja, pegawai atau karyawan (employee). Maka yang dimaksud

dengan pengembangan sumber daya manusia adalah suatu proses perencanaan

pendidikan, pelatihan dan pengelolaan tenaga atau karyawan untuk mencapai suatu hasil

yang optimal.

Ahmad Sanusi mengemukakan jika abad silam disebut abad kualitas produk/jasa,

maka masa yang akan datang merupakan abad kualitas SDM. Sumber daya manusia yang

berkualitas dan pengembangan kualitas SDM bukan lagi merupakan isu atau tema-tema

retorik, melainkan merupakan taruhan atau andalan serta ujian setiap individu, kelompok,

golongan masyarakat, dan bahkan setiap bangsa.

Pengembangan SDM adalah proses sepanjang hayat yang meliputi berbagai

bidang kehidupan, terutama dilakukan melalui pendidikan. Jika dilihat dari sudut

pandang ekonomi, peningkatan kualitas SDM lebih ditingkatkan pada penguasaan

pengetahuan, keterampilan, dan teknologi yang dibutuhkan oleh dunia kerja dalam upaya

peningkatan efisiensi dan efektivitas proses produksi dan mempertahankan keseimbangan

ekonomi.

Pengembangan SDM berkualitas adalah proses kontekstual, sehingga

pengembangan SDM melalui upaya pendidikan bukanlah sebatas menyiapkan manusia

yang menguasai pengetahuan dan keterampilan yang cocok dengan dunia kerja pada saat

ini, melainkan juga manusia yang mampu, mau, dan siap belajar sepanjang hayat.

Program peningkatan kualitas SDM melalui pendidikan akan memberikan

manfaat pada lembaga berupa produktifitas, moral, efisiensi kerja, stabilitas, serta

fleksibilitas lembaga dalam mengantisipasi lingkungan, baik dari dalam maupun dari luar

lembaga yang bersangkutan. Fungsi dan orientasi pendidikan dan peningkatan kualitas

SDM telah dibuat dalam suatu kebijakan Depdiknas dalam tiga strategi pokok

pembangunan pendidikan nasional, yaitu: 1) Pemerataan kesempatan pendidikan, 2)

10

Page 11: Pendidikan Islam & Pengembangan Sumber Daya Manusia Dalam Menghadapi Era Globalisasi

Kapita Selekta Pendidikan Islam

Peningkatan relevansi dan kualitas pendidikan dan 3) Peningkatan kualitas manajemen

pendidikan.15

Dari batasan ini dapat disimpulkan bahwa proses pengembangan sumber

dayamanusia itu terdiri dari perencanaan (planning), pendidikan dan pelatihan (education

and training), dan pengelolaan (management).

D. Pendidikan Islam dan Tantangan Dunia Global

Dalam menghadapi arus perubahan yang begitu cepat, maka muncullah

pertanyaan yang cukup mendasar. Seberapa kesiapan pendidikan Islam dalam

menghadapi tantangan globalisasi?. Untuk menjawab pertanyaan di atas maka perlu kita

kemukakan terlebih dahulu problem pendidikan Islam dewasa ini. Setidaknya ada empat

persoalan mendasar yang menjadi catatan penulis. Pertama, berhubungan dengan

kurikulum, Seyyed Hossein Nasr telah menegaskan bahwa kekacauan yang mewarnai

kurikulum pendidikan modern di kebanyakan negara Islam sekarang ini, dalam banyak

hal, disebabkan oleh hilangnya visi hierarkis terhadap pengetahuan seperti yang dijumpai

dalam pendidikan Islam tradisional dalam kontek kekinian kurikulum pendidikan Islam

yang kita miliki masih harus dikaji ulang dengan proses dialektika yang kokoh dan

mendalam, perkembangan globalisasi telah membawa dampak yang begitu besar dan

bersifat multidimensi, orientasi kurikulum hendaknya diarahkan pada sebuah proses yang

lebih kontekstual yang tidak terjebak pada kerangka retorika teoritis. (Nasr, 1997: 11)

Keadaan yang demikian terlihat dalam realita ketika pendidikan Islam masih

gagap dihadapkan pada isu-isu seperti pluralisme, multikulturalisme, feminisme dan

globalisasi itu sendiri. Globalisasi bukan hanya merupakan latar belakang struktural saja,

tapi juga pendekatan hegemoni. Kelalaian dalam merespons perubahan, kajian Islam

untuk konteks kekinian, dan orientasinya akan membawa umat pada posisi marginal.10

Globalisasi dewasa ini menampilkan suatu corak hubungan antar bangsa yang tidak

seimbang. Hubungan antara negara maju dengan negara-negara berkembang masih

ditandai dengan polarisasi kuat lemah, hal ini pada gilirannya akan menyebabkan

terjadinya “ akulturasi asimetris” Akulturasi asimetris mendorong penetrasi budaya asing

kedalam budaya nasional suatu bangsa dan mengakibatkan transformasi budaya yang

11

Page 12: Pendidikan Islam & Pengembangan Sumber Daya Manusia Dalam Menghadapi Era Globalisasi

Kapita Selekta Pendidikan Islam

timpang. (diambil dari sebuah artikel berjudul; Globalisasi dan Pendidikan Integral,

http//radarlampung.or.id)

Sayyed Hossein Nasr dalam bukunya Islam and the Challenge of the 21st Century

menyebutkan bahwa:  tantangan serius yang dihadapi muslim dari luar adalah apa yang

disebut kesalahan posisi Barat pada tatanan global. Ini merupakan tipuan dan permainan

yang sangat penting yang terjadi di dunia saat ini. Secara umum penjajahan telah

berakhir, namun ada bentuk penjajahan baru yang selalu berbicara atas nama global. Tapi

sebenarnya tidak demikian, karena hal itu tidak semua bagian di dunia ini terlibat dalam

kasus itu.

Perubahan dunia yang semakin cepat menuntut berbagai pemikiran progresif

untuk memposisikan pendidikan Islam sebagai benteng pertahanan sekaligus pilar utama

dalam mendorong terbentuknya moralitas global. Dan jantung dari pendidikan adalah

kurikulum. Kedua, menyangkut persoalan metode, dalam qoidah fiqih disebutkan

Attoriqotu Ahammu minal Maddah, masalah yang kedua ini menjadi persoalan yang

sangat serius, sebab hal ini menyangkut bagaimana pesan dari esensi pendidikan

tersampaikan secara tepat. Ketiga, orientasi pendidikan Islam Sebab untuk memperlaju

globalisasi yang sepertinya tidak mungkin lagi terbendung oleh kekuatan manapun, perlu

melahirkan sebuah konsepsi yang riel dan sistematis sekaligus menjawab pertanyaan di

atas dan menjadi perangkat tanding bagi gerak laju globalisasi

E. Agenda Masa Depan Pendidikan Islam

Globalisasi yang berkembang saat ini tidak mungkin untuk ditolak eksistensinya,

sebab globalisasi merupakan keniscayaan yang harus dihadapi oleh semua pihak

termasuk pendidikan Islam. Melihat realitas seperti yang tertulis di atas, maka dibutuhkan

solusi yang konstruktif dalam rangka menata kembali seluruh komponen pendidikan

Islam. Penataan kembali sistem pendidikan Islam bukan sekedar modifikasi atau tambal

sulam, tapi memerlukan rekonstruksi, rekonseptualisasi dan reorientasi, sehingga

pendidikan Islam dapat memberikan sumbangan besar bagi pencapaian tahap tinggal

landas.

12

Page 13: Pendidikan Islam & Pengembangan Sumber Daya Manusia Dalam Menghadapi Era Globalisasi

Kapita Selekta Pendidikan Islam

Beberapa argumentasi solutif sekaligus menjadi sebuah agenda ke depan bagi

pendidikan Islam akan dipaparkan disini. Pertama, perlu pengkajian ulang terhadap

sistem pendidikan Islam yang saat ini berjalan dengan tetap mengedepankan semangat

ajaran Islam. Semangat tersebut diwujudkan dalam bentuk upaya mendialogkan kembali

teks-teks suci keagamaan terhadap setiap kenyataan yang terjadi. Kedua, mempersiapkan

sumberdaya manusia yang lebih matang dan berkualitas berbekal kemampuan

komprehensif. Ketiga, memperteguh kembali peran seluruh elemen dalam pendidikan

yaitu, individu, keluarga, masyarakat, lembaga pendidikan dan negara. Keempat,

perlunya menyatukan spiritual Islam dengan Ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai

basis yang kuat untuk menghadapi arus globalisasi yang semakin menghimpit, sebab

dalam tradisi intelektual Islam, ada suatu hierarki dan kesalinghubungan antar-beragai

disiplin ilmu yang memungkinkan realisasi kesatuan (keesaan) dalam kemajemukan,

bukan hanya dalam wilayah iman dan pengalaman keagamaan, tetapi juga dalam dunia

pengetahuan. Ditemukannya tingkatan dan hubungan yang tepat antar-berbagai disiplin

ilmu merupakan obsesi para tokoh intelektual Islam terkemuka, dari teolog hingga

filosof, dari sufi hingga sejarawan, yang banyak di antara mereka mencurahkan energi

intelektualnya pada masalah klasifikasi ilmu. Kelima, membangun jaringan pendidikan

dari sekala lokal, nasional dan global sebagai bentuk komunikasi aktif dan sharing

informasi antar negara tentang perkembangan pendidikan Islam diseluruh belahan bumi

ini, sehingga tidak terjadi ketimpangan konsepsi pendidikan Islam. Keenam,

mempertahankan potensi culture lokal yang dimiliki masyarakat sekaligus jembatan

komunikasi budaya dengan tetap memegang teguh semangat keislaman.

F. Peran Pendidikan Islam dalam Era Globalisasi

Pendidikan bagi bangsa adalah suatu proses dan juga sistem yang mempunyai

tujuan ideal yang diyakini, begitu juga dengan pendidikan bangsa kita, sebagaimana yang

tertuang dalam undang-undang sistem pendidikan nasional nomor 2 tahun 1989:

Pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan

manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap

Tuhan yang maha esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan,

kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian dan mandiri,serta bertanggung jawab pada

13

Page 14: Pendidikan Islam & Pengembangan Sumber Daya Manusia Dalam Menghadapi Era Globalisasi

Kapita Selekta Pendidikan Islam

kemsyarakatan dan kebangsaan. (http://universal-79.blogspot.com/2008/09/peran

pendidikan-islam-dalam-era.html)

Tujuan pendidikan tersebut juga merupakan tujuan pendidikan Islam, dikarenakan

Pendidikan Islam adalah suatu sub sistem dari pendidikan nasional. Dari tujuan diatas

terlihat jelas bahwa pendidikan sangat mencita-citakan terbentuknya manusia Indonesia

seutuhnya ataupun ‘insan kamil’, yang siap menghadapi segala kemajuan dari segala segi

dalam kehidupan ini (baca: globalisasi), tanpa harus kehilangan makna dan tujuan hidup

sesungguhnya, yaitu sebagai khalifah di muka bumi ini. Globalisasi merupakan suatu

rangkaian proses perubahan sosial, ekonomi, dan budaya, dalam pola kehidupan manusia.

Pesatnya arus perubahan dari segala segi kehidupan telah melahirkan dampak

positif – negatif bagi manusia itu sendiri. Kita rasakan ada suatu dinamika kehidupan

yang dinamis, mudah, bebas, namun secara negatif dirasakan juga semakin terpuruknya

kita; kemorosotan moral, kekerasan, kesadisan, dan kejahatan lainnya yang sering tidak

manusiawi, diperparah lagi munculnya ‘budaya’ Machehavilian yaitu menghalalkan

segala cara untuk mencapai suatu tujuan. Sementara itu juga dikalangan generasi

seringkali fenomena minuman keras, pemakaian obat-obat terlarang, pergaulan bebas,

semakin mempertegas arah baru kecendrungan sebagian generasi muda.

Melihat fenomena yang ada seiring dengan modernisasi maka tidak ada pilihan

lain kecuali menempatkan pendidikan sebagai wahana pengolahan sumber daya manusia,

tidak terkecuali pendidikan Islam. Menurut Prof. Mohd. Athiya El-Abrasyi ada lima hal

kenapa pendidikan Islam sangat sentral dalam menunjang perkembangan kehidupan.

Untuk pembentukan akhlak/ moral yang mulia. Disini ditekankan bahwa setiap

pelajaran adalah untuk pembentukan akhlak/ moral, setiap guru haruslah

memelihara akhlak/moralnya, dan semua komponen yang barada dalam sistem

pendidikan haruslah menempatkan akhlak/moral dalam setiap langkahnya.

Persiapan kehidupan dunia dan akhirat. Hal ini dikuatkan oleh sabda Rasulullah

SAW: Bekerjalah untuk duniamu seakan-akan engkau akan hidup selama-

lamanya, dan bekerjalah untuk akhiratmu seakan-akan engkau akan mati besok.

Persiapan untuk mencari rezeki dan pemeliharaan segi-segi kemanfaatan.

14

Page 15: Pendidikan Islam & Pengembangan Sumber Daya Manusia Dalam Menghadapi Era Globalisasi

Kapita Selekta Pendidikan Islam

Menumbuhkan roh ilmiah, keinginan mengetahui, dan mengkaji/ megamalkan

ilmu yang bermanfaat.

Berperan menciptakan generasi siap pakai (profesional).

Dari rangkaian sejarah juga menyatakan bahwa ayat pertama yang turun pada

Nabi Muhammad SAW, selaku nabi akhir zaman adalah ‘IQRA’ artinya ‘bacalah’.

Keseluruhan Al Quran dan hadist Rasulullah yang merupakan amalan, ucapan,

persetujuannya merupakan sumber-sumber pendidikan Islam dari segi arah, kandungan,

dan kaedah.

Maka amalan Nabi SAW sendiri menunjukkan bahwa salah satu faktor yang

menjayakan dan menyebarkan ajaran Islam dengan lancar dan berkesan karena beliau

sendiri adalah guru dalam artian yang sesungguhnya, guru pada umat manusia dan

pengikut-pengikutnya.

Sesungguhnya pendidikan Islam memiliki transmisi yang nyata dalam upaya

berperan mengarahkan masyarakat secara berimbang, baik segi intelektual imajinasi,

keilmuan, kultural, serta kepribadian. Terbentuknya kepribadian yang baik merupakan

cita–cita dan dambaan setiap negara, karena dengan demikian akan terarahnya hidup

untuk sebuah pengabdian, dalam mengerakkan diri sendiri, masyarakat untuk berbuat

yang bermakna.

Upaya pembentukan kepribadian dalam pendidikan Islam dapat dilalui dalam

beberapa aspek.

Pertama, taraf pembiasaan. Taraf ini lebih tepatnya pada masa anak-anak, sebab

sejak dini adalah masa yang peka bagi pembentukan kebiasaan. Menurut Zakiah Drajat:

Hendaklah setiap pendidik menyadari bahwa dalam pembinaan pribadi anak sangat perlu

pembiasaan dan latihan yang cocok/sesuai perkembangan jiwanya.

Kedua, taraf pembentukan pengertian, minat, dan sikap. Dalam masa ini harus

diberi pengertian yang tegas mana yang baik – buruk, terpuji – tercela, jujur – biadab, hak

– bathil, dalam aktifitas keseharian.

15

Page 16: Pendidikan Islam & Pengembangan Sumber Daya Manusia Dalam Menghadapi Era Globalisasi

Kapita Selekta Pendidikan Islam

Ketiga, pembentukan kerohanian yang luhur. Pembentukan ini merupakan

pembentukan diri sendiri yang berlangsung pada masa dewasa. Taraf ini sesungguhnya

sudah bisa membedakan secara jelas dan nyata mana baik dan benar, karena sudah

mengetahui dampak dari keduanya.

Dari tinjauan diatas maka pendidikan Islam haruslah mampu berkembang dan

meainkan peran terdepan, dan tetap membuka mata terhadap globalisasi dewasa ini, yang

selalu menawarkan berbagai pilihan dan perubahan, dan juga dengan segala ragam

perkembangan IPTEK.

Watak dari sains dan teknologi tidak pernah statis, namun terus mengalami

perubahan sebagai hasil dari riset/penelitian dan pengembangan. Maka peranan dari ilmu

pengetahuan dan teknologi akan mengambil posisi yang secara langsung mempengaruhi

bukan saja gaya hidup sehari-hari tetapi juga nilai seni moral dan agama.

Pendidikan Islam baik itu yang formal, non-formal, maupun informal haruslah

terarah agar lahirnya generasi unggul, yaitu generasi yang intelektual dengan pribadi

bermoral, sehingga dengan demikian pendidikan Islam mampu memberikan kontribusi

nyata dalam mewujudkan masyarakat madani. Dalam rangka mewujudkan hal tersebut

perlu beberapa upaya, antara lain:

Pertama, memantapkan pendidikan Islam baik di rumah,di sekolah, maupun di

masyarakat.

Kedua, mengintegrasi antara pendidikan dan pengajaran. Sesungguhnya pada

setiap pengajaran terdapat nilai edukatif, misalkan pengajaran matematika mendidik

manusia agar berpikir sistematis dan logis, objektif, jujur, ulet, dan tekun. Begitu juga

fisikamendidik manusia agar syukur nikmat yang terdapat pada penciptaan-Nya.

Ketiga, adanya tanggung jawab bersama.Pendidikan akhlak bukan hanya

tanggung jawab guru agama saja tapi tanggung jawab semua pendidik, orang tua, dan

semua elemen masyarakat,tanpa terkecuali pengambil kebijakan di pemerintahan.

16

Page 17: Pendidikan Islam & Pengembangan Sumber Daya Manusia Dalam Menghadapi Era Globalisasi

Kapita Selekta Pendidikan Islam

Keempat, pendidikan harus menggunakan semua kesempatan, berbagai sarana

termasuk teknologi modern, dan dengan teknologi itu pula dapat dijadikan sarana

pembentukan akhlak.

Pendidikan Islam harus bergerak cepat, karena globalisasi dengan kemajuan

ipteknya tidak mempedulikan kesiapan kita untuk menyambutnya, kita hanya punya satu

pilihan segera berbenah dan merapatkan barisan dengan segala pendukung pendidikan.

Yang jelas dari beberapa upaya yang dibicarakan, yang terpenting adalah manajemen

pendidikan Islam itu sendiri. Manajemen pendidikan Islam dalam penyusunan langkah-

langkah juga harus memberi ruang seluas-luasnya pada mereka yang amanah, ikhlas, dan

mampu beradaptasi dengan tantangan dunia pendidikan di era globalisasi. Dan tidak

memberi ruang bagi generasi yang korup, karena korupsi ini pulalah yang merupakan

penyakit masyarakat yang mengakibatkan lemahnya beberapa lembaga pendidikan yang

ada, walaupun tidak kesemuanya. (http://universal-79.blogspot.com/2008/09/peran-

pendidikan-islam-dalam-era.htm

G. Kesimpulan

Pendidikan Islam pada tataran konsep kefilsafatan merupakan tatanan pendidikan

yang memandang manusia sebagai subjek yang memiliki potensi menjaga eksistensi

bumi. Dalam kerangka itu, Islam memiliki prinsip pengembangan potensi kemanusiaan

dan alam secara menyeluruh.

Dalam tataran konsep pula, sebenarnya pendidikan Islam itu sudah ada, namun

belum ada penerapan yang semstinya. Umat Islam yang dipandang paling sempurna oleh

agama Islam itu sendiri belum mampu menunjukkan kredibilitasnya. Mereka masih

17

Page 18: Pendidikan Islam & Pengembangan Sumber Daya Manusia Dalam Menghadapi Era Globalisasi

Kapita Selekta Pendidikan Islam

terkungkung oleh system pendidikan Islam, agenda yang harus dilakukan adalah

memperbaiki sikap mental dan cara kaum muslimin dalam melihat realitas kemajuan

modern.

Agar tujuan pendidikan Islam yang ingin menciptakan sumber daya muslim yang

dapat mengelola alam demi kemaslahatan umat manusia sekaligus dapat lebih bertaqwa

kepada Allah, maka diperlukan pula suatu penerapan system pendidikan Islam yang

pernah dicapai oleh umat Islam. Hal ini dimaksudkan agar system pendidikan Islam yang

akan diterapkan tidak akan tercabut dari akar sejarah, juga demi meningkatkan kualitas

system yang akan dating.

Apabila system pendidikan Islam yang sudah ada dapat diterapkan, maka tidak

mungkin lagi aka nada kerusakan moral manusia, khususnya muslim maupun kerusakan

alam. Oleh karena itu diperlukan adanya kesadaran dari masing-masing individu muslim

untuk segera menerapkan system pendidikan Islam tersebut yang bersifat universal dan

pada akhirnya akan mengantarkan manusia pada kebahagiaan dunia dan akhirat.

18

Page 19: Pendidikan Islam & Pengembangan Sumber Daya Manusia Dalam Menghadapi Era Globalisasi

Kapita Selekta Pendidikan Islam

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Sanusi, Pendidikan Alternatif, (Bandung: Grafindo Media Pratama, 1998)

Ahmad S. Adnanputra, .Strategi Pengembangan SDM Menurut Konsep Islam., dalam Majalah Triwulan Mimbar Ilmiah, Universitas Islam Djakarta, Tahun IV No. 13, Januari 1994

Anggan Suhandana, Pendidikan Nasional Sebagai Instrumen Pengembangan SDM, (Bandung: Mizan, 1997), Cet. III

Buchori Zainun, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Gunung Agung, 1993), Cet. II

Cut Zahri Harun, .Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia Melalui Pendidikan Merupakan Kunci Keberhasilan Suatu Lembaga di Era Globalisasi dan Otonomi Daerah., dalam

Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Balitbang Diknas, No. 041, Tahun Ke-9, Maret 2003

Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1999), Cet. X

Hasan Langgulung, Pendidikan Islam dalam Abad ke 21, (Jakarta: Pustaka Al-Husna Baru, 2003), Cet. III (Edisi Revisi)

Mahmud, Ali Abdul Halim, Islam dan Pembinaan Kepribadian, Jakarta: Akademika Pressindo, 1995, Cet I

Muzayyin Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1993)

Mahmud, adnan, Sahjad M. Askan dan M. Adib Abdushomad (ed.),2005. Pemikiran Islam Kontemporer di Indonesia, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ma’arif, Syamsul, 2007. Revitalisasi Pendidikan Islam, Yogyakarta: Graha Ilmu.

Rahardjo, Mudjia (ed.), 2006. Quo Vadis Pendidikan Islam Pembacaan Realitas Pendidikan Isalam, Sosial dan Keagamaan, Malang: UIN Malang Press.

Suprayogo, Imam, 2007. Quo Vadis Madrasah Gagasan, Aksi & Solusi Pembangunan Madrasah, Yogyakarta: Hikayat Publishing.

19

Page 20: Pendidikan Islam & Pengembangan Sumber Daya Manusia Dalam Menghadapi Era Globalisasi

Kapita Selekta Pendidikan Islam

Soekidjo Notoatmodjo, Pengembangan Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), Cet. II

Tilaar, H.A.R., 2002. Membenahi Pendidikan Nasional, Jakarta: PT Rineka Cipta.

_______, Paradigma Baru Pendidikan Nasional, Jakarta: PT Rineka Cipta.

Yusuf Suit, Sikap Mental dalam Manajemen SDM, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1996), Cet. I,

Zainal Arifin, Nuansa Teosentris Humanistik Pendidikan Islam; Signifikansi Pemikiran Hasan Langgulung dalam Konstalasi Reformasi Pendidikan Islam, (STAIN Cirebon: Lektur-Jurnal Ilmiah Pendidikan Islam), Seri VIII/Th. Ke-5/98

Seyyed Hossein Nasr, “Kata Pengantar”, dalam Osman Bakar, Hierarki Ilmu Membangun Rangka-Pikir Islamisasi Ilmu Menurut al-Farabi, al-Ghazali, Quth al-Din al-Syirazi, (Bandung: Mizan, 1997)

20